PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP ORGANISASI SOSIAL KEPEMUDAAN
(Studi Deskriptif pada Majelis Pimpinan Cabang Organisasi Pemuda
Pancasila di Jl. Rangkuti No.7 Kabupaten Simalungun)
SKRIPSI
JHON WIDODO PURBA 030905010
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Abstrak
Persepsi masyarakat terhadap organisasi kepemudaan. (studi deskriptif pada Majelis Pimpinan Cabang Organisasi Pemuda Pancasila Jl. Rangkuti No.7 Kabupaten Simalungun. Skripsi ini terdiri dari 5 Bab 98 Halaman, lampiran, foto, peta dan surat penelitian.
Penelitian ini ditujukan untuk melihat secara keseluruhan Organisasi Pemuda Pancasila. Aspek yang dilihat tersebut berupa latar belakang dan sejarah berdirinya Organisasi Pemuda Pancasila Kabupaten Simalungun, visi dan misi, ideologi, struktur, tugas, wewenang dan tanggung jawab serta yang terpenting bagaimana persepsi masyarakat menilai Organisasi Pemuda Pancasila di Simalungun. Selain itu, penelitian ini nantinya ditujukan untuk melihat bagaiman hubungan yang tercipta antara Organisasi Pemuda Pancasila dengan masyarakat di Jl. Rangkuti No.7 Kabupaten Simalungun. Dan bagaimana bentuk hubungan tersebut dalam konteks politik.
Hasil penelitian ini menjelaskan Organisasi MPC Pemuda Pancasila Simalungun terdapat berbagai pendapat masyarakat yang bekerja di berbagai bidang sekitar sekretariat kantor Organisasi Pemuda Pancasila mengenai kinerja, fungsi, peran serta Pemuda Pancasila dalam masyarakat untuk mengayomi, menjaga ketertiban, hal-hal negatif perkelahian antar Organisasi Pemuda Pancasila dengan organisasi Pemuda lain atau diluar organisasi.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan
rahmatNya yang senantiasa menyertai dan memberkati dalam menyelesaikan
perkuliahan sampai pada saat penyusunan skripsi yang berjudul Persepsi masyarakat
terhadap organisasi kepemudaan. (studi deskriptif pada Majelis Pimpinan Cabang Organisasi Pemuda Pancasila Jl. Rangkuti No.7 Kabupaten Simalungun.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana
dari Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini banyak hambatan yang dihadapi. Hal ini,
karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dalam menulis, kepustakaan dan
materi penulisan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan
skripsi ini dimasa yang akan datang sangat penulis harapkan.
Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Prof Dr. M Arif Nasution, selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Humaizi, MA selaku pembantu Dekan I atas Fasilitas yang telah
diberikan kepada penulis.
3. Bapak Drs. Zulkifli Lubis, MA Selaku Ketua Departemen Antropologi pada
4. Bapak Drs. Irfan Simatupang, Msi selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dan memberikan kontribusi teoritis dan metodologis dalam
penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
atas seluruh kebijaksanaan, bimbingan, ketulusan dan kesediaan dalam penulisan
skripsi hingga selesai.
5. Bapak Drs. Ermansyah, MHum selaku Dosen Penasehat Akademik yang selalu
mendorong penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. seluruh Staf pengajar Departemen Antropologi Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membekali penulis
dengan ilmu pengetahuan.
7. Bapak DR (HC) Boyke Sinaga selaku ketua Organisasi Pemuda Pancasila
Kabupaten Simalungun yang telah menerima saya penelitian di sekretariat.
Membantu penulis melakukan penelitian, memberikan masukan motivasi bagi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, serta pengalaman penelitian yang beliau
berikan kepada penulis.
8. Kepada seluruh informan penelitian, masyarakat Lorong 20 dan tokoh masyarakat
yang bersedia memberikan informasi akurat sehingga, penelitian ini dapat
diselesaikan. Tidak dapat diungkapkan betapa besarnya jasa dan pengorbanan
untuk penulis.
9. Penghargaan terima kasih dan rasa cinta yang sebesar-besarnya penulis
persembahkan untuk Ayah tercinta St. L Purba dan Ibu tersayang M Haloho yang
dan Adek-adek tercinta Jamiken Purba, Ssi, Enny Purba, Spd, Fenny Purba, Amd,
Lensfran Purba dan Yanti Astrelina Purba yang menjadi semangat inspirasi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10.Kepada kerabat Antropologi’03 terima kasih kepada teman-teman atas dukungan
dan persahabatannya Firdaus, Paskah, Forman (sahabat maen Futsal), Novita
(thanks buat nasehat dan sarannya), Maria (Thanks buat motivasinya), Palty,
Ibnu, Anis dan juga kepada yang lainnya tidak dapat disebut satu-persatu.
11.Kepada teman-teman kost Sumber Dame No.13 Suseno, Amd, Roy, Indra,
Gonggom (Dansat Usu) dan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu terima kasih
atas persahabatan dan kenangannya.
12.Kepada teman seperjuangan kost Harmonika No. 34 terima kasih buat semangat
dan ilmu yang diberikan kepada penulis khususnya Ismael, Hendra Sarumaha,
Jery dan Martupa.
13.Kepada Kelompok kecil Getsemany UKMK Usu (K’Handayani, Kasimo, Diana,
Rotua dan Jhon Widodo Purba agar semakin bertumbuh dalam iman.
14.Terima kasih dan teristimewa diucapkan kepada Pariban Yunita Damanik atas
pengertian, semangat dan dukungan sprituil yang selalu dicurahkan kepada
penulis dalam menyelesaikan studi.
15.Kepada UKMK Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
yang telah membantu penulis dalam pertumbuhan rohani, menguatkan penulis
agar semangat menghadapi segala cobaan dan berserah kepada God. Juga terimah
kasih kepada Persekutuan Doa Maranatha Jl. Harmonika No. 48 yang membantu
Akhir kata atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis
mendoakan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberikan dan melimpahkan
karunianya kepada kita semua. Besar harapan penulis kiranya skripsi ini bermanfaat
bagi pembaca.
Medan, Februari 2008
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah ... 1
I.2 Perumusan Masalah ... 5
I.3 Lokasi Penelitian ... 5
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
I.5 Landasan Teoritis ... 7
I.6 Metode Penelitian ... 19
I.6 Analisis Data ... 21
BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIMALUNGUN DAN ORGANISASI KEPEMUDAAN MPC PEMUDA PANCASILA II.1 Sejarah Asal Usul Kabupaten Simalungun ... 22
II.2 Letak Geografis Kab Simalungun ... 32
II.3 Sejarah singkat Berdirinya Organisasi Pemuda Pancasila ... 33
II.4 Wewenang, tugas dan struktur Organisasi MPC PP ... 34
II.5 Sumber keuangan dan kelengkapan Organisasi MPC PP ... 37
II.6 Lambang dan Atribut Organisasi Pemuda Pancasila. ... 39
BAB III KEBERADAAN ORGANISASI KEPEMUDAAN PEMUDA PANCASILA KABUPATEN SIMALUNGUN III.1 Keanggotaan Organisasi MPC PP Simalungun ... 41
III.2 Tugas dan Fungsi Organisasi Kepemudaan Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila ... 43
BAB IV KASUS-KASUS ORGANISASI PEMUDA PANCASILA
KABUPATEN SIMALUNGUN TERHADAP INTERNAL DAN EKSTERNAL ORGANISASI
IV.1 Eksternal Organisasi ... 51
IV.2 Internal Organisasi ... 55
IV.3 Kasus-kasus yang terjadi dalam Organisasi Pemuda pancasila .. 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan ... 68
V.2 Saran... 70
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Abstrak
Persepsi masyarakat terhadap organisasi kepemudaan. (studi deskriptif pada Majelis Pimpinan Cabang Organisasi Pemuda Pancasila Jl. Rangkuti No.7 Kabupaten Simalungun. Skripsi ini terdiri dari 5 Bab 98 Halaman, lampiran, foto, peta dan surat penelitian.
Penelitian ini ditujukan untuk melihat secara keseluruhan Organisasi Pemuda Pancasila. Aspek yang dilihat tersebut berupa latar belakang dan sejarah berdirinya Organisasi Pemuda Pancasila Kabupaten Simalungun, visi dan misi, ideologi, struktur, tugas, wewenang dan tanggung jawab serta yang terpenting bagaimana persepsi masyarakat menilai Organisasi Pemuda Pancasila di Simalungun. Selain itu, penelitian ini nantinya ditujukan untuk melihat bagaiman hubungan yang tercipta antara Organisasi Pemuda Pancasila dengan masyarakat di Jl. Rangkuti No.7 Kabupaten Simalungun. Dan bagaimana bentuk hubungan tersebut dalam konteks politik.
Hasil penelitian ini menjelaskan Organisasi MPC Pemuda Pancasila Simalungun terdapat berbagai pendapat masyarakat yang bekerja di berbagai bidang sekitar sekretariat kantor Organisasi Pemuda Pancasila mengenai kinerja, fungsi, peran serta Pemuda Pancasila dalam masyarakat untuk mengayomi, menjaga ketertiban, hal-hal negatif perkelahian antar Organisasi Pemuda Pancasila dengan organisasi Pemuda lain atau diluar organisasi.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa muda adalah suatu fase dalam siklus kehidupan manusia yang berproses
kearah perkembangan dan perubahan yang bersifat tradisional kebentuk-bentuk atau
fase-fase berikutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat (1997:120)
yang menyebutnya sebagai “daur hidup” yang memiliki makna sebagai beberapa
bentuk kehidupan yang akan dilalui oleh setiap individu. Contohnya masa bayi, masa
kanak-kanak, masa remaja, masa puber, masa sesudah menikah, masa kehamilan,
masa lanjut usia dan lain-lain. Sebagaimana dikatakan oleh Taufik Abdullah (1974)
bahwa kehadiran generasi muda bukan semata-mata gejala demografis, tetapi juga
gejala sosiologis dan histories yang memandang generasi muda tidak hanya mengisi
sebuah episode generasi baru dalam sebuah komunitas masyarakat, tetapi merupakan
subjek potensial bagi sebuah perubahan pada komunitas itu sendiri.
Kabupaten Simalungun merupakan berpenduduk heterogen, memiliki sifat
pluralisme entitas masyarakatnya dan memiliki sejumlah organisasi kepemudaan
yang berada secara formal memiliki legalitas keberadaannya. Salah satu diantaranya
adalah Organisasi Pemuda Pancasila (PP). Persepsi masyarakat sangat ditentukan
oleh motif, sistem nilai, pengalaman dan kemampuan berpikir sehingga Organisasi
Kepemudaan (OKP) sangat penting eksistensinya.
1. Peranan pemuda mempunyai makna dan nilai-nilai yang strategis serta signifikan
dalam menentukan masa depan bangsa.
2. Pemuda merupakan prototipe ideal sebagai generasi penerus karena mempunyai
semangat, keteguhan cita-cita, ketegasan sikap, visi yang konsisten dan jelas.
3. Eksistensi pemuda selalu menjadi simbol progresifitas, pelopor dan penentu arah
dinamika suatu bangsa.
Perbedaan antara kedua tipologi pemuda dan masyarakat adalah pergeseran dari
homogenitas masyarakat rural yang tradisional kepada masyarakat urban perkotaan
yang cenderung floral. Keberadaan para pemuda pada bentuk masyarakat kota yang
modern umumnya memilki jumlah yang sangat banyak dan memiliki sifat
eksklusifitas antara yang satu dengan yang lainnya. Para pemuda yang terorganisir
pada bentuk masyarakat perkotaan inilah yang dikenal sebagai gerakan-gerakan
pemuda, himpunan pemuda, kesatuan muda-mudi dan lain-lain yang istilah
populernya adalah Organisasi Kepemudaan (OKP).
Sebagai bagian dari masyarakat, generasi muda merupakan sebuah entitas yang
tentunya terkontruksi dari kebudayaan masyarakat. Bentuk kontruksi ini merupakan
pemahaman yang dibangun secara ideologis kolektif yang kemudian mengacu kepada
praktek sosiologis para pemuda, kontruksi yang dibangun ini didasarkan atas
kebutuhan dan tuntutan dari masyarakat berdasarkan tipologi masyarakat itu sendiri.
Pada bentuk masyarakat tradisional (peseant) umumnya gerakan-gerakan para
pemuda terorganisir dalam bentuk yang implisit.
Pada bentuk masyarakat yang lebih maju (modern), pergerakan dan keberadaan
para pemuda terorganisir kedalam lembaga-lembaga atau badan-badan kepemudaan
yang sifatnya formal dan dilegitimasi oleh pemerintah. Formalitas dan legalitas ini
terlihat dengan adanya penggunaan atribut, simbol-simbol, otoritasi wilayah, struktur
keanggotaan dan lain-lain.
Sebagai salah satu bentuk organisasi yang terdapat di Kabupaten Simalungun
yang berkarakter masyarakat perkotaan, tentunya eksistensi Organisasi Pemuda
Pancasila sebagai organisasi Kepemudaan tidak terlepas dengan bentuk interaksinya
dengan masyarakat. Bentuk interaksi disini dapat diterjemahkan sebagai
bentuk-bentuk hubungan yang muncul antara Organisasi Pemuda Pancasila sebagai sebuah
organisasi dengan ekslusifitas komunalnya dengan masyarakat yang notabenenya
adalah kesatuan kebudayaan dari teritorial Kabupaten Simalungun secara
keseluruhan.
Merupakan sebentuk gejala atau fenomena sosial yang cukup menarik untuk
dapat diterjemahkan secara Antropologis, karena tidak dapat dipungkiri bahwa variasi
kuantitas Organisasi Kepemudaan (OKP) yang terdapat didalam struktur masyarakat
Simalungun tentunya saling mempengaruhi sebagai bentuk keseluruhan yang disebut
seorang Ahli Antropolog Levi Strauss yang mengatakan “….a whole structure” yang
mengacu kepada teori struktural fungsional mengenai keberadaan dan keterkaitan
setiap aspek yang ada pada suatu Masyarakat.
Dilihat dari aspek generasi, maka pembinaan dan pengembangan pemuda
menjadi lebih penting, karena pemuda merupakan generasi penerus cita-cita
melalui Organisasi Pemuda. Seiring dengan perkembangan jaman Organisasi Pemuda
juga mengalami perkembangan, hal ini dapat dilihat dengan berdirinya
organisasi-organisasi pemuda khususnya yang ada di Kabupaten Simalungun, seperti: Organisasi
pemuda pancasila (PP), Organisasi Ikatan Pemuda Karya (IPK), Organisasi Angkatan
Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), Organisasi Remaja Mesjid, Organisasi
Karang Taruna dan lain-lain.
Pada dasarnya keberadaan organisasi-organisasi pemuda tersebut dimaksudkan
untuk menjadi wadah penempatan diri para pemuda dalam rangka persiapan
memasuki kehidupan yang sebenarnya ditengah-tengah masyarakat dan juga sebagai
wadah komunikasi dan pemersatu generasi muda, namun dalam beberapa hal mereka
kadang-kadang mengabaikan tugas dan kewajibannya.
Organisasi Pemuda itu jarang digunakan sebagai wadah penempaan diri dalam
rangka persiapan memasuki kehidupan yang sebenarnya di tengah-tengah masyarakat
dan juga tidak digunakan sebagai wadah pembinaan dan pengembangan pemuda.
Tetapi organisasi pemuda itu seolah-olah digunakan sebagai wadah untuk
memamerkan kekuatan. Sehingga antara organisasi pemuda yang satu dengan
organisasi pemuda yang lain seolah-olah tidak menyatu, tetapi mereka saling
bersaing. Hal ini terjadi karena emosi pemuda-pemuda ini masih kurang stabil masih
mudah terombang-ambing dan mungkin juga akibat pengaruh modernisasi sehingga
mereka mau melakukan hal-hal yang mencemaskan keluarga dan masyarakat yang
terjadinya perkelahian antar organisasi pemuda yang satu dengan organisasi pemuda
yang lainnya yang dapat mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Hal inilah yang terjadi
judul ”Persepsi Masyarakat Terhadap Organisasi Sosial Kepemudaan (OKP)”
(Studi Deskriptif Organisasi pada Majelis Pimpinan Cabang Organisasi Pemuda
Pancasila di Jl. Rangkuti No.7 Kabupaten Simalungun).
B. Perumusan Masalah
Perumusan Masalah sangat penting agar diketahui arah jalannya penelitian. Hal
ini sejalan dengan pendapat Arikunto (1992 : 7) yang mengatakan agar penelitian
dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga penulis merumuskan masalah
dengan jelas.
Berdasarkan defenisi di atas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Untuk mengkaji bagaimana keberadaan organisasi kepemudaan Pemuda Pancasila
(PP) di Kabupaten Simalungun hal ini tentunya hubungan kondisi yang tercipta
antara Organisasi Pemuda Pancasila dengan masyarakat Kabupaten Simalungun.
2. Bagaimana dampak dari Organisasi Pemuda Pancasila di Simalungun itu sendiri
terhadap lingkungan didalam (Internal) organisasi sesama Anggota Pemuda
Pancasila dan diluar (Eksternal) organisasi lainnya yaitu Masyarakat.
3. Bagaimana Latar Belakang sejarah berdirinya Organisasi Pemuda Pancasila di
Kabupaten Simalungun dan aspek apa saja yang dimiliki organisasi tersebut.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Jl. Rangkuti S, No.7 Kabupaten
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Menetapkan tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting karena setiap
penelitian yang dilakukan haruslah mempunyai tujuan tertentu. Menurut Arikunto
(1996:52) : ”Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya
suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai”. Maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui peranan Organisasi Pemuda khususnya Organisasi Pemuda
Pancasila terhadap masyarakat di Kabupaten Simalungun.
2. Latar belakang dan juga sejarah berdirinya Organisasi Pemuda Pancasila, visi
dan misi, ideologi, atribut dan lain-lain.
3. Penelitian nantinya dapat melihat dan membandingkan bagaimana hubungan
yang tercipta antara Organisasi Pemuda Pancasila dengan masyarakat
Simalungun dan bagaimana bentuk hubungan tersebut dalam konteks Sosial
dan Politik.
2. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan memiliki manfaat yang hendak dicapai agar
hasil dari penelitian dapat memberikan sumbangsih bagi pembaca nantinya. Manfaat
penelitian ini dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan kepada para pemuda agar dapat menggunakan Organisasi
Pemuda tersebut sebagai wadah penempaan diri dalam persiapan memasuki
2. Dapat memperkaya referensi atau wawasan tentang pembahasan menegenai
Organisasi Kepemudaan yang ditinjau dari sudut pandang Antropologisnya.
3. Bermanfaat sebagai acuan untuk menciptakan Organisasi Kepemudaan yang
benar-benar positif, intelektual, bermartabat dan berguna bagi bangsa dan negara
karena sering di temukan berbagai gejala/stigma perorangan juga kelompok yang
memberikan dampak kesan negatif terhadap bentuk-bentuk Organisasi
Kepemudaan khususnya Organisasi Pemuda Pancasila.
E. Landasan Teoritis
Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami seseorang dalam
memahami informasi tentang dunia atau lingkungan melalui penglihatan, perasaan,
penghayatan dan lain-lain. Persepsi seseorang itu berbeda-beda karena, sebagai
makhluk individu setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan
tingkat pengetahuan dan pemahamannya. Bertambah tinggi tingkat pengetahuan dan
pemahaman seseorang terhadap objek yang dipersepsikan maka semakin baik bentuk
persepsi orang tersebut terhadap objek.
Untuk lebih jelas dibawah ini terdapat beberapa pengertian persepsi yang
dikemukakan oleh para ahli yaitu :
1. Soemanto menyatakan bahwa persepsi merupakan bayangan yang menjadi kesan
yang dihasilkan dari pengamatan. Defenisi ini menekankan bahwa persepsi
merupakan hasil yang ditangkap dari mengamati suatu objek apa yang dituju.
2. Sondang P Siagian menyatakan persepsi adalah apa yang ingin dilihat oleh
3. William James menyatakan persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita
peroleh dari lingkungan yang diserap oleh panca indera serta sebagian lainnya
diperoleh dari pengolahan ingatan dan diolah kembali berdasarkan pengalaman
yang dimiliki.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu :
1. Diri orang yang bersangkutan. Apabila seseorang melihat dan berusaha
memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya, ia dipengaruhi oleh
karakteristik yang berpengaruh pada sikap, motif, kepentingan, minat dan
pengalaman.
2. Sasaran persepsi tersebut. Sasaran itu mungkin berupa orang, benda atau
peristiwa sifat-sifat itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang
melihatnya.
3. Faktor situasi. Persepsi harus dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam
situasi mana persepsi timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan
faktor yang turut berperan dalam penumbuhan persepsi seseorang.
Selain itu terdapat juga macam bentuk-bentuk persepsi yaitu :
Persepsi masa lampau yang disebut sebagai persepsi (tanggapan) ingatan.
Persepsi masa sekarang disebut juga sebagai persepsi (tanggapan) imaginatif.
Persepsi masa mendatang disebut juga sebagai persepsi (tanggapan) antisipatif.
Sehingga ditarik kesimpulan defenisi persepsi (Tanggapan) merupakan hasil
hubungan antar manusia dengan lingkungan dan kemudian di proses dalam alam
minat, sikap, intelegasi. Dimana, hasil penilaian terhadap apa yang diinderakan akan
mempengaruhi tingkah laku.
Menurut Thoha (1994:138), Persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh
setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungan dan budayanya baik
lewat penglihatan, pendengaran, perasaan. Mahmud (1990:41) mengatakan bahwa
persepsi merupakan menafsirkan stimulus yang telah ada didalam otak. Rakhmat
(1991:51) mendefenisikan persepsi sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan sehingga persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi
(sensory stimuli).
Masyarakat adalah kumpulan dari individu yang hidup dan tinggal bersama
dalam suatu wilayah tertentu dimana setiap individu menyadari bahwa mereka adalah
suatu kesatuan dan memeliki norma-norma, aturan tertentu yang telah disepakati
bersama dan kebudayannya tersendiri. Bila dikombinasikan antara persepsi dan
masyarakat maka, penulis memberikan defenisi bahwa persepsi masyarakat adalah
sebuah proses dimana kelompok individu yang hidup dan tinggal bersama dalam
wilayah tertentu memberikan tanggapan terhadap hal-hal objek tertentu yang
dianggap menarik dari lingkungan tempat tinggal.
Menurut Effendi, ada sebuah teori tentang persepsi yang sering disebut teori
”S-O-R”. Teori ini adalah singkatan dari stimulus-organism-response dan bila
disesuaikan antara teori ini dengan penelitian yang penulis lakukan maka, ada tiga
1. Stimulus : yaitu bagaimana persepsi/tanggapan masyarakat terhadap Organisasi
Kepemudaan (OKP) khususnya Organisasi Pemuda Pancasila di
Kabupaten Simalungun.
2. Organism : yaitu masyarakat yang berada di Kabupaten Simalungun.
3. Response : bagaimana persepsi (tanggapan) masyarakat terhadap kinerja
Organisasi Pemuda Pancasila di Kabupaten Simalungun.
Istilah organisasi berasal dari bahasa Yunani yang artinya ”Organon” yang
berarti ”alat” (Supardi dan Anwar, 2002). Dalam mendefenisikan organisasi terdapat
bermacam pendapat para ahli-ahli yang satu sama lain berbeda pendapat dari sudut
pandang yaitu :
1. Organisasi berasal dari perkataan ”Organsime” yang artinya suatu struktur dengan
bagian yang demikian di integrasikan hingga hubungan mereka satu sama lain
dipengaruhi oleh hubungan mereka dengan keseluruhan. Jadi, organisasi terdiri
dari dua bagian yang paling pokok yakni bagian-bagian dan hubungan-hubungan
(G.R Terrys, 2004).
2. Organisasi merupakan suatu sistem kegiatan kerja sama dari dua orang atau lebih
atau sesuatu yang tidak terwujud dan tidak bersifat perorangan sebagian besar
mengenai hal hubungan sosial (Chesster Bernard, 2004).
3. Organisasi sosial merupakan sebuah proses penggabungan pekerjaan yang harus
dilaksanakan oleh orang-orang atau kelompok dengan kekuasaan yang diperlukan
untuk sebuah pelaksanaan sehingga kewajiban yang dilaksanakan dapat
usaha yang efisien, teratur, positif dan terkoordinir (John Priffinerr dan Owen
Lane, 2004).
Untuk mendapatkan pengertian yang jelas tentang persepsi masyarakat, kita
dapat berpodaman kepada batasan-batasan yang dikemukakan oleh para ahli yaitu:
C.S.T. Kansil (1986:30) memberikan defenisi: ”Persatuan manusia yang timbul dari
kodrat yang sama itu disebut masyarakat”. Hal ini sesuai dengan pendapat
Muhammad Ali (1989:244) yang mengemukakan :”Masyarakat adalah pergaulan
hidup manusia, sehimpunan manusia yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan
ikatan-ikatan aturan yang tertentu”. Jadi dengan demikian, masyarakat itu terbentuk
apabila ada dua orang atau lebih yang hidup bersama dan yang saling mempengaruhi
akibat dari timbulnya berbagai hubungan atau pertalian dalam hidupnya.
Masyarakat dapat dilihat sebagai sekumpulan orang yang saling berinteraksi
dan saling menyatu karena ikatan tertentu. Ikatan ini merupakan pola tingkah laku
yang khas mengenai semua faktor kehidupannya dalam batas kesatuan itu. Pola itu
bersifat mantap dan secara terus-menerus, sehingga dilihat sebagai adat istiadat diri
mereka sebagai kesatuan. Hal ini sesuai dengan pendapat ahli D. A. Wila hury
(1986:42) yang mengatakan: ”Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang
hidup dan berinteraksi dalam waktu yang lama berdasarkan pola yang khas yang
dipandang sebagai adat istiadat yang bersifat kontiniu”. Hal ini juga didukung oleh
pendapat Koentjaraningrat Ahli Antropologi (1996:122) yang menyatakan bahwa
”Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan adat
Dari defenisi tersebut diketahui bahwa dalam hidup bermasyarakat terdapat
hubungan yang saling mempengaruhi dan langsung secara terus-menerus dalam
pergaulan hidupnya dimana anggotanya terasa terikat oleh suatu rasa kebersamaan
diantara anggota masyarakat disebabkan adanya hasrat-hasrat yang mereka miliki.
Hasrat-hasrat kemasyarakatan tersebut antara lain adalah keinginan untuk memenuhi
kebutuhan, keinginan untuk membela diri, keinginan untuk mengadakan keturunan,
keinginan untuk bergaul, keinginan untuk berjuang dan sebagainya.
Adapun keinginan masyarakat untuk bergaul itu adalah merupakan hasrat
masyarakat untuk bergabung dengan orang-orang tertentu. Dari berbagai pendapat
yang sudah diuraikan diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa defenisi dari
masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang saling berinteraksi dan terikat oleh
adat istiadat bersama.
a. Pengertian Organisasi.
Pada dasarnya atau sesuai dengan kodratnya, manusia adalah makhluk sosial
bermasyarakat, sehingga pada dasarnya pula manusia itu tidak bisa hidup wajar
dengan menyendiri. Hampir sebagian besar tujuan manusia akan terpenuhi apabila
manusia itu berhubungan dengan manusia atau orang lain. Hal ini terutama kali
disebabkan karena adanya kerterbatasan sifat kodrati manusia itu sendiri serta adanya
pembatasan yang dihadapi manusia didunia ini dalam mencapai tujuannya.
Dalam usahanya untuk bermasyarakat itu, maka orang pergi berkelompok atau
memasuki organisasi juga demi mencapai kepuasan lahir/batin serta meningkatkan
diri. Kelompok atau organisasi itu menjadi himpunan manusia dengan berbagai
diakui kelebihannya oleh anggota-anggota atau sebagian besar angota-anggotanya
terutama dalam mempengaruhi dan menggerakkan usaha bersama untuk mencapai
sesuatu tujuan yang telah ditetapkan.
Secara umum, organisasi adalah kelompok manusia yang berkumpul dalam
suatu wadah yang mempunyai tujuan yang sama dan bekerja sama untuk mencapai
tujuan itu. Menurut pendapat Muhammad Ali (1991:278) mengatakan: ”Organisasi
adalah susunan dan aturan dari berbagai bagian organ dan sebagainya. Sehingga
merupakan kesatuan yang teratur”. Selanjutnya M. Taylor dan H.Mears (1990:88)
mengatakan Organisasi adalah wadah sekumpulan orang yang menggabungkan diri
denga tujuan tertentu, perhimpunan terdiri atas beberapa anggota atau ribuan anggota
yang bersifat internasional atau lokal, akan tetapi semua anggotanya menggabungkan
diri dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi.
Dari kedua pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Organisasi
adalah perhimpunan orang-orang yang merupakan kesatuan yang teratur untuk
mencapai tujuan tertentu sesuai dengan cita-cita sesuai anggotanya dimana tujuan
tersebut dicantumkan didalam anggaran dasar organisasi tersebut. Seseorang
memasuki kelompok atau organisasi adalah karena mengharapkan tercapainya suatu
kepuasan baik kepuasan fisik (seperti mendapat imbalan uang, barang, makan, dan
sebagainya), maupun kepuasan non fisik/batin (seperti pujian, kelegaan, penghargaan,
dan sebagainya). Pentingnya peranan organisasi masyarakat dalam mensukseskan
pembangunan nasional maka pengorganisasian pembinaannya termasuk pemilihan
b. Pengertian pemuda/generasi muda
Kita sering menggunakan istilah pemuda atau generasi muda dalam kehidupan
kita sehari-hari. Untuk mengetahui pengertian dari istilah pemuda/generasi muda ini
penulis berpedoman pada pendapat para ahli. Menurut Muhammad Ali (1989:258):
”Muda diartikan belum sampai setengah umur, belum cukup umur”. Maka dari
pengertian ini dapat disimpulkan bahwa pengertian muda itu difokuskan pada usia
dengan batas tertentu penggolongannya seperti pada anak-anak dan remaja.
Sedangkan menurut N. Daldjoni (1974:35) Generasi adalah: ”Keseluruhan
individu dalam bermasyarakat yang sebenarnya sebagai akibat pengalaman yang
mirip dan keterikatan yang sama, bersikap kritis terhadap generasi atasnya”. Dari
pengertian ini dapat di simpulkan bahwa generasi menunjukkan tempat atau
kedudukan mereka bersama sebagai kelompok usia. Generasi muda adalah
keseluruhan orang yang mempunyai usia belum setengah umur dan mempunyai
kesamaan dalam masa hidupnya akibat pengalaman yang mirip dan keterikatan yang
sama bersikap kritis terhadap generasi.
Pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga seperti ruang lingkup tempat
pemuda berada diperoleh 3 kategori yaitu :
1. Siswa usia 6-18 tahun, masih ada dibangku sekolah.
2. Mahasiswa di Universitas perguruan tinggi usia antara 18-25 tahun.
3. Pemuda diluar lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi usia antara 15-30
tahun.
Dengan melihat batasan-batasan unsur generasi muda yang diuraikan diatas,
umur generasi muda pada umumnya, khususnya dalam tulisan ini diambil kesimpulan
bahwa batas usia pemuda itu adalah antara 15-30 tahun.
c. Pengertian Organisasi Pemuda
Dari pengertian organisasi dan pengertian pemuda yang telah diuraikan di atas
maka penulis menyimpulkan pengertian dari Organisasi Pemuda adalah perkumpulan
atau perhimpunan para generasi muda yang merupakan kesatuan yang teratur unutuk
mencapai tujuan tertentu sesuai dengan cita-cita dari anggotanya diman tujuan
tersebut dicantumkan didalam anggaran dasar dari organisasi tersebut.
Banyak organisasi pemuda yang di Kabupaten Simalungun seperti Organisasi
Pemuda Ikatan Pemuda Karya, organisasi Pemuda Pancasila, Remaja Mesjid,
Organisasi Pemuda Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia dan lain-lain. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi para generasi muda memasuki Organisasi
Pemuda diantaranya :
Faktor Internal
Adalah faktor yang berasal dari dalam diri generasi muda, yaitu faktor individu.
Faktor individu yang ada pada diri si anak yaitu bakat akan berkembang positif
maupun berkembang negatif adalah tergantung pada bimbingan yang diperoleh
individu atau generasi muda. Bakat yang membawa si anak dapat dikatakan baik jika
anak itu benar-benar dibimbing dan diawasi. Dengan demikian juga sebaliknya jika
seorang anak berbakat dan berorganisasi, ia dapat menyalurkan bakatnya melalui
Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah merupakan faktor yang datangnya dari luar diri generasi
muda yaitu lingkungan dan lingkungan masyarakat yang turut memberi pengaruh
terhadap perkembangan pembawaan dari kehidupannya. Pada dasarnya
organisasi-organisasi pemuda itu didirikan atau dibentuk adalah sebagai wadah penempaan diri
para kawula muda dalam rangka persiapan memasuki kehidupan yang sebenarnya
dimasyarakat, sehingga nantinya para kaula muda mempunyai peranan yang penting
dalam masyarakat.
Melalui berbagai aktifitas di harapkan organisasi-organisasi pemuda itu dapat
membuka cakrawala, pandangan dan wawasan pemikiran generasi muda sebagai
bekal hidup mereka kemudian hari. Selain itu organisasi pemuda ini di maksudkan
untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan pemuda Indonesia dengan tujuan untuk
menumbuhkan atau mengembangkan dan menyalurkan potensi-potensi yang ada
pada generasi muda demi terciptanya cita-cita nasional. Selain sebagai wadah
penempaan diri, organisasi pemuda juga merupakan wadah pembinaan dan
pengembangan.
d. Persepsi masyarakat Terhadap Organisasi Pemuda di Kabupaten Simalungun.
Dalam perkembangan setiap individu generasi muda akan selalu berhadapan
dengan tantangan-tantangan yang muncul dari lingkungannya. Faktor lingkungan
yang mempengaruhi proses pendewasaannya berpangkal tolak dari lingkungan
keluarga dan lingkungan masyarakat. Proses pendewasaan anak yang pertama bertitik
tolak dari lingkungan keluarga. Sejak lahirnya manusia hidup dengan orang lain
dewasa memperoleh kesempatan yang cukup dalam mempersiapkan diri dan untuk
mematangkan mental, sehingga sampai pada taraf yang tertinggi sesuai dengan
kemampuan dan hahekat sebagai manusia.
Dalam pematangan mental anak atau generasi muda sangat dibutuhkan peranan
dari keluarga khususnya dari orang tua karena orang tua dianggap sebagai kelompok
prima yaitu yang utama dan pertama bagi para pemuda untuk mengembangkan diri
sendiri untuk sebagai makhluk sosial maupun sebagai individu. Karena itu keluarga
khususnya orang tua harus memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anaknya
yang masih dalam tahap perkembangan baik itu perkembangan jasmani maupun
rohaninya.
Sebagaimana dikatakan Soekunto (1990:494) ”Lingkungan pertama yang
berhubungan dengan anak adalah orang tuanya, saudara-saudaranya yang lebih tua
serta mungkin kerabat dekatnya yang tinggal serumah”. Karena itu ibu sebagai ibu
rumah tangga yang paling dekat dengan anak-anaknya harus siap mengatur dan
mendidik, karena didikan ibu dimasa kecil akan menjadi dasar dan pedoman yang
kuat pada diri anak-anaknya dalam memasuki hari depan yang akan dijalaninya.
Karena itu, sebelum anak atau pemuda mengenal norma-norma dan nilai-nilai
dari masyarakat umum, pertama kali ia menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang
berlaku dalam keluarganya untuk dijadikan sebagai bagian dari kepribadiannya.
Demikian pula agama dan pendidikan bisa mempengaruhi kelakuan seseorang pada
hahekatnya ditimbulkan oleh norma yang berlaku dalam keluarga yang diturunkan
Selain lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat juga mempengaruhi proses
pendewasaan anak khususnya bagi para pemuda/generasi muda. Para pemuda dapat
bergaul dengan sesamanya yang majemuk baik itu dalam agama, suku, pendidikan,
ekonomi dan kemajemukan.
Lingkungan masyarakat dapat dengan cepat mempengaruhi proses pendewasaan
diri para pemuda karena banyak hal yang dilihat dan yang dirasakan individu yang
dijadikan sebagai pemahaman dan pengalamannya yang dapat dijadikan sebagai guru
dalam kehidupannya. Di dalam masyarakat para pemuda akan melihat hal-hal yang
dapat mendewasakan sifat dari pemuda seperti tata cara bergaul, penggunaan dialog
bahasa, cara berpikir maupun tingkah laku masyarakat, tata cara dalam pelaksanaan
hubungan dengan orang lain masih banyak hal-hal lain yang dapat mempengaruhi
proses pendewasaan anak dan generasi muda.
Suatu persepsi itu selalu berhubungan dengan pengalaman dan pengetahuan
yang dimiliki seseorang sehingga menimbulkan tanggapan, penilaian atau penerimaan
seorang terhadap suatu objek atau gejala. Karena itu persepsi antara individu lain di
dalam hidup bermasyarakat adalah berbeda-beda terhadap suatu objek atau gejala.
Dalam hidup bermasyarakat setiap anggota masyarakat harus berinteraksi
dengan anggota masyarakat karena hidup bermasyarakat sudah menjadi sifat manusia
sebagai makhluk sosial. Hal ini sesuai denga pendapat C. S. T. Kansil (1986:30) yang
mengatakan bahwa ”Hasrat untuk hidup bersama memang telah menjadi pembawaan
manusia merupakan suatu keharusan badaniah untuk melangsungkan hidupnya”. Jadi
manusia itu tidak dapat hidup sendiri, tetapi harus melalui hubungan sosial dengan
Golongan sosial ini di gambarkan oleh pihak luar sebagai orang-orang yang
memiliki satu ciri, yaitu manusia mereka yang muda. Selain itu, Koentjaraningrat
(1996:125) mengatakan bahwa Golongan sosial ini di gambarkan oleh umum sebagai
orang-orang yang idealisme. Belum terikat oleh kewajiban-kewajiban hidup yang
membebani mereka sehingga mereka masih sanggup mengabdi dan berkorban bagi
masyarakat. Penuh semangat dan fitalitas, memilki kekuatan dan kreatifitas untuk
melakukan pembaharuan.
Gambaran umum tentang golongan pemuda dalam masyarakat terjadi karena
ada peristiwa-peristiwa yang sangat menentukan dalam sejarah seperti kongres
pemuda yang terjadi walaupun belum semua orang yang memenuhi syarat untuk
disebut pemuda yang ideal. Bila dilihat dalam kehidupan sehari-hari organisasi
pemuda tidak dimanfaatkan oleh pemuda sebagai wadah pembinaan dan
pengembangan bagi para kaula muda. Tetapi digunakan sebagai wadah untuk
melakukan hal-hal yang negatif yang dapat meresahkan masyarakat misalnya terjadi
perkelahian antara organisasi pemuda yang satu dengan organisasi lainnya yang
mengambil korban jiwa. Karena itu, sebagian masyarakat itu menganggap bahwa
organisasi pemuda itu sebagai wadah atau tempat kumpulan orang-orang yang brutal
yang membuat keresahan masyarakat dan merusak generasi muda.
F. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu
suatu analisis untuk menjawab suatu pertanyaan hubungan antara beberapa variabel.
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu persepsi masyarakat, sedangkan variabel
terikat adalah Organisasi Pemuda. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam
meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Dalam penelitian ini data serta keterangan-keterangan yang nantinya diperoleh
dari :
1. Penelitian pustaka (Library Research) yaitu mencari data-data atau bukti-bukti
atau keterangan yang dikumpulkan dari bahan-bahan tulisan seperti buku-buku
bacaan yang ada hubungannya dengan pembahasan yang dilakukan.
2. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu melakukan penelitian dimana peneliti
terjun langsung kepada objek yang telah ada dilapangan.
Untuk memperoleh data-data Teknik penelitian yang digunakan sebagai berikut:
1. Observasi Partisipasi
Pengamatan langsung yang dilakukan untuk mengamati situasi atau peristiwa.
Hal ini meliputi berbagai hal seperti kegiatan, peristiwa dan perilaku yang berkaitan
dengan permasalahan yang sesuai dengan apa yang ingin dicapai. Untuk melakukan
pengamatan langsung ini nantinya penulis akan terjun kelapangan lingkungan
Organisasi Pemuda Pancasila di Kabupaten Simalungun.
2. Wawancara
Wawancara merupakan suatu tekhnik pengumpulan data dengan cara lisan.
dengan menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara (Interview Guide) yang
berhubungan dengan masalah penelitian.
3. Studi Kepustakaan
Mengumpulkan bahan-bahan yang dipergunakan untuk mencari dokumentasi
data yang diinginkan dan berkenaan dengan objek penelitian yang berkaitan dengan
masalah organisasi kepemudaan dan budaya organisasi sosial yang nantinya akan
digunakan sebagai penegas argumen dan asumsi-asumsi objektif yang ditemukan
dilapangan.
G. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam
pola kategori dan satuan uraian dasar. Sehingga, dapat ditemukan tema, dapat
dirumuskan hipotesis kerja (Moleong, 2005;280). Setelah data terkumpul, baik dari
wawancara dan hasil observasi kemudian di organisasikan secara kualitatif sesuai
dengan tujuan penelitian.
Dalam menganalisa data akan digunakan analisis struktural fungsional untuk
menelaah bentuk internal organisasi Pemuda Pancasila sebagai unit kesatuan yang
berstruktur ke dalam masyarakat di Jl. Rangkuti No.7 Kabupaten Simalungun.
Bentuk hubungan fungsionalis yang tercipta antara keduanya sebagai satu kesatuan (a
whole stucture). Selain analisis struktural fungsional, analisa data juga dilakukan
dengan metode analisis situasional yang di definisikan Van Velzen (1967;106)
BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIMALUNGUN DAN ORGANISASI KEPEMUDAAN MPC PEMUDA PANCASILA
II.1. Sejarah Asal Usul Kabupaten Simalungun
Suku Simalungun adalah salah satu suku asli dari
dalam bahasa Simalungun memiliki kata dasar "lungun" yang memiliki makna
"sunyi". Nama itu diberikan oleh orang luar karena penduduknya sangat jarang dan
tempatnya sangat berjauhan antara yang satu dengan yang lain. Orang
menyebutnya "Si Balungu" dari legenda hantu yang menimbulkan wabah penyakit di
daerah tersebut, sedangkan
di sebelah
Terdapat berbagai sumber mengenai asal usul Suku Simalungun, tetapi sebagian
besar menceritakan bahwa nenek moyang Suku Simalungun berasal dari luar
1. Gelombang pertama (Proto Simalungun), diperkirakan datang dari Nagor
Selatan) dan pegunungan Assam (India Timur) di sekitar
Timur dan mendirikan kerajaan Nagur dari
2. Gelombang kedua (Deutero Simalungun), datang dari suku-suku di sekitar
Simalungun yang bertetangga dengan Suku asli Simalungun.
Pada gelombang Proto Simalungun di atas, Tuan Taralamsyah Saragih
dari Siam dan India ini bergerak dari Sumatera Timur ke daerah
daerah Bangun Purba, hingga ke Bandar Kalifah sampai Batubara. Kemudian mereka
didesak oleh suku setempat hingga bergerak ke daerah pinggiran
Terbentuknya Simalungun
Pada kerajaan Nagur di atas, terdapat beberapa panglima (Raja Goraha) yaitu
masing-masing bermarga yakni :
• Saragih
• Sinaga
• Purba
Kemudian mereka dijadikan menantu oleh Raja Nagur dan selanjutnya
mendirikan kerajaan-kerajaan:
• Silou (Purba Tambak)
• Tanoh Djawa (Sinaga)
• Raya (Saragih)
Selama
serangan dari kerajaan-kerajaan lain seperti
(India) dan dari
ini, tersebutlah cerita "Hattu ni Sapar" yang melukiskan kengerian keadaan saat itu di
mana kekacauan diikuti oleh merajalelanya penyakit kolera hingga mereka
menyeberangi "Laut Tawar" (sebutan untuk Danau Toba) untuk mengungsi ke pulau
Saat pengungsi ini kembali ke tanah asalnya (huta hasusuran), mereka
menemukan daerah Nagur yang sepi, sehingga dinamakanlah daerah kekuasaan
kerajaan Nagur itu sebagai Sima-sima ni Lungun, bahasa Simalungun untuk daerah
yang sepi, dan lama kelamaan menjadi Simalungun.(M.D.Purba, 1997).
Kehidupan masyarakat Simalungun
Sistem mata pencaharian orang Simalungun yaitu bercocok tanam dengan
tambahan jika hasil padi tidak mencukupi. Jual-beli diadakan dengan barter, bahasa
yang dipakai adalah bahasa dialek.
yang lainnya sudah jauh berbeda. Di Tapanuli sudah berdiri sekolah-sekolah, rumah
sakit, dan sekolah-sekolah keterampilan lainnya sehingga sistem kehidupan Tapanuli
lebih maju.
Kepercayaan Suku Simalungun
Sebelum masuknya Misionaris Agama
penduduk Simalungun bagian timur pada umumnya sudah banyak menganut agama
juga pernah mempengaruhi kehidupan di Simalungun, hal ini terbukti dengan
peninggalan berbagai
Simalungun yang menggambarkan makna
menunggangi
Bila diselidiki lebih dalam suku Simalungun memiliki berbagai kepercayaan
persembahan kepada roh-roh nenek moyang yang selalu didahului panggilan kepada
Tiga
(dilambangkan dengan warna Merah), dan Dewa di bawah (dilambangkan dengan
warna Hitam). Tiga warna yang mewakili Dewa-Dewa tersebut (Putih, Merah dan
Hitam) mendominasi berbagai ornamen suku Simalungun dari pakaian sampai hiasan
rumahnya. Sistem pemerintahan di Simalungun dipimpin oleh seorang Raja, sebelum
pemberitaan Injil masuk Tuan Rajalah yang sangat berpengaruh. Orang Simalungun
menganggap bahwa anak Raja itulah Tuhan dan Raja itu sendiri adalah Allah yang
kelihatan.
Marga-Marga
Terdapat empat marga asli suku Simalungun yang populer dengan akronim
SISADAPUR, yaitu:
•
•
•
•
Keempat marga ini merupakan hasil dari “Harungguan Bolon”
(permusyawaratan besar) antara empat raja besar untuk tidak saling menyerang dan
tidak saling bermusuhan (marsiurupan bani hasunsahan na legan, rup mangimbang
munssuh).
1. Raja Nagur bermarga Damanik yang artinya Simada Manik (pemilik manik),
berasal dari kaum bangsawan India Selatan dari Kerajaan Nagore. Pada abad
ke-12, keturunan raja Nagur ini mendapat serangan dari Raja Rajendra Chola dari
Pulau Pandan hingga terbagi menjadi 3 bagian sesuai dengan jumlah putranya:
• Marah Silau (yang menurunkan Raja Manik Hasian, Raja Jumorlang, Raja
Sipolha, Raja Siantar, Tuan Raja Sidamanik dan Tuan Raja Bandar)
• Soro Tilu (yang menurunkan marga raja Nagur di sekitar gunung Simbolon:
Damanik Nagur, Bayu, Hajangan, Rih, Malayu, Rappogos, Usang, Rih,
Simaringga, Sarasan, Sola)
• Timo Raya (yang menurunkan raja Bornou, Raja Ula dan keturunannya
Damanik Tomok). Selain itu, datang marga keturunan Silau Raja, Ambarita
Raja, Gurning Raja, Malau Raja, Limbong, Manik Raja yang berasal dari
Pulau Samosir dan mengaku Damanik di Simalungun.
2. Raja Banua Sobou bermarg
Ragih, yang mana Ragih berarti atur, susun, tata, sehingga simada ragih berarti
Pemilik aturan atau pengatur, penyusun atau pemegang undang-undang.
Keturunannya adalah:
Saragih Garingging yang pernah merantau ke Ajinembah dan kembali ke
Saragih Sumbayak keturunan Tuan Raya Tongah, Pamajuhi, dan Bona ni
Gonrang. Saragih Garingging kemudian pecah menjadi dua, yaitu:
Dasalak, menjadi raja di Padang Badagei. Dajawak, merantau ke Rakut
Walaupun jelas terlihat bahwa hanya ada 2 keturunan Raja Banua Sobou, pada
zaman Tuan Rondahaim terdapat beberapa marga yang mengaku dirinya sebagai
bagian dari Saragih (berafiliasi), yaitu: Turnip, Sidauruk, Simarmata, Sitanggang,
Munthe, Sijabat, Sidabalok, Sidabukke, Simanihuruk. Ada satu lagi marga yang
mengaku sebagai bagian dari Saragih yaitu Pardalan Tapian, marga ini berasal dari
daerah Samosir.
3. Raja Banua Purba bermarga Purba menurut bahasa berasal dari bahasa Sansekerta
yaitu Purwa yang berarti timur, gelagat masa datang, pegatur, pemegang
Undang-undang, tenungan pengetahuan, cendekiawan/sarjana. Keturunannya adalah:
Tambak, Sigumonrong, Tua, Sidasuha (Sidadolog, Sidagambir). Kemudian ada
lagi Purba Siborom Tanjung, Pakpak, Girsang, Tondang, Sihala, Raya. Pad
kemudian menetap di
Simamora ini kemudian menjadi Purba Manorsa dan tinggal di Tangga Batu dan
Purbasaribu.
4. Raja Saniang Naga bermarga Sinaga atau Tanduk Banua (terletak di perbatasan
Simalungun dengan tanah Karo). Sinaga berarti Simada Naga, dimana Naga
dalam mitologi dewa dikenal sebagai penebab Gempa dan Tanah Longsor.
Keturunannya adalah marga Sinaga di Kerajaan Tanah Jawa, Batangiou di
Asahan.
Saat kerajaan Majapahit melakukan ekspansi di Sumatera pad
nenek moyang mereka ini kemudian menjadi raja Tanoh Djawa dengan marga Sinaga
Dadihoyong setelah ia mengalahkan Tuan Raya Si Tonggang marga Sinaga dari
kerajaan Batangiou dalam suatu ritual adu sumpah.(Tideman, 1922).
Beberapa Sumber mengatakan bahwa Sinaga keturunan raja Tanoh Djawa
berasal dari
Tuan Djorlang Hatara.Beberapa keluarga besar Partongah Raja Tanoh Djawa
menghubungkannya dengan daera
berbatasan dengan Myanmar yang memang memiliki banyak persamaan dengan adat
kebiasaan, postur wajah dan anatomi tubuh serta bahasa dengan suku Simalungun dan
Batak lainnya.
Marga-marga perbauran
Perbauran suku asli Simalungun dengan suku-suku di sekitarnya di Pulau
Samosir, Silalahi, Karo, dan
tersebut yaitu:
• Saragih: Sidauruk, Sidabalok, Siadari, Simarmata, Simanihuruk, Sidabutar,
Munthe dan Sijabat
• Purba: Manorsa, Simamora, Sigulang Batu, Parhorbo, Sitorus dan
Pantomhobon
• Damanik: Malau, Limbong, Sagala, Gurning dan Manikraja
• Sinaga: Sipayung, Sihaloho, Sinurat dan Sitopu
Selain itu ada juga marga-marga lain yang bukan marga Asli Simalungun tetapi
kadang merasakan dirinya sebagai bagian dari suku Simalungun, seperti Lingga,
garis keturunannya dari raja-raja disebut “jolma tuhe-tuhe” atau “silawar”
(pendatang). Fenomena sosial ini diakibatkan adanya hukum marga yang keras di
Simalungun menyatukan dirinya dengan marga raja-raja agar mendapat hak hidup di
Simalungun. Demikian, sehingga makin bertambah banyak marga di Simalungun.
Tetapi meski demikian sejak dahulu hanya ada empat marga pokok di Simalungun
yakni Sisadapur : Sinaga, Saragih, Damanik dan Purba.
Setelah raja-raja dikuasai
(Perjanjian Pendek) tahu
hapus di Simalungun. Masing-masing marga kembali lagi ke marga aslinya dan ke
sukunya semula.
Penambahan Marga Simalungun
Pada tahun
pada kumpulan Raja-Raja Simalungun yang berkumpul di
meminta agar Raja-Raja tersebut menetapkan marga-marga baru sebagai tambahan
kepada marga resmi Simalungun dengan maksud agar semakin banyak marga
Simalungun seperti pada suku lain. Walaupun ide tersebut diterima oleh Raja-Raja
tersebut namun permohonan J. Wismar Saragih belum disetujui karena belum tepat
waktunya.
Karena alasan tersebut di atas, sebagian orang berpandangan bahwa masih ada
kemungkinan bertambahnya Marga-marga di Simalungun. Hal ini senada dengan apa
Ajinembah (sebuah daerah di Kabupaten Karo) dan bermigrasi ke Raya sehingga
bertemu dengan Raja Nagur dan dijadikan marga Saragih Garingging. Begitupun
marga Purba Tambak, disebutkan berasal dari penduduk daerah
bermigrasi ke daerah Natal, kemudian ke Singkel, hingga tiba di daerah Tambak,
Simalungun. Keturunannya kemudian menikah dengan keturunan Raja Nagur dan
mereka dijadikan sebagai bagian dari Purba, yaitu Purba Tambak. Marga Damanik
juga disebut sebagai pendatang yang menikah dengan keturunan Tuan Silampuyang
yang bermarga Saragih dan kemudian diberi marga.
Kekerabatan Simalungun
Orang Simalungun tidak terlalu mementingkan soal
partuturan (perkerabatan) di Simalungun adalah hasusuran (tempat asal nenek
moyang) dan tibalni parhundul (kedudukan/peran) dalam horja-horja adat
(acara-acara adat). Hal ini bisa dilihat saat orang Simalungun bertemu, bukan langsung
bertanya “aha marga ni ham?” (apa marga anda) tetapi “hunja do hasusuran ni ham
(dari mana asal-usul anda)?"
Hal ini dipertegas oleh pepatah Simalungun “Sin Raya, sini Purba, sin Dolog,
sini Panei. Na ija pe lang na mubah, asal ma marholong ni atei” (dari Raya, Purba,
Dolog, Panei. Yang manapun tak berarti, asal penuh kasih). Sebagian sumber
menuliskan bahwa hal tersebut disebabkan karena seluruh marga raja-raja
Simalungun itu diikat oleh persekutuan adat yang erat oleh karena konsep perkawinan
antara raja dengan “puang bolon” (permaisuri) yang adalah puteri raja tetangganya.
Seperti raja Tanoh Djawa dengan puang bolon dari Kerajaan Siantar (Damanik), raja
Siantar, Raja Silau dari Putri Raja Raya, Raja Purba dari Putri Raja Siantar dan
Silimakuta dari Putri Raja Raya atau Tongging.
Adapun kekerabatan dalam masyarakat Simalungun disebut sebagai
Partuturan ini menetukan dekat atau jauhnya hubungan kekeluargaan
(pardihadihaon), dan dibagi kedalam beberapa kategori sebagai berikut:
1. Tutur Manorus / Langsung yaitu Kekerabatan yang langsung terkait dengan diri
sendiri.
2. Tutur Holmouan / Kelompok yaitu Melalui tutur Holmouan ini bisa terlihat
bagaimana berjalannya adat Simalungun
3. Tutur Natipak / Kehormatan yaitu Tutur Natipak digunakan sebagai pengganti
nama dari orang yang diajak berbicara sebagai tanda hormat.
Pakaian Adat
Sama seperti suku-suku lain di sekitarnya, pakaian adat suku Simalungun tidak
terlepas dari penggunaan kai
Simalungun adalah pada kain khas serupa Ulos yang disebut Hiou dengan berbagai
ornamennya. Ulos pada mulanya identik dengan ajimat, dipercaya mengandung
"kekuatan" yang bersifat religius magis dan dianggap keramat serta memiliki daya
istimewa untuk memberikan perlindungan. Menurut beberapa penelitian penggunaan
ulos oleh suku bangsa Batak, memperlihatkan kemiripan dengan bangsa Karen di
perbatasan
ulosnya.
yang paling nyaman karena bisa digunakan kapan saja (tidak seperti matahari, dan
tidak dapat membakar (seperti api). Seperti suku lain di rumpun Batak, Simalungun
memiliki kebiasaan "mambere hiou" (memberikan ulos) yang salah satunya
melambangkan pemberian kehangatan dan kasih sayang kepada penerima ulos.
Ulos dapat dikenakan dalam berbagai bentuk, sebagai kain penutup kepala,
penutup badan bagian bawah, penutup badan bagian atas, penutup punggung dan
lain-lain. Ulos dalam berbagai bentuk dan corak/motif memiliki nama dan jenis yang
berbeda-beda, misalnya ulos penutup kepala wanita disebut suri-suri, ulos penutup
badan bagian bawah bagi wanita disebut ragipane, atau yang digunakan sebagai
pakaian sehari-hari yang disebut jabit. Ulos dalam pakaian penganti Simalungun juga
melambangkan kekerabatan Simalungun yang disebut tolu sahundulan, yang terdiri
dari tutup kepala (ikat kepala), tutup dada (pakaian) dan tutup bagian bawah (abit).
Menurut Muhar Omtatok, Budayawan Simalungun, awalnya Gotong (Penutup
Kepala Pria Simalungun) berbentuk destar dari bahan kain gelap ( Berwarna putih
untuk upacara kemalangan, disebut Gotong Porsa), namun kemudian Tuan
Bandaralam Purba Tambak dari Dolog Silou juga menggemari trend penutup kepala
ala melayu berbentuk tengkuluk dari bahan batik, dari kegemaran pemegang Pustaha
Bandar Hanopan inilah, kemudian Orang Simalungun dewasa ini suka memakai
Gotong berbentuk Tengkuluk Batik.
II.2. Letak Geografis Kabupaten Simalungun.
Kabupaten Simalungun adalah sebua
bakti
Simalungun.
berstatu
direncanakan untuk dipindahkan ke Sondi Raya pada tahun
Geografi
Kabupaten Simalungun terletak pada 98092’BT 990- 34’BT dan 20 36’LU-3018’
LU. Kabupaten ini memiliki 30
luas wilayah Provinsi Sumatra Utara. Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan
Kecamatan
dari
yaitu
Batas-Batas wilayah
• Sebelah utara berbatasan denga
• Sebelah timur berbatasan denga
• Sebelah selatan berbatasan denga
• Sebelah utara berbatasan denga
Potensi ekonomi kabupaten Simalungun sebagian besar terletak pada produksi
pertaniannya. Produksi lainnya termasuk tanaman pangan, perkebunan, pertanian
lainnya, industri pengolahan, serta jasa.
Produksi Padi di Kabupaten Simalungun merupakan produksi terbesar kedua di
sawit dari perkebunan yang ada di kabupaten ini menjadi komoditas utama, kedua
terbesar di Sumatera Utara setelah
Selain memproduksi Kelapa Sawit, perkebunan rakyat di Simalungun juga
menghasilka
jumlah produksinya semakin menurun. Penjualan hasil tani Karet dibantu oleh
kehadiran PT
perkebunan sendiri tetapi tetap menampung hasil perkebunan rakyat dan
mengolahnya menjadi bahan setengah jadi sebelum menjualnya ke luar daerah.
Luas
Luas Kabupaten Simalungun yaitu 438.660 HA (4.386,60 K2) yang terdiri
dari empat wilayah pembantu Bupati dengan 30 Kecamatan. Dan Jumlah Penduduk
Kabupaten Simalungun pada tahun 2007 adalah 823.109 Jiwa dengan kepadatan
Rata-Rata 480 jiwa/Km2.
Pemerintahan
Dasar hukum pembentukan Kabupaten Simalungun adalah UU Drt No.7
tahun 1956. Pembagian wilayah Kabupaten Simalungun yaitu:
Jumlah kecamatan : 30 Kecamatan
Jumlah Desa/Kelurahan : 323 Desa/Kelurahan.
II.3. Sejarah singkat Berdirinya Organisasi Pemuda Pancasila.
Organisasi Pemuda Pancasila berdiri pada tanggal 28 Oktober 0959 yang
berkedudukan dalam Wilayah Kesatuan Republik Indonesia. Organisasi Pemuda
mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera materiil dan sprituil yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sehingga mewujudkan ide
dasar perjuangan wujud manifestasi peran serta Organisasi Pemuda Pancasila dalam
pembangunan bangsa dan menetapkan arah/target kebijakan umum program, sasaran
dan pola implementasi dalam mewujudkan pengabdian lima tahun (2003-2008) ke
depan.
Organisasi Pemuda Pancasila bersifat terbuka tanpa membeda-bedakan ras,
suku, agama, golongan dan latar belakang sosial politik serta berbasis sosial
kemasyarakatan. Organisasi Pemuda Pancasila memiliki sifat mandiri, pergerakan
yang militan, persaudaraan, patriotik, inovatif, kreatif dan kepemimpinan yang
konsekuen.
II.4. Wewenang, tugas dan struktur Organisasi Kepemudaan Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila.
Lembaga/Badan Organisasi MPC Pemuda Pancasila memiliki Wewenang yaitu:
A. Bersifat kolektif dalam menentukan dan mengawasi kebijakan organisasi untuk
pencapaian tujuan organisasi di tingkat cabang.
B. Menetapkan pedoman-pedoman organisasi di tingkat cabang sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan lain yang lebih tinggi.
C. Memimpin dan mengendalikan jajaran Organisasi Pemuda Pancasila di tingkat
cabang dalam melaksanakan pokok-pokok perjuangan serta tindakan yang
dipandang perlu untuk pencapaian tujuan pengembangan Organisasi Pemuda
D. Mengkoodinasikan kebijakan dan upaya-upaya organisasi di tingkat cabang.
Khususnya dalam hal memelihara hubungan yang serasi dengan pemerintah,
organisasi sosial politik, Organisasi Kemasyarakatan dan badan-badan pihak
eksternal Organisasi lainnya.
Lembaga/Badan Organisasi MPC Pemuda Pancasila memiliki tugas pokok
yaitu:
A. Melaksanakan keputusan dan ketetapan Musyawarah Besar, Rapimpur, Rakernas,
Keputusan Majelis Pimpinan Pusat, Musyawarah Wilayah, Musyawarah Cabang,
Rapat Pleno MPC dan peraturan-peraturan organisasi.
B. Merumuskan kebijakan-kebijakan organisasi yang diperlukan guna pencapaian
tujuan organisasi di tingkat cabang.
C. Memberikan pengarahan, petunjuk, bantuan, bimbingan dan pembinaan terhadap
Pimpinan Anak Cabang (PAC) dan ranting maupun lembaga di tingkat cabang.
D. Menjalin hubungan yang serasi dengan pemerintah, lembaga Tinggi Negara, Polri
maupun pihak eksternal organisasi lainnya di tingkat cabang yang saling
mendukung dan bermanfaat.
E. Menjalin kerjasama yang harmonis dengan seluruh jajaran organisasi guna
mengembangkan, meningkatkan, memantapkan kesinambungan, keberadaan
organisasi dalam upaya mewujudkan cita-cita Organisasi Pemuda Pancasila.
F. Memberikan pertanggung jawaban dalam Musyawarah Cabang dan melantik
Pimpinan kolektif Anak Cabang.
G. Menjalankan usaha-usaha pendidikan kader dan pengembangan organisasi di
H. Merencanakan, menggali sumber-sumber keuangan organisasi di tingkat cabang.
Struktur Organisasi Pemuda Pancasila berdasarkan surat intruksi Majelis
Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila Sumatera Utara No.
E1/MPW-PP/SMU/III/2006 tentang komposisi dan personalia pengurus Majelis Pimpinan
Cabang (MPC) Pemuda Pancasila di Kabupaten Simalungun TA 2007/2008 sebagai
Kedudukan Organisasi Pemuda Pancasila disetiap jenjang dan tingkatan yakni :
1. Tingkat Nasional berkedudukan di Ibukota Republik Indonesia di pimpin oleh
Majelis Pimpinan Nasional (MPN).
2. Tingkat propinsi berkedudukan di Ibukota propinsi di pimpin oleh Majelis
Pimpinan Wilayah.
3. tingkat Kabupaten berkedudukan di Kabupaten di pimpin oleh Majelis Pimpinan
Cabang (MPC).
4. Tingkat kecamatan berkedudukan di daerah kecamatan di pimpin oleh Pimpinan
Anak Cabang.
5. Tingkat Kelurahan/Desa berkedudukan di daerah Kelurahan/Desa di pimpin oleh
Pimpinan Ranting.
Susunan dan komposisi kepemimpinan, wewenang dan tugas pokok Majelis
Pimpinan Nasional, Majelis Pimpinan Wilayah, Majelis Pimpinan Cabang, Pimpinan
Ranting dan penasehat diatur dalam Anggaran Dasar Rumah Tangga. Organisasi
Pemuda Pancasila dapat membentuk lembaga sesuai kebutuhan organisasi, seperti :
LPPH, Buruh, Tani, Nelayan, Pekerja dan mahasiswa serta badan-badan sesuai
kebutuhan, seperti: Pendidikan, Sosial keagamaan, seni dan budaya sesuai peran
sektoral di cabang Kabupaten Simalungun.
Majelis Pimpinan Cabang satu orang ketua, dua orang wakil ketua, sembilan
orang ketua bidang, satu orang sekretaris, satu orang berdahara, dua orang wakil
bendahara dan empat orang anggota masing-masing bidang. Musyawarah cabang
Pemuda Pancasila (PP) adalah pemegang kekuasaan tertinggi di tingkat cabang yang
1. Menetapkan program cabang dalam rangka pelaksanaan program umum
Organisasi Pemuda Pancasila (PP).
2. Menilai dan menetapkan laporan pertanggung jawaban Majelis Pimpinan Cabang
(MPC).
3. Memilih ketua Majelis Pimpinan Cabang (MPC) dan komposisi kepengurusan
kolektif untuk masa bakti empat tahun.
4. Menentukan sikap pendirian organisasi di tingkat cabang dalam menghadapi
persoalan yang dihadiri oleh MPW, MPC, Pimpinan Anak Cabang dan
undangan-undangan lainnya.
Peran dan tanggung jawab Organisasi Pemuda Pancasila (PP) sebagai kekuatan
sosial kemasyarakatan dalam rangka mewujudkan demokrasi Pancasila dan
pengabdian bangsa. Wujud manifestasi peran serta Organisasi Pemuda Pancasila (PP)
dalam pembangunan nasional, menetapkan arah/target kebijakan, sasaran dan pola
implementasi program kedepan.
II.5. Sumber Keuangan dan Kelengkapan Organisasi Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila di Kabupaten Simalungun.
Keuangan Badan Organisasi Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda
Pancasila di Kabupaten Simalungun diperoleh dari :
1. Iuran wajib anggota diatur yang dalam peraturan Organisasi.
2. Sumbangan-sumbangan yang tidak mengikat yang berasal dari sumbangan
3. Usaha-usaha yang sah berasal dari melalui proposal dan bersifat eksternal dan
mendapatkan persetujuan dari Organisasi Majelis Pimpinan Pemuda Pancasila
sesuai dengan tingkatannya.
4. Iuran sukarela pengurus.
Perolehan keuangan badan Organisasi Pemuda Pancasila dari usaha-usaha yang
sah ataupun dari sumbangan yang tidak mengikat melalui proposal dan bersifat
eksternal. Mendapatkan persetujuan dari Organisasi Majelis Pimpinan Pemuda
Pancasila sesuai dengan tingkatannya. Setiap pemasukan dan pengeluaran keuangan
Organisasi Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila di Kabupaten
Simalungun dicatat dalam sistem pembukuan organisai dan diketahui oleh ketua dan
bendahara sehingga dapat dipertanggung jawabkan baik dalam pengertian material
maupun moril.
Setiap Organisasi Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila di
Kabupaten Simalungun mempunyai kelengkapan terdiri dari
Kop Surat
Stempel
Kantor sekretariat
Plank/Papan nama.
Atribut/Seragam
Kartu Tanda Anggota (KTA)
Pada dasarnya penggunaan kelengkapan untuk keperluan yang berlaku dalam
lingkup keorganisasian PP dan dapat dipergunakan dalam ruang lingkup eksternal
persetujuan Organisasi Majelis Pimpinan Pemuda Pancasila sesuai dengan
tingkatannya.
II.6. Lambang dan Atribut Organisasi Pemuda Pancasila.
Lambang Organisasi Pemuda Pancasila adalah lambang Pancasila di dalam
perisai dan dibagian atas bertuliskan Pemuda Pancasila. Warna dasar lambang adalah
merah darah yang mengadung arti gagah perkasa dan kesatria dan Perisai Pancasila
sesuai dengan perisai yang tertulis dalam Lambang Negara Bhinneka Tunggal Ika.
Bintang berwarna kuning dengan dasar warna hitam melambangkan
ketuhanan Yang Maha Esa.
Rantai berwarna kuning dengan dasar warna merah, melambangkan
kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pohon beringin berwarna hijau dengan dasar warna putih, melambangkan
Persatuan Indonesia.
Kepala Benteng berwarna hitam dengan dasar warna merah, melambangkan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
Padi berwarna kuning, kapas berwarna hijau/putih dengan dasar warna putih
melambangkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Stempel berbentuk bulat yang didalamnya terdapat lambang Pemuda Pancasila
dengan diameter 4,5 cm dan tinta stempel berwarna merah. Kartu Tanda Anggota
Dan Kartu Tanda Pengurus dengan menyertaka warna merah putih serta dicantumkan
perbandingan panjang dan lebar tiga banding dua dengan warna dasar merah
ditengah-tengah perisai Pancasila dan disamping kanan kiri bertuliskan Pemuda
Pancasila. Papan nama dengan ukuran perbandingan panjang dan lebar tiga banding
dua dengan warna dasar merah ditengah tengah perisai Pancasila serta tulisan putih.
Atribut seragam Organisasi Pemuda Pancasila terdiri dari :
1. Safari warna biru gelap dan loreng berwarna dasar orange dengan kombinasi
warna hitam coklat.
2. Baju lengan pendek dan lengan panjang loreng berwarna dasar orange dengan
kombinasi warna hitam-coklat.
3. baju lengan panjang hitam.
4. celana biru gelap, hitam, jeans hitam dan loreng berwarna dasar orange dengan
kombinasi warna hitam-coklat.
5. baret berwarna merah darah les putih, topi pet loreng berwarna dasar orange
dengan kombinasi warna hitam-coklat dan lencana disesuikan dengan ukuran
BAB III
KEBERADAAN DAN AKTIFITAS ORGANISASI KEPEMUDAAN (OKP) PEMUDA PANCASILA DI KABUPATEN SIMALUNGUN
III.1 Keanggotaan organisasi Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila di Kabupaten Simalungun
Anggota Organisasi MPC Pemuda Pancasila adalah Warga Negara Indonesia
yang setia membela Negara Kesatuan Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Keanggotaan Organisasi Pemuda Pancasila terdiri dari :
1. Anggota biasa yakni pemuda, mahasiswa, pelajar dan perempuan warga negara
republik indonesia yang rela dari hati nurani mengajukan menjadi anggota.
2. Anggota luar biasa yakni anggota yang telah memperlihatkan atau membuktikan
kesetiaannya terhadap organisasi minimal dalam waktu 10 tahun dan di anggap
berjasa menaruh perhatian dalam pemgembangan organisasi.
3. Anggota kehormatan yakni bukan anggota biasa yang terdiri dari pejabat dari
tokoh masyarakat yang banyak bantuannya terhadap organisasi, berideologikan
pancasila bersikap dan bertindak menguntungkan organisasi.
4. Anggota organisasi dapat dipecat atau diberhentikan karena melanggar Anggaran
Dasar/Anggaran Rumah Tangga peraturan-peraturan organisasi dan tindakan yang
bertentangan dengan hukum.
Setiap warga negara indonesia dapat diterima menjadi anggota biasa MPC
2. Menyatakan persetujuan dan menerima Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga, misi perjuangan dan semua peraturan-peraturan dan ketentuan organisasi
Pemuda Pancasila.
3. Mengajukan dan mengisi formulir permohonan untuk menjadi anggota biasa.
4. Setiap calon anggota dinyatakan sah sebagai anggota PP diatur dalam peraturan
organisasi.
Setiap Anggota Organisasi Kepemudaan PP mempunyai hak dan kewajiban
yaitu :
A. Memperoleh perlakuan yang sama dari organisasi misalnya perlindungan,
pembelaan, pendidikan dan pelatihan kader bimbingan atau pembinaan dari
organisasi PP.
B. Mengeluarkan pendapat, saran, usul yang bersifat konstruktif dan positif baik
secara lisan maupun tertulis.
C. Dipilih dan membela diri terkecuali untuk memilih dan menjadi pengurus harus
mematuhi ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan organisasi.
D. Menghayati, mentaati dan mengamalkan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga dan semua ketentuan peraturan organisasi.
E. Mematuhi dan melaks