• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN PERMAINAN ANAK DARI TRADISIONAL KE MODERN

5.1. Permainan Anak Sebelum dan Setelah Masuknya Teknologi

Bermain ialah suatu aktivitas yang menyenangkan bagi anak-anak, Bagi anak bermain tidak sekedar mengisi waktu luang mereka, tetapi merupakan kebutuhan sehari-hari anak. Anak-anak perlu bermain karena bermain ialah sarana bagi Anak-anak untuk bersosialisasi dan mengenal lingkungannya.

Bermain dilakukan anak sejak ia masih bayi hingga dewasa. Saat masih bayi, anak sering memainkan ludah atau memasukkan benda kemulutnya. Kemudian anak akan tertawa jika ada yang melakukan permainan cilukba atau menunjukkan mimik wajah lucu pada mereka. Saat balita, anak mulai belajar bermain dengan boneka atau benda-benda tertentu. Mereka menganggap nyanyian dan tarian sebagai permainan. Pada tahap ini teman bermain mereka adalah orang tua, kakak atau pengasuh mereka. Kemudian saat anak beranjak lebih dewasa, ia akan membutuhkan teman sebaya (peer group) untuk diajak bermain bersama. Bersama teman sebaya, anak akan memainkan permainan yang telah ada atau menciptakan permainan baru.

Sekitar tiga dekade yang lalu, memainkan permainan tradisional merupakan salah satu aktivitas utama yang dilakukan anak-anak diberbagai daerah untuk mengisi waktu luang mereka. Permainan tradisonal merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun temurun dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan di baliknya, di mana pada prinsipnya permainan anak tetap merupakan permainan anak. Dengan demikian bentuk atau wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan anak karena tujuannya sebagai media permainan.

Menurut Pasurdi Suparlan bahwa kebudayaan adalah sebagai keseluruhan sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial yang dipergunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamannya serta menjadi kerangka landasan bagi

mewujudkan dan terwujudnya kelakuan. Pada tahap ini kebudayaan masih bersifat abstrak. Konsep kebudayaan yang ditawarkan oleh Pasurdi Suparlan adalah kebudayaan sistem kognitif. Oleh Zainal Arifin kebudayaan sebagai kognitif memandang kebudayaan sebagai sebuah sistem ide, artinya sistem ide atau gagasanlah yang mengendalikan prilaku manusia yang menjadi bagian dari suatu kelompok atau masyarakat tertentu.

Semua kebudayaan selalu bergerak dan mengalami perubahan, baik secara cepat maupun lambat. Perubahan kebudayaan bisa terjadi tanpa direncanakan seperti bencana alam dan perperangan, namun juga perubahan kebudayaan sering dilakukan dengan tahapan-tahapan perencanaan. Menurut Ermayanti perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh warga masyarakat, nilai-nilai teknologi, selera, rasa, keindahan, kesenian dan bahasa (Yuka Fainka Putra, 2009).

Karena permainan tradisional merupakan hasil dari kebudayaan yang bersifat dinamis, maka permainan tradisional juga mengalami perubahan sesuai dengan sistem pengetahuan yang dimiliki dalam suatu masyarakat. Dalam perkembangan fase-fase permainan tadi sistematisnya terus mengalami perubahan, termasuk cara bermain, gerak serta alat-alat yang digunakan. Tujuan dari sistematis permainan yang mengalami perubahan, mulai dari yang berkaitan dengan lingkungan alam sekitar hingga pada taraf paling maya, akan memberikan makna dalam perkembangan anak.

Perubahan permainan tradisional makin terasa seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Bersamaan dengan munculnya wacana modernisasi, maka permainan tradisioal pun makin tergeser kedudukannya dengan permainan yang lebih canggih. Permainan modern mulai diperkenalkan pada anak-anak dengan fitur-fitur dan tampilan yang menarik, fresh, menantang, dan membuat anak-anak menjadi kecanduan sehingga permainan

modern ini mampu mengubah pola pikir dan minat anak dalam memilih permainan. Akibatnya, permainan modern makin berkembang sementara permainan tradisional semakin ditinggalkan.

Di Kelurahan Batang Terab, permainan tradisional sudah dimainkan sejak dahulu dan masih dimainkan sampai sekarang meskipun intensitasnya sudah sangat jauh berkurang. Jenis permainan tradisional yang diketahui dan dimainkan oleh anak-anak masa kini juga sangat terbatas dan itupun mereka memainkannya hanya pada saat sedang musim. Misalnya, saat musim layangan maka anak-anak akan bermain layangan dan muncul penjual layang-layang dadakan.

Ada beberapa faktor tertentu yang sedikit banyak turut mempengaruhi bergesernya permainan tradisional anak di Kelurahan Batang Terab, salah satunya adalah keterbatasan lahan yang dapat dijadikan tempat bermain bagi anak-anak. Di Kelurahan Batang Terab hanya terdapat satu buah tanah lapang yang biasanya digunakan sebagai lapangan sepak bola. Untuk bermain, anak-anak biasanya memanfaatkan pekarangan rumah yang luasnya tidak seberapa. Berbeda dengan beberapa dekade yang lalu dimana anak-anak pada masa itu bebas bermain karena perumahan tidak sepadat sekarang. Berikut ini penuturan dari salah seorang informan yang bernama Ibu Mirza (47 tahun):

“Zaman waktu ibu kecil dulu dek, kami sering main sama temen-temen kadang sampai kekampung tetangga sana. Dulu dimana-mana masih banyak tanah kosong, belum banyak rumah kayak sekarang. Ibu dulu sering main lompat tali, masak-masakan, kadang-kadang main kelereng dan kuaci atau layangan kalau lagi musim dek. Kalau pulang ngaji kami sering main alip brondok. Pokoknya waktu itu rame lah anak-anak ngumpul untuk main, gak kayak sekarang. Sekarang aku liat anakku lebih sering ngajak kawannya maen ke warnet ”.

Berdasarkan hasil wawancara diatas, tergambar bahwa pada masa kecil Ibu Mirza masih banyak anak yang memainkan permainan tradisional dan mereka memainkannya hingga ke desa-desa tetangga. Saat itu mereka belum mengenal permainan modern seperti anak-anak pada masa sekarang.

Selain keterbatasan lahan, faktor yang mempengaruhi bergesernya permainan tradisional adalah karena saat ini telah banyak tersedia jenis permainan modern yang mengadaptasi permainan tradisional dalam prinsip-prinsip memainkannya. Misalnya permainan perang-perangan, jika dahulu anak-anak menciptakan senjata dengan kreasi sendiri, misalnya membuat pistol-pistolan dari kayu, maka saat ini mereka dapat memainkannya melalui internet (game online) seperti point blank atau bermain playstation, seperti yang diungkapkan oleh informan bernama Maja (12 tahun) berikut ini:

“Kami banyak yang bermain sepak bola dari pada permainan yang lain bang karena sejak kecil kami pun uda sering maen bola disini, tapi sekarang aku sebih sering maen PB (Point Blank) di warnet bang, soalnya lebih enak bang, bisa nembak-nembak kepala kawan aku…hahaha”.

Dari hasil wawancara diatas tergambar jelas bahwa anak-anak saat ini lebih menyukai permainan modern daripada permainan tradisional. Alasan yang mereka kemukakan adalah karena permainan modern lebih asyik, seru, menantang, dan mereka bisa tetap memainkannya disaat teman yang lain tidak bisa ikut bermain.