GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENYORTIR KOPI DI INDUSTRI KOPI BABURRAYYAN
TAKENGON ACEH TENGAH TAHUN 2010
SKRIPSI
OLEH IPAK GAYO
061000089
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENYORTIR KOPI DI INDUSTRI KOPI BABURRAYYAN
TAKENGON
ACEH TENGAH TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
IPAK GAYO NIM. 061000089
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Gambaran Sikap Kerja dan Keluhan Muskuloskeletal pada Penyortir Kopi di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh Tengah Tahun 2010”.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes, selaku ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3. Ibu Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Ibu Arfah Mardiana Lubis, M.Psi, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. 7. Ibu Ir. Indra Cahaya, MSI selaku Dosen Penasihat Akademik.
8. Para Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
9. Bapak Rizwan Husin SE, Ak selaku Ketua di Industri Kopi Baburryyan Takengon serta abang Sahmida Mida yang telah banyak membantu penyelesaian Skripsi.
10. Kepada Ayahanda (Alm. Hattani, BA) dan Ibunda (Alm. Arnila S, BA) Kalian adalah inspirasi terbesar dalam pencapaian tujuan hidupku.
11. Kepada keluarga Abang (Alamanar), Kakak (Amalia), ibu (Thamimah Lubis) dan Mama (Zuraidah Chalid) yang telah memberikan doa, materi, semangat, nasihat, dukungan, dan kasih sayang yang tak terhitung banyaknya.
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Medan, Agustus 2011
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian terhadap Pekerja Penyortir Kopi di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh Tengah Tahun 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sikap kerja dan keluhan muskuloskeletal pada penyortir kopi.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua pekerja penyortir kopi di Industri kopi Baburrayyan yaitu sebanyak 115 orang dan secara keseluruhan dijadikan sebagai sampel (total population). Penelitian ini melakukan pengamatan terhadap sikap kerja penyortir kopi dan keluhan muskuloskeletal
diperoleh dengan mengunakan Nordic Body Map Quesioner.
Hasil penelitian menunjukan sikap kerja penyortir kopi berdiri berdiri antara lain berdiri dengan sikap condong kedepan sebanyak 40% disebabkan penyortir merasakan sakit pada lutut 78 orang dan betis 85 orang, sikap menekuk dengkul sebanyak 20% dikarenakan penyortir merasakan keluhan pada paha sebanyak 24 orang dan betis sebanyak 85 orang, sikap kaki berdiri dengan kaki terbuka sebanyak 30% disebabkan rasa lelah pada bagian kaki sebanyak 71 orang, berdiri tegak sebanyak 10% sebanyak 20 orang, Seluruh penyortir bekerja dengan kepala menunduk menyebabkan keluhan pada leher sebanyak 70 orang (80,5%) dan pergerakan tangan yang cepat dalam melakukan proses penyortiran. Pada penyortir kopi duduk sikap kerja duduk pada kursi tanpa sandaran dan bantalan dengan kepala agak menunduk menyebabkan penyortir mengalami rasa sakit pada leher sebanyak 28 orang (100%), sikap tubuh membungkuk dan kaku/tegang sehingga menyebabkan keluhan pada pinggang sebanyak 28 orang (100%) dan punggung sebanyak 65 orang (70%).
Penyortir kopi yang bekerja dengan sikap kerja berdiri mengalami rasa sakit pada leher sebanyak 70 orang (80,5%), lutut (kiri dan kanan) sebanyak 78 orang (89,7%), betis (kiri dan kanan) sebanyak 85 orang (97,7%). Pada penyortir kopi duduk keluhan muskuloskeletal yaitu keluhan pada leher atas sebanyak 28 orang (100%), pinggang sebanyak 28 orang (100%), tangan (kiri dan kanan) sebanyak 28 orang (100%).
Disarankan agar pekerja penyortir kopi berdiri dengan sikap tegak serta melakukan relaksasi pada leher dan tangan serta sesekali mengistirahatkan kaki pada sandaran kaki yang ada pada mesin. Pada penyortir kopi duduk disarankan pada saat istirahat sebaiknya melakukan relaksasi otot pada tangan, leher dan kaki.
ABSTRACT
Has done research in the wokers sorter Coffee Industry Baburrayyan Takengon Central Aceh. The purpose of this research was to determine the description of work attitude and musculoskeletal disorder the coffe sorters.
This study is a descriptive study using cross-sectional approach. Sample is all workers in the coffee industry coffee sorters Baburrayyan as many as 115 people (total population). Observed working attitude and musculoskeletal complaints seen by using the Nordic Body Map quesioner.
The research shows coffee sorters working attitude with the attitude of standing is to stand leaning forward (40%), bending the knee (20%), the attitude of standing with feet apart (30%), standing (10%), sorters working with head bowed and motion hand quickly. Sit coffee sorters working attitude, the average sitting on a stool and cushion with his head slightly bowed, hunched posture and rapid hand movements in the selection of coffee beans.
Coffee sorters who work with the attitude of standing work experience pain in the upper neck (80.5%), left knee and right (89.7%), left calf and right (97.7%). In the coffee sorters sit musculoskeletal complaints are complaints on the upper neck (100%), waist (100%), left hand and right (100%).
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan ... i
Abstrak ... ii
Daftar Riwayat Hidup ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... viii
Daftar Tabel ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum ... 5
1.3.2. Tujuan Khusus ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi... 7
2.1.1 Pengertian Ergonomi... 7
2.1.2 Tujuan dan Ruang Lingkup Ergonomi... 7
2.2 Anthropometri ... 8
2.3 Anatomi Tulang Punggung Manusia ... 9
2.4 Sikap Kerja ... 11
2.4.1 Sikap Kerja Duduk ... 11
2.4.2 Sikap Kerja Berdiri ... 12
2.5 Keluhan Muskuloskeletal ... 13
2.6. Kerangka Konsep ... 16
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 17
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian ... 17
3.2.2 Waktu Penelitian ... 17
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi ... 17
3.3.2 Sampel... 18
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 18
3.4.1 Data Primer ... 18
3.4.2 Data Sekunder ... 18
3.5 Definisi Operasional ... 19
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian... ... 20
4.1.1 Gambaran Geografis... 20
4.1.2 Sejarah Singkat Perusahaan... 20
4.2 Karakteristik Penyortir Kopi ... 21
4.3 Gambaran Proses Kerja Penyortiran Kopi Berdiri dan Duduk ... 25
4.3.1 Gambaran Proses Kerja Penyortiran Kopi Berdiri... 25
4.3.2 Gambaran Proses Kerja Penyortiran Kopi Duduk ... 25
4.4 Hasil Pengamatan Sikap Kerja Berdiri dan Duduk... 26
4.4.1 Hasil Pengamatan Sikap Kerja Berdiri ... 27
4.4.2 Hasil Pengamatan Sikap Kerja Duduk... 28
4.5 Keluhan Muskuloskeletal Dari Sikap Kerja Berdiri dan Duduk.... 29
4.5.1 Keluhan Muskuloskeletal Dari Sikap Kerja Berdiri ... 30
4.5.2 Keluhan Muskuloskeletal Dari Sikap Kerja Duduk... 31
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Sikap Kerja... 33
5.1.1 Sikap Kerja Berdiri ... 33
5.1.2 Sikap Kerja Duduk... 35
5.2 Keluhan Muskuloskeletal Dari Sikap Kerja Berdiri dan Duduk ... 36
5.2.1 Keluhan Muskuloskeletal Dari Sikap Kerja Berdiri ... 36
5.2.2 Keluhan Muskuloskeletal Dari Sikap Kerja Duduk... 37
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 41
6.2 Saran ... 42 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian Lampiran 2 : Karakteristik Responden Lampiran 3 : Out Put Penelitian
Lampiran 4 : Surat Permohonan Izin Penelitian
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Penyortir Kopi Berdiri Berdasarkan Umur di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh Tengah pada tahun 2010
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Penyortir Kopi Berdiri Berdasarkan Jenis Kelamin di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh Tengah pada tahun 2010
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Penyortir Kopi Berdiri Berdasarkan Masa Kerja di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh Tengah pada tahun 2010 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Penyortir Kopi Duduk Berdasarkan Umur di
Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh Tengah pada tahun 2010
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Penyortir Kopi Duduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh Tengah pada tahun 2010
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Penyortir Kopi Duduk Berdasarkan Masa Kerja di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh Tengah pada tahun 2010 Tabel 7. Distribusi Frekuensi Penyortir Kopi Berdiri Berdasarkan Keluhan
Muskuloskeletal yang dialami oleh pekerja di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh Tengah pada tahun 2010
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian terhadap Pekerja Penyortir Kopi di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh Tengah Tahun 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sikap kerja dan keluhan muskuloskeletal pada penyortir kopi.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua pekerja penyortir kopi di Industri kopi Baburrayyan yaitu sebanyak 115 orang dan secara keseluruhan dijadikan sebagai sampel (total population). Penelitian ini melakukan pengamatan terhadap sikap kerja penyortir kopi dan keluhan muskuloskeletal
diperoleh dengan mengunakan Nordic Body Map Quesioner.
Hasil penelitian menunjukan sikap kerja penyortir kopi berdiri berdiri antara lain berdiri dengan sikap condong kedepan sebanyak 40% disebabkan penyortir merasakan sakit pada lutut 78 orang dan betis 85 orang, sikap menekuk dengkul sebanyak 20% dikarenakan penyortir merasakan keluhan pada paha sebanyak 24 orang dan betis sebanyak 85 orang, sikap kaki berdiri dengan kaki terbuka sebanyak 30% disebabkan rasa lelah pada bagian kaki sebanyak 71 orang, berdiri tegak sebanyak 10% sebanyak 20 orang, Seluruh penyortir bekerja dengan kepala menunduk menyebabkan keluhan pada leher sebanyak 70 orang (80,5%) dan pergerakan tangan yang cepat dalam melakukan proses penyortiran. Pada penyortir kopi duduk sikap kerja duduk pada kursi tanpa sandaran dan bantalan dengan kepala agak menunduk menyebabkan penyortir mengalami rasa sakit pada leher sebanyak 28 orang (100%), sikap tubuh membungkuk dan kaku/tegang sehingga menyebabkan keluhan pada pinggang sebanyak 28 orang (100%) dan punggung sebanyak 65 orang (70%).
Penyortir kopi yang bekerja dengan sikap kerja berdiri mengalami rasa sakit pada leher sebanyak 70 orang (80,5%), lutut (kiri dan kanan) sebanyak 78 orang (89,7%), betis (kiri dan kanan) sebanyak 85 orang (97,7%). Pada penyortir kopi duduk keluhan muskuloskeletal yaitu keluhan pada leher atas sebanyak 28 orang (100%), pinggang sebanyak 28 orang (100%), tangan (kiri dan kanan) sebanyak 28 orang (100%).
Disarankan agar pekerja penyortir kopi berdiri dengan sikap tegak serta melakukan relaksasi pada leher dan tangan serta sesekali mengistirahatkan kaki pada sandaran kaki yang ada pada mesin. Pada penyortir kopi duduk disarankan pada saat istirahat sebaiknya melakukan relaksasi otot pada tangan, leher dan kaki.
ABSTRACT
Has done research in the wokers sorter Coffee Industry Baburrayyan Takengon Central Aceh. The purpose of this research was to determine the description of work attitude and musculoskeletal disorder the coffe sorters.
This study is a descriptive study using cross-sectional approach. Sample is all workers in the coffee industry coffee sorters Baburrayyan as many as 115 people (total population). Observed working attitude and musculoskeletal complaints seen by using the Nordic Body Map quesioner.
The research shows coffee sorters working attitude with the attitude of standing is to stand leaning forward (40%), bending the knee (20%), the attitude of standing with feet apart (30%), standing (10%), sorters working with head bowed and motion hand quickly. Sit coffee sorters working attitude, the average sitting on a stool and cushion with his head slightly bowed, hunched posture and rapid hand movements in the selection of coffee beans.
Coffee sorters who work with the attitude of standing work experience pain in the upper neck (80.5%), left knee and right (89.7%), left calf and right (97.7%). In the coffee sorters sit musculoskeletal complaints are complaints on the upper neck (100%), waist (100%), left hand and right (100%).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana pembangunan untuk mencapai kesejahteraan umum dan kualitas kehidupan yang semakin baik. Oleh karena itu, upaya perlindungan tenaga kerja terhadap bahaya yang dapat timbul selama bekerja merupakan kebutuhan yang sangat mendasar. Dengan perlindungan tersebut diharapkan tenaga kerja dapat bekerja dengan aman dan nyaman sehingga semangat kerja dapat meningkat dan pada akhirnya produktivitas kerja juga akan meningkat.
Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh dan ditujukan kepada peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien, efektif dan berjiwa wirausaha, sehingga mampu mengisi, menciptakan dan memperluas lapangan kerja serta kesempatan berusaha. Dalam pembangunan ketenagakerjaan, perlu dibina dan dikembangkan perbaikan syarat-syarat kerja serta perlindungan tenaga kerja dalam sistem hubungan industrial Pancasila menuju kepada peningkatan kesejahteraan tenaga kerja (Depkes, 2004).
yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Hak atas jaminan keselamatan ini membutuhkan prasyarat adanya lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi tenaga kerja dan masyarakat sekitarnya. Seorang tenaga kerja mampu produktif, efisien dan efektif dalam bekerja bila pekerja tersebut dapat serasi dengan lingkungan kerjanya. Hal ini juga dinyatakan dalam Undang – Undang Keselamatan Kerja Nomor 1 Tahun 1970 pasal 3 point “m” yang menyatakan keserasian antara tenaga kerja, alat, lingkungan, cara dan proses kerja. Setiap desain suatu peralatan atau produk dimana manusia harus ada di sana sebagai operator maupun pemakai produk tersebut, maka faktor kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia harus ditempatkan sebagai fokus utama. Desain tempat kerja, alat kerja, proses kerja selalu harus mempertimbangkan kemampuan, kebolehan, batasan, kemauan serta sifat-sifat manusia. Dengan harapan kemampuan dan kebolehan manusia seperti kemampuan berkembang, belajar, berpikir, berkreasi maupun beradaptasi dipacu agar lebih baik, sedangkan keterbatasanya seperti batasan fisik, metal, rasa lelah, rasa bosan, cepat lupa, kurang konsentrasi dan sebagainya dapat diminimalkan. Oleh karena itu, setiap desain haruslah menutupi kelemahan dan keterbatasan manusia sebagai operatornya agar dapat tercapai hasil yang maksimal. Dalam hal ini semua peralatan kerja, tempat kerja maupun lingkungan kerja harus disesuaikan dengan manusianya bukan sebaliknya (Tarwaka, 2004).
merupakan penyebab dampak negatif yang dapat timbul bagi manusia, antara lain yaitu nyeri, kelelahan, bahkan kecelakaan. Dampak negatif tersebut akan terjadi baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang (Santoso, 2004).
Posisi duduk pada otot rangka (muskuloskeletal ) dan tulang belakang terutama pada pinggang harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari rasa nyeri dan cepat lelah. Pada posisi duduk, tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring, jika posisi duduk tidak benar (Nurmianto, 2008).
Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri ataupun berbaring. Jika diasumsikan, tekanan tersebut sekitar 100%, cara duduk yang tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut mencapai 140% dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk ke depan menyebabkan tekanan tersebut sampai 190%. Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau saraf belakang daripada sikap duduk yang condong kedepan (Nurmianto, 2008).
Sikap berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Pada dasarnya berdiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-15% dibandingkan dengan duduk (Tarwaka, 2004).
Industri Kopi Baburrayyan Takengon didirikan pada tanggal 21 Oktober 2002 di Takengon, Aceh Tengah. Standart Operational Prosedur Koperasi Baburrayyan dimulai dari pemeliharaan kebun kopi dengan melakukan pemangkasan dan mengganti tanaman kopi yang rusak, kemudian pemetikan kopi yang sudah berwarna merah lalu dilakukan Pulper, Permentasi dan Pencucian dengan cara pemisahan buah kopi yang hijau dan busuk serta pemisahan sampah yang ada, permentasi dilakukan dalam karung selama 12 jam dan setelah itu kopi gabah siap dicuci dan dilakukan penjemuran di lantai atau di atas tikar samapi kering, setelah penjemuran kopi dilakukan sortasi kopi dengan cara manual dan convenyor, proses penyortiran kopi secara manual yaitu dengan membagikan kopi kepada karyawan masing-masing 50kg lalu dipilih biji kopi yang kualitas eksport dan local, sedangkan penyortiran dengan
convenyor pekerja berdiri menghadap mesin dan memilih kopi yang berjalan diatas mesin dengan kualitas eksport dan local. Proses terakhir adalah penyimpanan kopi dan siap dipasarkan.
Berdasarkan survei pendahuluan dan wawancara singkat dengan 70 pekeja serta pengamatan yang dilakukan pada pekerja penyortir kopi sebanyak 115 orang didapatkan informasi bahwa lama kerja dalam sehari yaitu delapan jam dan satu jam istirahat. Pekerjaan yang dilakukan penyortir kopi adalah memilih biji kopi yang layak untuk di eksport dan import dengan sikap kerja duduk dan berdiri. Penyortir kopi dengan sikap kerja duduk menggunakan meja dan kursi yang tidak mempunyai sandaran. Penyortir kopi dengan sikap kerja berdiri yaitu dengan berdiri tegak di depan mesin convenyor dan menyortir biji kopi yang layak buat di eksport dan
terjadi selama bekerja baik pekerja dengan sikap kerja dan berdiri yaitu berupa keluhan di daerah leher, pergelangan tangan, punggung, pinggang, bokong, kaki, betis dan telapak kaki. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terlihat bahwa sikap kerja duduk yang menggunakan kursi dan meja cenderung membungkuk sedangkan pekerja berdiri di depan convenyor cenderung tidak berdiri tegak. Sikap kerja yang tidak alamiah ini jika terjadi dalam kurun waktu lama maka akan terjadi akumulasi keluhan yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya cedera otot (Suma’mur, 1996).
Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik melakukan penelitian mengenai gambaran sikap kerja dan keluhan muskuloskeletal pada penyortir kopi di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Tahun 2010.
1.2. Perumusan Masalah
Bagaimana gambaran sikap kerja dan keluhan muskuloskeletal pada penyortir kopi di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh Tengah Tahun 2010.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran sikap kerja berdiri dan keluhan muskuloskeletal pada penyortir kopi di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh Tengah Tahun 2010.
2. Untuk mengetahui gambaran sikap kerja duduk dan keluhan muskuloskeletal pada penyortir kopi di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh Tengah Tahun 2010
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi pengusaha untuk memperhatikan kesehatan penyortir kopi.
2. Sebagai bahan masukan agar pekerja dapat melakukan pekerjaannya tanpa menimbulkan resiko bagi kesehatannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi
2.1.1. Pengertian Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka, 2004).
2.1.2. Tujuan dan Ruang Lingkup Ergonomi
Secara umun tujuan dari penerapan Ergonomi adalah:
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak social, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif. 3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis,
2.2. Anthropometri
Istilah anthropometri berasal dari kata anthro yang berarti manusia dan metri
yang berarti ukuran. Anthropometri dapat didefinisikan sebagai satu studi yang berkaitan dengan ukuran dimensi tubuh manusia. Data anthropometri sangat penting dalam menentukan alat dan cara mengoperasikannya. Kesesuaian hubungan antara anthropometri pekerja dengan alat yang digunakan sangat berpengaruh pada sikap kerja, tingkat kelelahan, kemampuan kerja dan produktivitas kerja. Anthropometri juga dapat ditentukan dalam seleksi penerimaan tenaga kerja, misalnya orang gemuk tidak cocok ditempat pekerjaan yang bersuhu tinggi, pekerjaan yang memerlukan kelincahan, dll. Data anthropometri dapat digunakan untuk mendesai pakaian, tempat kerja, lingkungan kerja, mesin, alat kerja dan sarana kerja serta produk-produk untuk konsumer (Nurmianto, 2008).
Pengukuran anthopometri dibagi atas dua bagian yaitu : 1. Anthropometri statis
Dimana pengukuran dilakukan pada tubuh manusia yang berada dalam posisi diam yang dilakukan dalam posisi berdiri dan posisi duduk. Dimensi yang diukur diambil secara linier (lurus) dan lakukan pada permukaan tubuh.
2. Anthropometri dinamis
Pengukuran dilakukan pada tubuh manusia yang sedang bergerak dalam berbagai posisi tubuh sehingga lebih kompleks dan sulit untuk diukur.
Adapun faktor-faktor yang turut mempengaruhi dimensi tubuh manusia yang menyebabkan timbulnya perbedaan antar populasi yaitu :
1. Jenis kelamin 2. Usia
3. Jenis Pekerjaan
4. Faktor kehamilan pada wanita.
2.3. Anatomi Tulang Punggung Manusia
Gambar 1. Tulang Punggung (Admin, 2005)
alamiah, yang menyerupai huruf “S”. lengkung paling atas disebut juga segmen cervical (leher), kemudian diikuti segmen thorax (punggung tengah) dan yang terbawah yaitu lumbal atau punggung bawah (Admin, 2005).
Tulang punggung cervical memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina
atau procesus spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek, kecuali tulang ke-2 dan 7 yang procecus spinosusnya pendek. Diberi nomor sesuai dengan urutannya dari C1-C7 (cervical), namun beberapa memiliki sebutan khusus seperti C1 atau atlas, C2 atau aksis. Lengkung lumbal bertugas untuk menopang berat seluruh tubuh dan pergerakan. Bagian ini (L1-L5) merupakan bagian paling tegap kontruksinya dan menanggung beban terberat dari yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil. Postur tubuh yang baik akan melindungi kita dari cedera sewaktu melakukan gerakan karena beban disebarkan merata ke seluruh bagian tulang belakang. Postur tubuh yang baik akan diperoleh jika telinga, bahu dan pinggul berada dalam satu garis lurus ke bawah (Admin,2005).
Otot punggung ditunjang oleh punggung, perut, pinggang dan tungkai yang kuat dan fleksibel. Semua otot ini berfungsi untuk menahan agar tulang belakang dan
diskus tetap dalam posisi normal. Kelemahan pada salah satu otot akan menambah ketegangan pada otot lain dan akhirnya menimbulkan masalah punggung.
untuk rasa nyeri. Juga terdapat cairan yang mengalir kedalam dan keluar diskus.
Cairan ini berfungsi sebagai pelumas sehingga memungkinkan punggung bergerak bebas. Diskus yang sehat bersifat elastis, mudah kembali ke bentuk semula jika tertekan diantara kedua vertebrae (Admin, 2005).
2.4. Sikap Kerja
2.4.1. Sikap Kerja Duduk
Posisi tubuh dalam kerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang berbeda-beda terhadap tubuh. Masing-masing posisi kerja mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tubuh (Tarwaka, 2004).
Gambar 2. Sikap Duduk
Posisi duduk pada otot rangka (muskuloskletal ) dan tulang belakang terutama pada pinggang harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari rasa nyeri dan cepat lelah. Pada posisi duduk, tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring, jika posisi duduk tidak benar (Nurmianto, 2008). 2.4.2. Sikap Kerja berdiri
Sikap berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Pada dasarnya berdiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-15% dibandingkan dengan duduk (Tarwaka, 2004).
2.5. Keluhan Muskuloskeletal
2.5.1. Definisi Keluhan Muskuloskeletal
Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan ini biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders atau cedera pada sistem musculoskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua (Tarwaka, 2004), yaitu :
1. Keluhan sementara (reversible)
Keluhan sementara yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan.
2. Keluhan menetap (persistent)
2.5.2. Penyebab Keluhan Muskuloskeletal
Menurut Peter Vi (2000) yang dikutip oleh Rizki (2007) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal, yaitu :
1. Peregangan Otot yang Berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeleletal.
2. Aktivitas Berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus - menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat – angkut dan lain – lain. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus – menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
3. Sikap Kerja Tidak Alamiah
karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.
4 Faktor penyebab sekunder terjadinya keluhan muskuloskeletal, yaitu : 1. Tekanan
Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.
2. Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancer, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.
3. Mikroklimat
4. Penyebab kombinasi.
Selain faktor – faktor yang telah disebutkan di atas, beberapa ahli menjelaskan bahwa faktor individu seperti umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, kekuatan fisik dan ukuran tubuh juga dapat menjadi penyebab terjadinya keluhan otot skeletal.
2.6. Kerangka Konsep
Pekerja Penyortir Kopi
Gambar 3. Kerangka Konsep Sikap Duduk
Sikap Kerja Keluhan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif (Soekidjo, 2005) untuk mengetahui gambaran sikap kerja dan keluhan muskuloskeletal pada penyortir kopi di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh Tengah Tahun 2010.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh Tengah 2010.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari-Juli 2011.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja dibagian penyortiran kopi di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh Tengah sebanyak 115 orang. Terdiri dari pekerja dengan sikap kerja berdiri sebanyak 87 orang dan pekerja dengan sikap kerja duduk sebanyak 28 orang.
3.3.2. Sampel
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
1. Sikap Kerja
Data dikumpulkan dengan menggunakan media foto yang diperoleh dari dokumentasi perusahaan dan observasi untuk melihat sikap kerja duduk dan berdiri pada penyortir kopi.
2. Keluhan Muskuloskeletal
Melakukan wawancara langsung dan pemetaan keluhan muskuloskeletal dengan menggunakan Nordic Body Map Quesioner.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan data Industri Kopi Baburrayyan.
3.5. Definisi Operasional
1. Pekerja penyortir kopi adalah seluruh pekerja penyortir kopi di industri kopi Baburrayyan.
2. Sikap Kerja adalah posisi tubuh penyortir kopi pada saat melakukan pekerjaan. 3. Sikap kerja duduk yaitu posisi duduk dengan menggunakan kursi yang tidak
memiliki sandaran dan tidak memiliki tempat sandaran kaki serta cenderung membungkuk.
4. Sikap kerja berdiri yaitu posisi tubuh cenderung tidak berdiri tegak di depan
5. Keluhan Muskuloskeletal adalah keluhan sakit terhadap otot-otot tubuh yang dialami penyortir kopi pada saat bekerja.
3.6. Teknik Analisa Data
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian
4.1.1. Gambaran Geografis
Industri Kopi Baburrayyan terletak di jalan inen mayak teri lorong 1 nomor 115 Tetanyung Takengon Aceh Tengah. Industri Kopi Baburrayyan memiliki luas wilayah 2.643 ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara Kecamatan Bebesen 2. Sebelah Selatan Kecamatan Pegasing 3. Sebelah Timur Kecamatan Ujung Gergong 4. Sebalah Barat Kecamatan Batu Kol
4.1.2. Sejarah Singkat Perusahaan
Industri Kopi Baburrayyan telah memperoleh sertificate produc yang diperoleh dari lembaga Internasional antara lain:
1. Organic Sertificate (EU) untuk Eropa, diperoleh pada tanggal 24 November 2005.
2. Organic Sertificate (USDA/NOP) untuk USA, diperoleh pada tanggal 01 Desember 2006.
3. Organic Sertificate (JAS) untuk Jepang, diperoleh tanggal 06 Juli 2007. 4. Café Practice untuk Starbuck, diperoleh tanggal 01 Desember 2006. 5. FLO cert untuk Jerman, diperoleh pada tanggal 06 Juli 2007.
4.2. Karakteristik Penyortir Kopi Berdiri dan Duduk 4.2.1. Karakteristik Penyortir Kopi Berdiri
4.2.1.1. Umur
[image:34.612.113.495.539.639.2]Distribusi umur penyortir kopi dengan sikap kerja berdiri di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh Tengah pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Penyortir Kopi Berdasarkan Umur di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh pada tahun 2010
No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persen (%)
1 ≤25 56 64,4
2 26-31 17 19,5
3 32-38 10 11,5
4 >39 4 4,6
Pembagian kelompok umur didasarkan atas nilai median umur responden yaitu ≤25 tahun untuk mencegah timbulnya frekuensi nol pada kelompok tertentu yang menyebabkan ketidakseimbangan proporsi umur.
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa frekuensi umur responden ≤25 tahun sebanyak 56 orang (64,4 %).
4.2.1.2 Jenis Kelamin
Distribusi jenis kelamin penyortir kopi dengan sikap kerja berdiri di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh Tengah pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Penyortir Kopi Berdasarkan Jenis Kelamin di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh pada tahun 2010
No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persen (%)
1 Laki-laki 15 17,2
2 Perempuan 72 82,8
Jumlah 87 100
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar berada pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 72 orang ( 82,8%).
4.2.1.3 Masa Kerja
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Penyortir Kopi Berdasarkan Masa Kerja di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh pada tahun 2010
No Masa Kerja
(Tahun)
Jumlah (Orang) Persen (%)
1 ≤3 44 50,6
2 >3 43 49,4
Jumlah 87 100
Pembagian masa kerja didasarkan atas nilai median masa kerja responden yaitu ≤3 tahun untuk mencegah timbulnya frekuensi nol pada kelompok tertentu yang menyebabkan ketidakseimbangan proporsi umur.
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa frekuensi umur responden >3 tahun sebanyak 44 orang (50,6 %).
4.2.2. Karakteristik Penyortir Kopi Duduk 4.2.2.1. Umur
Distribusi umur penyortir kopi dengan sikap kerja bduduk di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh Tengah pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Penyortir Kopi Berdasarkan Umur di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh pada tahun 2010
No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persen (%)
1 ≤25 15 53,6
2 26-31 8 28,6
3 32-38 5 17,9
Pembagian kelompok umur didasarkan atas nilai median umur responden yaitu ≤25 tahun untuk mencegah timbulnya frekuensi nol pada kelompok tertentu yang menyebabkan ketidakseimbangan proporsi umur.
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa frekuensi umur responden ≤25 tahun sebanyak 15 orang (53,6 %).
4.2.2.2 Jenis Kelamin
[image:37.612.113.507.374.431.2]Distribusi jenis kelamin penyortir kopi dengan sikap kerja duduk di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh Tengah pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Penyortir Kopi Berdasarkan Jenis Kelamin di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh pada tahun 2010
No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persen (%)
1 Perempuan 28 100
Jumlah 28 100
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar berada pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 28 orang ( 100%).
4.2.2.3 Masa Kerja
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Penyortir Kopi Berdasarkan Masa Kerja di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh pada tahun 2010
No Masa Kerja
(Tahun)
Jumlah (Orang) Persen (%)
1 ≤3 11 39,3
2 >3 17 60,7
Jumlah 87 100
Pembagian masa kerja didasarkan atas nilai median masa kerja responden yaitu ≤3 tahun untuk mencegah timbulnya frekuensi nol pada kelompok tertentu yang menyebabkan ketidakseimbangan proporsi umur.
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa frekuensi umur responden >3 tahun sebanyak 17 orang (60,7 %).
4.3. Gambaran Proses Kerja Penyortiran Kopi Berdiri dan Duduk 4.3.1. Penyortiran Kopi Dengan Sikap Kerja Berdiri
Pekerja penyortir kopi memulai kerja dari pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB, dengan jumlah pekerja sebanyak 87 orang. Proses penyortiran kopi dimulai dari kopi dimasukkan ke dalam mesin catador dimana caran kerjanya untuk membuang batu dan ranting serta kulit ari yang tersisa, setelah pada proses catador
kemudian masuk ke proses grader yang fungsinya memisahkan kopi ringan, kopi hancur, sampah serta kulit yang msh menempel dibiji kopi, setelah keluar dari proses
masih ada batu, ranting atau kulit serta kopi hancur yang terikut dalam biji kopi yang siap untuk di eksport dan import kemudian dilakukan penimbangan dan biji kopi dimasukan kedalam goni dan disimpan digudang.
4.3.2. Penyortiran Kopi Dengan Sikap Kerja Duduk
Proses penyortiran dimulai pukul 07.00 WIB dan berakhir pukul 16.00 WIB. Proses penyortiran kopi dengan sikap kerja duduk berjumlah 28 orang dan keseluruhannya adalah perempuan. Pada sortasi manual ini karyawan sortasi masing-masing dibagikan kopi sebanyak 50kg, pada saat penyortiran pekerja harus memisahkan kopi yang kualitas eksport dan kualitas lokal. Pekerja juga harus teliti dalam melihat apakah ada sampah, batu, ranting dan kulit kopi yang masih ada dalam karung penyimpanan kopi. Setelah selesai pekerjaan sortasi maka kopi yang kualitas
eksport ditimbang dan selanjutnya kopi dimasukkan ke dalam bak blending yang tujuannya untuk mensamarkan biji standart eksport, setelah blending kemudian masukan kedalam karung goni eksport 60kg yang sudah dilabel dan disimpan digudang.
4.4. Hasil Pengamatan Sikap Kerja Berdiri dan Duduk 4.4.1. Hasil Pengamatan Sikap Kerja Berdiri
Gambar 4. Penyortiran Kopi Berdiri
tidak sesuai dengan pemakaian merupakan merupakan masalah yang besar pada perusahaan-perusahaan.
4.4.2. Hasil Pengamatan Sikap Kerja Duduk
[image:41.612.114.528.250.421.2]Proses penyortir duduk secara manual memilih biji kopi yang tidak layak diproduksi seperti sampah yang terikut kedalam goni penyimpanan. Proses penyortiran kopi duduk sama dengan proses penyortiran kopi berdiri.
Gambar 5. Penyortir Kopi Duduk
bangku sehingga sikap duduk seperti ini menciptakan sikap duduk yang tidak alamiah yaitu sikap duduk membungkuk dan kaku/tegang. Bangku dan meja yang digunakan juga tidak memiliki tempat untuk meletakkan kaki.
4.5. Keluhan Muskuloskeletal ditinjau dari Sikap Kerja Berdiri dan Duduk Untuk mengetahui keluhan muskuloskeletal menggunakan Nordic body map
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Penyortir Kopi Berdiri Berdasarkan Keluhan Muskuloskeletal yang dialami oleh pekerja di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh Tengah pada tahun 2010
Ya Tidak
No Jenis Keluhan
n % n %
Total %
0 Leher Atas 70 80,5 17 19,5 87 100
1 Leher Bawah 33 37,9 54 62,1 87 100
2 Bahu Kiri 64 73,6 23 26,4 87 100
3 Bahu Kanan 64 73,6 23 26,4 87 100
4 Lengan Atas Kiri 69 79,3 18 20,7 87 100
5 Punggung 65 74,7 22 25,3 87 100
6 Lengan Atas Kanan 69 79,3 18 20,7 87 100
7 Pinggang 77 88,5 10 11,5 87 100
8 Bawah Pinggang 0 0 87 100 87 100
9 Pantat 0 0 87 100 87 100
10 Siku Kiri 43 49,4 44 50,6 87 100
11 Siku Kanan 43 49,4 44 50,6 87 100
12 Lengan Bawah Kiri 42 48,3 45 51,7 87 100
13 Lengan Bawah
Kanan
42 48,3 45 51,7 87 100
14 Pergelangan Tangan Kiri
51 58,6 36 41,4 87 100
15 Pergelangan Tangan Kanan
51 58,6 36 41,4 87 100
16 Tangan Kiri 74 85,1 13 14,9 87 100
17 Tangan Kanan 74 85,1 13 14,9 87 100
18 Paha Kiri 24 27,6 63 72,4 87 100
19 Paha Kanan 24 27,6 63 72,4 87 100
20 Lutut Kiri 78 89,7 87 100 87 100
21 Lutut Kanan 78 89,7 87 100 87 100
22 Betis Kiri 85 97,7 2 2,3 87 100
23 Betis Kanan 85 97,7 2 2,3 87 100
24 Pergelangan Kaki Kiri
71 81,6 16 18,4 87 100
25 Pergelangan Kaki Kanan
71 81,6 16 18,4 87 100
27 Telapak Kaki Kanan
[image:44.612.110.580.171.705.2]38 43,7 49 56,3 87 100
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Penyortir Kopi Duduk Berdasarkan Keluhan Muskuloskeletal yang dialami oleh pekerja di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh Tengah pada tahun 2010
Ya Tidak
No Jenis Keluhan
n % n %
Total %
0 Leher Atas 28 100 0 0 28 100
1 Leher Bawah 6 21,4 22 78,6 28 100
2 Bahu Kiri 22 78,6 6 21,4 28 100
3 Bahu Kanan 22 78,6 6 21,4 28 100
4 Lengan Atas Kiri 23 82,1 5 17,9 28 100
5 Punggung 24 85,7 4 14,3 28 100
6 Lengan Atas Kanan 23 82,1 5 17,9 28 100
7 Pinggang 28 100 0 0 28 100
8 Bawah Pinggang 0 0 100 100 28 100
9 Pantat 28 100 0 0 28 100
10 Siku Kiri 19 67,9 9 32,1 28 100
11 Siku Kanan 19 67,9 9 32,1 28 100
12 Lengan Bawah Kiri 20 71,4 8 28,6 28 100
13 Lengan Bawah
Kanan
20 71,4 8 28,6 28 100
14 Pergelangan Tangan Kiri
18 64,3 10 35,7 28 100
15 Pergelangan Tangan Kanan
18 64,3 10 35,7 28 100
16 Tangan Kiri 28 100 0 0 28 100
17 Tangan Kanan 28 100 0 0 28 100
18 Paha Kiri 20 71,4 8 28,6 28 100
19 Paha Kanan 20 71,4 8 28,6 28 100
20 Lutut Kiri 20 71,4 8 28,6 28 100
21 Lutut Kanan 20 71,4 8 28,6 28 100
22 Betis Kiri 22 78,6 6 21,4 28 100
23 Betis Kanan 22 78,6 6 21,4 28 100
24 Pergelangan Kaki Kiri
11 39,3 17 60,7 28 100
Kanan
26 Telapak Kaki Kiri 21 75 7 25 28 100
27 Telapak Kaki
Kanan
21 75 7 25 28 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pekerja penyortir kopi berdiri mengalami keluhan muskuloskeletal yaitu keluhan pada leher atas sebanyak 70 orang (80,5%), pinggang sebanyak 77 orang (88,5%), tangan (kiri dan kanan) sebanyak 74 orang (85,1%), lutut (kiri dan kanan) sebanyak 78 orang (89,7%), betis (kiri dan kanan) sebanyak 85 orang (97,7%).
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Sikap Kerja
5.1.1. Sikap Kerja Berdiri
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal yaitu aktivitas berulang. Keluhan terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi. Tangan pekerja dipaksa untuk bekerja dengan melakukan pekerjaan yang sama dalam waktu yang lama tanpa ada relaksasi. Sebaiknya relaksasi pada tangan dilakukan dengan meluruskan tangan ke bawah atau ke depan atau dengan menggerakkan tangan secara perlahan ke depan dan ke belakang. Pada kaki juga demikian, karena harus menopang tubuh dalam jangka waktu yang lama, kaki mengalami pembebanan secara statis sehingga mengakibatkan otot-otot kaki berkontraksi secara terus menerus. Hal ini mengakibatkan kaki terasa pegal dan lelah (Peter, 2005).
Dari hasil observasi yang dilakukan, Proses penyortiran merupakan kegiatan memilih biji kopi yang rusak, batu, ranting dan sampah yang terikut dalam goni penyimpanan kopi. Dalam proses pemilihan biji kopi dimana kerja dilakukan dengan menggunakan tangan dan mata yang membutuhkan ketrampilan khusus. Jadi termasuk sikap kerja statis dan berulang-ulang.
detik mengurangi rasa pegal pada bagian kaki. Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki dan hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan keluhan subjektif dan juga kelelahan bila sikap kerja ini tidak dilakukan bergantian dengan sikap kerja duduk (Rizki, 2007)
Pada penyortiran kopi sikap kerja penyortir mengharuskan mereka menunduk sehingga keadaan menunduk dalam waktu yang lama dapat menyebabkan pekerja mengalami keluhan kaku/tegang pada leher atas dan leher bawah serta jangkauan tangan mereka untuk menyortir menyebabkan terangkatnya bagian bahu.
Berdasarkan penelitian (Sinurat, 2011), untuk menghindari keluhan yang dirasakan pada tangan dan leher, pekerja sebaiknya melakukan relaksasi setelah 30 menit bekerja. Relaksasi yang dapat dilakukan misalnya pada tangan, seperti yang sudah disebut di atas, dapat dilakukan dengan meluruskan tangan ke depan atau ke bawah atau dengan menggerak-gerakkan tangan selama 5 menit sehingga otot tangan tidak berkontraksi terus menerus. Sedangkan pada leher, relaksasi yang dapat dilakukan seperti mengerakkan leher dari bawah ke atas secara pelahan-lahan atau dengan menggerakkan leher ke bawah, ke atas, dan ke samping secara bergantian.
5.1.2. Sikap Kerja Duduk
Sikap berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Pada dasarnya berdiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-15% dibandingkan dengan duduk (Tarwaka, 2004).
Sikap kerja penyortir kopi adalah duduk di kursi menghadap meja kerja, dimana kerja dilakukan dengan menggunakan tangan dan mata yang membutuhkan ketrampilan khusus. Semua aktifitas kerja otot ini dilakukan oleh sekelompok otot-otot secara simultan yang dikoordinasikan oleh saraf baik saraf pusat maupun perifer secara efisien dan menimbulkan keterampilan tertentu. Bangku yang digunakan penyortir kopi tidak mengunakan sandaran dan bantalan bangku, sehingga sikap duduk seperti ini menciptakan sikap duduk yang tidak alamiah, yaitu sikap duduk membungkuk dan kaku/tegang.
Posisi duduk pada otot rangka dan tulang belakang terutama pada pinggang harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri (back pain) dan terhindar cepat lelah. Sikap duduk yang paling baik yang tidak terpengaruh buruk terhadap sikap badan dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa
pada pinggang dan sedikit mungkin kifosa pada punggung. Sikap demikian dapat dicapai dengan kursi dan sandaran punggung yang tepat (Suma’mur, 1989).
berulang-menyebabkan otot-otot pinggang menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya (Harrianto, 2008).
Untuk menghindari keluhan sakit sebaiknya pekerja melakukan relaksasi meluruskan punggung sekitar 5-10 menit setelah membungkuk dan relaksasi pada tangan dapat dilakukan dengan meluruskan tangan kedepan ataupun kebawah.
5.2. Keluhan Muskuloskeletal Berdasarkan Sikap Kerja Berdiri dan Duduk 5.2.1. Keluhan Muskuloskeletal Ditinjau dari Sikap Kerja Berdiri
Menurut Suma’mur (1996), Berdiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan lebih banyak 10-15 % daripada duduk. Bekerja dengan posisi berdiri menggunakan lebih banyak energi dibandingkan dengan posisi duduk, sehingga banyak pembebanan otot statis pada daerah kaki. Hal ini disebabkan sikap kerja berdiri dalam waktu lama akan membuat pekerja selalu berusaha menyeimbangkan posisi tubuhnya sehingga mengakibatkan terjadinya beban kerja statis pada otot-otot punggung dan kaki.
Berdasarkan hasil Nordic body map di atas dapat diketahui bahwa pekerja penyortir kopi mengalami keluhan muskuloskeletal ditinjau dari sikap kerja berdiri yaitu keluhan pada leher atas sebanyak 70 orang (80,5%), pinggang sebanyak 77 orang (88,5%), tangan (kiri dan kanan) sebanyak 74 orang (85,1%), lutut (kiri dan kanan) sebanyak 78 orang (89,7%), betis (kiri dan kanan) sebanyak 85 orang (97,7%).
sebab itu, otot-otot pada daerah leher bekerja secara statis dimana pembuluh-pembuluh darah dapat tertekan sehingga aliran darah dalam otot menjadi berkurang yang berakibat berkurangnya glukosa dan oksigen dari darah dan harus menggunakan cadangan yang ada. Abduksi dan forward flexion (kepala turun maju ke depan) lebih dari 300 dapat mengakibatkan faktor risiko oleh karena adanya penekanan pada otot sehinggamenyebabkan bahu dan leher menjadi tidaknyaman (Nurmianto, 2008).
Keluhan pada tangan disebabkan karena pemilihan biji kopi yang layak produksi menggunakan tangan dalam waktu yang lama. Tangan mengalami pembebanan sacara statis dalam waktu yang lama dan terus menerus tanpa ada kesempatan untuk istirahat dikarenakan mesin kopi terus berjalan. Oleh sebab itu, pada bagian tangan sering terasa sakit.
Keluhan pada lutut, betis lebih disebabkan karena sikap kerja berdiri menyebabkan kaki sebagai penopang tubuh agar tidak jatuh. Bekerja dengan posisi berdiri dalam waktu yang lama adalah suatu penyebab umun ketidaknyamanan kerja, hal ini disebabkan karena otot betis dan paha berkontraksi agar tubuh tetap bertahan pada posisi tegak (Saputra, 2000).
5.2.2. Keluhan Muskuloskeletal Berdasarkan Sikap Kerja Duduk
Posisi tubuh dalam kerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang berbeda-beda terhadap tubuh. Masing-masing posisi kerja mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tubuh (Tarwaka, 2004).
menyebabkan tekanan tersebut mencapai 140% dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk ke depan menyebabkan tekanan tersebut sampai 190%. Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau saraf belakang daripada sikap duduk yang condong kedepan (Nurmianto, 2008).
Berdasarkan hasil Nordic body map di atas dapat diketahui bahwa pekerja penyortir kopi mengalami keluhan muskuloskeletal ditinjau dari sikap kerja duduk yaitu keluhan pada leher atas sebanyak 28 orang (100%), pinggang sebanyak 28 orang (100%), pantat sebanyak 28 orang (100%), bahu (kiri dan kanan) sebanyak 22 orang (78,6%), tangan (kiri dan kanan) sebanyak 28 orang (100%), betis (kiri dan kanan) sebanyak 22 orang (78,6%).
Penyortir kopi mengalami keluhan pada leher disebabkan posisi bekerja mereka menunduk dalam waktu yang cukup lama dan monoton sehingga menyebabkan pekerja sering mengalami keluhan pada leher sebanyak 28 orang (100%). Penyortir kopi juga mengalami keluhan pada bahu lebih disebabkan karna meja terlalu kebawah sehingga posisi bahu harus turun itu terlihat dari keluhan rasa sakit pada bagian bahu (kanan dan kiri) sebanyak 22 orang (78,6%) . penyortir kopi juga mengalami keluhan pada tangan disebabkan penyortiran kopi lebih difokuskan dengan menggunakan tangan dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga pekerja sering mengalami keluhan pada tangan.
Keluhan pada pinggang, pantat dan betis disebabkan karena bangku yang digunakan pekerja tidak memiliki sandaran, bantalan duduk dan tempat kaki. Kursi salah satu komponen penting di tempat kerja. Kursi yang ergonomis akan mampu memberikan sikap duduk dan sirkulasi yang baik dan akan membantu menghindari ketidaknyaman dan keluhan-keluhan. Bagi tenaga kerja, dengan menggunakan kursi kerja yang tidak ergonomis dapat menyebabkan posisi tubuh saat bekerja tidak alamiah dan dapat mengganggu kesehatan akibat beban statis secara terus menerus pada bagian tubuhnya. Oleh karena itu, untuk menilai tepat tidaknya kursi, perlu dipelajari keluhan-keluhan tenaga kerja yang meliputi : keluhan kepala, keluhan leher dan bahu, keluhan pinggang, keluhan bokong, keluhan lengan dan tangan, keluhan lutut dan kaki serta keluhan paha (Suma’mur, 1989).
Sandaran kursi sangat diperlukan agar pekerja pada saat menyortir kopi agar tidak cenderung memiliki sikap duduk yang tegang/kaku dan juga sikap duduk membungkuk (sikap duduk tidak alamiah). Sikap duduk yang seperti itu merupakan penyebab adanya keluhan pada leher, punggung, pinggang dan bokong karena tekanan pada tulang belakang akan meningkat pada saat duduk dibandingkan dengan saat berdiri ataupun berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100%; maka cara duduk yang tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut mencapai 140% dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk ke depan menyebabkan tekanan tersebut sampai 190% (Nurmianto,2004).
BAB VI KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan
1. Sikap kerja penyortir kopi berdiri adalah berdiri agak condong kedepan sebanyak 40%, menyebabkan penyortir kopi merasakan keluhan pada lutut dan betis. Menekuk dengkul sebanyak 20%, penyortir merasakan keluhan pada dengkul dan betis. Memajukan kaki kanan dan memundurkan kaki kiri dan sebaliknya sebanyak 30%, disebabkan rasa lelah pada bagian kaki. Berdiri tegak sebanyak 10%, Seluruh penyortir bekerja dengan kepala menunduk dan pergerakan tangan yang cepat dalam melakukan proses penyortiran.
2. Keluhan muskuloskeletal pada pekerja dengan sikap berdiri yaitu keluhan pada leher atas sebanyak 70 orang (80,5%), pinggang sebanyak 77 orang (88,5%), tangan (kiri dan kanan) sebanyak 74 orang (85,1%), lutut (kiri dan kanan) sebanyak 78 orang (89,7%), betis (kiri dan kanan) sebanyak 85 orang (97,7%).
3. Sikap kerja penyortir kopi duduk yaitu seluruh pekerja duduk di bangku yang tidak memiliki sandaran dan bantalan bangku, kepala agak menunduk menyebabkan penyortir mengalami rasa sakit pada leher sebanyak 100%. Sikap tubuh membungkuk dan pergerakan tangan yang cepat dalam pemilihan biji kopi.
sebanyak 22 orang (78,6%), tangan (kiri dan kanan) sebanyak 28 orang (100%), betis (kiri dan kanan) sebanyak 22 orang (78,6%)
6.2. Saran
1. Penyortir kopi berdiri disarankan untuk melakukan relaksasi tangan dan kaki dengan menggerak-gerakkan tangan dan mengistirahatkan kaki pada sandaran kaki dimeja kerja (mesin sortir).
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2003. Mengatasi Gangguan Punggung, http://www.otkin.nl/info/?p=18. Diakses pada tanggal 25 juni 2010
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ergonomi.
http://www.pdfchaser.com/ERGONOMI-Pusat-Kesehatan-Kerja-Departemen-Kesehatan-RI.html#. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2010 Effendi, S. 1995. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta
Hasyim. 2000. Low Back Pain pada Operator Komputer, Temu Ilmiah Tahunan Fisioterapi TITAFI XV Universitas Indonesia. Jakarta
Idyan, Z. 2000. Hubungan Lama duduk dengan Low Back Pain Mahasiswa Extensi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. http://www.innappni.or.id/index.php?name=News&file=article&sid=130. Diakses pada tanggal 23 juni 2010
Nurmianto, E. 2008. Ergonomi konsep dasar dan aplikasinya, Penerbit Guna Widya, Surabaya
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT.Rineka Cipta. Jakarta Petter. 2005. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keluhan Muskuloskeletal Pada
Perajin Batik Tulis. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Padjajaran.
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=2&ved=0CBwQFjAB& url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F6926%2F1%2F3469.pdf&rct=j &q=keluhan%20muskuloskeletal&ei=DL0mTqy5FsS4rAfezomRCQ&usg= AFQjCNH0PUOBitrr5nPi3IdlHcxzfwhK5g&sig2=HMSqMlCtozwmcgkevc MLWw&cad=rja Diakses pada tanggal 28 Oktober 2010
Susetyo, J. 2010. Prevalensi Keluhan Subyektif atau Keluhan Karena Sikap Kerja Yang Tidak Ergonomis Pada Pengrajin Perak. Skripsi Fakultas
Kedokteran Udayana. http://jurtek.akprina.ac.id/sites/default/files/141_149_joko_s.pdf. diakses
pada tanggal 9 April 2010
Rachmawati, A. 2003. Hubungan Sikap kerja duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Pekerja Rental Komputer di Pabelan Kartasura. Skripsi program studi D IV Fisioterapi fak. Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta. http://etd.eprints.ums.ac.id/3968/1/J110070068.pdf. Diakses pada tanggal 13
juni 2010
Ridwansyah. 2003. Pengolahan Kopi. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. http://www.library.usu.ac.id/tekper.ridwansyah4.pdf. Diakses pada tanggal 01 November 2010
Samara, D., Duduk Lama Dapat sebabkan Nyeri Pinggang Bawah, Republik Kesehatan Kompas, Jumat, 08 Agustus 2003
Santoso, G, 2004. Ergonomi, Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Prestasi Pustaka, Jakarta
Santoso, B. 2006. Pengaruh Sikap Kerja Terhadap Nyeri Punggung Pada Pengrajin Rotan di Desa Trangsan Kabupaten Sukoharjo. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. http://www.fkm.ui.ac.id/index.php?option=com_search&Itemid=28&searchw ord=skripsi+nyeri+punggu&submit=Cari&searchphrase=any&ordering=newe st.pdf. Diakses pada tanggal 30 Juli 2010
Suma’mur. 1996. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. CV. Haji Masagung. Jakarta.
Mindayani, S. 2010. Gambaran Keluhan Muskuloskeletal Pada Perajin Sulaman Tangan di Jorong Subarang Tigo Jorong Nagari Koto Gadang, Sumatera Barat Tahun 2010. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktifitas, UNIBA PRESS, Surakarta
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN Karakteristik Tenaga Kerja
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin : L/P
4. Masa Kerja : tahun
Nordic Body Map Quesioner berikut ini diperhatikan gambaran bagian-bagian tubuh secara kasar. Apa yang anda rasakan ketika bekerja? Berilah tanda (√) pada kolom yang tersedia di bawah ini. Keterangan :
0. Leher atas 1. Leher bawah 2. Bahu kiri 3. Bahu kanan 4. Lengan atas kiri 5. Punggung
6. Lengan atas kanan 7. Pinggang
8. Bawah pinggang 9. Pantat
10. Siku kiri 11. Siku kanan
12. Lengan bawah kiri 13. Lengan bawah kanan 14. Pergelangan tangan kiri 15. Pergelangan tangan kanan 16. Tangan kiri
17. Tangan kanan 18. Paha kiri 19. Paha kanan 20. Lutut kiri 21. Lutut kanan 22. Betis kiri 23. Betis kanan
Lampiran 2. Karakteristik Responden Berdiri dan Duduk 1. Karakteristik Responden Berdiri
Frequencies
Statistics
87 87 87
0 0 0
Valid Missing N
Umur
Jenis
Kelamin Masa Keja
Frequency Table
Umur
56 64,4 64,4 64,4
17 19,5 19,5 83,9
10 11,5 11,5 95,4
4 4,6 4,6 100,0
87 100,0 100,0
<=25 26-31 32-38 >39 Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Jenis Kelamin
15 17,2 17,2 17,2
72 82,8 82,8 100,0
87 100,0 100,0
laki-laki perempuan Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Masa Keja
44 50,6 50,6 50,6
43 49,4 49,4 100,0
87 100,0 100,0
<=3 >3 Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
2. Karakteristik Responden Duduk
Frequencies
Statistics
28 28 28
0 0 0
Valid Missing N
Umur
Jenis
Kelamin Masa Keja
Frequency Table
Umur
15 53,6 53,6 53,6
8 28,6 28,6 82,1
5 17,9 17,9 100,0
28 100,0 100,0
<=25 26-31 32-38 Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Jenis Kelamin
28 100,0 100,0 100,0
perempuan Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Masa Keja
11 39,3 39,3 39,3
17 60,7 60,7 100,0
28 100,0 100,0
<=3 >3 Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Lampiran 3. Frequency Table Keluhan Muskuloskeletal Penyortir Kopi Berdiri Frequency Table
Sakit Pada Leher Atas
70 80,5 80,5 80,5
17 19,5 19,5 100,0
87 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Sakit Pada Leher Bawah
33 37,9 37,9 37,9
54 62,1 62,1 100,0
87 100,0 100,0
ya tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit Pada Bahu Kiri
64 73,6 73,6 73,6
23 26,4 26,4 100,0
87 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit Pada bahu Kanan
64 73,6 73,6 73,6
23 26,4 26,4 100,0
87 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit Lengan Atas Kiri
69 79,3 79,3 79,3
18 20,7 20,7 100,0
87 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Punggung
65 74,7 74,7 74,7
22 25,3 25,3 100,0
87 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit Lengan Atas Kiri
69 79,3 79,3 79,3
18 20,7 20,7 100,0
87 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Pinggang
77 88,5 88,5 88,5
10 11,5 11,5 100,0
87 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Bawah Pinggang
87 100,0 100,0 100,0 tidak
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Pantat
87 100,0 100,0 100,0 tidak
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Sakit pada Siku Kiri
43 49,4 49,4 49,4
44 50,6 50,6 100,0
87 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Siku Kanan
43 49,4 49,4 49,4
44 50,6 50,6 100,0
87 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Lengan Bawah Kiri
42 48,3 48,3 48,3
45 51,7 51,7 100,0
87 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Lengan Bawah Kanan
42 48,3 48,3 48,3
45 51,7 51,7 100,0
87 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Pergelangan Tangan Kiri
51 58,6 58,6 58,6
36 41,4 41,4 100,0
87 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Pergelangan Tangan Kanan
51 58,6 58,6 58,6
36 41,4 41,4 100,0
87 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Tangan Kiri
74 85,1 85,1 85,1
13 14,9 14,9 100,0
87 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Tangan Kanan
74 85,1 85,1 85,1
13 14,9 14,9 100,0
87 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Sakit pada Paha Kiri
24 27,6 27,6 27,6
63 72,4 72,4 100,0
87 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Paha Kanan
24 27,6 27,6 27,6
63 72,4 72,4 100,0
87 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Lutut Kiri
78 89,7 89,7 89,7
9 10,3 10,3 100,0
87 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Lutut Kanan
78 89,7 89,7 89,7
9 10,3 10,3 100,0
87 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Betis Kiri
85 97,7 97,7 97,7
2 2,3 2,3 100,0
87 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Betis Kanan
85 97,7 97,7 97,7
2 2,3 2,3 100,0
87 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Pergelangan Kaki Kiri
71 81,6 81,6 81,6
16 18,4 18,4 100,0
87 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Pergelangan Kaki Kanan
71 81,6 81,6 81,6
16 18,4 18,4 100,0
87 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Sakit pada Telapak Kaki Kiri
38 43,7 43,7 43,7
49 56,3 56,3 100,0
87 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Telapak Kaki Kanan
38 43,7 43,7 43,7
49 56,3 56,3 100,0
87 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Lampiran 3. Frequency Table Keluhan Muskuloskeletal Penyortir Kopi Duduk requency Table
F
Sakit Pada Leher Atas
28 100,0 100,0 100,0
ya Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit Pada Leher Bawah
6 21,4 21,4 21,4
22 78,6 78,6 100,0
28 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit Pada Bahu Kiri
22 78,6 78,6 78,6
6 21,4 21,4 100,0
28 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit Pada bahu Kanan
22 78,6 78,6 78,6
6 21,4 21,4 100,0
28 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit Lengan Atas Kiri
23 82,1 82,1 82,1
5 17,9 17,9 100,0
28 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Sakit pada Punggung
24 85,7 85,7 85,7
4 14,3 14,3 100,0
28 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Lengan Atas Kanan
23 82,1 82,1 82,1
5 17,9 17,9 100,0
28 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Pinggang
28 100,0 100,0 100,0 ya
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Bawah Pinggang
28 100,0 100,0 100,0 tidak
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Pantat
28 100,0 100,0 100,0 ya
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Siku Kiri
19 67,9 67,9 67,9
9 32,1 32,1 100,0
28 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Siku Kanan
19 67,9 67,9 67,9
9 32,1 32,1 100,0
28 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Lengan Bawah Kiri
20 71,4 71,4 71,4
8 28,6 28,6 100,0
28 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Lengan Bawah Kanan
20 71,4 71,4 71,4
8 28,6 28,6 100,0
28 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Sakit pada Pergelangan Tangan Kiri
18 64,3 64,3 64,3
10 35,7 35,7 100,0
28 100,0 100,0
ya tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Pergelangan Tangan Kanan
18 64,3 64,3 64,3
10 35,7 35,7 100,0
28 100,0 100,0 ya
tidak Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit pada Tangan Kiri
28 100,0 100,0 100,0 ya
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Sakit