• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIVASI PETANI SAYURAN ORGANIK DALAM BERMITRA KERJA DENGAN CV TANI ORGANIK MERAPI (TOM) DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MOTIVASI PETANI SAYURAN ORGANIK DALAM BERMITRA KERJA DENGAN CV TANI ORGANIK MERAPI (TOM) DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

YOGYAKARTA

Skripsi

Disusun oleh: Yuniar Alvi Dwiningrum

20120220102

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(2)

MOTIVASI PETANI SAYURAN ORGANIK DALAM BERMITRA KERJA DENGAN CV TANI ORGANIK MERAPI (TOM) DI

KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Disusun oleh: Yuniar Alvi Dwiningrum

20120220102

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(3)

DENGAN CV. TANI ORGANIK MERAPI (TOM) DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

Yuniar Alvi Dwiningrum

20120220102

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 28 Juni 2016

Skripsi tersebut telah diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

Yogyakarta, 30 Agustus 2016

Pembimbing Utama Penguji

Dr. Ir. Widodo, MP Ir. Lestari Rahayu, MP

NIK: 19670322199202 133 011 NIK: 19650612199008 133 008

Pembimbing Pendamping

Dr. Ir. Triwara Buddhi S, MP NIK: 19590712199603 133 022

Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan,

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil’alamin, puji syukur bagi Allah Subhanahuwata’ala,

Tuhan semesta alam yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Hanya karena

rahmat dan ridhoNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Motivasi Petani Sayuran Organik dalam Bermitra Kerja dengan CV. Tani

Organik Merapi (TOM) di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Yogyakarta”.

Penulis menyadari sepenuhnya tanpa kesungguhan, kerja keras, serta

bantuan dari berbagai pihak dan ridho Allah SWT, maka skripsi ini tidak

terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis dengan tulus mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Papa, Mama, Mba Ii, Ka Ichsan, Hapsari dan Rania serta seluruh keluarga besar penulis atas dukungan, dorongan, nasehat dan do’a yang telah diberikan.

2. Dr. Ir. Widodo, MP selaku dosen pembimbing utama, Dr. Ir. Triwara Buddhi S,

MP selaku dosen pendamping, yang dengan segala aktivitasnya masih

memberikan kesempatan bimbingan kepada penulis.

3. Teteh Arin, Kak Haqy, Kaka Oneng, Emak, Billa, Teman-Teman Agribisnis

2012, Best Camp, Student English Activity, Himasepta UMY, Bekasi Lovers,

Wisma Alzadda, Marissa Dwiandhany, Nalar Mutiara Esa, dan Tabattia Dwi.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas budi dan

uluran tangan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini

bermanfaat.

(5)

iv DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

INTISARI ... xi

ABSTRACT ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 4

C. Kegunaan Penelitian ... 5

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 19

C. Kerangka Pemikiran ... 22

III. METODE PENELITIAN ... 24

A. Teknik Pengambilan Responden ... 24

B. Jenis Data dan Sumber Data ... 25

C. Teknik Pengumpulan Data ... 25

D. Asumsi dan Pembatasan Masalah ... 26

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 27

F. Teknik Analisis Data ... 31

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN CV. TANI ORGANIK MERAPI ... 32

A. Keadaan Umum Desa Wukirsari ... 32

B. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ... 33

C. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 36

D. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 37

E. Keadaan Sarana Ekonomi ... 38

(6)

v

G. Sejarah Perusahaan ... 42

H. Lokasi Perusahaan ... 43

I. Bidang Usaha ... 43

J. Bidang Bisnis ... 44

K. Sistem Kemitraan CV. Tani Organik Merapi ... 49

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Karakteristik Petani Sayuran Organik CV. Tani Organik Merapi ... 53

B. Motivasi Wirausaha Petani Sayuran Organik ... 58

C. Prestasi Kerja Sayuran Organik ... 79

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 91

A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(7)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Bobot Nilai Tiap Butir Pertanyaan... 31

Tabel 2. Kategori Motivasi dan Prestasi Kerja Menurut Persentase Skor ... 31

Tabel 3. Distribusi Penduduk Menurut Umur di Desa Wukirsari ... 34

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Wukirsari ... 35

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Wukirsari .. 36

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Wukirsari ... 37

Tabel 7. Kelembaga Ekonomi di Desa Wukirsari ... 38

Tabel 8. Produksi Tanaman Pangan dan Sayuran Desa Wukirsari ... 41

Tabel 9. Karakteristik Petani Sayuran Organik CV. Tani Organik Merapi ... 53

Tabel 10. Karakteristik Petani Sayuran Organik CV. Tani Organik Merapi ... 54

Tabel 11. Karakteristik Petani Sayuran Organik CV. Tani Organik Merapi ... 55

Tabel 12. Karakteristik Petani Sayuran Organik CV. Tani Organik Merapi ... 55

Tabel 13. Karakteristik Petani Sayuran Organik CV. Tani Organik Merapi ... 56

Tabel 14. Karakteristik Petani Sayuran Organik CV. Tani Organik Merapi ... 57

Tabel 15. Karakteristik Petani Sayuran Organik CV. Tani Organik Merapi ... 57

Tabel 16. Capaian Skor dan Kategori Motivasi Wirausaha ... 58

Tabel 17. Capaian Skor dan Kategori Kebutuhan untuk Berprestasi dalam Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 60

Tabel 18. Capaian Skor dan Kategori Dorongan untuk Unggul dalam Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 61

Tabel 19. Capaian Skor dan Kategori Keinginan untuk Bertanggung Jawab atas Hasil yang Dicapai dalam Bermitra dengan TOM ... 63

Tabel 20. Capaian Skor dan Kategori Usaha untuk Memperoleh Umpan Balik dari Keterlibatannya Menjalin Mitra dengan TOM ... 65

Tabel 21. Capaian Skor dan Kategori Memiliki Aktivitas Enerjik Sejak Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 67

Tabel 22. Capaian Skor dan Kategori Memandang bahwa Keuntungan Finansial68 Tabel 23. Capaian Skor dan Kategori Kebutuhan Untuk Berafiliasi ... 69

Tabel 24. Capaian Skor dan Kategori Usaha untuk Memelihara Hubungan Baik dengan Petani Lain dalam Rangka Mencapai Tujuan dalam Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 71

Tabel 25. Capaian Skor dan Kategori Usaha untuk selalu Kooperatif dengan Petani Lain dalam Menjalin Mitra dengan CV. Tani Organik Merapi. 72 Tabel 26. Capaian Skor dan Kategori Usaha untuk Selalu Menjaga Kenyamanan Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 74

Tabel 27. Capaian Skor dan Kategori Kebutuhan Untuk Kekuasaan ... 75

(8)

vii

Tabel 29. Capaian Skor dan Kategori Keuntungan yang Didapatkan Merupakan

Bagian Terpenting dalam Bermitra Dengan TOM ... 77

Tabel 30. Capaian Skor dan Kategori Usaha untuk Memiliki dan Menerapkan Ide-Ide untuk Mengembangkan Kemitraan ... 79

Tabel 31. Capaian Skor dan Kategori Prestasi Kerja Sayuran Organik ... 80

Tabel 32. Capaian Skor dan Kategori Prestasi Kerja Petani Sayuran Organik Secara Kualitas ... 80

Tabel 33. Capaian Skor dan Kategori Peningkatan Dalam Kualitas Produk ... 82

Tabel 34. Capaian Skor dan Kategori Peningkatan Keberhasilan Panen... 84

Tabel 35. Capaian Skor dan Kategori Peningkatan Alat-Alat Pertanian ... 85

Tabel 36. Capaian Skor dan Kategori Peningkatan Penghematan Input Produksi ... 86

Tabel 37. Capaian Skor dan Kategori Pemenuhan Permintaan Perusahaan Mitra ... 86

Tabel 38. Capaian Skor dan Kategori Prestasi Kerja Petani Sayuran Organik Secara Kuantitas ... 87

Tabel 39. Capaian Skor dan Kategori Peningkatan Dalam Tingkat Kuantitas Produksi ... 88

(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner ... 96 Lampiran 2. Tabel Frekuensi Indikator Dorongan Untuk Unggul dalam bermitra

dengan CV. Tani Organik Merapi ... 101 Lampiran 3. Tabel Frekuensi Indikator Keinginan untuk Bertanggung Jawab Atas

Hasil yang Dicapai dalam Bermitra dengan CV. Tani Organik

Merapi ... 102 Lampiran 4. Tabel Frekuensi Indikator Usaha untuk Memperoleh Umpan Bali dari

Keterlibatannya Menjalin Mitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 103 Lampiran 5. Tabel Frekuensi Indikator Memiliki Aktivitas Enerjik Sejak Bermitra

dengan CV. Tani Organik Merapi ... 105 Lampiran 6. Tabel Frekuensi Indikator Memandang Bahwa Keuntungan Finansial

dan Kemampuan sebagai Acuan dalam Suatu Keberhasilan Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 106 Lampiran 7. Tabel Frekuensi Indikator Usaha untuk Memelihara Hubungan Baik

dengan Petani Lain dalam Rangka Mencapai Tujuan dalam Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 107 Lampiran 8. Tabel Frekuensi Indikator Usaha untuk Selalu Kooperatif dengan

Petani Lain dalam Menjalin Mitra dengan CV. Tani Organik Merapi. ... 109 Lampiran 9. Tabel Frekuensi Indikator Usaha untuk Selalu Menjaga Kenyamanan

Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 110 Lampiran 10. Tabel Frekuensi Indikator Usaha untuk dapat Merangkul Petani Non Mitra untuk Tujuan Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 111 Lampiran 11. Tabel Frekuensi Indikator Keuntungan yang Didapatkan Merupakan Bagian Terpenting dalam Bermitra Dengan TOM... 112 Lampiran 12. Tabel Frekuensi Indikator Usaha untuk Memiliki dan Menerapkan

Ide-Ide untuk Mengembangkan Kemitraan ... 114 Lampiran 13. Tabel Frekuensi Indikator Peningkatan Dalam Kualitas Produk . 115 Lampiran 14. Tabel Frekuensi Indikator Peningkatan Keberhasilan Panen ... 117 Lampiran 15. Tabel Frekuensi Indikator Kategori Peningkatan Alat-Alat

Pertanian ... 118 Lampiran 16. Tabel Frekuensi Indikator Peningkatan Penghematan Input Produksi ... 119 Lampiran 17. Tabel Frekuensi Indikator Permintaan Perusahaan Mitra ... 120 Lampiran 18. Tabel Frekuensi Indikator Peningkatan dalam Tingkat Kuantitas

(11)
(12)

xii

MOTIVASI PETANI SAYURAN ORGANIK DALAM BERMITRA KERJA DENGAN CV TANI ORGANIK MERAPI (TOM) DI

KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

Motivation of Organic Vegetables Farmers In Cooperation With CV. Tani Organik Merapi At Cangkringan District Sleman Regency Yogyakarta

Yuniar Alvi Dwiningrum

Dr. Ir. Widodo, MP. / Dr. Ir. Triwara Buddhi S, MP. Agribusiness Departement Faculty of Agriculture

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRACT

Safety trend in farming product is a sensitive issue in the world of food. Various cases of food poisoning occur derived from chemical and biological contamination. This problems prosecute the farmers to be able to meet consumers demand for organic food. CV. Tani Organik Merapi is the partner for farmers especially in organic vegetables to be able to help realize the organic food for consumers. But until now, there is no much farmers who want to join with CV. Tani Organik Merapi. The aims of this research are determine the cooperation system that applied by CV. Tani Organik Merapi, knowing the farmers motivation in cooperation with CV. Tani Organik Merapi, knowing the work achievement of farmers in CV. Tani Organik Merapi. This research is a quantitative research using a likert scale analysis techniques which are located in the CV. Tani Organik Merapi in Yogyakarta. The data taken from 15 farmers as respondents with a questionnaire consisting of 5 variables, 19 indicators and 50 questions. The result of this research are showed the cooperation system that used by CV. Tani Organik Merapi is a core plasma cooperation system, farmers motivation role in cooperation with CV. Tani Organik Merapi based on need for affiliation, and the result of work achievement by farmers based on work achievement in quality and quantity is high.

(13)

1 A. Latar Belakang

Trend keamanan pada produk pangan pertanian menjadi isu yang cukup

sensitif dalam industri pangan. Berbagai kasus keracunan pangan yang terjadi,

berasal dari kontaminasi bahan kimia dan mikrobiologi. Faktor kesehatan dan

keamanan menjadi salah satu alasan mengapa sebagian konsumen sangat selektif

dalam memilih dan mengonsumsi pangan. Perbaikan mutu kehidupan dan gaya

hidup sehat telah mendorong masyarakat di berbagai negara dan mendorong

gerakan gaya hidup sehat dengan tema global “Kembali ke Alam”. Hal ini

menuntut para petani untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen akan pangan

organik. Sutanto (2002) mendefinisikan pertanian organik yakni menunjukan

campur tangan manusia secara lebih intensif dalam memanfaatkan lahan dan

berusaha meningkatkan hasil pertanian berdasarkan prinsip daur ulang yang

dilaksanakan sesuai dengan kondisi setempat. Pertanian organik menghimpun

seluruh imajinasi petani dan konsumen yang secara serius dan bertanggung jawab

menghindarkan bahan kimia dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan

dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat.

Menurut Inawati (2011), berkembangnya produsen dan komoditas organik

ini karena pengaruh gaya hidup masyarakat sebagai konsumen yang mulai

memperhatikan pentingnya kesehatan dan lingkungan hidup dengan menggunakan

produk organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia sintetis buatan.

(14)

bertambahnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian organik, Aliansi

Organis Indonesia (AOI) juga mencatat semakin meningkatnya jumlah produsen

komoditas organik semakin meningkat pula ragam komoditas organik yang

dibudidaya, merk dagang organik, dan pemasok ke pengecer seperti supermarket

dan restoran besar.

Luas lahan yang tersedia untuk pertanian organik di Indonesia sangat

besar, dari 188,2 juta ha lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian, baru

sekitar 70 juta ha yang telah digunakan untuk berbagai sistem pertanian dan

sisanya belum dimanfaatkan. Disamping itu, menurut Nurdin (2012) terdapat

11,1 juta tanah yang diidentifikasikan sebagai tanah terlantar yang sebagian dapat

digunakan untuk pertanian organik.

Menurut Widiastuti (2009), tingginya permintaan sayuran organik yang

didukung oleh ketersediaan lahan untuk pertanian organik di Indonesia

menjadikan peluang bagi negara ini untuk untuk menjadi negara pengekspor

sayuran organik terbesar di dunia. Permintaan akan sayuran organik tidak hanya

datang dari rumah tangga, namun juga dari hotel dan restoran. Meningkatnya

permintaan di masyarakat akan ragam varietas ini menjadi peluang bisnis yang

besar bagi pasar modern. Pasar modern membutuhkan pasokan sayuran dengan

kuantitas yang cukup, kualitas yang baik dan kontuinitas. Hal inilah yang

mendorong tumbuhnya perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam

memproduksi sayuran organik. Peran perusahaan sayuran organik inilah yang

(15)

Kemitraan bisnis merupakan salah satu upaya dalam pembangunan

pertanian kedepannya sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan petani melalui program kemitraan yang unggul, berdaya saing

tinggi dan berkesinambungan (Sumardjo, 2004). Kemitraan bertujuan untuk

mengatasi berbagai macam kekurangan yang dihadapi oleh petani organik serta

menjadi solusi untuk merangsang tumbuhnya petani organik di Indonesia terutama

bagi petani organik yang memiliki modal relatif kecil. Pembentukan kemitraan

memiliki beberapa kelebihan diantaranya mudah dibentuk, luwes

diimplementasikan, tidak memerlukan dana yang besar dan beresiko kecil (Aulia

Qonita, 2012). Kemitraan bisnis yang dilakukan oleh petani juga mampu

meningkatkan prestasi kerja petani dari segi kualitas dan kuantitas.

Pusat pengembangan petani sayuran organik yang bernama CV. Tani

Organik Merapi (TOM) merupakan wadah bagi para petani sayuran organik yang

berlokasi di Dusun Balangan, Kelurahan Wukirsari, Kecamatan Cangkringan,

Kabupaten Sleman untuk dapat menjalin mitra. Selain itu CV. Tani Organik

Merapi merupakan salah satu pemasok sayuran organik terbesar ke hampir

seluruh supermarket di Yogyakarta seperti Super Indo, Carrefour, Hero,

Hypermart, Giant namun petani mitra CV. Tani Organik Merapi masih terbilang

sedikit karena petani mitra TOM merupakan kelompok minoritas dalam bertani di

Desa Wukirsari dibandingkan dengan petani pembudidaya sayuran organik diluar

CV. Tani Organik Merapi. CV. Tani Organik Merapi memiliki 15 petani sayuran

(16)

dengan TOM. CV. Tani Organik Merapi memiliki beberapa kompetitor dalam

pelaksanaannya diantaranya adalah Tani Organik Seraphine (TOS) dan Freshland.

Motivasi adalah sebuah dorongan baik dari luar maupun dari dalam yang

mampu menjadikan penggerak manusia untuk melaksanakan sesuatu. Menurut

McClelland kebutuhan dipelajari (learned need) melalui kehidupan dalam suatu

budaya, seseorang belajar tentang kebutuhan dengan mempelajarinya. Oleh

karena itu, terdapat hubungan positif antara kebutuhan untuk berprestasi dengan

prestasi kerja yang dihasilkan.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu,

bagaimanakah sistem kemitraan yang terjadi diantara petani dan CV. Tani

Organik Merapi ?, bagaimanakah motivasi petani dalam bermitra dengan CV.

Tani Organik Merapi di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta

? dan bagaimanakah prestasi kerja petani mitra CV. Tani Organik Merapi di

Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dalam bermitra dengan

Tani Organik Merapi (TOM).

Untuk menjawab permasalahan maka diperlukan penelitian yang berjudul

“Motivasi Petani Sayuran Organik Dalam Bermitra Kerja Dengan CV. Tani

Organik Merapi di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman Yogyakarta”.

B. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui sistem kemitraan yang terjadi diantara petani sayuran organik

dengan CV. Tani Organik Merapi.

2. Mengetahui motivasi petani dalam bermitra dengan CV. Tani Organik

(17)

3. Mengetahui prestasi kerja petani mitra CV. Tani Organik Merapi di

Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dalam bermitra

dengan Tani Organik Merapi (TOM).

C. Kegunaan Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan ajar para

fasilitator pemberdayaan pertanian organik khususnya dalam meningkatkan

motivasi wirausaha petani.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi oleh CV. Tani Organik

(18)

6 A. Tinjauan Pustaka

1. Pertanian Organik

Pembangunan pertanian harus dilakukan dengan pendekatan pembangunan

berkelanjutan dengan memperhatikan dimensi yang lebih luas dan dilakukan

secara holistik, antara lain mencakup: aspek sosial, ekonomi, politik, kelembagaan

maupun ekologi. Praktek-praktek pengelolaan pertanian yang mengeksploitasi

sumberdaya secara berlebihan dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia

telah berdampak terjadinya levelling off ketika produksi tidak setara dengan

besarnya input yang digunakan dan telah berdampak negatif terhadap kesuburan

lahan (tanah menjadi tandus dan rentan terhadap serangan hama penyakit). Untuk

memulihkan kesuburan tanah, meningkatkan produktivitas dan melestarikan

lingkungan, maka kegiatan pengembangan pertanian organik akan semakin

dikembangkan dan diperluas. (Deptan, 2008)

Menurut Sutanto (2002), pertanian organik menunjukan campur tangan

manusia secara lebih intesif dalam memanfaatkan lahan dan berusaha

meningkatkan hasil pertanian berdasarkan prinsip daur ulang yang dilaksanakan

sesuai dengan kondisi setempat. Pertanian organik menghimpun seluruh imajinasi

petani dan konsumen yang secara serius dan bertanggung jawab menghindarkan

bahan kimia dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk

memperoleh kondisi lingkungan yang sehat. Aspek yang masuk kedalam

(19)

hias dan buah-buahan. Aspek yang akan diteliti dalam penelitian disini adalah

tanaman hortikultura yakni sayuran organik.

Sayuran organik adalah sayuran yang dibudidayakan dengan teknik

pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa bahan-bahan kimia

sintetis. Tujuan utama sayuran organik adalah menyediakan produk pertanian

bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumen serta tidak

merusak lingkungan. Sayuran organik sebagai bagian dari pertanian yang akrab

dengan lingkungan perlu segera dimasyarakatkan sejalan makin banyaknya

dampak negatif terhadap lingkungan yang terjadi akibat dari penerapan teknologi

intensifikasi yang mengandalkan bahan kimia pertanian. (Pracaya, 2007)

2. Kemitraan

Menurut Dr. Muhammad Jafar Hafsah (2008), kemitraan adalah suatu

strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu

tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan

dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan

kemitraan ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam

menjalankan etika bisnis.

Dalam Pasal 27 Undang-Undang Usaha Kecil ditentukan pola-pola

kemitraan sebagai berikut:

a. Inti Plasma

Pola inti plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan

usaha menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha menengah atau usaha

(20)

melaksanakan pembinaan mulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan

teknis, sampai dengan pemasaran hasil produksi.

b. Subkontrak

Pola subkontrak adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan

usaha menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha kecil memproduksi

komponen yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar sebagai bagian

dari produksinya. Kelemahan pola subkontrak ini adalah pada besarnya

kebergantungan pengusaha kecil pada pengusaha menengah atau besar. Hal

tersebut dapat berdampak negatif terhadap kemandirian dan keuntungan yang

diperoleh oleh pengusaha kecil.

Manfaat yang diperoleh pengusaha kecil melalui pola subkontrak ini

adalah dalam hal :

1) Kesempatan untuk mengerjakan sebagian produksi dan atau komponen.

2) Kesempatan yang seluas-luasnya dalam memperoleh bahan baku.

3) Bimbingan dan kemampuan teknis produksi dan atau manajemen.

4) Perolehan, penguasaan, dan peningkatan teknologi yang digunakan.

5) Pembiayaan.

c. Dagang Umum

Pola dagang umum adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan

usaha menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha menengah atau usaha

besar memasarkan produksi usaha kecil atau usaha kecil memasok kebutuhan

(21)

d. Waralaba

Pola waralaba adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya usaha

menengah atau usaha besar pemberi waralaba memberikan hak penggunaan

lisensi merk dan saluran distribusi perusahaan kepada usaha kecil penerima

waralaba dengan disertai bantuan dan bimbingan manajemen.

Pengaturan yang terinci mengenai kemitraan bisnis pola waralaba ini telah

diatur di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 26 Tahun 1997

tentang waralaba. Dalam peraturan pemerintah kemitraan sendiri terdapat

pengaturan khusus tentang waralaba ini, antara lain dalam pasal 7 yang

menentukan sebagai berikut :

1) Usaha besar dan atau usaha menengah yang bermaksud memperluas usahanya

dengan memberi waralaba, memberikan kesempatan dan mendahulukan usaha

kecil yang memiliki kemampuan untuk bertindak sebagai penerima waralaba

untuk usaha yang bersangkutan.

2) Perluasan usaha oleh usaha besar dan atau usaha menengah dengan cara

waralaba di kabupaten atau kotamadya Daerah Tingkat II di luar ibukota

propinsi hanya dapat dilakukan melalui kemitraan dengan usaha kecil.

e. Keagenan

Pola keagenan adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya usaha kecil

diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha menengah atau usaha

besar mitranya. Pengertian agen hampir sama dengan distributor karena

(22)

atau besar (prisipal). Namun, secara hukum berbeda karena mempunyai

karakteristik dan tanggung jawab hukum yang berbeda.

f. Modal Ventura

Modal Ventura dapat didefinisikan dalam berbagai versi. Pada dasarnya

berbagai macam definisi tersebut mengacu pada satu pengertian mengenai modal

ventura yaitu suatu pembiayaan oleh suatu perusahaan pasangan usahanya yang

prinsip pembiayaannya adalah penyertaan modal.

Meskipun prinsip dari modal ventura adalah “penyertaan” namun hal

tersebut tidak berarti bahwa bentuk formal dari pembiayaannya selalu penyertaan.

Bentuk pembiayaannya bisa saja obligasi atau bahkan pinjaman, namun obligasi

atau pinjaman itu tidak sama dengan obligasi atau pinjaman biasa karena

mempunyai sifat khusus yang pada intinya mempunyai syarat pengembalian dan

balas jasa yang lebih lunak.

Dari hasil survey yang telah dilaksanakan analisis sementara penulis

menyatakan bahwa CV. Tani Organik Merapi menganut pola kemitraan inti

plasma. Pola kemitraan inti plasma yaitu hubungan kemitraan antara mitra usaha

(dalam hal ini petani sayuran organik) sebagai plasma dengan CV. Tani Organik

Merapi sebagai inti perusahaan.

3. Motivasi

Motivasi adalah sebuah dorongan baik dari luar maupun dari dalam yang

mampu menjadikan penggerak manusia untuk melaksanakan sesuatu.

Expanctancy theory ( vroom) menjelaskan bahwa besar kecilnya usaha kerja yang

(23)

memandang kemungkinan berhasil dari tingkah lakunya itu dalam mencapai atau

menghindari. Teori lain tentang motif harus dipelajari dan dipahami, sehingga

dapat mengarahkan motivasi ini kearah perilaku yang diharapkan. Teori yang

diterapkan antara lain:

a. Teori Hierarki Kebutuhan dari Abraham H. Moslow

1)Memuaskan kebutuhan dasar (Basic Need). Memperoleh uang secara

mandiri untuk kebutuhan fisik.

2)Memuaskan kebutuhan rasa nyaman (Safety Need). Memperoleh rasa

aman dalam kehidupan berkeluarga, dan bermasyarakat dengan

terpenuhinya aspek-aspek perlindungan melalui keberhasilan usaha.

3)Memuaskan kebutuhan sosial (Social Need). Memperoleh keleluasaan dan

peluang yang lebih besar untuk melakukan kontak sosial dalam

membangun persahabatan dan relasi bisnis.

4)Memuaskan kebutuhan penghargaan (Self Esteem Need). Memperoleh rasa

hormat dari lingkungan sesuai dengan kedudukan sebagai pimpinan/

pemilik bisnis pribadi.

5)Memuaskan kebutuhan pengakuan diri (Self Actualization). Memperoleh

pengakuan masyarakat atas hasil karyanya yang bermanfaat bagi

kepentingan banyak orang.

b. Teori Motivasi Pemeliharaan /Hiegieness dari Frederik Herzberg yaitu:

1)Kemajuan dan peningkatan.

2)Tanggung jawab.

(24)

4)Adanya penghargaan.

5)Prestasi.

c. Teori Prestasi dari David Mc. Clelland

1)Kebutuhan akan persahabatan (Need for Affiliation)

a) Keinginan kuat untuk bersahabat

b)Keinginan berkumpul

c) Khawatir putusnya persahabatan

2)Kebutuhan akan kekuasaan

a) Keinginan untuk memerintah

b)Menyukai hubungan vertikal

c) Bangga atas posisi dan reputasi

3) Kebutuhan akan prestasi

a) Memikul tanggung jawab

b)Pengambilan resiko

c) Kreatif dan inovatif

Motif berprestasi adalah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat

untuk mencapai hasil terbaik guna memperoleh kepuasan pribadi (Suharyadi

et.al., 2007).

David C. MacClelland dalam Suharyadi et.al. (2007), mengungkapkan

bahwa:

a. Kebutuhan untuk berprestasi wirausaha (n-Ach), orang-orang yang memiliki

(25)

1)Senang menetapkan sasaran kerja yang menantang, mengandung unsur

resiko sedang (moderate risk), dan menghindari.

2)Tugas dan tanggung jawab yang terlalu mudah untuk diselesaikan, karena

tantangannya rendah.

3)Tugas dan tanggung jawab yang terlalu sukar untuk diselesaikan, karena

keberhasilan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor keberuntungan.

4)Selalu merasa bahwa apapun yang terjadi sebagian besar adalah tanggung

jawabnya.

5)Dalam bekerja selalu ingin mendapatkan umpan balik.

b. Kebutuhan akan kekuasaan (n-Pow), orang dengan n-Ach tinggi tidak

membuat seorang manajer efektif, sebab seorang manajer harus

mempengaruhi, membujuk, atau memberi inspirasi kepada bawahannya yang

dalam hal inilah n-Pow diperlukan. Ciri-ciri dari seseorang dengan n-Pow

tinggi adalah:

1)Berusaha untuk selalu mempengaruhi orang lain atau berusaha membuat

orang lain kagum terhadapnya.

2)Lebih mementingkan hasil akhir daripada proses.

3)Mempunyai dorongan kuat untuk dilihat sebagai penyelamat, pembantu,

penolong, atau pahlawan.

N-pow tidak selalu dikonotasikan dengan hal negatif, sebab pada

kenyataannya untuk beberapa jabatan atau pekerjaan, seperti guru, dan

(26)

c. Kebutuhan untuk berafiliasi (n-Aff), merupakan kebutuhan untuk

memantapkan, melestarikan, atau memperoleh hubungan dengan orang lain.

Secara ringkas n-Aff berfokus pada usaha untuk membina suasana

persahabatan dan menghimpun teman. Orang-orang dengan n-Aff memiliki

ciri-ciri:

1)Dalam bekerja lebih mementingkan suasana antara orang-orang yang

bekerja dibandingkan dengan pekerjaannya itu sendiri.

2)Lebih memperhatikan reaksi atau sikap orang lain terhadapnya dan tidak

merasa nyaman bila orang lain bersikap kurang bersahabat.

3)Dalam melaksanakan tugas sangat dipengaruhi oleh siapapun yang akan

menjadi rekan kerja. Jadi pertimbangan utama bukanlah pekerjan itu

menarik atau menantang, tetapi dengan siapa dia akan bekerja.

Menurut Stephen P. Robbins dalam Suharyadi et.al. (2007), kebutuhan akan

kekuasaan (n-Pow) dan kebutuhan untuk berafiliasi (n-Aff) erat kaitannya dengan

keberhasilan manajer saat ini. Sedangkan kebutuhan untuk berprestasi (n-Ach)

mencirikan seseorang menjadi wirausahawan karena memiliki motivasi yang kuat

untuk berprestasi.

Wirausahawan terdorong oleh kebutuhan untuk berprestasi (n-Ach) yang

tinggi, dan kebutuhan akan kekuasaan (n-Pow) serta kebutuhan untuk berafiliasi

(n-Aff) pada tingkatan sedang. Menurut McClelland dalam Wahyuningsih (2009),

(27)

a. Keinginan untuk berprestasi. Penggerak psikologis utama yang memotivasi wirausahawan adalah kebutuhan untuk berprestasi, yang biasanya di

identifikasi sebagai n-Ach. Kebutuhan ini diidentifikasi sebagai keinginan

atau dorongan dalam diri yang memotivasi kearah pencapaian tujuan

merupakan tantangan dari kompetisi individu.

b. Keinginan untuk bertanggung jawab. Wirausahawan menginginkan tanggung jawab pribadi bagi pencapaian tujuan. Mereka memilih

menggunakan sumber daya sendiri dengan cara bekerja sendiri untuk

mencapai tujuan dan bertanggung jawab sendiri terhadap hasil yang dicapai.

Akan tetapi mereka akan melakukan secara kelompok sepanjang mereka bisa

secara pribadi mempengaruhi hasil-hasil.

c. Preferensi kepada resiko-resiko menengah. Wirausahawan bukanlah penjudi, mereka memilih menetapkan tujuan-tujuan yang membutuhkan

tingkat kinerja yang tinggi, suatu tingkatan mereka percaya akan menuntut

usaha keras tetapi yang masih bisa dipercaya untuk dipenuhi.

d. Persepsi pada kemungkinan berhasil. Keyakinan pada kemampuan untuk mencapai keberhasilan adalah kualitas kepribadian wirausahawan yang

penting. Mereka mempelajari fakta-fakta yang dikumpulkan dan menilainya.

Ketika semua fakta tidak tersedia, mereka berpaling kepada sikap percaya

diri mereka yang tinggi dan melanjutkan tugas-tugas mereka.

(28)

buruk. Mereka dirangsang untuk mencapai hasil kerja yang lebih tinggi dan

mempelajari seberapa efektif usaha mereka.

f. Aktifitas enerjik. Wirausahawan menunjukan energi yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata orang. Mereka bersifat aktif dan mobilitas tinggi serta

mempunyai proporsi waktu yang besar dalam mengerjakan tugas dengan cara

baru. Mereka sangat menyadari perjalanan waktu. Kesadaran ini merangsang

mereka untuk terlibat secara mendalam pada kerja yang mereka lakukan.

g. Orientasi ke masa depan. Wirausahawan melakukan perencanaan dan berfikir kedepan. Mereka mencari dan mengantisipasi kemungkinan yang

terjadi jauh di masa depan.

h. Keterampilan dalam pengorganisasian. Wirausahawan menunjukan keterampilan dalam mengorganisasi kerja dan orang-orang dalam mencapai

tujuan. Mereka sangatlah obyektif dalam memilih individu-individu untuk

tugas tertentu. Mereka memilih ahli dan bukannya teman agar pekerjaan bisa

dilakukan dengan efisien.

i. Sikap terhadap uang. Mereka memandang uang sebagai lambang kongkrit dari tercapainya tujuan dan sebagai pembuktian bagi kompetisi mereka.

4. Prestasi Kerja

Menurut Mangkunegara, (2010) prestasi kerja adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Menurut Moenir, (2005) terdapat beberapa faktor yang dapat dijadikan

(29)

a. Kualitas kerja yang meliputi ketepatan, ketelitian, keterampilan serta

kebersihan.

b. Kuantitas kerja yang meliputi output rutin serta output non rutin (ekstra).

c. Keandalan atau dapat tidaknya diandalkan yakni dapat tidaknya mengikuti

instruksi, kemampuan inisiatif, kehati-hatian serta kerajinan.

d. Sikap terhadap perusahaan dan karyawan.

Menurut Handoko (2000), metode penilaian prestasi kerja terbagi dalam

dua metode yaitu:

a. Metode-metode penilaian berorientasi pada masa lalu

1)Skala Rata-Rata (Rating scale)

Pada metode ini, evaluasi subjektif dilakukan oleh penilai terhadap

prestasi kerja pegawai dengan skala tertentu dari rendah sampai tinggi.

2)Checklist

Metode penilaian ini dimaksudkan untuk untuk mengurangi beban penilai.

Penilai tinggal memilih kalimat-kalimat atau kata- kata yang

menggambarkan prestasi kerja dan karakteristik pegawai.

3)Metode Peristiwa Kritis

Pada metode ini didasarkan pada catatan-catatan penilai yang

menggambarkan perilaku pegawai sangat baik atau sangat buruk dalam

kaitannya dalam pelaksanaan kerja.

4)Metode Peninjauan Lapangan

Pada metode ini, wakil ahli departemen personalia turun ke lapangan dan

(30)

5)Tes dan Observasi Prestasi Kerja

Bila jumlah pekerjaan terbatas, penilaian prestasi kerja biasa didasarkan

pada tes pengetahuan dan keterampilan. Agar berguna harus reliabel dan

valid.

6)Metode Evaluasi Kelompok

Penilaian ini biasanya dilakukan oleh penyelia atau atasan langsung.

Metode ini berguna untuk pengambilan keputusan untuk menaikkan upah,

promosi dan berbagai bentuk penghargaan organisasional karena dapat

menghasilkan rangking pegawai dari yang terbaik dan yang terburuk.

b. Metode-metode yang berorientasi pada masa depan

1)Penilaian Diri (Self Appraisal)

Teknik evaluasi ini, berguna bila tujuan evaluasi adalah tujuan untuk

melanjutkan pengembangan diri.

2)Penilaian Psikologis (Physicological Appraisal)

Penilaian ini biasanya dilakukan oleh para psikolog, terutama untuk

menilai potensi pegawai di waktu yang akan datang.

3)Pendekatan Management By Objectives (MBO)

Pada pendekatan ini setiap pegawai dan penyelia secara bersama

menetapkan tujuan-tujuan dan sasaran pelaksanaan kerja di waktu yang

akan datang.

4)Teknik Pusat Penilaian

Bentuk penilaian pegawai yang distandarisasikan dimana tergantung pada

(31)

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Noor Widayat Ika Prasetya (2015), dalam Motivasi

Wirausaha Petani dalam Usahatani Padi Organik Di Dusun Wijirejo Kecamatan

Pandak Kabupaten Bantul Yogyakarta menggunakan motivasi dari teori

McClelland yang terdiri dari tiga kebutuhan yakni kebutuhan untuk berprestasi,

afiliasi dan kekuasaan. Pengukuran variabel dengan menggunakan kuesioner yang

mengacu pada skala likert. Analisis data dengan menggunakan ANOVA

dilanjutkan dengan Metode Fisher’s LSD (Least Significant Difference),

menggunakan uji proporsi, dan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini

adalah kebutuhan untuk berprestasi dan berafiliasi merupakan komponen utama

dalam motivasi wirausaha usahatani padi organik di Dusun Wijirejo, petani padi

organik di Dusun Wijirejo memiliki motivasi wirausaha yang tinggi dalam

usahatani padi organik, serta terdapat pengaruh secara stimulan antara komponen

motivasi wirausaha dengan prestasi kerja petani padi organik.

Penelitian oleh Aisyi Ridwan, (2015) dalam Minat Petani Tebu Untuk

Bermitra Dengan Pabrik Gula Trangkil Kabupaten Pati. Tingkat minat petani

tebu untuk bermitra dengan PG Trangkil yang didekati dengan indikator

kepuasan, kesenangan, kemauan, dan semangat adalah tinggi. Pola kemitraan

yang terjalin antara petani tebu dengan PG Trangkil adalah pola inti plasma yaitu

hubungan kemitraan antra mitra usaha sebagai plasma dengan PG Trangkil

sebagai perusahaan inti. Data yang dikumpulkan melalui metode wawancara

dengan menghitung nilai rata-rata skor minat. Teknik analisis yang digunakan

(32)

mempengaruhi minat petani tebu untuk bermitra dengan PG Trangkil adalah

faktor luas lahan yang menunjukan hubungan rendah dengan tingkat korelasi

sebesar 0,313. Sedangkan faktor-faktor yang lain juga berpengaruh terhadap minat

petani tebu untuk bermitra dengan PG Trangkil namun tidak signifikan.

Penelitian oleh Aulia Qonita, (2012) dalam Motivasi Kerja Utama Petani

Dalam Kemitraan Dengan Pusat Pengolahan Kelapa Terpadu Di Kabupaten

Kulon Progo. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan metode sampling

berdasarkan sensus. Data yang dikumpulkan dengan melalui metode kuesioner.

Analisis data yakni dengan metode skoring dan regresi sederhana.Hasil dari

penelitian ini adalah motivasi utama petani dalam menjalin mitra dengan PPKT

berdasarkan adanya motivasi. Motivasi petani dalam bekerja tidak berpengaruh

signifikan terhadap mitra kerja dengan PPKT. Keuntungan terbesar dari sistem

kemitraan dengan PPKT adalah teknik keuntungan.

Penelitian oleh Juniarto (2013), dalam Pengaruh Kebutuhan Akan

Berprestasi, Kebutuhan Afiliasi, Kebutuhan Dominasi, dan Kebutuhan Otonomi

terhadap Kesuksesan Entrepreneur Wanita di Kota Semarang. Menggunakan

motivasi dari teori kebutuhan McClelland yang terdiri dari tiga kebutuhan yaitu

kebutuhan berprestasi, berafiliasi, dan dominasi ditambah dengan kebutuhan akan

otonomi. Pengukuran variabel dengan menggunakan kuesioner yang mengacu

pada skala likert. Analisis data dengan menggunakan uji kualitas data ( uji

validitas dan reliabilitas), uji asumsi klasik (normalitas, multikolonieritas,

heterocedastisitas), analisis regresi berganda, uji kebaikan model (Uji F dan

(33)

pengaruh yang signifikan antara kebutuhan akan berprestasi, berafiliasi dan

dominansi terhadap kesuksesan entrepreneur wanita di Kota Semarang.

Sedangkan kebutuhan akan otonomi tidak berpengaruh signifikan.

Penelitian oleh Ria Puji Astuti, (2010) dalam Motivasi Petani Dalam

Usahatani Padi Organik Di Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul menggunakan

analisis deskriptif dengan metode scoring dan interval. Teknik analisis yang

digunakan adalah analisis korelasi Rank Spearman. Hasil dari penelitian ini adalah

intensitas penyuluhan, modal, dan manfaat merupakan faktor yang saling

berhubungan serta mempengaruhi motivasi petani sedangkan umur, pendidikan,

pengalaman berusaha tani, luas peluang pasar, harga dan produksi merupakan

faktor yang tidak mempengaruhi motivasi petani dalam usahatani padi organik.

Dari hasil penelitian sebelumnya peneliti dapat menyimpulkan bahwa

dalam penelitian yang bertemakan motivasi wirausaha yakni menggunakan

pendekatan teori motivasi McClelland yang terdiri dari tiga kebutuhan untuk

berprestasi, afiliasi dan kekuasaan. Teknik analisis data yang digunakan dapat

(34)

C. Kerangka Pemikiran

Dari uraian diatas, teori yang dikembangkan oleh David McClelland lebih

mendekati dengan penelitian ini. David McClelland mengemukakan bahwa

terdapat tiga kebutuhan sosial dalam motivasi, yaitu kebutuhan untuk berprestasi,

afiliasi dan kekuasaan. Ketiga kebutuhan tersebut merupakan dorongan yang kuat

bagi para wirausahawan. Dorongan tersebut diwujudkan dalam bentuk prestasi

kerja yang dihasilkan. Prestasi kerja disini ialah prestasi yang meliputi kualitas

kerja dan kuantitas kerja pada petani yang menjalani mitra dengan CV. Tani

Organik Merapi. Motivasi dan prestasi kerja dari petani mitra tersebut tidak

terlepas dari adanya sistem kemitraan yang menjadi perantara didalamnya karena

dengan bermitra petani memiliki prestasi kerja yang baik dan sesuai dengan

motivasi mereka untuk bermitra. Berikut digambarkan kerangka pemikiran yang

(35)

3. Hak 4. Kewajiban

Kualitas Kerja Petani Mitra CV. TOM 1. Dorongan untuk unggul

dalam bermitra 2. Keinginan untuk

bertanggung jawab 3. Usaha untuk memperoleh

umpan balik

4. Memiliki aktivitas enerjik dalam bermitra

(36)

24

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kuantitatif. Metode kuantitatif adalah ilmu yang berkaitan dengan tata cara metode

pengumpulan data, analisa data, interpretasi hasil analisis untuk mendapatkan

informasi guna penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan.

A. Teknik Pengambilan Responden

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan 2 tahapan

yaitu:

1. Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja. Daerah penelitian

yang diambil adalah Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman, Yogyakarta

yang merupakan sebuah CV. Tani Organik Merapi yang bergerak dalam bidang

sayuran organik mulai dari hulu sampai dengan hilir. Penentuan lokasi

berdasarkan atas pertimbangan bahwa CV. Tani Organik Merapi merupakan

pemasok sayuran organik terbesar ke hampir seluruh perusahaan retail besar di

Yogyakarta.

2. Pengambilan Responden

Metode pengambilan responden dilakukan dengan metode sensus.

Berdasarkan data yang diperoleh pasca survey, jumlah petani yang menjalin mitra

dengan CV. Tani Organik Merapi (TOM) di Kecamatan Cangkringan Kabupaten

Sleman, Yogyakarta berjumlah 15 petani yang secara keseluruhan petani tersebut

(37)

yang diantaranya adalah 10 petani memiliki lahan secara mandiri dan 5 petani

sisanya merupakan petani dengan lahan sewa.

B. Jenis Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini terdapat dua data yang digunakan untuk mendukung

kelengkapan data yaitu:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui

wawancara dan observasi. Data primer mencangkup data motivasi dan prestasi

kerja serta sistem kemitraan yang digunakan oleh CV. Tani Organik Merapi yang

disajikan dalam bentuk kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan cara mencatat

dokumen berupa laporan atau arsip dari literatur CV. Tani Organik Merapi. Data

yang diperoleh yakni berupa data profil perusahaan, sistem kemitraan yang

diterapkan oleh CV. Tani Organik Merapi dan data order produksi CV. Tani

Organik Merapi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung

terhadap objek dilapangan. Observasi dilakukan di lokasi penelitian adalah

dengan mengamati proses pemanenan, penerimaan barang, pensortiran,

(38)

2. Wawancara

Wawancara yang dilakukan yakni dengan mewawancarai Sekretaris CV. Tani

Organik Merapi dalam rangka pengambilan data mengenai sistem kemitraan yang

berlaku di CV. Tani Organik Merapi.

3. Pencatatan

Pencatatan merupakan pengumpulan data dengan mencatat semua data

primer dari responden yang dibutuhkan dalam penelitian ini dan pengumpulan

data dengan mencatat semua data sekunder dari CV. Tani Organik Merapi yang

berkaitan dengan penelitian ini.

4. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan

untuk memperoleh data sekunder dengan tujuan penelitian, data tersebut antara

lain buku bacaan yang menjadi dasar teori, dan hasil penelitian terdahulu.

D. Asumsi dan Pembatasan Masalah 1. Asumsi

Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa petani mitra CV. Tani Organik

Merapi memiliki motif untuk berprestasi secara kuantitas dan kualitas.

2. Pembatasan Masalah

Batasan penelitian yang dilakukan dilihat dari tiga komponen motivasi dari

teori McClelland yaitu motivasi berprestasi, berafiliasi dan kekuasaan serta

(39)

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Sistem kemitraan adalah suatu jalinan kerjasama antara petani mitra dengan

CV. Tani Organik Merapi yang memberikan keuntungan diantara kedua belah

pihak tersebut.

2. Hak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan pada setiap petani yang

menjalani mitra dengan CV. Tani Organik Merapi.

3. Kewajiban adalah segala sesuatu yang harus dilaksanakan pada setiap petani

yang menjalani mitra dengan CV. Tani Organik Merapi.

4. Tahapan bermitra adalah alur yang menggambarkan proses penerimaan calon

mitra CV. Tani Organik Merapi menjadi plasma CV. Tani Organik Merapi.

5. Motivasi adalah sebuah dorongan baik dari luar maupun dari dalam yang

mampu menjadikan penggerak petani untuk bermitra dengan CV. Tani

Organik Merapi (TOM). Dorongan ini memiliki sebuah komponen kebutuhan

pada setiap individu yakni kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi dan

kebutuhan kekuasaan.

6. Kebutuhan untuk berprestasi adalah usaha mencapai sukses atau berhasil

dalam bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi (TOM) dengan suatu

ukuran keunggulan yang dapat berupa prestasi orang lain maupun prestasi

sendiri.

Indikator yang dinilai dalam kebutuhan untuk berprestasi dalam penelitian ini

adalah:

a. Dorongan untuk unggul dalam bermitra dengan CV.Tani Organik

(40)

b. Keinginan untuk bertanggung jawab atas hasil yang dicapai dalam

bermitra dengan CV.Tani Organik Merapi.

c. Usaha memperoleh umpan balik dari keterlibatannya menjalin mitra

dengan CV.Tani Organik Merapi.

d. Memiliki aktivitas yang enerjik dalam bermitra dengan CV.Tani Organik

Merapi.

e. Memandang bahwa keuntungan finansial sebagai acuan dalam suatu

keberhasilam bermitra CV.Tani Organik Merapi.

Kebutuhan untuk berprestasi diukur dalam lima kategori dengan

masing-masing kategori yakni skor 1= Sangat Tidak Setuju, Skor 2= Tidak Setuju,

Skor 3= Cukup, Skor 4= Setuju, Skor 5= Sangat Setuju.

7. Kebutuhan untuk berafiliasi adalah kebutuhan untuk berteman, bersosialisasi,

bertegur sapa bergabung hidup dengan orang lain, bekerja sama dan

bercakap-cakap dengan orang lain, serta mendapatakan afeksi dari orang lain

dalam bermitra dengan Tani Organik Merapi (TOM).

Indikator yang dinilai dalam kebutuhan untuk berafiliasi dalam penelitian ini

adalah:

a. Usaha untuk memelihara hubungan baik dengan petani lain dalam rangka

mencapai tujuan dalam bermitra dengan CV.Tani Organik Merapi.

b. Usaha untuk selalu kooperatif dengan petani lain dalam menjadi mitra

dengan CV. Tani Organik Merapi.

c. Usaha untuk selalu menjaga kenyamanan bermitra dengan CV. Tani

(41)

Kebutuhan untuk berafiliasi diukur dalam lima kategori dengan

masing-masing kategori yakni skor 1= Sangat Tidak Setuju, Skor 2= Tidak Setuju,

Skor 3= Cukup, Skor 4= Setuju, Skor 5= Sangat Setuju.

8. Kebutuhan untuk kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain

berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa akan

berperilaku untuk memutuskan bermitra dengan Tani Organik Merapi (TOM)

atau suatu bentuk ekspresi untuk mengendalikan atau mempengaruhi orang

lain.

Indikator yang dinilai dalam kebutuhan untuk kekuasaan dalam penelitian ini

adalah:

a. Usaha untuk dapat merangkul petani non mitra untuk tujuan bermitra

dengan CV. Tani Organik Merapi

b. Keuntungan yang didapatkan merupakan bagian terpenting dalam bermitra

dengan CV. Tani Organik Merapi.

c. Usaha untuk memiliki dan menerapkan ide-ide untuk mengembangkan

mitra usaha dengan petani lain.

Kebutuhan untuk kekuasaan diukur dalam lima kategori dengan

masing-masing kategori yakni skor 1= Sangat Tidak Setuju, Skor 2= Tidak Setuju,

Skor 3= Cukup, Skor 4= Setuju, Skor 5= Sangat Setuju.

9. Prestasi kerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam

bermitra dengan Tani Organik Merapi (TOM). Prestasi kerja dapat diukur

(42)

10. Kualitas kerja merupakan mutu hasil yang didasarkan pada standar yang

ditetapkan. Kualitas kerja dalam bermitra dengan Tani Organik Merapi

(TOM) dapat diukur melelui ketepatan, ketelitian, ketrampilan, dan

kebersihan hasil kerja.

Indikator yang dinilai dalam kualitas kerja dalam penelitian ini adalah:

a. Peningkatan dalam kualitas produk.

b. Peningkatan dalam keberhasilan panen.

c. Perbaikan alat-alat pertanian.

d. Peningkatan penghematan biaya produksi.

e. Pemenuhan permintaan perusahaan mitra.

Kualitas kerja diukur dalam lima kategori dengan masing-masing kategori

yakni skor 1= Sangat Tidak Setuju, Skor 2= Tidak Setuju, Skor 3= Cukup,

Skor 4= Setuju, Skor 5= Sangat Setuju.

11. Kuantitas kerja merupakan banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja

yang ada, yang perlu diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat

pekerjaan dapat diselesaikan.

Indikator yang dinilai dalam kuantitas kerja dalam penelitian ini adalah:

a. Peningkatan dalam tingkat produksi

b. Peningkatan dalam tingkat pendapatan.

c. Pemenuhan permintaan perusahaan mitra.

Kuantitas kerja diukur dalam lima kategori dengan masing-masing kategori

yakni skor 1= Sangat Tidak Setuju, Skor 2= Tidak Setuju, Skor 3= Cukup,

(43)

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan yakni dengan menggunakan skala likert. Tani

Organik Merapi. Skala likert adalah skala yang digunakan untuk menanggapi

pertanyaan dalam bentuk persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan

memilih salah satu dari pilihan yang tersedia.

Teknis analisis yang digunakan untuk mengetahui sistem kemitraan CV. Tani

Organik Merapi yakni dengan menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu

dengan mendeskripsikan sistem kemitraan yang diterapkan oleh CV. Tani

Organik Merapi.

Kuesioner yang dibuat akan ditujukan kepada responden dengan diberikan 5

pilihan bentuk persetujuan dengan skala 5 (sangat setuju) sampai dengan skala 1

(sangat tidak setuju) dan tabel persentase nilai sebagai berikut;

Tabel 1. Bobot Nilai Tiap Butir Pertanyaan

Jawaban Bobot Nilai

Sangat Tidak Setuju 1

Tidak Setuju 2

Netral 3

Setuju 4

Sangat Setuju 5

Rumus yang digunakan dalam penentuan skoring adalah;

Tabel 2. Kategori Motivasi dan Prestasi Kerja Menurut Persentase Skor

Persentase Kategori

0% - 19,99% Sangat Rendah

20% - 39,99% Rendah

40% - 59,99% Cukup

60% - 79,99% Tinggi

(44)

32

A. Keadaan Umum Desa Wukirsari

Desa Wukirsari terletak di lereng gunung Merapi pada ketinggian dataran

tinggi dan memiliki udara cukup sejuk. Suhu udara rata-rata di desa ini adalah 25 °C. Desa Wukirsari terletak pada koordinat 7°32’16”- 8°43’40” LS dan

110°14’00” - 110°33’00” BT. Musim kemarau berlangsung dari bulan Mei

sampai dengan bulan September, sedangkan musim penghujan berlangsung dari

bulan Oktober sampai dengan bulan April.

(45)

Secara administratif Desa Wukirsari merupakan bagian dari wilayah

Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta. Desa Wukirsari mempunyai orbitasi berupa jarak dari pusat

pemerintahan kecamatan 2 km, sedangkan dari ibukota kabupaten 17 km dan dari

ibukota propinsi 22 km. Batas-batas wilayah Desa Wukirsari adalah sebagai

berikut :

Sebelah Utara

Sebelah Timur

Sebelah Selatan

Sebelah Barat :

:

:

:

Desa Hargobinganun, Kecamatan Pakem

Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan

Desa Umbulmartani, Desa Widodomartani

Kecamatan Ngemplak

Desa Umbulharjo, Desa Pakembinangun,

Kecamatan Pakem

Dekatnya jarak Desa Wukirsari dengan ibu kota provinsi dan ibu kota

kabupaten membuat arus informasi dari pusat dengan mudah diterima oleh

penduduknya. Arus informasi dalam hal ini mengenai pertanian sayuran organik

dapat dengan mudah disampaikan oleh pemerintah pusat ke daerah sehingga

memudahkan aparat dalam hal ini penyuluh berkordinasi dengan pemerintahan

dan menyampaikannya kepada petani yang bersangkutan.

B. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Struktur penduduk menurut kelompok umur dapat digambarkan menurut

jenjang umur yang berhubungan dengan kehidupan produktif manusia. Kelompok

umur produktif berada pada umur 15-64 tahun. Keadaan penduduk menurut usia

(46)

Tabel 3. Distribusi Penduduk Menurut Umur di Desa Wukirsari

Sumber : Data Monografi Desa Wukirsari Tahun 2015

Berdasarkan distribusi penduduk dari tabel 3 diketahui keadaan penduduk di

Desa Wukirsari bahwa penduduk Desa Wukirsari sebagian besar berada pada

tingkat umur antara 16 - 65 tahun. Jenjang umur tersebut termasuk dalam

kelompok umur produktif. Jumlah penduduk umur produktif yang tinggi

merupakan salah satu modal pembangunan pertanian, yaitu berkaitan dengan

ketersediaan tenaga kerja produktif akan terpenuhi. Sedangkan jumlah penduduk

menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk mengetahui sex ratio di suatu

wilayah.

Sex ratio erat kaitannya dengan keberadaan laki-laki sebagai pemimpin

keluarga. Laki-laki merupakan tenaga untuk melaksanakan pengembangan

pertanian sayuran organik, lelaki di daerah pedesaan umumnya akan menjadi

tulang punggung keluarga sehingga hal tersebut membuat laki-laki mempunyai

andil yang besar dalam hal menentukan mata pencaharian, hal tersbut menjadi

sangat penting karena keputusan dalam menerapkan pertanian sayuran organik

sangat erat kaitanya dengan posisi mata pencaharian dalam keluarga. Keadaan

(47)

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Wukirsari

No. Jenis Kelamin Jumlah Penduduk

Orang %

1. 2.

Laki-Laki Perempuan

5.244 5.400

49,2 50,8

Jumlah 10.644 100,0

Sumber : Data Monografi Desa Wukirsari 2015

Berdasarka tabel 4 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan di

Wukirsari lebih banyak daripada penduduk laki-laki. Penduduk perempuan

sebanyak 5.400 Jiwa (50,80%) dan penduduk laki-laki sebanyak 5.244 Jiwa

(49,20%). Dengan melihat keadaan penduduk menurut jenis kelamin, Desa

Wukirsari mempunyai perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan

cukup berimbang.

Data jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dapat digunakan untuk

menghitung angka sex ratio yaitu perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki

dan perempuan dengan rumus :

Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa angka sex ratio di Desa Wukirsari

adalah 97,11 yang berarti tiap 100 penduduk perempuan terdapat kurang lebih 97

orang penduduk laki-laki. Angka tersebut menunjukkan bahwa di Desa Wukirsari

(48)

C. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir dan dapat

mengarahkan seseorang dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dan lebih

menguntungkan bagi diri sendiri, masyarakat dan lingkungan. Keadaan penduduk

menurut pendidikan di Desa Wukirsari dapat dilihat dari tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Wukirsari

Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk

Orang %

Tidak Sekolah / Tidak Tamat SD Belum Sekolah

Sumber : Data Monografi Desa Wukirsari Tahun 2015

Tabel 5 menunjukkan bahwa penduduk Desa Wukirsari sebagian besar

berada pada tingkat pendidikan SMA / SMK / MA (36,82%). Jumlah penduduk

Desa Wukirsari yang mengenyam pendidikan sampai tingkat atas (lebih dari

program pemerintah wajib belajar sembilan tahun) berdasarkan data pada tabel

sudah cukup tinggi. Penduduk yang menyelesaikan pendidikan dari sekolah

menengah pertama sampai tingkat yang lebih atas sebesar 6.556 orang atau

61,59% dari jumlah penduduk yang ada. Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan

formal masyarakat Desa Wukirsari tergolong tinggi. Tingkat pendidikan yang

tinggi mempengaruhi kemampuan berpikir dalam menganalisis suatu masalah.

(49)

atas, dengan tingkat pendidikan tersebut penduduk Desa Wukirsari merupakan

sumberdaya yang potensial, dan akan lebih terbuka dalam menerima hal-hal baru.

D. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Keadaan mata pencaharian penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh

sumberdaya yang tersedia dan keadaan sosial ekonomi. Keadaan penduduk

menurut mana pencaharian di Desa Wukirsari dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Wukirsari

Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk

Orang %

Sumber : Data Monografi Desa Wukirsari Tahun 2015

Mayoritas penduduk Desa Wukirsari bekerja di sektor pertanian. Banyaknya

penduduk Desa Wukirsari yang bekerja di sektor pertanian salah satunya

dipengaruhi oleh luasnya lahan pertanian di Desa Wukirsari. Ditambah dengan

kondisi alam yang berada di lereng gunung Merapi sangat mendukung untuk

berkembangnya sektor pertanian, seperti kesuburan tanah dan ketersediaan air.

Hal ini juga tidak terlepas dari luas wilayahnya yang sebagian besar didominasi

oleh sawah dan ladang yang membuat penduduknya lebih banyak bekerja sebagai

(50)

Penduduk yang mempunyai mata pencaharian petani merupakan aset

potensial untuk pengambangan sebuah inovasi dibidang pertanian, Desa Wukirsari

sendiri merupakan desa yang potensial untuk pengembangan pertanian sayuran

organik, karena selain wilayahnya yang strategis desa ini sendiri hampir setengah

penduduknya mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian.

E. Keadaan Sarana Ekonomi

Keadaan sarana ekonomi menjadi salah satu unsur penting dalam

perkembangan inovasi pertanian sayuran organik. Karena sarana ekonomi yang

lengkap akan membuat petani sebagai orang yang mengadopsi mendapatkan akses

mudah untuk menjangkau sarana perekonomian, keadaan sarana perekonomian di

Desa Wukirsari dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Kelembaga Ekonomi di Desa Wukirsari

Lembaga Ekonomi Jumlah

Industri Sumber : Data Monografi Desa Wukirsari 2015

Keadaan prasarana perekonomian di Desa Wukirsari cukup memadai

untuk menunjang kegiatan ekonomi masyarakatnya, termasuk sektor pertanian.

Hal ini dapat dilihat dari kekuatan ekonomi yang ada di desa tersebut.

Ketersediaan koperasi simpan pinjam membuat petani dimudahkan dalam akses

permodalan. Petani Desa Wukirsari lebih menyukai koperasi bersifat plasma

(51)

Sistem kredit bersifat plasma lebih disukai karena petani tidak mempunyai barang

berharga untuk di agunkan kepada pemodal, petani lebih memilih diberikan kredit

berupa saprodi dengan persyaratan petani diharukskan menyetorkan hasil

panennya ke badan usaha bersangkutan. Tani Organik Merapi sebagai salah satu

badan usaha di bidang pertanian memberlakukan persyaratan tersebut, Tani

Organik Merapi memberikan kredit berupa sarana prodiksi berupa bibit, pupuk

dan sebagainya kepada petani anggota, lalu petani anggota akan menyetorkan

hasil panennya dengan harga yang telah disepakati diawal, hal ini lebih disukai

petani karena walaupun petani akan merasa rugi ketika harga dari komoditas yang

ditanam naik, tapi petani tidak akan benar - benar rugi dari segi harga ketika harga

turun dipasar karena harga sebelumya telah disepakati.

Adanya pasar di Desa Wukirsari juga membuat petani lebih mudah

memasarkan hasil panennya. Jarak yang dekat antara pasar dan tempat tinggal

petani membuat petani tidak perlu keluar daerah untuk memasarkan hasil panen,

Selain itu tersedianya pedagang atau wirausaha di daerah ini membuat petani

mudah menjual hasil panen, pedagang atau penadah akan datang ketika petani

panen untuk membeli hasil panen petani. Selain pedagang yang membeli adapula

pedagang atau wirausaha yang menjual sarana produksi bagi petani di Desa

Wukirsari. Sama dengan kemudahaan menjual, di Desa Wukirsari petani dapat

kemudahaan dalam membeli sarana produksi karena mereka tidak perlu keluar

(52)

F. Keadaan Pertanian

Keadaan pertanian merupakan salah satu indikator pembangunan pertanian

di suatu daerah. Komoditi yang dibudidayakan berbeda antara daerah satu dengan

daerah lain. Hal ini dipengaruhi antara lain oleh kesuburan dan jenis tanah, iklim

dan ketinggian tempat.

Padi masih menjadi komoditas utama yang dibudidayakan masyarakat

petani di Desa Wukirsari. Sedangkan untuk komoditas paling sedikit

dibudidayakan oleh mayarakat Desa Wukirsari adalah sawi, terong, dan buncis.

Untuk produktivitas dari masing-masing komoditas, kacang tanah adalah

komoditas yang paling besar produktivitasnya diikuti dengan padi. Untuk

komoditas yang mempunyai produktivitas paling rendah adalah ketimun diikuti

dengan ketela rambut yang mempunyai produktivitas rendah. Untuk Komoditas

pertanian dan luas tanam dalam pembudidayaannya di Desa Wukirsari dapat

diamati pada tabel 8.

Produktivitas sayuran di Desa Wukirsari rata-rata sebesar 1,5 ton per

hektar. Petani di daerah penelitian tidak sepanjang tahun menanam sayuran,

tanaman padi sebagai bahan makanan pokok masih menjadi pilihan utama

sebagian besar petani. Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa luas lahan untuk menanam

padi sangat besar, begitu juga dengan produksi padi di Desa Wukirsari.

(53)

Tabel 8. Produksi Tanaman Pangan dan Sayuran Desa Wukirsari

Jenis Tanaman Luas Lahan (Ha) Sumber : Data Monografi Desa Wukirsari 2015

Tanaman sayuran hanya akan ditanam petani ketika adanya kelangkaan air

untuk menanam padi, atau ketika lingkungan sekitar sedang memulai trend

menanam sayuran, seperti halnya untuk menanam sayuran tertentu, petani lebih

cendrung akan mengikuti pengaruh dari lingkungannya. Kedepannya potensi

pertanian sayuran organik di Desa Wukirsari masih sangat besar, dengan

memunculkan trend menanam sayuran organik di daerah penelitian makan petani

(54)

G. Sejarah Perusahaan

CV. Tani Organik Merapi (TOM) didirikan oleh Untung Wijanarko

dengan didasari oleh kristalisasi, cita-cita, pemikiran, niat dan harapan akan

kondisi alam pada umumnya juga kondisi tanah pertanian pada khususnya.

Perkembangan selanjutnya dapat kita harapkan menjadi lebih baik, dalam arti

menyeluruh, baik dari segi potensi alam maupun sumber daya manusianya. TOM

juga bertekad ikut ambil bagian dalam program menyelamatkan lahan pertanian

dengan bijak. CV. Tani Organik Merapi ikut berperan aktif dalam

mengembangkan sistem pertanian organik secara langsung dan mengharapkan

dapat menghasilkan produk – produk pertanian organik yang berkualitas, yang

secara tidak langsung juga mendukung kesehatan masyarakat.

Sistem pertanian yang digunakan dan kembangkan adalah sistem organik

yang sama sekali tidak menggunakan produk kimia sintetis. Untuk itu TOM

senantiasa mengembangkan sistem pertanian organik secara maksimal. Adanya

persamaan dan cita-cita berdasarkan atas kepeduliaan akan kelestarian

lingkungan dan kesehatan saat ini dan mendatang. Maka pada tanggal 1

September 2008 lahirlah CV. Tani Organik Merapi ( TOM). Visi dari TOM itu

sendiri adalah membangun usaha tani berbasis tekhnologi organik, menyediakan

produk tanaman pangan sehat untuk kemandirian bangsa dan kelestarian alam

semesta. Misi dari TOM adalah menjalankan dan mengembangakan usaha

agribisnis secara organik, memasyarakatkan usaha agribisnis dan perdagangan

umum, menyebarkan wawasan pertanian organik yang berkelanjutan secara utuh

Gambar

Tabel 1. Bobot Nilai Tiap Butir Pertanyaan
Gambar 2. Peta Desa Wukirsari
Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Wukirsari
Tabel 8. Produksi Tanaman Pangan dan Sayuran Desa Wukirsari
+7

Referensi

Dokumen terkait