• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Politik : Studi Tentang Dakwah Partai Bulan Bintang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi Politik : Studi Tentang Dakwah Partai Bulan Bintang"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI POLITIK

(Studi Tentang Dakwah Partai Bulan Bintang)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh :

ERDIANSYAH

102051025449

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

KOMUNIKASI POLITIK

(

Studi Tentang Dakwah Partai Bulan Bintang

)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh : ERDIANSYAH

102051025449

Pembimbing,

Dr. Murodi, MA NIP: 150 254 102

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul KOMUNIKASI POLITIK (STUDI TENTANG DAKWAH PARTAI BULAN BINTANG) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 5 September 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) program Strata 1(S1) pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 5 September 2008 Sidang Munaqasyah

Ketua merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Study Rizal LK, M.A. Umi Musyarafah, M.A.

NIP: 150262876 NIP: 150281980

Anggota,

Penguju I Penguji II

Dra. Hj. Roudhonah, M.A. Dra. Armawati Arbi, M.Si.

NIP: 150232920 NIP: 150246288

Pembimbing,

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 Agustus 2008

(5)

OUT LINE SEMENTARA

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah C. Tujuan dan Manfaat Penelitian D. Metode Penelitian

E. Sistematika Penulisan BAB II : TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Dakwah B. Pengertian politik

C. Hubungan Politik dan Dakwah

BAB III : GAMBARAN UMUM PARTAI BULAN BINTANG A. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri

B. Visi dan Misi Partai Bulan Bintang C. AD/ART Partai Bulan Bintang D. Struktur Organisasi

E. Program-program Partai Bulan Bintang

BAB IV : POLITIK DAKWAH PARTAI BULAN BINTANG A. Ruang Lingkup Dakwah Partai Bulan Bintang B. Konsep Dakwah Partai Bulan Bintang

C. Sistem Kaderisasi Partai Bulan Bintang

D. Orientasi Politik Dan Dakwah Partai Bulan Bintang BAB V : PENUTUP

(6)

ABSTRAK

Erdiansyah

Komunikasi Politik (Studi Tentang Dakwah Partai Bulan Bintang)

Era Reformasi yang berjalan saat ini memberikan berbagai indikasi yang baik terhadap dakwah Islam, terutama partai berideologi Islam. Partai Bulan Bintang merupakan partai berasas Islam yang berperan sebagai oposisi dalam menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah dan politik tidak bisa dipisahkan karena memiliki tujuan yang sama, yaitu membawa masyarakat ke arah yang lebih baik sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Pada prinsipnya, tujuan yang baik seharusnya dicapai dengan cara yang baik pula. Karena itu politik bagi Partai Bulan Bintang adalah alat untuk mengembangkan dakwah Islam, namun tujuan politik untuk mencapai kekuasaan hanya bersifat sementara, karena tujuan utama perjuangan partai dan umat Islam adalah menjaga dan menegakkan Islam.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teknik analisis deskriptif, sedangkan pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………..i

KATA PENGANTAR………..…….ii

DAFTAR ISI………..…....v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.………..…….….1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...…………..………6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...……….…...……7

D. Metodologi Penelitian…..………...…..………….….8

E. Tinjauan Pustaka……...………10

F. Sistematika Penulisan……..………...……..13

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Dakwah……...………..………14

1.Pengertian Dakwah……...………...…….14

2.Unsur-unsur Dakwah………...16

B. Politik………23

C. Komunikasi Politik Menurut Pandangan Islam...24

D. Hubungan Dakwah dan Politik….………26

BAB III PROFILE PARTAI BULAN BINTANG A. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri……...33

B. Visi dan Misi ………..……...………...38

C. AD/ART………...……….………...….38

(8)

BAB IV KOMUNIKASI DAKWAH PARTAI BULAN BINTANG A. Komunikator Dakwah Partai Bulan Bintang……..……..47 B. Pesan Dakwah Partai Bulan Bintang…………..………..50 C. Saluran Dakwah Partai Bulan Bintang……...……….….55 D. Sasaran Dakwah dan Politik Partai Bulan Bintang….…..59 E. Tujuan dakwah dan Politik Partai Bulan Bintang...…..60 F. Karakteristik Partai Bulan Bintang………...69

BAB V PENUTUP

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tahun 1998 merupakan era baru yang berindikasi positif bagi proses perubahan sosial politik, terutama dikalangan Islam yang merasa dimarginalkan oleh rezim Orde Baru. Kehadiran era baru ini menurut kalangan Islam merupakan sesuatu yang baik dan harus direspon dengan membangun berbagai kemungkinan bagi terselenggaranya kepentingan-kepentingan umat Islam. Dalam kaitan ini, lahirnya era reformasi memberikan berbagai indikasi yang konstruktif bagi penguatan gerakan dakwah Islam, terutama dakwah melalui media politik dengan berjuang pada struktur politik negara agar proses penyelenggaraan negara dapat memcerminkan nilai-nilai profetik Islam.1

Runtuhnya rezim Orde Baru memberikan peluang bagi umat Islam untuk mendirikan partai politik yang berasas Islam dan memiliki komitmen terhadap dakwah Islam,2 di antaranya Partai Bulan Bintang (PBB) yang memberikan perhatian pada usaha pembinaan umat dengan menyalurkan aspirasi politiknya dalam lembaga resmi kenegaraan. Kemudian Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang memadukan kerja politik dan dakwah. Partai-partai lain yang mengembangkan kegiatan serupa seperti Partai Kebangkitan Umat (PKU),

1

Syarifuddin Jurdi, Pemikiran Politik Islam Indonesia, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008), h. 182

2

(10)

Partai Umat Islam (PUI), Partai Bintang Reformasi, Partai Nahdatul Umat, PPP dan partai-partai Islam lainnya.3

Aktivitas dakwah di tanah air sebagai lembaga telah menjelma dalam bentuknya yang modern pada awal abad ke-20. Formasinya sebagai gerakan dakwah mempunyai arti aktivitas bersama untuk penyebarluasan ajaran-ajarannya di tengah kehidupan masyarakat sehari-hari. Menguatnya pendekatan kelembagaan dalam dakwah termenifestasikan dalam bentuk-bentuk gerakan organisasi kemasjidan, lembaga pendidikan teristimewa pesantren, badan-badan sosial politik, organisasi kemasyarakatan (ormas), majelis taklim dan lain-lain yang keseluruhannya bernilai sosial, budaya, politik dan ekonomi.4

Dalam etika Islam, politik harus bertujuan untuk amar mar’uf dan nahi munkar, mengingatkan yang salah dan mendorong sebanyak mungkin

kreatifitas masyarakat dalam berlomba-lomba meraih nilai kebajikan. Karena itu, produk politik Islam tidak mungkin menjadi sektarian atau untuk kepentingan umat Islam saja, melainkan meratakan keadilan dan rahmat bagi orang banyak (rahmatan lil-‘alamin).5

Allah berfirman dalam Quran surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi:

!"

#

$%

&

'()

.

3

Ibid, h. 362

4

A.M. Fatwa, Demokrasi Teistis, Upaya Merangkai Integrasi Politik dan Agama di Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 79-80

5

(11)

Artinya:” Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.

Untuk melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar, dakwah memerlukan media, baik lisan, tulisan bahkan politik karena melalui media ini dakwah akan dapat disebarkan secara luas, selain dapat menterjemahkan prilaku kehidupan masyarakat, hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Endang Saifuddin Anshari bahwa dengan cara-cara ini islam dapat diterjemahkan secara lebih leluasa termasuk soal politik.6

Seperti diketahui, politik merupakan salah satu kegiatan penting, karena suatu masyarakat hanya bisa hidup secara teratur kalau ia hidup dan tinggal dalam sebuah Negara dan segala perangkat kekuasaannya. Sedemikian pentingnya peranan politik dalam masyarakat modern, sehingga banyak orang berpendapat bahwa politik (dalam arti luas) adalah panglima, artinya politik sangat menentukan corak sosial, ekonomi, budaya, hukum, dan berbagai aspek kehidupan lainnya.7

Pemikiran M. Natsir di masa muda memperlihatkan corak mempertahankan Islam dari berbagai serangan yang menyudutkannya. Tampaknya, M. Natsir mengambil bagian dalam aktifitas politik dalam rangka membela Islam dari upaya-upaya orang yang hendak memojokkannya. Dengan gerakan politik ini, M. Natsir ingin melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar demi tegaknya Islam.

6

Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam dan Umatnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. Ke-4, h. 178

7

(12)

M. Natsir menggunakan istilah modernisasi politik Islam yang mengandung arti sebagai sikap dan pandangan yang berusaha untuk menerapkan ajaran dan nilai-nilai kerohaniaan, sosial, dan politik Islam yang terkandung didalam Quran dan Sunnah Nabi dan menyesuaikannya dengan perkembangan-perkembangan mutakhir dalam sejarah peradaban umat manusia. Dalam term politik seperti ini, maka M. Natsir mewajibakan setiap umat Islam untuk berpolitik sebagai sarana dakwah Islam. Katanya, sebagai seorang muslim, kita tidak dapat melepaskan diri dari politik. Sebagai orang politik, kita tidak dapat melepaskan diri dari ideologi kita, yakni ideologi Islam. Bagi kita, menegakkan Islam itu tidak dapat dilepaskan dari menegakkan masyarakat, menegakkan Negara, dan menegakkan kemerdekaan.

Menurut Harun Nasution, hubungan kekuasaan dan dakwah cukup jelas. Pada periode Mekah, Muhammad SAW sulit mengembangkan dakwah, karena di Mekah terdapat kekuasaan kaum Quraisy yang kuat menentangnya. Di Madinah, kekuasaan seperti itu tidak ada, bahkan kemudian tampak kekuasaan di Madinah dipegang oleh Muhammad SAW. Dengan kekuasaan yang ada ditangannya, ia lebih mudah menyebarluaskan ajaran Islam.8

Keberadaan kelompok politik Islam dalam perpolitikan Indonesia merupakan kelanjutan dari adanya dikotomi santri-abangan dikalangan umat Islam, disamping juga berkembang dari adanya kemajemukan dikalangan kelompok Islam itu sendiri. Adalah suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa kelompok politik Islam bukanlah merupakan satu kelompok

8

(13)

kepentingan tunggal. Hal ini ditandai oleh banyaknya partai-partai di kalangan kelompok Islam, baik yang mendasarkan diri pada ideologi dan simbol keislaman maupun yang berbasis dukungan umat Islam.

Pada era reformasi dewasa ini terdapat banyak partai Islam atau partai yang berbasis dukungan umat Islam. Fenomena tersebut merupakan refleksi kemajemukan umat Islam dan keberagaman kepentingan kelompok Islam. Kelahiran partai-partai tersebut merupakan buah euphoria politik yang tak terelakkan dari proses reformasi. Proses reformasi yang terjadi memang memberikan angin segar kebebasan bagi warga Negara untuk berserikat dan berkelompok yang selama 30 tahun lebih terkungkung oleh kekuasaan absolut sentralistik.9 Partai Bulan Bintang yang lahir dengan seiring gerakan reformasi dalam sektor kehidupan, khususnya reformasi politik kembali menghidupkan dan menggunakan ideologi Islam sebagai ideologi partai mereka atau dengan kata lain Islam dijadikan sebagai asas gerakan partai yang dianut.

Kendati pendirian partai politik merupakan sebagian dari komitmen umat dalam bidang politik, namun pada kenyataannya dapat menjadi sebuah alternatif sarana bagi langkah-langkah perjuangan politik bagi kaum muslimin. Langkah-langkah ini merupakan bagian integral dari tugas dakwah yang diemban oleh umat Islam. Karenanya pemberian kesempatan bagi munculnya sebuah partai Islam yang merupakan aspirasi umat untuk mewujudkan cita-cita politik yang tidak pernah padam mengingat luasnya dakwah. Karena itu pemberian wadah secara legal formal merupakan bagian dari pemungsian efektif peran pemberdayaan umat baik secara psikologis, sosiologis, ekonomis

9

(14)

maupun politik dalam satu sisi dan sisi lain dapat menghindari terjadinya ekstriminitas akibat penekanan terhadap peran politik umat.10

Atas dasar pemikiran tersebut diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul : “Komunikasi Politik (Studi Tentang Dakwah Partai Bulan Bintang)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah

Supaya dalam penulisan ini tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka penulis memberikan batasan pada komunikator, pesan, saluran, sasaran, dan tujuan dakwah dan politik Partai Bulan Bintang pada pimpinan pusat yang merupakan partai berasas Islam.

2. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diutarakan di atas, untuk memudahkan pembahasan penelitian ini serta tidak menyimpang dari judul yang diangkat, maka penulis merumuskan masalah yaitu:

Bagaimana komunikasi politik Partai Bulan Bintang mengenai unsur-unsur dakwah?

a. Komunikator dakwah b. Pesan dakwah

c. Saluran dakwah d. Sasaran dakwah e. Tujuan dakwah

10

(15)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang telah dibatasi di atas, namun di samping itu secara khusus dikemukakan bahwa penelitian bertujuan untuk mengetahui komunikasi politik Partai Bulan Bintang dilihat dari unsur komunikator dakwah, pesan dakwah, saluran dakwah, sasaran dakwah, serta tujuan dakwah.

2. Manfaat penelitian a. Manfaat akademis

Manfaat akademis dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menambah dan memperkaya bahan kajian dan pustaka bagi para pembaca atau pemerhati studi tentang komunikasi politik, terutama bagi para aktivis dakwah dan politik di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Penelitian ini merupakan sumber referensi dan sarana pemikiran bagi kalangan akademisi dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan berguna sebagai bahan perbandingan bagi peneliti yang lain. b. Manfaat praktis

Adapun manfaat praktis yang ingin dicapai oleh penulis adalah: 1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pengembangan dakwah

(16)

2. Memberikan informasi kepada berbagai pihak terutama Partai Politik Islam yang peduli terhadap masalah dakwah.

3. Sebagai rekomendasi untuk pemerintah dan seluruh praktisi politik Islam agar bisa menjadi pertimbangan dalam politik demi tegaknya dakwah Islam di Negara ini.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode penelitian

Dalam penelitian penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang konsep komunikasi politik Partai Bulan Bintang.

2. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian skripsi ini adalah DPP Partai Bulan Bintang yang beralamat di Jl. Raya Pasar Minggu, No. 1 B Jakarta Selatan. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April 2008 sampai dengan Agustus 2008.

3. Subyek dan obyek penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah pengurus, pejabat atau pempinan pusat Partai Bulan Bintang. Sedangkan obyek penelitian ini adalah konsep komunikasi politik tentang dakwah Partai Bulan Bintang.

(17)

a. Wawancara, yaitu penulis melakukan wawancara langsung dengan pengurus pusat Partai Bulan Bintang.

b. Observasi, yaitu penulis mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap tempat yang akan diteliti, yaitu Dewan Pimpinan Pusat Partai Bulan Bintang.

c. Dokumentasi, yaitu mencari data atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya.

2). Sumber data

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang dimiliki oleh DPP Partai Bulan Bintang, seperti AD/ART PBB, dan dari interview atau wawancara serta dokumen partai lainnya.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari tulisan berupa artikel, buletin, jurnal, skripsi, tesis, disertasi dan lain-lain.

5. Teknik analisa data

Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan cara melaporkan data dengan menerangkan, memberikan gambaran, dan mengklasifikasikan, serta menginterpretasikan data yang terkumpul secara apa adanya dan kemudian menyimpulkannya.

7. Pedoman penulisan

(18)

E. Tinjauan Pustaka

Menurut Yusril Ihza Mahendra, politik adalah bagian dari dakwah untuk mengajak manusia ke arah kebajikan dan menolak kemungkaran karena pada prinsipnya ini tidak merugikan pihak manapun. Partai Bulan Bintang memperjuangkan ajaran Islam yang universal, tujuannya adalah agar dapat menjiwai dan mendorong bangsa dan Negara Indonesia dengan tetap menjunjung tinggi keberadaan pemeluk-pemeluk agama lainnya, sesuai dengan jaminan ajaran Islam tentang kemerdekaan memeluk agama dan menjalankannya, yang semuanya adalah sejalan dengan ketentuan-ketentuan di dalam undang-undang dasar 1945.11 Partai Bulan Bintang berusaha menjadi partai Islam yang memberikan inspirasi dan petunjuk-petunjuk untuk menyelesaikan berbagai persoalan bangsa Indonesia.

Partai Bulan Bintang jelas berasas Islam, dengan visi terwujudnya kehidupan masyarakat Indonesia yang islami. Visi besar ini kemudian dielaborasi kedalam tujuan misi, yaitu membangun Indonesia yang maju, mandiri, cerdas, berkepribadian tinggi, berkeadilan, berdemokrasi, dan turut mewujudkan perdamaian dunia berdasarkan nilai-nilai Islam.12 Oleh karena itu partai ini ingin memposisikan diri sebagai partai politik Islam terdepan yang menegakkan syariat Islam di Indonesia.

Esensi dakwah dan politik menurut Imam Khomeini adalah menyeru segenap umat manusia untuk dapat melaksanakan syariat Islam di dalam semua bidang kehidupan, yang mana semua ini dilaksanakan demi terwujudnya suatu cita-cita luhur yaitu tegaknya tatanan masyarakat islami

11

http://yusril.ihzamahendra.com/2008/07/10/hanya-ada-satu-kata-maju/

12

(19)

yang bersendikan nilai tauhid. Urgensi politik bagi dakwah yaitu terciptanya situasi konstruktif bagi perkembangan dakwah Islam, umat Islam bebas melaksanakan dakwah dan mengamalkan tanpa ada larangan dan gagasan. Adapun urgensi dakwah bagi politik yaitu diterapkannya syariat Islam sebagai hukum Negara yang mengatur kehidupan masyarakat dalam aspek ibadah, muamalah, jinayat, dan sebagainya.13

Selanjutnya ada beberapa karya yang memiliki judul hampir sama dengan apa diteliti oleh penulis. Karena itu penulis perlu memberikan penjelasan dan pertimbangan selanjutnya agar tidak terkesan menduplikat hasil karya orang lain.

Skripsi pertama ditulis oleh Ramin dengan judul “Dimensi Dakwah Dalam Politik (Studi Atas Partai Bintang Reformasi), mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2001. Skripsi ini membahas konsepsi dakwah Partai Bintang Reformasi sebagai partai politik Islam dalam setiap kegiatannya.

Skripsi kedua yang ditulis oleh Harianto Arbi dengan judul “Gerakan Politik Partai Bulan Bintang Dalam Dinamika Demokrasi Indonesia”, mahasiswa fakultas Ushuluddin dan Filsafat jurusan Pemikiran Politik Islam tahun 2006. Judul tersebut memang sama subyeknya, namun obyeknya berbeda dengan yang diteliti oleh penulis yaitu kajian tentang politik dakwah Partai Bulan Bintang.

Karya Meyrita Susanti yang berjudul “Dakwah dan Politik (Studi atas Program Kerja Bidang Dakwah DPW Partai Bulan Bintang Propinsi Banten)”, mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2007. skripsi ini

13

(20)

memberikan pembahasan lebih kepada program kerja bidang dakwah yang telah dilakukan oleh DPW Partai Bulan Bintang propinsi Banten.

Selanjutnya tesis yang ditulis oleh Arsyad pada tahun 2007 tentang: “Dakwah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Melalui Kaderisasi”, mahasiswa S2 konsentrasi Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tesis ini menjelaskan kaderisasi Partai Keadilan Sejahtera yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan kualitas kader dan percepatan pertumbuhan kader serta anggota baru. Kaderisasi merupakan prinsip gerakan amal partai dakwah PKS yang mengunakan istilah kadersasi sepanjang hidup. Penelitian ini menekankan pada kaderisasi Partai Keadilan Sejahtera yang merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan dakwah partai.

(21)

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan sripsi ini disusun dalam lima bab, secara sistematis penulisannya sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Bab yang membahas ruang lingkup dakwah dan politik yang meliputi pengertian dakwah dan politik, hubungan dakwah dan politik, serta komunikasi politik menurut pandangan Islam. BAB III : PROFILE PARTAI BULAN BINTANG

Bab ini meliputi latar belakang dan sejarah berdiri, visi dan misi, AD/ART Partai Bulan Bintang, serta program partai.

BAB IV : KOMUNIKASI DAKWAH PARTAI BULAN BINTANG Bab yang mambahas komunikator dakwah Partai Bulan Bintang,

pesan dakwah, saluran dakwah, sasaran dakwah, tujuan dakwah, serta karakteristik Partai Bulan Bintang.

BAB V : PENUTUP

(22)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Secara semantik perkataan dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu da’a, yad’u ( -! * ) yang artinya mengajak, mengundang atau memanggil. Kemudian menjadi kata da’watan ( ) yang artinya panggilan, undangan atau ajakan. Istilah lain yang identik dengan kata dakwah adalah; ballagho, yuballighu (+(,-+(" ) yang artinya menyampaikan. Kata itu kemudian menjadi kata tablighun ( ) yang artinya penyampaian sesuatu pesan. Karena itu dakwah juga sering disebut tabligh yang maksudnya sebagai suatu kegiatan penyampain pesan atau ajaran agama Islam. Dengan demikian, secara etimologis (bahasa), pengertian dakwah dan tabligh itu merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.14

Makna lain kata dakwah secara bahasa adalah:15

a. An-Nida artinya memanggil; da’a fulan ila fulanah, artinya sifulan mengundang sifulanah.

b. Menyeru; ad-du’a ila syai’i, artinya menyeru dan mendorong pada sesuatu.

c. Ad-Da’wat ila qadhiyat, artinya menegaskannya atau membelanya, baik terhadap yang hak ataupun yang batil, yang positif maupun yang negatif.

d. Suatu usaha berupa perkataan atau perbuatan untuk menarik manusia ke suatu aliran atau agama tertentu.

14

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1986), cet ke-3, h.31

15

(23)

e. Memohon dan meminta, ini yang disebut dengan istilah berdoa.

Dakwah pada hakikatnya adalah segala aktivitas yang mengajak orang untuk berubah dari satu situasi yang mengandung nilai kehidupan yang bukan Islami kepada nilai kehidupan yang Islami. Aktivitas tersebut dilakukan dengan mengajak, mendorong, menyeru, tanpa tekanan, paksaan dan provokasi, dan bukan pula dengan bujukan dan rayuan pemberian sembako. Maju mundurnya umat Islam bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukan, karena itu dakwah menempati posisi yang tinggi dan mulia dalam kemajuan agama Islam.16

Abd Rasyad Saleh mengatakan bahwa dakwah merupakan:

“Usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, yang meliputi amar ma’ruf dan nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan”.17

Selanjutnya dakwah juga dipandang sebagai proses penyampaian ajaran agama Islam kepada umat manusia. Sebagai suatu proses, dakwah tidak hanya merupakan usaha penyampaian saja, tetapi merupakan usaha untuk mengubah pola pikir atau pola kehidupan manusia sebagai sasaran dakwah ke arah kualitas kehidupan yang lebih baik. Gerakan dakwah dituntut mampu memberikan paradigma-paradigma baru yang mampu mentransfer pesan-pesan ajaran Islam kepada masyarakat.18 Sehingga dakwah diharapkan mampu memberikan output (hasil) terhadap lingkungan, dalam arti memberi dasar

16

M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), h. 5

17

Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1977) h. 8

18

Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: Amzah, 2008), h. 8

(24)

filosofi, arah, dorongan, dan pedoman perubahan masyarakat sampai terbentuknya realitas sosial baru.

Dari definisi dakwah tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dakwah merupakan usaha atau proses yang diselenggarakan secara sadar atau terencana, usaha yang dilakukan adalah mengajak manusia kejalan Allah, memperbaiki situasi yang lebih baik. Usaha tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan tertentu , yakni hidup bahagia dan sejahtera di dunia dan akhirat.

Makna dakwah juga di pandang sebagai salah satu keharusan bagi setiap muslim untuk mengajak umat Islam ke jalan yang sesuai dengan Islam, serta menyebarluaskan Islam secara terus menerus kepada seluruh umat manusia di dunia ini sesuai dengan batas kemampuan kita. Individu merupakan ruang lingkup dakwah paling kecil untuk dilakukan oleh setiap orang, sehingga akan tercapai peradaban yang Islami.

2. Unsur-Unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah harus ada dalam proses dakwah, jika dari salah satu dari unsur-unsur dakwah tersebut tidak terpenuhi maka akan mengalami hambatan bahkan kegagalan. Adapun unsur-unsur itu antara lain: da’i, mad’u, materi, media, metode, dan tujuan dakwah. Selanjutnya akan dikelompokkan menjadi tiga kelompok karena satu sama lain saling berhubungan.

a. Subyek dan obyek dakwah

(25)

mengajak. Sedangkan obyek yaitu orang yang diseru, dipanggil atau diundang.19

Seorang da’i harus memiliki sikap yang dihargai oleh mad’u, seperti kepandaian, pengetahuan tentang agama Islam, kewibawaan, kharisma, serta kejujuran. Jika kondisi sosial seorang da’i terpuruk di mata mad’u, maka kemungkinan besar dakwahnya sulit diterima, sehingga kecil sekali kemungkinan mad’u dapat merubah sikapnya sebagaimana yang dikehendaki oleh da’i tersebut.20

Mad’u yang kita sebut juga sebagai sasaran dakwah, dilihat dari aspek kehidupan terbagi menjadi:21

1. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat di daerah marginal dan kota besar.

2. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.

3. Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari sosial kultural berupa golongan priyai, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat dalam masyarakat di Jawa.

4. Sasaran golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja, dan orang tua.

5. Sasaran golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial ekonomi berupa golongan kaya, menengah dan miskin.

5. Sasaran golongan masyarak dilihat dari segi okupasional (profesi dan pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri, dan sebagainya.

19

Hasanuddin, Rhetorika Dakwah Dan Publisistik Dalam Kepemimpinan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h.33

20

Rafiudin dan Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h.96

21

(26)

Bentuk dakwah yang efektif adalah dengan memberikan contoh yang baik atau disebut dengan dakwah bil hal.22 Karena sasaran akan lebih mudah dan lebih cepat menyerap nilai-nilai Islam melalui contoh-contoh yang kongkret. Artinya, pelaku dakwah harus mempunyai prilaku dan sikap pribadi yang Islami sesuai dengan pesan kebajikan yang disampaikannya.23

b. Media dan materi dakwah

Media adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat atau perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan materi adalah isi pesan yang disampaikan kepada mad’u untuk mengajak kejalan kebenaran.24

Ada beberapa jenis media komunikasi yang dapat digunakan sebagai media dakwah, yaitu:25

1. Media visual, yaitu alat komunikasi yang dapat digunakan dengan memanfaatkan indera penglihatan dalam menagkap datanya. Media visual meliputi film slide, overhead proyector, gambar peta dan komputer.

2. Media auditif, yaitu alat komunikasi yang berbentuk hasil teknologi canggih dalam bentuk hardware, media auditif dapat ditangkap melalui indra pendengaran. Alat-alat ini meliputi radio, tape corder, dan telepon.

3. Media auditif visual, yaitu perangkat komunikasi yang dapat ditangkap baik melalui indera pendengaran maupun indera penglihatan. Yang termasuk media ini adalah movie film, dan televisi video.

Materi dakwah pada dasarnya bersumber dari dua sumber, yaitu pertama, Al-Quran dan Al-Hadits, yang merupakan sumber utama ajaran-ajaran Islam.

22

Dakwah bil haladalah bentuk sikap, prilaku dan kegiatan-kegiatan nyata yang interaktif mendekatkan masyarakat pada kebutuhannya yang secara langsung atau tidak langsung yang dapat mempengaruhi peningkatan kualitas keberagamaan.

23

Deddy Mulyana, Nuansa-Nuansa Komunikasi, Meneropong Politik Dan Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1999), Cet Ke-1, h. 55

24

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.163

25

(27)

Materi dakwah tidak dapat terlepas dari dua sumber tersebut, bahkan bila tidak bersandar dari keduanya seluruh aktifitas dakwah akan sia-sia dan dilarang oleh syariat Islam. Kedua, rakyu ulama (opini ulama), pemikiran dan penelitian para ulama dapat pula dijadikan sumber materi dakwah asalkan tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Al-Hadits.26

c. Metode dan tujuan dakwah

Metode dakwah ialah ilmu yang mempelajari bagaimana cara berkomunikasi secara langsung dan megatasi kendala-kendalanya. Sumber-sumber pokok metode dakwah yang dijadikan pegangan antara lain Al-Quran, Hadits, Sirah (sejarah), Salafus Shalih dari hal sahabat, Tabi’in, dan Atbaat tabi’in.27

Menurut M. Quraish Shihab menjelaskan tentang pembagian metode dakwah yang terdapat dalam surat An-Nahl ayat 125 sebagai berikut:

-*

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”

.

Pertama, hikmah ialah ucapan yang jelas, lagi diiringi dengan dalil yang memperjelas bagi kebenaran serta menghilangkan bagi keraguan.

Kedua, walmau’iddzah hasanah ialah melalui dalil-dalil yang zhani (meyakinkan) yang melegakan bagi orang awam.

26

Syukir, Dasarr-dasar Strategi Dakwah, h. 63-64

27

(28)

Ketiga, wajadilhum billati hiya ahsan yaitu percakapan dan bertukar pikiran untuk memuaskan bagi orang yang menentang.28

Pendapat M. Quraish Shihab dapat kita rinci sebagai berikut : a. Metode hikmah

Metode ini sasarannya adalah orang-orang yang berpendidikan. Terhadap mereka harus dengan ucapan yang tepat, logis, diiringi dengan dalil-dalil yang sifatnya memperjelas bagi kebenaran yang disampaikan, sehingga menghilangkan keraguan mereka. Jadi tidak dapat kalau dihadapkan kepada mereka cerita-cerita malin kundang, atau berupa dongeng belaka, ringkasnya segala hal-hal yang tidak masuk akal. Untuk itu sangat diharapkan bahwa ucapan di hadapan mereka itu benar-benar sesuai dengan daya pikir mereka, yakni jelas, tepat, tegas, dan ringkas (tak perlu banyak komentar).

b. Metode mau’idzah hasanah

Mau’idzah hasanah diartikan sebagai uangkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.29

Sasaran metode ini adalah orang-orang awam, materi yang akan disampaikan kepada mereka harus sesuai dengan daya tangkap mereka. Dihadapan mereka tidak sesuai apabila kata-kata yang mempunyai arti logis mengucapkan istilah-istilah asing.

c. Metode mujadalah

28

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), Vol. 7, h. 384

29

(29)

Metode mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. Kita dituntut untuk menghargai pendapat mereka, berdialog tersebut harus memberikan kepuasan dan kelegaan terhadap sipenentang atau lawan dialog.30

Dapat kita pahami bahwa metode dakwah adalah cara bagaimana seorang da’i bisa menempatkan posisi ketika menyampaikan pesan-pesan dakwah sesuai dengan pendengar (mad’u) yang sedang dan akan dihadapi. Oleh karena itu, seorang da’i diharapkan terlebih dahulu mengetahui tentang latar belakang mad’u sebelum turun menyampaikan dakwah Islam.

Salah satu tujuan dakwah adalah untuk memberikan pemahaman tentang kebenaran Islam kepada umat manusia, serta mau mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan. Sebenarnya dakwah bukan kegiatan mencari atau menambah pengikut , tetapi kegiatan mempertemukan fitrah manusia dengan Islam atau menyadarkan orang yang didakwahi tentang perlunya bertauhid dan berprilaku baik. Semakin banyak yang sadar (beriman dan berakhlak al-karimah) masyarakat akan semakin baik.31

Dakwah yang kita inginkan dan yang wajib bagi kaum muslimin untuk melaksanakannya adalah dakwah yang bertujuan dan berorientasi pada:

1. Membangun masyarakat Islam, sebagaimana Rasul Allah, yang memulai dakwahnya di kalangan masyarakat Jahiliah. Mereka mengajak manusia untuk memeluk agama Allah SWT, menyampaikakn wahyu-Nya kepada kaumnya dan memperingatkan

30

Al-Wisral Imam Zaidallah, Strategi Dakwah, (Jakarta:Kalam Mulia, 2002), cet ke-1, h.73-75

31

(30)

mereka dari syirik.

2. Dakwah dengan melakukan perbaikan pada masyarakat Islam yang terkena musibah seperti penyimpangan dan berbagai kemungkaran, serta pengabaian masyarakat tersebut terhadap segenap kewajiban. 3. Memelihara kelangsungan dakwah di kalangan masyarakat yang telah

berpegang pada kebenaran melalui pengajaran secara terus-menerus, pengingatan, penyucian jiwa dan pendidikan.32

Menurut Wardi Bakhtiar, tujuan dakwah adalah:”mencapai masyarakat yang adil dan makmur serta mendapat ridha Allah SWT”.33 Sedangkan menurut M. Arifin, tujuan dakwah adalah:”untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, perhatian, dan pengamalan ajaran agama yang dibawa oleh aparat dakwah atau penerang agama”.34

Berbeda halnya dengan pendapat Jamaluddin Kafie, yang membagi beberapa hal dari tujuan dakwah itu:35

1. Tujuan utama dari dakwah itu adalah untuk membangun akhlak seseorang, akhlak masyarakat, akhlak negara, dan akhlak manusia. 2. Tujuan hakiki dari dakwah adalah untuk mengenal Tuhan dan

mempercayai-Nya sekaligus mengikuti jalan-Nya.

3. Tujuan umum untuk menyeru manusia untuk mengindahkan seruan Allah serta memenuhi panggilan-Nya di dunia dan di akhirat.

4. Tujuan khusus dari dakwah adalah menginginkan dan berusaha bagaimana membentuk suatu tatanan masyarakat Islam yang utuh. 5. Tujuan urgen adalah agar tingkah laku manusia yang berakhlak secara

eksis tercermin dalam fakta hidup dan lingkungannya serta dapat mempengaruhi pikirannya.

6. Tujuan insidental adalah untuk meringankan beban manusia dengan jalan memberikan pemecahan permasalahan yang sedang berkembang atau memberikan jawaban atas berbagai persoalan hidup.

7. Tujuan final dari dakwah adalah amar ma’ruf nahi munkar.

Pemahaman tentang tujuan dakwah dapat penulis pahami sebagai usaha bagaimana membentuk masyarakat yang aman, damai, dan sejahtera serta

32

Aziz, Fiqih Dakwah, h. 29

33

Wardi Bakhtiar, Metodologi Penelitian Dakwah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), cet ke-II h.37

34

Arifin, Psikologi Dakwah, h.4

35

(31)

toleransi dan saling tolong menolong dalam hal kebajikan, sehingga memperoleh tatanan masyarakat sabagai prediket umat terbaik yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu perjuangan yang berkesinambungan, karena Islam tidak akan tegak kalau umatnya sendiri tidak peduli terhadap perjalanan dakwah di muka bumi ini.

B. Politik

Politik berasal dari kata politic (Inggris) yang menunjukkan sifat pribadi (adjective of person) atau sifat perbuatan (adjective of action). Di sini politik

berarti bertindak bijaksana (acting wisly), dan bijak (wise). Kata lainnya adalah politics (dengan “s”) yang berarti seni atau ilmu tentang pemerintahan (the art of goverment).36

Dalam bahasa Indonesia kata politik mempunyai beberapa pengertian yaitu :37

Ilmu atau pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan.

Segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain.

Kebijakan; cara bertindak (dalam mengahadapi atau menangani masalah). Pada umumnya politik (politics) dapat dikatakan bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Pengambilan keputusan (decisionmaking) mengenai apakah yang menjadi

36

AP. Cowie, Oxford Leaner’s Dictionary, (Oxford: Oxford University Press, 1990), h. 190

37

(32)

tujuan-tujuan dari sistem politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih itu. Pelaksanaan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan umum (public policies) yang menyangkut pengaturan dan pembagian (distribution) atau alokasi dari sumber-sumber dan resources yang ada.38

Untuk melaksanakan kebijasanaan-kebijaksanaan itu, perlu dimiliki kekuasaan (power) dan kewenangan (authority), yang akan dipakai baik untuk membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses ini. Cara-cara yang dipakainya dapat bersifat persuasi (meyakinkan) dan jika perlu bersifat paksaan (coercion). Tanpa unsur paksaan kebijaksanaan ini hanya merupakan perumusan keinginan (statement of intent) belaka.39

Politik akan tegak jika terjadi perselisihan atau kapan perselisihan itu mungkin akan terjadi, sehingga politik lebih dekat kepada “seni mengelola perselisihan” daripada yang lain. Mengelola atau mengadaptasi di sini bisa berarti pengelolaan terhadap perselisihan yang tengah terjadi , bisa juga berupa tindakan membuat perselisihan baru.40

C. Komunikasi Politik Menurut Pandangan Islam

Komunikasi politik bukan hanya sekedar proses penyampaian suatu pesan mengenai politik oleh seseorang kepada orang lain. Bukan pula

38

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 8

39

Ibid, h. 8

40

(33)

merupakan pengertian komunikasi plus ditambah pengertian politik. Menurut Lord Winldesham, komunikasi politik adalah suatu penyampaian pesan politik yang secara sengaja dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan membuat komunikasi berprilaku tertentu.

Suatu pesan politik dapat dikonstruksikan untuk disampaikan kepada komunikan dengan tujuan mempengaruhi, maka disitu harus terdapat keputusan politik yang dirumuskan berdasarkan berbagai pertimbangan.41

Komunikasi menurut teori atau perspektif islam hampir tidak buku ilmu komunikasi atau ilmu sosial yang membahasnya. Kalaupun ada hanya disinggung sepintas dan hanya satu atau dua aspek saja. Perspektif komunikasi islam adalah bagian perspektif komunikasi manusia (human communication) pada umumnya. Teori komunikasi islam dapat digolongkan dalam kelompok teori komunikasi teokrasi seperti halnya komunikasi religius lainnya. Secara umum semua macam komunikasi manusia memiliki ciri-ciri yang sama atau serupa. Misalnya proses, model, dan pengaruh pesannya. Hal yang membedakan komunikasi islam dengan teori komunikasi umum adalah terutama latar belakang filosofinya yaitu Al-Quran dan Al-Hadits serta aspek etika yang juga didasarkan pada landasan filosofi tersebut.42

Jika perspektif komunikasi islam harus dikaitkan dengan ajaran agama islam, maka salah satu sifat khas komunikasi islam tentulah faktor etika tersebut. Karena itu, komkunikasi islam memang memiliki perbedaan dengan yang non- islam, tetapi perbedaan itu lebih pada isi pesan komunikasi yang harus terikat pada perintah agama, dengan sendirinya pula unsur isi pesan

41

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 158

42

(34)

mengikat unsur komunikator. Artinya, komunikator harus menjunjung tinggi etika dalam menyampaikan pesan-pesan politik terhadap khalayak atau publik.43

Komunikasi politik menurut pandangan islam berkaitan erat dengan etika, namun etika dan politik adalah dua dunia yang berbeda dan karena itu tidak mudah menyatukan keduanya. Politik berada pada dunia kekuasaan, sedangkan etika berada pada dunia moralitas. Politik sebagai alat mengejar kekuasaan sering perlu menggunakan komunikasi yang “keras” untuk mempengaruhi opini atau sikap masyarakat. Keras tidak selalu berarti kekerasan fisik, bisa juga berupa ungkapan-ungkapan atau istilah-istilah yang bersifat agitatif.44

D. Hubungan Dakwah dan Politik

Tahun-tahun terakhir ini semakin banyak orang menyadari bahwa politik merupakan hal yang melekat pada lingkungan hidup manusia. Politik hadir di mana-mana, di sekitar kita. Sadar atau tidak, mau atau tidak, politik ikut mempengaruhi kehidupan kita sebagai individu maupun sebagai bagian dari kelompok masyarakat. Hal itu berlangsung sejak kelahiran sampai dengan kematian, tidak peduli apakah kita ikut mempengaruhi proses politik atau tidak? Karena politik mempengaruhi kehidupan semua orang maka Aristoteles pernah mengatakan, politik merupakan master of science.45 Maksudnya bahwa politik dalam keberadaan manusia merupakan dimensi terpenting, sebab ia mempengaruhi lingkungan lain dalam kehidupan manusia. Di sini politik

43

Muis, Komunikasi Islam, h. 72

44

Muis, Komunikasi Islam, h. 117

45

(35)

berarti mengatur apa yang seyogyanya kita lakukan dan apa yang tidak dilakukan.

Dalam melaksanakan tugas dakwah diperlukan suatu strategi untuk mencapai tujuan dakwah agar dapat tercapai dengan baik dan mudah diterima oleh sasaran dakwah. Strategi untuk mencapai dakwah tersebut, demikian pula untuk mencapai kekuasaan dalam melaksanakan tugas dakwah, sering dikaitkan dengan politik karena antara dakwah dan politik mempunyai korelasi dan hubungan yang cukup erat.46

Islam merupakan sumber motivasi masyarakat, karena itu Islam berperan penting dalam menumbuhkan sikap dan prilaku sosial politik. Implementasinya diatur dalam syariah, sebagai katalog lengkap dari perintah dan larangan Allah, pembimbing manusia dan pengatur lalu lintas aspek-aspek kehidupan manusia yang kompleks. Islam dan politik mempunyai titik singgung erat bila keduanya dipahami sebagai sarana untuk menata kebutuhan hidup manusia secara menyeluruh, tidak hanya dijadikan alat untuk mencapai kepercayaan dan pengaruh dari masyarakat semata. Politik juga tidak dipahami sekedar sarana menduduki posisi dan otoritas formal dalam struktur kekuasaan.47

Politik yang hanya dipahami sebagai perjuangan mencapai kekuasaan akan mengaburkan maknanya secara luas dan menutup konstribusi Islam terhadap masyarakat secara umum. Sering dilupakan bahwa Islam dapat menjadi sumber inspirasi kultural dan politik. Pemahaman terhadap term politik secara luas, akan memperjelas korelasinya dengan Islam.

46

Arifin, Rekonstruksi Pemikiran , h. 135

47

(36)

Hubungan fungsional antara politik dan dakwah sering tidak dimengerti dengan baik oleh sementara kaum muslimin, sehingga banyak yang menganggap bahwa kegiatan politik berdiri sendiri, terpisah sama sekali dari kegiatan dakwah. Bahkan dalam masyarakat kita ada kesan kurang positif terhadap kegiatan politik, seolah-olah politik selalu mengandung kecurangan, kotor, licik, hipokrit, ambisi, pengkhianatan, penipuan dan berbagai konotasi buruk lainnya.48

Pandangan tentang politik itu kotor merupakan paham sekularisme, yaitu pemahaman yang memisahkan agama atau moral agama dan politik. Agama dipahami sebagai kegiatan yang dilakukan di masjid, majlis taklim, dan lain sebaginya, agama tidak boleh ada di arena politik. Politik adalah bidang kehidupan sekuler, sementara agama adalah urusan manusia sama tuhan. Politik merupakan permainan yang hanya urusan duniawi, tidak ada kaitannya dengan agama.49

Anggapan ini tentu sangat berbahaya dan merugikan, terutama jika ditinjau dari kacamata dakwah, sebab kegiatan dakwah sendiri dalam Islam sesungguhnya meliputi semua dimensi kehidupan manusia, karena amar ma’ruf dan nahi munkar juga meliputi segala bidang kehidupan. Dengan

demikian, kegiatan budaya, politik, ekonomi, sosial dan lain-lain dapat dijadikan sebagai kegiatan dakwah. Dari pemahaman seperti itu mudah kita mengerti bahwa politik pada hakikatnya merupakan bagian dari dakwah.50

48

M. Amin Rais, Cakrawala Islam, antara Cita dan Fakta, (Bandung: Mizan, 1991), cet ke-3, h. 23

49

Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, Ajaran Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta: UI Press, 1990), h. 30

50

(37)

Politik selalu berkaitan dengan kekuasaan (power), politik terdiri dari hubungan antara superodinasi dan subordinasi, antara dominasi dan submisi, antar yang memerintah dan yang diperintah. Bagi seorang sekularis, pragmatis, suatu tindakan politik adalah baik karena dapat memberi “benefit” atau keuntungan praktis dan manfaat materil, walaupun berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sesaat, sedangkan bagi seorang muslim suatu tindakan politik adalah baik bila tindakan tersebut berguna bagi seluruh rakyat sesuai dengan “rahmatan lil ‘alamin”.51

Dengan demikian, dari tinjauan Islam ada dua jenis politik, yaitu politik kualitas tinggi (high politics) dan politik berkualitas rendah (low politics). Paling tidak, ada tiga ciri yang harus dimiliki politik berkualitas tinggi atau oleh mereka yang menginginkan terselenggaranya “high politics”, yakni :52

1. Setiap jabatan politik hakikatnya berupa amanah (trust) dari masyarakat yang harus dipelihara sebaik-baiknya. Kekuasaan harus dilihat sebagai nikmat yang dikaruniakan oleh Allah untuk mengayomi masyarakat, menegakkan keadilan dan memelihara orde atau sosial yang egalitarian.

2. Pertanggungjawaban (accountability), baik di hadapan masyarakat maupun dihadapan Tuhan.

3. Prinsip ukhuwah (brotherhood), yakni persaudaraan diantara sesama umat manusia. Karena itu gaya politik yang diambil adalah yang penuh dengan ukhuwah, mencari saling pengertian dan membangun kerja

51

M. Amin Rais, Hubungan antara Politik Dan Dakwah, (Bandung: Mujahid), Cet. ke-1, h. 9

52

(38)

sama dunia seoptimal mungkin dalam menunaikan tugas-tugas kekhalifahan.

High politics dengan ciri-ciri diatas sangat kondusif bagi pelaksanaan

amar ma’ruf dan nahi munkar. Berbeda halnya politik kualitas rendah yang pada umumnya justru dimasuki di negara-negara terbelakang bahkan di negara muslim. Politik rendah disini lebih dikenal dengan istilah “low politics”, politik ini memiliki ciri-ciri yaitu :53

1. Kekerasan, brutalitas dan kerja sama dapat digunakan kapan saja asal tujuan yang dikejar dapat dicapai, karena itu terkenal oleh semboyan : tujuan menghalalkan segala cara.

2. Penaklukkan total atas musuh-musuh politik sebagai sumum bunun atau kebajikan puncak. Musuh tak boleh diberikan kesempatan untuk bangkit dan kalau perlu diperlakukan sebagai barang, bukan sebagai manusia.

3. Dalam menjalankan kehidupan politik, seorang penguasa harus dapat bermain seperti binatang buas, terutama seperti singa dan sekaligus anjing pemburu. Orang yang dapat berperan seperti anjing pemburu akan jadi pemain politik terbaik, tetapi ia harus tahu bagaimana bersikap seperti musang berbulu ayam. Pada umumnya manusia berpikir sangat bersahaja dan menyerah pada kebutuhan-kebutuhan mendesak sehingga seorang penguasa yang suka menipu pasti akan menemukan orang-orang yang membiarkan dirinya untuk ditipu.

53

(39)

Dengan demikian, dakwah Islam bukan hanya sekedar menyeru manusia kepada Allah SWT. Banyak hal yang tercakup di dalamnya, termasuk bagaimana cara menerapkan Islam dalam tatanan kehidupan masyarakat. Sehingga dakwah dan politik sangat erat kaitannya , karena keduanya bertujuan memperoleh tatanan masyarakat baik sesuai dengan aturan dan norma-norma yang berlaku. Maka, dakwah dan politik sebenarnya dua sisi yang tidak bisa dipisahkan. Aktivitas politik yang juga merupakan aplikasi dari dakwah itu sendiri, karena dakwah itu merupakan bagian yang terpenting dalam kebangkitan umat, di mana keduanya mempunyai tujuan yang sama yaitu tercapainya aturan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.54

Islam sebenarnya meliputi semua dimensi kehidupan manusia, aktivitas budaya, politik, ekonomi, sosial, dan lain-lain dapat dijadikan sarana kegiatan dakwah yang bertujuan menciptakan masyarakat yang sejahtera dan bermartabat. Dakwah tidak mesti hanya dilaksanakan di wilayah agama, karena dakwah merupakan kewajiban bagi setiap orang muslim serta ruang lingkupnya sangat luas, sehingga dakwah akan selalu ada disetiap aktivitas kehidupan manusia.

Menurut penulis, sebagai seorang manusia sudah semestinya menanamkan dirinya sebagai seorang dai dengan memproklamirkan kami adalah da’i sebelum menjadi apapun. Apabila tertanam dalam diri kita pernyataan tersebut, maka apapun peran yang kita miliki, baik politisi, pendidik, birokrat atau pedagang dan lain sebagainya pada hakikatnya kita adalah da’i, yang selalu menyampaikan amar ma’ruf dan nahi munkar.

54

(40)
(41)

BAB III

PROFILE PARTAI BULAN BINTANG

A. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri

Sejak awal 1990-an, saat ICMI terbentuk, antara para eks-Masyumi di DDII dan pemerintah Orde Baru tampak saling mendekati untuk menjalin kerja sama. Saat itu, pemerintah membutuhkan dukungan umat Islam, termasuk para mantan tokoh dan aktivis Masyumi di DDII. Keikutsertaan mereka dalam pentas politik nasional ini diidentikkan dengan kebangkitan kembali Masyumi, yang biasa disebut neo-Masyumi.

Angin perubahan ini benar-benar menguntungkan tokoh dan aktivis Masyumi yang bernaung di DDII. Pada 28 April 1998, bersama 15 organisasi massa lainnya, DDII ikut membidani pembentukan Badan Koordinasi Umat Islam (BKUI). Sejak berdirinya, badan ini merintis upaya-upaya pendirian partai politik Islam. Namun, niat pendirian partai politik Islam ini kembali menemukan jalan buntu karena pemerintah melarangnya berdasarkan perundang-undangan yang berlaku saat itu.55

Dalam merespon perkembangan negara yang demikian cepat, BKUI pun menunjukkan sikap secara nyata, bukan sekedar pernyataan. Karena itu Komite Umat Islam untuk Reformasi Konstitusional yang dibentuk secara spontan oleh sejumlah ormas pemuda Islam, bertepatan pada 21 Mei 1998 di kediaman Anwar Harjono, maka diakomodasikan sebagai Satgas-nya BKUI.

55

(42)

BKUI diharapkan menjadi wadah seperti Majelis Islam ‘Ala Indonesia (MIAI) pada masa sebelum kemerdekaan yang sukses menggelar Kongres Umat Islam Indonesia I. Melalui BKUI diharapkan juga potensi umat Islam yang terpencar-pencar dapat lebih didayagunakan menghadapi tantangan. Ini sejalan dengan tujuannya, pertama untuk menggalang kerjasama antara organisasi atau lembaga Islam tingkat nasional, memperkuat ukhuwah dan kebersamaan. Kedua, untuk mewakili umat Islam Indonesia secara kaffah dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial budaya, pendidikan dan dakwah.56

Menurut Yusril Ihza Mahendra, sejak Badan Koordinasi Umat Islam (BKUI) berdiri pada 28 april 1998, telah dirintis upaya-upaya pendirian partai Islam. Organisasi Masyarakat (ormas) atau organisasi dakwah yang tergabung dalam BKUI itu adalah Ikatan Cendikiawan Muslim se Indonesia (ICMI), Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Muhammadiyah, Persis, SI, Forum Ukhuwah Islamiyah, Persatuan Umat Islam, Perti, Al-Irsyad, Badan Kerjasama Pondok Pesantern Indonesia, FSUHTM (Forum Silaturrahmi Ulama, Habib, dan Tokoh Masyarakat), Komite Indoneia untuk Solidaritas Dunia Islam, PII, Keluarga Besar PII, Gerakan Pemuda Islam, Keluarga Besar GPI, Bakomubin, As-Syafiiyah, Pesantern Hidayatullah, Pesantern At-Taqwa, Badan Koordinasi Pemuda dan Remaja Mesjid se-Indonesia, Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia, Ittihadul Muballighin, HMI, LPPI, IKMI, CIDES, Masuka, Wanita Islam, Koordinat Mantan Lembaga Dakwah Kampus, dan Forum Komunikasi Generasi Muda Islam. Meski sudah ada niat, pendirian

56

(43)

parpol yang berlandaskan islam itu pun akhirnya mentok oleh adanya larangan peraturan perundangan yang berlaku saat itu.57

Dalam prosesnya, terjadi diskusi yang panjang tentang visi, misi, dan anggota-anggota partai. Akhirnya, pada 17 Juli 1998 tercapai kesepakatan oleh semua anggota BKUI akan berdirinya partai Islam dengan nama Partai Bulan Bintang (PBB). Kemudian, pada minggu 26 Juli 1998 di halaman mesjid agung Al-Azhar, PBB secara resmi diumumkan. Teks deklarasi dibacakan oleh Prof Dr. Yusril Ihza Mahendra, SH yang juga Ketua Umum terpilih. Dalam kesempatan itu, Anwar Harjono selaku sesepuh partai menyatakan bahwa partai ini secara aspiratif mencerminkan visi keislaman, kebangsaan, dan kegenerasian, partai ini juga berwawasan politik yang demokratis. Partai Bulan Bintang didirikan dengan dilandasi niat membangun bangsa dan negara bagi kepentingan seluruh rakyat Indonesia, sesuai dengan cita-cita Proklamasi 17 agustus 1945, serta prinsip bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam.58

Penggunaan Bulan Bintang sebagai simbol dimaksudkan untuk menggambarkan kesinambungan historis perjuangan Islam sejak berabad-abad lampau, sejak kaum muslimin tumbuh dan berkembang di masyarakat kita, diteruskan dengan berdirinya kesultanan-kesultanan Muslim, perjuangan melawan penjajah hingga mencapai kemerdekaan pada 1945, dan dilanjutkan sebagai simbol perjuangan politik umat Islam sampai sekarang ini. Partai Masyumi yang dulu diikrarkan sebagai satu-satunya wadah perjuangan politik umat Islam di Indonesia pun menggunakan simbol Bulan Bintang.59

57

Musa Kazhim dan Alfian Hamzah, 5 Partai Dalam Timbangan, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), Cet. I, h. 106

58

Ibid, h. 106

59

(44)

Pada masa lalu sejumlah ormas Islam menjadi pendukung dan anggota istimewa partai politik Islam Masyumi. Dengan belajar dari pengalaman, maka duduknya seseorang dalam Partai Bulan Bintang bersifat perorangan dan bukan organisasi. Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri kaitannya dengan organisai dakwah dan ormas yang menjadi induk masing-masing. Karena itu tidak mengherankan kalau dalam deretan penandatanganan naskah deklarasi tercatat tokoh-tokoh dangan berbagai latar belakang organisai dakwah dan ormas Islam.60

Sambil terus melakukan konsolidasi, Partai Bulan Bintang menyampaikan resolusi pada tanggal 1 Oktober 1998 kepada Majelis permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia yang disampaikan kepada badan Pekerja MPR, yang isinya antara lain tentang asas bagi partai politik dan organisasi kemasyarakatan (pencabutan asas tunggal). Begitu Sidang Istimewa MPR 1998 mencabut ketetapan tentang asas tunggal, maka pada 16 November 1998 Partai Bulan Bintang mencabut asas Pancasila dari asas partai (pasal 3 Anggaran Dasar) dan merubah pasal 3 Anggaran Dasar menjadi Partai beraqidah dan berasas Islam.61

Asas Islam bagi Partai Bulan Bintang berarti partai meyakini dengan sungguh-sungguh kebenaran Islam sebagai agama Allah SWT yang bertujuan untuk mengeluarkan umat dari zaman jahiliah (kekafiran) kepada zaman yang terang benderang (iman). Ajaran Islam merupakan sumber inspirasi, motivasi, hukum, dan pandangan hidup dalam arti sesungguhnya. Bagi warga Bulan

60

Ibid, h. 28-29

61

(45)

Bintang cahaya iman akan memancarkan ukhuwah islamiyah dan menyuburkan silaturrahim dalam kehidupan bermasyarakat.62

Partai Bulan Bintang berusaha mengembangkan bentuk oposisi Islam dari konsep amar ma’ruf dan nahi munkar. Atas dasar ini, kebijakan umum oposisi partai adalah menentang semua yang al-munkar dan mendukung semua yang al-ma’ruf, dari pihak manapun datangnya, karena kebatilan itu tetap batil dan

kebenaran itu tetap benar, bagaimana bentuknya, pada masa dan zaman apapun peristiwanya.63

Umat Islam sebagai komunitas terbesar bangsa memikul beban dan tanggung jawab yang besar dalam memajukan bangsa Indonesia. Karena itulah Partai Bulan Bintang bertekad untuk mempertahankan eksistensi bangsa dan negara terhadap kekuatan mana saja yang bermaksud merusak dan menghancurkannya. Usaha tersebut adalah bagian dari perjuangan keagamaan, karena bagi warga Bulan Bintang antara keislaman dan kebangsaan bukanlah dua hal yang terpisah, tetapi sebuah satu kesatuan yang integral.

Perjalanan Partai Bulan Bintang menunjukkan perkembangan, di antaranya dari segi kepemimpinan partai yang tidak mencerminkan patronase atau ketokohan seseorang secara berlebihan, sehingga proses pengkaderan berjalan secara baik. Selanjutnya penurunan juga terlihat, yaitu dari segi perolehan kursi di DPR, Partai Bulan Bintang menunjukkan penurunan yaitu pada Pemilu 2004 hanya bisa mengantarkan 11 orang yang berhak menduduki kursi di parlemen dibandingkan tahun sebelumnya yaitu pemilu 1999 yang memperoleh 13 kursi untuk duduk di parlemen. Namun kegagalan ini

62

Hasil Muktamar II Partai Bulan Bintang, Tafsir Asas Partai Bulan Bintang, (Jakarta: DPP PBB, 2005), h. 74-75

63

(46)

disebabkan oleh perubahan sistem pemilu serta pembagian daerah pemilihan, meskipun mengalami penambahan suara.

B. Visi dan Misi64

Visi Partai Bulan Bintang adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang islami.

Sedangkan misi partai adalah membangun masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri, berkepribadian tinggi, cerdas, berkeadilan, demokratis dan turut menciptakan perdamaian dunia berdasarkan nilai-nilai Islam.

C. AD/ART Partai Bulan Bintang

Partai Bulan Bintang berasas Islam, artinya Partai Bulan Bintang berpedoman seutuhnya pada ajaran Islam, sebuah sistem panduan hidup yang pokok-pokok ajarannya meliputi akidah, syariah, dan akhlak. Dengan demikian Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART), dan khittah perjuangan partai berpedoman pada pokok-pokok ajaran Islam tersebut. Karena itu seluruh aspek perjuangan dengan sikap, ucapan, dan prilaku segenap fungsionaris dan kader partai harus berlandaskan dan berpedoman pada Islam yang prinsip-prinsip ajarannya cukup jelas, baik Al-Quran maupun Al-Hadits.65

Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) Partai Bulan Bintang merupakan aturan dasar berjalannya suatu organisasi yang terdiri dari

64

Hasil Muktamar II Partai Bulan Bintang, Khittah Perjuangan Partai Bulan Bintang, (Jakarta: DPP PBB, 2005), h.118

65

(47)

asas, tujuan, lambang, serta aturan lainnya yang mengatur tentang partai tersebut. AD/ART partai dibuat dan dan disepakati dalam forum tertinggi yaitu Muktamar yang melibatkan seluruh anggota atau utusan dari jumlah anggota diseluruh Indonesia.

Anggran Dasar Partai Bulan Bintang pada bab III Tentang sifat dan tujuan pasal 5 disebut bahwa partai politik bersifat mandiri dan aktif melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar, artinya partai ini didirikan bukan hanya hanya bertujuan memperoleh kekuasaan tetapi juga mempunyai peran dakwah yaitu mengajak atau membangun masyarakat yang sesuai dengan pokok-pokok ajaran Islam.

Selanjutnya untuk penjelasan tentang Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) Partai Bulan Bintang, penulis akan mencantumkan sebagai lampiran, karena banyaknya bagian yang ada pada AD/ART tersebut.

D. Program-Program Partai66

Program merupakan rencana kerja partai yang menjadi kesepakatan kepengurusan untuk dilaksanakan dalam satu periode (lima tahun) dari setiap masa jabatan kepengurusan, sehingga tujuan partai akan tercapai dengan terencana dan sistematis. Untuk menjadikan partai yang besar bisa diterima oleh seluruh masyarakat, maka program-program yang disusun harus bisa menyentuh kepada kepentingan masyarakat Indonesia secara nyata dan jelas.

66

(48)

Strategi perjuangan Partai Bulan Bintang:

1. Meningkatkan konsolidasi dan pemberdayaan partai sampai pada tingkat paling bawah, yaitu Anak Ranting.

2. Melakukan pembinaan dan pengembangan spirit ukhuwah Islamiyah dengan menghormati pluralitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3. Membangun citra partai sebagai partai Islam yang dicintai. 4. Melaksanakan aktifitas yang menyentuh kepentingan umat. 5. Persiapan dini PEMILU 2009.

6. Pemberdayaan generasi muda dan perempuan.

Strategi perjuangan ini diharapkan bisa mengakomodir kepentingan keluarga Bulan Bintang secara menasional dengan menjunjung pluralitas masyarakat Indonesia, yang tak kalah pentingnya adalah seluruh masyarakat luas dengan mempertimbangkan kapasitas kemampuan sumber daya manusia yang ada serta kepentingan misi partai untuk mencapai tujuan keberadaannya di tengah-tengah masyarakat dan bangsa.

Program Partai Bulan Bintang terdiri dari: 1. Program internal partai

Program internal merupakan rencana kerja kedalam, program-program tersebut dilaksanakan untuk kemajuan dan keutuhan partai dalam menghadapi kesiapan partai untuk menjadi kontestan dalam persaingan dengan partai politik yang ada.

a. Pemberdayaan Organisasi dan Kaderisasi

1) Melakukan reorientasi terhadap visi dan misi partai bagi jajaran kelurga besar Bulan Bintang secara nasional, melalui Orientasi Kepengurusan Partai.

2) Melakukan konsolidasi organisasi sampai di tingkat yang paling bawah.

3) Reformulasi struktur organisasi partai yang efektif dan efisien. 4) Melakukan kajian ulang terhadap konsep sistem dan pelaksanaan

kaderisasi partai secara nasional.

(49)

terhadap partai, antara lain dengan membentuk Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

6) Merumuskan dan mewujudkan sistem dan mekanisme komunikasi dan silaturrahmi yang efektif pada lingkungan partai secara nasional.

b. Dakwah dan Pembinaan Akhlakul Karimah

1) Melakukan kajian-kajian keislaman di setiap tingkatan kepengurusan partai.

2) Menyusun konsep dan metode dakwah yang efektif dan melaksanakannya secara sistematis terprogram.

3) Memelihara dan mengembangkan ukhuwah islamiyah dengan sebanyak-banyaknya potensi, subyek dan obyek dakwah.

4) Memprakarsai dan melaksanakan pertemuan antar lembaga-lembaga dakwah sesuai tingkatan untuk menciptakan syiar Islam. 5) Membangun silaturrahmi dengan ormas Islam untuk memperkuat

basis partai, khususnya ormas pendukung berdirinya partai.

6) Membangun dan mengembangkan jaringan dakwah melalui masjid, mushalla, surau, langgar, institusi pendidikan dan media dakwah lainnya.

c. Pemberdayaan Ekonomi Anggota

1) Memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua kader partai untuk mengakses pengembangan usaha.

2) Membangun networking pengusaha bagi kepentingan kader partai secara nasional.

3) Membangun pusat informasi dan komunikasi usaha bagi pengusaha kader partai.

4) Mendorong terbentuknya lembaga permodalan bagi pengembangan usaha kader partai.

5) Menciptakan lapangan kerja dan usaha produktif. d. Pemberdayaan Generasi Muda

1) Mendukung sepenuhnya usaha-usaha Pemuda Bulan Bintang dan memberdayakan generasi muda serta memperluas dukungan partai dari kalangan muda dan pemilih pemula.

2) Memberikan kesempatan lebih luas kepada generasi muda untuk memimpin partai dan menjadi pejabat publik dari partai.

3) Regenerasi kepemimpinan partai secara konsisten dan terus-menerus.

Gambar

gambaran, dan mengklasifikasikan, serta menginterpretasikan data yang

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan faktor yang paling mempengaruhi kelulusan mahasiswa adalah Indeks Prestasi (IP) pada semester 1,2,3,4 dan

Tahap selanjutnya akan beralih pada tahapan implementasi. Adapun tahapan ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu perancangan pesan; pemilihan media, dan penentuan bauran

Dari keempat model rumah Kutai yang dikembangkan untuk desain rumah knock- down sebagai solusi perumahan untuk dae- rah rawa dalam penelitian ini adalah model rumah Gudang. Modul

Sehingga peningkatan pH tanah dan kesuburan tanah mineral, memang berasal dari abu sisa pembakaran tanah gambut yang menyebabkan hilangnya atau berkurangnya biomassa

efisiensipengendara pada saat keluar- masuk ruang parkir, menciptakan suasana yangaman dan nyaman, dan menata pintu masuk dan keluar fasilitas parkir denganjalur

Biaya input non tradable , labor and landrate pada harga sosial adalah sama dengan privatnya, hal ini karena asumsi yang digunakan untuk suku bunga sosial dan

    Dalam melihat perkaitan antara salah laku pelajar dengan gaya keibubapaan yang diamalkan hasil kajian menunjukkan bahawa faktor gaya keibubapaan yang diamalkan oleh para ibu

Dalam pembentukan perjanjian pembiaya- an kendaraan bermotor, paksaan yang mena- kutkan sebagaimana ditentukan di dalam Pasal 1324 KUHPdt, yang dirumuskan dengan