LAPORAN KHUSUS
HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN
DARAH PADA KARYAWAN DI UNIT FERMENTASI
PT. INDO ACIDATAMA. Tbk. KEMIRI,
KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR
Dian Pitaloka Ika Dewi
R.0008033
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
commit to user
iiPENGESAHAN
Tugas Akhir dengan judul : Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah pada Karyawan di Unit Fermentasi PT. Indo Acidatama. Tbk.
Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar
Dian Pitaloka Ika Dewi, NIM : R.0008033, Tahun : 2011
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan
Penguji Tugas Akhir
Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS Surakarta
Pada Hari Tangga
Pembimbing I Pembimbing II
Isna Qadrijati, dr., M.Kes Lusi Ismayenti, ST., M.Kes
NIP. 19670130 199603 2 001 NIP. 19720322 200812 2 001
Ketua Program
D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS
commit to user
iiiPENGESAHAN PERUSAHAAN
Tugas Akhir dengan judul : Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah pada Karyawan di Unit Fermentasi PT. Indo Acidatama. Tbk.
Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar
Disusun oleh :
Dian Pitaloka Ika Dewi, NIM : R.0008033, Tahun : 2011
Telah disetujui dan disahkan pada tanggal :
Vice Executif Officer to Coorporate Safety Inspector
commit to user
ivABSTRAK
DIAN PITALOKA IKA DEWI. R.0008033. 2011. HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PADA KARYAWAN DI UNIT FERMENTASI PT. INDO ACIDATAMA. Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan
tekanan panas dengan tekanan darah pada karyawan di unit Fermentasi PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.
Metode : Metode penelitian yang digunakan adalah observa sional analitik
dengan model pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah karyawan di unit Fermentasi PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar dengan populasi sebanyak 20 orang, kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan teknik sampling jenuh. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik Pearson Product Moment dengan menggunakan program SPSS versi 17.0.
Hasil : Hasil penelitian ini berupa tekanan panas dengan nilai tertinggi sebesar
30,9°C melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) yang diperkenankan sebesar 30,6°C dan hasil penggolongan tekanan darah tinggi sebanyak 12 orang, sedangkan tekanan darah normal sebanyak 8 orang. Hasil uji statistik dengan Pearson Product Moment diperoleh hasil p value
menunjukan hasil uji yang sangat signifikan, juga nilai korelasi r menunjukan hubungan linier positif sempurna dan dari hasil uji tersebut diketahui pula bahwa nilai r sebesar 0,721 dan 0,718 (tingkat hubungan korelasi (r) berada diantara 0,51 - 0,75), sehingga menunjukan tingkat hubungan yang kuat, sehingga ada hubungan tekanan panas dengan tekanan darah pada karyawan di unit Fermentasi PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar, hal ini mempunyai arti bahwa semakin tinggi tekanan panas, maka semakin tinggi pula tekanan darah pada karyawan.
Simpulan : Kesimpulan dari penelitian ini ada hubungan tekanan panas dengan
tekanan darah pada karyawan di unit Fermentasi PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Saran dari penelitian ini adalah perusahaan lebih memperhatikan kondisi tempat kerja dengan menambahkan pendingin ruangan (AC dan kipas angin), membersihkan tempat kerja, dan pembuatan ventilasi buatan, sedangkan bagi karyawan sebaiknya menggunakan waktu istirahatnya dengan baik, tidak melakukan pekerjaan berat terlebih dahulu di rumah, dan mengkonsumsi air putih minimal 5 gelas per orang selama bekerja untuk mencegah dehidrasi.
commit to user
vABSTRACT
DIAN PITALOKA IKA DEWI. R.0008033. 2011. RELATIONSHIP WITH HEAT PRESSURE ON BLOOD PRESSURE UNIT EMPLOYEES IN
FERMENTATION PT. INDO ACIDATAMA. Tbk. KEMIRI,
KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR.
Objective : This study aims to determine whether there is heat stress relationship
with blood pressure on employees in the unit Fermentation PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.
Method : The research method used is analytical observational cross sectional
model. The subjects were employees at the fermentation unit PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar with a population of 20 people, then sample selection was done by using saturated sampling. Processing techniques and data analysis performed by Pearson Product Moment statistical tests using SPSS version 17.0.
Result : The result is a hot pressure with the highest value of 30.9°C exceeds the
NAV (Threshold Limit Value) is allowed at 30.6°C and the results of the classification of high blood pressure as much as 12 people, whereas normal blood pressure as much as 8 people. Statistical test results with results obtained by show a very significant test results, the correlation r value also showed a perfect positive linear relationship and the results of these tests can also determine that the r value of 0.721 and 0.718 (high correlation (r) be between 0.51 to 0.75), thus showing a strong level of relationship, so there is pressure relationship hot with blood pressure on employees in the unit Fermentation PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar, this means that the higher the heat stress, the higher the blood pressure on the employees.
Conclusion : In conclusion, there is a relationship with the heat stress on blood
pressure of employees in the unit Fermentation PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Suggestions from this study is the company pay more attention to workplace conditions by adding air conditioning (AC and fan), clean up the workplace, and the manufacture of artificial ventilation, while the employees should use the break with a good time, do not do heavy work at home beforehand, and consume water at least 5 glasses per person during work to prevent dehydration.
commit to user
viKATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah, rahmat, karunia, kesehatan, kekuatan dan kemudahan dalam pelaksanaan magang
serta penyusunan laporan khusus Hubungan Tekanan Panas
dengan Tekanan Darah pada Karyawan di Unit Fermentasi PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar
Laporan khusus ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., S.PD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Diploma III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Isna Qadrijati, dr., M.Kes. selaku pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
4. Ibu Lusi Ismayenti, ST., M.Kes. selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
5. Pimpinan Perusahaan PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat,
Karanganyar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
6. Bapak Setyo Budi, selaku Safety Inspector yang telah membimbing dan
mengarahkan kami dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
7. Semua karyawan PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat,
Karanganyar atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan.
8. Kedua orang tua, adik, dan orang-orang terdekat yang aku sayangi, atas
segala doa, cinta, dukungan, dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar.
9. Keluarga Bapak Soemardi yang selalu membantu, mendukung, dan memberi
semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar.
10. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
mendukung dan membantu dalam menyelesaikan laporan penelitian ini. Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan laporan khusus ini. Tetapi besar harapan penulis agar laporan ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penyusun senantiasa
mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dalam
penyempurnaan laporan ini.
Surakarta, Mei 2011
commit to user
viiDAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 3
C.Tujuan Penelitian... 3
D.Manfaat Penelitian ... 4
BAB II LANDASAN TEORI ... 5
A.Tinjauan Pustaka ... 5
B.Kerangka Pemikiran ... 27
C.Hipotesis ... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
A.Jenis Penelitian ... 28
commit to user
viiiC.Populasi Penelitian ... 28
D.Teknik Sampling ... 29
E.Sampel Penelitian ... 29
F. Variabel Penelitian ... 29
G.Definisi Operasional ... 30
H.Cara Kerja Penelitian ... 31
I. Instrumen Penelitian ... 31
J. Analisis Data ... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36
A.Hasil Penelitian ... 36
B.Pembahasan... 42
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 49
A.Simpulan ... 49
B.Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
commit to user
ixDAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja ISBB ... 10
Tabel 2. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja WBGT ... 12
Tabel 3. Standar Tekanan Darah Normal ... 20
Tabel 4. Tabel Kategori Tekanan Darah ... 20
Tabel 5. Tingkat Hubungan Nilai Korelasi (r) ... 35
Tabel 6. Hasil Pengukuran Tekanan Panas di Unit Fermentasi ... 40
Tabel 7. Tabel Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik ... 40
commit to user
xDAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 27
Gambar 2. Questtemp Heat Stress Monitor ... 32
Gambar 3. Tensi Meter Digital OMRON type SEM-1 ... 33
Gambar 4. Distribusi Frekuensi Umur Karyawan ... 38
commit to user
BAB IPENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi serta perkembangan zaman saat ini telah
menyumbangkan berbagai hal positif khususnya dalam pertumbuhan ekonomi
dan kemajuan sosial di dunia industri. Perkembangan teknologi telah
mengangkat standar hidup manusia dan mengurangi kecelakaan, cedera, dan
stres akibat kerja. Namun demikian, di sisi lain kemajuan teknologi juga
mengakibatkan dampak yang merugikan yaitu berupa terjadinya peningkatan
pencemaran lingkungan, kecelakaan kerja, dan timbulnya berbagai penyakit
akibat kerja (Tarwaka, 2008).
Di dalam suatu lingkungan kerja, pekerja akan menghadapi tekanan dari
lingkungan kerjanya. Tekanan tersebut dapat bersifat kimiawi, fisik, biologis,
dan psikis. Tekanan yang berupa fisik khususnya tekanan panas memegang
peranan yang penting. Oleh sebab itu lingkungan kerja harus diciptakan
senyaman mungkin supaya didapatkan efisiensi kerja dan meningkatkan
produktivitas 2009).
Tekanan panas adalah kombinasi suhu udara, kelembaban udara,
kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Tekanan panas sendiri dapat berasal dari
mesin atau alat produksi, iklim, dan kerja otot manusia. Tekanan panas dapat
mempengaruhi salah satu fungsi tubuh manusia, seperti : tekanan darah,
Suhu lingkungan kerja yang meningkat maupun menurun dapat mempengaruhi
penurunan maupun peningkatan tekanan darah para pekerja .
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah dari sistem
sirkulasi atau sistem vaskuler terhadap dinding pembuluh darah (Joyce dkk,
2008). Tekanan darah sangat bervariasi tergantung pada keadaan, akan
meningkat saat aktivitas fisik, emosi, dan stres. Semakin tinggi tekanan darah
akan semakin besar resikonya dan jika tekanan darah lebih dari 160/90 mmHg
akan memiliki faktor resiko penyakit jantung (Huwon dkk, 2002).
PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar,
menghasilkan produk seperti : Ethanol, Acetid Acid, dan Ethyl Acetate. Proses
produksi dilakukan di unit Fermentasi dengan menggunakan mesin-mesin
berteknologi modern. Penggunaan mesin tersebut dapat menimbulkan tekanan
panas, karena mesin yang begitu besar dan membutuhkan energi yang besar
pula maka mesin-mesin ini dapat menimbulkan panas yang berlebih. Hasil
pengukuran tekanan panas di unit Fermentasi dilakukan di 4 tempat yang
diantaranya ada 2 tempat yang melebihi NAB yaitu 30,9°C dan 30,8°C. Sesuai
dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.51/MEN/1999 yang
menyatakan NAB ISBB yang berdasarkan pengukuran denyut nadi yaitu untuk
pengaturan waktu kerja 75 % kerja dan 25 % istirahat dengan kriteria beban
kerja ringan yaitu suhu yang diperkenankan sebesar 30,6°C. Dari hasil
wawancara dengan tenaga kerja didapatkan keluhan-keluhan yang dirasakan di
tempat tersebut berupa pusing, berkunang-kunang, mudah marah, cepat merasa
3
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengadakan penelitian
Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah pada Karyawan
di Unit Fermentasi PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri Kebakkramat
.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, dapat disusun rumusan
masalah sebagai berikut :
hubungan tekanan panas dengan tekanan darah pada karyawan di unit
Fermentasi PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri Kebakkramat
C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui besarnya tekanan panas di tempat kerja khususnya unit
Fermentasi PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri Kebakkramat, Karanganyar
menggunakan alat ukur Questtemp Heat Stress Monitor.
2. Untuk mengetahui tekanan darah pada karyawan di unit Fermentasi PT.
Indo Acidatama. Tbk. Kemiri Kebakkramat, Karanganyar.
3. Untuk mengetahui hubungan tekanan panas dengan tekanan darah pada
karyawan unit Fermentasi PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri Kebakkramat,
D.Manfaat Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan ini diharapkan dapat memberikan
manfaat :
1. Bagi Mahasiswa
a. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang hubungan tekanan panas
dengan tekanan darah tenaga kerja.
b. Mampu melakukan suatu pengukuran untuk mengetahui besarnya
tekanan panas dengan menggunakan Questtemp Heat Stress Monitor.
c. Mampu melakukan suatu pengukuran untuk mengetahui nilai tekanan
darah tenaga kerja dengan tensi meter digital OMRON type SEM-1.
2. Bagi Perusahaan
a. Memberikan masukan bagi perusahaan mengenai hubungan tekanan
panas dengan tekanan darah tenaga kerja.
b. Memberikan informasi tentang akibat yang ditimbulkan dari paparan
langsung tekanan panas yang berlebih dan terus menerus pada pekerja di
unit tersebut.
c. Dengan adanya penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perusahaan
dalam melakukan tindakan korektif dalam hal pencegahan dan
pengendalian terjadinya penyakit akibat kerja, kelelahan, dan stres kerja.
3. Bagi Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Menambah kepustakaan yang diharapkan dapat bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar
commit to user
BAB IILANDASAN TEORI
A.Tinjauan Pustaka
1. Tekanan Panas
a. Pengertian Tekanan Panas
Tekanan panas adalah kombinasi suhu udara, kelembaban udara,
kecepatan gerakan dan suhu radiasi 2009). Selama aktivitas
pada lingkungan panas, tubuh secara otomatis akan memberikan reaksi
untuk memelihara suatu kisaran panas lingkungan yang konstan dengan
menyeimbangkan antara panas yang diterima dari luar tubuh dengan
kehilangan panas dalam tubuh. Lingkungan kerja panas terdiri dari unsur
suhu udara (kering dan basah), kelembaban nisbi, panas radiasi dan
kecepatan gerak udara (Tarwaka dkk, 2004).
b. Sumber Panas Lingkungan Kerja
Di dalam industri lingkungan kerja fisik khususnya panas
lingkungan memegang peranan penting, oleh karena itu lingkungan kerja
harus diciptakan lebih nyaman supaya didapatkan efisiensi kerja dan
Pada dasarnya ada 3 sumber panas yang penting
yaitu :
1) Iklim kerja : keadaan suhu panas udara ditempat kerja yang ditentukan
oleh faktor-faktor keadaan antara lain, suhu udara, kelembaban udara,
kecepatan gerak udara, suhu radiasi.
2) Proses produksi dan mesin akan mengeluarkan panas secara nyata
sehingga lingkungan kerja menjadi lebih panas.
3) Kerja otot tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya
memerlukan energi yang diperoleh dari bahan nutrisi yaitu
karbohidrat, lemak, protein, dan oksigen yang diperlukan dalam
proses oksidasi untuk menghasilkan energi yang merupakan panas
yang disebut metabolisme.
c. Pertukaran Panas Tubuh Dengan Lingkungan Sekitar
Menurut mur (2009) ada beberapa cara pertukaran panas
tubuh dengan lingkungan sekitarnya maupun panas dari lingkungan
terhadap tubuh antara lain :
1) Konduksi
Konduksi adalah pertukaran panas diantara tubuh dan benda
sekitar dengan melalui mekanisme sentuhan atau kontak langsung.
Konduksi dapat menghilangkan panas dari tubuh apabila benda-benda
di sekitar rendah suhunya, dan dapat menambah panas kepada tubuh,
7
2) Konveksi
Konveksi adalah pertukaran panas dari badan dan lingkungan
melalui kontak udara dengan tubuh. Udara adalah penghantar panas
yang kurang begitu baik, tetapi melalui kontak dengan tubuh dapat
terjadi pertukaran panas antara udara dengan tubuh. Tergantung dari
suhu udara dan kecepatan angin, konveksi memainkan besarnya peran
dalam pertukaran panas antara tubuh dengan lingkungan. Konveksi
dapat mengurangi atau menambah panas kepada tubuh.
3) Radiasi
Pertukaran panas secara radiasi adalah mekanisme kehilangan
panas tubuh dalam bentuk tenaga elektromagnetik yang panjang
gelombangnya lebih panjang dari sinar matahari. Setiap benda
termasuk tubuh manusia selalu memancarkan gelombang panas.
Tergantung dari suhu benda-benda sekitar, tubuh menerima atau
kehilangan panas lewat mekanisme radiasi.
4) Penguapan (evaporasi)
Pertukaran panas secara evaporasi adalah mekanisme
kehilangan panas tubuh melalui permukaan kulit atau melalui paru
dan rongga mulut tubuh.
d. Parameter Tekanan Panas
Untuk mengetahui keadaan lingkungan kerja dalam hubungan
dengan pengaruh tekanan panas perlu dilakukan pengukuran dengan
dengan lingkungannya kedalam satu indeks tunggal. Terdapat beberapa
cara untuk menetapkan besarnya tekanan panas sebagai berikut
1) Suhu Efektif
Suhu efektif yaitu indeks sensoris dari tingkat panas yang
dialami oleh seseorang tanpa baju dan bekerja enteng dalam berbagai
kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan aliran udara. Kelemahan
penggunaan suhu efektif adalah tidak memperhitungkan panas
metabolisme tubuh sendiri. Untuk penyempurnaan pemakaian suhu
efektif dengan memperhatikan panas radiasi, dibuatlah skala Suhu
Efektif Dikoreksi (Corected Evectife Temperature Scale).
2) Indeks kecepatan keluar keringat selama 4 jam (Predicted-4 Hour
Sweetrate)
Indeks kecepatan keluar keringat selama 4 jam yaitu keringat
keluar selama 4 jam, sebagai akibat kombinasi suhu, kelembaban dan
kecepatan aliran udara serta panas radiasi, dapat pula dikoreksi dengan
pakaian dan tingkat kegiatan pekerjaan.
3) Indeks Belding-Heatch (Heat Stress Index)
Indeks Belding-Heatch (Heat Stress Index) adalah standar
kemampuan berkeringat dari seseorang yaitu seseorang muda dengan
tinggi 170 cm dan berat 154 pond dalam keadaan sehat dan memiliki
kesehatan jasmani, serta beraklimatisasi terhadap panas. Dalam
9
terpenting untuk keseimbangan termis, maka Belding dan Heatch
mendasarkan indeksnya atas perbandingan banyaknya keringat yang
dikeluarkan untuk mengimbangi panas dan kapasitas maksimal tubuh
untuk berkeringat.
4) ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola)
ISBB merupakan cara pengukuran yang paling sederhana karena
tidak banyak membutuhkan keterampilan, cara atau metode yang tidak
sulit dan besarnya tekanan panas dapat ditentukan dengan cepat.
Indeks ini digunakan sebagai cara penilaian terhadap tekanan
panas dengan rumus:
a) ISBB Outdoor = (0,7 suhu basah) + (0,2 suhu radiasi) + (0,1 suhu
kering).
b) ISBB Indoor = (0,7 suhu basah alami) + (0,3 suhu radiasi).
.
Nilai Ambang Batas untuk Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)
tekanan panas lingkungan kerja yang diperkenankan, tergantung dari
pengaturan waktu kerja dan beban kerja yang berdasarkan pengukuran
denyut nadi, menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
Tabel 1. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola
Sumber : Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.51/MEN/1999
Peralatan modern yang digunakan untuk mengukur ISBB adalah
Area Heat Stress Monitor. Dimana alat tersebut dioperasikan secara
digital yang meliputi parameter suhu basah, suhu kering, suhu radiasi
dan ISBB atau WBGT in dan WBGT out yang hasilnya tinggal
membaca pada alat dengan menekan tombol operasional dalam satuan
°C atau °F. Pada waktu pengukuran alat ditempatkan sekitar sumber
panas dimana pekerja melakukan pekerjaannya (Tarwaka dkk, 2004).
Selain alat tersebut, terdapat alat ukur ISBB yang lebih modern
seperti Questtemp Heat Stress Monitor. Alat tersebut dioperasikan
secara digital yang meliputi parameter suhu basah, suhu kering, suhu
radiasi dan ISBB yang hasilnya tinggal membaca pada alat dengan
menekan tombol operasional dalam satuan °C dan °F. Pada waktu
pengukuran alat ditempatkan disekitar sumber panas dimana pekerja
11
selanjutnya disesuaikan dengan beban kerja yang diterima pekerja dan
kriteria waktu kerja serta istirahat, dalam pengaturan dapat
menggunakan aturan menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
Kep.51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja ISBB
(Tarwaka dkk, 2004).
e. Suhu Nikmat Kerja
Suhu nikmat kerja adalah suhu yang diperlukan seseorang agar
dapat bekerja secara nyaman. Suhu nikmat kerja berkisar antara
24°C-26°C bagi orang Indonesia. Orang Indonesia pada umumnya
beraklimatisasi dengan iklim tropis yang suhunya sekitar 29°C-30°C
dengan kelembaban 85%-95%. Aklimatisasi terhadap panas berarti suatu
proses penyesuaian yang terjadi pada seseorang selama satu minggu
pertama berada di tempat kerja. Setelah minggu pertama berada di tempat
panas tenaga kerja mampu bekerja tanpa pengaruh tekanan panas. Hal ini
tergantung dari aklimatisasi setiap individu yang dilihat dari beban kerja
sehingga diperlukan variasi kerja sesuai Keputusan Menteri Tenaga
Kerja No. Kep.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja tersebut diadopsi dari WBGT
(Wet Bulb Globe Temperature Index) yang merupakan suatu indeks atau
alat ukur untuk memperkirakan efek suhu, kelembaban dan radiasi
matahari pada manusia, yang dikeluarkan oleh ACGIH (American
Conference of Govermentan Industrial Hygienist) organisasi sosial
bidang Kesehatan Kerja dan Lingkungan Kerja ditetapkan sebagai NAB
(Nilai Ambang Batas) untuk tekanan panas. Pengertian dari NAB sendiri
adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan
sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam
seminggu (Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.51/MEN/1999).
Tabel 2. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja WBGT (Wet Bulb Globe
Demand Light Moderate Heavy
Very
Sumber : American Conference of Govermentan Industrial Hygienist, 2005
f. Mekanisme Tubuh dalam Menghadapi Panas
Manusia dapat mempertahankan suhu tubuhnya sendiri dari kondisi
lingkungannya yang selalu berubah-ubah dan diatur oleh suatu sistem
pengatur suhu, karena manusia termasuk makhluk homotermis. Suhu
menetap ini adalah akibat kesetimbangan diantara panas yang dihasilkan
di dalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan pertukaran panas tubuh
13
Bila suhu tubuh diturunkan terjadi vasodilatasi pembuluh darah
kulit, yang menyebabkan suhu kulit mendekati suhu tubuh. Suhu tubuh
manusia yang dapat diraba atau dirasakan tidak hanya didapat dari
metabolisme tetapi juga dipengaruhi oleh panas lingkungan. Makin tinggi
panas lingkungan, semakin besar pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh.
Sebaliknya semakin rendah suhu lingkungan, makin banyak pula panas
tubuh yang hilang. Dengan kata lain, terjadi pertukaran panas antara
tubuh manusia yang didapat dari metabolisme dengan tekanan panas
yang dirasakan sebagai kondisi panas lingkungan. Selama pertukaran ini
seimbang dan serasi, tidak akan menimbulkan gangguan, baik
penampilan kerja maupun kesehatan kerja (Depkes RI, 2003).
Menurut Sutarman (1991) ada 3 cara tubuh dalam menghadapi
panas, yaitu :
1) Pengaturan peredaran darah
Keadaan udara lingkungan yang panas maka akan terjadi
vasodilatasi pembuluh darah tepi dan vasokontraksi pembuluh darah
dalam, tetapi di lingkungan dingin akan terjadi vasokontraksi
pembuluh darah tepi dan vasodilatasi pembuluh darah dalam.
2) Dengan memproduksi keringat dan mekanisme penguapan sehingga
menyebabkan penurunan suhu tubuh.
3) Menggigil dimaksudkan suhu udara yang dingin dengan menggigil
akan menyebabkan metabolisme dan produksi panas akan
g. Gangguan Kesehatan karena Pengaruh Tekanan Panas
tekanan panas yang berlebihan sebagai berikut :
1) Heat Stroke
Jarang sekali terjadi dalam industri, namun bila terjadi sangatlah
hebat. Biasanya terjadi pada seorang laki-laki yang bekerja berat
dalam keadaan emosi dalam situasi yang sangat panas dan belum
beraklimatisasi sehingga produksi panas dalam tubuh tinggi yang
dapat terjadi dalam suhu diatas 30°C, karena orang Indonesia biasa
bekerja pada suhu 24°C-26°C, dengan kelembaban sekitar 85%-95%.
2) Heat Cramps
Di dalam lingkungan yang bersuhu tinggi, sebagai akibat
bertambahnya keringat yang keluar menyebabkan hilangnya garam
natrium dari tubuh, dan sebagai akibat banyak minum air, tetapi tidak
diberi garam natrium yang hilang bersama keringat yang dapat
menyebabkan dehidrasi.
3) Heat Exhaustian
Terjadi oleh karena cuaca kerja yang sangat panas, terutama
bagi mereka yang belum beraklimatisasi terhadap udara panas, dapat
terjadi karena berkeringat sangat banyak, sedangkan suhu badan
15
4) Heat Syncope
Merupakan bentuk cidera panas yang paling ringan, dapat terjadi
karena terkena panas matahari secara langsung.
5) Dehidrasi
Suatu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang di
sebabkan oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena
gangguan kesehatan (Tarwaka dkk, 2004).
Menurut Grandjean (1988) jika suhu lingkungan meningkat, maka
efek fisiologis yang terjadi adalah : peningkatan kelelahan, peningkatan
denyut jantung, peningkatan tekanan darah, mengurangi aktivitas organ
pencernaan, sedikit peningkatan suhu inti dan peningkatan tajam suhu
shell (suhu kulit akan naik dari 32°C ke 36-37°C), peningkatan aliran
darah melalui kulit, dan peningkatan produksi keringat yang menjadi
berlebihan jika suhu kulit mencapai 34°C atau lebih.
h. Faktor yang mempengaruhi daya tahan tubuh tenaga kerja dalam
lingkungan kerja yang panas
Menurut Tarwaka, dkk (2004) faktor yang mempengaruhi daya
tahan tubuh tenaga kerja antara lain :
1) Umur
Daya tahan badan terhadap panas akan menurun pada umur
yang lebih tua. Orang yang lebih tua akan lamban keluar keringatnya
dibandingkan dengan orang muda, karena orang yang lebih tua
menjadi normal setelah terpapar panas, karena denyut nadi maksimal
dari kapasitas kerja yang maksimal berangsur-angsur menurun ssesuai
dengan bertambahnya umur.
2) Jenis Kelamin
Terdapat perbedaan kecil dalam kapasitas antara laki-laki dan
perempuan untuk berkeringat secara cukup, dalam iklim panas tidak
dapat beraklimatisasi secara baik seperti laki-laki. Seorang wanita
lebih tahan terhadap suhu dingin dari pada suhu panas. Hal tersebut di
sebabkan karena tubuh wanita mempunyai jaringan dengan daya
konduksi yang lebih tinggi terhadap panas bila di bandingkan dengan
laki-laki.
3) Masa Kerja
Lamanya bekerja seseorang dari pertama bekerja hingga
dilakukannya penelitian pada sampel penelitian.
4) Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah penyesuaian diri seseorang terhadap
lingkungannya yang ditandai dengan penurunan detak nadi dan suhu
mulut atau suhu badan sebagai akibat pembentukan keringat.
Aklimatisasi ini ditujukan pada suatu pekerjaan dan suhu tertentu
sehingga bersifat khusus. Biasanya aklimatisasi terhadap panas akan
tercapai sesudah 2 minggu, sedangkan meningkatnya pembentukan
17
i. Pengendalian Panas
Menurut Tarwaka, dkk (2004) pengendalian terhadap panas dapat
dilakukan dengan cara :
1) Isolasi terhadap sumber panas
Isolasi terhadap sumber panas adalah memisahkan sumber panas
dari tenaga kerja untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan,
bertujuan untuk mencegah keluarnya panas kelingkungan. Dapat
dilakukan dengan cara membalut pipa-pipa yang panas, menutup
tangki-tangki yang berisi air panas sehingga dapat mengurangi aliran
panas yang timbul.
2) Tirai radiasi
Tirai radiasi adalah tirai atau penutup yang terbuat dari
lempengan alumunium, baja anti karet, atau dari bahan metal yang
permukaannya mengkilat, bertujuan untuk mencegah terjadinya efek
radiasi dari bahan atau alat yang memicu terjadinya radiasi.
3) Ventilasi setempat
Ventilasi setempat adalah proses untuk meningkatkan
pergerakan udara dengan cara mengurangi temperatur dan
kelembaban. Bertujuan untuk mengendalikan panas konveksi yaitu
4) Pendinginan lokal
Pendinginan lokal adalah cara mengalirkan udara yang sejuk ke
sekitar pekerja dengan tujuan menggantikan udara yang panas dengan
udara yang sejuk dan dialirkan dengan kecepatan tinggi.
5) Ventilasi umum
Ventilasi umum adalah cara yang digunakan untuk
mengendalikan suhu dan kelembaban udara yang tinggi tetapi tidak
dapat menanggulangi panas radiasi yang tinggi.
6) Pengaturan lama kerja
Pengaturan lama kerja adalah pembagian waktu kerja sesuai
dengan beban kerja yang diterima, bertujuan untuk menghindari
terjadinya gangguan kesehatan akibat terpapar suhu udara yang tinggi.
2. Tekanan Darah
a. Pengertian Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah dari
sistem sirkulasi atau sistem vaskuler terhadap dinding pembuluh darah
(Joyce dkk, 2008).
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami.
Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh
lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh
aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas
19
berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat
tidur malam hari (Joyce dkk, 2008).
Tekanan darah sistolik adalah tekanan yang diturunkan sampai
suatu titik dimana denyut dapat dirasakan, sedangkan tekanan diastolik
adalah tekanan di atas arteri brakialis perlahan-lahan dikurangi sampai
bunyi jantung atau denyut arteri dengan jelas dapat didengar dan titik
dimana bunyi mulai menghilang. Perbedaan tekanan antara sistole dan
diastole disebut tekanan nadi dan normalnya adalah 30-50 mmHg (Hull,
1986).
b. Penggolongan Tekanan Darah
1) Tekanan darah normal
Tekanan darah normal bila tekanan darah sistolik menunjukkan
kurang dari 140 mmHg dan diastolik kurang dari 90 mmHg (Guyton
dan Hall, 2008).
Nilai tekanan darah normal berdasarkan umur :
a) Pada usia 15-29 tahun : sistolik 90-120 mmHg, diastolik 60-80
mmHg.
b) Pada usia 30-49 tahun : sistolik 110-140 mmHg, diastolik 70-90
mmHg.
c) Pada usia >50 tahun : sistolik 120-150 mmHg, diastolik 70-90
Menurut Evelyn (2007), standar nilai tekanan darah normal pada
seseorang adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Standar Tekanan Darah Normal
No. Usia Diastole Sistole
2) Tekanan darah rendah
Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah rendah bila
tekanan darah untuk yang normal tetap di bawah 100/60 mmHg,
tekanan sistolik kurang dari 100 mmHg dan diastolik kurang dari 60
mmHg (Watson, 2002).
3) Tekanan darah tinggi
Catatan tekanan darah untuk yang normal tetap di atas 100/90
mmHg, tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari
90 mmHg (Watson, 2002).
Berikut adalah tabel untuk kategori tekanan darah :
Tabel 4. Tabel Kategori Tekanan Darah
Tekanan Darah
21
c. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah, yaitu :
1) Olahraga
Respon fisiologis terhadap olahraga adalah meningkatnya curah
jantung yang akan disertai meningkatnya distribusi oksigen ke bagian
tubuh yang membutuhkan, sedangkan pada bagian-bagian yang
kurang memerlukan oksigen akan terjadi vasokonstriksi, misal traktus
digestivus. Meningkatnya curah jantung pasti akan berpengaruh
terhadap tekanan darah (Ridjab, 2005).
2) Emosi
Perasaan takut, cemas, cenderung membuat tekanan darah
meningkat (Vita, 2004).
3) Stres
Keadaan pikiran juga berpengaruh terhadap tekanan darah
sewaktu mengalami pengukuran (Vita, 2004).
4) Umur
Tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan
peningkatan usia. Umumnya sistolik akan meningkat sejalan dengan
peningkatan usia, sedangkan diastolik akan meningkat sampai usia 55
tahun, untuk kemudian menurun lagi (Vita, 2004).
Semakin tua umur seseorang tekanan sistoliknya semakin tinggi.
Biasanya dihubungkan dengan timbulnya arteriosclerosis (Guyton
5) Jenis Kelamin
Tekanan darah pada perempuan sebelum menopause adalah
5-10 mmHg lebih rendah dari pria seumurnya, Tetapi setelah menopause
tekanan darahnya lebih meningkat (Vita, 2004).
6) Obesitas
Bila mempunyai ukuran tubuh termasuk obesitas
memungkinkan terjadinya peningkatan tekanan darah (Vita, 2004).
Indeks Massa Tubuh (IMT) yang kurang dari 18,5 termasuk
dalam kategori kurus, untuk IMT antara 18,5 - 22,9 termasuk dalam
kategori normal, untuk IMT 23,0 - 27,4 termasuk dalam kategori over
weight dan untuk IMT lebih dari 27,5 termasuk dalam kategori
obesitas (Taufik, 2007).
7) Minum alkohol
Minuman alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan
tekanan darah dan menyebabkan resistensi terhadap obat anti
hipertensi (Vita, 2004).
Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan
darah dan asupan alkohol serta diantaranya melaporkan bahwa efek
terhadap tekanan darah baru nampak bila mengkonsumsi alkohol
sekitar 2 3 gelas ukuran standar setiap harinya (Depkes RI, 2003).
8) Merokok
Pada keadaan merokok pembuluh darah dibeberapa bagian
23
tekanan yang lebih tinggi supaya darah dapat mengalir ke alat-alat
tubuh dengan jumlah yang tetap (Vita, 2004).
Untuk itu jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga
tekanan pada pembuluh darah meningkat (Wardoyo, 1996).
Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
darah. Selain itu rokok juga dapat mengakibatkan vasokonstriksi
pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi
peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan
meningkatkan tekanan sistolik 10 25 mmHg dan menambah detak
jantung 5 20 kali per menit (Sitepoe, 1997).
d. Faktor Eksternal
Selain faktor dari pribadi sendiri orangnya, ada juga faktor yang
mempengaruhi perubahan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik.
Faktor tersebut adalah faktor yang berasal dari lingkungan, khususnya
lingkungan kerja, seperti :
1) Tekanan Panas
Pada lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan
penguapan keringat yang dipercepat dengan pelebaran (vasodilatasi)
pembuluh darah tepi dan vasokontraksi pembuluh darah dalam yang
disertai meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah, sehingga beban
kard 2009). Jika seseorang
tersebut akan cepat merasakan lelah dan peningkatan emosi juga
terjadi.
2) Kebisingan
Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu,
lebih-lebih yang terputus-putus atau yang datangnya secara tiba-tiba
dan ). Kebisingan mengganggu
perhatian, sehingga konsentrasi dan kesigapan mental menurun. Efek
pada persyarafan otonom terlihat sebagai kenaikan tekanan darah,
percepatan denyut jantung, pengerutan pembuluh darah kulit,
bertambah cepatnya metabolisme, menurunnya aktivitas alat
pencernaan. Kebisingan menyebabkan kelelahan, kegugupan, rasa
ingin marah, hipertensi dan menambah stress.
3) Masa Kerja
Semakin lama masa kerja dapat dikatakan semakin tinggi pula
kemampuan kerja yang dimiliki, semakin efisien badan dan jiwa
bekerja, sehingga beban kerja relatif sedikit. Lamanya bekerja
seseorang dari pertama bekerja hingga dilakukannya penelitian pada
sampel penelitian, baik dari hari ke hari atau seumur hidup (Tarwaka
dkk, 2004).
4) Lama Paparan
Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada anggota
tubuh untuk memelihara keseimbangan panas. Selanjutnya apabila
25
gangguan kesehatan juga akan meningkat. Menurut Grantham dan
Bernard dalam Tarwaka, dkk (2004) menyatakan bahwa reaksi
fisiologis akibat pemaparan panas yang berlebih dapat dimulai dari
gangguan fisiologis yang sangat sederhana sampai dengan terjadinya
penyakit yang sangat serius. Lamanya seseorang berada di tempat atau
di dekat sumber panas (Azwar, 1990).
5) Beban Kerja
Menurut Meshkati dalam Tarwaka (2010), beban kerja
(workload) dapat didefinisikan sebagai suatu perbedaan antara
kapasitas atau kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang
harus dihadapi.
Menurut Christensen dan Grandjean dalam Tarwaka, dkk (2004)
menjelaskan bahwa salah satu pendekatan untuk mengetahui berat
ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi kerja,
konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru, dan suhu inti tubuh.
3. Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah
Akibat suhu lingkungan yang tinggi, suhu tubuh akan meningkat. Hal
ini akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah tepi dan
vasokontraksi pembuluh darah dalam, tetapi di lingkungan dingin akan
terjadi vasokontraksi pembuluh darah tepi dan vasodilatasi pembuluh darah
menyatakan bahwa pada
lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan
tepi dan vasokontraksi pembuluh darah dalam yang disertai meningkatnya
denyut nadi dan tekanan darah, faktor penyebab tekanan darah meningkat
antara lain olahraga, umur, jenis kelamin, emosi, stres, obesitas, konsumsi
alkohol, merokok, kebisingan, masa kerja, lama paparan serta beban kerja,
sehingga beban kardiovaskuler bertambah dan curah jantung meningkat.
Tenaga kerja yang terpapar panas di lingkungan kerja akan mengalami
heat strain. Heat strain atau regangan panas merupakan efek yang diterima
tubuh atas beban iklim kerja tersebut (Santoso, 2004). Indikator heat strain
adalah peningkatan denyut nadi, tekanan darah, suhu tubuh, pengeluaran
27
B.Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
C.Hipotesis
Hipotesis yang penulis sajikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut
Ada hubungan tekanan panas dengan tekanan darah pada karyawan di unit
commit to user
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observa sional analitik dengan model
pendekatan cross sectional.
B.Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah PT. Indo Acidatama. Tbk.
Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar di unit Fermentasi.
Penelitian dilaksanakan selama 1 (satu) bulan mulai tanggal 1 sampai
dengan 31 Maret 2011 pada setiap hari kerja yaitu Senin- -
15.00 WIB.
C.Populasi Penelitian
Menurut Sutrisno Hadi dalam Sumardiyono (2010), populasi adalah
sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat
yang sama. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tenaga kerja
yang bekerja di unit Fermentasi di PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri,
Kebakkramat, Karanganyar dengan jumlah populasinya adalah 20 orang, yang
terdiri dari 1 orang day shift, 8 orang shift, 2 clenning service, 2 petugas
29
D.Teknik Sampling
Menurut Sugiyono dalam Sumardiyono (2010), teknik sampling adalah
cara atau teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel. Dalam penelitian
ini digunakan teknik sampling jenuh yang merupakan bagian dari kelompok
nonprobability sampling, dimana seluruh anggota populasi digunakan sebagai
sampel penelitian.
E.Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Dalam
penelitian ini digunakan teknik sampling jenuh dimana seluruh anggota
populasi digunakan sebagai sampel penelitian yang berjumlah 20 karyawan,
dikarenakan jumlah anggota populasi tenaga kerja yang bekerja di unit
Fermentasi di PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar
jumlah populasinya kurang dari 30 orang.
F. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
tekanan panas.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini
3. Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel pengganggu dalam
penelitian ini adalah : olahraga, umur, jenis kelamin, emosi, stres, obesitas,
alkohol, merokok, kebisingan, masa kerja, lama paparan dan beban kerja.
G.Definisi Operasional
1. Tekanan Panas
Tekanan panas adalah suhu udara yang berasal dari proses pemasakan
atau pengembangbiakan (Inokulasi) di unit Fermentasi, yang diukur dengan
mengunakan :
Alat ukur : Questtemp Heat Stress Monitor
Satuan : °Celcius
Skala pengukuran : Interval
2. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan darah sistole dan tekanan darah diastole
karyawan unit Fermentasi sesudah bekerja, yang diukur dengan
menggunakan :
Alat ukur : tensi meter digital OMRON type SEM-1
Satuan : mmHg
31
H.Cara Kerja Penelitian
1. Pengukuran tekanan panas
Pengukuran tekanan panas dilakukan dengan menggunakan alat
Questtemp Heat Stress Monitor di unit Fermentasi PT. Indo Acidatama.
Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Pengukuran dilakukan di 4 titik
atau tempat pengukuran yaitu ruang operator, ruang nutrisi, mesin
fermentasi dan ruang motor. Pengukuran tersebut dilakukan selama 30
menit.
2. Pengukuran tekanan darah
Pengukuran tekanan darah menggunakan alat tensi meter digital
OMRON type SEM-1 pada karyawan unit Fermentasi PT. Indo Acidatama.
Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Pengukuran tekanan darah
dilakukan pada karyawan yang telah memasuki unit Fermentasi dan berada
di tiap titik atau tempat pengukuran tekanan panas.
I. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data
sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan
untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :
1. Questtemp Heat Stress Monitor yaitu alat untuk mengukur intensitas
tekanan panas. Alat ini dapat mengukur suhu basah, suhu kering dan suhu
radiasi. Adapun cara penggunaannya adalah :
a. Tombol power ditekan.
c. Tombol globe ditekan untuk menentukan suhu bola.
d. Tombol dry bulb ditekan untuk mendapatkan suhu bola kering.
e. Tombol wet bulb ditekan untuk mendapatkan suhu bola basah.
f. Tombol Wet Bulb Globe Thermometer (WBGT) ditekan untuk
mendapatkan Indeks Suhu Bola Basah (ISBB).
g. Hasil yang dibaca pada display dicatat.
h. Tombol power ditekan untuk mematikan.
i. Setiap selesai menekan salah satu tombol diamkan 10 menit untuk waktu
adaptasi.
Gambar 2. Questtemp Heat Stress Monitor
2. Tensi meter digital OMRON type SEM-1 yaitu alat digital untuk mengukur
tekanan darah dan denyut nadi. Adapun cara penggunaanya adalah :
a. Memasukkan ujung pipa manset pada bagian alat.
33
c. Untuk memakai manset, maka perhatikan arah selang.
d. Memperhatikan jarak manset dengan garis siku lengan kurang lebih 1-2
cm.
e. Memastikan posisi selang sejajar dengan jari tengah, dan posisi tangan
terbuka keatas.
f. Jika manset sudah terpasang dengan baik dan benar, rekatkan manset.
g. Men START/STOP
h. Jika pengukuran selesai, manset akan mengempis kembali dan hasil
pengukuran akan muncul. Alat akan menyimpan hasil pengukuran secara
otomatis.
i. Men START/STOP
J. Analisis Data
Teknik pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan
dengan uji statistik Pea rson Product Moment. dengan menggunakan program
komputer SPSS versi 17.0, dengan interpretasi hasil sebagai berikut :
1. Jika p value 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.
2. Jika p value 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.
3. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan ( Riwidikdo,
2009).
Selanjutnya untuk menentukan arti nilai korelasi (r) antara dua variabel
yang diteliti menurut Sumardiyono (2010), dapat dirumuskan sebagai berikut :
Nilai korelasi (r) berkisar antara -1 s/d 1, yang berarti :
r = 0, artinya tidak ada hubungan linier.
r = -1, artinya hubungan linier negatif sempurna.
r = 1, artinya hubungan linier positif sempurna.
Arti hubungan :
1. Hubungan positif, terjadi bila kenaikan variabel satu diikuti kenaikan
variabel yang lain, misalnya bertambah umur dan bertambah tekanan
darahnya.
2. Hubungan negatif, terjadi bila kenaikan variabel satu diikuti penurunan
variabel yang lain, misalnya semakin lama terpapar debu dan semakin
menurun kapasitas natal paru.
Menurut Colton dalam Sumardiyono (2010), kekuatan hubungan dua
35
Tabel 5. Tingkat Hubungan Nilai Korelasi (r)
No. Nilai Korelasi (r) Tingkat Hubungan
1 0,00 - 0,25 Tidak Ada Hubungan/Hubungan Lemah
2 0,26 - 0,50 Hubungan Sedang
3 0,51 - 0,75 Hubungan Kuat
4 0,76 - 1,00 Hubungan Sangat Kuat/Sempurna
commit to user
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri,
Kebakkramat, Karanganyar bersamaan dengan pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan pada tanggal 1 sampai dengam 31 Maret 2011. Sebelum pengukuran
dilakukan, maka terlebih dahulu dilakukan pengamatan langsung terhadap
lingkungan kerja, jalannya proses produksi dan keadaan fisik dari tenaga kerja.
1. Gambaran Umum Perusahaan
PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar yang
merupakan perusahaan terbuka yang bergerak dalam bidang industri kimia
yang memproduksi bahan-bahan kimia berbahaya. Produk utama yang
dihasilkan oleh perusahaan ini adalah Ethanol, Acetic Acid, dan Ethyl
Acetate. Proses produksi dilakukan di unit Fermentasi. Fermentasi adalah
proses yang dilakukan oleh mikroba atau jasad renik, dimana proses
fermentasi dapat merubah bahan-bahan yang mengandung gula seperti sari
buah, dan tetes menjadi alkohol (C2H5OH). Pada proses fermentasi di PT.
Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar menggunakan
bahan baku berupa tetes tebu (Molasses) dengan brix (kekentalan) serta
37
Proses fermentasinya sendiri meliputi 3 tahapan, yaitu :
a. Proses Seed Fermenter yaitu tempat dimana pembenihan atau
pertumbuhan jasad renik.
b. Proses Pre Fermenter yaitu tahapan kedua dimana pada tahapan ini
untuk memperbanyak yeast, jasad renik yang telah dikembangbiakan di
media Seed Fermenter yang setelah waktu tertentu dapat disalurkan
menuju Pre Fermenter.
c. Proses Main Fermenter yaitu merupakan tahap ketiga yang dimana ini
merupakan proses fermentasi yang utama karena hasil akhir proses di
Main Fermenter adalah alkohol dengan konsentrasi 10-20%.
Proses fermentasi dapat berjalan baik jika temperatur optimum
±35°C jika melebihi maka yeast akan mati dan mengakibatkan kadar
alkohol dalam mash rendah. Untuk mengatasi temperatur yang tinggi
maka diatasi dengan cara pengaturan valve cooling ke HE. Setiap 4 jam
diambil sampel untuk analisa °BX dan PH. Pada saat start fermentasi
atau sesudah filling selesai diambil sampel. Waktu proses fermentasi
36-40 jam. 4 jam sebelum didestilasi diambil sampel untuk dianalisa kadar
alkoholnya dengan °BX awal= 24-26°BX, °BX akhir =11-12°BX. Kadar
gula/TS% awal=13-14%, TS%akhir=1-2% Kadar alkohol mash akhir
10-12%. Dengan adanya proses fermentasi tersebut, maka dapat
2. Karakteristik Responden
a. Umur
Dari hasil wawancara dengan 20 responden di unit Fermentasi PT.
Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar tentang umur
dari masing-masing responden, maka diperoleh data sebagai berikut :
40%
Gambar 4. Distribusi Frekuensi Umur Karyawan
Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 10,11,14,15,16,17 Maret 2011
Umur responden dalam penelitian ini antara 20-50 tahun. Umur
responden yang paling muda adalah 20 tahun, umur paling tua adalah 50
tahun, dengan rata-rata umur responden 39,65 tahun.
b. Masa Kerja
Dari hasil wawancara dengan 20 responden di unit Fermentasi PT.
Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar tentang masa
kerja dari masing-masing responden, maka diperoleh data sebagai
39
20% 20%
60%
1-8
9-16
17-23
Gambar 5. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Karyawan
Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 10,11,14,15,16,17 Maret 2011
Masa kerja responden dalam penelitian ini adalah antara 1-23
tahun, sedangkan masa kerja rata-rata 16,05 tahun. Masa kerja minimal
responden adalah 1 tahun dan masa kerja maksimal 23 tahun.
c. Beban Kerja
Salah satu cara untuk mengetahui beban kerja yang diterima oleh
tenaga kerja adalah dengan menggunakan pengukuran denyut nadi
(Tarwaka dkk, 2004). Hasil pengukuran denyut nadi untuk mengetahui
beban kerja dari 20 responden di unit Fermentasi PT. Indo Acidatama.
Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar diperoleh hasil bahwa semua
responden memiliki beban kerja ringan dimana denyut nadi responden
berada di antara 75 - 100 berdasarkan teori Tarwaka, dkk (2004).
3. Tekanan Panas
Hasil pengukuran tekanan panas di unit Fermentasi PT. Indo
Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar dapat dilihat pada
Tabel 6. Hasil Pengukuran Tekanan Panas di Unit Fermentasi
Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 8 Maret 2011
Dari hasil pengukuran diperoleh rata-rata tekanan panas (ISBB In)
sebesar 30,6ºC. Tekanan panas tertinggi 30,9ºC di ruang mesin fermentasi
dan terendah 30,1ºC di ruang operator. Dari hasil pengukuran tersebut di
dapatkan ada 2 tempat yang melebihi NAB dan 2 tempat tidak melebihi
NAB. Untuk NAB yang diperkenankan yaitu 30,6°C (Kepmenaker No.
Kep.51/MEN/1999).
4. Tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.
Hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 7. Tabel Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik
No Tekanan Darah (mmHg)
41
Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 10,11,14,15,16,17 Maret 2011
Dari hasil pengukuran tekanan darah pada responden di unit
Fermentasi PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar
diperoleh rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 133,2 mmHg dan rata-rata
tekanan darah diastolik sebesar 81,05 mmHg.
5. Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah
Hasil uji statistik hubungan tekanan panas dengan tekanan darah pada
karyawan unit Fermentasi PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat,
Karanganyar dengan menggunakan uji Pearson Product Moment SPSS
versi 17.0 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 8. Uji Statistik Pearson Product Moment
Tekanan
Panas Sistolik Diastolik
Tekanan
Panas Pearson Correlation 1 ,721(**) ,718(**)
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
N 20 20 20
Sistolik Pearson Correlation ,721(**) 1 ,833(**)
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
N 20 20 20
Diastolik Pearson Correlation ,718(**) ,833(**) 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
N 20 20 20
Dari hasil pengujian statistik untuk Hubungan Tekanan Panas dengan
Tekanan Darah pada Karyawan di unit Fermentasi PT. Indo Acidatama.
Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar diperoleh hasil p value = 0,000
sehingga p sangat signifikan, karena Ha
diterima dan Ho ditolak, juga nilai korelasi r menunjukan hubungan linier
positif sempurna, sehingga ada hubungan antara tekanan panas dengan
tekanan darah pada karyawan di unit Fermentasi PT. Indo Acidatama. Tbk.
Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.
Dari hasil uji tersebut diketahui pula bahwa nilai r tekanan panas
dengan tekanan darah sistolik sebesar 0,721 dan r untuk tekanan panas
dengan tekanan darah diastolik sebesar 0,718 (tingkat hubungan korelasi (r)
berada diantara (0,51 - 0,75), sehingga menunjukan tingkat hubungan yang
kuat.
B.Pembahasan
1. Karakteristik Responden
a. Umur
Sampel dalam penelitian ini berusia antara 20-50 tahun. Umur
responden yang paling muda adalah 20 tahun dan yang paling tua adalah
50 tahun. Menurut Vita (2004) tekanan darah akan cenderung tinggi
bersama dengan peningkatan usia. Umumnya sistolik akan meningkat
sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan diastolik akan meningkat
43
referensi di atas dapat diketahui bahwa umur subjek penelitian masih
dalam keadaan normal untuk peningkatan dan penurunan tekanan darah.
b. Masa Kerja
Dalam penelitian ini masa kerja pada sampel antara 1-23 tahun,
sedangkan masa kerja rata-rata adalah 16,05 tahun. Dengan proses
aklimatisasi tenaga kerja terhadap tekanan panas tertentu, sehingga
menjadi terbiasa terhadap iklim kerja tersebut dan kondisi fisik, faal dan
psikis tidak mengalami efek buruk dari iklim kerja yang dimaksud.
Pekerja baru yang mulai bekerja pada lingkungan kerja dengan tekanan
panas yang tinggi akan mengalami proses aklimatisasi terhadap intensitas
paparan panas yang sebelumnya tidak pernah dialaminya. Proses
aklimatisasi ini biasanya memerlukan waktu 7-10 hari (Santoso, 2004).
c. Beban Kerja
Dalam penelitian ini didapatkan 100% dari 20 sampel penelitian
memiliki denyut nadi antara 75-100 berdasarkan perhitungan denyut nadi
kerja. Menurut Christensen dan Grandjean dalam Tarwaka, dkk (2004)
menjelaskan bahwa salah satu pendekatan untuk mengetahui berat
ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi
oksigen, kapasitas ventilasi paru, dan suhu inti tubuh. Untuk penelitian
ini yang digunakan adalah perhitungan nadi kerja karyawan unit
Fermentasi. Berdasarkan referensi diatas, maka beban kerja pada sampel
2. Tekanan Panas
Kombinasi suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan
suhu radiasi disebut tekanan 2009). Dari hasil
pengukuran tekanan panas di unit Fermentasi diperoleh ISBB terendah 30,1
°C dan tertinggi 30,9 °C. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI
No. Kep.51/MEN/1999 tentang NAB faktor fisik tempat kerja untuk variasi
kerja 75% istirahat 25% dengan beban kerja ringan Indeks Suhu Basah Dan
Bola (ISBB) atau WBGT in yang diperkenankan sebesar 30,6 °C
(Kepmenaker No. Kep.51/MEN/1999). Hasil pengukuran tekanan panas
yang telah dilakukan peneliti yaitu pengukuran dilakukan di unit Fermentasi
dengan 4 titik atau tempat. Titik atau tempat yang melebihi NAB ada 2
tempat yaitu ruang mesin fermentasi 30,9 °C dan ruang motor mesin 30,8
°C, hal tersebut dikarenakan mesin yang digunakan adalah mesin
pemasakan yang membutuhkan suhu tinggi, tempat kerja yang banyak
terdapat mesin-mesin berukuran besar, mesin mengeluarkan uap panas, suhu
sekitar tempat kerja yang panas dan cuaca pada saat pengukuran sangat
panas sehingga dapat menambah tekanan panas di dalam ruangan karena
tempat kerja tersebut juga terbuka. Keadaan panas lingkungan kerja juga
dipengaruhi cuaca lingkungan yang dimana saat pengambilan data
penelitian suhu udara lingkungan tidak menentu dikarenakan musim
perbedaan temperatur antara kulit dan udara di sekeliling dan juga pada
45
jika suhu udara di luar lebih tinggi dari suhu dalam ruangan ini akan
mempengaruhi suhu tubuh seseorang karena panas. Tekanan panas yang
terjadi juga dapat disebabkan oleh adanya sumber panas (Subaris dan
Haryono, 2008). Sumber panas yang ada di kedua tempat tersebut adalah
pada proses kerja mesin di unit Fermentasi, proses pengembangbiakan
(inokulasi) yang dilakukan membutuhkan suhu yang tinggi dan ini
menghasilkan panas yang berlebih pada mesinnya, serta mesin yang
digunakan perusahaan. Proses fermentasi ini harus benar-benar sempurna
agar menghasilkan suatu produk yang berkualitas, karena fermentasi
merupakan titik awal penentuan baik buruknya kualitas produk yang
nantinya dihasilkan oleh perusahaan.
Untuk 2 titik atau tempat lainnya menunjukkan suhunya dibawah
NAB tekanan panas yang diperkenankan, yaitu pada ruang operator 30,1 °C
dan ruang nutrisi 30,6 °C. Hal ini dikarenakan kedua ruangan tersebut sudah
disediakan alat pendingin ruangan berupa kipas angin yang masih berfungsi
dengan baik, ruangan terpisah dari ruang mesin dengan dibatasi sekat-sekat
pembatas, dan pada saat pengukuran suhu udara dalam ruang tidak terlalu
panas.
3. Tekanan Darah
Dari hasil pengukuran tekanan darah responden didapatkan rata-rata
sistolik 133,2 mmHg dan rata-rata diastolik 81,05 mmHg. Tekanan darah
sistolik berkisar antara tekanan 183-112 mmHg, untuk tekanan darah
Committe-VII (2004) dari tekanan darah responden didapatkan 12
responden termasuk dalam golongan tekanan darah tinggi dan 8 responden
termasuk dalam golongan tekanan darah normal.
4. Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah
Berdasarkan hasil uji statistik Pearson Product Moment diperoleh
hasil p value = 0,000 sehingga p sangat
signifikan, karena Ha diterima dan Ho ditolak, juga nilai korelasi r
menunjukan hubungan linier positif sempurna, dan dari hasil uji tersebut
diketahui pula bahwa nilai r tekanan panas dengan tekanan darah sistolik
sebesar 0,721 dan r tekanan panas dengan tekanan darah diastolik sebesar
0,718 (tingkat hubungan korelasi (r) berada diantara 0,51 - 0,75), sehingga
menunjukan tingkat hubungan yang kuat. Ini membuktikan bahwa ada
hubungan antara tekanan panas dengan tekanan darah pada karyawan di unit
Fermentasi PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar,
yaitu semakin tinggi tekanan panas maka semakin tinggi pula tekanan darah
sistolik dan diastolik.
Hal di atas didukung dengan hasil pengukuran tekanan panas di unit
Fermentasi yang menunjukkan hasil untuk tekanan panas tertinggi sebesar
30,9°C melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) menurut Keputusan Menteri
Tenaga Kerja No. Kep.51/MEN/1999 yaitu sebesar 30,6°C untuk beban
kerja ringan, sedangkan untuk hasil pengukuran tekanan darah menunjukan
hasil penggolongan tekanan darah tinggi lebih banyak dibanding dengan
47
tinggi didapatkan 12 responden dan golongan tekanan darah normal
didapatkan 8 responden. Hal ini mempunyai arti bahwa semakin tinggi
tekanan panas, semakin tinggi pula tekanan darah.
Hal tersebut telah membuktikan bahwa tekanan panas yang melebihi
NAB (Nilai Ambang Batas) mempengaruhi tekanan darah. Sesuai dengan
teori Grandjean (1988) yang menyatakan jika suhu lingkungan meningkat,
maka efek fisiologis yang terjadi adalah : peningkatan kelelahan,
peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, mengurangi
aktivitas organ pencernaan, sedikit peningkatan suhu inti dan peningkatan
tajam suhu shell (suhu kulit akan naik dari 32°C ke 36-37°C), peningkatan
aliran darah melalui kulit, dan peningkatan produksi keringat yang menjadi
berlebihan jika suhu kulit mencapai 34°C atau lebih.
5. Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan.
Keterbatasan dalam penelitian ini meliputi :
a. Penggunaan alat tensi meter digital yang hasilnya kurang valid jika
dibandingkan dengan tensi meter manual karena tensi meter digital
alatnya bersifat sensitif terhadap suara dan gerakan dari responden yang
sedang diukur tekanan darahnya.
b. Peneliti tidak bisa menggunakan alat tensi meter manual karena tempat
penelitian yang agak bising jadi mengurangi kepekaan pendengaran
c. Untuk faktor lain yang mempengaruhi tekanan darah tidak diteliti secara
rinci karena keterbatasan waktu dan biaya seperti olahraga, emosi, stres,
obesitas, konsumsi alkohol dan merokok.
d. Agar hasil pengukuran tekanan darah akurat, maka tensi meter digital