• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketahanan Korosi Logam KS 01 Terlapis Komposit Ni-kitosan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ketahanan Korosi Logam KS 01 Terlapis Komposit Ni-kitosan"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

2

ABSTRAK

ARDITA WULANDARI. Ketahanan Korosi Logam KS 01 Terlapis Komposit

Ni-Kitosan. Dibimbing oleh SRI SUGIARTI dan SULISTIOSO GIAT

SUKARYO.

Logam KS 01 adalah salah satu jenis baja karbon-rendah yang mudah

mengalami korosi. Oleh karena itu, diperlukan suatu cara untuk meningkatkan

ketahanan korosi dengan pemberian lapisan pelindung, antara lain dengan

komposit Ni-kitosan. Nisbah massa padatan atau larutan terhadap kitosan dalam

komposit yang digunakan adalah 4:1, 3:2, dan 2:3. Uji konduktivitas

membuktikan bahwa film kitosan merupakan isolator, sedangkan komposit Ni

0

-kitosan

dan Ni

2+

-kitosan merupakan semikonduktor. Laju korosi diamati dalam

medium air. Laju korosi logam KS 01 yang lebih rendah dibandingkan dengan

logam tanpa lapisan pelindung diperoleh pada komposisi 4:1 (padatan), 3:2

(padatan), dan 4:1 (larutan) dengan nilai laju korosi berturut-turut sebesar 36.322,

49.276, dan 52.324 µm/tahun.

ABSTRACT

ARDITA WULANDARI. Corrosion Resistance of KS 01 Coated by Ni-Chitosan

Composite. Supervised by SRI SUGIARTI and SULISTIOSO GIAT SUKARYO.

(2)

PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan industri dan kemajuan teknologi, penggunaan logam tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Salah satu logam yang dapat digunakan adalah baja karbon. Kelebihan baja karbon antara lain mempunyai sifat mekanik dan menahan beban yang cukup baik, serta harganya yang relatif murah. Baja karbon terdiri atas 3 jenis berdasarkan kandungan jumlah karbonnya, yaitu baja karbon tinggi, baja karbon sedang, dan baja karbon rendah. Namun, baja karbon rendah memiliki kelemahan, yakni mudah mengalami korosi (Umiati 2008). Logam KS 01 termasuk baja karbon rendah yang merupakan salah satu produksi PT Krakatau Steel. Logam ini bukan baja nirkarat sehingga mudah mengalami korosi.

Korosi merupakan proses degradasi material yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan sekitar seperti udara, tanah, air, dan cahaya matahari. Salah satu cara yang digunakan untuk mencegah terjadinya korosi adalah dengan memberikan lapisan pelindung. Pelapisan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain electroplating, pengecatan, dan dip coating. Metode dip coating

merupakan metode pelapisan dengan cara pencelupan bahan ke dalam suatu larutan selama waktu tertentu sampai seluruh bahan basah kemudian bahan diangkat dari wadah. Keuntungan metode ini adalah peralatan yang digunakan cukup sederhana (Fang et al.

2008).

Vathsala et al. (2010) telah melakukan pelapisan komposit logam dengan biopolimer, yaitu Zn-kitosan, yang menunjukkan bahwa laju korosi baja yang dilapisi komposit Zn-kitosan lebih rendah daripada baja yang hanya dilapisi oleh Zn. Selain itu, Szeptycka dan Midzialek (2007) mengkaji pengaruh ketahanan korosi nanokomposit Ni-PTFE (politetrafluoroetilena) yang dibandingkan dengan nikel dan disimpulkan bahwa nanokomposit Ni-PTFE lebih tahan korosi. Oleh karena itu, penelitian ini membuat komposit dengan menggunakan biopolimer, yaitu kitosan dan logam transisi lain yang mempunyai ketahanan korosi lebih baik, yaitu nikel. Selain itu, pemakaian garam nikel (NiCl2•6H2O) menyebabkan terbentuknya

komposit bermuatan sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai bahan konduktor atau semikonduktor. Dugaan hal tersebut dapat dibuktikan dengan pengukuran konduktivitas.

Nikel merupakan logam yang banyak digunakan dalam industri pelapisan logam. Nikel memiliki sifat tahan terhadap korosi, kekuatan dan kekerasan yang cukup, serta daya hantar listrik yang baik (Prayitno 2005). Biopolimer juga dapat digunakan sebagai lapisan antikorosi untuk logam. Kitosan merupakan biopolimer yang dapat digunakan untuk menghambat korosi. Sifat kimia kitosan antara lain merupakan poliamina linear (Gambar 1), mempunyai gugus amino dan hidroksil yang reaktif, serta dapat membentuk kelat dengan ion logam transisi (Dutta et al.

2004). Penelitian ini bertujuan meningkatkan ketahanan korosi logam KS 01 serta mencirikan komposit Ni-kitosan.

Gambar 1 Struktur kitosan.

METODE

Bahan dan Alat

Kitosan yang digunakan diperoleh dari hasil sintesis salah satu staff Departemen Kimia, FMIPA, IPB. Selain itu, bahan-bahan lainnya adalah asam asetat 1% (pro analysis), nikel serbuk (Merck), NiCl2•6H2O (Fisher

Scientific), logam KS 01, NaOH 40 % (pro analysis), dan etanol 96 % (teknis).

Alat-alat yang digunakan adalah kertas abrasif grift.120 dan 240, mikroskop elektron payaran (SEM), difraksi sinar-X (XRD), LCR meter, dan potensiostat/galvanostat model 273.

Lingkup Kerja

Penelitian ini terbagi menjadi 4 tahapan (Lampiran 1). Tahap pertama adalah pembuatan komposit Ni-kitosan; tahap kedua adalah analisis, meliputi pencirian mikrostruktur (SEM), analisis fase (XRD), serta uji konduktivitas; tahap ketiga yaitu pelapisan komposit Ni-kitosan pada logam KS 01; dan tahap terakhir adalah uji korosi.

Pembuatan Larutan Kitosan (Modifikasi Shi et al. 2005)

Sebanyak 3 g kitosan dilarutkan dalam asam asetat 1% diaduk sampai larut selama 3 jam. Larutan kitosan tersebut didiamkan

(3)

PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan industri dan kemajuan teknologi, penggunaan logam tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Salah satu logam yang dapat digunakan adalah baja karbon. Kelebihan baja karbon antara lain mempunyai sifat mekanik dan menahan beban yang cukup baik, serta harganya yang relatif murah. Baja karbon terdiri atas 3 jenis berdasarkan kandungan jumlah karbonnya, yaitu baja karbon tinggi, baja karbon sedang, dan baja karbon rendah. Namun, baja karbon rendah memiliki kelemahan, yakni mudah mengalami korosi (Umiati 2008). Logam KS 01 termasuk baja karbon rendah yang merupakan salah satu produksi PT Krakatau Steel. Logam ini bukan baja nirkarat sehingga mudah mengalami korosi.

Korosi merupakan proses degradasi material yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan sekitar seperti udara, tanah, air, dan cahaya matahari. Salah satu cara yang digunakan untuk mencegah terjadinya korosi adalah dengan memberikan lapisan pelindung. Pelapisan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain electroplating, pengecatan, dan dip coating. Metode dip coating

merupakan metode pelapisan dengan cara pencelupan bahan ke dalam suatu larutan selama waktu tertentu sampai seluruh bahan basah kemudian bahan diangkat dari wadah. Keuntungan metode ini adalah peralatan yang digunakan cukup sederhana (Fang et al.

2008).

Vathsala et al. (2010) telah melakukan pelapisan komposit logam dengan biopolimer, yaitu Zn-kitosan, yang menunjukkan bahwa laju korosi baja yang dilapisi komposit Zn-kitosan lebih rendah daripada baja yang hanya dilapisi oleh Zn. Selain itu, Szeptycka dan Midzialek (2007) mengkaji pengaruh ketahanan korosi nanokomposit Ni-PTFE (politetrafluoroetilena) yang dibandingkan dengan nikel dan disimpulkan bahwa nanokomposit Ni-PTFE lebih tahan korosi. Oleh karena itu, penelitian ini membuat komposit dengan menggunakan biopolimer, yaitu kitosan dan logam transisi lain yang mempunyai ketahanan korosi lebih baik, yaitu nikel. Selain itu, pemakaian garam nikel (NiCl2•6H2O) menyebabkan terbentuknya

komposit bermuatan sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai bahan konduktor atau semikonduktor. Dugaan hal tersebut dapat dibuktikan dengan pengukuran konduktivitas.

Nikel merupakan logam yang banyak digunakan dalam industri pelapisan logam. Nikel memiliki sifat tahan terhadap korosi, kekuatan dan kekerasan yang cukup, serta daya hantar listrik yang baik (Prayitno 2005). Biopolimer juga dapat digunakan sebagai lapisan antikorosi untuk logam. Kitosan merupakan biopolimer yang dapat digunakan untuk menghambat korosi. Sifat kimia kitosan antara lain merupakan poliamina linear (Gambar 1), mempunyai gugus amino dan hidroksil yang reaktif, serta dapat membentuk kelat dengan ion logam transisi (Dutta et al.

2004). Penelitian ini bertujuan meningkatkan ketahanan korosi logam KS 01 serta mencirikan komposit Ni-kitosan.

Gambar 1 Struktur kitosan.

METODE

Bahan dan Alat

Kitosan yang digunakan diperoleh dari hasil sintesis salah satu staff Departemen Kimia, FMIPA, IPB. Selain itu, bahan-bahan lainnya adalah asam asetat 1% (pro analysis), nikel serbuk (Merck), NiCl2•6H2O (Fisher

Scientific), logam KS 01, NaOH 40 % (pro analysis), dan etanol 96 % (teknis).

Alat-alat yang digunakan adalah kertas abrasif grift.120 dan 240, mikroskop elektron payaran (SEM), difraksi sinar-X (XRD), LCR meter, dan potensiostat/galvanostat model 273.

Lingkup Kerja

Penelitian ini terbagi menjadi 4 tahapan (Lampiran 1). Tahap pertama adalah pembuatan komposit Ni-kitosan; tahap kedua adalah analisis, meliputi pencirian mikrostruktur (SEM), analisis fase (XRD), serta uji konduktivitas; tahap ketiga yaitu pelapisan komposit Ni-kitosan pada logam KS 01; dan tahap terakhir adalah uji korosi.

Pembuatan Larutan Kitosan (Modifikasi Shi et al. 2005)

Sebanyak 3 g kitosan dilarutkan dalam asam asetat 1% diaduk sampai larut selama 3 jam. Larutan kitosan tersebut didiamkan

(4)

2

semalam kemudian ditera hingga volume 100 mL.

Pembuatan Komposit Ni-kitosan (Ni

Serbuk)

Nikel dicampurkan dengan kitosan 3% yang telah dibuat dengan nisbah massa nikel dengan kitosan 4:1, 3:2, dan 2:3. Setelah itu, diaduk dengan kecepatan 300 rpm selama 2 jam.

Pembuatan Komposit Ni-kitosan

(NiCl2•6H2O)

Padatan NiCl2•6H2O serbuk dicampurkan

dengan kitosan 3% dengan nisbah massa NiCl2•6H2O dan kitosan sebesar 4:1, 3:2, dan

2:3. Setelah itu, diaduk sampai homogen dengan kecepatan 300 rpm selama 2 jam.

Larutan NiCl2•6H2O 3% juga dibuat

dengan melarutkan 3 g NiCl2•6H2O dengan

air sampai volumenya 100 mL. Kemudian larutan ini dicampurkan dengan kitosan 3% dengan nisbah massa NiCl2•6H2O dengan

kitosan 4:1, 3:2, dan 2:3. Setelah itu, diaduk sampai homogen dengan kecepatan 300 rpm selama 2 jam.

Preparasi Logam KS 01

Logam KS 01 dipotong berbentuk lingkaran dengan diameter 1.5 cm, lalu diampelas dengan kertas abrasif grift 120 dan 240. Setelah itu dicuci dengan etanol 96% lalu direndam dalam NaOH 40%.

Pelapisan Komposit Ni-kitosan pada

Logam KS 01 dengan Metode Dip Coating

(Fang et al. 2008)

Sebelum logam dilapisi, terlebih dahulu dicuci kembali dengan etanol 96%. Setelah bersih, logam dicelupkan ke dalam komposit yang telah dibuat. Kemudian logam diangkat dan dikeringkan dalam inkubator pada suhu 35 °C selama 1.5 jam. Selain komposit Ni-kitosan, dibuat pula logam yang dilapisi dengan kitosan.

Pencirian Komposit Ni-kitosan

Pencirian komposit Ni-kitosan terdiri atas analisis fase menggunakan XRD, analisis permukaan menggunakan SEM, dan uji konduktivitas menggunakan alat LCR meter(Gambar 2). Analisis fase dilakukan pada kitosan dan komposit Ni-kitosan. Sementara itu, analisis permukaan dilakukan pada film kitosan 3% dan komposit Ni-kitosan untuk mengamati mikrostruktur dan

permukaannya. Komposit Ni-kitosan dipotong dengan luas 1 cm2, lalu sampel dijepitkan pada alat. Konduktivitas sampel diukur pada variasi tegangan 2-5 V dengan selang 0,5 V.

Gambar 2 LCR meter.

Pengujian Laju Korosi (ASTM G 102-89)

Pengujian laju korosi dilakukan dengan alat potensiostat/galvanostat, dengan medium air PAM. Sampel yang diuji adalah logam KS 01 yang dilapisi maupun yang tidak dilapisi komposit Ni-kitosan, serta logam yang hanya dilapisi kitosan 3%. Sampel dimasukkan ke dalam tempat sampel dan dirangkai dengan elektrode kerja, elektrode pembantu, dan elektrode acuan pada labu uji (sel 3 elektrode) yang telah berisi air PAM sebagai medium korosi sebanyak 600 mL. Rangkaian sel 3 elektrode tersebut dihubungkan dengan Potensiostat/Galvanostat model 273 (Gambar 3) kemudian laju korosinya diukur.

Gambar 3 Potensiostat/Galvanostat model 273.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Logam KS 01

(5)

2

semalam kemudian ditera hingga volume 100 mL.

Pembuatan Komposit Ni-kitosan (Ni

Serbuk)

Nikel dicampurkan dengan kitosan 3% yang telah dibuat dengan nisbah massa nikel dengan kitosan 4:1, 3:2, dan 2:3. Setelah itu, diaduk dengan kecepatan 300 rpm selama 2 jam.

Pembuatan Komposit Ni-kitosan

(NiCl2•6H2O)

Padatan NiCl2•6H2O serbuk dicampurkan

dengan kitosan 3% dengan nisbah massa NiCl2•6H2O dan kitosan sebesar 4:1, 3:2, dan

2:3. Setelah itu, diaduk sampai homogen dengan kecepatan 300 rpm selama 2 jam.

Larutan NiCl2•6H2O 3% juga dibuat

dengan melarutkan 3 g NiCl2•6H2O dengan

air sampai volumenya 100 mL. Kemudian larutan ini dicampurkan dengan kitosan 3% dengan nisbah massa NiCl2•6H2O dengan

kitosan 4:1, 3:2, dan 2:3. Setelah itu, diaduk sampai homogen dengan kecepatan 300 rpm selama 2 jam.

Preparasi Logam KS 01

Logam KS 01 dipotong berbentuk lingkaran dengan diameter 1.5 cm, lalu diampelas dengan kertas abrasif grift 120 dan 240. Setelah itu dicuci dengan etanol 96% lalu direndam dalam NaOH 40%.

Pelapisan Komposit Ni-kitosan pada

Logam KS 01 dengan Metode Dip Coating

(Fang et al. 2008)

Sebelum logam dilapisi, terlebih dahulu dicuci kembali dengan etanol 96%. Setelah bersih, logam dicelupkan ke dalam komposit yang telah dibuat. Kemudian logam diangkat dan dikeringkan dalam inkubator pada suhu 35 °C selama 1.5 jam. Selain komposit Ni-kitosan, dibuat pula logam yang dilapisi dengan kitosan.

Pencirian Komposit Ni-kitosan

Pencirian komposit Ni-kitosan terdiri atas analisis fase menggunakan XRD, analisis permukaan menggunakan SEM, dan uji konduktivitas menggunakan alat LCR meter(Gambar 2). Analisis fase dilakukan pada kitosan dan komposit Ni-kitosan. Sementara itu, analisis permukaan dilakukan pada film kitosan 3% dan komposit Ni-kitosan untuk mengamati mikrostruktur dan

permukaannya. Komposit Ni-kitosan dipotong dengan luas 1 cm2, lalu sampel dijepitkan pada alat. Konduktivitas sampel diukur pada variasi tegangan 2-5 V dengan selang 0,5 V.

Gambar 2 LCR meter.

Pengujian Laju Korosi (ASTM G 102-89)

Pengujian laju korosi dilakukan dengan alat potensiostat/galvanostat, dengan medium air PAM. Sampel yang diuji adalah logam KS 01 yang dilapisi maupun yang tidak dilapisi komposit Ni-kitosan, serta logam yang hanya dilapisi kitosan 3%. Sampel dimasukkan ke dalam tempat sampel dan dirangkai dengan elektrode kerja, elektrode pembantu, dan elektrode acuan pada labu uji (sel 3 elektrode) yang telah berisi air PAM sebagai medium korosi sebanyak 600 mL. Rangkaian sel 3 elektrode tersebut dihubungkan dengan Potensiostat/Galvanostat model 273 (Gambar 3) kemudian laju korosinya diukur.

Gambar 3 Potensiostat/Galvanostat model 273.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Logam KS 01

(6)

3

Tabel 1 Komposisi logam KS 01 Unsur Persentase

Cr 1.2

Ni 0.24

Mn 1.82

Si 0.3

P 0.06

S 0.016

C 0.1

Mo 0.03

Al 0.027

Cu 0.049

Ti 0.118

V 0.006

Fe 96.034

Preparasi logam KS 01 meliputi pengampelasan, pencucian dengan etanol, dan perendaman dalam larutan NaOH 40%. Pengampelasan bertujuan menghilangkan produk korosi yang terbentuk dan meratakan permukaan logam. Pencucian dilakukan dengan etanol agar permukaan cepat kering dan untuk menghilangkan kotoran setelah pengampelasan yang dapat mengganggu proses pelapisan maupun pengujian laju korosi. Selain itu, logam direndam dalam NaOH (Lu Xiong et al. 2007) untuk meningkatkan kehidrofilikan logam. Sebelum preparasi, terdapat karat pada permukaan logam KS 01 (Gambar 4a), tetapi setelah preparasi logam bersih dari karat (Gambar 4b).

(a) (b)

Gambar 4 Logam KS 01 sebelum preparasi (a) dan setelah preparasi (b).

Komposit Ni-kitosan

Komposit terbuat dari dua atau lebih material membentuk material baru, yang menggabungkan sifat yang diinginkan dari komponennya masing-masing (Hunt 2003). Kitosan berperan sebagai substrat, sedangkan nikel berperan sebagai matriksnya. Kitosan merupakan senyawa organik yang larut dalam asam organik dan tidak larut dalam air, alkohol, dan aseton (Sugita et al. 2009). Kitosan akan mengembang saat dilarutkan dalam asam asetat. Nikel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 2 jenis, yakni berupa nikel serbuk (Ni0) dan NiCl2•6H2O

(Ni2+). Metode yang umum digunakan untuk pelapisan nikel adalah eletrokimia. Namun, dalam penelitian ini menggunakan metode dip coating karena peralatan dan metodenya yang sederhana.

Komposit Ni0-kitosan berwarna hitam dan nikel tidak larut dalam kitosan. Interaksi yang terjadi dalam komposit adalah interaksi fisik, yaitu sebagian nikel dijerap oleh kitosan. Hasil tersebut dikuatkan oleh hasil penelitian Meriatna (2008) bahwa membran kitosan dapat digunakan sebagai adsorben logam Cr dan Ni. Selain itu, juga terjadi interaksi kimia karena nikel memiliki orbital kosong berenergi rendah pada sub kulit 3d dan 4p

yang dapat diisi oleh elektron bebas dari donor pasangan elektron seperti gugus amino dan hidroksil sehingga membentuk suatu kompleks koordinasi. Namun, komposit Ni2+ -kitosan dapat membentuk kompleks antara kitosan dan ion nikel. Kitosan berperan sebagai ligan dan ion nikel sebagai atom pusat. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pasangan elektron bebas pada atom oksigen dan nitrogen pada molekul kitosan sehingga kitosan bertindak sebagai pendonor pasangan elektron bebas (basa Lewis) dan ion nikel sebagai akseptor pasangan elektron bebas (asam Lewis). Menurut Popuri et al. (2009), kitosan yang dilapisi manik-manik PVC (polivinil klorida) dapat digunakan sebagai biosorben untuk menghilangkan ion tembaga(II) dan nikel(II) dalam larutan berair sehingga kitosan juga dapat menjerap ion Ni2+ yang dilarutkan.

Gambar 5 Hasil SEM film kitosan 3% dengan perbesaran 2000×.

(7)

4

optimum. Gambar 6(b) adalah hasil SEM komposit Ni2+ padatan-kitosan menunjukkan adanya garis-garis terang yang merupakan padatan NiCl2•6H2O. Kitosan sebagai latar

belakang berwarna lebih pudar karena padatan NiCl2•6H2O larut dalam kitosan (Gambar 6b).

Adanya air sebagai pelarut NiCl2•6H2O dalam

komposit Ni2+ larutan-kitosan (Gambar 6c) memperlihatkan garis-garis yang berwarna pudar serta menyebabkan terbentuknya gelembung-gelembung udara pada permukaan. Selain itu, kitosan sebagai latar belakang berwarna lebih terang (Gambar 6c) juga karena pengaruh adanya air. Adanya rengkahan yang berupa garis-garis dalam komposit Ni2+-kitosan membuat lapisan menjadi keras dibandingkan dengan lapisan kitosan. Hal tersebut dapat melindungi logam dari goresan. Komposit Ni0-kitosan dan komposit Ni2+-kitosan terbukti sebagai komposit karena hasil SEM kedua komposit tersebut menunjukkan komponen-komponen penyusunnya.

(a)

(b)

(c)

Gambar 6 Hasil SEM komposit Ni0-kitosan perbesaran 1000× (a), Ni2+ padatan-kitosann perbesaran 2700× (b), dan Ni2+ larutan-kitosan perbesaran 2000× (c).

Analisis Fase

Analisis fase dengan difraksi sinar-X menggunakan panjang gelombang Cu (Kα), yaitu 1.540 nm, yang sama dengan data difraktogram pada JCPDS (Joint Committee on Powder Diffraction Standards). Difraktogram kitosan serbuk yang dibentuk pelet memiliki puncak tertinggi pada sudut 2θ 10.364° dan 19.983° (Gambar 7) dengan nilai

d masing-masing sebesar 8.5253 dan 4.4379 nm. Pola difraksi kitosan tidak memiliki puncak-puncak yang spesifik, karena kitosan bersifat amorf. Pola difraktogram komposit Ni0-kitosan ditunjukkan pada Gambar 8 yang mempunyai puncak spesifik pada sudut 2θ 44.935° dan 52.250°. Puncak-puncak tersebut merupakan difraktogram spesifik dari nikel sesuai dengan JCPDS (Lampiran 2). Pola difraksi kitosan masih terlihat, tetapi tidak sama dengan dengan difraktogram awal karena kitosan telah dilarutkan dalam asam asetat.

Gambar 7 Pola difraktogram kitosan.

Gambar 8 Pola difraktogram komposit Ni0 -kitosan.

Difraktogram komposit Ni2+ padatan- kitosan tidak memiliki puncak yang spesifik,

tetapi pada sudut 2θ 11.584°; 12.478°;

14.537°; 24.101°; dan 35.561° (Lampiran 3) intensitasnya cukup tinggi dibandingkan dengan puncak pada 2θ lainnya (Gambar 9a). Difraktogram komposit Ni2+ larutan-kitosan (Gambar 9b) juga tidak mempunyai puncak yang spesifik, tetapi intensitas yang cukup

tinggi terdapat pada 2θ 19.576°; 22.394°; dan

0 50 100 150 200 250 300 350

0 10 20 30 40 50 60 70

In te n sit as 0 100 200 300 400 500 600

0 10 20 30 40 50 60 70

(8)

5

28.029° (Lampiran 3). Difraktogram kristal NiCl2•6H2O (Lampiran 4) tidak terlihat dalam

komposit Ni2+-kitosan karena kristal telah larut. Namun, pola difraktogram Ni2+ larutan-kitosan menghasilkan puncak-puncak yang lebih baik dibandingkan dengan komposit Ni2+ padatan-kitosan, karena padatan NiCl2•6H2O terlebih dahulu dilarutkan dalam

air sehingga lebih mudah berinteraksi ketika dicampurkan dengan kitosan.

(a)

(b)

Gambar 9 Pola difraktogram komposit Ni2+ padatan-kitosan (a) dan Ni2+ larutan-kitosan (b).

Konduktivitas Komposit Ni-kitosan

Konduktivitas listrik merupakan sifat suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik. Faktor-faktor yang mempengaruhi konduktivitas listrik antara lain konsentrasi atau jumlah ion, mobilitas ion, tingkat oksidasi, serta suhu. Pengujian konduktivitas dilakukan pada film kitosan dan ketiga sampel komposit Ni-kitosan, yaitu Ni0, Ni2+ padatan, dan Ni2+ larutan.

Hubungan antara konduktivitas dan tegangan dapat berubah-ubah, tetapi ada pula yang linear bergantung pada material. Penggunaan tegangan antara 2 sampai 5 V untuk melihat pola konduktivitas komposit Ni-kitosan. Berdasarkan Gambar 10 terlihat bahwa semakin tinggi tinggi tegangan yang

diberikan, konduktivitas komposit Ni-kitosan cenderung menurun.

Gambar 10 Hubungan antara tegangan dan konduktivitas komposit Ni0 -kitosan pada nisbah 4:1 (♦); 3:2 (); dan 2:3 (▲), komposit Ni2+ padatan-kitosan pada nisbah 4:1 (×); 3:2 (); dan 2:3 (●) serta komposit Ni2+ padatan-kitosan pada nisbah 4:1(ǀ), 3:2 ( ), dan 2:3 ( ).

Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa nilai konduktivitas tertinggi terdapat pada komposit Ni2+ larutan-kitosan 2:3 kemudian 4:1 (Ni2+ padatan), 3:2 (Ni2+ larutan), 4:1 (Ni2+ larutan), dan 3:2 (Ni2+ padatan) (Lampiran 5). Nilai konduktivitas yang tinggi tersebut karena pengaruh adanya ion Ni2+ dan Cl-, semakin banyak kandungan garam nikel maka nilai kondukivitasnya akan lebih besar. Hal tersebut berlaku untuk komposit Ni2+ padatan-kitosan. Namun, nilai konduktivitas komposit Ni2+ larutan-kitosan dengan komposisi nikel yang lebih besar ternyata lebih rendah dibandingkan komposisi kitosan yang lebih besar.

Keterangan:

V : tegangan (V)

I : arus listrik (A)

R : hambatan listrik (Ω)

L : panjang penghantar (m) : konduktivitas (S)

A : luas penampang penghantar (m2)

Nilai konduktivitas ketiga komposit Ni-kitosan lebih kecil dibandingkan dengan nilai hambatan serinya. Hambatan seri adalah hambatan disusun tanpa adanya percabangan dan dapat diukur dari nilai konduktivitasnya. Hubungan antara nilai konduktivitas berbanding terbalik dengan hambatan 0 10 20 30 40 50 60

0 10 20 30 40 50 60 70

In te n sit as 0 20 40 60 80 100 120

0 10 20 30 40 50 60 70

In te n sit as 0,00E+00 1,00E-05 2,00E-05 3,00E-05 4,00E-05 5,00E-05 6,00E-05 7,00E-05

0 1 2 3 4 5 6

(9)

6

listriknya. Namun, komposit Ni0-kitosan nilai konduktivitasnya sangat kecil karena tidak adanya muatan dalam komposit tersebut. Menurut Irzaman et al. (2010), suatu material semikonduktor mempunyai selang konduktivitas antara 10-8−10-5 S. Dengan demikian, komposit Ni2+-kitosan dan komposit Ni0-kitosan berpotensi sebagai bahan pembentuk semikonduktor. Konduktivitas kitosan sebesar 1.10104 S yang nilainya pada semua tegangan sama dan sama dengan hambatan serinya. Hal ini menunjukkan bahwa alat tidak dapat membaca konduktivitas kitosan karena nilainya yang sangat kecil sehingga dapat dikatakan bahwa kitosan bersifat resistif.

Ketahanan Korosi

Pengujian laju korosi baja dilakukan dalam medium air menggunakan sel 3 elektrode. Sel 3 elektrode merupakan perangkat laboratorium yang digunakan untuk analisis kuantitatif terhadap sifat-sifat korosi suatu logam. Terdapat 3 komponen utama, yaitu elektrode kerja, elektrode pembantu, dan elektrode acuan. Logam KS 01 berperan sebagai elektrode kerja, elektrode kalomel jenuh sebagai elektrode acuan, sedangkan karbon digunakan sebagai elektrode pembantu. Saat terjadi korosi, arus dihasilkan dari elektrode kerja yang dialirkan ke dalam medium air oleh elektrode pembantu dan akan terukur oleh potensiostat. Oleh karena itu, potensiostat hanya dapat digunakan untuk mengukur laju korosi dalam media berair karena diperlukan elektrolit sebagai medium konduktor untuk mengalirkan arus yang dihasilkan elektrode kerja menuju elektrode pembantu. Proses korosi terjadi karena adanya aliran elektron pada reaksi elektrokimia, sehingga laju korosi dapat ditentukan. Menurut Suharno dan Kurniawan (2005) persamaan yang digunakan ialah

mpy 0.129 . .

Keterangan :

R : laju korosi (mils per year) BE : bobot ekuivalen logam (g)

I : arus korosi (μA/cm2)

D : bobot jenis logam (g/cm3)

Pengujian korosi menggunakan salah satu teknik, yaitu tahanan polarisasi (polarization resistance) yang bertujuan melihat ketahanan sampel terhadap oksidasi ketika diberi potensial dari luar. Teknik tahanan polarisasi merupakan metode yang cepat untuk

menentukan laju korosi tanpa merusak logam, dan hasil pengukuran lebih akurat (Djatmiko dan Budiarto 2009). Satuan laju korosi yang terdapat dalam alat adalah mpy (mils per year), tetapi satuan tersebut harus dikonversi menjadi satuan internasional (SI) yaitu, µm per tahun (Russel et al. 2006). Konversi satuan tersebut dapat dilihat dalam Lampiran 6.

Sampel logam KS 01 yang dilapisi komposit Ni0-kitosan tidak diuji korosi karena pada saat tahap pengeringan, lapisan komposit mengelupas sehingga tidak dapat diuji dalam medium air. Pengelupasan komposit tersebut disebabkan oleh serbuk nikel cenderung mengendap ke bagian bawah lapisan komposit.

Gambar 11 Hasil uji korosi blangko ( ); KS 01 terlapis kitosan ( ); terlapis komposit Ni2+ padatan-kitosan pada nisbah 4:1( ), 3:2 ( ), dan 2:3 ( ); serta terlapis komposit Ni2+ larutan-kitosan pada nisbah 4:1( ), 3:2 ( ), dan 2:3 ( ).

Nilai laju korosi yang semakin rendah dari suatu bahan menunjukkan ketahanan korosi yang semakin baik. Berdasarkan Gambar 11, laju korosi logam KS 01 menurun dengan adanya pelapisan kitosan dibandingkan logam tanpa pelapisan (blangko). Pelapisan komposit Ni-kitosan juga menurunkan laju korosi baja KS 01, tetapi hanya untuk komposisi 4:1 (padatan), 3:2 (padatan), dan 4:1 (larutan). Logam yang dilapisi komposit Ni2+ padatan-kitosan laju korosinya lebih kecil dibandingkan dengan yang dilapisi komposit Ni2+ larutan-kitosan dengan nisbah yang sama. Hal tersebut karena adanya air yang digunakan sebagai pelarut NiCl2•6H2O. Air

mempercepat korosi logam KS. Penurunan laju korosi logam KS 01 setelah pelapisan komposit Ni2+-kitosan membuktikan bahwa ketahanan korosi logam KS 01 meningkat. Namun, nilai laju korosi yang lebih besar

(10)

7

dibandingkan blangko pada sampel dengan komposisi 2:3 (padatan) 3:2 (larutan), dan 2:3 (larutan) disebabkan oleh adanya ion klorida (Cl-). Ion tersebut merupakan ion yang agresif dari golongan asam kuat yang berkemampuan merusak lapisan film oksida logam (Tjitro et al. 2000).

Bila hasil penelitian ini dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vathsala et al. (2010), laju korosi logam yang dilapisi komposit Ni-kitosan dan Zn-kitosan sama-sama dapat meningkatkan ketahanan korosi. Lapisan Zn-kitosan digunakan untuk dikorbankan agar tidak cepat mengalami korosi karena nilai potensial reduksi Zn lebih kecil daripada besi. Namun, dalam penelitian ini, suatu baja dilapisi dengan komposit Ni-kitosan tidak untuk dikorbankan karena nikel mempunyai potensial reduksi yang lebih besar daripada besi. Ketahanan korosi logam KS 01 terlapis kitosan menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan terlapis komposit Ni-kitosan. Namun, secara keseluruhan pelapisan logam KS 01 dengan komposit Ni-kitosan memberikan daya tahan yang lebih tinggi terhadap gesekan sehingga nilai laju korosi yang kurang baik tersebut dapat dikompensasi oleh daya tahan terhadap gesekan yang lebih baik.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil pencirian difraksi sinar-X dan mikroskop elektron payaran untuk komposit Ni0-kitosan menunjukkan bahwa terdapat puncak spesifik dari serbuk nikel pada pola difraktogram serta adanya gumpalan besar yang merupakan serbuk nikel. Sementara hasil difraksi sinar-X komposit Ni2+-kitosan memperlihatkan bahwa tidak terdapat pola difraktogram kristal NiCl2•6H2O tetapi

berdasarkan hasil mikroskop elektron payaran menunjukkan adanya garis-garis yang merupakan NiCl2•6H2O yang menyebabkan

komposit keras sehingga tahan terhadap gesekan. Hasil uji konduktivitas membuktikan bahwa komposit Ni0-kitosan komposit Ni2+ -kitosan dapat digunakan sebagai bahan semikonduktor. Pelapisan komposit Ni2+ -kitosan dengan nisbah komposisi NiCl2•6H2O

dengan kitosan 4:1 (padatan), 3:2 (padatan), dan 4:1 (larutan) dapat meningkatkan ketahanan korosi logam KS 01 dengan nilai laju korosi masing-masing sebesar 36.322; 49.276; dan 52.324 µm/tahun.

Saran

Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk meragamkan kecepatan dan lamanya waktu pengadukan agar pembuatan komposit Ni-kitosan homogen.

DAFTAR PUSTAKA

Djatmiko E, Budiarto. 2009. Analisis laju korosi dengan metode polarisasi dan potensiodinamik bahan baja SS 304L. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional ke-15 Teknologi dan Keselamatan PLTN serta Fasilitas Nuklir; Surakarta, 17 Okt 2009. Surakarta: BATAN Yogyakarta, hlm 182−194.

Dutta PK, Dutta J, Tripathi VS. 2004. Chitin and chitosan: Chemistry, properties, and application. J Sci Indus Res63:20−31.

Fang et al. 2008. Dip coating assited polylactid acid deposition on steel surface: Film thickness affected by drag force and gravity. Mat Lett 62:3739−3741.

Hunt A. 2003. Schaum’s -Z Chemistry. New York: McGraw-Hill.

Irzaman, Maddu A, Syafutra H, Ismangil A. 2010. Uji konduktivitas listrik dan dielektrik film tipis Lithium dan tantalate (LiTaO3) yang didadah nibium pentaoksida (Nb2O5) menggunakan metode chemical solution deposition. Di dalam Prosiding Seminar Nasional Fisika; Bandung 11−12 Mei 2010. Bandung: ITB Pr. hlm 175−183. Lu Xiong et al. 2007. Preparation of

HA/chitosan composite coatings on alkali treated titanium surface through sol-gel techniques. Mat Lett 61:3970−3973. Meriatna. 2008. Penggunaan membran kitosan

untuk menurunkan kadar logam krom (Cr) dan nikel (Ni) dalam limbah cair indutri pelapisan logam [tesis]. Medan: Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara.

Popuri SR, Vijaya Y, Boddu VM, Abburi K. 2009. Adsorptive removal of copper and nickel ions from water using chitosan coated PVC beads. Biores Technol

100:194−199.

(11)

7

dibandingkan blangko pada sampel dengan komposisi 2:3 (padatan) 3:2 (larutan), dan 2:3 (larutan) disebabkan oleh adanya ion klorida (Cl-). Ion tersebut merupakan ion yang agresif dari golongan asam kuat yang berkemampuan merusak lapisan film oksida logam (Tjitro et al. 2000).

Bila hasil penelitian ini dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vathsala et al. (2010), laju korosi logam yang dilapisi komposit Ni-kitosan dan Zn-kitosan sama-sama dapat meningkatkan ketahanan korosi. Lapisan Zn-kitosan digunakan untuk dikorbankan agar tidak cepat mengalami korosi karena nilai potensial reduksi Zn lebih kecil daripada besi. Namun, dalam penelitian ini, suatu baja dilapisi dengan komposit Ni-kitosan tidak untuk dikorbankan karena nikel mempunyai potensial reduksi yang lebih besar daripada besi. Ketahanan korosi logam KS 01 terlapis kitosan menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan terlapis komposit Ni-kitosan. Namun, secara keseluruhan pelapisan logam KS 01 dengan komposit Ni-kitosan memberikan daya tahan yang lebih tinggi terhadap gesekan sehingga nilai laju korosi yang kurang baik tersebut dapat dikompensasi oleh daya tahan terhadap gesekan yang lebih baik.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil pencirian difraksi sinar-X dan mikroskop elektron payaran untuk komposit Ni0-kitosan menunjukkan bahwa terdapat puncak spesifik dari serbuk nikel pada pola difraktogram serta adanya gumpalan besar yang merupakan serbuk nikel. Sementara hasil difraksi sinar-X komposit Ni2+-kitosan memperlihatkan bahwa tidak terdapat pola difraktogram kristal NiCl2•6H2O tetapi

berdasarkan hasil mikroskop elektron payaran menunjukkan adanya garis-garis yang merupakan NiCl2•6H2O yang menyebabkan

komposit keras sehingga tahan terhadap gesekan. Hasil uji konduktivitas membuktikan bahwa komposit Ni0-kitosan komposit Ni2+ -kitosan dapat digunakan sebagai bahan semikonduktor. Pelapisan komposit Ni2+ -kitosan dengan nisbah komposisi NiCl2•6H2O

dengan kitosan 4:1 (padatan), 3:2 (padatan), dan 4:1 (larutan) dapat meningkatkan ketahanan korosi logam KS 01 dengan nilai laju korosi masing-masing sebesar 36.322; 49.276; dan 52.324 µm/tahun.

Saran

Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk meragamkan kecepatan dan lamanya waktu pengadukan agar pembuatan komposit Ni-kitosan homogen.

DAFTAR PUSTAKA

Djatmiko E, Budiarto. 2009. Analisis laju korosi dengan metode polarisasi dan potensiodinamik bahan baja SS 304L. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional ke-15 Teknologi dan Keselamatan PLTN serta Fasilitas Nuklir; Surakarta, 17 Okt 2009. Surakarta: BATAN Yogyakarta, hlm 182−194.

Dutta PK, Dutta J, Tripathi VS. 2004. Chitin and chitosan: Chemistry, properties, and application. J Sci Indus Res63:20−31.

Fang et al. 2008. Dip coating assited polylactid acid deposition on steel surface: Film thickness affected by drag force and gravity. Mat Lett 62:3739−3741.

Hunt A. 2003. Schaum’s -Z Chemistry. New York: McGraw-Hill.

Irzaman, Maddu A, Syafutra H, Ismangil A. 2010. Uji konduktivitas listrik dan dielektrik film tipis Lithium dan tantalate (LiTaO3) yang didadah nibium pentaoksida (Nb2O5) menggunakan metode chemical solution deposition. Di dalam Prosiding Seminar Nasional Fisika; Bandung 11−12 Mei 2010. Bandung: ITB Pr. hlm 175−183. Lu Xiong et al. 2007. Preparation of

HA/chitosan composite coatings on alkali treated titanium surface through sol-gel techniques. Mat Lett 61:3970−3973. Meriatna. 2008. Penggunaan membran kitosan

untuk menurunkan kadar logam krom (Cr) dan nikel (Ni) dalam limbah cair indutri pelapisan logam [tesis]. Medan: Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara.

Popuri SR, Vijaya Y, Boddu VM, Abburi K. 2009. Adsorptive removal of copper and nickel ions from water using chitosan coated PVC beads. Biores Technol

100:194−199.

(12)

KETAHANAN KOROSI LOGAM KS 01 TERLAPIS

KOMPOSIT Ni-KITOSAN

ARDITA WULANDARI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

7

dibandingkan blangko pada sampel dengan komposisi 2:3 (padatan) 3:2 (larutan), dan 2:3 (larutan) disebabkan oleh adanya ion klorida (Cl-). Ion tersebut merupakan ion yang agresif dari golongan asam kuat yang berkemampuan merusak lapisan film oksida logam (Tjitro et al. 2000).

Bila hasil penelitian ini dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vathsala et al. (2010), laju korosi logam yang dilapisi komposit Ni-kitosan dan Zn-kitosan sama-sama dapat meningkatkan ketahanan korosi. Lapisan Zn-kitosan digunakan untuk dikorbankan agar tidak cepat mengalami korosi karena nilai potensial reduksi Zn lebih kecil daripada besi. Namun, dalam penelitian ini, suatu baja dilapisi dengan komposit Ni-kitosan tidak untuk dikorbankan karena nikel mempunyai potensial reduksi yang lebih besar daripada besi. Ketahanan korosi logam KS 01 terlapis kitosan menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan terlapis komposit Ni-kitosan. Namun, secara keseluruhan pelapisan logam KS 01 dengan komposit Ni-kitosan memberikan daya tahan yang lebih tinggi terhadap gesekan sehingga nilai laju korosi yang kurang baik tersebut dapat dikompensasi oleh daya tahan terhadap gesekan yang lebih baik.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil pencirian difraksi sinar-X dan mikroskop elektron payaran untuk komposit Ni0-kitosan menunjukkan bahwa terdapat puncak spesifik dari serbuk nikel pada pola difraktogram serta adanya gumpalan besar yang merupakan serbuk nikel. Sementara hasil difraksi sinar-X komposit Ni2+-kitosan memperlihatkan bahwa tidak terdapat pola difraktogram kristal NiCl2•6H2O tetapi

berdasarkan hasil mikroskop elektron payaran menunjukkan adanya garis-garis yang merupakan NiCl2•6H2O yang menyebabkan

komposit keras sehingga tahan terhadap gesekan. Hasil uji konduktivitas membuktikan bahwa komposit Ni0-kitosan komposit Ni2+ -kitosan dapat digunakan sebagai bahan semikonduktor. Pelapisan komposit Ni2+ -kitosan dengan nisbah komposisi NiCl2•6H2O

dengan kitosan 4:1 (padatan), 3:2 (padatan), dan 4:1 (larutan) dapat meningkatkan ketahanan korosi logam KS 01 dengan nilai laju korosi masing-masing sebesar 36.322; 49.276; dan 52.324 µm/tahun.

Saran

Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk meragamkan kecepatan dan lamanya waktu pengadukan agar pembuatan komposit Ni-kitosan homogen.

DAFTAR PUSTAKA

Djatmiko E, Budiarto. 2009. Analisis laju korosi dengan metode polarisasi dan potensiodinamik bahan baja SS 304L. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional ke-15 Teknologi dan Keselamatan PLTN serta Fasilitas Nuklir; Surakarta, 17 Okt 2009. Surakarta: BATAN Yogyakarta, hlm 182−194.

Dutta PK, Dutta J, Tripathi VS. 2004. Chitin and chitosan: Chemistry, properties, and application. J Sci Indus Res63:20−31.

Fang et al. 2008. Dip coating assited polylactid acid deposition on steel surface: Film thickness affected by drag force and gravity. Mat Lett 62:3739−3741.

Hunt A. 2003. Schaum’s -Z Chemistry. New York: McGraw-Hill.

Irzaman, Maddu A, Syafutra H, Ismangil A. 2010. Uji konduktivitas listrik dan dielektrik film tipis Lithium dan tantalate (LiTaO3) yang didadah nibium pentaoksida (Nb2O5) menggunakan metode chemical solution deposition. Di dalam Prosiding Seminar Nasional Fisika; Bandung 11−12 Mei 2010. Bandung: ITB Pr. hlm 175−183. Lu Xiong et al. 2007. Preparation of

HA/chitosan composite coatings on alkali treated titanium surface through sol-gel techniques. Mat Lett 61:3970−3973. Meriatna. 2008. Penggunaan membran kitosan

untuk menurunkan kadar logam krom (Cr) dan nikel (Ni) dalam limbah cair indutri pelapisan logam [tesis]. Medan: Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara.

Popuri SR, Vijaya Y, Boddu VM, Abburi K. 2009. Adsorptive removal of copper and nickel ions from water using chitosan coated PVC beads. Biores Technol

100:194−199.

(14)

8

Russel MA et al. 2006. A minimum-impact method for mesuring corrosion rate of steel-hulled shipwrecks in seawater. Int J Nautical Archaeology 35:310−318.

Shi W, Zhang FB, Zhang GL. 2005. Preparation of chitosan-coated nylon membranes and their application as affinity membranes. Chin Chem Lett

16:1085−1088.

Sugita P, Wukirsari T, Sjahriza A, Wahyono D. 2009. Kitosan Sumber Biomaterial Masa Depan. Bogor: IPB Pr.

Suharno B, Kurniawan A. 2005. Studi perbandingan ketahanan korosi dan struktur mikro baja COR CF8M (SS 316) yang dibuat dengan feronikel lokal dan nikel impor. Jurnal Teknologi 1:26−37. Szeptycka B, Midzialek AG. 2007. The

influence of the structure of the nanocomposite Ni-PTFE coating on the corrosion properties. Red Adv Mat Sci

14:135−140.

Tjitro S, Anggono J, Anggorowati AA, Phengkusaksomo G. 2000. Studi perilaku korosi tembaga dengan variasi konsentrasi asam askorbat (vitamin C) dalam lingkungan air yang mengandung klorida dan sulfat. J Teknik Mesin2:62−67.

Umiati S. 2008. Ketahanan material baja sebagai struktur bangunan terhadap kebakaran. TeknikA1:9−12.

(15)

KETAHANAN KOROSI LOGAM KS 01 TERLAPIS

KOMPOSIT Ni-KITOSAN

ARDITA WULANDARI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(16)

2

ABSTRAK

ARDITA WULANDARI. Ketahanan Korosi Logam KS 01 Terlapis Komposit

Ni-Kitosan. Dibimbing oleh SRI SUGIARTI dan SULISTIOSO GIAT

SUKARYO.

Logam KS 01 adalah salah satu jenis baja karbon-rendah yang mudah

mengalami korosi. Oleh karena itu, diperlukan suatu cara untuk meningkatkan

ketahanan korosi dengan pemberian lapisan pelindung, antara lain dengan

komposit Ni-kitosan. Nisbah massa padatan atau larutan terhadap kitosan dalam

komposit yang digunakan adalah 4:1, 3:2, dan 2:3. Uji konduktivitas

membuktikan bahwa film kitosan merupakan isolator, sedangkan komposit Ni

0

-kitosan

dan Ni

2+

-kitosan merupakan semikonduktor. Laju korosi diamati dalam

medium air. Laju korosi logam KS 01 yang lebih rendah dibandingkan dengan

logam tanpa lapisan pelindung diperoleh pada komposisi 4:1 (padatan), 3:2

(padatan), dan 4:1 (larutan) dengan nilai laju korosi berturut-turut sebesar 36.322,

49.276, dan 52.324 µm/tahun.

ABSTRACT

ARDITA WULANDARI. Corrosion Resistance of KS 01 Coated by Ni-Chitosan

Composite. Supervised by SRI SUGIARTI and SULISTIOSO GIAT SUKARYO.

(17)

KETAHANAN KOROSI LOGAM KS 01 TERLAPIS

KOMPOSIT Ni-KITOSAN

ARDITA WULANDARI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(18)

4

Judul : Ketahanan Korosi Logam KS 01 Terlapis Komposit Ni-kitosan

Nama : Ardita Wulandari

NIM

: G44070020

Disetujui

Pembimbing I

Sri Sugiarti, Ph.D

NIP 19701225 199512 2 001

Pembimbing II

Drs. Sulistioso Giat Sukaryo, MT

NIP 19570826 198801 1 002

Diketahui

Ketua Departemen Kimia

Prof. Dr. Ir. Tun Tedja Irawadi, MS.

NIP 19501227 197603 2 002

(19)

5

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat limpahan

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul

Ketahanan Korosi Logam KS 01 Terlapisi Komposit Ni-kitosan. Tulisan ini

disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan Februari

hingga Juli 2011 di Laboratorium Kimia Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir

(PTBIN) BATAN dan Laboratorium Kimia Anorganik, Departemen Kimia

FMIPA IPB.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sri Sugiarti Ph.D dan Bapak

Drs. Sulistioso Giat Sukaryo, MT selaku pembimbing yang senantiasa

memberikan arahan, inspirasi, dan saran kepada penulis selama melaksanakan

penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

Ayah dan Ibu yang

telah memberi banyak kasih sayang, semangat, dan doa selama penulis menempuh

masa studi, penelitian, dan penulisan karya ilmiah ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf laboran Laboratorium

Anorganik dan karyawan PTBIN atas bantuan serta masukan selama penelitian.

Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bayu, Adi, Ayu, Danang,

dan Retno yang telah membantu memberi masukan dan saran.

Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan.

Bogor, Agustus 2011

(20)

6

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Wonogiri pada tanggal 14 Februari 1989 dari ayah

Suwarso dan ibu Sriyati. Penulis adalah putri sulung dari dua bersaudara. Tahun

2007 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Wonogiri dan pada tahun yang sama

penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Kimia, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1

METODE

Bahan dan Alat ... 1

Lingkup Kerja ... 1

HASIL DAN PEMBAHASAN

Logam KS 01 ... 2

Komposit Ni-kitosan ... 3

Analisis Fase ... 4

Konduktivitas Komposit Ni-kitosan ... 5

Ketahanan Korosi ... 6

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan ... 7

Saran ... 7

DAFTAR PUSTAKA ... 7

LAMPIRAN ... 9

(22)

DAFTAR TABEL

Halaman

1

Komposisi logam KS 01 ... 3

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1

Struktur kitosan. ... 1

2

LCR meter. ... 2

3

Potensiostat/Galvanostat model 273. ... 2

4

Logam KS 01 sebelum preparasi (a) dan setelah preparasi (b). ... 3

5

Hasil SEM film kitosan 3% dengan perbesaran 2000×. ... 3

6

Hasil SEM komposit Ni

0

-kitosan perbesaran 1000× (a), Ni

2+

padatan-kitosann perbesaran 2700× (b), dan Ni

2+

larutan-kitosan perbesaran 2000×

(c). ... 4

7

Pola difraktogram kitosan. ... 4

8

Pola difraktogram komposit Ni

0

-kitosan. ... 4

9

Pola difraktogram komposit Ni

2+

padatan-kitosan (a) dan Ni

2+

larutan-kitosan (b). ... 5

10

Hubungan antara tegangan dan konduktivitas ... 5

11

Hasil uji korosi ... 6

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1

Diagram alir penelitian ... 10

2

Data JCPDS nikel ... 11

3

Data XRD komposit Ni

2+

-kitosan (padatan dan larutan) ... 12

4

Pola difraktogram kristal NiCl2

6H2O ... 13

5

Data hasil uji konduktivitas ... 14

6

Konversi satuan mpy menjadi µm/tahun ... 15

(23)

PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan industri dan kemajuan teknologi, penggunaan logam tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Salah satu logam yang dapat digunakan adalah baja karbon. Kelebihan baja karbon antara lain mempunyai sifat mekanik dan menahan beban yang cukup baik, serta harganya yang relatif murah. Baja karbon terdiri atas 3 jenis berdasarkan kandungan jumlah karbonnya, yaitu baja karbon tinggi, baja karbon sedang, dan baja karbon rendah. Namun, baja karbon rendah memiliki kelemahan, yakni mudah mengalami korosi (Umiati 2008). Logam KS 01 termasuk baja karbon rendah yang merupakan salah satu produksi PT Krakatau Steel. Logam ini bukan baja nirkarat sehingga mudah mengalami korosi.

Korosi merupakan proses degradasi material yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan sekitar seperti udara, tanah, air, dan cahaya matahari. Salah satu cara yang digunakan untuk mencegah terjadinya korosi adalah dengan memberikan lapisan pelindung. Pelapisan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain electroplating, pengecatan, dan dip coating. Metode dip coating

merupakan metode pelapisan dengan cara pencelupan bahan ke dalam suatu larutan selama waktu tertentu sampai seluruh bahan basah kemudian bahan diangkat dari wadah. Keuntungan metode ini adalah peralatan yang digunakan cukup sederhana (Fang et al.

2008).

Vathsala et al. (2010) telah melakukan pelapisan komposit logam dengan biopolimer, yaitu Zn-kitosan, yang menunjukkan bahwa laju korosi baja yang dilapisi komposit Zn-kitosan lebih rendah daripada baja yang hanya dilapisi oleh Zn. Selain itu, Szeptycka dan Midzialek (2007) mengkaji pengaruh ketahanan korosi nanokomposit Ni-PTFE (politetrafluoroetilena) yang dibandingkan dengan nikel dan disimpulkan bahwa nanokomposit Ni-PTFE lebih tahan korosi. Oleh karena itu, penelitian ini membuat komposit dengan menggunakan biopolimer, yaitu kitosan dan logam transisi lain yang mempunyai ketahanan korosi lebih baik, yaitu nikel. Selain itu, pemakaian garam nikel (NiCl2•6H2O) menyebabkan terbentuknya

komposit bermuatan sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai bahan konduktor atau semikonduktor. Dugaan hal tersebut dapat dibuktikan dengan pengukuran konduktivitas.

Nikel merupakan logam yang banyak digunakan dalam industri pelapisan logam. Nikel memiliki sifat tahan terhadap korosi, kekuatan dan kekerasan yang cukup, serta daya hantar listrik yang baik (Prayitno 2005). Biopolimer juga dapat digunakan sebagai lapisan antikorosi untuk logam. Kitosan merupakan biopolimer yang dapat digunakan untuk menghambat korosi. Sifat kimia kitosan antara lain merupakan poliamina linear (Gambar 1), mempunyai gugus amino dan hidroksil yang reaktif, serta dapat membentuk kelat dengan ion logam transisi (Dutta et al.

2004). Penelitian ini bertujuan meningkatkan ketahanan korosi logam KS 01 serta mencirikan komposit Ni-kitosan.

Gambar 1 Struktur kitosan.

METODE

Bahan dan Alat

Kitosan yang digunakan diperoleh dari hasil sintesis salah satu staff Departemen Kimia, FMIPA, IPB. Selain itu, bahan-bahan lainnya adalah asam asetat 1% (pro analysis), nikel serbuk (Merck), NiCl2•6H2O (Fisher

Scientific), logam KS 01, NaOH 40 % (pro analysis), dan etanol 96 % (teknis).

Alat-alat yang digunakan adalah kertas abrasif grift.120 dan 240, mikroskop elektron payaran (SEM), difraksi sinar-X (XRD), LCR meter, dan potensiostat/galvanostat model 273.

Lingkup Kerja

Penelitian ini terbagi menjadi 4 tahapan (Lampiran 1). Tahap pertama adalah pembuatan komposit Ni-kitosan; tahap kedua adalah analisis, meliputi pencirian mikrostruktur (SEM), analisis fase (XRD), serta uji konduktivitas; tahap ketiga yaitu pelapisan komposit Ni-kitosan pada logam KS 01; dan tahap terakhir adalah uji korosi.

Pembuatan Larutan Kitosan (Modifikasi Shi et al. 2005)

Sebanyak 3 g kitosan dilarutkan dalam asam asetat 1% diaduk sampai larut selama 3 jam. Larutan kitosan tersebut didiamkan

(24)

2

semalam kemudian ditera hingga volume 100 mL.

Pembuatan Komposit Ni-kitosan (Ni

Serbuk)

Nikel dicampurkan dengan kitosan 3% yang telah dibuat dengan nisbah massa nikel dengan kitosan 4:1, 3:2, dan 2:3. Setelah itu, diaduk dengan kecepatan 300 rpm selama 2 jam.

Pembuatan Komposit Ni-kitosan

(NiCl2•6H2O)

Padatan NiCl2•6H2O serbuk dicampurkan

dengan kitosan 3% dengan nisbah massa NiCl2•6H2O dan kitosan sebesar 4:1, 3:2, dan

2:3. Setelah itu, diaduk sampai homogen dengan kecepatan 300 rpm selama 2 jam.

Larutan NiCl2•6H2O 3% juga dibuat

dengan melarutkan 3 g NiCl2•6H2O dengan

air sampai volumenya 100 mL. Kemudian larutan ini dicampurkan dengan kitosan 3% dengan nisbah massa NiCl2•6H2O dengan

kitosan 4:1, 3:2, dan 2:3. Setelah itu, diaduk sampai homogen dengan kecepatan 300 rpm selama 2 jam.

Preparasi Logam KS 01

Logam KS 01 dipotong berbentuk lingkaran dengan diameter 1.5 cm, lalu diampelas dengan kertas abrasif grift 120 dan 240. Setelah itu dicuci dengan etanol 96% lalu direndam dalam NaOH 40%.

Pelapisan Komposit Ni-kitosan pada

Logam KS 01 dengan Metode Dip Coating

(Fang et al. 2008)

Sebelum logam dilapisi, terlebih dahulu dicuci kembali dengan etanol 96%. Setelah bersih, logam dicelupkan ke dalam komposit yang telah dibuat. Kemudian logam diangkat dan dikeringkan dalam inkubator pada suhu 35 °C selama 1.5 jam. Selain komposit Ni-kitosan, dibuat pula logam yang dilapisi dengan kitosan.

Pencirian Komposit Ni-kitosan

Pencirian komposit Ni-kitosan terdiri atas analisis fase menggunakan XRD, analisis permukaan menggunakan SEM, dan uji konduktivitas menggunakan alat LCR meter(Gambar 2). Analisis fase dilakukan pada kitosan dan komposit Ni-kitosan. Sementara itu, analisis permukaan dilakukan pada film kitosan 3% dan komposit Ni-kitosan untuk mengamati mikrostruktur dan

permukaannya. Komposit Ni-kitosan dipotong dengan luas 1 cm2, lalu sampel dijepitkan pada alat. Konduktivitas sampel diukur pada variasi tegangan 2-5 V dengan selang 0,5 V.

Gambar 2 LCR meter.

Pengujian Laju Korosi (ASTM G 102-89)

Pengujian laju korosi dilakukan dengan alat potensiostat/galvanostat, dengan medium air PAM. Sampel yang diuji adalah logam KS 01 yang dilapisi maupun yang tidak dilapisi komposit Ni-kitosan, serta logam yang hanya dilapisi kitosan 3%. Sampel dimasukkan ke dalam tempat sampel dan dirangkai dengan elektrode kerja, elektrode pembantu, dan elektrode acuan pada labu uji (sel 3 elektrode) yang telah berisi air PAM sebagai medium korosi sebanyak 600 mL. Rangkaian sel 3 elektrode tersebut dihubungkan dengan Potensiostat/Galvanostat model 273 (Gambar 3) kemudian laju korosinya diukur.

Gambar 3 Potensiostat/Galvanostat model 273.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Logam KS 01

(25)

3

Tabel 1 Komposisi logam KS 01 Unsur Persentase

Cr 1.2

Ni 0.24

Mn 1.82

Si 0.3

P 0.06

S 0.016

C 0.1

Mo 0.03

Al 0.027

Cu 0.049

Ti 0.118

V 0.006

Fe 96.034

Preparasi logam KS 01 meliputi pengampelasan, pencucian dengan etanol, dan perendaman dalam larutan NaOH 40%. Pengampelasan bertujuan menghilangkan produk korosi yang terbentuk dan meratakan permukaan logam. Pencucian dilakukan dengan etanol agar permukaan cepat kering dan untuk menghilangkan kotoran setelah pengampelasan yang dapat mengganggu proses pelapisan maupun pengujian laju korosi. Selain itu, logam direndam dalam NaOH (Lu Xiong et al. 2007) untuk meningkatkan kehidrofilikan logam. Sebelum preparasi, terdapat karat pada permukaan logam KS 01 (Gambar 4a), tetapi setelah preparasi logam bersih dari karat (Gambar 4b).

(a) (b)

Gambar 4 Logam KS 01 sebelum preparasi (a) dan setelah preparasi (b).

Komposit Ni-kitosan

Komposit terbuat dari dua atau lebih material membentuk material baru, yang menggabungkan sifat yang diinginkan dari komponennya masing-masing (Hunt 2003). Kitosan berperan sebagai substrat, sedangkan nikel berperan sebagai matriksnya. Kitosan merupakan senyawa organik yang larut dalam asam organik dan tidak larut dalam air, alkohol, dan aseton (Sugita et al. 2009). Kitosan akan mengembang saat dilarutkan dalam asam asetat. Nikel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 2 jenis, yakni berupa nikel serbuk (Ni0) dan NiCl2•6H2O

(Ni2+). Metode yang umum digunakan untuk pelapisan nikel adalah eletrokimia. Namun, dalam penelitian ini menggunakan metode dip coating karena peralatan dan metodenya yang sederhana.

Komposit Ni0-kitosan berwarna hitam dan nikel tidak larut dalam kitosan. Interaksi yang terjadi dalam komposit adalah interaksi fisik, yaitu sebagian nikel dijerap oleh kitosan. Hasil tersebut dikuatkan oleh hasil penelitian Meriatna (2008) bahwa membran kitosan dapat digunakan sebagai adsorben logam Cr dan Ni. Selain itu, juga terjadi interaksi kimia karena nikel memiliki orbital kosong berenergi rendah pada sub kulit 3d dan 4p

yang dapat diisi oleh elektron bebas dari donor pasangan elektron seperti gugus amino dan hidroksil sehingga membentuk suatu kompleks koordinasi. Namun, komposit Ni2+ -kitosan dapat membentuk kompleks antara kitosan dan ion nikel. Kitosan berperan sebagai ligan dan ion nikel sebagai atom pusat. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pasangan elektron bebas pada atom oksigen dan nitrogen pada molekul kitosan sehingga kitosan bertindak sebagai pendonor pasangan elektron bebas (basa Lewis) dan ion nikel sebagai akseptor pasangan elektron bebas (asam Lewis). Menurut Popuri et al. (2009), kitosan yang dilapisi manik-manik PVC (polivinil klorida) dapat digunakan sebagai biosorben untuk menghilangkan ion tembaga(II) dan nikel(II) dalam larutan berair sehingga kitosan juga dapat menjerap ion Ni2+ yang dilarutkan.

Gambar 5 Hasil SEM film kitosan 3% dengan perbesaran 2000×.

(26)

4

optimum. Gambar 6(b) adalah hasil SEM komposit Ni2+ padatan-kitosan menunjukkan adanya garis-garis terang yang merupakan padatan NiCl2•6H2O. Kitosan sebagai latar

belakang berwarna lebih pudar karena padatan NiCl2•6H2O larut dalam kitosan (Gambar 6b).

Adanya air sebagai pelarut NiCl2•6H2O dalam

komposit Ni2+ larutan-kitosan (Gambar 6c) memperlihatkan garis-garis yang berwarna pudar serta menyebabkan terbentuknya gelembung-gelembung udara pada permukaan. Selain itu, kitosan sebagai latar belakang berwarna lebih terang (Gambar 6c) juga karena pengaruh adanya air. Adanya rengkahan yang berupa garis-garis dalam komposit Ni2+-kitosan membuat lapisan menjadi keras dibandingkan dengan lapisan kitosan. Hal tersebut dapat melindungi logam dari goresan. Komposit Ni0-kitosan dan komposit Ni2+-kitosan terbukti sebagai komposit karena hasil SEM kedua komposit tersebut menunjukkan komponen-komponen penyusunnya.

(a)

(b)

(c)

Gambar 6 Hasil SEM komposit Ni0-kitosan perbesaran 1000× (a), Ni2+ padatan-kitosann perbesaran 2700× (b), dan Ni2+ larutan-kitosan perbesaran 2000× (c).

Analisis Fase

Analisis fase dengan difraksi sinar-X menggunakan panjang gelombang Cu (Kα), yaitu 1.540 nm, yang sama dengan data difraktogram pada JCPDS (Joint Committee on Powder Diffraction Standards). Difraktogram kitosan serbuk yang dibentuk pelet memiliki puncak tertinggi pada sudut 2θ 10.364° dan 19.983° (Gambar 7) dengan nilai

d masing-masing sebesar 8.5253 dan 4.4379 nm. Pola difraksi kitosan tidak memiliki puncak-puncak yang spesifik, karena kitosan bersifat amorf. Pola difraktogram komposit Ni0-kitosan ditunjukkan pada Gambar 8 yang mempunyai puncak spesifik pada sudut 2θ 44.935° dan 52.250°. Puncak-puncak tersebut merupakan difraktogram spesifik dari nikel sesuai dengan JCPDS (Lampiran 2). Pola difraksi kitosan masih terlihat, tetapi tidak sama dengan dengan difraktogram awal karena kitosan telah dilarutkan dalam asam asetat.

Gambar 7 Pola difraktogram kitosan.

Gambar 8 Pola difraktogram komposit Ni0 -kitosan.

Difraktogram komposit Ni2+ padatan- kitosan tidak memiliki puncak yang spesifik,

tetapi pada sudut 2θ 11.584°; 12.478°;

14.537°; 24.101°; dan 35.561° (Lampiran 3) intensitasnya cukup tinggi dibandingkan dengan puncak pada 2θ lainnya (Gambar 9a). Difraktogram komposit Ni2+ larutan-kitosan (Gambar 9b) juga tidak mempunyai puncak yang spesifik, tetapi intensitas yang cukup

tinggi terdapat pada 2θ 19.576°; 22.394°; dan

0 50 100 150 200 250 300 350

0 10 20 30 40 50 60 70

In te n sit as 0 100 200 300 400 500 600

0 10 20 30 40 50 60 70

(27)

5

28.029° (Lampiran 3). Difraktogram kristal NiCl2•6H2O (Lampiran 4) tidak terlihat dalam

komposit Ni2+-kitosan karena kristal telah larut. Namun, pola difraktogram Ni2+ larutan-kitosan menghasilkan puncak-puncak yang lebih baik dibandingkan dengan komposit Ni2+ padatan-kitosan, karena padatan NiCl2•6H2O terlebih dahulu dilarutkan dalam

air sehingga lebih mudah berinteraksi ketika dicampurkan dengan kitosan.

(a)

(b)

Gambar 9 Pola difraktogram komposit Ni2+ padatan-kitosan (a) dan Ni2+ larutan-kitosan (b).

Konduktivitas Komposit Ni-kitosan

Konduktivitas listrik merupakan sifat suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik. Faktor-faktor yang mempengaruhi konduktivitas listrik antara lain konsentrasi atau jumlah ion, mobilitas ion, tingkat oksidasi, serta suhu. Pengujian konduktivitas dilakukan pada film kitosan dan ketiga sampel komposit Ni-kitosan, yaitu Ni0, Ni2+ padatan, dan Ni2+ larutan.

Hubungan antara konduktivitas dan tegangan dapat berubah-ubah, tetapi ada pula yang linear bergantung pada material. Penggunaan tegangan antara 2 sampai 5 V untuk melihat pola konduktivitas komposit Ni-kitosan. Berdasarkan Gambar 10 terlihat bahwa semakin tinggi tinggi tegangan yang

diberikan, konduktivitas komposit Ni-kitosan cenderung menurun.

Gambar 10 Hubungan antara tegangan dan konduktivitas komposit Ni0 -kitosan pada nisbah 4:1 (♦); 3:2 (); dan 2:3 (▲), komposit Ni2+ padatan-kitosan pada nisbah 4:1 (×); 3:2 (); dan 2:3 (●) serta komposit Ni2+ padatan-kitosan pada nisbah 4:1(ǀ), 3:2 ( ), dan 2:3 ( ).

Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa nilai konduktivitas tertinggi terdapat pada komposit Ni2+ larutan-kitosan 2:3 kemudian 4:1 (Ni2+ padatan), 3:2 (Ni2+ larutan), 4:1 (Ni2+ larutan), dan 3:2 (Ni2+ padatan) (Lampiran 5). Nilai konduktivitas yang tinggi tersebut karena pengaruh adanya ion Ni2+ dan Cl-, semakin banyak kandungan garam nikel maka nilai kondukivitasnya akan lebih besar. Hal tersebut berlaku untuk komposit Ni2+ padatan-kitosan. Namun, nilai konduktivitas komposit Ni2+ larutan-kitosan dengan komposisi nikel yang lebih besar ternyata lebih rendah dibandingkan komposisi kitosan yang lebih besar.

Keterangan:

V : tegangan (V)

I : arus listrik (A)

R : hambatan listrik (Ω)

L : panjang penghantar (m) : konduktivitas (S)

A : luas penampang penghantar (m2)

Nilai konduktivitas ketiga komposit Ni-kitosan lebih kecil dibandingkan dengan nilai hambatan serinya. Hambatan seri adalah hambatan disusun tanpa adanya percabangan dan dapat diukur dari nilai konduktivitasnya. Hubungan antara nilai konduktivitas berbanding terbalik dengan hambatan 0 10 20 30 40 50 60

0 10 20 30 40 50 60 70

In te n sit as 0 20 40 60 80 100 120

0 10 20 30 40 50 60 70

In te n sit as 0,00E+00 1,00E-05 2,00E-05 3,00E-05 4,00E-05 5,00E-05 6,00E-05 7,00E-05

0 1 2 3 4 5 6

(28)

6

listriknya. Namun, komposit Ni0-kitosan nilai konduktivitasnya sangat kecil karena tidak adanya muatan dalam komposit tersebut. Menurut Irzaman et al. (2010), suatu material semikonduktor mempunyai selang konduktivitas antara 10-8−10-5 S. Dengan demikian, komposit Ni2+-kitosan dan komposit Ni0-kitosan berpotensi sebagai bahan pembentuk semikonduktor. Konduktivitas kitosan sebesar 1.10104 S yang nilainya pada semua tegangan sama dan sama dengan hambatan serinya. Hal ini menunjukkan bahwa alat tidak dapat membaca konduktivitas kitosan karena nilainya yang sangat kecil sehingga dapat dikatakan bahwa kitosan bersifat resistif.

Ketahanan Korosi

Pengujian laju korosi baja dilakukan dalam medium air menggunakan sel 3 elektrode. Sel 3 elektrode merupakan perangkat laboratorium yang digunakan untuk analisis kuantitatif terhadap sifat-sifat korosi suatu logam. Terdapat 3 komponen utama, yaitu elektrode kerja, elektrode pembantu, dan elektrode acuan. Logam KS 01 berperan sebagai elektrode kerja, elektrode kalomel jenuh sebagai elektrode acuan, sedangkan karbon digunakan sebagai elektrode pembantu. Saat terjadi korosi, arus dihasilkan dari elektrode kerja yang dialirkan ke dalam medium air oleh elektrode pembantu dan akan terukur oleh potensiostat. Oleh karena itu, potensiostat hanya dapat digunakan untuk mengukur laju korosi dalam media berair karena diperlukan elektrolit sebagai medium konduktor untuk mengalirkan arus yang dihasilkan elektrode kerja menuju elektrode pembantu. Proses korosi terjadi karena adanya aliran elektron pada reaksi elektrokimia, sehingga laju korosi dapat ditentukan. Menurut Suharno dan Kurniawan (2005) persamaan yang digunakan ialah

mpy 0.129 . .

Keterangan :

R : laju korosi (mils per year) BE : bobot ekuivalen logam (g)

I : arus korosi (μA/cm2)

D : bobot jenis logam (g/cm3)

Pengujian korosi menggunakan salah satu teknik, yaitu tahanan polarisasi (polarization resistance) yang bertujuan melihat ketahanan sampel terhadap oksidasi ketika diberi potensial dari luar. Teknik tahanan polarisasi merupakan metode yang cepat untuk

menentukan laju korosi tanpa merusak logam, dan hasil pengukuran lebih akurat (Djatmiko dan Budiarto 2009). Satuan laju korosi yang terdapat dalam alat adalah mpy (mils per year), tetapi satuan tersebut harus dikonversi menjadi satuan internasional (SI) yaitu, µm per tahun (Russel et al. 2006). Konversi satuan tersebut dapat dilihat dalam Lampiran 6.

Sampel logam KS 01 yang dilapisi komposit Ni0-kitosan tidak diuji korosi karena pada saat tahap pengeringan, lapisan komposit mengelupas sehingga tidak dapat diuji dalam medium air. Pengelupasan komposit tersebut disebabkan oleh serbuk nikel cenderung mengendap ke bagian bawah lapisan komposit.

Gambar 11 Hasil uji korosi blangko ( ); KS 01 terlapis kitosan ( ); terlapis komposit Ni2+ padatan-kitosan pada nisbah 4:1( ), 3:2 ( ), dan 2:3 ( ); serta terlapis komposit Ni2+ larutan-kitosan pada nisbah 4:1( ), 3:2 ( ), dan 2:3 ( ).

Nilai laju korosi yang semakin rendah dari suatu bahan menunjukkan ketahanan korosi yang semakin baik. Berdasarkan Gambar 11, laju korosi logam KS 01 menurun dengan adanya pelapisan kitosan dibandingkan logam tanpa pelapisan (blangko). Pelapisan komposit Ni-kitosan juga menurunkan laju korosi baja KS 01, tetapi hanya untuk komposisi 4:1 (padatan), 3:2 (padatan), dan 4:1 (larutan). Logam yang dilapisi komposit Ni2+ padatan-kitosan laju korosinya lebih kecil dibandingkan dengan yang dilapisi komposit Ni2+ larutan-kitosan dengan nisbah yang sama. Hal tersebut karena adanya air yang digunakan sebagai pelarut NiCl2•6H2O. Air

mempercepat korosi logam KS. Penurunan laju korosi logam KS 01 setelah pelapisan komposit Ni2+-kitosan membuktikan bahwa ketahanan korosi logam KS 01 meningkat. Namun, nilai laju korosi yang lebih besar

(29)

7

dibandingkan blangko pada sampel dengan komposisi 2:3 (padatan) 3:2 (larutan), dan 2:3 (larutan) disebabkan oleh adanya ion klorida (Cl-). Ion tersebut merupakan ion yang agresif dari golongan asam kuat yang berkemampuan merusak lapisan film oksida logam (Tjitro et al. 2000).

Bila hasil penelitian ini dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vathsala et al. (2010), laju korosi logam yang dilapisi komposit Ni-kitosan dan Zn-kitosan sama-sama dapat meningkatkan ketahanan korosi. Lapisan Zn-kitosan digunakan untuk dikorbankan agar tidak cepat mengalami korosi karena nilai potensial reduksi Zn lebih kecil daripada besi. Namun, dalam penelitian ini, suatu baja dilapisi dengan komposit Ni-kitosan tidak untuk dikorbankan karena nikel mempunyai potensial reduksi yang lebih besar daripada besi. K

Gambar

Gambar 1  Struktur kitosan.
Gambar 1  Struktur kitosan.
Gambar 2  LCR meter.
Gambar 2  LCR meter.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari segi usia terbanyak pasien diabetes melitus yang mengalami depresi adalah pada usia lebih dari 60 tahun, hal ini dikarenakan penurunan kualitas hidup

pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3 berikut: uc Actors pengunjung administrator Melihat Istilah Akuntansu Keuangan Melihat Istilah Akuntansi Biaya

Implementasi Perilaku Arif Lingkungan Masyarkat Kamojang Sebagai Bahan Ajar Pada Mata Pelajaran Geografi

1) Laju emisi polutan dianggap konstan (relatif tetap). 2) Rata-rata kecepatan angin dan arahnya adalah konstan. 3) Sifat kimia dari senyawa yang dikeluarkan adalah stabil

Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah mempunyai kewenangan :.. penetapan kebijakan di bidangnya untuk

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor pendorong mobilitas sosial vertikal ke atas (social climbing) dari pengrajin batik menjadi pengusaha batik adalah

Berikan alasan penolakan yang jelas dan padat dalam satu alinea (2-3 kalimat) dengan memperhatikan komponen kriteria evaluasi: Keutuhan dan keterpaduan Program

antioksidan pada infusa daun kelor adalah senyawa flavonoid yang terdapat dalam infusa daun kelor diduga masih dalam keadaan yang tidak murni sehingga senyawa