KEJADIAN INFEKSI KLAMIDIA TRAKOMATIS DI SERVIKS
DAN TUBA PADA PASIEN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN DAN RS. JEJARING
FAKULTAS KEDOKTERAN USU
OLEH :
Dr. HENDRY ADI SAPUTRA, M.Ked(OG)
PEMBIMBING :
Dr. HENRY SALIM SIREGAR, SpOG-K
DR. Dr. M. FIDEL GANIS SIREGAR, M.Ked (OG), SpOG-K
PENYANGGAH :
Dr. HOTMA PARTOGI PASARIBU, M.Ked (OG), SpOG
Dr. SYAMSUL A. NASUTION, SpOG-K
Dr. SARAH DINA K, M.Ked (OG), SpOG-K
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP H. ADAM MALIK
PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM-5
Pembimbing :
Dr. Henry Salim Siregar, SpOG-K
DR. Dr. M. Fidel Ganis Siregar, M.Ked(OG), SpOG-K
Penyanggah :
Dr. Hotma Partogi Pasaribu, M.Ked(OG), SpOG
Dr. Syamsul A. Nasution, SpOG-K
Dr. Sarah Dina K, M.Ked (OG), SpOG-K
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai keahlian Spesialisasi dalam
HALAMAN PENGESAHAN
Penelitian ini telah disetujui oleh TIM – 5
PEMBIMBING :
Dr. Henry Salim Siregar, SpOG (K)
Pembimbing I Tgl. Oktober 2012
...
DR. Dr. M. Fidel Ganis Siregar, M.Ked (OG), SpOG (K)
Pembimbing II Tgl. Oktober 2012
...
PENYANGGAH :
Dr. Hotma Partogi Pasaribu, M.Ked (OG), SpOG
Subbagian Feto Maternal Tgl. Oktober 2012
...
Dr. Syamsul A. Nasution, SpOG (K)
Subbagian Ginekologi Tgl. Oktober 2012
...
Dr. Sarah Dina K, M.Ked (OG), SpOG (K)
Subbagian Onkologi Ginekologi Tgl. Oktober 2012
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat Ridha dan Karunia-Nya
penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh keahlian dalam bidang Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia biasa, saya
menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun
demikian besar harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam
menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :
“ KEJADIAN INFEKSI KLAMIDIA TRAKOMATIS DI SERVIKS DAN TUBA PADA PASIEN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN DAN RS. JEJARING FK-USU”
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan rasa terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H (CTM&H),
SpA.(K) dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Gontar
Alamsyah Siregar, SpPD (KGEH), yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran USU
Medan.
2. Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, Prof. Dr. Delfi Lutan,
MSc, SpOG.K; Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, DR.
Dr. M. Fidel Ganis Siregar, M.Ked(OG), SpOG.K; Ketua Program Studi Dokter
Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, Dr. Henry Salim Siregar, SpOG.K;
Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, Dr.
M. Rhiza Tala, M.Ked(OG), SpOG.K; dan juga Prof. Dr. Hamonangan Hutapea,
SpOG.K; Prof. DR. Dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG.K; Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi,
Prof. Dr. Daulat H. Sibuea, SpOG.K; Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG.K; yang telah
bersama-sama berkenan menerima dan membimbing saya untuk mengikuti Program
Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
3. Khususnya kepada Prof. Dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG.K; abanganda Prof. Dr. Darwin
Dalimunthe, PhD; pamanda Prof. Dr. H. Tabrani Rab, SpJP.K; abanganda Dr. Ruza P.
Rustam Moechtar, SpOG dan pamanda Drs. H. Wan Abu Bakar, M.Si (selaku Plt
Gubernur Riau) yang telah banyak sekali membantu saya pada waktu memasuki dan
mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi
FK-USU. Semoga Allah SWT membalas kebaikan budi mereka tersebut.
4. Dr. Henry Salim Siregar, SpOG.K dan DR. Dr. M. Fidel Ganis Siregar, M.Ked(OG),
SpOG.K selaku pembimbing tesis saya, bersama Dr. Hotma Partogi Pasaribu,
M.Ked(OG), SpOG; Dr. Syamsul A. Nasution, SpOG.K; dan Dr. Sarah Dina K,
M.Ked(OG), SpOG.K, selaku penyanggah dan nara sumber yang penuh dengan
kesabaran telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing,
memeriksa, dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.
5. Dr. Makmur Sitepu, M.Ked(OG), SpOG.K selaku pembimbing minirefarat Fetomaternal
saya yang berjudul : “ Teknik Hubungan Seksual Yang Aman Selama Kehamilan” ; kepada Dr. Ichwanul Adenine, M.Ked(OG), SpOG.K selaku pembimbing minirefarat
Fertilitas Endokrinologi dan Reproduksi saya yang berjudul : “ Transport Sperma, Sel Telur, Fertilisasi dan Implantasi ” dan kepada Dr. J.S. Khoman, SpOG.K selaku pembimbing minirefarat Onkologi- Ginekologi saya yang berjudul : “ Kombinasi Paclitaxel 80 mg Weekly dengan Carboplatin Pada Kanker Ovarium ”.
6. Dr. Makmur Sitepu, M.Ked(OG), SpOG.K selaku Bapak Angkat saya selama menjalani
masa pendidikan, yang telah banyak mengayomi, membimbing dan memberikan
nasehat-nasehat yang bermanfaat kepada saya dalam menghadapi masa-masa sulit
selama pendidikan.
7. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.kes dan kakanda Dr. Ria Masniari, M.Si yang telah
meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyelesaian uji statistik
8. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, yang
secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik saya sejak awal hingga akhir
pendidikan. Semoga Yang Maha Pengasih membalas budi baik guru-guru saya tersebut.
9. Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan beserta staf yang telah memberikan kesempatan
dan sarana kepada saya untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan di Departemen
Obstetri dan Ginekologi.
10. Direktur RSU Dr. Pirngadi Medan, Dr. Amran Lubis, SpJP; dan Kepala SMF Obstetri
dan Ginekologi RSU Dr. Pirngadi Medan, Dr. Rushakim Lubis, SpOG; Wakil SMF
Obgin RSPM Dr. Syamsul A. Nasution, SpOG.K; Ketua Koordinator PPDS Obgin
RSPM, Dr. Sanusi Piliang, SpOG; Ketua Koordinator Penelitian Obgin RSPM, Dr.
Fadjrir, SpOG beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan sarana kepada saya
untuk bekerja selama mengikuti pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
11. Direktur RUMKIT; Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi RUMKIT Mayor CKM Dr.
Gunawan Rusuldi, SpOG beserta staf yang telah memberikan kesempatan kerja dan
bantuan moril selama saya bertugas di rumah sakit tersebut.
12. Ketua Departemen Anastesiologi dan Reanimasi FK USU Medan beserta staf, atas
kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama saya bertugas di departemen
tersebut.
13. Ketua departemen Patologi Anatomi FK-USU beserta staf, atas kesempatan dan
bimbingan yang telah diberikan selama saya bertugas di departemen tersebut.
14. Bupati Kabupaten Siak Drs. H. Syamsuar, M.Si; Wakil Bupati Kabupaten Siak Drs. H.
Alfedri, M.Si ; Sekda Kab. Siak Drs. H. Amzar, M.Si ; Kepala Dinas Kesehatan Kab.
Siak Dr. Toni Chandra; Kepala BKD Kab. Siak Drs. H. Tengku Said Hamzah; dan Ketua
DPRD Kab. Siak H. Zulfi Mursal, SH; Sekda Kab. Bengkalis abanganda Drs. H.
Asmaran Hasan; yang telah memberikan kesempatan tugas belajar kepada saya untuk
mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran USU Medan.
15. Laboratorium Prodia S. Parman Medan dan Jakarta beserta staf yang telah membantu
16. Kepada senior-senior saya, Dr. Miranda Diza, SpOG; Dr. Ronny Ajartha, SpOG; Dr.
Jhony M.P, M.Ked(OG), SpOG; Dr. Wahyudi, SpOG; Dr. Aswin Pranata, SpOG; Dr.
Maria Novita P, SpOG; Dr. Rachma B Panjaitan, SpOG; Dr. David Leo Ginting, SpOG;
Dr. M. Oky Prabudi, M.Ked(OG), SpOG; Dr. Nismah Situmorang, SpOG; Dr. Melvin G
Barus, M.Ked(OG), SpOG; Dr. Hayu Lestari Haryono, M.Ked(OG), SpOG; Dr. Juni
Hardi Tarigan, SpOG; Dr. Abdul Hadi, SpOG; Dr. T. R. Iqbal, SpOG; Dr. Jhon N
Tambunan, SpOG; Dr. David Luther, M.Ked(OG), SpOG; Dr. Dudy A, M.Ked(OG),
SpOG; Dr. Muara P Lubis, M.Ked(OG), SpOG; Dr. Sukhbir Singh, SpOG; Dr. Ferry
Simatupang, SpOG; Dr. Dessy S Hasibuan, SpOG; Dr. Yusmardi, SpOG; Dr. Dwi
Faradina, M.Ked(OG), SpOG; Dr. Riza H, SpOG; Dr. M. Rizky Yasnil, M.Ked(OG),
SpOG terimakasih banyak atas segala bimbingan, bantuan dan dukungannya yang telah
diberikan selama ini.
17. Kepada Dr. Tigor PH, M.Ked(OG) Dr. Riske EP, Dr. Heika NS, M.Ked(OG) SpOG; Dr.
Elvira MS, M.Ked(OG), SpOG; Dr. T.Johan A, M.Ked(OG) saya menyampaikan terima
kasih atas dukungan dan bantuan yang diberikan selama ini serta kebersamaan kita
selama pendidikan.
18. Kepada Dr. Ray C Barus; Dr. Hiro; Dr. Chandran; Dr. Juhriyani; Dr. Eunike; Dr. Johan
R; Dr. Trishna; Dr. Ratih; Dr. Tony; saya sampaikan terima kasih atas nasehat yang
diberikan pada saya saat melewati masa masa sulit serta dukungan dan bantuan yang
diberikan selama masa pendidikan dan sebagai tim jaga.
19. Tim jaga yang kompak Dr. Fahmi; Dr. Ninong; Dr. Dona; Dr. Yasmin; AKP. Dr. Daniel;
Dr. Dalmi; terima kasih atas kebersamaan kita selama ini, kenangan indah ini akan saya
ingat selamanya.
20. Rekan-rekan PPDS yang sangat baik, Dr. Janwar S, M.Ked(OG), SpOG; Dr. Irwansyah
P, M.Ked(OG), SpOG; Dr. Ulfah W.K, M.Ked(OG), SpOG; Dr. Ali Akbar, M.Ked(OG),
SpOG; Dr. Arjuna S, M.Ked(OG), SpOG; Dr. Ismail U, M.Ked(OG); Dr. Aries; Dr.
Hendri Ginting; Dr. Fatin Athifa, Dr. Dani Ariyani, Dr. M. Yusuf; Dr. Robby P; Dr. Sri
Damayana; Dr. Ferdi; Dr. Meity, M..Ked(OG); Dr. Morel S; Dr. Eka; Dr. Rizky; Dr.
Pantas S; Dr. Arif S; Dr. Hotbin; Dr. Edy R; Dr. Abdurrohim; Dr. Ivo FC; Dr. Kiko M;
Dr. Julita; Dr. Ika S; Dr. Chandran; Dr. Anindita; Dr. Wibowo; Dr. Novrial; Dr.
Arvitamuryani; Dr. Jesurun; Dr. S.Djaganata; Dr. Wahyu; Dr. Indra; Dr. Reni J, Dr. Tri
Sugeng H, Dr. Eva M; Dr. Adrian S; Dr. Aurora; Dr. Heikal; Dr. Putra; Dr. Irsyad; Dr.
Savix; Dr. Ghafur; Dr.Yusrizal; Dr. Imran; saya menyampaikan terima kasih atas
dukungan dan bantuan yang diberikan serta kebersamaan selama masa pendidikan.
21. Seluruh teman sejawat PPDS yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih
atas kebersamaan, dorongan semangat dan doa yang telah diberikan selama ini.
22. Dokter Muda, Bidan, Paramedis, karyawan / karyawati, serta para pasien di Departemen
Obstetri dan Ginekologi FK USU / RSUP. H. Adam Malik – RSUD. Dr. Pirngadi
Medan, RS. Haji Medan, RS. Sundari yang daripadanya saya banyak memperoleh
pengetahuan baru, terima kasih atas kerja sama dan saling pengertian yang diberikan
kepada saya sehingga dapat sampai pada akhir program pendidikan ini.
Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada kedua
Orang Tua saya yang tersayang dan terkasih, Ayahanda dr. H. Hubban Nurdin (Alm) dan Ibunda Hj. Maisyarah, Amd.Keb, yang telah membesarkan, membimbing, mendoakan, serta mendidik saya dengan penuh kasih sayang dari sejak kecil hingga kini, memberi contoh yang
baik dalam menjalani hidup serta memberikan motivasi dan semangat kepada saya selama
mengikuti pendidikan ini.
Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga juga saya sampaikan kepada
Bapak Mertua Ir. Hi. Dasuki Kholil dan Ibu Mertua Ir. Hj. Elly Malelawati yang telah banyak membantu, mendoakan dan memberikan dorongan dan perhatian kepada saya selama
mengikuti pendidikan ini.
Buat istriku yang tercinta dan tersayang, Dr. Fiska Anggraini tiada kata yang terindah dapat saya ucapkan selain rasa syukur kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang,
yang telah memberikan saya seorang istri yang baik dan pengertian. Terima kasih atas
kesabaran, dorongan semangat, pengorbanan, semua bantuan dan doa yang diberikan kepada
Buat dua orang buah hatiku yang kucintai dan kusayangi; ananda tercinta M. Hafidz Fachry ’Atthalla, dan M. Haziq Farhan Kamil ’Atthalla yang merupakan inspirasi dan pendorong motivasi serta pemberi semangat untuk menyelesaikan pendidikan ini.
Kepada adikku adinda Dr. Riska Afrianty, adinda Abdul Halim, S.Sos, adinda H. Hendra Adi Nugraha, SSTP, M.Si, serta saudara saudara ipar saya Dr. M. Nuhadi, SpB, KBD; Dr. Dina Dalimunthe; Lafran Habibi, ST, MT; Rahmi Sonie, ST, MT; Dr. Nuyen Ismail. MARS;
Faisal Lubis, SH; Yeni Wulandari; terima kasih atas bantuan, dorongan semangat dan doa
yang telah diberikan selama ini.
Akhirnya kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu
persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah banyak memberikan
bantuan, baik moril maupun materil, saya ucapkan banyak terima kasih.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkah-Nya kepada kita semua.
Amin Ya Rabbal ’Alamin.
Medan, Oktober 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN …..……… i
DAFTAR ISI ………. viii
DAFTAR GAMBAR ……… xi
DAFTAR TABEL ……… xii
DAFTAR SINGKATAN ………. xiv
ABSTRAK ……… xvi
BAB I Pendahuluan ………..………... 1
I.1. Latar Belakang ………..………..… 1
I.2. Identifikasi Masalah ………...………. 2
I.3.Tujuan Penelitian ……….. 3
I.3.1. Tujuan Umum ……….. 3
I.3.2. Tujuan Khusus ………. 3
I.4. Manfaat Penelitian ………... 3
BAB II Tinjauan Pustaka ………... ………. 4
2.1. Definisi ………..………...……...…………... 5
2.2. Prevalensi ……… 6
2.2. Faktor Risiko …………..……… 6
2.4. Patofisiologi …………...………...……….. 7
2.5. Manifestasi Klinis . ………. 13
2.6. Komplikasi ……….. 14
2.7. Penunjang Diagnosis ……….. 16
2.8. Pengobatan ……….. 19
2.9. Prognosis ………..………... 20
BAB III Metodologi Penelitian ……..………... 21
3.1. Desain Penelitian ……… 21
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian …..………... 21
3.4. Kriteria Sampel ………... 22
3.4.1. Kriteria Inklusi ………...……... 22
3.4.2. Kriteria Ekslusi ………. 22
3.5. Kerangka Konsep ……… 23
3.6. Alur Penelitian ……… 24
3.7. Cara Kerja Penelitian …...………... 24
3.7.1. Cara Pengumpulan Data ……….. 24
3.7.2. Cara kerja ………. 25
3.7.3. Pengambilan Spesimen dari Endoserviks ……… 25
3.7.4. Pengambilan Spesimen dari Tuba ………... 26
3.7.5. Pemeriksaan PCR ……… 26
3.8. Definisi Operasional ………... 27
3.9. Pengumpulan Data dan Analisa Statistik ……… 28
3.10. Etika Penelitian ………. 28
BAB IV Hasil dan Pembahasan ...………. 29
4.1. Analisa Data ………... 29
BAB V Kesimpulan dan Saran ………... 39
5.1. Kesimpulan ………. 39
5.2. Saran ………... 39
DAFTAR PUSTAKA ………. 40
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Sel Klamidia Trakomatis..………... 4
Gambar 2 Infeksi Klamidia Trakomatis pada Jaringan Serviks dan Tuba.. 5
Gambar 3 Siklus Perkembangan Klamidia Trakomatis...………... 8
Gambar 4 Struktur Model Membran Badan Elementer ………….……… 10
Gambar 5 Infeksi Klamidia Trakomatis pada Serviks ………... 13
Gambar 6 Infeksi Klamidia Trakomatis pada Tuba dengan Laparaskopi .. 13
Gambar 7 Algoritma Diagnosis Kehamilan Ektopik ………. 18
Tabel 1 Faktor Risiko pada Kehamilan Ektopik Terganggu…..…………. 7
Tabel 2 Perbandingan Teknologi Pemeriksaan Klamidia ……….. 17
Tabel 3 Gejala Klinis Umum dan Pengobatan ………... 19
Tabel
4.1.1
Proporsi Penderita Kehamilan Ektopik Terganggu Menurut Usia
ibu ……….. 29
Tabel
4.1.2
Proporsi Penderita Kehamilan Ektopik Terganggu Menurut
Pendidikan ………. 30
Tabel
4.1.3
Proporsi Penderita Kehamilan Ektopik Terganggu Menurut
Pasangan Seksual ……….. 30
Tabel
4.1.4
Proporsi Penderita Kehamilan Ektopik Terganggu Menurut
Kontrasepsi ……… 30
Tabel
4.1.5
Proporsi Penderita Kehamilan Ektopik Terganggu Menurut
Riwayat Abortus ………... 31
Tabel
4.1.6
Proporsi Penderita Kehamilan Ektopik Terganggu Menurut
Riwayat Keputihan ……… 31
Tabel
4.1.7
Proporsi Penderita Kehamilan Ektopik Terganggu Menurut
Kebiasaan Merokok ……….. 31
Tabel
4.1.8
Proporsi Penderita Kehamilan Ektopik Terganggu Menurut
Riwayat Infeksi saluran Kemih / Panggul ………. 32
Tabel
4.1.9
Proporsi Penderita Kehamilan Ektopik Terganggu Menurut
Riwayat Operasi sebelumnya ……… 32
Tabel
4.1.10
Kejadian Infeksi Klamidia Trakomatis di serviks dan di Tuba
dengan Metode PCR pada Kehamilan Ektopik Terganggu …….. 32
Tabel
4.1.11
Hubungan Infeksi Klamidia Trakomatis antara Serviks dan Tuba
DAFTAR SINGKATAN
ATP Adenosine triphosphate
CRP Cysteine rich proteins
cHSO-60 Protein-60
DFA Direct fluorescent antibody
DNA Deoxyribonucleic acid
EB Elementary body
EDTA Ethylene diamine tetra acetic acid
ELISA Enzyme linked immunosorbent assay
gr Gram
HIV Human immunodeficiency virus
IFN-γ Interferon-γ
IL-10 Interleukin-10
LGV Limfogranuloma venereum
LCR Ligase chain reaction
Mbp Model bassed planner
mg milligram
MHC Major histocompability complex
ml mililiter
MOMP Major outer membrane protein
nm nanometer
OD Optical density
PBS-T Phosphate bufferd saline-T
PCR Polymerase chain reaction
PID Pelvic inflamatori disease
PMS Penyakit menular seksual
POMP Polymorphic outer membrane protein
RB Reticulate body
RNA Ribonucleic acid
SD Sekolah dasar
SLTP Sekolah menengah tingkat pertama
SLTA Sekolah menengah tingkat atas
Sel T Sel limfosit T
TNF-α Tumor necrosis factor-α
USG Ultrasonografi
µl mikroliter
KEJADIAN INFEKSI KLAMIDIA TRAKOMATIS DI SERVIKS DAN TUBA PADA PASIEN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN DAN RS. JEJARING FK-USU
Saputra, HA; Siregar,HS; Siregar FG
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera utara
ABSTRAK
Latar Belakang : Klamidia trakomatis merupakan salah satu penyebab penyakit menular seksual yang paling sering di dunia, dan mungkin merupakan penyakit menular seksual
dengan prevalensi paling tinggi di Amerika Serikat. Lebih kurang 4 juta kasus infeksi
klamidia trakomatis dijumpai setiap tahun. Pada tahun 1994 komplikasi yang disebabkan oleh
infeksi klamidia trakomatis yang tidak diobati telah menelan biaya sangat besar di Amerika
Serikat. Klamidia trakomatis adalah suatu mikroorganisme obligat intraseluler yang
memiliki dinding sel yang sama dengan bakteri gram negatif. Seperti gonorrhea, penjalaran
klamidia trakomatis pada saluran urogenital dimulai dari serviks ataupun uretra ke atas, dan
infeksi klamidia dapat menimbulkan "cacat" (sequelle) yang serius terutama pada perempuan,
karena infeksi klamidia yang ascending dari saluran genitalia dapat menyebabkan kolonisasi
bakteri di endometrium dan mukosa tuba falopii. Gejala klinis dari penyakit inflamasi
panggul pada wanita sering bersifat asimptomatis. Bentuk sub-klinis dari infeksi klamidia
trakomatis pada saluran genital bagian atas sering timbul dengan kurangnya pendeteksian dan
pengobatan dini, dan perjalanan penyakitnya menimbulkan infeksi akut maupun kronis
sehingga dapat menyebabkan kehamilan ektopik dan infertilitas.
Selama dua dekade terakhir insiden kehamilan ektopik juga semakin bertambah banyak di
negara berkembang. Sebanyak 98% kehamilan ektopik adalaah kehamilan tuba, dan dari
beberapa penelitian, infeksi klamidia trakomatis merupakan penyebab kehamilan tuba pada 7
– 30% kasus.
Tujuan: Mengetahui kejadian infeksi klamidia trakomatis di serviks dan tuba dengan menggunakan metode pemeriksaan Polymerase chain reaction (PCR), dan bersamaaan
usia menikah, pendidikan, jumlah pasangan seksual, kontrasepsi, riwayat keputihan, riwayat
merokok, riwayat abortus, riwayat infeksi saluran kemih / panggul, serta riwayat operasi
sebelumnya dan mengetahui hubungan infeksi klamidia trakomatis di serviks dan tuba pada
pasien kehamilan ektopik terganggu di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RS. Jejaring
FK-USU
Desain: Penelitian ini merupakan studi observational dengan pendekatan cress sectional pada pasien infeksi klamidia trakomatis dengan kehamilan ektopik terganggu.
Bahan dan Cara : Penelitian ini memiliki dilakukan dari tanggal 1 Maret 2012 hinngga 30 September 2012 atau sampai jumlah sampel terpenuhi terhadap 25 subyek penelitian yang
memenuhi criteria inklusi dan menjalani operasi laparatomi (salpingektomi / pengangkataan
tuba) atau laparaskopi di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RS. Jejaring FK-USU. Semua
subyek penelitian mengisi formulir persetujuan, melakukan pengisian kuesioner berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan ginekologis, kemudian dilakukan pengambilan swab serviks dan
sampel jaringan tuba untuk dilakukan deteksi infeksi klamidia trakomatis dengan
menggunakan PCR.
Hasil dan Kesimpulan : Didapatkan angka kejadian infeksi klamidia trakomatis di serviks dan tuba pada pasien kehamilan ektopik terganggu adalah 36% (9/25) dan 12% (3/25). Dari
hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik saat dating, didapatkan kecenderungan peningkatan
risiko infeksi klamidia trakomatis pada rentang usia menikah antara 20 – 35 tahun sekitar
64% (16 penderita dari total sampel 25 penderita), adanya riwayat keputihan sekitar 72% (18
penderita dari total sampel 25 penderita), dan adanya riwayat infeksi saluran kemih / panggul
sekitar 56% (14 penderita dari total sampel 25 penderita). Walaupun secara statistik
didapatkan tidak bermakna.
INSIDENCE OF CERVICAL AND TUBAL CHLAMYDIA TRACHOMATIS INFECTIONS IN ECTOPIC PREGNANCY CASES
AT ADAM MALIK HOSPITAL AND NETWORK HOSPITAL MEDICINE FACULTY-NORTH SUMATERA UNIVERSITY
Saputra HA, Siregar HS, Siregar FG
The Department of Obstetrics and Gynecology Faculty of Medicine University of Sumatera Utara
ABSTRACT
Background : Chlamydia Trachomatis is one of the most common causative agents of sexual transmitting diseases (STD) world wide, and is probably one of the most frequent occuring
diseases in USA. Approximately 4 million cases of chlamydia trachomatis are confronted
anually. In 1994, a substantial amount of expences was reported in USA due to untreated
cases of chlamydia trachomatis infections. Chlamydia trachomatis is a intracellular obligat
microorganisme containing cellular membranes similar to negative gram bacterias. Like
gonorrhea, chlamydia trachomatis spreads through the urogenital tract from either the cervix
or urethra, taking on an ascending course, causing a number of serious sequeles especially in
females, due to the ascending nature of chlamydia trachomatis infections that results in
bacterial colonization in the endometrium and fallopian tube mucose. Clinical symptoms of
female pelvic inflamatory disease are frequently asymptomatic. Subclinical chlamydia
trachomatis infections on the upper genital tract often emerge due inadequate detetection and
early medication, resulting in both acute and chronic infection that would eventually cause
ectopic pregancies and inferility. In the past two decades, the insidence of ectopic pregancies
has increased substantially in most developing countries. Approximateley 98% of ectopic
pregancies occur in the fallopian tube, where severel studies have suggested that chlamydia
trachomatis infections causes tubal pregnancies in 7-30% of these cases.
Objective : To determine the insidence of cervical and tubal chlamydia trachomatis infections by means of polymerase chain reaction (PCR) assay methods, together with the
charecteristics of disturbed ectopic pregnancies based on marital age; education; number of
sexual partners; history of contraceptive agent use, abortions, pelciv/genital tract infections,
and previous surgical procedures and it's association with both cervical and tubal Chlamydia
Malik General Hospital, Medan and Network Hospital Medicine Faculty North Sumatera
University.
Design : This research is an observational study with a cross sectional approach conducted on chlamydia trachomatis patients diagnosed with disturbed ectopic pregnancies.
Material and Methods : This research was conducted between March 1st until September 30th, 2012 or until an amount of 25 subjects fulfilling the inclusion criteria or who have
previously underwent a laparatomic or laparascopic surgical procedure (salphyngectomy/tuba
extraction) were obtained. All the subjects involved were required to fill the following written
permits: an informed consent, a questionnaire based on a history taking and gynecologic
examination, followed by collecting cervical swab and tubal tissue samples in order to detect
chlamydia trachomatis by means of PCR assays.
Result and Conclusion : Prevalence rates of cervical and tubal chlamydia trachomatis infected patients diagnosed with Ectopic Pregnancies reached 36% (9/25) and 12% (3/25),
respectively. Even though these following results are considered statistically irrelevant,
history taking and physical examinations concluded a tendency towards an increased risk of
chlamydia trachomatis infections up to 64% in subjects married between 20-35 years old (16
patients out of 25 patients), reaching 72% in patients with confirmed history of leucorrhea
(18 out of 25 patients), and 56% in subjects with a confirmed history of genital tract/pelvic
infections (14 out of 25 patients).
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Insiden klamidia trakomatis meningkat secara drastis dalam 10 tahun terakhir.
Klamidia trakomatis merupakan salah satu penyebab penyakit menular seksual yang paling
sering di dunia, dan mungkin merupakan penyakit menular seksual dengan prevalensi paling
tinggi di Amerika Serikat.1 Lebih kurang 4 juta kasus infeksi klamidia trakomatis dijumpai
setiap tahun. Biasanya bersifat asimptomatis (60-80% menginfeksi wanita dan 10%
menginfeksi pria). Pada tahun 1994 komplikasi yang disebabkan oleh infeksi klamidia
trakomatis yang tidak diobati telah menelan biaya sangat besar di Amerika Serikat.
Klamidia trakomatis adalah suatu mikroorganisme obligat intraseluler yang memiliki
dinding sel yang sama dengan bakteri gram negatif. Klamidia trakomatis diklasifikasikan
sebagai bakteri yang mengandung deoxyribonucleic acid (DNA) dan ribonucleic acid (RNA),
mereka membelah dengan cara binary fussion, tetapi seperti virus, mereka berkembang
secara intraseluler.
2
2,3
Seperti gonorrhea, penjalaran klamidia trakomatis pada saluran
urogenital dimulai dari serviks ataupun uretra ke atas, dan infeksi klamidia dapat
menimbulkan "cacat" (sequelle) yang serius terutama pada perempuan, karena infeksi
klamidia yang ascending dari saluran genitalia dapat menyebabkan kolonisasi bakteri di
endometrium dan mukosa tuba falopii. Gejala klinis dari penyakit inflamasi panggul pada
wanita sering bersifat asimptomatis. Bentuk sub-klinis dari infeksi klamidia trakomatis pada
saluran genital bagian atas sering timbul dengan kurangnya pendeteksian dan pengobatan
dini, dan perjalanan penyakitnya menimbulkan infeksi akut maupun kronis sehingga dapat
menyebabkan kehamilan ektopik dan infertilitas.
Akhir-akhir ini terjadi peningkatan kejadian kehamilan ektopik di beberapa negara
Eropa dan Amerika.
3,4,5
6
Selama dua dekade terakhir insiden kehamilan ektopik juga semakin
bertambah di banyak negara berkembang. Dia Amerika Serikat ditemukan kehamilan ektopik
sebesar 2 kasus dalam 100 kehamilan, dan lebih dari 95% kehamilan ektopik adalah
kehamilan tuba, yang sering diakibatkan kerusakan tuba setelah satu atau lebih penyakit
radang panggul (PID).7 PID menyebabkan risiko terjadinya kehamilan ektopik sebanyak 5-8
kali. Salah satu kuman penyebab kehamilan ektopik adalah klamidia trakomatis. Selain
kehamilan ektopik. Kepustakaan lain menunjukkan sebagian besar kehamilan ektopik
merupakan komplikasi jangka panjang akibat infeksi klamidia trakomatis kronik.
Angka kehamilan ektopik di Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo pada
tahun 1987 terdapat 153 kasus diantara 4007 kehamilan atau 1 diantara 26 kehamilan . Pada
tahun Juli 2006 – Juni 2007 didapatkan sebanyak 113 kasus. Belum diketahui hubungan
antara infeksi klamidia trakomatis dengan kejadian kehamilan ektopik di Indonesia. Seperti
diketahui, pemeriksaan baku emas untuk infeksi klamidia adalah dengan menggunakan PCR
(Polymerase Chain Reaction), terdapat beberapa penelitian yang melakukan deteksi infeksi
klamida dengan PCR dengan hasil yang bervariasi. Gerard dkk
8
9
menemukan 7 dari 10 pasien
kehamilan ektopik terganggu terdeteksi infeksi klamidia, Rachel dkk6 menemukan sekitar 67% pasien dengan kehamilan ektopik terinfeksi klamidia, keduanya menggunakan PCR
yang dilakukan pada jaringan tuba yang diambil melalui operasi. Namun pada penelitian
yang dilakukan oleh Lan dkk7, dijumpainya infeksi klamidia pada serviks maupun endome-trium, tidak selalu berkorelasi dengan adanya infeksi klamidia pada jaringan tuba. Pada
penelitian tersebut menunjukkan terjadinya infeksi klamidia merupakan suatu komplikasi
inflamasi jangka panjang dari infeksi ascending klamidia yang menyebabkan terbentuknya
jaringan parut pada tuba. Penelitian terakhir di RSCM tahun 2008 didapatkan prevalensi
infeksi klamidia trakhomatis pada kehamilan ektopik terganggu di jaringan tuba sebesar 12%
.
I.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, perlunya diketahui data mengenai infeksi klamidia
trakomatis pada pasien kehamilan ektopik terganggu, sebagai tindakan deteksi dini. Dengan
menggunakan pemeriksaan PCR yang diambil dari sediaan serviks dan tuba maka didapatkan
angka kejadian infeksi klamidia trakomatis pada kehamilan ektopik terganggu.
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui angka kejadian infeksi klamidia trakomatis dan karakteristiknya pada pasien
Tujuan Khusus
1. Mengetahui angka kejadian infeksi klamidia trakomatis di serviks pada pasien
kehamilan ektopik terganggu.
2. Mengetahui angka kejadian infeksi klamidia trakomatis di tuba pada pasien kehamilan
ektopik terganggu.
3. Mengetahui karakteristik kehamilan ektopik terganggu berdasarkan usia menikah,
pendidikan, pasangan seksual, kontrasepsi, keputihan, merokok, riwayat abortus,
riwayat infeksi saluran kemih / panggul dan riwayat operasi sebelumnya.
4. Mengetahui ada tidaknya hubungan infeksi klamidia trakomatis di serviks dan tuba
pada pasien kehamilan ektopik terganggu.
I.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kejadiaan kehamilan
ektopik terganggu yang disebabkan oleh klamidia trakomatis sehingga dapat
memberikan data epidemiologi bagi jumlah kasus ginekologi di Sumatera Utara.
Penelitian ini dapat menggambarkan faktor resiko kehamilan ektopik terganggu di
RSUP H. Adam Malik Medan, RSUD Dr Pirngadi Medan, RS Haji Medan, RSU
Sundari, Rumkit Medan dan dapat sebagai bahan pengembangan keilmuan maupun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Klamidia trakomatis adalah satu dari 4 spesies (termasuk klamidia puerorum,
klamidia psittaci, dan klamidia pneumonia) dalam genus Klamidia. Klamidia trakomatis
dapat dibedakan dalam 18 serovars (variasi serologis). Serovar A,B,Ba dan C dihubungkan
dengan trakoma (penyakit mata yang serius yang dapat menyebabkan kebutaan), serovars
D-K dihubungkan dengan infeksi saluran genital, dan L1-L2 dihubungkan dengan penyakit
Limfogranula venereum (LGV).
Gambar 1. Klamidia trachomatis
Klamidia trakomatis adalah bakteri obligat intaseluler yang menginfeksi urethra dan
serviks. Serviks adalah tempat yang paling sering terinfeksi dengan Klamidia trakomatis.
Klamidia bukan merupakan penyebab vaginitis, tetapi dapat mengerosi daerah serviks,
sehingga dapat menyebabkan keluarnya cairan mukopurulen. Cairan ini mungkin dianggap
pasien berasal dari vagina. Neonatus yang lahir dari wanita yang terinfeksi dengan Klamidia
memiliki risiko untuk terjadinya inclusion conjungtivitis saat persalinan. 25 sampai dengan
50% dari bayi yang terpapar akan terkena konjungtivitis pada 2 minggu pertama setelah lahir,
dan 10 sampai dengan 20 % akan berlanjut ke pneumonia dalam 3 sampai 4 bulan setelah
lahir jika tidak diobati dengan segera. Infeksi Klamidia pada awal kehamilan telah
dihubungkan dengan terjadinya persalinan prematur, ketuban pecah dini. Meningkatnya
angka kejadian late - onset endometritis yang terjadi setelah persalinan pervaginam, dan
diagnosis pada pemeriksaan prenatal awal.10 Pada wanita yang tidak hamil dapat
menyebabkan mukopurulen servisitis, endometitis, salpingitis akut, infertilitas, daa kehamilan
ektopik.11 Faktor risiko untuk infeksi klamidia pada wanita hamil adalah usia dibawah 25
tahun, riwayat penyakit menular seksual, partner seks multipel, dan partner seksual yang baru
dalam 3 bulan terakhir.12
Gambar 2. Infeksi Klamidia trachomatis pada jaringan serviks dan Tuba
II.2 Prevalensi
Prevalensi dari klamidia trakomatis tergantung pada karakteristik dari populasi yang diteliti.
Di Amerika Serikat berkisar antara 2 sampai dengan 7% diantara mahasiswa perempuan, dan
4 - l2% diantara wanita yang berkunjung ke klinik keluarga berencana. Di Jepang penelitian
diantara pekerja seks komersil yang terinfeksi klamidia adalah l3%.13 Di Inggris penelitian
pada pria usia muda memiliki insidens 9,8% positif klamidia.14 Prevalensi infeksi klamidia
prevalensi akan rendah pada daerah - daerah dimana telah dilakukan skrining – skrining
terhadap klamidia.15 Di Indonesia angka kejadian klamidia trakomatis belum didapatkan
secara rinci. Beberapa peneliti memberikan hasil yang beragam. Wisnuwardani l2 dalam penelitiannya dengan menggunakan metode ELISA swab (Klamidiazyme) mendapatkan
prevalensi klamidia pada pasien dengan servisitis yang berobat di Bagian Kebidanan
FKUI/RSCM sebesar l2,66% sedangkan prevalensi antibodi terhadap klamidia trakomatis
(chlamydelisa) sebesar 45,57%. Penelitian Sutrisno (1994)16 di puskesmas Mulya Jaya mendapatkan prevalensi 2l% dengan Clearview®. Klamidia dan l8% dengan metode ELISA
Wellcozyme®, Penelitian Wahyuni (2002)11 melaporkan angka kejadian infeksi klamidia pada pasien keputihan sebesar 6,3% dengan metode Gen probe PACE 2 ®. Penelitian
Febrianti (2006)17 mendapatkan prevalensi infeksi klamidia pada PSK sebesar 44,3% dengan QuickstripeTM dan 43,2% dengan PCR. Widjaja dkk.(1999)18 melaporkan prevalensi infeksi Klamidia pada 3 rumah sakit di Kalimantan Selatan sebesar 9,2% dengan teknik Ligase
Chain Reaction (LCR).
II.3 Faktor Risiko
Faktor risiko untuk terjadinya infeksi klamidia trakomatis pada wanita seksual aktif termasuk
usia muda (usia 15-24 tahun), melakukan hubungan seksual pada usia muda, riwayat
infertilitas, memiliki lebih dari 1 partner seksual, adanya partner seks yang baru, tidak
menikah, ras kulit hitam, mempunyai riwayat atau sedang menderita penyakit menular
seksual, riwayat keguguran, riwayat infeksi saluran kemih, servikal ektopik, dan penggunaan
Risk Factor Relative Risk
Previous ectopic pregnancy 3–13
Tubal corrective surgery 4
Tubal sterilization 9
Intrauterine device 1–4.2
Documented tubal pathology 3.8–21
Infertility 2.5–3
Assisted reproductive technology 2–8
Previous genital infection 2–4
Chlamydia 2
Salpingitis 1.5–6.2
Smoking 1.7–4
Prior abortion 0.6–3
Multiple sexual partners 1.6–3.5
Prior cesarean delivery 1–2.1
II.4 Patofisiologi
Klamidia adalah bakteri intra selular kecil yang membutuhkan sel - sel yang hidup untuk
bermultiplikasi. Kromosom bakteri klamidia terdiri dari lebih kurang 1 juta pasangan basa
dan memiliki kapasitas untuk mengkodekan lebih dari 600 protein. Ada 18 serotipe dari
klamidia trakomatis yang teridentifikasi. Serotipe D - K merupakan penyebab infeksi menular
seksual dan infeksi neonatal. Tidak ditemukan bukti kuat bahwa sindroma genital spesifik
klamidia berbeda dari bakteria yamg lain. Endositosis membuat terjadinya formasi inklusi
intraselular yang terikat membran. Kemampuan dari klamidia untuk merubah dari fase
istirahat ke fase replikasi bentuk infeksius dalam sel penjamu meningkatkan kesulitan dalam
mengeliminasi mikroba ini. Bagaimanapun banyak yang belum dapat dimengerti mengenai
mekanisme spesifik kejadian dalam membran, perlekatan, dan endositosis, multiplikasi dari
organisme dalam sel, tansformasi dari metabolik inaktif badan retikulat (RB) ke metabolik
aktif replikatif badan elementer (EB), dan ekspresi dari antigen Klamidia yang berbeda
selama siklus sel.19
Gambar 3. Siklus perkembangan Klamidia trachomatis
Siklus Perkembangan Klamidia, Badan Elemnter (EB) dibawa kedalam endosome dari sel penjamu, kemudian endosome melebur (A), dan badan elementer berdifferensiasi menjadi Badan Retikulat (RB) (B) Badan retikulat bereplikasi (C) dan menyebabkan membrane endoplasmic untuk membesar sampai mengisi hampir semua rongga sitoplasme (D) Badan Retikulat berubah menjadi badan elementer (E). Membran endoplasmic akan ruptur dan melepas badan elementer kedalam sitoplasma sel penjamu atau melebur dengan membran sitoplasma penjamu, dan badan elementer akan dikeluarkan ke lingkungan bebas (F)20
Klamidia trakomatis memiliki genom yang sangat kecil, tetapi itu bukan berarti
klamidia tidak memiliki siklus perkembangan hidup yang kompleks, siklus ini terdiri dari dua
bentuk: EB, yang di disain untuk dapat bertahan diluar sel manusia dan untuk menginfeksi sel
manusia yang baru, dan RB yang lebih rentan sebagai bentuk pembelahan diri bakteria ini.
Dengan ukuran genom antara 1 Mbp dan banyak gen berperan dalam siklus perkembangan
ini, Klamidia harus berhemat untuk membatasi gen yang ingin mereka pertahankan. Karena
klamidia bereplikasi didalam sel penjamu, mungkin kita akan berpikir bahwa salah satu cara
metabolik dan sistem biosintesis yang umurmya terdapat pada bakteri dari pada
menggunakan molekul penjamu. Bagian dalam dari sel manusia ini sangat kaya akan nutrisi,
sehingga RB tidak perlu membuat banyak asam amino dan komponen-komponen lain yang
biasanya dibutuhkan sel-sel yang hidup bebas. Meskipun klamidia trakomatis memiliki gen
yang sedikit untuk biosintesis asam amino, genom-genonmya memiliki gen-gen untuk
beberapa jalur pembangkit energi, termasuk glikolisis, jalur pentose phosphate, dan siklus
parsial TCA. Untuk beberapa lama, diyakini bahwa klamidia trakomatis adalah suatu parasit
adenosine triphosphate (ATP) yang tidak memiliki ATP dan harus mendapatkannya dari sel
penjamu. Hal ini telah diketahui salah, terutama untuk klamidia trakomatis. Spesies lain dari
klamidia mungkin parasit ATP, berdasarkan dari kurangnya gen untuk biosintesis.
Meskipun klamidia memiliki sitoplasmik tipe gram negatif dan membran luar, baik EB juga
RB tidak memiliki peptidoglikan. Bagaimana bakteria ini menghindari lisis? RB mungkin
dilindungi dalam beberapa hal dengan adanya osmolaritas yang tinggi dari bagian dalam sel
manusia. EB bagaimanapun, harus beradaptasi dengan kondisi osmolaritas yang rendah diluar
sel penjamu. Jawaban dari pertanyaan kenapa EB resisten terhadap lisis tampaknya karena
membran EB memiliki protein dengan persilangan multipel disulfida. Ini termasuk protein
yang dinamakan major outer membrane protein (MOMP), polymorphic outer membrane
protein (POMP), dan cysteine-rich proteins (CRP). Model dari dinding sel EB tampak seperti
di gambar 4.
20
Gambar 4. Suatu bentuk struktur rnodel dari membran badan elementer (EB). Membran luar mirip dengan bakteri gram negatif lain karena memiliki lapisan dalam dan membran luar yang mengandung LPS. membran luar di stabilisasi oleh mayor outer membrane proteins (MOMPs) dan cysteine rich proteins (CRPs). CRPs yang besar membentuk lapisan P. mernbran ini tidak mengandung peptidoglikan. 20
Infeksi klamidia merupakan suatu komplikasi inflamasi jangka panjang dari infeksi
ascending klamidia yang menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada tuba.7 Banyak
bertahun-bertahun setelah infeksi yang pertama. Belum dapat dimengerti bagaimana
mekanisme yang menjelaskan kenapa klamidia trakomatis menjadi persisten. Dibawah ini
dijelaskan mengenai mekanisme evasi imun dari klamidia trakomatis.
1. Pertahanan diluar sel pejamu dengan adanya protein permukaan seperti MOMP dan
protein membran yang bersifat polimorfik, akan mencegah terjadinya deteksi oleh
antibodi.
32
2. Pertahanan didalam sel pejamu dengan cara replikasi terjadi pada badan inklusi
sehingga membatasi paparan terhadap antibodi, inhibisi pelepasan sitokrom-C di
mitokondria yang dibutuhkan untuk apoptosis yang dimediasi oleh kaspase 9 sehingga
menghambat apoptosis dari sel pejamu yang terinfeksi. Selain itu adanya tyrosyl
radical site pada ribonukleotida reduktase bakteri kemungkinan berperan pada
peningkatan resistensi terhadap nitric oxide.
3. Sekresi tumor necrosis factor (TNF) oleh makrofag yang terinfeksi klamidia
trakomatis merangsang apoptosis dari sel T yang teraktivasi. Begitu pula sekresi dari
klamidia trakomatis protease di sitoplasma menghancurkan faktor tanskripsi yang
dibutuhkan untuk transkripsi dari major histocompability complex (MHC) yang
menghambat interferon-γ (IFN-γ) merangsang ekspresi molekul MHC kelas I dan II.
4. Klamidia trakomatis memiliki kemampuan untuk tetap berada dalam bentuk
intaselular, yang dapat disebabkan akibat pemberian antibiotika, defisiensi nutrisi atau
sitokin (seperti IFN-γ) atau setelah infeksi pada monosit. Adanya ekspresi dari gen
yang mengkode triptofan sintase dan represor, menghambat efek IFN-γ.
Infeksi kronik klamidia dapat memicu kerusakan tuba yang dari beberapa penelitian
in vitro diperkirakan dapat diakibatkan oleh:
1. Badan elementer Klamidia trakomatis yang terdapat pada semen pria yang terinfeksi
menularkan ke perempuan pasangan seksualnya. 32,33
2. Klamidia naik ke traktus reproduksi wanita dan menginfeksi sel epitel pada tuba
falopii.
3. Didalam sel badan elementer berubah menjadi badan retikulat dan mulai untuk
bereplikasi.
4. Jalur apoptosis dihambat, yang menyebabkan sel yang terinfeksi dapat bertahan.
5. Ketika jumlah badan elementer mencapai tingkat densitas tertentu, maka badan
6. Badan elementer ekstaseluler akan mengaktivasi sistem imun berupa diproduksinya
IFN-γ, TNF-α dan sitokin-sitokin proinflamasi lainnya.
7. Respon imun akan menurunkan jumlah badan elementer dan menghambat replikasi
intraseluler dari badan retikulat.
8. Interupsi replikasi badan retikulat menyebabkan klamidia tetap ada dalam bentuk
intaseluler sehingga dapat menimbulkan respon imun yang bersifat destrruksif. Pada
bentuk persisten ini, potein-60 (CHSP60) dilepaskan, yang dapat menyebabkan
respon inflamasi.
9. Ketika jumlah badan elementer berada di bawah kadar kritis tertentu maka aktivasi
sistem imun berhenti dan replikasi badan retikulat mulai kembali.
10.Perubahan siklus infeksi badan elementer dengan destruksi dari sel epitel baru dan
persisten dalam intaseluler dengan pelepasan CHSP60 menyebabkan pembentukkan
jaringan parut dan merusak patensi tuba falopii.
Klamidia yang menginfeksi makrofag juga merangsang apoptosis dari sel imun yang
tidak terinfeksi seperti sel T (Jendro dkk. 2000) yang meningkatkan perkembangan infeksi persisten. Perfettini, dkk. (2002) menemukan dari penelitian pada tikus bahwa IFN-γ berperan pada patogenesis infeksi klamidia persisten dengan mencegah apoptosis dari sel
yang terinfeksi. Disamping secara langsung mencegah apoptosis, IFN-γ juga merangsang
adanya efek anti apoptosis. Dean dan Powers (2001) mengemukakan bahwa inhibisi dari apoptosis sel pejamu mengakibatkan Klamidia mampu membentuk infeksi persisten dan
IFN-γ dan interleukin-10 (IL-10) membantu perkembangan dari klamidia dengan peningkatan ekspresi dari CHSP60 yang mendukung proses inflamasi. Perbedaan ekspresi MOMP dan
CHSP60 selama perkembangan klamidia yang normal maupun yang mengalami perubahan
telah diketahui sejak lama, namun makna sebenarnya dari keseimbangan ini dalam infeksi
klamidia persisten tidak diketahui.
Transmisi dapat terjadi melalui kontak seksual langsung melalui oral, vaginal, servikal
melalui uretra maupun anus. Bakteri ini dapat menyebar dari lokasi awalnya dan
menyebabkan infeksi uterus, tuba fallopii, ovarium, rongga abdomen dan kelenjar pada
daerah vulva pada wanita dan testis pada pria. Bayi baru lahir melalui persalinan normal dari
ibu yang terinfeksi memiliki risiko yang tinggi untuk menderita konjungtivitis klamidia atau
pneumonia.
34
Infeksi klamidia trakomatis biasanya menular melalui aktifitas seksual dan dapat menular
secara vertikal, yang kemudian menyebabkan konjungtivitis dan pneumonia pada bayi baru
lahir. Jika tidak diobati, penyakit kelamin ini dapat berkembang menjadi epididimitis pada
pria dan penyakit infeksi saluran genital bagian atas pada wanita. Klamidia menginfeksi sel
epitel kolumnar, yang menyebabkan wanita usia remaja memiliki risiko infeksi karena
squamocolumnar junction pada ektoserviks sampai dengan usia dewasa. Pria yang terinfeksi
memiliki kemungkinan untuk menularkan sekitar 25% melalui hubungan seksual ke wanita
yang sehat. Angka penularan dari ibu yang terinfeksi ke bayi baru lahir adalah 50% yang
mengakibatkan konjungtivitis atau pneumonia (l0 - 20%). Masa inkubasi adalah 1 – 5
minggu, dibandingkan 0 - 2 minggu untuk N.gonorrhea yang merupakan diagnosis banding
dari klamidia untuk terjadinya konjungtivitis pada bayi baru lahir.2
II.5 Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik untuk infeksi klamidia pada perempuan dapat berupa sindroma urethral
akut, uretritis, bartolinitis, servisitis, infeksi saluran genital bagian atas (endometritis,
salfingo-oophoritis, atau penyakit radang panggul), perihepatitis (sindroma
Fitz-Hugh-Curtis), dan arthritis. Kehamilan ektopik juga dapat terjadi oleh karena infeksi klamidia, yang
biasanya didahului dengan penyakit radang panggul.15,21 Gejala tergantung dari lokasi
infeksinya. Infeksi dari urethra dan saluran genital bagian bawah dapat menyebabkan disuria,
duh vagina yang abnormal, atau perdarahan post koital. Pada saluran genital bagian atas
(endometritis, atau salphingitis, kehamilan ektopik) dapat menimbulkan gejala seperti
perdarahan rahim yang tidak teratur dan abdominal atau pelvic discomfort.22
Pemeriksaan untuk infeksi klamidia trakomatis harus dilakukan pada pria dan wanita dengan gejala dan tanda yang berhubungan dengan infeksi klamidia22 :
II.6 Komplikasi
Meskipun umumnya orang yang menderita klamidia tidak menunjukkan gejala, manifestasi
paling sering pada penyakit ini adalah adanya suatu reaksi lokal peradangan pada mukosa
yang dihubungkan dengan keputihan, uretritis pada pria, dan urenitis / vaginitis / servisitis
pada wanita. Pada wanita dengan infeksi klamidia yang tidak diobati dapat menyebabkan
penyakit radang panggul, dengan sequealae termasuk infertilitas, kehamilan ektopik dan
radang panggul kronik.15
Klamidia merupakan satu dari beberapa penyebab infeksi radang panggul dan
infertilitas pada wanita. Setiap episode tunggal dari penyakit radang panggul, risiko untuk
terjadinya infertilitas faktor tuba adalah 11%. Setiap episode berikut akan meningkatkan
risiko 2 - 3 kali lipat. Wanita yang memiliki riwayat penyakit radang panggul mengalami
peningkatan risiko untuk terjadinya kehamilan tuba sebesar 7 - l0 kali lipat. Pada l5% wanita
yang menderita infeksi radang panggul, nyeri abdomen yang kronik merupakan gejala klinik
jangka panjang yang banyak dihubungkan dengan adanya perlekatan pada ovarium dan tuba
falopii di rongga pelvis.
23
Pada pasangan subfertil, infeksi klamidia bertanggung jawab untuk
terjadinya sekitar 50% infertilitas faktor tuba. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa
pada pasien - pasien dengan tes klamidia positif memiliki risiko untuk terjadinya infertilitas Gambar 6. Infeksi klamidia trachomatis pada
faktor tuba, dan kehamilan ektopik lebih tinggi dibandingkan dengan pasien - pasien dengan
tes Klamidia negatif.24,25,26 Dibeberapa penelitian,6,7,9 didapatkan kejadian infeksi klamidia
pada pasien dengan kehamilan ektopik terganggu sekitar 3-70%. Penelitian lain juga
disebutkan infeksi klamida dihubungkan dengan peningkatan risiko untuk terjadinya
karsinoma serviks yang invasif.27
Infeksi Klamidia diketahui juga meningkatkan risiko untuk terjadinya infeksi human
immunodeficiency virus (HIV) oleh karena meningkatnya peradangan pada mukosa genital.
Biasanya wanita harus terpapar 7 - 8 kali untuk menderita infeksi HIV (angka rata - rata;
sebagian wanita terinfeksi pada paparan pertama sebagian lagi terinfeksi setelah terpapar
beberapa kali). Dengan adanya infeksi serviks akan menyebabkan penurunan dalam jumlah
paparan, dan tentunya akan meningkatkan untuk terjadinya infeksi HIV. Mengapa ini bisa
terjadi, masih belum dapat diketahui, tapi ini akan menjadi masuk akal, bila kita mengetahui
bahwa sistem imun yang berjalan menuju ke tempat infeksi (makrofag, sel T) adalah juga
merupakan target utama dari HIV.
Sama halnya dengan infeksi menular seksual lain, infeksi pada ibu memiliki dampak
terhadap janin yang dapat tertular melalui jalan lahir. Pada infeksi oleh karena klamidia
trakomatis, dapat menyebabkan konjungtivitis dan pneumonia. Pada banyak kasus
konjunctivitis yang disebabkan oleh klamidia merupakan penyakit yang self limiting dan
tidak menimbulkan komplikasi jangka panjang pada mata. Keadaan ini benar pada jenis -
jenis klamidia yang ada di negara - negara maju, sedangkan di negara – Negara berkembang,
seperti Nepal, ada beberapa jenis klamidia yang dapat menyebabkan kebutaan (trakoma).
Pneumonia pada neonatus yang disebabkan klamidia dapat menimbulkan dampak yang
serius. Untungnya bila pneumonia telah terdiagnosis lebih awal, pengobatan dengan
antibiotik efektif unhrk mengontrol infeksi. 20
Komplikasi dari infeksi klamidia adalah: 20
a) Nyeri panggul kronik
21,23
b) Infeksi radang panggul
c) Salpingitis
d) Abses tubo – ovarium
e) Kehamilan ektopik
f) Infertilitas
h) Sindroma Fitz - Hugh - Curtis ( perihepatitis )
II.7 Penunjang Diagnosis
Diagnosis berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
Klamidia sukar dibedakan dengan gonorrhea karena gejala dari kedua penyakit ini sama dan
penyakit ini dapat timbul bersamaan meskipun jarang. Cara yang paling dipercaya untuk
mengetahui infeksi klamidia adalah melalui pemeriksaan laboratorium.
Pada prinsipnya, penegakan diagnosis infeksi klamidia trakomatis sama seperti infeksi
mikroorganisme lainnya, tetapi karena gejala serta gambaran klinis infeksi ini tidak khas,
maka diperlukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tes yang sekarang tersedia termasuk
kultur sel, deteksi antigen, deteksi asam nukleat, pemeriksaan serologi. 12,28
Baku emas untuk pemeriksaan infeksi klamidia trakomatis adalah kultur dari swab
yang didapat dari endoserviks pada wanita atau uretra pada pria. Tetapi hambatan dari
metode pemeriksaan kultur ini adalah berkembangnya tes non cultured based. Namun tes non
cultured - based, termasuk tes deteksi antigen dan nonamplfied nucleic acid hybridization,
mempunyai kemampuan terbatas karena kegagalan untuk mendeteksi beberapa bagian
penting dari infeksi Klamidia Pemeriksaan yang lebih baru dan mendeteksi DNA atau RNA
spesifik terhadap klamidia trakomatis (termasuk PCR, ligase chain reaction, dan RNA
transcription - mediated amplification) lebih sensitif daripada generasi pertama tes non
culture based. Sensitifitas sedikit lebih rendah ketika tes yang baru ini digunakan pada
spesimen urin dibandingkan pada specimen endoserviks.
29
Tabel 2: Perbandingan teknologi pemeriksaan klamidia trakomatis 30
Nucleic Acid Amplification
Technology Kultur Sel
Direct
• Polymerase chain reaction (PCR)- Amplificor CT Test (Roche)
• Transcription Mediated Amplification (TMA)- Amplified CT Assay APTIMA (Gen Probe).
• Strand Displacement Amplification (SDA)- BD Probe Tec (Becton Dickinson).
PACE II (Gen Probe)
Preferred test Ya Tidak Tidak Tidak Ya
Lokasi pengambilan
Urin pria dan wanita, swab endocervicals dan
• Penyimpanan pada lemari es tidak diperlukan.
• Spesimen tunggal untuk Klamidia dan Gonore.
ditangani dengan baik di klinik maupun
Pengobatan terhadap infeksi klamidia diberikan ketika infeksi ini telah terdiagnosis
atau dicurigai. Pengobatan juga melibatkan partner seksual, atau kepada pasien yang sedang
diobati untuk infeksi gonorrhea. Pengobatan untuk infeksi klamidia tergantung dari gejala
klinis. Pengobatan yang efektif dan murah untuk infeksi genital klamidia telah tersedia untuk
setiap gejala klinis yang umum.13,22 Pada suatu penelitian randomized controlledntrial (RCT),
efikasi pengobatan 7 hari dengan doksisiklin adalah sama dengan pengobatan dengan
azitromisin dosis tunggal. Keduanya memiliki angka kesembuhan lebih dari 95% pada pria
dan wanita yang tidak hamil.31
Pada ibu hamil yang terinfeksi klamidia, dari Chohrane Review pada 11 penelitian
mengenai pengobatan infeksi klamidia pada kehamilan, amoksisilin memiliki efektifitas yang
sama dengan eritomisin.
Tabel 3. Gejala klinis umum dan pengobatan 5
Sindroma
15
Anjuran pengobatan Laki-laki
Uretritis non gonokokus Azitromosin 1 gr oral (dosis tunggal), atau doksisiklin, 100mg oral 2 kali sehari untuk 7 hari
Uretritis rekuren atau persisten Metronidazol 2 gr (dosis tunggal) ditambah eritromisin, 500 mg oral 4 kali perhari untuk 7 hari , atau eritromisin etilsuksinat, 800 mg oral 4 kali perhari untuk 7 hari
Epididimitis Seftroaxone 250 mg intramuskular(dosis tunggal), ditambah doksisiklin , 100 mg oral 2 kali perhari untuk 10 hari
Perempuan
Servisitis mukopurulen Azitromisin 1 gr oral (dosis tunggal)atau doksisiklin, 100 mg oral 2 kali perhari untuk 7 hari , ataunamoksisilin, 500 mg oral 3 kali perhari Klamidia Pada Kehamilan eritromisin, 500 mg oral 4 kali perhari untuk 7 hari , atau amoksisilin
500 mg oral 3 kali perhari Penyakit Radang panggul
Rawat jalan Ofloksasin 400 mg oral 2 kali perhari untuk 14 hari, atau levofloksasin 500 mg oral sekali perhari untuk 14 hari, dengan atau tidak dengan metrodidazol 500 mg oral 2 kali perhari untuk 14 hari; atau seftriakson, 250 mg intramuscular (dosis tunggal), sefoksitin 2 gr intra muscular (dosis tunggal), ditambah probenesid, 1 gr oral, ditambah doksisiklin, 100 mg oral 2 kali perhari untuk 14 hari, dengan atau tidak dengan metronidazol, 500 mg oral 2 kali perhari untuk 14 hari
Rawat Rumah sakit Sefosetan, 2 gr intramuscular setiap 12 jam, atau sefoksitin, 2 gr intravena tiap 6 jam, ditambah doksisiklin, 1900 mg peroral atau intravena setiap 12 jam; atau klindamisin 900 mg intravena setiap 8 jam, ditambah gentamisin, 2 mg per kilogram berat badan, dengan dosis awal intravena, kemudian 1,5 mg perkilogram bera badan stiap 8 jam
Terapi untuk penyakit radang panggul harus untuk 24 sampai dengan 48 jam setelah perbaikan klinis
muncul dan harus terdiri pemberian lebih lanjut tarapi oral dengan doksisiklin, 100 mg 2 kali perhari,
II.9 Prognosis
• Prognosis sangat baik bila di diagnosa dan diobati dini.
• Risiko infertilitas meningkat pada infeksi berulang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi observational dengan pendekatan cross sectional pada pasien
infeksi klamidia trakomatis dengan kehamilan ektopik terganggu.
III.2 Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian ini telah dikerjakan di IGD RSHAM, RSPM, dan RS Jejaring FK-USU dengan
perkiraan waktu penelitian dimulai dari bulan 1 Maret 2012 sampai dengan 30 September
2012 atau sampai seluruh sampel terpenuhi.
III.3 Populasi Penelitian
Semua perempuan dengan kehamilan ektopik terganggu yang dilakukan operasi di IGD
RSUP HAM , RS Pirngadi Medan dan RS jejaring FK-USU selama periode penelitian serta
memenuhi kriteria penelitian.
Perhitungan besar sampel dilakukan dengan menggunakan sampel tunggal untuk estimasi
proporsi suatu populasi. Karena penelitian ini menggunakan PCR, dan dari literatur
didapatkan proporsi antara 7-30%, penulis menetapkan estimasi proporsi penyakit yang ingin
dicari adalah 50% (0,5). Dengan mengambil batas kesalahan yang ditoleransi (d) adalah 20%
(0,2) dan tingkat kemaknaan 95%.
q : l - 0,50 = 0,50
Jumlah sampel yang didapat adalah 24 orang, dibulatkan menjadi 25 orang.
Za2PQ n =
d2
1,962 x 0,5 x 0,5
III.4 Kriteria sampel
Sampel diambil secara nonrandom dengan teknik consecutive sampling, artinya semua
subyek yang memenuhi syarat (kriteria inklusi dan eksklusi) diikutsertakan dalam penelitian
ini sesuai dengan urutan kedatangan mereka sampai jumlah sampel terpenuhi. Banyaknya
subyek yang diambil sesuai dengan besar sampel yang telah dihitung sebelumnya.
1. Pasien yang di diagnosa kehamilan ektopik terganggu dengan pemeriksaan fisik
dan ultrasonografi dan dibuktikan dengan laparatomi atau laparaskopi.
Kriteria inklusi:
2. Bersedia ikut dalam penelitian.
1. Pasien yang mendapatkan pengobatan antibiotika dalam 2 minngu terakhir.
Kriteria eksklusi:
III.5 Kerangka Konsep
Kehamilan
Ektopik
Terganggu
Pendidikan
Usia Pasangan
seksual
Kontrasepsi Keputihan Merokok
Riwayat Abortus
Riwayat Operasi
Riw. Infeksi saluran kemih
dan panggul
Tuba
Serviks
PCR
III.6 Alur Penelitian
III.7 Cara kerja penelitian
III.7.1 . Cara pengumpulan data
• Data demografis subyek didapatkan dari wawancara kepada subyek
• Data untuk melihat faktor resiko infeksi klamidia didapatkan dari wawancara dan
pemeriksaan genitalia kepada subyek.
• Data mengenai infeksi Klamidia didapatkan dari hasil PCR terhadap: 1. Spesimen swab endoserviks 2. Spesimen jaringan tuba
KEHAMILAN EKTOPIK
TERGANGGU (TUBA)
Kriteria Inklusi
Anamnesis/Fisik
Swab Serviks Laparatomi
Salpingektomi
Sediaan Jaringan Tuba
PCR
III.7.2 Cara kerja
Semua pasien datang dengan kehamilan ektopik terganggu yang dibuktikan dengau
pemeriksaan klinis dan USG diberi informed consent untuk ikut serta dalam penelitian.
Apabila bersedia maka pasien diminta menandatangani formulir persetujuan dan
selanjutnya diambil swab endoserviks untuk dilakukan pemeriksaan dengan PCR, saat
operasi, jaringan tuba akan diambil untuk diperiksa dengan menggunakan PCR.
Dilakukan wawancara dan pemeriksaan genitalia pada pasien, kemudian data dicatat
dalam status penelitian dan buku registrasi penelitian. Data meliputi karakteristik
demografik (usia saat menikah, tingkat pendidikan, lama infertilitas, jumlah pasangan
seksual, pemakaian kondom) serta gejala subyektif (riwayat keputihan, riwayat PMS,
nyeri buang air kecil, riwayat perdarahan saat berhubungan, dan riwayat radang
panggul) dan tanda-tanda infeksi Klamidia pada pemeriksaan genitalia interna
(keputihan, servisitis).
Subyek penelitian yang terinfeksi dengan Klamidia trakomatis akan diobati dengan
antibiotika yang sesuai.
III.7.3 Pengambilan spesimen dari endoserviks
Persiapan alat dan bahan:
Spekulum
Kapas sublimat / savlon untuk membersihkan genitalia eksterna.
Swab dacron steril untuk pengambilan spesimen endoserviks.
Tabung I berisi media transport 1,5 ml 2-sucrose-phosphate (2-SP) untuk sampel dari
swab endoserviks dan Tabung II berisi Tris EDTA untuk sampel dari jaringan tuba.
Cara pengambilan spesimen endoserviks:
Subyek penelitian berbaring dengan posisi litotomi.
Genitalia eksterna dibersihkan dengan kapas basah.
Spekulum dimasukkan secara hati-hati melalui introitus vagna.
Dilakukan pembersihan sekret yang berlebihan di daerah ektoserviks.
Pengambilan spesimen dari endoserviks dengan swab dacron, kemudian swab tersebut
dimasukkan (dibenamkan) kedalam tabung I. Setelah itu dikirim ke Laboratorium
Prodia medan (media tersebut dipertahankan pada suhu 4 0C selama dalam proses
Cara pengambilan spesimen jaringan tuba:
Biopsi jaringan tuba pasca laparatomi atau laparaskopi dimasukkan kedalam tabung
berisi l ml Tris EDTA
Simpan dalam kulkas atau lemari pendingin atau langsung dikirim ke laboratorium
Prodia medan dalam keadaan dingin dipertahankan pada suhu 4 0C (ice box) selama
dalam proses pengiriman.
Preparasi sampel:
Jaringan dimasukkan kedalam 1 ml lisis buffer
Homogenisasi dengan mortar
Sentrifugasi 10.000 gr selama 2 menit
Ambil supernatant untuk diekstraksi DNA
Ekstraksi DNA dengan Diatom DNA extraction kit (Isogene/Qiagen Cat no.
51306, Moscow-Rusia). Diambil 200 µl supernatant.
Simpan hasil ekstraksi dalam freezer -80 0C, sampai dilakukan PCR
Pemeriksaan PCR
Buat PCR mix, 20 µl/tabung
Masukkan 5 µl sampel (ekstrak DNA) kedalam PCR mix
Amplifikasi yang digunakan adalah dengan thermocycler (Techne–Flexigen, TC-412,
Cambridge-UK).
Jalankan dalam mesin PCR dengan program sebagai berikut:
Denaturasi 95 0
Lakukan dalam 40 siklus. C selama l5 menit
Evaluasi / deteksi hasil PCR :
Masukkan hasil PCR sebanyak l0 µl kedalam plate Elisa
Tambahkan reagen deteksi sebanyak 50 µl. Inkubasi 30 menit pada temperatur
kamar
Tambahkan substrat 50 µl. Inkubasi 30 menit
Tambahkan stop reaction 50 µl
Baca dengan Elisa Reader pada OD 450 nm
III.8 Definisi Operasional
Pada penelitian ini definisi dari variabel :
• Infeksi klamidia trakomatis adalah berarti positif jika ditemukan klamidia trakomatis
pada serviks dan atau tuba, dan negatif jika tidak di temukan infeksi klamidia
trakomatis pada serviks atau tuba.
• Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan ektopik tuba yang ruptur
• Umur adalah usia (dalam tahun) saat pasien datang ke Rumah sakit.
• Pendidikan adalah jenjang pengajaran yang dipelajari atau sedang dicapai oleh
subyek melalui pendidikan formal, terbagi menjadi rendah (tidak sekolah hingga
tamat SD, SLTP), menengah (tamat SLTA), tinggi (Akademi atau Sarjana).
• Pasangan seksual adalah jumlah pasangan dalam melakukan hubungan seksual sampai usia sekarang.
• Kontrasepsi adalah menggunakan atau tidak menggunakan alat penunda kehamilan
dalam rahim dan kondom.
• Keputihan adalah pernah atau tidak pernah mengeluarkan cairan (duh) dari vagina
dapat disertai bau ataupun gatal.
• Merokok adalah pernah atau tidak pernah menggunakan rokok.
• Riwayat abortus adalah pernah atau tidak pernah mengalami keguguran atau
perdarahan pada kehamilan sebelumnya.
• Riwayat infeksi saluran kemih / panggul adalah pernah atau tidak pernah memiliki keluhan nyeri saat berkemih, nyeri perut bawah atau nyeri pada saat berhubungan.
• Riwayat operasi adalah pernah atau tidak pernah menjalani operasi pada perut
sebelumnya.
III.9 Pengumpulan Data Dan Analisa Statistik
Data yang dikumpulkan dari subyek dicatat pada lembar penelitian yang telah dipersiapkan,
kemudian dilakukan editing dan koding. Data kemudian di rekam ke dalam cakram magnetis
dilakukan pengolahan statistik dengan paket SPSS versi 15 untuk disusun dalam tabel tunggal
maupun tabel silang sesuai dengan tujuan penelitian. Data kuantitatif dihitung nilai rerata dan
simpang baku serta interval kepercayaan 95%. Hubungan antara dua variabel kualitatif dinilai
dengan uji Chi Square atau uji Mutlak Fisher. Hubungan antara variabel kualitatif dan
variabel kuantitatif dinilai dengan uji Student t atau Anova.
III.10 Etika Penelitian
Semua peserta diberikan penjelasan mengenai tujuan dan cara yang dijalankan pada
penelitian ini, penelitian dilakukan setelah terdapat persetujuan sukarela dari masing - masing
peserta dengan menandatangani surat pernyataan persetujuan (informed concent).
Setiap peserta berhak mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadapnya. Karena
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian observational dengan menggunakan desain cross
sectional dimana pengambilan sampel dari 25 orang pasien yang datang ke IGD RSUP H.
Adam Malik, RSUD Dr Pirngadi Medan dan RS Jejaring sejak 1 Maret 2012 sampai dengan
30 September 2012. Pasien yang masuk dalam kriteria penelitian ini yaitu pasien dengan
kehamilan ektopik terganggu, pada sampel dilakukan pengambilan spesimen endoserviks dan
dibuktikan pada saat (durante) operasi laparatomi atau laparaskopi untuk diambil spesimen
tuba, kemudian dilakukan pemeriksaan PCR sebagai gold standart untuk infeksi klamidia
trakomatis. Oleh karena kehamilan ektopik merupakan suatu komplikasi infeksi klamidia
yang ascending pada organ reproduksi wanita, dilakukan pemeriksaan pada serviks “tempat
masuk” pertama dan jaringan tuba sebagai tempat terjadinya kerusakan sehingga terjadi
kehamilan ektopik tuba.
4.1 Analisis Data
Tabel 4.1.1 Proporsi penderita kehamilan ektopik terganggu menurut usia (n=25)
Usia menikah Jumlah Persentase (%)
Pada tabel 4.1.1 proporsi tertinggi penderita kehamilan ektopik terganggu menurut usia ada
pada kelompok usia 23 – 35 tahun sebanyak 17 penderita (± 68%) dan usia > 35 tahun
didapati 7 orang (28%). Pada penelitian ini statistic menunjukkan lebih dari seperempat
jumlah sampel penelitian terjadi pada kelompok usia > 35 tahun. Diketahui bahwa risiko
kekambuhan pada kehamilan ektopik berkisar 14 – 15%, oleh karena itu pada kelompok usia