• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konvergensi Keefektivan Kepemimpinan (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konvergensi Keefektivan Kepemimpinan (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN

(Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel,

Leuwiliang-Bogor)

SKRIPSI FERRI FIRDAUS

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

FERRI FIRDAUS. D34102033. Konvergensi Keefektivan Kepemimpinan (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing utama : Ir. Sutisna Riyanto, MS

Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Djoko Susanto, SKM, APU

Aspek kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang turut menentukan perkembangan mutu suatu kelompok tani-ternak, maka upaya-upaya yang mengarah kepada peningkatan mutu kepemimpinan pada suatu kelompok tani-ternak patut dilakukan. Tujuan penelitian adalah : 1) Mengkaji persepsi ketua dan anggota tentang keefektivan kepemimpinan, 2) Mengkaji kesesuaian persepsi ketua dan anggota, 3) Mengkaji hubungan faktor situasi dengan keefektivan kepemimpinan, 4) Mengkaji hubungan faktor individu dengan keefektivan kepemimpinan.

Penelitian ini berlangsung selama satu bulan dari tanggal 17 Juli sampai 17 Agustus 2006 di Desa Karehkel, Leuwiliang, Bogor. Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota gabungan kelompok tani Pandan Wangi yang berjumlah 100 orang. Sampel yang dipilih sebanyak 50 orang berdasarkan rumus Slovin, terdiri dari 5 orang ketua dan 45 orang anggota dengan metode penarikan sampel Proportional cluster random sampling. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Analisis data meliputi analisis deskriptif dan korelasi rank Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan petani-peternak menganggap bahwa ketua memiliki cukup kemampuan dalam keterampilan teknis dan keterampilan konseptual tetapi tidak pada keterampilan interaksi sosial. Terdapat konvergensi atau titik temu antara persepsi ketua dengan anggota tentang keefektivan kepemimpinan khususnya pada aspek keterampilan tehnis dan keterampilan konseptual tetapi tidak pada aspek ketrampilan interaksi sosial. Faktor situasi yang berhubungan keefektivan kepemimpinan adalah kondisi kerja dan tanggung jawab dengan keterampilan teknis, interaksi sosial dan konseptual. Faktor individu yang berhubungan dengan keefektivan kepemimpinan adalah umur dengan keterampilan interaksi sosial dan keterampilan konseptual, jumlah tanggungan keluarga dengan keterampilan konseptual, pendidikan formal dengan keterampilan konseptual dan tingkat interaksi dengan keterampilan konseptual.

(3)

ABSTRACT

The Convergency of The Leadership Effectivity (Case in The Member of Pandan Wangi Farmers Group Combination, Karehkel Village,

Leuwiliang-Bogor)

Firdaus, F., S. Riyanto, D. Susanto

The leadership aspect is one of the factors which supports in the quality development of a farmer group, so the efforts to increase quality of the leadership in a farmer group have to be considered. The aims of this research were to know: (1) the perception of the leaders and the members about the leadership effectivity, (2) the perception of the leaders and the members of the leadership aspect, (3) the correlation between the situational factors and the leadership effectivity and (4) the correlation between the individual factors and the leadership effectivity.

This research was carried out for one month, from July 17th to August 17th, 2006 at Karehkel village, Leuwiliang, Bogor. The population of this research were the whole leaders and members of the member of Pandan Wangi farmer group combination, that were 100 persons. The samples were 50 persons taken based on Slovin formula, consist of 45 members and 5 leaders. Sampling method used proportional cluster random sampling. The data consisted of primary and secondary data. The data were analyzed by descriptive analysis and rankSpearman correlation.

The results of research showed that the whole farmers thought that the leader have enough ability in technical and conceptual skill but not in social interaction skill. There were convergency about the leadership effectivity between the leaders and the members perception, especially in technical and conceptual skill aspect but not in sosial interaction skill. The correlation between the individual factors and the leadership effectivity are the age with the social interaction skill and the conceptual skill, the family responsibility with the conceptual skill, the formal education with the conceptual skill and the interaction level with the conceptual skill.

(4)

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN

(Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor)

FERRI FIRDAUS D34102033

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN

(Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor)

Oleh FERRI FIRDAUS

D34102033

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 29 Januari 2007

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Sutisna Riyanto, MS Prof. Dr. Djoko Susanto, SKM, APU

NIP. 131 779 500 NIP. 140 020 648

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 Juni 1984. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan H. Achmad Fauzi dan Hj. Sumiati.

Penulis memasuki pendidikan taman kanak-kanak pada tahun 1989 di TK Al-Ikhlas Condet, Jakarta Timur. Tahun 1990 penulis memasuki pendidikan dasar di SDN 011 Pagi, Batu Ampar dan lulus tahun 1996. Tahun 1996 penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 126 Jakarta Timur dan lulus tahun 1999. Pendidikan menengah atas, penulis melanjutkan di SMU 51 Jakarta Timur pada tahun 1999 sampai tahun 2002. Setelah lulus SMU tahun 2002, penulis diterima di Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan (SEIP) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.

Penyusunan skripsi yang berjudul Konvergensi Keefektivan Kepemimpinan (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi sangat membutuhkan pengetahuan yang mendalam mengenai keefektivan kepemimpinan. Pengetahuan yang memadai mengenai keefektivan kepemimpinan dalam sebuah kelompok tani-ternak sangat penting untuk meningkatkan keefektivan kerja ketua dengan anggota dalam kelompok tani-ternak. Oleh karena itu, tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui persepsi ketua dan anggota tentang keefektivan kepemimpinan dalam kelompok tani-ternak, mengetahui kesesuaian persepsi ketua dan anggota, mengetahui hubungan faktor situasi dengan keefektivan kepemimpinan dan mengetahui hubungan faktor individu dengan keefektivan kepemimpinan.

Semua kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya, skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Saran, kritik dan masukan sangat diharapkan oleh penulis untuk perbaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Amien.

Bogor, Januari 2007

(8)

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... ABSTRACT ... LEMBAR PERNYATAAN ... LEMBAR PENGESAHAN ... RIWAYAT HIDUP ... Perumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... KERANGKA PEMIKIRAN ... TINJAUAN PUSTAKA ... Pemimpin dan Kepemimpinan ... Teori Kepemimpinan ... Keefektivan Kepemimpinan ... Persepsi ... Proses Persepsi ... Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... Karakteristik Peternak ... Kelompok Tani Ternak ... Konvergensi ... METODE PENELITIAN ... Lokasi dan Waktu ... Populasi dan Sampel ... Desain Penelitian ... Data dan Instrumen ... Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... Pengumpulan Data ... Analisis Data ... Definisi Operasional ... KEADAAN UMUM LOKASI ... Potensi Sumber Daya Alam ...

(9)

Potensi Sumber Daya Manusia ... Jumlah Penduduk ... Tingkat Pendidikan ... Mata Pencaharian ... Profil Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi ...

Nama Kelompok ... Susunan Pengurus ...

Produk Pertanian ... Visi dan Misi ...

Profil Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi ... Susunan Pengurus ... HASIL DAN PEMBAHASAN ...

Karakteristik Individu ... Umur ... Jumlah Tanggungan Keluarga ... Tingkat Pendapatan Usaha Tani-Ternak ... Pendidikan Formal ... Pendidikan Non Formal ... Pengalaman Bertani-beternak ... Tingkat Interaksi ... Lama Keanggotaan ... Keefektivan Kepemimpinan ... Keterampilan Teknis ... Keterampilan Interaksi Sosial ... Keterampilan Konseptual ... Konvergensi (titik temu) Persepsi Pemimpin dan Anggota ... Kesesuaian Prioritas Fungsi Kepemimpinan ... Kesesuaian Kualitas Fungsi Kepemimpinan ... Faktor Situasi Berhubungan dengan Keefektivan Kepemimpinan ...

Kondisi Kerja .... ... Tanggung Jawab ... Peraturan ... Hubungan antara Faktor Individu dengan Keefektivan Kepemimpinan ...

Hubungan Umur dengan Keterampilan Interaksi Sosial .... Hubungan Umur dengan Keterampilan Konseptual ... Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Keterampilan Konseptual ... Hubungan Pendidikan Formal dengan Keterampilan Konseptual ... Hubungan Tingkat Interaksi dengan Keterampilan Konseptual ... KESIMPULAN DAN SARAN ...

(10)

Saran ... UCAPAN TERIMAKASIH ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

(11)

DAFTAR TABEL

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor 1

2 3

4 5 6

7

Hubungan Persepsi Pemimpin dan Anggota dengan Faktor-faktor yang Menentukan dengan Efektivitas Kepemimpinan ... Unsur-unsur yang Berkaitan dengan Kepemimpinan .... Hubungan Keefektivan Individu, Kelompok dan Organisasi ... Pembentukan Persepsi Berdasarkan Model Salomon ... Keadaan Wilayah Desa Karehkel ... Susunan Pengurus Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi ... Susunan Pengurus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi ...

Halaman

5 7

9 12 25

27

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor 1 2

3

4

5

6

7 8 9

Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... Kuisioner Konvergensi Keefektivan Kepemimpinan (Anggota Kelompok) ... Kuisioner Konvergensi Keefektivan Kepemimpinan (Ketua Kelompok) ... Konvergensi Keterampilan Teknis dengan Uji Korelasi rank Spearman ... Konvergensi Keterampilan Interaksi Sosial dengan Uji Korelasi rank Spearman ... Konvergensi Keterampilan Konseptual dengan Uji Korelasi rank Spearman ... Uji T Pada Keterampilan Teknis ... Uji T Pada Keterampilan Interaksi Sosial ... Uji T Pada Keterampilan Konseptual ...

Halaman 56

57

62

67

68

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Goncangan perekonomian yang dialami Indonesia beberapa tahun lalu dan sampai sekarang, semakin menyadarkan pentingnya peranan pertanian terutama di daerah pedesaan yang mengalami langsung dampak kritis multidimensional. Sub sektor peternakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sektor pertanian, sudah saatnya menjadi arah pembangunan dengan menekankan pada penguatan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat peternak.

Kemampuan manajerial yang handal saja ternyata tidak cukup untuk mewujudkan tujuan peternakan. Kotler (1997), menyatakan bahwa untuk dapat meraih keberhasilan peternakan tidak hanya berpegangan pada manajemen yang handal yang menyebabkan stabilitas dalam organisasi tersebut. Namun peternakan juga harus menciptakan perubahan yang membawa kepada kemajuan organisasi. Dengan alasan tersebut maka peternakan juga memerlukan seorang pemimpin yang mampu menciptakan perubahan, menentukan kebijakan untuk masa depan dan memotivasi anggota untuk menciptakan perubahan.

Pemimpin adalah personil yang menduduki posisi penting dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Nawawi dan Hadari (2004), kepemimpinan sebagai suatu konsep manajemen dalam kehidupan organisasi mempunyai kedudukan yang strategis dalam organisasi dan selalu diperlukan dalam kehidupan kelompok. Keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun kelompok dalam organisasi tertentu sangat tergantung pada mutu kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan (Siagian, 1999).

(15)

handal diharapkan sebuah kelompok tani-ternak mampu merealisasikan tujuan atau target yang ditetapkan oleh kelompok dapat tercapai.

Perumusan Masalah

Kepemimpinan adalah fungsi dari kemampuan untuk mempengaruhi motivasi atau kompetensi individu-individu lainnya dalam suatu kelompok dan kemampuan membangkitkan semangat orang lain agar bersedia dan memiliki tanggung jawab terhadap usaha mencapai tujuan organisasi. Ketua memiliki pengaruh yang sangat kuat untuk menentukan bentuk hubungan dan pendelegasian tugas kepada bawahannya agar kegiatan dalam pencapaian tujuan perusahaan dapat dilakukan dengan optimal.

Keefektivan kepemimpinan adalah penilaian pada pelaksanaan fungsi kepemimpinan pada suatu kelompok yang diukur berdasarkan persepsi responden tentang perilaku-perilaku kepemimpinan dalam kelompok, dengan indikator keterampilan teknis, keterampilan interaksi sosial dan keterampilan konseptual. Jadi keefektivan kepemimpinan sangat tergantung pada kemampuan persepsi seseorang.

Tercapainya keefektivan dan keefisienan kerja anggota pada suatu kelompok sangat ditentukan oleh manajemen kepemimpinan. Manajemen kepemimpinan sangat diperlukan dalam kelompok, dengan demikian diperlukan pengkajian mengenai persepsi ketua dan anggota terhadap faktor-faktor yang menentukan keefektivan kepemimpinan. Dengan mengetahui berbagai faktor yang menentukan keefektivan kepemimpinan, diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak kelompok tani-ternak, terutama untuk strategi peningkatan dan pengembangan kepemimpinan dalam kelompok tani-ternak.

(16)

tetapi menurut anggotanya belum efektif. Jadi keefektivan kepemimpinan dapat ditentukan dengan adanya kesamaan pemahaman anggota dan ketua. Sejalan dengan acuan di atas, penelitian ini bermaksud menjawab permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi ketua dan anggota tentang keefektivan kepemimpinan ? 2. Apakah ada kesesuaian persepsi ketua dengan anggota ?

3. Apakah faktor situasi berhubungan dengan keefektivan kepemimpinan ? 4. Apakah faktor individu berhubungan dengan keefektivan kepemimpinan ?

Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Mengkaji persepsi ketua dan anggota tentang keefektivan kepemimpinan. 2. Mengkaji kesesuaian persepsi ketua dan anggota.

(17)

KERANGKA PEMIKIRAN

Keefektivan kepemimpinan tidak hanya diukur dari sisi ketua tetapi juga pada anggota kelompok. Kepemimpinan dikatakan efektif apabila semua anggota menyatakan puas terhadap semua yang diterapkan oleh ketua kelompok. Jadi, ketua kelompok harus dapat memperhatikan hubungan dan pembagian tugas dengan jelas bagi tiap-tiap anggota agar tercipta kesamaan persepsi.

Penelitian ini membahas mengenai keefektivan kepemimpinan berdasarkan keterampilan kepemimpinan yang terdiri dari keterampilan teknis, interaksi sosial dan konseptual. Keefektivan kepemimpinan dilihat dari dua sudut persepsi, yaitu persepsi ketua dan persepsi anggota. Adanya dua persepsi antara ketua dan anggota diharapkan keefektivan kepemimpinan dapat dipahami dan dilihat dengan jelas. Menurut Tody dalam Desiyani (2003), Persepsi dapat dipengaruhi oleh ciri karakteristik individu. Adapun ciri faktor ketua yaitu umur, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendapatan, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman bertani-beternak, tingkat interaksi dan lama kepemimpinan. Faktor anggota yaitu umur, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendapatan, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman bertani-beternak, tingkat interaksi dan lama keanggotaan. Keterampilan kepemimpinan terdiri dari keterampilan teknis, keterampilan interaksi sosial dan keterampilan konseptual, sedangkan kondisi kerja, tanggung jawab dan peraturan merupakan faktor situasi.

(18)

Hubungan persepsi ketua dan anggota dengan faktor-faktor yang menentukan keefektivan kepemimpinan dapat dilihat pada Gambar 1.

(19)

bertani-TINJAUAN PUSTAKA

Pemimpin dan Kepemimpinan

Siagian (1999), mendefinisikan kepemimpinan dalam pengertian terbatas adalah suatu pribadi yang mampu membimbing pengikutnya dengan bantuan kecakapan-kecakapan yang dimiliki serta mendapat dukungan dan pengakuan (legitimasi) dari pengikutnya. Pemimpin adalah seorang atau pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, sehingga mampu mempengaruhi orang lain untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian suatu tujuan bersama.

Herbert dan Gullet (1996), menyebutkan bahwa seorang pemimpin memiliki fungsi yang kompleks dalam manajemen perusahaan, di antaranya adalah membangkitkan semangat para pekerja dengan cara meyakinkan pekerja agar mengetahui bahwa pekerjaannya sangat penting bagi perkembangan perusahaan. Pemimpin menggugah pekerja untuk menerima atau menyetujui tujuan-tujuan organisasi dengan antusias dan bekerja dengan efektif dalam rangka mencapai prestasi kerja.

Pemimpin melakukan pengarahan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok. Proses ini didefinisikan oleh Stoner dan Edward (1992), sebagai kegiatan kepemimpinan. Kepemimpinan sebagai salah satu proses manajerial dapat diartikan sebagai suatu proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok. Tiga implikasi penting dalam kepemimpinan adalah: pertama kepemimpinan harus melibatkan orang lain, bawahan atau pengikut; kedua kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggota kelompok; ketiga kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk kekuasaan untuk mempengaruhi perilaku pengikut melalui berbagai cara.

(20)

Gambar 2. Unsur-unsur yang Berkaitan dengan Kepemimpinan Sumber : Stoner dan Edward (1992)

Berdasarkan diagram di atas, kerangka manajemen menurut Stoner dan Edward (1992) dalam Wahjosumidjo (1992), sebagai suatu proses ada empat macam peranan penting bagi para pemimpin yaitu:

1. Kepemimpinan atau pemimpin pada hakikatnya merupakan salah satu fungsi manajer, di samping fungsi planning, organizing dan controlling.

2. Pemimpin dalam melaksanakan serangkaian fungsi manajemen harus selalu mampu memberikan petunjuk, bimbingan dan pengarahan pada bawahan.

3. Pemimpin tidak bisa bekerja sendiri tanpa adanya kerjasama dengan bawahan, pemimpin harus dapat bekerjasama dalam satu tim kerja.

4. Pemimpin harus mampu menciptakan suasana kerja sebaik-baiknya (proper atmosphere), harus memenuhi apa yang diharapkan bawahan, sehingga para bawahan dapat bekerja dengan sebaik-baiknya.

Kepemimpinan menurut Tannenbaum et al., 1964 dalam Trimo (1995), merupakan suatu interpersonal influence yang dijalankan dalam suatu situasi dan diarahkan, melalui proses komunikasi kepada pencapaian suatu tujuan atau tujuan-tujuan tertentu. Menurut Schneider et al., dalam Effendi dan Uchjana (1992), pemimpin didefinisikan sebagai seseorang yang secara formal diberikan status tertentu melalui pemilihan, pengangkatan, keturunan, revolusi atau cara-cara lain. Kepemimpinan mengacu kepada perilaku yang ditujukan seseorang atau lebih individu dalam kelompok yang membantu kelompok mencapai tujuannya.

MANAJEMEN

MERENCANAKAN MENGORGANISASIKAN

MEMIMPIN MENGAWASI

(21)

Teori Kepemimpinan

Membahas tentang kepemimpinan akan terkait dengan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli. Terdapat tiga teori yang menonjol dalam menjelaskan kemunculan seseorang sebagai pemimpin yang dijabarkan oleh Herujito (1996), yaitu:

1. Teori Genetik (Heredity Theory) mengatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena telah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan.

2. Teori Sosial yang menjabarkan bahwa setiap orang dapat menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.

3. Teori Ekologis yang merupakan gabungan teori genetik dan teori sosial mengatakan seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu kelahirannya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat-bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang dimiliki.

Keefektivan Kepemimpinan

Keefektivan berasal dari kata dasar efektif , artinya :

1) Ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya, kesannya) seperti: manjur; mujarab; mempan.

2) Penggunaan metode/cara, sarana/alat dalam melaksanakan aktivitas sehingga berhasil guna (mencapai hasil yang optimal).

Kata dasar tersebut mendapat awalan ke dan akhiran an sehingga menjadi keefektivan. Keefektivan adalah penilaian yang dibuat sehubungan dengan prestasi individu, kelompok dan organisasi. Makin dekat prestasi yang dicapai terhadap prestasi yang diharapkan (standar), maka makin efektif dalam penilaian mereka (Gibson, 1979 dalam Suwarto, 1999).

Menurut Gibson, 1979 dalam Suwarto (1999), Hubungan keefektivan individu, kelompok dan organisasi menggunakan tiga macam perspektif keefektivan yang diidentifikasi sebagai berikut :

(22)

dan tanggung jawab yang dilaksanakan merupakan bagian dari pekerjaan sesuai dengan peran/posisi individu dalam suatu organisasi. Keberhasilan individu-individu dalam organisasi lazimnya sangat berkaitan dengan kerja dalam kelompok sehingga individu-individu jarang bekerja terpisah dari pekerja lain dalam organisasi, maka harus dipertimbangkan perspektif lain yaitu keefektivan kelompok.

(2) Keefektivan kelompok, merupakan jumlah sumbangan dari keseluruhan anggota kelompok. Salah satu contoh, sekelompok ilmuwan yang terkait dalam pekerjaan suatu proyek yang satu dengan yang lain tidak saling berkaitan. Ini berarti pekerjaan akan efektif apabila setiap ilmuwan bekerja sendiri secara efektif. Dalam hal ini keefektivan kelompok melebihi jumlah hasil sumbangan individual, seperti : produk perakitan, hasil barang jadi perakitan merupakan hasil dari sumbangan setiap individu.

(3) Keefektivan organisasi, organisasi merupakan kumpulan dari individu dan kelompok sehingga keefektivan organisasi pada dasarnya merupakan fungsi dari keefektivan individu dan kelompok. Keefektivan organisasi dapat melebihi keefektivan individu dan kelompok, artinya organisasi memperoleh tingkat prestasi lebih tinggi dibanding dengan jumlah prestasi masing-masing bagian yang ada dalam organisasi. Hubungan keefektivan individu, kelompok dan organisasi disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan keefektivan Individu, Kelompok dan Organisasi. Keefektivan Individu

Keefektivan Kelompok

(23)

Hicks dan Gullet dalam Wahjosumidjo (1992), menyatakan bahwa ada tiga jenis keterampilan dalam kepemimpinan yaitu keterampilan teknis (Technical skill), keterampilan manusiawi (Human skill), keterampilan konseptual (Conseptual skill). Keterampilan teknis (Technical skill) yaitu kemampuan pemimpin dalam melakukan aktivitas teknis kepemimpinan yang diukur dengan indikator tugas-tugas teknis seorang pemimpin. Keterampilan manusiawi (Human skill) yaitu kemampuan pemimpin untuk bekerja dengan orang lain secara efektif dan untuk membina kerjasama yang menyangkut manusia. Keterampilan konseptual (Conceptual skill) yaitu kemampuan untuk berpikir yang berkaitan dengan perencanaan jangka panjang, seperti kerangka berpikir, model dan sebagainya. Keterampilan yang dimiliki pemimpin akan dapat menunjang keefektivan kepemimpinan dengan melalui penerapan dalam peternakan.

Persepsi

Persepsi dapat didefinisikan dari berbagai sudut pandang. Menurut pengertian psikologi, persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang terpadu dalam diri individu. Aktivitas yang terpadu dalam hal ini diartikan sebagai peran aktif semua hal yang ada dalam diri individu dalam mempengaruhi persepsi, seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka acuan dan aspek-aspek lainnya (Davidoff, 1981 dalam Walgito, 2001).

Persepsi merupakan suatu proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera agar memberi makna kepada lingkungan sekitarnya (Robbins, 1996). Persepsi juga dapat diartikan sebagai proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan. Sebaliknya alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi (Sarwono, 1999).

Menurut ilmu komunikasi, persepsi didefinisikan sebagai proses internal yang memungkinkan individu memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan sekitar. Proses itu kemudian akan mempengaruhi perilaku individu (Baron dan Paulus, 1991 dalam Mulyana, 2001).

(24)

disebut persepsi benda (things perception) atau disebut juga non-social perception, sedangkan bila objek persepsi berwujud manusia atau orang disebut persepsi sosial atau social perception (Heider, 1958 dalam Walgito, 2001).

Proses Persepsi

Persepsi dibentuk oleh serangkaian proses yaitu seleksi, organisasi dan interpretasi dimana ketiga proses tersebut merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi dengan cepat dan bersamaan. Seleksi adalah proses penyeleksian stimulus. Hanya stimulus yang sesuai dengan kebutuhan atau yang menarik saja yang kemudian akan diubah menjadi kesadaran. Organisasi merupakan suatu proses dimana seseorang membentuk penilaian-penilaian dan mengambil kesimpulan yang lebih dikenal dengan evaluasi dan identifikasi (Sugiyanto, 1996).

Gibson dan Donely dalam Sugiharto (2001), menyatakan bahwa persepsi merupakan proses kognitif dan afektif yang dialami setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya melalui indera penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman yang diinformasikan kepada dirinya dari lingkungan tempat orang tersebut berada, sehingga dapat mempengaruhi keragaman perilakunya. Apabila kebutuhan seseorang sesuai dengan objek tertentu maka persepsi orang tersebut terhadap suatu objek akan negatif.

(25)

Gambar 4. Proses pembentukan persepsi berdasarkan Model Salomon (Sutisna, 1999).

Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi

Persepsi dibentuk dan terkadang diputar balikkan oleh sejumlah faktor. Faktor-faktor ini dapat berada pada pihak pelaku persepsi (perceiver), obyek atau target yang dipersepsikan dan konteks dari situasi terjadinya persepsi (Robbins, 1996).

Persepsi dapat dipengaruhi oleh ciri karakteristik individu. Ciri tersebut dapat berupa umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status lamanya dalam suatu pekerjaan, jumlah anggota yang menjadi beban tanggungan, asal daerah dan jenis pekerjaan (Tody, 1984 dalam Desiyani, 2003).

Sementara itu, Salmovar dan Porter dalam Mulyana (2001) mengemukakan bahwa terdapat enam unsur budaya yang secara langsung mempengaruhi persepsi, yaitu:

1. Kepercayaan (Belief), Nilai (Values), Sikap (Attitudes)

Kepercayaan adalah anggapan subyektif bahwa suatu obyek atau peristiwa memiliki ciri atau nilai tertentu, dengan atau tanpa bukti. Sementara itu nilai biasanya bersumber dari isu filosofi yang lebih besar yang merupakan bagian dari lingkungan budaya, karena itu nilai bersifat stabil dan sulit berubah.

2. Pandangan Dunia (Worldview)

Pandangan dunia adalah orientasi budaya terhadap Tuhan, kehidupan, kematian, alam semesta, kebenaran, materi (kekayaan) dan isu-isu filosofis lainnya yang berkaitan dengan kehidupan.

STIMULI • Penglihatan • Suara • Bau • Rasa • Tekstur

Indera Penerima (Sensasi)

Perhatian Interpretasi

(Pemberian arti) Tanggapan

(26)

3. Organisasi Sosial (Social organization)

Organisasi-organisasi yang terdapat dalam masyarakat, baik formal maupun informal akan mempengaruhi persepsi seseorang mengenai dunia dan kehidupan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi perilaku. Lembaga informal contohnya keluarga, sedangkan lembaga formal contohnya pemerintah melalui aturan-aturan. Sementara itu, lembaga-lembaga lain yang mempengaruhi persepsi adalah lembaga pendidikan, komunitas agama, komunitas etnik, kelas sosial dan partai politik.

4. Tabiat manusia (Human nature)

Pandangan mengenai siapa saja, bagaimana sifat dan watak seseorang akan mempengaruhi cara orang tersebut mempersepsikan lingkungan fisik dan sosial. 5. Orientasi kegiatan (Activity orientation)

Aspek lain yang mempengaruhi persepsi adalah pandangan terhadap aktivitas. Orientasi ini dianggap sebagai suatu rentang: dari Being (siapa seseorang) sehingga Doing (apa yang dilakukan seseorang).

6. Persepsi tentang diri dan orang lain (Perception of self and others)

Masyarakat timur, pada umumnya adalah masyarakat kolektivis, dalam budaya kolektivis, diri (self) tidak bersifat unik atau otonom, melainkan lebur dalam kelompok (keluarga, klan, kelompok kerja, suku bangsa dan sebagainya), sementara diri dalam budaya individualistis (Barat) bersifat otonom.

Karakteristik Peternak

Karakteristik individu adalah sifat-sifat atau ciri-ciri yang dimiliki seseorang yang ditampilkan melalui pola pikir dan pola sikap terhadap lingkungannya. Karakteristik individu menurut Newcomb, et al dalam Rafinaldi (1992), meliputi: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, bangsa, agama dan lain-lain.

Tono dalam Qodarudin (1993), menjelaskan bahwa karakteristik yang perlu diperhatikan adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, tambahan pekerjaan diluar usaha peternakan, pemakaian tenaga kerja luar keluarga dan jumlah pemilikan ternak.

(27)

maksud, tujuan, kepentingan, kebutuhan, kesukaan, kesetiaan, kesusahan, kegemaran, kecakapan, kemampuan dan lain-lain. Karakteristik anggota kelompok dalam hubungannya dengan persepsi terhadap keefektivan kepemimpinan khususnya keterampilan kepemimpinan pada kelompok tani ternak Pandan Wangi akan dijabarkan di bawah ini :

1. Salah satu yang dapat menggambarkan produktivitas usaha seseorang adalah umur. Umur dapat menggambarkan pengalaman seseorang dalam kehidupan sehingga terdapat keragaman sikap dan perilaku berdasarkan umur yang dimiliki (Lumentha, 1997).

2. Pendidikan formal

Pendidikan salah satu faktor yang menentukan dalam mendapatkan pengetahuan (Jahi, 1988). Pendidikan formal seseorang yang semakin tinggi semakin cepat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan dapat mempercepat cara berpikir seseorang (Lumentha, 1997).

3. Pendidikan non formal

Pendidikan non formal dapat dilakukan sebagai usaha untuk menambah wawasan, pengalaman, keterampilan dan pengetahuan. Pendidikan ini dapat berupa seminar-seminar, kursus-kursus dan pelatihan-pelatihan. Pendidikan ini merupakan suatu proses pengembangan kepribadiaan seseorang yang dilaksanakan secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap sehingga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan (Lumentha, 1997).

4. Pengalaman beternak

Pengalaman merupakan pengetahuan yang sangat berarti dalam keberhasilan usaha yang dilakukan. Semakin lama seseorang bekerja pada satu bidang tertentu maka semakin berpengalaman orang tersebut dan semakin ahli bekerja dalam bidangnya.

5. Tingkat pendapatan

(28)

6. Tujuan beternak

Tujuan beternak merupakan tujuan dalam melakukan suatu kegiatan usaha tani-ternak. Tujuan beternak ini dapat dibagi kedalam kelompok usaha pokok dan usaha sambilan.

7. Lama menjadi anggota

Lama menjadi anggota menentukan pengalaman seseorang terhadap kelompok. Banyaknya orang yang berpengalaman dalam suatu kelompok maka akan mempengaruhi tingkat kemajuan kelompok.

8. Tingkat interaksi

Tingkat interaksi merupakan jumlah atau banyaknya pertemuan yang dilakukan oleh anggota dengan ketua kelompok dalam satu bulan, baik itu kunjungan yang dilakukan oleh ketua kelompok maupun anggota kelompok.

Kelompok Tani Ternak

Soekanto (1990), mendefinisikan kelompok sebagai himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong-menolong.

Kelompok tani ternak adalah kumpulan petani-peternak yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian-peternakan untuk bekerjasama meningkatkan produktivitas usaha tani-ternak dan kesejahteraan anggotanya baik anggotanya pria maupun wanita (Keputusan Menteri Pertanian, 1997).

Kelompok dapat dibedakan menjadi kelompok formal dan kelompok informal. Menurut Soekanto (1990), kelompok formal adalah kelompok yang memiliki peraturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggotanya untuk mengatur hubungan antar sesama. Sedangkan kelompok informal adalah kelompok yang tidak memiliki struktur dan organisasi tertentu dengan pasti. Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulangkali, yang menjadi dasar pertemuan yaitu kepentingan-kepentingan dan pengalaman-pengalaman yang sama.

(29)

1. Pemuasan kebutuhan. Hasrat untuk mendapatkan kepuasan dengan terpenuhinya kebutuhan akan kesamaan, sosial dan penghargaan.

2. Kedekatan dan daya tarik. Kedekatan secara fisik serta daya tarik antara orang yang satu dengan yang lainnya karena mempunyai persamaan persepsi, sikap dan motivasi.

3. Tujuan kelompok. Seseorang berkeinginan untuk menjadi anggota kelompok karena tertarik pada tujuan kelompok.

4. Alasan ekonomi. Seseorang melalui kelompok akan memperoleh keuntungan ekonomis yang lebih besar.

Konvergensi

Konvergensi berasal dari bahasa inggris yaitu convergence atau convergency yang berarti tindakan bertemu atau bersatu di suatu tempat, pemusatan pandangan mata ke suatu tempat yang amat dekat (Echols dan Shadily, 1995). Salim dan Salim (1991), mengemukakan bahwa konvergensi adalah kecenderungan mengacu pada satu titik temu. Konvergensi (titik temu) berarti bahwa petunjuk dari berbagai sumber yang terkumpul dengan berbagai cara yang semuanya mengindikasikan arti yang sama atau mirip dari sumber tersebut. Petunjuk yang dihasilkan dari penerapan instrumen pengukur terhadap berbagai kelompok diberbagai tempat harus menghasilkan arti yang mirip atau jika tidak demikian harus dapat menerangkan perbedaan itu (Kerlinger, 1990).

Memusat berarti bergerak menuju pertambahan pengertian bersama mengenai maksud atau pokok pandangan masing-masing. Pihak setelah terjadi pemusatan, maka tiap-tiap peserta akan mampu melihat dengan lebih jelas apa yang dimaksud oleh teman berkomunikasi (Kincaid dan Schramm, 1987).

(30)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karehkel Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa desa tersebut terdapat anggota gabungan kelompok tani Pandan Wangi yang dibentuk oleh masyarakat, yang memiliki karakteristik umum dan diharapkan peka terhadap kepemimpinan dari kelompok tani-ternak tersebut. Penelitian yang berjudul konvergensi keefektivan kepemimpinan membahas dari sisi ketua dan anggota. Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti mengkaji keefektivan kepemimpinan. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 17 Juli sampai 17 Agustus 2006.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh ketua dan anggota dari anggota gabungan kelompok tani Pandan Wangi yang berada di Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Populasi responden berjumlah 100 orang dan menyebar dalam lima kelompok tani-ternak. Pengambilan sampel dilakukan secara proportional cluster random sampling dengan mengambil sampel dari masing-masing kelompok yang terdiri dari 5 kelompok tani-ternak. Selengkapnya disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Populasi dan Sampel Kelompok Tani Ternak Pandan Wangi.

No. Nama Kelompok

Populasi Sampel

Total

Ketua Anggota Ketua Anggota

1. Tani Maju 1 29 1 30/100 x 45 = 14 15

2. Cadas Gantung 1 13 1 14/100 x 45 = 6 7

3. Sugih Tani 1 13 1 14/100 x 45 = 6 7

4. Mitra Tani 1 21 1 22/100 x 45 = 10 11

5. Mekar Harapan 1 19 1 20/100 x 45 = 9 10 100 5 45 50

(31)

atau vakum, sehingga hanya terdapat lima kelompok yang diambil sebagai populasi. Kelima kelompok tersebut lebih aktif dalam kegiatan kelompok. Kelima kelompok ini diambil sampel sebanyak 50 orang secara acak berdasarkan rumus Slovin, terdiri dari 45 orang anggota dan 5 orang ketua dengan teknik pengambilan sampel Proportional cluster random sampling yang akan menjadi responden dalam penelitian ini.

Rumus Slovin (Sevilla, 1993) :

n = 2 1 Ne

N +

Keterangan : n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat di tolerir sebesar 10%

Desain Penelitian

Penelitian ini dirancang sebagai sebuah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk memberikan gambaran lebih mendalam tentang gejala sosial tertentu atau aspek kehidupan tertentu dari kelompok masyarakat yang diteliti, sehingga dapat diungkapkan kaitan antara berbagai gejala sosial. Variabel bebas (X) adalah faktor ketua, faktor anggota dan faktor situasi, variabel tak bebas (Y) adalah keterampilan kepemimpinan.

Data dan Instrumen

(32)

Instrumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang berisi pertanyaan dan pernyataan bagi responden. Ada dua perangkat kuesioner yang digunakan, meliputi:

(1) Kuesioner untuk anggota kelompok ; • Karakteristik anggota

• Persepsi tentang faktor situasi

• Persepsi tentang keefektivan kepemimpinan kelompok (2) Kuesioner untuk ketua kelompok ;

• Karakteristik ketua

• Persepsi tentang faktor situasi

• Persepsi tentang keefektivan kepemimpinan kelompok

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Pengujian validitas dan reliabilitas menggunakan Corrected Item-Total Correlation dengan menggunakan program SPSS 12.0for windows. Hasil reliabilitas kuisioner yang dilakukan pada pertengahan juli 2006 diperoleh nilai reliabiltas (rhitung) sebesar 0,7580 lebih besar daripada nilai rtabel 0,632 (Singarimbun, 1998).

Nilai tersebut menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan reliabel untuk digunakan pada lokasi penelitian yang sesungguhnya. Bila nilai Alpha dan rhitung >

rtabel maka instrumen dianggap reliabel dan valid. Pada lampiran 1 terlihat bahwa

terdapat sebelas butir pertanyaan yang gagal (tidak valid) yaitu X213, X214, X215, X216, X231, X232, X234, X311, X3111, X3123 dan X3125. Namun sebelas pertanyaan tersebut telah direvisi dan diupayakan reliabel serta valid.

Pengumpulan Data

(33)

Analisis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dan dianalisis dengan prosedur sebagai berikut:

1. Statistik deskriptif, yaitu untuk melihat keragaman karakteristik anggota dan ketua kelompok tani-ternak yang meliputi umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman bertani-beternak, tingkat interaksi, tingkat pendapatan, lama menjadi anggota, status dalam kelompok dan jumlah tanggungan keluarga. 2. Analisis hubungan, yaitu untuk mengukur hubungan antara karakteristik anggota-

pemimpin kelompok tani-ternak dan persepsi anggota-ketua kelompok dengan keterampilan kepemimpinan, menggunakan program SPSS 12,0 for windows dengan korelasi rank Spearman (Siegel, 1994) dengan rumus sebagai berikut:

)

rs = koefisien korelasi rank Spearman

n = banyak jenjang

d = selisih dua jenjang untuk indikator yang sama

3. Uji konvergensi, yaitu untuk melihat konvergensi persepsi tentang keefektivan kepemimpinan antara anggota dan ketua, menggunakan program SPSS 12,0 dengan uji korelasi rank Spearman (Siegel, 1994) dengan menggunakan rumus seperti diatas.

Definisi Operasional

Definisi operasional dan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(34)

™ Umur merupakan usia responden pada saat penelitian dilakukan yang diukur dari tahun kelahiran sampai penelitian ini dilakukan yang dihitung dengan pembulatan kearah ulang tahun terdekat, dimana untuk enam bulan lebih dihitung menjadi satu tahun.

™ Jumlah Tanggungan Keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang menjadi tanggung jawab, yang diukur dalam jumlah orang.

™ Tingkat Pendapatan adalah penghasilan total yang diperoleh rumah tangga anggota atau ketua kelompok setiap bulan dari sektor pertanian dan peternakan, diukur dalam rupiah.

™ Pendidikan Formal adalah lamanya responden duduk di bangku sekolah formal yang diselesaikan berdasarkan jenjang tidak sekolah, tamat SD/Sederajat, SLTP/Sederajat, SLTA/Sederajat dan Perguruan Tinggi.

™ Pendidikan Non Formal adalah kursus/pelatihan dalam bidang pertanian dan bidang peternakan yang pernah diikuti anggota maupun ketua kelompok. ™ Pengalaman Bertani-Beternak adalah lamanya anggota/ketua kelompok

dalam usaha tani-ternak yang diukur dalam satuan tahun, baik sebagai usaha pokok maupun sambilan.

™ Tingkat Interaksi adalah jumlah atau banyaknya pertemuan yang dilakukan oleh anggota dengan ketua kelompok dalam satu bulan.

™ Pengalaman Kelompok adalah lamanya individu menjadi anggota atau ketua dalam kelompok

2. Faktor Situasi adalah aspek-aspek situasional yang berpotensi mempengaruhi kelompok dan kepemimpinan kelompok. Faktor situasi yang ada pada faktor ketua dan anggota adalah kondisi kerja, tanggung jawab dan peraturan.

™ Kondisi Kerja adalah keadaan dan situasi tempat kerja responden berupa keadaan fisik dan sosial yang berinteraksi dengan anggota atau ketua dalam kelompok lain dalam hal melakukan pekerjaannya.

™ Tanggung jawab adalah suatu pekerjaan yang diberikan kelompok tani-ternak kepada responden yang dapat berupa wewenang pekerjaan dan pekerjaan individu masing-masing responden.

(35)

tempat responden bekerja. Peraturan dapat berupa waktu kerja, sanksi dan ketidakhadiran.

3. Keefektivan Kepemimpinan adalah penilaian pelaksanaan fungsi pemimpin pada suatu kelompok yang diukur berdasarkan persepsi responden tentang perilaku-perilaku kepemimpinan dalam kelompok (Gibson, 1979 dalam Suwarto, 1999). Indikator yang digunakan keterampilan teknis, keterampilan interaksi sosial dan keterampilan konseptual.

™ Keterampilan Kepemimpinan adalah kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam memimpin. Keterampilan kepemimpinan diukur menggunakan tiga indikator, meliputi : keterampilan teknis (Technical skill), keterampilan interaksi sosial (Social interaction skill) dan keterampilan konseptual (Conceptual skill).

1. Keterampilan Teknis (Technical skill) menunjukkan seseorang memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam setiap jenis proses atau teknik berhubungan dengan sarana. Keterampilan teknis diukur dengan indikator tugas-tugas teknis seorang ketua kelompok, meliputi :

¾ Memberikan pendapat untuk mengatasi suatu masalah

¾ Penggunaan media komunikasi sebagai alat bantu untuk memperlancar pekerjaan ketua maupun anggota.

¾ Memberikan pengetahuan/informasi kepada anggota kelompok dalam melakukan pekerjaannya.

¾ Memimpin rapat dan pertemuan kelompok tani-ternak ¾ Menyelesaikan masalah yang dihadapi kelompok tani-ternak ¾ Mengarahkan pengambilan keputusan dalam pertemuan kelompok ¾ Menilai hasil kerja kelompok tani-ternak

¾ Mencoba cara-cara atau teknologi baru dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kelompok.

¾ Menerima secara terbuka pendapat-pendapat anggota.

(36)

2. Keterampilan Interaksi Sosial (Social interaction skill) adalah kemampuan untuk bekerja dengan orang lain secara efektif dan membina kerjasama. Keterampilan interaksi sosial, meliputi kemampuan ketua dalam melakukan kegiatan sebagai berikut :

¾ Memberikan semangat kepada anggota agar lebih baik dalam kegiatan kelompok.

¾ Memberikan penghargaan (pujian) kepada anggota atas pekerjaannya. ¾ Menunjukkan sikap akrab kepada anggota kelompok.

¾ Menangani konflik yang berkembang dalam kelompok tani-ternak ¾ Menghidupkan suasana di kalangan anggota, seperti dengan lelucon. ¾ Menawarkan jalan tengah dari suatu masalah dengan anggota

kelompok.

¾ Menunjukkan sikap netral/adil dalam menghadapi kelompok.

3. Keterampilan Konseptual (Conceptual skill) adalah kemampuan untuk berfikir yang berkaitan dengan perencanaan jangka panjang, seperti kerangka kerja, model dan sebagainya. Keterampilan konseptual berkaitan dengan gagasan-gagasan, meliputi kemampuan dalam hal-hal sebagai berikut:

¾ Mencetuskan gagasan atau ide untuk memulai suatu pekerjaan. ¾ Menganalisis masalah yang berkembang.

¾ Mencari penyelesaian terhadap masalah yang dihadapi. ¾ Menetapkan tujuan-tujuan yang harus dicapai kelompok. ¾ Menetapkan kriteria keberhasilan dalam kelompok. ¾ Menyusun jadwal kegiatan kelompok.

¾ Merancang aktivitas kelompok.

(37)

KEADAAN UMUM LOKASI

Potensi Sumber Daya Alam

Desa Karehkel merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Leuwiliang-Bogor. Luas wilayah kerja pemerintahan Desa Karehkel adalah seluas 499 Ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Leuwibatu Kecamatan Rumpin • Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gn. Galuga Kecamatan Cibungbulang • Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Leuwiliang Kecamatan Leuwiliang

Gambar 5. Keadaan Wilayah Desa Karehkel.

(38)

Tabel 2. Sebaran Luas Wilayah Pemanfaatan Lahan di Desa Karehkel No. Pemanfaatan

Lahan

Jumlah (Ha)

Persentase (%)

1. Sawah 350 70,14

2. Tegal/Ladang 12 2,40

3. Pemukiman 9 1,80

4. Kehutanan 125 25,05

5. Empang/Kolam 3 0,61

Jumlah 499 100

Sumber : Monografi Desa Karehkel, 2004 (diolah).

Potensi Sumber Daya Manusia Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Desa Karehkel pada tahun 2006 sebanyak 10254 jiwa atau 2793 kepala keluarga yang terdiri dari 47,73% laki-laki dan 52,27% perempuan. Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan di Desa Karehkel cukup beragam yakni tamat SD/Sederajat, tamat SLTP, tamat SLTA, tamat Perguruan Tinggi (lihat Tabel 3). Jumlah terbesar yakni 75,66% berpendidikan tamat SD, 16,17% tamat SLTP, 7,26% tamat SLTA dan 0,91% tamat Perguruan Tinggi. Mayoritas penduduk yang tamat SD dan SLTP karena lembaga pendidikan yang tersedia di Desa berjumlah enam unit Sekolah Dasar (SD) dan satu unit Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

Tabel 3. Sebaran Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Tamat SD/sederajat 4066 75,66

2. Tamat SLTP/sederajat 869 16,17

3. Tamat SLTA/sederajat 390 7,26

4. Tamat Perguruan Tinggi 49 0,91

Jumlah 5374 100

(39)

Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk di Desa Karehkel cukup bervariasi yaitu pegawai negeri, TNI/POLRI, karyawan, dagang/wiraswasta, petani-peternak, jasa/buruh, dan lainnya. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa penduduk Desa Karehkel umumnya bermata pencaharian sebagai pedagang/wiraswasta sebesar 37,19% dan jasa/buruh sebesar 34,80%. Barang yang diperdagangkan berupa komoditas pertanian dan peternakan yang dipasarkan di pasar Leuwiliang. Penduduk Desa Karehkel umumnya menjadi buruh angkutan ojek dan buruh pertanian atau buruh bangunan. Sebaran penduduk berdasarkan mata pencaharian disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Sebaran Mata Pencaharian Penduduk Desa Karehkel.

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Dagang/wiraswasta 964 37,19

2. Jasa/buruh 902 34,80

3. Petani-Peternak 386 14,89

4. Karyawan 134 5,17

5. Pegawai Negeri 36 1,39

6. TNI/POLRI 3 0,12

7. Lainnya 167 6,44

Jumlah 2592 100

Sumber : Monografi Desa Karehkel, 2004 (diolah).

Profil Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi

Pandan Wangi merupakan sebuah gabungan kelompok terpadu yang mencakup bidang pertanian, peternakan dan perikanan. Kelompok ini didirikan dan aktif pada tahun 2002 berdasarkan Program Kerja UPTF (Unit Pelaksana Teknis Fungsional) yang sekarang menjadi UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) periode 2002 – 2007 wilayah Leuwiliang di bawah Departemen Pertanian.

Nama Kelompok

(40)

dibutuhkan oleh para petani-peternak untuk membantu proses kegiatan sehari-hari agar kebutuhan hidup tercukupi dari hasil pertanian.

Susunan Pengurus

Susunan pengurus gabungan kelompok tani Pandan Wangi terdiri dari pelindung, pembina, ketua, wakil ketua, sekretaris yang merangkap sebagai bendahara serta dibantu oleh seksi-seksi pertanian, peternakan, perikanan, humas dan usaha.

Gambar 6. Susunan Pengurus Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi. Produk Pertanian

Produk hasil pertanian gabungan kelompok tani Pandan Wangi sangat beragam, yaitu padi, sayur-sayuran (kangkung, bayam, selada, jamur tiram), hewan ternak (ayam buras, kambing, sapi, kelinci) dan perikanan (lele dan mujair). Semua hasil pertanian umumnya dikonsumsi sendiri. Pandan Wangi memiliki koperasi simpan pinjam untuk membantu para petani-peternak, yang bernama Koperasi Cahaya Tani Utama. Koperasi ini dikelola oleh para wanita tani di desa tersebut. Visi dan Misi

Visi dari gabungan kelompok tani Pandan Wangi adalah adanya pemberdayaan dan penyadaran petani menuju usahatani yang berwawasan lingkungan serta berorientasi kepada agribisnis. Sedangkan misi dari kelompok ini yakni meningkatkan ilmu pengetahuan petani dengan menggali dan mengembangkan potensi yang ada pada diri petani.

(41)

Profil Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi

Anggota gabungan kelompok tani Pandan Wangi terdiri dari delapan kelompok tani-ternak yaitu Kelompok Tani Maju, Cadas Gantung, Sugih Tani, Mitra Tani, Mekar Harapan, Tani Mukti, Sumber Usaha Tani dan Barokah Tani. Namun dari delapan kelompok hanya lima kelompok yang aktif yakni: Kelompok Pandan Wangi, Cadas Gantung, Sugih Tani, Mitra Tani dan Mekar Harapan. Total anggota kelima kelompok tani–ternak tersebut berjumlah 100 orang petani-peternak.

Umumnya kelima kelompok tani-ternak melakukan pemilihan ketua kelompok tidak berdasarkan pada kemampuan ketua kelompok tetapi berdasarkan pada terkemukanya seorang calon ketua kelompok. Hal ini terlihat pada saat pelaksanaan kepemimpinan dalam kelompok, sebagian besar ketua kelompok kurang aktif dalam melakukan fungsi kepemimpinan.

Kelima kelompok tani-ternak memiliki komoditas pertanian seperti, padi, jagung dan sayur-mayur, sedangkan pada komoditas peternakan, jenis ternak yang dipelihara adalah ayam buras (1250 ekor), kambing (53 ekor), kelinci (15 ekor), kerbau (12 ekor) dan sapi (8 ekor). Sebagian besar peternak memiliki ayam buras dengan telur sebagai produk utamanya sebanyak 125 kg per tahun. Umumnya komoditas pertanian dan peternakan dipasarkan di pasar Leuwiliang.

Susunan Pengurus

Susunan pengurus anggota gabungan kelompok tani Pandan Wangi terdiri dari pelindung, pembina, ketua, anggota, bendahara dan sekretaris. Susunan pengurus anggota gabungan kelompok tani Pandan Wangi disajikan pada Gambar.

Gambar 7. Susunan Pengurus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi.

Pelindung

Pembina

Bendahara Ketua

(42)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Individu

Karakteristik individu yang diamati dalam penelitian ini adalah : umur, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendapatan, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman bertani-beternak, tingkat interaksi kelompok dan lama keanggotaan-kepemimpinan. Individu pada penelitian ini terdiri dari anggota dan ketua. Sebaran responden menurut karakteristik anggota disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Sebaran Responden Menurut Karakteristik Anggota (n = 45 orang) No Karakteristik Anggota Kategori Responden Persentase

(%) 2. Jumlah tanggungan

keluarga (orang) 3. Tingkat pendapatan tani

ternak (Rp/bulan) 4. Pendidikan formal Rendah (Tidak sekolah-Tamat SD)

Sedang (Tamat SLTP)

Tinggi (Tamat SLTA-Tamat PT)

36 5. Pendidikan non formal Tidak pernah

Pernah 7. Tingkat interaksi

kelompok (kali/bulan) 8. Lama keanggotaan

(43)

Tabel 6. Sebaran Responden Menurut Karakteristik Ketua (n = 5 orang) No Karakteristik Ketua Kategori Responden

Persentase 2. Jumlah tanggungan

keluarga (orang) 3. Tingkat pendapatan

tani-ternak (Rp/bulan) 4. Pendidikan formal Rendah (Tidak sekolah-Tamat SD)

Sedang (Tamat SLTP)

Tinggi (Tamat SLTA-Tamat PT)

3 5. Pendidikan non formal Tidak pernah

Pernah 7. Tingkat interaksi

kelompok (kali/bulan) 8. Lama kepemimpinan

(44)

Tabel 7. Sebaran Responden Menurut Karakteristik Anggota dan ketua (n = 50 orang)

No. Karakteristik Anggota-Ketua Kategori Responden

Persentase (%) 3. Tingkat pendapatan tani ternak

(Rp/bulan)

Rendah (Rp.100.000-Rp.570.000) Sedang (Rp.571.000-Rp.1.041.000) Tinggi (Rp.1.042.000-Rp.1.500.000)

47

4. Pendidikan formal Rendah (Tidak sekolah-Tamat SD)

Sedang (Tamat SLTP) Tinggi (Tamat SLTA-Tamat PT)

39

5. Pendidikan non formal Tidak pernah

Pernah 7. Tingkat interaksi kelompok

(kali/bulan)

8. Lama keanggotaan-kepemimpinan (tahun)

(45)

sedang dan petani-peternak berusia tua sehingga dapat dikatakan berpotensi besar dalam mengembangkan suatu kelompok.

Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang menjadi tanggung jawab. Sebagian besar tanggungan keluarga petani-peternak (66%) tergolong kecil antara 1-3 orang, sisanya 34% tergolong besar antara 4-6 orang. Umumnya petani-peternak yang memiliki jumlah tanggungan keluarga kecil dalam melakukan usaha tani ternaknya hanya mencukupi kebutuhan keluarga (anak, istri) yang masih tergolong kecil. Walaupun demikian dalam membiayai seluruh anggota keluarga petani-peternak masih tidak cukup jika hanya mengandalkan hasil dari usaha tani ternak sehingga banyak petani-peternak yang membuka usaha tambahan di sekitar tempat tinggal.

Tingkat Pendapatan usaha tani-ternak

Mayoritas tingkat pendapatan usaha tani-ternak petani-peternak rendah (94%) antara Rp.100.000-Rp.570.000. Sisanya tingkat pendapatan sedang (4%) dengan tingkat pendapatan sekitar Rp.5700.000-Rp.1.041.000 dan pendapatan tinggi (2%) antara Rp.1.042.000-Rp.1.500.000. Umumnya petani-peternak memiliki luas lahan garapan yang terbatas atau sedikit. Kebanyakan petani-peternak hanya sebagai buruh tani atau dengan kata lain tidak memiliki lahan sendiri untuk bertani-beternak sehingga pendapatannya masih rendah.

Pendidikan Formal

(46)

pendidikan formal petani-peternak umumnya tidak bisa baca tulis. Hal ini tentunya menghambat dalam mengembangkan dan membina sumberdaya kelompok.

Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal kelompok tani-ternak merupakan kursus/pelatihan dalam bidang pertanian/peternakan yang diikuti petani-peternak. Umumnya sebagian besar anggota kelompok (84%) tidak pernah mengikuti pendidikan non formal, sisanya (16%) pernah mengikuti pendidikan non formal. Dengan demikian mayoritas petani-peternak sangat kurang pengalaman dalam mengikuti pelatihan tani-ternak. Pelatihan sangat diperlukan untuk menunjang usahanya. Sebagian besar ketua (80%) pernah mengikuti pelatihan tani-ternak, di antaranya kegiatan pelatihan agribisnis ayam buras dan pelatihan tani dewasa. Namun sangat disayangkan sebagian besar ketua tidak mengaplikasikan pengetahuan dan informasi yang didapat kepada seluruh anggotanya. Sehingga pelatihan tani ternak yang seharusnya dapat menunjang kemampuan petani-peternak dalam bertani dan beternak, kenyataannya tidak terjadi dalam kelompok tani-ternak.

Pengalaman Bertani-beternak

Pengalaman bertani-beternak sebagian besar petani-peternak (80%) berkategori sedang dengan rata-rata pengalaman bertani-beternak selama 1-16 tahun, sedangkan pengalaman bertani-beternak berkategori berpengalaman sebesar 20% antara 17-31 tahun. Umumnya petani-peternak berkategori sedang karena dalam memulai bertani-beternak untuk meneruskan usaha keluarga yang mereka peroleh dari tradisi keluarga secara turun-temurun. Jadi petani-peternak sedang mendapatkan pengetahuan melalui petani-peternak yang sudah berpengalaman. Pengalaman yang didapat tentunya akan membantu para petani-peternak dalam mengambil segala keputusan yang berhubungan dengan usaha tani-ternak. Petani-peternak yang memiliki pengalaman bisa dengan cepat mencari solusi permasalahan yang dihadapi dibanding dengan petani-peternak dengan pengalaman yang rendah.

Tingkat Interaksi Kelompok

(47)

menunjukkan bahwa sebagian besar anggota kurang tertarik untuk mengikuti kegiatan dalam kelompok. Hal ini dikarenakan sebagian besar anggota kelompok kecewa terhadap ketua dalam memberikan pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan usaha tani-ternak dalam kelompok.

Lama Keanggotaan

Mayoritas lama keanggotaan petani-peternak berkategori baru sebesar 94% antara 1-7 tahun dan petani-peternak lama sebesar 6% yaitu antara 8-14 tahun. Hal ini memperlihatkan banyak petani-peternak baru yang menginginkan pengetahuan atau informasi lebih mengenai pertanian atau peternakan dengan berperan serta dalam kelompok tani-ternak.

Keefektivan Kepemimpinan

Keefektivan Kepemimpinan adalah penilaian pelaksanaan fungsi pemimpin pada suatu kelompok yang diukur berdasarkan persepsi responden tentang perilaku-perilaku kepemimpinan dalam kelompok (Gibson, 1979 dalam Suwarto, 1999). Keefektivan kepemimpinan dalam penelitian ini terdiri dari tiga unsur yaitu: 1) keterampilan teknis, 2) keterampilan interaksi sosial dan 3) keterampilan konseptual. Persepsi ketua terhadap keefektivan kepemimpinan disajikan dalam Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Skor Persepsi Ketua Tentang Keefektivan Kepemimpinan.

No. Indikator Keterampilan

Rataan skor*

Ketua Anggota Total (n=5) (n=45) (n=50)

1. Teknis 3,45 2,57 2,66

2. Interaksi Sosial 3,77 2,85 3,22

3. Konseptual 3,15 2,56 2,87

Keefektivan kepemimpinan 3,45 2,66 2,92

* : 1 = tidak mampu, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 =mampu

(48)

dibanding dengan keterampilan teknis dan keterampilan konseptual. Hal ini disebabkan ketua memiliki ikatan kedekatan (rasa kekeluargaan) yang sudah terbentuk antara ketua dengan anggota sehingga kedua belah pihak mampu menciptakan hubungan yang harmonis dalam kelompok serta ketua selalu berusaha untuk menutupi kekurangannya dan menonjolkan kelebihannya sebagai ketua kelompok.

Keterampilan Teknis

Secara umum ada perbedaan persepsi antara ketua dan anggota tentang keterampilan teknis. Ketua merasa sudah memiliki lebih dari cukup keterampilan teknis. Sementara menurut anggota masih kurang dari cukup. Aspek memberi pendapat dan penggunaan media komunikasi memiliki kesamaan antara persepsi ketua dan anggota dibanding sembilan aspek lainnya.

Aspek keterampilan teknis pada persepsi ketua dan anggota yang masih dinilai kurang mampu adalah penggunaan media komunikasi dan mencoba teknologi baru. Hal ini disebabkan ketua sangat terbatas menggunakan media komunikasi dalam rapat seperti, penggunaan pengeras suara, selebaran dan white board. Hanya sebagian kecil ketua yang bisa menggunakannya. Serta kurangnya kegiatan-kegiatan yang dapat mengikutsertakan anggota kelompok di dalam maupun di luar kelompok. Kemampuan teknis ketua kelompok tidak lepas dari keikutsertaan ketua dalam mengikuti pelatihan-pelatihan mengenai peternakan yang dapat meningkatkan kemampuan teknis. Adapun dalam pelatihan tersebut hanya diikuti oleh ketua karena alasan kurangnya dana. Sebagian besar ketua tidak mencoba cara-cara/teknologi baru di dalam kelompok dikarenakan ketua kelompok kurang mengaplikasikan pelatihan-pelatihan yang pernah didapat kepada anggotanya.

(49)

Aspek keterampilan teknis seperti memberi pendapat dan penggunaan media komunikasi memiliki kesamaan persepsi antara ketua dengan anggota. Ini berarti bahwa ketua memiliki cukup kemampuan dalam memberi pendapat sedangkan dalam menggunakan media komunikasi ketua kelompok dinilai masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan Skor Persepsi Ketua-Anggota Tentang Keefektivan Kepemimpinan Berdasarkan Keterampilan Teknis.

No. Aspek Keterampilan Teknis Rataan Skor*

Ketua Anggota 1. Memberi pendapat untuk mengatasi

masalah 2,80 2,73

2. Penggunaan media komunikasi 1,80 1,71 3. Memberi pengarahan 4,00 2,67 4. Memberi pengetahuan/informasi 4,00 2,64 5. Memimpin rapat 4,00 3,07 6. Menyelesaikan masalah kelompok 3,40 2,82 7. Mengarahkan pengambilan keputusan 3,60 2,53 8. Menilai hasil kerja anggota 3,20 2,49 9. Mencoba cara-cara/teknologi baru 2,20 1,62 10. Menerima secara terbuka pendapat

anggota

4,00 3,20 11. Memberi kesempatan berperan serta 4,00 2,98

Total Rataan Skor 3,45 2,57

* : 1 = tidak mampu, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 =mampu Keterampilan Interaksi Sosial

Secara umum ada perbedaan persepsi antara ketua dan anggota tentang keterampilan interaksi sosial. Ketua merasa mampu dalam keterampilan interaksi sosial, sementara anggota menganggap cukup. Persepsi ketua sangat mendominasi ketujuh aspek dibandingkan dengan persepsi anggota. Aspek menghidupkan suasana memiliki kesamaan antara persepsi ketua dan anggota dibanding 6 aspek lainnya.

(50)

dikarenakan sebagian besar ketua kelompok kurang memberikan apresiasi terhadap penghargaan atau pujian kepada anggota yang berprestasi sehingga tidak dapat memberikan motivasi kepada anggota untuk lebih meningkatkan kinerja dalam kelompok.

Sebagian besar aspek keterampilan interaksi sosial pada persepsi ketua dan anggota yang dinilai mampu seperti, memberi semangat, memberi penghargaan/pujian, menunjukkan sikap akrab, menangani perselisihan, menawarkan jalan tengah suatu masalah dan menunjukkan sikap netral/adil. Hal ini dikarenakan adanya ikatan kedekatan (rasa kekeluargaan) yang sudah terbentuk antara ketua dengan anggota sehingga kedua belah pihak mampu menciptakan hubungan yang harmonis di dalam kelompok serta ketua kelompok selalu berusaha untuk menutupi kekurangan dan menonjolkan kelebihan sebagai ketua.

Aspek keterampilan interaksi sosial seperti menghidupkan suasana memiliki kesamaan persepsi antara ketua dan anggota. Ini berarti bahwa ketua memiliki cukup kemampuan dalam menghidupkan suasana kelompok. Hal tersebut dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan Skor Persepsi Ketua-Anggota Tentang Keefektivan Kepemimpinan Berdasarkan Keterampilan Interaksi Sosial.

No. Aspek Keterampilan Interaksi Sosial Rataan Skor*

Ketua Anggota 1. Memberi semangat 4,00 2,82 2. Memberi penghargaan atau pujian 3,80 2,49 3. Menunjukkan sikap akrab 4,00 3,13 4. Menangani perselisihan 3,80 2,89 5. Menghidupkan suasana seperti, lelucon 3,00 2,89 6. Menawarkan jalan tengah suatu masalah 4,00 2,87 7. Menunjukkan sikap netral/adil dalam menghadapi

kelompok.

3,80 2,87

Total Rataan Skor 3,77 2,85

(51)

Keterampilan Konseptual

Secara umum ada perbedaan persepsi antara ketua dan anggota tentang keterampilan konseptual. Ketua merasa sudah memiliki lebih dari cukup keterampilan konseptual, sementara menurut anggota masih kurang dari cukup. Aspek menyusun jadwal kegiatan kelompok dan merancang aktivitas kelompok memiliki kesamaan antara persepsi ketua dan anggota dibanding 6 aspek lain. Aspek keterampilan konseptual pada persepsi ketua dan anggota yang masih dinilai kurang mampu yaitu dalam menyusun jadwal kegiatan dan merancang aktivitas kelompok. Hal ini dikarenakan sebagian besar ketua kelompok kurang dalam menerapkan kedisiplinan terutama pada pelaksanaan jadwal kegiatan dan perancangan aktivitas kelompok. Jadwal kegiatan dan rancangan aktivitas kelompok hanya bersifat tertulis. Kenyataannya kegiatan tersebut hampir tidak pernah direalisasikan oleh ketua kelompok. Namun, ada sebagian kecil ketua kelompok dapat menerapkan jadwal kegiatan dan mampu merancang aktivitas kelompok.

(52)

Tabel 11. Rataan Skor Persepsi Ketua-Anggota Tentang Keefektivan Kepemimpinan Berdasarkan Keterampilan Konseptual.

No. Aspek Keterampilan Konseptual Rataan Skor*

Ketua Anggota 1. Mencetuskan gagasan atau ide untuk memulai suatu

pekerjaan

3,80 2,84 2. Menganalisis masalah yang berkembang 3,40 2,60 3. Mencari penyelesaian terhadap masalah yang

dihadapi

3,40 2,82 4. Menetapkan tujuan-tujuan yang harus dicapai

kelompok.

Konvergensi (Titik Temu) Persepsi Ketua dan Anggota

Konvergensi merupakan kecenderungan dua atau lebih individu untuk beraktivitas menuju ke arah satu tujuan atau menyatukan pengertian dalam satu pandangan atau fokus. konvergensi ini membandingkan dua persepsi antara ketua dan anggota, bagaimana titik temu persepsi kedua mengenai keefektivan kepemimpinan.

Konvergensi antara persepsi ketua dengan anggota mengenai keefektivan kepemimpinan dapat dijelaskan dengan menggunakan dua pengujian yaitu uji rank Spearman dan uji T dua sampel satu sisi bawah. Pada uji rank Sperman menguji jenjang atau prioritas fungsi kepemimpinan sedangkan pada uji T menguji kualitas dari fungsi kepemimpinan.

Kesesuaian Prioritas Fungsi Kepemimpinan

(53)

ketua dan anggota tentang keefektivan kepemimpinan dilakukan dengan menggunakan uji korelasi rank Spearman yang dapat disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Konvergensi (titik temu) Persepsi Ketua dengan Anggota Tentang Keefektivan Kepemimpinan.

No. Aspek Keterampilan Nilai rs Konvergensi atau titik temu

1. Keterampilan teknis 0,72 Ada

2. Keterampilan interaksi sosial 0,03 Tidak ada

3. Keterampilan konseptual 0,95 Ada

Keterangan: melalui pengujian konvergensi persepsi ketua dan anggota.

Keterampilan teknis dan konseptual sudah sesuai dengan harapan anggota kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa ketua kelompok memiliki banyak kelebihan yang dapat digunakan sebagai modal kepemimpinan. Namun keterampilan interaksi sosial tidak sesuai dengan harapan anggota kelompok, sehingga ketua kelompok harus mengembangkan keterampilan interaksi sosial. Hal ini disebabkan ketua kelompok kurang memanfaatkan waktu dan aktivitas yang dapat melibatkan interaksi antara ketua dengan anggota.

Keterampilan teknis memiliki titik temu atau konvergensi antara persepsi ketua dengan anggota. Prioritas aspek keterampilan antara ketua dengan anggota yang tidak berbeda dan total rataan skor ketua dan anggota yang masih tergolong cukup, menjadi faktor tercapainya konvergensi atau titik temu.

Keterampilan interaksi sosial tidak terdapat titik temu antara persepsi ketua dan anggota. Prioritas aspek keterampilan antara ketua dengan anggota yang cukup berbeda dan total rataan skor ketua dan anggota yang berbeda (mampu dan cukup mampu) menjadi faktor tidak terdapatnya konvergensi atau titik temu. Hal ini dikarenakan bahwa ketua kelompok selalu berusaha untuk menutupi kekurangan dan menonjolkan kelebihan sebagai ketua. Sehingga tidak terdapat kesamaan persepsi antara ketua dengan anggota.

(54)

menunjukkan bahwa ketua kelompok memiliki kesamaan dalam hal kemampuan berpikir untuk perencanaan kerja dalam kelompok.

Kesesuaian Kualitas Fungsi Kepemimpinan

Konvergensi dua persepsi antara persepsi anggota dengan ketua mengenai keefektivan kepemimpinan dapat dilakukan dengan menggunakan Uji T dua sampel satu sisi bawah seperti sebagai berikut:

Hipotesis:

• Ho : Terdapat konvergensi antara persepsi ketua dengan anggota. • H1 : Tidak terdapat konvergensi antara persepsi ketua dengan anggota.

Pengambilan keputusan:

• Jika Pvalue > 0,05 maka Ho diterima, dengan asumsi kedua varian sama besar

(equal variances assumed).

• Jika Pvalue < 0,05 maka Ho ditolak, dengan asumsi kedua varian tidak sama besar

(equal variances not assumed). Keputusan:

• Keterampilan Teknis Fhitung = 19.893

Pvalue = 0,000

Pvalue < 0,05 Sehingga Ho ditolak, dengan kata lain asumsi kedua varian sama

besar tidak terpenuhi maka kita menggunakan asumsi varian tidak sama (equal variances not assumed).

• t = -5,761 • df = 20,946

Pvalue = 0 , =

2

Pvalue

0 dimana Pvalue < 0,05 maka Ho ditolak atau H1 diterima.

Jadi, tidak terdapat konvergensi antara persepsi ketua dengan anggota pada

keterampilan teknis.

• Keterampilan Interaksi Sosial Fhitung = 6.182

Gambar

Gambar 1. Hubungan Persepsi Ketua dan Anggota dengan Faktor-faktor yang Menentukan Keefektivan Kepemimpinan
Gambar 2. Unsur-unsur yang Berkaitan dengan Kepemimpinan
Gambar 3. Hubungan keefektivan Individu, Kelompok dan Organisasi.
Gambar 4. Proses pembentukan persepsi berdasarkan Model Salomon
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalama metode ini juga dilakukan analisa komparatif dengan membandingkan data responden yang disurvey pada saat sebelum menjadi anggota (dari kuesioner Uji Kelayakan pada

Urutan materi Laju Reaksi dalam CD Interaktif ini dimulai dari konsep laju reaksi dimana siswa dituntun untuk menemukan konsep dari membaca grafik yang ditampilkan,

Target harga saham BORN untuk jangka panjang setahun ke depan diperkirakan bisa mencapai Rp.1700-Rp.1800 dengan asumsi pertumbuhan laba bersih sekitar 41% dan PE rasio 13x-14x.

Pada penyandang tunarungu bukan bawaan lebih mengalami kesulitan dalam membentuk konsep diri karena ketika konsep diri mulai terbentuk pada saat individu masih normal,

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan pemahaman

Data disini akan menjelaskan berkenaan apa saja prolematika guru dalam pembelajaran di MIS Nurul Huda di desa Kiapak (salah satu desa tertinggal) Kecamatan

Pendekatan teoretis ekolinguistik merupakan dasar yang digunakan peneliti untuk menganalisis ekspresi verbal anak usia dini dalam aktivitas konservasi lingkungan dengan

1) Jika nilai signifikansi &gt; 0.05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan), ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak