Lampiran 1.Gambar Instrument Kromatografi Gas
Seperangkat instrument kromatografi gas Shimadzu 2010
Lampiran 2. Gambar Perangkat Pendukung Lainnya
Neraca Analitik Ultra Turax
Lampiran 3.Gambar Bahan Aktif yang Digunakan
Bahan Aktif Dimetoat
DAFTAR PUSTAKA
Baehaki., 1993. Insektisida Pengendalian Hama Tanaman. Bandung : Penerbit
Angkasa.
Djojosumarto, P., 2009. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Lampung : Penerbit
Kanius.
Fitriani,E.,2012. Untung Lipat Budidaya Tomat di Berbagai Media Tanam.
Yogyakarta : Penerbit Pustaka Baru Press.
Hasibuan,R.,2015. Insektisida Organik Sintetik dan Biorasional. Yogyakarta :
Plantaxia.
Komisi Pestisida., 2004. Pedoman Pengujian Residu Pestisida dalam Hasil
Pertanian. Jakarta : Direktorat Jendral Bina Produksi Tanaman Pangan
Direktorat Perlindungan Tanaman.
Rusminandar.,1995. Tanaman Tomat. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Rohman, A., 2009. Kromatografi Untuk Analisis Obat. Yogyakarta : Graha Ilmu
Sudarsono,H.,2015. Pengantar Pengendalian Hama Tanaman. Yogyakarta :
Plantaxia.
Sumatra, M.,1998. Kimia Pestisida. Jakarta : Pelatihan Analisa Residu Pestisida.
Yani, T.,1993. Tomat Prmbudidayaan Secara Komersial. Jakarta : PT.
Penebar Swadaya.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Alat-alat
1. Pecincang Stanles Steel
2. Beaker Glass Iwaki
3. Neraca Analitik Metter Toledo
4. Pipet Volume Iwaki
5. Belender Skala Kecil Ultra Turax IKA T.25
6. Erlenmeyer Iwaki
7. Labu bulat Iwaki
8. Rotari Evaporator IKA KV 600 Digital
9. Test Tube Iwaki
10.Siring Hamilton
11.Kromatografi Gas GC 2010
12.Labu Takar Iwaki
3.2 Bahan-bahan
1. Tomat
2. Aseton p.a. Merck
3. Isooktan p.a. Merck
5. Petroleum Eter 400C-600C p.a. Merck
6. Toluena p.a. Merck
7. Dimetoat Purity 99,5% Perfektan 425 EC
8. Klorpirifos Purity 98,8% Dursban 200 EC
9. Propenofos Purity 96,9% Curacron 500 EC
3.3Prosedur Penelitian
3.3.1 Pembuatan Standar Campuran Bahan Aktif Dimetoat, Klorpirifos dan Profenopos
3.3.1.1Bahan Aktif Dimetoat
Bahan aktif Dimetoat (99,5%) ditimbang sebanyak ±0.02 g. Kemudian
encerkan bahan aktif tersebut dengan pelarut aseton dalam labu ukur 25 ml dan
homogenkan. Selanjutnya dipipet sebanyak 2,3 ml larutan standar bahan aktif
setelah itu encerkan kembali dengan pelarut isooktana sampai konsentrasi seri
standar 100 ng/µl dan homogenkan. Dari larutan seri standar 100 ng/µl diubah
menjadi larutan seri standar 10 ng/µl, dipipet sebanyak 2,5 ml dari larutan seri
standar 100 ng/µl kemudian encerkan dengan isooktana sampai garis batas dan
homogenkan. Dari larutan konsentrasi seri standar 10 ng/µl pipet kembali
sebanyak 1 ml kedalam labu ukur 10 ml untuk membuat standar campuran dengan
konsentrasi standar 1 ng/µl.
3.3.1.2Bahan Aktif Klorpirifos
Bahan aktif Klorpirifos (98,8%) ditimbang sebanyak ±0.02 g. Kemudian
dihomogenkan. Selanjutnya dipipet sebanyak 2,3 ml larutan standar bahan aktif
setelah itu encerkan kembali dengan pelarut isooktana sampai konsentrasi seri
standar 100 ng/µl dan homogenkan. Dari larutan seri standar 100 ng/µl diubah
menjadi larutan seri standar 10 ng/µl, dipipet sebanyak 2,5 ml dari larutan seri
standar 100 ng/µl kemudian encerkan dengan isooktana sampai garis batas dan
homogenkan. Dari larutan konsentrasi seri standar 10 ng/µl pipet kembali
sebanyak 1 ml kedalam labu ukur 10 ml yang sudah berisi bahan aktif Dimetoat
yang telah diencerkan.
3.3.1.3Bahan Aktif Propenofos
Bahan aktif Propenofos (96,9%) ditimbang sebanyak ±0.02 g. Kemudian
encerkan bahan aktif tersebut dengan pelarut aseton dalam labu ukur 25 ml dan
dihomogenkan. Selanjutnya dipipet sebanyak 2,7 ml larutan standar bahan aktif
setelah itu encerkan kembali dengan pelarut isooktana sampai konsentrasi seri
standar 100 ng/µl dan homogenkan. Dari larutan seri standar 100 ng/µl diubah
menjadi larutan seri standar 10 ng/µl, dipipet sebanyak 2,5 ml dari larutan seri
standar 100 ng/µl kemudian encerkan dengan isooktana sampai garis batas dan
homogenkan. Dari larutan konsentrasi seri standar 10 ng/µl pipet kembali
sebanyak 1 ml kedalam labu ukur 10 ml yang sudah berisi bahan aktif Dimetoat
dan Klorpirifos untuk membuat larutan standar campuran dengan konsentrasi 1
ng/µl. Diencerkan kembali campuran bahan aktif dengan pelarut isooktana sampai
3.3.2 Preparasi Sampel Tomat
Buah tomat dicincang sampai halus. Kemudian ditimbang kedalam beaker
glass 100 ml sebanyak 15 g. Selanjutnya tambahkan pelarut Aseton sebanyak 30
ml, pelarut Diklorometane sebanyak 30 ml dan pelarut Petrelium Eter sebanyak
30 ml dengan menggunakan pipet volume. Setelah itu haluskan sampel dengan
menggunakan belender skala kecil ultra turax. Setelah dihaluskan diamkan
sebentar sampai filtrat dan endapan terpisah. Kemudian pipet filtrat yang sudah
terpisah sebanyak 25 ml dengan menggunakan pipet volume lalu masukkan
kedalam labu didih. Filtrat diuapkan seluruhnya menggunakan alat
rotarievaporator. Sampel yang sudah diuapkan kemudian dilarutkan kedalam test
tube sebanyak 5 ml dengan perbandingan campuran pelarut toluena : isooktana
(10:90).
3.3.3 Penginjekkan ke Alat Kromatografi gas
Hidupkan seperangkat alat kromatografi gas. Kemudian suntik sebanyak 1
µl larutan standar campuran dan ekstrak sampel kedalam kromatografi gas
menggunakan siring dengan kondisi alat sebagai berikut :
Kolom kapiler, restek Rtx-1 MS,0.25 mm id x 0,25 µm df x 30 m
Suhu kolom 190oC
Suhu injektor : 230oC
Suhu detektor : 230o C
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Tabel 4.1 Data Hasil Analisis Residu Pestisida Organofosfat pada Sampel pada Tomat dari Pasar Kaban Jahe Kecamatan Kaban Jahe Kabupaten Karo
Dimetoat 0,9995 ng/µl
Klorporifos 0,9743 ng/ µl
Tabel 4.2 Data Hasil Analisis Residu Pestisida Organofosfat pada Sampel pada Tomat dari Kebun di Desa Ketaren Kecamatan Kaban Jahe Kabupaten Karo
Dimetoat 0,9995 ng/ µl
Klorpirifos 0,9743 ng/ µl
Propenofos 0,9753 ng/ µl
4.2.1 Pada Bahan Aktif
Untuk menghitung bahan aktif campuran (Dimetoat, Klorpirifos dan
Propenofos) digunakan rumus sebagai berikut:
Rumus Standarisasi Pada Bahan Aktif
Standar (mg/ml) = W (mg )
V (ml )
x
Rumus Pengenceran Larutan Standar :
V1. N1 = V2. N2
Keterangan :
W : Berat sampel (mg)
V : Volume labu takar (ml)
% : Kemurnian bahan aktif
V1 : Volume bahan aktif (ml)
V2 : Volume labu takar (ml)
N1 : Normalitas bahan aktif (ng/µl)
N2 : Normalitas yang diingkan (ng/µl)
4.2.1.1Dimetoat
Dimetoat tertimbang sebanyak 0,0273 g (27,3 mg)
Kemurnian Dimetoat yaitu 99,5%
Dimana volume labu takar yang digunakan adalah 25ml
Standar (mg/ml) = W (mg )
V (ml )
x
% 100
27,3 25 x
99,5
100 = 1,0865 mg/ml→ 1086,5 ng/µl
V1. N1 = V2. N2
V1. 1086,5 = 25.10O
V1 =
2500 1086,5
= 2,3 ml
Maka normalitas sesungguhnya dari pengenceran 100 ng/µl adalah:
2,3 . 1086,5 = 25. N2
N2 =2,3.1086,5 25
= 99,958 ng/µl
2. Pengenceran 10 ng/µl dalam labu takar 25 ml
V1. N1 = V2. N2
V1. 99,958 = 25.10
V1 = 250 99,958
= 2,5 ml
Maka normalitas sesunggunya dari pengenceran 10 ng/µl adalah:
2,5 . 99,958 = 25. N2
N2 =
2,5.99,958 25
3. Pengenceran 1 ng/µl dalam labu takar 10 ml
Maka normalitas sesungguhnya dari pengenceran 1 ng/µl adalah:
1,0.9,9958 = 10. N2
Klorpirifos tertimbang sebanyak 0,0268 g (26,8 mg)
Kemurnian Klorpirifos yaitu 98,8%
Dimana volume labu takar yang digunakan adalah 25ml
Standar (mg/ml) = W (mg )
V1. N1 = V2. N2
V1. 1059,1 = 25.100
V1 =
2500 1059,1
= 2,3 ml
Maka normalitas sesungguhnya dari pengenceran 100 ng/µl adalah:
2,3 . 1059,1 = 25. N2
N2 = 2,3.1059,1 25
= 97,4372 ng/µl
2. Pengenceran 10 ng/µl dalam labu takar 25 ml
V1. N1 = V2. N2
V1. 97,4372 = 25.10
V1 =
250 97,4372
= 2,5 ml
Maka normalitas sesungguhnya dari pengenceran 10 ng/µl adalah:
2,5 . 97,4372 = 25. N2
N2 =
2,5.97,4372 25
3. Pengenceran 1 ng/µl dalam labu takar 10 ml
V1. N1 = V2. N2
V1. 97,4372 = 25.10
V1 = 250 97,4372
= 2,5 ml
Maka normalitas sesungguhnya dari pengenceran 1 ng/µl adalah:
1,0.9,7437 = 10. N2
N2 =
1,0.9,7437 10
= 0,9743 ng/µl
4.2.1.3Propenofos
Propenofos tertimbang sebanyak 0,0233 g (23,3 mg)
Kemurnian Propenofos yaitu 96,9%
Dimana volume labu takar yang digunakan adalah 25ml
Standar (mg/ml) = W (mg )
V (ml )
x
% 100
23,3 25 x
96,9
1. Pengenceran 100 ng/µl dalam labu takar 25 ml
V1. N1 = V2. N2
V1. 903,1 = 25.100
V1 = 2500 903,1
= 2,7 ml
Maka normalitas sesungguhnya dari pengenceran 100 ng/µl adalah:
2,7 . 903,1 = 25. N2
N2 = 2,7.903,1 25
= 97,5348 ng/µl
2. Pengenceran 10 ng/µl dalam labu takar 25 ml
V1. N1 = V2. N2
V1. 97,5348 = 25.10
V1 =
250 97,5348
= 2,5 ml
Maka normalitas sesungguhnya dari pengenceran 10 ng/µl adalah:
2,5 . 97,5348 = 25. N2
N2 =
2,5.97,5348 25
3. Pengenceran 1 ng/µl dalam labu takar 10 ml
Maka normalitas sesungguhnya dari pengenceran 1 ng/µl adalah:
1,0.9,7534 = 10. N2
Untuk menghitung banyaknya residu pestisida yang terkandung pada buah
tomat dari Pasar Kaban Jahe dan dari Kebun di Desa Ketaren digunakan rumus
sebagai berikut:
Rumus Rata-rata Area Standar :
Rata−rata area standar = Area standar (simplo) + Area Standar (duplo) 2
Rumus Kadar Pestisida Dalam Sampel :
Csampel (mg/kg) =
Rumus Rata-rata Kadar Pestisida Dalam Sampel :
Crata−rata(mg/kg) =
Keterangan :
Csampel = Konsentrasi Sampel (ng⁄µl)
C.standar = Konsentrasi standar (ng⁄µl)
V.inj = Volume Injek (µl)
FP = Faktor Pengenceran (5000 µl)
FK = Faktor Koreksi (87
25)
W = Bobot Sample (mg kg)⁄
Crata-rata = Konsentrasi Rata-rata (ng⁄µl)
4.2.2.1Tomat dari Pasar Kaban Jahe Kecamatan Kaban Jahe Kabupaten Karo
4.2.2.1.1 Dimetoat
Area standar :
Simplo = 564663; Duplo = 600923
Bobot sampel :
Simplo = 15,013 gr; Duplo = 15,012 gr
Normalitas bahan aktif = 0,9995 ng/µl
= 0,067 mg kg⁄
Simplo = 152043; Duplo = 164690
Bobot sampel :
Simplo = 15,013 gr; Duplo = 15,012 gr
Normalitas bahan aktif = 0,9743 ng/µl
= 0 mg kg⁄
Simplo = 117743; Duplo = 141993
Bobot sampel :
Simplo = 15,013 gr; Duplo = 15,012 gr
Normalitas bahan aktif = 0,9753 ng/µl
Rata−rata area standar = 117743 + 141993
4.2.2.2.1 Dimetoat
Area standar :
Simplo = 143347; Duplo = 174360
Bobot sampel :
Simplo = 15,013 gr; Duplo = 15,012 gr
Normalitas bahan aktif = 0,9995 ng/µl
Rata−rata area standar = 143347 + 174360
Bobot sampel :
Simplo = 15,013 gr; Duplo = 15,012 gr
Normalitas bahan aktif = 0,9743 ng/µl
Rata−rata area standar = 563532 + 598774
Simplo = 499342; Duplo = 518484
Bobot sampel :
Simplo = 15,013 gr; Duplo = 15,012 gr
Rata−rata area standar = 499342 + 518484
Berdasarkan data hasil analisis residu pestisida golongan organofosfat
(Dimetoat, Klorpirifos dan Propenofos) pada sampel buah tomat dari Pasar Kaban
Jahe tabel 4.1, terdapat dua bahan aktif yang tidak terdeteksi yaitu Klorpirifos dan
Propenofos. Sedangkan bahan aktif yang terdeteksi yaitu Dimetoat sebanyak
0,052 mg/kg. Berbeda dengan data hasil analisa residu pestisida golongan
organofosfat (Dimetoat, Klorpirifos dan Propenofos) pada sampel buah tomat dari
Kebun di Desa Ketaren tabel 4.2, hanya bahan aktif Klorpirifos yang tidak
terdeteksi. Sedangkan bahan aktif yang terdeteksi yaitu Dimetoat sebanyak 0,231
membuat bahan-bahan aktif tersebut tidak terdeteksi, yaitu pertama pestisida yang
digunakan memang tidak mengandung bahan aktif tersebut dan kedua pestisida
yang digunakan hanya mengandung bahan aktif dalam jumlah sangat kecil atau
sedikit sehingga tidak dapat dibaca oleh alat atau dibawah Batas Penetapan (BP)
deteksi alat. Karena alat memiliki BP tersendiri untuk masing-masing bahan aktif,
untuk bahan aktif Dimetoat 0,0594 mg/kg, bahan aktif Klorpirifos 0,540 mg/kg
dan bahan aktif Propenofos 0,1313 mg/kg.
Dari uraian data hasil analisis diatas didapatkan kandungan residu
pestisida bahan aktif Dimetoat dan Propenofos paling banyak kandungannya
dibandingkan bahan aktif Klorpirifos. Hal ini dikarenakan bahan aktif tersebut
merupakan bahan aktif pestisida jenis insektisida yaitu mematikan semua jenis
serangga. Namun kandungan residu pestisida yang terdapat didalam
masing-masing buah tomat tersebut masih aman untuk di konsumsi, karena jumlahnya
masih belum melebihi Batas Maksimum Residu (BMR) pestisida yang ditetapkan
sesuai dengan SNI 7313:2008 untuk komoditas buah tomat yaitu Dimetoat
sebanyak 1 mg/kg, Klorpirifos sebanyak 0,5 mg/kg, Propenofos sebanyak 2
mg/kg. Jika jumlah residu pestisida yang terdapat pada kedua buah tomat tersebut
melebih batas yang telah ditentukan oleh SNI 7313:2008 maka buah tomat
tersebut tidak layak untuk di konsumsi karena dapat membahayakan kesehatan
konsumen. Bahaya yang ditimbulkan meliputi timbulnya reaksi alergi, keracunan
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Dari hasil data dan pembahasan analisis residu pestisida golongan organofosfat
(Dimetoat, Klorpirifos dan Propenofos) pada sampel buah tomat diperoleh
kesimpulan bahwa :
Sampel buah tomat dari Pasar Kaban Jahe hanya terdapat satu bahan aktif
yang terdeteksi yaitu Dimetoat sebanyak 0,052 mg/kg, bahan aktif Klorpirifos dan
Propenofos tidak terdeteksi. Sedangkan pada sampel buah tomat dari Kebun di
Desa Ketaren terdapat dua bahan aktif yang terdeteksi yaitu Dimetoat sebanyak
0,231 mg/kg dan propenofos sebanyak 0,595 mg/kg, bahan aktif Klorpirifos tidak
terdeteksi. Hasil dari pengujian residu pestisida pada buah tomat dari Pasar Kaban
Jahe dan dari kebun di Desa Ketaren masih aman karena kandungan residu
pestisida pada buah tomat dari kedua tempat tersebut masih di bawah ambang
5.2Saran
Pada percobaan selanjutnya diharapkan tidak hanya pestisida golongan
organofosfat saja yang di analisa namun pestisida yang lainnya juga seperti
pertisida golongan organoklor dan piretroid agar kandungan residu pestisida pada
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pestisida
2.1.1 Pengertian Pestisida
Pengertian pestisida luas sekali karena meliputi produk-produk yang
digunakan di bidang pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan/kesehatan
hewan, perikanan, dan kesehatan masyarakat (Djojosumarto,P., 2009).
Istilah pestisida merupakan terjemahan dari pestiside (Inggris) yang
berasal dari bahasa latin pestis dan caedo yang bisa diterjemahkan secara bebas
menjadi racun untuk mengendalikan jasad pengganggu. Istilah jasad pengganggu
pada tanaman sering jugga disebut dengan organisma pengganggu tanaman (OPT)
(Wudianto, R., 1997).
Menurut pasal 1 ayat (a) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan, dan Penggunaan
Pestisida. Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan
virus yang digunakan untuk
a) Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang
merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian
b) Memberantas rerumputan
d) Mematikan atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman tidak termasuk pupuk
e) Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan piaraan dan
ternak
f) Memberantas atau mencegah hama-hama air
g) Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik
dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan
h) Memberantas atau pencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan
penggunaan pada tanaman, tanah atau air (Komisi Pestisida, 2004).
Pestisida sering digunakan sebagai pilihan utama untuk memberantas
organisma pengganggu tanaman. Sebab, pestisida mempunyai daya bunuh yang
tinggi, penggunaannya mudah, dan hasilnya cepat untuk diketahui. Namun, bila
aplikasinya kurang bijaksana dapat membawa dampak pada pengguna, hama
sasaran, maupun lingkungan yang sangat berbahaya. Dampak buruk tersebut
antara lain sebagai berikut.
1. Bisa mengakibatkan keracunan bagi pengguna secara cepat ataupun
lambat
2. Meracuni inang
3. Resistensi pada hama akibat penggunaan pestisida yang berbahan aktif
atau kelompok senyawa yanag sama secara terus menerus dengan dosis
yang tidak tepat.
4. Terjadinya resurjensi, yaitu populasi hama generasi berikutnya justru
terbunuhnya musuh alami saat dilakukan aplikasi pestisida.dapat juga
karena terjadinya perangsangan produksi telur hama akibat penggunaan
insektisida tertentu pada tingkat dosis tertentu.
5. Munculnya hama sekunder. Dengan dibasminya hama utama, musuh alami
hama utama dan bahkan musuh alami hama sekunder ikut terbunuh.
Akibatnya ham sekunder berkembang pesat dan malah berperan menjadi
hama utama.
6. Merusak makhluk berguna misalnya serangga penyerbuk, predator,
parasit, dan patogen.
7. Mencemari lingkungan, misalnya perairan, udara, dan sebagainya.
Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan tersebut, produk pestisida
sebaiknya memenuhi kriteria berikut.
1. Mempunyai toksisitas oral yang rendah.
2. Mempunyai toksisitas dermal yang rendah.
3. Tidak persisten. Pestisida tidak bertahan di dalam tanah, tanaman dan
perairan. Sebagai contoh Aldrin dan Dieldrin bisa bertahan samapai 10
tahun dalam tanah. Oleh karena itu pestisida berbahan aktif ini tidak
diizinkan penggunaannya di Indonesia.
4. Tidak meninggalkan residu pada tanaman.
5. Tidak berakumulasi.
6. Efektif terhadap organisma sasaran.
7. Mempunyai spektrum yang sempit atau selektivitasnya tinggi. Artinya
yang terbunuh hanya jasad pengganggu, sedangkan jasad hidup yang lain
8. Tidak fitotoksis, yaitu tidak meracuni tanaman itu sendiri.
9. Tidak menimbulkan resistensi atau timbulnya sifat kekebalan terhadap
organisma pengganggu atau organisme sasaran.
10.Mudah didapat dan murah harganya.
11.Tidak mudah terbakar atau meledak.
12.Dapat disimpan lama tanpa mengurangi kualitas.
13.Tidak merusak alat (Wudianto, R., 1997).
Untuk menghidari dampak negatif akibat penggunaan pestisida dan
sekaligus meningkatkan efektivitas penggunaannya, pemerintah memalui sistem
peraturan dan perundang-undangan telah mengatur peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida di seluruh wilayah Indonesia (Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973). Sebelum diedarkan dan sampai ke tangan petani,pestisida
harus terlebih dahulu dievaluasi oleh Komisi Pestisida. Komisi yang berada dalam
naungan Departemen Pertanian ini berfungsi untuk memberi izin dan mengawasi
penggunaan pestisidda di seluruh Indonesia (Komisi Pestisida, 2007). Untk
mengawasi penggunaan pestisida di seluruh Indonesia, pemerintah telah
menjabarkannya dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
07/Permentan/SR.140/2/2007 Pasal 1 yaitu ikut mengatur pendistribusian dan
penggunaan pestisida. Pengawasan pestisida bertujuan untuk:
1. Melindungi kesehatan manusia,
2. Melindungi kesehatan alam dan lingkungan hidup,
3. Menjamin mutu dan efektifitas pestisida, dan
4. Memberikan perlindungan kepada produsen, pengedar dan pengguna
2.1.2 Jenis Pestisida dan Cara Kerjanya
Pestisida diklasifikasikan menjadi beberapa macam sesuai dengan sasaran
yang akan dikendalikan yaitu :
1. Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang
bisa mematikan semua jenis serangga.
2. Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan
bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi/ cendawan.
3. Bakterisida adalah seyawa yang mengandung bahan aktif beracun yang
bisa membunuh bakteri.
4. Nematisida adalah racun yang dapat mengendalikan nematoda.
5. Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang
mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh
tungau, caplak, dan laba-laba.
6. Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang
digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya
tikus.
7. Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu siput
telanjang, siput setengah telanjang, sumpil, bekicot, serta trisipan yang
banyak terdapat di tambak.
8. Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk
membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma.
9. Pestisida lain merupakan pestisida yang masih jarang digunakan sehingga
a. Pisisida, adalah senyawa kimia beracun untuk memngendalikan ikan
mujair yang menjadi hama di dalam tambak atau kolam
b. Algisida, merupakan pestisida pembunuh ganggang.
c. Avisida, pestisida pembunuh burung
d. Larvisida, pestisida pembunuh ulat
e. Pedukulisida, pestisida pembunuh kutu
f. Silvisida, pestisida pembunuh pohon hutan atau pembersih sisa-sisa
pohon
g. Ovisida, pestisida perusak telur
h. Piscisida, pestisida pembunuh predator
i. Termisida, pestisida pembunuh rayap
j. Arborisida, pestisida pembunuh pohon, semak, dan belukar
k. Predasida, pestisida pembunuh hama vertebrata.
10.Pestisida berperan ganda adalah pestisida untuk membasmi 2 atau 3
golongan OPT. Berikut jenis pestisida yang dimaksud sesuai yang
terdaftar di Komisi Pestisida.
a. Akarisida, fungisida yang berguna untuk mengendalikan penyakit
jamur dan tungau
b. Akarisida, insektisida
c. Arborisida, Herbisida
d. Fungisida, Insektisida dan nematisida
e. Fungisida
f. Fungisida, nematisida
2.1.3 Sifat-sifat Ideal Pestisida
Pestisida merupakan sarana produksi pertanian yang mahal dan merusak
lingkungan. Oleh karena itu penggunaannya harus secara rasional dengan
mempertimbangkan sifat kimia dan sifat fisika pestisida, biologi dan ekologi jazat
pengganggu, serta musuh alami (Widianto,R., 1997).
Para ahli kimia tidak henti-hentinya mencoba mencari pestisida yang ideal.
Kemajuan telah banyak diperoleh, tetapi sebegitu jauh, pestisida yang benar-benar
ideal belum ada. Dari berbagai sumber, sifat-sifat ideal yang seyogianya dipunyai
oleh pestisida adalah sebagai berikut :
1. Sifat Biologi
a. Efikasi biologis optimal (dengan kata lain efektif)
b. Takaran aplikasi rendah, tidak terlampau membebani lingkungan
c. Toksisitas terhadap mamalia rendah (LD56-nya tinggi) sehingga kurang
membahayakan penggunaan, konsumen, dan lingkungan
d. Sasarannya spesifik, khususnya untuk insektisida
e. Selektif
f. Tidak cepat menimbulkan resistensi dan resurjensi
2. Sifat Kimia Fisik
a. Tidak persisten
b. Tidak mudah menembus kulit manusia
3. Formulasi
a. Diformulasi dalam bentuk yang mendukung keselamatan pengguna,
b. Formulasinya cukup stabil
c. Mudah diaplikasikan (Djojosumarto,P., 2009).
2.2 Insektisida Organofosfat
2.2.1 Pengertian Insektisida Organofosfat
Insektisida organofosfat di kembangkan di Jerman pada masa Perang
Dunia II sebagai pengganti insektisida nikotin yang saat itu merupakan insektisida
utma untuk pengendalian kumbang kentang colorado (Leptinotarsa
decemlineata). Penemuan sifat insektisida dari kelompok organofosfat berkaitan
erat dengan penelitian jenis-jenis gas syaraf seperti sarin, soman dan tabun
(Sudarsono,H.,2015).
Organofosfat adalah nama umum ester dan fosfat. Insektisida organofosfat
(Organophosphates-OPs) adalah insektisida yang mengandung unsur fosfat.
Insektisida organofosfat dihasilkan dari asam fosforik. Insektisida ini dikenal
sebagai insektisida yang paling beracun terhadap mamalia. Dahulu insektisida
juga dikenal dengan nama fosfat organik (organic phosphate). Insektisida fosfat
(phosphorus insecticides), kerabat gas beracun (nerve gas relatives), dan ester
asam fosfat (phosphotic acid esters) (Hasibuan R., 2015).
2.2.2 Cara Kerja Insektisida Organofosfat
Insektisida organofosfat juga di kenal dengan istilah insektisida
antikolinestrase, karena sifatnya yang dapat menghambat enzim cholinesterase
(AchE) pada sel syaraf. Kholinesterase adalah enzim yang berfungsi agar
terjadi karena organofosfat melakukan fosforilasi enzim tersebut menjadi bentuk
komponen yangstabil, sehingga asetilkholin (Asetylcholin - Ach) tidak dapat
terurai dalam postsinaptik. Sebenarnya, asetylkholin berfungsi sebagai neuro
transmitter di celah synaps. Pada kondisi normal, enzim AchE akan
menghidrolisis asetylcholin menjadi asetat dan kholin, namun pada saat
organofosfat disemprotkan, enzim ini tidak dapat bekerja secara normal (Hasibuan
R., 2015).
2.2.3 Rumus Umum Insektisida Organofosfat
Ciri umum dari senyawa organofosfat adalah adanya molekul alkohol
berbeda-beda yang terikat pada atom-atom fosfatnya sehingga membentuk ester
yang berbeda-beda pula. Ester-ester ini mempunyai kombinasi oksigen, karbon,
belerang dan nitrogen berbeda-beda. Organofosfat yang terbentuk dari berbagai
kombinasi ini dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan turunan yaitu alifatik,
fenil dan heterosiklik (Sudarsono,H.,2015).
Semua insektisida organofosfat adalah bentuk ester dari asam fosfat.
Gugus X (R3) rumus kimia organofosfat lebih dikenal dengan istilah leaving
group karena merupakan bagian yang paling reaktif dan dapat tergantkan oleh
unsure lain pada saat organofosfat mengalami fosforilasi asetilkholin, selain itu
gugus ini juga paling sensitif terhadap hidrolisis, sehingga cepat terurai. Seperti
terlihat pada rumus umumnya, organofosfat selalu mengandung gugus R (alkyl)
yang menempati posisi salah satu alkoxy group (RO). Secara umum, gugus R1
Gambar 2.1 Rumus Umum insektisida organofosfat
Organofosfat dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan tergantung
dari kombinasi unsur oksigen, karbon, sulfur, dan nitrogen. Semua kelompok
organofosfat dapat dikenal melalui struktur kimia penyusunnya (Hasibuan R.,
2015).
2.2.4 Dhimethoate
Dalam bentuk murninya, insektisida dimethoate berbentuk kristal putih.
Insektisida ini bersifat stabil dalam air tetapi terhidrolisa dalam kondisi basa.
Sama halnya dengan Monocrotophos insektisida ini bekerja sebagai racun kotak
dan sistematik. Insektisida ini dapat mengendalikan berbagai jenis serangga hama.
Insektisida dimethoate tergolong ke dalam kelompok yang sangat beracun, hal ini
ditunjukkan dengan nilai LDSD sebesar 50-500 mg/kg. Salah satu kelemahan
dimethoate adalah bahawa insektisida ini bersiat korosif terhadap logam, sehingga
sangat merusak alat-alat aplikasi uang terbuat dari logam. Khusus di Amerika
Serikat sejak tahun 1982, insektisida dimethoate tidak diproduksi lagi. Rumus
Gambar 2.2 Dimethoate : (O.O dimethyl S-[2-(methylamino)-2-oxoethyl] dithiophosphate
(Hasibuan R., 2015).
Bahan aktif dimethoate termasuk dalam kelompok organofosfat tururan
alifatik, karena mempunyai rantai karbon berstruktur lurus (bukan berstruktur
cincin. Sebagian besar insektisida ini diaplikasikan memalui tanah dan diserap
oleh tanaman ke bagian-bagian di atas tanah. Insektisida ini efektif untuk
hama-hama kutu daun (Aphis), wereng daun, dan serangga-serangga penusuk-pengisap
lainnya. Dimethoate juga merupakan insektisida racun kontak yang efektif untuk
pengendalian tungau pada kedelaidan tanaman-tanaman pangan lainnya
(Sudarsono,H.,2015).
2.2.5 Chlorpyrifos
Chlorpyrifos diproduksi secara komersial untuk pertama kali pada tahun
1965 oleh Dow Chemical Company. Nilai LD50 chlorpyrifos adalah 95-270
mg/kg. Chlorpyrifos adalah organofosfat uang berspektrim luas. Untuk
memperluas penggunaannya chlorpyrifos telah diformulasikan menjadi beberapa
bentuk seperti : granules (G), werrable powder (WP), dustable powder (D), dan
emulsifiable concentrate (EC). Rumus kimia insektisida chlorpyrifos tertulis pada
Gambar 2.3 Chlorpyrifos : O,O-diethyl O-3,5,6-trichloro-2-pyridyl phosphorosthioate
Bahan aktif klorpirifos termasuk kelompok organofosfat turunan
heterosiklik yang mempunyai gugus heterosiklik yang mempunyai unsur kimia
berbentuk cincin yang beragam. Variasi dari anggota golongan terletak pada
komposisi unsur seperti oxygen, nitrogen atau sulfur (Hasibuan R., 2015).
2.2.6 Profenofos
Profenofos merupakan insektisida uang berspektrum luas sehingga dapat
mengendalikan berbagai enis hama. Profenofos merupakan insektisida yang
berdaya racun sedang dengan nilai LD50 oral akut 358-502 mg/kg. Prifenofos
bersifat insektisida dana akarisida. Rumus kimia insektisida profenofos tertera
pada gambar berikut ini.
Gambar 2.4 Profenofos : O-14 bromo-2-chlorophenyl) O-ethyl S-propyl phosphorothiuate
Bahan aktif profenofos termasuk kelompok organofosfat turunan fenil
karena mempunyai cincin fenil yang salah satu atom hidrogennya diganti dengan
oleh molekul pospat sementara yang lainnya diganti dengan CH3, Cl, CN, NO20
atau S. Organofosfat fenil mempunyai stabilitas yang lebih baik dan residunya
bertahan di lingkungan relatif lebih lama daripada residu organofosfat alifatik.
Insektisida ini sangat toksik pada manusia sehingga penggunaannya menurun
drastis (Sudarsono, H.,2015).
2.3 Residu Pestisida
Residu pestisida adalah zat tertentu yang terkandung dalam hasil pertanian
bahan pangan, atau pakan hewan, baik sebagai akibat langsung maupun tidak
langsung dari penggunaan pestisida. Istilah ini mencakup senyawa turunan
pestisida, seperti senyawa hasil konversi, metabolit, senyawa hasil reaksi, dan zat
pengotor yang dapat memberikan pengaruh toksikologis.
2.4 Batas Maksimum Residu Pestisida
Batas maksimum residu pestisida dapat didefenisikan sebagai konsentrasi
maksimum residu pestisida yang secara hukum diijinkan atau diketahui sebagai
konsentrasi yang dapat diterima dalam atau pada hasil pertanian bahan pangan,
atau bahan pakan hewan. Konsentrasi tersebut dinyatakan dalam miligram residu
pestisida per kilogram hasil.
Batas maksimum residu (BMR) pestisida direkomendasikan berdasarkan
rasa residu yang tepat dan diperoleh dari percobaan yang terawasi. Dengan
demikian, data residu pestisida yang diperoleh menggambarkan penggunaan
pestisida berdasarkan adanya data uang mendukung bahwa residu pestisida yang
tertetapkan diketahui membahayakan manusia.
BMR pestisida berlaku terhadap hasil pertanian yang berupa pangan, baik
dalam bentuk olahan maupun mentah dan pakan hewan yang diperdagangkan
secara nasional maupun internasional. Untuk hasil yang diperdagangkan dalam
lingkup internasional. BMR pestisida diberlakukan pada pintu masuk suatu
negara, sedangkan pada hasil yang diperdagangkan dalam lingkup nasional. BMR
pestisida diberlakukan pada pintu masuk jalur perdagangan (Komisi Pestisida,
2004).
Bahaya residu pestisida yang dapat membahayakan kesehatan konsumen
meliputi timbulnya reaksi alergis, keracunan dan karsionogenik. Meningkatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga ikut mendorong perubahan
perilaku konsumen. Secara global telah terjadi perubahan nlai dan konsep pada
konsumen terhadap produk-produk pertanian yang mereka konsumsi yang
megakibatkan terjadinya perubahan perilaku sikap dalam membeli suatu
komoditas pertanian. Meningkatnya kesadaran konsumen terhadap kesehatan dan
kebugaran mengakibatkan meningkatnya tuntutan konsumen akan nutrisi
produk-produk yang sehat dan aman untuk dikonsumsi. Dengan demikian isu keamanan
pangan (food safety) telah menjadi faktor penting dalam menentukan standar
kualitas produk pangan (Hasibuan R., 2015).
Tabel 2.1 Batas Maksimum Residu Pestisida Pada Tanaman Tomat Menurut SNI 7313:2008
No. Komoditas Jenis Pestisida Batas Maksimum Residu
(mg/kg)
Klorpirifos 0,5
Propenofos 2
Sumber : SNI 7313:2008
2.5 Sekilas Tentang Tomat 2.5.1 Mengenai Tomat
Gambar 2.5 Tomat
Tanaman tomat termasuk tanaman setahun (annual) yang berarti umur
tanaman ini hanya untuk satukali periode panen. Setelah berproduksi, kemudian
mati. Tanamn ini berbentuk perdu atau semakdengan panjang bisa mencapai 2 m
(Yani, T.,1993).
Jika orang menyebut tomat, asumsinya adalah buah untuk sayuran.
Padahal sudah lama tomat menjadi buah tangan yang siap dimakan atau dibuat jus
yang segar sebagai munuman. Sehingga tomat bukan lagi sebagai buah sayuran,
tetapi lebih dari itu, yaitu dimakan mentah.
Orang mengenal tomat buah, tomat sayur, serta tomat lalapan.
Berdasarkanhal ini, fungsi tomat merupakan kalsifikasi dari buah maupun
sayuran, walaupun struktur tomat adalah struktur buah (Fitriani,E.,2012).
2.5.2 Sejarah Tomat
Sejarah tomat pertomatan dimulai dari dataran Amerika Latin, lebih
menyebar ke seluruh bagian daerah tropis Amerika. Tidak lama kemudian orang
Meksiko mulai membudidayakan tanaman ini. Tanaman tomat mulai masuk ke
Erofa pada awal abad ke-16, sedangkan penyebarannya ke benua Asia dimulai
dari Filipina melewati jalur Amerika Selatan. Sekitar tahun 1650 tanaman ini
sudah muncul di Malaysia.di benua Afrika penyebaran buah tomat dilakukan oleh
para pedagang Portugis yang mendarat di Mesir atau Sudan kemudian dari sana
menyebar ke Afrika Barat.
Walaupun nenek moyang buah tomat berasal dari benua Amerika ,
ternyata tanaman ini terlambat dikenal oleh orang Amerika Serikat. Mereka baru
mengenal tanaman ini sekitar aband ke-18 sebab ketika tanaman ini masuk
Amerika Serikat mendapat sambutan yang kurang hangat. Konon kabarnya, orang
Amerika Serikat menganggap tomat sebagai cendawan beracun sehingga mereka
acuh tak acuh terhadap tanaman ini, bahkan takut untuk memakannya. Ketakutan
itu berakhir ketika tahun 1820 Robert Gibon Johnson dari kota Salem, New
Hersey nekad mempertontonkan "adegan bunuh diri" di hadapan orang-orang
Salem. Disaksikan oleh dua orang dokter spesialis bedah perut, Robert melalap
buah tomat satu persatu. Dengan rasa cemas orang Salem menyaksikan Robert
masih segar bugar setelah memakan beberapa buah tomat. Sejak saat itu orang
Amerika mulai percaya bahwa tomat buka tanaman beracun. Bahkan mulai
menyebar secara luas dan banyak digemari oleh orang Amerika Serikat.
Sekarang daerah penanaman tomat ini sudah cukup luas hampir meliputi
seluruh daerah tropis. Mulai daerah tropis Asia seperti India, Malaysia dan
Filipina; kemudian daerah tengah, timur dan barat Afrika; daerah tropis Amerika;
2.5.3 Klasifikasi Tomat
Tanaman tomat pernah membuat bingung para ahli taksonomi. Pasalnya,
para ahli taksonomi berbeda paham dalam memberi nama resmi untuk tanaman
ini.
Tanaman tomat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus : Solanum
Spesies : Solanum lycopersicum L.
(Fitriani,E.,2012)
2.5.4 Kandungan dan Manfaat Tomat
Tanaman tomat termasuk keluarga besar "Solanaceae". Keluarga ini terdiri
tidak kurang dari 2.200 species, yang secara alamiah diciptakan untuk membantu
kelangsungan dan kebahagiaan hidup manusia. Keluarga ini terdiri atas jenis-jenis
tanaman yang menghasilkan:
a. Zat karbohidrat, terdapat pada tanaman kentang (Solanum Tuberosum),
b. Buah-buahan, yaitu tomat dan jenis-jenis terung, penghasil vitamin dan
enzim-enzim.
c. Obat-obatan, misalnya kecubung, henbane, belladona, atropine, dan
tomat.
d. Obat penyegar sekaligus insektisida, yaitu tembakau, penghasil daun yang
mengandung zat "nicotine" yang terkenal di seluruh dunia.
e. Bunga dan buah, dimanfaatkan sebagai hiasan di luar maupun di dalam
rumah, misalnya terung susu, bunga petunia, kecubunng, brumfelsia, dan
sebagainya.
(Rismunandar.,1995)
Tabel 2.2 Komposisi Zat Gizi Buah Tomat
Zat Gizi Komposisi
Protein 1 g
Vitamin A (karotena) 1500 SI
Vitamin B (tiamin) 60 µg
Vitamin B2 (riboflavin) -
Vitamin C (asam askorbat) 40 mg
Bagian yang dapat dimakan 95%
Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1972
Buah tomat mengandung alkaliod solanin (0,007%), saponin, asam folat,
asam malat, asam sitrat, bioflavoniod (termasuk rutin), protein, lemak, gula
(glukoa, fruktosa), adenin, trigonelin, kholin, tomatin, mineral (Ca, Mg, P,
histamin. Rutin dapana memperkuat dinding pembuluh darah kapiler. Klorin dan
sulfur adalah trace elemen yang berkhasiat detoksikan.
Klorin alamiah menstimulir kerja hati untuk membuang racun tubuh dan
sulfur tubuh melindungi hati dari terjadinya sirosis hati dan penyakit hati lainnya.
Liikopen adalah pigmen kuning beta karoten pada tomat. Tomatin berkhasiat
antibiotik. Daun mengandung pektin, arbutin, amigdalin dan akaloid
(Fitriani,E.,2012).
2.6 Kromatografi Gas (KG) 2.6.1 Pengertian
Kromatografi gas (KG) merupakan teknik instrumental yang dikenalkan
pertama kali pada tahun 1950-an. KG merupakan metode yang dinamis untuk
pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa organik yang mudah menguap dan
senyawa-senyawa gas anorganik dalam suatu campuran. Perkembangan teknologi
yang signifikan dalam bidang elektronik, komputer, dan kolom telah
menghasilkan batas deteksi yang lebih rendah serta identifikasi senyawa menjadi
lebih akurat melalui teknik analisis dengan resolusi yang meningkat.
KG merupakan gas sebagai gas pembawa/ fase geraknya. Ada 2 jenis
kromatografi gas, yaitu (1) kromatografi gas-cair (KGC) yang fase diamnya
berupa cairan yang diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut
dalam fase diam; dan (2) kromatografi gas-padat (KGP), yang fase diamnya
Prinsip dasar kromatografi gas melibatkan volatilisasi atau penguapan
sampel dalam inlet injektor, pemisahan komponen-komponen dalam campuran,
dan deteksi tiap komponen dengan detektor.
2.6.2 Sistem Peralatan Kromatografi Gas
Gambar 2.6 Peralatan Kromatografi Gas
Sistem peralatan KG ditunjukkan dengan komponen utama adalah :
1. Kontrol dan penyedia gas pembawa (fase gerak)
Fase gerak pada KG juga disebut dengan gas pembawa karena
tujuan awalnya adalah untuk membawa solut ke kolom, karenanya gas
pembawa tidak berpengaruh pada selektifitas. Syarat gas pembawa
adalah: tidak reaktif, murni/ kering karena kalau tidak murni akan
berpengaruh pada detektor, dan dapat disimpan dalam tangki tekanan
tinggi (biasanya merah untuk hidrogen, dan abu-abu untuk nitrogen).
2. Ruang suntik sampel
Lubang injeksi didesain untuk memasukkan sampel secara
cepat efesien. Desain yang populer terdiri atas saluran gelas yang kecil
ujung untuk mengakomodasi injeksi dengan semprit (syringe). Karena
helium (gas pembawa) mengalir melalui tabung, sejumlah volume
cairan yang diinjeksikan (biasanya antara 0,1-3,0 µL) akan segera
diuapkan untuk selanjutnya di bawa menuju kolom. Berbagai macam
ukuran semprit saat ini tersedia di pasaan sehingga injeksi dapat
berlangsung secara mudah dan akurat. Septum karet, setelah dilakukan
pemasukan sampel secara berulang, dapat diganti dengan mudah.
Sistem pemasukan sampel (katup untuk mengambil sampel gas) dan
untuk sampel padat juga tersedia di pasaran.
Pada dasarnya, ada 4 jenis injektor pada kromatografi gas, yaitu
:
a. Injeksi langsung (direct injection), yang mana sampel yang
diinjeksikan akan diuapkan dalam injektor yang panas dan 100%
sampel masuk menuju kolom
b. Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang
diinjeksikan diuapkan dalam injektor yang panas dan selanjutnya
dilakukan pemecahan
c. Injeksi tanpa pemecahan (splitness injection), yang mana hampir
semua sampel diuapkan dalam injektor yang panas dan dibawa ke
dalam kolom karena katup pemecah ditutup; dan
d. Injeksi langsung ke kolom (on column injection), yang mana ujung
semprit dimasukkan langsung ke dalam kolom.
Teknik injeksi langsung ke dalam kolom digunaan untuk
penyuntikkannya melalui lubang suntik, dikhawatirkan akan terjadi
peruraian senyawa tersebut karena suhu yang tinggi atau terjadi
pirolisis.
3. Kolom
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena
didalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan
komponen sentral pada KG.
Ada tiga jenis kolom pada KG yaitu kolom kemas (packing
column) dan kolom kapiler (capillary column); serta kolom preparatif
(preparative column).
Kolom kemas terbuat dari gelas atau logam yang tahan karat
atau dari tembaga dan alumunium. Panjang kolom jenis ini adalah 1-5
meter dengan diameter dalam 104 mm. Kolom kapiler sangat banyak
dipakai karena kolom kapiler memberikan efesiensi yang tinggi (harga
jumlah pelat teori yang sangat besar > 300.000 pelat). Kolom
preparatif digunakan untuk menyiapkan sampel yang murni dari
adanya senyawa tertentu dalam matriks yang kompleks.
Fase diam yang dipakai pada kolom kapiler dapat bersifat non
polar, polar, atau semi polar. Fase diam non polar yang paling banyak
digunakan adalah metil polisiloksan (Hp-1; DB-1; SE-30; CPSIL-5)
dan fenil 5%-metilpolisiloksan 95% (HP-5; DB-5; SE-52; CPSIL-8).
Fase diam semi polar adalah seperti fenil 50%-metilpolisiloksan 50%
seperti polietilen glikol (HP-20M; DB-WAX; CP-WAX;
Carbowax-20M).
4. Detektor
Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi gas adalah
detektor. Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung
kolom tempat keluar fase gerak (gas pembawa) yang membawa
komponen hasil pemisahan. Detektor pada kromatografi adalah suatu
sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan
komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik. Sinyal
elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis kualitatif
maupun kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah di
antara fase diam dan fase gerak.
Pada garis besarnya detektor pada KG termasuk detektor
diferensial, dalam arti respons yang keluar dari detektor memberikan
relasi yang linier dengan kadar atau laju aliran massa komponen yang
teresolusi. Kromatogram yang merupakan hasil pemisahan fisik
komponen-komponen oleh KG disajikan oleh detektor sebagai deretan
luas puncak terhadap waktu. Waktu tambat tertentu dalam
kromatogram dapat digunakan sebagai data kualitatif, sedangkan luas
puncak dalam kromatogram dapat dipakai sebagai data kuantitatif yang
keduanya telah dikonfirmasikan dengan senyawa baku. Akan tetapi
misalnya GC/FT-IR/MS, kromatogram akan disajikan dalam bentuk
lain.
5. Komputer
Komponen KG selanjutnya adalah komputer. KG modern
menggunakan komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunaknya
(software) untuk digitalisasi signal detektor dan mempunyai beberapa
fungsi antara lain:
a. Memfasilitasi setting parameter-parameter instrumen seperti: aliran
fase gas; suhu oven dan pemrograman suhu; serta penyuntikan
sampel secara otomatis.
b. Menampilkan kromatogram dan informasi-informasi lain dengan
menggunakan grafik berwarna.
c. Merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-perhitungan
dengan statistik.
d. Menyimpan data parameter anaisis untuk analisis senyawa tertentu
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Tanaman pertanian sering diganggu atau dirusak oleh organisme pengganggu
yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme Pengganggu
Tanaman/Tumbuhan (OPT) ini dikenal sebagai hama tanaman, penyakit tanaman,
dan gulma (tumbuhan pengganggu). Untuk menghindari kerugian karena
serangan OPT, tanaman perlu dilindungi dengan cara mengendalikan OPT
tersebut. Dengan istilah "mengendalikan", OPT tidak perlu diberantas habis
karena memang tidak mungkin. Dengan usaha pengendalian, populasi atau tingkat
kerusakan karena OPT ditekan serendah mungkin sehingga secara ekonomis tidak
merugikan. Semua upaya pengendalian OPT dipelajari dalam Perlindungan
Tanaman (Crop Protection, Plant Protection), yakni semua upaya untuk
melindungi tanaman dari gangguan OPT dengan mempertimbangkan faktor-faktor
teknis, ekonomis, ekologi, dan sosial, agar tanaman tumbuh dan berkembang
secara sehat, sehingga mampu memberikan hasil dan keuntungan yang optimal.
Dari uraian diatas tampak jelas bahwa pengendalian hama secara kimiawi
hanyalah merupakan bagian dari keseluruhan cara-cara pengendalian hama,
penyakit, dan gulma di bidang pertanian. Meskipun demikian, pengendalian OPT
sering lupa bahwa ada banyak cara lain untuk mengendalikan OPT selain
menyemprot pestisida. Disamping terlalu dominan, penggunaan pestisida juga
sering dilakukan secara tidak benar. Kita masih sering melihat petani
mencampurkan sekian banyak pestisida tanpa alasan yang kuat penggunaan
larutan semprot yang berlebihan. Kita juga sering menjumpai petani menyemprot
pada di sawah dengan pestisida tanpa memakai alat pelindung tubuh yang
memadai (Djojosumarto, P.,2009).
Pestisida adalah racun, sehingga pestisida dibuat, dijual dan dipakai untuk
"meracun" organisme pengganggu tanaman (OPT). Setiap penggunaan racun
mengandung resiko (bahaya). Resiko tersebut tidak dapat dihindarkan karena
terbawa oleh pestisida itu sendiri. Walaupun pestisida mengandung resiko, kita
diharapkan dapat mengelola resiko tersebut, sehingga tidak membahayakan
penggunanya, konsumen, dan lingkungannya (Djojosumarto, P.,2009).
Hama tanaman yang sering menyerang tomat berupa serangga. Oleh
karena itu jenis pestisida yang cocok digunakan pada tanaman tomat yaitu
Insektisida. Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun
yang bisa mematikan semua jenis serangga. Ada beberapa pembagian insektisida
yaitu insektisida hidrokarbon berkhlor, insektisida organophospat, insektisida
karbamat, insektisida tiosianat (Baehaki, 1993).
Untuk menghindari dampak negatif akibat penggunaan pestisida dan
sekaligus mengingkatkan efektivitas penggunaanya, pemerintah melalui sistem
peraturan dan perundang-undangan telah mengatur peredaran, penyimpanan dan
Tahun 1993). Sebelum diedarkan dan sampai ke tangan petani, pestisida harus
terlebih dahulu di evaluasi oleh Komisi Pestisida (Hasibuan, R.,2015).
Untuk keselamatan konsumen, residu pestisida pada bahan makanan tidak
boleh melebihi batas tertentu. Batas ini dinamakan Batas Maksimum Residu
(BMR), yaitu tingkat residu yang dianggap aman bagi konsumen. Untuk
mengetahui residu suatu pestisida dalam bahan makanan maupun dalam
lingkungan, perlu dilakukan analisis kimia terhadap bahan makanan atau sampel
yang diambil dari lingkungan (Sumatra, M.,1998).
Tomat saat ini tidak sekedar untuk sayuran, tetapi sudah menjadi
komoditas buah. Kebutuhan akan tomat dari tahun ke tahun terus meningkat
drastis. Tanaman tomat termasuk tanaman setahun (annual) yang berarti umur
tanaman ini hanya untuk satu kali periode panen. Setelah produksi kemudian mati.
Tanaman ini juga sering kali mendapat serangan hama dan penyakit. Untuk
memberantas serangan hama dan penyakit, perlu pencegahan dengan cara
penyemprotan pestisida pada tanaman. Namun penyemprotan pestisida tidak dapat
dilakukan dengan sembarangan karena pertisida bersifat racun yang dapat
membahayakan kesehatan manusia. Harus ada aturan dan takaran yang pas dalam
penggunaan pestisida sesuai dengan Peraturan Pemerintah dan sesuai dengan SNI
7313:2008 tentang Batas Maksimum Residu (BMR) pestisida yaitu Dimetoat
sebanyak 1 mg/kg, Klorpirifos sebanyak 0,5 mg/kg, Propenofos sebanyak 2
mg/kg (Yani, T.,1993).
Akibat penyemprotan pestisida pada tamanan tomat tersebut, kita tidak
konsumsi. Apakah residu pestisida tersebut masih dalam batas normal atau sudah
melebihi batas yang telah di tentukan oleh SNI 7313:2008. Karena tomat
merupakan tumbuhan yang dikonsumsi secara langsung tanpa dikupas kulitnya
terlebih dahulu. Oleh karena itu, penulis melakukan analisis kandungan residu
pestisida golongan organophospat pada buah tomat dan memilih karya ilmiah
yang berjudul "Penentuan Kandungan Residu Pestisida Organofosfat (Dimetoat,
Klorpirifos Dan Propenofos) Pada Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) dari
Pasar Kaban Jahe dan dari Kebun di Desa Ketaren Kecamatan Kaban Jahe Secara
Kromatografi Gas FPD"
1.2Permasalahan
Yang menjadi permasalahan pada studi ini adalah:
1. Apakah buah Tomat yang diambil dari Pasar Kaban Jahe dan dari Kebun
di Desa Ketaren Kecamatan Kaban Jahe mengandung residu pestisida
yang masih dalam Batas Maksimum Residu (BMR) pestisida sesuai
dengan SNI 7313:2008.
2. Bagaimana melihat kandungan residu pestisida organofosfat (Dimetoat,
Klorpirifos Dan Propenofos) pada buah tomat (Solanum lycopersicum L.)
dari Pasar Kaban Jahe dan dari Kebun di Desa Ketaren Kecamatan Kaban
Jahe secara kromatografi gas FPD.
1.3Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah kandungan residu pestisida yang digunakan
pada buah tomat masih dalam Batas Maksimum Residu (BMR) pestisida
2. Untuk mengetahui kandungan residu pestisida organofosfat (Dimetoat,
Klorpirifos Dan Propenofos) pada buah tomat (Solanum lycopersicum L.)
dari Pasar Kaban Jahe dan dari Kebun di Desa Ketaren Kecamatan Kaban
Jahe secara kromatografi gas FPD.
1.4Manfaat Penelitian
1. Dapat memberikan informasi apakah kandungan residu pestisida yang
digunakan pada buah tomat masih dalam Batas Maksimum Residu (BMR)
pestisida sesuai dengan SNI 7313:2008.
2. Dapat mengetahui kegunaan dari penentuan kandungan residu pestisida
PENENTUAN KANDUNGAN RESIDU PESTISIDA ORGANOFOSFAT (DIMETOAT, KLORPIRIFOS DAN PROPENOFOS) PADA BUAH
TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DARI PASAR KABAN JAHE DAN DARI KEBUN DI DESA KETAREN KECAMATAN
KABAN JAHE SECARA KROMATOGRAFI GAS FPD
ABSTRAK
Telah dilakukan studi penentuan kandungan residu pestisida organofosfat (dimetoat, klorpirifos dan propenofos) pada buah tomat (Solanum lycopersicum L.) dari Pasar Kaban Jahe dan dari Kebun di Desa Ketaren Kecamatan Kaban Jahe dengan metode ekstraksi secara kromatografi gas FPD. Residu pestisida yang diperoleh dari 2 tempat berbeda yaitu Pasar Kaban Jahe kandungan dimetoat 0,052 mg/kg, klorpirifos dan propenofos tidak terdeteksi. Sedangkan dari Kebun di Desa Ketaren kandungan dimetoat 0,231 mg/kg, propenofos 0,595 mg/kg dan klorpirifos tidak terdeteksi. Hasil dari penentuan kandungan residu pestisida pada buah tomat menunjukkan bahwa nilai yang tidak melampaui batas yang telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional SNI 7313:2008 tentang Batas Maksimum Residu Pestisida pada hasil pertanian.
DETERMINATION OF ORGANOPHOSPHATE PESTICIDE RESIDUES (DIMETHOATE, CHLORPYRIFOS AND PROPENOFOS) IN
TOMATOES (Solanum lycopersicum L.) ON THE PASAR KABAN JAHE AND OF GARDENS IN DESA
KETAREN KEC. KABAN JAHE FPD GAS CHROMATOGRAPHIC
ABSTRACT
Study determining the organophosphate pesticide residues has been (dimethoate , chlorpyrifos and propenofos) in tomatoes (Solanum lycopersicum L.) from the market Kaban Jahe and from gardens in the village Ketaren of the District Kaban Jahe with method extraction by chromatographic FPD. Has been done pesticide residues obtained from two different places are the market Kaban Jahe content dimetoat of 0.052 mg / kg, chlorpyrifos and propenofos undetected. While from gardens in the village Ketaren content dimetoat of 0.231 mg / kg, propenofos of 0.595 mg / kg and chlorpyrifos is not detected. The result of determination of pesticide residue in tomatoes indicates that the value does not exceed limits decision by the National Agency for Standardization SNI 7313: 2008 on maximum limits of pesticide residues on crops.
PENENTUAN KANDUNGAN RESIDU PESTISIDA ORGANOFOSFAT (DIMETOAT, KLORPIRIFOS DAN PROPENOFOS) PADA BUAH
TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DARI PASAR KABAN JAHE DAN DARI KEBUN DI DESA KETAREN KECAMATAN
KABAN JAHE SECARA KROMATOGRAFI GAS FPD
TUGAS AKHIR
DWI AJENG PERMONI 132401044
PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENENTUAN KANDUNGAN RESIDU PESTISIDA ORGANOFOSFAT (DIMETOAT, KLORPIRIFOS DAN PROPENOFOS) PADA BUAH
TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DARI PASAR KABAN JAHE DAN DARI KEBUN DI DESA KETAREN KECAMATAN
KABAN JAHE SECARA KROMATOGRAFI GAS FPD
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya
DWI AJENG PERMONI 132401044
PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : Penentuan Kandungan Residu Pestisida
Organofosfat (Dimetoat, Klorpirifos dan Propenofos) Pada Buah Tomat (Solanum
lycopersicum L.) Dari Pasar Kaban Jahe dan Dari Kebun di Desa Ketaren Kecamatan Kaban Jahe Secara Kromatografi Gas FPD
Kategori : Tugas Akhir
Nama : Dwi Ajeng Permoni
Nomor Induk Mahasiswa : 132401044
Program Studi : Diploma III (D3) Kimia
Departement : Kimia
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Disetujui di Medan, Juli 2016
Disetujui Oleh
Program Studi D3 Kimia Ketua,
Dra. Emma Zaidar Nasution, M.si NIP.195512181987012001
Pembimbing,
Dr. Andriayani, S.Pd, M.Si NIP. 196903051999032001
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
PERNYATAAN
PENENTUAN KANDUNGAN RESIDU PESTISIDA ORGANOFOSFAT (DIMETOAT, KLORPIRIFOS DAN PROPENOFOS) PADA BUAH
TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DARI PASAR KABAN JAHE DAN DARI KEBUN DI DESA KETAREN KECAMATAN
KABAN JAHE SECARA KROMATOGRAFI GAS FPD
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2016
PENGHARGAAN
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis hanturkan kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini dengan judul "Penentuan Kandungan Residu Pestisida Organofosfat (Dimetoat, Klorpirifos Dan Propenofos) Pada Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Dari Pasar Kaban Jahe Dan Dari Kebun di Desa Ketaren Kecamatan Kaban Jahe Secara Kromatografi Gas FPD".
Karya Ilmiah ini berdasarkan pengamatan dan pengalaman Penulis selama menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Laboratorium Pengujian Mutu dan Residu Pestisida Upt. Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara Medan dari tanggal 25 Januari sampai dengan 25 Februari 2016. Karya Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Ahli Madya (AMD) pada program studi Kimia Diploma III di Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa KARYA ILMIAH ini masih jauh dari kesempurnaan karena adanya keterbatasan penulis, baik dari segi pengetahuan, waktu, maupun pengalaman penulis. Meski demikian Penulis mengharapkan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis serta pun dari semua pihak yang membaca karya ilmiah ini.
Pada masa penyelesaian karya ilmiah ini, Penulis telah banyak mendapatkan dukungan, bantuan dan juga dorongan dari berbagai pihak-pihak yang terlibat. Oleh karena itu, dengan rasa keikhlasan dan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan teristimewa kepada Kedua orang tua penulis Ayahanda Legimin dan Ibunda Sri Surlitawati yang telah membesarkan dan melimpahkan banyak kasih sayang kepada penulis beserta saudara penulis Mas Hanggri, Mbak Fiji, Adik Dinda dan Keluarga besar penulis yang selalu memberikan kasih sayang dan mendo’akan yang terbaik untuk penulis serta bantuan berupa dukungan moril, spiritual dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tanpa mereka penulis bukanlah apa-apa.
Selain itu Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak - pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain:
1. Ibu Drs. Rumondang Bulan M.Sc, selaku kepala jurusan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara 2. Ibu Dra. Emma Zaidar, M.Si selaku ketua program studi Diploma III
3. Ibu Dr. Andriayani, S.Pd, M.Si, selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing dan meluangkan waktunya dalam penyusunan Karya Ilmiah ini
4. Seluruh staf pengajar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Khususnya jurusan Kimia yang telah mendidik penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini
5. Pak Rukito, SP selaku kepala Laboratorium UPT. Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara Medan 6. Kak Yulviane Ramadhona, S.Si selaku pembimbing di Laboratorium UPT.
Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara Medan
7. Ibu Cut, Kak Suci, Pak Dipo, Ibu Yeni, Bang Wira dan Seluruh Staf dan Pegawai di Laboratorium UPT. Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara Medan
8. Sahabat-sahabat penulis Citra Maulidya, Miftahur Rahmi, Siti Farah Dina, Dinda Widya Rizky, Masyitah, Elvi Hotida Damanik dan semua teman teman yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu, yang sama-sama berjuang dan banyak mengeluarkan pikiran untuk membuat karya ilmiah ini serta memberi dorongan satu dengan yang lain
9. Rekan – rekan ikatan mahasiswa D3 Kimia yang telah membantu dan memberikan dukungan dari belakang.
Atas segala perhatian, pengarahan, bimbingan dan nasehat selama ini. Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis sudah berupaya semaksimal mungkin dalam menyusun dan menyelesaikan karya ilmiah ini, namun penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
Akhir kata penulis mengucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu demi selesainya karya ilmiah ini dan penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2016
PENENTUAN KANDUNGAN RESIDU PESTISIDA ORGANOFOSFAT (DIMETOAT, KLORPIRIFOS DAN PROPENOFOS) PADA BUAH
TOMAT (Solanum lycopersicum L.) DARI PASAR KABAN JAHE DAN DARI KEBUN DI DESA KETAREN KECAMATAN
KABAN JAHE SECARA KROMATOGRAFI GAS FPD
ABSTRAK
Telah dilakukan studi penentuan kandungan residu pestisida organofosfat (dimetoat, klorpirifos dan propenofos) pada buah tomat (Solanum lycopersicum L.) dari Pasar Kaban Jahe dan dari Kebun di Desa Ketaren Kecamatan Kaban Jahe dengan metode ekstraksi secara kromatografi gas FPD. Residu pestisida yang diperoleh dari 2 tempat berbeda yaitu Pasar Kaban Jahe kandungan dimetoat 0,052 mg/kg, klorpirifos dan propenofos tidak terdeteksi. Sedangkan dari Kebun di Desa Ketaren kandungan dimetoat 0,231 mg/kg, propenofos 0,595 mg/kg dan klorpirifos tidak terdeteksi. Hasil dari penentuan kandungan residu pestisida pada buah tomat menunjukkan bahwa nilai yang tidak melampaui batas yang telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional SNI 7313:2008 tentang Batas Maksimum Residu Pestisida pada hasil pertanian.
DETERMINATION OF ORGANOPHOSPHATE PESTICIDE RESIDUES (DIMETHOATE, CHLORPYRIFOS AND PROPENOFOS) IN
TOMATOES (Solanum lycopersicum L.) ON THE PASAR KABAN JAHE AND OF GARDENS IN DESA
KETAREN KEC. KABAN JAHE FPD GAS CHROMATOGRAPHIC
ABSTRACT
Study determining the organophosphate pesticide residues has been (dimethoate , chlorpyrifos and propenofos) in tomatoes (Solanum lycopersicum L.) from the market Kaban Jahe and from gardens in the village Ketaren of the District Kaban Jahe with method extraction by chromatographic FPD. Has been done pesticide residues obtained from two different places are the market Kaban Jahe content dimetoat of 0.052 mg / kg, chlorpyrifos and propenofos undetected. While from gardens in the village Ketaren content dimetoat of 0.231 mg / kg, propenofos of 0.595 mg / kg and chlorpyrifos is not detected. The result of determination of pesticide residue in tomatoes indicates that the value does not exceed limits decision by the National Agency for Standardization SNI 7313: 2008 on maximum limits of pesticide residues on crops.
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang 1
1.2Permasalahan 4
1.3Tujuan 4
1.4Manfaat 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pestisida 6
2.1.1 Pengertian 6
2.1.2 Jenis Pestisida dan Cara Kerjanya 10
2.1.3 Sifat-sifat Ideal Pestisida 12
2.2Insektisida Organofosfat 13
2.2.1 Pengertian Insektisida Organofosfat 13
2.2.2 Cara Kerja Insektisida Organofosfat 13
2.2.3 Rumus Umum Insektisida Organofosfat 14
2.2.4 Dhimethoate 15
2.2.5 Chlorpyrifos 16
2.2.6 Propenofos 17
2.3Residu Pestisida 18
2.4Batas Maksimum Residu 18
2.5Sekilas Tentang Tomat 20
2.5.1 Mengenai Tomat 20
2.5.2 Sejarah Tomat 20
2.5.3 Klasifikasi Tomat 22
2.5.4 Kandungan dan Manfaat Tomat 22
2.6Kromatografi Gas (KG) 24
2.6.1 Pengertian 24
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1Alat-alat 30
3.2Bahan-bahan 31
3.3Prosedur Penelitian 31
3.3.1 Pembuatan Standart Campuran Bahan Aktif 31
3.3.1.1Bahan Aktif Dimetoat 31
3.3.1.2Bahan Aktif Klorpirifos 32
3.3.1.3Bahan Aktif Propenofos 32
3.3.2 Preparasi Sampel Tomat 33
3.3.3 Penginjekan ke Alat Kromatografi Gas 33
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil Penelitian 35
4.2Perhitungan 36
4.2.1 Pada Bahan Aktif 36
4.2.1.1Dimetoat 37
4.2.1.2Klorpirifos 39
4.2.1.3Propenofos 41
4.2.2 Sampel 43
4.2.2.1Tomat Dari Pasar Kaban Jahe 44
4.2.2.1.1 Dimetoat 44
4.2.2.1.2 Klorpirifos 45
4.2.2.1.3 Propenofos 46
4.2.2.2Tomat Dari Desa Ketaren 46
4.2.2.2.1 Dimetoat 46
4.2.2.2.2 Klorpirifos 47
4.2.2.2.3 Propenofos 48
4.3Pembahasan 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan 51
5.2Saran 51
Daftar Pustaka
DAFTAR TABEL
NO. JUDUL HALAMAN
Tabel 2.1 Batas Maksimum Residu Pestisida Pada Tanaman 19 Tomat Menurut SNI 7313:2008
Tabel 2.2 Komposisi Zat Gizi Buah Tomat 23
Tabel 4.1 Data Hasil Analisis Residu Pestisida Organofosfat 35 pada Sampel pada Tomat dari Pasar Kaban Jahe
DAFTAR GAMBAR
NO. JUDUL HALAMAN
Gambar 2.1 Rumus Umum insektisida organofosfat 15
Gambar 2.2 Dimethoate 16
Gambar 2.3 Chlorpyrifos 17
Gambar 2.4 Profenofos 17
Gambar 2.5 Tomat 20