• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Permainan Anak Dari Tradisional Ke Modern (Studi Deskriptif Tentang Perubahan Permainan Anak dari Tradisional ke Modern di Kelurahan Batang Terab Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perubahan Permainan Anak Dari Tradisional Ke Modern (Studi Deskriptif Tentang Perubahan Permainan Anak dari Tradisional ke Modern di Kelurahan Batang Terab Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN PERMAINAN ANAK

DARI TRADISIONAL KE MODERN

(Studi Deskriptif Tentang Perubahan Permainan Anak dari Tradisional ke Modern di

Kelurahan Batang Terab Kecamatan Perbaungan

Kabupaten Serdang Bedagai)

Skripsi

Diajukan oleh:

MUHAMMAD ZIAD ANANTA 060905058

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

▸ Baca selengkapnya: buatlah kliping yang berisikan kumpulan gambar permainan tradisional dan modern

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini Disetujui untuk Dipertahan Oleh:

Nama : Muhammad Ziad Ananta NIM : 060905058

Judul : Perubahan Permainan Anak Dari Tradisional ke Modern

(Studi Deskriptif tentang Perubahan Permainan Anak dari Tradisonal ke Modern di Kelurahan Batang Terab Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

Medan, Juni 2011 Pembimbing Skripsi Ketua Departemen

Antropologi

(Drs. Irfan Simatupang, M.Si) (Dr. Fikarwin Zuska) NIP. 131945672 NIP. 19621220 198903 1 005

Dekan FISIP USU

(3)

Medan, Juni 2011

Hal : Permohonan Persetujan Meja Hijau Yang Terhormat

Ketua Departemen Antropologi Sosial Di_

Medan

Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Muhammad Ziad Ananta NIM : 060905058

Dosen Pembimbing : Drs. Irfan Simatupang, M.Si

Judul Skripsi : Perubahan Permainan Anak Dari Tradisional ke Modern (Studi Deskriptif tentang Perubahan Permainan Anak dari Tradisonal ke Modern di Kelurahan Batang Terab Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

Dengan ini mengajukan permohonan persetujuan untuk ujian komprehensif (meja hijau). Sebagai bahan pertimbangan, bersama ini turut saya lampirkan:

1. Naskah/draft skripsi yang telah disetujui oleh dosen pembimbing 2. Buku rapor

Atas perhatian bapak saya ucapkan terima kasih.

Diketahui oleh dosen PA Hormat saya

(4)

PERNYATAAN

PERUBAHAN PERMAINAN ANAK DARI TRADISIONAL KE MODERN

(STUDI DESKRIPTIF TENTANG PERUBAHAN PERMAINAN ANAK DARI

TRADISIONAL KE MODERN DI KELURAHAN BATANG TERAP KECAMATAN

PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANGBEDAGAI)

SKRIPSI

(5)

ABSTRAK

Muhammad Ziad Ananta 2011, judul Perubahan Permainan Anak Dari Tradisinoal ke Modern (Studi Deskriptif tentang Perubahan Permainan Anak dari Tradisional ke Modern di Kelurahan Batang Terab Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai).

Bermain adalah kegiatan rekreaktif yang sekaligus merupakan bagian dari metode untuk mengembangkan potensi anak , baik fisik maupun kreatifitasnya. Banyak jenis permainan anak yang mendatangkan manfaat positif bagi perkembangan anak, misalnya jenis permainan tradisional dan beberapa jenis permainan modern. Beberapa dasawarsa terakhir, permainan modern menggeser pamor permainan tradisional akibat modernisasi yang tak terhindarkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perubahan permainan anak dari tradisional ke modern yang terjadi Dikelurahan Batang Terab, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi anak dalam memilih jenis permainan, serta mengetahui jenis permainan tradisional maupun modern yang teridentifikasi terdapat di kelurahan Batang Terab. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif dengan teknik pengumpulan data primer (observasi dan wawancara) dan data sekunder melalui studi kepustakaan dan dokumentasi visual.

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan sukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang mana atas izin-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi penulis yang berjudul “PERUBAHAN PERMAINAN ANAK DARI TRADISIONAL KE MODERN” (Studi Deskriptif Tentang Perubahan

Permainan Anak dari Tradisional ke Modern di Kelurahan Batang Terab Kecamatan

Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai).

Dalam penulisan skripsi ini, Penulis menyadari skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan yang demikian besar oleh berbagai pihak, oleh karenanya dalam kesempatan ini penulis dengan hati yang tulus mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua Orang Tua penulis yang selalu mendukung apapun yang dilakukan penulis. 2. Prof. Dr. Badarudin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Pembantu Dekan I atas fasilitas yang telah diberikan kepada penulis.

4. Bapak Dr. Fikarwin Zuska selaku Ketua Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Kepada Drs. Irfan Simatupang, M.Si, selaku dosen pembimbing yang selalu mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih banyak atas waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan Skripsi ini.

6. Kepada Drs. Edy Syahputra sebagai penasehat akademikyamg memberikan penasehat kepada penulis.

(7)

8. Kepada para orang tua dan informan atas informasi yang telah diberikan kepada penulis.

9. Kepada Keluarga Besar penulis di Kecamatan Perbaungan Kab. Sergai

10.Kepada nona ica yang selalu mensupport penulis untuk menyelesaikan skripsi.

11.Kepada keluarga besar Antropolgi stambuk 2006 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

12.Kepada kawan-kawan mahasiswa FISIP USU yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

13.Kepada Keluarga Besar Satuan Mahasiswa Pemuda Pancasila yang selalu mendampingi ketika penulis mengadakan penelitian.

Penulis menyadari karena keterbatasan yang dimiliki penulis bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan skripsi ini dimasa mendatang. Akhir kata atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Medan, Mei 2011

(8)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhammad Ziad Ananta Nama Ayah : Muhammad Ali, M.Ls Nama Ibu : Zubaidah

Nama Adik : 1. Muhammad Zaid Fahry 2. Muhammad Diaz Fahrezy Tempat dan tanggal lahir : Perbaungan, 1 Mei 1988

Riwayat Pendidikan

TK : TK Setia Budi Perbaungan

SD : Kelas 1 dan 2 SD Setia Budi Perbaungan Kelas 3 dan 4 Taman Asuhan Pematang Siantar

Kelas 5 dan 6 SD Setia Budi Perbaungan tamat tahun 2000 SMP : Setia Budi Perbaungan tamat tahun 2003

(9)

Riwayat Organisasi :

 Dewan Kerabat Antropologi 2006-2007  Pengurus HMI FISIP USU 2007-2008  Menteri PEMA USU 2009

 Ketua INSAN 2008-2009  MMF FISIP USU 2009-2010

 Pendiri Kelompok Aspirasi Mahasiswa Antropologi (KAM ANTRO)  Pendiri Himpunan Mahasiswa Serdang Bedagai (HIMMAS)

 Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Serdang Bedagai (HIMMAS) 2008-2011

 Ketua Lembaga Investigasi Proyek Kemanusiaan (LPIK) Serdang Bedagai 2001-selesai  Ketua Satuan Mahasiswa Pemuda Pancasila Serdang Bedagai 2009-2011

(10)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini berjudul “Perubahan Permainan Anak dari Tradisional ke Modern (Studi

Deskriptif tentang Perubahan Permainan Anak dari Tradisional ke Modern di Kelurahan Batang Terab Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)”.

Skripsi ini terdiri dari 7 Bab yang disusun secara sistematis berdasarkan kaidah penulisan karya ilmiah yang telah ditentukan oleh Departemen Antropologi FISIP USU. Masing-masing Bab berisikan pokok-pokok bahasan yang terkait dengan penelitian dilapangan. Adapun isi dari masing-masing Bab akan penulis jelaskan secara singkat sebagai berikut.

Dalam Bab 1, penulis membahas latar belakang masalah yang menjadi dasar dalam penulisan skripsi ini. Latar belakang masalah mengungkapkan fakta-fakta dan fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar penulis sehingga penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut menjadi sebuah karya ilmiah. Fokus dalam penelitian ini adalah perubahan permainan anak dari tradisional ke modern, dalam hal ini penulis menggunakan teori James Danandjaja tentang folklor, karena permainan tradisional merupakan salah satu jenis folklor yang diwariskan oleh nenek moyang kita secara turun-temurun.

Dalam Bab 2, penulis mengemukakan gambaran umum dari lokasi penelitian, yaitu bagaimana keadaan alam, jumlah penduduk, heterogenitas penduduk yang terdiri dari berbagai strata sosial dan keragaman beragama, fasilitas umum, serta batas-batas wilayah.

Data yang diperoleh penulis diungkapkan dalam Bab 3 sampai Bab 6, yaitu jenis permainan yang teridentifikasi terdapat di Kelurahan Batang Terab dari tradisional hingga jenis permainan modern. Kemudian penulis menjelaskan tentang bagaimana perubahan yang terjadi pada permainan anak setelah masuknya teknologi dan bagaimana pengaruhnya bagi perkembangan anak, pengaruhnya terhadap pelestarian budaya folklor serta faktor-faktor yang mempengaruhi anak dalam memilih jenis permainan. Pada akhirnya, kesimpulan dan saran penulis sampaikan pada bab 7 dalam skripsi ini.

Penulis menyadari adanya ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini yang disebabkan oleh keterbatasan-keterbatasan yang penulis miliki, oleh karenanya kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2011 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS i

ABSTRAK ii

UCAPAN TERIMA KASIH iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP v

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1 1.2. Perumusan Masalah 6

1.3. Lokasi penelitian 7

1.4. Tujuan dan manfaat penelitian 7

1.5. Tinjauan pustaka 8

1.6. Metode penelitian 14

1.6.1. Jenis penelitian 14

1.6.2. Informan 15

1.6.3. Teknik pengumpulan data 15

1.6.4. Analisa data 16

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

(12)

2.3.5. Pemukiman Penduduk 24 2.3.6. Prasarana Pendidikan 25 2.3.7. Prasarana Ibadah 25 2.3.8. Prasarana Kesehatan 25 2.3.9. Prasarana Perbelanjaan 26

BAB III JENIS PERMAINAN TRADISIONAL YANG TERIDENTIFIKASI

TERDAPAT DI KELURAHAN BATANG TERAB

KECAMATAN PERBAUNGAN

3.1. Kelereng 29

3.2. Layang-layang 30

3.3. Alip Brondok (Petak Umpet) 33

3.4. Pecah Piring 35

3.5. Bola Kiyam (Kaki Ayam) 37

3.6. Engklek 38

3.7. Lompat Tali 39

BAB IV JENIS PERMAINAN MODERN YANG TERIDENTIFIKASI

TERDAPAT DI KELURAHAN BATANG TERAB

KECAMATAN PERBAUNGAN

4.1. Poker 40

4.2 Point Blank 42

4.3 Ayodance 43

4.4 Playstation 45

(13)

BAB V PERUBAHAN PERMAINAN ANAK DARI TRADISIONAL

KE MODERN

5.1 Permainan Anak sebelum dan setelah masuknya teknologi 48 5.2 Konsekuensi Perubahan Permainan Anak

dari Tradisional ke Modern 52 5.2.1. Pengaruh permainan modern terhadap pergaulan

dan komunikasi anak dengan teman sebaya (peer group) 52 5.2.2. Pengaruh Perubahan Permainan Anak dari Tradisional

Ke Modern Terhadap Pelestarian Budaya Folklor kepada Anak 55 5.2.3. Pengaruh Permainan Modern Terhadap Kecerdasan

dan Keaktifan Anak 60

5.3 Musim permainan tradisional 64

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANAK

DALAM MEMILIH JENIS PERMAINAN

6.1 Pengaruh Ekonomi 66 6.1.1 Status Sosial Ekonomi Orang Tua Anak 66 6.1.2. Uang Saku Anak 68

6.2 Pengaruh Sosial 69

(14)

BAB VII PENUTUP

7.1 Kesimpulan 76

7.2 Saran 78

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Dokumentasi Selama Penelitian Daftar Informan

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Komposisi penduduk Kecamatan Perbaungan berdasarkan Agama 21

Tabel 2 : Komposisi penduduk Kecamatan Perbaungan berdasarkan Suku Bangsa 22

Tabel 3 : Komposisi Penduduk Kecamatan Perbaungan Berdasarkan

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kantor Lurah Batang Terab 26

Gambar 2.2. Struktur Pemerintahan Kelurahan Batang Terab 27

Gambar 2.3. Lokasi Kelurahan Batang Terab 27

Gambar 2.4. Pegawai Kelurahan Batang Terab 28

Gambar 4.1. Logo Poker 41

Gambar 4.2. Game Online Point Blank 43

Gambar 4.3. Game Ayo Dance 45

Gambar 4.4. Simbol Game Playstation 46

(17)

ABSTRAK

Muhammad Ziad Ananta 2011, judul Perubahan Permainan Anak Dari Tradisinoal ke Modern (Studi Deskriptif tentang Perubahan Permainan Anak dari Tradisional ke Modern di Kelurahan Batang Terab Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai).

Bermain adalah kegiatan rekreaktif yang sekaligus merupakan bagian dari metode untuk mengembangkan potensi anak , baik fisik maupun kreatifitasnya. Banyak jenis permainan anak yang mendatangkan manfaat positif bagi perkembangan anak, misalnya jenis permainan tradisional dan beberapa jenis permainan modern. Beberapa dasawarsa terakhir, permainan modern menggeser pamor permainan tradisional akibat modernisasi yang tak terhindarkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perubahan permainan anak dari tradisional ke modern yang terjadi Dikelurahan Batang Terab, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi anak dalam memilih jenis permainan, serta mengetahui jenis permainan tradisional maupun modern yang teridentifikasi terdapat di kelurahan Batang Terab. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif dengan teknik pengumpulan data primer (observasi dan wawancara) dan data sekunder melalui studi kepustakaan dan dokumentasi visual.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak Pasal 1 Ayat 1, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang dalam kandungan. Sedangkan menurut WHO batasan usia anak ialah antara 0-19 tahun.

Dunia anak merupakan dunia yang penuh warna, dimana pertama kali anak belajar untuk bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya bersama teman-teman sebaya. Salah satu media anak dalam melakukan sosialisasi ialah dengan cara bermain.

Bermain adalah kegiatan rekreatif yang sekaligus merupakan bagian dari metode untuk mengembangkan potensi anak, baik fisik maupun kreativitas. Bermain bagi anak memiliki nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari, karena melalui bermain anak-anak mampu mengembangkan fantasi, daya imajinasi dan kreativitasnya. Bermain dapat menumbuhkan kesenangan dan kepuasan, selain itu banyak nilai-nilai penting yang dihasilkan dari bermain, antara lain sosialisasi, sarana belajar, penyaluran energi emosional, perkembangan moral, fisik dan kepribadian.

Secara formal dan universal kegiatan bermain dan bersenang-senang itu merupakan hak setiap anak. Hal ini telah diakui oleh masyarakat internasional dengan diratifikasinya 'Convention on The Rights of The Child' atau Konvensi tentang Hak-hak Anak (KHA) oleh

banyak negara di dunia.

(19)

bersama-sama dengan beberapa negara yang lainnya ikut menandatangani konvensi tersebut di New York, Amerika Serikat (AS). Moment penandatanganan KHA ini menunjukkan kepada dunia internasional bahwa pemerintah Indonesia dan beberapa negara lain menaruh kepedulian yang tinggi terhadap masa depan anak-anak.

Untuk menindaklanjuti penandatanganan tersebut maka tepat pada tanggal 25 Agustus 1990 Presiden RI mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan KHA di Indonesia. Sejak saat itu secara formal dan moral Indonesia telah terikat berbagai ketentuan dalam KHA dalam upaya mengembangkan potensi dan kreativitas anak.

Salah satu dari banyak hak-hak anak yang disebutkan secara eksplisit dalam KHA tersebut ialah hak anak untuk beristirahat dan bersenang-senang, untuk terlibat dalam kegiatan bermain, berekreasi dan seni budaya. Pada tahun 1993 Forum Komunikasi Pembinaan dan Pengembangan Anak Indonesia (FK-PPAI) berhasil merumuskan Asta Citra Anak Indonesia (ACAI) sebagai berikut: (1) Rajin beribadah; (2) Hormat dan berbakti kepada orang tua dan guru; (3) Jujur dan cakap dalam membawakan diri serta peka seni; (4) Pandai membaca dan menulis serta rajin bekerja; (5) Terampil, penuh prakarsa, rajin berkarya, mengejar prestasi dan berjiwa gotong royong; (6) Mandiri, penuh semangat, berdisiplin, dan bertanggung jawab; (7) Sehat, berhati riang, penuh keyakinan, dan usaha menghadapi masa depan; (8) Cinta tanah air.1

Diantara banyaknya jenis permainan anak di Indonesia, maka kita mengenal jenis permainan tradisional dan permainan modern. Namun dalam perkembangannya, permainan tradisional saat ini semakin terpinggirkan dan popularitasnya telah digeser oleh kehadiran permainan modern. Permainan tradisional merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun 1

(20)

temurun dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan dibaliknya. Permainan tradisional merupakan hasil budaya yang besar nilainya bagi anak-anak dalam rangka berfantasi, berekreasi, berkreasi, berolah raga yang sekaligus sebagai sarana berlatih untuk hidup bermasyarakat, keterampilan, kesopanan serta ketangkasan.

Aspek-aspek permainan tradisional diantaranya: a) aspek jasmani yang terdiri dari kekuatan dan daya tahan tubuh serta kelenturan; b) aspek psikis, yang meliputi unsur berfikir, unsur berhitung, kecerdasan, kemampuan membuat siasat, kemampuan mengatasi hambatan, daya ingat, dan kreativitas; c) aspek sosial meliputi unsur kerjasama, suka akan keteraturan, hormat menghormati, balas budi dan sifat malu.

Salah satu gejala mencolok yang muncul dalam tiga dasawarsa terakhir di Indonesia adalah maraknya berbagai macam bentuk mainan (toys) dan permainan (game) yang berasal dari luar negeri yang tentu saja menggeser popularitas permainan tradisional di kalangan anak-anak. Modernisasi yang bergerak lambat namun pasti telah membuat permainan modern berkembang pesat dengan jenis-jenisnya yang makin variatif, permainan tradisional kini kian tersisih, tertinggal bahkan terlupakan. Mulai dari anak-anak sampai mereka yang telah dewasa pun kini asyik di depan layar TV, komputer, dan handphone untuk bermain game. Hal tersebut tidak mengherankan karena permainan ini tidak memerlukan tempat khusus dan luas serta bisa dimainkan sendiri. Gelombang masuknya unsur mainan asing ini terasa semakin sejalan dengan dibukanya tempat-tempat permainan elektronik dibanyak pusat perbelanjaan dan gedung-gedung bioskop.

(21)

anak dengan teman-temannya sangat diasah, bagaimana emosi anak, bagaimana kemampuan anak untuk berempati dengan teman, kejujuran, kesabaran sangat dituntut dalam mainan tradisional. Jenis-jenis permainan tradisional tersebut antara lain congklak, engklek, petak umpet, kasti, engrang, lompat tali, tebak-tebakan, wayang, kelereng, membuat mobil-mobilan dari kayu, layangan, dan sebagainya.

Mainan modern lebih mengasah anak dalam hal mengatur strategi, bagaimana anak menyusun suatu siasat agar tujuan/goal dari mainan tersebut tercapai sehingga sang anak menjadi juara. Kelebihan dari mainan ini selain kemampuan mengatur strategi, kemampuan koordinasi alat gerak dengan alat indra anak menjadi terasah. Selain itu beberapa orang percaya bahwa mainan ini mampu meningkatkan rentang perhatian dan konsentrasi anak. Namun kemampuan sosial anak tidak terlalu dipentingkan dalam mainan modern ini, malah cenderung diabaikan karena pada umumnya mainan modern berbentuk mainan individual dimana anak dapat bermain sendiri tanpa kehadiran teman-temannya, kalaupun main berdua kemampuan interaksi anak dengan temannya tidak terlalu terlihat. Pada dasarnya sang anak terfokus pada permainan yang ada di hadapannya. Mainan modern cenderung bersifat agresif, sehingga tidak mustahil anak bersifat agresif karena pengaruh dari mainan ini.

Fenomena bergesernya permainan tradisional dengan masuknya permainan modern ini dapat kita temui di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Sumatera Utara. Mulai dari daerah perkotaan maupun dipelosok pedesaan, anak-anak sudah mengenal permainan modern seperti Timezone, Video Game, Playstation1, Playstation 2, Playstation 3, Nitendo, Spica, mainan yang

(22)

lain-lain. Hal serupa juga terjadi di Kelurahan Batang Terab Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi turut pula merambah pedesaan-pedesaan di seluruh Indonesia, termasuk di Kelurahan Batang Terab. Tidak mengherankan apabila kita jumpai warung internet (warnet) tersebar dimana-mana sampai ke pelosok kelurahan (6 warnet dan 3 rental Playstation). Demikian pula halnya dengan tempat-tempat yang menyediakan jasa menyewakan Playstation. Permainan modern ini lebih menarik minat dan perhatian anak di Kelurahan Batang Terab, sehingga saat ini sangat jarang ditemukan anak-anak yang masih memainkan permainan tradisional bersama teman-temannya. Fenomena ini menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan permainan anak-anak, yakni dari tradisional ke modern.

Berangkat dari latar belakang diatas, maka penulis merasa perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana perubahan permainan anak dari tradisional ke modern yang terjadi di Kelurahan Batang Terab Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dan faktor apa yang membuat anak lebih memilih permainan modern.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa sajakah permainan tradisional dan modern yang terdapat di Kelurahan Batang Terab Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai?

(23)

3. Faktor apakah yang mempengaruhi anak dalam memilih jenis permainan?

1.3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Batang Terab Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Alasan dipilihnya lokasi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Efektifitas dan efisiensi waktu saat penelitian.

b. Adanya variasi permainan yang dimainkan oleh anak-anak di Kelurahan Batang Terab Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perubahan permainan anak dari tradisional ke modern yang terjadi di Kelurahan Batang Terab Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi anak dalam memilih jenis permainan serta mengetahui jenis permainan baik tradisional maupun modern yang teridentifikasi terdapat di Kelurahan Batang Terab.

Manfaat dari penelitian ini adalah:

(24)

b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan wawasan penulis dalam bidang riset dan penulisan karya ilmiah, serta penerapan ilmu di tengah-tengah masyarakat.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi peneliti lainnya yang memerlukan bahan dalam hal ini, serta memperkaya bahan bacaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politk khususnya Departemen Antropologi FISIP USU.

1.5. Tinjauan Pustaka

1.5.1. Definisi Permainan Menurut Para Ahli

Menurut Hans Daeng, permainan adalah bagian mutlak dari kehidupan anak dan permainan merupakan bagian integral dari proses pembentukan kepribadian anak.

Andang Ismail menuturkan bahwa permainan memiliki dua pengertian. Pertama, permainan adalah sebuah aktifitas bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari menang atau kalah. Kedua, permainan diartikan sebagai aktifitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan, namun ditandai pencarian menang-kalah.

(25)

Kimpraswil mengatakan bahwa definisi permainan adalah usaha olah diri (olah pikiran dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja, dan prestasi dalam melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi dengan lebih baik. Joan Freeman dan Utami Munandar mendefinisikan permainan sebagai suatu aktifitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional.2

Menurut Mulyadi (2004) bermain secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan yang terdapat lima pengertian bermain; (1) sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak (2) tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik (3) bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak serta melibatkan peran aktif keikutsertaan anak, dan (4) 1.5.2. Permainan Tradisional

Permainan tradisonal merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun temurun dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan di baliknya, di mana pada prinsipnya permainan anak tetap merupakan permainan anak. Dengan demikian bentuk atau wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan anak karena tujuannya sebagai media permainan. Aktivitas permainan yang dapat mengembangkan aspek-aspek psikologis anak dapat dijadikan sarana belajar sebagai persiapan menuju dunia orang dewasa.

2

(26)

memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial.

Permainan tradisional juga dikenal sebagai permainan rakyat merupakan sebuah kegiatan rekreatif yang tidak hanya bertujuan untuk menghibur diri, tetapi juga sebagai alat untuk memelihara hubungan dan kenyamanan sosial. Dengan demikian bermain merupakan suatu kebutuhan bagi anak. Jadi bermain bagi anak mempunyai nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari termasuk dalam permainan tradisional.3

a. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yakni disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut (atau dengan suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat, 1.5.3. Permainan Modern

Permainan Modern adalah jenis permainan yang dari cara pembuatannya maupun cara memainkannya menggunakan teknologi canggih dan membutuhkan keahlian khusus. Permainan modern umumnya dimainkan secara individu daripada berkelompok, dan wujudnya sebagian besar berbentuk mesin, digital, online, dan sebagainya.

1.5.4. Permainan Tradisional Anak Dalam Kajian Antropologi.

Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun temurun, diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device). (James Danandjaja, 1986 : 2)

Ciri-ciri pengenal utama folklor pada umumnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

3

(27)

dan alat pembantu pengingat) dari generasi satu ke generasi berikutnya. Kini penyebaran folklor dapat terjadi dengan bantuan mesin cetak dan elektronik.

b. Folklor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar. Disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama (paling sedikit dua generasi).

c. Folklor ada (exist) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut (lisan), biasanya bukan melalui cetakan atau rekaman, sehingga oleh proses lupa diri manusia atau proses interpolasi (interpolation), folklor dengan mudah dapat mengalami perubahan. Perbedaannya hanya terletak pada bagian luarnya saja, sedangkan bentuk dasarnya dapat tetap bertahan.

d. Folklor bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi. e. Folklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola.

f. Folklor mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu kolektif. Cerita rakyat misalnya mempunyai kegunaan sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.

g. Folklor bersifat pralogis, yaitu memiliki logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum.

h. Folklor menjadi milik bersama (collective) dari kolektif tertentu. Hal ini diakibatkan karena penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi, sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya.

(28)

Menurut Jan Harold Brunvand, seorang ahli folklor dari AS, folklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya : (1) folklor lisan (verbal folklore), (2) folklor sebagian lisan (partly verbal folklore), dan (3) folklor bukan lisan (non verbal folklore).

Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan. Bentuk folklor yang termasuk kedalam kelompok ini adalah (a) bahasa rakyat (folk speech) seperti logat, julukan pangkat tradisional, dan titel kebangsawanan; (b) ungkapan tradisional seperti peribahasa, pepatah, dan pemeo; (c) pertanyaan tradisional, seperti teka-teki; (d) puisi rakyat seperti pantun, gurindam, dan syair; (e) cerita prosa rakyat seperti mite, legenda dan dongeng; dan (f) nyanyian rakyat.

Folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan. Bentuk-bentuk folklor yang tergolong dalam kelompok ini ialah kepercayaan rakyat, permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat, adat istiadat, upacara, pesta rakyat, dan lain-lain.

Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Kelompok ini dapat dibagi menjadi dua subkelompok, yakni yang material dan bukan material. Bentuk folklor yang tergolong material antara lain: arsitektur rakyat (bentuk rumah asli daerah, bentuk lumbung padi, dan sebagainya); kerajinan tangan rakyat; pakaian dan perhiasan tubuh rakyat; makanan dan minuman rakyat; dan obat-obatan tradisional. Sedangkan yang termasuk yang bukan material antara lain gerak isyarat tradisional (gesture), bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat (kentongan atau gendang), dan musik rakyat (Danandjaja, 1986 : 21-22).

(29)

murni melalui tradisi lisan dan banyak diantaranya disebarluaskan tanpa bantuan orang dewasa seperti orang tua mereka atau guru sekolah mereka.

Permainan rakyat biasanya berdasarkan gerak tubuh seperti lari dan lompat; atau berdasarkan kegiatan sosial sederhana, seperti kejar-kejaran, sembunyi-sembunyian, dan berkelahi-kelahian; atau berdasarkan matematika dasar atau kecekatan tangan seperti menghitung dan melempar batu ke lubang tertentu; atau berdasarkan keadaan untung-untungan, seperti main dadu (Brunvand dalam Danandjaja, 1986 : 171).

Berdasarkan perbedaan sifat permainan, maka permainan rakyat (folk games) dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu permainan untuk bermain (play) dan permainan untuk bertanding (game). Permainan bermain lebih bersifat untuk mengisi waktu senggang atau rekreasi, sedangkan permainan bertanding hampir selalu memiliki lima sifat khusus, seperti (1) terorganisasi, (2) perlombaan (competitive), (3) harus dimainkan paling sedikit oleh dua orang peserta, (4) memiliki kriteria yang menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah, dan (5) mempunyai peraturan permainan yang telah diterima bersama oleh para pesertanya (Roberts, Arth, dan Bush dalam Danandjaja 1986, 171).

Selanjutnya permainan bertanding dapat dibagi lagi kedalam:

1. Permainan bertanding yang bersifat ketrampilan fisik (game of physical skill), 2. Permainan bertanding yang bersifat siasat (game of strategy)

3. Permainan bertanding yang bersifat untung-untungan (game of change) (Roberts dan Sutton Smith dalam Danandjaja, 1986 : 171).

1.6. Metode Penelitian

(30)

Bentuk penelitian ini adalah penelitian studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yakni pendekatan yang menghasilkan data dan tulisan dari tingkah laku yang dapat diamati (Nawawi, 1994 : 203). Penelitian deskriptif ini digunakan untuk mengambarkan atau melukiskan secara terperinci bagaimana perubahan permainan anak dari tradisional ke modern dan untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi anak untuk memilih permainan modern di Kelurahan Batang Terab Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

1.6.2. Informan

Informan dalam penelitian ini antara lain adalah: a. Informan kunci, yang terdiri dari:

• Tokoh Masyarakat, yaitu orang yang dituakan (sesepuh), dan para orang tua

• Anak-anak yang berusia antara 0-18 tahun

b. Informan biasa, yaitu masyarakat di Kelurahan Batang Terab dan Penjaga warnet atau playstation.

1.6.3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan metode tertentu untuk memperoleh informasi yang sesuai dengan kebutuhan peneliti. Jenis data dalam penelitian ini digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu :

1. Data Primer

(31)

• Observasi.

Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang tampak pada saat penelitian. Adapun hal-hal yang diobservasi adalah siapa-siapa saja pihak yang terlibat antara lain orang tua, anak-anak, fasilitas permainan yang terdapat di Kelurahan Batang Terab, interaksi anak dengan teman sebaya, dan lain-lain. Observasi yang dilakukan dilengkapi dengan foto-foto untuk mengabadikan hal-hal yang dapat mempertegas data yang diperoleh dilapangan.

Wawancara mendalam (in-depth interview).

Wawancara mendalam yang dimaksud adalah yang sifatnya luwes, terbuka dan tidak baku. Peneliti melakukan proses tanya jawab kepada para informan dengan harapan informan dapat mengungkapkan informasi atau data yang diharapkan dengan bahasanya sendiri. Jikalaupun ada pedoman wawancara (interview guide), itu hanya sebatas instrumen pembantu si peneliti yang sifatnya tidak monoton.

2. Data Sekunder

• Studi kepustakaan, yakni dengan menggunakan buku-buku atau referensi yang dapat mendukung penelitian ini.

• Dokumentasi, untuk membantu penelusuran data historis, dapat berupa foto, artikel, jurnal, buku, dokumen atau catatan-catatan lainnya yang masih berkaitan dengan topik penelitian.

• Internet untuk membantu memudahkan peneliti dalam mencari bahan penelusuran yang berkaitan dengan topik penelitian.

1.6.4. Analisa Data

(32)
(33)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Lingkungan Dan Lokasi Penelitian

Kelurahan Batang Terab ialah salah satu kecamatan yang terletak didalam kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki 17 kecamatan yaitu :

1.

(34)

2. Batang Terab 3. Bengkel 4. Cinta Air 5. Citaman Jernih 6. Deli Muda Ilir 7. Deli Muda Ulu 8. Jambur Pulau 9. Kesatuan 10.Kota Galuh 11.Lidah Tanah 12.Lubuk Bayas 13.Lubuk Cemara 14.Lubuk Dendang 15.Lubuk rotan 16.Melati Dua 17.Melati Satu

(35)

25.Suka Jadi 26.Tanah Merah 27.Tanjung Buluh 28.Tualang

2.2. Letak Geografis Kecamatan Perbaungan

Kecamatan Perbaungan terletak di kabupaten Sergai berada pada dataran rendah dengan luas wilayah 206,02 km2 terdiri dari:

 Kelurahan: 28

 Kelurahan: 5

 Dusun: 184

 RW: 269

 RT: 620

Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Perbaungan adalah:

 sebelah utara : Kecamatan Pantai Cermin

 sebelah timur : Kecamatan Teluk Mengkudu/Sei Rampah

 sebelah selatan: Kecamatan Sei Rampah

 sebelah barat : Kabupaten Deli Serdang

2.3. Komposisi Penduduk

2.3.1. Komposisi Jumlah penduduk

(36)

KK. Berikut ini akan disajikan data komposisi penduduk berdasarkan agama, suku bangsa, mata pencaharian penduduk serta sarana dan prasarana di kecamatan Perbaungan.

2.3.2. Jumlah penduduk menurut agama

Penduduk Kecamatan Perbaungan terdiri dari masyarakat yang memiliki perbedaan keyakinan. Penduduk di Kecamatan Perbaungan sebagian besar memeluk agama Islam. Selain penduduk yang beragama Islam, di Kecamatan Perbaungan juga terdapat penduduk yang beragama Katolik, Protestan, Hindu dan Budha. Meskipun penduduk di Kecamatan Perbaungan menganut agama yang berbeda, namun dalam pelaksanaan keagamaan mereka saling toleransi dan tidak ada diskriminasi terhadap agama tertentu. Komposisi penduduk berdasarkan agama dapat dilihat secara terperinci dalam tabel berikut ini.

Tabel 1

Komposisi penduduk Kecamatan Perbaungan berdasarkan Agama No. Jenis Agama Jumlah (jiwa) Sumber: Kelurahan Batang Terab 2011

(37)

jiwa. Perbedaan keyakinan yang dianut oleh penduduk di Kecamatan Perbaungan didukung oleh sikap toleransi yang tinggi sehingga menciptakan kerukunan beragama terhadap sesama.

2.3.3. Jumlah penduduk menurut suku bangsa

Penduduk di Kecamatan Perbaungan selain memiliki keragaman keagamaan juga memiliki keragaman etnis dan suku bangsa. Untuk melihat lebih jelas komposisi penduduk Kecamatan Perbaungan berdasarkan suku bangsa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2

Komposisi penduduk Kecamatan Perbaungan berdasarkan Suku Bangsa No. Suku Bangsa Jumlah (jiwa) Sumber: Kelurahan Batang Terab 2011

(38)

2.3.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian adalah sumber utama dalam menunjang kebutuhan hidup sehari-hari. Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Perbaungan beraneka ragam. Secara terperinci komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian akan dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 3

Komposisi Penduduk Kecamatan Perbaungan Berdasarkan Mata Pencaharian

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (jiwa)

1. Petani 15.419 Sumber: Kelurahan Batang Terab 2011

Data pada tabel 3 menunnjukkan bahwa mata pencaharian sebagian besar penduduk di Kecamatan Perbaungan adalah sebagai petani yaitu sebanyak 15.419 jiwa. Kemudian penduduk yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 11.409 jiwa, sebagai pedagang sebanyak 3.953 jiwa, sebagai karyawan sebanyak 3857 jiwa, sebagai buruh 2.610 jiwa, sebagai penyedia jasa baik transportasi maupun lainnya sebanyak 992 jiwa, sebagai PNS/TNI/POLRI sebanyak 747 jiwa dan penduduk yang bekerja sebagai nelayan sebanyak 120 jiwa. Penduduk yang tidak/belum bekerja ialah mereka yang masih kanak-kanak, para pelajar/mahasiswa dan orang yang telah berusia lanjut/pensiunan.

(39)

Penduduk di kelurahan Batang Terab umum nya bekerja sebagai pegawai di perkebunan, karena itu separuh kelurahan memiliki bentuk rumah yang hampir sama, hanya dibedakan dari tingkat jabatan dikantor, apabila yang pegawai biasa, mendapat rumah yang bentuknya biasa, apabila jabatannya staf atau asisten perkebunan mendapat rumah yang lebih bagus dan pekarangan yang lebih luas, pegawai biasa rumahnya 2 kamar di RT 8 dan 9 kemudian 3 kamar di RT 10 dan mempunyai pagar berupa tanaman seperti bonsai. Dan untuk pejabat-pejabat di perkebunan mendapat 4 kamar dan halaman yang lebih luas dengan pagar modern yang lebih bagus dan aman.

Masyarakat di kelurahan Batang Terab juga terdiri dari berbagai macam suku, diantaranya suku Jawa, Batak, dan melayu. Seluruh rumah di kelurahan ini sudah dimasuki arus listrik oleh PLN (Perusahaan Listrik Nusantara) dan sebagian sudah menggunakan air dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), ada juga masyarakat yang masih menggunakan sumur bor untuk kebutuhan air sehari-hari.

2.3.6. Prasarana Pendidikan

Kelurahan Batang Terab termasuk kelurahan yang memiliki banyak sekolah, baik negeri maupun swasta, berikut data yang diperoleh dari kantor Kelurahan Batang Terab :

(40)

2.3.7. Prasarana Ibadah

Kelurahan Batang Terab memiliki tempat Ibadah yang memadai, baik dari tempat Ibadah agama Kristen maupun Islam, karena hanya 2 agama ini yang mayoritas menghuni wlilayah Kelurahan Batang Terab, berikut jumlah tempat Ibadah yang berada di Kelurahan Batang Terab:

 Mesjid : 2  Gereja : 1  Kuil : -  Wihara : -

2.3.8. Prasarana Kesehatan

Di Kelurahan Batang Terab terdapat fasilitas kesehatan yang lumayan memadai untuk masyarakat, walaupun belum bisa dikatakan sangat baik tetapi sudah cukup bagi masyarakat kelurahan batang Terab, diantaranya yaitu :

 2 Praktek Bidan  Praktek Dokter  Balai Pengobatan  1 Rumah Sakit Umum

2.3.9. Prasarana Perbelanjaan

(41)

makanan dan minuman untuk tempat berkumpulnya anak muda di sekitar Kelurahan Batang Terab.

(42)

Gambar 2.2. Struktur Pemerintahan Keluarahan Batang Terab

(43)

Gambar 2.4. Pegawai Kelurahan Batang Terab

BAB III

JENIS PERMAINAN TRADISIONAL YANG TERIDENTIFIKASI TERDAPAT DI

KELURAHAN BATANG TERAB

KECAMATAN PERBAUNGAN

3.1. Kelereng

(44)

berbagai macam, yang mana pemain yang kalah akan kehilangan kelerengnya. Dari permainan ini anak yang memainkan juga harus tangkas dan konsentrasi untuk memenangkan permainan ini. Permainan ini biasanya sering dilakukan di permukaan tanah yang rata karena kelereng berbentuk bulat dan mudah menggelinding.

Di Kelurahan Batang Terab, permainan kelereng ini umumnya dimainkan oleh anak-anak lelaki dan kadang oleh anak perempuan. Namun permainan ini hanya dimainkan saat sedang musim, artinya anak-anak akan memainkannya saat banyak anak lain di Perbaungan yang memainkan kelereng. Jika anak-anak sudah tidak tertarik untuk memainkannya lagi maka dengan sendirinya permainan kelereng ini ditinggalkan. Kelereng yang mereka miliki akan disimpan hingga tiba saatnya permainan kelereng digemari lagi, seperti yang dituturkan oleh informan bernama Yazid (9 tahun) berikut ini.

“Azid suka main guli, tapi sekarang lagi gak musim bang. Guli Azid ada sekaleng dirumah, Azid simpan untuk dimainin pas uda musim lagi nanti. Biasanya Azid mainnya disekolah dan dirumah sama kawan-kawan. Kalo menang bisa sampe satu plastik bang, kalo kalah beli sama kawan yang menang. Kadang guli yang bagus Azid simpan untuk dijadiin gacuk atau dikoleksi, karna warna-warnanya banyak yang bagus”

Dari hasil wawancara diatas terlihat bahwa permainan kelereng masih digemari, dan masih banyak anak-anak di Kelurahan Batang Terab seperti Yazid dan teman-temannya yang akan memainkannya saat musim bermain kelereng telah tiba nanti. Permainan kelereng ini ternyata memiliki beragam manfaat bagi orang yang memainkannya, yaitu:

1. Mengatur emosi

2. Melatih kemampuan berfikir

3. Melatih kemampuan motorik

4. Melatih kesabaran

(45)

3.2. Layang-layang

Layang-layang, layangan, atau wau (di sebagian wilayah Semenanjung Malaya) merupakan lembaran bahan tipis berkerangka yang diterbangkan ke udara dan terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan atau pengendali. Layang-layang memanfaatkan kekuatan hembusan angin sebagai alat pengangkatnya. Dikenal luas di seluruh dunia sebagai alat permainan, layang-layang diketahui juga memiliki fungsi ritual, alat bantu memancing atau menjerat, menjadi alat bantu penelitian ilmiah, serta media energi alternatif.

Terdapat berbagai tipe layang permainan. Yang paling umum adalah layang-layang hias (dalam bahasa Betawi disebut koang) dan layang-layang-layang-layang aduan (laga). Terdapat pula layang-layang yang diberi sendaringan yang dapat mengeluarkan suara karena hembusan angin. Layang-layang laga biasa dimainkan oleh anak-anak pada masa pancaroba karena biasanya kuatnya angin berhembus pada masa itu.

Di beberapa daerah Nusantara layang-layang dimainkan sebagai bagian dari ritual tertentu, biasanya terkait dengan proses budidaya pertanian. Layang-layang paling sederhana terbuat dari helai daun yang diberi kerangka dari bambu dan diikat dengan serat rotan. Layang-layang semacam ini masih dapat dijumpai di Sulawesi. Diduga pula, beberapa bentuk Layang- layang-layang tradisional Bali berkembang dari layang-layang-layang-layang daun karena bentuk ovalnya yang menyerupai daun.

(46)

Penggunaan layang-layang sebagai alat bantu penelitian cuaca telah dikenal sejak abad ke-18. Contoh yang paling terkenal adalah ketika Benjamin Franklin menggunakan layang-layang yang terhubung dengan kunci untuk menunjukkan bahwa petir membawa muatan listrik.

Layang-layang raksasa dari bahan sintetis sekarang telah dicoba menjadi alat untuk menghemat penggunaan bahan bakar kapal pengangkut. Pada saat angin berhembus kencang, kapal akan membentangkan layar raksasa seperti layang-layang yang akan "menarik" kapal sehingga menghemat penggunaan bahan bakar.4

Berdasarkan hasil wawancara diatas tergambar kenangan Faisal akan kegembiraan dan keceriaan masa kecil saat bermain layangan. Namun menurut penuturannya layangan sudah sangat jarang dimainkan. Saat ini sudah banyak kiat-kiat yang dilakukan untuk melestarikan permainan layang-layang, diantaranya mengadakan festival layang-layang seperti di Jepang, lomba menerbangkan layang-layang, dan sebagainya.

Seperti halnya kelereng, di Kelurahan Batang Terab layang-layang dimainkan hanya pada saat sedang musim, biasanya saat angin berhembus kencang. Pada saat sedang musim, biasanya banyak orang yang mengambil kesempatan dan menjadi penjual layangan. Namun eksistensi layang-layang di Kelurahan Batang Terab hampir terancam karena saat ini sudah sangat jarang dimainkan oleh anak-anak. Salah satu faktornya mungkin karena saat ini iklim dan cuaca sudah tidak bisa diprediksi lagi. Karena isu pemanasan global (global warming) yang menyebabkan pergantian iklim dari musim panas ke musim hujan menjadi tidak teratur. Berikut adalah penuturan dari salah satu Informan bernama Faisal (16 tahun).

“Dulu aku suka main layangan bang, tapi sekarang uda jarang kali yang mainin layangan. Kalopun ada paling waktu pas lagi musim lah bang. Soalnya layangan baru dijual kalo pas musiman aja. Waktu kecil dulu aku sering tanding main layangan, yang putus layangannya kalah, terus kami ngejar-ngejar layangan yang lepas sampe dapat”.

4

(47)

3.3. Alip Brondok (Petak Umpet)

Petak umpet adalah permainan rakyat tradisional umum di Seluruh pelosok Indonesia dari Sabang sampai Merauke sejak dahulu kala. Di Kelurahan Batang Terab permainan petak umpet lebih dikenal dengan sebutan alip brondok (brondok = sembunyi). Siapa saja boleh ikut, tetapi biasanya peserta permainan berkisar antara lima sampai sepuluh orang, karena bersifat mencari teman yang bersembunyi, maka tidak terlalu banyak yang menjadi bagian dari permainan ini. Dari seluruh pemain akan bermain hompipa sampai habis dan tinggal dua orang saja. Setelah tinggal dua orang, maka masing-masing melakukan suit dan yang kalah akan berjaga dan menjadi si pencari teman-teman yang bersembunyi. Si pencari menutup mata atau menempel pada salah satu media (tembok,pohon,tiang,dll) sebagai sarana bentengnya. Di hitung satu sampai sepuluh, maka semua anggota harus berlari mencari persembunyiannya, setelah hitungan ke sepuluh maka si pencari teman mulai mencari teman yang bersembunyi sampai menemukan total anggota yang bersembunyi.

(48)

baris di urutan ketiga di belakang anak jaga terdahululah yang menyandang gelar anak jaga. Karena keharusan berlari ke dinding ini, muncul istilah “jaga-jaga telur”. Istilah ini digunakan untuk menyebut anak jaga yang tidak mau beranjak dari dinding jaga untuk mencari teman-temannya, tetapi malah duduk/berdiri di dekat dinding jaga, jadi begitu ada temannya yang kelihatan bisa langsung di cindong.

Manfaat dari permainan ini adalah melatih keaktifan motorik anak, karena anak akan dituntut untuk berlari agar bisa menang. Permainan ini juga bagus bagi kesehatan anak karena saat berlari anak mendapatkan manfaat seperti saat berolahraga. Selain itu sosialisasi anak dengan teman sebaya menjadi intensif karena permainan ini biasanya dimainkan oleh banyak anak sekaligus.

Di kelurahan batang Terab, permainan ini masih ditemukan namun sangat jarang dimainkan. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya anak yang bisa diajak bermain bersama, karena saat ini orang tua menuntut anak untuk belajar dan mengikuti berbagai les sehingga anak tidak memiliki waktu untuk bermain dengan temannya. Akibatnya, tentu saja anak akan memilih untuk memainkan permainan yang hanya bisa dimainkan sendirian dan tidak membutuhkan teman seperti Playstation, video game, dan sebagainya seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan yang bernama Fahry (14 tahun).

“Permainan yang paling seru itu alip brondok bang, tapi sekarang uda gak pernah main itu lagi. Susah bang, gak ada kawan yang bisa diajakin main. Semua pada les ini-itu, gak ada waktu untuk main lah. Bagus aku main game online aja kan bang. Bisa tetep main walaupun gak ada kawan. Kadang-kadang aku juga main PS bang kalo lagi suntuk atau lagi malas ke warnet buat main game online”

(49)

ingin melihat anaknya lebih maju dan dapat bersaing secara intelektual dengan teman-temannya disekolah. Namun dampak laten yang tidak disadari ialah anak menjadi tersisih dari lingkungan dan akan menjadi individualistis karena tidak memiliki teman. Mereka akan lebih memilih untuk bermain sendiri tanpa harus repot mencari teman.

Akan tetapi berdasarkan pemantauan penulis dilapangan, masih ada anak-anak kecil berkisar antara usia 10-13 tahun yang memainkan permainan alip brondok ini. Salah satu informan yang masih cukup sering bermain Alip Brondok adalah Fitri (10 tahun). Berikut adalah penuturannya kepada penulis.

“ Kalo dirumah biasanya aku sering main alip brondok, masak-masakan, atau lompat tali bang. Aku mainnya sama anak-anak tetangga, kadang kalo lagi rame bisa sampe 6 orang. Seru bang, bisa sembunyi dan lomba lari sama yang jaga kalo ketauan tempat sembunyi nya. Kalo gak dikasi keluar rumah, aku mainnya didalam rumah sama adik atau temenku. Biasanya aku sembunyi di lemari, dikolong tempat tidur, di balik kursi, hehehe....”

3.4. Pecah Piring

Pecah piring merupakan sejenis untuk menembak lawan dan tumpukan batu pipih yang dapat ditumpuk dan disusun meninggi seperti menara. Permainan ini dilakukan oleh dua kelompok. Di Kelurahan Batang Terab, aturan permainan ini yaitu siapapun yang berhasil menumpuk batu tersebut dengan cepat tanpa terkena pukulan bola adalah kelompok yang memenangkan permainan.

(50)

maka regu yang berjaga harus melempari regu yang dikejar untuk menghalangi mereka menyusun kembali batu-batu tersebut. Apabila bola berhasil menyentuh lawan, maka anggota kelompok yang tersentuh bola tidak boleh membantu proses penyusunan batu. Kerjasama antar anggota kelompok sangat dibutuhkan dalam permainan ini.

Permainan Pecah piring melatih anak untuk bekerja sama dalam satu tim karena untuk memenangkan permainan anak dituntut untuk melindungi teman yang menyusun batu dari lemparan bola lawan, selain itu anak dilatih untuk berkonsentrasi. Selain itu pecah piring juga merupakan permainan yang memiliki manfaat seperti olah raga karena para pemainnya harus berlari untuk menghindari lemparan bola dari lawan.

3.5. Bola Kiyam (Kaki Ayam)

Permainan bola kaki ayam (kiyam), merupakan salah satu permainan tradisional yang hingga saat ini masih sering dimainkan oleh anak-anak di Kelurahan Batang Terab. Permainan ini hanya dimainkan oleh anak laki-laki. Pada dasarnya, permainan ini merupakan replika dari olahraga sepak bola, baik dalam tata cara bermain maupun aturan permainannya. Hanya saja dalam permainan bola kaki ayam, jumlah pemainnya dapat bervariasi, sesuai dengan jumlah anak-anak yang ingin bermain. Berbeda dengan olahraga sepak bola yang jumlah pemainnya harus sebelas orang, ada pemain cadangan, dan pelatih.

(51)

di lapangan atau diperkarangan rumah. Bola yang digunakan juga berbagai macam, dari bola kulit sampai bola plastik. Gawangnya juga sederhana, biasanya hanya sebatas meletakkan kayu atau batu untuk menandai letak gawang masing-masing. Dibandingkan dengan permainan tradisional lain, permainan bola kiyam ini merupakan permainan yang paling terjaga eksistensinya karena hingga sekarang masih dimainkan oleh anak-anak, seperti yang dikatakan oleh Fikri (12 tahun) berikut ini.

“Main bola kiyam itu wajib bang, paling gak seminggu sekali lah aku main ini rame-rame sama kawan-kawanku. Biasanya pas sore-sore atau waktu libur sekolah. Kadang-kadang aku main bola kiyam sama abang dan sepupuku di lapangan deket rumah. Kalo lapangan nya lagi dipake orang lain, kami mainnya di halaman rumah bang”.

3.6. Engklek

Permainan engklek merupakan permainan tradisional lompat – lompatan pada bidang– bidang datar yang digambar diatas tanah, dengan membuat gambar kotak-kotak kemudian melompat dengan satu kaki dari kotak satu ke kotak berikutnya. Permainan engklek biasa dimainkan oleh 2 sampai 5 anak perempuan dan dilakukan di halaman. Namun, sebelum kita memulai permainan ini kita harus mengambar kotak-kotak dipelataran semen, aspal atau tanah, menggambar 5 segi empat dempet vertikal kemudian di sebelah kanan dan kiri diberi lagi sebuah segi empat.

(52)

petak berikutnya dengan satu kaki mengelilingi petak – petak yang ada. Saat melemparkannya tidak boleh melebihi kotak yang telah disediakan jika melebihi maka dinyatakan gugur dan diganti dengan pemain selanjutnya Pemain yang menyelesaikan satu putaran terlebih dahulu melemparkan gacuk dengan cara membelakangi engkleknya, jika pas pada petak yang dikehendaki maka petak itu akan menjadi “sawah”nya, artinya dipetak tersebut pemain yang bersangkutan dapat menginjak petak tersebut dengan dua kaki, sementara pemain lain tidak boleh menginjak petak itu selama permainan. Peserta yang memiliki “sawah” paling banyak adalah pemenangnya. Pemainan ini sangat seru karena bisanya paling sering kesalahan yang dilakukan adalah saat kita melempar gacuk tapi tidak pas dikotaknya atau meleset dari tempatnya.

3.7. Lompat Tali

(53)

terbelit, jika terbelit atau mengenai tali akan dianggap gagal. Permainan ini biasanya dimainkan di sekolah atau di halaman rumah, karena pada dasarnya permainan ini tidak membutuhkan lahan yang terlalu luas.

BAB IV

JENIS PERMAINAN MODERN YANG TERIDENTIFIKASI TERDAPAT DI

KELURAHAN BATANG TERAB KECAMATAN PERBAUNGAN

4.1. Poker

Permainan Poker dimainkan online via Facebook dan saat ini sedang trend. Texas Hold’em Poker atau yang sering disebut Poker, merupakan permainan mengombinasikan kartu

”ditangan milik sendiri” dengan yang ada di meja. Kombinasi 5 kartu terbaik yang akan menjadi pemenang. Adapun panduan dalam bermain poker dan langkah-langkah dalam bermain poker di sertai aturan-aturan yang menjadi acuan dalam bermain poker khususnya adalah sebagai berikut.

(54)

Secara umum permainan poker ini digandrungi oleh banyak orang baik laki-laki maupun perempuan. Tetapi menurut pengamatan penulis di lapangan, anak-anak yang suka bermain poker biasanya adalah mereka yang telah memasuki usia remaja, dan yang paling banyak memainkannya adalah orang-orang dewasa. Permainan ini sangat populer dan diyakini bisa membuat seseorang mendapatkan uang dengan cara menjual “chip” miliknya pada orang lain. Harga chip bervariasi, umumya chip sebanyak 1 Milyar dijual seharga Rp.8000 sampai Rp. 10.000. Anak-anak yang kecanduan memainkan poker terkadang harus merelakan uang sakunya untuk membeli chip agar bisa tetap bermain saat chipnya habis. Hal ini juga diutarakan oleh informan bernama Zefry (16 tahun).

“Saya punya banyak akun facebook biar bisa main poker dan punya banyak chip bang. Jadi kalau chip di akun facebook yang satu habis bisa transfer dari akun facebook yang lain. Kadang kalau chip saya banyak, saya jual sama orang yang mau membeli. Saya pernah dapat uang Rp.200.000 dengan menjual chip bang, kan banyak untungnya.”

(55)

4.2. Point Blank

Point Blank atau biasanya disingkat dengan PB, merupakan permainan yang dimainkan

secara online dari internet. Permainan ini berbentuk peperangan, dan terdiri dari dua regu/tim yaitu tim merah dan tim biru. Mereka dibekali oleh fasilitas standar seperti senjata api, pisau, bom, granat, dan lain-lain. Pemain bebas menentukan ingin main sebagai tim merah atau tim biru, dan tugas mereka adalah membunuh sebanyak mungkin musuh. Semakin banyak musuh yang dapat dibunuh, maka semakin banyak poin yang didapatkan dan makin tinggi pula level pemain. Permainan selesai ketika salah satu tim yang seluruh pasukannya mati dinyatakan kalah.

(56)

Gambar 4.2. Game Online Point Blank

4..3. Ayodance

Audition Ayodance atau yang sering disebut dengan Ayodance, merupakan permainan

yang umumnya digandrungi oleh anak-anak perempuan. Permainan ini tersedia dalam versi online, versi PSP dan Versi Ponsel. Cara bermain Ayodance adalah sebagai berikut.

Seorang pemain membuat ruangan, memilih pakai kata kunci atau tidak, kemudian pemain lain ikut masuk ke dalam ruangan tersebut. DJ (pemain yang membuat ruangan tersebut) kemudian memilih lagu, misalnya: "Canon Groove", kadang-kadang tergantung keinginan pemain lain. DJ juga memilih latar belakang tempat bermain, seperti lapangan bolabasket, dan memilih tipe permainan.

(57)

MISS, BAD, COOL, GREAT atau PERFECT. Karakter akan menari pada layar masing-masing tergantung seberapa lihai pemainnya bermain. Pemain yang memiliki nilai tertinggi akan menari di depan. Posisi ini akan berubah jika ada seorang pemain yang melebihi nilai skor pemain tersebut. Sebuah gerakan spesial di dalam sebagian besar mode bermain adalah "Finish Move" (sering disingkat menjadi FM). Jika seorang pemain tidak melakukan miss sebelum gerakan "Finish Move", mereka mempunyai pilihan untuk melakukan "Finish Move". "Finish Move" mempunyai poin nilai yang besar dan seringkali menjadi kunci sukses bermain.

Informan yang bernama Ratu (11 tahun) mengatakan sangat menyukai permainan ini. Selain seru, menurutnya permainan Ayodance tidak melelahkan seperti halnya jika ia bermain engklek atau Dance Dance Revolution Series yang pasti ada di setiap tempat video game seperti Timezone. Selain itu, fitur dalam permainan Ayodance ini juga sangat menarik, pemain bisa

(58)

Gambar 4.3. Game Ayodance

4.4. Playstation

Playstation merupakan salah satu permainan modern yang paling banyak digemari baik

oleh anak-anak maupun dewasa. Playstation memiliki beberapa seri, seperti Playstation 1, Playstation 2, Playstation 3, dan PSP. Biasanya orang akan memilih kaset PS yang akan

(59)

Gambar 4.4. Simbol Game Playstation

4.5. CityVille

Cityville merupakan game yang dimainkan secara online via facebook. Game ini

(60)

dengan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Semakin tinggi level seseorang, maka semakin besar kesempatan orang tersebut untuk membesarkan kotanya dan menata kota tersebut dengan bangunan-bangunan yang mewah.

Di kelurahan Batang Terab, permainan ini disukai oleh laki-laki maupun perempuan, dan dimainkan oleh anak-anak maupun orang dewasa. Permainan ini membuat seseorang harus senantiasa bekerjasama dengan kota lain yang disebut “tetangga” untuk saling membantu saat menyelesaikan tugas.

Gambar 4.5. Permainan City Ville

BAB V

(61)

5.1. Permainan Anak Sebelum dan Setelah Masuknya Teknologi.

Bermain ialah suatu aktivitas yang menyenangkan bagi anak-anak, Bagi anak bermain tidak sekedar mengisi waktu luang mereka, tetapi merupakan kebutuhan sehari-hari anak. Anak-anak perlu bermain karena bermain ialah sarana bagi Anak-anak untuk bersosialisasi dan mengenal lingkungannya.

Bermain dilakukan anak sejak ia masih bayi hingga dewasa. Saat masih bayi, anak sering memainkan ludah atau memasukkan benda kemulutnya. Kemudian anak akan tertawa jika ada yang melakukan permainan cilukba atau menunjukkan mimik wajah lucu pada mereka. Saat balita, anak mulai belajar bermain dengan boneka atau benda-benda tertentu. Mereka menganggap nyanyian dan tarian sebagai permainan. Pada tahap ini teman bermain mereka adalah orang tua, kakak atau pengasuh mereka. Kemudian saat anak beranjak lebih dewasa, ia akan membutuhkan teman sebaya (peer group) untuk diajak bermain bersama. Bersama teman sebaya, anak akan memainkan permainan yang telah ada atau menciptakan permainan baru.

Sekitar tiga dekade yang lalu, memainkan permainan tradisional merupakan salah satu aktivitas utama yang dilakukan anak-anak diberbagai daerah untuk mengisi waktu luang mereka. Permainan tradisonal merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun temurun dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan di baliknya, di mana pada prinsipnya permainan anak tetap merupakan permainan anak. Dengan demikian bentuk atau wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan anak karena tujuannya sebagai media permainan.

(62)

mewujudkan dan terwujudnya kelakuan. Pada tahap ini kebudayaan masih bersifat abstrak. Konsep kebudayaan yang ditawarkan oleh Pasurdi Suparlan adalah kebudayaan sistem kognitif. Oleh Zainal Arifin kebudayaan sebagai kognitif memandang kebudayaan sebagai sebuah sistem ide, artinya sistem ide atau gagasanlah yang mengendalikan prilaku manusia yang menjadi bagian dari suatu kelompok atau masyarakat tertentu.

Semua kebudayaan selalu bergerak dan mengalami perubahan, baik secara cepat maupun lambat. Perubahan kebudayaan bisa terjadi tanpa direncanakan seperti bencana alam dan perperangan, namun juga perubahan kebudayaan sering dilakukan dengan tahapan-tahapan perencanaan. Menurut Ermayanti perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh warga masyarakat, nilai-nilai teknologi, selera, rasa, keindahan, kesenian dan bahasa (Yuka Fainka Putra, 2009).

Karena permainan tradisional merupakan hasil dari kebudayaan yang bersifat dinamis, maka permainan tradisional juga mengalami perubahan sesuai dengan sistem pengetahuan yang dimiliki dalam suatu masyarakat. Dalam perkembangan fase-fase permainan tadi sistematisnya terus mengalami perubahan, termasuk cara bermain, gerak serta alat-alat yang digunakan. Tujuan dari sistematis permainan yang mengalami perubahan, mulai dari yang berkaitan dengan lingkungan alam sekitar hingga pada taraf paling maya, akan memberikan makna dalam perkembangan anak.

(63)

modern ini mampu mengubah pola pikir dan minat anak dalam memilih permainan. Akibatnya, permainan modern makin berkembang sementara permainan tradisional semakin ditinggalkan.

Di Kelurahan Batang Terab, permainan tradisional sudah dimainkan sejak dahulu dan masih dimainkan sampai sekarang meskipun intensitasnya sudah sangat jauh berkurang. Jenis permainan tradisional yang diketahui dan dimainkan oleh anak-anak masa kini juga sangat terbatas dan itupun mereka memainkannya hanya pada saat sedang musim. Misalnya, saat musim layangan maka anak-anak akan bermain layangan dan muncul penjual layang-layang dadakan.

Ada beberapa faktor tertentu yang sedikit banyak turut mempengaruhi bergesernya permainan tradisional anak di Kelurahan Batang Terab, salah satunya adalah keterbatasan lahan yang dapat dijadikan tempat bermain bagi anak-anak. Di Kelurahan Batang Terab hanya terdapat satu buah tanah lapang yang biasanya digunakan sebagai lapangan sepak bola. Untuk bermain, anak-anak biasanya memanfaatkan pekarangan rumah yang luasnya tidak seberapa. Berbeda dengan beberapa dekade yang lalu dimana anak-anak pada masa itu bebas bermain karena perumahan tidak sepadat sekarang. Berikut ini penuturan dari salah seorang informan yang bernama Ibu Mirza (47 tahun):

“Zaman waktu ibu kecil dulu dek, kami sering main sama temen-temen kadang sampai kekampung tetangga sana. Dulu dimana-mana masih banyak tanah kosong, belum banyak rumah kayak sekarang. Ibu dulu sering main lompat tali, masak-masakan, kadang-kadang main kelereng dan kuaci atau layangan kalau lagi musim dek. Kalau pulang ngaji kami sering main alip brondok. Pokoknya waktu itu rame lah anak-anak ngumpul untuk main, gak kayak sekarang. Sekarang aku liat anakku lebih sering ngajak kawannya maen ke warnet ”.

(64)

Selain keterbatasan lahan, faktor yang mempengaruhi bergesernya permainan tradisional adalah karena saat ini telah banyak tersedia jenis permainan modern yang mengadaptasi permainan tradisional dalam prinsip-prinsip memainkannya. Misalnya permainan perang-perangan, jika dahulu anak-anak menciptakan senjata dengan kreasi sendiri, misalnya membuat pistol-pistolan dari kayu, maka saat ini mereka dapat memainkannya melalui internet (game online) seperti point blank atau bermain playstation, seperti yang diungkapkan oleh informan bernama Maja (12 tahun) berikut ini:

“Kami banyak yang bermain sepak bola dari pada permainan yang lain bang karena sejak kecil kami pun uda sering maen bola disini, tapi sekarang aku sebih sering maen PB (Point Blank) di warnet bang, soalnya lebih enak bang, bisa nembak-nembak kepala kawan aku…hahaha”.

Dari hasil wawancara diatas tergambar jelas bahwa anak-anak saat ini lebih menyukai permainan modern daripada permainan tradisional. Alasan yang mereka kemukakan adalah karena permainan modern lebih asyik, seru, menantang, dan mereka bisa tetap memainkannya disaat teman yang lain tidak bisa ikut bermain.

5.2. Konsekuensi Perubahan Permainan Anak dari Tradisional ke Modern

Perubahan permainan dari tradisional ke permainan modern tentu mendatangkan konsekuensi-konsekuensi tertentu terhadap perkembangan anak, terutama bagi lingkungan pergaulan anak, komunikasi anak dengan teman sebaya, sikap anak pada kelestarian permainan tradisional, dan juga berpengaruh pada kecerdasan emosional, psikososial, dan motorik anak.

5.2.1. Pengaruh permainan modern terhadap pergaulan dan komunikasi anak dengan

(65)

Permainan modern memang menarik minat anak-anak lebih daripada permainan tradisional. Permainan modern dilengkapi dengan visualisasi dan adio yang menarik. Permainan modern juga jauh lebih praktis untuk dimainkan daripada permainan tradisional. Namun permainan modern memiliki fungsi laten yang kurang disadari oleh anak maupun orang tua. Fungsi laten ini antara lain adalah terganggunya komunikasi anak dengan teman sebaya (peer group) dan tersisihnya anak dalam lingkungan pergaulan. Permainan modern seperti game online

atau game komputer seperti nitendo, playstation, dan spica umumnya dimainkan secara personal oleh anak, sehingga mereka merasa tidak membutuhkan teman untuk diajak bermain bersama.

Anak-anak di Kelurahan Batang Terab pada umumnya mengatakan mereka akan dicap kuper dan cupu oleh teman sebayanya apabila tidak mampu memainkan permainan modern

misalnya game Online seperti Point Blank, Atlantica, Ayodance ataupun game-game lainnya. Mereka seringkali membuat janji dengan teman-temannya untuk berkumpul dan bermain di warnet sepulang sekolah untuk bertanding atau memainkan game-game yang dimainkan secara Online tersebut. Hal ini diungkapkan oleh salah satu informan yang bernama Wafik (13 tahun) sebagai berikut:

“Aku paling suka main PB (Point Blank) bang, pulang sekolah aku ganti baju dan makan terus biasanya aku langsung cabut dari rumah ke warnet yang dekat rumahku. Disana biasanya aku uda janjian duluan sama kawan-kawanku. Sekarang kalo gak bisa maen PB diejekin lah bang, dibilang cacad, cupukaka. Kalo uda maen perang-perangan itu bisa gak ingat waktu bang, kadang-kadang kalo waktunya habis aku liat-liat punya kawan bang”.

(66)

tugas sekolah atau setelah menyelesaikan pekerjaan harian dirumah. Namun saat ini anak-anak tersebut malah mengutamakan bermain dan kurang memperhatikan pelajaran. Dilihat dari komunikasi anak dengan teman sebaya, agaknya pilihan permainan turut mempengaruhi gaya bicara anak-anak tersebut. Jika permainan tradisional mengajarkan anak untuk bertutur kata sopan melalui permainan tebak kata atau melalui nyanyian yang menyertai permainan, maka saat ini seringkali anak “belajar” mengucapkan kata-kata yang tidak sopan dan berkonotasi buruk. Ibu umi (45 tahun) yang merupakan salah satu pemilik warnet di Kelurahan Batang Terab memberikan keterangan sebagai berikut:

“Anak-anak sekarang ini kurang ajar kali mulutnya. Kadang mereka bermain tapi sambil memaki. Kalau pas ibu yang lagi jaga warnet ibu marahin mereka biar jangan cakap kotor, tapi gak taulah kalau pekerja ibu yang jaga. Ibu kasihan sama anak-anak lain yang main ke warnet, nanti ketularan mereka cakap kotor juga. Yang main ke warnet ibu memang banyak anak-anak. Tapi kan gak semuanya main PB, kalau anak-anak perempuan sukanya main Ayodance, City Ville, facebookan, kadang banyak anak sekolah juga yang datang nyari tugas. Kalo anak-anak ini ribut dan maki-maki kan bisa jelek kesannya”.

Ibu Umi mengemukakan ketidaksetujuannya terhadap cara anak-anak dalam berkomunikasi dengan teman sebaya. Namun anak-anak itu sendiri memiiki anggapan yang berbeda. Mereka berujar bahwa makian yang mereka lontarkan bukanlah ditujukan untuk menghina teman-temannya, tetapi makian itu terucap secara refleks jika mereka mengalami kekalahan saat bermain.

Gambar

Tabel 1 Komposisi penduduk Kecamatan Perbaungan berdasarkan Agama
Tabel 2 Komposisi penduduk Kecamatan Perbaungan berdasarkan Suku Bangsa
Tabel 3 Komposisi Penduduk Kecamatan Perbaungan
Gambar 2.1. Kantor Lurah Batang Terab
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelit yang di dapatkan menunjukan bahwa permainan tradisional dapat mengembangkan karakter kindness anak, karena dalam permainan tradisonal banyak

Anak- anak cenderung kurang tertarik terhadap permainan tradisional yang dianggap kuno dan kurang berkembang dibanding dengan permainan modern sehingga penulis

Alasan pemilihan buku yang berjudul tersebut ialah karena penulis memerlukan informasi tentang pengaruh permainan tradisional terhadap perkembangan anak.. 5

Permainan tradisional merupakan kekayaan bangsa yang mempunyai nilai- nilai luhur untuk diwariskan kepada anak-anak sebagai generasi penerus. Permainan tradisional

Peningkatan yang terjadi dikarenakan permainan tradisional memang bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan lokomotor anak, karena sebagian besar kegiatan

Salah satunya yang dapat membantu tumbuh kembang psikomotor anak adalah olahraga tradisional, karena didalam olahraga tradisional peserta didik dituntut untuk melakukan

1) Nilai Demokrasi dalam permainan anak tradisional sebenarnya telah ditujukan oleh anak-anak sebelum mereka mulai bermain. Terbukti dengan cara memilih dan

Permainan tradisional menjadi alternatif untuk meningkatkan perilaku moral anak karena permainan tradisional mampu menstimulasi anak untuk bekerjasama dengan teman yang lain, dapat