• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permainan Tradisional Anak Sebagai Perekat Hubungan Sosial Di Wilayah Perkebunan (Studi Deskriptif: Masyarakat Perkebunan Karet Dolok Merangir , Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Permainan Tradisional Anak Sebagai Perekat Hubungan Sosial Di Wilayah Perkebunan (Studi Deskriptif: Masyarakat Perkebunan Karet Dolok Merangir , Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PERMAINAN TRADISIONAL ANAK SEBAGAI PEREKAT HUBUNGAN SOSIAL DI WILAYAH PERKEBUNAN

(Studi Deskriptif : Masyarakat Perkebunan Karet Dolok Merangir, Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun)

SKRIPSI

Oleh:

SITI MARYAM HUTABARAT NIM 070901008

Departemen Sosiologi

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara Medan

(2)
(3)

ABSTRAK

Penulisan skripsi ini berawal dari semakin banyaknya anak-anak yang tidak mengetahui permainan tradisional yang ada didaerahnya. Dimana semakin banyaknya permainan yang menggunakan teknologi tinggi sehingga anak-anak cenderung konsumtif terhadap barang mainannya. Anak yang tinggal diperkebunan khususnya berbeda dengan anak-anak yang berada diperkotaan. Begitu juga dengan aktifitas yang mereka temukan ditempat tinggalnya. Anak diperkotaan memiliki pola permaianan yang lebih modern dibandingkan dengan anak yang berada diperkebunan. Dimana mereka akan mendapatkan perlakuan yang berbeda dilingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat maupun dari agen sosial lainnya. Kehidupan diperkebunan yang biasanya disebut perdesaan memiliki permainan tradisional yang mengakibatkan hubungan emosional yang erat sesama pemainnya. Tingginya rasa kekeluargaan, kesetiakawanan serta kekompakan ini yang memperat hubungan anak-anak melalui adanya permainan tradisional yang dimainkan bersama-sama.

Ada beberapa faktor anak-anak di wilayah perkebunan memilih permainan tradisional, seperti banyaknya mendapatkan kawan, munculnya kekompakan dan terbinanya persaudaraan yang akhirnya meretas kesenjangan status jabatan yang dimiliki oleh orang tua mereka. Anak-anak mendapatkan teman sebayanya yang memiliki toleransi tanpa membedakan status yang melekat pada mereka, seperti agama, budaya, serta kelas dalam sekolah mereka.

Dolok Merangir kecamatan Dolok Batunanggat merupakan lokasi penelitian ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan pendekatan kualitatif melalui teknik observasi, wawancara dan dokumentasi Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan catatan-catatan dari setiap kali turun. Penelitian ini dilakukan terhadap 11 (dua belas) orang informan, yaitu 6 (enam) orang anak yang memainkan permainan tradisional 5 (orang) masyarakat umum.

(4)

KATA PENGANTAR

Lafast hamdallah tiada hentinya saya persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi saya nikmat dan rezekiNya, sehingga saya dapat mengenyam pendidikan dan mengakhirinya dengan menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Permainan Tradisional Anak Sebagai Perekat Hubungan Sosial di Wilayah Perkebunan . Dan shalawat beriring salam saya hadiahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW sang pencerah dan tauladan bagi umatnya.

Dalam penulisan skripsi ini sangat banyak hal yang saya dapatkan dimulai dari belajar mandiri dalam berfikir dan mandiri dalam bersikap. Proses pembelajaran yang menghantarkan saya dalam membentuk pribadi yang matang semoga saya mampu mengaktualisasikan diri sesuai dengan disiplin ilmu yang saya dapatkan selama belajar di Sosiologi FISIP USU.

(5)

1. Bapak Prof. Badaruddin Rangkuti, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Dr.Sismudjito M.Si, selaku dosen wali saya yang telah memberikan

motivasi dan semangat dalam belajar.

3. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si sebagai Ketua Departemen Sosiologi, sekaligus Ketua Penguji yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama kuliah di Departemen Sosiologi.

4. Bapak Drs. T.Ilham Saladin, M.SP selaku dosen pembimbing dan juga

sebagai Sekretaris Departemen Sosiologi. Saya mengucapkan terima kasih

kepada beliau atas kesediaannya dalam memberikan

pengarahan-pengarahan ataupun masukan demi perbaikan skripsi saya. Saya juga

mengucapkan terima kasih kepada beliau atas kesediaan waktunya dalam

bimbingan skripsi saya.

5. Bapak/Ibu Dosen Departemen Sosiologi FISIP USU, terima kasih banyak atas ilmu yang selama ini telah ditransformasikan kepada saya selaku penulis.

6. Pegawai di Departemen Sosiologi FISIP USU, Kak Feni Khairifa, Kak

Nurbaity dan elemen yang membantu saya dari awal hingga akhir

perkuliahan. Semoga FISIP USU khususnya Departemen Sosiologi

menjadi lebih baik.

7. Para pegawai staf kantor kecamatan Dolok Batunanggar yang telah

membantu saya dalam pemberian data.

8. Masyarakat Perkebunan Karet Dolok Merangir dan khususnya anak-anak

yang telah bersedia meluangkan waktu untuk dimintai wawancara dan

(6)

9. Kepada kakak, abang dan adik saya, Dagmar Hutabarat, Ahmad Ghozali

Hutabarat, Ahmad Parulian Hutabarat terima kasih sudah mau saling

mengingatkan.

10. Kawan seperjuangan di stambuk 2007, khususnya di awal kuliah (yang

pernah jalan-jalan ke Panatapan) dan di akhir kuliah (saatnya mengenang

Aek Pining). Maaf kalau saya masih tetap single fighter Sukses selalu

semoga Allah SWT memberkati kita semua.

11. Keluarga Besar HMI Kom s FISIP USU, Kakanda-Kakanda semuanya

yang sangat kuat memberikan semangat sehingga bertahan di Komisariat

dengan berbagai dinamika yang ada. Terima kasih telah mengatakan cinta

dengan pedang atau pistol dikepala, dan jembatan telah dibakar mundur

adalah pengkhianatan walaupun berbeda dalam penginterpretasiannya.

12. Batu Kristal kita semua berbeda, kita bisa bersama, kita bisa bersatu bila

kita semua mau,,,Cuma lagu itu yang dapat kuberikan sebagai kenangan,

dan Perjuangan adalah Pelaksanaan Kata.

13. Balap Pesawat, Gama Cosmic dan Palu Hijau.. semangat belajar ya

jangan takut salah, karena dengan salah kita mampu memperbaiki dan

mengetahui yang benar. Ok!

14. Bidang Pemberdayaan Perempuan HMI Kom s FISIP USU 2010-2011,

makasih atas kerja samanya Ririn, Mia dan Silvy Serta A4 (semakin

berjaya) Andhyn, Aies dan Adel.

15. KOHATI HMI Cabang Medan 2011-2012. Terima Kasih atas support dan

(7)

16. Terima kasih untuk sahabat kecil andomera, mama uwi, bunda yudit dan

abang, dan SMA Harapan 3 Deli Serdang.

17. Dan kawan seperjuangan X-trainer LK1,LK2,LK3,LKK,SC HMI yang

selalu tetap berkomunikasi dan berdiskusi bersama saya. Thx All.

18. Terima kasih yang sedalam-dalamnya untuk Siti Maryam Hutabarat yang

masih memberi semangat dan yang mengajarkanku untuk selalu

bersyukur.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dengan segala

keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Maka itu, kritik, saran serta

masukan yang membangun skripsi sangat penulis harapkan. Semoga

skripsi in dapat bermanfaat bagi semua elemen. Adapun kesalahan dalam

penulisan skripsi ini, penulis memohon maaf karena keterbatasan yang

penulis miliki. Kesempurnaan hanya milik Allah Tuhan semesta seru

sekalian alam. Perjuangan Pelaksanaan Kata.

Penulis sampaikan terima kasih.

Medan, Juni 2012

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI . i

KATA PENGANTAR . ... ii

DAFTAR ISI . .. vi

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 5 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 5 1.4 Definisi Konsep . 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan .. 12

2.2 Anak dalam Aspek Sosiologis .. 13

2.3 Sosialisasi dalam Pembentukan Perilaku ... 14

2.3.1 Jenis sosialisasi. 14 2.3.1.1 Sosialisasi primer .. 14

2.3.1.2 Sosialisasi Sekunder ... . 15

2.3.2 Tipe sosialisasi . . 15

2.3.3 Pola Sosialisasi . . 16

2.3.3.1 Proses sosialisasi Menurut George H. Mead 17

2.3.3.1.1 Tahap Persiapan (Preparatory Stage) 17

2.3.3.1.2 Tahap Meniru (Play Stage) 17

2.3.3.1.3 Tahap Siap Bertindak (Game Stage) .. 18

(9)

2.3.3.2 Agen sosialisasi 19

2.3.3.2.1 Keluarga . 20

2.3.3.2.2 Teman pergaulan 21

2.3.3.2.3 Lembaga Pendidikan Formal (Sekolah) .. 22

2.3.3.2.4 Media massa 22

2.3.3.2.5 Agen-agen lain 23

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian . 24

3.2 Lokasi Penelitian 24

3.3 Unit Analisis 25

3.4 Teknik Pengumpulan Data 26

3.5 Interpretasi Data 28

3.6 Jadwal Kegiatan 30

3.7 Kesulitan Penelitian . 31

BAB IV TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian .. 33

4.1.1 Sejarah singkat perkebunan karet dolok merangir 33

4.1.2.Gambaran Umum Wilayah Perkebunan Karet

Dolok Merangir 34

4.1.3 Keadaan Penduduk 35

4.2 Profil Informan .. 39

4.3 Temuan dan Interpretasi Data 61

4.3.1. Permainan Tradisional yang biasa dimainkan anak-anak

(10)

4.3.1.1 Jenis Jenis Permainan Tradisional yang biasa dimainkan

anak-anak di perkebunan karet PT. Bridgestone

Dolok Merangir . .. 61

4.3.2. Nilai-Nilai Permainan Tradisional Bagi anak-anak di

Perkebunan karet PT. Bridgestone Dolok Merangir .. 71

4.3.3. Interaksi dalam Permainan Tradisional sebagai perekat

hubungan sosial anak-anak di Perkebunan karet

PT. Bridgestone Dolok Merangir . 78

4.3.4. Permainan Tradisional membantu perkembangan anak dalam

mengenal lingkungan bermain serta mengasah kreatifitas 79

4.3.5. Perlunya melestarikan permainan tradisional di perkebunan

karet PT.Bridgestone Dolok Merangir . . 82

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan 83

5.2 Saran.. .. 84

DAFTAR PUSTAKA... 86

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Komposisi Lahan Berdasarkan Pemanfaatan Lahan

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis dan Jenis Kelamin di Kelurahan Dolok Merangir Tahun 2011

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama dan Jenis Kelamin di Kelurahan Dolok Merangir 2011

Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kelurahan Dolok Merangir 2011

Tabel 4.5Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian dan Jenis Kelamin di Kelurahan Dolok Merangir 2011

(12)

ABSTRAK

Penulisan skripsi ini berawal dari semakin banyaknya anak-anak yang tidak mengetahui permainan tradisional yang ada didaerahnya. Dimana semakin banyaknya permainan yang menggunakan teknologi tinggi sehingga anak-anak cenderung konsumtif terhadap barang mainannya. Anak yang tinggal diperkebunan khususnya berbeda dengan anak-anak yang berada diperkotaan. Begitu juga dengan aktifitas yang mereka temukan ditempat tinggalnya. Anak diperkotaan memiliki pola permaianan yang lebih modern dibandingkan dengan anak yang berada diperkebunan. Dimana mereka akan mendapatkan perlakuan yang berbeda dilingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat maupun dari agen sosial lainnya. Kehidupan diperkebunan yang biasanya disebut perdesaan memiliki permainan tradisional yang mengakibatkan hubungan emosional yang erat sesama pemainnya. Tingginya rasa kekeluargaan, kesetiakawanan serta kekompakan ini yang memperat hubungan anak-anak melalui adanya permainan tradisional yang dimainkan bersama-sama.

Ada beberapa faktor anak-anak di wilayah perkebunan memilih permainan tradisional, seperti banyaknya mendapatkan kawan, munculnya kekompakan dan terbinanya persaudaraan yang akhirnya meretas kesenjangan status jabatan yang dimiliki oleh orang tua mereka. Anak-anak mendapatkan teman sebayanya yang memiliki toleransi tanpa membedakan status yang melekat pada mereka, seperti agama, budaya, serta kelas dalam sekolah mereka.

Dolok Merangir kecamatan Dolok Batunanggat merupakan lokasi penelitian ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan pendekatan kualitatif melalui teknik observasi, wawancara dan dokumentasi Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan catatan-catatan dari setiap kali turun. Penelitian ini dilakukan terhadap 11 (dua belas) orang informan, yaitu 6 (enam) orang anak yang memainkan permainan tradisional 5 (orang) masyarakat umum.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan kemajemukan penduduk, yang

masing-masing penduduknya memiliki corak tersendiri dalam pola kehidupannya.

Dan sebagian besar perjalanan sejarah menyatakan bahwa negara ini merupakan

masyarakat transisi, yaitu dari masyarakat agraris menjadi masyarakat

perkebunan. di Sumatera Utara sangat banyak perkebunan yang dikelola oleh

pemerintah maupun pihak swasta asing. Adapun salah satu perkebunan di daerah

ini merupakan perkebunan karet yang berada di kabupaten simalungun, yang

dikelola oleh perusahaan asing. Lokasi perkebunan ini tidak jauh dari kota

pematang siantar. Adapun sumber penghasilan masyarakat perkebunan karet ini

merupakan hasil kerja mereka oleh perusahaan yang mengelolanya. Perkebunan

karet ini milik perusahaan asing tetapi notabene masyarakat yang tinggal didaerah

ini sangat beragam suku. Ada beragam suku batak, jawa, melayu, aceh dan lain

sebagainya. Dan beragam pula agama yang ada pada masyarakat yang tinggal

diperkebunan karet ini. Mayoritas suku yang terdapat didaerah ini adalah jawa dan

batak, serta agama yang paling mayoritas adalah islam.

Pada masyarakat perkebunan karet ini ada beberapa kelas-kelas dan

golongan masyarakatnya. Dari kelas bawah hingga kelas atas. Adapun yang

dimaksud dari kelas bawah adalah, masyarakat yang pekerjaannya, tempat

tinggalnya, dan upahnya sangat kecil. Biasanya masyarakat ini bekerja sebagai

(14)

cukup berat. Dimana para pekerja ini harus bertanggung jawab agar tidak adanya

getah yang hilang dalam arti dicuri oleh pekerja itu sendiri. Ada juga yang bekerja

sebagai supir truk yang mengangkat getah dari latex ke pabrik. Ada yang bekerja

di kantor dengan pembagian kerja yang berbeda-beda. Selain itu kelas atas yang

dimaksud adalah para pekerja yang bekerja di perusahaan karet ini dan biasanya

bekerja sebagai orang kantoran, dalam arti kata mereka tidak atau jarang sekali

berada diluar kantor. Dan orang kantoran ini dimulai dari pegawai kelas 1 hingga

manajer.

Karena perkebunan karet ini dikelola oleh perusahaan asing, masyarakat

yang ada disini juga menggunakan fasilitas yang disediakan oleh perusahaan

untuk berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Adanya hall, tanah lapang, serta

fasilitas ibadah seperti gereja, mesjid. Dan rumah-rumah yang ditempati oleh

pekerja juga rumah perusahaan perkebunan. Setiap rumah yang diberikan oleh

perusahaan memiliki pekarangan/halaman, sehingga memberikan ruang untuk

masyarakat bersosialisasi atau membuka usaha. Dan pastinya sumber daya listrik

dan air pun sudah berada didaerah ini, dikarenakan perusahaan menggunakan

mesin sehingga listrik sudah masuk ke daerah ini.

Seperti yang kita ketahui bahwa masyarakat agraris merupakan masyarakat

yang bermata pencaharian sebagai petani. Yang juga didukung oleh bentuk

geografis yang ada di Indonesia. Berubahnya pola mata pencaharian penduduk

dari masyarakat agraris menjadi masyarakat perkebunan mempengaruhi struktur

dan sistem tatanan sosial yang ada di masyarakat.

Belum lagi masalah perkembangan diri dari anak-anak yang tinggal di

(15)

daerah perkotaan. Kalau kita perhatikan biasanya anak-anak yang berada di

daerah perkebunan memiliki pola pergaulan yang cenderung ekstrem seperti

misalnya bermain di tempat-tempat yang sebenarnya tidak layak untuk disebut

sebagai tempat bermain. Ada lagi masalah tentang pola asuh yang diberikan oleh

orang tuanya. Rata-rata orang yang tinggal di daerah perkebunan memiliki

tingkat pendidikan yang berbeda dari pendidikan rendah hingga pendidikan

tingkat atas, sehingga mereka tidak begitu memperhatikan tentang tumbuh

kembang anaknya. Dan cenderung membiarkan anaknya tumbuh dan berkembang

begitu saja.

Misalnya saja dalam bermain bersama teman-temannya. Kebanyakan

anak-anak di daerah pekebunan memilih untuk memainkan permainan yang sifatnya

lebih tradisional karena permainan tradisional tidak membutuhkan banyak biaya

untuk membeli peralatan dan untuk memainkannya. Tapi ada juga sebagian

anak-anak di lingkungan perkebunan yang sudah mengenal permainan yang sifatnya

lebih modern seperti misalnya playstation, gameboard, dan lain-lain.

Masuknya permainan modern ke lingkungan anak-anak di daerah

perkebunan ini sedikitnya mempengaruhi tumbuh kembangnya anak dan juga cara

mereka bergaul dengan teman-temannya. Anak-anak sekarang sudah

dininabobokan dengan permainan-permainan modern yang berbau IT seperti play

station atau sebagian besar waktunya dihabiskan untuk menonton televisi,

sehingga permainan anak-anak yang sifatnya tradisional sudah ditinggalkan.

Akibatnya waktu untuk bermain bersama temannya berkurang. Di kota-kota besar

tampaknya sekarang rumah begitu padatnya, sehingga mencari tanah lapang yang

(16)

permainan modern ini dapat disebabkan dekatnya jarak kota madya dengan

wilayah perkebunan karet ini sehingga memudahkan masyarakat mengakses

kebutuhan lainnya. Nilai-nilai pendidikan, kebersamaan, kesetiakawanan bisa

diperoleh lewat permainan tradisional dan yang paling menonjol adalah nilai-nilai

kebersamaan. Karena permainan anak-anak modern pada umumnya bersifat

individualisme.

Permainan tradisional anak-anak erat kaitannya dengan pengetahuan dan

kreatifitas anak-anak, karena ini merupakan hal-hal yang bersifat afektif, pola

perilaku, dan permainannya sangat lokal dan sangat lekat dengan dunia mereka.

Jadi bukan mentransfer nilai-nilai dari luar tapi inilah asli peninggalan nenek

moyang yang nilainya sangat tinggi. Pengaruh permainan tradisional anak

terhadap pendidikan, pada umumnya permainan tradisional anak adalah sesuatu

yang biasa dialami anak dalam kehidupan sehari-hari. Jadi tema-temanya adalah

tema di sekitar anak-anak seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, dan lainnya yang

mereka alami sehari-hari.

Permainan dimasa lalu merupakan permainan yang sangat baik untuk

melatih fisik dan mental anak, yang secara tidak langsung anak-anak akan

dirangsang kreatifitas, ketangkasan, jiwa kepemimpinan, kecerdasan, dan

keluasan wawasannya melalui permainan tradisional. Misalnya saja permainan

gobak sodor atau yang biasa disebut galasin. Permainan ini biasanya dimainkan

oleh dua tim yang masing-masing tim terdiri dari tiga sampai lima orang.

Ada juga permainan tradisional gebokan. Ini biasanya menggunakan

pecahan genteng yang disusun keatas sehingga berbentuk menara dan kemudian

(17)

susunan itu terjatuh maka lawan harus menyusun kembali pecahan genteng

kemudian mengambil bola kasti dan melempar bola kasti ke arah lawan.

Kemenangan ditandai dengan berdirinya menara pecahan genteng dan tubuh kita

tidak terkena bola kasti dari lawan.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam suatu penelitian, yang sangat signifikan untuk dapat memulai

penelitian adalah adanya masalah yang akan diteliti. Menurut Arikunto, agar

dapat dilaksanakan penelitian dengan sebaik-baiknya maka peneliti haruslah

merumuskan masalah dengan jelas, sehingga akan jelas dimana harus dimulai,

kemana harus pergi dan dengan apa ( Arikunto, 1996:19 )

Berdasarkan uraian tersebut dan berdasarkan latar belakang yang sudah

diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimanakah permainan tradisional anak dapat menjadi perekat hubungan sosial?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan yang

diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :

1.3.1.1 Untuk mengetahui bagaimanakah permainan tradisional

dapat menjadi perekat hubungan sosial di antara anak-anak

yang berada di daerah perkebunan khususnya di

perkebunan karet Dolok Merangir, Kecamatan Dolok

(18)

1.3.1.2 Untuk mengetahui sejauh mana permainan tradisional yang

dimainkan oleh anak-anak diperkebunan karet dapat

memicu kreatifitas anak di Dolok Merangir, Kecamatan

Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun.

1.3.2. Manfaat Penelitian

1.3.2.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pengetahuan kepada peneliti dan juga kepada pembaca mengenai

kehidupan khususnya cara bermain anak-anak di daerah perkebunan.

Selain itu diharapkan juga dapat memberikan kontribusi kepada

pihak yang memerlukannya khususnya khasanah keilmuan dibidang

sosiologi keluarga dan sosiologi pendidikan.

1.3.2.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

penulis dimana melalui penelitian ini, menambah referensi dari hasil

penelitian dan juga dijadikan rujukan bagi peneliti berikutnya yang

ingin mengetahui lebih dalam lagi terkait dengan penelitian

sebelumnya dan juga dapat memberikan sumbangan kepada

masyarakat perkebunan karet Dolok Merangir, Kecamatan Dolok

Batunanggar, Kabupaten Simalungun tepatnya pada Dinas

Pendidikan dan kebudayaaan agar dapat dimasukan dalam kurikulum

(19)

1.4 Defenisi Konsep

1.4.1. Permainan Tradisional

Permainan tradisional adalah permainan yang dimainkan oleh orang-orang

terdahulu dan biasanya pada permainan tradisional orang cenderung membuatnya

sendiri dengan kreatifitas masing-masing orang dan bahan-bahan yang digunakan

sangat sederhana dan tidak membutuhkan biaya yang besar/banyak.

Adapun beberapa permainan tradisional yang mungkin sudah tidak asing lagi

didengar adalah:

Galasin. Permainan ini terdiri dari dua tim, dimana masing-masing tim

terdiri dari 3 orang. Inti permainannya adalah mencegah lawan agar tidak bisa

lolos ke baris terakhir. Biasanya dimainkan di lapangan bulu tangkis dengan

acuan garis-garis. Permainan ini membuat badan menjadi sehat karena pemain

banyak bergerak misalnya berlari dan merentangkan tangannya.

Bentengan. Terdiri dari dua tim. Inti permainan ini adalah memasuki

benteng lawan dengan menyentuh baris pertahanan mereka. Biasanya yang

dianggap sebagai benteng adalah sebuah tiang listrik yang dijaga oleh beberapa

orang dan kita berusaha untuk menyentuh tiang listrik. Permainan ini mirip

dengan permainan galasin.

Gasing. Ini permainan rakyat yang cukup lama. Bentuk permainannya

adalah sebuah bentukan kayu yang dapat berputar. Biasanya dijadikan ajang

taruhan siapa yang gasingnya dapat berputar paling lama maka dialah

pemenangnya, atau terkadang mengadu kedua gasing dimana melihat gasing mana

(20)

Gebokan. Ini biasanya menggunakan pecahan genteng yang disusun keatas

sehingga berbentuk menara dan kemudian kita akan menjatuhkan susunan itu dari

jarak jauh dengan bola kasti dan jika susunan itu terjatuh maka lawan harus

menyusun kembali pecahan genteng kemudian mengambil bola kasti dan

melempar bola kasti ke arah kita. Kemenangan ditandai dengan berdirinya menara

pecahan genteng dan tubuh kita terkena bola kasti.

1.4.2. Anak

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang

belum berusia delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Dimana setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang,

untuk bergaul dengan anak yang sebaya nya bermain, berekreasi dan berkreasi

sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengemmbangan

dirinya.

Selain itu anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak

membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan

kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang

lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Menurut

John Locke (dalam Gunarsa, 1986) anak adalah pribadi yang masih bersih dan

peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan.

1.4.3.Tradisional

Tradisional adalah sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu

(21)

Dalam hal ini nilai-nilai tradisional yang melekat pada permainan tradisional

adalah :

1. Hubungan Sosial

Menurut Ferdinand Tonnies Gemeinschaft adalah suatu bentuk kehidupan

bersama yang intim, pribadi dan eksklusif dan adanya keterikatan yang

dibawa sejak lahir,

 Gemeinschaft by blood : mengacu pada ikatan-ikatan kekerabatan

 Gemeinschaft of mind : hubungan persahabatan yang disebabkan

oleh persamaan keahlian atau pekerjaan serta pandangan yang

mendorong orang untuk saling berhubungan secara teratur.

 Gemeinschaft of place : ikatan yang berlandaskan kedekatan letak

tempat tinggal serta tempat bekerja yang mendorong orang untuk

berhubungan intim satu dengan yang lain, dan mengacu pada

kehidupan bersama di daerah pedesaan.

 Gesellschaft adalah suatu kehidupan pubik, dimana seseorang

kebetulan hadir bersama tetapi masing-masing tetap mandiri. Ini

bersifat sementara dan semu.

2. Solidaritas

Durkheim melihat bahwa setiap masyarakat manusia memerlukan

solidaritas. Ia membedakan antara dua tipe utama solidaritas, yaitu

solidaritas mekanik dan solidaritas organik.

 Solidaritas mekanik merupakan suatu tipe solidaritas yang

didasarkan atas persamaan. Menurut Durkheim solidaritas mekanik

(22)

yang didasarkan atas kepercayaan dan setiakawanan ini dinamakan

conscience collective. Suatu sistem kepercayaan dan perasaan yang menyebar merata pada semua anggota masyarakat.

 Solidaritas organik merupakan suatu sistem terpadu yang terdiri atas

bagian yang saling tergantung laksana bagaikan suatu organisme

biologi. Solidaritas ini didasarkan pada hukum dan akal.

3. Kerjasama. Merupakan bentuk interaksi sosial ketika tujuan anggota

kelompok yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota yang lain atau

tujuan kelompok secara keseluruhan, atau interaksi yang saling

menguntungkan kedua belah pihak.

4. Persaingan.Merupakan suatu proses sosial ketika individu atau kelompok

saling berusaha dan berebut untuk mencapai keuntungan dalam waktu

yang bersamaan.

5. Prestasi adalah cara untuk memperoleh kedudukan pada lapisan tertentu

dengan usaha sendiri. Suatu pencapaian sehingga seseorang mendapatkan

penghargaan dari prestasi yang didapatkannya.

6. Egalitarian. Dimana tidak ada anak yang paling unggul karena setiap anak

memiliki kelebihan masing-masing untuk setiap permainan yang berbeda

dan ini sebagai cara untuk meminimalisir ego diri para

pemainnya/anak-anak.

7. Agen Sosialisasi. Menurut Fuller adapun pihak yang melaksanakan

sosialisasi terdiria atas empat agen sosialisasi utama

8. Generalized Other adalah peran semua orang lain dalam masyarakat

(23)

9. Teman sebaya adalah teman bermain yang sederajat dimana dalam

kelompok bermain seorang anak mulai belajar nilai-nilai keadilan.

Beberapa contoh permainan tradisional anak tersebut adalah

1. Enjot-enjotan,berbalas pantun, lompat tali dapat membentuk kerjasama

anak

2. Wayang, mobil-mobilan dari kulit jeruk, dapat mengasah kreatifitas anak

3. Galasin, bentengan, gebokan, memunculkan solidaritas, kerjasama,

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan

Seperti telah diungkap oleh berbagai literatur ciri khas desa sebagai

suatu komunitas pada masa lalu selalu dikaitkan dengan kebersahajaan

(simplicity), keterbelakangan, tradisionalisme, subsistensi, dan

keterisolasian. Meskipun tak dapat digeneralisasiskan pada semua pedesaan

pada masa sekarang, namun ada sosiolog yang berhasil mengidentifikasi

ciri-ciri kehidupan masyarakat pedesaan. Sebagaimana dikatakan Roucek

dan Warren, masyarakat pedesaan memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Punya sifat homogen dalam (matapencarian nilai-nilai dalam

kebudayaan serta dalam sikap dan tingkah laku).

2. Kehidupan desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit

ekonomi. Artinya, semua anggota keluarga turut bersama-sama

memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga.

3. Faktor geografi sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada.

Misalnya, keterikatan anggota masyarakat dengan tanah atau desa

kelahirannya.

4. Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet daripada

kota serta jumlah anak yang ada dalam keluarga inti lebih besar.

Hubungan lebih bercorak gemeinschaft daripada gesselschaft.

(25)

terletak pada sifat-sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupanna yang

berbeda dengan masyarakat pedesaan. Orang kota pada umumnya dapat

mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang-orang lain.

2.2 Anak dalam Aspek Sosiologis

Dalam aspek sosiologis, anak senantiasa berinteraksi dengan lingkungan

masyarakat. Dalam menjamin perkembangan dirinya, sejak usia dini anak perlu

pendidikan dan sosialisasi, pengajaran tanggung jawab sosial, peran-peran sosial

untuk menjadi bagian masyarakat. Jadi, menurut kodratnya anak manusia adalah

mahkluk sosial, dapat dibuktikan dimana ketidakberdayaannya terutama pada

masa bayi dan kanak-kanak yang menuntut adanya perlindungan dan bantuan dari

orang tua. Anak selalu membutuhkan tuntunan dan pertolongan orang lain untuk

menjadi manusia yang bulat dan paripurna.

Anak manusia tidak dapat hidup tanpa masyarakat atau tanpa lingkungan

sosial tertentu. Anak dilahirkan, dirawat, dididik, tumbuh, berkembang dan

bertingkah laku sesuai dengan martabat manusia di dalam lingkungan cultural

sekelompok manusia. Anak tidak akan terlepas dari lingkungan tertentu, karena

anak sebagai individu tidak mungkin bisa berkembang tanpa bantuan orang lain.

Kehidupan anak bisa berlangsung apabila ia ada bersama orang lain. Anak

manusia bisa memasuki dunia manusia jika dibawa atau dimasukkan ke dalam

(26)

2.3 Sosialisasi dalam Pembentukan Prilaku

Sosialisasi adalah sebuah proses pengajaran atau transfer kebiasaan atau

nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok

atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai

peranan (role theory). Hal ini disebabkan dalam proses sosialisasi, setiap individu pasti akan diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu

(http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi, diakses 30 November 2010, pukul 09:20

WIB).

2.3.1 Jenis sosialisasi

Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua, yaitu:

sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam

masyarakat). Sosiolog, E. Goffman berpendapat bahwa kedua proses

tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat

bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam

situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun

tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara

formal (M. Poloma, 2000: 238).

2.3.1.1 Sosialisasi primer

Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi

primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa

kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga).

Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat

(27)

keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu

membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.

Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan

anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola

interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan

sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi

antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.

2.3.1.2 Sosialisasi Sekunder

Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan

setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam

kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah

resosialisasi dandesosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses

desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang

lama.

2.3.2 Tipe sosialisasi

Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang

berbeda. Misalnya, standar 'apakah seseorang itu baik atau tidak' di sekolah

dengan di kelompok sepermainan tidak sama. Di sekolah, seseorang disebut

baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak pernah terlambat

(28)

apabila solider dengan teman atau saling membantu. Perbedaan standar dan

nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada.

Ada dua tipe sosialisasi, yaitu formal dan informal. Sosialisasi

formal terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan

yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah. Sedangkan

sosialisasi informal, terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang

bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub

dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat. Meskipun

proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya

sangat sulit untuk dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat

sosialisasi formal dan informal sekaligus.

2.3.3 Pola Sosialisasi

Sosialisasi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif dan

sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari

sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam

hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua.

Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi

perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang

tua, dan peran keluarga sebagai significant other. Sosialisasi partisipatoris

(participatory socialization) merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik.

(29)

pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi

adalah anak dan keperluan anak.

2.3.3.1 Proses sosialisasi Menurut George Herbert Mead

George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang

dilalui seseorang dapat dibedakan melalui beberapa tahapan,

diantaranya tahap persiapan, tahap meniru, tahap siap bertindak dan

tahap penerimaan kolektif. (G. Ritzer, 2007: 282).

2.3.3.1.1 Tahap Persiapan (Preparatory Stage)

Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat

seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia

sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang

diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan

meniru meski tidak sempurna.

Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada

anaknya yang masih balita diucapkan "mam". Makna kata

tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak.

Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan

tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.

2.3.3.1.2 Tahap Meniru (Play Stage)

Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya

(30)

orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran

tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya,

dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang

dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu

dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan

diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap

ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak

orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut

merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi

pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak

menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang

ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other).

2.3.3.1.3 Tahap Siap Bertindak (Game Stage)

Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan

digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan

sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya

menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat

sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara

bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk

membela keluarga dan bekerja sama dengan

teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak

dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai

(31)

Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara

bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak

mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di

luar keluarganya.

2.3.3.1.4 Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Stage/Generalized other)

Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia

sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat

secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak

hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi

juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari

pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama, bahkan

dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap.

Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah

menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.

2.3.3.2 Agen sosialisasi

Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang

melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen

sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain,

media massa, dan lembaga pendidikan sekolah. Pesan-pesan

yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak

(32)

keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan

dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain.

Misalnya, di sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak

merokok, meminum minuman keras dan menggunakan

obat-obatan terlarang (narkoba), tetapi mungkin saja mereka

dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau

media massa.

Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila

pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak

bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama

lain. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh

individu dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh

agen sosialisasi yang berlainan.

2.3.3.2.1 Keluarga

Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi

meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat

yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam

suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut

sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah

dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek,

nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti.

(33)

sosialisasi dilakukan oleh orang-orang yang berada di luar

anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat

agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat

sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter). Peranan

para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal

sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan

keluarganya terutama orang tuanya sendiri.

2.3.3.2.2 Teman pergaulan

Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain)

pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian

ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan

sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula

memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah

keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa

remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam

membentuk kepribadian seorang individu.

Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga

yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia,

pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok

bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi

dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh

sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari

(34)

kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai

keadilan. Anak-anak rawan terhadap tekanan teman sebaya

2.3.3.2.3 Lembaga Pendidikan Formal (Sekolah)

Dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar

membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga

dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian

(independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah, seorang anak

mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam

melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian

besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh

rasa tanggung jawab.

2.3.3.2.4 Media massa

Kelompok media massa di sini adalah media cetak

(surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio,

televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat

tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang

disampaikan. Penayangan acara Smack Down, di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku

anak-anak dalam beberapa kasus. Iklan produk-produk tertentu

telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup

(35)

baik dari internet maupun media cetak atau tv, didahului

dengan gelombang game eletronik dan segmen-segmen tertentu dari media TV (horor, kekerasan, ketaklogisan, dan

seterusnya) diyakini telah mengakibatkan kecanduan massal,

penurunan kecerdasan, menghilangnya perhatian/kepekaan

sosial, dan dampak buruk lainnya.

2.3.3.2.5 Agen-agen lain

Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan

media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama,

organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan

pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk

pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat

presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak

pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskripif dengan

pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan metode yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh objek

peneliti. Penelitian kualitatif juga diartikan sebagai pendekatan yang dapat

menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang didapat dari yang diamati

(Moleong, 2006).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di perkebunan karet Dolok Merangir, Kecamatan

Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun. Adapun alasan peneliti memilih

tempat penelitian karena peneliti sebelumnya telah melakukan observasi

lapanngan di lokasi tersebut dan melakukan pra-wawancara terhadap masyarakat

yang bertempat tinggal di perkebunan karet ini. Dan terlihat disana masih ada

ruang publik dan tanah lapang untuk anak-anak bermain. Dari hasil observasi

inilah peneliti melihat bahwa lokasi ini sangat menarik untuk dijadikan lokasi

penelitian mengingat perkebunan karet ini sudah lama berdiri. Selain itu faktor

ketertarikan yang mendasari penelitian adalah lokasi ini berpotensi dan lokasi ini

(37)

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Salah satu cara atau karakteristik dari penelitian sosial kualitatif

adalah menggunakan apa yang disebut Unit of Analysis . Hal ini

dimungkinkan, karena setiap objek penelitian memiliki ciri dalam jumlah

yang cukup luas seperti karakteristik individu tentunya meliputi jenis

kelamin, usia, tingkat pendidikan, status sosial, dan tingkat penghasilan.

Ada sejumlah unit analisis yang lazim digunakan pada kebanyakan

penelitian sosial yaitu: individu, kelompok, organisasi, sosial, artefak

(Dinandjaja, 2005:31). Unit analisis data adalah satuan tertentu yang

diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 1992:2).

Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah

keluarga pada masyarakat di perkebunan karet Dolok Merangir,

Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun.

3.3.2 Informan

Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam

penelitian. Adapun yang menjadi informan yang menjadi subjek

penelitian ini, dibedakan menjadi dua jenis yaitu: informan kunci dan

informan biasa yang dapat mendukung penelitian. Maka dalam penelitian

ini informan terbagi dua yaitu: Adapun informan dari penelitian ini

(38)

3.3.2.1. Infoman kunci

Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah

anak-anak berusia 6-12 tahun yang berada di perkebunan

karet Dolok Merangir, Kecamatan Dolok Batunanggar,

Kabupaten Simalungun.

3.3.2.2 Informan biasa

Yang menjadi informan biasa adalah keluarga dan tokoh

pemuka pada masyarakat perkebunan karet Dolok

Merangir, Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten

Simalungun.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

3.4.1 Data yang diharapkan juga akan diperoleh melalui observasi atau

pengamatan yang akan dilakukan oleh peneliti. Beberapa

pengamatan yang akan dilakukan peneliti ada yang berperan serta

terbatas, maksudnya adalah peneliti tidak merahasiakan identitas

diri, akan terlibat ringan yang sedang dilakukan si informan pada

saat pengamatan langsung, misalnya keseharian hidup informan

berinteraksi dengan keluarga atau masyarakat, hal tersebut adalah

untuk membina rapport yang lebih baik dengan informan.

Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang

(39)

tersebut dapat diamati oleh peneliti. Observasi merupakan

pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang tampak pada

penelitian. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan data yang

mendukung hasil wawancara. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunkan observasi partisipasif, yaitu peneliti adalah bagian dari

keadaan ilmiah, tempat dilakukannya observasi. Seorang peneliti

dapat menjadi anggota dari sebuah kelompok khusus atau organisasi

dan menetap untuk mengamati kelompok itu dengan mengguanakan

satu atau beberapa cara. Tanpa melihat bagaimana peneliti bisa

menjadi bagian dari lingkungannya, maka yang penting partisipan

aktif sebagai bagian yang menyeluruh yang diperlukan dalam

pelaksanaan penelitian ini. (James A Black dan Dean J Champion

1992:289)

3.4.2 Metode wawancara merupakan proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap

muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman

wawancara. Salah satu bentuk wawancara yang dipakai dalam

penelitian ini adalah wawancara mendalam (dept interview).

Wawancara mendalam yang dimaksudkan adalah percakapan yang

sifatnya luwes, terbuka, dan tidak baku. Intinya adalah, peneliti

(40)

dengan informan, dengan harapan informan dapat mengungkap

informasi atau data yang diharapkan dengan datanya sendiri.

3.4.3 Studi kepustakaan, yaitu cara memperoleh data yang bersifat

sekunder melalui studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan

terhadap sumber primer, sekunder ataupun media massa

(Faisal,2005:53). Dimana dalam penelitian ini, si peneliti

menggunakan studi kepustakaan dengan menghimpun berbagai

informasi dari buku-buku referensi, jurnal yang diperoleh si peneliti

dari perpustakaan ataupun dari internet dan lain-lainnya yang

dianggap sangat relevan berkaitan dengan topik permasalahan yang

ingin dikaji dalam penelitian ini. Dan juga si peneliti menggunakan

dokumentasi dalam penelitian ini yang digunakan untuk menelusuri

data historis, yang sebagian data tersedia dalam bentuk laporan,

artikel, dokumen dan foto yang berkaitan dengan topik

permasalahan yang ingin dikaji penelitian tersebut.

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja oleh

data, mengorganisasikan data, memilah milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mensintesiskan, membuat ikhtisarnya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan

kepada orang lain.

Data-data yang diperoleh dari lapangan akan diatur, diurutkan,

(41)

mengelompokkan data-data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan

sebagainya yang selanjutnya akan dipelajari, dan ditelaah secara seksama agar

(42)

3.7 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan

BULAN

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

1 Pengajuan Judul Proposal

2 ACC Judul

3 Penyusunan Proposal

4 Penyerahan Proposal Awal

5 Bimbingan Proposal

6 ACC Seminar

7 Persiapan Seminar

8 Seminar Proposal

9 Perbaikan Proposal (Bab I,II,III)

10 Penyusunan Pedoman Wawancara

11 Izin Ke Lapangan

12 Penelusuran data historis

13 Wawancara dan observasi

14 Analisa data

15 Penyajian data/laporan penelitian

(43)

3.7. Kesulitan Penelitian

Adapun beberapa kesulitan yang dialami peneliti ketika berada di

lapangan, diantaranya:

Dalam setiap penelitian sering mengalami hambatan baik itu yang

muncul dari faktor internal maupun eksternal diri peneliti sendiri. Adapun

keterbatasan yang penulis hadapi adalah sebagai berikut:

a. Faktor Internal

Faktor internal yang dimaksud disini adalah berupa kendala yang berasal

dari dalam diri peneliti yang meliputi keterbatasan waktu dalam melakukan

penelitian dan kurangnya literatur sebagai pendukung penelitian ini yang

akhirnya membuat peneliti belum dapat sepenuhnya mendeskripsikan hasil

penelitian ini dengan maksimal dan mendalam sehingga masih terdapat

kekurangan dalam penyajian dan interpretasi data.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang berupa kendala-kendala yang muncul dari luar,

yaitu adanya kendala waktu para informan yang dikarenakan sebagian dari

informan memiliki kesibukan lain diluar jam kerja mereka sehingga intensitas

pertemuan antara peneliti dengan informan harus juga menyesuaikan waktu

luang yang dimiliki oleh informan tersebut. Kemudian tingkat pendidikan dari

beberapa informan yang diantara informan lainnya tergolong rendah ternyata

menyebabkan peneliti kurang efektif dalam mendapatkan informasi ataupun

(44)

informan yang memiliki sikap kurang terbuka terhadap pertanyaan yang

ditanyakan oleh peneliti. Dan kendala eksternal lainnya seperti belum

maksimalnya peneliti dalam mengumpulkan data dikarenakan informan yang

dianggap dapat menginterpretasikan maksud dari pertanyaan dalam penelitian

(45)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah singkat perkebunan karet dolok merangir

Perusahaan di Dolok Merangir, Kabupaten Simalungun, Sumatera

Utara dibeli oleh perusahaan Goodyear pada tahun 1916 dari Vrenide Indice

Coltounderneeming (VICO) yaitu salah satu perusahan Belanda yang

dipimpin oleh J.J. Blandeing. Pada tahun 1917 didirian Factory dan kemudian

tahun 1927 didirikan Planing Research dan Chemical Research. Peralihan

saham Perusahaan PT. Goodyear Sumatra Plantations sebanyak 1.900.000

saham telah beralih kepada Bridgestone Corporation (Jepang) dengan nama

Perusahan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate yang merupakan badan

hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia sejak tanggal 9 Agustus

2005. Adapun luas Dolok Merangir 4.590.81 hektar.

Untuk meningkatkan kesejahteraan bagi pekerja beserta

tanggungannya, perusahaan menyediakan fasilitas sebagai berikut :

1. Perumahan

2. Listrik dan Air Bersih

3. Rumah Sakit

4. Poliklinik

(46)

7. Sarana Transportasi

8. Balai Pertemuan (Hall)

9. Taman Bermain Anak-anak

10. Sarana Olah raga

11. 2 (Unit) Mesin ATM

12. Kantor Kas Unit Bank Syariah Mandiri

13. Koperasi

14. Kantin

15. Pelatihan

4.1.2. Gambaran Umum Wilayah Perkebunan Karet Dolok Merangir

Dolok Merangir merupakan desa yang berada di kelurahan Nagori

Dolok Merangir I Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun

Provinsi Sumatera Utara. Dolok Merangir berbatasan dengan Kecamatan

Dokok Batu Nanggar di sebelah utara yaitu Dolok Merangir II, sebelah

selatan Bahtobu, sebelah Timur Kelurahan Serbelawan dan Kecamatan

Tapian dolok disebelah barat berbatasan dengan Dolok Kahean. Wilayah ini

memiliki ketinggian tempat ± 141 meter di atas permukaan laut (mdpl)

dengan topografi datar. Curah hujan berkisar antara 21,39 mm/tahun dengan

temperatur rata-rata sekitar 22,50C-31.90C. Adapun luas wilayah dirinci

(47)
[image:47.612.157.515.83.241.2]

Tabel 4.1 Komposisi Lahan Berdasarkan Pemanfaatan Lahan

Pemanfaatan Lahan Luas

Frekuensi Persentase

Luas permukiman 20 0,77

Luas persawahan 15 0,58

Luas perkebunan 2531,75 98,5

Luas Kuburan 0,25 0,01

Perkantoran 3 0,11

Luas prasarana umum 1 0,03

Total luas 2571 100

Sumber: Daftar Isian Profil Kelurahan Dolok Merangir 2011

Dari tabel diatas terlihat bahwa desa dolok merangir ini terdapat

wilayah yang bisa mendukung anak-anak untuk dapat bermain, khususnya

permainan tradisional.

4.1.3 Keadaan Penduduk

Berdasarkan data dari lurah dolok merangir, jumlah penduduk

Kelurahan Dolok merangir pada tahun 2011 mencapai 4572, diantaranya 2374

adalah laki-laki dan 2198 adalah perempuan. Jumlah keluarga mencapai 1150

kepala keluarga. Penduduk di sini sangat beragama akan etnisitasnya, dimana

terdiri dari Aceh, Batak, Nias, Melayu, Minang, Betai Sunda, Jawa,

Madura,Bali. Banjar Dayak, Bugis, Makasar, Ambon, Asia,China dan Eropa.

Penduduk dimayoritasi oleh etnis suku jawa dan agama Islam. Terdapat juga

warga Negara asing yang 3 diantaranya laki-laki dan 1 perempuan yang

merupakan pemilik perkebunan karet tersebut. Sumber penghasilan utama

(48)
[image:48.612.153.536.82.427.2]

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk berdasarkan etnis di Kelurahan Dolok Merangir Tahun 2011

Etnis Jenis Kelamin

Laki-laki Persentase Perempuan Persentase

Aceh 9 0,38 12 0,55

Batak 978 41,2 973 44,3

Nias 3 0,13 5 0,22

Melayu 37 1,56 23 1,05

Minang 156 6,57 148 6,73

Betawi 8 0,34 2 0,09

Sunda 4 0,17 15 0,68

Jawa 1139 47,97 998 45,4

Madura 5 0,21 2 0,09

Bali 1 0,042 -

-Banjar 6 0,252 3 0,13

Dayak 1 0,042 -

-Bugis 1 0,042 1 0,04

Makasar 1 0,042 -

-Ambon 1 0,042 -

-Asia 3 0,126

-China 20 0,84 15 0,68

Eropa 1 0,042 1 0,04

Jumlah 2374 100 2198 100

Sumber: Daftar Isian Profil Kelurahan Dolok Merangir 2011

Sedangkan komposisi agama di Kelurahan Dolok Merangir 2011 adalah

sebagai berikut.

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agamai di Kelurahan Dolok Merangir 2011

Agama Laki-laki Persentase Perempuan Persentase

Islam 1496 63,02 1476 67,15

Kristen 823 34,67 677 30,80

Katholik 35 1,47 30 1,368

Budha 20 0,84 15 0,682

Jumlah total 2374 100 2198 100

[image:48.612.153.556.500.621.2]
(49)

Berikut komposisi tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Dolok Merangir

[image:49.612.129.596.160.337.2]

2011 adalah sebagai berikut.

Tabel 4.4 Komposisi Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan dan jenis kelamin di Kelurahan Dolok Merangir 2011

Tingkat Pendidikan Laki-laki Persentase Perempuan Persentase

Tamat SD/Sederajat 14 0,589 19 0,86

Tamat SMP/Sederajat 541 22,79 496 22,56

Tamat SMA/Sederajat 617 25,99 526 23,9

Tamat D-1/D2/D3 Sederajat 60/11/73 2,53/0,463/3,074 82/16/42 3,73/0,73/1,91

Tamat S-1/Sederajat 114 4,802 75 3,41

Tamat S-2/Sederajat 1 0,042 -

-Belum masuk TK dan tidak tamat sekolah

943 39,72 942 42,9

Jumlah 2374 100 2198 100

Jumlah Total 4572

51,92% 48,08 %

Sumber: Daftar Isian Profil Kelurahan Dolok Merangir 2011

Tingkat pendidikan penduduk di kelurahan Dolok Merangir ini

ternyata terdapat anak berusia 3-6 tahun yang belum masuk sekolah

diantaranya 51 laki-laki dan 45 perempuan. Sedangkan anak usia 3-6 tahun

yang berada di TK/Playgroup terdiri dari 77 orang laki-laki dan 91

perempuan. Juga anak berusia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah 8

laki-laki dan 7 perempuan. Usia 18-56 tahun pernah SD tetapi tidak tamat terdiri

dari 12 laki-laki dan 9 perempuan. Adapun yang tidak tamat SLTP

diantaranya 16 laki-laki dan 17 perempuan. Sedangkan yang tidak tamat

(50)

Berikut ini adalah komposisi mata pencaharian penduduk di kelurahan

[image:50.612.154.535.135.380.2]

Dolok Merangir 2011

Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian dan jenis kelamin di Kelurahan Dolok Merangir 2011 Jenis pekerjaan

Laki-laki

Persentase Perempuan persentase

Pegawai negeri sipil 10 0,646 37 13,4

Dokter swasta 1 0,064 1 0,36

Bidan swasta - - 2 0,72

Perawat swasta 4 0,258 3 1,08

Pembantu rumah tangga

- - 25 9,05

Pensiunan

PNS/TNI/POLRI

5 0,322 3 1,08

Karyawan perusahan swasta

1500 96,77 200 72,5

Pedagang 30 1,94 5 1,81

Total 1550 100 276 100

Sumber: Daftar Isian Profil Kelurahan Dolok Merangir 2011

Adapun mata pencaharian penduduk disini rata-rata bekerja sebagai

karyawan perusahan perkebunan karet. Dimana masyarakat di Dolok

(51)
[image:51.612.152.526.124.412.2]

Berikut adalah jarak orbitasi ke kecamatan dan kabupaten

Tabel 4.6 Data Orbitasi

Jarak ke ibukota kecamatan 1 Km

Lama jarak tempuh ke ibukota kecamatan dengan kendaraan bermotor

1

4jam

Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor

1

2jam

Kendaraan umum ke ibu kota kecamatan Ada Jarak tempuh ke ibu kota kabupaten 20 Km Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan kendaraan

bermotor

0,5 jam

Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor

3 jam

Kendaraan umum ke ibu kota kabupaten/kota Ada

Jarak ke ibu kota provinsi 120 Km

Lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi dengan kendaraan bermotor

4 jam

Lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor

15 jam

Kendaraan umum ke ibu kota provinsi Ada Sumber: Daftar Isian Profil Kelurahan Dolok Merangir 2011

4.2 Profil Informan

Profil informan disini adalah data diri dari para informan yang telah

diteliti dan diperoleah segala informasi-informasi yang diperlukan dalam

penelitian. Kemudian dari hasil penelitian dapat ditentukanlah informan yaitu

sebanyak 11 informan. Yang terdiri dari 6 orang anak, 1 orang Lurah, 1 orang

kepala sekolah, 1 orang tua anak, 1 orang penduduk lama dan 1 orang penjaga

(52)

4.2.1 Dwi Ismi Yulianti (11)

Dwi Ismi Yulianti Pratiwi atau yang sering disapa Mimi adalah salah

seorang anak dari karyawan di Perkebunan Karet Bridgestone dan bertempat

tinggal di Pondok Merdeka Selatan Dolok Merangir. Mimi yang lahirnya di

Dolok Merangir ini sudah berusia 11 tahun dan masih duduk sebagai siswa

kelas VI di SD Negeri 091600. Ia bersuku jawa dan beragama islam.

Menurutnya, bertempat tinggal di perkebunan karet ini merupakan satu

keuntungan tersendiri dimana ada beberapa fasilitas perusahaan yang masih

dapat ia dan keluarganya nikmati. Ia tidak perlu mengeluarkan uang banyak

untuk membayar apa-apa karena masih dibiayai orang tua dan mendapat

tanggungan fasilitas dari perusahan dimana tempat ayahnya bekerja ini. Mimi

adalah anak yang beruntung dimana ayahnya bekerja bukan sebagai karyawan

biasa. Karena di perkebunan ini ada beberapa sebutan yang diistilahkan

sebagai golongan orang-orang tertentu. Jabatan ayahnya membuat dia

dipangil sebagai anak staf.

Anak-anak staf mendapatkan fasilitas yang berbeda. Apabila ia

bersekolah tidak di daerah dekat rumah ia akan difasilitasi dengan adanya bus

sekolah dari perusahaan. Tapi Mimi merupakan anak staf yang berbeda.

Walaupun orang tuanya mendapatkan fasilitas dari perusahaan tetapi ia

memilih untuk bersekolah dekat dengan rumahnya. Yang pada akhirnya Mimi

mendapatkan teman yang beragam dan berbaur dengan anak dari golongan

(53)

Orangtua Mimi juga tidak pernah melarangnya untuk bergaul dengan

siapapun sekalipun ia merupakan anak staf. Karena orang tuanya menyadiri

bahwa sebelum menjadi staf mereka juga orang yang sama dengan karyawan

biasa dengan golongan yang biasa-biasa saja. Kegigihan ayahnya membuat

perubahan mutu dalam keluarganya.

Kondisi lingkungan di sekitar perkebunan karet ini pada zaman

sekarang berbeda dengan zaman dahulu saat ia masih kanak-kanak. Hanya

saja ada beberapa aktifitas anak-anak yang masih dilakukan hingga sekarang.

Kegiatan belajar mengajar di sekolah Mimi di mulai dari pukul tujuh pagi

sampai pukul dua belas lebih tiga puluh menit siang. Di sekolahan Mimi dan

teman-teman memiliki aktifitas tersendiri pada saat istirahat sekolah dan

setelah pulang sekolah. Pada waktu istirahat sekolah Mimi dan temannya

sering bermain di halaman sekolah dan di lapangan bola. Permainan yang

sangat mimi sukai adalah permainan lompat tali. Permainan lompat tali

menurutnya adalah permainan yang biasa dilakukan oleh Mimi dan

teman-temannya. Dimana menurut Mimi permainan ini melibatkan tiga orang

pemain yang mana akan membuat dirinya berkeringat. Dimana tidak semua

teman-teman Mimi menyukai permainan tersebut, apabila ia diajak oleh

temannya bermain permainan lain, Mimi mau tidak mau harus mengikuti

sesuai keinginan teman-temannya. Selain itu Mimi juga sangat senang dengan

permainanGalasin, dimana permainan ini dimainkan oleh delapan orang yang

(54)

teman-Galasin. Sehingga pada waktu istirahat tidak lagi mengajak dan mencari

siapa-siapa saja yang mau bermain Galasin. Permainan Galasin ini juga banyak dimainkan oleh anak-anak kelas lain. Terkadang harus berebut

halaman untuk dapat membuat garis-garis permainan tersebut. Pada waktu

istirahat beberapa teman yang tidak ikut bermain menjadi penonton dan

pemerhati permainan mereka, apabila ada pemain yang berbuat curang.

Mimi juga merupakan anak yang rajin belajar sehingga orang tuanya

tidak ragu apabila dia mampu menyeimbangkan bermain dengan belajar,

dimana prestasinya di sekolah sangat memuaskan. Ia mendapat peringkat

pertama dalam belajar dan orang tuanya percaya bahwa permainan itu tidak

membuatnya lebih cenderung bermain seharian. Karena aktifitas di sore hari

mimi juga les mata pelajaran serta mengaji dirumahnya. Sehingga

teman-temannya juga senang bermain dengan mimi tanpa harus memandang bahwa

ia anak staf atau bukan.

4.2.2 Orlando Giovana Toplin Sinaga (10)

Ia sering disapa Orlando, anak ke tiga dari tiga bersaudara. Ia

bertempat tinggal di pondok rumah sakit perkebunan karet dolok merangir.

Bersuku Batak dan beragama Kriten Protestan. Kesehariannya Orlando pergi

ke sekolah pada pagi hari sekarang ia duduk di bangku kelas V. Di sekolah

ketika jam istirahat Orlando sama seperti anak pada umumnya yang selalu

(55)

sekolah maupun di rumah. Sehabis pulang sekolah dia selalu diingatkan oleh

ibunya untuk makan terlebih dahulu sebelum tidur siang.

Orlando sangat suka bermain di luar rumah bersama teman-teman

karena permainan yang sering dia mainkan dengan teman nya adalah

permainan yang membutuhkan halaman yang luas yaitu Galasin dan Patok lele. Sebelum bermain, Orlando selalu mencari dan mengajak

teman-temannya yang lain untuk bermain bersama. Orlando sangat menyukai

permainanGalasindanPatok Patok lele.Dimana pada permainanPatok lele., Orlando membutuhkan lima orang teman lagi, karena permainan ini biasanya

dimainkan oleh dua regu. Teman-teman yang ia pilih pastinya laki-laki juga.

Karena permainan ini sangat berbahaya bila kayu ini mengenai perempuan.

bila tidak benar-benar dalam bermain perempuan akan menangis bila

mengenai bagian tubuhnnya. Pada awal bermain pun, Orlando dan

teman-temannya membagi tugas, siapa yang mencari halaman dan siapa yang

mencari kayu yang tepat untuk digunakan dalam bermain. Kayu yang keras

dan berat yang biasanya di pilih. Biasanya Orlando bermain dengan orang

yang setingkat dengannya baik kelas maupun anak pondok pada umumnya,hal

ini disebabkan di sekolah Orlando tidak ada lagi anak staf yang membuatnya

harus segan-segan dalam berteman dan bermain. Hal ini disebabkan orang tua

Orlando hanyalah karyawan di perkebunan karet. Sehingga Orlando tidak

(56)

4.2.3 Andika Mahendra Pertama (10)

Siswa kelas lima sekolah dasar ini bernama Andika, ia sering

dipanggil dengan sebutan Dika. Dika merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara. Adiknya yang kedua masih duduk di kelas dua sekolah dasar yang

sama dengannya. Dika bersuku Jawa dan beragama Islam. Dalam

kesehariannya Dika berangkat kesekolah hanya dengan berjalan kaki. Orang

tuanya bertempat tinggal di pondok lurah yang berada di sebelah utara

sekolah dan dekat dengan kantor lurah. Kegiatan belajar mengajar di mulai

pada pukul tujuh lewat tiga puluh pagi dan berakhir pada pukul setengah satu

siang hari. Setelah pulang sekolah biasanya Dika berisitrahat dan pukul

setengah tiga siang dika pergi mengaji di madrasah Ibtidaiyah.

Pada waktu istirahat sekolah Dika biasanya menghabiskan waktu

untuk b

Gambar

Tabel 4.1 Komposisi Lahan Berdasarkan Pemanfaatan Lahan
Tabel 4.2Komposisi Penduduk berdasarkan etnis di Kelurahan
Tabel 4.4 Komposisi Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan dan jenis kelamin
Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tingkat kemiripan maka dilakukan pemetaan posisi kamera ponsel samsung terhadap ponsel kamera merek lain dengan menggunakan metode multidimensional scaling

Pengambilan sampel dilakukan pada 8 stasiun yang berbeda dan diambil satu bulan sekali.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif dan

Dalam Meningkatkan Kualitas pembelajaran pada Program Studi Pendidikan Sejarah FKIp Unsri Pemanfaatan Media Visual pada pembelajaran Ekonomi Makro di Program Studi

Asuransi Jiwasraya adalah Data internal, data yang didapat penulis dari dalam perusahaan, dimana penulis memperolehnya dengan melakukan riset pada perusahaan asuransi jiwasraya selama

Dalam penelusuran dari berbagai sumber yang di dapat, bukan hanya kepala daerah ataupun atasan dari suatu daerah tersebut saja yang terlibat dalam kasus korupsi

Sebanyak 80 ekor ayam pedaging umur sehari dibagi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari: (1) kelompok kontrol negatip tanpa pemberian SMZ selama perlakuan; (2) kelompok kontrol

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber... (EOQ) yang akan menghasilkan berapa banyak barang yang dipesan setiap kali

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi strain-starin tersebut sebagai vaksin dengan pengukuran parameter lama infeksi, respon serologis, dan daya proteksi yang