PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI-TERNAK
TERHADAP FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA)
(Kasus Kelompok Tani-Ternak Pandan Wangi Desa Karehkel, KecamatanLeuwiliang, Kabupaten Bogor)
SKRIPSI KHAIRUL HANAFIAH
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
RINGKASAN
KHAIRUL HANAFIAH. D34102040. Persepsi Anggota Kelompok Tani-Ternak Terhadap Flu Burung (Avian influenza) (Kasus Kelompok Tani-Ternak Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Richard W. E. Lumintang, MSEA. Pembimbing Anggota : Ir. Lucia Cyrilla, ENSD, MSi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) persepsi anggota kelompok terhadap flu burung, 2) karakteristik anggota kelompok, dan 3) hubungan antara faktor internal dan eksternal anggota kelompok dengan persepsi terhadap flu burung.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karehkel Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor, dari bulan April sampai Mei 2006. Desain penelitian menggunakan metode penelitian survei. Penarikan sampel menggunakan metode
Proportionate Random Sampling. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Hasil Analisis berdasarkan rataan skor dan uji korelasi rankSpearman disajikan secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi anggota kelompok tani-ternak Pandan Wangi terhadap flu burung adalah masih memerlukan informasi flu burung lebih lengkap, ragu-ragu untuk memelihara dan mengkonsumsi unggas dan melaksanakan manajemen kesehatan ternak dengan lebih baik, dan terus mencari informasi. Terdapat hubungan yang nyata (α 0,05) antara tanggungan keluarga dengan aspek afektif, antara pendapatan usahatani-ternak dengan aspek kognitif dan afektif. Sementara untuk faktor eksternal, ketersediaan sumber informasi flu burung berhubungan nyata negatif (α 0,05) dengan aspek afektif dan frekuensi berkomunikasi berhubungan sangat nyata (α 0,01) dengan aspek kognitif.
ABSTRACT
The Perception of Farmers Group member to Bird Flu (Avian influenza) (Case in Pandan Wangi Farmers Group, Karehkel Village, Leuwiliang-Bogor)
Hanafiah, K., R. W. E, Lumintang., L, Cyrilla. ENSD
The aims of this research was to know : 1) groups member perception of bird flu, 2) characteristic of groups members, 3) correlation between internal and external factors of groups member with perception, attitude and action of bird flu.
This research was carried out in Bogor residence, especially at Karehkel village, Leuwiliang and surrounded, from April until Mei 2006. This research was designed as a survey research. Sample in this research was taken with proportionate random sampling method. The data that collected was primary and secondary data. The data were analyzed as the descriptive analysis, scoring average and rank Spearman correlation.
The results of this research showed that the perception of Pandan Wangi groups member to bird flu, is still needin more complete Avian influenza information, doubtful to grow and consume birds, and doing better health breeding management and keep on looking for information. There is significant correlation (α 0,05) between family responsibility with affective aspect, income with cognitive and affective aspect. For external factors, bird flu information source readiness has negative significant correlation (α 0,05) with affective aspect and communicating frequency has high significant correlation (α 0,01) with cognitive aspect.
PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI-TERNAK
TERHADAP FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA)
(Kasus Kelompok Tani-Ternak Pandan Wangi Desa Karehkel, KecamatanLeuwiliang, Kabupaten Bogor)
KHAIRUL HANAFIAH D34102040
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI-TERNAK
TERHADAP FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA)
(Kasus Kelompok Tani-Ternak Pandan Wangi Desa Karehkel, KecamatanLeuwiliang, Kabupaten Bogor)
Oleh
KHAIRUL HANAFIAH D34102040
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 19 Januari 2007
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Ir. Richard W. E. Lumintang, MSEA Ir. Lucia Cyrilla, ENSD. MSi
NIP. 130 367 101 NIP. 131 760 916
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 Maret 1984. Penulis merupakan
anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Endang Ruchyat dan Ibu Ning
Sri.
Penulis memasuki pendidikan taman kanak-kanak pada tahun 1989 di TK
Ratresia Pondok Cina, Depok dan lulus tahun 1990. Tahun 1990 penulis memasuki
pendidikan dasar di SDN Pondok Cina III, Depok dan lulus tahun 1996. Tahun 1996
penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 242 Jakarta dan lulus tahun 1999.
Pendidikan menengah atas, penulis jalani di SMU SULUH Jakarta pada tahun 1999
sampai tahun 2002. Setelah lulus SMU tahun 2002, penulis diterima di Jurusan
Sosial Ekonomi Industri Peternakan (SEIP) melalui jalur USMI.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan
yaitu HIMASEIP. Penulis menjadi anggota HIMASEIP pada tahun 2005 dan berada
di bawah Departemen Kesekretariatan. Tahun 2006 penulis pernah menjadi
mahasiswa berprestasi dibidang seni melalui kegiatan ALSA ENGLISH
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirabillalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Anggota Kelompok
Tani-Ternak Terhadap Flu Burung (Avian influenza)”. Skripsi ditulis berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis pada bulan April – Mei 2006.
Anggota kelompok tani-ternak Pandan Wangi Desa Karehkel, sangat
memerlukan perhatian dalam informasi flu burung. Berdasarkan hal tersebut, maka
informasi yang mereka dapatkan akan berguna sebagai penghubung diantara
masyarakat. Oleh karena itu, tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk
mengetahui persepsi anggota terhadap flu burung, mengetahui karakteristik anggota
dan mengetahui hubungan faktor internal dan eksternal anggota kelompok dengan
persepsi, sikap dan tindakan terhadap flu burung.
Semua kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Penulis
menyadari sepenuhnya, skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Saran, kritik dan masukan sangat diharapkan oleh penulis untuk perbaikan. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Amien.
Bogor, Januari 2007
DAFTAR ISI
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 7
Kelompok Tani-Ternak Pandan Wangi ... 21
Faktor Internal dan Eksternal Anggota Kelompok ... 22
Persepsi terhadap Flu Burung ... 29
Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Anggota Kelompok dengan Persepsi terhadap Flu Burung ... 33
KESIMPULAN DAN SARAN ... 39
Kesimpulan ... 39
Saran ... 39
UCAPAN TERIMAKASIH ... 40
DAFTAR PUSTAKA ... 41
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Jumlah Sampel Penelitian... 15
2. Sebaran Luas Wilayah Pemanfaatan Lahan di Desa Karehkel... 18
3. Sebaran Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan... 20
4. Sebaran Mata Pencaharian Penduduk Desa Karehkel... 20
5. Distribusi Faktor Internal Anggota Kelompok... 23
6. Ketersediaan Sumber Informasi Flu Burung bagi Anggota Kelompok... 26
7. Jenis Media Informasi Flu Burung yang Paling Banyak Digunakan Anggota Kelompok... 28
8. Frekuensi Berkomunikasi Anggota Kelompok... 28
9. Aspek Kognitif Anggota Kelompok mengenai Flu Burung... 29
10. Aspek Afektif Anggota Kelompok mengenai Flu Burung... 30
11. Rata-rata Pendapatan Usahaternak Ayam Buras sebelum Terjadi Flu Burung... 31
12. Rata-rata Pendapatan Usahaternak Ayam Buras setelah Terjadi Flu Burung... 32
13. Aspek Konatif Anggota Kelompok mengenai Flu Burung... 33
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Alur Kerangka Pemikiran... 5
2. Proses Pembentukan Persepsi berdasarkan Model Solomon... 9
3. Keadaan Wilayah Desa Karehkel... 19
4. Susunan Pengurus Kelompok... 25
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Frekuensi Faktor Internal Anggota Kelompok... 43
PENDAHULUAN Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial, dalam kehidupannya membutuhkan
manusia lain yang ada di sekitarnya. Naluri manusia untuk hidup bersama dengan
manusia lain membuat timbulnya saling ketergantungan dengan manusia lain dalam
suatu lingkaran tertentu. Alasan ini yang membuat manusia membentuk kelompok
sosial (social group) dalam kehidupannya. Kelompok merupakan kumpulan individu
yang saling berinteraksi, saling ketergantungan dan saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan tertentu (Sarwono, 1999).
Terbentuknya suatu kelompok dalam bidang pertanian sangat membantu para
petani untuk memudahkan mencari berbagai informasi penting yang berhubungan
dengan keperluannya. Salah satunya adalah kelompok tani-ternak yang memiliki
sekumpulan petani – peternak atas dasar kesamaan kepentingan, kondisi lingkungan,
keserasian, jenis usaha dan tujuan yang telah ditetapkan bersama (Deptan, 1997).
Adanya informasi peternakan, tentang wabah yang menyerang jutaan unggas dan
dapat menyebabkan kematian hingga ke manusia, menyebabkan masyarakat
mengalami ketakutan akan hal ini. Wabah ini dikenal dengan nama Avian influenza
atau flu burung dengan virus subtipe H5N1 (Soejoedono dan Handaryani, 2005). Penyebaran informasi ini tentunya tak lepas dari adanya media massa, baik
melalui media elektronik atau media cetak untuk mempublikasikannya. Karena
seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan adanya kebebasan pers dalam
pemberitaan, media hadir dalam berbagai jenis dan bentuk (surat kabar, majalah,
tabloid, televisi, radio, internet, brosur, seminar, dan lain-lain) untuk menyampaikan
beragam informasi di segala bidang (politik, sosial budaya dan ekonomi). Khususnya
media elektronik televisi yang dapat memperlihatkan atau menyuguhkan realita yang
ada (Jahi, 1993). Hal tersebut dapat mengubah persepsi khalayak mengenai yang
terjadi baru-baru ini pada ternak unggas. Masyarakat yang berpendidikan rendah
dengan melihat pemusnahan jutaan ekor ayam yang ditayangkan di televisi berkaitan
dengan upaya pemberantasan penyakit flu burung, tentunya akan berpikir bagi
dirinya sendiri. Oleh sebab itu, banyak masyarakat untuk mengurangi mengkonsumsi
Melihat kondisi yang seperti ini, maka anggota kelompok tani-ternak
khususnya anggota kelompok tani-ternak Pandan Wangi sebagai pengguna media
komunikasi serta penghubung masyarakat dituntut untuk mengerti, memahami dan
peka terhadap masalah tersebut.
Perumusan Masalah
Adanya informasi yang beredar mengenai flu burung akhir-akhir ini, perlu
diketahui bagaimana persepsi anggota kelompok tani-ternak, khususnya anggota
kelompok tani-ternak Pandan Wangi. Hal itu dilakukan, karena latar belakang
pekerjaannya kebanyakan bertani dan beternak, sehingga persepsi yang diberikan
berkaitan dengan karakteristik sebagai petani peternak atau dengan informasi yang
didapatkannya.
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan, maka masalah-masalah yang
perlu diteliti adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah persepsi anggota kelompok tani-ternak Pandan Wangi terhadap
flu burung berdasarkan informasi yang diperoleh ?
2. Bagaimanakah karakteristik anggota kelompok tani-ternak Pandan Wangi ?
3. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik anggota kelompok dan faktor
eksternalnya dengan persepsi anggota kelompok Pandan Wangi terhadap flu
burung ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui persepsi anggota kelompok tani-ternak terhadap flu burung
berdasarkan informasi yang diperoleh.
2. Mengetahui karakteristik-karakteristik pembentuk persepsi anggota kelompok
terhadap flu burung.
3. Mempelajari hubungan-hubungan yang terdapat antara faktor internal dan faktor
Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian adalah :
1. Bagi kelompok tani-ternak sebagai pengetahuan untuk mengetahui seberapa
besar peranannya dalam memberikan informasi pertanian dan peternakan kepada
masyarakat sekitar.
2. Bagi pemerintah merupakan sebagai untuk mengetahui seberapa besar
peranannya terhadap penyampaian informasi peternakan kepada khalayak
khususnya peternak.
3. Bagi peneliti dan peneliti lainnya merupakan latihan untuk mengasah
kemampuan dalam mengamati, mengumpulkan, dan menganalisis data serta
berfikir secara ilmiah mengenai informasi yang diberikan media-media dalam
KERANGKA PEMIKIRAN
Subsektor yang berkaitan dengan perekonomian rakyat adalah subsektor
peternakan, karena sebagian besar diusahakan oleh rakyat, misalnya perunggasan
atau peternakan unggas. Pembangunan subsektor peternakan bidang unggas,
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perkembangan perekonomian dan
mempunyai peranan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan protein hewani.
Usahaternak unggas posisinya semakin lemah dan terancam dalam kenyataannya,
karena adanya wabah flu burung yang banyak menyerang unggas dalam beberapa
tahun belakangan ini. Hal ini menyebabkan kematian pada unggas yang
menimbulkan kerugian besar bagi peternak unggas bahkan sampai menyerang
manusia.
Pengaruh flu burung terhadap khalayak, khususnya anggota kelompok yang
berperan dalam bidang pertanian dan peternakan perlu diketahui terlebih dahulu
dengan mempelajari persepsi masing-masing individu. Faktor-faktor yang
melatarbelakanginya, yaitu : umur, pendidikan formal, tanggungan keluarga,
Pekerjaan di luar usahatani-ternak, pendapatan usahatani-ternak, pengalaman bertani
dan beternak, serta keanggotaan dalam kelompok yang merupakan faktor internal.
Sedangkan faktor eksternal antara lain : ketersediaan sumber informasi dan frekuensi
berkomunikasi. Secara lebih rinci hubungan atau kaitan faktor-faktor tersebut
Gambar 1 : Alur Kerangka Pemikiran Karakteriktik Anggota Kelompok
Umur
Pendidikan Formal Tanggungan Keluarga Pekerjaan di luar
usahatani-ternak
Pendapatan Usahatani-ternak Pengalaman Bertani-beternak Keanggotaan dalam Kelompok
Sarana Informasi Flu Burung Ketersediaan Sumber Informasi Frekuensi Berkomunikasi
PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK TERHADAP FLU BURUNG ¾ Kognitif / Pengetahuan / Pendapat ¾ Afektif / Perasaan / Sikap
¾ Konatif / Kecenderungan dalam bertindak
TINJAUAN PUSTAKA Definisi Persepsi
Menurut Rakhmat (2005), persepsi adalah pandangan tentang objek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan serta memberikan makna pada stimuli inderawi. Sedangkan
menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), persepsi merupakan proses menerima
informasi atau stimuli dari lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran
psikologis. Persepsi menurut Mulyana (2000), merupakan proses internal yang
memungkinkan untuk memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari
lingkungan dan proses tersebut mempengaruhi perilaku, kemudian persepsi sosial
merupakan proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang
dialami dalam lingkungan.
Prinsip Umum Persepsi
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), prinsip umum persepsi dibagi
menjadi lima bagian, antara lain :
1. Relativitas
Persepsi bersifat relatif, walaupun suatu objek tidak dapat kita perkirakan yang
tepat tetapi setidaknya kita dapat mengatakan yang satu melebihi yang lainnya.
2. Selektivitas
Persepsi sangat selektif. Panca indra menerima stimuli dari sekelilingnya dengan
melihat objek, mendengar suara, mencium bau, dan sebagainya. Karena kapasitas
memproses informasi terbatas, tidak semua stimuli dapat ditangkap, tergantung
pada faktor fisik dan psikologis seseorang.
3. Organisasi
Persepsi terorganisir, cenderung untuk menyusun pengalaman dalam bentuk yang
memberi arti, dengan mengubah yang berserakan dan menyajikannya dalam
bentuk yang bermakna, antara lain berupa gambar dan latar (belakang).
4. Arah
Melalui pengamatan, seseorang dapat memilih dan mengatur serta menafsirkan
5. Perbedaan Kognitif
Persepsi seseorang bisa berlainan satu sama lain dalam situasi yang sama karena
adanya perbedaan kognitif. Setiap proses mental, individu bekerja menurut
caranya sendiri tergantung pada faktor-faktor kepribadian, seperti toleransi
terhadap tingkat keterbukaan atau ketertutupan pikiran, sikap otoriter, dan
sebagainya.
Mulyana (2000), membagi persepsi berdasarkan pengalaman, yang
merupakan pandangan terhadap objek atau peristiwa dan reaksi terhadap hal-hal
yang berdasarkan pengalaman masa lalu. Bersifat selektif, dugaan dan evaluatif,
yang merupakan data yang diperoleh mengenai objek lewat penginderaan tidak
pernah lengkap (kesimpulan) dan proses kognitif psikologis dalam diri yang
mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan pengharapan yang digunakan untuk
memaknai objek.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi menurut Krech dan Crutchfield (1977) dalam Rakhmat (2005), ditentukan oleh faktor personal (fungsional) dan faktor situasional (struktural).
Faktor fungsional umumnya obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu dan
berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, kesiapan mental, suasana emosional,
latar belakang budaya dan lain sebagainya (karakteristik individu). Karakteristik
seseorang yang memberikan respon pada sebuah stimuli adalah yang menentukan
persepsi, bukan jenis atau bentuk stimuli, umumnya disebut sebagai kerangka
rujukan.
Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan
efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu, jika seseorang ingin
memahami suatu peristiwa, maka individu tersebut dapat meneliti fakta-fakta yang
terpisah, harus memandangnya secara keseluruhan (dalam lingkungannya, dalam
masalah yang dihadapinya).
Kondisi internal dan rangsangan eksternal dapat mempengaruhi persepsi
seseorang terhadap obyek tertentu. Kondisi internal mencakup kebutuhan fisik
misalnya makan, minum, istirahat dan perlindungan, kemudian pengalaman masa
lalu juga berperan dalam mengenali rangsangan yang sama walaupun dalam situasi
juga berpengaruh dalam pembentukan persepsi (Sereno dan Bodaken dalam Abduh, 2002).
Menurut Sarwono (1999), persepsi juga ditentukan oleh pengalaman yang
dipengaruhi oleh kebudayaan. Persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli melainkan
karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli tersebut. Secara
psikologis kita mengatakan bahwa setiap orang mempersepsikan stimuli sesuai
dengan karakteristik personalnya atau dengan kata lain pesan diberi makna yang
berlainan oleh orang yang berbeda. Faktor lain yang penting dalam mempengaruhi
persepsi adalah perhatian (attention). Perhatian akan terjadi jika kita
mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita dan mengesampingkan
masukan-masukan melalui alat indera yang lain.
Terdapat enam unsur budaya yang secara langsung mempengaruhi persepsi,
ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain, antara lain 1) kepercayaan,
nilai dan sikap, 2) pandangan dunia, 3) organisasi sosial, 4) tabiat manusia, 5)
orientasi kegiatan dan 6) persepsi tentang diri dan orang lain (Mulyana, 2000).
Proses Persepsi
Menurut Sereno dan Bodaken dalam Mulyana (2000), persepsi dibentuk oleh serangkaian proses yaitu seleksi, organisasi dan interpretasi. Ketiga proses tersebut
merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi dengan cepat dan bersamaan. Seleksi
adalah proses penyeleksian stimulus dan hanya stimulus yang sesuai dengan
kebutuhan atau yang menarik saja yang akan diubah menjadi kesadaran. Organisasi
merupakan suatu proses menyusun rangsangan kedalam bentuk yang sederhana dan
terpadu, sedangkan interpretasi yaitu proses dimana seseorang membentuk
penilaian-penilaian dan pengambilan kesimpulan atau yang lebih dikenal dengan evaluasi dan
identifikasi.
Persepsi merupakan proses kognitif dan afektif yang dialami setiap orang
dalam memahami informasi tentang lingkungannya melalui indera pengelihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman yang diinformasikan kepada
dirinya dari lingkungan tempat orang tersebut berada, sehingga dapat mempengaruhi
keragaan perilakunya. Apabila kebutuhan seseorang sesuai dengan obyek tertentu
maka persepsi orang tersebut akan positif begitu juga sebaliknya, jika tidak sesuai
Proses terbentuknya persepsi menurut Solomon dalam Sutisna, (1999) tidak lepas dari bantuan alat indera (sensasi) sebagai penanggap yang cepat terhadap
stimuli dasar seperti cahaya, warna dan suara. Sedangkan persepsi adalah proses
bagaimana stimuli-stimuli itu diseleksi, diorganisasikan dan diinterpretasikan.
Seperti terlihat pada Gambar 2, bagaimana stimuli tersebut ditangkap melalui indera
dan kemudian diproses melalui stimuli (persepsi).
Gambar 2. Proses Pembentukan Persepsi berdasarkan Model Solomon (Sutisna, 1999)
Sikap
Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran, dan kecenderungan
seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam
lingkungannya. Komponennya dapat berupa pengetahuan, perasaan-perasaan dan
kecenderungan untuk bertindak (Van den Ban danHawkins, 1999).
Sikap menurut Santosa (2004), adalah kecenderungan antara kesediaan
seseorang untuk bertingkah laku tertentu ketika ia menghadapi suatu rangsang
tertentu. Fungsi sikap itu sendiri dibagi menjadi empat, antara lain :
1. Fungsi penyesuaian merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau
menghindarkan tujuan yang diinginkan berdasarkan atas pengalaman dalam
mencapai kepuasan motif tertentu.
2. Fungsi pertahanan ego merupakan mekanisme yang dipakai individu untuk
melindungi egonya terhadap pengetahuan dari luar yang mengancamnya dan
dipakai untuk mengurangi kecemasan yang ditimbulkan oleh persoalan.
3. Fungsi menyatakan nilai merupakan fungsi sikap untuk memberikan ekspresi
yang positif kepada nilai-nilai sentralnya.
4. Fungsi pengetahuan merupakan fungsi untuk mencari kebutuhan, memberi
makna dan mengatur alam semesta agar tidak kacau.
Flu Burung
Menurut Kristina et al., (2006) Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza
tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus
Avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan
Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas
yang terinfeksi. Sedangkan menurut Soejoedono dan Handharyani (2005), flu burung
atau dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah Avian flu atau Avian influenza (AI) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dengan
diameter 90-120 nanometer, secara normal virus tersebut hanya menginfeksi ternak
unggas seperti ayam, kalkun dan itik.
Penyebab
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A . Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Berdasarkan sub tipenya terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N) . Kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya (Kristina et al.,
2006).
Soejoedono dan Handharyani (2005) mengemukakan, pada manusia hanya
terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N98. Strain yang sangat ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 °C dan lebih dari 30 hari pada 0 °C. Virus akan mati pada pemanasan
60 °C selama 3 jam dan dengan detergen, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine.
Gejala
kaki, dan kematian mendadak. Gejala pada manusia demam (suhu badan diatas 38
°C), batuk dan nyeri tenggorokan, radang saluran pernapasan atas, pneumonia,
infeksi mata, dan nyeri otot.
Penularan
Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus
influenza yang ditularkan oleh unggas. Awalnya, flu burung hanya ditemukan pada
burung-burung liar kemudian virus ini juga ditemukan pada ayam, puyuh, itik,
kalkun, dan babi. Virus ini hidup di dalam saluran pencernaan unggas. Penularan
terjadi jika kontak langsung terjadi dari kotoran secara oral atau melalui saluran
pernapasan (Soejoedono dan Handharyani, 2005). Sedangkan menurut Kristina et al.
(2006), Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia,
melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau ekskreta burung ataupun unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga
dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung.
Contohnya: pekerja di peternakan ayam dan petugas pemotong ayam.
Pencegahan
Kristina et al. (2006), mengemukakan bahwa pencegahan flu burung dapat dilakukan pada manusia dan unggas, sebagai berikut :
A. Pencegahan flu burung pada unggas, antara lain :
a. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung
b. Vaksinasi pada unggas yang sehat
B. Pencegahan flu burung pada manusia, antara lain :
1. Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang) :
a. Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
b. Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang
terinfeksi flu burung.
c. Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian
kerja).
d. Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
e. Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
2. Masyarakat umum :
a. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi &
istirahat cukup.
b. Mengolah unggas dengan cara yang benar.
Menurut Soejoedono dan Handharyani (2005), langkah yang dapat ditempuh
dalam pencegahan flu burung antara lain sebagai berikut :
A. Biosekuriti
Peternak perlu menerapkan biosekuriti untuk pencegahan dari kemungkinan
penularan virus. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam usaha ini antara
lain sebagai berikut :
a. Membatasi secara ketat lalu lintas unggas atau ternak, produk unggas, pakan,
kotoran, bulu, dan alas kandang.
b. Membatasi lalu lintas pekerja atau orang dan kendaraan yang keluar masuk
lokasi peternakan.
c. Peternak dan orang yang hendak memasuki peternakan ayam (unggas) harus
menggunakan pakaian pelindung.
d. Mencegah kontak antara unggas dengan burung liar atau burung air, tikus dan
hewan lainnya.
e. Melakukan desinfeksi terhadap semua bahan, sarana dan prasaran peternakan.
B. Depopulasi
Depopulasi adalah tindakan pemusnahan unggas secara selektif di peternakan
yang tertular virus flu burung. Pemusnahan dilakukan dengan menyembelih
semua unggas yang sakit dan unggas yang sehat dalam satu kandang
(peternakan). Selain itu, dapat dilakukan dengan cara disposal, yaitu membakar
dan mengubur unggas mati (bangkai), sekam dan pakan yang tercemar, serta
bahan peralatan yang terkontaminasi.
C. Tata laksana peternakan
a. Pengaturan kepadatan
Kepadatan harus diatur agar semua anakan dapat memperoleh tempat leluasa
untuk aktivitasnya dan mendapat suhu yang tepat.
Temperatur kandang harus selalu dikontrol untuk menghindari perubahan
yang mendadak dan drastis.
c. Pakan
Pakan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan (umumnya dua kali sehari),
sehingga kekebalan tubuh unggas mengalami peningkatan.
d. Air
Air minum yang kotor harus segera diganti untuk menghindari timbulnya
kontaminasi penyakit.
e. Pencahayaan
Pencahayaan yang cukup membantu anak ayam mengenal kandang dan
mengetahui keberadaan tempat pakan dan minum.
f. Ventilasi
Pengaturan ventilasi membantu dalam pengontrolan suhu ruang dan
memperlancar sirkulasi udara.
g. Litter
Litter yang terdapat dalam kandang diusahakan tidak terlalu basah atau
kering, yang akan menimbulkan debu yang beterbangan dan memungkinkan
timbulnya berbagai penyakit.
D. Vaksinasi
Vaksinasi harus dilakukan pada semua jenis unggas yang sehat di daerah
yang telah diketahui terdapat virus flu burung. Vaksin yang digunakan adalah
METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Karehkel Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten
Bogor. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive), dengan pertimbangan bahwa desa tersebut terdapat suatu komunitas kelompok tani ternak
yang memiliki karakteristik umum dan dituntut untuk peka dan tanggap terhadap
perkembangan informasi flu burung. Waktu penelitian dilaksanakan selama satu
bulan dari tanggal 8 April sampai dengan 8 Mei 2006.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah seluruh anggota kelompok tani-ternak Pandan
Wangi yang berada di Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Populasi anggota seluruhnya berjumlah 100 orang dan menyebar dalam delapan
kelompok kecil. Pengambilan sampel dilakukan sebagai berikut : dari delapan
kelompok tani-ternak yang ada di desa Karehkel, dipilih sebanyak lima kelompok
secara purposive. Berdasarkan pengamatan dan informasi ketua KTNA Leuwiliang bahwa kelima kelompok ini lebih dominan dan aktif jika ada berbagai kegiatan dan
pelatihan-pelatihan bidang pertanian serta memiliki jumlah anggota yang cukup
besar, sedangkan lainnya tidak terlalu dominan dan tidak terlalu besar jumlahnya
dibandingkan kelima kelompok tersebut. Sampe diambil sebanyak 50 orang anggota
secara acak berdasarkan rumus Slovin, dengan teknik pengambilan sampel
Proportionate random sampling, yang menjadi responden dalam penelitian ini.
n = 2
N = Ukuran populasi
e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat di
tolerir sebesar 10%
Tabel 1. Jumlah Sampel Penelitian
Nama Kelompok Jumlah Populasi (orang)
Penelitian yang dilakukan ini dirancang sebagai suatu survei yang bersifat
deskriptif korelasional yang bertujuan untuk memberikan gambaran lebih mendalam
tentang gejala sosial tertentu atau aspek kehidupan tertentu dari kelompok
masyarakat yang diteliti, sehingga dapat diungkapkan kaitan antara berbagai gejala
sosial. Variabel pengaruh yang diukur adalah karakteristik anggota kelompok
tani-ternak yang terdiri dari karakteristik individu dan sarana informasi sedangkan
variabel yang terpengaruh adalah persepsi anggota kelompok tani-ternak tersebut
terhadap flu burung.
Data dan Instrumentasi Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung
dengan responden, yang dilakukan dengan menggunakan bantuan kuisioner.
Sedangkan data sekunder diperoleh dengan mencari berbagai informasi dan
pemberitaan tentang flu burung pada berbagai media dan buku-buku yang berkaitan
serta pihak kecamatan setempat untuk pengambilan data tentang gambaran umum
Instrumentasi
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuisioner yang
berisi pertanyaan dan pernyataan bagi responden. Kuisioner ini terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu : bagian pertama untuk mengukur karakteristik anggota kelompok,
kedua untuk melihat sarana informasi flu burung dan ketiga untuk mengetahui
persepsi anggota kelompok terhadap flu burung.
Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara
terstruktur langsung dengan menggunakan kuisioner kepada responden dan pihak
yang terkait dalam penelitian, serta melakukan pengumpulan data sekunder dari
pihak kecamatan setempat.
Analisis Data
Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan prosedur
sebagai berikut :
1. Data faktor internal anggota kelompok yang berupa umur, tanggungan keluarga,
tingkat pendidikan, pendapatan ternak, pekerjaan di luar
usahatani-ternak, pengalaman bertani dan beusahatani-ternak, keanggotaan dalam kelompok dan
faktor eksternal yang meliputi ketersediaan sumber informasi dan frekuensi
berkomunikasi dianalisis dengan menggunakan rataan skor dan distribusi
frekuensi.
2. Hubungan faktor internal dan eksternal anggota kelompok dengan persepsi
terhadap flu burung diuji menggunakan uji korelasi rank Spearman pada program
SPSS 13.0, dengan rumus sebagai berikut :
rs =
Keterangan :
rs : Koefisien korelasi Rank Spearman
N : Jumlah Sampel
di : Selisih ranking tiap pasangan (ranking X dan Y )
Sumber : Siegel. (1997) dan Singarimbun (1998).
Definisi Istilah
Persepsi merupakan penilaian, tanggapan, pendapat anggota kelompok mengenai flu burung.
Umur merupakan usia anggota kelompok pada saat penelitian dilakukan yang diukur dari tahun kelahiran sampai penelitian ini dilakukan yang dihitung dengan
pembulatan kearah ulang tahun terdekat, dimana untuk enam bulan lebih dihitung
menjadi satu tahun.
Pendidikan formal merupakan lamanya anggota kelompok duduk di bangku sekolah formal yang diselesaikan berdasarkan jenjang tamat SD/Sederajat,
SLTP/Sederajat, SLTA/Sederajat, Perguruan Tinggi.
Pengalaman bertani-beternak merupakan lamanya anggota kelompok dalam berusaha tani-ternak, yang diukur dalam satuan tahun, baik sebagai usaha pokok
maupun sambilan.
Jumlah tanggungan keluarga merupakan jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungjawab anggota kelompok, yang diukur dalam jumlah orang.
Pendapatan usahatani-ternak merupakan pendapatan total yang diperoleh rumah tangga anggota kelompok setiap bulan dari sektor pertanian dan peternakan.
Keanggotaan dalam kelompok merupakan lamanya petani-peternak menjadi anggota dalam kelompok.
Kognitif merupakan tingkat pengetahuan anggota kelompok mengenai flu burung. Afektif merupakan sikap anggota kelompok terhadap informasi flu burung.
Psikomotorik merupakan kecenderungan tindakan anggota kelompok dalam menyikapi informasi flu burung.
Ketersediaan sumber informasi merupakan media atau sumber informasi yang dimiliki atau terdapat di rumah anggota kelompok, kelompok dan lingkungan sekitar,
yang digunakan untuk memperoleh informasi flu burung.
GAMBARAN UMUM LOKASI Potensi Sumber Daya Alam
Desa Karehkel merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah
Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Luas wilayah kerja pemerintahan Desa
Karehkel adalah seluas : 499 Ha, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Leuwibatu Kecamatan Rumpin, • Sebalah Timur berbatasan dengan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin,
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gn. Galuga Kecamatan Cibungbulang, • Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Leuwiliang Kecamatan Leuwiliang.
Desa Karehkel berada 300 meter di atas permukaan laut dengan suhu harian
rata-rata 25 – 300C dan curah hujan rata-rata 2495 mm per tahun. Sebagian besar
lahan di Desa Karehkel dimanfaatkan untuk sawah 70,14% yang terdiri dari sawah
irigasi dan sawah tadah hujan. Lahan yang dimanfaatkan untuk kehutanan 25,05%
yang termasuk ke dalam hutan produksi, dengan bambu sebagai hasil utamanya
sebanyak 3500 batang per tahun (Tabel 2).
Tabel 2. Sebaran Luas Wilayah Pemanfaatan Lahan di Desa Karehkel
No. Pemanfaatan
Sumber : Monografi Desa Karehkel, 2004 (diolah)
Komoditas pertanian yang paling banyak ditanam di Desa Karehkel adalah
padi dan jagung (362 ha). Padi yang ditanam terdiri atas padi sawah dan padi ladang
yang menghasilkan 358 ton per hektar per tahun, sedangkan jagung 4 ton per hektar
per tahun.
Jenis ternak yang dipelihara oleh petani-peternak di Desa Karehkel adalah
ekor). Ayam yang dipelihara kebanyakan ayam buras dengan telur sebagai produk
utamanya sebanyak 125 Kg per tahun. Jenis ikan yang dipelihara hanya mujair dan
lele yang masing-masing menghasilkan dua dan empat ton per tahun.
Gambar 3. Keadaan Wilayah Desa Karehkel
Potensi Sumber Daya Manusia Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Desa Karehkel pada tahun 2006 sebanyak 10254 jiwa atau
2793 kepala keluarga yang terdiri dari 48,73% laki-laki dan 52,27% perempuan.
Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan di Desa Karehkel cukup beragam yakni tamat
SD/Sederajat, tamat SLTP, tamat SLTA, tamat Perguruan Tinggi. Jumlah terbesar
yakni 75,66% berpendidikan tamat SD, 16,17% tamat SLTP, 7,26% tamat SLTA dan
terdapat 0,91% tamat Perguruan Tinggi. Banyaknya penduduk yang hanya tamatan
SD dan SLTP karena lembaga pendidikan yang tersedia di desa hanya enam unit
Sekolah Dasar (SD) dan satu unit Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
Tabel 3. Sebaran Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber : Monografi Desa Karehkel, 2004 (diolah)
Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di Desa Karehkel cukup bervariasi yaitu pegawai
negeri, TNI/POLRI, karyawan swasta, dagang/wiraswasta, petani-peternak,
jasa/buruh, dan lainnya. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa penduduk Desa
Karehkel umumnya bermata pencaharian sebagai pedagang/wiraswasta (37,19%) dan
jasa/buruh (34,80%). Barang yang diperdagangkan berupa komoditas pertanian dan
peternakan yang akan dipasarkan di pasar Leuwiliang. Penduduk Desa Karehkel
umumnya menjadi buruh angkutan ojek dan buruh pertanian ataupun buruh
bangunan. Sebaran penduduk berdasarkan mata pencaharian diperlihatkan pada
Tabel 4.
Tabel 4. Sebaran Mata Pencaharian Penduduk Desa Karehkel
No. Tingkat
1. Dagang/wiraswasta 964 37,19
2. Jasa/buruh 902 34,80
3. Petani-Peternak 386 14,89
4. Karyawan swasta 134 5,17
5. Pegawai Negeri 36 1,39
6. TNI/POLRI 3 0,12
7. Lainnya 167 6,44
Jumlah 2592 100
HASIL DAN PEMBAHASAN Kelompok Tani-Ternak Pandan Wangi
Pandan wangi merupakan sebuah gabungan kelompok terpadu yang
mencakup bidang pertanian, peternakan dan perikanan. Kelompok ini didirikan dan
aktif pada tahun 2002 berdasarkan Program Kerja UPTF (Unit Pelaksana Teknis
Fungsional) yang sekarang menjadi UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) periode
2002 – 2007 wilayah Leuwiliang di bawah Departemen Pertanian.
Nama Kelompok
Nama Pandan Wangi terdiri dari dua kata dan makna yang berbeda. Pandan
adalah sejenis tumbuhan yang memiliki banyak kegunaan, sedangkan Wangi berarti
harum yang selalu dibutuhkan. Kelompok ini merupakan kelompok tani-ternak yang
memiliki banyak fungsi dan kegunaan yang selalu dibutuhkan oleh para
petani-peternak untuk membantu proses kegiatan sehari-harinya agar kebutuhan hidupnya
tercukupi dari hasil pertaniannya tersebut.
Susunan Pengurus
Susunan pengurus kelompok tani-ternak Pandan Wangi terdiri dari pelindung,
pembina, ketua, wakil ketua, sekretaris yang merangkap sebagai bendahara serta
dibantu oleh seksi-seksi pertanian, peternakan, perikanan, humas dan usaha.
Anggota Kelompok
Pandan Wangi terdiri dari delapan kelompok tani-ternak, namun yang aktif
hanya lima kelompok saja, antara lain Kelompok Cadas Gantung, Mitra Tani, Sugih
Tani, Mekar Harapan dan Tani Maju. Total anggota kelompok seluruhnya
berjumlah 100 orang petani-peternak yang rata-rata berjenis kelamin laki-laki.
Visi dan Misi
Visi dari kelompok tani-ternak Pandan Wangi adalah adanya pemberdayaan
dan penyadaran petani menuju usahatani yang berwawasan lingkungan serta
berorientasi kepada agribisnis. Sedangkan misi dari kelompok ini yakni
meningkatkan ilmu pengetahuan petani dengan menggali dan mengembangkan
potensi yang ada pada diri petani itu sendiri.
Faktor Internal dan Eksternal Anggota Kelompok
Informasi sangat penting bagi suatu organisasi. Tanpa informasi yang cukup
suatu sistem dapat sulit dalam melakukan proses pengambilan keputusan untuk
mempertahankan dan mengembangkan keberadaannya di antara sistem-sistem
lainnya. Informasi flu burung yang akhir-akhir ini merebak di seluruh daerah,
membuat takut besar di masyarakat petani-peternak khususnya anggota kelompok
tani-ternak yang merupakan penghubung masyarakat. Hal ini mendorong pemerintah
untuk melakukan pembaharuan informasi melalui dinas-dinas terkait agar informasi
yang diterima oleh seluruh petani-peternak memiliki kesamaan dalam bidang
pertanian dan peternakan.
Cukup banyaknya informasi flu burung yang diterima oleh anggota
kelompok, baik itu informasi yang berasal dari pemerintah (Departemen Pertanian
dan Departemen Kesehatan) ataupun pihak swasta (LSM dan Pers) dapat
menimbulkan keragu-raguan bahkan kebingungan dalam penyerapan informasi
tersebut. Sehingga untuk mengefektifkan informasi yang telah beredar harus
dipahami terlebih dahulu masalah-masalah yang dihadapi oleh anggota kelompok
dengan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan petani, antara lain : kondisi sosial
ekonomi petani-peternak, sumberdaya yang dimiliki, kondisi masyarakat dan
lingkungannya serta perubahan-perubahan apa yang ingin dicapainya. Terdapat
dan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan tersebut, yaitu faktor internal dan
eksternal anggota kelompok.
Faktor internal anggota kelompok meliputi umur, pendidikan formal,
pekerjaan di luar usahatani-ternak, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan dari
usahatani-ternak, pengalaman bertani-beternak, dan keanggotaan dalam kelompok.
Faktor eksternal anggota kelompok meliputi ketersediaan sumber informasi dan
frekuensi berkomunikasi.
Tabel 5. Distribusi Faktor Internal Anggota Kelompok
No. Karakteristik Anggota Kelompok Kategori Persentase (%) 2. Pendidikan Formal
Tidak sekolah-tidak tamat SD Tamat SD-tamat SLTP Tamat SLTA 3. Tanggungan Keluarga (orang)
0 – 3 4. Pekerjaan di luar Usahatani-ternak
Ada Tidak ada
38 62 5. Pendapatan Usahatani-ternak (bulan)
< Rp. 500.000 6. Pengalaman tani-ternak (tahun)
1 – 14 7. Keanggotaan dalam Kelompok (tahun)
1
Umur merupakan salah satu unsur penting dalam proses pengambilan
keputusan dan peneriman informasi. Kisaran umur anggota kelompok mulai umur 19
sampai 70 tahun (Tabel 5). Jumlah anggota kelompok terbanyak terdapat pada
kisaran 37-54 tahun (42%). Data tersebut menunjukkan banyak pemuda yang terlibat
Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Besarnya persentase anggota kelompok yang
berumur 37-54 tahun menggambarkan bahwa anggota kelompok masih tergolong
usia produktif dalam proses pencarian informasi dan memiliki keinginan untuk
memperoleh informasi yang lengkap dan jelas, sehingga kebutuhan informasi tentang
pertanian dan peternakannya dapat terpenuhi.
Pendidikan Formal
Tabel 5 memperlihatkan bahwa sebagian besar pendidikan formal anggota
kelompok tergolong sedang dengan kisaran tamat SD – tamat SLTP (74%). Hal ini
mengidentifikasikan bahwa anggota kelompok telah memenuhi kewajiban belajar
sembilan tahun yang merupakan program pendidikan dari pemerintah dan sesuai
dengan tingkat pendidikan desa Karehkel yang sebagian besar telah tamat SD.
Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga yang besar akan menuntut pemenuhan
kebutuhan ekonomi yang besar pula, selain itu peran anggota keluarga dapat
membantu meringankan kegiatan usahatani-ternak para anggota kelompok. Tabel 5
menunjukan bahwa 46% anggota kelompok memiliki tanggungan keluarga
maksimum tiga orang. Sedikitnya jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki anggota
kelompok dikarenakan banyaknya anggota kelompok yang belum berkeluarga,
sehingga belum memiliki tanggungan selain dirinya sendiri.
Pekerjaan di luar Usahatani-ternak
Pekerjaan di luar usahatani-ternak berkaitan dengan kemampuan anggota
kelompok meningkatkan pendapatan keluarga, untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari selain dari usahatani-ternak. Pada Tabel 5 menunjukan bahwa mayoritas
anggota kelompok tidak memiliki pekerjaan di luar usahatani-ternak, karena rata-rata
anggota kelompok kurang memiliki kesempatan untuk bekerja selain bertani dan
beternak, karena kebanyakan dari mereka hanya berpendidikan tamat sekolah dasar,
sehingga mereka sulit sekali untuk memperoleh modal usaha. Sedangkan 38%
anggota kelompok memiliki pekerjaan di luar usahatani-ternak yaitu sebagai buruh
Pendapatan Usahatani-ternak
Tingkat pendapatan yang diperoleh dalam periode waktu tertentu
mempengaruhi kondisi sosial ekonomi anggota kelompok. Tabel 5 menunjukkan
bahwa sebagian besar (72%) pendapatan usahatani-ternak yang diperoleh anggota
kelompok selama sebulan berada pada kategori rendah yaitu kurang dari Rp. 500.000
per bulan. Hal ini karena usahatani-ternak anggota kelompok tergantung pada hasil
tanaman yang diperoleh dan kebutuhan pasar akan ternak. Rendahnya pendapatan
anggota kelompok karena selain karena tergantung hasil tanam dan ternak juga
karena harga komoditas pertanian-peternakan yang ditetapkan sangat murah oleh
para tengkulak, karena umumnya pembeli ialah para tengkulak yang datang langsung
ke lokasi pertanian-peternakan anggota kelompok.
Pengalaman Bertani-beternak
Anggota kelompok memiliki pengalaman bertani-beternak pada kisaran 1 –
40 tahun. Pengalaman sebagian besar anggota kelompok dalam bertani dan beternak
berkisar 1 – 14 tahun (58%). Hal ini karena banyaknya anggota kelompok yang
berusia muda dan baru memulai usahatani-ternak untuk meneruskan usaha keluarga
yang sudah lama dirintis sejak dulu. Pengalaman bertani dan beternak mereka
peroleh dari tradisi keluarga secara turun-temurun. Untuk meningkatkan hasil
pertaniannya para generasi yang baru ini secara terus-menerus belajar kepada
petani-peternak yang lebih berpengalaman mengenai masalah pertanian.
Pengalaman Keanggotaan dalam Kelompok
Keinginan memperoleh informasi yang lebih baik mengenai pertanian serta
memecahkan segala permasalahannya dapat memacu petani-peternak untuk menjadi
anggota kelompok yang ada di wilayahnya masing-masing. Tabel 5 menunjukkan
bahwa sebanyak 42% anggota kelompok memiliki pengalaman keanggotaan dalam
kelompok selama satu tahun. Sedangkan sisanya memiliki pengalaman keanggotaan
dalam kelompok selama 2 – 3 tahun (40%) dan selama empat tahun (18%). Hal ini
kelompok tani-ternak Pandan Wangi sendiri baru dibentuk dan aktif pada tahun 2002
berdasarkan program kerja UPTF (Unit Pelaksana Teknis Fungsional) periode
2002-2007 Departemen Pertanian Wilayah Leuwiliang – Bogor. Tertariknya
banyak kegiatan pertanian yang berguna bagi anggota kelompok agar dapat
meningkatkan produktivitas usahatani-ternak mereka.
Ketersediaan Sumber Informasi Flu Burung
Sumber informasi yang telah tersedia untuk anggota kelompok tidak
menjamin terpenuhinya kebutuhan anggota kelompok tersebut. Tingkat ketersediaan
informasi flu burung diukur berdasarkan ada tidaknya informasi flu burung, baik
secara personal dalam kelompok ataupun personal luar kelompok dan media massa.
Secara keseluruhan ketersediaan informasi flu burung di Desa Karehkel, Kecamatan
Leuwiliang, Kabupaten Bogor kurang tersedia bahkan di dalam kelompok. Hal ini
terjadi karena informasi flu burung secara umum hanya didapatkan dari media cetak
dan media elektronik saja, sedangkan biaya untuk mendapatkan informasi tersebut
cukup mahal bagi para anggota kelompok, sehingga informasi flu burung sulit
didapat. Kelompok hanya menyediakan informasi berupa pamflet yang ditempel di
sebuah papan informasi yang letaknya hanya di rumah ketua kelompok saja.
Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa sumber personal luar kelompok memiliki
nilai rataan skor terbesar, yang berarti sumber informasi flu burung yang didapat
berasal dari penyuluh-penyuluh dinas peternakan setempat, karena menurut anggota
kelompok penyuluh masih memiliki peran yang sangat strategis sebagai sumber
informasi flu burung. Namun, banyak dari anggota kelompok yang mengatakan bahwa pihak pemerintah daerah setempat kurang melakukan sosialisasi tentang
penyakit flu burung melalui penyuluh-penyuluh yang ada, sehingga penyuluh jarang
mengunjungi wilayah Desa Karehkel dan kelompok juga jarang mengadakan
pertemuan-pertemuan untuk mendiskusikan masalah pertanian-peternakan. (Tabel 6).
Tabel 6. Ketersediaan Sumber Informasi Flu Burung bagi Anggota Kelompok
No. Sumber Rataan skor
1. 2. 3.
Gambar 5. Media Informasi Kelompok Pandan Wangi
Jenis media massa yang dinilai anggota kelompok paling banyak memberikan
informasi flu burung ialah televisi (58%). Penilaian tersebut sebenarnya bisa bias,
karena anggota kelompok tidak membandingkan dengan media informasi lainnya.
Televisi merupakan media yang paling banyak dimiliki anggota kelompok. Televisi
juga salah satu media yang mudah didapat oleh para anggota kelompok yang
berpenghasilan lebih. Kebanyakan beranggapan bahwa media televisi sangat baik
dalam memberikan informasi, sehingga dapat langsung memahami isi dari informasi
tersebut.
Anggota kelompok juga memperoleh informasi flu burung dari surat kabar
dan radio. Surat kabar menurut mereka sumber informasi yang mudah didapat dan
murah, selain itu isi pesannya sangat beragam dan menarik. Hal ini membuktikan
bahwa banyak dari anggota kelompok yang bisa membaca dan selalu ingin tahu
perkembangan yang terjadi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Radio
merupakan media yang disebut ”teman” oleh anggota kelompok, karena radio selalu
dibawa jika sedang melakukan kegiatan tani. Selain untuk mendengarkan musik,
radio juga digunakan untuk memperoleh informasi pertanian, biasanya anggota
kelompok mendengarkan acara pertanian di stasiun Radio Pertanian Ciawi, Bogor.
Menurut Jahi (1993), media elektronik seperti radio dan televisi adalah media
modern yang paling berhasil menyiarkan hasil pembangunan ke seluruh penjuru
negeri, dimana media tersebut mempunyai kemampuan meliput wilayah yang luas.
Distribusi anggota kelompok menurut jenis media informasi flu burung diperlihatkan
Tabel 7. Jenis Media Informasi Flu Burung yang Paling Banyak Digunakan
Proses penyampaian pesan kepada seseorang atau pada sekelompok orang
baik secara langsung maupun media-media, tentunya tak pernah lepas dari
komunikasi. Komunikasi akan menciptakan adanya interaksi sosial baik antara
individu ataupun kelompoknya.
Tabel 8. Frekuensi Berkomunikasi Anggota Kelompok
No. Unsur Rataan skor
1.
2.
Frekuensi komunikasi dengan sesama anggota
Frekuensi komunikasi mengenai informasi flu burung dengan sesama anggota
2,42
2,10
Rata-rata 2,26
Ket :
Skor : 1 = Tidak pernah 2 = Jarang 3 = Sering
Tabel 8 menunjukkan bahwa frekuensi komunikasi anggota kelompok
tani-ternak Pandan Wangi terlihat jarang, baik komunikasi sehari-hari dengan sesama
anggota maupun komunikasi mengenai flu burung dengan sesama anggota
kelompok. Jarangnya frekuensi berkomunikasi disebabkan kondisi lingkungan yang
berbukit-bukit dan waktu yang digunakan dihabiskan untuk kegiatan pertaniannya.
Sehingga setelah bertani dan beternak para anggota kelompok tidak lagi ke luar
rumah, melainkan hanya istirahat untuk kegiatan keesokkan harinya. Sedangkan
kelompok sebagai tempat berkumpulnya anggota kelompok hanya digunakan jika
ada kegiatan pertanian saja. Frekuensi komunikasi mengenai flu burung juga terlihat
memperlihatkan gejala menyerupai flu burung. Sehingga mereka saling bertukar
informasi dengan anggota kelompok lainnya.
Persepsi terhadap Flu Burung
Persepsi seseorang terhadap objek tertentu dipengaruhi oleh faktor personal
(fungsional) dan faktor situasional (struktural). Faktor fungsional berasal dari
kebutuhan, pengalaman masa lalu, kesiapan mental dan suasana emosional dan lain
sebagainya, atau yang lebih dikenal dengan karakteristik individu. Sedangkan faktor
struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkan pada
sistem saraf individu. Selain itu, kondisi internal dan rangsangan eksternal dapat
mempengaruhi persepsi seseorang terhadap objek tertentu. Persepsi anggota
kelompok tani-ternak Pandan wangi meliputi aspek kognitif (pengetahuan), aspek
afektif (sikap) dan aspek konatif (tindakan) terhadap flu burung.
Aspek Kognitif (Pengetahuan)
Persepsi anggota kelompok terhadap pengetahuan flu burung diukur
berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya mengenai ciri-ciri penyakit, penularan,
pengobatan dan pencegahan flu burung. Persepsi anggota kelompok terhadap
pengetahuan flu burung ditampilkan pada Tabel 9.
Tabel 9. Aspek Kognitif Anggota Kelompok mengenai Flu Burung
No. Unsur Rataan skor
1.
2
3.
4.
Ciri Penyakit flu burung
Penularan flu burung
Pengobatan flu burung
Pencegahan flu burung
2,41
Skor pada Tabel 9 memperlihatkan bahwa pengetahuan yang dimiliki anggota
kelompok mengenai flu burung tergolong sedang. Hal ini berarti anggota kelompok
masih memerlukan informasi flu burung yang lengkap. Berdasarkan hasil rataan skor
untuk unsur ciri-ciri penyakit, penularan dan pengobatan flu burung secara umum
tergolong sedang (2,44), diduga karena anggota kelompok sudah cukup tahu
langkah apa yang seharusnya mereka lakukan jika ternak unggasnya terkena flu
burung. Rataan skor pada unsur pencegahan flu burung adalah tinggi (2,60) yang
artinya anggota kelompok sudah mengetahui cara-cara pencegahan flu burung.
Keingintahuan anggota kelompok terhadap cara pencegahan flu burung karena
mereka tidak ingin ternaknya mati akibat flu burung, apalagi sampai menyerang
manusia yang berakibat pada menurunnya jumlah pendapatan mereka, sehingga pada
aspek afektif banyak yang beragumen bahwa dari adanya flu burung anggota
kelompok takut mengalami kerugian pendapatan pada usahaternaknya.
Aspek Afektif (Sikap)
Informasi flu burung mempengaruhi sikap anggota kelompok tani-ternak
Pandan Wangi, seperti : takut terhadap unggas, ingin beralih memelihara ternak
selain unggas, takut mengkonsumsi produk unggas dan mempengaruhi terhadap
menurunnya produktivitas (takut rugi). Sikap anggota kelompok terhadap flu burung
ditampilkan pada Tabel 10.
Tabel 10. Aspek Afektif Anggota Kelompok mengenai Flu Burung
No. Unsur Rataan skor
1.
2.
3.
4.
Takut terhadap unggas
Beralih ke ternak lain
Takut mengkonsumsi produk unggas
Takut rugi
Sikap anggota terhadap informasi flu burung sangat bervariasi dan umumnya
terlihat masih mengalami keragu-raguan. Berdasarkan rataan skor pada Tabel 10,
anggota kelompok masih ragu untuk mengkonsumsi unggas maupun memeliharanya,
terutama takut mengalami kerugian. Sikap ini diduga karena anggota kelompok tidak
ingin menanggung resiko yang lebih besar. Hal tersebut didukung oleh data sekunder
yang didapatkan bahwa besarnya pendapatan ayam buras perekor sebelum terjadi flu
burung Rp 3009,13, sedangkan setelah terjadi flu burung menjadi Rp 791,38. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa, pendapatan perekor ayam buras yang didapat peternak
ayam buras perekor sebelum dan sesudah terjadi flu burung dapat dilihat pada Tabel
11 dan Tabel 12 (Sugiati, 2002 dan Fitriyani, 2006).
Tabel 11. Rata-rata Pendapatan Usahaternak Ayam Buras Sebelum Flu Burung
Rata-rata Pendapatan Usahaternak Ayam Buras (Rp/tahun) Skala 40 Ekor
Keterangan Tradisional
(n=20) Penerimaan
Penjualan ternak 223.750
Konsumsi ternak 84.052,5
Nilai Sampingan 10.775
Total Penerimaan 318.577,5
Biaya Variabel
Pakan 172.909,5
Obat-obatan 3.250
Perbaikan kandang 1.350
Total Biaya Variabel 177.509,5
Margin kotor 141.068
Biaya tetap
Penyusutan kandang 18.385,55
Penyusutan peralatan 2.317,1
Total Biaya Tetap 20.702,65
Pendapatan bersih 120.365,35
Pendapatan bersih per ekor 3009,13
Tabel 12. Rata-rata Pendapatan Usahaternak Ayam Buras Setelah Flu Burung
Uraian
Rata-rata Pendapatan Usaha Ternak Ayam Buras Skala 45 Ekor (Rp/thn)
Tunai Tidak
Tunai Inventaris Total Penerimaan Usahaternak :
Penjualan ternak (+) 932.815,79 932.815,79
Konsumsi ternak (+) 482.315,79 482.315,79
Nilai ternak akhir tahun (+) 281.526,31 281.526,31
Pembelian ternak (-) 157.736,84 157.736,84
Nilai ternak awal tahun (-) 642.868,42 642.868,42 Total Penerimaan (A) : 775.078,95 482.315,79 (361.342,11) 896.052,63
Biaya Variabel :
Biaya pakan 640.578,95 640.578,63
Biaya obat dan vaksin 62.852,63 62.852,63
Biaya perbaikan kandang 38.684,21 38.684,21
Biaya perlengkapan 6.000,00 6.000,00
Total Biaya Variabel (B) : 748.115,79 0,00 0,00 748.115,79
Margin Kotor (A-B) : 26.963,16 482.315,79 (361.342,11) 147.936,84
Biaya Tetap :
Biaya penyusutan kandang 112.324,56 112.324,56 Total Biaya Tetap (C) : 0,00 0,00 112.324,56 112.324,56
Pendapatan Bersih (A-B-C) : 26.963,16 482.315,79 473.666,67 35.612,28
Pendapatan bersih per ekor 791,38
Sumber : Fitriyani, (2006), diolah
Aspek Konatif (Tindakan)
Informasi flu burung sangat mempengaruhi anggota kelompok untuk
bertindak lebih hati-hati dalam kegiatan usahatani-ternaknya. Berdasarkan rataan
skor pada Tabel 13 terlihat bahwa anggota kelompok setuju untuk tetap memelihara
unggas, menjaga kebersihan dan melakukan vaksinasi secara berkala pada ternak,
melakukan pengawasan khusus terhadap seluruh ternak dan mencari informasi lebih
lanjut tentang flu burung melalui seminar dan penyuluhan dari pihak pemerintah atau
Tabel 13. Aspek Konatif Anggota Kelompok mengenai Flu Burung
Mencari informasi lebih lanjut
Tetap memelihara unggas
Menjaga kebersihan dan pemberian vaksin
Pengawasan khusus terhadap ternak
Mengikuti penyuluhan, seminar dan sosialisasi
2,63
Hasil ini menunjukkan bahwa anggota kelompok ingin usahaternaknya
terbebas dari flu burung, karena sebagian besar penghasilan yang diperolehnya tiap
bulan salah satunya berasal dari usahaternak, sehingga anggota kelompok setuju
untuk mengikuti berbagai penyuluhan, seminar dan sosialisasi mengenai informasi
flu burung. Menurutnya dengan adanya program tersebut anggota kelompok dapat
mengetahui tindakan yang dapat dilakukan jika unggas peliharaan mereka terkena flu
burung. Hal ini juga berkaitan dengan unsur pencegahan flu burung pada aspek
pengetahuan, bahwa anggota kelompok dalam penyampaian informasi pencegahan
flu burung lebih menyukai komunikasi langsung (interpersonal) dari pada melalui
media-media yang tersedia. Karena jika kurang mengerti dapat ditanyakan langsung
kepada penyuluh-penyuluh yang ada.
Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Anggota Kelompok dengan Persepsi terhadap Informasi Flu Burung
Hasil uji korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa sebagian besar dari factor internal dan eksternal anggota kelompok tidak memiliki hubungan yang nyata
dengan persepsi terhadap flu burung, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun
konatif. Namun, terdapat hubungan yang nyata antara jumlah tanggungan keluarga
dengan aspek afektif, pendapatan dari usahatani-ternak dengan aspek kognitif dan
afektif, ketersediaan sumber informasi dengan afektif, dan hubungan yang sangat
Tabel 14. Korelasi Faktor Internal dan Eksternal Anggota Kelompok dengan Persepsi terhadap Flu Burung
Faktor internal dan eksternal
Anggota Kelompok
Persepsi Terhadap Flu Burung
Kognitif Afektif Konatif
1. Umur -0,127 0,089 -0,266
2. Pendidikan formal 0,218 0,070 -0,067
3. Tanggungan keluarga 0,012 0,298* -0,160
4. Pekerjaan di luar usahatani-ternak 0,100 0,203 0,231
5. Pendapatan usahatani-ternak 0,281* 0,299* 0,244
6. Pengalaman bertani-beternak -0,061 -0,120 -0,114
7. Keanggotaan dalam kelompok 0,227 -0,003 0,098
Tabel 14 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak nyata antara
umur anggota kelompok dengan persepsi terhadap informasi flu burung, baik dalam
aspek kognitif, afektif maupun konatif. Hal ini berarti perbedaan umur anggota
kelompok tidak mempengaruhi persepsi anggota kelompok terhadap flu burung,
karena umumnya umur anggota kelompok tergolong usia sedang dan informasi yang
mereka cari bukanlah informasi flu burung melainkan informasi dalam bidang
pertanian, misalnya lebih mengutamakan informasi mengenai cara menanam bibit
padi yang baik dan benar. Nilai negatif pada aspek kognitif dan aspek konatif berarti
bahwa anggota kelompok yang berumur lebih tua, memiliki pengetahuan dan
tindakan yang cenderung rendah (lambat) terhadap flu burung, karena semakin tua
umur anggota kelompok maka akan semakin rendah motivasi untuk memperoleh
informasi flu burung.
Pendidikan
Pendidikan berhubungan tidak nyata dengan persepsi terhadap flu burung.
Hal ini berarti bahwa pendidikan formal yang dimiliki anggota kelompok tidak
memberikan pandangan khusus terhadap persepsi flu burung tersebut. Sehingga
bukanlah pendidikan pertanian yang memberikan ilmu-ilmu tentang informasi
pertanian termasuk didalamnya flu burung melainkan hanya pendidikan umum biasa.
Nilai negatif pada aspek konatif berarti bahwa anggota kelompok yang
berpendidikan lebih tinggi tidak tahu bagaimana menangani jika atau mencegah
terjadinya flu burung. Hal ini diduga karena umumnya pendidikan formal anggota
kelompok paling tinggi hanya tamatan SLTA, bukan sekolah pertanian yang pada
saat itu belum adanya sosialisasi tentang flu burung.
Tanggungan Keluarga
Tabel 14 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata (α 0,05) antara
jumlah tanggungan keluarga dengan aspek afektif (sikap) persepsi terhadap flu
burung. Hal ini dikarenakan semakin besarnya jumlah tanggungan keluarga yang
dimiliki anggota kelompok maka anggota kelompok akan semakin positif dalam
menyikapi flu burung. Anggota kelompok yang memiliki tanggungan keluarga akan
lebih bersikap positif dalam menyerap informasi flu burung yang didapat dan lebih
meningkatkan kewaspadaannya terhadap bahaya flu burung yang tidak hanya dapat
mengancam kelangsungan usahaternaknya namun juga dapat mengancam kehidupan
anggota keluarga mereka. Salah satunya adalah anggota kelompok yang memiliki
anak merasa takut jika anaknya terkena flu burung, karena kebanyakan dari mereka
mengkonsumsi hasil pertanian dan peternakan termasuk unggas di dalamnya serta
lokasi kandang unggas yang berdekatan dengan tempat tinggal mereka. Sementara
itu, anggota keluarga memiliki hubungan yang tidak nyata dengan aspek kognitif dan
konatif, yang berarti bahwa jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki kelompok
tidak mempengaruhi pengetahuan tentang flu burung dan tindakan anggota
kelompok. Nilai negatif pada aspek konatif berarti bahwa anggota kelompok yang
memiliki banyak tanggungan keluarga akan cenderung rendah dalam bertindak,
karena mereka masih mengalami kebingungan jika tetap melakukan tindakan untuk
tetap memelihara unggas, dilain sisi mereka takut anak mereka terkena flu burung
akibat tindakan tersebut.
Pekerjaan di luar Usahatani-ternak
Terdapat hubungan yang tidak nyata antara pekerjaan di luar usahatani-ternak
dengan persepsi terhadap flu burung. Hal ini berarti apapun jenis pekerjaan di luar
dengan persepsi anggota kelompok terhadap flu burung, karena sebagian besar
pekerjaan anggota kelompok di luar usahatani-ternak adalah sebagai buruh
bangunan, jasa angkutan ojek dan berdagang yang berlokasi di wilayah sekitar
tempat tinggal mereka. Sehingga bagi anggota kelompok yang menginginkan
informasi flu burung lebih lanjut harus bekerja di luar wilayah desanya, karena
semakin banyak berinteraksi dengan orang lain maka informasi (pengetahuan, sikap
dan tindakan) akan semakin bertambah khususnya informasi flu burung.
Pendapatan Usahatani-ternak
Pendapatan dari usahatani-ternak berhubungan nyata dengan aspek kognitif
dan aspek afektif. Hal ini berarti semakin tinggi pendapatan anggota kelompok yang
diperoleh dari usahatani-ternak, maka semakin tinggi tingkat pengetahuan dan sikap
yang dimiliki anggota kelompok terhadap flu burung. Hal ini dikarenakan pula
anggota kelompok yang memiliki pendapatan usahatani-ternak yang besar dapat
dengan mudah mendapatkan informasi flu burung melalui media yang dibelinya
(baik itu media cetak ataupun media elektronik), sehingga mereka lebih tahu tentang
informasi flu burung serta dapat menentukan sikap apa yang harus diambil terhadap
informasi tersebut, karena mereka takut mengalami kerugian akibat adanya flu
burung.
Pengalaman Bertani-beternak
Terdapat hubungan yang tidak nyata negatif antara pengalaman
bertani-beternak dengan semua aspek persepsi terhadap flu burung. Hal ini menunjukkan
bahwa sedikit banyaknya pengalaman tani-ternak yang dimiliki anggota kelompok
maka tidak mempengaruhi persepsi anggota kelompok terhadap informasi flu
burung, karena umumnya anggota kelompok berusia muda dan baru memulai
usahatani-ternak, sehingga informasi flu burung belum mereka dapatkan dari
pengalaman tani-ternaknya tersebut.
Keanggotaan dalam Kelompok
Tabel 14 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak nyata antara
pengalaman menjadi anggota kelompok dengan persepsi terhadap informasi flu
burung, baik itu dari aspek kognitif, afektif dan faktor konatif. Hal ini menunjukkan