iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk yang tercinta
Ayahku (Uncang), Ibuku (Sriyati),
Adikku (Desi Petriyati), Abangku (Heronimus)
dan Umat Lingkungan St. Stefanus Paroki Santo Yusuf Bintaran
v
MOTTO
“Tak berkesudahan Kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya selalu baru
tiap pagi: besar kesetianMu”.
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “ Membangun persaudaraan untuk menghadapi pengaruh negatif globalisasi di lingkungan St. Stefanus, Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta”.
Penulis memilih judul ini ber pangkal dari situasi jam an sekarang dengan globalisasi yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia, termasuk juga umat di Lingkungan S t. Stefanus, Paroki Santo Yusup Bint aran, Yogy akarta. Umat di s ana um umnya kur ang bi sa mengendalikan di ri m enghadapi ar us globalisasi. Mereka cender ung sibuk dengan ke pentingan pribadi masing-masing yang diakibatkan oleh globalisasi. Hal sem acam ini m embuat hubungan antar warga pun sem akin renggang karena kur angnya komunikasi. Dampak buruk dari globalisasi sudah sampai pada keluarga-keluarga sehingga di sana pun kurang ada komunikasi y ang baik antar sesam a anggota keluarga, karena tiap anggota cenderung sibuk dengan kegiatan prib adi m asing-masing, da n kura ng pe duli kepada warga yang lain. Hal yang sem acam ini m enyebabkan seringnya tim bul percekcokan antara sesam a anggota keluarga dan da lam keluarga ini anak pun merasa kur ang m endapat per hatian da n ka sih say ang, selain itu masih ada pula dampak negatif lainnya.
Menanggapi hal di a tas perlulah diupayakan sesuatu yang khusus dan tak boleh dilupakan, bahwa upaya ini perlu dimulai dari pribadi masing-masing umat sendiri. Masing-masing pribadi juga perlu berpegang pada semangat persaudaraan dan t idak dil upakannya pr insip hi dup be rsama, sehi ngga per saudaraan da pat sungguh-sungguh diwujudkan dan dilestarikan.
Persoalan sk ripsi ini ad alah, bag aimana m engupayakan pendam pingan umat di lingkungan St. Stefanus, Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta guna mewujudkan persaudaraan untuk menghadapi pengaruh negatif globalisasi. Untuk mengetahui sejauh m ana pe ndampingan terhadap um at yang sudah berlangsung dan pengaruh globalisa si terhadap persau daraan um at lingkung an St. Stefanus, diadakan penelitian melalui pengumpulan data di lapangan dengan menyebarkan kuesioner kepada um at untuk m emperoleh m asukan, yang diharapkan dapat membantu pe nulis da lam menyusun ba han pe ndampingan im an ba gi um at di lingkungan St. Stefanus, Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta dalam rangka mewujudkan persaudaraan untuk menghadapi pengaruh negatif globalisasi.
Guna membantu umat Lingkungan St. Stefanus dalam upaya melestarikan persaudaraan di te ngah ar us gl obalisasi, pe nulis lewat s kripsi ini m enawarkan Katekese Umat. Diharapakan Katekese Umat dapat membantu umat Lingkungan St. Stefanus sehingga kedamaian dan keharmonisan akan dapat semakin hidup dan berkembang da lam ke hidupan kita s ehari-hari, di tengah-tengah ar us globa lisasi ini.
ix
ABSTRACT
This th eis “Bulilding a brotherhood to face the negative effects of globalization on the environment St.Stephen, St.Josep Parish Bintaran, Yogyakarta.
The autho r chose this title stems from t he situation tod ay with the globalization of a ve ry i nfluential on hu man life, includ ing p eopleat th e Environmental St. Stephen, St. Josep Parish Bintaran, Yogyakarta. Race there is generally le ss a ble to c ontrol m yselffacing the gl obalization. They tend to bus y with their personalinterests posed by globalization. T his sort o f thing makes the relationship betwee n citizens even m ore tenuou s because of the lack of communication. T he nega tive c ommunication am ong fellow m embers of the family, because each member tends to bus y with pers onal activities ofeach, and less concerned to other citizens. This sort of thing thatled to frequent squabbles arise among family members and children in these families felt less attention and affection, but stillthere are other negative impacts.
In response to the above it is necessary to be pursued something special and should never be forgotten, that this effort must start from ea ch person his own people. Each person also needs tohold on to the spirit of br otherhood and do not forget the principle of living together, so that the fraternity can truly be realized and preserved.
The iss ue of this thesis is, how to seek assi stance in th e env ironmental community St. Stephen, St. Joseph Parish Bintaran, Yogyakarta in order to realize the brotherhood to f ace the negative aff ects of globalization. T o determine the extent ofassistance to people who already underw ay and the im pact of globalization on the brot herhood of St. neighborhood . Stephen, conducted research through field data collection by distribu ting questionnaires to people to get input, which is expected to assistauthors in preparing the m aterial assistance for the people of faithin the St. Stephen, St. Joseph Parish Bi ntaran, Yogyakarta inorder to realize the brotherhood to face the negative affects of globalization.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa karena atas rahm at
dan ka sih-Nya, pe nulis da pat menyelesaikan s kripsi ya ng be rjudul
”MEMBANGUN PER SAUDARAAN UNTUK MENGHADAPI PENGARUH
NEGATIF GLOBALIS ASI DI LI NGKUNGAN ST. STEFANUS PAROKI
SANTO YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA ”. Penulis juga m engucapkan
banyak terim akasih kepada sem ua piha k yang telah m endukung penulis, baik
secara langsung m aupun tidak langsung. Ol eh sebab itu, pada kesem patan ini
penulis menghaturkan limpah terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. H.J. S uhardiyanto SJ, selaku do sen pem bimbing ut ama ya ng de ngan
kerelaan dan kesadaran mendampingi, memberi masukan serta mengarahkan
penulis dalam menyusun skripsi ini dari awal hingga selesai.
2. Drs. FX. Heryatno WW. SJ. M.Ed, selaku penguji II sekaligus sebagai dosen
pembimbing akademik yang de ngan se tulus h atinya me mbimbing, me mberi
perhatian, dan memberi dukungan kepada penulis.
3. Y.H. Bi ntang N usantara, S FK, M. H um, selaku penguji III y ang me mberi
semangat dan ke gembiraan da n m eluangkan wa ktu untuk m empelajari da n
memberikan masukan berkaitan dengan isi skripsi ini.
4. Ketua Lingkungan St. Stefan us Paroki Sant o Yusup Bintaran Yogyakarta
yang t elah m emberikan t empat da n kes empatan ke pada pe nulis unt uk
xi
5. Umat lingkungan St. Stefan us Paroki Santo Yusup Bintaran Yogya karta
yang telah m emberikan dukungan kepada penulis de ngan bersedia mengisi
kuesioner yang disebarkan.
6. Ayahku Uncang, Ibuku Sriy ati, Adikku Desi Petriy ati, Abangku Heronim us
dan kak Reni, E di Pratomo, keponakanku Gayu Pertiwi da n sanak saudara
yang tercinta, yang se lalu m enyemangati dan selalu mem beri dukungan
kepada penulis selama studi di IPPAK.
7. Spesial bua t ya ng te rcinta, Lusia Windiarti yang selalu m enyemangatiku
selama pem buatan s kripsi. T erima ka sih a tas kes abaran, kas ih da n s ayang
yang telah sayang berikan.
8. Sahabatku Aci, J oy dan Ist erinya, L apin, H ermas Jabl ay, M uji, T ogar,
Kentung, R icat J ulius, Ga dak, O la, Cen, Y osi, F ising B orneo Ja va, A de,
Novan, Jepri Jong, Niko, Anton, Anto yang selalu memberikan semangat dan
masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman seangkatan 2005-2006 ya ng telah m eneguhkan, dan m emberi
dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang selama ini
dengan ketulusan hati telah m emberikan m otivasi da n bantuan hingga
terselesaikannya penulisan skripsi ini.
Penulis meny adari k eterbatasan d an kekurangan dalam penulisan skripsi
ini, sehingga penulisan skripsi ini m asih jauh dari sem purna. Oleh karena itu
penulis m enerima segala kritik dan sa ran yang m embangun dem i perbaikan
xii
Akhir kata sem oga s kripsi i ni da pat bermanfaat da n be rguna ba gi s iapa
saja yang m embutuhkannya teristimewa untuk pihak lingkungan St. Stefanus
Paroki Santo Yusup Bintaran Yogyakarta.
Yogyakar ta, 13 Oktober 2011
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR SINGKATAN ... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ... ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penulisan ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Metode Penulisan ... 5
F. Sistematika Penulisan ... 6
BAB II. HIDUP PERSAUDARAAN DI TENGAH ARUS GLOBALISASI . 7 A. Hidup Persaudaraan Kristiani ... 7
1. Dasar-Dasar Persaudaraan Kristiani ... 7
2. Manusia Sebagai Citra Allah ... 7
a. Kasih Tuhan Kepada Manusia dan Kasih Manusia Kepada. 7
xiv
3. Curi-ciri Hidup Persaudaraan Kristiani ... 9
a. Cinta Kasih……… 10
b. Keadilan……… 11
c. Solidaritas………. 12
d. Toleransi……… 12
e. Perdamaian……… 13
B. Globalisasi Sebagai Tantanan Hidup Di Jman Sekaran ……… 13
1. Pengertian Globalisasi ……….. . 13
a. Arti globalisasi……… 14
b. Globalisasi sebagai proses……….. 14
c. Globalisasi membawa perubahan sosial………. 15
d. Perubahan dalam ruang dan konsep ……….. 16
2. Hal-hal yang mendorong Derasnya Arus Globalisasi …………. 17
a. Teknologi Informasi……… 17
b. Teknologi Komunikasi……… 18
c. Transportasi………. 18
3. Ciri-Ciri Globalisasi ……… 19
a. Perubahan dalam Konsep Ruang dan waktu ……….. 20
b. Pasar dan Produksi Ekonomi ... 20
c. Peningkatan Interaksi Kultural……….. 21
d. Meningkatnya Maslah Bersama……… 21
C. Dampak-Dampak Globalisasi Dalam Hidup Persaudaraan Kristiani…. 21 1. Dampak Positif Globalisasi ……… 21
a. Dampak dari Globalisasi Politik……… 22
b. Dampak Globalisasi Ekonomi……… 22
c. Dampak Globalisasi Sosial Budaya………... 22
d. Dampak Sosial Kemasyarakatan……… 23
2. Dampak Negatif Dari Globalisasi ... a. Liberalisme……….. 23
b. Aspek Ekonomi……….. 23
xv
d. Individualisme ……… 24
3. Dampak Globalisasi Terhadap Hidup Persaudaraan………. 24
a. Dampak Positif……… 25
b. Dampak Negatif……….. 26
4. Sikap dan Cara Menghadapi Arus Globalisasi………. 26
a. Sikap Terbuka………. 27
b. Sikap Kritis………. 28
c. Sikap Rela Berkerjasama……… 29
BAB III. HIDUP PERSAUDARAAN UMAT LINGKUNGAN ST. STEFANUS PAROKI SANTO YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA BINTARAN YOGYKARTA DI TENGAH ARUS GLOBALISASI .. ……..………. 31
A. Lingkungan St. Stefanus sebagai bagian dari Paroki Santo Yusup Bintaran Yogyakarta... 31
1. Gambaran paroki St. Yusup Bintaran Yogyakarta ... 31
2. Situasi Umum Lingkungan St. Stefanus ... 38
a. Letak dan Situasi Geografis... 38
b. Situasi Umat, Jumlah Kepala Keluarga dan Mata Pencaharian……… 39
3. Kegitan yang ada di Lingkungan St. Stefanus Paroki St. Yusup Bintaran Yogyakarta ... ... 40
a. Kegiatan Rutin... 40
b. Kegitan Berkala ... ... 41
B. Metodologi Penelitian ... 41
1. Rumusan masalah Penelitian ... 42
2. Tujuan Penelitian ... 42
3. Jenis Penelitian ... 42
4. Metode Penelitian ... 43
5. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43
6. Responden Penelitian ... 44
xvi
8. Variabel Penelitian ... 45
9. Analisis Data ... 46
C. Laporan Hasil Penelitian ... 47
1. Pandangan Umat Tentang Dasar dan Ciri-Ciri Hidup Persaudaraan ... 47
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Hidup Persaudaraan... 50
3. Pandangan Umat Tentang Pengertian Globalisasi dan Ciri-Ciri Globalisasi ... 52
4. Dampak Positif dan Negatif Globalisasi 56 5. Pengaruh Globalisasi dalam Hidup Pesaudaraan Kristiani ... 58
6. Usaha dalam Menghadapi Arus Globalisasi ... 59
D. Pembahasan Penelitian ... 60
1. Pemahaman Umat Tentang Dasar dan Ciri-Ciri Persaudaraan …. 60 2. Faktor Pendukung dan Penghambat Hidup Persaudaraan ……... 61
3. Pandangan Umat Tentang Pengertian Globalisasi dan Ciri-Ciri Globalisasi ……….. 62
4. Dampak Positif dan Negatif ………. 62
5. Pengaruh Globalisasi dalam Hidup Pesaudaraan Kristiani ... 64
6. Usaha dalam Menghadapi Arus Globalisasi ... 64
E. Kesimpulan Penelitian ……… 64
1. Pandangan Umat Tentang Persudaraan Kristiani ……….. 65
xvii
BAB IV. USULAN PROGRAM DAN UPAYA MEMBANGUN
PERSAUDARAAAN UNTUK MENGHADAPI PENGARUH NEGATIF GLOBALISASI DI LINGKUNGAN
SANTO STEFANUS PAROKI SANTO YUSUP
BINTARAN YOGYAKARTA ………. 67
A. Pandangan Umat Lingkungan St. Stefanus Mengenai Globalisasi .. .. 67
1. Upaya-upaya yang dilakukan umat lingkungan St. Stefanus dalam menghadapi pengaruh globalisasi ……….. 68
2. Penaguruh Positif dan Negatif Terhadap Hidup Persaudaraan Umat Di Lingkungan St. Stefanus Paroki Santo Yusup Bintaran Yogyakarta ………. 70
B. Pengertian Program Katekese Umat ... 71
C. Latar Belakang Penyususnan Program Dalam Bentuk Katekese Umat ... 72
D. Alasan Pemilihan Tema ………... 73
E. Usulan Program Katekese Umat ... 74
1. Contoh Satuan Persiapan Katekese Umat I ………... 81
2. Contoh Satuan Persiapan Katekese Umat II ……….. 96
3. Contoh Satuan Persiapan Katekese Umat III ……….. 110
BAB V. PENUTUP ... 125
A. Kesimpulan ... 125
B. Saran ... 127
xviii Lampiran
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian ... (1)
Lampiran 2 : Surat Permohonan Ijin ... (8)
Lampiran 3 : Teks Lagu ... (9)
Lampiran 4 : Teks Kitab Suci ... (10)
xix
DAFTAR SINGKATAN
A. SINGKATAN KITAB SUCI
KS : Kitab Suci
Seluruh singka tan Kitab S uci dalam skrips i ini m engikuti
singkatan yang terdap at d alam daft ar singkatan Alkitab
Deuterokanonika (1995) terbitan Lembaga Alkitab Indonesia.
B. SINGKATAN DOKUMEN RESMI GEREJA
CT : Catechese Trandendae, Ajaran Apostolik Paus Yohanes Paulus
II tentang Katekese Masa Kini.
GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang
Gereja di dunia dewasa ini.
AG : Ad Gentes, Kon stitusi Pasto ral K onsili Vatika n II tentang
Kegiatan Misioner Gereja.
C. SINGKATAN LAIN
St : Santo/Santa
SCP : Shared Christian Praxis
Cergam : Cerita Bergambar
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
Art : Artikel
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
Dewasa ini globalisasi sangat m endominasi pola pikir dan perilaku
manusia. Globalisasi m engakibatkan duni a ini m engalami krisis fundam ental,
yakni krisis ekonom i, ekologi, dan juga politik. Globalisasi m emunculkan suatu
perubahan. Globalisasi m erupakan suatu gelombang yang m elanda dunia dalam
hal interaksi yang m enghubungkan seluruh aktivitas m anusia satu dengan yang
lainnya. Perubahan itu m embuat manusia saling tergantung tanpa dibatasi
batas-batas wilayah negara. Bukan saja ekono mi yang m engalami globalisasi, bahkan
kebudayaan-kebudayaan kuno pun digoncang oleh adanya banjir inform asi yang
memasuki pikiran m anusia dengan begitu deras sebagai akibat dari kem ajuan
teknologi yang sangat cepat. Manusia semakin disibukkan untuk m engikuti
perubahan jam an tersebut sehingga interaksi antara satu dengan yang lain pun
mulai berkurang.
Perubahan ini m engakibatkan serangka ian gejala-gejala tertentu dalam
kehidupan m anusia m isalnya m anusia lupa akan identitas diri sebagai bangsa
Indonesia, m elupakan budaya-budaya asli Indonesia dan beralih pada budaya
barat. Kehidupan banyak m anusia sem akin terancam dengan adanya globalisasi
ini. Globalisasi ini m engakibatkan terjadinya banyak pengangguran, kem iskinan
dan kelaparan. Dengan dem ikian harapa n perdam aian dalam hidup ini nam pak
mensiasatinya globalis asi tid ak se lalu menyesatkan, tidak selalu berpengaruh
negatif, bahkan bisa sem akin sejahtera hidupnya. Tetapi sebaliknya bagi banyak
kaum m iskin, m ereka akan sem akin m enderita. Dengan dem ikian m akin besar
jurang pemisah antara yang kaya dan m iskin sehingga perdamaian sulit terwujud
dalam hidup ini.
Suatu contoh pengaruh globalisasi yang mengakibatkan hubungan antara
manusia semakin renggang bisa dilihat dalam hidup sehari-hari. Adanya teknologi
yang sem akin canggih, m isalnya alat kom unikasi seperti telepon genggam
memberikan pengaruh yang positif bagi m anusia, yakni m emudahkan m anusia
untuk berkom unikasi dan m emperlancar manusia dalam urusan bisnis dan
sebagainya,tetapi di samping itu, adanya alat canggih ini juga dapat berdam pak
negatif. Alat ini memudahkan manusia untuk berkomunikasi, maka dalam segala
hal m anusia m engandalkan alat ini untuk berkomunikasi satu dengan lainnya
karena lebih m udah, t idak perlu be rtemu langsung. Hal ini m enyebabkan
perjumpaan manusia dengan anggota keluarganya semakin berkurang dan menjadi
jauh. Di bidang lain globalisasi juga m emberikan dam pak negatif yang besar.
Globalisasi juga m embuat manusia semakin sibuk dengan dirinya sendiri karena
harus memenuhi kebutuhan finasial unt uk hidupnya yang sem akin hari sem akin
sulit dijangkau. Karena kesibukan m asing-masing m anusia m enjadi m udah lupa
akan sesamanya sehingga hubungan pribadi satu dengan yang lainnya pun
semakin lama semakin jauh.
Begitu juga yang terjadi pada um at di lingkungan St. Stefanus Paroki St.
Stefanus Paroki St. Yusup Bintaran r ata-rata t erdiri dari kaum m enengah ke
bawah. Banyak dari antara m ereka dalam kehidupannya m elupakan bahwa
manusia itu adalah m akhluk sosial. Mereka lebih cenderung untuk mengurus
kehidupan m asing-masing. Karena banya knya kesibukan yang harus m ereka
jalankan dem i m emenuhi kebutuhan hidup, interaksi antara satu dengan yang
lainnya menjadi kurang. Hal ini m engakibatkan hubungan antara mereka menjadi
jauh dan persaudaraan di antara mereka pun m enjadi sekedar form alitas belaka
yang tidak ada wujud nyatanya. Bahkan dampak buruk dari globalisasi sudah
sampai pada keluarga-keluarga sehinga kurang ada komunikasi yang baik di
antara anggota keluarga karena m asing-masing anggota sibuk dengan kegiatan
masing-masing. Hal ini m enyebabkan seri ng terjadinya percekcokan diantara
sesama anggota keluarga dan anak m erasa kurang m endapat kasih sayang, dan
masih ada dampak negatif lainnya.
Mengingat kenyataan yang dem ikian, perlu ada usaha untuk m engatasi
permasalahan di atas. Usaha ini harus dim ulai dari masing-masing individu umat
sendiri. Mereka harus m empunyai pem ahaman akan adanya pengaruh negatif
globalisasi sehingga tidak m udah hanyut de ngan adanya globalisasi ini. Mereka
harus berpegang kuat pada sebuah persauda raan. Dan yang penting m ereka harus
punya prinsip hidup bersam a sehingga pe rsaudaraan dapat diwujudkan dan
dilestarikan.
Akhirnya berdasarkan pem ikiran di atas dan terdorong oleh situasi yang
ada di Lingkungan St. Stefanus Paroki Sa nto Yusup Bintaran tersebut, m aka
Membangun persaudaraan untuk menghadapi pengaruh negatif globalisasi di lingkungan St. Stefanus, Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar be lakang m asalah tersebu t dapat diidentif ikasikan
masalah skripsi ini adalalah:
1. Apa yang dimaksud dengan hidup persaudaraan?
2. Apa dampak dari globalisasi terhadap hidup persaudaraan?
3. Bagaimana hidup persaudaraan umat li ngkungan St. Stefanus Paroki Santo
Yusuf Bintaran Yogyakarta di tengah arus globalisasi?
4. Bagaimanakah usaha pendampingan umat di lingkungan St. Stefanus, Paroki
Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta guna m ewujudkan persaudaraan untuk
menghadapi pengaruh negatif globalisasi?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah:
1. Menguraikan apa yang dimaksud dengan hidup persaudaraan
2. Menjelaskan dampak-dampak dari globalisasi.
3. Menjelaskan pendampingan umat di li ngkungan St. Stefanus, Paroki Santo
Yusup Bintaran, Yogyakarta guna m ewujudkan persaudaraan untuk
4. Untuk m emenuhi persyaratan m endapatkan gelar Sarjana S1 Pendidikan
Agama Katolik
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini adalah:
1. Mendapat pengalaman, pengetahuan, dan wawasan dalam penelitian ilmiah
2. Mendapat gagasan tentang pengaruh- pengaruh negatif globalisasi dan
pentingnya persaudaraan.
3. Sebagai bahan refleksi atas m embangunan persaudaraan guna m enghadapi
pengaruh negatif globalisasi.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, pe nulis akan menggunakan metode deskriptif
analitis. Dengan metode ini penulis akan menggambarkan permasalahan yang ada
dan data yang diperoleh melalui pengamatan, studi pustaka, dan penelitian.
F. Sistematika Penulisan
Judul yang dipilih untuk skripsi ad alah “Membangun persaudaraan untuk
menghadapi pengaruh negatif globalisas i di lingkungan St. Stefanus, Paroki
Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta”. Judul ini akan diuraikan m enjadi lima bab
sebagai berikut:
Bab ini menguraikan latar belakang penulisan, perumusan masalah,
tujuan penulisan, m anfaat penulisan, m etode penulisan serta
sistematika penulisan
Bab II Hidup persaudaraan di tengah arus globalisasi
Bab ini m enguraikan tentang dasar-d asar persaudaraan kristiani,
globalisasi sebagai tantangan hidup di jaman sekarang dan
dampak-dampak globalisasi dalam hidup persaudaraan kristiani.
Bab III Hidup persaudaraan di li ngkungan St. Stefanus Paroki Santo
Yusup Bintaran Yogyakarta dalam menghadapi arus globalisasi
Bab ini berisikan penelitian te ntang persaudaraan dan pengaruh
negatif globalisasi di lingkungan St. Yusup Bintaran Yogyakarta.
Bab IV Upaya Membangun Persauda raaan Untuk Menghadapi Pengaruh
Negatif Globalisasi Di Lingkungan St. Stefanus Paroki Santo
Yusup Bintaran Yogyakarta
Bab ini akan menguraikan tentang upaya membangun persaudaraan
untuk menghadapi pengaruh negatif globalisasi di lingkungan St.
Stefanus Paroki Santo Yusup Bintaran Yogyakarta
Bab V Penutup
7
BAB II
HIDUP PERSAUDARAAN DI TENGAH ARUS GLOBALISASI
A. Hidup Persaudaraan Kristiani
1. Dasar-Dasar Persaudaraan Kristiani
a. Manusia Sebagai Citra Allah
Manusia diciptakan menurut gambar Allah. Allah tidak m enciptakan
manusia seorang diri sebab sejak awal mula “Ia m enciptakan mereka pria dan
wanita” (K ej. 26:27). Rukun hi dup m anusia m erupakan bentuk pertam a
persekutuan antar pribadi. Sebab dari kodratnya yang terdalam m anusia bersifat
sosial dan tanpa berhubungan denga n sesam a ia tidak dapat hidup
mengembangkan bakat pem bawaannya (G S, art. 12). Manusia saling
ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan kodratnya m anusia
sungguh-sungguh memerlukan hidup bersama orang lain. Oleh karena itu, melalui
pergaulan dengan sesam a, m anusia berkem bang dalam segala bakat
pembawaannya dan mampu menanggapi panggilannya (GS, art. 25).
b. Kasih Tuhan Kepada Manusia dan Kasih Manusia Kepada Sesama
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia saling membutuhkan satu sama lain
yang diwujudkan dalam satu ikatan persaudaraan. Persaudaraan itu terwujud atas
dasar cinta kasih Tuhan kepada m anusia yang oleh m anusia diwujudkan dengan
hubungan yang harmonis dengan sesamanya yang didasari oleh cinta kasih. Cinta
kasih menjadi perintah pokok dalam m engatur hubungan antar m anusia. Hal ini
menjadi pedoman seluruh kegiatan dan si kap terhadap sesam a. Artinya, seorang
Kristiani memperlakukan sesamanya dengan baik di segala bidang, m enghormati
hidup, kesehatan dan nama baik sesama.
c. Martabat Manusia Sebagai Mahluk Sosial
Dewasa ini um at m anusia berada dalam priode baru sejarahnya, masa
perubahan-perubahan yang m endalam dan pesat berangsur-angsur m eluas ke
seluruh dunia, m anusia adalah m ahluk so sial yang saling m embutuhkan antara
satu dengan yang lain, tidak baik kalau manusia itu seorang diri (Kej 2:18). Kasih
Allah m emberikan dorongan pada m anusia untuk saling tolong m enolong antar
sesama. Manusia sebagai m ahluk sosial m ampu m emberikan dorongan antar
sesama yang membutuhkan (GS, art. 4).
Martabat manusia m emberikan pengalam an yang baru kepada antar
sesama orang Kristen bahwa m ereka adalah anak-anak terkasih Bapa (Rom
8:14-16). Kesadaran sosial ini m engangkat martabat manusia sebagai m ahluk sosial,
mereka juga saudara-saudari satu sama lain. Di dalam jemaat mereka menemukan
suatu keluarga baru, mendapat seratus kali lipat ibu, saudara laki-laki dan saudara
2. Ciri-Ciri Hidup Persaudaraan Kristiani
Persaudaran kristiani m empunyai ciri-c iri saling m embantu dan tolong
menolong antar sesam a yang m embutuhkan, m emberi banyak perhatian dan
memohon lebih banyak pertolongan kepada Roh Kudus untuk m embangun
nilai-nilai persau daraan kr istiani (Ga l 5 : 22-23). Se mangat persaudaraan kristiani
tampak dalam saling menyapa sebagi sa udara (Flm 9-20). Surat Paulus yang
tersingkat ini dengan indah m enunjukan perombakan dan kesegaran yang terjadi
di m ana orang m ulai terbuka bagi pe ncurahan Roh, yakni kenyataan baru
persekutuan yang berjiwa Persaudaraan. Kebersamaan orang-orang Kristen awal
sering disebut koinonia yang m empunyai arti kebersamaan digambarkan dengan
memperhatikan, saling m enerima dan saling m enasehati dalam kebersam aan
persaudaraan kristiani yang dibangun (Suhartono, 1998 : 48).
Kerinduan untuk m enikmati damai, ketenteram an, dan persaudaraan
kristiani terus saja m enjadi tema sentral upaya m anusia untuk m emeluknya erat.
Hal tersebut terjadi karena pengharapan terhadap harkat dan m artabat manusia
masih cita-cita dan m impi. Dalam situas i seperti itu dibutuhkan adalah nurani
yang m ampu m emaafkan, hati yang terbuk a terhadap bisikan yang ilahi. Jiwa
manusia yang m au m embangun sikap rekonsil iasasi dan persaudaraan kristiani
dengan sesama. Hati yang terbuka untuk m enerima siapa saja m enjadi dambaan
hidup setiap m anusia yang ingin m engalami dam ai dan persaudaraan kristiani
hadir dalam hidup bersama. Hati yang mudah memaafkan adalah aksi kasih yang
menuntut manusia untuk respek terhadap kebenaran. Artinya, m enaruh seluruh
Persaudaraan adalah suatu hubunga n yang harm onis antara m anusia
dengan sesam anya. Hubungan tersebut mengandaikan orang m ampu m enerima
keberadaan dan kehadiran orang lain apa adanya. Persaudaraan senantiasa
memelihara hubungan antar pribadi yang sejajar. Orang m enerima kehadiran
sesamanya sebagai bagian dari dirinya . Hubungan itu tidak tertuju dem i suatu
kepentingan tertentu, teta pi berdasarkan sikap m enghargai orang lain m enuju
kedewasaan pribadi. Dalam hubungan yang sejajar ini akan terjadi kegiatan saling
membantu dalam kesulitan dan sali ng m endukung dalam m engejar cita-cita,
saling b elajar dan m enghormati perbedaan yang dim iliki setiap orang, saling
mengasihi, m emahami watak dan tabiat orang lain, saling m emaafkan bila ada
kesalahpahaman, saling tegur sapa, se mangat untuk saling m endengarkan keluh
kesah orang lain, penuh perhatian dan ram ah kepada sesam a. Sejum lah hal ini
menjadikan pergaulan lebih luas dan hidup pribadi m enjadi sem akin dewasa.
Inilah yang merupakan ciri-ciri hidup persaudaraan.
Setiap orang hendaknya m ampu menjalin relasi persaudaraan yang intim
dengan sesam anya yang didasarkan pada keberadaan manusia sebagai “citra
Allah”. Manusia sebagai citra Allah be rarti di dalam dan m elalui m anusia
gambaran Allah ditemukan, di dalam diri manusia nilai-nilai ilahi ditemukan. Atas
dasar ini, maka orang dapat menunjukkan persaudaraan yang hangat kepada setiap
orang (Widyahadi Seputra, 1998:133).
a. Cinta Kasih
Cinta kasih m erupakan dasar untuk m ewujudkan pers audaraan k ristiani.
hakekat dari cinta kasih adalah Allah. Cinta kasih kepada Allah dapat kita
wujudkan dalam cinta kasih kepada se sama. Dalam cinta kasih, orang m au
menerima dan mengakui segala kekurangan dan kelebihan sesamanya. Cinta kasih
berarti horm at akan pribadi m anusia (KW I, 1996:191). Di dalam cinta kasih
segala perbedaan m enjadi anugerah, m aka sekalipun m ereka berasal dari suku,
bahasa, budaya, latar belakang yang berb eda, m ereka teta p m erasa s atu dan
bersaudara. Segala persoala n yang m uncul akibat dari perbedaan bisa diatasi
dengan baik dan damai, karena cinta kasih menjadi dasarnya.
b. Keadilan
Persaudaraan mendorong orang untuk be rsikap adil terh adap sesamanya,
karena persaudaraan menj adikan individu lain, bagi an dari hidupnya yakni
sebagai saudara. Keadilan berarti tindakan m enghormati dan m emperlakukan
semua orang sesuai dengan m artabat yang dianugerahkan Tuhan kepadanya
(Adisusanto, 1995:7). Adil juga berar ti tidak m embeda-bedakan atau tanpa
diskriminasi. Dengan kata lain, adil m enempatkan orang pada tem pat yang
semestinya, dengan tidak m elihat la tar belakang, suku, budaya, dan status
sosialnya. Di sini relasi dibangun dengan m enempatkan m asing-masing dalam
tataran subjek dengan subjek, bukan dala m tataran atasan dengan bawahan yang
bisa m engakibatkan terjadinya penindasa n sa tu terhad ap y ang lainny a (GS art.
c. Solidaritas
Solidaritas berasal dari kata “sol ider” yang berarti m empunyai atau
memperlihatkan perasaan bersatu, senasib, sehina, semalu, atau rasa setia kawan
(Tim Penyusun Ka mus, 1990:853). Solidaritas sangat dibutuhkan untuk
mempererat relasi p ersaudaraan. Dengan solidaritas, masing-masing orang bisa
memahami dan m engerti akan perasa an dan keadaan orang lain. Dengan
demikian, orang bisa sehati dan seperas aan terhadap orang lain, tidak m udah
menghakimi dan memandang negatif terhadap orang lain.
Solidaritas kristiani bahwa saling memperhatikan antara satu dengan yang
lain tidak mem bedakan kaya dan m iskin dim ata Allah m anusia itu sama, sudah
sepatutnya yang berkecukupan m emberikan yang m iskin lem ah dan tertindas.
Salah satu upaya nyata yang dilakukan ad alah melalui gerakan pembaharuan diri
yang disebut Aksi Puasa Pem bangunan (APP). Sem angat m asa puasa yang
berupaya mem bangun perilaku tobat lewa t doa dan am al m enjadikan landasan
aktual dan kontekstual untuk m artabat luhur antar sesam a um at manusia dalam
kehidupan (Datus Lega, 1998:23).
d. Toleransi
Toleransi dapat dipaham i sebagai sikap yang m embiarkan,
memperbolehkan, atau lapang dada terh adap keyakinan, pandangan, kebiasaan,
kelakuan orang lain yang berbeda bahka n bertentangan dengan dirinya sendiri.
Tentu itu tidak cukup, sebaiknya sam pai pa da toleransi sejati. Toleransi sejati
hak-hak asasi setiap manusia, mengakui dan menerima kebebasan dan hati nurani
orang lain untuk berpandangan dan hidup berbeda. Tolerans i m emberikan
gambaran kepada manusia untuk saling membantu dan membangun dalam ikatan
persaudaraan kristiani. Seperti yang di kisahkan dalam kutipan (Kis 41:47) yang
mengisahkan pemberian Roh Kudus dalam pengalaman baru bagi um at manusia
untuk semangat tolerasi yang tam pak dalam saling m enyapa antara satu dengan
yang lain, dan saling berbagi antara satu sama lain.
e. Perdamaian
Seluruh umat m anusia merindukan damai. Damai berarti tidak berperang
dengan siapa pun, da mai lebih m endalam da n luas yakni “dam ai sejahtera”.
Kedamaian m engharapkan kebahagiaan yang utuh, sem purna, yang mencakup
semua aspek hidup m anusia, m ulai dari kebutuhan jasm ani dan rohani yakni
mencakup jaminan hidup, sampai ke aspek-aspek yang paling m endalam (GS art.
78). Dengan kata lain, dam ai m encakup kesehatan jasm ani-rohani dan
kemerdekaan dalam mengem bangkan diri m enjadi m anusia yang utuh dan
sempurna baik di hadapan sesama maupun di hadapan Tuhan.
B. Globalisasi Sebagai Tantangan Hidup Di Jaman Sekarang
1. Pengertian Globalisasi
Globalisasi sering diperbincangkan sebagian besar orang karena
mempunyai pengaruh yang besar terhadap segala bidang kehidupan m anusia.
a. Arti Kata Globalisasi
Berdasar asal katanya, globalisasi m erupakan terjemahan dari kata bahasa
inggris globalization. Globalization berasal dari kata globe yang berarti bum i
atau dunia. Dengan dem ikian, globalisasi dapat diartikan sebagai suatu proses
mendunia (http:Wikipedia.org/wiki/globalisasi, Oktober 23, 2010). Sebagai proses
mendunia, globalisasi m empunyai pengaruh yang besar terhadap segala bidang
kehidupan m anusia term aksud di dalam nya adalah hubungan antar m anusia di
seluruh lapisan dunia.
b. Globalisasi Sebagai Proses
Globalisasi sebagai pro ses adalah te rbentuknya sistem organisasi dan
komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia. Sistem ini terbentuk ketika suatu
kelompok masyarakat menjalin hubungan dengan kelompok masyarakat lain guna
memenuhi kebutuhan. Dalam hubungan tersebut terjadilah pros es globalisasi.
Proses ini terjadi dalam berbagai be ntuk, seperti hubungan dagang, transfor masi
budaya, persebaran agam a, maupun ilm u pengetahuan dan. Globalisasi sebagai
proses adalah m erupakan terbentuknya perubahan-perubahan yang baru bagi
tatana hidup masyarakat untuk memasuki abad global, m asyrakat mencari peran
baru dalam pribadinya yang akan terus begejolak menuju ke proses perkembangan
jaman yang se makain m eningkat. Hal-ha l yang lam a mul ai ditinggalkan dan
c. Globalisasi Membawa Perubahan Sosial
Globalisasi sebagai perubahan sosial adalah sebuah perubahan sosial
berupa bertam bahnya keterkaitan dianta ra elem en-elemen yang terjadi akibat
perkembangan teknologi di bidang tr ansportasi dan kom unikasi yang
memfasilitasi pertukaran budaya d an ekonom i internas ional. Dengan adanya
perubahan ini akan mempermudah terjadinya proses komunikasi antar individu di
seluruh lapisan masyarakat.
Pada era milenium , ke majuan teknologi m embuat sistem infor masi dan
komunikasi sangat cepat. Dengan kem ajuan teknologi, setiap orang di belahan
dunia dapat berkom unikasi secara intens if. Hal ini m embuat batas-batas antar
negara semakin tipis. Oleh karena itu, gl obalisasi juga dapat diartikan sebagai
sebuah proses terintegrasinya bangsa-ba ngsa di dunia dalam suatu sistem global
yang melintasi batas-batas negara. Sementara itu, Ulrich Beck, seorang sosiolog
Jerman m engartikan globalisas i secara b erbeda. M enurutnya, globalisas i
menjadikan setiap negara mengalami deteritorialisasi, yaitu proses hilangnya batas
teritorial. Globalisasi m emungkinkan te rjalinnya hubungan interaksi antar
masyarakat di negara berbeda m elalui kecanggihan teknol ogi. Misalnya
perkembangan teknologi kom unikasi seperti telepon, hand phone, dan internet
(Fun Lan, 2003:32). Pola m asyarakat i ndustri lam bat laun m akin m eyebar,
mengatur berbagai bangsa kepada kenyataan ekonom i, se rta secara m endalam
mengubah pengertian-pengertian dan kondisi-kondisi hidup masyarakat yang dulu
bertahan berabad-abad lamanya. Alat-alat komunikasi sosial yang baru dan lebih
berpikir dan berperasaan secepat dan seluas mungkin, sambil menimbulkan reaksi
beruntun ( GS, art. 6).
d. Perubahan dalam Ruang dan Konsep
Globalisasi juga bisa diartikan pros es d imana berbagai peris tiwa,
keputusan dan kegiatan di belahan d unia yang satu dapat m embawa konsekuensi
penting bagi berbagai individu dan m asyarakat di belahan dunia yang lain.
Globalisasi m enghubungkan m anusia dari berbagai belahan dunia m elalui
terciptnya proses ekonomi, lingkungan, politik dan pertukaran kebudayaan melaui
proses ini maka persaudaraan antar individu akan tercipta.
Modernisme (alat untuk m empererat hubungan), internasionalism e (rasa
kebangsaan yang melekat dalam diri warga negara guna menjalani hubungan antar
negara di dunia), transnasionalism e (m emindahkan batas-batas geografi seperti
sistem kerjasama antar pengusaha,organisasi serikat pekerja dan negara saja) serta
globalisme (tidak terbatas pada bidang tertentu) pada hakekatnya berawal dan
keinginan manusia membangun sistem semesta non keagamaan. Oleh kanena itu
di dalam pe rkembangannya apa yang dihasilkan oleh m odernisme m empunyai
sifat non agama, bahkan sementara ada yang m enjadi anti keagamaan, dan lebih
jauh lagi bahkan Ialu bersifat non ke tuhanan sam pai kepada yang m enolak
kepercayaan kepada adanya Tuhan itu se ndiri. Sekularisasi (sebuah idiologi yang
menyatakan bahwa sebuah institusi atau badan ha rus berdir i terp isah
dari agama atau kepercayaan.) dan berkembang m enjadi sekuraism e (menunjuk
agama dan m embuangkan Tuhan (Atheisme). Di dalam kondisi seperti ini m aka
makna dan posisi agama menjadi pudar.
Di dalam situasi seperti itu tent ulah ada upaya Iingkungan keagam aan
untuk m empertahankan diri. Ada tum buh konsepsi m engenai agam a sebagai
organisasi kekuasaan yang harus be rebut kekuasaan dengan sistem non
keagamaan. Ada yang m elihat b etapa agama-agam a harus m enerima dan
mengikuti perkem bangan sekuranisasi dan sekuranism e bahkan atheism e itu
sendiri. Ada pula yang berusaha untuk membangun titik temu yang antara dunia
dan agam a, sehingga m emandang agam a tid ak sebagai organisasi kekuasaan
melainkan sebagai kekuatan im an, taqwa dan kekuatan m oral serta spiritual dan
sejarah sebagai koevolusi kebudayaan dan peradaban. Pengum ulan antara agama
dengan dunia, antara agama dengan kekuatan dan kekuasaan manusia, masih terus
berlangsung sampai pada hari ini. (Bahtiar Effendi, 2001:195).
2. Hal yang Mendorong Derasnya Arus Globalisasi
a. Teknologi Informasi
Perkembangan pesat teknologi in formasi m elalui penggunaan kom puter,
satelit dan internet memungkinkan orang m engakses informasi yang dibutuhkan
secara cepat Seperti yang kita ketahui bahwa di era s erba modern seperti saat ini,
peran teknologi inform asi dalam kehi dupan sehari-hari tentunya sangat
berpengaruh. Hal ini tidak terlepas dari ak tivitas kita yang kerap kali ditunjang
dengan teknologi informasi itu sendiri yang mampu menjawab tuntutan pekerjaan
yang lebih cepat, m udah, m urah dan menghemat waktu. Ke majuan teknologi
menyelimuti dunia. Suatu kem ajuan yang tentunya akan m emberikan dam pak
bagi peradaban hidup dalam persaudaraan beragama. Tidak dapat dipungkiri, kini
telah menjadi “budak” dari peradaban teknologi informasi itu sendiri. Bagaimana
tidak, banyak yang sekaligus berperan sebagai pengguna teknologi informasi dan
komunikasi, membuktikan bahwa kehidupan yang mereka lakoni tak pernah lepas
dari peran teknologi informasi itu sendiri (Unesco, 2005:15).
b. Teknologi Komunikasi
Murahnya harga hp (telpon seluler), kartu perdana dan layanan pesanan
singkat (SMS) m emungkinkan komunikasi antar orang tidak terganggu jauhnya
jarak. Hal ini m embuat orang hanya bisa bertemu melalui komunikasi saja yang
menyebabkan m ereka hilang rasa persaudaraan antar sesam a um at dalam
lingkungannya dengan s ms saja m ereka m enanayakan perkem bangan di
lingkungan (GS, art. 7).
c. Transportasi
Kemajuan transportasi baik darat, laut m aupun udara m enyebabkan
pergerakan (m obilitas) m anusia dar i sa tu negara ke neg ara lain sem akin cepa t.
Arus globalisasi tidak m ungkin bisa dibendung karena berkaitan dengan
perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi (GS, art. 4).
3. Ciri-Ciri Globalisasi
Suatu hal yang sesuai dengan etika kehidupan dan sesuai norm a yang
lebih baik dikenali ciri-cirinya dan kemudian ditangkap gambarannya yang lebih
utuh. Globalisasi sesungguhnya tidaklah datang secara m endadak. Ada
masukan-masukan da n m asa la mpau yang kem udian be rakumulasi dan berm uara kepada
apa yang te rjadi dewas a ini. Dala m hal ini globalisasi perlu diselam i sebagai
kejadian yang m empunyai latar belakang sejarah Ba rat dan Eropa. Globalisasi
merupakan gelombang lanjutan dan runtuhnya abad pertengahan Eropa yang serba
keagamaan m elahirkan jam an modern, di m ana m anusia berusaha m ewujudkan
sistem alternatif non-keagam aan yang sifatnya kokoh dan sem esta. Humanisme
(tatanan nilai mensituasikan kompentensi kpribadian setiap individu manusia) dan
renaissance (kelah iran k embali) dan kem udian gelom bang Enlightenment atau
Aufklarung merupakan awal dan kebangkitan modern tersebut. Perubahan tersebut
menjadi awal dan gerak evolusi (suatu proses yang terjadi secara perlahan-lahan
dan memerlukan waktu yang relatif lama) dan bahkan koevolusi (yang m enyertai
perubahan itu) yang bergerak terus yang si fatnya menjadi ekspansif ( sikap da n
prilaku untuk m elasanakan kem ampuan bebas dan terbuka) dan akum ulatif
(berkelanjutan) diberbagai bidang kehi dupan manusia, yang kem udian pada saat
ini berm uara m enjadi perubahan besar yang dinam akan globalisasi tersebut.
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan sem akin berkem bangnya
fenomena globalisasi di dunia.
a. Perubahan dalam Konsep Ruang dan Waktu
Perubahan dalam konsep ruang dan waktu m erupakan suatu
perkembangan barang-barang seperti telepon genggam , televisi, satelit, dan
internet m enunjukkan bahwa komunikasi global terjadi dem ikian cepatnya,
sementara pergerakan m assa sem acam turism e m emungkinkan m anusia
merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda. Perkembangan barang-barang
tersebut memungkinkan adanya suatu perubahan sosial baik perubahan itu ke arah
yang positif m aupun yang negatif. Peruba han positif yang terjadi m isalnya
manusia se makin di mudahkan dalam hal berkomunikasi satu dengan yang lain.
Tetapi disamping itu bisa te rajadi itu bisa m embuat dampak negatif antara lain
manusia disibukan dengan kegiatan masing-masing ( Josef Kunschel, 1992:6).
b. Pasar dan Produksi Ekonomi
Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling
bergantung sebagai akibat dari pe rtumbuhan perdagangan internasional,
peningkatan pengaruh perusahaan m ultinasional, dan dom inasi organisas i
semacam World Trade Organization (W TO) organisasi perdagangan dunia.
Industeri budaya m enambah nilai pada produk dan m enciptakan nilai bagi
individu bagi masyarakat. Industeri budaya bersifat padat pengertahuan dan padat
karya, m enciptakan lapangan kerja dan kesejateraan, m enumbuh kembangkan
c. Peningkatan Interaksi Kultural
Peningkatan interaksi kultural me lalui perkem bangan m edia m assa
(terutama televisi, film, musik, dan transm isi berita dan olah raga internasional).
Saat ini, kita dapat mengkomsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru
mengenai hal-hal yang m elintasi beraneka ragam budaya, seperti dalam bidang
fashion, literatur, dan makanan (Kunschel, 1992:7).
d. Meningkatnya Masalah Bersama
Meningkatnya masalah bersam a, sepe rti pada bidang lingkungan hidup,
krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain. Pada bidang lingkungan hidup,
krisis multinasional, inflansi regional manusia sering mengalami ketidak pauasan
dalam hal keinginan untuk m enikmati hasil dari yang m ereka inginkan m isalnya
alam yang telah diciptaka oleh T uhan yang berakibat patal bagi kehidupan
manusia, itu sendiri yang m engakibatkan alam m enjadi m urka seperti tanah
lonsor, gempa bumi, banjir dan lain-lain (Kunschel, 1992:11).
C. Dampak-Dampak Globalisasi Dalam Hidup Persaudaraan Kristiani
1. Dampak Positif Globalisasi
a. Dampak Dari Globalisasi Politik
Dampak dari globalisasi politik. Pem erintahan dijalankan s ecara terbuka
dan dem okratis. Karena pem erintahan ad alah bagian dari suatu negara, jika
tanggapan positif dari rakyat. Tang gapan positif tersebut antara lain b erupa rasa
nasionalisme (sebuah ideologi pandangan filsafat dan tradisi politik yang
didasarkan pada paham bahwa kebebasa n adalah nilai politik yang utam a)
terhadap negara yang berkaitan menjadi meningkat (Hayadi Tjaya, 2004:62 ).
b. Dampak Globalisasi Ekonomi
Dampak globalis asi eko nomi, terbu kanya pasa r inte rnasional, yang bis a
meningkatkan kesem patan kerja dan m eningkatkan devisa negara. Adanya hal
tersebut akan m eningkatkan ke hidupan ekonom i bangsa yang m enunjang
kehidupan nasional bangsa (Koran Kompas, 1992:4).
c. Dampak Globalisasi Sosial Budaya
Dampak globalisasi sosial budaya, ora ng dapat meniru pola berpikir yang
baik seperti etos kerja ya ng tinggi dan disiplin dan Ip tek dari bangsa lain yang
sudah m aju untuk m eningkatkan kem ajuan bangsa yang pada akhirnya
memajukan bangsa dan akan m empertebal rasa nasionalism e( suatu paham yang
menciptakan kedaulatan sebuah negara) terhadap bangsa (Hayadi Tjaya, 2004:66).
d. Dampak Sosial Kemasyarakatan
Dampak sosial kem asyarakatan, meni pisnya batas-batas antar negara
menyebabkan ruang sosial m asyarakat sem akin luas. Kecanggihan teknologi
menjadikan dunia seperti selembar daun kelor. Dengan kemajuan teknologi, setiap
adanya teknologi dunia m aya atau internet dengan fasilitas chatting, email, dan
facebook menjadikan ruang sosial m asyarakat semakin luas. Setiap orang dapat
berkomunikasi dengan orang dari berbag ai negara tanpa ha rus be ranjak da ri
tempat duduk.( Budi dkk, 2008:5).
2. Dampak Negatif Dari Globalisasi
a. Liberalisme
Dalam globalisasi banyak yang be ranggapan, bahaw a liberalisme
(kebebasan) dapat membawa kemajuan dan kemakmuran, sehingga tidak tertutup
kemungkinan berubah arah dari ideologi Pa ncasila ke ideologi liberalism e. Jika
hal tesebut terjadi rasa nasionalisme bangsa akan menghilang (Kunschel, 1992:3).
b. Aspek Ekonomi
Dari globalisasi aspek ekonom i, hila ngnya rasa cinta terhadap produk
dalam nege ri karena banyaknya produk luar negeri seperti pakaian,sepatu,tas,
barang-barang elektonik dan lain-lain membanjiri di Indonesia dengan harga
murah, dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam ne geri m aka
perusahaan-perusahaan lokal bangke rut sehingga pengangguran m elonjak
mengakibatkan adanya kesenjangan sosi al yang tajam antara yang kaya dan
miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut
akan m enimbulkan pertentangan antara yang kaya dan m iskin yang berbahaya
c. Identitas Diri
Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri
sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung m eniru budaya barat
yang oleh m asyarakat dunia dianggap seba gai kiblat dan m elupakan nilai-nilai
budaya local sehingga banyak masalah baru timbul (Fu Lan, 2003:37).
d. Individualisme
Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antar
sesama warga. Dengan adanya indivi dualisme (satu falsafah yang mempunyai
pandangan moral, politik atau sosial yang m enekankan kem erdekaan m anusia
serta kepentingan bertanggungjawab dan ke bebasan sendiri.) m aka orang tidak
akan peduli dengan kehidupan bangsanya sehingga tim bullah banyak m asalah
baru (Kunschel, 1992:11).
3. Dampak Globalisasi Terhadap Hidup Persaudaraan
Tantangan yang dihadapi dalam m embangun persaudaraan kristiani
kesadaran akan perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam setiap pribadi manusia
menambah pertentangan dalam persaudaraan kristian i. D alam pribad i m anusia
sendiri sering timbul ketikseimbangan akal budi modern yang bersifat praksis dan
cara berpikir yang tidak mampu nenguasai keseluruhan ilmu pengetahuannya atau
menyusunnya. Dalam kehidupan persaudaraan kristiani sering m uncul ketidak
serasian karena kondisi-kondisi yang berb eda-beda antar setia p pribadi m anusia
a. Dampak Positif
Dengan adanya globalisasi um at sem akin m udah untuk saling
berkomunikasi antar sesam a, hanya da ri tem pat duduk saja sudah bisa
memberikan imfor masi kesesam a um at dan tidak tergantung jauh dekatnya.
Berkembangnya ilm u pengetahuan dan teknologi um at menjadi lebih m udah
dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.
Kegoncangan rohani dewasa ini da n perubahan kondisi-kondisi hidup
berhubungan dengan pergantian keadaan yang lebih luas. Karena peralihan itu
maka dala m pem binaan akal budi ilm u tentang m anusia sem akin diutam akan,
begitu pula dibidang ilmu keterampilan-keterampilan teknik yang besumber pada
diri m anusia. Mentalitas ilm iah denga n cara yang berlainan dengan di m asa
lampau membentuk peribudaya dan cara-ca ra berpikir lebih luas. Keteram pilan
teknik sedemikian maju, sehingga mengubah muka bumi dan kini sudah berusaha
manakhlukan ruang angkasa. Bangsa m anusia beralih dari pengertian tata dunia
yang lebih statis kepada visi yang lebi h dinam is dan bercorak evolusi. Maka
muncullah problem ik baru yang am at be sar, dan m engundang analisis-analisis
baru. Dampak positif dari keadaan yang terjadi di lingkungan Stefanus
memberikan gam baran yang sangat luas pada um atnya dalam hal kepercayaan
akan kem ajuan ilm u dan teknologi seka rang ini yang berkembang sangat pesat
(GS, art. 5)
b. Dampak Negatif
Dampak negatif globalisasi um at merasa dimudahkan dengan teknologi
lain dalam beraktivitas, kadang mereka lupa kalau m ereka adalah m ahluk sosial.
Kaum m uda khususnya di lingkungan peran aktfnya m ulai m enghilang hal
tersebut karena pngaruh dari teknologi yang kian maju.
Alat-alat komunikasi sosial yang ba ru dan cangih m enujang pemberitaan
dan peristiwa-peristiwa maupun penyebara n cara-cara berpikir dan berperasaan
secepat dan seluas m ungkin, sambil m enimbulkan pelbagi reaksi b eruntun.
Dampak globalisasi jelas pada pertem uan-pertemuan yang berlangsung dalam
lingkungan stefanus di m ana umat yang ha dir hanya beberapa saja dibanding
dengan jumlah umat yang berada di lingkungan tersebut ( GS, art. 6).
4. Sikap dan Cara Menghadapi Arus Globalisasi
Kehidupan manusia pada jam an sekarang ini m empunyai tantangan yang
sangat besar untuk menghaadapi perubaha-perubahan dalam arus globalisasi yang
semakin meningkat. S ikap hidup m anusia disejajarkan antara laki-laki dan
perempuan tidak seorangpun berhak merendahkan orang lain karena dimata Allah
semuanya s ama, dalam sikap m enghadapi arus globalisasi sekarang ini. Sikap
kebersamaan dalam persaudraan kris tiani diutam akan untuk mem berikan
gambaran yang nyata bagi setiap pribadi m anusia untuk mampu bersaing dalam
kemajuan arus globalisasi sekarang ini (Kung - Karl,1999:36).
a. Sikap Terbuka
Sikap hidup m anusia harus saling sali ng terbuka antara satu dengan yang
membutuhkan pertolongan. Pertumbuhan pribadi m anusia dan perkem bangan
masyrakat dalam ke majuan arus globalisasi, manusia dituntut dalam pergaulan
antar sesame, dengan saling berjasa, m elalui dialog dengan sesama saudara untuk
menghadapi siakap arus globalisasi ya ng berkem bang pesat bagi pertum buhan
hidup manusia ( GS, art. 25).
Pandangan m anusia dalam sikap ke terbukaan m enarik manusia untuk
mencari dan mencintai apa yang serba benar dan baik. Dengan siakap keterbukaan
manusia menjadi sempurna untuk mengetahui apa yang menjadi tugasnya.
b. Sikap kritis
Pada jam an sekarang ini m anusia dituntut untuk kritis dalam segala hal
agar bisa m enghadapi perubahan-perubahan dalam m enghadapi arus globalisasi.
Dewasa ini m anusia berada dalam peri ode baru sejarahnya, m asa
perubahan-perubahan yang m endalam dan pes at berangsur-angsur meluas ke seluruh dunia.
Perubahan-perubahan itu tim bul dari kece rdasan dan sikap kritis m anusia, cara
menilai serta keinginan-keinginannya yang bersifat perorangan maupun kolektif,
caranya berpikir dan bertindak terhad ap benda-benda m aupun sesam a m anusia.
Demikianlah manusia bisa kritis dalam segala bidang untuk menemukan apa yang
menjadi keinginan dakam membentuk pribadi yang lebih utuh dan berim an (GS,
art. 4).
Sikap kritis adalah sikap tidak m enerima begitu saja sesuatu yang berasal
dari pihak yang m empunyai otoritas, m enolak ikut arus pendapat um um, atau
yang muncul dari o rang lain y ang kritis sering menghasilakan kritik. Sikap kritis
dalam acara dialog atau debat, sangat diperlukan sikap kritis perlu agar keputusan
dan kesim pulan yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan dari semua sisi
(http://www.google.co.id/#hl=id&q= sikap kritis, Mei 22, 2011).
Sikap kritis m embawa sese orang untuk m ampu mem pertanggung
jawabkan, apa yang m enjadi pernyataannya atau tugasnya, sikap kritis
memungkinkan seseorang mampu mempertanggungjawabkan, apa yang sudah dia
sampaikan misalnya dalam dialog, rapat dan lain-lain, seseorang yang mempunyai
sikap kritis mampu menjawab tantangan-tantangan di jaman global sekarang ini.
Sikap kritis juga akan m embuat ora ng tidak m udah terom bang-ambing oleh
tawaran-tawaran yang menggoda contoh apabila ada barang-barang yang ngeteren
ia ditawarkan dengan harga cukup murah akan mempersoalkan barang-barangnya
terlebih dahulu, misalnya barang tersebut palsu atau tidak, perlu saya ambil atau
tidak, mendukung karya saya, membuatnya punya banyak utang atau tidak.
Sikap kritis bisa di latih dengan refleksi, dengan cara m engingat apa yang
telah dilihat dan dialam i untuk m emperdalam pe mahaman bagi diri sendiri.
Seseorang bisa kritis dengan mengingat kembali apa yang sudah dilakukan hari itu
dan mana-mana tidak dilakukan, untuk menemukan apa yang sebaiknya dilakukan
atau baiknya tidak dilakukan. Orang perl u m empunyai kriteria untuk bisa nilai,
tanpa kriteria tidak bisa dia m embuat penilaian. Kriteria yang sehat ad alah nilai
etik atau nilai sosial, kriteria yang tidak sehat adalah kesenangan atau keuntungan
pribadi. Orang akan disebut kritis bila dalam menilai dia, memakai kateria yang
mengupayakan pilihan yang bernilai bagi banyak orang yang pada gilirannya juga
akan baik bagi dirinya dalam jangka panjang dan lingkup yang luas.
c. Sikap Rela Bekerjasama
Sikap kerjasam a sangat dibutuhkan dalam kehidupan um at m anusia.
Dengan kerjasama manusia bisa melakukan hal-hal yang berat. Begitu pula dalam
lingkungan um at dituntut untuk bisa saling berkerjasam a dalam hal
mengembangkan lingkungannya, berkerjasa ma m enjadi tuntutan yang utam a
dalam lingkungan khususnya dalam mengha dapi arus globalisasi, um at
lingkungan m ampu untuk m enjawab apa yang m enjadi tantangan jaman dalam
arus globalisasi
Kerjasama menjadi jembatan penghubungan antar pribadi m anusia untuk
mampu menyelesaikan segala sesuatau s upaya semua orang m enjadi satu seperti
kitapun satu (Yoh 17:21-22). Kerjasam a m embuka cakrawala yang tidak
terjangkau oleh akal budi m anusiawi, Ia m engisayratkan kem iripan antara
persatuan pribadi-pribadi Ilahi dan pers atuan-persatuan putra-putri Allah dalam
kebenaran dan cinta kasih (GS, art. 24). Manusia dituntut untuk bisa saling
berkerjasama, karena dengan berkerjasam a antara satu sam a yang lain m anusia
mampu untuk menyelesaikan masalah yang besar.
Dalam sikap rela berkerjasam a harus ada kepercayaan antara satu pih ak
dengan pihak lain, apabila sikap rela berk erjasama tidak disertai rasa percaya
berkerjasama m enuntut manusia untuk sa ling bisa m enerima dan m emberi apa
yang sedang dilaksanakan, contoh dari pengalaman dala m kegiatan m enggereja,
seseorang dituntut untuk mampu berkerjasama membuat bahan pendalaman iman
masa Adven, hal yang sering m uncul adalah tidak cocoknya pola pikir beberapa
anggota dalam kelompok, akan tetapi dengan sikap rela berkerjasama segala hal
yang sulit dapat m enjadi ringan dan bisa m embawa kelompok bersatu untuk
membuat bahan pendalam i man masa A dven sam pai pada tujuan yang m au
31
BAB III
HIDUP PERSAUDARAAN DI LINGKUNGAN ST. STEFANUS PAROKI SANTO YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA DALAM MENGHADAPI
ARUS GLOBALISASI
A. Lingkungan St. Stefanus Sebagai Bagian dari Paroki St. Yusup Bintaran Yogyakarta
1. Gambaran Umum Paroki St. Yusup Bintaran Yogyakarta
Gereja St. Yusup Bintaran Yogyakarta terletak di jalan B intaran kidul 5
Yogyakarta. Letak Geografi: Sebelah Timur Sungai Code dari Jl. Menteri Supeno
keselatan s/d batas kota Yogyakarta, Pakelrejo keselatan Jl. Sorosutan, Pakel Baru
Selatan s/d batas kota Yogyakarta. Ba ngunan Gereja Santo Yusup di Ka mpung
Bintaran, Yogyakarta, sudah m emikat perhatian orang. Bentuk gedungnya khas,
berlainan dengan bangunan gereja lain di m asa itu. "Gereja J awa P ertama di
Yogyakarta". Mengapa disebut sebagai Jawa? Pertam a, karena sejak awal
bangunan gereja m emang dikhususkan bagi masyarakat K atolik Jawa. Gereja
Bintaran didirikan, m engingat semakin be rtambahnya jumlah um at Katolik di
Yogyakarta, yang tak mungkin tertam pung lagi dalam sebuah gudang di tim ur
Gereja Kidul Loji. Mem ang pada masa itu, gereja untuk m asyarakat Jawa dibuat
secara darurat dibelakang Broederan FIC.
Gereja St. Yusup Bintaran m emang bukan bangunan gereja pertam a di
Yogyakarta. Beberapa gereja dibangun se belumnya dan lebih dahulu berkarya
memang terbuka bagi setiap umat yang seiman tetap ada perasaan kurang nyaman
mengikuti upacara perayaan keagaman di bangunan model baru. Masyarakat Jawa
belum biasa duduk di bangku m ereka masih mengenakan kain baik pria m aupun
wanita, sehingga jauh lebih sering duduk be rsimpuh di lantai. Perasaan kurang
akrab semacam ini, justru sulit muncul dari masyarakat Jawa yang pendiam yang
lebih senan g m embisu dalam m enghadapi segala m acam situasi. Sungguh
beruntung mereka karena suasana tim pang ini bisa baca oleh orang lain antara
para pelopor pem bangunan Gereja B intaran, Romo H. Van Driessche dan Bapak
Dawoed seorang katekis pribumi. Kecuali ini, soal canggungan orang Jawa masuk
gereja bergaya Eropa, juga dipaham i ol eh Ro mo A. Van Kalken SJ, Regulier
Ovreste Missi Jesuit di Jawa m asa it u. Mereka inilah yang m empelopori dan
menggugah sem angat saudara-saudara seim an yang berasal dari latar-belakang
kebudayaan Jawa. Mereka kem udian m elontarkan gagasan, perlunya didirikan
bangunan Gereja baru d i Yogyakarta yang m emiliki kelengkapan serta suasan a,
sesuai citarasa m asyarakat setempat . Ketika itu, m asyarakat Katolik Jawa
mengikuti upacara misa suci terpaksa saling berdesak-desakan di sebuah gudang.
Bangunan sempit, panjang dan sam a se kali kurang mem adai. Tentu saja,
masyarakat Katolik Jawa bisa saja m engikuti misa di bangunan gereja setem pat.
Tetapi, entah karena apa m ereka ju stru m emilih bers embahyang di gudang,
samping Gereja Kidu l Loji Kecuali tak memadainya gudang di sam ping Gereja
Kidul Loji, juga m uncul keluhan, gudang ta di ternyata terlampau sempit, karena
harus m enampung kehadiran ' domba-domba' barunya. Ini sem ua akhirnya
cukup lapang untuk m enampung kegiatan um at Katolik yang senantiasa
membesar jumlahnya. Pilihan, akhirnya dijatuhkan ke sebidang tanah di Kampung
Bintaran, sebelah timur Sungai Code, pada sudut jalan pertemuan Jalan Bintaran
Kulon dan Bintaran Tengah.
Gereja yang diharapkan m enjadi Gere ja Katolik Jawa tadi, dibangun
seluruhnya dengan landasan beton. Pera ncangnya J.H. Van Oten B.N.A dan
dilaksanakan pem buatannya oleh Hola ndsche Beton Maatschappij. Menurut
catatan, bangunan pertam a Gereja Bintar an ini berukuran panjang 36 m eter
sampai di bangku tem pat komuni. Sebagian kiri dan kanan, sepanjang 20 m eter.
Lebar bagian tengah 10 m eter dan bagi an sisinya, m asing-masing 5 m eter,
menjadikan keseluruhannya 20 meter. Atap penaung bagian tengah tinggi 13
meter dari lantai. Atap tadi sem ula dicat putih, sesuai dengan suasana di
sekitarnya. lebih penting juga, dalam ruang Gereja, bangku-bangku m asa hanya
ada pada bagian belakang. Di sebelah de pan, diham par tikar-tikar bambu tutul
untuk tempat duduk (lesehan) m asyarakat Jawa yang ingin m engikuti upacara
misa kudus. Dibanding dengan bangunan- bangunan sezamannya, Gereja Bintaran
mencatat keunikan tersendiri. Sinar m atahari dirancang bisa leluasa m asuk
menerangi bagian dalam ruangan. Sinar pe nerang tersebut tidak m elalui jendela
jendela, m elainkan sebagai ganti, terdap at 72 buah kisi-kisi (rooster) ganda,
berjajar samping-menyamping dinding dari bahan beton cor. Ketika di masyarakat
pertamakali, Gereja Bintaran belum memiliki orgel. Sebagai ganti, dibantu dengan
harmonium. Guna lebih m emantapkan um at yang hadir, pada dinding gereja
perjalanan kehidupan Tuhan Yesus ini ternyata sangat dihargai masyarakat, sebab
mereka bisa m emanfaatkannya sewaktu mengikuti upacara Jalan Salib (Lonceng
Bintaran,3:2011).
Gereja Bintaran pertama kali diresm ikan pada tahun 1959, upacara pesta
perak berlangsung penuh kesederhanaan. Di sam ping Misa Kudus Tri Rom o,
sebagai tanda syukur atas berkah dalem kepada gereja pada tanggal 2 sampai 7
Agustus 1959 diselenggaraka n retret untuk um at separoki guna lebih
menggembleng kekuatan im an serta m engobarkan kehidupan keagam aan di
Paroki Bintaran.
Sejak tahun 1941 ditetapkan pimpinan baru di Bintaran. G una mengganti
Romo Soegijopranoto ditunj uk Romo C. Martawerdaja SJ. Dala m karyanya ia
dibantu Romo M. Reksaatmadja SJ. Hampir sepuluh tahun beliau berdua berkarya
di Bintaran, sampai ak hirnya pimpinan tinggi gere ja menetapkan Rom o J.
Drijkstra SJ dibantu seorang Im am Pr aja m enangani gereja kita. Tahun 1963,
pimpinan gereja beralih ke Rom o P. Ki jm SJ dibantu Romo Ant. Soenarjo SJ.
Romo Kijm terus m emimpin Bintaran hingga tahun enam puluhan. Pada tahun
1955 yang membantu Romo Kijm adalah Romo V. Soekosoemarto SJ dan Romo
A Dibyawa hjana SJ. Sem entara di ta hun 1960 Rom o Ki jm dibantu Rom o P.
Poerwohoetomo SJ (Lonceng Bintaran,2011).
Perkumpulan ibu-ibu Janda, yang di sebut Elisabeth dan W orosemedi
mulai m uncul pada tahun 1974, di ba wah pimpinan Ibu C Hadisuseno, Ibu
Soemoatmadja dan Ibu Murtiwidjono. Karena tahun 1974 Gereja Bintaran dipakai
Beberapa pem ugaran di luar m aupun di dalam gedung gereja m ulai diadakan
antara lain : pagar Ger eja, in tern pastur an dan lain bagainya. Aula Bintaran
berkali-kali menampung kegiatan pastoral yang berbeda-beda. Dengan hilangnya
kegiatan-kegiatan lama, munculah kegiatan baru ruang belajar untuk umum, ruang
perpusatakaaa untuk sekolah, guru agam a dan um um, Tahun 1875 kursus
perkawinan (Pem binaan Persiap an Ke luarga) yang diprakarsai Rom o Al.
Budyapranata Pr m ulai dicanangkan buat seluruh DIY hingga saat ini. Dan
kegiatan Romsos Kas. juga berpusat di tempat yang sama.
Pada masa periode perjuangan be rsenjata aatara tahun 1942 sampai 1949,
suasana Paroki Bintaran; juga berganti. Pada periode ini Ge reja Katolik memang
mengalami cobaan goncangan cukup besar. Banyak rom o yang terpaksa harus
masuk ka mp tawanan (diinternir) bahkan dilarang m elaksanakan kegiatannya.
Tetapi berkat gigihan pa ra katekis awam yang am at tangguh, bagaim anapun
kegiatan Gereja Bin taran tetap berjalan. Dalam situasi sem acam ini pula, Aula
Paroki Bintaran m enjadi ajang tempat berlangsunnya Konggres dan rapat-rapat.
Bahkan gereja kita menyumbang tempatnya, dipakai selaku markas darurat. Pada
saat yang hampir bersamaan, sekitar tahun 1947 sekolah guru Katolik dan SMA
de Britto juga mulai tumbuh dari Bintaran. Berawal dengan m enempati komplek
aula serta B intaran Ledok, barat gereja . Ham pir bersam aan dengan itu, sekolah
Santo Thomas (yang sekarang sudah be rkembang menjadi SMA St. Thomas dan
Yayasan Marsudi luhur) juga berdiri.
Kegiatan sosial yang memuncak di Bintaran adalah sewaktu umat berhasil
Tempat transit para s audara kita ju ga m engambil lok asi d i Aula Binta ran. Dari
tempat yang sa ma, berhasil dikem bangkan gerakan gereja intern. Yakni dengan
kegiatannya Maria Congregatie (MC) ketik a m elaksanakan apel besar di tanah
lapang Trenggono tahun 1954 bertepatan dengan kegiatan peringatan 100
memasyarakatnya. Tak hanya kegiatan kem asyarakatan berkem baag dalam
periode ini. Sebab Yuvenat atau 1 pat pendidikan para calon SJ juga Pernah
berada di lingkungan Bintaran, m enempati Kantor Yayasan Kanisius cabang
Yogyakarta yang ada sekarang ini kegiatan khusus lainnya juga tam bah banyak
Kursus menjahit bagi para ibu dan kur sus sosial ekonom i yang diprakarsai oleh
Badan Usaha Wanita Katoolik (BUWK) serta kegiatan Werdatama.
Partisipasi gereja dalam membangun m asyarakatnya nam pak sekali
dengan ikut sertanya umat Bintaran dalam Partai Katolik yang masa itu dipimpin
oleh Bapak C.O. Tjiptasum arta. Peri ode perkem bangaan dan pertumbuhan ini
mencapai puncaknya sekitar pergolakan G30S/PKI. Pada waktu inilah Gereja
Bintaran menampilkan diri sebagai Youth Centre, di m ana para sarjana Katolik
ISKI dan m ahasiswa PM KRI berm arkas di Bintaran. Begitu pula sebuah
pemancar radio bersem angat Katolik m ulai m engudara dengan nam a Bikim a,
kependekan dari Bintaran Kidul Lim a. Berbareng dengan ini, rombongan drum
-band kebanggaan um at Katolik di m asa itu, Jaya Katolik, sem akin sering
menghiasi parade baris-berbaris di Kota Yogyakarta. Gerakan-gerakan baru ini
dipelopori oleh Romo B. Nissen SJ. Di puncaki oleh berkembangnya rombongan
paduan suara Koor Son us Serius, yang ikut mewarnai upacara liturgi dalam
Angin baru m eniup Paroki B intaran dengan adanya pembagian batas
wilayah paroki, seperti yang ada hingga sekarang ini Pada tahun 1968 dibentuk
Dewan Paroki untuk pertam a kalinya be rikut kepengurusan kring. Ketua Dewan
Paroki yang aktif dalam kepe ngurusan Dewan Paroki adalah Bapak C.O.
Tjiptosumarta Sedangkan rom o yang m erintis pem bangunan pastoral Dewan
Paroki Romo Al. Wahyasudibya Pr. Kemudian oleh Romo PC Yudodihardjo MSF
dimulai Misa W ilayah yang sam pai kini tetap berlangsung. Kehadiran Romo B.
Pudjaharja Pr. pada tahun 1972 mengkokohkan pembangunan pastoral serta gereja
umat. Dengan bantuan Romo Al. Budyapranata diadakan kaderisasi dan penataran
guru-guru agam a tingkat wilayah, retret um at serta gerakan Diakon Awa m.
Struktur D ewan Paroki dan kepengur usan Dewan Paroki m ulai dibuat
mekanismenya lebih serasi. Berhubung umat semakin bertambah, maka dilakukan
sensus atau pencatatan warga Katolik di seluruh Paroki Bintaran.
2. Situasi Umum Lingkungan St. Stefanus
a. Letak dan Situasi Geografis
Lingkungan St. Stefanus m erupakan ba gian dari paroki St. Yusup
Bintaran yang terletak lum ayan ja uh dengan pusat Paroki. Lingkungan St.
Stefanus mem punyai kekhasan yaitu ja rak rum ah uma t sangat berdekatan
sehingga memudahkan mereka untuk berkumpul bersama dan beribadah bersama.
Situasi umat Katolik di lingkungan St. St efanus berbeda-beda. Ada um at yang