• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Gizi Cookies Pemanfaatan Daging Tulang Leher Ayam Pedaging dan Brokoli (Brassica olarawea L. var italica Plenck) Giling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Gizi Cookies Pemanfaatan Daging Tulang Leher Ayam Pedaging dan Brokoli (Brassica olarawea L. var italica Plenck) Giling"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN NILAI GIZI COOKIES DENGAN PEMANFAATAN

DAGING TULANG LEHER AYAM PEDAGING DAN BROKOLI

(Brassica olaracea L. var italica Plenck) GILING

SKRIPSI ELIN ROSALIN

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

ELIN ROSALIN. D14201018. 2005. Peningkatan Nilai Gizi Cookies dengan Pemanfaatan Daging-Tulang Leher Ayam Pedaging Dan Brokoli (Brassica olaracea

L. var italica Plenck) Giling. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Suhut Simamora MS

Pembimbing Anggota : Zakiah Wulandari, S.Tp., M.Si

Produksi daging ayam pedaging di Indonesia pada tahun 2003 mencapai 819,7 ribu ton. Meningkatnya produksi daging juga meningkatkan produksi hasil ikutan yang terkadang menimbulkan masalah tersendiri dalam pengembangan usaha peternakan. Salah satu hasil ikutan yang potensial untuk dikembangkan dan mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi adalah daging-tulang leher ayam pedaging. Daging-tulang leher ayam pedaging mengandung 59,02% bk protein dan 4,69% bk kalsium. Protein dan kalsium merupakan zat gizi yang sangat penting bagi tubuh, sehingga peningkatan kandungan protein dan kalsium dalam produk pangan menjadi sangat penting. Salah satu produk pangan yang digemari oleh berbagai kalangan adalah cookies. Cookies termasuk ke dalam jenis biskuit yang tinggi akan lemak, sehingga perlu adanya bahan lain dalam adonan cookies untuk mengimbanginya. Penambahan daging-tulang leher ayam pedaging dan brokoli ke dalam cookies diharapkan dapat meningkatkan nilai gizi dan mengimbangi lemak cookies dengan penambahan serat pangan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai gizi dan sifat organoleptik cookies

yang telah ditambah dengan daging-tulang leher ayam pedaging dan brokoli giling. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2005 di di laboratorium Bagian Teknologi Hasil Ternak Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan untuk pembuatan cookies dan uji organoleptik; dan Laboratorium Rekayasa dan Proses Pangan SEAFAST Institut Pertanian Bogor untuk analisa nilai gizi. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola Faktorial 3x2 dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah penambahan daging-tulang leher ayam pedaging giling dan faktor yang kedua adalah brokoli giling.

Sifat organoleptik cookies dianalisis dengan menggunakan uji hedonik. Data kualitatif dari uji organoleptik dianalisis dengan sidik ragam dan apabila hasilnya berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan.

Hasil analisa nilai gizi menunjukkan bahwa penambahan daging-tulang leher ayam pada taraf 0 g, 10 g dan 20 g pada adonan cookies secara linier meningkatkan kadar air, protein dan kalsium produk cookies yang dihasilkan tetapi tidak mempengaruhi kadar fosfor. Penambahan brokoli pada taraf 0 g dan 5 g pada adonan cookies secara linier meningkatkan kadar air dan menurunkan persentase nilai protein yang dihasilkan, tetapi tidak mempengaruhi kadar kalsium dan fosfor produk cookies yang dihasilkan. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan daging-tulang leher ayam pedaging dan brokoli giling tidak saling berinteraksi dalam mempengaruhi nilai gizi. Pengujian sifat organoleptik terhadap warna, aroma, tekstur, rasa dan penampakan umum cookies

(3)

diduga karena penambahan daging tulang leher ayam dan brokoli pada taraf yang semakin tinggi ke dalam adonan menghasilkan produk cookies yang berwarna lebih gelap, tekstur yang lebih kasar (karena serpihan tulang masih terasa) dan aroma daging yang lebih tajam dan zat volatil dari brokoli.

Kata-kata kunci : hasil ikutan, daging-tulang leher ayam pedaging giling, brokoli giling,

(4)

ABSTRACT

Increased Nutrition Value Cookies With Used of Meat Bone Neck Broiler and Broccoli (Brassica olaracea L. var italica Plenck)

Rosalin, E., S. Simamora, Z. Wulandari

Animal by products is one of potential sector in husbandary who sometimes make a problem to environment. Meat bone neck broiler is one of animal by products who have a big potential abouts its nutrition especially protein (59,02 % dry matter) and calcium (4,69% dry matter), but the uses of it is not commercially yet. Broccoli is one of kind vegetable who contain a high dietary fiber. The objective of this research was also conducted to evaluate nutrition contain and consumer’s acceptability of cookies. Randomized design factorial pattern 3x2 and three replication was used in this research. Nutrition contain which have been observed were moisture content, protein, calcium, fosfor and dietary fiber. Organoleptic parameters observed were colour, aroma, texture and general acceptance of cookies. Analysis of variance liniers shows that meat bone neck broiler significantly increased the moisture, protein and calcium. Broccoli significantly increased the moisture and decrease the protein content. The organoleptic test shows that the ttreatments were significantly increased different in colour, aroma, taste, texture and general acceptance of cookies.

(5)

PENINGKATAN NILAI GIZI COOKIES DENGAN PEMANFAATAN

DAGING TULANG LEHER AYAM PEDAGING DAN BROKOLI

(Brassica olaracea L. var italica Plenck) GILING

ELIN ROSALIN DI4201018

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(6)

PENINGKATAN NILAI GIZI COOKIES DENGAN PEMANFAATAN

DAGING TULANG LEHER AYAM PEDAGING DAN BROKOLI

(Brassica olaracea L. var italica Plenck) GILING

Oleh : ELIN ROSALIN

D14201018

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 7 Pebruari 2006

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Suhut Simamora, MS Zakiah Wulandari, S.TP., M.Si

NIP. 130 422 078 NIP. 132 206 246

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 26 Desember 1982 di Tasikmalaya Jawa Barat.

Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Dudung Abdullah

dan Eti Daryati.

Pendidikan dasar Penulis diselesaikan pada tahun 1995 di SD Negeri Indihiang

Tasikmalaya. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 di

SLTP Negeri 5 Tasikmalaya dan pendidikan lanjutan menengah atas Penulis selesaikan

pada tahun 2001 di SMU Negeri 1 Indihiang yang sekarang menjadi SMU Negeri 2

Tasikmalaya.

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Teknologi Hasil Ternak,

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut

Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2001.

Selama mengikuti pendidikan Penulis pernah menjadi anggota dan pengurus

Forum Aktivitas Mahasiswa Muslim Al-An’aam (Famm Al-An’aam) Fakultas

Peternakan IPB periode 2002-2003 dan periode 2003-2004. Penulis juga pernah

mengikuti kepanitiaan berbagai kegiatan yang diselenggarakan di IPB.

Penulis melakukan penelitian tugas akhir skripsi dengan judul “Peningkatan Nilai

Gizi Cookies dengan Pemanfaatan Daging-Tulang Leher Ayam Pedaging Dan Brokoli (Brassica olaracea L. var italica Plenck) Giling, dibawah bimbingan Ir. Suhut Simamora MS dan Zakiah Wulandari S.Tp., MSi. sebagai salah satu syarat untuk

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala

rahmat, karunia, pertolongan dan petunjukNya. Shalawat serta salam selalu tercurah bagi

junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.

Skripsi ini berjudul “Peningkatan Nilai Gizi Cookies dengan Pemanfaatan Daging-Tulang Leher Ayam Pedaging dan Brokoli (Brasiica olaracea L. var italica

Plenck) Giling”. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai September 2005.

Penelitian meliputi pembuatan cookies dan uji organoleptik di laboratorium Bagian Teknologi Hasil Ternak Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan; dan

Laboratorium Rekayasa dan Proses Pangan SEAFAST Institut Pertanian Bogor untuk

analisa kadar air, protein kalsium dan fosfor. Analisa serat pangan dilakukan di

Laboratorium Balai Penelitian Pasca Panen, Cimanggu, Bogor.

Produksi daging ayam pedaging yang selalu meningkat setiap tahunnya diikuti

dengan meningkatnya hasil ikutan yang terkadang menimbulkan permasalahan tersendiri

karena dianggap dapat menjadi limbah. Daging-tulang leher ayam pedaging merupakan

salah satu hasil ikutan yang mempunyai nilai gizi (protein = 59,02 % bk dan kalsium =

4,69 % bk) yang cukup tinggi. Brokoli merupakan salah satu jenis sayuran populer yang

mengandung serat pangan yang tinggi (45,80%). Serat pangan meskipun tidak

dikategorikan sebagai zat gizi, tetapi memiliki manfaat yang sangat baik untuk kesehatan

manusia. Penambahan daging-tulang leher ayam pedaging dan brokoli pada produk

cookies diharapkan mampu meningkatkan kandungan protein, kalsium dan serat cookies, sehingga cookies bisa menjadi camilan yang kaya akan protein kalsium dan serat pangan.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis berharap semoga

informasi yang disampaikan pada skripsi ini dapat bermanfaat baik untuk kalangan

akademis maupun umum.

Bogor, Januari 2006

(9)
(10)

Kadar Fosfor ... 12

Kadar Serat Pangan... 13

Uji Organoleptik... 13

Analisis Data... 19

Prosedur ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN... 24

Komposisi Gizi Cookies... 24

Kadar Air... 24

Kadar Protein... 26

Kadar Kalsium... 28

Kadar Fosfor... 29

Serat Pangan... 30

Organoleptik... 31

Warna ... 32

Rasa ... 32

Tekstur ... 33

Aroma ... 34

Penampakan Umum... 34

KESIMPULAN DAN SARAN... 36

Kesimpulan ... 36

Saran ... 36

UCAPAN TERIMA KASIH... 37

DAFTAR PUSTAKA... 38

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Komposisi Gizi Daging Tulang-Leher Ayam Pedaging Tanpa

Kulit, Saluran Pernafasan dan Saluran Makanan... ... 4

2. Angka Kecukupan Rata-Rata Kalsium Berbagai

Golongan Usia ... 7

3. Kadar Serat Pangan Kangkung, Bayam, Selada, Brokoli,

Kacang Panjang, Terong Bulat dan Wortel ... 8

4. Syarat Mutu Cookies yang Ditetapkan oleh SNI No. 01-2973-1992 .. 9 5. Modifikasi Komposisi Resep Cookies Mengacu Meliani 2002... 11

6. Komposisi Tepung Terigu Protein Rendah.. ... 13

7. Formulasi Adonan Cookies ……….………... 23 8. Kadar Air Cookies dengan Penambahan Daging-Tulang Leher Ayam

Pedaging dan Brokoli ... 24

9. Kadar Protein Cookies dengan Penambahan Daging-Tulang Leher

Ayam Pedaging dan Brokoli ……….. 27

10. Kadar Kalsium Cookies dengan Penambahan Daging-Tulang Leher Ayam Pedaging dan Brokoli………... 29

11. Kadar Fosfor Cookies dengan Penambahan Daging-Tulang Leher

Ayam Pedaging dan Brokoli ... 30

12. Kadar Serat Pangan Cookies dengan Penambahan Brokoli ... 31 13. Hasil Uji Organoleptik dengan Pengaruh Penambahan

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Proses Pembuatan Cookies Resep Meliani, 2002... 12 2. Proses Pembuatan Cookies dengan Penambahan Daging-Tulang Leher

Ayam Pedaging dan Brokoli Goling (Modifikasi Meliani, 2002)... 22

3. Pengaruh Penambahan Daging Tulang-Leher Ayam Pedaging

terhadap Persentase Kadar Air Cookies ………... 25 4. Pengaruh Penambahan Brokoli terhadap Kadar Air Cookies ... 26 5. Pengaruh Penambahan Daging-Tulang Leher Ayam Pedaging

terhadap Persentase Kadar Protein Cookies ………...… 27 6. Pengaruh Penambahan Brokoli terhadap Persentase

Protein Cookies ... 28 7. Pengaruh Penambahan Daging-Tulang Leher Ayam Pedaging

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Format Uji Hedonik ... 42

2. Analisis Ragam Kadar Air Cookies per Berat Kering ... . 44

3. Analisis Ragam Kadar Protein Cookies per Berat Kering ... . 44

4. Analisis Ragam Kadar kalsium Cookies per Berat Kering ... . 44

5. Analisis Ragam Kadar Fosfor Cookies per Berat Kering... 45

6. Analisis Ragam Warna Cookies... ... . 45

7. Uji Lanjut Duncan Warna Cookies …….……….…... 45

8. Analisis Ragam Rasa Cookies ... . 45

9. Uji Lanjut Duncan Rasa Cookies ……….... 45

10. Analisis Ragam Tekstur Cookies ... . 46

11. Uji Lanjut Duncan Tekstur Cookies ... . 46

12. Analisis Ragam Aroma Cookies ... . 46

13. Uji Lanjut Duncan Aroma Cookies... ... . 47

14. Analisis Ragam Penampakan Umum Cookies ... . 47

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peternakan merupakan salah satu bagian dari bidang pertanian yang mempunyai

banyak potensi untuk dikembangkan. Salah satu jenis ternak yang sangat potensial untuk

dikembangkan dan mempunyai tingkat konsumsi yang tinggi di masyarakat adalah

peternakan ayam pedaging. Produksi ayam pedaging di Indonesia setiap tahun selalu

meningkat. Menurut data dari Departemen Pertanian, produksi daging ayam pedaging di

Indonesia pada tahun 2003 mencapai 819,7 ribu ton. Peningkatan produksi daging juga

meningkatkan produksi hasil ikutannya. Hasil ikutan ternak menjadi masalah tersendiri

dalam pengembangan industri peternakan, karena dianggap dapat mencemari lingkungan.

Hasil ikutan ternak terbagi menjadi bagian yang tidak dapat dimakan dengan pengolahan

lebih lanjut (seperti feses, darah dan manure) dan biasanya diolah menjadi pupuk dan

pakan. Bagian hasil ikutan yang lain adalah yang dapat dimakan untuk konsumsi manusia

dengan adanya pengolahan lebih lanjut (seperti kulit, jeroan, kepala, leher dan tulang).

Karena itu, hasil ikutan merupakan potensi peternakan yang sangat potensial untuk

dikembangkan karena jumlahnya akan semakin meningkat dengan bertambahnya

produksi daging.

Salah satu hasil ikutan yang potensial untuk dikembangkan menjadi produk

komersial dan mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi adalah daging-tulang leher ayam

pedaging. Daging-tulang leher ayam pedaging mengandung protein sebesar 59,02 % bk

dan kalsium 4,69% bk. Protein dan kalsium merupakan komponen gizi yang sangat

dibutuhkan oleh tubuh, terutama dalam masa pertumbuhan. Sel-sel yang rusak di dalam

tubuh perlu regenerasi yang cepat, sehingga kebutuhan tubuh akan protein pun

meningkat. Kalsium merupakan komponen gizi penyusun utama tulang dan gigi. Pada

pembentukan tulang, bila tulang baru dibentuk maka tulang yang tua dihancurkan secara

simultan. Karena itu, peningkatan kandungan protein dan kalsium pada produk pangan

menjadi sangat penting.

Selama ini daging-tulang leher ayam pedaging biasanya dimanfaatkan sebagai

pelengkap dalam penyajian mie dalam bentuk potongan-potongan atau direbus untuk

dimanfaatkan kaldunya, padahal kandungan protein dan kalsium daging-tulang leher

(15)

produk. Pembuatan daging-tulang leher ayam giling adalah salah satu upaya untuk

melakukan diversifikasi nilai hasil ikutan menjadi bahan pangan komersial.

Pola makan organik akhir-akhir ini menjadi salah satu alternatif gaya hidup yang

semakin banyak diminati oleh masyarakat. Jenis makanan yang dikonsumsi terutama

adalah sayur-sayuran yang banyak mengandung serat. Brokoli merupakan salah satu jenis

sayuran yang mengandung serat pangan yang tinggi (45,80% bobot kering). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa meskipun tidak dikategorikan sebagai zat gizi, tetapi serat

pangan memiliki manfaat yang sangat baik untuk kesehatan manusia seperti pencegahan

disfungsi alat pencernaan. Dibandingkan dengan protein, vitamin dan zat gizi lainnya,

serat pangan sering kurang diperhitungkan sehingga inovasi pengolahan produk pangan

yang diperkaya dengan serat pangan perlu digalakkan.

Perkembangan industri pengolahan pangan mendorong adanya inovasi baru dalam

teknologi pengolahan pangan. Salah satu jenis biskuit yang disukai oleh berbagai

kalangan dan usia, dan memiliki daya simpan yang relatif lama adalah cookies. Cookies

disukai karena selain tahan lama, teksturnya yang renyah, praktis dan mudah didapat,

cookies juga biasa dijadikan camilan setiap saat bagi seluruh anggota keluarga. Penambahan daging-tulang leher ayam pedaging dan brokoli pada produk cookies

diharapkan mampu meningkatkan kandungan protein, kalsium dan serat cookies, walaupun penyerapan kalsium dan protein dalam tubuh masih memerlukan penelitian

lebih lanjut.

Perumusan Masalah

Meningkatnya produksi daging ayam pedaging di Indonesia juga meningkatkan

jumlah hasil ikutannya. Hasil ikutan selama ini menjadi permasalahan tersendiri bagi

industri peternakan karena dianggap dapat mencemari lingkungan. Salah satu hasil ikutan

ternak yang dapat dimakan dengan pengolahan lebih lanjut adalah daging-tulang leher

ayam pedaging. Daging-tulang leher ayam pedaging merupakan salah satu hasil ikutan

yang belum dimanfaatkan secara luas menjadi produk pangan komersial, padahal

kandungan protein dan kalsiumnya tidak kalah dengan sumber protein hewani lainnya,

(16)

daging-tulang leher ayam pedaging dan brokoli giling diharapkan dapat meningkatkan

keseimbangan kandungan protein, kalsium dan serat cookies.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan gizi dan mengetahui sifat

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Daging-Tulang Leher Ayam Pedaging

Proses pemotongan ayam selain menghasilkan karkas juga menghasilkan hasil

ikutan yang terdiri dari bahan yang dapat dimakan dan yang tidak dapat dimakan

(Djubaidah, 1989). Hasil ikutan ternak (animal by-product) merupakan hasil samping dari

pemotongan ternak yang dianggap kurang berharga, bahkan menjadi limbah dan

menimbulkan masalah bagi industri dan lingkungan. Usaha pemanfaatan hasil ikutan dan

limbah dari pemotongan ternak telah banyak dilakukan, baik untuk kepentingan manusia,

untuk pakan ternak maupun untuk keperluan industri (Hardianto, 2002).

Daging-tulang leher ayam pedaging merupakan salah satu dari hasil ikutan ternak

yang pemanfaatannya masih terbatas dan bisa untuk diolah menjadi bahan pangan

maupun pakan. Menurut Nurchotimah (2002), leher ayam terdiri atas daging, tulang,

kulit, saluran pernafasan dan saluran makanan. Komposisi gizi daging-tulang leher ayam

pedaging dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Gizi Daging-Tulang Leher Ayam Pedaging Tanpa Kulit, Saluran Pernafasan dan Saluran Makanan

Komposisi Gizi Kandungan

Daging-tulang leher ayam pedaging merupakan hasil ikutan ternak yang potensial

yang dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi sumber protein dan kalsium. Analisis

(18)

leher ayam pedaging mengandung protein sebesar 59,02% bk, kalsium 4,69% bk tetapi

kadar airnya juga tinggi yaitu sebesar 73,55 %.

Menurut Syarief dan Halid (1993), kadar air merupakan pengukuran jumlah air

total yang terkandung dalam bahan tanpa memperlihatkan kondisi atau derajat keterikatan

air. Menurut Purnomo (1995), air dalam bahan pangan berperan sebagai pelarut dari

beberapa komponen disamping ikut sebagai bahan pereaksi. Bentuk air dapat ditemukan

sebagai air terikat dan air yang tidak terikat. Air bebas dapat dengan mudah hilang

apabila terjadi penguapan atau pengeringan, sedangkan air terikat sulit dibebaskan

dengan cara tersebut. Pengurangan air baik secara pengeringan atau penambahan bahan

penguap air bertujuan mengawetkan bahan pangan.

Menurut Lawrie (1995), daging didefinisikan sebagai suatu jaringan hewan dan

sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang

memakannya. Protein merupakan bahan kering terbesar dalam daging walaupun selain

protein, daging juga mengandung air, lemak, karbohidrat dan senyawa anorganik.

Komposisi daging diperkirakan terdiri dari 75% air, 19 % protein, 3,5 % substansi non

protein yang larut, dan 2,5 % lemak.

Daging ayam memiliki kadar protein yang lebih tinggi dan lemak jenuh yang

lebih rendah dibandingkan dengan daging yang berasal dari ruminansia. Daging ayam

memiliki serat daging yang lebih halus, cita rasa yang lembut, mudah dikunyah dan

dicerna serta dapat dipadukan dengan bumbu (Mountney, 1970), hal ini terjadi karena

protein dalam daging larut dalam larutan garam dan asam encer (Winarno, 2002). Protein

adalah komponen bahan kering terbesar dari daging. Nilai nutrisi daging yang tinggi

disebabkan daging mengandung asam-asam amino essensial yang lengkap dan seimbang

(Soeparno, 1992). Asam-asam amino essensial yang terkandung di dalam daging ayam

adalah histidin (2,0 %), isoleusin (4,1 %), leusin (66 %), lisin (7,5 %), metionin (18%),

fenilalanin (40 %), treonin (4,0 %), triptofan (08 %) dan valin (6,7 %) (Snyder and Orr,

1964).

Protein yang berasal dari hewani seperti daging, telur dan susu dapat

menyediakan asam-asam amino esensial dan karenanya disebut protein dengan mutu

tinggi, sedangkan protein yang berasal dari nabati biasanya terdapat asam amino

(19)

asam amino pembatasnya metionin dan biasanya tergolong kepada protein bermutu

rendah. Karena itu, susu dengan serealia, kacang-kacangan dengan daging atau roti

merupakan kombinasi menu yang dapat meningkatkan mutu protein (Winarno, 2002).

Tulang merupakan salah satu tenunan pengikat. Tulang terdiri dari sel, serat-serat

dan bahan pengisi. Bahan pengisi pada tulang terdiri dari protein dan garam-garam

mineral seperti kalsium fosfat 58,3%; kalsium karbonat 1,0%; magnesium fosfat 2,1%;

kalsium fluorida 1,9% dan protein sebanyak 30,6%. Kalsium merupakan komponen

penyusun tulang yang paling banyak (Ward dan Courts, 1977). Menurut Field (1999),

tulang mengandung bahan organik sebanyak 30% dan 90 % diantaranya adalah kolagen.

Secara umum kandungan abu tulang ternak mengandung 37 % kalsium. Ockerman dan

Hansen (2000) menyatakan bahwa 16-20% karkas terdiri dari tulang, dan sedikitnya 30%

dari berat tulang tersebut dapat digunakan sebagai bahan makanan untuk manusia. Hayse

dan Marion (1973) menyatakan bahwa nilai rataan tulang dari keseluruhan berat karkas

adalah 24,26% untuk ayam jantan dan 21,17% untuk ayam betina.

Penyerapan kalsium oleh tubuh saling berhubungan dengan sumber makanan

lainnya seperti protein, fosfor, vitamin D dan sodium. Sumber makanan yang

mengandung protein yang tinggi dapat meningkatkan penyerapan kalsium di dalam tubuh

(Yano et al., 1985).

Penyerapan kalsium sangat bervariasi tergantung kepada umur dan kondisi badan.

Masa kanak-kanak atau waktu pertumbuhan, sekitar 50-70% kalsium yang diserap, tetapi

waktu dewasa hanya sekitar 10-40 % yang diserap (Winarno, 2002). Semakin dewasa,

kebutuhan kalsium semakin tinggi. Hal ini terjadi karena aktivitas yang terus bertambah

sedangkan kalsium yang diserap oleh tubuh semakin sedikit.

Ibu hamil dan menyusui membutuhkan lebih banyak kalsium daripada orang

dewasa, karena kalsium dari ibu hamil diserap oleh janin yang mengalami pertumbuhan

di dalam rahim sang ibu. Sehingga ibu hamil dan menyusui membutuhkan kalsium 1.200

mg/hari. Angka kecukupan rata-rata kalsium berbagai golongan usia dapat dilihat pada

(20)

Tabel 2. Angka Kecukupan Rata-rata Kalsium Berbagai Golongan Usia

Ibu hamil dan menyusui 1200

Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI (1998)

Apabila konsumsi kalsium menurun maka dapat terjadi kekurangan kalsium yang

menyebabkan osteomalasia. Di samping itu, apabila keseimbangan kalsium negatif,

osteoporosis atau masa tulang menurun dapat terjadi (Winarno, 2002). Pada wanita

dewasa penyerapan kalsium menurun sampai 90%, sedangkan pada laki-laki dewasa

penyerapan kalsium menurun dari 50% sampai 95%. Semakin dewasa tingkat penyerapan

kalsium semakin menurun, sedangkan kebutuhan tubuh terhadap kalsium semakin

meningkat (Martin et al., 2002).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seseorang berpeluang mengalami tekanan

darah tinggi apabila kadar kalsium dalam tubuhnya rendah. Hal ini berkaitan dengan

hormon calcitrol yang dikeluarkan ginjal sebagai respon dari tubuh yang kekurangan kalsium (Osman, 2003).

Brokoli

Brokoli ( Brassica olaracea L. var. italica Plenck) merupakan tanaman yang dapat tumbuh diatas ketinggian 800 m di atas permukaan laut (dpl) pada suhu 15-20oC.

Bagian tanaman yang dimanfaatkan adalah bunga yang belum terbuka dan berwarna

hijau. Bunga tanaman ini kaya akan vitamin A dan D (Hernani dan Rahardjo, 2005).

Selain kaya dengan vitamin A dan D, brokoli juga kaya dengan serat pangan. Hanya

dalam beberapa dasawarsa terakhir ini diungkapkan oleh para ilmuwan bahwa serat

pangan mempunyai sifat positif bagi metabolisme tubuh.

Serat pangan merupakan komponen dari jaringan tanaman yang tahan terhadap

proses hidrolisis oleh enzim dalam lambung dan usus kecil. Serat-serat tersebut banyak

(21)

(Total Dietary Fiber, TDF) terdiri atas komponen serat pangan larut (Soluble Dietary

Fiber, SDF) dan serat pangan tidak larut (Insoluble Dietary Fiber, IDF). Serat pangan

larut diartikan sebagai serat pangan yang larut dalam air hangat atau panas serta dapat

terendapkan oleh air yang telah dicampur dengan empat bagian etanol. Serat pangan tidak

larut adalah serat pangan yang tidak larut dalam air panas maupun dingin. Serat pangan

tidak larut merupakan kelompok terbesar dari serat pangan total dan serat pangan larut

menempati sepertiganya (Muchtadi, 2000).

Hasil penelitian Astawan dan Wresdiyati (2004), menunjukkan bahwa brokoli

termasuk ke dalam sayuran yang mempunyai kandungan total serat sebanyak 45,80%

berat kering. Kadar serat pangan hasil penelitian Astawan dan Wresdiyati dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Kadar Serat Pangan Kangkung, Bayam, Selada, Brokoli, Kacang Panjang, Terong Bulat dan Wortel (% berat kering)

Jenis Sayuran Kadar Serat Pangan

Serat Tidak Larut Serat Larut Total Serat

...(%bk)...

Kangkung 54,63 6,71 61,34

Bayam 40,91 4,04 44,95

Selada 45,43 4,64 50,07

Brokoli 41,72 4,08 45,80

Kacang Panjang 43,20 6,26 49,74

Terong Bulat 33,74 5,41 39,15

Wortel 41,29 5,66 46,95

Sumber : Astawan dan Wresdiyati, 2004.

Menurut Muchtadi (2000), penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa serat

pangan diantaranya sangat baik untuk mencegah sembelit, mencegah kanker, mencegah

sakit pada usus besar, membantu menurunkan kolesterol dan mengurangi resiko

kegemukan. Fungsi serat pangan di dalam tubuh ternyata melibatkan asam empedu ( bile

acid). Pasien dengan konsumsi serat yang tinggi dapat mengeluarkan lebih banyak asam

empedu juga lebih banyak sterol dan lemak yang dikeluarkan bersama feses. Serat

(22)

kolesterol dan lemak (Winarno, 2002). Orang dewasa sebaiknya mengkonsumsi serat

20-35 g perhari atau 10-13 g per 1.000 kkal menu, sedangkan untuk anak diatas usia dua

tahun, cukup lima gram serat perhari dan ditingkatkan seiring dengan bertambahnya usia

hingga asupan 25-35 g per hari setelah berusia 20 tahun (Suyono, 2001).

Cookies

Cookies merupakan salah satu jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi, relatif renyah dan bila dipatahkan penampang pemotongnya

bertekstur kurang padat (Dewan Standarisasi Nasional Nomor 01-2973, 1992). Cookies

mengandung bahan-bahan yang hampir sama dengan cake hanya saja kadar air cookies

lebih rendah, kandungan gula dan lemaknya lebih tinggi. Air yang ditambahkan pada

adonan sangat sedikit, sehingga untuk itu adonan ditambahkan gula, tepung dan tepung

berprotein rendah. Cookies yang dihasilkan menjadi renyah dan lembut karena

gelatinisasi tepung yang terjadi sangat sedikit (Christine, 2000).

Gelatinisasi tepung terjadi karena tepung terigu mempunyai rantai amilosa dan

amilopektin yang tersusun dalam bentuk semi kristal, yang bila dipanaskan dengan air,

struktur kristal rusak dan rantai polisakarida akan mengambil posisi acak. Hal inilah yang

menyebabkan terjadinya gelatinisasi ( memadat) (Almatsier, 2001).

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan cookies terbagi dalam dua kelompok yaitu bahan pengikat dan bahan pelembut tekstur. Bahan-bahan yang berfungsi

sebagai pengikat adalah tepung terigu, air, susu dan putih telur sedangkan bahan-bahan

pelembut tekstur adalah gula, shortening (lemak), leaving agent (baking powder) dan kuning telur (Matz dan Matz, 1978). Badan Standardisasi Nasional telah menetapkan

syarat mutu cookies yang aman untuk dikonsumsi, seperti disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Syarat Mutu Cookies yang Ditetapkan Oleh SNI No. 01-2973-1992 Kriteria Uji Klasifikasi

Air (% BB) Maksimal 5

Protein (% BB) Minimal 6

Abu (% BB) Maksimal 2

Serat kasar Maksimal 0,5

(23)

Berdasarkan Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa cookies yang disyaratkan oleh Dewan Standarisasi Nasional adalah cookies yang mempunyai kadar air maksimal 5 %, protein minimal 6 %. Kadar abu yang disyaratkan maksimal 2 %. Kadar abu meliputi

didalamnya adalah mineral, termasuk kalsium dan fosfor.

Proses Pembuatan Cookies

Menurut Matz dan Matz (1978) pembuatan cookies memiliki tiga tahapan penting yaitu pembuatan adonan, pencetakan adonan dan pemanggangan adonan. Tahap pertama

dalam pembuatan cookies adalah melakukan proses creaming, yaitu pencampuran bahan-bahan seperti tepung, gula, mentega, telur, garam, baking powder dan essence. Pencetakan cookies paling baik menggunakan campuran adonan yang bersifat membatasi pemanggangan yang berlebihan. Gula dan mentega tidak boleh dikocok terlalu lama

karena akan menyusutkan ukuran kristal gula.

Suhu pemanggangan yang digunakan dalam pembuatan cookies menggunakan suhu sampai 375oF (191oC) dengan lama waktu pemanggangan berlangsung antara 10-30

menit, tergantung dari jenis cookies yang dibuat. Suhu pemanggangan yang tinggi menjaga pengembangan adonan dan memudahkan reaksi browning, tetapi jika suhu pemanggangan terlalu tinggi maka cookies yang dihasilkan akan menjadi terlalu kering dan gosong (Christine, 2000). Para peneliti telah melakukan beberapa penelitian untuk

melihat adanya reaksi browning non enzimatis di dalam produk seperti cookies, crackers

dan sereal sarapan pagi dengan penghitungan matulosa dan furosin. Maltosa, laktosa,

laktulosa, fruktosa, glukosa juga digunakan sebagai tambahan untuk mengetahui reaksi

nonenzimatis dalam berbagai sampel yang digunakan (Mendoza et al., 2004).

Suhu dan lama waktu pemanggangan mempengaruhi kadar air cookies. Suhu di dalam oven sebaiknya tidak terlalu panas ketika cookies dimasukkan sebab bagian luar akan terlalu cepat matang, hal ini dapat menghambat pengembangan dan membuat

permukaan cookies menjadi retak-retak. Selain itu adonan jangan terlalu banyak gula karena dapat mengakibatkan cookies menjadi terlalu keras dan terlalu manis. Cookies

yang dihasilkan segera didinginkan untuk menurunkan suhu dan pengerasan cookies

akibat pemadatan gula dan lemak (Matz dan Matz, 1978). Proses pemanggangan

(24)

mempengaruhi pemanggangan diantaranya adalah tipe oven yang digunakan, metode

pemanasan dan tipe-tipe bahan yang digunakan (Sultan, 1983).

Resep cookies pada penelitian Meliani (2002) menghasilkan karakteristik cookies

yang lebih baik dan disukai oleh panelis. Resep cookies Meliani dapat dilihat pada Tabel

5. Pembuatan cookies berdasarkan komposisi Meliani dimulai dengan cara mencampur tepung gula, kuning telur, garam dan margarin lalu dikocok dengan mixer dengan kecepatan tinggi selama 10 menit, kemudian ditambahkan soda kue dan susu skim lalu

dikocok lagi sampai terbentuk krim selama 4 menit. Setelah itu ditambahkan tepung

terigu, kemudian diaduk dan dicetak dengan menggunakan cetakan kue. Adonan yang

telah dicetak itu kemudian dipanggang dalam oven dengan suhu 1500C selama 15 menit

(Mimia, 2004). Proses pembuatan cookies berdasarkan resep cookies Meliani dapat dilihat pada Gambar 1.

Tabel 5. Modifikasi Komposisi Resep Cookies Mengacu Meliani 2002 Bahan Komposisi (gram)

Tepung Terigu 60,95

Margarin 30

Tepung Gula 20

Kuning telur 6

Susu skim 3

Soda kue 0,1

Garam 0,04

(25)

Gambar 1. Proses Pembuatan Cookies dengan Resep Meliani (2002). Dikocok manual dengan kecepatan tinggi

(selama 10 menit)

Tepung gula + garam + kuning telur + margarin

Ditambahkan soda kue + susu skim

Pengadukan hingga berbentuk adonan

Dicetak dengan menggunakan cetakan kue

Pemanggangan (150oC, 15 menit)

Pendinginan

(26)

Bahan-bahan dalam Pembuatan Cookies

Tepung terigu. Tepung terigu yang digunakan untuk memberikan hasil yang terbaik adalah tepung terigu lunak. Tepung terigu lunak ini mengandung protein sekitar 9%.

Pembuat kue komersial dan profesional memakai tepung terigu jenis ini untuk membuat

kue-kue kering seperti cookies, adonan roti yang difermentasi, biskuit dan muffin

(Christine, 2000). Menurut Matz dan Matz (1978) tepung berfungsi sebagai pembentuk

adonan selama pencampuran, membentuk struktur cookies dan membentuk cita rasa. Terigu mempunyai protein yang merupakan bentuk glutein, sedangkan sisanya

adalah gliadin dan prolamin. Gluten merupakan komponen yang penting dalam adonan.

Gluten yaitu suatu massa kohesif, viskoelastik dan dapat meregang secara elastis. Tepung

terigu komersial yang direkomendasikan untuk digunakan dalam pembuatan cookies

adalah tepung terigu berprotein rendah. Komposisi tepung terigu yang mengandung

protein rendah disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Komposisi Tepung Terigu Protein Rendah

Keterangan Keadaan

Kadar Air Maksimal 13,5

Protein (%) 8-9

Abu (%) Maksimal 0,6

Glutten Wet (%) 20-22

Sumber : Bogasarifluor.com, 2004.

Tepung terigu berprotein rendah direkomendasikan sebagai bahan pembuatan

cookies karena terbuat dari gandum soft wheat yang sesuai untuk makanan yang tidak membutuhkan gluten tinggi dengan kandungan proteinnya antara 8-9% (Mimia, 2004).

Gandum soft wheat mengandung protein yang rendah, menghasilkan tepung yang lebih lembut, membentuk adonan yang lembut dan cocok untuk pembuatan cookies (Potter dan Hotchkiss, 1995).

(27)

dibuat dari lemak nabati dan air, dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang

diizinkan. Margarin mengandung vitamin A dan D, zat besi, fosfor, natrium, kalium serta

omega-3 dan omega-6. Fungsi margarin dalam makanan yaitu sebagai sumber energi,

meningkatkan daya terima makanan, membentuk struktur serta memberikan cita rasa

enak. Jumlah asam lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh tunggal dan asam lemak tidak

jenuh majemuk pada mentega adalah 47,35; 26,10; dan 2,24 g per 100 gram. Jumlah

asam lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh tunggal dan asam lemak tidak jenuh majemuk

pada margarin masing-masing 29,02; 34,61; dan 13,78 g per 100 gram (Astawan, 2005).

Margarin mengandung 80% lemak, 16% air dan 4% padatan. Penambahan

margarin ke dalam adonan berfungsi untuk melembutkan dan menambah volume adonan,

memperbaiki struktur adonan, flavor, pewarna dan menyalurkan panas. Margarin dapat

menambah volume adonan, karena pada saat proses pengkriman, lemak dan gula

menangkap udara, bersama dengan leavening agent selama pemanasan. Selama proses pengkriman, lemak membuat struktur adonan menjadi lebih kokoh (Christine, 2000).

Gula. Fungsi gula di dalam makanan tidak hanya sebagai pemberi rasa manis tetapi juga mempunyai daya larut yang baik, memberi warna dengan adanya reaksi browning,

membentuk kristal, pengikat air, fermentasi adonan dan sebagai pengawet (Christine,

2000). Gula yang digunakan bisa berbentuk gula pasir, gula pasir halus atau tepung gula

(Matz dan Matz, 1978).

Telur. Telur ditambahkan ke dalam adonan untuk meningkatkan kekompakan bentuk dan menambah cita rasa. Struktur yang lembut dan keremahan kue yang bagus diperoleh dari

koagulasi protein telur selama proses pembuatan. Telur juga dapat menangkap udara pada

saat adonan dipukul-pukul (Christine, 2000). Menurut Matz dan Matz (1978) telur dapat

melembutkan tekstur cookies dengan daya emulsi dari lesitin yang terdapat dalam kuning telur. Pembentukan adonan yang kompak terjadi karena daya ikat dari putih telur.

(28)

Susu skim. Penambahan susu ke dalam adonan sebenarnya tidak terlalu penting, tetapi biasanya dianjurkan untuk mengantisipasi kelebihan air pada adonan, karena akan

meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan. Penambahan susu ke dalam adonan

akan menambah cita rasa dan meningkatkan nilai gizi (mempunyai protein yang lengkap,

vitamin B dan kalsium) dan mengandung komponen yang dapat membantu memproduksi

tekstur yang lebih kompak, remah dan kulit yang kecoklatan. Laktosa susu berperan

dalam reaksi maillard, yang akan menghasilkan kulit yang kecoklatan (Christine, 2000).

Leaving Agent. Penambahan bahan pengembang ke dalam adonan tepung menyebabkan

pengembangan, walaupun sebenarnya pengembangan adonan tepung dapat dilakukan

dengan bantuan fisik seperti uap dan udara. Pengembangan adonan tepung ini biasanya

akan menghasilkan gas CO2, baik dari sumber biologis maupun kimia (Christine, 2000).

Menurut Matz dan Matz (1978), bahan pengembang dalam pembuatan cookies berfungsi sebagai penambah volume, mengatur aroma, rasa, mengontrol penyebaran dan membuat

hasil produksi menjadi ringan.

Pengembang kimia yang beredar dipasaran adalah baking soda dan baking powder. Pengembang kimia ini akan menghasilkan gas CO2 ketika bereaksi dengan asam.

Perbedaan antara baking soda dan baking powder adalah baking soda harus ditambahkan asam pada adonan tepung, sementara baking powder sudah mempunyai asam di dalamnya. Baking powder merupakan bahan peragi hasil pereaksi asam dengan sodium bikarbonat (NaHCO3) (Christine, 2000). Jumlah soda yang ditambahkan sangat

mempengaruhi pH adonan dan rasa produk yang dihasilkan. Jumlah soda yang terlalu

banyak di dalam adonan akan memberikan rasa yang pahit (Faridi, 1994). Pemakaian

baking soda dan baking powder dalam pembuatan cookies paling banyak hanya 0,3-0,4% dari berat tepung yang digunakan (Bogasariflour.com, 2004).

Garam. Garam adalah bahan utama untuk mengatur rasa. Garam akan membangkitkan rasa pada bahan-bahan lainnya dan akan membantu untuk meningkatkan sifat-sifat

adonan. Selain itu garam juga berfungsi untuk menguatkan flavour dan menambah struktur. Sebagian besar formula cookies menggunakan satu persen garam atau kurang dalam bentuk kristal-kristal halus untuk mempermudah kelarutannya (Matz dan Matz,

(29)

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Agustus sampai September 2005.

Penelitian meliputi pembuatan cookies dan uji organoleptik di laboratorium Bagian Teknologi Hasil Ternak Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan; dan

Laboratorium Rekayasa dan Proses Pangan SEAFAST Institut Pertanian Bogor untuk

analisis kadar air, protein kalsium dan fosfor. Analisa serat pangan dilakukan di

Laboratorium Balai Penelitian Pasca Panen, Cimanggu, Bogor.

Materi

Bahan-bahan yang digunakan adalah daging-tulang leher ayam yang diperoleh

dari PT Sierad Produce Tbk. Parung-Bogor dan brokoli dari PT Superindo, tepung terigu

(cap kunci biru), susu skim bubuk, telur ayam, margarin, tepung gula, garam dan soda

kue yang didapat dari Citra Usaha Dramaga Bogor. Bahan-bahan kimia yang dibutuhkan

dalam analisa kimia diantaranya adalah K2SO4, H2SO4 pekat, NaOH pekat, HCl 0,2 N,

aquadest dan bahan-bahan kimia lain untuk analisis.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven panggang, timbangan,

mixer, loyang, kayu penggiling, cetakan kue, pisau, baskom, spatula, food processor dan alat-alat lain yang digunakan untuk uji organoleptik. Peralatan yang digunakan untuk

analisa kimia adalah cawan alumunium, labu kjedahl, erlenmeyer, gelas piala dan

alat-alat lain untuk analisis kimia.

Rancangan Percobaan

Perlakuan

Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini ada dua faktor. Faktor pertama

adalah penambahan daging-tulang leher ayam giling (0 g, 10 g dan 20 g) dan faktor

kedua adalah brokoli giling (0 g dan 5 g).

(30)

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak

lengkap pola faktorial 3x2 dengan 3 kali ulangan. Model matematika yang digunakan

menurut Steel dan Torrie (1995) :

Model matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Yijk = µ+ Ai +Bj + (AB)ij + Eijk

Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan

µ = Nilai tengah pengamatan

Ai = Pengaruh penambahan daging-tulang leher ayam pedaging pada taraf ke-i,

dimana i (0 g, 10 g, 20 g)

Bj = Pengaruh penambahan brokoli pada taraf ke-j, dimana j (0 g, 5 g)

(AB)ij = Pengaruh interaksi penambahan daging-tulang leher ayam pedaging pada taraf

ke-i dan brokoli pada taraf ke-j (1,2)

Eijk = Pengaruh kesalahan percobaan (galat)

Peubah yang Diukur

Peubah yang diukur adalah nilai gizi (yang diuji dengan pengukuran kadar air, protein

kasar, kalsium, fosfor dan serat pangan) dan organoleptik cookies.

Kadar Air (AOAC, 1995). Sebanyak 1 gram sampel segar ditimbang dalam cawan porselin, dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105oC selama 4 jam, kemudian

didinginkan di dalam desikator selama 30 menit lalu ditimbang. Kadar air dihitung

dengan rumus :

Bobot sampel (segar – kering)

Kadar Air (%) = X 100%

Bobot sampel segar

Kadar Protein Kasar (AOAC, 1995). Sebanyak 0,25 gram sampel kering, ditempatkan dalam labu kjedahl 100 ml dan ditambahkan 0,2 gram selenium dan 3 ml H2SO4 pekat.

Kemudian dilakukan destruksi (pemanasan dalam keadaan mendidih) selama 1 jam

sampai larutan jernih. Setelah dingin ditambahkan 50 ml akuades dan 20 ml NaOH 40%,

lalu didestilasi. Hasil destilasi ditampung dalam labu Erlenmeyer yang berisi campuran

(31)

muda. Setelah volume hasil tampungan (destilat) menjadi 40 ml dan berwarna hijau

kebiruan, destilat dihentikan dan destilat dititrasi dengan HCl 0,02 N sampai berwarna

merah muda. Perlakuan yang sama dilakukan juga terhadap blanko. Melalui metode ini

diperoleh kadar Nitrogen total yang dihitung dengan rumus :

(S-B) x N HCl x 14

Kadar Nitrogen (%)=

w x 1000

Ket. S : volume titran sampel (ml); B : volume titran blanko (ml); w : bobot sampel

kering (mg).

Kadar Protein (%) = 6,25 x kadar Nitrogen

Kadar Kalsium (AOAC, 1995). Ditimbang 1 gram contoh yang telah dihaluskan dan dimasukkan ke dalam tabung destruksi. Ditambahkan 10 ml larutan campuran HclO4 :

HNO3 : H2SO4 (5:2:1), kemudian didestruksi sampai larutan jernih atau selama ± 2 jam.

Setelah larutan destruksi didinginkan, larutan dipindahkan ke dalam labu takar 50 ml dan

tambahkan aquades sampai tera. Larutan kemudian disaring dengan kertas saring

whatmann 41. 2 ml larutan dipipet lalu ditambahkan larutan lantanum 5% sebanyak 1 ml.

Larutan dianalisa dengan alat spektrofotometri dengan panjang gelombang 248,3 nm.

Kalibrasi alat dan penetapan sampel dilakukan dengan cara sebagai berikut : (1) alat

spektrofotometri diset sesuai dengan instruksi dalam manual alat tersebut, (2) diukur

larutan standar kalsium (1000 ppm) dan blanko, (3) diukur larutan sampel (selama

penetapan sampel, diperiksa secara periodik apakah nilai standar tetap konstan) dan

dibuat kurva standar ( sumbu y sebagai absorbansi dan sumbu x sebagai konsentrasi

(dalam ppm)). Perhitungan dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

As V

kandungan logam (µg/g) = x slope W

keterangan : V = volume pelarut (ml)

W = bobot contoh (g)

(32)

Kadar Fosfor (AOAC, 1995). Ditimbang 1 gram contoh yang telah dihaluskan dan dimasukkan ke dalam tabung destruksi. Ditambahkan 10 ml larutan campuran HClO4 :

HNO3 : H2SO4 (5:2:1), kemudian didestruksi sampai larutan jernih atau selama ± 2 jam.

Setelah larutan destruksi didinginkan, larutan dipindahkan ke dalam labu takar 50 ml dan

tambahkan aquades sampai tera. Larutan kemudian disaring dengan kertas saring

whatmann 41. 2 ml larutan dipipet lalu ditambahkan 2 ml HNO3 dan 1 ml larutan

molibdat vanadat. Larutan dipindahkan ke dalam nortex lalu dipanaskan. Larutan

dianalisa dengan alat spektrofotometri dengan panjang gelombang 420 nm. Kalibrasi alat

dan penetapan sampel dilakukan dengan cara sebagai berikut : (1) alat spektrofotometri

diset sesuai dengan instruksi dalam manual alat tersebut, (2) diukur larutan standar

kalsium (25 ppm) dan blanko, (3) diukur larutan sampel (selama penetapan sampel,

diperiksa secara periodik apakah nilai standar tetap konstan) dan dibuat kurva standar (

sumbu y sebagai absorbansi dan sumbu x sebagai konsentrasi (dalam ppm)). Perhitungan

dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

As V

kandungan logam (µg/g) = x slope W

keterangan : V = volume pelarut (ml)

W = bobot contoh (g)

As = Absorbansi contoh

Kadar Serat Pangan (Asp et al., 1983). Contoh yang akan dianalisa dihancurkan dengan blender, ke dalamnya ditambahkan beberapa tetes isoamil alkohol sebagai anti buih dan kristal timol sebagai pengawet. Suspensi yang dihasilkan ditambahkan air

sampai volumenya satu liter. Sebanyak 50 ml dari suspensi contoh (mengandung tidak

lebih dari 1 gram pati) dipipet ke dalam gelas piala 250 ml lalu ditambahkan 50 ml HCl

0,2 N dan 100 mg pepsin. Setelah diaduk dengan rata, campuran tersebut diinkubasikan

pada suhu 40oC selama 18 jam. Setelah pencernaan pepsin, campuran dinetralkan dengan

larutan NaOH 4 N dan larutan buffer pH 6,8. Setelah itu ditambahkan 100 mg pankreatin

dan 300 mg sodium deodelsit sulfat. Campuran diinkubasikan pada suhu 40o C selama 1

jam sambil terus diaduk. Campuran tersebut diasamkan dengan HCl 4 N sampai

(33)

Supernatan disaring dengan filterglass 1-G-3 yang berisi pasir setebal 15 mm. Endapan

dicuci dengan air destilata dan disentrifuse kembali. Dicuci residu yang diperoleh dan

saring dengan filterglass1-G-3, bilas 3x dengan air dan 3x dengan aseton. Filterglass yang

mengandung residu dikeringkan pada suhu 105oC selama 6 jam. Berat residu kering

menyatakan kandungan serat makanan dari contoh. Kadar serat pangan dihitung dengan

rumus :

Berat residu kering (g)

Kadar serat makanan (%) = x faktor pengenceran x 100% Berat contoh (g)

Uji Organoleptik (Rahayu, 1998). Sifat organoleptik dari produk cookies dianalisa dengan menggunakan uji hedonik. Panelis menilai sifat spesifik cookies yang meliputi warna, rasa, tekstur, aroma dan penampakan umum. Sampel dinilai oleh panelis, dengan

skala dari 1 sampai 5, yaitu (1) sangat suka, (2) suka, (3) netral, (4) tidak suka, (5) sangat

tidak suka. Panelis yang melakukan uji ini adalah panelis agak terlatih sebanyak 40

orang. Format uji Hedonik dapat dilihat pada Lampiran 1.

Analisis Data

Data diuji dengan sidik ragam (ANOVA), bila menunjukkan pengaruh yang nyata

dilanjutkan dengan uji lanjut Polinomial Ortogonal (Steel dan Torie, 1995). Data

kualitatif hasil uji organoleptik dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), bila

menunjukkan pengaruh yang nyata dilanjutkan dengan uji Duncan.

Prosedur

Pembuatan cookies pada penelitian ini menggunakan resep Meliani (2002) yang dimodifikasi dengan penambahan daging-tulang leher ayam pedaging dan brokoli,

bersamaan dengan ditambahkannya tepung terigu. Proses pembuatan cookies dengan penambahan daging-tulang leher ayam dan brokoli giling dapat dilihat pada Gambar 2.

(34)

Gambar 2. Proses Pembuatan Cookies dengan Penambahan Daging-Tulang Leher Ayam Pedaging dan Brokoli Giling (Modifikasi Meliani, 2002)

Dikocok manual dengan kecepatan tinggi (selama 10 menit)

Tepung gula + garam + kuning telur + margarin

Ditambahkan soda kue + susu skim

Pengadukan hingga berbentuk adonan

Dicetak dengan menggunakan cetakan kue

Pemanggangan (150oC, 15 menit)

Pendinginan

Tepung terigu

Daging-tulang leher giling

(35)

Tabel 7. Formulasi Adonan Cookies

Bahan Komposisi (gram)

P1 P2 P3 P4 P5 P6

Daging-tulang leher ayam giling 0 10 20 0 10 20

brokoli 0 0 0 5 5 5

Tepung Terigu 60,95 60,95 60,95 60,95 60,95 60,95

Margarin 30 30 30 30 30 30

Tepung Gula 20 20 20 20 20 20

Kuning telur 6 6 6 6 6 6

Susu skim 3 3 3 3 3 3

Soda kue 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

Garam 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04

Keterangan : P1 = Penambahan daging-tulang leher ayam pedaging : brokoli = 0:0 P2 = Penambahan daging-tulang leher ayam pedaging : brokoli = 10:0 P3 = Penambahan daging-tulang leher ayam pedaging : brokoli = 20:0 P4 = Penambahan daging-tulang leher ayam pedaging : brokoli = 0:5 P5 = Penambahan daging-tulang leher ayam pedaging : brokoli = 10:5 P6 = Penambahan daging-tulang leher ayam pedaging : brokoli = 20:5

Sebelum ditambahkan, daging-tulang leher ayam pedaging dan brokoli

dihancurkan dengan food processor. Penambahan daging-tulang leher ayam dan brokoli ini diberikan pada taraf yang berbeda dengan perbandingan daging-tulang leher ayam

pedaging dan brokoli (0:0, 0:5, 10:0, 10:5, 20:0, 20:5 ) dan selanjutnya dilakukan analisa

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi Gizi Cookies

Analisis komposisi gizi dilakukan untuk mengetahui nilai gizi dan serat pangan

dari cookies yang telah ditambah dengan daging-tulang leher ayam pedaging dan brokoli. Analisis gizi cookies pada penelitian kali ini meliputi kadar air, kadar protein, kadar kalsium, kadar fosfor dan serat pangan.

Kadar Air

Air merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat

mempengaruhi penampakan, tekstur, cita rasa makanan serta lama penyimpanan. Kadar

air cookies hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kadar Air Cookies dengan Penambahan Daging Tulang Leher Ayam Pedaging dan Brokoli Giling

Brokoli Giling

(g)

Daging Tulang Leher Ayam Pedaging Giling (g)

Rata-rata 0 10 20

...(%)...

0 3,37±0,30 5,26±1,05 8,98±2,07 5,87±2,73a

5 4,57±0,57 6,52±0,59 10,33±0,65 7,14±2,59b

Rata-rata 3,97±0,77A 5,89±1,03B 9,66±1,56C

Keterangan : Huruf superskrip a, b menandakan berbeda nyata (P<0,05)

Huruf superskrip A, B, C menandakan sangat berbeda nyata (P<0,01)

Menurut Dewan Standarisasi Nasional (1992), SNI Nomor 01-2973-1992

menyebutkan bahwa standar mutu kadar air cookies maksimal 5 %, sedangkan kadar air pada cookies hasil penelitian berkisar antara 3,37-10,33 %. Kadar air cookies yang dihasilkan cukup tinggi diduga disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya lama

pemanggangan dan kadar air yang cukup tinggi dalam bahan yang ditambahkan ke dalam

adonan. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kadar air cookies yang dihasilkan dalam penelitian ini dipengaruhi sangat nyata (P<0,01) oleh penambahan daging-tulang leher

ayam pedaging dan dipengaruhi nyata (P<0,05) oleh brokoli, tetapi tidak ada interaksi

yang nyata diantara keduanya. Hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 2. Pengaruh

penambahan daging-tulang leher ayam pedaging terhadap persentase kadar air cookies

(37)

y = 2,8417x + 0,8244

Daging-Tulang Leher Ayam Pedaging Giling (gram)

Ka

Gambar 3. Pengaruh Penambahan Daging-Tulang Leher Ayam Pedaging Giling terhadap Persentase Kadar Air Cookies.

Setiap penambahan daging-tulang leher ayam pedaging giling (x satuan)

meningkatkan kadar air cookies (y) sebesar 2,8417x satuan. Pengaruh penambahan daging-tulang leher ayam pedaging giling terhadap kadar air cookies berpengaruh sangat nyata membentuk kurva linier dengan persamaan y = 2,8417x + 0,8244 dan R2 = 0,9661.

Meningkatnya kadar air cookies karena daging-tulang leher ayam pedaging giling mengandung kadar air yang cukup besar yaitu sebanyak 73,55 %, sehingga semakin

banyak daging-tulang leher ayam giling yang ditambahkan maka kadar air cookies akan semakin meningkat. Menurut SNI (1992) Nomor 01-2973-1992, kadar air cookies

maksimal 5%. Penambahan daging-tulang leher ayam pedaging giling pada taraf 10 gram

masih dapat memenuhi nilai kadar air dalam SNI seperti terlihat pada Gambar 3.

Kadar air cookies selain dipengaruhi oleh penambahan daging-tulang leher ayam pedaging giling juga dipengaruhi oleh penambahan brokoli giling. Pengaruh

penambahan brokoli giling terhadap kadar air cookies berpengaruh nyata membentuk kurva linier dengan persamaan y = 2,1422x + 2,8578 dan R2 = 1, seperti terlihat pada

(38)

y = 2,1422x + 2,8578

R2 = 1

0 5 10

0 Brokoli Giling (gram) 5

Ka

d

ar

Ai

r (

%

)

Gambar 4. Pengaruh Penambahan Brokoli Giling Terhadap Kadar Air Cookies

Gambar 4 menjelaskan bahwa setiap penambahan brokoli giling (x satuan)

meningkatkan kadar air cookies (y) sebesar 2,1422x satuan. Meningkatnya kadar air

cookies diduga disebabkan oleh keluarnya cairan intraseluler dari brokoli ketika dilakukan penggilingan, sehingga kadar air pun cookies bertambah.

Kadar Protein

Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena

disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat

pembangun dan pengatur. Protein juga dapat digunakan sebagai bahan bakar apabila

keperluan energi tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Menurut Dewan

Standarisasi Nasional (1992) SNI Nomor 01-2973-1992 menyebutkan bahwa standar

(39)

y = 1,2975x + 6,8856

Daging Tulang Leher Ayam Pedaging Giling (gram)

Pr

Tabel 9. Kadar Protein Cookies dengan Penambahan Daging Tulang Leher Ayam Pedaging dan Brokoli Giling

Brokoli Giling

(g)

Daging Tulang Leher Ayam Pedaging Giling (g)

Rata-rata 0 10 20

...(%)...

0 8,22±0,45 9,79±0,41 11,29±0,81 9,76±1,42a

5 8,13±0,48 9,22±0,16 10,25±0,19 9,20±0,96b

Rata-rata 8,17±0,42A 9,50±0,42B 10,77±0,77C

Keterangan : Huruf superskrip a, b menandakan berbeda nyata (P<0,05)

Huruf superskrip A, B, C menandakan sangat berbeda nyata (P<0,01)

Kadar protein cookies yang dihasilkan sesuai dengan SNI yang mensyaratkan bahwa protein yang terkandung di dalam cookies minimal 6%. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kadar protein cookies yang dihasilkan dalam penelitian ini dipengaruhi sangat nyata (P<0,01) oleh penambahan daging-tulang leher ayam pedaging

dan dipengaruhi nyata (P<0,05) oleh brokoli, tetapi tidak ada interaksi yang nyata

diantara keduanya. Hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 3. Pengaruh

penambahan daging-tulang leher ayam pedaging terhadap persentase kadar protein

cookies dapat dilihat pada Gambar 5.

(40)

y = -0,5656x + 10,329

Setiap penambahan daging-tulang leher ayam (x satuan) meningkatkan kadar

protein cookies (y) sebesar 1,2975x satuan. Pengaruh penambahan daging-tulang leher ayam terhadap kadar protein cookies berpengaruh sangat nyata membentuk kurva linier dengan persamaan y = 2,8417x + 0,8244 dan R2 = 0,9661. Meningkatnya kadar protein

cookies karena daging-tulang leher ayam mengandung kadar protein yang cukup besar yaitu sebanyak 59,02 %, sehingga semakin banyak daging-tulang leher ayam giling yang

ditambahkan maka kadar protein cookies akan semakin meningkat seperti yang diharapkan.

Persentase protein cookies selain dipengaruhi oleh penambahan daging-tulang leher ayam pedaging juga dipengaruhi oleh penambahan brokoli. Pengaruh penambahan

brokoli terhadap persentase protein cookies berpengaruh nyata membentuk kurva menurun linier dengan persamaan y = -0,5656x + 10,329 dan R2 = 1, seperti terlihat pada

Gambar 6.

Gambar 6. Pengaruh Penambahan Brokoli Giling terhadap Persentase Protein

Cookies

Setiap penambahan brokoli (x satuan) menurunkan persentase protein cookies (y) sebesar 0,5656x satuan. Penambahan brokoli ke dalam adonan akan menurunkan

(41)

Kadar Kalsium

Kalsium adalah mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk memenuhi

berbagai kebutuhan fungsional dan pertumbuhan jaringan tulang (Broadus, 1996). Tulang

di dalam tubuh manusia terus menerus dibentuk dan dirombak secara simultan, sehingga

apabila kalsium di dalam tubuh kurang maka tubuh perlu asupan kalsium dari luar. Kadar

kalsium pada cookies hasil penelitian berkisar antara 0,05%-0,26% sebagaimana disajikan dalam Tabel 10.

Tabel 10. Kadar Kalsium Cookies dengan Penambahan Daging Tulang Leher Ayam Pedaging dan Brokoli Giling

Brokoli Giling

(g)

Daging Tulang Leher Ayam Pedaging Giling (g)

Rata-rata 0 10 20

...(%)...

0 0,10±0,02 0,20±0,07 0,26±0,18 0,17±0,13

5 0,05±0,02 0,20±0,10 0,12±0,02 0,13±0,09

Rata-rata 0,05±0,01a 0,19±0,09b 0,21±0,13c

Keterangan : Huruf superskrip a, b, c menandakan berbeda nyata (P<0,05)

Menurut SNI Nomor 01-2973-1992 kadar abu cookies maksimal 2%. Kadar abu

cookies diantaranya meliputi kadar kalsium dan fosfor. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kadar kalsium cookies yang dihasilkan dalam penelitian ini dipengaruhi nyata (P<0,05) oleh penambahan daging-tulang leher ayam pedaging dan tidak dipengaruhi

nyata (P>0,05) oleh brokoli, dan tidak ada interaksi yang nyata diantara keduanya. Hasil

sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 4. Pengaruh penambahan daging-tulang leher

(42)

y = 0,0795x - 0,008

Daging Tulang Leher Ayam Pedaging Giling (gram)

K

Gambar 7. Pengaruh Penambahan Daging Tulang Leher Ayam Pedaging terhadap Persentase Kadar Kalsium Cookies.

Setiap penambahan daging-tulang leher ayam giling (x satuan) meningkatkan

kadar kalsium cookies (y) sebesar 0,0795x satuan. Meningkatnya kadar kalsium cookies

diduga karena daging-tulang leher ayam mengandung kadar kalsium yang cukup besar

yaitu sebanyak 4,69% bk Hasil penelitian tentang produk bakery dan cookies yang ditambah dengan tepung tulang menunjukkan bahwa kalsium pada tulang yang telah

diekstraksi dalam bentuk powder mengandung kalsium yang lebih terserap daripada

kalsium yang ada pada garam komersial. Penelitian ini juga mengatakan bahwa BEP

(Bone Extract Powder) menunjukkan kemampuan biologis yang baik sebagai sumber

kalsium alami daripada sumber kalsium tambahan lainnya seperti kalsium karbonat,

kalsium laktat dan kalsium sitrat (Sittikulwitit et al., 2004).

Kadar Fosfor

Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak setelah kalsium. Peranan fosfor mirip

dengan kalsium yaitu untuk pembentukan tulang dan gigi dan penyimpanan dan

(43)

Tabel 11. Kadar Fosfor Cookies dengan Penambahan Daging Tulang Leher Ayam Pedaging dan Brokoli Giling

Brokoli Giling

(g)

Daging Tulang Leher Ayam Pedaging Giling (g) Rata-rata

5 10 20

...(%)...

0 0,257±0,014 0,279±0,024 0,255±0,017 0,263±0,020

5 0,222±0,038 0,300±0,060 0,302±0,021 0,275±0,055

Rata-rata 0,239±0,032 0,290±0,043 0,278±0,031 0,269±0,08

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kadar fosfor cookies yang dihasilkan dalam penelitian ini tidak dipengaruhi nyata (P>0,05) oleh penambahan daging-tulang

leher ayam pedaging dan brokoli, dan tidak ada interaksi yang nyata diantara keduanya.

Hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 5.

Serat Pangan

Kadar serat pangan pada cookies yang ditambah dengan daging-tulang leher ayam giling dan brokoli dianalisa secara deskriptif. Cookies yang telah ditambah dengan daging-tulang leher ayam pedaging dan brokoli giling mempunyai kandungan serat

pangan yang lebih tinggi sebesar 0,2% daripada cookies yang ditambah dengan daging-tulang leher ayam pedaging giling saja. Kandungan cookies dengan penambahan daging-tulang leher ayam pedaging dan brokoli giling mempunyai kandungan serat pangan total

4,12 %, sedangkan cookies yang hanya ditambah dengan daging tulang leher ayam giling mempunyai kandungan serat pangan total 3,93 %. Nilai ini memperlihatkan

kecenderungan kadar serat pangan yang semakin meningkat dengan adanya penambahan

brokoli. Hal ini sesuai dengan literatur yang ada yang menyebutkan bahwa brokoli

merupakan salah satu sayuran yang kaya dengan serat pangan dengan kandungan serat

(44)

Tabel 12. Kadar Serat Pangan Cookies dengan Penambahan Brokoli Brokoli (g) Kadar Serat Pangan (%)

0 3,93

5 4,12

Penelitian yang telah dilakukan kepada tikus menyebutkan bahwa serat pangan

sangat penting dan diperlukan oleh tubuh. Beberapa serat pangan yang diekstraksi dari

gula beet dan diujicobakan kepada tikus memperlihatkan serat pangan bisa menurunkan

aktivitas kolesterol di dalam tubuh (Dongowski et al, 1998).

Organoleptik

Penilaian organoleptik pada cookies merupakan penilaian panelis terhadap

cookies dengan menggunakan alat indera, sehingga dari hasil organoleptik ini dapat diketahui tingkat penerimaan panelis terhadap cookies yang ditambah dengan daging-tulang leher ayam pedaging dan brokoli. Uji penerimaan yang dilakukan kali ini adalah

uji hedonik (kesukaan). Melalui uji ini panelis dapat menunjukkan tingkat kesukaannya

berdasarkan skala hedonik yaitu sangat suka, suka, netral, tidak suka, sangat tidak suka.

Panelis berjumlah 40 orang dengan parameter uji yaitu warna, aroma, rasa, tekstur dan

penampakan umum. Rataan nilai uji hedonik dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Hasil Uji Organoleptik Cookies dengan Pengaruh Penambahan Daging-Tulang Leher Ayam Pedaging dan Brokoli Giling

Perlakuan Warna Rasa Tekstur Aroma Penampakan

(45)

Warna

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan penambahan daging-tulang

leher ayam dan brokoli giling memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap warna

cookies yang dihasilkan (p<0,01) seperti yang disajikan pada Lampiran 6. Cookies

kontrol masih tetap sangat disukai oleh panelis dengan skor rataan 1,42. Semakin banyak

penambahan daging-tulang leher ayam pedaging dan brokoli giling ke dalam adonan

cookies tingkat kesukaan panelis semakin menurun. Penilaian panelis terhadap warna

cookies yang dihasilkan berkisar antara 1,42 (sangat suka) sampai 3,05 (netral ). Hasil uji organoleptik warna disajikan secara lengkap pada Tabel 13.

Hasil uji duncan menunjukkan bahwa P1 sangat berbeda nyata dengan semua

perlakuan. P2 tidak berbeda nyata dengan P4, tapi sangat berbeda nyata dengan semua

perlakuan. P3 tidak berbeda nyata dengan P6 tapi sangat berbeda nyata dengan semua

perlakuan. P5 berbeda sangat nyata dengan semua perlakuan. Berdasarkan penilaian

panelis, cookies yang ditambah dengan daging-tulang leher ayam dan brokoli pada taraf 0:5, 10:0, 10:5 memiliki warna yang disukai oleh panelis. Pada saat pemanggangan

diduga adanya reaksi maillard yang berpengaruh terhadap warna, sehingga semakin banyak jumlah protein yang bereaksi dengan karbohidrat maka warna cookies yang dihasilkan akan semakin berwarna kecoklatan.

Rasa

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan penambahan daging-tulang

leher ayam dan brokoli giling memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap rasa

cookies yang dihasilkan (p<0,01), seperti yang disajikan pada Lampiran 7. Cookies

kontrol masih tetap sangat disukai oleh panelis dengan skor rataan 1,43. Semakin banyak

penambahan daging-tulang leher ayam pedaging dan brokoli giling ke dalam adonan

cookies tingkat kesukaan panelis semakin menurun. Penilaian panelis terhadap warna

cookies yang dihasilkan berkisar antara 1,43 (sangat suka) sampai 2,83 (netral ). Hasil uji organoleptik warna disajikan secara lengkap pada Tabel 13.

Hasil uji duncan menunjukkan P1 berbeda sangat nyata dengan semua perlakuan.

P2 tidak berbeda nyata dengan P3, P4 dan P5, tapi berbeda sangat nyata dengan semua

(46)

dengan penambahan daging-tulang leher ayam dan brokoli pada taraf 10:0, 20:0, 0:5 dan

10:5 memiliki rasa yang disukai oleh panelis.

Tekstur

Cookies merupakan jenis biskuit yang mempunyai tekstur yang kurang padat. Biasanya tekstur merupakan hal yang paling penting pada makanan lunak dan renyah.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan penambahan daging-tulang leher ayam

dan brokoli giling memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tekstur cookies yang dihasilkan (p<0,01), seperti yang disajikan pada Lampiran 8. Cookies kontrol masih tetap sangat disukai oleh panelis dengan skor rataan 1,6. Semakin banyak penambahan

daging-tulang leher ayam pedaging dan brokoli giling ke dalam adonan cookies tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur semakin menurun. Penilaian panelis terhadap tekstur cookies

yang dihasilkan berkisar antara 1,60 (suka) sampai 3,15 (netral ). Hasil uji organoleptik

tekstur disajikan secara lengkap pada Tabel 13.

Hasil uji duncan menunjukkan bahwa P1 berbeda sangat nyata dengan semua

perlakuan. P2 tidak berbeda nyata dengan P4, tetapi berbeda sangat nyata dengan semua

perlakuan. P3 tidak berbeda nyata dengan P6, tetapi berbeda sangat nyata dengan semua

perlakuan. P5 berbeda sangat nyata dengan semua perlakuan. Berdasarkan penilaian

panelis, cookies yang ditambah dengan daging-tulang leher ayam dan brokoli pada taraf 10:0 dan 0:5 memiliki tekstur yang disukai oleh panelis.

Tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur cookies dengan penambahan daging-tulang leher ayam dan brokoli semakin menurun dengan bertambahnya taraf perlakuan

yang ditambahkan. Hal ini diduga karena 1) tingkat kerenyahan cookies yang dihasilkan semakin menurun karena kadar air cookies yang semakin bertambah dengan bertambahnya daging-tulang leher ayam dan brokoli ke dalam adonan, 2) adanya

serpihan tulang yang belum halus dan masih terasa ketika dikunyah.

Aroma

Penilaian terhadap aroma dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisiologis, sehingga

menimbulkan penilaian yang berbeda-beda. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa

perlakuan penambahan daging-tulang leher ayam dan brokoli giling memberikan

Gambar

Tabel 1.  Komposisi Gizi Daging-Tulang Leher Ayam Pedaging Tanpa Kulit, Saluran Pernafasan dan Saluran Makanan
Tabel 2.  Angka Kecukupan Rata-rata Kalsium Berbagai Golongan Usia
Tabel 3.  Kadar Serat Pangan Kangkung, Bayam, Selada, Brokoli,                               Kacang Panjang, Terong Bulat dan Wortel (% berat kering)
Tabel 4.  Syarat Mutu Cookies yang Ditetapkan Oleh SNI No. 01-2973-1992
+7

Referensi

Dokumen terkait

a) Admin &amp; HR membuat surat perjanjian kerja dengan masa percobaan selama tiga bulan dengan upah 80% antara pekerja dengan Perusahaan (General Manager). b)

Percakapan seksual dalam media yang populer di antara remaja LGB lebih sering muncul dalam bentuk percakapan hubungan heteroseksual atau percakapan mengenai ketertarikan

Konfigurasi jaring dirancang dengan mempertimbangkan efek perambatan kesalahan pada pengukuran sipatdatar. Pola jaring dalam suatu kawasan atau subsistem jaringan diusahakan

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat

Penelitian dilakukan di PT.Telkom, tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip Total Quality Management dan penerapan Total Quality Management apakah

visual ,dengan interval waktu setiap tugas shift /berkala.Pemeriksaan visual dilakukan pada saat sistem beroperasi.Jenis kegiatan yang dilakukan adalah pemeriksaan

Target dari kegiatan pelatihan dalam rangka program pengabdian kepada masyarakat ini adalah (1) Guru dan siswa di SMK NU Rogojampi dengan jumlah total peserta adalah