• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

JADWAL TENTATIF PENELITIAN

(2)

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA

PENELITIAN

GAMBARAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUALIATAS LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA DAN ANAK BALITA

WILAYAH BINJAI DAN MEDAN

Oleh

Dina Manik

Saya adalah mahasiswa S-1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah suatu kegiatan dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan spiritualitas lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Saya mengharapkan jawaban yang Bapak/Ibu berikan sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu sendiri. Saya menjamin kerahasiaan identitas dan pendapat Bapak/Ibu. Informasi yang Bapak/Ibu berikan hanya akan digunakan untuk mengembangkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain selain penelitian.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat bebas, Bapak/Ibu bebas untuk ikut atau menolak tanpa adanya sanksi apapun. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian, silahkan menandatangani formulir di bawah ini.

Peneliti Binjai,...

...2016

(3)

Kode : Tgl/waktu : Petujuk pengisian

Bapak/Ibu diharapkan :

1. Menjawab semua pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda chek list (√) pada setiap tempat yang disediakan

2. Semua pertanyaan diisi dengan satu jawaban 3. Semua pertanyaan harus dijawab

4. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan kepada peneliti.

Kuesioner Data Demografi

1. Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan 2. Usia : ...tahun

3. Suku Bangsa : ...(sebutkan)

4. Pendidikan terakhir : ( ) SD ( ) SMP ( ) SMA ( ) Perguruan Tinggi

( )...lain-lain, sebutkan

5. Agama : ( ) Islam ( ) Katolik

( ) Protestan ( ) Hindu ( ) Budha

6. Status Perkawinan : ( ) Kawin ( ) Tidak Kawin ( ) Janda/Duda

7. Tinggal di panti selama :... 8. Frekuensi dikunjungi atau

mengikuti Ahli agama selama

tinggal di panti : ( ) tidak pernah

( ) 1 kali dalam seminggu ( ) 2 kali dalam seminggu

( ) lebih dari 2 kali dalam seminggu 9. Riwayat penyakit :...

(4)

Kuesioner Spiritualitas Lansia

Pada bagian ini diharapkan kepada Bapak/Ibu dapat menjawab pernyataan di bawah ini dengan cara memberikan tanda chek list (√) pada setiap tempat yang

disediakan. Pernyataan ini berisi tentang bagaimana pemenuhan kebutuhan spiritualitas Bapak/Ibu terhadap hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain, serta hubungan dengan lingkungan selama Bapak/Ibu berada di panti.

Keterangan :

TP : Tidak Pernah KK : Kadang-kadang

S : Sering SL : Selalu

Berikut ini pernyataan yang Bapak/Ibu lakukan dalam memenuhi spiritualitas Bapak/Ibu

No Pernyataan TP KK S SL

1 Saya beribadah (berdoa/ sembahyang/ meditasi) untuk mendekatkan diri kepada Tuhan selama saya tinggal di panti

2 Saya selalu mengikuti kegiatan ibadah sesuai agama saya, selama saya tinggal di panti

3 Saya membaca buku-buku keagamaan sesuai dengan agama saya selama saya tinggal di panti 4 Saya merasa senang ketika ahli agama datang

(5)

5 Bila saya sakit, saya berobat dan percaya bahwa Tuhan akan memberikan kesembuhan pada saya 6 Doa membantu saya dalam mengambil keputusan 7 Saya mampu menerima seluruh situasi hidup saya 8 Saya dapat menerima perubahan-perubahan dalam

hidup saya

9 Saya telah menemukan makna dan tujuan dalam hidup saya

10 Saya mempunyai peranan penting dalam keluarga 11 Saya berpartisipasi aktif dalam pengambilan

keputusan terkait perawatan kesehatan saya

12 Saya percaya dan meyakini bahwa hari tua menjadi hari bahagia walaupun keluarga tidak tinggal bersama saya

13 Saya cukup baik dalam bergaul dengan orang lain yang ada disekitar panti

14 Saya senang ketika keluarga datang menjenguk saya ke panti

15 Saya butuh dukungan dan pendampingan dari keluarga ketika saya sakit

16 Saya senang saat berbagi dengan orang lain

No Pernyataan TP KK S SL

17 Saya mampu menerima dan mengasihi sesama lansia yang ada di panti

18 Saya mudah untuk memaafkan atau mengampuni orang lain

19 Saya merasa nyaman dengan lingkungan panti 20 Saya senang bercocok tanam selama saya tinggal di

panti

21 Saya turut serta menjaga kebersihan lingkungan panti

22 Bila sakit saya lebih senang tinggal di rumah sendiri 23 Saya senang menikmati udara di sekitar panti di

pagi hari

(6)
(7)
(8)
(9)

Lampiran 5

Taksaksi Dana Penelitian 1. Proposal

1. Penelusuran literatur dan internet Rp 50.000,- 2. Print dan penjilidan proposal Rp 200.000,- 3. Konsumsi saat sidang proposal Rp 100.000,-

4. Biaya transportsi Rp 100.000,-

5. Survey awal Rp 50.000,-

2. Skripsi

6. Uji reliabilitas dan pengambilan data Rp 150.000,-

7. Souvenir Rp 100.000,-

8. Print dan jilid skripsi Rp 300.000,-

9. Transportasi Rp 400.000,-

10.Biaya tak terduga Rp 100.000,- +

(10)

Lampiran 6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dina Manik

Tempat Tanggal Lahir : Samosir, 19 Januari 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Katolik

Alamat : Jl. Setia Budi No. 471 Tanjung Sari, Medan Riwayat Pendidikan :

(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)

Lampiran 14 Uji Reliabilitas Kuesioner

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

(23)

MASTER DATA

Lampiran 15

No

Jenis

Kelamin Umur Suku Pendidikan Agama Perkawinan

(24)
(25)

39 Laki-laki 78 Jawa SD Islam Duda 24 2 Rematik

40 Perempuan 85 Dan lain-lain Tidak Sekolah Islam Janda 96 1 R H D

41 Perempuan 70 Jawa SD Islam Janda 12 0 R H

42 Perempuan 64 Batak SMP Islam Janda 24 1 Rematik

43 Perempuan 70 Jawa SD Islam Janda 192 1 H G

44 Perempuan 64 Batak SMP Protestan Janda 12 1 R H

45 Perempuan 65 Batak SMA Islam

Tidak

Kawin 48 1 Rematik

46 Perempuan 90 Jawa SD Islam Janda 60 1 Rematik

47 Laki-laki 78 Jawa

Perguruan

tinggi Islam Duda 12 1 R H

48 Perempuan 90 Jawa Tidak Sekolah Islam Janda 12 1 R A D

49 Perempuan 73 Jawa SD Islam Janda 108 1 Diabetes

50 Perempuan 62 Batak SD Islam Kawin 36 1 Rematik

51 Perempuan 61 Jawa SMP Islam Janda 12 1 Rematik

52 Laki-laki 78 Batak SD Islam Duda 60 2 Hipertensi

53 Perempuan 60 Jawa SD Islam Kawin 48 1 Rematik

54 Laki-laki 80 Jawa SD Islam Janda 144 1 Rematik

55 Perempuan 63 Jawa SD Islam Janda 60 1 Rematik

56 Perempuan 77 Jawa SD Islam Janda 96 1 Gastritis

57 Perempuan 63 Jawa SD Islam Janda 48 1 Rematik

58 Perempuan 83 Jawa Tidak Sekolah Islam Janda 108 1 R A

59 Perempuan 80 Jawa SD Islam Kawin 24 1 Rematik

60 Perempuan 74 Batak SD Protestan Janda 36 1 R A

61 Perempuan 60 Batak SMP Protestan Janda 72 1 R A

(26)
(27)

4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 1 4 4 87

4 4 2 4 4 4 2 2 3 1 2 2 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 78

4 3 2 3 2 3 3 4 4 1 4 4 4 2 2 4 3 3 4 2 2 1 4 4 72

4 3 2 3 4 3 2 2 2 2 1 3 4 2 1 4 4 4 4 2 3 1 3 3 66

4 3 1 3 4 4 3 3 3 2 2 3 3 3 1 3 3 3 4 2 4 4 3 4 72

4 3 2 3 4 4 3 3 3 1 2 3 3 2 1 4 4 4 4 4 3 4 3 3 74

3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 4 2 3 3 4 3 2 4 4 3 4 2 4 2 73

4 3 3 3 4 3 2 2 2 2 2 2 4 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76

4 3 3 4 4 4 3 3 3 2 2 3 4 4 2 4 4 3 4 3 3 2 4 4 79

4 1 4 4 4 4 4 2 2 4 3 1 1 1 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 71

3 3 2 4 4 3 2 3 2 2 1 2 4 2 1 4 4 4 4 3 4 4 4 4 73

3 2 3 4 4 4 4 4 1 4 3 3 3 1 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 80

4 4 1 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 89

4 4 3 4 4 4 4 4 1 2 1 2 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 83

4 4 3 4 4 4 4 4 3 1 3 2 4 3 4 4 4 4 4 2 3 1 3 3 79

4 4 3 4 4 3 3 3 3 2 3 2 4 3 3 4 4 4 4 4 4 1 4 4 81

4 2 2 4 4 4 3 3 3 1 2 2 3 2 3 3 4 4 4 2 3 1 3 3 69

3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 69

3 4 2 4 4 4 4 4 3 1 3 3 4 3 2 4 4 4 4 4 3 3 4 4 82

2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 4 3 2 4 4 4 4 3 3 2 3 3 69

4 4 3 4 4 4 4 4 3 1 3 2 4 1 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 82

4 3 3 4 4 4 4 4 2 2 1 3 4 3 4 4 4 3 4 2 3 4 3 3 79

3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 69

4 3 3 3 4 4 3 3 3 1 1 3 4 3 1 4 4 4 4 2 3 2 3 2 71

(28)

3 2 3 3 4 4 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 66

4 3 2 4 4 4 3 3 2 1 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 1 4 3 76

4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 3 2 3 3 3 4 4 4 4 3 4 1 4 4 82

4 4 3 4 4 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 2 3 3 80

4 4 1 4 4 4 4 4 4 1 2 3 4 4 4 4 4 4 4 1 2 1 2 1 74

3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 2 3 3 3 3 79

3 2 1 3 4 4 3 3 2 2 3 3 4 4 4 4 4 4 2 2 3 3 3 3 73

4 4 1 4 4 4 3 3 3 1 3 3 4 3 3 4 4 4 4 2 2 2 2 2 73

4 4 1 4 4 4 3 3 3 1 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 2 3 3 77

4 3 2 4 4 4 3 2 3 1 2 3 4 4 3 4 4 4 4 2 3 2 3 3 75

3 3 1 4 4 4 3 3 3 1 3 2 4 3 3 4 4 4 4 2 4 1 4 3 74

4 3 1 4 4 4 3 3 3 1 3 3 4 2 3 4 4 4 4 2 3 2 4 3 75

4 4 1 4 4 4 3 3 3 1 3 3 4 3 1 4 4 4 4 3 3 1 4 3 75

4 3 2 4 4 4 3 3 3 1 3 2 4 3 4 4 4 4 4 2 4 2 4 3 78

4 3 1 4 4 4 3 3 3 1 3 3 4 2 2 4 4 4 4 4 3 1 3 4 75

4 3 1 4 4 4 3 3 3 1 3 2 4 3 2 4 4 4 4 2 3 2 3 3 73

3 2 1 3 3 4 4 4 3 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 1 2 4 3 2 74

4 3 1 4 4 4 3 3 3 1 2 2 3 3 3 4 4 4 4 2 3 2 4 4 74

4 4 4 4 4 4 3 3 3 1 3 2 4 3 2 4 4 4 4 2 3 1 4 3 77

4 4 3 4 4 4 4 3 3 1 3 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 2 4 3 80

(29)

Lampiran 16 Data Demografi Responden

Statistics

JENIS KELAMIN SUKU BANGSA

PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(30)

AGAMA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Islam 54 87.1 87.1 87.1

Protesta 8 12.9 12.9 100.0

Total 62 100.0 100.0

STATUS PERKAWINAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Duda 15 24.2 24.2 24.2

Janda 30 48.4 48.4 72.6

Kawin 12 19.4 19.4 91.9

Tidak Ka 5 8.1 8.1 100.0

Total 62 100.0 100.0

Statistics RIWAYAT PENYAKIT

N Valid 62

(31)

RIWAYAT PENYAKIT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(32)

Lampiran 17 Hasil Pengolahan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual

Statistics

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid BAIK 47 75.8 75.8 75.8

CUKUP 15 24.2 24.2 100.0

(33)

HUBUNGAN DENGAN DIRI SENDIRI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid KK 4 6.5 6.5 6.5

S 16 25.8 25.8 32.3

(34)

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(35)

P5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(36)

P8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(37)

P12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(38)

P15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(39)

Statistics

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(40)

P22

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TP 22 35.5 35.5 35.5

KK 17 27.4 27.4 62.9

S 9 14.5 14.5 77.4

4 14 22.6 22.6 100.0

Total 62 100.0 100.0

P23

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid KK 5 8.1 8.1 8.1

S 24 38.7 38.7 46.8

SL 33 53.2 53.2 100.0

Total 62 100.0 100.0

P24

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TP 1 1.6 1.6 1.6

KK 6 9.7 9.7 11.3

S 27 43.5 43.5 54.8

SL 28 45.2 45.2 100.0

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Astaria S.R., (2010). Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Lansia di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia. Skripsi USU

Darmojo & Martono. (2006). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI

Departemen Kesehatan RI. (2014). Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Diakses pada tanggal 20 September 2015 dari http://www.depkes.go.id

Dewi, R.S. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish

Fatma. (2010). Gizi Usia Lanjut. Depok: Penerbit Erlangga

Frederick, T.E., (2013). Third Age and Spirituality: Interbeing, 6(1), 41-43

Gaskamp, C., Sutter, R., Meraviglia, M., (2006). Evidence-Based Guideline Promoting Spirituality in the Older Adult: Journal of Gerontological Nursing, (11), 8-13

Gupta, V., & Chadha N.K., (2013). Spirituality: Investigating the effect of age and gender: Indian Journal of Positive Psychology, (44), 478-475

Hamid, Achir Yani S. (2009). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan kesehatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Data dan Informasi Tahun 2014 (Profil Kesehatan Indonesia). Diakses pada tanggal 27 Oktober 2015 dari http://www.kemenkes.go.id

(42)

Kozier, B. Erb. G. Blais, K & Wilkinson, J .M. (1995). Fundamentals of Nursing: Concepts,process & practice(5th edition). California: Addison-Weasley

Kozier, B. Erb.G, & Blais, K. (2004). Fundamental of Nursing: Concept, Process, and Practice. (7th edition). California: Wesley Publishing Company

Lubis, dkk. (2010). Gambaran Lanjut Usia yang Tingggal Di UPTD ABDI Darma Asih Binjai. Skripsi USU

Maryam, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika

Mueller, P.S., Plevak, D.J., & Rummans, T.A. (2001) Religious Involvement, Spirituality and Medicine: Implication For Clinical Practice. Mayo Cilinic Proceedings, 76 (12), 1225-1235

Ningrum, A.W. (2014). Spiritualitas pada pasien Diabetes Mellitus di Puskesmas Kampung Baru Medan. Skripsi USU

Notoadmodjo, S. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta

Polit, D.F & Beck, C.T. (2012). Nursing Research: generating and Assessing Evidence for Nursing Practice. (9th edition). China: Walters Kluwer Health

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC

Setiadi. (2012). Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan . Yogyakarta : Graha Ilmu

Sinulingga, S., (2014). Metodologi Penelitian. Medan: USU Press

(43)

Skokan, L. & Bader, D., (2000). Spirituality and Healing. Health Progress, 81(1), 38-42

Stanley & Mickley. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

Syam, Amir. (2010). Hubungan antara Kesehatan Spiritualitas dengan Kesehatan Jiwa pada Lansia di Sasana Tresna Werdha KBRP Jakarta Timur. Diambil pada tanggal 20 September 2015 dari http://www.lontar.ui.ac.id

(44)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan spiritualitas lansia di UPT Pelayanan sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Peneliti ingin mengetahui bagaimana pemenuhan kebutuhan spiritual lansia yang ditinjau berdasarkan empat karakteristik yaitu berdasarkan hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain, serta hubungan lingkungan.

Skema 1: Kerangka Penelitian Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Lansia

Pemenuhan kebutuhan Spiritualitas Lansia:

a. Hubungan dengan Tuhan

b. Hubungan dengan diri sendiri

c. Hubungan dengan orang lain

d. Hubungan dengan lingkungan/alam

(45)

2. Defenisi Konseptual

(46)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran pemenuhan kebutuhan spiritualitas lansia di UPT Pelayanan sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan (Notoadmodjo, 2012).

2. Populasi dan Sampel Penelitian

2.1 Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmojo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang tinggal di UPT Pelayanan sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan yang berusia lebih dari 60 tahun berjumlah 160 orang. Seluruh lansia yang ada di panti tersebut tinggal dalam beberapa wisma. Masing- masing dalam satu wisma terdiri dari 9-10 orang lansia.

2.2 Sampel Penelitian

(47)

� = + �

= 61,5 orang, dibulatkan menjadi 62 responden

Keterangan : N = Besar populasi n = Besar sampel

d = tingkat kepercayaan atau ketetapan yang diinginkan (10%) 2.3 Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampling atau teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik probability sampling dengan simple random sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan cara menghitung terlebih dahulu jumlah populasi yang akan dipilih sampelnya. Kemudian peneliti menentukan sampel yang akan diambil adalah lansia yang ada pada nomor ganjil pada setiap wisma. Alasan peneliti menggunakan teknik ini adalah karena populasinya sudah dianggap homogen dan jumlah populasinya sudah diketahui oleh peneliti (Notoadmodjo, 2012).

3. Tempat dan Waktu Penelitian

(48)

Sampel penelitian yang memadai sesuai dengan kriteria sampel penelitian. Lokasi ini mudah dijangkau peneliti dan belum ada peneliti yang melakukan penelitian tentang spiritualitas pada lansia di UPT Pelayanan sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan sehingga peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Mei-1 Juni 2016.

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari institusi

Fakultas Keperawatan dan persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara serta izin dari UPT Pelayanan

sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

(49)

Penelitian dilakukan dengan rahasia (Anomity), dan untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, maka saat penelitian ini, peneliti tidak mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode penelitian (Confidentiality), kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti sebagai kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Penelitian ini tidak menyakiti aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual dari responden. 5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti dengan mengacu kepada tinjauan pustaka dari Bukhardt (1993 dalam Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 2004) dan Potter, P. A, & Perry, A.G. (2005). Serta sesuai dengan kerangka konsep. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang terdiri dari dua bagian berisi: Kuesioner Data Demografi (KDD) dan Kuesioner Spiritualitas (KS).

5.1 Data Demografi (DD)

(50)

5.2 Kuesioner Spiritualitas

Kuesioner spiritualitas diidentifikasi berdasarkan karakteristik spiritualitas yaitu hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain dan hubungan dengan alam menggunakan pernyataan yang memberikan gambaran spiritualitas responden. Kuesioner ini terdiri dari 23 butir pernyataan yang dibuat sendiri oleh peneliti yang sesuai dengan kebutuhan penelitian yang menggunakan jenis kuesioener Multiple Choice Closed Ended dengan skala Likert.

Kuesioner spiritualitas (KS) terdiri dari 24 pernyataan yang terbagi atas pernyataan hubungan dengan Tuhan sebanyak 6 butir yang terdapat pada kuesioner nomor 1-6, pernyataan hubungan dengan diri sendiri sebanyak 6 butir yang terdapat pada nomor 7-12, pernyataan hubungan dengan orang lain sebanyak 6 butir yang terdapat pada nomor 13-18, pernyataan hubungan dengan alam sebanyak 5 butir yang terdapat pada nomor 19-24 dengan pilihan jawaban Tidak Pernah (TP), Kadang-kadang (K), Sering (S), dan Selalu (SL). Skor tertinggi pada skala ini adalah 4 dan skor terendah adalah 1. Seluruh kuesioner dalam penelitian ini adalah pernyataan positif.

Spiritualitas pada lansia tersebut akan dikategorikan berdasarkan rumus statistika yaitu:

(51)

Dimana i merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah). Dari hasil skoring pemenuhan kebutuhan spiritualitas nilai tertinggi 96 dan nilai terendah adalah 24, maka rentang kelas adalah 72 dengan 3 kategori banyak kelas, sehingga diperoleh panjang kelas sebesar 24. Data untuk kuesioner spiritualitas (KS) dikategorikan sebagai berikut: 24-47 adalah pemenuhan kebutuhan spiritualitas dalam kategori kurang, 48-71 adalah pemenuhan kebutuhan spiritualitas dalam kategori cukup, dan 72-96 adalah pemenuhan kebutuhan spiritualitas dalam kategori baik.

6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

6.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Sinulingga, 2014). Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan memenuhi unsur penting dengan menentukan validitas pengukuran instrumen yaitu: relevansi isi, instrumen disesuaikan dengan tujuan penelitian agar dapat mengukur objek dengan jelas. Jenis penelitian ini digunakan uji content validity, yang mana instrumen diujikan pada dosen yang ahli di bidang Spiritualitas di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan dinyatakan valid dengan nilai satu.

(52)

6.2 Reliabilitas

Sebagai pemeriksaan pendahuluan sebelum melaksanakan penelitian, dilakukan suatu uji tentang kesamaan hasil apabila pengukuran dilakukan dengan orang yang berbeda atau waktu yang berbeda (Setiadi, 2012). Uji reliabilitas instrumen bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat alat ukur dapat mengukur secara konsisten objek yang akan di ukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang relatif sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok sampel yang sama.

(53)

7. Pengumpulan Data

(54)

Selain pengisian peneliti memeriksa kelengkapan data. Jika ada data yang kurang lengkap, dapat langsung dilengkapi, selanjutnya data yang terkumpul dianalisa. 8. Analisa Data

(55)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan tentang Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan, diperoleh melalui pengumpulan data pada tanggal 10Mei-1Juni 2016 dan menggunakan kuesioner terhadap 62 orang responden yang tinggal di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan. Hasil penelitian ini menggambarkan tentang karakteristik responden dan gambaran pemenuhan kebutuhan spiritual lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan berdasarkan tiga kategori.

1.1 Karakteristik Responden

(56)

Status perkawinan Janda sebanyak 30 orang (48,4%) dan Duda 15 orang (24,2%), menikah sebanyak 12 orang (19,4%), lansia yang tinggal di panti paling lama adalah 20 tahun sebanyak 2 orang (3,2%) dan riwayat penyakit paling banyak dialami oleh lansia yang tinggal di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan adalah rematik sebanyak 23 orang (37,1%), menderita dua penyakit kronis sekaligus yaitu Rematik dan Hipertensi sebanyak 11 orang (17,7%), dan Rematik dan Asam urat sebanyak 10 orang (16,1%)

Tabel 1. Distribusi dan Frekuensi karakteristik responden

Karakteristik Frekuensi (n) Persentasi (%)

(57)

Karakteristik

Frekuensi (n) Persentasi (%)

Status perkawinan

Rematik dan Hipertensi 11 17,7

Rematik, Asam urat 10 16,1

Asam urat 3 4,8

Rematik, Diabetes 3 4,8

Gastritis 3 4,8

Hipertensi 2 3,2

Hipertensi, Gastritis 1 1,6

Diabetes, Katarak 1 1,6

Rematik, Katarak 1 1,6

Rematik, Hipertensi, Diabetes 1 1,6

(58)

1.2 Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Lansia

Tujuan terpenting dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran pemenuhan kebutuhan Spiritual lansia. Hasil penelitian pada tabel 2 menunjukkan pemenuhan kebutuhan spiritual pada lansia dalam kategori baik sebanyak 45 orang (72,6%), dan pemenuhan kebutuhan spiritual dalam kategori cukup sebanyak 17 orang (27,4%). Untuk lebih data lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Gambaran Pemenuhan

Kebutuhan Spiritualitas Lansia

Pernyataan Frekuensi (n) Persentasi (%)

Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas

Baik (72-96) 45 72,6

Cukup (48-71) 17 27,4

Kurang (24-47) 0 0

Total 62 100

1.3 Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Lansia Berdasarkan Karakteristik Spiritual

(59)

spiritual dalam hubungannnya dengan lingkungan sebanyak 40 responden (64,5%) lansia dalam kategori baik.

Tabel 3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Gambaran Pemenuhan

Kebutuhan Spiritualitas Lansia berdasarkan karakteristik spiritualitas

Karakteristik Frekuensi (%) Persentasi (%)

Hubungan dengan Tuhan

Baik 47 75,8

Cukup 15 24,2

Kurang

Hubungan dengan diri sendiri

Baik 17 27,4

Cukup 43 69,4

Kurang 2 3,2

Hubungan dengan orang lain

Baik 56 90,3

Cukup 6 9,7

Kurang 0 0

Hubungan dengan lingkungan

Baik 40 64,5

Cukup 22 35,5

Kurang 0 0

1.3.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Tuhan

(60)

Sebanyak 50 responden (80%) yakin dan percaya bahwa Tuhan akan membrikan mereka kesembuhan dan doa membantu mereka dalam mengambil setiap keputusan.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pemenuhan Kebutuhan

Spiritual Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Tuhan

Pernyataan

untuk mendekatkan diri kepada Tuhan selama saya tinggal di Panti

Saya mengikuti kegiatan ibadah sesuai agama saya, selama saya tinggal di panti

1 Saya membaca buku-buku keagamaan sesuai

dengan agama saya selama saya tinggal di panti

23 Saya merasa senang ketika ahli agama datang

berkunjung ke panti

Bila saya sakit, saya berobat dan percaya bahwa Tuhan akan memberikan kesembuhan pada saya

0 1

Doa membantu saya dalam mengambil keputusan

1.3.2 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Diri Sendiri

(61)

Sebanyak 24 responden (40,3%) menyatakan bahwa mereka meyakini dan percaya bahwa hari tua mereka bahagia walaupun mereka tidak tinggal bersama keluarga.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pemenuhan Kebutuhan

Spiritual Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Diri Sendiri

Frekuensi Persentase Saya telah menemukan makna dan

tujuan hidup saya Saya meyakini dan percaya bahwa

hari tua menjadi hari bahagia walaupun keluarga tidak tinggal

1.3.3 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Orang Lain

(62)

Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pemenuhan Kebutuhan

Spiritual Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Orang Lain

Pernyataan Frekuensi

TP n(%) KK n(%) S n(%) SL n(%) Saya cukup baik dalam bergaul

dengan orang lain yang ada disekitar panti Saya senang ketika keluarga datang

menjenguk saya ke panti Saya senang saaat berbagi dengan

orang lain

mengasihi sesama lansia yang ada di panti Saya mudah untuk memaafkan dan

mengampuni orang lain

1.3.4 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Lingkungan

(63)

Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pemenuhan Kebutuhan

Spiritual Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Lingkungan

Pernyataan Frekuensi Saya senang bercocok tanam selama

saya tinggal di panti Saya turut serta menjaga kebersihan

lingkungan panti Bila saya sakit saya lebih senang tinggal

di rumah Saya senang menikmati udara di sekitar

panti di pagi hari Saya senang melakukan aktivitas di

pekarangan panti

Hasil dari penelitian yang di peroleh, pembahasaan akan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang gambaran pemenuhan kebutuhan spiritual lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

2.1 Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Lansia di UPT pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

(64)

Spiritual adalah komponen yang penting bagi kesehatan dan kesejahteraan bagi kaum lanjut usia dan akan menjadi lebih penting ketika seseorang semakin tua (Frederick, 2013). Perawatan di usia senja menekankan aspek perawatan spiritual dan fisik. Banyak orang yang menderita penyakit di usia senja menimba kekuatan dan kepercayaan keagamaan dan spiritual mereka (Mueller et al, 2001). Sehingga lansia berusaha untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya untuk mendapatkan kekuatan dan pengharapan dalam hidupnya.

Hal ini sesuai dengan penelitian Astaria (2010) tantang gambaran pemenuhan kebutuhan spiritual pada lansia di kelurahan tanjung Gusta kecamatan Medan Helvetia termasuk dalam kategori cukup baik dengan frekuensi 19 (61,3%) yang disebabkan mayoritas responden (61%) berada pada rentang usia 60-69 tahun dan pada usia tersebut sudah mengalami penurunan kemampuan untuk hidup secara produktif disertai keterbatasan secara fisik dan keadaan yang mereka yang hidup sendiri.

Berdasarkan data demografi responden jumlah responden perempuan lebih banyak di bandingkan dengan jumlah responden laki-laki. Hal ini menujukkan bahwa umur harapan hidup perempuan perempuan lebih tinggi dibandingkan umur harapan hidup laki-laki (Kemenkes, 2013).

(65)

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Gupta & Chadha, 2013) yang menyatakan bahwa adanya perbedaaan yang signifikan antara penglaman spiritual perempuan dibandingkan dengan pengalaman spiritual laki-laki. Perempuan telah terbina dengan etika kepedulian rasa percaya terhadap rahmat dan kasih tanpa pamrih terhadap orang lain.

Kerendahan hati dan kepatuhan dalam perawatan lebih tinggi pada perempuan dalam masyarakat patrialkal india. Sehingga menyebabkan perempuan memiliki pengalaman yang lebih sering merasa bersyukur atas berkat seseorang merasa peduli tanpa pamrih untuk orang lain dan menerima orang lain bahkan ketika melakukan sebuah kesalahan.

Menurut Asumsi Peneliti, pemenuhan kebutuhan spiritual dengan kategori baik mencapai (72,6%) kemungkinan dapat dipengaruhi oleh data demografi responden yang terkait dengan frekuensi mengunjungi/dikunjungi ahli agama selama tinggal di panti. Hal ini merupakan salah satu ekspresi yang ditunjukkan oleh lansia dalam pemenuhan kebutuhan spiritualnya yaitu mengikuti ahli agama untuk meningkatkan kepercayaannya.

(66)

Para penderita penyakit kanker, asma, HIV, dan penyakit krosnis semuanya melaporkan bahwa kepercayaan daan praktik keagamaan dan spiritual membantu mereka dalam menghadapi penyakit yang mereka derita. Banyak orang yang menderita penyakit di usia senja menimba kekuatan dan harapan dari kepercayaan keagamaan dan praktik spiritual mereka (Mueller et al, 2001). Karena spiritualitas menekankan pemaknaan atas hidup dan penghayatannya, orang yang terlibat secara aktif terlibat dalam usaha menemukan makna hidup dan derita (Skokan & Bader, 2000).

Berbeda dengan pemenuhan kebutuhan spiritual lansia berdasarkan karakteristik hubungan dengan diri sendiri, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 4 responden (6,6%) menyatakan tidak pernah menemukan makna dan tujuan hidup mereka serta sebanyak 14 responden (22,6%) kadang-kadang menemukan makna dan tujuan hidup mereka. Hal ini merupakan salah satu tanda atau perilaku maladaptif ekspresi pemenuhan kebutuhan spiritual. Selain itu ketika peneliti mengkaji tentang peranan lansia di dalam keluarga sebanyak 29 responden (46,8%) menyatakan tidak pernah lagi mempunyai peranan penting dalam keluarga.

(67)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual berdasarkan karakteristik hubungan dengan orang lain yaitu 44 responden (71,0%) menyatakan cukup baik bergaul dengan orang lain yang ada disekitar panti, 29 responden (46,8%) menyatakan senang ketika keluarga datang menjenguk mereka ke panti, 24 responden ((38,7%) menyatakan butuh dukungan dan pendampingan dari keluarga ketika sakit, sebanyak 47 responden (75,8%) menyatakan mudah memaafkan dan mengampuni orang lain

Hasil penelitian ini sesuai dengan pandangan Hart (2002, dalam Astaria 2010) keinginan untuk menjalin dan mengembnagkan hubungan antar manusia yang positif melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan keluarga dapat memberikan memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk melawan banyak penyakit. Seseorang yang mempunyai pengalaman cinta kasih dan dukungan sosial yang kuat cenderung menentang perilaku tidak sehat dan melindungi individu dari penyakit.

Pandangan ini didukung oleh teori yang dinyatakan oleh (Dewi, 2014) yang menyatakan bahwa aspek perilaku spiritualitas meliputi cara seseorang memanifestasikan kepercayaannya, yang meliputi arti dan tujuan hidup,

(68)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisa dan pembahasan dapat di ambil beberapa kesimpulan dan saran mengenai gambaran pemenuhan kebutuhan spiritual lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

1. Kesimpulan

Gambaran pemenuhan kebutuhan spiritual lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan dalam kategori baik. Dari data demografi terlihat karakteristik responden: perempuan, usia 60-74 tahun, agama Islam, pendidikan SD, berstatus Janda/duda, penyakit kronis yang di derita adalah reumatoid arttrhitis. Karakteristik pemenuhan kebutuhan spiritual yang tertinggi adalah hubungan dengan orang lain. Tetapi ada juga pemenuhan kebutuhan spiritual yang di nilai kurang berdasarkan karakteristik hubungan dengan diri sendiri. Hal ini karena disebabkan karena lansia kurang terlibat dalam kegiatan di keluarga sehingga mereka menarik diri dengan mengatakan bahwa mereka tidak berperan aktif dalam kegiatan keluarga.

2. Saran

2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

(69)

2.2 Bagi keluarga, Masyarakat dan Pengelola Panti

Keluarga sebagai orang yang terdekat sebagai lansia hendaknya mencurahkan segala perhatian kepada lansia, mengikutsertakan lansia dalam setiap kegiatan di keluarga walapun mereka tinggal di Panti. Karena hal ini dapat meningkatkan spiritualitas lansia. Kepada pihak yang bertugas mengelola panti diharapkan dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan lansia terutama dalam bidang spiritualitas. Mengembangkan program kunjungan dan kariatif kepada lansia yang mengalami gangguan anggota gerak. Menciptakan suasana doa, serta menyediakan bahan bacaan rohani.

2.3 Bagi penelitian Selanjutnya

(70)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Spiritualitas

1.1 Defenisi Spiritualitas

Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta (Hamid, 2008). Sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Menurut Stanley dan Beare (2007) spiritualitas adalah hubungan transenden antara manusia dengan yang Maha Tinggi, sebagai kualitas yang berjalan di luar afiliasi agama tertentu, yang berjuang keras untuk mendapatkan penghormatan, kekaguman dan inspirasi dan yang memberi jawaban tentang sesuatu yang tidak terbatas. Spiritual telah di gambarkan sebagai sumber kekuatan dan harapan. Banks (1980 dalam Stanley dan Beare, 20007) menyebutkan bahwa spiritualitas sebagai kekuatan yang menyatukan, memberi makna pada kehidupan dan terdiri dari nilai-nilai individu, persepsi dan kepercayaan juga keterikatan diantara individu.

Mickley et al (1992 dalam Hamid, 2008) menguraikan spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehiduan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa.

(71)

Terdapat hubungan yang terus menerus antara dua dimensi tersebut. Aspek perilaku dari dari spiritualitas meliputi cara seseorang memanifestasikan kepercayaannya. Bentuk kebutuhan spiritulitas tersebut meliputi arti dan tujuan hidup, kepercayaaan, harapan, cinta dan pengampunan (Dewi, 2014).

Menurut Burkhardt (1993 dalam Hamid, 2008) spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut: (1) berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan; (2) menemukan arti dan tujuan hidup; (3) menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi.

Spiritualitas adalah bagian integral dari kesehatan dan kesejahteraan kaum usia lanjut, terutama disaat mereka menghadapi tantangan masa tua. Agama dan spiritualitas menyediakan bagi kaum lelaki dan perempuan strategi-strategi efektif dalam kasus-kasus kehilangan, kesulitan-kesulitan peersonal, stress, penyakit, pembedahan dan kematian (Young & Koopsen, 2007).

1.2 Teori-teori Spiritualitas 1.2.1 Teori teologis

Mendeskripsikan spiritualitas sebagai iman seseorang pada Tuhan yang diungkapkan melalui rumusan iman dan praktik keagamaan.

1.2.2 Teori psikologis

(72)

1.2.3 Teori sosiologi

Menurut sosiologi seseorang dapat dipengaruhi oleh orang-orang yang disekitarnya, ataupun oleh kelompok orang yang ada disekitarnya. Menurut sosiologi spiriualitas tidak hanya pada praktik spiritual dan ritual, tetapi juga sebagai moralitas sosial yang terdapat dalam relasi personal (Meraviglia,1999 dalam Young & Koopsen, 2007).

1.2.4 Teori kedokteran

Ilmu kedokteran hingga akhir ini, memberikan sedikit sekali perhatian pada dimensi spiritual, karena hal ini dianggap kurang berperan dalam proses penyembuhan. Akan tetapi, kini ilmu kedokteran memusatkan perhatian pada penjelajahan hubungan antara kebutuhan spiritual pasien dan aspek perawatan kesehatan tradisional. Mereka mulai menawarkan mata kuliah tentang spiritualitas, agam dan kesehatan (Hiatt,1986; Koenig et al,1999 dalam Young & Koopsen, 2007).

1.2.5 Teori keperawatan

(73)

1.3 Elemen Hakiki Spiritualitas

Agar dapat mengenali kebutuhan spiritual pasien dan menyelenggarakan perawatan kesehatan yang memadai, penyelenggaraan kesehatan harus memahami eleman spritualitas dan bagaimana elemen itu diekspresikan oleh orang yang berbeda-beda. Berikut ini dijelaskan elemen-elemen pokok spiritualitas:

1.3.1 Diri sendiri, Sesama, dan Tuhan

Relasi spiritual dengan diri sendiri, sesama, dan Tuhan dapat menjadi sumber penghiburan tak terbatas, seraya memberi dan daya yang menyembuhkan kepada pasien. Energi ini dapat bersifat timbal balik, mandalam dan kaya makna baik bagi penyelenggara perawatan kesehatan maupun pasien (Dyson et al, 1997; Walton,1996 dalam Young & Koopsen, 2007).

1.3.2 Makna dan tujuan Hidup

(74)

1.3.3 Harapan

Orang yang memperhatikan hidup spiritual cenderung berpengharapan tinggi daripada sesamanya yang tidak memperhatikan hidup spiritual (Mahoney & Graci,1999 dalam Young & Koopsen, 2007). Seringkali dikatakan bahwa dimana ada hidup, disitulah ada harapan; akan tetapi, Kleindiest (1998 dalam Young & Koopsen, 2007) juga percaya bahwa, dimana ada harapan, disitu ada hidup.

1.3.4 Keterhubungan/keterkaitan

Spiritualitas juga melibatkan hubungan dengan seseorang atau sesuatu yang mengatasi diri sendiri. Orang atau sesuatu itu dapat menopang atau menghibur, membimbing dalam pengambilan keputusan, memaafkan kelemahan kita, dan merayakan perjalanan hidup kita (Spaniol,2002 dalam Young & Koopsen, 2007).

(75)

1.3.5 Kepercayaan dan Sistem Kepercayaan

Iman dapat menjadi bagian penting dari kepercayaan seseorang dan keputusan yang dibuatnya dalam hidup. Iman yang bertumbuh selalu merupakan proses aktif dan berlangsung terus-menerus serta unik bagi masing-masing orang, karena tertanam dimasa lampau, sekarang, dan harapan akan masa depan (Carson, 1989 dalam Young & Koopsen, 2007)

1.4 Karakteristik Spiritualitas

Beberapa karakteristik yang meliputi hubungan spiritualitas antara lain adalah hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan alam, hubungan dengan orang lain, dan hubungan dengan Tuhan (Hamid, 2009).

1.4.1 Hubungan dengan diri sendiri

Hubungan ini merupakan kekuatan dalam diri seseorang yang meliputi pengetahuan diri yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang menyangkut kepercayaan pada diri sendiri, kepercayaan pada masa depan, ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan diri sendiri (Burkhdat, 1989 dalam kozier, Erb, Blais & Wilkinson. 1995).

1.4.1.1 Kepercayaan

(76)

1.4.1.2 Harapan

Merupakan suatu proses interpersonal yang terbina melalui hubungan dengan orang lain dan Tuhan yang didasarkan pada kepercayaan. Harapan berperan penting dalam mempertahankan hidup ketika individu sakit (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 2004).

1.4.1.3 Makna kehidupan

Merupakan suatu hal yang berarti bagi kehidupan individu ketika individu merasa dekat dengan Tuhan, orang lain dan lingkungan. Individu merasakan kehidupan sebagai sesuatu yang membuat hidup lebih terara, memiliki masa depan, dan merasakan kasih sayang dari orang lain. (Kozier, Erb, Blais & Wiklinson, 2004). 1.4.2 Hubungan dengan orang lain

Hubungan ini terdiri atas harmonis dan tidak harmonisnya hubungan dengan orang lain. Keadaaan harmonis meliputi pembagian waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik, mengasuh anak, mengasuh orang tua, dan orag yang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian. Sedangkan kondisi yang tidak harmonis berkaitan dengan konflik terhadap orang lain dan resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi (Burkhdat, 1989 dalam kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).

1.4.3 Hubungan dengan alam

(77)

1.4.4 Hubungan dengan Tuhan

Pemenuhan kebutuhan spiritualitas berkaitan dengan hubungan dengan Tuhan dapat dilakukan melalui doa dan ritual agama. Doa dan ritual agama merupakan bagian terpenting dalam kehidupan sehari-hari individu dan memberikan ketenangan pada individu (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995). Selain itu doa dan ritual agama dapat membangkitkan harapan dan rasa percaya diri pada seseorang yang sedang sakit dan dapat meningkatkan imunitas (kekebalan) tubuh sehingga mempercepat proses penyembuhan (Hamid, 2009). 1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

Faktor penting yang dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang adalah pertimbangan tahap perkembangan, keluarga, latar belakang etnik dan budaya, pengalaman hidup sebelumnya, krisis, terpisah dari ikatan spiritual, isu moral terkait dengan terapi, serta asuhan keperawatan yang kurang tepat (Taylor, et al 1997 dalam Hamid, 2009).

1.5.1 Tahap Perkembangan

Setiap individu memilki bentuk pemenuhan spiritualitas yang berbeda-beda sesuai dengan usia, jenis kelamin, agama dan kepribadian individu. Semakin beratambah usia, individu akan memriksa dan membenarkan keyakinan spiritualitasnya (Taylor et al,1997 dalam Hamid 2009). Menurut Westerhoff’s

(78)

1.5.1.1 Pada masa anak-anak

Spiritualitas pada masa ini belum bermakna pada dirinya. Spiritualiatas didasarkan pada perilaku yang didapat melalui interaksi dengan orang lain misalnya keluarga. Pada masa ini anak-anak belum mempunyai pemahaman salah atau benar. Kepercayaan atau keyakinan mengikutu ritual atau meniru orang lain. 1.5.1.2 Pada masa remaja

Spiritualitas pada masa ini sudah mulai pada keinginan akan pencapaian kebutuhan spiritualitas seperti keinginan melalui berdoa kepada penciptanya. Berdoa kepada sang Pencipta yang berati sudah mulai membutuhkan pertolongan melalui keyakinan atau kepercayaan. Bila pemenuhan kebutuhan spiritualitas tidak terpenuhi, akan menimbulkan kekecewaan.

1.5.1.3 Pada masa dewasa pertengahan dan lansia

Spiritualias pada masa ini yaitu semakin kuatnya kepercayaan diri yang dipertahankan walaupun menghadapi perbedaan keyakinan yang lain dan lebih mengerti akan kepercayaan dirinya. Perkembangan spiritualitas pada tahap ini lebih matang sehingga membuat individu mampu untuk mengatasi masalah dan menghadapi kenyataan.

1.5.2 Latar Belakang Etnik dan Budaya

(79)

1.5.3 Keluarga

Keluarga sangat berperan dalam perkembangan spiritualitas individu. Keluarga merupakan tempat pertama kali individu memperoleh pengalaman dan pandangan hidup. Dari keluarga, individu belajar tentang Tuhan, kehidupan dan diri sendiri. Keluarga memiliki peran yang penting dalam memenuhi kebutuhan spiritualitas karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dengan individu (Hamid, 2009).

1.5.4 Pengalaman Hidup Sebelumnya

Pengalaman hidup yang positif maupun negatif akan mempengaruhi spiritualitas seseorang. Pengalaman hidup mempengaruhi seseorang dalam mengartikan secara spiritual kejadian yang dialaminya. Pengalaman hidup yang menyenangkan dapat menyebabkan seseorang bersyukur atau tidak bersyukur. Sebagian besar individu bersyukur terhadap pengalaman hidup yang menyenangkan (Hamid, 2009).

1.5.5 Krisis dan Perubahan

(80)

Krisis dapat berhubungan dengan perubahan patofisiologi, terapi/pengobatan yang diperlukan, atau situasi yang mempengaruhi seseorang. Diagnosis penyakit atau penyakit terminal pada umumnya akan menimbulkan pertanyaan tentang sistem kepercayaan seseorang. Jika dihadapkan pada kematian, keyakinan spiritual dan keinginan untuk sembahyang/berdoa lebih tinggi dibandingkan pasien yang berpenyakit bukan terminal (Hamid, 2009). 1.5.6 Isu Moral Terkait dengan Terapi

Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukkan kebesaranNya walaupun ada agama yang menolak intervesi pengobatan. Prosedur medik sering dapat dipengaruhi oleh penangajaran agama, misalnya sirkumsi, transplantasi organ, pencegahan kehamilan, sterilisasi. Konflik antar jenis terapi dengan keyakinan agama sering dialami oleh klien dan tenaga kesehatan (Hamid, 2009).

1.5.7 Asuhan Keperawatan yang Kurang Sesuai

(81)

1.5.8 Agama

Agama sangat mempengaruhi spiritualiats individu. Agama merupakan suatu sistem keyakinan dan ibadah yang dipraktikkan individu dalam pemenuhan spiritualitas individu. Agama merupakan cara dalam pemeliharaan hidup terhadap segala aspek kehidupan. Agama berperan sebagai sumber kekuatan dan kesejahteraan pada individu (Potter & Perry, 2005).

1.6. Kebutuhan Spiritualitas

Setiap manusia mempunyai kebutuhan spiritual yang sama meliputi, kebutuhan akan arti dan tujuan hidup, kepercayaan, harapan, kebutuhan untuk mencintai dan berhubungan, serta kebutuhan untuk mendapatkan pengampunan (Dewi, 2014). Hamid (2009) menjelaskan tentang ekspresi kebutuhan spiritual yang Adaftif dan Maladaptif setiap manusia sperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Ekspresi Kebutuhan Spiritual yang Adaptif dan maladaptif

Kebutuhan Tanda pola atau perilaku

Adaptif

Tanda Pola atau Perilaku maladaptif

Rasa percaya Rasa percaya terhadap diri sendiri dan kesabaran berbuat baik dan tidak tergantung

(82)

(Lanjutan tabel 1)

Kebutuhan Tanda pola atau perilaku adaptif orang lain dapat berbuat salah Tidak mendakwa atau

Mencari kebaikan dari orang lain

Takut bergantung pada orang lain

Menolak bekerja sama dengan tenaga kesehatan

Cemas berpisah dengan keluarga Tidak mampu mempercayai diri sendiri dicintai oleh Tuhan Keyakinan Ketergantugan pada anugerah

Tuhan

Termotivasi untuk tumbuh Mengekspresikan kebutuhan ritual

Mengekspresikan kebutuhan untuk merasa berbagi keyakinan

Mengekspresikan kebutuhan ambivalen terhadap Tuhan Tidak percaya pada kekuasaan Tuhan

Merasa terisolasi dari kepercayaan masyarakat sekitar Nilai keyakinan dan tujuan hidup yang tidak jelas

Kreativitas dan harapan

Meminta informasi tentang kondisi Telah menunda pengambila keputusan yang penting

Arti dan tujuan hidup

Mengekspresikan kepuasan hidup

Menjalankan kehidupan sesuai dengan sistem nilai

(83)

2. Lanjut Usia

2.1 Defenisi Lansia

Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur perkembangan kehidupan manusia. Menurut Undang-Undang nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia disebutkan bahwa Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Dewi, 2014).

Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh karene itu perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat diukur serta berperan aktif dalam pembangunan (UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 19 ayat 1, dalam Fatmah, 2010)

2.2 Klasifikasi Lansia

(84)

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok yaitu usia lanjut (60-74 tahun), usia lanjut tua (75-89 tahun), usia sangat tua (lebih dari 90 tahun).

Menurut Nugroho (2000, dalam Dewi, 2014), ditemukan beberapa macam tipe lansia:

2.2.1 Tipe arif bijaksana, lansia ini kaya dengan hikmah pangalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sedehana, dermawan, memnuhi undanagna dan menjadi panutan

2.2.2 Tipe mandiri, lansia kini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan yang baru, selektif dalam mencari oekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan

2.2.3 Tipe tidak puas, lansia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut sulit dilayani, dan pengkritik

(85)

2.3 Teori Proses Menua 2.3.1 Teori genetic clock

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti maka kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit awal yang katastrofal. Namun secara teoritis dapat dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya untuk beberapa waktu dengan penagruh-pengaruh dari luar, berupa peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit denagan obat-obat atau tindakan-tindakan tertentu.

2.3.2 Mutasi somatik (teori error Catastrophe)

Faktor peneyebab proses menua dalam hal ini adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik seperti radiasi dan zat kimia yang dapat memperpendek umur. Terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut (Suhana & Constantinides, 1994 dalam Darmojo & Martono, 2006). 2.3.3 Rusaknya sistem imun tubuh

(86)

2.3.4 Teori menua akibat metabolisme

Perubahan yang disebabkan oleh kalori yang berlebihan atau kurangnya aktivitas. Perpanjangan umur karena penurunan jumlah kalori, menyebabkan menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme yang menyebabkan penurunan penegeluaran hormon yang merangsang prolifersi sel, misalnya insulin dan hormon pertumbuhan (Mckay, et al, 1935 dalam Darmojo & Martono, 2006). 2.3.5 Kerusakan akibat radikal bebas

Dalam teori ini dijelaskan bahwa walaupun telah ada sistem penangkal dala sistem tubuh manusia, namun sebagian radikal bebas tetap lolos, bahkan makin lanjut usia makin banyak radikal bebas terbentuk sehingga proses pengrusakan terus terjadi, kerusakan organel makin lama makin banyak dan akhirnya sel mati (Oen,1993 dalam Darmojo & Martono, 2006).

3. Spiritualitas pada Usia Lanjut

3.1 Manfaat Spiritualitas dalam Penuaan

(87)

Meskipun fungsi fisik menurun setara dengan pertambahan usia, fungsi-fungsi spiritual tak perlu menurun. Iman memberikan orang yang lanjut usia suatu kekuatan batin yang dibutuhkan untuk melampaui ketidakmampuan fisik yang dikaitkan dengan penuaan dan untuk mengembangkan keuletan emosional yang dibutuhkan untuk mencapai umur panjang (Koenig, 1999 dalam Young & Koopsen, 2007).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Panggabean (2014) terdapat hubungan yang bermakna antara spiritualitas dengan kualitas hidup lansia di Lingkungan IX Kelurahan Petisah Hulu Medan (r=0,528). Semakin tinggi spiritualitas seorang lansia, maka semakin tinggi pula lah kualitas hidup lansia tersebut.

Spiritualitas lansia meningkat dikarenakan lansia tinggal bersama keluarga dan adanya dukungan keluarga yang meningkatkan spiritualitas lansia yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia itu sendiri. Beliau mengasumsikan bahwa spiritualitas menjadi sumber koping bagi lansia dala mengatasi perubahan atau stress yang terjadi dalam kehidupannya.

(88)

Dimensi spiritualitas: hubungan dengan diri sendiri pada lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup berada dalam kategori tinggi sebanyak 27 orang responden (65.9%). Dimensi spiritualitas: hubungan dengan orang lain pada lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup berada dalam kategori tinggi sebanyak 31 orang responden (75.6%). Dimensi spiritualitas: hubungan dengan lingkungan/alam pada lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup berada dalam kategori tinggi sebanyak 32 orang responden (78%).

3.2 Perkembangan Spiritualitas pada Orang Lanjut Usia

Pertumbuhan spiritualitas mencakup perkembangan identitas, penciptaan dan pemeliharaan relasi yang bermakna dengan orang lain dan yang ilahi, menghargai alam, dan mengembangkan suatu kesadran yang transendental.

Spiritualitas pada paruh kedua kehidupan mencakup kemampuan berpikir abstrak, toleransi terhadap ambiguitas dan pertentangan, mengalami fleksibilitas emosional, dan komitmen terhadap nilai-nilai unuversal yang sejati (McFadden & Gerl,1990, dalam Young & Koopsen,2007).

(89)

3.3 Kehilangan, Harapan, Spiritualitas Dan Usia Lanjut

Pengalaman kehilangan seperti masa pensiun, kematian pasanga hidup, atau penderitaan penyakit pada stadium akhir membuat penrjalanan spiritual kaum lanjut usia semaklin kompleks (Berggren-Thomas & Griggs, 1995 dalam Young & Koopsen 2007). Kematian adalah salah satu tantangan spiritual terbesar dalam kehidupan manusia (Kremer,2002 dalam Young & Koopsen, 2007). Bagi kaum lanjut usia, situasi mereka yang semakin mendekati ajal dapat memunculkan kebutuhan akan pengampunan sebagaimana juga sebagai sarana pembaruan diri dan penerimaan atas prestasi yang telah diraih.

Orang-orang yang religius tidak begitu takut akan kematian dibandingkan mereka yang tudak cukup religius, tetapi mereka sama-sama takut akan proses menjelang ajal (Young & Koopsen, 2007)

3.4 Tantangan Spiritual yang Unik pada Usia Lanjut

(90)
(91)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Lansia merupakan tahap akhir dari perkembangan hidup manusia. Pada usia lanjut tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di dalam tubuh yang mengakibatkan penurunan fungsi tubuh sehingga kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya menjadi berkurang sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Martono & Darmojo,2006).

Jumlah penduduk lansia setiap tahunnnya selalu mengalami peningkatan khususnya di Indonesia. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2012) perkembangan proporsi penduduk lansia di Indonesia selalu mengalami peningkatan. Diantaranya pada tahun 1980 proporsi penduduk lansia sebanyak (5, 45%), pada tahun 1990 (6,29%), tahun 2000 (7,18%), tahun 2010 (9,77%), dan diperkirakan tahun 2020 akan mencapai (11,34%), sedangkan Data Badan Pusat Statistik Sumatera Utara menunjukkan bahwa lanjut usia dengan kelompok umur 60 tahun ke atas tahun 2015 sebesar 6,78% dari total jumlah penduduk 13.937.797 jiwa. Diperkirakan tahun 2020 akan mengalami peningkatan menjadi 8,29% dari jumlah penduduk 14.703.532 jiwa.

(92)

Hal ini menunjukkan angka umur harapan hidup semakin meningkat. Peningkatan umur harapan hidup merupakan indikator keberhasilan pembangunan terutama di bidang kesehatan.

Peningkatan umur harapan hidup seharusnya seimbang dengan tingkat kesejahteraan pada lansia itu sendiri, terutama dalam bidang kesehatan. Demografik menunjukkan bahwa kebanyakan lansia menderita sedikitnya satu penyakit kronis dan bahkan banyak diantaranya yang menderita lebih dari satu. Angka pasti depresi, ansietas, alkoholisme dan bunuh diri yang terjadi bersamaan belum didokumentasikan, tetapi banyak terjadi dikalangan lansia dengan berbagai ketidakmampuan fisik. Berduka, nyeri, dan kontrol kehilangan kendali mempengaruhi intergritas pribadi. Kehilangan adalah satu kata yang paling menyimpulkan tentang masalah-masalah usia tua, yang meliputi kehilangan pekerjaan, waktu, harga diri, martabat pribadi kesehatan fisik, kontak sosial, peran, pendapatan, barang, ketajaman mental, energi, dan kehilangan kehidupan itu sendiri yang tidak dapat dihindari. Pada lansia konsep kehilangan akan sangat merusak jika menyebabkan kehilangan arti hidup. Dampak dari proses penuaan ini memang tidak dapat dihindari, namun dapat diperlambat ataupun dicegah dengan kehidupan spiritual yang kuat (Stanley & Beare, 2006).

(93)

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sipayung (2014) menunjukkan spiritualitas lansia yang kehilangan pasangan hidup diketahui sebanyak 14 orang (34,1%) responden spiritualitasnya rendah dikarenakan karena kehilangan pasangan hidupnya atau orang yang dicintainya yang dapat menjadi pukulan yang sangat berat dan menghilangkan semangat hidup, khususnya bagi mereka yang kurang terlibat dalam kegiatan keagamaan. Kerapuhan akan meningkat jika lansia kekurangan keterampilan interpersonal, motivasi, kekuatan spiritual, kontak sosial yang bermakna, keuangan yang adekuat, atau persepsi positif tentang kesehatan (Stanley & Beare, 2006).

Lansia yang mengalami krisis spiritual tentulah tidak bisa menjalani masa lansia dengan bahagia dan sejahtera serta tujuan lanjut usia yang disebut “menua

sehat” (healthy aging) tidak dapat dicapai. Menjalani lansia sehat sejahtera dan

bahagia hanya dapat dicapai apabila lansia tersebut merasa sehat secara fisik, mental, spiritual dan sosial, merasa dibutuhkan, merasa dicintai, mempunyai harga diri serta dapat berpartisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari. Seorang lansia dikatakan sehat secara spiritual apabila ia sadar akan siapa dirinya, apa makna dan tujuan hidupnya (Gaskamp, C, Sutter, R, Meraviglia, M, 2006).

(94)

Spiritualitas merupakan dimensi kesejahteraan bagi lansia yang bisa mengurangi stress dan kecemasan, mempertahankan keberadaan diri sendiri untuk menemukan makna dan tujuan hidup. Kesejahteraan spiritual adalah penegasan hidup dalm hubungan dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain, serta memelihara dan menjaga keutuhan lingkungan yang harmonis (Ellison, 1983 dalam Gaskamp, C, Sutter, R, Meraviglia, M, 2006). Agama sebagai sumber dukungan bagi seseorang yang mengalami kelemahan (sakit) dapat membangkitkan semangat untuk sehat atau mempertahankan kesehatan untuk mencapai kesejahteraan. Keadaan spiritualitas yang rendah akan mendukung terjadinya distress spiritual.

UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan merupakan panti sosial terbesar di Sumatera Utara dengan jumlah populasi 160 orang. Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti seluruhnya lansia yang tinggal di panti adalah berusia 60 tahun ke atas dan semuanya sudah menderita penyakit kronis. Sebagian besar lansia diantar oleh keluarganya ke panti dan mereka mengatakan bahwa mereka sudah tidak berperan aktif dalam kegiatan keluarga.

Maka untuk mengetahui tinggi rendahnya spiritualitas lansia yang tinggal di UPT Pelayanan sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan,

peneliti tertarik melakukan penelitian “Gambaran Pemenuhan Kebutuhan

(95)

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti ingin mengetahui bagaimanakah gambaran pemenuhan kebutuhan spiritualitas lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan spiritualitas lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi peningkatan kualitas pendidikan baik keperawatan komunitas, gerontologi dan spiritualitas dalam hal Asuhan Keperawatan.

4.2 Bagi Keluarga, Masyarakat dan Pengelola UPT

Gambar

gambaran pemenuhan kebutuhan spiritualitas lansia di UPT Pelayanan sosial
Tabel 1. Distribusi dan Frekuensi karakteristik responden
Tabel 2  Distribusi Frekuensi dan Persentase Gambaran Pemenuhan
Tabel 3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Gambaran Pemenuhan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini, Kamis tanggal Dua puluh bulan September tahun dua ribu dua belas, bertempat di Badan Kepegawaian Negara Kantor Regional VIII Banjarmasin, Panitia

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan pekerjaan Penggantian dan Penataan Lampu Taman di Pusat Penngelolaan Komplek Kemayoran, Nomor : BA.06/PPBJ/PJU.LT/10/2012 Tanggal 04

Sedangkan untuk volume impor terbesar berdasarkan kelompok barang terdapat pada kelompok Tekstil dan Barang dari Tekstil sebesar 53,29 kiloton; Kelompok Pulp, Kertas

Arduino Uno-R3 digunakan untuk menerima perintah dari Smartphone Android melalui media komunikasi Bluetooth HC-05, setiap selesai mengeksekusi sebuah perintah,

Dalam manfaat besi menurut sains, besi dan berbagai jenis logam lainnya adalah ciptaan Allah yang jika dipanaskan akan mencair dan apabila didinginkan akan membeku, sehingga besi

Kita gunakan prosedur di atas untuk menyusun tabel distribusi frekuensi nilai ujian mahasiswa (Tabel 1). Banyak Kelas: Tentukan banyak kelas yang diinginkan. Sebagai latihan,

Hasil uji t pada variabel Harga atau X2 diperoleh probabilitas Sig sebesar 0,000. Jadi thitung> ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel X2 memiliki kontribusi terhadap Y.

Tahap Pelaksanaan: 1) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada kelas eksperimen dan