• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengalaman Suami dalam Memberikan Dukungan ASI Eksklusif pada Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Semplak Kelurahan Curug Mekar Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengalaman Suami dalam Memberikan Dukungan ASI Eksklusif pada Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Semplak Kelurahan Curug Mekar Kota Bogor"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMPLAK KELURAHAN

CURUG MEKAR KOTA BOGOR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

Puji Rahma Pratami

1112104000016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)

ii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES STUDY PROGRAM NURSING SCIENCE

STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

Undergraduate Thesis,June 2016

Puji Rahma Pratami, Student Number: 1112104000016

Husband Experience in Providing Support for Exclusive Breastfeeding of Primipara Mother in Puskesmas Semplak Curug Mekar village in Bogor City

Xv + 96 pages + 5 chart + 1 table + 5 attachments

ABSTRACT

Indonesia has targeted the coverage of exclusive breastfeeding by 80%. However, the Health Research in 2013 revealed that coverage of exclusive breastfeeding in Indonesia only reaches 42%. The failure can be caused by several factors, one of which is a psychological factor that is influenced by the support of her husband. Theobjective of this study was to explore the husbands' experience in providing support for exclusive breastfeeding in primipara mothers. This research was a qualitative with phenomenology descriptive design, the sample data gathered by in-depth interviewed. There were five participate of the husband whose wife had just given birth once (primipara mother) who had been exclusively breastfeed infants aged 6-12 months that achieved by purpossive sampling. The data that had been gathered were an interview record and field note that analyzed by Collaizi technique. This research identified eight themes, which are: 1) The benefits of breastfeeding motivatedthe husbandsto provide support exclusive breastfeeding, 2) Husbands obtained information about exclusive breastfeeding from several sources, 3) Husbands provided information about exclusive breastfeeding in primipara mothers, 4) Husbands did not provide judgment support of praise but they said thanks, 5) Husbandsprovided physical support for primipara mothers during breastfeeding exclusively, 6) Husband provided emotional supportfor primipara mothers during breastfeeding exclusively, 7) Husband's diffficulty in support of his exclusive breastfeeding wife, and 8) Husbands who still believes myths about exclusive breastfeeding. Researchers suggest that health professionals should improve health promotion to the mother and the husband about exclusive breastfeeding by conducting prenatal and postnatal breastfeeding class.

(4)

iii

Pengalaman Suami dalam Memberikan Dukungan ASI Eksklusif pada Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Semplak Kelurahan Curug Mekar Kota Bogor

Xv+ 96 halaman + 5 bagan + 1 tabel + 5 lampiran

ABSTRAK

Indonesia telah menargetkan cakupan ASI eksklusif sebesar 80%. Akan tetapi, Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 mengungkapkan bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia hanya mencapai 42%. Ketidakberhasilan ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor psikologis yang dipengaruhi oleh dukungan suami. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman suami dalam memberikan dukungan ASI eksklusif pada ibu primipara. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif, data diperoleh melalui wawancara mendalam. Partisipan berjumlah lima orang meliputi suami yang istrinya baru melahirkan satu kali (ibu primipara) yang telah memberikan ASI eksklusif dengan rentang usia bayi 6-12

bulan. Sample didapatkan melalui purposive sampling. Data yang dikumpulkan

berupa hasil rekaman wawancara dan catatan lapangan yang dianalisis dengan teknik Collaizi. Penelitian ini mengidentifikasi delapan tema yaitu: 1) Manfaat ASI memotivasi suami untuk memberikan dukungan ASI eksklusif, 2) Suami mendapatkan informasi mengenai ASI eksklusif dari beberapa sumber, 3) Suami memberikan informasi tentang ASI eksklusif pada ibu primipara, 4) Suami tidak memberikan dukungan penilaian berupa pujian melainkan dengan ucapan terima kasih, 5) Suami memberikan dukungan fisik untuk ibu primipara selama proses pemberian ASI eksklusif, 6) Suami memberikan dukungan emosional untuk ibu primipara selama proses pemberian ASI eksklusif, 7) Hambatan suami dalam mendukung istri menyusui secara eksklusif, 8) Suami masih mempercayai mitos-mitos mengenai ASI eksklusif.Peneliti menyarankan agar para tenaga kesehatan meningkatkan promosi kesehatan kepada ibu dan suami mengenai ASI eksklusif dengan mengadakan kelas ASI prenatal dan pascanatal.

(5)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul

PENGALAMAN SUAMI DALAM MEMBERIKAN DUKUNGAN ASI

EKSKLUSIF PADA IBU PRIMIPARA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SEMPLAK KELURAHAN CURUG MEKAR

KOTA BOGOR

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

DISUSUN OLEH

Yenita Agus, S.Kp., M.Kep, Sp.Mat, Ph.D NIP. 19720608 200604 2 001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(6)

v

PENGALAMAN SUAMI DALAM MEMBERIKAN DUKUNGAN ASI

EKSKLUSIF PADA IBU PRIMIPARA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SEMPLAK KELURAHAN CURUG MEKAR

KOTA BOGOR

Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh: PUJI RAHMA PRATAMI

Yenita Agus, S.Kp., M.Kep, Sp.Mat, Ph.D NIP. 19720608 200604 2 001

Yenita Agus, S.Kp., M.Kep, Sp.Mat, Ph.D NIP. 19720608 200604 2 001

Penguji IV

(7)

vi

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul

PENGALAMAN SUAMI DALAM MEMBERIKAN DUKUNGAN ASI

EKSKLUSIF PADA IBU PRIMIPARA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SEMPLAK KELURAHAN CURUG MEKAR

KOTA BOGOR

Disusun Oleh:

PUJI RAHMA PRATAMI

1112104000016

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Maulina Handayani, S.Kp., MSc NIP. 19790210 200501 2 002

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

(8)

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : PUJI RAHMA PRATAMI

Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 09 April 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/

Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. SD Negeri Cijahe Curug

2. SMP Negeri 6 Bogor

3. SMA Negeri 5 Bogor

4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2000-2006

2. „ITHRI ROHIS SMA Negeri 5 Bogor

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan

judul “Pengalaman Suami dalam Memberikan Dukungan ASI Eksklusif pada

Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Semplak Kelurahan Curug

Mekar Kota Bogor” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan. Sholawat serta salam juga selalu

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna,

baik dari segi isi maupun metodologi. Oleh karena itu, segala kritik dan saran

yang membangun mengenai tulisan ini sangat penulis harapkan.

Banyak pihak yang telah memberi bantuan, dorongan, doa, serta

kerjasama yang luar biasa dalam penyusunan skripsi ini. Penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT. yang telah memberikan hamba kesempatan untuk terus belajar di

bangku kuliah.

2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., MSN selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

(10)

ix

4. Ibu Puspita Palupi, S.Kep, M.Kep, Ns.Sp.Kep.Mat selaku dosen pembimbing

I dan Ibu Yenita Agus, S.Kp., M.Kep, Sp.Mat, Ph.Dselaku dosen

pembimbing II yang telah membimbing dan memberi banyak saran demi

terselesaikannya penulisan skripsi ini.

5. Ibu Puspita Palupi, S.Kep, M.Kep, Ns.Sp.Kep.Mat selaku dosen pembimbing

akademik yang telah membimbing selama di bangku perkuliahan.

6. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama

kuliah.

7. Seluruh staff dan Karyawan Akademik yang telah membantu banyak

memberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh Staf Puskesmas Semplak yang selalu bersedia membantu dan

memberi masukan dalam proses pengambilan data penelitian.

9. Seluruh warga Kelurahan Curug Mekar yang bersedia menjadi responden

dalam penelitian ini.

10. Ayahanda dan ibunda tercinta yang telah mendidik, mencurahkan semua

kasih sayang, mendoakan keberhasilan penulis, serta memberikan bantuan

baik moril maupun materil kepada penulis selama proses menyelesaikan

skripsi ini. Tak lupa, adik-adikku tercinta, Puja Dwi Sri Maulidya dan

Muhammad Farijal Dzikrikallah serta seluruh keluargaku yang selalu

memberikan semangat tanpa pamrih.

11. Sahabat-sahabat penulis semenjak masa SMA yaitu Rohmahtillah, Geovani,

Christian Purba dan Nurhana Safitri yang selalu saling mendukung hingga

(11)

x

12. Teman-teman PSIK 2012 yang telah berjuang bersama selama ini. Sahabat

terbaikku Maryam Zakiyyah Muntazhoroh, Nur Indah Ritonga, dan

Himmatul Khaira yang berjalan dan berjuang bersama, menghibur, memberi

masukan, mendengarkan keluh kesah dan mengundang tawa penulis selama

menyelesaikan skripsi ini dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

satu per satu yang telah mendoakan selama proses pembuatan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih

jauh dari sempurna, namun penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat

bagi yang memerlukannya. Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Juni 2016

(12)

xi

2. Proses Terbentuknya ASI ... 12

3. Manfaat ASI Eksklusif ... 14

4. Kendala Pemberian ASI Eksklusif ... 16

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif ... 17

C. Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother ... 19

D. Ibu Primipara ... 23

E. Dukungan Sosial Suami ... 23

1. Bentuk Dukungan Suami ... 27

2. Kendala Suami dalam Memberikan Dukungan ASI Ekslusif ... 32

(13)

xii

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH ... 37

A. Kerangka Konsep ... 37

B. Definisi Istilah ... 38

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A. Desain Penelitian ... 39

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 41

C. Partisipan Penelitian ... 41

D. Instrumen Penelitian... 42

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

F. Analisa Data ... 46

G. Keabsahan Data ... 48

H. Etika Penelitian ... 51

BAB V HASIL PENELITIAN ... 53

A. Gambaran Umur Wilayah Penelitian ... 53

B. Hasil Penelitian ... 54

1. Karakteristik Partisipan ... 54

2. Hasil Analisis Tematik ... 55

BAB VI PEMBAHASAN ... 73

A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi ... 73

B. Keterbatasan Penelitian ... 93

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Determinants of Breastfeeding Hal. 18

Bagan 2.2 Model of Maternal Role Attainment Hal. 22

Bagan 2.3 Kerangka Teori Hal. 36

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Hal. 37

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5

Pedoman wawancara skrining

Pedoman wawancara mendalam

Matriks analisa tematik

Lembar permohonan menjadi partisipan

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012

menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia berjumlah 32 per

1.000 kelahiran hidup. Hal tersebut masih belum memenuhi target Millenium

Development Goals (MDGs) tahun 2015 yang sekarang dilanjutkan dengan

Sustainable Development Goals (SDGs) hingga tahun 2030, yakni

menurunkan AKB menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Dari 33 provinsi di Indonesia, hanya

terdapat dua provinsi yang telah mencapai target MDGs 2015 untuk AKB

yaitu Kalimantan Timur dan DKI Jakarta (SDKI, 2012). Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia (Kemkes RI) tahun 2014 mengungkapkan

penurunan AKB yang melambat antara tahun 2003 sampai 2012 yaitu dari 35

menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup, dalam hal ini diperlukan adanya upaya

untuk mengoptimalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif.

ASI eksklusif merupakan air susu ibu yang diberikan kepada bayi

sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti

dengan makanan atau minuman lain (PP Nomor 33 tahun 2012). ASI

merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan

energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan bayi

(18)

nutrisi bayi yaitu berisi energi, protein, lemak dan laktosa. Ramaiah (2007)

mengatakan bahwa setelah bayi lahir, nutrisi memainkan peran terpenting

bagi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi bayi.Bayi yang tidak

diberikan ASI akan meningkatkan terjadinya kematian akibat penyakit

infeksi, resiko obesitas, diabetes tipe 1 dan tipe 2, leukimia, dan kematian

bayi secara mendadak. Ibu yang tidak memberikan ASI akan meningkatkan

kanker payudara, kanker ovarium, mempertahankan berat badan kehamilan,

diabetes tipe 2, infark miokard, dan sindrom metabolik (Stuebe, 2009). Hasil

studi Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) tahun 2013 mengungkapkan

bahwa durasi pemberian ASI sangat mempengaruhi ketahanan hidup bayi di

Indonesia. Bayi yang disusui dengan durasi 6 bulan atau lebih memiliki

ketahanan hidup 33,3 kali lebih baik daripada bayi yang disusui kurang dari 4

bulan.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 mengungkapkan

bahwa cakupan pemberian ASI ekslusif di Indonesia hanya mencapai 42%.

Cakupan ASI eksklusif di Kota Bogor menurut Profil Kesehatan Jawa Barat

tahun 2012 telah mencapai angka 66,5%. Hal tersebut masih jauh dari target

keberhasilan ibu menyusui eksklusif di Indonesia yaitu sebesar 80% (Kemkes

RI, 2014).Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2013 menyatakan

bahwa dalam kenyataannya, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

kehidupan bayi memiliki banyak kendala seperti ibu kurang memahami tata

laksana laktasi yang benar, ibu bekerja, dan produksi ASI yang kurang.

Beberapa faktor yang diduga menyebabkan berkurangnya produksi ASI, yaitu

(19)

Faktor psikologis dipengaruhi oleh dukungan keluarga termasuk dukungan

suami yang sangat berperan dalam menyukseskan pemberian ASI eksklusif.

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan

(2013) di Rumah Sakit Muhammadiyah Pekalongan bahwa keberhasilan ASI

eksklusif dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor sosiodemografik, pre/post

natal, dan psikososial. Faktor psikososial digambarkan dengan keinginan dan

keyakinan ibu yang kuat untuk memberikan ASI eksklusif. Keinginan dan

keyakinan ibu tersebut dipengaruhi juga oleh social support system seperti

dukungan suami dan orang tua.

Abidjulu, Hutagaol, & Kundre (2014) di Puskesmas Tuminting

Kecamatan Tuminting mengungkapkan bahwa ada hubungan antara

dukungan suami dengan kemauan ibu memberikan ASI eksklusif. Hasil

penelitian Evareny, Hakimi, & Padmawati (2010) juga melaporkan bahwa

prevalensi keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada kelompok ayah yang

mendukung lebih tinggi 2,25 kali dibandingkan dengan kelompok ayah yang

tidak mendukung.

Peran Ayah turut menentukan keberhasilan ibu dalam memberikan

ASI eksklusif. Hal ini karena kelancaran refleks pengeluaran ASI yang sangat

dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu ditentukan juga oleh peran

ayah (Roesli, 2009). Perasaan dan semangat ibu untuk menyusui dan untuk

terus memberikan yang terbaik bagi anaknya sangat bergantung pada peran

suami untuk terus menjaga suasana kondusif (Hartono, 2009 dalam Sari,

(20)

dari suami, motivasi ibu untuk menyusui akan meningkat (Swasono, 2008

dalam Sari, 2011).

Hasil penelitian Brown & Davies (2014) di Inggris dengan responden

117 suami yang istrinya telah melahirkan dua tahun terakhir dan menyusui,

melaporkan tentang pengalaman suami dalam mendukung istrinya menyusui.

Dari penelitian tersebut didapatkan empat tema yaitu: 1) sikap terhadap

pemberian ASI, 2) pengalaman dalam mendukung proses menyusui,3)

pengalaman terhadap pendidikan, informasi dan promosi tentang ASI, 4) ide

untuk masa depan terkait promosi dan pendidikan tentang ASI. Pada

pengalaman dalam mendukung proses menyusui tersebut, terdapat

pengalaman positif dan negatif. Pengalaman positif meliputi bayi lebih sehat

dan jarang sakit, pemberian ASI lebih murah, mudah dan nyaman.

Pengalaman negatif yang didapatkan yaitu suami merasa terisolasi dan

dikesampingkan oleh pasangannya, sering bertengkar dengan istrinya, merasa

cemas, tidak berdaya dan bersalah bahwa mereka tidak dapat membantu

pasangannya dalam mengurus bayi.

Pada penelitian yang dilakukan Binns, dkk di Xianjiang-China (2007

dalam Kurniawan, 2013) menunjukkan bahwa dukungan suami dan orang tua

ibu adalah support system yang mendorong ibu menginisiasi dan

mempertahankan laktasi, terutama pada ibu yang baru akan memulai laktasi,

salah satunya adalah ibu primipara. Ibu primipara adalah seorang wanita yang

baru pertama kali mempunyai anak yang hidup dan baru menjadi seorang ibu.

Beberapa ibu primipara biasanya mempunyai keinginan untuk melahirkan

(21)

untuk mencari pengetahuan lebih banyak tentang perawatan maternal.

Pengetahuan tersebut termasuk di dalamnya tentang pemberian ASI (Bobak,

2005).

Penelitian yang dilakukan oleh Bentelu, dkk (2015) di RS Pancaran

Kasih GMIM Manado didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara tingkat kecemasan dalam proses menyusui ibu primipara

dan multipara. Ibu primipara mengalami kecemasan lebih tinggi daripada ibu

multipara, sebagian besar ibu primipara mengalami cemas sedang dan ibu

multipara sebagian besar mengalami cemas ringan. Ibu memerlukan

seseorang yang dapat memberikan dukungan dalam merawat bayi, termasuk

dalam menyusui. Orang yang dapat memberikannya dukungan adalah orang

yang berpengaruh besar dalam kehidupannya atau orang yang disegani,

seperti suami atau keluarga (Bahiyatun, 2009).

Hasil wawancara yang dilakukan pada bulan Desember 2015 kepada

lima ibu primipara beserta suami yang bayinya sukses mendapatkan ASI

eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Semplak Kelurahan Curug Mekar Kota

Bogor, kelima ibu tersebut mengungkapkan bahwa keberhasilan pemberian

ASI eksklusif sangat dipengaruhi oleh peran dan dukungan suami. Dua dari

lima ibu mengaku hampir gagal dalam pemberian ASI eksklusif dikarenakan

suami yang sibuk bekerja dan jarang memperhatikan istrinya sehingga

membuat motivasi ibu dalam menyusui menjadi menurun, sedangkan tiga ibu

lainnya mengaku mendapatkan bentuk dukungan yang baik dari suami. Dua

dari lima suami yang istrinya mengaku hampir gagal dalam pemberian ASI

(22)

dan mereka mengaku jarang membantu istri jika di rumah dikarenakan

merasa lelah setelah pulang bekerja.Tiga suami lainnya mengungkapkan

bahwa proses menyusui itu adalah tugas suami dan istri, sehingga mereka

sepenuhnya mendukung istri memberikan ASI eksklusif dan memiliki peran

di dalamnya seperti membuat suasana hati istri menjadi nyaman, dan

membantu istri dalam merawat bayi.

Berdasarkan uraian di atas bahwa pemberian ASI eksklusif sangat

penting dan memerlukan dukungan suami dalam keberhasilannya. Penelitian

tentang ASI eksklusif telah banyak, namun penelitian untuk menggali

bagaimana pengalaman suami dalam memberikan dukungan ASI eksklusif

pada ibu primipara masih belum banyak dilakukan di Indonesia. Oleh karena

itu, peneliti tertarik untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang bagaimana

pengalaman suamidalam memberikan dukungan ASI eksklusif pada ibu

primipara di wilayah kerja Puskesmas Semplak Kelurahan Curug Mekar Kota

Bogor.

B. Rumusan Masalah

ASI eksklusif merupakan kebutuhan bayi yang harus dipenuhi oleh

ibu. ASI ini dapat memberikan banyak manfaat baik kepada bayi maupun ibu,

salah satunya dapat menurunkan AKB di dunia hingga mencapai target

SDGs. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya pemberian ASI eksklusif ini

memiliki berbagai macam kendala. Ibu yang baru memiliki anak pertama atau

primipara dapat mengalami berbagai kendala dalam merawat bayinya,

(23)

Keberhasilan ibu dalam memberikan ASI eksklusif dipengaruhi oleh

beberapa faktor, salah satunya adalah faktor psikologis seperti stres, khawatir,

dan ketidakbahagiaan ibu pada periode menyusui. Hal tersebut dapat

diatasi bila ada dukungan yang diharapkan dapat menstimulir penguatan.

Dukungan tersebut didapat dari orang yang terdekat yaitu suami sebagai

pendamping istri. Suami mempunyai peran yang sangat menentukan dalam

keberhasilan menyusui, karena akan turut menentukan kelancaran refleks

pengeluaran ASI yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan

ibu. Penelitian mengenai ASI eksklusif sudah banyak dilakukan tetapi

penelitian tentangbagaimana pengalaman suami dalam memberikan

dukungan ASI eksklusif pada ibu primipara belum peneliti temukan, padahal

penting untuk diketahui agar dapat meningkatkan keberhasilan menyusui

eksklusif. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengeksplorasi

pengalaman suami dalam memberikan dukungan ASI eksklusif pada ibu

primipara di wilayah kerja Puskesmas Semplak Kelurahan Curug Mekar Kota

Bogor.

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman suami

dalam memberikan dukungan ASI eksklusif pada ibu primipara di wilayah

(24)

D. Manfaat

1. Manfaat Ilmiah

a. Memberikan informasi dan data dasar bagi peneliti selanjutnya

mengenai pengalaman suami dalam memberikan dukungan ASI

eksklusif pada ibu primipara.

b. Menjadi evidance based keperawatan mengenai pengalaman suami

dalam memberikan dukungan ASI eksklusif pada ibu primipara.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi institusi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai literatur untuk menambah

wawasan pendidik dan peserta didik serta menjadi data dasar dalam

peningkatan ilmu keperawatan dalam hal mengkaji, mengidentifikasi

dan mengeksplorasi pengalaman suami dalam memberikan dukungan

ASI eksklusif pada ibu primipara.

b. Bagi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan tenaga

kesehatan, khususnya perawat dalam upaya meningkatkan kesehatan

ibu dan bayi melalui promosi dan pendidikan kesehatan kepada ibu

dan suamiterkait pemberian ASI eksklusif.

c. Bagi masyarakat

Hasil penilitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat, khususnya para suami, mengenai ASI eksklusif dan

pengalaman suami dalam memberikan dukungan ASI eksklusif

(25)

menyadari dan termotivasi untuk mendukung istrinya mencapai

kerberhasilan dalam memberikan ASI eksklusif sebagai makanan

terbaik untuk perkembangan bayinya.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman suami

dalam memberikan dukungan ASI eksklusif pada ibu primipara di wilayah

kerja Puskesmas Semplak Kelurahan Curug Mekar Kota Bogor. Metode

penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi

deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam untuk

menggali pengalaman dari para partisipan yang berada di wilayah kerja

(26)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengalaman

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2015), pengalaman

diartikan sebagai suatu yang pernah dialami (dijalani, dirasakan, ditanggung,

dan sebagainya). Pengalaman merupakan faktor internal yang mempengaruhi

persepsi seseorang, (Notoatmodjo, 2005). Pengalaman juga mempengaruhi

tingkah laku individu (Brownlee, 2006). Pengetahuan seseorang pun

dipengaruhi oleh pengalaman, walaupun seseorang dapat mempelajari suatu

hal dengan menghafal dan membaca, tetapi pengalaman sebelumnya dapat

dijadikan pembelajaran yang bermanfaat (MD., dkk, 2012). Notoatmodjo

(2007) juga mengungkapkan bahwa pengalaman merupakan guru yang baik,

yang menjadi sumber pengetahuan. Pengalaman terjadi karena adanya

interaksi antara seseorang atau kelompok dengan lingkungannya. Interaksi

tersebut menimbulkan proses perubahan (belajar) pada manusia dan

selanjutnya proses perubahan itu menghasilkan perkembangan bagi

kehidupan seseorang atau kelompok dalam lingkungannya (Tim

Pengembangan Ilmu Pendidikan, 2007).

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengalaman

adalah segala sesuatu yang pernah dialami seseorang yang menimbulkan

suatu proses perubahan, sehingga akan mempengaruhi pengetahuan, persepsi,

(27)

B. ASI Eksklusif

1. Definisi ASI Eksklusif

ASI eksklusif merupakan air susu ibu yang diberikan kepada bayi

sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan atau

mengganti dengan makanan atau minuman lain (PP Nomor 33 tahun

2012). World Health Organization (WHO) dan United Nations

International Children’s Emergency Fund (UNICEF) tahun 2013

menyatakan bahwa ASI eksklusif merupakan cara yang sempurna untuk

memberikan makanan terbaik untuk bayi pada masa enam bulan pertama

kehidupan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.

American Academy of Pediatrics Section on Breasfeeding tahun

2012 merekomendasikan pemberian ASI eksklusif paling tidak sampai

usia 6 bulan yang dilanjutkan dengan tetap memberikan ASI sampai usia

1 tahun. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI yang

sekarang berubah nama menjadi Kemkes RI) melalui SK Menkes No.

450/Men. Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah menetapkan

rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, yang menjelaskan

bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang

optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama.

Selanjutnya, demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan

makanan pendamping ASI (MPASI) dan ASI hingga bayi berusia 2 tahun

(28)

Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa

ASI eksklusif berarti bayi hanya diberikan ASI saja sejak lahir sampai

usia 6 bulan, tanpa diberikan tambahan makanan atau mimunan apapun

seperti air putih maupun makanan atau minuman lainnya.

2. Proses Terbentuknya ASI

Selama kehamilan, estrogen kadar tinggi mendorong

perkembangan duktus, sementara progesteron kadar tinggi merangsang

pembentukan alveolus-lobulus. Peningkatan konsentrasi prolaktin dan

human chorionic somatomammotropin juga ikut berperan dalam

perkembangan kelenjar mamalia dengan menginduksi enzim-enzim yang

dibutuhkan (Sherwood, 2011).

Sebagian besar perubahan di payudara terjadi pada paruh pertama

kehamilan, sehingga pada pertengahan kehamilan kelenjar mamalia telah

mampu menghasilkan susu. Akan tetapi, sekresi susu tidak terjadi sampai

persalinan. Konsentrasi estrogen dan progesteron yang tinggi pada akhir

kehamilan mencegah laktasi dengan menghambat efek stimulatorik

prolaktin pada sekresi susu. Estrogen dan progesteron akan turun secara

drastis ketika plasenta keluar, sehingga memicu terjadinya laktasi

(Sherwood, 2011).

Setelah produksi susu dimulai pasca persalinan, hormon prolaktin

dan oksitosin berperan penting dalam mempertahankan laktasi. Prolaktin

berguna untuk meningkatkan sekresi susu, sedangkan oksitosin berperan

dalam penyemprotan (ejeksi) susu. Pelepasan kedua hormon ini

(29)

puting payudara oleh bayi (Sherwood, 2011 dan Bobak, 2005). Menurut

Kristiyanasari (2011), dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam

proses laktasi, yaitu:

1) Refleks Prolaktin

Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat

pada puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut aferen

dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofisis anterior

untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam darah. Melalui

sirkulasi, prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi

susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang

diproduksi berkaitan dengan stimulasi isapan, yaitu frekuensi,

intensitas dan lamanya bayi menghisap.

2) Refleks Aliran (Let Down Refleks)

Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain

mempengaruhi hipofisis anterior mengeluarkan hormon prolaktin juga

mempengaruhi hipofis posterior mengeluarkan hormon oksitosin.

Dimana setelah oksitosin dilepas ke dalam darah akan mengacu

otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkontraksi

sehingga memeras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju

puting susu. Refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi

kesemutan atau dapat juga ibu merasakan sensasi apapun.

Tanda-tanda lain dari let-down adalah tetesan pada payudara lain yang

(30)

3. Manfaat ASI Eksklusif

ASI eksklusif memberikan manfaat dan keuntungan tidak hanya

bagi bayi, tetapi bagi banyak pihak seperti ibu, keluarga, lingkungan,

bahkan negara.

a. Manfaat bagi bayi

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan

komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan

pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna,

baik kualitas maupun kuantitasnya (Roesli, 2009). Nutrisi ASI di

antaranya adalah lemak, laktosa, protein, garam mineral dan vitamin.

Protein ASI terdiri dari whey protein yang dapat lebih mudah dicerna,

sehingga pengosongan lambung lebih cepat (Wong, 2008). Lemak

pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung Omega 3 untuk

pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat

ASI eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari rangsangan

kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan terhindar dari

kerusakan sel-sel saraf otak (Kristiyanasari, 2011). ASI juga dapat

meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan jalinan kasih

sayang (Roesli, 2009).

b. Manfaat bagi ibu

Pemberian ASI membantu ibu memulihkan diri dari proses

persalinannya. Pemberian ASI selama beberapa hari pertama

membuat rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambat

(31)

dikeluarkannya oksitosin alami yang akan membantu kontraksi rahim.

Selain itu wanita yang menyusui bayinya akan lebih cepat pulih atau

turun berat badannya ke berat badan sebelum kehamilan. Pemberian

ASI juga merupakan cara yang penting untuk ibu mencurahkan kasih

sayangnya pada bayi dan membuat bayi merasa nyaman (Bahiyatun,

2009). Menurut Hegar (2008), menyusui secara eksklusif juga dapat

menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat

kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode

Amenorea Laktasi (MAL).

c. Manfaat bagi keluarga

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya

digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk

keperluan lain. Selain itu, penghematan juga disebabkan karena bayi

yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya

berobat. Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja

dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak,

botol, dan dot yang harus dibersihkan serta minta pertolongan orang

lain. Selain itu, kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran

lebih jarang, sehingga suasana psikologis ibu baik dan dapat

mendapatkan hubungan bayi dengan keluarga (Kristiyanasari, 2011).

d. Manfaat bagi lingkungan

Pemberian ASI akan mengurangi bertambahnya sampah dan

polusi di dunia. Pemberian ASI tidak memerlukan kaleng susu,

(32)

menambah polusi udara, karena untuk membuatnya tidak memerlukan

pabrik yang mengeluarkan asap serta alat kontrasepsi yang juga

mengeluarkan asap (Roesli, 2009).

e. Manfaat bagi negara

Pemberian ASI dapat menghemat devisa untuk pembelian susu

formula, perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu;

menghemat untuk biaya sakit karena muntah dan mencret serta infeksi

saluran napas; menghemat obat-obatan, tenaga, dan sarana kesehatan;

menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas

untuk membangun negara; langkah awal untuk mengurangi bahkan

menghindari kemungkinan terjadinya generasi yang hilang khususnya

bagi Indonesia (Roesli, 2009).

4. Kendala Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI eksklusif sering mengalami kendala yang sering

membuat ibu pada akhirnya memutuskan untuk berhenti memberikan ASI

eksklusif. Beberapa kendala yang sering menjadi alasan masalah ibu

dalam menyusui yaitu karena produksi ASI kurang; ibu kurang

memahami tata laksana laktasi yang benar; ibu menyusui kembali setelah

bayi diberi formula (relaktasi); bayi terlanjur mendapatkan prelakteal

feeding (pemberian air gula/dektrosa, susu formula pada hari-hari pertama

kelahiran); kelainan yang terjadi pada ibu seperti puting susu ibu lecet,

puting ibu luka, payudara bengkak, engorgement, mastitis dan abses; ibu

hamil lagi padahal masih menyusui; ibu bekerja; kelainan yang terjadi

(33)

Kendala-kendala yang terkait dalam proses menyusui terjadi ketika

ASI tidak keluar secara langsung serta rendahnya produksi ASI.

Meningkatkan produksi ASI dapat dilakukan dengan cara menyusui bayi

sesegera mungkin setelah lahir, menyusui sesering mungkin karena

semakin bayi menghisap puting susu maka semakin banyak ASI yang

keluar dengan cara menyusui yang benar (Baskoro, 2008).

Kedala-kedala dalam pemberian ASI eksklusif tersebut dapat

diatasi bila ada dukungan yang diharapkan dapat menstimulir penguatan.

Dukungan orang yang terdekat adalah suami sebagai pendamping istri,

seorang suami yang ikut bertanggung jawab pada kesehatan dan

keselamatan anaknya (Wattimena dkk, 2011).

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh banyak faktor. Hector,

King, & Web (2004) membagi faktor-faktor tersebut ke dalam 7 kategori,

yaitu: status kesehatan ibu dan bayi, pengetahuan, sikap dan keterampilan

ibu, praktik pemberian makan pada bayi, institusi pelayanan kesehatan,

dan kebijakan (termasuk rumah sakit dan fasilitas kesehatan),

sosiobudaya, ekonomi dan lingkungan, karakteristik sosiodemografi ibu

dan keluarga, struktur dan dukungan sosial (dukungan keluarga termasuk

suami, informasi dari media massa, norma menyusui yang berkembang di

(34)

Bagan 2.1 Determinants of Breastfeeding

Berdasarkan hasil penelitian Kurniawan (2013) di Rumah Sakit

Muhammadiyah Pekalongan, keberhasilan ASI eksklusif dipengaruhi oleh

tiga faktor. Pertama, faktor sosiodemografik. Faktor ini digambarkan oleh

usia ibu dan status pekerjaan ibu. Faktor kedua adalahpre/post natal,

digambarkan dengan pemberian susu formula selama perawatan post

partum di instansi pelayanan kesehatan, permasalahan menyusui dan

kunjungan ke klinik laktasi, pemberian MPASI pada bayi kurang dari

enam bulan, serta pemakaian empeng (pacifier). Faktor ketiga adalah

psikososial, digambarkan dengan keinginan dan keyakinan ibu yang kuat

untuk memberikan ASI eksklusif. Keinginan dan keyakinan ibu

dipengaruhi juga oleh social support system seperti dukungan suami dan

orang tua.

Pada penelitian yang dilakukan Binns, dkk di Xianjing-China

(2007 dalam Kurniawan, 2013) menunjukkan bahwa dukungan suami dan

(35)

dan mempertahankan laktasi, terutama pada ibu yang baru akan memulai

laktasi.Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan

oleh Ida (2012) yang mengungkapkan bahwa faktor penguat yang

berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah dukungan suami,

dukungan sarana dan tenaga kesehatan, dukungan teman, dan dukungan

keluarga (ibu dan ibu mertua). Pada penelitian ini didapatkan bahwa ibu

yang didukung baik oleh suaminya berpeluang 3,737 kali lebih besar

berperilaku memberikan ASI eksklusif enam bulan dibandingkan dengan

ibu yang dukungan suaminya kurang.

C. Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother

Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother (pencapaian

peran ibu-menjadi seorang ibu) merupakan pengembangan dari teori Reva

Rubin yang dikenal dengan proses bonding-attachment.Teori ini

dikemukakan oleh Mercer pada tahun 1991, yang isinya bahwa Mercer

menempatkan teori ini pada lingkaran sarang Bronfenbrenner (1997) yang di

dalamnya terdapat tiga aspek yaitu mikrosistem, mesosistem dan

makrosistem yang digambarkan pada bagan 2.2

1. Mikrosistem adalah lingkungan terdekat di mana pencapaian peran ibu

terjadi. Faktor-faktor yang termasuk dalam mikrosistem meliputi fungsi

keluarga, hubungan ayah-ibu, dukungan sosial, status ekonomi, dan

stresor.

2. Mesosistem meliputi pengaruh dan interaksi dengan orang-orang yang

berada dalam mikrosistem. Interaksi mesosistem ini dapat mempengaruhi

(36)

meliputi penitipan anak, sekolah, lingkungan kerja, tempat ibadah, dan

lingkungan yang umum berada dalam masyarakat. Misalnya, melihat

bagaimana ibu memberikan ASI eksklusif baik di tempat kerja maupun di

tempat umum lainnya agar kebutuhan bayi tetap terpenuhi.

3. Makrosistem mengacu pada budaya yang ada di lingkungan individu.

Makrosistem ini terdiri atas pengaruh sosial, politik, dan budaya.

Misalnya, lingkungan pelayanan kesehatan dalam memberikan

pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif, adanya kebijakan dari

pemerintah tentang pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, dan

adanya budaya yang dianut dalam proses pemberian ASI eksklusif seperti

adanya pantangan makanan atau minuman yang berkaitan dengan

menyusui serta bagaimana persepsi budaya yang sudah diwariskan

turun-temurun mengenai menyusui.

Fokus utama dari teori ini adalah gambaran proses pencapaian

peran ibu dan proses menjadi seorang ibu dengan berbagai asumsi yang

mendasarinya. Proses ini terdiri dari empat tahap pencapaian peran ibu, yaitu:

1. Anticipatory

Tahap anticipatory dimulai selama kehamilan dan termasuk di

dalamnya menggambarkan kesiapan ibu secara sosial dan psikologis

terhadap kehamilan. Pada tahap ini ibu belajar bagaimana peran yang

(37)

2. Formal

Tahap formal dimulai saat bayi lahir, dimana ibu mulai belajar

untuk mandiri dalam menjalankan peran seorang ibu dalam mengasuh

bayinya. Pada tahap ini ibu belajar dengan mencotoh orang lain.

3. Informal

Tahap informal ini dimulai saat ibu mulai mencoba untuk

mengembangkan caranya sendiri dalam menjalankan peran seorang ibu

tanpa mencotoh peran ibu yang lain. Ibu menjadikan peran barunya sesuai

dengan gaya hidupnya sekarang berdasarkan pengalaman masa lalu dan

tujuan masa depannya.

4. Personal

Tahap personal terjadi ketika ibu sudah menginternalisasi perannya

ke dalam kehidupannya. Pada tahap ini, ibu merasakan harmoni,

kepercayaan, kepuasan, dan kemampuan pada cara ibu menjalankan

perannya dan pencapaian atas perannya.

Sikap dan perilaku baik dari ibu maupun bayi dapat mempengaruhi

identitas peran masing-masing. Sikap dan perilaku ibu pada teori Mercer

ini meliputi empati atau kepekaan terhadap isyarat bayi, harga diri atau

konsep diri, sikap orang tua dalam menerima bayi, kedewasaan dan

fleksibilitas, sifat, kehamilan dan pengalaman melahirkan, kesehatan,

depresi, dan konflik peran. Adanya peran ibu akan terjadi respon dan

interaksi bayi dengan ibu yang meliputi kontak mata sebagai isyarat

pembicaraan, refleks menggenggam, refleks tersenyum dan sikap tenang

(38)

ibu. Adapun sifat bayi yang dapat mempengaruhi identitas peran ibu

berupa temperamen, kemampuan mengirimkan isyarat, penampilan,

karakteristik umum, tanggung jawab, dan kesehatan (Mercer, 1991 dalam

Tomey dan Alligood, 2006).

(39)

D. Ibu Primipara

Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan satu kali

satu janin atau lebih yang telah mencapai viabilitas (Leveno., dkk, 2009).

Menurut Bobak (2005), ibu primipara adalah wanita yang baru pertama kali

mempunyai anak yang hidup dan baru menjadi seorang ibu. Beberapa ibu

primipara biasanya mempunyai keinginan untuk melahirkan bayi yang bebas

dari gangguan, sehingga hal tersebut akan memotivasi ibu untuk mencari

pengetahuan banyak tentang perawatan maternal. Pengetahuan tersebut

termasuk di dalamnya tentang cara pemberian ASI.

Pengetahuan dasar tentang ASI dan keterampilan dalam menyusui

merupakan proses bagi seorang ibu untuk dapat memberikan ASI dengan

tepat. Penghentian menyusui oleh ibu primipara dikarenakan kurangnya

pengetahuan dasar tentang ASI, keterampilan yang kurang, perubahan hidup

yang baru, dan pengalaman awal yang menyakitkan ketika mereka tidak siap

untuk melakukan pengeluaran ASI (Smith., dkk, 2012). Ibu memerlukan

seseorang yang dapat memberikan dukungan dalam merawat bayi, termasuk

dalam menyusui. Orang yang dapat memberikannya dukungan adalah orang

yang berpengaruh besar dalam kehidupannya atau orang yang disegani,

seperti suami atau keluarga (Bahiyatun, 2009).

E. Dukungan Sosial Suami

Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu

yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan

tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan

(40)

dalam Sofiyani, 2014) mendefinisikan dukungan sosial sebagai informasi

verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang

diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan

sosialnya dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau

berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Diamtteo (1991 dalam Sofiyani,

2014) mendefinisikan sumber dukungan sosial berasal dari pasangan,

keluarga, teman, tetangga, teman kerja, dan orang-orang lainnya.

Khan & Antonucci (1992 dalam Nurmadina, 2010) menyatakan

bahwa seorang individu dikelilingi oleh suatu pengiring yang selalu

mendukung atau menyertai individu tersebut sepanjang masa hidupnya,

dimana anggota pengiring ini dapat datang dan pergi seiring dengan

berjalannya waktu. Khan & Antonucci membagi sumber-sumber dukungan

sosial menjadi tiga kategori, yaitu:

a. Sumber dukungan sosial yang stabil sepanjang waktu perannya, yaitu

yang selalu ada sepanjang hidupnya yang menyertai dan mendukung

individu tersebut, seperti keluarga dekat, pasangan (suami/istri) atau

teman dekat.

b. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit

berperan dalam hidupnya dan cenderung berubah sesuai sepanjang

waktu, seperti teman kerja, tetangga, sanak keluarga dan teman

sepergaulan.

c. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sangat

(41)

berubah. Sumber dukungan ini misalnya tenaga ahli/profesional dan

keluarga jauh dan sesama pekerja.

Suami adalah pasangan hidup istri atau ayah dari anak-anak. Suami

mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga tersebut

dan suami mempunyai peranan yang penting, di mana suami sangat dituntut

bukan hanya sebagai pencari nafkah, akan tetapi sebagai pemberi motivasi

atau dukungan dalam berbagai kebijakan yang akan diputuskan termasuk

merencanakan keluarga. Dukungan sosial suami adalah salah satu bentuk

interaksi yang di dalamnya terdapat hubungan yang saling memberi dan

menerima bantuan yang bersifat nyata yang dilakukan oleh suami terhadap

istrinya (Hidayat, 2005).

Secara psikologis, seorang ibu yang didukung suami atau keluarga akan

lebih termotivasi salah satunya dalam hal memberikan ASI eksklusif kepada

bayinya (Prasetyono dalam Sari, 2011). Februhartanty (2008)

mengungkapkan bahwa untuk memenuhi ASI eksklusif diperlukan adanya

keharmonisan hubungan pola menyusui tripartit, yaitu antara ayah, ibu, dan

bayi.

Keberhasilan menyusui sangat ditentukan oleh peran suami karena

suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (let down

reflex) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu. Suami

dapat berperan aktif dengan memberikan dukungan-dukungan emosional dan

bantuan-bantuan praktis lainnya, seperti mengganti popok, menyendawakan

bayi, menggendong dan menenangkan bayi yang gelisah, memandikan bayi,

(42)

bayi. Pengertian tentang perannya yang penting ini merupakan langkah

pertama bagi seorang suami untuk mendukung ibu agar berhasil menyusui

secara eksklusif (Roesli, 2009).

Suami merupakan orang terdekat bagi ibu menyusui yang diharapkan

selalu ada disisi ibu dan selalu siap memberi bantuan. Keberhasilan ibu dalam

menyusui tidak terlepas dari dukungan yang terus-menerus dari suami. Jika

ibu mendapatkan kepercayaan diri dan dukungan penuh dari suami, motivasi

ibu untuk menyusui akan meningkat (Swasono, 2008 dalam Sari, 2011).

Proses menyusui menjadi terhambat bila kondisi ayah dan ibu tidak harmonis,

ibu tidak mendapat dukungan dari suami, tidak bisa berkomunikasi dengan

baik, dan perasaan ibu yang tidak aman dan nyaman (Hartono, 2009).

Hubungan harmonis dalam keluarga akan sangat mempengaruhi

lancarnya proses laktasi. Seorang ibu yang tidak pernah mendapatkan nasehat

atau penyuluhan mengenai ASI dari keluarga dan suaminya dapat

mempengaruhi sikapnya ketika ia harus menyusui (Lubis, 2000 dalam Sari,

2011).

Peningkatan keterlibatan suami merupakan strategi untuk memotivasi

pemberian ASI eksklusif, karena keputusan memberikan ASI eksklusif bukan

hanya ditentukan oleh ibu. Kebanyakan ibu hamil dan ibu menyusui yang

telah mendapatkan penyuluhan tentang ASI tidak mempraktekkan

pengetahuan yang didapatnya karena mereka bukan pengambil keputusan

yang utama dalam keluarga untuk memberikan ASI eksklusif (Widodo, 2001

(43)

1. Bentuk Dukungan Suami

Menurut Caplan (1976 dalam Friedman, 2010), dukungan suami

terbagi menjadi empat bentuk, yaitu:

a. Dukungan Informasional

Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran

atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi

seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi

masalah dengan lebih mudah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat

menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan

dapat menyumbang aksi sugesti yang khusus pada individu.

Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan

pemberian informasi (Friedman, Browden & Jones, 2010).

Melalui interaksi dengan orang lain, individu akan dapat

mengevaluasi dan mempertegas keyakinannya dengan

membandingkan pendapat, sikap, keyakinan, dan perilaku orang lain.

Dukungan ini membantu individu mengatasi masalah dengan cara

memperluas wawasan dan pemahaman individu terhadap masalah

yang dihadapi. Informasi tersebut diperlukan untuk mengambil

keputusan dan memecahkan masalah secara praktis.

Peran suami dalam memberikan dukungan informasional ini

dapat dimulai sejak masa kehamilan. Suami dapat mencari informasi

segala hal yang berhubungan dengan ASI khususnya ASI eksklusif,

seperti pentingnya pemberian ASI eksklusif, tata laksana laktasi yang

(44)

(Gunawan, dkk., 2012). Tidak sempurnanya pemberian ASI eksklusif

sering disebabkan adanya berbagai mitos yang berkembang di

masyarakat, seperti ASI akan mempengaruhi bentuk dan keindahan

payudara ibu, pemberian ASI dilarang bagi bayi yang diare, dan lain

sebagainya. Dengan mengetahui mitos dan fakta yang sebenarnya,

diharapkan para ibu semakin dapat memantapkan niatnya dalam

memberikan ASI eksklusif (Yuliarti, 2010). Menurut Hartono (2009),

suami bisa saling berbagi informasi bersama ibu dan terbuka untuk

belajar tentang seluruh proses menyusui. Suami yang sensitif dan

supportif adalah faktor yang menentukan kesuksesan proses

menyusui.

b. Dukungan Penilaian

Menurut House (dalam Setiadi, 2008), menyatakan bahwa

dukungan penilaian merupakan bentuk penghargaan yang diberikan

seseorang kepada individu sesuai dengan kondisinya. Dukungan ini

terjadi melalui ekspresi berupa sambutan yang positif dengan

orang-orang sekitarnya, dorongan atau pernyataan setuju terhadap ide-ide

atau perasaan individu. Perbandingan positif dengan orang lain seperti

pernyataan bahwa orang lain mungkin tidak dapat bertindak lebih

baik. Dukungan ini membuat seseorang merasa berharga, kompeten,

dan dihargai. Dukungan penghargaan lebih melibatkan adanya

penilaian positif dari orang lain terhadap individu. Bentuk dukungan

penghargaan ini muncul dari pengakuan dan penghargaan terhadap

(45)

muncul dari penerimaan dan penghargaan terhadap keberadaan

seseorang secara total meliputi kelebihan dan kekurangan yang

dimiliki (Friedman, Bowden & Jones, 2010).

Bantuan penilaian dapat berupa penilaian positif dan negatif

yang pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Dukungan penilaian

yang dapat diberikan suami kepada ibu menyusui misalnya suami

mengingatkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif sesuai jadwal,

suami menegur ibu apabila ibu memberikan makanan atau minuman

selain ASI, suami berperan sebagai orang yang berespon terhadap

perasaan ibu, suami memberikan pujian apabila ibu selesai menyusui

seperti menyatakan bahwa orang lain mungkin tidak dapat bertindak

lebih baik daripada ibu.

c. Dukungan Fisik

Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat

memberikan pertolongan langsung seperti uang, barang, makanan,

serta pelayanan. Wills (dalam Setiadi, 2008) menyatakan bahwa

dukungan ini meliputi aktivitas-aktivitas seperti penyediaan

benda-benda. Contoh dukungan ini misalnya suami menyediakan makanan

atau minuman untuk menunjang kebutuhan nutrisi ibu selama

menyusui, menyiapkan uang untuk memeriksakan istri apabila sakit

selama menyusui bayi, mengganti popok, menyendawakan bayi,

menggendong dan menenangkan bayi yang gelisah, memandikan

bayi, memberikan ASI perah, membawa bayi jalan-jalan di taman dan

(46)

Peran suami selama istri menyusui adalah memenuhi kebutuhan

istri (terutama kebutuhan akan gizi yang baik selama menyusui),

suami dapat berperan sebagai penghubung dalam menyusui dengan

membawa bayi kepada istri saat ia lapar. Dengan demikian bayi akan

tahu bahwa sang ayah menjadi jembatan baginya dalam memperoleh

makanan (Riksani, 2012). Suami juga harus membantu secara teknis,

menyediakan makanan ibu yang bergizi, hingga memijat ibu yang

biasanya lelah sejak hamil tua. Badan yang sehat dan suasana yang

menyenangkan akan meningkatkan kestabilan fisik ibu sehingga

produksi ASI lebih baik (Budiasih, 2008).

d. Dukungan Emosional

Dukungan emosional adalah dukungan yang berhubungan

dengan hal yang bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi,

afeksi/ekspresi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi

dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan,

perhatian atau semangat, mendengarkan dan didengarkan. Bentuk

dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin,

diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga

individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik..

Dalam hal ini, orang yang merasa memperoleh dukungan sosial,

secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran

atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. Kesediaan untuk

(47)

yaitu sebagai sarana pelepasan emosi dan mengurangi kecemasan,

serta membuat individu merasa dihargai, diterima, dan diperhatikan.

Dukungan emosional yang dapat diberikan suami kepada ibu

yang menyusui seperti suami selalu berupaya meluangkan waktu

untuk mendengarkan keluh kesah ibu, memberikan pujian,

memberikan perhatian serta menyemangati ibu untuk memberikan

ASI eksklusif hingga bayi berumur 6 bulan. Hubungan yang unik

antara seorang ayah dan bayinya merupakan faktor yang penting

dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang anak di kemudian

hari. Ayah perlu mengerti dan memahami persoalan ASI dan

menyusui agar ibu dapat menyusui dengan baik (Roesli, 2009).

Dukungan suami melalui breastfeeding father sangat membantu

kelancaran ASI. Breastfeeding father merupakan peran dan

keterlibatan aktif suami memberi dukungan moran dan emosional

dalam pemberian ASI. Perhatian dan limpahan kasih sayang suami

kepada ibu dan bayi. Suami turut menemani saat ibu bangun malam

untuk menyusui, mengganti popok, atau mengambilkan minum,

mengambilkan makanan setelah menyusui, hal tersebut akan

mendorong refleks kimiawi tubuh untuk memproduksi ASI

(48)

2. Kendala Suami dalam Memberikan Dukungan ASI Ekslusif

1) Pengetahuan Suami

Pengetahuan tentang masalah-masalah yang berhubungan

dengan pemberian ASI merupakan hal yang pertama kali harus

dimiliki suami sebagai seorang ayah untuk dapat memberi pengaruh

pada praktek pemberian ASI. Sehingga mereka dapat mengambil

bagian dalam proses pembuatan keputusan mengenai pola pemberian

makan bagi bayi. Karena partisipasi ayah dalam pembuatan keputusan

mengenai pola pemberian makan bayi saat ini berhubungan dengan

pemberian ASI eksklusif (Februhartanty, 2008).

Ayah yang memiliki pengetahuan yang baik tentang pemberian

ASI, memiliki hubungan yang baik dengan ibu dan terlibat dalam

keharmonisan hubungan pola menyusui tripartit (yaitu ayah, ibu dan

bayi) merupakan ayah yang mendukung praktek pemberian ASI

(Februhartanty, 2009).

Hambatan yang dimiliki ayah untuk lebih terlibat dalam

keluarga lebih kepada aksesibilitas ayah untuk mendapatkan informasi

yang tepat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pemberian

ASI. Karena faktor kunci yang mempengaruhi secara positif

pemberian ASI eksklusif adalah ayah dan ibu yang memiliki tingkat

pengetahuan yang baik mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

pemberian ASI yang saling berinteraksi satu sama lain dan telah

membangun suatu hubungan yang baik dalam pengasuhan anak

(49)

Untuk membantu ibu agar dapat menyusui dengan baik maka

ayah perlu mengerti dan memahami tentang ASI dan menyusui

(Roesli, 2009), karena mencari informasi seputar praktik pemberian

ASI bukan monopoli ibu saja, tapi ayah sebagai partner ibu dalam

membesarkan anak juga wajib untuk itu (Februhartanty, 2009).

Namun, sebagian ayah belum mengetahui pengertian ASI eksklusif,

padahal ia adalah figur utama yang memberi dukungan kepada ibu

dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya (Prasetyo, 2009).

Ayah juga dapat membantu meyakinkan dan bekerjasama

dengan ibu tentang cara pemberian ASI yang benar jika ayah

memahami informasi tentang teknik menyusui yang tepat. Ayah dan

ibu dapat mendiskusikan informasi ini dengan tenaga kesehatan yang

dikunjungi saat pemeriksaan kehamilan atau bisa juga saat

merencanakan kehamilan (Februhartanty, 2009).

2) Sosial Ekonomi

Studi yang dilakukan Februhartanty (2008) mendapatkan bahwa

ayah primipara dan miliki pendapatan yang tinggi berhubungan dengan

keterlibatan ayah dalam rumah tangga atau keluarga. Februhartanty

(2009) mengatakan ayah yang lebih mapan secara ekonomi dan berasal

dari tingkat ekonomi menengah ke atas lebih terpapar dengan norma

pengasuhan anak oleh kedua orangtua. Berbeda dengan ayah dari

tingkat ekonomi kurang, karena waktunya lebih tersita untuk mencari

(50)

Seperti yang dinyatakan oleh Lupton dan Barclay (1999) dalam

Nystrom dan Ohrling (2003) bahwa pekerjaan mempengaruhi waktu

ayah dalam proses merawat dan membesarkan anaknya (parenting).

Ayah pada umumnya mengharapkan untuk ikut serta penuh dalam

ekonomi dan bertindak sebagai pemberi nafkah bagi keluarganya. Hal

ini menguatkan identitas dan peran ayah sebagai pencari kerja.

Sedangkan pengasuhan anak termasuk menyusui adalah tanggung

jawab ibu.

3) Sosial Budaya

Studi yang dilakukan Keumalahayati (2008) mendapatkan

bahwa pengaruh adat budaya yang dianut oleh masyarakat ternyata

berperan penting dalam pemberian dukungan serta pengambilan

keputusan pada ibu hamil dan menyusui. Selama proses pemberian

bantuan atau dukungan kepada pasangannya (istri), sebagian besar

suami mengalami hambatan terkait dengan adat budaya yang mereka

anut, terutama untuk para suami yang masih tinggal dengan mertua

mereka. Hal tersebut menjadi hambatan para suami dalam mengambil

keputusan secara mandiri dalam memberikan dukungan kepada istri.

Selain itu adanya beberapa mitos yang dipegang oleh masyarakat

masih dianggap hal yang harus diikuti dan dilaksanakan secara

turun-temurun. Keyakinan ini dapat menimbulkan perpepsi yang

berbeda-beda pada ibu (Afiyanti, 2004). Mitos-mitos terkait ASI yang

berkembang di masyarakat akan mempengaruhi tidak sempurnya

(51)

Adat dan kebudayaan yang mencerminkan budaya tradisional

dan tidak dipraktikkan secara universal oleh semua anggota kelompok

budaya tersebut itu tergantung dari tingkat akulturasi, tingkat

pendidikan dan pendapatan, serta adanya hubungan dengan generasi

yang lebih tua yang mempengaruhi individu mempraktikkan adat

(52)

F. Kerangka Teori

Bagan 2.3 Kerangka Teori

Dimodifikasi dari Hector, King, & Web (2004); Khan & Antonucci (1992 Nurmadina, 2010); dan Caplan (1976 dalam Friedman, 2010)

(53)

37 BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka sebelumnya, peneliti ingin

mendeskipsikan tentang pengalaman suami dalam memberikan dukungan

ASI eksklusif pada ibu primipara di wilayah kerja Puskesmas Semplak

Kelurahan Curug Mekar Kota Bogor.

Bagan 3.1

Kerangka konsep pengalaman suami dalam memberikan dukungan ASI

eksklusif pada ibu primipara di wilayah kerja Puskesmas Semplak Kelurahan

Curug Mekar Kota Bogor

Pengalaman suami dalam memberikan dukungan ASI eksklusif pada ibu primipara:

1. Dukungan informasional

2. Dukungan penilaian

3. Dukungan fisik

(54)

B. Definisi Istilah

Untuk memperjelas istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan definisi istilah, yaitu:

1) Pengalaman yang diteliti dalam penelitian ini yaitu mengenai segala

sesuatu yang berkaitan dengan pengalaman suami dalam memberikan

dukungan ASI eksklusif pada ibu primipara.

2) ASI eksklusif merupakan air susu ibu yang diberikan kepada bayi sejak

dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti

dengan makanan atau minuman lain.

3) Ibu primipara merupakan wanita yang baru pertama kali mempunyai anak

yang hidup dan baru menjadi seorang ibu.

4) Dukungan suami dalam penelitian ini adalah dukungan yang diberikan

oleh suami terhadap istri yang baru melahirkan anak pertamanya dalam

proses menyusui eksklusif baik dukungan informasional, dukungan

(55)

39 BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi deskriptif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai

lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci

dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi

(Sugiyono, 2013). Penelitian ini biasanya digunakan untuk menggali

fenomena yang dibahas secara mendalam.

Fenomenologi adalah pendekatan filosofis untuk mempelajari

fenomena (penampilan) dan pengalaman manusia (Holloway, 2008). Fokus

utama dalam fenomenologi adalah pengalaman nyata. Hal yang akan dikaji

adalah deskripsi mengenai pengalaman orang lain dan apa maknanya bagi

mereka (Saryono & Anggraeni, 2010). Pendekatan fenomenologi ini penting

bagi praktik keperawatan karena keperawatan itu sendiri berhubungan dengan

pengalaman kehidupan manusia. Fenomenologi merupakan pendekatan yang

sesuai untuk menginvestigasi fenomena penting seseorang yang berguna bagi

bidang keperawatan (Streubert & Carpenter, 2011). Penelitian ini

menggunakan pendekatan fenomenologi deskriptif yaitu penelitian yang

secara langsung untuk mendeskripsikan persepsi pengalaman hidup mereka

(56)

Spiegelberg (1975) dalam Streubert & Carpenter (2011)

mengidentifikasi tiga langkah proses untuk fenomenologi deskriptif, yaitu

tahap intuisi, analisis, dan deskripsi. Langkah pertama yaitu intusi, peneliti

sepenuhnya terlibat dalam investigasi fenomena. Proses dimana peneliti

mulai mengetahui tentang fenomena seperti yang dijelaskan oleh para

partisipan. Pada tahap intuisi ini peneliti sebagai instrumen dalam proses

wawancara. Peneliti menjadi alat untuk pengumpulan data dan mendengarkan

keterangan partisipan melalui proses wawancara. Langkah kedua yaitu

analisis, dimana peneliti mendengarkan deskripsi individu tentang

pengalamannya dari hasil transkripsi kemudian mengidentifikasi esensi dari

fenomena yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh dan bagaimana data

disajikan. Peneliti akan membedakan fenomena tersebut berkaitan dengan

elemen-elemen atau unsur, kemudian mengeksplorasi hubungan dan koneksi

dengan fenomena yang berdekatan yang dialami partisipan. Langkah ketiga

yaitu deskripsi, dimana pada tahap ini peneliti akan mengkomunikasikan dan

memberi penjelasan secara tertulis dan lisan, juga elemen-elemen penting dari

fenomena tersebut. Peneliti akan menguraikan penjelasan dengan

mengklasifikasikan atau mengkelompokkan pada tiap fenomena tersebut.

Peneliti akan menghindari upaya untuk menggambarkan fenomena sebelum

waktunya.

Penelitian ini didasarkan pada fokus masalah yang diteliti, memilih

partisipan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai

kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas

Gambar

Tabel 5.1 Karakteristik partisipan
Tabel 5.1 Karakteristik partisipan

Referensi

Dokumen terkait

Namun perbedaan antara kelompok ibu yang memberi ASI eksklusif dan tidak memberi ASI eksklusif bukan hanya dipengaruhi oleh status ekonomi dan dukungan suami saja, melainkan

Intervensi yang dilakukan dengan memberikan perhatian lebih pada ibu yang berpendidikan rendah agar mereka dapat lebih memahami manfaat ASI itu sendiri sehingga timbul

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan dukungan suami terhadap pemberian ASI Eksklusif di kelurahan pengawu wilayah