PENGARUH TRASS DAN PUPUK FOSFOR TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO SERTA
PERUBAHAN SIFAT KIMIA PADA LATOSOL
GUNUNG SINDUR
UMAR HADY
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PERNAYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Trass, dan Pupuk Fosfor terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo serta Perubahan Sifat Kimia pada Latosol Gunung Sindur adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum di ajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebut dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, April 2013
Umar Hady
ABSTRAK
UMAR HADY. Pengaruh Trass dan Pupuk Fosfor Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo serta Perubahan Sifat Kimia Latosol Gunung Sindur. Dibimbing oleh BUDI NUGROHO dan SRI DJUNIWATI
Tingginya konversi sawah ke non-pertanian telah mengurangi produksi padi, sehingga perlu pemanfaatan lahan kering untuk lahan tanaman padi. Latosol merupakan salah satu jenis tanah yang miskin hara, khususnya silikon (Si) dan fosfor (P), dan umumnya bereaksi masam akibat pelapukan lanjut dan pencucian intensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Trass sebagai sumber Si dan fosfor (P) terhadap produksi dan serapan hara padi, serta perubahan sifat kimia Latosol Gunung Sindur. Penelitian ini terdiri dari percobaan rumah kaca yang dilakukan di Kebun Percobaam Cikabayan, University Farm
Institut Pertanian Bogor dan analisis tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan Oktober 2012 hingga April 2013. Percobaan rumah kaca menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial 2 faktor. Faktor pertama adalah Trass dengan dosis 0 ton/ha (T0), 2,37 ton/ha (T1), 4,74 ton/ha (T2), dan
7,11 ton/ha (T3). Faktor kedua adalah pupuk P dengan dosis tanpa P (P0), 50 ppm
P (P1), dan 100 ppm (P2). Percobaan diulang 3 kali sehingga terdapat 36 satuan
percobaan. Hasil penelitian menunjukkan tidak dijumpai pengaruh interaksi antara Trass dan fosfor pada semua variabel yang diamati. Sebagai faktor tunggal Trass berpengaruh nyata meningkatkan jumlah anakan produktif, pada perlakuan T3 yaitu sebesar 17.5% sedangkan terhadap P-tersedia tanah pengaruh T1, T2, dan T3 berturut-turut sebesar 25%, 62.5, dan 149.4%. Peningkatan serapan P perlakuan T1, T2, dan T3 berturut-turut sebesar 4.5%, 9.5%, dan 24.3%. Lebih lanjut, pupuk P berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman, berturut-turut pada perlakuan P1 dan P2 sebesar 17.45% dan 17.6%, pada jumlah anakan produktif sebesar 3.8% dan 20%, pada bobot jerami berturut-turut sebesar 108.4% dan 159.7% , dan pada bobot gabah berturut-turut sebesar 47.9% dan 52.1%. Peningkatan serapan Si akibat perlakuan P1 dan P2 berturut-turut sebesar 62.07% dan 87%, dan penurunan Si tersedia dalam tanah akibat perlakuan yang sama berturut-turut sebesar 9.1% dan 22.5%.
ABSTRACT
UMAR HADY. The Influence of Trass and Phosphorus Fertilizer Application on Growth and Yield of Upland Rice and Chemical Properties Changes on Mount Sindur’s Latosol. Supervised by BUDI NUGROHO and SRI DJUNIWATI.
The high conversion of rice fields to non-agricultural fields have reduced rice production, so it needs the utilization of dry land for paddy cultivation. Latosol is one type of nutrient-poor soils, especially Silica (Si) and phosphorus (P), and generally it is acidic due to further weathering and intensive leaching. This study aimed to determine the effect of Trass and Phosphorus (P) on yield and nutrient uptake of rice plants, as well as changes in the chemical properties of Mount Sindur’s Latosol. This study was a greenhouse experiment conducted in Cikabayan University Farm, Bogor Agricultural University. Soil and plant analysis carried out in the Laboratory of Chemistry and Soil Fertility, Department of Soil Science and Land Resources, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University. This study took place from October 2012 to April 2013. This experiment used a completely randomized design (CRD) with 2 factors. As the first factor was Trass doses (0 tonnes / ha (T0), 2.37 tonnes / ha (T1), 4.74 tonnes / ha (T2), and 7.11 tons / ha (T3). Second factor was P fertilizer (0 ppm P (P0), 50 ppm P (P1), and 100 ppm (P2). Experiment was repeated 3 times so that there were 36 experimental units. Results showed that there was no interaction effect between Trass and phosphorus in all observed variables. But as a single factor, Trass significantly affect to increase the number of productive tillers in treatment T3 equal to 17.5%, while the increasing amount of soil available-P influence T1, T2, and T3 treatments, respectively for 25%, 62.5, and 149.4%. Further, there was an increase in P-uptake effect on T1, T2, and T3 treatments, respectively for 4.5%, 9.5%, and 24.3%. Moreover, P Fertilizer application was significantly affect the increasing of plant height on P1 and P2 treatments, respectively for 17:45% and 17.6%, number of tillers earnings 3.8% and 20%, biomass weight for 108.4% and 159.7%, and the grain weight for 47.9% and 52.1%, while the increase effect on Si-uptake of P1 and P2 treatments, respectively for 62.07% and 87 %, and decrease the available-Si, respectively for 9.1% and 22.5%.
PENGARUH TRASS DAN PUPUK FOSFOR TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO SERTA
PERUBAHAN SIFAT KIMIA PADA LATOSOL
GUNUNG SINDUR
UMAR HADY
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Judul Skripsi : Pengaruh Trass dan Pupuk Fosfor terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo serta Perubahan Sifat Kimia pada Latosol Gunung Sindur
Nama : Umar Hady NIM : A14080015
Disetujui oleh
Dr. Ir. Budi Nugroho, MSi. Dr.Ir. Sri Djuniwati, M.Sc. Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc. Ketua Departeman
PRAKATA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah Segala Puji hanya bagi Allah Tuhan Semesta Alam, karena atas hidayah dan karuniaNya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Trass dan Pupuk Fosfor terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo serta Perubahan Sifat Kimia pada Latosol Gunung Sindur”.
Skripsi ini merupakan syarat untuk kelulusan dari Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini penuh dengan segala keterbatasan kemampuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan pengalaman menulis. Maka dari itu penulis menerima dengan terbuka koreksi, kritik dan saran untuk perbaikan kedepannya.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak berterima kasih kepada Dr. Ir. Budi Nugroho, MSi selaku pembimbing utama dan Dr.Ir. Sri Djuniwati, M.Sc. selaku pembimbing kedua yang telah memberikan arahan dan bimbingan hingga terselesikannya skripsi ini. Begitu juga dengan semua pihak yang terlibat secara langsung maupun dorongan moril penulis ucapkan terimakasih kepada:
Kedua orang tua penulis, Bapak Erwin Siregar dan Ibu Nursabedah Dalimunthe serta saudari penulis kakak-kakaku yang baik hati Hidayaty Siregar SPd, Nur Aisyah Siregar S.Si, dan Erlinda Siregar S.Si yang selalu memberikan dukungan moral dan mendidik penulis agar selalu menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat.
Seluruh staf Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB yang telah memberikan bantuan selama melakukan analisis di Laboratorium
Seluruh teman-teman dari MSL angkatan 45, teman-teman Omda Imatapsel dan seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
Mudah-mudahan hanya Allah SWT yang dapat memberikan balasan yang setimpal dan kehidupan yang berkah untuk kita semua. Skripsi ini mudah-mudahan bermanfaat untuk kita semua, Amin.
Bogor, April 2013
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Sifat Umum Tanah Masam 3
Trass sebagai Bahan Amelioran Tanah 4
Silika dalam Tanaman 5
Krakteristik Fosfor dalam Tanah dan Tanaman 5
Padi Gogo (Oriza Sativa L.) 6
METODE PENELITIAN 7
Tempat dan Waktu Penelitian 7
Bahan dan Alat 7
Rancangan Percobaan dan Pengelolaan Data 7
Pelaksanaan Penelitian 8
Persiapan Pot Percobaan 8
Penanaman dan Pemeliharaan 8
Pengamatan 9
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Analisis Tanah Awal 10
Pertumbuhan dan Produksi Padi 11
Al Dapat Ditukar dalam Tanah 12
Analisis Si dan P-tersedia pada Tanah 13
Serapan Silika dan Fosfor Jerami Padi 13
SIMPULAN DAN SARAN 16
Simpulan 16
Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 19
DAFTAR TABEL
1. Rancangan Perlakuan yang Dicobakan 8
2. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Gunung Sindur 10
3. Pengaruh Pemberian Trass dan Fosfor terhadap Rata-rata Tinggi Umur 10 Minggu), Jumlah Anakan Produktif, Bobot Jerami, dan Bobot Gabah Kering 11
DAFTAR GAMBAR 1. Kandungan Al-dd Tanah Pengaruh Perlakuan Trass dan Pupuk P 12
2. Pengaruh Perlakuan Trass dan Fosfor Terhadap P dan Si-tersedia 13
3. Pengaruh Trass dan Pupuk P Terhadap Serapan Hara Si 14
4. Pengaruh Trass dan Pupuk P Terhadap Serapan Hara P 14
DAFTAR LAMPIRAN 1. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (PPT, 1983) 19
2. Sifat kimia Trass Desa Cibungbulang, Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat 19
3. Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P terhadap Rata-rata Tinggi Tanaman Minggu ke-10 20
4. Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P Terhadap Jumlah Anakan Produktif Minggu ke-15 20
5. Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P Terhadap Bobot Jerami Kering 21
6. Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P Terhadap Bobot Gabah Kering 21
7. Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P Terhadap Kadar Silika Jerami Padi 22
8. Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P Terhadap Kandungan Fosfor Jerami Padi 22
9. Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P Terhadap Serapan Si 23
10. Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P Terhadap Serapan Fosfor 23
11. Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P Terhadap Sifat Kimia Latosol Gunung Sindur Setelah Percobaan 24
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beras merupakan komoditas pangan yang sangat strategis karena merupakan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Kecukupan pangan wajib terpenuhi sebagai hak bagi kelangsungan hidup bangsa. Namun tingkat produksi padi terutama pada lahan kering relatif rendah, salah satunya akibat masalah kesuburan tanah. Seperti umumnya tanah di wilayah tropis, tanah di Indonesia miskin hara, dan bersifat masam akibat pelapukan lanjut dan pencucian (leaching) yang intensif.
Latosol Gunung Sindur merupakan tanah yang telah mengalami hancuran cukup intensif, sehingga kandungan unsur-unsur hara relatif rendah, derajat kemasaman (pH) tanah rendah, kejenuhan Al tinggi. P-tersedia sangat rendah, demikian pula kation-kation basa seperti Ca, Mg, K, dan Na tergolong sangat rendah dan rendah. Hal ini menjadi faktor pembatas terhadap proses produksi padi (Ariestiwi, 2001).
Sejalan dengan tingkat pelapukannya maka diduga Latosol Gunung Sindur mempunyai kadar Si relatif rendah. Unsur silika merupakan komponen tanah yang hilang karena pelapukan batuan yang dipengaruhi iklim sehingga terbentuk tanah. Kehilangan Si dalam tanah terutama disebabkan pencucian dan perubahan Si menjadi mineral sekunder yang merupakan aspek penting dalam perkembangan tanah (Tisdale et al., 1985).
Silikon merupakan bagian penting dari tanah. Silikon merupakan penyusun lapisan tetrahedron dalam struktur mineral liat. Lapisan ini juga merupakan lapisan yang hancur pada saat terjadi pelapukan pada saat perubahan mineral liat 2 : 1 ke mineral liat 1 : 1 Hasil penelitian Nugroho (2009) menunjukkan bahwa penambahan Si dapat meningkatkan ketersediaan P dalam tanah.
Unsur Si mempunyai peranan penting bagi padi diantaranya meningkatkan ketahanan padi terhadap serangan hama dan penyakit, mempertegak daun, meningkatkan fotosintesis, menurunkan kehilangan air akibat transpirasi, meningkakan daya oksidasi akar dan menurunkan serapan Fe dan Mn secara berlebihan (Yoshida, 1981), sedangkan Trass adalah salah satu bahan kapur yang mengandung kalsium dan silika sehingga berpotensi sebagai bahan amelioran dan dapat meningkatkan kadar silika pada tanah.
2
Tujuan
3
TINJAUAN PUSTAKA
Sifat Umum Tanah Masam
Faktor pembentuk tanah meliputi iklim, bahan induk, organisme, topografi dan waktu. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi sifat fisik, biologi dan kimia tanah. Salah satu contoh dari sifat kimia tanah adalah kemasaman tanah. Kemasaman tanah merupakan refleksi dari tingginya curah hujan dan intensitas hancuran yang intensif. Selama hancuran berlangsung, basa-basa dari meneral primer dibebaskan dan tercuci keluar dari profil tanah oleh air hujan. (Soepardi, 1983). Air yang berlebih menyebabkan pencucian hasil-hasil mineralisasi terutama kation-kation basa (Ca, Mg, K, Na) yang mengakibatkan pada kompleks jerapan tanah dipenuhi oleh ion H+ dan Al3+. H-dd merupakan sumber utama ion H+ pada pH >6. Dibawah pH 6 Aluminum Al merupakan sumber utama H+ sebagai akibat lepasnya Al dari mineral liat. Akibatnya Al menjadi lebih larut pada pH rendah, seperti digambarkan dalam reaksi berikut :
Al3+ + H2O ----> Al(OH)++ + H+
Al(OH)++ + H2O ---> Al(OH) 2+ + H+
Al(OH)2+ + H2O ---> Al(OH)3 + H+
(http://www.ilearn.unand.ac.id/mod/resource/view.php)
Kemasaman tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh tidak langsung terhadap tanaman adalah melalui kelarutan dan ketersediaan hara. sedangkan secara langsung melalui ion H+ telah dilaporkan dapat meracuni tanaman jika terdapat pada konsentrasi tinggi (Soepardi, 1983). Tanah di Indonesia termasuk Latosol miskin hara khususnya Si dan P, dan bersifat masam akibat pelapukan lanjut dan pencucian (leaching).
Latosol terbentuk melalui proses latosolisasi. Proses latosolisasi terjadi di bawah pengaruh curah hujan dan suhu yang tinggi di daerah tropik dimana gaya-gaya hancuran bekerja lebih cepat dan pengaruhnya lebih ekstrim daripada daerah dengan curah hujan dan suhu sedang. Pelapukan dan pencucian sangat intensif dan mineral silikat cepat hancur (Dudal dan Soepraptohardjo, 1957). Karena Latosol telah mengalami hancuran cukup intensif, akibatnya kandungan unsur-unsur hara dalam Latosol relatif rendah, kapasitas tukar kation rendah, dan jumlah basa-basa rendah. Selain itu drajat kemasaman (pH) tanah rendah, kandungan silika rendah, dan seskuioksida Al-dd dan Fe-dd tinggi (Buckman dan Brady, 1961). Proses hidrolisis dan oksidasi berlangsung sangat intensif, sehingga basa-basa seperti Ca, Mg, K, dan Na cepat dibebaskan oleh bahan organik. Oleh karena itu, Latosol memiliki kejenuhan basa rendah (<35%) dan KTK yang sangat rendah (<24 me/100g) (Soepraptohardjo, 1961).
4
Trass sebagai Bahan Amelioran
Bahan amelioran merupakan bahan yang dapat memperbaiki sifat kimia, sifat biologi, dan sifat fisik tanah bila ditambahkan kedalam tanah. Salah satu bahan amelioran yang umum digunakan adalah kapur pertanian. Pemberian kapur bagi tanah bermanfaat untuk memperbaiki sifat kimia, sifat fisik dan sifat biologi tanah (Soepardi, 1983).
Pengapuran bagi tanah masam memiliki tujuan untuk menurunkan kepekatan ion hidrogen sehingga dapat menaikkan pH tanah dan menurunkan potensi meracun dari aluminium, besi, dan mangan bagi tanaman. Kamprath (1972) menyarankan bahwa pengapuran sebaiknya dilakukan berdasarkan jumlah aluminium yang dapat dipertukarkan di dalam tanah. Sanchez (1992) menambahkan bahwa pengapuran berdasarkan pada 1,5 kali Al-dd dapat menetralisir 85-90% Al-dd yang terdapat di dalam tanah. Kamprath (1972) mengemukakan bahwa pengapuran dapat meningkatkan efisiensi pupuk fosfor pada tanah masam yang memiliki jumlah Al-dd yang cukup besar. Peningkatan kelarutan fosfor tersebut sangat berhubungan dengan penetralan Al-dd.
Tisdale et al. (1985) mengemukakan bahwa terdapat beberapa keuntungan dari pengapuran yang dilakukan pada tanah masam, baik itu langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsungnya mengurangi keracunan aluminium dan mangaan. Soepardi (1983) menyatakan bahwa beberapa pengaruh tidak langsung dari pengapuran adalah pada ketersediaan fosfor, hara mikro, meningkatkan kejenuhan basa, fiksasi nitrogen pada leguminoceae, dan memperbaiki sifat fisik tanah.
Terdapat beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai bahan pengapuran. Tisdale et al. (1985) menyebutkan beberapa bahan tesebut yaitu kalsium oksida (CaO), kalsium hidroksida (Ca(OH)2), kalsium dan kalsium-magnesium
karbonat(CaMg(CO3)2), dan slag.
Sumber kapur yang lain adalah Trass yang dapat digunakan sebagai bahan amelioran karena Trass mengandung kalsium dan silika sehingga berpotensi sebagai bahan amelioran dan dapat meningkatkan kadar silika dalam tanah. Menurut Bemmelem (1949) bahwa Trass dapat dikatakan sebagai salah satu bahan alami mentah atau produk olahan. Trass terbentuk dari pelapukan batuan vulkanik yang kaya akan feldspar dan silika seperti breksi andesit, breksi tuf, granit, riolit. Indonesia memiliki banyak wilayah yang menyimpan potensi Trass, diantaranya adalah Nagrek, Pekalongan, Yogyakarta, dan Bogor.
Silika merupakan unsur kedua terbanyak di kerak bumi (Tisdale et al., 1985) yaitu sekitar 28 %. Tanah mengandung silika sekitar 9%, hal tersebut dikarenakan terjadinya pencucian silika yang tinggi. Sumber silika terbesar dalam tanah berasal dari mineral Si primer dan sekunder, pada umumnya dalam bentuk kuarsa (SiO2), kandungannya mencapai 95% dalam fraksi pasir dan debu (Havlin et al., 1999).
Dalam larutan tanah pada kondisi pH normal, silika terdapat dalam bentuk H4SiO4 atau [Si(OH)4]. Di atas pH 8.5 silika dijumpai dalam bentuk ion H3SiO4
-yang secara signifikan menyumbang total silika dalam larutan tanah. Konsentrasi H4SiO4 dikenal sebagai asam monosilika yang ketersediaannya dalam larutan
5
Kelarutan silika dalam air tidak dipengaruhi oleh pH pada selang 2-9 (Tisdale et al., 1985).
Faktor yang mempengaruhi kadar silika dan perubahannya dalam tanah dan tanaman yaitu jumlahnya dalam tanah yang dipengaruhi oksidasi Fe dan Al, penyerapan oleh tanaman, penggenangan, penambahan pupuk Si, dan jenis tanaman. Peningkatan jumlah oksidasi Fe dan Al akan menurunkan penambahan silika dalam larutan dan serapan oleh tanaman.
Silika dalam Tanaman
Silika diserap tumbuhan dalam bentuk H4SiO4 yang proporsional dengan
konsentrasi Si dalam larutan tanah (Ma et al, 2001). Pada jaringan padi kandungan Si umumnya sebesar 4.6-7% (Tisdale et al., 1985). Penghambat respirasi menurunkan serapan Si (Mitami dan Ma, 2005). Lebih dari 99% Si yang diserap padi didistribusikan ke dalam batang.
Berdasarkan kebutuhan Si tumbuhan dikelompokkan menjadi dua yaitu akumulator dan non akumulator. Tumbuhan akumulator adalah tumbuhan yang kandungan Si-nya melebihi besar Si yang diserap, keadaan sebaliknya untuk tumbuhan non akumulator (Ma dan Takahashi, 2002). Tanaman akumulator menyerap Si secara aktif. Menurut (Ma et al., 2001) tanaman padi adalah tanaman tipikal yang menyerap Si secara aktif. Selain itu Silika merupakan beneficial nutrient bagi tanaman (Ma dan Takahashi, 2002).
Karaktersitik Fosfor dalam Tanah dan Tanaman
Unsur P sering disebut sebagai kunci untuk kehidupan karena fungsinya yang sangat sentral dalam proses kehidupan. Unsur ini berperan sebagai komponen enzim dan protein tertentu, adenosin trifosfat (ATP), asam ribo nukleat (RNA), asam deoksiribo nukleat (DNA) dan fitin serta berperan dalam reaksi transfer energi bagi tanaman. Unsur P berperan dalam pembelahan sel melalui peranan nukleoprotein yang ada dalam inti sel. Unsur ini juga menentukan pertumbuhan akar, mempercepat kematangan dan produksi buah dan biji (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).
Fosfor di dalam tanah dapat dikelaskan menjadi dua bentuk, yaitu bentuk organik dan inorganik. Bentuk organik ditemukan di dalam humus dan bahan organik yang berasosiasi atau tidak berasosiasi dengan humus, yang berkisar antara 0 sampai lebih dari 0,2%. Sedangkan bentuk anorganik dari fosfor tanah terjadi pada beberapa kombinasi dengan besi, aluminium, kalsium, fluor, dan beberapa unsur lainnya. Kelarutan dari fosfor anorganik bervariasi mulai dari yang sangat larut hingga sangat tidak larut (Tisdale et al., 1985)
6
Permasalahan P dalam tanah terdiri dari tiga hal, yaitu P total yang rendah, P tidak tersedia bagi tumbuhan, dan fiksasi P (Brady, 1990). Fiksasi P merupakan transformasi bentuk P larut menjadi bentuk yang kurang larut setelah bereaksi dengan tanah (Sanchez dan Uehara, 1980). Fiksasi P tersebut terjadi melalui mekanisme jerapan dan presipitasi dengan senyawa Fe dan Al kristalin atau amorf dengan berbagai perbandingan silika-seskuioksida.
Fosfor dalam tanah dan penyerapannya oleh tanaman sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, keadaan iklim dan kemampuan tanaman untuk menyerap hara dari tanah. Fosfor dan nitrogen merupakan unsur yang harus disediakan pada tahap-tahap awal pertumbuhan untuk memastikan pertumbuhan vegetatif yang baik (Yon, 1994). Gejala defisiensi P mengakibatkan pertumbuhan terhambat (kerdil) karena pembelahan sel terganggu dan daun menjadi ungu atau coklat
Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM. Padi diusahakan pada dua keadaan yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di lahan kering dan padi sawah di lahan sawah yang memerlukan penggenangan.
Seperti halnya tanaman pangan lainnya, padi gogo memiliki tahapan dalam petumbuhannya. Padi gogo yang berumur 120 hari umunya memiliki tahap vegetatif kira-kira 55 hari dan tahap reproduktif serta pemasakan kira-kira 65 hari. Pertumbuhan tanaman padi pada dasarnya terbagi ke dalam tiga fase yaitu:
1. Tahap vegetatif
7
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di rumah kaca University Farm di Kebun Cikabayan, Institut Pertanian Bogor. Analisis tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Waktu penelitian berlangsung dari bulan Oktober 2012 hingga April 2013.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah bahan tanah Latosol dari Gunung Sindur, dan Trass diambil dari desa Girimulya, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Bahan pupuk (MgO, Urea, KCl, dan SP-18) serta bahan kimia yang digunakan untuk analisis tanah dan tanaman di laboratorium.
Peralatan yang digunakan adalah peralatan lapangan (cangkul, ajir, ember, kamera, polybag, pisau, tali), dan peralatan laboratorium (labu, timbangan, cawan porselen, grinder, gelas piala, oven, tanur, buret, pipet, spectrophotometer, alat tulis, dan lain-lain).
Rancangan Percobaan dan Pengelolaan Data
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dua faktor, yaitu faktor pertama sumber Si dan kedua sumber P. Sebagai Sumber Si
terdapat 12 kombinasi perlakuan, dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Dosis Tras dan pupuk P yang digunakan pada setiap kombinasi perlakuan disajikan pada Tabel 1.
Model matematika rancangan percobaan ini adalah sebagai berikut : Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + Eijk
i = 0, 1, 2, 3
j = 0, 1, 2
Keterangan :
Yijk : hasil pada faktor perlakuan α (Trass) ke-i dan factor perlakuan β
(pupuk fospor) pupuk fosfor ke-j µ : rata-rata umum
αi : pengaruh Trass ke-i
8
(αβ)ij : interaksi dari pengaruh perlakuan Trass ke-i dengan pengaruh
fosfor ke-j Eijk : galat
Variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, bobot gabah, bobot jerami, Al-dd, P dan Si-tersedia, serta serapan Si dan P. Selanjutnya data tersebut dianalisis ragam. Pada faktor yang berpengaruh nyata selanjutnya dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan.
Bahan tanah dari lapang diangin-anginkan hingga kering udara kemudian diloloskan dengan saringan 5 mm. Trass ditumbuk untuk dihaluskan dan selanjutnya diloloskan dengan saringan 150 mesh. Tanah ditimbang seberat 6 kg BKM tanah/pot atau 7.88 kg tanah BKU/pot. Kemudian Trass dan MgO diberikan seluruhnya sebelum inkubasi dicampur sampai dengan setengah kedalaman pot. SP-36 seluruhnya diberikan saat tanam. Urea dan KCl diberikan dua kali masing-masing ½ bagian pada saat tanam dan ½ lagi pada saat tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pot-pot yang telah diberikan perlakuan kemudian dilembabkan hingga keadaan kapasitas lapang (kadar air = 50%) dan diinkubasi di dalam ruangan tertutup selama 2 hari.
Penanaman dan Pemeliharaan
9
kondisi tanah di pot tanaman. Penyiangan gulma dilakukan setiap 3 hari pada pot-pot perlakuan. Penyemprotan hama dilakukan apabila diperlukan.
Pengamatan
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari minggu 2 sampai minggu ke-11. Pengamatan jumlah anakan dari minggu ke-6 sampai minggu ke-11 dan anakan produktif dari minggu ke-11 sampai minggu ke-16. Padi dipanen pada saat berumur 17 MST.
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Tanah Awal
Menurut Atmosentono (1968) bahwa Latosol memiliki solum cukup tebal dengan batas horison baur. Lapisan atas mengandung sedikit bahan organik dan lapisan bawah berwarna merah. Kadar liat hampir sama pada semua horison. Horison B kaya seskuiksida, konsistensi gembur hingga teguh, permeabilitas sedang sampai cepat, dan cadangan mineral rendah sampai sedang. Latosol telah mengalami hancuran cukup intensif.
Latosol Gunung Sindur memiliki Kejenuhan basa (KB) sedang, Kejenuhan Al sedang, P-tersedia sangat rendah, begitu juga dengan unsur Ca, Mg K, dan Na tergolong rendah, Si-tersedia sebesar 2.02 ppm. Beberapa sifat kimia yang dikemukakan diatas menjadi pembatas pada pertumbuhan dan produksi padi gogo. Hasil analisis sifat kimia dan fisik Latosol Gunung Sindur dan penilaiannya berdasarkan kriteria umum Pusat Penelitian Tanah (1983) disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Gunung Sindur
Sifat Tanah Nilai Metode Kriteria
pH H2O 1:1 5.30 H2O Masam
pH KCl 1:1 3.90 KCl -
11
Pertumbuhan dan Produksi Padi
Sidik ragam (Lampiran 12) menunjukkan bahwa perlakuan Trass dan fosfor secara tunggal berpengaruh nyata terhadap tinggi dan jumlah anakan produktif padi, sedangkan perlakuan kombinasi Trass dan fosfor tidak berpengaruh nyata. Pada tinggi, bobot jerami, dan bobot gabah hanya perlakuan fosfor secara tunggal yang berpengaruh nyata. Hasil uji lanjut rata-rata parameter tersebut disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh Trass dan Fosfor terhadap Rata-rata Tinggi (Umur 10 minggu), Jumlah Anakan Produktif, Bobot Jerami, dan Bobot Gabah Kering
Tinggi tanaman Anakan produktif taraf nyata 5% Uji Wilayah Duncan (DMRT). **Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5% Uji Wilayah Duncan (DMRT).
Tabel 3 menunjukkan bahwa tinggi padi pada perlakuan P1 dan P2 nyata lebih tinggi dibanding P0, sedangkan P1 dan P2 tidak berbeda nyata tetapi P2 cenderung lebih tinggi dibanding P1. Peningkatan tinggi tanaman pengaruh P1 dan P2 adalah 17.45% dan 17.6%.
Jumlah anakan produktif pada perlakuan P2 nyata lebih tinggi dibanding P0 sedangkan P0 dan P1 tidak berbeda nyata tetapi P1 cenderung lebih tinggi dibanding P0. Peningkatan jumlah anakan produktif pengaruh P1 dan P2 adalah 3.8% dan 20%. Perlakuan Trass T3 nyata lebih tinggi dibandingkan T1, sedangkan T0, T1, dan T2 tidak berbeda nyata. Peningkatan jumlah anakan produktif dari T1 ke T3, sebesar 17.5%.
Bobot jerami dan bobot gabah pada perlakuan P1 dan P2 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan P0, sedangkan P1 dengan P2 tidak berbeda nyata tetapi P2 cenderung lebih tinggi dibanding P1. Peningkatan pengaruh P1 dan P2 untuk bobot jerami adalah 108.4% dan 159.7%, dan untuk bobot gabah adalah 47.9% dan 52.1%.
12
dan Sutandi, 2004). Di dalam jaringan tanaman unsur P berperan dalam hampir semua reaksi biokimia. Peran P yang penting adalah proses penangkapan energi matahari dan kemudian mengubahnya menjadi energi biokimia. Selanjutnya Soepardi (1983) menegaskan peranan P antara lain penting untuk pertumbuhan sel, pembentukan akar halus dan rambut akar, memperkuat jerami agar tanaman tidak mudah rebah, memperbaiki kualitas tanaman, pembentukan bunga, buah, dan biji, serta memperkuat daya tahan terhadap penyakit. Fosfor juga berperan pada pertumbuhan benih, akar, bunga dan buah. Struktur perakaran yang sempurna memberikan daya serap nutrisi yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Saragih (2005) bahwa pemberian pupuk P mampu meningkatkan tinggi tanaman, bobot gabah, dan bobot jerami padi. Lebih jelas Ardi et al. (1986) menegaskan bahwa pupuk P berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.
Peningkatan jumlah anakan produktif pada perlakuan Trass karena karena Si dapat meningkatkan efisiensi fotosintesis dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit (Matichenkov dan Calvert, 2002), selain itu peran Si dalam pembentukan batang lebih dari 99% Si didistribusikan ke batang, sehingga silika mampu meningkatkan jumlah anakan produktif padi. Hal serupa ditegaskan dalam penelitian Saragih (2005) bahwa silika mampu meningkatkan jumlah anakan padi.
Al Dapat Ditukarkan dalam Tanah
Hasil analisis Al-dd tanah setelah penelitian menunjukkan perlakuan pupuk P menurunkan Al-dd , sedangkan Trass tidak memiliki pola yang jelas (Gambar 1). Pengaruh P terhadap penurunan Al-dd diduga karena terjadinya pembentukan Al-P dalam tanah sehingga Al tidak tersedia.
(a) (b)
Gambar 1. Kandungan Al-dd tanah pengaruh perlakuan Trass (a) dan pupuk P (b) Hington dan Raufach (1967) menjelaskan bahwa anion fosfat secara spesifik dierap oleh hidrous-oksida Al atau Fe. Permukaan oksida tersebut berisi molekul air (OH2) dan ion hidroksil yang berikatan dengan Al dan Fe. Dalam kasus ini
fosfor mampu bertukar dengan OH2 terkoordinasi dan teradsorbsi secara spesifik.
13
Sehingga terjadi pembentukan Al-P yang menyebabkan penurunan Al-dd tanah (Nugroho, 2009).
Analisis Si dan P-tersedia pada Tanah
Analisis Si-tersedia tanah menunjukkan bahwa Si-tersedia cenderung menurun seiring dengan penambahan dosis P, sedangkan hasil analisis P-tersedia tanah mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya dosis Trass yang diberikan (Gambar 2).
(a) (b)
Gambar 2. Pengaruh Perlakuan Trass dan Fosfor terhadap P dan Si tersedia Gambar 2 menunjukkan bahwa Si-tersedia tanah menurun pada perlakuan P1 dan P2 masing-masing sebesar 9.1% dan 22.5%, sedangkan P-tersedia tanah meningkat karena perlakuan T1, T2 dan T3 masing-masing sebesar 25%, 62.5, dan 149.4%. Penurunan Si tersedia diduga disebabkan pertukaran P yang terikat secara elektrostatis oleh ion Al atau Fe, mineral liat tanah, dan hidroksida-hidroksida Al dan Fe, maupun yang tererap secara spesifik melalui pertukaran ligan oleh anion Al sehingga Si tidak tersedia, sedangkan P menjadi lebih tersedia. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa pemberian silika mampu meningkatkan ketersediaan P. Hal ini didukung oleh peningkatan P-tersedia dengan meningkatnya dosis Trass. Menurut Nugroho (2009) pemberian Trass sebagai sumber Si dalam tanah dapat meningkatkan konsentrasi H4SiO2, namun
diikuti dengan transformasi senyawa fosfat kurang larut ke bentuk fosfat tersedia, dengan reaksi sebagai berikut :
2Al(H2PO4)3 + 2Si(OH)4 + 5 H+ Al2Si2O5 + 5H3PO4 + 5H2O (2)
2FePO4 + Si(OH)4 + 2 H+ FeSiO4 + 2H3PO4 (3)
Dengan terbentuknya fosfat tersedia maka ketersediaan P meningkat dengan pemberian Trass sedangkan Si tersedia menurun. Namun anion Si(OH)4
merupakan anion sukar larut (oksianion) dan lebih larut pada pH tinggi. Hal yang sama ditegaskan oleh Sukristiyubowo et al. (1993) bahwa penambahan bahan kapur (Trass) mampu meningkatkan P-tersedia tanah.
Serapan Silika dan Fosfor Jerami Padi
Hasil sidik ragam (Lampiran 12) serapan Si menunjukkan bahwa hanya perlakuan fosfor secara tunggal yang berpengaruh nyata sedangkan perlakuan Trass tidak berpengaruh nyata, sedangkan serapan P pengaruh perlakuan Trass
14
dan fosfor secara tunggal berpengaruh nyata. Pengaruh Trass dan pupuk P terhadap serapan hara Si dan P masing-masing disajikan pada Gambar 3 dan 4.
(a) (b)
Gambar 3. Pengaruh Trass dan Pupuk P Terhadap Serapan Hara Si
Gambar 3 menunjukkan bahwa serapan Si meningkat dengan penambahan dosis P, peningkatan pengaruh P1 dan P2 sebesar 62.07% dan 87%, sedangkan serapan Si menurun dengan penambahan dosis Trass dan penurunan serapan Si pengaruh perlakuam T1, T2, dan T3 masing-masing sebesar 0.05%, 11.11%, dan 12.5%.
Gambar 4 (a) menunjukkan bahwa serapan P meningkat karena pengaruh perlakuan T1, T2, dan T3 masing-masing sebesar 4.5%, 9.5%, dan 24.3%, sedangkan Serapan P meningkat karena pengaruh perlakuan P1 dan P2 (Gambar 4b), masing-masing sebesar 100.5% dan 142%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pupuk P mampu meningkatkan serapan Si, dengan demikian dapat diaplikasikan untuk padi. Peningkatan serapan P dengan penambahan dosis Trass dan pupuk P karena P-tersedia tanah meningkat (Gambar 2). Hara P berperan dalam pembentukan dan pertumbuhan akar, akibatnya luas serapan yang lebih besar sehingga serapan Si dan P padi meningkat. Hal ini sesuai dengan penelitian Saragih (2005) bahwa perlakuan Si mampu meningkatkan kadar P, sehingga serapan P padi meningkat.
(a) (b)
Gambar 4. Pengaruh Trass dan Pupuk P Terhadap Serapan Hara P
15
16
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pada semua variabel yang diamati tidak terdapat pengaruh interaksi antara Trass dan fosfor, namun pengaruh tunggal Trass dan pupuk P umumnya nyata pada beberapa variabel yang diamati.
Trass dan pupuk P berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan produktif yaitu Trass hanya pada perlakuan T3 meningkat sebesar 17.5% dan pupuk P pada P2 meningkat sebesar 20%, sedangkan perlakuan yang lain tidak berbeda nyata.
Pengaruh perlakuan Trass terhadap P-tersedia tanah pada T1, T2, dan T3 nyata meningkat berturut-turut sebesar 25%, 62.5, dan 149.4%. Selanjutnya serapan P perlakuan T1, T2, dan T3 nyata meningkat berturut-turut sebesar 4.5%, 9.5%, dan 24.3%.
Pupuk P berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, pengaruh P1 dan P2 berturut-turut meningkat sebesar 17.45% dan 17.6%, jumlah anakan produktif meningkat sebesar 3.8% dan 20%, bobot jerami masing-masing meningkat sebesar 108.4% dan 159.7%, dan bobot gabah masing-masing meningkat sebesar 47.9% dan 52.1%. Demikian juga serapan Si pengaruh dosis P1 dan P2 meningkat masing-masing sebesar 62.07% dan 87%, dan menurunkan Si tersedia masing-masing sebesar 9.1% dan 22.5%.
Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013.http://www.bbpadi.litbang.deptan.go.id/index.php/in/varietas-padi gogo/ 324 limboto.html. [Diakses tanggal 10 April 2013].
Anonim. 2013. http://.www.harno-blog.blogspot.com/2012/06/siklus-hidup-padi-gogo.html. [Diakses tanggal 10 April 2013]
Anonim. 2013. http://.www.ilearn.unand.ac.id/mod/resource/view.php. [Diakses tanggal 30 Juli 2013]
Atmosentono,H. 1968. Tanah Sekitar Bogor. Lembaga Penelitian Tanah, Ditjen Pertanian, Bogor.
Ardi D, Adhi W, Ningsih SJ. 1986. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk. Pusat Penelitian Tanah, Bogor. 5: 19-22
Ariestiwi DA. 2001. Perbandingan Pengaruh Kombinasi Guano Fosfat-Terak Baja dan Guano Fosfat-Kalsit Terhadap Ketersediaan P Latosol Gunung Sindur, Bogor. [skripsi]. Bogor : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bemmelem RWV. 1949. The Geology of Indonesia Volume II: Economy Geology. The Hague: Government Printing Office.
Brady NC. 1978. Soils and Rice. International Rice Reaserch Institute. Los Banos. Philippines. Fertilizer. An Introduction to Nutrient Management. Sixth ed. Prentice Hall. New Jersey. Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Leiwakabessy FM. 1988. Bahan Kuliah Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah.Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
18
Ma JF, Goto S, Tamai K., and Iichi M. 2001. Soil Fertilizer and Plant Silicon Reserch in Japan. Elseveir Science. Amsterdam.
Ma JF, Naoki Y. 2006. Silicon uptake and accumulation in higher plants.
TRENDS in Plant Science. 11(8): 392-397.
Mitami N and Ma JF. 2005. Uptake system of silicon in different plant species. J. Experimen. Bot, 56(414):1255-1261.
Mathichenkov VV, DV Calvert. 2002. Silicon as a beneficial element for sugarcane. Journal American Society of Sugarcane Technologist. 22: 21-30. Nugroho B. 2009. Peningkatan Produksi Padi Gogo dengan Aplikasi Silikat dan
fosfat serta Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskular pada Ultisol [disertasi]. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
[PPT] Pusat Penelitian Tanah. 1983. Survey kapabilitas tanah dalam klasifikasi kesesuaian lahan. Term of Reference. Type A. No. 59/1983. P3MT. PPT. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian: Kementerian Pertanian. Bogor. Indonesia.
Rajan SSS, Perrott KW, and Saunders, WMH. 1974. Identification of phosphate-reactive side of hydrous alumina from proton consumption during phosphate adsorption at constant pH value. Soil Sci. J. 25 (4) : 430-447
Sanchez, P. A. 1992. Properties and Management of Soils in Tropics. John Wiley and Sons Inc. New York.
Sanchez PA and Uehara G. 1980. Management considerations for acid soils with phosphorus fixation capacity. In. The Role of Phosporus in Agriculture. ASA-CSSA-SSSA. Madison.
Saragih JF. 2005. Pengaruh Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskular (CMA), Fosfor, dam Silika Terhadap Pertumbuhan Padi Gogo pada Ultisol Jasinga [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sukristiyubowo, Mulyadi, Wigena P, Kasno A. 1993. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk. Pusat Penelitian Agroklimat, Bogor. 11: 1-4
Savant NK, Gaspar HK, Lawrence ED, and George HS. 1999. Silicon nutrition and sugarcane production : a review. Journal Plant Nutrition. 22(12):1853-1903.
Silva JA. 1971. Possible mechanism for crop response to silicate application. Proc. Int. Symp. At Soil Fert.Eval. New Delhi. 1 : 805-814
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soepraptohardjo M. 1961. Jenis-jenis Tanah di Indonesia. Lembaga Penelitian Tanah. Bogor.
Tisdale, S.L., W.L. Nelson and J.D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers.
4th ed. The Macmillan Publishing Company. New York.
Yon, R. Md. 1994. Introduction. p. 1-4. In. : R. Md. Yon (Ed). Papaya Fruit Development, Postharvest, Physiology, Handling and Market in ASEAN Yoshida S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. The International Rice
19
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (PPT, 1983)
20
Lampiran 3. Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P terhadap Rata-rata Tinggi Tanaman Minggu ke-10
Lampiran 4. Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P Terhadap Jumlah Anakan Produktif Minggu ke-15
Perlakuan Ulangan Rata-Rata
1 2 3
……….…….cm………
T0P0 55.80 64.80 70.00 63.53
T0P1 74.78 81.43 72.56 76.25
T0P2 77.63 81.33 75.40 78.12
T1P0 68.63 64.13 64.63 65.79
T1P1 74.00 86.57 75.63 78.73
T1P2 76.67 80.67 80.00 79.11
T2P0 69.13 64.22 67.75 67.03
T2P1 73.78 75.44 83.67 77.63
T2P2 78.00 73.30 80.11 77.14
T3P0 68.44 68.78 64.90 67.37
T3P1 74.88 78.78 77.44 77.03
T3P2 79.70 70.80 76.60 75.70
Perlakuan Ulangan Rata-rata
1 2 3
……….…….batang/pot………
T0P0 8 8 9 8.33
T0P1 8 8 8 8.00
T0P2 8 9 10 9.00
T1P0 6 8 8 7.33
T1P1 8 6 8 7.33
T1P2 9 11 8 9.33
T2P0 8 8 7 7.67
T2P1 9 9 9 9.00
T2P2 9 10 9 9.33
T3P0 8 8 10 8.67
T3P1 10 9 9 9.33
21
Lampiran 5. Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P Terhadap Bobot Jerami Kering
Lampiran 6. Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P Terhadap Bobot Gabah Kering
Perlakuan Ulangan Rata-rata
1 2 3
……….…….g………
T0P0 12.27 16.41 14.2 14.29
T0P1 25.02 31.59 29.22 28.61
T0P2 26.1 28.7 30.79 28.53
T1P0 12.03 10.11 13.55 11.90
T1P1 21.83 21.05 32.84 25.24
T1P2 55.55 24.96 25.35 35.29
T2P0 20.22 13.43 12.55 15.40
T2P1 23.76 44.79 26.84 31.80
T2P2 25.22 30.55 25.58 27.12
T3P0 14.96 13.69 16.15 14.93
T3P1 31.63 30.58 34.25 32.15
T3P2 28.08 29.82 30.45 29.45
Perlakuan Ulangan Rata-rata
1 2 3
……….…….g………
T0P0 4.93 8.88 7.43 7.08
T0P1 8.04 12.04 10.84 10.31
T0P2 12.94 11.39 9.32 11.22
T1P0 5.94 6.85 5.1 5.96
T1P1 9.65 9.93 7.7 9.09
T1P2 10.48 11.95 12.17 11.53
T2P0 7.35 7.51 7.07 7.31
T2P1 8.4 9.73 13.21 10.45
T2P2 12.04 7.64 9.02 9.57
T3P0 7.48 8.18 8.42 8.03
T3P1 13.18 9.18 13.66 12.01
22
Lampiran 7. Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P Terhadap Kadar Silika Jerami Padi
Lampiran 8. Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P Terhadap Kadar Fosfor Jerami Padi
Perlakuan Ulangan Rata-rata
1 2 3
……….…….%………
T0P0 12.58 13.21 10.48 12.09
T0P1 10.98 12.00 10.37 11.12
T0P2 9.97 10.34 10.09 10.13
T1P0 12.60 11.89 10.39 11.63
T1P1 12.26 10.90 10.20 11.12
T1P2 9.89 10.48 8.57 9.64
T2P0 9.19 11.44 11.00 10.55
T2P1 8.12 9.19 8.56 8.62
T2P2 9.66 7.82 8.79 8.76
T3P0 6.77 8.36 9.66 8.26
T3P1 6.04 8.37 9.10 7.84
T3P2 8.01 9.70 5.00 7.57
Perlakuan Ulangan Rata-rata
1 2 3
……….…….% ………
T0P0 0.30 0.31 0.29 0.30
T0P1 0.37 0.29 0.29 0.32
T0P2 0.37 0.30 0.30 0.33
T1P0 0.38 0.30 0.42 0.36
T1P1 0.37 0.42 0.38 0.39
T1P2 0.37 0.35 0.41 0.38
T2P0 0.38 0.35 0.37 0.37
T2P1 0.38 0.35 0.32 0.35
T2P2 0.38 0.44 0.49 0.44
T3P0 0.37 0.36 0.44 0.39
T3P1 0.38 0.38 0.41 0.39
23
Lampiran 9. Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P Terhadap Serapan Si
Perlakuan Ulangan Rata-rata
1 2 3
……….…….g/pot………
T0P0 1.24 1.28 1.33 1.28 T0P1 2.00 2.37 1.85 2.07 T0P2 2.16 2.17 1.84 2.06 T1P0 1.00 1.12 1.12 1.08 T1P1 1.93 2.00 2.01 1.98 T1P2 1.89 2.75 1.74 2.13 T2P0 1.07 1.34 1.23 1.21 T2P1 1.40 2.01 1.84 1.75 T2P2 1.96 1.71 2.05 1.91 T3P0 0.85 1.06 1.27 1.06 T3P1 1.33 1.74 2.05 1.71 T3P2 1.70 2.16 2.27 2.04
Lampiran 10. Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P Terhadap Serapan Fosfor
Perlakuan Ulangan Rata-Rata
1 2 3
……….…….mg/pot………
24
Lampiran 11. Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P Terhadap Sifat Kimia Latosol Gunung Sindur Setelah Percobaan
Perlakuan pH Al-dd (me/100 g tanah)
P (ppm)
Si (ppm)
T0P0 5.1 1.78 6.56 2.23
T0P1 5.1 1.78 7.70 1.92
T0P2 5.1 1.58 8.85 1.82
T1P0 5 1.58 8.20 2.40
T1P1 5.1 1.38 9.67 1.70
T1P2 5.1 1.38 10.98 1.62
T2P0 5 1.78 10.66 1.83
T2P1 5.1 1.78 10.98 1.77
T2P2 5.2 1.78 11.64 1.68
T3P0 5.1 1.78 14.10 1.85
T3P1 5 1.58 14.75 1.73
25
Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam
sumber keragaman Db JK KT F-hit JK KT F-hit F tabel 0.05 0.01 Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P Terhadap tinggi tanaman
minggu ke-10
Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P Terhadap jumlah anakan produktif minggu ke-15
T 3 17.87 5.96 0.33 9.86 3.29 3.59* 3.01 4.72 P 2 1063.89 531.94 29.71* 16.89 8.44 9.21* 3.40 5.61 PxT 6 38.20 6.37 0.36 4.22 0.70 0.77 2.51 3.67 Galat 24 429.77 17.91 22.00 0.92
Total 35 1549.73 52.97 Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P Terhadap Bobot Jerami
Kering
Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P Terhadap Bobot Gabah Kering
T 3 15.19 5.06 0.08 3 11.75 3.92 1.22 4.72 P 2 1959.90 979.95 14.64* 2 102.22 51.11 15.94* 5.61 PxT 6 216.43 36.07 0.54 6 14.57 2.43 0.76 3.67 Galat 24 1074.78 44.78 24 76.97 3.21
Total 35 3266.30 35 205.50 Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P Terhadap Kadar Silika
Jerami Padi
Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P Terhadap Serapan Si
T 59.39 19.80 12.53* 3.01 3 0.80 0.27 2.46 4.72 P 15.66 7.83 4.96* 3.40 2 4.67 2.34 21.54* 5.61 PxT 4.12 0.69 0.43 2.51 6 0.39 0.07 0.60 3.67 Galat 37.92 1.58 24 2.60 0.11
2
26
Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P Terhadap Kadar Fosfor
Jerami Padi Pengaruh Pemberian Trass dan Pupuk P Terhadap Serapan P T 0.042 0.014 9.155* 3.01 0.0056 0.0019 6.5192* 3.01 4.72 P 0.011 0.006 3.629* 3.40 0.0122 0.0061 21.2924* 3.40 5.61 PxT 0.009 0.001 0.973 2.51 0.0014 0.0002 0.7953 2.51 3.67 Galat 0.037 0.002 0.0068 0.0003
Total 0.098 0.0259
27
2
26
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sihepeng Kec. Siabu Kab. Mandailing Natal, Sumatra Utara pada tanggal 18 Pebruari 1989. Penulis adalah anak ke empat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Erwin Siregar dan Ibu Nursabedah Dalimunthe. Penulis menyelesaikan Pendidikan Dasar di SDN 2 Sihepeng Kec. Siabu pada tahun 2002 dan Pendidikan Menengah Pertama diselesaikan pada tahun 2005 di SMPN 2 Siabu. Pendidikan Menengah Atas diselesaikan pada tahun 2008 di SMAN 1 Padangsidimpuan.