• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Protein Urin pada Ibu Hamil Pre-eklamsia dan Eklamsia di RSUP. H. Adam Malik Medan pada Desember 2009 – Oktober 2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Protein Urin pada Ibu Hamil Pre-eklamsia dan Eklamsia di RSUP. H. Adam Malik Medan pada Desember 2009 – Oktober 2010."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PROTEIN URIN PADA IBU HAMIL PRE-EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

PADA DESEMBER 2009 – OKTOBER 2010

Oleh :

OFIA VINCENTIA 070100178

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN PROTEIN URIN PADA IBU HAMIL PRE-EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

PADA DESEMBER 2009 – OKTOBER 2010

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

OFIA VINCENTIA 070100178

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Gambaran Protein Urin pada Ibu Hamil Pre-eklamsia dan Eklamsia di RSUP. H. Adam Malik Medan pada Desember 2009 – Oktober 2010

Nama : Ofia Vincentia NIM : 070100178

Pembimbing Penguji

( dr. Yahwardiah Siregar, Ph.D)

NIP : 195508071985032001 NIP : 195604051983031004

(Prof. dr. Haris Hasan, SpPD, Sp,JP(K))

NIP : 196109101987122001 (dr.Tina Christina L. Tobing,SpA)

Medan, 15 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRACT

Pre-eclampsia is a specific syndrome in pregnancy in which decrease organ

perfusion due to vasospasm and endothel activation. Proteinuria is one of the

triad in preeclampsia. Proteinuria is defined as 300 mg or more of protein in a

24-hour urine sample or dipstic +1 or more. The aim of this study was to learn the description of protenuria in pregnancy with preeclampsia/eclampsia in RSUP.

H. Adam Malik Medan from December 2009 until October 2010.

The methode used in this study was a descriptive retrospective study. Study

has been conducted in RSUP H Adam Malik, Medan from December 2009 until

October 2010. The sample was choosen by total sampling methode from medical

record. From 31 patient in Obstetric and Gynecology RSUP. H. Adam Malik

Medan, only 17 patient was in medical record. Data was analysed using SPSS

computer program and tabulation.

From the data of 17 patient thet we have, 11,76% patients of preeclampsia,

47,1% patients of severe pre eclampsia and 41,2 patients of eclampsia have

proteinuria. Primigravida patient who suffer preeclampsia/ eclampsia is 47,1%.

Percentage preeclampsia/ eclampsia patient with hypertension stage II is 64,7%.

(5)

ABSTRAK

Pre-eklamsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya

perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Proteinuria adalah satu dari

tiga tanda penting pada pre-eklamsia. Proteinuria didefinisikan sebagai

terdapatnya 300 mg atau lebih protein dalam urin 24 jam ataupun didapatkan

hasil +1 atau lebih. Tujuan utama dari penelitian kali ini adalah mengetahui

gambaran kadar proteinuria pada ibu hamil pre-eklamsia/eklamsia di RSUP. H.

Adam Malik Medan pada Desember 2009 – Oktober 2010.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif retrospektif.

Penelitian dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan pada Desember 2009 –

Oktober 2010. Subjek dipilih dengan metode total sampling berdasarkan data dari

rekam medis. Dari 31 pasien di bagian Obstetri dan Ginekologi terdapat 17

pasien yang terdata pada rekam medis. Data-data ini kemudian diolah dengan

program computer SPSS dan tabulasi.

Dari 17 data pasien yang ada, didapati proteinuria pada pre eklamsia

11,76%, pre eklamsia berat 47,1% dan eklamsia 41,2%. Pasien primigravida yang

menderita pre eklamsia/eklamsia sebanyak 47,1%. Dan persentase pasien pre

eklamsia /eklamsia yang menderita hipertensi derajat II sebanyak 64,7%.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha

Pengasih dan Maha Penyayang. Oleh karena berkat dan anugerah-Nya saya dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Karya tulis ilmiah ini berjudul “Gambaran Protein Urin Ibu Hamil Pre

eklamsia/Eklamsia di RSUP. H. Adam Malik Medan pada Desember 2009 – Oktober 2010”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi

tugas pada mata kuliah CRP (Community Research Program) 6 dan 7 di Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, saya telah banyak mendapat

bimbingan, pengarahan, saran-saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu pada kesempatan ini dengan kerendahan hati saya ingin mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yang terhormat Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,

Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD (KGEH).

2. dr. Yahwardiah Siregar,PhD selaku dosen pembimbing saya yang telah

menyediakan waktu, dan membimbing saya dalam menyelesaikan

proposal dan penelitian karya tulis ilmiah ini.

3. Prof. Dr. Haris Hasan, SpPD, SpJK (K) dan dr. Tina Christina, SpA (K) yang telah menguji serta memberi kritik dan saran dalam penulisan

karya tulis ilmiah ini.

4. Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah memberikan izin

kepada saya untuk melakukan penelitian di RSUP. H. Adam Malik

Medan.

5. Para petugas di RSUP. H. Adam Malik Medan yang turut

berpartisipasi membantu saya dalam pengambilan data-data yang

diperlukan dalam penyusunan kaya tulis ilmiah ini.

6. Yang tercinta kedua orang tua saya Yusom dan Ernawati atas doa,

(7)

sayang kepada saya serta keluarga yang telah memberi dukungan moril

dan materil selama pengerjaan proposal dan penelitian karya tulis ilmiah

ini hingga selesai.

7. Teman - teman saya Deza Anggraini, Nur Akmal Hayati Nasution, Eva

Sonatalia, Sondang Napitupulu, Eva Rahmadani Simanungkalit, Mia

Endang Sopiana dan Dewi Pertiwi Maha atas dukungan, kritik dan saran

dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

8. Teman-teman angkatan 2007 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara yang telah sama- sama berjuang dan saling memberikan

dukungan dalam proses belajar mengajar dapat menyelesaikan proposal

dan penelitian karya tulis ilmian.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih

banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasanya. Oleh karena itu, kritik

dan saran yang bersifat membangun demi menyempurnakan Proposal dan Hasil

Penelitian Karya Tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang.

Akhir saya mengharapkan semoga penelitian Karya Tulis Ilmiah ini dapat

membawa manfaat terutama bagi saya sendiri dan para pembaca.

Medan, 12 Desember 2010

(8)

DAFTAR ISI

2.1. Perubahan Ginjal SelamaKehamilan... ... 4

2.2. Proteinuria... 5

2.2.1. Definisi Proteinuria ... 5

2.2.2. Patofisiologi Proteinuria ... 5

2.2.3. Protein Fisiologis ... 7

2.2.4. Protein Patologis ... 7

2.3. Pre-eklamsia ... 8

2.3.1. Definisi Pre-eklamsia ... 8

2.3.2. Etiologi dan Faktor Risiko ... 9

2.3.3. Klasifikasi dan GejalaKlinis... 11

2.3.4. Perubahan Fisiologi

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 19

3.1. Kerangka Konsep ... 19

(9)

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian ... 21

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 22

4.5. Pengelolahan dan Analisis Data ... 23

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 5.1. Hasil penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Hasil Penelitian……….. 27

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden……… 28

5.2. Hasil Pembahasan 5.2. Gambaran Pre eklamsia dan Eklamsia dalam Kehamilan………….... 31

BAB 6 KESIMPULAN dan Saran 6.1. Kesimpulan………. 33

6.2. Saran……… 33

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(10)

DAFTAR GAMBAR

NOMOR JUDUL HALAMAN

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1 Kelompok Distribusi Pasien berdasarkan kadar

proteinuria……….………….. 28

Tabel 5.2 Kelompok Distribusi Pasien berdasarkan Tekanan Darah ………. 29

Tabel 5.3 Kelompok Umur Responden ………..…….. 29

Tabel 5.4 Kelompok Paritas Pasien………..……….. 30

Tabel 5.5 Kelompok Tekanan Darah sistol……….… 30

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 ; Daftar Riwayat Hidup

LAMPIAN II ; Surat Izin Penelitian

LAMPIRAN III : Ethical Clearence

LAMPIRAN IV ; Data Induk

(13)

ABSTRACT

Pre-eclampsia is a specific syndrome in pregnancy in which decrease organ

perfusion due to vasospasm and endothel activation. Proteinuria is one of the

triad in preeclampsia. Proteinuria is defined as 300 mg or more of protein in a

24-hour urine sample or dipstic +1 or more. The aim of this study was to learn the description of protenuria in pregnancy with preeclampsia/eclampsia in RSUP.

H. Adam Malik Medan from December 2009 until October 2010.

The methode used in this study was a descriptive retrospective study. Study

has been conducted in RSUP H Adam Malik, Medan from December 2009 until

October 2010. The sample was choosen by total sampling methode from medical

record. From 31 patient in Obstetric and Gynecology RSUP. H. Adam Malik

Medan, only 17 patient was in medical record. Data was analysed using SPSS

computer program and tabulation.

From the data of 17 patient thet we have, 11,76% patients of preeclampsia,

47,1% patients of severe pre eclampsia and 41,2 patients of eclampsia have

proteinuria. Primigravida patient who suffer preeclampsia/ eclampsia is 47,1%.

Percentage preeclampsia/ eclampsia patient with hypertension stage II is 64,7%.

(14)

ABSTRAK

Pre-eklamsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya

perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Proteinuria adalah satu dari

tiga tanda penting pada pre-eklamsia. Proteinuria didefinisikan sebagai

terdapatnya 300 mg atau lebih protein dalam urin 24 jam ataupun didapatkan

hasil +1 atau lebih. Tujuan utama dari penelitian kali ini adalah mengetahui

gambaran kadar proteinuria pada ibu hamil pre-eklamsia/eklamsia di RSUP. H.

Adam Malik Medan pada Desember 2009 – Oktober 2010.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif retrospektif.

Penelitian dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan pada Desember 2009 –

Oktober 2010. Subjek dipilih dengan metode total sampling berdasarkan data dari

rekam medis. Dari 31 pasien di bagian Obstetri dan Ginekologi terdapat 17

pasien yang terdata pada rekam medis. Data-data ini kemudian diolah dengan

program computer SPSS dan tabulasi.

Dari 17 data pasien yang ada, didapati proteinuria pada pre eklamsia

11,76%, pre eklamsia berat 47,1% dan eklamsia 41,2%. Pasien primigravida yang

menderita pre eklamsia/eklamsia sebanyak 47,1%. Dan persentase pasien pre

eklamsia /eklamsia yang menderita hipertensi derajat II sebanyak 64,7%.

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) memperkirakan di dunia setiap

menit perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan

kehamilan dan persalinan, dengan kata lain 1400 perempuan meninggal

setiap harinya atau lebih kurang 500.000 perempuan meninggal setiap

tahun karena kehamilan dan persalinan.

Kematian ibu di Indonesia merupakan peringkat tertinggi di negara

ASEAN, yang mana diperkirakan sedikitnya 18.000 ibu meninggal setiap

tahun, karena kehamilan atau persalinan. Hal ini berarti setiap setengah

jam seorang perempuan meninggal karena kehamilan atau persalinan,

yang mengakibatkan setiap tahun 36.000 balita menjadi anak yatim.

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menyebutkan

angka kematian ibu di Indonesia 396 per 100.000 kelahiran hidup. Dari

jumlah kematian ibu prevalensi paling besar adalah pre-eklampsia dan

eklampsia sebesar 12,9% dari keseluruhan kematian ibu (Siswono, 2003).

Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2002-2003)

angka kematian ibu adalah 307 per100.000 kelahiran hidup. Jika

dibandingkan dengan target yang ingin dicapai oleh pemerintah pada

tahun 2010 sebesar 125/100.000 kelahiran hidup angka tersebut masih

tergolong tinggi. Penyebab kematian ibu terbesar (58,1%) adalah

perdarahan dan eklamsia.

Sampai saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan belum dapat

turun seperti yang diharapkan. Menurut laporan Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada bulan Juli tahun 2005,

Angka Kematian Ibu (AKI) masih berkisar 307 per 100.000 kelahiran

hidup. Pemerintah sebenarnya telah bertekad untuk menurunkan Angka

Kematian Ibu (AKI) dari 390 per 100.000 kelahiran hidup Survey

(16)

100.000 pada tahun 1999, dan menurunkannya lagi menjadi 125 per

100.000 pada tahun 2010. Tetapi pada kenyataannya Angka Kematian Ibu

(AKI) hanya berhasil diturunkan menjadi 334 per 100.000 pada tahun

1997 menjadi 307 per 100.000 pada tahun 2003 menurut Survey

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI).

Depkes, 2005 Kematian ibu maternal di rumah sakit periode

2001-2005 cenderung menurun dari 7,5 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun

2001 menjadi 0,9 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2005. Namun

tahun 2004, kematian ibu maternal mengalami kenaikan tajam dari

sebelumnya 1,1 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 8,6 per 1.000 kelahiran

hidup. Jika dilihat dari golongan penyebab dari sakit, kasus obstetri

terbanyak pada tahun 2005 adalah disebabkan penyulit kehamilan,

persalinan dan masa nifas lainnya yaitu 56,09%, diikuti dengan kehamilan

yang berakhir abortus (26%). Sedangkan jika dilihat dari nilai CFR (Case

Fatality Rate), penyebab kematian terbesar adalah eklamsia dan

pre-eklamsia dengan CFR 2,35%, walaupun persentase kasusnya tidak tinggi

yaitu 4,91% dari keseluruhan kasus obstetri.

Menurut Poehjati, dkk (2003) jumlah AKI di Indonesia sangat

bervariasi yaitu tertinggi di NTB 1340 per 100.000 kelahiran hidup, Aceh

421 per 100.000 kelahiran hidup, Jawa Timur 98,9 per 100.000 kelahiran

hidup, Jawa Barat 490 per 100.000 kelahiran hidup, DIY 130 per 100.000

kelahiran hidup. AKI di Propinsi Sumatera Utara 315 per 100.000

kelahiran hidup. (Dinkes Sumut, 2005)

Pada tahun 2003 Angka Kematian Ibu di Kabupaten Samosir sebesar

488 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2004 angka

kematian ibu sebanyak 436 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah

persalinan tahun 2006 sebesar 3.073 orang dimana pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan yang berkompetensi sebanyak 2.385 orang dengan

jumlah Kematian Ibu sebanyak 22 orang (716 per 100.000 kelahiran

hidup), dimana jumlah kejadian perdarahan sebanyak 30 orang (1%) dan

(17)

meninggal 7 orang dan yang mengalami infeksi 5 orang (0,2%) dan

meninggal 4 orang.

Telah diketahui bahwa tiga penyebab utama kematian ibu dalam

bidang obstetri adalah pendarahan 45%, infeksi 15%, dan hipertensi

dalam kehamilan dan pre-eklampsia 13% (Roeshadi Haryono R, 2006).

Pada penelitian di RSUD. Dr. Pirngandi Medan. Simanjuntak

(1999) melaporkan angka kematian ibu penderita pre-eklamsia berat dari

tahun 1993 – 1997 adalah 4,65% dengan CFR (Case Fatality Rate) yang

meningkat hinggga 5,10%.

Menurut Williams (2005) pre-eklamsia adalah sindrom spesifik

kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan

aktivasi endotel. Proteinuria adalah satu dari tiga tanda penting pada

pre-eklamsia. Proteinuria didefinisikan sebagai terdapatnya 300 mg atau

lebih protein dalam urin 24 jam. Pada kehamilan normal tidak terjadi

proteinuria, kecuali kadang- kadang dalam jumlah yang kecil pada waktu

atau segera setelah persalinan berat. Dan telah mengukur ekskresi protein

pada 270 wanita normal selama kehamilan. Rerata ekskresi 24 jam

mereka adalah 115 mg dan batas atas (derajat kepercayaan 95 persen)

adalah 260 mg/hari. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada setiap

trimester. Kombinasi proteinuria dan hipertensi pada pre-eklamsia selama

(18)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dijadikan masalah untuk diteliti

adalah :

Bagaimana gambaran kadar protein dalam urin pada ibu hamil

pre-eklamsia dan eklamsia pada bulan Desember 2009 sampai dengan

Oktober 2010 di RSUP. H. Adam Malik Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari masalah dapat diambil tujuan dalam penelitian ini yaitu :

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran kadar protein dalam urin pada ibu hamil

pre-eklamsia dan eklamsia pada bulan Desember 2009 sampai

dengan Oktober 2010 di RSUP. H. Adam Malik Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Memperoleh data berapa kadar protein dalam urin pada ibu

hamil yang pre-eklamsia dan eklamsia pada bulan Desember

2009 sampai dengan Oktober 2010.

2. Mengetahui berapa besar angka kejadian ibu hamil

pre-eklamsia dan pre-eklamsia pada bulan Desember 2009 sampai

dengan Oktober 2010 di RSUP. H. Adam Malik Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan penyuluhan kepada tenaga kesehatan dan Dinas

Kesehatan untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat

tentang bahayanya pre-eklamsia dan eklamsia pada kehamilan.

2. Mengetahui gambaran angka kejadian ibu hamil yang

pre-eklamsia dan eklamsia.

3. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perubahan Fisiologi pada Ginjal Selama Kehamilan

Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi

dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang aterm.

Masa kehamilan dimulai dan konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil

normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari

pertama haid terahir (Guyton, 2007).

Menurut Williams (2005) terjadi perubahan pada ginjal selama kehamilan.

Ukuran ginjal sedikit bertambah besar selama kehamilan. Bailey dan Rollenston

(1971), misalnya menemukan bahwa ginjal 1,5 cm lebih panjang selama masa

nifas awal dibanding ketika diukur bulan kemudian. Laju filtrasi glomerulus

(GFR) dan aliran plasma ginjal (RPF) meningkat pada awal kehamilan, GFR

sebanyak 50 % pada awal trimester kedua, dan RPF tidak cukup banyak

(Chesley,1963; Dunlop,1981). Kalakrein, protease jaringan yang disintesis dalam

sel tubulus distal ginjal meningkat pada beberapa kondisi yang berhubungan

dengan meningkatnya perfusi glomerular pada individu yang tidak hamil. Selama

kehamilan konsentrasi kreatinin dan ureum plasma normalnya menurun akibat

meningkatnya filtrasi glomerulus. Sewaktu-waktu, konsentrasi urea dapat

menjadi sedemikian rendah sehingga mengesankan cendrung mengakumulasi air

dalam bentuk edema dependen, dapat terjadi pada malam hari, saat berbaring,

mereka memobilisasi cairan ini dan mengekskresikan lewat ginjal.

Dalam kehamilan reabsorbsi ditubulus tidak terjadi perubahan sehingga

lebih banyak dikeluarkan urea, asam urik, glukosa, asam amino, asam folik.

Proteinuria normalnya tidak terjadi selama kehamilan, kecuali kadang-kadang

dalam jumlah yang sangat kecil pada waktu atau segera setelah persalinan yang

berat (Wiknjosastro, 2006).

Higby dan rekan (1994) mengukur ekskresi protein pada 270 wanita

normal selama kehamilan. Rerata ekskresi 24 jam mereka adalah 115 mg dan

(20)

Tidak ada perbedaan yang signifikan pada tiap trimester. Mereka juga

menunjukan bahwa ekskresi albumin minimal dan berkisar antara 5 sampai 30

mg/hari.

Pada wanita tidak hamil dijumpai protein dalam urin sekitar 18 mg/jam.

Wanita hamil normal jumlah protein dalam urin bisa mencapai 300 mg/24jam.

Dikatakan patologis jika kadar protein dalam urinnya di atas 300 mg/24 jam.

Proteinuria dapat dideteksi dengan alat “dipstik reagents test”, tetapi dapat

memberikan 26% positif palsu karena adanya sel-sel pus atau negatif palsu

karena gravitasi <1030 dan pH ≥8. Untuk menghindari hal tersebut diagnosis

proteinuria dilakukan pada urin tengah (midstream) atau urin 24 jam (Tanjung,

2004)

2.2. Proteinuria

2.2.1. Definisi Proteinuria

Jumlah protein normal dalam urin adalah <150 mg/hari. Sebagian besar dari

protein merupakan hasil dari glikoprotein kental yang disekresikan secara

fisiologis oleh sel tubulus, yang dinamakan “protein Tamm-Horsfall”. Protein

dalam jumlah yang banyak diindentifikasikan adanya penyakit ginjal yang

signifikan (Davey, 2005).

Menurut Bawazier (2006) proteinuria didefinisikan sebagai terdapatnya

protein dalam urin manusia yang melebihi nilai normal yaitu lebih dari 150

mg/hari atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m2. Biasanya proteinuria baru

dikatakan patologis bila kadarnya melebihi 200 mg/hari pada beberapa kali

pemeriksaan dalam waktu yang berbeda. Ada yang mengatakan proteinuria

persisten jika protein urin telah menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya

biasanya hanya sedikit dari atas nilai normal.

2.2.2. Patofisiologi proteinuria

Menurut Bawazier (2006) Proteinuria dapat meningkat melalui salah satu cara

(21)

1. Perubahan permeabilitas glomerulus yang mengikuti peningkatan filtrasi dari protein plasma normal terutama albumin.

2. Kegagalan tubulus mengabsorbsi sejumlah kecil protein yang normal difiltrasi

3. Filtrasi glomerulus dari sirkulasi abnormal, Low Molecular Weight Protein (LMWP) dalam jumlah melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.

4. Sekresi yang meningkat dari makuloprotein uroepitel dan sekresi IgA (Imunoglobulin A) dalam respon untuk inflamasi.

Derajat proteinuria dan komposisi protein pada urin tergantung mekanisme

jejas pada ginjal yang berakibat hilangnya protein. Sejumlah besar protein secara

normal melewati kapiler glomerulus tetapi tidak memasuki urin. Muatan dan

selektivitas dinding glomerulus mencegah transportasi albumin, globulin dan

protein dengan berat molekul besar lainnya untuk menembus dinding glomerulus.

Jika sawar ini rusak, terdapat kebocoran protein plasma dalam urin (protein

glomerulus). Protein yang lebih kecil (<20kDal) secara bebas disaring tetapi

diabsorbsi kembali oleh tubulus proksimal. Pada individu normal ekskresi

kurang dari 150 mg/hari dari protein total dan albumin hanya sekitar 30 mg/hari ;

sisa protein pada urin akan diekskresi oleh tubulus (Tamm Horsfall,

Imunoglobulin A dan Urokinase) atau sejumlah kecil β-2 mikroglobulin,

apoprotein, enzim dan hormon peptida.

Dalam keadaan normal glomerulus endotel membentuk barier yang

menghalangi sel maupun partikel lain menembus dindingnya. Membran basalis

glomerulus menangkap protein besar (>100 kDal) sementara foot processes dari

epitel/podosit akan memungkinkan lewatnya air dan zat terlarut kecil untuk

transpor melalui saluran yang sempit. Saluran ini ditutupi oleh anion glikoprotein

yang kaya akan glutamat, aspartat, dan asam silat yang bermuatan negatif pada

pH fisiologis. Muatan negatif akan menghalagi transpor molekul anion seperti

albumin.

2.2.3. Protein Fisiologis

Menurut Bawazier (2006) Dalam mendiagnosis adanya kelainan atau

(22)

dalam keadaan fisiologis yang jumlahnya kurang dari 200 mg/hari dan bersifat

sementara. Pada keadaan demam tinggi, gagal jantung, latihan fisik yang kuat

dapat mencapai lebih dari 1 gram/hari. Proteinuria fisiologis dapat terjadi pada

masa remaja dan juga pada pasien lordotik ( ortostatik proteinuria).

2.2.4. Protein Patologis

Menurut Bawazier (2006) indikator perburukan fungsi ginjal merupakan

manifestasi dari penyakit ginjal. Dikatakan patologis bila protein dalam urin lebih

dari 150 mg / 24 jam atau 200 mg / 24 jam. 3 macam proteinuria patologis:

a. Proteinuria glomerulus

Bentuk ini hampir disemua penyakit ginjal, dimana albumin protein yang

dominan pada urin (60-90%) pada urin, sedangkan sisanya protein dengan berat

molekul rendah ditemukan hanya dalam jumlah sedikit. Ada 2 faktor utama

sebagai penyebab filtrasi glomerulus meningkat yaitu ketika barier filtrasi diubah

oleh penyakit yang dipengaruhi oleh glomerulus pada sejumlah kapasitas tubulus

yang berlebihan menyebabkan proteinuria. Dan faktor kedua yaitu peningkatan

tekanan kapiler glomerulus menyebabkan gangguan hemodinamik. Filtrasi

menyebabkan proteinuria glomerulus oleh tekanan difus yang meningkat tanpa

perubahan apapun pada permeabilitas intrinsik dinding kapiler glomerulus.

Akibat terjadinya kebocoran pada glomerulus yang berhubungan dengan

kenaikan permeabilitas membran basal glomerulus terhadap protein akan

menyebabkan timbulnya proteinuria. Contoh dari proteinuria glomerulus,

mikroalbuminuria (jumlah 30-300 mg/hari), normal: tidak lebih dari 30 mg/hari,

merupakan marker penurunan faal ginjal LFG dan penyakit kardiovaskular

sistemik. proteinuria klinis, jumlahnya 1-5 mg/hari.

b. Proteinuria tubular

Ditemukannya protein berat molekul rendah antara 100-150 mg/hari

terdiri atas β-2 mikroglobulin. Disebabkan karena renal tubular asidosis (RTA),

(23)

c. Overflow proteinuria

Ekskresi protein dengan berat molekul < 40000 Dalton → Light Chain

Imunoglobulin, protein ini disebut dengan protein Bences Jones. Terjadi karena

kelainan filtrasi dari glomerulus dan kemampuan reabsorbsi tubulus proksimal.

2.3. Pre eklamsia/Eklamsia 2.3.1. Definisi

Pre-eklamsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya

perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Proteinuria adalah satu dari

tiga tanda penting dari pre-eklamsia (Williams, 2005). Penyakit dengan

tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul pada kehamilan. Penyakit ini

umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan atau pada trimester terakhir

(Cunningham, 1995).

Pre-eklamsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,

bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dalam trias yaitu hipertensi,

proteinuria, dan edema. Ibu hamil tersebut tidak menunjukan tanda-tanda

kelainan vaskular atau hipertensi sebelumnya (Mochtar R, 1998).

Hacker, Moore (2001) pre-eklamsia dapat disebut sebagai hipertensi yang

diinduksi-kehamilan atau penyakit hipertensi akut pada kehamilan. Pre-eklamsia

tidak semata-mata terjadi pada wanita muda pada kehamilan pertamanya.

Sedangkan eklamsia didefinisikan sebagai penambahan kejang umum pada

sindrom pre-eklamsia ringan atau berat. Pre-eklamsia/eklamsia merupakan

kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang

terdiri dari trias yaitu hipertensi, proteinuria dan edema yang kadang-kadang

disertai konvulsi sampai koma.

Eklamsia didiagnosis bila pada wanita dengan kriteria klinis pre-eklamsia,

timbul kejang-kejang yang bukan disebabkan oleh penyakit neurologis lain

seperti epilepsi (Cunningham, F.Gary, 1995). Eklamsia adalah gejala

pre-eklamsia berat disertai dengan kejang dan diikuti dengan koma (Manuaba, 2007).

Menurut Wibowo dan Rachimhadi (2006) eklamsia timbul pada wanita

hamil atau dalam masa nifas dengan tanda – tanda pre-eklamsia. Pada wanita

(24)

Hipertensi adalah tekanan darah yang meningkat di atas tekanan darah normal.

Hipertensi dapat ditegakkan jika terdapat kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih

di atas tekanan yang biasa ditemukan atau mencapai 140 mmHg atau lebih, atau

terdapat kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih di atas tekanan yang biasa

ditemukan atau mencapai 90 mmHg atau lebih. Pengukuran tekanan darah

tersebut minimal dilakukan sebanyak dua kali dengan selang waktu enam jam

dalam keadaan istirahat. Edema adalah terdapatnya sejumlah besar cairan yang

abnormal pada ruang interstisial pada tubuh. Edema biasanya dapat dinilai dari

kenaikan berat badan, yaitu bila terjadi kenaikan berat badan sebanyak satu

kilogram per minggu, serta adanya pembengkakan pada daerah kaki, jari tangan,

dan wajah. Proteinuria adalah terdapatnya protein di dalam urin, yang dalam

keadaan normal seharusnya tidak ditemukan. Proteinuria dapat ditegakkan jika

ditemukan protein dengan konsentrasi lebih dari 0,3 g/liter dalam urin 24 jam,

ataupun didapatkan hasil 1+ atau 2+ pada pemeriksaan kualitatif terhadap urin

kateter atau midstream yang diambil minimal dua kali dengan selang waktu enam

jam.

2.3.2. Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab pre-eklamsia/eklamsia sampai sekarang masih belum diketahui.

Telah banyak teori yang menerangkan namun belum dapat memberi jawaban

yang memuaskan. Banyak teori-teori dikemukakan para ahli yang mencoba

menerangkan penyebabnya, oleh karena itu disebut “penyakit teori”. Namun

belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang ini

dipakai sebagai penyebab Pre-eklampsia adalah teori “iskemia plasenta”. Namun

teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit

ini. Rupanya tidak hanya satu faktor yang menyebabkan

pre-eklampsia/eklampsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering kali sukar

ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat (Mochtar, 1998).

Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari

kelainan tersebut di atas, sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai The disease

(25)

1. Peran prostasiklin dan tromboksan

Pada pre-eklamsia didapatkan kerusakan endotel vaskular, sehingga terjadi

penurunan produksi prostasiklin (PGI2) yang pada kehamilan normal

meningkat, aktivasi pengumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti

dengan trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III

sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan

tromboxan (TxA2) dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan

endotel.

2. Peran faktor imunologis

Pre-eklamsia sering terjadi pada kehamilan pertama. Hal ini dapat diterangkan

bahwa kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen

plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.

Dalam Artikasari (2009) ada beberapa data yang mendukung adanya sistem

imun pada penderita pre-eklamsia :

a. Beberapa wanita dengan pre eklamsia/eklamsia mempunyai komplek

imun dalam serum.

b. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen.

pada pre eklamsia/eklamsia dengan proteinuria.

3. Peran faktor genetik

Beberapa bukti yang menunjukan peran faktor genetik pada kejadian pre-

eklamsia antara lain:

a. Pre -eklamsia hanya terjadi pada manusia

b. Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekuensi pre-eklamsia pada

anak-anak dari ibu yang menderita pre-eklamsia

c. Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron Sytem (RAAS)

Faktor risiko pre-eklamsia meliputi kondisi medis yang berpotensi menyebabkan

kelainan mikrovaskular, seperti diabetes melitus, hipertensi kronis, dan kelainan

vaskular jaringan ikat, sindrom antibodi fosfolipid dan nefropati. Faktor risiko

lain berhubungan dengan kehamilan itu sendiri atau dapat spesifik terhadap ibu

atau ayah dari janin.

(26)

1. Faktor yang berhubungan dengan kehamilan

e. Riwayat pre-eklamsia pada keluarga

f. Nulipara

g. Pre-eklamsia pada kehamilan sebelumnya

h. Stres

2.3.3. Klasifikasi dan Gejala Klinis

Pre-eklamsia digolongkan ke dalam pre-eklamsia ringan dan pre-eklamsia

berat (Mochtar, 1998). Dengan gejala dan tanda sebagai berikut :

Pre-eklamsia ringan :

1. Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval

pemeriksaan 6 jam

2. Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval

pemeriksaan 6 jam

3. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu

4. Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus sampai 2 pada urin

kateter atau urin aliran pertengahan.

Menurut (Wibowo dan Rachimhadi, 2006) tanda pre-eklamsia dibagi atas :

Bila satu diantara gejala dan tanda diketemukan pada ibu hamil sudah dapat

(27)

1. Tekanan darah 160/110 mmHg atau tekanan darah diastolik >110 mmHg.

2. Oliguria, urin kurang dari 400 cc/24 jam

3. Proteinuria lebih dari 3 gr/liter

4. Keluhan subjektif

a. Nyeri epigastrium

b. Gangguan penglihatan

c. Nyeri kepala

d. Edema paru dan sianosis

e. Gangguan kesadaran

5. Pemeriksaan

a. kadar enzim hati meningkat disertai ikterus

b. perdarahan pada retina

c. trombosit kurang dari 100.000/mm

Peningkatan gejala dan tanda pre-ekalmsia berat memberikan petunjuk

akan terjadi eklamsia, yang mempunyai prognosa buruk dengan angka kematian

maternal yang tinggi.

Menurut Tanjung, 2004 bahwa pentingnya untuk deteksi proteinuria dalam

diagnosis dan penaganan hipertensi dalam kehamilan. Proteinuria merupakan

gejala yang terakhir timbul. Eklamsia dapat terjadi tanpa proteinuria. Proteinuria

merupakan indikator pada janin. Berat badan lahir rendah, kematian perinatal dan

resiko terhadap kematian ibu meningkat pada pre-eklamsia dengan proteinuria.

Kejang tanpa penyebab lain merupakan diagnosis eklamsia. Kejang merupakan

salah satu tanda dari gejala dan tanda gangguan serebral pada pre eklamsia.

Tanda – tanda serebral yang lain pada pre-eklamsia antara lain sakit kepala

(82,5%), pusing, tinnitus, gangguan visus (44,4), gangguan mental dan nyeri

perut(19%).

(28)

2.3.4. Perubahan Fisiologi Patologi

Pada pre-eklamsia terjadi vasokonsentrasi sehingga menimbulkan

gangguan metabolisme endorgan dan secara umum terjadi perubahan patologi -

anatomi (nekrosis, perdarahan dan edema). Pre-eklamsia dapat menganggu

banyak sistem organ vital (Manuaba, 1998).

Derajat keparahannya tergantung medis atau obsetri. Gangguan organ pada pre-

eklamsia meliputi (Wibowo dan Rachimhadi, 2006) :

1. Perubahan pada plasenta dan uterus

Menurunya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta.

Pada hipertensi yang lama akan terjadi gangguan pertumbuhan janin. Pada

hipertensi yang terjadi lebih pendek bisa menimbulkan gawat janin,

dikarenakan kurang oksigenasi. Kenaikan tonus otot uterus dan kepekaan

tanpa perangsangan sering didapatkan pada pre-eklamsia, sehingga mudah

terjadi partus prematurus. Kehidupan janin sangat tergantung pada keadaan

plasenta. Kesanggupan plasenta memberikan nutrisi dan gas yang dibutuhkan

janin tergantung kepada aliran darah ke plasenta. Kegagalan invasi trofoblas

gelombang kedua menyebabkan sebagian arteri spiralis terutama dalam

lapisan miometrium tidak mengalami dilatasi sehingga terjadi hipoperfusi

darah ke plasenta dan menyebabkan aktivasi/disfungsi endotel dan pembuluh

darah ibu. Aktivasi endotel menyebabkan dan memberikan kontribusi terhadap

terjadinya kelainan koagulasi dan fibrolisis.

2. Perubahan pada ginjal

Perubahan pada ginjal disebabkan aliran darah ke dalam ginjal menurun,

sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal

yang penting ialah dalam hubungan proteinuria dan retensi garam dan air.

Mekanisme retensi garam dan air belum diketahui benar, tetapi disangka

akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomerulus dan

tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada kehamilan penyerapan ini

meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi

glomerulus akibat spasmus arteriolus ginjal menyebabkan filtrasi natrium

(29)

demikian juga retensi air. Peranan kelenjer adrenal dalam retensi garam dan

air belum diketahui benar. Fltrasi glomerulus pada pre-eklamsia dapat

menurun sampai 50% dari normal sehingga menyebabkan diuresis turun. Pada

keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria. Pada ginjal terjadi kelainan

glomerulus dimana sel endotel mengalami hipertropi dan pembengkakan yang

disebut glomeruloendoteliosis. Klierens glomerular asam urat menurun

sehingga kadar asam urat di dalam darah meningkat. Kerusakan endotel

menyebabkan albumin bocor melalui glomerulus dan keluar melalui urine

(proteinuria) dan albumin juga keluar dari pembuluh darah (ekstravasasi) ke

ruang intersisisal sehingga terjadi hipoalbunemia sehingga tekanan onkotik

menurun dan terjadi hipovolemia dan hemokonsentrasi. Pada kehamilan

normal terjadi hipercalciuria, pada pre eklamsia/eklamsia sebaliknya terjadi

hipocalciuria. Natrium juga bisa terganggu sehingga terjadi retensi dan edema.

3. Perubahan pada retina

Pada pre-eklamsia tampak edema retina, spasme setempat atau menyeluruh

pada satu atau beberapa arteri jarang terjadi perdarahan atau eksudat.

Retinopati arteriosklerotik pada pre-eklamsia akan terlihat bilamana didasari

penyakit hipertensi yang menahun. Spasme arteri retina yang nyata

menunjukan adanya pre-eklamsia berat. Pada pre-eklamsia pelepasan retina

oleh karena edema intraokuler merupakan indikasi untuk pengakhiran

kehamilan segera. Biasanya retina akan melekat kembali dalam dua hari

sampai dua bulan setelah persalinan. Gangguan penglihatan secara tetap jarang

ditemukan. Skotoma, diplopia, dan ambliopia pada pre-eklamsia merupakan

gejala yang menunjukan akan terjadi eklamsia. Keadaan ini disebabkan oleh

perubahan aliran darah di dalam pusat penglihatan di kortek serebri atau

retina.

4. Perubahan pada otak

McCall melaporkan bahwa resistensi pembuluh darah pada hipertensi dalam

kehamilan lebih meninggi lagi pada pre-eklamsia. Walaupun demikian, aliran

ke otak dan pemakaian oksigen pada pre-eklamsia tetap dalam tetap dalam

(30)

untuk mengatur perfusi darah ke jaringan termasuk otak. Bila tekanan darah

melebihi batas, autoregulasi tidak dapat bekerja maka jaringan akan

mengalami perubahan, endotel akan mengalami kebocoran sehingga plasma

darah dan eritrosit akan keluar dari pembuluh darah ke jaringan ekstravaskuler

dan akan terjadi perdarahan bercak atau perdarahan intrakranial. Pada

hipertensi kronis terjadi hipertrofi pembuluh darah sehingga pada tekanan

darah yang sama pada hipertensi kronik bisa asimptomatik atau hanya sakit

kepala saja.

5. Perubahan pada paru-paru

Edema pulmonum bisa terjadi pada pre-eklamsia dan eklamsia, bisa

kardiogenik atau non kardiogenik dan biasanya timbul pada waktu post

partum. Edema pulmonum bisa terjadi karena pemberian cairan yang

berlebihan. Tekanan onkotik yang menurun karena albuminemia, penggunaan

kristaloid untuk menggantikan transfusi darah dan sintesis albumin yang

menurun dari hati. Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian

penderita pre-eklamsia. Komplikasi ini biasanya disebabkan oleh

dekompensasio kordis kiri.

6. Metabolisme air dan elektrolit

Hemokonsentrasi yang menyertai pre-eklamsia/eklamsia tidak diketahui

sebabnya. Terjadi pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke ruang

interstisial, diikuti oleh kenaikan hematokrit, protein serum meningkat dan

bertambahnya edema menyebabkan volume darah berkurang, viskositas darah

meningkat, waktu peredaran tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah di

berbagai aliran tubuh mengurang, dengan akibat hipoksia. Dengan perbaikan

keadaan, hemokonsentrasi berkurang sehingga turunnya hematokrit dapat

dipakai sebagai ukuran tentang berhasilnya pengobatan. Jumlah air dan

natrium pada penderita pre-eklamsia lebih banyak daripada wanita hamil

biasa. Kadar kreatinin dan ureum pada pre-eklamsia tidak meningkat kecuali

jika oliguria atau anuria. Protein serum total, perbandingan albumin globulin

dan tekanan osmotik plasma menurun pada pre-eklamsia, kecuali pada

(31)

7. System kardiovaskuler

Volume plasma pada pre-eklamsia menurun dengan penyebab yang tidak

diketahui. Timbulnya hipertensi karena pelepasan vasokontriktor yang

dihasilkan sebagai kompensasi terhadap hipoperfusi darah pada uterus. Pada

pre-eklamsia terjadi kenaikan cardiac output dengan peningkatan tahanan

perifer yang tidak sesuai. Terjadinya hipertensi disebabkan vasokontriksi

pembuluh darah yang menyebabkan resisitensi vaskuler perifer meningkat.

Vasokontriksi terjadi karena hiperesponsif dari pembuluh darah terhadap

vasokontiktor terutama terhadap angiotensin II. Endotel menghasilkan sitokin

yang menurunkan aktivitas antioksidan.

8. Aktivasi trombosit

Trombosit memegang peranan penting dalam menjaga integritas pembuluh

darah dengan menutup luka dimana terjadi kerusakan endotel. Jika ada

kerusakan endotel, sistem koagulasi dan trombosit akan diaktivasi. Trombosit

akan melekat (adhesi) dengan membran basalis yang terpapar, kemudian akan

terjadi agregasi trombosit selanjutnya akan terbentuk plak trombosit - fibrin

(thrombus) disekitar luka dan restraksi bekuan sehingga luka benar – benar

tertutup. Pada pre-eklamsia terjadi aktivasi trombosit yang ekstensif

dibandigkan dengan HN. Pada kehamilan dibutuhkan jumlah trombosit yang

lebih besar. Pada pre-eklamsia jumlah kebutuhan ini lebih besar lagi karena

adanya kerusakan endotel. Kerusakan endotel menyebabkan aktivasi trombosit

dilanjutkan dengan agregasi dan pembentukan trombus. Jika kebutuhan ini

tidak dipenuhi maka jumlah trombosit akan menurun dan menimbulkan

sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated, Liver enzym, Low platelet).

Meningkatnya ekspresi CD63 pada trimester I merupakan faktor resiko akan

terjadinya pre eklamsia terutama bila disertai dengan peningkatan tekanan

darah diastolik (Konijinenberg dkk,1997)

2.3.5. Diagnosis

Diagnosis awal harus diutamakan bila diinginkan angka morbiditas dan

(32)

didasarkan atas adanya 2 dari trias tanda utama, yaitu hipertensi, edema dan

proteinuria. Dan pada eklamsia ditandai dengan adanya hipertensi dan kejang.

Hal in berguna untuk kepentingan statistik, tetapi dapat merugikan penderita

karena tiap tanda dapat merupakan kendatipun ditemukan tersendiri. Untuk

menegakkan diagnosis perlu dilakukan uji diagnositik pada pre-eklamsia

(Wibowo dan Rachimhadi, 2006).

1. Uji diagnostik dasar

a. Pengukuran tekanan darah

b. Analisis protein dalam urin

c. Pemeriksaan edema

d. Pengukuran tinggi fundus uteri

e. Pemeriksaan funduskopik

2. Uji laboratorium dasar

a. Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi

eritrosit pada sediaan apus darah tepi)

b. Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat

aminotransferase, dan sebagainya).

c. Pemeriksaaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).

2.3.6. Penatalaksanaan

Tujuan dasar penatalaksanaan untuk setiap kehamilan dengan penyulit pre-

eklamsia adalah (Cunningham, 2005):

1. Terminasi kehamilan dengan trauma sekecil mungkin bagi ibu dan janinnya.

2. Lahirnya bayi yang kemudian dapat berkembang.

3. Pemulihan sempurna kesehatan ibu.

Penanganan menurut berdasarkan klasifikasinya (Mochtar, 1998):

1. Pre-eklamsia Ringan

Pengobatan hanya bersifat simtomatis selain rawat inap, maka penderita dapat

dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang lebih sering, misalnya 2 kali

seminggu. Penanganan pada penderita rawat jalan atau rawat inap adalah dengan

(33)

tidak dianjurkan, karena obat ini tidak begitu bermanfaat, bahkan bisa menutupi

tanda dan gejala pre-eklamsia berat. Dengan cara tersebut pre-eklamsia ringan

jadi tenang dan hilang, ibu hamil dapat dipulangkan dan diperiksa ulang sering

dari biasa.

Pre-eklamsia Berat - Eklamsia

a. Kehamilan kurang dari 37 minggu

1) Berikan suntikan sulfas magnetikus dengan dosis 8 gr intramuskular,

kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4 gr intramuskular setiap 4

jam.

2) Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas megnestikus

dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai kriteria pre-eklamsia

ringan

3) Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor, serta

berat badan ditimbang seperti pada pre-eklamsia ringan, sambil

mengawasi timbulnya lagi gejala.

4) Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi

kehamilan dengan induksi partus atau tindakan lain tergantung

keadaan

b. Kehamilan lebih dari 37 minggu

1) Penderita dirawat inap

a. Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi

b. Berikan diit rendah garam dan tinggi protein

c. Berikan suntikan sulfus magnesikus 8 gr intramuskular

d. Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam

e. Infus dektrosa 5% dan Ringer laktat

2) Berikan obat anti hipertensi

3) Diuretika tidak diberikan kecuali bila terdapat edema

4) Segera pemberian sulfas magnestikus kedua, dilakukan induksi partus

dengan atau tanpa amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin 10

(34)

5) Jangan berikan methrgin postpartum, kecuali bila terjadi perdarahan

yang disebabkan atonia uteri

6) Kala II dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forsep, jadi ibu

dilarang untuk mengedan

7) Bila ada indikasi obsetrik dilakukan seksio sesarea

Menurut Wibowo dan Rachimhadi (2006) penanganan pre-eklamsia berat harus

ditangani dengan aktif. Pada penderita yang masuk ke rumah sakit sudah dengan

tanda dan gejala pre-eklamsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat untuk

mencegah timbulnya kejang-kejang. Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut

sudah diatasi, dapat dipikirkan cara yang terbaik untuk menghentikan kehamilan.

Tindakan ini perlu untuk mencegah terjadinya bahaya eklamsia.

Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang-kejang dapat diberikan:

1. Larutan sulfas magnesikus 40 % sebanyak 10 ml (4 gram) disuntikan

secara intramuskular.

2. Klorpromazin 50 mg intramuskular

3. Dizepam 20 mg intramuskular.

Penggunaan obat hipotensif pada pre-eklamsia berat perlu dilakukan karena

dengan menurunkasn tekanan darah kemungkinan kejang dan apopleksia serebri

menjadi lebih kecil. Apabila terdapat oliguria, sebaiknya penderita diberi glukosa

20% secara intravena.

2.3.7 Komplikasi

Komplikasi terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah

melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre-eklamsia dan eklamsia.

Komplikasi dibawah ini yang biasa terjadi pada pre-eklamsia berat dan eklamsia

(Wibowo dan Rachimhadi, 2006) :

1) Solusio plasenta

Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih

sering terjadi pada pre-eklamsia.

(35)

Biasanya terjadi pada pre-eklamsia berat. Oleh karena itu dianjurkan untuk

pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.

3) Hemolisis

Penderita dengan pre-eklamsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala

klinik hemolisis yang dikenal dengan ikterus. Belum diketahui dengan pasti

apakah ini merupakan kerusakkan sel hati atau destruksi sel darah merah.

Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsi penderita

eklamsia dapat menerangkan ikterus tersebut.

4) Perdarahan otak

Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita

eklamsia.

5) Kelainan mata

Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai

seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina. Hal

ini merupakan tanda gawat akan terjadi apopleksia serebri.

6) Edema paru-paru

Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena

bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang ditemukan abses

paru-paru.

7) Nekrosis hati

Nekrosis periportal hati pada pre-eklamsia/eklamsia merupakan akibat

vasospasme arteriole umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklamsia, tetapi

ternyata juga dapat ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat

diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.

8) Sindroma HELLP yaitu haemolysis, elevated liver enzymes dan low platelet

Merupakan sindrom kumpulan gejala klinis berupa gangguan fungsi hati,

hepatoseluler (peningkatan enzim hati [SGPT,SGOT], gejala subjektif [cepat

lelah, mual, muntah, nyeri epigastrium]), hemolisis akibat kerusakan membran

eritrosit oleh radikal bebas asam lemak jenuh dan tak jenuh. Trombositopenia

(<150.000/cc), agregasi (adhesi trombosit di dinding vaskuler), kerusakan

(36)

9) Kelainan ginjal

Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma

sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur yang lainnya. Kelainan

lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.

10) Komplikasi lain

Lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang- kejang

pneumonia aspirasi dan DIC (disseminated intravascular cogulation). DIC

adalah penyakit gangguan sistem koagualsi terutama gangguan thrombin.

Karekteristik dari DIC adalah meningkatnya produksi thrombin dalam

pembuluh darah disertai dengna meningkatnya keluar-masuk fibrinogen dan

trombosit. Gejala DIC mirip dengan sindroma HELLP dimana terjadi

gangguan thrombin tetapi pada mikroangiopati gangguan utama adalah

pemakaian trombosit meningkat, tetapi kadar fibrinogen normal dan tidak

ada koagulopati.

11) Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin.

(37)

Ibu hamil menderita Pre-eklamsia dan Eklamsia

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang

menderita pre-eklamsia dan eklamsia di RSUP H. Adam Malik Medan pada

Desember 2009 – Oktober 2010.

(38)

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Proteinuria pada kehamilan

Definisi : Ditemukannya protein dalam urin pada ibu selama kehamilan

diatas batas normal yaitu 300 mg atau dengan pemeriksaan

kualitatif +1 atau lebih.

Cara ukur : Mengukur secara kualitatif protein dalam urin ibu hamil yang

menderita Pre-eklamsia dan Eklamsia. Metode yang digunakan

dengan cara pemanasan urin (water bath) dideteksi dengan asam

asetat untuk melihat kekeruhan pada urin.

Alat ukur : Data hasil Rekam Medis

Hasil : Proteinuria +1 atau lebih

Skala Pengukuran : Numerik

3.2.2. Pre-eklamsia dan eklamsia

Definisi : Ibu hamil menderita Pre-eklamsia dan Eklamsia adalah ibu hamil

dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang

timbul karena kehamilan.

Cara Ukur : Menentukan ibu hamil dan mempunyai gejala 2 dari 3 gejala

diatas yaitu edema, proteinuria dan hipertensi. Jika Eklamsia

ditambah dengan gejala kejang – kejang.

Alat Ukur : Data dari Rekam Medis

Hasil : Jumlah penderita Pre eklamsia dan Eklamsia

(39)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan rancangan penelitian

retrospektif untuk menilai kadar protein dalam urin pada ibu hamil pre eklamsia

dan eklamsia. Pendekatan yang akan digunakan pada desein penelitian ini adalah

cross sectional study, di mana pengumpulan data berdasarkan data Rekam Medis.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, Medan.

Penelitian akan dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2010.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah ibu hamil yang menderita pre-eklamsia dan

eklamsia yang dirawat inap di RSUP. H. Adam Malik, Medan. Perkiraan sampel

yang akan diambil menggunakan total sampling, yaitu semua populasi yang

ditemukan dijadikan sampel pada penelitian ini mulai Desember 2009 sampai

dengan Oktober 2010.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder berupa

rekam medis yang diperoleh dari bagian tata usaha penyakit Obstetri dan

Ginekologi RSUP H. Adam Malik, Medan pada rentang bulan Desember 2009 -

31 Oktober 2010. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat data-data yang

(40)

4.5 Pengelolahan dan Analisa Data

Seluruh data yang didapat dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk

tabel dengan perhitungan distribusi frekuensi menggunakan SPSS for windows 17

(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Kota Medan merupakan ibukota Propinsi Sumatera Utara.

Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah dengan

topografi yang cenderung miring ke Utara dan menjadi tempat

pertemuan dua sungai penting yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan

laut. Kota Medan memiliki batas empat wilayah yaitu ; sebelah utara

berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan

wilayah Kabupaten Deli Serdang, sebelah timur berbatasan dengan

wilayah Kabupaten Deli Serdang dan sebelah barat berbatasan dengan

wilayah Kabupaten Deli Serdang.

Sebagai wilayah administrasi pemerintahan tingkat kota, Kota

Medan terdiri dari 21 wilayah kecamatan, 151 kelurahan, 1.999

lingkungan dengan luas wilayah 265,10 km² atau 3,6% dari total

wilayah Propinsi Sumatera Utara. Jumlah penduduk di Kota Medan

adalah sebesar 2.018.361 jiwa, yang terdiri dari penduduk pria sebanyak

1.001.547 jiwa (49,65%) dan penduduk wanita sebanyak 1.016.814 jiwa

(50,35%).

Dari sumber Yankes Dinas Kesehatan Kota Medan, data fasilitas

kesehatan Kota Medan tahun 2005 menunjukkan terdapat 8 buah rumah

sakit umum pemerintah dan salah satunya merupakan RSUP H Adam

Malik Medan. RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit

milik Depkes RI sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan regional I

(Prov. NAD, Sumut, Sumbar dan Kepulauan Riau). Rumah sakit ini

beralamat di Jl Bunga Lau 17, Medan, 00000, Indonesia. Penelitian kali

ini dilakukan di ruang rawat inap bahagian kebidanan RSUP H Adam

(42)

dimana mempunyai beberapa kamar yang terpisah dan setiap kamar

mengandung 4 buah katil pasien bagi kelas 2 atau 6 buah katil pasien

bagi kelas 3. setiap kamar juga dilengkapi dengan 2 kamar mandi.

Jumlah pasien obstetri per hari berada dalam lingkungan 4-5 orang.

5.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Responden terdiri dari ibu hamil di rumah sakit umum pusat H Adam

Malik Medan. Data yang ditemukan pada Medical Record sejumlah 17

responden.

5.2.1 Kelompok Distribusi penyakit Responden

Populasi penelitian adalah pasien rawat inap Obstetri dan

ginekologi di RSUP H. Adam Malik, Medan. Data yang diambil

mulai Desember 2009 - Oktober 2009 berjumlah 31 orang dan

telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober

2010. Akan tetapi, data yang ditemukan di ruang medical record

hanya ditemukan sebanyak 17 orang.

Tabel 5.1

Kelompok Distribusi Penyakit Berdasarkan Kadar Proteinuria

Responden Jumlah Kadar Proteinuria tidak ada data

- +1 +2 +3 +4

Eklamsia 7 1 1 4 1 - -

PEB 8 1 - 3 1 2 1

PE 2 1 1 - - - -

(43)

Tabel 5.2

Kelompok Distribusi Penyakit Berdasarkan Tekanan Darah

Responden Normal Pre Hipertensi I Hipertensi II tdk

hipertensi ada data

PE - - 1 1 -

PEB - 1 - 7 -

Eklamsia 1 - 2 3 1

Total 1 1 3 11 1

5.2.2 Kelompok Usia Responden

Berdasarkan hasil analisis mengikut kriteria usia yang telah

dikelompokkan, didapatkan bahwa sebanyak 3 orang (17,6%)

berusia dibawah sama dengan 20 tahun, sebanyak 10 orang (58,8)

berusia antara 21-35 dan sebanyak diatas sama dengan 35 tahun 4

orang (23,5%).

Tabel 5.3

Kelompok Usia Responden

Kelompok Usia Jumlah Persentase

≤20 3 17,6

21-35 10 58,8

≥35 4 23,6

Total 17 100

5.2.3 Kelompok Distibusi Gestasi Responden

Berdasarkan hasil analisis mengikut kriteria gestasi yang telah

dikelompokkan, didapatkan bahwa sebanyak 8 orang (47,1%)

primigravida, sebanyak 7 orang (41,2%) multigravida dan tidak

(44)

Tabel 5.4

Kelompok Distribusi Gestasi Responden

Kelompok Gestasi Jumlah Persentase

Primigravida 8 47,1

Multigravida 7 41,2

Tidak ada data 2 11.8

Total 17 10

5.2.4 Kelompok Tekanan Darah Responden

Dari hasil analisis didapatkan tekanan darah sistol yang tidak

ada data sebanyak 1 orang ( 5,9%), normal sebanyak 1 orang

(5,9%) diikuti dengan pra hipertensi sebanyak 1 orang (5,9%),

hipertensi derajat I sebanyak 3 orang (17,6%) dan hipertensi

derajat II sebanyak 11 orang (64,7 %).

Tabel 5.5

Tekanan Darah Sistol pada Responden

Tekanan Darah Jumlah Persentase

Tidak ada data 1 5,9

Normal 1 5,9

Pra Hipertensi 1 5.9

Hipertensi derajat I 3 17,6

Hipertensi derajat II 11 64,7

Total 17 100

Untuk tekanan darah diastol, dari hasil analisis didapatkan

tekanan darah diastol yang tidak ada data sebanyak 1 orang

(45)

hipertensi sebanyak 1 orang (5,9%), hipertensi derajat I

sebanyak 2 orang (11,8%) dan hipertensi derajat II sebanyak 11

orang (64,7 %).

Tabel 5.6

Tekanan Darah Diastol pada Responden

Tekanan Darah Jumlah Persentase

Tidak ada data 1 5,9

Normal 2 11,6

Pra Hipertensi 1 5.9

Hipertensi derajat I 2 11,8

Hipertensi derajat II 11 64,7

Total 17 100

5.2.5 Proteinuria dalam Kehamilan

Dari hasil analisis didapatkan bahwa kelompok yang tidak ada data pada

rekam medis sebanyak 1 orang (5,9%), proteinuria yang negatif

sebanyak 3 orang (17,8 %) dan proteinuria positif sebanyak 13 orang

(76,5%).

Tabel 5.8

Proteinuria dalam Kehamilan

Proteinuria Jumlah Persentase

Tidak ada data 1 5,9

Proteinuria Negatif 3 17,8

Proteinuria Positif 13 76,5

(46)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Gambaran Proteinuria pada Ibu Hamil Pre-eklamsia dan Eklamsia

Berdasarkan hasil penelitian di RSUP. H. Adam Malik Medan

hanya mampu mengumpulkan 17 orang data pasien di rekam medis dari

31orang yang terdapat di bangsal bagian Obgyn. Gambaran proteinuria

pada pasien ibu hamil yang menderita pre-eklamsia 41,2%, pre-eklamsia

berat 47,1% dan eklamsia 11,8%. Dilaporkan juga dari penelitian ini

bahwa gambaran proteinuria banyak terjadi pada ibu hamil yang

menderita pre-eklamsia berat.

Menurut Wibowo dan Rachimhadi, 2006 proteinuria dapat

ditegakkan jika ditemukan protein dalam dengan konsentrasi lebih dari

0,3 g/liter dalam 24 jam, ataupun didapatkan hasil +1 atau lebih pada

pemeriksaan kualitatif terhadap urin kateter atau midstream yang

diambil minimal dua kali dengan selang waktu 6 jam.

Menurut Tanjung, 2004 deteksi proteinuria penting dalam

diagnosis dan penanganan hipertensi dalam kehamilan . proteinuria

merupakan gejala yang terakhir timbul. Eklamsia dapat terjadi tanpa

proteinuria. Proteinuria pada pre-eklamsia merupakan indikator adanya

bahaya pada janin. Berat badan lahir rendah dan kematian perinatal

meningkat pada pre-eklamsia dengan proteinuria.

Penelitian Yuliawati, 2001 menemukan 34,4% pre-eklamsia

terjadi pada ibu yang berusia < 20 tahun dan > 35 tahun. Usia kehamilan

pertama dan terlalu tua dapat meningatkan kejadian pre eklamsia karena

pada usia muda organ belum berfungsi dengan baik dan pada usia tua

(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah:

Pasien pre-eklamsia dan eklamsia di RSUP. H. Adam Malik, Medan yang

terdapat proteinuria positif pada pre-eklamsia sebesar 11,7%, pre-eklamsia

berat 47,1% dan Eklamsia 41,17%. Pasien primigravida yang menderita pre

eklamsia/eklamsia di RSUP. H adam Malik Medan sebanyak 47,1%.

Persentase pasien pre eklamsia dan eklamsia di RSUP. H. Adam Malik

Medan yang menderita hipertensi derajat II sebanyak 64,7%

6.2 SARAN

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam

menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang

mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian

ini. Adapun saran tersebut, yaitu:

1. Diharapkan kepada pihak RSUP H. Adam Malik Medan, khususnya

dokter dan paramedis yang bertugas di bagian penyakit obgyn agar

mencantumkan secara lengkap identitas pasien seperti: umur, jenis

kelamin, pekerjaan, pendidikan, status ekonomi, tempat tinggal, suku dan

hasil pemeriksaan secara lengkap di dalam rekam medis, selain itu berat

badan dan tinggi badan juga harus dicantumkan untuk mengetahui faktor

resiko dari pasien serta pencatatan data ke dalam rekam medis harus

dilakukan secara jelas, terstruktur dan rapi.

2. Diharapkan kepada pihak RSUP. H. Adam Malik untuk menata kembali

proses birokrasi dan surat menyurat, sehingga dalam pengambilan data

mahasiswa tidak mengalami kesulitan.

3. Diharapkan kepada pasien untuk memeriksakan kehamilan untuk

mengetahui faktor risiko pre-eklamsia/eklamsia dan perkembangan efek

(48)

4. Diharapkan kepada ibu hamil menjaga pola makan yang bergizi dan gaya

hidup untuk menghindari faktor risiko kejadian pre-eklamsia dan

eklamsia

5. Bagi penelitian selanjutnya agar lebih memperdalam cakupan

penelitiannya sehingga dapat lebih bermanfaat dalam perkembangan ilmu

pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran dan kesehatan selain itu

untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan sampel yang lebih

banyak.

6. Diharapkan pihak rumah sakit mau berkerja sama dalam membantu

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Amirruddin, R., 2010. Issu Mutakhir Tentang Komplikasi Kehamilan

(Preeklampsia Dan Eklampsia).

Available from :

Artikasari, K., 2008. Hubungan Antara Primigravida dengan Angka Kejadian

Pre eklamsia/Eklamsia.

Available from :

2010].

Bawazier, L.A,. 2007. Proteinuria. Dalam: Sudoyo A.W., Setiyohadi, B., Alwi,

I., K Simadibrata, M., Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi

4. Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 519-521.

Castro C. L., 2004. Chapter 15. Hypertensive Disorders of Pregnancy. In :

Essential of Obstetri and Gynecology. 4th Ed. Philadelphia :

Elsivlersaunders, 200.

Cunningham, F.G,. 2005. Obstetri Williams: Gangguan Hipertensi dalam

Kehamilan. Edisi 21. Jakarta: EGC, 624-640.

Cunningham, F.G,. 2005. Obstetri Williams: Adaptasi Ibu Terhadap Kehamilan.

Edisi 21. Jakarta: EGC, 202-206.

Davey, P., 2003. At a Glace Medicine: Sindrom Nefrotik dan Nefritik. Jakarta:

Erlangga, 124-125.

Depkes RI, 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005 .

Dina, S., 2003. Luaran Ibu dan Bayi pada penderita Pre eklamsia Berat dan

Eklamsia dengan atau Sindrom Hellp.

(50)

Maret 2010].

Guyton, A., & Hall, J.E., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran : Kehamilan dan

Laktasi . Jakarta: EGC, 1080.

Lintang, L.S., 2003. Gambaran Fraksi Protein Darah Pada Preeklampsia Dan

Hamil Normotensif.

Available From :

2010]

Manuaba, I.B.G., 1998. Penyulit yang Menyertai Kehamilan. Dalam : Setiawan.

ed. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & keluarga Berencana untuk

Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC, 239-252.

Manuaba, I.B.G., 1998. Fisiologi Kehamilan. Dalam : Setiawan.ed. Ilmu

Kebidanan, Penyakit Kandungan & keluarga Berencana untuk Pendidikan

Bidan. Jakarta: EGC, 109-111.

Mochtar, R., 1998. Sinopsis Obsetri Fisiologi- Obsetri Patologi : Toksemia

Gravidarum. Edisi 2. Jakarta: EGC, 195-198.

Notoatmodjo, S., 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta,

79-92.

Rachimhadhi, T., dan Wibowo, B., 2006. Pre eklamsia dan Eklamsia. Dalam:

Prawirohardjo, S. ed. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo, 281-300.

Rozikhan. 2007. Faktor – Faktor Risiko Terjadi Pre eklamsia Berat di Rumah Sakit

Dr. H. Soewondo Kendal.

Available From :

[Accesed 25 Nopember

(51)

Sastroasmoro S., 2008. Dasar - Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 3.

Jakarta : Sanggung Seto, 92- 125.

Sastroasmoro S., 2008. Dasar - Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 3.

Jakarta : Sanggung Seto, 302-315.

Suhariadi, D., 2005. Strategi Penurunan Kejadian PE Melalui Pendekatan Study

Kasus dan Metode Multiple Kriteria Utility Assesment)

Available From :

[Accesed 25 Nopember 2010]

Tanjung, T.M., 2004. Preeklamsia : Hubungan Perubahan Kadar Faktor

Fibrinolisi Darah Ibu dengan Kadar Gas Darah Tali Pusat. Edisi 1. Medan: Pustaka Bangsa Press.

Wiknjosastro, H., 2006. Perubahan Anatomik dan Fisiologik pada Wanita Hamil.

Dalam: Prawirohardjo, S., ed. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina

(52)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ofia Vincentia

Tempat / Tanggal Lahir : Bangkinang, 23 Oktober 1988

Agama : Islam

Alamat : Jl. Dr. Sumarsono, No 18, Kompleks Perumahan

Dosen, Medan, 20154

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1995 lulus Taman Kanak-Kanak

Muhamaddyah Aisyah

2. Tahun 2001 lulus Sekolah Dasar 009 Langgini

3.Tahun 2004 lulus Sekolah Menegah Pertama

Negeri II Bangkinang, Kampar

4. Tahun 2007 lulus Sekolah Menengah Atas Negeri

1 Bangkinang, Kampar

Riwayat Pelatihan : 1. Workshop RJPO, Traumatologi dan Intubasi

PIM FK USU

2. Panitia Penyambutan Mahasiswa Baru Tahun

2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara

Riwayat Organisasi : ahli PKPMI

(53)

Kelompok Distribusi Responden berdasarkan Kadar Proteinuria

Pasien jumlah negatif +1 +2 +3 +4 tidak ada data

Eklamsia 7 org 1 1 4 1 - -

PEB 8 org 1 - 3 1 2 1

PE 2 org 1 1 - - - -

Total 17 org 3 2 7 2 2 1

Kelompok Distribusi Responden berdasarkan umur Statistics

Umur

N Valid 17

Missing 0

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ≤20 tahun 3 17.6 17.6 17.6

21-35 tahun 10 58.8 58.8 76.5

≥ 35 tahun 4 23.5 23.5 100.0

Total 17 100.0 100.0

Kelompok Distribusi Gestasi Responden Statistics

Gestasi

N Valid 17

Gambar

Gambaran  kadar protein dalam urin ibu hamil
Tabel 5.1 Kelompok Distribusi Penyakit Berdasarkan Kadar Proteinuria
Tabel 5.2 Kelompok Distribusi Penyakit Berdasarkan Tekanan Darah
Tabel 5.4 Kelompok Distribusi Gestasi Responden
+2

Referensi

Dokumen terkait

bekerja dan tidak bekerja berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pernikahan dan pengalaman pelatihan kerja Berdasarkan pohon klasifikasi yang

Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa pemahaman dan kesadaran akan perilaku yang tidak baik dan pengaruh dari teman sebaya memberikan kontribusi terhadap

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cara SPS Batik ini dalam berkomunikasi dengan orang tua anak didik mereka dengan memfasilitasi buku Penghubung sebagai dokumentasi

Sinar Sosro Kp Solo 2 adalah sebaiknya Sebaiknya perusahaan dapat lebih memperhatikan keinginan konsumen, jangan hanya fokus terhadap produk utamanya, dan

Peserta yang diundang menghadiri tahap pembuktian kualifikasi adalah pimpinan perusahaan yang tertera di dalam Akta atau staff yang diberikan kuasa oleh pimpinan

d. Bagi pengusul yang tidak menyerahkan Laporan Akhir Pengabdian Masyarakat hingga batas waktu yang telah ditentukan, wajib mengembalikan semua dana yang telah

Hendra, Agus W, dan Diyah Pujiati, “Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba pada Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia”. The

Hasil uji kelompok II dengan paired sample t-tes diperoleh p=0,000 yang berarti ada pengaruh pemberian stretching terhadap penurunan nyeri akibat delayed onset