• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI AUDIT DELAY PASCA IMPLEMENTASI IFRS BERDASARKAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN KUALITAS AUDIT (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur dan Perbankan Terdaftar di BEI 2010-2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI AUDIT DELAY PASCA IMPLEMENTASI IFRS BERDASARKAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN KUALITAS AUDIT (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur dan Perbankan Terdaftar di BEI 2010-2015)"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

2010-2015)

FACTORS AFFECTING AUDIT DELAY AFTER IFRS IMPLEMENTATION BASED ON COMPANY CHARACTERISTICS AND AUDIT QUALITY

(Case Studies On Manufacture and Banking Companies Listed On The Indonesia Stock Exchange In 2010-2015)

Oleh

Intan Choiro Ibkni Masian 20130420454

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

i 2010-2015)

FACTORS AFFECTING AUDIT DELAY AFTER IFRS IMPLEMENTATION BASED ON COMPANY CHARACTERISTICS AND AUDIT QUALITY

(Case Studies On Manufacture and Banking Companies Listed On The Indonesia Stock Exchange In 2010-2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

Intan Choiro Ibkni Masian 20130420454

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017

(3)

ii

Nomor Mahasiswa : 20130420454

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI AUDIT DELAY PASCA IMPLEMENTASI IFRS BERDASARKAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN KUALITAS AUDIT (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur dan Perbankan Terdaftar di BEI 2010-2015)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, April 2017 Materai, 6.000,-

(4)

iii

Intansurullah yansurkum wayutsabit aqdamakum

“Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu

dan meneguhkan kedudukanmu.”

(QS: Muhammad ayat 7)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda,

“Demi Allah, DUNIA ini dibanding AKHIRAT ibarat seseorang yang

mencelupkan JARINYA ke LAUT; air yang TERSISA di JARINYA

ketika diangkat itulah NILAI DUNIA ( akhirat = LAUT).

(HR Muslim)

“Now let’s spread good vibes in the real life

. Hoping for the best but

expecting the worst. Let’s effort and prays. I do believe in magic spell

(doa

).”

”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum,

sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”

(5)

iv

kemudahan, kesehatan, hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. In Shaa Allah dapat bermanfaat.

2.

Alhamdulillahi jaza kumullahu khoiro kepada Bapak dan Ibu yaitu

Bapak Sandiyono dan Ibu Purwaningsih yang telah men-support,

mendoakan, memfasilitasi, memberi pengertian agar penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini. Orang tua yang hebat yang selalu memberi

nasehat, pencerahan agar penulis selalu ingat ibadah dan yakin bahwa

orang yang mau menolong agama-Nya akan ditolong dalam segala

urusannya.

3.

Terima kasih banyak kepada Bapak Rudy Suryanto, S.E., M.Acc., Ak.,

CA. yang bersedia untuk menjadi dosen pembimbing penulis dari awal

hingga akhir. Dengan bimbingan beliau dengan sabar, dapat

membimbing penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi yang ditugaskan

untuk memenuhi syarat kelulusan.

4.

Untuk The-Ambigous yaitu Anggraini Nur Prabowo, Novia Permata

Sari, Artitiastuti Mipraningsih, dan Okviana Sari terimakasih untuk

unforgettable memories I’ve ever had. Baik i

tu senang maupun duka

kalian selalu ada untuk men-support, memberikan senyum kebahagiaan,

tak segan-

segan untuk membantu. I love you so much girls. You’re truly

madly deeply in my heart.

5.

Sahabatku Irmawati terimakasih sekali selalu mendengarkan

keluh-kesahku, selalu ada untuk mendukungku, selalu ada saat moment sedih

(6)

v

Indah Kartika Dewi atas doanya, support-nya. Love ya?haha

7.

Alhamdulillahi jaza killahu khoiro untuk sahabat sekaligus sepupuku

Nur Endah yang memberikan support, selalu menyemangati dan

memberikan doanya. I do believe in the power of magic spell (doa).

8.

Terimakasih untuk Annisa Septiani dan Hanum Yusni Choirunnisa yang

memberikan semangat, berjuang bareng. Kebersamaan indah saat

bersama kalian.

9.

Sahabatku Khoumisatun Nurjanah, Mbak Widita Sholihah, Tanti

Isnawati, Ayu Ihad Saputri penulis ucapkan Alhamdulillahi jaza

kumullahu khoiro telah ada untuk selalu mendukung, mendoakan, dan

menyemangati.

10.

Untuk keponakanku Khozain Qhoir El Haratulisan dan Ziya Chalista

Awalu Putri Luqman, walaupun kalian suka ngerecokin tetapi tawa

kalian menghilangkan rasa stress.

11.

Staff-staff Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang selalu bekerja

dalam hal administrasi.

12.

Semua pendukung yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh

(7)

vi

dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI AUDIT

DELAY PASCA IMPLEMENTASI IFRS BERDASARKAN

KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN KUALITAS AUDIT (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur dan Perbankan Terdaftar di BEI 2010-2015)”.

Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana ilmu Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Harapan penulis mengambil topik ini yaitu agar dapat memberi masukan bagi masyarakat, auditor maupun investor dalam mengambil keputusan berinvestasi, menelaah beberapa penyebab

audit delay dan memberi ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.

Keberhasilan penulis dalam penulisan skripsi ini tentu tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagi pihak, oleh karena itu penulis pada kesempatan ini dengan tulus ingin mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung, khususnya kepada bapak Rudy Suryanto, S.E., M.Acc., Ak., CA., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan masukan, bimbingan, dan dorongan dalam proses penyelesaian penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk mengembangkan karya tulis dengan topik ini.

Yogyakarta, 20 April 2017

(8)

vii

HALAMAN PERNYATAAN ……….iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Landasan Teori ... 10

1. Teori Keagenan ... 10

2. Teori Kepatuhan... 13

3. Auditing ... 14

4. Audit Delay ... 16

5. Penerapan International Financial Reporting Standards (IFRS) ... 17

6. Jenis Industri ... 32

(9)

viii

B. Hasil Penelitian Dahulu dan Pengembangan Hipotesis ... 37

C. Model Penelitian ... 45

BAB III. METODE PENELITIAN ... 47

A. Obyek Penelitian ... 47

B. Jenis Data ... 47

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 47

D. Teknik Pengumpulan Data ... 48

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 48

F. Uji Kualitas Data ... 51

G. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 58

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 61

B. Uji Kualitas Data ... 62

C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 70

D. Pembahasan ... 77

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 85

A. Simpulan ... 85

B. Implikasi... 86

C. Keterbatasan dan Saran ... …...86

(10)

ix

2.2 Daftar IFRS per 2010... 24

2.3 Daftar PSAK per 12 Juli 2013 ... 25

2.4 Daftar PSAK per 19 Desember 2013... 25

2.5 Daftar PSAK per 24 April 2014 ... 26

2.6 Daftar IFRS Pengecualian Per 2014 ... 26

2.7 Perbedaan Adaptasi, Konvergensi, dan Adopsi ... 27

2.8 Daftar IFRS di Indonesia yang telah berlaku ... 27

2.9 Daftar IFRS di Indonesia yang belum berlaku ... 29

2.10 Daftar PSAK yang tidak berlaku lagi ... 30

3.1 Durbin Watson ... 57

4.1 Prosedur Pemilihan Sampel ... 62

4.2 Analisis Deskriptif ... 62

4.3 Hasil Uji Normalitas (Uji Beda) ... 64

4.4 Hasil Uji Normalitas (Uji Pengaruh) ... 66

4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 67

4.6 Hasil Uji Multikolinearitas ... 68

4.7 Hasil Durbin Watson Test ... 69

4.8 Hasil Uji Autokorelasi ... 70

4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 70

4.10 Hasil Uji Signifikansi Simultan ... 71

4.11 Hasil Paired Sample t-Test ... 72

4.12 Hasil Paired Sample Correlations ... 73

4.13 Hasil Paired Sample t-Test ... 74

(11)

x

(12)
(13)
(14)
(15)

Kompleksitas operasi perusahaan berpengaruh positif terhadap Audit delay pasca implementasi IFRS, 4) Struktur kepemilikan perusahaan berpengaruh negatif terhadap Audit delay pasca implementasi IFRS, 5) Efektivitas komite audit berpengaruh negatif terhadap Audit delay pasca implementasi IFRS, 6) Audit tenure berpengaruh negatif terhadap Audit delay pasca implementasi IFRS.

Penelitian ini dilakukan pada laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menggunakan 30 perusahaan dari tahun 2010-2015 sebagai sampel. Pengambilan sampel menggunakan metode purpose sampling. Analisis data menggunakan uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas, uji heteroskeidastisitas, dan uji hipotesis menggunakan paired samples t-Test dan regresi linear berganda.

Hasil penelitian 1) Tidak terdapat perbedaan Audit delay sebelum dan sesudah implementasi IFRS fase II, 2) Perusahaan perbankan tidak berpengaruh terhadap audit delay, 3) Kompleksitas operasi perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit delay, 4) Struktur kepemilikan perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit delay, 5) Efektivitas komite audit tidak berpengaruh terhadap audit delay, 6) Audit tenure tidak berpengaruh terhadap Audit delay.

(16)

effect the audit delay after implementation of IFRS, 3) Complexity of Operations of the Company positively effect the Audit Delay after implementation of IFRS, 4) Concentrated Ownership Structure negatively effect the Audit Delay after implementation of IFRS, 5) Audit Commitee efectiveness negatively effect the Audit Delay after implementation of IFRS, 6) Audit Tenure negatively effect the Audit Delay the Audit Delay after implementation of IFRS..

Research was conducted on the annual report of companies listed on the Bursa Efek Indonesia (BEI) using 30 companies from years 2010-2015 as the sample. The sampling uses purposive sampling method. Analysis data using descriptive statistics test, classic assumption test consists of normality test, autocorrelation, multicollinearity test, heteroskeidastisitas test and hypothesis testing using paired sample t-test and multiple linear regression.

Results of the study: 1) There is no difference of Audit Delay before and after implementation of IFRS fase II, 2) Banking does not positively effect the audit delay after implementation of IFRS, 3) Complexity of Operations of the Company does not positively effect the Audit Delay after implementation of IFRS, 4) Concentrated Ownership Structure has negative effect on the Audit Delay after implementation of IFRS, 5) Audit Committee efectiveness does not negatively effect the Audit Delay after implementation of IFRS, 6) Audit Tenure does not negatively effect the Audit Delay after implementation of IFRS.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan

sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak

eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua karakteristik terpenting yang harus

ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan

(reliable) Singgih dan Bawono (2010). Kedua karakteristik tersebut sangat sulit

untuk dideteksi. Dibutuhkan jasa pihak ketiga yang independen untuk dapat

menyajikan laporan keuangan yang dapat dipercaya oleh publik sebagai dasar

keputusan investasi.

Adanya teori keagenan yang sangat mendukung diperlukannya akuntan

publik untuk mengaudit laporan keuangan yang disajikan agar dapat dipercaya

oleh pengguna laporan keuangan. Teori keagenan (Agency Teory) menjelaskan

adanya konflik antara manajemen selaku agen dengan pemilik selaku prinsipal.

Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu

kontrak antara satu atau lebih prinsipal yang melibatkan agen untuk

melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian

wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Adanya konflik kepentingan

untuk memaksimalkan keuntungan pribadi, asimetri informasi, dan adanya

standar akuntansi untuk memilih kebijakan manajerial (manajemen laba)

membuat manajemen tidak selalu bertindak sesuai kepentingan prinsipal.

(18)

Tindakan manajemen laba yang berlebihan membuat kualitas laporan keuangan

menjadi menurun. Akuntan publik berfungsi untuk mengaudit keandalan dan

kerelevanan laporan keuangan yang disajikan sebagai dasar keputusan

pengguna laporan keuangan terutama investor.

Suatu kewajiban bagi perusahaan untuk bersifat jujur atas kondisi yang

terjadi di perusahaan yang dituangkan ke dalam laporan keuangan tanpa

memanipulasi. Setiap pihak yang berkepentingan akan mengambil keputusan

dengan membaca dan memprediksi laporan keuangan di perusahaan tersebut.

Pihak eksternal, terutama investor mengharapkan informasi sesungguhnya

tentang kondisi perusahaan dengan laba yang sangat baik karena menginginkan

pengembalian sebesar-besarnya atas investasi yang telah dilakukan. Pihak

manajemen menginginkan pemberian kompensasi/bonus yang

sebesar-besarnya atas kinerja yang telah dicapainya. Hal tersebut akan membuat

manajemen cenderung untuk memanipulasi laporan keuangan agar terlihat

lebih bagus dari kondisi sebenarnya. Oleh karena itu dibutuhkan pihak

independen untuk mengatasi benturan kepentingan yang terjadi diantara pihak

eksternal dan pihak.

Akuntan publik berfungsi sebagai auditor independen yang menyediakan

jasa kepada masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan

keuangan suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan oleh

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Berdasarkan hal tersebut maka akuntan publik

memiliki kewajiban menjaga kualitas audit yang dihasilkannya (Elfarini,

(19)

Kode Etik sebagai auditor adalah bagian yang ada di dalam syariah islam.

Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup orang islam. Segala tindakan manusia yang diperbolehkan, dilarang, diperintahkan telah diatur di

dalamnya. Begitu pula mengenai kode etik sebagai seorang akuntan publik

telah diriwayatkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Contohnya ada di dalam QS. Asy-Syu’ara (26: 181-184) berikut ini:

"Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu merugikan orang lain. Dan timbanglah dengan timbangan yang benar. Dan janganlah kamu merugikan manusia dengan mengurangi hak-haknya dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi. Dan bertakwalah kepada Allah yang telah Menciptakan kamu

dan umat-umat yang dahulu.”(Asy-Syua’ra, 26: 181-184)

Ayat diatas mengandung arti bahwa dalam urusan mengukur (menakar)

supaya dapat dilakukan dengan adil, tidak diperbolehkan untuk menambahkan

atau mengurangkan.

Kaitannya dengan audit delay, telah dijelaskan bahwa hal terpenting

laporan keuangan menurut FASB yaitu reliable dan relevance. Apabila laporan

keuangan auditan yang disajikan delay maka nilai dari ketepatan waktu

(relevance) akan berkurang Dyer dan McHugh (1975). Peraturan dari

BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ) waktu

(20)

perusahaan yaitu pada tanggal 31 desember sampai dengan 31 maret. Setiap

perusahaan yang go-public memiliki kewajiban untuk menyampaikan laporan

keuangan yang telah diaudit kepada BAPEPAM-LK. Peraturan dari

BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ) waktu

pengauditan dilakukan dalam jangka waktu tiga bulan sesudah tutup buku

perusahaan yaitu pada tanggal 31 desember sampai dengan 31 maret.

Keputusan Ketua BAPEPAM mengenai peraturan ini ada dalam Keputusan

Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor 36/PM/2003 tentang Kewajiban

Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Apabila perusahaan terlambat

melaporkan laporan keuangan maka akan dikenakan sanksi dan denda oleh

BEI. Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui keputusan direksi PT. Bursa Efek

Jakarta Nomor 306/BEJ/07-2004 menerbitkan peraturan pencatatan berkala

Nomor I-E tentang kewajiban penyampaian informasi yang batas waktu

penyampaiannya disesuaikan dengan peraturan Bapepam No. X.K.2. Apabila

auditor tidak dapat menyelesaikan laporan keungan auditan sesuai dengan

peraturan yang berlaku maka dapat dikatakan bahwa terjadi keterlambatan

(audit delay). Akibatnya kepercayaan publik dan tingkat akurasi laporan

keuangan tersebut akan berkurang karena mereka mengira bahwa ada kendala

yang dialami oleh pihak akuntan publik baik itu dari kantor akuntan publik itu

sendiri maupun dari pihak manajemen. Laporan keuangan yang terlambat maka

akan membuat harga di pasar saham menjadi tidak stabil. Menurunnya

kepercayaan publik maka biasanya akan membuat turunnya harga saham di

(21)

memengaruhi perilaku pengguna laporan keuangan dalam mengambil

keputusan.

Berbagai banyak hal menjadi kendala yang dialami oleh auditor.

Contohnya seperti kompleksitas perusahaan, ukuran perusahaan, jenis industri,

dan sistem pengendalian internal perusahaan. Hambatan-hambatan tersebut

sangat mungkin membuat auditor memperpanjang masa auditnya.

Pengimplementasian IFRS juga diduga sebagai pemicu keterlambatan

penyampaian laporan keuangan audit. Persaingan bisnis yang semakin ketat

dan kondisi perekonomian yang tidak stabil, membuat perusahaan

mengungkapkan informasi mengenai perusahaannya lebih transparan terutama

perusahaan yang listed di BEI. Menyusun laporan keuangan harus berdasar

pada standar yang berlaku. Masing-masing negara memiliki metode, perlakuan,

penyajian, dan pelaporan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut yang

mempersulit para pengguna laporan keuangan untuk memahami laporan

keuangan tersebut. Dari perbedaan tersebut dibuatlah suatu standar yang sama

antar negara untuk memudahkan pemahaman laporan keuangan dan keputusan

investasi yaitu International Financial Reporting Standard (IFRS) Gunawan

(2016). IFRS adalah standar yang masih baru di berbagai negara sehingga perlu

dipelajari, dimengerti dan dipahami terlebih dahulu. Dalam penerapannya IFRS

mengacu pada fair value (nilai wajar) dan dibutuhkan pengungkapan yang

lebih luas daripada sebelum IFRS. Auditor juga dituntut untuk menemukan

bukti yang lebih banyak agar tepat dalam membuat opini auditor. Akibatnya

(22)

Perbedaan karakteristik di setiap perusahaan juga dapat memengaruhi

waktu penyelesaian audit. Apabila perusahaan memiliki karakteristik yang

berbeda-beda maka dapat memengaruhi panjang pendeknya masa audit

dikarenakan auditor akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk

mengumpulkan bukti audit yang tepat. Misalnya mengenai ukuran perusahaan,

efektivitas komite audit, tingkat leverage, dan profitabilitas.

Setiap auditor memiliki kualifikasi yang berbeda-beda walaupun memiliki

dasar standar audit yang sama. Kualitas auditor berkaitan dengan sumber daya

manusia dan infrastruktur auditor dapat memengaruhi lamanya waktu masa

audit.

Judul penelitian ini adalah FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

AUDIT DELAY PASCA IMPLEMENTASI IFRS BERDASARKAN

KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN KUALITAS AUDIT. Penelitian ini

adalah replikasi penelitian yang pernah dilakukan oleh Haryani dan Wiratmaja

(2014) yang berjudul Pengaruh Ukuran Perusahaan, Komite Audit, Penerapan

International Financial Reporting Standards dan Kepemilikan Publik Pada

Audit Delay. Dalam penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu

ukuran perusahaan, komite audit, penerapan IFRS (International Financial

Reporting Standards), dan kepemilikan publik. Periode penelitian jurnal

replika ini adalah 2008-2011. Hasil penelitian replika ini menyatakan bahwa

penerapan IFRS dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit

delay. Sedangkan komite audit dan kepemilikan publik berpengaruh signifikan

(23)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu

menghilangkan ukuran perusahaan karena hasil hipotesis tersebut tidak

terbukti. Kemudian menambahkan audit tenure dan kompleksitas operasi

perusahaan. Periode penelitian ini juga diperbaharui yaitu tahun 2010-2015.

Selain itu kontribusi dalam penelitian ini yaitu menganalisis perbedaan variabel

audit delay pada saat sebelum dan setelah implementasi IFRS fase II.

B. BATASAN MASALAH

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik perusahaan dibagi menjadi tiga variabel, yaitu jenis industri,

kompleksitas operasi perusahaan, dan struktur kepemilikan. Sedangkan

untuk kualitas audit dibagi menjadi dua variabel, yaitu komite audit dan

audit tenure.

2. Variabel independen yang akan diuji secara empiris ada 5, yaitu Jenis

industri, Kompleksitas operasi perusahaan, Struktur kepemiikan, Komite

audit, dan Audit tenure. Variabel dependen yang akan diuji secara empiris

yaitu Audit Delay.

3. Sampel dalam penelitian adalah perusahaan sektor manufaktur dan

perbankan yang terdaftar di dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode

2010-2015.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan batasan masalah yang dibahas sebelumnya, maka dapat dibuat

(24)

1. Apakah terdapat perbedaan audit delay sebelum dan sesudah Implementasi

IFRS fase II?

2. Apakah perusahaan perbankan berpengaruh positif terhadap tingkat audit

delay pasca Implementasi IFRS?

3. Apakah kompleksitas operasi perusahaan berpengaruh positif terhadap

tingkat audit delay pasca Implementasi IFRS?

4. Apakah struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap tingkat audit

delay pasca Implementasi IFRS?

5. Apakah efektivitas komite audit berpengaruh negatif terhadap audit delay

pasca Implementasi IFRS?

6. Apakah berbagai audit tenure berpengaruh negatif terhadap tingkat audit

delay pasca Implementasi IFRS?

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji perbedaan yang signifikan audit delay sebelum dan sesudah

Implementasi IFRS fase II.

2. Untuk menguji pengaruh berbagai jenis industri terhadap tingkat audit delay

pasca Implementasi IFRS.

3. Untuk menguji pengaruh kompleksitas operasi perusahaan terhadap tingkat

audit delay pasca Implementasi IFRS.

4. Untuk menguji pengaruh keberadaan komite audit terhadap tingkat audit

(25)

5. Untuk menguji pengaruh struktur kepemilikan perusahaan terhadap tingkat

audit delay pasca Implementasi IFRS.

6. Untuk menguji pengaruh audit tenure terhadap tingkat audit delay pasca

Implementasi IFRS.

E. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yang

membutuhkan informasi mengenai audit delay pasca Implementasi IFRS.

Beberapa manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teoritis

Dapat menambah kontribusi ilmu pengetahuan mengenai faktor-faktor

yang memengaruhi audit delay pasca Implementasi IFRS pada perusahaan

manufaktur dan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada periode

tahun 2010-2015.

2. Praktis

a. Bagi peneliti hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan

pemikiran mengenai dampak audit delay pasca Implementasi IFRS.

b. Penelitian ini diharapkan dapat membantu auditor untuk

mempertimbangkan hal-hal yang memungkinkan menjadi penyebab

audit delay dan meminimalisir audit delay.

c. Bagi para investor, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjawab

pertanyaan mengenai beberapa penyebab audit delay sehingga investor

(26)
(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori Keagenan merupakan kerjasama antara pihak pemilik usaha

(prinsipal) dengan pihak yang melakukan tindakan demi menjalankan

wewenang pemilik usaha (agen). Pihak prinsipal akan memberikan

wewenangnya untuk menjalankan usahanya kepada pihak agen (Rohaeni &

Aryati, 2012).

Kerjasama kontraktual yang terjalin diantara keduanya tersebut pihak agen

akan menjalankan tugasnya sesuai dengan perjanjian, tugas, tanggung

jawabnya kepada pihak prinsipal. Teori keagenan yang dikemukakan oleh

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan mengenai adanya benturan

kepentingan antara pihak manajemen dengan pemilik karena pihak manajemen

yang memiliki informasi mengenai perusahaannya lebih banyak dan tidak

sebanding dengan informasi yang dimiliki oleh pemilik. Oleh karena itu

kehadiran pihak independen akan membantu pemilik dalam hal

mengkonfirmasi kewajaran informasi laporan keuangan yang telah dibuat oleh

manajemen (Hendriksen, 2000 dalam Septiana, 2015).

Teori keagenan mengacu pada kontrak kerja yang terjalin antara pihak agen

dan pihak prinsipal dengan proporsi hak dan kewajiban masing-masing dengan

(28)

memaksimalkan utilitas. Hak yang dimiliki tersebut memungkinkan

masing-masing pemangku kepentingan berusaha untuk mengendalikan jalannya

perusahaan. Contohnya mengenai pendanaan guna memajukan perusahaan,

kedua belah pihak akan berusaha mengeluarkan pendapat agar memeroleh

keuntungan optimal. Manajemen memiliki informasi mengenai kondisi

perusahaan yang jauh lebih banyak dibandingkan prinsipal. Hal tersebut

membuat manajemen memiliki kesempatan paling besar untuk mengolah

perusahaan. Dengan adanya asimetri informasi tersebut dapat memicu adanya

agency problem. Masalah keagenan tersebut dapat diselesaikan melalui agency

cost. Alternatif untuk mengatasi masalah keagenan contohnya dengan

meningkatkan kepemilikan manajerial. Hal ini dimaksudkan agar manajer

dapat merasakan dampak atau manfaat dari keputusan yang dia ambil dan

apabila mengalami kerugian atas keputusan tersebut dapat dirasakannya pula.

Kepemilikan manajer ini dapat mensejajarkan kepentingan antara agen dan

prinsipal sehingga dapat dijadikan insentif bagi para manajer untuk

meningkatkan kinerjanya. Manajer juga dapat menggunakan hutang dengan

optimal sebagai tujuan untuk mengurangi biaya keagenan.

Alternatif kedua yaitu dengan meningkatkan dividend payout ratio

sehingga tidak banyak tersedia arus kas bebas dan manajemen akan mencari

pendanaan dari luar untuk pembiayaan investasi. Selain itu, dapat

meningkatkan pendanaan dengan hutang. Hutang akan menurunkan arus kas

bebas sehingga dapat meminimalisir pemborosan yang dilakukan manajemen.

(29)

institusional. Distribusi saham antara pemegang saham antara pemegang saham

dari luar dapat mengurangi biaya keagenan. Kepemilikan yang besar dapat

menjadi sumber kekuasaan yang dapat mendukung atau menolak terhadap

keberadaan manajemen. Kepemilikan institusi lain akan meningkatkan

pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen.

Jensen and Meckling (1976) mengungkapkan bahwa agency cost sebagai

penjumlahan dari: (1) biaya pengawasan (monitoring expenditure) oleh

pemegang saham; (2) biaya yang dikeluarkan pihak manajemen untuk

menghasilkan transparasi laporan, misalnya biaya audit dan (3) biaya

penjaminan (bonding expenditure) oleh agen, yaitu biaya yang disebabkan

karena menurunnya nilai kepemilikan prinsipal dalam bentuk opsi dan berbagai

manfaat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen.

Komite merupakan bagian penting untuk melakukan pengawasan

manajemen agar terwujud good corporate governance. Ada dua mekanisme

pengawasan yaitu pengawasan internal dan pengawasan eksternal. Mekanisme

pengawasan internal dilakukan oleh dewan komisaris dan komite sedangkan

mekanisme pengawasan eksternal dilakukan oleh auditor eksternal atau

akuntan publik. Komite tersebut dapat mengatasi masalah keagenan karena

dapat memprediksi ketika adanya biaya agensi yang cenderung tinggi,

contohnya yaitu leverage tinggi dan ukuran perusahaan yang besar. (Chen, et

al., 2009 dalam Andarini dan Januarti, 2010).

(30)

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kata kepatuhan berasal dari

kata patuh, patuh diartikan sebagai suka menurut perintah, taat kepada

perintah/aturan dan disiplin. Kepatuhan adalah memiliki sifat patuh,

tunduk, patuh pada ajaran atau peraturan.

Peraturan mengenai ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan

yang telah diaudit diatur dalam peraturan surat Keputusan Ketua

BAPEPAM Nomor: Kep-36/PM/2003 yang menjelaskan tentang laporan

keuangan tahunan beserta laporan auditor independen wajib disampaikan

kepada BAPEPAM paling lambat 90 hari atau akhir bulan ketiga setelah

tanggal berakhirnya laporan keuangan tahunan. Peraturan BAPEPAM

tersebut mengindikasikan adanya kepatuhan yang harus dilakukan oleh

individu maupun organisasi yang terdaftar di BEI agar dapat

menyampaikan laporan keuangan tahunan yang diaudit sesuai dengan

peraturan tersebut. Keadaan tersebut sesuai dengan teori kepatuhan.

Menurut Tyler (1990) terdapat dua perspektif tentang kepatuhan

hukum. Perspektif instrumental merupakan kepatuhan hukum individu

yang didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap

perubahan insentif, serta penalti yang berhubungan dengan perilaku.

Perspektif normatif merupakan kepatuhan hukum yang berhubungan

dengan apa yang dianggap orang sebagai moral dan berlawanan dengan

kepentingan pribadi.

Seseorang memiliki kecenderungan untuk mematuhi hukum yang

(31)

normatif melalui moralitas personal adalah perilaku mematuhi hukum

adalah suatu keharusan, sedangkan komitmen normatif melalui legitimasi

adalah perilaku untuk mematuhi aturan karena wewenang penyusun

hukum memiliki hak untuk mendikte perilaku (Sudaryanti, 2008 dalam

Sulistyo, 2010). Teori kepatuhan memengaruhi individu untuk berusaha

mematuhi peraturan yang berlaku, begitu pula dengan organisasi akan

berusaha untuk mematuhi aturan BAPEPAM dalam hal menyampaikan

laporan keuangan yang telah diaudit tepat pada waktunya.

3. Auditing

Arens et al. 2009 mengungkapkan mengenai auditing merupakan

pekerjaan yang terstruktur dan sesuai dengan standar untuk mengumpulkan,

mengakumulasi, dan mengevaluasi bukti yang ditemukan di lapangan

mengenai informasi kemudian menentukan dan melaporkan tingkat

korespondensi terhadap informasi tersebut dengan kriteria yang telah

ditentukan. Tiga kriteria yang harus dimiliki oleh auditor independen adalah

(1) auditor menjunjung tinggi rasa independensi, (2) pendapat yang

dikeluarkan oleh auditor independen wajib didukung dengan bukti-bukti kuat

sebagai dasar pengambilan keputusan pendapat tersebut, (3) auditor memiliki

sifat dapat bertanggung jawab atas laporan keuangan auditan.

Berikut ini merupakan jenis audit berdasarkan ruang lingkup dan

objeknya menurut Arens et al. 2009 adalah:

(32)

Audit operasional lebih berfokus untuk mengevaluasi tingkat efektivitas

dan efisiensi pengambilan keputusan perusahaan mengenai metode dan

prosedur aktivitas operasional perusahaan.

2) Audit Kepatuhan

Audit kepatuhan yaitu audit yang dilakukan untuk mengetahui dan

menentukan seberapa tingkat kepatuhan perusahaan terhadap regulasi dan

peraturan yang berlaku.

3) Audit Laporan Keuangan

Audit yang dilakukan untuk menilai tingkat kewajaran laporan

keuangan yang akan disajikan oleh perusahaan kepada publik.

Ada standar auditing yang dijadikan pedoman oleh auditor dalam

mengaudit yaitu Pernyataan Standar Auditing (PSA). PSA ditetapkan oleh

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Berikut ini Pernyataan Standar Auditing

(PSA) No. 1 dalam Mulyadi (2009):

a) Standar Umum

a. Auditor memiliki kemampuan atau keahlian dalam bidang auditing

dan melaksanakan teknis agar dapat menjalankan tanggung

jawabnya.

b. Sikap independensi, mental, dan hal lain yang berhubungan dengan

perikatan dengan klien harus dijunjung tinggi oleh auditor.

c. Auditor harus menggunakan kemahiran profesional, cermat, dan

tepat dalam melaksanakan audit.

(33)

a. Pekerjaan lapangan harus direncanakan terlebih dahulu. Apabila

menginginkan asisten dalam auditing wajib disupervisi.

b. Auditor memahami pengendalian internal atas perusahaan klien.

c. Melakukan inspeksi, pengamatan, meminta keterangan,

mengkonfirmasi dapat menemukan bukti audit yang kompeten

sebagai dasar mengeluarkan pendapat atas laporan keuangan yang

telah diaudit.

c) Standar Pelaporan

a. Laporan auditor berisi tentang keterangan bahwa laporan keuangan

perusahaan klien telah disusun sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang

Berlaku Umum (PABU) di Indonesia ataukah belum.

b. Apabila penerapan prinsip akuntansi pada periode berjalan

mengalami perubahan dengan periode sebelumnya maka wajib

diungkapkan.

c. Dalam laporan keuangan yang disusun oleh klien harus ada

pengungkapan informatif yang tepat dan memadai, kecuali apabila

dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4. Audit Delay

Dalam mengaudit suatu laporan keuangan ada batas waktu yang

diberikan kepada auditor eksternal untuk menyelesaikan laporan keuangan

yang sedang diaudit tersebut. Perusahaan memiliki kewajiban untuk

melaporkan laporan keuangan yang telah diaudit kepada BAPEPAM-LK

(34)

keuangan tahunan. Apabila perusahaan terlambat dalam melaporkan laporan

keuangan tersebut maka akan berpengaruh pada nilai ketepatan

penyampaian laporan keuangan (timeliness) sehingga manfaat dari laporan

keuangan tersebut semakin berkurang. Akibatnya dapat memengaruhi

kestabilan harga saham di pasar karena terlambatnya penyampaian laporan

keuangan tersebut. Investor tertarik pada penyampaian laporan keuangan

yang tepat waktu karena mereka akan berpikir bahwa penyampaian laporan

keuangan yang tepat waktu dengan unqualified opinion maka perusahaan

tersebut sehat dan aman untuk berinvestasi. Apabila perusahaan tersebut

mengalami delay dalam menyampaikan laporan keuangan kepada publik

maka investor akan berpikir bahwa ada masalah di dalam perusahaan

tersebut yang membuat auditor semakin lama melakukan auditing pada

laporan keuangan perusahaan tersebut sehingga investor cenderung lebih

berhati-hati untuk menginvestasikan modal mereka (Asthon et al., 1987

dalam Bangun 2012).

5. Penerapan International Financial Reporting Standards (IFRS)

Seiring dengan perkembangan zaman, perubahan teknologi, gaya

hidup, politik, dan lain sebagainya menyebabkan jalur lintas bisnis antar

negara juga semakin mudah dijangkau dan berkembang pesat, sehingga

diperlukan adanya satu standar pelaporan keuangan yang dapat diikuti oleh

seluruh negara untuk memudahkan kerjasama antar negara. IFRS

(International Financial Reporting Standards) merupakan terobosan baru

(35)

Board (IASB) yaitu standar pelaporan keuangan internasional yang dapat

membantu perusahaan diseluruh dunia dalam menyajikan laporan

keuangan bagi publik diseluruh dunia (Prihadi, 2012).

Menurut Ankarath et al., dalam Prihadi (2012) Standar pelaporan

keuangan internasional (IFRS) telah digunakan lebih dari 100 negara di

dunia. Untuk memudahkan menjalin kerjasama ekonomi antar negara

Indonesia juga mengkonversi IFRS menjadi PSAK (Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan).

International Financial Reporting Standards (IFRS) memiliki tiga ciri

utama yaitu:

1) Principal-Based (Berbasis Prinsip)

Di dalam IFRS hanya mengatur mengenai hal-hal pokok saja

sedangkan untuk prosedur dan kebijakan yang lebih detail diserahkan

kepada pengguna. Akibatnya pengguna memerlukan professional

judgement yang tepat untuk menerapkan standar. Akuntan wajib

mempunyai pengetahuan, skill, dan etika untuk dapat membuat judgement

yang tepat.

2) Fair Value (Nilai Wajar)

Untuk dapat meningkatkan relevansi informasi akuntansi diperlukan

nilai wajar yang lebih detail. Pada standar sebelumnya juga menggunakan

dasar nilai wajar namun nilai wajar hanya diterapkan pada pencatatan awal

dan penilaian setelah pencatatan awal pada beberapa aset saja yang

(36)

saham). Di dalam International Financial Reporting Standards (IFRS)

penggunaan dasar fair value diperluas lagi seperti pada aset biologi, aset

tetap, properti investasi, dan aset tidak berwujud sebagai pilihan metode

selain metode biaya.

3) Disclosure (Pengungkapan)

Agar laporan keuangan yang disajikan lebih dapat diandalkan maka

IFRS mewajibkan untuk pengungkapan (disclosure) informasi yang lebih

banyak sehingga memengaruhi pertimbangan keputusan yang diambil

oleh pengguna laporan keuangan (Martini, 2012).

Selain itu IFRS juga mengharuskan perusahaan melakukan review

terhadap sistem operasional perusahaan (SOP) dan prosedur akuntansi

perusahaan. Misalnya review penggunaan estimasi pada tanggal

pelaporan untuk menguji validitas estimasi tersebut. (Martini, 2012).

IFRS bagi masing-masing perusahaan memiliki dampak yang

berbeda-beda tergantung dari jenis industri, jenis transaksi, elemen

laporan keuangan yang dimiliki dan pilihan kebijakan akuntansi yang

dipilih perusahaan. Beberapa perusahaan harus mengubah sistem operasi

dan bisnis perusahaan dan beberapa perusahaan lainnya hanya mengubah

pada prosedur akuntansi. Perusahaan yang sangat terdampak dengan

adanya IFRS ini adalah perusahaan perbankan sehingga banyak

perubahan yang harus dilakukan oleh perusahaan perbankan. Tidak

(37)

juga harus diubah. Misalnya mengenai penyisihan atas kredit yang

disalurkan. (Martini, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ketut Tanti menemukan

beberapa dampak adanya IFRS yaitu:

1) Dampak Implementasi IFRS pada Sistem Akuntansi

Principle based berarti bahwa IFRS tidak bersifat kaku namun hanya

memberikan prinsip-prinsip pokok umum standar akuntansi yang harus

diikuti dengan tujuan agar laporan keuangan yang dihasilkan relevan,

dapat diandalkan, dan objektif selain daripada itu pengguna harus

menyesuaikan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Perbandingan

dengan standar akuntansi sebelumnya yang berbasis rule based lebih

bersifat kaku dan rigid. Akibatnya akuntan harus memiliki keahlian dan

pengetahuan untuk dapat membuat professional judgement yang tepat

sehingga akan terjadi peralihan sistem akuntansi dari rule based ke

principal based. Selain itu karakteristik yang kedua dalam IFRS yaitu

fair value (nilai wajar). Dalam standar akuntansi sebelumnya

penggunakan historical cost dan hanya beberapa yang menggunakan

nilai wajar namun dengan adanya IFRS maka dilakukan peralihan standar

akuntansi dari historical cost ke fair value. Peningkatan penggunakan

nilai wajar misalnya pada beberapa aset tidak berwujud, aset biologis,

properti investasi, dan aset keuangan. Dampak yang terakhir perubahan

(38)

untuk pengungkapan yang lebih banyak baik kualitatif maupun

kuantitatif.

2) Dampak Implementasi IFRS pada Sistem Informasi Perusahaan

Dengan adanya Implementasi IFRS maka akan memiliki dampak

pada sistem informasi di dalam perusahaan karena adanya perbedaan

standar yang berlaku sebelum Implementasi IFRS dan standar yang

berlaku setelah Implementasi IFRS, sehingga perusahaan perlu

mengubah sistem informasi dalam perusahaan.

3) Dampak Implementasi IFRS pada Sumber Daya Manusia (SDM)

Perusahaan

Dampak signifikan yang terjadi pada pemberlakuan standar

akuntansi yang baru pada SDM. Di dalam IFRS menganut principle

based bukan rule based yang berarti bahwa IFRS hanya memberikan

prinsip-prinsip dasar saja sedangkan hal-hal yang lebih mendetail

diserahkan kepada pengguna. Untuk itu diperlukan pengetahuan,

keahlian untuk membuat professional judgement yang tepat untuk

mempersiapkan laporan keuangan dan dalam hal auditing. Baik akutan

maupun auditor harus memiliki kemampuan, pengetahuan, etika yang

baik untuk menghasilkan kinerja yang baik. Principle based menuntut

akuntan untuk dapat memahami mengenai transaksi bisnis dan ekonomi

perusahaan secara mendasar sebelum membuat professional judgement.

Auditor juga dituntut harus membuat berbagai macam estimasi yang

(39)

kemampuan mengintrepretasikan tujuan dari standar sehingga untuk

membuat professional judgement yang tepat maka perlu pemahaman

yang baik dalam hal transaksi maupun laporan keuangan.

4) Dampak Implementasi IFRS pada Sistem Organisasi Perusahaan

Dampak yang terjadi dengan adanya Implementasi IFRS

(International Financial Reporting Standards) yaitu mengubah cara

perusahaan mengolah bisnisnya. Perubahan tidak terjadi pada pembuatan

laporan keuangannya saja namun juga memengaruhi pada proses bisnis

perusahaan. Maka perlunya membuat pengendalian internal khususnya

dalam hal pelaporan keuangan agar laporan keuangan dapat memenuhi

syarat yang telah ditetapkan.

Berikut roadmap Implementasi PSAK ke IFRS yang dibuat oleh

(40)
[image:40.595.138.531.114.507.2]

Gambar 2.1

(41)
[image:41.595.102.516.158.363.2]

Tabel 2.1 Daftar IFRS per 2009

NO Standar

1 IFRS 2 Share-Based Payment

2 IAS 21 The Effects Of Changes In Foreign Exchange Rates

3 IAS 27 Consolidated And Separate Financial Statements

4 IFRS 5 Non-Current Assets Held For Sale And Discontinued Operations

5 IAS 28 Investment In Associates

6 IFRS 7 Financial Instrument: Disclosures

7 IFRS 8 Operating Segment

8 IAS 31 Interest In Joint Ventures

9 IAS 1 Presentation Of Financial

10 IAS 36 Impairment Of Assets

11 IAS 37 Provisions, Contingent Liabilities And Contingent Asset

12 IAS 8 Accounting Policies, In Accounting Estimates Errors

Tabel 2.2

Daftar IFRS per 2010

1 IAS 7 Cash Flow Statements

2 IAS 41 Agriculture

3 IAS 20 Accounting For Government Grants And Disclosure Of Government Assistance

4 IAS 29 Financial Reporting In Hyperinflationary Economies

5 IAS 24 Related Party Disclosures

6 IAS 38 Intangible Asset

7 IFRS 3 Business Combination

8 IFRS 4 Insurance Contract

9 IAS 33 Earnings Per Share

10 IAS 19 Employee Benefits

11 IAS 34 Interim Financial Reporting

12 IAS 10 Events After The Reporting Period

13 IAS 11 Contruction Contract

14 IAS 18 Revenue

15 IAS 12 Income Taxes

16 IFRS 6 Exploration For And Evaluation Of Mineral Resources

[image:41.595.108.512.422.694.2]
(42)

Tahun 2013 merupakan Implementasi gelombang kedua bagi Indonesia

dalam mengadopsi IFRS. Indonesia belum mengambil keputusan untuk

[image:42.595.100.508.193.752.2]

mengadopsi IFRS secara penuh.

Tabel 2.3

Daftar PSAK per 12 Juli 2013

NO Standar

1 ISAK 27 Pengalihan Aset dari Pelanggan 2 ISAK 28 Pengakhiran Liabilitas Keuangan dengan

Instrumen Ekuitas

3 ISAK 29 Biaya Pengupasan Lapisan Tanah Tahap Produksi pada Tambang Terbuka

4 PPSAK 12 Pencabutan PSAK 33 (PSAK untuk Industri Pertambangan)

Tabel 2.4

Daftar PSAK per 19 Desember 2013

NO Standar

1 PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan 2 PSAK 4 Laporan Keuangan Tersendiri

3 PSAK 15 Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama 4 PSAK 24 Imbalan Kerja

5 PSAK 65 Laporan Keuangan Konsolidasian

6 PSAK 66 Pengaturan Bersama (menggantikan PSAK 11 dan PSAK 12)

7 PSAK 67 Pengungkapan Kepentingan dalam Entitas Lain 8 PSAK 68 Pengukuran Nilai Wajar

Tabel 2.5

Daftar PSAK per 24 April 2014

NO Standar

1 PSAK 46 Pajak Penghasilan 2 PSAK 48 Penurunan Nilai Aset

(43)
[image:43.595.103.508.203.502.2]

5 ISAK 25 Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran 6 PSAK 60 Instrumen Keuangan: Pengungkapan

Tabel 2.6

Daftar IFRS Pengecualian Per 2014

NO Standar Keterangan

1 IFRS 1 First Time Adoption of International Financial Reporting Standards

Menunggu adopsi penuh IFRS

2 IFRS 9 Financial Instruments Menunggu finalisasi IFRS 9 secara utuh

3 IAS 41 Agriculture Menunggu finalisasi

pembahasan IASB atas amademen IAS 41 (estimasi kuartal ketiga

2014) 4 IFRIC

15

Agreements for the Construction of Real

Estate

IASB telah menerbitkan IFRS 15 Revenue from Contracts with Customers

(26 Mei 2014) yang akan mencabut IFRIC 15 5 IFRIC

21

Levies Dalam pembahasan dan

akan mengikuti perkembangan penerapan

yuridiksi lain

Tidak semua standar IFRS diatas diambil sepenuhnya dan diubah menjadi

PSAK, itulah mengapa IAI memilih konvergensi daripada adaption dan full

adoption. Perbedaan antara konvergensi, adaption dan full adoption akan

digambarkan dalam tabel berikut (Simbolon, 2011:3).

Tabel 2.7

Perbedaan Adaptasi, Konvergensi, dan Adopsi

Perbedaan Adaption Convergence Full Adoption

(44)

Standar akuntansi Membuat standar yang benar-benar baru Membuat standar baru dengan mempertimbang kan keadaan yang berlaku Menerjemahkan standar lama menjadi standar baru Contoh Negara Indonesia sebelum IFRS Indonesia setelah 2012 Australia, Hongkong

[image:44.595.134.511.112.215.2]

Daftar IFRS updates yang telah berlaku efektif Tabel 2.8

Daftar IFRS di IndonesiaTelah Berlaku Efektif

Standar Tanggal Efektif

IFRS 13 Fair Value Measurement 1 Januari 2013

The package of five:

IFRS 10 Consolidated financial statements

IFRS 11 Joint arrangements

IFRS 12 Disclosure of Interests in other entities

IAS 27 Separate financial statements (Revisi 2011)

IAS 28 Investments in associates and joint ventures (Revisi 2011)

1 Januari 2013

IAS 19 Employee Benefits (Revisi 2011) 1 Januari 2013 Amandemen IFRS 1 First Time Adoption of International Financial

Reporting Standards, terkait dengan: - Government Loans

Presentation of items of other comprehensive income

1 Januari 2013

Amandemen IFRS 7 Financial Instruments: Disclosures dan IAS 32

Financial instruments: Presentation, mengenai Offsetting financial assets and financial liabilities and the related disclosures

1 Januari 2013

IFRIC 20 Stripping costs in the production phase of a surface mine 1 Januari 2013

Standar Tanggal Efektif

Annual Improvement to IFRSs 2009-2011 Cycle, termasuk

didalamnya merupakan amandemen untuk beberapa standar berikut: - IFRS 1 First-time Adoption of International Financial Reporting Standards, terkati dengan repeated application of IFRS 1 dan borrowing costs

– IAS 1 Presentation of financial

statementsmengenai clarification of the requirements for comparative

(45)

information

– IAS 16 Property, plant and

equipment mengenai classification of servicing equipment

– IAS 32 Financial Instruments: Presentation mengenai tax effect of distribution to holders of equity instruments

– IAS 34 Interim financial reporting mengenai Interim financial reporting and segment information for total assets and liabilities

IFRIC 21: Levies 1 Januari 2014

Amandemen IFRS 10 Consolidated financial statements, IFRS 12 Disclosure of interest in other entities, dan IAS 27 Separate financial statements mengenai investments entities

1 Januari 2014

IAS 32 Financial instruments: Presentations mengenai offsetting financial assets and financial liabilities

1 Januari 2014

IAS 36 Impairment of assets, mengenai recoverable amount disclosures for non-financial asset

1 Januari 2014

IAS 39 Financial instruments: Recognition and Measurement, mengenai novation of derivatives and continuation of hedge accounting

[image:45.595.108.566.110.382.2]

1 Januari 2014

Tabel 2.9

Daftar IFRS di Indonesia Belum Berlaku Efektif

Standar Tanggal Efektif

Annual Improvements atas IFRSs 2010-2012, termasuk didalamnya merupakan amandemen untuk beberapa standar berikut:

IFRS 2 Shared based payments mengenai definition of vesting condition

– IFRS 3 Business combinations mengenai accounting for contingent consideration in a business combination

– IFRS 8 Operating segment mengenai: a. aggregation of operating segment, dan

b. reconciliation of the total of the reportable segments’ assets to the

entity’s assets

– IFRS 13 Fair value measurement mengenai short term receivables and payables

– IAS 16 Property, plant, and equipment dan IAS 38 Intangible assetmengenai revaluation method: proportionate restatement of accumulated depreciation/amortisation

– IAS 24 related party disclosures mengenai key management personnel

1 Juli 2014

Annual Improvements to IFRS 2011-2013, termasuk didalamnya merupakan amandemen untuk beberapa standar berikut:

- IFRS 1 First-time Adoption of International Financial Reporting

(46)

Standards mengenai effective IFRS

– IFRS 3 Business Combinations mengenai scope of exception for joint ventures

– IFRS 13 Fair Value Measurement mengenai scope of portfolio exception (paragraph 52)

– IAS 40 Investment property mengenai interrelationship between IFRS 3dan IAS 40

IFRS 14 Regulatory Deferral Accounts issued 1 Januari 2016 Amandemen IAS 16 Property, plant, and equipment dan IAS

41 Agriculturemengenai bearer plants

1 Januari 2016

Amandemen IFRS 11 Joint arrangements mengenai IFRS 11 Joint arrangements

1 Januari 2016

Amandemen IAS 27 Separate financial statements mengenai equity method in separate financial statements

1 Januari 2016

(47)

Daftar Tabel 2.10 PSAK– Tidak Berlaku Lagi

Dari sekilas penjelasan sebelumnya, bahwa memang dibenarkan adanya

perbedaan dalam penyajian laporan sebelum dan sesudah menerapkan IFRS.

Berbagai aspek dijadikan pertimbangan dari segi laporan, cara, dan pengguna.

Tapi itu semua kembali kepada perusahaan itu sendiri, jika memang ada hal

yang harus diperbarui. Jika tidak, hal yang mungkin dilakukan sebagai langkah

pengadopsian ialah melakukan beberapa perubahan tidak secara menyeluruh,

melainkan hanya terkait dengan prosedur akuntansinya saja.

PSAK 59 Perbankan Syariah PSAK 31 Perbankan

PSAK 29 Pertambangan Minyak dan Gas PSAK 33 Pertambangan Umum

PSAK 32 Kehutanan

PSAK 35 akuntansi pendapatan Jasa Telekomunikasi PSAK 27 Akuntansi Koperasi

PSAK 37 Akuntansi Penyelenggaraan Jalan Tol PSAK 9 Penyajian aktiva lancar dan kewajiban lancar PSAK 49 Akuntansi Reksa Dana

PSAK 42 Akuntansi Perusahaan Efek PSAK 12 Pengendalian Bersama

PSAK 11 Penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing PSAK 39 Kerjasama Operasi

PSAK 17 Penyusutan PSAK 21 Ekuitas

PSAK 40 Akuntansi Perubahan ekuitas anak perusahaan PSAK 41 Akuntansi waran

PSAK 43 Akuntansi Anjak Piutang PSAK 47 Tanah

PSAK 51 Kuasi Reorganisasi PSAK 52 Mata uang Pelaporan

(48)

Kebijakan dan pengambilan keputusan yang dibuat manajer tersebut berupa

penerapan metode akuntansi pada perusahaan yang mereka kelola (Boediono,

2005). Penerapan IFRS sebagai standar global akan berdampak pada semakin

sedikitnya pilihan-pilihan metode akuntansi sehingga akan meminimalisir

praktik-praktik kecurangan akuntansi. Selain itu dengan melalui mekanisme

monitoring, corporate governance yang berkualitas tinggi akan memiliki

kualitas monitoring yang lebih tinggi pula sehingga dapat membatasi perilaku

oportunis manajer ataupun pemegang saham pengendali seperti manajemen laba

melalui metode akuntansi yang dipilih. Akibatnya manajemen harus mengubah

prosedur akuntansi dan hal lain yang telah dijelaskan sebelumnya yang dapat

menyebabkan semakin lama proses auditing sehingga laporan keuangan auditan

yang diterbitkan akan terlambat.

Komite Audit pada umumnya memiliki akses langsung dengan setiap unsur

pengendalian dalam perusahaan sehingga diperlukan suatu mekanisme

komunikasi antara komite audit dengan berbagai pihak, dengan kata lain

semakin lancar komunikasi akan semakin meningkat kinerja dari pengendalian

perusahaan. Hal ini sejalan dengan kerangka GCG (Good Corporate

Governance) sendiri yang memiliki kandungan permintaan disclosure

(pengungkapan) informasi yang kuat. Dengan adanya komite audit dan jumlah

frekuensi rapat komite audit yang dilakukan semakin banyak maka audit delay

(49)

6. Jenis Industri

Industri adalah bidang yang mengolah hasil bumi menggunakan

keterampilan, alat-alat bantu dan ketekunan kerja untuk membuat suatu produk

baru dari olahan hasil bumi tersebut.

Industri dibagi menjadi dua macam yaitu:

a. Industri Barang

Industri barang yaitu mengolah hasil bumi untuk menjadi barang

setengah jadi atau barang jadi. Di dalam industri barang biasanya terdapat

pabrik, sumber daya manusia, sumber daya alam, mesin, teknologi, material,

modal, dan energi yang diolah bersama-sama sesuai dengan prosedur yang

telah ditetapkan perusahaan untuk menciptakan suatu produk unggulan yang

siap digunakan oleh masyarakat umum atau diolah lebih lanjut untuk

menghasilkan produk baru lainnya. Industri barang juga biasa dikenal

dengan manufaktur. Manufaktur merupakan pembuatan produk dengan

bantuan mesin untuk megolah bahan baku menjadi barang jadi dengan

pengawasan secara otomatis dan manual. Contohnya menghasilkan produk

seperti pupuk, bibit tanaman, sepeda, obat-obatan, semen, makanan dan

minuman, alat elektronik, dan lain sebagainya.

b. Industri Jasa

Kegiatan operasional industri jasa yaitu memberikan pelayanan jasa

bagi masyarakat yang membutuhkan. Di dalam industri jasa tidak ada

mengolah bahan baku akan tetapi kegiatan operasional yang dilakukan yaitu

(50)

asuransi, perbankan, penjahit, pengacara, kesehatan, pendidikan,

transportasi umum, dan lain sebagainya.

Jenis industri berdasarkan produktivits perorangan menurut SK

Kementrian Perindustrian No. 19/M/I/1987 adalah:

1) Industri Primer (Ekstraktif)

Kegiatan industri ini barang-barang produksinya tidak perlu diolah

terlebih dahulu. Contohnya yaitu hasil pertanian, hasil pertambakan, hasil

perkebunan, hasil peternakan, dan lain-lain.

2) Industri Sekunder (Manufaktur)

Industri manufaktur mengolah bahan baku atau bahan yang masih

mentah untuk menghasilkan barang-barang baru yang dapat diolah kembali.

Misalnya yaitu sarden, buah kaleng, komponen elektronik, dan lain-lain.

3) Industri Tersier (Jasa)

Industri tersier beroperasi dengan memberikan pelayanan jasa kepada

konsumen yang membutuhkan. Produk yang dijual bukan berupa barang

namun jasa. Contohnya yaitu bank, asuransi, jasa konsutasi, jasa audit,

kesehatan, dan sebagainya.

4) Industri Kuarterner (Pengetahuan)

Industri ini beroperasi di bidang penelitian pengetahuan, dan teknologi

yang berlevel tinggi. Misalnya yaitu peneliti, pengacara, dokter, dan

lain-lain.

(51)

Beberapa penulis menganggap industri ini merupakan cabang dari

industri kuarterner yaitu merupakan level tertinggi pengambilan keputusan di

masyarakat atau perekonomian. Contohnya yaitu para eksekutif di

pemerintahan, universitas, non-profit, kultur, media, dan lain sebagainya.

7. Kompleksitas Operasi Perusahaan

Beberapa perusahaan mendirikan perusahaan tidak hanya satu perusahaan

melainkan memiliki beberapa anak perusahaan biasanya di sebut dengan

perusahaan kelompok. Menurut S.M Bartman perusahaan kelompok yaitu terdiri

dari susunan beberapa perusahaan yang berdiri sendiri di bawah satu pimpinan

pusat atau induk perusahaan.

Jika dilihat dari sudut pandang ekonomi maka perusahaan kelompok secara

keseluruhan terdiri dari perusahaan induk sebagai pemimpin pusat dan beberapa

anak perusahaan yang merupakan suatu kesatuan. Namun bukan berarti dengan

adanya kesatuan tersebut juga menjadi satu kesatuan ekonomi. Pada dasarnya

anak perusahaan memiliki hukum secara yuridis berkedudukan terpisah mandiri

dari induk perusahaan. Anak perusahaan adalah unit yang terpisah dan mandiri

dari perusahaan induk. Berbeda dengan cabang (branch) bukanlah suatu kesatuan

perusahaan yang mandiri secara yuridis. Cabang merupakan bagian dari unit yang

tak terpisakan oleh perusahaan pusat. Perusahaan pusat memiliki kuasa penuh atas

cabang dan segala keuntungan dan kerugian menjadi hak perusahaan pusat.

Menurut Slagter, perusahaan kelompok tidak hanya terdiri dari perusahaan

(52)

badan hukum juga dapat bergabung dalam perusahaan kelompok misalnya CV

atau Firma. Bartman juga mengemukakan bahwa anak perusahaan kecil lalu

sahamnya dimiliki oleh perusahaan besar namun perusahaan kecil tersebut juga

diberi wewenang untuk menjadi pengurus maka termasuk dalam perusahaan

kelompok misalnya adalah perusahaan multinasional beserta cabang-cabangnya di

seluruh negara.

Kompleksitas operasi perusahaan berhubungan dengan unit-unit perusahaan

yang saling bekerjasama dan saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan

perusahaan. Jumlah anak perusahaan suatu perusahaan mewakili kompleksitas

jasa audit yang diberikan yang merupakan ukuran rumit atau tidaknya transaksi

yang dimiliki oleh klien KAP untuk diaudit (Widosari, 2012).

8. Struktur Kepemilikan Perusahaan

Menurut Hilmi dan Ali (2008) kepemilikan publik merupakan kepemilikan

yang dimiliki oleh masyarakat terhadap saham suatu perusahaan publik.

Kepemilikan publik memiliki kekuatan untuk memengaruhi perusahaan dengan

opini-opini berupa komentar ataupun kritikan dalam media masa apabila

manajemen perusahaan tidak memiliki kinerja yang baik. Selain itu kepemilikan

saham pihak luar membuat terbatasnya ruang gerak pihak manajemen untuk

melakukan pengelolaan karena adanya tekanan dari pihak luar mengenai

peningkatan kinerja perusahaan. Dengan adanya kepemilikan saham pihak luar

membuat perusahaan berusaha sebaik-baiknya untuk taat pada peraturan agar

(53)

mengindikasikan bahwa ada masalah dalam perusahaan tersebut sehingga dapat

memengaruhi keputusan investasi di masa yang akan datang.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Haryani &

Wiratmaja (2014) yang menyatakan bahwa kepemilikan publik memiliki

pengaruh negatif terhadap audit delay. Semakin besar kepemilikan publik akan

membuat penyampaian laporan keuangan auditan kepada publik semakin cepat

dan audit delay semakin pendek.

9. Komite Audit

Komite audit memiliki tugas untuk mengawasi perencanaan, pelaksanaan

sesuai dengan prosedur kemudian mengevaluasi hasil audit yang bertujuan untuk

menilai kelayakan dan jalannya sistem pengendalian internal sekaligus mengawasi

penyusunan laporan keuangan di suatu perusahaan (Haryani dan Wiratmaja,

2014).

Di sebuah perusahaan, komite audit dibentuk oleh dewan komisaris. Komite

audit bertugas untuk membantu dewan komisaris menjalankan fungsinya yaitu

mengawasi penelaahan laporan keuangan tahunan auditan dan laporan keuangan,

proses pelaporan keuangan, sistem pengendalian internal, dan juga mengawasi

proses auditing. Anggota komite audit akan diangkat dan diberhentikan oeh

dewan komisaris kemudian akan dilaporkan dalam rapat umum pemegang saham.

Dewan direksi memenuhi tanggung jawabnya terhadap perusahaan yang

diatasnamakan oleh investor dan para pemangku kepentingan. Apabila sebuah

perusahaan memiliki dewan direksi yang banyak, umumnya akan membentuk

(54)

laporan keuangan, manajemen risiko, keberlangsungan, keamanan perusahaan,

dan lain sebagainya. Komite memiliki pengambilan keputusan untuk

merekomendasikan kepada direksi untuk membuat suatu tindakan dari hasil

pengawasan yang telah dilakukan. Untuk dapat mengambil keputusan yang baik,

efektif, dan efisien perlu diakukan rapat komite audit. BAPEPAM (Badan

Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan) telah menetapkan rapat komite

audit wajib dilakukan minimal 3-4x dalam setahun sehingga intensitas rapat yang

tinggi dapat meminimalisir terjadinya audit delay.

10.Audit Tenure

Menurut Geiger dan Rughunandan (2002) audit tenure adalah jangka waktu

sebuah kantor akuntan publik bekerjasama dengan kliennya yang diukur dengan

jumlah tahun. Jadi audit tenure merupakan jangka waktu kantor akuntan publik

memiliki perikatan kerja dalam rangka memberikan pelayanan jasa audit pada

kliennya. Peraturan yang dibuat oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 menjelaskan bahwa hubungan perikatan kantor

akuntan publik dan kliennya paling lama enam tahun berturut-turut sehingga

semakin lama kantor akuntan publik mengaudit kliennya maka semakin singkat

audit delay dikarenakan auditor sudah berkali-kali melakukan auditing pada

perusahaan klien sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengaudit

laporan keuangan klien.

(55)

1. Perbedaan Audit Delay Pada Saat Sebelum Dan Sesudah Implementasi IFRS

Fase II

Audit delay merupakan keterlambatan perusahaan melaporkan laporan

keuangan yang telah diaudit kepada BAPEPAM. Nilai ketepatan waktu dalam

menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit dapat menjadi

pertimbangan pihak eksternal untuk mengambil keputusan karena nilai

ketepatan waktu yang tidak terpenuhi mengindikasikan adanya masalah dalam

perusahaan tersebut. Implementasi IFRS yang terjadi secara bertahap dapat

menyebabkan auditor memerlukan waktu lebih panjang untuk memverifikasi

penerapan IFRS pada perusahaan agar sesuai dengan aturan standar yang

berlaku. Selain itu adanya penambahan fair value yang lebih banyak dari

sebelumnya dapat menyebabkan semakin kompeksnya jala

Gambar

Gambar 2.1
Tabel 2.1
Tabel 2.3  Daftar PSAK per 12 Juli 2013
Tabel 2.6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perjanjian Kontrak Kerja adalah perjanjian antara pegawai baru dengan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya yang memuat hak dan kewajiban di kedua belah

Kelompok Kerja Pengadaan Jasa Konsultansi Pekerjaan Jalan dan Jembatan Provinsi Jawa Tengah pada Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah Dana APBD Tahun Anggaran 2015 yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap mahasiswa terhadap iklan dan sikap terhadap produk Hand & Body Lotion Citra serta untuk mengetahui apakah ada

kritis, aktivitas belajar dan keterampilan mengajar guru. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara untuk memperoleh data awal, tes untuk memperoleh data nilai siswa,

3. Peran guru sebagai supervisor dalam mengembangkan sosial emosional anak usia 5-6 tahun di TK Al-Hidayah Medan Polonia. Dari pengamatan yang peneliti lakukan, peran guru

Telah dilakukan uji penetrasi ekstrak etanol rimpang Cyperus rotundus .L dalam bentuk patch basis lipofil dengan konsentrasi 7 % menggunakan dua membran penetrasi yaitu

Seorang dokter muda bekerja magang di rumah sakit untuk menangani pasien di bawah pengawasan dokter-dokter lain yang sudah senior, sehingga tidak benar apabila dikatakan pasien

Perkawinan (pernikahan) menurut ulama fiqih adalah akad yang mengandung kebolehan melakukan hubungan suami istri dengan lafal nikah atau kawin atau yang semakna