• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Suplementasi Multi Vitamin Mineral Terhadap Imunitas Humoral, Seluler, dan Status Zat Gizi Antioksidan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Suplementasi Multi Vitamin Mineral Terhadap Imunitas Humoral, Seluler, dan Status Zat Gizi Antioksidan"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

FITRAH ERNAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Pengaruh Suplementasi Multi Vitamin-Mineral terhadap Imunitas Humoral, Seluler dan Status Zat Gizi Antioksidanadalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Juli 2009

Fitrah Ernawati

(3)

ABSTRACT

FITRAH ERNAWATI. The Effects of Multi Vitamin-Mineral Supplementation on Humoral, Cellular Immunity and Dietary Antioxidant Status. Under the direction of RIMBAWAN, HADI RIYADI, MUHILAL, I WAYAN T. WIBAWAN

Multi vitamin-mineral play essential roles in the human body, including immune function and as antioxidants. When supply of these micronutrients cannot be fulfilled from daily meal intake, multivitamin-mineral supplements can be taken to fulfill the body’s requirements. In this research, the effects of multivitamin-mineral supplementation on humoral and cellular immunity and dietary antioxidant status were assessed in healthy female workers. The design of the research was a double blind-randomized controlled trial, Split-plot. It involved 300 female subjects aged 20-45 years who worked at PT Ricky Putra Globalindo Tbk, Citereup, Bogor. Each of them randomly received one of the six treatments: Placebo, Placebo + Tetanus-toxoid (TT), Vitamin C, Vitamin C + TT, Multi vitamin-mineral (MVM), MVM +TT. The immune parameters used were: WBC, monocyte, neutrofil, Natural Killer (NK) cell, total lymphocyte count, IgG titer, CD4+ and CD8+ count. The content of the vitamin C supplement was vitamin C 1000 mg, while multi vitamin-mineral supplement contained 1000 mg vitamin C; 45 mg vitamin E; 700 μg vitamin A; 6,5 mg vitamin B6; 400 μg folic acid; 9,6 μg

vitamin B12; 10 μg vitamin D; 10 mg Zn; 110 μg Se; 0,9 mg Cu; dan 5 mg Fe.

These parameters were measured at baseline levels before treatment and on the 6th and 10th week after treatment. TT vaccination was carried out at the end of the 6th week, after the second blood collection. ANOVA test was done on the baseline data, intermediate data (6th week), and end data (10th week). Further test with LSD was carried out to determine the factors that affected the outcome of the treatments. MVM supplementation for 10 weeks affected the non-specific cellular immune function through the improvements in NK cell count. MVM improved some dietary antioxidant status and Superoxide Dismutase (SOD) status except for vitamin C status, which is improved by the vitamin C supplementation. Results of this study showed a relationship between NK cell and CD4+ (r2 = 0,102, p = 0.000) and CD8+ (r2 = 0,023 , p = 0.024). In improving immune function, the effect of MVM supplementation is stronger than Vitamin C supplementaton alone, and MVM supplementation showed more effect in improving dietary antioxidant status.

Key word : multi vitamin-mineral supplementation, NK cell, CD8+ and

(4)

RINGKASAN

FITRAH ERNAWATI. Pengaruh Suplementasi Multi Vitamin-Mineral Terhadap Imunitas Humoral, Seluler Dan Status Zat Gizi Antioksidan. Dibimbing oleh RIMBAWAN, HADI RIYADI, MUHILAL, I WAYAN T.WIBAWAN.

Zat gizi mikro, baik vitamin maupun mineral mempunyai peranan yang sangat penting di dalam tubuh. Vitamin adalah zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Mineral mikro terdapat dalam jumlah sangat kecil di dalam tubuh, namun mempunyai peranan penting untuk kehidupan dan kesehatan. Salah satu peranan penting vitamin dan mineral adalah sebagai zat gizi antioksidan yang berkaitan erat dengan fungsi imunitas.

Beberapa zat gizi yang berfungsi sebagai antioksidan antara lain vitamin C, vitamin E, beta caroten, selenium dan zinc. Salah satu peranan vitamin C sebagai antioksidan mampu mereduksi radikal superoksida, hidroksil dan oksigen reaktif yang berasal dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh. Salah satu peran vitamin E ( alfa-tokoferol) yakni mampu mempertahankan integritas membran sel termasuk sel-sel imun. Beta karoten sebagai prekursor vitamin A mempunyai peranan dalam mempertahankan integritas membran sel dan mencegah serangan oksidasi melalui kemampuan beta karoten sebagai penangkal oksigen singlet. Sedangkan mineral selenium berperan sebagai antioksidan terkait dengan peranan glutation peroksidase (GSH-Px). Demikian pula mineral zinc merupakan salah satu mineral yang diperlukan oleh Superoksida dismutase ( SOD) untuk dapat bekerja dengan optimal. SOD merupakan enzim antioksidan yang aktivitasnya sangat tergantung pada beberapa zat gizi antioksidan dan sebagai antioksidan primer dengan mengubah radikal superoksida menjadi hidrogen peroksida yang kurang reaktif.

Sumber vitamin mineral banyak dijumpai dalam makanan terutama buah-buahan dan sayuran. Konsumsi makanan yang beragam dan seimbang merupakan salah satu cara untuk dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral. Disisi lain saat ini penggunaan suplemen semakin meningkat. International Market Research (IMR) melaporkan bahwa penjualan suplemen di Indonesia meningkat dari sekitar $ 100 juta (Rp 1 trilyun) pada tahun 2001 menjadi $110 juta (Rp 1.2 trilyun) pada tahun 2002. Disusul laporan Hardinsyah (2007) bahwa total belanja suplemen di Indonesia mencapai Rp 1.33 trilyun/tahun. Akan tetapi dalam International Conference on Nutrition Tahun 1992, FAO/WHO menyatakan bahwa suplementasi zat gizi lebih diprioritaskan untuk kelompok rawan (vulnerable group) yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya akan zat gizi melalui makanan.

Wanita usia subur (WUS) merupakan salah satu kelompok rentan yang perlu mendapat perhatian karena rentan terhadap masalah gizi disebabkan peran fisiologisnya seperti melahirkan dan menstruasi. Wanita usia subur khususnya yang bekerja (wanita pekerja) mempunyai beban ganda disamping peran fisiologis juga sebagai pekerja terutama pekerja massal dan berada di dalam ruang terbatas serta kebanyakan bekerja dengan posisi berdiri berisiko terpapar stres okdidatif.

(5)

vitamin C, vitamin E, Zn, Se) dan SOD; (3) menganalisis pengaruh suplementasi MVM dan vitamin C dengan stimulasi vaksinasi tetanus toxoid (TT) terhadap respon imunitas humoral, selular dan kadar zat gizi antioksidan serta status superoxide dismutase (SOD).

Desain penelitian ini adalah eksperimental murni teracak buta ganda (double blind randomized controlled trial) dan telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Badan Litbang Kesehatan Nomor LB.03.04/KE/4294/2007. Penelitian lapang dilaksanakan selama empat bulan, yakni Februari hingga Mei 2008. Penelitian dilakukan di Pabrik Garmen PT Ricky Putra Globalindo Tbk., Citeureup, Kabupaten Bogor. Analisis serum darah dilaksanakan di Puslitbang Gizi dan Makanan Depkes Bogor, Laboratorium Makmal Terpadu Universitas Indonesia (UI) dan Laboratorium Biokimia serta Molekuler UI. Jumlah wanita pekerja yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 300 orang yang selanjutnya diacak untuk mendapatkan salah satu dari enam perlakuan (plasebo, plasebo+ TT, vitamin C, vitamin C + TT dan multi vitamin-mineral (MVM) serta MVM +TT sehingga tiap perlakuan terdiri dari 50 orang. Suplemen diberikan setiap hari selama 10 minggu kepada wanita pekerja oleh petugas dan perawat di klinik perusahaan. Suplemen yang diberikan berbentuk tablet dan diminum langsung oleh wanita pekerja di depan petugas. Kandungan vitamin C dalam suplemen vitamin C (tunggal) adalah 1000 mg; sedangkan formula suplemen MVM terdiri dari 1000 mg vitamin C; 45 mg vitamin E; 700 μg vitamin A; 6,5 mg vitamin B6; 400 μg asam folat; 9,6 μg

vitamin B12; 10 μg vitamin D; 10 mg Zn; 110 μg Se; 0,9 mg Cu; dan 5 mg Fe.

Suplemen yang diberikan ini diproduksi oleh perusahaan farmasi yang sama. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa data sosio demografi, konsumsi, status gizi, status kesehatan, dan biokimia darah. Data sosio demografi dikumpulkan sebelum penelitian melalui wawancara. Data status gizi meliputi berat dan tinggi badan dikumpulkan sebelum dan sesudah penelitian. Data status kesehatan dikumpulkan sebelum dan sesudah penelitian melalui pengukuran tekanan darah dan pencatatan keluhan sakit. Data biokimia darah dikumpulkan pada saat sebelum penelitian ( darah satu), pada enam minggu suplementasi (darah 2) dan sesudah penelitian (darah 3) meliputi kadar vitamin A, vitamin E, vitamin C, kadar superoksida dismutase, kadar selenium, kadar zinc, Titer IgG, jumlah CD4+, jumlah CD8+ dan jumlah sel NK. Data yang diperoleh diuji dengan analisis varian (analysis of variance/Anova) dan analisis lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

Hasil uji statistik, menunjukkan bahwa variabel latar belakang sampel sebelum penelitian yang meliputi status gizi berdasarkan indeks Massa Tubuh (IMT), jumlah anggota keluarga, pendidikan sampel, usia sampel dan kadar IgG, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p>0,05) pada semua perlakuan.

(6)

imunomodulator yang dapat berfungsi sebagai imuno stimulator maupun sebagai imuno supressor seperti temuan penelitian ini dimana MVM menurunkan sel NK.

Sesudah suplementasi kadar vitamin E sampel mengalami perubahan yang signifikan antara keenam perlakuan (p<0.05), yaitu sampel yang mendapat perlakuan plasebo 9.5±2.3µmol/L, plasebo+TT 9.1 ± 1.9 µmol/L, vitamin C 9.2 ± 2.6 µmol/L, vitamin C+TT 9.9 ± 1.9 µmol/L, MVM 13.5 ± 4.2 µmol/L, MVM+TT 13.6 ± 3.1 µmol/L. Hasil uji Anova dan uji lanjut dengan BNT menunjukkan bahwa suplementasi MVM berpengaruh nyata terhadap kenaikan kadar vitamin E.

Sesudah suplementasi kadar vitamin C sampel mengalami kenaikan yang cukup signifikan (p<0.05), yaitu sampel yang mendapat perlakuan plasebo 9.79 ± 2.2 µmol/L, plasebo+TT 10.44 ± 3.0 µmol/l, vitamin C 15.13 ± 3.1µmol/l, vitamin C+TT 15.04 ± 5.6 µmol/l, MVM 11.41 ± 3.7 µmol/l, MVM+ TT 10.85 ± 3.0 µmol/l. Hasil uji Anova dan BNT menunjukkan bahwa suplementasi vitamin C mempengaruhi kenaikan kadar vitamin C sampel yang mendapat suplemen vitamin C 1000 mg.

Sesudah suplementasi kadar selenium sampel berbeda signifikan antara keenam perlakuan (p<0.05), yaitu sampel yang mendapat perlakuan plasebo 0.57 ±0.17µmol/l, plasebo+TT 0.62±0.18 µmol/l, vitamin C 0.59±0.33 µmol/l, vitamin C+TT 0.67± 0.23 µmol/l, MVM 0.68 ±0.15 µmol/l, MVM+TT 0.84 ± 0.30 µmol/l. Hasil uji Anova dan uji lanjut BNT menunjukkan bahwa suplementasi MVM berpengaruh signifikan terhadap perubahan kadar selenium.

Sesudah suplementasi kadar zinc sampel mengalami perubahan signifikan (p<0.05), yaitu sampel yang mendapat perlakuan plasebo meningkat 7.5 µg/dl, plasebo+TT meningkat 3.4 µg/dl, vitamin C meningkat 0.8 µg/dl, vitamin C+TT meningkat 4.0 µg/dl, MVM meningkat 10.7 µg/dl, MVM+ TT meningkat 7.1 µg/dl. Hasil uji Anova dan uji lanjut dengan BNT menunjukkan bahwa suplementasi MVM berpengaruh signifikan terhadap perubahan kadar zinc.

Sesudah suplementasi terjadi perubahan kadar superoksida dismutase (SOD) yang signifikan antara keenam perlakuan (p<0.05), yaitu sampel yang mendapat perlakuan plasebo menurun 2.7unit/g Hb, plasebo+TT meningkat 22.2 unit/g Hb, vitamin C meningkat 23.9 unit/g Hb, vitamin C+TT meningkat 101.1 unit/g Hb, MVM meningkat 487.1 unit/g Hb, MVM+ TT meningkat 189.7 unit/g Hb. Hasil uji Anova dan uji lanjut dengan BNT menunjukkan bahwa suplementasi MVM mempengaruhi kenaikan kadar SOD.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa sel NK mempengaruhi secara nyata jumlah CD4+ (r2 = 0,102 , p = 0.000), dan juga mempengaruhi CD8+ (r2 = 0,023 , p = 0.024). Multi vitamin-mineral memperbaiki status antioksidan primer superoksida dismutase (SOD). Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: (1) suplementasi multi vitamin-mineral (MVM) memperbaiki imunitas non-spesifik dengan membaiknya jumlah sel NK (2) Suplementasi MVM memperbaiki status vitamin A, vitamin E, selenium, sedangkan suplementasi vitamin C hanya memperbaiki status vitamin C saja. (3) Suplementasi MVM memperbaiki status superoksida dismutase (SOD) sebagai antioksidan primer. .

(7)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2009

Hak cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(8)

PENGARUH SUPLEMENTASI MULTI VITAMIN-MINERAL

TERHADAP IMUNITAS HUMORAL, SELULER,

DAN STATUS ZAT GIZI ANTIOKSIDAN

FITRAH ERNAWATI

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Judul Disertasi : Pengaruh Suplementasi Multi Vitamin-Mineral Terhadap Imunitas Humoral, Seluler, dan Status Zat Gizi Antioksidan Nama : Fitrah Ernawati

NRP : I061060071

Program Studi : Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMK)

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Rimbawan Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS.

Ketua Anggota

Prof. Dr. Muhilal,APU Dr. drh. I Wayan T. W, MS.

Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Gizi Dekan Sekolah Pascasarjana Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS. Prof. Dr. Ir.Khairil A. Notodiputro, M.S

(10)

PRAKATA

Bismillahirrahmannirrahim, Assalamu’alaiikum warahmatullahi wa barakatuh. Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat, Hidayah dan KaruniaNya sehingga penulisan disertasi ini dapat diselesaikan.

Penulis ingin menyampaikan rasa Terima Kasih dan penghargaan yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga disertasi ini selesai: Bapak Dr. Rimbawan sebagai Ketua komisi pembimbing, Bapak Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS, Bapak Prof. Dr. Muhilal, APU, Bapak Dr. drh. I Wayan T. W, MS, sebagai aggota komisi pembimbing. Bapak Prof.Dr.Hardinsyah, sebagai Dekan Fakultas Ekologi Manusia dan Pimpinan Sidang Ujian Terbuka. Ibu Dr.Diah K. Pranadji, sebagai Pimpinan Sidang Ujian Tertutup. Bapak Dr. Sunarno Ranu Widjojo, sebagai Kepala Puslitbang Gizi dan Makanan Bogor. Ibu Dr. Susilowati Herman, sebagai Ketua KPP Biokimia Puslitbang Gizi dan Makanan. Bapak Dr. Herman Sudiman, sebagai anggota panitia pembina ilmiah Puslitbang Gizi dan Makanan. Ibu Dr. Sri Anna Marliati sebagai penguji proposal penelitian. Ibu Dr. Ir. Evy Damayanthi, sebagai penguji kolokium dan penguji sidang terbuka. Bapak Dr. Djoko Kartono dan Ibu Prof .Dr. Retno D. Soejoedono selaku penguji luar komisi dalam ujian tertutup. Ibu Prof. Dr. dr. Purwantyastuti,MSc,SpFK sebagai penguji luar komisi pada ujian terbuka. Bapak Pimpinan PT. Bayer Indonesia yang telah memberi bantuan dana penelitian. Pimpinan PT Ricky Putra Globalindo, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. Teman-teman satu angkatan, Ibu Ir Katrin Rosita Msi, teman-teman yang membantu pengumpulan data dan teman–teman Biokimia Puslitbang Gizi dan Makanan. Kepala Laboratorium Makmal Terpadu Prof.dr Med Ali Baziad,SpOG(K), Ibu Dra Eva Zakiah, Ibu Dra Marnilda, Ibu dra Nining Gusniarti. Bapak Dr Hafiz, Ibu Drg Dwirini (Ninik) di Laboratorium Biokimia UI.

Ayahanda dan Bunda yang tercinta, tak putus-putusnya memberikan dukungan moril dan doa kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini. Kepada yang tercinta Ibu mertua dan Almarhum Ayah mertua, yang telah memberi restu dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

Anak-anak tercinta Taufiqurrakhim Aditra (Dedit), Rakhmat Fitranto Aditra (Rahmat) dan Muhammad Fauzi Aditra (Fauzi), serta Suami Tercinta Muhammad Nur Aidi, atas dukungan dan kasih sayang mereka.

Semoga Allah SWT yang Maha Kuasa dan Maha mengetahui memberikan balasan terhadap semua pihak yang penulis sebutkan maupun tidak penulis sebutkan atas kontribusi dan kebaikan yang tulus, sekecil apapun kontribusi Bapak/Ibu/Saudara sangat berarti bagi penulis. Akhir kata tiada gading yang tak retak dan kesempurnaan hanya milik Allah semata.

Bogor, Juli 2009

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sampit, Kalimantan Tengah pada tanggal 25 Maret 1962 dari Ayahanda H. Masrani dan Ibunda Hj Hidayah. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara.

Tahun 1985 penulis lulus Akademi Analis Medis Universitas Airlangga, Surabaya. Pendidikan Strata -2 pada Program Master of Science Applied Nutrition, di University of Philippines Los Banos Philipina, selesai pada tahun 1998. Pada tahun 2006 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan Program Doktor pada Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, dengan beasiswa dari Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Penulis bekerja di Puslitbang Gizi dan Makanan DepKes, sejak tahun 1993 sampai sekarang.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 4

Tujuan Penelitian ... 5

Manfaat Penelitian ... 6

Hipotesis Penelitian... 6

TINJAUAN PUSTAKA ... 7

Peranan Vitamin dan Mineral di dalam Tubuh... 7

Vitamin A... 8

Vitamin E ... 9

Vitamin C ... 11

Selenium... 12

Zinc ... 14

Zat Besi... 15

Vitamin B6... 16

Asam Folat... 17

Vitamin B12... 18

Vitamin D... 18

Tembaga (Cu)... 19

Interaksi antar Zat Gizi Mikro ... 20

Zat Besi dan Zinc ... 21

Vitamin A dan Besi... 21

Vitamin C dan Besi ... 22

Zinc dan Vitamin A... 23

Selenium dan Vitamin E ... 23

Suplemen Multi Vitamin-Mineral... 24

Sistem Imunitas... 30

Sistem Imun Non-Spesifik ... 32

Sistem Imun Spesifik ... 35

Zat Gizi Antioksidan... 37

Peranan Zat Gizi Antioksidan terhadap Imunitas ... 40

Vitamin A... 41

Vitamin E ... 42

Selenium... 44

Zinc ... 45

(13)

METODE PENELITIAN... 48

Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ... 48

Cara Penentuan Sampel ... 48

Pelaksanaan Penelitian... 49

Cara Pemberian Suplemen... 51

Jenis dan Cara Pengumpulan Data... 52

Pengendalian Kualitas Data... 53

Pengolahan dan Analisis Data... 55

Definisi Operasional Variabel... 58

KERANGKA PEMIKIRAN ... 60

HASIL DAN PEMBAHASAN... 63

Karakteristik Sampel... 63

Pengaruh Suplementasi terhadap Imunitas Non-Spesifik ... 67

Sel Darah Putih (Leukosit)... 67

Monosit ... 69

Neutrofil ... 70

Sel Natural Killer ... 72

Pengaruh Suplementasi terhadap Humoral Mediated Immunity (HMI) ... 75

Immunoglobulin G (IgG) ... 75

Limfosit ... 78

CD4+ ... 80

Pengaruh Suplementasi terhadap Cell Mediated Immunity (CMI) ... 81

CD8+ ... 81

Pengaruh Suplementasi terhadap Zat Gizi Antioksidan... 83

Vitamin A... 83

Vitamin E ... 85

Vitamin C ... 88

Zinc ... 90

Selenium... 93

Besi... 95

SOD (Superoksida Dismutase) ... 97

Pengaruh Suplementasi pada Sampel Kekurangan Zat Gizi Antioksidan terhadap Respon Imun ... 100

Kekurangan Vitamin A ... 100

Kekurangan Vitamin C ... 101

Kekurangan Vitamin E... 102

Kekurangan Zinc... 103

Kekurangan Selenium ... 104

Hubungan Fungsi Imun Non-Spesifik dengan Fungsi Imun Humoral dan CMI ... 106

(14)

KESIMPULAN DAN SARAN... 110

Kesimpulan ... 110

Saran... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 111

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Kategori suplemen multi vitamin-mineral dalam beberapa penelitian . 25

2. Kecukupan gizi, UL, dan batas maksimum BPOM vitamin dan mineral

yang digunakan dalam suplemen penelitian ... 30

3 Formula suplemen multi vitamin-mineral... 52

4 Jenis variabel dan cara pengumpulan data ... 53

5 Pengelompokan status gizi orang dewasa menurut IMT ... 56

6 Jenis dan kategori variabel ... 57

7 Sebaran sampel menurut kategori pendidikan ... 64

8 Sebaran sampel menurut kategori usia... 64

9 Sebaran sampel menurut kategori ukuran keluarga ... 65

10 Sebaran sampel menurut kategori status gizi ... 66

11 Sebaran karakteristik sampel menurut perlakuan ... 66

12 Status zat gizi antioksidan sampel pada awal penelitian... 67

13 Rata-rata jumlah leukosit selama penelitian menurut perlakuan ... 68

14 Rata-rata jumlah monosit selama penelitian menurut perlakuan ... 70

15 Rata-rata jumlah neutrofil selama penelitian menurut perlakuan... 71

16 Rata-rata jumlah sel NK selama penelitian menurut perlakuan... 73

17 Rata-rata kadar IgG selama penelitian menurut perlakuan ... 76

18 Rata-rata jumlah limfosit selama penelitian menurut perlakuan... 79

19 Rata-rata jumlah CD4+ selama penelitian menurut perlakuan ... 80

20 Rata-rata jumlah CD8+ selama penelitian menurut perlakuan ... 81

21 Rata-rata kadar vitamin A selama penelitian menurut perlakuan ... 84

22 Rata-rata kadar vitamin E selama penelitian menurut perlakuan... 86

23 Rata-rata kadar vitamin C selama penelitian menurut perlakuan ... 89

24 Rata-rata kadar zinc selama penelitian menurut perlakuan... 91

25 Rata-rata kadar selenium selama penelitian menurut perlakuan... 94

26 Rata-rata kadar Hb selama penelitian menurut perlakuan... ... 96

27 Rata-rata kadar SOD selama penelitian menurut perlakuan ... 97

(16)

29 Rata-rata jumlah sel imun pada sampel kekurangan vitamin A

sesudah suplementasi ... 100 30 Rata-rata jumlah sel imun pada sampel kekurangan vitamin C

sebelum suplementasi ... 101 31 Rata-rata jumlah sel imun pada sampel kekurangan vitamin C

sesudah suplementasi ... 102 32 Rata-rata jumlah sel imun pada sampel kekurangan vitamin E

sebelum suplementasi ... 102 33 Rata-rata jumlah sel imun pada sampel kekurangan vitamin E

sesudah suplementasi ... 103 34 Rata-rata jumlah sel imun pada sampel kekurangan Zinc

sebelum suplementasi ... 103 35 Rata-rata jumlah sel imun pada sampel kekurangan Zinc

sesudah suplementasi ... 104 36 Rata-rata jumlah sel imun pada sampel kekurangan Selenium

sebelum suplementasi ... 104 37 Rata-rata jumlah sel imun pada sampel kekurangan Selenium

sesudah suplementasi ... 105 38 Rangkuman pengaruh suplementasi vitamin C dan multi vitamin

mineral terhadap respon imun dan zat gizi antioksidan ... 109

(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Vitamin E setelah melepas ion hidrogen ... 10

2 Reaksi redoks vitamin C ... 12

3 Gambaran umum sistem imunitas... 32

4 Mekanisme imunitas seluler dan humoral... 37

5 Peran oksigen dalam cedera sel ... 38

6 Pembentukan stres oksidatif ... 39

7 Pertahanan enzimatik terhadap cedera radikal bebas ... 39

8 Alur penelitian... 50

9 Kerangka pemikiran ... 62

10 Sebaran titerIgG pada sampel yang tidak mendapat vaksinasi menurut perlakuan... 77

11 Sebaran titer IgG pada sampel yang mendapat vaksinasi TT menurut perlakuan... 78

12 Persentase sampel kekurangan vitamin A sebelum dan sesudah penelitian 85 13 Persentase sampel kekurangan vitamin E sebelum dan sesudah penelitian 87 14 Persentasi sampel kekurangan vitamin C sebelum dan sesudah penelitian 90 15 Persentase sampel kekurangan zinc sebelum dan minggu ke 6 penelitian 92 16 Persentase sampel kekurangan selenium sebelum dan sesudah penelitian 95

17 Persentase sampel yang mempunyai kadar SOD kurang dari normal sebelum dan sesudah penelitian... ... 99

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Persetujuan etik (ethical clearance)... 125

2 Formulir persetujuan untuk mengikuti penelitian (informed consent) ... 126

3 Kuisioner identitas, antropometri, sosial ekonomi, pemeriksaaan Kesehaan, pemeriksaan klinis, konsumsi pangan, monitoring Intervensi, dan monitoring morbiditas responden... 127

4 Uji anova dan uji lanjut BNT data Sel NK minggu ke 10 suplementasi... 135

5 Uji anova data titer IgG minggu ke 10 suplementasi... 136

6 Uji anova dan uji lanjut BNT data Vitamin A minggu ke 10 sulementasi... 137

7 Uji anova dan uji lanjut BNT data Vitamin E ... 138

8 Uji anova dan uji lanjut BNT data Vitamin C ... 140

9 Uji anova dan uji lanjut BNT data selisih Zinc baseline dan minggu ke 6 141

10 Uji anova dan uji lanjut BNT data Selenium ... 142

11 Uji anova dan uji lanjut BNT data selisih SOD baseline dan mingu ke 10... 144

12 Hasil regresi sel NK dengan CD4+ dan CD8+ ... 145

13 Pemeriksaan imunitas sel NK, CD4+, CD8+... 146

14 Pemeriksaan hemoglobin ... 148

15 Metode hitung jenis Leukosit... 149

(19)

Pangan sebagai sumber zat gizi, baik zat gizi makro maupun mikro harus dikonsumsi dalam jumlah yang cukup, baik secara kuantitas maupun kualitas. Zat gizi tersebut digunakan untuk melakukan fungsi berbagai sistem tubuh seperti sistem saraf, endokrin, otot, kardiovaskular, reproduksi, dan sistem kekebalan/imunitas (Almatsier 2006; Wintegres et al. 2007).

Zat gizi mikro, baik vitamin maupun mineral diperlukan oleh tubuh dalam jumlah terbatas, namun mempunyai peranan yang sangat penting. Kekurangan zat gizi mikro pada tingkat ringan sekalipun, dapat mempengaruhi kemampuan belajar, mengganggu produktivitas kerja, dan kualitas sumber daya manusia (World Bank 2006). Vitamin dan mineral mempunyai fungsi membantu kerja berbagai jenis enzim, di samping itu juga sebagai antioksidan yang berkaitan erat dengan fungsi sistem kekebalan (imunitas) tubuh. Beberapa vitamin dan mineral yang mempunyai fungsi sebagai antioksidan antara lain vitamin C, E, β- karoten, selenium, tembaga, dan zinc. Zat gizi tersebut dapat mencegah kerusakan sel dari radikal bebas (Wintegrest et al. 2007; Winarsi 2007).

(20)

(Romieu 2005), pengonsumsi alkohol berat (Albanes et al. 1997), terkena penyakit infeksi (Barringer et al. 2003), ibu hamil dan wanita menyusui (Lapido 2000; Black 2001). Disisi lain, akhir-akhir ini makin banyak masyarakat mengonsumsi suplemen, misalnya di Inggris, tidak kurang dari 40 persen penduduknya mengonsumsi suplemen secara teratur. Di Amerika, lebih dari lima puluh persen dari populasi dewasa menggunakan suplemen makanan (NIH State of the Science Panel 2007). Begitu pula di Indonesia, berdasarkan data

International Market Research /IMR (2005) menunjukkan bahwa penjualan suplemen makanan (termasuk vitamin dan mineral) mencapai $100 juta (Rp satu trilyun) pada tahun 2001, dan meningkat menjadi Rp 1.1 trilyun pada tahun 2002. Menurut Hardinsyah (2008) persentase terbesar sebagai pengguna suplement zat gizi adalah wanita. IMR (2005) menambahkan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kebutuhan pasar akan suplemen makanan antara lain : perubahan pola makan, kesadaran untuk hidup sehat, ketidakseimbangan antara diet dengan gaya hidup yang stres dan merebaknya penyakit epidemik.

Penelitian tentang manfaat suplemen vitamin dan mineral sudah banyak dilakukan, di antaranya manfaat vitamin C, vitamin E, vitamin A, dan mineral seperti selenium dan zinc. Beberapa di antaranya membuktikan bahwa konsumsi vitamin C dosis 500-1000 mg memberikan efek antioksidan maksimal karena sudah terjadi kejenuhan vitamin C pada plasma (Carol and Arah 2001). Vitamin C juga mempengaruhi sistem imun dengan mestimulasi fungsi neutrofil dan makrofag, sehingga meningkatkan kemotaksis dan mobility, meningkatkan fagositosis dan meningkatkan kemampuan membunuh bakteri (Wintegrest et al. 2007). Calder et al. (2002) menyimpulkan konsumsi selenium yang cukup sangat penting untuk meningkatkan imunitas humoral dan seluler. Kemudian peranan selenium juga telah diteliti oleh Broome et al. (2004) dimana suplementasi selenium dengan dosis 100 µg dapat meningkatkan fungsi imunitas secara

(21)

produksi antibodi. Selanjutnya penelitian tentang peranan vitamin A terhadap fungsi imunitas menunjukkan bahwa vitamin A mempunyai peranan penting dalam pengaturan fungsi imun baik non-spesifik maupun cell mediated immunity, dan respon antibodi (Stephensen 2001; Villamor dan Fauzi 2005). Selain itu vitamin A juga memegang peranan penting dalam menjaga permukaan mukosa, menstimulasi respon antibodi dan dalam hematopoesis (calder et al. 2002). Selanjutnya suplementasi kombinasi antara vitamin A dan zinc terbukti dapat menurunkan prevalensi dan keparahan infeksi malaria (Zeba et al. 2008).

Dosis vitamin mineral yang diberikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi respon imun, oleh karena itu penelitian berkaitan dengan dosis suplemen vitamin mineral masih terus dilakukan, meskipun batas maksimum yang diperbolehkan (tolerable upper intake level/UL) sudah ditetapkan. Tolerable uppeer intake level / UL adalah angka paling tinggi dari suatu zat gizi yang bila dikonsumsi dalam jumlah tersebut setiap hari tidak menimbulkan efek yang membahayakan kesehatan. Intik zat gizi yang melebihi UL dapat meningkatkan resiko negatif bagi kesehatan. Hathcock et al. (2005) telah melakukan review dari beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa penggunaan vitamin C dan E dengan dosis dibawah batas maksimum yang diperbolehkan (tolerable upper intake level/UL) aman untuk dikonsumsi.

Peranan vitamin dan mineral dalam sistem imunitas sangat ditentukan oleh fungsi vitamin dan mineral sebagai antioksidan. Sebagai antioksidan vitamin dan mineral dapat melindungi kerusakan sel dari radikal bebas. Radikal bebas dapat terbentuk dari aktifitas sitotoksis selain dari metabolisme normal dan bahan-bahan polutan dari luar tubuh, yang bekerja dengan cara mengaktifkan mekanisme mikrobisidal pada proses fagositosis. Mekanisme ini disertai dengan pembentukan molekul yang bersifat reaktif terhadap oksigen atau reactive oxygen species

(22)

antioksidan di dalam sel mempunyai peranan penting untuk memelihara sel-sel imun dari stress oksidatif (Knight 2000).

Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut sistem imun. Reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya disebut respon imun (Baratawidjaja 2006). Penelitian untuk melihat respon imun sudah banyak dilakukan, beberapa diantaranya menggunkan vaksin influenza dan vaksin Tetanus toxoid (TT). Penelitian oleh Semba (1994) dengan memberikan vitamin A bersama vaksinasi TT. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa suplementasi vitamin A dapat meningkatkan respon humoral terhadap TT.Kemudian penelitianoleh Rahman et al. (1999) memperoleh hasil bahwa vitamin A dapat meningkatkan respon antibodi bayi berusia di atas 6 bulan. Demikian pula dengan Wolvers et al. (2006) meneliti multi vitamin-mineral sebagai imunostimulan dengan vaksin TT memperoleh hasil peningkatan antibodi terhadap vaksin TT.

Pada penelitian ini untuk melihat respon imun, sampel diberikan vaksinasi TT, sehingga respon yang ditimbulkan dapat lebih spesifik yaitu adanya antibodi terhadap TT. Vaksinasi TT dipilih sebagai penantang untuk memicu respon imun karena vaksin TT terbukti aman bagi orang dewasa terutama wanita Usia Subur. Vaksin TT ini sudah menjadi program pemerintah sebagai salah satu syarat sebelum melangsungkan pernikahan atau menjelang persalinan, karena vaksin tersebut dapat melindungi ibu dari tindakan persalinan yang kurang steril (Baratawidjaja 2006).

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka perlu dilakukan uji pengaruh multi vitamin dan mineral terhadap respon imun humoral dan seluler serta kadar zat gizi antioksidan pada wanita pekerja sebagai bagian dari Wanita Usia Subur (WUS).

Rumusan Masalah

(23)

itu pekerja tersebut secara bergilir mendapat tugas untuk bekerja pada malam hari (lembur) sehingga berisiko terjadinya gangguan fungsi imunitas karena tidak teraturnya siklus tidur (Whiteside and Herberman 1994).

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah pemberian suplementasi multi vitamin-mineral dan vitamin C pada wanita pekerja memberikan respon imunitas selular, humoral dan CMI (cell mediated immunity) yang lebih baik dibandingkan dengan plasebo?

2. Apakah pemberian suplementasi multi vitamin-mineral dan vitamin C pada wanita pekerja akan meningkatkan kadar zat gizi antioksidan dan SOD lebih baik dibandingkan dengan plasebo?

3. Bagaimana pengaruh suplemenasi multi vitamin-mineral dan vitamin C yang distimulasi oleh vaksinasi TT terhadap respon imunitas selular, humoral dan CMI (cell mediated immunity), status zat gizi antioksidan dan status

superoksida dismutase (SOD) dibandingkan plasebo?

Tujuan Penelitian Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh suplementasi multi vitamin-mineral dan vitamin C terhadap respon imunitas selular, humoral dan CMI (cell mediated immunity), status zat gizi antioksidan serta status superoksida dismutase (SOD).

Tujuan khusus

1. Menganalisis pengaruh suplementasi multi vitamin-mineral dan vitamin C pada wanita pekerja terhadap respon imunitas selular, humoral dan CMI (cell mediated immunity).

(24)

3. Menganalisis pengaruh suplementasi multi vitamin-mineral dan vitamin C yang distimulasi oleh vaksinasi TT terhadap respon imunitas selular, humoral, CMI (cell mediated immunity) dan status zat gizi antioksidan serta status SOD.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengedukasi dan memberikan saran secara ilmiah kepada masyarakat khususnya wanita pekerja tentang perlu tidaknya penggunaan suplemen. Bagi penyusun program gizi dan kesehatan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengaturan penggunaan suplemen multi vitamin-mineral.

Hipotesis Penelitian

1. Suplementasi multi vitamin-mineral dan vitamin C berpengaruh terhadap respon imunitas selular, humoral dan CMI (cell mediated immunity). 2. Suplementasi multi vitamin-mineral dan vitamin C berpengaruh terhadap

status zat gizi antioksidan (vitamin A, vitamin C, vitamin E, Zn, Se) dan status SOD.

3. Suplementasi multi vitamin-mineral dan vitamin C dengan stimulasi vaksinasi TT berpengaruh terhadap respon imunitas selular, humoral dan CMI (cell mediated immunity).

(25)

7

Protein, Karbohidrat, Lemak, Asam Nukleat

Tubuh manusia

(helper) Limfosit B

Limfosit Tc*

(cytotoxic) Sel Plasma

Tc Memori

PENGARUH SUPLEMENTASI MULTIVITAMIN MINERAL TERHADAP RESPON IMUN DAN STATUS

ANTIOXIDAN SERTA STATUS MICRONUTRIENT

(26)
(27)

Vitamin adalah komponen organik yang diperlukan dalam jumlah kecil, namun sangat penting untuk reaksi-reaksi metabolik di dalam sel, serta diperlukan untuk pertumbuhan normal dan pemeliharaan kesehatan. Beberapa vitamin berfungsi sebagai koenzim yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang esensial. Sebagian besar koenzim terdapat dalam bentuk apoenzim, yaitu vitamin yang terikat dengan protein. Mineral terutama mineral mikro terdapat dalam jumlah sangat kecil di dalam tubuh, namun mempunyai peranan penting untuk kehidupan, kesehatan, dan reproduksi ( Almatsier 2006; Piliang 2006).

Peranan lain dari vitamin dan mineral adalah sebagai antioksidan yang sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia. Beberapa vitamin dan mineral yang mempunyai peranan sebagai antioksidan, diantaranya vitamin E, vitamin C, vitamin A, selenium, zat besi dan zinc. Zat- zat ini seringkali disebut zat gizi antioksidan (IOM 2000).

Sistem imunitas/kekebalan tubuh memerlukan zat gizi antioksidan antara lain untuk memproduksi dan menjaga keseimbangan sel imun (hematopoises), melindungi membran sel dari SOR ( vitamin dan mineral sebagai antioksidan), untuk melawan mikroorganisme penyebab penyakit (imunitas bawaan/innate dan dapatan/adaptive). Tubuh memerlukan vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup agar sistem imun dapat berfungsi secara optimal. Vitamin dan mineral tertentu seperti vitamin A, vitamin E, vitamin C, vitamin B6, vitamin B12, zinc, selenium dan zat besi mempunyai peranan dalam respon imun. Zat gizi tersebut membantu pertahanan tubuh pada tiga level yaitu pertahanan fisik (kulit/mukosa), seluler dan produksi antibodi. Oleh karena itu kombinasi vitamin dan mineral dapat membantu sistem perlindungan tubuh bekerja dengan optimal (Wintergerst

(28)

Vitamin A Peranan vitamin A

Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara luas, vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan prekursor/provitamin A/karotenoid yang mempunyai aktivitas biologi sebagai retinol (Almatsier 2006). Vitamin A memiliki beragam fungsi penting untuk tubuh, diantaranya untuk penglihatan, pertumbuhan, diferensiasi sel, reproduksi, dan integritas dari sistem kekebalan tubuh (Olson 1987; Calder et al. 2002). Dalam peranannya di dalam differensiasi sel termasuk sel kornea dan membran konjungtiva, sehingga mencegah terjadinya xeropthalmia, dan untuk

photoreseptor sel rod (batang) dan cone (kerucut) dari retina. Vitamin A mengatur ekspresi berbagai gen yang mengkode protein struktural (seperti keratin kulit), enzim (seperti alkohol dehidrogenase) dan retinol binding protein. Peranan vitamin A pada sistem imunitas terkait dengan pertumbuhan dan differensiasi limfosit B( Wintergrest et al. 2007). Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis protein, dengan demikian berpengaruh terhadap pertumbuhan sel (Almatsier 2006).

Akibat kekurangan dan kelebihan vitamin A

(29)

kekurangan vitamin A menderita penyakit saluran nafas (Karyadi et al. 2002; Long et al. 2006).

Kelebihan vitamin A dapat terjadi jika mengkonsumsi vitamin A dengan jumlah yang berlebihan dalam jangka waktu lama. Kelebihan dapat menyebabkan kerusakan hati, sakit pada tulang dan sendi, alopecia, sakit kepala, muntah, dan kulit mengering (FAO/WHO 2001). Kelebihan terjadi bila konsumsi vitamin A dalam bentuk vitamin A.

Vitamin E Peranan vitamin E

Vitamin E merupakan antioksidan larut lemak terbesar di dalam sistem pertahanan antioksidan sel dan hanya didapat dari makanan. Peranan besar vitamin E adalah melindungi poly unsaturated fatty acid (PUFAs) dan komponen lain dari membran sel dan low-density lipoprotein (LDL) dari oksidasi oleh radikal bebas. Vitamin E terletak di dalam lapisan phospolipid dari membran sel, sehingga sangat efektif dalam melindungi kerusakan lemak tak jenuh (Almatsier 2006; FAO/WHO 2001).

(30)

Gambar 1. Vitamin E setelah melepas ion hidrogen

Akibat kekurangan dan kelebihan vitamin E

(31)

vitamin E secara berlebihan dapat menimbulkan keracunan. Dosis tinggi juga dapat meningkatkan efek obat antikoagulan yang digunakan untuk mencegah penggumpalan darah (Almatsier 2006) dan memicu terjadinya prooksidan (FAO/WHO 2001).

Vitamin C Peranan vitamin C

Kekuatan vitamin C sebagai antioksidan larut air disebabkan karena kemampuan vitamin C dalam mereduksi. Vitamin C antara lain mereduksi superoxide menjadi hidrogen peroksida, atau Fe3+ menjadi Fe2+, atau reduksi unsur logam lainnya. Setelah perpindahan satu elektron, vitamin C menghasilkan radikal monodehydroascorbate. Radikal ini akan berubah menjadi askorbat dan dehydroaskorbat. Kebanyakan jaringan tubuh mempunyai enzim glutathione-dependent monodehydroascorbat reductase dan NADPH yang akan mereduksi radikal tersebut menjadi askorbat kembali. Dehydroaskorbat tidak stabil dalam larutan, dan akan mengalami pemecahan gugus cincinnya menjadi diketogulonic acid. Akan tetapi, dehydroaskorbat biasanya direduksi oleh NADPH atau glutathione dependent reductase menjadi askorbat (Bender 2003). (Lihat Gambar 2). Vitamin C juga diperlukan dalam beberapa proses di dalam tubuh seperti biosintesis, carnitin yang mentransfer lemak, hormon adrenalin, cortison, transpor elektron dalam banyak reaksi enzimatik, melindungi integritas dari pembuluh darah, melindungi gusi dan meningkatkan fungsi imunitas (Goodman 1991).

Akibat kekurangan dan kelebihan vitamin C

Kekurangan vitamin C dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti pendarahan atau bengkak di gusi, nyeri persendian, atau konsentrasi vitamin C di plasma, darah dan leukosit yang sangat rendah. Kekurangan vitamin C akut dapat menyebabkan skorbut. Seseorang dengan kekurangan vitamin C dapat menurunkan kekebalan seluler (Chandra, 2002).

(32)

yaitu dapat mengganggu saluran pencernaan dan diare (IOM 2000), akan tetapi selama mengonsumsi dengan dosis di bawah Upper Limit (UL) tidak menimbulkan efek negatif (Hatchcock et al. 2005).

Gambar 2 Reaksi redoks vitamin C

Selenium Peranan selenium

Enzim glutation peroksidase (GSH-Px) memegang peranan sebagai katalisator dalam pemecahan peroksida yang terbentuk di dalam tubuh menjadi ikatan yang tidak bersifat toksik. Glutation peroksidase adalah enzim antioksidan yang mengandung selenium pada sisi aktifnya. Kerja enzim ini mengubah molekul hidrogen peroksida (yang dihasilkan SOD dalam sitosol dan mitokondria) menjadi air.

2GSH + H2O2 GSSG + 2H2O

(33)

Peroksida dapat berubah menjadi radikal bebas yang dapat mengoksidasi asam lemak tidak jenuh yang ada pada membran sel, sehingga merusak membran sel tersebut (Winarsi 2007; Marks et al. 2000). Selenium juga bekerjasama dengan vitamin E dalam peranannya sebagai antioksidan. Selenium berperan serta dalam sistem enzim yang mencegah terjadinya radikal bebas dengan menurunkan konsentrasi peroksida dalam sel. Sedangkan vitamin E menghalangi bekerjanya radikal bebas setelah terbentuk. Selenium dan vitamin E disamping melindungi membran sel dari kerusakan oksidatif, juga membantu reaksi oksigen dan hidrogen pada akhir rantai metabolisme, serta membantu sintesa imunoglobulin. Peranan selenium banyak dijumpai di dalam sitosol dan mitokondria karena

glutation peroksidase berperan di dalam sitosol dan mitokondria sel, sedangkan vitamin E di dalam membran sel (FAO/WHO 2001).

Peranan selenium sebagai antioksidan yang terlibat dalam perlindungan terhadap kerusakan akibat oksidatif melalui peranan glutation peroksidase,

membuat selenium dihubungkan dengan pencegahan penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya. Hasil meta-analisis dari dua puluh lima penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi selenium dalam darah berbanding terbalik dengan risiko penyakit jantung (Mateo et al. 2006).

Akibat kekurangan dan kelebihan selenium

(34)

meningkatkan CD 4+. Dampak kelebihan selenium adalah selenosis, termasuk perubahan kulit dan kuku, kerusakan gigi, gangguan sistem pencernaan dan sistem saraf (IOM 2000).

Zinc Peranan zinc

Zinc merupakan komponen lebih dari 300 enzim yang berpartisipasi dalam sintesa dan degradasi karbohidrat, lemak, protein, dan asam nukleat. Zinc juga menstabilkan struktur molekul dari komponen seluler dan membran serta berkontribusi dalam menjaga integritas sel dan organ. Peranan penting lainnya adalah sebagai bagian integral enzim DNA polimerase dan RNA polimerase yang diperlukan dalam sintesis DNA dan RNA, juga sebagai bagian dari enzim kolagen. Zinc berperan pula dalam sintesa dan degradasi kolagen. Oleh karena itu zinc berperan dalam pembentukan kulit, metabolisme jaringan ikat dan penyembuhan luka. Di samping itu zinc diperlukan untuk sintesa Retinol Binding Protein/RBP yaitu protein pengikat retinol di dalam hati. Peranan zinc di dalam fungsi imunitas antara lain di dalam fungsi sel T dan dalam pembentukan antibodi oleh sel B, serta pertahanan non-spesifik (FAO/WHO 2001; Almatsier 2006). Zinc juga diperlukan di dalam aktivitas enzim SOD yang memiliki peranan penting dalam sistem pertahanan tubuh, terutama terhadap aktivitas senyawa oksigen reaktif yang dapat menyebabkan stress oksidatif (Winarsi 2007).

Akibat kekurangan dan kelebihan zinc

(35)

dilaporkan dapat mengganggu penyerapan tembaga. Dosis zinc 2 gram atau lebih dapat menyebabkan muntah, diare, deman (FAO/WHO 2001; Almatsier 2006).

Besi Peranan besi

Peranan zat besi berhubungan dengan kemampuannya dalam reaksi oksidasi dan reduksi. Secara kimia, zat besi merupakan unsur yang sangat reaktif sehingga mampu berinteraksi dengan oksigen. Dalam keadaan tereduksi, besi kehilangan dua elektron sehingga memiliki dua sisa muatan positif (Fe2+/fero). Sedangkan dalam keadaan teroksidasi, besi kehilangan tiga elektron sehingga memiliki tiga sisa muatan positif (Fe3+/feri). Karena dapat berada dalam dua bentuk ion ini, besi berperan dalam proses respirasi sel, yaitu sebagai kofaktor bagi enzim-enzim yang terlibat dalam reaksi oksidasi-reduksi ( FAO/WHO 2001; Almatsier 2006).

Aktifitas SOD dan katalase bergantung pada zat besi ini. Antioksidan enzimatis bekerja dengan cara mencegah terbentuknya senyawa radikal bebas baru (Marks et al. 2000; Winarsi2007). Selain itu sebagian besar zat besi berada dalam hemoglobin, hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru keseluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbon dioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Zat besi juga berperan dalam imunitas dalam pembentukan sel-sel limfosit. Disamping itu dua protein pengikat besi yaitu transferin dan laktoferin dapat mencegah terjadintya infeksi dengan cara memisahkan besi dari mikroorganisme yang diperlukan untuk berkembang biak.

Akibat kekurangan dan kelebihan besi

(36)

disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan ibu akan zat besi dan juga meningkatnya pertumbuhan fetus dan plasenta.

Dampak keadaan kekurangan besi pada imunitas, antara lain aktivitas neutrofil menurun, sebagai konsekuensinya, kemampuan membunuh bakteri intraseluler secara nyata terganggu (FAO/WHO 2001). Sel NK sensitif terhadap ketidakseimbangan besi dan menunjukkan kemampuan yang rendah untuk membunuh jika tubuh kekurangan besi, karena mereka memerlukan jumlah besi yang cukup untuk differensiasi dan proliferasi (Calder et al. 2002).

Vitamin B6

Peranan vitamin B6

Vitamin B6 yang terdapat di alam terdiri dalam tiga bentuk yaitu piridoksin, piridoksal, dan piridoksamin. Piridoksin hidroklorida adalah bentuk sintetik yang digunakan sebagai obat. Dalam keadaan difosforilasi, vitamin B6 berperan sebagai koenzim berupa piridoksal fosfat (PLP) dan piridoksamin fosfat (PMP) dalam berbagai reaksi transaminasi. Di samping itu PLP berperan dalam berbagai reaksi lain.

Vitamin B6 juga berperan dalam fungsi imunitas. Penelitian pada manusia menunjukkan bahwa kekurangan vitamin B6 mempengaruhi pematangan dan pertumbuhan sel plasma sehingga menganggu produksi Ab, dan aktivitas sel T (Rall and Meydani 1993).

Akibat kekurangan dan kelebihan vitamin B6

Kekurangan vitamin B6 jarang terjadi karena biasanya kekurangan vitamin B6 terjadi secara bersamaan dengan kekurangan vitamin B kompleks lainnya. Hipovitaminosis B6 sering bersamaan dengan kekurangan riboflavin karena riboflavin dibutuhkan untuk membentuk koenzim PLP. Ketidakcukupan vitamin B6juga dapat menyebabkan menurunnya metabolisme glutamat di otak sehingga terjadi ketidakberfungsian sistem saraf. Selain itu, kekurangan vitamin B6 juga menyebabkan kerusakan sistem imun (FAO/WHO 2001).

(37)

dengan kesemutan pada kaki, kemudian mati rasa pada tangan dan akhirnya tubuh tidak mampu bekerja (Almatsier 2006). Dampak kekurangan vit B6 pada imunitas antara lain menyebabkan penurunan respon Ab, DTH, IL-1-beta, IL-2, serta aktivitas sel NK dan proliferasi limfosit (Trakatellis et al. 1997).

Asam Folat Peranan asam folat

Folasin dan folat adalah nama generik sekelompok ikatan yang secara kimiawi dan gizi sama dengan asam folat. Ikatan-ikatan ini berperan sebagai koenzim dalam transportasi pecahan-pecahan karbon tunggal dalam metabolisme asam amino dan sintesa asam nukleat. Bentuk koenzim ini adalah tetrahidrofolat (THF) atau asam tetrahidrofolat (THFA).

Fungsi utama koenzim folat (THFA) adalah memindahkan atom karbon tunggal dalam bentuk gugus hidroksimetil atau metil dalam reaksi-reaksi penting metabolisme beberapa asam amino dan sintetis asam nukleat. THFA berperan dalam sintesis purin-purin guanin dan adenin serta pirimidin timin, yaitu senyawa-nyawa yang digunakan dalam pembentukan asam-asam deoksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA). Folat dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan sel darah putih dalam sumsum tulang dan untuk pendewasaannya. Folat juga berperan sebagai pembawa karbon tunggal dalam pembentukan besi hem (Almatsier 2006).

Akibat kekurangan dan kelebihan asam folat

(38)

Vitamin B12

Peranan vitamin B12

Vitamin B12berfungsi pada dua bentuk koenzim, yaitu adenosilkobalamin dengan metilkalonil-CoA mutase yang berperan penting dalam metabolisme propionat, adenosilkobalamin dengan leusin mutase yang berperan dalam metabolisme asam amino, dan metilkobalamin dengan metionin sintetase yang berperan dalam metabolisme karbon tunggal. Vitamin B12 juga diperlukan untuk mengubah folat menjadi bentuk aktif dan dalam fungsi normal metabolisme semua sel.

Akibat kekurangan dan kelebihan vitamin B12

Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan gangguan pembelahan sel, khususnya didalam sum-sum tulang dan mukosa usus halus.Kekurangan vitamin B12 dari makanan jarang terjadi, namun sebagian besar disebabkan oleh penyakit saluran cerna atau gangguan absorpsi dan transportasi. Karena dibutuhkan untuk mengubah folat menjadi bentuk aktifnya, salah satu gejala kekurangan vitamin B12 adalah anemia karena kekurangan folat. Dampak kekurangan vitamin B12 terhadap imunitas terkait dengan peranan vitamin B12 dalam pembelahan sel, sehingga kekurangan vitamin B12 dapat menganggu fungsi imunitas seluler. Penelitian yang dilakukan pada pasien dengan pernicious anemia atau anemia megaloblastic sesudah menjalani operasi ( konsentrasi vit B12 serum < 85 pg/ml) menunjukkan adanya penurunan yang signifikan pada jumlah limfosit dan CD 8+ dan proporsi sel CD4+. Disamping itu juga ditemukan rasio CD4+/CD 8+ yang tidak normal dan menurunnya aktifitas sel NK. Akan tetapi kejadian kelebihan vitamin B12 jarang dilaporkan (Almatsier 2006).

Vitamin D Peranan vitamin D

Vitamin D khususnya kalsitriol (1,25 dihidroksivitamin D3) terutama

(39)

pemeliharaan tulang (Almatsier 2006). Kalsitriol memegang peranan penting dalam diferensiasi sel, proliferasi sel, dan pertumbuhan banyak jaringan tubuh termasuk kulit, tulang, pankreas, sel saraf, kelenjar paratiroid, dan sistem imun. Oleh karena itu peranan vitamin D berkaitan dengan sistem imunitas non-spesifik maupun spesifik.

Akibat kekurangan dan kelebihan vitamin D

Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan kelainan tulang, yang pada anak-anak dinamakan ricketsia dan pada orang dewasa disebut osteomalasia. Selain itu, kekurangan vitamin D pada orang dewasa dapat pula menyebabkan osteoporosis. Kekuranagn vitamin D juga mengganggu fungsi imunitas yang optimal (Wintergrest 2007). Sedangkan konsumsi vitamin D dalam jumlah berlebihan mencapai 5 kali AKG akan menyebabkan keracunan dengan gejala kelebihan absorpsi vitamin D yang akhirnya menyebabkan kalsifikasi berlebihan pada tulang dan jaringan tubuh seperti ginjal, paru-paru, dan organ tubuh lain (Almatsier 2006).

Tembaga (Cu) Peranan tembaga

(40)

anemia melalui membantu penyerapan besi, merangsang sintesis hemoglobin, dan melepas simpanan besi dari feritin di dalam hati (Almatsier 2006).

Akibat kekurangan dan kelebihan tembaga

Kekurangan tembaga dari makanan jarang terjadi. Kekurangan pernah dijumpai terjadi pada anak anak yang kekurangan protein dan menderita diare (Almatsier 2006). Kekurangan tembaga menyebabkan hypochromic anemia, neutropenia, pembentukan tulang terganggu, tetapi tembaga bukan satu-satunya pemicu tibulnya gejala tersebut. Penelitian untuk melihat kekurangan tembaga menunjukkan bahwa kekurangan Cu mengganggu imunitas bawaan (non-spesifik) dan spesifik, juga mengakibatkan perubahan atau pergeseran respon anti-inflamasi sitokin Th2. Keracunan akibat kelebihan tembaga jarang terjadi, biasanya terjadi karena kontaminasi tempat dari makanan dan minuman (FAO/WHO 2001).

Interaksi Antar Zat Gizi Mikro

(41)

Besi dan Zinc

Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa konsumsi besi dalam dosis yang tinggi akan mengganggu penyerapan zinc (Solomons 1988). Kompetisi antara besi dan zinc antara lain terkait dengan kesamaan alat pengangkut dimana sebagian zinc menggunakan alat pengangkut transferin yang juga merupakan alat pengangkut besi (Almatsier 2006). Bila perbandingan antara besi dengan zinc lebih dari 2:1 maka transferin yang tersedia untuk zinc berkurang sehingga menghambat penyerapan zinc (Almatsier 2006; Whittaker 1998). Sementara itu dampak penyerapan besi terhadap perbandingan kadar zinc lebih besar dari pada kadar besi belum banyak dilaporkan, namun perbandingan kadar zinc:besi dalam ASI mencapai 4:1 (Lonnerdal et al. 1988), dan belum ada laporan tentang efek negatif dari komposisi tersebut.

Hasil review dari 29 hasil penelitian (Whittaker 1998) menunjukkan bahwa perbandingan besi dengan zinc 1:1, 2:1, 3:1, 5:1, 10:1 yang diminum bersama dengan air saja mempunyai efek menurunkan penyerapan zinc. Tetapi sebaliknya dengan perbandingan terbalik (besi:zinc) 1:1, 1:2.5, 1:5 yang diminum dengan air saja memberi efek menurunkan penyerapan zinc, namun bila diminum bersama dengan makanan tidak menunjukkan efek terhadap penyerapan zinc. Hal ini menunjukkan bahwa penyerapan zinc terganggu/terhambat oleh besi bila diminum dengan media larutan karena keduanya berkompetisi pada jalur penyerapan yang sama, namun keadaan ini tidak terjadi bila zinc dikonsumsi bersama dengan makanan, karena zinc akan diserap melalui jalur alternatif lainnya dengan bantuan ligan yang terbentuk selama pencernaan protein (Sandstrom et al. 2001). Hasil penelitian suplementasi gabungan antara besi dan zinc yang telah dilakukan di Bogor (Dijkhuizen and Wieringa 2001), dimana suplementasi gabungan besi dan zinc menggunakan perbandingan 1:1 efektif menurunkan defisiensi besi dan zinc.

Vitamin A dan Besi

(42)

kejadian anemia melalui berbagai mekanisme di antaranya gangguan pertumbuhan dan diferensiasi sel progenitor eritrosit, menurunnya imunitas terhadap infeksi dan menurunnya mobilisasi cadangan besi dari jaringan-jaringan. Kekurangan vitamin A dapat pula menyebabkan terganggunya transportasi besi dari hati dan atau penggabungan besi ke dalam eritrosit (Lonnerdal 1988). Kekurangan vitamin A dapat mempengaruhi metabolisme zat besi ketika keadaan vitamin A dan zat besi dalam tubuh kurang dan lingkungan di sekitar banyak kejadian infeksi (FAO/WHO 2001).

Vitamin C dan Besi

Telah lama diketahui vitamin C sebagai enhancer yang kuat terhadap penyerapan besi non-heme. Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan besi bila dikonsumsi pada waktu bersamaan, karena vitamin C akan merubah zat besi bentuk feri menjadi bentuk fero. Besi dalam bentuk fero lebih mudah diserap, selain itu vitamin C membentuk gugus besi-askorbat yang tetap larut pada pH lebih tinggi di dalam duodenum (Almatsier 2006).

(43)

besi pada awal penelitian, tetapi sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan lain yang terdapat makanan yang dapat mempengaruhi penyerapan zat besi seperti fitat.

Zinc dan Vitamin A

Penelitian pada manusia yang mempunyai kadar status zinc rendah seperti kerusakan hati karena alkohol dan kekurangan energi dan protein, kemudian diberikan suplementasi zinc, beberapa di antaranya, menunjukkan bahwa status vitamin A serum menjadi lebih baik (Lonnerdal 1988). Diduga kekurangan zinc mempengaruhi pembentukan vitamin A pada tingkat seluler. Pada kondisi kekurangan zinc, sintesis retinol binding protein (RBP) di hati menjadi terganggu dan retinene reductaseactivity menurun. Enzim ini adalah enzim yang bergantung pada keberadaan zinc, dan aktivitas retinene reductase berhubungan erat dengan adaptasi terhadap gelap pada seseorang dengan kekurangan zinc. Ditambahkan pula bahwa zinc esensial untuk sintesa (RBP) di hati dan RBP esensial untuk mengangkut vitamin A dari liver ke jaringan feriferal (Christian dan West 1998). Zinc juga terbukti memperkuat efek vitamin A di dalam perbaikan penglihatan di malam hari pada wanita hamil di Nepal walaupun hal ini hanya terjadi pada kelompok wanita dengan status zinc rendah saat sebelum menerima suplemen (Christian et al. 2001). Smith et al. (1999) juga meneliti interaksi zinc dengan vitamin A, hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kadar zinc serum setelah subyek menerima suplemen zinc dan vitamin A.

Selenium dan Vitamin E.

(44)

diberi makan kurang vitamin E saja mempunyai kadar plasma F2-isoprostane hanya dua kali lebih besar dari kontrol (Awad et al. 1994). Keadaan ini semakin memperjelas teori yang mengatakan bahwa selenium berperan dalam mencegah terjadinya radikal bebas, sedangkan vitamin E menghalangi bekerjanya radikal bebas setelah terbentuk (Almatsier 2006), sehingga kekurangan kedua zat tersebut semakin menambah panjang terjadinya reaksi oleh radikal bebas.

Suplemen multi vitamin-mineral

Suplemen vitamin dan mineral paling banyak digunakan sebagai suplemen zat gizi di Amerika. Kebanyakan suplemen vitamin mineral paling sedikit mengandung 10 vitamin atau mineral dengan dosis yang bervariasi. Kebanyakan mereka menggunakan suplemen tersebut untuk tujuan pencegahan atau untuk meringankan penyakit yang diderita (Huang Yao et al. 2007). Huang juga menemukan 10 penelitian menggunakan multivitamin mineral dan 24 penelitian menggunakan single zat gizi. Dosis yang digunakan dalam beberapa penelitian tersebut antar 2-10 kali RDA. Dari semua penelitian tersebut tidak dijumpai hasil yang merugikan responden dibandingkan dengan plasebo, kecuali perubahan warna kulit yang umum dijumpai pada penelitian dengan β karoten, kulit nampak lebih kuning.

(45)

Tabel 1 Kategori suplemen multivitamin mineral dalam beberapa penelitian

Minimal mengandung NHANES III vit B1, B2, niasin, vit A,

Kombinasi antara beberapa Tidak didefinisikan NHANES 1999-2000, vitamin dan mineral dengan NHANES 2001-2002 produk lain Minimal mengandung NHIS 1986

1 vitamin dan 1 mineral ditambah bahan lain

Multivitamin

Multivitamin, gabungan Tidak didefinisikan NHANES I, II, III; beberapa vitamin NHIS 1987, 1992,

Multivitamin dengan vit. C Harus mengandung NHANES III

vit. C, B1, B2, niasin, vit. A, dan vit. D

Multimineral

Multimineral Tidak didefinisikan NHANES III,

NHANES 2001-2002 Kombinasi mineral Tidak mengandung NHIS 1986

vitamin, Ca, P, I, Besi, Mg, mengandung ≥ 2 mineral Sumber: Yetley (2007)

Ket.: CSFII, Continuing Survey of Food Intakes by Individuals; NHANES, National Health and

(46)

Di Amerika, suplemen makanan dapat mengandung beragam bahan, termasuk vitamin, mineral, tumbuhan obat atau tumbuh-tumbuhan lainnya, dan asam amino (US Food and Drug Administration 2001). Tabel 1 menunjukkan beberapa contoh kategori suplemen multivitamin mineral yang digunakan dalam beberapa penelitian (Yetley 2007). Dari table 1 tersebut dapat dilihat bahwa

belum ada definisi yang baku tentang kategori zat gizi dalam suplemen multivitamin mineral.

Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (saat ini Badan Pengawas Obat dan Makanan) tentang Suplemen Makanan Nomor HK.00.063.02360 Tahun 1996 mendefinisikan suplemen makanan sebagai produk yang digunakan untuk melengkapi makanan, yang mengandung satu atau kombinasi bahan, yaitu vitamin, mineral, tumbuhan atau bahan yang berasal dari tumbuhan, asam amino, bahan yang digunakan untuk meningkatkan angka kecukupan gizi (AKG), konsentrat, metabolit, konstituen, dan ekstrak. Definisi ini direvisi dalam Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK.00.05.23.3644 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa suplemen makanan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau bahan lain (berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan) yang mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi.

Vitamin mineral mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, di antaranya sebagai antioksidan dan fungsi imunitas. Asupan vitamin mineral sebaiknya melalui konsumsi makanan yang beragam dan seimbang, namun apabila kebutuhan vitamin mineral yang bersumber dari makanan tidak dapat terpenuhi maka salah satu pilihan adalah mengkonsumsi suplemen.

(47)

gizi mikro yang berhubungan dengan risiko penyakit kronis dengan memberikan suplementasi multivitamin mineral dengan dosis 100% RDA.

Penelitian oleh Barringer et al. (2003) menunjukkan bahwa suplementasi multivitamin mineral menurunkan kejadian infeksi dan menurunkan prevalensi kekurangan zat gizi mikro. Suplementasi multi vitamin mineral juga telah terbukti dapat menurunkan prevalensi defisiensi multi zat gizi mikro pada orang dewasa sehat (Navarro dan Wood 2003).

Penelitian manfaat suplemen vitamin mineral juga dilakukan oleh Graat et al. (2002) melaporkan hasil penelitiannya bahwa suplemen multi vitamin-mineral menurunkan kejadian dan keparahan infeksi saluran nafas atas. Akan tetapi hasil meta-analisis dari beberapa penelitian RCT yang dirangkum menjadi tiga simpulan oleh Kadiki dan Sutton (2005) menyatakan bahwa sebagai simpulan pertama yakni 3 dari 7 hasil penelitian dijumpai rata-rata jumlah hari sakit dari sampel yang menerima suplemen multivitamin-mineral lebih pendek dibandingkan plasebo. Kemudian simpulan kedua yakni 3 dari 7 hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel yang mendapat suplemen multi vitamin-mineral sedikitnya menderita satu kali infeksi selama penelitian dengan OR 1.10 (CI: 0.81- 1.50) dibandingkan dengan plasebo. Selanjutnya simpulan ketiga yaitu 4 dari 7 hasil peneltian menunjukkan bahwa suplemen multi vitamin dapat menurunkan jumlah infeksi tetapi dengan signifikansi (p=0.11). Ditambah lagi hasil meta-analisis oleh Bleys et al. (2006) terhadap peranan suplemen vitamin mineral sebagai antioksidan memperoleh hasil bahwa suplemen vitamin-mineral belum terbukti kuat dalam melindungi kejadian penyakit jantung disebabkan karena dari 7 hasil penelitian menunjukkan adanya kecenderungan suplemen vitamin-mineral melindungi terjadinya atherosclerosis dibandingkan kontrol -0.06 (95% CI:-0.20-0.09;p=0.44).

(48)

RDA adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua populasi menurut kelompok umur, jenis kelamin dan kondisi fisiologis tertentu seperti kehamilan dan menyusui (Muhilal dan Hardinsyah 2004).

Sementara itu, di Filipina digunakan istilah Recommended Energy and Nutrient Intakes (RENI). Sedangkan di Amerika Serikat sejak Tahun 2000 digunakan istilah Dietary Reference Intake (DRI). DRI adalah nilai-nilai referensi yang merupakan dugaan kuantitatif intik zat gizi untuk digunakan dalam perencanaan dan penilaian menu makanan bagi penduduk sehat. DRI terdiri dari

Recommended Dietary Intake (RDA), Adequate Intake (AI), Tolerable Upper Intake Level (UL), Estimated Average Requirement (EAR) (IOM 2000).

Pertimbangan penting dalam aplikasi DRI meliputi dua hal yaitu: pertama kebutuhan zat gizi didefinisikan sebagai level intik terendah yang akan mempertahankan taraf gizi tertentu pada seseorang, dan kedua yakni kriteria kecukupan gizi untuk menetapkan kebutuhan zat gizi tersebut berbeda antar zat gizi dan juga dapat berbeda pada suatu zat gizi tertentu antar kelompok umur.

DRI terdiri atas empat komponen, yaitu : 1. Estimated Average Requirement (EAR)

EAR adalah rata-rata level intik zat gizi harian yang diduga memenuhi kebutuhan zat gizi dari setengah populasi sehat pada kelompok umur dan jenis kelamin tertentu

2. Recommended Dietary Intake (RDA)

RDA adalah level intik zat gizi harian yang cukup (sufficient) untuk memenuhi kebutuhan zat gizi bagi hampir semua (97-98%) penduduk sehat pada kelompok umur dan jenis kelamin tertentu

3. Adequate Intake (AI)

(49)

4. Tolerable Upper Intake Level (UL)

UL adalah suatu angka paling tinggi dari suatu zat gizi yang bila dikonsumsi dalam jumlah tersebut setiap hari tidak menimbulkan efek yang membahayakan kesehatan. Namun, UL bukan level intik zat gizi yang dianjurkan karena tidak ditemukan manfaat yang dapat diperoleh seseorang yang tampak sehat jika mengkonsumsi zat gizi melebihi RDA atau AI. Jika intik meningkat di atas UL, maka potensi resiko efek negatif terhadap kesehatan akan meningkat.

Kriteria dan nilai anjuran untuk Tolerable Upper Intake Level (UL)

Penetapan nilai UL untuk masing-masing zat gizi berbeda. Nilai UL untuk vitamin C bagi orang dewasa adalah 2000 mg/hari berdasarkan efek negatif yang ditandai timbulnya diare osmotic. UL untuk vitamin E adalah 1000 mg/ hari berdasarkan efek negatif adanya peningkatan perdarahan. Sedangkan untuk UL selenium adalah 400 µg/ hari berdasarkan efek negatif yang timbul yaitu selenosis. UL sangat bermanfaat bagi masyarakat karena banyaknya pangan yang difortifikasi dan meningkatnya penggunaan suplemen makanan. UL dapat diterapkan pada penggunaan harian secara kronis.

(50)

Tabel 2 Kecukupan gizi, UL, dan batas maksimum BPOM vitamin dan mineral yang digunakan dalam suplemen penelitian

Zat gizi Satuan AKG* RDA* UL* Batas maks. 19-29 th 30-49 th 19-30 th 31-50 th 19-30 th 31-50 th BPOM* Vitamin

C mg 75 75 75 75 2000 2000 1000 E mg 15 15 15 15 1000 1000 400 A μg 500 500 700 700 3000 3000 1500 B6 mg - - 1,3 1,3 100 100 100 Asam folat μg 400 400 400 400 1000 1000 800 B12 μg 2,4 2,4 2,4 2,4 ND ND 200 D μg 5 5 5+ 5+ 50 50 10

Mineral

Zn mg 9,3 9,8 8 8 40 40 30 Se μg 30 30 55 55 400 400 200 Cu μg - - 900 900 10000 10000 3000 Fe mg 26 26 18 18 45 45 30 Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004); Institute of Medicine (1997, 1998, 2000,

2001); Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (2004)

Ket.: *AKG: Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan, RDA: Recommended Dietary Allowance,

UL: Tolerable Upper Intake Levels, BPOM: Badan Pengawas Obat dan Makanan, ND: not

determined

+AI: Adequate Intake

Sistem Imunitas

(51)

Imunitas juga diartikan sebagai resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut sistem imunitas. Reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya disebut respon imunitas (Baratawidjaja 2006).

Sistem imunitas terdiri atas sistem imunitas alamiah atau nonspesifik (natural/innate/native) dan didapat atau spesifik (adaptive/acquired). Dalam penelitian ini selanjutnya akan disebut spesifik dan non spesifik. Sistem imunitas yang normal sangat penting untuk kesehatan manusia, dan makanan adalah salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi sistem imunitas. Pemeriksaan adanya perubahan fungsi imunitas memerlukan pendekatan dengan parameter sistem imunitas. Hasil review menunjukkan bahwa marker/pertanda fungsi imunitas yang umum digunakan untuk mengevaluasi penelitian intervensi zat gizi terhadap sistem imunitas terdapat 3 kategori yaitu high, medium, dan low. Produksi antibodi terhadap antigen spesifik, respon delayed-type hypersensitivity,

vaccine-specific atau total secretory IgA dalam saliva diklasifikasikan dalam parameter high suitability. Marker yang termasuk medium adalah sel natural killer, oxidative burst terhadap phagocytes, proliferasi limfosit dan sitokin yang diproduksi oleh sel imunitas. Dikatakan dalam review tersebut bahwa tidak ada

(52)

Gambar 3 Gambaran umum sistem imunitas (Baratawidjaja 2006)

Sistem Imun Non-spesifik

Sistem imun non-spesifik adalah sistem pertahanan bawaan, yakni komponen normal tubuh yang selalu ditemukan pada individu sehat dan siap mencegah mikroba yang akan masuk ke dalam tubuh. Untuk menyingkirkan mikroba tersebut dengan cepat, imunitas non-spesifik melibatkan kulit dan selaput lendir, fagositosis, inflamasi, demam, serta produksi komponen-komponen antimikrobial (selain antibodi) (Tortora 2004). Sistem imun ini disebut non-spesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir. Sistem ini merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan dapat memberikan respon secara langsung (Baratawidjaja 2006).

SISTEM IMUN

SPESIFIK NONSPESIFIK

LARUT SELULAR HUMORAL SELULAR

Gambar

Gambar 1. Vitamin E setelah melepas ion hidrogen
Tabel 1  Kategori suplemen multivitamin mineral dalam beberapa penelitian
Gambar 3 Gambaran umum sistem imunitas (Baratawidjaja 2006)
Gambar 5 Peran oksigen dalam cedera sel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hukum Pidana sebagai Hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Undang-Undang dan berakibat diterapkannya hukuman bagi siapa yang melakukannya dan memenuhi

Kemudian sampel yang akan menjadi responden tersebut akan diberikan kuesioner penelitian tentang analisis pengaruh perceived value, citra merek, dan kualitas layanan terhadap

Investasi pada produk unit link mengandung risiko, termasuk namun tidak terbatas pada risiko politik, risiko perubahan peraturan pemerintah atau perundang-undangan lainnya,

a) Setelah menimbangkan perakuan Fakulti, Senat Universiti boleh mengiktiraf pencapaian seseorang pelajar yang hilang keupayaan secara kekal dan tidak dapat meneruskan

Variabel bebas yang akan digunakan untuk membuat pemodelan antara lain panjang jalan, lebar jalan, kepadatan, kondisi jalan dan jenis kendaraan yang dilalui disimpan dalam

Hasil uji statistik diketahui tidak ada sel dengan nilai ekspektasi &lt;5, maka digunakan continuity correction dengan p = 0,004 &lt; 0,05 sehingga Ho ditolak,

Berdasarkan data yang diperoleh, salah satu asumsi yang menyebabkan terjadinya discrepancy ini adalah proses pengambilan sampel di screening station tidak sesuai

Perilaku pendidikan kesehatan yang dilakukan res- ponden tentang cuci tangan menggunakan sabun yang mempunyai kategori kurang baik terdapat pada pernyataan tentang menyuruh anak