Perilaku Pemilih Masyarakat Etnis Simalungun Pada
Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009 (Studi Kasus :
Desa Sondi Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten
Simalungun)
DISUSUN OLEH :
MARIA N. C. SARAGIH
050906059
DOSEN PEMBIMBING : Drs. P. Anthonius Sitepu, M.Si
DOSEN PEMBACA : Indra Fauzan, SHI, M.Soc.Sc
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Perilaku Pemilih Masyarakat Etnis Simalungun Pada Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009 (Studi Kasus : Desa Sondi Raya, Kecamatan Raya,
Kabupaten Simalungun)
Nama : Maria N. C. Saragih Nim : 050906059
ABSTRAKSI
Pemilihan Legislatif secara langsung terkait dengan peran serta masyarakatnya dalam memberikan dukungan suara kepada partai politik dan kandidat yang ada. Proses Pemilihan Legislatif Langsung ini akan menghadirkan perilaku politik dari masing-masing pemilih. Dan banyak faktor yang akan mempengaruhi preferensi kandidat dari pemilih tersebut. Salah satu faktor tersebut adalah etnis yang dianggap sebagai faktor penting dalam perilaku pemilih di Indonesia.
Pada pemilu legislatif 2009 terjadi perubahan sistem pemilu yang berbeda dari pemilu sebelumnya, ini terkait dengan mekanisme suara terbanyak yang berhak menjadi caleg terpilih. Mekanisme ini menyebabkan faktor individu caleg menjadi lebih diperhitungkan selain dari ideologi partai.
Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan di desa Sondi Raya, kabupaten Simalungun. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan secara umum perilaku politik etnis Batak Simalungun dalam hubungannya dengan preferensi calon Legislatifnya pada pemilihan Legislatif 2009 sekaligus mengetahui seberapa besar partisipasi mereka. Populasi dalam penelitian ini adalah pemilih yang terdaftar dalam pemilihan Legislatif 2009 di desa Sondi Raya, kabupaten Simalungun. Adapun ruang lingkup dari penelitian ini bahwa penelitian dilakukan terhadap etnis Batak Simalungun. Penelitian dilakukan tehadap responden yang telah berhak memilih yaitu yang telah berusia 17 tahun keatas atau sudah menikah. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data yaitu penelitian ini kepustakaan dan penelitian lapangan dengan menggunakan angket. Dalam penelitian ini digunakan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Dan dengan menggunakan rumus Taro Yamane, maka jumlah responden yang diperlukan sebanyak 96 orang.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa Yang Maha
Pengasih karena atas berkat dan anugerahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini disusun melalui pengumpulan data dari berbagai sumber yaitu
penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan angket. Dalam skripsi ini
digambarkan mengenai perilaku politik dari etnis Batak Simalungun dalam
hubungannya dengan preferensi pilihan calon Legislatifnya pada Pemilihan
Legislatif Langsung 2009 Kabupaten Simalungun.
Dalam skripsi ini terdapat bantuan dari berbagai pihak baik berupa
bimbingan, petunjuk dan saran, keterangan-keterangan serta data yang diberikan
secara tertulis maupun lisan oleh karenanya maka skipsi ini dapat diselesaikan
oleh penulis.
Terimakasih yang tak terhingga kepada bapak aku B.D. Saragih yang
selalu memberikan aku dukungan yang luar biasa serta motivasi dan selalu
mendoakan aku. Dan mama aku R. Purba yang selalu tabah dan sabar terhadap
keluarga, dan tak lupa juga selalu memberikan yang terbaik kepada aku,
mendoakan dan memberikan memotivasi. Juga kepada kakak ku tercinta Leli
Wulan Dari Saragih, SH, yang juga turut memberikan semangat dan teman curhat
ku disaat aku lagi senang dan sedih. Walaupun kita sering bertengkar mulai dari
Penulis juga menyampaikan rasa terimaksih yang sebesarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik USU Medan yaitu bapak Prof.
Dr. Baddaruddin, M.Si.
2. Bapak Drs. Heri Kusmanto, MA. Selaku Ketua Departemen Ilmu Politik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik USU.
3. Bapak Drs. P. Anthonius Sitepu, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing dan Bapak
Indra Fauzan, SHI, M.Soc.Sc. Selaku Dosen Pembaca yang telah berkenan
memberikan bimbingan dengan sabar dan petunjuk dalam penyusunan skripsi
ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Seluruh dosen yang telah mengajar penulis selama masa perkuliahan dan juga
kepada seluruh staf Departemen Ilmu Politik FISIP USU.
5. Kepala Desa beserta perangkat desa Sondi Raya, Kabupaten Simalungun yang
telah membantu penulis dalam pengumpulan data yang diperlukan untuk
skripsi ini.
6. Seluruh Responden yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi angket
yang telah diberikan sehingga penulis sangat terbantu dalam penyelesaian
skripsi ini.
7. Kepada teman-teman ku Rolas, FX, Ronald, Anthon, Feri, Sapri tungir,
Hanna, Pebri kiting. Jangan sombong kalau nanti sudah sukses.
8. Kepada De Janda’s ( Stella, Isabella, Eka ) akhirnya wisuda bareng juga kita.
Thx sudah ada disaat aq susah dan senang. Ingat motto kita “ Hadapi Hidup
9. Terutama kepada Hendrik, thx rela begadang bantu aq dalam mengerjakan
skripsi ini. Memotivasi aq, memberi semangat buat aq, memarahi aku sewaktu
aku lupa mengerjakan skripsi qu (keasyikan main ama teman2). Kalau bukan
karena kau, skripsi ini tidak akan selesai sampai sekarang.
Dalam skripsi ini penulis sadar banyak terdapat kekurangan. Oleh karena
itu kiranya pembaca dapat memaklumi kekurangan yang ditemui dalam srkripsi
ini.
Akhir kata salam penulis ucapkan kepada seluruh pembaca yang tertarik
dengan skripsi ini. Semoga apa yang terdapat dalam skripsi ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Medan, 22 September 2010
Penulis
DAFTAR ISI
I. Abstraksi………..………i
II. Kata Pengantar……….ii
III. Daftar Isi………..v
IV. Daftar Tabel………..viii
BAB I. PENDAHULUAN…….……….1
1. Latar Belakang...……….………1
2. Pembatasan Masalah……...……….…………11
3. Perumusan Masalah……..………...11
4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian………..12
4.1. Tujuan Penelitian………...………..12
4.2. Manfaat Penelitian………...…12
5. Kerangka Teori……….…………...….………13
5.1. Etnis…………...………...……….13
5.2. Perilaku Politik………...…………..15
5.3. Partai Politik dan Sistem kepartaian.……….………20
5.3.1. Definisi partai Politik ………..………..20
5.3.2. Sistem Kepartaian ……….20
5.3.3. Partai Politik di Indonesia……….22
5.4. Pemilu dan Sistem Pemilu………...………..………..26
5.4.1. Definisi Pemilu………26
5.4.3. Pemilu di Indonesia…………..………..………28
6. Metodologi Penelitian………..……….………33
6.1 Jenis Penelitian………..……...……….34
6.2. Lokasi Penelitian………...…35
6.3. Populasi dan Sampel………...……….35
6.4. Teknik Pengambilan Data...………...………….36
6.5. Teknik Pengumpulan Data…………...……….37
7. Sistematika Penulisan……….……….……….37
BAB II. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN………..………...40
2.1. Keadaan Geografi Desa………40
2.1.1. Keadaan Alam………40
2.1.2. Luas Wilayah……….………….40
2.1.3. Letak dan Batas Wilayah……….………..…40
2.2. Demografi………...………...…41
2.2.1. Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga……...41
2.2.2. Tingkat Pendidikan Penduduk……….42
2.2.3. Lembaga Pendidikan………..42
2.2.4. Mata Pencaharian Penduduk………43
2.2.5. Agama Penduduk……….…………..44
2.2.6. Fasilitas Kesehatan Penduduk………...…………...45
BAB III. PENYAJIAN DAN ANALISA DATA………...….51
3.1. Penyajian Data………...………..….51
3.2. Karakteristik Responden………...………...…...51
3.2.1. Evaluasi Tentang Etnisitas…………...……….55
3.2.2 Evaluasi Tentang Perilaku Politik………...………..59
3.2.3 Evaluasi Tentang Partisipasi Poltik………...66
3.2.4 Evaluasi Tentang Kampanye di Desa Sondi Raya……...69
3.3. Analisis Data………...………..76
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN………...………….83
4.1. Kesimpulan…...………..………...………83
4.2. Saran………...………...84
DAFTAR PUSTAKA………..……….86
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Pemilihan Umum Tahun 1955……… 25
Tabel 2 Pemilihan Umum Pada Masa Orde Baru……… 29
Tabel 3 Hasil Pemilihan Umum Pada Masa Orde Baru……… 30
Tabel 4 Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Di Desa Sondi Raya………41
Tabel 5 Tingkat Pendidikan Penduduk………...42
Tabel 6 Lembaga Pendidikan………..43
Tabel 7 Agama Yang Dianut Di Desa Sondi Raya……….44
Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Umur………..52
Tabel 9 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………53
Tabel 10 Distribusi Responden Berdasarkan Agama………53
Tabel 11 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan…………54
Tabel 12 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan………...55
Tabel 13 Distribusi Jawaban Responden Tentang Marga……….56
Tabel 14 Distribusi Jawaban Responden Jumlah Marga Simalungun……..56
Tabel 15 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pengaruh Etnis Terhadap Pemilihan Calon Legislatif……….57
Tabel 16 Distribusi Jawaban Responden Tentang Memiliki Marga Yang Sama Dengan Calon Legislatif……….…………..57
Tabel 18 Distribusi Jawaban Responden Tentang Hubungan Dengan Calon
Legislatif Yang dipilih………59
Tabel 19 Distribusi Jawaban Responden Tentang Ikut Tidaknya Pada Pemilu
Legislatif 2009………60
Tabel 20 Distribusi Jawaban Responden Tentang Ada Tidaknya Anggota
Keluarga Yang Lain Mengikuti Pemilu Legislatif 2009…………60
Tabel 21 Distribusi Jawaban Responden Tentang Berpengaruhkah anggota
Keluarga Menentukan Pilihan Dalam Pemilihan Umum Legislatif
2009……...61
Tabel 22 Distribusi Jawaban Responden Tentang Cara Memilih………….61
Tabel 23 Distribusi Jawaban Responden Tentang Apa Pilihan Pada
Pemilihan Umum Legislatif 2009………..62
Tabel 24 Distribusi Jawaban Responden Tentang Setuju Atau Tidaknya
Memilih Langsung Calegnya……….63
Tabel 25 Distribusi Jawaban Responden Tentang Ikut Tidaknya Sebagai
Anggota Atau Kader Pada Pemilu Legislatif 2009………63
Tabel 26 Distribusi Jawaban Responden Tentang Perlu Tidaknya Diadakan
Pemilu Legislatif………64
Tabel 27 Distribusi Jawaban Responden Tentang Apa Pilihan Pada
Pemilihan Umum Legislatif 2009………..65
Tabel 28 Distribusi Jawaban Responden Tentang Demokrasi Atau Tidaknya
Tabel 29 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pelaksanaan Pemilu
Legislatif………66
Tabel 30 Distribusi Jawaban Responden Tentang Partai Yang Dipilih Pada
Pemilu Legislatif 2009………...67
Tabel 31 Distribusi Jawaban Responden Tentang Motivasi Memilih
Partai………...68
Tabel 32 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pendidikan Politik Oleh
Partai………...68
Tabel 33 Distribusi Jawaban Responden Tentang Partai Yang Sering
Mengadakan Kampanye……….69
Tabel 34 Distribusi Jawaban Responden Tentang Perlu Tidaknya Diadakan
Kampanye Sebelum Pemilu………...70
Tabel 35 Distribusi Jawaban Responden Tentang Mengikuti Kampanye
Calon Legislatif Di Sondi Raya………..70
Tabel 36 Distribusi Jawaban Responden Tentang Motivasi Mengikuti
Kampanye………...71
Tabel 37 Distribusi Jawaban Responden Tentang Seberapa Sering
Responden Mengikuti Kampanye Partai Politik………72
Tabel 38 Distribusi Jawaban Responden Tentang Yang Paling Diingat Pada
Saat Kampanye………...72
Tabel 39 Distribusi Jawaban Responden Tentang Bentuk Kampanye Para
Caleg Pada Masa Kampanye Pemilihan Umum Legislatif
Tabel 40 Distribusi Jawaban Responden Tentang Cara Kampanye Yang
Paling Efektif Mempengaruhi Seseorang Untuk Memilih……….74
Tabel 41 Distribusi Jawaban Responden Tentang Parpol Sudah Pernah
Membantu Atau Memberikan Kontribusi Daerah Sebelum Masa
Kampanye………...75
Tabel 42 Klasifikasi Jawaban Responden Berdasarkan Marga Memilih
Perilaku Pemilih Masyarakat Etnis Simalungun Pada Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009 (Studi Kasus : Desa Sondi Raya, Kecamatan Raya,
Kabupaten Simalungun)
Nama : Maria N. C. Saragih Nim : 050906059
ABSTRAKSI
Pemilihan Legislatif secara langsung terkait dengan peran serta masyarakatnya dalam memberikan dukungan suara kepada partai politik dan kandidat yang ada. Proses Pemilihan Legislatif Langsung ini akan menghadirkan perilaku politik dari masing-masing pemilih. Dan banyak faktor yang akan mempengaruhi preferensi kandidat dari pemilih tersebut. Salah satu faktor tersebut adalah etnis yang dianggap sebagai faktor penting dalam perilaku pemilih di Indonesia.
Pada pemilu legislatif 2009 terjadi perubahan sistem pemilu yang berbeda dari pemilu sebelumnya, ini terkait dengan mekanisme suara terbanyak yang berhak menjadi caleg terpilih. Mekanisme ini menyebabkan faktor individu caleg menjadi lebih diperhitungkan selain dari ideologi partai.
Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan di desa Sondi Raya, kabupaten Simalungun. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan secara umum perilaku politik etnis Batak Simalungun dalam hubungannya dengan preferensi calon Legislatifnya pada pemilihan Legislatif 2009 sekaligus mengetahui seberapa besar partisipasi mereka. Populasi dalam penelitian ini adalah pemilih yang terdaftar dalam pemilihan Legislatif 2009 di desa Sondi Raya, kabupaten Simalungun. Adapun ruang lingkup dari penelitian ini bahwa penelitian dilakukan terhadap etnis Batak Simalungun. Penelitian dilakukan tehadap responden yang telah berhak memilih yaitu yang telah berusia 17 tahun keatas atau sudah menikah. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data yaitu penelitian ini kepustakaan dan penelitian lapangan dengan menggunakan angket. Dalam penelitian ini digunakan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Dan dengan menggunakan rumus Taro Yamane, maka jumlah responden yang diperlukan sebanyak 96 orang.
BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISA DATA
Dalam bab ini akan dibahas tentang data yang diperoleh selama penelitian
berlangsung, yang terdiri dari karakteristik responden dan jawaban responden atas
angket yang telah dibagikan terlebih dahulu selama penelitian berlangsung. Dalam
penyajian data ini jawaban yang diperoleh dari responden akan disajikan dalam
bentuk tabel tunggal, yang berisi kategori jawaban, jumlah responden yang
menjawab dan persentase. Adapun hasil penelitian ini terdiri dari dua bagian,
yaitu:
1. Karakteristik Responden.
2. Variabel Penelitian
Setelah disajikan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian, maka akan
dipaparkan analisa dari hasil-hasil penelitian.
3.1. Penyajian Data
3.2. Karakteristik Responden
Data mengenai identitas responden akan disajikan dalam bentuk umur,
jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan. Penelitian ini dilakukan
dengan mengambil sampel masyarakat sebanyak 96 orang. Berikut ini distribusi
Usia masyarakat yang dijadikan responden ini adalah berkisar antara usia
17 tahun-76 tahun. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan usia responden
dalam bentuk tabel.
TABEL 8
DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN UMUR
Umur Jumlah Persentase
17-26 13 13,54%
27-36 20 20,83%
37-46 16 16,67%
47-56 27 28,13%
57-66 17 17,71%
67-76 3 3,12%
Total 96 100%
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010
Tabel 7 tentang distribusi responden berdasarkan umur menunjukkan usia
terbanyak yang menjadi responden pada penelitian ini yaitu berada pada umur
dibawah 56 tahun.
TABEL 9
DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 61 63,54%
Perempuan 35 36,46%
Total 96 100%
Dari tabel 8 tentang distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat
ditunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari
responden dengan jenis kelamin perempuan. Hal ini turut menjelaskan bahwa
laki-laki lebih berpartisipasi dalam pemilihan legislatif.
TABEL 10
DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN AGAMA
Agama Jumlah Persentase
Kristen Protestan 69 71,88%
Kristen Katolik 2 2,08%
Islam 25 26,04%
Budha - -
Hindu - -
Total 96 100%
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010
Dari tabel di atas diketahui bahwa responden terbanyak beragama Kristen
Protestan yaitu sebanyak 69 orang atau 71,88%. Kemudian diikuti oleh agama
Islam. Hal ini sesuai dengan keadaan penduduk di Desa Sondi Raya yang
TABEL 11
DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010
Dilihat dari tabel 10 tentang distribusi masyarakat berdasarkan tingkat
pendidikannya, tamat SLTA lebih banyak jumlahnya dibanding dengan yang lain,
yaitu sebanyak 49 orang atau 51,04%.
TABEL 12
DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN PEKERJAAN
Pekerjaan Jumlah Persentase
Petani 35 36,46%
Pedagang 9 9,37%
Pegawai Negeri Sipil 24 25%
Buruh 13 13,54%
Dan lain-lain 15 15,63%
Total 96 100%
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
Tidak Sekolah - -
Tamat SD/sederajat 2 2,08%
Tamat SLTP/sederajat 13 13,54%
Tamat SLTA/sederajat 49 51,04%
Tamat Akademi/Diploma 17 17,71%
Tamat S1 15 15,63%
Dari tabel 11 tentang distribusi responden berdasarkan pekerjaan dapat
dilihat bahwa pekerjaan sebagai petani lebih banyak yaitu 35 orang dan
selanjutnya sebagai Pegawai Negeri Sipil yaitu 24 orang.
3.2.1 Evaluasi Tentang Etnisitas
Berikut ini disajikan data dari jawaban responden terhadap keseluruhan
pertanyaan melalui kuesioner yang telah disebarkan yaitu menyangkut evaluasi
responden tentang etnisitas.
TABEL 13
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG MARGA
Marga Jumlah Persentase
Saragih 40 41,7%
Purba 23 23,96%
Sinaga 25 26,04%
Damanik 8 8,3%
Total 96 100%
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010
Dari tabel di atas diketahui bahwa responden mayoritas bermarga Saragih
sebanyak 40 orang atau 41,7% kemudian diikuti oleh marga Sinaga sebanyak 25
TABEL 14
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN JUMLAH MARGA SIMALUNGUN
Jumlah Marga Jumlah Persentase
1 - -
2 - -
3 2 2,08%
4 94 97,92%
Total 96 100%
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010
Dari tabel di atas diketahui bahwa masyarakat Sondi Raya sudah
benar-benar tahu berapa jumlah jumlah marga etnis Simalungun.
TABEL 15
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG PENGARUH ETNIS TERHADAP PILIHAN CALON LEGISLATIF
Kategori Jumlah Persentase
Sangat berpengaruh 24 25%
Berpengaruh 43 44,79%
Kurang berpengaruh 19 19,79%
Tidak berpengaruh 10 10,42%
Total 96 100%
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010
Dari tabel di atas diketahui bahwa faktor etnis sangat berpengaruh
TABEL 16
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG MEMILIKI MARGA YANG SAMA DENGAN CALON LEGISLATIF
Kategori Jumlah Persentase
Ada 68 70,83%
Tidak ada 4 4,17%
Tidak tahu 24 25%
Total 96 100%
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010
Dari tabel di atas diketahui bahwa masyarakat Sondi Raya memiliki marga
yang sama dengan calon legislatif sebanyak 68 orang atau 70,83%.
TABEL 17
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG LATAR BELAKANG CALEG YANG PALING LAYAK JADI ANGGOTA LEGISLATIF
Latar belakang caleg Jumlah Pesentase
Caleg yang bermarga Simalungun 29 30,21%
Caleg yang berdomisili di Simalungun walau
bukan orang Simalungun
37 38,54%
Anda tidak mempersoalkan latar belakang asal
calon legislative
30 31,25%
Total 96 100%
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010
Dari tabel di atas diketahui bahwa masyarakat Sondi Rayalebih memilih
TABEL 18
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG HUBUNGAN DENGAN CALON LEGISLATIF YANG DIPILIH
Calon legislatif yang dipilih Jumlah Persentase
Memiliki hubungan keluarga 18 18,75%
Tidak memiliki hubungan 68 70,83%
Teman kerja 10 10,42%
Lain-lain - -
Total 96 100%
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010
Dari tabel 17 di atas bahwa 68 orang tidak memiliki hubungan terhadap
calon legislatif yang dipilihnya.
3.2.2 Evaluasi Tentang Perilaku Politik
Berikut ini akan disajikan keseluruhan dari jawaban responden yang
berkaitan dengan perilaku politik di Sondi Raya pada pemilihan Legislatif tahun
2009.
TABEL 19
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG IKUT TIDAKNYA PADA PEMILU LEGISLATIF 2009
Kategori Jumlah Persentase
Ya 65 67,70%
Tidak 31 32,3%
Total 96 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa masyarakat Sondi Raya memilih ikut
pada pemilu legislatif 2009 sebanyak 65 orang atau 67,70%.
TABEL 20
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG
ADA TIDAKNYA ANGGOTA KELUARGA YANG LAIN MENGIKUTI PEMILU LEGISLATIF 2009
Kategori Jumlah Persentase
Ada 63 65,62%
Tidak Ada 33 34,38%
Total 96 100%
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010
Dari tabel di atas diketahui bahwa keluarga masyarakat dari Sondi Raya
kebanyakan mengikuti pemilihan umum legislatif 2009 sebanyak 63 orang atau
65,62%.
TABEL 21
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG BERPENGARUHKAH ANGGOTA KELUARGA MENENTUKAN PILIHAN DALAM
PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2009
Kategori Jumlah Persentase
Ya 18 18,75%
Tidak 78 81,25%
Total 96 100%
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010
Dari tabel di atas diketahui bahwa masyarakat Sondi Raya tidak
terpengaruh atas pilihan dari anggota keluarga lainnya. Melalui wawancara
“tidak” ada 76 responden yang mengaku bahwa walau tidak terpengaruh oleh
anggota keluarga lainnya tetapi pilihan mereka sama, maka bisa disimpulkan
bahwa mayoritas responden memiliki kesamaan pilihan dengan anggota keluarga
lainnya.
TABEL 22
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG CARA MEMILIH
Kategori Jumlah Persentase
Mencontreng 77 80,21%
Mencoblos 13 13,54%
Tidak Memilih 6 6,25%
Total 96 100%
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010
Dari tabel di atas diketahui bahwa masyarakat Sondi Raya kebanyakan
memilih dalam bentuk mencontreng pada pemilihan caleg 2009 sebanyak 77
orang atau 80,21%.
TABEL 23
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG APA PILIHAN PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2009
Kategorinya Jumlah Persentase
Partainya 17 17,71%
Caleg Legislatifnya 79 82,29%
Total 96 100%
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010
Dari tabel di atas diketahui bahwa masyarakat Sondi Raya lebih memilih
Dalam wawancara penulis menanyakan lebih lanjut mengenai fenomena
masyarakat etnis Simalungun yang cepat merespon perubahan mekanisme
memilih dalam pemilihan umum, apa yang menyebabkan masyarakat cepat
tanggap mengikuti mekanisme yang baru. Jawaban yang diperoleh dapat
dikelompokkan menjadi 2 yakni :
1. Karena suksesnya sosialisasi yang dilakukan KPU melalui media televisi.
2. Karena calon legislatifnya sendiri ikut mensosialisasikan mekanisme yang
baru ini.
TABEL 24
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG SETUJU ATAU TIDAKNYA MEMILIH LANGSUNG CALEGNYA
Kategori Jumlah Persentase
Sangat Setuju 42 43,75%
Setuju 32 33,33%
Kurang Setuju 14 14,59%
Tidak Setuju 8 8,33%
Total 96 100%
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010
Dari tabel di atas diketahui bahwa mayoritas responden sangat setuju
dengan sistem yang digunakan yang mana masyarakat bisa memilih langsung
TABEL 25
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG IKUT TIDAKNYA SEBAGAI ANGGOTA ATAU KADER PADA PEMILU LEGISLATIF 2009
Kategorinya Jumlah Persentase
Ya 21 21,88%
Tidak 75 78,12%
Total 96 100%
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010
Dari tabel di atas diketahui bahwa masyarakat Sondi Raya kebanyakan
tidak ikut sebagai anggota partai dalam pemilu legislatif 2009. Dalam wawancara
penulis menanyakan lebih lanjut mengenai mengapa masyarakat etnis Simalungun
enggan menjadi kader partai. Maka dari jawaban yang diperoleh dapat
dikelompokkan menjadi 2 alasan :
1. Ada persepsi bahwa untuk menjadi kader partai harus mempunyai uang
yang banyak.
2. Ada persepsi bahwa untuk menjadi kader partai harus mempunyai tingkat
pendidikan yang tinggi.
TABEL 26
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG PERLU TIDAKNYA DIADAKAN PEMILU LEGISLATIF
Kategorinya Jumlah Persentase
Perlu 84 87,5%
Tidak Perlu 12 12,5%
Total 96 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa masyarakat mengatakan bahwa pemilu
perlu diadakan. Hal ini dibuktikan dengan mayoritas responden yang menjawab
perlu yaitu sebanyak 84 orang atau 87,5%.
TABEL 27
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG APA PILIHAN PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2009
Alasan mengikuti pemilu Jumlah Persentase
Karena ingin mendukung calon saya 26 27,08%
Karena dorongan materi
yang diberikan caleg
25 26,04%
Karena menurut saya pemilu legislatif 2009
lebih demokratis dari yang sebelumnya 38 39,58%
Lain-lain 7 7,3%
Total 96 100%
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010
Dari tabel di atas diketahui bahwa yang menjadi dorongan masyarakat
Sondi Raya mengikuti pemilu legislatif 2009 yaitu karena pemilu legislatif 2009
lebih demokratis dari yang sebelumnya yaitu sebanyak 38 orang atau 39,58%.
TABEL 28
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG DEMOKRASI ATAU TIDAKNYA PEMILU LEGISLATIF 2009
Kategori Jumlah Persentase
Sangat Demokratis 18 18,75%
Demokratis 49 51,04%
Kurang Demokratis 17 17,71%
Tidak Demokratis 12 12,5%
Total 96 100%
Dari tabel di atas dijelaskan bahwa masyarakat Sondi Raya mengatakan
bahwa pemilu legislatif 2009 telah demokratis yaitu sebanyak 49 responden atau
51,04%.
TABEL 29
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG PELAKSANAAN PEMILU LEGISLATIF
Kategori Jumlah Persentase
Sudah 27 28,12%
Kurang 34 35,42%
Belum 21 21,88%
Tidak Tahu 14 14,58%
Total 96 100%
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010
Dari tabel diatas bahwa pelaksanaan pemilu legislatif 2009 di Sondi Raya
masih kurang dalam menjalankan prinsip Langsung, Umum, Bebas, Rahasia,
Jujur dan Adil.
3.2.3. Evaluasi Tentang Partisipasi Politik
Berikut ini disajikan keseluruhan dari jawaban responden yang berkaitan
TABEL 30
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG PARTAI YANG DIPILIH PADA PEMILU LEGISLATIF 2009
Kategori Jumlah Persentase
Golkar 17 17,71%
PDI-P 12 12,5%
Demokrat 15 15,62%
Lain-lain 52 54,17%
Total 96 100%
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010
Dari tabel di atas bahwa masyarakat Sondi Raya lebih memilih partai
lain-lain sebanyak 52 orang atau 54,17%. Setelah penulis bertanya langsung kepada
para responden ternyata partai yang lain-lain itu yang mereka pilih adalah partai
Republikan. Dalam wawancara penulis menanyakan lebih lanjut tentang partai
yang mayoritas dipilih responden karena berasal dari partai besar. Ternyata yang
orang dari 52 responden yang memilih option lain-lain itu menunjukkan pada
partai Republikan. Dan sisanya 3 responden dari 52 responden yang memilih
option lain-lain itu memilih partai PKPI.
TABEL 31
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG MOTIVASI MEMILIH PARTAI
Motivasi memilih partai Jumlah Persentase
Visi/misi pembangunan tercapai 55 57,3%
Karena adanya janji-janji pada saat kampanye 29 30,20%
Lain-lain 12 12,5%
Total 96 100%
Dari tabel di atas bahwa motivasi responden memilih partai adalah karena
visi/misi pembangunan tercapai yaitu sebanyak 55 oarng atau 57,3%.
TABEL 32
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG PENDIDIKAN POLITIK OLEH PARTAI
Kategori Jumlah Persentase
Sering Kali - -
Sering 9 9,37%
Jarang 29 30,21%
Tidak pernah 58 60,42%
Total 96 100%
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010
Dari tabel di atas diketahui bahwa responden mayoritas mengatakan tidak
pernah apakah dilingkungannya diadakan pendidikan politik oleh partai politik
tertentu yaitu sebesar 60,42%.
TABEL 33
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG PARTAI YANG SERING MENGADAKAN KAMPANYE
Kategori Jumlah Persentase
Golkar 25 26,04%
PDI-P 17 17,71%
Demokrat 20 20,83%
Lain-lain 34 35,42%
Total 96 100%
Dari tabel 26 diatas diketahui partai yang sering mengadakan kampanye di
Sondi Raya lebih memilih partai lain-lain sebanyak 34 orang atau 35,42% yaitu
partai Republikan.
3.2.4 Evaluasi Tentang Kampanye di Desa Sondi Raya
Berikut ini akan disajikan jawaban mengenai kampanye di desa Sondi
[image:30.595.113.517.372.482.2]Raya pada pemilihan umum legislatif 2009.
TABEL 34
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG
PERLU TIDAKNYA DIADAKAN KAMPANYE SEBELUM PEMILU
Kategori Jumlah Persentase
Perlu 66 68,75%
Tidak Perlu 6 6,25%
Tidak Tahu 24 25%
Total 96 100%
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010
Dari tabel di atas bahwa masyarakat yang mengatakan perlu diadakan
kampanye sebelum pemilihan umum sebanyak 66 orang atau 66,75%.
TABEL 35
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG MENGIKUTI KAMPANYE CALON LEGISLATIF DI SONDI RAYA
Kategori Jumlah Persentase
1-2 kali 37 38,54%
3-4 kali 21 21,88%
5-6 kali 12 12,5%
>7 kali - -
Tidak Pernah 26 27,08%
Total 96 100%
[image:30.595.110.519.625.738.2]Dari tabel di atas bahwa masyarakat di desa Sondi Raya 37 orang
[image:31.595.110.518.214.383.2]mengikuti kampanye 1-2 kali atau 38,54%.
TABEL 36
DISTRIBUSI JAWABAN RSPONDEN TENTANG MOTIVASI MENGIKUTI KAMPANYE
Motivasi Jumlah Persentase
Ingin mengetahui janji serta visi misi caleg 42 43,75%
Ingin menunjukkan dukungan terhadap caleg 25 26,04%
Ingin memperoleh keuntungan materi dari
kampanye
21 21,88%
Lain-lain 8 8,33%
Total 96 100%
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010
Dari tabel di atas bahwa motivasi masyarakat Sondi Raya mengikuti
kampanye yaitu ingin mengetahui janji serta visi misi caleg yaitu sebesar 42 orang
atau 43,75%.
TABEL 37
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG SEBERAPA SERING RESPONDEN MENGIKUTI KAMPANYE PARTAI POLITIK
Kategori Jumlah Persentase
Sering Kali 12 12,5%
Sering 20 20,83%
Tidak Sering 40 41,67%
Tidak Pernah 24 25%
Total 96 100%
[image:31.595.114.518.570.699.2]Dari tabel di atas bahwa masyarakat Sondi Raya 40 orang atau 41,67%
[image:32.595.113.518.229.361.2]tidak sering mengikuti kampanye partai politik di Desa Sondi Raya.
TABEL 38
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG YANG PALING DIINGAT PADA SAAT KAMPANYE
Yang diingat dari kampaanye Jumlah Persentase
Visi Misinya 32 33,33%
Latar Balakang Marganya 28 29,17%
Asal Partai 29 30,21%
Lain-lain 7 7,29%
Total 96 100%
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010
Dari tabel 31 bahwa yang paling masyarakat desa Sondi Raya ingat pada
saat kampanye yaitu visi misinya sebesar 32 orang atau 33,33%.
TABEL 39
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG BENTUK KAMPANYE PARA CALEG PADA MASA KAMPANYE PEMILIHAN
UMUM LEGISLATIF 2009
Kategori Jumlah Persentase
Sangat Baik 9 9,37%
Baik 33 34,37%
Kurang Baik 40 41,67%
Tidak Baik 14 14,59%
Total 96 100%
[image:32.595.112.518.541.671.2]Dari tabel di atas bahwa bentuk kampanye para caleg pada masa
kampanye kurang baik karena menurut para responden pada saat kampanye masih
ada anak-anak dibawah umur yang ikut dalam kampanye. Selain itu juga
kampanye cenderung hanya member media poster-poster ataupun
[image:33.595.109.517.333.527.2]spanduk-spanduk.
TABEL 40
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG CARA KAMPANYE YANG PALING EFEKTIF MEMPENGARUHI SESEORANG UNTUK
MEMILIH
Cara Mempengaruhi Jumlah Persentase
Kunjungan langsung para caleg
kepada pemilih
25 26,04%
Kampanye melalui Koran-koran dan
media cetak lainnya 23 23,96%
Poster-poster 15 15,62%
Kampenye Dilapangan Terbuka 30 41,67%
Lain-lain 3 25%
Total 96 100%
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010
Dari tabel di atas masyarakat desa Sondi Raya lebih memilih cara
kampanye yang paling efektif untuk mempengaruhi seseorang yaitu kampanye di
lapangan terbuka sebanyak 30 orang atau 41,67%. Dalam wawancara penulis
menanyakan lebih lanjut mengenai mengapa etnis Simalungun lebih menyukai
kampanye dilapangan terbuka. Maka dari jawaban yang diperoleh dapat
dikelompokkan menjadi 2 alasan :
2. Jika kampanye dihadiri banyak orang bisa menjadi faktor pendorong
untuk memilih calon legislatif tersebut, istilah lainnya secara
psikologis masyarakat menganggap calon yang kampanye dihadiri
banyak orang berarti si calon legislatif tersebut benar-benar baik pada
[image:34.595.108.519.333.420.2]masyarakat.
TABEL 41
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TENTANG PARPOL SUDAH PERNAH MEMBANTU ATAU MEMBERIKAN KONTRIBUSI DAERAH
SEBELUM MASA KAMPANYE
Kategori Jumlah Persentase
Sudah Pernah 58 60,42%
Tidak Pernah 38 39,58%
Total 96 100%
Sumber: Kuesioner Penelitian
Dari tabel di atas masyarakat desa Sondi Raya mengatakan kalau desa
mereka sudah pernah dibantu calon legislatif sebelum masa kampanye yaitu
TABEL 42
KLASIFIKASI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN
MARGA DALAM MEMILIH PARTAI
MARGA PARTAI YANG DIPILIH
GOLKAR PDI-P DEMOKRAT REPUBLIKAN PKPI JLH
SARAGIH 2 2 4 27 3 38
PURBA 4 6 3 9 - 22
SINAGA 11 2 2 9 -
DAMANIK - 2 6 4 - 12
Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010
3.3. ANALISIS DATA
Telah terkumpul data maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data.
Pada tahap ini sasaran utama adalah untuk mengetahui etnis Simalungun yang
berkaitan dengan hubungan antar etnis dan preferensi politik dan juga bagaimana
partisipasi etnis Simalungun pada pemilihan umum legislatif 2009. Kelompok
etnis memiliki watak kolektif yang berbeda sehingga memberi warna pada
perilaku politik. Ciri yang dimiliki secara kolektif itu memiliki perilaku
pendorong dalam mempengaruhi partisipasi politik seseorang, selanjutnya
kelompok ini dapat mempengaruhi seseorang dalam menentukan pemilihan calon
legislatifnya.
Dari data yang didapat melalui hasil penelitian diketahui faktor etnisitas
atau kesukuan berpengaruh terhadap pilihan calon legislatif mereka. Responden
cenderung sebagai pemilih tradisional dalam menetapkan pilihan calon
kuatnya budaya politik parokial pada masyarakat di desa Sondi Raya. Budaya
politik parokial ini dapat semakin kuat ketika adanya calon-calon legislatif yang
berasal dari marga-marga yang sama dengan responden.
Secara teoritis kegiatan ini dapat dianalisis melalui pendekatan sosiologis
dimana menurut pendekatan ini kegiatan perilaku memilih dalam kaitan konteks
sosial kongkritnya pilihan seseorang dalam pemilihan umum dipengaruhi oleh
pengelompokkan sosial seperti agama dan kesukuan. Dari hasil penelitian dapat
dianalisis bahwa faktor sosiologis turut mempengaruhi pilihan para responden.
Hal ini terkait dari jawaban responden dimana terpengaruh oleh faktor etnisitas
figur-figur calon-calon legislatif yaitu sebesar 25% yang menjawab sangat
berpengaruh dan 44,79% yang menjawab berpengaruh. Maka bisa disimpulkan
69,79% pilihan responden dipengaruhi oleh faktor etnisitas.
Faktor etnisitas calon legislatif yang ditawarkan juga senantiasa
diperuntungkan oleh partai politik. Ketika identifikasi partai dari pada pemilih
adalah lemah maka sikap terhadap calon legislatif menjadi faktor penentu yang
kuat dalam memilih pada pemilihan umum. Ketika merosotnya kepercayaan
kepada partai maka para pemilih akan cenderung melihat kualitas dari pada calon
yang ada. Namun didalam masyarakat yang sikap primordialnya tinggi seperti di
desa Sondi Raya kualitas dari calon legislatif hanya dilihat berdasarkan faktor
marganya. Hal ini dibuktikan dan hasil jawaban responden bahwa partai politik
pilihan masyarakat di desa Sondi Raya adalah partai Republikan yang merupakan
partai baru namun bisa mengalahkan perolehan suara partai-partai besar seperti
Raya suatu fenomena menarik dimana nama besar partai tidak menjadi acuan
orang untuk memilih calon legislatif.
Para pemilih cenderung melihat figur calon dan tentunya kualitas dari
calon tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:
1. Populitas calon yang ada.
Populitas ini ditentukan oleh sejauh mana calon yang bersangkutan
mampu dikenal oleh masyarakat pemilih serta bagaimana citra calon tersebut
dalam pandangan pemilihnya dalam kaitannya dengan popularitas ini melalui
wawancara mendalam penelitian terhadap responden terungkap bahwa calon
legislatif partai Republikan tersebut memang berasal dari keluarga terpandang di
desa Sondi Raya.
2. Kedekatan hubungan calon legislatif dengan massa pemilih.
Calon legislatif tersebut memang berdomisili di desa Sondi Raya dan
memiliki marga yang sama dengan mayoritas pemilih yaitu marga Saragih.
Kedua hal inilah yang dilihat dari mayoritas responden mempertimbangkan faktor
kandidat sebagai faktor penentu pilihan calon legislatif.
Dari data yang diperoleh dilapangan juga dapat dianalisis bahwa
partisipasi etnis Simalungun pada pemilihan umum legislatif tahun 2009 cukup
besar, para responden mayoritas dengan persentase 65,62% mengatakan bahwa
seluruh anggota keluarganya yang telah berhak memilih juga ikut serta dalam
menggunakan hak pilihnya didalam pemilihan umum legislatif tersebut. Hal ini
politik melalui keikut sertaan mereka dalam pemilihan umum memiliki kesadaran
bahwa suaranya turut mempengaruhi proses demokrasi di Indonesia.
Walaupun hal ini juga dilatar belakangi faktor pendorong yang
berbeda-beda. Kemudian jika dilihat dari hubungan pilihan calon legislatif antar responden
dengan orang tua atau saudara, maka mayoritas responden dengan persentase
81,25% responden mengatakan tidak terpengaruh. Namun dari wawancara
mendalam mengenai hal ini bahwa walau anggota keluarga lain tidak
mempengaruhi terhadap pilihannya tetapi mayoritas dari mereka mempunyai
pilihan etnis yang sama terhadap calon legislatifnya. Keterangan ini menunjukkan
bahwa masyarakat etnis Simalungun sangat demokratis dan tidak memaksa
pilihan politik anggota keluarganya namun sekaligus data tersebut juga bukan
menunjukkan bahwa ada kecenderungan yang sama dalam pola pikir dalam satu
keluarga etnis Simalungun untuk menentukkan pilihan politiknya.
Tingginya kesadaran masyarakat Simalungun terhadap perlunya
berpartisipasi dalam pemilihan umum menjadi sesuatu fenomena menarik lainnya.
Karena kesadaran dalam partisipasi ini tumbuh atas dorongan yang muncul dalam
dirinya sendiri. Karena dari data yang diperoleh terungkap bahwa mayoritas
dengan persentase 60,42% masyarakat tidak pernah mendapat pendidikan politik
oleh partai.
Sedangkan apabila dilihat dari media kampanye yang paling efektif dalam
mempengaruhi pilihan masyarakat, etnis Simalungun cenderung lebih menyukai
kampanye dangan cara kampanye di lapangan terbuka, dalam wawancara
lapangan terbuka dikarenakan alasan mereka selain mendengar langsung visi/misi
calon legislatif sekaligus jika dalam kampanye di lapangan terbuka tersebut ramai
didatangi masyarakat akan menambah keyakinan mereka bahwa calon legislatif
tersebut benar-benar bagus.
Bahkan dari data distribusi jawaban responden mengenai pertanyaan
media kampanye yang paling efektif mempengaruhi pemilih jika dilihat lebih
lanjut bahwa ternyata mayoritas responden yang memilih media kampanye di
lapangan terbuka adalah responden yang memiliki latar belakang pendidikan
relatif rendah yaitu tamatan SD, SLTP dan SLTA. Sedangkan mayoritas
responden yang latar belakang tingkat pendidikannya diatas SLTA yaitu yang
tamatan Diploma dan tamatan S1 lebih menyukai kampanye melalui koran atau
media cetak lainnya.
Frekwensi kampanye berpengaruh secara signifikan kepada perolehan
suara sebagaimana dapat dilihat dari data yang diperoleh partai Republikan yang
paling sering kampanye dengan persentase 35,42% menjadi pemenang pemilihan
umum di desa Sondi Raya.
Mengenai sistem pemilihan umum yang berbeda dari pemilihan
umum-pemilihan umum sebelumnya dari data yang diperoleh etnis Simalungun
memandang positif terhadap mekanisme memilih langsung calegnya dengan
persentase sebesar 43,75% sangat setuju dan 33,33% menjawab setuju dengan
cara ini. Jadi bisa dikatakan 77,08% menilai positif terhadap mekanisme ini.
Lebih lanjut dari data juga bisa dilihat bahwa mayoritas dengan persentase
mekanisme baru dalam pemilihan umum yaitu dengan mencontreng bukan lagi
dengan mencoblos, mungkin ini karena letak desa Sondi Raya yang dekat dengan
pusat pemerintahan kabupaten Simalungun. Dengan kata lain desa Sondi Raya
dekat dengan pusat informasi.
Melalui data yang diperoleh juga diketahui bahwa 51,04% mayoritas
responden memandang bahwa legislatif 2004 sudah berlangsung dengan
demokratis dengan acuan terlaksananya prinsip-prinsip pemilihan umum yang
langsung, umum, bebas, rahasia serta jujur dan adil. Namun jika diteliti lebih
lanjut mayoritas responden yang menyatakan pemilihan umum legislatif 2009
berlangsung sangat demokratis dan demokratis adalah responden dengan tingkat
pendidikan yang relatif rendah yaitu berpendidikan SD, SLTP, SLTA. Sedangkan
yang tingkat pendidikan lebih tinggi yaitu diploma dan Strata1 mayorita
menyatakan pemilihan umum 2009 kurang demokratis dan tidak demokratis.
Selain hal-hal tersebut diatas, juga ada beberapa temuan yang menarik
bahwa pemilihan umum legislatif tahun 2009 di desa Sondi Raya ditemukan
adanya kegiatan money politik. Hal ini terungkap dari data bahwa 21,88%
responden menyatakan bahwa mereka mengikuti kampanye partai politik karena
adanya iming-iming dari calon legislatif yang akan memberikan uang saat
kampanye, dan juga data ini menunjukkan 26,04% responden mengikut i
pemilihan umum legislatif 2009 dikarenakan adanya imbalan uang yang diberikan
calon legislatif agar memilih calon legislatif tersebut. Temuan-temuan ini
menunjukkan bahwa pemilihan umum legislatif 2009 di desa Sondi Raya tidak
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di desa Sondi Raya
kabupaten Simalungun maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Faktor etnisitas atau kesukuan masih sangat berpengaruh terhadap preferensi
politik memilih dari calon legislatif pada pemilihan umum legislatif 2009.
Kuatnya budaya politik parokial serta menguatnya kembali rasa
primordialisme pasca otonomi daerah merupakan faktor pendorong yang
menjadi faktor etnis mempengaruhi pilihan politik masyarakat.
2. Rendahnya identifikasi partai politik dari pada masyarakat menjadi faktor
etnisitas calon legislatif menjadi faktor penentu terhadap preferensi politik
masyarakat etnis Simalungun dalam menentukan pilihan pada pemilu.
3. Pilihan politik anggota keluarga tidak mempengaruhi masyarakat Simalungun
dalam menentukan pilihan pada pemilu, namun mayoritas dalam satu
keluarga Simalungun memiliki pilihan yang sama (homogen) ini karena
diantara anggota-anggota keluarga Simalungun mempunyai kesamaan nilai
untuk menentukan figur calon legislatifnya.
4. Partisipasi etnis Simalungun sangat kurang didalam partai politik.
5. Kampanye di lapangan terbuka adalah media kampanye yang paling efektif
6. Frekwensi kampanye berpengaruh terhadap signifikan kepada perolehan
suara di desa Sondi Raya.
7. Etnis Simalungun cepat beradaptasi terhadap perubahan sistem politik serta
sistem yang baru.
8. Money politik yang ditemukan pada pemilihan umum legislatif 2009.
Walaupun bukan sebagai faktor penentu bagi etnis Simalungun dalam
menentukan pilihan.
9. Pemilihan Umum legislatif 2009 di desa Sondi Raya berlangsung dengan
baik, hal ini mengindikasikan bahwa etnis Simalungun memandang positif
terhadap kegiatan pemilihan umum.
4.2. Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan maka penulis merasa perlu
memberikan saran kepada pihak yang terkait dengan pemilihan umum legislatif
yaitu sebagai berikut:
1. Para elit politik dan partai politik harus mengambil peran yang lebih luas lagi
dalam melakukan proses pendidikan politik dan sosialisasi politik yaitu dengan
cara menyikapkan kualitasnya kapada masyarakat untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat itu sendiri. Hal ini guna meningkatkan pengetahuan
politik dan cara pandang masyarakat dalam memilih pada pemilihan umum
berikutnya.
2. Partai politik perlu meningkatkan lagi kualitas dari calon-calon legislatif yang
pencalonan, tidak menggunakan money politik dalam proses penyeleksian.
Mengadakan pelatihan terhadap kader - kadernya.
Hal ini perlu karena partai politik sangat mengusung calon - calonnya
berdasarkan etnisitasnya saja tetapi perlu diperhatikan kualitas dari calon
tersebut. Sehingga ketika terpilih benar - benar mampu menjalankan tugasnya.
3. Masyarakat etnis Simalungun harus lebih tegas dalam menyikapi money
politik, masyarakat hendaknya menolak segala bentuk money politik dan
masyarakat harus sadar bahwa money politik akan merusak budaya demokrasi
yang baik.
4. Masyarakat etnis Simalungun didalam memilih pada pemilihan umum jangan
hanya mendasari pilihannya karena faktor etnisitasnya saja tetapi masyarakat
etnis Simalungun perlu menyelidiki rekam jejak para calon legislatif dan
memilihnya berdasarkan kualitasnya sebab perilaku memilih tradisional
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, ini
adalah pengertian yang sangat sederhana dan sekaligus mendasar dari demokrasi.
Pemerintahan ada karena rakyat ada, yang memerintah adalah rakyat dan tujuan
adanya pemerintahan itu pun untuk rakyat. Kita berbicara mengenai pemerintahan
rakyat, yang memerintah itu adalah rakyat dan yang dipilih oleh rakyat.
Pada dasarnya prinsip demokrasi adalah setiap orang dapat ikut serta
dalam proses pembuatan keputusan politik (Gould, 1990). Prinsip ini hanya
mungkin dilakukan kalau jumlah anggota kelompoknya kecil. Namun, prinsip
dasar ini mustahil diterapkan dalam organisasi yang besar seperti negara. Untuk
itu, sistem perwakilan tetap dipandang sebagai alternatif yang terbaik dalam suatu
sistem demokrasi. Memilih sebagian rakyat untuk menjadi pemerintah adalah
suatu proses dan kegiatan yang seyogiyanya merupakan hak semua rakyat yang
kelak diperintah oleh orang-orang yang terpilih itu. Proses dan kegiatan memilih
itu disederhanakan penyebutanya menjadi Pemilihan. Dalam hal pemilihan itu
semua rakyat harus ikut, tanpa dibeda-bedakan, maka dipakailah sebutan
Pemilihan Umum disingkat dengan Pemilu.
Jadi melalui pemilu, rakyat memunculkan para calon pemimpin dan
menyaring para calon-calon tersebut berdasarkan nilai yang berlaku.
partisipasi dalam proses pemerintahan. Sebab melalui lembaga pemilu,
masyarakat ikut menentukan kebijaksanaan dasar yang akan dilaksanakan
pemimpin terpilih. Dalam sebuah negara yang menganut paham demokrasi,
pemilu pun jadi sebuah kata kunci. Tak ada demokrasi tanpa diikuti pemilu.
Pemilu merupakan wujud yang paling nyata dari pada demokrasi.
Pada hakikatnya pemilu, dinegara mana pun mempunyai esensi yang
sama. Pemilu, berarti rakyat melakukan kegiatan memilih orang atau sekelompok
orang menjadi pemimpin rakyat atau pemimpin negara. Pemimpin yang dipilih itu
akan menjalankan kehendak rakyat yang memilihnya. Jadi, ada dua manfaat yang
sekaligus sebagai tujuan atau sasaran langsung yang hendak dicapai dengan
pelaksanaan atau beroperasinya lembaga politik pemilu, yaitu pembentukan atau
pemupukan kekuasaan yang absah (otoritas) dan mencapai tingkat keterwakilan
politik (Political Reprensentativeness).1
Berbicara tentang pemilihan umum ini terkait dengan partai dan
masyarakat bahwa pemilu merupakan wadah persaingan bagi partai politik untuk
merebut simpati masyarakat tentunya partai politik harus mengerti apa yang
menjadi faktor-faktor masyarakat untuk memilih suatu partai tersebut. Maka Oleh sebab itu pemahaman kita tentang pemilu terutama dalam kontruksi
demokrasi yakni pemilihan umum dapat dipandang sebagai suatu prosedur untuk
mengumpulkan preferensi-preferensi tertentu. Salah satu prosedur itu adalah
pemungutan suara. Kedudukan pemungutan suara dalam pemilu dilihat sebagai
sesuatu yang penting terutama dalam pengertian substantif demokrasi.
1
tentunya untuk memahami pemilihan umum itu secara utuh kita juga harus
mengerti perilaku pemilih dalam pemilu. Perilaku pemilih ini merupakan tindakan
dari masyarakat dalam menentukan pilihannya dalam pemilu.
Mengapa seseorang memilih partai politik tertentu dan dan tetap konsisten
dari satu pemilu kepemilu berikutnya, sementara yang lain berubah-ubah pilihan
politiknya dari waktu kewaktu (swing voters) mengapa anggota kelompok sosial
tertentu cenderung memiliki pilihan yang hampir sama sementara yang lainnya
berbeda dalam menentukan pilihannya? Sederet pertanyaan tersebut dan selainnya
yang senada akan muncul apabila kita hendak menganalisis perilaku pemilih
dalam pemilu (voting behavior).
Sebenarnya fenomena politik dapat dijelaskan dari berbagai sudut pandang
namun bisa dikaitkan dengan kekuatan-kekuatan politik yang ada dan perilaku
aktor-aktor politik serta perilaku pemilih maka pendekatan yang dipakai adalah
pendekatan perilaku behaviorism. Perhatian utama pendekatan ini terletak pada
hubungan antara pengetahuan politik dengan tindakan politik termasuk bagaimana
proses termasuk bagaimana proses pembentukan pendapat politik, bagaimana
kecakapan politik diperoleh dan bagaimana cara orang menyadari
peristiwa-peristiwa politik.2
Bahwa ada beberapa faktor utama yang membentuk perilaku pemilih di
Indonesia salah satunya adalah faktor etnisitas.3
2
David. E. Ater, Pengantar Analisa Politik, Jakarta: LP3ES, 1998, hal.209
3
Sudijono Sastroatmodjo, Perilaku Politik, Semarang: IKIP Semarang Press, 1995, hal. 14
Kelompok etnis mempunyai
peranan besar dalam membentuk sikap, persepsi, dan orientasi seseorang. Adanya
partai politik. Etnis dapat mempengaruhi loyalitas seseorang terhadap partai
tertentu.
Di Indonesia secara relatif terdapat kesetiaan etnis (ethnic loyalty) yang
relatif tinggi dan bahwa partai politik Indonesia dipengaruhi oleh etnisitas.4
Kajian berupa penelitian mengenai perilaku politik etnis pernah dilakukan
oleh Prof. R. William Liddle.
Kesetiaan etnis di Indonesia masih tampak signifikan dan mengabaikan faktor
etnis dapat menimbulkan kesalah pahaman mengenai politik di Indonesia. Maka
dapat dikatakan hal diatas menunjukan adanya pengaruh etnisitas terhadap
perilaku politik seseorang.
Identitas partai akan berkaitan dengan dengan kesetiaan (loyalitas) dan
ketidaksetiaan (volatilitas) dari massa suatu partai. Semakin tinggi identitas partai
akan semakin tinggi tingkat loyalitas massa partai, sebaliknya semakin rendah
identifikasi partai akan semakin rendah pula loyalitasnya. Di Indonesia, loyalitas
massa partai sering dikaitkan dengan etnisitas.
5
Di kabupaten Simalungun dan Kota Pematang Siantar Liddle menemukan
hubungan-hubungan antara partai lokal dengan kelompok agama, budaya dan Dimana Liddle melakukan penelitian tentang
tingkah laku politik didaerah Sumatera Utara yaitu kabupaten Simalungun dan
Pemantang Siantar sebagai kota utamanya. Dalam penelitian ini Liddle mencoba
mengaitkan analisa makronya tentang tingkah laku politik lokal dengan apa yang
kelihatan makro di tingkat nasional.
4
Leo Suryadinata, Penduduk Indonesia, Etnis dan Agama Dalam Era Perubahan Politik, Jakarta : LP3ES, 2003, hal. 182.
5
etnis. Dimana pada waktu itu rakyat Indonesia sangat mendambakan partai-partai
yang akan mewakili kepentingan mereka yang bersifat primordial. Dari hasil
penelitiannya Liddle mengetahui bahwa proses perkembangan Simalungun dan
kota Pemantang Siantar menjadi daerah dan kota perkebunan sejak jaman
Kolonial Belanda telah turut membedakannya dari sebagian besar daerah atau
kota lain di Indonesia.
Perbedaan etnis diikuti pula oleh perbedaan agama yang mereka anut serta
lapangan perkerjaan yang menjadi sumber mata pencarian mereka sehari-hari.
Semua perbedaan diatas yaitu perbedaan etnis, agama, pekerjaan, menjurus pula
pada perbedaan organisasi sosial atau partai politik yang mereka pilih atau ikuti.6
Jika kita berbicara etnis Simalungun dan dikaitkan dengan perilaku
pemilih maka perlu dilihat juga latarbelakang sejarah etnis Simalungun dalam
bidang partai politik dan pemerintahan. Etnisitas di Simalungun tidak dapat
dilepaskan dari empat marga asli, tanpa mengenyampingkan marga-marga yang
lainnya yang ada tetapi empat marga yakni Sinaga, Saragih, Damanik, Purba atau Dan Liddle menyimpulkan bahwa primordialisme dan partai di Indonesia
bagaikan zat dan sifatnya. Yang pertama merupakan kenyataan-kenyataan sosial
budaya, dan yang kedua adalah ekspresi alamiah dibidang politik.
Kenyataan-kenyataan yang ditemukan menimbulkan pertanyaan bagaimana hubungan atau
pun pengaruh etnisitas, khususnya struktur masyarakat dan politiknya kepada
perilaku politik dari masyarakat suku bangsa itu dalam kehidupan politik itu
sekarang yang dalam skripsi ini dipusatkan pada pemilihan legislatif.
6
dengan istilah Sisadapur inilah yang lebih mendominasi baik itu dalam segi
jumlah dan bukan itu saja, dalam bidang perpolitikan empat marga inilah yang
lebih menjadi raja-raja Simalungun ataupun penguasa-penguasa didaerah sebelum
kemerdekaan. Misalnya marga Sinaga yang mempunyai nama Kerajaan Tanoh
Jawa, yang muncul ditempat komunitas orang Jawa. Ibukotanya berada di Tanoh
Jawa. Rajanya bermarga Sinaga yaitu Raja Kaliamsyah Sinaga. Marga Saragih
mempunyai nama Kerajaan Raya beribukota di Pamatang Raya. Rajanya bernama
Tuan Djaulan Kadoek Saragih. Marga Damanik atau disebut juga dengan
Kerajaan Siantar. Yang bertempat di tepi sungai Bah Bolon di Pamatang Siantar
sekarang (Pamatang artinya ibukotanya). Hingga sekarang daerah ini disebut
kampung Pamatang dan Rajanya adalah Raja Sawadim Damanik. Marga Purba
disebut dengan Kerajaan Purba yang bertempat di Pamatang Purba dan rajanya
adalah Tuan Mogang Purba Pakpak.7
Sejak kemerdekaannya Indonesia telah 10 kali melangsungkan pemilihan
umum, selama 10 kali pemilu tersebut seringkali terjadi perubahan terhadap
sistem pemilunya. Berubah-ubahnya sistem pemilu ini karena Indonesia masih
mencari bentuk pemilu yang demokratis baginya. Pada pemilu legislatif 2009
banyak perubahan dalam sistem pemilu Indonesia, salah satu perubahan yang
terjadi adalah dengan penghapusan sistem nomor urut menjadi sistem suara
terbanyak ini dikarenakan adanya Amar putusan Mahkamah Konstitusi atas pasal
214 huruf a-e UU No. 10 tahun 2008 tentang pemilu. Perubahan ini sedikit
banyak memberikan pengaruh terhadap perilaku pemilih. Jika pada pemilu-pemilu
7
sebelumnya rakyat hanya didorong untuk memilih partainya saja tanpa terlalu
peduli dengan siapa calegnya. Tetapi dengan sistem suara terbanyak ini rakyat
bukan hanya memilih partai tetapi dianjurkan untuk memilih langsung calegnya.
Pada pemilu 2009 inilah ujian sesungguhnya terhadap kebenaran tentang
teori kesetian etnis terhadap partai tertentu. Dan apa yang terjadi pada pemilu
2009 adalah munculnya partai-partai yang relatif baru mampu mendapat
dukungan suara yang relatif banyak, bahkan Partai Demokrat yang dari segi usia
tergolong baru mampu keluar menjadi pemenang sebagai partai dengan jumlah
pemilih mayoritas mengalahkan partai-partai mapan yang telah memiliki basis
masa yang kuat seperti Golkar, PDI-Perjuangan dan PPP.
Sistem suara terbanyak pada pemilu 2009 memberi efek negatif terhadap
kembali lahirnya sikap primordialisme masyarakat. Sistem suara terbanyak
mendorong para caleg untuk mempopulerkan dirinya. Sebab dengan sistem suara
terbanyak lebih memberi peluang besar terhadap caleg yang sudah dikenal
masyarakatlah yang akan lolos menjadi anggota DPR. Oleh karena itu, berbagai
cara dilakukan para caleg untuk mempopulerkan dirinya.
Sebenarnya sistem suara terbanyak ini baik jika memang caleg yang
terpilih nantinya terpilih oleh karena benar-benar selama ini dikenal masyarakat
akan prestasinya peduli pada rakyat, tetapi pada pemilu legislatif 2009 lebih
banyak caleg yang tidak dikenal masyarakat. Mereka baru memperkenalkan
dirinya sebagai orang yang peduli rakyat pada saat menjelang pemilu.
Oleh karena para caleg yang bertarung dalam pemilu 2009 banyak yang
mengeluarkan anggaran untuk mempromosikan dirinya, bahkan cara-cara mereka
memperkenalkan diri terkesan sangat dipaksakan. Mereka selama ini tidak jelas
apa pengabdiannya pada rakyat, ramai-ramai memasang poster-poster serta
baliho-baliho besar bergambarkan dirinya dengan identitas kesukuannya demi
menarik simpati masyarakat.
Fenomena bangkitnya sikap primordialisme akibat sistem suara terbanyak
bisa terlihat dari cara berkampanye para caleg. Pada saat kampanye para caleg
banyak yang lebih menonjolkan asal-usul kedaerahannya, misalnya pada
kampanye caleg di kabupaten Simalungun jarang ditemukan para caleg
berkampanye di mimbar umum melainkan mereka hanya pergi
mengunjungi-mengunjungi pertemuan yang diadakan ikatan marga-marga tertentu atau
pertemuan-pertemuan organisasi keagamaan, yang lebih parahnya lagi pada
pertemuan tersebut para caleg tidak menyampaikan visi-misi pembangunannya
tetapi yang lebih ditekankan para caleg melainkan pendekatan yang dikaitkan oleh
ikatan persaudaraan.
Selain hal kampanye para caleg masih ada beberapa fenomena yang
berhasil diamati peneliti mengenai pemilihan umum legislatif di Kabupaten
Simalungun yang menunjukan adanya sikap primordialisme di masyarakat
misalnya Partai Politik (Parpol) di Kabupaten Simalungun, tidak seluruhnya
menampilkan caleg di Daerah Pemilihan (Dapem) menghadapi Pemilu 2009. Dari
data Daftar Calon Tetap (DCT) yang dikeluarkan, Dapem yang tidak ada daftar
sebanyak 2 parpol (PRN dan PP), Dapem 4 sebanyak 4 parpol (PNIM, PMB,
PRN, PP) dan di Dapem 5 hanya PB yang tidak mencantumkan calegnya.8
8
DCT caleg DPRD Kabupaten Simalungun tahun 2009, KPU Kab. Simalungun
Kemudian jumlah caleg pada masing-masing dapem yang disodorkan oleh
parpol bervariasi, dimana untuk parpol yang sudah mapan rata-rata menampilkan
quota 120% dari jumlah kursi di dapemnya. Sementara partai yang belum siap,
hanya menampilkan 1 - 3 orang caleg di dapemnya. Dengan banyaknya parpol
dan terbatasnya kesediaan masyarakat pemilih untuk memajukan diri jadi caleg,
tentu menyebabkan ada beberapa parpol yang susah merekrut caleg. Ada kesan
parpol tersebut sekedar menampilkan nama caleg agar tidak terlihat kosong.
Di dalam DCT Kabupaten Simalungun, para caleg yang bertarung di
Pemilu 2004 dan Pemilu 2009, ada 17 orang bertambah gelarnya, 6 orang
gelarnya hilang atau tidak dicantumkan, 2 orang tidak mencantumkan lagi
marganya, dan masing-masing 1 orang menambah marganya dan berganti nama
(penambahan satu huruf dalam namanya).
Maka secara garis besar ada tiga hal yang melatar belakangi pemilihan
pokok penelitian studi perilaku pemilihan ini :
Pertama, perilaku pemilih dari suatu masyarakat dipengaruhi dan
mempunyai hubungan dengan etnisitas, selain masih ada faktor-faktor yang lain,
seperti pengaruh luar melalui difusi dan akulturasi pendidikan, perubahan sosial,
dan lain-lain. Namun bagi bangsa Indonesia faktor etnisitas masih cukup besar
dan berpengaruh dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan kelompok
Kedua, pemilu berdasarkan suara terbanyak untuk pertama kalinya baru
diselenggarakan pada tahun 2009. Sebelumnya beberapa pemilu yang dahulu
rakyat Indonesia hanya memilih partainya saja. Pada pemilu sebelumnya di
Indonesia pemilu hanya memilih parpol tanpa diketahui masyarakat siapa
calegnya. Namun pada pemilu 2009 ini masyarakat bukan hanya disorong
memilih partai tapi juga calegnya, walaupun hal ini juga pernah terjadi pada tahun
2004 tetapi penentuan caleg terpilih berdasarkan nomor urut.
Ketiga, karakteristik masyarakat Simalungun yang bercirikan feodalisme
dianggap semakin memperkuat rasa primordialisme dalam pemilihan umum.
2. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas serta mempertegas batasan ruang lingkup penelitian
dengan tujuan untuk menghasilkan uraian yang sistematis maka diperlukan
adanya batasan masalah. Adapun batasan-batasan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Penelitian ini hanya dilakukan di Desa Sondi Raya, Kecamatan Raya,
Kabupaten Simalungun.
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab etnis batak Simalungun
menjatuhkan suatu pilihan.
3. Dalam penelitian ini penulis ingin melihat seberapa besar tingkat
partisipasi etnis Batak Simalungun dalam Pemilihan Langsung Legislatif
3.
Perumusan Masalah
Adapun perumusan yang dibuat oleh peneliti adalah:
1. Bagaimanakah perilaku politik etnis Batak Simalungun pada Pemilihan
Langsung Legislatif 2009.
2. Bagaimana pengaruh etnisitas terhadap masyarakat Batak Simalungun
dalam preferensi politik pada Pemilihan Langsung Legislatif 2009.
4.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
4.1. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian yang akan dibuat oleh peneliti adalah :
1. Untuk mengetahui berapa banyak jumlah suara etnis Batak Simalungun
pada pemilihan langsung legislatif yang berlangsung pada tanggal 10 April
2009 yang lalu.
2. Menelaah apakah preferensi polotik berpengaruh dalam menjatuhkan suatu
pilihan.
4.2. Manfaat Penelitian
Layaknya sebuah penelitian ilmiah tentunya diharapkan memiliki manfaat
baik bagi penulis bahkan bagi orang yang membaca laporan penelitian ini.
Adapun manfaat dari penelitian yang ingin dicapai oleh penulis adalah :
1. Bagi penulis sendiri penelitian ini guna mengembangkan kemampuan
dalam menulis karya ilmiah dalam bidang Perilaku Politik khususnya di
2. Secara Teoritis maupun secara Metodologis studi ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan terhadap pendalaman studi Perilaku Politik bagi
yang membaca penelitian ilmiah ini.
3. Bagi instansi atau lembaga-lembaga politik kiranya dapat menjadi bahan
acuan atau referensi dalam konteks prilaku pemilih.
5.
Kerangka Teoritis
Setiap penelitian memerlukan titik tolak atau landasan berpikir untuk
memecahkan atau menyoroti masalah.9
“Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, kontrak, definisi, dan
proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara
sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep,
ringkasnya teori adalah hubungan satu konsep dengan konsep
lainnya untuk menjelaskan gejala tertentu”.
Kejelasan atau landasan berpikir itu
disebut teori. Teori diperlukan karena menjadi penuntun dalam menentukan
bahan-bahan yang diperlukan dan yang dikumpulkan melalui penelitian. Selain
daripada itu teori juga berfungsi sebagai alat analisis terhadap bahan-bahan yang
diperoleh melalui penelitian. Masri Singarimbun menjelaskan bahwa :
10
Menurut Em Zul Fajri dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia bahwa
etnis berkenaan dengan kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan
yang mempunyai arti atau kedudukan karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan
5.1. Etnis
9
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2001, hal. 39.
10
sebagainya. Sedangkan menurut Ariyuno Sunoyo dalam Kamus Antropologi,
bahwa: “Etnis adalah suatu kesatuan budaya dan territorial yang tersusun rapi dan
dapat digambarkan ke dalam suatu peta etnografi”.11
Setiap kelompok memiliki batasan-batasan yang jelas untuk memisahkan
antara satu kelompok etnis dengan etnis lainnya. Menurut Koentjaraningrat,
konsep yang tercakup dalam istilah etnis adalah golongan manusia yang terikat
oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan, sedangkan kesadaran dan
identitas seringkali dikuatkan oleh kesatuan bahasa juga.12
Ciri-ciri tersebut terdiri dari:
Suku bangsa yang sering disebut etnik atau golongan etnik mempunyai
tanda-tanda atau ciri-ciri karekteristiknya.
13
a. Memiliki wilayah sendiri
b. Mempunyai struktur politik sendiri berupa tata pemerintahan dan pengaturan
kekuasaan yang ada
c. Adanya bahasa sendiri yang menjadi alat komunikasi dalam interaksi
d. Mempunyai seni sendiri (seni tari lengkap dengan alat-alatnya, cerita rakyat,
seni ragam hias dengan pola khas tersendiri)
e. Seni dan teknologi arsitektur serta penataan pemukiman
f. Sistem filsafat sendiriyang menjadi landasan pandangan, sikap dan tindakan
g. Mempunyai sistem religi (kepercayaan, agama) sendiri.
11
Ariyuno Sunoyo, Kamus Antropologi, Jakarta, Antropologi Press, 1985.
12
Koentjaranigrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Penerbit Djambatan, 1982, hal. 58.
13
Etnisitas secara s