• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Anggota Kelompok Tani-Ternak terhadap Flu Burung (Avian Influenza) (Kasus Kelompok Tani-Ternak Pandan Wangi Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Anggota Kelompok Tani-Ternak terhadap Flu Burung (Avian Influenza) (Kasus Kelompok Tani-Ternak Pandan Wangi Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI-TERNAK

TERHADAP FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA)

(Kasus Kelompok Tani-Ternak Pandan Wangi Desa Karehkel, Kecamatan

Leuwiliang, Kabupaten Bogor)

SKRIPSI KHAIRUL HANAFIAH

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

KHAIRUL HANAFIAH. D34102040. Persepsi Anggota Kelompok Tani-Ternak Terhadap Flu Burung (Avian influenza) (Kasus Kelompok Tani-Ternak Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Richard W. E. Lumintang, MSEA. Pembimbing Anggota : Ir. Lucia Cyrilla, ENSD, MSi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) persepsi anggota kelompok terhadap flu burung, 2) karakteristik anggota kelompok, dan 3) hubungan antara faktor internal dan eksternal anggota kelompok dengan persepsi terhadap flu burung.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karehkel Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor, dari bulan April sampai Mei 2006. Desain penelitian menggunakan metode penelitian survei. Penarikan sampel menggunakan metode

Proportionate Random Sampling. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Hasil Analisis berdasarkan rataan skor dan uji korelasi rankSpearman disajikan secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi anggota kelompok tani-ternak Pandan Wangi terhadap flu burung adalah masih memerlukan informasi flu burung lebih lengkap, ragu-ragu untuk memelihara dan mengkonsumsi unggas dan melaksanakan manajemen kesehatan ternak dengan lebih baik, dan terus mencari informasi. Terdapat hubungan yang nyata (α 0,05) antara tanggungan keluarga dengan aspek afektif, antara pendapatan usahatani-ternak dengan aspek kognitif dan afektif. Sementara untuk faktor eksternal, ketersediaan sumber informasi flu burung berhubungan nyata negatif (α 0,05) dengan aspek afektif dan frekuensi berkomunikasi berhubungan sangat nyata (α 0,01) dengan aspek kognitif.

(3)

ABSTRACT

The Perception of Farmers Group member to Bird Flu (Avian influenza) (Case in Pandan Wangi Farmers Group, Karehkel Village, Leuwiliang-Bogor)

Hanafiah, K., R. W. E, Lumintang., L, Cyrilla. ENSD

The aims of this research was to know : 1) groups member perception of bird flu, 2) characteristic of groups members, 3) correlation between internal and external factors of groups member with perception, attitude and action of bird flu.

This research was carried out in Bogor residence, especially at Karehkel village, Leuwiliang and surrounded, from April until Mei 2006. This research was designed as a survey research. Sample in this research was taken with proportionate random sampling method. The data that collected was primary and secondary data. The data were analyzed as the descriptive analysis, scoring average and rank Spearman correlation.

The results of this research showed that the perception of Pandan Wangi groups member to bird flu, is still needin more complete Avian influenza information, doubtful to grow and consume birds, and doing better health breeding management and keep on looking for information. There is significant correlation (α 0,05) between family responsibility with affective aspect, income with cognitive and affective aspect. For external factors, bird flu information source readiness has negative significant correlation (α 0,05) with affective aspect and communicating frequency has high significant correlation (α 0,01) with cognitive aspect.

(4)

PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI-TERNAK

TERHADAP FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA)

(Kasus Kelompok Tani-Ternak Pandan Wangi Desa Karehkel, Kecamatan

Leuwiliang, Kabupaten Bogor)

KHAIRUL HANAFIAH D34102040

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI-TERNAK

TERHADAP FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA)

(Kasus Kelompok Tani-Ternak Pandan Wangi Desa Karehkel, Kecamatan

Leuwiliang, Kabupaten Bogor)

Oleh

KHAIRUL HANAFIAH D34102040

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 19 Januari 2007

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Richard W. E. Lumintang, MSEA Ir. Lucia Cyrilla, ENSD. MSi

NIP. 130 367 101 NIP. 131 760 916

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 Maret 1984. Penulis merupakan

anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Endang Ruchyat dan Ibu Ning

Sri.

Penulis memasuki pendidikan taman kanak-kanak pada tahun 1989 di TK

Ratresia Pondok Cina, Depok dan lulus tahun 1990. Tahun 1990 penulis memasuki

pendidikan dasar di SDN Pondok Cina III, Depok dan lulus tahun 1996. Tahun 1996

penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 242 Jakarta dan lulus tahun 1999.

Pendidikan menengah atas, penulis jalani di SMU SULUH Jakarta pada tahun 1999

sampai tahun 2002. Setelah lulus SMU tahun 2002, penulis diterima di Jurusan

Sosial Ekonomi Industri Peternakan (SEIP) melalui jalur USMI.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan

yaitu HIMASEIP. Penulis menjadi anggota HIMASEIP pada tahun 2005 dan berada

di bawah Departemen Kesekretariatan. Tahun 2006 penulis pernah menjadi

mahasiswa berprestasi dibidang seni melalui kegiatan ALSA ENGLISH

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabillalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Anggota Kelompok

Tani-Ternak Terhadap Flu Burung (Avian influenza)”. Skripsi ditulis berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis pada bulan April – Mei 2006.

Anggota kelompok tani-ternak Pandan Wangi Desa Karehkel, sangat

memerlukan perhatian dalam informasi flu burung. Berdasarkan hal tersebut, maka

informasi yang mereka dapatkan akan berguna sebagai penghubung diantara

masyarakat. Oleh karena itu, tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk

mengetahui persepsi anggota terhadap flu burung, mengetahui karakteristik anggota

dan mengetahui hubungan faktor internal dan eksternal anggota kelompok dengan

persepsi, sikap dan tindakan terhadap flu burung.

Semua kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Penulis

menyadari sepenuhnya, skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.

Saran, kritik dan masukan sangat diharapkan oleh penulis untuk perbaikan. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Amien.

Bogor, Januari 2007

(8)

DAFTAR ISI

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 7

(9)

Kelompok Tani-Ternak Pandan Wangi ... 21

Faktor Internal dan Eksternal Anggota Kelompok ... 22

Persepsi terhadap Flu Burung ... 29

Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Anggota Kelompok dengan Persepsi terhadap Flu Burung ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

Kesimpulan ... 39

Saran ... 39

UCAPAN TERIMAKASIH ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah Sampel Penelitian... 15

2. Sebaran Luas Wilayah Pemanfaatan Lahan di Desa Karehkel... 18

3. Sebaran Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan... 20

4. Sebaran Mata Pencaharian Penduduk Desa Karehkel... 20

5. Distribusi Faktor Internal Anggota Kelompok... 23

6. Ketersediaan Sumber Informasi Flu Burung bagi Anggota Kelompok... 26

7. Jenis Media Informasi Flu Burung yang Paling Banyak Digunakan Anggota Kelompok... 28

8. Frekuensi Berkomunikasi Anggota Kelompok... 28

9. Aspek Kognitif Anggota Kelompok mengenai Flu Burung... 29

10. Aspek Afektif Anggota Kelompok mengenai Flu Burung... 30

11. Rata-rata Pendapatan Usahaternak Ayam Buras sebelum Terjadi Flu Burung... 31

12. Rata-rata Pendapatan Usahaternak Ayam Buras setelah Terjadi Flu Burung... 32

13. Aspek Konatif Anggota Kelompok mengenai Flu Burung... 33

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Alur Kerangka Pemikiran... 5

2. Proses Pembentukan Persepsi berdasarkan Model Solomon... 9

3. Keadaan Wilayah Desa Karehkel... 19

4. Susunan Pengurus Kelompok... 25

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Frekuensi Faktor Internal Anggota Kelompok... 43

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial, dalam kehidupannya membutuhkan

manusia lain yang ada di sekitarnya. Naluri manusia untuk hidup bersama dengan

manusia lain membuat timbulnya saling ketergantungan dengan manusia lain dalam

suatu lingkaran tertentu. Alasan ini yang membuat manusia membentuk kelompok

sosial (social group) dalam kehidupannya. Kelompok merupakan kumpulan individu

yang saling berinteraksi, saling ketergantungan dan saling mempengaruhi untuk

mencapai tujuan tertentu (Sarwono, 1999).

Terbentuknya suatu kelompok dalam bidang pertanian sangat membantu para

petani untuk memudahkan mencari berbagai informasi penting yang berhubungan

dengan keperluannya. Salah satunya adalah kelompok tani-ternak yang memiliki

sekumpulan petani – peternak atas dasar kesamaan kepentingan, kondisi lingkungan,

keserasian, jenis usaha dan tujuan yang telah ditetapkan bersama (Deptan, 1997).

Adanya informasi peternakan, tentang wabah yang menyerang jutaan unggas dan

dapat menyebabkan kematian hingga ke manusia, menyebabkan masyarakat

mengalami ketakutan akan hal ini. Wabah ini dikenal dengan nama Avian influenza

atau flu burung dengan virus subtipe H5N1 (Soejoedono dan Handaryani, 2005). Penyebaran informasi ini tentunya tak lepas dari adanya media massa, baik

melalui media elektronik atau media cetak untuk mempublikasikannya. Karena

seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan adanya kebebasan pers dalam

pemberitaan, media hadir dalam berbagai jenis dan bentuk (surat kabar, majalah,

tabloid, televisi, radio, internet, brosur, seminar, dan lain-lain) untuk menyampaikan

beragam informasi di segala bidang (politik, sosial budaya dan ekonomi). Khususnya

media elektronik televisi yang dapat memperlihatkan atau menyuguhkan realita yang

ada (Jahi, 1993). Hal tersebut dapat mengubah persepsi khalayak mengenai yang

terjadi baru-baru ini pada ternak unggas. Masyarakat yang berpendidikan rendah

dengan melihat pemusnahan jutaan ekor ayam yang ditayangkan di televisi berkaitan

dengan upaya pemberantasan penyakit flu burung, tentunya akan berpikir bagi

dirinya sendiri. Oleh sebab itu, banyak masyarakat untuk mengurangi mengkonsumsi

(14)

Melihat kondisi yang seperti ini, maka anggota kelompok tani-ternak

khususnya anggota kelompok tani-ternak Pandan Wangi sebagai pengguna media

komunikasi serta penghubung masyarakat dituntut untuk mengerti, memahami dan

peka terhadap masalah tersebut.

Perumusan Masalah

Adanya informasi yang beredar mengenai flu burung akhir-akhir ini, perlu

diketahui bagaimana persepsi anggota kelompok tani-ternak, khususnya anggota

kelompok tani-ternak Pandan Wangi. Hal itu dilakukan, karena latar belakang

pekerjaannya kebanyakan bertani dan beternak, sehingga persepsi yang diberikan

berkaitan dengan karakteristik sebagai petani peternak atau dengan informasi yang

didapatkannya.

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan, maka masalah-masalah yang

perlu diteliti adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah persepsi anggota kelompok tani-ternak Pandan Wangi terhadap

flu burung berdasarkan informasi yang diperoleh ?

2. Bagaimanakah karakteristik anggota kelompok tani-ternak Pandan Wangi ?

3. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik anggota kelompok dan faktor

eksternalnya dengan persepsi anggota kelompok Pandan Wangi terhadap flu

burung ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui persepsi anggota kelompok tani-ternak terhadap flu burung

berdasarkan informasi yang diperoleh.

2. Mengetahui karakteristik-karakteristik pembentuk persepsi anggota kelompok

terhadap flu burung.

3. Mempelajari hubungan-hubungan yang terdapat antara faktor internal dan faktor

(15)

Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian adalah :

1. Bagi kelompok tani-ternak sebagai pengetahuan untuk mengetahui seberapa

besar peranannya dalam memberikan informasi pertanian dan peternakan kepada

masyarakat sekitar.

2. Bagi pemerintah merupakan sebagai untuk mengetahui seberapa besar

peranannya terhadap penyampaian informasi peternakan kepada khalayak

khususnya peternak.

3. Bagi peneliti dan peneliti lainnya merupakan latihan untuk mengasah

kemampuan dalam mengamati, mengumpulkan, dan menganalisis data serta

berfikir secara ilmiah mengenai informasi yang diberikan media-media dalam

(16)

KERANGKA PEMIKIRAN

Subsektor yang berkaitan dengan perekonomian rakyat adalah subsektor

peternakan, karena sebagian besar diusahakan oleh rakyat, misalnya perunggasan

atau peternakan unggas. Pembangunan subsektor peternakan bidang unggas,

memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perkembangan perekonomian dan

mempunyai peranan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan protein hewani.

Usahaternak unggas posisinya semakin lemah dan terancam dalam kenyataannya,

karena adanya wabah flu burung yang banyak menyerang unggas dalam beberapa

tahun belakangan ini. Hal ini menyebabkan kematian pada unggas yang

menimbulkan kerugian besar bagi peternak unggas bahkan sampai menyerang

manusia.

Pengaruh flu burung terhadap khalayak, khususnya anggota kelompok yang

berperan dalam bidang pertanian dan peternakan perlu diketahui terlebih dahulu

dengan mempelajari persepsi masing-masing individu. Faktor-faktor yang

melatarbelakanginya, yaitu : umur, pendidikan formal, tanggungan keluarga,

Pekerjaan di luar usahatani-ternak, pendapatan usahatani-ternak, pengalaman bertani

dan beternak, serta keanggotaan dalam kelompok yang merupakan faktor internal.

Sedangkan faktor eksternal antara lain : ketersediaan sumber informasi dan frekuensi

berkomunikasi. Secara lebih rinci hubungan atau kaitan faktor-faktor tersebut

(17)

Gambar 1 : Alur Kerangka Pemikiran Karakteriktik Anggota Kelompok

™ Umur

™ Pendidikan Formal ™ Tanggungan Keluarga ™ Pekerjaan di luar

usahatani-ternak

™ Pendapatan Usahatani-ternak ™ Pengalaman Bertani-beternak ™ Keanggotaan dalam Kelompok

Sarana Informasi Flu Burung ™ Ketersediaan Sumber Informasi ™ Frekuensi Berkomunikasi

PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK TERHADAP FLU BURUNG ¾ Kognitif / Pengetahuan / Pendapat ¾ Afektif / Perasaan / Sikap

¾ Konatif / Kecenderungan dalam bertindak

(18)

TINJAUAN PUSTAKA Definisi Persepsi

Menurut Rakhmat (2005), persepsi adalah pandangan tentang objek,

peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi

dan menafsirkan pesan serta memberikan makna pada stimuli inderawi. Sedangkan

menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), persepsi merupakan proses menerima

informasi atau stimuli dari lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran

psikologis. Persepsi menurut Mulyana (2000), merupakan proses internal yang

memungkinkan untuk memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari

lingkungan dan proses tersebut mempengaruhi perilaku, kemudian persepsi sosial

merupakan proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang

dialami dalam lingkungan.

Prinsip Umum Persepsi

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), prinsip umum persepsi dibagi

menjadi lima bagian, antara lain :

1. Relativitas

Persepsi bersifat relatif, walaupun suatu objek tidak dapat kita perkirakan yang

tepat tetapi setidaknya kita dapat mengatakan yang satu melebihi yang lainnya.

2. Selektivitas

Persepsi sangat selektif. Panca indra menerima stimuli dari sekelilingnya dengan

melihat objek, mendengar suara, mencium bau, dan sebagainya. Karena kapasitas

memproses informasi terbatas, tidak semua stimuli dapat ditangkap, tergantung

pada faktor fisik dan psikologis seseorang.

3. Organisasi

Persepsi terorganisir, cenderung untuk menyusun pengalaman dalam bentuk yang

memberi arti, dengan mengubah yang berserakan dan menyajikannya dalam

bentuk yang bermakna, antara lain berupa gambar dan latar (belakang).

4. Arah

Melalui pengamatan, seseorang dapat memilih dan mengatur serta menafsirkan

(19)

5. Perbedaan Kognitif

Persepsi seseorang bisa berlainan satu sama lain dalam situasi yang sama karena

adanya perbedaan kognitif. Setiap proses mental, individu bekerja menurut

caranya sendiri tergantung pada faktor-faktor kepribadian, seperti toleransi

terhadap tingkat keterbukaan atau ketertutupan pikiran, sikap otoriter, dan

sebagainya.

Mulyana (2000), membagi persepsi berdasarkan pengalaman, yang

merupakan pandangan terhadap objek atau peristiwa dan reaksi terhadap hal-hal

yang berdasarkan pengalaman masa lalu. Bersifat selektif, dugaan dan evaluatif,

yang merupakan data yang diperoleh mengenai objek lewat penginderaan tidak

pernah lengkap (kesimpulan) dan proses kognitif psikologis dalam diri yang

mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan pengharapan yang digunakan untuk

memaknai objek.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi menurut Krech dan Crutchfield (1977) dalam Rakhmat (2005), ditentukan oleh faktor personal (fungsional) dan faktor situasional (struktural).

Faktor fungsional umumnya obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu dan

berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, kesiapan mental, suasana emosional,

latar belakang budaya dan lain sebagainya (karakteristik individu). Karakteristik

seseorang yang memberikan respon pada sebuah stimuli adalah yang menentukan

persepsi, bukan jenis atau bentuk stimuli, umumnya disebut sebagai kerangka

rujukan.

Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan

efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu, jika seseorang ingin

memahami suatu peristiwa, maka individu tersebut dapat meneliti fakta-fakta yang

terpisah, harus memandangnya secara keseluruhan (dalam lingkungannya, dalam

masalah yang dihadapinya).

Kondisi internal dan rangsangan eksternal dapat mempengaruhi persepsi

seseorang terhadap obyek tertentu. Kondisi internal mencakup kebutuhan fisik

misalnya makan, minum, istirahat dan perlindungan, kemudian pengalaman masa

lalu juga berperan dalam mengenali rangsangan yang sama walaupun dalam situasi

(20)

juga berpengaruh dalam pembentukan persepsi (Sereno dan Bodaken dalam Abduh, 2002).

Menurut Sarwono (1999), persepsi juga ditentukan oleh pengalaman yang

dipengaruhi oleh kebudayaan. Persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli melainkan

karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli tersebut. Secara

psikologis kita mengatakan bahwa setiap orang mempersepsikan stimuli sesuai

dengan karakteristik personalnya atau dengan kata lain pesan diberi makna yang

berlainan oleh orang yang berbeda. Faktor lain yang penting dalam mempengaruhi

persepsi adalah perhatian (attention). Perhatian akan terjadi jika kita

mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita dan mengesampingkan

masukan-masukan melalui alat indera yang lain.

Terdapat enam unsur budaya yang secara langsung mempengaruhi persepsi,

ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain, antara lain 1) kepercayaan,

nilai dan sikap, 2) pandangan dunia, 3) organisasi sosial, 4) tabiat manusia, 5)

orientasi kegiatan dan 6) persepsi tentang diri dan orang lain (Mulyana, 2000).

Proses Persepsi

Menurut Sereno dan Bodaken dalam Mulyana (2000), persepsi dibentuk oleh serangkaian proses yaitu seleksi, organisasi dan interpretasi. Ketiga proses tersebut

merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi dengan cepat dan bersamaan. Seleksi

adalah proses penyeleksian stimulus dan hanya stimulus yang sesuai dengan

kebutuhan atau yang menarik saja yang akan diubah menjadi kesadaran. Organisasi

merupakan suatu proses menyusun rangsangan kedalam bentuk yang sederhana dan

terpadu, sedangkan interpretasi yaitu proses dimana seseorang membentuk

penilaian-penilaian dan pengambilan kesimpulan atau yang lebih dikenal dengan evaluasi dan

identifikasi.

Persepsi merupakan proses kognitif dan afektif yang dialami setiap orang

dalam memahami informasi tentang lingkungannya melalui indera pengelihatan,

pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman yang diinformasikan kepada

dirinya dari lingkungan tempat orang tersebut berada, sehingga dapat mempengaruhi

keragaan perilakunya. Apabila kebutuhan seseorang sesuai dengan obyek tertentu

maka persepsi orang tersebut akan positif begitu juga sebaliknya, jika tidak sesuai

(21)

Proses terbentuknya persepsi menurut Solomon dalam Sutisna, (1999) tidak lepas dari bantuan alat indera (sensasi) sebagai penanggap yang cepat terhadap

stimuli dasar seperti cahaya, warna dan suara. Sedangkan persepsi adalah proses

bagaimana stimuli-stimuli itu diseleksi, diorganisasikan dan diinterpretasikan.

Seperti terlihat pada Gambar 2, bagaimana stimuli tersebut ditangkap melalui indera

dan kemudian diproses melalui stimuli (persepsi).

Gambar 2. Proses Pembentukan Persepsi berdasarkan Model Solomon (Sutisna, 1999)

Sikap

Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran, dan kecenderungan

seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam

lingkungannya. Komponennya dapat berupa pengetahuan, perasaan-perasaan dan

kecenderungan untuk bertindak (Van den Ban danHawkins, 1999).

Sikap menurut Santosa (2004), adalah kecenderungan antara kesediaan

seseorang untuk bertingkah laku tertentu ketika ia menghadapi suatu rangsang

tertentu. Fungsi sikap itu sendiri dibagi menjadi empat, antara lain :

1. Fungsi penyesuaian merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau

menghindarkan tujuan yang diinginkan berdasarkan atas pengalaman dalam

mencapai kepuasan motif tertentu.

2. Fungsi pertahanan ego merupakan mekanisme yang dipakai individu untuk

melindungi egonya terhadap pengetahuan dari luar yang mengancamnya dan

dipakai untuk mengurangi kecemasan yang ditimbulkan oleh persoalan.

3. Fungsi menyatakan nilai merupakan fungsi sikap untuk memberikan ekspresi

yang positif kepada nilai-nilai sentralnya.

(22)

4. Fungsi pengetahuan merupakan fungsi untuk mencari kebutuhan, memberi

makna dan mengatur alam semesta agar tidak kacau.

Flu Burung

Menurut Kristina et al., (2006) Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza

tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus

Avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan

Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas

yang terinfeksi. Sedangkan menurut Soejoedono dan Handharyani (2005), flu burung

atau dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah Avian flu atau Avian influenza (AI) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dengan

diameter 90-120 nanometer, secara normal virus tersebut hanya menginfeksi ternak

unggas seperti ayam, kalkun dan itik.

Penyebab

Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A . Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Berdasarkan sub tipenya terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N) . Kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya (Kristina et al.,

2006).

Soejoedono dan Handharyani (2005) mengemukakan, pada manusia hanya

terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N98. Strain yang sangat ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 °C dan lebih dari 30 hari pada 0 °C. Virus akan mati pada pemanasan

60 °C selama 3 jam dan dengan detergen, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine.

Gejala

(23)

kaki, dan kematian mendadak. Gejala pada manusia demam (suhu badan diatas 38

°C), batuk dan nyeri tenggorokan, radang saluran pernapasan atas, pneumonia,

infeksi mata, dan nyeri otot.

Penularan

Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus

influenza yang ditularkan oleh unggas. Awalnya, flu burung hanya ditemukan pada

burung-burung liar kemudian virus ini juga ditemukan pada ayam, puyuh, itik,

kalkun, dan babi. Virus ini hidup di dalam saluran pencernaan unggas. Penularan

terjadi jika kontak langsung terjadi dari kotoran secara oral atau melalui saluran

pernapasan (Soejoedono dan Handharyani, 2005). Sedangkan menurut Kristina et al.

(2006), Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia,

melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau ekskreta burung ataupun unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga

dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung.

Contohnya: pekerja di peternakan ayam dan petugas pemotong ayam.

Pencegahan

Kristina et al. (2006), mengemukakan bahwa pencegahan flu burung dapat dilakukan pada manusia dan unggas, sebagai berikut :

A. Pencegahan flu burung pada unggas, antara lain :

a. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung

b. Vaksinasi pada unggas yang sehat

B. Pencegahan flu burung pada manusia, antara lain :

1. Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang) :

a. Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.

b. Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang

terinfeksi flu burung.

c. Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian

kerja).

d. Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.

e. Membersihkan kotoran unggas setiap hari.

(24)

2. Masyarakat umum :

a. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi &

istirahat cukup.

b. Mengolah unggas dengan cara yang benar.

Menurut Soejoedono dan Handharyani (2005), langkah yang dapat ditempuh

dalam pencegahan flu burung antara lain sebagai berikut :

A. Biosekuriti

Peternak perlu menerapkan biosekuriti untuk pencegahan dari kemungkinan

penularan virus. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam usaha ini antara

lain sebagai berikut :

a. Membatasi secara ketat lalu lintas unggas atau ternak, produk unggas, pakan,

kotoran, bulu, dan alas kandang.

b. Membatasi lalu lintas pekerja atau orang dan kendaraan yang keluar masuk

lokasi peternakan.

c. Peternak dan orang yang hendak memasuki peternakan ayam (unggas) harus

menggunakan pakaian pelindung.

d. Mencegah kontak antara unggas dengan burung liar atau burung air, tikus dan

hewan lainnya.

e. Melakukan desinfeksi terhadap semua bahan, sarana dan prasaran peternakan.

B. Depopulasi

Depopulasi adalah tindakan pemusnahan unggas secara selektif di peternakan

yang tertular virus flu burung. Pemusnahan dilakukan dengan menyembelih

semua unggas yang sakit dan unggas yang sehat dalam satu kandang

(peternakan). Selain itu, dapat dilakukan dengan cara disposal, yaitu membakar

dan mengubur unggas mati (bangkai), sekam dan pakan yang tercemar, serta

bahan peralatan yang terkontaminasi.

C. Tata laksana peternakan

a. Pengaturan kepadatan

Kepadatan harus diatur agar semua anakan dapat memperoleh tempat leluasa

untuk aktivitasnya dan mendapat suhu yang tepat.

(25)

Temperatur kandang harus selalu dikontrol untuk menghindari perubahan

yang mendadak dan drastis.

c. Pakan

Pakan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan (umumnya dua kali sehari),

sehingga kekebalan tubuh unggas mengalami peningkatan.

d. Air

Air minum yang kotor harus segera diganti untuk menghindari timbulnya

kontaminasi penyakit.

e. Pencahayaan

Pencahayaan yang cukup membantu anak ayam mengenal kandang dan

mengetahui keberadaan tempat pakan dan minum.

f. Ventilasi

Pengaturan ventilasi membantu dalam pengontrolan suhu ruang dan

memperlancar sirkulasi udara.

g. Litter

Litter yang terdapat dalam kandang diusahakan tidak terlalu basah atau

kering, yang akan menimbulkan debu yang beterbangan dan memungkinkan

timbulnya berbagai penyakit.

D. Vaksinasi

Vaksinasi harus dilakukan pada semua jenis unggas yang sehat di daerah

yang telah diketahui terdapat virus flu burung. Vaksin yang digunakan adalah

(26)

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Karehkel Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten

Bogor. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive), dengan pertimbangan bahwa desa tersebut terdapat suatu komunitas kelompok tani ternak

yang memiliki karakteristik umum dan dituntut untuk peka dan tanggap terhadap

perkembangan informasi flu burung. Waktu penelitian dilaksanakan selama satu

bulan dari tanggal 8 April sampai dengan 8 Mei 2006.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh anggota kelompok tani-ternak Pandan

Wangi yang berada di Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.

Populasi anggota seluruhnya berjumlah 100 orang dan menyebar dalam delapan

kelompok kecil. Pengambilan sampel dilakukan sebagai berikut : dari delapan

kelompok tani-ternak yang ada di desa Karehkel, dipilih sebanyak lima kelompok

secara purposive. Berdasarkan pengamatan dan informasi ketua KTNA Leuwiliang bahwa kelima kelompok ini lebih dominan dan aktif jika ada berbagai kegiatan dan

pelatihan-pelatihan bidang pertanian serta memiliki jumlah anggota yang cukup

besar, sedangkan lainnya tidak terlalu dominan dan tidak terlalu besar jumlahnya

dibandingkan kelima kelompok tersebut. Sampe diambil sebanyak 50 orang anggota

secara acak berdasarkan rumus Slovin, dengan teknik pengambilan sampel

Proportionate random sampling, yang menjadi responden dalam penelitian ini.

n = 2

N = Ukuran populasi

e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat di

tolerir sebesar 10%

(27)

Tabel 1. Jumlah Sampel Penelitian

Nama Kelompok Jumlah Populasi (orang)

Penelitian yang dilakukan ini dirancang sebagai suatu survei yang bersifat

deskriptif korelasional yang bertujuan untuk memberikan gambaran lebih mendalam

tentang gejala sosial tertentu atau aspek kehidupan tertentu dari kelompok

masyarakat yang diteliti, sehingga dapat diungkapkan kaitan antara berbagai gejala

sosial. Variabel pengaruh yang diukur adalah karakteristik anggota kelompok

tani-ternak yang terdiri dari karakteristik individu dan sarana informasi sedangkan

variabel yang terpengaruh adalah persepsi anggota kelompok tani-ternak tersebut

terhadap flu burung.

Data dan Instrumentasi Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung

dengan responden, yang dilakukan dengan menggunakan bantuan kuisioner.

Sedangkan data sekunder diperoleh dengan mencari berbagai informasi dan

pemberitaan tentang flu burung pada berbagai media dan buku-buku yang berkaitan

serta pihak kecamatan setempat untuk pengambilan data tentang gambaran umum

(28)

Instrumentasi

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuisioner yang

berisi pertanyaan dan pernyataan bagi responden. Kuisioner ini terbagi menjadi tiga

bagian, yaitu : bagian pertama untuk mengukur karakteristik anggota kelompok,

kedua untuk melihat sarana informasi flu burung dan ketiga untuk mengetahui

persepsi anggota kelompok terhadap flu burung.

Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara

terstruktur langsung dengan menggunakan kuisioner kepada responden dan pihak

yang terkait dalam penelitian, serta melakukan pengumpulan data sekunder dari

pihak kecamatan setempat.

Analisis Data

Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan prosedur

sebagai berikut :

1. Data faktor internal anggota kelompok yang berupa umur, tanggungan keluarga,

tingkat pendidikan, pendapatan ternak, pekerjaan di luar

usahatani-ternak, pengalaman bertani dan beusahatani-ternak, keanggotaan dalam kelompok dan

faktor eksternal yang meliputi ketersediaan sumber informasi dan frekuensi

berkomunikasi dianalisis dengan menggunakan rataan skor dan distribusi

frekuensi.

2. Hubungan faktor internal dan eksternal anggota kelompok dengan persepsi

terhadap flu burung diuji menggunakan uji korelasi rank Spearman pada program

SPSS 13.0, dengan rumus sebagai berikut :

rs =

Keterangan :

rs : Koefisien korelasi Rank Spearman

N : Jumlah Sampel

di : Selisih ranking tiap pasangan (ranking X dan Y )

Sumber : Siegel. (1997) dan Singarimbun (1998).

(29)

Definisi Istilah

Persepsi merupakan penilaian, tanggapan, pendapat anggota kelompok mengenai flu burung.

Umur merupakan usia anggota kelompok pada saat penelitian dilakukan yang diukur dari tahun kelahiran sampai penelitian ini dilakukan yang dihitung dengan

pembulatan kearah ulang tahun terdekat, dimana untuk enam bulan lebih dihitung

menjadi satu tahun.

Pendidikan formal merupakan lamanya anggota kelompok duduk di bangku sekolah formal yang diselesaikan berdasarkan jenjang tamat SD/Sederajat,

SLTP/Sederajat, SLTA/Sederajat, Perguruan Tinggi.

Pengalaman bertani-beternak merupakan lamanya anggota kelompok dalam berusaha tani-ternak, yang diukur dalam satuan tahun, baik sebagai usaha pokok

maupun sambilan.

Jumlah tanggungan keluarga merupakan jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungjawab anggota kelompok, yang diukur dalam jumlah orang.

Pendapatan usahatani-ternak merupakan pendapatan total yang diperoleh rumah tangga anggota kelompok setiap bulan dari sektor pertanian dan peternakan.

Keanggotaan dalam kelompok merupakan lamanya petani-peternak menjadi anggota dalam kelompok.

Kognitif merupakan tingkat pengetahuan anggota kelompok mengenai flu burung. Afektif merupakan sikap anggota kelompok terhadap informasi flu burung.

Psikomotorik merupakan kecenderungan tindakan anggota kelompok dalam menyikapi informasi flu burung.

Ketersediaan sumber informasi merupakan media atau sumber informasi yang dimiliki atau terdapat di rumah anggota kelompok, kelompok dan lingkungan sekitar,

yang digunakan untuk memperoleh informasi flu burung.

(30)

GAMBARAN UMUM LOKASI Potensi Sumber Daya Alam

Desa Karehkel merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah

Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Luas wilayah kerja pemerintahan Desa

Karehkel adalah seluas : 499 Ha, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Leuwibatu Kecamatan Rumpin, • Sebalah Timur berbatasan dengan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin,

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gn. Galuga Kecamatan Cibungbulang, • Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Leuwiliang Kecamatan Leuwiliang.

Desa Karehkel berada 300 meter di atas permukaan laut dengan suhu harian

rata-rata 25 – 300C dan curah hujan rata-rata 2495 mm per tahun. Sebagian besar

lahan di Desa Karehkel dimanfaatkan untuk sawah 70,14% yang terdiri dari sawah

irigasi dan sawah tadah hujan. Lahan yang dimanfaatkan untuk kehutanan 25,05%

yang termasuk ke dalam hutan produksi, dengan bambu sebagai hasil utamanya

sebanyak 3500 batang per tahun (Tabel 2).

Tabel 2. Sebaran Luas Wilayah Pemanfaatan Lahan di Desa Karehkel

No. Pemanfaatan

Sumber : Monografi Desa Karehkel, 2004 (diolah)

Komoditas pertanian yang paling banyak ditanam di Desa Karehkel adalah

padi dan jagung (362 ha). Padi yang ditanam terdiri atas padi sawah dan padi ladang

yang menghasilkan 358 ton per hektar per tahun, sedangkan jagung 4 ton per hektar

per tahun.

Jenis ternak yang dipelihara oleh petani-peternak di Desa Karehkel adalah

(31)

ekor). Ayam yang dipelihara kebanyakan ayam buras dengan telur sebagai produk

utamanya sebanyak 125 Kg per tahun. Jenis ikan yang dipelihara hanya mujair dan

lele yang masing-masing menghasilkan dua dan empat ton per tahun.

Gambar 3. Keadaan Wilayah Desa Karehkel

Potensi Sumber Daya Manusia Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Desa Karehkel pada tahun 2006 sebanyak 10254 jiwa atau

2793 kepala keluarga yang terdiri dari 48,73% laki-laki dan 52,27% perempuan.

Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan di Desa Karehkel cukup beragam yakni tamat

SD/Sederajat, tamat SLTP, tamat SLTA, tamat Perguruan Tinggi. Jumlah terbesar

yakni 75,66% berpendidikan tamat SD, 16,17% tamat SLTP, 7,26% tamat SLTA dan

terdapat 0,91% tamat Perguruan Tinggi. Banyaknya penduduk yang hanya tamatan

SD dan SLTP karena lembaga pendidikan yang tersedia di desa hanya enam unit

Sekolah Dasar (SD) dan satu unit Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

(32)

Tabel 3. Sebaran Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sumber : Monografi Desa Karehkel, 2004 (diolah)

Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk di Desa Karehkel cukup bervariasi yaitu pegawai

negeri, TNI/POLRI, karyawan swasta, dagang/wiraswasta, petani-peternak,

jasa/buruh, dan lainnya. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa penduduk Desa

Karehkel umumnya bermata pencaharian sebagai pedagang/wiraswasta (37,19%) dan

jasa/buruh (34,80%). Barang yang diperdagangkan berupa komoditas pertanian dan

peternakan yang akan dipasarkan di pasar Leuwiliang. Penduduk Desa Karehkel

umumnya menjadi buruh angkutan ojek dan buruh pertanian ataupun buruh

bangunan. Sebaran penduduk berdasarkan mata pencaharian diperlihatkan pada

Tabel 4.

Tabel 4. Sebaran Mata Pencaharian Penduduk Desa Karehkel

No. Tingkat

1. Dagang/wiraswasta 964 37,19

2. Jasa/buruh 902 34,80

3. Petani-Peternak 386 14,89

4. Karyawan swasta 134 5,17

5. Pegawai Negeri 36 1,39

6. TNI/POLRI 3 0,12

7. Lainnya 167 6,44

Jumlah 2592 100

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kelompok Tani-Ternak Pandan Wangi

Pandan wangi merupakan sebuah gabungan kelompok terpadu yang

mencakup bidang pertanian, peternakan dan perikanan. Kelompok ini didirikan dan

aktif pada tahun 2002 berdasarkan Program Kerja UPTF (Unit Pelaksana Teknis

Fungsional) yang sekarang menjadi UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) periode

2002 – 2007 wilayah Leuwiliang di bawah Departemen Pertanian.

Nama Kelompok

Nama Pandan Wangi terdiri dari dua kata dan makna yang berbeda. Pandan

adalah sejenis tumbuhan yang memiliki banyak kegunaan, sedangkan Wangi berarti

harum yang selalu dibutuhkan. Kelompok ini merupakan kelompok tani-ternak yang

memiliki banyak fungsi dan kegunaan yang selalu dibutuhkan oleh para

petani-peternak untuk membantu proses kegiatan sehari-harinya agar kebutuhan hidupnya

tercukupi dari hasil pertaniannya tersebut.

Susunan Pengurus

Susunan pengurus kelompok tani-ternak Pandan Wangi terdiri dari pelindung,

pembina, ketua, wakil ketua, sekretaris yang merangkap sebagai bendahara serta

dibantu oleh seksi-seksi pertanian, peternakan, perikanan, humas dan usaha.

(34)

Anggota Kelompok

Pandan Wangi terdiri dari delapan kelompok tani-ternak, namun yang aktif

hanya lima kelompok saja, antara lain Kelompok Cadas Gantung, Mitra Tani, Sugih

Tani, Mekar Harapan dan Tani Maju. Total anggota kelompok seluruhnya

berjumlah 100 orang petani-peternak yang rata-rata berjenis kelamin laki-laki.

Visi dan Misi

Visi dari kelompok tani-ternak Pandan Wangi adalah adanya pemberdayaan

dan penyadaran petani menuju usahatani yang berwawasan lingkungan serta

berorientasi kepada agribisnis. Sedangkan misi dari kelompok ini yakni

meningkatkan ilmu pengetahuan petani dengan menggali dan mengembangkan

potensi yang ada pada diri petani itu sendiri.

Faktor Internal dan Eksternal Anggota Kelompok

Informasi sangat penting bagi suatu organisasi. Tanpa informasi yang cukup

suatu sistem dapat sulit dalam melakukan proses pengambilan keputusan untuk

mempertahankan dan mengembangkan keberadaannya di antara sistem-sistem

lainnya. Informasi flu burung yang akhir-akhir ini merebak di seluruh daerah,

membuat takut besar di masyarakat petani-peternak khususnya anggota kelompok

tani-ternak yang merupakan penghubung masyarakat. Hal ini mendorong pemerintah

untuk melakukan pembaharuan informasi melalui dinas-dinas terkait agar informasi

yang diterima oleh seluruh petani-peternak memiliki kesamaan dalam bidang

pertanian dan peternakan.

Cukup banyaknya informasi flu burung yang diterima oleh anggota

kelompok, baik itu informasi yang berasal dari pemerintah (Departemen Pertanian

dan Departemen Kesehatan) ataupun pihak swasta (LSM dan Pers) dapat

menimbulkan keragu-raguan bahkan kebingungan dalam penyerapan informasi

tersebut. Sehingga untuk mengefektifkan informasi yang telah beredar harus

dipahami terlebih dahulu masalah-masalah yang dihadapi oleh anggota kelompok

dengan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan petani, antara lain : kondisi sosial

ekonomi petani-peternak, sumberdaya yang dimiliki, kondisi masyarakat dan

lingkungannya serta perubahan-perubahan apa yang ingin dicapainya. Terdapat

(35)

dan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan tersebut, yaitu faktor internal dan

eksternal anggota kelompok.

Faktor internal anggota kelompok meliputi umur, pendidikan formal,

pekerjaan di luar usahatani-ternak, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan dari

usahatani-ternak, pengalaman bertani-beternak, dan keanggotaan dalam kelompok.

Faktor eksternal anggota kelompok meliputi ketersediaan sumber informasi dan

frekuensi berkomunikasi.

Tabel 5. Distribusi Faktor Internal Anggota Kelompok

No. Karakteristik Anggota Kelompok Kategori Persentase (%) 2. Pendidikan Formal

Tidak sekolah-tidak tamat SD Tamat SD-tamat SLTP Tamat SLTA 3. Tanggungan Keluarga (orang)

0 – 3 4. Pekerjaan di luar Usahatani-ternak

Ada Tidak ada

38 62 5. Pendapatan Usahatani-ternak (bulan)

< Rp. 500.000 6. Pengalaman tani-ternak (tahun)

1 – 14 7. Keanggotaan dalam Kelompok (tahun)

1

Umur merupakan salah satu unsur penting dalam proses pengambilan

keputusan dan peneriman informasi. Kisaran umur anggota kelompok mulai umur 19

sampai 70 tahun (Tabel 5). Jumlah anggota kelompok terbanyak terdapat pada

kisaran 37-54 tahun (42%). Data tersebut menunjukkan banyak pemuda yang terlibat

(36)

Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Besarnya persentase anggota kelompok yang

berumur 37-54 tahun menggambarkan bahwa anggota kelompok masih tergolong

usia produktif dalam proses pencarian informasi dan memiliki keinginan untuk

memperoleh informasi yang lengkap dan jelas, sehingga kebutuhan informasi tentang

pertanian dan peternakannya dapat terpenuhi.

Pendidikan Formal

Tabel 5 memperlihatkan bahwa sebagian besar pendidikan formal anggota

kelompok tergolong sedang dengan kisaran tamat SD – tamat SLTP (74%). Hal ini

mengidentifikasikan bahwa anggota kelompok telah memenuhi kewajiban belajar

sembilan tahun yang merupakan program pendidikan dari pemerintah dan sesuai

dengan tingkat pendidikan desa Karehkel yang sebagian besar telah tamat SD.

Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga yang besar akan menuntut pemenuhan

kebutuhan ekonomi yang besar pula, selain itu peran anggota keluarga dapat

membantu meringankan kegiatan usahatani-ternak para anggota kelompok. Tabel 5

menunjukan bahwa 46% anggota kelompok memiliki tanggungan keluarga

maksimum tiga orang. Sedikitnya jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki anggota

kelompok dikarenakan banyaknya anggota kelompok yang belum berkeluarga,

sehingga belum memiliki tanggungan selain dirinya sendiri.

Pekerjaan di luar Usahatani-ternak

Pekerjaan di luar usahatani-ternak berkaitan dengan kemampuan anggota

kelompok meningkatkan pendapatan keluarga, untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari selain dari usahatani-ternak. Pada Tabel 5 menunjukan bahwa mayoritas

anggota kelompok tidak memiliki pekerjaan di luar usahatani-ternak, karena rata-rata

anggota kelompok kurang memiliki kesempatan untuk bekerja selain bertani dan

beternak, karena kebanyakan dari mereka hanya berpendidikan tamat sekolah dasar,

sehingga mereka sulit sekali untuk memperoleh modal usaha. Sedangkan 38%

anggota kelompok memiliki pekerjaan di luar usahatani-ternak yaitu sebagai buruh

(37)

Pendapatan Usahatani-ternak

Tingkat pendapatan yang diperoleh dalam periode waktu tertentu

mempengaruhi kondisi sosial ekonomi anggota kelompok. Tabel 5 menunjukkan

bahwa sebagian besar (72%) pendapatan usahatani-ternak yang diperoleh anggota

kelompok selama sebulan berada pada kategori rendah yaitu kurang dari Rp. 500.000

per bulan. Hal ini karena usahatani-ternak anggota kelompok tergantung pada hasil

tanaman yang diperoleh dan kebutuhan pasar akan ternak. Rendahnya pendapatan

anggota kelompok karena selain karena tergantung hasil tanam dan ternak juga

karena harga komoditas pertanian-peternakan yang ditetapkan sangat murah oleh

para tengkulak, karena umumnya pembeli ialah para tengkulak yang datang langsung

ke lokasi pertanian-peternakan anggota kelompok.

Pengalaman Bertani-beternak

Anggota kelompok memiliki pengalaman bertani-beternak pada kisaran 1 –

40 tahun. Pengalaman sebagian besar anggota kelompok dalam bertani dan beternak

berkisar 1 – 14 tahun (58%). Hal ini karena banyaknya anggota kelompok yang

berusia muda dan baru memulai usahatani-ternak untuk meneruskan usaha keluarga

yang sudah lama dirintis sejak dulu. Pengalaman bertani dan beternak mereka

peroleh dari tradisi keluarga secara turun-temurun. Untuk meningkatkan hasil

pertaniannya para generasi yang baru ini secara terus-menerus belajar kepada

petani-peternak yang lebih berpengalaman mengenai masalah pertanian.

Pengalaman Keanggotaan dalam Kelompok

Keinginan memperoleh informasi yang lebih baik mengenai pertanian serta

memecahkan segala permasalahannya dapat memacu petani-peternak untuk menjadi

anggota kelompok yang ada di wilayahnya masing-masing. Tabel 5 menunjukkan

bahwa sebanyak 42% anggota kelompok memiliki pengalaman keanggotaan dalam

kelompok selama satu tahun. Sedangkan sisanya memiliki pengalaman keanggotaan

dalam kelompok selama 2 – 3 tahun (40%) dan selama empat tahun (18%). Hal ini

kelompok tani-ternak Pandan Wangi sendiri baru dibentuk dan aktif pada tahun 2002

berdasarkan program kerja UPTF (Unit Pelaksana Teknis Fungsional) periode

2002-2007 Departemen Pertanian Wilayah Leuwiliang – Bogor. Tertariknya

(38)

banyak kegiatan pertanian yang berguna bagi anggota kelompok agar dapat

meningkatkan produktivitas usahatani-ternak mereka.

Ketersediaan Sumber Informasi Flu Burung

Sumber informasi yang telah tersedia untuk anggota kelompok tidak

menjamin terpenuhinya kebutuhan anggota kelompok tersebut. Tingkat ketersediaan

informasi flu burung diukur berdasarkan ada tidaknya informasi flu burung, baik

secara personal dalam kelompok ataupun personal luar kelompok dan media massa.

Secara keseluruhan ketersediaan informasi flu burung di Desa Karehkel, Kecamatan

Leuwiliang, Kabupaten Bogor kurang tersedia bahkan di dalam kelompok. Hal ini

terjadi karena informasi flu burung secara umum hanya didapatkan dari media cetak

dan media elektronik saja, sedangkan biaya untuk mendapatkan informasi tersebut

cukup mahal bagi para anggota kelompok, sehingga informasi flu burung sulit

didapat. Kelompok hanya menyediakan informasi berupa pamflet yang ditempel di

sebuah papan informasi yang letaknya hanya di rumah ketua kelompok saja.

Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa sumber personal luar kelompok memiliki

nilai rataan skor terbesar, yang berarti sumber informasi flu burung yang didapat

berasal dari penyuluh-penyuluh dinas peternakan setempat, karena menurut anggota

kelompok penyuluh masih memiliki peran yang sangat strategis sebagai sumber

informasi flu burung. Namun, banyak dari anggota kelompok yang mengatakan bahwa pihak pemerintah daerah setempat kurang melakukan sosialisasi tentang

penyakit flu burung melalui penyuluh-penyuluh yang ada, sehingga penyuluh jarang

mengunjungi wilayah Desa Karehkel dan kelompok juga jarang mengadakan

pertemuan-pertemuan untuk mendiskusikan masalah pertanian-peternakan. (Tabel 6).

Tabel 6. Ketersediaan Sumber Informasi Flu Burung bagi Anggota Kelompok

No. Sumber Rataan skor

1. 2. 3.

(39)

Gambar 5. Media Informasi Kelompok Pandan Wangi

Jenis media massa yang dinilai anggota kelompok paling banyak memberikan

informasi flu burung ialah televisi (58%). Penilaian tersebut sebenarnya bisa bias,

karena anggota kelompok tidak membandingkan dengan media informasi lainnya.

Televisi merupakan media yang paling banyak dimiliki anggota kelompok. Televisi

juga salah satu media yang mudah didapat oleh para anggota kelompok yang

berpenghasilan lebih. Kebanyakan beranggapan bahwa media televisi sangat baik

dalam memberikan informasi, sehingga dapat langsung memahami isi dari informasi

tersebut.

Anggota kelompok juga memperoleh informasi flu burung dari surat kabar

dan radio. Surat kabar menurut mereka sumber informasi yang mudah didapat dan

murah, selain itu isi pesannya sangat beragam dan menarik. Hal ini membuktikan

bahwa banyak dari anggota kelompok yang bisa membaca dan selalu ingin tahu

perkembangan yang terjadi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Radio

merupakan media yang disebut ”teman” oleh anggota kelompok, karena radio selalu

dibawa jika sedang melakukan kegiatan tani. Selain untuk mendengarkan musik,

radio juga digunakan untuk memperoleh informasi pertanian, biasanya anggota

kelompok mendengarkan acara pertanian di stasiun Radio Pertanian Ciawi, Bogor.

Menurut Jahi (1993), media elektronik seperti radio dan televisi adalah media

modern yang paling berhasil menyiarkan hasil pembangunan ke seluruh penjuru

negeri, dimana media tersebut mempunyai kemampuan meliput wilayah yang luas.

Distribusi anggota kelompok menurut jenis media informasi flu burung diperlihatkan

(40)

Tabel 7. Jenis Media Informasi Flu Burung yang Paling Banyak Digunakan

Proses penyampaian pesan kepada seseorang atau pada sekelompok orang

baik secara langsung maupun media-media, tentunya tak pernah lepas dari

komunikasi. Komunikasi akan menciptakan adanya interaksi sosial baik antara

individu ataupun kelompoknya.

Tabel 8. Frekuensi Berkomunikasi Anggota Kelompok

No. Unsur Rataan skor

1.

2.

Frekuensi komunikasi dengan sesama anggota

Frekuensi komunikasi mengenai informasi flu burung dengan sesama anggota

2,42

2,10

Rata-rata 2,26

Ket :

Skor : 1 = Tidak pernah 2 = Jarang 3 = Sering

Tabel 8 menunjukkan bahwa frekuensi komunikasi anggota kelompok

tani-ternak Pandan Wangi terlihat jarang, baik komunikasi sehari-hari dengan sesama

anggota maupun komunikasi mengenai flu burung dengan sesama anggota

kelompok. Jarangnya frekuensi berkomunikasi disebabkan kondisi lingkungan yang

berbukit-bukit dan waktu yang digunakan dihabiskan untuk kegiatan pertaniannya.

Sehingga setelah bertani dan beternak para anggota kelompok tidak lagi ke luar

rumah, melainkan hanya istirahat untuk kegiatan keesokkan harinya. Sedangkan

kelompok sebagai tempat berkumpulnya anggota kelompok hanya digunakan jika

ada kegiatan pertanian saja. Frekuensi komunikasi mengenai flu burung juga terlihat

(41)

memperlihatkan gejala menyerupai flu burung. Sehingga mereka saling bertukar

informasi dengan anggota kelompok lainnya.

Persepsi terhadap Flu Burung

Persepsi seseorang terhadap objek tertentu dipengaruhi oleh faktor personal

(fungsional) dan faktor situasional (struktural). Faktor fungsional berasal dari

kebutuhan, pengalaman masa lalu, kesiapan mental dan suasana emosional dan lain

sebagainya, atau yang lebih dikenal dengan karakteristik individu. Sedangkan faktor

struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkan pada

sistem saraf individu. Selain itu, kondisi internal dan rangsangan eksternal dapat

mempengaruhi persepsi seseorang terhadap objek tertentu. Persepsi anggota

kelompok tani-ternak Pandan wangi meliputi aspek kognitif (pengetahuan), aspek

afektif (sikap) dan aspek konatif (tindakan) terhadap flu burung.

Aspek Kognitif (Pengetahuan)

Persepsi anggota kelompok terhadap pengetahuan flu burung diukur

berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya mengenai ciri-ciri penyakit, penularan,

pengobatan dan pencegahan flu burung. Persepsi anggota kelompok terhadap

pengetahuan flu burung ditampilkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Aspek Kognitif Anggota Kelompok mengenai Flu Burung

No. Unsur Rataan skor

1.

2

3.

4.

Ciri Penyakit flu burung

Penularan flu burung

Pengobatan flu burung

Pencegahan flu burung

2,41

Skor pada Tabel 9 memperlihatkan bahwa pengetahuan yang dimiliki anggota

kelompok mengenai flu burung tergolong sedang. Hal ini berarti anggota kelompok

masih memerlukan informasi flu burung yang lengkap. Berdasarkan hasil rataan skor

untuk unsur ciri-ciri penyakit, penularan dan pengobatan flu burung secara umum

tergolong sedang (2,44), diduga karena anggota kelompok sudah cukup tahu

(42)

langkah apa yang seharusnya mereka lakukan jika ternak unggasnya terkena flu

burung. Rataan skor pada unsur pencegahan flu burung adalah tinggi (2,60) yang

artinya anggota kelompok sudah mengetahui cara-cara pencegahan flu burung.

Keingintahuan anggota kelompok terhadap cara pencegahan flu burung karena

mereka tidak ingin ternaknya mati akibat flu burung, apalagi sampai menyerang

manusia yang berakibat pada menurunnya jumlah pendapatan mereka, sehingga pada

aspek afektif banyak yang beragumen bahwa dari adanya flu burung anggota

kelompok takut mengalami kerugian pendapatan pada usahaternaknya.

Aspek Afektif (Sikap)

Informasi flu burung mempengaruhi sikap anggota kelompok tani-ternak

Pandan Wangi, seperti : takut terhadap unggas, ingin beralih memelihara ternak

selain unggas, takut mengkonsumsi produk unggas dan mempengaruhi terhadap

menurunnya produktivitas (takut rugi). Sikap anggota kelompok terhadap flu burung

ditampilkan pada Tabel 10.

Tabel 10. Aspek Afektif Anggota Kelompok mengenai Flu Burung

No. Unsur Rataan skor

1.

2.

3.

4.

Takut terhadap unggas

Beralih ke ternak lain

Takut mengkonsumsi produk unggas

Takut rugi

Sikap anggota terhadap informasi flu burung sangat bervariasi dan umumnya

terlihat masih mengalami keragu-raguan. Berdasarkan rataan skor pada Tabel 10,

anggota kelompok masih ragu untuk mengkonsumsi unggas maupun memeliharanya,

terutama takut mengalami kerugian. Sikap ini diduga karena anggota kelompok tidak

ingin menanggung resiko yang lebih besar. Hal tersebut didukung oleh data sekunder

yang didapatkan bahwa besarnya pendapatan ayam buras perekor sebelum terjadi flu

burung Rp 3009,13, sedangkan setelah terjadi flu burung menjadi Rp 791,38. Nilai

tersebut menunjukkan bahwa, pendapatan perekor ayam buras yang didapat peternak

(43)

ayam buras perekor sebelum dan sesudah terjadi flu burung dapat dilihat pada Tabel

11 dan Tabel 12 (Sugiati, 2002 dan Fitriyani, 2006).

Tabel 11. Rata-rata Pendapatan Usahaternak Ayam Buras Sebelum Flu Burung

Rata-rata Pendapatan Usahaternak Ayam Buras (Rp/tahun) Skala 40 Ekor

Keterangan Tradisional

(n=20) Penerimaan

Penjualan ternak 223.750

Konsumsi ternak 84.052,5

Nilai Sampingan 10.775

Total Penerimaan 318.577,5

Biaya Variabel

Pakan 172.909,5

Obat-obatan 3.250

Perbaikan kandang 1.350

Total Biaya Variabel 177.509,5

Margin kotor 141.068

Biaya tetap

Penyusutan kandang 18.385,55

Penyusutan peralatan 2.317,1

Total Biaya Tetap 20.702,65

Pendapatan bersih 120.365,35

Pendapatan bersih per ekor 3009,13

(44)

Tabel 12. Rata-rata Pendapatan Usahaternak Ayam Buras Setelah Flu Burung

Uraian

Rata-rata Pendapatan Usaha Ternak Ayam Buras Skala 45 Ekor (Rp/thn)

Tunai Tidak

Tunai Inventaris Total Penerimaan Usahaternak :

Penjualan ternak (+) 932.815,79 932.815,79

Konsumsi ternak (+) 482.315,79 482.315,79

Nilai ternak akhir tahun (+) 281.526,31 281.526,31

Pembelian ternak (-) 157.736,84 157.736,84

Nilai ternak awal tahun (-) 642.868,42 642.868,42 Total Penerimaan (A) : 775.078,95 482.315,79 (361.342,11) 896.052,63

Biaya Variabel :

Biaya pakan 640.578,95 640.578,63

Biaya obat dan vaksin 62.852,63 62.852,63

Biaya perbaikan kandang 38.684,21 38.684,21

Biaya perlengkapan 6.000,00 6.000,00

Total Biaya Variabel (B) : 748.115,79 0,00 0,00 748.115,79

Margin Kotor (A-B) : 26.963,16 482.315,79 (361.342,11) 147.936,84

Biaya Tetap :

Biaya penyusutan kandang 112.324,56 112.324,56 Total Biaya Tetap (C) : 0,00 0,00 112.324,56 112.324,56

Pendapatan Bersih (A-B-C) : 26.963,16 482.315,79 473.666,67 35.612,28

Pendapatan bersih per ekor 791,38

Sumber : Fitriyani, (2006), diolah

Aspek Konatif (Tindakan)

Informasi flu burung sangat mempengaruhi anggota kelompok untuk

bertindak lebih hati-hati dalam kegiatan usahatani-ternaknya. Berdasarkan rataan

skor pada Tabel 13 terlihat bahwa anggota kelompok setuju untuk tetap memelihara

unggas, menjaga kebersihan dan melakukan vaksinasi secara berkala pada ternak,

melakukan pengawasan khusus terhadap seluruh ternak dan mencari informasi lebih

lanjut tentang flu burung melalui seminar dan penyuluhan dari pihak pemerintah atau

(45)

Tabel 13. Aspek Konatif Anggota Kelompok mengenai Flu Burung

Mencari informasi lebih lanjut

Tetap memelihara unggas

Menjaga kebersihan dan pemberian vaksin

Pengawasan khusus terhadap ternak

Mengikuti penyuluhan, seminar dan sosialisasi

2,63

Hasil ini menunjukkan bahwa anggota kelompok ingin usahaternaknya

terbebas dari flu burung, karena sebagian besar penghasilan yang diperolehnya tiap

bulan salah satunya berasal dari usahaternak, sehingga anggota kelompok setuju

untuk mengikuti berbagai penyuluhan, seminar dan sosialisasi mengenai informasi

flu burung. Menurutnya dengan adanya program tersebut anggota kelompok dapat

mengetahui tindakan yang dapat dilakukan jika unggas peliharaan mereka terkena flu

burung. Hal ini juga berkaitan dengan unsur pencegahan flu burung pada aspek

pengetahuan, bahwa anggota kelompok dalam penyampaian informasi pencegahan

flu burung lebih menyukai komunikasi langsung (interpersonal) dari pada melalui

media-media yang tersedia. Karena jika kurang mengerti dapat ditanyakan langsung

kepada penyuluh-penyuluh yang ada.

Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Anggota Kelompok dengan Persepsi terhadap Informasi Flu Burung

Hasil uji korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa sebagian besar dari factor internal dan eksternal anggota kelompok tidak memiliki hubungan yang nyata

dengan persepsi terhadap flu burung, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun

konatif. Namun, terdapat hubungan yang nyata antara jumlah tanggungan keluarga

dengan aspek afektif, pendapatan dari usahatani-ternak dengan aspek kognitif dan

afektif, ketersediaan sumber informasi dengan afektif, dan hubungan yang sangat

(46)

Tabel 14. Korelasi Faktor Internal dan Eksternal Anggota Kelompok dengan Persepsi terhadap Flu Burung

Faktor internal dan eksternal

Anggota Kelompok

Persepsi Terhadap Flu Burung

Kognitif Afektif Konatif

1. Umur -0,127 0,089 -0,266

2. Pendidikan formal 0,218 0,070 -0,067

3. Tanggungan keluarga 0,012 0,298* -0,160

4. Pekerjaan di luar usahatani-ternak 0,100 0,203 0,231

5. Pendapatan usahatani-ternak 0,281* 0,299* 0,244

6. Pengalaman bertani-beternak -0,061 -0,120 -0,114

7. Keanggotaan dalam kelompok 0,227 -0,003 0,098

Tabel 14 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak nyata antara

umur anggota kelompok dengan persepsi terhadap informasi flu burung, baik dalam

aspek kognitif, afektif maupun konatif. Hal ini berarti perbedaan umur anggota

kelompok tidak mempengaruhi persepsi anggota kelompok terhadap flu burung,

karena umumnya umur anggota kelompok tergolong usia sedang dan informasi yang

mereka cari bukanlah informasi flu burung melainkan informasi dalam bidang

pertanian, misalnya lebih mengutamakan informasi mengenai cara menanam bibit

padi yang baik dan benar. Nilai negatif pada aspek kognitif dan aspek konatif berarti

bahwa anggota kelompok yang berumur lebih tua, memiliki pengetahuan dan

tindakan yang cenderung rendah (lambat) terhadap flu burung, karena semakin tua

umur anggota kelompok maka akan semakin rendah motivasi untuk memperoleh

informasi flu burung.

Pendidikan

Pendidikan berhubungan tidak nyata dengan persepsi terhadap flu burung.

Hal ini berarti bahwa pendidikan formal yang dimiliki anggota kelompok tidak

memberikan pandangan khusus terhadap persepsi flu burung tersebut. Sehingga

(47)

bukanlah pendidikan pertanian yang memberikan ilmu-ilmu tentang informasi

pertanian termasuk didalamnya flu burung melainkan hanya pendidikan umum biasa.

Nilai negatif pada aspek konatif berarti bahwa anggota kelompok yang

berpendidikan lebih tinggi tidak tahu bagaimana menangani jika atau mencegah

terjadinya flu burung. Hal ini diduga karena umumnya pendidikan formal anggota

kelompok paling tinggi hanya tamatan SLTA, bukan sekolah pertanian yang pada

saat itu belum adanya sosialisasi tentang flu burung.

Tanggungan Keluarga

Tabel 14 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata (α 0,05) antara

jumlah tanggungan keluarga dengan aspek afektif (sikap) persepsi terhadap flu

burung. Hal ini dikarenakan semakin besarnya jumlah tanggungan keluarga yang

dimiliki anggota kelompok maka anggota kelompok akan semakin positif dalam

menyikapi flu burung. Anggota kelompok yang memiliki tanggungan keluarga akan

lebih bersikap positif dalam menyerap informasi flu burung yang didapat dan lebih

meningkatkan kewaspadaannya terhadap bahaya flu burung yang tidak hanya dapat

mengancam kelangsungan usahaternaknya namun juga dapat mengancam kehidupan

anggota keluarga mereka. Salah satunya adalah anggota kelompok yang memiliki

anak merasa takut jika anaknya terkena flu burung, karena kebanyakan dari mereka

mengkonsumsi hasil pertanian dan peternakan termasuk unggas di dalamnya serta

lokasi kandang unggas yang berdekatan dengan tempat tinggal mereka. Sementara

itu, anggota keluarga memiliki hubungan yang tidak nyata dengan aspek kognitif dan

konatif, yang berarti bahwa jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki kelompok

tidak mempengaruhi pengetahuan tentang flu burung dan tindakan anggota

kelompok. Nilai negatif pada aspek konatif berarti bahwa anggota kelompok yang

memiliki banyak tanggungan keluarga akan cenderung rendah dalam bertindak,

karena mereka masih mengalami kebingungan jika tetap melakukan tindakan untuk

tetap memelihara unggas, dilain sisi mereka takut anak mereka terkena flu burung

akibat tindakan tersebut.

Pekerjaan di luar Usahatani-ternak

Terdapat hubungan yang tidak nyata antara pekerjaan di luar usahatani-ternak

dengan persepsi terhadap flu burung. Hal ini berarti apapun jenis pekerjaan di luar

(48)

dengan persepsi anggota kelompok terhadap flu burung, karena sebagian besar

pekerjaan anggota kelompok di luar usahatani-ternak adalah sebagai buruh

bangunan, jasa angkutan ojek dan berdagang yang berlokasi di wilayah sekitar

tempat tinggal mereka. Sehingga bagi anggota kelompok yang menginginkan

informasi flu burung lebih lanjut harus bekerja di luar wilayah desanya, karena

semakin banyak berinteraksi dengan orang lain maka informasi (pengetahuan, sikap

dan tindakan) akan semakin bertambah khususnya informasi flu burung.

Pendapatan Usahatani-ternak

Pendapatan dari usahatani-ternak berhubungan nyata dengan aspek kognitif

dan aspek afektif. Hal ini berarti semakin tinggi pendapatan anggota kelompok yang

diperoleh dari usahatani-ternak, maka semakin tinggi tingkat pengetahuan dan sikap

yang dimiliki anggota kelompok terhadap flu burung. Hal ini dikarenakan pula

anggota kelompok yang memiliki pendapatan usahatani-ternak yang besar dapat

dengan mudah mendapatkan informasi flu burung melalui media yang dibelinya

(baik itu media cetak ataupun media elektronik), sehingga mereka lebih tahu tentang

informasi flu burung serta dapat menentukan sikap apa yang harus diambil terhadap

informasi tersebut, karena mereka takut mengalami kerugian akibat adanya flu

burung.

Pengalaman Bertani-beternak

Terdapat hubungan yang tidak nyata negatif antara pengalaman

bertani-beternak dengan semua aspek persepsi terhadap flu burung. Hal ini menunjukkan

bahwa sedikit banyaknya pengalaman tani-ternak yang dimiliki anggota kelompok

maka tidak mempengaruhi persepsi anggota kelompok terhadap informasi flu

burung, karena umumnya anggota kelompok berusia muda dan baru memulai

usahatani-ternak, sehingga informasi flu burung belum mereka dapatkan dari

pengalaman tani-ternaknya tersebut.

Keanggotaan dalam Kelompok

Tabel 14 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak nyata antara

pengalaman menjadi anggota kelompok dengan persepsi terhadap informasi flu

burung, baik itu dari aspek kognitif, afektif dan faktor konatif. Hal ini menunjukkan

Gambar

Gambar 1 : Alur Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Proses Pembentukan Persepsi berdasarkan Model Solomon (Sutisna, 1999)
Tabel 1. Jumlah Sampel Penelitian
Tabel 2. Sebaran Luas Wilayah Pemanfaatan Lahan di Desa Karehkel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tesis yang berjudul :” PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM KEGIATAN OPTIMALISASI PEMANFAATAN PEKARANGAN DI KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT” ini adalah karya penelitian

Our purpose was to know the implementation of Regulation of District Bogor number 16 year 2007 about Intensification Handling and Operation of Virus Flu Bird / Avian

Tesis yang berjudul :” PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM KEGIATAN OPTIMALISASI PEMANFAATAN PEKARANGAN DI KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT” ini adalah karya penelitian