• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan metode Quality Function Deployment (QFD) dan analisis sensitivitas harga pada pengembangan padi varietas unggul hibrida

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan metode Quality Function Deployment (QFD) dan analisis sensitivitas harga pada pengembangan padi varietas unggul hibrida"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

PENER

(QF

(St

RAPAN M

FD) DAN

PEN

tudi Kasu

AG

FAKUL

IN

METODE

ANALIS

NGEMBA

UN

us : Kecam

GRIVINIE

DEPART

LTAS EK

NSTITUT

QUALIT

SIS SENSI

ANGAN P

GGUL H

matan Cia

Jawa Ba

SKRIP

RAINY FI H34070

TEMEN A

KONOMI

T PERTA

BOGO

2011

TY FUNCT

ITIVITA

PADI VA

HIBRIDA

anjur Ka

arat)

PSI

IROHMAT 055

AGRIBIS

DAN MA

ANIAN BO

OR

1

TION DE

AS HARG

ARIETAS

bupaten C

TILLAH

SNIS

ANAJEM

OGOR

EPLOYME

GA PADA

Cianjur

MEN

(2)

RINGKASAN

AGRIVINIE RAINY FIROHMATILLAH. Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD) Dan Analisis Sensitivitas Harga Pada Pengembangan Padi Varietas Unggul Hibrida (Studi Kasus : Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RITA NURMALINA).

Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh sektor pertanian khususnya tanaman pangan karena besarnya jumlah penduduk berkaitan langsung dengan penyediaan pangan. Dengan meningkatnya jumlah penduduk maka jumlah permintaan pangan khususnya padi, akan semakin meningkat.

Salah satu bentuk program yang dilakukan pemerintah dalam upaya meningkatkan produksi beras dalam rangka pemenuhan permintaan pangan adalah Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Agenda dan kegiatan dari program ini antara lain, berupa sosialisasi penggunaan benih padi hibrida. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah yang potensial untuk ditanami padi hibrida dalam rangka pengembangan padi hibrida di Jawa Barat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ideotipe padi hibrida yang diinginkan petani, menerapkan metode QFD (menyusun matriks HOQ) dalam pengembangan varietas padi hibrida, dan menganalisis sensitivitas harga benih padi hibrida di tingkat petani di Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur. Penelitian ini dibatasi hanya sampai tingkat penyusunan matriks HOQ atau sampai tahap perencanaan produk. Penelitian ini dilaksanankan pada bulan April – Mei 2011 di Gabungan Kelompok Tani Sugih Rahayu Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur.

Metode penentuan sampel dilakukan dengan cara proportional random

sampling. Petani dalam penelitian ini adalah petani yang pernah menanam padi

hibrida dan padi varietas inbrida (ciherang). Jumlah petani sebagai responden dalam penelitian sebanyak 30 orang dan tiga orang pemulia padi hibrida Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Alat yang digunakan untuk mengolah data hasil penelitian adalah analisis Microsoft Office Excel 2007. Penelitian ini menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD) dan Analisis Sensitivitas Harga.

(3)

iii benih besar, bentuk gabah ramping, tingkat kepatahan beras rendah (≤30 persen), beras putih berkapur, tekstur nasi pulen, dan aroma nasi wangi.

Pengembangan padi hibrida melalui penerapan QFD berdasarkan bobot absolut persyaratan konsumen, urutan prioritas yang harus dipenuhi yaitu produktivitas tinggi (7-10 ton per hektar), tingkat rendemen gabah menjadi beras (60-65 persen), tahan terhadap virus tungro, jumlah anakan produktif (>20 anakan), tahan rebah, batang besar dan kuat, jumlah gabah per malai (>120 butir gabah), daya berkecambah tinggi (≥80 persen), tahan terhadap hama wereng coklat, tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri, dan tahan terhadap penyakit blast, aroma nasi wangi, tekstur nasi pulen, patahan beras rendah (≤30 persen), bentuk gabah ramping, ukuran benih besar, beras putih berkapur, warna daun hijau tua, umur tanaman 90-120 hari, tingkat kerontokan gabah saat panen dan pengangkutan pada tingkat sedang (6-25 persen), tingkat kerontokan gabah saat penggebotan (prose perontokan gabah dari tangkainya) tergolong sedang (3-4 kali). Persyaratan konsumen yang perlu difokuskan adalah produktivitas tinggi (7-10 ton per hektar) yang memiliki bobot absolut tertinggi.

Pengembangan padi hibrida melalui penerapan QFD berdasarkan perhitungan bobot absolut persyaratan teknik, urutan prioritas persyaratan teknik dalam pemuliaan padi hibrida yaitu tingkat senescence, umur tanaman, jumlah gabah isi per malai, persentase gabah isi per malai, kadar air gabah, jumlah anakan produktif per rumpun, ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri, besar batang, panjang malai, ketahanan terhadap hama wereng coklat, rendemen beras giling, persentase beras kepala, rendemen beras pecah kulit, bobot 1000 butir gabah, ketahanan terhadap virus tungro, rasio panjang dan lebar gabah, warna daun, tinggi tanaman, posisi daun bendera terhadap malai, tekstur nasi, kadar amilosa, gel konsistensi, keterawangan, aroma, leher malai, indeks glikemik, derajat putih, dan kilap.

Pengembangan padi hibrida melalui penerapan QFD berdasarkan pada perhitungan bobot relatif persyaratan teknik memiliki perbedaan urutan prioritas yaitu tingkat senescence, umur tanaman, jumlah gabah isi per malai, persentase gabah isi per malai, jumlah anakan produktif per rumpun, kadar air gabah, panjang malai, ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri, rendemen beras giling, persentase beras kepala, besar batang, ketahanan terhadap hama wereng coklat, ketahanan terhadap virus tungro, rendemen beras pecah kulit, bobot 1000 butir gabah, warna daun, tinggi tanaman, posisi daun bendera terhadap malai, rasio panjang dan lebar gabah, aroma, tekstur nasi, gel konsistensi, kadar amilosa, keterawangan, leher malai, indeks glikemik, derajat putih dan kilap.

Berdasarkan analisis senstivitas harga, Indifferent Pricing Point (IPP) atau tingkat harga minimum untuk benih padi hibrida berada pada tingkat harga Rp. 29.000 per kg. Optimum Pricing Point (OPP) atau tingkat harga optimum berada pada tingkat harga Rp 35.000 per kg. Marginal Cheap Price Point (MCP) atau tingkat harga terendah berada pada tingkat harga Rp.20.000 per kg. Marginal

Expensive Price Point (MEP) atau tingkat harga tertinggi berada pada tingkat

(4)

PENERAPAN METODE

QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT

(QFD) DAN ANALISIS SENSITIVITAS HARGA PADA

PENGEMBANGAN PADI VARIETAS

UNGGUL HIBRIDA

(Studi Kasus : Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

Jawa Barat)

AGRIVINIE RAINY FIROHMATILLAH H34070055

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD)

dan Analisis Sensitivitas Harga Pada Pengembangan Padi

Varietas Unggul Hibrida (Kasus : Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur Jawa Barat)

Nama : Agrivinie Rainy Firohmatillah

NIM : H34070055

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS.

NIP . 19550713 198703 2 001

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS.

NIP . 19580908 198403 1 002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Penerapan

Metode Quality Function Deployment (QFD) dan Analisis Sensitivitas Harga

Pada Pengembangan Padi Varietas Unggul Hibrida (Studi Kasus : Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur Jawa Barat)” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2011

Agrivinie Rainy Firohmatillah

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Cianjur pada tanggal 07 Februari 1989. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Agus Solihin dan Ibu Evi Harmini Sovia.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Tebet Timur 19 Pagi Jakarta pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SLTPN 115 Jakarta. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 26 Jakarta diselesaikan pada tahun 2007.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007, dan diterima pada Mayor Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Metode

Quality Function Deployment (QFD) dan Analisis Sensitivitas Harga Pada

Pengembangan Padi Varietas Unggul Hibrida (Kasus : Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur Jawa Barat)”. Penelitian ini merupakan bagian dari payung Penelitian Unggulan Departemen (PUD) Perorangan yang berjudul “Pengembangan Padi Hibrida : Pendekatan dari Sisi Produsen dan Konsumen Padi Hibrida”.

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi persyaratan konsumen dan persyaratan teknik dalam usaha meningkatkan kualitas padi varietas hibrida,

mengkaji penerapan metode QFD dalam usaha meningkatkan kualitas padi varietas hibrida, dan menganalisis sensitivitas harga benih padi varietas hibrida di tingkat petani.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi penulis. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2011

Agrivinie Rainy Firohmatillah

(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS. selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

2. Dr. Amzul Rifin, SP. MA selaku dosen penguji utama dan Arif Karyadi, SP

selaku dosen penguji departemen pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan

skripsi ini.

3. Dr. Ir. Ratna Winandi yang telah menjadi pembimbing akademik, Yeka

Hendra Fatika, SP beserta seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis.

4. Ir. H. Agus Solihin Rana Wijaya, Msi dan Hj. Evi Harmini Sovia selaku

orang tua beserta Zulvyanie Pilgrimmy Firohmatillah selaku adik tercinta atas segala cinta, doa, kasih sayang, dukungan yang tidak terhitung besarnya. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

5. Tim Peneliti Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis.

6. Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor, MSC. (Peneliti padi pada Departemen Agronomi

dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor) dan Dr. Suwarno (Pemulia padi pada Kebun Muara, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pertanian) atas waktu dan informasi yang telah diberikan.

7. Tim Pemulia Padi Hibrida Balai Besar Penelitian Tanaman Padi dan petani - petani responden di Gabungan Kelompok Tani Sugih Rahayu, Penyuluh Pertanian Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur Jawa Barat atas waktu, informasi, kesempatan, dan dukungan yang diberikan.

8. Keluarga besar (khususnya Wa Eni, Wa Elly, Teh Indri, Teh Cicha yang telah membantu banyak dalam penyusunan skripsi ini).

9. Hepi Risenasari yang telah membimbing, membantu, dan mengajarkan saya

(10)

10. Harfiana sebagai sahabat seperjuangan dalam suka maupun duka dalam penyusunan skripsi ini. Semoga kita bisa cepat mendapatkan pekerjaan.

11. Sahabat terdekat (Anten, Jihan, Venty, Oma Putri, Haqi, Azi, Tami, Dinar

Idol, Onceu Tya, Decy) yang selalu mendukung apapun yang positif untuk saya, selalu ada di saat suka maupun duka, dan selalu menyemangati.

12. Teman teman yang sudah sering menemani dan menghibur (Yahya, Ikul,

Gusti, Tian, Billy, Idup, Hata, Sigit, Mas Adi, Oky, Pandu, Ardie).

13. Keluarga besar agribisnis 44 yang sudah hampir empat tahun menemani,

sharing, berjuang bersama dan memberi banyak pelajaran.

14. Teman teman TPB (Fithriani Rahayu, Remarchtito, Tutia Rahmi, Laila, Eka

Putri, Ratih, Iqbal).

15. Teman teman semasa SMA (Agita, Iqbal, Andinia, Rizky Farandi, Sutio,

Rayinda, dan Ramadhanty) yang masih selalu mendukung. serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya.

Bogor, Juli 2011

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 7

1.4 Manfaat ... 7

1.5 Ruang Lingkup ... 7

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Padi Hibrida ... 9

2.2 Tinjauan Empiris Quality Function Deployment (QFD)... 12

2.3 Tinjauan Empiris Analisis Sensitivitas Harga ... 15

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 17

3.1.1 Konsep Mutu ... 17

3.1.2 Konsep TQM ... 19

3.1.3 Fokus pada Konsumen ... 22

3.1.4 Konsep QFD ... 26

3.1.5 Analisis Sensitivitas Harga ... 31

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 31

IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 35

4.3 Metode Pengambilan Sampel ... 36

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 37

4.4.1 Tabulasi Deskriptif ... 38

4.4.2 Quality Function Deployment ... 39

4.4.3 Analisis Sensitivitas Harga ... 45

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Wilayah dan Topografi ... 49

5.2 Keadaan Pertanian di Kecamatan Cianjur ... 52

5.3 Gambaran Umum Usahatani Padi Hibrida ... 53

5.4 Karakteristik Responden ... 55

5.5 Profil Balai Besar Penelitian Tanaman Padi ... 58

5.5.1 Latar Belakang ... 58

5.5.2 Struktur Organisasi ... 59

5.5.3 Visi dan Misi ... 59

5.5.4 Tugas Pokok dan Fungsi ... 60

(12)

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Penyusunan Matriks House Of Quality (HOQ) ... 61

6.1.1 Penyusunan Persyaratan Konsumen (What) ... 61

6.1.2 Penyusunan Persyaratan Teknik (How) ... 74

6.1.3 Pengembangan Matriks Hubungan antara Persyaratan Konsumen (what) dan Persyaratan Teknik (how) ... 76

6.1.4 Pengembangan Matriks Hubungan antar Persyaratan Teknik (how) ... 79

6.1.5 Penilaian Kompetitif ... 82

6.1.6 Pengembangan Prioritas Konsumen ... 86

6.1.7 Pengembangan Prioritas Persyaratan Teknik ... 110

6.1.8 Arah Pengembangan ... 119

6.2 Analisis Sensitivitas Harga ... 120

6.2.1 Analisis Sensitivitas Harga Benih Padi Hibrida ... 121

VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 127

7.2 Saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 130

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Indonesia

Tahun 2001-2009 ... 2 2. Jenis dan Sumber Data ... 36 3. Responden Organisasi ... 38 4. Matriks Hubungan Antara Persyaratan Pelanggan dan

Persyaratan Teknik ... 41 5. Data Luas Lahan Kecamatan Cianjur ... 51 6. Curah Hujan Lima Tahun Terakhir di Kecamatan Cianjur ... 52 7. Data Luas, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Pangan dan

Hortikultura di Kecamatan Cianjur ... 52 8. Data Luas, Produksi, dan Produktivitas Perkebunan di

Kecamatan Cianjur ... 53 9. Data Luas, Produksi, dan Produktivitas Perikanan di

Kecamatan Cianjur ... 53 10.Sebaran Responden Menurut Usia Petani Padi Hibrida di

Kecamatan Cianjur Tahun 2010... 55 11.Sebaran Responden Menurut Pendidikan Formal Petani Padi

Hibrida di Kecamatan Cianjur Tahun 2010 ... 56 12.Sebaran Responden Menurut Status Usahatani Padi Hibrida di

Kecamatan Cianjur Tahun 2010... 56 13.Sebaran Responden Menurut Status Penguasaan Lahan Padi

Hibrida di Kecamatan Cianjur Tahun 2010 ... 57 14.Sebaran Responden Menurut Luas Lahan Garapan Petani Padi

Hibrida di Kecamatan Cianjur Tahun 2010 ... 57 15.Sebaran Responden Menurut Pendapatan Petani Padi Hibrida

di Kecamatan Cianjur Tahun 2010... 58 16.Karakter Tingkat Produktivitas Padi Hibrida yang Diinginkan

Konsumen di Kecamatan Cianjur ... 62 17.Karakter Lama Umur Padi Hibrida yang Diinginkan Konsumen

di Kecamatan Cianjur ... 63 18.Karakter Tingkat Kerontokan (Kehilangan) Gabah Padi Hibrida

(14)

xii 

 

19.Karakter Tingkat Kerontokan Gabah Padi Hibrida Saat Proses Penggebotan (Perontokan Gabah dari Tangkainya) yang

Diinginkan Konsumen di Kecamatan Cianjur ... 64 20.Karakter Jumlah Anakan Produktif yang Diinginkan Konsumen

di Kecamatan Cianjur ... 64 21.Karakter Tingkat Kerebahan Tanaman Padi yang Diinginkan

Konsumen di Kecamatan Cianjur ... 65 22.Karakter Batang Tanaman Padi Hibrida yang Diinginkan

Konsumen di Kecamatan Cianjur ... 65 23.Karakter Warna Daun Padi Hibrida yang Diinginkan

Konsumen di Kecamatan Cianjur ... 66 24.Karakter Jumlah Gabah per Malai yang Diinginkan Konsumen

di Kecamatan Cianjur ... 66 25.Karakter Ukuran Benih Padi Hibrida yang Diinginkan

Konsumen di Kecamatan Cianjur ... 67 26.Karakter Tingkat Daya Berkecambah Padi Hibrida yang

Diinginkan Konsumen di Kecamatan Cianjur ... 67 27.Karakter Bentuk Gabah Padi Hibrida yang Diinginkan

Konsumen di Kecamatan Cianjur ... 68 28.Karakter Tingkat Rendemen Gabah Menjadi Beras Hibrida

yang Diinginkan Konsumen di Kecamatan Cianjur ... 68 29.Karakter Tingkat Kepatahan Beras Hibrida yang Diinginkan

Konsumen di Kecamatan Cianjur ... 69 30.Karakter Kebeningan Beras Hibrida yang Diinginkan

Konsumen di Kecamatan Cianjur ... 69 31.Karakter Tekstur Nasi Hibrida yang Diinginkan Konsumen di

Kecamatan Cianjur ... 70 32.Karakter Aroma Nasi Hibrida yang Diinginkan Konsumen

di Kecamatan Cianjur ... 70 33.Karakter Ketahanan Tanaman Terhadap Hama Wereng Coklat

yang Diinginkan Konsumen di Kecamatan Cianjur ... 71 34.Karakter Ketahanan Tanaman Terhadap Penyakit Hawar Daun

Bakteri yang Diinginkan Konsumen di Kecamatan Cianjur ... 71 35.Karakter Ketahanan Tanaman Terhadap Virus Tungro yang

Diinginkan Konsumen di Kecamatan Cianjur ... 72 36.Karakter Ketahanan Tanaman Terhadap Penyakit Blas yang

(15)

xiii 

 

39.Matriks Hubungan Persyaratan Pelanggan dengan Persyaratan

Teknik ... 78

40.Matriks Hubungan Antar Persyaratan Teknik... 80

41.Penilaian Kompetitif Pelanggan ... 84

42.Penilaian Kompetitif Teknik ... 86

43.Tingkat Kepentingan Produktivitas Tinggi (7 – 10 ton per ha) bagi Pelanggan di Kecamatan Cianjur ... 87

44.Tingkat Kepentingan Umur Tanaman 90 – 120 hari bagi Pelanggan di Kecamatan Cianjur ... 88

45.Tingkat Kepentingan Kerontokan Gabah Sedang (6 – 25 persen) Saat Panen dan Pengangkutan bagi Pelanggan di Kecamatan Cianjur ... 89

46.Tingkat Kepentingan Kerontokan Gabah Saat Penggebotan (Perontokan Gabah dari Tangkainya) Sedang (3 – 4 kali) bagi Pelanggan di Kecamatan Cianjur ... 90

47.Tingkat Kepentingan Jumlah Anakan Produktif Tinggi (≥20 anakan produktif) bagi Pelanggan di Kecamatan Cianjur .. 90

48.Tingkat Kepentingan Tanaman yang Tahan Rebah bagi Pelanggan di Kecamatan Cianjur ... 91

49.Tingkat Kepentingan Karakteristik Batang Tanaman Padi Besar dan Kuat bagi Pelanggan di Kecamatan Cianjur... 91

50.Tingkat Kepentingan Warna Daun Hijau Tua bagi Pelanggan di Kecamatan Cianjur ... 92

51.Tingkat Kepentingan Jumlah Gabah per Malai Tinggi (>120 bulir gabah) bagi Pelanggan di Kecamatan Cianjur ... 93

52.Tingkat Kepentingan Ukuran Benih Besar bagi Pelanggan di Kecamatan Cianjur ... 93

53.Tingkat Kepentingan Daya Berkecambah Tinggi (≥80 persen) bagi Pelanggan di Kecamatan Cianjur ... 94

54.Tingkat Kepentingan Bentuk Gabah Ramping bagi Pelanggan di Kecamatan Cianjur ... 94

55.Tingkat Kepentingan Rendemen Gabah Menjadi Beras Tinggi (61 – 65 persen) bagi Pelanggan di Kecamatan Cianjur ... 95

56.Tingkat Kepentingan Patahan Beras Rendah (≤30 persen) bagi Pelanggan di Kecamatan Cianjur ... 96

57.Tingkat Kepentingan Beras Putih Berkapur bagi Pelanggan di Kecamatan Cianjur ... 96

(16)

xiv 

 

59.Tingkat Kepentingan Aroma Nasi Wangi bagi Pelanggan di

Kecamatan Cianjur ... 97

60.Tingkat Kepentingan Ketahanan Tanaman Padi Terhadap Hama Wereng Coklat bagi Pelanggan di Kecamatan Cianjur ... 98

61.Tingkat Kepentingan Ketahanan Tanaman Padi Terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri bagi Pelanggan di Kecamatan Cianjur ... 99

62.Tingkat Kepentingan Ketahanan Tanaman Padi Terhadap Virus Tungro bagi Pelanggan di Kecamatan Cianjur ... 99

63.Tingkat Kepentingan Ketahanan Tanaman Padi Terhadap Penyakit Blas bagi Pelanggan di Kecamatan Cianjur ... 100

64.Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Benih Padi Hibrida ... 101

65.Nilai Sasaran Persyaratan Pelanggan Padi Hibrida ... 103

66.Nilai Faktor Skala Kenaikan ... 105

67.Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan ... 107

68.Bobot Absolut Setiap Persyaratan Pelanggan terhadap Padi Hibrida... 109

69.Derajat Kesulitan Persyaratan Teknik ... 112

70.Nilai Sasaran Persyaratan Teknik... 113

71.Bobot Absolut Setiap Persyaratan Teknik Padi Hibrida ... 115

72.Bobot Relatif Setiap Persyaratan Teknik Padi Hibrida ... 118

73.Arah Pengembangan Persyaratan Teknik Padi Hibrida ... 120

74.Penilaian Responden Terhadap Harga Jual Benih Padi Hibrida Untuk Setiap Kategori Harga ... 124

(17)

xv 

 

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pemahaman Mengenai Mutu... 18

2. Tingkat Harapan Pelanggan ... 25

3. Matriks Struktur QFD ... 28

4. Proses QFD ... 30

5. Kerangka Pemikiran Operasional ... 34

6. Proses Penyusunan Matriks HOQ (Matriks Pengembangan Produk) 48 7. Bagan Struktur Organisasi Gabungan Kelompok Tani Sugih Rahayu ... 54

8. Bagan Struktur Organisasi Balai Besar Penelitian Tanaman Padi .... 59

(18)

xvi 

 

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Parameter Biofisik Daerah Pengembangan Padi Hibrida ... 132

2. Perkiraan Luas Areal Potensial Untuk Pengembangan Padi Hibrida di beberapa Kabupaten di Jawa Barat ... 133

3. Perbedaan varietas murni dengan varietas hibrida ... 134

4. Varietas Padi Hibrida ... 135

5. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian ... 136

6. Nama Petani Responden ... 137

7. Matriks HOQ ... 138

8. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Cianjur ... 139

9. Kuesioner Persyaratan Pelanggan ... 140

10. Kuesioner Penilaian Kompetitif Pelanggan ... 146

11. Kuesioner Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan ... 147

12. Kuesioner Poin Penjualan ... 148

13. Kuesioner Penilaian Kompetitif Persyaratan Teknik ... 149

14. Kuesioner Matriks Hubungan Persyaratan Pelanggan dengan Persyaratan Teknik ... 150

15. Kuesioner Matriks Hubungan Antara Persyaratan Teknik ... 151

16. Kuesioner Derajat Kesulitan Persyaratan Teknik ... 153

17. Kuesioner Arah Pengembangan Padi Hibrida ... 154

18. Kuesioner Sensitivitas Harga Benih Padi Hibrida ... 155

(19)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia, salah satunya adalah sebagai penyedia bahan pangan bagi mayoritas penduduk Indonesia. Komoditas pangan terbesar yang dihasilkan di Indonesia adalah padi karena padi merupakan bahan dasar dari beras yang merupakan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Beras memiliki pengaruh yang besar dalam upaya mewujudkan stabilitas nasional dan memiliki keterkaitan dengan banyak kepentingan umum, antara lain masalah ketahanan pangan, stabilitas keamanan, stabilitas sosial, ekonomi, dan politik.

Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar, sehingga pangan dapat disebut sebagai kebutuhan hak asasi setiap manusia. Ketahanan pangan merupakan pilar utama sekaligus benteng terakhir ketahanan sebuah negara. Sesuai dengan kenyataan tersebut, maka pemerintah Indonesia telah merumuskan dan mengamanatkan bahwa pemerintah bersama masyarakat bertanggung jawab mewujudkan ketahanan pangan. Pemerintah bertanggung jawab dalam hal menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, bergizi, beragam, merata, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Masyarakat berperan dalam menyelenggarakan produksi dan penyediaan, perdagangan dan distribusi serta konsumen berhak memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, aman, dan bergizi (Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996).

Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh sektor pertanian khususnya tanaman pangan karena besarnya jumlah penduduk berkaitan langsung dengan penyediaan pangan. Meningkatnya jumlah penduduk akan meningkatkan jumlah permintaan pangan khususnya padi.

(20)

2 penduduk dengan kebutuhan konsumsi beras per kapita per tahun. Berdasarkan data sensus penduduk 2010, penduduk Indonesia berjumlah 237 juta jiwa, sedangkan kebutuhan konsumsi beras per kapita adalah 139 kg per tahun, rata-rata konsumsi per kapita ini merupakan yang terbesar di dunia. Berdasarkan data ini dapat diperoleh gambaran jumlah kebutuhan beras nasional per tahun yaitu sebesar 32,943 juta ton beras per tahun1.Kebutuhan beras nasional yang besar harus didukung oleh hasil produksi panen yang tinggi di tingkat petani.

Tabel 1. Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Indonesia Tahun

2000-2009

Tahun Produksi (Ton) Luas Panen

( Ha) Produktivitas (Ton/Ha)

2000 51.898.852 11.793.475 4,40

2001 50.460.782 11.499.997 4,39

2002 51.489.694 11.521.166 4,47

2003 52.137.604 11.488.034 4,54

2004 54.088.468 11.922.974 4,54

2005 54.151.097 11.839.060 4,57

2006 54.454.937 11.786.430 4,62

2007 57.157.435 12.147.637 4,71

2008 60.325.925 12.336.590 4,89

2009 62.561.146 12.537.304 4,99

Tren (%) 2,13 0,7 1,4

Sumber : Badan Pusat Statistik (2010)

Berdasarkan Tabel 1, luas areal penanaman padi di Indonesia selama periode 2000-2009 meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,7 persen per tahun. Walaupun tumbuh namun perkembangan areal tanam padi berjalan sangat lambat, hanya bertambah seluas 743.829 hektar selama 10 tahun. Pertumbuhan luas areal yang rendah ini dikhawatirkan akan tetap berlangsung akibat konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian khususnya di pulau

1

Herdaru Purnomo. 2010. Konsumsi Beras Indonesia Terbesar di Dunia.

(21)

3 Jawa. Perkembangan produksi padi 10 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan meningkat relatif lambat dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 2,13 persen atau hanya meningkat sebesar 10.662.294 ton. Produktivitas padi pada periode 2000-2009 meningkat relatif lambat atau landai dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 1,41 selama kurun waktu 10 tahun. Berdasarkan penjelasan tersebut terlihat bahwa produksi maupun produktivitas padi mengalami peningkatan, namun dengan persentase yang kecil. Hal ini mungkin dapat disebabkan dari konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian yang dikhawatirkan akan mempengaruhi jumlah produksi dan produktivitas padi di Indonesia.

Salah satu cara yang dilakukan Pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan penyediaan pangan dalam negeri adalah dengan kebijakan impor beras. Pemerintah melakukan impor beras sebesar 171.442,02 ton pada tahun 2010 (BPS, 2010). Kebijakan impor memang dapat menutupi kekurangan pasokan beras dengan memasok beras dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan penyediaan pangan. Namun hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan ketergantungan terhadap pangan impor yang kemungkinan dapat menyebabkan rentannya ketahanan pangan dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan, termasuk sosial, ekonomi, dan bahkan politik.

(22)

4 Padi hibrida berperan untuk meningkatkan produksi padi karena memiliki potensi produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan padi inbrida. Teknologi pengembangan padi hibrida yang diterapkan secara intensif di daerah asalnya di China, India dan Vietnam mampu meningkatkan produktivitas pertanaman sebesar 15 - 20 persen (Satoto, et al dalam Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2008).

Daerah yang potensial ditanami padi hibrida memiliki beberapa kriteria, antara lain sawah irigasi yang dapat ditanam 2 kali dalam setahun; bebas ancaman kekeringan saat kemarau atau banjir saat musim hujan; lahan yang subur; tingkat adopsi petani yang tinggi; serta bukan daerah endemis hama wereng coklat, penyakit hawar daun bakteri dan virus tungro. Beberapa kriteria dan parameter biofisik daerah pengembangan padi hibrida secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 1 (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, 2007).

Kabupaten Cianjur merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang menjadi sentra produksi beras dalam penyediaan stok pangan nasional khususnya di Jawa Barat. Kabupaten Cianjur juga merupakan salah satu daerah yang potensial untuk ditanami padi hibrida dalam rangka pengembangan padi hibrida di Jawa Barat. Luas areal potensial untuk pengembangan padi hibrida di Kabupaten Cianjur yaitu 117.402,5 hektar pada musim hujan dan 117.349,2 hektar pada musim kemarau. Beberapa Kabupaten lainnya di Jawa Barat yang berpotensi untuk menjadi daerah pengembangan padi hibrida berdasarkan musim dan luas arealnya secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 2 (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, 2007). Pengembangan padi hibrida di Indonesia pada kenyataannya masih mengalami beberapa permasalahan yang perlu diatasi untuk mewujudkan peningkatan produksi padi dengan teknologi padi hibrida.

1.2 Perumusan Masalah

(23)

5 fotosintesis yang lebih luas, keunggulan pada beberapa karakteristik morfologi seperti sistem perakaran yang lebih kuat, anakan yang lebih banyak, jumlah gabah per malai lebih banyak, dan bobot 1000 butir gabah isi yang lebih tinggi. Kekurangan yang dimiliki padi hibrida antara lain adalah harga benih yang tinggi dibanding padi inbrida, benih hanya dapat dipakai untuk sekali penanaman, produksi benih yang rumit, dan memerlukan areal pertanaman dengan syarat tumbuh tertentu (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian 2007).

Menurut penelitian Satoto dan Suprihatno (2008), secara umum permasalahan dalam pengembangan padi hibrida di Indonesia saat ini, antara lain masih terbatasnya jumlah varietas padi hibrida yang telah dilepas, sistem dan teknologi perbenihan yang belum berkembang padahal ketersediaan dan harga benih sangat menentukan, varietas padi hibrida yang telah dilepas pada umumnya masih rentan terhadap berbagai hama penyakit utama padi di Indonesia, harapan petani yang sangat tinggi, beberapa varietas padi hibrida memiliki mutu beras yang kurang baik dibandingkan dengan beras premium, keragaan yang tidak stabil yang disebabkan manajemen budidaya yang kurang cocok, ketersediaan benih murni tetua atau F1 hibrida kurang memadai, hasil belum stabil dan harga benih agak mahal, kebiasaan petani untuk menggunakan benih mereka sendiri atau F2, dan perencanaan luas pertanaman dan produksi benih kurang matang sesuai dengan luas yang ditargetkan.

(24)

6 Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut peran serta lembaga-lembaga penelitian sangat diperlukan untuk dapat menghasilkan benih padi hibrida yang bermutu tinggi sehingga dapat dihasilkan varietas benih padi hibrida yang sesuai dengan keinginan konsumen dalam hal ini adalah petani. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi merupakan salah satu lembaga penelitian di Indonesia yang berusaha mencoba mengembangkan benih padi hibrida yang berkualitas dan sesuai keinginan konsumen melalui kegiatan pemuliaan untuk mendapatkan varietas-varietas padi hibrida yang mempunyai sifat-sifat dan ideotipe seperti yang diinginkan oleh konsumen.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghasilkan varietas padi hibrida yang dapat memenuhi keinginan konsumen adalah dengan menerapkan metode Quality Function Deployment (QFD) dalam pemuliaan tanaman. QFD merupakan alat yang digunakan untuk pelaksanaan Total Quality Management

(TQM) dalam pengembangan produk. Alat ini merupakan alat perencanaan yang digunakan untuk memenuhi keinginan konsumen dengan melihat persyaratan teknis yang dimiliki oleh produsen dalam hal ini adalah pemulia padi varietas unggul hibrida.

Penerapan metode QFD dalam pengembangan produk diawali dengan pembentukan matriks House of Quality (HOQ). Matriks ini menerjemahkan persyaratan konsumen (apa yang diinginkan konsumen) ke dalam sejumlah target teknis suatu organisasi sehingga produk yang dihasilkan akan dapat memenuhi keinginan konsumen (Gaspersz dalam Marimin, 2004). Oleh karena itu, penerapan metode QFD diperlukan dalam pemuliaan padi hibrida.

(25)

7 sehingga dapat menentukan harga benih padi hibrida yang sesuai dengan rentang harga yang dapat diterima oleh petani.

Berdasarkan gambaran di atas, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana ideotipe benih padi hibrida yang diinginkan petani?

2. Bagaimana penerapan metode QFD (penyusunan matriks HOQ) dalam pengembangan varietas padi hibrida?

3. Bagaimana sensitivitas harga benih padi hibrida di tingkat petani?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi ideotipe padi hibrida yang diinginkan petani.

2. Menerapkan metode QFD (menyusun matriks HOQ) dalam pengembangan varietas padi hibrida.

3. Menganalisis sensitivitas harga benih padi hibrida di tingkat petani.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Pemulia dan produsen benih padi hibrida agar dapat menghasilkan padi varietas hibrida yang dapat memenuhi keinginan konsumen dengan harga yang sesuai dan dapat diterima konsumen.

2. Pembaca pada umumnya, dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

3. Penulis, untuk melatih kemampuan penulis dalam menganalisis masalah berdasarkan fakta dan data yang tersedia dan disesuaikan dengan pengetahuan yang telah diperoleh selama kuliah.

4. Pemasar dan pihak-pihak lain yang ingin mengetahui keinginan konsumen (petani) terhadap padi hibrida.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut :

(26)

8 padi varietas unggul ciherang di Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur pada tahun 2010 dan panen pada bulan November - Desember 2010. Responden pemulia padi varietas unggul hibrida dalam penelitian ini adalah pemulia padi varietas unggul hibrida dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.

2. Metode QFD terdiri dari empat matriks, dalam penelitian ini hanya matriks perencanaan produk.

(27)

9

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Empiris Padi Hibrida

Hibrida secara definitif turunan pertama (F1) dari persilangan antara dua varietas yang berbeda. Varietas hibrida mampu berproduksi lebih tinggi dibandingkan varietas inbrida karena adanya pengaruh heterosis yaitu suatu kecenderungan F1 untuk tampil lebih unggul dibandingkan dua tetuanya. Heterosis tersebut dapat muncul pada semua sifat tanaman dan untuk padi hibrida diharapkan dapat muncul terutama pada sifat potensi hasil (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007).

Perbedaan dari varietas murni dengan varietas hibrida antara lain dapat dilihat dari keunggulan yang disebabkan oleh fenomena heterosis yang dimiliki varietas hibrida, varietas hibrida memiliki komposisi genetik heterozigot homogen, dan produksi benih varietas hibrida yang dihasilkan dari persilangan dua galur yang berbeda. Varietas murni dapat juga diartikan sebagai varietas inbrida yang perbanyakan benihnya dilakukan melalui penyerbukan sendiri. Perbedaan antara varietas murni dengan varietas hibrida secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 3.

Perakitan padi hibrida di Indonesia dilakukan dengan menggunakan tiga galur, yaitu galur mandul jantan (GMJ atau CMS atau A), galur pelestari atau mantainer (B), dan galur pemulih kesuburan atau restorer (R). Galur B dan galur R memiliki tepung sari normal (fertil) sehingga mampu menghasilkan benihnya sendiri. GMJ bersifat mandul jantan sehingga hanya mampu menghasilkan benih bila diserbuki oleh tepung sari dari tanaman lain. GMJ bila diserbuki oleh galur B pasangannya menghasilkan benih GMJ lagi, sedangkan bila diserbuki oleh galur R akan menghasilkan benih F1 hibrida.

(28)

10 varietas padi inbrida terbaik. Sesuai dengan ketersediaan plasma nutfah pembentuk padi hibrida, maka strategi dalam perakitan varietas padi hibrida secara bertahap adalah sebagai berikut :

1. Mengevaluasi dan menyeleksi hibrida introduksi untuk menghasilkan varietas padi hibrida introduksi;

2. Mengidentifikasi galur pemulih kesuburan dari program pemuliaan padi nasional yang sesuai bagi GMJ introduksi. Hasil yang diharapkan adalah varietas padi hibrida yang dibentuk dari hasil persilangan antara GMJ introduksi dan galur pemulih kesuburan hasil pemuliaan di Indonesia;

3. Membuat GMJ dan galur pemulih kesuburan dengan memanfaatkan berbagai plasma nutfah yang tersedia dalam pemuliaan nasional. Hasil yang diharapkan adalah varietas padi hibrida yang dibentuk dari hasil persilangan antara GMJ dengan galur pemulih kesuburan yang dihasilkan dari program pemuliaan nasional, sehingga diharapkan lebih adaptif terhadap kondisi lingkungan tumbuh di Indonesia;

4. Membuat varietas padi hibrida dengan materi pemuliaan PTB. Hasil yang diharapkan adalah varietas padi tipe baru hibrida, dengan potensi hasil 15-20 persen lebih tinggi dari VUTB atau 20-40 persen lebih tinggi dari VUB terbaik;

5. Penerapan bioteknologi untuk mempercepat dan meningkatkan efisiensi proses pemuliaan padi hibrida.

Keberlanjutan penggunaan teknologi padi hibrida perlu dijamin dengan melakukan penelitian untuk mendapatkan varietas hibrida yang mempunyai sifat potensi hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit utama, dan mutu beras yang dapat diterima konsumen. Selain itu teknologi padi hibrida perlu didukung oleh teknik budidaya yang tepat dan teknik produksi benih yang efektif dan efisien sehingga dapat menjamin kelangsungan penyediaan benih di tingkat petani (Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, 2007).

(29)

11 dari Jepang, dan 4 varietas padi hibrida dari India (Lampiran 4). Keunggulan varietas padi hibrida hasil rakitan Balai Besar Penelitian Padi adalah relatif lebih tahan terhadap hama wereng coklat, penyakit tungro, dan penyakit hawar daun bakteri. (Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, 2007).

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian menyatakan bahwa keunggulan padi hibrida antara lain : 1) memiliki hasil yang lebih tinggi daripada hasil padi unggul inbrida; 2) vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma; 3) keunggulan dari aspek fisiologi, seperti aktivitas perakaran yang lebih luas, area fotosintesis yang lebih luas, intensitas respirasi yang lebih rendah dan translokasi asimilat yang lebih tinggi; 4) keunggulan pada beberapa karakteristik morfologi seperti sistem perakaran yang lebih banyak dan bobot 1000 butir gabah isi yang lebih tinggi. Sedangkan kelemahan padi hibrida antara lain : 1) harga benih yang mahal; 2) petani harus membeli benih yang baru setiap kali tanam karena benih hasil sebelumnya tidak dapat dipakai untuk pertanaman berikutnya; 3) tidak setiap galur atau varietas dapat dijadikan sebagai tetua padi hibrida. Tetua jantan hanya terbatas pada galur atau varietas yang mempunyai gen R atau yang termasuk

restorer saja; 4) produksi benih rumit; 5) memerlukan areal pertanaman dengan

syarat tumbuh tertentu.

Penelitian yang dilakukan oleh Chanifah (2009) mengenai analisis sikap dan kepuasan petani terhadap benih padi hibrida di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Jawa Barat. Benih hibrida yang dianalisis adalah benih hibrida Bernas Super. Salah satu tujuan dari penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih padi hibrida. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis sikap menggunakan Model Fishbein dan analisis kepuasan menggunakan Customer Satisfication Index (CSI).

(30)

12 menunjukkan bahwa responden memiliki tingkat kepuasan yang paling tinggi pada benih padi Varietas Unggul Baru dibandingkan dengan benih padi hibrida.

Manalu (2010) melakukan penelitian mengenai analisis sikap dan kepuasan petani terhadap benih padi hibrida di Kecamatan Baros Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Benih hibrida yang dianalisis adalah Bernas Prima. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sikap dan kepuasan petani terhadap benih padi hibrida Bernas Prima. Metode penelitian yang digunakan adalah melalui pendekatan survei menggunakan sampel acak sederhana (Snowball

Sampling). Dalam menjawab perumusan masalah penelitian digunakan analisi

deskriptif, analisis Cochran, analisis Muliatribut Fishbein, Perceptual Mapping, analisis Biplot dan Consumers Satisfication Index (CSI).

Hasil analisis Cochran menunjukkan bahwa terdapat sebelas atribut yang dianggap penting dalam membeli benih padi adalah (1) Produktivitas (Hasil Panen), (2) Ketahahan Hama penyakit, (3) Harga Jual Gabah Kering Giling, (4) Sertifikasi Benih, (5) Umur Tanaman (Panen), (6) Harga Benih, (7) Rasa Nasi, (8) Tahan Rebah Tanaman, (9) Ketersediaan Benih di Pasar, (10) Patahan Beras, (11) Kerontokan Gabah.

Hasil analisis multiatribut Fishbein menunjukkan bahwa sikap petani terhadap benih padi menunjukkan bahwa benih padi varietas Ciherang labih disukai oleh petani dan dianggap lebih mampu memenuhi harapan dan kebutuhan petani responden. Tingkat kepuasan petani terhadap padi hibrida Bernas Prima berada pada indeks puas dengan skor 0.66 atau 66 persen. Dari pendekatan angka tersebut berarti masih ada nilai ketidakpuasan sebesar 34 persen yang perlu diperbaiki.

2.2 Tinjauan Empiris Quality Function Deployment (QFD)

Hamrah (2007) melakukan penelitian mengenai penerapan metode Quality

Function Deployment (QFD) dalam pengembangan varietas melon. Penelitiannya

dilakukan di Kota Bogor dan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB. Penerapan metode QFD yaitu dengan membangun matriks House Of Quality

(HOQ).

(31)

13 persyaratan teknik yaitu persyaratan teknik primer dan sekunder. Langkah ketiga adalah membangun matriks hubungan antara persyaratan pelanggan dengan teknik dengan hubungan yang kuat, sedang, lemah, dan ada yang tidak memiliki hubungan sama sekali.

Langkah keempat adalah membangun matriks hubungan antara persyaratan teknik yang dibedakan menjadi hubungan yang bersifat positif (mendukung) dan negatif (berlawanan). Langkah kelima dalam membangun matriks HOQ yaitu penilaian kompetitif pelanggan dan penilaian kompetitif teknik. Langkah keenam yaitu mengembangkan prioritas pelanggan meliputi tingkat kepentingan, nilai sasaran, faktor skala kenaikan, point penjualan, dan bobot absolut. Langkah terakhir adalah mengembangkan prioritas persyaratan teknik meliputi derajat kesulitan, nilai sasaran, bobot absolut, dan bobot relatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa buah melon yang diinginkan konsumen benih adalah buah melon tanpa jaring, sedangkan buah melon yang diinginkan oleh pedagang pengecer dan konsumen langsung adalah buah melon berjaring. Berdasarkan bobot absolut persyaratan konsumen, urutan persyaratan konsumen yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon tanpa jaring yaitu bobot kecil < 1 kg, bentuk bulat, rasa manis sekali, warna kulit kuning, daging tebal, tekstur daging berserat halus, aroma wangi, ketebalan kulit tipis, kadar air sedikit, daya simpan 5-10 hari, warna daging hijau muda kekuningan dan tekstur kulit tidak berjaring. Berdasarkan bobot absolut persyaratan konsumen, urutan prioritas persyaratan konsumen yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon berjaring yaitu daging tebal, kulit tipis, tekstur daging halus tidak berserat, warna kulit hijau kekuningan, aroma wangi, rasa manis, bobot sedang (1-2,5 kg), bentuk bulat, warna daging hijau muda kekuningan, tekstur kulit berjaring kasar, kadar air sedang, dan daya simpan 5-10 hari.

(32)

14 melon berjaring yaitu bobot, ketebalan daging, kadar air, warna kulit, ketebalan kulit, tekstur daging, panjang, lingkar, kadar PTT, bentuk, warna daging, dan kepadatan jala.

Berdasarkan bobot relatif persyaratan teknik, urutan prioritas persyaratan teknik yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon tanpa jaring yaitu bobot, ketebalan daging, panjang, lingkar, bentuk, kadar air, ketebalan kulit, warna kulit, kadar PTT, tekstur daging, warna daging, dan kepadatan jala. Sedangkan urutan prioritas persyaratan teknik untuk pengembangan buah melon berjaring yaitu bobot, ketebalan daging, kadar air, ketebalan kulit, warna kulit, tekstur daging, bentuk, panjang, lingkar, kadar PTT, warna daging, dan kepadatan jala.

Risenasari (2009) melakukan penelitian mengenai Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Restoran Pringjajar Kabupaten Pemalang Jawa Tengah dengan menerapkan metode Quality Function Deployment (QFD). Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik dalam usaha meningkatkan kualitas pelayanan Restoran Pringjajar, (2) Mengkaji penerapan QFD dalam usaha meningkatkan kualitas layanan Restoran Pringjajar. Penerapan metode QFD diawali dengan penyusunan matriks HOQ. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, persyaratan pelanggan yang diinginkan adalah rasa yang khas, tampilan menu yang menarik, kehigienisan makanan dan perlengkapannya, harga, porsi makanan dan minuman, keragaman dan variasi menu, kemudahan lokasi, kenyamanan tempat, kecepatan penyajian (<10 menit), kebersihan ruangan, keramahan dan kesopanan pramusaji, penjelasan pramusaji, kecepatan transaksi, tempat parkir yang luas dan nyaman, penataan eksterior dan interior, respon keluhan pelanggan dan iklan dan promosi. Sedangkan, persyaratan teknik Restoran Pringjajar adalah suplai bahan baku, penyimpanan bahan baku, preparasi, pemasakan, pelayanan, pembersihan dan pencucian.

(33)

15 penataan eksterior dan interior ruangan, urutan prioritas kelima adalah kecepatan penyajian, kecepatan transaksi dan keramahan dan kesopanan pramusaji, urutan prioritas keenam adalah porsi makanan dan minuman, serta urutan prioritas yang terakhir adalah tampilan menu dan penampilan pramusaji. Berdasarkan bobot absolut persyaratan teknik urutan prioritas yang harus dipenuhi Restoran Pringjajar adalah pelayanan, pemasakan, penyimpanan bahan baku, preparasi, suplai bahan baku, pencucian dan pembersihan ruangan. Bobot relatif persyaratan teknik tidak berbeda urutan prioritasnya dengan bobot absolkut persyaratan teknik.

2.3 Tinjauan Empiris Analisis Sensitivitas Harga

Sinaga (2006) melakukan penelitian mengenai analisis sensitivitas harga dan faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian konsumen terhadap harga ayam panggang dan steak di restoran “MP” Bogor. Salah satu tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sensitivitas harga ayam panggang dan steak di Restoran Macaroni Panggang. Penelitian ini dilakukan di Restoran Macaroni Panggang Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2006. Data yang dikumpulkan mencakup data primer dan data sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan di lapangan, wawancara, dan kuesioner kepada pengelola restoran, konsumen, serta pelanggan. Data sekunder didapatkan dari pustaka dan literatur, buku yang relevan dengan penelitian ini, baik yang berasal dari Restoran Macaroni Panggang maupun instansi lain sperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pariwisata, dan lain-lain.

Salah satu alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunkan Analisis Sensitivitas Harga untuk melihat rentang harga yang wajar terhadap produk-produk Restoran Macaroni Panggang. Berdasarkan Analisis Sensitivitas Harga, harga ayam panggang, sirloin steak dan tenderloin steak saat ini berada pada rentang optimum yang dapat diterima yaitu antara harga minimum dan optimum. Pada rentang ini responden membeli ayam panggang tanpa meragukan kualitasnya.

(34)

16 Anofood Prima Nusantara Bogor). Hasil analisis sensitivitas harga produk gepuk karuhun dibedakan berdasarkan ukuran kemasan. Kemasan besar memiliki tingkat harga tertinggi (MEP) sebesar Rp. 94.588 dan tingkat harga terendah (MCP) sebesar Rp. 56.136. Tingkat harga tertinggi (MEP) untuk kemasan kecil sebesar Rp. 54.434 dan tingkat harga terendah (MCP) sebesar 27.497. Tingkat harga tertinggi (MEP) gepuk per porsinya berada pada harga Rp. 11.342 dan rentang harga terendah (MCP) sebesar Rp. 5.586. Harga jual gepuk yang dapat diterima konsumen berada dalam rentang harga minimum (IPP) dan harga optimum (OPP) berada pada rentang harga kemasan besar Rp. 78.403 – Rp. 87.500 dan kemasan kecil Rp. 38.951 – Rp. 47.500 serta per porsi Rp 7.513 – Rp.9500.

(35)

17

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis dilandasi oleh teori-teori mengenai konsep mutu, Total Quality Management (TQM), sensitivitas harga, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adapun secara lengkap dapat dijelaskan dalam sub-bab berikut :

3.1.1 Konsep Mutu

Mutu merupakan istilah yang artinya berbeda-beda bagi setiap orang dan organisasi, dalam upaya memahami konsep mutu suatu produk, maka berikut ini dikemukakan beberapa definisi mutu menurut para ahli dan organisasi.

Crosby dalam Muhandri (2008) mendefinisikan mutu sebagai

“Conformance to Requirment”. Dengan definisi ini Crosby menitikberatkan

kegiatan mutu perusahaan untuk (1) mencoba mengerti harapan-harapan konsumen, (2) memenuhi harapan-harapan tersebut sehingga, (3) perlu pandangan eksternal mengenai mutu agar penyusunan sasaran mutu lebih realistis dan sesuai dengan permintaan atau keinginan.

American Society for Quality Control dalam Render dan Heizer (2001)

mendefinisikan bahwa mutu adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang tampak jelas maupun yang tersembunyi. Menurut Oakland (1993) mutu adalah memenuhi persyaratan pelanggan sedangkan menurut Deming dalam Oakland (1993) mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pelanggan, sekarang dan yang akan datang. Mutu adalah ukuran seberapa dekat suatu barang atau jasa sesuai dengan standar mutu (Marimin 2004).

(36)
[image:36.595.113.522.124.314.2]

18 kemajuan teknologi informasi, produksi dan transportasi) menyebabkan persaingan antar industri benar-benar ditentukan oleh kemampuan mutu mereka.

Gambar 1. Pemahaman mengenai Mutu

Sumber : Tjahja Muhandri dan Darwin Kadarisman (2008)

Namun usaha pemenuhan spesifikasi mutu yang diinginkan oleh konsumen kadang-kadang sulit untuk dilakukan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan oleh konsumen sulit untuk mendefinisikan spesifikasi keinginannya secara benar, jelas, dan lengkap dan produsen tidak mudah menerjemahkan kebutuhan konsumen ke dalam spesifikasi produk yang terukur. Sehingga perusahaan harus melakukan penelitian, baik di lingkungan perusahaan maupun di lapangan (di sisi konsumen). Kemampuan perusahaan untuk menangkap keinginan konsumen (lebih sering tidak terungkapkan oleh konsumen sendiri) akan memudahkan produsen untuk menyusun konsep mutu yang sesuai dengan keinginan konsumen.

Garvin dalam Nasution (2001) mengidentifikasikan delapan dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik mutu produk, yaitu :

1. Kinerja (performance), berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk. Karakteristik ini tidak dapat ditawar lagi (harus dipenuhi) jika ingin diterima konsumen. Contoh : karakteristik dari teh botol adalah antara lain rasa manis, warna asli seduhan teh, bebas mikroba dan bahan tambahan berbahaya.

2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan

Perusahaan Produk / Jasa Konsumen

Standard

Karakteristik • Syarat

• Kebutuhan

(37)

19 dan pengembangannya. Hal ini menjadi ciri khas dan keunggulan yang ditawarkan oleh produk yang bersangkutan. Contoh : ciri khas pada minuman teh yang memiliki rasa buah.

3. Kehandalan (reliability) didefinisikan sebagai konsistensi kinerja produk pada periode waktu tertentu. Semakin lama produk dapat digunakan tanpa ada perubahan fungsi maka produk tersebut semakin disukai konsumen.

4. Kesesuaian (conformance) merupakan tingkat kesesuaian produk yang dihasilkan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan atau direncanakan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.

5. Daya tahan (durability) berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat digunakan.

6. Kemampuan pelayanan (serviceability) merupakan tingkat kemudahan produk untuk diperbaiki. Termasuk dalam karakteristik ini adalah tersedianya suku cadang dan tersebarnya bengkel resmi untuk perbaikan serta penanganan keluhan yang memuaskan.

7. Estetika (esthetics) yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Contohnya adalah bentuk mobil yang indah dan warna yang menarik perhatian mata. 8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) berkaitan dengan perasaan

pelanggan dalam mengkonsumsi produk dan juga berkaitan dengan reputasi.

3.1.2 Konsep Total Quality Management (TQM)

Total Quality Management (TQM) menekankan pada komitmen

manajemen untuk memiliki keinginan yang berkesinambungan bagi perusahaan untuk mencapai kesempurnaan di segala aspek barang dan jasa yang penting bagi konsumen (Render dan Heizer 2001). Menurut Kotler (2005) TQM adalah pendekatan organisasi secara menyeluruh untuk secara berkesinambungan memperbaiki mutu semua proses, produk, dan pelayanan organisasi. Jika perusahaan ingin bertahan dalam persaingan dan memperoleh laba, maka perusahaan tersebut harus menjalankan TQM.

(38)

20 proses, dan lingkungannya. Pendekatan TQM hanya akan tercapai dengan memperhatikan karakteristik TQM sebagai berikut :

1. Fokus pada Pelanggan

Dalam TQM baik pelanggan internal maupun eksternal merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas tenaga kerja, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.

2. Obsesi terhadap Kualitas

Dari kualitas yang telah ditentukan oleh pelanggan internal dan eksternal, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang telah ditentukan.

3. Pendekatan Ilmiah

Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian, data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga (bencmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.

4. Komitmen Jangka Panjang

Komitmen jangka panjang sangat penting dalam penerapan TQM, agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.

5. Kerjasama Tim (teamwork)

Dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerjasama tim, kemitraan, dan hubungan dijalin dan dibina, baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitar.

6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan

Setiap produk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem atau lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus-menerus agar kualitas yang dihasilkan dapat semakin meningkat.

(39)

21 Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar. Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa belajar merupaka proses yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.

8. Kebebasan yang Terkendali

Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab karyawan terhadap keputusan yang telah dibuat. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan pemberdayaan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana dengan baik.

9. Kesatuan Tujuan

Agar TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian, setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi, kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan atau kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan, misalnya mengenai upah dan kondisi kerja.

10. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan

Usaha untuk melibatkan karyawan membawa dua manfaat utama. Pertama, hal ini akan meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik, rencana yang baik, atau perbaikan yang lebih efektif karena juga mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung berhubungan dengan situasi kerja. Kedua, keterlibatan karyawan juga meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab atas keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya. Pemberdayaan karyawan bukan sekedar melibatkan karyawan, melainkan juga melibatkan mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguh berarti.

(40)

22 seluruh karyawan dari semua tingkatan serta kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan (Marimin, 2004).

3.1.3 Fokus Kepuasan Konsumen / Pelanggan

1) Identifikasi Pelanggan

Pelanggan adalah semua orang yang menuntut kita atau perusahaan untuk memenuhi standar kualitas tertentu, dan karena itu akan memberikan pengaruh pada performa kita atau perusahaan. Menurut L.L Bean dalam Nasution 2001, pelanggan adalah orang yang tidak bergantung pada kita, tetapi kita yang tergantung padannya; pelanggan adalah orang yang membawa kita kepada apa keinginanya, pelanggan adalah orang yang teramat penting yang harus dipuaskan.

Pada dasarnya, dikenal tiga macam pelanggan dalam sistem kualitas modern (Gaperrz, 2008), yaitu :

1. Pelanggan Internal

Pelanggan internal adalah orang yang berada dalam perusahaan dan memiliki pengaruh kepada performansi pekerjaan (perusahaan). Bagian-bagian pembelian, produksi, penjualan, pembayaran gaji, rekrutmen, dan karyawan merupakan contoh dari pelanggan internal.

2. Pelanggan Antara

Pelanggan antara adalah mereka yang bertindak atau berperan sebagai perantara, bukan sebagai pemakai akhir produk.

3. Pelanggan Eksternal

Pelanggan eksternal adalah pembeli atau pemakai akhir produk, sering disebut sebagai pelanggan nyata. Pelanggan eksternal merupakan pelanggan yang membayar untuk menggunakan produk yang dihasilkan.

Menurut Kotler (2005) pelanggan adalah orang yang menyampaikan keinginannya kepada kita atau perusahaan. Kunci utama mempertahankan pelanggan adalah kepuasan pelanggan.

(41)

23 Menurut Kotler (2005) kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang diperkirakan terhadap kerja (hasil) yang diharapkan. Jika kinerja di bawah harapan, maka pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi atau melebihi harapan, maka pelanggan puas. Pelanggan yang sangat puas akan tetap setia dalam waktu yang lebih lama dan membeli lebih banyak.

Kepuasan dapat didefinisikan secara sederhana yaitu suatu keadaan dimana kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui produk yang dikonsumsi. Karena kepuasan pelanggan sangat tergantung pada persepsi dan ekspektasi mereka, kita sebagai pemasok produk perlu mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan harapan pelanggan adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan dan keinginan yang dirasakan pelanggan ketika sedang melakukan transaksi dengan produsen / pemasok produk (perusahaan). Jika pada saat itu kebutuhan dan keinginannya besar, maka harapan atau ekspektasi pelanggan akan tinggi, demikian pula sebaliknya.

2. Pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi produk dari perusahaan maupun pesaing-pesaingnya.

3. Pengalaman dari teman-teman, dimana mereka akan menceritakan kualitas produk yang akan dibeli oleh pelanggan. Hal ini jelas mempengaruhi persepsi pelanggan, terutama pada produk-produk yang dirasakan berisiko tinggi. 4. Komunikasi melalui iklan dan pemasaran. Kampanye yang berlebihan dan

secara aktual tidak mampu memenuhi ekspektasi pelanggan akan mengakibatkan dampak negatif terhadap persepsi pelanggan terhadap produk.

Kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Karena pelanggan adalah orang yang menerima hasil pekerjaan (produk) seseorang, maka pelangganlah yang menentukan kualitas suatu produk.

3) Proses Mengetahui Harapan Pelanggan

(42)

24 pelanggan dapat ditentukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut (Gasperz, 1997 dalam Nasution, 2001) :

1. Apa karakteristik produk yang diinginkan pelanggan?

2. Berapa tingkat performa yang dibutuhkan untuk memenuhi harapan pelanggan?

3. Bagaimana kepentingan relatif (urutan prioritas) dari setiap karakteristik? 4. Bagaimana kepuasan pelanggan terhadap performa yang ada sekarang?

Penjelasan keempat pertanyaan untuk mengetahui harapan pelanggan diuraikan berikut ini.

1. Karakteristik Produk yang Diinginkan Pelanggan

Pada umumnya, pelanggan menginginkan produk yang memiliki karakteristik lebih cepat, lebih murah, dan lebih baik. Dalam hal ini terdapat tiga dimensi yang perlu diperhatikan, yaitu dimensi waktu, dimensi biaya, dan dimensi kualitas. Karakteristik lebih cepat biasanya berkaitan dengan dimensi waktu yang menggambarkan kecepatandan kemudahan atau kenyamanan untuk memperoleh produk itu. Karakeristik lebih murah biasanya berkaitan dengan dimensi biaya yang menggambarkan harga atau ongkos dari suatu produk yang harus dibayarkan oleh pelanggan. Karakteristik lebih baik berkaitan dengan dimensi kualitas produk yang dalam hal ini paling sulit untuk digambarkan dengan tepat. Sebagaimana telah dijelaskan diawal mengenai delapan dimensi mutu yaitu kinerja produk,

features, keandalan, konformitas, daya tahan, pelayanan, estetika, dan kualitas

yang dipersepsikan. Dengan mengetahui delapan dimensi mutu tersebut, maka dapat diketahui apa karakteristik produk yang diinginkan pelanggan.

2. Tingkat Performa yang Dibutuhkan untuk Memenuhi Harapan Pelanggan Karakteristik produk yang diharapkan pelanggan dapat dipandang sebagai hierarki progresif dari tiga tingkat, yaitu harapan dasar, spesifikasi dan kebutuhan, serta kesenangan / kegembiraan. Ketiga tingkat ekspektasi pelanggan ini sering dikenal sebagai harapan implisit, harapan eksplisit, dan harapan tersembunyi.

(43)

25 mencakup spesifikasi dan kebutuhan yang terdiri atas pilhan-pilihan dan pertukaran yang tersedia untuk dipilih oleh pelanggan (eksplicit). Pada tingkat ini, spesifikasi dan kebutuhan ditentukan dan dinegosiasikan antara pelanggan dan pihak penjual atau pembuat produk.

Harapan pelanggan pada tingkat tertinggi (tingkat 3) merupakan nilai tambah dan features yang tidak diketahui sebelumnya oelh pelanggan (harapan tersembunyi), sehingga apabila karakteristik ini ada pada produk tersebut, maka pelanggan akan sangat senang atau gembira. Performa pada tingkat ini (tingkat 3) dapat mencakup semua kebutuhan yang eksplisit dan implisit (tersembunyi). Kebutuhan tersembunyi biasanya tidak jelas atau tidak diketahui oleh pelanggan, tetapi pelanggan akan merasakan manfaatnya apabia ada. Ketiga tingkat harapan pelanggan tersebut dapat dikemukakan dalam gambar berikut (Gambar 2).

Tingkat 3 :

Nilai tambah dari karakteristik dan features yang diketahui sebelumnya oleh pelanggan (Ekspektasi tersembunyi)

Tingkat 2 :

Pilihan-pilihan dan trade-offs yang tersedia untuk dipilih oleh pelanggan

(Harapan Eksplisit)

Tingkat 1 :

[image:43.595.62.504.339.689.2]

Tingkat performa minimum yang selalu diasumsikan ada (Harapan Implisit)

Gambar 2.Tingkat Harapan Pelanggan

Sumber : Nasution (2001)

3. Kepentingan Relatif (Urutan Prioritas) dari Setiap Karakteristik

Setelah memahami harapan pelanggan terhadap karakteristik kualitas produk, kita dapat melanjutkan pertanyaan ketiga tentang bagaimana kepentingan relatif (urutan prioritas) dari setiap karakteristik? Untuk menjawab pertanyaan ini,

Senang

Spesifikasi dan Kebutuhan

(44)

26 kita dapat menggunakan suatu alat yang populer dewasa ini, yaitu “penyebaran fungsi kualitas” (quality function deployment = QFD), yang akan diuraikan pada bagian berikutnya.

Dalam kenyataan, karakteristik kualitas yang diinginkan oleh pelanggan, tingkat harapan pelanggan, dan kepentingan relatif (urutan prioritas) dari setiap kriteria dapat saling bertentangan. Contoh pertentangan tersebut adalah pada kasus mobil dengan akselerasi cepat dan hemat dalam penggunaan bahan bakar merupakan karakteristik yang diinginkan pelanggan, namun memiliki trade-offs di antara kedua karakteristik ini. Mengingat adanya karakteristik kualitas yang diinginkan pelanggan yang saling bertentangan ini, kita perlu melakukan pemeringkatan terhadap setiap karakteristik itu agar dapat menentukan kepentingan relatif dari masing-masing karakteristik yang diinginkan pelanggan tersebut.

4. Kepuasan Pelanggan Berdasarkan Performa Sekarang

Perbandingan antara karakteristik produk yang diinginkan pelanggan dan performa sekarang yang ditawarkan atau diberikan kepada pelanggan, dapat memberikan informasi mengenai kepuasan pelanggan berdasarkan tingkat tingkat performa produk yang ada sekarang. Kita akan dapat mengidentifikasi apakah pelanggan akan puas atau tidak puas dalam mengkonsumsi produk yang ditawarkan berdasarkan tingkat performa sekarang. Dari sini kita akan mampu menjawab pertanyaan tentang bagaimana kepuasan pelanggan dengan tingkat performa produk yang ada sekarang. Melalui jawaban yang diperoleh ini, berbagai strategi perbaikan kualitas dapat diambil guna meningkatkan kepuasan pelanggan dalam mengkonsumsi produk kita.

3.1.4 Konsep Quality Function Deployment (QFD)

1) Pengertian Quality Function Deployment (QFD)

(45)

27

Engineering Attribute (EA) yang dapat digunakan oleh para insinyur. Sumbangan

utama QFD adalah bahwa metode tersebut meningkatkan komunikasi antara para pemasar, insinyur, dan orang-orang bagian produksi (Kotler, 2005).

Gaspersz (2008) mendefinisikan QFD sebagai suatu proses atau mekanisme terstruktur untuk menentukan kebutuhan pelanggan dan menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan itu ke dalam kebutuhan teknis yang relevan, dimana masing-masing area fungsional dan level organisasi dapat mengerti dan bertindak.

Subagyo dalam Marimin (2004) Quality Function Deployment adalah suatu cara untuk meningkatkan kualitas barang atau jasa dengan memahami kebutuhan konsumen, lalu menghubungkannya dengan ketentuan teknis untuk menghasilkan barang atau jasa di tiap tahap pembuatan barang atau jasa yang dihasilkan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan QFD merupakan suatu pendekatan disiplin namun fleksibel terhadap pengembangan produk. Titik awal

(Starting Point) dari QFD adalah pelanggan serta keinginan dan kebutuhan dari

pelanggan itu. Hal ini dalam QFD disebut sebagai suara dari pelanggan.

2) Struktur Quality Function Deployment (QFD)

Matriks House of Quality (HOQ) adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan struktur QFD (Gambar 3). Tembok rumah sebelah kiri (komponen 1) merupakan masukan dari pelanggan. Pada langkah ini, perusahaan berusaha menentukan segala persyaratan pelanggan yang berhubungan dengan penentuan produk. Agar dapat memenuhi persyaratan pelanggan, perusahaan mengusahakan spesifikasi kinerja tertentu dan mensyaratkan pemasoknya untuk melakukan hal yang sama. Langkah ini terdapat pada bagian langit-langit rumah (komponen 2).

(46)

28 dan mengambil keputusan mengenai perbaikan yang dibutuhkan dalam proses pemanufakturan.

[image:46.595.75.513.307.709.2]

Pada bagian tengah rumah (komponen 4) adalah temapt dimana persyaratan pelanggan dikonversikan ke dalam aspek-aspek pemanufakturan. Pada bagian bawah rumah (komponen 5) merupakan daftar prioritas proses pemanufakturan. Pada bagian atap (komponen 6), langkah yang dilakukan adalah mengidentifikasi pertukaran yang berhubungan dengan persyaratan manufaktur. Pertanyaan yang akan dijawab dalam komponen 6 adalah apa yang terbaik yang dapat dilakukan organisasi dengan mempertimbangkan persyaratan pelanggan dan kemampuan pemanufakturan organisasi (Nasution, 2001).

Gambar 3. Matriks Struktur QFD

Sumber : Nasution (2001)

3) Proses Quality Function Deployment (QFD)

Titik awal (starting point) dari QFD adalah pelanggan serta keinginan dan kebutuhan dari pelanggan, hal ini disebut sebagai suara dari pelanggan. Inti dari

5. Daftar prioritas dari persyaratan proses penting bagi perusahaan

3. Matriks Perencanaan : • Pemeringkatan

Kepentingan • Pemeringkatan

Persaingan • Nilai Sasaran • Skala

Kenaikan yang dibutuhkan • Poin Penjualan

Bobot Perencanaan (dikalkulasikan) 2. Tuntunan atau spesifikasi terkini pengusaha perusahaan terhadap

pemasok 6. Identifikasi pertukaran yang berhubungan dengan persyaratan produksi

4. Hubungan :

• Apa arti tuntutan pelanggan bagi proses pabrikasi? • Dimana ada interaksi antar hubungan?

(47)

29 QFD adalah suatu matriks besar yang menghubungkan apa keinginan pelanggan (what) dan bagaimana suatu produk akan didesain dan diproduksi agar memenuhi keinginan pelanggan tersebut (how).

Menurut Besterfield et al. (1999), proses QFD secara lengkap terdiri dari empat fase yang dinyatakan dalam empat matriks, yaitu :

1. Matriks Perencanaan Produk

Fase ini dimulai dari persyaratan pelanggan, untuk setiap persyaratan pelanggan harus ditentukan persyaratan desain yang dibutuhkan, dimana jika memuaskan akan membawa hasil dalam pemenuhan persyaratan pelanggan. 2. Matriks Pengembangan Bagian

Persyaratan desain dari matriks pertama dibawa ke matriks kedua untuk menentukan karakteristik kualitas bagian.

3.

Gambar

Gambar 1. Pemahaman mengenai Mutu
Gambar 2.Tingkat Harapan Pelanggan
Gambar 3. Matriks Struktur QFD
Gambar 4. Proses QFD
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, aspek-aspek yang harus disusun dalam perencanaan pengembangan sekolah juga harus sesuai dengan tuntutan SNP tersebut yaitu 8 (delapan) standar nasioanl

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang membedakan dan dapat mempengaruhi perilaku petani dalam menentukan pilihan benih padi unggul varietas inbrida dan

Hasil rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 1 menunjukan bahwa perlakuan varietas padi yang ditanam berpengaruh nyata terhadap variabel peubah tinggi tanaman, jumlah

Berdasarkan bobot absolut persyaratan teknik, urutan prioritas persyaratan teknik yang harus dipenuhi oleh PKBT IPB dalam pengembangan varietas melon (pemuliaan melon) khususnya

Berdasarkan hasil survei terhadap konsumen diketahui urutan prioritas persyaratan pelanggan yang harus dipenuhi oleh pemulia dalam pengembangan varietas melon khususnya melon

Secara umum masalah pengembangan padi hibrida di Indonesia saat ini antara lain adalah: (a) produksi benih rendah, baru sekitar 1 t/ha, dan sistem perbenihan belum berkembang, pada

Beberapa hasil penting dari penelitian ini adalah: (a) responden di kedua wilayah umumnya menyatakan padi hibrida hingga saat ini belum berkembang karena petani belum yakin dan

Secara umum masalah pengembangan padi hibrida di Indonesia saat ini antara lain adalah: (a) produksi benih rendah, baru sekitar 1 t/ha, dan sistem perbenihan belum berkembang, pada