• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kehilangan Inti Sawit Terhadap Mutu Minyak Inti Sawit Di PTPN III PKS Kebun Rambutan – Tebing Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kehilangan Inti Sawit Terhadap Mutu Minyak Inti Sawit Di PTPN III PKS Kebun Rambutan – Tebing Tinggi"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEHILANGAN INTI SAWIT TERHADAP MUTU

MINYAK INTI SAWIT DI PTPN III PKS KEBUN RAMBUTAN –

TEBING TINGGI

KARYA ILMIAH

YUDI KURNIAWAN

052409065

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH KEHILANGAN INTI SAWIT TERHADAP MUTU

MINYAK INTI SAWIT DI PTPN III PKS KEBUN RAMBUTAN –

TEBING TINGGI

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

YUDI KURNIAWAN

052409065

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH KEHILANGAN INTI SAWIT TERHADAP MUTU MINYAK INTI SAWIT DI PTPN III PKS KEBUN RAMBUTAN – TEBING TINGGI

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : YUDI KURNIAWAN

Nomor Induk Mahasiswa : 052409065

Program Studi : D3 KIMIA INDUSTRI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juli 2008

Diketahui

Departemen KIMIA FMIPA USU

Ketua, Dosen Pembimbing,

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH KEHILANGAN INTI SAWIT TERHADAP MUTU MINYAK INTI SAWIT DI PTPN III PKS KEBUN RAMBUTAN – TEBING TINGGI

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2008

(5)

PENGHARGAAN

Bismillahhirahmanirrahim

Alhamdulillahi-rabbil’alamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan hidayah serta kasih sayang-Nya kepada kita semua serta selawat dan salam kita ucapkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. Sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Ahli Madya pada program Diploma 3 Kimia Industri di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini jauh dari kata kesempurnaan karena keterbatasan penulis baik dari segi kemampuan, waktu, dan pengetahuan, tetapi penulis berharap karya ilmiah ini dapat berguna bagi penulis dan semua pihak yang membaca karya ilmiah ini khususnya serta bagi lingkungan Universitas Sumatera Utara pada umumnya. Penulis mengucapkan terima kasih atas segala kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan karya ilmiah ini.

Selama penulisan karya ilmiah ini penulis banyak mendapatkan dorongan, bantuan dan petunjuk dari semua pihak, maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya:

1. Ayahanda, Ibunda, serta Abang dan Kakak saya beserta keluarga yang banyak menuntun dan memberikan doa berserta kasih saying yang tulus kepada penulis

2. Bapak Dr. Harry Agusnar.M.Sc.,M.Phil., selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar dan teliti membimbing serta mengarahkan penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

3. Bapak Dr. Eddy Marlianto, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

(6)

5. Bapak Zulkifli selaku pembimbing lapangan yang telah banyak membimbing selama praktek kerja lapangan di PKS PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi.

6. Bayu, Runi, Henny selaku teman PKL di PTPN III PKS Kebun Rambutan-Tebing Tnggi

7. Marhot Ritonga yang senantiasa memberikan kasih sayang yang tak terkira, dan semangatnya kepada saya dalam menyelesaikan karya ilmiah ini

8. Said, Liza, Pretty, Qohar, Reza, Irma Julianti, Olomanti, Yolven, Elfrida serta seluruh sahabat-sahabatku angkatan 2005 jurusan Kimia Industri FMIPA USU

Penulis memanjatkan Doa kehadirat Allah SWT, semoga amal kebaikan mereka diberikan balasan yang setimpal, Amin ya Robbal Alamin

Medan, Juni 2008 Penulis

(7)

ABSTRAK

(8)

INFLUENCES OF PALM KERNEL LOSSES TO PALM KERNEL

OIL QUALITY IN PTPN III PKS KEBUN RAMBUTAN – TEBING

TINGGI

ABSTRACT

(9)

DAFTAR ISI

2.1.1. Sifat Fisika dan Sifat Kimia Inti Sawit 7

2.1.2. Warna dalam Minyak 8

2.2. Komposisi Kimia Minyak Inti Sawit 11

2.3. Proses Pengolahan Minyak Inti Sawit 13

2.4. Mutu Inti Sawit 18

BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Bahan 23

3.2. Alat 23

(10)

3.3.1. Pemeriksaan dan Pengujian Kadar Air Inti Sawit 24 3.3.2. Pemeriksaan dan Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas Inti Sawit 24 3.3.3. Pemeriksaan dan Pengujian Kadar Kotoran Inti Sawit 25 3.3.4. Pemeriksaan dan Pengujian Kadar Berubah Warna Inti Sawit 25 3.3.4. Pemeriksaan dan Pengujian Inti Pecah 26

BAB 4 HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Analisa 27

4.2. Perhitungan 28

4.2.1. Kadar air 28

4.2.2. Asam Lemak Bebas 28

4.2.3. Kadar Kotoran 29

4.2.4. Inti Pecah 30

4.2.5. Inti Berubah Warna 30

4.3. Pembahasan 30

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 32

5.2. Saran 33

Daftar Pustaka 34

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Hasil tanaman jenis Dura dengan pertumbuhan normal 5

Tabel 2.2. Beda tebal tempurung dari berbagai tipe kelapa sawit 6 Tabel 2.3. Nilai sifat fisika-kimia Minyak sawit dan Minyak Inti sawit 7

Tabel 2.4. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit 12

Tabel 2.5. Norma atau standar kehilangan di PKS 14 Tabel 2.6. Standar Mutu Minyak Inti Sawit dan Inti Sawit 19

(12)

ABSTRAK

(13)

INFLUENCES OF PALM KERNEL LOSSES TO PALM KERNEL

OIL QUALITY IN PTPN III PKS KEBUN RAMBUTAN – TEBING

TINGGI

ABSTRACT

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Minyak kelapa sawit merupakan komoditi primadona, karena tanaman ini dapat memberikan keuntungan yang melimpah bagi pihak pengusaha perkebunan maupun pedagang. Proses pengolahan pada dasarnya merupakan pemisahan fisik dan

mekanik secara bertahap atas bahan–bahan yang terkandung di dalam buah kelapa sawit dengan bantuan steam sebagai media pemanas. Dari proses tersebut akan

dihasilkan minyak kasar (crude palm oil) kelapa sawit akan terpisah dari air dan kotoran–kotoran berdasrkan perbedaan berat jenis sedangkan bijinya akan diolah lagi menjadi inti sawit.

Kernel sawit adalah bagian dari buah yang dipisahkan dari mesocarpnya dari tanaman Eluesis Guideensis Jacqs serta telah dibersihkan dan dikeringkan. Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti

kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil sampingan ialah bungkil inti kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet)

Spesifikasi mutu inti sawit dapat dipengaruhi oleh kadar air, kadar asam lemak bebas (ALB), kadar inti pecah, inti jamuran atau berubah warna dan kadar kotoran. Turunnya mutu inti sawit dapat terjadi baik karena proses hidrolisa, oksidasi maupun

pengaruh temperatur dan lamanya pengeringan selama proses pengolah biji atau inti sawit. Minyak sawit dan inti sawit yang diproduksi oleh pabrik kelapa sawit (PKS)

(15)

Mutu inti sawit dan minyak sawit yang rendah akan sangat mempengaruhi

keberhasilan dalam pengolahan lanjutan dan perusahan tidak mengalami kehilangan minyak yang cukup signifikan.

Perbaikan mutu inti sawit bukanlah untuk sekedar mencari premi dan harga

yang lebih tinggi, akan tetapi untuk mempertahankan daya saing yang dapat menjamin keberlangsungan pemasaran produksi inti sawit.

1.2. Indetifikasi Masalah

Untuk menghasilkan inti sawit yang bermutu tinggi dan layak untuk

diproduksi lebih lanjut, maka perlu di perhatikan mulai dari proses pengolahan dimana dalam setiap stasiun proses pengolahan akan mengalami kehilangan inti sawit yang

tentu saja mempengaruhi mutu dan juga kuantitas dari inti sawit itu sendiri. Keberhasilan untuk memperoleh mutu produksi inti sawit sangat tergantung pada perlakuan selama proses pengolahan. Permasalahan yang dikemukakan dalam karya

ilmiah ini adalah “Pengaruh Kehilangan Inti Sawit Terhadap Mutu Minyak Inti Sawit di PTPN III PKS Kebun Rambutan–Tebing Tinggi” kehilangan inti sawit yang

melebihi standart pada PKO yang dihasilkan merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan mutu produksi inti sawit di PTPN III PKS Kebun Rambutan – Tebing Tinggi.

1.3. Tujuan

(16)

1.4. Manfaat

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asal Bahan Baku

Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan

minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guideensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guideensis JACQ) adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam family Palmae, Namun genus Elaeis berasal dari bahasa yunani yang berarti Elaion atau

minyak, sedangkan nama Guinea yaitu tempat dimana seorang ahli bernama Jacquin yang menemukan tanaman kelapa sawit pertama sekali di pantai Guinea.

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dan kisaran suhu 22-23o

Output proses produksi pada pabrik pengolahan kelapa sawit adalah produk

minyak sawit dan inti sawit yang diharapkan mempunyai kualitas dan kuantitas sebaik mungkin.

C. Pada saat ini dikenal beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang di bedakan berdasarkan warna kulit buah dan

bentuk.

Selain menghasilkan minyak, hasil lain dari proses buah kelapa sawit adalah

sebagai berikut :

1. Tandan buah kosong dapat diabukan dan digunakan sebagai pupuk kalium.

2. Cangkang atau tempurung (endocarp) dapat diolah menjadi arang atau bahan pengeras jalan di kebun.

(18)

Dewasa ini minyak kelapa sawit digunakan untuk berbagai macam keperluan.

Penggunaannya secara umum adalah untuk :

1. Bahan bakar pertekstilan, farmasi, kosmetika, bahan mentega dan minyak goreng.

2. Stearat, glisin dan sebagainya.

3. Bahan pembuat sabun, deterjen dan berbagai produk lainnya.

kelapa sawit (Elaeis guideensis JACQ) dikenal terdiri dari empat macam tipe atau varietas, yaitu tipe Macrocarya, Dura, Tenera dan Pisifera. Masing-masing tipe dibedakan berdasarkan tebal tempurung.

1. Tipe Dura; dengan ciri-ciri daging buah tipis, cangkangnya setebal 2-8 mm. Intinya besar dan tidak terdapat cincin serabut. Persentase daging buah

berkisar 35-60%. Terdapat di Malaysia dan buahnya lebih besar, daging dan intinya lebih tebal dan besar dengan rendemen minyak sebesar 17-18%.

Tabel 2.1. Hasil tanaman jenis Dura dengan pertumbuhan normal

Umur tanaman (tahun) Hasil minyak (kg / ha) Hasil inti (kg / ha)

4 500 100

5 750 150

6 1000 200

7 1300 260

8 1600 320

9 1900 380

10 2000 400

(19)

2. Tipe Pesifera; dengan ciri-ciri daging buahnya tebal tidak memiliki cangkang

tetapi terdapat cincin serabut yang mengelilingi inti. Inti pada tipe ini kecil sekali dibandingkan dengan tipe dura dan tenera. Pada tipe ini kandungan minyaknya sangat tinggi.

3. Tipe Tenera; merupakan hasil persilangan antara tipe dura dan pesifera. Sifat tipe ini merupakan kombinasi sifat khas dari kedua induknya. Tipe ini

memiliki tebal cangkang sekitar 0,5-4 mm. Intinya sangat kecil, perbandingan daging buah terhadap buah adalah 60-96% dengan rendemen minyak sekitar 22-24% jumlah daun yang terbentuk tiap tahun pada tipe ini lebih banyak dari

pada tipe dura, tetapi ukurannya lebih kecil.

Tabel2.2. Beda tebal tempurung dari berbagai tipe kelapa sawit

Tipe Tebal tempurung (mm)

Macrocarya

Warna daging buah ialah putih kuning diwaktu masih muda dan berwarna jingga setelah buah menjadi matang.

Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan

minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet).

(20)

dan inti atau endosperm. Embrio panjangnya 3 mm berdiameter 1,2 mm berbentuk

silindris seperti peluru dan memiliki 2 bagian utama.

Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan. Sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetak

kecil-kecil berbentuk bulat panjang dengan diameter kurang lebih 8 mm. Selain itu bungkil kelapa sawit dapat digunakan sebagai makanan ternak.

2.1.1. Sifat Fisika dan Sifat Kimia Inti Sawit

Sifat fisika-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor,

kelarutan, titik cair, polymorphism, titik didih (boiling point), titik pelunakan, slipping point, shot melting point, bobot jenis, indeks bias, titik keruhan, (turbidity point), titik

asap, titik nyala dan titik api,

Beberapa sifat fisika-kimia dari kelapa sawit nilainya dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel 2.3. Nilai sifat fisika-kimia Minyak sawit dan Minyak Inti sawit

Sifat Minyak sawit Minyak Inti sawit

Bobot jenis pada suhu kamar 0,900 0,900-0,913

Indeks bias D 40oC 1,4565-1,4585 1,495-1,515

Bilangan Iod 48-56 14-20

Bilangan penyabunan 196-205 244-254

(21)

Warna minyak di tentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah

proses pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karotene yang larut dalam minyak.

Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya

asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan betaionone.

Titik cair minyak sawit berada dalam nilai kisaran suhu, karena minyak kelapa sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda-beda.

2.1.2. Warna Dalam Minyak

Warna pada minyak kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang mendapat

perhatian khusus, karena minyak kelapa sawit mengandung warna-warna yang tidak disukai oleh konsumen. Menurut Ketaren. S, zat warna dalam minyak kelapa sawit

terdiri dari dua golongan yaitu : 1. Zat warna alamiah.

2. Zat warna dari hasil degradasi zat warna almiah.

1.

Zat Warna Alamiah.

Yang termasuk golongan zat warna alamiah, ini adalah zat warna yang

terdapat secara alamiah didalam kelapa Sawit, dan ikut terekstraksi bersama minyak pada proses ekstraksi. Zat warna tersebut antara lain terdiri dari α-karoten, β-karoten, xanthopil, kloropil dan antosianin. Zat-zat warna tersebut menyebabkan minyak

berwarna kuning, kuning kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemerah-merahan.

Pigmen berwarna kuning disebabkan oleh karoten yang larut didalam minyak.

(22)

dihidrogenasi, maka karoten tersebut juga berikut terhidrogenasi sehingga intensitas

warna kuning berkurang

Karetonoid bersifat tidak stabil pada asam, dan suhu tinggi dan jika minyak dialiri uap panas, maka warna kuning akan hilang, dan karetonoid juga bersifat aseptor proton

2. Warna Akibat Oksidasi Dan Degradasi Komponen Kimia Yang Terdapat Pada

Minyak.

2.1. Warna Gelap.

Warna gelap ini disebabkan oleh proses oksidasi terhadap tokoferol (vitamin

E). Jika minyak bersumber dari tanaman hijau, maka zat klorofil yang berwarna hijau turut terekstraksi bersama minyak, dan klorofil tersebut sulit dipisahkan dari minyak.

Warna gelap ini dapat terjadi selama proses pengolahan dan penyimpanan, yang disebabkan beberapa faktor yaitu :

1. Suhu pemanasan Yang terlalu tinggi pada waktu pengisian dengan cara hidrolik

atau ekspeller, sehingga sebahagian minyak teroksidasi. Disamping itu minyak yang terdapat dalam suatu bahan dalam keadaan panas akan mengekstraksi zat

warna yang terdapat dalam bahan tersebut..

2. Pengepresan bahan yang mengandung minyak dengan tekanan dan suhu yang tinggi akan menghasilkan minyak dengan warna yang lebih gelap.

3. Ekstraksi minyak dengan menggunakan pelarut organik tertentu, misalnya campuran pelarut petroleum - benzen akan menghasilkan minyak dengan.

warna lebih merah dibandingkan dengan minyak yang diekstraksi dengan pelarut triklor etilen, benzol dan heksan.

(23)

5. Oksidasi terhadap fraksi tidak tersabunkan dalam minyak, terutama oksidasi

tokoperol dan chroman 5,6 quinon menghasilkan warna kecoklat-coklatan. 2.2. Warna Coklat

Pigmen coklat biasanya hanya terdapat pada minyak yang berasal dari bahan

yang telah busuk atau memar. Hal ini dapat terjadi karena reaksi molekul karbohidrat dengan gugus pereduksi seperti aldehid serta gugus amin dari molekul protein dan

yang disebabkan oleh karena aktivitas enzim-enzim seperti phenol oxidase, poliphenol oxidase dan sebagainya.

2.3. Warna Kuning

Warna kuning selain disebabkan oleh adanya karoten yaitu zat warna alamiah juga dapat terjadi akibat proses absorbsi dalam minyak tidak jenuh. Warna ini timbul

selama penyimpanan dan intensitas warna bervariasi dari kuning sampai ungu kemerah merahan.

Umumnya warna yang timbul akibat degradasi zat warna alamiah amat sulit

dihilangkan, timbulnya warna ini dapat diindentifikasikan bahwa telah terjadi kerusakan pada minyak. Maka untuk mencegah hal ini, pada proses umumnya

ditambahkan zat anti oksidan sedangkan minyak kelapa sawit itu sendiri telah mengandung zat anti oksidan walaupun dalam jumlah sedikit .

Pengukuran Warna

Untuk keperluan industri dan pemakaian secara umum, pengukuran warna

dilakukan dengan alat Lovibond – Tinto meter. Warna merah dan kuning dari minyak kelapa sawit disesuaikan dengan gelas-gelas berwarna merah dan kuning dari alat Lovibond, dengan sel 5,25 inci. Gelas-gelas berwarna merah dan kuning distandarisasi

(24)

Kemajuan dalam industri minyak kelapa sawit mendorong industri pembuatan alat Lovibond-Tintometer, sehingga lama-kelamaan timbul pembuatan gelas-galas merah dan kuning dari alat Lovibond yang menyimpang sedikit demi sedikit dari warna semula.Untuk menertibkan hal ini maka The Americans Oil Chemist's Society (A.O.C.S), menyesuaikan warna gelas dari Lovibond-Tintorneter dengan warna yang di ukur oleh alat spektrofotometer.

2.2. Komposisi Kimia Minyak Inti Sawit

Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40%. Minyak kelapa

sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang mantap. Beberapa komposisi kimia minyak inti sawit adalah sebagai berikut:

1. Karoten;

Karoten dikenal juga sebagai pigmen warna jingga. Kandungannya dalam minyak sawit mencapai 0,005-0,18%. Dari setiap 1 ton minyak mengandung

kurang lebih 240 gram karoten. Berdasarkan hasil penelitian, karoten dapat dimanfaatkan sebagai obat kangker, paru-paru dan payudara, karoten juga

merupakan sumber provitamin A yang cukup potensial. Karoten terdiri dari 36% alfakaroten dan 54% betakaroten dan tersimpan dalam daging buah kelapa sawit. Untuk menghasilkan betakaroten dilakukan proses fraksinasi dan

ekstraksi betakaroten sehingga terpisah dari minyak sawit. 2. Tokoferol

(25)

800-1.000 ppm, dan dalam stearin hanya 250-530 ppm. Minyak sawit yang

bermutu baik mengandung tokoferol berkisar antara 500-800 ppm. 3. Asam lemak

Asam lemak minyak sawit dihasilkan dari proses hidrolisis, baik secara

kimiawi maupun enzimatik. Proses hidrolisis menggunakan enzim lipase dari jamur Aspergillus niger dinilai lebih menghemat energy karena dapat

berlangsung pada suhu 10-25o

Tabel 2.4. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit

C. Selain itu, proses ini juga dapat dilakukan pada fase padat. Namun, hidrolisis enzimatik mempunyai kekurangan pada kelambatan yang berlangsung 2-3 hari. Asam lemak yang dihasilkan

(26)

4. Asam Laurat

Asam laurat atau asam dodekanoat adalah asam lemak jenuh berantai sedang (middle-chained fatty acid, MCFA) yang tersusun dari 12 atom karbon. Sumber utama asam lemak ini adalah minyak kelapa yang dapat mengandung

50% asam laurat, serta minyak biji kelapa sawit (palm kernel oil) sumber lain adalah susu sapi.

Asam laurat memiliki titik lebur 44oC dan titik didih 225oC sehingga pada suhu ruang berwujud padatan berwarna putih, dan mudah mencair jika dipanaskan, asam laurat memiliki tegangan muka sebesar 28,1 poise pada

temperatur 50oC. asam laurat yang telah siap diproses berwarna putih yang cair dan berbentuk padat pada suhu kamar. Rumus kimia: CH3(CH2)10COOH,

berat molekul 200,3 g.mol-1

Asam laurat ini larut dalam pelarut polar, misalnya air, juga larut dalam lemak karena gugus hidrokarbon (metil) di satu ujung dan gugus karboksil di ujung

yang lain. Perilaku ini di manfaatkan oleh industry pencuci, misalnya pada sampo, Natrium laurilsulfat adalah turunan yang paling sering dipakai dalam

industry sabun dan sampo. .

2.3. Proses Pengolahan Minyak Inti Sawit

Di dalam membahas proses pengolahan inti sawit ini, harus terlebih dahulu kita mengetahui tujuan dari pengolahan inti sawit tersebut, yaitu:

1. Untuk mendapatkan minyak yang terkandung dalam inti sawit sebanyak mungkin dengan mutu dan standart yang di inginkan.

(27)

Tabel 2.5. Norma atau standar kehilangan di PKS

Catatan: cangkang gabungan Terhadap contoh : 3,73 % Terhadap TBS : 0,28 %

Untuk mencapai tujuan tersebut maka sebelum proses pengolahan, perlu

diperhatikan pemeriksaan inti kelapa sawit yang masuk dan juga keahlian para pekerja serta ketelitian peralatan. Untuk menghasilkan kualitas atau mutu inti sawit yang tinggi. Adapun tahapan atau proses dari pengolahan inti kelapa sawit di PTPN III PKS

(28)

Konveyor Pemecah Ampas dan Biji (Cake Break Coveyor/CBC)

Benda padat yang jatuh ke CBC berfungsi untuk memecahkan ampas yang bercampur biji. Ampas kempa yang masih berupa gumpalan dipecah dan dibawa untuk dipisahkan antara ampas dan biji. Cake Break Conveyor merupakan conveyor

berbentuk uliran yaitu uliran terbuka untuk menghantarkan ampas kempa ke alat pemolis biji (polishing drum), sambil bongkahan ampasnya di pecah-pecah dan

dikeringkan sepanjang uliran.

Uliran berputar digerakkan oleh elektromotor. Pemecahan ampas dilakukan sambil memberikan pemanasan dengan menggunakan uap yang dimasukkan sehingga

temperatur mencapai 60-70oC. Alat ini berfungsi untuk memecahkan ampas kempa yang berbongkah sehingga biji terpisah dan serabutnya terurai.

Pembersihan Biji (Depericarper)

Konveyor pemecah ampas dan biji menuju depericarper yang berfungsi untuk

memisahkan biji dan ampas serta membersihkan biji dan sisa-sisa serabut yang masih melekat pada biji menurut berat jenisnya masing-masing yang dibantu dengan alat

yang disebut fibre cyclone yang berfungsi untuk menghisap atau mentransfer ampas ke shell conveyor yang merupakan alat bantu tempat penempatan ampas yang ditransfer kembali ke distributing conveyor dan membagi ke ecess full conveyor yang

merupakan sisa bahan bakar, serat yang terdapat dikulit biji dapat mengganggu jalannya proses pemecahan biji pada nut cracker. Yang daya pentalnya berkurang

(29)

Pemisahan Biji (Nut Polishing Drum / NPD)

Biji masuk ke NPD yang akan membersihkan ampas yang masih melekat pada biji menghantarkan biji ke nut conveyor sebagai alat bantu untuk penghantar ke biji elevator yang selanjutnya ke nut silo sebagai penampungan sementara sebelum

diproses lebih lanjut yang berdasarkan FIFO (First In First Out) yaitu bahan yang masuk pertama keluar juga pertama dengan alat bantu saking grade fungsinya

pengaturan atau pengeluaran biji.

Nut polishing drum berfungsi sebagai pemisahan antara biji dengan serabut atau kotoran lain. Biji yang telah dipisahkan dari ampasnya masuk ke polishing drum

karena putaran drum tersebut biji akan dipolis untuk melepaskan serat yang masih tertinggal pada biji oleh plat-plat yang terdapat pada bagian dalam dinding dan

penggesekkan antar biji. Pada polishing drum, biji yang besar akan keluar ke polishing drum. Biji yang besar umumnya jenis Dura dan ukuran kecil biasanya Tenera.

Penampungan Biji Sementara (Nut Silo)

Nut silo berfungsi sebagai tempat pemeraman atau penampungan biji

sementara sebelum di proses lanjut untuk mengurangi kadar air menjadi 10 – 16 %. Nut silo dilengkapi dengan 3 unit pemanasan yang disusun bertingkat dan dilengkapi dengan shacking grac (pengguncangan) untuk mengeluarkan atau pengaturan biji

kering.

Temperatur masing-masing bagian diatur sedemikian rupa dengan

(30)

Pemisahan Biji (Nut Grading Drum)

Konveyor biji membawa biji ke elevator biji untuk umpan menuju ke nut grading drum yang berfungsi untuk pemisahan biji menurut diameter biji menuju ke pemecah biji (Ripple Mill).

Alat ini merupakan suatu drum silinder yang berputar dari dinding silinder terdapat lubang-lubang tempat keluar biji. Biji berbagai macam ukuran

dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu berukuran kecil (7 – 12,5 mm), sedang (13,5 – 18,5 mm) dan besar (19,5 – 33 mm).

Pemecah Biji (Ripple Mill)

Ripple mill berfungsi sebagai alat pemecah biji dengan sistem pemulas

sehingga terpecah menjadi cangkang dan inti yang kemudian masuk LTDS I (Light Tenera Dust Seperator). Ripple mill memecah biji dengan gaya sentrifugal. Biji yang masuk akan terdampar ke dinding sehingga biji terpecah dan cangkang terlepas dari

inti. PKS Rambutan memiliki 3 buah Ripple mill dengan model 16/18 biji kapasitasnya 600 kg.

LTDS (Light Tenera Dust Seperator)

LTDS berfungsi untuk memisahkan antara cangkang dan inti. Cangkang akan

dihisap oleh blower dan masuk ke dalam penampungan cangkang (Shell Hopper) sebagai bahan bakar boiler. Sedangkan inti akan terhisap menuju kernel drum yang

(31)

Pemisah Biji Dan Cangkang (Hydrocyclone)

Setelah inti masuk ke kernel drum di proses ke hydrocyclone untuk mengutip kembali inti yang masih terikut atau tercampur dengan cangkang yang mengurangi kehilangan inti pada cangkang dan kadar kotoran menurut berat jenis yang kemudian

akan masuk ke kernel silo.

Penyimpanan Inti (Kernel Silo)

Kernel Silo digunakan untuk mengeringkan inti yang hingga air sekitar 7 %. Penurunan kadar air yang terkandung dalam inti dengan pemanasan uap menggunakan

blower. Pengeringan ini dilakukan dengan meniupkan udara panas dari alat pemanas yang disusun bertingkat pada silo dengan temperatur bagian atas 70o C, bagian tengah

60o C, dan bagian bawah 50o C dengan lama pengeringan 12 jam. Dari kernel silo ini kemudian ke kernel transport yang selanjutnya akan ke kernel storage atau penyimpanan inti.

Penyimpanan Inti (Kernel Storage)

Kernel storage berfungsi sebagai tempat untuk penyimpanan inti sementara yang akan menuju gedung inti yang akan dikirim kepada pelanggan dengan menggunakan truk yang disediakan oleh pihak kedua atau luar.

2.4. Mutu Inti Sawit

Minyak inti sawit diperoleh dari inti kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) dan sangat menyerupai komposisi minyak kelapa.

Kandungan minyak inti sawit berada antara 44-53% terhadap inti kering. Mutu

(32)

sawit itu sendiri. Spesifikasi mutu inti sawit agar dapat dipasarkan, inti sawit yang

dihasilkan harus memenuhi spesifikasi mutu sebagai berikut:

Tabel 2.6. Standar Mutu Minyak Inti Sawit dan Inti Sawit

Karakteristik Inti Sawit Minyak Inti Sawit Keterangan

Asam lemak bebas 3,5% 3,5% maksimal

Kadar kotoran 0,02% 0,02% maksimal

Kadar zat menguap (air) 7,5% 0,15% maksimal

Bilangan peroksida - 2,2 meq maksimal

Bilangan Iodine - 10,5-18,5 mg/gr -

Kadar logam (Fe,Cu) - 5 dan 0,3 Ppm maksimal

Lovibond - - -

Kadar minyak 47% - minimal

Kontaminasi 6% - maksimal

Kadar pecah 15% - maksimal

Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan, 1995

Inti sawit yang bermutu rendah, akan menghasilkan minyak dengan keasaman

yang tinggi, warna gelap dan sulit dipucatkan. Sedangkan ampasnya mempunyai nilai gizi yang rendah sebagai makanan / pakan ternak. Kenaikan asam lemak bebas pada

inti juga disebabkan oleh proses hydrolisa auto udara katalis dan hydrolisa enzimatis. Proses hydrolisa enzimatis pemecah lemak (fat splitting enzymes) yang dihasilkan

oleh mikroba yang terkontaminasi pada inti sawit.

(33)

kebun, tandan yang dipanen bermutu baik apabila transportasi kurang baik, terlalu

lama diperjalanan dan lama tertumpuk di pabrik otomatis akan menaikkan ALB. Bahan logam seperti besi, perunggu yang terdapat dalam minyak sawit dapat mendorong terjadinya oksidasi. Meski pada minyak sawit terdapat antioksidan alami

(tocopherol), namun jika kadar logam terlalu tinggi tidak akan mampu menahan oksidasi sehingga mutu minyak akan cepat menurun dalam penyimpanan. Upaya

mengurangi kadar logam ini terutama dilakukan dengan menggunakan sebanyak mungkin alat pemerosesan yang terbuat dari bahan anti karat (stainless steel),

pelapisan dinding tangki dengan bahan anti karat seperti epoxy.

Tingginya kadar ALB akan meyebabkan bau yang tidak enak pada minyak sebagai minyak/lemak yang dapat di makan “edible oil”, karena terbentuknya

bahan-bahan ketengikan. Penguraian minyak dan lemak secara hydrolysis akan menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol.

Standar mutu pabrik harus berada dibawah standar perdagangan karena

pemeriksaan dilakukan dipelabuhan pembeli sehingga makin baik mutu yang dihasilkan di pabrik akan memberikan kemungkinan lebih baik pula sesampainya di

tempat tujuan.

Menurut Loncin dan Jacobsberg (1965) bahwa inti sawit yang segar dan baru diolah mempunyai kadar ALB di bawah 0,05% sebagai asam laurat. Pada umumnya,

keasaman meningkat mencapai 1% - 1,5% setelah pengeringan dan terus meningkat pada waktu penimbunan inti digudang. Keaktifan dari pada “fat splitting enzymes

(34)

Peningkatan kadar ALB dalam minyak inti disebabkan oleh:

1. Proses liposa atau hidrolisa, yakni suatu reaksi dari air terhadap gliserida-gliserida yang khususnya dikatalisir oleh enzim-enzim pemecah lemak

2. Otokatalisis hidrolisa secara spontan dari minyak nabati

Banyaknya inti sawit yang pecah akibat perlakuan-perlakuan mekanis, terutama pada saat pemecahan biji sawit dapat menyebabkan bertambahnya proses

liposa. Mungkin karena hal ini memberikan kesempatan pada fungi dan ragi untuk berkembang biak di atas permukaan inti sebelum maupun selama permulaan dari

proses pengeringan inti sawit.

Faktor penting lainnya yang mempengaruhi kenaikan ALB selama penimbunan inti sawit adalah: kadar air yang tinggi pada inti sawit (lebih dari pada

7%) yang bukan saja mengakibatkan kelanjutan dari proses hydrolisa, tetapi dapat juga mendorong pertumbuhan fungi dan ragi.

Penimbunan Inti Sawit

Inti sawit sering ditimbun pada tempat yang tidak sesuai dengan persyaratan pergudangan yang tidak memiliki ventilasi yang baik sehingga kelembaban relative

(RH) dan suhu udara tinggi, yang dapat merangsang pertumbuhan mikroba dan menybabkan terjadinya proses fermentasi dan menurunkan mutu minyak dan protein yang terkandung dalam inti sawit.

Kemudian ada juga diisi dalam goni lalu ditimbun,penimbunan goni harus diatur sedemikian rupa sehingga kenaikan suhu penimbunan relative rendah. Kenaikan

(35)

Kenaikan ALB dalam penimbunan tergantung dari:

1. Asam Lemak Bebas (ALB) inti sawit sebelum ditimbun.

2. Persentase inti pecah, semakin tinggi kadar inti pecah semakin cepat naik kadar ALB-nya

3. Kadar air inti sawit, karena air merupakan media reaksi yang sangat baik untuk proses hydrolisa.

4. Lamanya penimbunan.

5. Kadar kotoran inti sawit, karena kotoran berperan sebagai katalisator dan

sebagai media dari mikroba untuk berkembang.

Pada proses pengolaha tidak semua minyak dapat terambil dan sebagian akan terbuang atau tercampur dengan bahan sisa atau buangan. Namun demikian batasan

(36)

BAB 3

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Bahan

- Inti sawit

- Larutan standar KOH 0,1 N

- N-hexan - Alkohol 96%

- Indikator Brom Thimol Blue (BTB)

3.2. Alat

- Gilingan Inti/kernel - Piring aluminium - Gelas ukur 100 ml

- Moisture analyzer - Buret automatic

- Erlenmeyer 150 ml - Magnetic stirer - Neraca analitik

- Kertas saring whatman GF/B - Desicator

(37)

3.3. Prosedur

3.3.1. Pemeriksaan dan Pengujian Kadar Air Inti Sawit

- Contoh inti sawit digiling halus

- Timbanglah inti sawit halus sebanyak 20 gram

- Masukkan inti sawit tersebut kedalam oven 3 jam dengan suhu 105o

- Masukkan kedalam desikator untuk didinginkan

C

3.3.2. Pemeriksaan dan Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas Inti Sawit

- Giling/haluskan sampel inti sawit sebanyak 20 gram kemudian dibungkus

dengan kertas saring whatman

- Laksanakan ekstraksi untuk memisahkan/mengambil minyak inti sawit dari inti sawit

- Timbang Erlenmeyer dengan memakai timbangan analitik - Masukkan contoh minyak inti sawit sebanya 3-5 gram

- Tambahkan alcohol 20 ml dan N-hexan 10 ml dengan memakai gelas ukur - Kemudian tambahkan indicator BTB 2-5 tetes dengan pipet

(38)

VKOH. 200 . NKOH

3.3.3. Pemeriksaan dan Pengujian Kadar Kotoran Inti Sawit

- Contoh yang sudah tersedia diaduk diatas meja sortir hingga merata

- Kemudian contoh dibagi menjadi 4 bagian ambil 2 bagian secara silang dan

diaduk kembali hingga merata

- Timbang contoh dengan piring timbangan 1 kg

- Pisahkan / sortir biji utuh, biji pecah, cangkang, dan biji setengah pecah, inti

utuh, inti pecah lalu timbang masing-masing bahagian

- Biji utuh, biji pecah, dipecah dengan memakai martil lalu timbang inti dan

cangkang.

Berat total Cangkang

Kadar kotoran = x 100% Berat contoh

3.3.4. Pemeriksaan dan Pengujian Kadar Berubah warna Inti Sawit

- Ambil inti utuh100 butir secara acak - Diambil 50 butir yang utuh

- Tiap butir dibelah menjadi dua

(39)

Coklat tua : buah

Coklat muda : buah

Jamuran : buah

Setengah mentah : buah

%

3.3.5. Pemeriksaan dan Pengujian Inti Pecah

Dalam pengamatan kadar inti pecah cukup diambil contoh pengamatan kadar kotoran inti. Inti pecah ditimbang sehingga dapat kadar inti pecah.

Berat Inti Pecah

Inti Pecah = x 100%

(40)
(41)
(42)
(43)

4.2.4. Inti Pecah

Mutu minyak inti sawit yang baik dipengaruhi oleh kadar asam lemak bebas,

kadar air, kadar kotoran, kadar berbubah warna dan inti pecah yang memiliki kuantitas yang rendah sehingga mendapatkan inti sawit yang bermutu tinggi. - Kadar asam lemak bebas yang baik pada inti sawit adalah 0,5 %, asam lemak

(44)

menjadi tengik, Asam lemak bebas yang rendah akan mengakibatkan

kandungan atau struktur dari minyak inti sawit tidak terbentuk secara maksimal sehingga tidak bisa diproduksi atau diolah.

- Kadar air yang baik pada inti sawit adalah 6,7 %, kadar air yang tinggi akan

mengakibatkan terjadinya hidrolisa dari minyak inti sawit menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas yang menyebabkan ketengikan, rasa yang

berbau tengik, dan dapat menimbulkan tumbuh jamuran pada inti sawit. Kadar air yang rendah memudahkan terjadinya proses oksidasi dan sedikit menghasilkan minyak dari inti, bahkan bila terlalu kering akan mengakibatkan

inti pecah.

- Kadar kotoran yang baik pada inti sawit adalah 6,0 %, semakin rendah kadar

kotoran pada inti sawit maka akan semakin tinggi kualitas atau mutu dari inti sawit tersebut untuk diproduks. Ini dipengaruhi oleh mesin-mesin selama proses pengolahan dan juga sumber daya manusia atau pekerja yang bekerja

lebih teliti.

- Inti pecah juga dipengaruhi oleh kadar air semakin rendah kadar air maka inti

yang pecah semakin banyak dan itu akan menambah nilai kerugian pada pabrik serta tidak ketinggalan dipengaruhi oleh mesin-mesin pabrik selama proses pengolahan dan juga kualitas sumber daya alam atau pekerjanya.

- Inti berubah warna juga dipengaruhi oleh kadar air, semakin tinggi kadar air maka akan berpengaruh terhadap warna inti sawit yang terjadi karena adanya

(45)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pengaruh Kehilangan Inti Sawit Terhadap Mutu Inti Sawit:

- asam lemak bebas tinggi mengakibatkan rendemen minyak turun, dan minyak

menjadi tengik, menimbulkan bau

Asam lemak bebas yang rendah akan mengakibatkan kandungan atau struktur dari minyak inti sawit tidak terbentuk secara maksimal sehingga tidak bisa

diproduksi atau diolah.

- kadar air yang tinggi akan menyebabkan ketengikan, rasa yang berbau tengik, dan dapat menimbulkan tumbuhnya jamuran

Kadar air yang rendah memudahkan terjadinya proses oksidasi dan sedikit

menghasilkan minyak dari inti, bahkan bila terlalu kering akan mengakibatkan inti pecah.

- Semakin rendah kadar kotoran pada inti sawit maka akan semakin tinggi kualitas atau mutu dari inti sawit tersebut untuk diproduks

- Inti pecah yang tinggi akan menambah nilai kerugian pada pabrik banyak dan akan terbuang percuma

(46)

5.2. Saran

Untuk memperoleh minyak inti sawit yang bermutu tinggi dan untuk mengurangi kehilangan inti sawit yang begitu tinggi maka harus dilakukan pengawasan yang intensif pada proses pengolahan terutama pada mesin-mesin

proses produksi, agar kehilangan inti dapat di tekan sekecil mungkin sehingga mengurangi kerugian pada pabrik dan agar kadar asam lemak bebasnya juga

(47)
(48)
(49)

Gambar

Tabel 2.2. Beda tebal tempurung dari berbagai tipe kelapa sawit
Tabel 2.3. Nilai sifat fisika-kimia Minyak sawit dan Minyak Inti sawit
Tabel 2.4. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit
Tabel 2.5. Norma atau standar kehilangan di PKS
+2

Referensi

Dokumen terkait

After incorporating these new types of (human) capital stocks, the utility function at any moment depends not only on the different goods consumed but also on the stock of personal

Dapat diinterpretasikan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel tayangan fashion dari internet dengan hasil belajar desain busana karena r hitung

JUDUL : UGM DAN PHAPROS PRODUKSI PENYEDOT HIDROSEFALUS. MEDIA

PERUMAHAAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN Jalan Aghatis Telp. Bersama ini kami mengundang Bapak/Ibu/Direktur/Direktris atau yang mewakili untuk melakukan konfirmasi

Makna Simbolik Upacara Adat Mangulosi (Memberi Ulos) Pada Siklus Kehidupan Masyarakat Pengururan Kabupaten Samosir .(Skripsi).. Fakultas Ilmu Sosial Universitas

nama orang pada masyarakat Batak Toba di kecamatan Balige dilakukan dengan. cara adat istiadat (proses) berupa upacara penyambutan sampai kelahiran

Membawa dokumen kontrak dan berita acara serah terima pekerjaan (FHO) ASLI / LEGALISIR sesuai daftar pengalaman perusahaan (Yang Di Upload Pada Tabel Kualifikasi)..

Jalan Kolonel H. Bersama ini kami mengundang Bapak/Ibu/Direktur/Direktris atau yang mewakili untuk melakukan konfirmasi Administrasi, Alat dan Personil Inti, serta