YOGYAKARTA
Skripsi
Disusun oleh: Yuniar Alvi Dwiningrum
20120220102
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA
MOTIVASI PETANI SAYURAN ORGANIK DALAM BERMITRA KERJA DENGAN CV TANI ORGANIK MERAPI (TOM) DI
KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
Disusun oleh: Yuniar Alvi Dwiningrum
20120220102
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA
DENGAN CV. TANI ORGANIK MERAPI (TOM) DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA
Yang dipersiapkan dan disusun oleh
Yuniar Alvi Dwiningrum
20120220102
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 28 Juni 2016
Skripsi tersebut telah diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
Yogyakarta, 30 Agustus 2016
Pembimbing Utama Penguji
Dr. Ir. Widodo, MP Ir. Lestari Rahayu, MP
NIK: 19670322199202 133 011 NIK: 19650612199008 133 008
Pembimbing Pendamping
Dr. Ir. Triwara Buddhi S, MP NIK: 19590712199603 133 022
Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan,
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil’alamin, puji syukur bagi Allah Subhanahuwata’ala,
Tuhan semesta alam yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Hanya karena
rahmat dan ridhoNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Motivasi Petani Sayuran Organik dalam Bermitra Kerja dengan CV. Tani
Organik Merapi (TOM) di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Yogyakarta”.
Penulis menyadari sepenuhnya tanpa kesungguhan, kerja keras, serta
bantuan dari berbagai pihak dan ridho Allah SWT, maka skripsi ini tidak
terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis dengan tulus mengucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Papa, Mama, Mba Ii, Ka Ichsan, Hapsari dan Rania serta seluruh keluarga besar penulis atas dukungan, dorongan, nasehat dan do’a yang telah diberikan.
2. Dr. Ir. Widodo, MP selaku dosen pembimbing utama, Dr. Ir. Triwara Buddhi S,
MP selaku dosen pendamping, yang dengan segala aktivitasnya masih
memberikan kesempatan bimbingan kepada penulis.
3. Teteh Arin, Kak Haqy, Kaka Oneng, Emak, Billa, Teman-Teman Agribisnis
2012, Best Camp, Student English Activity, Himasepta UMY, Bekasi Lovers,
Wisma Alzadda, Marissa Dwiandhany, Nalar Mutiara Esa, dan Tabattia Dwi.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas budi dan
uluran tangan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini
bermanfaat.
iv DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
INTISARI ... xi
ABSTRACT ... xii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan Penelitian ... 4
C. Kegunaan Penelitian ... 5
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... 6
A. Tinjauan Pustaka ... 6
B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 19
C. Kerangka Pemikiran ... 22
III. METODE PENELITIAN ... 24
A. Teknik Pengambilan Responden ... 24
B. Jenis Data dan Sumber Data ... 25
C. Teknik Pengumpulan Data ... 25
D. Asumsi dan Pembatasan Masalah ... 26
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 27
F. Teknik Analisis Data ... 31
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN CV. TANI ORGANIK MERAPI ... 32
A. Keadaan Umum Desa Wukirsari ... 32
B. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ... 33
C. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 36
D. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 37
E. Keadaan Sarana Ekonomi ... 38
v
G. Sejarah Perusahaan ... 42
H. Lokasi Perusahaan ... 43
I. Bidang Usaha ... 43
J. Bidang Bisnis ... 44
K. Sistem Kemitraan CV. Tani Organik Merapi ... 49
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53
A. Karakteristik Petani Sayuran Organik CV. Tani Organik Merapi ... 53
B. Motivasi Wirausaha Petani Sayuran Organik ... 58
C. Prestasi Kerja Sayuran Organik ... 79
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 91
A. Kesimpulan ... 91
B. Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 93
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Bobot Nilai Tiap Butir Pertanyaan... 31
Tabel 2. Kategori Motivasi dan Prestasi Kerja Menurut Persentase Skor ... 31
Tabel 3. Distribusi Penduduk Menurut Umur di Desa Wukirsari ... 34
Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Wukirsari ... 35
Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Wukirsari .. 36
Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Wukirsari ... 37
Tabel 7. Kelembaga Ekonomi di Desa Wukirsari ... 38
Tabel 8. Produksi Tanaman Pangan dan Sayuran Desa Wukirsari ... 41
Tabel 9. Karakteristik Petani Sayuran Organik CV. Tani Organik Merapi ... 53
Tabel 10. Karakteristik Petani Sayuran Organik CV. Tani Organik Merapi ... 54
Tabel 11. Karakteristik Petani Sayuran Organik CV. Tani Organik Merapi ... 55
Tabel 12. Karakteristik Petani Sayuran Organik CV. Tani Organik Merapi ... 55
Tabel 13. Karakteristik Petani Sayuran Organik CV. Tani Organik Merapi ... 56
Tabel 14. Karakteristik Petani Sayuran Organik CV. Tani Organik Merapi ... 57
Tabel 15. Karakteristik Petani Sayuran Organik CV. Tani Organik Merapi ... 57
Tabel 16. Capaian Skor dan Kategori Motivasi Wirausaha ... 58
Tabel 17. Capaian Skor dan Kategori Kebutuhan untuk Berprestasi dalam Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 60
Tabel 18. Capaian Skor dan Kategori Dorongan untuk Unggul dalam Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 61
Tabel 19. Capaian Skor dan Kategori Keinginan untuk Bertanggung Jawab atas Hasil yang Dicapai dalam Bermitra dengan TOM ... 63
Tabel 20. Capaian Skor dan Kategori Usaha untuk Memperoleh Umpan Balik dari Keterlibatannya Menjalin Mitra dengan TOM ... 65
Tabel 21. Capaian Skor dan Kategori Memiliki Aktivitas Enerjik Sejak Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 67
Tabel 22. Capaian Skor dan Kategori Memandang bahwa Keuntungan Finansial68 Tabel 23. Capaian Skor dan Kategori Kebutuhan Untuk Berafiliasi ... 69
Tabel 24. Capaian Skor dan Kategori Usaha untuk Memelihara Hubungan Baik dengan Petani Lain dalam Rangka Mencapai Tujuan dalam Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 71
Tabel 25. Capaian Skor dan Kategori Usaha untuk selalu Kooperatif dengan Petani Lain dalam Menjalin Mitra dengan CV. Tani Organik Merapi. 72 Tabel 26. Capaian Skor dan Kategori Usaha untuk Selalu Menjaga Kenyamanan Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 74
Tabel 27. Capaian Skor dan Kategori Kebutuhan Untuk Kekuasaan ... 75
vii
Tabel 29. Capaian Skor dan Kategori Keuntungan yang Didapatkan Merupakan
Bagian Terpenting dalam Bermitra Dengan TOM ... 77
Tabel 30. Capaian Skor dan Kategori Usaha untuk Memiliki dan Menerapkan Ide-Ide untuk Mengembangkan Kemitraan ... 79
Tabel 31. Capaian Skor dan Kategori Prestasi Kerja Sayuran Organik ... 80
Tabel 32. Capaian Skor dan Kategori Prestasi Kerja Petani Sayuran Organik Secara Kualitas ... 80
Tabel 33. Capaian Skor dan Kategori Peningkatan Dalam Kualitas Produk ... 82
Tabel 34. Capaian Skor dan Kategori Peningkatan Keberhasilan Panen... 84
Tabel 35. Capaian Skor dan Kategori Peningkatan Alat-Alat Pertanian ... 85
Tabel 36. Capaian Skor dan Kategori Peningkatan Penghematan Input Produksi ... 86
Tabel 37. Capaian Skor dan Kategori Pemenuhan Permintaan Perusahaan Mitra ... 86
Tabel 38. Capaian Skor dan Kategori Prestasi Kerja Petani Sayuran Organik Secara Kuantitas ... 87
Tabel 39. Capaian Skor dan Kategori Peningkatan Dalam Tingkat Kuantitas Produksi ... 88
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner ... 96 Lampiran 2. Tabel Frekuensi Indikator Dorongan Untuk Unggul dalam bermitra
dengan CV. Tani Organik Merapi ... 101 Lampiran 3. Tabel Frekuensi Indikator Keinginan untuk Bertanggung Jawab Atas
Hasil yang Dicapai dalam Bermitra dengan CV. Tani Organik
Merapi ... 102 Lampiran 4. Tabel Frekuensi Indikator Usaha untuk Memperoleh Umpan Bali dari
Keterlibatannya Menjalin Mitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 103 Lampiran 5. Tabel Frekuensi Indikator Memiliki Aktivitas Enerjik Sejak Bermitra
dengan CV. Tani Organik Merapi ... 105 Lampiran 6. Tabel Frekuensi Indikator Memandang Bahwa Keuntungan Finansial
dan Kemampuan sebagai Acuan dalam Suatu Keberhasilan Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 106 Lampiran 7. Tabel Frekuensi Indikator Usaha untuk Memelihara Hubungan Baik
dengan Petani Lain dalam Rangka Mencapai Tujuan dalam Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 107 Lampiran 8. Tabel Frekuensi Indikator Usaha untuk Selalu Kooperatif dengan
Petani Lain dalam Menjalin Mitra dengan CV. Tani Organik Merapi. ... 109 Lampiran 9. Tabel Frekuensi Indikator Usaha untuk Selalu Menjaga Kenyamanan
Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 110 Lampiran 10. Tabel Frekuensi Indikator Usaha untuk dapat Merangkul Petani Non Mitra untuk Tujuan Bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi ... 111 Lampiran 11. Tabel Frekuensi Indikator Keuntungan yang Didapatkan Merupakan Bagian Terpenting dalam Bermitra Dengan TOM... 112 Lampiran 12. Tabel Frekuensi Indikator Usaha untuk Memiliki dan Menerapkan
Ide-Ide untuk Mengembangkan Kemitraan ... 114 Lampiran 13. Tabel Frekuensi Indikator Peningkatan Dalam Kualitas Produk . 115 Lampiran 14. Tabel Frekuensi Indikator Peningkatan Keberhasilan Panen ... 117 Lampiran 15. Tabel Frekuensi Indikator Kategori Peningkatan Alat-Alat
Pertanian ... 118 Lampiran 16. Tabel Frekuensi Indikator Peningkatan Penghematan Input Produksi ... 119 Lampiran 17. Tabel Frekuensi Indikator Permintaan Perusahaan Mitra ... 120 Lampiran 18. Tabel Frekuensi Indikator Peningkatan dalam Tingkat Kuantitas
xii
MOTIVASI PETANI SAYURAN ORGANIK DALAM BERMITRA KERJA DENGAN CV TANI ORGANIK MERAPI (TOM) DI
KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA
Motivation of Organic Vegetables Farmers In Cooperation With CV. Tani Organik Merapi At Cangkringan District Sleman Regency Yogyakarta
Yuniar Alvi Dwiningrum
Dr. Ir. Widodo, MP. / Dr. Ir. Triwara Buddhi S, MP. Agribusiness Departement Faculty of Agriculture
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ABSTRACT
Safety trend in farming product is a sensitive issue in the world of food. Various cases of food poisoning occur derived from chemical and biological contamination. This problems prosecute the farmers to be able to meet consumers demand for organic food. CV. Tani Organik Merapi is the partner for farmers especially in organic vegetables to be able to help realize the organic food for consumers. But until now, there is no much farmers who want to join with CV. Tani Organik Merapi. The aims of this research are determine the cooperation system that applied by CV. Tani Organik Merapi, knowing the farmers motivation in cooperation with CV. Tani Organik Merapi, knowing the work achievement of farmers in CV. Tani Organik Merapi. This research is a quantitative research using a likert scale analysis techniques which are located in the CV. Tani Organik Merapi in Yogyakarta. The data taken from 15 farmers as respondents with a questionnaire consisting of 5 variables, 19 indicators and 50 questions. The result of this research are showed the cooperation system that used by CV. Tani Organik Merapi is a core plasma cooperation system, farmers motivation role in cooperation with CV. Tani Organik Merapi based on need for affiliation, and the result of work achievement by farmers based on work achievement in quality and quantity is high.
1 A. Latar Belakang
Trend keamanan pada produk pangan pertanian menjadi isu yang cukup
sensitif dalam industri pangan. Berbagai kasus keracunan pangan yang terjadi,
berasal dari kontaminasi bahan kimia dan mikrobiologi. Faktor kesehatan dan
keamanan menjadi salah satu alasan mengapa sebagian konsumen sangat selektif
dalam memilih dan mengonsumsi pangan. Perbaikan mutu kehidupan dan gaya
hidup sehat telah mendorong masyarakat di berbagai negara dan mendorong
gerakan gaya hidup sehat dengan tema global “Kembali ke Alam”. Hal ini
menuntut para petani untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen akan pangan
organik. Sutanto (2002) mendefinisikan pertanian organik yakni menunjukan
campur tangan manusia secara lebih intensif dalam memanfaatkan lahan dan
berusaha meningkatkan hasil pertanian berdasarkan prinsip daur ulang yang
dilaksanakan sesuai dengan kondisi setempat. Pertanian organik menghimpun
seluruh imajinasi petani dan konsumen yang secara serius dan bertanggung jawab
menghindarkan bahan kimia dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan
dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat.
Menurut Inawati (2011), berkembangnya produsen dan komoditas organik
ini karena pengaruh gaya hidup masyarakat sebagai konsumen yang mulai
memperhatikan pentingnya kesehatan dan lingkungan hidup dengan menggunakan
produk organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia sintetis buatan.
bertambahnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian organik, Aliansi
Organis Indonesia (AOI) juga mencatat semakin meningkatnya jumlah produsen
komoditas organik semakin meningkat pula ragam komoditas organik yang
dibudidaya, merk dagang organik, dan pemasok ke pengecer seperti supermarket
dan restoran besar.
Luas lahan yang tersedia untuk pertanian organik di Indonesia sangat
besar, dari 188,2 juta ha lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian, baru
sekitar 70 juta ha yang telah digunakan untuk berbagai sistem pertanian dan
sisanya belum dimanfaatkan. Disamping itu, menurut Nurdin (2012) terdapat
11,1 juta tanah yang diidentifikasikan sebagai tanah terlantar yang sebagian dapat
digunakan untuk pertanian organik.
Menurut Widiastuti (2009), tingginya permintaan sayuran organik yang
didukung oleh ketersediaan lahan untuk pertanian organik di Indonesia
menjadikan peluang bagi negara ini untuk untuk menjadi negara pengekspor
sayuran organik terbesar di dunia. Permintaan akan sayuran organik tidak hanya
datang dari rumah tangga, namun juga dari hotel dan restoran. Meningkatnya
permintaan di masyarakat akan ragam varietas ini menjadi peluang bisnis yang
besar bagi pasar modern. Pasar modern membutuhkan pasokan sayuran dengan
kuantitas yang cukup, kualitas yang baik dan kontuinitas. Hal inilah yang
mendorong tumbuhnya perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam
memproduksi sayuran organik. Peran perusahaan sayuran organik inilah yang
Kemitraan bisnis merupakan salah satu upaya dalam pembangunan
pertanian kedepannya sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani melalui program kemitraan yang unggul, berdaya saing
tinggi dan berkesinambungan (Sumardjo, 2004). Kemitraan bertujuan untuk
mengatasi berbagai macam kekurangan yang dihadapi oleh petani organik serta
menjadi solusi untuk merangsang tumbuhnya petani organik di Indonesia terutama
bagi petani organik yang memiliki modal relatif kecil. Pembentukan kemitraan
memiliki beberapa kelebihan diantaranya mudah dibentuk, luwes
diimplementasikan, tidak memerlukan dana yang besar dan beresiko kecil (Aulia
Qonita, 2012). Kemitraan bisnis yang dilakukan oleh petani juga mampu
meningkatkan prestasi kerja petani dari segi kualitas dan kuantitas.
Pusat pengembangan petani sayuran organik yang bernama CV. Tani
Organik Merapi (TOM) merupakan wadah bagi para petani sayuran organik yang
berlokasi di Dusun Balangan, Kelurahan Wukirsari, Kecamatan Cangkringan,
Kabupaten Sleman untuk dapat menjalin mitra. Selain itu CV. Tani Organik
Merapi merupakan salah satu pemasok sayuran organik terbesar ke hampir
seluruh supermarket di Yogyakarta seperti Super Indo, Carrefour, Hero,
Hypermart, Giant namun petani mitra CV. Tani Organik Merapi masih terbilang
sedikit karena petani mitra TOM merupakan kelompok minoritas dalam bertani di
Desa Wukirsari dibandingkan dengan petani pembudidaya sayuran organik diluar
CV. Tani Organik Merapi. CV. Tani Organik Merapi memiliki 15 petani sayuran
dengan TOM. CV. Tani Organik Merapi memiliki beberapa kompetitor dalam
pelaksanaannya diantaranya adalah Tani Organik Seraphine (TOS) dan Freshland.
Motivasi adalah sebuah dorongan baik dari luar maupun dari dalam yang
mampu menjadikan penggerak manusia untuk melaksanakan sesuatu. Menurut
McClelland kebutuhan dipelajari (learned need) melalui kehidupan dalam suatu
budaya, seseorang belajar tentang kebutuhan dengan mempelajarinya. Oleh
karena itu, terdapat hubungan positif antara kebutuhan untuk berprestasi dengan
prestasi kerja yang dihasilkan.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu,
bagaimanakah sistem kemitraan yang terjadi diantara petani dan CV. Tani
Organik Merapi ?, bagaimanakah motivasi petani dalam bermitra dengan CV.
Tani Organik Merapi di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta
? dan bagaimanakah prestasi kerja petani mitra CV. Tani Organik Merapi di
Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dalam bermitra dengan
Tani Organik Merapi (TOM).
Untuk menjawab permasalahan maka diperlukan penelitian yang berjudul
“Motivasi Petani Sayuran Organik Dalam Bermitra Kerja Dengan CV. Tani
Organik Merapi di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman Yogyakarta”.
B. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui sistem kemitraan yang terjadi diantara petani sayuran organik
dengan CV. Tani Organik Merapi.
2. Mengetahui motivasi petani dalam bermitra dengan CV. Tani Organik
3. Mengetahui prestasi kerja petani mitra CV. Tani Organik Merapi di
Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dalam bermitra
dengan Tani Organik Merapi (TOM).
C. Kegunaan Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan ajar para
fasilitator pemberdayaan pertanian organik khususnya dalam meningkatkan
motivasi wirausaha petani.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi oleh CV. Tani Organik
6 A. Tinjauan Pustaka
1. Pertanian Organik
Pembangunan pertanian harus dilakukan dengan pendekatan pembangunan
berkelanjutan dengan memperhatikan dimensi yang lebih luas dan dilakukan
secara holistik, antara lain mencakup: aspek sosial, ekonomi, politik, kelembagaan
maupun ekologi. Praktek-praktek pengelolaan pertanian yang mengeksploitasi
sumberdaya secara berlebihan dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia
telah berdampak terjadinya levelling off ketika produksi tidak setara dengan
besarnya input yang digunakan dan telah berdampak negatif terhadap kesuburan
lahan (tanah menjadi tandus dan rentan terhadap serangan hama penyakit). Untuk
memulihkan kesuburan tanah, meningkatkan produktivitas dan melestarikan
lingkungan, maka kegiatan pengembangan pertanian organik akan semakin
dikembangkan dan diperluas. (Deptan, 2008)
Menurut Sutanto (2002), pertanian organik menunjukan campur tangan
manusia secara lebih intesif dalam memanfaatkan lahan dan berusaha
meningkatkan hasil pertanian berdasarkan prinsip daur ulang yang dilaksanakan
sesuai dengan kondisi setempat. Pertanian organik menghimpun seluruh imajinasi
petani dan konsumen yang secara serius dan bertanggung jawab menghindarkan
bahan kimia dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk
memperoleh kondisi lingkungan yang sehat. Aspek yang masuk kedalam
hias dan buah-buahan. Aspek yang akan diteliti dalam penelitian disini adalah
tanaman hortikultura yakni sayuran organik.
Sayuran organik adalah sayuran yang dibudidayakan dengan teknik
pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa bahan-bahan kimia
sintetis. Tujuan utama sayuran organik adalah menyediakan produk pertanian
bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumen serta tidak
merusak lingkungan. Sayuran organik sebagai bagian dari pertanian yang akrab
dengan lingkungan perlu segera dimasyarakatkan sejalan makin banyaknya
dampak negatif terhadap lingkungan yang terjadi akibat dari penerapan teknologi
intensifikasi yang mengandalkan bahan kimia pertanian. (Pracaya, 2007)
2. Kemitraan
Menurut Dr. Muhammad Jafar Hafsah (2008), kemitraan adalah suatu
strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu
tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan
dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan
kemitraan ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam
menjalankan etika bisnis.
Dalam Pasal 27 Undang-Undang Usaha Kecil ditentukan pola-pola
kemitraan sebagai berikut:
a. Inti Plasma
Pola inti plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan
usaha menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha menengah atau usaha
melaksanakan pembinaan mulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan
teknis, sampai dengan pemasaran hasil produksi.
b. Subkontrak
Pola subkontrak adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan
usaha menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha kecil memproduksi
komponen yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar sebagai bagian
dari produksinya. Kelemahan pola subkontrak ini adalah pada besarnya
kebergantungan pengusaha kecil pada pengusaha menengah atau besar. Hal
tersebut dapat berdampak negatif terhadap kemandirian dan keuntungan yang
diperoleh oleh pengusaha kecil.
Manfaat yang diperoleh pengusaha kecil melalui pola subkontrak ini
adalah dalam hal :
1) Kesempatan untuk mengerjakan sebagian produksi dan atau komponen.
2) Kesempatan yang seluas-luasnya dalam memperoleh bahan baku.
3) Bimbingan dan kemampuan teknis produksi dan atau manajemen.
4) Perolehan, penguasaan, dan peningkatan teknologi yang digunakan.
5) Pembiayaan.
c. Dagang Umum
Pola dagang umum adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan
usaha menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha menengah atau usaha
besar memasarkan produksi usaha kecil atau usaha kecil memasok kebutuhan
d. Waralaba
Pola waralaba adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya usaha
menengah atau usaha besar pemberi waralaba memberikan hak penggunaan
lisensi merk dan saluran distribusi perusahaan kepada usaha kecil penerima
waralaba dengan disertai bantuan dan bimbingan manajemen.
Pengaturan yang terinci mengenai kemitraan bisnis pola waralaba ini telah
diatur di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 26 Tahun 1997
tentang waralaba. Dalam peraturan pemerintah kemitraan sendiri terdapat
pengaturan khusus tentang waralaba ini, antara lain dalam pasal 7 yang
menentukan sebagai berikut :
1) Usaha besar dan atau usaha menengah yang bermaksud memperluas usahanya
dengan memberi waralaba, memberikan kesempatan dan mendahulukan usaha
kecil yang memiliki kemampuan untuk bertindak sebagai penerima waralaba
untuk usaha yang bersangkutan.
2) Perluasan usaha oleh usaha besar dan atau usaha menengah dengan cara
waralaba di kabupaten atau kotamadya Daerah Tingkat II di luar ibukota
propinsi hanya dapat dilakukan melalui kemitraan dengan usaha kecil.
e. Keagenan
Pola keagenan adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya usaha kecil
diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha menengah atau usaha
besar mitranya. Pengertian agen hampir sama dengan distributor karena
atau besar (prisipal). Namun, secara hukum berbeda karena mempunyai
karakteristik dan tanggung jawab hukum yang berbeda.
f. Modal Ventura
Modal Ventura dapat didefinisikan dalam berbagai versi. Pada dasarnya
berbagai macam definisi tersebut mengacu pada satu pengertian mengenai modal
ventura yaitu suatu pembiayaan oleh suatu perusahaan pasangan usahanya yang
prinsip pembiayaannya adalah penyertaan modal.
Meskipun prinsip dari modal ventura adalah “penyertaan” namun hal
tersebut tidak berarti bahwa bentuk formal dari pembiayaannya selalu penyertaan.
Bentuk pembiayaannya bisa saja obligasi atau bahkan pinjaman, namun obligasi
atau pinjaman itu tidak sama dengan obligasi atau pinjaman biasa karena
mempunyai sifat khusus yang pada intinya mempunyai syarat pengembalian dan
balas jasa yang lebih lunak.
Dari hasil survey yang telah dilaksanakan analisis sementara penulis
menyatakan bahwa CV. Tani Organik Merapi menganut pola kemitraan inti
plasma. Pola kemitraan inti plasma yaitu hubungan kemitraan antara mitra usaha
(dalam hal ini petani sayuran organik) sebagai plasma dengan CV. Tani Organik
Merapi sebagai inti perusahaan.
3. Motivasi
Motivasi adalah sebuah dorongan baik dari luar maupun dari dalam yang
mampu menjadikan penggerak manusia untuk melaksanakan sesuatu.
Expanctancy theory ( vroom) menjelaskan bahwa besar kecilnya usaha kerja yang
memandang kemungkinan berhasil dari tingkah lakunya itu dalam mencapai atau
menghindari. Teori lain tentang motif harus dipelajari dan dipahami, sehingga
dapat mengarahkan motivasi ini kearah perilaku yang diharapkan. Teori yang
diterapkan antara lain:
a. Teori Hierarki Kebutuhan dari Abraham H. Moslow
1)Memuaskan kebutuhan dasar (Basic Need). Memperoleh uang secara
mandiri untuk kebutuhan fisik.
2)Memuaskan kebutuhan rasa nyaman (Safety Need). Memperoleh rasa
aman dalam kehidupan berkeluarga, dan bermasyarakat dengan
terpenuhinya aspek-aspek perlindungan melalui keberhasilan usaha.
3)Memuaskan kebutuhan sosial (Social Need). Memperoleh keleluasaan dan
peluang yang lebih besar untuk melakukan kontak sosial dalam
membangun persahabatan dan relasi bisnis.
4)Memuaskan kebutuhan penghargaan (Self Esteem Need). Memperoleh rasa
hormat dari lingkungan sesuai dengan kedudukan sebagai pimpinan/
pemilik bisnis pribadi.
5)Memuaskan kebutuhan pengakuan diri (Self Actualization). Memperoleh
pengakuan masyarakat atas hasil karyanya yang bermanfaat bagi
kepentingan banyak orang.
b. Teori Motivasi Pemeliharaan /Hiegieness dari Frederik Herzberg yaitu:
1)Kemajuan dan peningkatan.
2)Tanggung jawab.
4)Adanya penghargaan.
5)Prestasi.
c. Teori Prestasi dari David Mc. Clelland
1)Kebutuhan akan persahabatan (Need for Affiliation)
a) Keinginan kuat untuk bersahabat
b)Keinginan berkumpul
c) Khawatir putusnya persahabatan
2)Kebutuhan akan kekuasaan
a) Keinginan untuk memerintah
b)Menyukai hubungan vertikal
c) Bangga atas posisi dan reputasi
3) Kebutuhan akan prestasi
a) Memikul tanggung jawab
b)Pengambilan resiko
c) Kreatif dan inovatif
Motif berprestasi adalah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat
untuk mencapai hasil terbaik guna memperoleh kepuasan pribadi (Suharyadi
et.al., 2007).
David C. MacClelland dalam Suharyadi et.al. (2007), mengungkapkan
bahwa:
a. Kebutuhan untuk berprestasi wirausaha (n-Ach), orang-orang yang memiliki
1)Senang menetapkan sasaran kerja yang menantang, mengandung unsur
resiko sedang (moderate risk), dan menghindari.
2)Tugas dan tanggung jawab yang terlalu mudah untuk diselesaikan, karena
tantangannya rendah.
3)Tugas dan tanggung jawab yang terlalu sukar untuk diselesaikan, karena
keberhasilan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor keberuntungan.
4)Selalu merasa bahwa apapun yang terjadi sebagian besar adalah tanggung
jawabnya.
5)Dalam bekerja selalu ingin mendapatkan umpan balik.
b. Kebutuhan akan kekuasaan (n-Pow), orang dengan n-Ach tinggi tidak
membuat seorang manajer efektif, sebab seorang manajer harus
mempengaruhi, membujuk, atau memberi inspirasi kepada bawahannya yang
dalam hal inilah n-Pow diperlukan. Ciri-ciri dari seseorang dengan n-Pow
tinggi adalah:
1)Berusaha untuk selalu mempengaruhi orang lain atau berusaha membuat
orang lain kagum terhadapnya.
2)Lebih mementingkan hasil akhir daripada proses.
3)Mempunyai dorongan kuat untuk dilihat sebagai penyelamat, pembantu,
penolong, atau pahlawan.
N-pow tidak selalu dikonotasikan dengan hal negatif, sebab pada
kenyataannya untuk beberapa jabatan atau pekerjaan, seperti guru, dan
c. Kebutuhan untuk berafiliasi (n-Aff), merupakan kebutuhan untuk
memantapkan, melestarikan, atau memperoleh hubungan dengan orang lain.
Secara ringkas n-Aff berfokus pada usaha untuk membina suasana
persahabatan dan menghimpun teman. Orang-orang dengan n-Aff memiliki
ciri-ciri:
1)Dalam bekerja lebih mementingkan suasana antara orang-orang yang
bekerja dibandingkan dengan pekerjaannya itu sendiri.
2)Lebih memperhatikan reaksi atau sikap orang lain terhadapnya dan tidak
merasa nyaman bila orang lain bersikap kurang bersahabat.
3)Dalam melaksanakan tugas sangat dipengaruhi oleh siapapun yang akan
menjadi rekan kerja. Jadi pertimbangan utama bukanlah pekerjan itu
menarik atau menantang, tetapi dengan siapa dia akan bekerja.
Menurut Stephen P. Robbins dalam Suharyadi et.al. (2007), kebutuhan akan
kekuasaan (n-Pow) dan kebutuhan untuk berafiliasi (n-Aff) erat kaitannya dengan
keberhasilan manajer saat ini. Sedangkan kebutuhan untuk berprestasi (n-Ach)
mencirikan seseorang menjadi wirausahawan karena memiliki motivasi yang kuat
untuk berprestasi.
Wirausahawan terdorong oleh kebutuhan untuk berprestasi (n-Ach) yang
tinggi, dan kebutuhan akan kekuasaan (n-Pow) serta kebutuhan untuk berafiliasi
(n-Aff) pada tingkatan sedang. Menurut McClelland dalam Wahyuningsih (2009),
a. Keinginan untuk berprestasi. Penggerak psikologis utama yang memotivasi wirausahawan adalah kebutuhan untuk berprestasi, yang biasanya di
identifikasi sebagai n-Ach. Kebutuhan ini diidentifikasi sebagai keinginan
atau dorongan dalam diri yang memotivasi kearah pencapaian tujuan
merupakan tantangan dari kompetisi individu.
b. Keinginan untuk bertanggung jawab. Wirausahawan menginginkan tanggung jawab pribadi bagi pencapaian tujuan. Mereka memilih
menggunakan sumber daya sendiri dengan cara bekerja sendiri untuk
mencapai tujuan dan bertanggung jawab sendiri terhadap hasil yang dicapai.
Akan tetapi mereka akan melakukan secara kelompok sepanjang mereka bisa
secara pribadi mempengaruhi hasil-hasil.
c. Preferensi kepada resiko-resiko menengah. Wirausahawan bukanlah penjudi, mereka memilih menetapkan tujuan-tujuan yang membutuhkan
tingkat kinerja yang tinggi, suatu tingkatan mereka percaya akan menuntut
usaha keras tetapi yang masih bisa dipercaya untuk dipenuhi.
d. Persepsi pada kemungkinan berhasil. Keyakinan pada kemampuan untuk mencapai keberhasilan adalah kualitas kepribadian wirausahawan yang
penting. Mereka mempelajari fakta-fakta yang dikumpulkan dan menilainya.
Ketika semua fakta tidak tersedia, mereka berpaling kepada sikap percaya
diri mereka yang tinggi dan melanjutkan tugas-tugas mereka.
buruk. Mereka dirangsang untuk mencapai hasil kerja yang lebih tinggi dan
mempelajari seberapa efektif usaha mereka.
f. Aktifitas enerjik. Wirausahawan menunjukan energi yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata orang. Mereka bersifat aktif dan mobilitas tinggi serta
mempunyai proporsi waktu yang besar dalam mengerjakan tugas dengan cara
baru. Mereka sangat menyadari perjalanan waktu. Kesadaran ini merangsang
mereka untuk terlibat secara mendalam pada kerja yang mereka lakukan.
g. Orientasi ke masa depan. Wirausahawan melakukan perencanaan dan berfikir kedepan. Mereka mencari dan mengantisipasi kemungkinan yang
terjadi jauh di masa depan.
h. Keterampilan dalam pengorganisasian. Wirausahawan menunjukan keterampilan dalam mengorganisasi kerja dan orang-orang dalam mencapai
tujuan. Mereka sangatlah obyektif dalam memilih individu-individu untuk
tugas tertentu. Mereka memilih ahli dan bukannya teman agar pekerjaan bisa
dilakukan dengan efisien.
i. Sikap terhadap uang. Mereka memandang uang sebagai lambang kongkrit dari tercapainya tujuan dan sebagai pembuktian bagi kompetisi mereka.
4. Prestasi Kerja
Menurut Mangkunegara, (2010) prestasi kerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Menurut Moenir, (2005) terdapat beberapa faktor yang dapat dijadikan
a. Kualitas kerja yang meliputi ketepatan, ketelitian, keterampilan serta
kebersihan.
b. Kuantitas kerja yang meliputi output rutin serta output non rutin (ekstra).
c. Keandalan atau dapat tidaknya diandalkan yakni dapat tidaknya mengikuti
instruksi, kemampuan inisiatif, kehati-hatian serta kerajinan.
d. Sikap terhadap perusahaan dan karyawan.
Menurut Handoko (2000), metode penilaian prestasi kerja terbagi dalam
dua metode yaitu:
a. Metode-metode penilaian berorientasi pada masa lalu
1)Skala Rata-Rata (Rating scale)
Pada metode ini, evaluasi subjektif dilakukan oleh penilai terhadap
prestasi kerja pegawai dengan skala tertentu dari rendah sampai tinggi.
2)Checklist
Metode penilaian ini dimaksudkan untuk untuk mengurangi beban penilai.
Penilai tinggal memilih kalimat-kalimat atau kata- kata yang
menggambarkan prestasi kerja dan karakteristik pegawai.
3)Metode Peristiwa Kritis
Pada metode ini didasarkan pada catatan-catatan penilai yang
menggambarkan perilaku pegawai sangat baik atau sangat buruk dalam
kaitannya dalam pelaksanaan kerja.
4)Metode Peninjauan Lapangan
Pada metode ini, wakil ahli departemen personalia turun ke lapangan dan
5)Tes dan Observasi Prestasi Kerja
Bila jumlah pekerjaan terbatas, penilaian prestasi kerja biasa didasarkan
pada tes pengetahuan dan keterampilan. Agar berguna harus reliabel dan
valid.
6)Metode Evaluasi Kelompok
Penilaian ini biasanya dilakukan oleh penyelia atau atasan langsung.
Metode ini berguna untuk pengambilan keputusan untuk menaikkan upah,
promosi dan berbagai bentuk penghargaan organisasional karena dapat
menghasilkan rangking pegawai dari yang terbaik dan yang terburuk.
b. Metode-metode yang berorientasi pada masa depan
1)Penilaian Diri (Self Appraisal)
Teknik evaluasi ini, berguna bila tujuan evaluasi adalah tujuan untuk
melanjutkan pengembangan diri.
2)Penilaian Psikologis (Physicological Appraisal)
Penilaian ini biasanya dilakukan oleh para psikolog, terutama untuk
menilai potensi pegawai di waktu yang akan datang.
3)Pendekatan Management By Objectives (MBO)
Pada pendekatan ini setiap pegawai dan penyelia secara bersama
menetapkan tujuan-tujuan dan sasaran pelaksanaan kerja di waktu yang
akan datang.
4)Teknik Pusat Penilaian
Bentuk penilaian pegawai yang distandarisasikan dimana tergantung pada
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian oleh Noor Widayat Ika Prasetya (2015), dalam Motivasi
Wirausaha Petani dalam Usahatani Padi Organik Di Dusun Wijirejo Kecamatan
Pandak Kabupaten Bantul Yogyakarta menggunakan motivasi dari teori
McClelland yang terdiri dari tiga kebutuhan yakni kebutuhan untuk berprestasi,
afiliasi dan kekuasaan. Pengukuran variabel dengan menggunakan kuesioner yang
mengacu pada skala likert. Analisis data dengan menggunakan ANOVA
dilanjutkan dengan Metode Fisher’s LSD (Least Significant Difference),
menggunakan uji proporsi, dan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini
adalah kebutuhan untuk berprestasi dan berafiliasi merupakan komponen utama
dalam motivasi wirausaha usahatani padi organik di Dusun Wijirejo, petani padi
organik di Dusun Wijirejo memiliki motivasi wirausaha yang tinggi dalam
usahatani padi organik, serta terdapat pengaruh secara stimulan antara komponen
motivasi wirausaha dengan prestasi kerja petani padi organik.
Penelitian oleh Aisyi Ridwan, (2015) dalam Minat Petani Tebu Untuk
Bermitra Dengan Pabrik Gula Trangkil Kabupaten Pati. Tingkat minat petani
tebu untuk bermitra dengan PG Trangkil yang didekati dengan indikator
kepuasan, kesenangan, kemauan, dan semangat adalah tinggi. Pola kemitraan
yang terjalin antara petani tebu dengan PG Trangkil adalah pola inti plasma yaitu
hubungan kemitraan antra mitra usaha sebagai plasma dengan PG Trangkil
sebagai perusahaan inti. Data yang dikumpulkan melalui metode wawancara
dengan menghitung nilai rata-rata skor minat. Teknik analisis yang digunakan
mempengaruhi minat petani tebu untuk bermitra dengan PG Trangkil adalah
faktor luas lahan yang menunjukan hubungan rendah dengan tingkat korelasi
sebesar 0,313. Sedangkan faktor-faktor yang lain juga berpengaruh terhadap minat
petani tebu untuk bermitra dengan PG Trangkil namun tidak signifikan.
Penelitian oleh Aulia Qonita, (2012) dalam Motivasi Kerja Utama Petani
Dalam Kemitraan Dengan Pusat Pengolahan Kelapa Terpadu Di Kabupaten
Kulon Progo. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan metode sampling
berdasarkan sensus. Data yang dikumpulkan dengan melalui metode kuesioner.
Analisis data yakni dengan metode skoring dan regresi sederhana.Hasil dari
penelitian ini adalah motivasi utama petani dalam menjalin mitra dengan PPKT
berdasarkan adanya motivasi. Motivasi petani dalam bekerja tidak berpengaruh
signifikan terhadap mitra kerja dengan PPKT. Keuntungan terbesar dari sistem
kemitraan dengan PPKT adalah teknik keuntungan.
Penelitian oleh Juniarto (2013), dalam Pengaruh Kebutuhan Akan
Berprestasi, Kebutuhan Afiliasi, Kebutuhan Dominasi, dan Kebutuhan Otonomi
terhadap Kesuksesan Entrepreneur Wanita di Kota Semarang. Menggunakan
motivasi dari teori kebutuhan McClelland yang terdiri dari tiga kebutuhan yaitu
kebutuhan berprestasi, berafiliasi, dan dominasi ditambah dengan kebutuhan akan
otonomi. Pengukuran variabel dengan menggunakan kuesioner yang mengacu
pada skala likert. Analisis data dengan menggunakan uji kualitas data ( uji
validitas dan reliabilitas), uji asumsi klasik (normalitas, multikolonieritas,
heterocedastisitas), analisis regresi berganda, uji kebaikan model (Uji F dan
pengaruh yang signifikan antara kebutuhan akan berprestasi, berafiliasi dan
dominansi terhadap kesuksesan entrepreneur wanita di Kota Semarang.
Sedangkan kebutuhan akan otonomi tidak berpengaruh signifikan.
Penelitian oleh Ria Puji Astuti, (2010) dalam Motivasi Petani Dalam
Usahatani Padi Organik Di Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul menggunakan
analisis deskriptif dengan metode scoring dan interval. Teknik analisis yang
digunakan adalah analisis korelasi Rank Spearman. Hasil dari penelitian ini adalah
intensitas penyuluhan, modal, dan manfaat merupakan faktor yang saling
berhubungan serta mempengaruhi motivasi petani sedangkan umur, pendidikan,
pengalaman berusaha tani, luas peluang pasar, harga dan produksi merupakan
faktor yang tidak mempengaruhi motivasi petani dalam usahatani padi organik.
Dari hasil penelitian sebelumnya peneliti dapat menyimpulkan bahwa
dalam penelitian yang bertemakan motivasi wirausaha yakni menggunakan
pendekatan teori motivasi McClelland yang terdiri dari tiga kebutuhan untuk
berprestasi, afiliasi dan kekuasaan. Teknik analisis data yang digunakan dapat
C. Kerangka Pemikiran
Dari uraian diatas, teori yang dikembangkan oleh David McClelland lebih
mendekati dengan penelitian ini. David McClelland mengemukakan bahwa
terdapat tiga kebutuhan sosial dalam motivasi, yaitu kebutuhan untuk berprestasi,
afiliasi dan kekuasaan. Ketiga kebutuhan tersebut merupakan dorongan yang kuat
bagi para wirausahawan. Dorongan tersebut diwujudkan dalam bentuk prestasi
kerja yang dihasilkan. Prestasi kerja disini ialah prestasi yang meliputi kualitas
kerja dan kuantitas kerja pada petani yang menjalani mitra dengan CV. Tani
Organik Merapi. Motivasi dan prestasi kerja dari petani mitra tersebut tidak
terlepas dari adanya sistem kemitraan yang menjadi perantara didalamnya karena
dengan bermitra petani memiliki prestasi kerja yang baik dan sesuai dengan
motivasi mereka untuk bermitra. Berikut digambarkan kerangka pemikiran yang
3. Hak 4. Kewajiban
Kualitas Kerja Petani Mitra CV. TOM 1. Dorongan untuk unggul
dalam bermitra 2. Keinginan untuk
bertanggung jawab 3. Usaha untuk memperoleh
umpan balik
4. Memiliki aktivitas enerjik dalam bermitra
24
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif. Metode kuantitatif adalah ilmu yang berkaitan dengan tata cara metode
pengumpulan data, analisa data, interpretasi hasil analisis untuk mendapatkan
informasi guna penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan.
A. Teknik Pengambilan Responden
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan 2 tahapan
yaitu:
1. Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja. Daerah penelitian
yang diambil adalah Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman, Yogyakarta
yang merupakan sebuah CV. Tani Organik Merapi yang bergerak dalam bidang
sayuran organik mulai dari hulu sampai dengan hilir. Penentuan lokasi
berdasarkan atas pertimbangan bahwa CV. Tani Organik Merapi merupakan
pemasok sayuran organik terbesar ke hampir seluruh perusahaan retail besar di
Yogyakarta.
2. Pengambilan Responden
Metode pengambilan responden dilakukan dengan metode sensus.
Berdasarkan data yang diperoleh pasca survey, jumlah petani yang menjalin mitra
dengan CV. Tani Organik Merapi (TOM) di Kecamatan Cangkringan Kabupaten
Sleman, Yogyakarta berjumlah 15 petani yang secara keseluruhan petani tersebut
yang diantaranya adalah 10 petani memiliki lahan secara mandiri dan 5 petani
sisanya merupakan petani dengan lahan sewa.
B. Jenis Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini terdapat dua data yang digunakan untuk mendukung
kelengkapan data yaitu:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui
wawancara dan observasi. Data primer mencangkup data motivasi dan prestasi
kerja serta sistem kemitraan yang digunakan oleh CV. Tani Organik Merapi yang
disajikan dalam bentuk kuesioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan cara mencatat
dokumen berupa laporan atau arsip dari literatur CV. Tani Organik Merapi. Data
yang diperoleh yakni berupa data profil perusahaan, sistem kemitraan yang
diterapkan oleh CV. Tani Organik Merapi dan data order produksi CV. Tani
Organik Merapi.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung
terhadap objek dilapangan. Observasi dilakukan di lokasi penelitian adalah
dengan mengamati proses pemanenan, penerimaan barang, pensortiran,
2. Wawancara
Wawancara yang dilakukan yakni dengan mewawancarai Sekretaris CV. Tani
Organik Merapi dalam rangka pengambilan data mengenai sistem kemitraan yang
berlaku di CV. Tani Organik Merapi.
3. Pencatatan
Pencatatan merupakan pengumpulan data dengan mencatat semua data
primer dari responden yang dibutuhkan dalam penelitian ini dan pengumpulan
data dengan mencatat semua data sekunder dari CV. Tani Organik Merapi yang
berkaitan dengan penelitian ini.
4. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan
untuk memperoleh data sekunder dengan tujuan penelitian, data tersebut antara
lain buku bacaan yang menjadi dasar teori, dan hasil penelitian terdahulu.
D. Asumsi dan Pembatasan Masalah 1. Asumsi
Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa petani mitra CV. Tani Organik
Merapi memiliki motif untuk berprestasi secara kuantitas dan kualitas.
2. Pembatasan Masalah
Batasan penelitian yang dilakukan dilihat dari tiga komponen motivasi dari
teori McClelland yaitu motivasi berprestasi, berafiliasi dan kekuasaan serta
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Sistem kemitraan adalah suatu jalinan kerjasama antara petani mitra dengan
CV. Tani Organik Merapi yang memberikan keuntungan diantara kedua belah
pihak tersebut.
2. Hak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan pada setiap petani yang
menjalani mitra dengan CV. Tani Organik Merapi.
3. Kewajiban adalah segala sesuatu yang harus dilaksanakan pada setiap petani
yang menjalani mitra dengan CV. Tani Organik Merapi.
4. Tahapan bermitra adalah alur yang menggambarkan proses penerimaan calon
mitra CV. Tani Organik Merapi menjadi plasma CV. Tani Organik Merapi.
5. Motivasi adalah sebuah dorongan baik dari luar maupun dari dalam yang
mampu menjadikan penggerak petani untuk bermitra dengan CV. Tani
Organik Merapi (TOM). Dorongan ini memiliki sebuah komponen kebutuhan
pada setiap individu yakni kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi dan
kebutuhan kekuasaan.
6. Kebutuhan untuk berprestasi adalah usaha mencapai sukses atau berhasil
dalam bermitra dengan CV. Tani Organik Merapi (TOM) dengan suatu
ukuran keunggulan yang dapat berupa prestasi orang lain maupun prestasi
sendiri.
Indikator yang dinilai dalam kebutuhan untuk berprestasi dalam penelitian ini
adalah:
a. Dorongan untuk unggul dalam bermitra dengan CV.Tani Organik
b. Keinginan untuk bertanggung jawab atas hasil yang dicapai dalam
bermitra dengan CV.Tani Organik Merapi.
c. Usaha memperoleh umpan balik dari keterlibatannya menjalin mitra
dengan CV.Tani Organik Merapi.
d. Memiliki aktivitas yang enerjik dalam bermitra dengan CV.Tani Organik
Merapi.
e. Memandang bahwa keuntungan finansial sebagai acuan dalam suatu
keberhasilam bermitra CV.Tani Organik Merapi.
Kebutuhan untuk berprestasi diukur dalam lima kategori dengan
masing-masing kategori yakni skor 1= Sangat Tidak Setuju, Skor 2= Tidak Setuju,
Skor 3= Cukup, Skor 4= Setuju, Skor 5= Sangat Setuju.
7. Kebutuhan untuk berafiliasi adalah kebutuhan untuk berteman, bersosialisasi,
bertegur sapa bergabung hidup dengan orang lain, bekerja sama dan
bercakap-cakap dengan orang lain, serta mendapatakan afeksi dari orang lain
dalam bermitra dengan Tani Organik Merapi (TOM).
Indikator yang dinilai dalam kebutuhan untuk berafiliasi dalam penelitian ini
adalah:
a. Usaha untuk memelihara hubungan baik dengan petani lain dalam rangka
mencapai tujuan dalam bermitra dengan CV.Tani Organik Merapi.
b. Usaha untuk selalu kooperatif dengan petani lain dalam menjadi mitra
dengan CV. Tani Organik Merapi.
c. Usaha untuk selalu menjaga kenyamanan bermitra dengan CV. Tani
Kebutuhan untuk berafiliasi diukur dalam lima kategori dengan
masing-masing kategori yakni skor 1= Sangat Tidak Setuju, Skor 2= Tidak Setuju,
Skor 3= Cukup, Skor 4= Setuju, Skor 5= Sangat Setuju.
8. Kebutuhan untuk kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain
berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa akan
berperilaku untuk memutuskan bermitra dengan Tani Organik Merapi (TOM)
atau suatu bentuk ekspresi untuk mengendalikan atau mempengaruhi orang
lain.
Indikator yang dinilai dalam kebutuhan untuk kekuasaan dalam penelitian ini
adalah:
a. Usaha untuk dapat merangkul petani non mitra untuk tujuan bermitra
dengan CV. Tani Organik Merapi
b. Keuntungan yang didapatkan merupakan bagian terpenting dalam bermitra
dengan CV. Tani Organik Merapi.
c. Usaha untuk memiliki dan menerapkan ide-ide untuk mengembangkan
mitra usaha dengan petani lain.
Kebutuhan untuk kekuasaan diukur dalam lima kategori dengan
masing-masing kategori yakni skor 1= Sangat Tidak Setuju, Skor 2= Tidak Setuju,
Skor 3= Cukup, Skor 4= Setuju, Skor 5= Sangat Setuju.
9. Prestasi kerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
bermitra dengan Tani Organik Merapi (TOM). Prestasi kerja dapat diukur
10. Kualitas kerja merupakan mutu hasil yang didasarkan pada standar yang
ditetapkan. Kualitas kerja dalam bermitra dengan Tani Organik Merapi
(TOM) dapat diukur melelui ketepatan, ketelitian, ketrampilan, dan
kebersihan hasil kerja.
Indikator yang dinilai dalam kualitas kerja dalam penelitian ini adalah:
a. Peningkatan dalam kualitas produk.
b. Peningkatan dalam keberhasilan panen.
c. Perbaikan alat-alat pertanian.
d. Peningkatan penghematan biaya produksi.
e. Pemenuhan permintaan perusahaan mitra.
Kualitas kerja diukur dalam lima kategori dengan masing-masing kategori
yakni skor 1= Sangat Tidak Setuju, Skor 2= Tidak Setuju, Skor 3= Cukup,
Skor 4= Setuju, Skor 5= Sangat Setuju.
11. Kuantitas kerja merupakan banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja
yang ada, yang perlu diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat
pekerjaan dapat diselesaikan.
Indikator yang dinilai dalam kuantitas kerja dalam penelitian ini adalah:
a. Peningkatan dalam tingkat produksi
b. Peningkatan dalam tingkat pendapatan.
c. Pemenuhan permintaan perusahaan mitra.
Kuantitas kerja diukur dalam lima kategori dengan masing-masing kategori
yakni skor 1= Sangat Tidak Setuju, Skor 2= Tidak Setuju, Skor 3= Cukup,
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan yakni dengan menggunakan skala likert. Tani
Organik Merapi. Skala likert adalah skala yang digunakan untuk menanggapi
pertanyaan dalam bentuk persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan
memilih salah satu dari pilihan yang tersedia.
Teknis analisis yang digunakan untuk mengetahui sistem kemitraan CV. Tani
Organik Merapi yakni dengan menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu
dengan mendeskripsikan sistem kemitraan yang diterapkan oleh CV. Tani
Organik Merapi.
Kuesioner yang dibuat akan ditujukan kepada responden dengan diberikan 5
pilihan bentuk persetujuan dengan skala 5 (sangat setuju) sampai dengan skala 1
(sangat tidak setuju) dan tabel persentase nilai sebagai berikut;
Tabel 1. Bobot Nilai Tiap Butir Pertanyaan
Jawaban Bobot Nilai
Sangat Tidak Setuju 1
Tidak Setuju 2
Netral 3
Setuju 4
Sangat Setuju 5
Rumus yang digunakan dalam penentuan skoring adalah;
Tabel 2. Kategori Motivasi dan Prestasi Kerja Menurut Persentase Skor
Persentase Kategori
0% - 19,99% Sangat Rendah
20% - 39,99% Rendah
40% - 59,99% Cukup
60% - 79,99% Tinggi
32
A. Keadaan Umum Desa Wukirsari
Desa Wukirsari terletak di lereng gunung Merapi pada ketinggian dataran
tinggi dan memiliki udara cukup sejuk. Suhu udara rata-rata di desa ini adalah 25 °C. Desa Wukirsari terletak pada koordinat 7°32’16”- 8°43’40” LS dan
110°14’00” - 110°33’00” BT. Musim kemarau berlangsung dari bulan Mei
sampai dengan bulan September, sedangkan musim penghujan berlangsung dari
bulan Oktober sampai dengan bulan April.
Secara administratif Desa Wukirsari merupakan bagian dari wilayah
Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Desa Wukirsari mempunyai orbitasi berupa jarak dari pusat
pemerintahan kecamatan 2 km, sedangkan dari ibukota kabupaten 17 km dan dari
ibukota propinsi 22 km. Batas-batas wilayah Desa Wukirsari adalah sebagai
berikut :
Sebelah Utara
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
Sebelah Barat :
:
:
:
Desa Hargobinganun, Kecamatan Pakem
Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan
Desa Umbulmartani, Desa Widodomartani
Kecamatan Ngemplak
Desa Umbulharjo, Desa Pakembinangun,
Kecamatan Pakem
Dekatnya jarak Desa Wukirsari dengan ibu kota provinsi dan ibu kota
kabupaten membuat arus informasi dari pusat dengan mudah diterima oleh
penduduknya. Arus informasi dalam hal ini mengenai pertanian sayuran organik
dapat dengan mudah disampaikan oleh pemerintah pusat ke daerah sehingga
memudahkan aparat dalam hal ini penyuluh berkordinasi dengan pemerintahan
dan menyampaikannya kepada petani yang bersangkutan.
B. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Struktur penduduk menurut kelompok umur dapat digambarkan menurut
jenjang umur yang berhubungan dengan kehidupan produktif manusia. Kelompok
umur produktif berada pada umur 15-64 tahun. Keadaan penduduk menurut usia
Tabel 3. Distribusi Penduduk Menurut Umur di Desa Wukirsari
Sumber : Data Monografi Desa Wukirsari Tahun 2015
Berdasarkan distribusi penduduk dari tabel 3 diketahui keadaan penduduk di
Desa Wukirsari bahwa penduduk Desa Wukirsari sebagian besar berada pada
tingkat umur antara 16 - 65 tahun. Jenjang umur tersebut termasuk dalam
kelompok umur produktif. Jumlah penduduk umur produktif yang tinggi
merupakan salah satu modal pembangunan pertanian, yaitu berkaitan dengan
ketersediaan tenaga kerja produktif akan terpenuhi. Sedangkan jumlah penduduk
menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk mengetahui sex ratio di suatu
wilayah.
Sex ratio erat kaitannya dengan keberadaan laki-laki sebagai pemimpin
keluarga. Laki-laki merupakan tenaga untuk melaksanakan pengembangan
pertanian sayuran organik, lelaki di daerah pedesaan umumnya akan menjadi
tulang punggung keluarga sehingga hal tersebut membuat laki-laki mempunyai
andil yang besar dalam hal menentukan mata pencaharian, hal tersbut menjadi
sangat penting karena keputusan dalam menerapkan pertanian sayuran organik
sangat erat kaitanya dengan posisi mata pencaharian dalam keluarga. Keadaan
Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Wukirsari
No. Jenis Kelamin Jumlah Penduduk
Orang %
1. 2.
Laki-Laki Perempuan
5.244 5.400
49,2 50,8
Jumlah 10.644 100,0
Sumber : Data Monografi Desa Wukirsari 2015
Berdasarka tabel 4 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan di
Wukirsari lebih banyak daripada penduduk laki-laki. Penduduk perempuan
sebanyak 5.400 Jiwa (50,80%) dan penduduk laki-laki sebanyak 5.244 Jiwa
(49,20%). Dengan melihat keadaan penduduk menurut jenis kelamin, Desa
Wukirsari mempunyai perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan
cukup berimbang.
Data jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dapat digunakan untuk
menghitung angka sex ratio yaitu perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki
dan perempuan dengan rumus :
Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa angka sex ratio di Desa Wukirsari
adalah 97,11 yang berarti tiap 100 penduduk perempuan terdapat kurang lebih 97
orang penduduk laki-laki. Angka tersebut menunjukkan bahwa di Desa Wukirsari
C. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir dan dapat
mengarahkan seseorang dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dan lebih
menguntungkan bagi diri sendiri, masyarakat dan lingkungan. Keadaan penduduk
menurut pendidikan di Desa Wukirsari dapat dilihat dari tabel 5.
Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Wukirsari
Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk
Orang %
Tidak Sekolah / Tidak Tamat SD Belum Sekolah
Sumber : Data Monografi Desa Wukirsari Tahun 2015
Tabel 5 menunjukkan bahwa penduduk Desa Wukirsari sebagian besar
berada pada tingkat pendidikan SMA / SMK / MA (36,82%). Jumlah penduduk
Desa Wukirsari yang mengenyam pendidikan sampai tingkat atas (lebih dari
program pemerintah wajib belajar sembilan tahun) berdasarkan data pada tabel
sudah cukup tinggi. Penduduk yang menyelesaikan pendidikan dari sekolah
menengah pertama sampai tingkat yang lebih atas sebesar 6.556 orang atau
61,59% dari jumlah penduduk yang ada. Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan
formal masyarakat Desa Wukirsari tergolong tinggi. Tingkat pendidikan yang
tinggi mempengaruhi kemampuan berpikir dalam menganalisis suatu masalah.
atas, dengan tingkat pendidikan tersebut penduduk Desa Wukirsari merupakan
sumberdaya yang potensial, dan akan lebih terbuka dalam menerima hal-hal baru.
D. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Keadaan mata pencaharian penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh
sumberdaya yang tersedia dan keadaan sosial ekonomi. Keadaan penduduk
menurut mana pencaharian di Desa Wukirsari dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Wukirsari
Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk
Orang %
Sumber : Data Monografi Desa Wukirsari Tahun 2015
Mayoritas penduduk Desa Wukirsari bekerja di sektor pertanian. Banyaknya
penduduk Desa Wukirsari yang bekerja di sektor pertanian salah satunya
dipengaruhi oleh luasnya lahan pertanian di Desa Wukirsari. Ditambah dengan
kondisi alam yang berada di lereng gunung Merapi sangat mendukung untuk
berkembangnya sektor pertanian, seperti kesuburan tanah dan ketersediaan air.
Hal ini juga tidak terlepas dari luas wilayahnya yang sebagian besar didominasi
oleh sawah dan ladang yang membuat penduduknya lebih banyak bekerja sebagai
Penduduk yang mempunyai mata pencaharian petani merupakan aset
potensial untuk pengambangan sebuah inovasi dibidang pertanian, Desa Wukirsari
sendiri merupakan desa yang potensial untuk pengembangan pertanian sayuran
organik, karena selain wilayahnya yang strategis desa ini sendiri hampir setengah
penduduknya mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian.
E. Keadaan Sarana Ekonomi
Keadaan sarana ekonomi menjadi salah satu unsur penting dalam
perkembangan inovasi pertanian sayuran organik. Karena sarana ekonomi yang
lengkap akan membuat petani sebagai orang yang mengadopsi mendapatkan akses
mudah untuk menjangkau sarana perekonomian, keadaan sarana perekonomian di
Desa Wukirsari dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Kelembaga Ekonomi di Desa Wukirsari
Lembaga Ekonomi Jumlah
Industri Sumber : Data Monografi Desa Wukirsari 2015
Keadaan prasarana perekonomian di Desa Wukirsari cukup memadai
untuk menunjang kegiatan ekonomi masyarakatnya, termasuk sektor pertanian.
Hal ini dapat dilihat dari kekuatan ekonomi yang ada di desa tersebut.
Ketersediaan koperasi simpan pinjam membuat petani dimudahkan dalam akses
permodalan. Petani Desa Wukirsari lebih menyukai koperasi bersifat plasma
Sistem kredit bersifat plasma lebih disukai karena petani tidak mempunyai barang
berharga untuk di agunkan kepada pemodal, petani lebih memilih diberikan kredit
berupa saprodi dengan persyaratan petani diharukskan menyetorkan hasil
panennya ke badan usaha bersangkutan. Tani Organik Merapi sebagai salah satu
badan usaha di bidang pertanian memberlakukan persyaratan tersebut, Tani
Organik Merapi memberikan kredit berupa sarana prodiksi berupa bibit, pupuk
dan sebagainya kepada petani anggota, lalu petani anggota akan menyetorkan
hasil panennya dengan harga yang telah disepakati diawal, hal ini lebih disukai
petani karena walaupun petani akan merasa rugi ketika harga dari komoditas yang
ditanam naik, tapi petani tidak akan benar - benar rugi dari segi harga ketika harga
turun dipasar karena harga sebelumya telah disepakati.
Adanya pasar di Desa Wukirsari juga membuat petani lebih mudah
memasarkan hasil panennya. Jarak yang dekat antara pasar dan tempat tinggal
petani membuat petani tidak perlu keluar daerah untuk memasarkan hasil panen,
Selain itu tersedianya pedagang atau wirausaha di daerah ini membuat petani
mudah menjual hasil panen, pedagang atau penadah akan datang ketika petani
panen untuk membeli hasil panen petani. Selain pedagang yang membeli adapula
pedagang atau wirausaha yang menjual sarana produksi bagi petani di Desa
Wukirsari. Sama dengan kemudahaan menjual, di Desa Wukirsari petani dapat
kemudahaan dalam membeli sarana produksi karena mereka tidak perlu keluar
F. Keadaan Pertanian
Keadaan pertanian merupakan salah satu indikator pembangunan pertanian
di suatu daerah. Komoditi yang dibudidayakan berbeda antara daerah satu dengan
daerah lain. Hal ini dipengaruhi antara lain oleh kesuburan dan jenis tanah, iklim
dan ketinggian tempat.
Padi masih menjadi komoditas utama yang dibudidayakan masyarakat
petani di Desa Wukirsari. Sedangkan untuk komoditas paling sedikit
dibudidayakan oleh mayarakat Desa Wukirsari adalah sawi, terong, dan buncis.
Untuk produktivitas dari masing-masing komoditas, kacang tanah adalah
komoditas yang paling besar produktivitasnya diikuti dengan padi. Untuk
komoditas yang mempunyai produktivitas paling rendah adalah ketimun diikuti
dengan ketela rambut yang mempunyai produktivitas rendah. Untuk Komoditas
pertanian dan luas tanam dalam pembudidayaannya di Desa Wukirsari dapat
diamati pada tabel 8.
Produktivitas sayuran di Desa Wukirsari rata-rata sebesar 1,5 ton per
hektar. Petani di daerah penelitian tidak sepanjang tahun menanam sayuran,
tanaman padi sebagai bahan makanan pokok masih menjadi pilihan utama
sebagian besar petani. Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa luas lahan untuk menanam
padi sangat besar, begitu juga dengan produksi padi di Desa Wukirsari.
Tabel 8. Produksi Tanaman Pangan dan Sayuran Desa Wukirsari
Jenis Tanaman Luas Lahan (Ha) Sumber : Data Monografi Desa Wukirsari 2015
Tanaman sayuran hanya akan ditanam petani ketika adanya kelangkaan air
untuk menanam padi, atau ketika lingkungan sekitar sedang memulai trend
menanam sayuran, seperti halnya untuk menanam sayuran tertentu, petani lebih
cendrung akan mengikuti pengaruh dari lingkungannya. Kedepannya potensi
pertanian sayuran organik di Desa Wukirsari masih sangat besar, dengan
memunculkan trend menanam sayuran organik di daerah penelitian makan petani
G. Sejarah Perusahaan
CV. Tani Organik Merapi (TOM) didirikan oleh Untung Wijanarko
dengan didasari oleh kristalisasi, cita-cita, pemikiran, niat dan harapan akan
kondisi alam pada umumnya juga kondisi tanah pertanian pada khususnya.
Perkembangan selanjutnya dapat kita harapkan menjadi lebih baik, dalam arti
menyeluruh, baik dari segi potensi alam maupun sumber daya manusianya. TOM
juga bertekad ikut ambil bagian dalam program menyelamatkan lahan pertanian
dengan bijak. CV. Tani Organik Merapi ikut berperan aktif dalam
mengembangkan sistem pertanian organik secara langsung dan mengharapkan
dapat menghasilkan produk – produk pertanian organik yang berkualitas, yang
secara tidak langsung juga mendukung kesehatan masyarakat.
Sistem pertanian yang digunakan dan kembangkan adalah sistem organik
yang sama sekali tidak menggunakan produk kimia sintetis. Untuk itu TOM
senantiasa mengembangkan sistem pertanian organik secara maksimal. Adanya
persamaan dan cita-cita berdasarkan atas kepeduliaan akan kelestarian
lingkungan dan kesehatan saat ini dan mendatang. Maka pada tanggal 1
September 2008 lahirlah CV. Tani Organik Merapi ( TOM). Visi dari TOM itu
sendiri adalah membangun usaha tani berbasis tekhnologi organik, menyediakan
produk tanaman pangan sehat untuk kemandirian bangsa dan kelestarian alam
semesta. Misi dari TOM adalah menjalankan dan mengembangakan usaha
agribisnis secara organik, memasyarakatkan usaha agribisnis dan perdagangan
umum, menyebarkan wawasan pertanian organik yang berkelanjutan secara utuh