• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA, INVESTASI DAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA, INVESTASI DAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TIMUR."

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1

Jurusan Ilmu Ekonomi

Oleh :

ARIEF WIJAYANTO 0511010125 / FE / IE

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW atas segala karunia, rahmad taufik, hidayah dan ridlo-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga dengan segala usaha dan jerih payah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TIMUR”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan di Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN“ Jawa Timur.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sepenuhnya menyadari masih terdapat banyak kekurangan, mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala masukan dan saran yang bersifat membangun, menyempurnakan bagi skripsi ini penulis akan menerima dengan terbuka.

Tiada kata-kata yang paling indah yang mampu penulis haturkan sebagai rasa terima kasih atas bantuan, bimbingan, doa, dorongan yang bersifat materiil maupun spriritual. Pada kesempatan ini, mulai dari awal hingga terselesainya skripsi ini penulis mengucapkan rasa hormat menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

(3)

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN“ Jawa Timur. 3. Bapak Drs. Ec. Marseto DS, MSi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi

Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN“ Jawa Timur.

4. Bapak Drs. EC. H. Kusnul Hadi SH, MS, selaku Dosen Wali Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN“ Jawa Timur. 5. Bapak Drs. M. Taufik, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama. Yang

telah meluangkan banyak waktu dan memberikan bimbingan hingga terselesaikan skripsi ini.

6. Almamaterku tercinta Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN“ Jawa Timur.

7. Seluruh Bapak / Ibu Tata Usaha, Staf karyawan serta Dosen Pengajar Fakultas Ekonomi, yang telah memberikan pengetahuannya dan bantuan selama proses belajar mengajar di Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN“ Jawa Timur. Demi memperluas wawasan terhadap dunia ilmu pengetahuan pada umumnya dan disiplin ilmu ekonomi pada khususnya.

8. Dan semua pihak dan kalangan yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang banyak membantu baik secara langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

(4)

iii

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, harapan penulis semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi diri penulis, pembaca dan semua pihak-pihak yang berkepentingan.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Surabaya, Desember

(5)

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... xi

ABSTRAKSI... xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 4

1.3. Tujuan Penelitian... 5

1.4. Manfaat Penelitian... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil-hasil penelitian terdahulu... 6

2.2. Landasan Teori... 10

2.2.1. Pengertian dan pembagian sektor ekonomi... 10

2.2.2. Pertumbuhan Ekonomi... 16

2.2.2.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi... 16

2.2.2.2. Sumber-sumber Pertumbuhan... 21

(6)

2.2.2.5. Pembangunan Ekonomi Daerah... 36

2.2.3. Pengertian Jumlah Tenaga Kerja... 39

2.2.3.1. Definisi Dari Jumlah Tenaga Kerja... 40

2.2.3.2. Pengertian Kesempatan Kerja... 40

2.2.3.3. Dampak Dari Jumlah Tenaga Kerja... 42

2.2.4. Pengertian Investasi... 42

2.2.4.1. Manfaat Investasi... 43

2.2.4.2. Teori Investasi... 44

2.2.4.3. Faktor-faktor Yang Menentukan Investasi... 45

2.2.4.4. Tujuan Investasi... 46

2.2.4.5. Jenis-jenis Investasi... 46

2.2.4.6. Pengaruh Investasi Terhadap Pertumbuhan…... 49

2.2.5. Pengertian Inflasi... 49

2.2.5.1. Macam-macam Inflasi... 50

2.2.5.2. Penyebab Inflasi... 52

(7)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 57

3.2. Teknik Penentuan Sampel... 58

3.3. Teknik Pengumpulan Data... 59

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis... 60

3.4.1. Teknik Analisis... 60

3.4.2. Uji Hipotesis... 61

3.5. Pendekatan Asumsi BLUE……….. 64

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian………... 68

4.1.1. Gambar Geografis Propinsi Jawa Timur……… 68

4.1.2. Keadaan Alam Propinsi Jawa Timur………. 69

4.1.3. Keadaan Penduduk……….. 71

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian……… 72

4.2.1. Perkembangan (PDRB) di Jawa Timur………. 72

(8)

4.2.4. Perkembangan Inflasi di Jawa Timur……….. 75

4.3. Analisis dan Uji Hipotesis……… 76

4.3.1. Pengujian Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Sesuai

Dengan Asumsi BLUE……… 76

4.3.2. Analisis Hasil Perhitungan Koefisien Regresi………. 79

4.3.3. Uji Hipotesis Secara Simultan………. 88

4.3.4. Uji Hipotesis Secara Parsial……… 87

4.3.5. Pembahasan………. 93

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan... 96

5.2. Saran... 98

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

Oleh :

ARIEF WIJAYANTO

ABSTRAKSI

Pembangunan ekonomi adalah sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh suatu Negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf kehidupan masyarakat. Keadaan perekonomian Indonesia yang kurang stabil mempunyai dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi khususnya pertumbuhan ekonomi di jawa timur. Jawa timur merupakan daerah berpotensi untuk perkembangan sehingga keadaan perekonomian jawa timur sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Perkembangan pertumbuhan ekonomi jawa timur hamper sama dengan pertumbuhan ekonomi nasional.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang di peroleh dari instansi-instansi seperti biro pusat statistik yang kurun waktu selama 1999-2008. Teknik analisis yang di gunakan adalah model regresi linier berganda di mana pertumbuhan ekonomi di jawa timur Sektor Basis dan Non Basis (Y) sebagai variabel terikat dan jumlah tenaga kerja (X1), investasi (X2) dan inflasi (X3) sebagai variabel bebas.

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis diperoleh hasil PDRB sektor Basis (Y1), PDRB sektor non Basis (Y2) dan Total PDRB (Y3) diperoleh F hitung = 5,692 > F tabel = 4,76; F hitung = 6,340 > F tabel = 4,76 dan F hitung = 5,649 > F tabel = 4,76 maka untuk ketiga persamaan yang telah dianalisis dapat dikatakan bahwa Ho ditolak dan Hi diterima, sehingga secara simultan variabel bebas berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Sedangkan hasil uji t secara Parsial variabel Jumlah Tenaga Kerja (X1) t hitung = 2,993 > t tabel = 2,447 ; Investasi (X2) t hitung = -0,604 < t tabel = 2,447 dan Inflasi (X3) t hitung = 1,186 < t tabel = 2,447 maka pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial hanya variabel Jumlah Tenaga Kerja (X1) yang berpengaruh secara nyata terhadap PDRB sektor Basis (Y1), PDRB sektor non Basis (Y2) dan Total PDRB (Y3) sedangkan untuk ke dua variabel investasi (X2), inflasi (X3) tidak signifikan.

Kata kunci : PDRB (Y) dan Jumlah Tenaga Kerja (X1), Investasi (X2), Inflasi (X3)

(10)

1.1. Latar Belakang

Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakan Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global (Widiyawati, 2001 : 02).

Pertumbuhan ekonomi dalam pembangunan ekonomi adalah sangat penting, sebab pemerataan tanpa pertumbuhan ekonomi berarti membagi atau memeratakan kemiskinan, sedangkan pembangunan ekonomi adalah memeratakan kemakmuran dan itu baru bisa terjadi apabilah pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, melampaui pertumbuhan jumlah penduduknya. Sehingga dengan pertumbuhan ekonomi yang harus meningkat kapasitasnya maka secara tidak langsung akan berdampak terhadap pertumbuhan dan pembangunan sektor industri yang bisah meningkatkan pendapatan nasional maupun daerah dan dapat menyerap tenaga kerja seiring pertumbuhan penduduk yang terus meningkat (Tambunan, 2001 : 37).

Dengan demikian salah satu indikasi dari pembangunan adalah terjadinya Pertumbuhan Ekonomi (Economic growth) yang ditunjukkan oleh pertambahan produksi atau pendapatan nasional. Keberhasilan pembangunan

(11)

akan dapat mempertinggi kemampuan bangsa dalam melaksanakan pembangunan dibidang lainnya.

Dan pembangunan selalu disertai dengan pertumbuhan akan tetapi pertumbuhan belum tentu belum disertai dengan pembangunan, tetapi pada tingkat-tingkat permulaan pembangunan ekonomi mungkin disertai dengan pertumbuhan dan begitu sebaliknya (Irawan dan Suparmoko, 2002 ; 7).

Selain itu salah satu tujuan juga pembangunan adalah salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk meningkatkan adanya kondisi pembangunan nasional dari berbagai sektor pertanian, industri dan perdagangan akan tetapi secara mengalami penurunan kenaikan pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil. Karena adanya inflasi yang akan berdampak penurunan pertumbuhan ekonomi yang berpengaruh pada besarnya investasi dan secara langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi disektor tersebut secara kembali stabil atau dapat berkembang kembali dalam pertumbuhan ekonomi (Anonim, 2004 ; 1).

Dan tujuan utama pembangunan ekonomi, selain upaya menciptakan pertumbuhan yang setingi-tingginya juga berupaya menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran atau menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk. Kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat akan memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup (Todaro, 1997 ; 21).

(12)

bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpak memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk dan apakah ada perubahan atau tidak dalam struktur ekonomi (Sukirno 1994 ; 10).

Jawa timur sebagai salah satu propinsi Indonesia mempunyai daerah yang sangat potensial dalam pembangunan nasional, mempunyai wilayah yang luasnya terdiri dari 47.157,72 Km berupa daratan dan 2.833,85 km lautan. Serta jumlah penduduk 37.070.731 jiwa (Data BPS 2008). Dan selain itu sektor 29 juta merupakan penduduk usia kerja dan sekitar 25 juta merupakan angkatan kerja, sementara jumlah tenaga kerja sekitar 23 juta. Maka pada tahun (2003-2008) 5 tahun terakhir dari data BPS pertumbuhan ekonomi di jawa timur mengalami kenaikan 4,63%, investasi 3,39% dan inflasi sebesar 2,65%. Maka dari data ini mengambil judul analisis beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di jawa timur (Data BPS 2008 : 05).

(13)

penurunan Pertumbuhan Ekonomi yang berpengaruh pada besarnya investasi. Dan sulitnya strategi pembangunan yang tepat bagi Pertumbuhan Ekonomi dalam meningkatkan pembangunan dan peningkatan lapangan pekerjaan.

Seperti contoh dikatakan oleh Malthus mengenai pertumbuhan penduduk, perkembangan penduduk yang berjalan dengan cepat akan memperbesar jumlah penduduk atau jumlah tenaga kerja hingga dua kali lipat dalam waktu satu generasi, akan menurun kembali tingkat pembangunan ke taraf yang lebih rendah (Sukirno, 1991 ; 275). Dan dari teori yang dikemukakan oleh Malthus jika pertumbuhan penduduk yang pesat dapat menimbulkan akibat yang kurang menguntungkan terhadap tingkat kemiskinan, tingkat pendapatan, tingkat pengangguran atau kurangnya kesempatan kerja bagi penduduk yang semuanya dapat menghambat laju pembangunan perekonomian.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka permasalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah variabel Jumlah Tenaga Kerja, Investasi dan Inflasi berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur pada sektor basis dan non basis.

(14)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan penelitian :

a. Untuk mengetahui apakah variable Jumlah Tenaga Kerja, Investasi dan Inflasi berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur pada sektor basis dan non basis.

b. Untuk mengetahui manakah variabel di antara ketiga yang paling dominan mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur pada sektor basis dan non basis.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

a. Sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan dan mengambil keputusan bagi yang akan mengadakan penelitian selanjutnya.

b Sebagai acuan akdemik bagi mahasiswa dan koleksi perpustakan yang digunakan untuk membantu memecahkan masalah yang berkaitan dengan penelitian.

(15)

1.1. Latar Belakang

Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakan Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global (Widiyawati, 2001 : 02).

Pertumbuhan ekonomi dalam pembangunan ekonomi adalah sangat penting, sebab pemerataan tanpa pertumbuhan ekonomi berarti membagi atau memeratakan kemiskinan, sedangkan pembangunan ekonomi adalah memeratakan kemakmuran dan itu baru bisa terjadi apabilah pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, melampaui pertumbuhan jumlah penduduknya. Sehingga dengan pertumbuhan ekonomi yang harus meningkat kapasitasnya maka secara tidak langsung akan berdampak terhadap pertumbuhan dan pembangunan sektor industri yang bisah meningkatkan pendapatan nasional maupun daerah dan dapat menyerap tenaga kerja seiring pertumbuhan penduduk yang terus meningkat (Tambunan, 2001 : 37).

Dengan demikian salah satu indikasi dari pembangunan adalah terjadinya Pertumbuhan Ekonomi (Economic growth) yang ditunjukkan oleh pertambahan produksi atau pendapatan nasional. Keberhasilan pembangunan

(16)

akan dapat mempertinggi kemampuan bangsa dalam melaksanakan pembangunan dibidang lainnya.

Dan pembangunan selalu disertai dengan pertumbuhan akan tetapi pertumbuhan belum tentu belum disertai dengan pembangunan, tetapi pada tingkat-tingkat permulaan pembangunan ekonomi mungkin disertai dengan pertumbuhan dan begitu sebaliknya (Irawan dan Suparmoko, 2002 ; 7).

Selain itu salah satu tujuan juga pembangunan adalah salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk meningkatkan adanya kondisi pembangunan nasional dari berbagai sektor pertanian, industri dan perdagangan akan tetapi secara mengalami penurunan kenaikan pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil. Karena adanya inflasi yang akan berdampak penurunan pertumbuhan ekonomi yang berpengaruh pada besarnya investasi dan secara langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi disektor tersebut secara kembali stabil atau dapat berkembang kembali dalam pertumbuhan ekonomi (Anonim, 2004 ; 1).

Dan tujuan utama pembangunan ekonomi, selain upaya menciptakan pertumbuhan yang setingi-tingginya juga berupaya menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran atau menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk. Kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat akan memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup (Todaro, 1997 ; 21).

(17)

bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpak memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk dan apakah ada perubahan atau tidak dalam struktur ekonomi (Sukirno 1994 ; 10).

Jawa timur sebagai salah satu propinsi Indonesia mempunyai daerah yang sangat potensial dalam pembangunan nasional, mempunyai wilayah yang luasnya terdiri dari 47.157,72 Km berupa daratan dan 2.833,85 km lautan. Serta jumlah penduduk 37.070.731 jiwa (Data BPS 2008). Dan selain itu sektor 29 juta merupakan penduduk usia kerja dan sekitar 25 juta merupakan angkatan kerja, sementara jumlah tenaga kerja sekitar 23 juta. Maka pada tahun (2003-2008) 5 tahun terakhir dari data BPS pertumbuhan ekonomi di jawa timur mengalami kenaikan 4,63%, investasi 3,39% dan inflasi sebesar 2,65%. Maka dari data ini mengambil judul analisis beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di jawa timur (Data BPS 2008 : 05).

(18)

penurunan Pertumbuhan Ekonomi yang berpengaruh pada besarnya investasi. Dan sulitnya strategi pembangunan yang tepat bagi Pertumbuhan Ekonomi dalam meningkatkan pembangunan dan peningkatan lapangan pekerjaan.

Seperti contoh dikatakan oleh Malthus mengenai pertumbuhan penduduk, perkembangan penduduk yang berjalan dengan cepat akan memperbesar jumlah penduduk atau jumlah tenaga kerja hingga dua kali lipat dalam waktu satu generasi, akan menurun kembali tingkat pembangunan ke taraf yang lebih rendah (Sukirno, 1991 ; 275). Dan dari teori yang dikemukakan oleh Malthus jika pertumbuhan penduduk yang pesat dapat menimbulkan akibat yang kurang menguntungkan terhadap tingkat kemiskinan, tingkat pendapatan, tingkat pengangguran atau kurangnya kesempatan kerja bagi penduduk yang semuanya dapat menghambat laju pembangunan perekonomian.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka permasalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah variabel Jumlah Tenaga Kerja, Investasi dan Inflasi berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur pada sektor basis dan non basis.

(19)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan penelitian :

a. Untuk mengetahui apakah variable Jumlah Tenaga Kerja, Investasi dan Inflasi berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur pada sektor basis dan non basis.

b. Untuk mengetahui manakah variabel di antara ketiga yang paling dominan mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur pada sektor basis dan non basis.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

a. Sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan dan mengambil keputusan bagi yang akan mengadakan penelitian selanjutnya.

b Sebagai acuan akdemik bagi mahasiswa dan koleksi perpustakan yang digunakan untuk membantu memecahkan masalah yang berkaitan dengan penelitian.

(20)

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu perna dilakukan oleh pihak lain yang dapat

dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang berkaitan

dengan pertumbuhan ekonomi, antara lain:

1. Soeryani, (2003,viii),” Beberapa faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan

Ekonomi di Jawa Timur.” Menyatakan bahwa secara simultan ada

pengaruh antara variable sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan

sektor perdagangan terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) di

Jawa Timur. Hal ini diketahui dari uji F yaitu di peroleh dari Fhitung

(6169,016) > Ttabel (4,76). Sedangkan secara parsial, varibel sektor

pertanian berpengaruh terhadap PDRB di jawa timur dimana Thitung

(3,478) > Ttabel (2,447). Variable sektor perdagangan tidak berpengaruh

terhadap PDRB Jawa Timur, karena Thitung (-1,269) > Ttabel (-2,447) dan

penyebabnya adalah ber Flektuasinya nilai rupiah terhadap dollar

Amerika. Ketiga factor diatas memberikan pengaruh pada kontribusi

PDRB Jawa Timur sehingga dapat mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

di Jawa Timur.

2. Widayati (2001 : X) UPN “Veteran” JATIM. Melakukan penelitian dengan

judul “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan di Indonesia”.

Yang menjadi kesimpulan dari skripsi ini adalah : hasil pengujian dengan

(21)

uji F menunjukkan bahwa variabel pinjaman luar negeri (X1), penaman

modal asing (X2), dan pertumbuhan penduduk (X3) secara serempak

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan nilai R2 = 0,654,

menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi (Y) disebabkan oleh pinjaman

luar negeri (X1), penanaman moal asing (X2), dan pertumbuhan penduduk

(X3) secara serempak. Sisanya sebesar 34,6 % disebabkan oleh variabel

bebes lain yang tidak teridentifikasi. Tidak terbuktinya pengaruh yang dari

faktor pinjaman luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia

terjadi karena pinjaman yang diperoleh dari luar negeri ini belum

benar-benar digunakan pemerintah untuk dikelola dan dialokasikan pada sektor

industri barang dan jasa dan pinjaman luar negeri tersebut digunakan untuk

pembiayaan proyek-proyek yang tidak menghasilkan devisa.

3. Hadi (2001 : X) UPN “Veteran” JATIM. Melakukan penelitian dengan

judul “Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Ekonomi di jawa Timur. Yang menjadi kesimpulan dari skripsi ini adalah

hasil analisi di peroleh R2 = 0,8500 yang menunjukkan variabel terikat

mampu dijelaskan oleh variabel bebas sebesar 85 %, sedangkan sisanya

sebesar 15 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh

model. Uji hipotesis secara simultan menunjukkan F hitung = 122,805 > F

tabel = 3,59 yang berarti terdapat pengaruh secara simultan antara variabel

bebas penanaman dalam negeri (X1), ekspor (X2), pengeluaran pemerintah

(X3) terhadap pertumbuhan ekonomi (Y). secara parsial variabel

(22)

pertumbuhan ekonomi dengan nilai t hitung = -5,664 < t tabel = -2,201.

Sedangkan variabel ekspor (X2) dengan nilai t hitung = 7,880 > 2,201, dan

pengeluaran pemerintah (X3) dengan nilai t hitung = 6,586 > t tabel =

2,201, berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa

Timur.

4. Hidayatamir (2001 : 86), dengan judul “Beberapa Faktor Yang

Mempengaruhi Pertumbuhan E0konomi di Jawa Timur”, dengan hasil

penelitian sebagai berikut : Berdasarkan hasil uji F menunjukkan F hitung =

186,013 > F tabel = 8,78 dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel bebas

yang terdiri dari PMA, ekspor dan industri pengolahan berpengaruh nya

terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan uji t dapat disimpulkan

secara berurutan, PMA dengan t hitung = 6,965 > t tabel = 2,719, ekspor

dengan t hitung = 4,0125 > t tabel = 2,719 berpengaruh secara nyata terhadap

pertumbuhan ekonomi. Sedangkan hasil industri pengolahan t hitung = 2,698

< t tabel 2,179 yang menunjukkan tidak berpengaruh secara nyata terhadap

pertumbuhan ekonomi. Ketiga faktor diatas memberikan kontribusi pada

pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur sehingga dapat mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi.

5. Andryan Resley (2002 : 68), dengan judul “Beberapa Faktor Yang

Mempengaruhi Faktor Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur”, dengan

hasil penelitian sebagai berikut : Hasil analisis dengan uji F atau secara

simultan pengeluaran pemerintah, investasi dan jumlah penduduk usia

(23)

dengan Fhitung = 9,548 dan Ftabel = 4,76. Berdasarkan hasil analisis uji t

secara parsial pengeluaran pemerintah secara nyata terhadap pertumbuhan

ekonomi dengan thitung = -4,040 < ttabel = 2,447, untuk variabel investasi

secara nyata terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai thitung = 3,269 >

ttabel = 2,447, sedangkan untuk jumlah penduduk usia produktif tidak

berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan ekonomi secara nyata

dengan nilai thitung = 1,991 < ttabel = 2,447.

6. Andrianti (2001 : 54), dengan judul “Beberapa Faktor Yang pengaruh

utang luar negeri (foreign debt) dan penanaman modal asing (PMA)

terhadap pertumbuhan Indonesia”. Dengan adanya sebagai negara sedang

membangun, memiliki pertumbuhan ekonomi yang bagus di tahun

1995-an. Ini ditunjukkan dengan peningkatan GDP tahun per tahun, stabilitas

inflasi, dan sebagainya. Tetapi sejak tahun 2000 krisis ekonomi yang

melanda negara-negara Asia, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami

penurunan. Itu berakibat pada sektor moneter dan sektor riil. Dan

menggunakan sampel model kuadrat terkecil (OLS) data tahunan dan

menghasilkan independent. Variabel Y: pertumbuhan ekonomi menghitung

dari utang luar negeri dan penanaman modal. Dan berdasarkan tersebut

Utang luar negeri dan penanaman modal asing merupakan salah satu cara

yang ditempuh oleh pemerintah Indonesia guna mengatasi defisit tabungan

nasional yang mana dapat mendorong pembangunan nasional untuk

(24)

Berdasarkan hasil penelitian diatas, jadi perbedaan penelitian yang

dilakukan oleh penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang pada tahun

penelitian dari variabel, tempat penelitian dan ruang lingkup yang di gunakan

penelitian. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jumlah

Tenaga Kerja (X1), Investasi (X2) dan Inflasi (X3). Sedangkan variabel

terikat yang di gunakan adalah Pertumbuhan Ekonomi (Y).

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian dan Pembagian Sektor Ekonomi

Pada dasarnya yang dimaksud dengan sektor ekonomi adalah bidang

kegiatan ekonomi dimana penduduk suatu negara atau wilayah melakukan

kegiatan produksi dengan menggunakan satu atau kombinasi beberapa

faktor produksi sebagai input untuk menghasilkan satu atau beberapa jenis

output sehingga faktor produksi tersebut mendapatkan balas jasa.

Kegiatan ekonomi dibedakan berdasarkan prosentase tenaga kerja

yang berada pada sektor primer, sekunder dan tersier. Maka keadaan

ekonomi ada dalam tiga sektor, yaitu :

1. Kegiatan sektor primer meliputi kegiatan ekonomi dalam bidang

pertanian, kehutanan, perikanan dan pertambangan.

2. Kegiatan sektor sekunder meliputi kegiatan di bidang industri

pengolahan, listrik, gas, air minum dan bangunan.

3. Kegiatan sektor tersier meliputi kegiatan di bidang pengangkutan

(25)

Pembagian sektor ekonomi dapat dilakukan menurut lapangan usaha

maupun dari segi pertumbuhannya. Menurut lapangan usaha

diklasifikasikan sesuai dengan standard klasifikasi lapangan usaha

internasional yang terdiri dari sembilan sektor ekonomi, yaitu :

1. Sektor pertanian

Sektor pertanian terdiri dari enam sub sektor, yaitu :

a. Tanaman dan makanan yang bisa di usahakan oleh rakyat, maksudnya

bukan oleh perusahaan.

b. Tanaman perkebunan, dibedakan atas perkebunan rakyat dan

perkebunan besar. Yang dimaksud perkebunan rakyat adalah

perkebunan yang diusahakan sendiri oleh rakyat atau masyarakat.

Sedangkan perkebunan besar adalah semua perkebunan yang

dijalankan oleh perusahaan perkebunan yang berbadan hukum.

c. Peternakan, mencakup kegiatan beternak sendiri dan pengolahan

hasil-hasilnya.

d. Kehutanan, terdiri atas tiga macam kegiatan yaitu penebangan kayu,

pengambilan hasil hutan dan perburuhan.

e. Perikanan, meliputi semua hasil kegiatan perikanan laut, perairan

umum, kolam, tambak, sawah, serta pengolahan sederhana atas

produk-produk perikanan (Dumairy, 1997 : 204). 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian terdiri dari tiga sub sektor, yaitu :

(26)

b. Pertambangan non migas

c. Penggalian

3. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan terdiri dari tiga sub sektor, yaitu :

a. Industri berat dan sedang

Ruang lingkup dan metode perhitungan nilai tambah bruto industri

besar dan sedang atas dasar harga konstan berdasarkan survey

tahunan.

b. Industri Pengilangan Minyak

Data produksi industri pengilangan minyak seperti premium, minyak

tanah, minyak diesel, avigas, avtur dan sebagainya.

c. Industri kecil dan kerajinan rumah tangga

Angka-angka output dan nilai tambah subsekotr industri kecil dan

kerajinan rumah tangga diperoleh dengan pendekatan produksi yaitu

dengan mengalikan rata-rata output per tenaga kerja yang bekerja di

subsektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga.

4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Sektor gas, listrik dan air bersih terdiri dari tiga sub sektor yaitu :

a. Gas, meliputi usaha pembuatan dan penyaluran gas kota.

b. Listrik, mencakup seluruh kegiatan kelistrikan baik yang diusahakan

oleh perusahaan listrik negara maupun non perusahaan listrik negara.

c. Air bersih, usaha pengolahan, penjernihan dan pendistribusian air

(27)

5. Sektor Bangunan dan Konstruksi

Sektor ini mencakup kontraktor umum dan khusus yang terutama

berhubungan dengan pembuatan atau kegiatan bangunan dan juga

unit-unit yang melakukan konstruksi bangunan untuk perusahaan induknya

dan dapat melaporkan data dari semua kegiatan secara terpisah.

6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

a. Perdaganga merupakan segala transaksi yang dilakukan oleh suatu

negara dalam hubungan ekonominya denga negara lain baik berupa

barang maupun jasa.

b. Restoran, kegiatan yang mencakup usaha penjualan untuk

menyediakan makanan dan minuman jadi yang pada umumnya

dikonsumsi di tempat penjualan, catering yang diusahakan secara

berdiri sendiri, kantin di pabrik atau kantor (Dumairy, 1997 : 90). c. Hotel, mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang merupakan

sebagian atua seluruh bangunan sebagai ntempat penginapan, yang

terbuka untuk umum atau hanya anggota suatu organisasi terbuka atas

dasar suatu pembayaran , penyediaan penginapan yang diusahakan

atas perkumpulan, yayasan atau pemerintahan.

7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor ini mencakup kegiatan pengengkutan umum untuk barang dan

penumpang baik melalui darat, laut, sungai / danau dan udara. Sektor ini

(28)

a. Angkutan Jalan Raya

Subsektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang

yang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum baik bermotor

seperti bus, truk, taksi dan sebagainya.

b. Angkutan Kereta Api

Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku di hitung berdasarkan data

yang diperoleh dari laporan tahunan perusahaan umum kereta api.

c. Angkutan Udara

Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan penumpang, barang dan

kegiatan lain yang berkaitan dengan penerbangan yang dilakukan oleh

penerbangan milik nasional.

d. Angkutan Laut / Air

Subsektor angkutan laut / air meliputi kegiatan pengangkutan

penumpang dan barang dengan menggunakan kapal yang diusahakan

oleh perusahaan pelayaran milik nasional, baik yang melakukan

trayek dalam negeri mapupun internasional.

e. Jasa Penunjang Angkutan

Meliputi kegiatan pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang

sifatnya menunjang dan berkaitan dengan kegiatan pengangkutan,

seperti terminal dan parkir, ekspedisi dan bongkar muat, penyimpanan

dan pergudangan serta jasa penunjang angkutan lainnya.

f. Komunikasi

(29)

1. Pos dan Giro

Kegiatan ini meliputi pemberian jasa pos dan giro seperti

pengiriman surat, wesel, jasa giro, jasa tabungan dan sebagainya.

2. Jasa Penunjang Komunikasi

Kegiatan subsektor ini mencakup pemberian jasa dan penyediaan

fasilitas yang sifatya menunjang kegiatan komunikasi, seperti

wesel, warpostel, radio pager, ponsel dan sebagainya.

3. Telekomunikasi

Kegiatan ini mencakup pemberian jasa dalam hal pemakaian

hubungan telepon, telegram dan teks.

8. Sektor Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan

Sektor ini meliputi kegiatan perbankan, lembaga keuangan bukan bank,

jasa penunjangkeuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan :

1. Bank

Angka nilai tambah bruto subsektor bank atas dasar harga berlaku

diperoleh dari Bank Indonesia.

2. Lembaga Keuangan Bukan Bank

Kegiatan lembaga keuangan bukan bank meliputi kegiatan asuransi,

koperasi, yayasan dana pensiun, pegadaian.

3. Jasa Penunjang Keuangan

Kegiatan ini meliputi berbagai kegiatan ekonomi antara lain : bursa

efek indonesia, penerbangan valuta asing, perusahaan anjak piutang

(30)

4. Sewa Bangunan

Mencakup kegiatan ini jasa atas penggunaan rumah bangunan sebagai

tempat tinggal, tanpa memperhatikan apakah bangunan tersebut milik

sendiri atau sewa.

5. Jasa Perusahaan

Subsektor ini mencakup semua kegiatan jasa pengacara, jasa

angkutan, biro arsitektur, jasa pengolahan data, jasa periklanan dan

sebagainya.

9. Sektor Jasa – Jasa

Sektor jasa –jasa dibagi lagi menjadi beberapa subsektor, yaitu :

1. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan

Subsektor ini mencakup jasa pendidikan, jasa kesehatan serta jasa

kemasyarakatan lainnya, seperti jasa penelitian, jasa palang merah,

panti asuhan, yayasan pemeliharaan anak cacat dan rumah ibadah.

2. Jasa Pemerintahan Umum

Nilai tambah bruto subsektor ini terdiri dari upah dan gaji rutin

pegawai pemerintah pusat dan daerah.

2.2.2. Pertumbuhan Ekonomi

2.2.2.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pengertian pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka

panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin

(31)

pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional secara

berarti (dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu

perhitungan tertentu (Putong, 2003 : 252).

Dan pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam

perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan

dalam masyarakat meningkat (Sukirno, 2002 : 10). Jadi kemampuan ini timbul sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan

dan ideologis yang diperlukan.

Dan selain itu ada perbedaan dalam istilah perkembangan

ekonomi. Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan

terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan

mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan

pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara berlahan

dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk. Hicks

mengemukakan masalah negara terbelakang menyangkut pengembangan

sumber-sumber yang tidak atau belum dipergunakan, kendati

penggunanya telah cukup dikenal menurut Schumpeter dan Hicks dalam

(Jhingan, 2002 : 4).

Dan pertumbuhan ekonomi mempunyai ciri-ciri dimana proses

ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor yaitu faktor ekonomi

danfaktor non ekonomi. Yang termasuk dalam faktor ekonomi adalah

sumber daya alam, modal usaha, teknologi dan sebagainya. Pertumbuhan

(32)

sosial, kondisi politik dan nilai-nilai moral dalam suatu bangsa.

Faktor-faktor non ekonomi ini menunjang dalam pertumbuhan ekonomi.

Dari definisi diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi

memiliki tiga komponen, yaitu:

1. Pertumbuhan bagi ekonomi suatu bangsa dilihat dari meningkatnya

secara terus-menerus persedian barang.

2. Teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang

menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam menyediakan

aneka macam barang-barang kepada penduduk.

3. Bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang

menghasilkan ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan

secara tepat.

Selain itu dari faktor-faktor penunjang dan menghambat

petumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang lebih tepat di ukur

dengan menggunakan pertumbuhan pendapatan perkapita menurut

adanya kenaikan Produk Domestik Bruto atau pendapatan (PDB). PDB

sangat ditentukan oleh di gunakannya faktor-faktor produksi yaitu

a. Kapital yaitu merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam

menentukan tinggi rendahnya pendapatan nasional atau kapital

seringkali hanya merupakan pelengkap dari pada faktor utama

pendorong pertumbuhan ekonomi pada permulaan pertumbuhan.

b. Sumber Daya Alam yaitu merupakan lambatnya dalam mencapai

(33)

demikian karena yang terpenting adalah kemampuan yang tinggi

penduduknya untuk melakukan pembangunan.

c. Teknologi yaitu cara untuk mengolah atau menghasilkan suatu jenis

barang atau jasa tertentu. Dan teknologi mempunyai hubungan dengan

inovasi yaitu penemuan baru, menemukan komoditi baru, menemukan

cara poduksi baru, dan sebagainya.

d. Sosial yaitu meupakan tidak kalah pentingnya dan faktor sosial ini

penting sekali tetapi sering dilupakan atau di anggap ringan. Faktor

sosial juga dapat menjadi menghambat dalam mencapai sasaran

pembangunan. Faktor sosial diantaranya adalah adat istiadat,

keamanan, politik dan sebagainya.

e. Tenaga Kerja yaitu merupakan salah satu faktor produksi yang

terpenting dalam kaitannya dengan peningkatan PDB suatu negara.

Dari segi jumlahnya, semakin banyak tenaga kerja yang di gunakan

dalam proses produksi maka semakin tinggi pula kegiatan tersebut.

Namun hal ini tidak berlaku sepenuhnya, karena adannya hukum

pertambahan hasil yang semakin berkurang, sehingga setelah

tingkatan penggunaan tenaga kerja tertentu, jumlah produk total yang

dapat di hasilkan oleh tenaga kerja tersebut akan berkurang. Dengan

kata lain setelah jumlah tertentu, jumlah produk total yang dapat di

hasilkan oleh tenaga kerja tersebut akan berkurang. Dengan kata lain

setelah jumlah tertentu dari tenaga kerja tersebut maka produk

(34)

Dan pertumbuhan ekonomi mempunyai pengukuran pendapatan

nasional dengan tiga metode yaitu :

1. Metode Pengeluaran

Adalah keseluruhan pengeluaran agregate, berupa penjumlahan dari

konsumsi nasional (C), investasi nasional ( I ), government expeniture

(G), export (X), import (M), masing-masing oleh konsumen,

produsen, pemerintah, konsumen / produsen / pemerintah luar negeri

dan dalam negeri terhadap nilai produksi akhir (final goods) dan

bukan barang antara (intermediate goods).

2. Metode Penerimaan

Adalah keseluruhan penerimaan setiap warga negara pemilik faktor

produksi tanah, tenaga kerja, modal, keahlian / kewirausahaan yang

berupa kompensasi sewa, upah, bunga, laba pada tahun tertentu.

3. Metode Produksi

Adalah pengukuran keseluruhan produksi nasional dengan

menjumlahkan seluruh nilai tambah (value added).

Sedangkan Adam Smith mengemukakan dari pemikirannya

mengenai pertumbuhan ekonomi adalah evolusi proses pembangunan

yang dialami oleh suatu negara melalui tahapan-tahapan tertentu.

Tahapan-tahapan tersebut merupakan proses urutan seperti halnya aliran

sungai artinya pertahapan tersebut adalah mutlak harus dilalui oleh suatu

negara yang sedang membangun, dimana tahap-tahap pembangunan

(35)

semakin tinggi. Menurut Adam Smith proses pertumbuhan ekonomi akan

terjadi secara simultan dan memiliki hubungan keterkaitan satu dengan

yang lain. Timbulnya kenaikan kinerja pada suatu sektor akan

meningkatkan daya tarik bagi mendorong kemajuan teknologi,

meningkatkan spesialisasi, memperluas pasar. Hal ini akan mendorong

pertumbuhan ekonomi semakin pesat (Kuncoro, 1997 : 39).

2.2.2.2. Sumber-sumber Pertumbuhan

Pertumbuhan ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan pada sisi

permintaan agregat (AD) atau / dan sisi penawaran agregat (AS). Seperti

yang diilustrasikan pada gambar dibawah, titik perpotongan antara kurva

AD dengan kurva AS adalah titik keseimbangan ekonomi yang

menghasilkan suatu jumlah output agregat (PDB) tertentu dengan tingkat

harga umum tertentu. Output agregat yang dihasilkan di dalam suatu

ekonomi (atau negara) selanjutnya membentuk PN. Apabila pada periode

awal (t = 0) output adalah Y0, maka yang dimaksud dengan pertumbuhan

ekonomi adalah apabila pada periode berikutnya output = Y1, yang mana

Y1 > Y0. Melalui analisis gambar ini bisa dilihat bahwa pertumbuhan

ekonomi bisa disebabkan oleh pergeseran kurva penawaran (AS1)

sepanjang kurva permintaan (bagian A) atau pergeseran kurva permintaan

(36)

a. Sisi Permintaan Agregat

Gambar. 1. Permintaan Agregat di dalam Posisi Ekonomi Makro Yang Seimbang

P

AD0 AS0

P AS1

O Y0 Y1 Y

Sumber : Tulus Tambunan, 2003, Perekonomian Indonesia, Ghalia

Indonesia, hal. 43.

Dari sisi AD, pergeseran kurvanya ke kanan yang mencerminkan

peningkatan permintaan di dalam ekonomi bisa terjadi karena PN, yang

terdiri dari permintaan masyarakat (konsumen), perusahaan, dan

pemerintah, meningkat. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, sisi AD

(penggunaan PDB) terdiri dari empat komponen: konsumsi rumah tangga,

investasi (termasuk perubahan stok), konsumsi/pengeluaran pemerintah,

dan ekspor neto (ekspor barang dan jasa minus impor barang dan jasa).

Sisi AD di dalam suatu ekonomi bisa digambarkan dalam suatu model

ekonomi makro sederhana sebagai berikut:

Y = C + I + G + X – M (2.8')

G = Cy + Ca (2.9)

I = -ir + Ia (2.10)

(37)

(2.11)

X = Xa (2.12)

M = m

r politik) di luar modal

tersebu

Y + Ma (2.13)

Persamaan (2.8) menggambarkan keseimbangan antara AS (total

output / PDB) dan AD yang terdiri dari empat komponen tersebut.

Persamaan (2.9) adalah besarnya konsumsi rumah tangga yang ditentukan

oleh tingkat pendapatan dan faktor otonom (tidak tergantung pada

tingkat/perubahan pendapatan), ‘c’ adalah koefisien konsumsi (Marginal

Propensity to Consume ; MPC) dengan nilai positif antara 0 dan 1, yang

artinya, semakin tinggi pendapatan semakin besar pengeluaran konsumsi

rumah tangga. Persamaan (2.10) menunjukkan nilai atau jumlah investasi

(misalnya dalam jumlah proyek) sangat ditentukan oleh tingkat suku

bunga (i) di dalam negeri, selain juga oleh sejumlah faktor-faktor lain yang

bersifat otonom (Ia). Semakin tinggi i, dengan asumsi faktor-faktor lain

tetap (tidak berubah), semakin mahal biaya alternatif dari investasi,

semakin kecil jumlah investasi di dalam ekonomi yang dicerminkan oleh

tanda negatif di depan koefisien ‘r’. Persamaan (2.11) adalah pengeluaran

pemerintah yang sifatnya otonom: besar-kecilnya pengeluaran pemerintah

ditentukan oleh faktor-faktor lain (diantaranya fakto

t. Demikian juga dengan persamaan (2.12).

Karena Indonesia adalah negara kecil, dilihat dari pangsa

perdagangan negerinya di dalam jumlah volume perdagangan dunia, maka

(38)

eksternal di luar pengaruh Indonesia seperti permintaan di negara-negara

tujuan ekspor. Persamaan (2.13) menggambarkan bahwa impor ditentukan

oleh tingkat pendapatan di dalam negeri, selain juga oleh faktor otonom.

Semakin tinggi pendapatan masyarakat Indonesia, semakin besar

permintaan pasar dalam negeri terhadap impor, yang terdiri dari barang

dan jasa untuk keperluan konsumsi dan kegiatan proses produksi di dalam

b.

waran Agregat di dalam Posisi Ekonomi Makro im

AD

AD

Sumber : 03, Perekonomian Indonesia, Ghalia

tor

Dari sisi AS, pertumbuhan output bisa disebabkan oleh

peningkatan volume dari faktor-faktor produksi yang digunakan, seperti

tenaga kerja (L), modal (K), dan tanah (Tn). Faktor produksi terakhir

ini khususnya penting bagi sektor pertanian dan energi (E).

Pertumbuhan output juga bisa didorong oleh peningkatan produktivitas

(39)

produksi dapat ditulis dalam suatu fungsi sederhana sebagai berikut:

Q = f (X1, X2, X3, ……… Xn) (2.14)

+ + + +

adalah

positif: jika jumlah X1 meningkat, output juga meningkat.

2.2.2.3. Teori

umbuhan

1. Teori p

Dimana Q mewakili volume output dan X1, X2, …… Xn adalah

volume dari faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan

output tersebut. Tanda-tanda positif di bawah setiap X menandakan

hubungan antara setiap faktor produksi tersebut dengan output

Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi ini menjelaskan pembangunan

ekonomi daerah secara komprehensif. Namun demikian, ada beberapa

teori yang secara parsial dapat membantu bagaimana memahami arti

penting pembangunan ekonomi daerah. Pada hakikatnya inti dari

teori-teori tersebut berkisar pada dua hal, yaitu pembahasan yang berkisar

tentang metode dalam menganalisis perekonomian suatu daerah dan

teori-teori yang membahas tentang faktor-faktor yang menentukan pert

ekonomi suatu daerah tertentu (Arsyad, 1999 : 114).

ertumbuhan ekonomi menurut “Schumpeter”

Teori ini mengemukakan tentang peranan pengusaha dalam

pembangunan, yaitu dengan menggabungkan faktor-faktor produksi

untuk menciptakan barang yang diperlukan masyarakat dan

(40)

pembaharuan-pembaharuan yang diciptakan dalam beberapa bentuk, yaitu :

memperkenalkan suatu barang baru, penggunaan cara dalam

memproduksi suatu barang baru, memperluas pasar suatu barang

kedaerah-daerah yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah

yang b

si

dengan

keadaan tidak

2. Teori p

aru, mengadakan reorganisasi dalam suatu industri.

Schumpeter dalam teorinya menitikberatkan pada pentingnya

peran pengusaha didalam mewujudkan suatu pertumbuhan ekonomi.

Dalam teori itu ditunjukan bahwa para pengusaha merupakan golongan

yang akan terus-menerus membuat suatu pembaharuan atau inovasi

dalam kegiatan ekonomi. Inovasi itu biasanya merupakan :

memproduksi produk-produk baru yang belum ada dipasar saat ini,

mempertinggi efisiensi produksi dalam menghasilkan suatu barang,

memperluas pasar suatu barang ke pasaran-pasaran yang benar-benar

baru, mengembangkan sumber bahan baku atau bahan mentah yang

baru dan juga mengadakan perubahan-perubahan dalam organisa

tujuan untuk mempertinggi keefisienan kegiatan perusahaan.

Menurut Schumpeter semakin tinggi tingkat kemajuan suatu

perekonomian maka semakin terbatas kemungkinan untuk mengadakan

inovasi. Maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi bertambah lambat

jalannya. Yang pada akhirnya nanti akan tercapai tingkat

berimbang atau “stationary state” (Sukirno, 2004 : 434).

ertumbuhan ekonomi menurut Harrod – Domar

(41)

berdasarkan pada pertumbuhan ekonomi dinegara-nagara maju, teori itu

merupakan perkembangan langsung teori ekonomi makro. Keynes yang

merupakan teori jangka pendek yang kemudian menjadi teori jangka

panjang. Pada model Harrod-Domar peranan investasi sangat penting.

Dalam jangka panjang investasi mempnyai pengaruh gand. Disatu sisi

investasi mempengaruhi permintaan agregat di sisi lain ivestasi juga

mempengaruhi kapasitas produksi nasional dengan menambahkan stok

modal

seimbangan ekonomi tersebut sebagai

keseim ngan yang tidak stabil. yang tersedia.

Teori Harrod-Domar menyimpulkan agar ekonomi nasional

selalu tumbuh dengan kapasitas produksi penuh yang disebutnya

sebagai pertumbuhan ekonomi yang mantap (Steady-state Growth), efek

permintaan yang timbulkan dari penambahan investasi harus selalu

diimbangi oleh efek penawarannya tanpa terkecuali. Tetapi investasi

dilakukan oleh pengusaha yang mempunyai pengharapan yang tidak

selalu sama dari waktu ke waktu, karena itu keseimbangan ekonomi

jangka panjang yang mantap hanya dapat dicapai secara mantap pula

apabila pengharapan para pengusaha stabil dan kemungkinan terjadinya

hal itu sangat kecil, seperti yang dikemukakan oleh Joan Robinson

(Golden Age). Harrod-Domar juga mengemukakan bahwa sekali

keseimbangan itu terganggu,maka gangguan itu akan mendorong

ekonomi nasional menuju ke arah depresi atau inflasi. Karena itu

Harrod-Domar melambangkan ke

(42)

Teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar tetap

mempertahankan pendapat dari ahli-ahli ekonomi yang terdahulu

menekankan tentang peranaan pembentukan modal dalam menciptakan

pertumbuhan ekonomi. Tetapi perbeda dengan pandangan kaum klasik

dan keynes, yang memberikan perhatian pada satu aspek saja dari

pembentukan modal, teori Harrod-Domar menekankan kedua aspek

dari penggunaan alat-alat modal yang tesedia haruslah pertambahan

dalam tingkat penanaman modal berkembang selalu selaju dengan

bar. 3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar

S 1+

0 Ys0=Y0 Ys1 Y

Sumber :

naan, Penerbit LPFE dan

3. Teori p

Sukirno, Sadono, 1985, Ekonomi Pembangunan Proses,

Masalah Dan Dasar Kebijaksa

Bima Grafika, Jakarta, hal. 128.

ertumbuhan ekonomi menurut “W.W.Rostow”

Teori “W.W.Rostow” yaitu teori ini sangat populer dan paling

(43)

merupakan artikel Rostow yang dimuat dalam (Economics) dan

kemudian dikembangkan. Dan menurut pengklasifikasian Todaro, teori

Rostow ini dikelompokkan kedalam model jenjang linier (Linier Stages

Model)

roses pembangunan ekonomi bisa di bedakan

berdaya masyarakat dalam struktur social

2. Prasyarat Untuk Tinggal Landas (The Preconditions For

Take-.

Menurut Rostow, p

dalam lima tahap yaitu :

1. Masyarakat Tradisional (The Traditional Society).

Pada tahap ini masyarakat yang fungsinya produksinya terbatas yang

ditandai oleh cara prodiksi relative masih primitive (yang didasarkan

pada ilmu dan teknologi pra-Newton). Dan cara hidupnya

masyarakat yang masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang

kurang rasional, tetapi kebiasaan tersebut telah turun-menurun. Dan

tingkat produktifikasi perpekerja masih rendah oleh karena itu

sebagian besar sum

kemungkinan kecil.

Tahap

Off).

Tahap ini merupakan suatu proses yang menyebabkan perubahan

karekteristik penting suatu masyarakat, misalnya perubahan keadaan

sistem politik, struktur social, sytem nilai dalam masyarakat dan

struktur ekonominya. Jika perubahan seperti itu terjadi, maka

pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan sudah terjadi. Suatu

(44)

demikian sifatnya, dimana pertumbuhan ekonomi sudah sering

terjadi, boleh dianggap sudah berada pada tahap prasyarat tinggal

t.

at yang telah mencapai menuju kedewasaan sebagai

a.

enting dan menggantikan

b. n

landas.

3. Tinggal Landas (The Take-Off).

Pada tahap ini pertumbuhan ekonomi selalu terjadi, pada awalnya

tahap ini terjadi perubahan yang drasis dalam masyarakat antara lain

prubahan kerangka dasar politik, sosial dan kelembagaan,

terbukanya pasar baru sebagai akibat dari perubahan secara teratur

sehingga akan tercipta inovasi dan peningkatan investasi.

Perkembangan investasi dari produk nasional bersih akan

mempercepat pertumbuhan sektor industri modern dan laju

pertumbuhan nasional melebihi tingkat pertumbuhan penduduk,

berarti pendapatan perkapita semakin meningka

4. Menuju Kedewasaan (The Drive To Maturity).

Diartikan sebagai masa dimana masyarakat sudah efektif

menggunakan teknologi modern pada hampir semua kegiatan

produksi. Mengungkapkan karakteristik non ekonomi dari

masyarak

berikut:

Sifat kepemimpinan perusahaan mengalami perubahan peran

manajer proposional semakin p

kedudukan pemilik atau pengusaha.

(45)

sektor industri dengan tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi.

Kritik-kritik industrialis

c. asi mulai munculnya sebagai akibat

lagi kepada produksi. Dan

a.

yang lebih merata melalui system pajak yang

b.

derungan ini bisah berakhir penjajahan terhadap bangsa

c.

konsumsi

tahap lama dan barang mewah (Arsyad, 1997 : 43-50).

2.2.2.4. Teori P

eori-teori yang sangat terkait adanya industrialisasi.

5. Masa Konsumsi Tinggi (The Age Of Higt Mass-Consumtion).

Masa konsumsi tinggi ini merupakan tahap terakhir dari teori

pembangunan Rostow. Pada ini perhatian masyarakat telah lebih

menekankan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi

dan kesejahteraan masyarakat bukan

tahap ini ada tiga macam tujuan yaitu :

Menciptakan kemakmuran yang lebih merata kepada

penduduknya dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian

pendapatan

progresif.

Memperbesar kekuasaan dan pengaruh luar negeri atau

kecen

lain.

Meningkatnya konsumsi masyarakat dari kebutuhan pokok

(papan, sandang dan pangan) menjadi barang-barang

ertumbuhan Ekonomi Regional

Ada beberapa teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

(46)

dengan penelitian ini, diantarannya yaitu :

1. Teori P

. Maka sektor-sektor

kait dan mendukung.

2. Teori B

ini kegiatan ekonomi suatu daerah

a.

ertumbuhan Jalur Cepat

Teori pertumbuhan ini menekankan bahwa setiap daerah perlu

mengetahui sektor ataupun komoditi apa yang telah memiliki

potensibesar dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik dikarenakan

potensi alam maupun karena sektor itu memiliki Competitive

Advantage untuk dikembangkan. Artinya, dengan kebutuhan modal

yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih

besar, dapat berproduksi dalam waktu relatif singkat dan sumbangan

untuk perekonomian juga cukup besar. Agar perkembangan sektor

tersebut akan mendorong sektor lain turut berkembang sehingga

perekonomian secara keseluruhan akan tumbuh

tersebut membuat saling ter

asis dan Non Basis

Teori ini dikembangkan berdasarkan teori perdagangan

komparatif dari David Ricardo dan John Stuart Mill dalam Aziz (1999).

Dari studi empiric yang dilakukan oleh Pfouts dalam rangka memisah

misalkan sektor sektor basis dari yang bukan basis daerah perkotaan

ternyata dapat dipergunakan sebagai sarana memperjelas struktur

daerah tersebut, dalam hubungan

dibagi dalam dua golongan yaitu :

Kegiatan ekonomi industri yang melayani kebutuhan akan

(47)

mengekspornya ke tempat-tempat diluar batas-batas perekonomian

daerah tersebut. Daerah yang demikian disebut sebagai daerah basis

b.

dalam perekonomian regional. (Glason dalam Aziz,

3. Model

persamaan

enjadi sebagai berikut :

Yi = Ci + Ii + Gi + Xi – Mi atau daerah surplus.

Kegiatan ekonomi atau industri yang hanya melayani kebutuhan

barang-barang dan jasa bagi masyarakat yang bertempat tinggal

didalam batas-batas perekonomian daerah tersebut bahkan masih

harus mendatangkan barang kebutuhan tersebut dari tempat/daerah

lain karena masih kekurangan daerah yang demikian ini disebut

sebagai daerah non basis atau daerah minus. Untuk menentukan

suatu daerah kedalam salah satu dari kedua golongan tersebut

digunakan metode Locatin Quotien (LQ) yaitu dengan jalan

membandingkan peranan industri tersebut dengan peranan industri

yang sama

1999 : 63).

Pertumbuhan Interregional

Model ini adalah suatu model pertumbuhan interregional yang

memasuki dampak dari daerah tetangga, itulah sebabnya model ini

dinamakan model interregional. Dalam model ini, pengeluaran

pemerintah dan investasi termasuk variabel bersifat eksogen sebagai

variabel ekspor. Dengan memanipulasi persamaan pendapatan yang

pertama kali ditulis oleh Keynes, oleh Richardson

(48)

Dimana :

n

Expenditure

ort

4. Teori K

knya dapat didefinisikan sebagai

a.

Yi = Regional Income

Ci = Regional Consumptio

Ii = Regional Investment

Gi = Regional Government

Xi = Regional Exports

Mi = Regional Imp

utub Pertumbuhan

Teori ini dikembangkan berdasarkan teori tempat sentral

Christaller. Konsep-konsep dasar dan penyempurnaan serta

pengembangan teori ini dilakukan oleh Perroux,’f, Boudenville,

Hanssen, Hermansen, Hirchman dan Myrdal. Dari berbagai tulisan para

ahli mengenai kutub pertumbuhan tersebut, konsep-konsep ekonomi

dasar dan perkembangan geogradi

berikut (Sukirno, 2001 : 59) yaitu :

Konsep Leading Industries dan perusahaan-perusahaan propulsip,

menyatakan pada pusat kutub pertumbuhan terdapat perusahaan

propulsip yang besar, yang termasuk dalam Leading Industries yang

mendominasi unit-unit ekonomi lainnya, ada kemungkinan bahwa

sesuatu komplek industri hanya terdiri dari satu atau segelintir

perusahaan propulsip yang dominan. Lokasi yang geografik dari

(49)

daerah mungkin disebabkan oleh beberapa faktor lokasi sumber daya

alam, lokasi kemanfaatan-kemanfaatan buatan manusia / komunikasi

atau tempat-tempat sentral berlandaskan kegiatan jasa yang sudah

ada, dimana terdapat keuntungan-keuntungan karena prasarana dan

b.

ang dengan baik karena adanya

keuntungan-c.

tenaga kerja atau barangkali hanya bersifat kebetulan saja.

Konsep polarisasi menyatakan bahwa pertumbuhan yang cepat dari

Leading Industries” mendorong polarisasi dari unit-unit ekonomi

lainnya kedalam kutub pertumbuhan implisit dalam proses polarisasi

ini adalah berbagai macam keuntungan aglomerasi (keuntungan

ekstern dan intern dari skala). Polarisasi ekonomi ini pasti

menimbulkan polarisasi geografik dengan mengalirnya sumber daya

dan konsentrasi ekonomi pada pusat-pusat yang jumlahnya terbatas

didalam suatu daerah bahkan kendalapun lokasi seperti tersebut

seringkali tetap berkemb

keuntungan aglomerasi.

Konsep “Spread Effect” menyatakan bahwa pada waktunya, kualitas

propulsip dinamik dari kutub pertumbuhan akan memancar keluar

dan memasuki uang disekitarnya. “Trickling Down” atau Spread

Effect ini sangat menarik bagi perencanaan regional dan telah

memberikan sumbangan besar bagi kepopuleran teori ini pada waktu

belakangan ini sebagai saran kebijaksanaan. Dari konsep ini maka

dapatlah disimpulkan sebagai suatu kerangka untuk memahami

(50)

yang sangat bermanfaat kepada teori tempat sentral dan walaupun

mempunyai keterbatasan sangat berguna bagi perencanaan regional.

Teori ini menampilkan banyak konsep yang berorientasi

perencanaan. Menekankan kemanfaatan-kemanfaatan komplek

industri, “leading industies”, pertumbuhan yang berkutub dan

keuntungan-keuntungan aglomerasi dan “Spread Effect” yang

ditimbulkan. Model ini cukup jelas dalam menerangkan

pertumbuhan hierarki kota yang menekankan interdependensi antara

pusat kota dan daerah disekitarnya. Dari kondisi ini mungkin akan

timbul persaingan antar daerah pelayanan masing-masing menurut

(Glasson,1997 : 154 – 156).

2.2.2.5. Pemb

ngsang dan

perkem

angunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana

pemerintah daerah dan masyarakat mengelolah sumber daya yang ada,

membentuk pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta

untuk menciptakan suatu lapangan kerja yang baru dan mera

bangan kegiatan ekonomi pada suatu wilayah tersebut.

Selain itu pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama

untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja atau juga memerlukan

pengeluaran pembanguan bagi menuju kemajuan yang ingin dicapai dalam

pembangunan ekonomi daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan

(51)

mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah

daerah beserta partisipasi masyarakat dengan menggunakan sumber daya

yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan

untuk merancang dan pembangunan perekonomian daerah (Arsyad, 1997 : 274).

potensi sektor ekonomi

gan parameter yaitu :

1.

ormulasi dari teknik

nalisis tersebut adalah (Iwan Jaya Azis, 1993).

J / PDRBI

LQJi ah j

sar dari 1, menunjukkan bahwa sektor tersebut adalah

Dan pembangunan ekonomi, mempunyai

daerah dan dapat diukur den

Locationt Quatient (LQ)

Teknik analisis ini digunakan untuk menentukan kategori suatu sektor

termasuk dalam sektor basis dan non basis. F

a

VAJi / VALi LQJi =

PDRB

Keterangan :

= Location Quatient sektor i daer

VAJi = Nilai tambah sektor i daerah j

VALi = Nilai tambah sektor i di tingkat kabupaten

PDRBJ = Produk Domestik Regional Bruto di daerah J

PDRBI = Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten

Dari hasil perhitungan yang diperoleh, dapat diartikan dalam dua

kategori, yaitu : Bila nilai LQ lebih kecil atau sama dengan 1,

menunjukkan bahwa sektor tersebut bukan sektor non basis. Bila nilai

(52)

sektor basis.

2. Analisa SHIFT-SHARE

Alat analisa ini berasumsi bahwa perubahan perekonomian suatu

periode merupakan kumulatif dari perubahan tahun-tahun sebelumnya.

Alat ini menganalisa beberapa komponon perubahan regional maupun

daerah yang mempengaruhi struktur ekonomi daerah tersebut. Dan

kan sebagai berikut :

t

ij - Q o ij

RB sektor i daerah j periode tahun dasar

) dampak

en tu sektor dirumuskan sebagai berikut :

:

Keterkaitan satu sektor dengan sektor lain merupakan suatu hal

yang perlu diperlihatkan dalam penentuan sektor strategis. Keterkaitan

antar sektor dapat dilihat dari dampak pengganda multiplier effect suatu

sektor yang dapat membangkitkan kegiatan di sektor lainnya.

Penentuan dampak pengganda suatu sektor di dasarkan pada landasan

teoritas analisis ekonomi basis (Economic Base Analysis

p gganda sua

r1 = Esi

Ebi

(53)

r1 = Dampak pengganda (Multiplier Effect)

k maupun pikiran yang

ditujuk

a kerja mereka dan jika mereka mau berpatisipasi

dalam aktifitas tersebut.

Esi = Aktivitas sektor non ba

Ebi = Aktivitas sektor basis

Aktivitas sektor basis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ebi

Dimana :

EIR = Aktivitas pada sektor I di wilayah kec

EIN = Aktivitas pada sektor I di wilayah kab

ER = Total aktivitas di wilayah kecamatan

Sedangkan untuk menghitung aktivitas non basis digunakan rum

tian Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja adalah total jumlah penduduk dalam usia

produktif dan siap bekerja. Tenaga kerja (Human Resources) dilihat dari

sudut ekonomi adalah setiap pengorbanan pikiran dan fisik yang sebagian

atau seluruhnya ditujukan untuk menghasilkan barang dan jasa, atau dapat

dikatakan sebagai usaha manusia yang bersifat fisi

an untuk produksi (Simanjuntak, 1998 : 1).

Pengertian tenaga kerja yang lain adalah jumlah seluruh penduduk

dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada

(54)

2.2.3.1. Defini

iperhatikan kualitas dari tenaga kerja

tersebut (Suparmoko, 1991 : 210).

2.2.3.2. Penge

iperlukan pendekatan terhadap sumber daya

si Dari Jumlah Tenaga Kerja

Dan definisi tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi

yang terpenting dalam kaitanya dengan peningkatan PDB suatu negara.

Dari segi jumlahnya, semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam

proses produksi maka semakin tinggi pula kegiatan tersebut. Namun hal

ini tidak berlaku sepenuhnya, karena adanya hukum pertambahan hasil

yang semakin berkurang, sehingga setelah tingkat penggunaan tenaga

kerja tertentu, jumlah produk total yang dapat di hasilkan oleh tenaga kerja

tersebut akan berkurang dengan kata lain, setelah jumlah tertentu dari

tenaga kerja tersebut maka produk marginal tenaga kerja tambahan

menjadi negatif. Pada saat itu akan terjadi pengangguran tenaga kerja

sehingga dengan demikian faktor tenaga kerja tidak cukup dilihat dari segi

jumlahnya saja, tetapi juga harus d

rtian Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja adalah besarnya jumlah tenaga kerja yang

dipakai untuk menghasilkan suatu produk nasional setiap tahunnya. Selain

itu kesempatan kerja mengandung arti bahwa dengan adanya waktu yang

tersedia akan memungkinkan dilaksanakannya aktifitas yang dinamakan

dengan bekerja. Faktor-faktor yang sangat penting dalam kesempatan kerja

(55)

manusi

gai

macam

enciptakan

1.

dap pertumbuhan tenaga kerja

2.

selalu kondusif bagi pertumbuhan

3.

i yang tinggi, tetapi juga “ramah” terhadap

ketenagakerjaan. a (Suroto, 1992 : 22).

Jumlah penduduk dan angkatan kerja serta laju pertumbuhan

penduduk yang tinggi sebenarnya tidak perlu menjadi masalah bila daya

dukung yang efektif dinegara itu cukup kuat untuk memenuhi berba

kebutuhan masyarakat termasuk penyediaan kesempatan kerja.

Dan ada juga cara secara teoritis, cara pokok untuk m

kesempatan kerja atau berusaha dengan jangka panjang yaitu :

Dengan memperlambat laju pertumbuhan penduduk yang diharapkan

harap menekan laju pertumbuhan sisi penawaran tenaga kerja. Tetepi

cara ini tidak memadai bagi indonosia karena angka kelahiran memang

tidak relatif rendah dan dampaknya terha

kurang signifikan dalam jangka pendek.

Dengan meningkatkan intensitas pekerja dalam menghasilkan output

(Labour Intensity Of Output). Tetapi dalam jangka panjang, cara ini

tidak selalu berhasil karena tidak

ekonomi yang berkesinambungan.

Melalui pertumbuhan ekonomi, cara ini bukan tanpa kualifikasi karena

secara empiris terbukti bahwa pertumbuhan ekonomi dan kesempatan

kerja tidak terdapat hubungan otomatis atau niscaya, tetapi justru

tantangannya menjadi riil, karena hubungan tidak otomatis itu, maka

peranan pemerintah menjadi strategis. Untuk merancang strategis

(56)

2.2.3.3. Damp

odal. Harga dari pilihan tersebut adalah menciutnya kesempatan

kerja.

2.2.4. Penge

ampuan memproduksi barang dan jasa yang

tersedia

ak Dari Jumlah Tenaga Kerja

Faktor produksi yang sangat dominan akan mengakibatkan

penambahan tenaga kerja umumnya sangat berpengaruh terhadap

peningkatan output. Yang menjadi persoalan adalah sampai berapa banyak

penambahan tenaga kerja akan terus meningkat output. Hal itu sangat

tergantung dari seberapa cepat terjadinya The Late Of Diminishing Return

(TLDR). Sedangkan cepat atau lambatnya proses TLDR sangat ditentukan

oleh kualitas SDM dan keterkaitannya dengan kemajuan teknologi

produksi. Jumlah tenaga kerja yang dapat dilibatkan dalam proses produksi

akan semakin sedikit bila teknologi yang digunakan makin tinggi. Untuk

meningkatkan output secara efisien, pilihan yang rasional adalah teknologi

padat m

rtian Investasi

Investasi yaitu pengeluaran atau pembelanjaan modal baik berupa

penanaman modal langsung atau tidak langsung yang bertujuan untuk

meningkatkan atau mendapatkan suatu keuntungan dalam memproduksi

barang dan jasa. Dan menurut (Sukirno, 1994 : 107) investasi juga sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam modal dan perlengkapan

produksi untuk menambah kem

(57)

Menurut (Sukirno, 1999 : 183), investasi diartikan sebagai pengeluaran yang dilakukan oleh pengusaha untuk membeli barang-barang

1. atas barang-barang modal dan

2. g perusahaan atas bahan mentah,

3.

t ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa

data

odal yang ditujukan untuk

memperoleh keuntungan di masa akan datang.

2.2.4.1

iperbaiki maka pengeluaran ini adalah untuk keperluan

yang sama modal. Dalam arti luas investasi meliputi :

Seluruh nilai pembelian para pengusaha

pembelanjaan untuk mendirikan industri.

Pertambahan dalam nilai stok baran

barang setengah jadi dan barang jadi.

Sedangkan menurut (Eduardus Tandelilin, 2000 : 3), investasi adalah komitmen atas jumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan

pada saa

ng.

Dari pengertian investasi di atas dapat disimpulkan bahwa investasi

merupakan penanaman sejumlah dana atau m

. Manfaat Investasi

Dan manfaat investasi ada tiga yaitu :

1. Untuk keperluan rehabilitas atau perbaikan.

Apabila pembangunan itu pada suatu saat rusak entah apa sebabnya dan

kemudian d

rehabilitas.

2. Untuk keperluan konstruksi (Construction).

Gambar

Gambar. 1. Permintaan Agregat di dalam Posisi Ekonomi Makro
Gambar. 2. Penawaran Agregat di dalam Posisi Ekonomi Makro
Gambar. 4. Teori Invetasi
Gambar 7 : Paradigma “Analisis Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja, Investasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keanekaragaman dari ketujuh jenis kupu-kupu yang ditemukan di sekitar pinggiran sungai Maslete adalah sebagai berikut: Agraulis vanillae dengan nilai keanekaragaman

Kecerdasan emosional dan tingkat ketergantungan nikotin merupakan salah satu ciri kepribadian dan variabel individu lainnya yang dapat mempengaruhi sikap terhadap perilaku,

dibandingkan hasil belajar siswa yang memiliki minat tinggi pada kelas yang diajar dengan. pendekatan

Banyak sekali pihak-pihak yang telah banyak membantu sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dan membantu penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan studi di

Untuk itu penelitian kualitatif senantiasa berhubungan dengan subyeknya langsung guna mencari informasi yang diharapkan. 4 Dengan demikian peneliti secara langsung

Berdasarkan hasil penelitian deskriptif, dapat disimpulkan bahwa Variabel Kepemimpinan Transformasional berada pada kriteria cenderung baik, sebanyak

Pengadaan Benih dan Pakan Ikan Pengadaan Benih Ikan Mas Rajadanu 50,000 Ekor Desa Gunungkarung Kecamatan Luragung Desa Gresik Kecamatan Ciawigebang Desa Tugu Mulya Desa Darma

Definisi mengenai perjanjian internasional tersebut dapat diartikan sebagai suatu persetujuan yang dibuat antara negara dalam bentuk tertulis dan diatur oleh hukum