• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SUPLEMENTASI MULTIVITAMIN MINERAL TERHADAP RESPON IMUN DAN STATUS

ANTIOXIDAN SERTA STATUS MICRONUTRIENT

Vit A, Se, Zn

Berperan dlm fs

Cytolitic

Vit A

Vit A, Zn

Mempertahanka

n fungsi vili,

mucin, microvilli

Vit A, Se, Zn berperan

dalam fungsi fagositosis

Vit A, Se, Zn

meningkatka

n proliferasi

Se, Zn

Berperan dlm fs

cytotoxic

konsumsi

Suplemen

multivitamin mineral

Suplemen vit C

STRESS

1

Vitamin adalah komponen organik yang diperlukan dalam jumlah kecil, namun sangat penting untuk reaksi-reaksi metabolik di dalam sel, serta diperlukan untuk pertumbuhan normal dan pemeliharaan kesehatan. Beberapa vitamin berfungsi sebagai koenzim yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang esensial. Sebagian besar koenzim terdapat dalam bentuk apoenzim, yaitu vitamin yang terikat dengan protein. Mineral terutama mineral mikro terdapat dalam jumlah sangat kecil di dalam tubuh, namun mempunyai peranan penting untuk kehidupan, kesehatan, dan reproduksi ( Almatsier 2006; Piliang 2006).

Peranan lain dari vitamin dan mineral adalah sebagai antioksidan yang sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia. Beberapa vitamin dan mineral yang mempunyai peranan sebagai antioksidan, diantaranya vitamin E, vitamin C, vitamin A, selenium, zat besi dan zinc. Zat- zat ini seringkali disebut zat gizi antioksidan (IOM 2000).

Sistem imunitas/kekebalan tubuh memerlukan zat gizi antioksidan antara lain untuk memproduksi dan menjaga keseimbangan sel imun (hematopoises), melindungi membran sel dari SOR ( vitamin dan mineral sebagai antioksidan), untuk melawan mikroorganisme penyebab penyakit (imunitas bawaan/innate dan dapatan/adaptive). Tubuh memerlukan vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup agar sistem imun dapat berfungsi secara optimal. Vitamin dan mineral tertentu seperti vitamin A, vitamin E, vitamin C, vitamin B6, vitamin B12, zinc, selenium dan zat besi mempunyai peranan dalam respon imun. Zat gizi tersebut membantu pertahanan tubuh pada tiga level yaitu pertahanan fisik (kulit/mukosa), seluler dan produksi antibodi. Oleh karena itu kombinasi vitamin dan mineral dapat membantu sistem perlindungan tubuh bekerja dengan optimal (Wintergerst

Vitamin A Peranan vitamin A

Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara luas, vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan prekursor/provitamin A/karotenoid yang mempunyai aktivitas biologi sebagai retinol (Almatsier 2006). Vitamin A memiliki beragam fungsi penting untuk tubuh, diantaranya untuk penglihatan, pertumbuhan, diferensiasi sel, reproduksi, dan integritas dari sistem kekebalan tubuh (Olson 1987; Calder et al. 2002). Dalam peranannya di dalam differensiasi sel termasuk sel kornea dan membran konjungtiva, sehingga mencegah terjadinya xeropthalmia, dan untuk

photoreseptor sel rod (batang) dan cone (kerucut) dari retina. Vitamin A mengatur ekspresi berbagai gen yang mengkode protein struktural (seperti keratin kulit), enzim (seperti alkohol dehidrogenase) dan retinol binding protein. Peranan vitamin A pada sistem imunitas terkait dengan pertumbuhan dan differensiasi limfosit B( Wintergrest et al. 2007). Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis protein, dengan demikian berpengaruh terhadap pertumbuhan sel (Almatsier 2006).

Akibat kekurangan dan kelebihan vitamin A

Kekurangan vitamin A (KVA) terjadi ketika simpanan tubuh habis terpakai sehingga mengganggu fungsi fisiologis. Kekurangan ini dapat merupakan kekurangan primer yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi vitamin A atau kekurangan sekunder karena adanya gangguan penyerapan dan penggunaannya di dalam tubuh, kebutuhan meningkat, dan karena gangguan pada konversi karoten menjadi vitamin A. Kekurangan vitamin A pada tahap awal, terjadi gangguan pada integritas sel epitel dan kemudian mengganggu sistem imun, selanjutnya diikuti gangguan pada sistem penglihatan. Dalam keadaan kekurangan vitamin A, integritas mukosa epitel terganggu, hal ini sebagian besar disebabkan karena hilangnya sel globlet penghasil mukus. Konsekuensinya adalah meningkatkan kerentanan terhadap kuman patogen di mata dan saluran nafas serta saluran pencernaan. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian dimana anak anak dengan

kekurangan vitamin A menderita penyakit saluran nafas (Karyadi et al. 2002; Long et al. 2006).

Kelebihan vitamin A dapat terjadi jika mengkonsumsi vitamin A dengan jumlah yang berlebihan dalam jangka waktu lama. Kelebihan dapat menyebabkan kerusakan hati, sakit pada tulang dan sendi, alopecia, sakit kepala, muntah, dan kulit mengering (FAO/WHO 2001). Kelebihan terjadi bila konsumsi vitamin A dalam bentuk vitamin A.

Vitamin E Peranan vitamin E

Vitamin E merupakan antioksidan larut lemak terbesar di dalam sistem pertahanan antioksidan sel dan hanya didapat dari makanan. Peranan besar vitamin E adalah melindungi poly unsaturated fatty acid (PUFAs) dan komponen lain dari membran sel dan low-density lipoprotein (LDL) dari oksidasi oleh radikal bebas. Vitamin E terletak di dalam lapisan phospolipid dari membran sel, sehingga sangat efektif dalam melindungi kerusakan lemak tak jenuh (Almatsier 2006; FAO/WHO 2001).

Vitamin E juga mempunyai fungsi utama sebagai chain-breaking antioxidant. Vitamin E memberikan hidrogen dari grup hydroksil (-OH) pada struktur radikal bebas, sehingga radikal bebas menjadi tidak reaktif. Vitamin E menghentikan peroksidasi lemak radikal bebas dengan memberikan elektron tunggal untuk membentuk tokoferil kuinon yang stabil dan teroksidasi sempurna (Marks et al. 2000) (Lihat Gambar 1). Oleh karena itu keberadaan vitamin E di dalam tubuh sangat diperlukan. Alfa-tokoferol juga dapat menghambat aktivitas protein kinase C yang terlibat dalam proliferasi sel dan diferensiasi sel di dalam sel otot polos, trombosit, dan monosit. Penghambatan protein kinase C oleh alfa-tokoferol merupakan suatu tindakan untuk menekan produksi lemak yang memfasilitasi protein kinase C translocation sehingga meningkatkan aktivitas proliferasi dan diferensiasi sel (IOM 2000).

Gambar 1. Vitamin E setelah melepas ion hidrogen

Akibat kekurangan dan kelebihan vitamin E

Kekurangan vitamin E umumnya menyerang sistem saraf dan otot, pembuluh darah, dan sistem reproduksi. Kekurangan vitamin E biasanya terjadi karena adanya gangguan absorpsi lemak dan gangguan transpor lipida (IOM 2000; FAO/WHO 2001; Almatsier 2006). Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa konsumsi vitamin E mengurangi risiko penyakit jantung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi vitamin E antara 200-400 mg/hari dapat mengurangi risiko parkinson’s disease, menunda kejadian katarak, memperbaiki mobilitas penderita arthritis (FAO/WHO 2001). Akan tetapi menggunakan

vitamin E secara berlebihan dapat menimbulkan keracunan. Dosis tinggi juga dapat meningkatkan efek obat antikoagulan yang digunakan untuk mencegah penggumpalan darah (Almatsier 2006) dan memicu terjadinya prooksidan (FAO/WHO 2001).

Vitamin C Peranan vitamin C

Kekuatan vitamin C sebagai antioksidan larut air disebabkan karena kemampuan vitamin C dalam mereduksi. Vitamin C antara lain mereduksi superoxide menjadi hidrogen peroksida, atau Fe3+ menjadi Fe2+, atau reduksi unsur logam lainnya. Setelah perpindahan satu elektron, vitamin C menghasilkan radikal monodehydroascorbate. Radikal ini akan berubah menjadi askorbat dan dehydroaskorbat. Kebanyakan jaringan tubuh mempunyai enzim glutathione-dependent monodehydroascorbat reductase dan NADPH yang akan mereduksi radikal tersebut menjadi askorbat kembali. Dehydroaskorbat tidak stabil dalam larutan, dan akan mengalami pemecahan gugus cincinnya menjadi diketogulonic acid. Akan tetapi, dehydroaskorbat biasanya direduksi oleh NADPH atau glutathione dependent reductase menjadi askorbat (Bender 2003). (Lihat Gambar 2). Vitamin C juga diperlukan dalam beberapa proses di dalam tubuh seperti biosintesis, carnitin yang mentransfer lemak, hormon adrenalin, cortison, transpor elektron dalam banyak reaksi enzimatik, melindungi integritas dari pembuluh darah, melindungi gusi dan meningkatkan fungsi imunitas (Goodman 1991).

Akibat kekurangan dan kelebihan vitamin C

Kekurangan vitamin C dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti pendarahan atau bengkak di gusi, nyeri persendian, atau konsentrasi vitamin C di plasma, darah dan leukosit yang sangat rendah. Kekurangan vitamin C akut dapat menyebabkan skorbut. Seseorang dengan kekurangan vitamin C dapat menurunkan kekebalan seluler (Chandra, 2002).

Kelebihan vitamin C dari makanan jarang terjadi, akan terjadi jika mengkonsumsi suplemen vitamin C secara berlebihan, dimana dapat menimbulkan hiperoksaluria dan resiko lebih tinggi yaitu terbentuk batu ginjal (Almatsier 2006). Efek samping lainnya bila mengonsumsi vitamin C dosis tinggi

yaitu dapat mengganggu saluran pencernaan dan diare (IOM 2000), akan tetapi selama mengonsumsi dengan dosis di bawah Upper Limit (UL) tidak menimbulkan efek negatif (Hatchcock et al. 2005).

Gambar 2 Reaksi redoks vitamin C

Selenium Peranan selenium

Enzim glutation peroksidase (GSH-Px) memegang peranan sebagai katalisator dalam pemecahan peroksida yang terbentuk di dalam tubuh menjadi ikatan yang tidak bersifat toksik. Glutation peroksidase adalah enzim antioksidan yang mengandung selenium pada sisi aktifnya. Kerja enzim ini mengubah molekul hidrogen peroksida (yang dihasilkan SOD dalam sitosol dan mitokondria) menjadi air.

Peroksida dapat berubah menjadi radikal bebas yang dapat mengoksidasi asam lemak tidak jenuh yang ada pada membran sel, sehingga merusak membran sel tersebut (Winarsi 2007; Marks et al. 2000). Selenium juga bekerjasama dengan vitamin E dalam peranannya sebagai antioksidan. Selenium berperan serta dalam sistem enzim yang mencegah terjadinya radikal bebas dengan menurunkan konsentrasi peroksida dalam sel. Sedangkan vitamin E menghalangi bekerjanya radikal bebas setelah terbentuk. Selenium dan vitamin E disamping melindungi membran sel dari kerusakan oksidatif, juga membantu reaksi oksigen dan hidrogen pada akhir rantai metabolisme, serta membantu sintesa imunoglobulin. Peranan selenium banyak dijumpai di dalam sitosol dan mitokondria karena

glutation peroksidase berperan di dalam sitosol dan mitokondria sel, sedangkan vitamin E di dalam membran sel (FAO/WHO 2001).

Peranan selenium sebagai antioksidan yang terlibat dalam perlindungan terhadap kerusakan akibat oksidatif melalui peranan glutation peroksidase,

membuat selenium dihubungkan dengan pencegahan penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya. Hasil meta-analisis dari dua puluh lima penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi selenium dalam darah berbanding terbalik dengan risiko penyakit jantung (Mateo et al. 2006).

Akibat kekurangan dan kelebihan selenium

Selenium adalah mineral kelumit yang penting untuk sintesis protein dan aktivitas enzim glutation peroksidase. Defisiensi selenium pada manusia dapat menyebabkan nekrosis hati dan penyakit degeneratif. Pada awalnya, kekurangan selenium pada manusia dikenal sebagai penyakit Keshan. Penyakit ini pernah terjadi di Cina pada daerah berbukit dan pegunungan dengan kandungan selenium yang rendah pada tanahnya, dimana terjadi kardiomiopati atau degenerasi otot jantung yang menyerang anak-anak dan wanita (FAO/WHO 2001; IOM 2000; Winarsi 2007). Dampak kekurangan Selenium terhadap imunitas antara lain menurunkan titer IgM dan IgG, mengganggu chemotaxis neutrofil dan produksi antibodi oleh limfosit, dan meningkatkan CD4+ serta menurunkan CD8+. Hasil penelitian oleh Calder et al. (2002) menunjukkan bahwa pada keadaan kekurangan Se dapat menurunkan titer IgG dan IgM, dan CD 8+ akan tetapi

meningkatkan CD 4+. Dampak kelebihan selenium adalah selenosis, termasuk perubahan kulit dan kuku, kerusakan gigi, gangguan sistem pencernaan dan sistem saraf (IOM 2000).

Zinc Peranan zinc

Zinc merupakan komponen lebih dari 300 enzim yang berpartisipasi dalam sintesa dan degradasi karbohidrat, lemak, protein, dan asam nukleat. Zinc juga menstabilkan struktur molekul dari komponen seluler dan membran serta berkontribusi dalam menjaga integritas sel dan organ. Peranan penting lainnya adalah sebagai bagian integral enzim DNA polimerase dan RNA polimerase yang diperlukan dalam sintesis DNA dan RNA, juga sebagai bagian dari enzim kolagen. Zinc berperan pula dalam sintesa dan degradasi kolagen. Oleh karena itu zinc berperan dalam pembentukan kulit, metabolisme jaringan ikat dan penyembuhan luka. Di samping itu zinc diperlukan untuk sintesa Retinol Binding Protein/RBP yaitu protein pengikat retinol di dalam hati. Peranan zinc di dalam fungsi imunitas antara lain di dalam fungsi sel T dan dalam pembentukan antibodi oleh sel B, serta pertahanan non-spesifik (FAO/WHO 2001; Almatsier 2006). Zinc juga diperlukan di dalam aktivitas enzim SOD yang memiliki peranan penting dalam sistem pertahanan tubuh, terutama terhadap aktivitas senyawa oksigen reaktif yang dapat menyebabkan stress oksidatif (Winarsi 2007).

Akibat kekurangan dan kelebihan zinc

Kekurangan zinc dapat terjadi bila seseorang banyak mengonsumsi makanan berupa serealia dan kacang-kacangan, dimana makanan ini mengandung tinggi serat dan fitat yang dapat menghambat penyerapan seng. Gejala-gejala kekurangan seng diantaranya menurunnya ketajaman indera perasa, melambatnya penyembuhan luka, gangguan pertumbuhan, menurunnya kematangan seksual, terganggunya sistem imun, terganggunya fungsi kelenjar tiroid, laju metabolisme dan gangguan homeostasis (Whittaker 1998; Almatsier 2006). Kekurangan zinc pada anak-anak mengganggu pertumbuhan (Dijkhuizen et al. 2001) juga mengganggu pembentukan IgG (Raqib et al. 2004). Sementara itu, kelebihan zinc

dilaporkan dapat mengganggu penyerapan tembaga. Dosis zinc 2 gram atau lebih dapat menyebabkan muntah, diare, deman (FAO/WHO 2001; Almatsier 2006).

Besi Peranan besi

Peranan zat besi berhubungan dengan kemampuannya dalam reaksi oksidasi dan reduksi. Secara kimia, zat besi merupakan unsur yang sangat reaktif sehingga mampu berinteraksi dengan oksigen. Dalam keadaan tereduksi, besi kehilangan dua elektron sehingga memiliki dua sisa muatan positif (Fe2+/fero). Sedangkan dalam keadaan teroksidasi, besi kehilangan tiga elektron sehingga memiliki tiga sisa muatan positif (Fe3+/feri). Karena dapat berada dalam dua bentuk ion ini, besi berperan dalam proses respirasi sel, yaitu sebagai kofaktor bagi enzim-enzim yang terlibat dalam reaksi oksidasi-reduksi ( FAO/WHO 2001; Almatsier 2006).

Aktifitas SOD dan katalase bergantung pada zat besi ini. Antioksidan enzimatis bekerja dengan cara mencegah terbentuknya senyawa radikal bebas baru (Marks et al. 2000; Winarsi2007). Selain itu sebagian besar zat besi berada dalam hemoglobin, hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru keseluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbon dioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Zat besi juga berperan dalam imunitas dalam pembentukan sel-sel limfosit. Disamping itu dua protein pengikat besi yaitu transferin dan laktoferin dapat mencegah terjadintya infeksi dengan cara memisahkan besi dari mikroorganisme yang diperlukan untuk berkembang biak.

Akibat kekurangan dan kelebihan besi

Kekurangan zat gizi besi dapat menimbulkan anemia gizi besi yang merupakan masalah zat gizi mikro terbesar di beberapa negara, termasuk di Indonesia. Masalah ini terutama terjadi pada bayi, anak pra sekolah, dan wanita usia subur (Word Bank. 2006). Pada wanita usia subur, dua faktor yang menyebabkan terjadinya anemia adalah menorrhagia (berlebihnya kehilangan darah selama menstruasi) dan kehamilan. Pada Ibu hamil, kejadian anemia

disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan ibu akan zat besi dan juga meningkatnya pertumbuhan fetus dan plasenta.

Dampak keadaan kekurangan besi pada imunitas, antara lain aktivitas neutrofil menurun, sebagai konsekuensinya, kemampuan membunuh bakteri intraseluler secara nyata terganggu (FAO/WHO 2001). Sel NK sensitif terhadap ketidakseimbangan besi dan menunjukkan kemampuan yang rendah untuk membunuh jika tubuh kekurangan besi, karena mereka memerlukan jumlah besi yang cukup untuk differensiasi dan proliferasi (Calder et al. 2002).

Vitamin B6 Peranan vitamin B6

Vitamin B6 yang terdapat di alam terdiri dalam tiga bentuk yaitu piridoksin, piridoksal, dan piridoksamin. Piridoksin hidroklorida adalah bentuk sintetik yang digunakan sebagai obat. Dalam keadaan difosforilasi, vitamin B6 berperan sebagai koenzim berupa piridoksal fosfat (PLP) dan piridoksamin fosfat (PMP) dalam berbagai reaksi transaminasi. Di samping itu PLP berperan dalam berbagai reaksi lain.

Vitamin B6 juga berperan dalam fungsi imunitas. Penelitian pada manusia menunjukkan bahwa kekurangan vitamin B6 mempengaruhi pematangan dan pertumbuhan sel plasma sehingga menganggu produksi Ab, dan aktivitas sel T (Rall and Meydani 1993).

Akibat kekurangan dan kelebihan vitamin B6

Kekurangan vitamin B6 jarang terjadi karena biasanya kekurangan vitamin B6 terjadi secara bersamaan dengan kekurangan vitamin B kompleks lainnya. Hipovitaminosis B6 sering bersamaan dengan kekurangan riboflavin karena riboflavin dibutuhkan untuk membentuk koenzim PLP. Ketidakcukupan vitamin B6juga dapat menyebabkan menurunnya metabolisme glutamat di otak sehingga terjadi ketidakberfungsian sistem saraf. Selain itu, kekurangan vitamin B6 juga menyebabkan kerusakan sistem imun (FAO/WHO 2001).

Vitamin B6 jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan selama berbulan-bulan maka akan terjadi kerusakan saraf yang tidak dapat diperbaiki, dimulai

dengan kesemutan pada kaki, kemudian mati rasa pada tangan dan akhirnya tubuh tidak mampu bekerja (Almatsier 2006). Dampak kekurangan vit B6 pada imunitas antara lain menyebabkan penurunan respon Ab, DTH, IL-1-beta, IL-2, serta aktivitas sel NK dan proliferasi limfosit (Trakatellis et al. 1997).

Asam Folat Peranan asam folat

Folasin dan folat adalah nama generik sekelompok ikatan yang secara kimiawi dan gizi sama dengan asam folat. Ikatan-ikatan ini berperan sebagai koenzim dalam transportasi pecahan-pecahan karbon tunggal dalam metabolisme asam amino dan sintesa asam nukleat. Bentuk koenzim ini adalah tetrahidrofolat (THF) atau asam tetrahidrofolat (THFA).

Fungsi utama koenzim folat (THFA) adalah memindahkan atom karbon tunggal dalam bentuk gugus hidroksimetil atau metil dalam reaksi-reaksi penting metabolisme beberapa asam amino dan sintetis asam nukleat. THFA berperan dalam sintesis purin-purin guanin dan adenin serta pirimidin timin, yaitu senyawa-nyawa yang digunakan dalam pembentukan asam-asam deoksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA). Folat dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan sel darah putih dalam sumsum tulang dan untuk pendewasaannya. Folat juga berperan sebagai pembawa karbon tunggal dalam pembentukan besi hem (Almatsier 2006).

Akibat kekurangan dan kelebihan asam folat

Kekurangan folat dapat mempegaruhi morfologi inti sel terutama sel-sel yang sangat cepat membelah, seperti sel darah merah, sel darah putih. Maka dari itu asam folat yang cukup di dalam tubuh membantu fungsi imunitas terutama dalam proliferasi sel. Di dalam darah, keadaan ini dicirikan dengan terjadinya anemia megaloblastik dan makrositik dengan eritrosit yang membesar, tidak matang, dan berlebihnya jumlah hemoglobin. Kekurangan folat pada wanita hamil dapat menyebabkan cacat pada janin yang disebut neural tube defect (NTD) (Almatsier 2006; FAO/ WHO 2001).

Vitamin B12

Peranan vitamin B12

Vitamin B12berfungsi pada dua bentuk koenzim, yaitu adenosilkobalamin dengan metilkalonil-CoA mutase yang berperan penting dalam metabolisme propionat, adenosilkobalamin dengan leusin mutase yang berperan dalam metabolisme asam amino, dan metilkobalamin dengan metionin sintetase yang berperan dalam metabolisme karbon tunggal. Vitamin B12 juga diperlukan untuk mengubah folat menjadi bentuk aktif dan dalam fungsi normal metabolisme semua sel.

Akibat kekurangan dan kelebihan vitamin B12

Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan gangguan pembelahan sel, khususnya didalam sum-sum tulang dan mukosa usus halus.Kekurangan vitamin B12 dari makanan jarang terjadi, namun sebagian besar disebabkan oleh penyakit saluran cerna atau gangguan absorpsi dan transportasi. Karena dibutuhkan untuk mengubah folat menjadi bentuk aktifnya, salah satu gejala kekurangan vitamin B12 adalah anemia karena kekurangan folat. Dampak kekurangan vitamin B12 terhadap imunitas terkait dengan peranan vitamin B12 dalam pembelahan sel, sehingga kekurangan vitamin B12 dapat menganggu fungsi imunitas seluler. Penelitian yang dilakukan pada pasien dengan pernicious anemia atau anemia megaloblastic sesudah menjalani operasi ( konsentrasi vit B12 serum < 85 pg/ml) menunjukkan adanya penurunan yang signifikan pada jumlah limfosit dan CD 8+ dan proporsi sel CD4+. Disamping itu juga ditemukan rasio CD4+/CD 8+ yang tidak normal dan menurunnya aktifitas sel NK. Akan tetapi kejadian kelebihan vitamin B12 jarang dilaporkan (Almatsier 2006).

Vitamin D Peranan vitamin D

Vitamin D khususnya kalsitriol (1,25 dihidroksivitamin D3) terutama berfungsi seperti hormon steroid. Vitamin D menjaga homeostasis kalsium dan fosfor, disamping itu bersama vitamin C, vitamin A, hormon-hormon paratiroid dan kalsitonin, protein, serta beberapa mineral membantu pembentukan dan

pemeliharaan tulang (Almatsier 2006). Kalsitriol memegang peranan penting dalam diferensiasi sel, proliferasi sel, dan pertumbuhan banyak jaringan tubuh termasuk kulit, tulang, pankreas, sel saraf, kelenjar paratiroid, dan sistem imun. Oleh karena itu peranan vitamin D berkaitan dengan sistem imunitas non-spesifik maupun spesifik.

Akibat kekurangan dan kelebihan vitamin D

Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan kelainan tulang, yang pada anak-anak dinamakan ricketsia dan pada orang dewasa disebut osteomalasia. Selain itu, kekurangan vitamin D pada orang dewasa dapat pula menyebabkan osteoporosis. Kekuranagn vitamin D juga mengganggu fungsi imunitas yang optimal (Wintergrest 2007). Sedangkan konsumsi vitamin D dalam jumlah berlebihan mencapai 5 kali AKG akan menyebabkan keracunan dengan gejala kelebihan absorpsi vitamin D yang akhirnya menyebabkan kalsifikasi berlebihan pada tulang dan jaringan tubuh seperti ginjal, paru-paru, dan organ tubuh lain (Almatsier 2006).

Tembaga (Cu) Peranan tembaga

Tembaga adalah komponen dari banyak enzim. Enzim-enzim yang mengandung tembaga memiliki berbagai peran dalam reaksi yang menggunakan oksigen atau radikal oksigen. Tembaga merupakan bagian dari enzim metaloprotein yang terlibat dalam fungsi rantai sitokrom dalam oksidasi di mitokondria, sintesis protein-protein kompleks jaringan kolagen di dalam kerangka tubuh dan pembuluh darah, serta dalam sintesis pembawa rangsangan saraf. Di dalam sel darah merah, sebagian besar tembaga terdapat sebagai metaloenzim superoksida dismutase yang terlibat sebagai enzim antioksidan dalam memusnahkan radikal bebas. Tembaga mempengaruhi beberapa aspek imunitas, seperti fungsi neutrofil, monosit dan sel-T. Enzim SOD yang mengandung Cu berperan penting di dalam sistem pertahanan terhadap oksidan (Winarsi 2007). Selain itu, tembaga memegang peranan penting dalam mencegah

anemia melalui membantu penyerapan besi, merangsang sintesis hemoglobin, dan melepas simpanan besi dari feritin di dalam hati (Almatsier 2006).

Akibat kekurangan dan kelebihan tembaga

Kekurangan tembaga dari makanan jarang terjadi. Kekurangan pernah dijumpai terjadi pada anak anak yang kekurangan protein dan menderita diare (Almatsier 2006). Kekurangan tembaga menyebabkan hypochromic anemia, neutropenia, pembentukan tulang terganggu, tetapi tembaga bukan satu-satunya pemicu tibulnya gejala tersebut. Penelitian untuk melihat kekurangan tembaga menunjukkan bahwa kekurangan Cu mengganggu imunitas bawaan (non-spesifik) dan spesifik, juga mengakibatkan perubahan atau pergeseran respon anti-inflamasi sitokin Th2. Keracunan akibat kelebihan tembaga jarang terjadi, biasanya terjadi karena kontaminasi tempat dari makanan dan minuman (FAO/WHO 2001).

Interaksi Antar Zat Gizi Mikro

Vitamin dan mineral dikategorikan sebagai zat gizi mikro. Interaksi zat gizi mikro dapat terjadi melalui dua mekanisme, yaitu: (1) satu jenis mikronutrien secara langsung mempengaruhi penyerapan mikronutrien lainnya, dan (2) defisiensi atau kelebihan satu jenis mikronutrien dalam organisme mempengaruhi metabolisme mikronutrien lainnya (Lonnerdal 1988). Interaksi dapat terjadi di dalam makanan, pada fase penyerapan atau ketika di dalam tubuh. Makanan mengandung campuran berbagai zat gizi dan bahan bahan lain sehingga memungkinkan terjadinya interaksi zat gizi. Pada fase penyerapan, makanan dicerna dan zat gizi dilepas untuk dapat diserap. Selama dicerna, zat gizi mikro mempengaruhi bioavailability atau penyerapan zat gizi mikro lainnya, misalnya

Dokumen terkait