• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandangan konsumen ibu rumah tangga terhadap label halal pada produk pangan Di Kota Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pandangan konsumen ibu rumah tangga terhadap label halal pada produk pangan Di Kota Tangerang"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PANDANGAN KONSUMEN IBU RUMAH TANGGA

TERHADAP LABEL HALAL PADA PRODUK PANGAN DI

KOTA TANGERANG

Oleh :

Rizki Nurul Wachidah F 24102122

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PANDANGAN KONSUMEN IBU RUMAH TANGGA

TERHADAP LABEL HALAL PADA PRODUK PANGAN DI

KOTA TANGERANG

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Rizki Nurul Wachidah F24102122

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

PANDANGAN KONSUMEN IBU RUMAH TANGGA TERHADAP LABEL HALAL PADA PRODUK PANGAN DI KOTA TANGERANG

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Rizki Nurul Wachidah F24102122

Dilahirkan pada tanggal 12 September 1983 di Yogyakarta

Tanggal lulus : Februari 2007

Menyetujui, Bogor, Februari 2007

Dra. Waysima, Msc Pembimbing Akademik

Mengetahui,

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc

(4)

Rizki Nurul Wachidah. F24102122. Pandangan Konsumen Ibu Rumah Tangga Terhadap Label Halal Pada Produk Pangan Di Kota Tangerang. Dibawah bimbingan Dra Waysima, Msc.2007.

RINGKASAN

Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi, dimana sensasi memiliki arti sebagai aktivitas merasakan atau penyebab keadaan emosi yang menggembirakan. Sensasi dapat didefinisikan juga sebagai tanggapan yang cepat dari indera penerima terhadap stimuli akan timbulnya rangsangan (Mangkunegara, 2002). Dalam PP No. 69 tahun 1999 pasal 1, pangan halal adalah pangan yang tidak mengandung unsur atau bahan yang haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, baik menyangkut bahan baku pangan, bahan bantu dan bahan penolong lainnya termasuk bahan pangan yang diolah melalui proses rekayasa genetika dan irradiasi pangan, dan pengelolaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum agama Islam. Makanan yang halal adalah semua jenis makanan yang tidak mengandung unsur atau bahan yang terlarang/haram dan atau diolah /diproses menurut agama Islam (Keputusan bersama Menkes dan Menag No. 427/me.kes/VIII/1985 dan No. 68 tahun 1985 pasal 1).

Metodologi penelitian ini terbagi atas empat tahapan. Yaitu tahap penggumpulan data, menentukan kuisioner yang akan digunakan sebagai alat ukur guna mendapatkan respon dari sampel yang akan digunakan, pengujian secara validitas dan reliabilitas, analisis data serta penetapan dan pengambilan contoh sampel. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei yang merupakan metode pengumpulan data atau informasi konsumen dengan partisipasi secara aktif (Setiadi, 2003).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan konsumen terutama ibu rumah tangga mengenai adanya label halal terhadap produk pangan. Oleh karena itu, maka sasaran penelitian ini menitikberatkan pada konsumen ibu rumah tangga. Menurut Engel et al (1994), konsumsi makanan (dalam prakteknya) sangat ditentukan oleh ibu rumah tangga yang memainkan peran sebagai penjaga gerbang (gate keeper) yang bertanggungjawab dalam pemilihan dan persiapan hidangan bagi seluruh keluarga. Ibu rumah tangga berperan sebagai penentu menu keluarga dan pembuat keputusan pembelian sebagian besar bahan pangan sehingga apa yang dilakukan oleh ibu, maka akan diikuti oleh anggota keluarga lainnya.

(5)

pendidikan, status gizi serta pengetahuan yang dimiliki seseorang (Berg et al., 1995)

Pengukuran pengetahuan responden tentang halal didasarkan pada jawaban kuisioner. Berdasarkan tingkat pengetahuan tentang halal, responden terbagi atas pengetahuan rendah (60 %). Oleh karena itu, maka diperlukan adanya upaya-upaya guna mensosialisasikan masalah halal kepada masyarakat baik melalui media cetak, media elektronik serta pertemuan keagamaan. Media yang paling dipercaya bagi responden untuk mendapatkan informasi mengenai makanan halal adalah melalui pertemuan keagamaan yaitu sebanyak 74 %.

(6)

RIWAYAT PENULIS

Penulis bernama lengkap Rizki Nurul Wachidah dilahirkan di Jogyakarta pada tanggal 12 September 1983. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dan pasangan Bapak Achmad Nasasi dan Ibu Sri Rohmah.

Jenjang pendidikan formal penulis diawali dari tahuan 1988 TK Islam Al-Mukhlisin Cijantung, Jakarta Timur. Pada tahun 1989 hingga tahun 1995 penulis menyelesaikan jenjang sekolah dasar di SD Islam Sunan Bonang, Tangerang. Kemudian masuk menjadi murid Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Sunan Bonang yang juga bertempat di Tangerang. Pada tahun 1998, penulis melanjutkan akademis ke jenjang Sekolah Menengah Umum Negeri 7 Tangerang. Penulis diterima menjadi mahasiswi Institut Pertanian Bogor pada tahun 2002 melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat hingga masih diberikan kesempatan untuk terus senandungkan asma-Nya. Sholawat serta salam tak lupa tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya. Semoga kita adalah pengikutnya yang tetap istiqomah berada di jalan-Nya.

Skripsi ini dilakukan penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Teknologi Pertanian. Skripsi ini berjudul “Pandangan Konsumen Ibu Rumah Tangga Terhadap Label Halal Pada Produk Pangan di Kota Tangerang”.

Selama pelaksanaan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan dan do’a yang tidak terputus. Sembah sungkem buat Bapak dan Ibu tercinta yang kasih sayang dan cintanya tidak akan pernah terganti. Adik-adikku, Putri, Nicky dan Alief. Semoga kita menjadi anak yang sholeh (mba’ inoy sayang kalian). Amin.

2. Dra Waysima, Msc atas segala bimbingan dan arahan yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa. Maaf atas segala kekhilafan yang telah penulis seringkali lakukan dan terima kasih banyak atas segala masukan dan kritik yang telah diberikan. Jasa Ibu tidak akan pernah penulis lupakan.

3. Kak Heri atas segala kesediaan waktu dan tenaganya untuk mengantar dan menjadi penunjuk jalan selama penulis menyebarkan kuisioner penelitian. Atas motivasi dan kritikan yang selalu diberikan hingga penulis menyadari bahwa setiap diri manusia punya potensi yang berbeda.

(8)

5. Sahabat-sahabat kampus : Dhenok, Rina, Meilina, Dian, Kanyakan, Veronika, Hana, Sari dan Dian Kresna. Bersama kalian penulis merasakan manisnya persahabatan baik dikala duka maupun suka. Semoga perusahaan CG yang kita impikan dapat terwujud. Amin.

6. Teman-teman ITP’39 : golongan A, golongan B, golongan C dan golongan D. Semoga jalinan yang telah ada selama ini akan menjadi sebuah ikatan persahabatan yang utuh.

7. Teman-teman Rohis’39 yang tidak terlupakan, semoga jalinan ini akan berarti hingga nanti.

8. Teman-teman The Arnoter’s : Rheni, Julia, Elfrida, Rian, Irfan dan Hikmat atas keceriaan selama Praktek Magang yang tidak terlupakan. 9. Teman-teman Sanggar Alief. Bersama kalian, penulis selalu merasakan

ikatan persaudaraan yang erat. Bersama kalian, penulis selalu menyadari bahwa dibelahan bumi lain banyak orang yang tidak seberuntung kita. 10. Mbah Erry dan Bapak-Ibu Dosen (Persatuan Insinyur Indonesia) dalam

Komunitas Islam Revivalis yang telah banyak memberikan masukan dan pengetahuan baru sehingga penulis dapat lebih percaya diri.

11. Serta semua pihak yang telah membantu penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, segala masukan dan kritikan sangat diharapkan guna kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya.

Bogor, Februari 2007

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan... 4

C. Manfaat... 5

D. Sasaran Penelitian... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA... 6

A. Label Pangan ... 6

B. Peraturan perundangan tentang label halal... 6

C. Halal ... 12

D. Bahan Tambahan Makanan...13

D. Persepsi Konsumen . ... 14

III. METODOLOGI PENELITIAN... 19

A. Kerangka Pendekatan Studi ... 19

B. Metode Penelitian... 19

C. Metode Penentuan Sampel ... 20

D. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer...22

2. Data Sekunder...22

E. Penyusunan dan Pengujian Kuisioner ... 23

F. Pengolahan dan Analisis Data ... 26

G. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

(10)

B. Profil Responden ... 29

C. Pengetahuan Halal ... 34

D. Hubungan Karaketristik dengan Persepsi Responden... 42

V. KESIMPULAN ...45

VI. SARAN ... 46

(11)

SKRIPSI

PANDANGAN KONSUMEN IBU RUMAH TANGGA

TERHADAP LABEL HALAL PADA PRODUK PANGAN DI

KOTA TANGERANG

Oleh :

Rizki Nurul Wachidah F 24102122

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

PANDANGAN KONSUMEN IBU RUMAH TANGGA

TERHADAP LABEL HALAL PADA PRODUK PANGAN DI

KOTA TANGERANG

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Rizki Nurul Wachidah F24102122

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

PANDANGAN KONSUMEN IBU RUMAH TANGGA TERHADAP LABEL HALAL PADA PRODUK PANGAN DI KOTA TANGERANG

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Rizki Nurul Wachidah F24102122

Dilahirkan pada tanggal 12 September 1983 di Yogyakarta

Tanggal lulus : Februari 2007

Menyetujui, Bogor, Februari 2007

Dra. Waysima, Msc Pembimbing Akademik

Mengetahui,

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc

(14)

Rizki Nurul Wachidah. F24102122. Pandangan Konsumen Ibu Rumah Tangga Terhadap Label Halal Pada Produk Pangan Di Kota Tangerang. Dibawah bimbingan Dra Waysima, Msc.2007.

RINGKASAN

Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi, dimana sensasi memiliki arti sebagai aktivitas merasakan atau penyebab keadaan emosi yang menggembirakan. Sensasi dapat didefinisikan juga sebagai tanggapan yang cepat dari indera penerima terhadap stimuli akan timbulnya rangsangan (Mangkunegara, 2002). Dalam PP No. 69 tahun 1999 pasal 1, pangan halal adalah pangan yang tidak mengandung unsur atau bahan yang haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, baik menyangkut bahan baku pangan, bahan bantu dan bahan penolong lainnya termasuk bahan pangan yang diolah melalui proses rekayasa genetika dan irradiasi pangan, dan pengelolaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum agama Islam. Makanan yang halal adalah semua jenis makanan yang tidak mengandung unsur atau bahan yang terlarang/haram dan atau diolah /diproses menurut agama Islam (Keputusan bersama Menkes dan Menag No. 427/me.kes/VIII/1985 dan No. 68 tahun 1985 pasal 1).

Metodologi penelitian ini terbagi atas empat tahapan. Yaitu tahap penggumpulan data, menentukan kuisioner yang akan digunakan sebagai alat ukur guna mendapatkan respon dari sampel yang akan digunakan, pengujian secara validitas dan reliabilitas, analisis data serta penetapan dan pengambilan contoh sampel. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei yang merupakan metode pengumpulan data atau informasi konsumen dengan partisipasi secara aktif (Setiadi, 2003).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan konsumen terutama ibu rumah tangga mengenai adanya label halal terhadap produk pangan. Oleh karena itu, maka sasaran penelitian ini menitikberatkan pada konsumen ibu rumah tangga. Menurut Engel et al (1994), konsumsi makanan (dalam prakteknya) sangat ditentukan oleh ibu rumah tangga yang memainkan peran sebagai penjaga gerbang (gate keeper) yang bertanggungjawab dalam pemilihan dan persiapan hidangan bagi seluruh keluarga. Ibu rumah tangga berperan sebagai penentu menu keluarga dan pembuat keputusan pembelian sebagian besar bahan pangan sehingga apa yang dilakukan oleh ibu, maka akan diikuti oleh anggota keluarga lainnya.

(15)

pendidikan, status gizi serta pengetahuan yang dimiliki seseorang (Berg et al., 1995)

Pengukuran pengetahuan responden tentang halal didasarkan pada jawaban kuisioner. Berdasarkan tingkat pengetahuan tentang halal, responden terbagi atas pengetahuan rendah (60 %). Oleh karena itu, maka diperlukan adanya upaya-upaya guna mensosialisasikan masalah halal kepada masyarakat baik melalui media cetak, media elektronik serta pertemuan keagamaan. Media yang paling dipercaya bagi responden untuk mendapatkan informasi mengenai makanan halal adalah melalui pertemuan keagamaan yaitu sebanyak 74 %.

(16)

RIWAYAT PENULIS

Penulis bernama lengkap Rizki Nurul Wachidah dilahirkan di Jogyakarta pada tanggal 12 September 1983. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dan pasangan Bapak Achmad Nasasi dan Ibu Sri Rohmah.

Jenjang pendidikan formal penulis diawali dari tahuan 1988 TK Islam Al-Mukhlisin Cijantung, Jakarta Timur. Pada tahun 1989 hingga tahun 1995 penulis menyelesaikan jenjang sekolah dasar di SD Islam Sunan Bonang, Tangerang. Kemudian masuk menjadi murid Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Sunan Bonang yang juga bertempat di Tangerang. Pada tahun 1998, penulis melanjutkan akademis ke jenjang Sekolah Menengah Umum Negeri 7 Tangerang. Penulis diterima menjadi mahasiswi Institut Pertanian Bogor pada tahun 2002 melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).

(17)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat hingga masih diberikan kesempatan untuk terus senandungkan asma-Nya. Sholawat serta salam tak lupa tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya. Semoga kita adalah pengikutnya yang tetap istiqomah berada di jalan-Nya.

Skripsi ini dilakukan penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Teknologi Pertanian. Skripsi ini berjudul “Pandangan Konsumen Ibu Rumah Tangga Terhadap Label Halal Pada Produk Pangan di Kota Tangerang”.

Selama pelaksanaan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan dan do’a yang tidak terputus. Sembah sungkem buat Bapak dan Ibu tercinta yang kasih sayang dan cintanya tidak akan pernah terganti. Adik-adikku, Putri, Nicky dan Alief. Semoga kita menjadi anak yang sholeh (mba’ inoy sayang kalian). Amin.

2. Dra Waysima, Msc atas segala bimbingan dan arahan yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa. Maaf atas segala kekhilafan yang telah penulis seringkali lakukan dan terima kasih banyak atas segala masukan dan kritik yang telah diberikan. Jasa Ibu tidak akan pernah penulis lupakan.

3. Kak Heri atas segala kesediaan waktu dan tenaganya untuk mengantar dan menjadi penunjuk jalan selama penulis menyebarkan kuisioner penelitian. Atas motivasi dan kritikan yang selalu diberikan hingga penulis menyadari bahwa setiap diri manusia punya potensi yang berbeda.

(18)

5. Sahabat-sahabat kampus : Dhenok, Rina, Meilina, Dian, Kanyakan, Veronika, Hana, Sari dan Dian Kresna. Bersama kalian penulis merasakan manisnya persahabatan baik dikala duka maupun suka. Semoga perusahaan CG yang kita impikan dapat terwujud. Amin.

6. Teman-teman ITP’39 : golongan A, golongan B, golongan C dan golongan D. Semoga jalinan yang telah ada selama ini akan menjadi sebuah ikatan persahabatan yang utuh.

7. Teman-teman Rohis’39 yang tidak terlupakan, semoga jalinan ini akan berarti hingga nanti.

8. Teman-teman The Arnoter’s : Rheni, Julia, Elfrida, Rian, Irfan dan Hikmat atas keceriaan selama Praktek Magang yang tidak terlupakan. 9. Teman-teman Sanggar Alief. Bersama kalian, penulis selalu merasakan

ikatan persaudaraan yang erat. Bersama kalian, penulis selalu menyadari bahwa dibelahan bumi lain banyak orang yang tidak seberuntung kita. 10. Mbah Erry dan Bapak-Ibu Dosen (Persatuan Insinyur Indonesia) dalam

Komunitas Islam Revivalis yang telah banyak memberikan masukan dan pengetahuan baru sehingga penulis dapat lebih percaya diri.

11. Serta semua pihak yang telah membantu penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, segala masukan dan kritikan sangat diharapkan guna kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya.

Bogor, Februari 2007

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan... 4

C. Manfaat... 5

D. Sasaran Penelitian... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA... 6

A. Label Pangan ... 6

B. Peraturan perundangan tentang label halal... 6

C. Halal ... 12

D. Bahan Tambahan Makanan...13

D. Persepsi Konsumen . ... 14

III. METODOLOGI PENELITIAN... 19

A. Kerangka Pendekatan Studi ... 19

B. Metode Penelitian... 19

C. Metode Penentuan Sampel ... 20

D. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer...22

2. Data Sekunder...22

E. Penyusunan dan Pengujian Kuisioner ... 23

F. Pengolahan dan Analisis Data ... 26

G. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

(20)

B. Profil Responden ... 29

C. Pengetahuan Halal ... 34

D. Hubungan Karaketristik dengan Persepsi Responden... 42

V. KESIMPULAN ...45

VI. SARAN ... 46

(21)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil uji validitas kuisioner ... 28

Tabel 2. Frekuensi usia responden ... 30

Tabel 3. Sebaran responden berdasarkan kelompok pekerjaan ... 30

Tabel 4. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 31

Tabel 5. Sebaran responden berdasarkan status kepemilikan rumah... 32

Tabel 6. Sebaran responden berdasarkan daya listrik ... 32

Tabel 7. Sebaran responden berdasarkan pembayaran listrik ... 33

Tabel 8. Sebaran responden berdasarkan biaya telepon yang dikeluarkan ... 33

Tabel 9. Sebaran responden berdasarkan status sosial ekonomi... 34

Tabel 10. Sebaran responden berdasarkan jawaban tentang bahan yang hram dalam hukum Islam...35

Tabel 11. Sebaran responden mengenai pengetahuan tentang bahan tambahan makanan...36

Tabel 12. Sebaran responden berdasarkan pengetahuan tentang halal...37

Tabel 13. Sebaran responden tentang sumber informasi halal pada produk pangan...37

Tabel 14. Sumber informasi yang dipercaya tentang kehalalan produk pangan... 38

Tabel 15. Sebaran responden berdasarkan hal yang pertama kali diperhatikan ... 38

Tabel 16. Intensitas pengecekkan adanya label halal... 39

Tabel 17. Sebaran responden berdasarkan keputusan membeli produk pangan yang tidak berlabel halal ... 39

Tabel 18. Sebaran responden yang tetap membeli produk pengan tanpa label halal adanya ... 40

Tabel 19. Alasan yang mendasari responden tetap membeli produk pangan yang tidak berlabel halal ... 41

Tabel 20. Sebaran responden berdasarkan alasannya tetap membeli produk pangan dengan status sosial ekonominya ... 41

(22)

Tabel 22. Tabulasi hubungan antara pekerjaan dan tingkat pengetahuan responden tentang halal ... 43 Tabel 23. Tabulasi hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan

(23)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Faktor psikologi yang mempengaruhi kebiasaan membeli ... 15 Gambar 2. Proses pengambilan keputusan ketika membeli suatu produk ... 17 Gambar 3. Informasi pada kemasan yang menjadi alasan utama responden tidak

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil uji reliabilitas kuisioner Lampiran 2. Kuisioner penelitian

Lampiran 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Lampiran 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan

(25)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Surat Al-Baqarah ayat 168, Allah SWT berfirman bahwa ”Hai manusia, makanlah segala sesuatu yang ada dibumi ini yang halal dan baik dan jangan kamu mengikuti jejak syaitan karena sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. Serta didalam Surat Al-Maidah ayat 88 Allah SWT menyatakan bahwa ”Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”. Hal ini mengungkapkan bahwa seseorang hendaknya mengkonsumsi makanan yang halal serta baik kandungan gizinya.

Allah SWT juga melarang ummatnya untuk meminum minuman yang memabukkan seperti khamar, didalam Surat Al-Maidah ayat 90-91 dinyatakan bahwa ”Hai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya meminum khamar, berjudi, berkorban untuk berhala dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan-perbuatan keji yang termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran meminum khamar dan berjudi itu akan menghalangimu dari menginngat Allah dan sembahyang. Maka berhentilah kamu mengerjakan perbuatan itu”. Didalam surat tersebut dinyatakan bahwa jika seseorang yang mengkonsumsi minuman dan makanan yang haram maka akan tercermin sikap dan perilaku yang tidak baik sehingga memilih makanan yang baik dan halal merupakan kewajiban yang harus dijalankan bagi setiap muslim khususnya. Adanya ketaatan dalam menjalankan apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT merupakan indikasi keimanan hamba kepada tuhannya.

(26)

mengkonsumsi makanan seseorang didasarkan pada kepercayaan yang dianutnya, kesukaan, pantangan serta larangan terdapat makanan atau minuman tertentu (Suhardjo, 1989). Bagi penganut agama Islam, makanan menjadi hal yang harus diperhatikan. Hal ini dikarenakan ada ketentuan atau status hukum yang berlaku terhadap suatu makanan yang biasa disebut halal atau haram makanan tersebut. Oleh karena adanya tuntunan tersebut, maka ada kewajiban bagi setiap muslim untuk mengkonsumsi makanan yang baik dan halal sesuai dengan yang terdapat didalam kitab Al-Qur’an. Oleh karena itulah, pengetahuan tentang halal menjadi penting bagi konsumen muslim sebelum memutuskan akan mengkonsumsi suatu produk pangan.

Kebiasaan makan seseorang sangat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendidikan, status sosial ekonomi, kesehatan serta keadaan psikologi orang tersebut. Tiap konsumen memiliki kebutuhan hidup yang berbeda, namun banyak faktor yang dapat mempengaruhi seorang konsumen untuk membeli suatu produk pangan seperti faktor budaya, sosial, pendidikan serta pendapatan. Oleh karena makan merupakan kebutuhan yang paling dasar dalam kehidupan dan sangat berkaitan erat dengan kesehatan, maka konsumen tentunya membutuhkan keamanan, lingkungan serta faktor-faktor lain yang menunjang terciptanya produk makanan yang aman dikonsumsi dari berbagai segi (Schaffner et al., 1998).

(27)

adanya teknologi maka sangat dimungkinkan adanya penambahan bahan tambahan makanan yang dapat diperoleh melalui reaksi kimia dengan bahan awal salah satu komponen yang berasal dari babi. Sehingga, diperlukan usaha yang keras guna mengetahui halal tidaknya suatu produk pangan.

Namun kini perkembangan teknologi pangan telah sedemikian pesat yang mengakibatkan penggunaan ingredient dalam pengolahan pangan menjadi sangat bervariasi. Perkembangan penggunaan ingredient ini didorong oleh kebutuhan akan ingredient dengan sifat-sifat tertentu yang diinginkan dengan harga yang murah. Masalah yang kemudian timbul adalah banyaknya ingredient pangan baik bahan baku utama maupun bahan aditifnya yang sulit ditentukan kehalalan asal bahan pembuatnya. Padahal, kejelasan suatu informasi suatu produk pangan sangatlah penting agar konsumen mengetahui produk yang di konsumsi tersebut adalah produk yang halal atau tidak jelas ketentuan hukumnya (Apriyantono, 2005). Oleh karena itu, adanya label halal menjadi suatu hal yang penting untuk dicantumkan pada setiap produk pangan. Adanya label halal akan memudahkan konsumen untuk mengidentifikasi produk pangan sehingga meskipun tanpa pengetahuan yang mendalam tentang bahan tambahan makanan yang memungkinkan menggunakan bahan haram, konsumen akan merasa aman ketika mengkonsumsi makanan yang telah berlabel halal. Meskipun demikian, masih ada konsumen muslim yang tidak benar-benar memperhatikan adanya label halal. Oleh karena itu, persepsi konsumen tentang pentingnya informasi halal sangatlah perlu untuk diketahui agar produk-produk yang dikeluarkan oleh industri pangan merupakan produk yang aman untuk dikonsumsi baik dari segi nilai gizi maupun kehalalannya.

(28)

Tangerang dengan berkembangnya potensi industri, perdagangan dan jasa sehingga mengakibatkan tersedianya lapangan kerja dan kondusifnya kesempatan berusaha. Disamping itu, Tangerang sebagai daerah yang berbatasan dengan Ibukota Negara, mau tidak mau harus mampu menampung penduduk yang aktifitas ekonomi kesehariannya di wilayah DKI Jakarta.

Sebagian besar wilayah Tangerang merupakan dataran rendah. Kota ini merupakan wilayah perkembangan Jakarta. Secara umum, Tangerang dapat dikelompokkan menjadi tiga wilayah pertumbuhan, yaitu :

• Pusat pertumbuhan wilayah Serppong, berada dibagian timur (berbatasan dengan Jakarta), difokuskan sebagai wilayah pemukiman dan komersial.

• Pusat pertumbuhan Balaraja dan Tigaraksa, berada dibagian barat, difokuskan sebagai daerah sentra industri, pemukiman dan pusat pemerintahan.

• Pusat pertumbuhan Teluk Naga, berada di wilayah pesisir, mengedepankan industri pariwisata alam dan bahari, industri maritime, perikanan, pertambakkan dan pelabuhan (BPS, 2003) Oleh karena Tangerang menjadi kota industri, termasuk industri pangan, maka analisis pemahaman konsumen terhadap adanya label halal sangat diperlukan mengingat perubahan pola gaya hidup juga akan mempengaruhi pola kebiasaan makan. Sehingga dengan pesatnya pertumbuhan kota Tangerang diharapkan akan meningkatkan kesadaran penduduk untuk mengetahui pentingnya halal.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui pandangan konsumen terutama ibu rumah tangga mengenai adanya label halal pada produk pangan

(29)

3. Menganalisis hubungan antara status sosial ekonomi dengan alasan konsumen ketika memutuskan untuk membeli produk pangan.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain :

1. Sebagai bahan untuk sosialisasi kepada pihak-pihak terkait seperti produsen serta LPOM MUI untuk lebih memperhatikan adanya label halal pada setiap produk makanan yang dikemas baik makanan lokal maupun impor.

2. Sebagai bahan pertimbangan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dalam menyikapi masalah yang dapat merugikan yang dalam hal ini adalah konsumen muslim.

D. Sasaran Penelitian

(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Label pangan

Ketika akan membeli suatu produk, hal pertama kali yang dilihat oleh konsumen adalah kemasan produk tersebut. Kemasan merupakan bungkus luar yang melindungi produk serta tempat mecantumkan berbagai informasi mengenai produk didalamnya. Pengemasan dapat dikatakan juga sebagai pembungkusan, pewadahan yang memiliki peran penting dalam menyimpan atau mengawetkan suatu bahan pangan. Pengemasan merupakan tahap terakhir dari rangkaian pengolahan produk sebelum dipasarkan. Kemasan memiliki beberapa fungsi, antara lain menjaga produk pangan agar tetap bersih dan terhindar dari kontaminasi, melindungi produk dari kerusakan fisik, memiliki kemudahan dalam membuka atau menutup serta dapat memberikan identitas, informasi yang jelas serta bertanggungjawab terhadap produk yang ada didalamnya (Syarief et al., 1989).

Setiap informasi tentang suatu produk dapat dilihat dari tabel yang tertera pada kemasan. Label pangan merupakan sarana dalam kegiatan perdagangan pangan yang memiliki arti penting sehingga perlu diatur dan dikendalikan agar informasi mengenai pangan yang disampaikan kepada masyarakat adalah benar dan tidak menyesatkan ( Sampurno, 2001). Menurut penjelasan Undang-undang No. 7 tahun 1996 pasal 30 ayat 1 dikatakan bahwa tujuan pemberian label pada pangan yang dikemas adalah agar masyarakat yang membeli dan atau mengkonsumsi pangan memperoleh informasi yang benar dan jelas tentang setiap produk yang dikemas, baik menyangkut asal, keamanan, mutu, kandungan gizi, maupun keterangan lain yang diperlukan sebelum memutuskan untuk membeli dan atau mengkonsumsi pangan tersebut. Ketentuan pangan ini berlaku bagi pangan yang telah melalui proses pengemasan akhir dan siap diperdagangkan, tetapi tidak berlaku bagi perdagangan pangan yang dibungkus dihadapan pembeli.

(31)

sekurang-kurangnya mengenai : (a) nama produk, (b) daftar bahan yang digunakan, (c) berat bersih atau isi bersih, (d) nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan kedalam wilayah Indonesia, (e) keterangan tentang halal, dan (f) tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa.

Nama produk merupakan nama dagang yang akan membuat konsumen mudah mengingat produk tersebut. Daftar bahan yang digunakan berisi semua bahan-bahan yang digunakan untuk membuat produk tersebut dengan menggunakan bahasa Indonesia sehingga mudah untuk dipahami. Nama dan alamat perusahaan yang memproduksi wajib dicantumkan, hal ini dimaksudkan agar konsumen lebih mudah menelusuri jika terjadi keluhan akibat mengkonsumsi produk tersebut. Keterangan halal untuk suatu produk pangan sangat penting bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Namun, pencantumannya pada label pangan baru merupakan kewajiban apabila setiap orang yang memproduksi pangan dan atau memasukkan pangan kedalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan menyatakan bahwa pangan yang bersangkutan adalah halal untuk dikonsumsi bagi umat Islam. Pencantuman keterangan ini dimaksudkan agar masyarakat terhindar dari mengkonsumsi makanan yang dilarang (haram). Dengan pencantuman halal pada label pangan maka dianggap telah terjadi pernyataan maksud dan setiap orang yang membuat pernyataan tersebut bertanggung jawab atas kebenarannya (Penjelasan UU No 7 tahun 1996 pasal 30 ayat 30). Tanggal kadaluarsa dicantumkan agar konsumen mendapat produk yang masih dalam keadaan baik dan dapat dikonsumsi. Pencantuman tanggal kadaluarsa ini sangat perlu, mengingat setiap produk pangan memiliki daya tahan yang tidak sama.

Peraturan perundangan tentang label halal

(32)

yang tidak mengandung unsur atau bahan yang terlarang/haram dan atau diolah /diproses menurut agama Islam (Keputusan bersama Menkes dan Menag No. 427/me.kes/VIII/1985 dan No. 68 tahun 1985 pasal 1).

Menurut Qardhawi (2000), prinsip-prinsip halal dalam ajaran Islam adalah sebagai berikut : asal hukum tiap benda adalah mubah kecuali sebagian yang disebut haram oleh ajaran Islam, penentuan halal-haram adalah otoritas Allah SWT, mengharamkan yang halal dan sebaliknya terdampak pada timbulnya kejahatan dan bencana, setiap yang halal tidak memerlukan yang haram, perantara menuju keharaman adalah haram, bersiasat terhadap yang haram adalah haram, niat baik tidak menghalalkan yang haram, menjauhi hal yanga syubhat (meragukan) agar tidak terlibat hal yang haram, yang haram berlaku untuk semua orang, darurat memperbolehkan yang terlarang kecuali tidak berlebihan dan seperlunya.

Perkembangan peraturan perundang-undangan terkait label halal di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 280/Menkes/Per/XI/1976 tentang Ketentuan Peredaran dan Penandaan pada Makanan yang mengandung Bahan berasal dari Babi.

Pasal 2 :

1) Pada wadah atau bungkus makanan yang diproduksi di dalam negeri maupun yang berasal dari impor yang mengandung bahan yang berasal dari babi harus dicantumkan tanda peringatan.

2) Tanda peringatan tersebut yang dimaksud pada ayat (1) harus berupa gambar babi dan tulisan yang berbunyi : “MENGANDUNG BABI” dan harus ditulis dengan huruf besar berwarna merah dengan ukuran sekurang-kurangnya Universe Medium Corps 12, di dalam garis kotak persegi yang juga berwarna merah.

2. Permenkes RI No. 76/Menkes/Per/III/78 tentang label dan Periklanan Makanan, pasal 2 menyatakan bahwa :

(33)

3. Surat Keputusan Bersama antara Menteri Agama dan Menteri Kesehatan No. 427/Menkes/SKB/VIII/1985 dan No. 68/1985 tentang Pencantuman Tulisan “Halal” pada Label Makanan,

Pasal 1 : Tulisan “halal” adalah tulisan yang dicantumkan pada label/penandaan yang memberikan jaminan tentang halalnya makanan tersebut bagi pemeluk agama Islam

Pasal 2 : Produsen yang mencantumkan tulisan “halal” pada label atau penandaan makanan produknya bertanggungjawab terhadap halalnya makanan tersebut bagi pemeluk agama Islam.

Pasal 4 :

1) Pengawasan Preventif terhadap ketentuan pasal 2 Keputusan Bersama ini dilakukan oleh Tim Penilaian Pendaftaran Makanan Departemen Kesehatan RI, cq. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

2) Dalam tim penilaian pendaftaran makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, diikutsertakan unsur Departemen Agama RI.

3) Pengawasan di lapangan terhadap pelaksanaan ketentuan pasal 2 Keputusan Bersama ini dilakukan oleh aparat Departemen Kesehatan RI.

4. Penjelasan PP No. 69 tahun 1999 pasal 11 ayat 1 menyatakan Pencantuman tulisan halal pada dasarnya bersifat sukarela.

5. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 214 ayat (2) penjelasan butir (d) :

Ketentuan lainnya misalnya pencantuman kata atau tanda halal yang menjamin bahwa makanan dan minuman yang dimaksud diproduksi dan diproses sesuai dengan persyaratan makanan.

(34)

tentang Tata Cara Pencantuman Tulisan Halal pada Label Makanan, yang antara lain menjelaskan :

a. Persetujuan pencantuman tulisan “Halal” pada label makanan diberikan oleh Dirjen POM

b. Produk makanan harus terdaftar pada Departemen Kesehatan RI

c. Persetujuan Pencantuman label “Halal” diberikan setelah dilakukan pemeriksaan dan penilaian oleh Tim yang terdiri dari Departemen Kesehatan, Departemen Agama dan MUI

d. Hasil Penilaian Tim Penilai disampaikan kepada Komisi Fatwa MUI untuk dikeluarkan fatwanya, dan akhirnya diberikan Sertifikat Halal e. Persetujuan Pencantuman “Halal” diberikan oleh Dirjen POM

berdasarkan sertifikat Halal yang berdasarkan MUI

f. Persetujuan berlaku selama 2 tahun sesuai dengan sertifikatnya 7. UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan, pasal (34) ayat (1) :

Setiap orang yang menyatkan dalam label atau iklan bahwa pangan yang diperdagangkan adalah sesuai dengan peryaratan agama atau kepercayaan tertentu bertanggung jawab atas kebenaran peryataan berdasarkan peryaratan agama atau kepercayaan tersebut.

Penjelasan pasal 34 ayat (1) :

Dalam ketentuan ini benar tidaknya suatu pernyataan halal dalam label atau iklan pangan tidak hanya dapat dari segi bahan baku pangan, bahan tambahan pangan, atau bahan bantu lainnya yang digunakan dalam memproduksi pangan, tetapi mencakup pula proses pembuatannya

8. UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu : Pasal 7 butir (b) :

Pelaku usaha berkewajiban memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.

Pasal 8 ayat 1 butir (h) :

Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal. Sebagaimana pernyataan “Halal” yang dicantumkan dalam label.

(35)

a. Pasal 10

i. Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dan menyatakan bahwa pangan tersebut “Halal” bagi umat manusia, bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan tersebut dan wajib mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada label

ii. Pernyataan tentang “Halal” sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari label

b. Pasal 11

i. Untuk mendukung kebenaran pernyataan “Halal” sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1), setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan, wajib memeriksakan terlebih dahulu pangan tersebut pada lembaga pemeriksa yang telah diakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

ii. Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan Pedoman dan Tata Cara yang ditetapkan oleh Menteri Agama, dengan memperhatikan pertimbangan dan saran lembaga keagamaan yang memiliki kompetensi di bidang tersebut.

c. Pasal 59

Pengawasan terhadap pelaksanaan ketentuan tentang label dan iklan dilaksanakan oleh Menteri Kesehatan

d. Pasal 60

i. Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 59, Menteri Kesehatan menunjuk pejabat untuk diserahi tugas pemeriksaan.

ii. Pejabat pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipilih dan ditunjuk oleh Menteri Kesehatan berdasarkan keahlian tertentu yang dimiliki.

(36)

Menurut Sampurno (2001), sanksi terhadap pelanggaran ketentuan pancantuman label dapat dikenakan :

1. Pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 360.000.000,- untuk pelanggaran terhadap UU No. 7 tahun 1996 pasal 34 ayat (1).

2. Tindak pidana penjara sampai 5 (lima) tahun atau denda sampai dua milyar rupiah untuk pelanggaran terhadap UU No. 8 tahun 1999 pasal 8 ayat (1) butir h.

3. Tindakan administratif terhadap pelanggaran PP No. 69 tahun 1999 yang meliputi :

• Peringatan secara tertulis

• Larangan untuk mengedarkan untuk sementara waktu dan atau perintah untuk menarik produk pangan dari peredaran.

Halal

Dasar yang diterapkan ajaran Islam ialah bahwa asal sesuatu yang diciptakan Allah adalah halal dan mubah. Tidak ada satu pun yang haram, kecuali ada keterangan yang sah dan tegas tentang keharaman bahan tersebut. Halal berarti boleh, sedangkan haram berarti tidak boleh (Qardhawi, 2000). Selain masalah halal dalam perilaku, Allah SWT juga mengatur halal dalam masalah makanan maupun minuman. Didalam Qur’an Surat Al-Maidah ayat 3, Allah SWT berfirman bahwa ”Telah diharamkan atas kamu bangkai, darah, daging babi, binatang yang disembelih bukan karena Allah, yang (mati) karena dicekik, yang (mati) karena dipukul, yang (mati) karena jatuh dari atas, yang (mati) karena ditanduk, yang (mati) karena dimakan oleh binatang buas, kecuali yang dapat kamu sembelih dan yang disembelih untuk berhala”.

(37)

kamu untuk mengingat kepada Allah dan shalat. Apakah kamu tidak mau berhenti?”. Ayat ini menjelaskan bahwa apapun minuman yang memabukkan hukumnya adalah haram. Meminum minuman keras dilarang oleh Allah SWT dikarenakan jika seseorang mabuk maka ia akan kehilangan akal sehatnya sehingga mudah melakukan tindakan yang tidak baik (Al-Muhamy, 2006).

Bahan tambahan makanan

Dalam pembuatan suatu produk pangan, akan terdapat berbagai macam bahan-bahan baik bahan utama, bahan bantu ataupun bahan penolong yang digunakan. Salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah bahan tambahan makanan. Bahan tambahan makanan memungkinkan menggunakan bahan-bahan yang haram sehingga produk hasil pun akan haram. Bahan tambahan pangan didefinisikan sebagai bahan atau campuran yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bentuk bahan pangan. Sehingga penambahan bahan tambahan pangan digunakan untuk memperbaiki karakter pangan agar kualitasnya meningkat. Bahan tambahan pangan pada umumnya merupakan bahan kimia yang telah diteliti dan diuji lama sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang ada (Syah et al., 2005).

(38)

Persepsi konsumen

Menurut Undang-undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999, konsumen didefinisikan sebagai setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik digunakan untuk kepentingan sendiri, keluarga, orang lain dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumen memiliki hak penuh dalam menentukan produk atau jasa yang akan dikonsumsinya. Namun tindakan konsumen ini tentunya akan dipengaruhi oleh pemasar atau pihak-pihak yang memiliki kepentingan khusus terhadap konsumen tersebut. Konsumen dapat digolongkan ke dalam kelompok-kelompok yang berbeda berdasarkan usia, pendapatan, pendidikan, pola perpindahan tempat dan selera (preferensi). Pengelompokkan konsumen ini sangat bermanfaat bagi para pemasar dalam merencanakan strategi pemasaran (Kotler, 1987).

Studi tentang perilaku konsumen menjadi dasar yang amat penting dalam manajemen pemasaran. Hasil dari kajiannya akan membantu para pemasar untuk merancang bauran pemasaran, menetapkan segmentasi, merumuskan positioning dan pembedaan produk, memformulasikan analisis lingkungan bisnisnya dan mengembangkan riset pemasaran. Selain itu, analisis perilaku konsumen juga memainkan peranan penting dalam merancang kebijakan publik. Bagi penguasa bidang ekonomi suatu negara, kajian ini sangat diperlukan untuk merumuskan kebijakan dalam kerangka perlindungan konsumen. Informasi tentang perilaku konsumen dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan kemampuan seorang pemasar dalam menjalankan tugasnya. Demikian juga bagi kalangan akademisi, kajian ini dapat digunakan dalam memperdalam pengetahuan tentang perilaku manusia (Setiadi, 2003).

(39)

adalah persepsi (pandangan) konsumen, ingatan terhadap informasi dan perasaan kepemilikan oleh konsumen.

Terdapat beberapa faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu faktor sosial budaya, pribadi dan psikologi konsumen. Faktor sosial budaya terdiri atas kebudayaan, budaya khusus, kelas sosial, kelompok sosial dan referensi keluarga. Faktor probadi terdiri dari usia, pekerjaan, keadaan ekonomi dan gaya hidup. Faktor lain adalah faktor psikologi yang terdiri dari motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan, dan sikap. Selanjutnya perilaku konsumen tadi sangat menentukan dalam proses pengambilan keputusan membeli yang tahapnya dimulai dari pengenalan masalah, yaitu berupa desakan yang membangkitkan tindakan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhannya. Selanjutnya adalah tahap mencari informasi tentang produk atau jasa yang dibutuhkan yang dilanjutkan dengan tahap evaluasi alternatif yang berupa penyeleksian. Tahap berikutnya adalah tahapan keputusan pembelian dan diakhiri dengan perilaku sesudah pembelian dimana membeli lagi atau tidak tergantung dari tingkat kepuasan yang didapat dari produk atau jasa tersebut (Setiadi, 2003).

(40)

Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi, dimana sensasi memiliki arti sebagai aktivitas merasakan atau penyebab keadaan emosi yang menggembirakan. Sensasi dapat didefinisikan juga sebagai tanggapan yang cepat dari indera penerima terhadap stimuli akan timbulnya rangsangan (Mangkunegara, 2002). Menurut Setiadi (2003), sensasi didefinisikan sebagai tanggapan yang cepat dari indera penerima manusia terhadap stimuli dasar seperti cahaya, warna dan suara yang kemudian akan menimbulkan persepsi. Persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli tersebut diseleksi, diorganisasikan, dan diinterpretasikan. Persepsi dipengaruhi oleh karakteristik stimuli (atribut produk/faktor mutu produk), hubungan stimuli dengan faktor sekelilingnya (faktor eksternal) dan kondisi di dalam diri individu (faktor internal individu). Definisi stimuli adalah setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu sepert produk, kemasan, merek, iklan, harga dan lain-lain (Simamora, 2002).

Persepsi konsumen terbentuk atas berbagai stimulus yang diterimanya. Beberapa karakteristik konsumen yang mempengaruhi persepsi konsumen antara lain : (a) membedakan stimulus, (b) tingkat ambang batas (threshold level), (c) persepsi bawah sadar (subliminal perception), (d) tingkat adaptasi, serta (e) generalisasi stimulus (Setiadi, 2003).

(41)

posisi dan keunikan. Faktor personal berasal dari individu itu sendiri, contohnya : pengalaman, kebutuhan, pertahanan diri dan adaptasi. Faktor personal inilah yang membedakan perceptual selection tiap individu menjadi berbeda. Stimuli yang datang dari lingkungan tidak diserap begitu saja. Setiap orang melakukan pengorganisasian terhadap stimuli tersebut yang disebut dengan perceptual organization. Perceptual organization dilakukan dalam tiga bentuk yaitu hubungan figur dan latar belakang, pengelompokkan dan penyelesaian. Ketiga hal inilah yang membuat perceptual organization setiap orang berbeda. Interpretasi (perceptual interpretation) adalah proses memberikan arti kepada stimuli sensoris. Interpretasi tergantung pada harapan bagaimana seharusnya stimulus. Jauh dekatnya interpretasi seseorang dengan realitas tergantung pada kejelasan stimulus, pengalaman masa lalu serta motivasi dan minat orang tersebut pada saat pembentukkan persepsi (Simamora, 2002). Persepsi akan melekat dibenak konsumen dalam jangka waktu yang lama. Konsumen akan memandang suatu produk berdasarkan apa yang ada didalam persepsinya.

(42)

Menurut Engel et al. (1994), konsumsi makanan (dalam prakteknya) sangat ditentukan oleh ibu rumah tangga yang memainkan peran sebagai penjaga gerbang (gate keeper) yang bertanggung jawab dalam pemilihan dan persiapan hidangan bagi seluruh keluarga. Ibu rumah tangga berperan sebagai penentu menu keluarga dan pembuat keputusan pembelian sebagian besar bahan pangan, sehingga akan lebih mempermudah peneliti dalam memperoleh informasi mengenai persepsi konsumen tentang label halal.

(43)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Pendekatan Studi

Persepsi konsumen didefinisikan sebagai suatu proses, dimana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimuli kedalam gambaran yang lebih berarti dan menyeluruh. Stimuli adalah setiap input yang ditangkap oleh panca indera. Stimuli dapat berasal dari lingkungan sekitar atau dari dalam individu itu sendiri. Kombinasi keduanya akan memberikan gambaran persepsi yang bersifat pribdi (Simamora, 2002).

Pengetahuan konsumen akan mempengaruhi keputusan pembelian yaitu semakin banyak pengetahuan yang dimiliki konsumen maka konsumen akan semakin baik dalam mengambil keputusan. Selain itu, pengetahuan konsumen mengakibatkan konsumen akan lebih efisien dan lebih tepat dalam mengolah informasi, serta mampu me-recall informasi dengan lebih baik. Pengetahuan subjektif adalah persepsi konsumen mengenai apa dan berapa banyak yang dia ketahui mengenai kelas produk. Baerdasarkan uraian tersebut, terlihat bahwa persepsi berhubungan dengan pembentukkan pengetahuan konsumen, yang kemudian akan mempengaruhi keputusan pembelian atau konsumsi (Kotler, 1987).

B. Metode Penelitian

(44)

C. Metode Penentuan Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap mewakili populasi. Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit-unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Pada penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu pemilihan sampel yang tidak dilakukan secara acak. Dalam hal ini sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sampel yang dipilih merupakan sub grup dari suatu populasi sehingga sampel yang diambil merupakan sampel yang memiliki sifat sesuai dengan populasinya (Sugiarto et al., 2003).

Menurut Simamora (2002), jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian dihitung dengan rumus slovin :

n = N / ( 1 + N . e 2)

Keterangan : n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolelir atau diinginkan (5 %)

(45)

kecamatan masing-masing sebanyak 15 hingga 17 kuisioner. Pengambilan sampel dilakukan melalui sekolah-sekolah dasar ataupun taman kanak-kanak yang memungkinkan banyak terdapat ibu rumah tangga yang sedang menunggui anaknya sekolah. Pemilihan sekolah disetiap kecamatan dilakukan dengan memilih satu sekolah muslim dan satu sekolah non muslim.

Responden dalam penelitian ini dikelompokkan menurut beberapa kriteria. Berdasarkan usianya, ibu rumah tangga sebagai responden penelitian ini dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu ibu rumah tangga yang berusia kurang dari 16 tahun, ibu rumah tangga yang berusia 16 sampai dengan 35 tahun, ibu rumah tangga yang berusia 36 sampai dengan 50 tahun serta ibu rumah tangga yang berusia lebih dari 50 tahun.

Responden juga dikelompokkan kedalam beberapa jenis pekerjaan yang umumnya digunakan dalam pengelompokkan ibu rumah tangga di Indonesia berdasarkan pekerjaannya yaitu ibu rumah tangga penuh waktu, ibu rumah tangga dengan paruh waktu (wiraswasta), serta ibu rumah tangga yang bekerja penuh waktu dari pagi hingga sore hari. Responden dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam beberapa jenis pekerjaan dengan harapan dapat diketahui pengaruh pekerjaan pada persepsi konsumen terhadap label halal pada produk pangan.

Ibu rumah tangga yang menjadi responden dalam penelitian ini juga dikelompokkan menurut tingkat pendidikannya. Dasar pengelompokkannya adalah kategori yang digunakan dalam pengelompokkan responden di Indonesia berdasarkan jenjang pendidikan pada umumnya yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan (SLTP, SLTA atau sederajat) serta Perguruan Tinggi (Sarjana atau Diploma). Responden dalam penelitian ini dapat diketahui pengaruh tingkat pendidikan (tingkat pengetahuan) pada persepsi konsumen terhadap label halal pada produk pangan.

(46)

gunakan dirumah serta besarnya biaya telepon yang dikeluarkan selama tiga bulan terakhir. Status kepemilikan rumah dikelompokkan menjadi rumah pribadi, sewaan, kontrakan, rumah saudara, menumpang, serta rumah dinas. Pengelompokkan daya listrik menjadi 450 watt, 900 watt, 1300 watt serta 2300 watt. Begitu pula responden dikelompokkan menurut besarnya biaya telepon yang dikeluarkan setiap bulannya yang dikelompokkan menjadi responden dengan biaya telepon kurang dari atau sama dengan Rp. 300.000, biaya telepon antara Rp. 300.001 hingga Rp. 600.000, biaya telepon diatas Rp. 600.001 serta responden yang tidak memiliki telepon sama sekali baik telepon rumah maupun telepon genggam.

D. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer

Data primer adalah data yang belum tersedia dan harus diperoleh dari sumber aslinya (Simamora, 2002). Pada penelitian ini, data primer diperoleh melalui pengisian kuisioner oleh responden secara langsung serta melalui hasil wawancara dengan responden untuk menunjang keakuratan data kuisioner. Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), pembuatan kuisioner bertujuan untuk memperoleh informasi yang sesuai dengan tujuan survei serta memiliki validitas dan reliabilitas setinggi mungkin.

2. Data Sekunder

(47)

E. Penyusunan dan Pengujian Kuisioner

Kuisioner yang disusun memuat pertanyaan-pertanyaan mengenai profil responden serta persepsi konsumen terhadap label halal yang terdapat pada produk pangan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sebagian bersifat tertutup dan sebagian bersifat semi terbuka. Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang tidak memungkinkan responden untuk memberikan jawaban selain dari pilihan jawaban yang telah disediakan. Pertanyaan tertutup pada kuisioner ini adalah pertanyaan nomor 1, 2, 3, 8 dan 9. Sedangkan pertanyaan semi terbuka adalah pertanyaan yang memungkinkan responden untuk menjawab dengan memilih salah satu atau lebih alternatif pilihan jawaban yang telah disediakan atau menuliskan jawabannya sendiri jika tidak tersedia pada pilihan jawaban. Pertanyaan semi terbuka pada kuisioner ini adalah pertanyaan nomor 4, 5, 6, 7, 10 dan 11.

Pertanyaan dalam kuisoner penelitian ini telah disusun sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan pada kusioner dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yaitu pertanyaan mengenai bahan yang diharamkan menurut ajaran Islam serta pertanyaan mengenai pengetahuan konsumen mengenai label halal pada produk pangan.

(48)

Ketepatan pengujian suatu hipotesa tentang hubungan variabel penelitian sangat bergantung pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut. Pengujian hipotesa penelitian tidak akan tepat mengenai sasarannya bila data yang digunakan untuk menguji hipotesa adalah data yang tidak reliabel dan tidak menggambarkan secara tepat konsep yang diukur atau tidak valid (Singarimbun dan Effendi, 1995).

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kelebihan suatu instrumen. Suatu instrumen dianggap valid bila mampu mengukur apa yang ingin diukur atau dengan kata lain mampu memperoleh data yang tepat dari variabel yang diteliti. Pertanyaan yang disusun harus disesuaikan dengan variabel yang ingin diukur. Apabila penyusunan pertanyaan telah sesuai dengan prosedur, maka kuisioner telah memenuhi validitas logis. Validitas logis sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam memahami masalah penelitian, mengembangkan variabel penelitian dan menyusun kuisioner (Singarimbun dan Effendi, 1995).

Pengujian validitas kuisioner dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment, dimana masing-masing pertanyaan akan dikorelasikan dengan nilai total. Indeks korelasi yang dipeoleh (r) dibandingkan dengan angka kritis pada tabel korelasi nilai “r”. Jika nilai korelasi yang diperoleh di atas angka kritisnya, maka pertanyaan tersebut signifikan atau valid. Pengujian validitas dan reliabilitas kuisioner dilakukan terhadap 30 orang responden. Adapun rumus product moment yang digunakan :

r = N (ΣXY) – (ΣX. ΣY) √[NΣX2 – (ΣX)2] – [(NΣY2 – (ΣY)2)]

Keterangan : X = skor pada soal yang ingin diukur Y = skor total dari masing-masing soal

(49)

Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), sangat sisarankan agar jumlah responden untuk uji validitas dan reliabilitas kuisioner minimal 30 orang. Dengan jumlah minimal 30 orang responden tersebut, maka distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal. Asumsi kurva normal ini sangat diperlukan di dalam perhitungan statistik.

Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana alat pengukur dapat dipercaya atau handal. Reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama. Akan tetapi, pengukuran fenomena sosial seperti persepsi akan sulit mendapatkan hasil yang konsisten karena gejala sosial tidak semantap gejala fisik, sehingga dalam pengukuran gejala sosial selalu diperhitungkan kesalahan pengukuran (measurement error).

Pada penelitian ini, pengukuran reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik pengukuran ulang (test-retest). Pengukuran reliabilitas dengan menggunakan teknik pengukuran ulang (test-retest) dilakukan dengan cara meminta responden yang sama untuk menjawab semua pertanyaan dalam kuisioner sebanyak dua kali. Apabila selang waktu pengukuran pertama dan kedua terlalu dekat, maka responden masih ingat jawaban yang diberikan pada saat pengukuran pertama, sedangkan jika selang waktu pengukuran terlalu lama maka terdapat kemungkinan terjadi perubahan pada fenomena yang akan diukur (Singarimbun dan Effendi, 1995). Oleh karena itu, selang waktu antara pengukuran pertama dan kedua pada penelitian ini adalah lima belas hari.

(50)

F. Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Pada umumnya, analisis data menggunakan metode statistik. Salah satu fungsi pokok statistik adalah menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih sederhana dan mudah dipahami. Selain itu, metode statistik memungkinkan peneliti dapat membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil yang terjadi secara kebetulan, sehingga memungkinkan peneliti untuk menguji apakah hubungan yang diamati memang betul terjadi karena adanya hubungan sistematis antara vriabel-variabel yang diteliti atau hanya terjadi secara kebetulan (Singarimbun dan Effendi, 1995).

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terlebih dahulu akan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi yang bertujuan untuk menganalisa setiap variabel yang diteliti dan disusun secara tersendiri. Setelah itu, data diolah dengan metode statistik menggunakan metode korelasi Spearman.

(51)

G. Tempat dan Waktu Penelitian

(52)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Pengujian kuisioner dilakukan sebelum penelitian, meliputi pre-test, uji validitas dan uji reliabilitas kuisioner yang masing-masing dilakukan pada 30 orang responden. Pre-test dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada responden pertanyaan yang kurang dimengerti atau menimbulkan bias, sehingga dapat diperbaiki berdasarkan saran dari responden tersebut.

Hasil pre-test menunjukkan bahwa tulisan atau huruf yang digunakan dapat dilihat dan jelas terbaca oleh responden. Sebagian besar pertanyaan kuisioner telah dimengerti oleh responden, akan tetapi ada satu pertanyaan yang membingungkan yaitu antara pertanyaan no 1 dengan pertanyaan no 2 yang sama-sama menanyakan masalah halal didalam pangan serta masalah halal yang diberlakukan didalam hukum Islam. Kebanyakan responden merasa bingung karena menurut mereka masalah halal didalam pangan tentunya sangat terkait dengan masalah halal yang berlaku didalam hukum Islam. Oleh karena itu, pertanyaan tersebut diubah menjadi “Masalah halal didalam pangan yang diberlakukan didalam hukum Islam”.

Setelah pertanyaan tersebut diperbaiki, maka dilakukan uji validitas kuisioner kepada 30 orang responden. Dari hasil pengujian validitas kuisioner, diperoleh nilai r yang mengukur variabel yang berpengaruh dalam membentuk persepsi konsumen terhadap label halal pada produk pangan. Hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Hasil uji validitas kuisioner

No Kelompok Parameter Validitas (r > 0.361)

1 Masalah halal Valid

2 Bahan yang diharamkan Valid

3 Bahan tambahan makanan Valid

(53)

5 Informasi yang dipercaya Valid 6 Hal yang pertama kali diperhatikan Valid 7 Urutan hal-hal yang diperhatikan Valid

8 Periksa label halal Valid

9 Jika produk yang dibeli tidak ada label halal Valid 10 Membeli produk yang tidak berlabel halal Valid 11 Membeli produk yang berlabel halal Valid

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa pertanyaan pada kuisioner tersebut valid. Setelah melakukan uji validitas kuisioner, kemudian dilakukan uji reliabilitas kuisioner dengan teknik pengulangan terhadap 30 responden dalam selang waktu 15 hari antara pengukuran pertama dan kedua. Hasilnya diperoleh nilai korelasi r sebesar 0.667. Nilai r tabel pada taraf kepercayaan 95 % n-2 adalah 0.361. Nilai korelasi r hitung yang diperoleh lebih besar daripada nilai r tabel. Hal ini berarti bahwa kuisioner yang digunakan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi. Data hasil penghitungan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 1.

b. Profil Responden

(54)

Tabel 2. Frekuensi usia responden

Usia (tahun) Frekuensi Persentase < 16 1 0.2

16-35 278 65.9 36-50 125 29.6 Diatas 50 18 4.3

Total 422 100

Menurut Sumarwan (2003), usia 16-18 tahun tergolong kedalam kelompok remaja lanjut, usia 19-24 tahun termasuk kelompok dewasa awal, usia 25-35 tahun termasuk kelompok dewasa lanjut dan usia 36-50 tahun termasuk kelompok paruh baya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa sebanyak 65.9 % merupakan kelompok ibu rumah tangga dewasa awal maupun lanjut.

Berdasarkan pekerjaan yang digeluti, sebagian besar responden berprofesi sebagai ibu rumah tangga penuh waktu sebesar 75 %, ibu rumah tangga dengan pekerjaan paruh waktu dan ibu rumah tangga yang bekerja penuh waktu dengan persentase yang hampir seimbang yaitu 13 % dan 12 %. Tabel 3 menyajikan data sebaran responden berdasarkan kelompok pekerjaan.

Tabel 3. Sebaran responden berdasarkan kelompok pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase

Ibu rumah tangga 316 75

Ibu rumah tangga dengan berwiraswasta 55 13 Ibu rumah tangga dengan pekerjan penuh waktu 51 12

Total 422 100

(55)

tangga yang memiliki pekerjaan sambilan non formal guna menambah pemasukan bagi keluarga seperti membuka warung maupun berdagang dirumah atau dipasar. Sedangkan ibu rumah tangga dengan pekerjaan penuh dalam penelitian ini berarti ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan formal seperti buruh pabrik atau karyawan kantoran.

Berdasarkan tingkat pendidikan, responden terbagi atas lima kelompok. Responden paling banyak adalah responden yang rata-rata berpendidikan SLTA 47 % kemudian sebanyak 34 % berpendidikan perguruan tinggi serta selebihnya berpendidikan sekolah dasar 10 % serta sekolah lanjut tingkat pertama 8 %. Walaupun ada juga responden yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali sebanyak tiga orang 1 % tapi hal ini tidak membuat responden merasa malu untuk kemudian diwawancara dalam pengisian kuisioner. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa responden dalam penelitian ini telah memiliki pendidikan SLTA ke atas. Sebaran tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini menunjukkan bahwa responden dinilai cukup mampu mengakses informasi yang diperlukan untuk kelangsungan dan kesejahteraan keluarganya. Selain itu, responden juga dinilai cukup mampu memahami instruksi yang diberikan peneliti lewat kuisioner selama pengambilan data, sehingga menunjang tercapainya tujuan penelitian. Deskripsi pengelompokkan responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat pendidikan Frekuensi Persentase Sekolah lanjut tingkat atas 198 47

Perguruan tinggi 146 34

Sekolah dasar 42 10

Sekolah lanjut tingkat pertama 33 8

Tidak sekolah 3 1

(56)

Berdasarkan status rumah yang ditempati oleh responden terbagi atas tujuh kelompok. Sebagian besar responden memiliki rumah pribadi 75 %, rumah kontrakan 18 % serta menumpang 2.4 %. Sebaran responden berdasarkan status rumah dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Sebaran responden berdasarkan status kepemilikan rumah Status rumah Frekuensi Persentase

Pribadi 315 75

Kontrakan 76 18

Menumpang 10 2.4

Dinas 8 2

Rumah saudara 6 1.4

Sewaan 3 1

Orang tua 4 1

Total 422 100

Berdasarkan daya listrik yang digunakan sebesar 36 % responden memiliki rumah dengan daya listrik sebesar 900 watt, kemudian 31 % responden dengan daya listrik 1300 watt serta 24 responden dengan daya listrik sebesar 450 watt. Banyaknya responden yang menggunakan daya listrik 900 watt serta 1300 watt menunjukkan bahwa responden termasuk kedalam golongan status sosial ekonomi yang cukup memadai. Sebaran responden berdasarkan daya listrik yang digunakan dirumahnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Sebaran responden berdasarkan daya listrik Daya listrik (watt) Frekuensi Persentase

450 102 24

900 152 36

1300 133 31

2300 32 8

3600 3 1

(57)

Sedangkan pembayaran listrik yang dilakukan oleh responden, sebesar 92 % menyatakan membayar listrik sendiri tanpa dibantu, dan sebesar 8 % menyatakan tidak membayar listrik secara langsung. Adapun sebaran responden berdasarkan pembayaran listrik dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Sebaran responden berdasarkan pembayaran listrik Pembayaran listrik Frekuensi Persentase

Ya 388 92

Tidak 34 8

Total 422 100

Responden seringkali tidak mengemukakan pendapatannya per bulan sehingga hal ini akan mempersulit proses penelitian. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk menggunakan metode lain dengan menanyakan biaya telepon baik telepon rumah maupun telepon genggam yang digunakan oleh seluruh keluarga yang biasa dikeluarkan dengan asumsi bahwa semakin besar biaya telepon yang digunakan akan semakin besar pula pendapatan seseorang atau keluarga. Berdasarkan biaya telepon yang dikeluarkan perbulan sebesar 66.7 % mengeluarkan biaya kurang dari Rp. 300.000 per bulan. Responden yang tidak memiliki telepon baik telepon rumah maupun telepon genggam dikategorikan kedalam kelompok ini. Sebesar 19.4 % mengeluarkan biaya sebesar Rp 300.001-Rp 600.000, dan sebesar 14.2 % mengeluarkan biaya lebih dari Rp 600.001 perbulannya.

Tabel 8. Sebaran responden berdasarkan biaya telepon yang dikeluarkan Biaya telepon Frekuensi Persentase

Tidak ada telepon 20 4.7

< Rp. 300.000 260 62

Rp300.001-Rp 600.000 82 19.4 Diatas Rp. 600.001 60 14.2

(58)

Ol.eh karena pendekatan responden dalam penelitian ini didekati dengan pengeluaran biaya telepon, maka dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini umumnya termasuk kedalam kelompok pendapatan menengah ke bawah. Menurut Sumarwan (2003), pendidikan, pekerjaan dan pengeluaran sangat terkait satu sama lain. Pendidikan yang rendah juga akan mencerminkan jenis pekerjaan dan pendapatan serta daya beli konsumen tersebut.

Selain itu, responden juga digolongkan berdasarkan status sosial ekonominya. Status sosial ekonomi seseorang dapat dilihat dari besarnya pendapatan, pengeluaran, biaya listrik, air, serta biaya telepon yang dikeluarkan setiap bulannya. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan penggolongan, status sosial ekonomi responden dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu responden yang berstatus sosial rendah, menengah serta tinggi. Jumlah responden yang berstatus sosial rendah sebesar 19 %, berstatus sosial menengah sebesar 31 % serta berstatus sosial tinggi sebesar 50 %. Berikut adalah tabel sebaran responden berdasarkan status sosial ekonominya :

Tabel 9. Sebaran responden berdasarkan status sosial ekonomi Status sosial ekonomi Frekuensi Persentase

Rendah 82 19

Menengah 129 31

Tinggi 211 50

Total 422 100

Penggolongan status sosial ekonomi didasarkan pada status kepemilikan rumah, besarnya daya listrik yang digunakan dirumah tersebut serta besarnya biaya telepon yang dikeluarkan setiap bulannya.

c. Pengetahuan Halal Responden

(59)

tersebut meliputi apakah responden pernah mendengar tentang halal, pengetahuan mengenai bahan-bahan yang diharamkan dalam hukum Islam, serta pengetahuan mengenai kemungkinan bahan tambahan pangan yang kemungkinan besar diragukan kehalalannya.

Responden yang menjawab dengan benar pertanyaan tentang pengetahuan bahan-bahan yang diharamkan didalam ajaran Islam cukup besar. Responden yang menjawab daging babi sebagai bahan yang haram sebesar 96 %, bangkai serta darah hewan yang berasal dari darat sebanyak 82 %, minuman yang mengandung alkohol (seperti minuman keras) sebesar 77 %. Akan tetapi ada juga responden yang menyebutkan bahwa bahan makanan yang mengandung formalin atau boraks sebagai bahan makanan yang haram yaitu 30 %. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden telah mengetahui bahan-bahan yang diharamkan dalam hukum Islam. Namun, hal ini tidak menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang bahan yang diharamkan dalam ajaran Islam cukup tingi. Hal ini dikarenakan pada pertanyaan nomor 2 tentang persepsi halal, responden dapat memilih bahan-bahan yang dinilai oleh responden itu sendiri lebih dari dari satu jawaban sehingga tingkat pengetahuan responden tentang halal dapat diketahui pada tabel 16. Sebaran responden berdasarkan pengetahuan tentang bahan yang diharamkan didalam hukum Islam dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Sebaran responden berdasarkan jawaban tentang bahan yang haram dalam hukum Islam

Bahan pangan Frekuensi Persentase

Daging babi dan semua jenis zat yang berasal

dari babi 403 96

Bangkai, darah hewan yang berasal dari darat 344 82 Minuman yang mengandung alkohol 326 77 Binatang yang disembelih tanpa menyebut

nama Allah SWT 293 69

(60)

boraks

Minuman root beer 105 25

Air tape 34 8

Minuman yang berkadar alkohol 0 % 26 6

Tidak tahu 16 4

Namun dari segi bahan tambahan pangan, sebesar 39 % tidak mengetahui bahwa bahan tambahan pangan memungkinkan adanya bahan haram. Padahal pada kuisioner telah disebutkan salah satu bahan tambahan pangan yaitu vetsin yang pernah menjadi berita paling disoroti karena menggunakan enzim berasal dari babi sehingga vetsin tersebut haram dikonsumsi, namun responden yang mengetahui hal tersebut hanyalah 26 % saja. Menurut Apriyantono (2005), pada bahan-bahan tambahan pangan tersebut diatas terdapat titik-titik kritis yang harus diwaspadai mengenai status kehalalannya karena memungkinkan mengandung bahan yang haram. Sebaran pengetahuan responden mengenai bahan tambahan pangan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Sebaran responden mengenai pengetahuan tentang bahan tambahan pangan

Kemungkinan haramnya bahan tambahan pangan

Frekuensi Persentase

Ya 115 26

Tidak 148 35

Tidak tahu 165 39

Total 422 100

Gambar

Gambar 1 . Faktor psikologi yang mempengaruhi kebiasaan membeli
Tabel 3. Sebaran responden berdasarkan kelompok pekerjaan
Tabel 4. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 6. Sebaran responden berdasarkan daya listrik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dipilihnya Puskesmas Sentolo 1 dan 2 dengan kriteria bahwa hasil analisis Indikator Keluarga Sehat (IKS) dalam aplikasi Keluarga Sehat Kemenkes RI disajikan dalam IKS wilayah

Makeda, Libna, Lakhis, Gezer, Eglon, Heb- ron dan Debir, seluruh negeri itu, Pegunungan, Tanah Negeb, Daerah Bukit dan Lereng Gunung, beserta semua raja mereka,

Melalui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran student team dan metode ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) serta pendekatan kontekstual, peserta

Menanyakan kepada keluarga mengenai pengertian tanda dan gejala bahaya lanjut dari TB paru, cara perawatan pada anggota keluarga dengan TB paru, menanyakan kepada

Pada kajian di sini akan dibahas empat masalah jaringan, yaitu: permasalahan lintasan terpendek, masalah diagram pohon terpendek, masalah aliran maksimum, dan

Dari hasil analisis teknik pemesanan material (lotting) pekerjaan beton menunjukkan bahwa kuantitas pemesanan yang optimal dengan total biaya persediaan minimum pada

Perbedaan kehilangan energi dari dua rangkaian eksperimen klasik dan perbedaan termperatur permukaan media pemanas, keduanya dapat dijelaskan oleh isolasi yang baik dari

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) Bagi penulis, hasil penelitian ini berguna untuk dapat mengetahui efektivitas penerapan sistem e-filing