FUNGSI TEMBIKAR BAGI MASYARAKAT JEPANG
“ NIHON SHAKAI NO TAME NO TOUKI NO GINOU “
KERTAS KARYA Dikerjakan
O L E H
NIM: 082203063
M. FAJR NUR ALIM FIKRY UNDIPA
PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
kertas karya ini guna untuk melengkapi syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya
pada Universitas Sumatera Utara. Adapun judul kertas karya ini adalah “Fungsi
Tembikar Bagi Masyarakat Jepang”.
Penulis menyadari bahwa kertas karya ini jauh dari sempurna, baik dari
pengkajian kalimat, penguraian materi, dan pembahasan masalah. Tetapi berkat
dan bimbingan berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.
Dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah banyyak membantu terutama kepada:
1. Bapak Dr. Syahron Lubis,M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Zulnaidi,S.S.,M.Hum. selaku Ketua Program Studi Diploma III
Bahasa Jepang, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Muhammad Pujiono,S.S.,M.Hum selaku dosen pembimbing yang
telah bersedia meluangkan waktu dan fikirannya untuk membimbing dan
memberikan petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan kertas karya
ini.
5. Ibu Hj. Siti Muharami M,S.S.,M.Hum selaku dosen wali penulis serta
seluruh staf pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
atas arahan, bimbingan, dan ilmu yang diberikan kepada penulis selama
duduk di bangku perkuliahan.
6. Teman-teman yang selalu menemani penulis selama masa perkuliahan dan
memberikan keceriaan di hari-hari penulis.
Teristimewa penulis sangat berterimakasih dengan penuh rasa hormat dan
penghargaan yang setulusnya kepada orangtua tercinta yaitu untuk Ayahanda
H.Am. Muchtar, ST dan Ibunda Ratnawati yang memberikan dukungan
materi, do’a, perhatian dan kasih sayang yang begitu besar kepada penulis yang
tidak dapat dibalaskan dengan apapun.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam pembuatan kertas
karya ini, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan kertas karya ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas semua bantuan
yang telah diberikan kepada penulis. Akhirnya penulis berharap semoga kertas
karya ini dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita semua, terima kasih.
Medan, November 2011
( M. Fajr Nur Alim Fikry Undipa
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1
1.2 Tujuan Penulisan ... 2
1.3 Batasan Masalah ... 2
1.4 Metode Penulisan ... 2
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KERAMIK 2.1 Pengertian Keramik ... 4
2.2 Sejarah Keramik ... 9
BAB III FUNGSI TEMBIKAR BAGI MASYARAKAT JEPANG 3.1 Jenis-Jenis Tembikar ... 12
3.2 Pembuatan Tembikar ... 14
3.3 Fungsi Tembikar Bagi Masyarakat Jepang ... 16
4.1 Kesimpulan ... 19
4.2 Saran ... 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Sejak lama orang-orang Jepang sangat tertarik pada yakimono yakni
barang-barang berupa tembikar dan porselen. Yakimono sangat populer di
kalangan orang Jepang, hal ini dikarenakan negara Jepang memiliki nilai seni
yang sangat tinggi. Tidak hanya dalam bidang teknologi bahkan negara Jepang
juga memiliki nilai seni dalam segala bidang terutama dalam bidang pembuatan
keramik.
Jepang memiliki tanah liat yang halus untuk membuat keramik, air murni
sebagai campuran tanah liat, dan hutan-hutan hijau yang menghasilkan kayu bakar
sebagai bahan bakar tempat pembakaran. Tembikar, porselen, dan gerabah sangat
banyak dibuat di Jepang selama berabad-abad. Pada awalnya keramik di negara
ini dipengaruhi oleh Cina dan semenanjung Korea tetapi kemudian
keramik-keramik tersebut desainnya dimodifikasi oleh pengrajin keramik-keramik di Jepang
sehingga muncullah berbagai desain yang unik dan menarik yang menjadi ciri
khas keramik Jepang yang dapat kita lihat hingga saat ini. Salah satu jenis dari
keramik ini adalah tembikar. Tembikar adalah barang dari tanah liat yang dibakar
dan berlapis gilap atau porselen.
Banyaknya jenis barang dari tanah liat dengan berbagai bentuk dan tekstur
yang bervariasi memberikan kegembiraan tersendiri bagi pemiliknya. Diantara
meletakkan sumpit serta jenis keramik lainnya menambahkan keistimewaan pada
gaya hidup orang Jepang.
Selain itu barang-barang tersebut mempunyai fungsi bagi masyarakat
Jepang dan kehidupan sehari-hari. Dengan alasan tersebut diatas maka penulis
tertarik untuk menjadikan judul kertas karya ini.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis memilih judul fungsi tembikar bagi masyarakat
Jepang adalah:
1. Untuk mengetahui sejarah serta perkembangan tembikar di negara Jepang.
2. Untuk mengetahui fungsi serta keistimewaan tembikar bagi masyarakat
Jepang.
3. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan pembaca
tentang fungsi tembikar bagi masyarakat Jepang.
1.3 Batasan Masalah
Penulis ingin sekali membahas mengenai tembikar ini secara keseluruhan
dan mendalam, namun karena keterbatasan waktu dan kemampuan penulis maka
dalam kertas karya ini penulis akan membatasi pembahasan hanya pada sejarah,
1.4 Metode Penulisan
Dalam kertas karya ini penulis menggunakan metode penelitian
kepustakaan (Library Research) yakni pengumpulan data atau informasi baik
dengan membaca buku maupun internet sebagai referensi yang berkaitan dengan
pokok permasalahan yang dibahas. Selanjutnya data dianalisa dan dirangkum,
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG KERAMIK
2.1 Pengertian Keramik
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya
suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Kamus dan
ensiklopedia tahun 1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan
teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar seperti gerabah,
genteng, tembikar dan sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua keramik berasal
dari tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup semua bahan bukan
logam dan anorganik yang berbentuk padat (Yusuf, 1998:2).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keramik memiliki arti
barang-barang yang terbuat dari tanah liat, dicampur dengan bahan-bahan lain dan
kemudian dibakar barang tembikar (porselen).
Pada umumnya senyawa keramik lebih stabil dalam lingkungan termal dan
kimia dibandingkan elemennya. Bahan baku keramik yang umum dipakai adalah
felspard, ball, clay, kwarsa, kaolin, dan air. Sifat keramik sangat ditentukan oleh
struktur kristal, komposisi kimia dan mineral bawaannya. Oleh karena itu sifat
keramik juga tergantung pada lingkungan geologi dimana bahan diperoleh. Secara
umum strukturnya sangat rumit dengan sedikit elektron-elektron bebas.
Kurangnya beberapa elektron bebas keramik membuat sebagian besar bahan
konduktor panas yang jelek. Disamping itu keramik mempunyai sifat rapuh,
keras, dan kaku.
A. Klasifikasi Keramik
Pada prinsipnya keramik terbagi atas:
1. Keramik Tradisional
Keramik tradisional yaitu keramik yang dibuat dengan menggunakan bahan
alam, seperti kuarsa, kaolin, tanah liat dan lain sebagainya. Yang termasuk
keramik adalah barang pecah belah (dinnerware), keperluan rumah tangga
(tile, bricks), dan untuk industri (refractory).
2. Keramik halus
Keramik halus adalah keramik yang dibuat dengan menggunakan
oksida-oksida atau logam seperti oksida-oksida logam Al2O3, ZrO2, MgO, dan lain-lain.
Keramik halus disebut juga dengan Fine Ceramics yakni keramik modern atau
biasa disebut dengan keramik teknik, keramik ini juga sering dibuat dengan
menggunakan teknologi mesin (Joelianingsih, 2004).
B. Sifat Keramik
Sifat yang paling umum dan mudah dilihat secara fisik pada kebanyakan
jenis keramik adalah britle atau rapuh, hal ini dapat kita lihat pada keramik jenis
tradisional seperti barang pecah belah, gelas, kendi, gerabah, tembikar dan
sebagainya. Sifat lainnya adalah keramik tahan terhadap suhu yang tinggi, sebagai
dengan suhu 1200°C, keramik engineering seperti keramik oksida mampu tahan
terhadap suhu tinggi hingga mencapai 2000°C.
Barang tanah liat Jepang dikatakan memperlihatkan variasi teknik dan
gaya terbanyak di dunia, dan peralatan makan masa kini yang kebanyakan adalah
tembikar atau porselen mempunyai bentuk dan warna hiasan yang banyak.
Barang tanah liat dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok:
a. Gerabah
Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk
kemudian dibakar untuk kemudian dijadikan alat-alat yang berguna untuk
membantu kehidupan. Gerabah memiliki tekstur yang unik seperti tanah.
b. Tembikar
Tembikar adalah alat keramik yang dibuat oleh pengrajin. Tembikar dibuat
dengan membentuk tanah liat menjadi suatu objek. Alat tembikar yang
paling dasar adalah tangan. Tembikar memiliki tekstur yang dilapisi
dengan glasir yang beragam dan memiliki kesan yang alami dan hangat.
Jika tanah liat yang digali dari tanah dipanaskan, maka bahan lumpur
basah itu berubah menjadi kuat, keras, dan kedap air. Itulah tembikar.
Tembikar memiliki banyak guna karena sifatnya sudah begitu berbeda dari
tanah liat. Pengrajin tembikar dapat membentuk tanah liat yang lunak
menjadi berbagai macam barang, mulai dari piring ceper sampai gentong
jeluk. Setelah tembikar dipanaskan atau dibakar maka bentuknya menjadi
tetap. Seni tembikar sudah sangat tua. Para pengrajin tembikar pertama
dan tembikar lingkar yang sederhana. Sekitar 3.500 tahun silam mulai
digunakan meja putar kecil, yang disebut roda tembikar, untuk membuat
tembikar bulat. Kita tahu hal ini karena tembikar tidak hancur dalam tanah
seperti halnya kayu. Para arkeolog menggunakan pecahan tembikar untuk
mempelajari bangsa-bangsa yang sudah membuat tembikar berabad-abad
silam.
c. Porselen
Porselen memiliki tekstur yang halus dan dilapisi dengan berbagai warna
yang mengagumkan. Porselen muncul di Jepang baru pada awal abad
ke-17, ketika para pengrajin tembikar Korea mulai membuatnya. Ini adalah
kejadian penting dalam perkembangan tembikar Jepang. Tidak lama
kemudian, tanah liat porselen yang disebut kaolin, ditemukan di
Izumiyama di Arita, Kyushu, dan ditemukan cocok untuk membuat
porselen yang tipis, ringan dan kuat.
Sejak pertengahan abad ke-19, porselen telah mendapatkkan
tempat yang penting di meja makan karena kemudahannya. Pada saat
sekarang ini piring keramik sudah menjadi sangat umum, kecuali untuk
mangkuk dari barang berpernis yang halus untuk sup miso, diminum
dengan bibir mengenai mangkuk.
Semangat artistik yang sangat kreatif dari jaman Momoyama memberikan
kehidupan baru pada keramik Jepang. Hal ini terlihat dari berbagai jenis keramik
Seperti dalam hal pelaksanaan upacara minum teh, terkadang mereka
memberikan sebuah nama untuk menjelmakan peralatan yang sangat mereka sukai
seperti sebuah cangkir teh, jambangan, tempat air atau kotak dupa.
Alasan lainnya mengenai banyaknya variasi keramik adalah kenyataan
bahwa makanan Jepang memerlukan berbagai macam peralatan makan yang
banyak, lebih daripada makanan lainnya didunia.
Dalam masyarakat Jepang kuno yang berbudaya tinggi, orang makan dan
minum terutama dari barang berpernis, tetapi hal ini mulai diubah oleh para ahli
minum teh. Mereka mulai menggunakan perangkat mangkuk dan piring keramik
untuk makanan Kaiseki yang disajikan sebelum teh, dan hal ini membawa pada
penemuan bahwa keramik memberikan dampak visual yang lebih dan daya tarik
yang segar. Barang keramik untuk upacara minum teh dipilih sesuai dengan
musim.
Nasi, makanan pokok di Jepang, disantap dari mangkuk kecil yang
dipegang oleh tangan dan pada umumnya setiap anggota keluarga memiliki
mangkuk nasinya sendiri. Melalui kebiasaan di atas meja seperti itu juga, orang
Jepang telah mengembangkan kesenangan mereka terhadap barang tembikar.
Sebagian orang mungkin melihat keramik hanya merupakan bagian dari
sebuah keunikan dan ketertarikan semata. Namun, bagi masyarakat timur yakni
Cina, Jepang, dan Korea keramik memiliki nilai spiritual. Hal ini terlihat pada
gambar-gambar atau ukiran yang terdapat pada keramik-keramik tersebut. Seperti
ukiran naga yang menggambarkan dewa atau raja dan burung phoenix yang
Tidak semua orang memiliki bakat untuk membuat keramik karena pada
umumnya keahlian untuk membuat keramik ini diwariskan secara turun temurun
dan adakalanya setiap keluarga memiliki ukiran tersendiri yang merupakan ciri
khas dari usaha keluarganya sehingga berbeda dari hasil seni keramik pengrajin
yang lain.
2.2 Sejarah Keramik
Barang tanah liat pertama kali dibuat di kepulauan Jepang sekitar 13.000
tahun yang lalu. Periuk besar dan dalam yang digunakan untuk merebus adalah
yang paling umum. Tanah liatnya dihias dengan menggiling atau menekan tali
berkepang pada permukaannya. Karena pola tali inilah, barang tanah liat dari
jaman ini disebut dengan jomon doki (jo = tali; mon = pola; doki = barang tanah
liat). Sekitar 5000 tahun yang lalu, selama jaman Jomon, beberapa desain yang
sangat dinamis muncul, termasuk ornamen ombak pada bibir periuk dan pola-pola
aneh yang menutupi setiap bagian luarnya.
Pada jaman Yayoi berikutnya, penanaman padi dan jenis tembikar baru
diperkenalkan dari semenanjung Korea. Tembikar Yayoi merupakan bagian dari
kehidupan sehari-hari, digunakan terutama banyak untuk penyimpanan, memasak
dan makan. Tembikar jenis ini tidak semeriah barang tembikar Jomon, dan
warnanya yang muda menciptakan kesan lembut.
Sekitar awal abad ke-5, terjadi perubahan besar ketika teknik baru
memasuki Jepang dari semenanjung Korea. Sebelumnya, tanah liat dibakar di api
dengan suhu tinggi di dalam tempat pembakaran dengan cerobong (terowongan)
yang dibangun loreng. Tembikar Sueki adalah tembikar yang sebenarnya.
Sekitar pertengahan abad ke-7, para pengrajin tembikar Jepang pergi untuk
mempelajari teknik-teknik Korea dan Cina, dan belajar cara menggunakan glasir
dan membakar tanah liat dengan suhu yang cukup rendah. Beberapa glasir dari
sini berwarna hijau tua, sedangkan barang Nara Sansai menonjol dengan tiga
warna, seringkali berwarna merah, kuning, dan hijau. Akan tetapi, barang-barang
ini digunakan hanya di istana, keluarga bangsawan, dan kuil-kuil, dan sekitar abad
ke-11 tidak dibuat lagi.
Kemajuan yang diperoleh tembikar Sueki menyebabkan pembangunan
tempat-tempat pembakaran di banyak bagian di Jepang. Tidak lama kemudian,
para pengrajin menemukan bahwa abu kayu di dalam tempat pembakaran yang
panas bereaksi dengan tanah liat sehingga menciptakan glasir alami. Hal ini
mendorong mereka untuk menaburkan abu dari tanaman yang dibakar secara
sengaja ke atas tanah liat sebelum dibakar. Teknik glasir abu alami ini pertama
sekali dilakukan di tempat pembakaran Sanage di propinsi Owari (sebelah barat
daya propinsi Aichi sekarang).
Tembikar Sueki di jaman pertengahan menjadi pondasi untuk
teknik-teknik baru dan menjamurnya pembangunan tempat pembakaran. Enam kota
tempat tembikar bersejarah di Jepang yakni Seto, Tokoname, Echizen, Shigaraki,
Tanba dan Bizen dimulai pada masa ini, dan tempat pembakaran mereka masih
berproduksi. Hampir semuanya membuat gerabah yang terlihat alami. Hasil
sekitar abad ke-16, Seto adalah satu-satunya tempat di Jepang yang terus
memproduksi tembikar berglasir.
Perang saudara yang melanda seluruh negeri Jepang pada jaman Warring
States (1467-1568), dan para pengrajin di Seto pergi ke utara ke daerah
pegunungan menuju Mino (kini propinsi Gifu bagian selatan). Disana mereka
memelopori gaya baru unik Jepang, yang terbaik adalah tembikar Kiseto,
Seto-guro, Shino, dan Oribe. Sekitar pada saat inilah upacara minum teh mulai menarik
perhatian. Kebiasaan minum teh berasal dari China pada akhir abad ke-12, dan
pada abad ke-16 telah menjadi kebiasaan untuk mengadakan acara yang berfokus
pada upacara penyajian teh.
Dengan mulainya jaman Momoyama (akhir tahun 1500-an) berakhirlah
perang saudara, penggabungan Jepang, dan penyempurnaan upacara minum teh.
Ini adalah saat transformasi untuk barang tembikar Jepang. Toyotomi Hideyoshi
memulai kampanye militer di semenanjung Korea, dan hal ini menciptakan
kesempatan bagi para samurai menyenangi upacara minum teh untuk membawa
pengrajin tembikar Korea ke Jepang dan menyuruh mereka membangun tempat
pembakaran. Banyak pusat produksi baru termasuk Karatsu, Hagi, Agano,
BAB III
FUNGSI TEMBIKAR BAGI MASYARAKAT JEPANG
3.1 Jenis-Jenis Tembikar
Tembikar sangat banyak digunakan dari zaman dahulu hingga zaman
sekarang. Beberapa jenis-jenis tembikar dapat di kelompokkan berdasarkan
bentuk dan cara pembuatannya.
1. Berdasarkan bentuknya
Berdasarkan bentuknya tembikar dapat dikelompokkan menjadi:
a. Beluk
Fungsi: sebagai tempat air
Ciri-ciri: memiliki motif yang sangat sederhana dan kecil, berbentuk
lonjong.
b. Buyung
Fungsi: sebagai tempat air
Ciri-ciri: mempunyai leher dan badan berukuran besar berbentuk bulat
penuh, permukaan licin tanpa dihias.
c. Jambangan
Fungsi: sebagai tempat bunga atau tempat tanaman
Ciri-ciri: berbentuk labu yang ditinggikan.
d. Labu
Ciri-ciri: berbentuk labu dan memiliki corak yang berhubungan dengan
alam dan geometri.
e. Tempat bara/ tempat perasapan
Fungsi: tempat membakar dupa atau kemenyan.
Ciri-ciri: digunakan sebagai tempat pembakaran atau perasapan dan
biasanya digunakan pada saat upacara tertentu.
f. Tempat menampung air
Fungsi: sebagai tempat menampung air.
Ciri-ciri: berbentuk bulat dan diikat tali penyangkut.
g. Terenang
Fungsi: tempat air tertutup
Ciri-ciri: berbentuk bulat dan memiliki tutup.
h. Tembikar mambong
Fungsi: sebagai peralatan dapur seperti periuk, belanga, piring, cawan,
gelas, dan sebagainya.
Ciri-ciri: memiliki bentuk yang berbeda-beda dan digunakan sebagai
peralatan dapur seperti peralatan memasak dan peralatan makan.
2. Berdasarkan pembuatannya
a. Tembikar polos
Tembikar ini pada umumnya berbentuk guci panjang yang dibentuk
melengkung seperti kendi air, mangkuk kecil, perabotan bergagang, ceret
sebagai karya seni masyarakat primitif dan dapat menandakan tingkat
peradaban masyarakat yang semakin meningkat.
b. Tembikar Lingkar
Tembikar jenis ini pada umumnya dibuat dengan menggunakan roda
pemutar atau piring sebagai pelapik. Roda tersebut kemudian diputar.
Contoh tembikar ini adalah labu sayong yang digunakan sebagai tempat
penyimpanan air.
c. Tembikar tradisional
Bentuk dan hiasan tembikar berbeda-beda menurut budaya. Banyak
pengrajin yang membuat barang pecah-belah, seperti mangkuk dan alat
masak. Ada pula pengrajin yang membuatnya hanya sebagai perhiasan dan
sarana hobi seperti manik-manik dan alat musik.
3.2 Pembuatan Tembikar
Terdapat beberapa langkah cara membuat tembikar:
1. Pengambilan tanah liat
Tanah liat diambil dengan cara menggali secara langsung kedalam tanah yang
mengandung banyak tanah liat yang baik. Tanah liat yang baik berwarna
merah coklat atau putih kecoklatan. Tanah liat yang telah digali kemudian
dikumpulkan pada suatu tempat untuk proses selanjutnya.
2. Persiapan tanah liat
Tanah liat yang telah terkumpul disiram air hingga basah merata kemudian
digiling agar lebih rekat dan liat. Ada dua cara penggilingan yaitu secara
manual dan mekanis. Penggilingan manual dilakukan dnegan cara
menginjak-injak tanah liat hingga menjadi ulet dan halus. Sedangkan secara mekanis
dengan menggunakan mesin giling. Hasil terbaik akan dihasilkan dengan
menggunakan proses giling manual.
3. Proses pembentukan
Setalah melewati proses penggilingan, maka tanah liat siap dibentuk sesuai
dengan keinginan. Aneka bentuk dan disain depat dihasilkan dari tanah liat.
Seberapa banyak tanah liat dan berapa lama waktu yang diperlukan tergantung
pada seberapa besar tembikar yang akan dihasilkan, bentuk dan disainnya.
Pengrajin tembikar akan menggunakan kedua tangan untuk membentuk tanah
liat dan kedua kaki untuk memutar alat pemutar (perbot). Kesamaan gerak dan
konsentrasi sangat diperlukan untuk dapat melakukannya. Alat-alat yang
digunakan yaitu alat pemutar (perbot), alat pemukul, batu bulat, kain kecil. Air
juga sangat diperlukan untuk membentuk tembikar dengan baik.
4. Penjemuran
Setelah bentuk akhir telah terbentuk, maka diteruskan dengan penjemuran.
Sebelum dijemur di bawah terik matahari, tembikar yang sudah agak
mengeras dihaluskan dengan air dan kain kecil lalu dibatik dengan batu api.
Setelah itu baru dijemur hingga benar-benar kering. Lamanya waktu
5. Pembakaran
Setelah tembikar menjadi keras dan benar-benar kering, kemudian banyak
gerabah dikumpulkan dalam suatu tempat atau tungku pembakaran.
Tembikar-tembikar tersebut kemudian dibakar selama beberapa jam hingga benar-benar
keras. Proses ini dilakukan agar tembikar benar-benar keras dan tidak mudah
pecah. Bahan bakar yang digunakan untuk proses pembakaran adalah jerami
kering, daun kelapa kering ataupun kayu bakar.
6. Penyempurnaan
Dalam proses penyempurnaan, tembikar jadi dapat dicat dengan cat khusus
atau diglasir sehingga terlihat indah dan menarik sehingga bernilai jual tinggi.
3.3 Fungsi Tembikar Bagi Masyarakat Jepang
Tembikar merupakan benda yang sangat unik baik dari bentuknya,
pembuatannya, serta ukirannya. Tembikar memberikan perasaan bangga dan
kesenangan tersendiri bagi para pemiliknya terutama bagi masyarakat Jepang.
Bagi masyarakat Jepang yang sangat mencintai keindahan memiliki suatu benda
yang unik merupakan sebuah kesenangan. Pada awalnya tembikar hanya dijadikan
sebagai peralatan rumah tangga namun seiring berkembangnya zaman, tembikar
kini dijadikan sebagai pernak-pernik, alat musik, dan sebagainya. Dan tak jarang
juga masyarakat yang membuat tembikar hanya dikarenakan hobi, namun ada
juga yang menjadikannya sebagai mata pencaharian. Di Jepang tak sedikit orang
yang menjadikan tembikar sebagai usaha keluarga. Mereka meyakini bahwa
Bagi masyarakat Jepang yang sangat mencintai seni, tembikar merupakan
barang yang menarik. Tak sedikit juga masyarakat Jepang yang pada awalnya
hanya mengagumi keindahan tembikar namun lama kelamaan ia menjadi tertarik
untuk membuatnya sendiri sesuai dengan keinginannya hingga pada akhirnya
menjadi sebuah usaha.
Di Jepang terdapat sekolah tembikar Mamekichi yang hanya berjarak dua
menit berjalan kaki dari stasiun JR Nakano di Tokyo. Lokasinya yang nyaman
membuatnya menarik perhatian banyak wanita muda. Kini sekolah tersebut telah
memiliki sekitar 130 murid, 70 % dari mereka adalah wanita. Jika mereka ditanya
mengapa mereka mempelajari membuat tembikar sendiri maka jawaban mereka
adalah karena mereka ingin menyajikan makanan yang mereka masak sendiri
dengan peralatan makan yang mereka buat sendiri.
Bagi para pecinta tembikar, menuangkan ide-ide mereka dalam proses
pembuatannya tak sedikit pula yang menjadi awal terciptanya teknik baru bagi
para pengrajin tembikar. Masyarakat Jepang selalu tidak puas dengan apa yang
telah dimilikinya sehingga mereka mencari ide-ide lain untuk lebih
mengembangkan teknik yang mereka miliki menjadi sesederhana mungkin namun
tidak mengurangi hasil karya mereka. Seperti terciptanya ide membuat tembikar
dari tempat pembakaran portabel oleh Yoshida Akira. Pada jaman dahulu setiap
rumah orang Jepang memiliki shichirin, kompor untuk memasak portabel yang
menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya. Yoshida Akira, seorang
pengrajin tembikar yang tinggal di Tokyo memiliki ide menggunakan shichirin
yang lalu. Ia sangat ingin mengembangkan cara yang sederhana hingga setiap
orang dapat membakar karya mereka di rumah mereka sendiri. Metode Yoshida
memerlukan waktu yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan waktu yang
dibutuhkan untuk membuat tembikar dengan cara biasa.
Hal tersebut memperlihatkan bahwa bagi masyarakat Jepang segala
sesuatunya mereka lakukan dengan sepenuh hati. Hingga mereka rela bersusah
payah demi sesuatu yang mereka cintai. Begitu juga dengan pembuatan tembikar.
Mereka akan merasa sangat bangga jika mereka dapat menggunakan benda-benda
yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri dan dengan usaha mereka
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian pustaka (Library Research) lalu menganalisa
dan mengevakuasi data-data yang diperoleh mengenai tembikar maka penulis
dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kesenian tembikar Jepang banyak mengambil kesenian dari Cina dan
Korea hal ini terlihat bahwa sekitar abad ke-7 para pengrajin tembikar
Jepang pergi untuk mempelajari teknik-teknik Korea dan Cina dan belajar
cara menggunakan glasir dan membakar tanah liat dengan suhu yang
cukup rendah.
2. Perang saudara yang terjadi selama jaman Warring States (1467-1568)
juga membawa dampak yang cukup baik bagi perkembangan tembikar
Jepang. Hal ini terlihat ketika perang saudara terjadi para pengrajin di kota
Seto pergi ke utara ke daerah pegunungan menuju Mino dan disana
mereka memelopori gaya-gaya baru unik Jepang dalam pembuatan
tembikar mereka.
3. Pembakaran tembikar tidak hanya dapat dilakukan di tungku pembakaran
yang besar akan tetapi kini telah dapat dilakukan pembakaran di tempat
pembakaran portabel yang disebut dengan shichirin. Hal ini merupakan ide
dari Yoshida Akira yang selalu ingin menyederhanakan proses pembuatan
4. Peminat tembikar pada umumnya adalah wanita hal ini terlihat pada
persentase yang terdapat di sekolah tembikar Mamekichi. Dari 130 murid
di sekolah tersebut 70 % diantaranya adalah wanita. Hal ini dapat
mewakili persentase ketertarikan tembikar Jepang dalam masyarakat
Jepang itu sendiri.
4.2 Saran
Karena tembikar merupakan satu benda tradisional yang memiliki nilai
estetika yang cukup tinggi ada baiknya jika kesenian tembikar tetap dilestarikan
agar tidak punah malah menjadi semakin berkembang terutama di Indonesia
seperti halnya di Jepang dimana masyarakatnya sangat menghargai kesenian
DAFTAR PUSTAKA
Nipponia. 2005. Menelusuri Jepang. Yokoso Jepang.
http://ipahappy.blogspot.com/2011/04/apa-itu-tembikar.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Pottery
LAMPIRAN
Tembikar jaman Jomon dengan ornamen
seperti kapal dengan api.
Shigaraki, abad ke-16
Tembikar berbentuk guci
Kameyama porselen, motif kapal Belanda, tahun 1800-an
Guci bulan Cina, tahun 1723 dinasti Qing