• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Masyarakat Terhadap Organisasi Sosial Kepemudaan (Studi Deskriptif pada Majelis Pimpinan Cabang Organisasi Pemuda Pancasila di Jl. Rangkuti No.7 Kabupaten Simalungun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Persepsi Masyarakat Terhadap Organisasi Sosial Kepemudaan (Studi Deskriptif pada Majelis Pimpinan Cabang Organisasi Pemuda Pancasila di Jl. Rangkuti No.7 Kabupaten Simalungun)"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP ORGANISASI SOSIAL KEPEMUDAAN

(Studi Deskriptif pada Majelis Pimpinan Cabang Organisasi Pemuda

Pancasila di Jl. Rangkuti No.7 Kabupaten Simalungun)

SKRIPSI

JHON WIDODO PURBA 030905010

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

Abstrak

Persepsi masyarakat terhadap organisasi kepemudaan. (studi deskriptif pada Majelis Pimpinan Cabang Organisasi Pemuda Pancasila Jl. Rangkuti No.7 Kabupaten Simalungun. Skripsi ini terdiri dari 5 Bab 98 Halaman, lampiran, foto, peta dan surat penelitian.

Penelitian ini ditujukan untuk melihat secara keseluruhan Organisasi Pemuda Pancasila. Aspek yang dilihat tersebut berupa latar belakang dan sejarah berdirinya Organisasi Pemuda Pancasila Kabupaten Simalungun, visi dan misi, ideologi, struktur, tugas, wewenang dan tanggung jawab serta yang terpenting bagaimana persepsi masyarakat menilai Organisasi Pemuda Pancasila di Simalungun. Selain itu, penelitian ini nantinya ditujukan untuk melihat bagaiman hubungan yang tercipta antara Organisasi Pemuda Pancasila dengan masyarakat di Jl. Rangkuti No.7 Kabupaten Simalungun. Dan bagaimana bentuk hubungan tersebut dalam konteks politik.

Hasil penelitian ini menjelaskan Organisasi MPC Pemuda Pancasila Simalungun terdapat berbagai pendapat masyarakat yang bekerja di berbagai bidang sekitar sekretariat kantor Organisasi Pemuda Pancasila mengenai kinerja, fungsi, peran serta Pemuda Pancasila dalam masyarakat untuk mengayomi, menjaga ketertiban, hal-hal negatif perkelahian antar Organisasi Pemuda Pancasila dengan organisasi Pemuda lain atau diluar organisasi.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan

rahmatNya yang senantiasa menyertai dan memberkati dalam menyelesaikan

perkuliahan sampai pada saat penyusunan skripsi yang berjudul Persepsi masyarakat

terhadap organisasi kepemudaan. (studi deskriptif pada Majelis Pimpinan Cabang Organisasi Pemuda Pancasila Jl. Rangkuti No.7 Kabupaten Simalungun.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana

dari Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini banyak hambatan yang dihadapi. Hal ini,

karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dalam menulis, kepustakaan dan

materi penulisan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan

skripsi ini dimasa yang akan datang sangat penulis harapkan.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan rasa terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof Dr. M Arif Nasution, selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Humaizi, MA selaku pembantu Dekan I atas Fasilitas yang telah

diberikan kepada penulis.

3. Bapak Drs. Zulkifli Lubis, MA Selaku Ketua Departemen Antropologi pada

(4)

4. Bapak Drs. Irfan Simatupang, Msi selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu dan memberikan kontribusi teoritis dan metodologis dalam

penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

atas seluruh kebijaksanaan, bimbingan, ketulusan dan kesediaan dalam penulisan

skripsi hingga selesai.

5. Bapak Drs. Ermansyah, MHum selaku Dosen Penasehat Akademik yang selalu

mendorong penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. seluruh Staf pengajar Departemen Antropologi Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membekali penulis

dengan ilmu pengetahuan.

7. Bapak DR (HC) Boyke Sinaga selaku ketua Organisasi Pemuda Pancasila

Kabupaten Simalungun yang telah menerima saya penelitian di sekretariat.

Membantu penulis melakukan penelitian, memberikan masukan motivasi bagi

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, serta pengalaman penelitian yang beliau

berikan kepada penulis.

8. Kepada seluruh informan penelitian, masyarakat Lorong 20 dan tokoh masyarakat

yang bersedia memberikan informasi akurat sehingga, penelitian ini dapat

diselesaikan. Tidak dapat diungkapkan betapa besarnya jasa dan pengorbanan

untuk penulis.

9. Penghargaan terima kasih dan rasa cinta yang sebesar-besarnya penulis

persembahkan untuk Ayah tercinta St. L Purba dan Ibu tersayang M Haloho yang

(5)

dan Adek-adek tercinta Jamiken Purba, Ssi, Enny Purba, Spd, Fenny Purba, Amd,

Lensfran Purba dan Yanti Astrelina Purba yang menjadi semangat inspirasi dalam

menyelesaikan skripsi ini.

10.Kepada kerabat Antropologi’03 terima kasih kepada teman-teman atas dukungan

dan persahabatannya Firdaus, Paskah, Forman (sahabat maen Futsal), Novita

(thanks buat nasehat dan sarannya), Maria (Thanks buat motivasinya), Palty,

Ibnu, Anis dan juga kepada yang lainnya tidak dapat disebut satu-persatu.

11.Kepada teman-teman kost Sumber Dame No.13 Suseno, Amd, Roy, Indra,

Gonggom (Dansat Usu) dan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu terima kasih

atas persahabatan dan kenangannya.

12.Kepada teman seperjuangan kost Harmonika No. 34 terima kasih buat semangat

dan ilmu yang diberikan kepada penulis khususnya Ismael, Hendra Sarumaha,

Jery dan Martupa.

13.Kepada Kelompok kecil Getsemany UKMK Usu (K’Handayani, Kasimo, Diana,

Rotua dan Jhon Widodo Purba agar semakin bertumbuh dalam iman.

14.Terima kasih dan teristimewa diucapkan kepada Pariban Yunita Damanik atas

pengertian, semangat dan dukungan sprituil yang selalu dicurahkan kepada

penulis dalam menyelesaikan studi.

15.Kepada UKMK Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

yang telah membantu penulis dalam pertumbuhan rohani, menguatkan penulis

agar semangat menghadapi segala cobaan dan berserah kepada God. Juga terimah

kasih kepada Persekutuan Doa Maranatha Jl. Harmonika No. 48 yang membantu

(6)

Akhir kata atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis

mendoakan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberikan dan melimpahkan

karunianya kepada kita semua. Besar harapan penulis kiranya skripsi ini bermanfaat

bagi pembaca.

Medan, Februari 2008

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 5

I.3 Lokasi Penelitian ... 5

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

I.5 Landasan Teoritis ... 7

I.6 Metode Penelitian ... 19

I.6 Analisis Data ... 21

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIMALUNGUN DAN ORGANISASI KEPEMUDAAN MPC PEMUDA PANCASILA II.1 Sejarah Asal Usul Kabupaten Simalungun ... 22

II.2 Letak Geografis Kab Simalungun ... 32

II.3 Sejarah singkat Berdirinya Organisasi Pemuda Pancasila ... 33

II.4 Wewenang, tugas dan struktur Organisasi MPC PP ... 34

II.5 Sumber keuangan dan kelengkapan Organisasi MPC PP ... 37

II.6 Lambang dan Atribut Organisasi Pemuda Pancasila. ... 39

BAB III KEBERADAAN ORGANISASI KEPEMUDAAN PEMUDA PANCASILA KABUPATEN SIMALUNGUN III.1 Keanggotaan Organisasi MPC PP Simalungun ... 41

III.2 Tugas dan Fungsi Organisasi Kepemudaan Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila ... 43

(8)

BAB IV KASUS-KASUS ORGANISASI PEMUDA PANCASILA

KABUPATEN SIMALUNGUN TERHADAP INTERNAL DAN EKSTERNAL ORGANISASI

IV.1 Eksternal Organisasi ... 51

IV.2 Internal Organisasi ... 55

IV.3 Kasus-kasus yang terjadi dalam Organisasi Pemuda pancasila .. 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan ... 68

V.2 Saran... 70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(9)

Abstrak

Persepsi masyarakat terhadap organisasi kepemudaan. (studi deskriptif pada Majelis Pimpinan Cabang Organisasi Pemuda Pancasila Jl. Rangkuti No.7 Kabupaten Simalungun. Skripsi ini terdiri dari 5 Bab 98 Halaman, lampiran, foto, peta dan surat penelitian.

Penelitian ini ditujukan untuk melihat secara keseluruhan Organisasi Pemuda Pancasila. Aspek yang dilihat tersebut berupa latar belakang dan sejarah berdirinya Organisasi Pemuda Pancasila Kabupaten Simalungun, visi dan misi, ideologi, struktur, tugas, wewenang dan tanggung jawab serta yang terpenting bagaimana persepsi masyarakat menilai Organisasi Pemuda Pancasila di Simalungun. Selain itu, penelitian ini nantinya ditujukan untuk melihat bagaiman hubungan yang tercipta antara Organisasi Pemuda Pancasila dengan masyarakat di Jl. Rangkuti No.7 Kabupaten Simalungun. Dan bagaimana bentuk hubungan tersebut dalam konteks politik.

Hasil penelitian ini menjelaskan Organisasi MPC Pemuda Pancasila Simalungun terdapat berbagai pendapat masyarakat yang bekerja di berbagai bidang sekitar sekretariat kantor Organisasi Pemuda Pancasila mengenai kinerja, fungsi, peran serta Pemuda Pancasila dalam masyarakat untuk mengayomi, menjaga ketertiban, hal-hal negatif perkelahian antar Organisasi Pemuda Pancasila dengan organisasi Pemuda lain atau diluar organisasi.

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa muda adalah suatu fase dalam siklus kehidupan manusia yang berproses

kearah perkembangan dan perubahan yang bersifat tradisional kebentuk-bentuk atau

fase-fase berikutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat (1997:120)

yang menyebutnya sebagai “daur hidup” yang memiliki makna sebagai beberapa

bentuk kehidupan yang akan dilalui oleh setiap individu. Contohnya masa bayi, masa

kanak-kanak, masa remaja, masa puber, masa sesudah menikah, masa kehamilan,

masa lanjut usia dan lain-lain. Sebagaimana dikatakan oleh Taufik Abdullah (1974)

bahwa kehadiran generasi muda bukan semata-mata gejala demografis, tetapi juga

gejala sosiologis dan histories yang memandang generasi muda tidak hanya mengisi

sebuah episode generasi baru dalam sebuah komunitas masyarakat, tetapi merupakan

subjek potensial bagi sebuah perubahan pada komunitas itu sendiri.

Kabupaten Simalungun merupakan berpenduduk heterogen, memiliki sifat

pluralisme entitas masyarakatnya dan memiliki sejumlah organisasi kepemudaan

yang berada secara formal memiliki legalitas keberadaannya. Salah satu diantaranya

adalah Organisasi Pemuda Pancasila (PP). Persepsi masyarakat sangat ditentukan

oleh motif, sistem nilai, pengalaman dan kemampuan berpikir sehingga Organisasi

Kepemudaan (OKP) sangat penting eksistensinya.

(11)

1. Peranan pemuda mempunyai makna dan nilai-nilai yang strategis serta signifikan

dalam menentukan masa depan bangsa.

2. Pemuda merupakan prototipe ideal sebagai generasi penerus karena mempunyai

semangat, keteguhan cita-cita, ketegasan sikap, visi yang konsisten dan jelas.

3. Eksistensi pemuda selalu menjadi simbol progresifitas, pelopor dan penentu arah

dinamika suatu bangsa.

Perbedaan antara kedua tipologi pemuda dan masyarakat adalah pergeseran dari

homogenitas masyarakat rural yang tradisional kepada masyarakat urban perkotaan

yang cenderung floral. Keberadaan para pemuda pada bentuk masyarakat kota yang

modern umumnya memilki jumlah yang sangat banyak dan memiliki sifat

eksklusifitas antara yang satu dengan yang lainnya. Para pemuda yang terorganisir

pada bentuk masyarakat perkotaan inilah yang dikenal sebagai gerakan-gerakan

pemuda, himpunan pemuda, kesatuan muda-mudi dan lain-lain yang istilah

populernya adalah Organisasi Kepemudaan (OKP).

Sebagai bagian dari masyarakat, generasi muda merupakan sebuah entitas yang

tentunya terkontruksi dari kebudayaan masyarakat. Bentuk kontruksi ini merupakan

pemahaman yang dibangun secara ideologis kolektif yang kemudian mengacu kepada

praktek sosiologis para pemuda, kontruksi yang dibangun ini didasarkan atas

kebutuhan dan tuntutan dari masyarakat berdasarkan tipologi masyarakat itu sendiri.

Pada bentuk masyarakat tradisional (peseant) umumnya gerakan-gerakan para

pemuda terorganisir dalam bentuk yang implisit.

Pada bentuk masyarakat yang lebih maju (modern), pergerakan dan keberadaan

(12)

para pemuda terorganisir kedalam lembaga-lembaga atau badan-badan kepemudaan

yang sifatnya formal dan dilegitimasi oleh pemerintah. Formalitas dan legalitas ini

terlihat dengan adanya penggunaan atribut, simbol-simbol, otoritasi wilayah, struktur

keanggotaan dan lain-lain.

Sebagai salah satu bentuk organisasi yang terdapat di Kabupaten Simalungun

yang berkarakter masyarakat perkotaan, tentunya eksistensi Organisasi Pemuda

Pancasila sebagai organisasi Kepemudaan tidak terlepas dengan bentuk interaksinya

dengan masyarakat. Bentuk interaksi disini dapat diterjemahkan sebagai

bentuk-bentuk hubungan yang muncul antara Organisasi Pemuda Pancasila sebagai sebuah

organisasi dengan ekslusifitas komunalnya dengan masyarakat yang notabenenya

adalah kesatuan kebudayaan dari teritorial Kabupaten Simalungun secara

keseluruhan.

Merupakan sebentuk gejala atau fenomena sosial yang cukup menarik untuk

dapat diterjemahkan secara Antropologis, karena tidak dapat dipungkiri bahwa variasi

kuantitas Organisasi Kepemudaan (OKP) yang terdapat didalam struktur masyarakat

Simalungun tentunya saling mempengaruhi sebagai bentuk keseluruhan yang disebut

seorang Ahli Antropolog Levi Strauss yang mengatakan “….a whole structure” yang

mengacu kepada teori struktural fungsional mengenai keberadaan dan keterkaitan

setiap aspek yang ada pada suatu Masyarakat.

Dilihat dari aspek generasi, maka pembinaan dan pengembangan pemuda

menjadi lebih penting, karena pemuda merupakan generasi penerus cita-cita

(13)

melalui Organisasi Pemuda. Seiring dengan perkembangan jaman Organisasi Pemuda

juga mengalami perkembangan, hal ini dapat dilihat dengan berdirinya

organisasi-organisasi pemuda khususnya yang ada di Kabupaten Simalungun, seperti: Organisasi

pemuda pancasila (PP), Organisasi Ikatan Pemuda Karya (IPK), Organisasi Angkatan

Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), Organisasi Remaja Mesjid, Organisasi

Karang Taruna dan lain-lain.

Pada dasarnya keberadaan organisasi-organisasi pemuda tersebut dimaksudkan

untuk menjadi wadah penempatan diri para pemuda dalam rangka persiapan

memasuki kehidupan yang sebenarnya ditengah-tengah masyarakat dan juga sebagai

wadah komunikasi dan pemersatu generasi muda, namun dalam beberapa hal mereka

kadang-kadang mengabaikan tugas dan kewajibannya.

Organisasi Pemuda itu jarang digunakan sebagai wadah penempaan diri dalam

rangka persiapan memasuki kehidupan yang sebenarnya di tengah-tengah masyarakat

dan juga tidak digunakan sebagai wadah pembinaan dan pengembangan pemuda.

Tetapi organisasi pemuda itu seolah-olah digunakan sebagai wadah untuk

memamerkan kekuatan. Sehingga antara organisasi pemuda yang satu dengan

organisasi pemuda yang lain seolah-olah tidak menyatu, tetapi mereka saling

bersaing. Hal ini terjadi karena emosi pemuda-pemuda ini masih kurang stabil masih

mudah terombang-ambing dan mungkin juga akibat pengaruh modernisasi sehingga

mereka mau melakukan hal-hal yang mencemaskan keluarga dan masyarakat yang

terjadinya perkelahian antar organisasi pemuda yang satu dengan organisasi pemuda

yang lainnya yang dapat mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Hal inilah yang terjadi

(14)

judul ”Persepsi Masyarakat Terhadap Organisasi Sosial Kepemudaan (OKP)”

(Studi Deskriptif Organisasi pada Majelis Pimpinan Cabang Organisasi Pemuda

Pancasila di Jl. Rangkuti No.7 Kabupaten Simalungun).

B. Perumusan Masalah

Perumusan Masalah sangat penting agar diketahui arah jalannya penelitian. Hal

ini sejalan dengan pendapat Arikunto (1992 : 7) yang mengatakan agar penelitian

dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga penulis merumuskan masalah

dengan jelas.

Berdasarkan defenisi di atas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

1. Untuk mengkaji bagaimana keberadaan organisasi kepemudaan Pemuda Pancasila

(PP) di Kabupaten Simalungun hal ini tentunya hubungan kondisi yang tercipta

antara Organisasi Pemuda Pancasila dengan masyarakat Kabupaten Simalungun.

2. Bagaimana dampak dari Organisasi Pemuda Pancasila di Simalungun itu sendiri

terhadap lingkungan didalam (Internal) organisasi sesama Anggota Pemuda

Pancasila dan diluar (Eksternal) organisasi lainnya yaitu Masyarakat.

3. Bagaimana Latar Belakang sejarah berdirinya Organisasi Pemuda Pancasila di

Kabupaten Simalungun dan aspek apa saja yang dimiliki organisasi tersebut.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Jl. Rangkuti S, No.7 Kabupaten

(15)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Menetapkan tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting karena setiap

penelitian yang dilakukan haruslah mempunyai tujuan tertentu. Menurut Arikunto

(1996:52) : ”Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya

suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai”. Maka yang menjadi tujuan dalam

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui peranan Organisasi Pemuda khususnya Organisasi Pemuda

Pancasila terhadap masyarakat di Kabupaten Simalungun.

2. Latar belakang dan juga sejarah berdirinya Organisasi Pemuda Pancasila, visi

dan misi, ideologi, atribut dan lain-lain.

3. Penelitian nantinya dapat melihat dan membandingkan bagaimana hubungan

yang tercipta antara Organisasi Pemuda Pancasila dengan masyarakat

Simalungun dan bagaimana bentuk hubungan tersebut dalam konteks Sosial

dan Politik.

2. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan memiliki manfaat yang hendak dicapai agar

hasil dari penelitian dapat memberikan sumbangsih bagi pembaca nantinya. Manfaat

penelitian ini dapat dirangkum sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan kepada para pemuda agar dapat menggunakan Organisasi

Pemuda tersebut sebagai wadah penempaan diri dalam persiapan memasuki

(16)

2. Dapat memperkaya referensi atau wawasan tentang pembahasan menegenai

Organisasi Kepemudaan yang ditinjau dari sudut pandang Antropologisnya.

3. Bermanfaat sebagai acuan untuk menciptakan Organisasi Kepemudaan yang

benar-benar positif, intelektual, bermartabat dan berguna bagi bangsa dan negara

karena sering di temukan berbagai gejala/stigma perorangan juga kelompok yang

memberikan dampak kesan negatif terhadap bentuk-bentuk Organisasi

Kepemudaan khususnya Organisasi Pemuda Pancasila.

E. Landasan Teoritis

Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami seseorang dalam

memahami informasi tentang dunia atau lingkungan melalui penglihatan, perasaan,

penghayatan dan lain-lain. Persepsi seseorang itu berbeda-beda karena, sebagai

makhluk individu setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan

tingkat pengetahuan dan pemahamannya. Bertambah tinggi tingkat pengetahuan dan

pemahaman seseorang terhadap objek yang dipersepsikan maka semakin baik bentuk

persepsi orang tersebut terhadap objek.

Untuk lebih jelas dibawah ini terdapat beberapa pengertian persepsi yang

dikemukakan oleh para ahli yaitu :

1. Soemanto menyatakan bahwa persepsi merupakan bayangan yang menjadi kesan

yang dihasilkan dari pengamatan. Defenisi ini menekankan bahwa persepsi

merupakan hasil yang ditangkap dari mengamati suatu objek apa yang dituju.

2. Sondang P Siagian menyatakan persepsi adalah apa yang ingin dilihat oleh

(17)

3. William James menyatakan persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita

peroleh dari lingkungan yang diserap oleh panca indera serta sebagian lainnya

diperoleh dari pengolahan ingatan dan diolah kembali berdasarkan pengalaman

yang dimiliki.

Ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu :

1. Diri orang yang bersangkutan. Apabila seseorang melihat dan berusaha

memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya, ia dipengaruhi oleh

karakteristik yang berpengaruh pada sikap, motif, kepentingan, minat dan

pengalaman.

2. Sasaran persepsi tersebut. Sasaran itu mungkin berupa orang, benda atau

peristiwa sifat-sifat itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang

melihatnya.

3. Faktor situasi. Persepsi harus dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam

situasi mana persepsi timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan

faktor yang turut berperan dalam penumbuhan persepsi seseorang.

Selain itu terdapat juga macam bentuk-bentuk persepsi yaitu :

Persepsi masa lampau yang disebut sebagai persepsi (tanggapan) ingatan.

Persepsi masa sekarang disebut juga sebagai persepsi (tanggapan) imaginatif.

Persepsi masa mendatang disebut juga sebagai persepsi (tanggapan) antisipatif.

Sehingga ditarik kesimpulan defenisi persepsi (Tanggapan) merupakan hasil

hubungan antar manusia dengan lingkungan dan kemudian di proses dalam alam

(18)

minat, sikap, intelegasi. Dimana, hasil penilaian terhadap apa yang diinderakan akan

mempengaruhi tingkah laku.

Menurut Thoha (1994:138), Persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh

setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungan dan budayanya baik

lewat penglihatan, pendengaran, perasaan. Mahmud (1990:41) mengatakan bahwa

persepsi merupakan menafsirkan stimulus yang telah ada didalam otak. Rakhmat

(1991:51) mendefenisikan persepsi sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan sehingga persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi

(sensory stimuli).

Masyarakat adalah kumpulan dari individu yang hidup dan tinggal bersama

dalam suatu wilayah tertentu dimana setiap individu menyadari bahwa mereka adalah

suatu kesatuan dan memeliki norma-norma, aturan tertentu yang telah disepakati

bersama dan kebudayannya tersendiri. Bila dikombinasikan antara persepsi dan

masyarakat maka, penulis memberikan defenisi bahwa persepsi masyarakat adalah

sebuah proses dimana kelompok individu yang hidup dan tinggal bersama dalam

wilayah tertentu memberikan tanggapan terhadap hal-hal objek tertentu yang

dianggap menarik dari lingkungan tempat tinggal.

Menurut Effendi, ada sebuah teori tentang persepsi yang sering disebut teori

”S-O-R”. Teori ini adalah singkatan dari stimulus-organism-response dan bila

disesuaikan antara teori ini dengan penelitian yang penulis lakukan maka, ada tiga

(19)

1. Stimulus : yaitu bagaimana persepsi/tanggapan masyarakat terhadap Organisasi

Kepemudaan (OKP) khususnya Organisasi Pemuda Pancasila di

Kabupaten Simalungun.

2. Organism : yaitu masyarakat yang berada di Kabupaten Simalungun.

3. Response : bagaimana persepsi (tanggapan) masyarakat terhadap kinerja

Organisasi Pemuda Pancasila di Kabupaten Simalungun.

Istilah organisasi berasal dari bahasa Yunani yang artinya ”Organon” yang

berarti ”alat” (Supardi dan Anwar, 2002). Dalam mendefenisikan organisasi terdapat

bermacam pendapat para ahli-ahli yang satu sama lain berbeda pendapat dari sudut

pandang yaitu :

1. Organisasi berasal dari perkataan ”Organsime” yang artinya suatu struktur dengan

bagian yang demikian di integrasikan hingga hubungan mereka satu sama lain

dipengaruhi oleh hubungan mereka dengan keseluruhan. Jadi, organisasi terdiri

dari dua bagian yang paling pokok yakni bagian-bagian dan hubungan-hubungan

(G.R Terrys, 2004).

2. Organisasi merupakan suatu sistem kegiatan kerja sama dari dua orang atau lebih

atau sesuatu yang tidak terwujud dan tidak bersifat perorangan sebagian besar

mengenai hal hubungan sosial (Chesster Bernard, 2004).

3. Organisasi sosial merupakan sebuah proses penggabungan pekerjaan yang harus

dilaksanakan oleh orang-orang atau kelompok dengan kekuasaan yang diperlukan

untuk sebuah pelaksanaan sehingga kewajiban yang dilaksanakan dapat

(20)

usaha yang efisien, teratur, positif dan terkoordinir (John Priffinerr dan Owen

Lane, 2004).

Untuk mendapatkan pengertian yang jelas tentang persepsi masyarakat, kita

dapat berpodaman kepada batasan-batasan yang dikemukakan oleh para ahli yaitu:

C.S.T. Kansil (1986:30) memberikan defenisi: ”Persatuan manusia yang timbul dari

kodrat yang sama itu disebut masyarakat”. Hal ini sesuai dengan pendapat

Muhammad Ali (1989:244) yang mengemukakan :”Masyarakat adalah pergaulan

hidup manusia, sehimpunan manusia yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan

ikatan-ikatan aturan yang tertentu”. Jadi dengan demikian, masyarakat itu terbentuk

apabila ada dua orang atau lebih yang hidup bersama dan yang saling mempengaruhi

akibat dari timbulnya berbagai hubungan atau pertalian dalam hidupnya.

Masyarakat dapat dilihat sebagai sekumpulan orang yang saling berinteraksi

dan saling menyatu karena ikatan tertentu. Ikatan ini merupakan pola tingkah laku

yang khas mengenai semua faktor kehidupannya dalam batas kesatuan itu. Pola itu

bersifat mantap dan secara terus-menerus, sehingga dilihat sebagai adat istiadat diri

mereka sebagai kesatuan. Hal ini sesuai dengan pendapat ahli D. A. Wila hury

(1986:42) yang mengatakan: ”Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang

hidup dan berinteraksi dalam waktu yang lama berdasarkan pola yang khas yang

dipandang sebagai adat istiadat yang bersifat kontiniu”. Hal ini juga didukung oleh

pendapat Koentjaraningrat Ahli Antropologi (1996:122) yang menyatakan bahwa

”Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan adat

(21)

Dari defenisi tersebut diketahui bahwa dalam hidup bermasyarakat terdapat

hubungan yang saling mempengaruhi dan langsung secara terus-menerus dalam

pergaulan hidupnya dimana anggotanya terasa terikat oleh suatu rasa kebersamaan

diantara anggota masyarakat disebabkan adanya hasrat-hasrat yang mereka miliki.

Hasrat-hasrat kemasyarakatan tersebut antara lain adalah keinginan untuk memenuhi

kebutuhan, keinginan untuk membela diri, keinginan untuk mengadakan keturunan,

keinginan untuk bergaul, keinginan untuk berjuang dan sebagainya.

Adapun keinginan masyarakat untuk bergaul itu adalah merupakan hasrat

masyarakat untuk bergabung dengan orang-orang tertentu. Dari berbagai pendapat

yang sudah diuraikan diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa defenisi dari

masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang saling berinteraksi dan terikat oleh

adat istiadat bersama.

a. Pengertian Organisasi.

Pada dasarnya atau sesuai dengan kodratnya, manusia adalah makhluk sosial

bermasyarakat, sehingga pada dasarnya pula manusia itu tidak bisa hidup wajar

dengan menyendiri. Hampir sebagian besar tujuan manusia akan terpenuhi apabila

manusia itu berhubungan dengan manusia atau orang lain. Hal ini terutama kali

disebabkan karena adanya kerterbatasan sifat kodrati manusia itu sendiri serta adanya

pembatasan yang dihadapi manusia didunia ini dalam mencapai tujuannya.

Dalam usahanya untuk bermasyarakat itu, maka orang pergi berkelompok atau

memasuki organisasi juga demi mencapai kepuasan lahir/batin serta meningkatkan

diri. Kelompok atau organisasi itu menjadi himpunan manusia dengan berbagai

(22)

diakui kelebihannya oleh anggota-anggota atau sebagian besar angota-anggotanya

terutama dalam mempengaruhi dan menggerakkan usaha bersama untuk mencapai

sesuatu tujuan yang telah ditetapkan.

Secara umum, organisasi adalah kelompok manusia yang berkumpul dalam

suatu wadah yang mempunyai tujuan yang sama dan bekerja sama untuk mencapai

tujuan itu. Menurut pendapat Muhammad Ali (1991:278) mengatakan: ”Organisasi

adalah susunan dan aturan dari berbagai bagian organ dan sebagainya. Sehingga

merupakan kesatuan yang teratur”. Selanjutnya M. Taylor dan H.Mears (1990:88)

mengatakan Organisasi adalah wadah sekumpulan orang yang menggabungkan diri

denga tujuan tertentu, perhimpunan terdiri atas beberapa anggota atau ribuan anggota

yang bersifat internasional atau lokal, akan tetapi semua anggotanya menggabungkan

diri dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi.

Dari kedua pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Organisasi

adalah perhimpunan orang-orang yang merupakan kesatuan yang teratur untuk

mencapai tujuan tertentu sesuai dengan cita-cita sesuai anggotanya dimana tujuan

tersebut dicantumkan didalam anggaran dasar organisasi tersebut. Seseorang

memasuki kelompok atau organisasi adalah karena mengharapkan tercapainya suatu

kepuasan baik kepuasan fisik (seperti mendapat imbalan uang, barang, makan, dan

sebagainya), maupun kepuasan non fisik/batin (seperti pujian, kelegaan, penghargaan,

dan sebagainya). Pentingnya peranan organisasi masyarakat dalam mensukseskan

pembangunan nasional maka pengorganisasian pembinaannya termasuk pemilihan

(23)

b. Pengertian pemuda/generasi muda

Kita sering menggunakan istilah pemuda atau generasi muda dalam kehidupan

kita sehari-hari. Untuk mengetahui pengertian dari istilah pemuda/generasi muda ini

penulis berpedoman pada pendapat para ahli. Menurut Muhammad Ali (1989:258):

”Muda diartikan belum sampai setengah umur, belum cukup umur”. Maka dari

pengertian ini dapat disimpulkan bahwa pengertian muda itu difokuskan pada usia

dengan batas tertentu penggolongannya seperti pada anak-anak dan remaja.

Sedangkan menurut N. Daldjoni (1974:35) Generasi adalah: ”Keseluruhan

individu dalam bermasyarakat yang sebenarnya sebagai akibat pengalaman yang

mirip dan keterikatan yang sama, bersikap kritis terhadap generasi atasnya”. Dari

pengertian ini dapat di simpulkan bahwa generasi menunjukkan tempat atau

kedudukan mereka bersama sebagai kelompok usia. Generasi muda adalah

keseluruhan orang yang mempunyai usia belum setengah umur dan mempunyai

kesamaan dalam masa hidupnya akibat pengalaman yang mirip dan keterikatan yang

sama bersikap kritis terhadap generasi.

Pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga seperti ruang lingkup tempat

pemuda berada diperoleh 3 kategori yaitu :

1. Siswa usia 6-18 tahun, masih ada dibangku sekolah.

2. Mahasiswa di Universitas perguruan tinggi usia antara 18-25 tahun.

3. Pemuda diluar lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi usia antara 15-30

tahun.

Dengan melihat batasan-batasan unsur generasi muda yang diuraikan diatas,

(24)

umur generasi muda pada umumnya, khususnya dalam tulisan ini diambil kesimpulan

bahwa batas usia pemuda itu adalah antara 15-30 tahun.

c. Pengertian Organisasi Pemuda

Dari pengertian organisasi dan pengertian pemuda yang telah diuraikan di atas

maka penulis menyimpulkan pengertian dari Organisasi Pemuda adalah perkumpulan

atau perhimpunan para generasi muda yang merupakan kesatuan yang teratur unutuk

mencapai tujuan tertentu sesuai dengan cita-cita dari anggotanya diman tujuan

tersebut dicantumkan didalam anggaran dasar dari organisasi tersebut.

Banyak organisasi pemuda yang di Kabupaten Simalungun seperti Organisasi

Pemuda Ikatan Pemuda Karya, organisasi Pemuda Pancasila, Remaja Mesjid,

Organisasi Pemuda Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia dan lain-lain. Ada

beberapa faktor yang mempengaruhi para generasi muda memasuki Organisasi

Pemuda diantaranya :

Faktor Internal

Adalah faktor yang berasal dari dalam diri generasi muda, yaitu faktor individu.

Faktor individu yang ada pada diri si anak yaitu bakat akan berkembang positif

maupun berkembang negatif adalah tergantung pada bimbingan yang diperoleh

individu atau generasi muda. Bakat yang membawa si anak dapat dikatakan baik jika

anak itu benar-benar dibimbing dan diawasi. Dengan demikian juga sebaliknya jika

seorang anak berbakat dan berorganisasi, ia dapat menyalurkan bakatnya melalui

(25)

Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah merupakan faktor yang datangnya dari luar diri generasi

muda yaitu lingkungan dan lingkungan masyarakat yang turut memberi pengaruh

terhadap perkembangan pembawaan dari kehidupannya. Pada dasarnya

organisasi-organisasi pemuda itu didirikan atau dibentuk adalah sebagai wadah penempaan diri

para kawula muda dalam rangka persiapan memasuki kehidupan yang sebenarnya

dimasyarakat, sehingga nantinya para kaula muda mempunyai peranan yang penting

dalam masyarakat.

Melalui berbagai aktifitas di harapkan organisasi-organisasi pemuda itu dapat

membuka cakrawala, pandangan dan wawasan pemikiran generasi muda sebagai

bekal hidup mereka kemudian hari. Selain itu organisasi pemuda ini di maksudkan

untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan pemuda Indonesia dengan tujuan untuk

menumbuhkan atau mengembangkan dan menyalurkan potensi-potensi yang ada

pada generasi muda demi terciptanya cita-cita nasional. Selain sebagai wadah

penempaan diri, organisasi pemuda juga merupakan wadah pembinaan dan

pengembangan.

d. Persepsi masyarakat Terhadap Organisasi Pemuda di Kabupaten Simalungun.

Dalam perkembangan setiap individu generasi muda akan selalu berhadapan

dengan tantangan-tantangan yang muncul dari lingkungannya. Faktor lingkungan

yang mempengaruhi proses pendewasaannya berpangkal tolak dari lingkungan

keluarga dan lingkungan masyarakat. Proses pendewasaan anak yang pertama bertitik

tolak dari lingkungan keluarga. Sejak lahirnya manusia hidup dengan orang lain

(26)

dewasa memperoleh kesempatan yang cukup dalam mempersiapkan diri dan untuk

mematangkan mental, sehingga sampai pada taraf yang tertinggi sesuai dengan

kemampuan dan hahekat sebagai manusia.

Dalam pematangan mental anak atau generasi muda sangat dibutuhkan peranan

dari keluarga khususnya dari orang tua karena orang tua dianggap sebagai kelompok

prima yaitu yang utama dan pertama bagi para pemuda untuk mengembangkan diri

sendiri untuk sebagai makhluk sosial maupun sebagai individu. Karena itu keluarga

khususnya orang tua harus memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anaknya

yang masih dalam tahap perkembangan baik itu perkembangan jasmani maupun

rohaninya.

Sebagaimana dikatakan Soekunto (1990:494) ”Lingkungan pertama yang

berhubungan dengan anak adalah orang tuanya, saudara-saudaranya yang lebih tua

serta mungkin kerabat dekatnya yang tinggal serumah”. Karena itu ibu sebagai ibu

rumah tangga yang paling dekat dengan anak-anaknya harus siap mengatur dan

mendidik, karena didikan ibu dimasa kecil akan menjadi dasar dan pedoman yang

kuat pada diri anak-anaknya dalam memasuki hari depan yang akan dijalaninya.

Karena itu, sebelum anak atau pemuda mengenal norma-norma dan nilai-nilai

dari masyarakat umum, pertama kali ia menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang

berlaku dalam keluarganya untuk dijadikan sebagai bagian dari kepribadiannya.

Demikian pula agama dan pendidikan bisa mempengaruhi kelakuan seseorang pada

hahekatnya ditimbulkan oleh norma yang berlaku dalam keluarga yang diturunkan

(27)

Selain lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat juga mempengaruhi proses

pendewasaan anak khususnya bagi para pemuda/generasi muda. Para pemuda dapat

bergaul dengan sesamanya yang majemuk baik itu dalam agama, suku, pendidikan,

ekonomi dan kemajemukan.

Lingkungan masyarakat dapat dengan cepat mempengaruhi proses pendewasaan

diri para pemuda karena banyak hal yang dilihat dan yang dirasakan individu yang

dijadikan sebagai pemahaman dan pengalamannya yang dapat dijadikan sebagai guru

dalam kehidupannya. Di dalam masyarakat para pemuda akan melihat hal-hal yang

dapat mendewasakan sifat dari pemuda seperti tata cara bergaul, penggunaan dialog

bahasa, cara berpikir maupun tingkah laku masyarakat, tata cara dalam pelaksanaan

hubungan dengan orang lain masih banyak hal-hal lain yang dapat mempengaruhi

proses pendewasaan anak dan generasi muda.

Suatu persepsi itu selalu berhubungan dengan pengalaman dan pengetahuan

yang dimiliki seseorang sehingga menimbulkan tanggapan, penilaian atau penerimaan

seorang terhadap suatu objek atau gejala. Karena itu persepsi antara individu lain di

dalam hidup bermasyarakat adalah berbeda-beda terhadap suatu objek atau gejala.

Dalam hidup bermasyarakat setiap anggota masyarakat harus berinteraksi

dengan anggota masyarakat karena hidup bermasyarakat sudah menjadi sifat manusia

sebagai makhluk sosial. Hal ini sesuai denga pendapat C. S. T. Kansil (1986:30) yang

mengatakan bahwa ”Hasrat untuk hidup bersama memang telah menjadi pembawaan

manusia merupakan suatu keharusan badaniah untuk melangsungkan hidupnya”. Jadi

manusia itu tidak dapat hidup sendiri, tetapi harus melalui hubungan sosial dengan

(28)

Golongan sosial ini di gambarkan oleh pihak luar sebagai orang-orang yang

memiliki satu ciri, yaitu manusia mereka yang muda. Selain itu, Koentjaraningrat

(1996:125) mengatakan bahwa Golongan sosial ini di gambarkan oleh umum sebagai

orang-orang yang idealisme. Belum terikat oleh kewajiban-kewajiban hidup yang

membebani mereka sehingga mereka masih sanggup mengabdi dan berkorban bagi

masyarakat. Penuh semangat dan fitalitas, memilki kekuatan dan kreatifitas untuk

melakukan pembaharuan.

Gambaran umum tentang golongan pemuda dalam masyarakat terjadi karena

ada peristiwa-peristiwa yang sangat menentukan dalam sejarah seperti kongres

pemuda yang terjadi walaupun belum semua orang yang memenuhi syarat untuk

disebut pemuda yang ideal. Bila dilihat dalam kehidupan sehari-hari organisasi

pemuda tidak dimanfaatkan oleh pemuda sebagai wadah pembinaan dan

pengembangan bagi para kaula muda. Tetapi digunakan sebagai wadah untuk

melakukan hal-hal yang negatif yang dapat meresahkan masyarakat misalnya terjadi

perkelahian antara organisasi pemuda yang satu dengan organisasi lainnya yang

mengambil korban jiwa. Karena itu, sebagian masyarakat itu menganggap bahwa

organisasi pemuda itu sebagai wadah atau tempat kumpulan orang-orang yang brutal

yang membuat keresahan masyarakat dan merusak generasi muda.

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu

suatu analisis untuk menjawab suatu pertanyaan hubungan antara beberapa variabel.

(29)

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu persepsi masyarakat, sedangkan variabel

terikat adalah Organisasi Pemuda. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam

meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran

ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Dalam penelitian ini data serta keterangan-keterangan yang nantinya diperoleh

dari :

1. Penelitian pustaka (Library Research) yaitu mencari data-data atau bukti-bukti

atau keterangan yang dikumpulkan dari bahan-bahan tulisan seperti buku-buku

bacaan yang ada hubungannya dengan pembahasan yang dilakukan.

2. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu melakukan penelitian dimana peneliti

terjun langsung kepada objek yang telah ada dilapangan.

Untuk memperoleh data-data Teknik penelitian yang digunakan sebagai berikut:

1. Observasi Partisipasi

Pengamatan langsung yang dilakukan untuk mengamati situasi atau peristiwa.

Hal ini meliputi berbagai hal seperti kegiatan, peristiwa dan perilaku yang berkaitan

dengan permasalahan yang sesuai dengan apa yang ingin dicapai. Untuk melakukan

pengamatan langsung ini nantinya penulis akan terjun kelapangan lingkungan

Organisasi Pemuda Pancasila di Kabupaten Simalungun.

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu tekhnik pengumpulan data dengan cara lisan.

(30)

dengan menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara (Interview Guide) yang

berhubungan dengan masalah penelitian.

3. Studi Kepustakaan

Mengumpulkan bahan-bahan yang dipergunakan untuk mencari dokumentasi

data yang diinginkan dan berkenaan dengan objek penelitian yang berkaitan dengan

masalah organisasi kepemudaan dan budaya organisasi sosial yang nantinya akan

digunakan sebagai penegas argumen dan asumsi-asumsi objektif yang ditemukan

dilapangan.

G. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam

pola kategori dan satuan uraian dasar. Sehingga, dapat ditemukan tema, dapat

dirumuskan hipotesis kerja (Moleong, 2005;280). Setelah data terkumpul, baik dari

wawancara dan hasil observasi kemudian di organisasikan secara kualitatif sesuai

dengan tujuan penelitian.

Dalam menganalisa data akan digunakan analisis struktural fungsional untuk

menelaah bentuk internal organisasi Pemuda Pancasila sebagai unit kesatuan yang

berstruktur ke dalam masyarakat di Jl. Rangkuti No.7 Kabupaten Simalungun.

Bentuk hubungan fungsionalis yang tercipta antara keduanya sebagai satu kesatuan (a

whole stucture). Selain analisis struktural fungsional, analisa data juga dilakukan

dengan metode analisis situasional yang di definisikan Van Velzen (1967;106)

(31)

BAB II

GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIMALUNGUN DAN ORGANISASI KEPEMUDAAN MPC PEMUDA PANCASILA

II.1. Sejarah Asal Usul Kabupaten Simalungun

Suku Simalungun adalah salah satu suku asli dari

dalam bahasa Simalungun memiliki kata dasar "lungun" yang memiliki makna

"sunyi". Nama itu diberikan oleh orang luar karena penduduknya sangat jarang dan

tempatnya sangat berjauhan antara yang satu dengan yang lain. Orang

menyebutnya "Si Balungu" dari legenda hantu yang menimbulkan wabah penyakit di

daerah tersebut, sedangkan

di sebelah

Terdapat berbagai sumber mengenai asal usul Suku Simalungun, tetapi sebagian

besar menceritakan bahwa nenek moyang Suku Simalungun berasal dari luar

1. Gelombang pertama (Proto Simalungun), diperkirakan datang dari Nagor

Selatan) dan pegunungan Assam (India Timur) di sekitar

Timur dan mendirikan kerajaan Nagur dari

2. Gelombang kedua (Deutero Simalungun), datang dari suku-suku di sekitar

Simalungun yang bertetangga dengan Suku asli Simalungun.

Pada gelombang Proto Simalungun di atas, Tuan Taralamsyah Saragih

(32)

dari Siam dan India ini bergerak dari Sumatera Timur ke daerah

daerah Bangun Purba, hingga ke Bandar Kalifah sampai Batubara. Kemudian mereka

didesak oleh suku setempat hingga bergerak ke daerah pinggiran

Terbentuknya Simalungun

Pada kerajaan Nagur di atas, terdapat beberapa panglima (Raja Goraha) yaitu

masing-masing bermarga yakni :

• Saragih

• Sinaga

• Purba

Kemudian mereka dijadikan menantu oleh Raja Nagur dan selanjutnya

mendirikan kerajaan-kerajaan:

• Silou (Purba Tambak)

• Tanoh Djawa (Sinaga)

• Raya (Saragih)

Selama

serangan dari kerajaan-kerajaan lain seperti

(India) dan dari

ini, tersebutlah cerita "Hattu ni Sapar" yang melukiskan kengerian keadaan saat itu di

mana kekacauan diikuti oleh merajalelanya penyakit kolera hingga mereka

menyeberangi "Laut Tawar" (sebutan untuk Danau Toba) untuk mengungsi ke pulau

(33)

Saat pengungsi ini kembali ke tanah asalnya (huta hasusuran), mereka

menemukan daerah Nagur yang sepi, sehingga dinamakanlah daerah kekuasaan

kerajaan Nagur itu sebagai Sima-sima ni Lungun, bahasa Simalungun untuk daerah

yang sepi, dan lama kelamaan menjadi Simalungun.(M.D.Purba, 1997).

Kehidupan masyarakat Simalungun

Sistem mata pencaharian orang Simalungun yaitu bercocok tanam dengan

tambahan jika hasil padi tidak mencukupi. Jual-beli diadakan dengan barter, bahasa

yang dipakai adalah bahasa dialek.

yang lainnya sudah jauh berbeda. Di Tapanuli sudah berdiri sekolah-sekolah, rumah

sakit, dan sekolah-sekolah keterampilan lainnya sehingga sistem kehidupan Tapanuli

lebih maju.

Kepercayaan Suku Simalungun

Sebelum masuknya Misionaris Agama

penduduk Simalungun bagian timur pada umumnya sudah banyak menganut agama

juga pernah mempengaruhi kehidupan di Simalungun, hal ini terbukti dengan

peninggalan berbagai

Simalungun yang menggambarkan makna

menunggangi

Bila diselidiki lebih dalam suku Simalungun memiliki berbagai kepercayaan

(34)

persembahan kepada roh-roh nenek moyang yang selalu didahului panggilan kepada

Tiga

(dilambangkan dengan warna Merah), dan Dewa di bawah (dilambangkan dengan

warna Hitam). Tiga warna yang mewakili Dewa-Dewa tersebut (Putih, Merah dan

Hitam) mendominasi berbagai ornamen suku Simalungun dari pakaian sampai hiasan

rumahnya. Sistem pemerintahan di Simalungun dipimpin oleh seorang Raja, sebelum

pemberitaan Injil masuk Tuan Rajalah yang sangat berpengaruh. Orang Simalungun

menganggap bahwa anak Raja itulah Tuhan dan Raja itu sendiri adalah Allah yang

kelihatan.

Marga-Marga

Terdapat empat marga asli suku Simalungun yang populer dengan akronim

SISADAPUR, yaitu:

Keempat marga ini merupakan hasil dari “Harungguan Bolon”

(permusyawaratan besar) antara empat raja besar untuk tidak saling menyerang dan

tidak saling bermusuhan (marsiurupan bani hasunsahan na legan, rup mangimbang

munssuh).

1. Raja Nagur bermarga Damanik yang artinya Simada Manik (pemilik manik),

(35)

berasal dari kaum bangsawan India Selatan dari Kerajaan Nagore. Pada abad

ke-12, keturunan raja Nagur ini mendapat serangan dari Raja Rajendra Chola dari

Pulau Pandan hingga terbagi menjadi 3 bagian sesuai dengan jumlah putranya:

• Marah Silau (yang menurunkan Raja Manik Hasian, Raja Jumorlang, Raja

Sipolha, Raja Siantar, Tuan Raja Sidamanik dan Tuan Raja Bandar)

• Soro Tilu (yang menurunkan marga raja Nagur di sekitar gunung Simbolon:

Damanik Nagur, Bayu, Hajangan, Rih, Malayu, Rappogos, Usang, Rih,

Simaringga, Sarasan, Sola)

• Timo Raya (yang menurunkan raja Bornou, Raja Ula dan keturunannya

Damanik Tomok). Selain itu, datang marga keturunan Silau Raja, Ambarita

Raja, Gurning Raja, Malau Raja, Limbong, Manik Raja yang berasal dari

Pulau Samosir dan mengaku Damanik di Simalungun.

2. Raja Banua Sobou bermarg

Ragih, yang mana Ragih berarti atur, susun, tata, sehingga simada ragih berarti

Pemilik aturan atau pengatur, penyusun atau pemegang undang-undang.

Keturunannya adalah:

 Saragih Garingging yang pernah merantau ke Ajinembah dan kembali ke

 Saragih Sumbayak keturunan Tuan Raya Tongah, Pamajuhi, dan Bona ni

Gonrang. Saragih Garingging kemudian pecah menjadi dua, yaitu:

Dasalak, menjadi raja di Padang Badagei. Dajawak, merantau ke Rakut

(36)

Walaupun jelas terlihat bahwa hanya ada 2 keturunan Raja Banua Sobou, pada

zaman Tuan Rondahaim terdapat beberapa marga yang mengaku dirinya sebagai

bagian dari Saragih (berafiliasi), yaitu: Turnip, Sidauruk, Simarmata, Sitanggang,

Munthe, Sijabat, Sidabalok, Sidabukke, Simanihuruk. Ada satu lagi marga yang

mengaku sebagai bagian dari Saragih yaitu Pardalan Tapian, marga ini berasal dari

daerah Samosir.

3. Raja Banua Purba bermarga Purba menurut bahasa berasal dari bahasa Sansekerta

yaitu Purwa yang berarti timur, gelagat masa datang, pegatur, pemegang

Undang-undang, tenungan pengetahuan, cendekiawan/sarjana. Keturunannya adalah:

Tambak, Sigumonrong, Tua, Sidasuha (Sidadolog, Sidagambir). Kemudian ada

lagi Purba Siborom Tanjung, Pakpak, Girsang, Tondang, Sihala, Raya. Pad

kemudian menetap di

Simamora ini kemudian menjadi Purba Manorsa dan tinggal di Tangga Batu dan

Purbasaribu.

4. Raja Saniang Naga bermarga Sinaga atau Tanduk Banua (terletak di perbatasan

Simalungun dengan tanah Karo). Sinaga berarti Simada Naga, dimana Naga

dalam mitologi dewa dikenal sebagai penebab Gempa dan Tanah Longsor.

Keturunannya adalah marga Sinaga di Kerajaan Tanah Jawa, Batangiou di

Asahan.

Saat kerajaan Majapahit melakukan ekspansi di Sumatera pad

(37)

nenek moyang mereka ini kemudian menjadi raja Tanoh Djawa dengan marga Sinaga

Dadihoyong setelah ia mengalahkan Tuan Raya Si Tonggang marga Sinaga dari

kerajaan Batangiou dalam suatu ritual adu sumpah.(Tideman, 1922).

Beberapa Sumber mengatakan bahwa Sinaga keturunan raja Tanoh Djawa

berasal dari

Tuan Djorlang Hatara.Beberapa keluarga besar Partongah Raja Tanoh Djawa

menghubungkannya dengan daera

berbatasan dengan Myanmar yang memang memiliki banyak persamaan dengan adat

kebiasaan, postur wajah dan anatomi tubuh serta bahasa dengan suku Simalungun dan

Batak lainnya.

Marga-marga perbauran

Perbauran suku asli Simalungun dengan suku-suku di sekitarnya di Pulau

Samosir, Silalahi, Karo, dan

tersebut yaitu:

Saragih: Sidauruk, Sidabalok, Siadari, Simarmata, Simanihuruk, Sidabutar,

Munthe dan Sijabat

Purba: Manorsa, Simamora, Sigulang Batu, Parhorbo, Sitorus dan

Pantomhobon

Damanik: Malau, Limbong, Sagala, Gurning dan Manikraja

Sinaga: Sipayung, Sihaloho, Sinurat dan Sitopu

Selain itu ada juga marga-marga lain yang bukan marga Asli Simalungun tetapi

kadang merasakan dirinya sebagai bagian dari suku Simalungun, seperti Lingga,

(38)

garis keturunannya dari raja-raja disebut “jolma tuhe-tuhe” atau “silawar”

(pendatang). Fenomena sosial ini diakibatkan adanya hukum marga yang keras di

Simalungun menyatukan dirinya dengan marga raja-raja agar mendapat hak hidup di

Simalungun. Demikian, sehingga makin bertambah banyak marga di Simalungun.

Tetapi meski demikian sejak dahulu hanya ada empat marga pokok di Simalungun

yakni Sisadapur : Sinaga, Saragih, Damanik dan Purba.

Setelah raja-raja dikuasai

(Perjanjian Pendek) tahu

hapus di Simalungun. Masing-masing marga kembali lagi ke marga aslinya dan ke

sukunya semula.

Penambahan Marga Simalungun

Pada tahun

pada kumpulan Raja-Raja Simalungun yang berkumpul di

meminta agar Raja-Raja tersebut menetapkan marga-marga baru sebagai tambahan

kepada marga resmi Simalungun dengan maksud agar semakin banyak marga

Simalungun seperti pada suku lain. Walaupun ide tersebut diterima oleh Raja-Raja

tersebut namun permohonan J. Wismar Saragih belum disetujui karena belum tepat

waktunya.

Karena alasan tersebut di atas, sebagian orang berpandangan bahwa masih ada

kemungkinan bertambahnya Marga-marga di Simalungun. Hal ini senada dengan apa

(39)

Ajinembah (sebuah daerah di Kabupaten Karo) dan bermigrasi ke Raya sehingga

bertemu dengan Raja Nagur dan dijadikan marga Saragih Garingging. Begitupun

marga Purba Tambak, disebutkan berasal dari penduduk daerah

bermigrasi ke daerah Natal, kemudian ke Singkel, hingga tiba di daerah Tambak,

Simalungun. Keturunannya kemudian menikah dengan keturunan Raja Nagur dan

mereka dijadikan sebagai bagian dari Purba, yaitu Purba Tambak. Marga Damanik

juga disebut sebagai pendatang yang menikah dengan keturunan Tuan Silampuyang

yang bermarga Saragih dan kemudian diberi marga.

Kekerabatan Simalungun

Orang Simalungun tidak terlalu mementingkan soal

partuturan (perkerabatan) di Simalungun adalah hasusuran (tempat asal nenek

moyang) dan tibalni parhundul (kedudukan/peran) dalam horja-horja adat

(acara-acara adat). Hal ini bisa dilihat saat orang Simalungun bertemu, bukan langsung

bertanya “aha marga ni ham?” (apa marga anda) tetapi “hunja do hasusuran ni ham

(dari mana asal-usul anda)?"

Hal ini dipertegas oleh pepatah Simalungun “Sin Raya, sini Purba, sin Dolog,

sini Panei. Na ija pe lang na mubah, asal ma marholong ni atei” (dari Raya, Purba,

Dolog, Panei. Yang manapun tak berarti, asal penuh kasih). Sebagian sumber

menuliskan bahwa hal tersebut disebabkan karena seluruh marga raja-raja

Simalungun itu diikat oleh persekutuan adat yang erat oleh karena konsep perkawinan

antara raja dengan “puang bolon” (permaisuri) yang adalah puteri raja tetangganya.

Seperti raja Tanoh Djawa dengan puang bolon dari Kerajaan Siantar (Damanik), raja

(40)

Siantar, Raja Silau dari Putri Raja Raya, Raja Purba dari Putri Raja Siantar dan

Silimakuta dari Putri Raja Raya atau Tongging.

Adapun kekerabatan dalam masyarakat Simalungun disebut sebagai

Partuturan ini menetukan dekat atau jauhnya hubungan kekeluargaan

(pardihadihaon), dan dibagi kedalam beberapa kategori sebagai berikut:

1. Tutur Manorus / Langsung yaitu Kekerabatan yang langsung terkait dengan diri

sendiri.

2. Tutur Holmouan / Kelompok yaitu Melalui tutur Holmouan ini bisa terlihat

bagaimana berjalannya adat Simalungun

3. Tutur Natipak / Kehormatan yaitu Tutur Natipak digunakan sebagai pengganti

nama dari orang yang diajak berbicara sebagai tanda hormat.

Pakaian Adat

Sama seperti suku-suku lain di sekitarnya, pakaian adat suku Simalungun tidak

terlepas dari penggunaan kai

Simalungun adalah pada kain khas serupa Ulos yang disebut Hiou dengan berbagai

ornamennya. Ulos pada mulanya identik dengan ajimat, dipercaya mengandung

"kekuatan" yang bersifat religius magis dan dianggap keramat serta memiliki daya

istimewa untuk memberikan perlindungan. Menurut beberapa penelitian penggunaan

ulos oleh suku bangsa Batak, memperlihatkan kemiripan dengan bangsa Karen di

perbatasan

ulosnya.

(41)

yang paling nyaman karena bisa digunakan kapan saja (tidak seperti matahari, dan

tidak dapat membakar (seperti api). Seperti suku lain di rumpun Batak, Simalungun

memiliki kebiasaan "mambere hiou" (memberikan ulos) yang salah satunya

melambangkan pemberian kehangatan dan kasih sayang kepada penerima ulos.

Ulos dapat dikenakan dalam berbagai bentuk, sebagai kain penutup kepala,

penutup badan bagian bawah, penutup badan bagian atas, penutup punggung dan

lain-lain. Ulos dalam berbagai bentuk dan corak/motif memiliki nama dan jenis yang

berbeda-beda, misalnya ulos penutup kepala wanita disebut suri-suri, ulos penutup

badan bagian bawah bagi wanita disebut ragipane, atau yang digunakan sebagai

pakaian sehari-hari yang disebut jabit. Ulos dalam pakaian penganti Simalungun juga

melambangkan kekerabatan Simalungun yang disebut tolu sahundulan, yang terdiri

dari tutup kepala (ikat kepala), tutup dada (pakaian) dan tutup bagian bawah (abit).

Menurut Muhar Omtatok, Budayawan Simalungun, awalnya Gotong (Penutup

Kepala Pria Simalungun) berbentuk destar dari bahan kain gelap ( Berwarna putih

untuk upacara kemalangan, disebut Gotong Porsa), namun kemudian Tuan

Bandaralam Purba Tambak dari Dolog Silou juga menggemari trend penutup kepala

ala melayu berbentuk tengkuluk dari bahan batik, dari kegemaran pemegang Pustaha

Bandar Hanopan inilah, kemudian Orang Simalungun dewasa ini suka memakai

Gotong berbentuk Tengkuluk Batik.

II.2. Letak Geografis Kabupaten Simalungun.

Kabupaten Simalungun adalah sebua

(42)

bakti

Simalungun.

berstatu

direncanakan untuk dipindahkan ke Sondi Raya pada tahun

Geografi

Kabupaten Simalungun terletak pada 98092’BT 990- 34’BT dan 20 36’LU-3018’

LU. Kabupaten ini memiliki 30

luas wilayah Provinsi Sumatra Utara. Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan

Kecamatan

dari

yaitu

Batas-Batas wilayah

• Sebelah utara berbatasan denga

• Sebelah timur berbatasan denga

• Sebelah selatan berbatasan denga

• Sebelah utara berbatasan denga

Potensi ekonomi kabupaten Simalungun sebagian besar terletak pada produksi

pertaniannya. Produksi lainnya termasuk tanaman pangan, perkebunan, pertanian

lainnya, industri pengolahan, serta jasa.

Produksi Padi di Kabupaten Simalungun merupakan produksi terbesar kedua di

(43)

sawit dari perkebunan yang ada di kabupaten ini menjadi komoditas utama, kedua

terbesar di Sumatera Utara setelah

Selain memproduksi Kelapa Sawit, perkebunan rakyat di Simalungun juga

menghasilka

jumlah produksinya semakin menurun. Penjualan hasil tani Karet dibantu oleh

kehadiran PT

perkebunan sendiri tetapi tetap menampung hasil perkebunan rakyat dan

mengolahnya menjadi bahan setengah jadi sebelum menjualnya ke luar daerah.

Luas

Luas Kabupaten Simalungun yaitu 438.660 HA (4.386,60 K2) yang terdiri

dari empat wilayah pembantu Bupati dengan 30 Kecamatan. Dan Jumlah Penduduk

Kabupaten Simalungun pada tahun 2007 adalah 823.109 Jiwa dengan kepadatan

Rata-Rata 480 jiwa/Km2.

Pemerintahan

Dasar hukum pembentukan Kabupaten Simalungun adalah UU Drt No.7

tahun 1956. Pembagian wilayah Kabupaten Simalungun yaitu:

 Jumlah kecamatan : 30 Kecamatan

 Jumlah Desa/Kelurahan : 323 Desa/Kelurahan.

II.3. Sejarah singkat Berdirinya Organisasi Pemuda Pancasila.

Organisasi Pemuda Pancasila berdiri pada tanggal 28 Oktober 0959 yang

berkedudukan dalam Wilayah Kesatuan Republik Indonesia. Organisasi Pemuda

(44)

mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera materiil dan sprituil yang

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sehingga mewujudkan ide

dasar perjuangan wujud manifestasi peran serta Organisasi Pemuda Pancasila dalam

pembangunan bangsa dan menetapkan arah/target kebijakan umum program, sasaran

dan pola implementasi dalam mewujudkan pengabdian lima tahun (2003-2008) ke

depan.

Organisasi Pemuda Pancasila bersifat terbuka tanpa membeda-bedakan ras,

suku, agama, golongan dan latar belakang sosial politik serta berbasis sosial

kemasyarakatan. Organisasi Pemuda Pancasila memiliki sifat mandiri, pergerakan

yang militan, persaudaraan, patriotik, inovatif, kreatif dan kepemimpinan yang

konsekuen.

II.4. Wewenang, tugas dan struktur Organisasi Kepemudaan Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila.

Lembaga/Badan Organisasi MPC Pemuda Pancasila memiliki Wewenang yaitu:

A. Bersifat kolektif dalam menentukan dan mengawasi kebijakan organisasi untuk

pencapaian tujuan organisasi di tingkat cabang.

B. Menetapkan pedoman-pedoman organisasi di tingkat cabang sepanjang tidak

bertentangan dengan ketentuan-ketentuan lain yang lebih tinggi.

C. Memimpin dan mengendalikan jajaran Organisasi Pemuda Pancasila di tingkat

cabang dalam melaksanakan pokok-pokok perjuangan serta tindakan yang

dipandang perlu untuk pencapaian tujuan pengembangan Organisasi Pemuda

(45)

D. Mengkoodinasikan kebijakan dan upaya-upaya organisasi di tingkat cabang.

Khususnya dalam hal memelihara hubungan yang serasi dengan pemerintah,

organisasi sosial politik, Organisasi Kemasyarakatan dan badan-badan pihak

eksternal Organisasi lainnya.

Lembaga/Badan Organisasi MPC Pemuda Pancasila memiliki tugas pokok

yaitu:

A. Melaksanakan keputusan dan ketetapan Musyawarah Besar, Rapimpur, Rakernas,

Keputusan Majelis Pimpinan Pusat, Musyawarah Wilayah, Musyawarah Cabang,

Rapat Pleno MPC dan peraturan-peraturan organisasi.

B. Merumuskan kebijakan-kebijakan organisasi yang diperlukan guna pencapaian

tujuan organisasi di tingkat cabang.

C. Memberikan pengarahan, petunjuk, bantuan, bimbingan dan pembinaan terhadap

Pimpinan Anak Cabang (PAC) dan ranting maupun lembaga di tingkat cabang.

D. Menjalin hubungan yang serasi dengan pemerintah, lembaga Tinggi Negara, Polri

maupun pihak eksternal organisasi lainnya di tingkat cabang yang saling

mendukung dan bermanfaat.

E. Menjalin kerjasama yang harmonis dengan seluruh jajaran organisasi guna

mengembangkan, meningkatkan, memantapkan kesinambungan, keberadaan

organisasi dalam upaya mewujudkan cita-cita Organisasi Pemuda Pancasila.

F. Memberikan pertanggung jawaban dalam Musyawarah Cabang dan melantik

Pimpinan kolektif Anak Cabang.

G. Menjalankan usaha-usaha pendidikan kader dan pengembangan organisasi di

(46)

H. Merencanakan, menggali sumber-sumber keuangan organisasi di tingkat cabang.

Struktur Organisasi Pemuda Pancasila berdasarkan surat intruksi Majelis

Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila Sumatera Utara No.

E1/MPW-PP/SMU/III/2006 tentang komposisi dan personalia pengurus Majelis Pimpinan

Cabang (MPC) Pemuda Pancasila di Kabupaten Simalungun TA 2007/2008 sebagai

(47)

Kedudukan Organisasi Pemuda Pancasila disetiap jenjang dan tingkatan yakni :

1. Tingkat Nasional berkedudukan di Ibukota Republik Indonesia di pimpin oleh

Majelis Pimpinan Nasional (MPN).

2. Tingkat propinsi berkedudukan di Ibukota propinsi di pimpin oleh Majelis

Pimpinan Wilayah.

3. tingkat Kabupaten berkedudukan di Kabupaten di pimpin oleh Majelis Pimpinan

Cabang (MPC).

4. Tingkat kecamatan berkedudukan di daerah kecamatan di pimpin oleh Pimpinan

Anak Cabang.

5. Tingkat Kelurahan/Desa berkedudukan di daerah Kelurahan/Desa di pimpin oleh

Pimpinan Ranting.

Susunan dan komposisi kepemimpinan, wewenang dan tugas pokok Majelis

Pimpinan Nasional, Majelis Pimpinan Wilayah, Majelis Pimpinan Cabang, Pimpinan

Ranting dan penasehat diatur dalam Anggaran Dasar Rumah Tangga. Organisasi

Pemuda Pancasila dapat membentuk lembaga sesuai kebutuhan organisasi, seperti :

LPPH, Buruh, Tani, Nelayan, Pekerja dan mahasiswa serta badan-badan sesuai

kebutuhan, seperti: Pendidikan, Sosial keagamaan, seni dan budaya sesuai peran

sektoral di cabang Kabupaten Simalungun.

Majelis Pimpinan Cabang satu orang ketua, dua orang wakil ketua, sembilan

orang ketua bidang, satu orang sekretaris, satu orang berdahara, dua orang wakil

bendahara dan empat orang anggota masing-masing bidang. Musyawarah cabang

Pemuda Pancasila (PP) adalah pemegang kekuasaan tertinggi di tingkat cabang yang

(48)

1. Menetapkan program cabang dalam rangka pelaksanaan program umum

Organisasi Pemuda Pancasila (PP).

2. Menilai dan menetapkan laporan pertanggung jawaban Majelis Pimpinan Cabang

(MPC).

3. Memilih ketua Majelis Pimpinan Cabang (MPC) dan komposisi kepengurusan

kolektif untuk masa bakti empat tahun.

4. Menentukan sikap pendirian organisasi di tingkat cabang dalam menghadapi

persoalan yang dihadiri oleh MPW, MPC, Pimpinan Anak Cabang dan

undangan-undangan lainnya.

Peran dan tanggung jawab Organisasi Pemuda Pancasila (PP) sebagai kekuatan

sosial kemasyarakatan dalam rangka mewujudkan demokrasi Pancasila dan

pengabdian bangsa. Wujud manifestasi peran serta Organisasi Pemuda Pancasila (PP)

dalam pembangunan nasional, menetapkan arah/target kebijakan, sasaran dan pola

implementasi program kedepan.

II.5. Sumber Keuangan dan Kelengkapan Organisasi Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila di Kabupaten Simalungun.

Keuangan Badan Organisasi Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda

Pancasila di Kabupaten Simalungun diperoleh dari :

1. Iuran wajib anggota diatur yang dalam peraturan Organisasi.

2. Sumbangan-sumbangan yang tidak mengikat yang berasal dari sumbangan

(49)

3. Usaha-usaha yang sah berasal dari melalui proposal dan bersifat eksternal dan

mendapatkan persetujuan dari Organisasi Majelis Pimpinan Pemuda Pancasila

sesuai dengan tingkatannya.

4. Iuran sukarela pengurus.

Perolehan keuangan badan Organisasi Pemuda Pancasila dari usaha-usaha yang

sah ataupun dari sumbangan yang tidak mengikat melalui proposal dan bersifat

eksternal. Mendapatkan persetujuan dari Organisasi Majelis Pimpinan Pemuda

Pancasila sesuai dengan tingkatannya. Setiap pemasukan dan pengeluaran keuangan

Organisasi Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila di Kabupaten

Simalungun dicatat dalam sistem pembukuan organisai dan diketahui oleh ketua dan

bendahara sehingga dapat dipertanggung jawabkan baik dalam pengertian material

maupun moril.

Setiap Organisasi Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila di

Kabupaten Simalungun mempunyai kelengkapan terdiri dari

 Kop Surat

 Stempel

 Kantor sekretariat

 Plank/Papan nama.

 Atribut/Seragam

 Kartu Tanda Anggota (KTA)

Pada dasarnya penggunaan kelengkapan untuk keperluan yang berlaku dalam

lingkup keorganisasian PP dan dapat dipergunakan dalam ruang lingkup eksternal

(50)

persetujuan Organisasi Majelis Pimpinan Pemuda Pancasila sesuai dengan

tingkatannya.

II.6. Lambang dan Atribut Organisasi Pemuda Pancasila.

Lambang Organisasi Pemuda Pancasila adalah lambang Pancasila di dalam

perisai dan dibagian atas bertuliskan Pemuda Pancasila. Warna dasar lambang adalah

merah darah yang mengadung arti gagah perkasa dan kesatria dan Perisai Pancasila

sesuai dengan perisai yang tertulis dalam Lambang Negara Bhinneka Tunggal Ika.

 Bintang berwarna kuning dengan dasar warna hitam melambangkan

ketuhanan Yang Maha Esa.

 Rantai berwarna kuning dengan dasar warna merah, melambangkan

kemanusiaan yang adil dan beradab.

 Pohon beringin berwarna hijau dengan dasar warna putih, melambangkan

Persatuan Indonesia.

 Kepala Benteng berwarna hitam dengan dasar warna merah, melambangkan

kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan.

 Padi berwarna kuning, kapas berwarna hijau/putih dengan dasar warna putih

melambangkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Stempel berbentuk bulat yang didalamnya terdapat lambang Pemuda Pancasila

dengan diameter 4,5 cm dan tinta stempel berwarna merah. Kartu Tanda Anggota

Dan Kartu Tanda Pengurus dengan menyertaka warna merah putih serta dicantumkan

(51)

perbandingan panjang dan lebar tiga banding dua dengan warna dasar merah

ditengah-tengah perisai Pancasila dan disamping kanan kiri bertuliskan Pemuda

Pancasila. Papan nama dengan ukuran perbandingan panjang dan lebar tiga banding

dua dengan warna dasar merah ditengah tengah perisai Pancasila serta tulisan putih.

Atribut seragam Organisasi Pemuda Pancasila terdiri dari :

1. Safari warna biru gelap dan loreng berwarna dasar orange dengan kombinasi

warna hitam coklat.

2. Baju lengan pendek dan lengan panjang loreng berwarna dasar orange dengan

kombinasi warna hitam-coklat.

3. baju lengan panjang hitam.

4. celana biru gelap, hitam, jeans hitam dan loreng berwarna dasar orange dengan

kombinasi warna hitam-coklat.

5. baret berwarna merah darah les putih, topi pet loreng berwarna dasar orange

dengan kombinasi warna hitam-coklat dan lencana disesuikan dengan ukuran

(52)

BAB III

KEBERADAAN DAN AKTIFITAS ORGANISASI KEPEMUDAAN (OKP) PEMUDA PANCASILA DI KABUPATEN SIMALUNGUN

III.1 Keanggotaan organisasi Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila di Kabupaten Simalungun

Anggota Organisasi MPC Pemuda Pancasila adalah Warga Negara Indonesia

yang setia membela Negara Kesatuan Indonesia berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945. Keanggotaan Organisasi Pemuda Pancasila terdiri dari :

1. Anggota biasa yakni pemuda, mahasiswa, pelajar dan perempuan warga negara

republik indonesia yang rela dari hati nurani mengajukan menjadi anggota.

2. Anggota luar biasa yakni anggota yang telah memperlihatkan atau membuktikan

kesetiaannya terhadap organisasi minimal dalam waktu 10 tahun dan di anggap

berjasa menaruh perhatian dalam pemgembangan organisasi.

3. Anggota kehormatan yakni bukan anggota biasa yang terdiri dari pejabat dari

tokoh masyarakat yang banyak bantuannya terhadap organisasi, berideologikan

pancasila bersikap dan bertindak menguntungkan organisasi.

4. Anggota organisasi dapat dipecat atau diberhentikan karena melanggar Anggaran

Dasar/Anggaran Rumah Tangga peraturan-peraturan organisasi dan tindakan yang

bertentangan dengan hukum.

Setiap warga negara indonesia dapat diterima menjadi anggota biasa MPC

(53)

2. Menyatakan persetujuan dan menerima Anggaran Dasar/Anggaran Rumah

Tangga, misi perjuangan dan semua peraturan-peraturan dan ketentuan organisasi

Pemuda Pancasila.

3. Mengajukan dan mengisi formulir permohonan untuk menjadi anggota biasa.

4. Setiap calon anggota dinyatakan sah sebagai anggota PP diatur dalam peraturan

organisasi.

Setiap Anggota Organisasi Kepemudaan PP mempunyai hak dan kewajiban

yaitu :

A. Memperoleh perlakuan yang sama dari organisasi misalnya perlindungan,

pembelaan, pendidikan dan pelatihan kader bimbingan atau pembinaan dari

organisasi PP.

B. Mengeluarkan pendapat, saran, usul yang bersifat konstruktif dan positif baik

secara lisan maupun tertulis.

C. Dipilih dan membela diri terkecuali untuk memilih dan menjadi pengurus harus

mematuhi ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan organisasi.

D. Menghayati, mentaati dan mengamalkan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah

Tangga dan semua ketentuan peraturan organisasi.

E. Mematuhi dan melaks

Gambar

Gambar 1. Daftar nama-nama Pimpinan Anak Cabang Pemuda Pancasila se Kabupaten Simalungun tahun ajaran 2006-2010
Gambar 3. Gedung tempat pengurus Majelis Pimpinan Cabang Pemuda  Pancasila    dan anggotanya mengadakan persiapan seminar kaderisasi se Kabupaten Simalungun
Gambar 5. Peneliti mengadakan wawancara dengan wakil ketua Majelis  Pimpinan Cabang  Organisasi Pemuda Pancasila Zulfahry Ray di sekretariat jl
Gambar 7. Kondisi ruangan meja Ketua Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila DR (HC) Boyke Sinaga masa bakti 2006-2010
+2

Referensi

Dokumen terkait