• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Sosiokultural dalam Komunitas Pesantren Persatuan Islam (Kasus di Pesantren PERSATUAN ISLAM, desa Rancabogo, Kecamatan Tarogong, Kabupaten Garut, Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perubahan Sosiokultural dalam Komunitas Pesantren Persatuan Islam (Kasus di Pesantren PERSATUAN ISLAM, desa Rancabogo, Kecamatan Tarogong, Kabupaten Garut, Jawa Barat)"

Copied!
328
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)
(152)
(153)
(154)
(155)
(156)
(157)
(158)
(159)
(160)
(161)
(162)
(163)
(164)
(165)
(166)
(167)
(168)
(169)
(170)

PERUBAHAN

SOSIQKULTURAL

DALAM

KOMUNITAS PESANTREN PERSATUAN lSLAM

(Kasus dl Pesantrcn PERSATUAN ISLAM, Desa Rancaboga, Keci~nratan Tarogong, Kabupaten Garu t, Jawa Barat)

Oieh:

NABIEL FUAD ALMUSAWA

PROGRAM PASCASARJANA

(171)

ABSTRAK

NABIEL FUAD ALMUSAWA. Pembahan Sasiokultural Dafarn Kornunitas Pesantren Persaturn Islam (PERSIS) Kasus di Pesantren PERSIS Desa Rancabogo, Kecamatan Tarogong, Kabupaten Garut, Jaw& Barat. Dibimbing oleh M.T. FELIX SITORUS, FREDIAN

TUNNY

NASDlAN dan

M,

HIDAYAT NURWANID.

Tujuan pnelitian ini adalah untuk meneliti PERSXS -sebagai saiah satu representmi dari gerakan skripturalis dan sekaligus juga refomis Islam di Indonesia-

&lam melakukan sebuah perubabn sosiokuttuml. Secara busus maka penelitian ini dilakukan dengan meneliti kanleks sejarah munculnya aliran PERSIS di Xndanesia serta pesantren PERSIS Tarogong; Meneliti perubahan sosiokulturai yang bersifat purifikasi yang dilakukan oleh PERSIS sehingga ia pantas untuk disebut sebagai sebuah gerakan

ymg skriptural; dan Meneliti perubahan sosiokultural yang hrsifat prnbaruan y ang diiakukan oleh PERSXS sehingga gerakan ini juga krsifat sebuah gerakan yang reformis.

Penelitian ini dilaksanakan di Pesantren PERSIS Tarogong, Desa Rancabogo, Kecsmatnn Tarogong, Kstbupaten Garut Jawa Barat sejak lanuari 2000 sampai dengan Januari 2003& Metode penelitian bersifat deskriptif anal i tis menggunakan metode studi kasus melalui teknik wawancara (inferview), pengamatan (observarr'ovr) dan pengamatan berpartisipasi (frar~r'cl;tratian observation) untuk analisis perubahan susia kul turn1 bai

k

yang bersifat purifikasi maupun pembantan; sementara untuk penulisan sejarah pesantren digunakan metude oral histo~y. Data yang dikumpulkan dianalisis mcnggunakan metade kualitatif interpretatif, yaitu melalui gabungan antstra pernaparm ternurn ernpiris dengan proses hermeunerik melalui penafsirstn atas realitas, yaitu berdasarkan pengkategorisasi- an dan prnaknaan menurut konteks sasial budaya seternpat s m a kaitannya dengan teari dan kansep susiaIogis.

Berdasarkan hasil penclitian Pesantrcn PERSXS meruprtkan ke tarnpok skripturalis yang rnelaicukan gerakan purifikasi sekdigus modernis yang rnelakukan gerakan pernbahruan niiai-nilai Islam di Indonesia, Hal ini disebabkan sejarah berdirinya yang sangat dipengaruhi oleh pernikiran tokoh purifikasi lsXam Muhammad bin Abdul Wahhab dan tokoh pem baharu Islam Jamaluddin &Afghani. Dalarn perkern bangannya d i Indonesia maka pengaruh tersebut d i p e r m h aleir A, Hassan dan

M.

Natsir. Peswtren

PERSIS Tarogong rnempakan sebuah representasi pesantren PERSlS di Indonesia yang meneruskan kedua pola perubahan tersebut, setelah alimn PERSIS kontcmparer cenderung lebih m e n e k d a n pada sisi purifikasi dan kurang mernperhatikan aspek pembarustn. Langkah ini secara nyata rnendapat dukungrtn dari masyarakar seternpat dan juga beberapa pesantren PERSIS ymg Istin,

(172)

struktural daxipada kul turaI, y ai tu penanman kecintaan terhadap bahasa Arab se bagai jernhan memahami ilmu-ilmu keislaman

Perubaban sosiokultural yang berbentuk pembaruan brpenganrh selain pada rnasyarakat sekitar pesantren, juga pads pa& lingkungan luar kornunitas pesantren, yaitu

ke krbagai ptsantren PERSIS lainnya yang ada di wilayah Garut, gerakan pembaruan ini dilakukan pa& aspek keagammn, pendidikan dan politik, Gerakan pembaruan p d a aspck keagamaan dilakukan dengan menmbukin silcap maderat ddaiam pernahtrman dm penerapan nilai-nilai IsIm yang termasuk pada masalah cabang @ru

3

dalam ibadah dan
(173)

ABSTRACT

NABIEL FUAD ALMUSAWA, Sociocultural Changes in PERSIS (Pcrsatuan Islam)

Boarding Schad Community, a Case in PERSXS Boarding School, Rancabogo Vitlagc,

Taragang sub-distriet of Garut District, West Java. Under supervisions of M.T. FEIJIX SITORUS, FREDIAN T O N Y NASDZAN and

M.

HXDAYAT NURWAHID.

This research is aimed at analysing PERSIS as one of the rcpreseqtatives of scriptural movement and to a further extend, as an Islamic reformist in Indonesia in making socio-cultural changes, In details, this research is done by anaiysing a historical

context of PERSIS-ism in Indonesia as well as PERSXS Bowding Sclrool in Tarogong; analysing socio-cultural changes of any purification done by PERSlS that makes it a scriptural movement; and anaiysing the new system of socio-cultural changes done by PERSIS in order that makes it a reformist movement.

This research had been conducted at PERSiS Boarding School of Tarogong, Rancabogo Village, 'Tarogong sub-district of Garut, West Java, since January 2000 up to January 2003. The method of the research applied is analytical descriptive using a case

study n~ethods as follows: interview, observation and participation observation to anaiyse any socio-cuitural changes, while the method applied far analysing the written history of tllc boarding school is by using oral history, Data gathered is ltnalysed using a qualitative interpretative method - a combination of an enxpirical findings and a kerrncncutic process by nlcans of analysing of reality, which is based on categorising of thc socio-cultural contcxt of the vicinity and its relation with sociological concepi and tl~cary.

Based on the result of the research, PERSIS Boarding School is a scriptural group, which applies purification as we11 as modernist movemcnt to reform Islamic

vaiues in Indonesia. This is a result of ideas and principle of an Islamic figure of purification Muhammad bin AWul Wahhab and an Islamic reformation figure Jamaluddin &Afghani, who have given their influences to the history of PERSIS' estabiishment. A.1-lassan and M.Natsir have done further improvement of these influences in Indonesia. PERSIS Boarding SchooI of Tarogong is a representative of

PERSIS boarding School in Indonesia that maintains and falluws the two patterns of

changes mentioned above, while PERSIS contemporary school tended to emphasize an two side of purification and was not focusing on the new changes. These new steps have obviously received a positive response from the community in the vicinity as well as

some other PERSlS boarding schools.

The changes in sucio-cultural aspect with a purification dimension done by PERSXS boarding school of Tarogong has a strong influence particularly in the boarding school internai community, that is the students and people in the vicinity. Purification done includes the re1 igiaus cultural aspect, education and language. The purification movement an the religious cultural aspect is done by changing the society values considered inappropriate with the originality of Xsiamic lessons like tuk-hayut, bid 'ah and khurufar. Introducing and giving the Islamic values in forms of'cognitive, affective and psychomotoric do the purification movement an the education part, which applied in daily activities of the community*

(174)

Socio-cultural changes in the form of reformation has the influence on the community in the vicinity as weif as the outside environment of the boarding school

community, some other PERSXS boarding schools in the vicinity of Garut, this movement is done in three aspects, religion, education and politic, The movement the religion is

done by developing modern attitude in understanding and applying Islamic values found

(175)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya

yang berjudul Pembahan Sosiokulturai dalam Komunitas Pesantren Pcrsatuan Xsfam JKasus di Pesantren Persatuan Islam Desa Rancabom, Kecamatan Tarogong, Kabupaten

Garut, Jawn Barat) merupakan gagasan a&u h i 1 penelitian tesis saya sendiri, dengdn pem bimbingan Kamisi Pembirnbing, kecuali yang dengan je ias ditunj u kkan mj ukanny a. Tesis ini belum pernah diajukan lrntuk memperoieh gelar pada program sejenis di

perguruan tinggi lain,

Semua data dm infarmasi yang digunakan tclah dinyatakan sclcara jelas dan dapat di peri ksa kebenarannya,

Nama : Nabiel Fuad Almusawa,

SP,

(176)

PICRUBAHAN SOSIOKULTUML

DALAM

KOMUNXTAS PESANTREN PERSATUAN

ISLAM

(Kasus di Pesantren PERSATVAN ISLAM, Desa Rancabago, Kecarnafan Tarogang, Kabupatexx Garut, Jrtwsr Barat)

Oleh :

NABlEL FUAD ALMUSAWA

Tesis

Diajukan Sebagai Salafi-satu Syarat Untuk Mernperofeh Getar Magister Sains h d a

Program Studi Sasiolagi Pcdesaan

X'XXOGIXAM PASCASAlXJANA

(177)

: PERUBAHAN SOSIQKULTUML DALAM KOMUNITAS PESANTHEN PERSATUAN ISLAM (Kasus di Pesantren PERSATUAN ISLAM, desa

Rancabogo, Kecarnaian Tarogong, Kabupaten Garut, Jawa Barat)

Nomar Yokok : 98098

Dr. Ir. M.T. Felix Siforus, MS Ketua

.

Fredian Tonnv Nasdian, MS

Angguta Anggota

Ketua Program Studs Direktur Program Pascasarjana Sasiolagi Pedessan,

(178)

Penuiis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 5 Mei I967 dari arangtua krnarna Ir. Fuad Abdurrahmztn, M.Sc. dan ibu &mama Tcngku Rahmah Ilasyim, lfan penulis merupakm urank pertama dari lima bersaudara.

Tahun 1980 penulis menarnatkan pendidikan Sekolah Dasar di ST) Negeri Cipanas I, tahun 1983 mcnamatkan sekolah di Sekolah Menengah Pertarnrt Negeri Cipanas clan pada tahun 1986 di Sekolah Mcnengh Atas Negeri Cipanas, Pada tahun

1993 pen~llis rnenamatkan pendidikan sarjana (S I ) pada lurusan Sosial Ekonom i Pertanian, Fakultas Pertmian, Universitas Djuanda Bogar. Pada tahun 1 996 penulis rnengajar di Universitas Mercu Buana Jakarta dan sejak tahun 1997 sarnpai sckarang penulis bekerja sebagai staf pengajar tetap pada Jurusan Sasial Ekononr i Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Djunnda.

Pada bulan Okrober tahun.1996 penufis menikatx dengan Syarifah Hclda, SE, putri dari Syarif Achmad dan Syarifah Hasnnh. Sa~npai saat ini penulis tetah dikaruniai Allah SWT seorang putra dan seorang putri.

Tahun 1998 penul is berkescmpatan uncuk mengikuci pendidikan S2 di Institut. Pertanian Bogar pada program studi SosioIogi Pcdesaan (SPD) dan lulus dengan thesis berjudul Perubahan Sosiokultural dalam Komunitas Pesantrcn Persatuan Islam

(179)

Puji dm syukur penulis panjatkan kekadirat ALLAH Yang Maha Kuasa atas

h n i a - N Y A pads penulis sehingga karyst ilmiah ini berhasil diselesaikan. 'Fema yang dipilih &lam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2000 ini perubrthan sosial, dengan j uduI Perubahan Sosiokultural dalarn Kornunitas Pesantren Persatuan Islam (Kasus cfi Pesantren Persatuan Xslm Desa REtn~abogo, Kecamatan Tarogong, Kabupaten Garut, Jawa Barat).

Terirna kasih penulis ucapkan kepada Bapak DR. Ir. M.T. Felix Sitorus,

MS.,

Bapak Xr, Fredian Tonny Masdian,

MS.,

dan Bapak DR. M, Hidayat Nurwsifiid, MA., selaku pernbimtring, serta Sapak DR. Ir. Endriatmo Soetarto, MS., yang telah banyak rnernberi saran. Disarnping itu penghargaan penuf is sampaikan kepada Bapak Drs.

Muhammad Iqbai pimpinan pesantren PEXSIS Tarogong beserta seiuruh usaiidz dan matidzah, para staf dan pengurus PP PIIRSI S Bandung, clan Yayasan Dakwah dan 'l'a'iim Jakarta, yang telztk banyak rnernbantu selarna penclitian scrta pengurnpulan data. Ungkapan t e r i m h s i h secara khusus pcnulis sampaikan kcpada istri tercinta Syarifah Ilelda, ayiyahanda (aim) dan i bunda, kerabat serta ternan-teman di Fakultas Pertanian INXDA atas segala dozr dan dorongan serta pengertiannya kepada penulis selama melaksanakan penelitim ini.

Terakhir semoga karya ilmiak ini bermanfaat dm menjadi m a 1 skalih bagi penulis, dm mohon maaf apabila ditemui kekurangan,

(180)

DAFTAR IS1

...

...

DAFTAR 'TABEL ,.

.

.

DAFTAR GAMBAR

...

DAFTAR LAMPIRAN

...

11

.

PENDEKATAN T'EORITIS

...

,

..

...

.

.

...

2.1

.

Tinjauan Pustaka

...

2.1.1. Agama dm Kebudayaan

...

2.1 .2

.

Perubahm Sosiokultural

...

2.1 .3

.

Santri dm Pesantren

...

2.1.4. Penelitian Perubahm Sosiokultural

...,...

2.2. Kerangka Pernikiran dm Hipotesa Pengarah

...

2.2.1. Kerangka Pemikiran

...

....

...

2.2.2. Hipatesa Pengarah

...

f

XI

.

METODE PENELITIAN

...

..,

...

3.1. Subyek Penelitian

...,...&..+...

3.2. Lokasi Penelitian

...

...

...

3.3. Metode Pengumpulan Data

...

3.4. Analisis Data

...,...

..,.

...

3.5. Infarman Penelitian

...

IV.

KEADAAN MASYARAKAT

TAROQONG

...

(181)

4.2. Aliran Keislamsln

...

3 8 4.3. Pendidikan

...

42

...

4.4. Bahnsa 43

...

4.5. Politik 44

...

4.6. Xkhtisar 45

...

V

.

PESANTEN PERSATUAM ISLAM TARQGUNG

5.1. Sejarah Persatuan Islam dm Pesantren PERSiS Tarogong

....

...

5.1.1. Sejarah Persatuan Islam di Indonesia

...

5.1.2. Sejarah Pesantren PERSIS Tarogong

5.2. Profil Pesantren PERSIS Tarogong

...

5.2.1. Visi dan Misi Pesantren PERSIS Tarogang

...

5.2.2. Sistern Pendidi kan di Pesantren PERSI S Tarogong 5.2.3, Pesantren PERSIS Tarogong antara Puri fikasi dan

Pem baharuan

...

V I

.

ASPEK-ASPEK PURIFlKASl SOSlOKULTURAL PESANTREN D1

PERSXS TAROGONG

...

69

6.1. Purifikasi Kuitur Keagamam

...

69

a

.

Aspek Aqidrrh

...L...L.

69 b

.

Aspek Ibadah

...L...

70

c

.

Aspek Akhtaq

...

73

...

6.2.

Purifikasi Kultur Pendidikan 75

6.3. Purifikasi Kultur Bahasa

...

81 5.4. Ikhtisar

...

83

VXI

.

PURXFI.U SI

SOSIOKULTURAL

DI

DALAM KOMINI'TAS
(182)

b. Aspek M d a h

...

89

c. Aspek Alcklaq

...

90

6.2. Puriftkasi Kultur Pendidikan

...

94

6.3. Purifikasi Kuleur Bahasa

...

.

.,

...

97

6.4. Xkhtisstr

...

...I...1...l..

...

98

VIII. PEMBARUAM SQSIOKULTURAL PESANTWN PERSiS TAROGONG TEREIADAP PESANTREN PERSIS LAIWYA

...

100

6.1

.

Pembaruan Kultur Agarna

...

.A

...

100

6.2. Pcmbaruan Kultur Pcndidikan

...

103

6.3. Pcmbaruan Kuitur Politik

...

108

6.4. Ikhtisar

...

114

IX. f ERUBAMAN SOSIOKWLTURAL PESANTREN PERSATUAN ISLAM: SUATU ANAL1 SI S

...

,...

..

...

...

1'16 X. KESIMPULAN DAN SARAN

...

123

1 0.1. Kesirnpuf an

...

123

10.2. Saran

...

124

DAFTAR PUSTAKA

...

126
(183)

3 Keadaan Santri Pesantren PERSIS Taragong Berdasarkan Tingkat,

Kelas dan Jumlah Santri, Tahun 2000

...

5 1 4 Dafiar Nama Kitab Rujukan unauk Mztta Ajaran Khas PERSIS Tingkat

Tsanawiyyah dan Mu'allirnin

...

82
(184)

Jumlah Penduduk Desrt di Kecarnatan Tarogong

... .

37 Masyarakat Kecamatan Tarogang Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tzlhun 2002

...

,

...

,..,

...

,.,...

,.

...

42

Sarana Pendidikan di Kccamatan Taralrg Tahun 2001

,.,...

43

Jum lah Perulehan Suara PARPOL di Kecarnairtn Tarogang pada

PEMILU Tahun 1987, 1892, dan 1997

~.~...,,..~~...~....~.~...,~.,.

44 Penyebaran Daerah Asal Santri Pesantren PERSIS Tarogong, Tahun

2000

...,...

....,....

..,

..,... .

.,... .

...,... .

...++

...+...

*+.,,...,... 62 Asatidz Tctap Bcrdasarkan Pendidikan l'erakhir

...

,,. 76

I'erkernbangan Jumlah Santri Pesantren PERSIS Tarogong Tingkat

Taj hiziyyah, Tsanaw iyya h dan Mu'af lirnin, Tafiun 1980-2002 77 Data Perkembangan Lulusan Santri untuk Tingkat Tsanawiyyah

dan Mu'alIirnin Periode 1980-2000

...

78 Penyebaran Daerah Asal Santri Pesantren Tarogong

...+...

79

Persentase Daerah Asal Santri dari Desa Rancabogo di Pesantrcn

PERSXS Tarogong

. .

..

.

..

. .. . ...,.

.,....

.

.

. .

. ...

,

..

.

..

,..

.

...

. .

95

lumlah Lima Besar Perofehm Suara PARPOL di DPR, DPICD-I dan

DPRD-II Kecamatan tarogang pada PEMILU 1899

...

112 Jumlah Perolehan Suara PARPOL di Kecamatan Tarogang gada
(185)

DAFTAR LAMPIRAN

12

13.

14.

IS.

16

.

Jurnlah Pendudu k Desa di Kecalnatan Tarogong

...

129

Masyarakat Kccamatan Tarogong Berdasarkan Tingkat. Pendidikan

Tahun 2002

...

130

...

Sarana Pendidikan di Kecrtmatan Twong Tahun 200 1 I30

Jurnlah Peralehan Suara PARPQL di Kecamatan Tarogang pada

...

PEMILU

Wun

1987. 1992. dan 1997 131

Jurnlah Asaridz Tetap Berdaqarkan Pendidikan Terakhir

...

131

Perkembangan Jumlah Santri Pesantrcn PERSXS Tarogong Tingkat

Tajhiziyyah. Tsanawiyyah dan Mu'allimin. Tahun f 980-2002 132

Data Perkembangan Lulusan Smtri untuk Tingkat Tsanrtwiyyab

dan Mu'allirnin Periode 1980-2000

...

133

...

Penyebaran Daerah Asal Santri Pesantren Tarogang 133

Persentase Daerah Asal Santri dari Desa Pataruman di Pesantrcn

f ERSfS Tarogong

...

134 Jurnlah Lima Besar Perolehan Suara PARPOL di DPR, DPRD-I dan

DPRD-I1 Kecmatan tarogang pada PEMILU 1999

...

134 Jumfah Perotehan S u m PARPOL di Kecamatan Tarogong pada

PEMXLU Sebelumnya (Tahun 19. 1992 dm £997)

...

135

Nama Asarid Tetap Berdasakan Pendidikan dan J~abataflugas

...

t 36

Jurnlah dan Daerah Asal Santri Pesantren PERSf S Tarogang ...a. 138 Dstfiar Identitas Informan dan Respanden

...

139

...

Pets h k ~ i (Site Plan) Pesantren PERSlS Tarogong 141

(186)

I PENDAHULU AN

1,1. Latar belakang

Para ahli sosiologi mempelajari agamw dalarn fungsinya yang universal bagi

rnasyarakat dimma saja mereka ditemukan. Perhatian mereka a,dalah pada agarna sebagai salah satu upek dari tingkah-laku kefumpok dm pada peranan yang dirnainkannya selarna berabad-abad hingga se kararrg dalam mengernbangkan dan mengham bat kelangsungan hidup kelompok-kelompak masyarakat ('Notingham, 1994:2). Beribadah

-

bersama-sama menggunakm lambang-lambang keagmastn- telah mempersatukm kelornpok-kelampok mmusia dalam ikatan yang paling erat yang pernah ada di dunia, akan tetapi perbedam agama juga telah rnembuat timbulnya beberapa pertentangan yang paling hebat diantara kelarnpok-kelampok i tu, i bad& kengamaan di hiasi dengan keindahan seni yang luarbiasa tetapi juga berjalan baik dalam kehidupm ymg paiing sederhana sekalipun. Ide tentang Tuhan telah membantu rnernberi sernangat pada manusia dalam n$.enj a l d a n tugas-tugasnya sehstri-hari, menerima nstsibnya yang tidak baik atau b&an b e r u s h mengatasi kesukaran-kesukam yang banyak dm hrusaha mengakhirinya (Notingham, 1 994:4),

Secara ringkas unsur-unsur penting &ri agama terdiri dari ide tentang hal-ha1 yang salrrrtl (sacred), sikap-sikap yang dituntun aleh perasaan yang berhubungan dengan

(187)

kelompok perneluk &lam masyarakat yang ditandai oleh nilai-nil& mom1 yang sama

(Durkheirn, 1947 diacu dalam Notingham, 1994~2 1-22),

Thomas O'Dea (1996) menyatakan b&wa argmisasi sasial d a l m banyak masyardcat tradisional di Asia dikntuk oleh agama. Bahasa ymg paling krmakna dari sebagiian bsar masyarakat Asia adalafi bahasa agma. Untuk memahami dinamika sosidnya, dm mengembangkan cam-cara menggun&.an dalam proses pembangunan, kita perlu memahami bagaimana agama berperan dalam relasi-relasi sosial dan hidup bersama serta perilku masing-masing orang, Perbandingan aktivitas keagmaan dengan aktivitas lain #titau antara lembaga keagamaan dengm lembaga sosial lain, $elah dianggap bahwa

agama dalam hubungannya dengan rnasalah yang tak dapat diraba (the beyond) tidalah

sesuatu yang tidak penting bagi rnasalah pokak rnanusia. Namun kenyataan menunjukkan

lain, sebenamya lembaga keagamaan mengandung arti penting tertentu, menyangkut wpek kehidupan manusia, yang dalam transendensinya, rnencdcup sesuatu yang tidak terganti kan dm rnenonjol bagi manusia. B a h h sejarah menunj u k a n b&wa lembaga- lernbaga kkeagmaan merupakan bentuk asosiasi manusia yang paling mungkin untuk

tern bertahan (O'Dea, 1996:2).

(188)

abad ke-16 di Jennan, Ernile Durkhcim seormg pelupor sosialagi agarna di Perancis menyatakan bahwa agarna merupakan sumber sernua kebudayaan yang tiaggi, sementara Karl Mam menyatltkan bahwa agma merupakan cmdu bagi manusia (O'Dea, 1995:2-3). Dalam rnengkaji agma dm perubahan sosial, Max Weber berusaha menampilkan tertib realitas sosial seorang pelaku rnasywkat beserta penafsiran subyektif si pelaku sendiri. Metude inilah yang kemudian rfise but sebagai sosio logi interprctatif

(~erstehende-sociologv) (Turner, 1984:xiii). Dalm susialagi Weber kita h m s mengawnli suatu pexlelitian dengan persiapan sccukupnya atau keterangan-keterangan tentang dunia subjrekti

F

si pelaku, sebelum menarik pnjelasan-penjelasan tentang dunia subyekti f itu, Dia~tara ahli sosiolagi ymg rnenggunakan dm berusaha rnenyen~purnakm

metade pendekatan W e h r dalztrn penelitian agama adalah Clifford Geertz, yang berbagai peneiitiannya sudh sangat dikenaf di Indonesia. Pakar lainnya yang kemudian terus menyempurnakan pendekatan tersebut adalah Peter Berger, ia merasa bahwa pendekatan

hngsionalistis yang disajikan Geertz (dkk) tidaklah rnernadai. Krtrena itu ha1 ini harus

didampingi oXeh kesediam melihat agama dari sudut substantive isi ajaran. Dengan kata lain Berger menckankan suatu pendekaran yang bersifat fenomenalonis. Inlerpretasi

terhadap makna bukanlah sesuatu yang bersumber dari si peneliti, tetapi sebagaimana aktor ingin rnengatakannya, Adalah tugas peneii ti untuk menangkap interprctasi dari aktor tersebut (Geertz, 1982:xiv), Metode penyimpufan dan penafsiran drtlam kajian tentang nilai seperti diatas disebut sebagai mctade verstehen, 1 awmny a adalah metode

erklaren.

(189)

sendiri tentang Islm secara ekslusif hmya menunjuk pada iakasi Arab tradisional pada rnasa a w d tislam (Turner, 1984:xiv). Bagi Weber, sifat lembaga-lernbaga pali ti k muslim yang patrimoniallah yang rnenjadi penghalmg tumbuhnya prakondisi kapitalis (Turner, 1984:xii). Saat Weber menyebut agama Islam scbztgai agama praj urit yang telah. rnengintradusir suatu etika yang tidak selaras Gengan "semangat kapitalisrne" pendapat

ini disangkaf oieh kenyataan-kenyataan faktual,

Sebagaimana yang dikatakan oieh Parsudi Suparlan bahwa dengan terjadinya berbagai perubahan struktural, berafti bahwa pranata-pranata sosial yang selama ini sal ing rncnunjang dengan agama telah mengalami perali han, ha1 inilah yang rner~dorong r~~unculnya reforrnasi Islam yang disebut Gecrtz datarn konteks scjarah Islam, sebagai

skrlpturcrlisme. Gerakan itzi tidaklah sekedar menentang segala bid'ah tetapi terutama ingin rnelanjutkan usaha yang tanpa henti ke arah tercapainya "konsolidasi spiritual". Geertz menyebut proses ini sebagai munculnya sikap religious-mindedtms, kecenderungan berfi kir yang bertolak dari kepriharinan ref igius. nerbeda dengan

religiousness, ketika orang dirangkul oleh keyakinm keagamaan, maka religious-

mindedness addah situasi saat orang merangkul agmanya. Dengan demikian gerakm

slcripturalis dapat pula disebut sebagai suzxtu proses dari "idiologisasi agama". Agma

tidak iagi dirasakan sebagai begitulah semestinya, tetapi sesuatu yang harus dibina dan dipelihara, jika hidup ini ingin tetap bermaha (Geertz, 1 982:~).

Dalam konteks Indonesia, Persaturn Islam (PERSXS) merupakan salah satu representasi dari gerakarl skripturalis Islam sebagaimana yang digambarkan oleh Geertz, penentangannya terhadap segala jenis bid'ah, dan usahanya menjadikan agama sebagai

(190)

sebagai sebuah gerakan yang bersifat skriptural (mengembalikan Islam kepada teks af- Qur'an dan as-Sunnah), Gerakan ini berusafra untuk rnenyatukan antara nilai-nitai agztrna dcngan realitas kehidupan sehari-ilari, sehingga agama menjadi aturan yang 111c tlgi kat dan rnengarahkan semua aspek kehidupan penganutnya. Melalui salah seorang tokohny 3 A. I,,Iassan, PERSIS rnenjadi dikenal sebagai -aliran yang berusaha mengembalikan

kemurnian (purifrkasi) ajaran Islam dan rnembersihkannya dari berbagai pencemaran

lain. Dalam kaitmnya dengan reformasi sosial Ban politik di Indonesia, PERS1S juga berperan peilting dalam ikut serta mengubatr peta sasial palitik Indonesia sejak masa pra- kemerdckaan, Salah seorang tokohnya

M.

Natsir tercatat sebagai salah seorang p e l a h sejarab perpolitikm di Indonesia.

Pesantren PERSXS Tarogong sebagai bagian dari PERSXS, merupakan salah satu

dari pesanlen PERSXS yang benrsaha untuk me1ak;ukm dua Atifitas sekaligus, yaitu di

satu sisi berusaha memurnikm nilai-nilai fundamental dalam agama Xslam (puri fi kasi), sekaligus di sisi lain juga bemsaira melakukan pernbaruan berbagai ha1 y ang bersifat non

substantif &lam Xslam serta rnasih dapat menerima berbagai penxbdxan dm

Masih minimnya penelitian sasialogis tentang nilai-nilai Xslam khususnya pesmtren PERSlS di Indonesia, lebih khusus lagi yang berkdtan dengan aspek penrt3&an sasial serta perlunya kajian-kajian lebih mendalam tentang brbagai alirm- aiirm ddam XsTam, rnenyebabkan penelitian ini rnendapahn relevansinya.

Berdasarkan latar bel&ang tersebut di atas, maka yang akan dikaji dalam

(191)

sosiokultural? Proses apa saja yang dilakukan afek gerakan ini sehingga ia pantas untuk disebut sebagai gerakan yang skriprural? Dan proses apa" saja yang di iakukan sehingga

gerakan ini juga bersifat gerakan reformis?

1.2. Permasalafian

Ddam bentuk mum, pertanyaan penelitiannya addah mengenai bagai rnanakah PERSIS -sebagai salah satu representasi dari gemkan skripturalis dm sekaligus juga

refomis Islam di Indonesia- rnelakukan sebuah perubahan sosiokultural?

Beberapa pertanyaan pokok ymg diajukan (berdasarkan skala dari yang paling urnurn sampai yang lebih spesifik) adalah sebagai berikut ;

1, Bagairnanakah kanteks s c j p h mmculnya a I i m Persatuan Islam di Indonesia

dan brdirinya pesantren PERSIS Tarogong?

2. Ap&& terj adi pembahan susio kultural yang bersifat purifi kasi yang

dilakukrnxl oleh pesantren PERSIS Tarogong? Bagairnana purifikasi tersebut dilakuksm?

(192)

*

1,3. Tujunrtl

Secara m u m tujuan dwi penelitian ini adalah untuk rnengkaji PERSlS -sebagai salah satu representasi dari gerakan skripturalis dan sekaligus juga reformis Islam di Indonesia- melakukan sebuah perubafim sasiokultural. Sedatlgkan secara Wlusus maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Meneliti konteks sejarah rnunculnya dirm PERSlS di Indonesia dan pesantren PERSIS Tarogong.

2. Meneliti perubatrm sasiokultural ymg hrsifat purifikastsi yang dilakukan oleh psmtren PERSIS Tarogong.

3, Meneliti pembahan sasiokultural yang bersifat: pernbaruan yang dilakukan oleh pesantren PERSlS Tarogong.

1.4. Kegunaan Penelltian

Penelitian inl. diharapkan mampu memenuhi beberapa kegunaan sebagai berikut; I . Berpretensi rnemberikan sum bangan pengkay am ddam k h a n a h penel it ian dalarn

bidang bjian ilmu-ilmu sosial, khususnysn studi tentang pembahm sosial masyarakat pesantren di Jawa Barat,

2. Dapat digunaicm sebagai studi banding dalam bidang-bidang kajian serupa, terutarnr! pada studi komunitas skala rnikro.

3. Dapat digunaican untuk rnelakukan studi ;entang peranan agama dalstrn perubahan

sosial serta studi di bidang peranan pesantren Xslarn secara umum dalarn kaitannya

(193)

II PENDEKATAN TEUIUTXS

2,1, Tinjauan Pustaka

Dalm b ~ b ini dipaparkan tentang konsep-konsep yang Bigunaican dalam penelitim ini mencalcup konsep agma dan kebudaym, penrbahan sosiokultural, santri

dm pesantren dm beberapa penelitian y m g telalr dilakukm tentang tema yang berkaitan.

2.1,1, Agammt dan Kebudayaan

Clyde Kluckhohn bepenclapat bahwa sistem religi merupakan satah satu dari rujuh ciri kebudayaan universal yang pcrtarna', dirnana urutan unsur-unsur kcbudayaan terscbut menunjukkan makin sukarnya unsur tersebut mengalami pcntbahan

(Kaentjarmingrat, 1994:2). Lebih lanjut Kaentjwaningrat menyebutkan bahwa ada tiga jenis wujud kebudayaan (Koentjaraningrat, 1 994:5-61, sebagai berikut :

1. Kebudayaan sebagai suatu kolnpleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, noma-

norrna, peraturan dan sebagainya. Wujud ini merupakan wujud ideel, abstrak, iakasinya di keprtta-kepala, dafam huku-buku karangan pcnulis yang

bersangkutan, disebut adut tala kelakunn terdiri dari (dari yang paling abstrak)

2. Kebudayaan sebagai komplcks aktivitas kclakusln bervo fa dari mar~usia daf am

masyarakat sering disebut sistem sosial, terdiri dari akrivitas rnanusia yang hrinteraksi, hrsifat kongkrct, tcrjadi di sekeliling kita bisa diobservasi.

(194)

3, Kebudayaan sebagai benda-benda hail k m a manusia, merupakm selumh total Mil fisik yang dapa? diraba, dilihat: dm difato.

Perbedam antara Sistem niiai budaya, sikap mental dan mentalitas adaXah sebagai berikut ; sistem nilai budaya fakusnya adaiah pada kebudayaan

&an

masyarakat, baru individu, ia menrpakrtn tingkat ystng paling abstrak dari a d s , terdiri dari konsepsi- konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar wagst masyarakat, rnengenai hal-

ha1 y ang harus rnereka mggap m a t bernilai daiam hidup (biasanya rnenjadi pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia) (Koentjarmingrat, 1 994:25). Sementara sikap mental

( l i t l j ~ i ~ d e ) banyak dipakai dalarn psikologi, fokitsnya pada individu, baru sckunder pada

masyarakat dan kebudayaan dan ia bcrsurnber dari sistem nilai buday a (Koentjaraningrat,

1 994 :26). Adapun Men tali tas merupakan keseluruhan dari isi serta kemampuan ala~n pikiran &an jiwa manusia dalam mcnanggapi f ingkungannya (Koentjaraningrat, 1 994:26).

Beda antara agarna, reiigi dan kepercay aan rnenurutny a adalah ( Kocnijaianingrat, 1994: 145):

1. Religi, merup&an suatu sistem yang terciiri dari ernpat: komponen :

a, Emosi keagamaan, yang meny ebabkm manusia bersi kap reli gius. Yang rnenggetarkan jiwst seseorang (walau ia sedang sendirian).

b. Sistem keyakinan yang mengandung segala sifat Tuhan, segala nilai dan ajaran

(195)

10

Kathaf ik rnungkin biasa-bias ssaja), salib dan patung Maria merupakan dua simbot yang merupakan sistem kcyakinan dalam agama Kathafik.

c, Sistem riius, upacara yang merupakan usaha untuk berhubungan dengan Tuhstn,

dewa, mahfuk gaib, dm sebagainya. Merupakan behavioral mun$~.stution (wujud

kclakuan) dari religi. Merupakan hmbinasi dari berbagai macam unsurnya

(sajadah, doa dan sebagainya, alatnya : mesjid, gereja, dan sebagainya).

d. Umat/'kesatuan sosr'al, yang meyakini (ad 2) dm melaksanakan (ad 3) tersebut. di

atas. Bisa berupa : (1) Keluarga inti dan kelampok kekerabatan kecil, (2) Kefornpak kekerabsttan yang tebih besar (keluarga has, klen, suku, rnarga, dll), (3) Kesatuan komunitas seperti desa, gabungan desa, dan sebagainya, (4) Orang- orang religius, orde-orde rahasia, dm sebagainya.

2. Poin b,c,d di atas merupakan bagim dari kebudayztan (karma semua ciptaan rnanusia), sementara poin a bukm rnerupakan bagian kebudayaan karma ia berada di luar kebudayaan (Koentj araningr3t, 1 994: 1 49).

3. Istilah agma menurut Kaentjaraningrat mengacu kepada yang diakui resmi oleh negara (yaitu Islam, Katkolik, Protestan, H i n d u - D m a dm Budha); sernentara religi adalah ymg tidak diakui resmi (seperti Konghucu, 7-th Day Advenfh, dm

sebagainya); adapun kepercayam merupakan sesuatu ymg memili ki arti khas, yaitu komponen ke-2 dalam tiap agama atau religi.

Sidjabat (Sumardi, 1982:76-77) menyatakan bahwa Agama berdsal dari kata a

(196)

ternukai~ dalam kata religion (Inggris), religion (Jermm), religie (Belanda), religion

(Perancis), religi6tz (Spariyal). .Semua kata itu berasal dari bahasa Latin religio yang aksu kaianya iaiah religare yang berarti rnengikat. Arti religio itu rnencakup way of life berikut peraturan-peraturannya dan kewaj i ban-kewaj i banny a, merupakan alat un tuk rnengi kat dan mengutuhkan dari sesearang atau sekelornpok u m g dalam hubungaxlnya terhadap Ttlhan, sesama manusia dm alam yang mengitarinya. Sernentara arti Diin d i d e f i n i s i h y a sebagai corpus of obligatory prescriptions given by God to which must

subrnir (Corpus dari syari'at ymg diwajibkan pada manusia oleh Tuhan, terhadap mana rnztnusia h a m tunduk).

Ludjita menggambarkan bahwa agama dari satu segi memiliki dua dimensi yaitu transedental/uMxrawi dm mondidlduniawi; yang kesatu menyangkut hubungan rnmusia

dengan Tuhmyrt (segi ibadah), ymg kedua menyangkut hubungan manusia dengm manusia lain & lingkungannya (segi mu 'amulah).

Dm

d a i m kehidupan sehari-hari

kedua dimensi itu dalam satu pribadi secara terpadu yang ikut m e n e n t u h corak dan bentuk kqribadian pernitiknya (Sumardi, 1982: 171, pada sisi lain agama juga memiliki dua aspek kekuatan yaitu sebagai pengendali (social control) dan motivator (dinamisator)

(197)

Suparian (1981/1982:86) lebih rnenekmkan bahwa agama addah seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia dm rnengatur hubungan rnanusia dengan lingkungannya. Atwan-aturan tersebut penuh dengm muatan sistem nilai karena bersumber pa& etos dan panclangan hidup, sehingga aturan dm peraturan yang ada dalam a g m a lebifr menekankan pada h d - hal yang normatif atau yang sehanrsnya dm sebaiknya dilakukan (Suparkan,

1981/1982:&6). Agarna secara mendmar dm umum fdiiiht sebagai teks &tau doktrin) dapai didefinisikan sebagai seprangkat aturm dan peraturan yang mengatur hubungan mmusia dengan dunia grti b, khususnya dengm Tufxannya, rnengatur hubungan rnanusia

dengm manusia lainnya, dan rnengatur hubungan manusia dengan lingkungmya

(Robertson, 1988:V). Secara lebih

khusus

adalah suatu sistern keyakinan yang dianut dm tindakm-tindakm ymg diwujudkan oleh suatu kelompak atau rnasyarakat, d a l m

menginterpretasi dan rnemberi respon terhadap apa ymg dirasakan dm diyakini sebagai yang gaib dan swi (Robertson, 1988:V-VI). Sebagcti suatu sistern keyakinan, agarna berbeda dari sistem-sistern kcyakinan atau isme-isme lainnya karena iandasm iceyakinan keagamaan addah pada kansep suci (sacred) yang dibedakan dai, atau dipertentangkan dengan yang duniawi (profine), dm pada ymg gaib fsupernarura~ ymg menjadi iawsn dari hukurn-hukum alarniafi (natural),

Lebih lanjut Supalan r n e n j e l a s h bahwa dalam agama-agarna besar atau

samawi, ajaran-alarm agama yang diturunkan melalui wahyu tersebut dibukukan sebagai

kitab suci, dan begitu juga ajaran-ajaran nabi, Sedangkan dalam agama-agama lokal atau

(198)

penganutnya, agama berisi ajaran-ajaran rnengenai kebenaran tertinggi dan mutlak *

tentang eksistensi rnmusia

dfnn

peturrjuk-petunjuk untuk hidup seEamat di dunia dm akhirat (setelah mati), yaitu sebagai rnmusict yang t d w a pada Tuhannya, beradab dan mnusiawi yang berbeda dari carit hidup hewan atau rnahluk-mahluk gaib yang jahat dan berdosa Gin, setan dsb), Agama sebagai sistem keyakinan dapat mmenjadi bagian dari inti sistem-sistem nilai yang ada daiam kebudayaan dari rnasyarakac yang bersangkutan, dan menjdi pndorong atau penggerak serta pengontrol bagi tindaicstn-tindakan para anggota masyarakai tcrsebut untuk tctap bcrjalan scsuai dcngan nilai-nilai kcbudayaan dun itjurtu~~-

ajaran agamanya. Dalam keadam dimma pengaruh ajaran-ajaran agama itu sangat kuat terhadap sistem-sistem nilai yang ada dalam kebudayam masyardcat, yang bersangkutan, maka sistern-sistem niiai d a i kebuday am tersebut t e m j u d sebagai simbol-aimbol suci yang maknanya brsurnber pada ajaran-ajaran agama ymg rnenjadi kerangka acuamya, Dalarn keadaan dernikian maka secara langsung atau tidak etos yang rnenjadi pedoman

dari eksistensi dm berbagai pranata yang aaa dalam masy arakat ((keluaga, ekonorni, politik, dsb) dipengamhi, digerakkan dan diarahkan oleh berbagai sistem niIai yang surnbernya adalak pada agama yang dianutnya dan terwujud datam kegiatan-kegiatan para warga masyarakatnya scbagai tindakan-tindakan dan karya-karya yang diselirnuti oleh simbot-simbol suci (Robertson, 1 988:VIi).

Agarna sebagai sebuah sistcm keyaki t~an berisi kan ajaran dan petunjuk bagi para penganutny a supaya selamat (dari api neraka) daIam kehidupan setelah mati. Karena itu

(199)

tidak terwujud dalam bentuk ucapan melainkan dalam tindakan-tirndakan keagamaan $an bahkan jugst dalam tindakan-tindakan duniawi ~ehari~hari. Mengapa keyakinan yang sifatnya pribadi dm individu tersebut dapat terwujud sebagai tinclakan kelornpok atau rnasyarakat? Sebab yang utarna adalah dari hakikat agrtma ~ t u sendiri yang salah satu peneksulan ajarwya adalah hidup dalm kebersmaan dengan orang lain atau hidup bermasya&J. B&an ddam ha1 pahala rnisalnya pahala yang lebih banyak adalah dalm kegiatm beribadah secara berjammh dibandingkn dengan kegiatan ibadah sccara individu; sehingga seperti dinyatakan oleh Durkheim bahwsr landasan kehidupan , keagamm dm agama adalafr dari dm di &lam kehidupm sasial itu sendiri (Robertson,

1988:VIII).

h Sementrtra Geertz mendefinisikan agarna sebstgai suatu sistern sirnbol ymg

bertindak untuk rnemmtapkm perasastn-perasaan (moods) dan motivasi-motivasi secara

h a t , menyeluruh dm bertahan lama pada diri rnanwia, dengan cara rncmfomulasikarz konsepsi-konsepsi rnengenai hukumliceteraturan (order) yang berlalcu umum berkenaan dengan eksistensi (manusia) dan menydimuti konsepsi-konsepsi ini dengan suatu aura tertentu ymg rnenceminh ken yataan, sehingga persamam-persamaan tersendiri (uni k) adalah ny ata ada (Geertz, 3 986:87).

2.1.2. f erubahan SosiakulturaX

Terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang perubafian

sosial, adapun definisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagairnana yang

di kernukakan o1eh Moore yaitu ; Perubahan pcnting dari siruktrar sasiul, dirnn~la struktur

(200)

Pertanyam yang hams dijawab oleh semua teori pmbahan, ialah tentang s i f t

dm m e h i s m e yang mendorong perubahan tersebut. Berbagai jawaban telah diberikan,

ada yang rnenyatakan perubahm sebagai alcibat dari konflik, karena adanya Iapisan elit

beat% ketrena cara berfikir baru, karena kekuatan dari luar, karena mativasi individu untuk berprestasi, serta karena berbagai penyebab lainnya (Lauer, 1993:203). Adapun perspektif tentang rnekanisme perubahan sosia1 yang sesuai ddegaa koonteks perubahan

sosial di pesmtren Tarogong adalah perspektif idealisme. Yaitu pertapna menyatakan bahwa ideologi sebagai perintah perubahan, oleh Karl Mnnheim (Lauer, 1993:253).

Yang kedua menyatakan bahwa ideologi sebagai faktor rnempermucfah pcrubahan, oleh

Weber Lauer, 1993:257). Yang ketiga rnenyatakan babwa ideolagi sebagai rnekanisme

pengarah pembahan, oleh Pohk (Lauer, 1993:268).

Dirnensi perubahan sosial dapat dikelompokkan kedalm 3 jenis, yaifu dimensi

strukrural, dimensi kultural, dan dilnensi inreraksional (Tonny, F,, dan Barnbang, t. t.).

Dalam penelitian ini perubahan sosiai yang diamati adalah yang berdin~ensi kul turd y ang berubah melalui inovasi kulturaX rnelalui r'nvention, tentalion dan burrowing; di fusi

dengan cotlscious dvksion dan cutfural drift; &an integrasi rnenolak bentuk baru, menduplikasi kondisi lama dan baru bersama-sama dan menempatkan bentuk lama ke

dalam bentuk baru.

Sufairnan dm Fadjar menyatakan bahwa menurut V. Raal (1 977~21, penyebab

perubahan sosial adalah proses dari dalam (endogen) dan akibat kontak dengaxl rnasyarakat ntau dari kebudayaan luar (eksogcn) (1-IK, Nurdien, 1983:70). Dafarn proses perubahan sasial ada dampak posi ti f (namany a pem bangunadsociu'aI devtlopmeprt,

Gambar

Gambar 3, Sarana Pendidikan di Kwmatan Tarogong Tahun 2001
Gambar 4. Jurnlah Perolehan Suam PARPUL di Kecamatan Tarwong pada PEMIW
Gambar 5. Penyebaran Daerah Asal Santri Pesantren PERSIS Tarogong, Tahun 2000
Gambar 7. Perkembangan lumlah Santri Pesantren PERSlS "Tarogong Tingkat
+4

Referensi

Dokumen terkait