ANALISIS SISTEM PEMASARAN SALAK
(Studi Kasus : Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru, Kota Padangsidempuan)
SKRIPSI
OLEH:
ERWINA SIREGAR 030304019 SEP/AGRIBISNIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ANALISIS SISTEM PEMASARAN SALAK
(Studi Kasus : Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru, Kota Padangsidempuan)
SKRIPSI
OLEH:
ERWINA SIREGAR 030304019 SEP/AGRIBISNIS
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan
Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(H.M. Mozart B. Darus, M.Sc) (
Ketua Anggota
Ir. Yusak Maryunianta, M.Si)
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
RINGKASAN
Erwina Siregar (030304019) dengan judul “Analisis Sistem Pemasaran Salak” (Studi Kasus : Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru, Kota Padangsidempuan). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak H.M. Mozart B.Darus MSc dan Bapak Ir. Yusak Maryunianta MSi .
Metode sampel penelitian yang digunakan adalah secara Simple Random Sampling untuk produsen dan Snowball Sampling untuk lembaga pemasaran, sedangkan analisis yang digunakan adalah Analisis Deskriftif (hipotesis 1,2), hipotesis 3 dengan menghitung biaya yang dikeluarkan selama melakukan fungsi pemasaran. Untuk hipotesis 4 digunakan Analisis Tabulasi Sederhana dengan menghitung price spread dan share margin dan hipotesis 5 dengan menghitung tingkat efisiensi pemasaran. Dari hasil penelitian diperoleh :
1. Terdapat 3 jenis saluran pemasaran salak di daerah penelitian yaitu: • Saluran I : Petani menjual salak langsung kepada konsumen
• Saluran II :Petani menjual salak kepada pedagang pengecer selanjutnya dijual kepada konsumen
• Saluran III :Petani menjual salak kepada pedagang besar yang selanjutnya menjualnya kepada pedagang luar daerah.
2. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran salak adalah pedagang pengecer dan pedagang besar. Masing-masing lembaga pemasaran melakukan fungsi pemasaran yang bervariasi jenis dan jumlahnya.
3. Besarnya biaya pemasaran pada masing-masing lembaga antara lain biaya produksi petani/produsen Rp. 275.08/kg, biaya pemasaran pedagang pengecer Rp. 602.88/kg, dan biaya pemasaran pedagang besar Rp. 931.2/kg.
4. Sebaran harga (price spread) dan bagian harga yang diterima (Share Margin) untuk setiap saluran pemasaran di daerah penelitian berbeda-beda. Di saluran I, sebaran harga dan bagian harga yang diterima untuk pemasaran salak antara lain: harga jual produsen yaitu Rp.2,675/kg (100%); total keuntungan Rp.1,951.89/kg (72.96%); total marjin adalah 0 % dan harga beli konsumen Rp. 2.675/kg.
Di saluran II, sebaran harga dan bagian harga yang diterima untuk pemasaran salak antara lain: harga jual produsen Rp.2,500/kg (40%); total biaya Rp.6,250/kg (9,64%) ; total keuntungan Rp.3,147,12 /kg(50,35%); total marjin Rp.3.750/kg (60%). Dan harga beli konsumen Rp.6,250/kg.
Di saluran III, sebaran harga dan bagian harga yang diterima untuk pemasaran salak antara lain: harga jual produsen Rp.2326.67/kg (58.16%); total biaya Rp.931.2/kg (23.28%); total keuntungan Rp.742.13/kg (18.55%); total marjin Rp.1,673.33/kg (441.83%). Dan harga beli pedagang luar daerah Rp.4,000/kg. 5.Nilai efisiensi pemasaran pada saluran pertama adalah sebesar 16.68%; saluran
RIWAYAT HIDUP
Erwina Siregar dilahirkan di Padangsidempuan pada tanggal 01 September
1984 dari Ayahanda Alm. H. Mhd. Yunus Siregar dan Ibunda Hj. Syofiah
Harahap. Penulis adalah anak ke sembilan dari sembilan bersaudara.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1997 lulus dari Sekolah Dasar Negeri 142423 Kota
Padangsidempuan.
2. Tahun 2000 lulus Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Kota
Padangsidempuan.
3. Tahun 2003 lulus Sekolah Menengah Umum Negeri 6 Kota
Padangsidempuan.
4. Tahun 2003 diterima di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kelurahan
Pegagan Julu I, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi pada tahun 2007. Bulan
Februari 2008 penulis melaksanakan penelitian Skripsi di Kecamatan
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang dengan
rahmat, hidayah dan karunia-Nya telah memberikan kemampuan kepada penulis
untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “Analisis Sistem Pemasaran Salak”(Studi Kasus
:Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru, Kota Padangsidempuan). Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana pada jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada sempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak H.M. Mozart B.Darus M.Sc, selaku ketuakomisi pembimbing
2. Bapak Ir. Yusak Maryunianta M.Si, selaku anggota komisi pembimbing
3. Bapak Ir. Luhut Sihombing MP, selaku ketua Departemen SEP, FP, USU.
4. Ibu Dr. Ir. Salmiah MS, selaku Sekretaris Departemen SEP, FP, USU.
5. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Departemen SEP, FP, USU.
6. Seluruh responden dan instansi yang terkait dengan penelitian ini yang
telah memberikan data – data yang dibutuhkan penulis.
Sampai saat ini hanya doa, kasih sayang, cinta, hormat serta ucapan terima
kasih yang senantiasa penulis hadiahkan kepada Ayahanda Alm. H. Mhd. Yunus
Siregar dan Ibunda Hj.Syofiah Harahap yang telah mendidik, mendoakan dan
memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis, serta kepada semua
pihak yang telah banyak membantu dan senantiasa mendoakan penulis. Semoga
Medan, Agustus 2008
DAFTAR ISI
RINGKASAN ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Identifikasi Masalah ... 2
Tujuan Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN ... 5
Tinjauan Pustaka ... 5
Landasan Teori... 7
Kerangka Pemikiran ... 14
Hipotesisi Penelitian ... 16
METODE PENELITIAN ... 17
Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 17
Metode Penentuan Sampel ... 17
Metode Pengumpulan Data ... 18
Metode Analisis Data ... 18
Defenisi dan Batasan Operasional ... 19
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL ... 21
Deskripsi Daerah Penelitian ... 21
Letak Topografi ... 21
Luas Wilayah ... 21
Luas Lahan Menurut Penggunaan ... 22
Keadaan Penduduk ... 23
Sarana dan Prasarana ... 24
Karakteristik Petani Sampel ... 26
Pendidikan ... 26
Jumlah Tanggungan ... 26
Pengalaman Bertani ... 26
Karakteristik Pedagang Perantara ... 27
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30
Saluran Pemasaran ... 30
Fungsi-Fungsi Pemasaran Yang Dilakukan Lembaga Pemasaran... 33
Biaya Pemasaran yang Dikeluarkan oleh Setiap Lembaga Pemasaran... 34
Sebaran Harga (price spread) dan Bagian Harga yang Diterima oleh Lembaga Pemasaran ... 38
Efisiensi Pemasaran ... 41
KESIMPULAN DAN SARAN ... 43
Kesimpulan ... 44
Saran ... 44
DAFTAR TABEL
1. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Buah Salak per Kecamatan Tahun
2006 ... 1
2. Produksi Buah-Buahan di Kota Padangsidempuan ... 2
3. Luas Wilayah dan Rasio Terhadap Luas Kecamatan Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2006 ... 23
4. Luas Lahan Menurut Penggunaan dan Desa/Kelurahan Tahun 2006 ... 24
5. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin, dan Desa/Kelurahan Tahun 2006 ... 24
6. Banyaknya Perusahaan Jasa Pos dan Telekomunikasi Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2006 ... 25
7. Panjang Jalan Tiap Kecamatan Menurut Jenis Permukaan Tanah Tahun 2006 ... 26
8. Banyaknya Angkutan Umum Darat Menurut Jenis Angkutan dan Desa/Kelurahan Tahun 2006 ... 26
9. Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian, Tahun 2008... 27
10. Karakteristik Pedagang Besar di Daerah Penelitian, Tahun 2008 ... 28
11. Karakteristik Pedagang Pengecer di Daerah Penelitian, Tahun 2008 ... 29
12. Volume Salak pada Saluran Pemasaran dari Produsen ke Lembaga Pemasara ... 32
13. Volume Penjualan Salak dari Pedagang Besar ke Pedagang Luar Daerah ... 33
14. Fungsi-Fungsi Pemasaran yang Dilakukan oleh Masing-Masing Lembaga Pemasaran di Daerah Penelitian ... 34
15. Biaya Produksi dan Keuntungan yang Diterima Produsen di Daerah Penelitian ... 35
16. Biaya Pemasaran, Keuntungan dan Marjin Pemasaran Salak saluran I di Daerah Penelitian, Tahun 2008 ... 36
18. Biaya Pemasaran, Keuntungan dan Marjin Pemasaran Salak saluran III di Daerah Penelitian, Tahun 2008 ... 39
19. Sebaran Harga (price spread) dan Marjin Pemasaran (share margin) pada Saluran Pemasaran I di Daerah Penelitian, Tahun 2008 ... 40
20. Sebaran Harga (price spread) dan Marjin Pemasaran (share margin) pada Saluran Pemasaran II di Daerah Penelitian, Tahun 2008 ... 41
21. Sebaran Harga (price spread) dan Marjin Pemasaran (share margin) pada Saluran Pemasaran III di Daerah Penelitian, Tahun 2008... 42
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran ... 15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Karakteristik Petani sampel di Daerah penelitian Tahun 2008
Lampiran 2. Biaya Produksi Petani per 2 Minggu di Daerah Penelitian Tahun 2008
Lampiran 3. Karakteristik Sampel Pedagang Besar
Lampiran 4. Karakteristik Sampel Pedagang Pengecer
Lampiran 5. Volume Penjualan dan Harga Jual Petani Sampel kepada Lembaga Pemasaran
Lampiran 6. Volume Penjualan dan Harga Jual Petani Sampel kepada Konsumen
Lampiran 7. Volume Penjualan dan Harga Jual Petani Sampel kepada Pedagang Pengecer
Lampiran 8. Volume Penjualan dan Harga Jual Petani Sampel kepada Pedagang Besar
Lampiran 9. Volume Penjualan dan Harga Jual Pedagang Besar ke Pedagang Luar Daerah
Lampiran 10. Volume Penjualan dan Harga Jual Pedagang Pengecer
Lampiran 11. Analisis Biaya Pemasaran Pedagang Besar kepada Pedagang Luar Daerah (RP/Kg)
Lampiran 12. Analisis Biaya Pemasaran Pedagang Pengecer kepada Konsumen (RP/Kg)
Lampiran 13. Analisis Biaya Pemasaran Petani kepada Konsumen (RP/Kg)
Judul Skripsi : ANALISIS SISTEM PEMASARAN SALAK (Studi Kasus : Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru, Kota Padangsidempuan)
Nama : Erwina Siregar
Nim : 030304019
Departemen : Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi : Agribisnis
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(H.M.Mozart B.Darus,M.Sc)
NIP. 131 689 798 NIP. 131 618 780 (Ir. Yusak Maryunianta,M.Si)
Mengetahui : Ketua Departemen
RINGKASAN
Erwina Siregar (030304019) dengan judul “Analisis Sistem Pemasaran Salak” (Studi Kasus : Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru, Kota Padangsidempuan). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak H.M. Mozart B.Darus MSc dan Bapak Ir. Yusak Maryunianta MSi .
Metode sampel penelitian yang digunakan adalah secara Simple Random Sampling untuk produsen dan Snowball Sampling untuk lembaga pemasaran, sedangkan analisis yang digunakan adalah Analisis Deskriftif (hipotesis 1,2), hipotesis 3 dengan menghitung biaya yang dikeluarkan selama melakukan fungsi pemasaran. Untuk hipotesis 4 digunakan Analisis Tabulasi Sederhana dengan menghitung price spread dan share margin dan hipotesis 5 dengan menghitung tingkat efisiensi pemasaran. Dari hasil penelitian diperoleh :
1. Terdapat 3 jenis saluran pemasaran salak di daerah penelitian yaitu: • Saluran I : Petani menjual salak langsung kepada konsumen
• Saluran II :Petani menjual salak kepada pedagang pengecer selanjutnya dijual kepada konsumen
• Saluran III :Petani menjual salak kepada pedagang besar yang selanjutnya menjualnya kepada pedagang luar daerah.
2. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran salak adalah pedagang pengecer dan pedagang besar. Masing-masing lembaga pemasaran melakukan fungsi pemasaran yang bervariasi jenis dan jumlahnya.
3. Besarnya biaya pemasaran pada masing-masing lembaga antara lain biaya produksi petani/produsen Rp. 275.08/kg, biaya pemasaran pedagang pengecer Rp. 602.88/kg, dan biaya pemasaran pedagang besar Rp. 931.2/kg.
4. Sebaran harga (price spread) dan bagian harga yang diterima (Share Margin) untuk setiap saluran pemasaran di daerah penelitian berbeda-beda. Di saluran I, sebaran harga dan bagian harga yang diterima untuk pemasaran salak antara lain: harga jual produsen yaitu Rp.2,675/kg (100%); total keuntungan Rp.1,951.89/kg (72.96%); total marjin adalah 0 % dan harga beli konsumen Rp. 2.675/kg.
Di saluran II, sebaran harga dan bagian harga yang diterima untuk pemasaran salak antara lain: harga jual produsen Rp.2,500/kg (40%); total biaya Rp.6,250/kg (9,64%) ; total keuntungan Rp.3,147,12 /kg(50,35%); total marjin Rp.3.750/kg (60%). Dan harga beli konsumen Rp.6,250/kg.
Di saluran III, sebaran harga dan bagian harga yang diterima untuk pemasaran salak antara lain: harga jual produsen Rp.2326.67/kg (58.16%); total biaya Rp.931.2/kg (23.28%); total keuntungan Rp.742.13/kg (18.55%); total marjin Rp.1,673.33/kg (441.83%). Dan harga beli pedagang luar daerah Rp.4,000/kg. 5.Nilai efisiensi pemasaran pada saluran pertama adalah sebesar 16.68%; saluran
I. PENDAHULUAN Latar Belakang
Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menunjang perekonomian dan kehidupan masyarakat Kota Padangsidempuan.
Oleh karena itu pengembangan sektor pertanian harus diselenggarakan secara
efisien, sehingga mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas produk-produk
sektor pertanian.
Pengembangan sektor pertanian sangat diharapkan dalam menunjang
sasaran pembangunan Kota Padangsidempuan sebagai daerah yang sebagian besar
penduduknya bekerja di sektor pertanian. Disamping itu sektor ini juga
diharapkan dapat mendorong peningkatan pendapatan regional yang pada
akhirnya meningkatkan pendapatan penduduk daerah ini.
Sentra produksi tanaman salak di Sumatera Utara adalah Kota
Padangsidempuan. Luas panen, produksi dan produktivitas salak di Kota
Padangsidempuan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Buah Salak Per Kecamatan Tahun 2006 Kota Padangsidempuan.
No. Kecamatan Panen
(Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Kw/Ha)
1. Padangsidempuan Utara
2. Padangsidempuan Selatan 60 1020 68
3. Padangsidempuan Batunadua 40 640 64
4. Padangsidempuan Tenggara 180 3240 72
5. Padangsidempuan Hutaimbaru 60 1080 72
6. Padangsidempuan Angkola
Julu
120 2280 76
Jumlah 460 8260 352
Sesuai dengan mendapat julukan Kota Salak, produksi buah salak
terbanyak dibandingkan buah-buahan lain, yaitu sekitar 8.260 ton. Diurutan
selanjutnya adalah buah papaya 5.204 ton dan mangga 1.475 ton. Produksi
buah-buahan di Kota Padangsidempuan dapat kita lihat pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Produksi Buah-Buahan di Kota Padangsidempuan Tahun 2006.
No Jenis Buah-Buahan Produksi (Ton)
1 Alpukat 59
2 Jeruk 92
3 Mangga 1.475
4 Rambutan 36
5 Duku/Langsat 252
6 Durian 681
7 Jambu Biji 610
8 Sawo 92
9 Pepaya 5.204
10 Pisang 448
11 Salak 8.260
12 Manggis 138
13 Nangka 334
14 Sirsak 224
15 Belimbing 132
16 Nenas 24
Sumber: Badan Pusat Statistik,2005
Identifikasi Masalah
1. Berapa jenis saluran pemasaran salak di daerah penelitian ?
2. Bagaimana pemasaran salak ditinjau dari fungsi-fungsi pemasaran yang
dilakukan oleh setiap komponen pemasaran salak di daerah penelitian ?
3. Bagaimana biaya pemasaran salak pada setiap saluran pemasaran salak di
daerah penelitian ?
4. Bagaimana sebaran harga (price spread) dan bagian harga yang diterima
(share margin) pada masing-masing saluran pemasaran salak di daerah
penelitian ?
5. Bagaimana tingkat efisiensi pemasaran salak pada setiap saluran
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui saluran pemasaran salak di daerah penelitian.
2. Untuk mengetahui fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap
komponen pemasaran salak di daerah penelitian.
3. Untuk mengetahui biaya pemasaran salak di daerah penelitian.
4. Untuk mengetahui sebaran harga (price spread) dan bagian harga yang
diterima (share margin) pada masing-masing saluran pemasaran salak di
daerah penelitian.
5. Untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran salak pada setiap saluran
pemasaran di daerah penelitian.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi para petani salak dalam rangka memasarkan
hasil usahataninya secara efisien sehingga mereka mendapatkan
keuntungan yang diinginkan.
2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak lain yang berhubungan
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka
Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak
merupakan tanaman asli Indonesia. Salak termasuk famili Palmae, serumpun
dengan kelapa, kelapa sawit, aren (enau), palem, pakis yang bercabang rendah dan
tegak ( Soetomo, 1990).
Tanaman salak termasuk golongan tanaman berumah dua, artinya pada
satu tanaman hanya ada satu jenis bunga saja jantan atau betina. Oleh karena itu,
bila ditanam hanya salah satu jenis, jantan atau betina saja, maka sampai
kapanpun tidak akan pernah didapatkan buahnya. Untuk mendapatkan buahnya,
dikebun perlu juga ditanam salak jantan diantara betina (Anonimous, 1992).
Botani Tanaman
Tanaman salak berakar serabut. Daerah penyebaran akar tidak luas,
dangkal, dan mudah rusak jika kekurangan air. Akar-akar baru dapat bermunculan
dipermukaan tanah, pada saat akar yang lama sudah berkurang fungsinya. Akar
yang sudah tua dapat dipangkas setelah akar yang muda tumbuh subur, dengan
cara demikian tanaman salak akan tetap awet muda produksinya tidak menurun.
Batang tanaman salak tertutup oleh pelepah daun yang tersusun rapat.
Pada tanaman yang sudah tua batangnya akan melata dan dapat bertunas. Tunas
yang tumbuh ini disebut anakan dan dapat digunakan sebagai bibit vegetatif.
Helai daunnya panjang, pelepah dan tangkainya berduri. Bentuk daun
seperti pedagang, pangkal daun menyempit, cembung bersegmen banyak dan
Tanaman salak termasuk tanaman berumah dua, artinya merupakan jenis
tanaman yang berbunga jantan dan betina.
1. Tanaman yang berbunga jantan adalah tanaman yang bunganya hanya
mempunyai benang sari (stamen) tanpa putik. Jenis hanya ini disebut
bunga tidak sempurna atau mandul sebab butir tepung sari hanya dapat
membentuk sel kelamin jantan. Dengan demikian bunga ini tidak akan
menghasilkan buah.
2. Tanaman yang berbunga betina hanya menghasilkan bunga yang
mempunyai putik saja, tanpa benang sari. Bakal biji yang terdapat di
dalam putik berfungsi untuk membentuk sel kelamin betina. Bunga betina
berbentuk agak bulat. Mempunyai mahkota dan mata tunas pada tangkai,
lebar dan jelas dengan satu putik dan bakal biji yang tersusun rapi dalam
kuntum bunga (Anonimous, 1992)
Bentuk buah bulat atau bulat telur terbalik, dengan bagian ujung runcing.
Kulit buah bersisik yang tersusun seperti genting. Daging buah berwarna putih
kekuningan, kuning kecoklatan atau merah, tergantung jenisnya. Rasa buah
manis, manis agak asam, manis agak sepet, atau manis bercampur masam
bercampur sepet (Tjahjadi, 1995).
Syarat Tumbuh
Faktor ilkim yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan tanaman
salak adalah curah hujan. Tanaman salak akan tumbuh baik pada daerah yang
mempunyai curah hujan rata-rata perbulan 200-400mm.
Tanaman salak adalah tanaman asli Indonesia, yang tumbuh secara
Tanaman salak akan tumbuh baik pada ketinggian 0 – 700 m diatas
permukaan laut. Yang terbaik berkisar antara 1-400 m dpl. Batas toleransi
ketinggian yang masih memungkinkan adalah 900 m dpl. Bila sudah baik 900 m
pohon salak aakan sulit berbuah (Anonimous, 1992).
Buah-buahan telah lama dikenal sebagai sumber vitamin dan mineral.
Pada zaman modern sekarang ini, buah-buahan banyak diperdagangkan untuk
menambah pendapatan. Kondisi ini memungkinkan terjadinya persaingan dipasar
dunia. Masing-masing negara mempunyai kebanggaan menawarkan jenis
buah-buahan yang dimilikinya di pasar dunia (Sunarjono, 2000).
Buah-buahan umumnya merupakan sumber serat (fibre) yang sangat
berguna bagi pencernaan makanan dalam tubuh manusia. Beberapa penelitian
membuktikan bahwa tingginya konsumsi serat dapat mengurangi resiko terjadinya
kanker usus. Konsumsi makanan yang bermutu gizi seimbang tidak akan
melupakan kelompok makanan sumber zat pengatur atau sumber vitamin dan
mineral, seperti sayuran dan buah-buahan (Sjaifullah,1996).
Peluang berkebun buah selalu berangkat dari adanya peluang pasar.
Setelah peluang pasar diperoleh, baru beranjak ke ketersediaan modal. Dua hal
pokok inilah yang menentukan sebuah agroindustri perbuahan. Keterampilan,
lahan, tenaga kerja, serta sarana/prasarana bisa mudah diperoleh jika hal tersebut
telah berada di tangan (Rahardi,2004).
Peningkatan perdagangan akan memberikan keuntungan baik bagi
konsumen, berupa penyediaan barang konsumsi, maupun bagi produsen, yaitu
berupa penyediaan barang atau jasa faktor produksi dan pemasaran atau
daerah untuk menghasilkan berbagai sumber daya yang tersedia secara lebih
efektif dan efisien.
Sistem pemasaran hasil pertanian yang efisien merupakan suatu prakondisi
bagi kelancaran dan keseimbangan pembangunan sektor pertanian. Sistem
pemasaran yang baik, tentu akan mengarahkan aliran barang dan jasa dari
produsen atau pemakai terakhir dan memberikan indikasi tentang
perubahan-perubahan penawaran dan permintaan produsen (Amang, 1995).
Landasaan Teori
Pemasaran bermula dari kenyataan bahwa manusia adalah makhluk yang
memiliki kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan dan keinginaan itu menciptakan
suatu keadaan yang tidak menyenangkan dalam diri seseorang yang harus
dipecahkan melalui pemilihan produk untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan
tersebut. Karena beberapa produk tersebut dapat memuaskan kebutuhan tertentu,
maka pemilihan atas produk dituntun oleh konsep nilai dan kepuasan yang
diharapkan. Produk-produk tersebut dapat diperleh melalui berbagai cara yaitu
memproduksi sendiri, merampas, meminta-minta, dan pertukaran (jual-beli).
Sebagian besar masyarakat bekerja atas dasar prinsip pertukaran yang berarti
seseorang mengkhususkan diri dalam memproduksi produk tertentu dan
mempertukarkan untuk memenuhi kebutuhannya. Pemasaran mencakup semua
kegitan yaang berkaitan dengan pasar yakni mencoba untuk mewujudkan
pertukaran potensial (Irawan, dkk,1996).
Pemasaran merupakan hal-hal yang sangat penting setelah selesainya
lingkungan pasar suatu komoditas. Bila pemasarannya tidak lancar dan tidak
memberikan harga yang layak bagi petani, maka kondisi ini akan mempengaruhi
motivasi petani, akibatnya penawaran akan berkurang, kurangnya penawaran akan
menaikkan harga. Setelah harga naik, motivasi petani akan naik, mengakibatkan
harga akan jatuh kembali (Ceteris paribus) (Daniel, 2002).
Pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditi yang disertai
perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat dan guna bentuk,
yang dilkukan oleh lembaga pemasaran dengan melaksanakan satu atau lebih
fungsi-fungsi pemasaran. Ditinjau dari aspek ekonomi kegiatan pemasaran
pertanian dikatakan sebagai kegiatan produktif sebab pemasaran dapat
meningkatkan guna waktu, guna tempat, guna bentuk dan guna pemilikan
(Sudiyono, 2004).
Menurut Kotler (1980) ada lima faktor yang menyebabkan mengapa
pemasaran itu penting, yaitu:
a. Jumlah produk yang dijual menurun
b. Pertumbuhan penampilan perusahaan juga menurun
c. Terjadinya perubahan yang diinginkan konsumen.
d. Kompetensi yang semakin tajam
e. Terlalu besarnya pengeluaran untuk penjualan.
Untuk komoditi pertanian, pemasaran terjadi bukan saja ditentukan oleh
lima aspek seperti yang dikemukakan oleh Kotler (1980) tersebut, tetapi oleh lima
aspek lain, yaitu:
b. Tingkat komersialisasi produsen (petani)
c. Keadaan harga yang menguntungkan, dan
d. Karena peraturan (Soekartawi, 1999).
Saluran pemasaran adalah himpunan organisasi yang saling bergantung
yang terlibat dalam proses untuk membuat produk atau jasa yang siap untuk
dikonsumsi atau digunakan oleh konsumen atau pengguna industrial.
Terdapat empat kategori besar lembaga saluran : grosir barang dagangan,
perantara agen, pengecer, serta agen pendukung (Boyd, 2000).
Jalur pemasaran hasil pertanian adalah saluran yang digunakan petani
produsen untuk menyalurkan hasil pertanian dari produsen, pedagang pengumpul,
pedagang besar, pengecer dan konsumen. Setiap lembaga pemasaran ini
melakukan fungsi-fungsi pemasaran seperti: membeli dari petani (produsen),
menjual kepada pedagang berikutnya, mengangkut, mensortir, menyimpan dan
lain-lain (Rahardi, dkk, 1993)
Lembaga pemasaran adalah orang atau badan ataupun perusahaan yang
terlibat dalam proses pemasaran hasil pertanian. Ditingkat desa, kita lihat ada
tengkulak dan ada pedagang perantara serta ada pengecer. Ditingkat kecamatan
juga ada perantara, pengumpul dan pengecer. Keadaan ini juga terjadi ditingkat
kabupaten dan provinsi. Masing-masing lembaga niaga mengeluarkan biaya
tataniaga dan akan memperoleh keuntungan yang disebut bagian dari margin
tataniaga (Daniel, 2002).
Menurut penguasaannya terhadap komoditi yang diperjual-belikan,
tidak memiliki tapi menguasai komoditi. Kedua, lembaga yang memiliki dan
menguasai komoditi pertanian yang diperjual belikan dan ketiga, lembaga
pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai komoditi-komoditi pertanian yang
diperjual belikan (Sudiyono,2004).
Fungsi-fungsi pemasaran atas komoditi bermacam-macam. Pada
prinsipnya terdapat tiga tipe fungsi pemasaran, yaitu fungsi pertukaran, fungsi
fisik dan fungsi penyediaan fasilitas (Sudiyono,2004).
Fungsi pertukaran meliputi kegiatan yang menyangkut pengalihan hak
pemilikan dalam sistem pemasaran. Fungsi pertukaran ini terdiri dari fungsi
pembelian dan penjualan. Dalam melaksanakan fungsi penjualan, maka produsen
atau lembaga pemasaran yang berada pada rantai pemasaran sebelumnya harus
memperhatikan kualitas, kuantitas, bentuk dan waktu serta harga yang diinginkan
pemasaran berikutnya (Sudiyono,2004).
Fungsi fisik menyangkut perpindahan barang-barang secara fisik dari
produsen sampai ke konsumen. Ada empat macam fungsi fisik yaitu:
pengumpulan, penyimpanan, pemilihan dan pengangkutan. Sebagai alat
penyaluran, perantara melakukan fungsi pengumpulan barang-barang dari
beberapa sumber. Fungsi penyimpanan menciptakan faedah atau kegunaan waktu,
karena melakukan penyesuaian antara penawaran dan permintaan. Fungsi
pemilihan dilakukan penyalur dengan cara menggolongkan, memeriksa dan
menentukan jenis barang yang disalurkan. Pengangkutan merupakan fungsi
pemindahan barang dari tempat barang dihasilkan ketempat barang
Fungsi penyediaan fasilitas adalah untuk memperlancar fungsi pertukaran
dan fungsi fisik. Fungsi penyediaan fasilitas merupakan usaha perbaikan sistem
pemasaran untuk meningkatkan efisiensi operasional dan efisiensi penetapan
harga. Fungsi ini meliputi standarisasi, penanggungan resiko, informasi harga dan
penyediaan dana (Sudiyono, 2004).
Dalam perekonomian yang masih kurang maju, hasil-hasil pertanian hanya
sedikit memerlukan proses pengolahan sampai dengan dikonsumsi oleh konsumen
terakhir. Fungsi pengolahan ini memegang peranan yang makin penting di negara
kita. Fungsi pengolahan tidak hanya menguntungkan konsumen saja tetapi juga
petani (Mubyarto, 1989).
Marjin dapat didefenisikan dengan dua cara, yaitu: Pertama, marjin
pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan
harga yang diterima petani. Kedua, marjin pemasaran merupakan biaya dari jasa
pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa
pemasaran. Kelompok margin pemasaran terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan
lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran atau
disebut biaya pemasaran atau biaya fungsional, dan keuntungan (profit) lembaga
pemasaran (Sudiyono, 2004).
Apabila marjin dinyatakan dalam persentase, maka didapat apa yang
disebut persentase marjin (mark-up) yang dihitung atas dasar harga pokok
penjualan atau atas dasar harga penjualan eceran suatu komoditi. Istilah spread
digunakan untuk menyatakan perbedaan dua tingkat harga dan menunjukkan
jumlah uang yang diperlukan untuk menutupi biaya barang-barang di antara dua
Menurut Daniel (2002) bahwa besarnya biaya pemasaran berbeda antara
jenis biaya yang satu dengan yang lainnya. Besarnya biaya pemasaran tergantung
pada hal berikut:
a. Macam komoditas yang dipasarkan
Ada komoditas yang bobotnya besar, tetapi nilainya kecil sehingga
membutuhkan biaya pemasaran yang besar. Sebaliknya ada komoditi yang kecil
dan ringan, tetapi mempunyai nilai yang timggi, dalam hal ini biaya
pemasarannya lebih rendah, dan lain sebagainya.
b. Lokasi/daerah produsen
Bila lokasi produsen jauh dari pasar atau lokasi konsumen, maka biaya
transportasi menjadi besar pula. Biasanya lokasi yang terpencil menjadi salah satu
penyebab rendahnya harga ditingkat produsen.
c. Macam dan peran lembaga niaga
Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat, semakin panjang rantai
pemasaran dan semakin besar biaya pemasaran komoditas tersebut.
Pemasaran memerlukan biaya. Biaya pemasaran ini makin besar dengan
berkembangnya pertanian dan dengan makin kompleksnya pemasaran. Konsumen
yang memiliki tingkat pendapatan dan kemakmuran yang semakin tinggi
menginginkan hasil-hasil pertanian yang semakin banyak ragamnya. Hasil
pertanian yang beragam membutuhkan proses pengolahan yang semakin
kompleks dan jasa-jasa sistem pemasaran yang semakin banyak. Karena itu, nilai
relatif makin besar dan persentase nilai rupiah yang diterima petani produsen
menjadi semakin kecil ( Mubyarto, 1989).
Sistem pemasaran (tataniaga/marketing) baru bisa dikatakan efisiensi
apabila :
1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen
dengan biaya yang serendah-rendahnya.
2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga dibayar
konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan
produksi dan pemasaran tersebut (Daniel, 2002)
Efisiensi pemasaran (Ep) diukur dengan rumus:
% 100 X dipasarkan yang
produk Nilai
pemasaran Biaya
Ep=
Oleh karena itu efisiensi pemasaran akan terjadi kalau:
1. Biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat
lebih tinggi.
2. Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen
tidak terlalu tinggi.
3. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran, dan
Kerangka Pemikiran
Pemasaran pertanian merupakan kegiatan menyampaikan produk pertanian
dari produsen hingga kepada konsumen. Produk tersebut akan melalui jalur
pemasaran yang dapat berbeda panjang pendeknya. Saluran pemasaran salak
dapat dimulai dari petani sebagai produsen diteruskan ke pedagang pengumpul,
pedagang besar, pedagang pengecer hingga kepada konsumen
Setiap saluran akan melakukan fungsi pemasaran untuk menyampaikan
buah dari petani hingga konsumen akhir. Fungsi pemasaran tersebut antara lain
pembelian, penjualan, transportasi, penyimpanan, pembiayaan, sortasi,
pengepakan, penanggungan resiko dan informasim pasar.
Lembaga-lembaga pemasaran yang melakukan fungsi pemasaran akan
menimbulkan biaya. Dalam saluran pemasaran yang melibatkan pedagang
terdapat perbedaan harga antara petani dengan harga di tingkat konsumen akhir.
Harga yang dibayar kinsumen dialokasikan kepada share margin. Tinggi
rendahnya marjin pemasaran akan mempengaruhi efisiensi pemasaran.
Untuk mencapai tingkat efisiensi perlu kiranya pengaturan pemasaran
dengan menerapkan prinsip efisiensi agar share margin petani dan pedagang
dapat memperoleh laba yang adil pada tingkat harga yang terjangkau oleh
konsumen.
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Ada Hubungan Petani Salak
Pedagang Pengecer
Konsumen
Pedagang Besar
Biaya Pemasaran
Harga di Tingkat Petani
Price Spread
Share Margin
P.Luar Daerah
Harga di Tingkat Konsumen
Efisiensi
Fungsi Pemasaran: Pembelian
Penjualan Penyimpanan Transportasi Sortasi Pengepakan Pembiayaan
Hipotesis Penelitian
1. Terdapat sedikitnya dua saluran pemasaran salak di daerah penelitian.
2. Setiap lembaga pemasaran memiliki fungsi pemasaran yang bervariasi.
3. Biaya pemasaran di setiap lembaga pemasaran di daerah penelitian
berbeda.
4. Masing-masing lembaga pemasaran memiliki sebaran harga dan bagian
harga yang diterima (share margin) yang berbeda.
III. METODE PENELITIAN 3.1.Metode Penentuan Daerah Penelitian.
Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Kecamatan
Padangsidempuan Hutaimbaru, Kota Padangsidempuan, dengan pertimbangan
bahwa Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru merupakan salah satu sentra
produksi salak di Kota Padangsidempuan dengan luas panen 60 (Ha) dan produksi
1080 ton.
Pembangunan dibidang pemasaran merupakan salah satu bidang yang
relatif diabaikan dalam usaha perdagangan. Produktivitas yang tinggi ternyata
belum merupakan keberhasilan jika tidak diimbangi dengan sistem pemasaran
yang baik. Usaha yang maju mempunyai hubungan yang erat dengan pasar.
Peningkatan produksi tanpa diimbangi dengan kemampuan pasar untuk
menampung seluruh produksi serta kemauan pendistribusian yang baik tidak akan
bertahan lama.
3.2. Metode Pengambilan Sampel Produsen (petani)
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh petani salak
yang ada di Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru yaitu sejumlah ± 600 KK.
Sampel diambil dengan menggunakan metode Simple Random Sampling yaitu
Lembaga Pemasaran
Untuk lembaga pemasaran terdiri dari pedagang besar, pedagang pengecer
serta pedagang luar daerah. Pengambilan sampel pedagang dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan Snowball Sampling, yaitu penelusuran mulai dari
produsen hingga lembaga pemasaran berikutnya.
Untuk pedagang besar di daerah penelitian di ambil 4 sampel.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara penelusuran yaitu mengikuti saluran
pemasaran berdasarkan informasi dari petani.
Untuk pedagang pengecer diambil dari informasi yang diperoleh dari
pedagang besar sebanyak 4 sampel.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan para responden
berdasarkan daftar kuisioner yaang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan
data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari berbaagai instansi
(lembaga) atau dinas terkait yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.4. Metode Analisis Data
Untuk hipotesis 1,2, diuji dengan analisis deskriftif berdasarkan survey
yang dilakukan di daaerah penelitian
Untuk menghitung biaya pemasaran pada hipotesis 3 dihitung dengan
menjumlahkan seluruh biaya yang dikeluarkan selama melakukan fungsi-fungsi
Untuk hipotesis 4 digunakan analisis tabulasi sederhana dengan
menghitung sebaran harga (price spread) dan bagian harga yang diterima (share
margin) pada setiap komponen pemasaran.
a. Sebaran harga (price spread) dihitung dengan menggunakan rumus:
Mji = Psi – Pbi
atau
Mji = Bti + I
Dimana:
Mji = Marjin pada lembaga pemasaran tingkat ke-i
Psi = Harga jual pada lembaga pemasaran pada lembaga tingkat
ke-i
Pbi = Harga beli lembaga pemasaran tingkat ke-i
Bti = Biaya pemasaran tingkat ke-i
I = Keuntungan pemasaran tingkat ke-i
b. Bagian harga yang diterima (Share Margin) dihitung dengan
menggunakan rumus :
% 100 x Pk Pp Sm=
Dimana:
Sm = Share margin dalam persen (%)
Pp = Harga yang diterima produsen atau pedagang
Pk = Harga beli konsumen
Untuk menghitung tingkat efisiensi pemasaran pada hipotesis 5 digunakan
rumus :
% 100 X dipasarkan yang
produk Nilai
pemasaran Biaya
Ep=
Dimana: pemasaran akan lebih efesien apabila nilai efisiensi pemasaran (Ep)
semakin kecil. (Soekartawi, 2002)
Definisi dan Batasan Opersional.
Untuk menghindari dan kesalah pahaman dan kekeliruan dalam proses
penelitian, maka penulis membuat definisi dan batasan operasional sebagai
berikut:
Definisi
1. Fungsi pemasaran adalah aktivitas, usaha atau jasa-jasa yang dilaksanakan
dalam proses penyebaran barang atau jasa.
2. Efisiensi pemasaran adalah suatu keadaan yang digunakan dalam penilaian
pestasi kerja proses pemasaran bagi semua lembaga yang terkait dalam
pemasaran atau biaya pemasaraan dibagi dengan nilai produk yang
dihasilkan.
3. Share margin adalah persentase price spread terhadap konsumen akhir,
yaitu bagian harga yang diterima oleh setiap lembaga pemasaran terhadap
harga beli.
4. Price spread adalah kelompok harga beli dan harga jual juga biaya-biaya
pemasaran menurut fungsi pemasaran dan margin keuntungan dari setiap
5. Lembaga pemasaran adalah orang atau badan yang terlibat dalam proses
pemasaran hasil pertanian.
6. Biaya pemasaran terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan
lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran.
Batasan Operasional
1. Tempat penelitian adalah Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru Kota
Padangsidempuan
2. Waktu Penelitian adalah Pebruari 2008.
3. Sampel adalah petani salak di Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru
Kota Padangsidempuan.
4. Lembaga pemasaran adalah orang atau badan yang terlibat dalam proses
pemasaran salak di Kecamatan Padangsideempuan Hutaimbaru, Kota
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
5. 1. Deskripsi Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru
1. Letak Topografi
Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru adalah salah satu diantara 6
wilayah kecamatan di Kota Padangsidempuan. Kecamatan Padangsidempuan
Hutaimbaru terletak dengan ketinggian 390 meter di atas permukaan laut dengan
luas wilayah 22,3418 km2 pada 1o 22’ 0,3” LU, 99o 14’ 0,44” BT.
Batas-batas wilayah Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru adalah
sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Padangsidempuan Angkola Julu
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Padangsidempuan Utara
- Sebelah Barat berbatasan dengan Padangsidempuan Barat Kab. Tapanuli Selatan
- Sebelah Timur berbatasan dengan Angkola Julu
Jarak Kantor Camat ke Kantor Walikota Padangsidempuan adalah 6 km.
2. Luas Wilayah Kecamatan Tahun 2006.
Luas wilayah Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru dapat dilihat pada
Tabel 3. Berdasarkan Table 3 dapat diketahui bahwa wilayah yang paling luas
yaitu Desa / Kelurahan Lembah Lubuk Manik sebesar 4.31 km2 atau sekitar19.33
% dari luas wilayah kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru dan wilayah yang
paling kecil yaitu Desa / Kelurahan Partihaman Saroha dengan luas 0.77 km2 atau
Tabel 3. Luas Wilayah dan Rasio Terhadap Luas Kecamatan Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2006
No Desa/ Kelurahan Luas Wilayah (km2 )
Rasio Terhadap Luas Kecamatan (%)
1 Partihaman Saroha 0.77 3.49
2 Hutaimbaru 2.88 12.89
3 Palopat Maria 1.08 4.83
4 Sabungan Jae 1.05 4.75
5 Lembah Lubuk Manik 4.31 19.33
6 Sabungan Sipabangun 2.37 10.65
7 Singali 0.96 4.30
8 Huta Padang 3.75 16.79
9 Lubuk Raya 3.56 15.94
10 Tinjoman 1.57 7.03
Jumlah 22.34 100.00
Sumber : Kantor Kec. Padangsidempuan Hutaimbaru, 2005
3. Luas Lahan Menurut Penggunaan.
Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru mempunyai beberapa
penggunaan tanah dari keseluruhan luas wilayah. Hal ini dapat dilihat pada Table
[image:37.595.116.510.463.741.2]4 berikut:
Tabel 4. Luas Lahan Menurut Pengguaan dan Desa/Kelurahan Tahun 2006 No Desa/ Kelurahan Tanah Sawah
(Ha)
Tanah Kering (Ha)
Jumlah (Ha)
1 Partihaman Saroha 40 37.6 77.6
2 Hutaimbaru 170 118.1 288.1
3 Palopat Maria 36 72.3 108.3
4 Sabungan Jae 56 49.6 105.6
5 Lembah Lubuk Manik 150 281.9 431.9
6 Sabungan Sipabangun 112 125.5 237.5
7 Singali 22 74.2 96.2
8 Huta Padang 33 342.3 375.3
9 Lubuk Raya 210 146.4 356.4
10 Tinjoman 20 137.3 157.3
Jumlah 849 1385.2 2234.2
Berdasarkan Table 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar wilayah
Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru yaitu 1385.2 Ha merupakan tanah
kering yang dipergunakan untuk berbagai hal seperti bangunan/pekarangan dan
sebagainya.
4. Keadaan Penduduk Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru
Penduduk Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru berdasarkan jenis
[image:38.595.112.511.323.588.2]kelamin dapat dilihat pada Table 5 di bawah ini:
Tabel 5. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin, dan Desa/Kelurahan Tahun 2006
No Desa/ Kelurahan Jenis Kelamin Jumlah
Lk Pr
1 Partihaman Saroha 405 470 875
2 Hutaimbaru 1,235 1,265 2,500
3 Palopat Maria 1,093 1,154 2,247
4 Sabungan Jae 848 790 1,638
5 Lembah Lubuk Manik 942 1,002 1,944
6 Sabungan Sipabangun 757 734 1,491
7 Singali 316 309 625
8 Huta Padang 792 708 1,500
9 Lubuk Raya 625 627 1,252
10 Tinjoman 526 523 1,049
Jumlah 7,539 7,582 15,121
Sumber : Kantor Kec. Padangsidempuan Hutaimbaru, 2005
Jumlah penduduk di Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru sebesar
15,121 jiwa. Jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih besar dari
jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 7,582 jiwa, sedangkan
penduduk tertinggi terdapat di Desa/Kelurahan Hutaimbaru yaitu 2,500 jiwa dan
jumlah penduduk terendah terdapat di Desa/Kelurahan Singali yaitu 625 jiwa.
5. Sarana dan Prasarana
Banyaknya perusahaan jasa Pos dan Telekomunikasi di Kecamatan
[image:39.595.116.511.270.458.2]Padangsidempuan Hutaimbaru dapat diliha pada Tabel 6 berikut:
Tabel 6. Banyaknya Perusahaan Jasa Pos dan Telekomunikasi Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2006
No Desa/ Kelurahan Kantor Pos RT. Telp.
Kabel Wartel
1 Partihaman Saroha - 2 -
2 Hutaimbaru - 27 3
3 Palopat Maria - 21 1
4 Sabungan Jae - 20 -
5 Lembah Lubuk Manik - - -
6 Sabungan Sipabangun - - -
7 Singali - 4 1
8 Huta Padang - - -
9 Lubuk Raya - - -
10 Tinjoman - - -
Jumlah - 66 4
Sumber: Laporan Perekonomian Kota Padangsidempuan (BPS), 2005
Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa di Kecamatan Padangsidempuan
Hutaimbaru tidak terdapat perusahaan jasa Pos. Dan untuk Telekomunikasi
terdapat 66 kabel telepon untuk rumah tangga dan 4 buah warung telepon. Jumlah
kabel telepon untuk rumah tangga yang terbanyak terdapat di Desa/Kelurahan
Hutaimbaru sebanyak 27 RT., dan terdapat 3 buah wartel di Desa/Kelurahan
tersebut
Untuk mengetahui panjang jalan di Kecamatan Padangsidempuan
Tabel 7. Panjang Jalan Tiap Kecamatan Menurut Jenis Permukaan Tanah Tahun 2006
Kecamatan
Jenis Permukaan Aspal Kerikil Tanah Tdk.
Dirinci Jumlah
PSP. Tenggara 13.00 11.80 39.00 8.00 71.80
PSP. Selatan 45.74 15.00 13.07 6.00 79.81
PSP. Batunadua 12.90 18.79 19.61 9.00 53.26
PSP. Utara 103.85 20.45 10.00 12.00 146.29
PSP. Hutaimbaru 16.10 3.00 12.19 28.00 59.30
PSP. Angkola Julu 6.00 2.50 3.65 8.00 20.15
Jumlah 197.58 64.50 97.55 71.00 430.60
Sumber: Laporan Perekonomian Kota Padangsidempuan (BPS), 2005
Dari Tabel 7 diketahui panjang jalan di Kota Padangsidempuan adalah
430.60 km. Panjang Jalan di Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru 50.30 km
dengan jenis permukaan aspal 16.10 km, kerikil 3.00 km, tanah 12.19 km dan
tidak dirinci sepanjang 28.00 km.
Untuk mengetahui banyaknya angkutan umum darat menurut jenis
angkutan di Kecamatan Padangsidempuan Hutaimbaru dapat dilihat pada Tabel 8
[image:40.595.113.514.524.700.2]berikut:
Tabel 8. Banyaknya Angukutan Umum Darat Menurut Jenis Angkutan dan Desa/Kelurahan Tahun 2006.
Desa/Kelurahan Becak Oplet Mini Bus Truk
Partihaman Saroha 7 1 - 1
Hutaimbaru 42 7 2 4
Palopat Maria 20 6 2 5
Sabungan Jae 12 5 - -
Lembah Lubuk Manik 4 2 - -
Sabungan Sipabangun 9 17 1 1
Singali 11 1 - 2
Huta Padang 4 2 - -
Lubuk Raya - 12 - 2
Tinjoman 2 2 1 -
Jumlah 111 55 6 15
Banyaknya angkutan umum darat yang terdapat di Kecamatan
Padangsidempuan Hutaimbaru terdiri dari beberapa jenis seperti: becak sebanyak
111 unit, oplet 55 unit, mini bus 6 unit dan truk 15 unit.
4.2. Karakteristik Sampel Petani (Produsen)
Produsen adalah petani yang memiliki usahatani salak. Dalam penelitian
ini terdapat petani sebagai pemilik lahan sendiri. Hasil panen salak dijual kepada
[image:41.595.113.513.353.523.2]pedagang dan ada juga yang langsung dijual kepada konsumen.
Tabel 9. Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian, Tahun 2008
No Uraian Interval Rata-rata
1 2 3 4 5 6 7
Umur Petani (Tahun)
Pendidikan (Tahun)
Pengalaman (Tahun)
Jumlah Tanggungan (Jiwa)
Luas Lahan (Ha)
Jumlah Tanaman/Petani (Rumpun)
Umur Tanaman (Tahun)
20– 55
6 – 12
2 – 37
0 – 9
0,5 – 4
500 – 1000
6 – 60
35.67 10.40 12.33 20.03 1.40 1,355 26.40
Sumber: Lampiran 1
Tabel 9 menunjukkan bahwa secara keseluruhan, rata-rata umur petani
adalah 35.67 tahun. Umur ini termasuk kategori umur produktif sehingga dapat
diartikan petani tersebut masih sangat potensial untuk meningkatkan
usahataninya.
Lama pendidikan formal petani dihitung dalam tahun. Enam tahun setara
dengan Sekolah Dasar, sembilan tahun setara dengan Sekolah Lanjutan tingkat
10.40 tahun. Lama pendidikan ini setara dengan SLTA. Pendidikan yang dimiliki
pada umumnya sudah dapat membaca dan menulis dengan baik.
Pengalaman bertani merupakan pengalaman petani dalam
membudidayakan tanaman salak yang dihitung dalam tahun. Lamanya petani
dalam usahatani salak ini adalah 12.55 tahun, artinya petani sudah sangat
berpengalaman dalam usahataninya sehingga berpengaruh terhadap pengetahuan
dan keterampilan dalam mengelola usahataninya.
Jumlah tanggungan petani rata-rata adalah 2 orang. Umur tanaman salak
rata-rata adalah 26.40 tahun. Hal ini berarti bahwa tanaman masih produktif untuk
diusahakan.
4.2.2. Pedagang Perantara Pedagang Besar
Pedagang besar dalam penelitian ini membeli salak dari petani dan
mengirim salak tersebut ke luar daerah antara lain, Sibolga, Tanjung Balai,
Parapat, Mandailing Natal, Kisaran. Pengiriman dilakukan rata-rata tiga kali
seminggu, ini juga tergantung pemesanan atau permintaan dari pedagang luar
[image:42.595.113.512.601.733.2]daerah dan hasil panen yang musiman.
Tabel 10. Karakteristik Pedagang Besar di Daerah Penelitin, Tahun 2008
No Uraian Interval Rata-rata
1 2 3 4 5 Umur (Tahun) Pendidikan (Tahun) Pengalaman (Tahun)
Jumlah Tanggungan (Jiwa)
Volume Penjualan (Kg)
20 - 55
6 - 16
3 - 20
0 - 5
250 - 1500
37.50
11.50
13.25
2.50
775
Tabel 10 menunjukkan bahwa secara keseluruhan , rata-rata umur
pedagang besar adalah 37.50 tahun. Umur ini termasuk umur produktif sehingga
dapat diartikan bahwa pedagang besar sangat potensial sebagai pedagang untuk
menjalankan dan meningkatkan usahanya. Pendidikan yang dimiliki pedagang
besar adalah setara dengan SLTA pada umumnya sudah dapat membaca dan
menulis dengan baik.
Pengalaman pedagang pengumpul merupakan penglaman pedagang
melakukan usahanya sebagai pedagang besar yang dihitung dalam tahun.
Lamanya pengalaman pedang pengumpul adalah 13.25 tahun, artinya petani
sudah berpengalaman dalam usahanya sehingga berpengaruh terhadap
pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usahanya.
Jumlah tanggungan pedagang besar rata-rata adalah 3 orang. Volume
penjualan pedagang besar dalam sekali pengriman 775 kg.
Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer yang menjadi sample dalan penelitian ini terdiri dari 4
orang. Masing-masing pedagang pengecer berdagang di pasar Kota
[image:43.595.113.509.569.703.2]Padangsidempuan.
Tabel 11. Karakteristik Pedagang Pengecer di Daerah Penelitian,Tahun 2008
No Uraian Interval Rata-rata
1 2 3 4 5 Umur (Tahun) Pendidikan (Tahun) Pengalaman (Tahun)
Jumlah Tanggungan (Jiwa)
Volume Penjualan (Kg)
37 – 50
6 - 16
7 - 20
2 - 4
50 – 100
44
12
14.25
2.75
75
Tabel 11 menunjukkan bahwa secara keseluruhan, rata-rata umur
pedagang pengecer adalah 44 tahun. Umur ini termasuk kategori umur produktif
sehingga dapat diartkan bahwa pedagang pengecer masih sangat potensial
sebagai pedagang untuk menjalankan dan meningkatkan usahanya. Pedagang
pengecer sudah mengecap pendidikan hingga tingkat SLTA sehingga pada
umumnya sudah dapat membaca dan menulis.
Pengalaman pedagang pengecer merupakan pengalaman pedagang
melakukan usahanya sebagai pedagang pengecer salak yang dihitung dalam tahun.
Lamanya pengalaman pedagang pengecer salak adalah 14.25 tahun. Artinya
pedagang sudah berpengalaman selama 14 tahun dalam usahanya sehingga
berpengaruh terhadap pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usahanya.
Jumlah tanggungan pedagang pengecer rata-rata 3 orang. Volume penjualan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran salak di daerah penelirian melibatkan beberapa
lembaga pemasaran. Penelusuran yang dilakukan mulai dari produsen yaitu petani
salak dan menemukan beberapa saluran pemasaran. Petani menjual salak kepada
beberapa jenis pedagang misalnya, pedagang besar, pedagang pengecer.
Petani yang menjual salak langsung kepada pedagang besar kemudian
menjual salak tersebut ke pedagang luar daerah seperti ke Tanjung Balai, Parapat,
Kisaran, Sibolga dan Mandaing Natal. Ada juga pedagang besar menjual salak
tersebut ke luar daerah sebagai pedagang pengecer.
Petani yang menjual salak langsung kepada konsumen jumlahnya cukup
kecil. Umumnya petani langsung menjual kepada konsumen dipinggir jalan lokasi
penelitian. Konsumen yang membeli salak ini adalah yang melintasi jalan
tersebut. Penjualan secara langsung ini biasanya dilakukan setiap hari dan volume
penjualannya relative kecil.
Saluran pemasaran di daerah penelitian melibatkan dua jenis pedagang
yang membentuk beberapa saluran pemasaran yaitu:
Saluran I : Petani Konsumen
Saluran II : Petani P. Pengecer Konsumen
Saluran III : Petani P. Besar P. Luar Daerah
Saluran pemasaran salak di daerah penelitian secara keseluruhan dapat
4,473 Kg 4,122 Kg
III
226 Kg
II I
[image:46.595.112.494.81.348.2]300 Kg 125 Kg 2,350 Kg
Gambar 2. Skema Volume Pemasaran Pada Saluran Pemasaran Salak di Daerah Penelitian
Volume pemasaran salak yang dijual oleh petani responden di daerah
penelitian selama dua minggu adalah 4,473 kg. Petani responden menjual salak
kepada beberapa jenis pedagang sehingga membentuk beberapa alternatif saluran
pemasaran. Volume penjualan salak tidak sama pada setiap saluran pemasaran di
daerah penelitian. Besarnya volume pemasaran pada setiap saluran pemasaran
dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Volume Salak pada Saluran Pemasaran dari Produsen ke Lembaga Selama Dua Minggu
Saluran Pemasaran Volume Salak (Kg) Persentase (%)
I
II
III
125
226
4,122
2.79
5.05
92.15
Total 4,473 100.00
Sumber: Lampiran 6,7,8
Tabel 12 menunjukkan bahwa total volume pemasaran dua minggu adalah
sebanyak 4,473 Kg dengan harga jual petani rata-rata adalah Rp 3,100/kg.
Petani P. Besar
P. Pengecer
Volume pemasaran pada saluran I adalah sebanyak 125 kg atau sekitar 2.79 %
dari total pemasaran. Volume pemasaran pada saluran II adalah sebanyak 226 kg
atau sekitar 5.05 % dari total volume pemasaran. Volume pemasaran pada saluran
III adalah sebanyak 4,122 kg dengan persentase 92.15 % dari total volume
pemasaran.
Volume pemasaran salak yang terbesar pada saluran III yaitu 92.15 % dari
total volume pemasaran dan volume pamasaran salak terendah terdapat pada
saluran I yaitu 2.79 % dari total volume pemasaran.
Tujuan pengiriman salak dari pedagang besar ke pedagang luar daerah
adalah Sibolga, Tanjung Balai, Parapat, Kisaran dan Mandailing Natal. Volume
[image:47.595.124.486.420.528.2]penjualan salak ke pedagang luar daerah dapat dilihat pada Tabel 13 berikut:
Tabel 13. Volume Penjualan Salak dari Pedagang Besar ke Pedagang Luar Daerah
No Volume Penjualan (Kg) % Tujuan
1 900 29.03 Tanjung Balai
2 200 6.45 Sibolga
3 300 9.67 Parapat
4 700 22.58 Kisaran
5 1,000 32,25 Madindailing Natal
Total 3,100 100.00
Sumber: Lampiran 9
Dari Tabel 13 dapat dilihat volume penjualan dari pedagang besar ke
pedagang luar daerah sebesar 3,100 kg. Volume penjualan ke Tanjung Balai
sebesar 900 kg (29.03%), 200 kg (6.45%) ke Sibolga, 300 kg (9.67%) ke Parapat,
700 kg (22.58%) ke Kisaran dan 1000 kg (32.25%) ke Mandailing Natal.
Dari hasil yang diperoleh terdapat 3 jenis saluran pada pemasaran salak,
5.2. Fungsi-fungsi Pemasaran yang Dilakukan oleh Masing-masing Lembaga Pemasaran
Fungsi pemasaran mengandung unsur penting didalam pelaksanaan proses
pemasaran terutama dalam kelancaran arus barang dari produsen hingga sampai
konsumen. Perlakuan fungsi inilah yang menimbulkan biaya dalam pemasaran
sesuai dengan kebutuhan lembaga pemasaran tersebut.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa fungsi-fungsi yang diperankan oleh
[image:48.595.107.516.323.507.2]setiap lembaga pemasaran salak adalah sebagai berikut:
Tabel 14. Fungsi-fungsi Pemasaran yang Dilakukan oleh Masing-masing Lembaga Pemasaran Salak di Daerah Penelitian
Fungsi Pemasaran Produsen P.Besar P.Pengecer
Pembelian x √ √
Penjualan √ √ √
Penyimpanan √ √ √
Transportasi x √ √
Sortasi √ √ x
Pengepakan x √ x
Pembiayaan √ √ √
Penanggungan Resiko √ √ √
Informasi Pasar √ √ √
Sumber: Lampiran 14
Keterangan: x : tidak melakukan fungsi pemasaran √ : melakukan fungsi pemasaran
Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa setiap lembaga pemasaran mengemban
fungsi pemasaran yang bervariasi masing-masing lembaga pemasaran paling
sedikit dilakukan oleh produsen. Fungsi pembelian tidak dilakukan oleh produsen
karena lahan usahanya adalah milik sendiri. Fungsi transportasi juga tidak
dilakukan oleh petani, karena petani langsung menjual dipinggir jalan, ataupun
Pedagang besar melakukan semua fungsi pemasaran. Pada fungsi
penanggungan resiko, pedagang besar menaggung segala resiko kerusakan dalam
proses pengiriman. Pedagang luar daerah tersebut akan melaporkan besarnya
kerusakan yang diterimanya, dan memotong biaya kerusakan tersebut dalam
pembayaran yang dilakukan melalui rekening.
Pedagang pengecer melakukan tujuh fungsi pemasaran yaitu pembelian,
penjualan, penyimpanan, transportasi, pembiayaan, penanggungan resiko dan
informasi pasar. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis 2 diterima.
5.3. Biaya Pemasaran yang Dikeluarkan oleh Setiap Lembaga Pemasaran
Untuk menganalisa sistem pemasaran salak di daerah penelitian perlu
dihitung biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang
beperan dalam proses pemasaran. Berikut akan dijelasakan biaya pemasaran salak
[image:49.595.154.432.476.733.2]pada produsen.
Tabel 15. Biaya Produksi dan Keuntungan yang Diterima Produsen di Daerah Penelitian
No Saluran I Rp/kg
Uraian
1 Biaya Produksi 276.86
3 Keuntungan 2,398.14
4 Harga Jual 2,675,00
No Saluran II Rp/kg
Uraian
1 Biaya Produksi 276.86
3 Keuntungan 2,223.14
4 Harga Jual 2.500.00
No Saluran III Rp/kg
Uraian
1 Biaya Produksi 276.86
3 Keuntungan 2,049.81
4 Harga Jual 2,326.67
Dari Tabel 15 diketahui total biaya produksi yang dikeluarkan oleh
produsen di daerah penelitian. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen
adalah 276.86/kg. Biaya produksi ini diperoleh dari pembagian antara total biaya
produksi dari 30 sampel petani dengan total produksinya. Jadi, biaya produksi
rata-rata untuk ketiga saluran tersebut sama. Harga jual dari produsen terdapat di
saluran I sebesar Rp 2,675.00/kg. Harga jual produsen di saluran II yaitu sebesar
Rp 2,500.00/kg. Sementara harga jual produsen yang terendah terdapat di saluran
III yaitu sebesar Rp 2326,67/kg. Harga jual tersebut merupakan harga rata-rata
baik kepada konsumen, pedagang pengecer maupun kepada pedagang besar.
Saluran I
Saluran pemasaran I adalah saluran dimana petani menjual salak kepada
konsumen dengan volume penjualan 125 kg. Gambaran besarnya biaya pemasaran
[image:50.595.118.509.469.705.2]menurut komponennya dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Biaya Pemasaran, Keuntungan dan Marjin Pemasaran Salak Saluran I di Daerah Penelitian, Tahun 2008.
No Uraian Rp/Kg
1 Petani
Harga Jual Petani
Biaya Produksi
Biaya Pemasaran:
- Sumpit : Rp. 375.00
- Tali : Rp. 71.25
Keuntungan
Marjin Pemasaran
2,675.00
276.86
446.25
1,951.89
0
2 Harga Beli Konsumen 2,675.00
Dari Tabel 16 dapat diketahui biaya produksi dan biaya pemasaran yang
dikeluarkan oleh petani. Pada saluran ini petani langsung menjual salak kepada
konsumen yang melintasi jalan lokasi penelitian. Adapun harga jual rata-rata
sebesar Rp. 2,675.00/kg dengan biaya produksi rata-rata Rp.275.08/kg. Biaya
pemasaran yang dikeluarkan oleh petani antara lain biaya sumpit Rp.375.00/kg,
tali Rp.71.25/kg. Total biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh petani adalah
sebesar Rp.446,25/kg.
Saluran II
Saluran pemasaran II adalah saluran dimana petani menjual salak kepada
pedagang pengecer dengan volume penjualan 226 kg. Gambaran besarnya biaya
pemasaran menurut komponennya dapat dilihat pada Tabel 17.
Dari Tabel 17 diketahui biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang
pengecer antara lain biaya transportasi Rp.72.67/kg, plastik Rp.108.57/kg, sumpit
Rp.350/kg dan retribusi sampah Rp.70.98/kg. Total biaya pemasaran yang
dikeluarkan oleh pedagang pengecer adalah sebesar Rp.602.88/kg. Keuntumgan
Tabel 17. Biaya Pemasaran, Keuntungan dan Marjin Pemasaran Salak Saluran II di Daerah Penelitian, Tahun 2008
No Uraian Rp/Kg
1 Petani
Harga Jual Petani
Biaya Produksi
Keuntungan
2,500
276.86
2,223.14
2 Pedagang Pengecer
Harga Jual
Biaya:
- Transportasi : 72.67
- Plastik 108.57
- Sumpit 350.00
- Distribusi Sampah : 70.98
Keuntungan
Marjin Pemasaran
6,250.00 602.88
3,147.12
3,750.00
3 Harga Beli Konsumen 6,250.00
Sumber: Lampiran 2,6,10,12
Saluran III
Saluran III adalah saluran dimana petani menjual salak kepada pedagang
besar yang selanjutnya dijual kepada pedagang luar daerah dengan volume
penjualan 4,122 kg. Gambaran besarnya biaya pemasaran salak menurut
Tabel 18. Biaya Pemasaran, Keuntungan dan Marjin Pemasaran Salak Saluran III di Daerah Penelitian, Tahun 2008
No Uraian Rp/Kg
1 Petani
Harga Jual Petani
Biaya Produksi
Keuntungan
2.326.67
276.86
2,049.81
2 Pedagang Besar
Harga Jual
Biaya:
- Sortasi : 60.50
- Bgkr. Muat : 40.00
- Pengepakan : 145.70
- Tali : 13.60
- Keranjang : 200.00
- Goni : 40.00
- Transportasi : 431.40
Keuntungan
Marjin Pemasaran
4,000.00 931.20
742.13
1,673.33
3 Harga Beli P. Luar Daerah 4,000.00
Sumber : Lampiran 2,6,9,11
Dari Tabel 18 diketahui biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang
besar antara lain biaya sortasi Rp.60,50/kg, bongkar muat Rp.40.00/kg,
pengepakan Rp.145.70/kg, tali Rp 13.60/kg, keranjang Rp.200/kg dan transportasi
Rp.431.40/kg. Total biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang besar yaitu
5.4. Sebaran Harga (Price Spred) dan Bagian Harga yang Diterima oleh Lembaga Pemasaran (Share Margin)
Berikut ini dipaparkan mengenai sebaran harga (Price Spread) dan bagian
[image:54.595.113.508.206.420.2]harga yang diterima pada setiap saluran pemasaran salak.
Tabel 19. Sebaran Harga (Price Spread) dan Marjin Pemasaran (Share Margin) pada Saluran Pemasaran I di Daerah Penelitian, Tahun 2008
No Uraian Price Spread
(Rp/kg)
Share Margin
(%)
1 Harga Jual Produsen
- Biaya Produksi
- Biaya Pemasaran
Total
2,675.00
276.86
446.25
723.11
10.34
16.68
27.03
2 Keuntungan Produsen 1,951.89 72.96
3 Marjin Pemasaran - -
4 Harga Beli Konsumen 2,675.00 100.00
Sumber: Lampiran 2 & 6
Tabel 19 dapat diketahui bahwa sebaran harga pada pemasaran salak
terdapat harga jual petani produsen, biaya pemasaran, bagian keuntungan
produsen dan harga beli konsumen.
Harga jual produsen yaitu Rp. 2,675/kg dengan bagian harga jual produsen
yaitu 100%.
Biaya pemasaran produsen adalah Rp.723.11/kg dengan biaya 26.68%.
Bagian keuntungan produsen sebesar 73.03%.Dari tabel 19 diketahui bagian
keuntungan yang diterima produsen lebih besar dari bagian biaya produsen.
Hasil analisis sebaran harga (Price Spread) dan marjin pemasaran (Share
Tabel 20. Sebaran Harga (Price Spread) dan Marjin Pemasaran (Share Margin) pada Saluran II di Daerah Penelitian, Tahun 2008.
No Uraian Price Spread
(Rp/kg)
Share Margin
(%)
1 Harga Jual Produsen
-Biaya Produksi
2,500
276.86
40.00
4.42
2 Keuntungan Produsen 2,223.14 35.57
3 Harga Jual P. Pengecer
Biaya: - Transportasi - Plastik - Sumpit - Sampah 6,250 602.88 72.67 108.57 350.00 70.98 - 9.64 1.16 1.73 5.60 1.13
4 Keuntungan P.Pengecer
Marjin Pemasaran
3,147.12
3,750.00
50.35
60.00
5 Harga Beli Konsumen 6,250.00 100.00
Sumber: Lampiran 2,7,10,12
Dari Tabel 20 diketahui bahwa sebaran harga pada pemasaran salak
terdapat harga jual produsen, biaya pemasaran pedagang pengecer, bagian
keuntungan pedagang pengecer dan harga beli konsumen.
Harga jual produsen ke pedagang pengecer yaitu RP.2,500/kg, bagian
harga jual diterima produsen sebesar 40%
Biaya pemasaran pedagang pengecer dalam pemasaran salak di daerah
penelitian sebesar Rp.602.88/kg dari keseluruhan biaya pemsaran yang
dikeluarkan oleh pedangang pengecer dengan biaya sebesar 9.64%. Keuntungan
pedagang pengecer Rp.3,147.12/kg dengan bagian keuntungan yang diterima
pedagang pengacer sebesar 50.35%.
Hasil analisis sebaran harga (Price Spread) dan bagian pemasaran
Tabel 21. Sebaran Harga (Price Spread) dan Marjin Pemasaran (Share Margin) pada Saluran III
No Uraian Price Spread (Rp/kg) Share Margin (%)
1 Harga Jual Produsen
-Biaya Produksi
2,326.67
276.86
58.16
6.92
2 Keuntungan Produsen 2,049.81 51,24
3 Harga Jual P. Besar
Biaya: - Sortasi - Pengepakan - Bgkr.Muat - Tali - Keranjang - Goni - Transprtasi 4,000.00 931.20 60.50 145.70 40.00 13.60 200.00 40.00 431.40 - 23.28 1.51 3.64 1.00 0.34 5.00 1.00 10.78
4 Keuntungan P.Besar
Marjin Pemasaran
1,742.13
1,673.33
18.55
41.83
5 Harga Beli P. Luar
Daerah
4,000.00 100