commit to user LAPORAN KHUSUS
KAJIAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA LINGKUNGAN (K3L) PADA
PROSES BLASTING DI AREA PERTAMBANGAN
BATUBARA PT. CIPTA KRIDATAMA
JOBSITE MAHAKAM SUMBER JAYA
KALIMANTAN TIMUR
Arief Aminuddin R.0008091
PROGRAM DIII HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
iii
PENGESAHAN PERUSAHAAN
Tugas Akhir dengan judul : Kajian Penerapan Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan (K3L) pada Proses Blasting di Area
Pertambangan Batubara PT. Cipta Kridatama Jobsite Mahakam Sumber Jaya Kalimantan Timur
Arief Aminuddin, NIM : R.0008091, Tahun : 2011
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Penguji Tugas Akhir
PT. Cipta Kridatama
Pada Hari ………….Tanggal ………….. 20 …….
OSHE Supervisor
commit to user
iv ABSTRAK
KAJIAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LINGKUNGAN (K3L) PADA PROSES BLASTING DI
AREA PERTAMBANGAN BATUBARA PT. CIPTA KRIDATAMA JOBSITE MAHAKAM SUMBER JAYA
KALIMANTAN TIMUR
Arief Aminuddin1, Sumardiyono2 dan Tarwaka3
Tujuan: Untuk mengetahui bagaimana penerapan manejemen risiko pada proses blasting
di PT. Cipta Kridatama Jobsite Mahakam Sumber Jaya Kalimantan Timur, efektivitas
penerapannya dan kesesuaiannya dengan OHSAS 18001:2007 klausul 4.3.1 “Hazard
Identification, Risk Assessment And Determining Controls” dan ISO 14001:2004 klausul
4.3.1 “Enviromental aspects”.
Metode: Kerangka pemikiran penelitian ini adalah bahwa aktivitas blasting di area pertambangan batubara mempunyai tingkat risiko tinggi yang dapat menyebabkan kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. Penilaian risiko dan pengendalian dilakukan untuk mengelola bahaya agar tingkat risiko masuk dalam kriteria dapat diterima. Sedangkan untuk bahaya yang tidak diterima dilakukan pengendalian lanjutan agar tingkat risiko turun. Hal ini kemudian dievaluasi untuk dinilai efektifitasnya sehingga pengendalian dapat terlaksana dengan baik.
Hasil: Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif yang memberikan gambaran pelaksanaan manajemen risiko yang terdiri dari identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko. Pengambilan data ini dilakukan melalui observasi langsung ke lapangan, wawancara kepada karyawan serta studi kepustakaan. Data kemudian dibahas untuk mengetahui penerapan dan efektifitas manajemen risiko serta kesesuaiannya dengan peraturan perundangan dan standar identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko
K3L (Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan).
Simpulan: Perusahaan telah melaksanakan manajemen risiko dalam proses blasting secara efektif sesuai dengan OHSAS 18001:2007 Klausul 4.3.1 “Hazard Identification, Risk
Assessment, And Determining Controls” dan ISO 14001:2004 Klausul 4.3.1 “Enviromental
Aspects”.
Kata kunci : Manajemen Risiko, Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko.
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirabbil ‘alamin, segala puja dan puji syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayat-Nya yang tercurah untuk hamba-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan khusus : “Kajian Penerapan Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3L) pada Proses Blasting di Area Pertambangan Batubara PT. Cipta Kridatama Jobsite Mahakam Sumber Jaya Kalimantan Timur”. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan pendidikan yang penulis tempuh di Program Studi D. III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. AA. Subijanto, dr., MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta periode sampai dengan Mei 2011.
2. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., S.Pd – KR – FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp.Ok, selaku Ketua Program D.III Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret periode sampai dengan Juni 2011.
4. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes selaku selaku Ketua Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
5. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes selaku Pembimbing I dalam penyusunan laporan ini.
6. Bapak Tarwaka, PGDip.Sc., M.Erg selaku Pembimbing II dalam penyusunan laporan
ini.
7. Bapak Johannes Simanjuntak, selaku Coorporate OSHE Manager PT. Cipta Kridatama
terima kasih telah memperkenankan penulis melaksanakan magang di PT. Cipta Kridatama site Mahakam Sumber Jaya.
8. Ibu Ermy Winarjati, selaku HRD and GA Manager PT. Cipta Kridatama yang telah menerima penulis untuk melaksanakan magang di PT. Cipta Kridatama ini.
9. Bapak Yoedi Winandar, selaku Project Manager PT. Cipta Kridatama site Mahakam Sumber Jaya yang telah menerima dan memperkenankan penulis untuk magang selama 3 bulan di PT. Cipta Kridatama site Mahakam Sumber Jaya.
10.Bapak Muhammad Saliman selaku Safety Supervisor sekaligus pembimbing I di perusahaan, terima kasih banyak atas bantuan dan bimbingannya.
11.Seluruh keluarga besar PT. Cipta Kridatama site Mahakam Sumber Jaya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terima kasih atas bimbingannya.
12.Ayah dan Bunda terima kasih atas untaian doa, dukungan dan curahan kasih sayangnya yang tiada hentinya mengalir untuk penulis.
13.Ade terima kasih atas kesetiaan dan kesabaranmu memberi semangat dalam setiap langkahku.
commit to user
vi
Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis demi penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Surakarta, Mei 2011 Penulis,
commit to user
vii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
A. Tinjauan Pustaka ... 7
1. Tempat kerja ... 7
2. Aktivitas Kerja ... 8
3. Sumber Bahaya ... 8
4. Kecelakaan Kerja ... 13
commit to user
viii
6. Risiko Kecelakaan Kerja ... 20
7. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 22
8. Manajemen Risiko ... 23
B. Kerangka Pemikiran ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
A. Metode Penelitian ... 37
B. Lokasi Penelitian ... 37
C. Obyek dan Ruang Lingkup Penelitian ... 37
D. Sumber Data ... 38
E. Teknik Pengumpulan Data ... 38
F. Pelaksanaan ... 39
G. Analisa Data ... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Hasil Penelitian ... 41
B. Pembahasan ... 59
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 108
A. Simpulan ... 108
B. Saran ... 111
DAFTAR PUSTAKA ... 112
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai Peluang ... 55
Tabel 2. Nilai Frekuensi ... 55
Tabel 3. Nilai Keparahan ... 56
Tabel 4. Penggolangan Nilai Risiko ... ` 57
Tabel 5. Profil Bahaya dengan Pengendalian Belum Efektif ... 94
Tabel 6. Pengendalian Non Acceptable Bahaya Premature Blast ... 95
Tabel 7. Pencapaian Penerapan Klausul 4.3.1 OHSAS 18001 : 2007 ... 101
Tabel 8. Kriteria Pencapaian Klausul 4.3.1 OHSAS 18001 : 2007 ... 102
Tabel 9. Pencapaian Penerapan Klausul 4.3.1 ISO 14001 : 2004 ... 106
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Teori Domino ... 14
Gambar 2 Teori Gunung Es ... 21
Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran ... 36
Gambar 4. Bagan Proses Blasting di PT. Cipta Kridatama
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Form Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko K3L PT.
Cipta Kridatama.
Lampiran 2. HIRADC Drill & Blast Departement PT. Cipta Kridatama bulan Maret 2011.
Lampiran 3. Flow Chart Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Industri pertambangan mengandung potensi dan faktor bahaya dengan
risiko tinggi. Hal ini dapat mengancam dan menimbulkan kerusakan harta
benda maupun korban cedera bahkan kematian. Perkembangan industri yang
semakin pesat dengan menggunakan peralatan-peralatan yang modern dan
canggih memberikan dampak risiko kecelakaan dan kerugian yang lebih besar.
Setiap proses produksi, peralatan/mesin dan tempat kerja yang
digunakan untuk menghasilkan suatu produk, selalu mengandung potensi
bahaya tertentu yang bila tidak mendapat perhatian secara khusus akan dapat
menimbulkan kecelakaan kerja. Potensi bahaya yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja dapat berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam
pelaksanaan operasi atau juga berasal dari luar proses kerja (Tarwaka, 2008).
Sumber-sumber bahaya perlu dikendalikan untuk mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk mengendalikan sumber-sumber
bahaya, maka sumber-sumber bahaya tersebut harus ditemukan dengan
melakukan identifikasi sumber bahaya potensial yang ada di tempat kerja
(Suma’mur, 1993).
Setelah sumber bahaya teridentifikasi, maka dilakukan penilaian tingkat
commit to user
diusahakan suatu pengendalian sampai tingkat yang aman untuk tenaga kerja
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan.
Pemerintah mengeluarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja yang menyebutkan bahwa setiap tenaga kerja
berhak mendapatkan keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan produktifitas nasional dan dikeluarkannya. Keputusan
Menteri Pertambangan dan Energi No.555K/26/MPE/1995 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pertambangan Umum. Hal ini
merupakan bukti bahwa Pemerintah telah memberikan perhatian yang besar
terhadap perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dalam
kegiatan industri khususnya dalam industri pertambangan.
Prosedur identifikasi bahaya, penilaian risiko dan kontrol pengendalian
telah masuk dalam persyaratan pemenuhan K3 secara internasional. Standar
OSHAS 18001 : 2007 merupakan standar internasional yang mengatur
pemenuhan sertifikasi persyaratan K3. Salah satu klausul yang termuat di
dalamnya adalah klausul 4.3.1 yaitu “Hazard Identification, Risk Assessment,
And Determining Controls. Yang menyebutkan organisasi harus menetapkan
mengimplementasikan dan memelihara prosedur untuk melakukan identifikasi
bahaya dari kegiatan yang sedang berjalan, penilaian risiko dan menetapkan
pengendalian yang diperlukan.
Standar yang lain adalah ISO 14001:2004, yang lebih spesifik untuk
ruang lingkup pengelolaan lingkungan. Di dalamnya terdapat klausul 4.3.1
commit to user
mengimplementasikan, dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi aspek
lingkungan kegiatan, produk dan jasa dalam lingkup sistem manajemen
lingkungan serta menetukan aspek yang mempunyai dampak penting terhadap
lingkungan.
Dalam operasi penambangan batubara melibatkan berbagai proses
pendukung. Proses blasting merupakan proses pendukung yang penting akan
tetapi mempunyai potensi bahaya yang sangat besar. Aktivitas tersebut dapat
mengancam keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, unit kerja maupun
masyarakat sekitar area operasi penambangan.
Sebuah makalah yang dibuat oleh peneliti dari US Mine Safety and
Health Administration pada tahun 2001 menunjukkan bahwa terdapat empat
kategori utama kecelakaan kerja yang berhubungan dengan peledakan, yaitu
keselamatan dan keamanan lokasi peledakan, batu terbang atau flying rock,
peledakan prematur (premature blasting) dan peledakan mangkir(misfre).
Kasus kecelakaan kerja dalam peledakan akibat flying rock yang
terjadi di PT. Adaro Indonesia (perusahaan tambang batubara di Kalimantan
Selatan) yang mengakibatkan kematian seorang juru ledak pada sekitar
Desember 2007 lalu merupakan salah satu bukti bahwa kecelakaan kerja
dalam operasi peledakan merupakan risiko tinggi yang wajib dikendalikan
dengan sebaik-baiknya.
PT. Cipta Kridatama Jobsite Mahakam Sumber Jaya dalam
operasional produksinya selalu melibatkan aktivitas blasting sehingga telah
commit to user
jalur perlintasan jalan akses menuju pemukiman penduduk menyebabkan
manajemen pengelolaan bahaya dengan risiko yang tinggi ini harus dilakukan
dengan tepat. Kegagalan pengendalian bahaya ini dapat berakibat fatal baik
luka/ kematian pada manusia, kerusakan pada unit kerja maupun pencemaran
terhadap lingkungan. Berdasarkan latar belakang diatas penulis mencoba
untuk memberikan gambaran penerapan identifikasi potensi bahaya dan upaya
pengendalian yang akan digunakan untuk membuat laporan dengan judul ”
Kajian Penerapan Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan pada Proses Blasting di Area Pertambangan Batubara PT.
Cipta Kridatama Jobsite Mahakam Sumber Jaya Kalimantan Timur ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas
maka dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penerapan manajemen risiko pada proses blasting di area
pertambangan batubara PT. Cipta Kridatama Jobsite Mahakam Sumber
Jaya?
2. Bagaimanakah efektifitas penerapan manajemen risiko pada proses
blasting tersebut?
3. Apakah penerapan manajemen risiko tersebut telah sesuai dengan OHSAS
18001 : 2007 Klausul 4.3.1” Hazard Identification, Risk Assessment And
Determining Control” dan ISO 14001 : 2004 Klausul 4.3.1
commit to user C. Tujuan Penelitian
Dalam praktek kerja lapangan ini, penulis melakukan penelitian yang
bertujuan untuk :
1. Mengetahui penerapan manajemen risiko proses blasting di area
pertambangan batubara PT. Cipta Kridatama Jobsite Mahakam Sumber
Jaya.
2. Mengetahui efektifitas penerapan manajemen risiko pada proses blasting
tersebut?
3. Mengetahui kesesuaian penerapan manajemen risiko tersebut dengan
OHSAS 18001 : 2007 Klausul 4.3.1” Hazard Identification, Risk
Assessment And Determining Control” dan ISO 14001 : 2004 Klausul
4.3.1 “Environmental Aspects”.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Bagi Mahasiswa
a. Dapat menambah pengetahuan tentang penerapan manajemen risiko
proses blasting di area pertambangan batubara PT. Cipta Kridatama
Jobsite Mahakam Sumber Jaya.
b. Dapat mengetahui efektifitas penerapan manajemen risiko proses
blasting tersebut?
c. Dapat mengetahui kesesuaian penerapan manajemen risiko tersebut
commit to user
Risk Assessment And Determining Control” dan ISO 14001 : 2004
Klausul 4.3.1 “Environmental Aspects”.
2. Bagi Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Untuk menambah kepustakaan tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, khususnya mengenai penerapan manajemen risiko dalam proses
blasting di area penambangan PT. Cipta Kridatama Jobsite Mahakam
Sumber Jaya.
3. Bagi Perusahaan
Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan masukan yang
berarti bagi perusahaan dan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi,
khususnya mengenai penerapan manajemen risiko dalam proses blasting
commit to user
7 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tempat Kerja
Tempat kerja merupakan salah satu aspek yang penting dalam
penyelenggaraan kegiatan kerja. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 1 ayat 1, yang dimaksud tempat
kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga
kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan,
lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau
yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
Tempat-tempat kerja tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti
pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa dan
lain-lain (Suma’mur, 2009).
Tambang adalah suatu tempat kegiatan penambangan yang dilakukan
untuk mendaptakan bahan galian. Tambang permukaan adalah suatu sistem
penambangan untuk mendapatkan bahan galian yang kegiatannya dilakukan
di atas permukaan tanah atau dari atas permukaan air (Kepmentamben
commit to user 2. Aktivitas Kerja
Aktivitas kerja dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Aktivititas rutin adalah aktivitas yang secara rutin dilakukan dalam suatu
interval waktu tertentu atau aktivitas tersebut sudah secara rutin
merupakan rangkaian dari suatu kegiatan misalnya loading, hauling,
dumping dan lain-lain.
b. Aktivititas non rutin / tidak rutin adalah aktivitas yang dilakukan dalam
waktu-waktu tertentu yang tidak dapat diprediksi interval waktunya
misalnya kegiatan konstruksi pembangunan workshop,
mobilisasi/demobilasasi unit dan lain-lain (Cipta Kridatama, 2010).
3. Sumber Bahaya
Bahaya merupakan sesuatu keadaaan yang memngkinkan atau
berpotensi terhadap terjadinya kejadian kecelakaan berupa cidera, penyakit,
kematin, kerusakan atau ketidakmampuan melaksanakan fungsi operasional
yang telah ditetapkan (Tarwaka, 2008).
Bahaya pekerjaan adalah factor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang
dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika
faktor–faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan (Suma’mur, 1996).
Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan (energi, tindakan, kondisi) yang
memungkinkan atau dapat menimbulkan cidera, penyakit, kematian ataupun
kerusakan harta benda termasuk didalamnya adalah kerusakan lingkungan,
termasuk dalam definisi bahaya ini adalah aspek lingkungan (Cipta
commit to user
Sumber potensi bahaya merupakan faktor penyebab kerja yang dapat
ditentukan dan dikendalikan. Sumber-sumber bahaya berasal dari :
a. Manusia
Termasuk pekerja dan manajemen. Kesalahan utama sebagian besar
kecelakaan, kerugian, atau kerusakan terletak pada karyawan yang kurang
bergairah, kurang terampil, kurang tepat, terganggu emosinya yang pada
umumnya menyebabkan kecelakaan dan kerugian (Bennet N.B Silalahi
dan Rumondang B. Silalahi, 1995).
b. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam suatu proses dapat menimbulkan
bahaya jika tidak digunakan sesuai fungsinya, tidak ada latihan tentang
penggunaan alat tersebut, tidak dilengkapi dengan pelindung dan
pengaman serta tidak ada perawatan atau pemeriksaan. Perawatan atau
pemeriksaan dilakukan agar bagian dari mesin atau alat yang berbahaya
dapat dideteksi sedini mungkin (Syukri Sahab, 1997).
c. Bahan
Menurut Syukri Sahab (1997) bahaya dari bahan meliputi berbagai
risiko sesuai dengan sifat bahan, antara lain :
1) Mudah terbakar.
2) Mudah meledak.
3) Menimbulkan energi.
4) Menimbulkan kerusakaan pada kulit dan jaringan tubuh.
commit to user
6) Menyebabkan kelainan pada janin.
7) Bersifat racun.
8) Radioaktif.
Sedangkan tingkat bahaya yang ditimbulkan menurut Soeripto
(1995) tergantung pada :
1) Bentuk alami bahan atau energi yang terkandung.
2) Berapa banyak terpapar bahan atau energi tersebut.
3) Berapa lama terpapar bahan atau energi tersebut.
d. Proses
Bahaya yang timbul dari faktor proses tergantung dari teknologi
yang dipakai. Proses yang dilakukan dengan menggunakan peralatan
sederhana dan peralatan yang komplek/ rumit mempunyai potensi bahaya
yang berbeda. Dalam suatau proses sering digunakan faktor tambahan
yang dapat memperbesar faktor risiko bahaya. Dari proses produksi
terkadang timbul debu, asap, panas, bising, dan bahaya mekanis seperti
tangan terjepit, terpotong, memar, tertimpa bahan. Hal tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tingkat
bahaya dari proses ini tergantung pada teknologi yang digunakan (Syukri
Sahab, 1997).
e. Cara kerja
Cara kerja mempunyai efek bahaya baik terhadap karyawan sendiri
commit to user
1) Cara mengangkat dan mengangkut, apabila terjadi kesalahan akan
mengakibatkan cidera (umumnya cidera tulang belakang).
2) Cara kerja yang salah dapat menyebabkan hamburan pertikel (debu,
serbuk logam), percikan api serta tumpahan bahan kimia.
3) Memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara
pemakaian yang salah.
f. Lingkungan kerja
Terdiri atas :
1) Fisik
a) Temperatur
Kondisi tempat kerja yang terlalu panas dapat menyebabkan
tenaga kerja cepat lelah, karena kehilangan cairan dan garam dalam
tubuh. Bila suhu lingkungan/tempat kerja berlebih maka suhu
tubuh akan meningkat yang akan menyebabkan gangguan
kesehatan dan hilangnya konsentrasi. Sedangkan untuk suhu yang
dingin akan menyebabkan tenaga kerja mudah sakit, karena daya
tahan tubuh menurun.
b) Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak diinginkan atau suara
yang intensitasnya melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu 85
dB selama 8 jam sehari atau 40 jam perminggu. Dengan kondisi
melebihi NAB secara tidak langsung akan mempengaruhi alat
commit to user
fisik. Pada awalnya gangguan tersebut bersifat sementara tapi
kemudian berubah menjadi permanen.
a) Penerangan
Penerangan yang intensitasnya kurang memadai atau
menyilaukan akan menyebabkan kelelahan pada mata yang pada
akhirnya akan menyebabkan rasa kantuk dan hal ini dapat
menyebabkan kecelakaan pada operator.
b) Getaran
Getaran yang berlebih akan dapat menyebabkan kelainan
pada sistem peradaran darah, saraf, sendi dan tulang punggung.
c) Radiasi
Radiasi dapat menyebabkan kelainan pada tubuh dan dapat
menaikan suhu tubuh sehingga akan menimbulkan hal-hal seperti
efek panas di atas.
2) Kimia
Sumber bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari
bahan-bahan yang di pakai maupun yang digunakan selama proses produksi
yang terhambur, tercecer ke lingkungan kerja akibat dari instalasi dan
penanganan yang kurang memadai. Sumber bahan kimia dapat
mengakibatkan gangguan lokal dan sistematik. Gejala yang timbul
commit to user 3) Biologis
Sumber bahaya yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan/
penyakit akibat kerja atau penyakit umum. Sumber bahaya biologis
dapat berupa jasad renik, gangguan serangga dan gangguan lain.
4) Fisiologis
Gangguan ini bersifat faal dapat diakibatkan karena overload dan
peralatan yang tidak sesuai atau tidak serasi dangan tenaga kerja.
5) Psikologis
Ganguan psikologis dapat terjadi karena adaya pressure ditempat
kerja, hubungan kerja yang tidak harmonis. Gangguan ini dapat
berupa gangguan fisik (tekanan darah, eksim, dan sebagainya)
(Suma’mur, 2009).
4. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan. Tak terduga oleh karena di belakang peristiwa itu tidak
terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak
diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun
penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat.
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan
dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat
berarti bahwa kecelakaan terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada
commit to user
Kecelakaan tambang adalah setiap kecelakaan yang menimpa
pekerja tambang atau orang yang menimpa pekerja tambang atau orang
yang mendapt izin masuk pada kegiatan usaha pertambangan
(Kepmentamben 555/1995).
Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindakan
manusia yang tidak aman (unsafe action) dan keadaan lingkungan yang
tidak aman (unsafe condition). Dari penyelidikan-penyelidikan, ternyata
faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan sangat penting. Selalu ditemui
dari hasil-hasil penelitian, bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh
kelalaian atau kesalahan manusia. Bahkan ada suatu pendapat, bahwa
penyebab langsung atau tidak langsung semua kecelakaan adalah
dikarenakan faktor manusia (Suma’mur, 1993).
Teori terjadinya kecelakaan kerja dirumuskan oleh Heinrich dan
kemudian disempurnakan oleh Frank E. Bird. Teori tersebut dikenal
dengan Teori Domino. Dalam teori sederhana ini dinyatakan bahwa
kecelakaan tidak datang dengan sendirinya, ada serangkaian peristiwa
sebelumnya yang mendahului adanya suatu kecelakaan, dalam teori ini
rangkaian peristiwa tersebut digambarkan sebagai rangkaian kartu domino.
Pada buku Practical Loos Control Leadership (1986), Frank E.
Bird dan Germain menggambarkan urutan-urutan kejadian yang saling
berhubungan dan berakhir pada kerugian yaitu cidera, kerusakan peralatan
atau terhentinya proses.
commit to user
Untuk lebih detailnya, diagram alur tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut ini :
a. Kurangnya Sistem Pengendalian (Lack of Control)
Kurangnya kontrol merupakan urutan pertama menuju terjadinya
kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerugian. Kontrol merupakan
salah satu fungsi utama dari manajemen yaitu: Planning, Organizing,
Leading, dan Controling.
Tanpa manajemen pengendalian yang kuat, penyebab kecelakaan
dan rangkaian efek akan dimulai dan memicu faktor penyebab kerugian.
Kurangnya pengendalian dapat disebabkan karena faktor :
1) Program yang tidak memadai.
2) Standar program yang tidak memadai.
3) Tidak ada pemenuhan terhadap standar.
Domino pertama akan jatuh pada pihak manajemen yang tidak
mampu mengorganisasi, memimpin dan mengontrol pekerja dalam
commit to user
b. Penyebab Dasar (Basic Cause)
Dari adanya kontrol yang tidak memadai akan menyebabkan
timbulnya peluang pada penyebab dasar dari kejadian yang
menyebabkan kerugian.
Penyebab dasar terdiri dari :
1) Faktor manusia
Kurangnya kemampuan fisik atau mental, kurangnya pengetahuan,
keterampilan, stress atau tegang, atau motivasi yang keliru.
2) Faktor pekerjaan
Adanya standar kerja tidak cukup, rancang bangun dan
pemeliharaan yang tidak memadai, standar pembelian yang kurang
atau lain-lain.
c. Penyebab Langsung (Immediate Cause)
Jika penyebab dasar terjadi, maka terbuka peluang untuk menjadi
tindakan dan kondisi tidak aman.
1) Tindakan tidak aman (Unsafe Action)
Tindakan tidak aman adalah pelanggaran terhadap cara kerja yang
aman yang mempunyai risiko terjadinya kecelakaan ,antara lain :
a) Menjalankan sesuatu tanpa izin.
b) Gagal mengingat atau mengamankan.
c) Menjalankan sesuatu peralatan dengan kecepatan yang tidak
sesuai.
commit to user
e) Menggunakan peralatan dangan cara tidak benar.
f) Tidak menggunakan alat pelindung diri.
g) Cara memuat dan membongkar tidak benar.
h) Cara mengangkat yang tidak benar.
i) Posisi yang tidak betul.
j) Menggunakan peralatan yang rusak.
2) Kondisi tidak aman (Unsafe Condition)
Adalah kondisi fisik yang berbahaya dan keadaan yang berbahaya
yang langsung membuka peluang terjadinya kecelakaan sebagai
berikut :
a) Pengaman atau pelindung yang tidak cukup.
b) Alat, peralatan atau bahan yang rusak.
c) Penyumbatan.
d) Sistem peringatan yang tidak memadai.
e) Bahaya kebakaran dan peledakan.
f) Kurang bersih.
g) Kondisi yang berbahaya seperti : debu, gas dan uap.
h) Kebisingan yang berlebih.
i) Kurangnya ventilasi dan penerangan.
j) Kejadian (Incident).
d. Insiden
Insiden terjadi oleh karena adanya kontak dengan suatu sumber energi
commit to user
Sumber energi ini dapat berupa tenaga mekanis, tenaga kinetis, kimia,
listrik, dsb.
Insiden adalah suatu kondisi yang dapat menyebabkan hampir
terjadinya suatu kerugian meskipun kondisi bahaya belum benar-benar
terjadi. Insiden dapat menyebabkan cidera fisik atau kerusakan benda
digolongkan sesuai dengan tipe-tipe kecelakaan yang terjadi, seperti:
terjatuh, terbentur, terpeleset, terperangkap, terkena listrik, panas, dingin,
kebisingan dan bahaya lainya.
e. Kerugian (Loss)
Apabila keseluruhan urutan di atas terjadi, maka akan menyebabkan
adanya kerugian terhadap manusia, harta benda dan akan mempengaruhi
produktifitas dan kualitas kerja.
Dengan kata lain, kecelakaan akan mengakibatkan cidera dan atau
mati, kerugian harta benda bahkan sangat mempengaruhi moral pekerja
termasuk keluarganya.
5. Prinsip Pencegahan Kecelakaan
Dapat dipastikan bahwa semua orang/ tenaga kerja tidak
menginginkan kecelakaan atau mengalami kerusakan pada harta benda.
Tapi berdasarkan hasil data kecelakaan ternyata banyak tenaga kerja yang
dengan sadar melakukan hal-hal yang menyerempet bahaya, meskipun
mereka tidak menginginkan terjadinya kecelakaan.
Adapun langkah-langkah penanggulangan kecelakaan kerja dapat
commit to user
a. Peraturan Perundang-undangan
Ketentuan dan syarat K3 mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan,
tehnik dan teknologi, penerapan ketentuan dan syarat K3 sejak tahap
rekayasa dan penyelenggaraan pengawasan dan pemantauan
pelaksanaan K3.
b. Standarisasi
Standar K3 maju akan menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan K3.
c. Inspeksi
Suatu kegiatan pembuktian sejauh mana kondisi tempat kerja masih
memenuhi ketentuan dan persyaratan K3.
d. Riset Teknis, Medis, Psikologis dan Statistik
Riset/ penelitian untuk menunjang tingkat kemajuan bidang K3 sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan, tehnik dan teknologi.
e. Pendidikan dan Latihan
Peningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan dan ketrampilan K3 bagi
tenaga kerja.
f. Persuasi
Cara penyuluhan dan pendekatan di bidang K3, bukan melalui
penerapan dan pemaksaan melalui sanksi-sanksi.
g. Asuransi
Insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan dengan
pembayaran premi yang lebih rendah terhadap perusahaan yang
commit to user
h. Penerapan K3 di Tempat Kerja
Langkah-langkah pengaplikasikan di tempat kerja dalam upaya
memenuhi syarat-syarat K3 di tempat kerja.
(Suma’mur, 1993)
6. Risiko Kecelakaan Kerja
Risiko adalah satu kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian
pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu (Tarwaka, 2008).
Kerugian dapat di akibatkan dari kecelakaan, secara rinci
dijabarkan sebagai Teori Gunung Es. Dalam teori tersebut dinyatakan
terdapat dua biaya yang harus di keluarkan, yaitu :
a. Biaya Langsung
Biaya langsung meliputi kecelakaan :
1) Perawatan dokter.
2) Biaya kompensasi.
b. Biaya Tidak langsung
Biaya tak langsung meliputi :
1) Kerusakan dan kerugian harta benda,meliputi :
a) Kerusakan Bangunan.
b) Kerusakan Perkakas.
c) Kerusakan hasil produksi dan material.
d) Gangguan dan keterlambatan produksi.
e) Biaya untuk pemenuhan aturan.
commit to user g) Biaya sewa peralatan.
h) Waktu untuk penyelidikan.
2) Biaya yang lain, meliputi :
a) Gaji selama tidak bekerja.
b) Biaya penggantian dan atau pelatihan.
c) Overtime.
d) Ekstra untuk supervisor.
e) Penurunan hasil kerja bagi yang celaka sewaktu mulai bekerja.
f) Menurunnya bisnis.
Dari uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa biaya
tidak langsung akibat kecelakaan lebih tinggi dibandingkan dengan
biaya langsung. Kedua biaya tersebut dapat digambarkan sebagai
“Biaya Gunung Es”. Biaya langsung yaitu digambarkan sebagai
bongkahan es yang terlihat diatas permukaan laut, sedangkan biaya
tak langsung digambarkan sebagai bongkahan gunung es yang
berada dibawah permukaan laut yang lebih besar, seperti pada
commit to user
7. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
a. Pengertian Umum
Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofis adalah suatu upaya
dan pemikiran untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani
maupun rohani diri manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada
khususnya beserta hasil karya menuju masyarakat yang adil, makmur dan
sejahtera (Tarwaka, 2008).
Sedangkan secara keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja adalah
ilmu dan penerapannya secara teknis dan teknologis untuk melakukan
pencegahan terhadap munculnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja dari setiap pekerjaan yang dilakukan (Tarwaka, 2008).
Keselamatan dan kesehatan kerja secara hukum merupakan suatu
upaya perlindungan agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang
memasuki tempat kerja senantiasa dalam keadaan sehat dan selamat serta
sumber-sumber proses produksi dapat dijalankan secara aman, efisien dan
produktif (Tarwaka, 2008).
b. Tujuan Usaha Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1) Agar tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada di tempat kerja
selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
2) Agar sumber-sumber produksi dapat diakui dan digunakan secara
aman dan efisien.
3) Agar proses produksi dapat berjalan lancar tanpa hambatan apapun
commit to user
c. Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja ditetapkan sesuai dengan
Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3
mengenai Syarat-syarat Keselamatan Kerja antara lain :
1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan, bahaya peledakan dan
kebakaran.
2) Mencegah dan mengurangi timbulnya penyakit akibat kerja.
3) Mencegah dan mengurangi kematian, cacat tetap dan luka ringan.
4) Mengamankan material bangunan, mesin, pesawat, bahan, alat kerja
lainnya.
5) Meningkatkan produktivitas.
6) Mencegah pemborosan tenaga kerja dan modal.
7) Menjamin tempat kerja yang aman.
8) Mempelancar, meningkatkan, mengamankan sumber, dan proses
produksi.
8. Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah suatu budaya, proses, dan struktur dalam
mengelola suatu risiko secara efektif dan terencana dalam suatu sistem
manajemen yang baik (Soehatman, 2010).
Manajemen risiko erat hubungannya dengan manajemen K3.
Keberadaan risiko dalam kegiatan proses produksi mendorong perlunya upaya
commit to user
manajemen risiko merupakan bagian tak terpisahkan dari manajemen K3
seperti dua sisi mata uang.
Menurut Permenaker No.5/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen K3
menyebutkan bahwa identifikasi bahaya, penilaian risiko dari kegiatan, produk
barang dan jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk
memenuhi kebijakan keselamatanndan kesehatan kerja. Untuk itu harus
ditetapkan dan dipelihara prosedurnya. SMK3 menempatkan manajemen
risiko sebagai salah satu elemen penting dalam manajemen K3.
Dalam sistem manajemen K3 yang berlaku secara global yaitu OHSAS
18001 mengandung klausul yang menyatakan bahwa organisasi harus
menetapkan mengimplemantasikan dan memelihara prosedur untuk
melakukan identifikasi bahaya dari kegiatan yang sedang berjalan, penilaian
risiko dan menetapkan pengendalian yang diperlukan. Hal ini juga
mencerminkan bahwa manajemen risiko merupakan elemen penting dalam
manajemen K3.
Sedangkan pengelolaan kegiatan produksi akan berakibat
menimbulkan efek terhadap lingkungan. Menurut ISO 14001 menyatakan
bahwa organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur
untuk mengidentifikasi aspek lingkungan kegiatan, produk dan jasa dalam
lingkup sistem manajemen lingkungan yang dapat dikendalikan dan dapat
dipengaruhi dengan memperhitungkan pembangunan yang direncanakan atau
baru, kegiatan produk dan jasa yang baru, atau yang diubah dan menentukan
commit to user
lingkungan. Aspek lingkungan juga merupakan bagian tak terpisahkan dari
manajemen risiko dan manajemen K3.
Manajemen risiko menurut ketiga standar K3L diatas, terdiri dari 3
bagian yaitu Hazard Identification (Identifikasi Bahaya), Risk Assesment
(Penilaian Risiko) dan Determining Control (Penetapan Pengendalian) atau
sering disebut HIRADC.
Berdasarkan hasil evaluasi dan kajian HIRADC, perusahaan
mengembangkan sasaran K3, kebijakan K3 dan program kerja untuk
mengelola risiko tersebut. Dengan demikian basis dari pengembangan
manajemen K3 adalah manajemen risiko (Soehatman, 2010).
Pelaksanaan HIRADC dalam proses manajemen risiko di setiap area/
proses produksi mengacu pada hierarki pengendalian. Dengan cara :
a. Menguraikan kegiatan kerja yang melibatkan material, proses produksi
dan produk pada aktivitas bisnis perusahaan.
b. Menemukan titik-titik bahaya dan aspek lingkungan yang ada pada
aktivitas bisnis perusahaan secara umum dan setiap section secara khusus.
c. Menentukan dampak potensial akibat dari bahaya dan aspek lingkungan
dari aktivitas perusahaan.
d. Melakukan pengendalian terhadap dampak potensial yang teridentifikasi.
e. Menentukan nilai risiko yang tergolong risiko low, medium, high & very
high.
f. Menentukan tingkat risiko tergolong di terima atau tidak diterima pada
commit to user
g. Mempertahankan dan meningkatkan pengendalian terhadap bahaya yang
mempunyai tingkat risiko diterima.
h. Melakukan tindakan pengendalian lanjutan terhadap bahaya yang
mempunyai tingkat risiko tidak diterima sehingga nilai risikonya turun
menjadi tingkat risiko diterima (Cipta Kridatama, 2010).
Penyusunan HIRADC di PT. Cipta Kridatama merupakan tanggung
jawab tim HIRADC yang terdiri dari perwakilan dari setiap departemen.
Sedangkan penanggungjawab tim HIRADC masing-masing departemen
adalah Kepala Departemen tersebut. Hal ini dimaksudkan agar penyusunan
HIRADC tersebut dapat dilakukan dengan tepat sesuai dengan pekerjaan
masing-masing departemen serta bahaya yang terkandung didalamnya.
Penunjukan anggota tim HIRADC oleh Kepala Departemen harus
dengan penunjukkan resmi yang disetujui oleh Project Manager (PM)
dan Management Representative (MR). Anggota tim HIRADC harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Mengetahui proses yang terkait dengan HIRADC yang disusun dan
mempunyai kompetensi dalam pembuatan HIRADC.
b. Minimal sudah pernah mengikuti pelatihan pembuatan HIRADC yang
dilaksanakan oleh suatu lembaga pelatihan yang terakreditasi atau
mengikuti pelatian yang dilakukan secara internal perusahaan.
c. Jika pelatihan HIRADC dilakukan secara internal perusahaan maka
commit to user
sudah pernah mengikuti pelatihan internal auditor OHSAS 18001/ISO
14001 oleh lembaga yang terakreditasi atau seorang Ahli K3.
Tim HIRADC yang sudah dibentuk tersebut mempunyai tugas secara
rinci adalah sebagai berikut :
a. Melakukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko sesuai dengan
prosedur yang berlaku bersama dengan narasumber yang terkait.
b. Membuat usulan tindakan perbaikan (form Register Tindakan Perbaikan/
Pencegahan).
c. Melakukan update HIRADC.
d. Mendokumentasikan dokumen identifikasi bahaya dan penilaian risikonya
serta dokumen pendukung lainnya.
Setelah HIRADC selesai dibuat, Kepala Departemen bersama dengan
personel SHE Department akan mereview hasil tersebut. Apabila ada revisi,
maka harus segera dirubah dan bila tidak maka SHE Department dan Project
Manager akan memberikan approval. Selanjutnya copy dokumen HIRADC
diserahkan kepada SHE Department untuk didokumentasikan dan sebagai
bahan menyusun program K3. Hasil HIRADC akan disosialisasikan kepada
karyawan lainnya melalui komunikasi K3. Tindakan pengendalian yang
direkomendasikan dalam HIRADC akan dilaksanakan dan dibuat dalam
bentuk program kerja K3L yang memadai serta dievaluasi pelaksanaannya dan
kesesuaiannya secara berkala dalam rapat tinjauan manajemen. HIRADC
commit to user a. Non periodik, dilakukan pada saat :
1) Kondisi bahaya, tingkat risiko, dan tindakan pengendalian sudah
tidak sesuai lagi.
2) Terjadi Insiden yang mempengaruhi penilaian risiko
3) Terjadi perubahan baik dalam proses, modifikasi peralatan, material
atau peraturan perundangan K3L yang terkait.
4) Dilakukan pembelian peralatan dengan spesifikasi baru yang
dioperasikan di site.
5) Adanya tuntutan dari peraturan perundangan dan peraturan K3L
lainnya yang harus diterapkan.
6) Adanya temuan dari hasil Audit internal ataupun External apabila
terjadi perubahan proses misalnya perubahan design, perubahan
standard dan metode kerja, perubahan penggunaan bahan, modifikasi,
penambahan equipment. Apabila terjadi insiden pada suatu aktivitas
kerja, maka HIRADC pada aktivitas kerja tersebut harus ditinjau
ulang.
b. Periodik dilakukan setiap enam bulan sekali :
1) Penilaian risiko residual dilakukan setelah adanya tindakan
pengendalian lanjutan (form HIRA).
2) Hasil analisa bahaya yang dilaporkan melalui Hazard Report,
Inspeksi, PTL dan media lainnya digunakan sebagai bahan untuk
melakukan tinjauan ulang terhadap hasil HIRA yang telah disusun.
commit to user
Tahap-tahap Manajemen Risiko yang dilasanakan di PT. Cipta Kridatama
adalah sebagai berikut:
a. Inventarisasi Kegiatan Kerja
Proses awal Manajemen Risiko dilakukan dengan inventarisasi
pekerjaan. Tim HIRADC setiap departemen bertanggungjawab untuk
menginvetarisasi kegiatan kerja/ aktivitas kerja yang ada pada departemen
terkait. Ini adalah langkah kritis, karena jenis dan bentuk bahaya yang
akan teridentifikasi muncul dari inventarisasi kegiatan kerja.
Oleh karena itu tim HIRADC yang terlibat dalam inventarisasi
kegiatan kerja haruslah orang yang berpengalaman dan mengerti betul
keadaan jenis pekerjaan dan bahaya terkait. Inventarisasi kegiatan kerja
tidak berhenti pada pekerjaan yang terkait langsung dengan pekerjaan
mereka, namun juga termasuk efek dari kondisi fasilitas dan kegiatan
pihak lain yang mungkin bersinggungan dengan operasi mereka.
b. Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan
untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai
penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin
timbul di tempat kerja (Tarwaka, 2008).
Identifikasi bahaya adalah proses untuk mengenali bahaya yang
ada dan mendefinisikan sifat-sifatnya (Cipta Kridatama, 2010).
Pada tahap ini konsentrasi tim yang optimal dibutuhkan. Mengingat
commit to user
pelatihan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko pada sesi tersendiri.
daftar peserta pelatihan HIRADC tersedia di SHE department dan
salinannya ada pada setiap section yang terkait.
Identifikasi bahaya dilihat secara terpisah pada setiap kegiatan kerja,
mencakup bahaya terhadap manusia, alat kerja dan lingkungan kerja.
Secara sistematis sumber bahaya bisa dibedakan menjadi 2 yaitu potensi
bahaya dan faktor bahaya. Adapun macam faktor-faktor bahaya antara lain
faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis, faktor fisiologis dan faktor
psikologis. Sedangkan Potensi bahaya berasal dari tindakan maupun
kondisi yang tidak aman.
c. Identifikasi Efek Bahaya
Efek bahaya mencakup dampak terhadap manusia, alat kerja dan
lingkungan kerja. Asumsi yang digunakan oleh tim harus asumsi terparah
yang mungkin terjadi sebagai akibat kecelakaan, namun tetap dalam
batasan yang logis dan realistis.
d. Penilaian Risiko
Risiko adalah Kombinasi antara :
1) Probability : Kemungkinan terjadinya insiden atau dampak yang
mengakibatkan cidera, PAK, kerusakan harta benda atau dampak
lingkungan yang merugikan yang disebabkan oleh suatu kejadian
berbahaya atau paparan bahaya atau aspek lingkungan.
2) Frequency : Keseringan kejadian berbahaya atau paparan bahaya atau
commit to user
3) Severity : Keparahan dari cidera, PAK, kerusakan harta benda atau
dampak lingkungan yang merugikan yang disebabkan oleh suatu
kejadian berbahaya atau paparan bahaya atau aspek lingkungan.
(Cipta Kridatama, 2010)
Penilaian risiko dilakukan dengan mempertimbangkan 3 aspek
penting diatas yaitu peluang (probabilitas), keseringan (frequency) dan
keparahan (severitas). Ketiganya berbanding lurus dengan nilai risiko itu
sendiri, artinya semakin tinggi nilai peluang, keseringan dan
keparahannya, maka nilai risikopun semakin tinggi.
1) Peluang (Probabilitas)
Peluang terjadinya kecelakaan dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu :
a) Siapa yang melakukan pekerjaan (jumlah pelaku dan
kompetensinya).
b) Serumit apakah pekerjaan yang dilakukan.
c) Dimana pekerjaan dilakukan (kompleksitas tempat kerja).
d) Kapan pekerjaan dilakukan (jam-jam menurunnya stamina dan
konsentrasi).
e) Bagaimana pekerjaan dilakukan (ada tidaknya prosedur baku).
f) Berapa lama pekerjaan tersebut (durasi pekerjaan).
g) Seberapa sering aktivitas tersebut ada (keterulangan pekerjaan).
h) Seberapa banyak jumlah beban kerja tersebut.
Hal-hal diatas akan memberikan kontribusi terhadap tinggi rendahnya
commit to user 2) Frekuensi (Keseringan)
Frekuensi menunjukkan tingkat keseringan suatu bahaya atau
paparan terjadi dalam suatu waktu tertentu. Nilai frekuensi dapat
ditetapkan misalnya keseringan dalam durasi tahunan, bulanan,
mingguan dan harian.
3) Keparahan (Severitas)
Severitas menunjukkan tingkat keparahan yang harus diderita
jika kecelakaan benar-benar terjadi, baik terhadap manusia, property
dan lingkungan. Nilai severitas yang ditetapkan dapat berdasarkan
jenis cidera yang terjadi, seberapa besar kerugian perusahaan,
gangguan kesehatan yang dialami pekerja, ada tidaknya kejadian
pencemaran lingkungan dan komplian dari masyarakat maupun
tuntutan hukum dari pemerintah.
Formula Penilaian risiko yang digunakan oleh PT. Cipta Kridatama
yaitu : Risiko = Probability X Frequency X Severity atau R = P x F x S
Penilaian risiko yang dilakukan PT. Cipta Kridatama dengan cara 2
kali penilaian. Penilaian risiko yang pertama adalah dilakukan terhadap
bahaya aspek K3L setelah dilakukan tindakan pengendalian awal yang
sudah terlaksana saat ini (existing control). Penilaian risiko yang kedua
adalah penilaian risiko yang dilakukan terhadap bahaya dengan kriteria
risiko tidak diterima setelah dilakukan tindakan pengendalian awal
commit to user
e. Penggolongan Nilai Risiko
Setelah dilakukan penilaian risiko terhadap masing-masing bahaya
dari pekerjaan disetiap departemen maka dilaksanakan penggolongan
risiko berdasarkan nilai kombinasi antara probability, frequency dan
severity. Nilai risiko tersebut akan mempengaruhi nilai tingkat risiko.
Untuk tingkat risiko very high dan high maka dikelompokkan dalam
kriteria risiko yang tidak dapat diterima (Non Acceptable Risk). Sedangkan
tingkat risiko medium dan low maka dikelompokkan dalam kriteria yang
dapat diterima (Acceptable Risk) (Cipta Kridatama, 2010).
f. Tindakan Pengendalian Risiko
Dalam melakukan pengendalian, hal yang harus dilakukan adalah
memulai dari tindakan terbesar. Jika tidak dapat dilakukan maka dengan
menurunkan tingkat pengendaliannya ketingkat yang lebih rendah atau
mudah.
Pengendalian risiko dapat mengikuti Pendekatan Hierarki
Pengendalian (Hirarchy of Control). Hierarki pengedalian risiko adalah
suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian risiko yang
mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara berurutan
(Tarwaka, 2008).
Adapun hierarki pengendalian yang diterapkan PT. Cipta
commit to user 1) Eliminasi
Eliminasi merupakan langkah memodifikasi atau menghilangkan
metode, bahan ataupun proses untuk menghilangkan bahaya secara
keseluruhan (nol). Efektifitas dari eliminasi ini adalah 100%, artinya
dapat menghilangkan bahaya sampai pada titik nol.
2) Substitusi
Subtitusi merupakan penggantian material, bahan, proses yang
mempunyai nilai risiko yang tinggi dengan yang mempunyai nilai
risiko lebih kecil.
3) Rekayasa Teknik
Rekayasa Teknik yaitu suatu pengendalian bahaya secara teknik
yang bisa diterapkan untuk mengurangi paparan bahaya yang ada.
Langkah yang dilakukan dalam tahap ini misalnya dengan
memberikan peredam kebisingan pada mesin, dipergunakan room
control, dan penggunaan ventilasi penghisap.
4) Administrasi
Pengendalian administratif dengan mengurangi atau
menghilangkan kandungan bahaya dengan memenuhi prosedur atau
instruksi. Pengendalian tersebut diantaranya adalah mengurangi
pemaparan terhadap kandungan bahaya dengan pergiliran atau
perputaran kerja (job rotation), sistem ijin kerja, atau hanya dengan
menggunakan tanda bahaya. Pengendalian administratif tergantung
commit to user
5) Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri dikenakan oleh pekerja sebagai pelindung
terhadap bahaya. Dengan memberikan alat pengaman ini dapat
mengurangi keparahan risiko yang timbul. Keberhasilan pengendalian
ini tergantung dari alat pelindung diri yang dikenakan itu sendiri,
artinya alat yang digunakan haruslah sesuai dan dipilih dengan benar
sesuai dengan potensi bahaya dan jenis pekerjaan yang ada.
Dalam melakukan pengendalian risiko kecelakaan ini, maka dapat
ditentukan jenis pengendalian tersebut dengan mempertimbangkan tingkat
paling atas dari hierarki pengendalian, jika tingkat atas tidak dapat
dipenuhi maka melakukan upaya tingkat pengendalian selanjutnya,
demikian seterusnya sehingga pengendalian risiko kecelakaan dilakukan
berdasarkan hierarki pengendalian. Akan tetapi mungkin juga dapat
dilakukan upaya-upaya gabungan dari pengendalian tersebut untuk
mencapai tingkat pengendalian risiko yang diinginkan.
g. Sisa Risiko
Setelah ditentukan tindakan pengendalian yang layak, maka tim
HIRADC harus menganalisa ulang kembali risiko dari aktivitas kerja
tersebut. Bila setelah dilakukan pengendalian awal (existing control) nilai
risiko masih tinggi atau sangat tinggi maka pengendaliannya digolongkan
dalam kategori tidak diterima. Hal inilah yang dimaksud dengan sisa risiko
commit to user Diterima
Tempat Kerja
Sumber Bahaya
Identifikasi Bahaya
Penilaian Risiko Pengendalian Awal
Dampak Potensial
Pengendalian Lanjutan
Efektif
Review
Tidak diterima
Tidak Efektif Dokumentasi
Sosialiasasi Implementasi Inventaris Kegiatan Kerja
lanjutan ini adalah agar tingkat risiko suatu bahaya dengan kategori tidak
diterima dapat turun menjadi bahaya dengan kategori yang dapat diterima.
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran Proses
commit to user
37 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu suatu metode
yang memaparkan hasil-hasi penelitian yang telah penulis lakukan, sehingga
pembaca dapat mudah mengerti dan mendapatkan gambaran yang jelas
mengenai hasil penelitian.
Laporan ini memberikan gambaran tentang identifikasi bahaya,
penilaian risiko dan upaya pengendaliannya pada proses blasting di PT. Cipta
kridatama Jobsite Mahakam Sumber Jaya sebagai langkah pencegahan
timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta pencemaran lingkungan,
efektifitas pelaksanaan manajemen risikonya serta kesesuaiannya dengan
peraturan dan standar keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di PT. Cipta Kridatama Jobsite
Mahakam Sumber Jaya, yang berada di Desa Makarti, Samarinda, Kalimantan
Timur.
D. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Objek penelitian ini adalah penerapan manajemen risiko pada proses
blasting dalam operasi penambangan batubara di PT. Cipta Kridatama Jobsite
commit to user
pemenuhan manajemen risiko tersebut terhadap Klausul 4.3.1 OHSAS
18001:2007 dan Klausul 4.3.1 ISO 14001:2004.
G. Sumber Data
Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data
primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan :
a. Mengadakan observasi langsung mengenai pelaksanaan program
keselamatan dan kesehatan kerja di lapangan.
b. Wawancara dengan cara dialog/tanya jawab dengan tenaga kerja.
2. Data Sekunder
Dilakukan untuk memperoleh pengetahuan secara teoritis dengan
membaca literatur maupun dokumentasi yang berhubungan dengan obyek
penelitian yang dimiliki oleh perusahaan.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi Lapangan
Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung identifikasi bahaya
terhadap sumber bahaya yang ada didalam proses blasting dan bagaimana
penilaian risiko yang dilakukan untuk tindakan pengendalian terhadap
bahaya tersebut.
2. Wawancara
Untuk melengkapi data yang diperoleh dari observasi, maka
commit to user
Dalam hal ini, wawancara dilakukan dengan Drill & Blast Foreman dan
OSHE Supervisor.
3. Studi Pustaka
Data sekunder diperoleh melalui data-data yang ada pada dokumen
dan catatan perusahaan yang berhubungan dengan pengidentifikasian
bahaya serta penilaian risiko yang dilakukan untuk tindakan perbaikan.
Dokumen tersebut antara lain SOP Penilaian Bahaya, Penilaian dan
Pengendalian Risiko K3L, SOP Peledakan, IK Penanganan Misfire &
Sleep Blast dan HIRADC Drill & Blast Departement.
H. Pelaksanaan
1. Tahap Persiapan
Persiapan yang dilakukan sebelum magang adalah mengajukan
proposal permohonan magang di bidang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di PT. Cipta Kridatama Jobsite Mahakam Sumber Jaya, di samping
itu persiapan yang dilakukan adalah mempelajari kepustakaan yang
berhubungan dengan manajemen risiko.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 18 Februari 2011
sampai dengan tanggal 15 Mei 2011, adapun kegiatan selama melakukan
penelitian adalah sebagai berikut:
a. Melakukan observasi langsung ke lapangan bersama blasting crew
commit to user
melakukan pekerjaan yang berpotensi besar terhadap timbulnya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta pencemaran lingkungan.
b. Melakukan diskusi dan pembahasan bersama Blasting dan SHE Crew
tentang manajemen risiko K3 proses blasting PT. Cipta Kridatama
Jobsite Mahakam Sumber Jaya.
c. Melakukan review HIRADC proses blasting yang telah dibuat oleh
Tim HIRADC D&B Departement PT. Cipta Kridatama Jobsite
Mahakam Sumber Jaya.
d. Mengumpulkan data-data sekunder dari OSHE Departement berkaitan
dengan program pelaksanaan manajemen risiko pada proses blasting.
3. Tahap Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh dari perusahaan dikumpulkan, dianalisa,
dibahas dan disusun sehingga dapat digunakan sebagai bahan penulisan
laporan.
I. Analisis Data
Dari semua hasil penelitian yang diperoleh, penulis berusaha untuk
menganalisis manajemen risiko pada proses blasting di PT. Cipta Kridatama
Jobsite Mahakam Sumber Jaya sesuai dengan pedoman-pedoman yang
terdapat pada Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian
Risiko K3L PT. Cipta Kridatama, menilai efektifitas hasil identifikasi bahaya,
penilaian dan pengendalian risiko tersebut serta menganalisa pemenuhan
manajemen risiko terhadap standar yaitu Occupational Health Safety
commit to user
41 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penilitian
1. Deskripsi Proses Blasting
Blasting merupakan kegiatan meledakan lapisan tanah Over
Burden (OB) dengan bahan peledak dan rangkaian ledak tertentu. Hal ini
dilakukan karena proses Ripping tidak mampu menghancurkan lapisan
tanah Over Burden (OB) yang terlalu keras. Tujuan dilakukan blasting
adalah untuk menghancurkan lapisan OB agar lebih lunak sehingga mudah
untuk dimuat dengan Off Highway Truck (OHT) dan dipindahkan menuju
disposal.
a. Inspeksi Hasil Pengeboran
Lubang bor yang akan digunakan untuk wadah memasukkan
bahan peledak berikut dengan detonatornya harus diperiksa oleh Drill
& Blasting Foreman. Hal ini dilakukan agar peledakan dapat
dilaksanakan dengan maksimal. Inspeksi hasil pengeboran meliputi
jarak lubang, kedalaman lubang dan jumlah lubang yang dibutuhkan.
Adapun standar jarak dan kedalaman lubang di PT. Cipta Kridatama
site Mahakam Sumber Jaya adalah dengan ukuran Spasi (S) : 9,2 m,
Burden (B) : 8,0 m dan Deep (D) : 7 m. Akan tetapi terkadang posisi
commit to user
pengeboran dilakukan fleksibel dengan memperhatikan serbuk tanah
hasil pengeboran dari drilling machine. Adapun jumlah lubang
pengeboran disesuaikan dengan luas area peledakan. Semakin luas
area peledakan maka semakin banyak lubang yang dibuat dan semakin
banyak bahan peledak yang dibutuhkan.
b. Pemasangan Rambu Peringatan Blasting
Sebelum rangkaian kegiatan blasting dilakukan rambu
peringatan blasting harus dipasang. Hal ini dimaksudkan untuk
pemberitahuan dan pengamanan pelaksanaan blasting agar tidak
terjadi korban jiwa maupun kerusakan property. Adapun pemasangan
rambu peringatan yang dilakukan antara lain :
1) Pemasangan Rambu & Safety Line
Rambu dan safety line harus dipasang disekitar area
peledakan. Rambu-rambu tersebut berupa : Rambu “Dilarang
masuk bagi yang tidak berkepentingan”, Rambu “Dilarang
merokok atau menyalakan api serta penggunaan radio
komunikasi”. Sedangkan safety line dipasang mengelilingi area
blasting. Pemasangan rambu & safety line ini dimaksudkan untuk
memblokade area blasting dari man power maupun unit kerja yang
ada disekitar area blasting agar tidak masuk ke dalam area
commit to user
2) Pemasangan Bendera & Papan Informasi Blasting
Di jalan masuk tambang dipasang bendera & papan
informasi blasting. Papan ini berisi pengumuman hari, tanggal dan
jam peledakan. Papan ini dilengkapi tiang bendera untuk
pemasangan bendera merah pada hari/ tanggal diadakan kegiatan
peledakan. Warna merah pada bendera yang dipasang
menandakan bahwa kegiatan peledakan merupakan keadaan
darurat yang harus diperhatikan.
3) Pemasangan Bendera Pemblokiran
Bendera pemblokiran dipasang pada radius tertentu dari
area peledakan. Sedangkan bendera yang dipasang ada 2 yaitu
bendera warna kuning dan bendera warna hijau. Pada radius 300
meter dari area peledakan dipasang bendera kuning. Jarak 300
meter ini merupakan jarak aman bagi unit alat berat yang
dievakuasi menjauhi area peledakan. Pada radius 500 meter dari
area peledakan dipasang bendera hijau. Jarak 500 meter ini
merupakan jarak aman bagi man power dan unit alat berat yang
dievakuasi. Apabila dalam jarak 300 meter unit sudah diparkir
maka man power harus dievakuasi dari unit dimana dia bekerja ke
jarak aman 500 meter.
c. Pembongkaran Ammonium Nitrate
Kebutuhan bahan peledak disesuaikan dengan kebutuhan untuk
commit to user
dan diangkut dengan forklift menuju ANFO Mixer untuk dilakukan
pencampuran Ammonium Nitrate dengan Fuel Oil. Pencampuran
menggunakan mesin mixing ini dengan tujuan agar lebih efektif dan
efisien.
d. Mixing Menggunakan ANFO Mixer
Bahan peledak yang digunakan adalah berupa Ammonium
Nitrate Fuel Oil (ANFO). Bahan ini merupakan perpaduan antara
Ammonium Nitrate dan Fuel Oil dengan perbandingan ideal
Ammonium Nitrate : Fuel Oil adalah 94 : 6. Bahan Ammonium Nitrate
dan Fuel Oil ini disimpan dalam gudang handak dalam keadaan
terpisah untuk mencegah terjadinya ledakan/ kebakaran jika terjadi
loncatan listrik/ percikan api.
e. Pengangkutan Bahan Peledak ke Tambang
Setelah ANFO tercampur dengan sempurna, petugas
memasukkan ANFO dalam karung agar mempermudah pengangkutan
ke area blasting dengan menggunakan truck. Travel ANFO melalui
jalan hauling dilakukan dengan kehati-hatian karena lalu lintas jalan
hauling ramai. Dan untuk pengamanan, truck ANFO diberi tanda
bendera merah pertanda emergency dan harus mendapat prioritas ruang
di jalan hauling.
f. Pengisian Bahan Peledak
Rangkaian primer yang terdiri dari detonator dan kabel
commit to user
dilakukan perlahan dan dekat dengan mulut lubang untuk menghidari
bahan tertumpah dan terhambur oleh angin. Jika lubang berair, maka
digunakan plastik liner/kondom yang diisi ANFO dan diusahakan agar
penempatan Primer didalam plastik liner paling bawah menyentuh
dasar lubang (bottom) dengan menggunakan stick. Jika pengisian dan
perangkaian telah selesai dilaksanakan maka lubang ditutup dengan
tanah serbuk hasil pengeboran menggunakan cangkul/sekop hingga
lubang tertutup sampai rata permukaan untuk memperkuat
pengekangan energi bahan peledak di dalam lubang.
g. Perangkaian Bahan Peledak
Detonating cord dihubungkan antar lubang sepanjang baris/
row (disesuaikan dengan kondisi dan lokasi). Diantara baris dengan
baris dihubungkan delay connector. Penarikan kabel dilakukan bila
sudah diyakinkan bahwa jalur kabel tersebut tidak akan dilintasi alat
berat kemudian ujung yang satu dihubungkan dengan ujung yang lain
diperiksa tahanannya dengan menggunakan Ohmmeter pada tiap-tiap
rol. Kabel yang digunakan harus kabel tunggal dan tidak boleh
menggunakan kabel serabut. Semua sambungan kabel harus
disambung dengan baik dan dibungkus dengan isolasi. Pemasangan
detonator listrik hanya dilakukan pada saat manusia dan unit telah
commit to user
h. Pengosongan dan Pemblokiran Area
Sebelum peledakan dilaksanakan harus dilakukan Evakuasi
terhadap unit dan manusia hingga berada pada jarak/ radius yang aman
sesuai dengan peta peledakan yang telah dibuat (Jarak minimal 300
meter untuk alat dan 500 meter untuk manusia). Pada saat unit travel
untuk evakuasi (biasanya 15 menit sebelum peledakan) dibunyikan
sirine panjang (1x selama 1 menit) dan daerah peledakan sudah mulai
diblokir atau ditutup.
Pada saat mulai evakuasi maka untuk penggunaan channel
radio harus dikosongkan (silence signal) dari pengguna yang tidak
berkepentingan dengan peledakan. Pemblokiran terhadap radius aman
peledakan ini dilakukan untuk mencegah agar tidak ada orang/ unit
yang tidak mendapat informasi peledakan masuk ke dalam daerah
peledakan.
i. Penempatan Shelter
Eksekusi peledakan dilakukan di dalam shelter dengan posisi
shelter di luar radius 300 meter. Akan tetapi bila posisi dibawah radius
300 meter maka harus digambar dengan jelas di peta peledakan (blast
map) untuk diajukan ke Kepala Teknik Tambang untuk mendapatkan
izin. Penggunaan shelter sebagai pelindung blaster saat eksekusi
blasting tidak boleh digantikan dengan unit/ dump truck/ mobil sarana