• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan penguasaan konsep antara siswa yang menggunakan concept mapping dan argument mapping pada konsep kingdom fungi (jamur).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan penguasaan konsep antara siswa yang menggunakan concept mapping dan argument mapping pada konsep kingdom fungi (jamur)."

Copied!
236
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP ANTARA SISWA YANG MENGGUNAKAN CONCEPT MAPPING DENGAN ARGUMENT MAPPING

PADA KONSEP KINGDOM FUNGI (JAMUR) (Kuasi Eksperimen di SMAN 11 Tangerang Selatan)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH

NURIDA OKTAFIA NIM: 109016100027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasullullah SAW tercinta beserta seluruh keluarga, sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini sesuai dengan jadwal yang telah disusun oleh penulis.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Program S-1 pada Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Nurlena, MA, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan IPA Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc

3. Dosen Pembimbing I Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd. yang telah membimbing, mengarahkan dan membekali penulis dengan ilmu yang diberikannya dengan penuh keikhlasan.

4. Ibu Yanti Herlanti, M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing II yang penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPA khususnya untuk Program Studi Pendidikan Biologi UIN Syarif HIdayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

(8)

iv

memberikan dukungan, melimpahkan kasih sayang kepada penulis.

8. Sahabat-sahabat penulis, Rusi, Novia, Rosita, dan Lina yang selalu membantu dan memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat asisten laboratorium biologi dan kimia yang selalu memberikan semangat.

10.Teman-teman di Pendidikan Biologi ’09 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas kebersamaannya semoga persahabatan ini tetap abadi selamanya.

Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Jakarta, April 2014

(9)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretis ... 7

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 31

C. Kerangka Berpikir ... 32

D. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

B. Metode dan Desain Penelitian ... 34

C. Populasi dan Sampel ... 35

(10)

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 50

B. Pengujian Hipotesis ... 61

C. Pembahasan ... 62

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(11)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Langkah-langkah Membuat Peta Konsep ... 20

Tabel 3.1 Desain Penelitian... 35

Tabel 3.2 Jenis Data dan Sumber Data ... 36

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen ... 38

Tabel 3.4 Interpretasi Validitas ... 40

Tabel 3.5 Interpretasi Reliabilitas ... 41

Tabel 3.6 Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 42

Tabel 3.7 Interpretasi Daya Beda ... 44

Tabel 3.9 Kriteria Pola Argumentasi ... 44

Tabel 4.1 Data nilai Pretest dan Postest Kelas Eksperimen I dan II ... 50

Tabel 4.2 Hasil nilai N-Gain Kelas Eksperimen I dan II ... 51

Tabel 4.3 Nilai Indikator soal Pretest dan posttest Kelas Eksperimen I dan II ... 52

Tabel 4.4 Nilai Pembuatan Concept Mapping ... 55

Tabel 4.5 Nilai Pembuatan Argument Mapping ... 55

Tabel 4.6 Hasil Observasi siswa pada Kelas Eksperimen Concept Mapping ... 56

Tabel 4.7 Hasil Observasi siswa pada Kelas Eksperimen Argument Mapping ... 57

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen I dan II ... 59

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen I dan II ... 60

Tabel 5.0 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen I dan II ... 62

Tabel 5.1 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen I dan II ... 62

Tabel 5.2 Hasil Uji-t Data Pretest Kelas Eksperimen I dan II ... 63

(12)

viii

Halaman

Gambar 2.1 Peta Konsep Pohon Jaringan Komponen Ekosistem ...22

Gambar 2.2 Peta Konsep Rantai Kejadian Suksesi Primer...23

Gambar 2.3 Peta Konsep Model Siklus Air ...24

Gambar 2.4 Peta Konsep Laba-laba Pencemaran Lingkungan ...25

Gambar 2.5 Contoh Pemetaan Argumen James Ostwald ...29

(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Kingdom Fungi (Jamur) ... 73

Lampiran 2 Uji Coba Istrumen ... 92

Lampiran 3 Analisis Butir Soal ... 95

Lampiran 4 Instrumen Penelitian ... 106

Lampiran 5 RPP Kelas Eksperimen I... 109

Lampiran 6 Rubrik Penilaian Concept Mapping ... 136

Lampiran 7 RPP Kelas Eksperimen II ... 137

Lampiran 8 Rubrik Penilaian Argument Mapping ... 172

Lampiran 9 Data nilai Pretest dan Postest Kelas Eksperimen I dan II ... 175

Lampiran 10 Data skor Pretest dan Postest Kelas Eksperimen I dan II ... 179

Lampiran 11 Perhitungan N-Gain Kelas Eksperimen I dan II ... 193

Lampiran 12 Perhitungan Per Indikator Pretest dan posttest Kelas Eksperimen I dan II ... 195

Lampiran 13 Nilai Pembuatan Concept Mapping ... 199

Lampiran 14 Nilai Pembuatan Argument Mapping ... 200

Lampiran 15 Lembar Observasi ... 201

Lampiran 16 Perhitungan Uji Normalitas Pretest-Posttest Kelas Eksperimen I dan II ... 215

Lampiran 17 Perhitungan Uji Homogenitas Pretest-Posttest Kelas Eksperimen I dan II ... 220

(14)

1

terjadi ketika siswa mendapatkan sesuatu yang dari lingkungan sekitarnya. Dalam proses belajar, proses internal yang terlibat adalah seluruh mental dalam menghadapi bahan belajar tertentu yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.1 Menurut Lukman, “Ranah kognitif berkenaan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui dan pemecahan masalah”.2

Pada pembelajaran IPA melibatkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada ranah kognitif, siswa diharapkan dapat memahami konsep-konsep yang dipelajari sehingga aspek-aspek IPA seperti aspek sikap, proses, produk, dan aplikasi diharapkan dapat muncul pada siswa setelah mengalami proses belajar secara utuh dan dapat memahami pengetahuan tertentu.3

Pada kegiatan belajar mengajar biologi, guru hendaknya melatih siswa menyatukan konsep-konsep biologi sehingga menjadi sesuatu yang bermakna. Pembelajaran biologi bertujuan agar siswa lebih memahami konsep-konsep biologi dengan cara memperoleh atau memproses fakta, konsep, prinsip dan

prosedur yang dipelajari.4Untuk menguasai konsep dalam suatu pembelajaran,

siswa diharuskan untuk memahami konsep terlebih dahulu yang selanjutnya siswa dapat memproses atau terampil menggunakan konsep yang telah dipahami. Adapun pemahaman konsep siswa akan terjadi jika siswa mampu menentukan konsep-konsep penting dan mengaitkannya satu sama lain agar

1

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), Cet. IV, h. 7 2

Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h.101 3

Zulfiani, et.al, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. I, h. 46-47.

4

(15)

2

siswa dapat melihat bahwa konsep-konsep tersebut tidak berdiri sendiri melainkan mempunyai hubungan yang bermakna.5

Pembelajaran biologi yang dilaksanakan di sekolah selama ini belum mencapai hasil yang memuaskan. Hal ini diketahui karena pembelajaran yang diterapkan masih berpusat pada guru, dan siswa yang masih menggunakan cara hafalan tanpa mengerti arti dari konsep yang sedang dipelajari. Siswa yang belajar dengan menghafal, kemampuan memahami materi cenderung lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan menghubungkan konsep-konsep yang telah dimilikinya.

Dalam pembelajaran biologi yang baik diperlukan struktur kognitif yang baik pula oleh siswa dalam mengorganisasi informasi dan konsep yang telah dipelajari. Pengorganisasian pemahaman konseptual yang baik akan membantu kebermaknaan belajar siswa. Belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.6 Dengan Belajar bermakna, siswa akan mampu mengaitkan antara informasi yang baru dengan konsep-konsep yang sudah ada menjadi lebih mudah untuk dipelajari dan mempermudah mempelajari hal-hal yang mirip.

Salah satu upaya untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa dalam belajar biologi adalah membuat pembelajaran biologi menjadi bermakna menggunakan peta konsep (concept mapping). Peta konsep (concept mapping) merupakan hubungan-hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi ini merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu

5

Yustini Yusuf, et.al, “Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi melalui Penggunaan

Peta Konsep pada Siswa Kelas II4 SMP Negeri 2 Pekanbaru Tahun Ajaran 2004/2005”, Jurnal Biogenesis Vol.2(2), 2006. h.59.

6

(16)

unit semantik.7 Peta konsep memiliki struktur yang formal dan berhierarki serta memiliki kata penghubung yang bertujuan menyatakan suatu hubungan tertentu.8 Kelebihan peta konsep adalah peta konsep siswa dapat membuat hubungan relasional antara konsep-konsep relevan dan juga dapat mengetahui pengetahuan kognitif yang dikembangkan secara struktural oleh siswa. Adapun kekurangan utama dari pemetaan konsep adalah bahwa mereka membutuhkan beberapa keahlian untuk menentukan konsep-konsep yang kompleks.9

Berdasarkan penelitian Yustini Yusuf, dengan digunakannya peta konsep dalam pembelajaran, siswa bisa melihat materi pelajaran secara jelas dan dapat memperlajarinya dengan lebih bermakna. Hal ini dapat mempermudah siswa dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru sehingga hasil belajar biologi menjadi lebih baik dan terjadi peningkatan aktivitas dalam pembelajaran.10

Selain menggunakan peta konsep, pengajaran lain yang dapat digunakan adalah dengan pemetaan argumen (argument mapping). Pemetaan argumen merupakan pemetaan yang berfokus pada peta struktur inferensial dan koneksi logis yang berfokus pada logika, bukti atau inferensial hubungan antar proposisi.11 Kelebihan pemetaan argumen adalah berfokus pada sub-kelas tertentu dalam suatu hubungan antara proposisi. Pemetaan argumen memungkinkan siswa menjawab pertanyaan dengan benar. Adapun kekurangan pemetaan argumen adalah dapat menyebabkan siswa berpendapat

7

Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2004), h. 119.

8

Martin Davies, Concept mapping, mind mapping and argument mapping: what are the differences and do they matter?, High educ DOI 10.1007/s10734-010-9387-6, 2010, p.5.

9

Ibid., h. 7 10

Yustini Yusuf, Op.cit., p. 63. 11

(17)

4

terlalu banyak.12 Berdasarkan penelitian I wayan Redhana, pemebelajaran dengan pemetaan argumen dapat berlangsung secara sistematis dan bermakna, serta mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa.13

Dalam penelitian ini, penulis ingin meneliti perbedaan penguasaan konsep siswa yang menggunakan concept mapping dengan argument mapping

dalam pembelajaran mengenai konsep kingdom fungi (jamur). Berdasarkan uraian di atas penulis mencoba membandingkan penggunaan concept mapping

(Eksperiman I) dan argument mapping (Eksperimen II) dalam pembelajaran untuk mengetahui perbedaan penguasaan konsep biologi antara yang diajarkan menggunakan concept mapping dan argument mapping. Terkait permasalah di atas, penulis membahas mengenai judul: “Perbedaan Penguasaan Konsep Antara Siswa yang Menggunakan Concept Mapping

dengan Argument Mapping pada Konsep Kingdom Fungi (Jamur).”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya kemampuan siswa menentukan dan mengaitkan konsep-konsep penting dalam biologi

2. Rendahnya penguasaan konsep siswa terhadap materi Biologi 3. Belum banyak penelitian untuk melihat perbedaan penguasaan

konsep antara siswa yang menggunakan concept mapping dan

argument mapping dalam pembelajaran.

12

Martin Davies, Op.cit., p. 9 13

(18)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian ini hanya dibatasi pada:

1. Subyek penelitian adalah siswa kelas X semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 di SMAN 11 Tangerang Selatan.

2. Penguasaan konsep yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil belajar dari tes kognitif siswa.

3. Penggunaan argument mapping dalam penelitian ini merupakan peta argumentasi yang sederhana karena belum banyak penelitian yang menggunakan argument mapping.

4. Penguasaan konsep yang dinilai mencakup aspek kognitif mulai dari C1 sampai dengan C4.

5. Konsep biologi dalam penelitian ini adalah Kingdom Fungi (Jamur).

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah.

1. Apakah terdapat perbedaan penguasaan konsep antara siswa yang menggunakan Concept Mapping dengan Argument Mapping pada konsep fungi (jamur)?

2. Apakah argument mapping lebih baik dari concept mapping?

E. Tujuan Penelitian

(19)

6

F. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Guru

Khususnya bagi guru bidang studi biologi dapat menjadikan penggunaan Concept Mapping dan Argument Mapping sebagai salah satu alternative dalam pembelajaran.

2. Siswa

Untuk membantu siswa meningkatkan pemahaman konsep, melatih keterampilan sains, menciptakan belajar bermakna, dan mengembangkan kemampuan kognitif yang dimiliki.

3. Pembaca

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk diadakan penelitian lebih lanjut.

4. Peneliti

Penelitian ini dapat menyampaikan informasi tentang perbedaan penguasaan konsep antara siswa yang menggunakan concept mapping

(20)

7 BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretis

1. Kajian Teoretis Penguasaan Konsep a. Pengertian Konsep

Menurut Oemar hamalik, “Suatu konsep adalah suatu kelas

atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum. Stimuli adalah objek-objek atau orang. Konsep bukan stimulus khusus, melainkan kelas stimuli”.1 Menurut Dahar, Konsep-konsep dapat berbeda dalam tujuh dimensi, yaitu sebagai berikut.

1) Atribut. Setiap konsep mempunyai sejumlah atribut yang berbeda. Contoh-contoh konsep harus mempunyai atribut yang relevan, termasuk juga atribut yang tidak relevan.

2) Struktur. Struktur menyangkut cara terkaitnya atau terhubungnya atribut-atribut itu. Berikut tiga macam struktur yang dikenal.

a) Konsep konjungtif, yaitu konsep yang didalamnya terdapat dua atau lebih sifat sehingga dapat memenuhi syarat sebagai contoh konsep.

b) Konsep disjungtif, yaitu konsep yang didalamnya satu dari dua atau lebih sifat harus ada.

c) Konsep relasional, yaitu konsep yang menyatakan hubungan tertentu antara atribut konsep.

3) Keabstrakan. Konsep-konsep dapat dilihat dan konkret atau konsep itu terdiri atas konsep-konsep yang lain.

4) Keinklusifan. Ini ditunjukkan pada jumlah contoh yang terlibat dalam konsep itu.

1

(21)

8

5) Generalisasi atau keumumuan. Bila diklasifikasikan, konsep dapat berbeda dalam posisi superordinat atau subiordinatnya. Makin umum suatu konsep, makin banyak asosiasi yang dapat dibuat dengan konsep lainnya.

6) Ketepatan. Ketepatan suatu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan aturan untuk membedakan contoh dengan mencontoh suatu konsep.

7) Kekuatan. Kekuatan suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting. 2

Menurut Dahar, “Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama”.3 Jadi, konsep merupakan suatu hasil dari penyimpulan terhadap sesuatu hal yang mewakili sesuatu hal tersebut berdasarkan ciri-ciri yang sama.

b. Ciri-ciri Konsep

Ciri-ciri yang dimiliki oleh suatu konsep menurut Oemar adalah sebagai berikut.

1) Atribut Konsep

Atribut konsep adalah suatu sifat yang membedakan antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya. Adanya keragaman antara konsep-konsep ditandai oleh adanya atribut yang bebeda.

2) Atribut nilai-nilai.

Adanya variasi-variasi yang terdapat pada suatu atribut. Konsep menjadi bermacam-macam karena jumlah nilai yang berbeda. Misalnya konsep manusia mempunyai dua nilai yakni laki-laki dan perempuan. Jika atribut konsep sangat luas, maka

2

Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), Cet. 14, h. 62-63.

3

(22)

konsep tersebut dapat saja diidentifikasi berdasarkan atribu-atribut lainnya

3) Jumlah atribut

Jumlah atribut juga bermacam-macam antara satu konsep dengan konsep lainnya. Semakin kompleks suatu konsep, semakin banyak jumlah atributnya dan semakin sulit untuk dipelajari. Untuk kemudahan jumlah atribut itu hendaknya diperkecil dengan cara kombinasi atau mengurai perhatian terhadap sejumlah atribut yamh dinilai tidak begitu penting. 4) Kedominan atribut

Kedominan atribut menunjukkan pada kenyataan bahwa beberapa atribut lebih dominan (obvisious) daripada yang lainnya. Dominan menunjuk kepada konsep sebagaimana atribut. Konsep dominan memiliki atribut dominan. Jika atributnya nyata, maka lebih mudah menguasai konsep dan jika atributnya tidak nyata, maka sulit untuk menguasai suatu konsep. 4

c. Perolehan Konsep

Menurut Ausubel, konsep diperoleh dengan dua cara, yaitu pembentukan konsep dan asimilasi konsep. Pembentukan konsep dapat disamakan dengan belajar konsep konkret sebelum anak-anak masuk sekolah, sedangkan asimilasi konsep merupakan cara utama untuk memperoleh konsep selama dan sesudah sekolah.5

1) Pembentukan Konsep

Banyak konsep yang sudah bekembang sejak kecil, akan tetapi konsep-konsep itu akan termodifikasi karena pengalaman. Pembentukan konsep merupakan proses induktif. Pembentukan konsep mengikuti pola contoh/aturan atau pola

4

Oemar, Hamalik. Op.cit., h. 162-163. 5

(23)

10

egrule” (eg = examples = contoh). Anak yang belajar pada sejumlah contoh dan non contoh pada konsep tertentu, melalui proses diskriminasi dan abstraksi, ia menetapkan suatu aturan yang menentukan kriteria untuk konsep tertentu.6

2) Asimilasi Konsep

Untuk memperoleh konsep melalui proses asimilasi, orang yang belajar harus sudah memperoleh definisi formal konsep itu. Suatu definisi formal suatu kata menunjukkan kesamaan dengan konsep tertentu dan membedakan kata itu dari konsep lainnya.7

d. Kegunaan Konsep

Belajar konsep berguna dalam rangka pendidikan siswa atau paling tidak mempunyai pengaruh tertentu. Adapaun kegunaan konsep, yaitu sebagai berikut:

1) Konsep-konsep mengurangi kerumitan lingkungan.

2) Konsep-konsep membantu kita untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada disekitar kita

3) Konsep membantu untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas, dan lebih maju.

4) Konsep mengarahkan kegiatan instrumental. 5) Konsep memungkinkan pelaksanakan pengajaran.

6) Konsep dapat digunakan untuk mempelajari dua hal yang berbeda dalam kelas yang sama. 8

e. Prosedur Pengajaran Konsep

Ada tujuh langkah yang perlu diikuti dalam mengajarkan konsep yang dikemukakan oleh Oemar, yaitu:

6

Ibid.

7

Ibid., h. 65. 8

(24)

Langkah ke-1: Tetapkan perilaku yang diharapkan diperoleh oleh siswa setelah mempelajari konsep.

Dalam rangka mempelajari konsep, yang dimaksud dengan perilaku yang diharapkan adalah kemampuan mengidentifikasi dengan tepat dan benar contoh-contoh konsep yang baru. Untuk mengetahui apakah siswa telah mengetahui suatu konsep, paling tidak ada empat hal yang dapat diperbuatnya, yaitu sebagai berikut.

a. Ia dapat menyebutkan nama-nama contoh-contoh konsep bila dia melihatnya.

b. Ia dapat menyatakan ciri-ciri (properties) konsep tersebut. c. Ia dapat memilih, membedakan antara contoh-contoh dari

yang bukan contoh.

d. Ia mungkin lebih mampu memecahkan masalah yang berkenaan dengan konsep tersebut.

Langkah ke-2: Mengurangi banyaknya atribut yang terdapat dalam konsep yang kompleks dan menjadi atribut-atribut penting domninan.

Guru perlu melakukan kajian terhadap konsep dan menetapkan yang mana yang akan diajarkan kepada siswa. Setelah itu guru mengajarkan konsep tersebut. Ada dua cara untuk mengurangi jumlah atribut dan konsep yang kompleks. a. Mengenali beberapa atribut dan memfokuskan pada atribut

yang dianggap paling penting.

b. Mengkodifikasi atribut-atribut menjadi beberapa pola/bentuk.

Langkah ke-3: Menyediakan mediator verbal yang berguna bagi siswa.

(25)

12

pengetahuan prerequisite. Untuk mengetahui tingka pemahaman siswa tentang prerequisite tersebut, guru perlu melakukan atau memberikan tes awal kepada semua siswa. Bila ternyata ada sejumlah siswa yang tidak mengetahui suatu konsep yang diperlukan sebagai prerequisite, guru dapat menggunakan salah satu atau beberapa prosedur berikut ini.

a. Bila semua siswa belum memahami konsep, maka keseluruhan siswa perlu diadakan review.

b. Siswa yang telah mengetahui konsep bertindak sebagai tutor terhadap siswa lainnya, terutama jika jumlah yang telah mengetahui dan yang belum mengetahui konsep seimbang/sama.

c. Pertanyaan-pertanyaan pada tes disertai kunci dari sumber referensi yang dapat digunakan secara bebas oleh siswa sendiri.

d. Memberikan review kepada siswa secara individual.

Langkah ke-4: Memberikan contoh-contoh yang positif dan yang negatif mengenai konsep.

Contoh-contoh positif dan negatif tentang konsep adalah kondisi yang penting dalam mempelajari konsep. Suatu konsep contoh positif adalah sesuatu yang berisikan atribut-atribut tentang konsep. Suatu konsep negatif adalah sesuatu yang tidak berisikan satu atau lebih atribut.

Dalam menggunakan contoh-contoh hendaknya mempertimbangkan beberapa hal, antara lain:

a. Banyaknya contoh-contoh positif dan negatif yang dipergunakan dalam mengajarkan suatu konsep

b. Derajat kemanfaatan daripada contoh-contoh tersebut

(26)

Langkah ke-5: Menyajikan contoh-contoh

Ada tiga cara yang dapat ditempuh dalam menyajikan contoh-contoh kepada siswa, yaitu sebagai berikut.

a. Penyajian bertahap (succive presentation), suatu contoh dipertunjukkan, dan setelah dua puluh detik kemudian dipertunjukkan contoh lainnya.

b. Kondisi fokus, dua contoh disajikan bersama-sama, misalnya dua contoh positif atau satu yang positif dan satu lagi yang negatif.

c. Penyajian simultan, tiap contoh baru dipertunjukkan bersama dengan contoh yang telah dipertunjukkan sebelumnya. Langkah ke-6: Sambutan siswa dan penguatan (reinforcement)

Dalam belajar konsep, penguatan terutama memberikan informasi balikan agar siswa dapat memisahkan antara contoh positif dan yang negatif, dan merumuskan hubungan antara macam-macam atribut. Penguatan yang lebih banyak dan sering akan lebih mempercepat belajar konsep dibandingkan dengan melakukan penguatan secara sebagian-sebagian. Disamping itu, penguatan yang berintensitas tinggi akan lebih efektif untuk mempelajari konsep-konsep yang sulit, penguatan verbal kurang efektif dibandingkan dengan penguatan auditoris.

Langkah ke-7: Menilai belajar konsep

Langkah ini menekankan pada aspek penyimpulan (generalisasi) tentang sejauh mana siswa telah memahami sesuatu. Langkah ini berfungsi sebagai kegiatan penilainan terhadap penguasaan konsep oleh siswa, dan sekaligus dapat berfungsi sebagai penguatan atau umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.9

9

(27)

14

f. Penguasaan Konsep

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Penguasaan

adalah pemahaman, atau kesanggupan untuk menggunakan

pengetahuan dan kepandaian”.10

Penguasaan konsep dapat diartikan sebagai pemahaman atau kesanggupan seseorang untuk menggunakan pengetahuan dan kepandaiannya. Pemahaman adalah tingkatan kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini, siswa tidak hanya hafal secara verbal tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta.11

Penguasaan konsep merupakan tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami konsep, situasi dan fakta yang diketahui, serta dapat menjelaskan dengan menggunakan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya tanpa mengubah arti.

Penguasaan konsep seseorang mampu membedakan anatara benda yang satu dengan benda yang lain, peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain. Dengan menguasai konsep, siswa mampu menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep tertentu. Dengan demikian konsep-konsep itu sangat penting bagi manusia dalam berpikir.12

Penguasaan konsep sangat penting dimiliki oleh siswa yang telah mengalami proses belajar. Penguasaan konsep yang dimiliki siswa dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang berkaitan dengan konsep yang dimiliki. Penguasaan konsep merupakan hasil belajar yang penting pada ranah kognitif. Domain

10

Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.1.

11

M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet. 15, h. 44.

12

(28)

kognitif berkenaan dengan perilaku yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui dan pemecahan masalah. Pada domain ini terdapat enam tingkatan dari yang paling rendah hingga yang paling kompelks. Tingkatan kemampuan pada domain kognitif, yaitu:

1) Mengingat (Remember)

Mengingat diartikan sebagai mengeluarkan kembali pengetahuan yang relevan dari ingatan jangka panjang. Mengingat terdiri atas 2 macam, yaitu mengenali (regonize) dan mengingat kembali (recall)

2) Memahami (Understand)

Memahami artinya menyusun makna dari pesan-pesan pembelajaran, mencakup komunikas oral, tertulis, dan grafis. Kemampuan memahami terdiri dari hal-hal berikut, antara lain menginterpretasikan, memberikan contoh, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.

3) Menerapkan (Apply)

Menerapkan artinya menggunakan prosedur dalam suatu situasi tertentu. kemampuan menerapkan terdiri dari melakukan dan mengimplementasikan.

4) Menganalisis (Analyze)

(29)

16

5) Mengevaluasi (Evaluate)

Mengevaluasi artinya membuat penilaian berdasarkan suatu kriteria atau standar tertentu. kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, keefektifan, efisiensi, dan konsistensi. Kemampuan mengevaluasi terdiri atas kemampuan mengecek, dan mengkritik.

6) Mencipta (Create)

Mencipta artinya memadukan berbagai elemen untuk membentuk sesuatu yang koheren atau berfungsi; mereorganisasi elemen-elemen kedalam suatu pola atau struktur baru. Kemampuan mencipta terdiri atas kemampuan menyusun hipotesis alternative, merencanakan, mendesain, dan memproduksi serta membangun.13

Menurut Piaget, setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Cara mengkonstruksi pengetahuan menurut Piaget dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema yang sudah ada. Skema adalah struktur kognitif yang terbentuk melalui proses pengalaman.14Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema sedangkan akomodasi adalah proses mengubah skema yang sudah ada sehingga terbentuk skema baru. Asimilasi dan akomodasi terbentuk berkat pengalaman siswa.15

Menurut Bell, belajar terjadi dalam empat fase yang berurutan yaitu:

1. Apprehending phase (fase pemahaman) yaitu fase balajar yang pertama dimana siswa menyadari adanya stimulus atau sekumpulan yang disajikan di dalam situasi belajar. Kesadaran itu

13

Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h. 101-103.

14

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana, 2006), h. 123-124.

15

(30)

akan mengantarkan siswa untuk mengerti karakteristik kumpulan stimulus itu. Segala sesuatu yang dipahami siswa tersebut akan di

”kode” kan tersendiri oleh setiap individu dan dicatat dan disimpan

dalam ingatan.

2. Acquisition phase (fase penguasaan) merupakan fase belajar kedua dimana siswa sedang memperoleh atau memproses fakta, ketrampilan, konsep atau prinsip yang dipelajari.

3. Storage phase (fase ingatan) merupakan fase dimana setelah seseorang memperoleh suatu pengetahuan baru, pengtahuan itu harus disimpan atau diingat.

4. Retrieval phase (fase pengungkapan kembali) adalah fase belajar dimana kemampuan siswa untuk menyebutkan kembali informasi yang telah diperoleh dan disimpan dalam ingatan. 16

Menurut Wirsanto, ciri-ciri siswa yang sudah menguasai konsep adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui ciri-ciri suatu konsep

b. Mengenal beberapa contoh dan bukan contoh dari konsep tersebut

c. Mengenal sejumlah sifat-sifat dan esensinya d. Dapat menggunakan hubungan antar konsep e. Dapat mengenal hubungan antar konsep

f. Dapat mengenal kembali konsep itu dalam berbagai situasi g. Dapat menggunakan konsep untuk menyelesaikan

masalah.17

Berdasarkan uraian di atas, Untuk membangun suatu konsep, siswa harus melakukan pengamatan atau membayangkan sesuatu yang konkret terlebih dahulu. Siswa dikatakan dapat membangun konsep jika siswa tersebut dapat membedakan mana yang termasuk contoh dan bukan contoh

16Nuri Rokhayati, “Peningkatan Penguasaan Konsep Matematika melalui Model Pembelajaran

Guided Discovery-Inquiry pada Siswa Kelas VII SMPN 1 Sleman”, Skripsi Pada Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2010.

17

(31)

18

dari suatu ide abstrak. Fase penguasaan konsep merupakan fase yang berada setelah pemahaman dalam aspek kognitif. Hal ini berarti bahwa untuk menguasai konsep dalam suatu pembelajaran, siswa diharuskan untuk memahami konsep terlebih dahulu yang selanjutnya siswa dapat memproses atau terampil menggunakan konsep yang telah dipahami.

2. Kajian Teoretis Peta Konsep (Concept Mapping)

a. Pengertian Concept Mapping

Menurut Martin, “Peta konsep (Concept Mapping) adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama”.18 Menurut Dahar, Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang digunungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik.19

Dalam bentuknya yang paling sederhana, suatu peta konsep hanya terdiri atas dua konsep yang dihubungkan oleh satu kata penghubung untuk membentuk suatu proposisi. Belajar bermakna akan lebih mudah terjadi jika konsep-konsep yang baru dikaitkan pada konsep yang lebih inklusif, sehingga peta konsep harus disusun secara hierarki. Ini berarti konsep yang inklusif ada di puncak peta, dan makin ke bawah konsep-konsep diurutkan makin menjadi lebih khusus.20

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa peta konsep merupakan hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya yang dihubungkan dengan kata-kata penghubung sehingga membentuk sesuatu yang bermakna.

18

Trianto, Mendesain Model Pembelajarn Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), Cet.4, h. 158.

19

Zulfiani, dkk., Op.cit h. 28. 20

(32)

b. Ciri-ciri Concept Mapping

Menurut Dahar, ciri-ciri peta konsep adalah sebagai berikut:

1) Peta konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-prosposisi suatu bidang studi. Dengan menggunakan peta konsep, siswa dapat melihat bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.

2) Suatu peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi, atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan-hubungan proposional antara konsep-konsep.

3) Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti ada konsep yang lebih inklusif daripada konsep-konsep yang lain.

4) Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hierarki pada peta konsep tersebut. 21

Berdasarkan ciri-ciri yang telah diuraikan di atas, maka peta konsep disusun secara hierarki dan teratur. Peta konsep diturunkan dari konsep yang inklusif berada diatas, kemudian diturunkan hingga menjadi konsep-konsep yang paling khusus.

c. Cara Membuat Concept Mapping

Pembuatan peta konsep dilakukan dengan membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting atau suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain.22 Menurut

21

Zulfiani. Op.cit., h. 31. 22

(33)

20

Gorge Posner dan Alan Rudinitsky, “Peta konsep mirip peta jalan, namun peta konsep menaruh perhatian pada hubungan antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat”.23 Untuk membuat suatu peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis.

Arandes memberikan langkah-langkah dalam membuat peta konsep sebagai berikut:24

Tabel 2.1 Langkah-langkah Membuat Peta Konsep

Langkah 1 Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep. Contoh, ekosistem.

Langkah 2 Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama. Contoh, individu, populasi, dan komunitas.

Langkah 3 Tempatkan ide-ide utama di tengah atau puncak peta tersebut.

Langkah 4 Kelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.

Menurut Dahar, beberapa langkah membuat peta konsep, yakni:

1) Pilihlah suatu bacaan dari buku pelajaran, 2) Tentukan konsep-konsep yang relevan,

3) Urutkan konsep-konsep itu dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif atau contoh-contoh,

4) Susunlah konsep-konsep itu di atas kertas, mulai dengan konsep yang paling inklusif di puncak ke konsep yang paling tidak inklusif,

23

Ibid., 159-160. 24

(34)

5) Hubungkanlah konsep-konsep itu dengan kata atau kata-kata penghubung. 25

d. Macam-macam Concept Mapping

Menurut Nur, peta konsep ada empat macam, yaitu pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map).26

1) Pohon jaringan (Network Tree)

Pada peta konsep pohon jaringan, konsep-konsep yang telah ditentukan dibuat dalam bentuk persegi empat, sedangkan beberapa kata yang lain dituliskan pada garis-garis penguhubung pada garis-garis penghubung. Garis-garis pada peta konsep menunjukkan hubungan ide-ide itu. Kata-kata yang ditulis pada garis memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pohon jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal berikut: (a) menunjukkan sebab akibat, (b) suatu hierarki, (c) prosedur yang bercabang, dan (d) istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan.

25

Zulfiani, Op.cit., h. 31-32. 26

(35)

22

Contoh peta konsep model pohon jaringan dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini.

Terdiri dari

Berdasarkan Fungsi

Berdasarkan Jenis makanan Contoh

contoh contoh

Gambar 2.1 Peta Konsep Pohon Jaringan Komponen Ekosistem Sumber : Trianto, 2010

2) Rantai Kejadian (Events Chain)

Menurut Nur, peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian. Langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Dalam membuat rantai kejadian, pertama-tama temukan satu kejadian yang mengawali rantai itu. Kejadian ini disebut kejadian awal. Kemudian, temukan kejadian berikutnya dalam rantai itu dan lanjutkan sampai mencapai suatu hasil. Rantai kejadian cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal berikut: (a) memberikan tahap-tahap dari suatu proses; (b) langkah-langkah dalam suatu prosedur linier; dan (c) suatu urutan kejadian.

Komponen Ekosistem

Biotik

Abiotik

Produsen Konsumen Dekomposer

Herbivor Karnivor Omnivor

Kelinci Harimau Manusia

(36)

Contoh peta konsep model rantai kejadian dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini.

Kejadian awal

Gambar 2.2 Peta Konsep Rantai Kejadian Suksesi Primer Sumber : Trianto, 2010

3) Peta Konsep Siklus (Cycle Concept Map)

Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil final. Kejadian terakhir pada rangkaian itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Karena tidak ada hasil dan kejadian terakhir itu menghubungkan kembali ke kejadian awal, siklus itu berulang terus-menerus.

Batuan lava yang mendingin

Melapukkan batuan

Tumbuhan Lumut

Semak-semak Tumbuhan perintis

(37)

24

Contoh peta konsep model siklus dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut ini.

Gambar 2.3 Peta Konsep model siklus air Sumber : Trianto, 2010

4) Peta Konsep Laba-laba (Spider Concept Map)

Peta konsep laba-laba digunakan untuk curah pendapat. Curah pendapat ide-ide berangkat dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Ide-ide ini berkaitan dengan Ide-ide sentral itu namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Peta konsep laba-laba cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal berikut: (a) tidak menurut hierarki, (b) kategori yang tidak paralel; dan (c) hasil curah pendapat. Contoh Peta konsep model laba-laba dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut ini.

Biologis Air

Fisik Tanah

Kimiawi Udara

Suara

Penipisan lapisan ozon Daur ulang

Hujan asam Reboisasi

Gambar 2.4 Peta Konsep Laba-laba Pencemaran Lingkungan Sumber : Trianto, 2010

Pencemaran Lingkungan Air

Kondensasi Evaporasi

(38)

e. Kegunaan Concept Mapping

Tujuan peta konsep dalam pendidikan menurut Zulfiani, diantaranya sebagai berikut:

1) Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa

Belajar bermakna membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dair pihak siswa untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan konsep-konsep relevan yang telah dimiliki. Guru harus mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa waktu pelajaran baru akan dimulai, sedangkan siswa diharapkan dapat menunjukkan konsep apa yang telah mereka miliki untuk pelajaran baru.

Pendekatan guru dalam hal ini ialah memilih satu konsep utama dari pokok bahasan baru yang akan dibahas. Para siswa diminta untuk menyusun peta konsep yang memperlihatkan semua konsep yang dapat kaitan pada konsep utama itu, serta memperlihatkan pula hubungan-hubungan antara konsep yang mereka gambar itu. Lalu para siswa diminta menambahkan konsep-konsep dan mengaitkan konsep-konsep-konsep-konsep itu hingga membentuk proposisi yang bermakna. Berdasarkan peta konsep yang dihasilkan oleh para siswa, guru dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan para siswa tentang pokok bahasan yang akan diajarkan.

2) Mempelajari cara belajar

(39)

26

3) Mengungkapkan konsepsi salah

Peta konsep dapat mengungkapkan konsepsi yang salah (misconception) yangterjadi pada siswa. Konsepsi salah biasanya timbul karena terdapat kaitan antara konsep-konsep yang mengakibatkan proposisi yang salah.

4) Alat evaluasi

Peta konsep dapat diguanakan sebagai alat evaluasi. Novak (1985) memperhatikan empat kriteria penilaian yaitu: (1) kesahihan proposisi, (2) adanya hierarki, (3) adanya kaitan silang, (4) adanya contoh-contoh. 27

3. Kajian Teoritis Peta Argumen (Argument Mapping) a. Pengertian Argument Mapping

Sebuah peta argumen adalah diagram yang menangkap struktur logis dari sebuah argumen sederhana atau kompleks.28 Melalui pembuatan peta argumen siswa diharapkan memperoleh pengalaman menganalisis dan mengevaluasi premis dan klaim dan hubungan antara keduanya.29

Menurut Martin Davies, Pemetaan Argumen merupakan pemetaan yang berfokus pada peta struktur inferensial dan koneksi logis yang dapat memberi penjelasan struktur yang disimpulkan dari sebuah argumen.30

Menurut Van Gelder, Peta argumen dapat meningkatkan kemampuan siswa mengartikulasikan, memahami, dan mengkomunikasikan penalaran sehingga dapat memacu keterampilan berpikir kritis siswa. Peta argumen membuat informasi lebih mudah diproses oleh pikiran dengan menggunakan

27

Zulfiani, Op.cit., h. 32-33. 28

Joe Lau & Jonathan Chan, [TUTORIAL A09] Argument mapping, 2013, http://philosophy.hku.hk/think/arg/complex.php.

29I Wayan Redhana, Op.cit., h.147. 30

(40)

sejumlah sumber representasi yang lebih luas (seperti warna, garis, bentuk, dan posisi).31

Pengertian lain menurut Otswald mengenai pemetaan argument, yakni:

An argument map is a spatial representation of an argument that allows us to visualize its logical structure. Such maps allow us to clearly see exactly how each part of an argument relates to every other part – how a main conclusion is supported by reasons, which in turn are supported by their own reasons, which in turn are supported by their own reasons, and so on. Argument maps illustrate this logical structure in box-and-arrow form.32

Berdasarkan ciri-ciri yang telah diuraikan di atas, maka

Argument Mapping adalah cara visual untuk menunjukkan struktur logis dari suatu argument, baik argument sederhana maupun argument kompleks. Peta argumen dapat membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang susunan konseptual.

b. Cara Membuat Argument Mapping

Sebuah peta argumen biasanya adalah berupa diagram

“kotak dan anak panah” dengan kotak sesuai dengan proposisi dan panah sesuai dengan hubungan seperti dukungan bukti. Pemetaan argumen mirip dengan kegiatan pemetaan lainnya seperti pemetaan

pikiran dan pemetaan konsep, tetapi berfokus pada hubungan bukti yang logis atau kesimpulkan diantara proposisi.33

Pemetaan argumen dilakukan dalam berbagai cara. Setiap pendekatan tersebut dilihat dalam membuat komitmen pada tiga tingkat yang berbeda, yakni:

31

I wayan Redhana, Loc.cit., h.147. 32

Ostwald, Argument Mapping, Teaching Excellence, 2007, p.1. 33

(41)

28

1) Argumentasi teori dan bidang terkait seperti logika informal, berpikir kritis, dan retorika memberikan kerangka teoritis untuk setiap gaya pemetaan argumen.

2) Pendekatan harus mengadopsi konvensi visual untuk menampilkan argumen sesuai dengan teori. Dari berbagai dimensi seperti bentuk, warna, dan garis, perancang skema harus memilih cara untuk menunjukkan bahwa satu proposisi mendukung yang lain. Konvensi harus menghasilkan peta yang

tidak hanya secara teoritis tetapi juga memadai: komunikatif efektif, benar menyampaikan kepada pembaca struktur argumen dan isu-isu terkait, interaksi dukungan (konstruksi dan modifikasi), dan menyenangkan mata.

3) Membuat peta argumen membutuhkan sumber daya dan teknologi dari beberapa jenis. Teknologi yang paling jelas dan mudah diakses adalah pena dan kertas atau papan tulis. Pemetaan argumen yang serius sekarang dilakukan dengan menggunakan alat-alat komputer yang dirancang khusus. 34

Menurut Jamel Ostwald, pada bagian pertama/atas sebuah peta argument berisi anggapan. Hal ini diikuti dalam contoh dengan klaim pendukung (di bawah kata “karena”) dan keberatan (di bawah kata “tapi”). Klaim dukungan atau keberatan (yang menjadi sanggahan ketika mereka keberatan terhadap keberatan): Dalam perangkat lunak, klaim, keberatan dan sanggahan berwarna berbeda. Dasar kotak yang menyediakan pertahanan untuk klaim terminal, disediakan pada akhir pohon argumen.

Keberatan dan sanggahan atas keberatan dapat ditambahkan

pada setiap titik di peta (dalam warna yang berbeda untuk identifikasi visual lebih mudah). Dasar kotak pada titik-titik terminal pohon argumen juga memerlukan bukti di tempat kurung

34

(42)

disediakan. Beberapa bukti telah disediakan (seperti

'”statistik”,”pendapat ahli”, dan”kutipan”).

Pemetaan argumen menurut Ostwald dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Karena Tetapi

Karena Tetapi Karena Tetapi

Gambar 2. Contoh pemetaan argument Sumber: Jamel Ostwald, 2006

Posisi: Masalah utama: untuk diterima atau ditolak

Alasan:Informasi yang secara langsung mendukung posisi.

Keberatan: Informasi yang keberatan terhadap posisi di atas

Alasan: Informasi cadangan alasan di atas

Alasan: Informasi langsung

cadangan alasan di atas

keberatan: Informasi yang menghitung terhadap resiko alasan di atas

(43)

30

Karena Tetapi

Karena Tetapi Karena Tetapi

Gambar 2. Pemetaan Argumen (Argument Mapping) Pada Konsep Jamur

c. Manfaat Argument Mapping

Keuntungan-keuntungan pembuatan peta argumen diungkapkan oleh Ostwald meliputi: (1) tayangan struktur argumen sangat efisien, yaitu peta argumen dapat meringkaskan beberapa halaman dari debat atau isu kompleks ke dalam peta tunggal; (2) tayangan struktur argumen dapat ditampilkan dengan jelas, yaitu argumen ditranslasi dari bentuk teks ke dalam bentuk peta yang merupakan praktik keterampilan berpikir kritis yang sangat baik; dan (3) masing-masing ko-premis dapat ditunjukkan secara eksplisit, yaitu peta argumen akan memacu siswa mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyata-kan dan meminta bukti untuk masing-masing komponen dari argumen.35

Keuntungan pemetaan argumen adalah berfokus pada kelas sub-hubungan. Pemetaan Argumen menjelaskan konsep argument

senyawa kimia berbahaya yang berpotensi

menimbulkan efek toksik bagi kesehatan.

(44)

yang belum lengkap pada siswa. Pemetaan Argumen membuat hubungan yang sangat abstrak (inferensial/bukti) eksplisit dengan mewakili mereka sebagai hubungan spasial dalam pemetaan satu meletakkan banyak kata-kata sehingga lebih baik dapat melihat struktur logis.36

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Anwar dalam penelitiannya mengenai kemampuan kognitif siswa diperoleh hasil yang mengalami peningkatan dari siklus I dengan nilai 62.7 ke siklus II dengan nilai 75.62.37

Muhaemin AD dalam penelitiannya mengenai prestasi siswa diperoleh hasil sebesar 0,535%, hal ini berarti terdapat peningkatan prestasi siswa pada siklus I sampai siklus III.38

Yustini Yusuf dalam penelitiannya mengenai hasil belajar dan peningkatan altivitas biologi siswa menggunakan peta konsep pada siklus I dan II.39

I Wayan Redhana dalam penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis peta argumen yang berlangsung secara sistematis dan bermakna dapat efektif meningkatkan pemahaman dan keterampilan berpikir kritis siswa.40

36

Yanna Rider and Neil Thomason, p. 10 37

Anwar, “Penggunaan Peta Konsep melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Proses, Hasil Belajar, dan Respon pada Konsep Ekosistem”, Tesis pada Universitas Negeri Malang, 2006.

38Muhaemin AD, “

Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Biologi pada Siswa. Kelas II Semester Ganjil SMA Al-Kautsar TP 2004/2005 melalui Pendekatan Peta Konsep”, Jurnal PendidikanVol. 4, 2006, h. 85-92

39

Yustini Yusuf, et.al, “Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi melalui Penggunaan Peta Konsep pada Siswa Kelas II4 SMP Negeri 2 Pekanbaru”, Jurnal Biogenesis Vol. 2 (2), 2006. h.1.

40

I Wayan Redhana, “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Peta Argumen Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Topik Laju Reaksi.” Jurnal Pendidikan dan Pengajaran

(45)

32

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA khususnya biologi merupakan pelajaran yang erat kaitannya dengan proses penemuan dan pemahaman mengenai alam beserta makhluk hidup didalamnya. Pembelajaran biologi bukan hanya menghafal teori saja, tetapi juga menemukan, memahami dan menguasai konsep secara tuntas dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran biologi menuntut siswa untuk mampu mengaitkan konsep yang baru diperolehnya dengan konsep-konsep yang telah dimiliki sebelumnya.

Proses pembelajaran biologi selama ini masih belum mencapai hasil yang memuaskan, hal ini dapat dilihat penguasaan konsep biologi siswa yang tergolong masih rendah. Penguasaan konsep yang masih rendah ini dikarenakan pembelajaran masih berpusat pada guru, sehingga siswa belum secara aktif dalam menemukan, memahami dan menguasai konsep biologi. Selain itu, cara hafalan yang dilakukan siswa dalam memahami konsep biologi juga menjadi salah satu alasan pembelajaran biologi belum maksimal.

Salah satu cara yang dapat dilakukan sebagai upaya meningkatkan penguasaan konsep siswa adalah dengan melakukan belajar bermakna. Dengan belajar bermakna, siswa terlibat secara aktif dalam pemebelajaran sehingga mampu memperbaiki struktur kognitifnya. Belajar bermakna dilakukan dengan mengaitkan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa dengan konsep-konsep yang baru dipelajari. Belajar bermakna dapat dilakukan dengan concept mapping dan argument mapping.

(46)

pikiran seseorang. Dengan pemetaan argumen, siswa akan memahami keterkaitan antara premis dan klaim sehingga dapat membantu siswa berpikir kritis dalam memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang susunan konseptual dan memungkinkan siswa menjawab pertanyaan dengan benar.

Melalui penggunaan concept mapping dan argument mapping ini, siswa akan mengalami pembelajaran secara bermakna sehingga lebih mudah dalam mengingat dan memahami konsep biologi. Dengan demikian, siswa dapat menguasai konsep kingdom fungi secara lebih mendalam.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian yang diajukan sebagai berikut:

Terdapat perbedaan penguasaan konsep antara siswa yang menggunakan concept mapping dengan argument mapping pada konsep kingdom fungi (jamur). Penguasaan konsep siswa yang menggunakan

(47)

34 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 bertempat di SMAN 11 Tangerang Selatan Jl. Sumatera, Jombang, Kota Tangerang Selatan.

B. Metode dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen semu atau quasi eksperimen. Eksperimen ini disebut kuasi, karena bukan merupakan eksperimen murni, tetapi seolah-olah murni karena tidak memungkinkan peneliti melakukan pengontrolan secara penuh terhadap sampel penelitian.

Penelitian ini membandingkan dua kelompok yang diberi perlakuan dengan penggunaan concept mapping (eksperimen I) dan argument mapping

(eksperimen II), kemudian membandingkan hasil dari kedua perlakuan yang berbeda setelah dilakukan eksperimen pada kedua kelompok tersebut dengan tujuan mengetahui perbedaan penguasaan konsep biologi siswa setelah diadakannya perlakuan.

Desain penelitian ini menggunakan desain two group pretest-posttest design, yakni desain yang dilakukan terhadap dua kelas subyek.1 Pada desain penelitian ini diberikan perlakuan terhadap dua kelompok yaitu kelompok yang menggunakan concept mapping (eksperimen I) dan argument mapping

(eksperimen II). Sebelum diberikan perlakuan, pada kedua kelompok tersebut diberikan pretest untuk mengetahui pengetahuan awal mengenai materi yang akan diajarkan dan kemudian setelah perlakuan diberikan posttest untuk

1

(48)

mengetahui pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa setelah proses belajar mengajar.

Desain penelitian ini tampak pada tabel berikut: Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Tes Awal Perlakuan (X) Tes Akhir

Concept Mapping

(Eksperimen I)

O1 X1 O2

Argument Mapping

(Eksperimen II)

O1 X2 O2

Keterangan:

O1 : Pretest yang diberikan sebelum proses belajar mengajar dimulai,

diberikan kepada kedua kelompok eksperimen (Concept Mapping dan

Argument Mapping).

X1 : Proses belajar mengajar menggunakan Concept Mapping.

X2 : Proses belajar mengajar menggunakan Argument Mapping.

O2 : Posttest yang diberikan setelah proses belajar mengajar berlangsung dan

diberikan kepada kedua kelompok (Concept Mapping dan Argument Mapping).

C. Populasi dan Sampel

Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang yang terdiri atas: obeyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi itu.2

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 11 Tangerang Selatan. Sedangkan populasi terjangkau adalah siswa kelas X SMAN 11 Tangerang Selatan. Adapun sampel yang digunakan adalah dengan

2

(49)

36

teknik purposive sampling (sampel yang bertujuan).3 Teknik purposive sampling ini digunakan berdasarkan nilai rata-rata kelas yang tidak jauh berbeda di antara kedua kelas ini. Pemilihan dua kelas yang dijadikan sampel diambil dari populasi terjangkau sebanyak 2 kelas yaitu, kelas X-7 sebagai kelompok eksperimen I dan kelas X-8 sebagai kelompok eksperimen II.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dan non tes. Untuk tes berupa tes objektif pilihan ganda (pretest dan

posttest), sedangkan nontes digunakan lembar kerja siswa dan lembar observasi belajar siswa. Tes objektif ini digunakan untuk mengukur penguasaan konsep biologi yang diperoleh siswa setelah digunakannya

concept mapping dan argument mapping dalam pembelajaran. Lembar kerja siswa digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep siswa selama diberikan perlakuan. Sedangkan lembar observasi digunakan untuk menilai aktivitas siswa selama pembelajaran

Tabel 3.2 Jenis Data dan Sumber Data

Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan data Pengetahuan awal

siswa (Pre test)

Siswa Tes obyektif

Penilaian pada Proses Pemberian Perlakuan

Siswa Lembar Kerja Siswa dengan AM dan Penilaian Pembuatan CM

Penilai aktivitas siswa selama pembelajaran

Siswa Lembar Observasi

3

(50)

Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan data Pengetahuan akhir

siswa (Post test)

Siswa Tes obyektif

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, siswa pada kelas argument mapping diberikan LKS argument mapping sebagai penilaian proses pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu menguasai konsep yang sedang dipelajari. Sedangkan, untuk siswa pada kelas concept mapping

juga diminta untuk membuat concept mapping, baik secara individu maupun kelompok sebagai penilaian untuk mengetahui penguasaan konsep pada masing-masing indikator.

E. Instrumen Penelitian 1. Tes Objektif

Tes ini merupakan tes objektif yang berbentuk pilihan ganda, dengan 5 alternatif pilihan pada setiap butir soal, yaitu a, b, c, d, dan e. Materi tes yang diberikan adalah konsep tentang kingdom fungi (jamur). Tes tersebut disusun disusun berdasarkan ranah kognitif taksonomi Bloom edisi revisi pada jenjang C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (menerapakan) dan C4 (menganalisis).

Tes ini berjumlah 25 soal yang dilakukan dua kali terhadap siswa dari masing-masing kelas. Tes pertama diberikan kepada siswa sebelum dilakukannya pembelajaran (pretest) dan tes kedua diberikan kepada siswa setelah dilakukannya pembelajaran (posttest). Soal yang digunakan pada saat

pretest dan posttest merupakan soal yang sama agar tidak ada pengaruh perbedaan kualitas soal. Soal tes objektif yang diberikan sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitasnya.

(51)

38

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Konsep Kingdom Fungi (Jamur)

NO INDIKATOR

ASPEK KOGNITIF ∑ SOAL YANG

DIGUNAKAN instrumen tes untuk mengetahui penguasaan konsep siswa dengan nilai reliabilitas sebesar 0,84.4

4

(52)

2. Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa pada penelitian ini berupa hasil pembuatan

concept mapping oleh siswa baik secara individu maupun kelompok pada kelas eksperimen I yang bertujuan untuk mengetahui penguasaan konsep siswa selama diberikan perlakuan. Pada kelas eksperimen II, siswa diberikan lembar kerja argument mapping untuk argument mapping untuk mengetahui penguasaan konsep siswa selama diberikan perlakuan.

3. Lembar Observasi

Observasi merupakan cara untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan kegiatan pengamatan terhadap objek yang diamati.5 Suatu observasi untuk mengamati aktivitas atau kinerja seseorang yang dijaikan objek penelitian, dapat menggunakan lembar observasi.

Dalam penelitian ini, lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa yang tengah diteliti. Lembar observasi akan memudahkan observer dalam menilai aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

F. Kalibrasi Instrumen

Uji coba instrumen ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kualitas instrumen penelitian yang akan digunakan dengan cara menghitung validitas, reliabitias, tingkat kesukaran dan daya beda, uji coba ini menggunakan program Anates V.4.

1. Validitas butir soal

Validitas tes merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu instrument sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur. Validitas yang digunakan dalam instrumen ini adalah item dengan menggunakan korelasi Product Moment.6 Sebuah item dikatakan valid apabila

5

Ibid, h. 145. 6

(53)

40

mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Skor pada item menyebarkan skor total menjadi tinggi atau rendah.

Uji Validitas digunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut.

Nilai r kemudian dikonsultasikan dengan rtabel (rkritis).

Jika r hitung > r tabel maka butir tersebut valid, sebaliknya; Jika r hitung < r tabel maka butir tersebut tidak valid.

Untuk menginterpretasikan nilai koefisien korelasi yang diperoleh adalah dengan melihat tabel nilai interpretasi validitas dibawah ini:

Tabel 3.4 Interpretasi validitas

Koefiensi Korelasi Kriterian Validitas 0,80 < r xy = 1,00 Sangat tinggi diajukan, jumlah soal yang valid adalah sebanyak 25 soal.7

7

(54)

2. Reliabilitas

Tes merupakan ukuran yang menyatakan konsistensi alat ukur yang digunakan. Reliabilitas menunjukkan pada tingkat ketpercayaan suatu tes. Suatu tes dapat mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.

Untuk mencari reliabilitas instrument uji coba soal digunakan rumor K-R20, rumus sebagai berikut:

Setelah didapat nilai kemudian diinterpretasikan terhadap tabel nilai rii

seperti dibawah ini:

Tabel 3.5 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen Koefiensi Korelasi Kriterian Reliabilitas

0,81 – 1,00 Sangat tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

(55)

42

Berdasarkan uji reliabilitas yang telah dilakukan, diperoleh hasil uji reliabilitas sebesar 0,84.8 Hal ini berarti soal yang sudah diujikan memiliki reliabilitas dengan kriteria sangat tinggi.

3. Taraf Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran butir soal adalah proporsi dari keseluruhan siswa menjawab benar pada buti soal tersebut. Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

N B P

Dimana :

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar N = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Setelah didapat nilai kemudian diinterpretasikan terhadap tabel indeks kesukaran seperti di bawah ini:

Tabel 3.6 Interprestasi Tingkat Kesukaran Indeks Kesukaran Interprestasi Kesukaran

0 – 0,25 Sukar

0,26 – 0,75 Sedang

0,76 – 1 Mudah

Berdasarkan uji tingkat kesukaran yang telah dilakukan, dari 50 soal yang diujikan terdapat sebanyak 11 soal sangat sukar, 10 soal sukar, 21 soal sedang, 4 soal mudah, dan 4 soal sangat mudah.

8

(56)

4. Daya pembeda soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk dapat membedakan siswa yang termasuk kelompok atas, dan siswa termasuk kelompok bawah. Angka yang menunjukan daya pembeda disebut indeks diskriminasi.9

Untuk menentukan daya pembeda, seluruh siswa diranking dari mulai teringgi hingga terendah. Kemudian, diambil 50% skor teratas sebagai kelompok atas (JA) dan 50% skor terbawah sebagai kelompok bawah (JB). Daya pembeda (DP) dihitung mengunakan rumus sebagai berikut.

B

JA =Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan

benar

P  = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

B B B

J B

P  = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Setelah didapat nilai kemudian diinterprtasikan terhadap tabel nilai Daya Pembeda seperti dibawah ini:

9

(57)

44

Tabel 3.7 Interprestasi atau penafsiran Daya Pembeda (DP) Nilai Daya Pembeda Interprestasi Nilai Daya Pembeda

Negatif Soal dibuang (poor) 0,00 – 0,20 Jelek (poor) 0,21 – 0,40 Cukup (satisfactory) 0,41 – 0,70 Baik (good) 0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)

Berdasarkan hasil uji daya pembeda yang telah dilakukan, dari 50 soal sebanyak 8 soal jelek, 8 soal cukup, 21 soal baik, dan 1 soal baik sekali.

G. Teknik Analisis Data

Pengolahan data merupakan bagian penting dalam penelitian, karena dengan melakukan melakukan pengolahan data, menjadikan data tersebut bermakna dan berguna dalam pemecahan masalah penelitian.

1. Penilaian LKS

Berikut ini adalah rubrik/acuan penilaian siswa untuk membuat

concept mapping:

Tabel 3.8 Rubrik Penilaian Concept Mapping

No Indikator Penilaian Skor Skor Total

1 Ketepatan proposisi 1

2 Ketepatan hierarki 5

3 Ketepatan kaitan silang 2 10 4 Ketepatan penggunaan contoh 1

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-langkah Membuat Peta Konsep
Gambar 2.1 Peta Konsep Pohon Jaringan Komponen Ekosistem
gambar berikut ini.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Konsep Kingdom Fungi (Jamur)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Suryati (2002), peta konsep dapat membantu siswa untuk mengorganisasikan suatu konsep dalam struktur yang berarti sehingga bermanfaat untuk mengidentifikasikan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan dan menganalisis tentang: (1) pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning dan Concept Mapping (peta konsep)

Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka ditawarkan model pembelajaran Problem Based Learning dan Concept Mapping ( peta konsep ) untuk merangsang siswa belajar mandiri,

Pembelajaran dengan membimbing siswa terampil membuat peta konsep diharapkan dapat meningkatkan hasil pemahaman suatu konsep dengan baik, karena siswa aktif dalam

Berdasarkan uraian di atas peneliti mencoba menerapkan suatu bentuk model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan menggunakan peta konsep untuk meningkatkan hasil

adalah suatu penelitian yang nantinya dapat diperoleh data tentang ada dan tidaknya hubungannya antara konsep diri dengan prestasi belajar yang diperoleh dalam bidang studi

Metode Field trip ialah cara yang dilakukan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu

Salah satu bidang kajian etnomatemtika adalah menyelidiki tetang bagaimana budaya menggunakan prinsip-prinsip atau konsep-konsep matematika dalam suatu kelompok tertentu