• Tidak ada hasil yang ditemukan

I.PENDAHULUAN KUALITAS SOSIS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus Jacq.) DAN TEPUNG LABU KUNING DENGAN KOMBINASI TEPUNG TAPIOKA DAN KARAGINAN (Eucheuma cottonii Doty.).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "I.PENDAHULUAN KUALITAS SOSIS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus Jacq.) DAN TEPUNG LABU KUNING DENGAN KOMBINASI TEPUNG TAPIOKA DAN KARAGINAN (Eucheuma cottonii Doty.)."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

makanan ataupun minuman bagi konsumsi manusia. Termasuk di dalamnya adalah bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang

digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan atau pembuatan makanan dan minuman (Saparinto dan Hidayati, 2006).

Menurut Rahardjo (2003), salah satu produk makanan olahan yang

banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah sosis. Konsumsi sosis oleh masyarakat Indonesia tumbuh rata-rata 4,46% per tahun. Tingginya

permintaan sosis di pasaran menyebabkan meningkat pula kebutuhan daging. Ketua Asosiasi Industri Pengolahan Daging Indonesia, mengatakan bahwa pendapatan industry pengolahan daging mencapai Rp 1 triliun rupiah per

tahun dengan kebutuhan daging sebesar 75 ton per hari (Anggraeni dkk., 2014). Menurut Kementrian Negara Riset dan Teknologi (2014), sosis adalah daging lumat yang dicampur dengan bumbu atau rempah-rempah kemudian

dimasukkan dan dibentuk dalam pembungkus atau casing. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan sosis terdiri dari daging, lemak, bahan pengikat,

bahan pengisi, air, garam dapur, dan bumbu. Penambahan bumbu dan bahan-bahan lain bertujuan untuk membentuk sosis yang kompak dan tidak berongga.

dalam proses ppeenyiapan, pengololaha an atau pem Saparinntoto dan HHididayattii, 2200006)6)..

nururut RaRahahardrdjjo (2003), salah satatu u prprododukuk m o

onsusumsmsii oleh masyarakat adalah ssososisis. Indndonnesia tumbuh rata-rata 4,466% pep sososisis di pasaran menynyebebabkan meningkakat t pp iasii IIndndustrtri i PePengngololahahanan DDagagining g InIndodonnesia

(2)

Sosis nabati berbahan dasar jamur tiram putih masih jarang beredar di masyarakat. Hal ini dikarenakan pola pikir masyarakat yang berasumsi bahwa

sosis hanya bisa dibuat dari daging saja. Sosis jamur tiram putih ini memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan sosis daging pada umumnya. Sosis jamur tiram putih memiliki serat dan kolestrol yang rendah

(Hendritomo, 2010).

Jamur tiram putih digunakan sebagai bahan dasar sosis dikarenakan

menurut Chazali (2009), jamur tiram mengandung 5,94% protein, 50,59% karbohidrat, 1,56% serat, dan 0,17% lemak. Diperkirakan dalam 100 gram jamur tiram segar mengandung 45,65 KJ kalori, 8,9 mg kalsium, 1,9 mg besi,

17,0 mg fosfor, 0,15 mg vitamin B1, 0,75 mg vitamin B2, dan 12,40 mg vitamin C.

Selain dikonsumsi sebagai bahan makanan, jamur tiram juga diketahui

berkhasiat sebagai obat, terutama untuk mengobati penyakit liver, diabetes, anemia, kolestrol tinggi, serta anti viral dan anti kanker. Kandungan seratnya

yang tinggi mampu membantu mengobati gangguan pencernaan dan membantu menurunkan berat badan (Hendritomo, 2010).

Jamur tiram putih mengandung serat pangan yang sangat penting

untuk kesehatan. Mengkonsumsi makanan yang mengandung serat pangan yang tinggi dapat mengurangi resiko kanker, misalnya kanker kolon, penyakit

jantung koroner, diabetes, kolestrol darah yang tinggi, serta dapat memudahkan buang air besar (Silalahi, 2006). Menurut Silalahi (2006), serat pangan adalah karbohidrat jenis polisakarida dan lignin yang tidak dapat

hazali (2009)9), jjamur tiram memengn andung 5, 1,56%% seratt, , ddan 0,01717% % lelemam k. DDipiperkira

seeggar r memengngandung 45,65 KJ kaaloloriri, , 8,8,9 9mmg s

sforr,, 0,0,115 mg vitamin B1, 0,75 mgg vivitatamm

inn ddiki onsumsi sebagaaiibab han makanan, jjamamu sebagagaiai obabat,t, ttererututamama a ununtutukk memengngobobatati i pe

(3)

dihidrolisis atau dicerna oleh enzim pencernaan manusia, dan akan sampai di usus besar (kolon) dalam keadaan utuh. Oleh karena itu, kebanyakan serat

pangan akan menjadi substrat bagi fermentasi bakteri yang hidup di kolon. Kebutuhan konsumsi serat setiap orang rata-rata 20 sampai 45 gram per hari. Jamur tiram putih merupakan sumber serat utama dalam produk sosis ini.

Menurut Soeparno (1994), bahan pengisi yang digunakan dalam pembuatan sosis harus mampu mengikat sejumlah air tetapi mempunyai

pengaruh kecil terhadap emulsifikasi. Tepung pengisi hendaknya mengandung lemak dan protein, sehingga memiliki kapasitas mengikat air yang besar dan kemampuan emulsifikasi yang rendah agar terbentuk produk

sosis yang kompak. Bahan pengisi yang digunakan dalam pembuatan sosis jamur tiram ini adalah tepung labu kuning, karena menurut Hendrasty (2003),

labu kuning memiliki kandungan protein dan lemak. Selain itu, sangat jarang ditemukan pemanfaatan tepung labu kuning sebagai bahan pengisi dalam pembuatan sosis.

Labu kuning merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi dan lengkap. Labu kuning sebanyak 100 gram mengandung protein sebesar 1,10 g, 0,30 g lemak, 45,00

mg kalsium, 1,40 mg zat besi, 180 SI vitamin A, 0,08 mg vitamin B1, dan 52,00 g vitamin C. Labu kuning merupakan sumber vitamin A dengan

kandungan betakaroten yang sangat tinggi yaitu 180 SI atau sekitar 1000-1300 IU/100 g bahan. Hal ini menunjukkan bahwa sosis jamur tiram putih

kecil terhaadadap emulsifikakasisi. Tepung g lemakak dan pproroteiin, seehihingnggga memmiliki k danan kkememamamppuan emulsifikasi yaangng rrenendaah h k

kommppakk. Bahan pengisi yang digunanakakan n dada i

inii adaalah tepung labu kuning, karenaa memenunu me

memimliki kandungannpprotein dan lemakk. SeS pemamanfnfaatatan n tetepupungng llababuu kukuniningng sebebagagai sosis.

(4)

dengan penambahan tepung labu kuning juga dapat digunakan sebagai makanan kaya vitamin A (Hendrasty, 2003).

Pembuatan sosis umumnya menggunakan Sodium Tripolifosfat (STTP). Penggunaan Sodium Tripolifosfat dalam produk makanan sudah dibatasi karena dapat menganggu kesehatan yaitu menganggu daya serap usus

sehingga dapat menghambat kemampuan usus menyerap gizi pada makanan dan ketika makanan akan diedarkan ke seluruh tubuh (Sugiyatmi, 2006).

Sodium Tripolifosfat (STPP) mengandung fosfat yang berfungsi untuk

meningkatkan daya ikat air oleh protein daging, mereduksi pengerutan daging, dan menghambat ketengikan. Jumlah penambahan fosfat dalam

makanan tidak boleh lebih dari 5% dan hasil akhir dalam produk harus kurang dari 0,5%. Terlalu banyak fosfat dapat menimbulkan rasa pahit pada

bahan makanan (Soeparno, 1994).

Penggunaan karaginan yang berasal dari Eucheuma cottonii Doty. dapat dilakukan sebagai pengganti STPP. Menurut Winarno (1990), upaya

untuk mengurangi penggunaan STPP dalam makanan bisa dilakukan dengan bahan alami yang sama fungsinya yaitu karaginan. Karaginan berfungsi sebagai stabilisator, thickener, dan pembentuk gel dalam bidang industri

pengolahan pangan (Winarno, 1990).

Karaginan merupakan salah satu jenis koloid dari rumput laut yang

paling penting dalam industri pangan. Karaginan banyak dimanfaatkan sebagai bahan pengental dalam beberapa produk makanan. Karaginan biasa dijual dalam bentuk tepung bewarna kekuningan (Ariyadi, 2004). Menurut

ipolifosfatt ((STSTPP) mengandudungn fosfat y an dayaya ikatt aair ollehh prprototeien dagiging, m n mmengnghhambmbat ketengikan. Jummlaah h pep nnam

d

dak k bobolleh lebih dari 5% dan hasiill akakhihrr 0

0,55%.% Terlalu banyak fosfat dapat mmennimimbb na

nan n (S( oeparno, 1994)4). .

ggunanaanan kkararagagininanan yyanangg beberarasasal l dadariri EuE ch ukan sebagai penggganti STPP. Menurut W

(5)

Winarno (1992), karaginan apabila dikombinasikan dengan garam, maka akan sangat efektif sebagai gel pengikat dan pelapis produk daging salah

satunya sosis.

Menurut Istini dkk. (1986), tepung karaginan yang dikombinasikan dengan tepung tapioka yang merupakan bahan pengisi utama dalam

pembuatan sosis. Tepung karaginan ditambahkan sebagai bahan pengisi bersama tepung tapioka sekaligus berperan sebagai pengatur keseimbangan

dan bahan pengikat alami sehingga diperoleh adonan sosis yang kompak dan tidak berongga. Karaginan yang ditambahkan juga memperkaya kandungan gizi sosis jamur tiram putih. Karaginan mengandung mineral penting bagi

tubuh yaitu Ca dan Fe.

B. Keaslian Penelitian

Penelitian menggunakan karaginan sebagai emulsifier atau pengenyal pada proses pembuatan sosis cukup banyak dilakukan. Penelitian tentang pemanfaatan karaginan pada produk sosis dilakukan oleh Witanto (2013),

tentang “Pembuatan Sosis Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus Jacq.) dan

Tepung Rebung dengan Kombinasi Tepung Tapioka dan Karaginan (Eucheuma cottonii Doty.)”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah

mengetahui kombinasi tepung tapioka dan karaginan yang paling baik terhadap sifat fisik, kimia, mikrobiologis, dan organoleptik untuk

mendapatkan kualitas sosis jamur tiram putih dan tepung rebung yang paling baik dan mengetahui konsentrasi kombinasi tepung tapioka dan karaginan yang paling baik untuk mendapatkan kualitas sosis jamur tiram putih dan

pengikat alamimi sehingga diperorolel h adonan so gga. KaKaragignaan n yang ddititamambabahkh an jjuguga me ammuur ttiriramam putih. Karaginan memengnganandudunng

C

Ca ddana FFe. en

eneleliti iaan

(6)

tepung rebung yang paling baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk sosis jamur tiram putih dan tepung rebung dengan kombinasi tapioka dan

karaginan berpengaruh terhadap sifat fisik tekstur sosis, sifat kimia (kadar air, abu, lemak, dan protein), mikrobiologis (angka lempeng total dan Staphylococcus aureus), serta organoleptik (warna, rasa, aroma, dan tekstur).

Kombinasi tepung tapioka dan karaginan yang paling baik yaitu 7% tepung tapioka dan 3% karaginan.

Penggunaan karaginan sebagai pengenyal sosis berbahan nabati juga dilakukan oleh Usman (2009), mengenai “Studi Pembuatan Sosis Berbasis Jamur Merang”. Dalam penelitian tersebut menunjukkan pemakaian

karaginan dan putih telur pada pembuatan sosis berbahan nabati jamur merang menghasilkan sosis dengan kekenyalan dan kekompakan yang sangat

baik. Formulasi terbaik yaitu komposisi tepung maizena 10%, karaginan 6%, isolat protein kedelai 3%, garam 2,5%, minyak nabati 4%, putih telur 35%, bawang merah 0,5%, bawang putih 0,25%, lada 0,1%, gula pasir 1,5%, pala

0,05%, MSG 0,1 % dan jahe 0,5%.

Pemanfaatan jamur tiram putih sebagai bahan baku dalam pembuatan sosis berbahan nabati sudah pernah dilakukan oleh Rahardjo (2003), yang

berjudul “Kajian Proses dan Formulasi Pembuatan Sosis Nabati dari Jamur

Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)”. Karaginan yang ditambahkan

dipersentasekan sebesar 3,5, 7, dan 10,5%. Hasil terbaik sosis jamur tiram dihasilkan pada penambahan karaginan sebesar 3,5% dengan lama perebusan 60 menit.

gunaan karagagininan sebagai penengeg nyal sosis oleh Usmsman ((2020009),) menngegenanai i “Studidi Pemb

ranng”.. DDalalam penelitian terssebebutut mmene u

d

dan n puputitih telur pada pembuatan ssososisis bee n

nghghasa illkan sosis dengan kekenyalan ddan kekekk ulasasii terbaik yaitu kompmposisi tepung maiizezenn

(7)

Pemanfaatan tepung labu kuning sebagai bahan pengisi dalam pembuatan sosis berbahan hewani sudah pernah dilakukan oleh Prayitno

(2009), yang berjudul “Karakteristik Sosis dengan Fortifikasi Betakaroten dari Labu Kuning (Cucurbita moschata)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisik, kimia, dan sensoris sosis daging dengan

fortifikasi betakaroten dari labu kuning. Penambahan tepung labu kuning sebagai substitusi bahan pengisi dalam pembuatan sosis dipersentasekan

sebesar 0, 25, 50, 75, dan 100% dari total bahan pengisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar betakaroten produk sosis yang dihasilkan mengalami penurunan. Kadar betakaroten tepung labu kuning diketahui

sebesar 16.400-29.000 μg/100g setelah melalui proses pembuatan produk, kadar betakaroten menjadi 47,49-421,08 μg/100g. Sosis dengan fortifikasi

betakaroten dari labu kuning sebesar 100% dari total bahan pengisi berpengaruh sangat nyata terhadap karakter fisik, kimia, dan sensoris sosis daging tersebut.

C. Perumusan Masalah

1. Apakah kombinasi tepung karaginan (Eucheuma cottonii Doty.) dan tapioka berpengaruh terhadap kualitas fisik, kimia, mikrobiologis, dan

organoleptik sosis jamur tiram putih dan tepung labu kuning?

2. Berapa kombinasi tepung karaginan (Eucheuma cottonii Doty.) dan

tapioka yang paling tepat untuk mendapatkan kualitas fisik, kimia, mikrobiologis, dan organoleptik sosis jamur tiram putih dan tepung labu kuning yang paling baik?

25, 50, 75, ddanan 100% dari ttototala bahan pen an bahwhwa kakadadar beb tat kakaroroteten n prododuk so peenunururunanan.n. Kadar betakarotenn tepepunung la 4

4000-2-29..0000 μg/100g setelah melaluui i prproso ee kara ototenn menjadi 47,49-421,08 μg/1000g.g. Soo

da

darir labu kuning ssebesar 100% dadariri h saangngatat nyayatata ttererhahadadapp kakararaktkterer ffisisikik, kkim ebut.

(8)

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh kombinasi tepung karaginan (Eucheuma cottonii

Doty.) dan tapioka terhadap kualitas fisik, kimia, mikrobiologis, dan

organoleptik sosis jamur tiram putih dan tepung labu kuning.

2. Mengetahui konsentrasi kombinasi tepung karaginan (Eucheuma cottonii Doty.) dan tapioka yang paling tepat untuk mendapatkan kualitas fisik, kimia, mikrobiologis, dan organoleptik sosis jamur tiram putih dan tepung

labu kuning yang paling baik.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang sosis yang berasal dari bahan nabati yaitu jamur tiram putih yang memiliki kandungan serat dan rendah lemak serta ditambahkan

tepung karaginan (Eucheuma cottonii Doty.) sebagai pengenyal menggantikan Sodium Tripolifosfat (STPP) dan dengan penambahan tepung labu kuning yang diharapkan akan menambah nilai ekonomis dari labu

kuning serta meningkatkan nilai gizi sosis jamur tiram putih terutama pada kandungan vitamin A (betakaroten), sehingga kualitas sosis jamur tiram putih

semakin baik dan aman dikonsumsi bagi masyarakat. hui konsentrarasisi kombinasi teppunu g karagina an tappioioka yanang g paliling ttepepatat untukk menda

ikrrobiiolologogisis, dan organoleptik sososisis jjamamurur t in

ing g yayangng paling baik. e

enenelilitiaan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan kedua adalah mengetahui konsentrasi kombinasi tepung tapioca dan karaginan yang paling tepat untuk mendapatkan kualitas sosis yang paling baik.Rancangan percobaan

Tahapan penelitian meliputi pembuatan bakso jamur tiram, uji kimia (kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, kadar serat larut, kadar lemak, dan kadar protein),

Bisa disimpan di suhu refrigerator atau dibekukan untuk kemudahan dalam penyediaan makanan, sedangkan sosis kering adalah sosis yang dibuat dengan menggunakan proses

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang alternatif bahan baku sosis yang berasal dari bahan nabati seperti jamur tiram putih dengan

Menurut SNI 01-3020-1995, sosis adalah produk makanan yang diperoleh dari campuran daging halus (mengandung daging tidak kurang dari 75%) dengan tepung pati dengan atau

Kesimpulan yang diperoleh dari rata-rata nilai organoleptik sosis daging sapi yang sangat disukai didapatkan pada perlakuan dengan konsentrasi tepung rumput laut

Ringkasan Hasil Uji Duncan Total Padatan Terlarut Selai Rumput Laut Eucheuma cottonii Doty.. Ringkasan Hasil Uji Kruskal Wallis Organoleptik Warna Selai Rumput Laut

Kombinasi tepung tapioka dan karaginan (Eucheuma cottonii Doty) yang optimal untuk mendapatkan kualitas bakso jamur tiram putih (Pleurotus.. ostreatus) yang paling