Evaluation of Human Resources Competence in Financial Department of LAZIS on Applying Accounting Zakat (PSAK 109)
(Case Study on Amil Zakat Organization at Yogyakarta)
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta SKRIPSI
Disusun Oleh: RIZA ANILA 20110420369
FAKULTAS EKONOMI
(Studi Kasus Pada 10 Lembaga Amil Zakat di Daerah Istimewa Yogyakarta)
Evaluation of Human Resources Competence in Financial Department of LAZIS on Applying Accounting Zakat (PSAK 109)
(Case Study on Amil Zakat Organization at Yogyakarta)
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta SKRIPSI
Disusun Oleh: RIZA ANILA 20110420369
Nama : Riza Anila
Nomor Mahasiswa : 20110420369
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “Evaluasi Kompetensi SDM Bagian Keuangan LAZIS Dalam Penerapan Akuntansi Zakat Berdasarkan PSAK 109 (Studi Kasus Pada 10 Lembaga Amil Zakat di Daerah Istimewa Yogyakarta)”. Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul tersebut belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan,
dimuat dan dipublikasikan atau diteliti oleh orang lain.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan
dengan jelas apa adanya dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila di
kemudian hari diketahui pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia karya
tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 29 Juni 2016
“
So verily, with the hardship, there is relief.
Verily, with the hardship, there is relief”.
“Maka sesungguhnya setelah kesulitan itu, ada kemudahan.
Sesungguhnya
setelah kesulitan itu, ada kemudahan”.
(Q.S. 95 : 5-6)
“Think for Tomorrow,
Not for Something in The Past”.
Allah SWT, kekuatan tersembunyi dan terbesar yang menganugerahiku
segalanya tanpa kurang sesuatu apapun. Allah ada lebih dekat daripada urat
nadimu.
Rasulullah Muhammad SAW, semoga syafaatmu menerangi kami di akhir
nanti.
Ibundaku, Ma’e Siti Maisaroh, engkau adalah alasan terbesarku untuk tetap
berdiri dan berjalan saat terjatuh dan bertahan disaat badai. Engkau adalah
sekolah kehidupan terbaik yang kumiliki. Dalam namamu telah ditakdirkan
saya menjadi anakmu, bagian dari darah dagingmu, terimakasih ma’e, karena
telah menjadi malaikat yang Allah kirimkan untuk dapat kulihat, kusentuh dan
kupeluk. Terlahir sebagai anakmu, adalah anugrah terindah yang Allah
berikan untukku. Semoga hadirku pun dapat menjadi anugrah bagimu mak.
Terimakasih ma’e...
Ayahanda, Pa’e Ahmad Kacung, banyak ilmu yang engkau ajarkan pada
anakmu ini pak, maafkan jika masih besar rasa ego dalam diri saya sehingga
seringkali membuat pa’e marah dan berdebat panjang. Sampai akhir hayat ini,
pa’e akan selalu menjadi ayah yang saya rindukan dan saya sayangi. Semoga
pa’e tidak lelah mengingatkan kesalahan-kesalahan dalam langkah saya di
Adik-adikku, Uyun, Uli, Ilmi, Lala, kalian adalah penyemangatku. Salah satu
alasanku untuk tetap hidup adalah karena kalian ada dan membutuhkanku.
Terimakasih, karena terlahir sebagai adikku, terimakasih karena
menyayangiku dengan tulus...
Bapak Dr.M. Akhyar Adnan, Ph.D., MBA., Ak., CA., terimakasih karena sudah
banyak meluangkan waktu untuk mengarahkan saya menjadi lebih baik.
Terimakasih telah menyadarkan saya akan hal-hal yang seringkali terlupa dan
terlewatkan. Meskipun belum sempurna, namun dengan sabar bapak
membantu saya menjawab segala permasalahan dan selangkah demi
selangkah menyelesaikan skripsi ini. Menjadi mahasiswa dibawah bimbingan
bapak, saya merasa masih sangat minim pengetahuan dan haus akan ilmu,
membuat saya lebih mencintai ilmu dan agama secara bersama-sama.
Terimakasih bapak, sejak awal bertemu dengan bapak di program bridjing,
saya kagum dan bertekad akan mengikuti langkah bapak, Alhamdulillah saya
diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas akhir S1 saya di bawah
bimbingan bapak, terimakasih bapak…
Bapak Dr. Bambang Jatmiko, S.E., M.Si., dan ibu Barbara Gunawan, S.E.,
M.Si.,Ak.,CA., selaku tim penguji;
Bapak Rudy Suryanto dan Bapak Rizal Yaya, terimakasih untuk segala
Dhuafa, LAZIS Syuhada, LAZIS UII, Lumbung Zakat, Pos Keadilan Peduli
Ummat (PKPU), PPPA Daarul Qur’an, Rumah Zakat, Yatim Mandiri dan
Yayasan Peduli Sehati yang telah mengizinkan dan banyak membantu peneliti
dalam mengumpulkan data sehingga tersusunlah skripsi ini.
Pak Agus, bunda Ndari dan semua dosen serta kawan kerabat SEBI UMY,
semoga kita semua menjadi pribadi yang sukses dunia akhirat;
Ami, yang pendiam dan smart, kadang-kadang suka banget gagal ngomong,
bikin yang lain gagal paham dan gagal fokus. Supri yang sukanya ngeyel, ga
ada supri ga rame (krna ga ada yang ngeyel). Tantri yang suka galau,
maafkan aku ya tan klo kadang suka komen yang aneh aneh, tapi itu cuman
becanda kok,, meskipun kesannya serius sih. Anis yang paling suka kepo sama
anime dan jepang, anis nih juga paling suka ketawa tanpa sebab loh... Fitri
yang sekarang dah jadi bumud alias ibu muda… nih fitri sukanya ngangkrem
didalam kamar, keluar kamar klo laper n mau mandi. Siska, yang baik hati
banget dan pinter bahasa inggris,, Mela, yang entah gimana ni cewek suka
banget ngelawak pake bahasa sundanya… kadang ekspresinya surem, tp
kadang ga jelas. Manda, yang dulunya suka galau dan baper klo ngomongin
jodoh dan nikah. Sekarang merantau ke negri sebrang, msih suka baper gak
yah ni anak… Irsya, yang jadi air tenang menenggelamkan. Hati hati klo deket
Untuk Shinichi (miftah), Eva, Luna (ummul), Usy, Sri, Lila, Burman (Tenri),
Remu (Evi), eL (Laila), Ajeng, pokoke tmen temen Muallimat dulu… kalian so
special,,, dan ga tergantikan dg apapun....
Temen- temen KKN, Dani, Mbok Dyah, Muna, Dio, dan semua warga Klajuran
Temen-temen kelas H, Risty, Avisha, Deny, Rahma, semuanya,,,, terimakasih
teman teman...
Teman-teman Akuntansi 2011 dan temen-temen UMY, terus semangat dan
semoga silaturahmi tetap terjaga.
Temen-temen yang kenal di teater Tangga, dan sekarang udah mencar
kemana-mana, terimakasih untuk kebersamaan kita selama ini...
Temen-temen di Sausu, semua yang di Taliabo dan semua tmn TK, MIN, MTs,
temen-temen Grup FJBS... jaga selalu kepedulian, sukses selalu untuk kita
semua.
Mas Zainuri, Pak Yono, Mas Doni dan Mas Toni di Jasa Raharja yang telah
banyak memberikan bantuan dan support sampai saat ini…
Saudara-saudara sedarah, seagama, sebangsa dan setanah air yg sllu
memberikan support dan doanya padaku, bude, pakde, simbah, sepupu sepupu,
ponakan, teman-teman semuanya yang ga bisa disebutin satu satu...
Aamiin...
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
A.Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Batasan Masalah Penelitian ... 6
C.Rumusan Masalah ... 6
D.Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A.LandasanTeori ... 9
1. Pengertian Zakat, Infak/Sedekah ... 9
2. Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) ... 10
3. Akuntansi Zakat ... 13
4. Akuntansi Zakat Dalam PSAK Nomor 109 ... 14
5. Lembaga Amil Zakat ... 27
B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 28
C.Model Penelitian ... 29
D.Teknik Pengumpulan Data ... 31
E. Analisis Data ... 32
F. Definisi Operasional Variabel ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37
A.Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian ... 37
B.Karakteristik Responden ... 41
C.Evaluasi Kompetensi SDM Bagian Keuangan Berdasarkan Indikator Pendidikan dan Pengetahuan ... 42
D.Evaluasi Kompetensi SDM Bagian Keuangan Berdasarkan Indikator Pengalaman Kerja ... 55
E. Evaluasi Kompetensi SDM Bagian Keuangan Berdasarkan Indikator Kemampuan (Skill) ... 59
F. Evaluasi Kompetensi SDM Bagian Keuangan Secara Keseluruhan ... 66
G.Pembahasan ... 69
BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 66
A. Simpulan ... 66
B. Implikasi ... 67
C. Keterbatasan dan Saran Penelitian Selanjutnya ... 68
4.3 Pengetahuan Mengenai Akuntansi ... 45
4.4 Pengetahuan Mengenai PSAK 109 ... 49
4.5 Kategori Penilaian Berdasarkan Pendidikan dan Pengetahuan ... 52
4.6 Skor Total Kompetensi SDM Berdasarkan Pendidikan dan Pengetahuan ... 53
4.7 Kategori Penilaian Berdasarkan Pendidikan dan Pengetahuan Secara Keseluruhan ... 54
4.8 Pengalaman Kerja Responden ... 55
4.9 Skor Total Kompetensi SDM Berdasarkan Pengalaman Kerja ... 57
4.10 Kategori Penilaian Berdasarkan Pengalaman Kerja Secara Keseluruhan .... 58
4.11Kemampuan (Skill) Responden ... 59
4.12 Kategori Penilaian Berdasarkan Kemampuan (Skill) ... 63
4.13 Skor Total Kompetensi SDM Berdasarkan Indikator Kemampuan (Skill) ... 64
4.14 Kategori Penilaian Berdasarkan Indikator Kemampuan (Skill) Secara Keseluruhan ... 65
4.15 Pengetahuan Mengenai Akuntansi ... 66
4.16 Kategori Penilaian Kompetensi SDM dalam Penerapan PSAK 109 ... 67
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kompetensi SDM bagian
keuangan/akuntansi LAZIS dalam menerapkan akuntansi zakat berdasarkan PSAK
109 pada 10 Lembaga Amil Zakat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini
merupakan penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif dan deskriptif. Data
penelitian diperoleh secara langsung melalui proses wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Lembaga Amil Zakat Daerah
Istimewa Yogyakarta memiliki kompetensi SDM yang baik. 90% SDM bagian
keuangan/akuntansi pada 10 Lembaga Amil Zakat Daerah Istimewa Yogyakarta
memiliki latar belakang pendidikan akuntansi. Lebih dari 50% SDM bagian
keuangan/akuntansi pada 10 Lembaga Amil Zakat Daerah Istimewa Yogyakarta telah
menempuh waktu bekerja lebih dari 2 tahun, sehingga memiliki pengalaman kerja
yang baik. Sebagian besar Lembaga Amil Zakat Daerah Istimewa Yogyakarta
memiliki SDM yang memahami akuntansi zakat serta telah menerapkan PSAK 109.
Kendala yang dihadapi dalam penerepan PSAK 109 bagi beberapa Lembaga Amil
Zakat adalah belum tersedianya sistem yang memadai untuk menerapkan akuntansi
zakat dalam PSAK 109.
ABSTRACT
This study aims to examine the human resources competence of LAZIS on
applying accounting zakat (PSAK 109) in 10 (ten) of Amil Zakat Organizations in
Yogyakarta. In this study, the researcher uses an analysis of explorative with
qualitative and descriptive method. The data were collected based on an interview.
The study found that the LAZ has good human resources competence. About
90% of human resource at finance department in 10 (ten) LAZ have educational
background in accounting. More than 50% of human resource at finance department
in 10 (ten) LAZ have work experience for more than two years. Most of human
resources in LAZ Yogyakarta have good understanding of zakat accounting. The
main constraint in application of PSAK 109 is unavailability of an adequate system to
apply the PSAK 109.
Keywords : Human Resources Competence, Lembaga Amil Zakat, Zakat Accounting,
A. Latar Belakang Penelitian
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar dan
merupakan negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Islam
mengenal istilah zakat yang merupakan salah satu bagian ibadah. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011, zakat adalah harta
yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Menurut Aziz
(2014), zakat memiliki tujuan untuk meningkatkan keadilan, kesejahteraan
masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Dana zakat diambil dari harta orang
yang berkelebihan untuk kemudian disalurkan kepada orang yang kekurangan
(Aziz, 2014).
Selain zakat, Islam juga mengajarkan umatnya untuk melakukan
infak/sedekah. Sama halnya dengan zakat, infak/sedekah juga merupakan suatu
kegiatan mengeluarkan harta untuk di berikan kepada orang yang berhak
menerimanya. Secara substantif, zakat, infaq dan sedekah adalah bagian dari
mekanisme keagamaan yang berintikan semangat pemerataan pendapatan (Aziz,
Firman Allah dalam Q.S. At-Taubah ayat 60 yang artinya :
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah maha
mengetahui lagi maha bijaksana”.
Herdianto (2010) menyatakan bahwa zakat merupakan salah satu pilar
dalam membangun perekonomian, zakat tidak hanya dijadikan sebuah ritual
agama, tetapi juga mencakup dimensi sosial, ekonomi, keadilan dan
kesejahteraan. Dikarenakan oleh kemampuannya untuk membangun
perekonomian sebuah negara, maka dana zakat harus dikelola dengan baik,
sistematis, terintegrasi, transparan dan bertanggung jawab. Harus ada penilaian
dan perlakuan akuntansi yang tepat dan adil di dalam lembaga zakat (Adnan dan
Abu Bakar, 2009). Menurut perkiraan BAZNAS, dana zakat di Indonesia dapat
mencapai Rp.270 triliyun pertahun (Adnan, 2015). Namun potensi zakat yang
sangat besar tersebut belum dapat diwujudkan sepenuhnya. Tidak sempurnanya
penyerapan potensi zakat mengindikasikan kurangnya kepercayaan masyarakat
terhadap organisasi pengelolaan zakat di indonesia dikarenakan buruknya
pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi pengelolaan
zakat di Indonesia (Nasrullah, 2014). Padahal menurut Abioye dkk (2011),
Regulasi pemerintah tentang pengelolaan zakat telah diatur dalam
Undang-Undang nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, keputusan
menteri agama no. 581 tahun 1999 dan keputusan direktur jendral bimbingan
masyarakat Islam dan urusan haji no. D/29 tahun 2000 tentang pedoman teknis
pengelolaan zakat (Yaqin, 2013). Dalam Undang-undang No. 38 tahun 1999
pemerintah menetapkan dua macam lembaga yang menangani pengelolaan zakat
di Indonesia yakni Badan Amil zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Badan Amil Zakat merupakan badan pengelola zakat yang dibentuk oleh
pemerintah, sedangkan Lembaga Amil Zakat merupakan organisasi pengelola
zakat yang pembentukannya berasal dari masyarakat yang dikukuhkan, dibina dan
dilindungi oleh pemerintah.
Pada tahun 2011, DPR beserta pemerintah merevisi Undang-undang
nomor 38 tahun 1999 dan mengeluarkan Undang-undang nomor 23 tahun 2011
tentang pengelolaan zakat. Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2011
disebutkan bahwa secara kelembagaan, Amil Zakat terdiri atas Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS), BAZNAS provinsi dan BAZNAS Kabupaten/kota,
Lembaga Amil Zakat (LAZ), dan Unit Pelaksana Zakat (UPZ) (Ipansyah dkk,
2013).
Lembaga Amil Zakat menjadi salah satu entitas nirlaba yang besar di
Indonesia. Dalam Undang-Undang nomor 23 Tahun 2011 disebutkan bahwa
pembukuan. Pihak pengelola zakat dituntut untuk melakukan pelaporan dan
pertanggung jawaban atas pelaksanaan pengelolaan zakat secara transparan.
Sebagai lembaga publik, organisasi pengelola zakat diwajibkan untuk dapat
menyajikan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang baik dan
dapat diterima umum. Sehingga laporan keuangan tersebut dapat di
pertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Pada awalnya, Lembaga Amil Zakat di Indonesia mengacu pada PSAK
No. 45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba, namun seiring dengan
kemajuan zaman dan tuntutan untuk segera memiliki suatu standar yang baku
dalam pelaporan, maka Forum Zakat bersama dengan Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) menyusun akuntansi zakat (Megawati dan Trisnawati, 2014). Akuntansi
zakat dikeluarkan oleh IAI dalam bentuk Exposure Draft Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan 109 (ED PSAK 109) tentang akuntansi zakat dan
infak/sedekah. Selanjutnya ED PSAK 109 disahkan menjadi PSAK 109 dan
efektif berlaku untuk tahun buku 11 Januari 2012. Pembentukan PSAK No. 109
bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
transaksi zakat dan infak/sedekah.
Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 282 yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
Penerapan PSAK No. 109 perlu di imbangi dengan Sumber Daya Manusia
yang memiliki kompetensi dalam mengaplikasikan akuntansi, terutama akuntansi
zakat dan infak/sedekah. Kompetensi dapat diartikan sebagai suatu karakteristik
dasar dari seorang individu yang secara sebab akibat berhubungan dengan
criterion-referenced effective dan/atau kinerja yang sangat tinggi dalam
melakukan suatu pekerjaan. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 045 Tahun 2001, kompetensi dinyatakan sebagai seperangkat tindakan
cerdas penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang
pekerjaan tertentu.
Telah banyak penelitian yang menemukan bahwa kompetensi berpengaruh
positif terhadap kualitas suatu output. Wati dkk (2014) menemukan bahwa
kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan. Hasil penelitian Humairoh (2013) pada SKPD
Kabupaten Jember menemukan bahwa apabila variabel kompetensi SDM
mengalami peningkatan maka kualitas laporan keuangan pada bagian akuntansi
juga akan meningkat.
Keterbatasan kompetensi yang dimiliki Sumber Daya Manusia (SDM)
bagian keuangan/akuntansi pada Lembaga Amil Zakat dapat menjadi kendala
dalam mewujudkan pengelolaan dan pelaporan keuangan yang berkualitas.
keuangan/akuntansi dalam menerapkan akuntansi zakat berdasarkan PSAK 109 di
Lembaga Amil Zakat Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul, “Evaluasi Kompetensi SDM Bagian Keuangan Dalam Penerapan Akuntansi Zakat Berdasarkan PSAK 109 (Studi Kasus Pada 10 Lembaga Amil Zakat di Daerah Istimewa Yogyakarta)”.
B. BATASAN MASALAH PENELITIAN
Penelitian ini terbatas pada kriteria obyek dan subyek penelitian yaitu
hanya meneliti SDM yang bekerja di bagian keuangan pada 10 Lembaga Amil
Zakat yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta.
C. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kompetensi SDM bagian keuangan/akuntansi di Lembaga
Amil Zakat Daerah Istimewa Yogyakarta?
2. Bagaimanakah kompetensi SDM bagian keuangan/akuntansi dalam
menerapkan PSAK 109 pada Lembaga Amil Zakat Daerah Istimewa
Yogyakarta?
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui kompetensi SDM bagian keuangan/akuntansi di Lembaga
Amil Zakat Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui kompetensi SDM bagian keuangan/akuntansi dalam
menerapkan PSAK 109 pada Lembaga Amil Zakat Daerah Istimewa
Yogyakarta.
E. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Diharapkan dapat memberi pemahaman dan wawasan yang luas serta
pengetahuan dan informasi bagi pemilik kepentingan yang ingin
mendalami akuntansi syariah terutama pada bidang akuntansi zakat.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan
perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan kompetensi SDM bagian keuangan maupun terkait tentang
akuntansi zakat dan PSAK 109.
2. Manfaat praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang relevan
yang dapat bermanfaat bagi organisasi pengelola zakat dan dapat
digunakan sebagai referensi oleh bagian keuangan mengenai kompetensi
yang dimiliki dalam memahami dan menerapkan akuntansi zakat sesuai
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kondisi
kompetensi SDM pengelola laporan keuangan di organisasi zakat
sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk pembuatan keputusan para
muzakki dalam membayarkan zakatnya.
c. Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pertimbangan
bagi masyarakat untuk memilih Lembaga Amil zakat yang dapat
dipercaya dan bertanggung jawab dalam mengelola dana.
d. Dari penelitian ini praktisi akuntansi dapat membantu lembaga zakat yang
belum atau sedang berproses untuk menerapkan PSAK 109 namun
Bab II menjelaskan mengenai landasan teori dan konsep yang mendukung
penelitian, yaitu pengertian zakat, infak/sedekah, kompetensi sumber daya manusia,
akuntansi zakat, PSAK 109, Lembaga Amil Zakat dan rerangka pemikiran. Selain itu
bab ini juga membahas penelitian terdahulu dan rerangka teori.
A. Landasan Teori
1. Pengertian Zakat, Infak/Sedekah
Zakat berasal dari kata zaka yang berarti berkah, tumbuh dan baik.
Menurut lisan al Arab, kata zaka mengandung arti suci, tumbuh, berkah dan
terpuji. Zakat menurut terminology (syar’i) adalah sejumlah harta tertentu
yang diwajibkan Allah SWT untuk diberikan kepada orang yang berhak
menerima zakat (mustahiq) yang disebutkan didalam Al-Qur’an.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011,
zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan
usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan
syariat Islam. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan disebutkan
bahwa zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan
ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya
Zakat merupakan kewajiban syariah yang harus diserahkan oleh
muzakki kepada mustahiq baik melalui amil maupun secara langsung.
Ketentuan zakat mengatur mengenai persyaratan nisab, haul (baik yang
periodik maupun yang tidak periodik), tarif zakat (qadar), dan peruntukannya.
Pengertian infak/sedekah dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan adalah harta yang diberikan secara suka rela oleh pemiliknya, baik
yang peruntukannya dibatasi (ditentukan) maupun tidak dibatasi.
Infak/sedekah merupakan donasi sukarela, baik ditentukan maupun tidak
ditentukan peruntukannya oleh pemberi infak/sedekah. Zakat dan
infak/sedekah yang diterima aoleh amil harus dikelola sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah dan tata kelola yang baik.
2. Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM)
Menurut Abdussamad (2013), kompetensi adalah kemampuan
seseorang untuk bekerja dengan sukses serta menghasilkan prestasi kerja, dan
kesuksesan suatu organisasi tergantung pada kombinasi kompetensi
kepemimpinan yang efektif dan kompetensi tenaga kerjanya.
Keputusan Kepala Badan Kepegawaian negara Nomor 46A Tahun
2003 tanggal 21 Novermber 2003 dalam Yuliarta (2013) menyatakan bahwa
kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki seorang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
PNS tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara prfesional, efektif, dan
efisien.
Spencer and Spencer dalam Abdussamad (2013) menyatakan bahwa
ada lima karakteristik kompetensi, yaitu sebagai berikut :
a. Keterampilan (skill), kemampuan untuk mampu melaksanakan tugas-tugas
fisik dan mental tertentu.
b. Pengetahuan (knowledge), yaitu informasi yang dimiliki seseorang
khususnya pada bidang spesifik. Pengetahuan merupakan kompetensi
yang kompleks. Biasanya tes pengetahuan mengukur kemampuan untuk
memilih jawaban yang paling benar, tetapi tidak bisa melihat apakah
seseorang dapat melakukan pekerjaan berdasarkan pengetahuan yang
dimilikinya itu.
c. Konsep diri (self concept), sikap, nilai atau self image dari orang-orang.
Konsep diri yaitu semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain.
d. Motif (motive), apa yang secara konsisten di pikirkan atau
keinginan-keinginan yang menyebabkan melakukan tindakan. Apa yang mendorong
perilaku yang mengarah dan di pilih terhadap kegiatan atau tujuan
e. Sifat/ciri bawaan (trait), cirri fisik dna reaksi-reaksi yang bersifat
konsisten terhadap situasi atau informasi.
Menurut Prayitno (BKN, 2003:110), standar kompetensi mencakup
tiga hal, yaitu :
a. Pengetahuan (Knowledge), yaitu fakta dan angka dibalik aspek teknis;
b. Keterampilan (Skills), yaitu kemampuan untuk menunjukkan tugas pada
tingkat kriteria yang dapat diterima secara terus menerus dengan kegiatan
yang paling sedikit;
c. Sikap (Attitude), yaitu yang ditujukan kepada pelanggan dan orang lain
bahwa yang bersangkutan mampu berada dalam lingkungan kerjanya.
Yenita dalam Yuliarta (2013) menyatakan bahwa kompetensi dalam
melaksanakan fungsi terdiri dari :
a. Bagian keuangan memiliki staf yang berkualifikasi dalam jumlah yang
cukup.
b. Minimal staf sub bagian penatausahaan keuangan/akuntansi merupakan
lulusan D3 akuntansi atau lebih.
c. Memiliki uraian peran dan fungsi yang jelas dalam melaksanakan tugas.
d. Peran dan tanggung jawab ditetapkan secara jelas dalam Peraturan
Daerah.
e. Uraian tugas sesuai dengan fungsi akuntansi yang sesungguhnya.
g. Telah melaksanakan proses akuntansi.
h. Memiliki sumber daya pendukung operasional yang cukup.
i. Dilakukannya pelatihan-pelatihan untuk membantu penguasaan, dan
pengembangan keahlian dalam tugas.
3. Akuntansi Zakat
Akuntansi (accounting) merupakan proses pencatatan, penggolongan,
pengikhtiaran dari transaksi-transaksi suatu perusahaan atau badan dalam nilai
uang atau penyusunan laporan keuangan dan analisisnya. Pada umumnya
akuntansi meliputi tujuan dan maksud penyusunan serta analisis tentang
penyelenggaraan tata buku. Secara umum akuntansi dapat di definisikan
sebagai suatu kegiatan yang memiliki fungsi untuk menyajikan informasi
keuangan dari suatu kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan.
Tidak jauh berbeda dari pengertian akuntansi pada umumnya,
akuntansi zakat dapat di definisikan sebagai kegiatan yang berfungsi
menyajikan informasi keuangan untuk kepentingan manajemen dalam
pengambilan keputusan serta sebagai bentuk pelaporan pertanggung jawaban
dana sosial yang di kelola organisasi kepada masyarakat umum sesuai dengan
peraturan dan standar yang berlaku.
Pengelolaan zakat telah diatur berdasarkan Undang-Undang nomor 38
tahun 1999 dan keputusan direktur jendral bimbingan masyarakat Islam dan
urusan haji no. D/29 tahun 2000 tentang pedoman teknis pengelolaan zakat.
Standar pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi zakat
dan infak/sedekah telah dikeluarkan oleh IAI dalam bentuk Exposure Draft
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 109 (ED PSAK 109) tentang
akuntansi zakat dan infak/sedekah. Selanjutnya ED PSAK 109 disahkan
menjadi PSAK 109 dan efektif berlaku untuk tahun buku 11 Januari 2012.
4. Akuntansi Zakat Dalam PSAK Nomor 109
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan
pedoman dalam melakukan praktek akuntansi dimana uraian materi di
dalamnya mencakup hampir semua aspek yang berkaitan dengan akuntansi,
yang dalam penyusunannya melibatkan sekumpulan orang dengan
kemampuan dalam bidang akuntansi yang tergabung dalam suatu lembaga
yang dinamakan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Sebelum PSAK No. 109 dikeluarkan pemerintah melalui IAI,
organisasi pengelola zakat belum memiliki sebuah standar akuntansi
mengenai zakat, infaq dan sedekah sehingga masing-masing organisasi
pengelola zakat memiliki perbedaan dalam menyusun laporan keuangannya.
1) Karakteristik
Zakat merupakan kewajiban syariah yang harus diserahkan oleh
Ketentuan zakat mengatur mengenai persyaratan nisab, haul (baik yang
periodik maupun yang tidak periodik), tarif zakat (qadar), dan
peruntukannya.
Infak/sedekah merupakan donasi sukarela, baik ditentukan maupun
tidak ditentukan peruntukannya oleh pemberi infak/sedekah. Zakat dan
infak/sedekah yang diterima oleh amil harus dikelola sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah dan tata kelola yang baik.
2) Pengakuan dan Pengukuran
a) Zakat
Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau asset lainnya
diterima. Zakat yang diterima dari muzakki diakui sebagai penambah
dana zakat :
(1) Jika dalam bentuk kas maka sebesar jumlah yang diterima
(2) Jika dalam bentuk non kas maka sebesar nilai wajar asset non kas
tersebut
Penentuan nilai wajar asset non kas yang diterima
menggunakan harga pasar. Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat
menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai yang diatur
dalam PSAK yang relevan.
Zakat yang diterima diakui sebagai dana amil untuk bagian
persentase bagian untuk masing-masing mustahiq ditentukan oleh amil
sesuai dengan prinsip syariah dan kebijakan amil.
Jika muzakki menentukan mustahiq yang harus menerima
penyaluran zakat melalui amil maka asset zakat yang diterima
seluruhnya diakui sebagai dana zakat. Jika atas jasa tersebut amil
mendapatkan ujrah/fee maka diakui sebagai penambah dana amil.
b) Infak/sedekah
Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana infak/sedekah
terikat atau tidak terikat sesuai dengan tujuan pemberi infak/sedekah
sebesar :
(1) Jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas.
(2) Nilai wajar, jika dalam bentuk non kas.
Penentuan nilai wajar asset nonkas yang diterima
menggunakan harga pasar untuk asset non kas tersebut. Jika harga
pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan metode penentuan nilai
wajar lainnya sesuai yang diatur dalam PSAK yang relevan.
Infak/sedekah yang ditermia diakui sebagai dana amil untuk
bagian amil dan dana infak/sedekah untuk bagian penerima
infak/sedekah. Penentuan jumlah atau persentase bagian untuk para
penerima infak/sedekah ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip
c) Dana Nonhalal
Penerimaan nonhalal adalah semua penerimaan dari kegiatan
yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, antara lain penerimaan jasa
giro atau bunga yang berasal dari bank konvensional. Penerimaan
nonhalal pada umumnya terjadi dalam kondisi darurat atau kondisi
yang tidak diinginkan oleh entitas syariah karena secara prinsip
dilarang.
Penerimaan nonhalal diakui sebagai dana nonhalal, yang
terpisah dari dana zakat, dana infak/sedekah dan dana amil. Aset
nonhalal disalurkan sesuai dengan syariah.
3) Penyajian
Amil menyajikan dana zakat, dana infak/sedekah, dana amil, dan
dana nonhalal secara terpisah dalam neraca (laporan posisi keuangan).
4) Pengungkapan
a) Zakat
Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan
transaksi zakat, teteapi tidak terbatas pada :
(1) Kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas
(2) Kebijakan pembagian antara dana amil dan dana nonamil atas
penerimaan zakat, seperti persentase pembagian, alasan, dan
konsistensi kebijakan;
(3) Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan
zakat diterima langsung mustahiq; dan
(4) Hubungan istimewa antara amil dan mustahiq yang meliputi:
(a) Sifat hubungan istimewa;
(b) Jumlah dan jenis asset yang disalurkan; dan
(c) Presentase dari asset yang disalurkan tesebut dari total
penyaluran selama periode.
b) Infak/sedekah
Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan
transaksi infak/sedekah, teteapi tidak terbatas pada :
(1) Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan
infak/sedekah berupa asset nonkas;
(2) Kebijakan pembagian antara dana amil dan dana nonamil atas
infak/sedekah, seperti persentase pembagian, alasan dan
konsistensi kebijakan;
(3) Kebijakan penyaluran infak/sedekah, seperti penentuan skala
(4) Keberadaan dana infak/sedekah yang tidak langsung disalurkan
tetapi dikelola terlebih dahulu, jika ada maka harus diungkapkan
jumlah dan persentase dari seluruh penerimaan infak/sedekah
selama periode pelaporan serta alasannya;
(5) Hasil yang diperoleh dari pengelolaan yang dimaksub poin (4)
diungkapkan secara terpisah;
(6) Penggunaan dana infak/sedekah menjadi asset kelolaan yang
diperuntukkan bagi yang berhak, jika ada, jumlah dan persentase
terhadap seluruh penggunaan dana infak/sedekah serta alasannya;
(7) Rincian jumlah penyaluran dana infak/sedekah yang mencakup
jumlah beban pengelolaan dan jumlah dana yang diterima
langsung oleh penerima infak/sedekah;
(8) Rincian dana infak/sedekah berdasarkan peruntukannya, terikat
dan tidak terikat; dan
(9) Hubungan istimewa antara amil dengan penerima infak/sedekah
yang meliputi:
(a) Sifat hubungan istimewa;
(b) Jumlah dan jenis asset yang disalurkan; dan
(c) Presentase dari asset yang disalurkan tersebut dari total
Selain membuat pengungkapan , amil juga mengungkapkan
hal-hal berikut:
(1) Keberadaan dana nonhalal, jika ada, diungkapkan mengenai
kebijakan atas penerimaan dan penyaluran dana, alasan dan
jumlahnya; dan
(2) Kinerja amil atas penerimaan dan penyaluran dana zakat dan dana
infak/sedekah.
c) Laporan Keuangan Amil
Komponen laporan keuangan yang lengkap dari amil terdiri
dari :
(1) Neraca (laporan posisi keuangan)
Neraca adalah suatu laporan keuangan yang
menggambarkan posisi keuangan atau kekayaan suatu perusahaan
atau organisasi pada saat tertentu. Unsur-unsur neraca (laporan
posisi keuangan) sebagai berikut :
(a) Aset
Asset disusun berdasarkan urutan likuiditasnya. Dalam
penyajiannya di neraca, asset dikelompokkan ke dalam asset
lancar dan aset tidak lancar. Akun yang terdapat dalam Aset
terdiri dari :
ii. Instrument keuangan
iii. Piutang
iv. Asset tetap dan akumulasi penyusutan
(b) Kewajiban
Kewajiban disusun berdasarkan tanggal jatuh tempo.
Dalam penyajiannya di neraca, kewajiban dikelompokkan
kedalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka
panjang. Akun yang terdapat dalam kolom kewajiban terdiri
dari :
i. Biaya yang masih harus dibayar
ii. Kewajiban imbalan kerja
(c) Saldo dana
Saldo dana atau aktiva bersih adalah sisa aktiva setelah
dikurangi kewajiban. Saldo dana dalam laporan neraca terdiri
dari :
i. Dana zakat
ii. Dana infak/sedekah
iii. Dana amil
Ilustrasi 1 Tabel 2.1
Neraca (Laporan Posisi Keuangan)
BAZ “XXX”
Per 31 Desember 2XX2
Keterangan Rp Keterangan Rp
Aset Kewajiban
Aset lancer Kewajiban jangka pendek
Kas dan setara kas Xxx Biaya yang masih harus dibayar xxx
Instrumen keuangan Xxx
Akumulasi penyusutan (xxx) Dana zakat xxx
Dana infak/sedekah xxx
Sumber: IAI, 2008, PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infaq/Sedekah
(2) Laporan perubahan dana
Laporan perubahan dana menyajikan berbagai penerimaan
dan penyaluran untuk dana zakat dan dana infak/sedekah, serta
berbagai penerimaan dan penggunaan dana amil dan dana
nonhalal.
(a) Penerimaan Dana
Penerimaan dana adalah penambahan sumber daya
organisasi yang berasal dari pihak eksternal dan internal, baik
berbentuk kas maupun non kas.
(b) Penggunaan Dana
Penggunaan dana adalah pengurangan sumber daya
organisasi baik berupa kas maupun non kas dalam rangka
penyaluran, pembayaran beban, atau pembayaran hutang.
Ilustrasi 2 Tabel 2.2
Laporan Perubahan Dana
BAZ “XXX”
Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2XX2
Keterangan Rp
Bagian amil atas penerimaan dana zakat
Jumlah penerimaan dana zakat setelah bagian amil
Keterangan Rp Infaksedekah tidak terikat atau mutlaqah
Bagian amil atas penerimaan dana infak/sedekah Hasil pengelolaan
Jumlah penerimaan dana infak/sedekah
Penyaluran
Infak/sedekah terikat atau muqayyadah Infak/sedekah tidak terikat atau mutlaqah Alokasi pemanfaatan asset kelolaan
(misalnya beban penyusutan dan penyisihan)
Jumlah penyaluran dana infak/sedekah
Bagian amil dari dana zakat
Bagian amil dari dana infak/sedekah Penerimaan lainnya
Jumlah penerimaan dana amil
Penggunaan
Beban pegawai Beban penyusutan
Beban umum dan administrasi lainnya
Keterangan Rp
Jumlah saldo dana zakat, dana infak/sedekah, dana amil dan dana nonhalal
Sumber: IAI, 2008, PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infaq/Sedekah
(3) Laporan perubahan aset kelolaan
Laporan perubahan asset kelolaan adalah laporan yang
menggambarkan perubahan dana saldo atas kuantitas dan nilai
asset kelolaan, baik asset lancer kelolaan maupun tidak lancer
Ilustrasi 3 Tabel 2.3
Laporan Perubahan Aset Kelolaan
BAZ “XXX”
Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2XX2 Saldo
Sumber: IAI, 2008, PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infaq/Sedekah
(4) Laporan arus kas
Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama
periode tertentu dan diklasifikasi menurut aktivitas operasi,
investasi dan pendanaan.
(5) Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan menjelaskan mengenai
gambaran umum organisasi, ikhtisar kebijakan akuntansi, serta
lainnya. Catatan atas laporan keuang yang disajikan amil sesuai
dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah dan
PSAK yang relevan.
5. Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 dan keputusan
menteri agama Nomor 581 Tahun 1999 tentang pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 38 Tahun 1999, dan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Zakat. Bahwa pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan pendistribusian serta
pendayagunaan zakat.
Dalam regulasi pemerintah tentang zakat, diakui adanya dua jenis
Organisasi Pengelola Zakat (OPZ), yaitu Badan Amil Zakat dan Lembaga
Amil Zakat. Badan Amil Zakat (BAZ) dibentuk dan tersusun dari tingkat
pusat sampai tingkat kecamatan. Badan Amil Zakat merupakan badan
pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah dan kepengurusannya tediri
dari unsur masyarakat dan pemerintah, sedangkan Lembaga Amil Zakat
merupakan organisasi pengelola zakat yang pembentukannya berasal dari
masyarakat yang dikukuhkan, dibina dan dilindungi oleh pemerintah. Tugas
B. Hasil Penelitian Terdahulu
1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nasrullah (2014) pada Organisasi
Pengelola Zakat (OPZ) di wilayah Priangan Timur, Jawa Barat menunjukkan
bahwa SDM bagian keuangan/akuntansi pada setiap Organisasi Pengelola
Zakat memiliki kompetensi yang baik. Selain itu, standar akuntansi zakat,
infak dan sedekah (PSAK No 109) juga telah diterapkan dengan baik,
sehingga kualitas laporan keuangan setiap OPZ di Priangan Timur dinyatakan
baik. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kompetensi SDM berpengaruh
terhadap penerapan PSAK No. 109 pada OPZ di Priangan Timur. Namun
secara parsial, pengaruh kompetensi SDM tidak signifikan terhadap kualitas
laporan keuangan. Untuk menghasilkan laporan keuangan yang baik,
diperlukan faktor lain selain SDM, seperti faktor eksternal atau lingkungan
eksternal, pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian internal.
2. Windiastuti (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Sumber
Daya Manusia Bidang Akuntansi Dan Sistem Pengendalian Internal Terhadap
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Dinas
Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah Kota Bandung)” menyatakan
bahwa kompetensi Sumber Daya Manusia Bidang Akuntansi dan
Pengendalian Internal di BPKAD kota Bandung memiliki pengaruh signifikan
terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah.
Pendidikan & Pengetahuan
Pengalaman Kerja
Kemampuan
Kompetensi SDM Bag.
Keuangan
Gambar 2.1 Model Penelitian SDM Bagian
BAB III ini menjelaskan mengenai jenis penelitian, objek/subjek penelitian,
jenis data, teknik pengumpulan data, analisis data, dan definisi operasional variabel
penelitian.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif
dan deskriptif. Penelitian eksploratif merupakan penelitian dengan model menggali
informasi atas fenomena yang terjadi sehingga ditemukan jawaban atas fenomena
tersebut. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada quality atau
hal yang terpenting dari sifat suatu barang/jasa berupa kejadian atau fenomena (Satori
dan komariah, 2012). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang disusun dalam
rangka memberikan gambaran secara sistematis tentang informasi ilmiah yang
berasal dari subyek atau obyek penelitian (Sanusi, 2011). Penelitian difokuskan pada
apa yang diperoleh saat penelitian dilakukan, yag berusaha untuk menggali hal yang
terkait dengan kompetensi SDM bagian keuangan dalam penerapan PSAK 109.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari SDM bagian
B. Objek/Subjek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah 10 LAZ di Yogyakarta, adapun subjek
penelitian ini adalah SDM bagian keuangan di Lembaga Amil Zakat yang diteliti.
Peneliti memilih SDM bagian keuangan sebagai subjek penelitian karena merupakan
pihak yang terkait secara langsung dalam pencatatan laporan keuangan dan penerapan
PSAK 109 serta memiliki peran penting dalam proses penyusunan laporan keuangan
di organisasi pengelola zakat.
C. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan
oleh peneliti (Sanusi, 2011). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
wawancara peneliti terhadap SDM bagian keuangan di Lembaga Amil Zakat Daerah
Istimewa Yogyakarta. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia dan
dikumpulkan oleh pihak lain (Sanusi, 2011). Data sekunder dalam penelitian ini
berupa hasil publikasi dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan kompetensi
SDM, Akuntansi Zakat dan PSAK 109.
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Studi Lapangan
SDM bagian keuangan di Lembaga Amil Zakat Yogyakarta. Wawancara
terstandar adalah wawancara dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang
terstandar secara baku (Satori dan Komariah, 2012).
2. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan cara membaca, mencatat, dan menganalisis
data baik yang didapatkan dari buku, jurnal, artikel, berita dan sumber lainnya
yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
E. Analisis Data
Data yang didapatkan dianalisis dengan metode deskriptif. Analisis data
ini melalui 3 tahap (Miles dan Hubermen dalam Satori dan Komariah, 2012),
yaitu :
1. Reduksi Data
Tahap pertama yang dilakukan peneliti dalam analisis data adalah reduksi
data. Data yang telah didapat dari wawancara dengan informan direduksi oleh
peneliti, yaitu ditulis rincian atas poin-poin yang fokus pada hal yang diteliti.
2. Penyajian Data
Tahap kedua dalam proses analisis data adalah penyajian data. Setelah
melakukan reduksi data, maka data akan disajikan dalam bentuk tabel dan
skoring sehingga memudahkan peneliti dalam memahami apa yang terjadi.
Kriteria skoring didasarkan pada keterangan sebagai berikut :
Tabel 3.1
Kriteria Skoring Jawaban
KRITERIA JAWABAN BOBOT
Tidak Kompeten 1
Kurang Kompeten 2
Cukup Kompeten 3
Kompeten 4
Sangat Kompeten 5
Pada tahap ini, peneliti juga melakukan analisis menggunakan klasifikasi
penilaian Nilai Jangkauan Interval dengan rumus :
NJI = (�� �� ��� � −�� � �� �) 3. Penarikan Kesimpulan/verifikasi
Tahap ketiga dalam proses analisis data adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan yang dibuat didasarkan pada data yang telah diperoleh
sehingga dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu
mengenai evaluasi kompetensi SDM bagian keuangan terkait penerapan
akuntansi zakat berdasarkan PSAK 109 di Lembaga Amil Zakat Daerah
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Kompetensi SDM
Kompetensi yaitu kemampuan seseorang berkinerja untuk
melaksanakan pekerjaan dengan sukses serta menghasilkan prestasi kerja, dan
kesuksesan suatu organisasi tergantung pada kombinasi kompetensi
kepemimpinan yang efektif dan kompetensi tenaga kerjanya (Abdussamad,
2013).
Indikator dari variabel kompetensi SDM antara lain :
a. Latar belakang pendidikan dan pengetahuan
Pendidikan merupakan proses pembelajaran melalui proses dan
prosedur yang berlangsung dalam waktu yang relatif lama (Kunartinah
dan Sukoco, 2010). Pada umumnya, pendidikan memiliki tujuan untuk
mempersiapkan SDM yang kompeten sebelum memasuki pasar kerja.
Dengan adanya pengetahuan yang telah diperoleh dari pendidikan dalam
proporsi tertentu diharapkan SDM dapat memenuhi syarat-syarat yang
dituntut oleh suatu pekerjaan.
Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan SDM,
terutama dalam hal kemampuan intelektual dan kepribadian. Untuk
dalam Kunartinah dan Sukoco (2010), dalam human resource
development, nilai-nilai kompetensi seorang karyawan/pekerja dapat
dipupuk melalui program pendidikan, pengembangan atau pelatihan yang
berorientasi pada tuntutan kerja aktual dengan penekanan pada
pengembangan skill, knowledge and ability yang secara signifikan akan
dapat memberikan standar perilaku dalam sistem dan proses kerja yang
diharapkan.
b. Pengalaman kerja
Aristarini dkk (2014) menyatakan bahwa pengalaman kerja adalah
tingkat penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki karyawan
dalam bekerja yang dapat diukur dari masa kerja dan jenis pekerjaan yang
telah dikerjakan karyawan selama periode tertentu. Pengalaman kerja
adalah suatu dasar/acuan seorang karyawan dapat menempatkan diri
secara tepat kondisi, berani mengambil resiko, mampu menghadapi
tantangan dengan penuh tanggung jawab serta mampu berkomunikasi
dengan baik terhadap berbagai pihak untuk tetap menjaga produktivitas,
kinerja dan menghasilkan individu yang kompeten dalam bidangnya.
Pengalaman kerja dapat didasarkan pada masa kerja atau jangka
waktu karyawan dalam bekerja. Pengalaman merupakan modal besar yang
dapat berhasil dan kompeten. Jika tenaga kerja memiliki banyak
pengalaman kerja, maka kompetensi yang dimiliki akan sesuai dengan
tuntutan pekerjaan, sehingga karyawan akan lebih termotivasi dalam
bekerja dan mampu mencapai kinerja yang tinggi (Aristarini dkk, 2014).
c. Kemampuan (Skill)
Kompetensi Sumber Daya Manusia adalah kemampuan seseorang
atau individu suatu organisasi (kelembagaan) atau suatu sistem untuk
melaksanakan fungsi-fungsi atau kewenangannya untuk mencapai
tujuannya secara efektif dan efisien (Ihsanti, 2014). Kompetensi harus
dilihat sebagai kemampuan untuk mencapai kinerja, untuk menghasilkan
keluaran-keluaran (output) dan hasil-hasil (outcomes).
Laporan keuangan merupakan sebuah produk yang dihasilkan oleh
bidang atau disiplin ilmu akuntansi. Untuk menghasilkan laporan
keuangan yang baik, diperlukan SDM bagian keuangan/akuntansi yang
memahami dan kompeten dalam bidang akuntansi. Menurut Nurillah
(2014), kegagalan SDM bagian keuangan/akuntansi dalam memahami dan
menerapkan logika akuntansi akan berdampak pada kekeliruan laporan
keuangan yang dibuat serta ketidak sesuaian laporan dengan standar yang
BAB IV menjelaskan mengenai gambaran umum objek/subjek penelitian,
karakteristik responden, hasil penelitian dan pembahasan.
A. Gambaran Umum Objek/subjek Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang
diperoleh langsung dari sumber pertama melalui hasil wawancara. Objek yang
dijadikan target dalam penelitian ini adalah Lembaga Amil Zakat (LAZ) di
Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdaftar di Kementrian Agama Yogyakarta,
yaitu:
1. Aksi Cepat Tanggap
2. Baitul Maal Hidayatullah
3. Dompet Dhuafa
4. Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid
5. Griyo Yatim Dhuafa
6. Lazis Muhammadiyah
7. LAZIS NU
8. LAZIS Syuhada
10.Lumbung Zakat
11.PosKeadilanPeduliUmmat (PKPU)
12.PPPA Daarul Qur’an
13.RZIS UGM
14.Rumah Zakat
15.YatimMandiri
16.YayasanPeduliSehati
Dari 16 objek penelitian yang terdaftar, terdapat beberapa Lembaga Amil
Zakat yang tidak dapat dijadikan sebagai objek penelitian.
1. Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap merupakan sebuah organisasi sosial yang
bergerak di bidang kemanusiaan. Organisasi ini juga mengumpulkan dana
zakat, infak/sedekah. Namun mayoritas dana yang dikelola oleh Aksi Cepat
Tanggap (ACT) merupakan dana yang diperoleh dari sumbangan sosial
sehingga menjadikan organisasi Aksi Cepat Tanggap tidak bisa dijadikan
sebagai objek penelitian.
2. Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid
Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid (DPU – DT) merupakan
Yogyakarta berlokasi di Jln. H. Agus Salim no. 56 A, Yogyakarta tidak dapat
menjadi objek penelitian karena peneliti sangat kesulitan untuk mendapatkan
izin penelitiaan di lokasi tersebut.
3. Griyo Yatim Dhuafa
Griyo Yatim Dhuafa merupakan lembaga yang bergerak di bidang
kemanusiaan dan pengelolaan dana zakat, infak, sedekah dan lain-lain. Griyo
Yatim Dhuafa merupakan lembaga cabang yang berada di Yogyakarta. Sistem
pencatatan dan penyusunan laporan keuangan dilakukan secara sentralisasi
oleh kantor pusat yang berlokasi di daerah Tangerang. Tugas dari SDM
bagian keuangan di kantor cabang Daerah Istimewa Yogyakarta adalah
sebagai penerima pembayaran dana terkait. Sehingga Griyo Yatim Dhuafa
tidak dapat dijadikan sebagai objek penelitian.
4. LAZIS Muhammadiyah
LAZIS Muhammadiyah atau biasa disebut LAZISMU merupakan
lembaga nirlaba yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat melalui
pengelolaan dana zakat, infak, wakaf dan dana sosial lain. LAZIS
Muhammadiyah Yogyakarta bertempat di Jl. K.H. Ahmad Dahlan
Yogyakarta. LAZSIMU tidak dapat menjadi objek penelitian disebabkan
karena lembaga tersebut sedang dalam tahappembenahan sistem sehingga
5. LAZIS NU
LAZIS NU merupakan salah satu Lembaga Amil Zakat yang terdaftar
di Kementrian Agama Yogyakarta. Namun setelah peneliti melakukan
pencarian lokasi berdasarkan alamat yang terdaftar yaitu di Jl. MT. Haryono
40 ‐ 42 Yogayakarta, peneliti tidak dapat menemukan lokasi kantor LAZIS NU sehingga LAZ ini tidak dapat dijadikan sebagai objek penelitian.
6. RZIS UGM
Rumah Zakat, Infaq dan Shodaqoh Universitas Gadjah Mada atau
biasa disingkat denga RZIS UGM merupakan lembaga yang bergerak di
bidang pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan dana zakat, infak,
shodaqoh dan dana sosial lain. RZIS UGM bertempat di kompleks masjid
UGM Yogyakarta dan tidak dapat menjadi objek penelitian disebabkan karena
lembaga tersebut belum memberikan izin penelitian sampai pada saat skripsi
ini disusun.
Subyek penelitian ini adalah SDM yang bekerja pada bagian keuangan di
LembagaAmil Zakat Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu Pelaksanaan
B. Karakteristik Responden
Responden yang menjadi subyek dalam penelitian ini yaitu 10
pegawai/SDM yang bekerja di bagian keuangan atau akuntansi pada 10 Lembaga
Amil Zakat di Yogyakarta. Informasi lengkap mengenai SDM bagian keuangan
yang dijadikan sebagai responden dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1
Karakteristik Responden No Responden JenisKelam
in Usia PendidikanTerakhir
Lama
Sumber : Data Primer, diolah 2016
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden
perempuan lebih banyak dari jumlah responden laki-laki, yaitu responden
perempuan berjumlah 6 orang dan responden laki-laki berjumlah 4 orang.
usia 31-40 tahun yaitu berjumlah 6 orang dan sisanya berada pada usia 20-30
tahun berjumlah 4 orang.
Dari 10 responden terdapat dua responden yang memiliki latar belakang
pendidikan non akuntansi, yaitu 1 responden dengan latar belakang pendidikan
keuangan dan perbankan syariah dan 1 responden dengan latar belakang
pendidikan Psikologi, sedangkan 8 responden lainnya memiliki latar belakang
pendidikan di bidang akuntansi yang terdiri dari 2 responden telah menempuh
pendidikan di tingkat diploma 3 dan 6 responden di tingkat strata 1.
Karakteristik responden dilihat berdasarkan lama bekerja yaitu mayoritas
responden telah menempuh waktu bekerja di Lembaga Amil Zakat Tersebut
selama lebih dari 4 tahun. Sedangkan sisanya terdapat satu responden dengan
masa kerja kurang dari 1 tahun dan 2 responden dengan masa kerja 3 sampai 4
tahun.
C. Evaluasi Kompetensi SDM Bagian Keuangan Berdasarkan Indikator Pendidikan dan Pengetahuan
Untuk mengetahui Kompetensi Sumber Daya Manusia bagian keuangan
pada Lembaga Amil Zakat di Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan latar
belakang pendidikan dan pengetahuan, seluruh jawaban responden direkap pada
Tabel 4.2
Latar Belakang Pendidikan
No Responden PendidikanTerakhir MengikutiDiklat/Pelatihan Akuntansi Zakat
Sumber : Data Primer, diolah 2016
Menurut Kunartinah dan Sukoco (2010) pendidikan merupakan proses
pembelajaran melalui proses dan prosedur yang berlangsung dalam waktu yang
relatif lama. Latar belakang pendidikan merupakan salah satu indikator yang
harus dimiliki oleh SDM untuk dapat memenuhi syarat-syarat yang dituntut
dalam suatu pekerjaan. Fokus dalam penelitian ini adalah untuk melakukan
evaluasi kompetensi SDM pada bagian keuangan yang berhubungan langsung
dengan proses pencatatan dan penyusunan laporan keuangan. Oleh karena itu
dalam penelitian ini responden diharapkan memiliki latar belakang pendidikan di
bidang keuangan/akuntansi.
belakang pendidikan keuangan dan perbankan syariah dan 1 responden dengan
latar belakang pendidikan psikologi. Dengan demikian total responden dengan
latar belakang pendidikan akuntansi/keuangan berjumlah 9 responden dan 1
responden lainnya memiliki latar belakang pendidikan non akuntansi/keuangan
yaitu R10. Dengan memiliki latar belakang pendidikan akuntansi/keuangan, 9
dari 10 responden telah memenuhi salah satu sub indikator kompetensi SDM
bagian keuangan.
R10 merupakan salah satu pendiri sebuah yayasan yang didalamnya juga
mengelola dana zakat. Yayasan yang didirikan oleh R10 adalah sebuah gerakan
yang berfokus pada aksi peduli kemanusiaan, pemberdayaan masyarakat miskin
dhuafa, yatim piatu dan diffable. Yayasan tersebut berdiri pada tahun 2011 dan
masih sangat minim SDM terutama di bagian keuangan. Sehingga selain
menjabat sebagai direktur, R10 yang tidak memiliki latar belakang pendidikan
akuntansi juga mengisi tugas di bagian keuangan bersama satu anggota lainnya.
Selain dilihat dari latar belakang pendidikan, untuk menilai kompetensi
SDM bagian keuangan dalam penerapan akuntansi zakat/PSAK 109 dapat dilihat
dari jumlah partisispasi responden dalam mengikuti diklat/pelatihan terkait
bidang ilmu tersebut. Pada tabel 4.2 disebutkan bahwa R6 merupakan responden
yang belum pernah mengikuti diklat/pelatihan mengenai akuntansi zakat/PSAK
Secara umum R6 telah beberapa kali mengikuti diklat/pelatihan mengenai
akuntansi dan keuangan namun beliau belum pernah mengikuti diklat/pelatihan
yang secara khusus membahas akuntansi zakat/PSAK 109.
R3 dan R10 merupakan responden yang baru satu kali mengikuti
diklat/pelatihan mengenai akuntansi zakat/PSAK 109. Pernyataan yang
dikemukakan oleh R3 dan R10 sedikit sama dengan yang disampaikan oleh R6,
yaitu telah beberapa kali mengikuti diklat/pelatihan mengenai akuntansi dan
keuangan namun baru satu kali saja mengikuti diklat/pelatihan yang secara
khusus membahas PSAK 109. Dari 10 responden tersebut, 5 diantaranya telah
mengikuti diklat mengenai akuntansi zakat/PSAK 109 sebanyak 2-3 kali dan 2
lainnya sebanyak lebih dari 4 kali. Menurut peneliti, jumlah tersebut sudah
memberikan modal pengetahuan yang cukup mengenai akuntansi zakat/PSAK
109 kepada responden yang pada dasarnya telah memiliki latar belakang
pendidikan akuntansi/keuangan.
Tabel 4.3
Pengetahuan Mengenai Akuntansi
No Responden P4 P5 P6 P7 P8 Jumlah
1 R1 3 2 3 3 3 11
2 R2 4 4 4 4 4 20
3 R3 3 3 3 4 2 15
4 R4 3 3 4 3 3 16
5 R5 4 4 3 4 4 19
6 R6 3 4 3 3 4 16
No Responden P4 P5 P6 P7 P8 Jumlah
8 R8 4 4 4 3 3 18
9 R9 4 4 4 3 3 18
10 R10 3 4 3 4 5 18
Jumlah 35 35 33 35 33
Sumber : Data Primer, diolah 2016
Pendidikan maupun pelatihan yang berorientasi pada
akuntansi/keuangan diharapkan dapat memberi pengetahuan yang memadai
bagi SDM bagian keuangan dalam mengaplikasikan akuntansi zakat/PSAK
109. Tabel 4.3 menampilkan hasil wawancara peneliti dengan responden yang
telah diolah dalam bentuk skoring daripertanyaan ke-4 sampai pertanyaan ke-8
dalam indikator latar belakang pendidikan dan pengetahuan. Kriteria skoring
yang digunakan peneliti telah dijelaskan pada BAB III, tabel 3.1.
P4 merupakan pertanyaan untuk menggali pengetahuan responden
mengenai akuntansi secara umum. Pada pertanyaan ini terdapat 5 responden
dengan nilai 4 (kompeten), dan 5 responden dengan nilai 3 (cukup kompeten).
Responden yang berada pada kriteria cukup kompeten merupakan responden
yang menjelaskan pengertian akuntansi secara praktis berdasarkan pengalaman
responden selama bekerja di bagian keuangan/akuntansi. Sedangkan responden
dengan kriteria kompeten merupakan responden yang menjelaskan pengertian
P5 merupakan pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui
pemahaman responden mengenai siklus akuntansi. Pada pertanyaan ini terdapat
1 responden dengan kriteria kurang kompeten, yaitu R1. Menurut R1, siklus
akuntansi bermula dari adanya transaksi yang dicatat dalam sebuah sistem dan
selanjutnya sistem tersebut akan memproses pencatatan transaksi menjadi
laporan keuangan. Siklus akuntansi yang disampaikan oleh R1 merupakan
penjelasan yang didasarkan pada pengalaman responden selama bekerja di
lembaga tersebut yang telah memiliki sistem keuangan yang baik.
Pertanyaan selanjutnya yaitu P6 merupakan dasar peneliti untuk
mengetahui pemahaman responden berkaitan dengan akuntansi zakat.
Pertanyaan ini membahas hal yang sama dengan pertanyaan P4, hanya saja
dalam hal ini peneliti lebih menekankan pada akuntansi zakat. Hasil wawancara
menunjukkan bahwa 10 responden dapat menjawab dan menjelaskan
pertanyaan tersebut sehingga peneliti memutuskan untuk memberikan penilaian
bahwa beberapa responden dapat dikatakan cukup kompeten.
Pada P7, peneliti mengajukan pertanyaan terkait peraturan/standar
mengenai akuntansi zakat. Pertanyaan ini digunakan sebagai dasar untuk
mengetahui sejauh mana responden memahami standar akuntansi yang
digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. 50% dari responden dapat
LAZ cabang yang melakukan kegiatan orperasional keuangan secara terpusat.
Sehingga untuk mendapatkan pemahaman secara mendalam menganai standar
akuntansi zakat yang di terapkan, responden mengalami sedikit kesulitan. Dari
10 LAZ yang diteliti, 8 diantaranya telah menggunakan PSAK 109, sedangkan
2 lainnya sedang dalam proses pembenahan sistem untuk menggunakan
pencatatan yang sesuai dengan PSAK 109.
P8 membahas mengenai elemen laporan keuangan yang terdapat dalam
standar akuntansi zakat yang digunakan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa
seluruh responden dapat menjawab dan menjelaskan kasus tersebut. Diantara
10 responden, terdapat 1 responden dengan skor 5 yang merupakan skor
maksimal dalam penelitian, yaitu R10 yang merupakan responden dengan latar
belakang pendidikan non akuntansi dan baru 1 kali mengikuti diklat/pelatihan
terkait akuntansi zakat berdasarkan PSAK 109. Meskipun tdak memiliki dasar
pendidikan akuntansi, namun R10 memiliki keinginan yang kuat dalam
menguasai akuntansi zakat sehingga beliau banyak melakukan pembelajaran
melalui buku dan media lainnya.
Pertanyaan selanjutnya yang diajukan oleh peneliti mengacu pada
PSAK 109 yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman responden terhadap
PSAK 109 serta penerapannya. Hasil wawancara dapat dilihat pada tabel