Analisis Sistem Informasi Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan
Menggunakan Pendekatan Framework ITPOSMO (Studi Kasus
Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Ternate)
Muhammad Ridha Albaar1), Rosdiani Achmad2)1 )Jurusan Magister Komputer STMIK NusaMandiri Jakarta Jl.Salemba Raya No 5 Jakarta Pusat
2) AIKOM Ternate
Jl.Batu Angus Dufa-Dufa Kota Ternate
email : ridha_fara13@yahoo.co.id 1), rosediani@ymail.com2)
Abstrak
Penelitian ini menyajikan Analisis Sistem Informasi Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan secara menyeluruh dengan menggunakan Framework ITPOSMO. Metodologi yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan PMI process group. Untuk analisis menggunakan framework ITPOSMO,Work Breakdown Structure(WBS) untuk merancang penjadwalan dan estimasi biaya. Hal ini dilakukan dengan menggunakan studi lapangan dan studi pustaka. Studi lapangan dilakukan dengan melakukan wawancara dan dokumentasi dan wawancara terhadap pihak staf Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Ternate, sedangkan studi pustaka yaitu mengumpulkan data dari buku dan literatur yang ada. Hasil penelitian ini adalah bagaimana Sistem dapat berjalan dan budget yang ada sehingga dapat diimplementasikan dengan baik penerapan Sistem Informasi Pelayanan Izin Mendirikan Bagunan sehingga dapat meningkatkan proses pelayanan terhadap mayarakat Kota Ternate.
Kata kunci : IMB,ITPOSMO,WBS
1. Pendahuluan
Pesatnya pertumbuhan teknologi informasi dalam hal menunjang operasional suatu instasi tak bisa di hindari. Pemanfaatan teknologi informasi dalam menunjang proses pengambilan keputusan telah menjadikan sistem informasi sebagai salah satu sumber daya yang urgen.
IMB(Izin Mendirikan Bangunan) adalah izin yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada pribadi atau badan untuk mendirikan suatu bangunan yang dimaksudkan agar desain pelaksanaan bangunan dan pembangunan sesuai dengan tata ruang kota yang berlaku sesuai dengan Koefisien Dasar Bangunan(KDB).[5]
Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Ternate sebagaimana tercantum dalam pasal 3 Keputusan Walikota Ternate adalah melaksanakan kewenangan otonomi daerah dalam rangka pelaksanaan tugas desentralisasi dibidang Tata Kota dan Pertamanan Kota Ternate.
Dalam menyelengarakan tugas pokok, Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Ternate mempunyai fungsi :
1. Perumusan Kebijakan teknis dibidang tata kota dan pertamanan.
2. Pemberian perjanjian dan pelayanan umum dibidang tata kota dan pertamanan.
3. Koordinasi pengendalian dan pengawasan evaluasi pelaksanaan tugas dibidang tata kota dan pertamanan.
4. Penetapan, penyelenggaraan dan pengawasan rencana tata ruang.
5. Pemberian ijin pemanfaatan ruang. 6. Penyelenggaraan promosi tata ruang..
2. Tinjauan Pustaka
Pada penelitian sebelumnya dengan judul Implementasi Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan Dalam Prespektif Azas-Azas Umum Pemerintahan Yang Baik Di Kabupaten Sukamara oleh Ade Irma Suryani dimana penelitian tersebut membahas bagaimana implementasi fungsi pelayanan pemerintah kabupaten Sukamara dalam memberikan nijin mendirikan bangunan serta bagaimana pemerintah kabupaten Sukamara dalam menghadapi kendala menuju stansart pelayanan yang baik di tinjau dari azaz-azaz umum pemerintahan[7].
Perencanaan Manajemen Proyek Sistem Informasi Akutansi Keuangan Daerah Dengan Pendekatan Framework ITPOSMO oleh Tati Mardiana dimana pada penelitian ini membahas mengenai masalah laporan akutansi pemerintah daerah pada Kabupaten Banjar Kalimantan Timur dengan pendekatan ITPOSMO[6]
Dari hasil penelitian tersebut penulis ingin mengembangkan penelitian pada Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Ternate yang pada pelayanan atau pengurusan izin mendirikan bangunan telah menggunakan aplikasi, penulis akan membahas Sistem Informasi Izin Mendirikan Bangunan Menggunakan Framework ITPOSMO.
pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang kota yang berlaku berdasarkan Keputusan Walikota Ternate.[5]
Tujuan dari analisis sistem adalah memberikan gambaran secara umum kepada pemakai tentang sistem yang baru,pada tahap rancangan sistem secara umum sistem informasi dirancang untuk dapat berkomunikasi dengan pemakai[4].
Sistem informasi adalah suatu pengorganisasian peralatan yang mengumpulkan, menginput, memproses, mengontrol dan melaporkan informasi untuk pencapaian tujuan perusahaan[4].
Konsep kesenjangan atau lebih dikenal dengan nama ITPOSMO dikembangkan pertama kali oleh Richard Heeks. Framework ITPOSMO terdiri atas 8 aspek yang sangat berpengaruh dalam menyebabkan kegagalan pada proyek-proyek e-govermennt di negara berkembang, yaitu : Informasi(Information), Teknologi(Technology), Proses(Processes), Objektif dan Nilai(Objectives and Value), Staf dan Keahlian (Staffing and Skills), Sistem Manajemen Dan Struktur Organisasi (Management Systems and Structure) dan Sumber Daya yang lain(Other).[3]
3. Metode Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan PMI proces group yaitu inisiasi dan perencanaan proyek. Untuk analisis data digunakan framework ITPOSMO, Work Breakdown Sturcture dan software Microsoft Project untuk merancang penjadwalan proyek dan estimasi biaya.[2] Langkah awal dari penelitian ini adalah mengumpulkan data dengan menggunakan metode studi lapangan dan studi pustaka. Studi pustaka dilakukan dengan cara menggumpulkan berbagai refernsi dari buku dan literatur yang ada sedangkan studi lapangan adalah mewawancarai langsung pihak-pihak yang terkait dengan Sistem informasi Izin Mendirikan Bangunan. Analisis sistem yang berjalan yang ada pada Dinas tata Kota dan Pertamanan Kota Ternate dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut:
Gamabr 3.1 Analisis Sistem Berjalan
Kerangka kerja yang digunakan untuk melakukan analisis yaitu dengan menggunakan ITPOSMO berikut ini adalah cara kerja dari ITPOSMO :
Gambar 3.2 Kerangka Kerja ITPOSMO
4. Hasil dan Pembahasan
Untuk mendapatkan hasil yang baik dari sebuah system informasi diperlukan sebuah Framework dimana dalam penelitian ini penulis menggunakan ITPOSMO berikut ini adalah gambar proses digunakan Framework ITPOSMO:
Gambar 4.1 Proses evaluasi ITPOSMO
I. Insiasi Proyek a. Tujuan Proyek
proyek ini diharapkan dapat membantu memudahkan penyelengaraa pemerintahan dalam pelayanan publik kepada masyarakat yang akan mendirikan bangunan. b. Metode atau Pendekatan Proyek
Solusi yang ditawarkan dari penelitian ini adalah untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh sistem Izin mendirikan bangunan :
1. Proses pelayanan yang lambat.
2. Aplikasi dibuat berbasis web sehingga masyarakat dapat mengakses melalui internet proses pendaftaran dan syarat yang ada sehingga tak memerlukan waktu yang lama. 3. Mengurangi pemakaian media kertas.
4. Mengurangi item biaya pembelian software komersial dengan menggunakan source code open source.
5. Meminimalkan human eror. 6. Efesiensi waktu.
c. Indikator Kinerja Utama
Indikator kinerja utama yang digunakan untuk mengukur keberhasilan proyek terhadap sasaran organisasi antara lain :
1. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk untuk proses IMB.
2. Sertifikat IMB diterbitkan sesuai dengan spesifikasi bangunan yang akan dibangun atau didesain.
3. Jumlah waktu yang dibutuhkan dalam menerbitkan sertifikat IMB.
d. Ruang Lingkup Pekerjaan (Scope of Work) Untuk menentukan ruang lingkup pekerjaan dalam suatu proyek digunakan framework ITPOSMO agar semua pekerjaan terdefinisi sejak awal dan tidak ada yang terlewat. Tabel 1 menunjukkan ruang lingkup pada proyek Sistem Informasi Izin Mendirikan Bangunan.
Tabel 4.1 Scope Of Work Proyek Sifo IMB
e. Asumsi
Definisi proyek dengan asumsi sebagai berikut: 1. Pemilik proyek telah ditetapkan.
2. Anggota tim proyek adalah SDM yang memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan proyek.
3. SDM yang ada sesuai dengan spesifikasi dari proyek yang akan dikerjakan.
4. Pemeliharaan di luar dari waktu yang telah ditetapkan maka akan dikenakan biaya perawatan.
5. Untuk kerusakan dari sisi infrastruktur merupakan tanggung jawab dari vendor dari perangkat tersebut.
2. Jadwal Proyek
Jadwal proyek disusun berdasarkan struktur rincian pekerjaan (work berakdown structure) yang berisikan daftar pekerjaan atau tugas-tugas yang akan dikerjakan dalam proyek pembagunan IMB ini diperlukan waktu 15 hari kerja dan 30 hari kerja untuk perawatan sistem serta 18 hari pekerjaan perubahaan. Total waktu yang dibutuhkan dalam proyek ini adalah 105 hari. Adapun kegitan proyek secara lengkap beserta durasi waktu yang diperlukan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 4.2 Jadwal Proyek Sisfo IMB
3. Perencanaan Sumber Daya Manusia
Pada tahapan ini, manajer proyek mengidentifikasi kualifikasi dan jumlah personil yang dibutuhkan, mendokumentasikan peranan dan tanggumg jawab seseorang dalam proyek.Kualifikasi dan jumlah personil yang dibutuhkan pada Sistem Informasi IMB terdiri dari satu orang Manager, satu orang analyst sistem, dua orang programmer, satu orang technical support, satu orang dokumentasi dan empat orang trainer. Peran dan tanggung jawab masing-masing personel atau kelompok mengacu pada form penugasan tim proyek.
4. Rencana Anggaran Belanja Proyek
Tabel 4.3 Rencana Anggaran Belanja Proyek
5. Perencanaan Pengadaan
Manajer proyek membuat perencanaan pengadaan barang yang menjabarkan spesifikasi barang yang dibutuhkan serta waktu dari barang yang akan digunakan dan proses pengadaan.
6. Perencanaan Komunikasi
Perencanaan komunikasi menjabarkan kebutuhan komunikasi reguler antar anggota tim yang terlibat dalam pengerjaan proyek, perencaan komunikasi meliputi :
1. Pemimpin kegiatan dan fasilitator melakukan pertemuan untuk memastikan proyek dapat berjalan pada jalurnya dan efektif sehingga dapat mencapai tujuan.
2. Pemimpin kegiatan menunjuk anggota sebagai notulen utnuk membuat dokumentasi dari pertemuan tersebut.
3. Pada saat pertemuan membahas kemajuan proyek, aktifitas yang akan dilakukan dan pemabahasan kontrol dari perubahan sistem yang ada.
7. Perencanaan Perubahan
Dalam suatu proyek, ada kemungkinan terjadinya permintaan perubahan, untuk mengantisipasi hal tersebut maka perlu disusun suatu prosedur. Prosedur tersebut untuk mengontrol perubahan dalam suatu proyek adalah:
1. Setiap modifikasi yang telah disetujui ataupun perubahan jadwal dan biaya proyek harus mengacu pada prosedr berikutnya.
2. Pengajuan perubahan dapat berasal dari setiap anggota tim apabila diperlukan, terutama untuk perubahan yang akan mempengaruhi jadwal dan ruang kerja.
3. Persetujuan pada form permintaan perubahan atau changes request form (CRF) menunjukkan persetujuan terhadap perubahan pada jadwal.
Sedangkan prosedur pengajuan perubahan, sebagai berikut:
1. Suatu perubahan dapat dilakukan kemanajer proyek melalui komunikasi formal ataupun non formal.
2. Mengisi CRF sebagai usulan perubahan.
Pertemuan dan pelaporan, persiapan yang harus dilakukan sebelum dilaksanakan pertemuan antara lain :
1. Mendistribuasikan aggenda pertemuan selambat-lambatnya dilakukan sehari sebelumnya.
2. Mendistribusikan materi pertemuan, agenda sertta informasi, lokasi dan waktu.
3. Setiap anggota tim proyek bertanggung jawab untuk melakukan persiapan, hadir dan berpartisipasi aktif dalam pertemuan.
8. Perencanaan Risiko
Manajer proyek mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi dan merencanakan strategi menangani risiko tersebut. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi menggunnakan framework ITPOSMO. Tabel 4 menunjukkan strategi yang mungkin untuk mengantisipasi rsisiko-risiko yang mungkin terjadi.
Tabel 4.4 Hasil Analisa Resiko Proyek Sisfo IMB
9. Perencanaan Kualitas
Untuk menjamin kualitas produk yang akan dihasilkan maka manajer proyek melakukan perencanaan kualitas, meliputi :
1. Mengidentifikasi dan mengkomunikasikan kriteria kualitas dengan para stakeholders. 2. Mengembangkan dan mengkomunikasikan
persayaratan-persyaratan kualitas dengan para stakeholders.
3. Membuat daftar hal yang harus dilakukan dalam rangka memenuhi kulaitas proyek berupa quality cehcklist.
5. Kesimpulan dan Saran
perancanaan pengadaan infrastruktur TI, perencanaan kebutuhan komunikasi, perencanaan perubahan dan perencanaan risiko untuk mengendalikan pelaksanaan proyek sehingga proyek dapat berjalan sesuai dengan jadwal yang telah di rencanakan. Sistem Informasi Izin Mendirikan Bangunan diharapkan dapat meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat kota Ternate.
Penulis menyarankan agar Sistem Informasi yang berbasis desktop bisa dikembangkan dalam berbasis web sehingga mempermudah masyarakat dalam pengurusan mendirikan bangunan.
Daftar Pustaka
[1] Arief, Muhammad. 2008. Kesenjangan : Faktor Utama penyebab Kegagalan Proyek E-Goverment. E-Indonesia Initiative 2008 (eII2008) Konfenresi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia 21-23 Mei 2008, Jakarta.
[2] Heryanto, Imam dan Totok Triwibowo. 2009. Manajemen Proyek Berbasis Teknologi Informasi : Mengelola Proyek Secara Sistematis Menggunakan Microsft Project. Jakarta : Informatika.
[3] Heeks, Richard.2003. Most eGoverment-for-Deveploment Projects Fail : How Can Rsisks Be Reduced?. Instutite for Development Policy and Management.
[4] Jogiyanto, HM, (1995). Analisis dan Desain Sistem Informasi Pendekatan Tertstruktur. Penerbit Andi Offset Yogyakarta. [5] Keputusan Walikota Ternate Nomor 25 Tahun 2004. [6] Mardiana, Tati. 2012. Perencanaan Manajemen Proyek Sistem
Informasi Akutansi Keuangan Daerah Dengan Pendekatam Framework ITPOSMO. 2012 (SNIT) Seminar Nasional Invonasi dan Teknologi 13 Juni 2012 Universitas BSI Bandung.
[7] Suryani , Ade Irma. 2008. Implementasi Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan Dalam Prespektif Azaz-Azas Umum Pemerintahan Yang Baik Pada Kabupaten Sukamara. Tesis Undip Semarang.
Biodata Penulis
Muhammad Ridha Albaar, memperoleh gelar Sarjana
Komputer (S.Kom), Program Studi Teknik Informatika STMIK Dipaneggara Makassar, lulus tahun 2006.. Saat ini sebagai Staf Pengajar AIKOM Ternate.
Rosdiani Achmad, memperoleh gelar Sarjana Komputer