• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran stres dan coping mahasiswa yang cuti kuliah fakultas Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran stres dan coping mahasiswa yang cuti kuliah fakultas Psikologi"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk memenuhi

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ps©kologi

Disusun Oleh :

IKHDAL KHUSNA Y AIN

103070028998

FAl(ULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM

necセeri@

SYARIF HIDAYATULLA.H

JAI<A.RTA

(2)

Skripsi yang berjudul

"GAMBARAN STRES DAN COPING

MAHASISWA YANG CUTI KULIAH FAKULTAS PSIKOLOGI"

TELAH DIUJIKAN DALAM SIDANG MUNAQASAH FAKUL TAS PSIKOLOGI Universita Islam Negeri Syarif Hldayatulla Jakarta Tanggal 27 Maret, 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjan Srata 1 (SI) Pada Fakultas Psikologi.

SIDANG MUNAQOSYAH

Dekan/

Ketua Me ngkap Anggota

J

y

Penguji I

Pembimbing I

']

\

H」セケM

Anggota

Neneng Tati Hartati M.Si. Psi NIP:150 300 679

Jakarta, 27 Maret 2008.

Pembanbtu Dekan/

Sekretaris Merangkap Anggota

Penuji II

lkhwan Lutfi. mNセゥャ@ \'\\?:ISO 3b 8 80_9

(3)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Pembimbing I

Oleh:

IKHDAL HUSNAYAIN NIM: 103070028998

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing II

Neneng Tati Hartati. M.Si, Psi NIP. 150 300 679

Natris lnel ani. M.Si. Psi

NIP. \

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(4)

Jangan liliat masa fampau tfengan penyesafan jangan pufa liliat masa &pan tfengan

セョL@

tapi

liliattali

selijtar

awfa tfengan

penuJi

セュョ@

(James '11iur6et)

9.f.usuli

yang

pa(ino

6er6aliaya

di,

atas

aum'a

ini

atfafali ー・ョセオエ@

aan 6im6ang.

<Teman ya119 pa(ino

setia,

lianyafali

i§6emnian

d"an

i§yaJffnan

yang

teeufi

(5)
(6)

Alhamdulilla hirobil a'lamin, puji syukur kehadira Allah SVi/T yang telah

menciptakan setiap rintangan dan cobaan dengan segala hikmah didalamnya

serta mengabulkan doa umat-Nya yang bersungguh, sehingga aral merintang

dalam menyusun skripsi ini harus terantuk dan terjatuh untuk kemudian

bangkit kembali hinggga akhimya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan begitu saja tanp<1 bantuan dari

berbagaii pihak dalam proses penulisan. Untuk itu penulis mengucapkan

terima kasih serta salam hormat penulis kepada:

1.

Oekan Fakultas Psikologi lbu Ora. HJ. Neti Hartati, M.Si. Psi. beserta seluruh staf dekan dan staf tata usaha Fakultas Psikologi yang telah

banyak membantu penulis dalam proses akademik.

2. Oosen pembimbing I, ibu Neneng Tati Sumiati M.Si.Psi. dan

pembimbing II, lbu Natris lndriyani M.si. yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis selama proses pembuatan skripsi ini.

3. Bapak dan lbu dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis

selam perkuliahan, terima kasih ilmunya.

4. Papah, mamah (Ors Tursilo susanto & Emi maryam) tercinta yang telah

membesarkan, mendidik penulis sejak kecil hingga saat inidengan

penuh kasih sayang dan selalu mendukung dan mernberi support serta

semangat yang tinggi kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Kakak dan adik-adikku: Ermala susilawati & Arafik Raum, terima kasih

sudah rnemberikan semangat kepada penulis dalam menyusun skripsi.

Serta adik-adikku tersayang: Ufa, Uun, Shofa, Zila yang selalu

memotivasi penulis agar tidak malas-rnalasan dalam menyusun skripsi.

(7)

semangat, waktu, serta memberikan dorongan kepada penulis agar

dapat segera menyelesaikan skripsi.

7. Sahabat-sahabatku: ltha, Maya, Thika. Cindai, Kiki, .Ayi, Ramdan, Catur,

lyoez, Dhani, Bowo. Kalian adalah sahabat setiaku, setia dalam

memberi motivasi, memberi inspirasi baru dan tidak henti dalam

menunggu dan mengantar penulis keperpustakaan clan juga dalam

membantu mengetik skripsi penulis, terimakasih ya ....

8. Teman-teman Fakultas Psikologi khususnya kelas A angkatan 2003,

terima kasih karena kalian sudah saling mendukung satu sama lain

dalam menyusun skripsi.

9. keponakanku yang lucu dan pintar-pintar: Rizki & lrham yang selalu

menghibur saat penulis sedang bad mood, mudah-rnudahan kalian

menjadi akan yang sholeh patuh terhadap kedua orang tua dan agama.

Wassalam

Jakarta, maret 2008

(8)

A. lkhdal Khusnayain B. Fakultas Psikologi

C. Gambaran stres dan coping mahasiswa yang cuti kuliah fakultas psikologi D. 91 Halaman

E. Mahasiswa adalah panggilan salah satu orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi, serta memiliki pemikiran intelektual dan juga mengabdikan kepada masyarakat. Salah satu persaratan untuk memperoleh gelar sarjana adalah mahasiswa harus

menyelesaikan studinya dalam waktu yang telah ditetapkan pada universitas. Akan tetapi jika keinginan mahasiJ>wa untuk segera mendapatkan gelar sarjana tidak segera terpenuhi karena ada faktor penghalang seperti

dihadapkan pada keadaan yang mengharuskannya untuk cuti kuliah, maka dapat meyebabkan stres pada mahasiswa tresebut. Dari lceadaan seperti ini, maka penulis merasa tertarik untuk meneneliti fenomena mahasiswa yang cuti kuliah karena faktor ekonomi keluarga yang sekarang banyak terjadi di masyarakat, dengan segala peran, fungsi dan kompetensi yang harus dijalankan dalam jangka melangsungkan hidup keluarga clan meneruskan studi serta mencari kerja. Dari ketertarikan tersebut muncul pertanyaan apakah mahasiswa tersebut mengalami stres pasca cuti kuliah, dan mencari kerja. Bagaimana cara mereka mengatasi stres yang ュ・ョセォ。@ alami (coping) dan apakah lingkungan keluarganya mempengaruhi dalam menyelesaikan masalah.

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan diatas, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah dengan metode studi kasus, multiple case dan menggunakan instrumen wawancara dan observasi sebagai alat untuk mengumpulkan data, dan sampel yang menjadi subjek penelitian berjumlah tiga orang.

Hasil dari penelitian ini maka interpretasi data yang dapat JPenulis uraikan adalah bahwa pada dasarnya (mahasiswa) yang menjadi responden penelitian ini mengalami stres, baik stres karena cuti kuliah maupun stres karena kondisi keluarga, stres yang mereka alami sebagian besar

(9)

ketiga subyek dalam penelitian ini mengalami stres. Baik stres karena diminta untuk memutuska untuk cuti kuliah maupun stres karena dituntut kerja oleh keluarganya. Faktor yang menjadi sumber stres diantaranya dipaksa untuk memutuskan cuti kuliah, dimita untuk mencari kerja, sehingga munculnya rasa bersalah karena merasa membebani keluarga, belurn mampu

membantu adik-adik dan orangtuanya. Strategi coping yang digunakan oleh ketiga responden adalah problem focused coping dengfan jenis active coping dan planing. Emotion focused coping dengan jenis seeking social support for emosional reason dan turnng to religion. Dan coping maladaptif dengan jeni coping focusing and ventintg of emosional dan mental disengagement. Dari hasil penelitiah, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk kemajuan penelitian selanjutnya.

(10)

Halaman Juduls

Halaman Persetujuan ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Motto ... iii

Persembahan ... iv

Kata Pengantar ... v

Abstrak ... vi

Daftar lsi ... ix

Lampiran ... xi

BAB1 PENDAHULUAN

1.1 .

Latar Belakang Masalah ...

1

1.2. ldentifikasi Masalah ... 6

1.3.

Pembatasan dan Peruumusan Masalah ... : ...

7

1.3.1.

Pembtasan Masalah ...

7

1.3.2.

Perumusan Masalah ... 7

1.4.

Tujuan dan Manfaat Penelitian ... : ...

8

1.4.1.

Tujuan Penelitian ...

8

1.4.2.

Manfaat Penelitian ...

8

1.5.

Sistematika Penulisan ...

9

BAB2 KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Stres ...

11

2.1.1.

Sumber-sumber Stres ...

13

2.1.2.

Fakto-fal<tor penyebab Stres ...

15

2.1.3.

Jenis-jenisa dan Tanda-tanda Stres ...

16

2.1.4.

Tahapan Stres ... 18

2.2. Perilaku Coping ... 19

2.2.1.

Definisi Coping ...

20

2.2.2.

Janis dan Strategi Coping ...

21

(11)

2.4. Kerangka Berpikir ... 35

2.4.1. Bagan ... 39

BAB3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 40

3.2. Variabel atau Devinisi Operasional ... 41

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 43

3.3.1. Wawancara ... 43

3.3.2. Observasi ... 44

3.4. Tekhnik Pengambilan Sampel ... 45

3.4.1. Responden ... 46

3.4.2. Karakteristik Subjek ... 46

3.5. Prosedur Penelitian ... 47

3.5.1. Tahap Persiapan ... 47

3.6. Analisa Data ... •; ... 47

BAB4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 48

4.1.1. Data Mahasiswa ... 48

4.2. Analisa Kasus ... 49

4.2.1. Gambaran Umum Responden ... 49

4.2.2. Gambaran Stres ... 52

4.2.3. Gambaran Coping ... 55

4.3. Perbandingan Antar Kasus ... 78

4.3.1. Bagan Analisa Antar Kasus ... 81

BAB5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. 1. Kesimpulan ... 83

5.2. Diskusi ... 84

5.3. Saran ... 89

(12)

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran3

Lampiran 4

: Pedoman Wawanca1·a

: Lem bar Observasi

: Pengantar Wawancara

(13)

1.1 Latar Belakang Masalah

Mahasiswa adalah panggilan untuk satu orang yang sedang menjalani

pendidikan tinggi disebuah universitas atau perguruan tinggi, serta

memiliki pemikiran intelektual dan juga mengabdikan kepada

masyarakat. Seperti yang dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 1984:619, mahasiswa adalah pelajar ー・イセQオイオ。ョ@ tinggi Sarlito

dalam Tesisnya mendefinisikan mahasiswa sebagai setiap orang yang

secara resmii terdaftar untuk mengikuti pelajaran diperguruan tinggi,

dengan batas usia, 18-30 tahun (Sarlito, 1978). Tam1Paknya definisi

Sarlito jika dilihat dari usia tidak hanya berlaku untuk mahasiswa strata

satu (S1) saja, tetapi untuk mahasiswa strata dua (S:2}, tetapi defini

mahasiswa yang dimaksud peneliti adalah mahasiswa strata satu (S1 ).

Yang membuat peneliti ingin mengangkat mahasiswa sebagai tema

sentral kali ini, peneliti ingin menelaah lebih lanjut tenitang apakah benar

mahasiswa yang cuti kuliah karena faktor ekonomi yEmg lemah lalu

(14)

Adapun stres mempunyai arti sendiri untuk setiap orang, kita hidup

dalam kecemasan dimana hampir setiap orang mengalami satu tingkat

stres dan tekanan-tekanan yang dihasilkan oleh masyarakat yang rumit,

kompetitif namun tidak selalu mendukung. Oleh kamna itu, stres dapat

menyebabkan atau mempengaruhi perubahan psikologis dan dapat

mengakibatkan gangguan pada kognitif, Demikian emosi cenderung

hadir ketika seseorang sedang stres dan orang juga sering

menggunakan emosinya untuk mengevaluasi stres yang sedang

dialaminya.

Dengan demikian stres adalah suatu keadaan atau セZッョ、ゥウゥ@ ketika

seseorang berhadapan dengan sesuatu yang diang£1ap mengancam

atau tidak menyenangkan yang di hasilkan dari persl:?psi kognisi orang

tersebut, dan hal-hal yang menjadi sumber stresnya disebut stressor

yang sama, sebagai contoh mahasiswa yang mengalami cuti kuliah

akibat faktor ekonomi keluarga dan gejala hal yang menyertainya akan

menganggap stres adal<!h hal yang wajar. Tetapi sebagian mahasiswa

yang cuti kuliah karena kemauanya sendiri dan karena tidak tega

melihat kondisi ekonomi keluarganya yang sedang mengalami ekonomi

yang lemah, yang akhirnya memutuskan untuk mengambil cuti kuliah

(15)

akibat ekonomi keluarga yang tidak mampu untuk melanjutkan kuliah

lagi.

Seperti hal yang terjadi pada EF (nama inisial) mahasiasa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Fakultas Psikologi Semester 7 angkatan 2004 dan

bertempat tinggal di JL, Raya Puspitek Setu Serpong, mahasiswa ini

cuti kuliah karena faktor ekonomi keluarga yang kurang mampu,

sehingga EF terpaksa harus cuti kuliah meskipun hal tersebut bukan

keinginan sendiri.

Hal yang sama juga dialami oleh AK (nama inisial) mahasiswa UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Psikologi ウ・ュ・セゥエ・イ@ 5 angkatan

2005 dan bertempat tinggal di Buncit Raya Kali Bata Pulo, mahasiswa

ini cuti juga karena alasan yang sama seperti yang di alami EF di

karenakan faktor ekonomi yang kurang mampu sehingga mengharuskan

AK cuti kuliah meskipun hal tersebut bukan atas kemauannya sendiri.

Dari fenomena diatas, disimpulkan bahwa mahasiswa tersebut sedang

menghadapi stres yang merupakan proses yang komplek dan dinamis,

seperti yang di ungkapkan Sarafino (1990) dalam Bart Smet (1994:112)

bahwa stres adalah suatu kondisi di sebabkan untuk transaksi antara

(16)

tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya system

biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.dan stres juga bisa

datang kapan saja ketika pikiran, perasaan, tuntutan yang menghampiri

dalam diri dan tidak dapat kita hindari, maka stres akan muncul kadang

tanpa kita sadari. Untuk menahan atau mengatasi stres diperlukan

pencerahan atau pikiran yang positif agar segala sesuatunya dapat

terkendalikan.

Saat seorang mahasiswa harus memutuskan untuk menunda kuliahnya

akibat faktor ekonomi keluarga yang lemah, ia harus siap dengan segala

keputusan dan konsekuensi yang harus dihadapinya1. Walaupun

keputusan tersebut bukan karena kehendaknya sendiri mefainkan

permintaan, masalah yang lebih berat akan di temui ketika seorang

mahasiswa harus berperan sebagai penopang keluarga pasca cuti

kuliah dan menyelesaikan kuliah dengan menabung dari hasil

pendapatan ia bekerja,

Peran ganda tersebut tefah membuat para mahasiswa yang cuti kuliah

karena faktor ekonomi keluarga yang lemah dan harus bekerja merasa

khawatir membayangkan dua tugas penting untuk masa depan dan

(17)

yang cukup untuk melanjutkan lagi dan ia bekerja untuk membantu

keluarganya serta menyisihkan pendapatanya untuk biaya kuliah.

Tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan ketidaknyamanan

tersebut dapat dikatakan dengan prilaku coping, yaitu suatu proses

dimana individu untuk mengelola jarang yang ada antara tuntutan (baik

itu tuntutan yang berasal dari individu rnaupun yang berasal dari

lingkungan) dengan sumber-sumber daya mereka dalam menghadapi

situasi stresfull (Lazarus dalam Bart Smet, 1994:143).

Narnun demikian perilaku coping yang tidak efektif sangat mungkin

digunakan untuk mahasiswa tersebut, karena tingkat stres yang tinggi

dapat menyebabkan melernahnya kontrol diri (Saravl1no dalam Eka

Sinta, 1995). Dan jika mahasiswa berada dalam kondisi stres pada

mahasiswa yang mengalami cuti kuliah karena faktor ekonomi keluarga

yang lemah, maka mahasiswa tesebut membutuhkan dukungan sosial

dari lingkungan terutama dari lingkungan keluarga, para ahli meneliti

bahwa dukungan sosial berpengaruhi juga dalam pe11indungan

kesehatan untuk memahami rnengapa ada orang yang mampu bertahan

dengan pengalaman hidup yang penuh stres secara baik, sementara

yang lain terlihat kurang mampu bertahan sehingga mengembangkan

(18)

Dari uraian tersebut, problem seputar stres cuti kuliah, pada mahasiswa

merupakan hal yang menarik untuk diteliti mengenai faktor apa saja

yang menyebabkan individu stres dan bagaimana perilaku coping

individu dalam mengatasi situasi stres serta coping seperti apa yang

dilakukan? dari hal ini peneliti mengangkat penulisan dengan judul :

"Gambaran Stres Dan Coping Mahasiswa

Yang

Cuti Kuliah Fakultas Psikologi"

1.2 ldentifikai Masalah

Dalam identffikasi masalah penelitian akan mengemukakan beberapa

masalah yang mungkin timbul dalam penelitian, identffikasi masalah

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran stres pada mahasiswa pikole>gi yang cuti kuliah

dan harus bekerja karena faktor ekonomi keluarga.

2. Bagaimana coping yang diterapkan pada mahasiswa psikologi UIN

Syarif Hidayatullah yang menghadapi stres karena cuti kuliah

3. Bagaimana gambaran stres dan coping pada mahasiswa yang cuti

kuliah Fakultas Psiko!ogi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

(19)

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.3.1 pembat.asan masalah

Untuk membatasi pokok permasalahan yang terkandung dalam proposal ini

perlu diketahui beberapa penjelasan, yaitu:

1. Yang dimaksud dengan coping stres adalah usaha individu untuk

menghadapi suatu situasi yang penuh stres, baik yang timbul dari dalam

maupun dari luar individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi

tersebut diwujudkan dalam sikap perilaku tertentu.

2. Yang dimaksud dengan stres adalah suatu tindakan yang timbul sebagai

hasil dari persepsi kognisi individu ketika berhadapan dengan tuntunan

atau perubahan yang terjadi pada dirinya.

3. Mahasiswa yang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah Mahasiswa

dengan rentan usia 18 sampai 24 tahun fakultas psikologi

1.3.2. perumusan masalah

Pokok perumusan masalah yang terkandung dalam penelitian perlu diketahui

beberapa penjelasan mengenai perumusa!1 masalah, antara lain :

1. Bagaimana gambaran stres pada mahasiswa yang cuti kuliah karena

harus bekerja untuk menghidupi keluarga?

2. Coping yang bagaimana yang di terapkan oleh mahasiswa yang

(20)

yang kurang mampu sehingga harus bekerja オョエオセセ@ menghidupi

keluarga?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Penelitian mengenai coping stres remaja yang menunda lmliah untuk bekerja

untuk menghidupi keluarga yang bertujuan untuk:

1.

Mengetahui gambaran stres pada mahasiswa yang cuti kuliah untuk bekerja

2. Mengetahui coping yang digunakan untuk menghadapi stres tersebut

1.4.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian adalah:

1.

Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan wawasan informasi untuk menambah

literature dalam pengembangan ilmu-ilmu psikologi ュQセャ。ャオゥ@ data-data

yang di peroleh dart proses penelitian ini. kィオウオセョケ。@ dalam bidang

(21)

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk Mahasiswa

dan keluarga berupa gambaran dalam coping Mahasiswa yang menunda

kuliah untuk bekerja menghidupi keluarga.

1.5. Sistematika Penulisan

Adapun sistem penuliasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB1 Pendahuluan yang berisi: Latar Belakang Masalah, ldfentifikasi

Masalah, Rumusan dan Pembatasan Masalah, Tujuan dan

Manfaat Penelitian dan Sitematika Penulisan

BAB2 Kajian Pustaka yang berisi: Pengertian Stres, Sumber-sumber

Stress, Faktor-faktor Penyebab atau Pemicu: Stres (stressor),

..

Jenis-jenis dan Tanda-tanda Stres, Tahapa111 Stres, Perilaku

Coping, Definisi Coping, Jenis-jenis Coping, Factor yang

mempengaruhi Pemilihan Strategi Coping, Mahasiswa, Definisi

Mahasiswa, Mahasiswa yang Cutii kuliah, keirangka berfikir dan

Bagan.

BAB3 Metodologi Penelitian yang berisi: p・ョ、・ォ。エゥセョ@ dan Metode

Penelitian, Metode Pengumpulam Data, Wawancara,

(22)

BAB4

BAB5

Karakteristik Subjek, Prosedur Penelitian, Tahap Persiapan,

Analisa Data.

Hasil penelitian berisi Gambran Umum Subjek, Analisa Kasus

dan, Gambaran Umum subjek, Gambaran Stres, Gambaran

Coping , Perbandingan antar Kasus, Bagan analisa Antar

Kasus.

Penutup yang berisi: Kesimpulan, Diskusi, Saran

DAFTAR PUSTAKA

(23)

1.1. Pengertian Stres

Stres dapat didefinisikan sebagai gangguan pada tubuh dan pikiran yang

disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan stres dipengaruhi oleh

lingkungan dan penampilan individu dalam lingkungan tersebut.

Sementara menurut Richard Lazarus, seorang psikolog terkemuka

bahwasanya stres yang bersifat psikologis oleh sebuah hubungan khusus

antara seseorang dengan lingkungannya yang dianggap melampaui

kemampuannya dan membahayakan kesejahteraannya.

Adapun Kamus Besar Indonesia (KBBI) yang disusun olehl pusat bahasa

Departemen Pendidikan Nasional mendefinisikan stres sebagai berikut,

"Stress ada/ah gangguan kekacauan mental dan emosional, tekanan." (KBBI,

2000, edisi ke-3),Sedangkan menurut Stephen Robind, str,es adalah suatu

kondisi dinamik dalam mana seorang individu dikonfirmasikan dengan suatu

peluang, kendala (constraints), atau tuntutan yang dikaitkan dengan apa

yang hasilnya dipersepsikan sebagai tindak pasti dan penUng (Stephen P.

(24)

Stres merupakan sistem dari dalam tubuh, organik atau psikologis yang

cenderung menyebabkan fhisik menjadi lemah. Stres yang kronis menurut

eksperimen dan secara mudah menimbulkan penyakit.

Para penulis dan peneliti di bidang ini menyimpulkan bahwa stres bisa terjadi

karena manusia begitu kuat dalam mengejar keinginan dan kebutuhannya

dengan menggunakan segala kekuasaan dan potensi, sehingga cenderung

lupa bahwa mereka memiliki keterbatasan dalam berbagai hal.

Menurut Dadang Hawari (1999). Secara umum pengertian stres adalah

tanggapan atau reaksi tubuh terhadap berbagai tuntutan atau beban yang

bersifat non spesifik. Lain halnya dengan peter tyrer HQYYゥセI@ mendefinisikan

stres sebagai reaksi jiwa dan raga terhadap perubahan batasan tersebut

mencakup semua jenis-jenis berubahan yang menyenan91kan, yang tidal<

menyenangkan, yang menggairahkan, yang membosankan,. Masing-masing

individu bereaksi secara berbeda terhadap perubahan yang mempunyai cara

yang berbeda pula dalam mengatasinya (peter tyrer, 1993) Menu rut kapon

(1993), stres adalah suatu kondisi ketegangan fisiologis rnaupun fisiologis

yang di sebabkan oleh tuntutan dari lingkungan yang di pandang individu

(25)

Pengertian di atas memberikan gambaran bahwa stres sE!lalu berhubungan

dengan keadaan, situasi atau peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan

yang dimaknakan dan dimiliki bobot yang sifatnya menekan. Hal ini bukan

berarti bahwa setiap yang tidak menyenagkan dapat merugikan, karena ada

jenis stres yang positif yaitu austres dapat menjadi motivasi bagi manusia

untuk berkreasi.

2.1.1 Sumber-sumber Stres

Ada banyak keadaan yang menimbulkan stres bagi manusia, semua stimulus

baik berupa tuntutan lingkungan, fisik, atau sosial yang dapat menimbulkan

stress disebut stressor.(Achmad Hardiman, 1991)

Ada beberapa yang dapat dikatakan sebagai sumber stres (sarafino, 1994)

diantaranya:

1. Pressure (tekanan)

Pressure atau tekanan disebabkan oleh adanya harapan atau tuntutan

untuk bertingkah laku tertentu, ada dua jenis pressure atau tekanan, yaitu

perform dan comform. Perform adalah keadaan dimana seseorang

diharapkan untuk mengerjaka suatu tugas dengan cepat, efisien dan

sukses, sedangkan conform adalah keadaan dimana seseorang dituntut

(26)

2. Frustasion

Frustasion atau frustasi adalah dorongan dari lingkunoan yang

menghalangi seseorang untuk melakukan sesuatu hambatan yang terjadi

inilah yang menyebabkan frustasi.

3. Change

Change atau perubahan dalam kehidupan yang disadari oleh individu

membutuhkan suatu penyesuaian diri (readjustment).

4. Conflict

Conflict terjadi apabila dua atau lebih motivasi atau kecenderungan

bertingkah laku yang ada saling bertentangan dan bersaing untuk

dipenuhi.

5. Anxiety

Anxiety atau cemas terkadang dianggap memiliki arti ウセ。ュ。@ dengan takut,

ketakutan muncul apabila seseorang terancam oleh sesuatu yang spesifik

dan terlokalisir. Namun berbeda dari ketakutan, kecemasanny adalah

rasa takut yang sifatnya subjektif dan umumnya terkaclang sifatnya tidak

rasional. Dalam kadar yang kecil kecemasan bisa merangsang seseorang

untuk menjadi lebih peka dan responsiv terhadap berbagai situasi. Tetapi

pada kadar yang lebih besar kecemasan membagi performance

(27)

Ketakutan dan kecemasan dapat menimbulkan oleh hal yang belum

terjadi dan efeknya lebih terasa. Ketakutan dapat menimbulkan stres

karena individu membayakan bahwa sesuatu yang buruk dapat

menimbulkan frustasi.

2.1.2. Faktor-faktor peneyebab atau pemicu stres (:stresor)

penyebab stres sangatlah beragam, menurut syamsu yusuf (2004) faktor

pemicu stres

itu

dapat diklasifikasi_kan kedalam beberapa kelompok berikut: a. stresor fisik, seperti: penyakit yang sulit di sembuhlkan, cacat fisik atau

kurang berfungsinyasalah satu anggota tubuh, wajah yang tidak

cantik/ganteng dan postur tubuh yang dipersepsi tidak ideal seperti

terlalu (kecil, kurus, pendek atau gemuk).

b. Stresor osikologi, seperti:negatif thinking atau berburuk sangka,

frustasi (kekecewaan karena gagal, memperoleh s1:isuatu yang

cemburu, konflik pribadi, dan keinginan yang diluar kemampuan.

c. Stresor sosial

1 .. lklim kehidupan keluarga seperti hubungan antar orang tua,

keluarga yang tidak harmonis(broken home). percaraian suami

atau isteri, kematian suami atau isteri, anak yang nakal dab

sebagainya.

2. Faktor pekerjaan, seperti: kesulitan mencari pekerjaan,

(28)

perselisihan dengan atasan, tekanan selama bekerja, jenis

pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dalam kemampuan,

penghasilan yang tidak sesuai dengan kebutuhan sehari-hari.

3. lklim lingkungan, sepert: maraknya kriminalisasi, tawuran antar

kelompok {pelajar, mahasiswa, atau warga masyarakat), harga

kebutuhan pokok yang mahal dan sebagainya.

Adapin menurut Brench Grand (dalam Suryo,2004) penyeibab stres

dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Penyebab rnakro, yaitu menyangkut peristiwa beSB1r dalam kehidupan

seperti kematian, perceraian, pensiun, Iuka batin, dJan kebangkrutan.

b. Penyebab Mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecilsehari-hari, seperti

pertengkaran rumah tabgga, beban dan tekanan dalam permasalahan

keluarga atau pekerjaan.

2.1.3. Jenis-jenis dan Tanda-tanda Stres

Pada umumnya kita mengetahai bahwa stres dapat terjadi ketika seseorang

berhadapan dengan sebuah tunMan dari kondisi yang tidak

menyenangkan. Hal ini tidak sepenuhnya benar karena banyak dari kondisi

yang menyenangkan juga dapat membuat seseorang st1res. Stres tidak

(29)

menjelaskan bahwa ada 2 jenis stres yaitu distres dan austres

(Atwater, 1983).

Distres adalah stres yang biasanya di dapat dari sebuah tuntutan yang tidak

menyenagkan sehi9ngga membawa efek atau akibat yang buruk atau

negatif. ,

Auastres adalah biasanya juga -disebut stres yang balk karena dapat

membawa efek yang positif, contohnya dari efek yang ditimbulkan dari jenis

stres ini adalah membuat seseorang bersemangat untulc berusaaha

memenuhi tuntutan yang ada (Atwater, 1983). Selain dari jenis- jenis stres

terdapat juga tanda-tanda stres yang dialami oleh seorang individu dapat

dikelompokan menjadi empat bagian, yaitu berupa gejala fisik, gejala

emosi, gejal perilaku dan gejala kognitif ( Lahey,2007 ;51[)3-507).

1. GejalaFisik (physikal symptoms)

Gejala fisik yang paling sering muncul adalah sakit kepala, tekanan darah

naik, menurunnya sistem kekebalan tubuh dan ketega1ngan otot.

2. Gejala emosi (emotif Symptom)

Takut, cemas, mudah marah, depresi, frustrasi, merasa bingung dan

kehilangan kendali, merupakan gejala emosi ketika ウ・Aセ・ッイ。ョァ@ mengalami

stres.

(30)

Gejala perilaku yang dapat dilihat saat seseorang mengalami stres adalah

nafsu makan bertambah dan sulit tidur.

4. Gejala kognitif (kognitif sympton)

Gejala kognitif paling umum ketika seseorang mengalami stres adalah

hilangnya konsentrasi dan motivasi terhadap tugas-tugas yang dilakukan,

selain itu kekhawatiran yang berlebiha, cepat lupa, binigung, sulit

mengambil keputusan juga merupakangejala gognitif dari stres dan

finalnya individu tersebut ingin melatihkan diri dari situasi dimana ia

berada.

2.1.5. Tahapan stres

Menurut Dadang Hawari (1997:50-53) gangguan stres biasanya timbul

secara lamban, tidak jelas kapan mulainya dan sering kali kita tidak

menyadarinya namun para ahli mencoba membagi stres tersebut dalam

empat tahapan dan petunjuk tahapan stres tersebut dikemukakan oleh Dr,

Robert.

J.

Von. Ambeg, psikiater sebagai berikut

1. stres tingkat I: Tahapan ini merupakan tingkatan stres yang paling ringan

dan bisanya menyenangkan kemudian orang bertambah semangat,

padahal tanpa disadari bahwa sebenamya cadanagan energinya sedang

menipis, perasaan-perasaan yang dialami seperti sem;angat besar,

(31)

2. Stres tingkat II: Dalam tahapan ini dampak stres yang1 menyenangkan

mulai hilang dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi

tidak cukup sepanjang hari keluhan tersebut seperti merasa letih, lelah

sesudah makan siang, merasa lelah menjelang sore hari, terkadang

dalam ganguan dalam sistem pencemaan, kadang-kadang pula jantung

berdebar-dabar, tegang pada oto-otot punggung dan tengkuk (belakang

leher) dan perasaan tridak bisa santai.

3. Stres tingkat Ill: Pada tahapan keluhan, keletihan semakin nampak

disertai dengan gejala-gajal gangguan usus lebih terai;a (sakit perut,

mulas, sering ingin kebelakang) otot-ptot terasa lebih tegang

Persaan tegang yang semakin meningkat, gangguan tidur dan badan terasa

oleng (rasa-rasa mau pingsan)

4. Stres tingkat IV: Tahapan ini sudah menunjukan keadaan yang lebih

burukyang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut, untuk bisa bertahan

sepanjang hari terasa sangat sulit, kegiatan semula te1rasa sulit,

kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi peri;iaulan sosial dan

rutin lainnya terasa berat, tidur semakin sulit, mimpi··mimpi menegangkan

dan sering kali terbangun dini hari, perasaan negatif thinking,

kemampuan berkomunikasi menurun tajam, dan peraisaan takut yang

(32)

2.2. Perilaku Coping

Lazarus (dalam Carver, Scheier & Weintraub, 1989) berpendapat bahwa

reaksi individu terhadap stress terjadi melalui tiga proses yang diawali

dengan primary appraisal (penilaian primer), yaitu saat individu merasakan

adanya ancaman. Proses kedua disebut sebagai secondary appraisal

(penilaian sekunder), yaitu ketika indMdu memikirkan respon yang potensial

untuk menghadapi ancaman tersebut. Coping merupakan proses yang

terakhir, yaitu proses melaksanakan respon yang dipilih berdasarkan

penilaian pada tahap sebelumnya.

2.2.1. Definisi Coping

Menurut Sarafino (1998) individu melakukan perilaku coping sebagai usaha

untuk menetralisir atau mengurangi stress. Coping adalah suatu proses

dimana individu berusaha untuk mengatasi situasi stres yang dinilai

menimbulkan ketidaksesuaian antara tuntutan dan sumber daya yang

dimilikinya.

Lazarus dan Folkman (1984) memandang bahwa coping adalah suatu

respons terhadap stres dan didefinisikan sebagai suatu ui;aha dalam bentuk

kognisi dan perilaku, untuk mengatasi tuntutan ekstemal clan atau internal

(33)

Sementara itu Cohen dan Lazarus mendefinisikan coping secara umum

sebagai segala usaha yang digunakan untuk mengatasi stres (dalam

Holahan & Moos, 1987). Walaupun sebagian ahli mengatakan bahwa

perilaku coping ini diarahkan untuk memperbaiki atau menguasai masalah,

namun perilaku ini juga dapat hanya sekedar membantu individu tersebut

mengubah persepsinya terhadap ketidaksesuain, metolerir atau menerima

kerugian, melarikan diri, atau menghindari situasi (Lazarus & Folkman; Moos & Schaefer, dalam Sarafino, 1988).

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi coping adalah suatu

usaha kognitif maupun perilaku nyata yang dilakukan oleh individu untuk

mengatasi tuntutan dari dalam dan luar dirinya yang dirasakan menekan,

..

mengancam, membebani atau melebihi sumber daya ケ。ョAセ@ dimilikinya.

Banyak cara yang dilakukan remaja untuk coping terhadap tekanan yang

dialami. Untuk jangka waktu pendek, strategi yang lebih berguna adalah

strategi yang memungkinkan remaja untuk melanjutkan hidup mereka tanpa

menghadapi penyebab tekanan. Strategi adaptasi yang 「eセイオー。@ upaya

mengenali masalah dan menerima stress lebih berguna untuk jangka yang

(34)

2.2.2. Jenis Strategi Coping

Secara umum ada dua macam coping yaitu emotion-focused coping, dimana

coping diarahkan pada masalah yang dihadapi (Santrock, 1990; Compas,

dalam Rutter, 1995). Namun dengan seiring dengan makin banyaknya

penelitian mengenai coping pun semakin beragam variasijnya. Variasi-variasi

ini tetap berdasarkan pada dua jenis coping utama yang clikembangkan oleh

Lazarus dan Folkman ini.

Dalam penelitian mengenai pengukuran strategi coping, Carver, Scheir, dan

Weintraub (1989) mengajukan beberapa dimensi coping yang merupakan

variasi atau kombinasi dart kedua jenis coping tersebut. dalam penelitiannya,

mereka membagi 13 strategi coping menjadi tiga kategori besar, yaitu

problem focused coping, emotional focus coping dan coping yang maladaptif.

Macam-macam jenis strategi coping tersebut adalah s;ebagai berikut:

1. Problem Focused Coping

Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Carver, Scheier & Weintraub,

1989), problem focused coping adalah usaha melakukan tindakan

langsung pada sumber stres dengan tujuan untuk menyelesaikan

masalah atau mengurangi sumber stres. Hal ini dilakulcan jika individu

merasa bahwa sesuatu yang konstruktif dapat dilakulci:m terhadap situasi

(35)

dapat mengubah situasi (Folkman & Lazarus, dalam Taylor, 1995). Lima

strategi coping yang termasuk problem focus coping adalah sebagai

berikut:

a. Active coping. Proses pengambilan langkah-langkah aktif yang

berusaha untuk memindahkan stressor atau rnemperbaiki efeknya.

Strategi ini rneliputi inisiatif untuk bertindak langsung (initiating direct

action), meningkatkan usaha yang dilakukan (incrnasing one's effort),

dan rnencoba untuk rnelakukan usaha rnelakukan usaha coping dalarn

langkah-langkah yang bijaksana (trying to execute a coping attempt in

stepwise fashion).

b. Planning. Proses rnernikirkan usaha atau cara untuk mengatasi

stressor. Strategi ini rneliputi strategi pada tindakan yang akan

dilakukan, rnernikirkan langkah-langkah apa yang akan diambil dan

seberapa baik langkah tersebut dapat mengatasi rnasalah.

c.

Suppression of competing activities. Berusaha keras untuk tidak terlibat dalarn aktivitas lain atau rnencoba untuk tidak rnernikirkan

hal-hal lain dengan tujuan untuk konsentrasi penuh pada tantangan atau

ancarnan yang sedang dihadapinya. Usaha ini meliputi

mengesampingkan hal-hal lain, rnencoba menghinclari datangnya

gangguan yang disebabkan oleh kejadian-kejadian lain, bahkan

membiarkan hal-hal lain berlalu begitu saja dengan tujuan untuk

(36)

d. Restraint coping (penundaan tindakan mengatasi E;tres). Dalam coping

ini individu menunggu sampai ada kesempatan yang tepat untuk

bertindak, menahan dirt agar tidak bertindak terlalu cepat. Dengan

demikian coping ini memerlukan kontrol atau kendali diri yang cukup

baik dari individu. Coping ini dipandang sebagai strategi coping yang

aktif karena individu secara aktif mengarahkan tindakannya untuk

menghadapi stres secara efektif. Dari sisi lain, coping ini dapat juga

dipandang sebagai strategi coping yang pasif, karena dalam hal ini

individu menahan dirt berusaha untuk tidak melakukan sesuatu

sehingga terlihat seperti tidak melakukan apa-apa.

e. Seeking social support for instrumental reason. Merupakan usaha

mencart dukungan sosial dari teman atau keluarga,, berupa nasehat,

informasi atau bantuan lain sebagai cara individu untuk mengatasi

masalah atau sumber stres yang dihadapinya.

2. Emotion-Focused Coping

Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Carver, Scheier & Weintraub,

1989),

emotion-focus coping

bertujuan untuk mengurangi atau mengatur

distress emotional

atau emosi negatif yang ditimbulkan oleh suatu situasi

yang

stressful. Emotion-focused coping

cenderung ada ketika individu

merasa tidak dapat mengubah situasi yang menekan dlan hanya dapat

menerima situasi tersebut karena sumber daya yang dimilikinya tidak

(37)

Taylor, 1995) dan sumber stres yang dihadapinya akan berlangsung

cukup lama.

Menurut Lazarus (dalam Santrock, 1998), emotion-focused coping juga

melibatkan penggunaan defense mechanisms. Dalam emotion-focused

coping, remaja mungkin menghindari sesuatu, melakukan rasionalisasi

atas apa yang telah terjadi, mengingkari bahwa hal tersebut terjadi atau

justru mentertawakan hal tersebut.

a. Seeking social support for emotional reason. lndividu yang merasa

tidak aman karena situasi yang stressful dapat merasa tenang

kembali dengan memperoleh dukungan dari orang lain. Dukungan

sosial yang dicari misalnya berupa dukungan moral, simpati,

pengertian atau sikap orang lain yang memaharni masalahnya.

Pengertian tersebut berfungsi sebagai sarana untuk berbagi

perasaan ketika ia menceritakan masalahnya ォQセー。、。@ orang lain.

Strategi ini berrnanfaat ganda, yaitu selain memberi keyakinan atau

rasa aman, juga membuat individu dapat mengarahkan diri pada

usaha coping yang terarah pada pemecahan m13salah.

b. Positive reinterpretation and growth (positive reappraisal). Lazarus

dan Folkman (dalam Carver, Scheier & Weintraub, 1989)

memperkenankan kecenderungan respon ini dengan istilah positive

(38)

langsung, tetapi berusaha mengatasi emosi ョ・Aセ。エゥヲ@ yang

dialaminya dengan cara mencoba untuk mencari sisi positif atau

hikmah dari pengalamannya. Setelah emosi teratasi, lalu individu

dapat secara aktif melakukan tindakan yang lebih terfokus untuk

menyelesaikan masalah.

c. Denial. lndividu yang melakukan coping ini menigingkari atau

menolak untuk percaya bahwa stressor itu nyat;a ada. Denial

kadang-kadang berguna meminimalkan distres SE!hingga individu

dapat melakukan coping dengan lebih baik. Namun demikian,

apabila hal ini dilakukan terus menerus dan stressor tidak dapat

diabaikan, akan membuat masalah menjadi lebih parah dan

akhimya rnernpersulit coping.

d. Acceptance (penerimaan). Merupakan respon coping yang

fungsional, dimana individu rnenerirna kenyataan dari suatu situasi

yang stressful bagi dirinya, dan ia berusaha untuk mengatasi

situasi tersebut. Acceptance dapat terjadi pada dua tahap coping

acceptance yang terjadi pada tahap 'penilaian primer' adalah

rnenerima stressor sebagai kenyataan yang tidak dapat dihindari,

sedangkan acceptance yang terjadi pada tahap 'penilaian

sekunder' berupa rnenerima bahwa tidak ada strategi coping aktif

(39)

e. Turning to religion. Dengan coping ini, individu mencari pegangan pada agama saat ia menghadapi masalah. Mccrae dan Costa (dalam Carver, Scheier & Weintraub, 1989) menyatakan bahwa

dimensi strategi coping ini cukup penting bagi kebanyakan orang. Hal ini dapat terjadi karena agama dapat berfungsi sebagai sumber

dukungan emosional dan sarana untuk memah;ami atau menafsirkan kembali masalah yang dihadapi secara positif.

Pedoman agama pun mempunyai dukungan emosional yang dapat mendewasakan individu dan merupakan strate{Ji coping alctif untuk

mengatasi stressor.

3. Strategi Coping Maladaptif

Tiga strategi coping yang termasuk dalam coping ini ウQセ「。ァ。ゥ@ berikut: a. Focusing on and venting of emotion. Strategi cciping ini berupa

kecenderungan untuk memusatkan diri pada pe1ngalaman yang membuat distress atau pada kekecewaan yang dialami individu, dan kemudian melampiaskan emosi-emosi ters19but. respon ini

.

. kadang-kadang berfungsi dengan baik, misalnya ketika kematian orang yang dicintai. lndividu menggunakan masa berkabung untuk meluapkan rasa kehilangan yang dialaminya. Setelah itu, ia
(40)

mengakomodasi rasa kehilangan orang yang dicintai dan kemudian

melangkah maju. Namun memfokuskan diri pada emosi-emosi ini

(khususnya dalam jangka waktu yang lama) dapat menghambat

penyesuaian diri individu. Selain itu juga akan mengganggu atau

menghambat perhatian individu untuk mengusahakan coping yang

aktif dan keluar dari distresnya.

b. Behavior disengagement. Strategi coping ini dalam bentuk

mengurangi usaha individu untuk mengatasi stressor, bahkan

menyerah atau menghentikan usaha untuk mernpertahankan

tujuan yang terganggu oleh stressor yang munc:ul. Strategi ini

mencerminkan adanya gejala helplessness yaitu ada rasa tidak

berdaya, sehingga individu menyerah dan tidak lagi berusaha

untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Je•nis coping ini

biasanya terjadi pada sebagian besar orang yang kurang atau

bahkan tidak percaya bahwa coping yang aktif akan berhasil

menyelesaikan masalahnya.

c. Mental disengagement. Strategi ini adalah variasi dari behavioral

disengagement, dan merupakan bentulc lain dari tindakan

menghentikan usaha coping, yaitu dengan tidak. memilcirkan

masalah yang dihadapinya. Mental disengagement dapat dilakukan

dalam bentuk melakukan kegiatan untuk mengalihkan pikiran,

(41)

menonton lV sebagai cara untuk melarikan diri dari masalah. Jadi strategi ini merupakan kebalikan dari suppression of competing

activities.

2.2.3. Faktor-fak.tor yang Mempengamhi Strategi Coping

Strategi coping yang akan digunakan individu dapat berbi:ida-beda, pemilihan strategi coping tersebut tergantung beberapa faktor tertentu. Holahaan dan

Moos

(1987)

mengungkapkan ada tiga faktor yang menentukan strategi coping, yaitu:

1.

Faktor Sosial Demografi

Sejumlah studi menemukan adanya hubungan antara status sosial

ekonomi dan tingkat pendidikan dengan pemilihan str81tegi coping tertentu (Menaghan, dalam Holahaan dan Moos,

1987).

lndividu dengan status sosial ekonomi tinggi lebih cenderung sering menggunakan bentuk coping yang adaptif, eleksibel, logis, realistis, menerima kenyataan, dan kurang menyukai strategi yang defensive dan irasional (Haan, dalam Holahaan & Moos,

1987).

Menurut Billing dan Moos (dalam Holahaian & Moos,

1987),

individu yang memiliki pendidikan lebih tinggi juga cem:lerung menyukai penggunaan problem-focused coping dari pada avoida1nce coping. Selain

itu, usia dan jenis kelamin juga berkaitan dengan penggunaan coping tertentu. Pria cenderung memilih jenis coping yang temrah pada masalah

(42)

coping yang terarah pada emosi (emotion-focused coping) (Pearlin & Schooler,

1978;

Folkman & Lazarus, dalam Haber & Runyon,

1984)

2. Faktor kontekstual

Faktor kontekstual meliputi dua hal, yaitu: tuntutan yang muncul dari situasi stressful dan sumber daya sosial, termasuk hubungan

interp'.lrsonalnya dengan orang lain. b. Situasi hidup yang stressful

Lazarus mengatakan bahwa faktor situasional, temnasuk tuntutan yang muncul dari situasi yang stressful, memegang pera1n penting dalam pembentukan strategi coping yang dipilih oleh individu. Mccrae (dalam Holahaan & Moos,

1987)

mengatakan bahwa situasi stressful yang berbeda sehingga akan mempengaruhi pilihan individu terhadap

respon coping yang akan digunakannya. Respon coping yang positif biasanya terjadi pada situasi kehidupan yang 、ゥ。ョセQァ。ー@ menantang, sedangkan coping yang negatif terjadi pada situasi yang dirasa

mengancam bagi individu. Menurut Lazarus dan Folkman

(1984),

pada situasi yang masih dapat diubah secara konstruktif (seperti mengalami

pemutusan hubungan kerja), strategi yang dipakai adalah problem-focused coping. Sementara pada situasi yang sulit diubah (seperti

(43)

c. Sumber daya sosial

Sumber daya sosial juga berkorelasi positif dengan kesehatan mental

individu karena sumber daya sosial menyediakan dukungan

emosional, bantuan nyata, dan bantuan informasi (Heller & Swindle; Moos & Mitchell, dalam Holahaan & Moos, 1987). Orang yang mempunyai cukup sumber daya sosial cenderung menggunakan strategi problem-focused coping dan menghindari strategi avoidance coping (Cronkite & Moos, dalam Holahaan & Moos, 1987).

3. Faktor kepribadian

Menurut Lazarus (1976) kepribadian individu ikut mernpengaruhi

pemelihan strategi coping yang akan dipakainya untuk: mengatasi stres. Berdasarkan penelitian Carver, Coleman dan Glas (dalam Carver, Scheier, & Weintraub, 1989). tipe kepribadian dapat mempengaruhi

pemilihan strategi coping. Kepribadian tipe A cenderung menggunakan

active coping, menekan kepedulian akan emosional yang bersifat distres dan tidak suka menjauh dari tujuannya ketika menemt:li stressor.

Dari berbagai penjelasan tentang stres dan coping yang sudah dibahas

sebelumnya, dapat dilihat bahwa reaksi individu terhadap stress terjadi melalui tiga tahap proses stres, yang diawali dengan prim;'.lry appraisal

(44)

kedua adalah

secondary appraisal

(penilaian sekunder), yaitu ketika individu

memikirkan respon yang potensial untuk menghadapi ancaman tersebut.

coping merupakan tahap yang terakhir, yaitu proses melal<sanakan respon

yang dipilih berdasarkan penilaian tahap sebelumnya.

2.3. Mahasiswa

2.3.1. Definisi Mahasiswa

Mahasiswa berarti pelajar perguruan tinggi (Poerwada1minta, 1984,

h.619). Sedangkan dalam kamus ilmiah popular, mahasiswa diartikan

sebagai siswa sekolah tinggi (Partanto, 1994, h.87).

Mahasiswa adatah panggilan untuk satu orang yang setdang menjalani

pendidkan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi, serta

memiliki pemikiran intelektual, dan juga mengabdikan kepada masyarakat.

Mahasiswa adalah satu kelompok masyarakat yang ュゥセュー・イッャ・ィ@

statusnya dalam ikatan dengan perguruan tinggi. Roeslan Abdulgani,

mengatakan secara formal fungsional, mahasiswa adallah individu yang

sedang menuntut ilmu dalam salah satu perguruan tinggi. Mahasiswa

pada tahun pertama belum dianggap dewasa penuh (s,esuai dengan

(45)

objektif, pengendalian diri dan hubungan-hubungan sosial sudah

rnencapai tingkat kedewasaan (Gunarsa, 2004, h.128).

Gunarsa (2004, h.128) rnenjelaskan, bahwa seorang anak yang tidak

pernah tinggal kelas, rnaka pada usia 18 tahun akan mernasuki perguruan

tinggi, inipun jika bermaksud rneneruskan studi. Jadi pada usia 18 tahun

seseorang rnulai rnarnasuki dunia rnahasiswa, urnur 18-21 tahun olah

para ahli psikologi perkernbangan, rnasih digolongan masa rernaja lanjut

dan rnasih pada tahapan peralihn dadri dunia rernaja セZ・@ dunia dewasa.

Dari penjelasan yang telah di paparka diatas, dapat dii>irnpulkan bahwa

rnahasiswa adalah individu yang sedang rnenjalani pendidikan di

perguruan tinggi, dengan batas usia 18-20 tahun.

Adapun ciri-ciri peranan rnahasiswa-rnahasiswa rnenurut beberapa tokoh

adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa disebut sebagai kekuatan moral (moral fon::e)

Fauzie syuaib seorang aktifrtas rnahasiswa angkatan 7'0-an

rnengungkapkan rnahasiswa sebagai kelompok rnasya1rakat yang relative

rnumi, belurn punya kepentingan, ikatan serta daya kefPeloporannya

sebagai intelek (Syahrir, 1987),

2. Peran rnahasiswa tidak hanya terbatas hanya pada kritik atau control

(46)

merangsang terjadinya perubahan social-politik di Negara yang

bersangkutan.(sarlito,

1978)

3. Karakteristik mahasiswa diantaranya yaitu intelektualitas. Menurut sarlito

mahasiswa adalah insan calon sarjana yang dalam ォeセエ・イャゥ「。エ。ョョケ。@

dengan perguruan tinggi dididik dan diharapkan menjadi calon intelektual

4. Mahasiswa juga memiliki ciri lain yaitu kemudaannya (youth) kepemudaan

menurut Keniston dapat didefinisikan dari dua sudut, yang pretama yaitu

tema sentral dari kesadaran, perkembangan atau tingkah laku pada_

tingkatan perkembangan tertentu.

2.3.2. IMahasiswa Yang Cuti Kuliah

Yang diamsud cuti kuliah adalah menunda atau berhenti sementara waktu

semua kegiatan akademik dan kegiatan lain di UI untuk jahgka waktu

tertentu dengan seizin Rektor. (http/www.ui.co.id)

Para mahasiswa bisa saja mengambil pelerjaan seusai kuliah dengan

memberikan les privat, bekerja di pabrik, menjadi kuli, sales dan

membantu memberikan jasa layanan kepada orang-orang yang

membutukhan, seperti mengadakan pengetikan komputer, bengkel, jasa

internet dan cleaning service. Pekerjaan semacam itu 1tidak membutuhkan

skill yang terlalu rumit, hanya membutuhkan sikap bemni dan membuka

(47)

Keyakinan itu penting untuk menerima diri dalam dunia usaha, daripada

menunggu selesai menjadi sarjana baru memulai bekEirja. Hal itu akan

sangat terlambat dan menjadikan pengangguran semakin bertambah.

Jika mahasiswa mempunyai bakat dan keberanian memulai usaha, maka

sejak awal harus dikembangkan dan berusaha mewujudkan saai ini.

Menunda pekerjaan hanya akan membawa ketergantungan hidup dan

membawa penderitaan. Dengan bekerja sejak awal, p13ngalaman dan

kedewasaan sikap akan menempa mahasiswa menjacli pekerja keras

yang mengutamakan nilai nasional. Tunggu apa lagi, ayo bekerja dengan

gembira. Adapun yang kita lakukan akan membawa nilai guna untuk

kemajuan diri. Bekerja apapun demi menopang hidup dengan kualitas

lebih baik, akan mendorong upaya kemajuan peradaban generasi kerja

mencapai prestasi tinggi. Bermalasan dan menunda pt3kerjaan akan

menambah penderitaan yang membawa kemiskinan semakin melebar.

Upaya mahasiswa hidup mandiri perlu diapresiasikan yang

memungkinkan lahimya tradisi kebebasan yang memberikan ruang usaha

keras mewujudkan asa.( http://www.dutamasyarakat.com )

2.4. Kerangka Berpikir

Menunda kuliah karena keadaan ekonomi keluarga yang セ」オイ。ョァ@ mampu dan

(48)

rentan untuk mengalami stres. Penyebab dan gejala stres dapat ditemui

selama tuntutan dan keinginan yang tidak terpenuhi yang merupakan mikro

untuk terjai stres pada diri remaja

itu

sendiri yang mengalami tekanan karena merasa kebutuhannya harus dipenuhi sendiri dengan cam bekerja.

Keadaan ekonomi yang terkadang membuat kita harus menentukan jalannya

sendiri dan berpikir rasional dengan cara mencari altematif lain yaitu bekerja

dan terpaksa harus cuti kuliah sementara waktu sampai biaya yang

mencukupi untuk melanjutkan kuliahnya.

Mungkin setelah memutuskan untuk cuti kuliah, ada rasa kekhawatiran dan

kegelisahan pada subjek, takut karena tidak dapat melanjutkan kuliah lagi.

Hal tersebut membuat subjek sedikit tertekan dan banyak menimbulkan

konflik-konflik yang harus dihadapi.

Tidak biss di pungkiri kebutuhan ekonomi faktor yang dominan yang

mendorong para mahasiswa yang memutuskan cuti kuliah karena ekonomi

keluarga yang lemah, sedangkan orang tua yang single ー」セイ・ョエ@ tidak dapat

memenuhi kebutuhan keluarga, akhirnya si mahasiswa be1rusa mencari

tambahan penghasilan untuk menambahi semua ォ・ォオイ。ョQセ。ョ@ biaya kuliah.

Fenomena yang ada terlihat bahwa mahasiswa yang menunda atau cuti

kuliah karena factor ekonomi keluarga yang lemah, rata-rata penghasilan

(49)

keluarga apalagi ditambah dengan biaya pendidikan 。ョ。セZM。ョ。ォョケ。L@ meski

harus mengalami cuti kuliah, namun para mahasiswa tersebut tidak hanya

berdiam diri saja dirumah melainkan berusaha untuk mencari kerja agar bisa

mempunyai tambahan dan menabung untuk biaya kuliah selanjutnya serta

membantu memenuhi kebutuhan keluarganya.

Adapun strategi coping yang digunakan dua responden rnayoritas terbiasa

dengan problem fokus coping (coping berpusat pada masalah) yang

mencakup aktif coping (coping berpusat pada emosi) ュ。セイッイゥエ。ウ@

menggunakan seeking social suppor for emotional reason (mencari

dukungan sisial dan dukungan dari orang lain) turning to religion (kembali

kepada agama).

Dan ada satu responden yang juga menggunakan coping yang maladaptif

yaitu dengan coping focusing and venting of emotions Hュゥセュオ。ウォ。ョ@ diri pada

stress yang yang bersifat negative) dan mental disengagement (menyibukan

diri dengan aktivitas altremative untuk menghilangkan rasa tidak nyaman).

Sementara coping yang konstruktif diartikan sebagai upaya-upaya untuk

menghadapi situasi stress secara sehat. Coping yang konstruktif ini memiliki

ciri-ciri sebagai berikut:

1. Menghadapi masalah secara langsung, mengevaluasi alternative secara

(50)

2. Menilai atau mempersepsi situasi stres didasarkan kepada pertimbangan

yang rasional.

3. Mengendalikan diri (self-control) dalam mengatasi masalah yang

dihadapi.

Berdasarkan jenis strategi coping yang telah dipaparkan, dapat dikatakan

bahwa individu cenderung menggunakan problem-solving1 focused coping

dalam menghadapi masalah yang menurutnya bisa dikontrol seperti masalah

yang berhubungan dengan sekolah, kuliah atau pekerjaan.

Berawal dari pemikiran inilah penulis merasa tertarik untuk melakukan

sebuah -penelitian yang berkaitan dengan stres yang muncul pada

mahasiswa yang cuti kuliah, baik stres yang bersumber dari stres cuti kuliah

maupun stres yang muncul karena persoalan keluarga dan bagaiman

astrategi coping yang di lakukan untuk meminimalkan streisoer yang dihadapi,

dimana penulis akan berusaha menggambarkan stres seperti apakah dan

strategi coping yang bagaimana yang terjadi pada mahasiswa yang cuti

(51)
[image:51.595.36.483.141.593.2]

Bagan

2.4.1

Gambaran Stres dan Coping Mahasiswa yang1 Cuti Kulia

Tidak Stress

Emotional coping: - Seeking social suport - Positif reinforcement - Denial

- Acception

- Turning to religion

Mahasiswa yangg menunda

kuliah

Problem focus coping: - Active coping - Planning

- Supresion activties - Restrain coping

---

' Stress

l

Coping

Maladaptif: - Focusing and

venting - Behavior

disengagement - Mental

(52)

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

sehubungan dengan judul pada penelitian ini, maka pendekatan

penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Hal ini

dikarenakan penelitian kualitatif dapat digunakan untuk memahami

gejala sosial yang sering kali tidak dapat dipahami 「Qセイ、。ウ。イォ。ョ@ apa

yang diucapkan dan dilakukan oleh seseoarang dan perasaan orang

yang sulit difahami (Sugiono:26-27). Sehingga dihasiilkan data deskriptif

berupa kata-kata terulis atau lisan dari orang-orang clan perilaku yang

diamati.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang juga hermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

kontek khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

(53)

Sebagai salah satu metode yang di pakai dalam penelitian di bidang

ilmu sosial, menurut Yin (2000) umumnya studi kasus di pilih jika:

1) pertanyaan yang timbul dari topik penelitian sebagiran

berupa"Bagaimana" dan " Mengapa"

2) penelitian ini memiliki kontrol atau kejdian-kejadian yang berlangsung

3) fokus dari penelitian adalah fenomena saat ini dalam konteks

kehidupan yang sesungguhnya.

Pola yang di gunakan dalam penelitian ini adalah multiple case design

karena menggunakan lebih dari satu kasus

Dengan pola ini diharapkan dapat diperolaew gambaran secara

menyeluruh tentang penghayatan responden terhadap keadaan yang di

alaminya, oleh karena itu maka di perlukan data yang lbersifat khusus dan

individua luntuk mendapatkan hasil yang cukup ュ・ョ、セャャ。ュ@ (Robert. K.Yin,

2002).

3.2. Variabel atau Devinisi Operasioanal

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek,

pengamatan penelitian atau faktor yang berperan dalam peristiwa atau

(54)

adalalah stres dan coping mahasiswa yang cuti ku!liah karena faktor

ekonomi yang lemah.

Definisi operasional yang dipakaiuntuk variabel penelitian ini adalah

sebagaiberikut:

1. Stres menurut hans Selye M.D (dalam W.F maramis, 1998) adalah suatu kondisi yang dirasakan oleh badan sebagai akibat dari

adanya situasi yang menekan, situasai yang ュQセョ・ォ。ョ@ ini bila

berbentuk fisik, nyata atau stres yang sifatnya non fisik atau

bersifat psikososial, seperti kegagalan yang berturut-turut yang

dialami, rasa bersalah, rasa tidak nyaman dan kondisi-kondisi

serupa, akibat adanya stres yang bersifat ekstemal dan internal,

bahkan keduanya sekaligus, maka tubuh akan memobilisasikan

sistem reaksi defensive yang disebut generaladapton syndrome,

yaitu suatu kejadian yang sifatnya hipotesis dalam badan yang

timbul sebgai reaksitangkisan pada saat terjadinya situasi yang

menekan.

2. Coping adalah suatu usaha yang dilakukan ウ・ウセッイ。ョァ@ untuk

menghadapi situasi yang tidak menyenangkan }rang dialaminya,

menurut Sarafino, coping adalah suatu usaha untuk coba mengatur

ketidaksesuaian perasaan antara tuntutan dan akal yang mereka

(55)

3. Mahasiswa adalah suatu kelompok masyarakat yang rnemperoleh

statusnya dalam ikatan dengan perguruan ting£Ji (menurut Roeslan

Abdulgani), mengatakan secara formal fungsional mahasiswa

adalah individu yang sedang menuntut ilmu dalam salah satu

perguruan tinggi.

4. Cuti kuliah adalah menunda atau berhenti semEmtara waktu semua

kegiatan akademik dan kegiatan lain diUniversitas (fakultas) untuk

jangka waktu tertentu dengtan seizin rektor (Http/www.Ul.co.id)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif ini wawancara dan observasi d1mgan melakukan

pengumpulan data pada kondisi yang alamiah sumber dalta primer, partisipan

observasi, wawancara, dokumentasi. Adapun jenis pengumpulan data yang

digunakan adalah triagulasi sumber dimana menurut (Sugriono:270-271)

trigulasi sumber berarti mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda

dengan tekhnik yang sama.

3.3.1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dalam tanya jawab yang di arahkan

untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan bila

(56)

makna-makna subjektif yang di pahami individu berkenaan dengan topik yang

di teliti.

Agar wawancara tidak menyimpang dari tujuan penelitian maka akan

di gunakan pedoman wawancara yang berfungsi untuk mengingatkan

akan topik-topik yng di gali serta apa yang belum dan yng sudah di

tanyakan, selain itu mempermudah pencatatan pacla saat wawancara.

Pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman wawancara

tidak terstruktur. Pedoman wawancara yang tidak berstruktur, yaitu

pedomn wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan

ditanyakan, kreativitas dari pewawancara sangat ーQセョエゥョァ@ karena

pewawancara sebagai pengemudi jawaban responden, hasil

wawancara dan jenis pedoman ini cocok untuk penelitian kasus (Gluba

& Lin coin

1981,

dalam meleong,

1997).

3.3.2 Observasi

observasi di sebut pula dengan pengamatan meliputi kegiatan

pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakn

seluruh alat indera, observasi bertujuan sebagai alat yang mendukung

alat yang lain observasi dapat di lakukan terhadap dua hal, yang

(57)

pencatatan lapangan (meleong, 1997), yang ー・ョエゥョAセ@ di lakukan untuk

mengamati apakah ada faktor-faktor lingkungkungan tersebut yang

dapat mempengaruhi sikap dan perilaku yang kedua adalah observasi

terhadap subjek yang di wawancarai

Dengan observasi di harapkan peneliti lebih deapat mengungkapkan

intensitas emosi subjek terhadap pengalaman-pen!1alamannya serta

hal lain yang tidak tercakup dalam informasi verbal yang diberikan

subjek, sehinggadapat memperkaya data yang di peroleh (Monyn caux

& Lans, 1982 dalam marshal & rossman, 1995 clalam Lestari,2004)

peneliti juga melakukan observasi mengenai tingkah laku subjek

selama observasi berlangsung,dan tingkah laku yang clapat

diobservasi sebagai berikut: raut wajah, mimik bibir.lcara berbicra,

gerakan tangan, kaki, dan badab/tubuh serta pola cluduk subjek

berubah atau menetap

3.4. Tekhik Pengambilan Sampel

Peneliti menggunakan sampel bertujuan (Purposive samplling) karena

didasarkan atas adanya tujuan-tujuan tertentu dari peneliti, tekhnik ini

(58)

waktu, tenaga dan dana peneliti sehingga peneliti tidak mampu mengambil

sampel dari jumlah yang terlalu banyak (Arikunto,2002).

3.4.1. Responden

dalam penelitian ini penulis menunjuk tiga orang sebagai responden atau

subjek penelitian, penentuan jumlah subjek ini adalah untuk jumlah sampel

yang di sesuaikan dengan fenomena yang akan diamati.

Adapaun bentuk pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan cara

Purposive sampling, yaitu subjek dipilih berdasarkan pertimbangan dan

tujuan tertentu, hal ini seperti di ungkapkan Patton( dalam Wulandari 2001 ),

bahwa penelitian kualitatif umumnya menggunakan pendeikatan Purposif,

sampel tidak diambil secara acak tetapi justru dipilih mengikuti kriteria

tertentu.

3.4.2. Karakteristik Subjek

Adapun karakteristik sampel yang di gunakan oleh penulis; adalah mahasiswa

UiN Syarif Hidayatul!ah Jakarta fakultas psokologi bemsia 18-24 tahun. Yang

(59)

3.5. Prosedur Penelitian

3.5.1 Tahap Persiapan

1) Peneliti menyusun pedoman wawancara tidak terstruktur yang

bersifat terbuka untuk menggali kondisi-kondisi yang menimbulkan

stres pada mahasiswa yang cuti kuliah karena faktor ekonomi

keluarga yang kurang mampu.

2) Menunjukan pedoman wawancara tidak terstruktur kapada

pembimbing skripsi untuk mendapatkan umpan balik

3) Melakukan perbaikan-perbaikan dan tambahan yang di perlukan

terhadap wawancara.

3.6. Analisa Data

penelitiuan ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode

studi kasus deskriptif yang hasil dari penelitian ini tidak di uraikan dalam

bentuk angka seperti penelitian kuantitatif, melainkan akan benrpa

deskripsi, cerita tuliasan dan angka-angka analisa menurut Patton

(dalam Lestari 1996) adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategiri dan satuan uraian

dasar. Analisa kualitatif tetap menggunakan kata-kata yangt biasanya di

(60)

HASIL PENELITIAN

Dalama Bab IV ini akan di jelaskan hasil pengolahan data, yang di dapat dari

Japangan penelitian, adapun hasil penelitian dapat di jabairl<an dalam bentuk

analisa kasus, gambaran urnurn subjek, riwayat kasus, observasi,

wawancara, garnbaran stres, garnbaran coping, dan perbandingan antar

kasus.

4.1. Gambaran Umum Subjek

subjek yang diarnbil dalarn penelitian ini berjurnlah tiga orang yang sernuanya

adalah orang-orang yang telah di pilih berdasarkan kriteria yang telah

diterapkan sebelumnya, nama-narna subjek dalarn penelitian ini sengaja di

sarnarkan untuk rnenjaga kerahasiaan subjek penelitian dan sesuai dengan

[image:60.595.28.442.107.475.2]

etika penelitian

Tabel 4.1.1. ldentitas responden penelitian

No Nam a Jen is Usia Agama Fakultas Semester Kelarnin

(61)

4.2. Analisa Kasus

4.2.1. Responden 1 (SS)

Gambaran Umum

SS adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Psikologi

semester VIII, yang kini berusia 24 tahun, ia lahir di Bogor pada tanggal 20

oktober

1983

dan SS anak bungu dari 4 bersaudara ketig;a kakaknya sudah menikah.

Subjek adalah pribadi menarik dan penuh dengan sederhana, itulah kesan

pertama yang timbul saat bertemu dengan SS, pria ini selalu menebar

senyum dan bersahabat dalam dalam setiap kunjungan ーQセョ・ャゥエゥ。ョ@ ini, meski

terlihat kurang sehat karena habis sakit tetapi SS tetap rarnah menyambut

penulis berkunjung kerurnahnya.

Awai SS rnulai stres sejak dari awal masuk kuliah perkuliahan yang dijalani

sekarang adalah atas kernauan SS sendiri, walaupun ayahnya sernpat bilang

biaya kuliahnya nanti tidak bisa cjitanggung semuannya karena penghasilan

ayahnya yang cukup hanya cukup untuk kebutuhan serhari-hari, akhimya SS

rnembicarakan hal tersebutb kepada ketiga kakaknyadan ketiga kakanya

tersebut menyetjua permintaan SS, dan akhimya Ss pun bisa kuliah dan

(62)

registrasi pembayaran. Walaupun semat malu dan dansedikit minder sama

teman-teamannya, SS terus menjalankannya karena bagi subjek apa yang

udah terjadi adalah sebuah resiko yang harus diterima.

"tadinya sih, kuliah itu adalah kemauan

gw,

padaha/ bokap gw udah pemah bilang kalo be/iau ga sanggup jika biayai semuanya, akhimya gw ngomong soa/ ini sama ketiga kakak

gw,

dan .syukurlah mereka sejuju, biaya gw adalah hasi/ dari patungan bol<ap dan kakak-kakak gw, ya ... walaupun hampir sering te/at kalo pembayaran

registrasi.

Untuk menambahi uang saku dan kebutuhan kulaih, dari rnulai kuliahpun SS

sudah mulai cari penghasilan tambahan untuk kebutuhan kuliah dan saku

kuliah, subjek melakukan hal tersebut karena ia rnersa sangat kurang untuk

membeli kebutuhan kuliahnya seperti buku, foto copy dan lainnya. lnginnya

SS fokus sama kuliahnya saja tetapi harapan itu belum bh;a, karena

penghasilan keluarga saja hanya cukup buat kebutuhan sehari-hari, untuk itu

SS harus mencari penghasilan tarnabahan sendiri.

"Pengennya

gw

sih, fokus sama kuliah dulu tapi kenyataannya ga bisa karena untuk beli buku aja dan foto copy aja ga bisa, uang saku aja cuma pas buat ongkos, tapi

gw

sih ga pemah nge/uh karena

gw

juga tau keadaan ekonomi ke/uarga

gw

juga kurang, ya udah

gw

coba ngaj;;1r eskul di seko/ah SMP

gw

dulu, lumayan sih buat tambahan uang saku gw l'iap hari.

Dengan penghasilan yang cukup buat nambahin uang saku. SS sudah

merasa cukup buat nambahin uang saku, tetapi adakalanya SS juga merasa

bingung ketika jadwal dan tugas kuliah mulai padat dan banyak, dia tidak

(63)

akhimya tidak dapat pengahasilan buat nambahain uang saku tiap harinya,

SS pemah stres dengan keadaan tersebut di atas, bahkan tidak masuk kuliah

karena tidak punya uang saku.

"gw pwemah tuh stres banget, tugas kulih banyak, harus beli buku dan foto copy, dan pastinya semua itu membutuhkan pengeluaran yang tidak sedikit , tapi disaat yang sam gw juga ga punya

tambahan karena gw ga pemah masuk untuk ngajar esku/, kalo semua jadwal kuliah padat, gw udah ga bisa bagi waktu buat ngajar Iagi, pokoknya pusing banget dech.

SS sering merasa khawatir dengan kelanjutan kuliahnya nanti, ia sering

merasa cemas dan takut apalagi waktu kuliah belum

Gambar

Gambaran Stres dan Coping Mahasiswa yang1 Cuti Kulia
Tabel 4.1.1. ldentitas responden penelitian
Gambaran umum
Gambaran Stres
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil &amp; Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.. Mengetahui Menyetujui Ketua

Based on the research results, it can be concluded that the addition of micronutrient and fermentation time 48 hours up to 144 hours can increase the

Mengidentifikasi penataan cahaya secara artistik sesuai dengan program acara televisi 13.4. Mengoperasikan peralatan tata

Dengan adanya keempat produk konversi tersebut, perusahaan dapat mengimplementasikan tacit knowledge yang dimiliki oleh setiap individu untuk dapat di kelola menjadi

Menurut pandangan teologia manusia pada hakekatnya diciptakan oleh Sang Kuasa dengan kemampuan yang baik. Manusia mampu membentuk berbagai struktur dunia yang diperlukan

Akustik yang menyangkut arsitektural merupakan sebuah cabang.. AKBAR ALI ABDUL FATAH AMMAR TANJUNG 13.11.0128 | 182 pengendalian pada ruang arsitektural yang dapat

Kemudian mereka pun naiklah bertemu (nganjang manjau muli) kepada Sang Putri. Maka sibuklah di situ orang mengurusi jamuan makan dan minum untuk mereka. Radin lumbar