Setiap sekali peledakan akan dikumpulkan lima macam data yang meliputi kuantitas bahan peledak, produksi batuan andesit hasil peledakan, jarak titik ledak
ke lokasi minimate, tingkat getaran dan intensitas bunyi yang diakibatkan peledakan. Kelima macam data ini merupakan data primer yang diambil dari lokasi peledakan batuan andesit.
3.4.1 Pengumpulan Data Kuantitas Bahan Peledak
Sebelum peledakan dilaksanakan, perusahaan tambang telah merencanakan kuantitas bahan peledak yang akan dipakai pada suatu hari tertentu sesuai banyaknya lubang bor (lubang ledak) yang telah disiapkan sebelumnya. Bahan peledak yang akan digunakan tersebut diambil dari gudang bahan peledak milik perusahaan dan dicatat pada buku induk pemasukan dan pengeluaran bahan peledak. Dari data sekunder yang dikumpulkan dari 5 perusahaan pertambangan andesit pada beberapa bulan pelaksanaan peledakan tahun 2012, diperoleh modus jumlah lubang ledak yang dibuat dalam peledakan per hari berturut-turut 12, 15, 18 dan 26 unit, sebagaiman ditampilkan Tabel 3.1. Jadi sebelum setiap peledakan dilaksanakan, bahan peledak yang akan dipakai telah dicatat. Data ini dapat diperoleh di kantor perusahaan tambang atau di lokasi akan dilaksanakan kegiatan peledakan. Total kuantitas bahan peledak setiap sekali pelaksanaan peledakan adalah menjumlahkan pemakaian ANFO dan dinamit. Bahan peledak yang sudah disiapkan tersebut akan dimuat ke dalam setiap lubang ledak yang telah disediakan.
Tabel 3.1 Kuantitas bahan peledak setiap pelaksanaan peledakan Kuantitas pemakaian bahan peledak
No Tanggal peledakan Lubang ledak (unit) ANFO (kg) Dinamit (kg atau batang) Detonator (unit) 1 12 2 15 3 18 4 26 Total
3.4.2 Pengumpulan Data Produksi Andesit Hasil Peledakan
Untuk mendapatkan data produksi batuan andesit hasil peledakan maka dilakukan pengukuran geometri peledakan yang meliputi spasi, burden dan tinggi jenjang batuan atau kedalaman lubang bor jika jenjang batuan belum terbentuk. Geometri peledakan ini diukur sebelum atau sesudah lubang bor diisi dengan bahan peledak, sebelum batuan andesit diledakkan. Dari pengukuran geometri peledakan dapat dihitung volume batuan. Agar produksi batuan andesit hasil peledakan dalam satuan ton, maka akan diambil beberapa sampel bongkahan batuan andesit untuk diukur massa jenisnya. Pengukuran massa jenis batuan andesit dilakukan di laboratorium. Perkalian antara volume dan massa jenis akan menghasilkan produksi batuan andesit dalam satuan ton. Hasil pengukuran dari data di atas disajikan seperti Tabel 3.2 .
Tabel 3.2Data geometri blok batuan dan produksi andesit
Perlakuan Luas yang akan
diledakkan No Lubang ledak (unit) Kedalaman (m) Panjang (m) Lebar (m) Mining recovery (%) ρ andesit (ton/m3) Produksi batuan (ton) 1 12 4 2 15 6 3 18 9 4 26 18 Total
3.4.3 Pengumpulan Data Tingkat Getaran dan Bunyi Akibat Peledakan
Untuk mendapatkan data tingkat getaran, maka dipasang peralatan seismograf pada wilayah pemukiman masyarakat yang berjarak sekitar 300 – 700 m dari titik lokasi peledakan. Pada saat persiapan peledakan, peralatan seismograf juga ikut dipasang pada posisi dekat pemukiman warga, kemudian diukur jarak antara seismograf dan titik lokasi peledakan. Getaran tanah merupakan gerakan bumi yang diakibatkan perambatan gelombang seismik. Getaran initerjadi pada daerah elastis akibat tegangan sebagai dampak peledakan, yang diterima tanah atau batuan lebih kecil daripada kekuatan material tanah atau batuan itu sendiri, sehingga hanya menyebabkan perubahan bentuk dan volume. Sesuai dengan sifat elastis material tanah atau batuan, maka bentuk dan volumenya akan kembali ke keadaan semula setelah tidak ada tegangan yang diterimanya. Besarnya tingkat getaran tanah dan taraf intensitas (TI) bunyi ledakan dicatat seperti Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Data jarak, tingkat getaran dan TI bunyi ledakan
No Jumlah handak (kg) Jumlah handak pada delay sama (kg) Jarak (m) Tingkat getaran (mm/s) TI bunyi ledakan (dB L) 1 2 3 dst
Alat ukur seismograf terdiri dari 2 bagian penting, yaitu sensor dan recorder. Kotak sensor mempunyai 3 unit independent sensor yang letaknya saling tegak lurus antara satu unit dan unit yang lain. Dua unit terletak horisontal dan saling tegak lurus dan unit yang lain dipasang secara vertikal. Ketiga sensor tersebut mencatat tiga arah komponen getaran tanah, yaitu arah transversal, longitudinal, dan vertikal, sebagaimana terlihat pada Gambar 3.8.
waktu (sekon) Gambar 3.8 Rekaman getaran arah transversal, longitudinal dan vertikal
Gerakan transversal adalah gerakan partikel dari satu sisi ke sisi yang lain, sedangkan gerakan longitudinal adalah gerakan partikel bolak balik dari depan ke belakang dan gerakan vertikal adalah gerakan partikel bolak bali dari atas kebawah.Besarnya tingkat getaran ini diwakili oleh kecepatan partikel tanah atau batuan yang dicatat oleh seismograf. Pengumpulan data tingkat getaran disajikan seperti pada Tabel 3.3.
3.4.4 Pengumpulan Data Persepsi Masyarakat terhadap Peledakan
Untuk mengumpulkan data terkait persepsi masyarakat, kuesioner disebarkan ke responden yang bermukim di sekitar Gunung Sudamanik. Materi yang ditanyakan dalam kuesioner meliputi data terkait pendidikan, pekerjaan, kondisi rumah tinggal, tanggapan, kekhawatiran, tingkat getaran dan bunyi ledakan serta rasa ketidakamanan yang dialami akibat adanya kegiatan peledakan. Sebagaimana terlihat pada Gambar 3.9, ada 3 kampung terdekat dengan lokasi peledakan. Pada kampung yang berjarak sekitar 300 m, 400 m, 600 m, disebar kuesioner berturut-turut kepada 40 orang responden, 30 orang responden, dan 30 orang responden. Jadi keseluruhan responden sebanyak 100 orang.
Gambar 3.9 Pemukiman sekitar lokasi peledakan andesit
337 m 462m
Pertanyaan dalam kuesioner terkait langsung dengan dampak yang umum dirasakan masyarakat sekitar pertambangan terbuka yang menggunakan cara peledakan dalam salah satu rangkaian operasi peledakan. Dampak umum yang ingin diketahui tersebut dikumpulkan melalui pertanyaan berikut:
a. Seberapa sering responden merasakan getaran peledakan batuan
b. Bagaimana persepsi responden terkait dampak getaran peledakan terhadap konstruksi rumah responden
c. Apakah kenyamanan responden terusik akibat adanya getaranpeledakan d. Apakah responden pernah tiba-tiba terkejut akibat adanya getaran peledakan e. Apakah responden merasakan kebisingan bunyi/suara peledakan
f. Bagaimana persepsi responden terkait dampak bunyi/suara peledakan terhadap konstruksi rumah responden
g. Apakah kenyamanan responden terusik akibat adanya bunyi/suara peledakan h. Apakah responden pernah tiba-tiba terkejut akibat bunyi/suara peledakan i. Apakah responden mendengar bunyi sirene sebagai tanda awal akan
dimulainya peledakan
j. Apa yang responden anggap yang paling mengkhawatirkan dari kegiatan peledakan
Selain getaran tanah, kebisingan dan fly rock, dampak lain yang mungkin dari peledakan adalah timbulnya gas-gas dan debu batuan sesaat setelah berlangsungnya peledakan batuan. Gas-gas yang diharapkan dari peledakan batuan adalah uap air (H2O), karbon dioksida (CO2) dan nitrogen (N2). Namun demikian, dapat juga terbentuk gas-gas beracun, seperti karbon monoksida (CO) dan nitrogen oksida (NO2). Gas beracun tersebut terbentuk karena proses peledakan yang tidak mencapai zero oxygen balance, artinya dalam proses berlangsungnya pemecahan batuan, peledakan mengalami kekurangan atau kelebihan oksigen. Tidak tercapainya zero oxygen balance akibat campuran bahan-bahan dalam bahan peledak tidak memenuhi kualitas, prosedur dan persyaratan proporsi pencampuran tertentu.
Pada tambang terbuka seperti penambangan andesit di Gunung Sudamanik, terbentuknya gas-gas yang tidak beracun maupun gas-gas beracun dan debu batuan andesit yang terlontar sesaat setelah peledakan, tidak mengakibatkan dampak yang merisaukan sebagaimana dampak akibat getaran tanah,kebisingan dan fly rock yang dipersepsikan oleh masyarakat sejak awal merupakan dampak yang merisaukan. Dari pengamatan peledakan batuan andesit sesaat setelah peledakan, terbentuk gas-gas yang bercampur dengan partikel-partikel debu (abu) batuan andesit, yang terlontar atau melayang sekitar 3 – 5 meter di atas permukaan batuan andesit yang baru saja diledakkan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa campuran gas-gas dan abu batuan andesit tidak terlihat lagi oleh mata telanjang setelah 2 – 4 menit dihitung sejak campuran gas dan abu terbentuk sesaat setelah peledakan.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa campuran gas-gas dan abu telah bercampur dengan udara sekitarnya dan mengalami netralisasi secara alamiah oleh udara di atmosfir bumi. Dengan waktu yang relatif singkat tersebut, tiupan angin tidak sempat mentransportasi campuran gas-gas dan abu batuan ke arah pemukiman masyarakat sekitar maupun ke kantor tambang yang paling dekat. Oleh sebab itu, maka dalam kuesioner tidak tercakup pertanyaan terkait persepsi responden terhadap dampak akibat campuran gas-gas dan debu atau abu batuan.