• Tidak ada hasil yang ditemukan

Catatan Seorang Calon Dokter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Catatan Seorang Calon Dokter"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Catatan Seorang Calon Dokter 

Catatan Seorang Calon Dokter 

CATATAN PRIBADI SEORANG (CALON) DOKTER CATATAN PRIBADI SEORANG (CALON) DOKTER Menjadi dokter adalah sebuah cita-cita bagi bany

Menjadi dokter adalah sebuah cita-cita bagi banyak orang. Menjadi dokter juga adalah sebuah impian,ak orang. Menjadi dokter juga adalah sebuah impian, harapan bagi berbagai idealisme. Baik idealisme menolong orang lain, memenuhi hara

harapan bagi berbagai idealisme. Baik idealisme menolong orang lain, memenuhi harapan keluarga, hinggapan keluarga, hingga mengangkat harkat martabat keluarga. Apapun

mengangkat harkat martabat keluarga. Apapun itu dasarnya, tidak bisa dielakkan, itu dasarnya, tidak bisa dielakkan, tidak bisa diubah, dantidak bisa diubah, dan itulah keunikan setiap individu yang ingin menjadi dokter.

itulah keunikan setiap individu yang ingin menjadi dokter.

Namun kehidupan dokter tidaklah seindah yang dibayangkan banyak orang. Di dalamnya terdapat banyak Namun kehidupan dokter tidaklah seindah yang dibayangkan banyak orang. Di dalamnya terdapat banyak sekali tantangan yang mungkin bagi orang

sekali tantangan yang mungkin bagi orang awam tidak masuk akal. Dokter juga seringkali awam tidak masuk akal. Dokter juga seringkali menerimamenerima pandangan miring dari masyarakat. Pandangan bahwa dokter merupakan salah satu profesi yang banyak pandangan miring dari masyarakat. Pandangan bahwa dokter merupakan salah satu profesi yang banyak mengeruk keuntungan dari jasanya. Terkadang bahkan

mengeruk keuntungan dari jasanya. Terkadang bahkan masyarakat beranggapan bahwa menjadi dokter itumasyarakat beranggapan bahwa menjadi dokter itu enak, hanya periksa sebentar uang la

enak, hanya periksa sebentar uang langsung di tangan. Benarkah begitu mudahnya kehidupan dokter?ngsung di tangan. Benarkah begitu mudahnya kehidupan dokter? Tidak pernahkah Anda mendengar banyaknya dokter yang dituntut oleh pasien karena malpraktik ataupun Tidak pernahkah Anda mendengar banyaknya dokter yang dituntut oleh pasien karena malpraktik ataupun pelayanan yang tidak memuaskan? Tidak pernahkah pula Anda mencoba mencari tahu bagaimana

pelayanan yang tidak memuaskan? Tidak pernahkah pula Anda mencoba mencari tahu bagaimana kehidupan sehari-hari seorang dokter yang seringkali harus berhadapan dengan pasien

kehidupan sehari-hari seorang dokter yang seringkali harus berhadapan dengan pasien-pasien yang terlalu-pasien yang terlalu banyak tuntutan? Saya kutip pernyataan seorang teman saya yang kuliah di salah satu Fakultas Kedokteran, banyak tuntutan? Saya kutip pernyataan seorang teman saya yang kuliah di salah satu Fakultas Kedokteran, “Pasien Sembuh, Puji Tuhan, Pasien ga Sembuh? MALPRAKTEK”

“Pasien Sembuh, Puji Tuhan, Pasien ga Sembuh? MALPRAKTEK” Pernahkah anda tau bahwa b

Pernahkah anda tau bahwa bagaimana kerasnya dan sulitnya pendidikan di Fakultas agaimana kerasnya dan sulitnya pendidikan di Fakultas Kedokteran? TanpaKedokteran? Tanpa mengurangi rasa hormat, di jurusan-jurusan lain mendapat

mengurangi rasa hormat, di jurusan-jurusan lain mendapatnilai “A” itu mungkin gampang, dan nilai “A” itu mungkin gampang, dan ratarata-rata-rata IPK waktu lulusnya juga tinggi-tinggi, tak

IPK waktu lulusnya juga tinggi-tinggi, tak jarang yang mendapat IPK lebih dari jarang yang mendapat IPK lebih dari 3.25. Fakultas Kedokteran??3.25. Fakultas Kedokteran?? Jangankan nilai “A” lulus aja udah alhamdulillah. Dapat nilai “A” itu anugrah yang tak ternilai yang All Jangankan nilai “A” lulus aja udah alhamdulillah. Dapat nilai “A” itu anugrah yang tak ternilai yang Allahah berikan kepada kita.

berikan kepada kita.

Profesi dokter adalah profesi yang tidak henti-hentinya

Profesi dokter adalah profesi yang tidak henti-hentinya disorot. Hampir setiap hari dapat kita baca beritadisorot. Hampir setiap hari dapat kita baca berita mengenai profesi yang satu ini, sayangnya sebagian besar yang ditampilkan adalah berita-berita mengenai mengenai profesi yang satu ini, sayangnya sebagian besar yang ditampilkan adalah berita-berita mengenai ketidakbecusan dokter dalam menangani pasien, pasien yang

ketidakbecusan dokter dalam menangani pasien, pasien yang melapor karena menjadi korbanmelapor karena menjadi korban

“malpraktik”, rumah sakit yang dikatakan menolak pasien, dan pada akhirnya akan ditarik kesimpulan “malpraktik”, rumah sakit yang dikatakan menolak pasien, dan pada akhirnya akan ditarik kesimpulan ORANG MISKIN TIDAK BOLEH SAKIT. Meskipun dikatakan betapa sulitnya menjadi dokter, setiap

ORANG MISKIN TIDAK BOLEH SAKIT. Meskipun dikatakan betapa sulitnya menjadi dokter, setiap tahunnyatahunnya beribu-ribu orang berebut masuk ke fakultas kedokteran dengan biaya

beribu-ribu orang berebut masuk ke fakultas kedokteran dengan biaya yang fantastis. Jadi bagaimanakahyang fantastis. Jadi bagaimanakah sebenarnya perjalanan seseorang dokter hingga dapat menjadi penyembuh yang tidak boleh salah ini? sebenarnya perjalanan seseorang dokter hingga dapat menjadi penyembuh yang tidak boleh salah ini?

(2)

Menjadi mahasiswa fakultas kedokteran adalah suatu kebanggaan, apalagi fakultas kedokteran adalah memang fakultas yang paling terpandang, dan orang yang masuk di fakultas kedokteran adalah orang-orang yang kemampuan tinggi atau cerdas baik secara intelektual, psikologis, kesehatan, maupun akademik. Maskuk kedokteranpun lebih susah dibanding jurusan lain walaupun diperguruan tinggi

terbonafid di negeri ini. Menjadi dokter pula bukan berarti tanpa biaya. Namun juga bukan berarti biayanya murah. Memang sebuah fakta, bahwa menjadi dokter, di Indonesia, adalah barang yang mahal. Kocek memang harus diraba lebih dalam. Hal ini membuat asumsi masyarakat bahwa FK (Fakultas Kedokteran) adalah Fakultas Kaya. Saya kira suatu hal yang masuk akal saja bahwa orang yang mampu secara ekonomi dapat masuk FK, toh dia mampu-mampu saja. Dan tentu saja dibalik itu orang yang tidak mampu, tidak boleh tidak dapat masuk FK karena terdapat banyak jalur pembiayaan pendidikan termasuk beasiswa. Apakah benar masuk fakultas kedokteran selalu mahal sehingga ditebus dengan menarik biaya tinggi setelah lulus? Hal itu tidak sepenuhnya benar. Mahasiswa kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga angkatan 2010 yang lulus lewat jalur SNMPTN cukup membayar uang masuk Rp 1.032.500 dan SPP Rp 1.250.000 setiap semesternya. Swastapun, ga mesti semuanyal mahal sampai ratusan juta.

Contohnya kampus saya Unissula. Angkatnku misalnya, uang masuk untuk jalur PMDK 80 Juta rupiah dan jalur tes memang ini agak sedikit mahal 135 juta rupiah, dengan biaya per semester rata-rata 8,6 juta rupiah. Kenapa saya katakan Unissula tidak terlalu mahal? Untuk ukuran FK Swasta yang mendapatkan akreditasi “A” biaya segitu wajar. Beberapa perguruan tinggi yang FKnya akreditasinya dibawah A uang masuk diatas 200 juta dan biaya per semester diatas 15 juta rupiah. Hanya 4 FK swasta yang terakreditasi A di Indonesia ini. Yang jelas kedua-duanya, baik yang kaya atau tidak mampu, memiliki satu kesamaan yang tidak dimiliki orang lain, yaitukemampuan akademik yang sangat tinggi untuk menjadi d okter . Bukan sembarang orang, di mana untuk masuk harus menyisihkan ribuan pendaftar. Itu saja. Maka saya kira masalah pundi-pundi bukan alasan untuk masuk FK. Hanya di kedokteranlah jurusan dengan pesaing terbanyak meskipun kedokteran dengan status “terdengar” mungkin dibanding jurusan lain yang hanya menyisihkan saingan yang tidak terlalu banyak.

Menjadi dokter harus melalui dua tahap pendidikan, yaitu praklinik dan kepaniteraan klinik. Praklinik adalah menjalani kuliah-kuliah selama minimal 4 tahun dan setelah menyelesaikannya akan diberi gelar S.Ked (Sarjana Kedokteran).

Selepas euforia diterima di FK, mulailah seorang mahasiswa k edokteran mempelajari ilmu-ilmu dasar sebagai landasan untuk kemudian mempelajari penyakit dan cara-cara pengobatan. Begitu banyak yang harus dilalui mulai dari menahan bau formalin saat praktikum anatomi dengan cadaver (mayat) yang sudah dibedah, merelakan diri untuk saling berlatih mengambil dan memeriksa DARAH, URIN, serta FESES secara bergantian, dan kewajiban mengerti serta menghapalkan tumpukan buku kedokteran yang tebalnya ribuan halaman. Tugas-tugasnyapun banyak, setiap ak an tutorial atau SGD, kami dituntut untuk belajar g una menyiapkan materi untuk diskusi SGD, setiap menjelang praktikum di la boratorium, kami selalu disuguhi tugas yang sangat-sangat banyak, dan berlembar-lembar yang ha rus dikerjakan TULIS TANGAN. Belum revisinya. Setelah praktikum? laporan praktikum dan ACCpun menanti, laporan praktikum juga ditulis tangan rapi dan diselingi belajar guna menyiapkan untuk ACC atau pengesahan. Karena setiap tidak bisa menjawab pertanyaan dari dosen atau asisten saat ACC maka laporan tidak akan di tandatangan dan dicap. Karena jika ada satu laporan yang tidak ter ACC, tidak diijinkan mengikuti ujian praktikum atau identifikasi. Setiap akan praktikum atau skill lab dimulai dilakukan pre test, beberapa perguruan tinggi menerapkan jika tidak lulus pre test tidak boleh ikut praktikum. Dan setelah praktikum selesai akan dilakukan post test.

(3)

Jauh-jauh hari sebelum praktikum dimulai lab mengadakan Responsi. Semuanya t idak lepas dari

pengorbanan para dosen, dokter, dan profesor yang rela meluangkan waktu serta tenaga untuk mengajar mahasiswa mulai dari tingkat paling bawah.

Beberapa gugur, ada pula teman saya yang keluar dan hilang, adapula yang tidak kuat dan harus masuk Rumah Sakit Jiwa, dan yang lain bertahan, singkat kata, empat tahun terlewati sudah, dan luluslah dari program pendidikan pre klinik di Fakultas Kedokteran. Apakah sudah selesai? Tidak, perjuangan justru baru dimulai, dengan gelar Sarjana Kedokteran di tangan, para calon dokter mulai bertugas di rumah sakit sebagai dokter muda atau lazim disebut co-ass. Seorang S.Ked belum dapat menjadi dokter. Sama seperti Seorang SE (Sarjana Ekonomi) belum dapat menjadi akuntan. Seorang SH (Sarjana Hukum) belum dapat menjadi advokat atau notaris.

Menjadi dokter muda adalah suatu periode pendidikan dokter yang ditekankan pada penerapan (aplikasi) teori-teori yang sebelumnya sudah didapat dari periode preklinik. Menjadi dokter muda bukanlah menjadi dokter yang mandiri. dokter muda memiliki hak dan kewajibannya sendiri dan serupa-tak-sama dengan hak dan kewajiban dokter. Koas dan dokter punya kewajiban untuk menghormati pasien, bersikap profesional sesuai keilmuan, dan lainnya. Namun dokter muda tidak ada hak untuk berpraktik mandiri. Semua apa yang dilakukan koas harus berada dibawah supervisi dokter pembimbingnya. Namun dibalik itu mereka pun dituntut untuk memiliki profesionalisme layaknya dokter mandiri. Jadi, saya kira ketika masyarakat awam berhadapan dengan koas, maka sudah sesuai aturan yang ada, bila mereka tidak dapat menegakkan diagnosis dan memberi terapi secara mandiri di depan pasien tanpa dikonsultasikan dengan

pembimbingnya.

Seorang dokter muda bekerja magang di rumah sakit untuk menangani pasien di bawah pengawasan dokter-dokter lain yang sudah senior, sehingga tidak benar apabila dikatakan pasien menjadi kelinci percobaan. Apabila melakukan kesalahan sedikit saja, dokter muda tidak luput dari sanksi dan bentakan para dokter maupun residen yang mengevaluasi kita. Bahkan pernah saya mendapat cerita ada yang sampai dilempar gunting mayo sama dokter yang membimbing. Seorang dokter muda diwajibkan ada di rumah sakit setiap harinya tidak peduli hari Minggu ata u hari raya idul fitri, juga menjalani jadwal jaga. Jaga di sini berarti tinggal di rumah sakit dan membantu merawat pasien di bangsal semalaman suntuk,

seringkali tanpa tidur. Setelah itu masih dilanjutkan dengan mengikuti laporan mengenai kondisi pasien pagi-pagi benar dan bertugas lagi sampai sorenya, serta follow up keadaan pasien. sehingga boleh dikatakan hidup seorang dokter muda adalah di rumah sakit dengan jam kerja yang sangatlah panjang. Semua yang dokter muda itu dilakukan TANPA ADA BAYARAN satu rupiahpun.

Menjadi dokter muda memang posisinya seperti serba tanggung. Mereka menganamnesa pasien,

memeriksa pasien, kemudian baru dilaporkan ke pembimbing, dan diricek ulang pembimbing, baru dapat ditegakkan diagnosis oleh pembimbing. Memang tampak ribet, dan tidak seperti ke dokter biasa yang bisa dilewati proses oleh dokter muda langsung ke d okter praktiknya. Hal ini tidak jarang memberi kesan bagi pasien, apakah saya jadi bahan percobaan? Tentunya di sini perlu ada kesepahaman antara dua pihak. dokter mudapun perlu bersikap profesional dan memberi rasa nyaman sehingga pasien tidak dirugikan. Dan sebaliknya pasien perlu paham bahwa dirinya bukanlah kelinci percobaan, tetapi dirinya terlibat sebagai guru bagi dokter muda sehingga bisa mengembangkan dirinya untuk menjadi dokter y ang baik

(4)

kelak. Apakah masyarakat mau punya dokter yang selama hidupnya hanya melakukan tindakan dengan boneka saja?

Apakah pasien harus takut bila diperiksa para dokter muda? Ini kembali lagi kesepahaman. dokter muda harus bersikap profesional, rasional, dan sesuai dengan ja nji hipokratiknya untuk “First do not harm— Yang terutama, jangan mencelakakan orang”. Kemudian ia menerapkan apa yang ia pelajari sesuai dengan standar ilmu yang ada. Di dalam proses dunia fana ini, mungkin terjadi kesalahan. Misalnya dokter muda yang menginfus pasien menyebabkan bengkak di tempat penusukan dan akhirnya penusukan infus diberikan ke pembimbing. Ingat bahwa semata-mata, mereka tidak ada niat mencelakakan pasien, ia

berusaha yang terbaik bagi pasien. Kesalahan yang ada bukan disengaja. Tindakan-tindakan ini memerlukan pengalaman yang tak hanya sekali. Seperti anak yang belajar berjalan, apakah ia dapat tanpa tejatuh atau tertatih dahulu? memang harus diterapkan rasa p rofesionalisme layaknya dokter praktik. Harus mampu menempatkan diri dan sikap yang sesuai. Jelas dokter muda tidak boleh terlihat asyik bermain game di depan pasien. Dokter muda tidak boleh diam saja ketika pasien memerlukan pertolongan. Dokter muda tidak boleh terlihat cengengesan di depan pasien. Ya, ini layaknya seorang dokter.

Fase sebagai dokter muda ini harus dijalani selama dua tahun dengan tetap membayar uang kuliah, semuanya itu adalah bagian dari pendidikan profesi yang harus dijalani sebelum layak menyandang gelar dokter “dr.”

Setelah selesai menjalani dokter muda, maka para dokter muda yang sudah selesai menjalani tugasnya ini dihadapkan pada UKDI (Ujian Kompetensi Dokter Indonesia) yang meliputi ujian tertulis (CBT) dan juga praktik (OSCE UKDI). Apabila lulus, resmilah ia menjadi seorang dokter dengan segala hak dan kewajiban yang melekat padanya. Lalu apakah berhenti di situ saja? Ternyata belum, dan di sinilah keprihatinan itu dimulai. Dokter ini harus menjalani internship atau program penempatan ke rumah sakit tipe C dan

puskesmas di kota-kota kecil selama setahun. Bukan penempatannya yang menjadi masalah, namun selama menjalani internship dokter ini tidak boleh dulu berpraktik sendiri, ia harus mengabdi di rumah sakit di mana ia ditempatkan, dengan gaji yang dipukul rata yaitu Rp 1.250.000 dan dibayarkan setiap tiga bulan, jauh di bawah UMR buruh sekalipun. Masih dengan jam kerja yang panjang dan tidak menentu ditambah tanggung jawab kepada pasien, perlu diingat juga bahwa para dokter ini harus menanggung biaya hidup di kota asing yang tentunya tidak sedikit.

Selepas internship, seorang dokter dianggap cukup mumpuni untuk berpraktik sendiri, maka ada beberapa pilihan yang bisa diambil, salah satunya adalah menjalani PTT di daerah-daerah terpencil atau menjalani pendidikan dokter spesialis. Pilihan yang sulit, mengingat meskipun ada begitu bany ak daerah terpencil di seluruh Indonesia yang masih kekurangan dokter, namun terpilih menjadi dokter PTT tidaklah mudah dikarenakan terbatasnya kuota. Menjalani pendidikan spesialis juga bukan tanpa konsekuensi. Pendidikan spesialis di Indonesia hampir seluruhnya harus dijalani TANPA GAJI, dengan lama pendidikan bervariasi mulai tiga sampai enam tahun. Tanggung jawab dan beban kerja seorang calon spesialis juga jauh lebih berat lagi daripada seorang dokter muda atau dokter internship. maka hargailah perjuangan para dokter yang rela bertugas di daerah terpencil sampai tertular penyakit dan menjadi korban konflik. Dengarkanlah suara para dokter di tengah gencarnya program kesehatan pemerintah.

UNTUK MAHASISWA KEDOKTERAN INDONESIA, DIBAWAH INI SAYA PERSEMBAHKAN PESAN INI UNTUK TEMAN-TEMAN SEPERJUANGAN SAYA SEMUA,

(5)

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk bisa kaya raya, maka segeralah kemasi barang-barang Anda. Mungkin fakultas ekonomi lebih tepat untuk mendidik anda menjadi businessman bergelimang rupiah. Daripada Anda harus mengorbankan pasien dan keluarga Anda sendiri demi mengejar kekayaan. Jika Anda ingin menjadi dokter untuk mendapatkan kedudukan sosial tinggi di masyarak at, dipuja dan

didewakan, maka silahkan kembali ke Mesir ribuan tahun yang lalu dan jadilah fir’aun di sana. Daripada Anda di sini harus menjadi arogan dan merendahkan orang lain di sekitar Anda hanya agar Anda terkesan paling berharga.

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk memudahkan mencari jodoh atau menarik perha tian calon mertua, mungkin lebih baik Anda mencari agency selebritis yang akan mengorbitkan Anda sehingga menjadi artis pujaan para wanita. Daripada Anda bersembunyi di bal ik topeng klimis dan jas putih necis, sementara Anda alpa dari makna dokter yang sesungguhnya.

Dokter tidak diciptakan untuk itu, kawan.

Memilih menjadi dokter bukan sekadar agar bisa bergaya dengan BMW keluaran terbaru, bukan sekadar bisa terihat tampan dengan jas putih kebanggaan, bukan sekadar agar para tetangga terbungkuk-bungkuk hormat melihat kita lewat.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengabdian.

Mengabdi pada masyarakat yang masih akrab dengan busung lapar dan gizi buruk. Mengabdi pada masyarakat yang masih sering mengunjungi dukun ketika anaknya demam tinggi.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan empati,

ketika dengan lembut kita merangkul dan menguatkan seorang bapak tua yang baru saja kehilangan anaknya karena malaria.

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kemanusiaan,

ketika kita tergerak mengabdikan diri dalam tim medis penanggulangan bencana dengan bayaran cuma-cuma.

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kepedulian,

saat kita terpaku dalam sujud-sujud panjang, mendoakan kesembuhan dan kebahagiaan pasien-pasien kita. Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan berbagi,

ketika seorang tukang becak menangis di depan kita karena tidak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit anaknya yang terkena demam berdarah. Lalu dengan senyum terindah yang pernah disaksikan

dunia, kita menepuk bahunya dan berkata, “jangan menangis lagi, pak, Insya Allah saya bantu

pembayarannya.”

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan kasih sayang,

ketika dengan sepenuh cinta kita mengusap lembut rambut seorang anak dengan leukemia dan berbisik

(6)

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan ketegasan,

ketika sebuah perusahaan farmasi menjanjikan komisi besar untuk target penjualan obat-obatnya, lalu

dengan tetap tersenyum kita mantap berkata, “maaf, saya tidak mungkin mengkhianati pasiendan hati

nurani saya”

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengorbanan,

saat tengah malam tetangga dari kampung sebelah dengan panik mengetuk pintu rumah kita karena anaknya demam dan kejang-kejang. Lalu dengan ikhlas kita beranjak meninggalkan hangatnya peraduan menembus pekat dan dinginnya malam.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan terjal lagi mendaki untuk meraih cita-cita kita.

Bukan, bukan kekayaan atau penghormatan manusia yang kita cari. Tapi ridha Allah lah yang senantiasa kita perjuangkan.

Yah,

memilih menjadi dokter adalah memilih jalan menuju surga, te mpat di mana dokter sudah tidak lagi perlu

ada…

NB :

Tulisan ini bukan dimaksudkan untuk mengeluhkan sulitnya menjadi seorang dokter, atau betapa setelah perjuangan panjang itu dokter harus disanjung dan dihormati. Tulisan ini hanyalah untuk mengingatkan bahwa di samping semua itu, seorang dokter tidak dapat bekerja sendiri. Untuk menciptakan sistem

kesehatan yang baik dibutuhkan juga dukungan sarana prasarana yang memadai. Oleh karena itu janganlah karena kapasitas rumah sakit yang terbatas, semua pasien miskin boleh berobat gratis, dan rumah sakit tidak boleh menolak pasien, lalu apabila ada yang terpaksa sekali tidak terlayani dengan maksimal lalu semata-mata menjadi kesalahan dokter dan rumah sakit. Dokter butuh rasa aman dalam bekerja, dan hal itu akan sulit tercapai apabila dalam melakukan tindakan selalu dibayang-bayangi dengan ancaman tuntutan. Kenyataannya manusia adalah makhluk hidup dengan jutaan variasi, sehingga meskipun sudah bekerja sesuai pedoman masih dapat juga terjadi efek yang tidak diharapkan. Meskipun begitu, di kala para buruh berunjuk rasa menuntut kenaikan UMR, apakah pernah kita dengar para dokter protes karena gaji yang tidak memadai, pemberitaan yang tidak berimbang, atau beban kerja yang terlalu berat?

Tulisan ini juga semata-mata bukan memprovokasi untuk menjadi dokter miskin, bukan juga mengatakan bahwa dokter tidak perlu penghormatan atau hal-hal duniawi lainnya. Tulisan ini hanya sekadar sebuah nasihat untuk diri sendiri dan rekan sejawat semua untuk meluruskan kembali niat kita untuk apa kita menjadi seorang dokter. Karena setiap amalan tergantung pada niatnya. Silakan menjadi kaya, silakan menjadi terhormat, asal jangan itu yang menjadi tujuan ki ta. Dokter terlalu rendah jika diniatkan hanya untuk keuntungan duniawi semata. Mungkin akan sangat susah untuk menggenggam erat idealisme ini nantinya. Namun saya yakin, jika ada kemauan yang kuat dan niat yang tepat, idealisme ini akan terbawa sampai mati. Walaupun harus sendirian dalam memperjuangkannya, wal aupun banyak yang mencemooh dan merendahkan. Bagaimanapun dokter harus selalu melayani, sebab semuanya sudah terucap dalam

sumpah di atas kitab suci “Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan penderita” Saya yakin, Allah tidak akan pernah salah menilai setiap usaha dan perjuangan hamba-hamba-Nya. Tidak akan pernah.

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Ketiga sumbu kristal dari sistam ini sama panjang dan semuanya saling tegak

Namun dari ketiganya, pantai yang memiliki permukiman terpadat dan telah mengalami abrasi paling parah yaitu dengan kemunduran garis pantai sekitar 1,5m/tahun

Sedangkan alat analisis yang digunakan untuk menguji pengaruh jumlah kantor cabang, suku bunga, produk domestik regional bruto (PDRB) terhadap jumlah tabungan pada bank umum

Pengaruh Konseling Gizi terhadap Pengetahuan, Sikap, Praktik Ibu dalam Pemberian Makan Anak, dan Asupan Zat Gizi Anak Stunting Usia 1-2 tahun di Kecamatan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian berbagai jenis pupuk kandang (PK: berasal dari kotoran ayam, kambing, sapi, dan kelinci) dan fungi mikoriza

Karena, pihak yang berwenang untuk mengadakan pengukuran terhadap arah kiblat masjid adalah BHR (Badan Hisab dan Rukyat), yang tentunya memiliki individu yang ahli di

Pengaruh Citra Merek dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Konsumen Membeli Produk Mobil Toyota Avanza (Study kasus pada PT. Agung Automoll cabang

Dari contoh gambar 4 menunjukkan peta wilayah yang memiliki nilai Ec/Io yang berbeda-beda, dari peta dapat diketahui daerah yang mengalami interferensi kecil sampai