ABSTRAK
PERBANDINGAN PERSALINAN PERVAGINAM DAN SECTIO CAESAREA TERHADAP BERAT RINGANNYA ASFIKSIA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI
2013 - DESEMBER 2014
R. Naysha J. A. M. S., 2015
Pembimbing I : July Ivone, dr., MKK., MPd.Ked Pembimbing II : Rimonta F. Gunanegara, dr., SpOG.
Asfiksia neonatorum adalah keadaan gagal bernapas secara spontan dan teratur pada bayi baru lahir atau beberapa saat setelahnya, ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis. Keadaan ini merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada neonatus.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkatan asfiksia neonatorum pada persalinan pervaginam dan sectio caesarea (SC) di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode Januari 2013 - Desember 2014 dan mengetahui apakah terdapat hubungan antara cara persalinan dengan tingkatan asfiksia neonatorum. Penelitian ini bersifat retrospektif observasional. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik whole sampling pada data rekam medis pasien bersalin dengan bayi asfiksia neonatorum. Data yang didapat dianalisis secara statistik menggunakan uji Chi square.
Hasil penelitian menunjukkan tingkatan asfiksia neonatorum pada persalinan pervaginam lebih tinggi daripada persalinan SC, yaitu sebanyak 61 kasus ringan-sedang dan 20 kasus berat. Sedangkan tingkatan asfiksia neonatorum pada persalinan SC terdapat 32 kasus ringan-sedang dan 13 kasus berat. Melalui penilitian ini didapatkan nilai p > 0,05 yaitu 0,608.
Simpulan penelitian ini yaitu tidak terdapat hubungan antara cara persalinan dengan tingkatan asfiksia neonatorum.
ABSTRACT
THE COMPARISON OF NORMAL LABOR AND SECTIO CAESAREA TOWARDS NEONATAL ASPHYXIA DEGREE IN IMMANUEL HOSPITAL BETWEEN
JANUARY 2013 - DECEMBER 2014
R. Naysha J. A. M. S., 2015.
1st Advisor : July Ivone, dr., MKK., MPd.Ked 2nd Advisor : Rimonta F. Gunanegara, dr., SpOG.
Neonatal asphyxia is a condition where neonates fails to breathe right after birth or a few moments later, characterized by hypoxemia, hypercarbia and acidosis. This condition is one of many causes of morbidity and mortality in neonates. The aim of this study was to determine the degree of neonatal asphyxia in normal labor and SC at Immanuel Hospital Bandung January 2013 - December 2014 and to find the correlation between the labor method and neonatal asphyxia degree. This was a retrospective, observational study with data of patients diagnosed with neonatal asphyxia collected from medical records. The data obtained was statistically analyzed using Chi square test.
The results of this study showed that the total case of neonatal asphyxia in normal labor surpassed the total case of neonatal asphyxia in SC, with 81 cases that consisted of 61 cases of mild to moderate neonatal asphyxia and 20 cases of severe neonatal asphyxia. The total case of neonatal asphyxia in SC was 45 cases with 32 cases of mild to moderate neonatal asphyxia and 13 cases of severe neonatal asphyxia. This study found p value of 0,608 (p>0,05).
This study concluded that there was no correlation between labor method and degree of neonatal asphyxia.
DAFTAR ISI
JUDUL... i
LEMBAR PERSETUJUAN... ii
SURAT PERNYATAAN... iii
ABSTRAK... iv
ABSTRACT... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 4
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 4
1.4.1 Manfaat Akademis ... 4
1.4.2 Manfaat Praktis ... 5
1.5 Landasan Teori dan Hipotesis Penelitian ……... 5
1.5.1 Landasan Teori ... 5
1.5.2 Hipotesis Penelitian ………... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persalinan ... 7
2.2 Sectio Caesarea …………... 14
2.2.1 Definisi …………... 14
2.2.2 Indikasi ... 14
2.2.3 Epidemiologi …………... 15
2.2.4 Teknik …………... 16
2.2.6 Komplikasi …………... 16
2.3 Asfiksia Neonatorum ... 17
2.3.1 Definisi ………... 17
2.3.2 Faktor Risiko ... 17
2.3.3 Insidensi – Epidemiologi ... 18
2.3.3 Klasifikasi …………... 19
2.3.3 Komplikasi …………... 20
2.4 Hubungan antara Cara Persalinan dengan Asfiksia Neonatorum ... 21
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 24
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24
3.3 Prosedur Penelitian ... 24
3.4 Rancangan Penelitian ... 25
3.5 Prosedur Pengambilan Sampel dan Penentuan Unit Analisis ... 25
3.6 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data serta Instrumen Penelitian .... 25
3.7 Defini Operasional ... 26
3.8 Pengolahan dan Analisis Data ……….. 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Univariat ……... 27
4.2 Analisis Bivariat ... 31
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 35
5.2 Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
LAMPIRAN ... 40
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tabel 2.1 Faktor Risiko Asfiksia Neonatorum …..……….. 18 2. Tabel 2.2 Penilaian Apgar ………….……….. 20 3. Tabel 4.1 Jumlah Total Persalinan Pervaginam dan SC ...………... 27
4. Tabel 4.2 Gambaran Jenis Persalinan terhadap Kejadian
[image:5.595.137.512.276.604.2]DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil Rekam Medik Pasien Bersalin dengan Bayi Asfiksia Neonatorum
di Rumah Sakin Immanuel Periode Desember 2013 –Januari 2014 …….. 40
2. Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian ………... 47
3. Surat Permohonan Izin Penelitian ……….. 48
4. Surat Izin Pengambilan Data ……….. 49
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Bulan pertama kehidupan merupakan masa paling kritis dalam kelangsungan
kehidupan anak. Dari enam juta anak yang meninggal sebelum ulang tahunnya yang
ke lima di tahun 2015, didapatkan satu juta diantaranya meninggal pada hari
pertama kehidupannya, satu juta anak lainnya meninggal pada minggu pertama
kehidupan, dan 2.8 juta lainnya meninggal dalam 28 hari pertama semenjak lahir.
Angka kematian neonatus diseluruh dunia mengalami penurunan dari 33 kematian
menjadi 19 kematian per 1.000 kelahiran hidup, sejak 1990 hingga 2015. Sebagian
besar penyebab kematian neonatus di dunia yaitu komplikasi dari persalinan
prematur (35%), komplikasi selama persalinan (24%) dan 15% lainnya mengalami
sepsis (UNDP, 2015).
Angka kematian bayi dan anak mencerminkan tingkat pembangunan kesehatan
dari suatu negara serta kualitas hidup dari masyarakatnya. Angka ini juga
digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi program serta kebijakan
kependudukan dan kesehatan. Angka kematian bayi dan balita masing-masing
adalah 32 dan 40 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Tidak terdapat perbedaan
pada angka kematian neonatorum dengan hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) sebelumnya, dengan didapatkan angka yang lebih besar di daerah
pedalaman dibandingkan dengan daerah perkotaan. Enam puluh persen kematian
bayi terjadi pada umur 0 bulan, dan delapan puluh persen kematian balita terjadi
pada umur 0-11 bulan (SDKI, 2012).
Angka kematian perinatal merupakan indikator yang berguna untuk menilai
pelayanan persalinan di suatu negara, baik dari segi penggunaan layanan dan
kemampuan untuk memastikan kelahiran bayi yang sehat. Angka kematian
perinatal di Indonesia sebesar 26 kematian per 1.000 kehamilan. Angka ini hampir
menurunkan angka kematian tersebut, segala usaha perlu ditingkatkan, seperti
keberadaan fasilitas kesehatan, akses ke fasilitas kesehatan, dan petugas kesehatan
baik dalam jumlah dan kualitas (SDKI, 2012).
Asfiksia neonatorum merupakan penyebab tersering kelima pada kematian anak
dibawah 5 tahun di dunia dan merupakan salah satu penyebab utama morbiditas
bayi baru lahir. Selain itu, keadaan ini juga menjadi penyebab kematian 19% dari
lima juta kematian bayi baru lahir setiap tahun. Di Indonesia, angka kejadian
asfiksia di rumah sakit provinsi Jawa Barat ialah 25,2%, dan angka kematian karena
asfiksia di rumah sakit pusat rujukan provinsi di Indonesia sebesar 41,94%.
(Dharmasetiawani, 2014)
Skor APGAR merupakan salah satu metode penilaian awal pada bayi setelah
kelahiran. Adapun hal yang dinilai yaitu denyut jantung, pernapasan, tonus otot,
refleks dan warna kulit bayi. Pada bayi normal didapatkan skor APGAR sebesar
tujuh sampai dengan sepuluh, bayi asfiksia ringan-sedang senilai empat sampai
dengan enam, sedangkan skor APGAR nol sampai dengan tiga menyatakan bahwa
bayi tersebut asfiksia berat. Skor APGAR dihitung pada menit 1 dan menit
ke-5 bila nilai APGAR pada menit ke-ke-5 masih kurang dari tujuh penilaian dilanjutkan
tiap lima menit sampai skor mencapai tujuh (Prawirohardjo, 2012).
Dalam persalinan dengan tindakan section caesarea (SC) penggunaan obat
anestesi merupakan salah satu prosedur dalam tindakan tersebut, guna
meminimalisir atau menghilangkan rasa nyeri selama persalinan. Namun
penggunaan obat anestesi yang berlebih dapat menimbulkan depresi pusat
pernapasan janin. Selain itu, dapat terjadi hipotensi pada ibu yang berdampak pada
penurunan sirkulasi uteroplasenta. Jika terjadi gangguan pertukaran gas dan zat
maka dapat menyebabkan asfiksia berat pada janin (Bagian Obstetri & Ginekologi
FK Unpad, 2005).
Banyak dari kematian neonatus dapat dihindari dengan intervensi sederhana,
hemat biaya dan berdampak tinggi yang memenuhi kebutuhan wanita dan neonatus,
dengan menekankan pada perawatan pada masa kelahiran (UNDP, 2015). Selain
oleh antenatal care yang baik, cara persalinan yang sesuai pun dapat mencegah
kesehatan mengenai perawatan pada keadaan obstetri gawat darurat, resusitasi
neonatus, dan peralatan perawatan dasar yang sesuai juga merupakan hal penting
yang dapat berperan dalam pencegahan (WHO, 2012).
Pada awal tahun 2014 lalu program jaminan kesehatan oleh BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial) di Indonesia mulai diberlakukan secara bertahap.
Program ini dimaksudkan untuk menjamin terpenuhinya hak hidup sehat bagi
seluruh penduduk di Indonesia. Peserta BPJS Kesehatan dapat menggunakan
fasilitas kesehatan tingkat pertama dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya,
seperti ibu yang akan bersalin dapat melakukan persalinan pervaginam dengan
dibantu oleh tenaga kesehatan di Puskesmas. Jenis pelayanan di fasilitas tingkat
pertama ini juga meliputi deteksi dini faktor risiko, komplikasi kebidanan dan bayi
baru lahir, serta pelayanan rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu dan
bayi (BPJS, 2012).
Terdapat pelayanan rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu dan bayi,
dimana peserta BPJS Kesehatan akan dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut
dalam menanggulangi keadaan yang tidak dapat ditatalaksana secara paripurna di
fasilitas tingkat pertama. Pelayanan persalinan tingkat lanjutan ini berupa
pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik untuk pelayanan
kebidanan dan bayi baru lahir kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir
dengan risiko tinggi dan atau dengan komplikasi yang tidak dapat ditangani pada
fasilitas kesehatan tingkat pertama. Asfiksia neonatorum merupakan salah satu
komplikasi yang dapat terjadi pada bayi baru lahir. Pelayanan persalinan tingkat
lanjutan ini diberikan di poliklinik spesialis rumah sakit, pelayanannya meliputi
penangan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir dalam kaitan akibat persalinan
(BPJS, 2012).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai asfiksia neonatorum dan hubungannya dengan cara
persalinan agar masyarakat, terutama ibu hamil, dapat lebih memahami
1.2Identifikasi Masalah
1) Bagaimana tingkatan asfiksia neonatorum pada persalinan pervaginam di
Rumah Sakit Immanuel Bandung periode Januari 2013 – Desember 2014.
2) Bagaimana tingkatan asfiksia neonatorum pada persalinan SC di Rumah
Sakit Immanuel Bandung periode Januari 2013 – Desember 2014.
3) Bagaimana hubungan antara cara persalinan dengan tingkatan asfiksia
neonatorum di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode Januari 2013 –
Desember 2014.
1.3Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud Penelitian
Untuk melakukan kajian ilmiah mengenai perbandingan persalinan pervaginam
dan SC terhadap tingkatan asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Immanuel Bandung
periode Januari 2013 – Desember 2014.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan data dan kajian ilmiah tentang
tingkatan asfiksia neonatorum pada persalinan pervaginam dan SC di Rumah Sakit
Immanuel Bandung yang dapat digunakan sebagai data bagi penelitian selanjutnya.
1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Hasil penelitian ini dapat memberi informasi mengenai tingkatan asfiksia
neonatorum pada persalinan pervaginam dan SC dan bagaimana hubungan dari
jenis persalinan dengan tingkatan asfiksia neonatorum.
1.4.2 Manfaat Praktis
Menambah wawasan dan pemahaman masyarakat mengenai hubungan antara
persalinan pervaginam dan SC terhadap berat ringannya asfiksia neonatorum
sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kematian bayi di masa depan.
1.5Landasan Teori dan Hipotesis Penelitian
1.5.1 Landasan Teori
Bayi dapat mengalami kesulitan bernapas ketika didalam kandungan, selama
persalinan, atau setelah lahir. Janin sangat bergantung pada pertukaran plasenta
untuk oksigen, asupan nutrisi dan pembuangan produk sisa sehingga gangguan pada
aliran darah umbilikal maupun plasenta, seperti pada persalinan yang berlangsung
lama. Otot rahim yang konstriksi terus menerus akan mengganggu aliran darah
keduanya menyebabkan terjadinya asfiksia. Tanda-tanda gawat janin seperti denyut
jantung janin abnormal, pewarnaan mekoneum dan partus lama juga memiliki
hubungan yang kuat dengan timbulnya asfiksia neonatorum (Depkes RI, 2008).
Menurut penelitian Fahrudin (2003), faktor resiko yang berpengaruh terhadap
kejadian asfiksia neonatorum adalah usia ibu, status kunjungan antenatal care,
riwayat obstetri, kelainan letak janin, ketuban pecah dini, persalinan lama, berat
lahir bayi, dan tindakan SC. Di dalam penelitian Dewi (2005), persalinan SC
dengan menggunakan anestesi general meningkatkan resiko terjadinya asfiksia
neonatorum sebesar 5,35 kali pada bayi cukup bulan.
Pada persalinan dengan SC, digunakan obat anestesi yang dapat menyebabkan
hipotensi ibu yang berdampak pada penurunan aliran darah uteroplasenta. Hal ini
dapat menyebabkan hipoksia dan asidosis pada fetus. Bila terdapat gangguan
yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh. Kerusakan dan
gangguan ini dapat kembali ke keadaan awal atau tidak bergantung pada berat dan
lamanya asfiksia (Latief, 1985).
1.5.2 Hipotesis Penelitian
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1) Tingkatan asfiksia neonatorum pada persalinan pervaginam di Rumah Sakit
Immanuel Bandung periode Januari 2013 – Desember 2014 terdapat sebanyak 81
kasus, dengan 61 kasus asfiksia neonatorum ringan – sedang dan 20 kasus asfiksia
neonatorum berat.
2) Tingkatan asfiksia neonatorum pada persalinan SC di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode Januari 2013 – Desember 2014 sejumlah 45 kasus, dengan 32 kasus asfiksia neonatorum ringan – sedang dan 13 kasus asfiksia neonatorum berat.
3) Tidak terdapat hubungan antara cara persalinan dengan tingkatan asfiksia
neonatorum.
5.2 Saran
1) Sebaiknya dilakukan penelitian yang lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih
banyak dan faktor risiko yang lebih beragam di pusat-pusat kesehatan yang lain.
2) Diharapkan untuk lebih memperhatikan penulisan data rekam medis, terutama data
kasus rujukan yang sering kali tidak lengkap, untuk mempermudah pengambilan data
bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
3) Diharapkan petugas kesehatan yang menolong persalinan selalu siaga untuk
menangani berbagai kondisi yang dapat membahayakan ibu dan bayi, agar dapat
menurunkan kejadian asfiksia neonatorum dengan skor APGAR yang buruk, karena
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. 2000. Hubungan persalinan lama dengan kejadian asfiksia neonatorum di
RSP Wahidin Sudirohusodo. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Archie CL, Roman AS. 2007. The Course & Conduct of Normal Labor & Delivery:
Current diagnosis and treatments in obstetrics and gynecology. 10th ed. United States of America : The McGraw-Hill Companies, Inc.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Peraturan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan Indonesia . 2012. file:///C:/Users/User/Downloads/
6ba12c04efaea215c6f30f4dedf909ec.pdf., January 5th 2016.
Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. 2005.
Obstetri fisiologi. Bandung : Eleman.
Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. 2005.
Obstetri operatif. Bandung : Eleman.
Berglund S, Grunewald C, Pettersson H, Cnattingius S. 2008. Severe asphyxia due
to delivery-related malpractice in Sweden 1990–2005. BJOG;115:316–323. Bobak, L. 2004. Keperawatan maternitas. Jakarta : EGC. Bab 2
Cunningham FG et. Al. 2013. Partus : Obstetri williams Ed 23. Vol 1. Jakarta :
EGC.
Cunningham, Mc Donald, Gant. Analgesia and anesthesia, in William obstetrics,
21st. USA. Prentice Hall International, 2001, 435-40
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pencegahan dan
penatalaksanaan asfiksia neonatorum.
Dewi N, Setyowireni D, Surjono A (2005). Faktor risiko asfiksia neonatorum pada
bayi cukup bulan. Vol. 37, no. 3, berkala ilmu kedokteran
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta :
Salemba Medika.
Dewi, Yusmiati. 2007. Manajemen stress, Cemas : Pengantar dari A sampai Z.
Dharmasetiawani N. Asfiksia dan resusitasi bayi baru lahir. Dalam : Kosim MS,
Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku ajar neonatologi. Edisi I. Jakarta:
IDA ; 2008. H 103-24
Fahrudin. 2003. Analisis beberapa faktor risiko kejadian asfiksia neonatorum di
Kabupaten Purworedjo. Tesis. Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Program Pasca Sarjana Universitas Dipenogoro, Semarang.
Gomella, T L. Neonatology: management, procedures, on-call problems, diseases,
and drugs. Lange medical book. McGraw-hill medical publishing division. 2004.
5th edition.
Heriyanti O, 2009, Hubungan antara preeklampsia berat dengan asfiksia perinatal
di rsud dr moewadi surakarta. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Husna A. 2012 Hubungan section caesarea dan kelahiran premature dengan
kejadian asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun
2012. Jurnal Akademi Keperawatan ‘Aisyiyah Palembang 2012.
Incerpi MH. 2007. Operative delivery : Current diagnosis and treatments in
obstetrics and gynecology 10th ed. United States of America : The McGraw-Hill Companies, Inc.
Istiqomah. 2011. Hubungan antara jenis persalinan dengan kejadian asfiksia pada
bayi baru lahir di rumah sakit bakti rahayu Surabaya.
[http://share.stikesyarsis.ac.id/elib/main/dok/00400., October 15th, 2015]
Kasdu, Dini. 2003. Operasi cesar masalah dan solusinya. Jakarta : Puspa Swara.
Hal : 18.
Maryunani, Anik. Dkk. 2009. Asuhan kegawatdaruratan dan penyulit pada
neonatus. Jakarta : CV. Trans Info Media.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2003. Penuntun kepaniteraan klinik obstetric dan
ginekologi. Edisi 2. Jakarta : EGC. Hal 56-63.
Manuaba, I B G, Manuaba I A C, Manuaba I B G F. Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC, 2007.
Manuaba, I B G, Manuaba I A C, Manuaba I B G F. Gawat – darurat obstetri –
Masriroh S. 2013. Operasi kandungan : Keperawatan obstetric dan ginekologi.
Imperium.
Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri (2 ed., Vol. 2). Jakarta: EGC.
Nelson textbook of pediatrics (19th ed). 2011. United States of America : Elsevier inc.
Prawirohardjo, S. 2002. Buku acuan nasional maternal dan neonatal. Jakarta : JPNKR-POGI.
Setyobudi H, 2008. Hubungan antara jenis anestesi dengan kejadian asfiksia
neonatorum bayi yang dilahirkan secara sectio caesarea dengan preeklamsia di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
(1985). Buku kuliah ilmu kesehatan anak (Vol. 3). (R. Hassan, & H. Alatas, Eds.)
Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012. 2013.
http://chnrl.org/pelatihan-demografi/SDKI-2012.pdf., October 3rd, 2015.
Suryani. 2009. Gambaran penerapan standar asfiksia sedang. Kebidanan
Politeknik Kesehatan Jambi. Percikan : Vol. 99 Edisi April.
Tahir et al. Risiko Faktor Persalinan dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di
Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading Kota Palopo Tahun 2012.
Tohaga E, Budhi K, Wijayahadi N. Hubungan antara derajat asfiksia dengan
beratnya hipokalsemia pada bayi baru lahir. Sari pediatric. Vol 16, No. 1, Juni
2014.
Derek O, Cutter A, Ullah F. 2015. UNDP : Universal Sustainable Development
Goals. Accessed on 28 November 2015
https://sustainabledevelopment.un.org/content/documents/1684SF_-_SDG_Universality_Report_-_May_2015.pdf
UN. The Millenium Development Goals Report 2015.
http://www.un.org/millenniumgoals/2015_MDG_Report/pdf/MDG%202015%2
Kementrian kesehetan (Kemenkes). 2012. Petunjuk pelayanan antenatal terpadu.
Fact sheet. Jakarta, Indonesia. Accessed on 15 september 2015.
http://chnrl.org/pelatihan-demografi/SDKI-2012.pdf
SEARO WHO south east asia journal of public health 2012 : 1 (3) : 239-248.
http://www.searo.who.int/publications/journals/seajph/whoseajphv1i3p239.pdf.