• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI ILM ENDIDIKA AN ILMU P URUAN DA SITAS SAN YOGYAKA 2011 TUK MEN UNGAN ST RAN YOGY PSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STUDI ILM ENDIDIKA AN ILMU P URUAN DA SITAS SAN YOGYAKA 2011 TUK MEN UNGAN ST RAN YOGY PSI"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk yang tercinta

Ayahku (Uncang), Ibuku (Sriyati),

Adikku (Desi Petriyati), Abangku (Heronimus)

dan Umat Lingkungan St. Stefanus Paroki Santo Yusuf Bintaran

(5)

v

MOTTO

“Tak berkesudahan Kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya selalu baru

tiap pagi: besar kesetianMu”.

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “ Membangun persaudaraan untuk menghadapi pengaruh negatif globalisasi di lingkungan St. Stefanus, Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta”.

Penulis memilih judul ini ber pangkal dari situasi jam an sekarang dengan globalisasi yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia, termasuk juga umat di Lingkungan S t. Stefanus, Paroki Santo Yusup Bint aran, Yogy akarta. Umat di s ana um umnya kur ang bi sa mengendalikan di ri m enghadapi ar us globalisasi. Mereka cender ung sibuk dengan ke pentingan pribadi masing-masing yang diakibatkan oleh globalisasi. Hal sem acam ini m embuat hubungan antar warga pun sem akin renggang karena kur angnya komunikasi. Dampak buruk dari globalisasi sudah sampai pada keluarga-keluarga sehingga di sana pun kurang ada komunikasi y ang baik antar sesam a anggota keluarga, karena tiap anggota cenderung sibuk dengan kegiatan prib adi m asing-masing, da n kura ng pe duli kepada warga yang lain. Hal yang sem acam ini m enyebabkan seringnya tim bul percekcokan antara sesam a anggota keluarga dan da lam keluarga ini anak pun merasa kur ang m endapat per hatian da n ka sih say ang, selain itu masih ada pula dampak negatif lainnya.

Menanggapi hal di a tas perlulah diupayakan sesuatu yang khusus dan tak boleh dilupakan, bahwa upaya ini perlu dimulai dari pribadi masing-masing umat sendiri. Masing-masing pribadi juga perlu berpegang pada semangat persaudaraan dan t idak dil upakannya pr insip hi dup be rsama, sehi ngga per saudaraan da pat sungguh-sungguh diwujudkan dan dilestarikan.

Persoalan sk ripsi ini ad alah, bag aimana m engupayakan pendam pingan umat di lingkungan St. Stefanus, Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta guna mewujudkan persaudaraan untuk menghadapi pengaruh negatif globalisasi. Untuk mengetahui sejauh m ana pe ndampingan terhadap um at yang sudah berlangsung dan pengaruh globalisa si terhadap persau daraan um at lingkung an St. Stefanus, diadakan penelitian melalui pengumpulan data di lapangan dengan menyebarkan kuesioner kepada um at untuk m emperoleh m asukan, yang diharapkan dapat membantu pe nulis da lam menyusun ba han pe ndampingan im an ba gi um at di lingkungan St. Stefanus, Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta dalam rangka mewujudkan persaudaraan untuk menghadapi pengaruh negatif globalisasi.

Guna membantu umat Lingkungan St. Stefanus dalam upaya melestarikan persaudaraan di te ngah ar us gl obalisasi, pe nulis lewat s kripsi ini m enawarkan Katekese Umat. Diharapakan Katekese Umat dapat membantu umat Lingkungan St. Stefanus sehingga kedamaian dan keharmonisan akan dapat semakin hidup dan berkembang da lam ke hidupan kita s ehari-hari, di tengah-tengah ar us globa lisasi ini.

(9)

ix

ABSTRACT

This th eis “Bulilding a brotherhood to face the negative effects of globalization on the environment St.Stephen, St.Josep Parish Bintaran, Yogyakarta.

The autho r chose this title stems from t he situation tod ay with the globalization of a ve ry i nfluential on hu man life, includ ing p eopleat th e Environmental St. Stephen, St. Josep Parish Bintaran, Yogyakarta. Race there is generally le ss a ble to c ontrol m yselffacing the gl obalization. They tend to bus y with their personalinterests posed by globalization. T his sort o f thing makes the relationship betwee n citizens even m ore tenuou s because of the lack of communication. T he nega tive c ommunication am ong fellow m embers of the family, because each member tends to bus y with pers onal activities ofeach, and less concerned to other citizens. This sort of thing thatled to frequent squabbles arise among family members and children in these families felt less attention and affection, but stillthere are other negative impacts.

In response to the above it is necessary to be pursued something special and should never be forgotten, that this effort must start from ea ch person his own people. Each person also needs tohold on to the spirit of br otherhood and do not forget the principle of living together, so that the fraternity can truly be realized and preserved.

The iss ue of this thesis is, how to seek assi stance in th e env ironmental community St. Stephen, St. Joseph Parish Bintaran, Yogyakarta in order to realize the brotherhood to f ace the negative aff ects of globalization. T o determine the extent ofassistance to people who already underw ay and the im pact of globalization on the brot herhood of St. neighborhood . Stephen, conducted research through field data collection by distribu ting questionnaires to people to get input, which is expected to assistauthors in preparing the m aterial assistance for the people of faithin the St. Stephen, St. Joseph Parish Bi ntaran, Yogyakarta inorder to realize the brotherhood to face the negative affects of globalization.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa karena atas rahm at

dan ka sih-Nya, pe nulis da pat menyelesaikan s kripsi ya ng be rjudul

”MEMBANGUN PER SAUDARAAN UNTUK MENGHADAPI PENGARUH

NEGATIF GLOBALIS ASI DI LI NGKUNGAN ST. STEFANUS PAROKI

SANTO YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA ”. Penulis juga m engucapkan

banyak terim akasih kepada sem ua piha k yang telah m endukung penulis, baik

secara langsung m aupun tidak langsung. Ol eh sebab itu, pada kesem patan ini

penulis menghaturkan limpah terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Drs. H.J. S uhardiyanto SJ, selaku do sen pem bimbing ut ama ya ng de ngan

kerelaan dan kesadaran mendampingi, memberi masukan serta mengarahkan

penulis dalam menyusun skripsi ini dari awal hingga selesai.

2. Drs. FX. Heryatno WW. SJ. M.Ed, selaku penguji II sekaligus sebagai dosen

pembimbing akademik yang de ngan se tulus h atinya me mbimbing, me mberi

perhatian, dan memberi dukungan kepada penulis.

3. Y.H. Bi ntang N usantara, S FK, M. H um, selaku penguji III y ang me mberi

semangat dan ke gembiraan da n m eluangkan wa ktu untuk m empelajari da n

memberikan masukan berkaitan dengan isi skripsi ini.

4. Ketua Lingkungan St. Stefan us Paroki Sant o Yusup Bintaran Yogyakarta

yang t elah m emberikan t empat da n kes empatan ke pada pe nulis unt uk

(11)

xi

5. Umat lingkungan St. Stefan us Paroki Santo Yusup Bintaran Yogya karta

yang telah m emberikan dukungan kepada penulis de ngan bersedia mengisi

kuesioner yang disebarkan.

6. Ayahku Uncang, Ibuku Sriy ati, Adikku Desi Petriy ati, Abangku Heronim us

dan kak Reni, E di Pratomo, keponakanku Gayu Pertiwi da n sanak saudara

yang tercinta, yang se lalu m enyemangati dan selalu mem beri dukungan

kepada penulis selama studi di IPPAK.

7. Spesial bua t ya ng te rcinta, Lusia Windiarti yang selalu m enyemangatiku

selama pem buatan s kripsi. T erima ka sih a tas kes abaran, kas ih da n s ayang

yang telah sayang berikan.

8. Sahabatku Aci, J oy dan Ist erinya, L apin, H ermas Jabl ay, M uji, T ogar,

Kentung, R icat J ulius, Ga dak, O la, Cen, Y osi, F ising B orneo Ja va, A de,

Novan, Jepri Jong, Niko, Anton, Anto yang selalu memberikan semangat dan

masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman seangkatan 2005-2006 ya ng telah m eneguhkan, dan m emberi

dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang selama ini

dengan ketulusan hati telah m emberikan m otivasi da n bantuan hingga

terselesaikannya penulisan skripsi ini.

Penulis meny adari k eterbatasan d an kekurangan dalam penulisan skripsi

ini, sehingga penulisan skripsi ini m asih jauh dari sem purna. Oleh karena itu

penulis m enerima segala kritik dan sa ran yang m embangun dem i perbaikan

(12)

xii

Akhir kata sem oga s kripsi i ni da pat bermanfaat da n be rguna ba gi s iapa

saja yang m embutuhkannya teristimewa untuk pihak lingkungan St. Stefanus

Paroki Santo Yusup Bintaran Yogyakarta.

Yogyakar ta, 13 Oktober 2011

Penulis

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penulisan ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Metode Penulisan ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II. HIDUP PERSAUDARAAN DI TENGAH ARUS GLOBALISASI . 7 A. Hidup Persaudaraan Kristiani ... 7

1. Dasar-Dasar Persaudaraan Kristiani ... 7

2. Manusia Sebagai Citra Allah ... 7

a. Kasih Tuhan Kepada Manusia dan Kasih Manusia Kepada. 7

(14)

xiv

3. Curi-ciri Hidup Persaudaraan Kristiani ... 9

a. Cinta Kasih……… 10

b. Keadilan……… 11

c. Solidaritas………. 12

d. Toleransi……… 12

e. Perdamaian……… 13

B. Globalisasi Sebagai Tantanan Hidup Di Jman Sekaran ……… 13

1. Pengertian Globalisasi ……….. . 13

a. Arti globalisasi……… 14

b. Globalisasi sebagai proses……….. 14

c. Globalisasi membawa perubahan sosial………. 15

d. Perubahan dalam ruang dan konsep ……….. 16

2. Hal-hal yang mendorong Derasnya Arus Globalisasi …………. 17

a. Teknologi Informasi……… 17

b. Teknologi Komunikasi……… 18

c. Transportasi………. 18

3. Ciri-Ciri Globalisasi ……… 19

a. Perubahan dalam Konsep Ruang dan waktu ……….. 20

b. Pasar dan Produksi Ekonomi ... 20

c. Peningkatan Interaksi Kultural……….. 21

d. Meningkatnya Maslah Bersama……… 21

C. Dampak-Dampak Globalisasi Dalam Hidup Persaudaraan Kristiani…. 21 1. Dampak Positif Globalisasi ……… 21

a. Dampak dari Globalisasi Politik……… 22

b. Dampak Globalisasi Ekonomi……… 22

c. Dampak Globalisasi Sosial Budaya………... 22

d. Dampak Sosial Kemasyarakatan……… 23

2. Dampak Negatif Dari Globalisasi ... a. Liberalisme……….. 23

b. Aspek Ekonomi……….. 23

(15)

xv

d. Individualisme ……… 24

3. Dampak Globalisasi Terhadap Hidup Persaudaraan………. 24

a. Dampak Positif……… 25

b. Dampak Negatif……….. 26

4. Sikap dan Cara Menghadapi Arus Globalisasi………. 26

a. Sikap Terbuka………. 27

b. Sikap Kritis………. 28

c. Sikap Rela Berkerjasama……… 29

BAB III. HIDUP PERSAUDARAAN UMAT LINGKUNGAN ST. STEFANUS PAROKI SANTO YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA BINTARAN YOGYKARTA DI TENGAH ARUS GLOBALISASI .. ……..………. 31

A. Lingkungan St. Stefanus sebagai bagian dari Paroki Santo Yusup Bintaran Yogyakarta... 31

1. Gambaran paroki St. Yusup Bintaran Yogyakarta ... 31

2. Situasi Umum Lingkungan St. Stefanus ... 38

a. Letak dan Situasi Geografis... 38

b. Situasi Umat, Jumlah Kepala Keluarga dan Mata Pencaharian……… 39

3. Kegitan yang ada di Lingkungan St. Stefanus Paroki St. Yusup Bintaran Yogyakarta ... ... 40

a. Kegiatan Rutin... 40

b. Kegitan Berkala ... ... 41

B. Metodologi Penelitian ... 41

1. Rumusan masalah Penelitian ... 42

2. Tujuan Penelitian ... 42

3. Jenis Penelitian ... 42

4. Metode Penelitian ... 43

5. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

6. Responden Penelitian ... 44

(16)

xvi

8. Variabel Penelitian ... 45

9. Analisis Data ... 46

C. Laporan Hasil Penelitian ... 47

1. Pandangan Umat Tentang Dasar dan Ciri-Ciri Hidup Persaudaraan ... 47

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Hidup Persaudaraan... 50

3. Pandangan Umat Tentang Pengertian Globalisasi dan Ciri-Ciri Globalisasi ... 52

4. Dampak Positif dan Negatif Globalisasi 56 5. Pengaruh Globalisasi dalam Hidup Pesaudaraan Kristiani ... 58

6. Usaha dalam Menghadapi Arus Globalisasi ... 59

D. Pembahasan Penelitian ... 60

1. Pemahaman Umat Tentang Dasar dan Ciri-Ciri Persaudaraan …. 60 2. Faktor Pendukung dan Penghambat Hidup Persaudaraan ……... 61

3. Pandangan Umat Tentang Pengertian Globalisasi dan Ciri-Ciri Globalisasi ……….. 62

4. Dampak Positif dan Negatif ………. 62

5. Pengaruh Globalisasi dalam Hidup Pesaudaraan Kristiani ... 64

6. Usaha dalam Menghadapi Arus Globalisasi ... 64

E. Kesimpulan Penelitian ……… 64

1. Pandangan Umat Tentang Persudaraan Kristiani ……….. 65

(17)

xvii

BAB IV. USULAN PROGRAM DAN UPAYA MEMBANGUN

PERSAUDARAAAN UNTUK MENGHADAPI PENGARUH NEGATIF GLOBALISASI DI LINGKUNGAN

SANTO STEFANUS PAROKI SANTO YUSUP

BINTARAN YOGYAKARTA ………. 67

A. Pandangan Umat Lingkungan St. Stefanus Mengenai Globalisasi .. .. 67

1. Upaya-upaya yang dilakukan umat lingkungan St. Stefanus dalam menghadapi pengaruh globalisasi ……….. 68

2. Penaguruh Positif dan Negatif Terhadap Hidup Persaudaraan Umat Di Lingkungan St. Stefanus Paroki Santo Yusup Bintaran Yogyakarta ………. 70

B. Pengertian Program Katekese Umat ... 71

C. Latar Belakang Penyususnan Program Dalam Bentuk Katekese Umat ... 72

D. Alasan Pemilihan Tema ………... 73

E. Usulan Program Katekese Umat ... 74

1. Contoh Satuan Persiapan Katekese Umat I ………... 81

2. Contoh Satuan Persiapan Katekese Umat II ……….. 96

3. Contoh Satuan Persiapan Katekese Umat III ……….. 110

BAB V. PENUTUP ... 125

A. Kesimpulan ... 125

B. Saran ... 127

(18)

xviii Lampiran

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian ... (1)

Lampiran 2 : Surat Permohonan Ijin ... (8)

Lampiran 3 : Teks Lagu ... (9)

Lampiran 4 : Teks Kitab Suci ... (10)

(19)

xix

DAFTAR SINGKATAN

A. SINGKATAN KITAB SUCI

KS : Kitab Suci

Seluruh singka tan Kitab S uci dalam skrips i ini m engikuti

singkatan yang terdap at d alam daft ar singkatan Alkitab

Deuterokanonika (1995) terbitan Lembaga Alkitab Indonesia.

B. SINGKATAN DOKUMEN RESMI GEREJA

CT : Catechese Trandendae, Ajaran Apostolik Paus Yohanes Paulus

II tentang Katekese Masa Kini.

GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang

Gereja di dunia dewasa ini.

AG : Ad Gentes, Kon stitusi Pasto ral K onsili Vatika n II tentang

Kegiatan Misioner Gereja.

C. SINGKATAN LAIN

St : Santo/Santa

SCP : Shared Christian Praxis

Cergam : Cerita Bergambar

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

Art : Artikel

(20)

1   

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Dewasa ini globalisasi sangat m endominasi pola pikir dan perilaku

manusia. Globalisasi m engakibatkan duni a ini m engalami krisis fundam ental,

yakni krisis ekonom i, ekologi, dan juga politik. Globalisasi m emunculkan suatu

perubahan. Globalisasi m erupakan suatu gelombang yang m elanda dunia dalam

hal interaksi yang m enghubungkan seluruh aktivitas m anusia satu dengan yang

lainnya. Perubahan itu m embuat manusia saling tergantung tanpa dibatasi

batas-batas wilayah negara. Bukan saja ekono mi yang m engalami globalisasi, bahkan

kebudayaan-kebudayaan kuno pun digoncang oleh adanya banjir inform asi yang

memasuki pikiran m anusia dengan begitu deras sebagai akibat dari kem ajuan

teknologi yang sangat cepat. Manusia semakin disibukkan untuk m engikuti

perubahan jam an tersebut sehingga interaksi antara satu dengan yang lain pun

mulai berkurang.

Perubahan ini m engakibatkan serangka ian gejala-gejala tertentu dalam

kehidupan m anusia m isalnya m anusia lupa akan identitas diri sebagai bangsa

Indonesia, m elupakan budaya-budaya asli Indonesia dan beralih pada budaya

barat. Kehidupan banyak m anusia sem akin terancam dengan adanya globalisasi

ini. Globalisasi ini m engakibatkan terjadinya banyak pengangguran, kem iskinan

dan kelaparan. Dengan dem ikian harapa n perdam aian dalam hidup ini nam pak

(21)

mensiasatinya globalis asi tid ak se lalu menyesatkan, tidak selalu berpengaruh

negatif, bahkan bisa sem akin sejahtera hidupnya. Tetapi sebaliknya bagi banyak

kaum m iskin, m ereka akan sem akin m enderita. Dengan dem ikian m akin besar

jurang pemisah antara yang kaya dan m iskin sehingga perdamaian sulit terwujud

dalam hidup ini.

Suatu contoh pengaruh globalisasi yang mengakibatkan hubungan antara

manusia semakin renggang bisa dilihat dalam hidup sehari-hari. Adanya teknologi

yang sem akin canggih, m isalnya alat kom unikasi seperti telepon genggam

memberikan pengaruh yang positif bagi m anusia, yakni m emudahkan m anusia

untuk berkom unikasi dan m emperlancar manusia dalam urusan bisnis dan

sebagainya,tetapi di samping itu, adanya alat canggih ini juga dapat berdam pak

negatif. Alat ini memudahkan manusia untuk berkomunikasi, maka dalam segala

hal m anusia m engandalkan alat ini untuk berkomunikasi satu dengan lainnya

karena lebih m udah, t idak perlu be rtemu langsung. Hal ini m enyebabkan

perjumpaan manusia dengan anggota keluarganya semakin berkurang dan menjadi

jauh. Di bidang lain globalisasi juga m emberikan dam pak negatif yang besar.

Globalisasi juga m embuat manusia semakin sibuk dengan dirinya sendiri karena

harus memenuhi kebutuhan finasial unt uk hidupnya yang sem akin hari sem akin

sulit dijangkau. Karena kesibukan m asing-masing m anusia m enjadi m udah lupa

akan sesamanya sehingga hubungan pribadi satu dengan yang lainnya pun

semakin lama semakin jauh.

Begitu juga yang terjadi pada um at di lingkungan St. Stefanus Paroki St.

(22)

Stefanus Paroki St. Yusup Bintaran r ata-rata t erdiri dari kaum m enengah ke

bawah. Banyak dari antara m ereka dalam kehidupannya m elupakan bahwa

manusia itu adalah m akhluk sosial. Mereka lebih cenderung untuk mengurus

kehidupan m asing-masing. Karena banya knya kesibukan yang harus m ereka

jalankan dem i m emenuhi kebutuhan hidup, interaksi antara satu dengan yang

lainnya menjadi kurang. Hal ini m engakibatkan hubungan antara mereka menjadi

jauh dan persaudaraan di antara mereka pun m enjadi sekedar form alitas belaka

yang tidak ada wujud nyatanya. Bahkan dampak buruk dari globalisasi sudah

sampai pada keluarga-keluarga sehinga kurang ada komunikasi yang baik di

antara anggota keluarga karena m asing-masing anggota sibuk dengan kegiatan

masing-masing. Hal ini m enyebabkan seri ng terjadinya percekcokan diantara

sesama anggota keluarga dan anak m erasa kurang m endapat kasih sayang, dan

masih ada dampak negatif lainnya.

Mengingat kenyataan yang dem ikian, perlu ada usaha untuk m engatasi

permasalahan di atas. Usaha ini harus dim ulai dari masing-masing individu umat

sendiri. Mereka harus m empunyai pem ahaman akan adanya pengaruh negatif

globalisasi sehingga tidak m udah hanyut de ngan adanya globalisasi ini. Mereka

harus berpegang kuat pada sebuah persauda raan. Dan yang penting m ereka harus

punya prinsip hidup bersam a sehingga pe rsaudaraan dapat diwujudkan dan

dilestarikan.

Akhirnya berdasarkan pem ikiran di atas dan terdorong oleh situasi yang

ada di Lingkungan St. Stefanus Paroki Sa nto Yusup Bintaran tersebut, m aka

(23)

Membangun persaudaraan untuk menghadapi pengaruh negatif globalisasi di lingkungan St. Stefanus, Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar be lakang m asalah tersebu t dapat diidentif ikasikan

masalah skripsi ini adalalah:

1. Apa yang dimaksud dengan hidup persaudaraan?

2. Apa dampak dari globalisasi terhadap hidup persaudaraan?

3. Bagaimana hidup persaudaraan umat li ngkungan St. Stefanus Paroki Santo

Yusuf Bintaran Yogyakarta di tengah arus globalisasi?

4. Bagaimanakah usaha pendampingan umat di lingkungan St. Stefanus, Paroki

Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta guna m ewujudkan persaudaraan untuk

menghadapi pengaruh negatif globalisasi?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah:

1. Menguraikan apa yang dimaksud dengan hidup persaudaraan

2. Menjelaskan dampak-dampak dari globalisasi.

3. Menjelaskan pendampingan umat di li ngkungan St. Stefanus, Paroki Santo

Yusup Bintaran, Yogyakarta guna m ewujudkan persaudaraan untuk

(24)

4. Untuk m emenuhi persyaratan m endapatkan gelar Sarjana S1 Pendidikan

Agama Katolik

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan ini adalah:

1. Mendapat pengalaman, pengetahuan, dan wawasan dalam penelitian ilmiah

2. Mendapat gagasan tentang pengaruh- pengaruh negatif globalisasi dan

pentingnya persaudaraan.

3. Sebagai bahan refleksi atas m embangunan persaudaraan guna m enghadapi

pengaruh negatif globalisasi.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, pe nulis akan menggunakan metode deskriptif

analitis. Dengan metode ini penulis akan menggambarkan permasalahan yang ada

dan data yang diperoleh melalui pengamatan, studi pustaka, dan penelitian.

F. Sistematika Penulisan

Judul yang dipilih untuk skripsi ad alah “Membangun persaudaraan untuk

menghadapi pengaruh negatif globalisas i di lingkungan St. Stefanus, Paroki

Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta”. Judul ini akan diuraikan m enjadi lima bab

sebagai berikut:

(25)

Bab ini menguraikan latar belakang penulisan, perumusan masalah,

tujuan penulisan, m anfaat penulisan, m etode penulisan serta

sistematika penulisan

Bab II Hidup persaudaraan di tengah arus globalisasi

Bab ini m enguraikan tentang dasar-d asar persaudaraan kristiani,

globalisasi sebagai tantangan hidup di jaman sekarang dan

dampak-dampak globalisasi dalam hidup persaudaraan kristiani.

Bab III Hidup persaudaraan di li ngkungan St. Stefanus Paroki Santo

Yusup Bintaran Yogyakarta dalam menghadapi arus globalisasi

Bab ini berisikan penelitian te ntang persaudaraan dan pengaruh

negatif globalisasi di lingkungan St. Yusup Bintaran Yogyakarta.

Bab IV Upaya Membangun Persauda raaan Untuk Menghadapi Pengaruh

Negatif Globalisasi Di Lingkungan St. Stefanus Paroki Santo

Yusup Bintaran Yogyakarta

Bab ini akan menguraikan tentang upaya membangun persaudaraan

untuk menghadapi pengaruh negatif globalisasi di lingkungan St.

Stefanus Paroki Santo Yusup Bintaran Yogyakarta

Bab V Penutup

(26)

7   

BAB II

HIDUP PERSAUDARAAN DI TENGAH ARUS GLOBALISASI

A. Hidup Persaudaraan Kristiani

1. Dasar-Dasar Persaudaraan Kristiani

a. Manusia Sebagai Citra Allah

Manusia diciptakan menurut gambar Allah. Allah tidak m enciptakan

manusia seorang diri sebab sejak awal mula “Ia m enciptakan mereka pria dan

wanita” (K ej. 26:27). Rukun hi dup m anusia m erupakan bentuk pertam a

persekutuan antar pribadi. Sebab dari kodratnya yang terdalam m anusia bersifat

sosial dan tanpa berhubungan denga n sesam a ia tidak dapat hidup

mengembangkan bakat pem bawaannya (G S, art. 12). Manusia saling

ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan kodratnya m anusia

sungguh-sungguh memerlukan hidup bersama orang lain. Oleh karena itu, melalui

pergaulan dengan sesam a, m anusia berkem bang dalam segala bakat

pembawaannya dan mampu menanggapi panggilannya (GS, art. 25).

b. Kasih Tuhan Kepada Manusia dan Kasih Manusia Kepada Sesama

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia saling membutuhkan satu sama lain

yang diwujudkan dalam satu ikatan persaudaraan. Persaudaraan itu terwujud atas

dasar cinta kasih Tuhan kepada m anusia yang oleh m anusia diwujudkan dengan

(27)

hubungan yang harmonis dengan sesamanya yang didasari oleh cinta kasih. Cinta

kasih menjadi perintah pokok dalam m engatur hubungan antar m anusia. Hal ini

menjadi pedoman seluruh kegiatan dan si kap terhadap sesam a. Artinya, seorang

Kristiani memperlakukan sesamanya dengan baik di segala bidang, m enghormati

hidup, kesehatan dan nama baik sesama.

c. Martabat Manusia Sebagai Mahluk Sosial

Dewasa ini um at m anusia berada dalam priode baru sejarahnya, masa

perubahan-perubahan yang m endalam dan pesat berangsur-angsur m eluas ke

seluruh dunia, m anusia adalah m ahluk so sial yang saling m embutuhkan antara

satu dengan yang lain, tidak baik kalau manusia itu seorang diri (Kej 2:18). Kasih

Allah m emberikan dorongan pada m anusia untuk saling tolong m enolong antar

sesama. Manusia sebagai m ahluk sosial m ampu m emberikan dorongan antar

sesama yang membutuhkan (GS, art. 4).

Martabat manusia m emberikan pengalam an yang baru kepada antar

sesama orang Kristen bahwa m ereka adalah anak-anak terkasih Bapa (Rom

8:14-16). Kesadaran sosial ini m engangkat martabat manusia sebagai m ahluk sosial,

mereka juga saudara-saudari satu sama lain. Di dalam jemaat mereka menemukan

suatu keluarga baru, mendapat seratus kali lipat ibu, saudara laki-laki dan saudara

(28)

2. Ciri-Ciri Hidup Persaudaraan Kristiani

Persaudaran kristiani m empunyai ciri-c iri saling m embantu dan tolong

menolong antar sesam a yang m embutuhkan, m emberi banyak perhatian dan

memohon lebih banyak pertolongan kepada Roh Kudus untuk m embangun

nilai-nilai persau daraan kr istiani (Ga l 5 : 22-23). Se mangat persaudaraan kristiani

tampak dalam saling menyapa sebagi sa udara (Flm 9-20). Surat Paulus yang

tersingkat ini dengan indah m enunjukan perombakan dan kesegaran yang terjadi

di m ana orang m ulai terbuka bagi pe ncurahan Roh, yakni kenyataan baru

persekutuan yang berjiwa Persaudaraan. Kebersamaan orang-orang Kristen awal

sering disebut koinonia yang m empunyai arti kebersamaan digambarkan dengan

memperhatikan, saling m enerima dan saling m enasehati dalam kebersam aan

persaudaraan kristiani yang dibangun (Suhartono, 1998 : 48).

Kerinduan untuk m enikmati damai, ketenteram an, dan persaudaraan

kristiani terus saja m enjadi tema sentral upaya m anusia untuk m emeluknya erat.

Hal tersebut terjadi karena pengharapan terhadap harkat dan m artabat manusia

masih cita-cita dan m impi. Dalam situas i seperti itu dibutuhkan adalah nurani

yang m ampu m emaafkan, hati yang terbuk a terhadap bisikan yang ilahi. Jiwa

manusia yang m au m embangun sikap rekonsil iasasi dan persaudaraan kristiani

dengan sesama. Hati yang terbuka untuk m enerima siapa saja m enjadi dambaan

hidup setiap m anusia yang ingin m engalami dam ai dan persaudaraan kristiani

hadir dalam hidup bersama. Hati yang mudah memaafkan adalah aksi kasih yang

menuntut manusia untuk respek terhadap kebenaran. Artinya, m enaruh seluruh

(29)

Persaudaraan adalah suatu hubunga n yang harm onis antara m anusia

dengan sesam anya. Hubungan tersebut mengandaikan orang m ampu m enerima

keberadaan dan kehadiran orang lain apa adanya. Persaudaraan senantiasa

memelihara hubungan antar pribadi yang sejajar. Orang m enerima kehadiran

sesamanya sebagai bagian dari dirinya . Hubungan itu tidak tertuju dem i suatu

kepentingan tertentu, teta pi berdasarkan sikap m enghargai orang lain m enuju

kedewasaan pribadi. Dalam hubungan yang sejajar ini akan terjadi kegiatan saling

membantu dalam kesulitan dan sali ng m endukung dalam m engejar cita-cita,

saling b elajar dan m enghormati perbedaan yang dim iliki setiap orang, saling

mengasihi, m emahami watak dan tabiat orang lain, saling m emaafkan bila ada

kesalahpahaman, saling tegur sapa, se mangat untuk saling m endengarkan keluh

kesah orang lain, penuh perhatian dan ram ah kepada sesam a. Sejum lah hal ini

menjadikan pergaulan lebih luas dan hidup pribadi m enjadi sem akin dewasa.

Inilah yang merupakan ciri-ciri hidup persaudaraan.

Setiap orang hendaknya m ampu menjalin relasi persaudaraan yang intim

dengan sesam anya yang didasarkan pada keberadaan manusia sebagai “citra

Allah”. Manusia sebagai citra Allah be rarti di dalam dan m elalui m anusia

gambaran Allah ditemukan, di dalam diri manusia nilai-nilai ilahi ditemukan. Atas

dasar ini, maka orang dapat menunjukkan persaudaraan yang hangat kepada setiap

orang (Widyahadi Seputra, 1998:133).

a. Cinta Kasih

Cinta kasih m erupakan dasar untuk m ewujudkan pers audaraan k ristiani.

(30)

hakekat dari cinta kasih adalah Allah. Cinta kasih kepada Allah dapat kita

wujudkan dalam cinta kasih kepada se sama. Dalam cinta kasih, orang m au

menerima dan mengakui segala kekurangan dan kelebihan sesamanya. Cinta kasih

berarti horm at akan pribadi m anusia (KW I, 1996:191). Di dalam cinta kasih

segala perbedaan m enjadi anugerah, m aka sekalipun m ereka berasal dari suku,

bahasa, budaya, latar belakang yang berb eda, m ereka teta p m erasa s atu dan

bersaudara. Segala persoala n yang m uncul akibat dari perbedaan bisa diatasi

dengan baik dan damai, karena cinta kasih menjadi dasarnya.

b. Keadilan

Persaudaraan mendorong orang untuk be rsikap adil terh adap sesamanya,

karena persaudaraan menj adikan individu lain, bagi an dari hidupnya yakni

sebagai saudara. Keadilan berarti tindakan m enghormati dan m emperlakukan

semua orang sesuai dengan m artabat yang dianugerahkan Tuhan kepadanya

(Adisusanto, 1995:7). Adil juga berar ti tidak m embeda-bedakan atau tanpa

diskriminasi. Dengan kata lain, adil m enempatkan orang pada tem pat yang

semestinya, dengan tidak m elihat la tar belakang, suku, budaya, dan status

sosialnya. Di sini relasi dibangun dengan m enempatkan m asing-masing dalam

tataran subjek dengan subjek, bukan dala m tataran atasan dengan bawahan yang

bisa m engakibatkan terjadinya penindasa n sa tu terhad ap y ang lainny a (GS art.

(31)

c. Solidaritas

Solidaritas berasal dari kata “sol ider” yang berarti m empunyai atau

memperlihatkan perasaan bersatu, senasib, sehina, semalu, atau rasa setia kawan

(Tim Penyusun Ka mus, 1990:853). Solidaritas sangat dibutuhkan untuk

mempererat relasi p ersaudaraan. Dengan solidaritas, masing-masing orang bisa

memahami dan m engerti akan perasa an dan keadaan orang lain. Dengan

demikian, orang bisa sehati dan seperas aan terhadap orang lain, tidak m udah

menghakimi dan memandang negatif terhadap orang lain.

Solidaritas kristiani bahwa saling memperhatikan antara satu dengan yang

lain tidak mem bedakan kaya dan m iskin dim ata Allah m anusia itu sama, sudah

sepatutnya yang berkecukupan m emberikan yang m iskin lem ah dan tertindas.

Salah satu upaya nyata yang dilakukan ad alah melalui gerakan pembaharuan diri

yang disebut Aksi Puasa Pem bangunan (APP). Sem angat m asa puasa yang

berupaya mem bangun perilaku tobat lewa t doa dan am al m enjadikan landasan

aktual dan kontekstual untuk m artabat luhur antar sesam a um at manusia dalam

kehidupan (Datus Lega, 1998:23).

d. Toleransi

Toleransi dapat dipaham i sebagai sikap yang m embiarkan,

memperbolehkan, atau lapang dada terh adap keyakinan, pandangan, kebiasaan,

kelakuan orang lain yang berbeda bahka n bertentangan dengan dirinya sendiri.

Tentu itu tidak cukup, sebaiknya sam pai pa da toleransi sejati. Toleransi sejati

(32)

hak-hak asasi setiap manusia, mengakui dan menerima kebebasan dan hati nurani

orang lain untuk berpandangan dan hidup berbeda. Tolerans i m emberikan

gambaran kepada manusia untuk saling membantu dan membangun dalam ikatan

persaudaraan kristiani. Seperti yang di kisahkan dalam kutipan (Kis 41:47) yang

mengisahkan pemberian Roh Kudus dalam pengalaman baru bagi um at manusia

untuk semangat tolerasi yang tam pak dalam saling m enyapa antara satu dengan

yang lain, dan saling berbagi antara satu sama lain.

e. Perdamaian

Seluruh umat m anusia merindukan damai. Damai berarti tidak berperang

dengan siapa pun, da mai lebih m endalam da n luas yakni “dam ai sejahtera”.

Kedamaian m engharapkan kebahagiaan yang utuh, sem purna, yang mencakup

semua aspek hidup m anusia, m ulai dari kebutuhan jasm ani dan rohani yakni

mencakup jaminan hidup, sampai ke aspek-aspek yang paling m endalam (GS art.

78). Dengan kata lain, dam ai m encakup kesehatan jasm ani-rohani dan

kemerdekaan dalam mengem bangkan diri m enjadi m anusia yang utuh dan

sempurna baik di hadapan sesama maupun di hadapan Tuhan.

B. Globalisasi Sebagai Tantangan Hidup Di Jaman Sekarang

1. Pengertian Globalisasi

Globalisasi sering diperbincangkan sebagian besar orang karena

mempunyai pengaruh yang besar terhadap segala bidang kehidupan m anusia.

(33)

a. Arti Kata Globalisasi

Berdasar asal katanya, globalisasi m erupakan terjemahan dari kata bahasa

inggris globalization. Globalization berasal dari kata globe yang berarti bum i

atau dunia. Dengan dem ikian, globalisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

mendunia (http:Wikipedia.org/wiki/globalisasi, Oktober 23, 2010). Sebagai proses

mendunia, globalisasi m empunyai pengaruh yang besar terhadap segala bidang

kehidupan m anusia term aksud di dalam nya adalah hubungan antar m anusia di

seluruh lapisan dunia.

b. Globalisasi Sebagai Proses

Globalisasi sebagai pro ses adalah te rbentuknya sistem organisasi dan

komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia. Sistem ini terbentuk ketika suatu

kelompok masyarakat menjalin hubungan dengan kelompok masyarakat lain guna

memenuhi kebutuhan. Dalam hubungan tersebut terjadilah pros es globalisasi.

Proses ini terjadi dalam berbagai be ntuk, seperti hubungan dagang, transfor masi

budaya, persebaran agam a, maupun ilm u pengetahuan dan. Globalisasi sebagai

proses adalah m erupakan terbentuknya perubahan-perubahan yang baru bagi

tatana hidup masyarakat untuk memasuki abad global, m asyrakat mencari peran

baru dalam pribadinya yang akan terus begejolak menuju ke proses perkembangan

jaman yang se makain m eningkat. Hal-ha l yang lam a mul ai ditinggalkan dan

(34)

c. Globalisasi Membawa Perubahan Sosial

Globalisasi sebagai perubahan sosial adalah sebuah perubahan sosial

berupa bertam bahnya keterkaitan dianta ra elem en-elemen yang terjadi akibat

perkembangan teknologi di bidang tr ansportasi dan kom unikasi yang

memfasilitasi pertukaran budaya d an ekonom i internas ional. Dengan adanya

perubahan ini akan mempermudah terjadinya proses komunikasi antar individu di

seluruh lapisan masyarakat.

Pada era milenium , ke majuan teknologi m embuat sistem infor masi dan

komunikasi sangat cepat. Dengan kem ajuan teknologi, setiap orang di belahan

dunia dapat berkom unikasi secara intens if. Hal ini m embuat batas-batas antar

negara semakin tipis. Oleh karena itu, gl obalisasi juga dapat diartikan sebagai

sebuah proses terintegrasinya bangsa-ba ngsa di dunia dalam suatu sistem global

yang melintasi batas-batas negara. Sementara itu, Ulrich Beck, seorang sosiolog

Jerman m engartikan globalisas i secara b erbeda. M enurutnya, globalisas i

menjadikan setiap negara mengalami deteritorialisasi, yaitu proses hilangnya batas

teritorial. Globalisasi m emungkinkan te rjalinnya hubungan interaksi antar

masyarakat di negara berbeda m elalui kecanggihan teknol ogi. Misalnya

perkembangan teknologi kom unikasi seperti telepon, hand phone, dan internet

(Fun Lan, 2003:32). Pola m asyarakat i ndustri lam bat laun m akin m eyebar,

mengatur berbagai bangsa kepada kenyataan ekonom i, se rta secara m endalam

mengubah pengertian-pengertian dan kondisi-kondisi hidup masyarakat yang dulu

bertahan berabad-abad lamanya. Alat-alat komunikasi sosial yang baru dan lebih

(35)

berpikir dan berperasaan secepat dan seluas mungkin, sambil menimbulkan reaksi

beruntun ( GS, art. 6).

d. Perubahan dalam Ruang dan Konsep

Globalisasi juga bisa diartikan pros es d imana berbagai peris tiwa,

keputusan dan kegiatan di belahan d unia yang satu dapat m embawa konsekuensi

penting bagi berbagai individu dan m asyarakat di belahan dunia yang lain.

Globalisasi m enghubungkan m anusia dari berbagai belahan dunia m elalui

terciptnya proses ekonomi, lingkungan, politik dan pertukaran kebudayaan melaui

proses ini maka persaudaraan antar individu akan tercipta.

Modernisme (alat untuk m empererat hubungan), internasionalism e (rasa

kebangsaan yang melekat dalam diri warga negara guna menjalani hubungan antar

negara di dunia), transnasionalism e (m emindahkan batas-batas geografi seperti

sistem kerjasama antar pengusaha,organisasi serikat pekerja dan negara saja) serta

globalisme (tidak terbatas pada bidang tertentu) pada hakekatnya berawal dan

keinginan manusia membangun sistem semesta non keagamaan. Oleh kanena itu

di dalam pe rkembangannya apa yang dihasilkan oleh m odernisme m empunyai

sifat non agama, bahkan sementara ada yang m enjadi anti keagamaan, dan lebih

jauh lagi bahkan Ialu bersifat non ke tuhanan sam pai kepada yang m enolak

kepercayaan kepada adanya Tuhan itu se ndiri. Sekularisasi (sebuah idiologi yang

menyatakan bahwa sebuah institusi atau badan ha rus berdir i terp isah

dari agama atau kepercayaan.) dan berkembang m enjadi sekuraism e (menunjuk

(36)

agama dan m embuangkan Tuhan (Atheisme). Di dalam kondisi seperti ini m aka

makna dan posisi agama menjadi pudar.

Di dalam situasi seperti itu tent ulah ada upaya Iingkungan keagam aan

untuk m empertahankan diri. Ada tum buh konsepsi m engenai agam a sebagai

organisasi kekuasaan yang harus be rebut kekuasaan dengan sistem non

keagamaan. Ada yang m elihat b etapa agama-agam a harus m enerima dan

mengikuti perkem bangan sekuranisasi dan sekuranism e bahkan atheism e itu

sendiri. Ada pula yang berusaha untuk membangun titik temu yang antara dunia

dan agam a, sehingga m emandang agam a tid ak sebagai organisasi kekuasaan

melainkan sebagai kekuatan im an, taqwa dan kekuatan m oral serta spiritual dan

sejarah sebagai koevolusi kebudayaan dan peradaban. Pengum ulan antara agama

dengan dunia, antara agama dengan kekuatan dan kekuasaan manusia, masih terus

berlangsung sampai pada hari ini. (Bahtiar Effendi, 2001:195).

2. Hal yang Mendorong Derasnya Arus Globalisasi

a. Teknologi Informasi

Perkembangan pesat teknologi in formasi m elalui penggunaan kom puter,

satelit dan internet memungkinkan orang m engakses informasi yang dibutuhkan

secara cepat Seperti yang kita ketahui bahwa di era s erba modern seperti saat ini,

peran teknologi inform asi dalam kehi dupan sehari-hari tentunya sangat

berpengaruh. Hal ini tidak terlepas dari ak tivitas kita yang kerap kali ditunjang

dengan teknologi informasi itu sendiri yang mampu menjawab tuntutan pekerjaan

yang lebih cepat, m udah, m urah dan menghemat waktu. Ke majuan teknologi

(37)

menyelimuti dunia. Suatu kem ajuan yang tentunya akan m emberikan dam pak

bagi peradaban hidup dalam persaudaraan beragama. Tidak dapat dipungkiri, kini

telah menjadi “budak” dari peradaban teknologi informasi itu sendiri. Bagaimana

tidak, banyak yang sekaligus berperan sebagai pengguna teknologi informasi dan

komunikasi, membuktikan bahwa kehidupan yang mereka lakoni tak pernah lepas

dari peran teknologi informasi itu sendiri (Unesco, 2005:15).

b. Teknologi Komunikasi

Murahnya harga hp (telpon seluler), kartu perdana dan layanan pesanan

singkat (SMS) m emungkinkan komunikasi antar orang tidak terganggu jauhnya

jarak. Hal ini m embuat orang hanya bisa bertemu melalui komunikasi saja yang

menyebabkan m ereka hilang rasa persaudaraan antar sesam a um at dalam

lingkungannya dengan s ms saja m ereka m enanayakan perkem bangan di

lingkungan (GS, art. 7).

c. Transportasi

Kemajuan transportasi baik darat, laut m aupun udara m enyebabkan

pergerakan (m obilitas) m anusia dar i sa tu negara ke neg ara lain sem akin cepa t.

Arus globalisasi tidak m ungkin bisa dibendung karena berkaitan dengan

perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi (GS, art. 4).

3. Ciri-Ciri Globalisasi

Suatu hal yang sesuai dengan etika kehidupan dan sesuai norm a yang

(38)

lebih baik dikenali ciri-cirinya dan kemudian ditangkap gambarannya yang lebih

utuh. Globalisasi sesungguhnya tidaklah datang secara m endadak. Ada

masukan-masukan da n m asa la mpau yang kem udian be rakumulasi dan berm uara kepada

apa yang te rjadi dewas a ini. Dala m hal ini globalisasi perlu diselam i sebagai

kejadian yang m empunyai latar belakang sejarah Ba rat dan Eropa. Globalisasi

merupakan gelombang lanjutan dan runtuhnya abad pertengahan Eropa yang serba

keagamaan m elahirkan jam an modern, di m ana m anusia berusaha m ewujudkan

sistem alternatif non-keagam aan yang sifatnya kokoh dan sem esta. Humanisme

(tatanan nilai mensituasikan kompentensi kpribadian setiap individu manusia) dan

renaissance (kelah iran k embali) dan kem udian gelom bang Enlightenment atau

Aufklarung merupakan awal dan kebangkitan modern tersebut. Perubahan tersebut

menjadi awal dan gerak evolusi (suatu proses yang terjadi secara perlahan-lahan

dan memerlukan waktu yang relatif lama) dan bahkan koevolusi (yang m enyertai

perubahan itu) yang bergerak terus yang si fatnya menjadi ekspansif ( sikap da n

prilaku untuk m elasanakan kem ampuan bebas dan terbuka) dan akum ulatif

(berkelanjutan) diberbagai bidang kehi dupan manusia, yang kem udian pada saat

ini berm uara m enjadi perubahan besar yang dinam akan globalisasi tersebut.

(39)

Berikut ini beberapa ciri yang menandakan sem akin berkem bangnya

fenomena globalisasi di dunia.

a. Perubahan dalam Konsep Ruang dan Waktu

Perubahan dalam konsep ruang dan waktu m erupakan suatu

perkembangan barang-barang seperti telepon genggam , televisi, satelit, dan

internet m enunjukkan bahwa komunikasi global terjadi dem ikian cepatnya,

sementara pergerakan m assa sem acam turism e m emungkinkan m anusia

merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda. Perkembangan barang-barang

tersebut memungkinkan adanya suatu perubahan sosial baik perubahan itu ke arah

yang positif m aupun yang negatif. Peruba han positif yang terjadi m isalnya

manusia se makin di mudahkan dalam hal berkomunikasi satu dengan yang lain.

Tetapi disamping itu bisa te rajadi itu bisa m embuat dampak negatif antara lain

manusia disibukan dengan kegiatan masing-masing ( Josef Kunschel, 1992:6).

b. Pasar dan Produksi Ekonomi

Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling

bergantung sebagai akibat dari pe rtumbuhan perdagangan internasional,

peningkatan pengaruh perusahaan m ultinasional, dan dom inasi organisas i

semacam World Trade Organization (W TO) organisasi perdagangan dunia.

Industeri budaya m enambah nilai pada produk dan m enciptakan nilai bagi

individu bagi masyarakat. Industeri budaya bersifat padat pengertahuan dan padat

karya, m enciptakan lapangan kerja dan kesejateraan, m enumbuh kembangkan

(40)

c. Peningkatan Interaksi Kultural

Peningkatan interaksi kultural me lalui perkem bangan m edia m assa

(terutama televisi, film, musik, dan transm isi berita dan olah raga internasional).

Saat ini, kita dapat mengkomsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru

mengenai hal-hal yang m elintasi beraneka ragam budaya, seperti dalam bidang

fashion, literatur, dan makanan (Kunschel, 1992:7).

d. Meningkatnya Masalah Bersama

Meningkatnya masalah bersam a, sepe rti pada bidang lingkungan hidup,

krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain. Pada bidang lingkungan hidup,

krisis multinasional, inflansi regional manusia sering mengalami ketidak pauasan

dalam hal keinginan untuk m enikmati hasil dari yang m ereka inginkan m isalnya

alam yang telah diciptaka oleh T uhan yang berakibat patal bagi kehidupan

manusia, itu sendiri yang m engakibatkan alam m enjadi m urka seperti tanah

lonsor, gempa bumi, banjir dan lain-lain (Kunschel, 1992:11).

C. Dampak-Dampak Globalisasi Dalam Hidup Persaudaraan Kristiani

1. Dampak Positif Globalisasi

a. Dampak Dari Globalisasi Politik

Dampak dari globalisasi politik. Pem erintahan dijalankan s ecara terbuka

dan dem okratis. Karena pem erintahan ad alah bagian dari suatu negara, jika

(41)

tanggapan positif dari rakyat. Tang gapan positif tersebut antara lain b erupa rasa

nasionalisme (sebuah ideologi pandangan filsafat dan tradisi politik yang

didasarkan pada paham bahwa kebebasa n adalah nilai politik yang utam a)

terhadap negara yang berkaitan menjadi meningkat (Hayadi Tjaya, 2004:62 ).

b. Dampak Globalisasi Ekonomi

Dampak globalis asi eko nomi, terbu kanya pasa r inte rnasional, yang bis a

meningkatkan kesem patan kerja dan m eningkatkan devisa negara. Adanya hal

tersebut akan m eningkatkan ke hidupan ekonom i bangsa yang m enunjang

kehidupan nasional bangsa (Koran Kompas, 1992:4).

c. Dampak Globalisasi Sosial Budaya

Dampak globalisasi sosial budaya, ora ng dapat meniru pola berpikir yang

baik seperti etos kerja ya ng tinggi dan disiplin dan Ip tek dari bangsa lain yang

sudah m aju untuk m eningkatkan kem ajuan bangsa yang pada akhirnya

memajukan bangsa dan akan m empertebal rasa nasionalism e( suatu paham yang

menciptakan kedaulatan sebuah negara) terhadap bangsa (Hayadi Tjaya, 2004:66).

d. Dampak Sosial Kemasyarakatan

Dampak sosial kem asyarakatan, meni pisnya batas-batas antar negara

menyebabkan ruang sosial m asyarakat sem akin luas. Kecanggihan teknologi

menjadikan dunia seperti selembar daun kelor. Dengan kemajuan teknologi, setiap

(42)

adanya teknologi dunia m aya atau internet dengan fasilitas chatting, email, dan

facebook menjadikan ruang sosial m asyarakat semakin luas. Setiap orang dapat

berkomunikasi dengan orang dari berbag ai negara tanpa ha rus be ranjak da ri

tempat duduk.( Budi dkk, 2008:5).

2. Dampak Negatif Dari Globalisasi

a. Liberalisme

Dalam globalisasi banyak yang be ranggapan, bahaw a liberalisme

(kebebasan) dapat membawa kemajuan dan kemakmuran, sehingga tidak tertutup

kemungkinan berubah arah dari ideologi Pa ncasila ke ideologi liberalism e. Jika

hal tesebut terjadi rasa nasionalisme bangsa akan menghilang (Kunschel, 1992:3).

b. Aspek Ekonomi

Dari globalisasi aspek ekonom i, hila ngnya rasa cinta terhadap produk

dalam nege ri karena banyaknya produk luar negeri seperti pakaian,sepatu,tas,

barang-barang elektonik dan lain-lain membanjiri di Indonesia dengan harga

murah, dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam ne geri m aka

perusahaan-perusahaan lokal bangke rut sehingga pengangguran m elonjak

mengakibatkan adanya kesenjangan sosi al yang tajam antara yang kaya dan

miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut

akan m enimbulkan pertentangan antara yang kaya dan m iskin yang berbahaya

(43)

c. Identitas Diri

Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri

sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung m eniru budaya barat

yang oleh m asyarakat dunia dianggap seba gai kiblat dan m elupakan nilai-nilai

budaya local sehingga banyak masalah baru timbul (Fu Lan, 2003:37).

d. Individualisme

Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antar

sesama warga. Dengan adanya indivi dualisme (satu falsafah yang mempunyai

pandangan moral, politik atau sosial yang m enekankan kem erdekaan m anusia

serta kepentingan bertanggungjawab dan ke bebasan sendiri.) m aka orang tidak

akan peduli dengan kehidupan bangsanya sehingga tim bullah banyak m asalah

baru (Kunschel, 1992:11).

3. Dampak Globalisasi Terhadap Hidup Persaudaraan

Tantangan yang dihadapi dalam m embangun persaudaraan kristiani

kesadaran akan perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam setiap pribadi manusia

menambah pertentangan dalam persaudaraan kristian i. D alam pribad i m anusia

sendiri sering timbul ketikseimbangan akal budi modern yang bersifat praksis dan

cara berpikir yang tidak mampu nenguasai keseluruhan ilmu pengetahuannya atau

menyusunnya. Dalam kehidupan persaudaraan kristiani sering m uncul ketidak

serasian karena kondisi-kondisi yang berb eda-beda antar setia p pribadi m anusia

(44)

a. Dampak Positif

Dengan adanya globalisasi um at sem akin m udah untuk saling

berkomunikasi antar sesam a, hanya da ri tem pat duduk saja sudah bisa

memberikan imfor masi kesesam a um at dan tidak tergantung jauh dekatnya.

Berkembangnya ilm u pengetahuan dan teknologi um at menjadi lebih m udah

dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.

Kegoncangan rohani dewasa ini da n perubahan kondisi-kondisi hidup

berhubungan dengan pergantian keadaan yang lebih luas. Karena peralihan itu

maka dala m pem binaan akal budi ilm u tentang m anusia sem akin diutam akan,

begitu pula dibidang ilmu keterampilan-keterampilan teknik yang besumber pada

diri m anusia. Mentalitas ilm iah denga n cara yang berlainan dengan di m asa

lampau membentuk peribudaya dan cara-ca ra berpikir lebih luas. Keteram pilan

teknik sedemikian maju, sehingga mengubah muka bumi dan kini sudah berusaha

manakhlukan ruang angkasa. Bangsa m anusia beralih dari pengertian tata dunia

yang lebih statis kepada visi yang lebi h dinam is dan bercorak evolusi. Maka

muncullah problem ik baru yang am at be sar, dan m engundang analisis-analisis

baru. Dampak positif dari keadaan yang terjadi di lingkungan Stefanus

memberikan gam baran yang sangat luas pada um atnya dalam hal kepercayaan

akan kem ajuan ilm u dan teknologi seka rang ini yang berkembang sangat pesat

(GS, art. 5)

b. Dampak Negatif

Dampak negatif globalisasi um at merasa dimudahkan dengan teknologi

(45)

lain dalam beraktivitas, kadang mereka lupa kalau m ereka adalah m ahluk sosial.

Kaum m uda khususnya di lingkungan peran aktfnya m ulai m enghilang hal

tersebut karena pngaruh dari teknologi yang kian maju.

Alat-alat komunikasi sosial yang ba ru dan cangih m enujang pemberitaan

dan peristiwa-peristiwa maupun penyebara n cara-cara berpikir dan berperasaan

secepat dan seluas m ungkin, sambil m enimbulkan pelbagi reaksi b eruntun.

Dampak globalisasi jelas pada pertem uan-pertemuan yang berlangsung dalam

lingkungan stefanus di m ana umat yang ha dir hanya beberapa saja dibanding

dengan jumlah umat yang berada di lingkungan tersebut ( GS, art. 6).

4. Sikap dan Cara Menghadapi Arus Globalisasi

Kehidupan manusia pada jam an sekarang ini m empunyai tantangan yang

sangat besar untuk menghaadapi perubaha-perubahan dalam arus globalisasi yang

semakin meningkat. S ikap hidup m anusia disejajarkan antara laki-laki dan

perempuan tidak seorangpun berhak merendahkan orang lain karena dimata Allah

semuanya s ama, dalam sikap m enghadapi arus globalisasi sekarang ini. Sikap

kebersamaan dalam persaudraan kris tiani diutam akan untuk mem berikan

gambaran yang nyata bagi setiap pribadi m anusia untuk mampu bersaing dalam

kemajuan arus globalisasi sekarang ini (Kung - Karl,1999:36).

a. Sikap Terbuka

Sikap hidup m anusia harus saling sali ng terbuka antara satu dengan yang

(46)

membutuhkan pertolongan. Pertumbuhan pribadi m anusia dan perkem bangan

masyrakat dalam ke majuan arus globalisasi, manusia dituntut dalam pergaulan

antar sesame, dengan saling berjasa, m elalui dialog dengan sesama saudara untuk

menghadapi siakap arus globalisasi ya ng berkem bang pesat bagi pertum buhan

hidup manusia ( GS, art. 25).

Pandangan m anusia dalam sikap ke terbukaan m enarik manusia untuk

mencari dan mencintai apa yang serba benar dan baik. Dengan siakap keterbukaan

manusia menjadi sempurna untuk mengetahui apa yang menjadi tugasnya.

b. Sikap kritis

Pada jam an sekarang ini m anusia dituntut untuk kritis dalam segala hal

agar bisa m enghadapi perubahan-perubahan dalam m enghadapi arus globalisasi.

Dewasa ini m anusia berada dalam peri ode baru sejarahnya, m asa

perubahan-perubahan yang m endalam dan pes at berangsur-angsur meluas ke seluruh dunia.

Perubahan-perubahan itu tim bul dari kece rdasan dan sikap kritis m anusia, cara

menilai serta keinginan-keinginannya yang bersifat perorangan maupun kolektif,

caranya berpikir dan bertindak terhad ap benda-benda m aupun sesam a m anusia.

Demikianlah manusia bisa kritis dalam segala bidang untuk menemukan apa yang

menjadi keinginan dakam membentuk pribadi yang lebih utuh dan berim an (GS,

art. 4).

Sikap kritis adalah sikap tidak m enerima begitu saja sesuatu yang berasal

dari pihak yang m empunyai otoritas, m enolak ikut arus pendapat um um, atau

(47)

yang muncul dari o rang lain y ang kritis sering menghasilakan kritik. Sikap kritis

dalam acara dialog atau debat, sangat diperlukan sikap kritis perlu agar keputusan

dan kesim pulan yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan dari semua sisi

(http://www.google.co.id/#hl=id&q= sikap kritis, Mei 22, 2011).

Sikap kritis m embawa sese orang untuk m ampu mem pertanggung

jawabkan, apa yang m enjadi pernyataannya atau tugasnya, sikap kritis

memungkinkan seseorang mampu mempertanggungjawabkan, apa yang sudah dia

sampaikan misalnya dalam dialog, rapat dan lain-lain, seseorang yang mempunyai

sikap kritis mampu menjawab tantangan-tantangan di jaman global sekarang ini.

Sikap kritis juga akan m embuat ora ng tidak m udah terom bang-ambing oleh

tawaran-tawaran yang menggoda contoh apabila ada barang-barang yang ngeteren

ia ditawarkan dengan harga cukup murah akan mempersoalkan barang-barangnya

terlebih dahulu, misalnya barang tersebut palsu atau tidak, perlu saya ambil atau

tidak, mendukung karya saya, membuatnya punya banyak utang atau tidak.

Sikap kritis bisa di latih dengan refleksi, dengan cara m engingat apa yang

telah dilihat dan dialam i untuk m emperdalam pe mahaman bagi diri sendiri.

Seseorang bisa kritis dengan mengingat kembali apa yang sudah dilakukan hari itu

dan mana-mana tidak dilakukan, untuk menemukan apa yang sebaiknya dilakukan

atau baiknya tidak dilakukan. Orang perl u m empunyai kriteria untuk bisa nilai,

tanpa kriteria tidak bisa dia m embuat penilaian. Kriteria yang sehat ad alah nilai

etik atau nilai sosial, kriteria yang tidak sehat adalah kesenangan atau keuntungan

pribadi. Orang akan disebut kritis bila dalam menilai dia, memakai kateria yang

(48)

mengupayakan pilihan yang bernilai bagi banyak orang yang pada gilirannya juga

akan baik bagi dirinya dalam jangka panjang dan lingkup yang luas.

c. Sikap Rela Bekerjasama

Sikap kerjasam a sangat dibutuhkan dalam kehidupan um at m anusia.

Dengan kerjasama manusia bisa melakukan hal-hal yang berat. Begitu pula dalam

lingkungan um at dituntut untuk bisa saling berkerjasam a dalam hal

mengembangkan lingkungannya, berkerjasa ma m enjadi tuntutan yang utam a

dalam lingkungan khususnya dalam mengha dapi arus globalisasi, um at

lingkungan m ampu untuk m enjawab apa yang m enjadi tantangan jaman dalam

arus globalisasi

Kerjasama menjadi jembatan penghubungan antar pribadi m anusia untuk

mampu menyelesaikan segala sesuatau s upaya semua orang m enjadi satu seperti

kitapun satu (Yoh 17:21-22). Kerjasam a m embuka cakrawala yang tidak

terjangkau oleh akal budi m anusiawi, Ia m engisayratkan kem iripan antara

persatuan pribadi-pribadi Ilahi dan pers atuan-persatuan putra-putri Allah dalam

kebenaran dan cinta kasih (GS, art. 24). Manusia dituntut untuk bisa saling

berkerjasama, karena dengan berkerjasam a antara satu sam a yang lain m anusia

mampu untuk menyelesaikan masalah yang besar.

Dalam sikap rela berkerjasam a harus ada kepercayaan antara satu pih ak

dengan pihak lain, apabila sikap rela berk erjasama tidak disertai rasa percaya

(49)

berkerjasama m enuntut manusia untuk sa ling bisa m enerima dan m emberi apa

yang sedang dilaksanakan, contoh dari pengalaman dala m kegiatan m enggereja,

seseorang dituntut untuk mampu berkerjasama membuat bahan pendalaman iman

masa Adven, hal yang sering m uncul adalah tidak cocoknya pola pikir beberapa

anggota dalam kelompok, akan tetapi dengan sikap rela berkerjasama segala hal

yang sulit dapat m enjadi ringan dan bisa m embawa kelompok bersatu untuk

membuat bahan pendalam i man masa A dven sam pai pada tujuan yang m au

(50)

31

BAB III

HIDUP PERSAUDARAAN DI LINGKUNGAN ST. STEFANUS PAROKI SANTO YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA DALAM MENGHADAPI

ARUS GLOBALISASI

A. Lingkungan St. Stefanus Sebagai Bagian dari Paroki St. Yusup Bintaran Yogyakarta

1. Gambaran Umum Paroki St. Yusup Bintaran Yogyakarta

Gereja St. Yusup Bintaran Yogyakarta terletak di jalan B intaran kidul 5

Yogyakarta. Letak Geografi: Sebelah Timur Sungai Code dari Jl. Menteri Supeno

keselatan s/d batas kota Yogyakarta, Pakelrejo keselatan Jl. Sorosutan, Pakel Baru

Selatan s/d batas kota Yogyakarta. Ba ngunan Gereja Santo Yusup di Ka mpung

Bintaran, Yogyakarta, sudah m emikat perhatian orang. Bentuk gedungnya khas,

berlainan dengan bangunan gereja lain di m asa itu. "Gereja J awa P ertama di

Yogyakarta". Mengapa disebut sebagai Jawa? Pertam a, karena sejak awal

bangunan gereja m emang dikhususkan bagi masyarakat K atolik Jawa. Gereja

Bintaran didirikan, m engingat semakin be rtambahnya jumlah um at Katolik di

Yogyakarta, yang tak mungkin tertam pung lagi dalam sebuah gudang di tim ur

Gereja Kidul Loji. Mem ang pada masa itu, gereja untuk m asyarakat Jawa dibuat

secara darurat dibelakang Broederan FIC.

Gereja St. Yusup Bintaran m emang bukan bangunan gereja pertam a di

Yogyakarta. Beberapa gereja dibangun se belumnya dan lebih dahulu berkarya

(51)

memang terbuka bagi setiap umat yang seiman tetap ada perasaan kurang nyaman

mengikuti upacara perayaan keagaman di bangunan model baru. Masyarakat Jawa

belum biasa duduk di bangku m ereka masih mengenakan kain baik pria m aupun

wanita, sehingga jauh lebih sering duduk be rsimpuh di lantai. Perasaan kurang

akrab semacam ini, justru sulit muncul dari masyarakat Jawa yang pendiam yang

lebih senan g m embisu dalam m enghadapi segala m acam situasi. Sungguh

beruntung mereka karena suasana tim pang ini bisa baca oleh orang lain antara

para pelopor pem bangunan Gereja B intaran, Romo H. Van Driessche dan Bapak

Dawoed seorang katekis pribumi. Kecuali ini, soal canggungan orang Jawa masuk

gereja bergaya Eropa, juga dipaham i ol eh Ro mo A. Van Kalken SJ, Regulier

Ovreste Missi Jesuit di Jawa m asa it u. Mereka inilah yang m empelopori dan

menggugah sem angat saudara-saudara seim an yang berasal dari latar-belakang

kebudayaan Jawa. Mereka kem udian m elontarkan gagasan, perlunya didirikan

bangunan Gereja baru d i Yogyakarta yang m emiliki kelengkapan serta suasan a,

sesuai citarasa m asyarakat setempat . Ketika itu, m asyarakat Katolik Jawa

mengikuti upacara misa suci terpaksa saling berdesak-desakan di sebuah gudang.

Bangunan sempit, panjang dan sam a se kali kurang mem adai. Tentu saja,

masyarakat Katolik Jawa bisa saja m engikuti misa di bangunan gereja setem pat.

Tetapi, entah karena apa m ereka ju stru m emilih bers embahyang di gudang,

samping Gereja Kidu l Loji Kecuali tak memadainya gudang di sam ping Gereja

Kidul Loji, juga m uncul keluhan, gudang ta di ternyata terlampau sempit, karena

harus m enampung kehadiran ' domba-domba' barunya. Ini sem ua akhirnya

(52)

cukup lapang untuk m enampung kegiatan um at Katolik yang senantiasa

membesar jumlahnya. Pilihan, akhirnya dijatuhkan ke sebidang tanah di Kampung

Bintaran, sebelah timur Sungai Code, pada sudut jalan pertemuan Jalan Bintaran

Kulon dan Bintaran Tengah.

Gereja yang diharapkan m enjadi Gere ja Katolik Jawa tadi, dibangun

seluruhnya dengan landasan beton. Pera ncangnya J.H. Van Oten B.N.A dan

dilaksanakan pem buatannya oleh Hola ndsche Beton Maatschappij. Menurut

catatan, bangunan pertam a Gereja Bintar an ini berukuran panjang 36 m eter

sampai di bangku tem pat komuni. Sebagian kiri dan kanan, sepanjang 20 m eter.

Lebar bagian tengah 10 m eter dan bagi an sisinya, m asing-masing 5 m eter,

menjadikan keseluruhannya 20 meter. Atap penaung bagian tengah tinggi 13

meter dari lantai. Atap tadi sem ula dicat putih, sesuai dengan suasana di

sekitarnya. lebih penting juga, dalam ruang Gereja, bangku-bangku m asa hanya

ada pada bagian belakang. Di sebelah de pan, diham par tikar-tikar bambu tutul

untuk tempat duduk (lesehan) m asyarakat Jawa yang ingin m engikuti upacara

misa kudus. Dibanding dengan bangunan- bangunan sezamannya, Gereja Bintaran

mencatat keunikan tersendiri. Sinar m atahari dirancang bisa leluasa m asuk

menerangi bagian dalam ruangan. Sinar pe nerang tersebut tidak m elalui jendela

jendela, m elainkan sebagai ganti, terdap at 72 buah kisi-kisi (rooster) ganda,

berjajar samping-menyamping dinding dari bahan beton cor. Ketika di masyarakat

pertamakali, Gereja Bintaran belum memiliki orgel. Sebagai ganti, dibantu dengan

harmonium. Guna lebih m emantapkan um at yang hadir, pada dinding gereja

(53)

perjalanan kehidupan Tuhan Yesus ini ternyata sangat dihargai masyarakat, sebab

mereka bisa m emanfaatkannya sewaktu mengikuti upacara Jalan Salib (Lonceng

Bintaran,3:2011).

Gereja Bintaran pertama kali diresm ikan pada tahun 1959, upacara pesta

perak berlangsung penuh kesederhanaan. Di sam ping Misa Kudus Tri Rom o,

sebagai tanda syukur atas berkah dalem kepada gereja pada tanggal 2 sampai 7

Agustus 1959 diselenggaraka n retret untuk um at separoki guna lebih

menggembleng kekuatan im an serta m engobarkan kehidupan keagam aan di

Paroki Bintaran.

Sejak tahun 1941 ditetapkan pimpinan baru di Bintaran. G una mengganti

Romo Soegijopranoto ditunj uk Romo C. Martawerdaja SJ. Dala m karyanya ia

dibantu Romo M. Reksaatmadja SJ. Hampir sepuluh tahun beliau berdua berkarya

di Bintaran, sampai ak hirnya pimpinan tinggi gere ja menetapkan Rom o J.

Drijkstra SJ dibantu seorang Im am Pr aja m enangani gereja kita. Tahun 1963,

pimpinan gereja beralih ke Rom o P. Ki jm SJ dibantu Romo Ant. Soenarjo SJ.

Romo Kijm terus m emimpin Bintaran hingga tahun enam puluhan. Pada tahun

1955 yang membantu Romo Kijm adalah Romo V. Soekosoemarto SJ dan Romo

A Dibyawa hjana SJ. Sem entara di ta hun 1960 Rom o Ki jm dibantu Rom o P.

Poerwohoetomo SJ (Lonceng Bintaran,2011).

Perkumpulan ibu-ibu Janda, yang di sebut Elisabeth dan W orosemedi

mulai m uncul pada tahun 1974, di ba wah pimpinan Ibu C Hadisuseno, Ibu

Soemoatmadja dan Ibu Murtiwidjono. Karena tahun 1974 Gereja Bintaran dipakai

(54)

Beberapa pem ugaran di luar m aupun di dalam gedung gereja m ulai diadakan

antara lain : pagar Ger eja, in tern pastur an dan lain bagainya. Aula Bintaran

berkali-kali menampung kegiatan pastoral yang berbeda-beda. Dengan hilangnya

kegiatan-kegiatan lama, munculah kegiatan baru ruang belajar untuk umum, ruang

perpusatakaaa untuk sekolah, guru agam a dan um um, Tahun 1875 kursus

perkawinan (Pem binaan Persiap an Ke luarga) yang diprakarsai Rom o Al.

Budyapranata Pr m ulai dicanangkan buat seluruh DIY hingga saat ini. Dan

kegiatan Romsos Kas. juga berpusat di tempat yang sama.

Pada masa periode perjuangan be rsenjata aatara tahun 1942 sampai 1949,

suasana Paroki Bintaran; juga berganti. Pada periode ini Ge reja Katolik memang

mengalami cobaan goncangan cukup besar. Banyak rom o yang terpaksa harus

masuk ka mp tawanan (diinternir) bahkan dilarang m elaksanakan kegiatannya.

Tetapi berkat gigihan pa ra katekis awam yang am at tangguh, bagaim anapun

kegiatan Gereja Bin taran tetap berjalan. Dalam situasi sem acam ini pula, Aula

Paroki Bintaran m enjadi ajang tempat berlangsunnya Konggres dan rapat-rapat.

Bahkan gereja kita menyumbang tempatnya, dipakai selaku markas darurat. Pada

saat yang hampir bersamaan, sekitar tahun 1947 sekolah guru Katolik dan SMA

de Britto juga mulai tumbuh dari Bintaran. Berawal dengan m enempati komplek

aula serta B intaran Ledok, barat gereja . Ham pir bersam aan dengan itu, sekolah

Santo Thomas (yang sekarang sudah be rkembang menjadi SMA St. Thomas dan

Yayasan Marsudi luhur) juga berdiri.

Kegiatan sosial yang memuncak di Bintaran adalah sewaktu umat berhasil

(55)

Tempat transit para s audara kita ju ga m engambil lok asi d i Aula Binta ran. Dari

tempat yang sa ma, berhasil dikem bangkan gerakan gereja intern. Yakni dengan

kegiatannya Maria Congregatie (MC) ketik a m elaksanakan apel besar di tanah

lapang Trenggono tahun 1954 bertepatan dengan kegiatan peringatan 100

memasyarakatnya. Tak hanya kegiatan kem asyarakatan berkem baag dalam

periode ini. Sebab Yuvenat atau 1 pat pendidikan para calon SJ juga Pernah

berada di lingkungan Bintaran, m enempati Kantor Yayasan Kanisius cabang

Yogyakarta yang ada sekarang ini kegiatan khusus lainnya juga tam bah banyak

Kursus menjahit bagi para ibu dan kur sus sosial ekonom i yang diprakarsai oleh

Badan Usaha Wanita Katoolik (BUWK) serta kegiatan Werdatama.

Partisipasi gereja dalam membangun m asyarakatnya nam pak sekali

dengan ikut sertanya umat Bintaran dalam Partai Katolik yang masa itu dipimpin

oleh Bapak C.O. Tjiptasum arta. Peri ode perkem bangaan dan pertumbuhan ini

mencapai puncaknya sekitar pergolakan G30S/PKI. Pada waktu inilah Gereja

Bintaran menampilkan diri sebagai Youth Centre, di m ana para sarjana Katolik

ISKI dan m ahasiswa PM KRI berm arkas di Bintaran. Begitu pula sebuah

pemancar radio bersem angat Katolik m ulai m engudara dengan nam a Bikim a,

kependekan dari Bintaran Kidul Lim a. Berbareng dengan ini, rombongan drum

-band kebanggaan um at Katolik di m asa itu, Jaya Katolik, sem akin sering

menghiasi parade baris-berbaris di Kota Yogyakarta. Gerakan-gerakan baru ini

dipelopori oleh Romo B. Nissen SJ. Di puncaki oleh berkembangnya rombongan

paduan suara Koor Son us Serius, yang ikut mewarnai upacara liturgi dalam

(56)

Angin baru m eniup Paroki B intaran dengan adanya pembagian batas

wilayah paroki, seperti yang ada hingga sekarang ini Pada tahun 1968 dibentuk

Dewan Paroki untuk pertam a kalinya be rikut kepengurusan kring. Ketua Dewan

Paroki yang aktif dalam kepe ngurusan Dewan Paroki adalah Bapak C.O.

Tjiptosumarta Sedangkan rom o yang m erintis pem bangunan pastoral Dewan

Paroki Romo Al. Wahyasudibya Pr. Kemudian oleh Romo PC Yudodihardjo MSF

dimulai Misa W ilayah yang sam pai kini tetap berlangsung. Kehadiran Romo B.

Pudjaharja Pr. pada tahun 1972 mengkokohkan pembangunan pastoral serta gereja

umat. Dengan bantuan Romo Al. Budyapranata diadakan kaderisasi dan penataran

guru-guru agam a tingkat wilayah, retret um at serta gerakan Diakon Awa m.

Struktur D ewan Paroki dan kepengur usan Dewan Paroki m ulai dibuat

mekanismenya lebih serasi. Berhubung umat semakin bertambah, maka dilakukan

sensus atau pencatatan warga Katolik di seluruh Paroki Bintaran.

2. Situasi Umum Lingkungan St. Stefanus

a. Letak dan Situasi Geografis

Lingkungan St. Stefanus m erupakan ba gian dari paroki St. Yusup

Bintaran yang terletak lum ayan ja uh dengan pusat Paroki. Lingkungan St.

Stefanus mem punyai kekhasan yaitu ja rak rum ah uma t sangat berdekatan

sehingga memudahkan mereka untuk berkumpul bersama dan beribadah bersama.

Situasi umat Katolik di lingkungan St. St efanus berbeda-beda. Ada um at yang

Gambar

Tabel 1. Variabel Penelitian
tabel 2. Tabel 2. Dasar Persaudaraan dan Ciri Hidup Persaudaraan Kristiani
Tabel 3. Faktor Pendukung Hidup Persaudaraan Dan Faktor Penghambat
Tabel 4.  Pengertian Globalisasi dan Ciri Globalisasi (N=50)
+4

Referensi

Dokumen terkait

penanganannya harus sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Pengadilan haruslah sebagai pihak yang berwenang memberi keadilan. Keharusan itulah yang harus dapat diwujudkan

Untuk menggunakan sistem ini, siswa cukup mengirim sms dengan format tertentu, aplikasi sms gateway tersebut akan secara otomatis membalas sms dengan jawaban yang sesuai dengan

Salah satunya adalah untuk menyampaikan Informasi seputar pembuatan KTP, Pada Pekon Sridadi, masyarakat yang hendak membuat KTP harus datang ke Balai Pekon untuk

Kesimpulan penelitian adalah besarnya simpangan kecepatan berdampak terhadap ketidak optimalan sel bahan bakar, jenis aliran laminar menghasilkan keseragaman kerapatan dan

Salah satu materi yang menjadi dasar matematika sekolah adalah bilangan, pemahaman yang baik tentang konsep bilangan akan sangat membantu dalam memahami

Struk hasil cetak komputer sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 5 ayat (2) selain merupakan bukti penimbangan kendaraan juga merupakan tanda bukti pembayaran yang sah

Berdasarkan nilai loading, variabel yang perlu dikembangkan adalah pengetahuan tentang dampak potensial gempa bumi terhadap fasilitas fisik dan bangunan (0,78),

Berdasarkan perumusan masalah diatas dapat ditentukan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh profitabilitas, likuiditas, leverage, dan