PENGARUH KUANTITAS BAHAN PELEDAK TERHADAP
PRODUKSI ANDESIT DAN GETARAN DI SUDAMANIK
KECAMATAN CIGUDEG KABUPATEN BOGOR
ALJON A. M. SIMBOLON
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Kuantitas Bahan Peledak terhadap Produksi Andesit dan Getaran di Sudamanik Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Aljon A. M. Simbolon
RINGKASAN
ALJON A. M. SIMBOLON. Pengaruh Kuantitas Bahan Peledak terhadap Produksi Andesit dan Getaran di Sudamanik Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh MOHAMAD YANI dan IRZAMAN.
Batuan andesit di Gunung Sudamanik telah dieksploitasi lima perusahaan tambang yang memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) dengan luas total Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) seluas 113 hektar. Pada tahun 2012, total produksi batuan andesit kelima perusahaan adalah 3.98 juta ton dan rata-rata 332.07 ribu ton per bulan. Batuan tersebut dihasilkan dari peledakan yang dapat mencapai lima kali peledakan atau lebih setiap hari. Kegiatan peledakan ini akan menghasilkan getaran tanah dan kebisingan, sehingga berdampak pada kerusakan konstruksi rumah dan gangguan kenyamanan terhadap penduduk yang bermukim di sekitar kaki Gunung Sudamanik.
Penelitian bertujuan untuk (1) mengkaji pengaruh kuantitas pemakaian bahan peledak terhadap produksi batuan andesi; (2) mengkaji pengaruh kuantitas pemakaian bahan peledak dan jarak terhadap getaran tanah dan intensitas bunyi ledakan di sekitar pemukiman masyarakat; (3) mengukur persepsi masyarakat sekitar Gunung Sudamanik terhadap kegiatan peledakan batuan.
Metode pendekatan kuantitatif dengan melakukan pengukuran langsung pada lokasi peledakan batuan andesit diterapkan untuk mengkaji pengaruh kuantitas bahan peledak, jumlah lubang ledak, kedalaman lubang terhadap produksi andesit, getaran tanah dan taraf intensitas bunyi ledakan, Persepsi masyarakat terhadap getaran tanah, intensitas bunyi dan kehawatiran dampak peledakan dilakukan melalui kuesioner kepada 100 orang responden yang bermukim di sekitar Gunung Sudamanik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuantitas pemakaian bahan peledak (X) berpengaruh linier positif terhadap produksi andesit (Y1) dengan model
persamaan Ŷ1= 4.4X + 66.4. Kuantitas bahan peledak (X1) dan jarak (X2) secara
simultan berpengaruh terhadap tingkat getaran tanah (Y2) adalah berbentuk
pecahan eksponen dengan model persamaan .
Tingkat getaran tanah akibat peledakan masih di bawah baku mutu SNI 7571: 2010. Kuantitas bahan peledak dan jarak (r) secara simultan berpengaruh terhadap taraf intensitas (TI) bunyi ledakan dengan model persamaan TI2 = TI1 –
20 log(r2/r1). TI bunyi ledakan yang terjadi masih di bawah baku mutu SNI 7570:
2010. Persepsi responden terkait dampak peledakan menyatakan bahwa yang paling dikhawatirkan adalah terjadinya fly rock (58%), getaran tanah (19%), tertutupnya akses jalan pada saat peledakan (11%), intensitas bunyi ledakan (4%), dan sisanya menyatakan tidak ada yang dikahawatirkan (8%).
Kata kunci: andesit, getaran tanah, intensitas bunyi, peledakan, persepsi
6 , 1
5 , 0 1
2
2
365
SUMMARY
ALJON A. M. SIMBOLON. The Effect of the Explosives Quantity to Andesite Production and Ground Vibration at Mount Sudamanik, Cigudeg Subdistrict Bogor Regency. Supervised by MOHAMAD YANI and IRZAMAN.
The andesite rocks of Mount Sudamanik has been exploited by five mining companies that have mining business license (IUP) with a total area of mining business permit area (WIUP) covered to 113 hectares. In 2012, total andesite production of all companies was 3.98 x 106 tons at an average of 332.07 x 103 tons per month. The andesite rocks is produced from at least five times or more blasting every day. The blasting activities will result a ground vibration and noises, it caused to damaging of house construction and disruption of comfort of peoples living around the hill of Mount Sudamanik.
The objectives of this study are (1) to determine the effect of explosive quantity to andesite production; (2) to determine the effect of explosives quantity and distance to the ground vibration and sound intensity of blasting to residential communities, (3 ) to assess the community perception to blasting activities.
The quantitative approach method with direct measurement at blasting point was applied to assess the effect of explosives quantity, amount and depth of boring holes to andesite production, ground vibration and noise intensity of an explosion. Public perception of ground vibration, noise intensity and anxiety of explosion impact were assessed through questionnaires to 100 respondents who live in the arround of Mount Sudamanik.
The results showed that the quantity of explosives usage (X) effect a positive linear respon to the andesite production (Y1) with equation model of Y1 = 4.4X +
66.4. The explosives quantity (X1) and distance (X2) simultaneously effect to the
ground vibration level (Y2) as a model equations of
The ground vibration due to blasting was below the quality standard of SNI 7571 : 2010. The explosives quantity and distances (r) simultaneously effect to the noise intensity level (TI) of the blasting as a equation model of TI2 = TI1 -
20 log (r2/r1). The noise intensity level of the occurred blasting was below the
quality standard SNI 7570 : 2010. Respondent perceptions of the blasting impact indicates that the most feared was fly rock (58%), ground vibration (19%), obstruction of access roads at the blasting schedule (11%), the noise intensity level of the blasting (4%), and no fear of blasting impact (8%).
Keywords: andesite, blasting, ground vibration, perception, noise intensity
6 , 1
5 , 0 1
2
2 365
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.
PENGARUH KUANTITAS BAHAN PELEDAK TERHADAP
PRODUKSI ANDESIT DAN GETARAN DI SUDAMANIK
KECAMATAN CIGUDEG KABUPATEN BOGOR
ALJON A. M. SIMBOLON
Tesis
sebagai salah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Penguji Luar Komisi
Pada ujian tesis: Sabtu, 20 Juli 2013 Pukul 8:00 WIB Dr. Ir. Irmansyah, M.Si.
Judul Tesis Pengaruh Kuantitas Bahan Peledak terhadap Produksi Andesit dan Getaran di Sudamanik Kecamatan Cigudeg
Kabupaten Bogor
Nama Aljon A. M. Simbolon
NIM P052110354
Program Studi: Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Disetujui oleh
KomisiPembimbing
セョ@
.
Dr. Ir. Mohamad Yani, M.Eng.
dイNiイNセ@
"
Ketua Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan
Prof.Dr.Ir. Cecep Kusmana, MS.
Judul Tesis : Pengaruh Kuantitas Bahan Peledak terhadap Produksi Andesit dan Getaran di Sudamanik Kecamatan Cigudeg
Kabupaten Bogor Nama : Aljon A. M. Simbolon NIM : P052110354
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Disetujui oleh KomisiPembimbing
Dr. Ir. Mohamad Yani, M.Eng. Dr. Ir. Irzaman, M.Si. Ketua Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan
Prof.Dr.Ir. Cecep Kusmana, MS. Dr.Ir. Dahrul Syah, MScAgr.
PRAKATA
Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Allah Maha Pengasih, karena atas perkenan-Nya penyusunan karya ilmiah ini dapat dirampungkan. Tesis ini berjudul Pengaruh Kuantitas Bahan Peledak terhadap Produksi Andesit dan Getaran di Sudamanik Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr.Ir. Mohamad Yani, M.Eng dan Dr.Ir. Irzaman, M.Si selaku Komisi Pembimbing. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan penghargaan kepada Ir. Rosikin selaku Kepala Teknik Tambang PT. Batu Jaya Makmur, Ir. Taruno selaku Kepala Teknik Tambang PT. Sudamanik, Ir. Gungun selaku Kepala Teknik Tambang PT. Gunung Sampurna Makmur, dan Tito, ST selaku Wakil Kepala Teknik Tambang PT. Batu Gunung Makmur, yang telah memberi kesempatan kepada penulis memasuki lokasi peledakan batuan dan membantu pengumpulan data selama di lapangan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Asep Dahlan yang telah membantu penulis dalam melaksanakan pengukuran dan urusan transportasi.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga, penulis sampaikan kepada istri tercinta, Betty Aprilina Simatupang, S.Si, serta kepada ketiga putri tersayang, Loretty Struggle Rosalina Simbolon, Ruth Sintetha Simbolon dan Andesita Logtetha Ulina Simbolon, atas dorongan semangat yang diberikan selama penulis kuliah dan menyusun tesis ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2013
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ……… DAFTAR GAMBAR ………... DAFTAR LAMPIRAN ... 1 PENDAHULUAN ………..
1.1. Latar Belakang……….
1.2. Kerangka Pemikiran……….
1.3. Perumusan Masalah ……….
1.4. Tujuan Penelitian ……….
1.5. Hipotesis ………..
1.6. Manfaat Penelitian ………... 2 TINJAUAN PUSTAKA………
2.1. Bahan Peledak ……… 2.1.1. Bahan Peledak Lemah………... 2.1.2. Bahan Peledak Kuat ………. 2.2. Penambangan dengan Cara Peledakan ………
2.2.1. Pemboran Batuan ……….. 2.2.2. Peledakan Batuan ……….
2.3. Produksi Batuan Hasil Peledakan……… 2.4. Getaran Tanah Akibat Peledakan ……… 2.5. Taraf Intensitas (TI) Bunyi Peledakan……… 3 METODE PENELITIAN ………
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 3.2. Data dan Alat ...………. 3.3. Metode yang Digunakan... 3.4. Teknik Pengumpulan Data ………
3.4.1. Pengumpulan Data Kuantiítas Bahan Peledak ……… 3.4.2. Pengumpulan Data Produksi Andesit Hasil Peledakan 3.4.3. Pengumpulan Data Tingkat Getaran dan Bunyi Akibat Peledakan ... 3.4.4. Pengumpulan Data Persepsi Masyarakat terhadap Peledakan ... 3.5. Teknik Analisis Data……….
3.5.1. Analisis Pengaruh Kuantitas Bahan Peledak terhadap Produksi Andesit ... 3.5.2. Analisis Pengaruh Kuantitas Bahan Peledak dan Jarak terhadap Tingkat Getaran... 3.5.3. Analisis Pengaruh Kuantitas Bahan Peledak dan Jarak terhadap TI Bunyi Ledakan ... 3.5.4. Analisis Kuesioner Persepsi Masyarakat terhadap Kegiatan Peledakan... 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...
4.1. Pengaruh Kuantitas Pemakaian Bahan Peledak terhadap Produksi Batuan Andesit ... 4.1.1. Menghitung MR Produksi Andesit Hasil Peledakan..
Halaman
x x xi
4.1.2. Menghitung Produksi Andesit Hasil Peledakan... 4.1.3. Model Pengaruh Kuantitas Bahan Peledak terhadap
Produksi Andesit Hasil Peledakan ... 4.2. Pengaruh Kuantitas Pemakaian Bahan Peledak dan Jarak Terhadap Getaran dan TI Bunyi Peledakan ...
4.2.1. Pengaruh Kuantitas Bahan Peledak dan Jarak
terhadap Tingkat Getaran ... 4.2.2. Pengaruh Kuantitas Bahan Peledak dan Jarak
terhadap TI Bunyi Peledakan ... 4.3. Persepsi Masyarakat terhadap Kegiatan Peledakan Andesit..
4.3.1. Analisis Data Personal Responden... 4.3.2. Anaslisis Persepsi Respnden terhadap Tingkat Getaran Akibat Peledakan ... 4.3.3. Anaslisis Persepsi Responden TI Bunyi Peledakan.... 4.3.4. Anaslisis Persepsi Responden terhadap Dampak yang Paling Dikhawatirkan dari Kegiatan Peledakan 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR PUSTAKA ...
DAFTAR TABEL
2.1.Bahan-bahan untuk campuran bahan peledak ... 3.1. Kuantitas bahan peledak setiap pelaksanaan peledakan ... 3.2.Data geometri blok batuan dan produksi andesit ... 3.3. Data jarak, tingkat getaran dan TI bunyi ledakan ... 3.4.Baku mutu tingkat getaran menurut SNI 7571 (BSN 2010a)... 3.5. Baku mutu tingkat kebisingan menurut SNI 7570 (BSN 2010b)... 4.1.Kuantitas bahan peledak dan produksi andesit hasil peledakan 4.2. Nilai perbandingan kuantitas bahan peledak dengan produksi
andesit ... 4.3. Jumlah bahan peledak pada setiap nomor delay detonator... 4.4. Maksimum bahan peledak pada delay sama untuk bangunan
kelas 2 ... 4.5. Maksimum bahan peledak pada delay sama untuk bangunan
kelas 3... 4.6.TI bunyi ledakan hasil pengukuran dan hasil perhitungan dari
rumus intensitas...
DAFTAR GAMBAR
1.1.Diagram alir kerangka pemikiran penelitian ...
25 26 27 28 35 37 37 37 39 41 42 43
6 15 16 16 20 21 22 27 28 32 33 35
3.1.Peta rupa bumi daerah penelitian ... 3.2.ANFO dan kemasan dalam karung ... 3.3. Dinamit sebagai primer bahan peledak... 3.4. Detonator dan sambungan kabel ... 3.5. Geometri peledakan ... 3.6. Geometri dan pola lubang ledak dan nomor delay detonator ... 3.7. Seismograf jenis Blasmate dan Minimate Plus ... 3.8. Contoh rekaman getaran arah transversal, longitudinal dan
vertikal ... 3.9. Pemukiman sekitar lokasi peledakan andesit ... 4.1. Jenjang batuan andesit yang terbentuk bersudut sekitar 720 ...
4.2.Kondisi lapangan belum mempunyai jenjang teratur dan terdapat air dan lumpur ... 4.3. Jenjang batuan hasil peledakan relatif tegak lurus terhadap
horizontal ... 4.4. Jenjang batuan hasil peledakan tidak sempurna membentuk
sudut 900 ... 4.5.Jenjang batuan yang sudah terbentuk teratur sebelum
peledakan batuan berikutnya ... 4.6. Model antara produksi andesit vs kuantitas bahan peledak ... 4.7. Model antara getaran vs jumlah handak delay dan jarak ... 4.8. Plot kontur antara getaran vs jumlah handak delay dan jarak ... 4.9. Salah satu rumah warga yang termasuk kelas 2 di sekitar
lokasi peledakan ... 4.10. Pengukuran tingkat getaran dan TI bunyi peledakan di
pemukiman masyarakat ... 4.11.Pengukuran tingkat getaran da TI bunyi peldakan di parkir
kantor tambang yang termasuk bangunan kelas 4 ... 4.12. Model kuantitas handak vs jarak pada tingkat getar tertentu .. 4.13. TI bunyi ledakan pada beberapa variasi jumlah handak dan jarak ... 4.14.Data personal responden yang mengembalikan kuesioner .... 4.15.Persepsi responden terhadap getaran tanah ... 4.16. Persepsi responden terhadap taraf intensitas bunyi ledakan .. 4.17.Persepsi responden terhadap dampak yang paling
dikhawatirkan dari kegiatan peledakan (dalam %) ...
DAFTAR LAMPIRAN
1.Hasil pengolahan data secara statistik ... 1.a. Hasil uji kelompok produksi andesit ulangan 1 dan ulangan 2 ... 1.b. Model linier dan kuadrat antara maksimum delay handak Dan jarak terhadap getaran ...
11 12 12 12 13 13 14 17 17 23 23 24 25 25 26 29 29 31 31 33 34 36 38 39 40 41
1.c. Uji t untuk tingkat getaran hasil pengukuran dan hasil rumus Du Pont ... 1.d. Uji t untuk tingkat getaran hasil pengukuran dan hasil modifikasi rumus ... 1.e. Uji t untuk TI hasil pengukuran dan TI hasil perhitungan rumus intensitas ... 2.Getaran dan bunyi peledakan hasil pengukuran minimate plus ... 3.Tingkat getaran hasil pengukuran dan hasil perhitungan rumus dan hasil modifikasi rumus Du Pont ……… 4.Perkiraan TI bunyi ledakan pada berbagai jarak ke kantor
tambang atau ke pemukiman ...
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumberdaya mineral dan batuan pada umumnya tersebar di daerah terpencil yang masih memerlukan pengembangan. Karena itu kehadiran suatu pertambangan sangat penting peranannya bagi kemajuan dan pembangunan serta meretas keterisolasian suatu daerah. Bahkan beberapa kota, seperti Sawahlunto di Sumatera Barat, Pangkal Pinang di Pulau Bangka telah berkembang dan hidup dari rangkaian kegiatan pertambangan. Sawahlunto berkembang menjadi kota yang ramai karena adanya pertambangan batubara Ombilin, sementara Pangkal Pinang tumbuh karena adanya pertambangan timah (Sudradjat 2007).
Kendati demikian, dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia, sering kali aspek lingkungan hidup dilupakan atau dipinggirkan. Hal ini terlihat dari betapa mendominasinya alasan-alasan aspek ekonomi dan sosial budaya dalam perencanaan dan penetapan sebuah kebijakan. Padahal menurut Sugandhy dan Hakim (2007) pola pembangunan perlu memperhatikan fungsi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, agar proses pembangunan dapat terlaksana secara berkelanjutan. Mengingat pemerintah memegang peranan penting dan strategis dalam penetapan kebijakan pembangunan, maka salah satu konsep yang diharapkan dapat menjadikan aspek lingkungan sebagai mainstream
pembangunan di Indonesia bersama-sama dengan aspek ekonomi dan sosial budaya adalah konsep kepemerintahan lingkungan (environmental governance). Sebab menurut Keraf (2010) ada korelasi sangat positif antara penyelenggaraan pemerintahan dengan pengelolaan lingkungan hidup, dimana pemerintahan yang buruk akan menciptakan pengelolaan lingkungan hidup yang buruk pula, dan pemerintahan yang baik akan menghasilkan pengelolaan yang baik juga.
Kepemerintahan lingkungan merupakan kumpulan dari nilai-nilai dan norma-norma yang mengatur hubungan antara negara dan masyarakat madani dalam penggunaan, pengawasan, dan manajemen lingkungan. Nilai dan norma-norma ini diekspresikan dalam suatu rantai kompleks yang terdiri atas peraturan, kebijakan, institusi yang mengatur sebuah mekanisme organisasi dalam mengartikulasikan sasaran yang luas dan target perencanaan spesifik manajemen lingkungan. Environmental governance menyediakan sebuah kerangka kerja konseptual dimana tingkah laku publik dan swasta diatur dalam mendukung pengelolaan sumber daya alam dan pelaksanaan pembangunan yang lebih berorientasi ekologis.
Demikian juga yang terjadi di Gunung Sudamanik, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, dimana wilayah sekitar Gunung Sudamanik tumbuh dan berkembang karena pertambangan batu andesit. Menurut Rumidi (2004) andesit merupakan jenis batuan beku luar, hasil dari pembekuan magma di dalam bumi sampai permukaan bumi. Andesit mempunyai kandungan silika atau kuarsa (SiO2)
Gunung Sudamanik dieksploitasi lima perusahaan tambang batu andesit yang memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) dengan luas total Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) dari kelima perusahaan tersebut adalah seluas 113 hektar. Pada tahun 2012, total produksi batuan kelima perusahaan adalah 3.984.785 ton atau rata-rata 332.065 ton per bulan. Produksi batuan tersebut dihasilkan dari peledakan yang dapat mencapai lima kali peledakan atau lebih setiap hari. Getaran yang disebabkan peledakan ini kemungkinan berdampak pada konstruksi rumah penduduk yang bermukim di sekitar kaki Gunung Sudamanik.
Pemukiman penduduk berada pada 7 kampung/dusun yang dicakup dalam 13 RW (rukun warga) dengan jumlah RT (rukun tetangga) sebanyak 40 RT. Semua dusun tersebut secara administratif berada dalam Desa Rengasjajar dengan jumlah penduduk sebanyak 9.124 orang yang tercakup dalam 2.003 kepala keluarga (Laporan Tahunan Kecamatan Cigudeg, 2012). Pemukiman penduduk tersebut berjarak sekitar 400 – 1.500 meter dari lokasi pertambangan dan peledakan batuan andesit.
1.2Kerangka Pemikiran
Kegiatan pertambangan batuan andesit memiliki salah satu rangkaian kegiatan utama yaitu peledakan untuk memberaikan batuan andesit menjadi bongkahan-bongkahan batuan (fragmentasi). Fragmentasi batuan andesit inilah yang menjadi produksi atau hasil peledakan yang diinginkan perusahaan pertambangan.
Namun tak dapat dipungkiri bahwa persoalan lingkungan hidup yang mempengaruhi kenyamanan masyarakat sekitar Gunung Sudamanik, seperti getaran tanah, kebisingan, dan terjadinya lontaran bongkahan batuan (flyrock)
yang dapat mengancam keselamatan jiwa, akibat kegiatan peledakan sering dikaitkan sebagai dampak negatif kegiatan pertambangan yang menerapkan peledakan sebagai salah satu rangkaian kegiatan untuk meningkatkan produksi andesit. Menurut Kecojevic dan Radomsky (2005) flyrock dan kurangnya pengamanan pada zona peledakan telah menyebabkan 281 kecelakaan pada tambang terbuka (surface mining) antara tahun 1978 dan 1998. Di sisi lain, peledakan merupakan satu-satunya cara yang paling efektif untuk membongkar dan memecahkan batuan andesit dalam rangka mencapai produksi yang tinggi.
Besarnya kuantitas pemakaian bahan peledak (handak) diduga akan mempengaruhi besarnya produksi batuan andesit yang dapat diledakkan, dan juga mempengaruhi besarnya getaran tanah yang dapat mengganggu konstruksi rumah pada pemukiman warga, serta mempengaruhi tingkat kebisingan peledakan (air blast) yang dapat mengganggu kenyamanan warga saat pelaksanaan peledakan. Menurut Marmer et al. (2010) penambangan dengan menggunakan cara peledakan, selain memecahakan atau memberaikan batuan, peledakan juga akan menimbulkan getaran pada massa batuan sekitarnya.
tanah. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis untuk mengkaji hubungan antara kuantitas bahan peledak dengan jumlah produksi andesit. Dilanjutkan pengkajian hubungan antara kuantitas bahan peledak dengan tingkat getaran tanah. Kemudian tingkat getaran dibandingkan dengan baku mutu SNI 7571: 2010. Dari analisis data, ditarik kesimpulan dan mengusulkan umpan balik bagi rancangan peledakan pada pelaksanaan peledakan andesit di kemudian hari. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dijelaskan lebih terperinci melalui Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Bagan alir kerangka pemikiran penelitian
Kuant it as Bahan peledak
Peledak an
fly rock Kebisingan
ledak an
Energi> Elast isit as:
Bat uan pecah Fragm en tasi
sebag ai produk si andseit
Energi< Elast isit as: Get aran m eram bat
Get aran t anah Gelom bang seism ik
Pem uki m an pada j ar ak 3 00, 400, 60 0m
> SNI 7571, m er usak Konst r uksi pem ukim an
< SNI 7571, ti dak m erusak Konst r uksi pem ukim an
Persepsi m asy arak at
1.3Perumusan Masalah
Dengan berlakunya UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba) serta UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, ditekankan keberpihakan yang cukup besar terhadap kelestarian fungsi lingkungan atau nuansa ecocentric sangat kuat. Menurut Sumardjono et al. (2011) UU Minerba memberikan perhatian yang seimbang, baik terhadap peningkatan produksi maupun terhadap konservasi sumber daya mineral dan batubara serta konservasi lingkungan. Artinya bahwa alasan peningkatan produksi pertambangan tidak bisa mengalahkan kelestarian lingkungan. Berdasarkan paparan di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dituangkan dalam bentuk pertanyaan berikut :
1. Berapa kuantitas pemakaian bahan peledak agar produksi andesit hasil peledakan mencapai optimum pada pertambangan andesit Gunung Sudamanik?
2. Bagaimana pengaruh kuantitas bahan peledak yang digunakan untuk meledakkan batuan andesit terhadap getaran tanah di sekitar pemukiman masyarakat Gunung Sudamanik?
1.4Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengkaji pengaruh kuantitas pemakaian bahan peledak terhadap produksi
batuan andesit Gunung Sudamanik.
2. Mengkaji pengaruh kuantitas pemakaian bahan peledak dan jarak terhadap getaran tanah dan intensitas bunyi ledakan di sekitar pemukiman masyarakat Gunung Sudamanik.
3. Mendapatkan gambaran persepsi masyarakat sekitar Gunung Sudamanik terhadap adanya peledakan batuan yang terjadi hampir setiap hari.
1.5Hipotesis
1. Kuantitas bahan peledak pada setiap peledakan berpengaruh positif terhadap produksi batuan andesit hasil peledakan.
2. Kuantitas bahan peledak pada setiap peledakan berpengaruh positif terhadap tingkat getaran tanah pada pemukiman masyarakat di sekitar Gunung Sudamanik.
1.6Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral dan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor, untuk:
1. Mengestimasi produksi batuan andesit berdasarkan kuantitas pemakaian bahan peledak yang dilaporkan perusahaan setiap bulan. Jumlah produksi batuan andesit ini berkaitan erat dengan berapa pajak batuan yang harus dibayar perusahaan melalui penetapan pajak oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1Bahan Peledak
Bahan peledak dibutuhkan sebagai sumber energi untuk memecahkan atau meledakkan batuan yang keras. Manon (1978) dalam Kartodharmo (1990) mengklasifikasikan tiga macam bahan peledak, yaitu bahan peledak kimia, bahan peledak mekanis, dan bahan peledak nuklir. Bahan peledak yang paling banyak digunakan untuk peledakan batuan dalam kegiatan pertambangan adalah bahan peledak kimia. Menurut Ash (1967) dalam Kartodharmo (1990) bahan peledak kimia diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu bahan peledak kuat (high explosive) dan bahan peledak lemah (low explosive).
Bahan peledak kimia adalah senyawa kimia atau campuran senyawa kimia yang apabila dikenakan panas, benturan, gesekan atau kejutan maka dengan cepat senyawa tersebut akan terurai (exothermic decomposition) menghasilkan produk yang lebih stabil berupas gas-gas bertekanan tinggi. Tekanan gas yang tinggi tersebut terjadi karena gas mengembang pada suhu yang tinggi akibat panas yang dihasilkan dari proses penguraian eksotermis. Kekuatan energi yang dihasilkan suatu bahan peledak tergantung pada jumlah panas yang dihasilkan selama peledakan.
Ada dua macam istilah reaksi yang terjadi pada bahan peledak kimia yaitu detonasi dan deflagerasi. Detonasi menunjukkan kecepatan reaksi melalui bahan peledak lebih besar dari kecepatan suara dalam bahan peledak sebelum bereaksi, sedangkan deflagerasi menunjukkan kecepatan reaksi yang lebih kecil dari kecepatan suara. Reaksi yang terjadi dalam peledakan batuan adalah detonasi.
2.1.1 Bahan Peledak Lemah
Bahan peledak lemah terdiri dari campuran potasium nitrat (KNO3) atau
sodium nitrat (NaNO3), sulfur dan charcoal. Campuran bahan-bahan ini disebut black powder yang diproduksi dalam dua bentuk yang dikenal dengan nama black blasting powder (berbentuk butiran) dan pellet powder (berbentuk tablet). Black blasting powder terdiri dari dua grade yaitu grade A yang mengandung potasium nitrat dan grade B yang mengandung sodium nitrat. Kecepatan pembakaran dan massa grade A lebih besar dari grade B. Sementara grade A kurang higroskopis dibanding grade B.
Pellet powder merupakan black powder yang dipres menjadi berbentuk tablet menyerupai slinder dengan panjang 2 inchi dan diameter 1,25 – 2 inchi. Di tengah tablet dibuat lubang berdiameter 3/8 inchi sebagai tempat memasukkan sumbu dan mengikat atau menyisipkan detonator. Pellet powder diproduksi dalam dua nomor yaitu nomor 4 dan 5. Kecepatan pembakaran nomor 4 lebih besar dari nomor 5.
2.1.2 Bahan Peledak Kuat
Bahan-bahan (ingredients) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.1 yang dibutuhkan untuk bahan peledak kuat adalah sebagai berikut :
akan terurai menjadi produk yang berupa gas-gas disertai pelepasan energi panas yang besar.
2. Bahan bakar (combustibles) dan pembawa oksigen (oxygen carriers)
ditambahkan dalam bahan peledak dasar untuk mendapatkan kesetimbangan oksigen (oxygen balance) yang baik atau menghindari terbentuknya NO2 (nitrogen oxide) atau CO (carbon monoxide).
3. Antacid ditambahkan dalam campuran bahan peledak untuk menambah stabilitas pada waktu penyimpanan.
4. Penyerap (absorbent) digunakan apabila diperlukan untuk menyerap bahan peledak dasar yang berbentuk cairan.
Bahan peledak kuat yang diperdagangkan diharapkan menghasilkan panas peledakan (heat of explotion) setinggi mungkin, memberikan energi yang maksimum dan menghindari terbentuknya gas-gas beracun (fumes). Bahan peledak komersial ini merupakan campuran bahan-bahan sedemikian rupa sehingga tercapai keadaan oksigen yang setimbang (oxygen balance) yang sedapat mungkin mendekati zero oxygen balance. Gas-gas yang diinginkan sebagai akibat peledakan dalam sektor pertambangan adalah gas-gas yang relatif lembam (inert) dan tidak beracun yang meliputi uap air (H2O), karbon dioksida (CO2) dan
nitrogen (N2).
Tabel 2.1Bahan-bahan untuk campuran bahan peledak*
Ingredients Function
Ethylene glycol dinitarte Explosive base; lower freezing point
Nitrocellulose (guncotton) Explosive base; gelatinizing agent
Nitroglycerin Explosive base
Tetranitro-diglycerin Explosive base; lower freezing point
Nitrostrach Explosive base; nonheadache explosives
Organic nitrocompounds Explosive base; lower freezing point
Trinitrotoluene (TNT) Explosive base
Black powder Explosive base; deflagrates
Pentaerythritotetranitrate (PETN) Explosive base; caps, detonating fuse
Lead azide Explosive base; used in blasting caps
Mercury fulminate Explosive base; used in blasting caps
Ammonium nitrate Oxygen carrier
Liquid oxygen Oxygen carrier
Sodium nitrate Oxygen carrier; reduces freezing point
Potassium nitrate Oxygen carrier
Ground coal Combustible
Charcoal Combustible
Parafin Combustible
Sulfur Combustible
Fuel oil Combustible
Wood pulp Combustible; absorbent
Lampblack Combustible
Kieselguhr Absorbent; prevent caking
Chalk Antacid
Calcium carbonat Antacid
Zinc oxide Antacid
Sodium chloride Flame depresant (permessible explosives)
2.2Penambangan dengan Cara Peledakan
Pemecahan atau pembongkaran batuan dilakukan dengan cara peledakan. Tahapan pekerjaan peledakan dimulai dari pemboran batuan untuk membuat lubang ledak yang menjadi tempat memasukkan bahan peledak, kemudian penyambungan rangkaian peledakan dan terakhir eksekusi peledakan batuan andesit.
2.2.1 Pemboran Batuan
Lubang bor sebagai lubang ledak pada tambang terbuka batuan (quarry) adalah vertikal atau miring sehingga areal tambang yang nantinya terbentuk setelah peledakan adalah teras-teras (berjenjang). Pekerjaan pengeboran dalam pertambangan merupakan pekerjaan yang menerus dan rutin sehingga faktor-faktor berikut harus menjadi perhatian agar dapat menghemat biaya atau ongkos pengeboran:
1. Karakteristik batuan sebagai pijakan dalam pemilihan jenis alat bor yang sesuai . Kekerasan dan komposisi mineral dalam batuan adalah faktor yang paling berpengaruh menyebabkan keausan mata bor (drill steel).
2. Tinggi jenjang maksimum yang dapat dibuat ditentukan oleh peralatan bor yang tersedia dan faktor keselamatan untuk mencegah terjadinya longsoran batuan. Tinggi jenjang merupakan faktor yang dikaitkan dengan faktor-faktor pemboran lainnya.
3. Diameter lubang bor merupakan faktor yang dikaitkan dengan besarnya produksi batuan setelah nantinya diledakkan. Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan diameter lubang bor adalah fragmentasi batuan yang dikehendaki dan batasan getaran tanah yang masih aman setelah nantinya batuan diledakkan.
4. Fragmentasi adalah istilah yang menggambarkan ukuran dari pecahan batuan hasil ledakan yang secara umum dalam pertambangan batuan andesit dipengaruhi oleh ukuran penerima umpan peremuk batuan (jaw crusher unit). Sebagai gambaran umum bahwa diameter lubang bor yang lebih besar akan menghasilkan fragmentasi yang lebih besar juga.
2.2.2 Peledakan Batuan
Peledakan yang diterapkan pada tambang terbuka batuan adalah peledakan jenjang, dimana lubang bor dibuat vertikal atau hampir vertikal. Beberapa lubang bor dibuat dan diatur dalam satu atau beberapa deretan yang sejajar atau searah dengan bidang bebas (free face). Pengaturan penempatan lubang-lubang bor meliputi antara lain: kedalaman lubang bor, jarak antar lubang bor, dan jarak lubang bor ke bidang bebas. Variabel-variabel di atas merupakan sebagian dari yang diistilahkan dengan geometri peledakan.
besar dan terjadi flyrock yang sangat berbahaya bagi pekerja tambang, orang yang melintas dan pemukiman.
Menurut Hoek dan Bray (1981) variabel-variabel yang diatur pada geometri peledakan adalah sebagai berikut:
1. Burden adalah jarak tegak lurus lubang bor yang dimuati bahan peledak ke bidang bebas. Besarnya burden tergantung dari karakteristik batuan dan karakteristik bahan peledak yang digunakan. Burden bertindak sebagai penentu pembuka jalan terjadinya peledakan batuan.
2. Kedalaman lubang bor tidak boleh lebih kecil dari burden untuk menghindari batuan hasil ledakan terlalu hancur (overbreaks).
3. Subdrilling adalah jarak dari lantai jenjang ke dasar lubang bor. Subdrilling
dibuat agar batuan pada lantai jenjang meledak secara penuh (full face) sebagaimana diharapkan. Jika lantai jenjang tidak rata oleh adanya tonjolan-tonjolan (toes) batuan, akan menyulitkan pemuatan dan pengangkutan batuan hasil ledakan serta menyulitkan peledakan berikutnya.
4. Stemming adalah jarak permukaan bahan peledak pada lubang bor ke permukaan lubang bor. Stemming ini akan diisi dengan material pasir atau material lain yang berfungsi untuk menciptakan kesetimbangan tegangan (stress balance) dalam lubang bor dan mengurung gas-gas ledakan yang timbul.
5. Spasi adalah jarak antara lubang bor dalam baris yang sama yang sejajar dengan dinding jenjang (pit wall). Besarnya spasi tergantung pada ukuran fragmentasi batuan hasil ledakan yang dikehendaki dan mempertimbangkan apakah terjadi interaksi antara muatan bahan peledak padang lubang bor berdekatan.
Setelah lubang-lubang bor disiapkan dengan geometri peledakan yang telah dirancang sebelumnya, kemudian setiap lubang bor diisi bahan peledak dengan jumlah tertentu dan stemming pada setiap lubang diisi materal pengisi. Kabel atau sumbu ledak pada setiap lubang dirangkai dan batuan siap diledakkan. Hasil ledakan yang berupa fragmen-fragmen batuan merupakan produksi batuan andesit sebagai hasil peledakan.
2.3Produksi Batuan Andesit Hasil Peledakan
Produksi batuan andesit hasil peledakan dapat dihitung dari luas permukaan batuan yang akan diledakkan, tinggi jenjang batuan yang terbentuk setelah peledakan dan bobot isi insitu batuan. Menurut Hustrulid (1999) dalam Sudarmono (2008), produksi batuan hasil peledakan seperti Rumus 2.1 berikut :
P = A x L x ρ (Rumus 2.1) Dengan keterangan sebagai berikut:
P = Produksi (ton)
A = Luas permukaan batuan yang diledakkan (m2)
L = Tinggi jenjang batuan yang terbentuk setelah peledakan (m) ρ = Bobot isi batuan andesit insitu (ton/m3)
sebagai powder factor (pf). Secara umum sebagai gambaran bahwa semakin besar bahan peledak yang digunakan akan semakin besar produksi batuan hasil peledakan. Powder factor cenderung mengarah pada nilai ekonomis suatu kegiatan peledakan karena berkaitan dengan harga bahan peledak yang dibeli untuk digunakan dan produksi batuan yang dihasilkan untuk dijual perusahaan tambang andesit. Bagaimana sesunggguhnya pengaruh kuantitas bahan peledak terhadap produksi andesit yang dihasikannya, maka menurut Jullien et al. (2012) waktu satu tahun dianggap sebagai waktu yang ideal untuk mempelajari dan memahami seluk-beluk produksi pertambangan yang menghasilkan agregat seperti pertambangan batuan andesit.
2.4Getaran Tanah Akibat Peledakan
Apabila gelombang seismik akibat dari peledakan merambat melalui tanah, maka partikel tanah akan bergetar atau bergerak dari posisi semula ke posisi lain dan kembali ke posisi semula sebagai titik setimbangnya. Getaran tanah terjadi pada daerah elastis, sebab material tanah pada daerah elastis menerima tegangan yang lebih kecil dari kekuatan material tanah itu sendiri sehingga hanya menyebabkan perubahan bentuk dan volume saja (Sudarmono 2008). Partikel yang bergerak akan mempunyai perpindahan, kecepatan dan percepatan. Perpindahan adalah jarak partikel dari posisi awal ke posisi yang lain, sementara kecepatan adalah perbandingan antara perpindahan partikel dan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh perpindahan tersebut. Kecepatan dimulai nol kemudian meningkat sampai maksimum dan kembali ke nol. Percepatan adalah perbandingan antara perubahan kecepatan dengan waktu yang dibutuhkan selama perubahan kecepatan tersebut. Alat yang digunakan untuk mengukur perpindahan, kecepatan dan percepatan partikel tanah adalah seismograf. Menurut Kartodharmo (1990) variabel yang paling utama diketahui dari getaran partikel adalah kecepatan partikel puncak yang dikenal dengan Peak Particle Velocity (PPV) dimana variabel ini dianggap sebagai ukuran terbaik untuk menilai kemungkinan kerusakan konstruksi bangunan akibat terjadinya getaran.
Menurut Sudarmono dan Kadir (2009) dua faktor utama yang mempengaruhi tingkat getaran tanah akibat peledakan adalah kuantitas (jumlah) bahan peledak dan jarak suatu tempat ke titik ledakan, sehingga cara yang praktis dan efektif untuk mengontrol getaran digunakan Scaled Distance (SD) dengan persamaan seperti Rumus 2.2, sedangkan persamaan untuk menentukan PPV seperti Rumus 2.3.
SD (Rumus 2.2) Dimana: D = Jarak muatan bahan peledak maksimum pada lubang ledak ke suatu
lokasi pengamatan (m)
W = Jumlah muatan peledak maksimum dalam satu waktu tunda (kg)
(Rumus 2.3) Dimana: PPV = Kecepatan partikel puncak (mm/s)
Sedangkan menurut Du Pont (1977) dalam Kartodharmo (1990), tingkat getaran berbanding lurus dengan jumlah maksimum delay bahan peledak berpangkat 0.8 dan berbanding terbalik dengan jarak berpangkat 1.6, sebagaimana Rumus 2.4.
(Rumus 2.4)
Dimana: Y = tingkat getaran (in/detik)
X1 = maksimum delay handak (pound)
X2 = jarak (ft)
Jika satuan rumus 2.4 dikonversi menjadi satuan Sistem Internasional (SI) dimana Y (mm/detik), X1 (kg) dan X2 (m), maka persamaannya menjadi Rumus 2.5.
(Rumus 2.5)
2.5. Taraf Intensitas (TI) Bunyi Peledakan
Bunyi ledakan atau ledakan udara (air blast) juga merupakan dampak negatif yang tidak diinginkan pada saat berlangsungnya peledakan batuan. Ledakan udara jarang merusak struktur bangunan, namun kebisingan yamg terjadi tak terduga dapat menyebabkan keresahan dan ketidaknyamanan. Telinga manusia dapat mendeteksi ledakan udara sebagai bunyi dalam rentang frekuensi yang lebar, yaitu dari 20 hertz sampai 20,000 hertz. Bunyi yang frekuensinya terletak dalam rentang tersebut, dinamakan audiosonik Karena rentang yang lebar itu, diterapkan satuan logaritmic decibell (dB). Suara paling kecil yang dapat didengar manusia diperkirakan 20 µPa atau setara dengan tingkat tekanan suara (sound pressure level yang disingkat menjadi SPL) senilai 0 dB.
Menurut Tipler (1991) persamaan TI bunyi adalah seperti Rumus 2.6. TI2 = TI1 – 20 log (r2/r1) (Rumus 2.6)
Dimana r1 = jarak pertama dari sumber bunyi (m)
r2 = jarak kedua dari sumber bunyi yang sama dengan r1 (m)
TI1 = taraf intensitas bunyi pada jarak r1 (dB)
TI1 = taraf intensitas bunyi pada jarak r2 (dB)
6 , 1
5 , 0
1 2
1048
X X Y
6 , 1
5 , 0
1 2
160
3 METODE PENELITIAN
3.1Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Gunung Sudamanik, Desa Rengasjajar, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor. Batuan andesit pada Gunung Sudamanik dieksploitasi oleh lima perusahaan tambang batu andesit yang memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) dengan luas total Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) seluas 113 hektar, yang terdiri dari PT. BM (seluas 18 ha), PT. DM (seluas 12 ha), PT. BG (seluas 18 ha), PT. SM (seluas 46 ha) dan PT. GS (seluas 19 ha). Lokasi penelitian ini dipilih karena karakteristik dan kualitas batuan andesit pada lokasi ini hampir homogen, sehingga energi bahan peledak dalam jumlah tertentu, diperkirakan membongkar batuan andesit dalam volume yang sama pada kelima perusahaan tambang tersebut. Di samping itu, di sekitar kaki Gunung Sudamanik terdapat pemukiman padat penduduk serta belum pernah dilakukan penelitian terkait dampak peledakan pada lokasi ini. Peta rupa bumi daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. Penelitian akan dilakukan selama lima bulan yaitu dari Maret - Juli 2013.
u
Gambar 3.1Peta rupa bumi daerah penelitian
3.2 Data dan Alat
Data utama yang diperlukan adalah populasi peledakan yang dilaksanakan oleh kelima perusahaan dalam rangka membongkar/menambang batuan andesit. Setiap peledakan yang dilaksanakan perusahaan terdiri dari jumlah bahan peledak yang dipakai, produksi batuan andesit yang dihasilkan dan tingkat getaran yang diakibatkan peledakan. Sampel yang akan diambil untuk mewakili populasi adalah pada pelaksanaan peledakan dengan jumlah lubang ledak: 12, 15, 18, 26 unit dan
UTARA
kedalaman lubang ledak: 3, 6, 9 , 18 m. Pemilihan parameter di atas didasarkan pada data sekunder beberapa bulan peledakan tahun 2012.
Alat untuk mengukur kuantitas bahan peledak yang dipakai dalam sekali peledakan adalah neraca (timbangan). Bahan peledak yang digunakan terdiri dari: 1. Amonium Nitrat Fuel Oil (ANFO) yang telah dikemas dalam karung, dimana
setiap karung massanya 20 – 25 kg, sebagaimana Gambar 3.2.
2. Dinamit yang setiap batang massanya 0.1 – 0.2 kg, sebagaimana Gambar 3.3 3. Detonator yang ukuran sangat kecil sehingga massanya dapat diabaikan,
sebagaimana Gambar 3.4.
Jadi tanpa menggunakan neraca, jumlah bahan peledak dapat diketahui dari berapa karung Ammonium ANFO dan berapa batang dinamit yang dipakai.
Gambar 3.2 ANFO dan kemasan dalam karung
Gambar 3.3 Dinamit sebagai primer bahan peledak
Gambar 3.4 Detonator dan sambungan kabel
mengukur volume blok batuan yang diwakili pengukuran panjang, lebar dan tinggi jenjang, sebagaimana pada Gambar 3.5 dan 3.6. Volume batuan andesit yang bersatuan m3 dikalikan dengan massa jenis insitu andesit yang bersatuan ton/m3. Perkalian ini menghasilkan produksi andesit hasil peledakan bersatuan ton. Alat untuk mengetahui jarak dari lokasi peledakan ke lokasi pemukiman masyarakat sebagai tempat seismograf, digunakan GPS (Global Positioning System) navigasi.
Gambar 3.5 Geometri peledakan
dampak lain yang tidak diinginkan pada saat operasi peledakan. Menurut Marmer
et al. (2010) bunyi ledakan jarang mengakibatkan kerusakan konstruksi rumah, namun bunyi ledakan yang secara tiba-tiba/seketika terdengar penduduk sekitar tambang dapat menyebabkan ketidaknyamanan.
Gambar 3.7 Seismograf jenis Blasmate dan Minimate Plus
Alat untuk mendapatkan gambaran persepsi masyarakat terhadap adanya peledakan batuan yang dilakukan hampir setiap hari, digunakan kuesioner dengan item multiple choice. Item ini dipilih agar pengisian kuesioner mudah diisi oleh responden yang bermukim di sekitar Gunung Sudamanik.
3.3Metode yang Digunakan
Metode yang dipilih untuk digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan melakukan pengukuran langsung di areal penambangan yaitu pada lokasi peledakan batuan andesit. Menurut Sugiyono (2011) pendekatan kuantitatif dipilih jika penelitian itu diinginkan untuk menunjukkan hubungan antar variabel, menguji teori dan mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif. Dalam pengukuran pada setiap pelaksanaan peledakan, akan diukur variabel jumlah bahan peledak yang digunakan dalam satuan kg. Kemudian akan dihitung variabel produksi batuan andesit yang diledakkan dalam satuan ton melalui pengukuran dimensi blok batuan andesit yang akan diledakkan, lalu dikalikan dengan massa jenis batuan andesit dan
mining recovery. Dan juga akan diukur jarak dan variabel tingkat getaran peledakan yang diwakili kecepatan partikel tanah dalam satuan mm/detik serta taraf intensitas bunyi ledakan dalam satuan dB yang dicatat oleh instrumen seismograf yang dipasang di dekat pemukiman masyarakat. Sedangkan untuk mendapatkan gambaran persepsi masyarakat dikaji melalui data yang terkumpul dari kuesioner sebanyak 100 orang responden yang bermukim di sekitar Gunung Sudamanik.
3.4Teknik Pengumpulan Data
ke lokasi minimate, tingkat getaran dan intensitas bunyi yang diakibatkan peledakan. Kelima macam data ini merupakan data primer yang diambil dari lokasi peledakan batuan andesit.
3.4.1 Pengumpulan Data Kuantitas Bahan Peledak
Sebelum peledakan dilaksanakan, perusahaan tambang telah merencanakan kuantitas bahan peledak yang akan dipakai pada suatu hari tertentu sesuai banyaknya lubang bor (lubang ledak) yang telah disiapkan sebelumnya. Bahan peledak yang akan digunakan tersebut diambil dari gudang bahan peledak milik perusahaan dan dicatat pada buku induk pemasukan dan pengeluaran bahan peledak. Dari data sekunder yang dikumpulkan dari 5 perusahaan pertambangan andesit pada beberapa bulan pelaksanaan peledakan tahun 2012, diperoleh modus jumlah lubang ledak yang dibuat dalam peledakan per hari berturut-turut 12, 15, 18 dan 26 unit, sebagaiman ditampilkan Tabel 3.1. Jadi sebelum setiap peledakan dilaksanakan, bahan peledak yang akan dipakai telah dicatat. Data ini dapat diperoleh di kantor perusahaan tambang atau di lokasi akan dilaksanakan kegiatan peledakan. Total kuantitas bahan peledak setiap sekali pelaksanaan peledakan adalah menjumlahkan pemakaian ANFO dan dinamit. Bahan peledak yang sudah disiapkan tersebut akan dimuat ke dalam setiap lubang ledak yang telah disediakan.
Tabel 3.1 Kuantitas bahan peledak setiap pelaksanaan peledakan Kuantitas pemakaian bahan peledak
No
Tanggal peledakan
Lubang ledak (unit)
ANFO (kg)
Dinamit (kg atau
batang)
Detonator (unit)
1 12
2 15
3 18
4 26
Total
3.4.2 Pengumpulan Data Produksi Andesit Hasil Peledakan
Tabel 3.2Data geometri blok batuan dan produksi andesit Perlakuan Luas yang akan
diledakkan No Lubang
ledak (unit)
Kedalaman
(m) Panjang (m)
Lebar (m)
Mining
recovery
(%)
ρ
andesit
(ton/m3)
Produksi batuan
(ton)
1 12 4
2 15 6
3 18 9
4 26 18
Total
3.4.3 Pengumpulan Data Tingkat Getaran dan Bunyi Akibat Peledakan
[image:30.612.169.468.463.578.2]Untuk mendapatkan data tingkat getaran, maka dipasang peralatan seismograf pada wilayah pemukiman masyarakat yang berjarak sekitar 300 – 700 m dari titik lokasi peledakan. Pada saat persiapan peledakan, peralatan seismograf juga ikut dipasang pada posisi dekat pemukiman warga, kemudian diukur jarak antara seismograf dan titik lokasi peledakan. Getaran tanah merupakan gerakan bumi yang diakibatkan perambatan gelombang seismik. Getaran initerjadi pada daerah elastis akibat tegangan sebagai dampak peledakan, yang diterima tanah atau batuan lebih kecil daripada kekuatan material tanah atau batuan itu sendiri, sehingga hanya menyebabkan perubahan bentuk dan volume. Sesuai dengan sifat elastis material tanah atau batuan, maka bentuk dan volumenya akan kembali ke keadaan semula setelah tidak ada tegangan yang diterimanya. Besarnya tingkat getaran tanah dan taraf intensitas (TI) bunyi ledakan dicatat seperti Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Data jarak, tingkat getaran dan TI bunyi ledakan
No
Jumlah handak
(kg)
Jumlah handak pada delay
sama (kg)
Jarak (m)
Tingkat getaran
(mm/s)
TI bunyi ledakan
(dB L)
1
2 3
dst
waktu (sekon)
Gambar 3.8 Rekaman getaran arah transversal, longitudinal dan vertikal Gerakan transversal adalah gerakan partikel dari satu sisi ke sisi yang lain, sedangkan gerakan longitudinal adalah gerakan partikel bolak balik dari depan ke belakang dan gerakan vertikal adalah gerakan partikel bolak bali dari atas kebawah.Besarnya tingkat getaran ini diwakili oleh kecepatan partikel tanah atau batuan yang dicatat oleh seismograf. Pengumpulan data tingkat getaran disajikan seperti pada Tabel 3.3.
3.4.4 Pengumpulan Data Persepsi Masyarakat terhadap Peledakan
Untuk mengumpulkan data terkait persepsi masyarakat, kuesioner disebarkan ke responden yang bermukim di sekitar Gunung Sudamanik. Materi yang ditanyakan dalam kuesioner meliputi data terkait pendidikan, pekerjaan, kondisi rumah tinggal, tanggapan, kekhawatiran, tingkat getaran dan bunyi ledakan serta rasa ketidakamanan yang dialami akibat adanya kegiatan peledakan. Sebagaimana terlihat pada Gambar 3.9, ada 3 kampung terdekat dengan lokasi peledakan. Pada kampung yang berjarak sekitar 300 m, 400 m, 600 m, disebar kuesioner berturut-turut kepada 40 orang responden, 30 orang responden, dan 30 orang responden. Jadi keseluruhan responden sebanyak 100 orang.
Gambar 3.9 Pemukiman sekitar lokasi peledakan andesit
337 m 462m
[image:31.612.160.476.511.685.2]Pertanyaan dalam kuesioner terkait langsung dengan dampak yang umum dirasakan masyarakat sekitar pertambangan terbuka yang menggunakan cara peledakan dalam salah satu rangkaian operasi peledakan. Dampak umum yang ingin diketahui tersebut dikumpulkan melalui pertanyaan berikut:
a. Seberapa sering responden merasakan getaran peledakan batuan
b. Bagaimana persepsi responden terkait dampak getaran peledakan terhadap konstruksi rumah responden
c. Apakah kenyamanan responden terusik akibat adanya getaranpeledakan d. Apakah responden pernah tiba-tiba terkejut akibat adanya getaran peledakan e. Apakah responden merasakan kebisingan bunyi/suara peledakan
f. Bagaimana persepsi responden terkait dampak bunyi/suara peledakan terhadap konstruksi rumah responden
g. Apakah kenyamanan responden terusik akibat adanya bunyi/suara peledakan h. Apakah responden pernah tiba-tiba terkejut akibat bunyi/suara peledakan i. Apakah responden mendengar bunyi sirene sebagai tanda awal akan
dimulainya peledakan
j. Apa yang responden anggap yang paling mengkhawatirkan dari kegiatan peledakan
Selain getaran tanah, kebisingan dan fly rock, dampak lain yang mungkin dari peledakan adalah timbulnya gas-gas dan debu batuan sesaat setelah berlangsungnya peledakan batuan. Gas-gas yang diharapkan dari peledakan batuan adalah uap air (H2O), karbon dioksida (CO2) dan nitrogen (N2). Namun
demikian, dapat juga terbentuk gas-gas beracun, seperti karbon monoksida (CO) dan nitrogen oksida (NO2). Gas beracun tersebut terbentuk karena proses
peledakan yang tidak mencapai zero oxygen balance, artinya dalam proses berlangsungnya pemecahan batuan, peledakan mengalami kekurangan atau kelebihan oksigen. Tidak tercapainya zero oxygen balance akibat campuran bahan-bahan dalam bahan peledak tidak memenuhi kualitas, prosedur dan persyaratan proporsi pencampuran tertentu.
Pada tambang terbuka seperti penambangan andesit di Gunung Sudamanik, terbentuknya gas-gas yang tidak beracun maupun gas-gas beracun dan debu batuan andesit yang terlontar sesaat setelah peledakan, tidak mengakibatkan dampak yang merisaukan sebagaimana dampak akibat getaran tanah,kebisingan dan fly rock yang dipersepsikan oleh masyarakat sejak awal merupakan dampak yang merisaukan. Dari pengamatan peledakan batuan andesit sesaat setelah peledakan, terbentuk gas-gas yang bercampur dengan partikel-partikel debu (abu) batuan andesit, yang terlontar atau melayang sekitar 3 – 5 meter di atas permukaan batuan andesit yang baru saja diledakkan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa campuran gas-gas dan abu batuan andesit tidak terlihat lagi oleh mata telanjang setelah 2 – 4 menit dihitung sejak campuran gas dan abu terbentuk sesaat setelah peledakan.
3.5 Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan meliputi: variabel bebas yang meliputi kuantitas bahan peledak (handak) dan jarak dan tiga variabel terikat yang meliputi produksi batuan andesit (Y1) dan tingkat getaran (Y2) serta taraf intensitas bunyi ledakan (Y3), dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak Minitab dan Statistica versi Chart Excel. Sedangkan data persepsi masyarakat ditabulasikan dan digambarkan dalam bentuk grafik.
3.5.1Pengaruh Kuantitas Bahan Peledak terhadap Produksi Andesit
Pengaruh kuantitas bahan peledak (X) terhadap produksi andesit hasil peledakan (Y) dianalisis dengan menggunakan software minitab atau chart excel. Dicari model persamaan yang cocok, apakah linier, kuadrat, polinomial, eksponensial, atau logaritmik. Setelah didapatkan model persamaan yang sesuai, pengaruh kuantitas pemakaian bahan peledak terhadap produksi andesit lebih sederhana disusun dalam tabel powder factor (pf). Istilah powder factor adalah perbandingan antara kuantitas pemakaian bahan peledak (kg) dengan banyaknya batuan andesit (ton) hasil peledakan. Rentang nilai pf ini dapat digunakan menaksir produksi andesit berdasarkan kuantitas pemakaian bahan peledak.
3.5.2 Analisis Pengaruh Kuantitas Bahan Peledak dan Jarak terhadap Tingkat Getaran Tanah
Analisis kuantitas bahan peledak dan jarak terhadap getaran tanah, dicoba menerapkan analyze response surface dengan menggunakan software Minitab. Ada empat macam model analisis yang tersedia pada software, yaitu: linier, linier dan interaksi, linier dan kuadrat, serta kuadrat lengkap. Model persamaan yang sesuai adalah model yang mempunyai galat koefisien regresi dan galat ANOVA yang lebih kecil dari taraf nyata 5% serta mempunyai koefisien determinasi R2 lebih besar dari 80%. Seandainya kurva yang terbentuk berupa fungsi kuadrat, maka model persamaan menurut Montgomery (1991) adalah sebagai berikut: Yi = b0 + b1X1i + b2X2i + b11X1i2 + b22X2i2 + b12X1i X2i + ri
Keterangan :
Y = Respon dari masing-masing perlakuan
X1 = Jumlah bahan peledak pada delay detonator yang sama (kg)
X2 = Jarak titik ledak ke alat ukur minimate (m)
b = Koefisien parameter r = Error
Jika tidak ada model yang sesuai, analisis dilanjutkan dengan menggunakan rumus Du Pont (Rumus 2.5), yaitu
Selanjutnya, jika rumus Du Pont juga belum sesuai, maka rumus tersebut dimodifikasi untuk mencari koefisien yang cocok agar bisa memodelkan hubungan kuantitas bahan peledak dan jarak terhadap tingkat getaran.
Selanjutnya data getaran dibandingkan dengan baku mutu SNI 7571 (BSN 2010a) tentang Baku Tingkat Getaran Peledakan pada Kegiatan Tambang Terbuka terhadap Bangunan, seperti disajikan pada Tabel 3.4. Jika tingkat getaran di atas baku mutu, maka perusahaan tambang mesti merubah rancangan peledakan
6 , 1
5 , 0 1
2 1048
agar getaran aman terhadap bangunan. Menurut Amnieh et al. (2010) bahwa tingkat getaran tidak hanya dipengaruhi kuantitas bahan peledak, tapi juga dipengaruhi oleh banyaknya lubang ledak. Artinya pada kuantitas bahan peledak yang sama namun terdiri dari jumlah ledak yang berbeda, ternyata mengakibatkan getaran yang berbeda pula.
Tabel 3.4Baku mutu tingkat getaran menurut SNI 7571 (BSN 2010a)
Kelas Jenis Bangunan
Tingkat getaran (mm/s) 1 Bangunan kuno yang dilindungi UU 6/1992 tentang
Perlindungan Benda Cagar Budaya 2
2 Bangunan dengan pondasi, pasangan bata dan adukan semen saja, termasuk bangunan dengan pondasi kayu dan lantai dari adukan semen
3 3 Bangunan dengan pondasi, pasangan bata dan adukan semen
diikat dengan slope beton 5
4 Bangunan dengan pondasi, pasangan bata dan adukan semen diikat dengan slope beton, kolom dan rangka diikat dengan ring balk
7 - 20 5 Bangunan dengan pondasi, pasangan bata dan adukan semen
diikat dengan slope beton, kolom dan rangka diikat dengan rangka baja
12 - 40
3.5.3 Analisis Pengaruh Kuantitas Bahan Peledak dan Jarak terhadap Taraf Intensitas Bunyi Ledakan
Analisis kuantitas bahan peledak dan jarak terhadap TI bunyi ledakan, dicoba menerapkan analyze response surface dengan menggunakan software Minitab. Ada empat macam model analisis yang tersedia pada software, yaitu: linier, linier dan interaksi, linier dan kuadrat, serta kuadrat lengkap. Model persamaan yang sesuai adalah model yang mempunyai galat koefisien regresi dan galat ANOVA yang lebih kecil dari taraf nyata 5% serta mempunyai koefisien determinasi R2 lebih besar dari 80%.
Jika tidak ada model yang sesuai, analisis dilanjutkan dengan menggunakan dengan menggunakan persamaan bahwa hubungan antara TI bunyi dengan jarak adalah berbentuk logaritma. Menurut Tipler (1991) persamaan antara TI bunyi adalah TI2 = TI1 – 20 log (r2/r1), dimana r1 dan r2 adalah jarak pertama dan jarak
kedua dari suatu sumber bunyi, sedangkan TI1 dan TI2 masing-masing merupakan
taraf intensitas bunyi pada jarak r1 dan r2. Sumber bunyi adalah ledakan udara
yang dihasilkan oleh sejumlah tertentu bahan peledak. Hasil pengukuran pada r2
merupakan TI2 pengukuran akan diuji t dengan TI2 yang dihitung dengan rumus
intensitas.
pemakaian bahan peledak pada setiap pelaksanaan peledakan agar bunyi peledakan tidak mengganggu kenyamanan masyarakat.
Tabel 3.5Baku mutu tingkat kebisingan menurut SNI 7570 (BSN 2010b)
Peruntukan kawasan/lingkungan kgiatan Tingkat kebisingan (db A)
Maksimum durasi terpapar (jam/hari)
Kegiatan tambang terbuka
1. Transportasi kendraan berat 90 8
2. Pemboran 100 2
3. Peledakan 110 0.5
4. Mesin peremuk batuan (crusher) 100 2
5. Genset 100 2
6. Pompa 90 8
7. Alat-alat yang lain > 110 0.5
Tambang bawah tanah
1. Pemboran 95 4
2. Peledakan 140 0.25
3. Belt and chain conveyor 90 8
4. Kompresor 100 2
5. Genset 100 2
6. Roadhaeader and tunel boring machine 110 0.5 7. Mine cars and skip winding 100 2 8.Exhaust radial fan 120 0.25
9. Pompa 90 8
10. Alat-alat yang lain >115 0.25
3.5.4 Analisis Kuesioner Persepsi Masyarakat terhadap Kegiatan Peledakan
Menurut Hadi (1989), analisis yang umum untuk data yang dihimpun melalui kuesioner adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pengecekan jawaban-jawaban yang lengkap dan yang tidak lengkap. Kemudian segera dipastikan apakah mengirimkan lagi copy kuesioner untuk melengkapinya, atau tidak.
2. Mentabulasikan jawaban-jawaban ke daftar tabulasi. Pilah tabulasi jawaban yang lengkap dan yang tidak lengkap.
3. Meneliti jawaban yang tidak konstan, yaitu jawaban yang tidak relevan dengan pertanyaan. Kemudian diputuskan apakah tidak konstannya jawaban itu dinilai tidak valid, atau masih dapat dianalisis.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Data-data yang terkumpul pada penelitian ini meliputi jumlah pemakaian bahan peledak, produksi batuan andesit hasil ledakan, jarak, tingkat getaran dan taraf intensitas bunyi ledakan serta persepsi masyarakat terhadap peledakan batuan, masing-masing akan dibahas secara terperinci sebagai berikut:
4.1. Pengaruh Kuantitas Pemakaian Bahan Peledak terhadap Produksi Batuan Andesit
Jumlah pemakaian bahan peledak divariasikan berdasarkan jumlah lubang ledak (12, 15, 18 dan 26 unit) dan kedalaman lubang ledak (4, 6 dan 18 m) sesuai jenjang batuan yang terbentuk pada saat penelitian ini dilakukan. Produksi andesit hasil ledakan dihitung berdasarkan luas permukaan batuan yang akan diledakkan, tinggi jenjang yang terbentuk, mining recovery (MR), dan massa jenis insitu
[image:36.612.113.510.350.616.2]batuan andesit. Jumlah bahan peledak dan produksi andesit yang dihasilkan disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1Kuantitas bahan peledak dan produksi andesit hasil peledakan
Luas permukaan batuan (m2)
Ulangan
Produksi (ton) Ulangan Jumlah
handak (kg)
Jumlah lubang
(unit)
Dalam (m)
Tinggi jenjang
(m)
ρ
andesit (ton/m3)
MR
(%)
1 2 1 2
Rataan produksi
(ton)
89.9 12 4 3.6 2.6 94 39.6 34.76 348.4 305.8 327.1
177.4 12 6 5.2 2.6 100 48.32 51.85 653.3 701 677.15
604.8 12 18 16 2.6 96 87.42 88.32 3491.2 3527.1 3509.15
115.5 15 4 3.6 2.6 94 54.15 50.37 476.4 443.2 459.8
187.5 15 6 5.2 2.6 100 74.04 66.61 1001 900.6 950.8
756 15 18 16 2.6 96 91.45 - 3652.1 - 3652.1
128.6 18 4 3.6 2.6 94 67.2 69.6 591.3 612.4 601.85
266.1 18 6 5.2 2.6 100 99.84 93.15 1349.8 1259.4 1304.6
907.2 18 18 16 2.6 96 101.46 87.16 4051.9 3480.8 3766.35
192.6 26 4 3.6 2.6 94 86.64 80.7 762.3 710 736.15
380.2 26 6 5.2 2.6 100 119.43 140.48 1614.7 1899.3 1757
1310.8 26 18 16 2.6 96 141.92 137.04 5667.7 5472.8 5570.25
4.1.1 Menghitung Mining Recovery (MR) Produksi Andesit Hasil Peledakan
tidak meledak sehingga volume batuan tidak 100% menjadi produksi. Volume batuan andesit yang tidak meledak akan dihitung sebagai berikut:
a. Peledakan dengan kedalaman lubang ledak 4 m
[image:37.612.169.493.339.483.2]Tinggi jenjang batuan andesit yang terbentuk setelah peledakan adalah 3.6 m dengan membentuk sudut sekitar 720 terhadap horizontal, sebagaimana terlihat pada Gambar 4.1. Hal ini terjadi karena pada saat pelaksanaan peledakan ini, jenjang batuan yang terbentuk sebelumnya yang berperan sebagai bidang bebas (free face) belum membentuk jenjang yang teratur serta pada lokasi peledakan banyak terdapat air dan lumpur, seperti terlihat pada Gambar 4.2. Mengambil contoh pengukuran luas permukaan batuan yang akan diledakkan dengan jumlah lubang 26 unit dan jumlah bahan peledak 192.6 kg, diperoleh hasil pengukuran panjang batuan pada lubang-lubang ledak bagian belakang sepanjang 8 m. Luas permukaan batuan andesit yang tidak meledak menyerupai segitiga, sehingga volume batuan yang tidak ikut serta meledak dihitung sebagai berikut: V = 0.5 x 3.6 m x [3.6 m/(tg 720)] x 8 m = 16.72 m3. Sedangkan volume batuan total yang diharapkan meledak adalah 3.6 m x 80.7 m2 = 290.52 m3. Jadi persentasi batuan yang tidak meledak adalah (16.72 m3 / 290.52 m3) x 100% = 6%. Dengan demikian mining recovery untuk peledakan batuan dengan kedalaman 4 m adalah 100% - 6% = 94%.
Gambar 4.1Jenjang batuan andesit yang terbentuk bersudut sekitar 720
Gambar 4.2Kondisi lapangan belum mempunyai jenjang teratur dan terdapat air dan lumpur
Jenjang batuan yang terbentuk bersudut
[image:37.612.162.494.508.679.2]b. Peledakan dengan kedalaman lubang ledak 6 m
Tinggi jenjang batuan andesit yang terbentuk setelah peledakan adalah 5.2 m dengan membentuk sudut relatif 900 terhadap horizontal, sebagaimana terlihat pada Gambar 4.3. Dengan demikian mining recovery untuk peledakan batuan dengan kedalaman 6 m adalah relatif 100%. Hal ini terjadi karena pada saat pelaksanaan peledakan ini, jenjang batuan yang terbentuk sebelumnya yang berperan sebagai bidang bebas (free face) sudah membentuk jenjang yang teratur dan jenjang tidak terlalu tinggi.
Gambar 4.3 Jenjang batuan hasil peledakan relatif tegak lurus terhadap horizontal
c. Peledakan dengan kedalaman lubang ledak 18 m
[image:38.612.150.485.195.424.2]Tinggi jenjang batuan andesit yang terbentuk setelah peledakan adalah 16 m dengan membentuk sudut sekitar 88.50 terhadap horizontal, seperti terlihat pada Gambar 4.4. Walaupun pada saat pelaksanaan peledakan ini, jenjang batuan yang terbentuk sebelumnya yang berperan sebagai bidang bebas (free face) sudah membentuk jenjang yang teratur sebagaimana terlihat pada Gambar 4.5, namun karena jenjang yang terlalu tinggi maka jenjang yang terbentuk tidak sempurna tegak lurus dengan bidang horizontal. Mengambil contoh pengukuran luas permukaan batuan yang akan diledakkan dengan jumlah lubang 26 unit dan jumlah bahan peledak 1310.4 kg, diperoleh hasil pengukuran panjang batuan pada lubang-lubang ledak bagian belakang sepanjang 28.7 m. Luas permukaan batuan andesit yang tidak meledak menyerupai segitiga, sehingga volume batuan yang tidak meledak dihitung sebagai berikut: V = 0.5 x 16 m x [16 m/(tg 88.50)] x 28.7 m = 96.2 m3. Sedangkan volume batuan total yang diharapkan meledak adalah 16 m x 141.92 m2= 2270.72 m3. Jadi persentasi batuan yang tidak meledak adalah (96.2 m3 / 2270.72 m3) x 100% = 4%. Dengan demikian mining recovery
untuk peledakan batuan dengan kedalaman 18 m adalah 100% - 4% = 96%.
Gambar 4.4 Jenjang batuan hasil ledakan tidak sempurna membentuk sudut 900
Gambar 4.5Jenjang batuan yang sudah terbentuk teratur sebelum peledakan batuan berikutnya
4.1.2Menghitung Produksi Batuan Andesit Hasil Peledakan
Produksi batuan andesit pada Tabel 4.1. diperoleh dengan cara mengalikan luas permukaan batuan andesit yang diledakkan dengan tinggi jenjang batuan yang terbentuk, kemudian mengalikan dengan massa jenis insitu batuan andesit andesit dan mining recovery. Sebagai contoh, produksi batuan andesit hasil peledakan dengan jumlah bahan peledak 89.9 kg, jumlah lubang 12 unit dan kedalaman lubang 4 m pada ulangan 2 adalah sebagai berikut:
Jenjang batuan yang terbentuk bersudut
sekitar 88.50
Jenjang batuan yang sudah terbentuk teratur sebelum
Produksi = luas permukaan batuan yang diledakkan x tinggi jenjang x ρ x
mining recovery
= 34.76 m2 x 3.6 m x 2.6 ton/m3 x 94% = 305.8 ton
Produksi andesit ulangan 1 dan ulangan 2 dilakukan pengujian dengan menggunakan software Minitab, apakah produksi ulangan 1 dan ulangan 2 sama atau berbeda pada taraf nyata 5%. Dari hasil uji pada Lampiran 1.a, terlihat bahwa pada taraf nyata 5% produksi andesit ulangan 1 tidak berbeda dengan produksi andesit ulangan 2. Hal ini dibuktikan dari P value lebih besar dari taraf nyata (yaitu 0.335 > 0.05), yang bermakna terima H0, artinya produksi andesit ulangan 1
dan ulangan 2 tidak berbeda.
4.1.3Model Pengaruh Kuantitas Bahan Peledak terhadap Produksi Andesit Hasil Peledakan
Pengaruh kuantitas pemakaian bahan peledak terhadap produksi batuan andesit dapat dimodelkan dengan metode regresi. Persamaan model dan kecenderungan kurva yang terbentuk antara produksi andesit dengan kuantitas pemakaian bahan peledak terlihat pada Gambar 4.6. Pengaruh kuantitas bahan peledak terhadap produksi andesit mempunyai koefisien determinasi (R2) sebesar 97% dengan mo