Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk memenuhi
Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ps©kologi
Disusun Oleh :
IKHDAL KHUSNA Y AIN
103070028998
FAl(ULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM
necセeri@
SYARIF HIDAYATULLA.H
JAI<A.RTA
Skripsi yang berjudul
"GAMBARAN STRES DAN COPING
MAHASISWA YANG CUTI KULIAH FAKULTAS PSIKOLOGI"
TELAH DIUJIKAN DALAM SIDANG MUNAQASAH FAKUL TAS PSIKOLOGI Universita Islam Negeri Syarif Hldayatulla Jakarta Tanggal 27 Maret, 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjan Srata 1 (SI) Pada Fakultas Psikologi.
SIDANG MUNAQOSYAH
Dekan/
Ketua Me ngkap Anggota
J
y
Penguji I
Pembimbing I
']
\
H」セケM
Anggota
Neneng Tati Hartati M.Si. Psi NIP:150 300 679
Jakarta, 27 Maret 2008.
Pembanbtu Dekan/
Sekretaris Merangkap Anggota
Penuji II
lkhwan Lutfi. mNセゥャ@ \'\\?:ISO 3b 8 80_9
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Pembimbing I
Oleh:
IKHDAL HUSNAYAIN NIM: 103070028998
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing II
Neneng Tati Hartati. M.Si, Psi NIP. 150 300 679
Natris lnel ani. M.Si. Psi
NIP. \
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Jangan liliat masa fampau tfengan penyesafan jangan pufa liliat masa &pan tfengan
セョL@
tapi
liliattali
selijtar
awfa tfengan
penuJi
セュョ@(James '11iur6et)
9.f.usuli
yang
pa(ino
6er6aliaya
di,atas
aum'a
ini
atfafali ー・ョセオエ@aan 6im6ang.
<Teman ya119 pa(ino
setia,
lianyafali
i§6emnian
d"an
i§yaJffnan
yang
teeufi
Alhamdulilla hirobil a'lamin, puji syukur kehadira Allah SVi/T yang telah
menciptakan setiap rintangan dan cobaan dengan segala hikmah didalamnya
serta mengabulkan doa umat-Nya yang bersungguh, sehingga aral merintang
dalam menyusun skripsi ini harus terantuk dan terjatuh untuk kemudian
bangkit kembali hinggga akhimya skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan begitu saja tanp<1 bantuan dari
berbagaii pihak dalam proses penulisan. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih serta salam hormat penulis kepada:
1.
Oekan Fakultas Psikologi lbu Ora. HJ. Neti Hartati, M.Si. Psi. beserta seluruh staf dekan dan staf tata usaha Fakultas Psikologi yang telahbanyak membantu penulis dalam proses akademik.
2. Oosen pembimbing I, ibu Neneng Tati Sumiati M.Si.Psi. dan
pembimbing II, lbu Natris lndriyani M.si. yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis selama proses pembuatan skripsi ini.
3. Bapak dan lbu dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis
selam perkuliahan, terima kasih ilmunya.
4. Papah, mamah (Ors Tursilo susanto & Emi maryam) tercinta yang telah
membesarkan, mendidik penulis sejak kecil hingga saat inidengan
penuh kasih sayang dan selalu mendukung dan mernberi support serta
semangat yang tinggi kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Kakak dan adik-adikku: Ermala susilawati & Arafik Raum, terima kasih
sudah rnemberikan semangat kepada penulis dalam menyusun skripsi.
Serta adik-adikku tersayang: Ufa, Uun, Shofa, Zila yang selalu
memotivasi penulis agar tidak malas-rnalasan dalam menyusun skripsi.
semangat, waktu, serta memberikan dorongan kepada penulis agar
dapat segera menyelesaikan skripsi.
7. Sahabat-sahabatku: ltha, Maya, Thika. Cindai, Kiki, .Ayi, Ramdan, Catur,
lyoez, Dhani, Bowo. Kalian adalah sahabat setiaku, setia dalam
memberi motivasi, memberi inspirasi baru dan tidak henti dalam
menunggu dan mengantar penulis keperpustakaan clan juga dalam
membantu mengetik skripsi penulis, terimakasih ya ....
8. Teman-teman Fakultas Psikologi khususnya kelas A angkatan 2003,
terima kasih karena kalian sudah saling mendukung satu sama lain
dalam menyusun skripsi.
9. keponakanku yang lucu dan pintar-pintar: Rizki & lrham yang selalu
menghibur saat penulis sedang bad mood, mudah-rnudahan kalian
menjadi akan yang sholeh patuh terhadap kedua orang tua dan agama.
Wassalam
Jakarta, maret 2008
A. lkhdal Khusnayain B. Fakultas Psikologi
C. Gambaran stres dan coping mahasiswa yang cuti kuliah fakultas psikologi D. 91 Halaman
E. Mahasiswa adalah panggilan salah satu orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi, serta memiliki pemikiran intelektual dan juga mengabdikan kepada masyarakat. Salah satu persaratan untuk memperoleh gelar sarjana adalah mahasiswa harus
menyelesaikan studinya dalam waktu yang telah ditetapkan pada universitas. Akan tetapi jika keinginan mahasiJ>wa untuk segera mendapatkan gelar sarjana tidak segera terpenuhi karena ada faktor penghalang seperti
dihadapkan pada keadaan yang mengharuskannya untuk cuti kuliah, maka dapat meyebabkan stres pada mahasiswa tresebut. Dari lceadaan seperti ini, maka penulis merasa tertarik untuk meneneliti fenomena mahasiswa yang cuti kuliah karena faktor ekonomi keluarga yang sekarang banyak terjadi di masyarakat, dengan segala peran, fungsi dan kompetensi yang harus dijalankan dalam jangka melangsungkan hidup keluarga clan meneruskan studi serta mencari kerja. Dari ketertarikan tersebut muncul pertanyaan apakah mahasiswa tersebut mengalami stres pasca cuti kuliah, dan mencari kerja. Bagaimana cara mereka mengatasi stres yang ュ・ョセォ。@ alami (coping) dan apakah lingkungan keluarganya mempengaruhi dalam menyelesaikan masalah.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan diatas, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah dengan metode studi kasus, multiple case dan menggunakan instrumen wawancara dan observasi sebagai alat untuk mengumpulkan data, dan sampel yang menjadi subjek penelitian berjumlah tiga orang.
Hasil dari penelitian ini maka interpretasi data yang dapat JPenulis uraikan adalah bahwa pada dasarnya (mahasiswa) yang menjadi responden penelitian ini mengalami stres, baik stres karena cuti kuliah maupun stres karena kondisi keluarga, stres yang mereka alami sebagian besar
ketiga subyek dalam penelitian ini mengalami stres. Baik stres karena diminta untuk memutuska untuk cuti kuliah maupun stres karena dituntut kerja oleh keluarganya. Faktor yang menjadi sumber stres diantaranya dipaksa untuk memutuskan cuti kuliah, dimita untuk mencari kerja, sehingga munculnya rasa bersalah karena merasa membebani keluarga, belurn mampu
membantu adik-adik dan orangtuanya. Strategi coping yang digunakan oleh ketiga responden adalah problem focused coping dengfan jenis active coping dan planing. Emotion focused coping dengan jenis seeking social support for emosional reason dan turnng to religion. Dan coping maladaptif dengan jeni coping focusing and ventintg of emosional dan mental disengagement. Dari hasil penelitiah, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk kemajuan penelitian selanjutnya.
Halaman Juduls
Halaman Persetujuan ... i
Halaman Pengesahan ... ii
Motto ... iii
Persembahan ... iv
Kata Pengantar ... v
Abstrak ... vi
Daftar lsi ... ix
Lampiran ... xi
BAB1 PENDAHULUAN
1.1 .
Latar Belakang Masalah ...1
1.2. ldentifikasi Masalah ... 6
1.3.
Pembatasan dan Peruumusan Masalah ... : ...7
1.3.1.
Pembtasan Masalah ...7
1.3.2.
Perumusan Masalah ... 71.4.
Tujuan dan Manfaat Penelitian ... : ...8
1.4.1.
Tujuan Penelitian ...8
1.4.2.
Manfaat Penelitian ...8
1.5.
Sistematika Penulisan ...9
BAB2 KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Stres ...
11
2.1.1.
Sumber-sumber Stres ...13
2.1.2.
Fakto-fal<tor penyebab Stres ...15
2.1.3.
Jenis-jenisa dan Tanda-tanda Stres ...16
2.1.4.
Tahapan Stres ... 182.2. Perilaku Coping ... 19
2.2.1.
Definisi Coping ...20
2.2.2.
Janis dan Strategi Coping ...21
2.4. Kerangka Berpikir ... 35
2.4.1. Bagan ... 39
BAB3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 40
3.2. Variabel atau Devinisi Operasional ... 41
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 43
3.3.1. Wawancara ... 43
3.3.2. Observasi ... 44
3.4. Tekhnik Pengambilan Sampel ... 45
3.4.1. Responden ... 46
3.4.2. Karakteristik Subjek ... 46
3.5. Prosedur Penelitian ... 47
3.5.1. Tahap Persiapan ... 47
3.6. Analisa Data ... •; ... 47
BAB4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 48
4.1.1. Data Mahasiswa ... 48
4.2. Analisa Kasus ... 49
4.2.1. Gambaran Umum Responden ... 49
4.2.2. Gambaran Stres ... 52
4.2.3. Gambaran Coping ... 55
4.3. Perbandingan Antar Kasus ... 78
4.3.1. Bagan Analisa Antar Kasus ... 81
BAB5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. 1. Kesimpulan ... 83
5.2. Diskusi ... 84
5.3. Saran ... 89
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran3
Lampiran 4
: Pedoman Wawanca1·a
: Lem bar Observasi
: Pengantar Wawancara
1.1 Latar Belakang Masalah
Mahasiswa adalah panggilan untuk satu orang yang sedang menjalani
pendidikan tinggi disebuah universitas atau perguruan tinggi, serta
memiliki pemikiran intelektual dan juga mengabdikan kepada
masyarakat. Seperti yang dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1984:619, mahasiswa adalah pelajar ー・イセQオイオ。ョ@ tinggi Sarlito
dalam Tesisnya mendefinisikan mahasiswa sebagai setiap orang yang
secara resmii terdaftar untuk mengikuti pelajaran diperguruan tinggi,
dengan batas usia, 18-30 tahun (Sarlito, 1978). Tam1Paknya definisi
Sarlito jika dilihat dari usia tidak hanya berlaku untuk mahasiswa strata
satu (S1) saja, tetapi untuk mahasiswa strata dua (S:2}, tetapi defini
mahasiswa yang dimaksud peneliti adalah mahasiswa strata satu (S1 ).
Yang membuat peneliti ingin mengangkat mahasiswa sebagai tema
sentral kali ini, peneliti ingin menelaah lebih lanjut tenitang apakah benar
mahasiswa yang cuti kuliah karena faktor ekonomi yEmg lemah lalu
Adapun stres mempunyai arti sendiri untuk setiap orang, kita hidup
dalam kecemasan dimana hampir setiap orang mengalami satu tingkat
stres dan tekanan-tekanan yang dihasilkan oleh masyarakat yang rumit,
kompetitif namun tidak selalu mendukung. Oleh kamna itu, stres dapat
menyebabkan atau mempengaruhi perubahan psikologis dan dapat
mengakibatkan gangguan pada kognitif, Demikian emosi cenderung
hadir ketika seseorang sedang stres dan orang juga sering
menggunakan emosinya untuk mengevaluasi stres yang sedang
dialaminya.
Dengan demikian stres adalah suatu keadaan atau セZッョ、ゥウゥ@ ketika
seseorang berhadapan dengan sesuatu yang diang£1ap mengancam
atau tidak menyenangkan yang di hasilkan dari persl:?psi kognisi orang
tersebut, dan hal-hal yang menjadi sumber stresnya disebut stressor
yang sama, sebagai contoh mahasiswa yang mengalami cuti kuliah
akibat faktor ekonomi keluarga dan gejala hal yang menyertainya akan
menganggap stres adal<!h hal yang wajar. Tetapi sebagian mahasiswa
yang cuti kuliah karena kemauanya sendiri dan karena tidak tega
melihat kondisi ekonomi keluarganya yang sedang mengalami ekonomi
yang lemah, yang akhirnya memutuskan untuk mengambil cuti kuliah
akibat ekonomi keluarga yang tidak mampu untuk melanjutkan kuliah
lagi.
Seperti hal yang terjadi pada EF (nama inisial) mahasiasa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Fakultas Psikologi Semester 7 angkatan 2004 dan
bertempat tinggal di JL, Raya Puspitek Setu Serpong, mahasiswa ini
cuti kuliah karena faktor ekonomi keluarga yang kurang mampu,
sehingga EF terpaksa harus cuti kuliah meskipun hal tersebut bukan
keinginan sendiri.
Hal yang sama juga dialami oleh AK (nama inisial) mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Psikologi ウ・ュ・セゥエ・イ@ 5 angkatan
2005 dan bertempat tinggal di Buncit Raya Kali Bata Pulo, mahasiswa
ini cuti juga karena alasan yang sama seperti yang di alami EF di
karenakan faktor ekonomi yang kurang mampu sehingga mengharuskan
AK cuti kuliah meskipun hal tersebut bukan atas kemauannya sendiri.
Dari fenomena diatas, disimpulkan bahwa mahasiswa tersebut sedang
menghadapi stres yang merupakan proses yang komplek dan dinamis,
seperti yang di ungkapkan Sarafino (1990) dalam Bart Smet (1994:112)
bahwa stres adalah suatu kondisi di sebabkan untuk transaksi antara
tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya system
biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.dan stres juga bisa
datang kapan saja ketika pikiran, perasaan, tuntutan yang menghampiri
dalam diri dan tidak dapat kita hindari, maka stres akan muncul kadang
tanpa kita sadari. Untuk menahan atau mengatasi stres diperlukan
pencerahan atau pikiran yang positif agar segala sesuatunya dapat
terkendalikan.
Saat seorang mahasiswa harus memutuskan untuk menunda kuliahnya
akibat faktor ekonomi keluarga yang lemah, ia harus siap dengan segala
keputusan dan konsekuensi yang harus dihadapinya1. Walaupun
keputusan tersebut bukan karena kehendaknya sendiri mefainkan
permintaan, masalah yang lebih berat akan di temui ketika seorang
mahasiswa harus berperan sebagai penopang keluarga pasca cuti
kuliah dan menyelesaikan kuliah dengan menabung dari hasil
pendapatan ia bekerja,
Peran ganda tersebut tefah membuat para mahasiswa yang cuti kuliah
karena faktor ekonomi keluarga yang lemah dan harus bekerja merasa
khawatir membayangkan dua tugas penting untuk masa depan dan
yang cukup untuk melanjutkan lagi dan ia bekerja untuk membantu
keluarganya serta menyisihkan pendapatanya untuk biaya kuliah.
Tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan ketidaknyamanan
tersebut dapat dikatakan dengan prilaku coping, yaitu suatu proses
dimana individu untuk mengelola jarang yang ada antara tuntutan (baik
itu tuntutan yang berasal dari individu rnaupun yang berasal dari
lingkungan) dengan sumber-sumber daya mereka dalam menghadapi
situasi stresfull (Lazarus dalam Bart Smet, 1994:143).
Narnun demikian perilaku coping yang tidak efektif sangat mungkin
digunakan untuk mahasiswa tersebut, karena tingkat stres yang tinggi
dapat menyebabkan melernahnya kontrol diri (Saravl1no dalam Eka
Sinta, 1995). Dan jika mahasiswa berada dalam kondisi stres pada
mahasiswa yang mengalami cuti kuliah karena faktor ekonomi keluarga
yang lemah, maka mahasiswa tesebut membutuhkan dukungan sosial
dari lingkungan terutama dari lingkungan keluarga, para ahli meneliti
bahwa dukungan sosial berpengaruhi juga dalam pe11indungan
kesehatan untuk memahami rnengapa ada orang yang mampu bertahan
dengan pengalaman hidup yang penuh stres secara baik, sementara
yang lain terlihat kurang mampu bertahan sehingga mengembangkan
Dari uraian tersebut, problem seputar stres cuti kuliah, pada mahasiswa
merupakan hal yang menarik untuk diteliti mengenai faktor apa saja
yang menyebabkan individu stres dan bagaimana perilaku coping
individu dalam mengatasi situasi stres serta coping seperti apa yang
dilakukan? dari hal ini peneliti mengangkat penulisan dengan judul :
"Gambaran Stres Dan Coping Mahasiswa
Yang
Cuti Kuliah Fakultas Psikologi"1.2 ldentifikai Masalah
Dalam identffikasi masalah penelitian akan mengemukakan beberapa
masalah yang mungkin timbul dalam penelitian, identffikasi masalah
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran stres pada mahasiswa pikole>gi yang cuti kuliah
dan harus bekerja karena faktor ekonomi keluarga.
2. Bagaimana coping yang diterapkan pada mahasiswa psikologi UIN
Syarif Hidayatullah yang menghadapi stres karena cuti kuliah
3. Bagaimana gambaran stres dan coping pada mahasiswa yang cuti
kuliah Fakultas Psiko!ogi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1 pembat.asan masalah
Untuk membatasi pokok permasalahan yang terkandung dalam proposal ini
perlu diketahui beberapa penjelasan, yaitu:
1. Yang dimaksud dengan coping stres adalah usaha individu untuk
menghadapi suatu situasi yang penuh stres, baik yang timbul dari dalam
maupun dari luar individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi
tersebut diwujudkan dalam sikap perilaku tertentu.
2. Yang dimaksud dengan stres adalah suatu tindakan yang timbul sebagai
hasil dari persepsi kognisi individu ketika berhadapan dengan tuntunan
atau perubahan yang terjadi pada dirinya.
3. Mahasiswa yang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah Mahasiswa
dengan rentan usia 18 sampai 24 tahun fakultas psikologi
1.3.2. perumusan masalah
Pokok perumusan masalah yang terkandung dalam penelitian perlu diketahui
beberapa penjelasan mengenai perumusa!1 masalah, antara lain :
1. Bagaimana gambaran stres pada mahasiswa yang cuti kuliah karena
harus bekerja untuk menghidupi keluarga?
2. Coping yang bagaimana yang di terapkan oleh mahasiswa yang
yang kurang mampu sehingga harus bekerja オョエオセセ@ menghidupi
keluarga?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Penelitian mengenai coping stres remaja yang menunda lmliah untuk bekerja
untuk menghidupi keluarga yang bertujuan untuk:
1.
Mengetahui gambaran stres pada mahasiswa yang cuti kuliah untuk bekerja2. Mengetahui coping yang digunakan untuk menghadapi stres tersebut
1.4.2 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian adalah:
1.
Manfaat TeoritisPenelitian ini dapat memberikan wawasan informasi untuk menambah
literature dalam pengembangan ilmu-ilmu psikologi ュQセャ。ャオゥ@ data-data
yang di peroleh dart proses penelitian ini. kィオウオセョケ。@ dalam bidang
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk Mahasiswa
dan keluarga berupa gambaran dalam coping Mahasiswa yang menunda
kuliah untuk bekerja menghidupi keluarga.
1.5. Sistematika Penulisan
Adapun sistem penuliasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB1 Pendahuluan yang berisi: Latar Belakang Masalah, ldfentifikasi
Masalah, Rumusan dan Pembatasan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian dan Sitematika Penulisan
BAB2 Kajian Pustaka yang berisi: Pengertian Stres, Sumber-sumber
Stress, Faktor-faktor Penyebab atau Pemicu: Stres (stressor),
..
Jenis-jenis dan Tanda-tanda Stres, Tahapa111 Stres, Perilaku
Coping, Definisi Coping, Jenis-jenis Coping, Factor yang
mempengaruhi Pemilihan Strategi Coping, Mahasiswa, Definisi
Mahasiswa, Mahasiswa yang Cutii kuliah, keirangka berfikir dan
Bagan.
BAB3 Metodologi Penelitian yang berisi: p・ョ、・ォ。エゥセョ@ dan Metode
Penelitian, Metode Pengumpulam Data, Wawancara,
BAB4
BAB5
Karakteristik Subjek, Prosedur Penelitian, Tahap Persiapan,
Analisa Data.
Hasil penelitian berisi Gambran Umum Subjek, Analisa Kasus
dan, Gambaran Umum subjek, Gambaran Stres, Gambaran
Coping , Perbandingan antar Kasus, Bagan analisa Antar
Kasus.
Penutup yang berisi: Kesimpulan, Diskusi, Saran
DAFTAR PUSTAKA
1.1. Pengertian Stres
Stres dapat didefinisikan sebagai gangguan pada tubuh dan pikiran yang
disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan stres dipengaruhi oleh
lingkungan dan penampilan individu dalam lingkungan tersebut.
Sementara menurut Richard Lazarus, seorang psikolog terkemuka
bahwasanya stres yang bersifat psikologis oleh sebuah hubungan khusus
antara seseorang dengan lingkungannya yang dianggap melampaui
kemampuannya dan membahayakan kesejahteraannya.
Adapun Kamus Besar Indonesia (KBBI) yang disusun olehl pusat bahasa
Departemen Pendidikan Nasional mendefinisikan stres sebagai berikut,
"Stress ada/ah gangguan kekacauan mental dan emosional, tekanan." (KBBI,
2000, edisi ke-3),Sedangkan menurut Stephen Robind, str,es adalah suatu
kondisi dinamik dalam mana seorang individu dikonfirmasikan dengan suatu
peluang, kendala (constraints), atau tuntutan yang dikaitkan dengan apa
yang hasilnya dipersepsikan sebagai tindak pasti dan penUng (Stephen P.
Stres merupakan sistem dari dalam tubuh, organik atau psikologis yang
cenderung menyebabkan fhisik menjadi lemah. Stres yang kronis menurut
eksperimen dan secara mudah menimbulkan penyakit.
Para penulis dan peneliti di bidang ini menyimpulkan bahwa stres bisa terjadi
karena manusia begitu kuat dalam mengejar keinginan dan kebutuhannya
dengan menggunakan segala kekuasaan dan potensi, sehingga cenderung
lupa bahwa mereka memiliki keterbatasan dalam berbagai hal.
Menurut Dadang Hawari (1999). Secara umum pengertian stres adalah
tanggapan atau reaksi tubuh terhadap berbagai tuntutan atau beban yang
bersifat non spesifik. Lain halnya dengan peter tyrer HQYYゥセI@ mendefinisikan
stres sebagai reaksi jiwa dan raga terhadap perubahan batasan tersebut
mencakup semua jenis-jenis berubahan yang menyenan91kan, yang tidal<
menyenangkan, yang menggairahkan, yang membosankan,. Masing-masing
individu bereaksi secara berbeda terhadap perubahan yang mempunyai cara
yang berbeda pula dalam mengatasinya (peter tyrer, 1993) Menu rut kapon
(1993), stres adalah suatu kondisi ketegangan fisiologis rnaupun fisiologis
yang di sebabkan oleh tuntutan dari lingkungan yang di pandang individu
Pengertian di atas memberikan gambaran bahwa stres sE!lalu berhubungan
dengan keadaan, situasi atau peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan
yang dimaknakan dan dimiliki bobot yang sifatnya menekan. Hal ini bukan
berarti bahwa setiap yang tidak menyenagkan dapat merugikan, karena ada
jenis stres yang positif yaitu austres dapat menjadi motivasi bagi manusia
untuk berkreasi.
2.1.1 Sumber-sumber Stres
Ada banyak keadaan yang menimbulkan stres bagi manusia, semua stimulus
baik berupa tuntutan lingkungan, fisik, atau sosial yang dapat menimbulkan
stress disebut stressor.(Achmad Hardiman, 1991)
Ada beberapa yang dapat dikatakan sebagai sumber stres (sarafino, 1994)
diantaranya:
1. Pressure (tekanan)
Pressure atau tekanan disebabkan oleh adanya harapan atau tuntutan
untuk bertingkah laku tertentu, ada dua jenis pressure atau tekanan, yaitu
perform dan comform. Perform adalah keadaan dimana seseorang
diharapkan untuk mengerjaka suatu tugas dengan cepat, efisien dan
sukses, sedangkan conform adalah keadaan dimana seseorang dituntut
2. Frustasion
Frustasion atau frustasi adalah dorongan dari lingkunoan yang
menghalangi seseorang untuk melakukan sesuatu hambatan yang terjadi
inilah yang menyebabkan frustasi.
3. Change
Change atau perubahan dalam kehidupan yang disadari oleh individu
membutuhkan suatu penyesuaian diri (readjustment).
4. Conflict
Conflict terjadi apabila dua atau lebih motivasi atau kecenderungan
bertingkah laku yang ada saling bertentangan dan bersaing untuk
dipenuhi.
5. Anxiety
Anxiety atau cemas terkadang dianggap memiliki arti ウセ。ュ。@ dengan takut,
ketakutan muncul apabila seseorang terancam oleh sesuatu yang spesifik
dan terlokalisir. Namun berbeda dari ketakutan, kecemasanny adalah
rasa takut yang sifatnya subjektif dan umumnya terkaclang sifatnya tidak
rasional. Dalam kadar yang kecil kecemasan bisa merangsang seseorang
untuk menjadi lebih peka dan responsiv terhadap berbagai situasi. Tetapi
pada kadar yang lebih besar kecemasan membagi performance
Ketakutan dan kecemasan dapat menimbulkan oleh hal yang belum
terjadi dan efeknya lebih terasa. Ketakutan dapat menimbulkan stres
karena individu membayakan bahwa sesuatu yang buruk dapat
menimbulkan frustasi.
2.1.2. Faktor-faktor peneyebab atau pemicu stres (:stresor)
penyebab stres sangatlah beragam, menurut syamsu yusuf (2004) faktor
pemicu stres
itu
dapat diklasifikasi_kan kedalam beberapa kelompok berikut: a. stresor fisik, seperti: penyakit yang sulit di sembuhlkan, cacat fisik ataukurang berfungsinyasalah satu anggota tubuh, wajah yang tidak
cantik/ganteng dan postur tubuh yang dipersepsi tidak ideal seperti
terlalu (kecil, kurus, pendek atau gemuk).
b. Stresor osikologi, seperti:negatif thinking atau berburuk sangka,
frustasi (kekecewaan karena gagal, memperoleh s1:isuatu yang
cemburu, konflik pribadi, dan keinginan yang diluar kemampuan.
c. Stresor sosial
1 .. lklim kehidupan keluarga seperti hubungan antar orang tua,
keluarga yang tidak harmonis(broken home). percaraian suami
atau isteri, kematian suami atau isteri, anak yang nakal dab
sebagainya.
2. Faktor pekerjaan, seperti: kesulitan mencari pekerjaan,
perselisihan dengan atasan, tekanan selama bekerja, jenis
pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dalam kemampuan,
penghasilan yang tidak sesuai dengan kebutuhan sehari-hari.
3. lklim lingkungan, sepert: maraknya kriminalisasi, tawuran antar
kelompok {pelajar, mahasiswa, atau warga masyarakat), harga
kebutuhan pokok yang mahal dan sebagainya.
Adapin menurut Brench Grand (dalam Suryo,2004) penyeibab stres
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Penyebab rnakro, yaitu menyangkut peristiwa beSB1r dalam kehidupan
seperti kematian, perceraian, pensiun, Iuka batin, dJan kebangkrutan.
b. Penyebab Mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecilsehari-hari, seperti
pertengkaran rumah tabgga, beban dan tekanan dalam permasalahan
keluarga atau pekerjaan.
2.1.3. Jenis-jenis dan Tanda-tanda Stres
Pada umumnya kita mengetahai bahwa stres dapat terjadi ketika seseorang
berhadapan dengan sebuah tunMan dari kondisi yang tidak
menyenangkan. Hal ini tidak sepenuhnya benar karena banyak dari kondisi
yang menyenangkan juga dapat membuat seseorang st1res. Stres tidak
menjelaskan bahwa ada 2 jenis stres yaitu distres dan austres
(Atwater, 1983).
Distres adalah stres yang biasanya di dapat dari sebuah tuntutan yang tidak
menyenagkan sehi9ngga membawa efek atau akibat yang buruk atau
negatif. ,
Auastres adalah biasanya juga -disebut stres yang balk karena dapat
membawa efek yang positif, contohnya dari efek yang ditimbulkan dari jenis
stres ini adalah membuat seseorang bersemangat untulc berusaaha
memenuhi tuntutan yang ada (Atwater, 1983). Selain dari jenis- jenis stres
terdapat juga tanda-tanda stres yang dialami oleh seorang individu dapat
dikelompokan menjadi empat bagian, yaitu berupa gejala fisik, gejala
emosi, gejal perilaku dan gejala kognitif ( Lahey,2007 ;51[)3-507).
1. GejalaFisik (physikal symptoms)
Gejala fisik yang paling sering muncul adalah sakit kepala, tekanan darah
naik, menurunnya sistem kekebalan tubuh dan ketega1ngan otot.
2. Gejala emosi (emotif Symptom)
Takut, cemas, mudah marah, depresi, frustrasi, merasa bingung dan
kehilangan kendali, merupakan gejala emosi ketika ウ・Aセ・ッイ。ョァ@ mengalami
stres.
Gejala perilaku yang dapat dilihat saat seseorang mengalami stres adalah
nafsu makan bertambah dan sulit tidur.
4. Gejala kognitif (kognitif sympton)
Gejala kognitif paling umum ketika seseorang mengalami stres adalah
hilangnya konsentrasi dan motivasi terhadap tugas-tugas yang dilakukan,
selain itu kekhawatiran yang berlebiha, cepat lupa, binigung, sulit
mengambil keputusan juga merupakangejala gognitif dari stres dan
finalnya individu tersebut ingin melatihkan diri dari situasi dimana ia
berada.
2.1.5. Tahapan stres
Menurut Dadang Hawari (1997:50-53) gangguan stres biasanya timbul
'·
secara lamban, tidak jelas kapan mulainya dan sering kali kita tidak
menyadarinya namun para ahli mencoba membagi stres tersebut dalam
empat tahapan dan petunjuk tahapan stres tersebut dikemukakan oleh Dr,
Robert.
J.
Von. Ambeg, psikiater sebagai berikut1. stres tingkat I: Tahapan ini merupakan tingkatan stres yang paling ringan
dan bisanya menyenangkan kemudian orang bertambah semangat,
padahal tanpa disadari bahwa sebenamya cadanagan energinya sedang
menipis, perasaan-perasaan yang dialami seperti sem;angat besar,
2. Stres tingkat II: Dalam tahapan ini dampak stres yang1 menyenangkan
mulai hilang dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi
tidak cukup sepanjang hari keluhan tersebut seperti merasa letih, lelah
sesudah makan siang, merasa lelah menjelang sore hari, terkadang
dalam ganguan dalam sistem pencemaan, kadang-kadang pula jantung
berdebar-dabar, tegang pada oto-otot punggung dan tengkuk (belakang
leher) dan perasaan tridak bisa santai.
3. Stres tingkat Ill: Pada tahapan keluhan, keletihan semakin nampak
disertai dengan gejala-gajal gangguan usus lebih terai;a (sakit perut,
mulas, sering ingin kebelakang) otot-ptot terasa lebih tegang
Persaan tegang yang semakin meningkat, gangguan tidur dan badan terasa
oleng (rasa-rasa mau pingsan)
4. Stres tingkat IV: Tahapan ini sudah menunjukan keadaan yang lebih
burukyang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut, untuk bisa bertahan
sepanjang hari terasa sangat sulit, kegiatan semula te1rasa sulit,
kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi peri;iaulan sosial dan
rutin lainnya terasa berat, tidur semakin sulit, mimpi··mimpi menegangkan
dan sering kali terbangun dini hari, perasaan negatif thinking,
kemampuan berkomunikasi menurun tajam, dan peraisaan takut yang
2.2. Perilaku Coping
Lazarus (dalam Carver, Scheier & Weintraub, 1989) berpendapat bahwa
reaksi individu terhadap stress terjadi melalui tiga proses yang diawali
dengan primary appraisal (penilaian primer), yaitu saat individu merasakan
adanya ancaman. Proses kedua disebut sebagai secondary appraisal
(penilaian sekunder), yaitu ketika indMdu memikirkan respon yang potensial
untuk menghadapi ancaman tersebut. Coping merupakan proses yang
terakhir, yaitu proses melaksanakan respon yang dipilih berdasarkan
penilaian pada tahap sebelumnya.
2.2.1. Definisi Coping
Menurut Sarafino (1998) individu melakukan perilaku coping sebagai usaha
untuk menetralisir atau mengurangi stress. Coping adalah suatu proses
dimana individu berusaha untuk mengatasi situasi stres yang dinilai
menimbulkan ketidaksesuaian antara tuntutan dan sumber daya yang
dimilikinya.
Lazarus dan Folkman (1984) memandang bahwa coping adalah suatu
respons terhadap stres dan didefinisikan sebagai suatu ui;aha dalam bentuk
kognisi dan perilaku, untuk mengatasi tuntutan ekstemal clan atau internal
Sementara itu Cohen dan Lazarus mendefinisikan coping secara umum
sebagai segala usaha yang digunakan untuk mengatasi stres (dalam
Holahan & Moos, 1987). Walaupun sebagian ahli mengatakan bahwa
perilaku coping ini diarahkan untuk memperbaiki atau menguasai masalah,
namun perilaku ini juga dapat hanya sekedar membantu individu tersebut
mengubah persepsinya terhadap ketidaksesuain, metolerir atau menerima
kerugian, melarikan diri, atau menghindari situasi (Lazarus & Folkman; Moos & Schaefer, dalam Sarafino, 1988).
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi coping adalah suatu
usaha kognitif maupun perilaku nyata yang dilakukan oleh individu untuk
mengatasi tuntutan dari dalam dan luar dirinya yang dirasakan menekan,
..
mengancam, membebani atau melebihi sumber daya ケ。ョAセ@ dimilikinya.
Banyak cara yang dilakukan remaja untuk coping terhadap tekanan yang
dialami. Untuk jangka waktu pendek, strategi yang lebih berguna adalah
strategi yang memungkinkan remaja untuk melanjutkan hidup mereka tanpa
menghadapi penyebab tekanan. Strategi adaptasi yang 「eセイオー。@ upaya
mengenali masalah dan menerima stress lebih berguna untuk jangka yang
2.2.2. Jenis Strategi Coping
Secara umum ada dua macam coping yaitu emotion-focused coping, dimana
coping diarahkan pada masalah yang dihadapi (Santrock, 1990; Compas,
dalam Rutter, 1995). Namun dengan seiring dengan makin banyaknya
penelitian mengenai coping pun semakin beragam variasijnya. Variasi-variasi
ini tetap berdasarkan pada dua jenis coping utama yang clikembangkan oleh
Lazarus dan Folkman ini.
Dalam penelitian mengenai pengukuran strategi coping, Carver, Scheir, dan
Weintraub (1989) mengajukan beberapa dimensi coping yang merupakan
variasi atau kombinasi dart kedua jenis coping tersebut. dalam penelitiannya,
mereka membagi 13 strategi coping menjadi tiga kategori besar, yaitu
problem focused coping, emotional focus coping dan coping yang maladaptif.
Macam-macam jenis strategi coping tersebut adalah s;ebagai berikut:
1. Problem Focused Coping
Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Carver, Scheier & Weintraub,
1989), problem focused coping adalah usaha melakukan tindakan
langsung pada sumber stres dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah atau mengurangi sumber stres. Hal ini dilakulcan jika individu
merasa bahwa sesuatu yang konstruktif dapat dilakulci:m terhadap situasi
dapat mengubah situasi (Folkman & Lazarus, dalam Taylor, 1995). Lima
strategi coping yang termasuk problem focus coping adalah sebagai
berikut:
a. Active coping. Proses pengambilan langkah-langkah aktif yang
berusaha untuk memindahkan stressor atau rnemperbaiki efeknya.
Strategi ini rneliputi inisiatif untuk bertindak langsung (initiating direct
action), meningkatkan usaha yang dilakukan (incrnasing one's effort),
dan rnencoba untuk rnelakukan usaha rnelakukan usaha coping dalarn
langkah-langkah yang bijaksana (trying to execute a coping attempt in
stepwise fashion).
b. Planning. Proses rnernikirkan usaha atau cara untuk mengatasi
stressor. Strategi ini rneliputi strategi pada tindakan yang akan
dilakukan, rnernikirkan langkah-langkah apa yang akan diambil dan
seberapa baik langkah tersebut dapat mengatasi rnasalah.
c.
Suppression of competing activities. Berusaha keras untuk tidak terlibat dalarn aktivitas lain atau rnencoba untuk tidak rnernikirkanhal-hal lain dengan tujuan untuk konsentrasi penuh pada tantangan atau
ancarnan yang sedang dihadapinya. Usaha ini meliputi
mengesampingkan hal-hal lain, rnencoba menghinclari datangnya
gangguan yang disebabkan oleh kejadian-kejadian lain, bahkan
membiarkan hal-hal lain berlalu begitu saja dengan tujuan untuk
d. Restraint coping (penundaan tindakan mengatasi E;tres). Dalam coping
ini individu menunggu sampai ada kesempatan yang tepat untuk
bertindak, menahan dirt agar tidak bertindak terlalu cepat. Dengan
demikian coping ini memerlukan kontrol atau kendali diri yang cukup
baik dari individu. Coping ini dipandang sebagai strategi coping yang
aktif karena individu secara aktif mengarahkan tindakannya untuk
menghadapi stres secara efektif. Dari sisi lain, coping ini dapat juga
dipandang sebagai strategi coping yang pasif, karena dalam hal ini
individu menahan dirt berusaha untuk tidak melakukan sesuatu
sehingga terlihat seperti tidak melakukan apa-apa.
e. Seeking social support for instrumental reason. Merupakan usaha
mencart dukungan sosial dari teman atau keluarga,, berupa nasehat,
informasi atau bantuan lain sebagai cara individu untuk mengatasi
masalah atau sumber stres yang dihadapinya.
2. Emotion-Focused Coping
Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Carver, Scheier & Weintraub,
1989),
emotion-focus coping
bertujuan untuk mengurangi atau mengaturdistress emotional
atau emosi negatif yang ditimbulkan oleh suatu situasiyang
stressful. Emotion-focused coping
cenderung ada ketika individumerasa tidak dapat mengubah situasi yang menekan dlan hanya dapat
menerima situasi tersebut karena sumber daya yang dimilikinya tidak
Taylor, 1995) dan sumber stres yang dihadapinya akan berlangsung
cukup lama.
Menurut Lazarus (dalam Santrock, 1998), emotion-focused coping juga
melibatkan penggunaan defense mechanisms. Dalam emotion-focused
coping, remaja mungkin menghindari sesuatu, melakukan rasionalisasi
atas apa yang telah terjadi, mengingkari bahwa hal tersebut terjadi atau
justru mentertawakan hal tersebut.
a. Seeking social support for emotional reason. lndividu yang merasa
tidak aman karena situasi yang stressful dapat merasa tenang
kembali dengan memperoleh dukungan dari orang lain. Dukungan
sosial yang dicari misalnya berupa dukungan moral, simpati,
pengertian atau sikap orang lain yang memaharni masalahnya.
Pengertian tersebut berfungsi sebagai sarana untuk berbagi
perasaan ketika ia menceritakan masalahnya ォQセー。、。@ orang lain.
Strategi ini berrnanfaat ganda, yaitu selain memberi keyakinan atau
rasa aman, juga membuat individu dapat mengarahkan diri pada
usaha coping yang terarah pada pemecahan m13salah.
b. Positive reinterpretation and growth (positive reappraisal). Lazarus
dan Folkman (dalam Carver, Scheier & Weintraub, 1989)
memperkenankan kecenderungan respon ini dengan istilah positive
langsung, tetapi berusaha mengatasi emosi ョ・Aセ。エゥヲ@ yang
dialaminya dengan cara mencoba untuk mencari sisi positif atau
hikmah dari pengalamannya. Setelah emosi teratasi, lalu individu
dapat secara aktif melakukan tindakan yang lebih terfokus untuk
menyelesaikan masalah.
c. Denial. lndividu yang melakukan coping ini menigingkari atau
menolak untuk percaya bahwa stressor itu nyat;a ada. Denial
kadang-kadang berguna meminimalkan distres SE!hingga individu
dapat melakukan coping dengan lebih baik. Namun demikian,
apabila hal ini dilakukan terus menerus dan stressor tidak dapat
diabaikan, akan membuat masalah menjadi lebih parah dan
akhimya rnernpersulit coping.
d. Acceptance (penerimaan). Merupakan respon coping yang
fungsional, dimana individu rnenerirna kenyataan dari suatu situasi
yang stressful bagi dirinya, dan ia berusaha untuk mengatasi
situasi tersebut. Acceptance dapat terjadi pada dua tahap coping
acceptance yang terjadi pada tahap 'penilaian primer' adalah
rnenerima stressor sebagai kenyataan yang tidak dapat dihindari,
sedangkan acceptance yang terjadi pada tahap 'penilaian
sekunder' berupa rnenerima bahwa tidak ada strategi coping aktif
e. Turning to religion. Dengan coping ini, individu mencari pegangan pada agama saat ia menghadapi masalah. Mccrae dan Costa (dalam Carver, Scheier & Weintraub, 1989) menyatakan bahwa
dimensi strategi coping ini cukup penting bagi kebanyakan orang. Hal ini dapat terjadi karena agama dapat berfungsi sebagai sumber
dukungan emosional dan sarana untuk memah;ami atau menafsirkan kembali masalah yang dihadapi secara positif.
Pedoman agama pun mempunyai dukungan emosional yang dapat mendewasakan individu dan merupakan strate{Ji coping alctif untuk
mengatasi stressor.
3. Strategi Coping Maladaptif
Tiga strategi coping yang termasuk dalam coping ini ウQセ「。ァ。ゥ@ berikut: a. Focusing on and venting of emotion. Strategi cciping ini berupa
kecenderungan untuk memusatkan diri pada pe1ngalaman yang membuat distress atau pada kekecewaan yang dialami individu, dan kemudian melampiaskan emosi-emosi ters19but. respon ini
.
. kadang-kadang berfungsi dengan baik, misalnya ketika kematian orang yang dicintai. lndividu menggunakan masa berkabung untuk meluapkan rasa kehilangan yang dialaminya. Setelah itu, iamengakomodasi rasa kehilangan orang yang dicintai dan kemudian
melangkah maju. Namun memfokuskan diri pada emosi-emosi ini
(khususnya dalam jangka waktu yang lama) dapat menghambat
penyesuaian diri individu. Selain itu juga akan mengganggu atau
menghambat perhatian individu untuk mengusahakan coping yang
aktif dan keluar dari distresnya.
b. Behavior disengagement. Strategi coping ini dalam bentuk
mengurangi usaha individu untuk mengatasi stressor, bahkan
menyerah atau menghentikan usaha untuk mernpertahankan
tujuan yang terganggu oleh stressor yang munc:ul. Strategi ini
mencerminkan adanya gejala helplessness yaitu ada rasa tidak
berdaya, sehingga individu menyerah dan tidak lagi berusaha
untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Je•nis coping ini
biasanya terjadi pada sebagian besar orang yang kurang atau
bahkan tidak percaya bahwa coping yang aktif akan berhasil
menyelesaikan masalahnya.
c. Mental disengagement. Strategi ini adalah variasi dari behavioral
disengagement, dan merupakan bentulc lain dari tindakan
menghentikan usaha coping, yaitu dengan tidak. memilcirkan
masalah yang dihadapinya. Mental disengagement dapat dilakukan
dalam bentuk melakukan kegiatan untuk mengalihkan pikiran,
menonton lV sebagai cara untuk melarikan diri dari masalah. Jadi strategi ini merupakan kebalikan dari suppression of competing
activities.
2.2.3. Faktor-fak.tor yang Mempengamhi Strategi Coping
Strategi coping yang akan digunakan individu dapat berbi:ida-beda, pemilihan strategi coping tersebut tergantung beberapa faktor tertentu. Holahaan dan
Moos
(1987)
mengungkapkan ada tiga faktor yang menentukan strategi coping, yaitu:1.
Faktor Sosial DemografiSejumlah studi menemukan adanya hubungan antara status sosial
ekonomi dan tingkat pendidikan dengan pemilihan str81tegi coping tertentu (Menaghan, dalam Holahaan dan Moos,
1987).
lndividu dengan status sosial ekonomi tinggi lebih cenderung sering menggunakan bentuk coping yang adaptif, eleksibel, logis, realistis, menerima kenyataan, dan kurang menyukai strategi yang defensive dan irasional (Haan, dalam Holahaan & Moos,1987).
Menurut Billing dan Moos (dalam Holahaian & Moos,1987),
individu yang memiliki pendidikan lebih tinggi juga cem:lerung menyukai penggunaan problem-focused coping dari pada avoida1nce coping. Selain
itu, usia dan jenis kelamin juga berkaitan dengan penggunaan coping tertentu. Pria cenderung memilih jenis coping yang temrah pada masalah
coping yang terarah pada emosi (emotion-focused coping) (Pearlin & Schooler,
1978;
Folkman & Lazarus, dalam Haber & Runyon,1984)
2. Faktor kontekstual
Faktor kontekstual meliputi dua hal, yaitu: tuntutan yang muncul dari situasi stressful dan sumber daya sosial, termasuk hubungan
interp'.lrsonalnya dengan orang lain. b. Situasi hidup yang stressful
Lazarus mengatakan bahwa faktor situasional, temnasuk tuntutan yang muncul dari situasi yang stressful, memegang pera1n penting dalam pembentukan strategi coping yang dipilih oleh individu. Mccrae (dalam Holahaan & Moos,
1987)
mengatakan bahwa situasi stressful yang berbeda sehingga akan mempengaruhi pilihan individu terhadaprespon coping yang akan digunakannya. Respon coping yang positif biasanya terjadi pada situasi kehidupan yang 、ゥ。ョセQァ。ー@ menantang, sedangkan coping yang negatif terjadi pada situasi yang dirasa
mengancam bagi individu. Menurut Lazarus dan Folkman
(1984),
pada situasi yang masih dapat diubah secara konstruktif (seperti mengalamipemutusan hubungan kerja), strategi yang dipakai adalah problem-focused coping. Sementara pada situasi yang sulit diubah (seperti
c. Sumber daya sosial
Sumber daya sosial juga berkorelasi positif dengan kesehatan mental
individu karena sumber daya sosial menyediakan dukungan
emosional, bantuan nyata, dan bantuan informasi (Heller & Swindle; Moos & Mitchell, dalam Holahaan & Moos, 1987). Orang yang mempunyai cukup sumber daya sosial cenderung menggunakan strategi problem-focused coping dan menghindari strategi avoidance coping (Cronkite & Moos, dalam Holahaan & Moos, 1987).
3. Faktor kepribadian
Menurut Lazarus (1976) kepribadian individu ikut mernpengaruhi
pemelihan strategi coping yang akan dipakainya untuk: mengatasi stres. Berdasarkan penelitian Carver, Coleman dan Glas (dalam Carver, Scheier, & Weintraub, 1989). tipe kepribadian dapat mempengaruhi
pemilihan strategi coping. Kepribadian tipe A cenderung menggunakan
active coping, menekan kepedulian akan emosional yang bersifat distres dan tidak suka menjauh dari tujuannya ketika menemt:li stressor.
Dari berbagai penjelasan tentang stres dan coping yang sudah dibahas
sebelumnya, dapat dilihat bahwa reaksi individu terhadap stress terjadi melalui tiga tahap proses stres, yang diawali dengan prim;'.lry appraisal
kedua adalah
secondary appraisal
(penilaian sekunder), yaitu ketika individumemikirkan respon yang potensial untuk menghadapi ancaman tersebut.
coping merupakan tahap yang terakhir, yaitu proses melal<sanakan respon
yang dipilih berdasarkan penilaian tahap sebelumnya.
2.3. Mahasiswa
2.3.1. Definisi Mahasiswa
Mahasiswa berarti pelajar perguruan tinggi (Poerwada1minta, 1984,
h.619). Sedangkan dalam kamus ilmiah popular, mahasiswa diartikan
sebagai siswa sekolah tinggi (Partanto, 1994, h.87).
Mahasiswa adatah panggilan untuk satu orang yang setdang menjalani
pendidkan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi, serta
memiliki pemikiran intelektual, dan juga mengabdikan kepada masyarakat.
Mahasiswa adalah satu kelompok masyarakat yang ュゥセュー・イッャ・ィ@
statusnya dalam ikatan dengan perguruan tinggi. Roeslan Abdulgani,
mengatakan secara formal fungsional, mahasiswa adallah individu yang
sedang menuntut ilmu dalam salah satu perguruan tinggi. Mahasiswa
pada tahun pertama belum dianggap dewasa penuh (s,esuai dengan
objektif, pengendalian diri dan hubungan-hubungan sosial sudah
rnencapai tingkat kedewasaan (Gunarsa, 2004, h.128).
Gunarsa (2004, h.128) rnenjelaskan, bahwa seorang anak yang tidak
pernah tinggal kelas, rnaka pada usia 18 tahun akan mernasuki perguruan
tinggi, inipun jika bermaksud rneneruskan studi. Jadi pada usia 18 tahun
seseorang rnulai rnarnasuki dunia rnahasiswa, urnur 18-21 tahun olah
para ahli psikologi perkernbangan, rnasih digolongan masa rernaja lanjut
dan rnasih pada tahapan peralihn dadri dunia rernaja セZ・@ dunia dewasa.
Dari penjelasan yang telah di paparka diatas, dapat dii>irnpulkan bahwa
rnahasiswa adalah individu yang sedang rnenjalani pendidikan di
perguruan tinggi, dengan batas usia 18-20 tahun.
Adapun ciri-ciri peranan rnahasiswa-rnahasiswa rnenurut beberapa tokoh
adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa disebut sebagai kekuatan moral (moral fon::e)
Fauzie syuaib seorang aktifrtas rnahasiswa angkatan 7'0-an
rnengungkapkan rnahasiswa sebagai kelompok rnasya1rakat yang relative
rnumi, belurn punya kepentingan, ikatan serta daya kefPeloporannya
sebagai intelek (Syahrir, 1987),
2. Peran rnahasiswa tidak hanya terbatas hanya pada kritik atau control
merangsang terjadinya perubahan social-politik di Negara yang
bersangkutan.(sarlito,
1978)
3. Karakteristik mahasiswa diantaranya yaitu intelektualitas. Menurut sarlito
mahasiswa adalah insan calon sarjana yang dalam ォeセエ・イャゥ「。エ。ョョケ。@
dengan perguruan tinggi dididik dan diharapkan menjadi calon intelektual
4. Mahasiswa juga memiliki ciri lain yaitu kemudaannya (youth) kepemudaan
menurut Keniston dapat didefinisikan dari dua sudut, yang pretama yaitu
tema sentral dari kesadaran, perkembangan atau tingkah laku pada_
tingkatan perkembangan tertentu.
2.3.2. IMahasiswa Yang Cuti Kuliah
Yang diamsud cuti kuliah adalah menunda atau berhenti sementara waktu
semua kegiatan akademik dan kegiatan lain di UI untuk jahgka waktu
tertentu dengan seizin Rektor. (http/www.ui.co.id)
Para mahasiswa bisa saja mengambil pelerjaan seusai kuliah dengan
memberikan les privat, bekerja di pabrik, menjadi kuli, sales dan
membantu memberikan jasa layanan kepada orang-orang yang
membutukhan, seperti mengadakan pengetikan komputer, bengkel, jasa
internet dan cleaning service. Pekerjaan semacam itu 1tidak membutuhkan
skill yang terlalu rumit, hanya membutuhkan sikap bemni dan membuka
Keyakinan itu penting untuk menerima diri dalam dunia usaha, daripada
menunggu selesai menjadi sarjana baru memulai bekEirja. Hal itu akan
sangat terlambat dan menjadikan pengangguran semakin bertambah.
Jika mahasiswa mempunyai bakat dan keberanian memulai usaha, maka
sejak awal harus dikembangkan dan berusaha mewujudkan saai ini.
Menunda pekerjaan hanya akan membawa ketergantungan hidup dan
membawa penderitaan. Dengan bekerja sejak awal, p13ngalaman dan
kedewasaan sikap akan menempa mahasiswa menjacli pekerja keras
yang mengutamakan nilai nasional. Tunggu apa lagi, ayo bekerja dengan
gembira. Adapun yang kita lakukan akan membawa nilai guna untuk
kemajuan diri. Bekerja apapun demi menopang hidup dengan kualitas
lebih baik, akan mendorong upaya kemajuan peradaban generasi kerja
mencapai prestasi tinggi. Bermalasan dan menunda pt3kerjaan akan
menambah penderitaan yang membawa kemiskinan semakin melebar.
Upaya mahasiswa hidup mandiri perlu diapresiasikan yang
memungkinkan lahimya tradisi kebebasan yang memberikan ruang usaha
keras mewujudkan asa.( http://www.dutamasyarakat.com )
2.4. Kerangka Berpikir
Menunda kuliah karena keadaan ekonomi keluarga yang セ」オイ。ョァ@ mampu dan
rentan untuk mengalami stres. Penyebab dan gejala stres dapat ditemui
selama tuntutan dan keinginan yang tidak terpenuhi yang merupakan mikro
untuk terjai stres pada diri remaja
itu
sendiri yang mengalami tekanan karena merasa kebutuhannya harus dipenuhi sendiri dengan cam bekerja.Keadaan ekonomi yang terkadang membuat kita harus menentukan jalannya
sendiri dan berpikir rasional dengan cara mencari altematif lain yaitu bekerja
dan terpaksa harus cuti kuliah sementara waktu sampai biaya yang
mencukupi untuk melanjutkan kuliahnya.
Mungkin setelah memutuskan untuk cuti kuliah, ada rasa kekhawatiran dan
kegelisahan pada subjek, takut karena tidak dapat melanjutkan kuliah lagi.
Hal tersebut membuat subjek sedikit tertekan dan banyak menimbulkan
konflik-konflik yang harus dihadapi.
Tidak biss di pungkiri kebutuhan ekonomi faktor yang dominan yang
mendorong para mahasiswa yang memutuskan cuti kuliah karena ekonomi
keluarga yang lemah, sedangkan orang tua yang single ー」セイ・ョエ@ tidak dapat
memenuhi kebutuhan keluarga, akhirnya si mahasiswa be1rusa mencari
tambahan penghasilan untuk menambahi semua ォ・ォオイ。ョQセ。ョ@ biaya kuliah.
Fenomena yang ada terlihat bahwa mahasiswa yang menunda atau cuti
kuliah karena factor ekonomi keluarga yang lemah, rata-rata penghasilan
keluarga apalagi ditambah dengan biaya pendidikan 。ョ。セZM。ョ。ォョケ。L@ meski
harus mengalami cuti kuliah, namun para mahasiswa tersebut tidak hanya
berdiam diri saja dirumah melainkan berusaha untuk mencari kerja agar bisa
mempunyai tambahan dan menabung untuk biaya kuliah selanjutnya serta
membantu memenuhi kebutuhan keluarganya.
Adapun strategi coping yang digunakan dua responden rnayoritas terbiasa
dengan problem fokus coping (coping berpusat pada masalah) yang
mencakup aktif coping (coping berpusat pada emosi) ュ。セイッイゥエ。ウ@
menggunakan seeking social suppor for emotional reason (mencari
dukungan sisial dan dukungan dari orang lain) turning to religion (kembali
kepada agama).
Dan ada satu responden yang juga menggunakan coping yang maladaptif
yaitu dengan coping focusing and venting of emotions Hュゥセュオ。ウォ。ョ@ diri pada
stress yang yang bersifat negative) dan mental disengagement (menyibukan
diri dengan aktivitas altremative untuk menghilangkan rasa tidak nyaman).
Sementara coping yang konstruktif diartikan sebagai upaya-upaya untuk
menghadapi situasi stress secara sehat. Coping yang konstruktif ini memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menghadapi masalah secara langsung, mengevaluasi alternative secara
2. Menilai atau mempersepsi situasi stres didasarkan kepada pertimbangan
yang rasional.
3. Mengendalikan diri (self-control) dalam mengatasi masalah yang
dihadapi.
Berdasarkan jenis strategi coping yang telah dipaparkan, dapat dikatakan
bahwa individu cenderung menggunakan problem-solving1 focused coping
dalam menghadapi masalah yang menurutnya bisa dikontrol seperti masalah
yang berhubungan dengan sekolah, kuliah atau pekerjaan.
Berawal dari pemikiran inilah penulis merasa tertarik untuk melakukan
sebuah -penelitian yang berkaitan dengan stres yang muncul pada
mahasiswa yang cuti kuliah, baik stres yang bersumber dari stres cuti kuliah
maupun stres yang muncul karena persoalan keluarga dan bagaiman
astrategi coping yang di lakukan untuk meminimalkan streisoer yang dihadapi,
dimana penulis akan berusaha menggambarkan stres seperti apakah dan
strategi coping yang bagaimana yang terjadi pada mahasiswa yang cuti
Bagan
2.4.1
Gambaran Stres dan Coping Mahasiswa yang1 Cuti Kulia
Tidak Stress
Emotional coping: - Seeking social suport - Positif reinforcement - Denial
- Acception
- Turning to religion
Mahasiswa yangg menunda
kuliah
Problem focus coping: - Active coping - Planning
- Supresion activties - Restrain coping
---
' Stressl
Coping
Maladaptif: - Focusing and
venting - Behavior
disengagement - Mental
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
sehubungan dengan judul pada penelitian ini, maka pendekatan
penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Hal ini
dikarenakan penelitian kualitatif dapat digunakan untuk memahami
gejala sosial yang sering kali tidak dapat dipahami 「Qセイ、。ウ。イォ。ョ@ apa
yang diucapkan dan dilakukan oleh seseoarang dan perasaan orang
yang sulit difahami (Sugiono:26-27). Sehingga dihasiilkan data deskriptif
berupa kata-kata terulis atau lisan dari orang-orang clan perilaku yang
diamati.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang juga hermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
kontek khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
Sebagai salah satu metode yang di pakai dalam penelitian di bidang
ilmu sosial, menurut Yin (2000) umumnya studi kasus di pilih jika:
1) pertanyaan yang timbul dari topik penelitian sebagiran
berupa"Bagaimana" dan " Mengapa"
2) penelitian ini memiliki kontrol atau kejdian-kejadian yang berlangsung
3) fokus dari penelitian adalah fenomena saat ini dalam konteks
kehidupan yang sesungguhnya.
Pola yang di gunakan dalam penelitian ini adalah multiple case design
karena menggunakan lebih dari satu kasus
Dengan pola ini diharapkan dapat diperolaew gambaran secara
menyeluruh tentang penghayatan responden terhadap keadaan yang di
alaminya, oleh karena itu maka di perlukan data yang lbersifat khusus dan
individua luntuk mendapatkan hasil yang cukup ュ・ョ、セャャ。ュ@ (Robert. K.Yin,
2002).
3.2. Variabel atau Devinisi Operasioanal
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek,
pengamatan penelitian atau faktor yang berperan dalam peristiwa atau
adalalah stres dan coping mahasiswa yang cuti ku!liah karena faktor
ekonomi yang lemah.
Definisi operasional yang dipakaiuntuk variabel penelitian ini adalah
sebagaiberikut:
1. Stres menurut hans Selye M.D (dalam W.F maramis, 1998) adalah suatu kondisi yang dirasakan oleh badan sebagai akibat dari
adanya situasi yang menekan, situasai yang ュQセョ・ォ。ョ@ ini bila
berbentuk fisik, nyata atau stres yang sifatnya non fisik atau
bersifat psikososial, seperti kegagalan yang berturut-turut yang
dialami, rasa bersalah, rasa tidak nyaman dan kondisi-kondisi
serupa, akibat adanya stres yang bersifat ekstemal dan internal,
bahkan keduanya sekaligus, maka tubuh akan memobilisasikan
sistem reaksi defensive yang disebut generaladapton syndrome,
yaitu suatu kejadian yang sifatnya hipotesis dalam badan yang
timbul sebgai reaksitangkisan pada saat terjadinya situasi yang
menekan.
2. Coping adalah suatu usaha yang dilakukan ウ・ウセッイ。ョァ@ untuk
menghadapi situasi yang tidak menyenangkan }rang dialaminya,
menurut Sarafino, coping adalah suatu usaha untuk coba mengatur
ketidaksesuaian perasaan antara tuntutan dan akal yang mereka
3. Mahasiswa adalah suatu kelompok masyarakat yang rnemperoleh
statusnya dalam ikatan dengan perguruan ting£Ji (menurut Roeslan
Abdulgani), mengatakan secara formal fungsional mahasiswa
adalah individu yang sedang menuntut ilmu dalam salah satu
perguruan tinggi.
4. Cuti kuliah adalah menunda atau berhenti semEmtara waktu semua
kegiatan akademik dan kegiatan lain diUniversitas (fakultas) untuk
jangka waktu tertentu dengtan seizin rektor (Http/www.Ul.co.id)
3.3. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif ini wawancara dan observasi d1mgan melakukan
pengumpulan data pada kondisi yang alamiah sumber dalta primer, partisipan
observasi, wawancara, dokumentasi. Adapun jenis pengumpulan data yang
digunakan adalah triagulasi sumber dimana menurut (Sugriono:270-271)
trigulasi sumber berarti mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda
dengan tekhnik yang sama.
3.3.1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dalam tanya jawab yang di arahkan
untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan bila
makna-makna subjektif yang di pahami individu berkenaan dengan topik yang
di teliti.
Agar wawancara tidak menyimpang dari tujuan penelitian maka akan
di gunakan pedoman wawancara yang berfungsi untuk mengingatkan
akan topik-topik yng di gali serta apa yang belum dan yng sudah di
tanyakan, selain itu mempermudah pencatatan pacla saat wawancara.
Pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman wawancara
tidak terstruktur. Pedoman wawancara yang tidak berstruktur, yaitu
pedomn wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan
ditanyakan, kreativitas dari pewawancara sangat ーQセョエゥョァ@ karena
pewawancara sebagai pengemudi jawaban responden, hasil
wawancara dan jenis pedoman ini cocok untuk penelitian kasus (Gluba
& Lin coin
1981,
dalam meleong,1997).
3.3.2 Observasi
observasi di sebut pula dengan pengamatan meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakn
seluruh alat indera, observasi bertujuan sebagai alat yang mendukung
alat yang lain observasi dapat di lakukan terhadap dua hal, yang
pencatatan lapangan (meleong, 1997), yang ー・ョエゥョAセ@ di lakukan untuk
mengamati apakah ada faktor-faktor lingkungkungan tersebut yang
dapat mempengaruhi sikap dan perilaku yang kedua adalah observasi
terhadap subjek yang di wawancarai
Dengan observasi di harapkan peneliti lebih deapat mengungkapkan
intensitas emosi subjek terhadap pengalaman-pen!1alamannya serta
hal lain yang tidak tercakup dalam informasi verbal yang diberikan
subjek, sehinggadapat memperkaya data yang di peroleh (Monyn caux
& Lans, 1982 dalam marshal & rossman, 1995 clalam Lestari,2004)
peneliti juga melakukan observasi mengenai tingkah laku subjek
selama observasi berlangsung,dan tingkah laku yang clapat
diobservasi sebagai berikut: raut wajah, mimik bibir.lcara berbicra,
gerakan tangan, kaki, dan badab/tubuh serta pola cluduk subjek
berubah atau menetap
3.4. Tekhik Pengambilan Sampel
Peneliti menggunakan sampel bertujuan (Purposive samplling) karena
didasarkan atas adanya tujuan-tujuan tertentu dari peneliti, tekhnik ini
waktu, tenaga dan dana peneliti sehingga peneliti tidak mampu mengambil
sampel dari jumlah yang terlalu banyak (Arikunto,2002).
3.4.1. Responden
dalam penelitian ini penulis menunjuk tiga orang sebagai responden atau
subjek penelitian, penentuan jumlah subjek ini adalah untuk jumlah sampel
yang di sesuaikan dengan fenomena yang akan diamati.
Adapaun bentuk pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan cara
Purposive sampling, yaitu subjek dipilih berdasarkan pertimbangan dan
tujuan tertentu, hal ini seperti di ungkapkan Patton( dalam Wulandari 2001 ),
bahwa penelitian kualitatif umumnya menggunakan pendeikatan Purposif,
sampel tidak diambil secara acak tetapi justru dipilih mengikuti kriteria
tertentu.
3.4.2. Karakteristik Subjek
Adapun karakteristik sampel yang di gunakan oleh penulis; adalah mahasiswa
UiN Syarif Hidayatul!ah Jakarta fakultas psokologi bemsia 18-24 tahun. Yang
3.5. Prosedur Penelitian
3.5.1 Tahap Persiapan
1) Peneliti menyusun pedoman wawancara tidak terstruktur yang
bersifat terbuka untuk menggali kondisi-kondisi yang menimbulkan
stres pada mahasiswa yang cuti kuliah karena faktor ekonomi
keluarga yang kurang mampu.
2) Menunjukan pedoman wawancara tidak terstruktur kapada
pembimbing skripsi untuk mendapatkan umpan balik
3) Melakukan perbaikan-perbaikan dan tambahan yang di perlukan
terhadap wawancara.
3.6. Analisa Data
penelitiuan ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode
studi kasus deskriptif yang hasil dari penelitian ini tidak di uraikan dalam
bentuk angka seperti penelitian kuantitatif, melainkan akan benrpa
deskripsi, cerita tuliasan dan angka-angka analisa menurut Patton
(dalam Lestari 1996) adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategiri dan satuan uraian
dasar. Analisa kualitatif tetap menggunakan kata-kata yangt biasanya di
HASIL PENELITIAN
Dalama Bab IV ini akan di jelaskan hasil pengolahan data, yang di dapat dari
Japangan penelitian, adapun hasil penelitian dapat di jabairl<an dalam bentuk
analisa kasus, gambaran urnurn subjek, riwayat kasus, observasi,
wawancara, garnbaran stres, garnbaran coping, dan perbandingan antar
kasus.
4.1. Gambaran Umum Subjek
subjek yang diarnbil dalarn penelitian ini berjurnlah tiga orang yang sernuanya
adalah orang-orang yang telah di pilih berdasarkan kriteria yang telah
diterapkan sebelumnya, nama-narna subjek dalarn penelitian ini sengaja di
sarnarkan untuk rnenjaga kerahasiaan subjek penelitian dan sesuai dengan
[image:60.595.28.442.107.475.2]etika penelitian
Tabel 4.1.1. ldentitas responden penelitian
No Nam a Jen is Usia Agama Fakultas Semester Kelarnin
4.2. Analisa Kasus
4.2.1. Responden 1 (SS)
Gambaran Umum
SS adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Psikologi
semester VIII, yang kini berusia 24 tahun, ia lahir di Bogor pada tanggal 20
oktober
1983
dan SS anak bungu dari 4 bersaudara ketig;a kakaknya sudah menikah.Subjek adalah pribadi menarik dan penuh dengan sederhana, itulah kesan
pertama yang timbul saat bertemu dengan SS, pria ini selalu menebar
senyum dan bersahabat dalam dalam setiap kunjungan ーQセョ・ャゥエゥ。ョ@ ini, meski
terlihat kurang sehat karena habis sakit tetapi SS tetap rarnah menyambut
penulis berkunjung kerurnahnya.
Awai SS rnulai stres sejak dari awal masuk kuliah perkuliahan yang dijalani
sekarang adalah atas kernauan SS sendiri, walaupun ayahnya sernpat bilang
biaya kuliahnya nanti tidak bisa cjitanggung semuannya karena penghasilan
ayahnya yang cukup hanya cukup untuk kebutuhan serhari-hari, akhimya SS
rnembicarakan hal tersebutb kepada ketiga kakaknyadan ketiga kakanya
tersebut menyetjua permintaan SS, dan akhimya Ss pun bisa kuliah dan
registrasi pembayaran. Walaupun semat malu dan dansedikit minder sama
teman-teamannya, SS terus menjalankannya karena bagi subjek apa yang
udah terjadi adalah sebuah resiko yang harus diterima.
"tadinya sih, kuliah itu adalah kemauan
gw,
padaha/ bokap gw udah pemah bilang kalo be/iau ga sanggup jika biayai semuanya, akhimya gw ngomong soa/ ini sama ketiga kakakgw,
dan .syukurlah mereka sejuju, biaya gw adalah hasi/ dari patungan bol<ap dan kakak-kakak gw, ya ... walaupun hampir sering te/at kalo pembayaranregistrasi.
Untuk menambahi uang saku dan kebutuhan kulaih, dari rnulai kuliahpun SS
sudah mulai cari penghasilan tambahan untuk kebutuhan kuliah dan saku
kuliah, subjek melakukan hal tersebut karena ia rnersa sangat kurang untuk
membeli kebutuhan kuliahnya seperti buku, foto copy dan lainnya. lnginnya
SS fokus sama kuliahnya saja tetapi harapan itu belum bh;a, karena
penghasilan keluarga saja hanya cukup buat kebutuhan sehari-hari, untuk itu
SS harus mencari penghasilan tarnabahan sendiri.
"Pengennya
gw
sih, fokus sama kuliah dulu tapi kenyataannya ga bisa karena untuk beli buku aja dan foto copy aja ga bisa, uang saku aja cuma pas buat ongkos, tapigw
sih ga pemah nge/uh karenagw
juga tau keadaan ekonomi ke/uargagw
juga kurang, ya udahgw
coba ngaj;;1r eskul di seko/ah SMPgw
dulu, lumayan sih buat tambahan uang saku gw l'iap hari.Dengan penghasilan yang cukup buat nambahin uang saku. SS sudah
merasa cukup buat nambahin uang saku, tetapi adakalanya SS juga merasa
bingung ketika jadwal dan tugas kuliah mulai padat dan banyak, dia tidak
akhimya tidak dapat pengahasilan buat nambahain uang saku tiap harinya,
SS pemah stres dengan keadaan tersebut di atas, bahkan tidak masuk kuliah
karena tidak punya uang saku.
"gw pwemah tuh stres banget, tugas kulih banyak, harus beli buku dan foto copy, dan pastinya semua itu membutuhkan pengeluaran yang tidak sedikit , tapi disaat yang sam gw juga ga punya
tambahan karena gw ga pemah masuk untuk ngajar esku/, kalo semua jadwal kuliah padat, gw udah ga bisa bagi waktu buat ngajar Iagi, pokoknya pusing banget dech.
SS sering merasa khawatir dengan kelanjutan kuliahnya nanti, ia sering
merasa cemas dan takut apalagi waktu kuliah belum