PERANAN KOMBINASI KOLESTEROL DAN VITAMIN E
SEBAGAI PERANGSANG PEMATANGAN GONAD
IKAN LELE
(Clarias gariepinus)
OLEH:
KHOIRONI
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
KHOIRONI. Peranan Kombinasi Kolesterol dan Vitamin E Sebagai Perangsang
Pematangan Gonad Ikan Lele (Clarias gariepinus), dibimbing oleh BAMBANG
PURWANTARA, RIDWAN AFFANDI dan LIGAYA ITA TUMBELAKA.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kadar kombinasi kolesterol dan
vitamin E yang optimum dalam pematangan gonad ikan lele (Clarias gariepinus).
Peubah yang diamati adalah kecepatan pematangan gonad, gonado somatic index
(GSI), fekunditas, diameter telur dan kandungan protein, lemak, kolesterol, vitamin
E telur serta struktur histologis gonad ikan uji. Penelitian ini dilaksanakall bulan
Pebruari sampai dengan April 2002 dengan berlokasi di bendungan Cirata Cianjur.
Rancangan penelitian yang dipergunakan adalah faktorial yang terdiri dari
dua faktor yaitu faktor kolesterol dan vitamin
E.
Faktor kolesterol mempunyai 4taraf yaitu 2870, 5740, 861 0 dan 1 1480 mglkg pakan serta vitamin E mempunyai 3
taraf yaitu 180, 240 daan 300 mg/kg pakan. Rancangan lingkungannya adalah
rancangan acak lengkap (RAL) dengan 8 ulangan. Individu ikan dianggap ulangan.
Data parameter dari masing-masing perlakuan dianalisis dengan mengunakan
analisis sidik ragam, uji kontras dan uji Duncan's Multiple Range (Steel dan Torie,
1993).
Ikan uji yang dipergunakan adalah ikan lele dara pada tingkat kematangan
gonad (TKG) 11, dengan panjang berkisar 27 - 30 cm , bobot tubuh 200 - 225 gram.
Sedangkan pakan yang dipergunakan berupa pelet dengan kandungan protein
36,51%, lemak 6,05%, karbohidrat 37,25%, abu 10,80% dan serat kasar 9,39%.
Pakan tersebut ditarnbah dengan kolesterol dan vitamin
E
hingga kadarnya sepertitersebut diatas dalam perlakuan. Ikan uji tersebut dipelihara dalam wadah jaring
terapung dengan luas 3,O
x
1,5 meter dengan kedalaman 1,5 meter sebanyak 12 buah.Setiap hari ikan uji diberi pakan pagi dan sore hari sebanyak 3% dari bobot biomas.
Hasil penelitian yang terbaik diperlihatkan bahwa penambahan kombinasi
kecepatan kematangan gonad dicapai pada 28 hari sebanyak loo%, GSI rata-rata
tertinggi 13,34%, fekunditas rata-rata tertinggi 48.159,77 butir, kandungan protein
telur rata-rata tertinggi 3 1,05%, kandungan kolesterol 790,32 mglkg dan kandungan
vitamin E 15,29 mglkg. Penambahan kombinasi kolesterol dan vitamin E dalarn
pakan yang mampu memberikan interaksi perlakuan yang terbaik tersebut adalah
kolestero1;vitamin E 5740;240 mg/kg pakan.
Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penambahan kombinasi
kolesterol dan vitamin E pada pakan dengan perlakuan kolestero1;vitamin E
5740;240 mglkg pakan mampu meningkatkan (1) kecepataan pematangan gonad,
GSI, fekunditas dan diameter telur (2) kondungan protein telur, kandungan kolesterol
PERANAN KOMBINASI KOLESTEROL DAN VITAMIN E
SEBAGAI PERANGSANG PEMATANGAN GONAD
IKAN LE LE
(Clarias gariepinus)
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Biologi Reproduksi
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul : Peranan Kombinasi Kolesterol dan Vitamin E Sebagai Perangsang Pematangan Gonad Ikan Lele (Clarias gariepinus)
Nama Mahasiswa : KHOIRONI
Nomer Pokok : P11500003
Program Studi : Biologi Reproduksi
Mengetahui,
1. Komisi Pembimbing
Dr. drh. Bambang Purwantara, M.Sc
Ketua
Dr.drh.Ligava Ita Tumbelaka, Sp.MP. M.Sc
Anggota
2. Ketua Program Studi,
6
Prof.Dr.drh.Mozes R.Toelihere,M.Sc ida Manuwoto, M.Sc
7 6 SEP 2002
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Temanggung pada tanggal 8 Maret 1960 sebagai anak
ketiga dari pasangan Sururi dan Alfiah. Pendidikan Politeknik Pertanian (Diploma IT1
dan Akta lII), Institut Pertanian Bogor diperoleh pada tahun 1982 dengan spesialisasi Budidaya Ikan. Kemudian penulis bekerja sebagai guru pada Sekolah
Menengah Teknologi Pertanian Negeri Nganjuk hingga tahun 1984.
Pada tahun 1985 penulis mengikuti kursus Test of English As Foreign
Language (TOEFL) dan English Sepecial Purpose (ESP) di Jakarta. Kemudian
penulis mendapat kesempatan mengikuti kursus di Melbourne, Australia pada bidang
Advanced Agricaltural Pedagogical Skill mulai tahun 1986 sampai dengan 1987.
Tahun 1988 hingga 1992 penulis bertugas sebagai pendamping konsultan pendidikan
bidang Budidaya Ikan oleh Louis Berger (Inggris) dan Kampsak, Danida (Denmark)
di Pusat Pengembangan Penataran Guru Pertanian (PPPG Pert.) Cianjur. Pada akhir
tahun 1992 penulis mengikuti kursus Computer for Teacher Educator di Manila,
Philippine. Mulai tahun 1993 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan
kuliah S1 pada Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun
1996. Pada pertengahan tahun 1996 penulis terpilih mejadi sekretaris Kelompok
Bidang Keahlian (KBK) Perikanan pada Majelis Pendidikan Kejuruan Nasional oleh
Depdikbud dan Kadin Indonesia. Tahun 1997 penulis mengikuti kursus di Taiwan
Fisheries Reasearch Institute selama 6 bulan untuk mendalami akuakultur pantai dan
tahun 1998 penulis studi banding bidang perikanan di negara Belanda.
Tahun 1999 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan kuliah S2,
pada Program Studi Biologi Reproduksi, Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis bekerja sebagai Widyaiswara pada PPPG Pertanian Cianjur, dalam
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga dapat terselesaikannya penulisan hasil penelitian ini. Tesis ini
merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Magister Sain pada Program Studi
Biologi Reprduksi, dengan judul Peranan Kombinasi Kolesterol dan Vitamin E
Sebagai Perangsang Pematangan Gonad Ikan Lele (Clarias gariepinus). Penelitian
ini dilaksanakan mulai bulan Pebruari sampai dengan April 2002, dengan mengambil
lokasi di Bendungan Cirata Cianjur.
Terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan khususnya kepada Bapak
Dr. drh. Bambang Purwantara, M.Sc sebagai ketua komisi pembimbing, Dr. Ir.
Ridwan Affandi, DEA dan Dr. drh. Ligaya Ita Tumbelaka, Sp.MP, M.Sc. sebagai
anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dari
perencanaan hingga penulisan tesis ini selesai. Berikutnya penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian
hingga penulisan hasil penelitian ini, semoga amal perbuatannya dibalas oleh Tuhan
Yang Maha Esa.
Harapan penulis semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca.
Akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini kurang sempurna, untuk itu kritik dan
saran sangat penulis harapkan.
DAFTAR IS1
Halaman DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ... Kerangka Pemikiran . . ...
...
Tujuan Penelltian
Manfaat Penelitian ...
Hipotesis ...
TINJAUAN PUSTAKA
Habitat dan Perkembangan Gonad Ikan Lele ...
... Regulasi Endokrin
Kolesterol ...
...
Vitamin E
Kualitas Air ...
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ... ... Bahan dan Alat Penelitian ...
. .
... Ikan UJ 1
. .
... Pakan UJ 1 1
...
Wadah 1
...
Alat 1
...
Pelaksanaan Penelitian
...
Persiapan Ikan Uji dan Pakan Uj i
...
Perlakuan Terhadap Media Pemeliharaan
...
Perlakuan Terhadap Ikan Uji . .
... Metode Penelltian
...
Perlakuan
...
Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik
... Peubah yang Diamati
... Kecepataan Pematangan Gonad
... Gonado Somatic Index (GSI)
... Fekunditas Mutlak
... Komposisi Proksimat Telur ... . . . . .
Kandungan Kolesterol dan Vitamin E Telur ...
... Struktur Histologis Gonad
... ...
Kualitas Air Media ..
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecepatan Pematangan Gonad ...
...
...
Gonado Somatic Index ..
Fekunditas ... ...
Diameter Telur
Kandungan Protein Telur ... Kandungan Lemak Telur ...
Kandungan Kolesterol Telur ...
Kandungan Vitamin E Telur' ...
Stmktur Histologis Gonad ...
... Kualitas Air Media
Rekapitulasi Selumh Nilai Peubah ...
KESIMPULAN DAN SARAN
...
Kes impulan
...
Saran
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Alur Kerangka Pemikiran ... 4
2. Alur Proses Kolesterol menjadi Estradiol-17P dan 17a,20P-Dihydroxy-
4-pregnen-3 -one.. ... 10
3. Ikan Uji Sebelum Mengalami Perlakuan ... 13
4. Wadah Pemeliharaan Ikan Uji ... 15
5. lkan Uji Matang Gonad (Interaksi Perlakuan Kolestero1;Vitamin E
5740;240 mglkg pakan) ... 2 1
6. Hubungan Interaksi Perlakuan Kolesterol d m Vitamin E Terhadap
GS I ... 2 8
7. Gonad Ikan Uji (Interaksi Perlakuan Kolestero1;Vitarnin E
5740;240 mglkg pakan) ... 2 9
8. Hubungan Interaksi Perlakuan Kolesterol dan Vitamin E Terhadap
Fekunditas ...
...
... 3 29. Hubungan Interaksi Perlakuan Kolesterol dan Vitamin E Terhadap
Diameter Telur ... 3 5
10. Hubungan Interaksi Perlakuan Kolesterol dan Vitamin E Terhadap
Kandungan Protein T elur ... 3 8
1 1. Hubungan Interaksi Perlakuan Kolesterol dan Vitamin E Terhadap
Kandungan Lemak Telur. ... 40
12. Hubungan Interaksi Perlakuan Kolesterol dan Vitamin E Terhadap
Kandungan Kolesterol Telur. . . 4 2
13. Hubungan Interaksi Perlakuan Kolesterol dan Vitamin E Terhadap
DAFTAR
TABEL
Halaman 1 . Tingkat Kematangan Ovarium ... 7
2 . Komposisi Pakan Percobaan ... 14
3 . Perlakuan Kombinasi Kolesterol dengan Vitamin E ... 17
4 . Jumlah Komulatif Ikan Matang Gonad pada Setiap Sampling Selama
. .
Penelltlan ... ... 20
5 . Nilai Gonad Somatic Index (GSI) ... ... 27
6 . Nilai Fekunditas Ikan Uji ... 31
7 . Nilai Diameter Telur lkan Uji ... 34
8 . Nilai (%) Kandungan Protein Telur Ikan Uji ... 36
9 . Nilai (%) Kandungan Lemak Telur Ikan Uji ... 39
10 . Nilai Kandungan Kolesterol Telur Ikan Uji (mglkg) ... 41
1 1 . Nilai Kandungan Vitamin E Telur Ikan Uji ... 44
12 . Nilai Kisaran Kualitas Air Media ... 50
DAFTAR
LAMPIRAN
Halaman
1. Komposisi Vitamin Mix dan Mineral Mix ... 6 1 2. Data GSI, Fekunditas dan Diameter Telur Ikan Uji ... 62
3. Analisis Aditif, Analisis Sidik Ragam, Uji Kontras dan Uji Duncan's
Multiple Range GSI.. ... 6 5
4. Analisis Aditif, Analisis Sidik Ragam, Uji Kontras dan Uji Duncan's
Multiple Range Fekunditas ... 67
5. Analisis Aditif, Analisis Sidik Ragam Diameter Telur. ... 69
6. Data Kandungan Kolesterol, Vitamin . E, Protein, Lemak dan Kadar
.
Air Telur Ikan UJI ... 70 7. Analisis Aditif, Analisis Sidik Ragam, Uji Kontras dan Uji Duncan's
Multiple Range Kandungan Protein Telur ... 7 1
8. Analisis Aditif, Analisis Sidik Ragam, Uji Kontras dan Uji Duncan's
Multiple Range Kandungan Lemak Telur ... 73
9. Analisis Aditif, Analisis Sidik Ragam, Uji Kontras dan Uji Duncan's
Multiple Range Kandungan Kolesterol Telur. ... 7 5
10. Analisis Aditif, Analisis Sidik Ragam, Uji Kontras dan Uji Duncan's
Multiple Range Kandungan Vitamin E Telur ... 7 7
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan benih ikan mas, nila, jambal, bawal dan bandeng di bendungan
Cirata dan Saguling khususnya kabupaten Cianjur sekitar 8.000.000 kg (ukuran 5 -
8 cm) untuk ikan mas, 4.000.000 kg (ukuran 5 - 8 cm) untuk ikan nila dan
1.000.000 kg (ukuran 2 inci) untuk ikan jambal setiap periode pembesaran jenis-jenis
ikan tersebut ( Laporan semesteran PLN UPT. Cirata - Saguling , Desember 2000).
Oleh karena besarnya kebutuhan benih ikan tersebut Kabupaten Cianjur belum
mampu memenuhinya maka sebagian banyak didatangkan dari luar Kabupaten
Cianjur.
Pengadaan benih ikan yang sangat besar tersebut membutuhkan investasi
yang sangat besar dan melibatkan masyarakat banyak. Dalam memproduksi benih
ikan Petani pengusaha ikan biasanya memijahkan dengan cara tradisional dan
modern, dengan pengelolaan intensif dan semi intensif. Apabila memijahkan ikan
menggunakan cara modern diperlukan bahan-bahan diantaranya adalah salah satu
dari horrnon sGnRH-a
+
antidopamin, hCG dan ekstrak kelenjar hipofisa ikan.Hormon ikan tersebut berfungsi untuk merangsang dan mempercepat pematangan
gonad (sperma dan sel telur). Hormon sGnRH-a
+
antidopamin dan hCG yang telahdikemas dalam ampul (10 ml) harganya relatif mahal, berfluktuasi sesuai dengan
kurs nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Bahan tersebut per ampul
ekstrak kelenjar hipofisa ikan memiliki beberapa kelemahan yaitu (1) hilangnya ikan
donor karena diambil hipofisanya; (2) rendahnya ketepatan standarisasi ekstrak
kelenjar hipofisa ikan sebagai bahan suntikan untuk induksi ovulasi atau pematangan
akhir sel telur dan sperma; (3) tidak diketahui dengan pasti hormon mana yang
sebenarnya berpotensi untuk ovulasi dan kematangan gonad; dan (4) penyakit dapat
menular dengan mudah dari ikan donor ke ikan resipien (Hardjamulia 1975).
Dikarenakan terbatasnya informasi tentang hormon dan alternatif sumber horrnon
oleh petani sebagai peranangsang pematangan gonad maka menjadi kendala
percepatan pembenihan ikan yang menyebabkan lambat dan kurangnya pasokan
benih ikan tersebut.
Dalam rangka menambah informasi tentang prekusor hormon sebagai
peranangsang pematangan gonad ikan maka perlu diujicobakan penggunaan
kombinasi kolesterol dan vitamin E melalui campuran pakan pada ikan. Hal ini
dilakukan karena kolesterol merupakan prekusor hormon steroid, sedangkan vitamin
E merupakan co-enzim P-450, anti oksidan dan pelindung lemak. Enzim P-450scc
merupakan enzim yang merubah kolesterol menjadi pregnenolon. Dengan proses-
proses enzimatik kolesterol akan diubah menjadi estradiol -17P yang berperanan
sebagai pemacu pertumbuhan oosit dan 17a,20P-Dihydroxy-4-pregnen-3-one yang
berperanan dalam pematangan oosit (Nagahama 1995). Peranan vitamin E sebagai
anti oksidan terutama untuk melindungi lemak tidak jenuh pada lapisan fosfolipid
Kerangka Pemikiran
Kolesterol merupakan prekusor hormon steroid yang akan diubah menjadi
estradiol- 17
P
sebagai pemacu pertumbuhan dan perkembangan oosit. Sedangkan17a, 20P-dihydroxy-4-pregnen-3-one sebagai pemacu dalam pematangan oosit
dengan salah satu enzimnya P-450scc (Nagahama 1995). Sementara itu vitamin E
berperananan sebagai co-enzim P-450scc dan anti oksidan yang berguna untuk
mengawetkan vitamin-vitamin dan asam lemak tak jenuh yang mudah teroksidasi,
baik yang terdapat dalam pakan, campuran bahan pakan maupun dalam tubuh ikan.
Masalah yang dihadapi adalah kekurangan benih akibat panjangnya siklus
reproduksi, angka pemijahan ikan yang rendah dan gagalnya pemeliharaan benih.
Oleh karena adanya perananan kolesterol dan vitamin E seperti tersebut diatas maka
perlu diujicobakan perananan tersebut pada ikan uji, agar diperoleh inforrnasi
pengaruh kombinasi kolesterol dan vitamin
E
terhadap pematangan gonad pada ikanuji. Pengaruh tersebut dievaluasi melalui peubah gonado somatic index (GSI),
fekunditas mutlak (F), diameter telur, struktur histologis jaringan gonadnya,
kandungan kolesterol dan vitamin E telur serta proksimat telur. Apabila peranan
kolesterol dan vitamin E di dalam ikan uji tersebut benar-benar positif, maka
minimal salah satu kendala penyebab kekurangan benih akan sedikit teratasi. Untuk
memperjelas kerangka pemikiran bagi pemecahan masalah tersebut dapat dilihat
Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran -Kualitas air optimum
-Wadah optimum -Nutrisi optimum
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan kadar kombinasi kolesterol
dan vitamin E yang optimum dalarn pematangan gonad ikan lele sebagai ikan uji.
+
Kolesterol+
Vitamin EIKAN UJI
Sel Teka, Sel Granulosa . Co-enzim P-450
Estradiol-17P
P
- 4-Vitellogenesis Pertumbuhan dan Perkem bangan oosit Antioksidan 17a,20PDihydroxy -4-pregnen-3-one Pematangan oosit +
. 4
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat (1) menambah informasi ilmiah tentang
pengaruh kombinasi kolesterol dan vitamin E terhadap pematangan gonad ikan uji;
(2) dijadikan acuan penambahan kombinasi kolesterol dan vitamin E dalam pakan
.
sebagai pemacu pematangan gonad ikan uji serta (3) dijadikan kerangka pendekatan
untuk diimplementasikan kepada spesies ikan lain.
Hipotesis
Penambahan kombinasi kadar kolesterol dan vitamin
E
secara tepat padaTINJAUAN PUSTAKA
Habitat dan Perkembangan Gonad Ikan Lele
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus, Buchell) adalah jenis spesies ikan yang
didatangkan dari Afrika, masuk ke Indonesia pada tahun 1986. Ikan ini mendapat
julukan lele dumbo karena pertumbuhannya yang sangat cepat di alarn aslinya. Ikan
ini hidup di perairan tawar yang banyak mengandung jasad renik seperti sungai,
danau, rawa-rawa, dengan ketinggian 0 - 500 meter dari permukaan laut. Ikan ini
bahkan dapat hidup di perairan yang kotor, berlumpur, bahkan dapat hidup dalam
perairan yang kadar oksigennya rendah (Departemen Pertanian 1989 dalam
Pulungan 1992).
Jika dilihat dari fungsi reproduksinya, ikan lele dumbo jantan dan betina
dapat dibedakan dari tonjolan yang terdapat di dekat dubur. Ikan lele jantan
mempunyai tonjolan meruncing, sedangkan ikan lele betina mempunyai tonjolan
pendek membulat agak melebar (Jarigau 1992).
Dalarn perkembangannya gonad ikan lele mempunyai beberapa tingkat yang
perkembangan ovariumnya yang didasarkan atas pengamatan mikroskopis dan
makroskopis. Perkembangan ovarium secara mikroskopis yang dapat diamati adalah
tebalnya dinding indung telur, keadaan pembuluh darah, inti butiran minyak, vesikel
dan kuning telur. Secara makroskopis perkembangan ovarium ditentukan dengan
pengamatan warna indung telur, ukuran butiran telur, dan volume rongga perut ikan
Nikolsky (1963) dalam Effendie (1979) adalah seperti termuat pada Tabel 1. di
bawah ini:
Tabel 1. Tingkat Kematangan Ovarium
Sumber: Nikolsky (1963) dalam Efendie (1979).
No. 1 2 3 4 5 6 7 Regulasi Endokrin
Menurut Redding dan Patino (1993) proses reproduksi ikan lele diatur oleh
sistem endokrin yang dikenal sebagai sistem Brain Pituitary Gonad (BPG). Begitu
juga pada saat pertumbuhan oosit diatur oleh hormon. Setelah proliferasi oogonia
berlangsung dengan pembelahan mitotik, oogoilia tersebut menjadi oosit dail
memasuki periode pertumbuhan. Selama proses pertumbuhannya ukuran oosit
Tingkat Kematangan Ovarium Tidak Masak Masa Istirahat Harnpir Masak Masak Reproduksi Keadaan Salin Masa Istirahat Keterangan
Individu masih muda belum berhasrat mengadakan reproduksi. Ukuran gonad masih kecil.
Produk seksualnya belum berkembang. Ukuran gonad masih kecil. Telur tidak bisa dilihat dengan mata biasa.
Telur dapat dibedakan dengan mata biasa.
Produk seksualnya masak. Produk seksualnya mencapai berat maksimum. Tetapi produk seksual tersebut belum keluar bila perut diberi tekanan. Bila perut diberi tekanan produk seksualnya akan menonjol keluar dari lubang pelepasan. Berat gonad cepat menurun sejak permulaan berpijah sampai pemijahan selesai.
Produk seksual telah dikeluarkan. Lubang
genitalnya benvarna kemerahan. Gonad
[image:120.609.81.525.166.485.2]menjadi lebih besar. Bersarnaan dengan pertumbuhannya nucleus oosit memasuki
periode profase tetapi berhenti pada stadia diplotene pada pembelahan meiotik
pertama. Perkembangan ukuran oosite dipengaruhi oleh pengumpulan kuning telur
oleh oosit tersebut. Pada ikan teleostei tempat sintesa prekusor protein kuning telur,
vitellogenin terjadi pada hati. Vitelogenin ini diangkut melalui sistem saluran darah
ke dalam ovariumt, diserap kedalam oosit melalui reseptor "endocytosis". Proses
regulasi vitellogenin pada ikan teleostei tersebut oleh Idler and Ng (1 983); Wallace
(1985); Momsen and Walsh (1988); Ho (1991) dan Specker dan Sullivan (1994)
digambarkan bahwa kelenjar pituitari menskresikan gonadotropin (GTH)-I dan
hormon tersebut akan mempengaruhi sel teka untuk mengeluarkan testosteron.
Testosteron ini akan mempengaruhi sel granulosa untuk menskresikan estradiol- 17P
yang akan mempengaruhi kerja hati untuk memproduksi dan menskresikan
vitellogenin. Vitellogenin tersebut setelah sampai pada oosit akan menjadi bahan
peranangsang pertumbuhan dan perkembangan. Setelah proses pertumbuhan dan
perkembangan oosite terpenuhi, proses berikutnya adalah pematangan oosite yang
melibatkan mediator pertama yaitu gonadotropin. Gonadotropin tersebut
kemungkinan GTH-I1 yang dilepaskan oleh kelenjar pituitari untuk merangsang
maturation inducing hormon (MIH) (Nagahama 1987). Maturation inducing hormon
( M I H ) berpotensi sebagai inisiator germinal vesicle breakdown (GVBD) pada tahap
pematangan oosit merupakan mediator kedua yaitu hormon 17a,20P-dihydroxy-4-
pregnen-3 one (1 7a,20P-DP) pada ikan salmon. Hal ini dihasilkan oleh sel granulosa
Adachi 1985). Sedangkan sebagai mediator ketiga adalah maturation promoting
factor (MPF) yang juga dikenal dengan metaphase-promoting factor (MPF) sebagai
inisiasiator matafase pada sel meiotik (Sunkara et al. 1979; Kishimoto et al. 1984).
Kolesterol
Kolesterol sebagai salah satu jenis steroid, merupakan molekul kompleks
dengan empat cincin yang saling bergabung sebagai intisiklik. Molekul kolesterol
mempunyai gugus polar pada bagian kepalanya, yaitu gugus hidroksil pada posisi 3
dan bagian molekul lain merupakan struktur non-polar yang relatif kaku (Harper,
Rodwell dan Mayer 1979). Kolesterol ditemukan pada plasma lipoprotein dan sel
membran plasma luar pada hewan.
Menurut Linder (1992) kolesterol mempunyai fungsi yang cukup penting
bagi tubuh manusia yaitu merupakan substrat untuk pembentukan zat-zat esensial
seperti asam empedu, hormon steroid serta vitamin D3 yang merupakan satu-satunya
vitamin yang disintesis dalam tubuh. Sedangkan yang terjadi didalam tubuh ikan
teleost kolesterol merupakan prekusor testosteron dan estrogen (Borg 1994).
Nagahama (1995) menggambarkan biosintesa steroid dengan prekusor
kolesterol pada folikel di dalarn ovari ikan salmon selama pertumbuhan dan
pematangan oosit. Sel-sel teka memproduksi testosteron dan 17a-
hydroxyprogesterone, sedangkan lapisan sel granulosa memproduksi estradiol 1 7 4
untuk pertumbuhan oosit dan 17a,20P-dihydroxy-4-pregnen-3-one untuk
SEL TEKA
Pregnenolone
~
30-HSD
0
t
Progesterone
. -
i
[image:123.603.132.492.131.432.2]Testosterone Estradiol-17il ---7)
Gambar 2. Alur proses kolesterol menjadi estradiol-17P dan 17a,20P- Dihydroxy-4-pregnen-3-one ( Nagahama Y. 1995).
Vitamin E
Vitamin
E
dan asam lemak esensial dibutuhkan secara bersamaan untukpematangan gonad ikan. Dosis vitamin E di dalam pakan akan bergantung kepada
kandungan asam lemak esensial yang ada di dalam pakan tersebut. Semakin tinggi
kandungan asam lemaknya, maka kebutuhan vitamin E juga semakin tinggi
Salah satu vitamin yang dapat berperanan dalam meningkatkan reproduksi
ikan adalah vitamin E. Fungsi yang paling nyata dari vitamin E adalah sebagai anti
oksidan, terutama untuk melindungi asam lemak tidak jenuh pada fosfolipid dalam
membran sel. Vitamin E juga merupakan co-enzim dari P-450scc yang merubah
kolesterol menjadi pregnenolon (Nagahama 1995). Pada ikan salmon atlantik
vitamin
E
diangkut dari jaringan periferal ke gonad melalui hati bersama plasmalipoprotein (Lie et al. 1994 dalam Mokoginta et al. 2000) ha1 ini menunjukkan
adanya peranan vitamin E pada proses reproduksi ikan.
Linder (1992) melaporkan bahwa vitamin E diangkut ke hati dalam bentuk
kilomikron. Setelah melewati hati distribusinya mengikuti trigliserida dan lipid
lainnya melalui lipoprotein ke jaringan lemak dan membran intra sel maupun ekstra
sel. Selama vitelogenesis kadar vitamin E dalam tubuh menurun mencapai kira-kira
10% hingga oosit mengalami pematangan (Lie et al. 1994 dalam Basri 1997).
Gatlin et al. (1992) menyatakan bahwa untuk jenis-jenis ikan catfish
kebutuhan vitamin
E
berkisar antara 60 - 240 mglkg ransurn ikan. SedangkanSyahrizal (1998) mengemukakan bahwa penambahan vitamin E dalam pakan yang
baik untuk reproduksi ikan lele (Clarias batracus) adalah 2 10 mglkg pakan.
Kualitas Air
Ikan akan hidup sehat dan tumbuh dengan baik apabila kualitas fisika,
kimiawi dan biologi air mendukung kehidupan ikan tersebut (Zoneveld et al. 1991).
pada daerah tropis, kualitas air yang dibutuhkan adalah dengan suhu 25 - 32 "C, pH
6,5 - 9,O; kelarutan oksigen >5 ppm; alkalinitas 2 25 ppm; CaC03 dan kandungan
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Bendungan Cirata, Balit bio Cimanggu Bogor,
PPPG Pertanian Cianjur, Laboratorium Bagian Reproduksi dan Kebidanan Fakultas
Kedokteran Hewan IPB, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Pelielitian ini
berlangsaung pada bulan Pebruari sarnpai dengan April 2002.
Bahan dan Alat Penelitian Ikan Uji
Penelitian ini menggunakan 96 ekor induk ikan lele betina dara pada tingkat
kematangan gonad (TKG) I1 yaitu ketika seksualitasnya belum berkembang dan
ukuran gonadnya masih kecil. Kisaran panjang dan bobot ikan uji masing-masing
[image:126.611.136.488.482.684.2]adalah 27 - 30 cm; dan 200 - 225 gram. Contoh ikan uji tersebut dapat dilihat pada
Gambar 3.
Pakan Uji
Pakan yang diberikan bempa pelet setelah ditambahkan kombinasi kolesterol
dengan vitamin E. Komposisi pakan uji dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Pakan Percobaan
Jumlah 1 100
1
1001
100 100 100 100Protein 36,51
1
36,511
36,511
36,511
36,511
36.51 [image:127.607.76.513.216.728.2]Kolesterol yang ditambahkan berupa kolesterol teknis ( ~ i o c h e m i c a l ) ~ dengan
rumus kimia C27H460, M= 386,67 glmol, sedangkan Vitamin E yang ditambahkan
adalah dalam bentuk a-tokoferol dengan tingkat kemurnian 50% (Ensafal Juvela
Food 5 0 0 ) ~ . Kandungan mineral d m vitamin yang ada dalam bentuk Mineral Mix
dan Vitamin Mix sebagai penyusun komposisi pakan dapat dilihat pada Lampiran 1.
Wadah
Wadah yang digunakan adalah 12 buah jaring terapung dengan ukuran
panjang, lebar d m kedalaman masing-masing 3,O meter, 1,5 meter dan 1,5 meter.
Pada permukaan atas wadah diberi jaring penutup untuk mencegah agar ikan uji
[image:128.609.123.475.438.670.2]tidak melompat keluar wadah. Wadah pemeliharaan tersebut dapat dilihat pada
Gambar 4.
Alat
Alat yang digunakan adalah alat pembuat pelet, alat analisis proksimat,
kolesterol dan vitamin E, alat pembuat preparat jaringan gonad, mikroskop,
termometer, pH meter, DO meter, spektrofotometer dan secchidisk.
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Ikan Uji dan Pakan Uji
Ikan lele yang digunakan adalah ikan lele dara pada tahap TKG II hasil
pilihan sesuai dengan ukuran sampel yang telah dilihat tingkat kematangan
gonadnya. Setelah ikan uji terpilih, ikan tersebut dipuasakan selama tiga hari.
Pakan uji adalah pelet yang komposisinya terdiri dari bahan-bahan dengan
kadar tertentu sesuai dengan Tabel 2. kemudian dianalisis proksimat, kolesterol, dan
vitamin E.
Perlakuan terhadap Media Pemeliharaan
Oleh karena jaring terapung ditempatkan pada bendungan Cirata rnaka media
pemeliharaan tidak perlu disipon dan diaerasi. Peubah kualitas air meliputi pH,
kandungan oksigen, yang diukur setiap satu minggu satu kali, dan suhu yang
diukur setiap 3 hari satu kali pada sore hari
Perlakuan terhadap Ikan Uji
Ikan uji yang telah dipersiapkan sebelumnya, dimasukkan ke dalam wadah
penelitian ikan uji diberi pakan uji sebanyak 3% dari bobot hidup ikan uji.
Pemberian pakan dilakukan dua kali dalam satu hari yaitu pagi dan sore hari.
Pengambilan data dari peubah yang diamati dilakukan setiap satu minggu satu kali
setelah melihat adanya tanda-tanda ikan uji mulai matang gonad dengan bantuan
kanulasi telur.
Metode Penelitian
Perlakuan
Perlakuan yang diaplikasikan pada penelitian ini adalah kombinasi kolesterol
dan vitamin E. Secara rinci rancangan perlakuan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perlakuan kombinasi kolesterol dengan vitamin E Kadar Kolesterol
I
Kadar Vitamin E (mglkg pakan)Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik 8610
11480
Rancangan percobaan menggunakan percobaan dua faktorial (faktor kolesterol dan
vitamin E ) dengan menggunakan rancangan dasar RAL (Rancangan Acak Lengkap)
Masing-masing perlakuan diulang 8 kali dengan menggunakan individu ikan uji.
8610 ; 180 1 1480;180
dengan 12 interaksi perlakuan dan 8 ulangan. Data masing-masing perlakuan
8610 ; 240 1 1480;240
[image:130.607.78.497.406.546.2]dianalisis dengan sidik ragam, uji orthogonal contras dan uji Duncan's Multiple
Range (Steel dan Torrie 1993). Model umum rancangan percobaan tersebut adalah:
Keterangan:
Yijk = nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang mem-
peroleh kombinasi perlakuan ij (taraf ke-i dari faktor kolesterol dan taraf ke-j dari faktor vitamin E)
P = nilai tengah umum.
a i = pengaruh aditif taraf ke-i dari faktor kolesterol. Pj = pengaruh aditif taraf ke-j dari faktor vitamin E.
(ap) ij = pengaruh interaksi taraf ke-i faktor kolesterol dan taraf ke-j faktor vitamin E.
Eijk = pengaruh galat dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan ij .
Peubah yang Diamati
Kecepataan Pematangan Gonad
Kecepatan pematangan gonad dilihat pada saat ikan uji menampakkan
matang gonad, dengan tanda-tanda apabila ikan uji dipegang mengeluarkan telur dan
inti telur telah berada dibagian tepi.
Gonado Somatic Index
Gonado Somatic Index (GSI) individu ikan dihitung dengan persamaan di
bawah ini:
Bobot gonad (g) GSI (%) = 100% x
Fekunditas Mutlak
Fekunditas mutlak (F) adalah jumlah telur dalam gonad, dengan
menggunakan metoda gravimetri. Rumus fekunditas mutlak tersebut adalah :
G
F = - x X (butir)
Q
Keterangan:
F = fakunditas, G = bobot gonad (g), X = jumlah telur contoh (butir) Q = bobot telur contoh (g)
Diameter Telur
Diameter telur diukur dengan mikrometer. Jumlah contoh telur sebanyak 200
butir per sampel.
Komposisi Proksimat Telur
Telur ikan uji pada masing-masing perlakuan dianalisis proksimat pada kadar
bahan basah.
Kandungan Kolesterol dan Vitamin E Telur
Pada akhir penelitian masing-masing telur perlakuan dianalisis kandungan
kolesterol, dan vitamin E
Struktur Histologis Gonad
Preparat struktur histologis gonad dibuat pada akhir penelitian.
Kualitas Media
Kualitas media penelitian yang diukur meliputi suhu, pH, kandungan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecepatan Pematangan Gonad
Perlakuan kombinasi kolesterol dan vitamin E dalam pakan yang diberikan
kepada ikan uji berpengaruh terhadap kecepatan pematangan gonad. Data hasil
pengukuran kecepatan pematangan gonad disajikan pada Tabel 4. Data tersebut
[image:133.603.79.504.336.557.2]dianalisis secara deskreptif.
Tabel 4. Jumlah Kumulatif Ikan Matang Gonad pada Setiap Sampling Selama Penelitian
Pematangan gonad ikan uji tercepat diperoleh pada perlakuan interaksi
kolesterol-vitaminE 5740 ; 240 mglkg pakan yaitu dimulai pada hari ke-14 dengan jumlah ikan 3 ekor. Pada hari ke-28 jumlah ikan uji matang gonad mencapai 8 ekor
35. Pada perlakuan kadar kolesterol ; vitamin E 8610 ; 240, 8610;300 dan 11480; 240 hingga pada hari ke-35 belum ada satupun ikan uji yang matang gonad.
Kematangan gonad ikan lele tersebut salah satunya ditandai dengan perut nampak
buncit, apabila perut dipegang beberapa butir telur akan segera keluar dari lubang
genitalnya. Pada Gambar 5. perlakuan interaksi kolesterol-vitaminE 5740;240 mglkg
[image:134.607.141.474.287.511.2]pakan menampakkan tanda-tanda tersebut.
Gambar 5. Ikan Uji Matang Gonad (Interaksi Perlakuan Kolesterol-vitaminE 5740;240 mgkg pakan)
Pada hasil penelitian Syahrizal (1 998) ditunjukkan bahwa ikan lele (Clarias
batracus Linn), yang dipelihara di dalam ruangan dan air yang terbatas, memerlukan
waktu
+
15 bulan untuk mencapai matang gonad. Dari fase larva hingga fase dewasa(TKG 111) diperlukan waktu f 11 bulan dengan bobot berkisar 9,78
-
26,96 glekor.Menurut Mokoginta (1991) ikan lele yang dipelihara dalam kolam dan ruangan
terbatas memerlukan waktu 13 -14 bulan untuk mencapai matang gonad, sedangkan
ikan lele yang dipelihara di dalam kolam dari larva hingga memijah diperlukan
waktu 12 bulan (Sumantadinata 1983).
Data hasil penelitian tersebut di atas menunjukan bahwa pertumbuhan dan
pematangan oosit dipengaruhi oleh penambahan kolesterol dan vitamin E dimana
kolesterol adalah sebagai prekusor hormon steroid dan vitamin E sebagai prekusor
enzim sitokrom. Adanya mekanisme umpan-balik positif dan negatif hormon
menyebabkan cepat atau lambatnya pematangan oosit.
Jumlah vitamin E dalam pakan yang diberikan kepada induk akan
mempengaruhi sel-sel dalam metabolisme hormon steroid, asam lemak,
prostaglandin serta derivatnya. Biosintesa steroid tergantung dengan adanya
sitokrom P-450 pada banyak tahapan. Sitokrom P-450 sangat diperlukan untuk
mensitesis steroid dan kolesterol. Tahapan yang membatasi laju sintesis steroid
adalah konversi kolesterol menjadi pregnenolon (Gibson dan Skett 1 99 1 ), sehingga
jumlah dan ketersediaan kolesterol menjadi penting.
Proses pembentukan hormon steroid dengan prekusor kolesterol terjadi pada
sel teka dan sel granulosa, dengan alur proses sebagai berikut:
P-450Scc 3pHSD P-450 I 7a
Kolesterol Pregnenolone
-
Progesteron-
17a-Hydroksi -P-450 1ir.20 base I 7kHSD
Hormon estradiol -1 7P berhngsi sebagai regulasi pertumbuhan oosit, sedangkan
hormon 17a,20P-dihydroksi-4-pregnen-3-one berperan dalam pengaturan
pematangan oosit (Nagahama 1995). Pembentukan kolesterol menjadi beberapa
hormon sesuai dengan alur diatas sangat membutuhkan enzim sitokrom (P-450).
Gibson dan Skett (1991) mengemukakan bahwa vitamin E ternyata diperlukan untuk
biosintesis heme khususnya untuk hngsi enzim asam 6-aminolevulinat dehidrase,
heme ini merupakan holoenzim dari sitokrom P-450, dan sitokrom P-450 mikrosom
levelnya akan berkurang jika terjadi defisiensi vitamin E dan asam lemak. Peranan
vitamin E dalam metabolisme tersebut sangat penting bagi aktivitas optimum dari
sistem enzim yang tergantung oleh sitokrom P-450 pada hati yang melakukan
hidroksilasi-hidroksilasi (Carpenter dan Howard 1974). Harper et al. (1 979)
memperkuat pendapat tersebut bahwa sitokrom adalah hemoprotein yang
mengandung besi, dimana atom Fe berubah-ubah antara Fe3' dan Fe2+ selama
oksidasi dan reduksi.
Vitamin E (a-tokoferol) selain berhngsi sebagai antioksidan yang mampu
mencegah terjadinya oksidasi pada unit-unit asam lemak, terutama asam lemak tak
jenuh dan fospolipid pada membran sel (Linder 1992). Transport vitamin ini di
dalam tubuh sejalan dengan transport lemak karena a-tokoferol hanya larut dalam
lemak (Machlin 1990) dengan demikian alur vitelogenin ke oosit menjadi
terpelihara.
Proses pertumbuhan dan pematangan oosit diatur oleh hormone. Nagahama
tersebut kemudian mempengaruhi sel teka untuk menskresikan hormon testosteron.
Hormon ini kemudian mempengaruhi sel granulosa untuk menskresikan hormon
estradiol- 17P sebagai perangsang hati untuk memproduksi dan menskresikan
vitelogenin sebagai bahan oosit. Dengan demikian oosit akan tumbuh. Proses
berikutnya adalah pematangan oosit, yang diatur oleh tiga faktor yaitu gonadotropin
(GTH)-11, maturation inducing hormon (MM) dan maturition promoting factor
(MPF). Aktifitas GTH-I1 bersifat tidak langsung dalam mempengaruhi kematangan oosit. GTH-I1 diperantarai oleh produksi MIH dari sel folikel. Pada spesies ikan
teleost, percoban in-vitvo C-21 -steroid mampu mengawali proses germinal vesicle
breakdown (GVBD). Pada saat terjadi MIH diantara C-21-steroid hanya dua yang
mampu teridentifikasi yaitu 17a,20P-dehidroxy-4-pregnen-3 -one dan 17a, 20P, 2 1
-
trihydroxy-4-pregnen-3 -one. Testosteron dan C- 19-steroid pada konsentrasi tinggi
bisa juga menginduksi GVBD. Sedangkan estradiol-17P dan C-18-steroid tidak
mampu menginduksi kematangan oosit. Aktifitas GTH-I1 pada sel teka dapat
meningkatkan 17a-hydroxyprogesteron melalui reseptor mediasi sistem adynilate
cyclase-CAMP. 17a-hydroxyprogesteron diubah kedalam bentuk 17a,20P-
dihydroxy-4-pregnen-3-one oleh sel granulose dimana aktifitas GTH-I1
mempengaruhi sintesis de novo enzim 20P-hidroxysteriod dehydrigenase (20P-
HSD).
Perubahan dari estradiol -17P menjadi 17a,20P DP terjadi pada saat
pematangan oosit pada lapisan folikel ovari. Mekanisme kerja perubahan ini telah
jawab terhadap produk estradiol-17P dan 17a,20P-DP. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa kemampuan sel granulosa untuk menghasilkan estradiol-17P
diatur oleh keberadaan sejumlah transkrip 2,6 Kb RNA. Pada studi awal
menunjukkan bahwa forskolin menginduksi produksi 17a,20P-DP diiringi dengan
penurunan P-450arom mRNA oleh sel granulosa yang diisolasi dari fase
postvitelogenesis.
Pada penelitian lain GTH-I1 dapat mengatur pematangan oosit. Konsentrasi
17a,20P-BD dan 20P-S tempat pengikatannya nyata meningkat selama final oocyte
maturation (FOM). Secara in-vitro, perlakuan dengan hCG dapat meningkatkan
tempat pengikatan MIH. Adanya reseptor MIH pada permukaan oosit dikarenakan adanya faktor sitoplasma yang berhngsi sebagai perantara aktifitas MM. Suatu
percobaan menunjukkan MPF yang diambil dari ikan mas koki efektif untuk mematangkan oosit. Kematangan oosit dengan injeksi MPF berlangsung lebih cepat
bila dibandingkan dengan diinkubasi menggunakan 17a,20P-BD.
Pada percobaan penggunaan kolesterol, implant dalam bentuk pelet
dimasukkan ke dalam tubuh, pelet mampu melepaskan hormon sedikit secara
bertahap. Pelet yang dipergunakan adalah mengandung LH-RH atau LH-RH dalam
bentuk matrik kolesterol. Pelet ini dirancang untuk mengendalikan pelepasan
senyawa neuropeptida ke dalam tubuh hewan (Lee et al. 1986). Kolesterol juga telah
dipergunakan dalam proses pematangan gonad, Lee et al. (1986) menyebutkan
bahwa bila ikan bandeng diberi pelet kolesterol aLH-RH maka kematangan gonad
Melihat pentingnya peran kolesterol dan vitamin E seperti tersebut diatas
maka penyediaan kolesterol dan vitamin E perlu diupayakan. Namun demikian
optimalisasi penyediaan perlu diperhatikan. Pada percobaan ini perlakuan kombinasi
kolesterol-vitamin E yang memberikan efek paling baik adalah 5740-240 mgtkg
pakan dengan kematangan gonad 100% individu dicapai pada hari ke-28. Dengan
demikian mekanisme umpan-balik positif dan negatif hormon terjadi pada percobaan
ini, jumlah hormon steroid yang berlebih dan kurang akan menghambat proses
pematangan gonad. Sebagai bukti perlakuan tertinggi dan terendah kolesterol-
vitaminE yakni 1 1480-300 dan 2870
-
180 mglkg pakan kematangan gonad tidakmencapai hasil yang terbaik yaitu hanya 12,5% dicapai pada hari ke- 35 dan 50%
dicapai pada hari ke-3 5.
GSI (Gonado Somatic Index)
Peran kombinasi kolesterol dan vitamin E juga berpengaruh terhadap GSI.
Data hasil pengukuran GSI rata-rata dapat dilihat pada Tabel 5., sedangkan data
lengkap GSI disajikan pada Lampiran 2. Gambar hubungan perlakuan kombinasi
kolesterol dan vitamin E dengan nilai GSI dapat dilihat pada Gambar 6 . Hasil
analisis statistik GSI disajikan pada Lampiran 3.
Dari Tabel 5. tersebut terlihat bahwa perlakuan interaksi antara kolesterol dan
vitamin E 5740;240 (mglkg pakan) mencapai GSI tertinggi yaitu 13,343% kemudian
disusul dengan perlakuan 5740;180 (mglkg pakan) yaitu 1 1,70296 . GSI terendah
Tabel 5. Nilai GSI Ikan Uji (%) pada Masing-Masing Perlakuan
Untuk memudahkan pengamatan kecenderungan peran perlakuan kombinasi Kadar kolesterol (mglkg pakan) 2870 5740 8610 11480
kolesterol dan vitamin E terhadap GSI disajikan Gambar 6. Kecenderungan pola
gambar perlakuan kolesterol 2870 dan 5740 mglkg pakan terhadap vitamin E adalah
Keterangan:
a,b,c,d,e -
- Angka dengan superscript yang sama tidak berbeda nyata (P>0,03)
a,b,c,d,e -
- Angka dengan superscript yang tidak sama berbeda nyata (P<0,03)
Kadar Vitamin E
(mglkg pakan)
kuadratik. Sedangkan pada perlakuan kolesterol 8610 dan 1 1480 mglkg pakan
180
1 0 , 1 0 9 k 4 ~ 3 8 6 ~ ~ ~ ~ 1 1 ,7O2k2,73Oa
10,509k3,597~~' 10,894+_4,074~~
terhadap vitamin E adalah kubik. Secara umum perlakuan kolesterol 5740 mglkg
pakan terhadap inter perlakuan vitamin E memberikan nilai GSI yang paling tinggi.
240
1 1,176+2,077"~ 13,343+1,847" 5,746+1,777e 4,869+2,654e
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa terdapat satu pasang interaksi
300
6,833k 3,976"' 7,82224,560~"~ 6,461+3,017~' 7,15623,666"~
perlakuan yang sangat berbeda nyata. Uji Duncan's menyatakan bahwa interaksi
perlakuan kombinasi kolesterol-vitaminE 5740-240 mglkg pakan dengan GSI
13,343% pada P< 0,03, merupakan perlakuan yang berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya tetapi dinyatakan tidak berbeda nyata dengan perlakuan interaksi kolesterol-
vitaminE 5740
-
180 mglkg pakan dengan GSI 11,702%. Pada uji kontrasdinyatakan bahwa interaksi perlakuan kolesterol dan vitamin E terhadap GSI
[image:140.607.108.509.149.255.2]konsentrasi kolesterol (mglkg pakan) konsentrasi vit E (mglkg)
Gambar 6 .Gambar Hubungan Interaksi Perlakuan Kolesterol dan Vitamin E Terhadap GSI.
Gonado Somatic Index tertinggi terdapat pada interaksi perlakuan kolesterol; vitamin
E 5740 ; 240 mglkg pakan yaitu 13,343% dan dinyatakan tidak berbeda nyata
dengan perlakuan 5740 ; 180 mglkg pakan dengan GSI 11,702% ha1 ini masih
sejalan dengan hasil kecepatan pematangan gonad tercepat juga terdapat pada
interaksi perlakuan yang sama. Pertumbuhan, perkembangan dan pematangan serta
pengosongan kembali gonad merupakan siklus tahapan tingkat kematangan gonad.
Pendugaan penyebab ketidak samaan GSI ini sedikit banyak telah tertera pada
pembahasan kecepatan pematangan gonad diatas. Gambar 7. di bawah in]
menunjukkan gonad ikan uji interaksi perlakuan kolesterol-vitaminE 5740-240
Gambar 7. Gonad Ikan Uji (Interaksi Perlakuan Kolesterol-vitaminE 5740;240 mg/kg pakan)
Hasil penelitian Efrizal (1995), pada lele dumbo diperoleh nilai GSI 16,80%
pada perlakuan 17a-P
+
1 IU hCG, sedangkan Basuki (1990), mendapatkan nilaiGSI 1 3,88% dengan perlakuan PMSG 1,5
IU
dan hCG 3 IU per gram berat badan.Nilai GSI Clarias batracus bobot 9,78- 26,96 gr dengan panjang 13-17 cm. hasil
penelian Syahrizal (1998), menunjukkan 6,3196 pada kadar a-tokoferol 114,21
mglkg pakan, 733% pada kadar a-tokoferol 250,81 mglkg pakan dan 7,29% pada
kadar a-tokoferol 308,16 mglkg pakan. Yulfiperius (2001) mendapatkan GSI pada
ikan Pangasius hypophthalmus dengan bobot induk 2,18-2,42 kg adalah 6,45% pada
kadar vitamin E 146,55 mglkg pakan, 8,54% pada kadar vitamin E 189,65 mglkg
pakan dan 10,41% pada kadar vitamin E 251,80 mglkg pakan. Hasil penelitian
meningkatkan GSI. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Basri (1997), pada
ikan gurame nilai Indek Ovi Somatik (10s) tertinggi dicapai pada penambahan
vitamin E 338,72 mglkg pakan yaitu 3,17%. Penelitian lain pada ikan ekov kuning
juga memperlihatkan bahwa penambahan vitamin E mempengaruhi perkembangan
gonad ikan tersebut. Kadar vitamin E 471,8 pglg pakan menghasikan perkembangan
gonad yang lebih baik dari pakan tanpa vitamin E (Verakunpirya et al., 1985).
Sedangkan hasil penemuan Alava et al. (1 993) dengan penambahan vitamin E dalam
pakan yang diberikan induk udang (Panaeus javonicus) memberikan efek yang
positif terhadap gonad, dimana perlakuan tanpa penambahan vitamin E
menyebabkan nilai GSI lebih rendah bila dibanding dengan pakan yang diberi
vitamin E. Semakin tinggi kadar vitamin E dalarn jaringan ovari nilai GSI akan
semakin tinggi.
Haris (1997) dalam penelitian pengaruh kolesterol dan fospolipid pakan
terhadap laju absorbsi dan distribusi kolesterol, komposisi kimia dan struktur
hepatopankreas serta kinerja pertumbuhan dan kelangsungan hidup tokolan udang
windu (Panaeus monodon Fab.) menunjukkan bahwa perlakuan kolesterol medium
0,47% dan fosfolipid 0,75% memberikan laju absorbsi dan distribusi tertinggi
(terbaik) dibanding perlakuan yang lebih tinggi atau lebih rendah. Hal ini sesuai
dengan perlakuan kolesterol 5740 mglkg pakan termasuk medium dibanding dengan
lainnya, yang memberikan GSI tertinggi yakni 13,343 % yang diperkirakan laju
distribusi kolesterolnya berarti akan semakin cepat pula kolesterol itu diproses
menjadi steroid.
Fekunditas
Perlakuan kombinasi kolesterol dengan vitamin E disamping mempengaruhi
kecepatan pematangan gonad, GSI juga mempengaruhi fekunditas. Tabel 6.
menunjukkan hasil pengukuran fekunditas rata-rata ikan uji. Data nilai fekunditas
secara lengkap disajikan pada Lampiran 2. Hasil analisis statistik, uji kontras dan uji
Duncan's Multiple Range fekunditas disajikan pada Lampiran 4.
Tabel 6. Nilai Fekunditas Ikan Uji (butir).
Keterangan:
A = Fekunditas Mutlak (butir)
a,b,c,d,e -
-
Angka dengan superscript yang sama tidak berbeda nyata (P>0,03) a,b,c.d.e - - Angka dengan supercsript yang tidak sama berbeda nyata (P<0,03)B = Fekunditas Relatif (butirlgram bobot tubuh)
Kadar kolesterol (mglkg pakan)
2870 A
B
5740 A
B
8610 A
B
11480 A
B
Kadar Vitamin E
180
36.390,743+19.969,446~~
121,560
33,646,882f 16,224,387~~
141,631
3 1,228,195f 13,102,575~"'
134,469 26.405,963+9.623,278~"'" 115,107 (mgkg pakan) 240 48.159,772~!20.345,713~ 142,538 36.277,186+10.073,738~~ 136,816 18.221,901f15.320,469~~~ 7 1,649 12,158,5038f6.365,192e 52,247 300
19,867,122f 1 5 , 3 6 7 , 7 8 3 ~ ~ ~
e
81,951
26,263,656321 .535,742bcd
e
93,878 -
19.294,538+11.230,613~~"
81,771
16.231,653&.247,149~"
[image:144.609.75.534.381.709.2]Setelah dilakukan analisis sidik ragam terdapat satu interaksi perlakuan yang
sangat berbeda nyata. Nilai tertinggi fekunditas diperoleh pada perlakuan interaksi
kolesterol-vitaminE 2870
-
240mglkg pakan yaitu 48,159,772 butir, tetapi tidakberbeda nyata dengan perlakuan interaksi 2870-1 80, 5740-240, 5740- 180 mglkg
pakan dengan fekunditas yang diperoleh berturut-turut yaitu 36,390,743 butir,
36,277,186 butir dan 33,646,882 butir (P>0,03), walaupun demikian dinyatakan
berbeda nyata dengan perlakuan yang lainya (P<0,03). Pada hasil uji kontras
menunjukkan bahwa perlakuan interaksi kolesterol-vitaminE berpolakan kuadratik-
kuadratik. Untuk memperjelas hasil fekunditas pada setiap interaksi perlakuan
disajikan Gambar 8. dibawah ini.
[image:145.609.83.522.395.588.2]konsentrasl kolesterol (mglkg pakan) konsentrasi vit E (mglkg)
Gambar 8. Hubungan Interaksi Perlakuan Kolesterol-vitaminE Terhadap Nilai Fekunditas
Nilai fekunditas 36,277,186 butir diperoleh pada perlakuan interaksi
dengan fekunditas tertinggi yaitu 48,159,772 butir, ha1 ini diperkirakan masih ada
korelasin~a dengan posisi kecepatan pematangan gonad tertinggi d m nilai GSI
tertinggi juga diperoleh pada perlakuan interaksi kolesterol-vitaminE yang sama
yaitu 5740 ; 240 mglkg pakan. Pada percobaan lain fekunditas tertinggi Lele lokal
diperoleh 98,87 butirlgr bobot tubuh pada perlakuan pemberian a-tokoferol pakan
21 1,60 pgrlgr pakan. Thakur (1 978) melaporkan lele matang gonad dengan panjang
150 - 350 mm diperoleh nilai fekunditas berkisar 1.000 - 20.000 butir, sedangkan
Vivien et al. (1987) mengemukakan nilai fekunditas yang diperoleh sekitar 140.000
butir dari lele dengan berat 500 gram. Nilai fekunditas 13.794 butir diperoleh dari
perangsangan lele dengan ekstrak kelenjar hipofisa ayam broiler jantan (Jarigau
1992). Sedangkan Syahrizal (1998) dengan bobot gonad 129.09 gram mendapatkan
fekunditas 10.869,20 butir, pada percobaan Pilley ( 1 995) dengan menggunakan lele
seberat 200- 300 gram memperoleh nilai fekunditas 15 - 50 "batch", jika satu batch
terdapat 500 butir telur maka nilai fekunditas tersebut 7.500 - 25.000 butir. Pada
spesies yang lain Basri (1997) menemukan bahwa pada ikan gurame nilai
fekunditas nisbi tertinggi 3.012 butirlkg induk diperoleh pada perlakuan penambahan
kadar vitamin E 439,39 mglkg pakan. Hasil percobaan ini memperkuat kesimpulan
bahwa perlakuan penambahan vitamin E dalam pakan secara optimum akan
meningkatkan fekunditas telur.
Kolesterol adalah prekusor hormon steroid dan vitamin E sebagai antioksidan
yang akan memelihara lemak dari kerusakan,. Bell et a . l ( l 9 8 5 ) menjelaskan bahwa
membran sel. Asam lemak diperlukan sebagai bahan pembentukan prostaglandin
dimana prostaglandin diketahui sebagai mediator pecahnya folikel saat ovulasi.
Prostaglandin juga terlibat dalam peningkatan CAMP yang dipicu oleh LH atau
GTH-11. Sehingga jika jluiditas membran sel dan prostaglandin telur meningkat
akan menyebabkan aksi gonadotropin dalam pembentukan telur meningkat hingga
fekunditas meningkat.
Diameter Telur
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa diameter telur tidak berbeda
nyata antar interaksi perlakuan (Lampiran 5). Dengan demikian perlakuan-perlakuan
tersebut tidak memberikan pengaruh. Untuk memperjelas pengaruh perlakuan
terhadap diameter telur disajikan Tabel 7 di bawah ini.
Tabe 7. Nilai Diameter Telur Ikan Uji (mm)
Nilai tertinggi diameter telur diperoleh pada interaksi perlakuan kolesterol-
vitaminE 5740-240 mglkg pakan yaitu 1,1840 mm, disusul dengan 1,1557 mm pada
interaksi perlakuan kolesterol-vitaminE 2870-240 mglkg pakan. Perlakuan tersebut
masih berhubungan dengan nilai kecepatan pematangan gonad tercepat, GSI dan
Fekunditas tertinggi juga masih dalam perlakuan yang sama yaitu kolesterol- Kadar kolesterol (mglkg pakan) 2870 5740 8610 11480
Kadar Vitamin E (mglkg pakan)
300
vitaminE 5740-240 mglkg pakan. Untuk memperjelas hasil ini disajikan Gambar 9.
Sebagai pembanding hasil penelitian Jarigau (1992) diperoleh diameter telur lele
1,25 mm dan Efrizal (1995) memperoleh diameter telur lele 1,2590 mm. Jadi
besarnya telur lele tersebut masih relatif sama.
[image:148.607.154.450.248.411.2]Kolesterol (mglkg pakan)
Gambar 9. Hubungan Interaksi Perlakuan Kolesterol-vitaminE dengan Diameter Telur
Hasil analisis sidik ragam diameter telur tidak berbeda nyata ini diduga
disebabkan oleh jumlah MIS (maturation inducing steroid) yang terbentuk sama.
Pendugaan ini diperkuat dengan pendapat Lam (1 985) yang menyatakan bahwa bila
konsentrasi GTH mencapai nilai tertentu, akan merangsang sel-sel teka untuk
menskresikan testosteron. Testosteron akan merangsang sel-sel granulosa untuk
menskresikan estradiol yang berfungsi sebagai proses vitelogenesis. Disamping itu
sel-sel teka akan menskresikan 17a-hidroxyprogesteron. Dengan bantuan enzim
20P-HSD akan terbentuk 17a,20P hidroksi-4 pregnen-3 one yang berperan sebagai
Kandungan Protein Telur
Perlakuan pemberian kombinasi kolesterol dan vitamin E pada pakan
terhadap kandungan protein telur memberikan pengaruh yang nyata. Nilai
kandungan protein telur setiap interaksi perlakuan disajikan pada Tabel 8. Untuk
memperjelas kecenderungan nilai kandungan protein telur disajikan Gambar 10.
Sedangkan analisa sidik ragam, kontras dan Duncan's Multiple Range Test disajikan
pada Lampiran 7. dan data keseluruhan hasil kandungan protein telur disajikan pada
Lampiran 6.
Tabel 8. Nilai (%) Kandungan Protein Telur Ikan Uji
Keterangan:
A = Kandungan Protein Telur Ikan pada Bobot Kering
B = Kandungan Protein Telur Ikan pada Bobot Basah
a,b,c,d,e,f,g,h = Angka dengan superscript yang sama tidak berbeda nyata (P>0,01)
a,b,,c,d,e,f,g,h = Angka dengan superscript yang tidak sama berbeda nyata (P<0,01) Kadar Kolesterol 2870 5740 8610 11480
Kandungan protein tertinggi diperoleh pada interaksi perlakuan kolesterol;
vitamin E 2870
-
300 mglkg pakan dengan nilai 3 1,05%. Kemudian disusul denganKadar Vitamin E (mglkg pakan)
nilai 3 1,01% pada interaksi perlakuan kolesterol-vitaminE 5740 ; 240 mglkg pakan. Kedua perlakuan tersebut dinyatakan tidak berbeda nyata (P<0,01), tetapi berbeda
180
nyata terhadap semua interaksi perlakuan (P>0,01). Hal ini masih senada dengan
nilai kecepatan pematangan gonad tercepat, GSI tertinggi, fekunditas dan diameter
telur tertinggi juga diperoleh pada interaksi perlakuan yang sama yaitu
kolestero1;vitamin E 5740-240mglkg pakan. Yulfiperius (2001) mengungkapkan
hasil penelitian proksimat telur ikan patin, pada perlakuan vitamin E 190 mglkg
pakan diperoleh Protein 59,48%, Lemak 40,04%, Abu 0,48% dan Kadar Air 72,90%.
Hasil penelitian di atas memberikan gaambaran bahwa pengangkutan protein ke
dalam telur bersama dengan vitellogenin. Vitellogenin tersebut terangkut atas
pengaruh keseimbangan hormonal (estradiol-17P, testosteron dan gonadotropin)
yang ada didalam tubuh ikan. Titik optimalisasi interaksi perlakuan
kolestero1;vitamin E berada pada 5740-240mglkg pakan, sehingga sudah jelas
pengumpulan protein tertinggi terletak pada perlakuan terebut. Hal ini diperjelas
dengan hasil analisis kontras yang memberikan gambaran bahwa kecenderungan
interaksi perlakuan kolestero1;vitamin E adalah kuadratik-kuadratik. Gambaran nilai
kandungan protein pada setiap interaksi perlakuan tertera pada Gambar 10.
Salah satu tolok ukur kualitas telur ikan ditentukan oleh kandungan
proteinnya. Hal ini disebabkan oleh karena protein merupakan komponen esensial
yang dibutuhkan untuk reproduksi ikan. Protein merupakan komponen dominan
kuning telur, sedangkan jumlah dan komposisi telur menentukan besar kecilnya
ukuran telur dan ukuran telur merupakan indikator kualitas telur itu sendiri. Protein
dengan proporsi yang tinggi akan diubah menjadi jaringan embrio dan sebagian
telur tinggi maka dimungkinkan angka penetasan dan kelulusan hidup larva akan
tinggi.
[image:151.607.83.528.180.