• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemetaan Perubahan Kerapatan Kanopi Hutan di Hutan Rakyat, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemetaan Perubahan Kerapatan Kanopi Hutan di Hutan Rakyat, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

i

PEMETAAN PERUBAHAN KERAPATAN KANOPI HUTAN

DI HUTAN RAKYAT KABUPATEN KUNINGAN,

JAWA BARAT

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemetaan Perubahan Kerapatan Kanopi Hutan di Hutan Rakyat, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

(4)

iv

ABSTRAK

NUGRAHADI RAMADHAN TOHIR. Pemetaan Perubahan Kerapatan Kanopi Hutan di Hutan Rakyat, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Dibimbing oleh LILIK BUDI PRASETYO dan AGUS PRIYONO KARTONO.

Emisi karbon dioksida dari sektor kehutanan dapat berasal dari deforestasi dan degradasi hutan. Pengukuran deforestasi hutan lebih mudah dilakukan dari pada degradasi hutan. Kerapatan kanopi hutan (Forest Canopy Density/FCD) dapat menjadi variabel penduga dinamika degradasi hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan keeratan antara Forest Canopy Density (FCD) dan parameter tegakan yang diukur di lapangan. Penelitian dilakukan di hutan rakyat Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Analisis regresi linier sederhana menunjukan koefisisen determinasi terbesar adalah hubungan antara FCD dengan luas bidang dasar tegakan, sebesar 0.71. Persamaan regresi linier hubungan antara FCD dengan LBDT adalah persamaan ini dapat digunakan untuk memprediksi LBDT dengan data FCD. Nilai ketepatan dari model regresi linier ini sebesar 18.98%. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui perubahan kerapatan kanopi di hutan rakyat Kabupaten Kuningan pada tahun 1991-2002 dan tahun 2002-2009.

Kata kunci: degradasi, FCD, hutan, reforestasi, regresi

ABSTRACT

NUGRAHADI RAMADHAN TOHIR. Forest Canopy Density Mapping Changes in Privat Forest Kuningan District, West Java. Supervised by LILIK BUDI PRASETYO and AGUS PRIYONO KARTONO.

Emission of carbon dioxide from forestry sector may come from deforestation and forest degradation. In term of measurement, deforestation was easier conducted compare to forest degradation. Tree canopy density could be one of variable that useful parameter for identification dynamic changes of forest degradation. The research aimed at finding relation between Forest Canopy Density (FCD) Mapping Model and forest structure variables such as LAI (Leaf Area Index), basal area, and tree density based on field measurement. This research located in privat forest, Kuningan District, West Java. The result of regression analysis shows that the largest corelation coefficient between the basal area value and FCD was 0.71. The linear regression equation of selected forest density is is , this equation can be estimated the basal area with FCD data. Accuracy value for this regression is 18.98%. This research also aim to determine the changes of forest canopy density at Kuningan privat forest during 1991-2002 and 2002-2009.

(5)

v

PEMETAAN PERUBAHAN KERAPATAN KANOPI HUTAN

DI HUTAN RAKYAT KABUPATEN KUNINGAN,

JAWA BARAT

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

NUGRAHADI RAMADHAN TOHIR

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

vii

Judul Skripsi : Pemetaan Perubahan Kerapatan Kanopi Hutan di Hutan Rakyat, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat

Nama : Nugrahadi Ramadhan Tohir NIM : E34080102

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo, MSc Pembimbing I

Dr Ir Agus Priyono Kartono, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen

(9)

viii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah serta rahmat-Nya, sehingga skripsi ini dapat segera diselesaikan. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu prasyarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo, MSc dan Dr Ir Agus Priyono Kartono, MSi selaku pembimbing, serta Bapak Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS dan Ibu Eva Rachmawati, SHut MSi yang telah banyak memberi saran, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kuningan yang telah banyak membantu dalam penelitian ini, Sodara Ardianto M. yang telah membantu dalam pengambilan data, keluarga Nia K. yang telah bersedia memberikan tempat, Mba Ellyn K. D., Lika A., Mardiana W. yang telah membantu penelitian ini, Keluarga KSHE 45 (EDELWEIS), dan Keluarga besar HIMAKOVA atas motivasi, dukungan, dan kebersamaan kita selama ini dan seluruh staf pengajar, tata usaha, laboran, mamang bibi, serta keluarga besar Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata dan Fakultas Kehutanan IPB yang telah membantu, memberikan dukungan, serta memberikan ilmu pengetahuan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2013

(10)

ix

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Lokasi 2

Alat dan Bahan 2

Prosedur Penelitian 3

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 8

Identifikasi Perubahan FCD 9

Identifikasi Keeratan Hubungan antara FCD Dengan LAI, LBDT,

dan Kerapatan Tegakan Hutan 17

SIMPULAN DAN SARAN 22

Simpulan 22

Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 22

(11)

x

DAFTAR TABEL

1 Jenis data yang digunakan dalam penelitian 3

2 Perubahan FCD tahun 1991-2002, 2002-2009, dan 1991-2009 9 3 Luas FCD setiap kelas persen kerapatan tahun 1991, 2002, dan 2009 10

DAFTAR GAMBAR

1 Plot pengambilan data 4

2 Grafik Tresholding untuk identifikasi perubahan FCD 5 3 Diagram alir identifikasi perubahan FCD 6 4 Diagram alir identifikasi keeratan hubungan antara FCD dengan LAI, LBDT, dan kerapatan tegakan hutan 7 5 Peta lokasi penelitian 8

6 Peta persentase FCD tahun 1991 11 7 Peta persentase FCD tahun 2002 12 8 Peta persentase FCD tahun 2009 13

9 Peta perubahan FCD tahun 1991-2002 14

10 Peta perubahan FCD tahun 2002-2009 15

11 Peta perubahan FCD tahun 1991-2009 16

12 Grafik uji normalitas LAI 17

13 Grafik regresi linier FCD dengan LAI 18

14 Grafik uji normalitas kerapatan tegakan 19

15 Grafik regresi linier FCD dengan kerapatan tegakan 19

16 Grafik uji normalitas kerapatan LBDT 20

(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pulau Jawa hanya 7% dari total luas Indonesia, tetapi dihuni lebih dari 70% penduduk Indonesia, yang sebagian besar masih bergantung kepada sumberdaya alam dan lahan (BPS 2008). Salah satu adaptasi penggunaan lahan pada lahan yang sempit adalah hutan rakyat. Hutan rakyat dibangun dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan dengan berbagai hasil tanaman hutan rakyat berupa kayu-kayuan dan non kayu, membuka peluang kesempatan kerja dan kesempatan berusaha sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat (Dephut 2004). Hutan rakyat juga dapat menggantikan produksi kayu dari hutan alam.

Salah satu lokasi hutan rakyat yang relatif memiliki kondisi baik terdapat di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Pada tahun 2002 sampai dengan 2009 di Kabupaten Kuningan terjadi reforestasi sebesar 0.67% (Prasetyo et al. 2009). Tahun 2002 luas hutan rakyat 15184.86 ha (Dishutbun Jabar 2003 diacu dalam Pasaribu dan Roliadi 2006). Pada tahun 2012 terjadi peningkatan luas hutan rakyat di Kabupaten Kuningan menjadi 16798.26 ha. Pada lima kabupaten di Jawa Barat (Sukabumi, Tasikmalaya, Ciamis, Majalengka, dan Kuningan) pada tahun 2003 terdapat hutan rakyat seluas 94119 ha dengan volume produksi kayu pertukangan 122318 m3. Kebutuhan kayu untuk bahan baku industri pengolahan kayu pertukangan pada tahun tersebut 340245 m3, sehingga terjadi ketidak-seimbangan antara produksi kayu pertukangan dari hutan rakyat dengan kebutuhan bahan baku, yang ditandai dengan kekurangan kayu pertukangan sebesar 224709 m3 (Pasaribu dan Roliadi 2006). Kekurangan bahan baku tersebut merupakan peluang untuk mengembangkan hutan rakyat. Salah satu upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan produksi kayu dari hutan rakyat adalah pemantauan hutan rakyat secara berkesinambungan dan berkala.

Saat ini pemerintah daerah mengukur luas dan potensi kayu hutan rakyat secara langsung, hal ini tidak dapat dilakukan dengan cepat dan membutuhkan biaya yang besar. Diperlukan metode yang lebih praktis untuk mengetahui luas dan potensi kayu hutan rakyat. Pengindraan jarak jauh dapat menjadi metode alternatif untuk mengukur luas dan potensi kayu di hutan rakyat. Dengan pengindraan jarak jauh pengukuran dapat dilakukan dengan cepat, murah, dan secara berkala. Salah satu metode pengindraan jarak jauh adalah Forest Canopy Density (FCD) Mapping Model. Kerapatan kanopi hutan dapat menjadi parameter yang bermanfaat dalam mengidentifikasi degradasi hutan. Kerapatan kanopi hutan merupakan proses yang dinamis, yang dipengaruhi oleh faktor alam dan antropogenik.

(13)

2

tegakan, walaupun kelas penutupan lahan hutan tidak berubah. Metode FCD juga bermanfaat untuk penerapan MRV (monitoring, reporting, and verification) dalam skema REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation).

Pemetaan FCD di hutan rakyat penting untuk dilakukan agar dapat diketahui potensi kayu yang terdapat di dalamnya, pada skala lanskap dengan cepat. Dari penelitian ini juga dapat diketahui tingkat akurasi hubungan parameter tegakan hutan yang diukur di lapang dengan nilai FCD.

Perumusan Masalah

1. Bagaimana perubahan tutupan kanopi hutan pada tahun 1991, 2002, dan 2009?

2. Apakah terdapat hubungan antara FCD dengan LAI, LBDT dan kerapatan tegakan hutan dalam mengidentifikasi degradasi hutan?

Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi perubahan tutupan kanopi hutan pada tahun 1991, tahun 2002, dan tahun 2009.

2. Mengidentifikasi keeratan hubungan antara FCD dengan LAI, LBDT dan kerapatan tegakan hutan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat menghasilkan metode yang berguna untuk mengidentifikasi degradasi dan deforestasi hutan, sebagai dasar dalam MRV REDD+ dan juga perencanaan pengelolaan hutan yang lestari dan berkelanjutan.

METODE

Waktu dan Lokasi

(14)

3

Perhitungan FCD dalam penelitian ini menggunakan bahan antara lain : Citra Satelit Landsat 5 TM daerah Kabupaten Kuningan tahun 1991, 2002, dan 2009, Citra Satelit Landsat 7 ETM+ daerah Kabupaten Kuningan tahun 2012, dan Peta Batas Administrasi Kabupaen Kuningan.

Prosedur Penelitian Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer adalah seluruh data yang diperoleh dari cek lapangan sedangkan data sekunder adalah informasi yang berhubungan dengan penelitian seperti peta dan kondisi umum kawasan yang diperoleh melalui inventarisasi dari sumber data seperti dicantumkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis data yang digunakan dalam penelitian

No Jenis data Sumber data Teknik pengumpulan data

1 Citra Satelit Landsat 5

4 Foto hemiview Observasi lapang Metode pengamatan langsung

Tahap kedua dilakukan pra pengolahan citra landsat tahun 1991, 2002, 2009, dan 2012. Citra yang telah diproses, selanjutnya diolah dengan software FCD mapper v.2.0 untuk mendapatkan peta kerapatan kanopi hutan.

Observasi lapang

(15)

4

Untuk mendapatkan nilai LBDT dan kerapatan tegakan dilakukan analisis vegetasi pada petak sampel. Ukuran sampel pada penelitian ini mengacu pada binomial probability theory dengan tingkat akurasi yang diharapkan adalah 85% dan tingkat kesalahan yang dapat diterima adalah 10%. Menurut Fitzpatrick (1981) diacu dalam Jensen (2005), maka jumlah sampel yang harus diambil adalah :

dimana:

N = jumlah sampel;

p = persen akurasi yang diharapkan (85%); q = 100- p;

Z = 1.96 pada tingkat kepercayaan 95%; E = maksimum error yang diharapkan (10%). Maka jumlah plot sampel adalah :

sehingga jumlah sample plot adalah 48.98 dibulatkan menjadi 49 plot sampel.

Desain sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan stratified random sampling. Jumlah tiap strata disesuaikan dengan nilai sampel totalnya (N). Dalam perhitungan jumlah sampel digunakan persen akurasi yang diharapkan sebesar 85% dan minimum eror sebesar 10%. Ukuran plot di lapangan dengan menggunakan citra resolusi antara 20-30 meter adalah dengan ukuran 50 m x 50 m (Huang et al. 2006). Di kuadran I dilakukan pengambilan data tegakan

pada diameter 5 cm ≤ D < 10 cm dengan luas petak 5 m x 5 m dan 10 cm ≤D <

20 cm dengan luas petak 10 m x 10 m dari titik pusat plot. Data tegakan diameter

≥ 20 cm diambil di semua kuadran dengan ukuran 25 m x 25 m. Plot pengambilan data disajikan pada Gambar 1.

(16)

5

Analisis data

Tahap keempat, merupakan tahap pengolahan dan analisis data. Pada tahap ini data hasil kerja lapang diolah dan dibandingkan dengan data hasil pengolahan citra landsat, sehingga didapatkan hasil dari penelitian ini.

Identifikasi perubahan forest canopy density

Peta persen kerapatan kanopi antara tahun 1992 dengan tahun 2002 dibandingakan untuk mendapatkan nilai ∆ FCD1, sehingga diketahui tingkat degradasi atau regenerasi hutan antara tahun 1992 sampai 2002. Begitu pula dengan peta persen kerapatan kanopi tahun 2002 dengan tahun 2009 dibandingkan

untuk mendapatkan nilai ∆ FCD2. Untuk mengklasifikasikan perubahan FCD

digunakan metode tresholding pada grafik distribusi normal. Grafik distribusi normal disajikan pada Gambar 2, dan alur kerja identifikasi perubahan FCD disajikan pada Gambar 3.

(17)

6

Gambar 3 Diagram alir alur kerja identifikasi perubahan FCD.

Idenfifikasi keeratan hubungan antara FCD dengan LAI, LBDT, dan kerapatan tegakan.

Uji normalitas

Uji normalitas adalah uji untuk megukur apakah data yang didapat dari hasil kerja lapang memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik. Data diuji dengan metode Kolomogorov – Smirnov.

Model persamaan regresi linier

(18)

7

Validasi model persamaan regresi linier

Validasi model diperlukan untuk mengetahui seberapa besar penyimpangan data yang dihasilkan dari model. Validasi model menggunakan 14 titik sampel dari total 49 titik sampel. Nilai ketepatan dihitung dengan rumus :

Keterangan : -

Alur kerja identifikasi keeratan hubungan FCD dengan parameter lapang disajikan pada Gambar 4.

(19)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah, dan terletak pada koordinat 108° 00 - 108° 00 Bujur Timur dan 60° 00 - 70°1 00 Lintang Selatan dengan luas mencapai 1195.71 km2 (119.57 ha). Secara administratif, Kabupaten Kuningan di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah, sebelah Selatan dengan Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah, sebelah Barat dengan Kabupaten Majalengka dan di sebelah Utara dengan Kabupaten Cirebon. Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Kuningan.

Gambar 5 Peta lokasi penelitian.

(20)

9

klasifikasi Schmidt-Fergusson, tipe iklim di kawasan ini adalah tipe A-B dengan nilai Q = 0.0% - 33%. Dengan ketinggian >600 mdpl dan curah hujan antara 3000

– 4000 mm/tahun pada bagian barat dan selatan, sedangkan pada bagian timur dan utara berkisar antara 2000 – 3000 mm/tahun, dengan suhu udara berkisar 18ºC – 32ºC. Berdasarkan peta jenis tanah di Kabupaten Kuningan terdiri dari jenis andosol, aluvial, podsolik, grumosol, mediteran, latosal dan regosol.

Fungsi kawasan hutan di kabupaten Kuningan meliputi kawasan hutan negara seluas 34354.55 ha terdiri dari Kawasan Konservasi 8699.87 ha, Hutan Produksi (HP) 6190.51 ha, dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 19452.67 ha. Luas potensi hutan rakyat pada tahun 2005 tercatat 16798.26 ha tersebar di 32 Kecamatan dengan prediksi potensi tegakan 6719304 pohon dan prediksi potensi kayu - kayuan 1679826 m3 (Bapeda BPS Kuningan 2012).

Identifikasi Perubahan FCD (Delta FCD)

Pengolahan citra landsat tahun 1991, 2002, dan 2009 menghasilkan peta kerapatan kanopi (FCD) tahun 1991, 2002, dan 2009. Berdasarkan peta kerapatan kanopi tersebut dihitung perubahan kerapatan kanopi antara tahun 1991-2002 dan tahun 2002-2009. Dihitung dari luasannya, penurunan kerapatan kanopi (degradasi) terjadi lebih besar dalam rentang waktu 2002-2009 yaitu sebesar 18995.49 ha, dibandingkan dengan rentang tahun 1991-2002 yang hanya seluas 11991.96 ha. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah pertambahan jumlah penduduk. Pada tahun 1991-2002 terjadi peningkatan jumlah penduduk 105553 jiwa, dan pada tahun 2002-2009 terjadi peningkatan 175044 jiwa (Bapeda BPS Kuningan 2012). Maka pada rentang tahun 2002-2009 kebutuhan akan lahan dan sumberdaya hutan lebih tinggi jika dibandingkan dengan rentang tahun 1991-2002.

Tabel 2 Perubahan luas FCD tahun 1991-2002, 2002-2009, dan 1991-2009 no. Perubahan FCD 1991- 2002 (ha) 2002-2009 (ha) 1991-2009 (ha) 1 Tidak ada data 119459.43 119456.55 119456.55

2 Tetap 44184.24 41797.17 54615.42

3 Naik 19379.16 14767.74 11657.97

4 Degradasi 11991.96 18995.49 9287.01

5 Awan 10871.55 10869.39 10869.39

Jumlah 205886.34 191118.6 205886.34

(21)

10

terbangun. Kelas dengan nilai 10-19% merupakan hutan dengan kerapatan yang paling rendah, sedangakan kelas dengan nilai 90-99% merupakan hutan dengan kerapatan paling tinggi. Perubahan FCD tiap persen kelas kerapatan pada tahun 1991, 2002, dan 2009 disajikan pada Tabel 5.

Tabel 3 Luas tiap kelas klasifikasi FCD tahun 1991, 2002, dan 2009

Kelas FCD luas (ha)

Jumlah 85415.49 85415.49 85415.49

Proses reforestasi pada rentang tahun 1991-2002 dan juga proses degradasi pada rentang tahun 2002-2009 dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi. Areal penelitian ini merupakan hutan rakyat yang dimiliki perseorangan maka tegakan atau pohon yang ditanam akan dipanen jika masyarakat membutuhkan. Pengelolaan hutan rakyat juga masih dilakukan secara tradisional, sehingga jarak tanam, proses pemanenan dan juga jenis pohon beragam. Saat ini masyarakat Kabupaten Kuningan sudah sadar untuk menanami lahannnya kembali setelah dilakukan pemanenan pohon. Hal tersebut dikarenakan permintaan kayu yang cukup tinggi, pada lima kabupaten di Jawa Barat (Sukabumi, Tasikmalaya, Ciamis, Majalengka, dan Kuningan) pada tahun 2003 terdapat hutan rakyat seluas 94119 ha dengan volume produksi kayu pertukangan 122318 m3. Kebutuhan kayu untuk bahan baku industri pengolahan kayu pertukangan pada tahun tersebut 340245 m3, sehingga terjadi ketidak seimbangan antara produksi kayu pertukangan dari hutan rakyat dengan kebutuhan bahan baku, yang ditandai dengan kekurangan kayu pertukangan sebesar 224709 m3 (Pasaribu & Roliadi 2006). Kekurangan bahan baku tersebut merupakan peluang untuk mengembangkan hutan rakyat. Hutan rakyat yang telah berkembang dan dikembangkan oleh masyarakat mempunyai keunggulan dalam beberapa hal (Suprapto 2010):

1. Hutan rakyat terbukti mampu mendukung perkonomian pedesaan dan dapat dijadikan sebagai katup penyelamat ekonomi masyarakat pada saat krisis sekalipun.

2. Pengembangan hutan rakyat dipengaruhi oleh kesungguhan masyarakat untuk merehabilitasi lingkungan dan lahan pertanian miliknya.

(22)

11

Ga

mbar

6 P

eta Pe

rse

ntas

e F

C

D Ta

(23)

12

Ga

mbar

7 P

eta Pe

rse

ntas

e F

C

D Ta

(24)

13

Ga

mbar

8 P

eta Pe

rse

ntas

e F

C

D Ta

(25)

14

Ga

mbar

9 P

eta Pe

ruba

ha

n F

C

D Ta

hun 1991

(26)

15

Ga

mbar

10 P

eta Pe

ruba

h

an F

C

D Ta

hun 2002

(27)

16

Ga

mbar

11 P

eta Pe

ruba

h

an F

C

D Ta

hun 1991

2009

(28)

17

Identifikasi Keeratan Hubungan FCD dengan LAI, LBDT, dan Kerapatan Tegakan Hutan

Parameter yang digunakan di lapangan adalah LAI, LBDT dan kerapatan tegakan hutan. Analisis regresi antara LAI, LBDT dan kerapatan tegakan hutan dengan FCD digunakan untuk mengidentifikasi keeratan hubungan dan dapat membuktikan apakah FCD dapat menduga kerapatan tegakan, LBDT, dan LAI. Keeratan hubungan ditentukan dari nilai koefisien determinasi (r2). Sebelum dilakukan analisis regresi, parameter lapang diuji normalitas terlebih dahulu dengan metode K-S.

Leaf Area Index

Leaf area index (LAI) didefinisikan sebagai nisbah antara luas daun dengan luas lahan tegakan yang diproyeksikan tegak lurus terhadap penutupan kanopi (Nemani & Running 1998 dalam Setiawan 2006). Nilai LAI memiliki satuan desimal. Konsep LAI telah lama dikembangkan sebagai salah satu penentu hasil maksimal suatu tanaman. Nilai LAI bervariasi dari hari ke hari sebagai akibat dari variasi pola radiasi surya harian dan bervariasi dari musim ke musim sebagai akibat perubahan kanopi, area tumbuh, dan guguran daun (Hadipoentyanti et al. 1994).

Pengujian normalitas menghasilkan nilai K-S 0.18 yang menunjukan data LAI berdistribusi normal. Regresi antara nilai persentase FCD dan LAI menghasilkan persamaan dengan koefisien determinasi (r2) sebesar 0.62, artinya data FCD mempengaruhi data LAI sebesar 62%, sedangkan faktor lainnya mempengaruhi data LAI sebesar 38%. Grafik uji normalitas data LAI disajikan pada Gambar 12. Grafik persamaan regresi antara FCD dan LAI disajikan pada Gambar 13.

(29)

18

Gambar 13 Persamaan regresi linier FCD dan LAI.

Keeratan hubungan antara FCD dengan LAI yang ditunjukkan oleh koefisien determinasi dipengaruhi banyak faktor. Beberapa faktor diantaranya adalah jarak antara tegakan tidak sama, dan adanya tanaman tumpang sari diantara tegakan. Jarak antara tegakan mempengaruhi foto hemiview yang diambil di plot contoh. Ada kemungkinan foto yang diambil memiliki nilai LAI yang lebih tinggi atau lebih rendah. Tanaman tumpang sari menyebabkan foto hemiview yang diambil memiliki nilai LAI yang lebih tinggi dari nilai yang sebenarnya disebabkan daun-daun tanaman tumpangsari menutupi foto hemiview.

Kerapatan Tegakan Hutan

(30)

19

Gambar 14 Uji normalitas kerapatan tegakan.

(31)

20

rakyat yang masih dilakukan secara tradisional menyebabkan kondisi hutan rakyat memiliki jarak tanam, umur tegakan dan jenis tegakan yang berbeda.

Koefisien determinasi antara band 1 citra SPOT dengan kerapatan tegakan pada areal hutan alam dan kebun kopi sebesar 0.68 (Kurniawan 2004). Jika dibandingkan dengan koefisien determinasi antara FCD dengan kerapatan tegakan pada hutan rakyat sebesar 0.65, memiliki selisih yang tidak terlalu besar. Padahal resolusi citra yang digunakan berbeda. FCD menggunakan citra Landsat beresolusi 30 × 30 meter, sedangkan citra SPOT memiliki resolusi 20 × 20 meter. Hal tersebut membuktikan FCD dapat menjanjikan pendugaan kerapatan tegakan yang lebih baik dengan biaya yang lebih murah. Sehingga FCD dapat menjadi salah satu metode dalam MRV REDD+.

Luas Bidang Dasar Tegakan

Luas Bidang Dasar Tegakan (LBDT) pohon adalah luas area lingkaran batang pohon yang diukur pada ketinggian setinggi dada (Philip 1994 dalam Kurniawan 2004). Pengukuran luas bidang dasar umumnya dilakukan diluar kulit pohon (over bark). Satuan LBDT adalah meter persegi per hektar (m2/ha).

Pengujian normalitas menghasilkan nilai K-S 0.24 yang menunjukan data LBDT berdistribusi normal. Regresi antara FCD dengan LBDT menghasilkan persamaan

, dengan nilai determinasi (r2) sebesar 0.71, artinya data FCD

mempengaruhi data LBDT sebesar 71%, sedangkan faktor lainnnya mempengaruhi data LBDT sebesar 29%. Grafik uji normalitas data LBDT disajikan pada Gambar 16. Grafik persamaan regresi antara FCD dengan LBDT disajikan pada Gambar 17.

(32)

21

Gambar 17 Persamaan regresi linier FCD dan LBDT.

Koefisien determinasi antara FCD dengan LBDT dipengaruhi banyak faktor, diantaranya adalah luas permukaan kanopi tegakan dan jenis tegakan. Luas permukaan kanopi tegakan berbanding lurus dengan nilai LBDT. Pada areal agroforestri karet LBDT dengan band 1, 2, dan 3 landsat 7 ETM+ memiliki hubungan yang cukup erat, LBDT dengan band 1 memiliki nilai r2 = 0.8, dengan band 2 memiliki nilai r2 = 0.72, dan dengan band 3 memiliki r2 = 0.8 (Djumhaer 2003). Kondisi pada areal agroforestri karet yang memiliki jarak antara tegakan yang teratur dan seragam merupakan salah satu faktor yang membuat koefisien determinasi cukup baik. Berbeda dengan kondisi hutan rakyat yang memiliki jarak antara tegakan yang tidak seragam membuat nilai koeefisien determinasi yang lebih rendah.

Validasi model

Total 49 sampel yang didapatkan tetapi ada 3 sampel yang merupakan pencilan, sehingga hanya digunakan 46 sampel. Dari 46 sampel dibagi menjadi 2, 32 digunakan untuk membuat model dan 14 sampel digunakan untuk validasi model. Dari hasil analisis regresi antara FCD dengan LAI, Kerapatan tegakan, dan LBDT didapatkan hasil nilai determinasi (r2) yang terbesar yaitu antara LBDT dengan FCD dengan nilai 0.71. Untuk persamaan regresi linier dipilih LBDT,

: ( ) persamaan ini dapat digunakan untuk memprediksi

LBDT dengan menggunakan nilai FCD yang didapatkan dari hasil pengolahan citra landsat.

(33)

22

Penerapan Model

Model terbaik yang didapatkan, dapat digunakan untuk menentukan perubahan tingkat degradasi hutan dalam program MRV (Monitoring, Reporting & Verification) proyek REDD+. Dengan demikian perubahan emisi karbon yang disebabkan oleh degradasi hutan dan lahan pada skala lanskap yang luas dapat dideteksi dengan cepat. Kelebihan penggunaan FCD dalam MRV REDD+ adalah sumber data berupa citra landsat yang bisa didapatkan dengan tanpa biaya, dan tersedia terus menerus.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Proses degradasi di hutan dan lahan masyarakat lebih banyak terjadi antara tahun 2002-2009 sebesar 18995.49 ha. Proses reforestasi di hutan dan lahan masyarakat lebih banyak terjadi antara tahun 1991-2002 sebesar 19379.16 ha. 2. Koefisien determinasi regresi linier antara LAI dan FCD adalah 0.62.

Koefisien determinasi regresi linier antara kerapatan tegakan dan FCD adalah 0.65. Persamaan regresi linier yang dipilih untuk estimasi LBDT dengan FCD adalah mengikuti persamaan, dengan koefisien determinasi sebesar 0.71. Nilai ketepatan dari model LBDT dengan FCD sebesar: 18.98%.

Saran

1. Perlunya kajian dari faktor sosial dan ekonomi terhadap proses degradasi dan reforestasi yang terjadi di Kabupaten Kuningan.

2. Perlunya pemetaan kerapatan kanopi di lokasi yang memiliki struktur tegakan yang berbeda dengan lokasi penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Azizi Z, Najafi A, Sohrabi H. 2008. Forest canopy density estimating, using satellite image. Beijing: The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences. Vol. XXXVII, part BS. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik

Indonesia. Project supported by the Australian International Development Assistance Program – AusAID (retrieved on November 25, 2008).

[Bapeda BPS] Badan Perencanaan Daerah Kab. Kuningan, Badan Pusat Statistik. (ID) 2002. Kuningan Dalam Angka Tahun 2002.

[Bapeda BPS] Badan Perencanaan Daerah Kab. Kuningan, Badan Pusat Statistik. (ID) 2009. Kuningan Dalam Angka Tahun 2009.

[Bapeda BPS] Badan Perencanaan Daerah Kab. Kuningan, Badan Pusat Statistik. (ID) 2012. Kuningan Dalam Angka Tahun 2012.

(34)

23

[DISHUTBUN Kab.Kuningan] Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab.Kuningan.2012. Tata Guna Lahan dan Perkebunan. http://www.kuningankab.go.id/sumber-daya-alam/kehutanan diakses 7 Agustus 2012.

Djumhaer M. 2003. Pendugaan Leaf Area Index dan Luas Bidang Dasar Tegakan Menggunakan Landsat 7 ETM+ (Studi Kasus di Kabupaten Bungo Provinsi Jambi) [skripsi]. Bogor: Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Hadipoentyanti EM, EA Hadad, Hermanto. 1994. Peran intensitas radiasi surya dan indeks luas daun terhadap produksi maksimal tanaman. Buletin PERHIMPI 2(1): 49 – 52.

Huang D, Yang W, Tan B, Rautiainen M, Zhang P, Jiannan H, Shabanov NV,Linder S, Knyazikhin Y, Myneni RB. 2006. The Importance of Measurement Errors for Deriving Accurate Reference Leaf Area Index Maps for Validation of Moderate-Resolution Satellite LAI Products. J. IEEE Transactions On Geoscience and Remote Sensing. 44:1866-1871. Jensen JR. 2005. Introductory Digital Image Processing. Third Edition. South

California: Pearson Prentice Hall.

Kurniawan A. 2004. Penggunaan teknologi pengindraan jauh dalam pendugaan luas bidang dasar tegakan dan kerapatan tegakan [skripsi]. Bogor: Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Prasetyo LB, Tsuyuki S, Baba A. 2003. Application of Landsat/TM and Multitemporal JERS-1 SAR Image for Paddy Field Area Identification : A Case Study at Cidanau Watershed, Banten, Indonesia. Journal Of GIS, Remote Sensing and Dynamic Modelling (3): 66-76.

Prasetyo LB, Damayanti EK, Masuda M. 2009. Precondition for the success of managing forest resources with community (PHBM): case study in kph Kuningan and Ciamis. final report. competitive research grant for international publication batch III Directorate of Higher Education No. 688/SP2H/PP/DP2M/X/2009. Bogor: Bogor Agricultural University. Unpublished.

Pasaribu RA, Roliadi H. 2006. Kajian Potensi Kayu Pertukangan Dari Hutan Rakyat PadaBeberapa Kabupaten Di Jawa Barat. Hal 35-48. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan, Bogor.

Rikimaru A, Roy PS, Miyatake S. 2002. Tropical forest cover density mapping. Tropical Ecology 43(1): 39-47.

Setiawan R. 2006. Metode neraca energi untuk perhitungan leaf area index (LAI) di lahan bervegetasi menggunakan data citra satelit [skripsi]. Bogor: Departemen Geofisika Dan Meteorologi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.

Suprapto E. 2010. Hutan Rakyat : Aspek Produksi, Eekologi, dan Kelembagaan. http://www.arupa.or.id diakses 7 Agustus 2012.

(35)

24

RIWAYAT HIDUP

Nugrahadi Ramadhan Tohir dilahirkan di Bandung pada tanggal 18 April 1990 sebagai putra pertama dari dua laki – laki bersaudara pasangan Bapak Dudi Tohir dan Ibu Novi Susilorini Andayaningsih. Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1995 di TK Bina Insani Bogor dan lulus pada tahun 1996. Sekolah Dasar di SD Bina Insani Bogor masuk pada tahun 1996 dan lulus pada tahun 2002. Tahun 2002 penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 3 Bogor dan lulus pada tahun 2005, setelah itu melanjutkan ke SMA Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun 2008. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SMNPTN dengan program studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan pada tahun 2008.

Gambar

Tabel 1 Jenis data yang digunakan dalam penelitian
Gambar 1 Plot pengambilan data.
Gambar 2 Grafik tresholding untuk identifikasi perubahan FCD.
Gambar 3 Diagram alir alur kerja identifikasi perubahan FCD.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas ( Classroom Action Research ) yang dilaksanakan di SMP Negeri 5 Baraka dengan rumusan masalah apakah hasil belajar

Pokja Konstruksi pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya akan melakukan klarifikasi dan/atau verifikasi kepada penerbit dokumen, apabila diperlukan.

Sehubungan dengan Pelelangan Paket Pekerjaan Pembangunan Jalan Lingkungan/Drainase Desa Cot Lampise, maka kami mengundang saudara untuk klarifikasi dan Pembuktian Kualifikasi

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Logam Dan Sejenisnya Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2011-2013

[r]

1) Pengeluaran biaya OP&amp;M terbesar berturut-turut adalah untuk kegiatan pemeliharaan saluran dan bangunan yaitu 40,5% dan untuk kegiatan operasi 25,06%, sehingga

(2) Tunjangan yang dimaksud dalam pasal 1 peraturan ini diberikan kepada Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia yang menjadi tidak cakap bekerja karena cacat fisik atau

Namun pengiklan di berbagai media cetak ternama dan memiliki rating tinggi tidaklah hanya satu dua. Ini merupakan problem, karena dengan semakin banyaknya terpaan iklan