Lampiran 3
KUESIONER
GAMBARAN GEJALA PENYAKIT KULIT PADA TANGAN PENJUAL IKAN BASAH
DI PASAR TRADISIONAL CEMARA MEDAN TAHUN 2015
RIWAYAT PENYAKIT DAN RIWAYAT PEKERJAAN
1. Sebelum saudara bekerja sebagai penjual ikan basah apakah saudara pernah bekerja di tempat lain:
a. Ya Pernah, sebutkan bidang apa b. Tidak pernah
jika jawaban tidak pernah, lanjut ke no.3
2. Jika pernah, apakah anda pernah menderita penyakit kulit di tempat tersebut
a. Ya b. Tidak
3. Sejak bekerja di pasar tempat anda menjual ikan basah, apakah saudara menderita penyakit kulit:
4. Pernahkah saudara mendapatkan pengobatan serius (di Rumah Sakit, Puskesmas, Dokter) atas penyakit kulit tersebut:
a. Ya b. Tidak
5. Apakah ketika tidak bekerja ( libur beberapa hari ) terlihat tanda-tanda gejala penyakit tersebut berkurang :
a. Ya b. Tidak
HYGIENE PERSONAL
6. Apakah Anda mencuci tangan setelah bekerja:
a. Ya b. Tidak
7. Apakah Anda membersihkan sela-sela jari tangan?
a. Ya b. Tidak
8. Apakah Anda mencuci tangan dengan sabun?
a. Ya b. Tidak
9. Apakah Anda mencuci tangan dengan air mengalir?
Lampiran 4
LEMBAR OBSERVASI
No. Gambaran Gejala Penyakit Kulit
Terasa Gatal
Perih Ruam
Kemerahan
18 1 0 0 1 39 SMA 8 4
19 TKI 1 1 1 1 38 SMA 8 3
20 Pekerja Rumah Makan 1 1 1 0 20 SMP 8 1
21 1 1 1 1 33 SMA 8 5
22 Kuli Bangunan 1 0 0 0 40 SMA 7 10
23 1 1 0 0 31 SMA 8 2
24 1 1 0 0 26 SMA 8 8
25 1 1 1 1 47 SMA 8 25
26 1 1 0 0 27 SMA 7 1
27 Supir 1 1 1 0 27 SMA 7 1
28 1 1 0 1 36 SMA 6 8
29 1 1 0 0 35 SMA 7 8
30 1 0 0 0 24 SMP 8 2
31 1 0 0 1 25 SMA 8 5
32 1 1 0 0 37 SMA 7 15
33 Supir 1 1 0 1 40 SMA 6 15
34 1 0 0 0 22 SMA 8 1
35 Kuli Bangunan 1 1 0 1 32 SMP 7 8
36 1 0 0 0 27 SMA 6 5
37 1 1 1 1 40 SMA 8 22
38 1 1 1 1 30 SD 4 7
39 Perkebunan 1 1 1 1 31 SMA 6 7
40 1 1 1 1 30 SD 6 19
41 1 1 0 1 27 SMA 5 5
43 1 1 0 0 40 SMP 7 20
44 1 1 0 1 47 SMA 8 25
45 1 1 1 1 35 SMP 7 15
46 Supir 1 1 0 0 27 SMA 8 2
47 Kuli Bangunan 1 1 1 1 26 SMA 8 8
Lampiran 6
Kemerahan Berair Bersisik
Benjolan-34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
Lampiran 7
Output Hasil Penelitian
Frequencies
Notes
Output Created 05-Aug-2016 09:23:26
Comments
Input Data C:\Users\hp\Desktop\spss ARUM.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
48
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data.
Syntax FREQUENCIES VARIABLES=Umur
Pendidikan Lama_k Masa_k
AdaKeluhan HP_Tot_k
/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 0:00:00.015
Statistics
Umur Pendidikan
Lama Kerja
(Jam)
Masa Kerja
(Tahun)
N Valid 48 48 48 48
Missing 0 0 0 0
Statistics
Ada Keluhan
Tingkat Higiene
Personal
N Valid 48 48
Missing 0 0
Frequency Table
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 20 1 2.1 2.1 2.1
22 1 2.1 2.1 4.2
24 2 4.2 4.2 8.3
25 1 2.1 2.1 10.4
26 2 4.2 4.2 14.6
30 4 8.3 8.3 35.4
31 4 8.3 8.3 43.8
32 1 2.1 2.1 45.8
33 1 2.1 2.1 47.9
35 4 8.3 8.3 56.3
36 1 2.1 2.1 58.3
37 2 4.2 4.2 62.5
38 1 2.1 2.1 64.6
39 3 6.3 6.3 70.8
40 5 10.4 10.4 81.3
42 1 2.1 2.1 83.3
45 1 2.1 2.1 85.4
47 3 6.3 6.3 91.7
50 2 4.2 4.2 95.8
60 1 2.1 2.1 97.9
65 1 2.1 2.1 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SD 4 8.3 8.3 8.3
SMP 12 25.0 25.0 33.3
SMA 32 66.7 66.7 100.0
Total 48 100.0 100.0
Lama Kerja (Jam)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 4 2 4.2 4.2 4.2
5 2 4.2 4.2 8.3
6 9 18.8 18.8 27.1
7 10 20.8 20.8 47.9
8 25 52.1 52.1 100.0
Masa Kerja (Tahun)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 6 12.5 12.5 12.5
2 6 12.5 12.5 25.0
3 1 2.1 2.1 27.1
4 1 2.1 2.1 29.2
5 7 14.6 14.6 43.8
7 5 10.4 10.4 54.2
8 6 12.5 12.5 66.7
10 1 2.1 2.1 68.8
15 4 8.3 8.3 77.1
19 2 4.2 4.2 81.3
20 2 4.2 4.2 85.4
22 2 4.2 4.2 89.6
25 4 8.3 8.3 97.9
48 1 2.1 2.1 100.0
Ada Keluhan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak ada 19 39.6 39.6 39.6
ada 29 60.4 60.4 100.0
Total 48 100.0 100.0
Tingkat Higiene Personal
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid < 100% 33 68.8 68.8 68.8
100% 15 31.3 31.3 100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur * Ada Keluhan 48 100.0% 0 .0% 48 100.0%
Pendidikan * Ada Keluhan 48 100.0% 0 .0% 48 100.0%
Lama Kerja (Jam) * Ada
Keluhan
48 100.0% 0 .0% 48 100.0%
Masa Kerja (Tahun) * Ada
Keluhan
48 100.0% 0 .0% 48 100.0%
Umur * Ada Keluhan Crosstabulation
Count
Ada Keluhan
tidak ada ada Total
Umur <28 4 9 13
28-35 8 6 14
>35 7 14 21
Pendidikan * Ada Keluhan Crosstabulation
Count
Ada Keluhan
tidak ada ada Total
Pendidikan SD 4 0 4
SMP 8 4 12
SMA 7 25 32
Total 19 29 48
Lama Kerja (Jam) * Ada Keluhan Crosstabulation
Count
Ada Keluhan
tidak ada ada Total
Lama Kerja (Jam) 1 9 14 23
2 10 15 25
Masa Kerja (Tahun) * Ada Keluhan Crosstabulation
Count
Ada Keluhan
tidak ada ada Total
Masa Kerja (Tahun) <3 5 8 13
3-15 10 14 24
>15 4 7 11
Lampiran 8
Dokumentasi
Gambar 1 Tangan Penjual Ikan Basah denga Gejala Penyakit Kulit
Gambar 3 Tangan Penjual Ikan Basah dengan Gejala Penyakit Kulit
46
Daftar Pustaka
Artikelsiana. 2014. Bagian-Bagian Lapisan Kulit dan Fungsinya. http://www.artikelsiana.com/2015/03/kulit-bagian-bagian-lapisan-kulit-fungsi-kulit.html. diakses 15 november 2015
Aisyah, Faddilatul. 2013. Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pekerja Pengupas Udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas SumateraUtara
Cahyawati, I. Nur. 2010. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Pada Nelayan Yang Bekerja Di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tanjungsari Kecamatan Rembang. Skripsi. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang. Semarang
Corry, Dewi. 2008. Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Medan
Djuanda, A. dan Wasitaatmadja, M Sjarif. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam. Cetakan Kedua. Jakarta: Badan Penerbit FKUI
Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates
Harrianto, R. 2013. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. 1 Orang Pekerja di Dunia
Meninggal Setiap 15 Detik Karena Kecelakaan Kerja.
http://www.depkes.go.id/article/print/201411030005/1-orang-pekerja-di-dunia-meninggal-setiap-15-detik-karena-kecelakaan-kerja.html. Diakses 04 Januari 2016
Kenerva, L., Diepgen, T.L., 2003. Occupational Skin Disease. In: Fritsch, P., Burgdorf, W. Skin Diseases in Europe. http://www.abw-verlag.com/sample.pdf. Diakses 17 november 2015
Lestari, Fatma dan Utomo, H Suryo. 2007. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak pada Pekerja di PT INTI PANTJA PRESS INDUSTRI. Jurnal. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia
47
Peate, W.F., 2002. Occupational Skin Disease. Am. Fam Physician66(6): 1005-1033. Available from: http://www.aafp.org/afp/2002/0915/p1025.html. Diakses 17 November 2015
Rakhmawati, Y. 2014. Pentingnya Personal Hygiene.
http://www.kompasiana.com/yulianarakhmawati/pentingnya-personal-hygiene_54f94e87a3331176178b4b14. diakses 4 Desember 2015
Rizki, F. R. 2010. Pengertian Pasar Tradisional dan Modern. https://niaas8.wordpress.com/2010/05/13/pengertian-pasar-tradisional-dan-modern/. Diakses 13 Desember 2015
Roebidin, R. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatosis pada Pekerja Sentra Industri Tahu di Kelurahan Jomblang Kecamatan Candi Sari Kota Semarang. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang
Satuti, Hardian Retno. 2003. Proporsi Dermatosis Serta Gambaran Faktor - Faktor yang Berkaitan pada Pekerja Industri Batik. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro. Semarang
Setiawan, Y. 2011. Gambaran Umum Pasar Tradisional.
http://yogas09.student.ipb.ac.id/?s=gambaran+pasar+tradisional. Diakses 13 Desember 2015
Sirait, Jelita. 2004. Gambaran Kelainan Kulit Pada Pekerja Ikan Basah Di Pasar Tradisional Sukarame Medan Tahun 2004. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Medan
Suma’mur. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Edisi
Kedua. Cetakan Pertama. Jakarta: Sagung Seto
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
26 BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif, untuk melihat gambaran
gejala penyakit kulit pada tangan penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara
Medan.
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Pasar Tradisional Cemara Medan dari bulan
Oktober 2015 sampai Maret 2016. Adapun yang menjadi pertimbangan pemilihan
lokasi penelitian adalah
1. Adanya gejala-gejala penyakit kulit pada penjual ikan basah di Pasar
Tradisional Cemara Medan
2. Pasar tradisional pada lokasi penjual ikan basah merupakan tempat kerja
yang potensial untuk timbulnya penyakit kulit
3. Penelitian tentang penyakit kulit akibat kerja belum pernah di lakukan di
tempat ini
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh penjual ikan basah yang ada di Pasar
Tradisional Cemara Medan yang tergabung ke dalam Koperasi Pasar Cemara
27
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian adalah penjual ikan basah yang ada di Pasar
Tradisional Cemara Medan yang tergabung ke dalam Koperasi Pasar Cemara
Baru berjumlah 48 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data primer. Tahapan yang dilalui untuk
memperoleh data primer ini adalah :
1. Seluruh responden yaitu penjual ikan basah yang berjumlah 48 orang
pekerja diberikan kuesioner untuk dijawab berisi pertanyaan tentang
karakteristik responden, umur, pendidikan, lama kerja, masa kerja, riwayat
pekerjaan dan riwayat penyakit kulit, serta hygiene personal.
2. Melalui observasi peneliti saat kuesioner disebarkan, melihat responden
yang dijumpai ada gejala penyakit kulit.
3.5 Definisi Operasional
1. Umur adalah lamanya hidup responden dalam tahunan, yang dihitung
sejak dilahirkan hingga saat responden diwawancarai.
2. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang telah diselesaikan
responden.
3. Lama kerja adalah waktu yang dipakai responden pada saat mulai bekerja
hingga waktu pulang bekerja.
4. Masa Kerja adalah waktu mulai responden bekerja menjadi penjual ikan
28
5. Riwayat penyakit adalah riwayat penyakit kulit yang pernah dialami oleh
penjual ikan basah.
6. Riwayat pekerjaan adalah pekerjaan responden sebelum menjadi penjual
ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan.
7. Hygiene Personal adalah kebersihan perorangan pada penjual ikan basah
yang meliputi :
a. Mencuci tangan setelah bekerja
b. Membersihkan sela-sela jari
c. Mencuci tangan dengan sabun
d. Mencuci tangan dengan air mengalir
8. Gambaran gejala penyakit kulit yaitu gejala subyektif yang di rasakan
pada pekerja penjual ikan basah, seperti gatal, perih, ruam kemerahan,
berair, bersisik, dan ada benjolan-benjolan kecil.
3.6 Aspek Pengukuran
1. Hygiene Personal
Hygiene yang dilakukan untuk mengukur kebersihan perorangan pada
penjual ikan basah mengenai perilaku mencuci tangan. Observasi hygiene
diukur berdasarkan nilai (skor) yang dijumlahkan pada 4 pertanyaan,
sehingga total skor 4. Setiap pertanyaan mempunyai nilai :
1. Ya (a) = 1
2. Tidak (b) = 0
Berdasarkan jumlah nilai tersebut, hygiene diklasifikasikan dalam 2
29
a. Baik, apabila responden menjawab dengan skor = 4
b. Buruk, apabila responden menjawab pertanyaan dengan skor < 4
2. Gambaran Gejala Penyakit Kulit
Gambaran gejala penyakit kulit diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Ada, apabila dijumpai di kulit responden minimal satu gejala.
b. Tidak ada, apabila tidak terdapat gejala pada kulit responden.
3.7 Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh baik melalui kuesioner dan hasil pengukuran diolah
dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dijelaskan secara
30 BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Pasar Tradisional Cemara Medan
Pasar Tradisional Cemara Medan berdiri pada tahun 1990 yang masih
berupa pasar dalam bentuk informal. Luas tanah Pasar Cemara Medan 6.720
meter persegi dan terletak di Jalan Cemara Kecamatan Medan Timur Kota Medan
Sumatera Utara. Pasar Cemara menjual berbagai macam kebutuhan rumah tangga
untuk sehari-hari seperti beras, ikan basah, daging, sayur-sayuran, buah-buahan
bumbu dapur seperti cabai, bawang, tomat dan lain sebagainya.
Pasar mulai buka dari pukul dua pagi hingga pukul 12 siang, kecuali
penjual ikan basah yang sudah banyak pulang pada jam 10 pagi. Lingkungan kerja
penjual ikan basah di pasar cemara yaitu lantai yang becek disebabkan karena air
rendaman ikan basah yang tumpah dan dibuang di atas lantai. Selain itu para
penjual ikan basah juga mencuci tempat jualan ikan, wadah penampungan ikan
dan mencuci tangan mereka tetap di tempat mereka berjualan ikan.
31
4.2 Karakteristik Responden
Karakteristik responden meliputi : umur, pendidikan, lama kerja dan masa
kerja.
4.2.1 Umur Responden
Umur penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016
dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Umur Responden Pada Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016
Usia (Tahun) F %
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa umur penjual ikan basah paling
32
umur 20, 22, 25, 32, 33, 36, 38, 42, 45, 60, dan 65 tahun yaitu sebanyak 1 orang
(2.1%).
4.2.2 Pendidikan
Pendidikan penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun
2016 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Pendidikan Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa tingkat pendidikan penjual ikan
basah paling banyak tingkat SMA yaitu 32 orang (66.6%) dan yang paling sedikit
tingkat SD yaitu 4 orang (8.3%).
4.2.3 Lama Kerja
Lama kerja penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun
2016 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3 Distribusi Lama kerja Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016
33
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa lama kerja penjual ikan basah
dengan lama kerja paling banyak yaitu 8 jam sebanyak 25 orang (52.1%) dan
lama kerja paling sedikit 4 dan 5 jam sebanyak 2 orang (4.2%).
4.2.4 Masa Kerja
Masa kerja penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun
2016 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4 Distribusi Masa Kerja Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016
Masa Kerja (Tahun) F %
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa masa kerja penjual ikan basah
dengan masa kerja paling banyak yaitu 5 tahun sebanyak 7 orang (14.6%) dan
masa kerja paling sedikit yaitu 3, 4, 10 dan 48 tahun sebanyak 1 orang (2.1%).
4.3 Riwayat Pekerjaan dan Riwayat Penyakit Penjual Ikan Basah
Riwayat pekerjaan di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016 dapat
34
Tabel 4.5 Distribusi Riwayat Pekerjaan Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016
Pekerjaan Sebelumnya F %
Tidak Ada 34 70.8
Kuli Bangunan 4 8.3
Panglong 1 2.1
Pekerja Rumah Makan 1 2.1
Perkebunan 2 4.2
Serabutan 1 2.1
Supir 4 8.3
TKI 1 2.1
Total 48 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 34 orang (70.8%)
tidak memiliki riwayat pekerjaan sebelumnya. Riwayat pekerjaan sebelumnya
paling banyak yaitu kuli bangunan dan supir sebanyak 4 orang (8.3%) dan riwayat
pekerjaan sebelumnya paling sedikit yaitu panglong, pekerja rumah makan,
serabutan, dan TKI sebanyak 1 orang (2.1%).
Dari hasil kuesioner diketahui bahwa penjual ikan basah yang sebelumnya
memiliki riwayat pekerjaan sebelum menjadi penjual ikan basah yang pernah
mengalami gejala penyakit kulit saat mereka bekerja adalah kuli bangunan
sebanyak 2 orang.
4.4 Hygiene Personal
Keadaan hygiene personal penjual ikan basah di pasar Tradisional Cemara
35
Tabel 4.6 Distribusi Hygiene Personal Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016
Keterangan : 1 = Mencuci tangan setelah bekerja
2 = Membersihkan sela-sela jari
3 = Mencuci tangan dengan sabun
4 = Mencuci tangan dengan air mengalir
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa penjual ikan basah yang
memiliki hygiene personal yang baik sebanyak 15 orang (31.3%) dan yang
memiliki hygiene personal yang buruk sebanyak 33 orang (68.8%).
4.5 Gambaran Gejala Penyakit Kulit
Gambaran gejala penyakit kulit di pasar Tradisional Cemara Medan Tahun
2016 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.7 Distribusi Gejala Penyakit Kulit pada Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016
Gejala
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa gejala penyakit kulit yang
36
sebanyak 18 orang (37.5%) dan gejala penyakit kulit yang paling sedikit dialami
adalah benjolan-benjolan kecil dialami oleh 3 orang (6.3%).
Tabel 4.8 Distribusi Ada Gejala Penyakit Kulit pada Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016
Gejala Penyakit Kulit F %
Gejala Penyakit Kulit Total
Ada Tidak
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa penjual ikan basah yang
mengalami gejala penyakit kulit yang terbanyak adalah penjual ikan basah yang
37
Tabel 4.10 Gambaran Pendidikan dengan Gejala Penyakit Kulit pada Tangan Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016
Pendidikan Gejala Penyakit Kulit Total
Ada Tidak
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penjual ikan basah dengan
tingkat pendidikan SMA yang memiliki gejala penyakit kulit sebanyak 25 orang
(52.1%) dan penjual ikan basah dengan tingkat pendidikan SMP yang memiliki
gejala penyakit kulit sebanyak 4 orang (8.3%).
Tabel 4.11 Gambaran Lama Kerja dengan Gejala Penyakit Kulit pada
Gejala Penyakit Kulit Total
Ada Tidak
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa penjual ikan basah yang
mengalami gejala penyakit kulit dengan lama kerja 8 jam sebanyak 15 orang (31,2
%), dengan lama kerja 7 jam kerja sebanyak 7 orang (14,6%), dengan lama kerja 6
jam kerja sebanyak 5 orang (10,4%), dan dengan lama kerja 5 jam sebanyak 2
38
Tabel 4.12 Gambaran Masa Kerja dengan Gejala Penyakit Kulit pada Tangan Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016
Masa Kerja (Tahun)
Gejala Penyakit Kulit Total
Ada Tidak
F % F % F %
<3 8 16.6 5 10.4 13 27.1
3-15 14 29.2 10 20.8 24 50
>15 7 14.6 4 8.3 11 22.9
Total 29 60.4 19 39.6 48 100
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa penjual ikan basah yang
mengalami gejala penyakit kulit yang terbanyak adalah penjual ikan basah yang
39
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Riwayat Pekerjaan dan Riwayat Penyakit Kulit
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa riwayat pekerjaan penjual ikan
basah sebanyak 34 orang (70.8%) tidak memiliki riwayat pekerjaan sebelumnya.
Riwayat pekerjaan paling banyak yaitu kuli bangunan dan supir yaitu
masing-masing sebanyak 4 orang (8.3%) dan riwayat pekerjaan paling sedikit adalah
panglong, pekerja rumah makan, serabutan, dan TKI yaitu masing-masing
sebanyak 1 orang (2.1%).
Riwayat pekerjaan merupakan salah satu faktor yang dapat
dipertimbangkan sebagai penyebab timbulnya penyakit kulit. Hal ini
memungkinkan penyakit kulit diderita bukan akibat pekerjaan yang dijalaninya
sekarang, tetapi akibat pekerjaan sebelumnya. Penjual ikan basah di Pasar
Tradisional Cemara yang mengalami gejala penyakit kulit memiliki riwayat
pekerjaan sebelumnya di bidang industri bangunan (Kabulrachman, 2003).
Dari hasil kuesioner diketahui bahwa penjual ikan basah yang sebelumnya
memiliki riwayat pekerjaan sebagai kuli bangunan terdapat riwayat penyakit kulit
sebanyak 2 orang. Hal ini sesuai dengan teori menurut Kabulrachman (2003) yang
menyatakan bahwa pekerja yang biasa terpajan dengan sensitizer, seperti kromat
pada industri bangunan atau pewarna, pada pabrik pengolahan kulit, mempunyai
40
Pekerjaan basah merupakan tempat berkembangnya penyakit jamur,
misalnya monoliasis. Beberapa jenis ikan dapat menyebabkan kelainan kulit,
biasanya nelayan-nelayan mengetahui jenis-jenis ikan yang mendatangkan gatal
(Cinta Lestari, 2009). Melalui riwayat pekerjaan yang dilakukannya seseorang
dapat mengetahui kemungkinan penyebab penyakit yang sedang dideritanya.
5.2 Hygiene Personal
Hygiene personal yang tidak baik merupakan media penyebab infeksi yang
ditimbulkan oleh air. Dalam hal ini hygiene personal seperti mencuci tangan.
Berdasarkan hasil kuesioner yang dilakukan kepada penjual ikan basah, bahwa
seluruhnya telah mencuci tangan setelah bekerja sebanyak 48 orang (100%),
membersihkan sela-sela jari sebanyak 35 orang (72.9%), mencuci tangan dengan
sabun sebanyak 21 orang (43.8%), dan mencuci tangan dengan air mengalir
sebanyak 28 orang (58.3%).
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa penjual ikan basah yang
memiliki hygiene personal yang baik sebanyak 15 orang (31.3%) dan yang
memiliki hygiene personal yang buruk sebanyak 33 orang (68.8%). Penilaian
kategori hygiene personal pada penelitian ini dilihat dari indikator hygiene
personal yaitu mencuci tangan setelah bekerja, membersihkan sela-sela jari,
mencuci tangan dengan sabun, dan mencuci tangan dengan air mengalir. Dari
keempat indikator tersebut, jika salah satu saja tidak terpenuhi maka dapat
dikatakan bahwa hygiene personal penjual ikan basah tersebut buruk.
Hygiene personal merupakan salah satu faktor yang dapat mencegah
41
mencuci tangan. Kesalahan dalam melakukan cuci tangan dapat menjadi salah
satu penyebabnya. Misalnya kurang bersih dalam mencuci tangan, sehingga masih
terdapat sisa bahan kimia yang menempel pada permukaan kulit. Usaha
mengeringkan tangan setelah dicuci juga dapat berperan dalam mencegah semakin
parahnya kondisi kulit karena tangan yang lembab (Lestari, 2007).
5.3 Gambaran Gejala Penyakit Kulit
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar penjual ikan basah
mengalami gejala penyakit kulit yaitu sebanyak 29 orang (60.4%). Dengan gejala
yang bervariasi yaitu terasa gatal, perih, ruam kemerahan, berair, bersisik, dan ada
benjolan-benjolan kecil. Gejala yang paling banyak dialami penjual ikan basah
yaitu terasa gatal sebanyak 18 orang (37.5%), perih sebanyak 7 orang (14.6%),
ruam kemerahan dan bersisik sebanyak 6 orang (12.5%). Berdasarkan hasil
wawancara dan observasi pada umumnya penjual ikan basah akan mengalami
gejala penyakit kulit seperti gatal-gatal dan kemerahan yang disebabkan oleh
keadaan ikan basah yang dijual kurang baik atau busuk.
5.4 Gejala Penyakit Kulit Berdasarkan Umur Responden
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara gejala penyakit kulit dengan umur
diperoleh hasil yaitu pada usia ≤ 35 tahun sebanyak 15 orang memiliki gejala
penyakit kulit, sedangkan pada usia >35 tahun sebanyak 14 orang memiliki gejala
penyakit kulit. Menurut Juanda (2011), faktor yang mempengaruhi penyakit kulit
yaitu faktor individu (misalnya: ras, usia, lokasi atopi, penyakit kulit lainnya) dan
42
5.5 Gejala Penyakit Kulit Berdasarkan Pendidikan Responden
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penjual ikan basah dengan
tingkat pendidikan SMA yang memiliki gejala penyakit kulit sebanyak 25 orang
(52.1%) dan penjual ikan basah dengan tingkat pendidikan SMP yang memiliki
gejala penyakit kulit sebanyak 4 orang (8.3%), serta penjual ikan basah dengan
pendidikan SD tidak ada yang memiliki gejala penyakit kulit.
5.6 Gejala Penyakit Kulit Berdasarkan Lama Kerja Responden
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 didapatkan penjual ikan basah
yang bekerja selama 8 jam sebanyak 25 orang (52.1%). Berdasarkan hasil tabulasi
silang pada tabel 4.11, diketahui bahwa responden yang mengalami gejala
penyakit kulit pada lama kerja 8 jam sebanyak 15 orang (31,2%). Hal ini
disebabkan karena waktu kerja penjual ikan basah yang terlalu panjang
mengakibatkan iritasi pada kulit.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Satuti
pada pekerja industri batik yang mengatakan bahwa pekerja yang lama kerjanya
>4 jam sehari lebih banyak terkena penyakit kulit daripada pekerja yang bekerja
hanya 1-4 jam sehari.
5.7 Gejala Penyakit Kulit Berdasarkan Masa Kerja Responden
Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 4.12 penjual ikan yang
mengalami gejala penyakit kulit terbanyak yaitu pada kelompok masa kerja < 3
dan 3-15 tahun yaitu 8 orang (16.6%) dan 14 orang (29.2%), sedangkan pada
kelompok masa kerja >15 tahun sebanyak 7orang (14.6%). Hal ini dimungkinkan
43
bahan iritan maupun alergen, sehingga penjual ikan basah yang mengalami gejala
penyakit kulit pada kelompok ini cenderung sedikit ditemukan.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Lestari dan Utomo
(2007), bahwa pekerja yang bekerja lebih lama dapat dimungkinkan lebih
resistens terhadap bahan iritan maupun alergen. Untuk itu pekerja yang bekerja
44 BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada penjual ikan basah
di Pasar tradisional Cemara Medan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penjual ikan basah yang berumur 27 tahun sebanyak 6 orang (12.5%).
Tingkat pendidikan penjual ikan basah terbanyak pada tingkat
pendidikan SMA sebanyak 32 orang (66.7%). Penjual ikan basah yang
memilki lama kerja selama 8 jam sehari sebanyak 25 orang (52.1%).
Penjual ikan basah yang memiliki masa kerja selama 5 tahun sebanyak
7 orang (14.6%).
2. Penjual ikan basah yang mengalami gejala penyakit kulit sebanyak 29
orang dari 48 orang dimana gejala penyakit kulit terbanyak yaitu terasa
gatal dan dialami oleh 18 orang, dan perih sebanyak 7 orang.
3. Penjual ikan basah yang memiliki hygiene personal yang baik sebanyak
15 orang dan yang memiliki hygiene personal yang buruk sebanyak 33
orang.
6.2 Saran
1. Kepada penjual ikan basah yang mengalami gejala penyakit kulit
diharapkan untuk memeriksakan diri ke puskesmas agar dapat
mendapatkan pengobatan.
2. Kepada para penjual ikan basah diharapkan memeriksakan kesehatan
45
3. Penjual ikan basah lebih memperhatikan hygiene personal yaitu
mencuci tangan yang benar dan menggunakan sabun.
4. Kepada penjual ikan basah diharapkan mengeringkan tangan setelah
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit
2.1.1 Definisi Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1.5 meter persegi
dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan
vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat
kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada iklim, umur, seks, ras, dan juga
bergantung pada lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 2011).
2.1.2 Anatomi Kulit
Struktur Kulit terdiri struktur bagian-bagian lapisan anatomi kulit dengan
fungsi yang berbeda-beda. Bagian-bagian kulit terbagi atas tiga bagian yaitu kulit
ari (epidermis), kulit jangan (dermis), dan jaringan ikat bawah. Kulit adalah
lapisan jaringan yang terdapat di permukaan tubuh. Pada permukaan kulit terdapat
kelenjar keringat yang mengekskresikan zat-zat sisa. Zat-zat sisa tersebut
dikeluarkan melalui pori-pori kulit yang berupa keringat. Keringat tersusun dari
air dan garam-garam mineral khususnya garam dapur (NaCl) yang merupakan
hasil metabolisme protein.
Kulit terdiri atas 3 bagian dimana setiap bagian-bagian tersebut
masing-masing lapisan tersusun dari beberapa lapisan yang mempunyai fungsi
8
2.1.2.1 Kulit Ari (Epidermis)
Kulit ari adalah bagian terluar yang sangat tipis Fungsi kulit ari
(epidermis) adalah melindungi tubuh dari berbagai zat kimia yang terdapat diluar
tubuh, melindungi tubuh dari sinar UV, melindungi tubuh dari bakteri . Kulit ari
terdiri atas dua lapis. Lapisan-lapisan kulit ari (epidermis) dan fungsinya adalah
sebagai berikut.
A. Lapisan Tanduk/Stratum korneum
Lapisan tanduk adalah lapisan kulit ari yang paling luar dan merupakan
lapisan mati sehingga mudah mengelupas, tidak memiliki inti, dan mengandung
zat keratin. Lapisan ini akan selalu baru, jika mengelupas tidak akan terasa sakit
atau mengeluarkan darah karena tidak terdapat pembuluh darah dan saraf.
Ciri-Ciri Lapisan Tanduk :
1. Lapisan paling luar dan tersusun dari sel yang telah mati
2. Mudah terkelupas
3. Tidak memiliki pembuluh darah dan saraf sehingga tidak terasa sakit dan
tidak mengeluarkan darah bila lapisan terkelupas
B. Lapisan Malpighi
Lapisan malpighi adalah kulit ari yang berada dibawah lapisan kulit
tanduk. Lapisan Malpighi tersusun atas sel-sel hidup yang selalu membelah diri.
Terdapat pembuluh kapiler, fungsi lapisan pembuluh kapiler adalah untuk
penyampaian nutrisi. Sel-sel yang hidup mengandung melanin. Melanin adalah
pigmen yang mewarnai kulit dan melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan
9
banyak mendapatkan sinar matahari sehingga kulit akan berwarna gelap. Selain
dari melanin, terdapat juga pigmen keratin. Jika pigmen keratin dan melanin
bergabung maka warna kulit akan tampak kekuningan. Jika seseorang tidak
memiliki pigmen, maka orang ini disebut albino. Setiap orang mempunyai pigmen
yang tidak sama sehingga terdapat macam-macam warna kulit seperti kuning
langsat, hitam, warna putih, dan sawo matang.
Ciri-Ciri Lapisan Malpighi :
1. Tersusun atas sel-sel hidup
2. Terdapat ujung saraf
3. Terdapat pigmen yang berguna dalam memberikan warna pada kulit dan
melindungi kulit oleh sinar matahari.
Di Permukaan kulit ari (epidermis) terdapat pori-pori yang merupakan
tempat kelenjar minyak dan yang ditumbuhi rambut, kecuali pada kulit ari
(epidermis) yang terdapat di telapak tangan dan kaki tidak tumbuhi rambut. Kulit
ari (epidermis) pada telapak tangan dan kaki terdapat empat lapisan.
Lapisan-lapisan pada telapak tangan dan kaki adalah sebagai berikut.
1. Stratum Korneum adalah lapisan kulit yang paling luar. Stratum korneum,
lapisan yang paling tebal di telapak kaki dan paling tipis pada dahi, pipi dan
pelupuk mata
2. Stratum Granulosum adalah lapisan yang mengandung dua atau empat
lapisan sel yang disatukan oleh desmodom. Sel-sel ini mengandung granula
keratohialin yang memiliki pengaruh dalam pembentukan keratin pada lapisan
10
3. Stratum Lusidum adalah lapisan yang mengandung dua sampai tiga
lapisan sel yang tidak memiliki inti yang biasanya terdapat pada kulit yang
tebal yaitu telapak tangan dan tumit kaki.
4. Stratum Germinalis adalah lapisan sel yang mengandung satu lapisan sel
piral yang secara aktif yang membelah diri secara mitosis untuk menghasilkan
sel-sel yang berpindah ke dalam lapisan-lapisan atas epidermis dan akhirnya ke
permukaan kulit.
2.1.2.2 Kulit Jangat (Dermis)
Kulit jangat atau dermis adalah lapisan kedua dari kulit. Batas dengan
epidermis dilapisi dari membran basalis. Dermis atau lapisan jangat lebih tebal
dari pada epidermis. Dermis mempunyai serabut yang elastik dengan
memungkinkan kulit dapat merenggang pada saat orang tersebut bertambah
gemuk, dan kulit dapat bergelambir disaat orang menjadi kurus.
Lapisan-Lapisan Dermis (Kulit Jangat) - Pada lapisan dalam dermis
terdapat berbagai macam lapisan-lapisan. Lapisan-lapisan dermis adalah sebagai
berikut :
1. Pembuluh Kapiler, berfungsi untuk menghantarkan nutrisi/zat-zat
makanan pada akar rambut dan sel kulit
2. Kelenjar Keringat (glandula sudorifera), tersebar diseluruh kulit dan
berfungsi untuk menghasilkan keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori
kulit
3. Kelenjar Minyak (grandula sebaceae), berfungsi untuk menghasilkan
11
4. Kelenjar Rambut, memiliki akar dan batang rambut serta kelenjar minyak
rambut. Pada saat dingin dan rasa takut, rambut yang ada di tubuh kita
terasa berdiri. Hal ini disebabkan karena didekat akar rambut terdapat otot
polos yang memiliki fungsi dalam menekakkan rambut.
5. Kumpulan saraf rasa nyeri, saraf panas, saraf rasa dingin dan saraf
sentuhan.
2.1.2.3 Jaringan Ikat Bawah Kulit (Hypodermis)
Jaringan ikat bawah kulit berada dibawah dermis. Jaringan ini tidak
memiliki pembatas yang jelas dengan dermis, sebagai patokan dalam batasannya
adalah mulainya terdapat sel lemak. Pada lapisan kulit ini banyak terdapat lemak.
Fungsi lapisan lemak adalah untuk melindungi tubuh dari benturan, sebagai
sumber energi cadangan dan menahan panas tubuh.
12
2.1.3 Fungsi Kulit
Secara umum kulit mempunyai fungsi. Fungsi kulit adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Proteksi. Kulit berfungsi dalam menjaga bagian dalam tubuh
terhadap gangguan fisik yang berada diluar tubuh. Seperti gesekan,
tekanan, tarikan, dan zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan. Gangguan
yang bersifat panas seperti sengatan UV, radiasi, gangguan infeksi luar
terutama kuman maupun jamur.
b. Fungsi Absorbsi. Kulit lebih mudah menyerap yang menguap dari pada
benda cair atau padat, begitu pun yang larut seperti lemak.
c. Fungsi Ekskresi. Kelenjar-kelenjar kulit akan mengeluarkan zat-zat yang
tidak berguna sebagai hasil dari metabolisme dalam tubuh yang berupa
asam urat, NaCl, ammonia dan urea.
d. Fungsi Persepsi. Kulit yang mengandung ujung-ujung saraf sensorik di
dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan panas yang diperankan oleh
badan-badan ruffini didermis dan subkutis
e. Fungsi Pengaturan suhu tubuh
f. Fungsi Pembentukan Pigmen. Sel pembentuk pigmen (melanosoit yang
terletak pada lapisan basal dan sel yang berasal dari rigi saraf.
g. Fungsi Keratinisasi. Pada lapisan epidermis dewasa terdapat tiga lapisan
yaitu lapisan melanosoit, keratinosit, dan sel langerhans.
2.2 Gejala dan Jenis Penyakit Kulit
Menurut Wibowo (2008) penyakit pada kulit sering terjadi karena berbagai
13
hidup yang kurang sehat, alergi, dan lain-lain. Adapun gejala penyakit kulit antara
lain :
1. Gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari)
2. Muncul bintik-bintik merah (kemerahan, kehitaman, bercak keputihan,
bentol-bentol, berair dan bengkak.
3. Timbul ruam-ruam, bersisik.
4. Kadang disertai demam.
Di Indonesia saat ini penyakit kulit masih cukup tinggi, terutama penyakit
kulit karena infeksi jamur yang superfisial. Sedangkan penyakit kulit karena
infeksi jamur yang dalam, baik sistemik maupun subkutan hanya dijumpai pada
beberapa daerah.
Beberapa penyakit kulit karena infeksi jamur yang superfisial diantaranya
sebagai berikut :
1. Tinea Manus Et Pedis
Tinea pedis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur
dermatofita didaerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung kaki, serta daerah
interdigital. Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang tumbuh dengan subur dalam
keadaan lembab. Penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa yang setiap hari
harus memakai sepatu tertutup dan pada orang yang sering bekerja ditempat
basah, mencuci, disawah dan sebagainya. Keluhan penderita bervariasi mulai dari
tanda keluhan sampai mengeluh sangat gatal dan nyeri karena terjadinya infeksi
14
2. Tinea Versicolor
Merupakan infeksi jamur superfical pada lapisan tanduk kulit yang
disebabkan oleh Malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculate. Infeksi ini
bersifat menahun, ringan dan biasanya tanpa peradangan. Lokasi yang sering
mengalami penyakit ini adalah muka, leher, badan, lengan atas, ketiak, paha dan
lipatan paha. Tanda-tanda penyakit ini berupa bercak-bercak berwarna-warni
terutama badan, dibentuk tidak teratur sampai teratur dengan keluhan gatal-gatal
terutama pada waktu berkeringat, dapat menyerang setiap orang terutama pada
mereka-mereka yang hygienenya buruk (Harahap,M, 2000).
3. Miliaria Rubra
Merupakan suatu keadaan tertutupnya pori-pori keringat sehingga
menimbulkan retensi keringat didalam kulit dimana sumbatan terletak didalam
epidermis. Miliaria rubra banyak terjadi didaerah panas, kelembaban yang tinggi
tetapi dapat juga terjadi pada daerah lain, sekitar 30% orang yang tinggal didaerah
tersebut bisa mengalami Miliaria Rubra.
Penyakit ini terjadi karena ada sumbatan keratin pada saluran keringat.
Pada permulaan musim hujan atau udara lembab. Udara lembab ini
mempengaruhi keratin disekeliling lubang keringat yang mula-mula kering
kemudian menjadi lembab dan membengkak, sehingga lubang kering tertutup.
Dapat juga bahan kimia menyebabkan keratin menjadi basah dan menutupi lubang
keringat. Tanda-tanda dari miliaria rubra ditandai dengan rasa gatal dan kadang
rasa panas seperti terbakar, biasanya timbul bersamaan dengan rangsang yang
15
4. Tinea Ungurium
Merupakan kelainan kuku disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita.
Penyakit ini biasanya menyertai tinea pedis atau tinea manus. Keluhan penderita
berupa kuku menjadi rusak dan warnanya suram. Tergantung penyebabnya,
destruksi kuku dapat mulai dari distal, lateral ataupun keseluruhan.
5. Tinea Korporis
Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang kurang mengerti kebersihan
dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban
kulit yang lebih tinggi merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur pada
kulit halus tanpa rambut seperti pada muka, badan, lengan dan gluteal. Seringkali
bersama-sama dengan Tinea Kruris, Tinea korporis memiliki bentuk dengan tanda
radang lebih nyata, lebih sering dijumpai pada orang dewasa. Lesi biasanya sangat
gatal terutama waktu berkeringat (Harahap, 2000).
2.3 Penyakit Kulit Akibat Kerja
Kulit terdiri atas dua unsur dasar yaitu epidermis dan dermis. Epidermis
luar bertindak sebagai pelindung dan tidak bisa basah, sedangkan dermis
memberikan kekuatan pada kulit yang sebagian besar karena kandungan
kolagennya. Kemampuan epidermis untuk menahan air, merupakan masalah
potensial karena permukaan yang berlekuk memudahkan penyerapan bahan yang
mudah larut, dan ini merupakan jalan masuk banyak bahan-bahan kimia organik.
Penyakit kulit dapat ditandai oleh lesi yang timbul dan tersebar, bercak kemerahan
yang membentuk gambaran geografik berbatas tegas di daerah yang terkena
16
Penyakit kulit merupakan penyakit akibat kerja yang sangat sering
ditemukan, biasanya disebabkan oleh zat kimia, seperti asam/basa kuat, pelarut
lemak, logam yang dapat mengakibatkan iritasi, alergi, atau luka bakar; mekanik,
misalnya akibat gesekan atau tekananpada kulit; fisik misalnya akibat lingkungan
kerja yang terlalu panas; dan infeksi (Harrianto, 2013).
Penyakit kulit akibat kerja atau yang didapat sewaktu melakukan
pekerjaan, banyak penyebabnya antara lain agen sebagai penyebab penyakit
tersebut antara lain berupa agen-agen fisik, kimia, maupun biologis.
Dermatosis akibat kerja adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan atau lingkungan kerja. Istilah lain untuk dermatosis akibat kerja
adalah dermatosiss atau penyakit kulit yang timbul karena hubungan kerja.
Penyakit tersebut timbul pada waktu tenaga kerja bekerja melakukan pekerjaan
atau disebabkan oleh faktor-faktor yang berada pada lingkungan kerja.
Terminologi dermatosis lebih tepat dari pada penggunaan kata dermatitis, sebab
kelainan kulit akibat kerja tidak selalu berupa suatu peradangan (infeksi),
melainkan juga tumor atau alergi atau rangsangan fisik dan lainnya dapat menjadi
penyebab penyakit tersebut. Jadi penamaannya yang benar bukan dermatitis
akibat kerja, karena dermatitis akibat kerja hanya merupakan salah satu aspek saja
dari dermatosis akibat kerja. Selain itu dapat pula dipergunakan istilah kelainan
kulit akibat kerja. Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
terdapat 2 (dua) jenis kelompok penyakit kulit akibat kerja, yaitu: 1. Penyakit kulit
(dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisis, kimiawi atau biologis, dan 2.
17
mineral, antrasen atau persenyawaannya, produk atau residu dari zat tersebut
(Suma’mur, 2014).
Definisi penyakit kulit akibat kerja menurut American Medical
Assosiation (1939) adalah penyakit kulit dimana papara bahan-bahan pada tempat
kerja merupakan penyebab utama timbulnya penyakit kulit.
Di banyak jenis pekerjaan, kulit dapat terpapar oleh dengan bahan-bahan
yang bersifat iritan atau alergen seperti: bahan-bahan kimia, bahan biologi, dan
tekanan fisik serta mekanik. Sensitivitas kulit terhadap bahan-bahan tersebut dan
kemampuan untuk sembuh kembali berbeda setiap individu. Penyakit kulit akibat
kerja dapat bertambah parah jika keseimbangan antara pertahanan kulit dan
bahan-bahan iritan atau alergen terganggu. Keparahan penyakit kulit diukur dari
kualitas kulit dan bahan iritan atau alergen, usaha pencegahan, dan
pengobatannya. Kerusakan yang ditimbulkan dari bahan-bahan tersebut dapat
berupa : sensasi terbakar, gatal, serta eksema kronis, dengan gambaran yang
memililki pola polimorfik, seperti makula atau papul, eritema, vesikel, dan
skuama (Kenerva dan Diepgen,2003).
Penyakit kulit akibat kerja berdampak pada seluruh pekerja di segala usia
dengan variasi tempat kerja. Industri-industri yang pekerjanya memiliki resiko
paling tinggi adalah manufaktur, produksi makanan, konstruksi, pengoperasian
18
2.4 Faktor Penyebab Penyakit Kulit Akibat Kerja
Penyebab dermatosis akibat kerja dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Faktor fisis, yaitu tekanan, tegangan, gesekan, kelembaban, panas, suhu
dingin, sinar matahari, sinar X, dan sinar elektromagnetis lainnya;
2. Bahan yang berasal dari tanaman atau tumbuhan, yaitu daun, ranting,
kayu, akar, umbi, bunga, getah, debu dan lainnya;
3. Mahluk hidup, yaitu bakteri, virus, jamur, cacing, serangga, dan kutu dan
sejenisnya serta hewan lain dan bahan yang berasal dari padanya;
4. Zat atau bahan kimia, yaitu asam dan garam zat kimia anorganis,
persenyawaan kimia organis hidrokarbon, oli, ter, zat pewarna dan lainnya.
Dari semua penyebab itu faktor kimiawi adalah yang terpenting, oleh
karena zat dan bahan kimia banyak digunakan pada proses produksi dalam
berbagai industri. Ada dua mekanisme zat atau bahan kimia menimbulkan
dermatosis, yaitu, pertama, dengan jalan perangsangan primer (primary irritant),
penyebabnya disebut iritan primer, dan, kedua, melalui sensitisasi dan
penyebabnya disebut pemeka (sensitizer). Iritan primer mengadakan rangsangan
kepada kulit, dengan jalan melarutkan lemak kulit, mengambil air dari lapisan
kulit, mengoksidasi dan atau mereduksi susunan kimia kulit, sehingga
keseimbangan kulit terganggu dan akibatnya timbul dermatosis. Sensitisasi oleh
zat kimia pemeka biasanya disebabkan oleh zat kimia organis dengan struktur
molekul sedemikian rupa sehingga dapat bergabung dengan zat putih telur untuk
19
Faktor kimiawi sebagai penyebab dermatosis akibat kerja dapat berupa zat
atau bahan kimia perangsang primer (iritan) atau pemeka (sensitizer). Perangsang
primer adalah zat atau bahan kimia yang menimbulkan dermatosis oleh efeknya
yang langsung kepada kulit normal di tempat terjadinya kontak zat atau bahan
tersebut dengan kulit untuk kuantitas dan kadar zat atau bahan dimaksud yang
cukup serta untuk waktu yang cukup lama pula. Pemeka kulit adalah zat atau
bahan kimia yang tidak usah menimbulkan perubahan pada kulit ketika
berlangsungnya kontak pertama dengan kulit, tetapi menyebabkan efek khas di
kulit tempat terjadinya kontak maupun pada tempat lain setelah selang waktu 5
atau 7 hari sejak kontak yang pertama.
Faktor penyebab fisis-mekanis tekanan, tegangan atau gesekan
menimbulkan dermatosis akibat kerja dengan terjadinya kerusakan langsung
kepada kulit. Kerusakan demikian adalah kelainan sel atau jaringan kulit.
Dermatosis akibat kerja yang berupa kanker kulit timbul melalui patogenesis
(proses terjadinya sakit) penyakit kanker yaitu rangsangan kronis dan sifat
karsinogenisitas suatu zat atau bahan kimia. Bakteri, virus, jamur, dll
menyebabkan dermatosis akibat kerja melalui mekanisme peradangan (infeksi)
yang tanda-tandanya meliputi warna merah di kulit (rubor), panas (color), sakit
(dolor), dan kelainan fungsi (functio laesa). Infestasi parasit adalah hidup atau
menembusnya parasit di kulit yang menyebabkan iritasi dan kerusakan kulit.
2.5 Jenis-jenis Penyakit Kulit Kerja
20
a. Dermatitis kontak primer, adalah dermatologis akibat kerja yang paling
sering ditemukan. Bentuknya mirip dengan kebanyakan dermatosis yang lain dan
penyebabnya tidak mudah dikenali.
b. Dermatitis kontak alergi, baik akut maupun kronis, mempunyai ciri-ciri
klinis yang sama dengan ekzema bukan akibat kerja.
c. Akne (jerawat) akibat kerja. Mirip dengan jerawat pada umumnnya,
tetapi terutama menyerang bagian yang kontak dengan agen.
d. Dermatosis solaris akut. Penyakit kulit yang dianggap sebagai penyakit
kulit akibat kerja, yang sangat dipermudah oleh zat-zat fotodinamik yang
digunakan dala pekerjaan tersebut.
2.6 Diagnosa Penyakit Kulit Akibat Kerja
Menegakkan suatu diagnosa penyakit akibat kerja tidaklah mudah, dimana
keadaan dermatosis sangatlah banyak, untuk itu haruslah diikuti cara diagnosa
penyakit-penyakit akibat kerja pada umumnya. Haruslah tenang kapan dermatosis
itu mulai, selanjutnya perlu pengetahuan tentang lingkungan kerja si penderita,
apakah benar penyakit tersebut berada dalam lingkungan. Bila ada, bagaimana
keterangannya tentang cara penyebab itu menibulkan penyakit tersebut, apakah
secara infeksi, apakah perangsanagan primer, ataukah pemekaan, pertanyaan ini
dapat dijawab dengan memperhatikan penyebab-penyebab yang ada dalam
lingkungan kerja dan dengan uji laboratorium, ataupun klinis. Sangat penting
diketahui ialah “patch test” yang dapat memastikan adanya bahan yang bekerja
sebagai pemeka terhadap si pekerja. Satu cara uji sederhana, apakah dermatosis
21
apabila penyakit it bersumber kepada pekerjaan, biasanya dengan cuti demikian
dermatosis menjadi berkurang, bahkan mungkin menjadi baik sama sekali.
2.7 Pencegahan dan Pengobatan
Sebagaimana berlaku bagi penyakit akibat kerja pada umumnya, maka
bagi dermatosis akibat kerja pun pencegahan merupakan upaya yang paling
penting dan jauh lebih berarti dari pada pengobatan. Benar bahwa terapi
simptomatis cukup membantu, namun faedahnya hanya bersifat sementara dan
tidak mungkin meraih kesembuhan sepenuhnya, maka dari itu satu-satunya upaya
yang akan berhasil adalah meniadakan faktor penyebab dermatosis akibat kerja
dari pekerjaan dan lingkungan kerja dan menghilangkan seluruh risiko tenaga
kerja kontak kulit dengan faktor penyebab yang bersangkutan. Penggunaan
pakaian kerja dan alat pelindung diri adalah salah satu bentuk upaya preventif.
Demikian pula adanya kepatuhan menjalankan prosedur kerja melalui pendidikan
dan pelatihan juga merupakan suatu pendekatan yang baik. Memindahkan
penderita dari pekerjaan dan lingkungan kerja lain yang tidak berbahaya bagi kulit
yang bersangkutan merupakan upaya terakhir dan hal itu biasanya tidak mudah
dilaksanakan dan seringkali menimbulkan problema lain.
Dermatosis akibat kerja selalu dapat dicegah dengan memakai cara-cara
pencegahan yang telah diuraikan. Selain cara-cara umum itu, perlu diperhatikan
masalah kebersihan perseorangan (higiene pribadi) dan sanitasi lingkungan kerja
serta pemeliharaan ketatarumahtanggaan perusahaan yang baik. Kebersihan
perseorangan misalnya cuci tangan, mandi sebelum pulang kerja, pakaian bersih
22
Kebersihan lingkungan dan pemeliharaan ketatarumahtanggan perusahaan
meliputi pembuangan air bekas dan sampah industri yang memenuhi syarat
higiene, keselamatan dan kesehatan, pembersihan debu, penerapan proses
produksi yang tidak menimbulkan pencemaran udara dan juga permukaan, cara
sehat dan selamat penimbunan dan penyimpanan barang dan lainnya.
Diagnosis dini sangat perlu dalam upaya penanggulangan dermatosis
akibat kerja, sebab dengan melakukan diagnosis dermatosis akibat kerja seawal
mungkin dapat dilaksanakan upaya preventif yang cepat dan tepat serta
perlindungan kesehatan pada penderita dapat sesegera mungkin diselenggarakan
(Suma’mur, 2014).
2.8 Pengertian Pasar Tradisional
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli
serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan
biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau
gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola
pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan
berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik,
jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang
lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya
terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai
pasar (Rizki,2013).
Menurut definisi lama ahli ekonomi, pasar adalah tempat bertemunya
23
terdapat penjual dan pembeli yang melakukan suatu transaksi, yaitu suatu
kesepakatan dalam kegiatan jual-beli. Suatu transaksi memiliki syarat yang
semuanya harus dipenuhi, yaitu: (a) ada barang yang diperjual belikan, (b) ada
pedagang dan pembeli, (c) ada kesepakatan harga barang dan (d) tidak ada
paksaan dari pihak mana pun. Menurut tata cara transaksinya, pasar dibedakan
menjadi dua macam, yaitu pasar tradisional dan pasar modern.
Pasar tradisional adalah satu bentuk pasar dimana barang yang
diperjualbelikan bisa dipegang oleh pembeli, dan memungkinkan terjadinya tawar
menawar secara langsung antara penjual dan pembeli. Barang yang
diperjualbelikan di pasar tradisional biasanya adalah barang-barang kebutuhan
sehari-hari. Pasar tradisional menyediakan barang/komoditas yang beraneka
macam/jenis seperti beras, sayur, ikan, daging, dll, dan tidak spesifik.
Kebanyakan, atau sebagian besar pasar tradisional secara keleluasaan distribusi
dapat dikategorikan sebagai pasar lokal, karena hanya menjangkau daerah tertentu
yang luas cakupannya adalah sempit.
Pasar tradisional dapat dikatakan merupakan pasar yang paling sederhana.
Dalam pasar tradisional tidak terdapat peraturan yang ketat, hanya ada aturan
antar pedagang saja. Hal tersebut yang menjadikan mudahnya para penjual masuk
dan keluar pasar. Di dalam aturan pasar tradisional sangat memungkinkan
beberapa pedagang berbeda menjual komoditas yang sama, misal sayur, ikan
ataupun bahan-bahan dapur, karenanya pasar tradisional dapat dikatakan sebagai
24
2.9 Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Penyakit Kulit pada Penjual Ikan Basah
2.9.1 Riwayat Pekerjaan
Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis meliputi riwayat pekerjaan, hobi,
obat topikal yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang
diketahui menimbulkan alergi, penyakit kulit pada keluarganya (Djuanda, 2011).
Kelompok tertentu mempunyai resiko yang tinggi. Pekerja yang biasa terpajan
dengan sensitizer, seperti kromat pada industri banguna atau pewarna, pada pabrik
pengolahan kulit, mempunyai insiden yang lebih tinggi (Kabulrachman, 2003).
Dermatitis akibat pekerjaan terlihat, misalnya perusahaan batik, percetakan,
pompa bensin, bengkel, salon kecantikan, pabrik karet, dam pabrik plastik
(Mansjoer, 2003).
2.9.2 Riwayat Penyakit
Menurut Beth G. Goldstein dan Adam O. Goldstein , 2001 (dalam
Cahyawati) diagnosis mengenai riwayat dermatologi yang sering diajukan untuk
membedakan suatu penyakit dari penyakit lainnya adalah menanyakan pada
pasien apakah mempunyai riwayat masalah medis kronik.
Timbulnya dermatitis kontak alergi di pengaruhi oleh riwayat penyakit
kronis dan pemakaian topikal lama (Kabulrachman, 2003). Penyakit kulit yang
terkait dengan kejadian dermatitis diantaranya disebabkan oleh karena alergi,
obat, suhu, dan cuaca (Mulyaningsih, 2005).
2.9.3 Hygiene Personal
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
25
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik
dan psikis. Personal hygiene adalah suatu tindakan memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Saat seseorang sakit,
biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena bila
menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut
dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum (Rakhmawati,
2014). Hygiene personal merupakan salah satu faktor yang dapat mencegah
terjadinya penyakit kulit. Salah satu hal yang menjadi penilaian adalah masalah
mencuci tangan. Kesalahan dalam melakukan cuci tangan dapat menjadi salah
satu penyebabnya. Misalnya kurang bersih dalam mencuci tangan, sehingga masih
terdapat sisa bahan kimia yang menempel pada permukaan kulit. Usaha
mengeringkan tangan setelah dicuci juga dapat berperan dalam mencegah semakin
parahnya kondisi kulit karena tangan yang lembab (Lestari, 2007).
2.10 Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
1. Karakteristik a. Umur b. Pendidikan c. Lama Kerja d. Masa Kerja e. Riwayat Pekerjaan f. Riwayat Penyakit
2. Hygiene Personal
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis; sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapannya yang
bertujuan mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam
keseimbangan antara kapasitas kerja, beban kerja dan keadaan lingkungan kerja
serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan
kerja (Suma’mur, 2014).
Salah satu masalah dalam kesehatan kerja adalah penyakit akibat kerja.
Lingkungan kerja dan kesehatan memiliki hubungan yang erat karena lingkungan
kerja yang tidak memenuhi syarat dapat merupakan media penyebab timbulnya
gangguan kesehatan maupun penyakit, seperti penyakit kulit.
Menurut data International Labour Organization (ILO) tahun 2012, angka
kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak 2
2
di Indonesia tahun 2013 tercatat jumlah kasus penyakit yang berkaitan dengan
pekerjaan berjumlah 428.844 kasus (KEMENKES, 2014).
Penyakit kulit akibat kerja (Occupational Dermatosis) merupakan salah
satu bentuk penyakit akibat kerja, merupakan jenis penyakit akibat kerja
terbanyak kedua setelah penyakit musculoskeletal, berjumlah sekitar 22% dari
seluruh penyakit akibat kerja. Sebanyak 90% penyakit akibat kerja berlokasi di
tangan (Depkes, 2008). Persentasi dermatosis akibat kerja dari seluruh penyakit
akibat kerja menduduki porsi tertinggi sekitar 50-60 %, maka dari itu penyakit ini
pada tempatnya mendapat perhatian yang proporsional. Selain prevalensi yang
tinggi, dermatosis akibat kerja yang kelainannya biasanya terdapat pada lengan,
tangan dan jari sangat mengganggu penderita melakukan pekerjaan sehingga
sangat berpengaruh negatif terhadap produktivitas kerjanya (Suma’mur, 2014).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jelita Sirait (2004) yang berjudul
Gambaran Kelainan Kulit pada Pekerja Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional
Sukarame Medan mengatakan bahwa kelainan kulit yang ditemui pada penjual
ikan basah di pasar tradisional sukarame Medan yaitu gatal, perih, bersisik,
berwarna putih, dan kebas. Jamur yang ada pada jaringan kulit penjual ikan basah
adalah jamur kontaminan Kelas Deuteromycetes, yaitu Aspergillus sp dan
Paecylomyces.
Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Corry (2008) yang berjudul
Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan
Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008 menunjukkan bahwa gambaran
3
dan merasakan gatal-gatal pada kulit karena disebabkan oleh air atau digigit
binatang, sedangkan lokasi kelainan kulit pada kaki, tangan, sela-sela jari, badan
dan wajah.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Imma Nur Cahyawati
(2010) mengenai faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis pada
nelayan yang bekerja di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tanjung Sari Kecamatan
Rembang menunjukkan bahwa terjadinya penyakit dermatitis pada nelayan
berhubungan secara signifikan dengan masa kerja, alat pelindung diri, riwayat
pekerjaan, hygiene personal, riwayat penyakit kulit dan riwayat alergi.
Pemeliharaan hygiene personal sangat menentukan status kesehatan,
dimana individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan
mencegah terjadinya penyakit. Salah satu upaya hygiene personal adalah merawat
kebersihan kulit karena kulit berfungsi untuk melindungi permukaan tubuh,
memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan kotoran-kotoran tertentu. Mengingat
kulit penting sebagai pelindung organ- organ tubuh, maka kulit perlu dijaga
kesehatannya. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur,virus, kuman, parasit.
Penjual ikan basah pada umumnya bekerja di pasar tradisional. Di pasar
tradisional barang-barang yang dijual bervariasi, umumnya sebagian besar untuk
kebutuhan pokok dengan harga relatif lebih murah dibandingkan dengan barang
yang sama dijual dipasar modern. Pasar tradisional umumnya terkesan kumuh,
tak teratur, dan tak terawat.
Masyarakat Indonesia sebagian besar memanfaatkan pasar tradisional,
4
Indonesia termasuk ke dalam pengguna pasar tradisional dan berinteraksi dengan
masyarakat banyak dalam pemenuhan salah satu kebutuhan pokok manusia.
Kasus penyakit kulit akibat kerja (dermatosis) pada penjual ikan basah disebabkan
oleh kondisi lingkungan dan kondisi kerjanya.
Pasar tradisional Cemara berlokasi di Jalan Cemara Medan. Pasar ini
didirikan sejak tahun 1990 dengan luas 6.720 meter persegi. Terletak di sekitar
sungai Kera dan berdampingan dengan lokasi pelelangan ikan. Lapak pedagang
sebagian menempel di bibir sungai. Diruas jalan lintas terutama dibagian
jembatan, kedua sisi trotoarnya sudah dipadati pedagang kaki lima juga pembeli
dan pejalan kaki yang lalu lalang di sana (Mila, 2009).
Pasar tradisional ini memiliki penjual ikan basah sebanyak 48 orang yang
tergabung kedalam Koperasi Pasar Cemara Baru. Dari hasil survey awal yang
dilakukan pada penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara, terlihat bahwa
sebagian besar pekerja pernah dan sedang mengalami gejala penyakit kulit yaitu,
gatal, perih, bersisik, dan kemerahan. Dilihat dari kondisi kerjanya, penjual ikan
basah merupakan pekerja yang potensial untuk terkena penyakit kulit, dimana
penjual ikan basah memulai pekerjaannya pada subuh hari kira-kira jam 2 pagi
hingga jam 10 siang. Dimulai dengan para penjual ikan basah menerima ikan yang
di antarkan dari Aceh kemudian memindahkannya ke wadah penampungan ikan
basah. Lalu penjual ikan menambahkan es ke dalam wadah penampungan ikan
basah. Setelah itu, ikan basah siap untuk dijual kepada pembeli. Penjual ikan
kontak dengan ikan basah dan rendaman ikan basah ketika ada pembeli yang