SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1
Jurusan Ilmu Ekonomi
Oleh :
ARIEF WIJAYANTO 0511010125 / FE / IE
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW atas segala karunia, rahmad taufik, hidayah dan ridlo-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga dengan segala usaha dan jerih payah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TIMUR”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan di Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN“ Jawa Timur.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sepenuhnya menyadari masih terdapat banyak kekurangan, mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala masukan dan saran yang bersifat membangun, menyempurnakan bagi skripsi ini penulis akan menerima dengan terbuka.
Tiada kata-kata yang paling indah yang mampu penulis haturkan sebagai rasa terima kasih atas bantuan, bimbingan, doa, dorongan yang bersifat materiil maupun spriritual. Pada kesempatan ini, mulai dari awal hingga terselesainya skripsi ini penulis mengucapkan rasa hormat menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN“ Jawa Timur. 3. Bapak Drs. Ec. Marseto DS, MSi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi
Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN“ Jawa Timur.
4. Bapak Drs. EC. H. Kusnul Hadi SH, MS, selaku Dosen Wali Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN“ Jawa Timur. 5. Bapak Drs. M. Taufik, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama. Yang
telah meluangkan banyak waktu dan memberikan bimbingan hingga terselesaikan skripsi ini.
6. Almamaterku tercinta Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN“ Jawa Timur.
7. Seluruh Bapak / Ibu Tata Usaha, Staf karyawan serta Dosen Pengajar Fakultas Ekonomi, yang telah memberikan pengetahuannya dan bantuan selama proses belajar mengajar di Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN“ Jawa Timur. Demi memperluas wawasan terhadap dunia ilmu pengetahuan pada umumnya dan disiplin ilmu ekonomi pada khususnya.
8. Dan semua pihak dan kalangan yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang banyak membantu baik secara langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
iii
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, harapan penulis semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi diri penulis, pembaca dan semua pihak-pihak yang berkepentingan.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Surabaya, Desember
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN... xi
ABSTRAKSI... xii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Perumusan Masalah... 4
1.3. Tujuan Penelitian... 5
1.4. Manfaat Penelitian... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil-hasil penelitian terdahulu... 6
2.2. Landasan Teori... 10
2.2.1. Pengertian dan pembagian sektor ekonomi... 10
2.2.2. Pertumbuhan Ekonomi... 16
2.2.2.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi... 16
2.2.2.2. Sumber-sumber Pertumbuhan... 21
2.2.2.5. Pembangunan Ekonomi Daerah... 36
2.2.3. Pengertian Jumlah Tenaga Kerja... 39
2.2.3.1. Definisi Dari Jumlah Tenaga Kerja... 40
2.2.3.2. Pengertian Kesempatan Kerja... 40
2.2.3.3. Dampak Dari Jumlah Tenaga Kerja... 42
2.2.4. Pengertian Investasi... 42
2.2.4.1. Manfaat Investasi... 43
2.2.4.2. Teori Investasi... 44
2.2.4.3. Faktor-faktor Yang Menentukan Investasi... 45
2.2.4.4. Tujuan Investasi... 46
2.2.4.5. Jenis-jenis Investasi... 46
2.2.4.6. Pengaruh Investasi Terhadap Pertumbuhan…... 49
2.2.5. Pengertian Inflasi... 49
2.2.5.1. Macam-macam Inflasi... 50
2.2.5.2. Penyebab Inflasi... 52
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 57
3.2. Teknik Penentuan Sampel... 58
3.3. Teknik Pengumpulan Data... 59
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis... 60
3.4.1. Teknik Analisis... 60
3.4.2. Uji Hipotesis... 61
3.5. Pendekatan Asumsi BLUE……….. 64
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian………... 68
4.1.1. Gambar Geografis Propinsi Jawa Timur……… 68
4.1.2. Keadaan Alam Propinsi Jawa Timur………. 69
4.1.3. Keadaan Penduduk……….. 71
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian……… 72
4.2.1. Perkembangan (PDRB) di Jawa Timur………. 72
4.2.4. Perkembangan Inflasi di Jawa Timur……….. 75
4.3. Analisis dan Uji Hipotesis……… 76
4.3.1. Pengujian Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Sesuai
Dengan Asumsi BLUE……… 76
4.3.2. Analisis Hasil Perhitungan Koefisien Regresi………. 79
4.3.3. Uji Hipotesis Secara Simultan………. 88
4.3.4. Uji Hipotesis Secara Parsial……… 87
4.3.5. Pembahasan………. 93
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan... 96
5.2. Saran... 98
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Oleh :
ARIEF WIJAYANTO
ABSTRAKSI
Pembangunan ekonomi adalah sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh suatu Negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf kehidupan masyarakat. Keadaan perekonomian Indonesia yang kurang stabil mempunyai dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi khususnya pertumbuhan ekonomi di jawa timur. Jawa timur merupakan daerah berpotensi untuk perkembangan sehingga keadaan perekonomian jawa timur sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Perkembangan pertumbuhan ekonomi jawa timur hamper sama dengan pertumbuhan ekonomi nasional.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang di peroleh dari instansi-instansi seperti biro pusat statistik yang kurun waktu selama 1999-2008. Teknik analisis yang di gunakan adalah model regresi linier berganda di mana pertumbuhan ekonomi di jawa timur Sektor Basis dan Non Basis (Y) sebagai variabel terikat dan jumlah tenaga kerja (X1), investasi (X2) dan inflasi (X3) sebagai variabel bebas.
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis diperoleh hasil PDRB sektor Basis (Y1), PDRB sektor non Basis (Y2) dan Total PDRB (Y3) diperoleh F hitung = 5,692 > F tabel = 4,76; F hitung = 6,340 > F tabel = 4,76 dan F hitung = 5,649 > F tabel = 4,76 maka untuk ketiga persamaan yang telah dianalisis dapat dikatakan bahwa Ho ditolak dan Hi diterima, sehingga secara simultan variabel bebas berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Sedangkan hasil uji t secara Parsial variabel Jumlah Tenaga Kerja (X1) t hitung = 2,993 > t tabel = 2,447 ; Investasi (X2) t hitung = -0,604 < t tabel = 2,447 dan Inflasi (X3) t hitung = 1,186 < t tabel = 2,447 maka pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial hanya variabel Jumlah Tenaga Kerja (X1) yang berpengaruh secara nyata terhadap PDRB sektor Basis (Y1), PDRB sektor non Basis (Y2) dan Total PDRB (Y3) sedangkan untuk ke dua variabel investasi (X2), inflasi (X3) tidak signifikan.
Kata kunci : PDRB (Y) dan Jumlah Tenaga Kerja (X1), Investasi (X2), Inflasi (X3)
1.1. Latar Belakang
Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakan Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global (Widiyawati, 2001 : 02).
Pertumbuhan ekonomi dalam pembangunan ekonomi adalah sangat penting, sebab pemerataan tanpa pertumbuhan ekonomi berarti membagi atau memeratakan kemiskinan, sedangkan pembangunan ekonomi adalah memeratakan kemakmuran dan itu baru bisa terjadi apabilah pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, melampaui pertumbuhan jumlah penduduknya. Sehingga dengan pertumbuhan ekonomi yang harus meningkat kapasitasnya maka secara tidak langsung akan berdampak terhadap pertumbuhan dan pembangunan sektor industri yang bisah meningkatkan pendapatan nasional maupun daerah dan dapat menyerap tenaga kerja seiring pertumbuhan penduduk yang terus meningkat (Tambunan, 2001 : 37).
Dengan demikian salah satu indikasi dari pembangunan adalah terjadinya Pertumbuhan Ekonomi (Economic growth) yang ditunjukkan oleh pertambahan produksi atau pendapatan nasional. Keberhasilan pembangunan
akan dapat mempertinggi kemampuan bangsa dalam melaksanakan pembangunan dibidang lainnya.
Dan pembangunan selalu disertai dengan pertumbuhan akan tetapi pertumbuhan belum tentu belum disertai dengan pembangunan, tetapi pada tingkat-tingkat permulaan pembangunan ekonomi mungkin disertai dengan pertumbuhan dan begitu sebaliknya (Irawan dan Suparmoko, 2002 ; 7).
Selain itu salah satu tujuan juga pembangunan adalah salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk meningkatkan adanya kondisi pembangunan nasional dari berbagai sektor pertanian, industri dan perdagangan akan tetapi secara mengalami penurunan kenaikan pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil. Karena adanya inflasi yang akan berdampak penurunan pertumbuhan ekonomi yang berpengaruh pada besarnya investasi dan secara langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi disektor tersebut secara kembali stabil atau dapat berkembang kembali dalam pertumbuhan ekonomi (Anonim, 2004 ; 1).
Dan tujuan utama pembangunan ekonomi, selain upaya menciptakan pertumbuhan yang setingi-tingginya juga berupaya menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran atau menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk. Kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat akan memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup (Todaro, 1997 ; 21).
bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpak memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk dan apakah ada perubahan atau tidak dalam struktur ekonomi (Sukirno 1994 ; 10).
Jawa timur sebagai salah satu propinsi Indonesia mempunyai daerah yang sangat potensial dalam pembangunan nasional, mempunyai wilayah yang luasnya terdiri dari 47.157,72 Km berupa daratan dan 2.833,85 km lautan. Serta jumlah penduduk 37.070.731 jiwa (Data BPS 2008). Dan selain itu sektor 29 juta merupakan penduduk usia kerja dan sekitar 25 juta merupakan angkatan kerja, sementara jumlah tenaga kerja sekitar 23 juta. Maka pada tahun (2003-2008) 5 tahun terakhir dari data BPS pertumbuhan ekonomi di jawa timur mengalami kenaikan 4,63%, investasi 3,39% dan inflasi sebesar 2,65%. Maka dari data ini mengambil judul analisis beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di jawa timur (Data BPS 2008 : 05).
penurunan Pertumbuhan Ekonomi yang berpengaruh pada besarnya investasi. Dan sulitnya strategi pembangunan yang tepat bagi Pertumbuhan Ekonomi dalam meningkatkan pembangunan dan peningkatan lapangan pekerjaan.
Seperti contoh dikatakan oleh Malthus mengenai pertumbuhan penduduk, perkembangan penduduk yang berjalan dengan cepat akan memperbesar jumlah penduduk atau jumlah tenaga kerja hingga dua kali lipat dalam waktu satu generasi, akan menurun kembali tingkat pembangunan ke taraf yang lebih rendah (Sukirno, 1991 ; 275). Dan dari teori yang dikemukakan oleh Malthus jika pertumbuhan penduduk yang pesat dapat menimbulkan akibat yang kurang menguntungkan terhadap tingkat kemiskinan, tingkat pendapatan, tingkat pengangguran atau kurangnya kesempatan kerja bagi penduduk yang semuanya dapat menghambat laju pembangunan perekonomian.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka permasalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah variabel Jumlah Tenaga Kerja, Investasi dan Inflasi berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur pada sektor basis dan non basis.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan penelitian :
a. Untuk mengetahui apakah variable Jumlah Tenaga Kerja, Investasi dan Inflasi berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur pada sektor basis dan non basis.
b. Untuk mengetahui manakah variabel di antara ketiga yang paling dominan mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur pada sektor basis dan non basis.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut :
a. Sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan dan mengambil keputusan bagi yang akan mengadakan penelitian selanjutnya.
b Sebagai acuan akdemik bagi mahasiswa dan koleksi perpustakan yang digunakan untuk membantu memecahkan masalah yang berkaitan dengan penelitian.
1.1. Latar Belakang
Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakan Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global (Widiyawati, 2001 : 02).
Pertumbuhan ekonomi dalam pembangunan ekonomi adalah sangat penting, sebab pemerataan tanpa pertumbuhan ekonomi berarti membagi atau memeratakan kemiskinan, sedangkan pembangunan ekonomi adalah memeratakan kemakmuran dan itu baru bisa terjadi apabilah pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, melampaui pertumbuhan jumlah penduduknya. Sehingga dengan pertumbuhan ekonomi yang harus meningkat kapasitasnya maka secara tidak langsung akan berdampak terhadap pertumbuhan dan pembangunan sektor industri yang bisah meningkatkan pendapatan nasional maupun daerah dan dapat menyerap tenaga kerja seiring pertumbuhan penduduk yang terus meningkat (Tambunan, 2001 : 37).
Dengan demikian salah satu indikasi dari pembangunan adalah terjadinya Pertumbuhan Ekonomi (Economic growth) yang ditunjukkan oleh pertambahan produksi atau pendapatan nasional. Keberhasilan pembangunan
akan dapat mempertinggi kemampuan bangsa dalam melaksanakan pembangunan dibidang lainnya.
Dan pembangunan selalu disertai dengan pertumbuhan akan tetapi pertumbuhan belum tentu belum disertai dengan pembangunan, tetapi pada tingkat-tingkat permulaan pembangunan ekonomi mungkin disertai dengan pertumbuhan dan begitu sebaliknya (Irawan dan Suparmoko, 2002 ; 7).
Selain itu salah satu tujuan juga pembangunan adalah salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk meningkatkan adanya kondisi pembangunan nasional dari berbagai sektor pertanian, industri dan perdagangan akan tetapi secara mengalami penurunan kenaikan pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil. Karena adanya inflasi yang akan berdampak penurunan pertumbuhan ekonomi yang berpengaruh pada besarnya investasi dan secara langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi disektor tersebut secara kembali stabil atau dapat berkembang kembali dalam pertumbuhan ekonomi (Anonim, 2004 ; 1).
Dan tujuan utama pembangunan ekonomi, selain upaya menciptakan pertumbuhan yang setingi-tingginya juga berupaya menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran atau menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk. Kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat akan memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup (Todaro, 1997 ; 21).
bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpak memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk dan apakah ada perubahan atau tidak dalam struktur ekonomi (Sukirno 1994 ; 10).
Jawa timur sebagai salah satu propinsi Indonesia mempunyai daerah yang sangat potensial dalam pembangunan nasional, mempunyai wilayah yang luasnya terdiri dari 47.157,72 Km berupa daratan dan 2.833,85 km lautan. Serta jumlah penduduk 37.070.731 jiwa (Data BPS 2008). Dan selain itu sektor 29 juta merupakan penduduk usia kerja dan sekitar 25 juta merupakan angkatan kerja, sementara jumlah tenaga kerja sekitar 23 juta. Maka pada tahun (2003-2008) 5 tahun terakhir dari data BPS pertumbuhan ekonomi di jawa timur mengalami kenaikan 4,63%, investasi 3,39% dan inflasi sebesar 2,65%. Maka dari data ini mengambil judul analisis beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di jawa timur (Data BPS 2008 : 05).
penurunan Pertumbuhan Ekonomi yang berpengaruh pada besarnya investasi. Dan sulitnya strategi pembangunan yang tepat bagi Pertumbuhan Ekonomi dalam meningkatkan pembangunan dan peningkatan lapangan pekerjaan.
Seperti contoh dikatakan oleh Malthus mengenai pertumbuhan penduduk, perkembangan penduduk yang berjalan dengan cepat akan memperbesar jumlah penduduk atau jumlah tenaga kerja hingga dua kali lipat dalam waktu satu generasi, akan menurun kembali tingkat pembangunan ke taraf yang lebih rendah (Sukirno, 1991 ; 275). Dan dari teori yang dikemukakan oleh Malthus jika pertumbuhan penduduk yang pesat dapat menimbulkan akibat yang kurang menguntungkan terhadap tingkat kemiskinan, tingkat pendapatan, tingkat pengangguran atau kurangnya kesempatan kerja bagi penduduk yang semuanya dapat menghambat laju pembangunan perekonomian.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka permasalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah variabel Jumlah Tenaga Kerja, Investasi dan Inflasi berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur pada sektor basis dan non basis.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan penelitian :
a. Untuk mengetahui apakah variable Jumlah Tenaga Kerja, Investasi dan Inflasi berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur pada sektor basis dan non basis.
b. Untuk mengetahui manakah variabel di antara ketiga yang paling dominan mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur pada sektor basis dan non basis.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut :
a. Sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan dan mengambil keputusan bagi yang akan mengadakan penelitian selanjutnya.
b Sebagai acuan akdemik bagi mahasiswa dan koleksi perpustakan yang digunakan untuk membantu memecahkan masalah yang berkaitan dengan penelitian.
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu perna dilakukan oleh pihak lain yang dapat
dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang berkaitan
dengan pertumbuhan ekonomi, antara lain:
1. Soeryani, (2003,viii),” Beberapa faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan
Ekonomi di Jawa Timur.” Menyatakan bahwa secara simultan ada
pengaruh antara variable sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan
sektor perdagangan terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) di
Jawa Timur. Hal ini diketahui dari uji F yaitu di peroleh dari Fhitung
(6169,016) > Ttabel (4,76). Sedangkan secara parsial, varibel sektor
pertanian berpengaruh terhadap PDRB di jawa timur dimana Thitung
(3,478) > Ttabel (2,447). Variable sektor perdagangan tidak berpengaruh
terhadap PDRB Jawa Timur, karena Thitung (-1,269) > Ttabel (-2,447) dan
penyebabnya adalah ber Flektuasinya nilai rupiah terhadap dollar
Amerika. Ketiga factor diatas memberikan pengaruh pada kontribusi
PDRB Jawa Timur sehingga dapat mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
di Jawa Timur.
2. Widayati (2001 : X) UPN “Veteran” JATIM. Melakukan penelitian dengan
judul “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan di Indonesia”.
Yang menjadi kesimpulan dari skripsi ini adalah : hasil pengujian dengan
uji F menunjukkan bahwa variabel pinjaman luar negeri (X1), penaman
modal asing (X2), dan pertumbuhan penduduk (X3) secara serempak
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan nilai R2 = 0,654,
menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi (Y) disebabkan oleh pinjaman
luar negeri (X1), penanaman moal asing (X2), dan pertumbuhan penduduk
(X3) secara serempak. Sisanya sebesar 34,6 % disebabkan oleh variabel
bebes lain yang tidak teridentifikasi. Tidak terbuktinya pengaruh yang dari
faktor pinjaman luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia
terjadi karena pinjaman yang diperoleh dari luar negeri ini belum
benar-benar digunakan pemerintah untuk dikelola dan dialokasikan pada sektor
industri barang dan jasa dan pinjaman luar negeri tersebut digunakan untuk
pembiayaan proyek-proyek yang tidak menghasilkan devisa.
3. Hadi (2001 : X) UPN “Veteran” JATIM. Melakukan penelitian dengan
judul “Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Ekonomi di jawa Timur. Yang menjadi kesimpulan dari skripsi ini adalah
hasil analisi di peroleh R2 = 0,8500 yang menunjukkan variabel terikat
mampu dijelaskan oleh variabel bebas sebesar 85 %, sedangkan sisanya
sebesar 15 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh
model. Uji hipotesis secara simultan menunjukkan F hitung = 122,805 > F
tabel = 3,59 yang berarti terdapat pengaruh secara simultan antara variabel
bebas penanaman dalam negeri (X1), ekspor (X2), pengeluaran pemerintah
(X3) terhadap pertumbuhan ekonomi (Y). secara parsial variabel
pertumbuhan ekonomi dengan nilai t hitung = -5,664 < t tabel = -2,201.
Sedangkan variabel ekspor (X2) dengan nilai t hitung = 7,880 > 2,201, dan
pengeluaran pemerintah (X3) dengan nilai t hitung = 6,586 > t tabel =
2,201, berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa
Timur.
4. Hidayatamir (2001 : 86), dengan judul “Beberapa Faktor Yang
Mempengaruhi Pertumbuhan E0konomi di Jawa Timur”, dengan hasil
penelitian sebagai berikut : Berdasarkan hasil uji F menunjukkan F hitung =
186,013 > F tabel = 8,78 dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel bebas
yang terdiri dari PMA, ekspor dan industri pengolahan berpengaruh nya
terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan uji t dapat disimpulkan
secara berurutan, PMA dengan t hitung = 6,965 > t tabel = 2,719, ekspor
dengan t hitung = 4,0125 > t tabel = 2,719 berpengaruh secara nyata terhadap
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan hasil industri pengolahan t hitung = 2,698
< t tabel 2,179 yang menunjukkan tidak berpengaruh secara nyata terhadap
pertumbuhan ekonomi. Ketiga faktor diatas memberikan kontribusi pada
pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur sehingga dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi.
5. Andryan Resley (2002 : 68), dengan judul “Beberapa Faktor Yang
Mempengaruhi Faktor Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur”, dengan
hasil penelitian sebagai berikut : Hasil analisis dengan uji F atau secara
simultan pengeluaran pemerintah, investasi dan jumlah penduduk usia
dengan Fhitung = 9,548 dan Ftabel = 4,76. Berdasarkan hasil analisis uji t
secara parsial pengeluaran pemerintah secara nyata terhadap pertumbuhan
ekonomi dengan thitung = -4,040 < ttabel = 2,447, untuk variabel investasi
secara nyata terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai thitung = 3,269 >
ttabel = 2,447, sedangkan untuk jumlah penduduk usia produktif tidak
berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan ekonomi secara nyata
dengan nilai thitung = 1,991 < ttabel = 2,447.
6. Andrianti (2001 : 54), dengan judul “Beberapa Faktor Yang pengaruh
utang luar negeri (foreign debt) dan penanaman modal asing (PMA)
terhadap pertumbuhan Indonesia”. Dengan adanya sebagai negara sedang
membangun, memiliki pertumbuhan ekonomi yang bagus di tahun
1995-an. Ini ditunjukkan dengan peningkatan GDP tahun per tahun, stabilitas
inflasi, dan sebagainya. Tetapi sejak tahun 2000 krisis ekonomi yang
melanda negara-negara Asia, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami
penurunan. Itu berakibat pada sektor moneter dan sektor riil. Dan
menggunakan sampel model kuadrat terkecil (OLS) data tahunan dan
menghasilkan independent. Variabel Y: pertumbuhan ekonomi menghitung
dari utang luar negeri dan penanaman modal. Dan berdasarkan tersebut
Utang luar negeri dan penanaman modal asing merupakan salah satu cara
yang ditempuh oleh pemerintah Indonesia guna mengatasi defisit tabungan
nasional yang mana dapat mendorong pembangunan nasional untuk
Berdasarkan hasil penelitian diatas, jadi perbedaan penelitian yang
dilakukan oleh penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang pada tahun
penelitian dari variabel, tempat penelitian dan ruang lingkup yang di gunakan
penelitian. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jumlah
Tenaga Kerja (X1), Investasi (X2) dan Inflasi (X3). Sedangkan variabel
terikat yang di gunakan adalah Pertumbuhan Ekonomi (Y).
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian dan Pembagian Sektor Ekonomi
Pada dasarnya yang dimaksud dengan sektor ekonomi adalah bidang
kegiatan ekonomi dimana penduduk suatu negara atau wilayah melakukan
kegiatan produksi dengan menggunakan satu atau kombinasi beberapa
faktor produksi sebagai input untuk menghasilkan satu atau beberapa jenis
output sehingga faktor produksi tersebut mendapatkan balas jasa.
Kegiatan ekonomi dibedakan berdasarkan prosentase tenaga kerja
yang berada pada sektor primer, sekunder dan tersier. Maka keadaan
ekonomi ada dalam tiga sektor, yaitu :
1. Kegiatan sektor primer meliputi kegiatan ekonomi dalam bidang
pertanian, kehutanan, perikanan dan pertambangan.
2. Kegiatan sektor sekunder meliputi kegiatan di bidang industri
pengolahan, listrik, gas, air minum dan bangunan.
3. Kegiatan sektor tersier meliputi kegiatan di bidang pengangkutan
Pembagian sektor ekonomi dapat dilakukan menurut lapangan usaha
maupun dari segi pertumbuhannya. Menurut lapangan usaha
diklasifikasikan sesuai dengan standard klasifikasi lapangan usaha
internasional yang terdiri dari sembilan sektor ekonomi, yaitu :
1. Sektor pertanian
Sektor pertanian terdiri dari enam sub sektor, yaitu :
a. Tanaman dan makanan yang bisa di usahakan oleh rakyat, maksudnya
bukan oleh perusahaan.
b. Tanaman perkebunan, dibedakan atas perkebunan rakyat dan
perkebunan besar. Yang dimaksud perkebunan rakyat adalah
perkebunan yang diusahakan sendiri oleh rakyat atau masyarakat.
Sedangkan perkebunan besar adalah semua perkebunan yang
dijalankan oleh perusahaan perkebunan yang berbadan hukum.
c. Peternakan, mencakup kegiatan beternak sendiri dan pengolahan
hasil-hasilnya.
d. Kehutanan, terdiri atas tiga macam kegiatan yaitu penebangan kayu,
pengambilan hasil hutan dan perburuhan.
e. Perikanan, meliputi semua hasil kegiatan perikanan laut, perairan
umum, kolam, tambak, sawah, serta pengolahan sederhana atas
produk-produk perikanan (Dumairy, 1997 : 204). 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian terdiri dari tiga sub sektor, yaitu :
b. Pertambangan non migas
c. Penggalian
3. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan terdiri dari tiga sub sektor, yaitu :
a. Industri berat dan sedang
Ruang lingkup dan metode perhitungan nilai tambah bruto industri
besar dan sedang atas dasar harga konstan berdasarkan survey
tahunan.
b. Industri Pengilangan Minyak
Data produksi industri pengilangan minyak seperti premium, minyak
tanah, minyak diesel, avigas, avtur dan sebagainya.
c. Industri kecil dan kerajinan rumah tangga
Angka-angka output dan nilai tambah subsekotr industri kecil dan
kerajinan rumah tangga diperoleh dengan pendekatan produksi yaitu
dengan mengalikan rata-rata output per tenaga kerja yang bekerja di
subsektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga.
4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Sektor gas, listrik dan air bersih terdiri dari tiga sub sektor yaitu :
a. Gas, meliputi usaha pembuatan dan penyaluran gas kota.
b. Listrik, mencakup seluruh kegiatan kelistrikan baik yang diusahakan
oleh perusahaan listrik negara maupun non perusahaan listrik negara.
c. Air bersih, usaha pengolahan, penjernihan dan pendistribusian air
5. Sektor Bangunan dan Konstruksi
Sektor ini mencakup kontraktor umum dan khusus yang terutama
berhubungan dengan pembuatan atau kegiatan bangunan dan juga
unit-unit yang melakukan konstruksi bangunan untuk perusahaan induknya
dan dapat melaporkan data dari semua kegiatan secara terpisah.
6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
a. Perdaganga merupakan segala transaksi yang dilakukan oleh suatu
negara dalam hubungan ekonominya denga negara lain baik berupa
barang maupun jasa.
b. Restoran, kegiatan yang mencakup usaha penjualan untuk
menyediakan makanan dan minuman jadi yang pada umumnya
dikonsumsi di tempat penjualan, catering yang diusahakan secara
berdiri sendiri, kantin di pabrik atau kantor (Dumairy, 1997 : 90). c. Hotel, mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang merupakan
sebagian atua seluruh bangunan sebagai ntempat penginapan, yang
terbuka untuk umum atau hanya anggota suatu organisasi terbuka atas
dasar suatu pembayaran , penyediaan penginapan yang diusahakan
atas perkumpulan, yayasan atau pemerintahan.
7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor ini mencakup kegiatan pengengkutan umum untuk barang dan
penumpang baik melalui darat, laut, sungai / danau dan udara. Sektor ini
a. Angkutan Jalan Raya
Subsektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang
yang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum baik bermotor
seperti bus, truk, taksi dan sebagainya.
b. Angkutan Kereta Api
Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku di hitung berdasarkan data
yang diperoleh dari laporan tahunan perusahaan umum kereta api.
c. Angkutan Udara
Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan penumpang, barang dan
kegiatan lain yang berkaitan dengan penerbangan yang dilakukan oleh
penerbangan milik nasional.
d. Angkutan Laut / Air
Subsektor angkutan laut / air meliputi kegiatan pengangkutan
penumpang dan barang dengan menggunakan kapal yang diusahakan
oleh perusahaan pelayaran milik nasional, baik yang melakukan
trayek dalam negeri mapupun internasional.
e. Jasa Penunjang Angkutan
Meliputi kegiatan pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang
sifatnya menunjang dan berkaitan dengan kegiatan pengangkutan,
seperti terminal dan parkir, ekspedisi dan bongkar muat, penyimpanan
dan pergudangan serta jasa penunjang angkutan lainnya.
f. Komunikasi
1. Pos dan Giro
Kegiatan ini meliputi pemberian jasa pos dan giro seperti
pengiriman surat, wesel, jasa giro, jasa tabungan dan sebagainya.
2. Jasa Penunjang Komunikasi
Kegiatan subsektor ini mencakup pemberian jasa dan penyediaan
fasilitas yang sifatya menunjang kegiatan komunikasi, seperti
wesel, warpostel, radio pager, ponsel dan sebagainya.
3. Telekomunikasi
Kegiatan ini mencakup pemberian jasa dalam hal pemakaian
hubungan telepon, telegram dan teks.
8. Sektor Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan
Sektor ini meliputi kegiatan perbankan, lembaga keuangan bukan bank,
jasa penunjangkeuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan :
1. Bank
Angka nilai tambah bruto subsektor bank atas dasar harga berlaku
diperoleh dari Bank Indonesia.
2. Lembaga Keuangan Bukan Bank
Kegiatan lembaga keuangan bukan bank meliputi kegiatan asuransi,
koperasi, yayasan dana pensiun, pegadaian.
3. Jasa Penunjang Keuangan
Kegiatan ini meliputi berbagai kegiatan ekonomi antara lain : bursa
efek indonesia, penerbangan valuta asing, perusahaan anjak piutang
4. Sewa Bangunan
Mencakup kegiatan ini jasa atas penggunaan rumah bangunan sebagai
tempat tinggal, tanpa memperhatikan apakah bangunan tersebut milik
sendiri atau sewa.
5. Jasa Perusahaan
Subsektor ini mencakup semua kegiatan jasa pengacara, jasa
angkutan, biro arsitektur, jasa pengolahan data, jasa periklanan dan
sebagainya.
9. Sektor Jasa – Jasa
Sektor jasa –jasa dibagi lagi menjadi beberapa subsektor, yaitu :
1. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan
Subsektor ini mencakup jasa pendidikan, jasa kesehatan serta jasa
kemasyarakatan lainnya, seperti jasa penelitian, jasa palang merah,
panti asuhan, yayasan pemeliharaan anak cacat dan rumah ibadah.
2. Jasa Pemerintahan Umum
Nilai tambah bruto subsektor ini terdiri dari upah dan gaji rutin
pegawai pemerintah pusat dan daerah.
2.2.2. Pertumbuhan Ekonomi
2.2.2.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pengertian pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka
panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin
pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional secara
berarti (dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu
perhitungan tertentu (Putong, 2003 : 252).
Dan pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan
dalam masyarakat meningkat (Sukirno, 2002 : 10). Jadi kemampuan ini timbul sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan
dan ideologis yang diperlukan.
Dan selain itu ada perbedaan dalam istilah perkembangan
ekonomi. Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan
terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan
mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan
pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara berlahan
dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk. Hicks
mengemukakan masalah negara terbelakang menyangkut pengembangan
sumber-sumber yang tidak atau belum dipergunakan, kendati
penggunanya telah cukup dikenal menurut Schumpeter dan Hicks dalam
(Jhingan, 2002 : 4).
Dan pertumbuhan ekonomi mempunyai ciri-ciri dimana proses
ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor yaitu faktor ekonomi
danfaktor non ekonomi. Yang termasuk dalam faktor ekonomi adalah
sumber daya alam, modal usaha, teknologi dan sebagainya. Pertumbuhan
sosial, kondisi politik dan nilai-nilai moral dalam suatu bangsa.
Faktor-faktor non ekonomi ini menunjang dalam pertumbuhan ekonomi.
Dari definisi diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi
memiliki tiga komponen, yaitu:
1. Pertumbuhan bagi ekonomi suatu bangsa dilihat dari meningkatnya
secara terus-menerus persedian barang.
2. Teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang
menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam menyediakan
aneka macam barang-barang kepada penduduk.
3. Bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang
menghasilkan ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan
secara tepat.
Selain itu dari faktor-faktor penunjang dan menghambat
petumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang lebih tepat di ukur
dengan menggunakan pertumbuhan pendapatan perkapita menurut
adanya kenaikan Produk Domestik Bruto atau pendapatan (PDB). PDB
sangat ditentukan oleh di gunakannya faktor-faktor produksi yaitu
a. Kapital yaitu merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam
menentukan tinggi rendahnya pendapatan nasional atau kapital
seringkali hanya merupakan pelengkap dari pada faktor utama
pendorong pertumbuhan ekonomi pada permulaan pertumbuhan.
b. Sumber Daya Alam yaitu merupakan lambatnya dalam mencapai
demikian karena yang terpenting adalah kemampuan yang tinggi
penduduknya untuk melakukan pembangunan.
c. Teknologi yaitu cara untuk mengolah atau menghasilkan suatu jenis
barang atau jasa tertentu. Dan teknologi mempunyai hubungan dengan
inovasi yaitu penemuan baru, menemukan komoditi baru, menemukan
cara poduksi baru, dan sebagainya.
d. Sosial yaitu meupakan tidak kalah pentingnya dan faktor sosial ini
penting sekali tetapi sering dilupakan atau di anggap ringan. Faktor
sosial juga dapat menjadi menghambat dalam mencapai sasaran
pembangunan. Faktor sosial diantaranya adalah adat istiadat,
keamanan, politik dan sebagainya.
e. Tenaga Kerja yaitu merupakan salah satu faktor produksi yang
terpenting dalam kaitannya dengan peningkatan PDB suatu negara.
Dari segi jumlahnya, semakin banyak tenaga kerja yang di gunakan
dalam proses produksi maka semakin tinggi pula kegiatan tersebut.
Namun hal ini tidak berlaku sepenuhnya, karena adannya hukum
pertambahan hasil yang semakin berkurang, sehingga setelah
tingkatan penggunaan tenaga kerja tertentu, jumlah produk total yang
dapat di hasilkan oleh tenaga kerja tersebut akan berkurang. Dengan
kata lain setelah jumlah tertentu, jumlah produk total yang dapat di
hasilkan oleh tenaga kerja tersebut akan berkurang. Dengan kata lain
setelah jumlah tertentu dari tenaga kerja tersebut maka produk
Dan pertumbuhan ekonomi mempunyai pengukuran pendapatan
nasional dengan tiga metode yaitu :
1. Metode Pengeluaran
Adalah keseluruhan pengeluaran agregate, berupa penjumlahan dari
konsumsi nasional (C), investasi nasional ( I ), government expeniture
(G), export (X), import (M), masing-masing oleh konsumen,
produsen, pemerintah, konsumen / produsen / pemerintah luar negeri
dan dalam negeri terhadap nilai produksi akhir (final goods) dan
bukan barang antara (intermediate goods).
2. Metode Penerimaan
Adalah keseluruhan penerimaan setiap warga negara pemilik faktor
produksi tanah, tenaga kerja, modal, keahlian / kewirausahaan yang
berupa kompensasi sewa, upah, bunga, laba pada tahun tertentu.
3. Metode Produksi
Adalah pengukuran keseluruhan produksi nasional dengan
menjumlahkan seluruh nilai tambah (value added).
Sedangkan Adam Smith mengemukakan dari pemikirannya
mengenai pertumbuhan ekonomi adalah evolusi proses pembangunan
yang dialami oleh suatu negara melalui tahapan-tahapan tertentu.
Tahapan-tahapan tersebut merupakan proses urutan seperti halnya aliran
sungai artinya pertahapan tersebut adalah mutlak harus dilalui oleh suatu
negara yang sedang membangun, dimana tahap-tahap pembangunan
semakin tinggi. Menurut Adam Smith proses pertumbuhan ekonomi akan
terjadi secara simultan dan memiliki hubungan keterkaitan satu dengan
yang lain. Timbulnya kenaikan kinerja pada suatu sektor akan
meningkatkan daya tarik bagi mendorong kemajuan teknologi,
meningkatkan spesialisasi, memperluas pasar. Hal ini akan mendorong
pertumbuhan ekonomi semakin pesat (Kuncoro, 1997 : 39).
2.2.2.2. Sumber-sumber Pertumbuhan
Pertumbuhan ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan pada sisi
permintaan agregat (AD) atau / dan sisi penawaran agregat (AS). Seperti
yang diilustrasikan pada gambar dibawah, titik perpotongan antara kurva
AD dengan kurva AS adalah titik keseimbangan ekonomi yang
menghasilkan suatu jumlah output agregat (PDB) tertentu dengan tingkat
harga umum tertentu. Output agregat yang dihasilkan di dalam suatu
ekonomi (atau negara) selanjutnya membentuk PN. Apabila pada periode
awal (t = 0) output adalah Y0, maka yang dimaksud dengan pertumbuhan
ekonomi adalah apabila pada periode berikutnya output = Y1, yang mana
Y1 > Y0. Melalui analisis gambar ini bisa dilihat bahwa pertumbuhan
ekonomi bisa disebabkan oleh pergeseran kurva penawaran (AS1)
sepanjang kurva permintaan (bagian A) atau pergeseran kurva permintaan
a. Sisi Permintaan Agregat
Gambar. 1. Permintaan Agregat di dalam Posisi Ekonomi Makro Yang Seimbang
P
AD0 AS0
P AS1
O Y0 Y1 Y
Sumber : Tulus Tambunan, 2003, Perekonomian Indonesia, Ghalia
Indonesia, hal. 43.
Dari sisi AD, pergeseran kurvanya ke kanan yang mencerminkan
peningkatan permintaan di dalam ekonomi bisa terjadi karena PN, yang
terdiri dari permintaan masyarakat (konsumen), perusahaan, dan
pemerintah, meningkat. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, sisi AD
(penggunaan PDB) terdiri dari empat komponen: konsumsi rumah tangga,
investasi (termasuk perubahan stok), konsumsi/pengeluaran pemerintah,
dan ekspor neto (ekspor barang dan jasa minus impor barang dan jasa).
Sisi AD di dalam suatu ekonomi bisa digambarkan dalam suatu model
ekonomi makro sederhana sebagai berikut:
Y = C + I + G + X – M (2.8')
G = Cy + Ca (2.9)
I = -ir + Ia (2.10)
(2.11)
X = Xa (2.12)
M = m
r politik) di luar modal
tersebu
Y + Ma (2.13)
Persamaan (2.8) menggambarkan keseimbangan antara AS (total
output / PDB) dan AD yang terdiri dari empat komponen tersebut.
Persamaan (2.9) adalah besarnya konsumsi rumah tangga yang ditentukan
oleh tingkat pendapatan dan faktor otonom (tidak tergantung pada
tingkat/perubahan pendapatan), ‘c’ adalah koefisien konsumsi (Marginal
Propensity to Consume ; MPC) dengan nilai positif antara 0 dan 1, yang
artinya, semakin tinggi pendapatan semakin besar pengeluaran konsumsi
rumah tangga. Persamaan (2.10) menunjukkan nilai atau jumlah investasi
(misalnya dalam jumlah proyek) sangat ditentukan oleh tingkat suku
bunga (i) di dalam negeri, selain juga oleh sejumlah faktor-faktor lain yang
bersifat otonom (Ia). Semakin tinggi i, dengan asumsi faktor-faktor lain
tetap (tidak berubah), semakin mahal biaya alternatif dari investasi,
semakin kecil jumlah investasi di dalam ekonomi yang dicerminkan oleh
tanda negatif di depan koefisien ‘r’. Persamaan (2.11) adalah pengeluaran
pemerintah yang sifatnya otonom: besar-kecilnya pengeluaran pemerintah
ditentukan oleh faktor-faktor lain (diantaranya fakto
t. Demikian juga dengan persamaan (2.12).
Karena Indonesia adalah negara kecil, dilihat dari pangsa
perdagangan negerinya di dalam jumlah volume perdagangan dunia, maka
eksternal di luar pengaruh Indonesia seperti permintaan di negara-negara
tujuan ekspor. Persamaan (2.13) menggambarkan bahwa impor ditentukan
oleh tingkat pendapatan di dalam negeri, selain juga oleh faktor otonom.
Semakin tinggi pendapatan masyarakat Indonesia, semakin besar
permintaan pasar dalam negeri terhadap impor, yang terdiri dari barang
dan jasa untuk keperluan konsumsi dan kegiatan proses produksi di dalam
b.
waran Agregat di dalam Posisi Ekonomi Makro im
AD
AD
Sumber : 03, Perekonomian Indonesia, Ghalia
tor
Dari sisi AS, pertumbuhan output bisa disebabkan oleh
peningkatan volume dari faktor-faktor produksi yang digunakan, seperti
tenaga kerja (L), modal (K), dan tanah (Tn). Faktor produksi terakhir
ini khususnya penting bagi sektor pertanian dan energi (E).
Pertumbuhan output juga bisa didorong oleh peningkatan produktivitas
produksi dapat ditulis dalam suatu fungsi sederhana sebagai berikut:
Q = f (X1, X2, X3, ……… Xn) (2.14)
+ + + +
adalah
positif: jika jumlah X1 meningkat, output juga meningkat.
2.2.2.3. Teori
umbuhan
1. Teori p
Dimana Q mewakili volume output dan X1, X2, …… Xn adalah
volume dari faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan
output tersebut. Tanda-tanda positif di bawah setiap X menandakan
hubungan antara setiap faktor produksi tersebut dengan output
Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi ini menjelaskan pembangunan
ekonomi daerah secara komprehensif. Namun demikian, ada beberapa
teori yang secara parsial dapat membantu bagaimana memahami arti
penting pembangunan ekonomi daerah. Pada hakikatnya inti dari
teori-teori tersebut berkisar pada dua hal, yaitu pembahasan yang berkisar
tentang metode dalam menganalisis perekonomian suatu daerah dan
teori-teori yang membahas tentang faktor-faktor yang menentukan pert
ekonomi suatu daerah tertentu (Arsyad, 1999 : 114).
ertumbuhan ekonomi menurut “Schumpeter”
Teori ini mengemukakan tentang peranan pengusaha dalam
pembangunan, yaitu dengan menggabungkan faktor-faktor produksi
untuk menciptakan barang yang diperlukan masyarakat dan
pembaharuan-pembaharuan yang diciptakan dalam beberapa bentuk, yaitu :
memperkenalkan suatu barang baru, penggunaan cara dalam
memproduksi suatu barang baru, memperluas pasar suatu barang
kedaerah-daerah yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah
yang b
si
dengan
keadaan tidak
2. Teori p
aru, mengadakan reorganisasi dalam suatu industri.
Schumpeter dalam teorinya menitikberatkan pada pentingnya
peran pengusaha didalam mewujudkan suatu pertumbuhan ekonomi.
Dalam teori itu ditunjukan bahwa para pengusaha merupakan golongan
yang akan terus-menerus membuat suatu pembaharuan atau inovasi
dalam kegiatan ekonomi. Inovasi itu biasanya merupakan :
memproduksi produk-produk baru yang belum ada dipasar saat ini,
mempertinggi efisiensi produksi dalam menghasilkan suatu barang,
memperluas pasar suatu barang ke pasaran-pasaran yang benar-benar
baru, mengembangkan sumber bahan baku atau bahan mentah yang
baru dan juga mengadakan perubahan-perubahan dalam organisa
tujuan untuk mempertinggi keefisienan kegiatan perusahaan.
Menurut Schumpeter semakin tinggi tingkat kemajuan suatu
perekonomian maka semakin terbatas kemungkinan untuk mengadakan
inovasi. Maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi bertambah lambat
jalannya. Yang pada akhirnya nanti akan tercapai tingkat
berimbang atau “stationary state” (Sukirno, 2004 : 434).
ertumbuhan ekonomi menurut Harrod – Domar
berdasarkan pada pertumbuhan ekonomi dinegara-nagara maju, teori itu
merupakan perkembangan langsung teori ekonomi makro. Keynes yang
merupakan teori jangka pendek yang kemudian menjadi teori jangka
panjang. Pada model Harrod-Domar peranan investasi sangat penting.
Dalam jangka panjang investasi mempnyai pengaruh gand. Disatu sisi
investasi mempengaruhi permintaan agregat di sisi lain ivestasi juga
mempengaruhi kapasitas produksi nasional dengan menambahkan stok
modal
seimbangan ekonomi tersebut sebagai
keseim ngan yang tidak stabil. yang tersedia.
Teori Harrod-Domar menyimpulkan agar ekonomi nasional
selalu tumbuh dengan kapasitas produksi penuh yang disebutnya
sebagai pertumbuhan ekonomi yang mantap (Steady-state Growth), efek
permintaan yang timbulkan dari penambahan investasi harus selalu
diimbangi oleh efek penawarannya tanpa terkecuali. Tetapi investasi
dilakukan oleh pengusaha yang mempunyai pengharapan yang tidak
selalu sama dari waktu ke waktu, karena itu keseimbangan ekonomi
jangka panjang yang mantap hanya dapat dicapai secara mantap pula
apabila pengharapan para pengusaha stabil dan kemungkinan terjadinya
hal itu sangat kecil, seperti yang dikemukakan oleh Joan Robinson
(Golden Age). Harrod-Domar juga mengemukakan bahwa sekali
keseimbangan itu terganggu,maka gangguan itu akan mendorong
ekonomi nasional menuju ke arah depresi atau inflasi. Karena itu
Harrod-Domar melambangkan ke
Teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar tetap
mempertahankan pendapat dari ahli-ahli ekonomi yang terdahulu
menekankan tentang peranaan pembentukan modal dalam menciptakan
pertumbuhan ekonomi. Tetapi perbeda dengan pandangan kaum klasik
dan keynes, yang memberikan perhatian pada satu aspek saja dari
pembentukan modal, teori Harrod-Domar menekankan kedua aspek
dari penggunaan alat-alat modal yang tesedia haruslah pertambahan
dalam tingkat penanaman modal berkembang selalu selaju dengan
bar. 3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar
S 1+
0 Ys0=Y0 Ys1 Y
Sumber :
naan, Penerbit LPFE dan
3. Teori p
Sukirno, Sadono, 1985, Ekonomi Pembangunan Proses,
Masalah Dan Dasar Kebijaksa
Bima Grafika, Jakarta, hal. 128.
ertumbuhan ekonomi menurut “W.W.Rostow”
Teori “W.W.Rostow” yaitu teori ini sangat populer dan paling
merupakan artikel Rostow yang dimuat dalam (Economics) dan
kemudian dikembangkan. Dan menurut pengklasifikasian Todaro, teori
Rostow ini dikelompokkan kedalam model jenjang linier (Linier Stages
Model)
roses pembangunan ekonomi bisa di bedakan
berdaya masyarakat dalam struktur social
2. Prasyarat Untuk Tinggal Landas (The Preconditions For
Take-.
Menurut Rostow, p
dalam lima tahap yaitu :
1. Masyarakat Tradisional (The Traditional Society).
Pada tahap ini masyarakat yang fungsinya produksinya terbatas yang
ditandai oleh cara prodiksi relative masih primitive (yang didasarkan
pada ilmu dan teknologi pra-Newton). Dan cara hidupnya
masyarakat yang masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
kurang rasional, tetapi kebiasaan tersebut telah turun-menurun. Dan
tingkat produktifikasi perpekerja masih rendah oleh karena itu
sebagian besar sum
kemungkinan kecil.
Tahap
Off).
Tahap ini merupakan suatu proses yang menyebabkan perubahan
karekteristik penting suatu masyarakat, misalnya perubahan keadaan
sistem politik, struktur social, sytem nilai dalam masyarakat dan
struktur ekonominya. Jika perubahan seperti itu terjadi, maka
pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan sudah terjadi. Suatu
demikian sifatnya, dimana pertumbuhan ekonomi sudah sering
terjadi, boleh dianggap sudah berada pada tahap prasyarat tinggal
t.
at yang telah mencapai menuju kedewasaan sebagai
a.
enting dan menggantikan
b. n
landas.
3. Tinggal Landas (The Take-Off).
Pada tahap ini pertumbuhan ekonomi selalu terjadi, pada awalnya
tahap ini terjadi perubahan yang drasis dalam masyarakat antara lain
prubahan kerangka dasar politik, sosial dan kelembagaan,
terbukanya pasar baru sebagai akibat dari perubahan secara teratur
sehingga akan tercipta inovasi dan peningkatan investasi.
Perkembangan investasi dari produk nasional bersih akan
mempercepat pertumbuhan sektor industri modern dan laju
pertumbuhan nasional melebihi tingkat pertumbuhan penduduk,
berarti pendapatan perkapita semakin meningka
4. Menuju Kedewasaan (The Drive To Maturity).
Diartikan sebagai masa dimana masyarakat sudah efektif
menggunakan teknologi modern pada hampir semua kegiatan
produksi. Mengungkapkan karakteristik non ekonomi dari
masyarak
berikut:
Sifat kepemimpinan perusahaan mengalami perubahan peran
manajer proposional semakin p
kedudukan pemilik atau pengusaha.
sektor industri dengan tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi.
Kritik-kritik industrialis
c. asi mulai munculnya sebagai akibat
lagi kepada produksi. Dan
a.
yang lebih merata melalui system pajak yang
b.
derungan ini bisah berakhir penjajahan terhadap bangsa
c.
konsumsi
tahap lama dan barang mewah (Arsyad, 1997 : 43-50).
2.2.2.4. Teori P
eori-teori yang sangat terkait adanya industrialisasi.
5. Masa Konsumsi Tinggi (The Age Of Higt Mass-Consumtion).
Masa konsumsi tinggi ini merupakan tahap terakhir dari teori
pembangunan Rostow. Pada ini perhatian masyarakat telah lebih
menekankan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi
dan kesejahteraan masyarakat bukan
tahap ini ada tiga macam tujuan yaitu :
Menciptakan kemakmuran yang lebih merata kepada
penduduknya dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian
pendapatan
progresif.
Memperbesar kekuasaan dan pengaruh luar negeri atau
kecen
lain.
Meningkatnya konsumsi masyarakat dari kebutuhan pokok
(papan, sandang dan pangan) menjadi barang-barang
ertumbuhan Ekonomi Regional
Ada beberapa teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
dengan penelitian ini, diantarannya yaitu :
1. Teori P
. Maka sektor-sektor
kait dan mendukung.
2. Teori B
ini kegiatan ekonomi suatu daerah
a.
ertumbuhan Jalur Cepat
Teori pertumbuhan ini menekankan bahwa setiap daerah perlu
mengetahui sektor ataupun komoditi apa yang telah memiliki
potensibesar dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik dikarenakan
potensi alam maupun karena sektor itu memiliki Competitive
Advantage untuk dikembangkan. Artinya, dengan kebutuhan modal
yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih
besar, dapat berproduksi dalam waktu relatif singkat dan sumbangan
untuk perekonomian juga cukup besar. Agar perkembangan sektor
tersebut akan mendorong sektor lain turut berkembang sehingga
perekonomian secara keseluruhan akan tumbuh
tersebut membuat saling ter
asis dan Non Basis
Teori ini dikembangkan berdasarkan teori perdagangan
komparatif dari David Ricardo dan John Stuart Mill dalam Aziz (1999).
Dari studi empiric yang dilakukan oleh Pfouts dalam rangka memisah
misalkan sektor sektor basis dari yang bukan basis daerah perkotaan
ternyata dapat dipergunakan sebagai sarana memperjelas struktur
daerah tersebut, dalam hubungan
dibagi dalam dua golongan yaitu :
Kegiatan ekonomi industri yang melayani kebutuhan akan
mengekspornya ke tempat-tempat diluar batas-batas perekonomian
daerah tersebut. Daerah yang demikian disebut sebagai daerah basis
b.
dalam perekonomian regional. (Glason dalam Aziz,
3. Model
persamaan
enjadi sebagai berikut :
Yi = Ci + Ii + Gi + Xi – Mi atau daerah surplus.
Kegiatan ekonomi atau industri yang hanya melayani kebutuhan
barang-barang dan jasa bagi masyarakat yang bertempat tinggal
didalam batas-batas perekonomian daerah tersebut bahkan masih
harus mendatangkan barang kebutuhan tersebut dari tempat/daerah
lain karena masih kekurangan daerah yang demikian ini disebut
sebagai daerah non basis atau daerah minus. Untuk menentukan
suatu daerah kedalam salah satu dari kedua golongan tersebut
digunakan metode Locatin Quotien (LQ) yaitu dengan jalan
membandingkan peranan industri tersebut dengan peranan industri
yang sama
1999 : 63).
Pertumbuhan Interregional
Model ini adalah suatu model pertumbuhan interregional yang
memasuki dampak dari daerah tetangga, itulah sebabnya model ini
dinamakan model interregional. Dalam model ini, pengeluaran
pemerintah dan investasi termasuk variabel bersifat eksogen sebagai
variabel ekspor. Dengan memanipulasi persamaan pendapatan yang
pertama kali ditulis oleh Keynes, oleh Richardson
Dimana :
n
Expenditure
ort
4. Teori K
knya dapat didefinisikan sebagai
a.
Yi = Regional Income
Ci = Regional Consumptio
Ii = Regional Investment
Gi = Regional Government
Xi = Regional Exports
Mi = Regional Imp
utub Pertumbuhan
Teori ini dikembangkan berdasarkan teori tempat sentral
Christaller. Konsep-konsep dasar dan penyempurnaan serta
pengembangan teori ini dilakukan oleh Perroux,’f, Boudenville,
Hanssen, Hermansen, Hirchman dan Myrdal. Dari berbagai tulisan para
ahli mengenai kutub pertumbuhan tersebut, konsep-konsep ekonomi
dasar dan perkembangan geogradi
berikut (Sukirno, 2001 : 59) yaitu :
Konsep Leading Industries dan perusahaan-perusahaan propulsip,
menyatakan pada pusat kutub pertumbuhan terdapat perusahaan
propulsip yang besar, yang termasuk dalam Leading Industries yang
mendominasi unit-unit ekonomi lainnya, ada kemungkinan bahwa
sesuatu komplek industri hanya terdiri dari satu atau segelintir
perusahaan propulsip yang dominan. Lokasi yang geografik dari
daerah mungkin disebabkan oleh beberapa faktor lokasi sumber daya
alam, lokasi kemanfaatan-kemanfaatan buatan manusia / komunikasi
atau tempat-tempat sentral berlandaskan kegiatan jasa yang sudah
ada, dimana terdapat keuntungan-keuntungan karena prasarana dan
b.
ang dengan baik karena adanya
keuntungan-c.
tenaga kerja atau barangkali hanya bersifat kebetulan saja.
Konsep polarisasi menyatakan bahwa pertumbuhan yang cepat dari
“Leading Industries” mendorong polarisasi dari unit-unit ekonomi
lainnya kedalam kutub pertumbuhan implisit dalam proses polarisasi
ini adalah berbagai macam keuntungan aglomerasi (keuntungan
ekstern dan intern dari skala). Polarisasi ekonomi ini pasti
menimbulkan polarisasi geografik dengan mengalirnya sumber daya
dan konsentrasi ekonomi pada pusat-pusat yang jumlahnya terbatas
didalam suatu daerah bahkan kendalapun lokasi seperti tersebut
seringkali tetap berkemb
keuntungan aglomerasi.
Konsep “Spread Effect” menyatakan bahwa pada waktunya, kualitas
propulsip dinamik dari kutub pertumbuhan akan memancar keluar
dan memasuki uang disekitarnya. “Trickling Down” atau Spread
Effect ini sangat menarik bagi perencanaan regional dan telah
memberikan sumbangan besar bagi kepopuleran teori ini pada waktu
belakangan ini sebagai saran kebijaksanaan. Dari konsep ini maka
dapatlah disimpulkan sebagai suatu kerangka untuk memahami
yang sangat bermanfaat kepada teori tempat sentral dan walaupun
mempunyai keterbatasan sangat berguna bagi perencanaan regional.
Teori ini menampilkan banyak konsep yang berorientasi
perencanaan. Menekankan kemanfaatan-kemanfaatan komplek
industri, “leading industies”, pertumbuhan yang berkutub dan
keuntungan-keuntungan aglomerasi dan “Spread Effect” yang
ditimbulkan. Model ini cukup jelas dalam menerangkan
pertumbuhan hierarki kota yang menekankan interdependensi antara
pusat kota dan daerah disekitarnya. Dari kondisi ini mungkin akan
timbul persaingan antar daerah pelayanan masing-masing menurut
(Glasson,1997 : 154 – 156).
2.2.2.5. Pemb
ngsang dan
perkem
angunan Ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana
pemerintah daerah dan masyarakat mengelolah sumber daya yang ada,
membentuk pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta
untuk menciptakan suatu lapangan kerja yang baru dan mera
bangan kegiatan ekonomi pada suatu wilayah tersebut.
Selain itu pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama
untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja atau juga memerlukan
pengeluaran pembanguan bagi menuju kemajuan yang ingin dicapai dalam
pembangunan ekonomi daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan
mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah
daerah beserta partisipasi masyarakat dengan menggunakan sumber daya
yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan
untuk merancang dan pembangunan perekonomian daerah (Arsyad, 1997 : 274).
potensi sektor ekonomi
gan parameter yaitu :
1.
ormulasi dari teknik
nalisis tersebut adalah (Iwan Jaya Azis, 1993).
J / PDRBI
LQJi ah j
sar dari 1, menunjukkan bahwa sektor tersebut adalah
Dan pembangunan ekonomi, mempunyai
daerah dan dapat diukur den
Locationt Quatient (LQ)
Teknik analisis ini digunakan untuk menentukan kategori suatu sektor
termasuk dalam sektor basis dan non basis. F
a
VAJi / VALi LQJi =
PDRB
Keterangan :
= Location Quatient sektor i daer
VAJi = Nilai tambah sektor i daerah j
VALi = Nilai tambah sektor i di tingkat kabupaten
PDRBJ = Produk Domestik Regional Bruto di daerah J
PDRBI = Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten
Dari hasil perhitungan yang diperoleh, dapat diartikan dalam dua
kategori, yaitu : Bila nilai LQ lebih kecil atau sama dengan 1,
menunjukkan bahwa sektor tersebut bukan sektor non basis. Bila nilai
sektor basis.
2. Analisa SHIFT-SHARE
Alat analisa ini berasumsi bahwa perubahan perekonomian suatu
periode merupakan kumulatif dari perubahan tahun-tahun sebelumnya.
Alat ini menganalisa beberapa komponon perubahan regional maupun
daerah yang mempengaruhi struktur ekonomi daerah tersebut. Dan
kan sebagai berikut :
t
ij - Q o ij
RB sektor i daerah j periode tahun dasar
) dampak
en tu sektor dirumuskan sebagai berikut :
:
Keterkaitan satu sektor dengan sektor lain merupakan suatu hal
yang perlu diperlihatkan dalam penentuan sektor strategis. Keterkaitan
antar sektor dapat dilihat dari dampak pengganda multiplier effect suatu
sektor yang dapat membangkitkan kegiatan di sektor lainnya.
Penentuan dampak pengganda suatu sektor di dasarkan pada landasan
teoritas analisis ekonomi basis (Economic Base Analysis
p gganda sua
r1 = Esi
Ebi
r1 = Dampak pengganda (Multiplier Effect)
k maupun pikiran yang
ditujuk
a kerja mereka dan jika mereka mau berpatisipasi
dalam aktifitas tersebut.
Esi = Aktivitas sektor non ba
Ebi = Aktivitas sektor basis
Aktivitas sektor basis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Ebi
Dimana :
EIR = Aktivitas pada sektor I di wilayah kec
EIN = Aktivitas pada sektor I di wilayah kab
ER = Total aktivitas di wilayah kecamatan
Sedangkan untuk menghitung aktivitas non basis digunakan rum
tian Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja adalah total jumlah penduduk dalam usia
produktif dan siap bekerja. Tenaga kerja (Human Resources) dilihat dari
sudut ekonomi adalah setiap pengorbanan pikiran dan fisik yang sebagian
atau seluruhnya ditujukan untuk menghasilkan barang dan jasa, atau dapat
dikatakan sebagai usaha manusia yang bersifat fisi
an untuk produksi (Simanjuntak, 1998 : 1).
Pengertian tenaga kerja yang lain adalah jumlah seluruh penduduk
dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
2.2.3.1. Defini
iperhatikan kualitas dari tenaga kerja
tersebut (Suparmoko, 1991 : 210).
2.2.3.2. Penge
iperlukan pendekatan terhadap sumber daya
si Dari Jumlah Tenaga Kerja
Dan definisi tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi
yang terpenting dalam kaitanya dengan peningkatan PDB suatu negara.
Dari segi jumlahnya, semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam
proses produksi maka semakin tinggi pula kegiatan tersebut. Namun hal
ini tidak berlaku sepenuhnya, karena adanya hukum pertambahan hasil
yang semakin berkurang, sehingga setelah tingkat penggunaan tenaga
kerja tertentu, jumlah produk total yang dapat di hasilkan oleh tenaga kerja
tersebut akan berkurang dengan kata lain, setelah jumlah tertentu dari
tenaga kerja tersebut maka produk marginal tenaga kerja tambahan
menjadi negatif. Pada saat itu akan terjadi pengangguran tenaga kerja
sehingga dengan demikian faktor tenaga kerja tidak cukup dilihat dari segi
jumlahnya saja, tetapi juga harus d
rtian Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja adalah besarnya jumlah tenaga kerja yang
dipakai untuk menghasilkan suatu produk nasional setiap tahunnya. Selain
itu kesempatan kerja mengandung arti bahwa dengan adanya waktu yang
tersedia akan memungkinkan dilaksanakannya aktifitas yang dinamakan
dengan bekerja. Faktor-faktor yang sangat penting dalam kesempatan kerja
manusi
gai
macam
enciptakan
1.
dap pertumbuhan tenaga kerja
2.
selalu kondusif bagi pertumbuhan
3.
i yang tinggi, tetapi juga “ramah” terhadap
ketenagakerjaan. a (Suroto, 1992 : 22).
Jumlah penduduk dan angkatan kerja serta laju pertumbuhan
penduduk yang tinggi sebenarnya tidak perlu menjadi masalah bila daya
dukung yang efektif dinegara itu cukup kuat untuk memenuhi berba
kebutuhan masyarakat termasuk penyediaan kesempatan kerja.
Dan ada juga cara secara teoritis, cara pokok untuk m
kesempatan kerja atau berusaha dengan jangka panjang yaitu :
Dengan memperlambat laju pertumbuhan penduduk yang diharapkan
harap menekan laju pertumbuhan sisi penawaran tenaga kerja. Tetepi
cara ini tidak memadai bagi indonosia karena angka kelahiran memang
tidak relatif rendah dan dampaknya terha
kurang signifikan dalam jangka pendek.
Dengan meningkatkan intensitas pekerja dalam menghasilkan output
(Labour Intensity Of Output). Tetapi dalam jangka panjang, cara ini
tidak selalu berhasil karena tidak
ekonomi yang berkesinambungan.
Melalui pertumbuhan ekonomi, cara ini bukan tanpa kualifikasi karena
secara empiris terbukti bahwa pertumbuhan ekonomi dan kesempatan
kerja tidak terdapat hubungan otomatis atau niscaya, tetapi justru
tantangannya menjadi riil, karena hubungan tidak otomatis itu, maka
peranan pemerintah menjadi strategis. Untuk merancang strategis
2.2.3.3. Damp
odal. Harga dari pilihan tersebut adalah menciutnya kesempatan
kerja.
2.2.4. Penge
ampuan memproduksi barang dan jasa yang
tersedia
ak Dari Jumlah Tenaga Kerja
Faktor produksi yang sangat dominan akan mengakibatkan
penambahan tenaga kerja umumnya sangat berpengaruh terhadap
peningkatan output. Yang menjadi persoalan adalah sampai berapa banyak
penambahan tenaga kerja akan terus meningkat output. Hal itu sangat
tergantung dari seberapa cepat terjadinya The Late Of Diminishing Return
(TLDR). Sedangkan cepat atau lambatnya proses TLDR sangat ditentukan
oleh kualitas SDM dan keterkaitannya dengan kemajuan teknologi
produksi. Jumlah tenaga kerja yang dapat dilibatkan dalam proses produksi
akan semakin sedikit bila teknologi yang digunakan makin tinggi. Untuk
meningkatkan output secara efisien, pilihan yang rasional adalah teknologi
padat m
rtian Investasi
Investasi yaitu pengeluaran atau pembelanjaan modal baik berupa
penanaman modal langsung atau tidak langsung yang bertujuan untuk
meningkatkan atau mendapatkan suatu keuntungan dalam memproduksi
barang dan jasa. Dan menurut (Sukirno, 1994 : 107) investasi juga sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam modal dan perlengkapan
produksi untuk menambah kem
Menurut (Sukirno, 1999 : 183), investasi diartikan sebagai pengeluaran yang dilakukan oleh pengusaha untuk membeli barang-barang
1. atas barang-barang modal dan
2. g perusahaan atas bahan mentah,
3.
t ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa
data
odal yang ditujukan untuk
memperoleh keuntungan di masa akan datang.
2.2.4.1
iperbaiki maka pengeluaran ini adalah untuk keperluan
yang sama modal. Dalam arti luas investasi meliputi :
Seluruh nilai pembelian para pengusaha
pembelanjaan untuk mendirikan industri.
Pertambahan dalam nilai stok baran
barang setengah jadi dan barang jadi.
Sedangkan menurut (Eduardus Tandelilin, 2000 : 3), investasi adalah komitmen atas jumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan
pada saa
ng.
Dari pengertian investasi di atas dapat disimpulkan bahwa investasi
merupakan penanaman sejumlah dana atau m
. Manfaat Investasi
Dan manfaat investasi ada tiga yaitu :
1. Untuk keperluan rehabilitas atau perbaikan.
Apabila pembangunan itu pada suatu saat rusak entah apa sebabnya dan
kemudian d
rehabilitas.
2. Untuk keperluan konstruksi (Construction).