• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Strategi Pengembangan Sektor Informal Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Strategi Pengembangan Sektor Informal Di Kota Medan"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Analisis Strategi Pengembangan Sektor Informal Di Kota Medan

OLEH

Togi Naomi M. Siregar 090501106

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor internal dan faktor eksternal pengembangan sektor informal dan menentukan strategi pengembangan sektor informal di Kota Medan. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari pekerja sektor informal di Kota Medan dan dianalisis menggunakan analisis SWOT kuantitatif.

Faktor-faktor internal yang mempengaruhi pengembangan sektor informal di Kota Medan adalah: Keahlian (SDM), Modal Kerja,Tenaga Kerja,Teknologi, Ketersediaan Bahan Baku, Harga Bahan Baku, Sarana dan Prasarana, Pengalaman Kerja, dan Promosi. Adapun faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan sektor informal di Kota Medan adalah: Biaya Sewa, Pelatihan, Peluang, Pemberian Kredit lunak, Pinjaman, Kemitraan, Persaingan, Kondisi Perekonomian yang tidak Stabil, Hukum, Kebijaksanaan Pembangunan, dan Keberadaan Sektor Formal.

Berdasarkan analisis SWOT strategi pengembangan sektor informal di Kota Medan adalah mengembangkan sektor informal tersebut dengan memberikan pinjaman bagi pelaku kegiatan di sektor informal, memberikan tambahan modal untuk mengembangkan sektor informal, menyediakan bahan baku melalui adanya kemitraan.

(3)

ABSTRACT

This study aims to assess the internal factors and external factors determine the development of the informal sector and development strategy informal sector in Medan. This study uses primary data collected directly from the informal sector workers in Medan and analyzed using quantitative SWOT analysis.

Internal factors that influence the development of the informal sector in the city of Medan is: Expertise (HR), Working Capital, Labor, Technology, Availability of Raw Materials, Raw Materials Price, Facilities and Infrastructure, Work Experience, and Promotion. As for the external factors that influence the development of the informal sector in the city of Medan is: Rental Costs, Training, Opportunity, soft Lending, Loans, Partnership, Competition, Economic Conditions are not stable, Law, Policy Development, and the existence of the Formal Sector.

Based on the SWOT analysis of the informal sector development strategy in Medan is developing the informal sector by providing loans to actors in the informal sector activities, provide additional capital to develop the informal sector, providing raw materials through the existence of a partnership.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Analisis Strategi Pengembangan Sektor Informal di Kota Medan”.

Adapun skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan tahun akademik 2012/2013.

Skripsi ini tidak terlepas dari jasa berbagai pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Karena itu dengan hati yang tulus penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Keluarga tercinta, Ayahanda Busmin Siregar dan Ibunda Tiesmin Simanjuntak, kakak-kakakku Imelda Thresia Siregar AmKeb, SKm, Tio Marisca Siregar Amkeb, Magdalena Siregar S.Pd, Damiana Simanjuntak dan adik-adikku Christina Mega Sari Siregar, Intan Maya Rosari Siregar, Grace Sella Siregar yang telah banyak memberikan masukan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E, M.Ec selaku Ketua Departemen dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, S.E, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi dan Bapak Paidi Hidayat, S.E, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing yang selama ini telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(5)

6. Seluruh Pegawai Departemen Ekonomi Pembangunan dan Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

7. Sahabat-sahabat terkasih di kelompok kecil, serta dan semua teman-teman Ekonomi Pembangunan Stambuk 2009.

8. Semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, namun tidak dituliskan pada lembaran ini, penulis mohon maaf.

Tulisan ini masih jauh dari sempurna, karena itu semua kritik dan saran dari pembaca akan sangat berharga bagi penulis, demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua yang membutuhkannya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, November 2013

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR………... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ………...………..…. 1

1.2. Rumusan masalah……….. 4

1.3. Tujuan Penelitian …….………...……….…. 4

1.4. Manfaat Penelitian ………... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sektor Informal ………..……….. 11

2.1. Pengertian……….……….. 12

2.2. Jenis Sektor Informal ………. 14

2.2. Perkembangan Sektor Informal………..……….. 14

2.3. Modal……… 15

2.4. Pinjaman……… 19

2.6. SWOT……….. 26

2.5. Kerangka Konseptual………. 25

BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1. Lokasi dan Objek Penelitian ……….. 30

3.2. Jenis dan Sumber Data………... 30

3.4. Teknik Analisi Data ………... 31

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Kota Medan... 38

4.1.1. Kondisi Geografis... 38

4.1.2. Wilayah Administrasi... 39

4.1.3. Penduduk dan Sosial ... 40

(7)

4.1.5. Kondisi Perekonomian... 43

4.1.6. PDRB Perkapita... 43

4.2. Hasil Analisis dan Pembahasa... 44

4.2.1. Analisis Faktor Internal... 44

4.2.2. Analisis Faktor Eksternal... 47

4.2.3. Analisis SWOT... 53

BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan …..……… 56

V.2. Saran ………..……….. 57

DAFTAR PUSTAKA………..……… 57

(8)

DAFTAR TABEL

Lampiran Judul Halaman

3.1 Penilaian Bobot Internal Wilayah... 36

3.2 Penilaian Bobot eksternal wilayah... 37

4.1 Matriks evaluasi faktor internal... 39

4.2 Matriks evaluasi faktor eksternal... 39

4.3 Matriks SWOT..………..………….... 40

(9)

Daftar Gambar

Gambar Judul Halaman

(10)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor internal dan faktor eksternal pengembangan sektor informal dan menentukan strategi pengembangan sektor informal di Kota Medan. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari pekerja sektor informal di Kota Medan dan dianalisis menggunakan analisis SWOT kuantitatif.

Faktor-faktor internal yang mempengaruhi pengembangan sektor informal di Kota Medan adalah: Keahlian (SDM), Modal Kerja,Tenaga Kerja,Teknologi, Ketersediaan Bahan Baku, Harga Bahan Baku, Sarana dan Prasarana, Pengalaman Kerja, dan Promosi. Adapun faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan sektor informal di Kota Medan adalah: Biaya Sewa, Pelatihan, Peluang, Pemberian Kredit lunak, Pinjaman, Kemitraan, Persaingan, Kondisi Perekonomian yang tidak Stabil, Hukum, Kebijaksanaan Pembangunan, dan Keberadaan Sektor Formal.

Berdasarkan analisis SWOT strategi pengembangan sektor informal di Kota Medan adalah mengembangkan sektor informal tersebut dengan memberikan pinjaman bagi pelaku kegiatan di sektor informal, memberikan tambahan modal untuk mengembangkan sektor informal, menyediakan bahan baku melalui adanya kemitraan.

(11)

ABSTRACT

This study aims to assess the internal factors and external factors determine the development of the informal sector and development strategy informal sector in Medan. This study uses primary data collected directly from the informal sector workers in Medan and analyzed using quantitative SWOT analysis.

Internal factors that influence the development of the informal sector in the city of Medan is: Expertise (HR), Working Capital, Labor, Technology, Availability of Raw Materials, Raw Materials Price, Facilities and Infrastructure, Work Experience, and Promotion. As for the external factors that influence the development of the informal sector in the city of Medan is: Rental Costs, Training, Opportunity, soft Lending, Loans, Partnership, Competition, Economic Conditions are not stable, Law, Policy Development, and the existence of the Formal Sector.

Based on the SWOT analysis of the informal sector development strategy in Medan is developing the informal sector by providing loans to actors in the informal sector activities, provide additional capital to develop the informal sector, providing raw materials through the existence of a partnership.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utama adalah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat suatu bangsa. Hal ini berarti bahwa pembangunan senantiasa beranjak dari suatu keadaan atau kondisi kehidupan yang lebih baik dalam rangka mencapai tujuan nasional dengan demikian konsekuensi dari pelaksanaan pembangunan nasional adalah untuk membawa perubahan di sektor pembangunan ekonomi masyarakat. Selama ini pembangunan selalu diprioritaskan pada sektor ekonomi, sedang pada sektor lain hanya bersifat menunjang dan melengkapi sektor ekonomi. Adanya pembangunan selain memberi dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh berbagai masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja. Pembangunan dapat dikonseptualisasi ke dalam suatu proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara berkesinambungan menuju kehidupan yang lebih baik atau manusiawi (Iryanti,2003).

(13)

informal ini semakin besar seiring dengan siklus usaha sektor informal yang tidak berjalan normal.

Kegiatan sektor informal yang menonjol biasanya terjadi di kawasan yang padat penduduknya. Dengan kenyataan seperti ini limpahan tenaga kerja tersebut masuk ke dalam sektor informal, tetapi masih dipandang sebagai penyelesaian sementara karena di dalam sektor informal sendiri terdapat persoalan yang sangat rumit.

Sektor informal menjadi penyangga dari transformasi struktur ketenagakerjaan yang unbalance. Ketika disadari bahwa sektor informal mampu memberikan kontribusi yang berarti, baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun kapasitas outputnya maka cara pandang terhadap sektor ini mulai berubah. Sektor informal bukan lagi hanya sebagai tempat penampungan, tetapi juga menjadi alternatif yang komplementer terhadap sektor formal.

(14)

Dibandingkan dengan negara maju, Indonesia kehilangan kelompok industri menengah dan struktur industrinya. Pengembangan dan perlindungan usaha kecil dan sektor informal harus bertumpu pada mekanisme pasar yang sehat dan adil. Pemerintah daerah perlu melakukan langkah strategis yang harus ditempuh demi perlindungan usaha kecil dan sektor informal. Kebanyakan usaha sektor informal dibentuk dari ekonomi kerakyatan. Keberadaanya di era otonomi daerah merupakan potensi yang harus digali dan dikembangkan karena dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup tinggi dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana tujuan dari pemerintah daerah. Kondisi semacam ini dialami oleh pemerintah Kota Medan dengan potensi jasa dan industri yang dimilikinya atau agar mampu mendorong peningkatan jumlah unit usaha kecil maupun sektor informal.

Usaha sektor informal yang menjadi objek penelitian ini adalah pedagang yang tersebar di Kota Medan. Kota Medan merupakan salah satu kota yang ramai dikunjungi sebagai tempat berbelanja. Banyak sekali berdiri pusat-pusat perbelanjaan yang modern di Kota Medan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya bangunan yang didirikan sebagai tempat perbelanjaan di Kota Medan dan melihat minat masyarakat di Kota Medan yang sering berbelanja.

(15)

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah yang menjadi dasar kajian dalam penelitian yang akan dilakukan, yaitu sebagai berikut :

1. Apa faktor internal dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan? 2. Apa saja faktor eksternal pengembangan sektor informal di Kota Medan? 3. Bagaimana strategi pengembangan sektor informal di Kota Medan? I.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengkaji faktor internal pengembangan sektor informal di Kota Medan.

2. Mengkaji apa saja faktor eksternal pengembangan sektor informal di Kota Medan.

3. Menentukan strategi pengembangan sektor informal di Kota Medan I.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan studi, literatur, dan tambahan ilmu pengetahuan bagi kalangan akademisi, peneliti, dan mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang akan melakukan penelitian selanjutnya.

2. Sebagai tambahan, pelengkap sekaligus pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada terutama menyangkut topik yang sama.

(16)
(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sektor Informal

Sektor informal pada umumnya ditandai oleh beberapa karakteristik khas seperti sangat bervariasinya bidang kegiatan produksi barang dan jasa, berskala kecil, unit-unit produksinya dimiliki secara perorangan atau keluarga, banyak menggunakan tenaga kerja dan teknologi yang dipakai relatif sederhana. Para pekerja yang menciptakan sendiri lapangan kerjanya.

Di sektor informal biasanya tidak memiliki pendidikan formal. Pada umumnya mereka tidak mempunyai ketrampilan khusus dan kekurangan modal. Oleh sebab itu produktivitas dan pendapatan mereka cenderung lebih rendah daripada kegiatan-kegiatan bisnis yang ada di sektor formal. Selain itu mereka yang berada di sektor informal tersebut juga tidak memiliki jaminan keselamatan kerja dan fasilitas kesejahteraan.

Sektor informal di kota selama era pembangunan ini antara lain dipadati oleh kelompok migrant sekuler. Motif utama mereka bermigrasi adalah alasan ekonomi. Hal ini didasari atas adanya perbedaan tingkat perkembangan ekonomi antara daerah pedesaan dan perkotaan. Di kota terdapat kesempatan ekonomi yang lebih luas dibandingkan dengan di pedesaan (Todaro, 1999).

(18)

sektor pedesaan merupakan sumber kelebihan tenaga kerja miskin. Yang kemudian mengisi sektor informal di daerah perkotaan guna menghindari kemiskinan dan pengangguran di desa.

Selain itu sektor informal juga terkait erat dengan sektor formal perkotaan dalam pengertian sektor formal sesungguhhnya tergantung pada sektor informal dalam penyediaan input-input produksi dan tenaga kerja murah. Keterbatasan modal kerja merupakan kendala utama bagi kegiatan-kegiatan sektor informal. Oleh karena itu pemberian kredit lunak akan sangat membantu unit-unit usaha kecil dalam sektor informal untuk berkembang dan membuahkan keuntungan yang lebih banyak, sehingga pada akhirnya akan mampu menciptakan pendapatan dan lapangan kerja yang lebih banyak lagi. Lebih dari itu sektor informal itu sendiri telah membuktikan kemampuan dalam menciptakan lapangan kerja dan pendapatan bagi angkatan kerja di daerah-daerah perkotaan.

Karakteristik yang melekat pada sektor informal bisa merupakan kelebihan atau kekuatannya yang potensial. Di sisi lain pada kekuatan tersebut tersirat kekurangan atau kelemahan yang justru menjadi penghambat perkembangannya (growth constraints). Kombinasi dari kekuatan dan kelemahan serta interaksi keduanya dengan situasi eksternal akan menentukan prospek perkembangan sektor informal di Indonesia.

2.1.1. Pengertian

(19)
(20)

kemauan dan tenaga. Pekerjaan di sektor informal sangat beraneka ragam, tetapi pada umumnya tertumpu pada industri pengolahan, angkutan, bangunan, jasa, dan perdagagangan, seperti pengolahan tahu dan tempe, tukang becak dan ojek, kuli bangunan, pedagang asongan, pemulung, calo, pembantu rumah tangga, pedagang kali lima, dan sebagainya.

(21)

mendorong ekspor non-migas, berbagai industri yang menghasilkan barang-barang ekspor, dan dengan demikian akan menghasilkan devisa, diberikan berbagai keringanan pajak, diberi subsidi, tingkat upah buruh yang rendah dibawah Upah Minimum Regional (UMR). Begitu pula halnya dengan industri penghasil barang-barang pengganti impor yang menghemat devisa, diberi kemudahan yang serupa. Dengan demikian, untuk mengembangkan sektor informal sesungguhnya masalah utamanya adalah terletak pada strategi pembangunan itu sendiri. Pengembangan sektor informal menuntut agar strategi pembangunan ditinjau ulang, yaitu agar berpihak pada yang berposisi yang lemah, baik secara ekonomi maupun politik. Aspek pemerataan hendaknya dijadikan kata kunci sehingga sewaktu terjadi pembangunan ruko atau kios di pusat-pusat perbelanjaan, pedagang kakilima diberi kemudahan membelinya. Begitu pula dengan kebijakan perkreditan, hendaknya sektor informal diberi pintu masuk yang mudah sehingga ketergantungan sektor ini terhadap pelepas uang (rentenir) dapat dihilangkan. Dengan demikian, diharapkan sektor informal itu dapat berkembang dan pada akhirnya akan beralih menjadi anggota sektor formal.

(22)

teknologi yang cukup, dan tingkat lobi yang baik dengan para birokrat, akan selalu dapat dengan cepat memanfaatkan kemudahan ekonomi yang disediakan oleh pemerintah. Pada pihak lain, sektor informal yang serba miskin dalam segala aspek selalu tercecer dalam arus pembangunan yang dipacu dengan sangat cepat, padahal sektor ini harus selalu toleran menampung dan memberikan pekerjaan bagi manusia yang melakukan migrasi dari desa ke kota.

2.1.2. Jenis-jenis Sektor Informal

Menurut Keith Hart, ada dua macam sektor informal dilihat dari kesempatan memperoleh penghasilan, yaitu:

1. Sah; terdiri atas:

• Kegiatan-kegiatan primer dan sekunder—pertanian, perkebunan yang berorientasi pasar, kontraktor bangunan, dan lain-lain.

• Usaha tersier dengan modal yang relatif besar—perumahan, transportasi, usaha-usaha untuk kepentingan umum, dan lain-lain.

• Distribusi kecil-kecilan—pedagang kaki lima, pedagang pasar, pedagang kelontong, pedagang asongan, dan lain-lain.

• Transaksi pribadi—pinjam-meminjam, pengemis.

(23)

2. Tidak sah; terdiri atas :

• Jasa, kegiatan, dan perdagangan gelap pada umumnya: penadah barang-barang curian, lintah darat, perdagangan obat bius, penyelundupan, pelacuran, dan lain-lain.

• Transaksi, pencurian kecil (pencopetan), pencurian besar (perampokan bersenjata), pemalsuan uang, perjudian, dan lain-lain.

2.3. Modal

Yang dimaksud dengan modal adalah barang-barang atau peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan proses produksi. Modal dapat digolongkan berdasarkan sumber bentuknya, berdasarkan pemilikan, serta berdasarkan sifatnya. Berdasarkan sumbernya modal dapat dibagi dua: modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam perusahaan sendiri, misalnya setoran dari pemilikan perusahaan. Sementara itu, modal asing adalah modal yang bersumber dari luar perusahaan, misalnya modal yang berupa pinjaman bank.

(24)

Berdasarkan pemilikannya, modal dibagi menjadi modal individu dan modal masyarakat. Modal individu adalah modal yang sumbernya dari perorangan dan hasilnya menjadi sumber pendapatan bagi pemiliknya, contohnya adalah rumah pribadi yang disewakan atau bunga tabungan bank. Sedangkan yang dimaksudkan dengan modal masyarakat adalah modal yang dimiliki oleh pemerintah dan digunakan untuk kepentingan umum dalam proses produksi, contohnya adalah rumah sakit umum milik pemerintah, jalan, jembatan, atau pelabuhan.

Terakhir, modal dibagi berdasarkan sifatnya: modal tetap dan modal lancar. Modal tetap adalah jenis modal yang dapat digunakan secara berulang-ulang, misalnya mesin-mesin dan bangunan pabrik. Sementara itu, yang dimaksud dengan modal lancar adalah modal yang harus digunakan dalam satu kali proses produksi misalnya bahan-bahan baku.

2.4. Pinjaman

2.4.1. Pengertian Pinjaman

Secara sederhana, pinjaman dapat diartikan sebagai barang atau jasa yang menjadi kewajiban pihak yang satu untuk dibayarkan kepada pihak lain sesuai dengan perjanjian tertulis ataupun lisan, yang dinyatakan atau diimplikasikan serta wajib dibayarkan kembali dalam jangka waktu tertentu (Ardiyos, 2004).

(25)

2.4.2. Sumber Dana Pinjaman

Sumber dana pinjaman dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu: a. Pinjaman dalam negeri (on-shore loan) berupa:

• Pinjaman dalam bentuk mata uang Rupiah maupun asing. • Pinjaman melalui sindikasi ataupun bilateral.

• Pinjaman dengan fasilitas yang mengikat (committed) ataupun tidak (uncommitted).

b. Pinjaman luar negeri (off-shore loan) berupa: • Pinjaman dalam bentuk mata uang asing. • Pinjaman melalui sindikasi ataupun bilateral.

• Pinjaman dengan fasilitas yang mengikat (committed) ataupun tidak (uncommitted).

2.4.3. Keunggulan dan Kelemahan Pinjaman

Ada beberapa keunggulan yang diperoleh jika memilih pendanaan melalui pinjaman, diantaranya adalah:

• Proses cepat dan mudah.

• Biaya pengurusan untuk memperoleh pinjaman rendah. • Proses pengurusan pinjaman sangat sederhana.

Sedangkan kelemahan dari pendanaan melalui pinjaman bank antara lain adalah:

(26)

pergerakan tingkat suku bunga yang berlaku di pasar. 2.4.4. Upaya Pengembangan Sektor Informal oleh Pemerintah

Kalau dilihat peran pemerintah dalam Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil ini mengatakann sudah jelas perlunya peran pemerintah dalam pembinaan dan pengembangan usaha kecil dalam sektor informal agar tetap berperan dalam mewujudkan perekonomian nasional yang semakin baik dan seimbang berdasarkan demokrasi ekonomi di Indonesia.

Manurung (2006) mengatakan dalam upaya pembinaan dan pengembangan usaha kecil dapat juga dilakukan dengan menerapkan system pembinaan melalui:

1. Kelembagaan dan manajemen dengan menggunkan system dan prosedur organisasi yang baku.

2. Peningkatan sumber daya manusia dengan memberikan pelatihan serta memberikan transfer pengetahuan tentang mengelola dunia usaha.

3. Permodalan, hal ini dilakukan dengan cara membantu akses permodalan.

4. Distribusi/pemasaran, dengan memberikan bantuan informasi pasar dan mengembangkan jaringan distribusi.

5. Teknologi, dengan inovasi dan alih teknologi.

Pembinaan dan pengembangan usaha kecil yang dilakukan dapat berupa pada bidang:

(27)

a. Penelitian dan pengkajian pasar.

b. Meningkatkan kemampuan manajemen dan teknik pemasaran. c. Menyediakan sarana dukungan promosi dan uji pasar.

d. Mengembangkan lembaga pemasaran dan jaringan distribusi. e. Memasarkan produk usaha kecil.

f. Menyediakan konsultan professional di bidang pemasaran. g. Menyediakan rumah tangga dan promosi usaha kecil. h. Member peluang pasar terhadap produk yang dihasilkan. 2. Sumber Daya Manusia

a. Memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan. b. Meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial. c. Mengembangkan pelatihan dan konsultasi usaha kecil. d. Menyediakan tenaga penyuluh dan konsultan usaha kecil. e. Menyediakan modul manajemen usaha kecil.

f. Menyediakan tempat magang, studi banding, dan konsultasi untuk usaha kecil.

3. Permodalan

a. Pemberian informasi sumber kredit bagi usaha kecil.

b. Tata cara pengajuan dan penjaminan dari sumber lembaga penjamin. c. Mediator terhadap sumber pembiayaan.

(28)

4. Manajemen

a. Bantuan penyusunan studi kelayakan.

b. Sistem dan prosedur dan organisasi manajemen. c. Menyediakan tenaga konsultan dan advisor.

Aspek pengembangan usaha sektor informal yang ada di Indonesia agar menjadi sebuiah usaha yang tangguh dan mandiri, ini berarti bahwa seiring dengan berjalannya waktu sektor informal akan dapat meningkatkan pendapatan usahanya tersebut yang merupakan aspek terpenting bagi tercapainya tujuan menjadi suatu usaha yang tangguh dan mandiri. Hal tersebut dapat dipacu melalui program dan kegiatan-kegiatan pemberdayaaan pengembangan yang diciptakan pemerintah.

Ekonomi kerakyatan yang dilakukan pemerintah merupakan kegiatan ekonomi yang dilaksanakan, dinikmati, dan diawasi oleh rakyat. Bidang kegiatan ekonomi kerakyatan meliputi sektor informal usaha kecil, pertanian, koperasi, dan sebagainya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup tinggi dan berlangsung cepat selama beberapa Pelita yang lalu seiring dengan masih terdapatnya jumlah penduduk miskin, menggambarkan kondisi ketimpangan hasil pembangunan ekonomi. Pengembanagan usaha kecil yang dipelopori oleh pemerintah dilakukan melalui penciptaan iklim yang sesuai. Pembinaan diarahkan dalam penanganan bidang produksi, pemasaran, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan teknologi.

(29)

dasar atau kebutuhan pokok mampu dihasilkan oleh sektor informal. Sektor informal dalam perekonomian Indonesia menggambarkan kegiatan ekonomi rakyat yang selama ini masih belum mampu berkembang secara optimal.

2.4.5. Kemitraan Usaha Antar Pelaku Ekonomi

Pola kemitraan usaha kecil termasuk di dalamnya koperasi dapat dijalin dengan usaha besar dan menengah baik dari pihak swasta maupun BUMN. Terdapat berbagai bentuk kemitraan usaha seperti bentuk-bentuk inti plasma, dagang umum, sub kontrak, waralaba, dan sebagainya. Prinsip kemitraan yang paling ideal adalah saling menguntungkan antara pihak-pihak yang melakukan kemitraan usaha. Keberhasilan suatu kemitraan ditentukan oleh dua hal yaitu: tujuan yang ditetapkan dan perilaku dari pihak-pihak yang melaksanakan kemitraan. Jenis-jenis perilaku yang dapat muncul dari pihak yang melakukan kemitraan antara lain yang bersifat tidak ingin untung sendiri, percaya pada mitra usaha, perilaku timbale balik, dan perilaku menahan diri atau sabar.

2.4.6. Strategi Pembangunan Ekonomi

(30)

bagian wilayah disebut “ efek tetesan ke bawah” atau spread effect. Selain efek yang berupa penyebaran kemajuan ekonomi dari pusat kegiatan ekonomi (kutub) juga terjadi efek yang merugikan daerah belakang atau daerah pengaruh berupa efek pencucian (backwash effect). Ini dapat berwujud merosotnya jumlah dan kualitas sumber daya di daerah belakang dan kerusakan lingkungan, akibat upaya pembangunan ekonomi yang dipusatkan.

Kemunduran dalam bidang ekonomi dirasakan oleh bangsa Indonesia, setelah sekitar 30 tahun melaksanakan upaya pembangunan Kemunduran kondisi ekonomi tersebut akibat terjadinya krisis ekonomi yang terakhir terjadi di Amerika Serikat yang selanjutnya berdampak parah pada perekonomian Indonesia. Ketergantungan pada impor barang dan jasa serta besarnya pinjaman swasta ke luar negeri merupakan penyebab kerawanan dari sisi eksternal. Dalam krisis ekonomi muncul berbagai isu ekonomi berkaitan dengan korupsi, kolusi dan pemberian fasilitas dan nepotisme. Perbaikan kondisi ekonomi harus disertai perbaikan kerangka dasar politik dan hukum yang menjamin tegaknya demokrasi. Strategi mengatasi krisis dilakukan melalui kebijakan fiskal, moneter, dan neraca pembayaran. Kebijakan ekonomi yang berpihak pada ekonomi kerakyatan diperlukan dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan dan mewujudkan keadilan sosial. Pendekatannya dapat dengan menggunakan pendekatan pembangunan regional termasuk wilayah pedesaan. Sementara itu kegiatan pemerintah dalam perekonomian menurut Suparmoko (2000), secara garis besar dapat diklasifikasikan atas:

(31)

2. Kegiatan dalam mengadakan redistribusi pendapatan. 3. Kegiatan menstabilkan perekonomian (peran stabilisasi). 4. Kegiatan yang mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Konsekuensi keterlibatan pemerintah di bidang ekonomi menyebabkan pemerintah membutuhkan aparat, investasi, sarana dan prasarana yang berarti harus melakukan pengeluaran untuk mencapai tujuan pembangunan. Guna membiayai pengeluaran tersebut, maka pemerintah harus mencari sumber dana/penerimaan. Rincian tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah setiap tahunnya akan nampak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Di samping itu melalui peran pemerintah sangat diharapkan untuk menciptakan distribusi pembagian pendapatan nasional yang lebih adil (Basri, 2002).

Selanjutnya Sukirno (2005) menyatakan beberapa alasan perlunya campur tangan pemerintah dalam perekonomian antara lain adalah:

1. Menstabilkan tingkat harga dan mencegah inflasi. 2. Mengukuhkan pertumbuhan ekonomi, dan

3. Menjaga kestabilan sektor luar negeri.

(32)

2.4.5. Peran Usaha Makanan dan Minuman dalam Perekonomian

Dalam dasawarsa terakhir, harus diakui globalisasi telah mendorong terjadinya berbagai perubahan perilaku masyarakat, yang tentunya sangat erat kaitannya dengan sektor perdagangan dan dampaknya, baik di dalam negeri maupun antar negara. Bila di waktu lalu kebanyakan orang masih memasak untuk kebutuhan makan sehari-hari maka saat sekarang ini karena sudah sangat tingginya kesibukan (terutama di kota-kota besar) sudah banyak kita jumpai membeli makanan siap saji untuk kebutuhan makan sehari-hari. Sebagian besar perubahan pola/perilaku masyarakat tersebut mengindikasikan telah terjadi pergeseran cara konsumsi masyarakat ke cara yang instan atau praktis. Hal itu telah berlangsung di semua kalangan masyarakat baik golongan tua maupun golongan muda.

Pentingnya peran dan posisi usaha makanan dan minuman di Indonesia sebagai salah satu komponen penggerak perekonomian dan perdagangan terlihat dari tetap kokoh dan berlangsungnya sebagian besar usaha tersebut selama masa krisis atau transisi beberapa waktu yang lalu. Tidak berlebihanlah kiranya dikatakan bahwa sektor usaha makanan dan minuman memegang peranan penting dan merupakan tulang punggung perekonomian nasional walaupun sumbangan tidak terlalu besar tetapi dapat dijadikan sebagai salah satu peluang usaha yang menjanjikan.

(33)

pasar bebas ini sebagai peluang untuk memperkenalkan jenis masakan tradisional Indonesia di pasar global. Sedang pengaruh negatif adalah terdapatnya produk jenis makanan dan minuman luar negeri yang akan lebih mudah masuk dan langsung berada di tengah-tengah masyarakat kita yang merupakan konsumen dengan konsumsi yang cukup tinggi dan akan mengambil pasar dari jenis usaha makanan dan minuman dalam negeri. Karena itulah peran pemerintah sangat diperlukan sebagai filter dalam mempertahankan jenis makanan dan minuman asli Indonesia agar perdagangan di sektor informal ini tidak mati. Sejalan dengan perubahan yang akan terjadi ini, hendaknya masyarakat dapat meningkatkan atau menumbuhkan jiwa cinta terhadap makanan dan minuman asli dalam negeri.

2.5. SWOT

Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatua organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness). Sementara analisis eksternal mencakup faktor

peluang (opportunity) dan tantangan (threath).

Menurut Rangkuti (2002) mendefenisikan SWOT sebagai singkatan dari Strenghts (kekuatan), Weaknes (kelemahan), Opportunity (kesempatan) dan Threats

(34)

Strategi Kekuatan-Kesempatan (S dan O atau Maxi-maxi)

Strategi yang dihasilkan pada kombinasi ini adalah memanfaatkan kekuatan atas peluang yang telah diidentifikasi. Misalnya bila kekuatan perusahaan adalah pada keunggulan teknologinya, maka keunggulan ini dapat dimanfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang membutuhkan tingkat teknologi dan kualitas yang lebih maju, yang keberadaanya dan kebutuhannya telah diidentifikasi pada analisis kesempatan. Strategi Kelemahan-Kesempatan (W dan O atau Mini-maxi)

Kesempatan yang dapat diidentifikasi tidak mungkin dimanfaatkan karena kelemahan perusahaan. Misalnya jaringan distribusi ke pasar tersebut tidak dipunyai oleh perusahaan. Salah satu strategi yang dapat ditempuh adalah bekerjasama dengan perusahaan yang mempunyai kemampuan menggarap pasar tersebut. Pilihan strategi lain adalah mengatasi kelemahan agar dapat memanfaatkan kesempatan.

Strategi Kekuatan-Ancaman (S atau T atau Maxi-min)

Dalam analisa ancaman ditemukan kebutuhan untuk mengatasinya. Strategi ini mencoba mencari kekuatan yang dimiliki perusahaan yang dapat mengurangi atau menangkal ancaman tersebut. Misalnya ancaman perang harga.

Strategi Kelemahan-Ancaman (W dan T atau Mini-mini)

(35)

dengan harapan ancaman di suatu saat akan hilang. Dengan mengetahui situasi yang akan dihadapi, anak perusahaan dapat mengambil langkah-langkah yang perlu dan bertindak dengan mengambil kebijakan-kebijakan yang terarah dan mantap, dengan kata lain perusahaan dapat menerapkan strategi yang tepat.

Faktor-faktor eksternal dan faktor-faktor internal merupakan pembentuk matriks SWOT (Karo karo,2006).

Langkah dalam analisis ini akan menerangkan bagaimana analisis dilakukan, mulai dari data mentah yang ada sampai pada hasil penelitian yang dicapai. Dalam penelitian ini, langkah-langkah analisis data dilakukan sebagai berikut:

1. Melakukan pengklasifikasian data, faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan sebagai faktor internal organisasi, peluang dan ancaman sebagai faktor eksternal organisasi. Pengklasifikasian ini akan menghasilkan tabel informasi SWOT.

2. Melakukan analisis SWOT yaitu membandingkan dengan cara pembobotan antara faktor eksternal Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) dengan faktor internal Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weakness). 3. Dari hasil analisis kemudian diinterpretasikan dan dikembangkan menjadi

keputusan pemilihan strategi yang memungkinkan untuk dilaksanakan. Strategi yang dipilih biasanya hasil yang paling memungkinkan (paling positif) dengan resiko dan ancaman yang paling kecil.

(36)

internal wilayah dengan cara mendata seluruh kekuatan dan kelemahan. Kekuatan didata terlebih dahulu kemudian daftar kelemahan. Untuk faktor eksternal wilayah peluang terlebih dahulu didaftarkan kemudian ancaman.

Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT

Data SWOT kualitatif dapat dikembangkan secara kuantitaif melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:

(37)

2. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y;

3. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT.

Tabel 2.1

Penilaian Bobot Internal Wilayah

A.Kekuatan 1 2 3 Dst.. Total

Penilaian Bobot Eksternal Wilayah

(38)

3

Matriks Evaluasi Faktor Internal

Faktor Internal Bobot Skor Total

Kekuatan

Matriks Evaluasi Faktor Eksternal

Faktor Eksternal Bobot Skor Total

(39)

Tabel 2.5 Matriks SWOT Faktor Strategis

Internal

Buat strategi disini yang menggunakan kekuatan untuk menggunakan peluang

Strategi WO

Buat strategi disini yang menggunakan peluang

Buat strategi disini yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman

Strategi WT

Buat strategi disini untuk meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber: David (2004)

(40)

2.6. Kerangka Konseptual

Keberadaan sektor informal di era otonomi daerah merupakan potensi yang harus digali dan dikembangkan karena dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup tinggi dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana tujuan dari pemerintah daerah. Sehingga dibutuhkan sebuah strategi dalam pengembanganya, perumusan ini dilakukan melalui pengumpulan data.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Data-data yang ditemukan kemudian disusun dan dianalisis dengan analisa SWOT, yang menjelaskan tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ditemui dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan. Analisis ini berguna untuk menganalisa faktor-faktor internal di dalam organisasi yang memberikan andil terhadap kualitas pelayanan dan mempertimbangkan faktor eksternal. Kemudian dirumuskan strategi yang tepat dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan.

Analisis Faktor Internal

Strategi pengembangan

Analisis Faktor Eksternal Sektor

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris agar diketahui pokok permasalahan apa yang sedang dihadapi dan bagaimana memecahkan permasalahan tersebut. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan cara sebagai berikut:

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer

Data primer dalam penulisan skripsi ini adalah data-data yang diperoleh langsung dari lapangan yaitu data yang diperoleh dari pedagang di Kota Medan. Dan dilakukan dengan teknik wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah dipersiapkan penulis sebelumnya 2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil studi kepustakaan, buku literatur, internet, serta bacaan lain yang berhubungan dengan penelitian. 3.2. Lokasi dan Objek Penelitian

(42)

yang modern di Kota Medan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya bangunan yang didirikan sebagai tempat perbelanjaan di Kota Medan dan melihat minat masyarakat di Kota Medan yang sering berbelanja.

3.3. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab rumusan masalah yang sebelumnya maka digunakan analisis SWOT. Menurut Rangkuti (2002) mendefenisikan SWOT sebagai singkatan dari Strenghts (kekuatan), Weaknes (kelemahan), Opportunity (kesempatan) dan Threats

(ancaman) dalam lingkungan yang dihadapi daerah. Tahapan SWOT berasumsi strategi yang efektif adalah dengan memaksimalkan kekuatan dan peluang dan meminimalkan kelemahan dan ancaman. Faktor-faktor eksternal dan faktor-faktor internal merupakan pembentuk matriks SWOT (Karo karo,2006).

Langkah dalam analisis ini akan menerangkan bagaimana analisis dilakukan, mulai dari data mentah yang ada sampai pada hasil penelitian yang dicapai. Dalam penelitian ini, langkah-langkah analisis data dilakukan sebagai berikut:

1. Melakukan pengklasifikasian data, faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan sebagai faktor internal organisasi, peluang dan ancaman sebagai faktor eksternal organisasi. Pengklasifikasian ini akan menghasilkan tabel informasi SWOT.

(43)

3. Dari hasil analisis kemudian diinterpretasikan dan dikembangkan menjadi keputusan pemilihan strategi yang memungkinkan untuk dilaksanakan. Strategi yang dipilih biasanya hasil yang paling memungkinkan (paling positif) dengan resiko dan ancaman yang paling kecil.

Berdasarkan langkah diatas maka terlebih dahulu dilakukan identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal wilayah. Untuk faktor-faktor yang mempengaruhi internal wilayah dengan cara mendata seluruh kekuatan dan kelemahan. Kekuatan di data terlebih dahulu kemudian daftar kelemahan. Untuk faktor eksternal wilayah peluang terlebih dahulu didaftarkan kemudian ancaman. Hasil kedua identifikasi faktor-faktor internal daan eksternal tersebut kemudian diberi bobot.

Penentuan Bobot

Penentuan bobot variabel dimulai dari skala 0,0 sampai pada skala 1,0 dimana 0,0 merupakan skala terrendah dengan indikator tidak penting dan 1,0 merupakan skala tertinggi dengan indikator paling penting. Penentuan bobot tersebut dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal tersebut dengan metode paired comparison (Wibowo,2003 dalam Karo-Karo,2006). Metode ini menggunakan penilaian terhadap bobot dengan cara memberikan skala 1,2 dan 3 untuk setiap variabel dalam menentukan bobot.

(44)

Cara membaca perbandingan dimulai dari baris (indikator vertikal) diibandingkan dengan kolom (indikator horizontal).Dapat dilihat dalam tabel 3.1 dan tabel 3.2.

Tabel 3.1

Penilaian Bobot Internal Wilayah

A.Kekuatan 1 2 3 Dst.. Total

Penilaian Bobot Eksternal Wilayah

(45)

Bobot setiap variabel menurut Kinner dalam Karo-karo (2006) dapat di cari dengan menggunakan rumus :

Penetuan skor dilakukan terhadap variabel-variabel dengan memberikan skala 1,2,3 dan 4 terhadap masing –masing faktor. Menurut David dalam (Karo-karo 2006) skala nilai skor untuk faktor internal wilayah (kekuatan dan kelemahan) yaitu:

1 = kelemahan utama/mayor 2 = kelemahan kecil/minor 3 = kekuatan kecil/minor 4 = kekuatan utama/ mayor

Sedangkan untuk faktor eksternal (peluang dan ancaman) menggunakan skala nilai skor yaitu:

1 = tidak berpengaruh 3 = kuat pengaruhnya

2 = kurang kuat pengaruhnya 4 = sangat kuat pengaruhnya

(46)

pembobotan 1,0 maka wilayah tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada. Sebaliknya jika skor pembobotan 4,0 maka wilayah merespon peluang maupun acaman yang ada dengan baik.

Data-data yang ditemukan kemudian disusun dan dianalisis dengan analisa SWOT, yang menjelaskan tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ditemui dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan. Analisis ini berguna untuk menganalisa faktor-faktor internal di dalam organisasi yang memberikan andil terhadap kualitas pelayanan dan mempertimbangkan faktor eksternal. Kemudian dirumuskan strategi yang tepat dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan.

Tabel 3.3

Matriks Evaluasi Faktor Internal

Faktor Internal Bobot Skor Total

Kekuatan

Matriks Evaluasi Faktor Eksternal

Faktor Eksternal Bobot Skor Total

Peluang 1

(47)

3 Dst..

Kelemahan 1

2 3 Dst.. Total

(48)

Tabel 3.5 Matriks SWOT Faktor Strategis

Internal

Buat strategi disini yang menggunakan kekuatan untuk menggunakan peluang

Strategi WO

Buat strategi disini yang menggunakan peluang

Buat strategi disini yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman

Strategi WT

Buat strategi disini untuk meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber: David (2004)

(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum

4.1.1. Kondisi Geografis Kota Medan

Kota Medan memiliki luas 26.150 hektar (265,10 km) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya, Medan memiliki luas wilayah yang relative besar. Kota Medan berbatasan sebelah Utara, Selatan, barat, dan Timur dengan Kabupaten Deli Serdang. Sedang secara geografis Kota Medan terletak pada 3,27o-3,47o Lintang Utara dan 98,35o-98,44o Bujur Timur, dengan ketinggian 2,25-37,5 meter di atas permukaan laut.

Secara administratif, batas wilayah Medan adalah sebagai berikut: • Sebelah Utara berbatasan dengan Selat malaka.

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. • Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. • Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

(50)

yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

4.1.2. Wilayah Administrasi Kota Medan

Medan, kota berpenduduk 2 juta orang memiliki areal seluas 26.510 haktar yang secara administratif dibagi atas 21 kecamatan yang mencakup 151 kelurahan.

Tabel 4.1

Luas Wilayah Kota Medan

NO Kecamatan Luas(Km2) Jumlah

(51)

4.1.3. Penduduk

Secara demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola pikir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.

Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi jumlah penduduk.

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Kota Medan Dari Tahun 2007-2011

Tahun Jumlah Penduduk

2007 2.083.156

2008 2.102.105

2009 2.121.053

2010 2.097.610

2011 2.117.224

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, Tahun 2012

(52)

Jumlah penduduk Kota Medan mengalami kenaikan yang cukup nyata dari tahun 2007 hingga tahun 2011. Jumlah penduduk Kota Medan dari tahun 2007 hingga tahun 2011 berturut-turut yakni 2.083.256 jiwa, 2.102.105 jiwa, 2.121.053 jiwa, 2.097.610 jiwa, dan tahun 2011 sebanyak 2.117.224 jiwa.

Kepadatan Penduduk Kota Medan dalam kurun waktu 5 tahun (2007- 2011) dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3

Kepadatan Penduduk Kota Medan per Km2 Dari Tahun 2007-2011

Tahun Jumlah Penduduk

2007 230.014

2008 232.293

2009 233.178

2010 230.726

2011 233.504

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, Tahun 2012

4.1.4. Tenaga Kerja

Penduduk yang bekerja terdata berdasarkan komposisi mata pencahariannya yang meliputi pegawai negeri sipil, pegawai swasta, pegawai TNI/Polri, petani, nelayan, pedagang, pensiunan serta komposisi lainnya yang digabung menjadi satu, secara keseluruhan berada di setiap kecamatan di Kota Medan.

(53)

Tabel 4.4

Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Medan (Jiwa) Tahun 2007-2011

No Mata Pencaharian Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

1 PNS 59.617 56.286 57.356 64.912 65.315 2 Swasta 240.415 242.308 242.608 277.449 319.730 3 TNI/Polri 15.057 15.752 15.462 31.819 31.252 4 Petani 45.644 50.482 23.773 22.507 35.251 5 Nelayan 17.217 17.375 6.528 11.505 10.522 6 Pedagang 121.104 131.413 134.108 204.283 187.771 7 Pensiunan 19.018 18.970 18.054 18.332 28.801 8 Lainnya 35.216 32.134 51.716 75.160 63.074

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, Tahun 2012

Lapangan kerja dalam hal ini merupakan banyaknya lapangan usaha/ perusahaan yang didata keberadaannya di dalam bangunan tempat usaha tersendiri dan lokasi tetap, maupun yang keberadaannya di luar bangunan (dengan lokasi tetap ataupun tidak tetap) dan di dalam bangunan tetapi bukan bangunan tempat usaha. Kategori lapangan usaha/perusahaan antara lain meliputi industri pengolahan; perdagangan besar dan eceran; penyediaan akomodasi dan makanan; transportasi ; pergudangan dan komunikasi; perantara keuangan; jasa kesehatan dan kegiatan sosial ; jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan lainnya; jasa perorangan yang melayani rumah tangga.

(54)

Tabel 4.5

Banyaknya Lapangan Kerja di Kota Medan (Unit) dari Tahun 2007-2011

No Tahun Jumlah Lapangan Kerja

(Unit) Pertumbuhan (%)

1 2007 22.953 -

2 2008 23.075 0,53

3 2009 24.206 4,90

4 2010 22.569 -6,76

5 2011 21.141 -6,32

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, Tahun 2012

Pada tabel di atas terlihat bahwa dari tahun 2007, 2008 terjadi kenaikan jumlah lapangan kerja. Pada tahun 2009 jumlah lapangan kerja sebanyak 24.206 unit turun menjadi 22.569 unit pada tahun 2010. Dan bahkan pada tahun 2011 turun lagi menjadi 21.141 unit. Turunnya jumlah lapangan kerja pada 2 tahun terakhir ini disebabkan pengaruh ekonomi global.

4.1.5 Kondisi Perekonomian

Prasarana perdagangan meliputi jumlah pasar, kelompok pertokoan dan swalayan/mini market yang ada di setiap kecamatan di Kota Medan. Banyaknya prasarana perdagangan di Kota Medan dalam kurun waktu 5 tahun (2007 – 2011) dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6

Banyaknya Prasarana Perdagangan di Kota Medan dari Tahun 2007-2011

No Jenis Prasarana Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

1 Pasar tradisional 67 70 66 66 67

2 Kelompok pertokoan 7.405 7.664 7.766 2.728 2.771 3 Swalayan/supermarket 6 17 16 105 131

(55)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kelompok pertokoan dari tahun 2007-2011 setiap tahunnya mengalami kenaikan. Begitu juga dengan swalayan/ supermarket. Ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat Kota Medan dari tahun 2007-2011 menunjukkan peningkatan.

Perusahaan industri di kelompokkan menjadi 3 yaitu kelompok industri besar/sedang, industri kecil dan industri rumah tangga yang secara keseluruhan berada di setiap kecamatan di Kota Medan. Banyaknya perusahaan industri di Kota medan dalam kurun waktu 5 tahun (2007-2011) dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.7

Banyaknya Perusahaan Industri di Kota Medan dari Tahun 2007-2011

No Jenis Industri Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

1 Besar/sedang 370 355 359 238 240

2 Kecil 824 835 971 951 943

3 Rumah tangga 2.133 2.259 2.369 2.085 1.961

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, Tahun 2012

Lembaga keuangan meliputi bank, koperasi dan pegadaian yang ada di setiap kecamatan di Kota Medan. Banyaknya lembaga keuangan menurut kecamatan dalam kurun waktu 5 tahun dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.8

(56)

4.2. HASIL DAN ANALISIS

Sebelum melakukan analisis SWOT terlebih dahulu dilakukan identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal wilayah. Untuk faktor-faktor yang mempengaruhi internal wilayah dengan cara mendata seluruh kekuatan dan kelemahan. Kekuatan didata terlebih dahulu kemudian daftar kelemahan. Untuk faktor eksternal wilayah peluang terlebih dahulu didaftarkan kemudian ancaman. Hasil kedua identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal tersebut kemudian diberi bobot. Faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) pengembangan sektor informal di Kota Medan didata terlebih dahulu.

4.2.1. Analisis Faktor Internal

Beberapa faktor internal yang menjadi penentu dan penunjang kekuatan pengembangan sektor informal di Kota Medan yaitu:

1. Keahlian (SDM), 2. Modal Kerja, 3. Tenaga Kerja, 4. Teknologi,

5. Ketersediaan Bahan Baku, 6. Harga Bahan Baku, 7. Sarana dan Prasarana, 8. Pengalaman Kerja, 9. Promosi

(57)

faktor internal (kekuatan dan kelemahan), yaitu: 1 = kelemahan utama/mayor

2 = kelemahan kecil/minor 3 = kekuatan kecil/minor 4 = kekuatan utama/mayor

Selanjutnya dilakukan penjumlahan dari bobot dan dikalikan dengan skor untuk masing-masing variabel untuk memperoleh skor pembobotan. Jumlah pembobotan berkisar 1,0-4,0 dengan rata-rata 2,5 jika pembobotan faktor internal di bawah 2,5 berarti kondisi internal wilayah lemah. Untuk faktor eksternal wilayah dengan jumlah pembobotan berkisar 1,0-4,0 dengan rata-rata 2,5 jika faktor eksternal mempunyai pembobotan 1,0 maka wilayah tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada. Sebaliknya jika skor pembobotan 4,0 maka wilayah merespon peluang maupun ancaman yang ada dengan baik.

(58)

Tabel 4.9

Matriks Evaluasi Faktor Internal

No Fakor Internal Skor Bobot Total

A Kekuatan

1 Keahlian 0.14087 2 0.28174

2 Modal Kerja 0.12522 4 0.50087

3 Tenaga Kerja 0.06609 3 0.19826

4 Teknologi 0.13565 3 0.40696

5 Pengalaman kerja 0.8869 2 1.7738

Jumlah 3.16163

B Kelemahan

1 Ketersediaan Bahan Baku 0.12522 4 0.50087 2 Harga Bahan Baku 0.09391 3 0.28174 3 Sarana dan prasarana 0.0887 1 0.0887

4 Promosi 0.1113 1 0.1113

Jumlah 0.98261

Total 4.14423

Sumber: data diolah oleh peneliti

Analisis faktor-faktor internal dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan dapat dirinci, baik elemen kekuatan maupun elemen kelemahan sebagai berikut:

Analisis Kekuatan

(59)

mempunyai skor sebesar 2. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman kerja merupakan kelemahan kecil dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan.

Modal kerja memiliki bobot kedua tertinggi dalam faktor internal kekuatan yaitu sebesar 0,50087 dan menunjukkan bahwa faktor ini memiliki dampak yang sangat penting dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan. Sedangkan untuk skor faktor ini memiliki skor 4. Hal ini menunjukkan bahwa modal kerja merupakan kekuatan utama dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan.

Teknologi memiliki bobot ketiga tertinggi dalam faktor internal kekuatan yaitu sebesar 0,40696 dan menunjukkan bahwa faktor ini memiliki dampak yang tidak kalah penting dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan. Sedangkan untuk skor faktor ini memiliki skor 3. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi merupakan kekuatan utama dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan.

Keahlian memiliki bobot kedua paling bawah dalam faktor internal kekuatan yaitu sebesar 0.28174 dan menunjukkan bahwa faktor ini memiliki dampak yang kurang penting dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan. Sedangkan untuk skor faktor ini memiliki skor 2. Hal ini menunjukkan bahwa keahlian merupakan kekuatan utama dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan.

(60)

faktor lainya. Sedangkan untuk skor faktor ini memiliki skor 3. Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja merupakan kekuatan utama dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan.

Analisis kelemahan

Faktor ketersediaan bahan baku merupakan bobot tertinggi dalam faktor kelemahan yaitu dengan bobot sebesar 0,50087 dan menunjukkan bahwa faktor ini mempunyai dampak yang sangat penting dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan dibanding dengan faktor lainnya. Faktor ketersediaan bahan baku ini mempunyai skor sebesar 4. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan bahan baku merupakan kelemahan besar dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan.

Harga bahan baku memiliki bobot kedua tertinggi dalam faktor internal kelemahan yaitu sebesar 0,28174 dan menunjukkan bahwa faktor ini memiliki dampak yang sangat penting dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan. Sedangkan untuk skor faktor ini memiliki skor 3. Hal ini menunjukkan bahwa harga bahan baku merupakan kelemahan utama dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan.

(61)

faktor ini memiliki skor 1. Hal ini menunjukkan bahwa promosi merupakan kelemahan utama dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan.

Sarana dan prasarana memiliki bobot paling bawah dalam faktor internal kelemahan yaitu sebesar 0.0887 dan menunjukkan bahwa faktor ini memiliki dampak yang tidak penting dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan. Sedangkan untuk skor faktor ini memiliki skor 1. Hal ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana merupakan kelemahan utama dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan.

4.2.2. Analisis Faktor Eksternal

Beberapa faktor eksternal yang menjadi penentu dan penunjang kekuatan pengembangan sektor informal di Kota Medan yaitu:

1. Biaya Sewa, 2. Pelatihan, 3. Peluang,

4. Pemberian Kredit lunak, 5. Pinjaman,

6. Kemitraan, 7. Persaingan,

(62)

10.Kebijaksanaan Pembangunan, 11.Keberadaan Sektor Formal

Tabel 4.10

2 Perdagangan Internasional 0.083805 2 0.167601

3 Persaingan 0.079275 3 0.237826

4

Kondisi ekonomi yang tidak

stabil 0.111304 2 0.222609

5 Hukum 0.091733 2 0.183465

6 Kebijakan Pembangunan 0.066818 3 0.200453 7 Keberadaan Sektor formal 0.078143 3 0.234428

Jumlah 1.699392

Total 3.130876

Sumber: data diolah oleh peneliti

Analisis faktor-faktor eksternal dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan dapat dirinci, baik elemen peluang maupun elemen ancaman sebagai berikut:

Analisis peluang

(63)

dibanding dengan faktor lainnya. Faktor pinjaman ini mempunyai skor sebesar 4. Hal ini menunjukkan bahwa pinjaman merupakan peluang dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan.

Pemberian kredit lunak memiliki bobot kedua tertinggi dalam faktor eksternal peluang yaitu sebesar 0,489241 dan menunjukkan bahwa faktor ini memiliki dampak yang sangat penting dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan. Sedangkan untuk skor faktor ini memiliki skor 4. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian kredit lunak merupakan peluang utama dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan.

Pelatihan memiliki bobot kedua paling bawah dalam faktor eksternal peluang yaitu sebesar 0.237826 dan menunjukkan bahwa faktor ini memiliki dampak yang kurang penting dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan. Sedangkan untuk skor faktor ini memiliki skor 3. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan merupakan peluang utama dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan.

(64)

Analisis ancaman

Faktor biaya sewa merupakan bobot tertinggi dalam faktor eksternal ancaman yaitu dengan bobot sebesar 0,453001 dan menunjukkan bahwa faktor ini mempunyai dampak yang sangat penting dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan dibanding dengan faktor lainnya. Faktor biaya sewa ini mempunyai skor sebesar 4. Hal ini menunjukkan bahwa biaya sewa merupakan ancaman besar dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan.

Persaingan memiliki bobot kedua tertinggi dalam faktor eksternal ancaman yaitu sebesar 0,237826 dan menunjukkan bahwa faktor ini memiliki dampak yang sangat penting dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan. Sedangkan untuk skor faktor ini memiliki skor 3. Hal ini menunjukkan bahwa persaingan merupakan ancaman utama dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan.

Keberadaan sektor formal memiliki bobot ketiga tertinggi dalam faktor eksternal ancaman yaitu sebesar 0,234428 dan menunjukkan bahwa faktor ini memiliki dampak yang sangat penting dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan. Sedangkan untuk skor faktor ini memiliki skor 3. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan sektor formal merupakan ancaman utama dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan.

(65)

faktor ini memiliki dampak yang sangat penting dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan. Sedangkan untuk skor faktor ini memiliki skor 2. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi perekonomian yang tidak stabil merupakan ancaman utama dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan.

Kebijakan pembangunan memiliki bobot kelima tertinggi dalam faktor eksternal ancaman yaitu sebesar 0,200453 dan menunjukkan bahwa faktor ini memiliki dampak yang sangat penting dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan. Sedangkan untuk skor faktor ini memiliki skor 3. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pembangunan merupakan ancaman utama dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan.

Hukum memiliki bobot kedua terendah dalam faktor eksternal ancaman yaitu sebesar 0,183465 dan menunjukkan bahwa faktor ini memiliki dampak yang kurang penting dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan. Sedangkan untuk skor faktor ini memiliki skor 2. Hal ini menunjukkan bahwa hukum merupakan ancaman utama dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan.

(66)

bahwa perdagangan internasional merupakan ancaman utama dalam pengembangan sektor informal di Kota Medan.

4.2.3 Analisis Matriks SWOT

Setelah dilakukan analisis faktor internal dan eksternal maka dilakukan pemaduan antara kekuatan dan kelemahan peluang dan ancaman melalui analisis SWOT. Hal ini untuk mengetahui strategi yang akan dipilih untuk mengembangkan sektor informal di Kota Medan.

• Strategi Kekuatan-Peluang

Strategi ini disusun dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki dan memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang dilakukan adalah:

Pengalaman kerja sebagai kekuatan dalam sektor informal, maka untuk mengembangkan sektor informal tersebut dengan memberikan pinjaman bagi pelaku kegiatan di sektor informal. Dalam kegiatan sektor informal modal yang tidak terlalu besar untuk memulai usaha merupakan sebuah kekuatan. Dengan demikian, dibutuhkan tambahan modal untuk mengembangkan sektor informal.

• Strategi Kelemahan-Peluang

(67)

• Strategi Kekuatan-Ancaman

Starategi kekuatan dan ancaman merupakan srategi yang digunakan dengan menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman. Pengalaman kerja dan keahlian dapat dijadikan sebagai modal untuk menghadapi persaingan dan kondisi perekonomian yang tidak stabil. Peningkatan modal kerja merupakan sebuah strategi untuk mengatasi biaya sewa yang semakin meningkat.

• Strategi Kelemahan-Ancaman

Strategi ini disusun untuk meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada. Persaingan dengan sektor informal menjadikan sektor informal menjadi terabaikan. Hal ini mengakibatkan kondisi sarana dan prasarana pada sektor informal kurang terpenuhi.strategi yang dilakukan adalah mengadakan promosi terhadap produk sektor informal. Perlu perhatian dari pembuat kebijakan untuk mengutamakan pengembangan sektor informal terutama dalam hal penyediaan sarana dan prasarana.

a. Ketersediaan bahan baku b. Harga bahan baku c. Promosi

d. Sarana dan prasarana

Opportunities (O) Daftar Peluang

a. Pinjaman b. Pemberian

Strategi S-O

•mengembangkan sektor informal tersebut dengan memberikan pinjaman

Strategi W-O

(68)

kredit lunak c. Pelatih d. Kemitraan

bagi pelaku kegiatan di sektor informal

• Kekurangan sarana prasarana yang tersedia diatasi melalui peminjaman ke pihak yang berwenang

• Pengalaman kerja dan keahlian dapat dijadikan

• Peningkatan modal kerja merupakan sebuah

• Perlu perhatian dari pembuat

kebijakan untuk mengutamakan

pengembangan sektor informal terutama dalam hal

penyediaan sarana dan prasarana.

(69)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya maka ditemukan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi pengembangan sektor informal di Kota Medan adalah: Keahlian (SDM), Modal Kerja,Tenaga Kerja,Teknologi, Ketersediaan Bahan Baku, Harga Bahan Baku, Sarana dan Prasarana, Pengalaman Kerja, dan Promosi.

2. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan sektor informal di Kota Medan adalah: Biaya Sewa, Pelatihan, Peluang, Pemberian Kredit lunak, Pinjaman, Kemitraan, Persaingan, Kondisi Perekonomian yang tidak Stabil, Hukum, Kebijaksanaan Pembangunan, dan Keberadaan Sektor Formal.

(70)

menghadapi persaingan dan kondisi perekonomian yang tidak stabil. Peningkatan modal kerja merupakan sebuah strategi untuk mengatasi biaya sewa yang semakin meningkat. mengadakan promosi terhadap produk sektor informal. Perlu perhatian dari pembuat kebijakan untuk mengutamakan pengembangan sektor informal terutama dalam hal penyediaan sarana dan prasarana.

5.2. SARAN

Berdasarkan pembahasan di atas, penulis memberikan beberapa saran untuk pihak-pihak terkait yaitu:

1. Pemerintah Kota Medan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka perlu mengembangkan sektor informal dengan mengatasi masalah utama dalam sektor informal yaitu modal dan membuat kebijakan yang mengembangkan sektor informal.

(71)

DAFTAR PUSTAKA

Agung, I Gusti Ngurah, 2003, Manajemen Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi : Kiat-kiat untuk Mempersingkat Waktu Penulisan Karya Ilmiah yang Bermutu, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Badan Pusat Statistik,2009.Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)Provinsi Sumatera Utara 2004-2008.

Badan Pusat Statistik,2012. Kota Medan Dalam Angka 2011.

Badan Pusat Statistik,2012. Pendapatan Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Utara 2007-2011.

Badan Pusat Statistik,2012.Pendapatan Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Utara Menurut Kabupaten/Kota 2003-2007..

Hastuti, Herrina, 2001. “Model Pengembangan Wilayah dengan Pendekatan Agropolitan”. Tesis, Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Karo-Karo, William, 2006. “Strategi Pengembangan Kabupaten Karo Sebagai Kawasan Agropolitan”. Skripsi, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Nazir, Moh, 2005, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Silalahi, Uber, 2009. Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT Refika Aditama

Simanjuntak, Damiana, 2013. ”Potensi Wilayah dalam pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Toba Samosir”. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Penerbit Alfabeta

(72)

Lampiran 1

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR INFORMAL DI KOTA MEDAN

Kepada :

Yth. Bapak/Ibu/Saudara/Saudari Warga Kota Medan

Di Tempat

Dengan hormat,

Berkenaan dengan adanya penelitian dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul “ Analisis Strategi Pengembangan Sektor Informal di Kota Medan”, saya mohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak untuk mengisi angket ini. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Sesuai dengan kode etik penelitian, maka semua data dan informasi dijamin kerahasiaannya. Anda tidak perlu berpikir terlalu rumit, saya berharap anda akan menjawab dengan lebih leluasa sesuai dengan pengetahuan, pengamatan, pendapat dan harapan anda mengenai pengembangan sektor informal di Kota Medan. Saya harap anda menjawab dengan jujur dan terbuka.

Saya sangat menghargai segala partisipasi dan ketulusan anda dalam menjawab kuesioner ini dan saya sangat mengucapkan banyak terima kasih atas semua kerjasamanya.

Hormat Saya

(73)

1. Identitas Responden

Usia : ... Tahun Jenis Kelamin : Wanita/Pria (Pilih salah satu)

Pendidikan Terakhir : SD/SMP/SMA/Perguruan Tinggi (Pilih salah satu) Jumlah Tanggungan : ... Orang

Pekerjaan : ... Penghasilan : Rp.../bulan

I. Analisis Faktor Internal Petunjuk Pengisian

1. Berikan tanda (v) pada kolom kekuatan dari tabel berikut ini apabila faktor tersebut menjadi kekuatan dalam pengembangan sektor informal.

2. Berikan tanda (v) pada kolom kelemahan dari tabel berikut ini apabila faktor tersebut menjadi kelemahan dalam pengembangan sektor informal.

Tabel 1. Analisis Faktor Internal

No. Faktor Internal Kekuatan Kelemahan

1. Keahlian (SDM) 2. Modal Kerja 3. Tenaga Kerja 4. Teknologi

(74)

Petunjuk pengisian

1. Penentuan nilai didasarkan pada seberapa besar pengaruh faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan sektor informal di kota Medan 2. Penentuan nilai peringkat (rating) terhadap faktor internal (kekuatan dan

kelemahan) pengembanagan sektor informal di Kota Medan dengan menggunakan tanda X pada pilihan yang saudara pilih

Penentuan nilai rating berdasar pada keterangan berikut: Identitas

Jika faktor tersebut berpengaruh sangat besar/kekuatan dalam pengembangan sektor informal

Jika faktor tersebut berpengaruh besar/kekuatan kecil dalam pengembangan sektor informal

Jika faktor tersebut kurang berpengaruh/kelemahan kecil dalam pengembangan sektor informal

Jika faktor tersebut sangat berpengaruh/kelemahan dalam pengembangan sektor informal

Tabel 2. Analisis Faktor Internal

No. Faktor Internal Kekuatan Kelemahan

1. Keahlian (SDM) 2. Modal kerja 3. Tenaga Kerja 4. Teknologi

(75)

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.3
Tabel 2.5
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

harus mempertimbangkan mengenai kecukupan pengungkapan tentang kelangsungan usaha dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan mengenai sifat, dampak kondisi, dan

Tahap Observasi Tahapan ini terdiri dari proses pengumpulan data dan mencatat segala kegiatan pada saat pelaksanaan pembelajaran variasi gerak dasar permainan bola voli melalui

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian fauna tanah pada Arboretum Sumber Brantas yang dikelola secara alami yang mendapatkan jumlah spesies lebih tinggi, sedangkan pada lahan

Berdasarkan pasal tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tugas pokok dari TNI adalah penangkal setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata

Pada hasil akhir penelitian membuktikan bahwa konsep diri dengan pengembangan karir pada guru SMA Antartika Sidoarjo memiliki korelasi hubungan yang positif

Pacific Rubber Works Indonesia dengan menggunakan metode six sigma-DMAIC bahwa proses produksi PE-BZ080 sudah baik, dilihat dari p-chart dengan kemampuan produksinya masih

Dari uraian diatas dapat kita ambil salah satu contoh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) kabupaten HSU merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas

Dalam kasus ini peneliti akan memvalidasi dan mengimplementasikan metode machine learning yaitu Support Vector Machine pada server IPS dengan performa suricata engine untuk