• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar AG, CU, Dan FE Di Dalam Batuan Mineral Yang Berasal Dari Dusun Jambu Dolok Kabupaten Toba Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Kadar AG, CU, Dan FE Di Dalam Batuan Mineral Yang Berasal Dari Dusun Jambu Dolok Kabupaten Toba Samosir"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KADAR Ag, Cu DAN Fe DIDALAM BATUAN

MINERAL YANG BERASAL DARI DUSUN JAMBU

DOLOK KABUPATEN TOBA SAMOSIR

SKRIPSI

BELLA KRESENSIA TAMBUNAN

080802048

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN KADAR Ag, Cu, dan Fe di DALAM BATUAN MINERAL YANG BERASAL DARI DUSUN JAMBU DOLOK KABUPATEN TOBA SAMOSIR

Kategori : SKRIPSI

Nama : BELLA KRESENSIA TAMBUNAN

NIM : 080802048

Program Studi : SARJANA ( S1 ) KIMIA Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di, Medan, Juni 2013

Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing II Dosen Pembimbing I

Dr.Hamonangan Nainggolan,MSc Jamahir Gultom, Ph.D NIP 19562406198301002 NIP195209251977031001

Diketahui / disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua

(3)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR Ag, Cu DAN Fe DIDALAM BATUAN MINERAL YANG BERASAL DARI DUSUN JAMBU DOLOK

KABUPATEN TOBA SAMOSIR

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa

kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2013

BELLA KRESENSIA TAMBUNAN

(4)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Yuhan Yesus Kristus untuk setiap kasih

karuniaNya, kesetiaan, dan kebaikanNya setiap saat dalam penyelesaian penelitian

dan penyusunan skripsi ini.

Saya juga mengucapkan terimakasih yang terdalam kepada bapak tersayang

Selamat Tambunan dan mama terkasih Martha Sidabutar untuk cinta kasih,

dukungan doa dan pengorbanan yang diberikan kepada penulis. Terima kasih juga

untuk Bang Ferdinan, Rumi, Agung, Paulina, Mickhael, dan Benedik untuk

semangat dan harapannya kepada penulis.

Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada

Bapak jamahir Gultom,Ph.D selaku dosen pembimbing I dan Bapak

Dr.Hamonangan Nainggolan,MSc selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, waktu, saran, dan menolong penulis dan kepada Kepala

Laboratorium Kimia Analitik Bapak Prof. Harlem Marpaung yang telah

memberikan saran-saran kepada penulis. Ucapan terima kasih juga ditujukan

kepada Ketua dan Sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU, Ibu Dr. Rumondang

Bulan Nst, MS dan bapak Dr. Albert Pasaribu, M.Sc, Dekan dan pembantu Dekan

FMIPA USU Medan. Kepada seluruh asisten dan Laboran Kimia Analitik FMIPA

USU Kak Tiwi, Bang Ferry, Bang Grand, Kak Sari, Kak Vaskah, Indah, Destaria,

Emilia, Juliana, Reh Malem, dan Royman atas bantuan dan semangatnya selama

ini. Terimakasih juga untuk Bang Jhan untuk semangat, doa dan perhatiannya. Dan

terima kasih juga untuk teman-teman satu stambuk khususnya Fasma, Cristiana,

(5)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang penentuan kadar Ag, Cu dan Fe pada batuan

mineral dari Dusun jambu Dolok Kabupaten Toba Samosir. Pengambilan sampel

dilakukan dengan metode acak. Sampel didestruksi dengan mengabukan sampel

pada suhu 900oC. Penentuan konsentrasi logam Ag, Cu dan Fe dilakukan dengan

menggunakan metode destruksi basah. Pelarut yang digunakan untuk Ag dan Cu

adalah HNO3(p) dan pelarut yang digunakan untuk Fe adalah HNO3(p) dan HCl(p)

dan hasil preparasi sampel ditentukan kadarnya dengan Spektrofotometer Serapan

Atom. Dari analisis yang telah dilakukan diperoleh kadar perak, tembaga, dan besi

(6)

DETERMINATION OF CONTENT Ag, Cu and Fe IN THE ROCKS MINERAL ORIGINATING FROM DUSUN JAMBU DOLOK

KABUPATEN TOBA SAMOSIR

ABSTRACT

The determination of content Ag, Cu and Fe in the rocks mineral that taken using

randomly method from Jambu Dolok Kabupaten Toba Samosir has been

conducted. The samples has been carried out by ashing on 900oC. The

concentration of Ag, Cu and Fe was determined using wet digestion method by

using HNO3(p) for Ag and Cu and HNO3(p) and HCl(p) for determining Fe. The

concentration was analyzed using Atomic Absorption Spechtrophotometer. It was

found the content of Ag, Cu and Fe sequentially 2,1590 mg/Kg, 21.311 mg/Kg dan

(7)

DAFTAR ISI 1.1.Latar Belakang 1 1.2.Permasalahan 2 1.3.Pembatasan Masalah 2 1.4.Tujuan Penelitian 2

1.5.Manfaat Penelitian 3 1.6.Lokasi Penelitian 3

(8)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.3.2.1. Penyediaan Larutan Sampel untuk Penentuan Ag dan Cu 23

3.3.2.2. Penyediaan Larutan Sampel untuk Penentuan Fe 24

3.3.3.Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standar Ag 24

3.3.4.Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standar Cu 24

3.3.5.Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standar Fe 25

3.3.6.Penentuan Kadar Ag pada sampel dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom 25

3.3.7.Penentuan Kadar Cu pada sampel dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom 25

3.3.8.Penentuan Kadar Fe pada sampel dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom 25

3.4.6.Penentuan Kadar Ag dengan Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom 30

(9)

3.4.8.Penentuan Kadar Fe dengan Menggunakan

Spektrofotometer Serapan Atom 30

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil dan pengolahan Data 31

4.1.1.Logam Perak 31

4.1.2.Pengolahan Data Logam Perak (Ag) 32

4.1.2.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan

Metode Least Square 32

4.1.2.2. Koefisien Korelasi 34

4.1.2.3. Penentuan Kadar Logam Perak (Ag) Dari Sampel

Batuan Mineral Dari Dusun Jambu Dolok

Kabupaten Toba Samosir 34

4.1.2.4. Perhitungan Kadar Logam Perak (Ag) dalam mg/Kg 35

4.1.3.Logam Tembaga 36

4.1.4.Pengolahan Data Logam Tembaga (Cu) 37

4.1.4.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan

Metode Least Square 37

4.1.4.2. Koefisien Korelasi 39

4.1.4.3. Penentuan Kadar Logam Tembaga (Cu)

Dari Sampel Batuan Mineral Dari Dusun Jambu Dolok

Kabupaten Toba Samosir 40

4.1.4.4. Perhitungan Kadar Logam Tembaga (Cu)

dalam mg/Kg 40

4.1.5.Logam Besi 41

4.1.6.Pengolahan Data Logam Besi (Fe) 42

4.1.6.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan

Metode Least Square 42

4.1.6.2. Koefisien Korelasi 44

4.1.6.3. Penentuan Kadar Logam Besi (Fe) Dari Sampel

Batuan Mineral Dari Dusun Jambu Dolok

Kabupaten Toba Samosir 45

(10)

4.2. Pembahasan 46

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan 49

5.2.Saran 49

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Diagram Balok Peralatan Spektrofotometer

Serapan Atom 14

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Larutan Standar Perak (Ag) 32

Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Larutan Standar Tembaga (Cu) 37

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Kondisi alat SSA Merek Hitachi Z-2000 pada

pengukuran konsentrasi logam Perak (Ag) 31

Tabel 4.2 Data Absorbansi Larutan Standar Perak (Ag) 31

Tabel 4.3 Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk Penentuan Konsentrasi

Logam Perak (Ag) Berdasarkan Pengukuran Absorbansi Larutan

Standar Perak (Ag) 33

Tabel 4.4 Kondisi alat SSA Merek Hitachi Z-2000 pada pengukuran

konsentrasi logam Tembaga (Cu) 36

Tabel 4.5 Data Absorbansi Larutan Standar Tembaga (Cu) 36

Tabel 4.6 Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk Penentuan Konsentrasi

Logam Tembaga (Cu) Berdasarkan Pengukuran Absorbansi Larutan

Standar Tembaga (Cu) 38

Tabel 4.7 Kondisi alat SSA Merek Hitachi Z-2000 pada pengukuran

konsentrasi logam Besi (Fe) 41

Tabel 4.8 Data Absorbansi Larutan Standar Besi (Fe) 41

Tabel 4.9 Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk Penentuan Konsentrasi

Logam Besi (Fe) Berdasarkan Pengukuran Absorbansi

(13)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang penentuan kadar Ag, Cu dan Fe pada batuan

mineral dari Dusun jambu Dolok Kabupaten Toba Samosir. Pengambilan sampel

dilakukan dengan metode acak. Sampel didestruksi dengan mengabukan sampel

pada suhu 900oC. Penentuan konsentrasi logam Ag, Cu dan Fe dilakukan dengan

menggunakan metode destruksi basah. Pelarut yang digunakan untuk Ag dan Cu

adalah HNO3(p) dan pelarut yang digunakan untuk Fe adalah HNO3(p) dan HCl(p)

dan hasil preparasi sampel ditentukan kadarnya dengan Spektrofotometer Serapan

Atom. Dari analisis yang telah dilakukan diperoleh kadar perak, tembaga, dan besi

(14)

DETERMINATION OF CONTENT Ag, Cu and Fe IN THE ROCKS MINERAL ORIGINATING FROM DUSUN JAMBU DOLOK

KABUPATEN TOBA SAMOSIR

ABSTRACT

The determination of content Ag, Cu and Fe in the rocks mineral that taken using

randomly method from Jambu Dolok Kabupaten Toba Samosir has been

conducted. The samples has been carried out by ashing on 900oC. The

concentration of Ag, Cu and Fe was determined using wet digestion method by

using HNO3(p) for Ag and Cu and HNO3(p) and HCl(p) for determining Fe. The

concentration was analyzed using Atomic Absorption Spechtrophotometer. It was

found the content of Ag, Cu and Fe sequentially 2,1590 mg/Kg, 21.311 mg/Kg dan

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Desa Meranti Utara Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir

berada pada ketinggian 700-1500 meter di atas permukaan laut. Di desa ini terdapat

sebuah dusun yang disebut dengan Dusun Jambu Dolok yang berada di atas bukit

di wilayah Bukit Barisan. Dusun Jambu Dolok di dalam Peta Kabupaten Toba

Samosir termasuk daerah Hutan Suaka Alam dengan kondisi alam sebagian besar

ditutupi oleh semak dan batu-batuan. Dusun ini terletak sejauh ±20 km ke arah

Kabupaten Asahan.

Suatu hal yang sangat menarik perhatian di daerah ini adalah bahwa

mayoritas batu-batuan yang ada pada lapisan permukaan berwarna kuning emas,

mengkilap dan bercampur dengan warna kecoklatan. Informasi lisan yang

diperoleh penulis dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Toba

Samosir menyatakan bahwa belum pernah ada penelitian dan inventarisasi terhadap

kandungan mineral didalam batu-batuan yang ada di Dusun jambu Dolok

Kecamatan Pintu Pohan Meranti. Informasi lisan yang sama juga diberikan oleh

Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Sumatera utara.

Perak, tembaga dan besi merupakan logam yang mempunyai nilai ekonomis

yang tinggi karena sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Logam-logam

ini mempunyai konduktivitas panas yang sangat tinggi dan konduktivitas listrik

yang sangat baik. Perak dan tembaga digunakan dalam pembuatan peralatan

elektronik, perhiasan dan seni bahkan juga di dalam pembuatan uang logam.

Logam besi banyak digunakan dalam pembuatan bahan bangunan, peralatan rumah

(16)

Berdasarkan warna yang ditampilkan oleh batu-batuan yang terdapat di

Dusun Jambu Dolok Kabupaten Toba Samosir, penulis menduga adanya

kandungan Perak, Tembaga dan Besi di dalam batu-batuan tersebut. Oleh karena

itu, penulis merasa tertarik untuk menentukan kandungan Perak, Tembaga dan Besi

yang ada didalam batu-batuan tersebut dengan judul “Penentuan Kandungan Ag,

Cu, Dan Fe didalam Batuan Mineral Yang Berasal Dari Dusun Jambu Dolok

Kabupaten Toba Samosir.”

1.2. Permasalahan

1. Apakah batuan mineral yang terdapat di Dusun Jambu Dolok mengandung

Ag, Cu dan Fe?

2. Berapakah kandungan Ag, Cu dan Fe didalam batuan mineral tersebut?

1.3. Pembatasan Masalah

1. Batuan mineral yang dijadikan sampel didalam penelitian ini diambil

secara acak dari Desa Jambu Dolok.

2. Penentuan kandungan Ag, Cu dan Fe dilakukan dengan menggunakan

Spektrofotometer Serapan Atom.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan Ag, Cu dan Fe didalam

batuan mineral yang berasal dari Dusun jambu Dolok Kabupaten Toba

(17)

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi ilmiah yang bermanfaat bagi

masyarakat di Dusun Jambu Dolok dan Pemerintah kabupaten Toba Samosir

sebagai salah satu upaya inventarisasi Sumber Daya Alam yang ada di Dusun

jambu Dolok, khususnya mengenai kandungan mineral.

1.6. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA USU dan di

Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU Medan.

1.7. Metodologi Penelitian

1. Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium dan bersifat purposif.

2. Sampel batuan mineral diambil secara acak dari daerah hutan suaka alam di

Dusun Jambu Dolok Kabupaten Toba Samosir.

3. Untuk penentuan Ag dan Cu sampel terlebih dahulu didestruksi dengan

HNO3(p) dan untuk penentuan Fe sampel didestruksi dengan HNO3(p) dan

HCl(p).

4. Kandungan Ag, Cu dan Fe di dalam sampel ditentukan dengan

menggunakan SSA dengan panjang gelombang untuk Ag = 328,1 nm; Cu =

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Batuan

Batu merupakan suatu zat yang padat, keras, dan tahan lama. Karakteristik dari

beberapa jenis batu bervariasi bergantung kepada kondisi dan cara

pembentukannya. Kadang-kadang , kondisi geologi seperti menciptakan suatu batu

bermassa besar dari mineral yang tunggal. Lebih sering beberapa mineral

terkristalisasi serempak dan berbagai proporsi.

Batuan terdiri dari tiga jenis menurut cara pembentukannya, yaitu: batuan

beku, batuan sedimen, dan malihan. Kebanyakan dari batuan beku diproses melalui

pendinginan selama awal kehidupan bumi, massa mineral yang mencair disebut

magma yang pada dasarnya merupakan larutan dari mineral-mineral lain dalam

silika yang mencair. Terakhir kalinya batuan beku dibentuk melalui pendinginan

melalui aliran lahar gunung api yang aktif.

Batuan sedimen mempunyai asal yang sangat berbeda. Misalnya batu pasir

terbentuk ketika pasir halus bersama dengan penyemenan zat-zat seperti liat dan

batu kapur terlarut, didepositkan oleh air. Dibawah tekanan lapisan pasir tersemen

dan membentuk batuan yang sangat keras.

Batuan malihan diproses melalui penerapan pemanasan, tekanan ekstrim,

atau keduanya batuan beku dan batuan sedimen. Jika merupakan suatu batuan

sedimen seperti batu kapur, harus mengalami kontak dengan massa batuan beku

panas yang besar dibawah tekanan yang cukup untuk mencegah dekomposisi dari

kalsium karbonat, akan terekristalisasi, mendapatkan struktur yang baru dan

(19)

dipanaskan secara instens dapat mengalami perubahan bentuk dibawah tekanan

yang cukup (Markham E, 1955).

Dari sejarah pembentukan Bumi, diperoleh gambaran bahwa pada awalnya

seluruh bagian luar dari Bumi ini terdiri dari batuan beku. Dengan perjalanan

waktu serta perubahan keadaan, maka terjadilah perubahan-perubahan yang disertai

dengan pembentukan kelompok-kelompok batuan yang lainnya. Proses perubahan

dari satu kelompok batuan ke kelompok lainnya, merupakan suatu siklus yang

dinamakan daur batuan.

Dalam daur tersebut, batuan beku terbentuk sebagai akibat dari pendinginan

dan pembekuan magma. Pendinginan magma yang berupa lelehan silikat, akan

diikuti oleh proses penghabluran yang dapat berlangsung dibawah atau diatas

permukaan Bumi melalui erupsi gunung berapi. Kelompok batuan beku tersebut,

apabila kemudian tersingkap dipermukaan, maka ia akan bersentuhan dengan

atmosfir dan hidrosfir, yang menyebabkan berlangsungnya proses pelapukan.

Melalui proses ini batuan akan mengalami penghancuran. Selanjutnya, batuan yang

telah dihancurkan ini akan dipindahkan/digerakkan dari tempatnya terkumpul oleh

gaya berat, air yang mengalir di atas dan di bawah permukaan, angin yang bertiup,

gelombang dipantai dan gletser di pegunungan-pegunungan yang tinggi. Media

pengangkut tersebut juga dikenal sebagai alat pengikis, yang dalam bekerjanya

berupaya untuk meratakan permukaan Bumi. Bahan-bahan yang diangkutnya baik

itu berupa fragmen-fragmen atau bahan yang larut, kemudian akan diendapkan di

tempat-tempat tertentu sebagai sedimen.

Proses berikutnya adalah terjadinya ubahan dari sedimen yang bersifat

lepas, menjadi batuan yang keras, melalui pembebanan dan perekatan oleh

senyawa mineral dalam larutan, dan kemudian disebut batuan sedimen. Apabila

terhadap batuan sedimen ini terjadi peningkatan tekanan dan suhu sebagai akibat

dari penimbunan dan atau terlibat dalam proses pembentukan pegunungan, maka

(20)

lingkungan yang baru, dan terbentuk batuan malihan atau batuan metamorfis.

2.2.Mineral

Batuan tersusun atas campuran mineral-mineral. Kebanyakan mineral terbentuk

ketika magma (lelehan batuan yang mengandung banyak gas) panas mendorong ke

atas dari bawah kerak bumi, mendingin dan memadat. Kondisi-kondisi di tempat

magma mendingin menentukan jenis mineral yang terbentuk. Bentuk-bentuk

geometris yang disebut kristal terbentuk ketika mineral mendingin secara lambat.

Mineral dibagi dalam kelompok-kelompok menurut unsur-unsur yang

menyusunnya. Mineral-mineral yang tersusun dari satu unsur saja disebut

unsur-unsur asli. Contoh: Silikat yang mengandung silika (silika yang bergabung dengan

oksigen), merupakan kelompok terbesar yang jumlahnya mencapai 92% dari

meneral-mineral yang ada di kerak bumi, Karbonat merupakan mineral yang

mengandung unsur-unsur yang tergabung dengan karbon dan oksigen. Mineral ini

merupakan mineral yang paling banyak ditemukan setelah silikat. Halida

merupakan sekelompok mineral yang mengandung unsur-unsur halogen. Sulfida

merupakan sekelompok mineral yang mengandung unsur-unsur yang tergabung

dengan sulfur. Posfat merupakan mineral yang terbentuk ketika fosfor bereaksi

dengan oksigen dan unsur-unsur lain. Oksida merupakan unsur-unsur yang

bergabung dengan oksigen dalam kerak bumi.

Mineral yang terbentuk akan ditentukan oleh elemen-elemen yang tersedia

dan melalui berbagai jenis temperatur dan tekanan yang berbeda yang merata

selama waktu kristal terjadi. Misalnya, jika logam seperti Cu, Zn, Pb, dan Fe

terdapat bersama sulfur, sulfida-sulfida dari elemen ini akan terbentuk seperti FeS2,

CuFeS2, PbS, dan ZnS. Di sisi lain, jika metal seperti Cu, Pb, Zn, dan Fe terdapat

bersama dengan karbon dan oksigen, kemudian karbonat kemungkinan akan

(21)

Mineral sebagai pembangun batu merupakan padatan anorganik dengan

suatu struktur dalam yang spesifik dan komposisi kimia yang berbeda. Dapat

terbentuk pada berbagai kondisi, seperti:

1. Selama pendinginan material yang mendingin (baja, dari lahar, batuan

beku)

2. Selama penguapan cairan (garam, gula, yang cenderung menguap)

3. Pendinginan cairan (larutan jenuh)

4. Pada suhu dan tekanan yang tinggi kristal yang baru mungkin

bertumbuh dalam material padat (berlian dari batu arang, metamorfosis)

Mineral dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan

pada komposisi kimianya, yaitu:

1. Elemen (karbon/berlian, sulfur, seng, emas, perak, tembaga, besi, dll)

2. Halida (unsur dan halogen seperti klorin, bromin, iodin, misalnya

natrium klorida)

3. Oksida (unsur dan oksigen seperti hematit/ besi oksida)

4. Sulfida (unsur dan sulfur seperti pyrit/ besi sulfur dan galena/ timah

sulfur)

5. Unsur dan ion kompleks (ion tidak hanya yang bermuatan tunggal),

umumnya seperti:

a. Karbonat (CO32-), kalsit

b. Sulfat (SO42-), gips dan2kulit telur

(22)

Kelimpahan mineral pada lapisan bumi ditunjukkan dalam tabel berikut:

2.3.Perak

Perak seringkali terdapat bersama dengan emas, tetapi sekitar 70 persen biasanya

berikatan dalam deposit logam dasar sulfida dari plumbum, tembaga, atau seng

dan terkandung sebagai biproduk; oleh karena itu, angka produksi perak dikontrol

melalui produksi dari logam yang berikatan. Bijih-bijih mineral yang terutama dari

perak adalah sebagai berikut:

Mineral Komposisi Persen Ag

Perak murni Ag 100,0

Acanthite Ag2S 87,1

Cerargyrite AgCl 75,3

Proustite Ag3AsS3 65,4

(23)

Perak yang berwarna dasar putih keperakan ini membedakannya mudah

dari logam-logam lain yang mirip. Perak yang murni ditemukan dalam

deposit-deposit hidrotermal sulfida utama berikatan dengan bermacam sulfida dari perak

dan timbel, dan dalam beberapa bijih deposit dalam daerah teroksidasi, berikatan

dengan calcite, barite, dan kwarsa. Perak juga berikatan dengan uranit pada tempat

tertentu. Beberapa perak sangat sering tersedia bersama dengan emas murni.

Platina menyerupai perak tetapi sedikit lebih keras. Bismut murni juga kelihatan

seperti perak, tetapi bismut berwarna pucat kemerahan pada permukaan yang sejuk.

Kegunaan utama perak untuk waktu yang lama adalah pembuatan uang

logam; tetapi sekarang kegunaan yang paling banyak digunakan dalam pelapisan

film fotografi (perak bromida dan perak iodida). Kegunaan yang lain adalah untuk

peralatan perak, peralatan listrik dan elektronik (tombol, penunjuk, dalam

komputer dan tabulator),pelapisan dengan perak, berbagai macam campuran pada

perhiasan dan seni, sebagaimana juga dalam industri kimia. Penggunaannya dalam

perhiasan dan seni berdasar kenyataan bahwa perak adalah yang paling bersinar

dari semua logam. Dalam bentuk koloidal, perak digunakan untuk obat-obatan

tertentu, juga digunakan dalam pengawetan makanan, minuman, dan pengobatan

gigi. Campuran perak umumnya adalah bersifat keras dan liat. Perak murni

tersusun dari 92,5 persen perak dan 7,5 persen logam lain, biasanya tembaga. Emas

kuning adalah 53 persen emas, 25 persen perak, dan 22 persen tembaga.

Perak dapat ditempa dan mempunyai konduktivitas panas yang sangat

tinggi dan konduktivitas listrik yang baik. Lebih keras dari emas tetapi lebih

lembek dari tembaga. Logam yang berkilau ini meleleh pada 960oC (1761oF) dan

dapat lebih mudah dikerjakan dan dibentuk. Perak tidak berubah karena

kelembapan, kekeringan, atau keadaan basa, tetapi sangat cepat pudar dalam udara

(24)

2.4.Tembaga

Tembaga terdapat sedikit berlimpah dalam deposit sulfida, dalam daerah

pemotongan batuan malihan, dan juga tembaga murni pada lahar. Deposit yang

banyak juga terdapat sebagai sedimen kaya tembaga. Bijih mineral dari logam

merah oranye ini terjadi dalam berbagai jenis deposit di bawah ini:

Mineral Komposisi Persen Cu

Kalkopirit CuFeS2 34,5

Bornit Cu5FeS4 63,3

Kalkosit Cu2S 79,8

Enargit Cu3AsS4 48,3

Tetrahedrit Cu12Sb4S13 52,1

Malasit Cu2CO3(OH)2 57,3

Ekstraksi dan pemurnian tembaga merupakan proses yang relatif sederhana

dan memperlihatkan beberapa sifat-sifat kimia yang penting. Bijih karbonat

tembaga CuCO3 dapat direduksi dengan karbon menghasilkan Cu. Bijih sulfida

sebagian dioksidasi dan kemudian dileburkan untuk memberikan produk yang lebih

murni (Mahan B, 1966).

Tembaga merupakan salah satu dari banyak logam penting dalam industri.

Khususnya pada industri elektronik, yang menggunakan sekitar 60 persen logam.

Logam ini mempunyai titik lebur pada 1083oC (1981oF). Tembaga merupakan

konduktor panas yang baik dan dapat digunakan dalam perkakas memasak,

pemanas, dan pendingin. Tembaga sangat mudah ditempa, dapat dipukul, dapat

dicap, dapat dipintal ke dalam berbagai macam bentuk, dapat digulung dalam

bentuk lembaran. Logam ini dapat ditarik menjadi kawat yang lebih tipis dari

sehelai rambut. Tembaga mempunyai warna merah tembaga, elastis, dan

merupakan logam yang berkilau. Tembaga juga tahan terhadap korosi, dan dapat

(25)

Logam ini dapat digunakan dalam banyak produk, sebagai contoh

sebagaimana tembaga yang murni dalam kabel dan peralatan elektronik karena

konduktivitasnya yang sangat baik. Tembaga juga digunakan sebagai pembangkit,

mesin, lokomotif listrik, bola lampu, telegrap, pendingin udara dan kapal.

Campuran tembaga baik dengan seng dalam kuningan dan dengan nikel,

aluminium, dan logam lain dalam bermacam-macam campuran lain. Area

penggunaannya termasuk dalam industri elektronik, otomobil, konstruksi, amunisi,

dan mata uang.

2.5.Besi

Besi merupakan logam yang paling penting dalam peradaban modern karena

merupakan dasar dari industri baja, tetapi rangkaian dari logam lain dimanfaatkan

dalam pembuatan berbagai macam campuran logam dengan besi di dalam berbagai

macam aspek dari industri baja. Hal ini disebut sebagai logam campuran besi

(ferroalloy metals).Ketika ditambahkan pada pembuatan baja dalam jumlah yang

sedikit, sifat kekerasan, kekuatan, daya tahan, kelunakan, kelunakan dan daya tahan

terhadap korosi umumnya bertambah baik.

Besi merupakan logam berwarna putih keperakan dan dapat dibentuk dan

elastis. Besi merupakan logam yang sangat reaktif, bereaksi dengan oksigen

membentuk karat. Logam ini melebur pada 1540oC.

Bijih mineral besi terdapat dalam beberapa jenis utama:

Mineral Komposisi Persen Fe

Magnetit Fe3O4 72,4

Hematit Fe2O3 70,0

Limonit FeO(OH).nH2O 59,0-63,0

Siderit FeCO3 48,2

(26)

Besi terdapat sekitar lima persen dari batuan beku pada kerak bumi.

Kemungkinan merupakan unsur yang paling melimpah di planet bumi karena inti

bumi terdiri dari hampir seluruhnya besi dan nikel. Pada kondisi bebas, besi

ditemukan hanya dalam meteorit yang bercampur dengan nikel. Senyawanya

melimpah di alam. Sulfida (pirit) FeS2 merupakan mineral yang sangat umum

tetapi tidak digunakan sebagai bijih besi karena sulitnya menghilangkan sulfur

secara sempurna. Bijih besi yang paling penting adalah hematit Fe2O3; tetapi besi

juga dilebur dari oksida hidrat 2 Fe2O3.3H2O, dari magnetit Fe3O4 (mengandung

kandungan besi yang lebih tinggi dibandingkan bijih lainnya) dan karbonatnya

siderit FeCO3 bijih besi utama Inggris (Scarlett, 1956).

Dalam deposit besi dengan kondisi oksidasi siderite dan besi silikat

menghasilkan limonite berlimpah. Deposit hematit dan magnetit sangat lambat

teroksidasi akhirnya membentuk limonit. Oksidasi di bawah kondisi tropikal

menghasilkan hematit dari ferrosilikat dalam batu. Deposit sulfida pyrit, pyrrhotite

dan marcasite adalah mineral-mineral besi yang dasar. Pyrite merupakan mineral

keras yang terbentuk dalam semua deposit dan segala temperatur bahkan secara

lokal pada permukaan di bawah kondisi reduksi dan dapat dihasilkan dalam larutan

alkalin.

Marcasite terbentuk hanya dalam larutan yang asam, tetapi dapat

mengkristal bersama-sama dengan pyrit. Diatas 450oC akan berubah menjadi pyrit.

Marcasite adalah mineral yang relatif tidak stabil terbentuk terutama dekat ke

permukaan dan lebih mudah teroksidasi dibandingkan pyrit dalam reaksi yang

sama. Pyrrhotite (Fe7S8) dianggap sebagai suatu larutan padat dari sulfur dalam

FeS. Mudah dihancurkan dengan melarutkan dengan H2SO4 dengan perkemabngan

H2S dimana deposit tembaga mungkin mengendapkan tembaga sulfida dan

mencegah pengembangan dari daerah chalcocite. Jugamudah diserang dengan

(27)

2.6.Spektrofotometri Serapan Atom

Suatu spektrum merupakan hasil yang diperoleh bila suatu berkas energi radiasi

dibagi-bagi kedalam panjang-panjang gelombang komponennya. Jika radiasi yang

terbagi-bagi (terdispersikan) itu berasal dari atom tereksitasi, spektrum itu disebut

spektrum atom. Bila radiasi elektromagnetik kontinu misalnya cahaya putih

dilewatkan suatu zat, panjang gelombang tertentu dari radiasi itu mungkin akan

diserap. Panjang-panjang gelombang ini karakteristik dari zat-zat yang

mengabsorpsi (menyerap) radiasi dan pola-pola garis gelap ini disebut spektrum

absorpsi. Bila dingin, suatu zat akan mengabsorpsi radiasi pada panjang-panjang

gelombang yang sama dengan panjang-panjang gelombang emisinya bila zat itu

tereksitasi (Keenan, 1980).

Perubahan dari elemen-elemen logam suatu sampel dari larutan menjadi

uap terdisosiasi dapat dicapai dengan energi panas, baik dengan suatu nyala atau

tanur listrik. Pengendalian yang cermat dari temperatur dibutuhkan untuk konversi

optimum ke uap atom. Temperatur yang terlalu tinggi tidak baik karena fraksi atom

menjadi terionisasi dan ion-ion tidak mengabsorpsi pada panjang gelombang yang

sama sebagaimana atom-atom yang netral (Ewing, 1960).

Pada spektrofotometri serapan atom, atom pada keadaan dasar

mengabsorpsi energi cahaya dari panjang gelombang yang spesifik karena

memasuki keadaan tereksitasi. Sebagaimana jumlah atom pada garis cahaya

meningkat, jumlah cahaya yang disbsorpsi juga meningkat. Dengan mengukur

jumlah cahaya yang diabsorpsi, penentuan kuantitatif dari analit dapat dilakukan.

Penggunaan sumber cahaya yang khusus dan pemilihan panjang gelombang secara

hati-hati mengizinkan penentuan khusus dari elemen-elemen tunggal.

Terdapat 5 dasar dalam instrumen spektroskopi serapan atom:

1. Sumber cahaya yang mengemisikan spektrum dari elemen yang sesuai

2. Sel absorpsi dimana atom-atom dari sampel diproduksi

(28)

5. Rekorder untuk menunjukkan pembacaan setelah proses instrumen selesai

(PelkinElmer, 1996).

Gambar 2.1 Diagram Balok Peralatan Spektrofotometer Serapan Atom dengan

Nyala (Clark, D.V., 1979)

Atomisasi dapat dilakukan baik dengan nyala maupun dengan tungku.

Untuk mengubah unsur metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energi

panas. Temperatur harus benar-benar terkendali dengan sangat hati-hati agar proses

atomisasinya sempurna. Ionisasi harus dihindarkan dan ini dapat terjadi bila

temperatur terlalu tinggi. Suatu tipe atomiser nyala, bahan bakar dan gas oksidator

dimasukkan ke dalam gas pencampur kemudian dilewatkan menuju pembakar.

Sampel dihisap masuk ke kamar pencampur. Nyala akan dihasilkan. Pada proses

atomisasi tanpa nyala, sampel diletakkan pada batang grafit yang porosnya

horizontal atau pada logam tantalum yang berbentuk pita. Pada tungku grafit

temperatur dapat dikendalikan secara elektris. Biasanya temperatur dinaikkan

secara bertahap untuk menguapkan dan sekaligus mendisosiasi senyawa yang

dianalisis (Khopkar, 1984).

Pada spektrofotometri serapan atom sampel diaspirasikan ke dalam nyala

dimana temperaturnya adalah 2000-3000 K. Sampel diatomisasikan (dipecah

(29)

Sumber radiasi di dalam peralatan ini adalah lampu katoda berongga.

Lampu katoda berongga diisi dengan Ne atau Ar pada tekanan 130-170 Pa. Ketika

tegangan yang sangat tinggi digunakan di antara katoda dan anoda, gas pengisi

menjadi terionisasi dan ion-ion positif dipercepat menuju katoda. Kemudian

menumbuk katoda dengan energi yang cukup untuk memercikkan atom-atom

logam dari katoda ke fase gas. Kebanyakan atom-atom yang terpercik berada pada

keadaan eksitasi, mengemisikan foton dan kemudian kembali kekeadaan dasar.

Radiasi atom ini persis sama dengan frekuensi sebagaimana yang akan diabsorpsi

oleh atom-atom analit.

2.7. Metode Analisis dengan Menggunakan SSA

1. Metode Kurva Standar

Metode Kurva Standar menggunakan jumlah unsur yang diinginkan dalam

larutan dengan suatu komposisi yang sama dengan yang tidak diketahui. Kurva

Standar kemudian digunakan untuk menemukan konsentrasi yang tidak

diketahui dari absorbansinya. Medium dimana analit terkandung disebut

matriks. Sangat penting bahwa komposisi standar harus sedekat mungkin

dengan yang konsentrasi sampelyang tidak diketahui karena larutan yang

berbeda mempunyai jenis pengganggu yang mempengaruhi sinyal.

2. Metode Standar Addisi

Pada metode standar adisi, ditambahkan larutan standar yang telah diketahui

konsentrasinya dalam volume tertentu dan peningkatan sinyal absorbansi

diukur. Masing-masing larutan diencerkan sampai volume total yang sama dan

harus mempunyai komposisi akhir yang sama (kecuali untuk konsentrasi

analit). Jika konsentrasi yang mau dicari adalah [X] da konsentrasi standar

yang ditambahkan [S], maka dapat dikatakan bahwa:

[�]

(30)

Dimana AX adalah absorbansi analit yang dicari dan AS+X adalah absorbansi

dari analit yang dicari ditambah standar.

3. Metode Internal Standar

Pada internal standar, sejumlah unsur yang tidak ada dalam analit ditambahkan

ke dalam sampel. Dalam menggunakan internal standar, campuran yang telah

diketahui dari sampel dan analit digunakan untuk membuat kurva kalibrasi.

Jika sejumlah standar ditambahkan ke sampel yang tidak diketahui, kurva

kalibrasi dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi yang tidak diketahui

(D. Harris, 1982).

Suatu garis yang cocok di dalam spektrum emisi dari sumbernya dipilih

untuk dianalisa. Garis ini, yang disebut garis resonansi menunjukkan suatu

perpindahan dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi dan dengan demikian

menunjukkan frekuensi yang tepat bagi absorpsi oleh atom-atom di dalam nyala

yang ada pada keadaan dasar. Garis-garis emisi dari katoda cekung sangat tajam,

pada umumnya lebih sempit daripada garis-garis absorpsi di dalam nyala sehingga

dengan demikian cukup sesuai untuk percobaaan absorpsi atomik. Yang hanya

diperlukan oleh monokromator adalah bahwa garis-garis lain di dalam spektrum

dari sumber yang timbul dari katoda logam dan dari gas inert tidak dipancarkan ke

detektor (Underwood, 1980).

2.8. Cara Kerja spektrofotometer serapan atom

Radiasi dihasilkan oleh lampu katoda berongga dimana katoda dibuat dari logam

yang sesuai dengan yang akan dianalisa. Permukaan dibombardir dengan elektron

menyebabkan eksitasi dari atom yang dipilih dan menyebabkan emisi dari radiasi

(31)

Temperatur yang tinggi dari nyala menyebabkan:

• Pelarut diuapkan

• Molekul dan ion yang terdapat di larutan dipisahkan menjadi atom-atom

untuk menghasilkan uap atom.

• Sebagian kecil dari atom-atom tereksitasi, elektron naik ke tingkat energi

yang lebih tinggi. Hal ini bahkan memberikan suatu warna pada nyala

sesuai dengan energi emisi pada saat elektron tereksitasi kembali ke

keadaan dasar.

Atomisasi analit di dalam Spektrofotometer Serapan Atom dapat dituliskan sebagai

berikut:

penguapan

M+ X- M+ X- MX

Larutan uap padatan

M(gas) + X(gas) MX

Gas

Penyerapan energi radiasi (SSA)

hV

M*(gas)

Larutan analit kemudian diubah menjadi kabut dengan melewatkannya melalui

nebuliser. Larutan bercampur dengan gas pembakar dan udara bergerak pada sudut

yang tepat ke alirannya yang memecah menjadi tetesan halus. Sisa kabut dari

(32)

Cahaya yang ditransmisikan, berkurang intensitasnya masuk melalui suatu

monokromator yang memilih panjang gelombang untuk pengukuran dan kemudian

masuk ke detektor. Detektor merespon dengan memproduksi suatu sinyal yang

sesuai dengan intensitas cahaya yang mengenainya. Hal ini sesuai dengan intensitas

cahaya yang tidak terserap oleh atom yang sebanding dengan konsentrasi analit.

Sinyal diperkuat dan diproses untuk menghasilkan pembacaan langsung dari

(33)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Alat – Alat

− Spektrofotometer Serapan Atom Hitachi Z-2000 − Neraca analitik Mettler PM 400

− Oven Fisher

− Termometer Fisher

− Tanur listrik Fisher

− Peralatan gelas Pyrex

− Cawan crusibel

− Kertas saring whatman no 42 − Botol akuades

− Hot plate − Desikator

− Alu dan lumpang − Spatula

3.2.Bahan – Bahan

(34)

− Akuades

− Indikator universal

3.3.Prosedur

3.3.1. Penyediaan Reagen

3.3.1.1. Pembuatan Larutan Standar Ag

a. Larutan Blanko

Sebanyak 50 mL akuades ditambahkan dengan 5 mL HNO3 pekat kemudian

dipanaskan sampai setengah volume awal kemudian disaring ke dalam labu takar

50 mL dan diencerkan sampai garis tanda dan dihomogenkan.

b. Larutan Standar Ag 1000 mg/L

Sebanyak 1,575 gram AgNO3 dilarutkan ke dalam akuades dan ditambahkan

dengan 1,5 mL HNO3(p) kemudian diencerkan dalam labu ukur 1000 mL sampai

garis tanda dan dihomogenkan.

c. Larutan standar Ag 100 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan induk Ag 1000 mg/L dan dimasukkan ke dalam

labu ukur 100 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan

(35)

d. Larutan standar Ag 10 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan induk Ag 100 mg/L dan dimasukkan ke dalam

labu ukur 100 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan

dihomogenkan.

e. Larutan seri standar Ag 0,05; 0,10; 0,50; 1,00; 2,00; 3,00; 4,00; 5,00 mg/L

Dipipet masing-masing sebanyak 0,25; 0,5; 2,5; 5; 10; 15; 20 dan 25 mL larutan

standar Ag 10 mg/L dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, diencerkan

dengan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan.

3.3.1.2. Pembuatan Larutan Standar Cu

a. Larutan Blanko

Sebanyak 50 mL akuades ditambahkan dengan 5 mL HNO3 pekat kemudian

dipanaskan sampai setengah volume awal kemudian disaring ke dalam labu takar

50 mL dan diencerkan sampai garis tanda dan dihomogenkan.

b. Larutan Standar Cu 1000 mg/L

Sebanyak 3,929 gram CuSO4.5H2O dilarutkan ke dalam akuades kemudian

(36)

c. Larutan standar Cu 100 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan induk Cu 1000 mg/L dan dimasukkan ke dalam

labu ukur 100 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan

dihomogenkan.

d. Larutan standar Cu 10 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan induk Cu 100 mg/L dan dimasukkan ke dalam

labu ukur 100 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan

dihomogenkan.

e. Larutan seri standar Cu 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0 mg/L

Dipipet masing-masing sebanyak 2,5; 5; 7,5; 10 dan 12,5 mL larutan standar Cu 10

mg/L dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, diencerkan dengan akuades

sampai garis tanda dan dihomogenkan.

3.3.1.3. Pembuatan Larutan Standar Fe

a. Larutan Blanko

Sebanyak 50 mL akuades ditambahkan dengan 2 mL HNO3 pekat dan ditambahkan

6 mL HCl pekat kemudian dipanaskan sampai setengah volume awal kemudian

disaring ke dalam labu takar 50 mL dan diencerkan sampai garis tanda dan

(37)

b. Larutan Standar Fe 1000 mg/L

Sebanyak 4,321 gram Fe(NO3)3 dilarutkan ke dalam akuades kemudian diencerkan

dalam labu ukur 1000 mL sampai garis tanda dan dihomogenkan.

c. Larutan standar Fe 100 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan induk Fe 1000 mg/L dan dimasukkan ke dalam

labu ukur 100 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan

dihomogenkan.

d. Larutan standar Fe 10 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan induk Fe 100 mg/L dan dimasukkan ke dalam labu

ukur 100 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.

e. Larutan seri standar Fe 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0 mg/L

Dipipet masing-masing sebanyak 2,5; 5; 7,5; 10 dan 12,5 mL larutan standar Fe 10

mg/L dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, diencerkan dengan akuades

sampai garis tanda dan dihomogenkan.

3.3.2. Preparasi Sampel

3.3.2.1.Penyediaan larutan sampel untuk penentuan Ag dan Cu

Sampel dihaluskan, kemudian dikeringkan di dalam oven dan ditanurkan kemudian

(38)

lalu ditambahkan 25 mL HNO3 pekat dan ditambahkan H2O2 secukupnya. Ditutup

dengan kaca arloji lalu dipanaskan hingga setengah volume awal. Didinginkan dan

disaring. Dicuci residunya dengan akuades dan dicampur dengan filtratnya dan

dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL kemudian diatur pHnya 2-4 dan

diencerkan dengan akuades sampai garis tanda.

3.3.2.2.Penyediaan larutan sampel untuk penentuan Fe

Sebanyak 10 gram sampel dihaluskan, dimasukkan ke dalam oven, ditanur, dan

ditimbang secara teliti sebanyak 5 gram dengan menggunakan neraca analitis.

Sampel dimasukkan ke dalam beaker glass 250 mL ditambahkan 10 mL akuades

lalu ditambahkan 10 mL HNO3 pekat kemudian ditambahkan 30 mL HCl pekat.

Ditutup dengan kaca arloji lalu dipanaskan hingga setengah volume awal.

Didinginkan dan disaring. Dibilas endapan dengan akuades dan digabungkan

dengan filtrat penyaringan lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL kemudian

diatur pHnya 2-4 dan diencerkan dengan akuades sampai garis tanda.

3.3.3. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standar Ag

Larutan blanko Ag 0,00 mg/L ditentukan absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom pada λ = 328,1 nm dan dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar Ag 0,05; 0,10; 0,50; 1,00; 2,00; 3,00; 4,00 dan 5,00

mg/L.

3.3.4. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standar Cu

(39)

3.3.5. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standar Fe

Larutan blanko Fe 0,0 mg/L ditentukan absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom pada λ = 248,3 nm dan dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar Fe 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0 mg/L.

3.3.6.Penentuan kadar Ag pada sampel dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom

Larutan sampel yang telah didestruksi ditentukan absorbansinya pada λ= 328,1

nm dengan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom.

3.3.7.Penentuan kadar Cu pada sampel dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom

Larutan sampel yang telah didestruksi ditentukan absorbansinya pada λ = 324,7

nm dengan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom.

3.3.8.Penentuan kadar Fe pada sampel dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom

Larutan sampel yang telah didestruksi ditentukan absorbansinya pada λ = 248,3

(40)

3.4.Bagan Penelitian

3.4.1. Pembuatan Kurva Kalibrasi Perak (Ag)

larutan blanko Perak (Ag) 0,00 mg/L

ditentukan absorbansinya pada

panjang gelombang = 328,1 nm dengan

menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom

Hasil

NB: dilakukan prosedur yang sama untuk larutan seri standar perak (Ag) 0,05;

0,10; 0,50; 1,00; 2,00; 3,00; 4,00 dan 5,00 mg/L.

3.4.2. Pembuatan Kurva Kalibrasi Tembaga (Cu)

larutan blanko Tembaga (Cu) 0,0 mg/L

ditentukan absorbansinya pada

panjang gelombang = 324,7 nm dengan

menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom

Hasil

NB: dilakukan prosedur yang sama untuk larutan seri standar tembaga (Cu) 0,5;

(41)

3.4.3. Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi (Fe)

larutan blanko Besi (Fe) 0,0 mg/L

ditentukan absorbansinya pada

panjang gelombang = 248,3 nm dengan

menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom

Hasil

NB: dilakukan prosedur yang sama untuk larutan seri standar besi (Fe ) 0,5; 1,0;

(42)

3.4.4. Penyediaan larutan sampel untuk penentuan Ag dan Cu

sampel batu

dihaluskan dengan alu dan lumpang

serbuk batu

ditimbang sebanyak 5 gram

dimasukkan ke dalam beaker glass 250 mL

ditambahkan 10 mL akuades

ditambahkan 25 mL HNO3 pekat

ditutup dengan kaca arloji

disaring dengan kertas saring whatman no 42

dibilas dengan akuades

dikumpulkan dalam labu ukur 100 mL ditambahkan H2O2 secukupnya

(43)

3.4.5.Penyediaan larutan sampel untuk Fe

sampel batu

dihaluskan dengan alu dan lumpang

serbuk batu

ditimbang sebanyak 5 gram

dimasukkan ke dalam beaker glass 250 mL

ditambahkan 10 mL akuades

ditambahkan 10 mL HNO3 pekat

ditutup dengan kaca arloji

disaring dengan kertas saring whatman no 42

dibilas dengan akuades

dikumpulkan dalam labu ukur 100 mL

(44)

3.4.6.Penentuan kadar Ag dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom

Larutan Ag

Hasil

ditentukan absorbansinya pada

panjang gelombang = 328,1 nm dengan

menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom

3.4.7.Penentuan Kadar Cu dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom

Larutan Cu

ditentukan absorbansinya pada

panjang gelombang = 324,7 nm dengan

menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom

Hasil

3.4.8.Penentuan Kadar Fe dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom

Larutan Fe

ditentukan absorbansinya pada

panjang gelombang = 248,3 nm dengan

menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom

(45)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Pengolahan Data

4.1.1. Logam Perak

Tabel 4.1. Kondisi alat SSA Merek Hitachi Z-2000 pada pengukuran konsentrasi logam Perak (Ag)

No Parameter Logam Perak

1 Panjang gelombang (nm) 328,1

2 Tipe nyala Udara-C2H2

3 Kecepatan aliran gas pembakar (L/min) 2,0

4 Kecepatan aliran udara (L/min) 15,0

5 Lebar celah (nm) 1,3

6 Ketinggian tungku (mm) 7,5

Tabel 4.2. Data Absorbansi Larutan Standar Perak (Ag)

No Konsentrasi Absorbansi

1 0,0 0,0003

2 0,1 0,0025

3 0,2 0,0054

4 0,3 0,0079

5 0,4 0,0108

(46)

Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Perak (Ag)

4.1.2. Pengolahan Data Logam Perak (Ag)

4.1.2.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square

Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar logam Perak (Ag) pada tabel 4.2.

diplotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva kalibrasi berupa

garis linier. Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi ini dapat

(47)

Tabel 4.3. Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk Penentuan Konsentrasi Logam Perak (Ag) Berdasarkan Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Perak (Ag)

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan

garis:

y = ax + b

dimana:

a = slope

b = intersept

selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode least square

sebagai berikut:

� =∑(Xi−X�)(Yi−Y�)

(48)

Dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel 4.9. pada

persamaaan ini maka diperoleh:

� =46,2 x 10

Maka persamaan garis yang diperoleh adalah:

y = 0,0264x + 0,0001

4.1.2.2. Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut:

�= ∑(Xi−X�)(Yi−Y�) [∑(Xi−X�)2(YiY)2 ]1/2

Koefisien korelasi untuk logam Perak (Ag) adalah:

�= 46,2 x 10

−4

[(0,1750)(1,221x10−4)]1/2

r = 0,9994

4.1.2.3.Penentuan Kadar Logam Perak (Ag) Dari Sampel Batuan Mineral Dari Dusun Jambu Dolok Kabupaten Toba Samosir

Kadar perak (Ag) dapat ditentukan dengan menggunakan metode kurva kalibrasi

dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) yang diperoleh dari hasil

(49)

Dari data pengukuran absorbansi logam perak untuk sampel batuan mineral,

diperoleh serapan (A) sebesar 0,0058.

Dengan mensubstitusikan nilai Y (Absorbansi) kepersamaan garis regresi

Maka diperoleh konsentrasi logam perak (Ag) 0,2159 mg/L.

4.1.2.4. Perhitungan Kadar Logam Perak (Ag) dalam mg/Kg

��������������� (��) = X �

Maka diperoleh kadar logam perak (Ag) pada sampel batuan mineral dari Dusun

(50)

4.1.3. Logam Tembaga

Kondisi alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada pengukuran konsentrasi

logam tembaga (Cu) dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.4.Kondisi alat SSA Merek Hitachi Z-2000 pada pengukuran konsentrasi logam Tembaga (Cu)

No Parameter Logam Tembaga

1 Panjang gelombang (nm) 324,8

2 Tipe nyala Udara-C2H2

3 Kecepatan aliran gas pembakar (L/min) 2,0

4 Kecepatan aliran udara (L/min) 15,0

5 Lebar celah (nm) 1,3

6 Ketinggian tungku (mm) 7,5

Tabel 4.5. Data Absorbansi Larutan Standar Tembaga (Cu)

No Konsentrasi Absorbansi

1 0,0 0,0001

2 0,5 0,0095

3 1,0 0,0185

4 1,5 0,0274

5 2,0 0,0367

(51)

Gambar 4.2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Tembaga (Cu)

4.1.4. Pengolahan Data Logam Tembaga (Cu)

4.1.4.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square

Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar logam Tembaga (Cu) pada tabel

4.8. diplotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva kalibrasi

berupa garis linier. Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi ini dapat

(52)

Tabel 4.6. Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk Penentuan Konsentrasi Logam Tembaga (Cu) Berdasarkan Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Tembaga (Cu)

No Xi Yi (Xi-��) (Yi-��) (Xi-��)2 (Yi-��)2 (Xi-��)(Yi-��)

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan

garis:

y = ax + b

dimana:

a = slope

b = intersept

selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode least square

(53)

� =∑(Xi−X�)(Yi−Y�)

∑(Xi−X�)2

b = y- ax

Dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel 4.9. pada

persamaaan ini maka diperoleh:

� =0,0803

4,3750 = 0,0183

b = 0,0231 – (0,0183)(1,25)

= 0,0231 – 0,0228

= 0,0003

Maka persamaan garis yang diperoleh adalah:

y = 0,0183x + 0,0003

4.1.4.2. Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut:

�= ∑(Xi−X�)(Yi−Y�) [∑(Xi−X�)2∑(YiY)2 ]1/2

Koefisien korelasi untuk logam Tembaga (Cu) adalah:

�= 0,0803

[(4,3750)(14,76 x 10−4)]1/2

(54)

4.1.4.3.Penentuan Kadar Logam Tembaga (Cu) Dari Sampel Batuan Mineral Dari Dusun Jambu Dolok Kabupaten Toba Samosir

Kadar tembaga (Cu) dapat ditentukan dengan menggunakan metode kurva kalibrasi

dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) yang diperoleh dari hasil

pengukuran terhadap garis regresi dari kurva kalibrasi.

Dari data pengukuran absorbansi logam tembaga untuk sampel batuan mineral,

diperoleh serapan (A) sebesar 0,0393.

Dengan mensubstitusikan nilai Y (Absorbansi) kepersamaan garis regresi

Hasil ini dikalikan dengan faktor pengencerannya yaitu 500 kali sehingga diperoleh

konsentrasi logam tembaga (Cu) yang sebenarnya 1065,55 mg/L.

4.1.4.4. Perhitungan Kadar Logam Tembaga (Cu) dalam mg/Kg

(55)

Maka diperoleh kadar logam tembaga (Cu) pada sampel batuan mineral dari Dusun

Jambu Dolok Kabupaten Toba Samosir adalah 21.311 mg/Kg.

4.1.5. Logam Besi

Tabel 4.7. Kondisi alat SSA Merek Hitachi Z-2000 pada pengukuran konsentrasi logam Besi (Fe)

No Parameter Logam Besi

1 Panjang gelombang (nm) 248,3

2 Tipe nyala Udara-C2H2

3 Kecepatan aliran gas pembakar (L/min) 1,8

4 Kecepatan aliran udara (L/min) 15,0

5 Lebar celah (nm) 0,2

6 Ketinggian tungku (mm) 7,5

Tabel 4.8. Data Absorbansi Larutan Standar Besi (Fe)

No Konsentrasi Absorbansi

1 0 0,0002

2 1 0,0171

3 2 0,0349

4 3 0,0530

5 4 0,0699

(56)

Gambar 4.3. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Besi (Fe)

4.1.6. Pengolahan Data Logam Besi (Fe)

4.1.6.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square

Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar logam Besi (Fe) pada tabel 4.2.

diplotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva kalibrasi berupa

garis linier. Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi ini dapat

(57)

Tabel 4.9. Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk Penentuan Konsentrasi Logam Besi (Fe) Berdasarkan Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Besi (Fe)

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan

garis:

y = ax + b

dimana:

a = slope

b = intersept

selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode least square

sebagai berikut:

� =∑(Xi−X�)(Yi−Y�)

(58)

b = y- ax

Dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel 4.9. pada

persamaaan ini maka diperoleh:

� =0,3046

17,5 = 0,0174

b = 0,0437 – (0,0174)(2,5)

= 0,0437 – 0,0435

= 0,0002

Maka persamaan garis yang diperoleh adalah:

y = 0,0174 x + 0,0002

4.1.6.2. Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut:

�= ∑(Xi−X�)(Yi−Y�) [∑(Xi−X�)2∑(YiY)2 ]1/2

Koefisien korelasi untuk logam Besi (Fe) adalah:

�= 0,3046

[(17,5)(0,0053)]1/2

(59)

4.1.6.3. Penentuan Kadar Logam Besi (Fe) Dari Sampel Batuan Mineral Dari Dusun Jambu Dolok Kabupaten Toba Samosir

Kadar besi (Fe) dapat ditentukan dengan menggunakan metode kurva kalibrasi

dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) yang diperoleh dari hasil

pengukuran terhadap garis regresi dari kurva kalibrasi.

Dari data pengukuran absorbansi logam besi untuk sampel batuan mineral,

diperoleh serapan (A) sebesar 0,0263.

Dengan mensubstitusikan nilai Y (Absorbansi) ke persamaan garis regresi

y = 0,0174 x + 0,0002

Hasil ini dikalikan dengan faktor pengencerannya yaitu 10.000 kali sehingga

diperoleh konsentrasi logam besi (Fe) yang sebenarnya 15.000 mg/L.

4.1.6.4. Perhitungan Kadar Logam Besi (Fe) dalam mg/Kg

(60)

Maka diperoleh kadar logam besi (Fe) pada sampel batuan mineral dari Dusun

Jambu Dolok Kabupaten Toba Samosir adalah 150.000 mg/Kg.

4.2. Pembahasan

Perak, tembaga dan besi merupakan logam-logam yang mempunyai nilai komoditi

yang tinggi. Perak, tembaga dan besi dapat ditemukan pada lapisan litosfer

bumi misalnya pada tanah dan bebatuan. Dusun jambu Dolok merupakan

daerah yang memiliki potensi bebatuan yang mengandung mineral yang

berharga.

Penentuan kadar logam Perak (Ag), Tembaga (Cu) dan besi (Fe) di dalam

batuan mineral yang terdapat di Dusun Jambu Dolok dilakukan dengan

mendestruksi sampel denga metode destruksi basah. Penentuan logam perak

(Ag) dan tembaga (Cu) dengan menggunakan HNO3 dan penentuan logam

besi (Fe) dengan menggunakan HNO3 dan HCl. Kemudian ditentukan nilai

absorbansi dan konsentrasi dari sampel menggunakan alat Spektrofotometer

Serapan Atom pada panjang gelombang untuk perak (Ag) = 328,1 nm;

tembaga (Cu) = 324,7 nm dan besi (Fe) = 248,3 nm.

Kurva standar larutan seri standar logam perak (Ag), tembaga (Cu) dan besi

(Fe) dibuat dengan memvariasikan konsentrasi larutan seri standar dengan

menggunakan Metode Least Square sehingga diperoleh persamaan garis

linear untuk logam perak (Ag) Y = 0,0264X + 0,0001; tembaga (Cu) Y =

0,0183X + 0,0003 dan besi (Fe) Y = 0,0174 + 0,0002.

Dalam penelitian ini diperoleh koefisien korelasi untuk logam perak (Ag) =

0,9994; tembaga (Cu) = 0,9993 dan besi (Fe) = 0,9999. Hal ini

menunjukkan adanya hubungan atau korelasi positif antara konsentrasi

dengan absorbansi. Pada penelitian analitik, grafik kurva standar yang baik

(61)

Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kadar logam perak (Ag),

tembaga (Cu) dan besi (Fe) masing – masing adalah 2,1590 mg/Kg; 21.311

mg/Kg dan 150.000 mg/Kg.

Adanya logam perak (Ag), tembaga (Cu) dan besi (Fe) di dalam batuan

terbentuk dengan adanya beberapa proses. Batuan terbentuk dari dua

mineral atau lebih yang terbentuk di bawah permukaan bumi (intrusive)

yang berasal dari magma yang mendingin atau membeku dan terbentuk di

atas permukaan bumi (ekstrusive) akibat proses pelapukan dan erosi

sehingga menyebabkan presipitasi mineral bijih. Proses pembentukan bijih

logam secara umum dapat di bagi menjadi empat kelompok, yaitu proses

magmatik, proses hidrotermal, proses metamorfik dan proses permukaan.

Mineral-mineral bijih seperti magnetit, limenit, kromit terbentuk pada fase

awal diferensiasi magma. Semua mineral bijih yang terbentuk pada fase ini disebut

sebagai endapan magmatik. Sistem hidrotermal dapat didefinisikan sebagai

sirkulasi fluida panas (50° sampai >500°C), secara lateral dan vertikal pada

temperatur dan tekanan yang bervarisasi, di bawah permukaan bumi. Sistem

ini mengandung dua komponen utama, yaitu sumber panas dan fase fluida.

Sirkulasi fluida hidrotermal menyebabkan himpunan mineral pada batuan

dinding menjadi tidak stabil dan cenderung menyesuasikan kesetimbangan

baru dengan membentuk himpunan mineral yang sesuasi dengan kondisi

yang baru, yang dikenal sebagai alterasi (ubahan) hidrotermal. Endapan

bijih hidrotermal terbentuk karena sirkulasi

fluida hidrotermal yang melindi (leaching), mentransport, dan mengendapkan

mineral-mineral baru sebagai respon terhadap perubahan kondisi fisik

maupun kimiawi. Interaksi antara fluida hidrotermal dengan batuan yang

dilewatinya (batuan dinding) akan menyebabkan terubahnya

mineral-mineral primer menjadi mineral-mineral ubahan. Semua mineral-mineral bijih yang

terbentuk sebagai mineral ubahan pada fase ini disebut sebagai endapan

(62)

Suatu tubuh batuan yang diterobos magma umumnya akan

mengalami rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, penggantian (replacement),

pada bagian kontaknya. Perubahan ini disebabkan oleh adanya panas dan

fluida yang berasal dari aktifitas magma tersebut. Selama berlangsung

pengangkatan dan erosi, suatu endapan bijih terekspos di dekat permukaan,

kemudian mengalami proses pelapukan, pelindian (leaching), maupun

oksidasi pada mineral-mineral bijih. Proses tersebut menyebabkan banyak

unsur logam (Cu2+, Pb2+, Zn2+ dll.) akan terlarut (umumnya sebagai

senyawa sulfat) dalam air yang bergerak ke dalam air tanah atau bahkan

sampai ke kedalaman dimana proses oksidasi tidak berlangsung.

Daerah dimana terjadi proses oksidasi disebut sebagai zona oksidasi.

Sebagian larutan yang mengandung logam-logam yang terlarut bergerak

terus hingga di bawah muka air tanah, kemudian logam-logam tersebut

mengendap kembali membentuk sulfida sekunder. Zona ini dikenal sebagai

zona pengkayaan supergen. Di bawah zona pengkayaan supergen terdapat

daerah dimana mineralisasi primer tidak terpengaruh oleh proses oksidasi

maupun pelindian, yang disebut sebagai zona hipogen. Logam yang paling

banyak terbentuk karena proses ini adalah tembaga (Cu) (Hartosuwarno,

2011)

(63)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

Kadar Ag, Cu dan Fe yang terdapat di dalam batuan mineral di Dusun jambu Dolok

Kabupaten Toba Samosir masing-masing adalah 2,1590 mg/Kg, 21.311

mg/Kg dan 150.000 mg/Kg.

2. Dari hasil analisis Ag dan Fe dapat disimpulkan bahwa batuan mineral yang

dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini tidak potensial untuk

dijadikan sumber Ag dan Fe.

5.2. Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan analisis terhadap

kandungan logam-logam lain yang bernilai ekonomis.

(64)

DAFTAR PUSTAKA

Clark, D.V., 1979. Approach to Atomic Absorption Spectroscopy. Sidney-Australia: Anal. Chem Consultants Pty, Ltd.

Harris, D., 1982. Quantitative Chemical Analysis. USA: W. H. Freeman and Company.

Hartosuwarno, S., 2011. Endapan Mineral. Yogyakarta: Fakultas Teknik Mineral Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”.o

Keenan, C.W., 1980. General College Chemistry. Sixth Edition. Manhattan: Harper & Row, Publisher, Inc.

Khopkar, S.M., 1984. Konsep Dasar Kimia Analitik. Bombay: Indian Institute of Technology.

Kolthoff, M., 1952. Textbook of Quantitative Inorganic Analysis. Third Edition. New York: The MacMillan Company.

Lewis, G.F., 1985. Analytical Chemistry an Introduction. Second Edition. London: Macmillan publisher Ltd.

Lindgren, W., 1933. Mineral Deposits. Fourth Edition. London: McGraw-Hill book Company, Inc.

Mahan, B., 1966. College Chemistry. USA: Addison-Wesley Series in Chemistry.

Markham, E., 1955. General Chemistry. Boston: Houghton Mifflin Company.

PerkinElmer, 1996. Analitycal Methods for Atomic Absorption Spectroscopy. United States: PerkinElmer, Inc.

Scarlett, A., 1956. College Chemistry. New York: Henry Holt and Company.

Smith, A., 2001. Pustaka Sains Material. London: Usborne Publishing Ltd.

Sommer, L., 1989. Analytical Absorption Spectrophotometry In the Visible And Ultraviolet. Amsterdam: Elsevier.

Tennisen, A., 1974. Nature of Earth Materials. Second Edition. USA: Prentice Hall Inc.

Underwood, A., 1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Vogel., 1991. Buku Teks Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

(65)

Gambar

Gambar 2.1 Diagram Balok Peralatan Spektrofotometer Serapan Atom dengan
Tabel 4.1. Kondisi alat SSA Merek Hitachi Z-2000 pada pengukuran
Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Perak (Ag)
Tabel 4.3. Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk Penentuan Konsentrasi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Nama paket pekerjaan : BELANJA MODAL PENGADAAN ALAT-ALAT ANGKUTAN DARAT BERMOTOR SEPEDA MOTOR.. Harga hasil

Panitia Pengadaan Non Konstruksi APBD Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan pascakualifikasi secara

Kepada peserta / penyedia jasa yang keberatan atas pengumuman hasil prakualifikasi ini diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan yaitu memiliki Surat Ijin Penyalur Alat Kesehatan (PAK)/ Cabang Izin Penyalur

BIDANG CIPTA KARYA DPU KABUPATEN KLATEN.. JL Sulaw

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah tahun Anggaran 2012 akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan

Sejarah berlangsungnya kegiatan pemahaman terhadap al- Qur’an , telah melewati berbagai periode dan berbagai peristiwa. Tradisi memahami kalam Ilahi dalam Islam ini,

Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh random practice method terhadap hasil belajar keterampilan bola voli dan berpikir kritis. Metode yang