“PERGESERAN FUNGSI CAMAT PASCA PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA”
SKRIPSI
Oleh :
MOHAMMAD SHODIQ HUTONI
201210050311042
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
Nama : Mohammad Shodiq Hutoni
Tempat, Tanggal Lahir : Jombang, 19 Nopember 1994
NIM : 201210050311042
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa Karya Ilmiah/ Skripsi saya yang berjudul: Pergeseran Fungsi Camat
Pasca Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Adalah bukan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademik sebagaimana berlaku.
Malang, 7 Juli 2016
Yang Menyatakan,
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warohmatullahhiwabarokatuh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, hingga kepada ummatnya hingga akhir zaman, amin.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang. Judul yang penulis ajukan adalah “Pergeseran Fungsi
Camat Pasca Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa” studi
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Terimakasih untuk Kedua Orang Tuaku tercinta dan tersayang, Ayah Suhud dan
Ibu Sriyatin yang senantiasa mengiringi dengan do’a, kasih sayang, dorongan,
dukungan, nasihat, motivasi yang telah diberikan dan perhatian yang tidak pernah berhenti selama penulis mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini dan terlebih selama menuntut ilmu di Malang
2. Bapak Yana S. Hijri S.IP, M.IP selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan, saran, masukan dan pengarahan yang sangat berguna bagi penulis demi penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Gonda Yumitro S.IP, MA selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah
banyak memberikan bimbingan, saran serta masukan yang sangat berguna bagi penulis demi penyelesaian skripsi ini.
4. Seluruh Bapak Ibu Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat dan tak ternilai harganya.
5. Terimakasih untuk yang terkasih, tersayang dan yang tercinta, Hanifa Y. Lestari
yang telah memberikan semangat dan dukungan yang luar biasa bagi penulis dalam mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini, dukungan dan semangatmu melebihi semangat para syuhada di medan perang sayang :*
6. Terimakasih untuk teman-teman Genk Kapak 2012 (Herianto Nursasni, H
saya menjadi anggota divisi Intelejen Kapak 2012, semoga akan tetap membumi, membahana, meluar angkasa. Dan tak lupa seluruh teman-teman ilmu pemerintahan 2012 yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu.
7. Pihak yang terlibat dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini (Pak Camat
Diwek, Pak Kades JatiPelem, Pak Carik Pundong).
8. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari akan adanya kekurangan, maka masukan dan saran merupakan ide yang cukup membangun atas suatu kesempurnaan. Sebuah pengaharapan yang muncul, semoga tulisan sederhana ini bisa bermanfaat bagi penulis sendiri dan bermanfaat untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Amin.. Jazzakumulloh Khoiron Katsir...
Wassalamualaikum Warohmatullahhiwabarokatuh.
Malang, 7 Juli 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI………... ii
LEMBAR PENGESAHAN... iii
BERITA ACARA BIMBINGAN... iv
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR... xiii
LAMPIRAN... xiv
ABSTRAK... xiv
ABSTRACT... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………..………... 1
1.2Rumusan Masalah……… 9
1.3 Tujuan Penelitian………. 10
1.4Manfaat Penelitian………... 10
1.5Definisi Konseptual……….... 11
1.7 Metode Penelitian………... 15
1.7.1 Jenis Penelitian……….…………. 15
1.7.2 Lokasi Penelitian………….………...… 16
1.7.3 Subjek Penelitian…...……….... 16
1.7.4 Sumber Data………... 17
1.7.5 Teknik Pengumpulan Data………..…. 18
1.7.6 Analisis Data……….…. 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Desentralisasi……….………… 20
2.2Kebijakan Desentralisasi di Indonesia…….……….. 27
2.3 Konsep Pemerintahan Desa……… 32
2.3.1 Pemerintahan Desa..……….. 32
2.3.2 Otonomi Desa…….……….. 34
BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang 39 3.1.1 Kondisi Geografis……… 39
3.1.2 Kondisi Demografi….……….. 41
3.1.3 Kondisi Topografi………. 43
3.1.4 Struktur Organisasi Kecamatan Diwek………….…… 45
3.1.5 Sumber Daya Kecamatan……….………. 46
3.2.2 Kondisi Demografis………..…...……. 49
3.2.3 Kondisi Topografis………. 50
3.2.4 Kondisi Ekonomi, Sosial dan Politik…..……….. . 50
3.2.5 Kondisi Budaya………. 53
3.2.6 Struktur Organisasi Desa Pundong……… 54
3.3 Gambaran Umum Desa Jatipelem Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang 55 3.3.1 Kondisi Geografis……….. 55
3.3.2 Kondisi Demografis……… 56
3.3.3 Kondisi Topografis………. 57
3.3.4 Kondisi Ekonomi, Sosial dan Politik….……… 58
3.3.5 Kondisi Budaya……….. 59
3.3.6 Struktur Organisasi Desa Jatipelem……… 60
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pergeseran Fungsi Camat Pasca Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa……… 61
4.2 Implementasi Tugas Pokok dan Fungsi Camat terhadap Desa…. 87
4.3 Permasalahan Camat dalam Menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya 95
5.1Kesimpulan……… 99
5.2 Saran……….……… 103
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pembagian Desa, Dusun, RT dan RW... 39
Tabel 3.2 Penduduk Akhir Tahun Menurut Desa/Kelurahan 2010-2014... 42
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Laki-Laki Menurut Kelompok Umur 2011-2014.. 42
Tabel 3.4 Luas Tanah Menurut Penggunaan (Ha) Tahun 2014 ... 44
Tabel 3.5 Sumber Daya SKPD Berdasarkan Golongan... 46
Tabel 3.6 Sumber Daya SKPD Berdasarkan Jenjang Pendidikan Forma... 46
Tabel 3.7 Sarana dan Prasarana Beserta Kondisinya... 47
Tabel 3.8 Desa Pundong dengan Batas-Batas... 48
Tabel 3.9 Tingkat Usia... 49
Tabel 3.10 Bentang Lahan Desa Pundong... 50
Tabel 3.11 Tingkat Kesejahteraan... 51
Tabel 3.12 Tingkat Pemukiman... 51
Tabel 3.13 Desa Jatipelem dengan Batas-Batas... 55
Tabel 3.14 Bentang Lahan Desa Jatipelem... 57
Tabel 4.1 Pergeseran Fungsi Camat... 82
Tabel 4.2 Positif dan Negatif Posisi Camat Pasca Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa... 85
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Alur Pemikiran Pergeseran Fungsi Camat... 15
Bagan 3.1.4 Struktur Organisasi Kecamatan Diwek... 45
Bagan 3.2.6 Struktur Organisasi Desa Pundong... 54
Bagan 3.3.6 Struktur Organisasi Desa Jatipelem... 60
Bagan 4.1 Mekanisme Pengajuan Alokasi Dana Desa... 80
Bagan 4.2 Pergeseran Fungsi Camat Pasca Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014... 81
LAMPIRAN
- Peraturan Bupati Jombang Nomor 2 tahun 2014 tentang Pendelegasian Sebagian
Wewenang Bupati Kepada Camat
- Peraturan Bupati Jombang Nomor 17 tahun 2015 tentang Tata Cara Pengalokasian
dan Penyaluran Alokasi Dana Desa Kabupaten Jombang
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Bambang Yudhoyono. 2001. Otonomi Daerah: Desentralisasi dan Pengembangan
SDM Aparatur Pemda dan Anggota DPRD.Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.
Hal 22-23
Endang Poerwanti,1998, Dimensi-Dimensi Riset Ilmiah, Malang, UMM Press,
hal 27
H.A.W, Widjaja. 2003. Otonomi Desa: Merupakan Otonomi yang Asli, Bulatdan
Utuh. Jakarta. PT Raja Grafindon Persada. Hal 3
Josef Riwu Kaho. 1991. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik
Indonesia. Jakarta. Rajawali Press. Hal 75
Muhammad Faruk dan Djaati, 2005 Metode Penelitian Sosial. Jakarta; PTIK
Press & Restu Agung, hal 35
Muhammad Ryaas Rasyid. 1998. Kajian Awal Birokrasi Pemerintahan dan
Politik Orde Baru. Jakarta. Yarsif Watampone. Hal 10
Prasojo Eko et al. 2006. Desentralisasi & Pemerintahan Daerah: Antara Model
Demokrasi Lokal dan Efisiensi Struktural. Jakarta. Departemen Ilmu
Administrasi FISIP UI. Hal 23
Said, M.M.2008. Arah Baru Otonomi Daerah di Indonesia. Malang. UPT
Soehartono. Irawan. 2002, Metode Penelitian Sosial, Jakarta : Remaja
Rosdakarya
Yana S. Hijri. 2016. Politik Pemekaran di Indonesia. Malang. Umm Press.
Hal 37-38
Perundang-undangan :
Penjelasan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, Pemerintahan Daerah, Setneg,
Jakarta
Penjelasan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Pemerintahan Daerah,
Setneg, Jakarta
Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2008 tentang Kecamatan,
Setneg, Jakarta
Penjelasan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014, Desa, Setneg, Jakarta
Peraturan pemerintah republik indonesia nomer 19 tahun 2008 pasal 15
ayat (1) tentang tugas Camat dalam menyelenggarakan tugas umum
pemerintahan.
Internet :
Franco viagem 2011, from https://francoviagem.wordpress.com/2011/09/28/.
Neglasari, 2012, from,
http://neglasaritangerang.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-definisi-dan-arti-kecamatan.html di akses pada tanggal 11-11-2015, pukul 09.00
wib
Lbhsembilandelapan, 2015, from
http://lbhsembilandelapan.wordpress.com/2015/08/10/otonomi-
menurut-undang-undang-no-6-tahun-2014 tentang-desa/. Diakses pada
20-02-2016 jam 10:35
Peterahab, 2012, from http://www.kompasiana.com/peterahab/peran-
camat-dalam-penyelenggaraan-pembinaan-dan-pengawasan-pemerintah-
desa_550d4d3d8133111422b1e3b6/, di akses pada tanggal 12-11-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecamatan adalah sebuah pembagian wilayah administratif negara
Indonesia di bawah Kabupaten atau Kota. Sebuah kecamatan dipimpin oleh
seorang camat dan dipecah kepada beberapa kelurahan dan desa-desa. Di
Indonesia, sebuah kecamatan atau kabupaten adalah pembagian dari kabupaten
(kabupaten) atau kota (kota madya). Sebuah kabupaten itu sendiri dibagi menjadi
kelurahan atau desa administratif. Dalam Hal Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) Kabupaten yang mempunyai wilayah kerja tertentu dibawah pimpinan
Camat.1
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
menegaskan bahwa, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Disamping itu melalui otonomi luas,
daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan
prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta
1
potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.2
Implementasi kebijakan otonomi daerah tersebut mendorong terjadinya
perubahan secara struktural, fungsional dan kultural dalam keseluruhan tatanan
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Salah satu perubahan yang sangat esensial
adalah yang berkenaan dengan kedudukan, kewenangan, tugas dan fungsi Camat.
Camat juga berperan sebagai kepala wilayah (wilayah kerja, namun tidak
memiliki daerah dalam arti daerah kewenangan) ini salah satu fungsi Camat,
karena melaksanakan tugas umum pemerintahan di wilayah kecamatan,
khususnya tugas-tugas atributif dalam bidang koordinasi pemerintahan terhadap
seluruh instansi pemerintahan di wilayah kecamatan, dalam hal ini
mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat, penyelenggaraan
ketentraman dan ketertiban, penegakan peraturan perundang-undangan pembinaan
penyelenggaraan pemerintahan desa atau kelurahan, serta melaksanakan tugas
pemerintah lainnya yang belum dilaksanakan oleh pemerintahan desa atau
kelurahan dam instansi pemerintah lainya di wilayah kecamatan. Yang dimaksud
dengan mengkoordinasikan bertujuan untuk mendorong kelancaran berbagai
kegiatan ditingkat kecamatan dan penyelenggaraan tugas pemerintahan lainya
dikecamatan.
Camat sebagai perangkat daerah juga mempunyai kekhususan
dibandingkan dengan perangkat daerah lainya dalam pelaksanaan tugas pokok dan
fungsinya untuk mendukung pelaksanaan azaz desentralisasi. Kekhususan tersebut
yaitu adanya suatu kewajiban mengintegrasikan nilai-nilai sosio kultural,
2
menciptakan stabilitas dalam dinamika politik, ekonomi, dan budaya, mengupaya
terwujudnya ketentraman dan ketertiban wilayah sebagai perwujudan
kesejahteraan rakyat serta masyarakat dalam rangka membangun integritas
kesatuan wilayah. Dalam hal ini, fungsi utama Camat selain memberikan
pelayanan kepada masyarakat, juga melakukan tugas-tugas pembinaan wilayah.
Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, Kecamatan tidak lagi merupakan satuan wilayah kekuasaan
pemerintahan, melainkan sebagai perangkat daerah. Status kecamatan kini
merupakan perangkat daerah kabupaten/kota yang setara dengan dinas dan
lembaga teknis daerah bahkan kelurahan, hal ini dinyatakan dengan jelas dalam
Pasal 120 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yakni, “Perangkat daerah
kabupaten/kota terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah,
lembaga teknis daerah, kecamatan dan kelurahan”.3
Sejalan dengan itu, Camat tidak lagi ditempatkan sebagai Kepala Wilayah
dan Wakil Pemerintah Pusat, melainkan sebagai perangkat daerah. Seperti yang
dikatakan oleh Prof. Koeswara Kertapradja, Camat tidak lagi berkedudukan
sebagai kepala wilayah kecamatan dan sebagai alat pemerintah pusat dalam
menjalankan tugas-tugas dekonsentrasi, namun telah beralih menjadi perangkat
daerah yang hanya memiliki sebagian kewenangan otonomi daerah dan
penyelengaraan tugas-tugas umum pemerintahan dalam wilayah kecamatan.4
3
Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2008 tentang Kecamatan, Setneg, Jakarta
4
Peterahab, 2012, from
Sedangkan didalam pasal 126 ayat (3) huruf a undang-undang Nomor 32
Tahun 2004, Camat memiliki kewenangan untuk membina, mengkoordinasikan
kegiatan pemberdayaan masyarakat. yang dimaksud membina dalam ketentuan
ini adalah bentuk fasilitasi pembuatan program kerja pemberdayaan dan fasilitas
masyarakat untuk meningkatkan kinerja masyarakat. Pemerintah kecamatan
merupakan tingkat pemerintahan yang mempunyai peranan penting dalam
pelaksanaan pelayanan terhadap masyarakat di kecamatan, hal ini yang kemudian
menjadikan Camat sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan tugas-tugas umum
pemerintahan serta sebagian urusan otonomi yang dilimpahkan oleh Bupati/
Walikota untuk dilaksanakan dalam wilayah kecamatan. Namun, tugas tersebut
tidak dengan serta merta memposisikan Camat sebagai kepala wilayah seperti
pada waktu lalu.5
Camat mempunyai kedudukan, tugas, fungsi, dan wewenang dibawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui sekretariat daerah,
tugas-tugas umum pemerintah yang diselenggarakan oleh Camat meliputi beberapa hal
menurut PP No 19 Tahun 2008 pasal 15 ayat (1) yang berbunyi camat
menyelenggarakan tugas umum pemerintahan yang diantaranya adalah
mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat, mengkoordinasikan
upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum, mengkoordinasikan
penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan, mengkoordinasikan
pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum, mengoordinasikan
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan, membina
penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan, melaksanakan pelayanan
5
masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat
dilaksanakan pemerint ahan desa atau kelurahan. Fungsi Camat dalam
menjalankan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh bupati seperti
urusan otonomi daerah, yang meliputi pelaksanan dan pengoordinasian Bidang
Pemerintahan, Ketentraman dan Ketertiban umum, Pemberdayaan Masyarakat
serta Kesejahteraan Sosial, fungsi camat dalam melaksanakan tugasnya. 6
Berdasarkan pada Pasal 126 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004, maka tugas utama Camat adalah menyelenggarakan pemerintahan umum
berdasarkan kewenangan menangani sebagian urusan pemerintahan yang
dilimpahkan kepadanya oleh Bupati/Walikota dan ditambah dengan tugas umum
pemerintahan yang telah diuraikan dalam Pasal 126 ayat (3) Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004. Artinya, tugas pokok Camat tetap melaksanakan
kewenangan yang dilimpahkan oleh Bupati/Walikota dan disertai dengan tugas
umum pemerintahan. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 ini, fungsi pokok
yang diemban Kecamatan sebagai unit administrasi, diarahkan untuk
melaksanakan pelimpahan tugas dan wewenang dari Pemerintah Kabupaten/Kota
yang terkait dengan otonomi daerah. Selain itu, melalui Camat, Kecamatan juga
dilekati dengan sejumlah fungsi umum penyelenggaraan pemerintahan seperti
koordinasi, pembinaan dan pelaksanaan pelayanan masyarakat. Secara yuridis
formal, fungsi ini tertuang di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004,
pasal 126, ayat (2) dan ayat (3). Mengenai penugasan yang terkait dengan
otonomi daerah, ayat (2) dari regulasi ini menyebutkan bahwa “Kecamatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh camat yang dalam
6
pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang Bupati atau
Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah”.
Camat mendapatkan 2 jenis kewenangan sekaligus dalam UU No. 32
Tahun 2004, yaitu bersifat atributif dan delegatif. Kewenangan atributif camat
dijelaskan pada pasal 126 ayat (3), yaitu untuk melaksanakan beberapa tugas
umum pemerintahan. Mandat delegatif dijelaskan pada ayat (2) pasal tersebut,
yakni wewenang delegatif yang diberikan oleh kepala daerah yang bersangkutan.
Selanjutnya, pada ayat (4) disebutkan bahwa camat diangkat oleh Kepala Daerah
dari Pegawai Negeri Sipil yang menguasai urusan teknis pemerintahan, atas usul
Sekretaris Daerah. Ayat (5) menerangkan pertanggung jawaban camat adalah
kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.
Dalam Undang-Undang terbaru No.23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, pengganti dari Undang-Undang No.32 tahun 2004, Camat memiliki tugas
dalam membina dan mengawasi penyelenggaraan kegiatan Desa/Kelurahan (Pasal
225 huruf [g]), yang dimaksud membina dan mengawasi adalah bentuk fasilitasi
yang diberikan kepada desa terkait dengan administrasi, selain itu karena desa
dalam menyelenggarakan pemerintahan diberikan dana oleh pemerintah daerah
sehingga camat diberi kewenangan dalam membina dan mengawasi dalam
kegiatan yang dilakukan oleh desa.7
Sebagaimana diketahui, dengan titik berat otonomi daerah yang diletakkan
pada pemerintah kabupaten pada saat ini, sentralisasi telah berpindah tempat. Titik
tolak yang semula berada pada pemerintah pusat dan sekarang berada pada tingkat
7
kabupaten/kota, dengan sentrum berada di tangan kepala daerah dan lembaga
perwakilan daerah. Artinya semua pengaturan dan pengurusan pembangunan,
pembinaan sosio-kemasyarakatan dan pemerintahan secara umum tersentralisasi
di pemerintah daerah.
Secara faktual, UU No. 32 Tahun 2004 hanya memberikan kewenangan
yang sempit dan terbatas bagi camat untuk berperan maksimal bagi
masyarakatnya. Kewenangan-kewenangan itu hanya berkisar pada fungsi-fungsi
pelayanan yang marjinal dan secara politik lokal amat sangat tidak prestisius,
kewenangan camat pada saat ini hanyalah sebatas membuat rekomendasi
kependudukan ke kabupaten/kota, pembuatan KTP (beberapa daerah sudah
diambil oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil), serta surat cuti dan
distribusi gaji bagi pegawai kecamatan.8
Sebelum disahkannya Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa,
Desa dibawah Pemerintahan daerah, secara hirarkis kepemerintahannya, Desa
dibawah kecamatan. Akan tetapi setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 6
tentang Desa tersebut maka ada pergeseran dan perubahan dalam fungsi
pemerintahan salah satunya kecamatan. Desa tidak lagi menjadi bagian dari
Pemerintahan daerah, Desa adalah kesatuan wilayah yang berdiri sendiri yang
otonom, sehingga ketika camat ingin melakukan sesuatu hal terkait urusan dengan
desa maka harus ada peraturan yang mengatur sendiri seperti peraturan daerah
maupun peraturan bupati/walikota.
8
Pasca disahkannya Undang-Undang tentang Desa, maka secara yuridis
Desa keluar dari rezim pemerintahan daerah, dan secara tidak langsung Camat
yang merupakan bagian dari pemerintahan Daerah, jadi posisi desa tidak lagi
dibawah kecamatan, karena desa adalah kesatuan hukum otonom, yang diberi
dana dari pusat melalui Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri
penyelenggaraan pemerintahan diwilayahnya (Desa). Undang-Undang Nomor 6
tahun 2014 merupakan Undang-Undang yang mengatur tentang Desa, didalamnya
tidak mengatur tentang Camat. Dalam pasal 5 Undang-Undang Nomor 6 tahun
2014, “Desa berkedudukan di wilayah Kabupaten/Kota”, secara hirarkis Desa
berada dibawah Bupati/Walikota. Kewenangan desa juga dijelaskan dalam pasal
18 bahwa “kewenangan desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan
pemerintahan desa, pelakanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan
desa, dan pemberdayaan masyarakat desa, berdasar prakarsa masyarakat,hak asal
usul dan adat istiadat desa”. Dalam hal penugasan dari pemerintah daerah kepada desa juga dijelaskan dalam pasal 22 bahwa “penugasan dari pemerintah dan atau
pemerintah daerah kepada desa meliputi penyelenggaraaan pemerintahan desa,
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan
pemberdayaan masyarakat desa.”
Adanya undang-undang desa selain sebagai payung hukum terhadap
pelaksanaan pemerintahan desa juga menguatkan otonomi desa. Otonomi desa
merupakan otonomi yang asli, bulat dan utuh serta bukan pemberian dari
pemerintah. Selanjutnya pemerintah berkewajiban menghormati otonomi asli
Dengan lahirnya undang-undang desa tersebut akan merubah fungsi-fungsi
pemerintahan terutama terkait dengan tugas pokok dan fungsi kecamatan. Dalam
pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya terhadap desa,camat harus berpedoman
terhadap peraturan baik undang-undang maupun Peraturan daerah atau Peraturan
bupati, sehingga dengan adanya peraturan tersebut akan terstruktur terkait dengan
bagaimana tugas pokok dan fungsi camat. Jadi dengan adanya pergeseran fungsi
Camat tersebut, penulis ingin melihat transisi tugas pokok dan fungsi Camat dari
Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2008 tentang Kecamatan ke Undang-Undang No 6
tahun 2014 tentang Desa.
Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Pergeseran Fungsi Camat dari Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2008 tentang
Kecamatan ke Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa di wilayah
Kecamatan Diwek dengan berbagai masalah tersebut. Dari latar belakang tersebut
peneliti memberikan judul : “ Pergeseran Fungsi Camat Pasca Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa” (Studi di Kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pergeseran Fungsi Camat Pasca Pelaksanaan
2. Apa saja permasalahan yang dihadapi dalam pergeseran fungsi
camat pasca dilaksanakannya UU No 6 Tahun 2014 Tentang
Desa?
1.3Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pergeseran fungsi Camat Pasca Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
b. Untuk mengetahui permasalahan apa yang dihadapi dalam
pergeseran fungsi camat pasca dilaksanakanya Undang-Undang
Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.
1.4Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan dapat memberikan suatu kontribusi
kepada masyarakat maupun manfaat-manfaat secara akademis.
Adapun penelitian ini diharapkan bermanfaat, antara lain :
1.4.1 Manfaat Teoritis
(a) Untuk mengembangkan kajian terkait ilmu pemerintahan
terutama dalam bidang sistem pemerintahan di Indonesia dan
Pemerintahan di Daerah.
(b) Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dan bisa menjadi bacaan atau bahan pertimbangan lain bagi
penelitian yang serupa.
(a) Bagi pemerintah daerah, diharapkan dapat memberi
pemantauan yang lebih terhadap tugas pokok dan fungsi
camat,sehingga dapat memberi masukan terhadap camat dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
(b) Bagi masyarakat, diharapkan dapat memberi pengetahuan
tentang tugas pokok dan fungsi camat setelah disahkannya
Undang-Undang Desa
(c) Bagi peneliti sendiri, penelitian ini diharapkan memberi
wawasan baru mengenai tugas pokok dan fungsi Camat serta
sebagai sarana menerapkan disiplin ilmu yang telah dipelajari.
(d) Sebagai bahan evaluasi maupun diharapkan menjadi masukan
bagi pemerintah setempat yang terkait khususnya Camat dan
umumnya kepada masyarakat dilingkungan wilayah kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang.
1.5 Definisi Konseptual
Konsep merupakan suatu batasan umum yang dipakai dan berguna
dalam upaya memberikan kejelasan bagi arah dari suatu penelitian, dalam
hal ini peneliti menjelaskan tentang pergeseran fungsi camat. Tugas Pokok
dan fungsi camat adalah suatu kewenangan yang dimiliki camat baik
dalam menjalankan sebagian wewenangnya yang diberikan oleh
Bupati/Walikota maupun tugas umum pemerintahan lainnya.
Kewenangan merupakan suatu pemberian tugas yang diberikan oleh
penelitian ini menggunakan konsep Otonomi Daerah dan pemerintahan
Desa.
Rondinelli dan Chemma mendefinisikan otonomi daerah sebagai
proses pelimpahan wewenang perencanaan, pengambilan keputusan atau
pemerintahan dari pemerintah pusat kepada organisasi unit-unit pelaksana
daerah, kepada organisasi semi otonom atau pun kepada pemerintah
daerah atau organisasi non pemerintah.9 Pemerintahan desa, menurut
Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa, Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Mengacu pada konsep otonomi daerah dan pemerintahan desa diatas,
merupakan suatu kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah dalam hal
ini kepala daerah dalam memberikan sebagian wewenangnya kepada
camat untuk menjalankan penyelenggaraan pemerintahan di wilayah
kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. Namun ketika Undang–Undang
desa disahkan, ada perubahan terkait dengan fungsi-fungsi pemerintahan
termasuk camat, karena camat bagian dari struktur pemerintahan daerah .
Sehingga dalam penelitian ini, pergeseran yang dimaksud adalah
9
pergeseran fungsi Camat pasca dilaksanakannya Undang-Undang No.6
tahun 2014.
1.6 Definisi Operasional
Definisi Operasional merupakan uraian konsep yang sudah
dirumuskan dalam bentuk indicator untuk mempermudah operasionalisasi
dari suatu penelitian. Secara tidak langsung definisi operasional akan
menunjuk alat pengambil data yang cocok digunakan atau mengacu pada
bagaimana mengukur suatu variable. Selanjutnya , variable atau indicator
tersebut nantinya akan memberikan arti serta memberikan operasionalisasi
pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam mengukur variable tersebut.
Dengan demikian berikut akan dipaparkan variable terkait dalam
penelitian ini,yakni :
1.6.1. Tugas Pokok dan Fungsi Camat Pasca Pelaksanaan UU Nomor
6 Tahun 2014 tentang Desa
Tugas Pokok dan fungsi merupakan bagian dari penyelenggaraan
pemerintahan di wilayah Kecamatan Diwek berdasarkan kewenangan
menangani sebagian urusan pemerintahan yang dilimpahkan Bupati
kepada Camat. Tugas Pokok dan fungsi Camat berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan sebagai berikut:
1. mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
2. mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman
3. mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan
perundang-undangan.
4. mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas
pelayanan umum.
5. mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan
di tingkat kecamatan.
6. membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau
kelurahan.
7. melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang
lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan
pemerint ahan desa atau kelurahan.
a) Implementasi terhadap Desa.
1. Pelaksanaan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya
terhadap Desa sesuai UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa
2. Relasi Camat terhadap Desa dan Kepala Desa.
b) Permasalahan Camat dalam menjalankan Tugas Pokok dan
Fungsinya.
1. Perlu adanya Peraturan Bupati (PerBup).
2. Perlu adanya Peraturan Daerah (PerDa).
Kerangka Berpikir:
Kerangka berpikir dalam penelitian ini menggambarkan tentang
pergeseran fungsi camat yang merupakan alur dari pelaksanaan
Undang-Undang tentang Desa. Maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat
Bagan 1.1 Alur Pemikiran Pergeseran Fungsi Camat.
Variabel operasional tersebut diatas dapat dijadikan tolak ukur
terkait Tugas,Pokok dan Fungsi Camat di Kecamatan Diwek Kabupaten
Jombang. Berjalan dengan baiknya suatu fungsi seorang Camat dapat
dilihat dari sejauh mana mematuhi aturan yang sudah ada yang dalam hal
ini adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan
peraturan -peraturan daerah maupun bupati lainya.
1.7 Metode Penelitian
1.7.1 Jenis penelitian
Kewenangan Atributif
Kewenangan Delegatif
Tugas Umum Pemerintahan Sebagian kewenangan yang dilimpahkan
Bupati kepada Camat
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Ada pergeseran terkait fungsi Camat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2008
tentang Kecamatan
Undang-Undang No 32 thn 2004 ttg Pemerintahan
Daerah
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif yang
bertujuan untuk menggambarkan serta menuturkan data, situasi maupun
fenomena-fenomena social yang terjadi. Menurut Sanapiah Faisal,
penelitian deskriptif disebut juga penelitian taksomonik yang dimaksudkan
untuk mengeksplorasikan dan mengklarifikasi suatu fenomena atau
kenyataan social, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variable yang
berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. 10 Jadi dalam penelitian
ini penulis ingin menggambarkan Tugas,Pokok dan Fungsi Camat Pasca
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa di
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.
1.7.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di :
a) Kantor Kecamatan Diwek
b) Kantor Kepala Desa Pundong dan Jati Pelem
Pemilihan lokasi sengaja dilakukan oleh penulis karena perlunya
mengetahui Fungsi Camat Pasca Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa,hal inilah yang menarik penulis untuk melakukan
penelitian dilokasi tersebut. Selain itu lokasi penelitian mempunyai
relevansi terhadap penelitan ini, mengingat adanya hubungan antara
yang diteliti dengan permasalahan yang ada.
1.7.3. Subjek Penelitian
10
Pada penelitian ini,subyek yang diteliti atau koresponden dalam
mendapatkan informasi ialah aparatur yang ada di Kecamatan Diwek
dan juga Kepala Desa di Kabupaten Jombang. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling dikarenakan peneliti
langsung menentukan sampel dengan pertimbangan khusus.11 Peneliti
secara sengaja langsung menentukan sampel yang ingin diambil dan
memiliki kesesuaian dengan penelitian yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi yang tepat sehingga dengan pertimbangan
tersebutlah peneliti memilih beberapa aparatur yang ada di Kecamatan
Diwek dan juga Kepala Desa di Kabupaten Jombang. Beberapa subjek
yang dteliti terkait Pergeseran Fungsi Camat pasca pelaksanaan UU
Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa adalah sebagai berikut :
a) Camat Kecamatan Diwek
b) Kepala Desa Pundong
c) Kepala Desa Jatipelem
1.7.4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari sumber data
primer dan sekunder yang dimana sumber data primer ialah sumber data
yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumber datanya yakni pada
aparatur di Kecamatan Diwek dan Kepala Desa di Kabupaten Jombang.
Beberapa selanjutnya sumber data sekunder ialah sumber data yang
didapatkan peneliti yang diperoleh dari literature yang dipelajari maupun
11
dokumen-dokumen lain yang didapatkan dari internet maupun dari lokasi
penelitian terkait.
1.7.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ditujukan dan
berkaitan dengan ketepatan serta cara-cara dalam pengumpulan data.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Peneliti memakai teknik wawancara terarah (guided interview)
dengan harapan agar pengumpulan data lebih terarah sesuai dengan
penelitian yang dilakukan. Guided Interview atau wawancara terarah
dilakukan dengan tanya jawab secara langsung terkait pokok permasalahan
objek dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun sebelumnya.
Sedangkan teknik observasi dilakukan untuk mengamati fakta-fakta yang
terjadi dilapangan lalu melakukan pencatatan mengenai fakta yang
ditemukan tersebut.
Pada teknik dokumentasi, peneliti mengumpulkan data-data
tertulis. Seperti halnya catatan, arsip-arsip atau dokumen dan bahan-bahan
yang berkaitan dengan objek penelitian. Dengan melakukan segala
rangkaian metode tersebut peneliti dapat mendapatkan data-data yang
lebih valid dan mendapatkan gambaran jelas terkait Pergeseran fungsi
Camat pasca pelaksanaan UU Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa di
Kecamatan Diwek.
Selanjutnya akan dijelaskan teknik analisa data yang akan
digunakan peneliti dalam penelitian ini. Teknik analisa data yang
digunakan peneliti pada penelitian adalah teknik analisa data secara
kualitatif, yaitu dengan cara mengumpulkan berbagai sumber informasi
dan data yang kemudian digeneralisasikan yakni dengan reduksi data,
display data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi data.
Reduksi merupakan proses pengumpulan data penelitian, yakni
dimana dalam penelitian ini peneliti mengelompokkan dan atau
menggolongkan data yang diperoleh melalui teknik wawancara, observasi
maupun dokumentasi kepada subyek penelitian yang memiliki relevansi
dengan rumusan masalah atau data yang diinginkan yang terkait dengan
judul penelitian. Tahap selanjutnya adalah penyajian data atau display
data, yang dimana dalam hal ini merupakan langkah kedua setelah reduksi
data yang dilakukan peneliti. Dalam penyajian data ini, data yang
diperoleh akan diorganisir agar dapat memberikan deskripsi ke arah
pengambilan kesimpulan. Tahap terakhir adalah kesimpulan dan verifikasi
data yang dalam hal ini peneliti menarik kesimpulan dari hasil penelitian
yang diperoleh untuk menjawab rumusan masalah. Penarikan kesimpulan
ini bermaksud pula untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang
ada sehinga nantinya dapat ditemukan permasalahan apa yang ada dalam
penelitian yang dilakukan dan dipertimbangkan lagi kepada berbagai pihak