IDENTIFIKASI YODIUM PADA GARAM DAPUR DI DESA TENGAH, DESA HULU DAN TANJUNG ANOM KECAMATAN PANCUR BATU
TAHUN 2011
OLEH :
CONNY THERESA TIHARMA NAPITUPULU 080100208
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
IDENTIFIKASI YODIUM PADA GARAM DAPUR DI DESA TENGAH, DESA HULU DAN TANJUNG ANOM KECAMATAN PANCUR BATU
TAHUN 2011
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
OLEH :
CONNY THERESA TIHARMA NAPITUPULU 080100208
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Identifikasi Yodium pada Garam Dapur di Desa Tengah, Desa Hulu dan Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Tahun 2011
Nama : CONNY THERESA TIHARMA NAPITUPULU NIM : 080100208
Pembimbing Penguji I
(dr. M. Syahputra, M.Kes) (dr. Muara Panusunan Lubis, Sp. OG) NIP: 19701007 199802 1 001 NIP: 197510232 00812 1 1001
Penguji II
(dr. Rointan Simanungkalit, Sp.KK) NIP: 19630820 198902 2 001
Medan, 6 Januari 2012 Dekan
ABSTRAK
Defisiensi yodium merupakan salah satu masalah gizi kurang yang masih dihadapi oleh Pemerintah Indonesia. Defisiensi gizi ini dapat diderita orang pada setiap tahap kehidupan, mulai dari masa prenatal sampai lansia.
Garam adalah tambahan makanan yang dipergunakan oleh masyarakat sebagai bahan penyedap makanan. Garam juga merupakan sumber mineral natrium dan klorida, dapat pula digunakan untuk pengawetan makanan, membuat cairan isotonis dan sebagainya. Yodium adalah mineral yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang relatif sangat kecil, tetapi memiliki preanan yang sangat penting untuk pembentukan hormon tiroksin. Garam dapur adalah garam yang diproduksi dari air laut yang diuapkan dan dikeringkan di terik matahari.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan cross-sectional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan yodium pada garam dapur di warung dan pasar tradisional di Desa Tengah, Desa Hulu dan Tanjung Anom kecamatan Pancur Batu tahun 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah garam dapur yang dibuat sendiri dan yang sudah beredar di warung dan pasar tradisional. Sebanyak 30 sampel dipilih dengan metode simple random sampling. Penilaian kadar yodium pada garam dapur dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan alat spektrofotometer.
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata – rata kadar yodium pada garam dapur di Desa Hulu (27,828± 31,448), Desa Tengah (25,092 ± 20,192) dan Tanjung Anom (29,900 ± 21,695) adalah kurang dari nilai normal (30 – 80 ppm).
Penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh waktu penyimpanan dan pemanasan terhadap kadar yodium dalam garam beryodium perlu dilakukan, sehingga dari hasil tersebut diharapkan dapat diperoleh gambaran lebih efektif tentang pengaruh penyimpanan dan pemanasan terhadap kadar yodium. Kepada pihak
– pihak yang berkepentingan memproduksi garam beryodium disarankan agar produk garam beryodiumnya memenuhi Standar Nasional Indonesia (30 – 80 ppm).
ABSTRACT
Yodium deficiency is one of the problem of nutrition that still have been faced by goverment of Indonesia. This problem can be occured in every one in all stages of life, from prenatal until elderly.
Salt is an addition food that used by community as a food beverage. Salt also is a mineral source that contain sodium and chlorida, can also be used for preserved food, make istonic liquid, etc. Yodium is mineral that crucial by body to form tyrosin hormone. Kitchen salt is a salt that produce from sea water that evaporated and dried out in the sun.
This research is a descriptive with cross sectional study. This research aim to identify yodium contents on kitchen salt in stall and traditional market in Desa Tengah, Desa Hulu, and Tanjung Anom resident Pancur Batu. There are 30 samples collected with simple random sampling. Appraisal yodium content was taken placed in Biochemistry Laboratorium in Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara using spectrophotometer.
This results convey yodium contents average in Desa Hulu (27,828± 31,448), Desa Tengah (25,092 ± 20,192) and Tanjung Anom (29,900 ± 21,695) are undernormal (30 – 80 ppm).
Next research about the affect ot time of saving and warming on yodium contents in kitchen salt is needed to do, so from these results can take the more effective outline of yodium contents. And for peoples/ company that produce the salt suggest to produce yodium salt based on National Standard of Indonesia.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Identifikasi Yodium pada Garam Dapur di Desa Tengah, Desa Hulu dan Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Tahun 2011” ini dapat diselesaikan. Karya tulis ini disusun sebagai tugas akhir mata kuliah Community Research Program (CRP) dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak dr. M.Syahputra,M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan, bimbingan, dan ilmu dalam penelitian ini.
3. Bapak dr. Muara P. Lubis, Sp.OG dan ibu dr. Rointan Simanungkalit,Sp.KK selaku dosen penguji yang telah bersedia menguji, memberikan masukan dan saran kepada penulis.
4. Seluruh dosen dan staf di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
5. Kedua orang tua penulis, Augus Napitupulu,S.H. dan Anita Sere Simanjuntak,S.H. atas segala pengorbanan, kasih sayang, dan doanya yang diberikan kepada penulis. 6. Para pedagang garam dapur di warung dan pasar tradisional di Desa Tengah, Desa
Hulu dan Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu
7. Seluruh teman penulis angkatan 2008 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
8. Semua pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuan dalam penyusunan karya tulis ini.
pengalaman penulis. Oleh karena itu, semua saran dan kritik akan menjadi sumbangan yang sangat berarti guna menyempurnakan karya tulis ini.
Akhirnya penulis mengharapkan hasil karya tulis ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, bangsa dan negara Indonesia, serta pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, Desember 2011 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR ISTILAH ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.3.1. Tujuan Umum ... 3
1.3.2. Tujuan Khusus ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1. Hormon Tiroid ... 4
2.2. Metabolisme Yodida ... 5
2.3. Yodium ... 8
2.3.2. Sumber Yodium ... 8
2.3.3. Fungsi Yodium ... 9
2.3.4. Kebutuhan Yodium ... 9
2.4. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) ... 10
2.4.1. Definisi GKY ... 10
2.4.2. Survei Epidemiologis Gondok Endemik ... 11
2.4.3. Survei Epidemiologis Kretin Endemik ... 12
2.4.4. Dampak GAKY ... 12
2.4.5. Pemeriksaan Status Yodium ... 13
2.5. Garam Beryodium ... 14
2.5.1. Definisi Garam dan Garam Beryodium ... 14
2.5.2. Sifat Garam Dapur ... 15
2.5.3. Peranan Garam Dapur ... 15
2.5.4. Komposisi Garam Dapur ... 16
2.5.5. Unsur – Unsur yang Menentukan Kualitas Garam ... 17
2.5.6. Masalah Garam Beryodium dan Penyediaan Garam Beryodium ... 18
2.5.7. Uji Garam Beryodium ... 19
2.5.7.1. Alat dan Bahan ... 19
2.5.7.2. Pembuatan Larutan – Larutan Induk ... 20
2.5.7.3. Penentuan Kurva Kalibrasi Larutan KIO3 ... 20
2.5.7.4. Penentuan Konsentrasi dan kadar KIO3 dalam Garam Beryodium ... 20
2.5.7.5. Prosedur pemakaian alat (spektrofotometer UV-Vis) pada metode fotometer ... 21
2.5.8. Jenis Garam di Indonesia ... 21
2.6.0. Persyaratan Hasil yang Diperoleh ... 23
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 24
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 24
3.2. Definisi Operasional Penelitian ... 24
3.2.1. Definisi Operasional ... 24
3.2.2. Cara Ukur ... 24
3.3.3. Alat Ukur ... 24
3.3.4. Hasil Ukur ... 24
3.3.5. Skala Pengukuran ... 24
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 25
4.1. Jenis Penelitian ... 25
4.2. Tempat dan waktu Penelitian ... 25
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25
4.3.1. Populasi Penelitian ... 25
4.3.2. Sampel Penelitian ... 25
4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 26
4.4.1. Alat dan Bahan ... 27
4.4.2. Pembuatan Larutan – Larutan Induk ... 27
4.4.3. Penentuan Kurva Kalibrasi Larutan KIO3 ... 28
4.4.4. Penentuan Konsentrasi dan kadar KIO3 dalam Garam Beryodium ... 28
4.4.5. Prosedur pemakaian alat (spektrofotometer UV-Vis) pada metode fotometer ... 28
4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 29
BAB 5 HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN ... 32
5.1. Hasil Penelitian ... 32
5.1.1. Deskripsi Tempat ... 32
5.1.2. Deskripsi Subjek Penelitian ... 32
5.1.3. Hasil Penelitian ... 32
5.2. Pembahasan ... 33
BAB 6 KESIMPULAN & SARAN ... 35
6.1. Kesimpulan ... 35
6.2. Saran ... 35
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman 2.1. Sumber Yodium dalam Makanan ... 9 2.2. Angka kecukupan yodium sehari yang dianjurkan
berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004) .... 10 2.3. Kriteria epidemiologis penilaian yodium yang berasal dari
makanan yang disantap berdasarkan nilai median kadar
yodium urine ... 14 2.4. Komposisi garam dapur menurut SNI nomor 04 – 3556
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman 2.1. Struktur hormon tiroid dan senyawa – senyawa
yang berhubungan ... 4 2.2. Model metabolisme yodida di dalam folikel tiroid ... 7 2.3. “Gunung Es” GAKY menurut UNICEF ... 13 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Identifikasi Yodium Pada
Garam Dapur di Desa Tengah, Desa Hulu dan Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Tahun 2011 ... 24 5.1. Diagram Nilai Mean Yodium Pada Garam Dapur di Desa
DAFTAR ISTILAH
DIT = Diiodotirosin
GAKY = Gangguan Akibat Kekurangan Yodium I- = Yodida
IDD = Iodine Deficiency Disorders
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2. Data Absorbansi Larutan KIO3 Lampiran 3. Data Statistik Sampel
Lampiran 4. Larutan Induk
ABSTRAK
Defisiensi yodium merupakan salah satu masalah gizi kurang yang masih dihadapi oleh Pemerintah Indonesia. Defisiensi gizi ini dapat diderita orang pada setiap tahap kehidupan, mulai dari masa prenatal sampai lansia.
Garam adalah tambahan makanan yang dipergunakan oleh masyarakat sebagai bahan penyedap makanan. Garam juga merupakan sumber mineral natrium dan klorida, dapat pula digunakan untuk pengawetan makanan, membuat cairan isotonis dan sebagainya. Yodium adalah mineral yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang relatif sangat kecil, tetapi memiliki preanan yang sangat penting untuk pembentukan hormon tiroksin. Garam dapur adalah garam yang diproduksi dari air laut yang diuapkan dan dikeringkan di terik matahari.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan cross-sectional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan yodium pada garam dapur di warung dan pasar tradisional di Desa Tengah, Desa Hulu dan Tanjung Anom kecamatan Pancur Batu tahun 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah garam dapur yang dibuat sendiri dan yang sudah beredar di warung dan pasar tradisional. Sebanyak 30 sampel dipilih dengan metode simple random sampling. Penilaian kadar yodium pada garam dapur dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan alat spektrofotometer.
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata – rata kadar yodium pada garam dapur di Desa Hulu (27,828± 31,448), Desa Tengah (25,092 ± 20,192) dan Tanjung Anom (29,900 ± 21,695) adalah kurang dari nilai normal (30 – 80 ppm).
Penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh waktu penyimpanan dan pemanasan terhadap kadar yodium dalam garam beryodium perlu dilakukan, sehingga dari hasil tersebut diharapkan dapat diperoleh gambaran lebih efektif tentang pengaruh penyimpanan dan pemanasan terhadap kadar yodium. Kepada pihak
– pihak yang berkepentingan memproduksi garam beryodium disarankan agar produk garam beryodiumnya memenuhi Standar Nasional Indonesia (30 – 80 ppm).
ABSTRACT
Yodium deficiency is one of the problem of nutrition that still have been faced by goverment of Indonesia. This problem can be occured in every one in all stages of life, from prenatal until elderly.
Salt is an addition food that used by community as a food beverage. Salt also is a mineral source that contain sodium and chlorida, can also be used for preserved food, make istonic liquid, etc. Yodium is mineral that crucial by body to form tyrosin hormone. Kitchen salt is a salt that produce from sea water that evaporated and dried out in the sun.
This research is a descriptive with cross sectional study. This research aim to identify yodium contents on kitchen salt in stall and traditional market in Desa Tengah, Desa Hulu, and Tanjung Anom resident Pancur Batu. There are 30 samples collected with simple random sampling. Appraisal yodium content was taken placed in Biochemistry Laboratorium in Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara using spectrophotometer.
This results convey yodium contents average in Desa Hulu (27,828± 31,448), Desa Tengah (25,092 ± 20,192) and Tanjung Anom (29,900 ± 21,695) are undernormal (30 – 80 ppm).
Next research about the affect ot time of saving and warming on yodium contents in kitchen salt is needed to do, so from these results can take the more effective outline of yodium contents. And for peoples/ company that produce the salt suggest to produce yodium salt based on National Standard of Indonesia.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Defisiensi yodium merupakan salah satu masalah gizi kurang yang masih dihadapi oleh Pemerintah Indonesia. Defisiensi gizi ini dapat diderita orang pada setiap tahap kehidupan, mulai dari masa prenatal sampai lansia. Akibat defisiensi yodium saat ini diketahui tidak hanya pembesaran kelenjar tiroid, tetapi berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia mulai dari keguguran, lahir mati, cacat bawaan, kretinisme, hipotiroid hingga tumbuh kembang termasuk perkembangan otak sehingga terjadi penurunan potensi tingkat kecerdasan (Intelligence Quotient=IQ). Karena luasnya akibat dari defisiensi ini, defisiensi yodium kemudian dikenal dengan istilah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). (Djokomoeljanto, 2009).
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus – menerus dalam jangka waktu lama. Ini terjadi akibat masih rendahnya cakupan konsumsi garam beryodium di masyarakat dan belum optimalnya pergerakan masyarakat dan kampanye dalam mengkonsumsi garam beryodium, serta dukungan regulasi yang belum memadai. Di samping itu masalah lain belum rutinnya pelaksanaan pemantauan garam beryodium di masyarakat secara terus – menerus. (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007).
Di Indonesia terutama di daerah pedalaman dan pegunungan masih banyak masyarakat yang mengkonsumsi garam yang tidak mengandung yodium. Padahal yodium sangat penting untuk kebutuhan tubuh manusia. Syarat garam beryodium yang dapat memberikan manfaat pada konsumen adalah yang mengandung yodium sebanyak >30 ppm, akan tetapi masih banyak beredar garam beryodium <30 ppm. Maka untuk itu perlu dilakukan pemantauan di masyarakat tentang penggunaan garam yang dikonsumsi. (Lindawati, 2006).
Provinsi dengan cakupan konsumsi garam cukup beryodium terendah adalah Nusa Tenggara Barat (27,9%), Nusa Tenggara Timur (31,0%) dan Sulawesi Barat (34,2%). Sedangkan provinsi dengan cakupan tertinggi adalah Kep. Bangka Belitung (98,7%), Jambi (94,4%) dan Sumatera Selatan (93,0%). Sementara itu untuk provinsi Sumatera Utara persentasenya sebesar 89,9%. (Profil Kesehatan Indonesia, 2009).
Kecamatan Pancur Batu masih merupakan daerah yang mengalami keterbatasan akses garam beryodium. Hal ini dibuktikan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syahputra pada tahun 2003, didapatkan hasil rata – rata kadar yodium garam di beberapa desa di kecamatan Pancur Batu yaitu 12,9 ± 11,4 ppm (Syahputra, 2003).
Selain daripada itu, dari hasil survey gangguan akibat kekurangan yodium oleh Dinas Kesehatan Deli Serdang yang menunjukkan kecamatan Pancur Batu merupakan daerah endemik sedang (Dinas Kesehatan Deli Serdang, 1998).
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskanlah masalah sebagai berikut :
1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan yodium pada garam dapur di warung dan pasar tradisional di Desa Tengah, Desa Hulu dan Tanjung Anom kecamatan Pancur Batu tahun 2011.
1.3.2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui tingkat / konsentrasi kadar yodium pada garam dapur yang beredar di warung dan pasar tradisional.
1.4. Manfaat Penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hormon Tiroid
Hormon tiroid mengatur ekspresi gen, diferensiasi jaringan dan perkembangan
umum. Kelenjar tiroid menghasilkan 2 hormon asam iodoamino, yaitu 3,5,3’ -triiodotironin (T3) dan 3,5,3’,5’-tetraiodotironin (tiroksin, T4), yang telah lama diketahui kepentingannya dalam pengaturan metabolisme umum, perkembangan dan diferensiasi jaringan. (Granner, 2003).
2.2. Metabolisme Yodida
Menurut Granner (2003), metabolisme yodida melibatkan beberapa tahapan yang terpisah :
A. Konsentrasi yodida (I-) : kelenjar tiroid bersama dengan beberapa jaringan epitel lainnya, termasuk kelenjar mammae, korion, kelenjar saliva dan lambung, mampu memekatkan I- dengan melawan gradien elektrokimia yang kuat. Proses ini bergantung pada energi dan berkaitan dengan pompa Na+/K+ yang bergantung-ATPase. Aktivitas transporter I- tiroid dapat dipisahkan dari tahap biosintesis hormon berikutnya melalui penghambatan organifikasi I- dengan obat – obat golongan tiourea. Rasio yodida dalam tiroid terhadap yodida dalam serum (rasio T:S) merupakan pencerminan aktivitas transporter. Rasio T:S pada manusia dengan diet yodium yang normal adalah 25:1.
B. Oksidasi I- : kelenjar tiroid merupakan satu – satunya jaringan yang dapat mengoksidasi I- hingga mencapai status valensi yang lebih tinggi; proses oksidasi ini merupakan suatu tahapan yang wajib ada dalam organifikasi I- dan biosintesis hormon tiroid. Tahapan ini melibatkan enzim peroksidase yang mengandung heme dan terjadi pada permukaan lumen sel folikular.
2.3. Yodium
2.3.1. Definisi yodium
Yodium ada di dalam tubuh dalam jumlah sangat sedikit, yaitu sebanyak kurang lebih 0,00004% dari berat badan atau 15 – 23 mg. Sekitar 75% dari yodium ini ada di dalam kelenjar tiroid, yang digunakan untuk mensintesis hormon tiroksin, tetraiodotironin (T4) dan triiodotironin (T3). Hormon – hormon ini diperlukan untuk pertumbuhan normal, perkembangan fisik dan mental hewan dan manusia. Di dalam darah yodium terdapat dalam bentuk yodium bebas atau terikat dengan protein. (Almatsier, 2009).
2.3.2. Sumber yodium
Menurut Djokomoeljanto (2009), sumber yodium antara lain :
a. Air tanah, tergantung sumber air berasal dari batuan tertentu (kadar paling tinggi apabila air ini bersumber dari igneous rock, 900 ug/kg bahan).
b. Air laut mengandung sedikit yodium, sehingga kandungan yodium garam rendah.
c. Plankton, ganggang laut dan organisme laut lain berkadar yodium tinggi sebab organisme ini mengkonsentrasikan yodium dari lingkungan sekitarnya.
d. Sumber bahan organik yang berada dalam oksidan, desinfektan, yodofor (iodophor), zat warna makanan dan kosmetik, dan vitamin yang beredar di pasaran menambah yodium juga.
Tabel 2.1. Sumber yodium dalam makanan
No. Bahan Makanan Berat (gram) Kandungan Yodium (µg) 1. Remis, kerang besar, ikan
Salmon
100 200 – 250
2. Udang, ikan Cod 100 120 – 130
3. Makarel, tuna, herring 100 50 – 75
4. Garam beryodium 19 15 – 40
Sumber : dikutip dalam tesis Determinan Kejadian GAKY pada Anak Sekoalh Dasar di Dataran Rendah dan Dataran Tinggi Kota Pagar Alam Propinsi Sumatera Selatan
(Rusnelly, 2006).
2.3.3. Fungsi yodium
Yodium merupakan bagian integral dari kedua macam hormon tiroksin triidotironin (T3) dan tetraiodotironin (T4). Fungsi utama hormon – hormon ini adalah mengatur pertumbuhan dan perkembangan. Hormon tiroid mengontrol kecepatan tiap sel menggunakan oksigen. Dengan demikian, hormon tiroid mengontrol kecepatan pelepasan energi dari zat gizi yang menghasilkan energi. Yodium berperan pula dalam perubahan karoten menjadi bentuk aktif vitamin A dan yodium juga berperan dalam sintesis kolesterol darah. (Almatsier, 2009).
Menurut Kartasapoetra (2002), fungsi yodium dalam tubuh adalah :
1. Sebagai komponen penting dalam pembentukan tiroksin pada kelenjar gondok. 2. Tiroksin termasuk yodium merupakan pengendali transduksi energi selular. 2.3.4. Kebutuhan yodium
WHO, UNICEF dan ICCIDD dalam Djokomoeljanto (2009) menganjurkan kebutuhan yodium sehari sebagai berikut :
d. 200 mg untuk wanita hamil dan wanita menyusui
Tabel 2.2. Angka kecukupan yodium sehari yang dianjurkan berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004)
Golongan umur AKI* (mg) Golongan umur AKI* (mg)
0 – 6 bulan 90 Wanita :
7 – 11 bulan 120 10 – 12 tahun 120 1 – 3 tahun 120 13 – 15 tahun 150 4 – 6 tahun 120 16 – 18 tahun 150 7 – 9 tahun 120 19 – 29 tahun 150 30 – 49 tahun 150
Pria : 50 – 64 tahun 150
10 – 12 tahun 120 ≥ 65 tahun 150 13 – 15 tahun 150
16 – 18 tahun 150 Hamil : +50
19 – 29 tahun 150
30 – 49 tahun 150 Menyusui :
50 – 64 tahun 150 0 – 6 bulan +50 ≥ 65 tahun 150 7 – 12 bulan +50
*Angka Kecukupan Iodium
Sumber : Prinsip Dasar Ilmu Gizi (Almatsier, 2009).
2.4. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) 2.4.1. Definisi GAKY
Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) atau Iodine Deficiency Disorders
mereka yang kurang yodium; serta dapat bermanifestasi sebagai gondok, retardasi mental, defek mental serta fisik dan kretin endemik. (Djokomoeljanto, 2009).
2.4.2. Survei Epidemiologis Gondok Endemik
Menurut Djokomoeljanto (2009), survei epidemiologis untuk gondok endemik biasanya didasarkan atas besarnya kelenjar tiroid, dilakukan dengan metode palpasi,
menurut klasifikasi Perez atau modifikasinya (1960) : (A)
Grade 0 : tidak teraba
Grade 1 : teraba dan terlihat hanya dengan kepala ditengadahkan Grade 2 : mudah dilihat, kepala posisi biasa
Grade 3 : terlihat dari jarak tertentu (B)
Karena perubahan awal gondok perlu diwaspadai maka grading system, khususnya grade 1 dibagi lagi dalam 2 kelas.
Grade 1a : tidak teraba atau jika teraba tidak lebih besar dari kelenjar tiroid normal. Grade 1b : jelas teraba dan membesar, tetapi umumnya tidak terlihat meskipun kepala posisi tengadah. Ukuran tiroid disebut normal apabila sama atau lebih besar dari falangs akhir ibu jari tangan pasien.
(C)
Akhir ini kriteria palpasi disederhanakan untuk mencegah kesulitan membedakan grade 1a dan grade 1b di atas dengan modifikasi sebagai berikut (2001)
Grade 0 : tidak terlihat maupun teraba gondok
Grade 1 : gondok teraba tetapi tidak terlihat apabila leher dalam posisi normal (tiroid tak terlihat membesar).
2.4.3. Survei Epidemiologis Kretin Endemik
Menurut Djokomoeljanto (2009), kretin endemik dapat ditinjau dari 3 segi yaitu :
1. Segi epidemiologis : kretin endemik selalu berhubungan dengan defisiensi yodium berat.
2. Segi klinis : adanya defisiensi mental yang disertai dengan salah satu gejala di bawah ini :
a. Gejala neurologis yang mencolok yang terdiri atas gangguan pendengaran (bilateral dan nada tinggi) dan wicara, gangguan cara berjalan (gait) dan sikap badan waktu berdiri yang khas
b. Gejala mencolok adalah pertumbuhan (cebol) dan hipotiroidisme.
3. Segi pencegahan : terjadinya kretin endemik dapat dicegah dengan pemberian unsur yodium yang adekuat.
2.4.4. Dampak GAKY
UNICEF menggambarkan dampak GAKY dalam suatu piramida. Sebanyak 1
Dampak nyata : gondok dan kretin
Gondok ringan/ IQ turun
[image:30.612.110.543.88.335.2]Dampak tersembunyi : kerusakan otak, hilang energi, hipotiroid
Gambar 2.3. “Gunung Es” GAKY menurut UNICEF (Soekirman, 2000).
2.4.5. Pemeriksaan Status Yodium
Menurut Arisman (2004), cara yang dianjurkan untuk memeriksa status yodium :
1. Penilaian angka kejadian gondok, baik gondok yang telah terlihat maupun baru teraba
2. Pengukuran kadar yodium yang diekskresikan ke dalam urine
3. Penentuan kadar T4 atau TSH dalam darah berbagai kelompok usia, terutama bayi baru lahir dan wanita hamil.
Tabel 2.3. Kriteria epidemiologis penilaian yodium yang berasal dari makanan yang disantap berdasarkan nilai median kadar yodium urine (Arisman, 2004).
Rata – rata kadar urine (µg/L) Asupan Yodium Status Yodium <20
20 – 49 50 – 99
Tidak cukup Tidak cukup Tidak cukup
Kurang Yodium Berat Kurang Yodium Sedang Kurang Yodium Ringan 1 – 10 %
5 – 30 %
[image:30.612.106.528.610.693.2]100 – 199 200 – 299 >300
Cukup
Lebih dari cukup Berlebihan
Optimal
Risiko hipotiroidisme Risiko hipertiroidisme Sumber : Gizi dalam Daur Kehidupan (Arisman, 2004).
2.5. Garam Beryodium
2.5.1. Definisi Garam dan Garam Beryodium
Garam adalah tambahan makanan yang dipergunakan oleh masyarakat sebagai bahan penyedap makanan. Garam juga merupakan sumber mineral natrium dan klorida, dapat pula digunakan untuk pengawetan makanan, membuat cairan isotonis dan sebagainya (Lenni, 2007).
Menurut Lenni (2007), garam yang digunakan oleh masyarakat terbagi atas 2 jenis garam, yaitu :
a. Garam dapur
Garam dapur adalah garam yang diproduksi dari air laut yang diuapkan dan dikeringkan di terik matahari.
b. Garam meja
Garam meja adalah garam konsumsi yang diolah sedemikian rupa baik menggunakan maupun tanpa menggunakan bahan – bahan anti gumpalan atau bahan pengering sehingga menjadi halus dan putih bersih.
2.5.2. Sifat Garam Dapur
Menurut Lindawati (2006), sifat – sifat garam dapur yaitu :
a. Garam dapur sebagian besar berasal dari penguapan air laut dan sedikitnya mengandung 95% natrium klorida.
b. Merupakan kristal berwarna putih dan berbentuk kubus. c. Mudah larut dalam air.
d. Pola keadaan padat garam dapur tidak berair tetapi bersifat higroskopis yaitu dapat menarik air baik dalam bentuk uap maupun cair.
e. Pada suhu normal (15oC) larutan jenuh dari garam dapur mempunyai berat jenis 1,204 dan mengandung NaCl 26,4%.
f. Mempunyai titik lebur 803oC dan titik didih 1430oC.
g. Mudah rapuh karena peristiwa perubahan bentuk dan kehilangan air kristal sehingga mudah retak.
2.5.3. Peranan Garam Dapur
Menurut Lindawati (2006), garam dapur memegang peranan penting dalam tubuh manusia antara lain :
a. Ikut menjaga tekanan osmosis di dalam cairan tubuh. b. Menjaga keseimbangna air dalam tubuh.
c. Ikut menjaga tetapnya keasaman (pH) dalam tubuh.
d. Berperan terhadap kepekaan saraf untuk rangsangan baik dalam tubuh sendiri maupun dari luar tubuh.
e. Untuk media mineral antara lain yang akan dimasukkan di dalam tubuh, karena memerlukan antara lain : kalsium, magnesium, besi, fluor dan yodium.
2.5.4. Komposisi Garam Dapur
yang bersih, berwarna putih, tidak berbau, tingkat kelembaban rendah dan tidak terkontaminasi oleh timbal dan bahan logam lainnya (Lindawati, 2006).
Garam beryodium yang baik dapat diketahui dengan cara membaca pada label kemasan garam beryodium. Garam beryodium dikemas dalam plastik, tertutup rapat, tidak bocor dan pada kemasan harus tertera tulisan garam beryodium. Cara penyimpanan garam beryodium dalam wadah yang tertutup rapat dan kering, diletakkan di tempat yang sejuk, jauh dari panas api dan sinar matahari langsung (Depkes RI, 1999).
[image:33.612.111.534.338.649.2]Menurut SNI nomor 04 – 3556 – 2000 garam dapur harus memenuhi syarat komposisi sebagai berikut :
Tabel 2.4. Komposisi garam dapur menurut SNI nomor 04 – 3556 – 2000
Senyawa Kadar
a.Natrium Klorida b.Air
c.Iodium sebagai KIO3 d.Oksidasi Besi (FeO3) e.Kalsium dan Magnesium f.Sulfat (SO4-)
g.Bagian tak larut dalam air h.Cemaran logam Pb i.Cemaran logam Cu j.Cemaran logam Hg k.Cemaran logamAS l.Rasa
m.Warna n.Bau
Minimal 94,7 % Maksimal 7 % Minimal 30 mg/kg
- - - -
Maksimal 10,0 mg/kg Maksimal 10,0 mg/kg Maksimal 0,1 mg/kg Maksimal 0,1 mg/kg
Asin Putih Tidak ada
2.5.5. Unsur – unsur yang Menentukan Kualitas Garam 1. Natrium Klorida
Secara teoritis garam yang berasal dari penguapan air laut memiliki kadar natrium klorida 97% lebih, akan tetapi dalam praktek umumnya lebih rendah, karena dipengaruhi oleh kualitas air laut, cara pembuatan dan cara – cara lain yang mempengaruhi kristalisasi garam (Departemen Perindustrian Sulawesi Utara, 1989).
Garam yang mengandung natrium klorida yang tinggi umumnya berwarna putih bersih, tetapi terkadang ditemukan garam yang berwarna putih bersih ternyata mengandung kadar NaCl yang relatif rendah (Departemen Perindustrian Sulawesi Utara, 1989).
2. Kalsium
Sebagai kotoran – kotoran unsur kalsium yang ada dalam bentuk kalsium sulfat, sedang senyawa lainnya adalah kalsium karbonat yang mulai mengendap. Kristal kalsium sulfat yang sangat halus mengendap sangat lambat sehingga pada masa pembentukan kristal NaCl kristal ini ikut mengendap. Hal ini menjadi salah satu garam yang diperoleh dari penguapan air laut dengan tenaga sinar matahari kemurniannya lebih rendah dibandingkan dengan garam yang dihasilkan dari penguapan buatan (Departemen Perindustrian Sulawesi Utara, 1989).
3. Magnesium
Magnesium sebagai kotoran – kotoran terdapat dalam larutan induk sehingga melekat di bagian luar kristal NaCl. (Departemen Perindustrian Sulawesi Utara, 1989).
2.5.6. Masalah Garam Beryodium dan Penyediaan Garam Beryodium Menurut Ismalia (2007), permasalahan yang sering muncul di masyarakat :
2. Kualitas garam, kemurnian dan kandungan air akan mempengaruhi proses iodisasi dan selera konsumen.
3. Masalah distribusi, perlu adanya deregulasi, karena prosedur yang rumit akan meningkatkan beban biaya, sehingga harga mahal dan sasaran tak tercapai. 4. Penyimpanan, teknik penyimpanan kurang memadai akan mempengaruhi
kualitas garam beryodium.
5. Pengepakan, memerlukan teknik tertentu, menghindari sinar matahari dan kelembaban yang dapat mengakibatkan penguapan yodium.
6. Konsumen, umumnya masyarakat mengatakan rasa garam beryodium kurang enak serta harga lebih mahal.
Menurut Ismalia (2007), faktor yang mempengaruhi penyediaan garam beryodium diantaranya adalah :
a. Kondisi iklim/alam wilayah Indonesia mempengaruhi produksi garam (pada musim hujan produksi garam dalam negeri tidak cukup).
b. Adanya garam impor yang masuk, dipasarkan sebelum diiodisasi. c. Rendahnya kualitas garam rakyat/garam krosok.
d. Kurangnya pengawasan perdagangan antar pulau. e. Harga garam beryodium relatif mahal.
f. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang manfaat garam beryodium.
g. Kebiasaan menyimpan garam dalam wadah terbuka dan di atas tempat memasak mengakibatkan garam mudah menguap.
2.5.7. Uji Garam Beryodium
Menurut Lindawati (2006), pengujian yodium pada garam dapur dapat diketahui dengan metode spektrofotometri UV-Vis.
2.5.7.1. Alat dan Bahan Alat :
1. Spektrofotometer UV-1240 merk Shimadzu 2. Neraca digital
3. Botol sampel 4. Pipet tetes 5. Gelas ukur 6. Labu ukur
Bahan :
1. Garam dapur beryodium yang beredar di warung dan pasar tradisional 2. Aquades
3. KIO3 kadar 99,7% 4. HNO3 pekat 65% 5. KI kadar 99,5 %
2.5.7.2. Pembuatan larutan – larutan induk a. Larutan induk KIO3 100 ppm 1000 ml
Menimbang sebanyak 0,1224 gram KIO3, dimasukkan dalam labu ukur 1000 ml kemudian diencerkan dengan aquades sampai tanda.
b. Larutan HNO3 1M
Menimbang sebanyak 8,4950 ml HNO3 dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml kemudian diencerkan dengan aquades sampai tanda.
c. Larutan KI 1M
2.5.7.3. Penentuan kurva kalibrasi larutan KIO3
Larutan KIO3 100 ppm diambil 0 ml ; 0,2 ml ; 0,4 ml ; 0,6 ml ; 0,8 ml ; 1 ml ; 1,2 ml, masing – masing larutan ditambah 1 ml HNO3 1 M dan 2 ml KI 1 M, dan masing – masing diencerkan dengan aquades hingga 10 ml, larutan menjadi 0 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 8 ppm, 10 ppm dan 12 ppm. Kemudian ditentukan absorbansinya pada panjang gelombang yang telah ditentukan dan membuat kurva kalibrasi larutan standar antara absorbansi (Y) dan konsentrasi (X).
2.5.7.4. Penentuan konsentrasi dan kadar KIO3 dalam garam beryodium
Menimbang 2 gram garam yang dilarutkan dengan 20 ml aquades, kemudian ditambah 1 ml HNO3 1 M dan 2 ml KI 1 M. Kemudian melakukan analisis dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 435nm, dan diperoleh data absorbansi, dihitung konsentrasi dan kadar KIO3 dalam garam beryodium.
2.5.7.5. Prosedur pemakaian alat (spektrofotometer UV-Vis) pada metode fotometer
1. Menyalakan alat (dengan menekan tombol poser pada sisi belakang alat). Sebelumnya harus diperiksa sampel kompartemen harus dalam keadaan kosong. Instrumen akan secara otomatis melakukan inisialisasi.
2. Setelah proses inisialisasi selesai maka akan tampil layar menu utama. Selanjutnya dipilih metode fotometer (dengan menekan tombol 1).
3. Untuk mengukur panjang gelombang yang akan digunakan analisa tekan tombol [ GOTO WL ], tekan [ Numerik ] untuk memasukkan panjang gelombang yang diinginkan kemudian tekan [ ENTER ].
4. Tekan [ F1 ] untuk mengubah mode pengukuran hingga diperoleh mode yang diinginkan (ABS atau persen T).
7. Ganti kuvet pada sisi sampel dengan sampel yang akan dianalisa. 8. Tekan [ START ] untuk membaca nilai absorban dan transmitansinya. 9. Ulangi langkah 6 – 8 untuk sampel berikutnya.
2.5.8. Jenis Garam di Indonesia
Menurut Depkes RI (2005), jenis garam yang terdapat di Indonesia :
1. Garam curai/krosok, merupakan garam yang mempunyai kualitas garam yang paling rendah.
2. Garam briket/bata beryodium, banyak yang memproduksi dan mempasarkannya, dikemas dalam plastik isi 12 batang mempunyai mutu lebih baik dari garam curai/krosok.
3. Garam halus beryodium, merupakan garam yang mempunyai mutu lebih baik dari garam briket/bata dan garam curai/krosok.
2.5.9. Proses Iodisasi Garam 2.5.9.1. Persyaratan Iodisasi 1. Garam
Berdasarkan standar yang ditetapkan UNICEF maka garam yang akan diiodisasi harus memenuhi syarat garam sebagai berikut :
a. Ukuran partikel atau butiran – butiran tidak lebih besar dari 2 mm yang baik adalah 0,5 – 1,5 mm.
b. Kadar air sekitar 2 – 4 % atau lebih rendah lagi. c. Mempunyai sifat free flowing (tidak menggumpal). d. Mempunyai berat jenis kira – kira sama dengan air. e. Ditinjau dari segi kesehatan keadaannya cukup bersih. 2. Kalium Iodat
3. Air
Air yang dipergunakan sebagai pelarut KIO3 sebaiknya air yang memenuhi persyaratan air minimum.
2.5.9.2. Cara Iodisasi
Menurut Departemen Perindustrian Sulawesi Utara (1989), iodisasi atau pembubuhan zat, dalam hal ini senyawa kalium iodat (KIO3) ada beberapa cara : a. Dengan penambahan larutan KIO3 4 % sebanyak 0,5 ml melalui mikro buret
kemudian diaduk dan dianalisa.
b. Dengan penambahan KIO3 4 % yang dikerjakan oleh suatu unit peralatan iodisasi dilakukan pada garam yang belum dimasukkan ke dalam karung untuk di homogenkan dan kemudian dimasukkan ke dalam karung.
c. Iodisasi dilakukan dengan cara mengaduk larutan KIO3 4 – 5 % ke dalam satu kotak kayu bersama dengan garam secara bertahap.
Tahap pertama adalah sebagian garam non yodium yang akan diiodisasi ±20% dari jumlah garam yang akan diiodisasi ditambahkan dengan larutan KIO3 secukupnya diaduk sampai rata (Departemen Perindustrian Sulawesi Utara, 1989).
Tahap kedua adalah garam yang telah diiodisasi pada tahap pertama yaitu 80% dari jumlah garam yang akan diiodisasi. (Departemen Perindustrian Sulawesi Utara, 1989).
2.6.0. Persyaratan Hasil yang Diperoleh
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Identifikasi Yodium pada Garam Dapur di Desa Tengah, Desa Hulu dan Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Tahun 2011
3.2.Definisi Operasional Penelitian 3.2.1. Definisi Operasional :
1. Kadar yodium standar adalah kandungan yodium dalam garam dapur yang memenuhi kadar Standar Nasional Indonesia (SNI) antara lain mengandung KIO3 sebesar 30 – 80 ppm.
2. Kadar yodium tidak standar adalah kandungan yodium dalam garam dapur yang tidak memenuhi SNI.
3. Garam dapur adalah garam yang dipergunakan untuk mengolah makanan pada penduduk Desa Hulu, Desa Tengah dan Tanjung Anom kecamatan Pancur Batu.
3.2.2.Cara Ukur : Laboratorium Biokimia FK USU Metode Spektrofotometri 3.2.3.Alat Ukur : Spektrofotometer UV-Vis
3.2.4.Hasil Ukur : Syarat garam dapur yang baik dikonsumsi bila kadar yodium >30 ppm
3.2.5.Skala Pengukuran : Skala nominal Garam dapur yang dikonsumsi
masyarakat
[image:40.612.114.528.141.293.2]BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan cross-sectional.
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2011 dengan memilih warung dan pasar tradisional di Desa Tengah, Desa Hulu dan Tanjung Anom kecamatan Pancur Batu. Alasan pemilihan tempat didasarkan pada kurang memadainya akses garam beryodium di kecamatan Pancur Batu. Untuk selanjutnya pengukuran kadar yodium akan dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai karakteristik tertentu. (Sastroasmoro, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah garam dapur yang dibuat sendiri dan yang sudah beredar di warung dan pasar tradisional.
4.3.2. Sampel Penelitian
Kriteria inklusi :
Garam dapur yang dijual di warung dan pasar tradisional di kecamatan Pancur Batu. Kriteria eksklusi :
a. Garam dapur yang kemasannya rusak b. Garam dapur yang kadaluarsa
c. Garam dapur yang tidak ada label POM
Besar sampel ditentukan dengan rumus :
N = �£ 2
�2 (Madiyono, 2010)
N =1,96
2 . 0,126 . (1−0,126)
0,1262
N= 30
N= jumlah sampel
Z£= tingkat kepercayaan = 1,96
P = proporsi keadaan yang akan dicari = 0,126
d= selisih nilai prevalensi gondok di Deli Serdang dan di Sumatera Utara terkecil = 12,6% - 0,0% = 12,6%
4.4. Teknik Pengumpulan Data
4.4.1. Alat dan Bahan Alat :
1. Spektrofotometer UV-1240 merk Shimadzu 2. Neraca digital
3. Botol sampel 4. Pipet tetes 5. Gelas ukur 6. Labu ukur Bahan :
1. Garam dapur beryodium yang beredar di warung dan pasar tradisional 2. Aquades
3. KIO3 kadar 99,7% 4. HNO3 pekat 65% 5. KI kadar 99,5 %
4.4.2. Pembuatan larutan – larutan induk a. Larutan induk KIO3 100 ppm 1000 ml
Menimbang sebanyak 0,1224 gram KIO3, dimasukkan dalam labu ukur 1000 ml kemudian diencerkan dengan aquades sampai tanda.
b. Larutan HNO3 1M
Menimbang sebanyak 8,4950 ml HNO3 dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml kemudian diencerkan dengan aquades sampai tanda.
c. Larutan KI 1M
4.4.3. Penentuan kurva kalibrasi larutan KIO3
Larutan KIO3 100 ppm diambil 0 ml ; 0,2 ml ; 0,4 ml ; 0,6 ml ; 0,8 ml ; 1 ml ; 1,2 ml, masing – masing larutan ditambah 1 ml HNO3 1 M dan 2 ml KI 1 M, dan masing – masing diencerkan dengan aquades hingga 10 ml, larutan menjadi 0 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 8 ppm, 10 ppm dan 12 ppm. Kemudian ditentukan absorbansinya pada panjang gelombang yang telah ditentukan dan membuat kurva kalibrasi larutan standar antara absorbansi (Y) dan konsentrasi (X).
4.4.4. Penentuan konsentrasi dan kadar KIO3 dalam garam beryodium
Menimbang 2 gram garam yang dilarutkan dengan 20 ml aquades, kemudian ditambah 1 ml HNO3 1 M dan 2 ml KI 1 M. Kemudian melakukan analisis dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 435nm, dan diperoleh data absorbansi, dihitung konsentrasi dan kadar KIO3 dalam garam beryodium.
4.4.5. Prosedur pemakaian alat (spektrofotometer UV-Vis) pada metode fotometer
1. Menyalakan alat (dengan menekan tombol poser pada sisi belakang alat). Sebelumnya harus diperiksa sampel kompartemen harus dalam keadaan kosong. Instrumen akan secara otomatis melakukan inisialisasi.
2. Setelah proses inisialisasi selesai maka akan tampil layar menu utama. Selanjutnya dipilih metode fotometer (dengan menekan tombol 1).
3. Untuk mengukur panjang gelombang yang akan digunakan analisa tekan tombol [ GOTO WL ], tekan [ Numerik ] untuk memasukkan panjang gelombang yang diinginkan kemudian tekan [ ENTER ].
4. Tekan [ F1 ] untuk mengubah mode pengukuran hingga diperoleh mode yang diinginkan (ABS atau persen T).
5. Masukkan kuvet yang berisi larutan blanko ke dalam kompartemen sampel, baik untuk sisi standar maupun sisi sampel.
7. Ganti kuvet pada sisi sampel dengan sampel yang akan dianalisa. 8. Tekan [ START ] untuk membaca nilai absorban dan transmitansinya. 9. Ulangi langkah 6 – 8 untuk sampel berikutnya.
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
4.6. Skema Cara Kerja
Skema Cara Kerja
Pembuatan Larutan Standar KIO3 untuk Pembuatan Kurva Kalibrasi
+ Aquades 1000 ml
Diambil ( 0 ; 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 ; 1 ; 1,2) + 1 ml HNO3 1 M
+ 2 ml KI 1 M + aquades 10 ml
[image:46.612.219.504.179.636.2]λ maks = 435 nm
Gambar 4.1 Skema Pembuatan Larutan Standar KIO3 untuk Pembuatan Kurva Kalibrasi
0,1224 g KIO3
Larutan Standar KIO3 100 ppm
Larutan standar dengan konsentrasi 0,2,4,6,8,10 dan 12 ppm
10 ml sampel
Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer UV-Vis
Hasil pengukuran (absorbansi)
Skema Cara Kerja
Penentuan Konsentrasi dan Kada KIO3 dalam Sampel
+ aquades 20 ml
[image:47.612.222.412.167.515.2]+1 ml HNO3 1 M + 2 ml KI 1 M
Gambar 4.2 Skema Penentuan Konsentrasi dan Kadar KIO3 dalam Garam Beryodium
Garam 2 gram
Larutan sampel
Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer UV-Vis pada λ
maks 435 nm
Dihitung konsentrasi dan kadar KIO3 dalam sampel
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. HASIL PENELITIAN 5.1.1. DESKRIPSI TEMPAT
Untuk pengambilan sampel garam dapur dilakukan di warung dan pasar tradisional di Desa Hulu, Desa Tengah dan Tanjung Anom kecamatan Pancur Batu. Sementara untuk menilai kadar yodium pada garam dapur dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
5.1.2. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah garam – garam dapur yang beredar di warung dan pasar tradisional di kecamatan Pancur Batu. Adapun subjek penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang tertera pada bab sebelumnya.
5.1.3. HASIL PENELITIAN
[image:48.612.109.534.548.654.2]Berdasarkan tujuan yang telah diuraikan pada bab – bab sebelumnya serta penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan prosedur penelitian maka dapat diperoleh nilai rata - rata kadar yodium pada garam dapur di Desa Hulu, Desa Tengah dan Tanjung Anom sebagai berikut :
Tabel 5.1. Nilai rata – rata kadar yodium garam
Desa N X ± SD
Desa Hulu 10 27,828± 31,448
Desa Tengah 10 25,092 ± 20,192
Tanjung Anom 10 29,900 ± 21,695
Gambar 5.1. Diagram Nilai Mean Yodium pada Garam Dapur di Desa Tengah, Desa Hulu dan Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Tahun 2011
5.2. PEMBAHASAN
Dari pemeriksaan kadar yodium pada garam dapur didapat hasil bahwa di Tanjung Anom mempunyai nilai rata – rata kadar yodium (29,900 ± 21,695) paling baik dibandingkan di Desa Hulu (27,828± 31,448) dan Desa Tengah (25,092 ± 20,192). Berkurangnya kadar yodium pada garam – garam tersebut kemungkinan disebabkan oleh lamanya garam – garam tersebut beredar di pasaran. Proses pemanasan seperti memasak juga akan mengurangi kestabilan KIO3 dalam garam dimana pada proses pemanasan KIO3 akan menjadi KI dan Oksigen dengan reaksi sebagai berikut :
2 KIO3 2KI + 3O2
27,828 25,092 29,9 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Desa Hulu Desa Tengah Tanjung Anom
Kehilangan KIO3 dalam garam hasil iodisasi buatan setelah proses penyimpanan dan pemanasan lebih sedikit dibandingkan dengan garam beryodium yang sudah beredar di pasaran.
Lebih besarnya penurunan KIO3 pada garam beryodium yang beredar di pasaran dikarenakan pada garam – garam beryodium tersebut lebih rendah kadar NaCl dan karena masih terdapat zat pengotor pada garam tersebut. Kecenderungan penurunan kadar KIO3 dapat juga disebabkan tempat penyimpanan garam tersebut. Tempat penyimpanan yang lembab dapat menurunkan kadar yodium dalam garam dapur. Penurunan ini dikarenakan adanya peningkatan kadar air selama penyimpanan dan karena hilangnya kadar KIO3 akibat dekomposisi atau penguapan. (Lindawati, 2006).
Proses penentuan konsentrasi dan kadar KIO3 menggunakan spektofotometri UV-Vis dan diperoleh data absorbansinya. Dari data absorbansinya, dapat dihitung konsentrasi KIO3 dalam sampel dengan menggunakan persamaan regresi linear yang diperoleh dari persamaan kurva kalibrasi larutan standar KIO3, sehingga dapat dihitung konsentrasi dan kadar KIO3 dalam sampel (Lampiran 1).
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Nilai rata – rata kadar yodium pada garam dapur di Desa Hulu (27,828± 31,448), Desa Tengah (25,092 ± 20,192) dan Tanjung Anom (29,900 ± 21,695) adalah kurang dari nilai normal (30 – 80 ppm).
6.2. SARAN
Saran yang dapat penulis sampaikan sehubungan dengan penelitian ini sebagai berikut :
6.2.1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh waktu penyimpanan dan pemanasan terhadap kadar yodium dalam garam beryodium, sehingga dari hasil tersebut diharapkan dapat diperoleh gambaran lebih efektif tentang pengaruh penyimpanan dan pemanasan terhadap kadar yodium.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S., 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. 263 – 267.
Arisman, 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. 132 – 143.
Budianto, K.A., 2009. Dasar – Dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press. 86 – 88.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia., 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 212 – 213.
Ganong, W.F., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 2. Jakarta: EGC. 331 – 338.
Gatie, L.H., 2006. Validasi Total Goitre Rate (TGR) Berdasar Palpasi Terhadap Ultrasonografi (USG) Tiroid serta Kandungan Yodium Garam dan Air di Kecamatan Sirampang Kabupaten Brebes. Semarang. UNDIP. 9 – 17.
Ghazali, dkk., 2010. Studi Cross-Sectional. Dalam: Sastroasmoro,S. Dan Ismael, S. Dasar – dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto. 78
- 80.
Granner, K.D., 2003. Hormon Tiroid. Dalam: Murray, R.K. dkk., Biokimia Harper. Edisi 5. Jakarta: EGC. 533 – 536.
Garam Beryodium Pada Masyarakat Rejosari Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Tahun 1996. Skripsi S1: Universitas Diponegoro.
Kartasapoetra, G. Dan Martestyo, 2002. Ilmu Gizi Korelasi Gizi, Kesehatan, dan Produktivitas Kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta. 97 – 98.
Lindawati, 2006. Pengaruh Waktu Penyimpanan dan Pemanasan terhadap Kadar Iodium dalam Garam Beriodium. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang. 9 – 13.
M adiyono, dkk., 2010. Perkiraan Besar Sampel. Dalam: Sastroasmoro, S. Dan Ismael,
S. Dasar – dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto. 302
– 313.
Mirandati, A.D., 2007. Studi Implementasi Kebijakan Pengadaan Garam Beryodium Di Kecamatan Batangan Kabupaten Pati. Semarang: UNDIP. 56 – 60.
Noviani, I., 2007. Analisis Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Garam Beryodium di Rumah Tangga di Desa Sumurgede kecamatan Godong Kabupaten Grobongan tahun 2007. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan Jurusan
Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang. 19 – 21.
Sastroasmoro, S., 2010. Pemilihan Subyek Penelitian. Dalam: Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. Dasar – dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto. 78 – 80.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat.
Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. 110 – 116.
Sunartini, 1993. Gambaran Klinik Ekses Yodium In: Kursus Singkat Iodium Mikronutrien Essensial. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada. 1 – 9.
Syahputra, 2003. Gambaran Status Yodium pada Ibu Hamil di Desa Lama, Desa Baru
dan Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu. Medan: Universitas Sumatera Utara.
LAMPIRAN 1
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Conny Theresa Tiharma Napitupulu Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 29 Agustus 1990
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Bahagia by Pass No.35 Medan Riwayat Pendidikan :
1. Sekolah Dasar Santo Yoseph Medan (1996-2002)
2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Santo Thomas 1 Medan (2002-2005) 3. Sekolah Menengah Atas Santo Thomas 1 Medan (2005-2008)
LAMPIRAN 2
Data Absorbansi Larutan KIO3
No. Konsentrasi Absorbansi
1. 0 0,164
2. 2 0,296
3. 4 0,292
4. 8 0,322
5. 10 0,437
6. 12 0,553
7. 14 0,580
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .182 .033 5.440 .003
konsentrasi .027 .004 .954 7.100 .001
a. Dependent Variable: absorbansi
A (intersep) = 0,182 B (slope) = 0,027
Persamaan regresi Y = B X + A
LAMPIRAN 3
Data Statistik Sampel DESA HULU
Statistics
Kadar Yodium
N Valid 10
Missing 0
Mean 31.448127
Median 17.00000
Std. Deviation 27.82860
Minimum .500
Maximum 109.000
Kadar Yodium
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid .500 1 10.0 10.0 10.0
3.500 1 10.0 10.0 20.0
14.500 1 10.0 10.0 30.0
15.500 1 10.0 10.0 40.0
16.000 1 10.0 10.0 50.0
18.000 1 10.0 10.0 60.0
22.000 1 10.0 10.0 70.0
32.786 1 10.0 10.0 80.0
46.500 1 10.0 10.0 90.0
Kadar Yodium
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid .500 1 10.0 10.0 10.0
3.500 1 10.0 10.0 20.0
14.500 1 10.0 10.0 30.0
15.500 1 10.0 10.0 40.0
16.000 1 10.0 10.0 50.0
18.000 1 10.0 10.0 60.0
22.000 1 10.0 10.0 70.0
32.786 1 10.0 10.0 80.0
46.500 1 10.0 10.0 90.0
109.000 1 10.0 10.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
DESA TENGAH
Statistics
Kadar Yodium
N Valid 10
Missing 0
Mean 25.09250
Median 19.50000
Std. Deviation 20.192394
Minimum .425
Maximum 67.500
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid .425 1 10.0 10.0 10.0
4.500 1 10.0 10.0 20.0
12.500 1 10.0 10.0 30.0
14.000 1 10.0 10.0 40.0
18.500 1 10.0 10.0 50.0
20.500 1 10.0 10.0 60.0
34.500 1 10.0 10.0 70.0
38.000 1 10.0 10.0 80.0
40.500 1 10.0 10.0 90.0
67.500 1 10.0 10.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
TANJUNG ANOM Statistics
Kadar Yodium
N Valid 10
Missing 0
Mean 29.90000
Median 28.25000
Std. Deviation 21.695878
Minimum .000
Kadar Yodium
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid .000 1 10.0 10.0 10.0
3.000 1 10.0 10.0 20.0
13.500 1 10.0 10.0 30.0
17.500 1 10.0 10.0 40.0
23.500 1 10.0 10.0 50.0
33.000 1 10.0 10.0 60.0
42.500 1 10.0 10.0 70.0
51.000 1 10.0 10.0 80.0
54.500 1 10.0 10.0 90.0
60.500 1 10.0 10.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
TOTAL SAMPEL Statistics
Kadar Yodium
N Valid 30
Missing 0
Mean 27.60703
Median 19.50000
Std. Deviation 24.156925
Minimum .000
Kadar Yodium
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid .000 1 3.3 3.3 3.3
.425 1 3.3 3.3 6.7
.500 1 3.3 3.3 10.0
3.000 1 3.3 3.3 13.3
3.500 1 3.3 3.3 16.7
4.500 1 3.3 3.3 20.0
12.500 1 3.3 3.3 23.3
13.500 1 3.3 3.3 26.7
14.000 1 3.3 3.3 30.0
14.500 1 3.3 3.3 33.3
15.500 1 3.3 3.3 36.7
16.000 1 3.3 3.3 40.0
17.500 1 3.3 3.3 43.3
18.000 1 3.3 3.3 46.7
18.500 1 3.3 3.3 50.0
20.500 1 3.3 3.3 53.3
22.000 1 3.3 3.3 56.7
23.500 1 3.3 3.3 60.0
32.786 1 3.3 3.3 63.3
33.000 1 3.3 3.3 66.7
34.500 1 3.3 3.3 70.0
38.000 1 3.3 3.3 73.3
40.500 1 3.3 3.3 76.7
42.500 1 3.3 3.3 80.0
54.500 1 3.3 3.3 90.0
60.500 1 3.3 3.3 93.3
67.500 1 3.3 3.3 96.7
109.000 1 3.3 3.3 100.0
LAMPIRAN 4
LARUTAN INDUK Pembuatan Larutan Induk IO3 100 ppm dari KIO3 IO3 100 ppm = 100 mg/Kg = 100 mg/L
Ppm = BM IO 3
���� 3 x mg KIO3
100 mg = 174,9
214 x mg KIO3
mg KIO3 = 100 x 214
174 ,9 = 122,36 mg
= 0,1224 gram
LAMPIRAN 5
Perhitungan Konsentrasi Yodium pada Garam Dapur di Desa Hulu Data Absorbansi
No. Merek Garam Dapur Absorbansi
1 Anak Pintar kasar ® 0,105
2 Anak Pintar halus ® 0,130
3 Supra Salt kasar ® 0,292
4 Supra Salt halus ® 0,180
5 Dolpin ® 0,438
6 Dolina ® 0,219
7 Cap Jangkar Segitiga halus ® 0,139 8 Cap Jangkar Segitiga kasar ® 0,148
9 Cap A-A halus ® 0,191
10 Cap A-A kasar ® 0,220
Sampel Konsentrasi KIO3 (X) Kadar Yodium 1 Y = B X + A
0,105 = 0,027 X + 0,182 X = 2,851 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (2,851 mg/1000 ml) = 0,065 mg
Dalam 1000 gram = (1000 gr/2 gr) x 0,065 mg = 32, 786 ppm
2 Y = B X + A 0,130 = 0,027 X + 0,182
X = 1,925 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (1,925 mg/1000 ml) = 0,044 mg
Dalam 1000 gram = (1000 gr/2 gr) x 0,044 mg = 22 ppm
3 Y = B X + A 0,292 = 0,027 X + 0,182
X = 4,074 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (4,074 mg/1000 ml) = 0,093 mg
= 46,500 ppm 4 Y = B X + A
0,180 = 0,027 X + 0,182 X = 0,074 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (0,074 mg/1000 ml) = 0,001 mg
Dalam 1000 gram = (1000 gr/2 gr) x 0,065 mg = 0,5 ppm
5 Y = B X + A 0,438 = 0,027 X + 0,182
X = 9,481 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (9,481 mg/1000 ml) = 0,218 mg
Dalam 1000 gram = (1000 gr/2 gr) x 0,218 mg = 109 ppm
6 Y = B X + A 0,219 = 0,027 X + 0,182
X = 1,370 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (1,370 mg/1000 ml) = 0,031 mg
Dalam 1000 gram = (1000 gr/2 gr) x 0,031 mg = 15,5 ppm
7 Y = B X + A 0,139 = 0,027 X + 0,182
X = 1,592 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (1,592 mg/1000 ml) = 0,036 mg
Dalam 1000 gram = (1000 gr/2 gr) x 0,036 mg = 18 ppm
8 Y = B X + A 0,148 = 0,027 X + 0,182
X = 1,259 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (1,259 mg/1000 ml) = 0,029 mg
Dalam 1000 gram = (1000 gr/2 gr) x 0,029 mg = 14,5 ppm
9 Y = B X + A 0,191 = 0,027 X + 0,182
X = 0,333 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (0,333 mg/1000 ml) = 0,007 mg
Dalam 1000 gram = (1000 gr/2 gr) x 0,007 mg = 3,5 ppm
10 Y = B X + A 0,220 = 0,027 X + 0,182
X = 1,407 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (1,407 mg/1000 ml) = 0,032 mg
LAMPIRAN 6
Perhitungan Konsentrasi Yodium pada Garam Dapur di Desa Tengah
Data Absorbansi
No. Merek Garam Dapur Absorbansi
1 Cap Jangkar Lingkar halus ® 0,100 2 Cap Jangkar Lingkar kasar ® 0,133
3 Cap Ikan Paus ® 0,193
4 Refina ® 0,138
5 Supra Salt halus ® 0,092
6 Mamata Brand ® 0,181
7 Prima ® 0,148
8 Garam Gurih ® 0,212
9 Lodan ® 0,086
10 Dolina ® 0,341
Sampel Konsentrasi KIO3 (X) Kadar Yodium 1 Y = B X + A
0,100 = 0,027 X + 0,182 X = 3,037 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (3,037 mg/1000 ml) = 0,069 mg
Dalam 1000 gram = (1000 gr/2 gr) x 0,069 mg = 34,5 ppm
2 Y = B X + A 0,133 = 0,027 X + 0,182
X = 1,814 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (1,814 mg/1000 ml) = 0,041 mg
Dalam 1000 gram = (1000 gr/2 gr) x 0,041 mg = 20,5 ppm
3 Y = B X + A 0,193 = 0,027 X + 0,182
X = 0,407 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (0,407 mg/1000 ml) = 0,009 mg
Dalam 1000 gram = (1000 gr/2 gr) x 0,009 mg = 4,5 ppm
4 Y = B X + A 0,138 = 0,027 X + 0,182
X = 1,629 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (1,629 mg/1000 ml) = 0,037 mg
Dalam 1000 gram = (1000 gr/2 gr) x 0,037 mg = 18,5 ppm
5 Y = B X + A 0,092 = 0,027 X + 0,182
X = 3,333 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (3,333mg/1000 ml) = 0,076 mg
Dalam 1000 gram = (1000 gr/2 gr) x 0,076 mg = 38 ppm
6 Y = B X + A 0,181 = 0,027 X + 0,182
X = 0,037 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (0,037 mg/1000 ml) = 0,000851 mg
7 Y = B X + A 0,148 = 0,027 X + 0,182
X = 1,259 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (1,259 mg/1000 ml) = 0,028 mg
Dalam 1000 gram = (1000 gr/2 gr) x 0,028 mg = 14 ppm
8 Y = B X + A 0,212 = 0,027 X + 0,182
X = 1,111 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (1,111 mg/1000 ml) = 0,025 mg
Dalam 1000 gram = (1000 gr/2 gr) x 0,025 mg = 12,5 ppm
9 Y = B X + A 0,086 = 0,027 X + 0,182
X = 3,555 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (3,555 mg/1000 ml) = 0,081 mg
Dalam 1000 gram = (1000 gr/2 gr) x 0,081 mg = 40,5 ppm
10 Y = B X + A 0,341 = 0,027 X + 0,182
X = 5,888 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (5,888 mg/1000 ml) = 0,135 mg
LAMPIRAN 7
Perhitungan Konsentrasi Yodium pada Garam Dapur di Tanjung Anom
Data Absorbansi
No. Merek Garam Dapur Absorbansi
1 Cap Flipper ® 0,324
2 Cap Kapal ® 0,104
3 Garami ® 0,053
4 Cap Bintang halus ® 0,150
5 Cap Bintang kasar ® 0,126
6 Samudra ® 0,182
7 Ikan Cucut ® 0,175
8 Hiu ® 0,062
9 Garam Gurih ® 0,282
10 Cap A-A kasar ® 0,223
Sampel Konsentrasi KIO3 (X) Kadar Yodium 1 Y = B X + A
0,324= 0,027 X + 0,182
X = 5,259 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (5,259 mg/1000 ml) = 0,121mg
Dalam 1000 gram = (1000 gr/2 gr) x 0,121 mg = 60,5 ppm
2 Y = B X + A 0,104 = 0,027 X + 0,182
X = 2,888 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (2,888 mg/1000 ml) = 0,066 mg
Dalam 1000 gram = (1000 gr/2 gr) x 0,066 mg = 33 ppm
3 Y = B X + A 0,053 = 0,027 X + 0,182
X =4,778 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (4,778mg/1000 ml) = 0,109 mg
Dalam 1000 gram = (1000 gr/2 gr) x 0,109 mg = 54,5 ppm
4 Y = B X + A 0,150 = 0,027 X + 0,182
X =1,185 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (1,185mg/1000 ml) = 0,027 mg
Dalam 1000 gram = (1000 gr/2 gr) x 0,027mg = 13,5 ppm
5 Y = B X + A 0,126 = 0,027 X + 0,182
X = 2,074 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (2,074mg/1000 ml) = 0,047 mg
Dalam 1000 gram = (1000 gr/2 gr) x 0,047 mg = 23,5 ppm
6 Y = B X + A 0,182= 0,027 X + 0,182
X = 0 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (0mg/1000 ml) = 0mg
7 Y = B X + A 0,175 = 0,027 X + 0,182
X = 0,259 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (0,259mg/1000 ml) = 0,006 mg
Dalam 1000 gram = (1000 gr/2 gr) x 0,006 mg = 3 ppm
8 Y = B X + A 0,062 = 0,027 X + 0,182
X =4,444 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (4,444mg/1000 ml) = 0,102 mg
Dalam 1000 gram = (1000 gr/2 gr) x 0,102 mg = 51 ppm
9 Y = B X + A 0,282 = 0,027 X + 0,182
X = 3,703 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (3,703mg/1000 ml) = 0,085 mg
Dalam 1000 gram = (1000 gr/2 gr) x 0,085 mg = 42,5 ppm
10 Y = B X + A 0,223 = 0,027 X + 0,182
X = 1,518 ppm
Dalam 23 ml = 23 ml x (1,518mg/1000 ml) = 0,035 mg