• Tidak ada hasil yang ditemukan

Issn Online : 2598-8131 Print : 2598-814X Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dan Minat Belajar Dalam Peningkatan Hasil Belajar Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Issn Online : 2598-8131 Print : 2598-814X Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dan Minat Belajar Dalam Peningkatan Hasil Belajar Siswa"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

JOURNAL OF RESIDU

Issn Online : 2598-8131 Print : 2598-814X

Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dan Minat Belajar Dalam Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Resnawita, Siti Fatimah, Buchari Nurdin E-mail : resnawitasag@gmail.com Universitas Negeri Padang

ABSTRACT

This thesis discusses about the Influence of Cooperative Learning Model of Jigsaw Type Learning and Interest Learning on Student Learning Outcomes in SMA Negeri 1 Sutera. The formulation of the problem in this research are: (1) where the learning result of the students who are taught with Jigsaw type cooperative learning model is better than the students' learning result which is taught by conventional learning, (2) where is the result of student learning with high interest in Jigsaw class higher than student learning outcomes with high interest in conventional class, (3) whether student learning outcomes with low interest in Jigsaw classes is higher than student learning outcomes with low interest in the conventional class. The research method used in the writing of the thesis in accordance with the type of research is quasi experimental research (quasi experimental), where the research variables can not be fully controlled. This type of research has a control group. The research design used to measure the learning method and the students' learning interest toward the learning outcomes on the dissemination of culture and religion in this research is the pattern of care by the level (2x2), with the state of each student learning interest level.From result of research revealed (1) result of student learning taught by approach of learning model of Cooperative Learning Jigsaw type better compare to result of student learning taught by conventional approach, (2) result of student learning having high learning interest taught by learning model of learning Jigsaw type cooperative is better than the result of study of students who have high interest in the class taught by conventional approach, (3) the learning result of students who have low learning interest taught by the model of learning Jigsaw type cooperative learning is better than student learning outcomes that have low interest in classes taught by conventional approaches.

(2)

PENDAHULUAN

Pembangunan sektor pendidikan merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan nasional di

Indonesia. Hal ini dapat dipahami, mengingat pendidikan nasional memiliki fungsi dan tujuan yang

sangat penting, sebagaimaa tercantum dalam undang-undang Republik Indonesia no 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pada pasal 3 berikut ini. Pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi mnusia yang beriman dan bertakwa terhadap tuhan yang maha

esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warganegara yang

demokratis dan bertanggung jawab.

Selaras dengan kebijakan pembangunan nasional, banyak perhatian dan upaya yang telah dilakukan

oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, antara lain penyempurnaan

kurikulum sekolah, peningkatan mutu guru, manajemen berbasis sekolah, fasilitas pendidikan dan

sebagainya. Walaupun sebagian dari upaya itu telah membuahkan hasil, tapi belum optimal,

diantaranya dalam hal pelaksanaan proses pembelajaran dan pencapaian hasil belajar siswa di setiap

jenjang pendidikan.

Proses belajar dan hasil belajar siswa menurut Purwanto (1998: 106) umumnya dipengaruhi oleh

faktor yang berasal dari siswa sendiri (faktor dalam) baik fisiologis maupun psikologis seperti

kondisi fisiknya, pancaindra, bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif, dan

faktor yang datang dari

luar siswa (faktor luar), baik lingkungan maupun instrumental seperti alam, sosial, kurikulum, guru,

sarana dan fasilitas serta manajemen sekolah yang bersangkutan. Diantara faktor tersebut, maka

faktor guru dalam hal memilih metode pembelajaran dan minat belajar siswa berpengaruh terhadap

keberhasilan proses pembelajaran.berdasarkan wawancara dengan salah satu guru sejarah pada

tanggal 14 Januari 2017 menyatakan bahwa metode pembelajaran merupakan salah satu yang

menjadi pertimbangan bagi guru agar pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien. Beliau

mengatakan, terkadang suka bingung untuk memutuskan metode yang cocok dengan cara belajar

siswa. Bahkan terkadang, untuk melakukan inovasi, guru dibatasi dengan sarana dan prasarana yang

ada. Sebagai contoh kurangnya ketersediaan infokus.

Metode pembelajaran Jigsaw merupakan pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran

dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga,

(3)

Melalui model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw siswa mampu bekerjasama dan

berkelompok membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya

dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yakni

kontruktivisme (constructivism) bertanya (questioning), menyelidiki (inquiry), masyarakat belajar

(learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik

(authenticassessment) (Depdiknasdal am Trianto:2009:111).

Landasan filosofi Jigsaw menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer dari guru ke siswa

seperti halnya mengisi botol kosong, sebab otak siswa tidak kosong melainkan sudah berisi

pengetahuan hasil pengalaman- pengalaman sebelumnya. Siswa tidak hanya ”menerima”

pengetahuan, namun ”mengkonstruksi” sendiri pengetahuannya melalui proses intra- individual (asimilasi dan akomodasi) dan inter-individual (interaksi sosial) atau secara berkelompok.

Ilmu-ilmu dasar (basic science), khususnya Ilmu pengetahuan sosial (IPS), merupakan fondasi bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa yang akan datang. Ruang lingkup

materi sejarah sendiri terdiri dari tataran makro, mikro dan simbolik. Siswa mengalami kesulitan

memahami konsep–konsep sejarah menyebabkan minat siswa mempelajari sejarah menjadi rendah

yang lebih lanjut berakibat kepada rendahnya hasil belajar siswa. Berdasarkan praobservasi yang

penulis lakukan sejak tanggal 6 Januari hingga 15 Januari 2017, diketahui bahwa banyak guru yang

menyajkan materi dengan bercerita saja. Sehingga pembelajaran menjadi kurang menarik dan

membuat anak mengantuk. Hal ni menyebabkan siswa kurang berminat dalam belajar. Kenyataan

ini dapat dilihat dari rata-rata nilai ujian semester I siswa kelas

No Kelas Rata-rata

1 XIA1 37,73

2 XIA2 35,55

3 XIA3 32,89

4 XIA4 41,72

5 XIA5 31,53

6 XIS1 34,38

7 XIS2 35,55

8 XIS3 34,92

9 XIS4 37,11

10 XIS4 34,92

Sumber :

(4)

Berdasarkan standar isi mata pelajaran sejarah SMA, salah satu pokok bahasan yang dipelajari di

kelas XI semester 2 adalah hubungan perkembangan paham-paham baru dan transformasi sosial

dengan kesadaran pergerakan kebangsaan.

Hubungan perkembangan paham- paham baru dan transformasi sosial dengan kesadaran pergerakan

kebangsaan adalah pokok bahasan yang membahas tentang perkembangan nasionalisme

kebangsaan di Negara Philipina, Malaysia, Vietnam, India dan Mesir. perkembangan nasionalisme

kebangsaan di Negara Pilipina, Malaysia, Vietnam, India dan Mesir merupakan salah satu materi

sejarah yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk mempelajari materi berikutnya seperti proses

interaksi Indonesia Jepang dan dampak pendudukan militer Jepang terhadap kehidupan masyarakat

di Indonesia . Materi ini sarat dengan nilai-nilai karakter dan sejarah, sehingga penting bagi siswa

untuk mempelajari materi ini. Materi tentang perkembangan nasionalisme kebangsaan di Negara

Pilipina, Malaysia, Vietnam, India dan Mesir sarat dengan nilai karakter yang baik untuk diteladani

siswa sehingga visi sekolah untuk mewujudkan siswa berprestasi dan berkarakter dapat dipenuhi.

Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang

mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran

menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan

dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat

memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh

prestasi belajar yang optimal.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran dengan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe

Jigsaw dan minat belajar siswa diduga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada perkembangan

nasionalisme kebangsaan di Negara Pilipina, Malaysia, Vietnam, India dan Mesir.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment), dimana variabel

penelitian tidak memungkinkan untuk dikontrol secara penuh. Jenis penelitian ini mempunyai

kelas kontrol.

Rancangan penelitian yang digunakan untuk mengukur pengaruh metode pembelajaran dan

minat belajar siswa terhadap hasil belajar pada materi perkembangan nasionalisme kebangsaan

di Negara Pilipina, Malaysia, Vietnam, India dan Mesir, dalam penelitian ini adalah pola

treatments by levels (2x2), dengan memperhitungkan keadaan masing masing tingkat minat

(5)

Keterangan:

A1B1 = Hasil belajar Siswa yang berminat tinggi dengan Jigsaw

A1B2 = Hasil belajar Siswa yang berminat tinggi dengan pembelajaran konvensional A2B1 = Hasil belajar Siswa yang berminat rendah dengan Jigsaw

A2B1 = Hasil belajar Siswa yang berminat rendah dengan pembelajaran konvensional

PEMBAHASAN

Pembelajaran dengan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw merupakan suatu

pembelajaranyang direkomendasikan untuk diterapkan di sekolah. Model pembelajaran Cooperative

Learning Tipe Jigsaw merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota

keluarga dan masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Cooperative Learning tipe Jigsaw pada materi perkembangan nasionalisme kebangsaan di negara

Filiphina, Malaysia, Vietnam, India dan Mesir yang telah dilakukan, dapat dilihat pengaruh model

pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw dan minat belajar terhadap hasil belajar sejarah

siswa berikut ini :

1. Hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan model pembelajaran Cooperative

Learning tipe Jigsaw lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan

pendekatan konvensional. Pendekatan pembelajaran koooperatif di sekolah dapat diterapkan

(6)

tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya tersendiri dan juga pembelajaran orang

lain. menuntut setiap siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Hal ini akan

membuat siswa terbiasa mengaktifkan pengetahuan dan keterampilan yang sudah

adaHasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa secara umum kelompok

siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan model pembelajaran Cooperative

Learning tipe Jigsaw memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi daripada kelompok

siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan konvensional. Hasil belajar siswa

yang memiliki minat belajar tinggi yang diajar dengan model pembelajaran Cooperative

Learning tipe Jigsaw lebih bagus dibandingkan hasil belajar siswa yang memiliki minat

tinggi pada kelas yang diajar dengan pendekatan konvensional. Hasil pengujian

hipotesis kedua menunjukkan bahwa secara umum kelompok siswa yang minat

belajarnya tinggi, memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dengan menggunakan

model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw daripada menggunakan

pendekatan konvensional. Johnson,E.(2010). Pada model pembelajaran Cooperative

Learning tipe Jigsaw, siswa yang memiliki minat belajar tinggi dapat membuatnya lebih

menyenangi dan aktif dalam belajar. Siswa akan mencurahkan perhatiannya dengan

sungguh- sungguh untuk memahami konsep-konsep yang sedang dipelajari. Seperti

diungkapkan Hurlock (1990) bahwa minat belajar siswa sangat bergantung kepada

kesempatan belajar dengan tingginya minat belajar, maka kegiatan belajar siswa

cendrung meningkat dalam artian siswa sungguh-sungguh belajar untuk mencapai

tujuan pembelajaran dan tidak akan merasa puas bila belum memahami dan menguasai

konsep yang sedang dipelajari. Kondisi ini didukung oleh model pembelajaran

Cooperative Learning tipe Jigsaw yang digunakan. Hurlock, Elizabeth B (1978).

Pada model pembelajaran konvensional, siswa yang memiliki minat belajar tinggi

terbatas untuk mencari dan menemukan masalah.Hal ini terjadi karena guru

mendominasi kegiatan pembelajaran, sementara siswa terkondisi menerima

pembelajaran dengan pasif. Keadaan ini akan memberikan dampak bagi kurangnya

kesempatan siswa yang memiliki minat belajar tinggi untuk dapat berpartisipasi secara

aktif dalam proses pembelajaran. Guru menerangkan materi pelajaran secara

menyeluruh. Pada saat penemuan konsep, semua kegiatan pembelajaran diprakarsai

guru, sedangkan siswa dihadapkan pada situasi menerima apa yang dipolakan oleh guru.

(7)

minat belajar siswa. Hal ini menyebabkan konsep-konsep yang telah dipelajari kurang

berkembang dan tidak bertahan lama dalam struktur kognitif siswa, sehingga siswa yang

memiliki minat belajar tinggi tidak berkembang secara optimal dan pada akhirnya

kurang mendukung pada peningkatan hasil belajar sejarah siswa.

2. Hasil belajar siswa yang memiliki minat belajar rendah yang diajar dengan model

pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw lebih bagus dibandingkan hasil belajar

siswa yang memiliki minat belajar rendah pada kelas yang diajar dengan pendekatan

konvensional. Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa secara umum

kelompok siswa yang minat belajarnya rendah, memperoleh hasil belajar yang tinggi

dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw daripada

menggunakan pendekatan konvensional.ini sesuai dengan pendapat ahli yang

mengemukakan bahwa model pembelajaran Jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran

kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota satu kelompok yang bertanggung jawab

atas penguasaan materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada

anggota lain dalam kelompoknya. Sudjana, Nana (2001).

Dengan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw, siswa yang memiliki minat

belajar rendah dapat lebih menyenangi dan akan mencurahkan perhatiannya dengan

sungguh-sungguh untuk memahami konsep-konsep yang sedang dipelajari. Pada pendekatan

konvensional, siswa yang minat belajarnya rendah tidak begitu tertarik untuk belajar dengan

baik. Siswa belajar seadanya dan tidak berusaha keras untuk mengikuti pelajaran seperti siswa

yang minat belajarnya tinggi. Siswa yang minat belajarnya rendah akan cendrung pasif dalam

pembelajaran. Akibatnya, struktur kognitif siswa tidak dapat berkembang secara optimal dan

pada akhirnya kurang mendukung peningkatan hasil belajar sejarah siswa.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan model

pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsawakan dapat memberikan pengaruh yang lebih baik

terhadap peningkatan hasil belajar siswa yang memiliki minat rendah jika dibandingkan dengan

pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan konvensional.

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana

(8)

kesimpulan bahwa sudah dikategorikan berjalan dengan baik dan sesuai dengan prosedur yang

ditetapkan oleh pemerintah dan pihak sekolah itu sendiri, dapat dijelaskan sebagi

berikut :

1. Dari data minat belajar dapat disimpulkan bahwa kelompok belajar minat tinggi dan minat

rendah, dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative tipe Jigsaw memperoleh

hasil belajar yang baik dibandingan dengan pembelajaran konvensional.

2. Dari hasil belajar sejarah siswa yang menggunakan model pembelajaran Cooperative

Learning tipe Jigsaw dan pendekatan pembelajaran konvensional dengan

memperhitungkan tingkat minat belajar siswa terhadap mata pelajaran sejarah. Model

pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw ini dapat meningkatkan minat siswa dalam

pembelajaran sejarah dengan tingkat kemampuan siswa yang heterogen. Pendekatan

pembelajaran ini efektif digunakan dibandingkan konvensional untuk meningkatkan hasil

belajar. Disamping itu, minat belajar terhadap mata pelajaran sejarah juga dapat

mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar sejarah siswa.

3. Hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan model pembelajaran Cooperative

Learning tipe Jigsaw lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar

dengan pendekatan konvensional. Hasil belajar siswa yang memiliki minat belajar tinggi

yang diajar dengan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw lebih baik

dibandingkan hasil belajar siswa yang memiliki minat tinggi pada kelas yang diajar dengan

pendekatan konvensional. Hasil belajar siswa yang memiliki minat belajar rendah yang

diajar dengan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw lebih baik

dibandingkan hasil belajar siswa yang memiliki minat rendah pada kelas yang diajar

dengan pendekatan konvensional.

Implikasi

Dalam penbelajaran di sekolah perlu adanya model-model pembelajaran yang dilakukan oleh guru

untuk merangsang minat belajar siswa terhadap suatu pelajarannya. Salah satu model pembelajaran

Cooperative Learning tipe Jigsaw lebih efektif dibandingkan dengan konvensional karena tipe

pembelajaran ini terdiri dari beberapa kelompok dan anggota yang berada dalam kelompok tersebut

bertanggungjawab atas penguasaan materi pelajaran dan mampu mengajarkan materi tersebut pada

anggota lain. Hasil penelitian ini menunjukan dengan adanya pembelajaran Cooperatif tipe Jigsaw

untuk pembelajaran Sejarah dapat meningkatkan Minat belajar dan mempengaruhi kualitas

(9)

Cooperatif tipe Jigsaw ini sebagai teknik alternatif untuk mengembangkan proses pembelajaran

Sejarah, khususnya pada materi-materi sejarah yang lainnya. Dan gurupun juga harus mampu

melaksanakan proseses pembelajaran yang menarik lainnya baik dalam ranah kognitif, afektif

maupun psikomotor.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti dapat menyarankan beberapa hal berikut ini :

Diharapkan guru di SMAN I Sutera dapat menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning

tipe Jigsaw dalam proses pembelajaran. Disarankan kepada guru kususnya mata pelajaran Sejarah,

pada setiap tingkatan kelas dapat menggunakan berbagai model pembelajaran. Bagi peneliti

selanjutnya, diharapkan dapat digunakan untuk pembanding penelitiannya dan menambah

wawasan kepustakaannya.

REFERENSI

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Depdiknas. (2002). Model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw (Contekstual Teaching

and Learning (CTL)). Jakarta : Balitbang Depdikbud.

Engkoswara. (1984). Dasar-dasar Metodologi Pengajaran. Jakarata: PT. Bina Aksara.

Johnson, E. (2010). Jigsaw Contextual Teacheng and Leaarning : Menjadikan Kegiatan

Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna (terjemahan). Kalifornia: Corwin Press, Inc. Buku asli

diterbitkan tahun 2002.

Hurlock, E B. (1978). Perkembangan Anak. Terjemahan oleh Meitasari Tjandrasa. 1992. Jakarta:

Erlangga.

Sudjana, N. (2001). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya.

Trianto. (2009). Mendesain Pembelajaran Inovatif- Progresif. Konsep, Landasan dan

Referensi

Dokumen terkait

Angka pengganda tenaga kerja terbesar di Indonesia adalah sektor kegiatan yang tak jelas batasannya nilai multiplier tenaga kerja dari 35 sektor tidak ada yang lebih

Setelah data penelitian berupa nilai gain diuji dengan menggunakan uji U Mann Whitney, didapatkan bahwa tidak ada perbedaan nilai prestasi belajar yang signfikan antara

Kalibrasi dan validasi NIRS dilakukan terhadap kadar air dan kafein biji kopi. Model kalibrasi merupakan model yang menunjukkan tingkat korelasi antara fisiko kimia

Pimpinan Pesantren dibantu oleh 5 (lima) biro yang bertugas merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kinerja organisasi guna mengoptimalkan proses pendidikan dan

Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, total luas daun, bobot kering tajuk, bobot kering akar, jumlah polong berisi, jumlah polong hampa, jumlah

“Bagaimana Perilaku Sosial Remaja Tunadaksa yang Menggunakan Jejaring Sosial ” khusunya remaja tunadaksa yang menggunakan facebook. Kemudian dari. fokus penelitian yang

Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah jerami serta memberikan gambaran yang lebih luas dalam usaha memproduksi enzim selulase yang banyak digunakan dalam