• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Gejala Penyakit Kulit Pada Tangan Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Gejala Penyakit Kulit Pada Tangan Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Lampiran 3

KUESIONER

GAMBARAN GEJALA PENYAKIT KULIT PADA TANGAN PENJUAL IKAN BASAH

DI PASAR TRADISIONAL CEMARA MEDAN TAHUN 2015

RIWAYAT PENYAKIT DAN RIWAYAT PEKERJAAN

1. Sebelum saudara bekerja sebagai penjual ikan basah apakah saudara pernah bekerja di tempat lain:

a. Ya Pernah, sebutkan bidang apa b. Tidak pernah

jika jawaban tidak pernah, lanjut ke no.3

2. Jika pernah, apakah anda pernah menderita penyakit kulit di tempat tersebut

a. Ya b. Tidak

3. Sejak bekerja di pasar tempat anda menjual ikan basah, apakah saudara menderita penyakit kulit:

(4)

4. Pernahkah saudara mendapatkan pengobatan serius (di Rumah Sakit, Puskesmas, Dokter) atas penyakit kulit tersebut:

a. Ya b. Tidak

5. Apakah ketika tidak bekerja ( libur beberapa hari ) terlihat tanda-tanda gejala penyakit tersebut berkurang :

a. Ya b. Tidak

HYGIENE PERSONAL

6. Apakah Anda mencuci tangan setelah bekerja:

a. Ya b. Tidak

7. Apakah Anda membersihkan sela-sela jari tangan?

a. Ya b. Tidak

8. Apakah Anda mencuci tangan dengan sabun?

a. Ya b. Tidak

9. Apakah Anda mencuci tangan dengan air mengalir?

(5)

Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI

No. Gambaran Gejala Penyakit Kulit

Terasa Gatal

Perih Ruam

Kemerahan

(6)
(7)
(8)

18 1 0 0 1 39 SMA 8 4

19 TKI 1 1 1 1 38 SMA 8 3

20 Pekerja Rumah Makan 1 1 1 0 20 SMP 8 1

21 1 1 1 1 33 SMA 8 5

22 Kuli Bangunan 1 0 0 0 40 SMA 7 10

23 1 1 0 0 31 SMA 8 2

24 1 1 0 0 26 SMA 8 8

25 1 1 1 1 47 SMA 8 25

26 1 1 0 0 27 SMA 7 1

27 Supir 1 1 1 0 27 SMA 7 1

28 1 1 0 1 36 SMA 6 8

29 1 1 0 0 35 SMA 7 8

30 1 0 0 0 24 SMP 8 2

31 1 0 0 1 25 SMA 8 5

32 1 1 0 0 37 SMA 7 15

33 Supir 1 1 0 1 40 SMA 6 15

34 1 0 0 0 22 SMA 8 1

35 Kuli Bangunan 1 1 0 1 32 SMP 7 8

36 1 0 0 0 27 SMA 6 5

37 1 1 1 1 40 SMA 8 22

38 1 1 1 1 30 SD 4 7

39 Perkebunan 1 1 1 1 31 SMA 6 7

40 1 1 1 1 30 SD 6 19

41 1 1 0 1 27 SMA 5 5

(9)

43 1 1 0 0 40 SMP 7 20

44 1 1 0 1 47 SMA 8 25

45 1 1 1 1 35 SMP 7 15

46 Supir 1 1 0 0 27 SMA 8 2

47 Kuli Bangunan 1 1 1 1 26 SMA 8 8

(10)

Lampiran 6

Kemerahan Berair Bersisik

(11)

Benjolan-34  

35 

36 

37 

38

39

40

41 

42

43  

44 

45

46 

47

48  

(12)

Lampiran 7

Output Hasil Penelitian

Frequencies

Notes

Output Created 05-Aug-2016 09:23:26

Comments

Input Data C:\Users\hp\Desktop\spss ARUM.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data

File

48

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated

as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with

valid data.

Syntax FREQUENCIES VARIABLES=Umur

Pendidikan Lama_k Masa_k

AdaKeluhan HP_Tot_k

/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 0:00:00.015

(13)

Statistics

Umur Pendidikan

Lama Kerja

(Jam)

Masa Kerja

(Tahun)

N Valid 48 48 48 48

Missing 0 0 0 0

Statistics

Ada Keluhan

Tingkat Higiene

Personal

N Valid 48 48

Missing 0 0

Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 20 1 2.1 2.1 2.1

22 1 2.1 2.1 4.2

24 2 4.2 4.2 8.3

25 1 2.1 2.1 10.4

26 2 4.2 4.2 14.6

(14)

30 4 8.3 8.3 35.4

31 4 8.3 8.3 43.8

32 1 2.1 2.1 45.8

33 1 2.1 2.1 47.9

35 4 8.3 8.3 56.3

36 1 2.1 2.1 58.3

37 2 4.2 4.2 62.5

38 1 2.1 2.1 64.6

39 3 6.3 6.3 70.8

40 5 10.4 10.4 81.3

42 1 2.1 2.1 83.3

45 1 2.1 2.1 85.4

47 3 6.3 6.3 91.7

50 2 4.2 4.2 95.8

60 1 2.1 2.1 97.9

65 1 2.1 2.1 100.0

(15)

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SD 4 8.3 8.3 8.3

SMP 12 25.0 25.0 33.3

SMA 32 66.7 66.7 100.0

Total 48 100.0 100.0

Lama Kerja (Jam)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 4 2 4.2 4.2 4.2

5 2 4.2 4.2 8.3

6 9 18.8 18.8 27.1

7 10 20.8 20.8 47.9

8 25 52.1 52.1 100.0

(16)

Masa Kerja (Tahun)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 6 12.5 12.5 12.5

2 6 12.5 12.5 25.0

3 1 2.1 2.1 27.1

4 1 2.1 2.1 29.2

5 7 14.6 14.6 43.8

7 5 10.4 10.4 54.2

8 6 12.5 12.5 66.7

10 1 2.1 2.1 68.8

15 4 8.3 8.3 77.1

19 2 4.2 4.2 81.3

20 2 4.2 4.2 85.4

22 2 4.2 4.2 89.6

25 4 8.3 8.3 97.9

48 1 2.1 2.1 100.0

(17)

Ada Keluhan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak ada 19 39.6 39.6 39.6

ada 29 60.4 60.4 100.0

Total 48 100.0 100.0

Tingkat Higiene Personal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid < 100% 33 68.8 68.8 68.8

100% 15 31.3 31.3 100.0

(18)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Umur * Ada Keluhan 48 100.0% 0 .0% 48 100.0%

Pendidikan * Ada Keluhan 48 100.0% 0 .0% 48 100.0%

Lama Kerja (Jam) * Ada

Keluhan

48 100.0% 0 .0% 48 100.0%

Masa Kerja (Tahun) * Ada

Keluhan

48 100.0% 0 .0% 48 100.0%

Umur * Ada Keluhan Crosstabulation

Count

Ada Keluhan

tidak ada ada Total

Umur <28 4 9 13

28-35 8 6 14

>35 7 14 21

(19)

Pendidikan * Ada Keluhan Crosstabulation

Count

Ada Keluhan

tidak ada ada Total

Pendidikan SD 4 0 4

SMP 8 4 12

SMA 7 25 32

Total 19 29 48

Lama Kerja (Jam) * Ada Keluhan Crosstabulation

Count

Ada Keluhan

tidak ada ada Total

Lama Kerja (Jam) 1 9 14 23

2 10 15 25

(20)

Masa Kerja (Tahun) * Ada Keluhan Crosstabulation

Count

Ada Keluhan

tidak ada ada Total

Masa Kerja (Tahun) <3 5 8 13

3-15 10 14 24

>15 4 7 11

(21)

Lampiran 8

Dokumentasi

Gambar 1 Tangan Penjual Ikan Basah denga Gejala Penyakit Kulit

(22)

Gambar 3 Tangan Penjual Ikan Basah dengan Gejala Penyakit Kulit

(23)
(24)

46

Daftar Pustaka

Artikelsiana. 2014. Bagian-Bagian Lapisan Kulit dan Fungsinya. http://www.artikelsiana.com/2015/03/kulit-bagian-bagian-lapisan-kulit-fungsi-kulit.html. diakses 15 november 2015

Aisyah, Faddilatul. 2013. Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pekerja Pengupas Udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas SumateraUtara

Cahyawati, I. Nur. 2010. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Pada Nelayan Yang Bekerja Di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tanjungsari Kecamatan Rembang. Skripsi. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang. Semarang

Corry, Dewi. 2008. Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Medan

Djuanda, A. dan Wasitaatmadja, M Sjarif. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam. Cetakan Kedua. Jakarta: Badan Penerbit FKUI

Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates

Harrianto, R. 2013. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. 1 Orang Pekerja di Dunia

Meninggal Setiap 15 Detik Karena Kecelakaan Kerja.

http://www.depkes.go.id/article/print/201411030005/1-orang-pekerja-di-dunia-meninggal-setiap-15-detik-karena-kecelakaan-kerja.html. Diakses 04 Januari 2016

Kenerva, L., Diepgen, T.L., 2003. Occupational Skin Disease. In: Fritsch, P., Burgdorf, W. Skin Diseases in Europe. http://www.abw-verlag.com/sample.pdf. Diakses 17 november 2015

Lestari, Fatma dan Utomo, H Suryo. 2007. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak pada Pekerja di PT INTI PANTJA PRESS INDUSTRI. Jurnal. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia

(25)

47

Peate, W.F., 2002. Occupational Skin Disease. Am. Fam Physician66(6): 1005-1033. Available from: http://www.aafp.org/afp/2002/0915/p1025.html. Diakses 17 November 2015

Rakhmawati, Y. 2014. Pentingnya Personal Hygiene.

http://www.kompasiana.com/yulianarakhmawati/pentingnya-personal-hygiene_54f94e87a3331176178b4b14. diakses 4 Desember 2015

Rizki, F. R. 2010. Pengertian Pasar Tradisional dan Modern. https://niaas8.wordpress.com/2010/05/13/pengertian-pasar-tradisional-dan-modern/. Diakses 13 Desember 2015

Roebidin, R. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatosis pada Pekerja Sentra Industri Tahu di Kelurahan Jomblang Kecamatan Candi Sari Kota Semarang. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang

Satuti, Hardian Retno. 2003. Proporsi Dermatosis Serta Gambaran Faktor - Faktor yang Berkaitan pada Pekerja Industri Batik. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro. Semarang

Setiawan, Y. 2011. Gambaran Umum Pasar Tradisional.

http://yogas09.student.ipb.ac.id/?s=gambaran+pasar+tradisional. Diakses 13 Desember 2015

Sirait, Jelita. 2004. Gambaran Kelainan Kulit Pada Pekerja Ikan Basah Di Pasar Tradisional Sukarame Medan Tahun 2004. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Medan

Suma’mur. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Edisi

Kedua. Cetakan Pertama. Jakarta: Sagung Seto

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

(26)

26 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif, untuk melihat gambaran

gejala penyakit kulit pada tangan penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara

Medan.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pasar Tradisional Cemara Medan dari bulan

Oktober 2015 sampai Maret 2016. Adapun yang menjadi pertimbangan pemilihan

lokasi penelitian adalah

1. Adanya gejala-gejala penyakit kulit pada penjual ikan basah di Pasar

Tradisional Cemara Medan

2. Pasar tradisional pada lokasi penjual ikan basah merupakan tempat kerja

yang potensial untuk timbulnya penyakit kulit

3. Penelitian tentang penyakit kulit akibat kerja belum pernah di lakukan di

tempat ini

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh penjual ikan basah yang ada di Pasar

Tradisional Cemara Medan yang tergabung ke dalam Koperasi Pasar Cemara

(27)

27

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian adalah penjual ikan basah yang ada di Pasar

Tradisional Cemara Medan yang tergabung ke dalam Koperasi Pasar Cemara

Baru berjumlah 48 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data primer. Tahapan yang dilalui untuk

memperoleh data primer ini adalah :

1. Seluruh responden yaitu penjual ikan basah yang berjumlah 48 orang

pekerja diberikan kuesioner untuk dijawab berisi pertanyaan tentang

karakteristik responden, umur, pendidikan, lama kerja, masa kerja, riwayat

pekerjaan dan riwayat penyakit kulit, serta hygiene personal.

2. Melalui observasi peneliti saat kuesioner disebarkan, melihat responden

yang dijumpai ada gejala penyakit kulit.

3.5 Definisi Operasional

1. Umur adalah lamanya hidup responden dalam tahunan, yang dihitung

sejak dilahirkan hingga saat responden diwawancarai.

2. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang telah diselesaikan

responden.

3. Lama kerja adalah waktu yang dipakai responden pada saat mulai bekerja

hingga waktu pulang bekerja.

4. Masa Kerja adalah waktu mulai responden bekerja menjadi penjual ikan

(28)

28

5. Riwayat penyakit adalah riwayat penyakit kulit yang pernah dialami oleh

penjual ikan basah.

6. Riwayat pekerjaan adalah pekerjaan responden sebelum menjadi penjual

ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan.

7. Hygiene Personal adalah kebersihan perorangan pada penjual ikan basah

yang meliputi :

a. Mencuci tangan setelah bekerja

b. Membersihkan sela-sela jari

c. Mencuci tangan dengan sabun

d. Mencuci tangan dengan air mengalir

8. Gambaran gejala penyakit kulit yaitu gejala subyektif yang di rasakan

pada pekerja penjual ikan basah, seperti gatal, perih, ruam kemerahan,

berair, bersisik, dan ada benjolan-benjolan kecil.

3.6 Aspek Pengukuran

1. Hygiene Personal

Hygiene yang dilakukan untuk mengukur kebersihan perorangan pada

penjual ikan basah mengenai perilaku mencuci tangan. Observasi hygiene

diukur berdasarkan nilai (skor) yang dijumlahkan pada 4 pertanyaan,

sehingga total skor 4. Setiap pertanyaan mempunyai nilai :

1. Ya (a) = 1

2. Tidak (b) = 0

Berdasarkan jumlah nilai tersebut, hygiene diklasifikasikan dalam 2

(29)

29

a. Baik, apabila responden menjawab dengan skor = 4

b. Buruk, apabila responden menjawab pertanyaan dengan skor < 4

2. Gambaran Gejala Penyakit Kulit

Gambaran gejala penyakit kulit diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Ada, apabila dijumpai di kulit responden minimal satu gejala.

b. Tidak ada, apabila tidak terdapat gejala pada kulit responden.

3.7 Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh baik melalui kuesioner dan hasil pengukuran diolah

dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dijelaskan secara

(30)

30 BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Pasar Tradisional Cemara Medan

Pasar Tradisional Cemara Medan berdiri pada tahun 1990 yang masih

berupa pasar dalam bentuk informal. Luas tanah Pasar Cemara Medan 6.720

meter persegi dan terletak di Jalan Cemara Kecamatan Medan Timur Kota Medan

Sumatera Utara. Pasar Cemara menjual berbagai macam kebutuhan rumah tangga

untuk sehari-hari seperti beras, ikan basah, daging, sayur-sayuran, buah-buahan

bumbu dapur seperti cabai, bawang, tomat dan lain sebagainya.

Pasar mulai buka dari pukul dua pagi hingga pukul 12 siang, kecuali

penjual ikan basah yang sudah banyak pulang pada jam 10 pagi. Lingkungan kerja

penjual ikan basah di pasar cemara yaitu lantai yang becek disebabkan karena air

rendaman ikan basah yang tumpah dan dibuang di atas lantai. Selain itu para

penjual ikan basah juga mencuci tempat jualan ikan, wadah penampungan ikan

dan mencuci tangan mereka tetap di tempat mereka berjualan ikan.

(31)

31

4.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden meliputi : umur, pendidikan, lama kerja dan masa

kerja.

4.2.1 Umur Responden

Umur penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Umur Responden Pada Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

Usia (Tahun) F %

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa umur penjual ikan basah paling

(32)

32

umur 20, 22, 25, 32, 33, 36, 38, 42, 45, 60, dan 65 tahun yaitu sebanyak 1 orang

(2.1%).

4.2.2 Pendidikan

Pendidikan penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun

2016 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Pendidikan Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa tingkat pendidikan penjual ikan

basah paling banyak tingkat SMA yaitu 32 orang (66.6%) dan yang paling sedikit

tingkat SD yaitu 4 orang (8.3%).

4.2.3 Lama Kerja

Lama kerja penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun

2016 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Distribusi Lama kerja Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

(33)

33

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa lama kerja penjual ikan basah

dengan lama kerja paling banyak yaitu 8 jam sebanyak 25 orang (52.1%) dan

lama kerja paling sedikit 4 dan 5 jam sebanyak 2 orang (4.2%).

4.2.4 Masa Kerja

Masa kerja penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun

2016 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Masa Kerja Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

Masa Kerja (Tahun) F %

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa masa kerja penjual ikan basah

dengan masa kerja paling banyak yaitu 5 tahun sebanyak 7 orang (14.6%) dan

masa kerja paling sedikit yaitu 3, 4, 10 dan 48 tahun sebanyak 1 orang (2.1%).

4.3 Riwayat Pekerjaan dan Riwayat Penyakit Penjual Ikan Basah

Riwayat pekerjaan di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016 dapat

(34)

34

Tabel 4.5 Distribusi Riwayat Pekerjaan Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

Pekerjaan Sebelumnya F %

Tidak Ada 34 70.8

Kuli Bangunan 4 8.3

Panglong 1 2.1

Pekerja Rumah Makan 1 2.1

Perkebunan 2 4.2

Serabutan 1 2.1

Supir 4 8.3

TKI 1 2.1

Total 48 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 34 orang (70.8%)

tidak memiliki riwayat pekerjaan sebelumnya. Riwayat pekerjaan sebelumnya

paling banyak yaitu kuli bangunan dan supir sebanyak 4 orang (8.3%) dan riwayat

pekerjaan sebelumnya paling sedikit yaitu panglong, pekerja rumah makan,

serabutan, dan TKI sebanyak 1 orang (2.1%).

Dari hasil kuesioner diketahui bahwa penjual ikan basah yang sebelumnya

memiliki riwayat pekerjaan sebelum menjadi penjual ikan basah yang pernah

mengalami gejala penyakit kulit saat mereka bekerja adalah kuli bangunan

sebanyak 2 orang.

4.4 Hygiene Personal

Keadaan hygiene personal penjual ikan basah di pasar Tradisional Cemara

(35)

35

Tabel 4.6 Distribusi Hygiene Personal Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

Keterangan : 1 = Mencuci tangan setelah bekerja

2 = Membersihkan sela-sela jari

3 = Mencuci tangan dengan sabun

4 = Mencuci tangan dengan air mengalir

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa penjual ikan basah yang

memiliki hygiene personal yang baik sebanyak 15 orang (31.3%) dan yang

memiliki hygiene personal yang buruk sebanyak 33 orang (68.8%).

4.5 Gambaran Gejala Penyakit Kulit

Gambaran gejala penyakit kulit di pasar Tradisional Cemara Medan Tahun

2016 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.7 Distribusi Gejala Penyakit Kulit pada Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

Gejala

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa gejala penyakit kulit yang

(36)

36

sebanyak 18 orang (37.5%) dan gejala penyakit kulit yang paling sedikit dialami

adalah benjolan-benjolan kecil dialami oleh 3 orang (6.3%).

Tabel 4.8 Distribusi Ada Gejala Penyakit Kulit pada Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

Gejala Penyakit Kulit F %

Gejala Penyakit Kulit Total

Ada Tidak

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa penjual ikan basah yang

mengalami gejala penyakit kulit yang terbanyak adalah penjual ikan basah yang

(37)

37

Tabel 4.10 Gambaran Pendidikan dengan Gejala Penyakit Kulit pada Tangan Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

Pendidikan Gejala Penyakit Kulit Total

Ada Tidak

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penjual ikan basah dengan

tingkat pendidikan SMA yang memiliki gejala penyakit kulit sebanyak 25 orang

(52.1%) dan penjual ikan basah dengan tingkat pendidikan SMP yang memiliki

gejala penyakit kulit sebanyak 4 orang (8.3%).

Tabel 4.11 Gambaran Lama Kerja dengan Gejala Penyakit Kulit pada

Gejala Penyakit Kulit Total

Ada Tidak

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa penjual ikan basah yang

mengalami gejala penyakit kulit dengan lama kerja 8 jam sebanyak 15 orang (31,2

%), dengan lama kerja 7 jam kerja sebanyak 7 orang (14,6%), dengan lama kerja 6

jam kerja sebanyak 5 orang (10,4%), dan dengan lama kerja 5 jam sebanyak 2

(38)

38

Tabel 4.12 Gambaran Masa Kerja dengan Gejala Penyakit Kulit pada Tangan Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

Masa Kerja (Tahun)

Gejala Penyakit Kulit Total

Ada Tidak

F % F % F %

<3 8 16.6 5 10.4 13 27.1

3-15 14 29.2 10 20.8 24 50

>15 7 14.6 4 8.3 11 22.9

Total 29 60.4 19 39.6 48 100

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa penjual ikan basah yang

mengalami gejala penyakit kulit yang terbanyak adalah penjual ikan basah yang

(39)

39

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Riwayat Pekerjaan dan Riwayat Penyakit Kulit

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa riwayat pekerjaan penjual ikan

basah sebanyak 34 orang (70.8%) tidak memiliki riwayat pekerjaan sebelumnya.

Riwayat pekerjaan paling banyak yaitu kuli bangunan dan supir yaitu

masing-masing sebanyak 4 orang (8.3%) dan riwayat pekerjaan paling sedikit adalah

panglong, pekerja rumah makan, serabutan, dan TKI yaitu masing-masing

sebanyak 1 orang (2.1%).

Riwayat pekerjaan merupakan salah satu faktor yang dapat

dipertimbangkan sebagai penyebab timbulnya penyakit kulit. Hal ini

memungkinkan penyakit kulit diderita bukan akibat pekerjaan yang dijalaninya

sekarang, tetapi akibat pekerjaan sebelumnya. Penjual ikan basah di Pasar

Tradisional Cemara yang mengalami gejala penyakit kulit memiliki riwayat

pekerjaan sebelumnya di bidang industri bangunan (Kabulrachman, 2003).

Dari hasil kuesioner diketahui bahwa penjual ikan basah yang sebelumnya

memiliki riwayat pekerjaan sebagai kuli bangunan terdapat riwayat penyakit kulit

sebanyak 2 orang. Hal ini sesuai dengan teori menurut Kabulrachman (2003) yang

menyatakan bahwa pekerja yang biasa terpajan dengan sensitizer, seperti kromat

pada industri bangunan atau pewarna, pada pabrik pengolahan kulit, mempunyai

(40)

40

Pekerjaan basah merupakan tempat berkembangnya penyakit jamur,

misalnya monoliasis. Beberapa jenis ikan dapat menyebabkan kelainan kulit,

biasanya nelayan-nelayan mengetahui jenis-jenis ikan yang mendatangkan gatal

(Cinta Lestari, 2009). Melalui riwayat pekerjaan yang dilakukannya seseorang

dapat mengetahui kemungkinan penyebab penyakit yang sedang dideritanya.

5.2 Hygiene Personal

Hygiene personal yang tidak baik merupakan media penyebab infeksi yang

ditimbulkan oleh air. Dalam hal ini hygiene personal seperti mencuci tangan.

Berdasarkan hasil kuesioner yang dilakukan kepada penjual ikan basah, bahwa

seluruhnya telah mencuci tangan setelah bekerja sebanyak 48 orang (100%),

membersihkan sela-sela jari sebanyak 35 orang (72.9%), mencuci tangan dengan

sabun sebanyak 21 orang (43.8%), dan mencuci tangan dengan air mengalir

sebanyak 28 orang (58.3%).

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa penjual ikan basah yang

memiliki hygiene personal yang baik sebanyak 15 orang (31.3%) dan yang

memiliki hygiene personal yang buruk sebanyak 33 orang (68.8%). Penilaian

kategori hygiene personal pada penelitian ini dilihat dari indikator hygiene

personal yaitu mencuci tangan setelah bekerja, membersihkan sela-sela jari,

mencuci tangan dengan sabun, dan mencuci tangan dengan air mengalir. Dari

keempat indikator tersebut, jika salah satu saja tidak terpenuhi maka dapat

dikatakan bahwa hygiene personal penjual ikan basah tersebut buruk.

Hygiene personal merupakan salah satu faktor yang dapat mencegah

(41)

41

mencuci tangan. Kesalahan dalam melakukan cuci tangan dapat menjadi salah

satu penyebabnya. Misalnya kurang bersih dalam mencuci tangan, sehingga masih

terdapat sisa bahan kimia yang menempel pada permukaan kulit. Usaha

mengeringkan tangan setelah dicuci juga dapat berperan dalam mencegah semakin

parahnya kondisi kulit karena tangan yang lembab (Lestari, 2007).

5.3 Gambaran Gejala Penyakit Kulit

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar penjual ikan basah

mengalami gejala penyakit kulit yaitu sebanyak 29 orang (60.4%). Dengan gejala

yang bervariasi yaitu terasa gatal, perih, ruam kemerahan, berair, bersisik, dan ada

benjolan-benjolan kecil. Gejala yang paling banyak dialami penjual ikan basah

yaitu terasa gatal sebanyak 18 orang (37.5%), perih sebanyak 7 orang (14.6%),

ruam kemerahan dan bersisik sebanyak 6 orang (12.5%). Berdasarkan hasil

wawancara dan observasi pada umumnya penjual ikan basah akan mengalami

gejala penyakit kulit seperti gatal-gatal dan kemerahan yang disebabkan oleh

keadaan ikan basah yang dijual kurang baik atau busuk.

5.4 Gejala Penyakit Kulit Berdasarkan Umur Responden

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara gejala penyakit kulit dengan umur

diperoleh hasil yaitu pada usia ≤ 35 tahun sebanyak 15 orang memiliki gejala

penyakit kulit, sedangkan pada usia >35 tahun sebanyak 14 orang memiliki gejala

penyakit kulit. Menurut Juanda (2011), faktor yang mempengaruhi penyakit kulit

yaitu faktor individu (misalnya: ras, usia, lokasi atopi, penyakit kulit lainnya) dan

(42)

42

5.5 Gejala Penyakit Kulit Berdasarkan Pendidikan Responden

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penjual ikan basah dengan

tingkat pendidikan SMA yang memiliki gejala penyakit kulit sebanyak 25 orang

(52.1%) dan penjual ikan basah dengan tingkat pendidikan SMP yang memiliki

gejala penyakit kulit sebanyak 4 orang (8.3%), serta penjual ikan basah dengan

pendidikan SD tidak ada yang memiliki gejala penyakit kulit.

5.6 Gejala Penyakit Kulit Berdasarkan Lama Kerja Responden

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 didapatkan penjual ikan basah

yang bekerja selama 8 jam sebanyak 25 orang (52.1%). Berdasarkan hasil tabulasi

silang pada tabel 4.11, diketahui bahwa responden yang mengalami gejala

penyakit kulit pada lama kerja 8 jam sebanyak 15 orang (31,2%). Hal ini

disebabkan karena waktu kerja penjual ikan basah yang terlalu panjang

mengakibatkan iritasi pada kulit.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Satuti

pada pekerja industri batik yang mengatakan bahwa pekerja yang lama kerjanya

>4 jam sehari lebih banyak terkena penyakit kulit daripada pekerja yang bekerja

hanya 1-4 jam sehari.

5.7 Gejala Penyakit Kulit Berdasarkan Masa Kerja Responden

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 4.12 penjual ikan yang

mengalami gejala penyakit kulit terbanyak yaitu pada kelompok masa kerja < 3

dan 3-15 tahun yaitu 8 orang (16.6%) dan 14 orang (29.2%), sedangkan pada

kelompok masa kerja >15 tahun sebanyak 7orang (14.6%). Hal ini dimungkinkan

(43)

43

bahan iritan maupun alergen, sehingga penjual ikan basah yang mengalami gejala

penyakit kulit pada kelompok ini cenderung sedikit ditemukan.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Lestari dan Utomo

(2007), bahwa pekerja yang bekerja lebih lama dapat dimungkinkan lebih

resistens terhadap bahan iritan maupun alergen. Untuk itu pekerja yang bekerja

(44)

44 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada penjual ikan basah

di Pasar tradisional Cemara Medan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penjual ikan basah yang berumur 27 tahun sebanyak 6 orang (12.5%).

Tingkat pendidikan penjual ikan basah terbanyak pada tingkat

pendidikan SMA sebanyak 32 orang (66.7%). Penjual ikan basah yang

memilki lama kerja selama 8 jam sehari sebanyak 25 orang (52.1%).

Penjual ikan basah yang memiliki masa kerja selama 5 tahun sebanyak

7 orang (14.6%).

2. Penjual ikan basah yang mengalami gejala penyakit kulit sebanyak 29

orang dari 48 orang dimana gejala penyakit kulit terbanyak yaitu terasa

gatal dan dialami oleh 18 orang, dan perih sebanyak 7 orang.

3. Penjual ikan basah yang memiliki hygiene personal yang baik sebanyak

15 orang dan yang memiliki hygiene personal yang buruk sebanyak 33

orang.

6.2 Saran

1. Kepada penjual ikan basah yang mengalami gejala penyakit kulit

diharapkan untuk memeriksakan diri ke puskesmas agar dapat

mendapatkan pengobatan.

2. Kepada para penjual ikan basah diharapkan memeriksakan kesehatan

(45)

45

3. Penjual ikan basah lebih memperhatikan hygiene personal yaitu

mencuci tangan yang benar dan menggunakan sabun.

4. Kepada penjual ikan basah diharapkan mengeringkan tangan setelah

(46)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit

2.1.1 Definisi Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1.5 meter persegi

dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan

vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat

kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada iklim, umur, seks, ras, dan juga

bergantung pada lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 2011).

2.1.2 Anatomi Kulit

Struktur Kulit terdiri struktur bagian-bagian lapisan anatomi kulit dengan

fungsi yang berbeda-beda. Bagian-bagian kulit terbagi atas tiga bagian yaitu kulit

ari (epidermis), kulit jangan (dermis), dan jaringan ikat bawah. Kulit adalah

lapisan jaringan yang terdapat di permukaan tubuh. Pada permukaan kulit terdapat

kelenjar keringat yang mengekskresikan zat-zat sisa. Zat-zat sisa tersebut

dikeluarkan melalui pori-pori kulit yang berupa keringat. Keringat tersusun dari

air dan garam-garam mineral khususnya garam dapur (NaCl) yang merupakan

hasil metabolisme protein.

Kulit terdiri atas 3 bagian dimana setiap bagian-bagian tersebut

masing-masing lapisan tersusun dari beberapa lapisan yang mempunyai fungsi

(47)

8

2.1.2.1 Kulit Ari (Epidermis)

Kulit ari adalah bagian terluar yang sangat tipis Fungsi kulit ari

(epidermis) adalah melindungi tubuh dari berbagai zat kimia yang terdapat diluar

tubuh, melindungi tubuh dari sinar UV, melindungi tubuh dari bakteri . Kulit ari

terdiri atas dua lapis. Lapisan-lapisan kulit ari (epidermis) dan fungsinya adalah

sebagai berikut.

A. Lapisan Tanduk/Stratum korneum

Lapisan tanduk adalah lapisan kulit ari yang paling luar dan merupakan

lapisan mati sehingga mudah mengelupas, tidak memiliki inti, dan mengandung

zat keratin. Lapisan ini akan selalu baru, jika mengelupas tidak akan terasa sakit

atau mengeluarkan darah karena tidak terdapat pembuluh darah dan saraf.

Ciri-Ciri Lapisan Tanduk :

1. Lapisan paling luar dan tersusun dari sel yang telah mati

2. Mudah terkelupas

3. Tidak memiliki pembuluh darah dan saraf sehingga tidak terasa sakit dan

tidak mengeluarkan darah bila lapisan terkelupas

B. Lapisan Malpighi

Lapisan malpighi adalah kulit ari yang berada dibawah lapisan kulit

tanduk. Lapisan Malpighi tersusun atas sel-sel hidup yang selalu membelah diri.

Terdapat pembuluh kapiler, fungsi lapisan pembuluh kapiler adalah untuk

penyampaian nutrisi. Sel-sel yang hidup mengandung melanin. Melanin adalah

pigmen yang mewarnai kulit dan melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan

(48)

9

banyak mendapatkan sinar matahari sehingga kulit akan berwarna gelap. Selain

dari melanin, terdapat juga pigmen keratin. Jika pigmen keratin dan melanin

bergabung maka warna kulit akan tampak kekuningan. Jika seseorang tidak

memiliki pigmen, maka orang ini disebut albino. Setiap orang mempunyai pigmen

yang tidak sama sehingga terdapat macam-macam warna kulit seperti kuning

langsat, hitam, warna putih, dan sawo matang.

Ciri-Ciri Lapisan Malpighi :

1. Tersusun atas sel-sel hidup

2. Terdapat ujung saraf

3. Terdapat pigmen yang berguna dalam memberikan warna pada kulit dan

melindungi kulit oleh sinar matahari.

Di Permukaan kulit ari (epidermis) terdapat pori-pori yang merupakan

tempat kelenjar minyak dan yang ditumbuhi rambut, kecuali pada kulit ari

(epidermis) yang terdapat di telapak tangan dan kaki tidak tumbuhi rambut. Kulit

ari (epidermis) pada telapak tangan dan kaki terdapat empat lapisan.

Lapisan-lapisan pada telapak tangan dan kaki adalah sebagai berikut.

1. Stratum Korneum adalah lapisan kulit yang paling luar. Stratum korneum,

lapisan yang paling tebal di telapak kaki dan paling tipis pada dahi, pipi dan

pelupuk mata

2. Stratum Granulosum adalah lapisan yang mengandung dua atau empat

lapisan sel yang disatukan oleh desmodom. Sel-sel ini mengandung granula

keratohialin yang memiliki pengaruh dalam pembentukan keratin pada lapisan

(49)

10

3. Stratum Lusidum adalah lapisan yang mengandung dua sampai tiga

lapisan sel yang tidak memiliki inti yang biasanya terdapat pada kulit yang

tebal yaitu telapak tangan dan tumit kaki.

4. Stratum Germinalis adalah lapisan sel yang mengandung satu lapisan sel

piral yang secara aktif yang membelah diri secara mitosis untuk menghasilkan

sel-sel yang berpindah ke dalam lapisan-lapisan atas epidermis dan akhirnya ke

permukaan kulit.

2.1.2.2 Kulit Jangat (Dermis)

Kulit jangat atau dermis adalah lapisan kedua dari kulit. Batas dengan

epidermis dilapisi dari membran basalis. Dermis atau lapisan jangat lebih tebal

dari pada epidermis. Dermis mempunyai serabut yang elastik dengan

memungkinkan kulit dapat merenggang pada saat orang tersebut bertambah

gemuk, dan kulit dapat bergelambir disaat orang menjadi kurus.

Lapisan-Lapisan Dermis (Kulit Jangat) - Pada lapisan dalam dermis

terdapat berbagai macam lapisan-lapisan. Lapisan-lapisan dermis adalah sebagai

berikut :

1. Pembuluh Kapiler, berfungsi untuk menghantarkan nutrisi/zat-zat

makanan pada akar rambut dan sel kulit

2. Kelenjar Keringat (glandula sudorifera), tersebar diseluruh kulit dan

berfungsi untuk menghasilkan keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori

kulit

3. Kelenjar Minyak (grandula sebaceae), berfungsi untuk menghasilkan

(50)

11

4. Kelenjar Rambut, memiliki akar dan batang rambut serta kelenjar minyak

rambut. Pada saat dingin dan rasa takut, rambut yang ada di tubuh kita

terasa berdiri. Hal ini disebabkan karena didekat akar rambut terdapat otot

polos yang memiliki fungsi dalam menekakkan rambut.

5. Kumpulan saraf rasa nyeri, saraf panas, saraf rasa dingin dan saraf

sentuhan.

2.1.2.3 Jaringan Ikat Bawah Kulit (Hypodermis)

Jaringan ikat bawah kulit berada dibawah dermis. Jaringan ini tidak

memiliki pembatas yang jelas dengan dermis, sebagai patokan dalam batasannya

adalah mulainya terdapat sel lemak. Pada lapisan kulit ini banyak terdapat lemak.

Fungsi lapisan lemak adalah untuk melindungi tubuh dari benturan, sebagai

sumber energi cadangan dan menahan panas tubuh.

(51)

12

2.1.3 Fungsi Kulit

Secara umum kulit mempunyai fungsi. Fungsi kulit adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Proteksi. Kulit berfungsi dalam menjaga bagian dalam tubuh

terhadap gangguan fisik yang berada diluar tubuh. Seperti gesekan,

tekanan, tarikan, dan zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan. Gangguan

yang bersifat panas seperti sengatan UV, radiasi, gangguan infeksi luar

terutama kuman maupun jamur.

b. Fungsi Absorbsi. Kulit lebih mudah menyerap yang menguap dari pada

benda cair atau padat, begitu pun yang larut seperti lemak.

c. Fungsi Ekskresi. Kelenjar-kelenjar kulit akan mengeluarkan zat-zat yang

tidak berguna sebagai hasil dari metabolisme dalam tubuh yang berupa

asam urat, NaCl, ammonia dan urea.

d. Fungsi Persepsi. Kulit yang mengandung ujung-ujung saraf sensorik di

dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan panas yang diperankan oleh

badan-badan ruffini didermis dan subkutis

e. Fungsi Pengaturan suhu tubuh

f. Fungsi Pembentukan Pigmen. Sel pembentuk pigmen (melanosoit yang

terletak pada lapisan basal dan sel yang berasal dari rigi saraf.

g. Fungsi Keratinisasi. Pada lapisan epidermis dewasa terdapat tiga lapisan

yaitu lapisan melanosoit, keratinosit, dan sel langerhans.

2.2 Gejala dan Jenis Penyakit Kulit

Menurut Wibowo (2008) penyakit pada kulit sering terjadi karena berbagai

(52)

13

hidup yang kurang sehat, alergi, dan lain-lain. Adapun gejala penyakit kulit antara

lain :

1. Gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari)

2. Muncul bintik-bintik merah (kemerahan, kehitaman, bercak keputihan,

bentol-bentol, berair dan bengkak.

3. Timbul ruam-ruam, bersisik.

4. Kadang disertai demam.

Di Indonesia saat ini penyakit kulit masih cukup tinggi, terutama penyakit

kulit karena infeksi jamur yang superfisial. Sedangkan penyakit kulit karena

infeksi jamur yang dalam, baik sistemik maupun subkutan hanya dijumpai pada

beberapa daerah.

Beberapa penyakit kulit karena infeksi jamur yang superfisial diantaranya

sebagai berikut :

1. Tinea Manus Et Pedis

Tinea pedis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur

dermatofita didaerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung kaki, serta daerah

interdigital. Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang tumbuh dengan subur dalam

keadaan lembab. Penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa yang setiap hari

harus memakai sepatu tertutup dan pada orang yang sering bekerja ditempat

basah, mencuci, disawah dan sebagainya. Keluhan penderita bervariasi mulai dari

tanda keluhan sampai mengeluh sangat gatal dan nyeri karena terjadinya infeksi

(53)

14

2. Tinea Versicolor

Merupakan infeksi jamur superfical pada lapisan tanduk kulit yang

disebabkan oleh Malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculate. Infeksi ini

bersifat menahun, ringan dan biasanya tanpa peradangan. Lokasi yang sering

mengalami penyakit ini adalah muka, leher, badan, lengan atas, ketiak, paha dan

lipatan paha. Tanda-tanda penyakit ini berupa bercak-bercak berwarna-warni

terutama badan, dibentuk tidak teratur sampai teratur dengan keluhan gatal-gatal

terutama pada waktu berkeringat, dapat menyerang setiap orang terutama pada

mereka-mereka yang hygienenya buruk (Harahap,M, 2000).

3. Miliaria Rubra

Merupakan suatu keadaan tertutupnya pori-pori keringat sehingga

menimbulkan retensi keringat didalam kulit dimana sumbatan terletak didalam

epidermis. Miliaria rubra banyak terjadi didaerah panas, kelembaban yang tinggi

tetapi dapat juga terjadi pada daerah lain, sekitar 30% orang yang tinggal didaerah

tersebut bisa mengalami Miliaria Rubra.

Penyakit ini terjadi karena ada sumbatan keratin pada saluran keringat.

Pada permulaan musim hujan atau udara lembab. Udara lembab ini

mempengaruhi keratin disekeliling lubang keringat yang mula-mula kering

kemudian menjadi lembab dan membengkak, sehingga lubang kering tertutup.

Dapat juga bahan kimia menyebabkan keratin menjadi basah dan menutupi lubang

keringat. Tanda-tanda dari miliaria rubra ditandai dengan rasa gatal dan kadang

rasa panas seperti terbakar, biasanya timbul bersamaan dengan rangsang yang

(54)

15

4. Tinea Ungurium

Merupakan kelainan kuku disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita.

Penyakit ini biasanya menyertai tinea pedis atau tinea manus. Keluhan penderita

berupa kuku menjadi rusak dan warnanya suram. Tergantung penyebabnya,

destruksi kuku dapat mulai dari distal, lateral ataupun keseluruhan.

5. Tinea Korporis

Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang kurang mengerti kebersihan

dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban

kulit yang lebih tinggi merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur pada

kulit halus tanpa rambut seperti pada muka, badan, lengan dan gluteal. Seringkali

bersama-sama dengan Tinea Kruris, Tinea korporis memiliki bentuk dengan tanda

radang lebih nyata, lebih sering dijumpai pada orang dewasa. Lesi biasanya sangat

gatal terutama waktu berkeringat (Harahap, 2000).

2.3 Penyakit Kulit Akibat Kerja

Kulit terdiri atas dua unsur dasar yaitu epidermis dan dermis. Epidermis

luar bertindak sebagai pelindung dan tidak bisa basah, sedangkan dermis

memberikan kekuatan pada kulit yang sebagian besar karena kandungan

kolagennya. Kemampuan epidermis untuk menahan air, merupakan masalah

potensial karena permukaan yang berlekuk memudahkan penyerapan bahan yang

mudah larut, dan ini merupakan jalan masuk banyak bahan-bahan kimia organik.

Penyakit kulit dapat ditandai oleh lesi yang timbul dan tersebar, bercak kemerahan

yang membentuk gambaran geografik berbatas tegas di daerah yang terkena

(55)

16

Penyakit kulit merupakan penyakit akibat kerja yang sangat sering

ditemukan, biasanya disebabkan oleh zat kimia, seperti asam/basa kuat, pelarut

lemak, logam yang dapat mengakibatkan iritasi, alergi, atau luka bakar; mekanik,

misalnya akibat gesekan atau tekananpada kulit; fisik misalnya akibat lingkungan

kerja yang terlalu panas; dan infeksi (Harrianto, 2013).

Penyakit kulit akibat kerja atau yang didapat sewaktu melakukan

pekerjaan, banyak penyebabnya antara lain agen sebagai penyebab penyakit

tersebut antara lain berupa agen-agen fisik, kimia, maupun biologis.

Dermatosis akibat kerja adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh

pekerjaan dan atau lingkungan kerja. Istilah lain untuk dermatosis akibat kerja

adalah dermatosiss atau penyakit kulit yang timbul karena hubungan kerja.

Penyakit tersebut timbul pada waktu tenaga kerja bekerja melakukan pekerjaan

atau disebabkan oleh faktor-faktor yang berada pada lingkungan kerja.

Terminologi dermatosis lebih tepat dari pada penggunaan kata dermatitis, sebab

kelainan kulit akibat kerja tidak selalu berupa suatu peradangan (infeksi),

melainkan juga tumor atau alergi atau rangsangan fisik dan lainnya dapat menjadi

penyebab penyakit tersebut. Jadi penamaannya yang benar bukan dermatitis

akibat kerja, karena dermatitis akibat kerja hanya merupakan salah satu aspek saja

dari dermatosis akibat kerja. Selain itu dapat pula dipergunakan istilah kelainan

kulit akibat kerja. Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku,

terdapat 2 (dua) jenis kelompok penyakit kulit akibat kerja, yaitu: 1. Penyakit kulit

(dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisis, kimiawi atau biologis, dan 2.

(56)

17

mineral, antrasen atau persenyawaannya, produk atau residu dari zat tersebut

(Suma’mur, 2014).

Definisi penyakit kulit akibat kerja menurut American Medical

Assosiation (1939) adalah penyakit kulit dimana papara bahan-bahan pada tempat

kerja merupakan penyebab utama timbulnya penyakit kulit.

Di banyak jenis pekerjaan, kulit dapat terpapar oleh dengan bahan-bahan

yang bersifat iritan atau alergen seperti: bahan-bahan kimia, bahan biologi, dan

tekanan fisik serta mekanik. Sensitivitas kulit terhadap bahan-bahan tersebut dan

kemampuan untuk sembuh kembali berbeda setiap individu. Penyakit kulit akibat

kerja dapat bertambah parah jika keseimbangan antara pertahanan kulit dan

bahan-bahan iritan atau alergen terganggu. Keparahan penyakit kulit diukur dari

kualitas kulit dan bahan iritan atau alergen, usaha pencegahan, dan

pengobatannya. Kerusakan yang ditimbulkan dari bahan-bahan tersebut dapat

berupa : sensasi terbakar, gatal, serta eksema kronis, dengan gambaran yang

memililki pola polimorfik, seperti makula atau papul, eritema, vesikel, dan

skuama (Kenerva dan Diepgen,2003).

Penyakit kulit akibat kerja berdampak pada seluruh pekerja di segala usia

dengan variasi tempat kerja. Industri-industri yang pekerjanya memiliki resiko

paling tinggi adalah manufaktur, produksi makanan, konstruksi, pengoperasian

(57)

18

2.4 Faktor Penyebab Penyakit Kulit Akibat Kerja

Penyebab dermatosis akibat kerja dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Faktor fisis, yaitu tekanan, tegangan, gesekan, kelembaban, panas, suhu

dingin, sinar matahari, sinar X, dan sinar elektromagnetis lainnya;

2. Bahan yang berasal dari tanaman atau tumbuhan, yaitu daun, ranting,

kayu, akar, umbi, bunga, getah, debu dan lainnya;

3. Mahluk hidup, yaitu bakteri, virus, jamur, cacing, serangga, dan kutu dan

sejenisnya serta hewan lain dan bahan yang berasal dari padanya;

4. Zat atau bahan kimia, yaitu asam dan garam zat kimia anorganis,

persenyawaan kimia organis hidrokarbon, oli, ter, zat pewarna dan lainnya.

Dari semua penyebab itu faktor kimiawi adalah yang terpenting, oleh

karena zat dan bahan kimia banyak digunakan pada proses produksi dalam

berbagai industri. Ada dua mekanisme zat atau bahan kimia menimbulkan

dermatosis, yaitu, pertama, dengan jalan perangsangan primer (primary irritant),

penyebabnya disebut iritan primer, dan, kedua, melalui sensitisasi dan

penyebabnya disebut pemeka (sensitizer). Iritan primer mengadakan rangsangan

kepada kulit, dengan jalan melarutkan lemak kulit, mengambil air dari lapisan

kulit, mengoksidasi dan atau mereduksi susunan kimia kulit, sehingga

keseimbangan kulit terganggu dan akibatnya timbul dermatosis. Sensitisasi oleh

zat kimia pemeka biasanya disebabkan oleh zat kimia organis dengan struktur

molekul sedemikian rupa sehingga dapat bergabung dengan zat putih telur untuk

(58)

19

Faktor kimiawi sebagai penyebab dermatosis akibat kerja dapat berupa zat

atau bahan kimia perangsang primer (iritan) atau pemeka (sensitizer). Perangsang

primer adalah zat atau bahan kimia yang menimbulkan dermatosis oleh efeknya

yang langsung kepada kulit normal di tempat terjadinya kontak zat atau bahan

tersebut dengan kulit untuk kuantitas dan kadar zat atau bahan dimaksud yang

cukup serta untuk waktu yang cukup lama pula. Pemeka kulit adalah zat atau

bahan kimia yang tidak usah menimbulkan perubahan pada kulit ketika

berlangsungnya kontak pertama dengan kulit, tetapi menyebabkan efek khas di

kulit tempat terjadinya kontak maupun pada tempat lain setelah selang waktu 5

atau 7 hari sejak kontak yang pertama.

Faktor penyebab fisis-mekanis tekanan, tegangan atau gesekan

menimbulkan dermatosis akibat kerja dengan terjadinya kerusakan langsung

kepada kulit. Kerusakan demikian adalah kelainan sel atau jaringan kulit.

Dermatosis akibat kerja yang berupa kanker kulit timbul melalui patogenesis

(proses terjadinya sakit) penyakit kanker yaitu rangsangan kronis dan sifat

karsinogenisitas suatu zat atau bahan kimia. Bakteri, virus, jamur, dll

menyebabkan dermatosis akibat kerja melalui mekanisme peradangan (infeksi)

yang tanda-tandanya meliputi warna merah di kulit (rubor), panas (color), sakit

(dolor), dan kelainan fungsi (functio laesa). Infestasi parasit adalah hidup atau

menembusnya parasit di kulit yang menyebabkan iritasi dan kerusakan kulit.

2.5 Jenis-jenis Penyakit Kulit Kerja

(59)

20

a. Dermatitis kontak primer, adalah dermatologis akibat kerja yang paling

sering ditemukan. Bentuknya mirip dengan kebanyakan dermatosis yang lain dan

penyebabnya tidak mudah dikenali.

b. Dermatitis kontak alergi, baik akut maupun kronis, mempunyai ciri-ciri

klinis yang sama dengan ekzema bukan akibat kerja.

c. Akne (jerawat) akibat kerja. Mirip dengan jerawat pada umumnnya,

tetapi terutama menyerang bagian yang kontak dengan agen.

d. Dermatosis solaris akut. Penyakit kulit yang dianggap sebagai penyakit

kulit akibat kerja, yang sangat dipermudah oleh zat-zat fotodinamik yang

digunakan dala pekerjaan tersebut.

2.6 Diagnosa Penyakit Kulit Akibat Kerja

Menegakkan suatu diagnosa penyakit akibat kerja tidaklah mudah, dimana

keadaan dermatosis sangatlah banyak, untuk itu haruslah diikuti cara diagnosa

penyakit-penyakit akibat kerja pada umumnya. Haruslah tenang kapan dermatosis

itu mulai, selanjutnya perlu pengetahuan tentang lingkungan kerja si penderita,

apakah benar penyakit tersebut berada dalam lingkungan. Bila ada, bagaimana

keterangannya tentang cara penyebab itu menibulkan penyakit tersebut, apakah

secara infeksi, apakah perangsanagan primer, ataukah pemekaan, pertanyaan ini

dapat dijawab dengan memperhatikan penyebab-penyebab yang ada dalam

lingkungan kerja dan dengan uji laboratorium, ataupun klinis. Sangat penting

diketahui ialah “patch test” yang dapat memastikan adanya bahan yang bekerja

sebagai pemeka terhadap si pekerja. Satu cara uji sederhana, apakah dermatosis

(60)

21

apabila penyakit it bersumber kepada pekerjaan, biasanya dengan cuti demikian

dermatosis menjadi berkurang, bahkan mungkin menjadi baik sama sekali.

2.7 Pencegahan dan Pengobatan

Sebagaimana berlaku bagi penyakit akibat kerja pada umumnya, maka

bagi dermatosis akibat kerja pun pencegahan merupakan upaya yang paling

penting dan jauh lebih berarti dari pada pengobatan. Benar bahwa terapi

simptomatis cukup membantu, namun faedahnya hanya bersifat sementara dan

tidak mungkin meraih kesembuhan sepenuhnya, maka dari itu satu-satunya upaya

yang akan berhasil adalah meniadakan faktor penyebab dermatosis akibat kerja

dari pekerjaan dan lingkungan kerja dan menghilangkan seluruh risiko tenaga

kerja kontak kulit dengan faktor penyebab yang bersangkutan. Penggunaan

pakaian kerja dan alat pelindung diri adalah salah satu bentuk upaya preventif.

Demikian pula adanya kepatuhan menjalankan prosedur kerja melalui pendidikan

dan pelatihan juga merupakan suatu pendekatan yang baik. Memindahkan

penderita dari pekerjaan dan lingkungan kerja lain yang tidak berbahaya bagi kulit

yang bersangkutan merupakan upaya terakhir dan hal itu biasanya tidak mudah

dilaksanakan dan seringkali menimbulkan problema lain.

Dermatosis akibat kerja selalu dapat dicegah dengan memakai cara-cara

pencegahan yang telah diuraikan. Selain cara-cara umum itu, perlu diperhatikan

masalah kebersihan perseorangan (higiene pribadi) dan sanitasi lingkungan kerja

serta pemeliharaan ketatarumahtanggaan perusahaan yang baik. Kebersihan

perseorangan misalnya cuci tangan, mandi sebelum pulang kerja, pakaian bersih

(61)

22

Kebersihan lingkungan dan pemeliharaan ketatarumahtanggan perusahaan

meliputi pembuangan air bekas dan sampah industri yang memenuhi syarat

higiene, keselamatan dan kesehatan, pembersihan debu, penerapan proses

produksi yang tidak menimbulkan pencemaran udara dan juga permukaan, cara

sehat dan selamat penimbunan dan penyimpanan barang dan lainnya.

Diagnosis dini sangat perlu dalam upaya penanggulangan dermatosis

akibat kerja, sebab dengan melakukan diagnosis dermatosis akibat kerja seawal

mungkin dapat dilaksanakan upaya preventif yang cepat dan tepat serta

perlindungan kesehatan pada penderita dapat sesegera mungkin diselenggarakan

(Suma’mur, 2014).

2.8 Pengertian Pasar Tradisional

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli

serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan

biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau

gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola

pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan

berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik,

jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang

lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya

terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai

pasar (Rizki,2013).

Menurut definisi lama ahli ekonomi, pasar adalah tempat bertemunya

(62)

23

terdapat penjual dan pembeli yang melakukan suatu transaksi, yaitu suatu

kesepakatan dalam kegiatan jual-beli. Suatu transaksi memiliki syarat yang

semuanya harus dipenuhi, yaitu: (a) ada barang yang diperjual belikan, (b) ada

pedagang dan pembeli, (c) ada kesepakatan harga barang dan (d) tidak ada

paksaan dari pihak mana pun. Menurut tata cara transaksinya, pasar dibedakan

menjadi dua macam, yaitu pasar tradisional dan pasar modern.

Pasar tradisional adalah satu bentuk pasar dimana barang yang

diperjualbelikan bisa dipegang oleh pembeli, dan memungkinkan terjadinya tawar

menawar secara langsung antara penjual dan pembeli. Barang yang

diperjualbelikan di pasar tradisional biasanya adalah barang-barang kebutuhan

sehari-hari. Pasar tradisional menyediakan barang/komoditas yang beraneka

macam/jenis seperti beras, sayur, ikan, daging, dll, dan tidak spesifik.

Kebanyakan, atau sebagian besar pasar tradisional secara keleluasaan distribusi

dapat dikategorikan sebagai pasar lokal, karena hanya menjangkau daerah tertentu

yang luas cakupannya adalah sempit.

Pasar tradisional dapat dikatakan merupakan pasar yang paling sederhana.

Dalam pasar tradisional tidak terdapat peraturan yang ketat, hanya ada aturan

antar pedagang saja. Hal tersebut yang menjadikan mudahnya para penjual masuk

dan keluar pasar. Di dalam aturan pasar tradisional sangat memungkinkan

beberapa pedagang berbeda menjual komoditas yang sama, misal sayur, ikan

ataupun bahan-bahan dapur, karenanya pasar tradisional dapat dikatakan sebagai

(63)

24

2.9 Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Penyakit Kulit pada Penjual Ikan Basah

2.9.1 Riwayat Pekerjaan

Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis meliputi riwayat pekerjaan, hobi,

obat topikal yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang

diketahui menimbulkan alergi, penyakit kulit pada keluarganya (Djuanda, 2011).

Kelompok tertentu mempunyai resiko yang tinggi. Pekerja yang biasa terpajan

dengan sensitizer, seperti kromat pada industri banguna atau pewarna, pada pabrik

pengolahan kulit, mempunyai insiden yang lebih tinggi (Kabulrachman, 2003).

Dermatitis akibat pekerjaan terlihat, misalnya perusahaan batik, percetakan,

pompa bensin, bengkel, salon kecantikan, pabrik karet, dam pabrik plastik

(Mansjoer, 2003).

2.9.2 Riwayat Penyakit

Menurut Beth G. Goldstein dan Adam O. Goldstein , 2001 (dalam

Cahyawati) diagnosis mengenai riwayat dermatologi yang sering diajukan untuk

membedakan suatu penyakit dari penyakit lainnya adalah menanyakan pada

pasien apakah mempunyai riwayat masalah medis kronik.

Timbulnya dermatitis kontak alergi di pengaruhi oleh riwayat penyakit

kronis dan pemakaian topikal lama (Kabulrachman, 2003). Penyakit kulit yang

terkait dengan kejadian dermatitis diantaranya disebabkan oleh karena alergi,

obat, suhu, dan cuaca (Mulyaningsih, 2005).

2.9.3 Hygiene Personal

Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya

(64)

25

untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik

dan psikis. Personal hygiene adalah suatu tindakan memelihara kebersihan dan

kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Saat seseorang sakit,

biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena bila

menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut

dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum (Rakhmawati,

2014). Hygiene personal merupakan salah satu faktor yang dapat mencegah

terjadinya penyakit kulit. Salah satu hal yang menjadi penilaian adalah masalah

mencuci tangan. Kesalahan dalam melakukan cuci tangan dapat menjadi salah

satu penyebabnya. Misalnya kurang bersih dalam mencuci tangan, sehingga masih

terdapat sisa bahan kimia yang menempel pada permukaan kulit. Usaha

mengeringkan tangan setelah dicuci juga dapat berperan dalam mencegah semakin

parahnya kondisi kulit karena tangan yang lembab (Lestari, 2007).

2.10 Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

1. Karakteristik a. Umur b. Pendidikan c. Lama Kerja d. Masa Kerja e. Riwayat Pekerjaan f. Riwayat Penyakit

2. Hygiene Personal

(65)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara

fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk

hidup produktif secara sosial dan ekonomis; sesuai dengan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapannya yang

bertujuan mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam

keseimbangan antara kapasitas kerja, beban kerja dan keadaan lingkungan kerja

serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan

kerja (Suma’mur, 2014).

Salah satu masalah dalam kesehatan kerja adalah penyakit akibat kerja.

Lingkungan kerja dan kesehatan memiliki hubungan yang erat karena lingkungan

kerja yang tidak memenuhi syarat dapat merupakan media penyebab timbulnya

gangguan kesehatan maupun penyakit, seperti penyakit kulit.

Menurut data International Labour Organization (ILO) tahun 2012, angka

kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak 2

(66)

2

di Indonesia tahun 2013 tercatat jumlah kasus penyakit yang berkaitan dengan

pekerjaan berjumlah 428.844 kasus (KEMENKES, 2014).

Penyakit kulit akibat kerja (Occupational Dermatosis) merupakan salah

satu bentuk penyakit akibat kerja, merupakan jenis penyakit akibat kerja

terbanyak kedua setelah penyakit musculoskeletal, berjumlah sekitar 22% dari

seluruh penyakit akibat kerja. Sebanyak 90% penyakit akibat kerja berlokasi di

tangan (Depkes, 2008). Persentasi dermatosis akibat kerja dari seluruh penyakit

akibat kerja menduduki porsi tertinggi sekitar 50-60 %, maka dari itu penyakit ini

pada tempatnya mendapat perhatian yang proporsional. Selain prevalensi yang

tinggi, dermatosis akibat kerja yang kelainannya biasanya terdapat pada lengan,

tangan dan jari sangat mengganggu penderita melakukan pekerjaan sehingga

sangat berpengaruh negatif terhadap produktivitas kerjanya (Suma’mur, 2014).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jelita Sirait (2004) yang berjudul

Gambaran Kelainan Kulit pada Pekerja Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional

Sukarame Medan mengatakan bahwa kelainan kulit yang ditemui pada penjual

ikan basah di pasar tradisional sukarame Medan yaitu gatal, perih, bersisik,

berwarna putih, dan kebas. Jamur yang ada pada jaringan kulit penjual ikan basah

adalah jamur kontaminan Kelas Deuteromycetes, yaitu Aspergillus sp dan

Paecylomyces.

Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Corry (2008) yang berjudul

Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan

Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008 menunjukkan bahwa gambaran

(67)

3

dan merasakan gatal-gatal pada kulit karena disebabkan oleh air atau digigit

binatang, sedangkan lokasi kelainan kulit pada kaki, tangan, sela-sela jari, badan

dan wajah.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Imma Nur Cahyawati

(2010) mengenai faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis pada

nelayan yang bekerja di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tanjung Sari Kecamatan

Rembang menunjukkan bahwa terjadinya penyakit dermatitis pada nelayan

berhubungan secara signifikan dengan masa kerja, alat pelindung diri, riwayat

pekerjaan, hygiene personal, riwayat penyakit kulit dan riwayat alergi.

Pemeliharaan hygiene personal sangat menentukan status kesehatan,

dimana individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan

mencegah terjadinya penyakit. Salah satu upaya hygiene personal adalah merawat

kebersihan kulit karena kulit berfungsi untuk melindungi permukaan tubuh,

memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan kotoran-kotoran tertentu. Mengingat

kulit penting sebagai pelindung organ- organ tubuh, maka kulit perlu dijaga

kesehatannya. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur,virus, kuman, parasit.

Penjual ikan basah pada umumnya bekerja di pasar tradisional. Di pasar

tradisional barang-barang yang dijual bervariasi, umumnya sebagian besar untuk

kebutuhan pokok dengan harga relatif lebih murah dibandingkan dengan barang

yang sama dijual dipasar modern. Pasar tradisional umumnya terkesan kumuh,

tak teratur, dan tak terawat.

Masyarakat Indonesia sebagian besar memanfaatkan pasar tradisional,

(68)

4

Indonesia termasuk ke dalam pengguna pasar tradisional dan berinteraksi dengan

masyarakat banyak dalam pemenuhan salah satu kebutuhan pokok manusia.

Kasus penyakit kulit akibat kerja (dermatosis) pada penjual ikan basah disebabkan

oleh kondisi lingkungan dan kondisi kerjanya.

Pasar tradisional Cemara berlokasi di Jalan Cemara Medan. Pasar ini

didirikan sejak tahun 1990 dengan luas 6.720 meter persegi. Terletak di sekitar

sungai Kera dan berdampingan dengan lokasi pelelangan ikan. Lapak pedagang

sebagian menempel di bibir sungai. Diruas jalan lintas terutama dibagian

jembatan, kedua sisi trotoarnya sudah dipadati pedagang kaki lima juga pembeli

dan pejalan kaki yang lalu lalang di sana (Mila, 2009).

Pasar tradisional ini memiliki penjual ikan basah sebanyak 48 orang yang

tergabung kedalam Koperasi Pasar Cemara Baru. Dari hasil survey awal yang

dilakukan pada penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara, terlihat bahwa

sebagian besar pekerja pernah dan sedang mengalami gejala penyakit kulit yaitu,

gatal, perih, bersisik, dan kemerahan. Dilihat dari kondisi kerjanya, penjual ikan

basah merupakan pekerja yang potensial untuk terkena penyakit kulit, dimana

penjual ikan basah memulai pekerjaannya pada subuh hari kira-kira jam 2 pagi

hingga jam 10 siang. Dimulai dengan para penjual ikan basah menerima ikan yang

di antarkan dari Aceh kemudian memindahkannya ke wadah penampungan ikan

basah. Lalu penjual ikan menambahkan es ke dalam wadah penampungan ikan

basah. Setelah itu, ikan basah siap untuk dijual kepada pembeli. Penjual ikan

kontak dengan ikan basah dan rendaman ikan basah ketika ada pembeli yang

Gambar

Gambar 1 Tangan Penjual Ikan Basah denga Gejala Penyakit Kulit
Gambar 4 Lokasi Kerja Penjual Ikan Basah
Gambar 5 Rendaman Ikan Basah
Gambar 4.1 Lokasi Pasar Tradisional Cemara Medan
+7

Referensi

Dokumen terkait

LPBI NU (Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama) adalah lembaga sosial kemanusian yang bergerak di bidang lingkungan hidup dan

13 Keberadaan breeding place berupa sawah, muara sungai, kubangan, dan lagun yang dekat dengan pemukiman penduduk memudahkan nyamuk Anopheles betina untuk meletakan

The aim of the study was to investigate breast milk fat content of Indonesian mothers at 1 month after delivery and to assess for possible correlations between breast milk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala kekurangan nitrogen pertama terlihat pada daun tua yang ditandai dengan perubahan warna daun menjadi hijau kekuningan (klorosis),

Uji aktivitas antibakteri dilakukan terhadap senyawa hasil isolasi menggunakan metoda difusi cakram yang diuji terhadap bakteri gram positif Staphylococcus aureus dan

Berdasarkan uraian di atas, dalam mengoptimalkan produktivitas benih penjenis atau Breeder Seed (BS) dapat dilakukan dengan meningkatkan upaya teknologi budidaya yang

PPTK Kegiatan Pembangunan Kawasan Pelestarian KR Baturraden.. dan Tahura Ngargoyoso TA 2008

Pada tataran konotasi, telah terjadi ke- kerasan ganda pada Joshua. Selain kekerasan psikis/mental yang dideskripsikan dengan ancaman oleh Jerry Matius dan Mike, Joshua Juga