• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max(L.) Merrill) Terhadap Pemberian Debu Vulkanik Hasil Erupsi Gunung Sinabung Dan Pupuk Kandang Sapi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respons Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max(L.) Merrill) Terhadap Pemberian Debu Vulkanik Hasil Erupsi Gunung Sinabung Dan Pupuk Kandang Sapi"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

RESPONS PERTUMBUHAN DANPRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) TERHADAP PEMBERIAN DEBU VULKANIK HASIL ERUPSI GUNUNG SINABUNG

DAN PUPUK KANDANG SAPI

SKRIPSI

Oleh:

ELSA ANGELITA 100301026

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

48 RESPONS PERTUMBUHAN DANPRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill)

TERHADAP PEMBERIAN DEBU VULKANIK HASIL ERUPSI GUNUNG SINABUNG DAN PUPUK KANDANG SAPI

SKRIPSI

Oleh:

ELSA ANGELITA

100301026 / BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana di Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara, Medan.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Skripsi :Respons Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max(L.) Merrill) Terhadap Pemberian Debu Vulkanik Hasil Erupsi Gunung Sinabung Dan Pupuk Kandang Sapi

Nama : Elsa Angelita

NIM : 100301026

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ir. Jonis Ginting, MS. Ferry Ezra T Sitepu S.P., M.Si Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRACT

ELSA ANGELITA: Response Growth and Production of Soybean (Glycine max (L.) Merrill) against the giving of Results of Volcanic Ash Eruption of Sinabung Mount and Cow Manure. Supervised by JONIS GINTING and FERRY EZRA T SITEPU.

This research was conducted at the Research Institute of Tobacco Deli Sampali PTPN II, Medan at a height of ± 25 meters above sea level from October to January 2015. This research used a randomized block design (RAK) with factorial. The first factor is the provision of Results of Volcanic Ash Eruption of Sinabung Mount with four treatments, Vo: Control (Topsoil), V1: Topsoil: Volcanic Ash (100 g), V2: Topsoil: Volcanic Ash (150 g), V3: Topsoil: Volcanic Ash (200 g) and the second factor is cow manure with four treatments, Po: Control, P1: 68 g / polybag (0.5 Kg), P2: 136 g / polybag (1 Kg), P3: 204 g / polybag ( 1.5 Kg). The results showed that the best treatment of volcanic ash was on the treatment without volcanic ash (Vo)plant height, leaf number 5 WAP and 100-seed weight. Treatment of cow manure is best in treatment of 1.5 kg of cow manure (P3) at leaf number 6 WAP, root dry weight, shoot dry weight, number of pods per sample, 100-seed weight and seed yield per plant. Interaction ofResults of Volcanic Ash Eruption of Sinabung Mount and Cow Manure best treatment in combination treatment with volcanic ash 150 g with 1 kg of cow manure (V2P2).

Keywords: Soybean, volcanic ash, cow manure.

(5)

ABSTRAK

ELSA ANGELITA: Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai(Glycine max (L.) Merrill)terhadap Pemberian Debu Vulkanik Hasil Erupsi Gunung Sinabung dan Pupuk Kandang Sapi.Dibimbing oleh JONIS GINTING dan FERRY EZRA T. SITEPU.

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tembakau Deli Sampali PTPN II, Medan pada ketinggian + 25 meter di atas permukaan laut dari bulan Oktober sampai Januari 2015. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial.Faktor pertama adalah pemberian debu vulkanik hasil erupsi gunung sinabung dengan empat perlakuan yaitu Vo: Kontrol (Topsoil), V1: Topsoil : Abu Vulkanik (100 g), V2: Topsoil : Abu Vulkanik (150 g), V3: Topsoil : Abu Vulkanik (200 g)dan faktor kedua adalah pemberian pupuk kandang sapi dengan empat perlakuan yaitu Po : Kontrol, P1: 68 g/polibeg (0,5 Kg), P2: 136 g/polibeg (1 Kg), P3: 204 g/polibeg (1,5 Kg). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan debu vulkanik terbaik pada perlakuan tanpa debu vulkanik (Vo) pada parameter tinggi tanaman 5 MST, jumlah daun 5 MST dan bobot 100 biji. Perlakuan pupuk kandang sapi yang terbaik pada perlakuan 1,5 kg pupuk kandang sapi (P3) pada parameter jumlah daun 6 MST, bobot kering akar, bobot kering tajuk, jumlah polong per sample, bobot 100 biji dan produksi biji per tanaman. Interaksi kedua perlakuan terbaik pada kombinasi perlakuan debu vulkanik 150 g dengan pupuk kandang sapi 1 Kg (V2P2).

Kata kunci: Kedelai, debu vulkanik, pupuk kandang sapi.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada 6 Oktober 1991 di Medan, anak ke-1 dari 2 bersaudara dari ayahanda

Toga Manurung dan Ibunda Yuni Sitorus.

Pendidikan formal yang telah diperoleh penulis antara lain tahun 1998 – 2004

menempuh pendidikan dasar di SD RK BUDI MURNI 6Medan; tahun 2004 – 2007 menempuh

pendidikan di SMP SWASTA GAJAH MADAMedan; tahun 2007 - 2010 menempuh pendidikan

di SMAN 7Medan dan terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara melalui jalur ujian masuk bersama (UMB) pada tahun 2010. Penulis memilih program

studi Agroekoteknologi minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan (BPP).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten Laboratorium Tanaman

Penyegar (2014). Penulis juga anggota dari Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Bridgestone Sumatra

Rubber Estate (BSRE) Pematang Siantar pada bulan Juli – Agustus 2013.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman

Kedelai(Glycine max (L.)Merrill)terhadap Pemberian Debu VulkanikHasil Erupsi Gunung Sinabung dan Pupuk Kandang Sapi” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh

gelar sarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Toga Manurung dan Ibunda Yuni

Sitorus yang tak hentinya memberikan cinta kasih dan dukungan baik secara moril maupun

materi hingga saat ini.Juga kepada adinda Rina Manurung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada dosen

pembimbing yaitu, bapak Ir. Jonis Ginting, MS., selaku ketua komisi pembimbing dan bapak

Ferry Ezra Sitepu S.P., M.Si, selaku anggota komisi pembimbing yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Balai Penelitian Tembakau Deli Sampali

PTPN II Medan dan teman – teman Agroekoteknologi angkatan 2010, dan semua pihak yang

tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi

kita semua.

Medan, Mei 2015

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Debu Vulkanik Gunung Sinabung ... 5

Kelebihan dan Kekurangan Debu Vulkanik ... 6

Pengaruh Debu Vulkanik Terhadap Tanah dan Tanaman ... 6

Pupuk Kandang Sapi ... 7

Kelebihan dan Kekurangan Pupuk Kandang Sapi ... 7

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

Bahan dan Alat ... 12

Metode Penelitian ... 12

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 15

Penanaman Benih ... 15

Persiapan Media Tanam ... 15

Persiapan Debu Vulkanik dan Pupuk Kandang Sapi ... 15

Penanaman ... 16

Penjarangan ... 16

Pemeliharaan ... 16

Penyiraman... 16

Penyiangan ... 16

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 16

Panen ... 16

Pengamatan Parameter ... 17

Tinggi Tanaman (cm) ... 17

Jumlah Daun (helai) ... 17

Diameter Batang (mm) ... 17

Umur Berbunga (hari) ... 17

Bobot Kering Akar (g) ... 17

Bobot Kering Tajuk (g) ... 18

Jumlah Polong per Tanaman (polong) ... 18

Produksi Biji per Tanaman (g) ... 18

(9)

Bobot 100 Biji (g) ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 19

Pembahasan ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 37

Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

LAMPIRAN ... 41

(10)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Tinggi tanaman (cm) kedelai perlakuan olah debu vulkanik dan pupuk kandang sapi pada umur 3 – 6 MST ... 20

2. Jumlah daun (helai) kedelai perlakuan olah debu vulkanik dan pupuk kandang sapi pada umur 3 – 6 MST ... 22

3. Diameter batang (mm) kedelai perlakuan olah debu vulkanik dan pupuk kandang sapipada umur 3 – 6 MST ... 26

4. Umur berbunga (hari)kedelai perlakuan debu vulkanik dan pupuk kandang sapi .. 28

5. Umur panen (hari)kedelai perlakuan olah debu vulkanik dan pupuk kandang sapi ... 29

6. Bobot kering akar (g)kedelai perlakuan olah debu vulkanik dan pupuk kandang sapi ... 29

7. Bobot kering tajuk (g)kedelai perlakuan olah debu vulkanik dan pupuk kandang sapi ... 30

8. Jumlah polong per tanaman (polong)kedelai perlakuan olah debu vulkanik dan pupuk kandang sapi ... 31

9. Produksi biji per tanaman (g)kedelai perlakuan olahdebu vulkanik dan pupuk kandang sapi ... 32

10.Bobot 100 biji(g)kedelai perlakuan olah debu vulkanik dan pupuk kandang sapi . 32

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Bagan Lahan Penelitian ... 47

2. Bagan Plot Penelitian ... 48

3. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 49

4. Deskripsi Varietas Grobokan ... 50

5. Data Analisis Tanah ... 52

6. Data Analisis Pupuk Kandang Sapi ... 53

7. Data Analisis Debu Vulkanik Awal ... 54

8. Data Analisis Debu Vulkanik Akhir ... 55

9. Foto Penelitian ... 56

10. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Kedelai Umur 3 MST (cm) ... 60

11. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Kedelai Umur 3 MST ... 60

12. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Kedelai Umur 4 MST (cm) ... 61

13. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Kedelai Umur 4 MST ... 61

14. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Kedelai Umur 5 MST (cm) ... 62

15. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sorgum Umur 5 MST ... 62

16. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Kedelai Umur 6 MST (cm) ... 63

17. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Kedelai Umur 6 MST ... 63

18. Data Pengamatan Jumlah Daun Kedelai Umur 3 MST (helai) ... 64

19. Sidik Ragam Jumlah DaunKedelaiUmur 3 MST ... 64

20. Data Pengamatan Jumlah Daun Kedelai Umur 4 MST (helai) ... 65

21. Sidik Ragam Jumlah Daun Kedelai Umur 4 MST ... 65

22. Data Pengamatan Jumlah Daun Kedelai Umur 5 MST (helai) ... 66

23. Sidik Ragam Jumlah Daun Kedelai Umur 5 MST ... 66

24. Data Pengamatan Jumlah Daun Kedelai Umur 6 MST (helai) ... 67

25. Sidik Ragam Jumlah Daun Kedelai Umur 6 MST ... 67

26. Data Pengamatan Diameter Batang Kedelai Umur 3 MST (mm) ... 68

(12)

ix

27. Sidik Ragam Diameter Batang Kedelai Umur 3 MST ... 68

28. Data Transformasi (√x + 0,5) Diameter Batang Tanaman Kedelai 3 MST (cm) ... 69

29. Sidik Ragam Transformasi (√x + 0,5) diameter Batang Tanaman Kedelai 3 MST (cm) ... 69

30. Data Pengamatan Diameter Batang Kedelai Umur 4 MST (mm) ... 70

31. Sidik Ragam Diameter Batang Kedelai Umur 4 MST ... 70

32. Data Transformasi (√x + 0,5) Diameter Batang Tanaman Kedelai 4 MST (cm) ... 71

33. Sidik Ragam Transformasi (√x + 0,5) Diameter Batang Tanaman Kedelai 4 MST (cm) ... 71

34. Data Pengamatan Diameter Batang Kedelai Umur 5 MST (mm) ... 72

35. Sidik Ragam Diameter Batang Kedelai Umur 5 MST ... 72

36. Data Pengamatan Diameter Batang Kedelai Umur 6 MST (mm) ... 73

37. Sidik Ragam Diameter BatangKedelaiUmur 6 MST ... 73

38. Data Pengamatan Umur BerbungaKedelai (hari) ... 74

39. Sidik Ragam Umur Berbunga Kedelai (hari) ... 74

40. Data Pengamatan Bobot Kering Akar (g) Kedelai ... 75

41. Sidik Ragam Bobot Kering Akar Kedelai ... 75

42. Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk Kedelai (g) ... 76

43. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk Kedelai ... 76

44. Data Transformasi (√x+0,5) Berat Kering Tajuk Tanaman Kedelai (g) ... 77

45. Sidik Ragam Transformasi (√x+0,5) Berat Kering Tajuk Tanaman Kedelai (g) ... 77

46. Data PengamatanJumlah Polong per Tanaman Kedelai (polong) ... 78

47. Sidik Ragam Jumlah Polong per TanamanKedelai (polong) ... 78

48. Data Pengamatan Produksi Biji per Tanaman Kedelai (g) ... 79

49. Sidik Ragam Produksi Biji per Tanaman Kedelai ... 79

50. Data Pengamatan Produksi 100 biji Kedelai (g) ... 80

51. Sidik Ragam Produksi 100 biji Kedelai ... 80

(13)

ABSTRACT

ELSA ANGELITA: Response Growth and Production of Soybean (Glycine max (L.) Merrill) against the giving of Results of Volcanic Ash Eruption of Sinabung Mount and Cow Manure. Supervised by JONIS GINTING and FERRY EZRA T SITEPU.

This research was conducted at the Research Institute of Tobacco Deli Sampali PTPN II, Medan at a height of ± 25 meters above sea level from October to January 2015. This research used a randomized block design (RAK) with factorial. The first factor is the provision of Results of Volcanic Ash Eruption of Sinabung Mount with four treatments, Vo: Control (Topsoil), V1: Topsoil: Volcanic Ash (100 g), V2: Topsoil: Volcanic Ash (150 g), V3: Topsoil: Volcanic Ash (200 g) and the second factor is cow manure with four treatments, Po: Control, P1: 68 g / polybag (0.5 Kg), P2: 136 g / polybag (1 Kg), P3: 204 g / polybag ( 1.5 Kg). The results showed that the best treatment of volcanic ash was on the treatment without volcanic ash (Vo)plant height, leaf number 5 WAP and 100-seed weight. Treatment of cow manure is best in treatment of 1.5 kg of cow manure (P3) at leaf number 6 WAP, root dry weight, shoot dry weight, number of pods per sample, 100-seed weight and seed yield per plant. Interaction ofResults of Volcanic Ash Eruption of Sinabung Mount and Cow Manure best treatment in combination treatment with volcanic ash 150 g with 1 kg of cow manure (V2P2).

Keywords: Soybean, volcanic ash, cow manure.

(14)

ABSTRAK

ELSA ANGELITA: Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai(Glycine max (L.) Merrill)terhadap Pemberian Debu Vulkanik Hasil Erupsi Gunung Sinabung dan Pupuk Kandang Sapi.Dibimbing oleh JONIS GINTING dan FERRY EZRA T. SITEPU.

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tembakau Deli Sampali PTPN II, Medan pada ketinggian + 25 meter di atas permukaan laut dari bulan Oktober sampai Januari 2015. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial.Faktor pertama adalah pemberian debu vulkanik hasil erupsi gunung sinabung dengan empat perlakuan yaitu Vo: Kontrol (Topsoil), V1: Topsoil : Abu Vulkanik (100 g), V2: Topsoil : Abu Vulkanik (150 g), V3: Topsoil : Abu Vulkanik (200 g)dan faktor kedua adalah pemberian pupuk kandang sapi dengan empat perlakuan yaitu Po : Kontrol, P1: 68 g/polibeg (0,5 Kg), P2: 136 g/polibeg (1 Kg), P3: 204 g/polibeg (1,5 Kg). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan debu vulkanik terbaik pada perlakuan tanpa debu vulkanik (Vo) pada parameter tinggi tanaman 5 MST, jumlah daun 5 MST dan bobot 100 biji. Perlakuan pupuk kandang sapi yang terbaik pada perlakuan 1,5 kg pupuk kandang sapi (P3) pada parameter jumlah daun 6 MST, bobot kering akar, bobot kering tajuk, jumlah polong per sample, bobot 100 biji dan produksi biji per tanaman. Interaksi kedua perlakuan terbaik pada kombinasi perlakuan debu vulkanik 150 g dengan pupuk kandang sapi 1 Kg (V2P2).

Kata kunci: Kedelai, debu vulkanik, pupuk kandang sapi.

(15)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kedelai merupakan tanaman sumber protein yang murah, sehingga dapat digunakan

untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.Kebutuhan terhadap kedelai semakin meningkat

dari tahun ketahun sejalan dengan bertambahnya penduduk dan meningkatkan kesadaran

masyarakat terhadap makanan berprotein nabati. Data BPS 2007 dalam Budi (2006)

menyebutkan kebutuhan kedelai dalam negeri kurang lebih mencapai 2 juta ton/tahun, dimana

produksi dalam negeri tahun 2007 baru mencapai 608.263 ton. Produksi kedelai nasional dalam

8 tahun terakhir dari tahun 2000 sampai 2007 ternyata mengalami penurunan rata-rata sebesar

7,20 %.

Oleh karena itu perlu dilakukan modifikasi pada media tanam dan pemupukan pada

tanaman kedelai. Upaya meningkatkan produktivitas tanaman kedelai dapat dilakukan dengan

banyak cara. Produksi tanaman kedelai sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya, pengendalian

hama dan pemupukan yang dapat dilakukan melalui akar dan daun. Pemupukan melalui daun

dilakukan dengan menyemprotkan pupuk dalam bentuk cair pada tanaman secara

langsung.Metode ini merupakan metode yang efektif untuk memberikan hara yang terkandung

dalam pupuk, karena pupuk mudah masuk dan terserap ke dalam stomata.Hasil penelitian

terhadap ukuran membuka celah stomata daun kedelai (Glycine max (L.) Merril var.

Lokon) pada pagi,siang dan sore hari, menunjukkan bahwa stomata membuka maksimal pada

pagi hari. Siang hari stomata tetap membuka tetapi tidak maksimal, untuk mengurangi terjadinya

penguapan, sedangkan pada sore hari terjadi pembukaan stomata lebih besar dari siang hari

(Meirina, 2006).

Abu vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat

terjadi suatu letusan dan dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan bahkan ribuan kilometer dari

kawah karena pengaruh hembusan angin. Adanya abu vulkanik merupakan akibat dari proses

(16)

dorongan dari gas yang bertekanan tinggi dalam perut bumi atau karena gerakan lempeng bumi,

tumpukan tekanan dan panas cairan magma. Letusan gunung Merapi dinamakan “Letusan Tipe

Merapi” oleh para ahli gunung api, karena kekhasan Merapi ketika meletus yang dicirikan

dengan adanya luncuran awan panas yang biasa disebut “Wedhus Gembel” yang berarti bulu

biri-biri. Secara tidak langsung unsur-unsur yang terkandung dalam abu vulkanik turut

memberikan kontribusi pada kesuburan tanah di sekitar gunung Merapi (Ratdomopurbo, 2007).

Selain itu pupuk kandang dapat menambah ketersediaan bahan makanan (unsur hara)

bagi tanaman yang dapat diserap dari dalam tanah.Selain itu, pupuk kandang mempunyai

pengaruh positif terhadap sifat fisik dan kimiawi tanah, mendorong kehidupan (perkembangan)

jasad renik.Menurut Buckman and Brady (1982) pupuk kandang mempunyai kemampuan

mengubah faktor dalam tanah, sehingga menjadi faktor-faktor yang menjamin kesuburan tanah.

Dari uraian diatas maka abu vulkanik dapat digunakan untuk membantu meningkatkan

pertumbuhan dan produksi tanaman.Mineral tersebut berpotensi sebagai penambah cadangan

mineral tanah, memperkaya susunan kimia dan memperbaiki sifat fisik tanah.Menurut Sediyarso

(1987) dapat juga digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki tanah-tanah miskin hara atau

tanah yang sudah mengalami pelapukan lanjut.

Penelitian pemberian debu vulkanik dan hasil erupsi gunung sinabung dan pupuk

kandang sapi terhadap tanaman kedelai (Glycine maxL.Merrill) masih sedikit oleh karena itu

penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang judul respons pertumbuhan dan produksi

tanaman kedelai (Glycine maxL.Merrill) terhadap pemberian debu vulkanik hasil erupsi gunung

sinabung dan pupuk kandang sapi.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi tanaman

kedelai (Glycine maxL.Merrill) terhadap pemberian debu vulkanik hasil erupsi gunung sinabung

(17)

Hipotesa Penelitian

Adanya pengaruh nyata terhadap pemberian abu vulkanik hasil erupsi gunung sinabung,

pupuk organik kotoran sapi terhadap respons pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai

(Glycine maxL. Merrill) serta interaksi keduanya.

Kegunaan Penulisan

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan kombinasi dosis yang ideal antara abu

vulkanik hasil erupsi gunung sinabung dan pupuk organik kotoran sapi untuk menghasilkan

pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine maxL. Merrill) serta sebagai salah satu syarat untuk

(18)

TINJAUAN PUSTAKA Debu Vulkanik Gunung Sinabung

Abu vulkanik merupakan bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara

pada saat terjadi letusan.Secara umum komposisi abu vulkanik terdiri atas Silika dan Kuarsa.

Menurut Anda (2010) abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan

tanaman dengan komposisi total unsur tertinggi yaitu Ca, Na, K dan Mg, unsur makro lain

berupa P dan S, sedangkan unsur mikro terdiri dari Fe, Mn, Zn, Cu.

Mineral tersebut berpotensi sebagai penambah cadangan mineral tanah, memperkaya

susunan kimia dan memperbaiki sifat fisik tanah.Menurut Sediyarso (1987) dapat juga

digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki tanah-tanah miskin hara atau tanah yang sudah

mengalami pelapukan lanjut.

Abu vulkanik juga dapat mengakibatkan terkontaminasinya air bersih, tersumbatnya

saluran air, serta rusaknya fasilitas air bersih. Sumber air dan pasokan air terbuka lainnya, seperti

sungai, danau, atau tangki air, pun sangat rentan terhadap hujan abu. Menurut Sediyarso (1987)

abu yang bersifat asam, yang bersenyawa dengan hujan dan menjadi hujan asam, dapat

membakar jaringan tanaman.Konsentrasi dan ketebalan abu yang tinggi dapat menyebabkan

kematian pada beberapa tanaman.Demikian juga pasokan air untuk pertanian menjadi tercemar,

sehingga risiko gagal panen menjadi semakin besar.

Sebagai salah satu logam berat yang terkandung dalam mineral debu vulkanik Gunung

Sinabubg adalah Tembaga (Cu). Menurut Barasa (2012) bahwa fungsi dan peranan CU antara

lain mengaktifkan enzim sitokrom-oksidase, askorbit-oksidase, asam butirat –fenolase dan

laktase. Berperan dalam metabolism protein dan karbohidrat, berperan dalam perkembangan

tanaman generative serta berperan fiksasi N secara simbiotis dan penyusunan lignin.

Tanah vulkanik/tanah gunung berapia dalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi

dari letusan gunung berapi yang subur mengandung unsur hara yang tinggi .Jenis tanah vulkanik

(19)

dariabu vulkanik umumnya dicirikan oleh kandungan mineral liat allophan yang tinggi.Allophan

adalah Alumino silikat amorf yang dengan bahan organik dapat membentuk ikatan kompleks. Di

daerah yang kering, tanah dari abu vulkanik tersebut memiliki warna tanah yang tidak sehitam

dari daerah lain.

Kelebihan dan Kekurangan Debu Vulkanik

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2011) menunjukkan bahwa penambahan

bahan media tanam berupa debu vulkanik gunung merapi dengan dosis yang semakin tinggi

dapat meningkatkan tinggi tanaman, berat kering bagian atas dan panjang akar pada tanaman.

Abu vulkanik merupakan bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara

pada saat terjadi letusan.Secara umum komposisi abu vulkanik terdiri atas Silika dan Kuarsa.

Abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman dengan komposisi

total unsur tertinggi yaitu Ca, Na, K dan Mg, unsur makro lain berupa P dan S, sedangkan unsur

mikro terdiri dari Fe, Mn, Zn, Cu. Menurut hasil penelitian Sediyarso (1987) mineral tersebut

berpotensi sebagai penambah cadangan mineral tanah, memperkaya susunan kimia dan

memperbaiki sifat fisik tanah sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki

tanah-tanah miskin hara atau tanah yang sudah mengalami pelapukan lanjut.

Dalam jangka panjang, abu vulkanik juga akan memberikan dampak yang sangat positif

bagi peningkatan produktivitas tanah. Saat kadar keasaman dari abu vulkanik telah dapat

dinormalisasi melalui proses alamiah ataupun dengan bantuan manusia menggunakan dolomit

sebagai penetral. Menueut penelitian Hermawati (2010) maka kandungan mineral yang

tersimpan dalam abu vulkanik akan menjadi pupuk alamiah yang sangat baik untuk

perkembangan tanaman pertanian.

Debu vulkanik mengandung kation-kation basa yang dapat meningkatkan pH, KTK tanah

serta Kejenuhan Basa (KB) yang mengakibatkan kesuburan tanah dan tanaman meningkat

(20)

Pengaruh Debu Vulkanik Terhadap Tanah dan Tanaman

Menurut hasil penelitian yang dilakukan (Rostman, dkk, 2011) menyatakan bahwa

berdasarkan analisis tanah setelah diinkubasi, adanya penambahan debu vulkanik gunung merapi

tidak selalu berpengaruh positif terhadap sifat kimia tanah.Akan tetapi kesuburan tanah mungkin

berpengaruh negatif untuk jangka pendek karena kandungan mineral debu mungkin tersedia

untuk diambil tanaman sehingga perlu dibantu dengan pemupukan untuk memelihara kesuburan

tanah.

Debu yang jatuh dan menutupi lahan pertanian memberikan dampak positif dan negatif

bagi tanah dan tanaman. Menurut penelitain (Andhika, 2011) dampak positif bagi tanah, secara

tidak langsung, adalah memperkaya dan meremajakan tanah yang juga meningkatkan

pertumbuhan tanaman, sedangkan dampak negatifnya adalah debu tersebut menutupi permukaan

daun sehingga menghambat proses fotosintesa dan tanaman tersebut lambat laun akan mati. Hal

ini mengakibatkan penurunan produksi tanaman.Dampak negatif lainnya adalah kemungkinan

terkandungnya logam-logam berat dalam debu vulkanik tersebut.

Lapisan debu vulkanik yang berpotensi mengandung hara penyubur tanah untuk

pertanian sebenarnya baru bisa dimanfaatkan sekitar 10 tahun setelah peristiwa penyebaran abu

vulkanik itu.Penyuburan tanah bisa dipercepat jika dicampur dengan kompos, urea, dan lain-lain

menurut Barasa (2012) sifat-sifat tanah yang dipengaruhi yaitu sifat fisik, kimia, serta biologi

tanah.Oleh sebab itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui perubahan sifat - sifat tanah yang

terjadi akibat ketebalan debu vulkanik. Dalam hal ini akan dikaji perubahan sifat fisik tanah dan

kandungan logam beratnya.

Tanah-tanah yang berada di sekitar kawasan Gunung Sinabung sebelum meletus

akhir-akhir ini memiliki kesuburan yang lebih tinggi sehingga tanaman yang tumbuh di atasnya dapat

tumbuh subur. Menurut penelitian Solihin (2012) hal ini disebabkan oleh material-material yang

dikeluarkan dari gunung tersebut pada letusan sebelumnya mengandung hara yang baik bagi

(21)

berukuran besar sampai berukuran yang lebih halus. Debu dan pasir vulkanik ini merupakan

salah satu batuan induk tanah yang nantinya akan melapuk menjadi bahan induk tanah dan

selanjutnya akan mempengaruhi sifat dan ciri tanah yang terbentuk.

Pupuk Kandang Sapi

Pupuk kandang dapat menambah ketersediaan bahan makanan (unsur hara) bagi tanaman

yang dapat diserap dari dalam tanah.Selain itu, pupuk kandang mempunyai pengaruh positif

terhadap sifat fisik dan kimiawi tanah, mendorong kehidupan (perkembangan) jasad renik.

Menurut penelitian Sumiati (1999) dengan kata lain: pupuk kandang mempunyai kemampuan

mengubah faktor dalam tanah, sehingga menjadi faktor-faktor yang menjamin kesuburan tanah.

Pupuk organik padat dari kotoran hewan lebih banyak dikomersialkan dari pada yang

cair, sebab oleh ketersediaan di lapangan.Menurut Kanonova (1966) kotoran hewan bentuk padat

lebih tersedia dibandingkan dengan kotoran hewan cair.Namun, perbandingan penyebaran

kandungan unsur kotoran padat dan kotoran cair tidak jauh berbeda.

Pupuk kandang dapat menambah ketersediaan bahan makanan (unsur hara) bagi tanaman

yang dapat diserap dari dalam tanah.Selain itu, pupuk kandang mempunyai pengaruh positif

terhadap sifat fisik dan kimiawi tanah, mendorong kehidupan (perkembangan) jasad renik.

Menurut Buckman and Brady (1982) dengan kata lain: pupuk kandang mempunyai kemampuan

mengubah faktor dalam tanah, sehingga menjadi faktor-faktor yang menjamin kesuburan tanah.

Pupuk kandang sapi adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak sapi, baik berupa

kotoran padat yang bercampur sama sisa makanan ataupun air, sehingga kualitas pupuk kotoran

sapi beragam tergantung pada jenis, umur serta kesehatan ternak, jenis dan kadar serta jumlah

pakan yang dikonsumsi. Menurut Asni (2008) pupuk kandang sapi biasanya terdiri atas

campuran 0,5 % N, 0,25 % P2O5 dan 0,1 % K2O dan yang cair dengan kadar air 95 %

(22)

Kelebihan dan Kekurangan Pupuk Kandang Sapi

Biasanya pemberian pupuk kandang sapi selalu diikuti peningkatan hasil tanaman.

Peningkatan hasil tanaman tersebut tergantung pada beberapa faktor, menurut Effendi (1993)

faktornya terlihat pada tingkat kematangan pupuk kandang sapi itu sendiri, sifat-sifat tanah, cara

aplikasi dan sebagainya. Pengaruh dari pupuk kandang sapi terhadap hasil tanaman dapat

disebabkan oleh pengaruh yang menguntungkan terhadap sifat-sifat fisik, kima dan biologi

tanah.

Pupuk kandang kotoran sapi mempunyai bebarapa sifat yang lebih baik dari pupuk alami

lainnya maupun pupuk buatan, yaitu sebagai sumber hara makro dan mikro, dapat meningkatkan

daya menahan air dan banyak mengandung mikroorganisme.Menurut penelitian Dahlan dan

Kaharuddin (2007) menyatakan jenis unsur hara makro utama dalam pupuk kandang sapi adalah

nitrogen, phospat dan kalium.

Unsur hara yang akan diserap oleh akar ditentukan oleh semua faktor yang

mempengaruhi ketersediaan unur hara sampai unsur hara tersebut berada di permukaan akar

sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta hasil tanaman. Penambahan hasil

tanaman sebagai respon penambahan pupuk berbanding lurus dengan selisih hasil maksimum

dengan hasil aktual hasil maksimum dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak terlalu tinggi

pemberiannya karena makin tinggi pemberian, maka justru menurun. Menurut penelitian Agus

(2010) menyatakan bila salah satu faktor lebih kuat pengaruhnya dari faktor lain sehingga faktor

lain tersebut tertutupi dan masing-masing faktor sifat yang jauh berpengaruh pengaruhnya dan

sifat kerjanya, maka akan menghasilkan hubungan yang berpengaruh dalam

mempengaruhipertumbuhan suatu tanaman.

Pupuk organik yang dapat digunakan seperti pupuk kimia adalah kompos, pupuk

kandang, azola, pupuk hijau, limbah industri, limbah perkotaan termasuk limbah runah

(23)

unsur hara rendah dan sangat bervariasi, penyediaan hara terjadi sangat lambat dan menyediakan

(24)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tembakau Deli Sampali PTPN II, Medan

pada ketinggian + 25 meter di atas permukaan laut.Dilaksanakan dari bulan Oktober 2014

sampai dengan Januari 2015.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas Anjasmoro, top

soil, debu vulkanik hasil erupsi gunung sinabung , pupuk kandang sapi di ambil dari sisa kotoran

sapi yang telah siap digunakan, air, fungisida dan bahan lainnya yang dapat mendukung

penelitian ini.

Alat yang digunakan adalah polibeg sebagai medai tanam, handsprayer, timbangan,

ember, cangkul, kalkulator, penggaris, alat tulis, meteran, jangka sorong, label nama, pacak

penanda sampel, spidol dan alat lainnya yang dapat mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial, dengan faktor

perlakuan perbandingan yaitu:

Faktor I : Debu Vulkanik (V) terdiri dari 4 taraf yaitu :

Vo : Kontrol (Topsoil)

V1 : Topsoil : Abu Vulkanik (100 g)

V2 : Topsoil : Abu Vulkanik (150 g)

V3 : Topsoil : Abu Vulkanik (200 g)

Faktor II : Pupuk Kandang Sapi (P) terdiri dari 4 taraf yaitu :

Po : Kontrol

(25)

P2 : 136 g/polibeg (1 Kg)

P3 : 204 g/polibeg (1,5 Kg)

Sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan yaitu :

V0P0 V1P0 V2P0 V3P0

V0P1 V1P1 V2P1 V3P1

V0P2 V1P2 V2P2 V3P2

V0P3 V1P3 V2P3 V3P3

Jumlah Ulangan (Blok) = 3 Ulangan

Jumlah Plot = 48 Plot

Jumlah Polibag/Plot = 5 Polibag/Plot

Jumlah Polibag Seluruhnya = 240 Polibag

Jumlah Tanaman Sampel Per Plot = 4 Tanaman

Jumlah Tanaman Sampel Seluruhnya = 192 Tanaman

Ukuran Plot = 100 cm x 100 cm

Jarak Antar Plot = 30 cm

Jarak Antar Ulangan = 50 cm

Volume Polibeg = 40x50 cm (15 kg)

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam, berdasarkan model

linear sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ) jk + εijk

i = 1,2,3 j = 1,2,3,4 k = 1,2,3,4

Dimana :

Yijk : Hasil pengamatan blok ke-i karena pemberian Abu Vulkanik

dan pupuk organik kotoran sapi pada taraf ke-j.

µ : Nilai tengah.

(26)

αj : Efek dari perlakuan abu vulkanik dan pada taraf ke-j

βk : Efek dari perlakuan pupuk organik kotoran sapi pada taraf ke-k

(αβ) jk:Efek interaksi perlakuan abu vulkanik pada taraf ke-j dan pupuk organik kotoran

sapi pada taraf ke-k.

εijk : Efek galat pada blok ke-i akibat perlakuan abu vulkanik pada taraf ke-j dan

pupuk organic kotoran sapi pada taraf ke-k.

Terhadap faktor yang berpengaruh nyata maka dianalisis dengan Uji Beda Rataan

(27)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan

Lahan yang digunakan untuk penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan

sampah.Dipersiapkan sebaik mungkin di lahan yang datar, dekat dengan sumber air, memiliki

drainase yang baik serta tidak tergenang. Kemudian dibuat plot-plot dengan ukuran 100 cm x

100 cm dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar ulangan 50 cm.

Persiapan Benih

Benih yang digunakan adalah benih kedelai dengan Varietas Grobongan .Benih

direndam ± 10 menit dengan air.

Persiapan Media Tanam

Persiapan media tanam yaitu disiapkan polibeg berukuran 15 kg. Sebelum digunakan

topsoil terlebih dahulu diayak lalu dibersihkan dari kotoran yang ada. Analisis tanah dilakukan

sebelum tanam dan sesudah tanam kedelai dipanen.

Persiapan Debu Vulkanik dan Pupuk Kandang Sapi

Debu vulkanik yang digunakan berasal dari debu vulkanik gunung sinabung yang

diperoleh dari desa Kutarakyat dan Kutagugung, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo

Sumatera Utara.Debu vulkanik dianalisi untuk mengetahui kandungan yang terdapat di

dalamnya. Sedangkan pupuk kandang sapi yang digunakan adalah pupuk kandang sapi yang

sudah mengalami proses fermentasi. Pupuk kandang sapi dianalisis terlebih dahulu untuk

mengetahui kandungan yang terdapat di dalamnya.

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara merendam benih terlebih dahulu.Benih ditanam

sebanyak 2 benih per polibeg dengan kedalaman tanah 2-3 cm, setelah itu siram air ke dalam

polibeg.Sebelumnya penanaman dilakukan sekitar dua minggu setelah debu vulkanik dan pupuk

(28)

Penjarangan

Penjarangan dilakukan pada 2 MST dengan cara memilih satu tanaman yang

pertumbuhannya baik dan membuang tanaman yang tidak dipakai dengan cara dipotong. Untuk

menjaga agar produksi kedelai tetap baik, benih kedelai yang tidak tumbuh sebaiknya segera

diganti dengan biji-biji yang baru. Waktu penyulaman yang terbaik adalah sore hari.

Pemeliharaan Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari dengan menggunakan

gembor.Bila hari hujan maka penyiraman cukup dilakukan satu kali saja dan tergantung pada

kondisi tanah.

Penyiangan

Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mengikis gulma yang tumbuh dengan tangan

atau pisau.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Jika terjadi serangan hama dilakukan pengendalian dangan cara penyemprotan pestisida

sesuai dosis anjuran.

Panen

Kriteria panen yaitu sebagian besar daun sudah menguning tetapi bukan karena serangan

hama dan penyakit, lalu gugur, buah berubah warna dari hijau sampai kuning kecokelatan,

batang berwarna kuning agak kecokelatan. Panen dilakukan sekali dengan cara memotong 5 cm

diatas pangkal batang utama dengan menggunakan pisau. Kemudian polong dijemur dibawah

(29)

Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh tanaman dengan

menggunakan meteran.Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap minggu sejak tanaman

berumur 2 MST hingga 8MST dengan interval pengamatan 1 minggu.

Jumlah Daun (helai)

Pengamatan jumlah daun dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST sampai 8 MST.

Perhitungan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun yang telah membuka

sempurna.

Diameter Batang (mm)

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong.Dilakukan pengamatan ini

setelah tanaman berumur 2 MST - 8 MST.Diberi tanda pada pangkal sekitar 2 cm untuk

mempermudah pengamatan selanjutnya.

Umur Berbunga (hari)

Umur berbunga adalah kondisi dimana tanaman mengalami fase generatif atau fase

pembungaan.Umur berbunga diamati setelah tanaman mengeluarkan bunga sekitar 75 %.

Bobot Kering Akar (g)

Akar yang diukur adalah akar yang sudah dipisahkan dari tajuk dan dibersihkan dari

kotoran, lalu diovenkan pada suhu 70° C selama 24 jam.Setelah itu dikeluarkan dan dimasukkan

ke dalam desikator lalu ditimbang bobot keringnya dengan timbangan analitik sehingga

diperoleh bobot kering yang konstan.Bobot kering akar diukur pada saat panen.

Bobot Kering Tajuk (g)

Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akar dengan cara memotong pada bagian pangkal

batang lalu tajuk tersebut dibersihkan dari kotoran, lalu diovenkan pada suhu 70° C selama 24

(30)

dengan timbangan analitik sehingga diperoleh bobot kering yang konstan.Bobot kering tajuk

diukur pada sat panen.

Jumlah Polong per Tanaman (polong)

Pengamatan dilakukan terhadap semua jumlah polong setiap tanaman sampel.Jumlah

polong per tanaman dihitung pada saat panen.

Produksi Biji per Tanaman (g)

Pengamatan ini dilakukan pada saat kadar air biji ± 12%. Untuk mencapai kadar air

tersebut dilakukan dengan cara menjemur biji di bawah sinar matahari ± 2-3 hari, kemudian

ditimbang.

Bobot 100 Biji (g)

Pengamatan ini dilakukan setelah tanaman di panen, bobot biji kering ditimbang dari

setiap perlakuan per sampel dengan kadar air biji setiap perlakuan ± 12%.

Bobot 100 Biji (g) = Bobot biji per tanaman

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan debu vulkanik berpengaruh nyata terhadap

tinggi tanaman 5 MST dan jumlah daun 5 MST, bobot 100 biji, dan umur berbunga serta

berpengaruh tidak nyata terhadap parameter lain.

Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata

terhadap jumlah daun 5 dan 6 MST, jumlah polong per sampel, bobot kering akar, bobot kering

tajuk, bobot 100 biji, jumlah biji, dan umur berbunga serta berpengaruh tidak nyata terhadap

parameter lain.

Interaksi kedua perlakuan menunjukkan berpengaruh nyata terhadap umur berbunga serta

berpengaruh tidak nyata terhadap parameter lain.

Tinggi Tanaman (cm)

Data pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman pada umur 3 - 5 MST dapat dilihat

pada Lampiran 11-18.

Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan debu vulkanik berpengaruh nyata terhadap

tinggi tanaman umur 5 MST dan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 3, 4 dan 6

MST. Perlakuan pupuk kandang sapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada

semua umur pengamatan.Interaksi keduanya juga berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi

tanaman pada semua umur pengamatan.

Tinggi tanaman kedelai perlakuan debu vulkanik dan pupuk kandang sapi pada umur 3 –

(32)
[image:32.595.70.470.88.412.2]

Tabel 1.Tinggi tanaman (cm) kedelai perlakuan debu vulkanik dan pupuk kandang sapi pada umur 3 – 5 MST

MST

Debu Vulkanik

(g)

Pupuk Kandang Sapi (kg)

Rataan P0 (0) P1 (0,5) P2 (1) P3 (1,5)

3

V0 (0) 12,58 11,68 11,22 12,54 12,00

V1 (100) 12,59 12,53 12,31 12,77 12,55

V2 (150) 12,73 12,11 13,50 12,53 12,72

V3 (200) 11,03 13,84 12,69 12,47 12,51

Rataan 12,23 12,54 12,43 12,58

4

V0 (0) 15,58 14,83 14,93 16,43 15,44

V1 (100) 15,40 15,63 15,15 15,96 15,53

V2 (150) 14,91 15,28 15,32 15,97 15,37

V3 (200) 15,08 16,73 15,83 15,36 15,75

Rataan 15,24 15,62 15,31 15,93

5

V0 (0) 17,68 16,48 16,66 18,29 17,28 a

V1 (100) 17,28 15,39 15,80 16,07 16,14 b V2 (150) 15,51 16,48 16,98 16,11 16,27 b V3 (200) 17,21 17,88 16,17 17,54 17,20 a

Rataan 16,92 16,56 16,40 17,00

6

V0 (0) 18,33 17,44 17,82 18,88 18,12

V1 (100) 18,42 16,21 18,83 17,29 17,69

V2 (150) 18,42 18,81 18,96 16,23 18,10

V3 (200) 18,92 18,38 17,33 18,82 18,36

Rataan 18,52 17,71 18,23 17,80

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Rataan Duncan pada taraf α=5%.

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada perlakuan debu vulkanik tinggi tanaman kedelai

tertinggi umur 3, 4, dan 6 MST cenderung pada perlakuan pemberian 200 gram debu vulkanik

(V3) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lain.Pada tanaman umur 5 MST tanaman

kedelai tertinggi pada perlakuan tanpa pemberian debu vulkanik (V0) yaitu 17,28 cm yang

berbeda nyata V1 dan V2 dan berbeda tidak nyata dengan V3.

Tanaman kedelai umur 3 – 5 MST pada perlakuan pupuk kandang sapi yaitu cenderung

tertinggi pada perlakuan 1,5 kg pupuk kandang sapi (P3) yang berbeda tidak nyata dengan

perlakuan lain (Tabel 1).

Hubungan tinggi tanaman kedelai 5 MST dengan debu vulkanik dapat dilihat pada

(33)
[image:33.595.91.460.68.271.2]

Gambar 1. Hubungan tinggi tanaman kedelai 5 MST dengan debu vulkanik

Gambar 1 menunjukkan hubungan tinggi tanaman kedelaiumur 5 MST dengan debu

vulkanik berbentuk kuadratik negatif.

Jumlah Daun (Helai)

Data pengamatan dan sidik ragam jumlah daun pada umur 3 - 5 MST dapat dilihat pada

Lampiran 19-26.

Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan debu vulkanik berpengaruh nyata terhadap

jumlah daun umur 5 MST dan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun 3, 4 dan 6 MST.

Perlakuan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 5 dan 6 MST dan

berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun padaumur 3 dan 4 MST.Interaksi keduanya juga

berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun pada semua umur pengamatan.

Jumlah daun kedelai perlakuan debu vulkanik dan pupuk kandang sapi pada umur 3 – 5

MST dapat dilihat pada Tabel 2.

ŷ = 0,517x2- 2,597x + 19,33 R² = 0,989

16,00 16,20 16,40 16,60 16,80 17,00 17,20 17,40

1 2 3 4

T

ing

g

i t

ana

m

an (

cm

)

Debu Vulkanik (g)

100 150 200

(34)

Tabel 2.Jumlah daun (helai) kedelai perlakuan debu vulkanik dan pupuk kandang sapi pada

umur 3 – 5 MST

MST

Debu Vulkanik

(g)

Pupuk Kandang Sapi (kg)

Rataan P0 (0) P1 (0,5) P2 (1) P3 (1,5)

3

V0 (0) 4,58 5,33 4,67 4,75 4,83

V1 (100) 5,00 4,75 4,58 4,25 4,65

V2 (150) 4,50 4,75 5,08 4,50 4,71

V3 (200) 4,83 4,67 4,83 4,75 4,77

Rataan 4,73 4,88 4,79 4,56

4

V0 (0) 5,25 6,00 5,17 5,42 5,46

V1 (100) 5,08 5,42 5,75 5,83 5,52

V2 (150) 4,58 4,92 5,58 5,00 5,02

V3 (200) 4,92 5,08 5,17 5,33 5,13

Rataan 4,96 5,35 5,42 5,40

5

V0 (0) 6,92 8,75 8,25 8,25 8,04 ab

V1 (100) 7,17 7,92 9,67 9,67 8,60 a

V2 (150) 6,33 7,75 7,50 8,67 7,56 b

V3 (200) 6,67 7,17 7,58 9,00 7,60 b

Rataan 6,77 b 7,90 b 8,25 ab 8,90 a

6

V0 (0) 9,67 14,08 12,17 12,25 12,04

V1 (100) 11,08 12,33 13,42 15,58 13,10 V2 (150) 8,75 12,83 11,83 13,67 11,77 V3 (200) 10,83 12,67 11,83 15,67 12,75 Rataan 10,08 c 12,98 ab 12,31 b 14,29 a

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolomdan baris yang sama pada minggu pengamatan yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Rataan Duncan pada taraf α=5%.

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada perlakuan debu vulkanik jumlah daun kedelai

terbanyak umur 3, 4 dan 6 MST cenderung pada perlakuan pemberian 100 gram debu vulkanik

(V1) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lain.Pada tanaman umur 5 MST jumlah daun

kedelai terbanyak pada perlakuan pemberian debu vulkanik 100 gram (V1) yaitu 8,60 helai yang

berbeda nyata V2 dan V3 dan berbeda tidak nyata dengan V0.

Jumlah daun tanaman kedelai umur 3 MST pada perlakuan pupuk kandang sapi

cenderung terbanyak pada perlakuan 0,5 kg pupuk kandang sapi (P1) yang berbeda tidak nyata

dengan perlakuan lain. Pada umur 4 MST jumlah daun tanaman kedelai cenderung terbanyak

pada perlakuan 1 kg pupuk kandang sapi (P2). Pada umur 5 MST jumlah daun kedelai terbanyak

(35)

P0 dan P1 tetapi berbeda tidak nyata dengan P2. Pada 6 MST jumlah daun kedelai terbanyak pada

perlakuan pemberian 1,5 kg pupuk kandang sapi (P3) yaitu 14,29 yang berbeda nyata dengan P0

dan P2 tetapi berbeda tidak nyata dengan P1 (Tabel 2).

Hubungan jumlah daun tanaman kedelai umur 5 MST dengan debu vulkanik dapat dilihat

pada Gambar 2.

[image:35.595.84.460.205.408.2]

Gambar 2. Hubungan jumlah daun tanaman kedelai umur 5 MST dengan debu vulkanik

Gambar 2 menunjukkan bahwa hubungan jumlah daun tanaman kedelai umur 5 MST

dengan debu vulkanik berbentuk kubik.

Hubungan jumlah daun tanaman kedelai umur 5 MST dengan pupuk kandang sapi dapat

dilihat pada Gambar 3.

ŷ= 0,447x3- 3,489x2+ 7,895x + 3,187 R² = 1

7,20 7,40 7,60 7,80 8,00 8,20 8,40 8,60 8,80 9,00

1 2 3 4

Jum la h da un (he la i)

Debu Vulkanik (g)

ŷ= 1,345x + 6,943 r = 0,952

6 6,5 7 7,5 8 8,5 9 9,5

0 0,5 1 1,5

Jum la h da un (he la i)

Pupuk Kandang (kg)

200 150

(36)

Gambar 3. Hubungan jumlah daun tanaman kedelai umur 5 MST dengan pupuk kandang sapi

Gambar 3 menunjukkan hubungan jumlah daun tanaman kedelai umur 5 MST dengan

pupuk kandang sapi berbentuk linier positif yakni peningkatan jumlah daun meningkat

sebanding dengan peningkatan pupuk kandang sapi yang diberikan hingga 1,5 kg. Jumlah daun

terbanyak pada perlakuan 1,5 kg pupuk kandang sapi (P3).

Hubungan jumlah daun tanaman kedelai umur 6 MST dengan pupuk kandang sapi dapat

[image:36.595.86.460.263.469.2]

dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Hubungan jumlah daun tanaman kedelai umur 6 MST dengan pupuk kandang sapi

Gambar 4 menunjukkan hubungan jumlah daun tanaman kedelai umur 6 MST dengan

pupuk kandang sapi berbentuk kubik yakni peningkatan jumlah daun meningkat hingga

pemberian pupuk kandang sapi 0,5 kg (P1) dan jumlah daun pada perlakuan 1 kg (P2) pupuk

kandang sapi lebih sedikit dari P1. Kemudian jumlah daun pada perlakuan 1,5 kg pupuk kandang

sapi (P3) lebih tinggi dari perlakuan lain.

Diameter Batang (mm)

Data pengamatan dan sidik ragam diameter batang pada umur 3 - 5 MST dapat dilihat

pada Lampiran 27-28.

ŷ= 8,277x3- 19,54x2+ 13,49x + 10,08 R² = 1

8 9 10 11 12 13 14 15

0 0,5 1 1,5

Jum

la

h D

aun

(he

la

i)

(37)

Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan debu vulkanik, pupuk kandang sapi, dan

interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang pada semua umur

pengamatan.

Diameter batang kedelai perlakuan debu vulkanik dan pupuk kandang sapi pada umur 3 –

[image:37.595.73.471.230.569.2]

5 MST dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.Diameter batang (mm) kedelai perlakuan debu vulkanik dan pupuk kandang sapi pada umur 3 – 5 MST

MST Debu

Vulkanik (g)

Pupuk Kandang Sapi (kg)

Rataan P0 (0) P1 (0,5) P2 (1) P3 (1,5)

3

V0 (0) 0,48 0,54 0,65 0,52 0,55

V1 (100) 0,60 0,47 0,97 0,47 0,63

V2 (150) 0,96 1,09 0,69 0,49 0,81

V3 (200) 0,37 0,31 0,58 0,88 0,54

Rataan 0,60 0,60 0,72 0,59

4

V0 (0) 0,66 0,84 0,89 0,75 0,78

V1 (100) 0,76 0,64 1,10 0,78 0,82

V2 (150) 0,93 1,30 0,86 0,91 1,00

V3 (200) 0,66 0,57 0,82 1,12 0,79

Rataan 0,75 0,84 0,92 0,89

5

V0 (0) 1,10 1,28 1,79 1,16 1,33

V1 (100) 1,20 1,16 1,66 1,21 1,31

V2 (150) 1,51 1,56 1,37 1,36 1,45

V3 (200) 1,14 1,11 1,28 1,79 1,33

Rataan 1,24 1,28 1,52 1,38

6

V0 (0) 2,82 3,93 2,91 3,89 3,39

V1 (100) 2,56 2,80 3,43 2,95 2,93

V2 (150) 3,05 3,48 2,71 3,94 3,29

V3 (200) 2,75 3,53 3,08 3,65 3,25

Rataan 2,80 3,43 3,03 3,61

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada perlakuan debu vulkanik diameter batang tanaman

kedelai umur 3 - 5 MST cenderung terbesar pada perlakuan pemberian debu vulkanik 150 gram

(V2) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lain.

Diameterbatang tanaman kedelai umur 3 – 5 MST cenderung terbesar pada perlakuan

pemberian 1 kg pupuk kandang sapi (P2) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lain.

Umur Berbunga (Hari)

(38)

Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan debu vulkanik, pupuk kandang sapi serta

interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap umur berbunga tanaman kedelai.

Umur berbunga kedelai perlakuan debu vulkanik dan pupuk kandang sapi dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4.Umur berbunga (hari) kedelai perlakuan debu vulkanik dan pupuk kandang sapi Debu

Vulkanik (g)

Pupuk Kandang Sapi (kg)

Rataan P0 (0) P1 (0,5) P2 (1) P3 (1,5)

V0 (0) 31,92 cd 31,33 d 33,08 bcd 33,08 bcd 32,35 V1 (100) 31,33 d 33,67 abc 31,92 cd 31,92 cd 32,21 V2 (150) 32,50 cd 34,83 ab 35,42 a 32,50 cd 33,81 V3 (200) 31,92 cd 33,67 abc 33,67 abcd 34,83 ab 33,52

Rataan 31,92 33,38 33,52 33,08

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolomdan baris menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Rataan Duncan pada taraf α=5%.

Tabel 4 menunjukkan pada perlakuan P0 (tanpa pupuk kandang sapi), umur berbunga

tercepat diperoleh pada V1 (31,33) yang berbeda tidak nyata terhadap V0, V2dan V3. Pada

perlakuan P1 (pupuk kandang sapi 0,5 kg), umur berbunga tercepat diperoleh pada V0 (31,33)

yang berbeda nyata dengan V1, V2dan V3. Perlakuan P2 (pupuk kandang sapi 1 kg), umur

berbunga tercepat diperoleh pada V1 (31,92) yang berbeda nyata dengan V0 dan V2 dan berbeda

tidak nyata dengan V3. Perlakuan P3 (pupuk kandang sapi 1,5 kg), umurberbunga tercepat

diperoleh pada V1 (31,92) yang berbeda nyata dengan V3 dan berbeda tidak nyata dengan V0

dan V2.

Hubungan umur berbunga tanaman kedelai dengan debu vulkanik pada berbagai dosis

(39)
[image:39.595.79.457.74.305.2]

Gambar 5. Hubungan umur berbunga tanaman kedelai dengan debu vulkanik pada berbagai dosis pupuk kandang sapi

Hubungan umur berbunga tanaman kedelai dengan pupuk kandang sapi pada berbagai

dosis debu vulkanik dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Hubungan umur berbunga tanaman kedelai dengan debu vulkanik pada berbagai

dosis pupuk kandang sapi

Bobot Kering Akar (g)

ŷP0= 0,116x + 31,62 r= 0,1

ŷP1= -0,875x2+ 5,191x + 26,95 R² = 0,989

ŷ P2= -0,145x2+ 1,254x + 31,47 R² = 0,229

ŷP3= 0,875x2- 3,791x + 36 R² = 1

31,00 32,00 33,00 34,00 35,00 36,00

1 2 3 4

U m ur be rbung a (ha ri )

Debu Vulkanik (g)

P0 (0 kg)

P1 (0,5 kg)

P2 (1 kg)

P3 (1,5 kg)

yV0 = 0,583x2 + 0,175x + 31,71 R² = 0,637

y V1= -2,333x2 + 3,5x + 31,62 R² = 0,444

yV2 = -5,25x2 + 7,991x + 32,41 R² = 0,978

yV3 = -0,583x2 + 2,625x + 32,06 R² = 0,902

31,00 32,00 33,00 34,00 35,00 36,00

0 0,5 1 1,5

U m ur be rbung a (ha ri )

Pupuk Kandang (kg)

V0 (tanpa debu)

V1 (100 g)

V2 (150 g)

V3 (200 g)

100 150 200

[image:39.595.76.466.404.657.2]
(40)

Data pengamatan dan sidik ragam bobot kering akar tanaman kedelai dapat dilihat pada

Lampiran 47-48.

Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan debu vulkanik berpengaruh tidak nyata

terhadap bobot kering akar.Perlakuan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap bobot

kering akar.Interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar.

Bobot kering akar kedelai perlakuan debu vulkanik dan pupuk kandang sapi dapat dilihat

pada Tabel 5.

Tabel 5.Bobot kering akar (g) kedelai perlakuan debu vulkanik dan pupuk kandang sapi Debu Vulkanik

(g)

Pupuk Kandang Sapi (kg)

Rataan P0 (0) P1 (0,5) P2 (1) P3 (1,5)

V0 (0) 0,65 1,03 1,09 0,96 0,93

V1 (100) 0,49 0,75 0,91 1,28 0,86

V2 (150) 0,61 0,93 0,69 1,11 0,84

V3 (200) 0,58 0,80 1,10 0,93 0,85

Rataan 0,58 b 0,88 a 0,95 a 1,07 a

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Rataan Duncan pada taraf α=5%.

Tabel 5 menunjukkan bahwa pada perlakuan debu vulkanik bobot kering akar cenderung

terbesar pada perlakuan tanpa pemberian debu vulkanik (V0) yang berbeda tidak nyata dengan

perlakuan lain.

Bobot kering akar tanaman kedelai terbesar pada perlakuan pupuk kandang sapi 1,5 kg

(P3) yaitu 1,07 gram yang berbeda nyata dengan P0 dan berbeda tidak nyata dengan P1 dan P2.

Hubungan bobot kering akar tanaman kedelai dengan pupuk kandang sapi dapat dilihat

(41)
[image:41.595.89.458.68.273.2]

Gambar 7. Hubungan bobot kering akar tanaman kedelai dengan pupuk kandang sapi

Gambar 7 menunjukkan hubungan bobot kering akar tanaman kedelai dengan pupuk

kandang sapi berbentuk linier positif yakni peningkatan bobot kering akar meningkat sebanding

dengan peningkatan pupuk kandang sapi yang diberikan hingga 1,5 kg. Bobot kering akar

terbesar pada perlakuan 1,5 kg pupuk kandang sapi (P3).

Bobot Kering Tajuk (g)

Data pengamatan dan sidik ragam bobot kering tajuk tanaman kedelai dapat dilihat pada

Lampiran 48-52.

Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan debu vulkanik berpengaruh tidak nyata

terhadap bobot kering tajuk.Perlakuan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap bobot

kering tajuk.Interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk.

Bobot kering tajuk kedelai perlakuan debu vulkanik dan pupuk kandang sapi dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.Bobot kering tajuk (g) kedelai perlakuan debu vulkanik dan pupuk kandang sapi Debu Vulkanik

(g)

Pupuk Kandang Sapi (kg)

Rataan P0 (0) P1 (0,5) P2 (1) P3 (1,5)

V0 (0) 1,53 4,07 4,41 3,84 3,46

V1 (100) 1,80 3,01 4,00 4,24 3,26

V2 (150) 2,03 2,81 3,35 4,45 3,16

V3 (200) 1,79 3,53 2,38 7,13 3,71

Rataan 1,79 c 3,35 b 3,53 b 4,92 a

ŷ= 0,306x + 0,639 r = 0,908

0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 1,1 1,2

0 0,5 1 1,5

B obot ke ri ng a ka r( g)

(42)

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Rataan Duncan pada taraf α=5%.

Tabel 6 menunjukkan bahwa pada perlakuan debu vulkanik bobot kering tajuk cenderung

terbesar pada perlakuan pemberian 150 gram debu vulkanik (V3) yang berbeda tidak nyata

dengan perlakuan lain.

Bobot kering tajuk tanaman kedelai terbesar pada perlakuan pupuk kandang sapi 1,5 kg

(P3) yaitu 4,92 gram yang berbeda nyata dengan perlakuan lain.

Hubungan bobot kering tajuk tanaman kedelai dengan perlakuan pupuk kandang sapi

[image:42.595.100.455.304.513.2]

dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Hubungan bobot kering tajuk tanaman kedelai dengan perlakuan pupuk kandang sapi

Gambar 8 menunjukkan hubungan bobot kering tajuk tanaman kedelai dengan pupuk

kandang sapi berbentuk linier positif yakni peningkatan bobot kering tajuk meningkat sebanding

dengan peningkatan pupuk kandang sapi yang diberikan hingga 1,5 kg. Bobot kering tajuk

terbesar pada perlakuan 1,5 kg pupuk kandang sapi (P3).

Jumlah Polong Per Sample (g)

Data pengamatan dan sidik ragam jumlah polong per sampel dapat dilihat pada Lampiran

52-53.

ŷ= 1,913x + 1,962 r = 0,930

0 1 2 3 4 5 6

0 0,5 1 1,5

B

obot

K

er

ing

T

aj

uk

(

g

)

(43)

Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan debu vulkanik berpengaruh tidak nyata

terhadap jumlah polong per sampel.Perlakuan pupuk kandang sapi berpengaruhnyata terhadap

jumlah polong per sampel.Interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong

per sampel.

Jumlah polong per sampel kedelai perlakuan debu vulkanik dan pupuk kandang sapi

dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7.Polong per sampel (g) kedelai perlakuan debu vulkanik dan pupuk kandang sapi Debu Vulkanik

(g)

Pupuk Kandang Sapi (kg)

Rataan P0 (0) P1 (0,5) P2 (1) P3 (1,5)

V0 (0) 17,40 30,20 34,94 33,02 28,89

V1 (100) 16,35 25,02 28,51 42,03 27,98

V2 (150) 16,30 22,66 27,88 37,56 26,10

V3 (200) 16,53 23,99 25,90 40,26 26,67

Rataan 16,6 c 25,47 bc 29,3 b 38,21 a

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Rataan Duncan pada taraf α=5%.

Tabel 7 menunjukkan bahwa pada perlakuan debu vulkanik bobot polong per sampel

cenderung terbesar pada perlakuan tanpa pemberian debu vulkanik (V0) yang berbeda tidak

nyata dengan perlakuan lain.

Bobot polong per sampel tanaman kedelai terbesar pada perlakuan pupuk kandang sapi

1,5 kg (P3) yaitu 38,21 gram yang berbeda nyata dengan perlakuan lain.

Hubungan bobot polong per sampel dengan pupuk kandang sapi dapat dilihat pada

(44)
[image:44.595.88.459.70.274.2]

Gambar 9. Hubungan bobot polong per sampel tanaman kedelai dengan pupuk kandang sapi

Gambar 9 menunjukkan hubungan bobot polong per sampel tanaman kedelai dengan

pupuk kandang sapi berbentuk linier positif yakni peningkatan bobot polong per sampel

meningkat sebanding dengan peningkatan pupuk kandang sapi yang diberikan hingga 1,5 kg.

Bobot polong per sampel terbesar pada perlakuan 1,5 kg pupuk kandang sapi (P3).

Produksi Biji per Tanaman (g)

Data pengamatan dan sidik ragam produksi biji per tanaman dapat dilihat pada Lampiran

54-55.

Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan debu vulkanik berpengaruh tidak nyata

terhadap produksi biji per tanaman.Perlakuan pupuk kandang sapi berpengaruhnyata terhadap

produksi biji per tanaman.Interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap produksi biji per

tanaman.

Produksi biji per tanaman kedelai perlakuan debu vulkanik dan pupuk kandang sapi

dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8.Produksi biji per tanaman (g) kedelai perlakuan debu vulkanik dan pupuk kandang sapi Debu

Vulkanik

Pupuk Kandang Sapi (kg)

Rataan P0 (0) P1 (0,5) P2 (1) P3 (1,5)

ŷ= 13,71x + 17,12 r = 0,979

10 15 20 25 30 35 40 45

0 0,5 1 1,5

P

ol

ong

pe

r s

am

pe

l (

pol

ong

)

(45)

(g)

V0 (0) 37,92 46,83 51,17 48,17 46,02

V1 (100) 35,25 38,17 40,50 52,08 41,50

V2 (150) 31,25 41,92 39,33 55,92 42,10

V3 (200) 31,17 44,17 45,25 82,33 50,73

Rataan 33,90 b 42,77 b 44,0 b 59,63 a

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Rataan Duncan pada taraf α=5%.

Tabel 8 menunjukkan bahwa pada perlakuan debu vulkanik produksi biji per tanaman

cenderung terbesar pada perlakuan pemberian 200 gram debu vulkanik (V3) yang berbeda tidak

nyata dengan perlakuan lain.

Produksi biji per tanaman kedelai terbesar pada perlakuan pupuk kandang sapi 1,5 kg

(P3) yaitu 59,63 gram yang berbeda nyata dengan perlakuan lain.

[image:45.595.84.458.410.648.2]

Hubungan produksi biji per tanaman dengan pupuk kandang sapi dapat dilihat pada

Gambar 10.

Gambar 10. Hubungan produksi biji per tanaman kedelai dengan pupuk kandang sapi

Gambar 10 menunjukkan hubungan produksi biji per tanaman kedelai dengan pupuk

kandang sapi berbentuk linier positif yakni peningkatan produksi biji per tanaman meningkat ŷ= 15,69x + 33,31

r = 0,897

30 35 40 45 50 55 60 65

0 0,5 1 1,5

Jum

la

h

B

ij

i (

bi

ji)

(46)

sebanding dengan peningkatan pupuk kandang sapi yang diberikan hingga 1,5 kg. Produksi biji

per tanaman terbesar pada perlakuan 1,5 kg pupuk kandang sapi (P3).

Bobot 100 Biji (g)

Data pengamatan dan sidik ragam bobot 100 biji tanaman kedelai dapat dilihat pada

Lampiran 56-57.

Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan debu vulkanik dan pupuk kandang sapi

berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji.Interaksi keduanya juga berpengaruh tidak nyata

terhadap bobot 100 biji.

Bobot 100 biji kedelai perlakuan debu vulkanik dan pupuk kandang sapi dapat dilihat

pada Tabel 9.

Tabel 9.Bobot 100 biji (g) kedelai perlakuan debu vulkanik dan pupuk kandang sapi Debu

Vulkanik (g)

Pupuk Kandang Sapi (kg)

Rataan P0 (0) P1 (0,5) P2 (1) P3 (1,5)

V0 (0) 19,49 25,65 28,51 25,39 24,76 a

V1 (100) 17,23 25,26 23,84 25,74 23,02 ab

V2 (150) 20,38 21,54 25,99 26,02 23,48 a

V3 (200) 19,13 20,00 21,20 21,67 20,50 b

Rataan 19,0 b 23,11 a 24,89 a 24,71 a

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Rataan Duncan pada taraf α=5%.

Tabel 9 menunjukkan bahwa pada perlakuan debu vulkanik bobot 100 biji tanaman

kedelai terbesar pada perlakuan tanpa pemberian debu vulkanik (V0) yaitu 24,76 yang berbeda

nyata dengan V3 dan berbeda tidak nyata dengan V1 dan V2.

Bobot 100 biji tanaman kedelai terbesar pada perlakuan pupuk kandang sapi 1 kg (P2)

yaitu 24,89 gram yang berbeda nyata dengan P0 dan berbeda tidak nyata dengan P1 dan P2.

Hubungan bobot 100 biji tanaman kedelai dengan debu vulkanik dapat dilihat pada

(47)
[image:47.595.90.465.71.298.2]

Gambar 11. Hubungan bobot 100 biji tanaman kedelai dengan debu vulkanik

Gambar 11 menunjukkan hubungan bobot 100 biji tanaman kedelai dengan debu

vulkanik berbentuk linier negatif yakni peningkatan bobot 100 biji tanamanmenurun sebanding

dengan peningkatan debu vulkanik yang diberikan hingga 200 gram. Bobot 100 biji terbesar

pada perlakuan tanpa debu vulkanik (V0).

[image:47.595.86.457.514.742.2]

Hubungan bobot 100 biji tanaman kedelai dengan pupuk kandang sapi dapat dilihat pada

Gambar 12.

Gambar 12. Hubungan bobot 100 biji tanaman kedelai dengan pupuk kandang sapi ŷ = -1,2314x + 26,018

r = 0,791

15,00 17,50 20,00 22,50 25,00

1 2 3 4

B er at 100 bi ji ( g )

Debu Vulkanik (g)

ŷ = -4,2371x2+ 10,101x + 19,071 R² = 0,9997

16,00 18,00 20,00 22,00 24,00 26,00

0 0,5 1 1,5

B er at 100 bi ji ( g )

Pupuk Kandang (kg)

200 150

(48)

Gambar 12 menunjukkan hubungan bobot 100 biji tanaman kedelai dengan pupuk

kandang sapi berbentuk kuadratik positif yakni peningkatan bobot 100 biji tanamanmeningkat

hingga pupuk kandang sapi 1 kg kemudian bobot 100 biji tanaman kedelai pada perlakuan 1,5 kg

pupuk kandang sapi lebih ringan dari pupuk kandang sapi 1 kg.

Pembahasan

Tinggi tanaman kedelai pada umur 5 MST tertinggi pada perlakuan tanpa pemberian

debu vulkanik (V0) yaitu 17,28 cm yang berbeda nyata V1 dan V2 dan berbeda tidak nyata

dengan V3. Hal ini dikarenakan timbunan material vulkanik dalam jumlah banyak juga dapat

berdampak negatif bagi pertumbuhan tanaman terutama terhadap tanah sebagai media

tumbuhnya.Hal ini dijelaskan oleh Saribun (2012) yakni masalah yang ditimbulkan pada lahan

yang baru terdampak material vulkanik untuk dijadikan sebagai media tanam adalah sifat fisik,

kimia dan biologinya yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal.Tingginya

kadar Si, Al dan Fe dalam material vulkanik merapi akan memberikan dampak yang sangat

merugikan bagi pertumbuhan tanaman dan kesehatan tanah.

Jumlah daun kedelai pada umur 5 MST tertinggi pada perlakuan pemberian debu

vulkanik (V1) yaitu 8,60 helai yang berbeda nyata V1 dan V2 dan berbeda tidak nyata dengan

V3. Hal ini dikarenakan berdasarkan analisis tanah setelah diinkubasi, adanya penambahan debu

vulkanik gunung merapi tidak selalu berpengaruh positif terhadap sifat kimia tanah.Hal ini

dijelaskan oleh Rostman, dkk, (2011).Akan tetapi kesuburan tanah mungkin berpengaruh

negatif untuk jangka pendek karena kandungan mineral debu mungkin tersedia untuk diambil

tanaman sehingga perlu dibantu dengan pemupukan untuk memelihara kesuburan tanah.

Umur berbunga tanaman kedelai menunjukkan bahwa pada perlakuan debu vulkanik

umur berbunga tanaman kedelai tertinggi pada perlakuan pemberian debu vulkanik (V3) yaitu

34,83 hari. Hal ini dikarenakan bahwa penambahan bahan media tanam berupa debu vulkanik

gunung merapi dengan dosis yang semakin tinggi dapat meningkatkan tinggi tanaman, berat

(49)

sedangkan dampak negatifnya adalah debu tersebut menutupi permukaan daun sehingga

menghambat proses fotosintesa dan tanaman tersebut lambat laun akan mati. Hal ini

mengakibatkan penurunan produksi tanaman.Dampak negatif lainnya adalah kemungkinan

terkandungnya logam-logam berat dalam debu vulkanik tersebut.

Bobot kering akar tanaman kedelai menunjukkan bahwa pada perlakuan pupuk kandang

sapi pada bobot kering akar tanaman kedelai tertinggi pada perlakuan pemberian pupuk kandang

sapi (P3) yaitu 1,07 gram. Hal ini dikarenakan pupuk kandang dapat menambah ketersediaan

bahan makanan (unsur hara) bagi tanaman yang dapat diserap dari dalam tanah.Selain itu, pupuk

kandang mempunyai pengaruh positif terhadap sifat fisik dan kimiawi tanah, mendorong

kehidupan (perkembangan) jasad renik. Hal ini dijelaskan oleh Sumiati (1999) dengan kata lain

pupuk kandang mempunyai kemampuan mengubah faktor dalam tanah, sehingga menjadi

faktor-faktor yang menjamin kesuburan tanah.

Bobot kering tajuk tanaman kedelai menunjukkan bahwa pada perlakuan pupuk kandang

sapi tanaman kedelai tertinggi pada perlakuan pemberian pupuk kandang sapi (P3) yaitu 4,92

gram. Hal ini dikarenakan pemberian pupuk organik terutama ditujukan untuk perbaikan sifat

fisik tanah seperti memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kandungan lengas tanah,

menyeimbangkan pori-pori tanah dan meningkatkan ketahanan terhadap erosi.Hal ini dijelaskan

oleh Ma‘shum (2008) selain manfaat terhadap perbaikan sifat fisik tanah, pupuk organik

juga dapat meningkatkan kualitas sifat kimia dan biologi tanah seperti meningkatnya

ketersediaan kandungan unsur hara dan aktivitas mikroorganisme tanah.

Jumlah polong per sampel menunjukkan bahwa pada perlakuan pupuk kandang sapi pada

polong per sampel pada tanaman kedelai tertinggi pada perlakuan pemberian pupuk kandang

sapi (P3) yaitu 38,21 gram. Hal ini dikarenakan pupuk kandang sapi selalu diikuti peningkatan

hasil tanaman. Peningkatan hasil tanaman tersebut tergantung pada beberapa faktor, seperti

tingkat kematangan pupuk kandang sapi itu sendiri, sifat-sifat tanah dan cara aplikasi. Hal ini

(50)

disebabkan oleh pengaruh yang menguntungkan terhadap sifat-sifat fisik, kimia dan biologi

tanah.

Produksi biji per tanaman kedelai menunjukkan bahwa pada perlakuan pupuk kandang

sapi pada produksi biji per tanaman kedelai tertinggi pada perlakuan pemberian pupuk kandang

sapi 1,5 kg (P3) yaitu 59,63 gram. Hal ini dikarenakan penambahan hasil tanaman sebagai respon

penambahan pupuk berbanding lurus dengan selisih hasil maksimum dengan hasil aktual hasil

maksimum dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak terlalu tinggi pemberiannya karena makin

tinggi pemberian, maka justru menurun. Hal ini dijelaskan oleh Agus (2010) menyatakan bila

salah satu faktor lebih kuat pengaruhnya dari faktor lain sehingga faktor lain tersebut tertutupi

dan masing-masing faktor sifat yang jauh berpengaruh pengaruhnya dan sifat kerjanya, maka

akan menghasilkan hubungan yang berpengaruh dalam mempengaruhipertumbuhan suatu

tanaman.

Bobot 100 biji tanamanmeningkat hingga pupuk kandang sapi 1 kg kemudian bobot 100

biji tanaman kedelai pada perlakuan 1,5 kg pupuk kandang sapi lebih ringan dari pupuk kandang

sapi 1 kg.Hal ini dikarenakan Pupuk kotoran sapi merupakan salah satu alternatif dalam

penerapan teknologi pertanian organik yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.Hal ini

dijelaskan oleh Higa (1997) kotoran sapi merupakan bahan organik yang mempunyai prospek

yang baik untuk dijadikan pupuk organik karena mempunyai kandungan unsur hara yang cukup

(51)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Tinggi tanaman 5 MST, jumlah daun 5 MST dan bobot 100 biji tanaman kedelai nyata pada

perlakuan tanpa pemberian debu vulkanik (V0) dari perlakuan lain.

2. Jumlah daun 5 dan 6 MST, bobot kering akar, bobot kering tajuk, bobot polong per sampel,

produksi biji per tanaman, dan bobot 1

Gambar

Tabel 1.Tinggi tanaman (cm) kedelai perlakuan debu vulkanik dan pupuk kandang sapi pada umur 3 – 5 MST
Gambar 1. Hubungan tinggi tanaman kedelai 5 MST dengan debu vulkanik
Tabel 2.Jumlah daun (helai) kedelai perlakuan debu vulkanik dan pupuk kandang sapi pada
Gambar 2. Hubungan jumlah daun tanaman kedelai umur 5 MST dengan debu vulkanik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, meskipun h{adi>th riwayat al-Hasan dari segi sanad berstatus lemah pada tingkatan terendah, mengingat ada beberapa perawinya yang dinilai sangat lemah,

Pengalaman saya, paspor bisa diambil setelah 3 hari, terhitung dari mulai proses pengajuan di kantor KANIM, nanti pihak KANIM akan memberitahukan tanggal

Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang abortus dengan sikap pengambilan keputusan untuk aborsi di SMK Muhammadiyah IV

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 yang menyatakan bahwa tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan keahlian audit berpengaruh signifikan terhadap audit

arti dan ilmu yang mempelajari simbol kata disebut semantik. Akan tetapi semantik bukan saja suatu jenis cara mengartikan suatu obyek yang berupa kata-kata tetapi juga merupakan

Terdapat 5 latent class yang terbentuk untuk rumah tangga dengan karakteristik, yaitu untuk latent class pertama merupakan kelompok rumah tangga dengan tingkat

poligami? Saling memberikan pengertian.. 7) Dalam poligami diminta untuk berlaku adil, bagaimana bapak berbuat adil kepada istri- istri bapak? Yah saya mengumpulkan kedua istri

menunjukkan bahwa hipotesis penelitian telah diterima dengan rincian sebagai berikut (1) terdapat hubungan positif antara literasi matematika dengan kemampuan HOTS