PERBANDINGAN NILAI APGAR PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN DENGAN TEKNIK SECTIO CAESAREA PADA BULAN JANUARI 2010 – DESEMBER 2010 DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
HAJI ADAM MALIK
Oleh :
MILISA MESIANA S 080100066
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERBANDINGAN NILAI APGAR PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN DENGAN TEKNIK SECTIO CAESAREA PADA BULAN JANUARI 2010 – DESEMBER 2010 DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
HAJI ADAM MALIK
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
MILISA MESIANA S 080100066
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Perbandingan Nilai Apgar pada Persalinan Normal dan Persalinan dengan Teknik Sectio Caesarea pada Bulan Januari 2010-Desember 2010 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Nama : Milisa Mesiana S NIM : 080100066
Pembimbing Penguji I
TandaTangan Tanda Tangan
(dr. Selvi Nafianti, Sp.A(K)) (dr. Masita Dewi, Sp.M)
NIP: 400048403 NIP: 19761024 200501 2 001
Penguji II
(dr. M. Syahputra, M.Kes) NIP: 19701007 198902 1 001
Medan, 20 Desember 2011 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Angka kematian bayi akibat asfiksia di rumah sakit rujukan propinsi di Indonesia adalah sebesar 41,94%. Salah satu metode untuk menilai bayi asfiksia atau tidak adalah dengan menggunakan nilai apgar. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kejadian asfiksia adalah persalinan dengan teknik sectio caesarea. Angka persalinan dengan teknik section caesarea sendiri beberapa tahun belakangan semakin meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan nilai apgar pada persalinan normal dan persalinan dengan teknik
sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.
Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Penelitian ini menggunakan data catatan rekam medik dari 65 sampel yang melahirkan secara normal dan 45 sampel yang melahirkan dengan teknik
sectio caesarea dari bulan Januari-Desember 2010. Data yang dikumpulkan
kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS.
Dari penelitian ini didapati bahwa pada menit pertama, nilai apgar 4-6 pada persalinan normal adalah sebanyak 6,2%, sementara persalinan dengan teknik sectio caesarea sebanyak 8,9%. Pada menit kelima, nilai apgar 7-10 adalah sebanyak 100% pada persalian normal dan persalinan sectio caesarea. Setelah dianalisa dengan uji Mann Whitney U, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan nilai apgar antara persalinan normal dan persalinan dengan teknik sectio caesarea
pada menit pertama (p=0,625) dan pada menit kelima (p=0,323).
ABSTRACT
The neonatal mortality rate for asphyxia in Indonesia’s referral hospital is 41,94%. One of the method to assess neonatal asphyxia is by using the apgar score. One factor associated with asphyxia incidence is the cesarean delivery. The number of cesarean section had increased over the past few years. The objective of this study was to compare neonates apgar score in normal delivery and in cesarean section of Haji Adam Malik General Hospital.
This was an analytic study with cross sectional design. This study used medical record data from 65 samples with normal delivery and 45 samples with cesarean section from January – December 2010. Data was collected and then processed by using SPSS program.
The study result for 1 minute apgar score of 4-6 in normal delivery was 6,2%, while in cesarean section was 8,9%. The 5 minute apgar score of 7-10 was 100% for both normal delivery and cesarean section. After being analyzed using Mann Whitney U test, the study showed that there was no significant difference in apgar score of neonates born through normal delivery and neonates born through cesarean section at first minute (p=0,625) and fifth minute (p=0,323).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan karunia-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
dengan judul “Perbandingan Nilai Apgar pada Persalinan Normal dan Persalinan
dengan Teknik Sectio Caesarea pada Bulan Januari 2010-Desember 2010 di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik” tepat waktu. Penulisan karya tulis
ilmiah ini ditujukan sebagai tugas akhir dalam pemenuhan persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara Medan.
Penulis mengakui adanya kekurangan dalam tulisan ini sehingga penelitian
ini tidak mungkin disebut sebagai suatu karya yang sempurna. Kekurangan dan
ketidak sempurnaan tulisan ini tidak lepas dari berbagai macam rintangan dan
halangan yang selalu datang baik secara pribadi pada penulis maupun dalam
masalah teknis pengerjaan. Penulis rasakan semua itu sebagai suatu ujian dan
pengalaman yang sangat berharga dalam kehidupan penulis yang kelak dapat
memberi manfaat di kemudian hari.
Oleh karena kekurangan pada diri penulis dalam menyelesaikan karya tulis
ini, maka semua itu tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1. Rektor Universtas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera.
2. Dosen pembimbing penulis, dr. Selvi Nafianti, Sp.A(K), yang telah
banyak memberikan masukan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini.
3. Seluruh pegawai dan staf di RSUP H. Adam Malik yang telah membantu
4. Terima kasih sebesar – besarnya kepada kedua orang tua penulis, Sahat
Samosir dan Rusti Marpaung, serta kepada abang-abang dan kakak penulis
yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan studi
penulis termasuk dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
5. Sahabat-sahabat penulis yaitu Maria Manik, Anna Marbun, Martinova
Panggabean, Eva Marini Simbolon, Yernita Agustin Ginting yang telah
memberikan masukan yang membangun serta mendukung dalam
penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
6. Teman-teman yang satu bimbingan dengan penulis, Stefani Susilo,
Maidzatul Syima Mahadzir dan Senthil Kumar
7. Teman – teman angkatan 2008 Fakultas Kedokteran USU yang telah
mendukung dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, penulis ucapkan
terima kasih atas kerjasamanya.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
tidak dapat penulis tuliskan yang telah memberikan bantukan kepada penulis
dalam pengerjaan karya tulis ini. Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa selalu
membalas semua kebaikan yang selama ini diberikan kepada penulis dan
melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
Medan, 20 Desember 2011
Penulis,
Milisa Mesiana S
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ....………... i
ABSTRAK...………... ii
ABSTRACT...………... iii
KATA PENGANTAR...………... . iv
DAFTAR ISI………... vi
DAFTAR TABEL………... viii
DAFTAR GAMBAR………... ix
DAFTAR SINGKATAN...……….... x
DAFTAR LAMPIRAN...………. xi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 3
1.3.Tujuan Penelitian ... 3
1.4.Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 4
2.1. Persalinan Normal ... 4
2.3. Nilai Apgar ... 8
2.4. Asfiksia ... 11
2.5. Resusitasi Bayi Baru Lahir... 12
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…….. 15
3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 15
3.2. Definisi Operasional... 15
3.3. Hipotesa………... 16
BAB 4 METODE PENELITIAN……… 17
4.1. Rancangan Penelitian ... 17
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 17
4.2.1. Lokasi Penelitian ... 17
4.2.2. Waktu Penelitian ... 17
4.3. Populasi dan Sampel ... 17
4.3.1. Populasi ... 17
4.3.2. Sampel ... 18
4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 19
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 20
5.1. Hasil Penelitian ... 20
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 20
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ... 20
5.1.3. Gambaran Nilai Apgar ... 22
5.1.4. Hasil Analisa Statistik... 23
5.2. Pembahasan ... 24
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 26
6.1. Kesimpulan ... 27
6.2. Saran ... 27
DAFTAR PUSTAKA... 29
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1. Sistem Nilai Apgar ... 8
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik
responden penelitian……….… 20
Tabel 5.2. Tabulasi Silang usia dan jenis persalinan…………..……….…. 22
Tabel 5.3. Distribusi nilai apgar pada menit pertama…………..……….…. 22
Tabel 5.4. Distribusi nilai apgar pada menit kelima…………..……..….….23
Tabel 5.5. Nilai apgar rata-rata bayi……….….23
Tabel 5.6. Perbandingan nilai apgar pada persalinan normal dan persalinan
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1. Diagram alur resusitasi bayi baru lahir.……….14
DAFTAR SINGKATAN
BBLL Berat Bayi Lahir Lebih
BBLN Berat Bayi Lahir Normal
BBLR Berat Bayi Lahir Rendah
NICU Neonatal Intensive Care Unit
RSUP Rumah Sakit Umum Pusat
SLTP Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SMU Sekolah Menengah Umum
SPSS Statistical Products and Service Solutions
TK Taman Kanak-Kanak
VTP Ventilasi Tekanan Positip
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Ethical Clearance
ABSTRAK
Angka kematian bayi akibat asfiksia di rumah sakit rujukan propinsi di Indonesia adalah sebesar 41,94%. Salah satu metode untuk menilai bayi asfiksia atau tidak adalah dengan menggunakan nilai apgar. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kejadian asfiksia adalah persalinan dengan teknik sectio caesarea. Angka persalinan dengan teknik section caesarea sendiri beberapa tahun belakangan semakin meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan nilai apgar pada persalinan normal dan persalinan dengan teknik
sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.
Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Penelitian ini menggunakan data catatan rekam medik dari 65 sampel yang melahirkan secara normal dan 45 sampel yang melahirkan dengan teknik
sectio caesarea dari bulan Januari-Desember 2010. Data yang dikumpulkan
kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS.
Dari penelitian ini didapati bahwa pada menit pertama, nilai apgar 4-6 pada persalinan normal adalah sebanyak 6,2%, sementara persalinan dengan teknik sectio caesarea sebanyak 8,9%. Pada menit kelima, nilai apgar 7-10 adalah sebanyak 100% pada persalian normal dan persalinan sectio caesarea. Setelah dianalisa dengan uji Mann Whitney U, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan nilai apgar antara persalinan normal dan persalinan dengan teknik sectio caesarea
pada menit pertama (p=0,625) dan pada menit kelima (p=0,323).
ABSTRACT
The neonatal mortality rate for asphyxia in Indonesia’s referral hospital is 41,94%. One of the method to assess neonatal asphyxia is by using the apgar score. One factor associated with asphyxia incidence is the cesarean delivery. The number of cesarean section had increased over the past few years. The objective of this study was to compare neonates apgar score in normal delivery and in cesarean section of Haji Adam Malik General Hospital.
This was an analytic study with cross sectional design. This study used medical record data from 65 samples with normal delivery and 45 samples with cesarean section from January – December 2010. Data was collected and then processed by using SPSS program.
The study result for 1 minute apgar score of 4-6 in normal delivery was 6,2%, while in cesarean section was 8,9%. The 5 minute apgar score of 7-10 was 100% for both normal delivery and cesarean section. After being analyzed using Mann Whitney U test, the study showed that there was no significant difference in apgar score of neonates born through normal delivery and neonates born through cesarean section at first minute (p=0,625) and fifth minute (p=0,323).
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Periode neonatal adalah periode bayi dari lahir sampai umur 28 hari.
Menurut data dari WHO (2010), pada tahun 2008 di daerah Asia Tenggara, 54%
kematian anak berumur di bawah 5 tahun adalah kematian bayi baru lahir. Dari
jumlah tersebut, 28% disebabkan infeksi neonatus, 26% disebabkan oleh berat
bayi lahir rendah dan prematur 20% disebabkan asfiksia dan trauma lahir, 4%
disebabkan anomali congenital, 3% disebabkan diare, 1% disebabkan tetanus dan
sisanya oleh penyebab lain. Data dari WHO menunjukkan angka kematian
neonatus di Indonesia pada tahun 2007 adalah 19 per 1000 kelahiran. Angka
kematian neonatus tertinggi terdapat di provinsi Kalimantan Selatan, yaitu
sebanyak 41 per 1000 kelahiran. Sementara angka terendah di DKI Jakarta
sebanyak 3 per 1000 kelahiran. Di provinsi Sumatera Utara, angka kematian
neonatus sebanyak 13 per 1000 kelahiran. Menurut data dari WHO (2010), pada
tahun 2008 penyebab kematian anak berumur di bawah 5 tahun di Indonesia
disebabkan oleh pneumonia (22%), bayi yang lahir premature (19%), diare (15%),
asfiksia saat lahir (10%), anomali congenital (6%), sepsis neonatorum (5%),
malaria (1%) dan penyebab lainnya (19%). Di Indonesia, angka kejadian asfiksia
di rumah sakit propinsi Jawa Barat ialah 25,2%, dan angka kematian karena
asfiksia di rumah sakit rujukan propinsi di Indonesia sebesar 41,94%
(Dharmasetiawani, 2008).
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir . Menurut penelitian
Fahrudin (2003), faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian asfiksia
neonatorum adalah usia ibu, status kunjungan antenatal care, riwayat obstetri,
kelainan letak janin, ketuban pecah dini, persalinan lama, berat lahir bayi, dan
tindakan sectio caesarea. Di dalam penelitian Dewi (2005), persalinan sectio
caesaria dengan menggunakan anestesi general meningkatkan resiko terjadinya
Dari tahun 1970 sampai 2007, persalinan sectio caesarea di Amerika
Serikat meningkat dari 4,5% menjadi 31,8%. Pada 1,5 juta kehamilan, terdapat
angka kematian ibu sebesar 2,2 per 100,000 persalinan sectio caesarea.
Morbiditas ibu meningkat pula menjadi 2 kali lipat dengan persalinan sectio
caesarea dibandingkan persalinan pervaginam (Cunningham, 2010).
Pada persalinan dengan sectio caesarea, digunakan obat analgesi. Hal ini
dapat menyebabkan hipotensi ibu yang berdampak pada penurunan aliran darah
uteroplasenta. Hal ini dapat menyebabkan hipoksia dan asidosis pada fetus. Bila
terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama persalinan
akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel
tubuh. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak bergantung pada
berat dan lamanya asfiksia (Latief, 1985).
Teknik yang lazim pada bedah sesar adalah anestesi umum, anestesi
epidural, anestesi spinal. Hipotensi lebih sering terjadi pada anestesi spinal
daripada anestesi epidural, dan lebih sering terjadi pada anestesi epidural daripada
anastesi umum (Kuczkowski, 2004).
Salah satu metode untuk menilai bayi baru lahir adalah dengan nilai apgar.
Nilai apgar adalah metode praktis untuk menilai bayi baru lahir secara sistematis
untuk mengindentifikasi apakah bayi memerlukan resusitasi atau tidak. Nilai
apgar yang rendah dapat disebabkan olah asfiksia, depresi sistem saraf pusat atau
obstruksi jalan napas bayi (Kliegman, 1999).
Penelitian Evans (1989) menunjukkan bahwa 6,2% bayi yang dilahirkan
lewat persalinan sectio caesaria dengan anestesi general memiliki nilai apgar <4.
Sementara nilai apgar 4-6 sebesar 15,4% pada persalinan dengan teknik yang
sama.
Burt, dkk (1988) telah melakukan suatu penelitian yang membandingkan
nilai apgar pada persalinan sectio caesarea berulang dan persalinan pervaginam.
Dari penelitian tersebut didapati bahwa bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan
persalinan sectio caesarea berulang 30% lebih cenderung memiliki nilai apgar
yang rendah daripada yang dilahirkan secara pervaginam. Zuhri (2010)
pemberian anastesi umum dan spinal. Dari hasil penelitian tersebut diketahui
bahwa bayi yang dilahirkan dengan teknik anastesi umum mempunyai nilai apgar
yang lebih buruk daripada bayi yang lahir dengan teknik anastesi spinal.
Berdasarkan hal yang diuraikan di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai perbandingan nilai apgar pada bayi yang
dilahirkan dengan persalinan normal dan persalinan dengan teknik sectio
caesarea.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah perbandingan nilai apgar antara persalinan normal dan
persalinan dengan teknik sectio caesarea?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan nilai apgar pada persalinan normal dan sectio
caesarea pada Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran nilai apgar bayi baru lahir menurut cara kelahiran
di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
2. Mengetahui karakteristik sampel persalinan normal dan sectio caesaria di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan berdasarkan umur.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1. Sebagai sumber informasi dan pengembangan bagi penelitian serupa dan
berkelanjutan.
2. Bagi peneliti, menambah wawasan mengenai efek dari jenis persalinan
dan nilai apgar.
3. Bagi klinisi dan masyarakat, untuk memberikan informasi mengenai efek
dari jenis persalinan terhadap nilai apgar dan kepentingan nilai apgar
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persalinan Normal
Persalinan atau yang disebut juga partus adalah suatu proses pengeluaran
hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui
jalan lahir atau dengan jalan lain. Partus biasa (normal) disebut juga partus
spontan, adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan
alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24
jam. Sementara partus luar biasa (abnormal) ialah persalinan pervaginam dengan
bantuan alat-alat melalui dinding perut dengan operasi sesar (Mochtar, 1998).
Proses persalinan terdiri dari 4 kala. Kala I dimulai pada waktu serviks
membuka karena his (kontraksi uterus yang teratur, makin lama makin kuat,
makin sering, makin terasa nyeri disertai pengeluaran darah lendir yang tidak
lebih banyak daripada darah haid). Kala I disebut juga dengan kala pembukaan,
terdiri dari 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif. Pada fase laten, pembukaan
serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm dan berlangsung dalam 7-8
jam. Fase aktif berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi 3 subfase, yaitu
periode akselerasi, dilatasi maksimal, dan deselerasi. Periode akselerasi
berlangsung 2 jam, dan pembukaan menjadi 4 cm. Setelah itu dilanjutkan periode
dilatasi maksimal berlangsung selama 2 jam pula dan pembukaan menjadi 9 cm.
Kemudian selama 2 jam berikutnya pada periode deselerasi, pembukaan menjadi
10 cm atau lengkap (Mochtar, 1998).
Kala II disebut juga kala pengeluaran janin. Pada fase ini, his terkoordinir,
kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun
masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada oto-otot dasar panggul
yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Pada waktu his, kepala janin
mulai kelihatan dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin,
akan lahirlah kepala dan diikuti oleh seluruh badan janin (Mochtar, 1998).
Kala III persalinan disebut juga stadium pengeluaran plasenta. Setelah bayi
pelepasan dan pengeluaran plasenta. Dalam waktu 5-15 menit seluruh plasenta
terlepas, terdorong ke dalam vagina dan aka lahir spontan atau dengan sedikit
dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai
pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Mochtar, 1998).
Kala IV adalah pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan plasenta lahir
untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya pendarahan postpartum
(Mochtar, 1998). Meskipun pasien mendapat obat-obat oksitosik, namun
pendarahan pascapartum akibat atonia uterus paling besar kemungkinannya terjadi
pada waktu ini. Selama periode ini uterus perlu sering diperiksa. Perineum juga
sering diperiksa untuk mendeteksi perdarahan yang berlebihan. Tekanan darah
juga sering diperiksa untuk mendeteksi perdarahan bayi dan tiap 15 menit selama
1 jam pertama (Cunningham, 2010).
2.2. Persalinan Sectio Caesarea
Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa Latin, caedere, yang artinya
memotong. Pengertian ini semula dijumpai dalam Roman Law dan Emperor’s
Law yaitu undang-undang yag mengkhendaki supaya janin dalam kandungan
ibu-ibu yang meninggal harus dikeluarkan dari dalam rahim. Jadi sectio caesarea
tidak ada hubungannya dengan Julius Caesar (Mochtar, 1998).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Mochtar,
1998).
Indikasi dilakukannya sectio caesarea adalah (Mochtar, 1998):
1. Plasenta previa sentralis dan lateralis
2. Panggul sempit
3. Disproporsi sefalo-pelvik
4. Ruptura uteri mengancam
5. Partus lama (prolonged labor)
6. Partus tak maju (obstructed labor)
7. Distosia serviks
9. Malpresentasi janin: • Letak lintang
• Letak bokong, apabila terdapat panggul sempit, primigravida (hamil untuk pertama kali), janin besar.
• Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara lain tak
berhasil
• Gemelli (kehamilan multipel), apabila janin pertama letak lintang atau
presentasi bahu, terjadi interlock, gawat janin.
Bayi yang dilahirkan dengan sectio caesaria mempunyai masalah, yang
mungkin diakibatkan oleh lingkungan obstetrik yang tidak menyenangkan namun
perlu dilakukan dalam operasi atau akibat anestesi yang lama pada ibunya. Pada
kehamilan normal yang cukup bulan, bila tidak ada indikasi gawat janin,
persalinan melalui abdomen membawa resiko yang lebih besar daripada
persalinan melalui jalan lahir. Sebagian kecil bayi matur yang dilahirkan dengan
sectio caesaria mengalami berbagai tingkat kesulitan pernapasan selama 1-2 hari
(Kliegman, 1999).
Persalinan sectio caesarea dapat dilakukan dengan menggunakan anestesi
regional maupun general. Anestesi regional terbagi dalam beberapa teknik, yaitu
anestesi spinal, epidural, kombinasi spinal-epidural. Keuntungan melakukan
anestesi spinal adalah mudah, onsetnya cepat, simpel, resiko aspirasi pada ibu
minimal karena pasien masih sadar, transfer obat minimal kepada janin.
Sementara pada anastesi epidural, masa kerja obat analgesi dapat dipertahankan
lebih lama dengan pemberian dosis yang berulang, onsetnya lebih lama. Kedua
hal ini menyebabkan sistem kardivaskular ibu dapat mengkompensasi terjadinya
blokade simpatis. Hal ini dapat mengurangi resiko terjadinya hipotensi berat dan
mengurangi resiko penurunan perfusi uteroplasenta. Keuntungan anestesi general
dibandingkan anestesi regional adalah hipotensi lebih jarang terjadi, induksi cepat,
hemodinamik lebih stabil, jalan napas bebas, ventilasi dapat dikontrol
(Kuczkowski, 2004).
Terdapat pula kerugian dari masing-masing jenis anestesi yang dilakukan
yang mendadak pada ibu sehingga aliran darah ibu ke plasenta berkurang. Hal ini
menyebabkan terjadinya depresi pada neonatus. Pada anestesi epidural, dosis obat
diperlukan lebih banyak. Hal ini menyebabkan obat diabsorbsi lewat pembuluh
darah vena yang pada akhirnya dapat mengakibatkan depresi otak pada bayi.
Sementara itu pada anestesi umum, ibu lebih beresiko untuk mengalami aspirasi
(mendelson syndrome), dan obat-obatan yang digunakan dapat mendepresi
pernapasan sehingga bayi terkadang jatuh ke keadaan apneu (Kuczkowski, 2004).
Hipotensi merupakan hal yang harus dipikirkan dalam melakukan
persalinan sectio caesaria dengan anestesi regional. Hipotensi yang terjadi
disebabkan oleh hambatan vasomotor yang mengakibatkan penurunan resistensi
vaskular yang menyebabkan aliran darah balik ke jantung berkurang dan terjadi
penurunan curah jantung. Hipotensi terjadi karena (Kuczkowski, 2004):
1. Peningkatan kapasitas vena dan pooling sebagian besar volume darah di
ekstremitas bawah dan splangnik
2. Penurunan resistensi vaskular sistemik.
Pada pasien obstetrik, hipotensi didefinisikan sebagai penurunan tekanan
darah sistolik sedikitnya 25% atau penurunan tekanan darah sistolik di bawah
100mmHg. Apabila penurunan aliran darah uteroplasenta terjadi, fetus dapat
mengalami hipoksia dan asidosis (Chesnut, 2004).
Pada masa lalu dianggap waktu mulai insisi kulit sampai bayi lahir adalah
saat yang penting, misalnya bila lebih dari 10 menit maka kesejahteraan janin
terganggu. Belakangan dibuktikan bahwa waktu terpenting adalah saat uterus
diinsisi sampai bayi lahir, bila lebih dari 3 menit maka pH tali pusat dan nilai
apgar rendah. Hal ini tidak berhubungan dengan jenis anestesia yang digunakan
(Prawirohardjo, 2008).
Anestesi dan analgesia mengenai janin sama seperti ibunya. Hipoksia ringan
pada ibu karena hipoventilasi atau hipotensi karena agen anestesi dapat
2.3. Nilai apgar
Nilai apgar merupakan metode praktis yang secara sistematis digunakan
untuk menilai bayi baru lahir segera sesudah lahir, untuk membantu
mengidentifikasi bayi yang memerlukan resusitasi akibat asidosis hipoksik. Nilai
apgar menit ke-1 mengisyaratkan perlunya tindakan resusitasi segera dan nilai
menit ke-5, 10, 15 dan 20 menunjukkan kemungkinan keberhasilan dalam
melakukan resusitasi bayi. Nilai apgar 0-3 pada menit ke-20 meramalkan
tingginya mortalitas dan morbiditas (Kliegman, 1999).
Terdapat hubungan terbalik antara nilai apgar dengan derajat asidosis serta
hipoksia. Nilai 4 atau kurang pada usia 1 menit berhubungan dengan peningkatan
insidensi asidosis, sedangkan nilai 8-10 biasanya berhubungan dengan ketahanan
hidup yang normal. Nilai 4 atau kurang pada 5 menit berhubungan dengan
peningkatan insidensi asidosis, distres pernapasan, serta kematian (Rudolph,
2006).
Tabel 2.1. Sistem nilai apgar
Nilai 0 1 2
Frekuensi denyut
jantung
Tidak ada Kurang dari
100/menit
Lebih dari
100/menit
Upaya bernafas Tidak ada Lambat, tidak teratur Baik, menangis
Tonus otot Lemas Ekstremitas sedikit
fleksi
Gerakan aktif
Kepekaan refleks
(respon terhadap
kateter dalam hidung)
Tidak ada Menyeringai Menyeringai
dan batuk atau
bersin
Warna kulit Biru, pucat Tubuh merah muda,
ekstremitas
biru(akrosianosis)
Seluruh tubuh
merah muda
Sumber: Rudolph, A.M. Bayi baru lahir. Dalam Buku Ajar Pediatri Rudolph,
2006.
Interpretasi nilai apgar (Mochtar, 1998):
Memerlukan resusitasi segera secara akif, dan pemberian oksigen terkendali.
Karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrium bikarbonat 7,5%
dengan dosis 2,4ml per kg berat badan dan cairan glukosa 40% 1-2ml per kg
berat badan, diberikan via vena umbilikus.
2. Asfiksia ringan sedang (nilai apgar 4-6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernapas
normal kembali.
3. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai apgar 7-9)
4. Bayi normal dengan nilai apgar 10
Menurut American Academy of Pediatrics dan American College of
Obstetricians and Gynecologists dalam Dharmasetiawani (2008), asfiksia
perinatal pada seorang bayi menunjukkan karakteristik berikut:
1. Asidemia metabolik atau campuran (metabolik dan respiratorik) yang jelas,
yaitu pH <7, pada sampel darah yang diambil dari arteri umbilikalis
2. Nilai apgar 0-3 pada menit ke-5
3. Manifestasi neurologi pada periode bayi baru lahir segera, termasuk kejang,
hipotonia, koma, atau ensefalopati hipoksik iskemik.
4. Terjadi disfungsi sistem multiorgan segera pada periode bayi baru lahir.
Perlu disadari keterbatasan dari penilaian apgar. Komponen nilai pada
seperti tonus otot, warna kulit, refleks pada perangsangan, sebagian bergantung
pada kematangan bayi. Bayi prematur tanpa asfiksia dapat saja mendapat nilai
apgar yang rendah (Dharmasetiawani, 2008).
Bayi dengan nilai apgar yang rendah di atas 10 menit walaupun telah diberi
resusitasi yang adekuat memiliki resiko cerebral palsy yang meningkat seiring
semakin lamanya nilai rendah (Lissauer dan Fanaroff, 2009).
Penelitian yang dilakukan untuk menguji apakah nilai apgar masih dapat
digunakan untuk memprediksi kelangsungan hidup periode neonatal dilakukan
oleh Casey dkk pada tahun 2001. Dari penelitian ini didapatkan bahwa resiko
kematian neonatal bayi cukup bulan dengan nilai apgar pada menit ke lima 0-3,
<7. Sehingga diambil kesimpulan bahwa nilai apgar tetap bisa digunakan untuk
memprediksi kelangsungan hidup pada periode neonatal.
Keadaan bayi dan resusitasi pada nilai apgar menit ke-1 (Rudolph, 2006):
1. Nilai apgar 8-10 pada usia 1 menit
Bayi dengan nilai apgar 8-10 jarang memerlukan tindakan resusitasi kecuali
pengisapan jalan napas. Semua bayi harus dievaluasi ulang secara cermat
pada usia 5 menit setelah semua stimulasi kelahiran berhenti. Semua bayi
juga harus diobservasi dalam 12 jam pertama kehidupannya untuk
memastikan mereka dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan
ekstrauterin.
2. Nilai apgar 5-7 pada usia 1 menit
Bayi mengalami asfiksia ringan dan biasanya berespon terhadap pemberian
oksigen dan pengeringan dengan handuk. Bayi pada keadaan ini tidak boleh
dirangsang dengan memberi tepukan pada bayi dan bokong. Jika bayi gagal
mempertahankan pernapasan ritmis saat rangsangan dihentikan, ulangi
pemberian rangsangan dan teruskan pemberian oksigen melalui hidung dan
mulut. Jika ibu menerima narkotik 30-60 menit sebelum kelahiran,
pertimbangkan pemberian nalokson intramuskular (0,1mg/kg) kepada
bayinya jika ventilasinya tidak adekuat.
3. Nilai apgar 3-4 pada usia 1 menit
Biasanya bayi pada keadaan ini berespon terhadap ventilasi kantong serta
sungkup.
4. Nilai apgar 0-2 pada usia 1 menit
Bayi mengalami asfiksia berat dan memerlukan ventilasi segera dan mungkin
memerlukan pemijatan jantung serta bantuan sirkulasi. Jika tidak berhasil
lakukan intubasi trakea dan kembangkan serta ventilasikan paru dengan
oksigen yang cukup untuk mempertahankan PaO2 atau saturasi oksigen yang
normal (87-92% untuk bayi prematur dan 92-97% untuk neonatus cukup
2.4. Asfiksia
Asfiksia berasal dari bahasa Yunani yang berarti tanpa denyut, saat ini
digunakan untuk mendefinisikan keadaan di mana pertukaran gas terganggu atau
berkurang secara bersamaan sehingga menyebabkan depresi kardiorespirasi.
Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis metabolik dapat terjadi setelahnya. Curah
jantung yang terganggu menurunkan perfusi jaringan sehingga menyebabkan
cedera hipoksik-iskemik pada otak dan organ lainnya. Kondisi ini pada neonatus
disebut sebagai ensefalopati hipoksik-iskemik dan termasuk dalam penyebab
ensefalopati neonatal (Lissauer dan Fanaroff, 2009).
Faktor yang berperan dalam pernapasan pertama pada bayi adalah
(Cunningham, 2010):
1.Penekanan toraks sewaktu kala dua persalinan dan pelahiran pervaginam,
yang mendorong cairan dari saluran napas. Bayi yang dilahirkan melalui
sectio caesarea memiliki lebih banyak cairan dan lebih sedikit gas di paru
selama 6 jam pertama kehidupan
2.Berkurangnya oksigen dan penimbunan karbon dioksida yang juga
merangsang pernapasan.
3.Stimulasi fisik, misalnya memegang bayi sewaktu pelahiran dan resusitasi
yang diperkirakan memicu pernapasan.
Faktor resiko terjadinya asfiksia dapat terjadi secara antepartum maupun
intrapartum. Faktor resiko antepartum adalah diabetes pada ibu, hipertensi
kehamilan, hipertensi kronik, anemia janin, perdarahan pada trimester dua dan
tiga, infeksi ibu, usia ibu kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun.
Sementara, faktor resiko intrapartum antara lain adalah seksio darurat, kelahiran
dengan ekstraksi forsep atau vakum, letak sungsang, kelahiran kurang bulan,
korioamnionitis, ketuban pecah lama (>18 jam sebelum persalinan), partus lama
(>24 jam), kala dua lama (>2 jam), makrosomia, bradikardia janin persisten,
penggunaan anestesi umum, hiperstimulus uterus, penggunaan obat narkotika
dalam 4 jam sebelum persalinan, prolaps tali pusat, solusio plasenta, plasenta
2.5. Resusitasi bayi baru lahir
Tujuan resusitasi bayi baru lahir adalah untuk memperbaiki fungsi
pernapasan dan jantung bayi yang tidak bernapas.
Menurut Latief (1985), sebelum resusitasi dilakukan, perlu diperhatikan
bahwa:
a.Faktor waktu sangat penting. Semakin lama bayi menderita asfiksia, perubahan
homeostasis yang timbul semakin berat, resusitasi akan lebih sulit dan
kemungkinan timbulnya sekuele akan meningkat.
b.Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anoksia atau hipoksia antenatal tidak
dapat diperbaiki, tetapi kerusakan yang akan terjadi karena anoksia atau
hipoksia pascanatal harus dicegah dan diatasi.
c.Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas tentang
faktor penyebab terjadinya depresi pernapasan pada bayi baru lahir.
Penilaian awal dilakukan pada setiap bayi baru lahir untuk menentukan
apakah tindakan resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir dilakukan
penilaian pada semua bayi dengan menjawab pertanyaan berikut
(Dharmasetiawani, 2008):
- Apakah kehamilan cukup bulan?
- Apakah air ketuban jernih dan tidak terkontaminasi mekonium?
- Apakah bayi bernapas adekuat atau menangis?
- Apakah tonus otot bayi baik?
Bila salah satu pertanyaan dijawab “tidak”, maka hal yang harus dilakukan
adalah (Dharmasetiawani, 2008):
a. Melakukan langkah awal resusitasi yang terdiri dari tindakan berurutan
sebagai berikut:
i.Menghangatkan bayi di bawah pemancar panas atau lampu
ii.Memposisikan kepala bayi sedikit ekstensi
iv.Mengeringkan bayi sambil merangsang taktil dengan menggosok
punggung atau menyentil ujung jari kaki dan mengganti kain yang
basah dengan yang kering.
v.Memposisikan kembali kepala bayi
vi.Menilai bayi
b. Apabila bayi tidak bernapas, maka dilakukan Ventilasi Tekanan Positip
(VTP) dengan memakai balon dan sungkup dengan kecepatan 20-30 kali
selama 30 detik.
c. Menilai bayi: usaha napas, warna kulit dan denyut jantung. Bila belum
bernapas dan denyut jantung kurang dari 60 x/menit, maka VTP
dilanjutkan dengan kompresi dada secara terkoordinasi selama 30 detik
d. Menilai bayi: usaha napas, warna kulit dan denyut jantung
oApabila denyut jantung < 60 x/menit, epinefrin diberikan dan lanjutkan
VTP dan kompresi dada
oApabila denyut jantung > 60 x/menit kompresi dada dihentikan, VTP
dilanjutkan
e. Pemasangan endotracheal tube bisa dilakukan pada setiap tahapan
Gambar 2.1. Diagram alur resusitasi bayi baru lahir
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah:
[image:31.595.135.491.252.346.2]Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian
3.2. Definisi Operasional
1. Persalinan normal adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri
tanpa bantuan alat-alat melalui vagina.
Cara ukur: dengan melihat catatan medik mengenai persalinan yang
dilakukan ibu
Alat ukur: rekam medik
Skala pengukuran: nominal
2. Persalinan sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau
vagina
Cara ukur: dengan melihat catatan medik mengenai persalinan yang
dilakukan ibu
Alat ukur: rekam medik
Skala pengukuran: nominal
3. Nilai apgar adalah metode praktis yang secara sistematis digunakan
untuk menilai bayi baru lahir segera sesudah lahir. Nilai apgar dapat
dinilai pada menit ke-1 dan menit ke-5.
Nilai apgar bayi Persalinan normal
Cara ukur: dengan melihat catatan medik mengenai nilai apgar
Alat ukur: rekam medik
Skala pengukuran: numerik
3.3. Hipotesa
Terdapat perbedaan nilai apgar pada persalinan normal dan persalinan
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik
observasional. Penelitian bertujuan untuk mengetahui nilai apgar pada bayi baru
lahir di RSUP Haji Adam Malik Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah
cross sectional, di mana pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu
kali dalam satu waktu tertentu.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Hal ini
dikarenakan RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan pusat pelayanan
kesehatan pemerintah yang menjadi rumah sakit rujukan di Sumatera Utara.
Selain itu jumlah ibu yang melakukan persalinan di RSUP Haji Adam Malik
relatif memadai untuk dijadikan sampel.
4.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2011 hingga September
2011.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian adalah seluruh ibu yang melakukan persalinan
secara normal dan dengan teknik sectio caesarea mulai dari Januari 2010 sampai
Desember 2010 di RSUP Haji Adam Malik dengan kriteria sebagai berikut:
Kriteria inklusi:
a.Usia kehamilan cukup bulan (aterm)
Kriteria eksklusi:
a.Persalinan dengan menggunakan forsep maupun vakum.
b.Riwayat penyakit kronis pada ibu seperti hipertensi, penyakit jantung,
penyakit ginjal, penyakit diabetes melitus
c.Catatan rekam medik yang tidak lengkap
4.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan metode consecutive sampling,
di mana semua subyek yang memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam
penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi. Kriteria yang
dimaksudkan adalah kriteria yang tercantum dalam kriteria inklusi dan eksklusi
(Sastroasmoro, 2008).
Perhitungan perkiraan besar sampel (Wahyuni, 2007):
n = besar sampel minimum
= nilai distribusi normal baku pada tertentu
p = harga proporsi di populasi
d = kesalahan absolut yang dapat ditolerir
N = jumlah di populasi
Perkiraan jumlah sampel untuk persalinan normal adalah:
n = 64,01
Perkiraan jumlah sampel untuk persalinan sectio caesarea adalah:
n = 44,48
n = 45
Berdasarkan rumus tersebut, diperoleh jumlah sampel minimal adalah 65
subjek untuk persalinan normal dan 45 subjek untuk persalinan dengan teknik
sectio caesarea.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data sekunder. Data diperoleh dengan melihat
kartu status (rekam medik) ibu-ibu yang melakukan persalinan secara normal dan
dengan teknik sectio caesarea di RSUP Haji Adam Malik Medan mulai dari bulan
Januari 2010 sampai Desember 2010.
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang dikumpulkan akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan
bantuan SPSS for Windows. Kemudian, untuk uji hipotesis digunakan metode uji-t
independen. Namun, karena pada uji normalitas didapati distribusi data tidak
normal maka uji hipotesis dengan uji t-independen tidak dapat dijalankan dan
diganti dengan uji nonparametrik yaitu dengan menggunakan Mann Whitney U
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlangsung di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17 Kecamatan Medan Tuntungan
Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara. Rumah sakit ini merupakan rumah
sakit rujukan tipe A sesuai dengan SK Menkes No. 355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990
untuk daerah Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Selain itu,
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991
tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai
rumah sakit pendidikan. Rumah sakit ini memiliki instalasi rekam medik di lantai
satu yang merupakan lokasi untuk penelitian ini.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu yang melahirkan
secara normal dan dengan teknik sectio caesarea pada RSUP H. Adam Malik,
yaitu 110 sampel, di mana 65 sampel merupakan persalinan normal dan 45 sampel
adalah persalinan dengan teknik sectio caesarea. Dari keseluruhan sampel yang
ada, diperoleh gambaran mengenai karakteristiknya meliputi usia ibu melahirkan,
berat bayi lahir, panjang bayi, jenis persalinan yang dilakukan ibu, nilai apgar
pada menit pertama dan nilai apgar pada menit kelima. Data lengkap mengenai
[image:36.595.116.514.674.752.2]sampel tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden penelitian
Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%) Usia
<21 10 9.1
21-30 51 46.4
>40 3 2.7
Berat lahir bayi
BBLR 12 10.9
BBLN 93 84.5
BBLL 5 4.5
Jenis Persalinan
Normal 65 59.1
Sectio Caesarea Anestesi regional Anestesi general 44 1 40.0 0.9 Panjang bayi
<44 11 10.0
44-55 99 90.0
Nilai Apgar menit pertama
0-3 4-6 0 8 0 7.3
7-10 102 92.7
Nilai Apgar menit kelima
0-3 4-6 7-10 0 0 110 0 0 100.0
Total 110 100.0
Secara keseluruhan, rata-rata umur sampel adalah 29,65 tahun. Usia
termuda adalah 14 tahun, sementara usia tertua adalah 48 tahun. Dari tabel 5.1 di
atas dapat dilihat bahwa dari 110 sampel, usia ibu melahirkan kurang dari 21
tahun sebanyak 10 orang (9,1%), 21-30 tahun sebanyak 51 orang (46,4%),
sedangkan usia 31-40 tahun sebayak 46 orang (41,8%), dan di atas 40 tahun
sebanyak 3 orang (2,7%).
Pada penelitian ini berat bayi dikategorikan menjadi 3, yaitu berat bayi
lahir rendah (BBLR) bila berat lahir bayi <2500 gram, berat bayi lahir normal
(BBLN) bila berat lahir bayi 2500-4000 gram, dan berat bayi lahir lebih (BBLL)
bila berat lahir bayi >4000 gram (Damanik, 2008).
Berat bayi yang dilahirkan bervariasi. Mayoritas bayi yang dilahirkan
dikategorikan berat bayi lahir normal (BBLN) yaitu sebanyak 93 orang (84,5%).
Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) sebanyak 12 orang (10,9%), dan bayi
Berdasarkan panjang badan bayi, didapati bahwa panjang badan bayi <44
cm adalah 11 orang (10%) dan panjang badan 44-55 cm sebanyak 99 orang
(90%).
Pada menit pertama, didapati 8 sampel (7,3%) dengan nilai apgar 4-6.
Sedangkan nilai apgar 7-10 sebanyak 102 sampel (92,7%). Sementara nilai apgar
[image:38.595.113.521.272.396.2]pada menit kelima dengan skor 7-10 sebanyak 110 orang (100%).
Tabel 5.2. Tabulasi Silang usia dan jenis persalinan
Usia Jenis Persalinan Total
Normal Sectio Caesarea
<21 7 3 10
21-30 29 22 51
31-40 26 20 46
>40 3 0 3
Total 65 45 110
Berdasarkan tabel di atas, didapati pada usia 21-30 tahun ada sebanyak 29
sampel yang melahirkan dengan normal dan 22 sampel secara sectio caesarea.
Sementara <21 tahun sebanyak 7 sampel menjalani persalinan normal dan 3
sampel menjalani sectio caesarea. Pada umur 31-40 tahun sebanyak 26 sampel
melahirkan secara normal dan 20 sampel secara sectio caesarea. Pada umur >40
tahun sebanyak 3 sampel melahirkan secara normal.
5.1.3. Gambaran Nilai Apgar
Tabel 5.3. Distribusi nilai apgar pada menit pertama
Nilai Apgar
Persalinan Normal Persalinan Sectio Caesarea
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
0-3 0 0 0 0
4-6 4 6.2 4 8.9
7-10 61 93.8 41 91.1
Total 65 100.0 45 100.0
Berdasarkan tabel di atas, didapati nilai apgar 4-6 sebanyak 4 orang (6,2%)
pada persalinan normal. Pada persalinan dengan teknik sectio caesarea, nilai
normal adalah sebanyak 61 orang (93,8%) dan pada persalinan dengan teknik
[image:39.595.110.515.195.289.2]sectio caesarea sebanyak 41 orang (91,1%).
Tabel 5.4. Distribusi nilai apgar pada menit kelima
Nilai Apgar
Persalinan Normal Persalinan Sectio Caesarea
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
0-3 0 0 0 0
4-6 0 0 0 0
7-10 65 100.0 45 100.0
Total 65 100.0 45 100.0
Berdasarkan tabel di atas, didapati nilai apgar 7-10 sebanyak 65 orang
(100%) pada persalinan normal dan 45 orang (100%) pada persalinan dengan
teknik sectio caesarea.
Tabel 5.5. Nilai apgar rata-rata bayi
Jenis Persalinan Apgar menit-1 Apgar menit-5
Normal 8.05 9.38
Sectio Caesarea 7.96 9.24
Total 8.01 9.33
Dari tabel di atas, didapati bahwa rata-rata nilai apgar bayi pada menit
pertama untuk persalinan normal adalah 8,05 dan untuk persalinan sectio caesarea
adalah 7,96. Sementara nilai apgar bayi pada menit kelima untuk persalinan
normal adalah 9,38 dan untuk persalinan sectio caesarea adalah 9,24. Rata rata
nilai apgar pada menit pertama pada seluruh sampel penelitian ini adalah 8,01.
Sedangkan rata-rata nilai apgar pada menit kelima pada seluruh sampel penelitian
ini adalah 9,33.
5.1.4. Hasil Analisa Statistik
Setelah dilakukan uji normalitas, didapati bahwa data tidak berdistribusi
normal. Karena distribusi data tidak normal maka dilanjutkan dengan analisis
[image:39.595.112.510.412.471.2]uji statistik yang analog dengan uji t independen pada uji parametrik. Uji Mann
Whitney U digambarkan oleh tabel di bawah ini.
Tabel 5.6. Perbandingan nilai apgar pada persalinan normal dan persalinan sectio caesarea
Persalinan Normal (x , SD)
Persalinan Sectio
Caesarea (x , SD) P
Apgar menit-1 8.05 (0.891) 7.96 (0.928) 0.625 Apgar menit-5 9.38 (0.678) 9.24 (0.743) 0.323
p value <0,05 berarti ada perbedaan
Dari hasil uji Mann Whitney U yang ditunjukkan pada tabel 5.6 di atas,
didapat nilai p value dari nilai apgar menit pertama adalah 0,625. Nilai p yang
lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa hipotesis ditolak. Hal ini berarti bahwa
tidak terdapat perbedaan yang bermakna penilaian skor apgar pada menit pertama
pada persalinan normal dan sectio caesarea. Pada nilai apgar menit kelima
didapati nilai p value adalah 0,323 (p >0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan nilai apgar pada persalinan normal dan persalinan dengan
teknik sectio caesarea.
5.2. Pembahasan
Penilaian skor apgar dapat digunakan untuk menentukan seorang bayi
mengalami asfiksia atau tidak. Dianggab asfiksia bila nilai apgar di bawah 6, di
mana bila nilai apgarnya 0-3 termasuk asfiksia berat, sementara nilai apgar 4-6
adalah asfiksia ringan sedang. Banyak faktor yang dapat menyebabkan asfiksia,
baik secara antepartum maupun intrapartum. Pada penelitian ini, diteliti mengenai
salah satu faktor intrapartum yaitu jenis persalinan.
Dari 110 sampel, didapati pada menit pertama, nilai apgar 4-6 sebesar 4
orang (6,2%) pada persalinan normal dan 4 orang (8,9%) pada persalinan sectio
caesarea. Sedangkan nilai apgar 7-10 pada persalinan normal adalah sebanyak 61
orang (93,8%) dan pada persalinan dengan teknik sectio caesarea sebanyak 41
orang (91,1%).
Sementara pada menit kelima, nilai apgar 7-10 sebesar 65 orang (100%)
caesarea. Serta pada menit kelima tidak dijumpai nilai apgar <7. Hal ini mungkin
dikarenakan keberhasilan petugas kesehatan dalam memberikan resusitasi pada
bayi sehingga bayi yang tadinya pada menit pertama nilai apgarnya <7
menghasilkan nilai apgar yang baik yaitu 7-10 pada menit kelima. Dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbaikan nilai apgar pada menit kelima
dibandingkan menit pertama. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Fogelson
(2005) yang juga mendapati kenaikan nilai apgar pada menit kelima menjadi lebih
baik daripada menit pertama.
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai apgar pada persalinan normal
lebih baik daripada nilai apgar pada persalinan sectio caesarea. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Burt (1988) yang mendapati 30% bayi yang dilahirkan
dari ibu dengan persalinan sectio caesarea mempunyai nilai apgar yang lebih
rendah daripada yang menjalani persalinan secara pervaginam.
Setelah dilakukan perhitungan statistik dengan menggunakan uji Mann
Whitney U, maka pada penelitian ini dijumpai hasil bahwa tidak terdapat
perbedaan yang bermakna secara statistik nilai apgar dari teknik persalinan yang
dilakukan ibu melahirkan. Pada nilai apgar menit pertama diperoleh p value 0,625
dan pada menit kelima diperoleh p value 0,323. Bila p value pada hasil analisa
statistik penelitian mempunyai nilai >0,05 berarti tidak terdapat perbedaan yang
bermakna antara kedua variabel independen. Hal ini mungkin disebabkan karena
mayoritas sampel untuk persalinan sectio caesarea adalah dengan menggunakan
teknik anestesi regional berupa anestesi spinal, di mana obat anestesi yang dipakai
sedikit sekali atau tidak melewati plasenta sehingga tidak mempengaruhi bayi.
Sementara efek hipotensi yang kemungkinan ditemui pada teknik anestesi ini
dapat diatasi dengan cepat sehingga tidak menimbulkan bahaya pada bayi yang
dilahirkan.
Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Holt (2009) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai apgar yang
bermakna pada bayi yang dilahirkan secara pervaginam maupun sectio caesarea.
Sementara, pada penelitian Kolas (2006), juga tidak ditemui perbedaan
dengan persalinan pervaginam yang direncanakan. Akan tetapi, pada penelitian
Kolas ditemui bahwa persalinan sectio caesarea yang direncanakan
meningkatkan resiko kelainan pulmonal dan meningkatkan kejadian perpindahan
pasien ke NICU (Neonatal Intensive Care Unit) daripada persalinan pervaginam
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dalam penelitian ini dapat
diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Rata-rata umur sampel adalah 29,65 tahun. Usia termuda adalah 14 tahun,
sementara usia tertua adalah 48 tahun. Pada usia 21-30 tahun ada sebanyak
29 sampel yang melahirkan dengan normal dan 22 sampel secara sectio
caesarea.
2. Rata-rata nilai apgar menit pertama pada persalinan normal adalah 8,05,
sementara pada persalinan dengan teknik sectio caesarea adalah 7,96.
3. Rata-rata nilai apgar menit kelima pada persalinan normal adalah 9,38,
sementara pada persalinan dengan teknik sectio caesarea adalah 9,24.
4. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna nilai apgar bayi menit pertama
dari ibu yang melakukan persalinan secara normal dan ibu yang
melakukan persalinan dengan teknik sectio caesarea (p = 0,625).
5. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna nilai apgar bayi menit kelima
dari ibu yang melakukan persalinan secara normal dan ibu yang
melakukan persalinan dengan teknik sectio caesarea (p = 0,323).
6.2. Saran
Dari seluruh proses penelitian yang telah dilaksanakan peneliti, maka
beberapa saran yang dapat dikemukakan dari peneliti yaitu:
1. Bagi masyarakat, khususnya para ibu hamil tidak disarankan untuk
melakukan persalinan dengan teknik sectio caesarea bila tidak ada alasan
medis meskipun penelitian ini menyatakan bahwa nilai apgar bayi tidak
berbeda secara bermakna dengan persalinan normal. Hal ini mengingat
pertimbangan efek samping lain yang merugikan yang dapat timbul pada
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi
bahan pertimbangan agar lebih baik lagi, karena pada penelitian ini masih
banyak terdapat kelemahan-kelemahan mengenai data yang diperoleh.
Perlu dilakukan penambahan karakteristik dari sampel, seperti riwayat
partus (melahirkan) bagi kedua kelompok sampel.
3. Bagi RSUP Haji Adam Malik Medan agar pencatatan rekam medis pasien
DAFTAR PUSTAKA
Burt, R.D., Vaughan, T.L., Daling, J.R., 1988. Evaluating the Risks of Cesarean
Section: Low Apgar Score in Repeat C-Section and Vaginal Deliveries.
Available from:
[Accessed 19 February 2011].
Casey B.M, McIntire D.D, Leveno K.J, 2001. The Continuing Value of the Apgar
Score for the Assessment of Newborns Infants. New England Journal of
Medicine 344 (7): 467-471.
Chandra, S, 2008. Analgesia dan Anastesia Dalam Obstetri. Dalam: Saifuddin
A.B., Rachimhadhi, T., Wiknjosastro, G.H. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo. Ed 4. Jakarta: PT Bina Pustaka, 428-438.
Cunningham F.G., et al, 2010. Williams Obstetrics. 23rd ed. New York: McGraw
Hill, 544-547.
Dewi, N., Setyowireni, D., Surjono, A., 2005. Faktor Resiko Asfiksia Neonatorum
pada Bayi Cukup Bulan. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada. Available from:
Dharmasetiawani, N, 2008. Asfiksia dan Resusitasi Bayi Baru Lahir. Dalam:
Kosim, M.S., Yunanto, A., Dewi R., Sarosa G.I., Usman A. Buku Ajar
Neonatologi. Ed 1. Jakarta: Badan penerbit IDAI, 103-125.
Evans, C.M., 1989. Epidural Versus General Anaesthesia for Elective Caesarean
Section: Effect on Apgar Score and Acid-Base Status of the Newborn.
Available from:
Fahruddin, 2003. Analisis Beberapa Faktor Resiko Kejadian Asfiksia Neonatorum
di Kabupaten Purworejo. Universitas Diponegoro. Available from:
2011]
Fogelson, N.S., et al, 2005. Neonatal impact of elective repeat cesarean delivery
at term: A comment on patient choice cesarean delivery. Available from:
2011]
Holt, 2009. Apgar Scores and Oxygenation Levels: A Comparison of Vaginal and
Cesarean Section Modes of Delivery. Available from
[Accessed 04
November 2011]
Kliegman, R.M. 1999. Janin dan Bayi Neonatus. Dalam: Behrman, R.E.,
Kliegman, R.M., Arvin, A.M. Ilmu Kesehatan Anak Nelson.Ed 15. Volume
1. Jakarta: EGC.
Kolas, T., et al, 2006. Planned cesarean versus planned vaginal delivery at term:
Comparison of newborn infant outcomes. Available from :
[Accessed 28 November 2011]
Kuczkowski, K.M., Reisner L.S., Lin, D., 2004. Anesthesia for Cesarean Section.
In: Chestnut, D.H. Obstetric Anesthesia: Principles and Practice. 3rd ed.
Philadephia: Mosby Inc, 421-426.
Latief, A., et al, 1985. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian ilmu
Lissauer, T., Fanaroff, A.A, 2009. At a Glance Neonatologi. Jakarta: Erlangga.
Mochtar, R, 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obestetri Patologi. Ed 2.
Jilid 1. Jakarta: EGC.
Mochtar, R, 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif, Obestetri Sosial. Ed 2.
Jilid 2. Jakarta: EGC.
Rudolph A.M., 2006. Bayi Baru Lahir. Dalam: Rudolph, A.M., Hoffman, J.I.E.,
Rudolph, C.D. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Ed 20. Jakarta: EGC, 275-277.
Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2008, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Ed
3. Jakarta: Sagung Seto.
Wahyuni, A.S., 2007. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Comunication.
WHO, 2009. Indonesia Country Profile. Available from:
[Accessed
25 February 2011]
WHO, 2010. Indonesia: Health Profile. Available from:
WHO, 2010. Major Causes of Death in Newborns and Children South-East Asian
Region-2008. Available from:
Zuhri, S., 2010. Perbandingan Nilai Apgar Bayi yang Lahir Melalui Bedah Sesar
dengan Pemberian Anestesi Umum dan Anestesi Spinal. Fakultas
kedokteran Universitas Diponegoro. Available from: http://eprints.
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Milisa Mesiana S
Tempat/ tanggal lahir : Pekanbaru/ 09 Desember 1990
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Jamin Ginting Gg. Sarman No. 8b Medan
Riwayat Pendidikan : 1. TK Kristen Kalam Kudus Pekanbaru
2. SD Kristen Kalam Kudus Pekanbaru
3. SLTP Kristen Kalam Kudus Pekanbaru
4. SMU Negeri 1 Pekanbaru
Riwayat Pelatihan : 1. Pengabdian Masyarakat Kristen 2010
Hasil Output
Usia ibu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid <21 10 9.1 9.1 9.1
21-30 51 46.4 46.4 55.5
31-40 46 41.8 41.8 97.3
>40 3 2.7 2.7 100.0
Total 110 100.0 100.0
Panjang bayi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid <44 11 10.0 10.0 10.0
44-55 99 90.0 90.0 100.0
Total 110 100.0 100.0
Berat badan bayi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid BBLR 12 10.9 10.9 10.9
Normal 93 84.5 84.5 95.5
BBLL 5 4.5 4.5 100.0
Total 110 100.0 100.0
Apgar menit 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 4-6 8 7.3 7.3 7.3
Apgar menit 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 4-6 8 7.3 7.3 7.3
7-10 102 92.7 92.7 100.0
Total 110 100.0 100.0
Apgar menit 5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 7-10 110 100.0 100.0 100.0
Jenis persalinan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Normal 65 59.1 59.1 59.1
Sectio Caesarea 45 40.9 40.9 100.0
Total 110 100.0 100.0
usiakel * jnsprsln Crosstabulation
Count
jnsprsln
Total Normal
Sectio Caesarea
usiakel <21 7 3 10
21-30 29 22 51
31-40 26 20 46
>40 3 0 3
Total 65 45 110
Uji Normalitas
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
apgar1 .296 110 .000 .813 110 .000
apgar5 .266 110 .000 .751 110 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Mann Whitney
Test Statisticsa
apgar1 apgar5
Mann-Whitney U 1388.500 1316.500
Wilcoxon W 2423.500 2351.500
Z -.489 -.989
Asymp. Sig. (2-tailed)
.625 .323
Data Induk
Subyek Usia Panjang
Apgar menit 1
Apgar menit 5
Berat
badan Jenis Persalinan
1 37 49 7 8 3200 Normal
2 32 49 9 10 3500 Normal
3 36 49 8 9 3500 Normal
4 18 50 8 9 3250 Normal
5 37 49 7 9 3800 Normal
6 18 48 9 10 3250 Normal
7 39 52 6 8 3600 Normal
8 32 51 6 10 3800 Normal
9 37 51 9 10 3500 Normal
10 32 45 9 10 3300 Normal
11 31 50 9 10 3400 Normal
12 21 46 8 9 3000 Normal
13 25 50 8 9 3600 Normal
14 34 52 8 9 4100 Normal
15 39 48 8 9 2500 Normal
16 39 50 8 9 3400 Normal
17 41 48 9 10 2750 Normal
18 24 52 9 10 3600 Normal
19 35 49 9 10 3000 Normal
20 16 50 8 9 3000 Normal
21 48 45 9 10 2500 Normal
22 30 50 8 9 3500 Normal
23 20 43 8 9 2200 Normal
24 23 47 8 9 3000 Normal
25 21 43 7 9 2300 Normal
26 26 49 8 9 3000 Normal
27 35 48 9 10 3100 Normal
28 37 50 8 9 3700 Normal
29 31 49 8 9 3540 Normal
30 36 48 9 10 3100 Normal
31 24 49 8 10 2900 Normal
32 19 42 9 10 2800 Normal
33 30 50 5 7 3000 Normal
34 30 50 8 10 3250 Normal
35 24 46 8 10 2750 Normal
36 27 43 9 10 2100 Normal
37 27 50 7 9 3250 Normal
39 29 43 7 9 2700 Normal
40 29 42 8 9 2700 Normal
41 34 48 8 9 2600 Normal
42 24 45 7 10 2300 Normal
43 19 50 8 9 3500 Normal
44 29 46 7 9 3000 Normal
45 29 49 8 9 4000 Normal
46 30 43 7 8 2300 Normal
47 19 40 8 9 3500 Normal
48 34 47 9 10 3250 Normal
49 22 46 8 10 2600 Normal
50 21 48 8 9 2700 Normal
51 36 48 8 10 3500 Normal
52 34 46 6 8 2280 Normal
53 27 49 7 10 3300 Normal
54 27 48 9 10 3600 Normal
55 34 48 8 9 3440 Normal
56 36 49 9 10 3300 Normal
57 24 51 8 10 3200 Normal
58 29 46 8 10 2600 Normal
59 25 46 8 9 3250 Normal
60 32 51 9 10 4300 Normal
61 39 48 9 10 2650 Normal
62 37 50 8 9 4000 Normal
63 46 52 9 10 4000 Normal
64 25 46 8 9 3300 Normal
65 26 42 9 10 2200 Normal
66 27 50 8 9 3100 Sectio Caesarea (R)
67 30 50 8 9 3500 Sectio Caesarea (R)
68 33 49 9 10 3600 Sectio Caesarea (R)
69 26 49 8 9 3200 Sectio Caesarea (R)
70 29 50 7 9 3600 Sectio Caesarea (R)
71 20 49 8 10 3400 Sectio Caesarea (R)
72 29 48 8 9 3300 Sectio Caesarea (R)
73 33 50 8 9 3600 Sectio Caesarea (R)
74 40 42 6 7 2600 Sectio Caesarea (R)
75 30 51 8 10 2900 Sectio Caesarea (R)
76 33 47 7 9 3500 Sectio Caesarea (R)
77 35 48 7 8 3300 Sectio Caesarea (R)
78 36 48 8 9 3100 Sectio Caesarea (R)
80 21 50 5 7 4000 Sectio Caesarea (R)
81 33 46 9 10 2900 Sectio Caesarea (R)
82 31 49 6 9 3500 Sectio Caesarea (R)
83 32 50 8 9 3000 Sectio Caesarea (R)
84 29 45 8 9 2000 Sectio Caesarea (R)
85 29 46 8 9 2100 Sectio Caesarea (R)
86 30 48 9 10 3500 Sectio Caesarea (R)
87 21 51 9 10 4300 Sectio Caesarea (R)
88 28 45 9 10 2400 Sectio Caesarea (R)
89 23 49 8 10 2800 Sectio Caesarea (R)
90 22 52 9 10 3700 Sectio Caesarea (R)
91 35 48 8 10 2500 Sectio Caesarea (R)
92 21 47 8 9 3100 Sectio Caesarea (R)
93 31 50 9 10 3400 Sectio Caesarea (R)
94 25 45 9 10 2700 Sectio Caesarea (R)
95 35 48 8 9 3200 Sectio Caesarea (R)
96 36 48 9 10 3600 Sectio Caesarea (G)
97 32 49 8 9 3600 Sectio Caesarea (R)
98 14 48 9 10 3000 Sectio Caesarea (R)
99 29 47 7 9 2500 Sectio Caesarea (R)
100 19 42 8 9 2200 Sectio Caesarea (R)
101 28 51 8 9 4000 Sectio Caesarea (R)
102 37 48 8 9 3400 Sectio Caesarea (R)
103 28 49 8 9 3000 Sectio Caesarea (R)
104 34 48 7 8 3100 Sectio Caesarea (R)
105 25 51 8 9 4300 Sectio Caesarea (R)
106 35 49 8 10 3800 Sectio Caesarea (R)
107 28 50 9 10 4100 Sectio Caesarea (R)
108 35 47 9 10 3400 Sectio Caesarea (R)
109 36 45 6 9 2200 Sectio Caesarea (R)
110 36 47 8 9 2750 Sectio Caesarea (R)